MODEL PEMBELAJARAN JURNALIS DALAM MENULIS PANTUN GUNA MEMBENTUK KARAKTER ANAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODEL PEMBELAJARAN JURNALIS DALAM MENULIS PANTUN GUNA MEMBENTUK KARAKTER ANAK"

Transkripsi

1 Prosiding SENASBASA (Seminar Nasional Bahasa dan Sastra) Edisi 1 Tahun 2017 Halaman E-ISSN MODEL PEMBELAJARAN JURNALIS DALAM MENULIS PANTUN GUNA MEMBENTUK KARAKTER ANAK 186 Halaman Maulina Hendrik Prodi PJKR STKIP Muhammadiyah Bangka Belitung maulinahendrik@gmail.com Abstrak Pantun merupakan karya sastra lama yang hingga saat ini masih dilestarikan, sehingga pantun selalu dikenal di setiap daerah kepulauan negara Indonesia. Pantun memiliki beranekaragam jenis, di antaranya pantun nasehat, pantun humor, pantun berkasih sayang, pantun politik, dan sebagainya. Setiap jenis pantun tersebut memiliki makna yang dapat membentuk karakter pribadi seseorang khususnya siswa. Di satuan pendidikan baik pendidikan sekolah dasar hingga pendidikan menengah, karya sastra ini dijadikan salah satu materi pembelajaran. Meskipun pantun telah mendunia, namun tidak semua orang dapat berpantun dengan baik khususnya di tingkat pelajar. Dalam pembelajaran, pantun dianggap sulit karena harus mengikuti syarat penulisan yang tepat. Selain itu, setiap pemantun harus memiliki perbendaharaan kata yang banyak agar dapat mengolaborasikan kata-kata tersebut hingga menjadi pantun yang indah dan bermakna. Agar pantun dapat dengan mudah dikonsumsi oleh para pelajar, maka diperlukan sebuah model pembelajaran. Model pembelajaran jurnalis merupakan alternatif model yang dapat digunakan pendidik dalam membantu peserta didik menulis pantun. Model pembelajaran tersebut diadobsi dari jurnalis (wartawan) surat kabar melalui tiga tahapan kerja, yaitu: amati, tulis, dan kembangkan. Ketiga tahapan tersebut digunakan dalam proses menulis pantun, mulai dari mengamati lingkungan sekitar, menulis pokok-pokok penting, dan kembangkan pokok-pokok tersebut menjadi kalimat yang berangkai. Dengan demikian, fokus kajian ini diarahkan pada penulisan pantun dengan menggunakan model pembelajaran jurnalis yang akan menghasilkan karakter baik yang tergambar dari hasil penulisan maupun kepribadian si penulis. Hasil kajian ini memberikan sejumlah rekomendasi kepada pendidik baik di satuan pendidikan sekolah dasar hingga pendidikan menengah dan pihak-pihak terkait agar dapat melaksanakan pendidikan karakter dengan memanfaatkan model pembelajaran ini dalam pembelajaran berpantun maupun pembelajaran sastra lainnya. Kata kunci: model pembelajaran jurnalis, menulis pantun, pembentukan karakter PENDAHULUAN Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa produktif yang melibatkan daya pikir sebagai komponen utama untuk mengembangkan kreativitas secara tertulis melalui ide, pikiran, pengalaman, dan perasaan. Seperti halnya Kartini (2011: 2) mengatakan Pembelajaran menulis memberikan berbagai manfaat diantaranya mengembangkan kreativitas, menanamkan kepercayaan diri dan keberanian serta membantu siswa menuangkan ide, pikiran, pengalaman, perasaan dan cara memandang kehidupan. Proses menuangkan atau menstranfer ide secara tertulis memerlukan kesungguhan untuk mengonstruksi dan merekonstruksinya. Proses tersebut harus melalui proses belajar mengajar. Seperti yang diungkapkan oleh Resmini (2006: 8) Kemampuan menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah, tetapi melalui proses belajar mengajar. Namun, proses inilah yang menjadi hambatan bagi seseorang untuk menulis khususnya menulis pantun.

