BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tahun 1960-an mengalami pasang surut. Hal ini diawali ketika Tengku

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tahun 1960-an mengalami pasang surut. Hal ini diawali ketika Tengku"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Persekutuan Tanah Melayu pada tahun 1960-an mengalami pasang surut. Hal ini diawali ketika Tengku Abdurachman mempunyai gagasan untuk membentuk suatu negara federal yaitu Federasi Malaysia. Ide untuk mendirikan Negara Federasi Malaysia yang meliputi daerah-daerah Malaya, Singapura, Serawak, Sabah dan Brunei telah dikemukakan oleh Perdana Menteri Malaya, Tengku Abdurachman Putra dalam suatu pertemuan pada tahun Inggris juga mendukung adanya Federasi Malaysia karena demi kepentingan Inggris kepada Malaysia yang berwujud adanya kepentingan dari segi ekonomi dan pertahanan. Karena Tengku Abdurachman selaku Perdana Menteri Negara Malaya itu lebih berhaluan ke Barat, diharap dengan adanya Federasi Malaysia-pun juga turut serta condong ke Barat. Federasi Malaysia direncanakan terbentuk pada tanggal 31 Agustus Sebelum pencetusan Federasi Malaysia terdapat beberapa permasalahan yaitu tuntutan Singapura dan Brunai mengenai permasalahan perekonomian dengan Federasi Malaysia di kemudian hari. Inggris yang turut andil dalam proses Federasi Malaysia turun tangan dalam menghadapi permasalahan ini. Pada bulan Januari 1963 Inggris mengadakan perundingan khusus antara Singapura dan Brunai dengan hasil Singapura menyerahkan 40% dari penghasilan 1 Dinas Sejarah Militer TNI-AD, Sejarah TNI-AD, : Peranan TNI-AD dalam Mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, (Bandung: Dinas Sejarah Militer TNI-AD, 1985), hlm

2 2 negaranya dan Brunai tetap bersikukuh untuk menghadapi tuntutan permasalahan perekonomian dengan Federasi Malaysia di kemudian hari. Pada tanggal 8 Juli 1963 wakil-wakil dari Malaysia, Singapura, Serawak dan Sabah telah menandatangani persetujuan pembentukan Federasi Malaysia yang akan dibentuk dan diproklamasikan pada tanggal 31 Agustus Brunai yang direncanakan sebagai negara peserta yang kelima dari Federasi Malaysia ternyata tetap menolak dan tidak ikut menandatangani persetujuan 8 Juli 1963 itu dengan alasan Malaya telah mengkhianati syarat-syarat yang diajukan dan disetujui antara Brunai dan Malaya 2. Syarat-syarat selain permasalahan perekonomian adalah adanya urutan kedudukan Sultan Brunai di antara Sultan-sultan Malaysia untuk menjadi yang Dipertuan Agung dari Negara Federasi Malaysia. Pembelotan terjadi tidak hanya di Brunai saja, tetapi terjadi pada masyarakat terutama partai oposisi Malaya, Singapura, maupun Kalimantan Utara. Pemberontakan-pun tidak terelakkan di tanah jajahan Inggris sehingga menimbulkan Negara Kesatuan Kalimantan Utara yang dipimpin oleh A.M. Azahari dengan perlawanan TNKU-nya (Tentara Nasional Kalimantan Utara). Pergerakan dari A.M. Azahari mendapat simpatik dari Indonesia karena sejalan dengan politik luar negeri Indonesia yang menentang imperialisme Inggris. Permasalahan baru pun muncul ketika Filipina menganggap wilayah Sabah merupakan daerahnya karena tuntutan Sultan Sulu atas wilayah Sabah yang masuk pada Federasi Malaysia. Akhirnya muncullah realisasi untuk meredakan ketegangan antara negara-negara tetangga baik dari pihak Persekutuan Tanah Melayu, Indonesia, dan Filipina akibat rencana pembentukan Federasi Malaysia. 2 Dinas Sejarah Militer TNI-AD, Op. Cit., hlm. 175.

3 3 Konferensi tingkat tinggi yang diadakan di Filipina pada akhir Juli 1963 sampai degan tanggal 5 Agustus 1963 di Manila menghasilkan tiga dokumen persetujuan yaitu: Persetujuan Manila, Deklarasi Manila, dan Pernyataan bersama Manila 3. Indonesia dan Filipina menyatakan akan menerima pembentukan negara Malaysia bila semua itu atas kehendak rakyat dan melibatkan PBB sebagai pihak penengah. PBB sebagai pihak penengah diharapkan mampu berpegang kepada hasil dari konferensi Manila serta dapat menjalankan missi PBB dengan baik, yaitu pengambilan keputusan rakyat Malaya tentang adanya pembentukan negara Malaysia. Sebelum missi PBB diumumkan, Federasi Malaysia telah memproklamirkan diri pada tanggal 16 September 1963 dan Perdana Menteri Tunku Abdul Rahman yang menandatangani dokumen mengenai pembentukan Federasi Malaysia tersebut 4. Pembentukan Federasi Malaysia sudah menyimpang dari mufakat semula. Indonesia dan Filipina menyambut baik pembentukan Malaysia bilamana keinginan rakyat diselidiki kepada yang berpihak, yaitu Sekretaris Jenderal PBB. Tetapi, tindakan yang dilakukan tidak sesuai rencana yaitu pembentukan Malaysia pada tanggal 16 September 1963 tetap dilaksanakan tanpa menyampaikan hasil laporan penyelidikannya mengenai kehendak rakyat di daerah masing-masing. Negara Federasi Malaysia yang dimaksud adalah penggabungan negaranegara bekas jajahan Inggris di Asia Tenggara yang terdiri atas Persekutuan Tanah Melayu, Singapura, Sabah, Serawak, dan Brunei. Hal ini dinilai oleh Pemerintahan 3 Dinas Sejarah Militer TNI-AD, Op. Cit., hlm Sartono Kartodirdjo, dkk, Sejarah Nasional Indonesia VI, (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1975), hlm. 116.

