DESKRIPSI KARAKTER SISWA PADA PEMBELAJARAN SAINS MATERI BUNYI DI SMP DI KOTA GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESKRIPSI KARAKTER SISWA PADA PEMBELAJARAN SAINS MATERI BUNYI DI SMP DI KOTA GORONTALO"

Transkripsi

1 DESKRIPSI KARAKTER SISWA PADA PEELAJARAN SAINS MATERI BUNYI DI SMP DI KOTA GORONTALO 1. Sukmawati Saleh Mahasiswa Program Studi Fisika 2. Dr. Nawir Sune, M.Si Dosen Universitas Negeri Gorontalo 3. Nova Elysia Ntobuo, S.Pd, M.Pd Dosen Universitas Negeri Gorontalo Alamat: Jalan Jenderal Sudirman no.6 Gorontalo KP ung.ac.id ABSTRAK Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif kualitatif yang dilaksanakan pada semester genap T.A 212/213. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang karakter siswa SMP Negeri di Kota Gorontalo. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa di SMP Negeri di Kota Gorontalo. Sampel dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII yang ada di SMP Negeri di Kota Gorontalo, pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling (sampel bertujuan). Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung. Teknik pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan instrument penilaian karakter siswa. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa gambaran karakter peserta didik dalam pembelajaran sains sudah nampak, hal ini terlihat dari indikator yang telah sesuai. Karakter religius, komunikatif, dan menghargai keragaman adalah karakter yang paling terlihat pada diri peserta didik sedangkan karakter kejujuran adalah yang masih sedikit dimiliki peserta didik karena masih banyak peserta didik yang belum memperlihatkan perilaku dari karakter tersebut sehingga masih memerlukan banyak bimbingan dari semua pihak, termasuk orang tua. Kata kunci: karakter siswa, pembelajaran sains PENDAHULUAN Pendidikan karakter dimaksudkan agar lahir kesadaran bersama untuk membangun karakter generasi muda yang kokoh. Sehingga mereka tidak terombangambing oleh modernisasi yang menjanjikan kenikmatan sesaat serta mengorbankan kenikmatan masa depan yang panjang dan abadi. Disinilah, pentingnya pendidikan karakter disekolah secara intensif dengan keteladanan, kearifan, dan kebersamaan, 1

2 baik dalam program intra kurikuler maupun ekstra kurikuler, sebagai pondasi kokoh yang bermanfaat bagi masa depan peserta didik. Pendidikan karakter pada siswa SMP dapat dilakukan melalui implementasi Ilmu Pengetahuan Alam atau sains. Melalui pembelajaran IPA ini guru dapat menyisipkan nilai-nilai yang berguna dalam menumbuhkan karakter siswa. Bisa melalui materi, proses dalam pembelajaran, maupun alat peraga yang digunakannya. Hal yang terpenting dalam penanaman pendidikan karakter yaitu selain melalui tahap dan proses yang lama juga memerlukan objek-objek yang dapat mendukungnya, salah satunya IPA. Dengan demikian peserta didik akan mengerti dan menanamkan dengan sendirinya karakter itu melalui proses belajar sehari-hari. Secara umum pendidikan karakter sudah mulai diterapkan disemua sekolah. Tetapi dalam proses pembelajaran guru hanya mencantumkan karakter apa saja yang akan dinilai, padahal dalam kenyataannya guru hanya menilai tingkat kecerdasan dari peserta didik tersebut tanpa melihat karakter-karakter apa saja yang terlihat selama proses pembelajaran berlangsung. Berdasarkan permasalahan diatas maka perlu dilakukan suatu penelitian dengan judul Deskripsi Karakter Siswa pada Pembelajaran Sains Materi Bunyi di SMP di Kota Gorontalo. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran karakter siswa SMP Negeri di Kota Gorontalo pada proses pembelajaran sains. Kajian Pustaka Pengertian Karakter Menurut Pusat Bahasa Depdiknas karakter adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, personalitas, sifat, tabiat, watak. Adapun yang berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak. (KEMENDIKNAS, 21:12) Pendapat lain dikemukakan oleh Suyatno (dalam Wibowo, 211:33), karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi cirri khas tiap individu untuk 2

3 hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik dalah individu yang bisa membuat keputusan yang ia buat. Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah ciri atau sifat seseorang yang dapat dilihat dari tingkah lakunya berupa tindakan, sikap, dan tutur kata. Pengertian Pendidikan Karakter Amanah UU SESDIKNAS tahun 23 itu bermakna agar pendidiakan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkpribadian atau berkarakter. Sehingga, lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas dengan nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Pendidikan karakter secara terpadu di dalam pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran, baik yang berlangsung didalam maupun diluar kelas pada semua mata pelajaran. Pada dasarnya kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi) yang ditargetkan, juga dirancang untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku. Peranan Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sains Implementasi pendidikan karakter tidaklah mudah. Diperlukan proses yang panjang dalam membangun karakter itu sendiri. Karena di sekolah-sekolah, kita tidak hanya menjadikan anak cerdas otak tetapi juga watak yang cerdas. Dalm pembentukan watak serta otak yang cerdas tidaklah mudah, diperlukan kesabaran dan harus berjalan tahap demi tahap. Tahap demi tahap tersebut harus selalu berkesinambungan. Siswa usia SMP, merupakan usia dalam tahap perubahan. Yaitu, dari usia anakanak memasuki usia remaja, yang mengubah kondisi fisik dan mental dari alam 3