2 Pantun sebagai salah satu karya sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat memegang peranan yang sangat penting. Dahulu, orang mengungkapkan perasaan dan keinginan hatinya melalui pantun, sehingga pantun disebut sebagai sarana ekspresi. Selain itu, pantun mampu mewakili tingkat dan derajat keilmuan seseorang. Hajar (2011: 11) mengatakan pantun dapat dikatakan sudah menjadi ciri khas tersendiri dan besebati benar bagi masyarakat Melayu dalam pergaulan dan perhubungan sosial kemasyarakatan selama rentang masa zaman ke zaman. Saat ini, keberadaan pantun terkesan dipinggirkan. Jangankan masyarakat umum, sastrawan yang ahli dalam berkata-kata saja sudah jarang terlihat dalam menghasilkan karya pantunnya (Mafrukhi, 2007: 92). Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu daerah kepulauan penghasil pantun. Eksistensi pantun di kepulauan tersebut sudah mulai tergusur oleh jenis-jenis karya seni yang lain. Kalaupun masih digunakan, pembaca pantun hanyalah sebagai pelengkap acara bukan sebagai pewarisan nilai-nilai. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Effendy (2004: 77) yang mengatakan bahwa dalam kehidupan masa kini, pantun hidup dan berkembang, tetapi isinya tidak lagi berpuncak kepada nilai-nilai luhur budaya asalnya. Sangat disayangkan bila sebuah karya sastra seperti pantun diabaikan keberadaannya, padahal dalam sastra daerah terkandung nilai-nilai budaya yang tinggi. Nilai-nilai tersebut akan sirna ditelan zaman jika tidak dibudayakan dalam kehidupan sehari-hari. Ikram (1997: 32) menyatakan bahwa akan tumbuh jurang yang dalam antara sastra lama manusia modern jika tidak ada pemeliharaan yang terarah dalam bentuk pelajaran sekolah dan pengadaan buku mengenai sastra. Pelestarian pantun sebagai sebuah karya sastra dan sebagai sarana untuk menyampaikan pesan moral akan lebih efektif bila pantun yang berkembang di masyarakat itu digunakan atau dimasukkan ke dalam bahan ajar kesusastraan di sekolah. Selain menyampaikan pesan moral, pantun dapat menumbuhkan berbagai nilai karakter dalam diri seseorang. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hajar (2011: 18) yang menyatakan bahwa ia meyakini benar baik dipandang dari asepek ilmiah maupun aspek sosial kultural bahwa pengembangan budaya pantun merupakan salah satu upaya membangun karakter bangsa (character building). Dengan keunikan pantun sebagai bahasa sastra yang santun dan mendidik maupun menghibur, dapat menanamkan nilai-nilai budaya santun dan berperilaku baik serta dapat melatih nalar dan kecerdasan para peserta didik dalam mengolah kata-kata yang ada dalam pikiran mereka. Permasalahan di atas harus dicari solusi terbaik agar masyarakat khususnya para pelajar mampu dan mahir menulis pantun sehingga terbentuk nilai-nilai karakter dalam dirinya. Oleh karena itu, penulis bermaksud memberikan solusi alternatif dalam penulisan ini yaitu dengan menggunakan model pembelajaran jurnalis. Model pembelajaran jurnalis merupakan model pembelajaran yang meniru tugas atau langkah kerja para jurnalis (wartawan) surat kabar. Secara umum, langkah kerja para jurnalis dalam melaksanakan tugasnya adalah mencari, mengolah, dan menyajikan berita agar dapat dibaca masyarakat (khalayak). PEMBAHASAN Model Pembelajaran Jurnalis Jurnalis atau disebut juga wartawan merupakan orang yang menghimpun dan mencari data berita, mengolah dan menulis naskah berita yang kemudian dilaporkan. Seseorang dapat dikatakan seorang jurnalis apabila sudah diakui eksistensinya dalam bidang jurnalistik yaitu wartawan di suatu media massa, khususnya media cetak atau surat kabar. Oleh karena itu, peran wartawan sangat kompleks dalam menentukan citra suatu media, karena maju dan 187 Halaman

3 berkembangnya citra suatu media cetak di mata masyarakat atau pembaca surat kabar tergantung dari proses kerja wartawan dalam mencari berita, mengolah, dan menyajikan berita tersebut. 1) Mencari Berita Mencari atau meliput berita merupakan tugas utama para jurnalis. Dalam pencarian berita, seorang wartawan atau reporter memperoleh bahan berita melalui liputan atau mencari tahu secara langsung ke lapangan. Menurut Sumadiria (2006: 94), berita yang baik adalah hasil perencanaan yang baik. Selama wartawan melakukan kegiatan wawancara dengan narasumber, maka kegiatan tersebut dinamakan mencari berita (news hunting). 2) Mengolah Berita Setelah mencari berita, wartawan melanjutkan tugas keduanya yaitu mengolah berita agar dapat disajikan dalam surat kabar. Mengolah diartikan sebagai menyusun berita dalam pola yang baku dan mudah dipahami isinya oleh pembaca. 3) Menyunting Berita Menyunting berita dalam surat kabar memegang fungsi yang sangat penting. Tebbel (2003: 72) mengatakan perwajahan dan presentasi sebuah surat kabar umumnya sangat tergantung dari keahlian para redaktur dalam menyunting isi berita. Menyunting berita dapat dilakukan langsung oleh wartawan. Selanjutnya, naskah berita yang sudah diubah menjadi copy berita, akan dikirim ke percetakan untuk dicetak dan disebarluaskan. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran jurnalis dalam menulis pantun dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu mencari kata, mengolah atau menyusun kata demi kata menjadi larik pantun, dan menyunting atau mengedit larik-larik di tiap baris pantun. Menulis Pantun Pantun merupakan bagian dari puisi lama yang digunakan orang sebagai alat komunikasi. Pantun pada mulanya adalah senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan (Fang, 1993: 195). Selain itu, Sugiarto (2008:10) berpendapat Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang memiliki beberapa ciri, yaitu (1) dalam setiap bait terdiri atas empat baris, (2) baris pertama dan kedua merupakan sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi, (3) jumlah suku kata setiap baris antara delapan sampai dengan dua belas suku kata, dan (4) rima akhir setiap bait adalah a-b-a-b. Pantun berasal dari kata tun yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara, misalnya dalam bahasa Pampanga, tuntun yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog disebut tonton bercakap yang berarti menurut aturan tertentu. Selain itu, keberadaan pantun juga terdapat dalam bahasa Jawa Kuno tuntun yang berarti benang dan atuntun yang berarti teratur dan matuntun yang berarti memimpin. Dalam bahasa Toba, kata pantun berarti kesopanan, kehormatan. Bahasa Melayu mengartikan pantun sebagai quatrian, yaitu sajak yang berbaris empat, dengan sajaknya a-b-a-b, sedangkan dalam bahasa Sunda, pantun berarti cerita panjang yang bersajak dan diiring oleh musik. Berdasarkan pengertian pantun dari beberapa bahasa Nusantara, dapat disimpulkan bahwa pantun merupakan karya sastra lama berbentuk puisi yang digunakan sebagai alat komunikasi, disusun secara teratur, dengan bahasa yang sopan. Lebih terperinci, Sugiarto menjelaskan beberapa syarat pantun sebagai berikut. 1) Setiap untai (bait) terdiri atas empat larik (baris). 188 Halaman