4 4 Indonesia dan Filipina sebagai suatu pelanggaran persetujuan bersama yang sebelumnya telah diadakan antara pemerintah Malaya, Filipina dan Indonesia dalam suatu konfrensi di Manila pada tahun 1963 yang kemudian menghasilkan Manila Agreement 5. Pada awalnya, hubungan Indonesia dan Malaysia memang tidak bisa terlepas dari sejarah, di mana antara kedua negara ini mempunyai beberapa kesamaan yaitu persamaan ras dan bahasa. Kerajaan atau kesultanan di Malaysia banyak yang berhubungan erat dengan kesultanan yang ada di Indonesia. Ada satu unsur yang selalu diperhitungkan jika membicarakan hubungan kedua negara yang sedang berselisih paham. Indonesia, karena sebagai negara besar dan memperoleh kemerdekaaan lebih dahulu, memiliki kecenderungan untuk bertindak sebagai saudara tua atau kakak dan menginginkan diperlakukan seperti itu. Indonesia menganggap Malaysia sebagai saudara muda atau adik yang harus menghormati kakaknya 6. Indonesia menentang pembentukan Malaysia karena menganggap bahwa Malaysia adalah proyek neo-kolonialisme Inggris yang membahayakan revolusi Indonesia yang belum selesai. Dalam pandangan Presiden Soekarno, pembentukan Federasi Malaysia akan menjadi alat Inggris (Barat), yang akan memantapkan kehadiran dan pengaruhnya di Asia Tenggara. Hal ini dilihat oleh Presiden Soekarno sebagai NEKOLIM (Neo Kolonialisme dan Imperialisme) yang akan 5 Departemen Penerangan, Gelora Konfrontasi Mangganjang Malaysia (Jakarta: Departemen Penerangan RI, 1964), hlm Linda Sunarti, Politik Luar Negeri Malaysia terhadap Indonesia, : Dari Konfrontasi Menuju Kerjasama, Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah Volume 2 (1), (Jakarta: Susur Galur, 2014), hlm. 70.

5 5 mengepung Indonesia 7. Karena itu Malaysia harus dicegah berdirinya dan setelah tetap dipaksakan berdirinya, harus dihancurkan 8. Pemerintah Republik Indonesia berpendapat bahwa lahirnya Malaysia adalah: Prinsipil, bertentangan dengan politik Indonesia yang anti kolonialisme dan anti imperialisme; Proseduril, karena pembentukannya tidak menurut prosedur yang telah ditentukan menurut Resolusi PBB No (XV) 9 mengenai penentuan nasib sendiri daerah koloni atau daerah tak berpemerintah, dilihat dari segi keamanan dan pertahanan akan dapat membahayakan Indonesia 10 yaitu adanya pangkalan-pangkalan militer asing yang berada di daerah yang langsung berbatasan dengan wilayah Indonesia. Kebijakan luar negeri Indonesia adalah melihat dunia sebagai pertentangan antara OLDEFOS (Old Established Forces atau negara-negara kapitalis yang sudah mapan dan maju di Barat) dengan NEFOS (New Emerging Forces atau negaranegara yang baru merdeka dan sedang bangkit di Asia dan Afrika). Dalam konteks ini, Indonesia menilai Federasi Malaysia sebagai anggota OLDEFOS, karena Federasi Malaysia mempunyai ikatan pertahanan dan ekonomi yang kuat dengan Inggris yang merupakan bagian dari OLDEFOS Legge, Jhon D., Soekarno: A Political Biography, (New York: Praeger Publisher, 1972). 8 Sartono Kartodirdjo, dkk, Op. Cit., hlm Resolusi PBB No (XV) memuat garis-garis besar dari penentuan nasib sendiri bagi bangsa-bangsa yang masih terjajah antara lain: Penggabungan diri dengan bebas haruslah merupakan hasil pemilihan bebas atas kemauan sendiri dari rakyat daerah bersangkutan melalui proses-proses yang dimengerti dan demokratis. Keterangan lihat Departemen Penerangan RI, Op. Cit., hlm Dinas Sejarah Militer TNI-AD, Op. Cit., hlm Leifer, Michael., Indonesian Foreign Policy, (London: The Royal Institute of International Affairs, George Allem & Unwin Ltd, 1983), hlm. 59.

6 6 Dalam memuncaknya ketegangan antara Indonesia dan Federasi Malaysia, terjadilah demonstrasi di Kuala Lumpur terhadap Kedutaan Besar Republik Indonesia dan demonstrasi di Jakarta terhadap Kedutaan Besar Malaysia dan Kedutaan Besar Inggris. Maka, pada tanggal 17 September 1963 hubungan diplomatik dengan Kuala Lumpur oleh pemerintah Republik Indonesia diputuskan secara sepihak 12. Konfrontasi Malaysia dicetuskan oleh Bung Karno dalam suatu rapat raksasa di Jakarta pada tanggal 3 Mei 1964 dengan mengumumkan perintah komando Dwi Komando Rakyat (Dwikora) 13 yakni: 1. Perhebatan ketahanan revolusi Indonesia 2. Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sabah, Serawak, Brunai untuk membubarkan negara boneka Malaysia. Dwi Komando Rakyat merupakan reaksi dari diplokamirkannya Federasi Malaysia dan reaksi pemerintah Indonesia atas ketidaksetujuan dari pembentukan Federasi Malaysia. Untuk melaksanakan niat itu dilancarkanlah konfrontasi bersenjata yang dilakukan oleh sukarelawan yang sebagian diambil dari ABRI dan sebagian dari masyarakat luas 14 karena dua hal itu dapat menjadi kunci keberhasilan pelaksanaan konfrontasi. Militer tidak berhubungan dengan perang saja tetapi juga berkaitan dengan aspek lain, seperti timbulnya sentimen kebangsaan 15. Konflik antara Indonesia dan Malaysia tak terelakkan di daerah perbatasan baik dari 12 Sartono Kartodirdjo, dkk, Op. Cit., hlm Aristides Katoppo, dkk, Menyingkap Kabut Halim 1965, (Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan, 1999) hlm Sartono Kartodirdjo, dkk, Op. Cit., hlm Henk Schukte Nordholt, dkk, Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm. 111.