4 kanak-kanak menjadi alam remaja. Pada usia ini anak mulai mencari jati dirinya, siapa dia, dari mana dia berasal, ke mana dia akan menuju (cita-cita). Usia SMP, merupakan usia yang rawan bagi seorang anak untuk terjerumus dalam hal-hal yang buruk. Hal ini disebabkan anak belum dapat membedakan mana yang terbaik untuknya dan mana yang berbahaya untuk dirinya. Untuk itu, pada masa-masa ini, sangat diperlukan keteladanan. Maka dalam pengembangan keteladanan, disini sains berperan sebagai suatu sarana dalam pendidikan karakter. Karena dengan Ilmu Pengetahuan Alam atau sains yang diajarkan kepada siswa SMP tersebut dapat memberikan keteladanan tersendiri. (Aqib:21:12) HASIL PENELITIAN Penelitian ini merupakan sebuah upaya pengungkapan secara deskriptif tentang gambaran karakter-karakter siswa yang muncul pada saat pemebelajaran sains di kelas. Berikut ini disajikan histogram karakter yang muncul di SMP di Kota Gorontalo. SMP Negeri 1 Gorontalo Pertemuan pertama 15 5 BT Gambar 1 presentase karakter siswa yang muncul pada pertemuan pertama di SMP Negeri 1 Gorontalo 4

5 Pertemuan kedua 15 5 BT Gambar 2 presentase karakter siswa yang muncul pada pertemuan kedua di SMP Negeri 1 Gorontalo Pertemuan ketiga 2 BT Gambar 3 presentase karakter siswa yang muncul pada pertemuan ketiga di SMP Negeri 1 Gorontalo SMP Negeri 2 Gorontalo Pertemuan pertama 15 5 BT Gambar 4 presentase karakter siswa yang muncul pada pertemuan pertama di SMP Negeri 2 Gorontalo 5

6 Pertemuan kedua 15 5 BT Gambar 5 presentase karakter siswa yang muncul pada pertemuan kedua di SMP Negeri 2 Gorontalo Pertemuan ketiga 15 5 BT Gambar 6 presentase karakter siswa yang muncul pada pertemuan ketiga di SMP Negeri 1 Gorontalo SMP Negeri 13 Gorontalo Pertemuan pertama BT Gambar 7 presentase karakter siswa yang muncul pada pertemuan pertama di SMP Negeri 13 Gorontalo 6

7 Pertemuan kedua BT Gambar 8 presentase karakter siswa yang muncul pada pertemuan kedua di SMP Negeri 13 Gorontalo Pertemuan ketiga 15 5 BT Gambar 9 presentase karakter siswa yang muncul pada pertemuan pertama di SMP Negeri 13 Gorontalo PEAHASAN Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkap dan memberikan gambaran tentang karakter karakter apa saja yang muncul saat pembelajaran sains khususnya materi bunyi pada peserta didik di SMP di Kota Gorontalo. Pada garmbar histogram diatas karakter siswa yang dinilai dalam proses pembelajaran sains dapat di amati dengan jelas walaupun demikian keteramatan dari karakter-karakter ini muncul dari beberapa kategori pengamatan yang berbeda-beda yaitu pada kategori BT (belum terlihat), (mulai terlihat), (mulai berkembang), dan (membudaya). Keteramatan karakter-karakter ini dapat diuraikan sebagai berikut : 7

8 1. Karakter religius Untuk kategori pada pertemuan pertama di SMP Negeri 1 Gorontalo sebesar %, dan di SMP 13 Gorontalo sebesar %, ini menunjukkan bahwa keseluruhan peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya perilaku untuk berdoa pada saat memulai dan mengakhiri pembelajaran dikelas, sedangkan untuk SMP Negeri 2 Gorontalo kategori sebesar % yang muncul pada pertemuan pertama, ini menggambarkan keseluruhan peserta didik sudah memperlihatkan perilaku untuk berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran. Pada pertemuan kedua untuk kategori di SMP Negeri 1, SMP Negeri 13 dan SMP Negeri 13 Gorontalo sebesar % menggambarkan keseluruhan peserta didik sudah memperlihatkan perilaku untuk berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran. Sedangkan untuk pertemuan ketiga kategori yang muncul di ketiga sekolah tersebut adalah kategori sebesar %, ini terlihat bahwa peserta didiknya sudah melaksanakan kewajibannya untuk berdoa dan sebelum dan sesudah pembelajaran tanpa dipandu dari gurunya. 2. Karakter Kreatif Untuk kategori BT pada pertemuan pertama di SMPN 1 Gorontalo sebesar 14,29%, SMPN 2 Gorontalo sebesar 33,33%, dan SMPN 13 Gorontalo 33,33%, untuk pertemuan kedua di SMPN 1 Gorontalo sebesar sebesar 26,92%, SMPN 2 Gorontalo sebesar 35,71%, dan SMPN 13 Gorontalo sebesar 29,62%, sedangkan pada pertemuan ketiga untuk SMPN 1 Gorontalo sebesar 19,23%, SMPN 2 Gorontalo sebesar 16,66% dan SMPN 13 Gorontalo sebesar 23,33%, dikarenakan peserta didik yang ada pada ketiga sekolah tersebut masih ada beberapa yang belum bisa mengungkapkan pendapatnya tentang materi yang diajarkan. Untuk kategori pada pertemuan pertama di SMPN 1 sebesar 57,14%, SMPN 2 sebesar 36,66%, dan SMPN 13 sebesar 52,38%, untuk pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar 26,92%, SMPN 2 sebesar 25%, dan SMPN 13 sebesar 33,33%, 8