4 Yaitu sebuah pantun tidak boleh lebih dan tidak boleh kurang barisnya dari empat baris. Hari raya serba baru Dari baju hingga kacamata Ikuti saja nasehat guru Agar tercapai cita-cita 2) Terdiri dari 8-12 suku kata pada tiap larik atau baris. Hari raya serba baru Dari baju hingga kacamata Ikuti saja nasehat guru Agar tercapai cita-cita Dalam kalimat Hari raya serba baru terdapat delapan suku kata, yaitu ha-ri-ra-ya-serba-ba-ru. Dari baju hingga kacamata memiliki sepuluh suku kata, yaitu Da-ri-ba-ju hing-gaka-ca-ma-ta. Bagitu pula dengan baris isi yang masing-masing memiliki sepuluh dan sembilan suku kata. 3) Bersajak ab-ab Yaitu maksud sajak atau rima disini adalah kemiripan pengucapan atau persamaan bunyi pengucapan antar baris 1 dengan baris 3 dan baris 2 dengan baris 4. Hari raya serba baru (a) Dari baju hingga kacamata (b) Ikuti saja nasehat guru (a) Agar tercapai cita-cita (b) Pantun di atas dianggap benar karena baris 1 dengan baris 3 memiliki kemiripan bunyi atau mempunyai sajak yang sama yaitu (a). Begitu juga pada baris 2 dengan baris 4 memiliki kemiripan bunyi atau mempunyai sajak yang sama yaitu (b). 4) Baris 1 dan baris 2 disebut sampiran, sedangkan baris 3 dengan baris 4 disebut isi pantun. Hari raya serba baru (a) Dari baju hingga kacamata (b) Dua baris di atas merupakan sampiran dari sebuah pantun. Sampiran itu sendiri adalah kiasan yang dijadikan isi di dalam pantun. Ikuti saja nasehat guru (baris 3) Agar tercapai cita-cita (baris 4) Dua baris di atas merupakan isi pantun tersebut. Isi pantun adalah apa yang akan adisampaikan si penulis dalam pantun yang dibuatnya. Wendi Widya (2009: 6-13) menyatakan bahwa berdasarkan isinya, pantun dapat dikelompokkan menjadi lima jenis sebagai berikut. a) Pantun Anak-Anak Pantun anak-anak berisi tentang dunia anak-anak. Umumnya pantun anak-anak digunakan pada saat bermain atau bersenda-gurau. Pantun anak-anak menggambarkan 189 Halaman

5 perasaan yang dialami anak-anak. Pantun anak dibagi menjadi pantun sukacita dan pantun dukacita. Pantun sukacita, berisi ungkapan yang menyatakan perasaan kegembiraan yang bisa terjadi dalam semua kejadian dan peristiwa, misalnya kegembiraan saat bertemu keluarga, mendapat barang baru, bermain atau saat mengungkapkan rasa sayang pada keluarga. Hitam-hitam si buah manggis biar hitam manis rasanya Cup cup jangan menangis ini mainan adik yang punya Pantun dukacita, berisi ungkapan yang menyatakan perasaan sedih, misalnya, saat ditinggal orang tua, tidak punya uang, dimusuhi teman. Jalan-jalan ke kota Panda lihat itik berlari-lari Ibu Bapak kutiada kini aku tinggal sendiri b) Pantun Remaja (Muda) atau Dewasa Pantun remaja atau dewasa menggambarkan kehidupan orang remaja dan dewasa. Tema pantun ini biasanya tentang cinta dan perjuangan hidup. Pantun perkenalan, berisi tentang ungkapan perasaan hati atau pujian terhadap orang yang ingin diajak berkenalan. Dahulu pantun perkenalan digunakan oleh pemuda untuk berkenalan dengan pemudi. Pergi ke hutan membawa panah tidak lupa membawa palu Gadis manis berbaju merah ingin berkenalan tetapi malu Pantun berkasih-kasihan, berisi curahan hati, perasaan senang, perasaan tidak ingin berpisah, rindu, pujian dan sanjungan. Aku terkenang sebuah lagu lagu indah syair ternama Kalau cinta janganlah ragu hidup dan mati kita bersama Pantun perpisahan atau pantun perceraian dibuat untuk menyatakan akhir dari hubungan berkasih-kasihan. Pantun ini berisi kenangan indah yang pernah dilalui, perasaan sedih, atau tidak ingin berpisah. Beli motor buatan Jepang motor dibawa keliling Bali Jangan bimbang adikku sayang aku pasti akan kembali c) Pantun Orang Tua Pantun orang tua berisi tentang pengajaran yang diberikan orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda. Selain pengajaran, pantun orang tua berisi nasehat, ibarat (perumpamaan) atau sindiran. 190 Halaman