7 7 sukarelawan, pasukan gerilya maupun pasukan regular. Tidak hanya menghadapi angkatan bersenjata Malaysia, Indonesia juga menghadapi angkatan bersenjata dari Inggris, Australia, Gurkha, dan gabungannya. Perang bergolak secara semesta 16, walaupun keputusan akhirnya ditentukan oleh kalah menangnya kedua angkatan bersenjata yang berhadapan. Dua belas hari setelah dicetuskannya Dwikora 17, maka Laksamana Madya Udara Omar Dani, diangkat oleh Bung Karno menjadi Panglima Komando Siaga (Koga) dengan tugas mempersiapkan operasi militer terhadap Malaysia 18. Keberhasilan operasi militer Tri Komando Rakyat, menyebabkan Presiden Soekarno percaya akan keunggulan Angkatan Udara Republik Indonesia dan Angkatan Laut Republik Indonesia, dan menunjuk Menteri Panglima Angkatan Udara Laksamana Madya Udara Omar Dhani sebagai Panglima Komando Siaga (Koga) 19. Koga merupakan suatu komando untuk operasi pengganyangan terhadap Malaysia yang terdiri dari angkatan-angkatan bersenjata Republik Indonesia antara lain Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), Angkatan Darat (AD), dan Kepolisian. Naiknya posisi Laksamana Madya Udara Omar Dani dalam memimpin Angkatan Udara Republik Indonesia, yang secara kebetulan berbarengan dengan persiapan perang untuk membebaskan Irian Barat pada operasi militer Tri 16 Semesta adalah seluruh; segenap; semuanya: semua yg ada di alam -- ini tidak dapat lepas dr takdirnya masing-masing; 2a (berlaku untuk) seluruh dunia; universal. Keterangan lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, (diakses pada 24 Agustus 2015). 17 Dwikora dicetuskan pada tanggal 3 Mei Dua belas hari setelah Dwikora adalah pada tanggal 15 Mei Aristides Katoppo, dkk, Op. Cit., hlm Aristides Katoppo, dkk, Op. Cit., hlm. 23.

8 8 Komando Rakyat, dilanjutkan kemudian operasi militer Ganyang Malaysia, maka kekuatan udara menjadi tumpuan strategis dalam usaha menghancurkan musuh revolusi. Kekuatan AURI dengan beragam pesawat tempur canggih menumbuhkan keseganan bagi lawan-lawannya 20. Panglima Komando Siaga Laksamana Madya Udara Omar Dani dibantu Wakil I Laksamana Muda Mulyadi, dan Wakil II Brigjen TNI A. Wiranatakusumah. Sebagai Kepala Staf Komando Siaga Komodor Udara L.W.J. Wattimena. Panglima Komando Siaga membawahi unsur-unsur sebagai kekuatan Komponen Angkatan Darat, Komponen Angkatan Laut, Komponen Angkatan Udara, dan Komponen Angkatan Kepolisian. Panglima Komando Siaga dibantu: Staf Gabungan 1 (Intelijen), Staf Gabungan 2 (Operasi dan Latihan), Staf Gabungan 3 (Personalia), Staf Gabungan 4 (Logistik), Staf Gabungan 5 (Teritorial), dan Staf Gabungan 6 (Komunikasi) 21. Pada tahun merupakan puncak dari kebesaran Angkatan Udara Republik Indonesia yang dapat disebut sebagai masa pembangunan AURI. Apalagi jika dilihat dari perkembangan pesawat tempur bermesin jet sebagai generasi lanjut setelah era mesin piston propeller. Salah satunya adalah hadirnya Keluarga MiG dari Eropa Timur yang terkenal dengan kecepatan supersonik itu 22. Pesawat tempur ini juga telah dilengkapi sistem avionik yang cukup canggih pada masa itu Julius Pour, Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, dan Petualang, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010), hlm Nyoman Arsana, dkk, Sejarah Operasi Dwikora , (Jakarta: Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Pusat Sejarah, 2014), hlm Mabes TNI, Sejarah TNI Angkatan Laut , (Jakarta: Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut, 2001), hlm Avionik adalah instrumen elektronik yang ada di pesawat terbang, antara lain di dalamnya meliputisistem navigasi, komunikasi, radar, sistem persenjataan dan special equipment. Peralatan avionik itulah yang membuat pesawat terbang

9 9 Pada operasi Ganyang Malaysia tahun , Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) turut berperan aktif dalam melaksanakan operasioperasi dalam rangka Dwikora. Operasi-operasi yang dilakukan oleh AURI adalah operasi udara di daerah lawan, baik secara rahasia maupun penerbangan tipuan kepada pihak musuh. Kegiatan-kegiatan AURI antara lain melakukan patroli udara untuk mengamankan wilayah udara Indonesia dari lawan, pengintaian dan pemotretan udara di wilayah lawan dan turut dalam operasi penyusupan berupa penerjunan yang dilakukan oleh Pasukan Gerak Tjepat (PGT) di daerah lawan melalui udara. Di samping itu, langkah yang ditempuh untuk memperoleh informasi terakhir tentang kekuatan dan gerakan lawan sebagai bahan perencanaan operasi, maka perlu melaksanakan peningkatan pengintaian udara oleh pesawat Tupolev TU - 16 yang merupakan salah satu unsur dalam pengintaian dan patroli 24. Sesuai dengan ketentuan bahwa komando operasi serangan balas terbatas berada di tangan Panglima Komando Siaga yang berkedudukan di Jakarta, sedangkan Komando Strategis Siaga yang berada di tangan Panglima Komando Siaga yang berkedudukan di Pangkalan Udara Iswahyudi. Kegiatan Kolaga di samping operasi militer secara terbuka, juga mengadakan operasi khusus, yang dilakukan oleh para sukarelawan dengan cara bergerilya di daerah lawan. Jenis kegiatan yang dilakukan ialah operasi intel, territorial, pembuatan kantong-kantong gerilya, dan sabotase 25. memiliki kemampuan yang handal. Keterangan lihat Bambang Slamet Riyadi, Perkembangan Kekuatan Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) , Skripsi, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret hlm Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm Nyoman Arsana, dkk, Op. Cit., hlm. 99.