9 sedangkan pada pertemuan ketiga untuk SMPN 1 sebesar 3,76%, SMPN 2 sebesar 3% dan pada pertemuan ketiga sebesar 2%. Hal ini menggambarkan beberapa peserta didik yang ada di ketiga sekolah tersebut sudah memperlihatkan keberaniannya untuk mengunggkapkan pendapat tentang materi yang diajarkan. Untuk kategori pada pertemuan pertama di SMPN 1 sebesar 28,57%, SMPN 2 sebesar 33,33%, dan SMPN 13 sebesar 14,28%, pada pertemuan kedua untuk SMPN 1 sebesar 46,15%, SMPN 2 sebesar 39,28%, dan SMPN 13 sebesar 48,14%, sedangkan pada pertemuan ketiga di SMPN 1 sebesar 5%, SMPN 2 sebesar 53,33 dan SMPN 13 sebesar 56,66%. Ini dikarenakan peserta didik diketiga sekolah tersebut tidak ragu lagi dalam menyampaikan pendapatnya sehingga dapat dimengerti oleh guru dan peserta didik yang lain. 3. Karakter Tanggung Jawab Untuk kategori BT pada pertemuan pertama di SMPN 1 sebesar 15,38%, SMPN 2 sebesar 2%, dan SMPN 13 sebesar 28,57%, pada pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar 15,38%, SMPN 2 sebesar 2% dan SMPN 13 sebesar 33,33%, sedangkan pada pertemuan ketiga di SMPN 1 sebesar 4,76%, SMPN 2 sebesar 32,14% dan SMPN 13 sebesar 26,66%. Dikarenakan beberapa peserta didik yang ada pada ketiga sekolah tersebut belum mampu mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Untuk kategori pada pertemuan pertama di SMPN 1 sebesar 61,9%, SMPN 2 sebesar 53,33% dan SMPN 13 sebesar 52,38%, pada pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar 11,54%, SMPN 2 sebesar 32,14% dan SMPN 13 sebesar 37,4%, sedang untuk pertemuan ketiga di SMPN 1 sebesar 26,92%, SMPN 2 sebesar 33,33% dan SMPN 13 sebesar 13,33%. Ini dikarenakan ketiga sekolah tersebut beberapa peserta didiknya sudah terlihat mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. 9

10 Untuk kategori pada pertemuan pertama di SMPN 1 sebesar 33,33%, SMPN 2 sebesar 26,66%, dan SMPN 13 sebesar 14,28%, pada pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar 3,76%, SMPN 2 sebesar 39,28%, dan SMPN 13 sebesar 48,14%, sedang untuk pertemuan ketiga di SMPN 1 sebesar 61,54%, SMPN 2 sebesar 5%, dan SMPN 13 sebesar 6%. Ini menunjukkan beberapa peserta didik yang ada pada ketiga sekolah tersebut sudah mampu mencapai tujuan pemebelajaran yang ingin dicapai. 4. Karakter Kejujuran Untuk kategori BT pada pertemuan pertama di SMPN 1 sebesar 61,9%, SMPN 2 sebesar 43,33%, dan SMPN 13 sebesar 52,38%, pada pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar 53,84%, SMPN 2 sebesar 39,28% dan SMPN 13 sebesar 4,74%, sedangkan pada pertemuan ketiga di SMPN 1 sebesar 5%, SMPN 2 sebesar 33,33% dan SMPN 13 sebesar 3%. Hal ini menggambarkan beberapa siswa yang ada pada ketiga sekolah tersebut masih belum menaati tata tertib yang telah diatur oleh sekolah. Untuk kategori pada pertemuan pertama di SMPN 1 sebesar 28,57%, SMPN 2 sebesar 43,33%, dan SMPN 13 sebesar 23,8%, pada pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar 23,7%, SMPN 2 sebesar 28,57% dan SMPN 13 sebesar 33,33%, sedangkan pada pertemuan ketiga di SMPN 1 sebesar 26,92%, SMPN 2 sebesar 3% dan SMPN 13 sebesar 26,66%. Hal ini dikarenakan ada beberapa peserta didik yang ada pada ketiga sekolah tersebut sudah mulai terlihat mematuhi tata tertib yang telah diatur oleh sekolah. Untuk kategori pada pertemuan pertama di SMPN 1 sebesar 9,5%, SMPN 2 sebesar 26,66%, dan SMPN 13 sebesar 23,8%, pada pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar 15,38%, SMPN 2 sebesar 25% dan SMPN 13 sebesar 25,92%, sedangkan pada pertemuan ketiga di SMPN 1 sebesar 19,23%, SMPN 2 sebesar 2% dan SMPN 13 sebesar 23,33%. Ini dikarenakan beberapa peserta didik 1