6 Pantun adat, berisi pengajaran untuk menjaga adat yang berlaku sehingga anak muda diharapkan tidak menyimpang dari adat. Lebat daun bunga tanjung berbau harum bunga cempaka Adat dijaga pusaka dijunjung baru terpelihara adat pusaka Pantun nasehat, dibuat agar anak selalu ingat nasehat yang diberikan. Siang terang karena matahari kalau malam menjadi pekat Berbuatlah baik setiap hari jangan sampai berbuat jahat. Pantun agama, berisi pengajaran untuk taat pada agama yang dianut. Anak ayam turun sepuluh mati satu tinggal sembilan Bangun pagi sembayang subuh minta ampun kepada Tuhan. d) Pantun Teka-Teki Pantun teka-teki berisi pertanyaan yang bisa dijawab. Pantun ini biasa digunakan anak-anak untuk bermain tebak-tebakan atau berbalas pantun. Kalau Tuan bawa keladi bawakan juga si pucuk rebung Kalau Tuan bijak bestari hewan apa tanduk di hidung? e) Pantun Jenaka Pantun jenaka digunakan untuk menghibur hati, bersenang-senang, dan akan membuat orang lain tertawa. Di sini kosong di sana kosong tak ada batang pohon tembakau Bukannya saya berkata bohong ada katak memikul kerbau Berdasarkan uraian di atas, diharapkan siswa terampil menulis pantun dengan berbagai jenis yang ada. Pembentukan Karakter Menurut Pusat Bahasa Depdiknas (dalam Aunillah, 2011:19) karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, dan watak. Oleh karena itu, Mansyur (2014:6) mengartikan, Pendidikan karakter adalah upaya pendidik untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. 191 Halaman

7 Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah upaya penanaman nilai-nilai karakter yang akan menjadi ciri atau kepribadian seseorang berdasarkan keputusan baik-buruknya sesuatu yang dikerjakannya. Pijakan utama yang harus dijadikan landasan dalam menerapkan pendidikan karakter adalah nilai moral yang berasal dari agama. Agama menentukan seseorang berkepribadian baik atau buruk. Orang yang tidak jujur, kejam, tidak disiplin, tidak peduli, tidak percaya diri disebut orang yang berkepribadian buruk. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral (agama) akan memunculkan karakter yang baik pula. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Mantan Presiden RI, Soekarno. Berulang-ulang beliau menegaskan, Agama adalah unsur mutlak dalam National dan character building. (dalam Sumantri, 2010) Seseorang dikatakan memiliki karakter yang baik apabila tergolong ke dalam 18 nilai-nilai pendidikan karakter bangsa (Kemendiknas dalam Mansyur, 2014:6-7), yaitu: a. Religius, bersikap dan berperilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama, toleran dan hidup rukun terhadap pemeluk dan pelaksanaan ibadah agama lain. b. Jujur, berperilaku sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, perbuatan, dan pekerjaan. c. Toleransi, menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya. d. Disiplin, tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. e. Kerja keras, bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tugas atau kewajiban. f. Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. g. Mandiri, tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas. h. Demokratis, menilai sama, hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain. i. Rasa ingin tahu, selalu berupaya mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. j. Semangat kebangsaan, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya. k. Cinta tanah air, menunjukkan rasa kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan sosial dan budaya, ekonomi dan politik, serta bangsa. l. Menghargai prestasi, mendorong diri sendiri untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. m. Bersahabat/Komunikatif, tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain. n. Cinta damai, sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya. o. Gemar membaca, kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. p. Peduli lingkungan, berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. q. Peduli sosial, selalu memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. r. Tanggung jawab, melaksanakan tugas dan kewajiban yang diberikan untuk diri sendiri, masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa. Implementasi Model Pembelajaran Jurnalis dalam Menulis Pantun Guna Membentuk Karakter Anak Langkah-langkah yang dilakukan dalam menulis pantun menggunakan model pembelajaran jurnalis sebagai berikut. 1) Penulis mencari berbagai kata Sebelum menulis, siapkan terlebih dahulu berbagai kata yang terdapat di lingkungan sekitar kemudian kata-kata tersebut dicatat. 2) Penulis menyusun dan mengembangkan kata menjadi kalimat Setelah kata-kata ditemukan, maka langkah selanjutnya adalah menyusun dan mengembangkan sebagian kata-kata tersebut menjadi kalimat yang bermakna. 192 Halaman