10 10 B. Rumusan Masalah Dengan latar belakang di atas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apa yang melatar belakangi operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan pada tahun ? 2. Bagaimana peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan pada tahun ? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Latar belakang adanya operasi Ganyang Malaysia antara Indonesia dengan Malaysia di Kalimantan pada tahun Peranan dari Angkatan Udara Republik Indonesia dalam operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan pada tahun D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam ilmu sejarah khususnya di bidang sejarah militer tentang bagaimana peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan tahun E. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka berarti meninjau atau mempelajari kembali pustakapustaka terkait tidak selalu harus tepat identik dengan bidang permasalahan yang

11 11 dihadapi, tetapi tetap seiring dan berkaitan. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa pustaka antara lain sebagai berikut: Buku berjudul Pokok-Pokok Gerilya: Dan Pertahanan Republik Indonesia di Masa yang Lalu dan yang akan Datang 26 dijelaskan bahwa perang gerilya adalah perang rakyat semesta. Kesatuan militer dan rakyat merupakan kunci keberhasilan dalam perang gerilya. Ilmu perang bukan lagi hanya ilmu perang yang khusus dengan strategi, taktik, dan logistiknya, melainkan mengenai pula politik militer, politik, psikologis dan ekonomi. Lapangan perang bukan cuma yang militer, melainkan juga sepenuhnya politik dan ekonomi. Syarat-syarat yang diminta dari pandangannya bukan lagi cuma keahlian di lapangan militer, melainkan seanteronya politik, militer, dan ekonomi. Buku ini membantu penulis dalam memahami mengenai keikutsertaan pasukan tentara beserta rakyat menjadi gerilyawan pada suatu operasi. Di dalam buku ini dijelaskan bahwa gerilyawan tidak hanya memegang senjata tetapi juga harus mengutamakan segi-segi politik dan sosial ekonomi dengan gerakan propaganda, infiltrasi, dan sebagainya. Pada operasi Ganyang Malaysia, operasi yang dilakukan oleh infiltran di daerah lawan adalah untuk menguasai dan mengacaukan lawan tidak hanya melalui unsur militer tetapi juga dari unsur politik maupun ekonomi. Buku berjudul Sejarah Operasi Dwikora dijelaskan bagaimana latar belakang pembentukan Federasi Malaysia hingga ke-ikutsertaan 26 A.H. Nasution, Pokok-Pokok Gerilya: Dan Pertahanan Republik Indonesia di Masa yang Lalu dan yang akan Datang, (Yogyakarta: Narasi, 2012). 27 Nyoman Arsana, dkk, Sejarah Operasi Dwikora , (Jakarta: Markas Besar Tentara Nasional Indonesia Pusat Sejarah, 2014).

12 12 Indonesia dalam menentang sikap neo-kolonialisme dan neo-imperialisme yang dijalankan oleh Inggris di Malaya dalam Federasi Malaysia pada dekade 1960-an. Maka dari itu, Presiden Soekarno mencetuskan Dwikora pada tanggal 3 Mei Operasi Dwikora merupakan operasi militer berskala besar karena melibatkan kekuatan dari Angkatan Udara, Angkatan Laut, Angkatan Darat, Kepolisian serta sukarelawan dalam satu komando yaitu KOLAGA. Pelaksanaan Dwikora juga melalui beberapa operasi dari unsur Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) dan operasi udara dengan keterlibatan Angkatan Udara Republik Indonesia, unsur-unsur tempur melalui Komando Armada Siaga (KOARGA) dan Komando Tugas Khusus Siaga (KOTUSUSGA). Buku ini membantu penulis dalam memahami bagaimana latar belakang operasi Ganyang Malaysia hingga dibentuknya KOLAGA sebagai komando pengganyangan Malaysia dengan diikutsertakannya ABRI pada komando ini. Penulis dengan buku ini mencoba melengkapi dalam skripsi penulis yang berjudul Peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan tahun membahas mengenai KOLAGA dan peranan AURI pada operasi-operasi Ganyang Malaysia. Buku berjudul Peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Pelaksanaan Konfrontasi dengan Malaysia tahun memberikan penjelasan bahwa Angkatan Udara Republik Indonesia turut andil pada masa konfrontasi dengan Malaysia pada tahun Buku ini membantu penulis dalam memahami tentang bagaimana peran penting AURI dalam operasi Ganyang Malaysia pada 28 Poengky Poernomo Djati, Peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Pelaksanaan Konfrontasi dengan Malaysia tahun 1963, (Jakarta: Sub Direktorat Sejarah Ditwatpersau, 1992).

13 13 operasi udara-nya, dari menggiatkan penerbangan patroli khususnya di daerah perbatasan daerah operasi untuk mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh pesawat terbang lawan di daerah perbatasan dan menyelenggarakan pengangkutan udara bagi pasukan ke daerah perbatasan untuk penerjunan pasukan. Perbedaan buku Peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Pelaksanaan Konfrontasi dengan Malaysia tahun 1963 dengan skripsi penulis yang berjudul Peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan tahun adalah penulis mencoba mengembangkan dan melengkapi peranan AURI pada pelaksanaan operasi-operasi oleh AURI di Kalimantan pada tahun serta membahas mengenai operasi-operasi gabungan dan koordinasi antar angkatan bersenjata Republik Indonesia antara lain dari AURI, ALRI, dan AD. Selain itu, skripsi penulis juga membahas pendukung AURI pada operasi Ganyang Malaysia antara lain pasukan khusus dari AURI yaitu Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dan alutsista-alutsista udara AURI yang dioperasionalkan pada operasi Ganyang Malaysia. Jurnal yang digunakan sebagai tinjauan pustaka adalah Politik Luar Negeri Malaysia terhadap Indonesia, : Dari Konfrontasi Menuju Kerjasama 29. Dijelaskan bahwa antara Indonesia dan Malaysia sebagai tetangga terdekat dan memiliki banyak persamaan dalam berbagai aspek, seperti warisan sejarah, agama, bahasa, dan kebudayaan, hubungan kedua negara tidak selalu berjalan mulus. Awal kerenggangan hubungan diplomatik antara Indonesia dan 29 Linda Sunarti, Politik Luar Negeri Malaysia terhadap Indonesia, : Dari Konfrontasi Menuju Kerjasama, Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah Volume 2 (1), (Jakarta: Susur Galur, 2014).