11 yang ada pada ketiga sekolah tersebut telah memperlihatkan perkembangannya perilakunya dengan mematuhi peraturan tata tertib yang telah diatur oleh sekolah. Untuk kategori hanya muncul pada pertemuan kedua dan ketiga, yaitu pada pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar 7,69%, dan SMPN 2 sebesar 39,28, dan sedang untuk pertemuan ketiga untuk SMPN 1 sebesar 7,69%, SMPN 2 sebesar 23,33% dan di SMPN 13 sebesar 2%. Hal ini menunjukan beberapa peserta didik yang ada pada ketiga sekolah tersebut telah melaksanakan semua peraturan sekolah dengan baik. 5. Karakter Komunikatif Untuk kategori BT tidak muncul di ketiga pada pertemuan pertama, hal ini ditunjukan dengan keteramatan semua indicator komunikatif telah dimilki oleh peserta didik. Untuk kategori pada pertemuan pertama di SMPN 1, SMPN 2 dan SMPN 13 sebesar %, pada pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar 11,54%, dan SMPN 2 sebesar 17,86%. Untuk kategori tidak muncul pada pertemuan pertama di ketiga sekolah tersebut. Dan untuk pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar 3,76% dan SMPN 2 sebesar 25% sedangkan di SMPN 13 pada pertemuan kedua kategori tidak muncul. Untuk kategori hanya muncul pada pertemuan kedua dan ketiga, yaitu pada pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar 57,69%, SMPN 2 sebesar 57,14% dan SMPN 13 sebesar %, sedangkan pada pertemuan ketiga di SMPN 1, SMPN 2 dan SMPN 13 presentasi untuk kategori sama besar yaitu %. 6. Karakter Toleransi Untuk kategori hanya muncul pada pertemuan pertama diketiga sekolah tersebut yaitu sebesar %, hal ini menunjukan peserta didik yang ada pada ketiga sekolah tersebut perkembangan sikap toleransi sudah meningkat dengan baik. Sedangkan untuk kategori hanya muncul pada pertemuan kedua diketiga sekolah 11

12 tersebut yaitu sebesar %, Ini menunjukan peserta didik yang ada pada ketiga sekolah tersebut sikap toleransinya sudah membudaya. 7. Karakter Menghargai Keragaman Untuk kategori di SMP 1, 2, dan 13 Gorontalo pada pertemuan pertama dan kedua presentasenya sama besar yaitu %, ini menunjukan seluruh peserta didik benar-benar mempelihatkan sikap menerima pembegian kelompok tanpa membedakan suku, budaya, ras dan agama. 8. Karakter Percaya Diri Untuk kategori BT pada pertemuan pertama di SMPN 1 sebesar 19,4%, SMPN 2 sebesar 3%, dan SMPN 13 sebesar 19,4%, untuk pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar sebesar 19,23%, SMPN 2 sebesar 28,57%, dan SMPN 13 sebesar 33,33%, sedangkan pada pertemuan ketiga untuk SMPN 1 sebesar 23,8%, SMPN 2 sebesar 33,33% dan SMPN 13 sebesar 16,66%. Ini dikarenakan beberapa peserta didik yang ada pada ketiga sekolah tersebut belum terlihat sikap percaya dirinya untuk menyampaikan ide atau melakukan sesuatu dengan yakin dan benar. Untuk kategori pada pertemuan pertama di SMPN 1 sebesar 33,33%, SMPN 2 sebesar 4%, dan SMPN 13 sebesar 52,38%, untuk pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar sebesar 19,23%, SMPN 2 sebesar 39,28%, dan SMPN 13 sebesar 11,11%, sedangkan pada pertemuan ketiga untuk SMPN 1 sebesar 23,8%, SMPN 2 sebesar 23,33% dan SMPN 13 sebesar 26,66%. Ini dikarenakan beberapa peserta didik yang ada pada ketiga sekolah tersebut sudah mulai terlihat sikap percaya dirinya, karena beberapa peserta didiknya telah berani menyampaikan idea tau melakukan sesuatu dengan yakin dan benar. Untuk kategori pada pertemuan pertama di SMPN 1 sebesar 18,9%, SMPN 2 sebesar 3%, dan SMPN 13 sebesar 28,57%, untuk pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar sebesar 61,54%, SMPN 2 sebesar 32,14%, dan SMPN 13 sebesar 12