8 Contoh 1: Seseorang sedang berada di dalam kelas, ia manfaatkan ruang kelas beserta isinya untuk menulis pantun. Contoh kata-kata yang telah dicari: topi, dasi, papan tulis, meja, kursi, buku, lemari, penghapus, spidol, penggaris, pensil, guru, siswa, jendela, jam dinding, dan sebagainya. Kembangkan menjadi kalimat papan tulis di samping lemari banyak buku tersusun sejajar jangan lupa setiap hari bersihkan kelas sebelum belajar susun buku di atas meja pertanda belajar siap dimulai ayo teman mari mengeja tegakkan badan jangan lunglai Contoh 2: kata-kata yang ditemukan: bunga, tangkai, pasir, pot, rumput, batu, lidi Banyak bunga, bunga bertangkai tumbuh dan berkembang di atas pasir jika hendak menjadi anak yang pandai perbanyak membaca tafsir tangkai bunga tangkai berduri tak sama tajam dengan batang lidi dalam hidup jangan suka iri hidup di dunia tak kan abadi PENUTUP Pantun sebagai salah satu karya sastra yang lahir di tengah-tengah masyarakat memegang peranan yang sangat penting. Namun sayangnya, keberadaan pantun saat ini mulai terpinggirkan. Hal tersebut disebabkan sulitnya seseorang mencari kata yang tepat untuk dipadukan sehingga memiliki makna. Model pembelajaran jurnalis merupakan salah satu model pembelajaran yang diyakini mampu membantu seseorang dalam mengungkapkan perasaan dan keinginannya melalui pantun. Model ini mengadobsi langkah kerja para jurnalis, yaitu mencari, mengolah, dan menyunting/mengembangkan. Ketiga langkah tersebut dilakukan agar dapat menulis pantun dengan mudah dan tepat. Hasil yang diperoleh setelah menulis pantun adalah akan terbentuk karakter di setiap diri penulis. Penulis akan mampu memahami arti bekerja keras, disiplin, tanggung jawab, jujur, religius, dan sebagainya dengan menulis pantun. DAFTAR PUSTAKA Aunillah, N.I Panduan menerapkan pendidikan karakter di sekolah. Yogyakarta: Laksana. Effendy, T Tunjuk ajar dalam pantun Melayu. Yogyakarta: Adi Cita. Hajar, E.A Cerdas cermat pantun. Pekanbaru: Unri Press. 193 Halaman

9 Ikram, A Filologi Nusantara. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya. Kartini Peningkatan kemampuan menulis puisi bebas dengan teknik menulis akrostik pada siswa kelas VA MI Semplak Pilar, Kabupaten Bogor dalam Jurnal Pendidikan Dompet Dhuafa, 1 (1), hlm Mafrukhi, dkk Kompeten berbahasa Indonesia, untuk SMA kelas XII. Jakarta: Erlangga. Mansyur Implementasi pendidikan karakter di satuan pendidikan. Jurnal Artikel LPMP Sulsel, Resmini, N Pembinaan dan pengembangan Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: UPI PRESS. Sumandiria Jurnalistik Indonesia Menulis Berita dan Feature. Cetakan Kedua. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Sumantri, E Pendidikan Karakter sebagai Pendidikan Nilai: Tinjauan Filosofis, Agama, dan Budaya. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Karakter Membangun Bangsa Beradab. Prodi Pendidikan Umum, SPs UPI, Bandung, 28 Juli Tebbel, J Karier jurnalistik. Semarang. 194 Halaman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tentang metode penelitian, defenisi operasional, sumber data dan data, instrument penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan

Lebih terperinci

Pentingnya Menjaga Persahabatan

Pentingnya Menjaga Persahabatan 7 Pentingnya Menjaga Persahabatan Punya teman seribu terasa kurang, punya musuh satu terasa banyak. Inilah ungkapan yang perlu kamu jaga dalam persahabatan. Belajar Apa di Pelajaran 7? Membuat pantun dan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

520 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI

520 Seminar Nasional dan Launching ADOBSI NILAI KARAKTER DALAM BUKU PELAJARAN BAHASA INDONESIA SMP Nuryani UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Abstrak Banyaknya buku ajar yang beredar di kalangan siswa dan guru patut menjadi perhatian tersendiri.