14 14 Malaysia adalah adanya pembentukan Federasi Malaysia. Pandangan Presiden Soekarno, pembentukan Federasi Malaysia akan menjadi alat Inggris yang akan memantapkan kehadiran dan pengaruhnya di Asia Tenggara. Pemerintah Indonesia kemudian mengumumkan Dwikora untuk melakukan apa yang disebutnya sebagai pengganyangan Malaysia. Melihat dinamika hubungan kedua negara ini, faktor kepentingan nasional dan figur pemimpin merupakan hal yang paling utama. Jika kepentingan nasional dan figur pemimpin kedua negara tersebut berbeda, maka hubungan kedua negara mengalami ketegangan, sebagaimana nampak pada masa pemerintahan Tunku Abdul Rahman di Malaysia yang pro-barat dan pemerintahan Soekarno di Indonesia yang anti-barat. Jurnal ini membantu penulis dalam memahami mengenai perjalanan hubungan diplomatik antara Indonesia dan Malaysia, termasuk membahas tentang konfrontasi yang telah kedua negara hadapi. Melalui penulisan yang berjudul Peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan tahun , penulis mencoba melengkapi pelaksanaan operasi-operasi Ganyang Malaysia dalam suatu komando yaitu KOLAGA yang terdiri dari angkatan-angkatan bersenjata Republik Indonesia. Pada operasi Ganyang Malaysia, AURI berperan dalam pelaksanaan operasi udara dengan penerbangan patroli udara khususnya di daerah perbatasan daerah operasi Kalimantan Utara dan Sumatera dan Malaya untuk mencegah kemungkinan terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh pesawat terbang lawan di daerah perbatasan serta penyusupan pasukan melalui udara ke daerah perbatasan untuk penerjunan pasukan guna memperkuat kedudukan.

15 15 AURI turut berkoordinasi dengan angkatan bersenjata lain untuk serang balas terhadap lawan dan mengamankan daerah operasi dari lawan. AURI didukung oleh pasukan khusus AURI yaitu Pasukan Gerak Tjepat (PGT) dengan kemampuan-kemampuan khusus dan alutsista udara modern AURI pada masanya. F. Metode Penelitian Dalam penelitian sejarah menggunakan metode sejarah. Metode sejarah adalah sekumpulan prinsip-prinsip dan aturan yang sistematis yang dimaksudkan untuk memberi bantuan penelitian sejarah, menilai secara kritis dan kemudian menyajikan dalam bentuk tulisan. Metode sejarah terbagi dalam empat tahap kegiatan yakni heuristik, kritik sumber, interpretasi dan historiografi Heuristik Heuristik merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian sejarah, yaitu suatu kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah atau evidensi sejarah 31. Dalam proses ini, pengumpulan data harus relevan dengan tema penelitian yaitu Peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan pada Tahun a. Studi Dokumen Studi dokumen bertujuan untuk memperoleh dokumen yang benarbenar berkaitan dengan penelitian dan mendukung penelitian. Studi 30 Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah (terjemahan dari Nugroho Notosusanto), (Jakarta: UI Press, 1975) hlm Saefur Rochmat, Ilmu Sejarah Dalam Perspektif Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 153.

16 16 dokumen ini untuk memperoleh data primer berupa arsip, dokumen, fotofoto dan surat kabar sejaman. Studi dokumen yang diperoleh mengenai operasi Ganyang Malaysia yang dipegang oleh KOLAGA hingga menimbulkan infiltrasi antara Indonesia dan Malaysia. Selain itu, juga terdapat studi dokumen mengenai peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan serta koordinasi antara Angkatan Udara Republik Indonesia dengan Angkatan Bersenjata lainnya, dan arsip-arsip mengenai penyelesaian hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Malaysia setelah adanya operasi Ganyang Malaysia. b. Studi Pustaka Studi pustaka digunakan untuk mengumpulkan data. Studi pustaka sangat berguna dalam mendukung, melengkapi data-data penelitian dan juga sebagai referensi, artikel, laporan penelitian dan karya ilmiah lainnya yang sesuai dengan tema dan permasalahan yang akan dibahas. Studi pustaka ini sendiri diperoleh dari Perpustakaan Pusat Sejarah TNI Jakarta, Perpustakaan Dinas Penerangan TNI AU Jakarta, Perpustakaan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala Yogyakarta, Perpustakaan Nasional Jakarta, Perpustakaan Arsip Nasional Republik Indonesia Jakarta, Perpustakaan Monumen Pers Surakarta, Perpustakaan Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret. 2. Kritik Sumber (Verifikasi) Kritik sumber dilakukan untuk melihat tingkat keaslian sumber dan tingkat kredibilitas sehingga tidak terjadi adanya kepalsuan. Kritik sumber adalah usaha untuk menilai, memeriksa untuk mengetahui mutunya, serta

17 17 menyaring serta memilih sumber-sumber yang telah dikumpulkan untuk mendapatkan sumber yang asli dan dapat dipercaya kebenarannya serta dapat dipertanggungjawabkan. Kritik sumber terdiri atas kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern adalah kritik sumber yang digunakan untuk meneliti kebenaran isi dokumen atau tulisan tersebut sesuai. Sedangkan kritik ekstern adalah kritik sumber yang digunakan untuk mengetahui keaslian sumber yang digunakan untuk mengetahui keaslian sumber yang digunakan dalam penulisan. Tujuan utama kritik sumber adalah untuk menyeleksi serta memeriksa data, sehingga diperoleh fakta. 3. Interpretasi Interpretasi adalah menangkap dan menerangkan fakta-fakta yang telah diuji kebenarannya, kemudian menganalisa sumber yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu rangkaian kejadian yang berlangsung. Dalam tahap ini penulis dituntut untuk mencermati dan mengungkapkan fakta yang diperoleh dan hubungan antara satu fakta dengan fakta yang lain. Oleh sebab itu di dalam interpretasi perlu dilakukan analisis untuk mengurangi unsur subjektivitas dan harus dilandasi oleh sikap obyektif. 4. Penulisan Sejarah (Historiografi) Historiografi merupakan tahap akhir dalam metode sejarah. Historiografi dapat diartikan sebagai rekonstruksi imajinatif tentang masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses menguji, dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau Louis Gottschalk, loc.cit.