13 55,55%, sedangkan pada pertemuan ketiga untuk SMPN 1 sebesar 53,84%, SMPN 2 sebesar 53,33% dan SMPN 13 sebesar 56,66%, ini dikarenakan beberapa peserta didik yang ada pada ketiga sekolah tersebut sudah berkembang 9. Karakter Kesantunan Untuk kategori BT pada pertemuan pertama di SMPN 1 sebesar 33,33%, SMPN 2 sebesar 26,66%, dan SMPN 13 sebesar 28,57%, untuk pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar sebesar 7,69%, SMPN 2 sebesar 28,57%, dan SMPN 13 sebesar 25,93%, ini dikarenakan beberapa peserta didik yang ada pada ketiga sekolah tersebut sudah mulai memperlihatkan kecakapan berkomunikasi secara efisien dan efektif. Untuk kategori pada pertemuan pertama di SMPN 1 sebesar 33,33%, SMPN 2 sebesar 46,66%, dan SMPN 13 sebesar 61,9%, untuk pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar sebesar 23,8%, SMPN 2 sebesar 14,28%, dan SMPN 13 sebesar 25,93%, ini dikarenakan beberapa peserta didik yang ada pada ketiga sekolah tersebut sudah mulai memperlihatkan kecakapan berkomunikasi secara efisien dan efektif. Untuk kategori pada pertemuan pertama SMPN 1 sebesar 33,33%, SMPN 2 sebesar 26,66%, dan SMPN 13 sebesar 9,25% dan pada pertemuan kedua untuk SMPN 1 sebesar 19,23%, SMPN 2 sebesar 26,66%, dan SMPN 13 sebesar 37,4%, Untuk kategori di SMPN 1 hanya muncul pada pertemuan kedua dan ketiga yaitu sebesar 5% dan 34,62%, sedangkan untuk SMPN 2 dan SMPN 13 kategori hanya muncul pada pertmuan ketiga yaitu sebesar %. Karakter ingin tahu Untuk kategori BT pada pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar 23,8%, SMPN 2 sebesar 25% dan SMPN 13 sebesar 25,93%, Hal ini menunjukan bahwa pada ketiga sekolah tersebut masih terdapat beberapa peserta didik yang belum memperlihatkan sikap keingintahuannya terhadap eksperimen yang telah dilakukan. Untuk kategori pada pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar 38,46%, SMPN 2 dan SMPN 13 13

14 sebesar 25%,. Dan untuk kategori pada pada pertemuan kedua di SMPN 1 sebesar 57,69%, SMPN 2 dan SMPN 13 sebesar 46,66%. Hal ini menunjukan bahwa pada ketiga sekolah tersebut sudah terdapat beberapa peserta didik yang memperlihatkan perkembangan sikap keingintahuannya terhadap eksperimen yang telah dilakukan. 1. Karakter Disiplin Untuk kategori hanya muncul di SMPN 1 sebesar 3,76%, ini menunjukan bahwa beberapa peserta didik yang ada di SMP Negeri 1 baru mulai memperlihatkan karakter kedisiplinannya, sedangkan untuk SMPN 2 dan SMPN 13 tidak muncul. Untuk kategori di SMPN 1 sebesar 57,69%, SMPN 2 dan SMPN 13 sebesar 46,66%, Ini menunjukan bahwa beberapa peserta didik yang ada pada ketiga sekolah tersebut sudah mulai memperlihatkan perkembangan perilaku disiplin. Sedangkan untuk kategori di SMPN 1 sebesar 11,54%, SMPN 2 dan SMPN 13 sebesar 53,33%. Ini menunjukan bahwa beberapa peserta didik yang ada pada ketiga sekolah tersebut perkembangan kedisiplinan sudah lebih meningkat. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat simpulkan bahwa gambaran karakter peserta didik dalam pembelajaran sains sudah nampak, hal ini terlihat dari indicator yang telah sesuai. Karakter religius, komunikatif, dan menghargai keragaman adalah karakter paling terlihat pada diri peserta didik sedangkan karakter kejujuran adalah karakter yang masih sedikit dimiliki peserta didik karena masih banyak peserta didik yang belum memperlihatkan perilaku dari karakter tersebut sehingga masih memerlukan banyak bimbingan dari semua pihak, termasuk orang tua. 14

15 SARAN a. Hendaknya guru tidak hanya melihat tingkat kecerdasan peserta didi, tetapi harus mmerhatikan karakter apa saja yang tergambar pada saat pembelajran b. Hendaknya orang harus selalu mengawasi tingkah laku anaknya c. Hendaknya sekolah dapat melaksanakan agenda rutin untuk dapat memebentuk karakter peserta didik. d. Sebagai bahan acuan untuk penelitian lebih lanjut DAFTAR PUSTAKA Aunillah, Nurla Isna Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta : Laksana Amin, Maswardi Muhammad Pendidikan Karakter Anak Bangsa.Tanjungpinang:Baduose Media Jakarta Aqib dan Sujak. 21. Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Surabaya : Yrama Widya Asmani, Jamal Ma ruf Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Pati : DIVA Press Giancoli, Douglas. 21. FISIKA Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta : Erlangga Kementerian Pendidikan Nasional. 21. Pengembangan Pendidikan Budaya dan karakter Bangsa. Jakarta Muslich, Masnur Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta : PT Bumi Aksara Sagala, Syaiful. 23. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta Samani dan Hariyanto Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Surabaya : PT Remaja Rosdakarya Wibowo, Agus Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Playen : Pustaka Pelajar 15

16 16

17 17

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP PADA MATERI AJAR BUNYI. Oleh:

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP PADA MATERI AJAR BUNYI. Oleh: 1 PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP PADA MATERI AJAR BUNYI (Suatu uji coba di SMP N 5 Gorontalo kelas VII C ) Oleh: Helmi suleman. 1 Dr. Masri Kudrat Umar, S.Pd, M.Pd. 2 Nova Elisya Ntobuo,

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 Fauzatul Ma rufah Rohmanurmeta 2 IKIP PGRI Madiun ABSTRAK Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh guru kepada peserta didik

Lebih terperinci

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku merupakan cerminan dari seseorang. Seseorang bisa dikatakan baik atau buruk, sopan atau tidak, semua tercermin dari karakter dan tindakan yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik 1 (2) (2017) 14-20 DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik https://jurnal.uns.ac.id/jdc PENDIDIKAN KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN DAN IMPLEMENTASINYA Dwi Purwanti SDN 1 Pohkumbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, dalam kegiatan interaksi ini tidaklah dilakukan dengan sembarangan dan di luar kesadaran,

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU GEOGRAFI TERHADAP PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI SE-KOTA GORONTALO. Oleh :

PERSEPSI GURU GEOGRAFI TERHADAP PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI SE-KOTA GORONTALO. Oleh : PERSEPSI GURU GEOGRAFI TERHADAP PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA NEGERI SE-KOTA GORONTALO Oleh : Febryana T. Rahayu, Prof.Dr.Enos Taruh, M.Pd*,Nova E.Ntobuo, S.Pd,M.Pd** Jurusan Fisika Program Studi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER Ary Kristiyani, M.Hum. PBSI, FBS, UNY arykristiyani@uny.ac.id atau ary_kristiyani79@yahoo.com Disampaikan pada Seminar Internasional di Hotel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks penelitian Pendidikan merupakan wahana untuk membentuk manusia yang berkualitas, sebagaimana dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia baik fisik maupun moril, sehingga pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 Machful Indra Kurniawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI Wahyu Nur Aida Universitas Negeri Malang E-mail: Dandira_z@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja merupakan masa paling sensitif dalam kehidupan manusia yang biasanya berlangsung antara usia 12 hingga 18 tahun. Dalam masa ini seseorang bukan

Lebih terperinci

PENGIMPLEMENTASIAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU SEJARAH

PENGIMPLEMENTASIAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU SEJARAH PENGIMPLEMENTASIAN PENDIDIKAN KARAKTER OLEH GURU SEJARAH Lista Wahyuni Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang Jl. Semarang no 5 Malang E-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga, di asuh dengan sebaik-baiknya. Kiranya semua setuju dengan

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga, di asuh dengan sebaik-baiknya. Kiranya semua setuju dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pepatah klasik menyebutkan bahwa anak adalah insan titipan Tuhan yang harus dijaga, di asuh dengan sebaik-baiknya. Kiranya semua setuju dengan pepatah tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan

Lebih terperinci

MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA. Listyaningsih

MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA. Listyaningsih MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA Listyaningsih Emai: listyaningsih@unesa.ac.id Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Dalam rangka membangun karakter setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan

BAB I PENDAHULUAN. telah mengundang berbagai musibah dan bencana di negri ini. Musibah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara faktual, data realistik menunjukkan bahwa moralitas maupun karakter bangsa saat ini telah runtuh. Runtuhnya moralitas dan karakter bangsa tersebut telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat komplek, dimulai dari sistem pendidikan yang berubah-ubah ketika

BAB I PENDAHULUAN. sangat komplek, dimulai dari sistem pendidikan yang berubah-ubah ketika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang penting dan memerlukan perhatian yang serius. Banyak kritikan dari praktisi pendidikan, akademisi dan masyarakat yang sering dilontarkan

Lebih terperinci

Kata kunci: Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa PPL-1

Kata kunci: Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa PPL-1 DESKRIPSI KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR MAHASISWA PPL- 1 JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO Oleh: 1. Sri Nunung Mahasiswa Program Studi Fisika 2. Dr. Fitryane Lihawa M.Si Dosen Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA. Pipin Erlina, Umi Chotimah

PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA. Pipin Erlina, Umi Chotimah PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA Pipin Erlina, Umi Chotimah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sriwijaya email: pipinerlina6@gmail.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PROSES PEMBELAJARAN PKn KELAS X SMA (Studi Kasus Di SMA Muhammadiyah 4 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PROSES PEMBELAJARAN PKn KELAS X SMA (Studi Kasus Di SMA Muhammadiyah 4 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012) IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA PROSES PEMBELAJARAN PKn KELAS X SMA (Studi Kasus Di SMA Muhammadiyah 4 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan, seseorang dapat semakin berkembang serta dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan manusia dimulai dari keluarga. Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi pembentukan dan pendidikan anak. Jika ingin membentuk anak yang shaleh, cerdas

Lebih terperinci

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL

CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL CERITA RAKYAT DEWI SRITANJUNG SEBAGAI UPAYA MEWUJUDKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI KEARIFAN LOKAL Firdauzia Nur Fatimah, Edy Tri Sulistyo Universitas Sebelas Maret ningfirda15@gmail.com, edytrisulistyo9@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Pendidikan dapat dikatakan sebagai faktor utama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sebuah usaha yang ditempuh oleh manusia dalam rangka memperoleh ilmu yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk bersikap dan berperilaku. Karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu aspek utama yang memiliki peranan penting dalam mempersiapkan sekaligus membentuk generasi muda. Di