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 Machful Indra Kurniawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I Nama Sekolah : SD Negeri Cihampelas 1 Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas / Semester : IV-A / 2 Alokasi Waktu : 2 x 35 menit (1 x pertemuan) A. Standar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan di Universiatas Muhammadiah Purwokerto, yaitu sebagai berikut: Upaya

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan di Universiatas Muhammadiah Purwokerto, yaitu sebagai berikut: Upaya 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian tentang kemampuan menulis pantun sebelumnya sudah pernah dilakukan di Universiatas Muhammadiah Purwokerto, yaitu sebagai berikut: Upaya Peningkatan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Definisi Pendidikan Karakter 2.1.1 Pendidikan Karakter Menurut Lickona Secara sederhana, pendidikan karakter dapat didefinisikan sebagai segala usaha yang dapat dilakukan untuk

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan ruang lingkup penelitian. 1.1

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR SERIBU PENA BAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XII KARANGAN PUDJI ISDRIANI TERBITAN ERLANGGA TAHUN 2009 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan

I. PENDAHULUAN. Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Kemampuan mengomunikasikan pikiran dan perasaan kepada pihak lain terwujud dalam kegiatan berbahasa. Di dalam masyarakat

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.) DINAS PENDIDIKAN PROVINSI JAWA BARAT BALAI PENGEMBANGAN BAHASA DAERAH DAN KESENIAN 2013 DRAFT-1 DAN MATA PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN :

NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN : NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER PADA MATERI AJAR CERDAS BERBAHASA INDONESIA UNTUK SMA/MA KELAS XI KARANGAN ENGKOS KOSASIH TERBITAN : ERLANGGA TAHUN 2008 SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Tempat yang digunakan untuk penelitian adalah SDN 2 Pasirtamiang. Hal ini disebabkan, visi sekolah yang menjunjung pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia sedang gencar-gencarnya dibenahi. Salah satunya yaitu pembaharuan sistem kurikulum guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan bangsa dengan masyarakat yang di dalamnya memiliki nilai budaya dan melahirkan keunikan yang membedakan dengan bangsa lain. Adanya keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

AL-QUR AN SEBAGAI PERANTARA PENGUATAN KARAKTER (RELIGIUS, TOLERANSI DAN DISIPLIN) MAHASISWA FKIP PGSD UMS ANGKATAN 2012

AL-QUR AN SEBAGAI PERANTARA PENGUATAN KARAKTER (RELIGIUS, TOLERANSI DAN DISIPLIN) MAHASISWA FKIP PGSD UMS ANGKATAN 2012 122 ISBN: 978-602-70471-1-2 Prosiding Seminar Nasional dan Call for Papers AL-QUR AN SEBAGAI PERANTARA PENGUATAN KARAKTER (RELIGIUS, TOLERANSI DAN DISIPLIN) MAHASISWA FKIP PGSD UMS ANGKATAN 2012 Hana Navi

Lebih terperinci

Berilah tanda silang (X) huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar

Berilah tanda silang (X) huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar Contoh Soal Bahasa Indonesia Kelas 7 SMP/MTs Berilah tanda silang (X) huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang benar 1. Dalam tayangan suatu berita pasti ada pokok berita yang disampaikan. Pokok berita

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA Heri Supranoto Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Muhammadiyah Metro Heri_supranoto@yahoo.com Abstrak Mengacu kepada berbagai peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan berbagai fenomena kehidupan manusia. Fenomena kehidupan manusia menjadi hal yang sangat menarik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi manusia, bahkan sastra begitu akrab karena dengan atau tanpa disadari terdapat hubungan timbal balik antara keduanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beberapa suku bangsa, masing-masing suku memiliki etnis yang mereka kembangkan sesuai dengan tradisi dan sistem budaya masing-masing.

Lebih terperinci

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna

Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017. Drs. Suprijatna Dalam Acara ORIENSTASI STUDI DAN PENGENALAN KAMPUS BAGI MAHASISWA BARU TAHUN AKADEMIK 2016/2017 Drs. Suprijatna 1. Pendidikan harus merupakan aset atau modal kekuatan yang bisa menumbuhkan peradaban bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 55 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Dalam metode penelitian ini akan diuraikan beberapa hal yang berkaitan dengan penelitian, yakni metode penelitian, teknik pengumpulan data, data dan sumber data

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI A. Moral dalam Sastra Moral dari segi etimologis berasal dari bahasa latin yaitu Mores yang berasal dari suku kata Mos. Mores berarti adat istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra sebagai salah satu unsur kesenian yang mengandalkan kreativitas pengarang melalui penggunaan bahasa sebagai media. Dalam hal ini, sastra menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku manusia. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia sehingga terjadilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,

Lebih terperinci

KEMAHIRAN MENULIS PANTUN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014

KEMAHIRAN MENULIS PANTUN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014 KEMAHIRAN MENULIS PANTUN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SISWA KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 BINTAN TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014 ARTIKEL E-JOURNAL Oleh MUHAMAD RAIS NIM: 100388201365 JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

Sekolahku. Belajar Apa di Pelajaran 7?