18 18 misalnya dengan cara membuat urutan peristiwa yang mana perlu prinsip dalam pengurutan waktu, hubungan sebab akibat serta kemampuan imajinasi yaitu menghubungkan peristiwa-peristiwa terpisah menjadi suatu rangkaian yang masuk akal. G. Sistematika Penulisan Skripsi dengan judul Peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan pada tahun ini mempunyai sistematika penulisan sebagai berikut: Pada bab pertama berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan. Pada bab kedua, akan membahas tentang latar belakang awal hubungan antara Indonesia dengan Federasi Malaysia hingga menyebabkan terjadinya perseteruan antara kedua belah pihak dimana sebenarnya hubungan antara kedua negara ini mempunyai kesamaan ras dan bahasa. Pada bab ini juga membahas operasi Ganyang Malaysia yang dicetuskan oleh Presiden Soekarno, mengangkat Menteri Panglima Angkatan Udara Laksamana Madya Udara Omar Dani sebagai Panglima Komando Siaga (Koga) dengan tugas mempersiapkan operasi militer terhadap Malaysia. Pada bab ketiga akan membahas Komando Mandala Siaga (KOLAGA) yang meliputi proses pembentukan Komando Mandala Siaga pada tanggal 16 Mei 1964 setelah tercetusnya Dwikora pada apel besar Presiden Soekarno tanggal 3 Mei 1964 di Jakarta, membahas tugas dan wewenang serta keorganisasian Komando

19 19 Mandala Siaga. Selain itu, pada bab 3 akan membahas pelaksanaan Komando Mandala Siaga antara lain pembentukan pos-pos Komando Mandala Siaga, koordinasi antar Komponen Strategis Siaga yang terdiri dari beberapa angkatan bersenjata Indonesia dimana dalam suatu operasi militer tingkat nasional perlu adanya koordinasi sehingga peraturan dan tindakan yang akan dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpang siur. Pada bab ini juga akan membahas pelaksanaan Komando Mandala Siaga dalam operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan. Pada bab keempat akan membahas peranan Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Operasi Ganyang Malaysia di Kalimantan tahun yang meliputi pelaksanaan, operasi-operasi, kekuatan pasukan dan alutsista Angkatan Udara Republik Indonesia dalam Rangka Konfrontasi Ganyang Malaysia di Kalimantan pada tahun Selain itu, pada bab 4 juga membahas mengenai penyelesaian konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia melalui jalur diplomatik. Dalam bab terakhir yaitu kesimpulan sebagai hasil penelitian dan jawaban terhadap masalah yang diajukan.

BAB III KOMANDO MANDALA SIAGA DALAM OPERASI GANYANG MALAYSIA DI KALIMANTAN TAHUN

BAB III KOMANDO MANDALA SIAGA DALAM OPERASI GANYANG MALAYSIA DI KALIMANTAN TAHUN BAB III KOMANDO MANDALA SIAGA DALAM OPERASI GANYANG MALAYSIA DI KALIMANTAN TAHUN 1964-1966 A. Proses Pembentukan Komando Mandala Siaga dalam Operasi Ganyang Malaysia Dikeluarkannya komando Presiden Dwikora

Lebih terperinci

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN

KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN Nama : DIMAS DWI PUTRA Kelas : XII MIPA 3 SMAN 1 SUKATANI 2017/3018 Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Politik luar negeri yang dijalankan Indonesia pada hakekatnya diabdikan

BAB I PENDAHULUAN. Politik luar negeri yang dijalankan Indonesia pada hakekatnya diabdikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Politik luar negeri yang dijalankan Indonesia pada hakekatnya diabdikan untuk kepentingan nasional. Pada masa pemerintahan Soekarno, kepentingan nasional utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti yang kita ketahui dua figur tersebut pernah menjadi presiden Republik Indonesia.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Politik Luar Negeri Indonesia sejak awal kemerdekaan sedikit banyak

BAB I PENDAHULUAN. Politik Luar Negeri Indonesia sejak awal kemerdekaan sedikit banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Politik Luar Negeri Indonesia sejak awal kemerdekaan sedikit banyak dibentuk oleh kepentingan-kepentingan untuk menjawab tantangan dari realita Perang Dingin,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA BERFIKIR. penelitian yang digunakan adalah metode Historis atau metode sejarah.

BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA BERFIKIR. penelitian yang digunakan adalah metode Historis atau metode sejarah. BAB III METODOLOGI DAN KERANGKA BERFIKIR A. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan masalah yang dikaji dalam penelitian ini, maka metode penelitian yang digunakan adalah metode Historis atau metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan yang bulat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika sejarah terletak pada kemampuan untuk memandang dimensi waktu sekaligus, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan datang dalam satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Federasi Malaysia, karena secara historis dan yuridis, Sabah yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Federasi Malaysia, karena secara historis dan yuridis, Sabah yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembentukan Negara Federasi Malaysia yang terdiri dari Malaysia, Singapura, Brunei, Serawak, dan Sabah menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi Indonesia. Hal ini ditentang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang

I. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia

BAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 bukanlah peristiwa yang terjadi begitu saja. Peristiwa tersebut adalah sebuah akumulasi sebuah perjuangan

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI

Oleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN : STUDI KASUS OPERASI PEMBEBASAN IRIAN BARAT DAN POLITIK KONFRONTASI DENGAN MALAYSIA TINGKAT ANALISIS INDIVIDU Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan kemerdekaan melawan penjajahan telah terjadi sejak kedatangan penjajah Barat di Nusantara. Perjuangan itu berawal sejak kedatangan bangsa Portugis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu

BAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Juni 1944, tentara Sekutu berhasil mendarat di Prancis dalam sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maya Nurhasni, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maya Nurhasni, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menyerahnya Jepang terhadap Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 telah menandai akhir Perang Dunia II. Dalam situasi demikian, tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang

PENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Berkembangnya negara-negara fasis

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai

BAB V PENUTUP. Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah berhasil menduduki Yogyakarta sebagai awal agresi II, Belanda meneruskan serangan ke daerah-daerah yang belum berhasil dikuasai dengan Agresi-nya yang pertama termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. TempatPenelitian Penelitian yang berjudul peran liga demokrasi dalam demokrasi terpimpin, menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN

2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945, Soekarno tampil dihadapan peserta sidang dengan pidato

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nasakom merupakan hasil buah pikiran Presiden Soekarno yang dijadikannya sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita yang belum

Lebih terperinci

PERANAN ANGKATAN LAUT DALAM PERJUANGAN MEMBEBASKAN IRIAN BARAT TAHUN ABSTRACT

PERANAN ANGKATAN LAUT DALAM PERJUANGAN MEMBEBASKAN IRIAN BARAT TAHUN ABSTRACT 1 PERANAN ANGKATAN LAUT DALAM PERJUANGAN MEMBEBASKAN IRIAN BARAT TAHUN 1949-1962 Zaroh Ary Bawani, Nurul Umamah, Sumardi Program Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya tanpa berhubungan dengan negara lain. setiap negara pasti akan memiliki kepantingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai memperoleh akses informasi yang lebih luas dan terbuka.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai memperoleh akses informasi yang lebih luas dan terbuka. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak keruntuhan kekuasaan Presiden Soeharto ditahun 1998, masyarakat Indonesia mulai memperoleh akses informasi yang lebih luas dan terbuka. Berbagai hal yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian yang penulis kaji mengenai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

I. PENDAHULUAN. pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang perjalanan sejarah RI pernah meletus suatu perlawanan rakyat terhadap pemerintah RI yang terjadi di daerah Sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Para pelaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi hari bersejarah dalam kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah sebagai suatu narasi besar diperlihatkan melalui peristiwa dan tokoh besar dengan mendokumentasikan asal-usul kejadian, menganalisis geneologi, lalu membangun

Lebih terperinci

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009

Sayidiman Suryohadiprojo. Jakarta, 24 Juni 2009 Sayidiman Suryohadiprojo Jakarta, 24 Juni 2009 Pada tanggal 23 Juni 2009 di Markas Besar Legiun Veteran RI diselenggarakan ceramah tentang masalah Ambalat. Yang bertindak sebagai pembicara adalah Laksma

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B

DAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aceh memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanggal 17 Agustus 1945, telah menandai berdirinya Pemerintahan Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanggal 17 Agustus 1945, telah menandai berdirinya Pemerintahan Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Soekarno-Hatta yang memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah menandai berdirinya Pemerintahan Republik Indonesia yang berdaulat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ungkapan modernisasi sangat sulit didefinisikan karena mempunyai cakupan yang sangat luas dan selalu berganti mengikuti perkembangan zaman sehingga pengertian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus

I. PENDAHULUAN. Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1 I. PENDAHULUAN A.Latar BelakangMasalah Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 banyak sekali permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia.Sebagai negara yang baru merdeka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

BAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena 17 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode yang digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi

BAB I PENGANTAR. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 30 berbunyi : Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2010 No.1459, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Prajurit TNI. Status Gugur/Tewas. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG STATUS GUGUR ATAU TEWAS BAGI PRAJURIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasca Indonesia merdeka, Belanda masih berupaya untuk kembali menguasai Indonesia. Begitu pula pimpinan sekutu, Laksamana Mountbatten secara resmi memerintahkan

Lebih terperinci

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan

Lebih terperinci

Parti X. Menyokong idea pembentukan Persekutuan Melayu Mencadangkan pembentukan Melayu Raya

Parti X. Menyokong idea pembentukan Persekutuan Melayu Mencadangkan pembentukan Melayu Raya Tingkatan 3 Sejarah Bab 7 : Malaysia Yang Berdaulat Soalan Objektif Pilih jawapan yang paling tepat 1. Apakah matlamat pembentukan Persekutuan Malaysia pada tahun 1963? 2. I Mewujudkan rakyat berbilang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas

BAB I PENDAHULUAN. berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia menjadi masa yang berat bagi rakyat Indonesia. Sebagai negara yang baru merdeka belum lepas dari incaran negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berakhirnya Perang Dunia II ditandai dengan menyerahnya Jerman kepada Sekutu di Eropa dan menyerahnya Jepang kepada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945.

Lebih terperinci

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA Modul ke: Fakultas FAKULTAS TEKNIK PANCASILA DALAM KAJIAN SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA ERA KEMERDEKAAN BAHAN TAYANG MODUL 3B SEMESTER GASAL 2016 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.403, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Pengamanan. Wilayah Perbatasan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGAMANAN WILAYAH

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni

HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN. Dewi Triwahyuni HUBUNGAN INTERNASIONAL DI ASIA TENGGARA PADA ERA PERANG DINGIN Dewi Triwahyuni International Relation Department, UNIKOM 2013 Backgroud History 1950an 1980an Hubungan internasional di Asia Tenggara pada

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Revolusi Revolusi dipahami sebagai proses yang sangat luar biasa, sangat kasar, dan merupakan sebuah gerakan yang paling terpadu dari seluruh gerakan-gerakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun , BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peristiwa Perang Sipil Spanyol (Spanish Civil War) yang terjadi pada tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi sesaat sebelum