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan PENANAMAN KARAKTER DISIPLIN DAN PATRIOTISME DALAM GERAKAN KEPANDUAN HIZBUL WATHAN (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 4 Sambi Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pendidikan Nasional adalah agar anak didik menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berahlak mulia. Untuk mewujudkan tujuan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka diajukan kesimpulan sebagai berikut: dilaksanakan dengan menginternalisasikan nilai-nilai karakter dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. maka diajukan kesimpulan sebagai berikut: dilaksanakan dengan menginternalisasikan nilai-nilai karakter dalam BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan temuan hasil penelitian dan pembahasan dalam bab IV, maka diajukan kesimpulan sebagai berikut: 1. Implementasi pendidikan karakter melalui mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk sosial. Ini berarti manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia hidup secara berkelompok dan membentuk

Lebih terperinci

ANALISIS MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA BUKU SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN

ANALISIS MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA BUKU SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN ANALISIS MUATAN NILAI-NILAI KARAKTER PADA BUKU SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR TEMA INDAHNYA KEBERSAMAAN Muhammad Habib Ridwan; Alif Mudiono PP3 Jl. Ir. Soekarno No.1 Blitar; KSDP FIP UM email: ridwanpgsd76@gmail.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 adalah untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum berarti suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupannya pada taraf hidup yang lebih baik.

Lebih terperinci

BUDAYA SALAMAN SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN KARAKTER BERSAHABAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Pada Siswa SMK Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali)

BUDAYA SALAMAN SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN KARAKTER BERSAHABAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Pada Siswa SMK Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali) BUDAYA SALAMAN SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN KARAKTER BERSAHABAT DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Pada Siswa SMK Negeri 1 Banyudono Kabupaten Boyolali) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya

BAB I PENDAHULUAN. membangun banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. secara alamiah melalui pemaknaan individu terhadap pengalaman-pengalamannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap bentuk aspek kehidupan manusia baik pribadi, keluarga, kelompok maupun

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku,

BAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakter dimaknai sebagai bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak (Depdiknas, 2010). Adapun berkarakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa

BAB I PENDAHULUAN. patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dampak negatif globalisasi telah mengakibatkan nilai-nilai moral, semangat patriotisme, dan ciri khas yang menarik (karakter) dari individu dan masyarakat bangsa

Lebih terperinci

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR Oleh: I Made Sedana, S.Pd., M.Pd.. Abstrak Sekolah merupakan institusi sosial yang dibangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional salah satunya yaitu untuk membentuk akhlak/budi pekerti yang luhur, pembentukan akhlak harus dimulai sejak kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber daya manusia yang professional secara akademik dan tangguh/kreatif secara karakter. Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO BAB IV ANALISIS PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBENTUK KARAKTER SMP NEGERI 1 WONOPRINGGO A. Analisis Karakter Siswa SMP Negeri 1 Wonopringgo Untuk mengetahui perkembangan karakter siswa di SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu disiapkan Sumber Daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa dampak secara global, seperti persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia seutuhnya yang bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat dan bagi negaranya. Hal ini selaras dengan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA A. Deskripsi Data Pendidikan karakter dalam pembelajaran Akidah Akhlak kelas rendah di MI Al-Mubarokah, memiliki suatu tujuan yaitu meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. Hal tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA. Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta

PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA. Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KEARIFAN LOKAL BUDAYA JAWA Novi Trisna Anggrayni Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar Universitas PGRI Yogyakarta (rih.anawaitrisna@gmail.com) ABSTRAK Pendidikan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan (PKn) menjadi bagian penting dalam suatu pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari keberadaan pendidikan

Lebih terperinci

PENANAMAN KARAKTER SAFT SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN CALON PENDIDIK BERKARAKTER DALAM MATA KULIAH MICROTEACHING

PENANAMAN KARAKTER SAFT SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN CALON PENDIDIK BERKARAKTER DALAM MATA KULIAH MICROTEACHING ISBN: 978-602-70471-1-2 81 PENANAMAN KARAKTER SAFT SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN CALON PENDIDIK BERKARAKTER DALAM MATA KULIAH MICROTEACHING Dini Restiyanti Pratiwi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Univeritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pengajaran. UU Sistem Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2003, menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu upaya yang sangat strategis untuk membawa masyarakat dan bangsa Indonesia ke tengah-tengah persaingan global ialah dengan meningkatkan dan kualitas

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE WINDOW SHOPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA-FISIKA PADA MATERI HUKUM NEWTON

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE WINDOW SHOPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA-FISIKA PADA MATERI HUKUM NEWTON PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE WINDOW SHOPPING TERHADAP HASIL BELAJAR IPA-FISIKA PADA MATERI HUKUM NEWTON Rofita M. Patty 1, Enos Taruh 2, Supartin 3 Universitas Negeri Gorontalo Fakultas

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama

Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama Upaya Meningkatkan Karakter Siswa Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Sosiodrama Rumlah (09220274) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat 137 BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Implementasi nilai kedisiplinan guru kelas IV di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tantangan akan semakin besar, dan membutuhkan kelulusan dari