Sekolahku. Belajar Apa di Pelajaran 7? 7 Sekolahku Tahukah kamu profesi juru bicara presiden? Mereka dipilih karena keahliannya berbicara di depan umum. Agar kamu bisa seperti mereka, biasakanlah berlatih berbicara di depan umum dengan berpidato

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa terlepas dari bahasa. Sebab bahasa merupakan alat bantu bagi manusia dalam berinteraksi dengan sesamanya. Segala aktivitas

Lebih terperinci

Hiburan di Sekolah. Belajar Apa di Pelajaran 4? Kegiatan menulis untuk mengenal format surat dan menyampaikan informasinya

Hiburan di Sekolah. Belajar Apa di Pelajaran 4? Kegiatan menulis untuk mengenal format surat dan menyampaikan informasinya 4 Hiburan di Sekolah Hiburan dapat memberikan manfaat, di antaranya menghilangkan kejenuhan. Salah satu caranya adalah dengan melakukan suatu tindakan yang jenaka atau lucu. Kamu boleh melakukan adegan

Lebih terperinci

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA

2015 RELEVANSI GAYA BAHASA GURIND AM D UA BELAS KARYA RAJA ALI HAJI D ENGAN KRITERIA BAHAN AJAR PEMBELAJARAN BAHASA D AN SASTRA IND ONESIA D I SMA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap kali gurindam disebut, maka yang terbesit tidak lain ialah Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Seakan-akan hanya Gurindam Dua Belas satu-satunya

Lebih terperinci

Menghormati Orang Lain

Menghormati Orang Lain BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Desain Sikap Toleran Pada Buku Teks Tematik Kelas 1 SD Desain sikap toleran pada buku teks tematik kelas 1 SD meliputi: sikap menghormati orang lain, bekerjasama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di kalangan para pelajar marak terjadinya peristiwa tawuran, kekerasan antar pelajar, penggunaan narkoba, dan seks bebas. Hal ini sangatlah memprihatinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang Undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah diterbitkannya Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MUATAN KARAKTER MELALUI BELAJAR DAN BERMAIN DI TK

IMPLEMENTASI MUATAN KARAKTER MELALUI BELAJAR DAN BERMAIN DI TK IMPLEMENTASI MUATAN KARAKTER MELALUI BELAJAR DAN BERMAIN DI TK Ernalis 1 ABSTRAK Dalam rangka menghasilkan peserta didik yang unggul dan mempunyai kepribadian yang baik, pendidikan karakter sudah harus

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA PADA SISWA KELAS VII E DI SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR INTEGRASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR Ni Luh Sakinah Nuraini Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email: niluh.sakinah.fip@um.ac.id

Lebih terperinci

Kejadian Sehari-hari

Kejadian Sehari-hari Tema 5 Kejadian Sehari-hari Menghormati dan menaati orang tua merupakan salah satu perwujudan perilaku yang mencerminkan harga diri. Berperilaku baik, berarti kita juga mempunyai harga diri yang baik pula

Lebih terperinci

bab 1 bilangan aku dan keluargaku lingkunganku tema

bab 1 bilangan aku dan keluargaku lingkunganku tema bab 1 tema aku dan keluargaku lingkunganku bilangan namaku bayu rumahku di jalan pemuda nomor 1 aku sangat sayang kepada ayah dan ibu saudaraku 2 orang kakakku bernama salfa adikku bernama gagah aku juga

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 Fauzatul Ma rufah Rohmanurmeta 2 IKIP PGRI Madiun ABSTRAK Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh guru kepada peserta didik

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah. kesimpulan sebagai berikut: BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Dari semua pembahasan yang telah dipaparkan maka melahirkan sebuah kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai-nilai pendidikan akhlak di dalam kitab Ta lim Muta allim adalah 1) Akhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan penting dalam proses

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER Ary Kristiyani, M.Hum. PBSI, FBS, UNY arykristiyani@uny.ac.id atau ary_kristiyani79@yahoo.com Disampaikan pada Seminar Internasional di Hotel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang luas di dunia, karena Indonesia tidak hanya memiliki kekayaan alam yang subur, tetapi juga terdiri atas berbagai suku

Lebih terperinci

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan PENDIDIKAN KARAKTER LATAR BELAKANG Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 2025 (UU No 17 Tahun 2007) antara lain

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARAKTER SISWA PADA PEMBELAJARAN SAINS MATERI BUNYI DI SMP DI KOTA GORONTALO

DESKRIPSI KARAKTER SISWA PADA PEMBELAJARAN SAINS MATERI BUNYI DI SMP DI KOTA GORONTALO DESKRIPSI KARAKTER SISWA PADA PEELAJARAN SAINS MATERI BUNYI DI SMP DI KOTA GORONTALO 1. Sukmawati Saleh Mahasiswa Program Studi Fisika 2. Dr. Nawir Sune, M.Si Dosen Universitas Negeri Gorontalo 3. Nova

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

cinta lingkungan pelajaran 3

cinta lingkungan pelajaran 3 cinta lingkungan pelajaran 3 cinta lingkungan berarti sayang kepada sesama tumbuhan hewan manusia harus memelihara tumbuhan alam hewan semua adalah ciptaan tuhan apakah kamu cinta lingkungan cinta lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang telah disempurnakan lagi. Kurikulum Nasional disiapkan untuk mencetak generasi yang siap dalam

Lebih terperinci

pantun talibun gurindam

pantun talibun gurindam 1. SD kelas 5 - BAHASA INDONESIA BAB 8. Tema 8 EkosistemLATIHAN SOAL BAB 8 setiap bait terdiri atas empat baris - setiap baris terdiri atas 8 14 suku kata - semua baris adalah isi - Bersajak a-a-a-a Jenis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Penelitian tentang nilai-nilai moral sudah pernah dilakukan oleh Lia Venti, dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI BUDI PEKERTI DALAM PERHIMPUNAN PANTUN MELAYU KARYA HAJI IBRAHIM DATUK KAYA MUDA RIAU