Lebih terperinci

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN

2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( )

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Indonesia di Desa Panggungrejo sebagai berikut: 1. Perlawanan Terhadap Belanda Di Lampung ( ) 58 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan maka, dapat disimpulkan bahwa Proses Perjuangan Lettu CPM Suratno dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di Desa Panggungrejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Dengan berdirinya negara Republik Indonesia dan TNI serta diakui kedaulatannya oleh Belanda pada tanggal 27 Desember 1949, maka pada tahun 1950 KNIL dibubarkan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah dan masyarakat Jepang merupakan hal yang cukup menarik perhatian umat manusia karena berbagai hal. Jepang mula-mula terkenal sebagai bangsa Asia pertama

Lebih terperinci

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965

Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965 Cerita Pagi Dokumen Supardjo, Mengungkap Kegagalan Gerakan 30 September 1965 Hasan Kurniawan Minggu, 23 Oktober 2016 05:05 WIB http://daerah.sindonews.com/read/1149282/29/dokumen-supardjo-mengungkap-kegagalan-gerakan-30-september-1965-1477110699

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2014 Peranan Adolf Hitler dalam perkembangan Schutzstaffel ( )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Taufik Hidayat, 2014 Peranan Adolf Hitler dalam perkembangan Schutzstaffel ( ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam sejarah, aktor merupakan figur yang penting, baik sebagai individu, maupun sebagai partisipan dalam kelompok atau masyarakat. Secara kolektif, masyarakat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1964 TENTANG GERAKAN SUKARELAWAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1964 TENTANG GERAKAN SUKARELAWAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 9 TAHUN 1964 TENTANG GERAKAN SUKARELAWAN INDONESIA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Presiden/Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata/Pemimpin Besar Revolusi telah memberikan Amanat/Komando

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang

Lebih terperinci

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia

menyatakan bertugas melucuti tentara Jepang yang telah kalah pada perang Asia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran uang 1 di suatu daerah merupakan hal yang menarik untuk dikaji, terutama di suatu negara yang baru memerdekakan diri dari belenggu penjajahan. Uang

Lebih terperinci

Hadirin yang Saya Hormati, Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

Hadirin yang Saya Hormati, Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua, KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMBANGUN TRACE BARU HUBUNGAN INDONESIA-MALAYSIA Hadirin yang Saya Hormati, Assalamu alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh, Salam Sejahtera Untuk Kita Semua,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah perjuangan bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Belanda yang berambisi untuk menjajah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tamb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.423, 2016 KEMHAN. Telekomunikasi Khusus. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN TELEKOMUNIKASI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PENGAMANAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN, MANTAN PRESIDEN DAN MANTAN WAKIL PRESIDEN BESERTA KELUARGANYA SERTA TAMU NEGARA SETINGKAT KEPALA

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014

Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014 Sambutan Presiden RI pd Farewell Presiden dg Perwira dan Prajurit TNI,di Magelang, tgl. 17 Okt 2014 Jumat, 17 Oktober 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA FAREWELL PRESIDEN DENGAN PERWIRA

Lebih terperinci

BAB III KONFRONTASI INDONESIA-MALAYSIA A. Awal Mula Konfrontasi Indonesia Malaysia. baik Indonesia yang juga merupakan negara tetangga.

BAB III KONFRONTASI INDONESIA-MALAYSIA A. Awal Mula Konfrontasi Indonesia Malaysia. baik Indonesia yang juga merupakan negara tetangga. BAB III KONFRONTASI INDONESIA-MALAYSIA 1963-1966 A. Awal Mula Konfrontasi Indonesia Malaysia Kemerdekaan Malaya pada 31 Agustus 1957, awalnya disambut baik Indonesia yang juga merupakan negara tetangga.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa perlu diadakan suatu gerakan rakyat, yang bersendikan demokrasi terpimpin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan sebuah kota yang terletak di Propinsi Jawa Barat yang merupakan salah satu bagian wilayah di Negara Indonesia. Kota ini dalam sejarahnya

Lebih terperinci

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI

Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI Pemberontakan Militer dan Ideologi Peristiwa Madiun, DI/TII, G 30 S/PKI Pemberontakan Militer *PRRI/Permesta Pemberontakan Ideologi PKI tahun 1948 PKI tahun 1965 Pemberontakan PRRI/Permesta Tokoh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konflik internasional antar dua negara cukup terdengar akrab di telinga kita. Konflik tersebut terjadi karena interaksi antar kedua negara atau lebih terganggu akibat

Lebih terperinci

UNIT EKSPLANASI INDIVIDU DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI

UNIT EKSPLANASI INDIVIDU DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI UNIT EKSPLANASI INDIVIDU DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Individu Dalam Politik Luar Negeri Teori-Teori Level Individu Dalam Politik Luar Negeri

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 3-2002 lihat: UU 1-1988 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 51, 1982 (HANKAM. POLITIK. ABRI. Warga negara. Wawasan Nusantara. Penjelasan

Lebih terperinci

Surat-Surat Buat Dewi

Surat-Surat Buat Dewi Surat-Surat Buat Dewi Di bawah ini kami turunkan surat-surat Presiden Soekarno, yang ditulis dan dikirim kepada istrinya, Ratna Sari Dewi, selama hari-hari pertama bulan Oktober 1965. Surat-surat ini berhasil

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas

PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas PENDAHULUAN Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945, Belanda masih merasa mempunyai kekuasaan atas Hindia Belanda yaitu negara bekas jajahan masih di bawah kekuasaan Kerajaan Belanda. Setelah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 119 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang penulis dapatkan dari hasil penulisan skripsi ini merupakan hasil kajian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya. Wilayaha Eritrea yang terletak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka Tinjauan Pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan

BAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan melalui UU No. 7 Th. 1976 (LN. 1976-36) tentang Pengesahan Penyatuan Timor Timur ke dalam Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia penuh dengan perjuangan menentang penjajahan. Perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan Indonesia merupakan rangkaiaan peristiwa panjang yang

Lebih terperinci