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Tantangan akan semakin besar, dan membutuhkan kelulusan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat membutuhkan kerja keras dari semua pihak untuk menyukseskan program pendidikan nasional. Tantangan akan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku manusia. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan sumber daya manusia sehingga terjadilah

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA 12 e-jurnalmitrapendidikan, Vol 1, No. 2, April 2017 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL INQUIRY PADA MATA PELAJARAN IPA Ponco Budi Raharjo Indri

Lebih terperinci

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan PENDIDIKAN KARAKTER LATAR BELAKANG Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 2025 (UU No 17 Tahun 2007) antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara terletak pada kemajuan pendidikan yang diterapkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara terletak pada kemajuan pendidikan yang diterapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu negara terletak pada kemajuan pendidikan yang diterapkan oleh negara tersebut, karena tingkat pendidikan menjadi tolak ukur kemajuan suatu negara. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama, pendidikan mengandung nilai dan memberikan pribadi anak agar. dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pertama, pendidikan mengandung nilai dan memberikan pribadi anak agar. dipengaruhi dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan primer masyarakat sejak dulu, dan setiap orang memerlukan pendidikan untuk kelangsungan hidupnya.tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Pasal 3 disebutkan, pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan nasional di Indonesia mempunyai tujuan terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates (munadlir@yahoo.co.id) ABSTRAK Pendidikan di sekolah sampai saat kini masih dipercaya sebagai media yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2011), Hlm. 14.

BAB I PENDAHULUAN. Krisis Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara.2011), Hlm. 14. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin tingginya kasus amoral/asusila yang terjadi di Indonesia, mulai dari korupsi, kolusi, penggunaan narkoba, sampai dengan tawuran antar sekolah, MBA (Married By

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Kewarganegaraan.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Kewarganegaraan. PENEGAKAN KEDISIPLINAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER SISWA DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMP Negeri 4 Tawang Sari, Kecamatan Tawang Sari, Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara ), hlm. 35. Multidimensional, hlm 1

BAB I PENDAHULUAN. Multidimensional, (Jakarta: PT Bumi Aksara ), hlm. 35. Multidimensional, hlm 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini sedang menghadapi dua tantangan besar, yaitu desentralisasi atau otonomi daerah yang saat ini sudah dimulai, dan era globalisasi total yang akan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kegiatan pembelajaran telah dilakukan manusia dalam pelaku pendidikan. Pendidikan merupakan suatu sistem yang harus dijalankan secara terpadu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penulisan Dalam kehidupan yang modern seperti sekarang ini tanggung jawab semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan moral dalam diri masyarakat terlihat semakin nyata akhirakhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penurunan moral dalam diri masyarakat terlihat semakin nyata akhirakhir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penurunan moral dalam diri masyarakat terlihat semakin nyata akhirakhir ini. Sangat ironis bahwa penurunan tersebut terjadi di setiap lapisan masyarakat, mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I,

BAB I PENDAHULUAN. No. 20/2003 tentang Sistem pendidikan Nasional Pasal I Ayat I, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia terlupa akan pendidikan karakter bangsa. Padahal,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia terlupa akan pendidikan karakter bangsa. Padahal, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak dari globalisasi yang terjadi saat ini telah membawa masyarakat Indonesia terlupa akan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara padu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS MODEL PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL PADA MATA PELAJARAN PAI DI SD NEGERI 01 GUMAWANG KEC. WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS MODEL PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL PADA MATA PELAJARAN PAI DI SD NEGERI 01 GUMAWANG KEC. WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS MODEL PENILAIAN KOMPETENSI SOSIAL PADA MATA PELAJARAN PAI DI SD NEGERI 01 GUMAWANG KEC. WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada penilaian kompetensi sosial,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan dibidang pendidikan di Indonesia adalah meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia agar mampu mandiri, menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna dan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika RESPONS MAHASISWA TERHADAP PENGEMBANGAN NILAI-NILAI KARAKTER SETELAH MENGIMPLEMENTASIKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA YANG MENGINTEGRASIKAN NILAI-NILAI ISLAM (Penelitian Pada Mahasiswa Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan, kecerdasan dan keterampilan manusia lebih terasah dan teruji dalam menghadapi dinamika kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan

Lebih terperinci

Oleh SALIIA AI{TOGIA NIM: Dr. Arwildayanto, S.Pd, M.Pd ItilP: I001

Oleh SALIIA AI{TOGIA NIM: Dr. Arwildayanto, S.Pd, M.Pd ItilP: I001 ITIIP: 1971 123 200812 1 008 LEMBAR PENGESAHAN ARTIKE,L Skripsi yang berjudul: Evaluasi Program Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri I Kota Gorontalo Oleh SALIIA AI{TOGIA NIM: 1314

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI MUATAN DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN

NASKAH PUBLIKASI MUATAN DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN NASKAH PUBLIKASI MUATAN DAN IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PROSES PEMBELAJARAN PKn PADA SISWA KELAS VII MTs MUHAMMADIYAH TRUCUK KABUPATEN KLATEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 (Studi Kasus di MTs Muhammadiyah

Lebih terperinci