ANALISIS NILAI-NILAI BUDI PEKERTI DALAM PERHIMPUNAN PANTUN MELAYU KARYA HAJI IBRAHIM DATUK KAYA MUDA RIAU ANALISIS NILAI-NILAI BUDI PEKERTI DALAM PERHIMPUNAN PANTUN MELAYU KARYA HAJI IBRAHIM DATUK KAYA MUDA RIAU ARTIKEL E-JOURNAL Oleh ANGGA ADHARULLAH NIM 100388201136 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman pemerintahan Ir. Soekarno, ada tiga hal penting yang menjadi tantangan. Pertama adalah mendirikan negara yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa diantaranya yang paling meresahkan adalah penyalahgunaan. narkoba dan bahkan sampai menjerumus kepada seks bebas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pada masa sekarang ini pergaulan bebas sangatlah berbahaya apalagi yang banyak terjadi pada kalangan pemuda calon penerus generasi bangsa diantaranya yang paling meresahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG KOMPETENSI INTI DAN PELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH 1. KOMPETENSI INTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta

Lebih terperinci

Abdul Muiz, M.Pd math.muiz@gmail.com Dosen Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan ABSTRAK

Abdul Muiz, M.Pd math.muiz@gmail.com Dosen Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan ABSTRAK PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF Abdul Muiz, M.Pd math.muiz@gmail.com Dosen Prodi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Bangkalan ABSTRAK Identitas suatu bangsa dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks penelitian Pendidikan merupakan wahana untuk membentuk manusia yang berkualitas, sebagaimana dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan karakter sesungguhnya telah lama menjadi roh dan semangat dalam praksis pendidikan di Indonesia. Sejak awal kemerdekaan, kebijakan pendidikan memang diarahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Puncak Peringatan Hardiknas dan Harkitnas, Jakarta, 20 Mei 2011 Jumat, 20 Mei 2011

Sambutan Presiden RI pada Puncak Peringatan Hardiknas dan Harkitnas, Jakarta, 20 Mei 2011 Jumat, 20 Mei 2011 Sambutan Presiden RI pada Puncak Peringatan Hardiknas dan Harkitnas, Jakarta, 20 Mei 2011 Jumat, 20 Mei 2011 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PUNCAK PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL DAN HARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap individu anak bangsa yang telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Berbalas Pantun 2.1.1 Pengertian Kemampuan Kemampuan berasal dari kata dasar mampu yang artinya kuasa (bisa, sanggup) dalam melakukan sesuatu.

Lebih terperinci

ASTA CITRA ANAK INDONESIA

ASTA CITRA ANAK INDONESIA Ide-ide atau konsep-konsep tentang kesejahteraan dan perlindungan anak yang ada pada saat ini tak bisa dilepaskan dari ide-ide atau konsep-konsep yang pernah muncul dan berkembang pada masa-masa sebelumnya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN JUZ I DI PONDOK

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN JUZ I DI PONDOK BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK DALAM KITAB AKHLAK LIL BANIN JUZ I DI PONDOK PESANTREN AL-MASYHAD MANBA UL FALAH SAMPANGAN PEKALONGAN A. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang dilatarbelakangi kebudayaan yang beranekaragam. Sebagai bangsa besar, Indonesia merupakan negara yang di kawasan nusantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut harus memiliki berbagai macam cara

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut harus memiliki berbagai macam cara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap pendidik haruslah menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan. Oleh karena itu, setiap pendidik dituntut harus memiliki berbagai macam cara untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat vital dalam berkomunikasi dengan sesama manusia atau kelompok. Bahasa adalah alat untuk menyampaikan pesan kepada seseorang

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERAYAAN NATAL NASIONAL DI PLENARY HALL JAKARTA CONVENTION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercapai ketika setiap individu mau berusaha dan bekerja keras. Dalam tercapainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tercapai ketika setiap individu mau berusaha dan bekerja keras. Dalam tercapainya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk tercapainya suatu tujuan dalam hidup setiap individu tentunya adalah hal yang berbeda-beda antara individu satu dengan yang lainnya, tujuan tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program pendidikan yang ada diperlukan kerja keras

Lebih terperinci

KONTRUKSI KARAKTER KERJA KERAS DAN RELA BERKORBAN DALAM FILM BIDADARI-BIDADARI SURGA UNTUK KEPERLUAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KONTRUKSI KARAKTER KERJA KERAS DAN RELA BERKORBAN DALAM FILM BIDADARI-BIDADARI SURGA UNTUK KEPERLUAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN KONTRUKSI KARAKTER KERJA KERAS DAN RELA BERKORBAN DALAM FILM BIDADARI-BIDADARI SURGA UNTUK KEPERLUAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa pulau, daerah di Indonesia tersebar dari sabang sampai merauke. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan berbagai macam sumber daya alam serta keberagaman suku dan budaya. Sebagai negara dengan beberapa pulau, daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental

Lebih terperinci