BAB I PENDAHULUAN. Politik Luar Negeri Indonesia sejak awal kemerdekaan sedikit banyak
|
|
- Susanto Wibowo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Politik Luar Negeri Indonesia sejak awal kemerdekaan sedikit banyak dibentuk oleh kepentingan-kepentingan untuk menjawab tantangan dari realita Perang Dingin, perang perebutan pengaruh tanpa senjata antara Blok Barat yang kapitalis dan Blok Timur yang komunis pasca Perang Dunia II. Sebagai awal perwujudan sikap terhadap masalah tersebut, sejak tahun 1948 Indonesia menganut politik luar negeri yang Bebas-Aktif. Politik luar negeri yang bersifat Bebas-Aktif adalah konsep kebijakan luar negeri yang ditawarkan Hatta lewat pidatonya yang berjudul "Mendayung di Antara Dua Karang" di depan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada tanggal 2 September 1948 (Wuryandari, 2008: 69). Politik luar negeri Bebas-Aktif juga dikemukakan dalam pidato Soekarno yang berjudul Revolusi Kita pada tahun 1960:.Pendirian kita yang Bebas-Aktif itu, secara setapak demi setapak harus dicerminkan dalam hubungan ekonomi dengan luar negeri, agar supaya tidak berat sebelah ke Barat atau ke Timur. Dalam keputusan Dewan Pertimbangan Agung No. 2/Kpts/Sd/I/61 tanggal 19 Januari 1961 menetapkan bahwa Dasar Politik Luar Negeri Indonesia (nomor 2) bardasarkan sifatnya adalah Bebas-Aktif serta anti-imperialisme dan kolonialisme. Point tersebut diciptakan oleh Soekarno pada saat berpidato di depan forum PBB yang merupakan usaha agar Indonesia diperhitungkan pengaruh dan eksistensinya di Asia. Pidato itu berjudul Membangun Dunia Kembali, 1
2 2 sebuah pidato yang kental akan nuansa politik Mercu-Suar Soekarno. (Poesponegoro dan Notosusanto 1993: ). Politik Bebas-Aktif menunjukan sikap Indonesia dalam persaingan antara dua kekuatan dunia yang masing-masing dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) di Blok Barat dan Uni Soviet (US) di Blok Timur. Indonesia memilih untuk menentukan jalannya sendiri dengan tidak memihak salah satunya. Penetapan dasar politik Bebas-Aktif Indonesia ternyata dalam prakteknya tidak sepenuhnya terwujud. Terkadang Indonesia cenderung lebih dekat dengan Timur (US), terkadang juga lebih dekat dengan Barat (AS), tergantung situasi politik yang berkembang saat itu. Ricklefs (2008: 531) dalam bukunya Sejarah Indonesia Modern menjelaskan bahwa kebutuhan militer untuk melancarkan serangan guna merebut Irian Barat mendorong unsur militer, komunis dan pemerintah berpaling kepada US. Dikatakan juga dalam buku Sejarah Nasional Indonesia VI bahwa pada bulan Desember 1960, suatu misi di bawah Menteri Keamanan Nasional/Kasad Jenderal A.H Nasution bertolak ke Moskow dan berhasil mengadakan suatu perjanjian pembelian senjata (Poesponegoro dan Notosusanto 1993: 334). Bahkan kemajuan Cina yang begitu pesat dan perbedaan faham dengan US tentang bagaimana menghadapi kekuatan liberalisme di awal tahun 1960-an menyebabkan posisi US sebagai kiblat komunisme dan negara pemberi bantuan luar negeri tergantikan oleh Cina (Wardaya, 2008: 2). Di sisi lain, kedekatan dengan AS jelas terlihat ketika Kennedy yang baru menjadi presiden mengkhawatirkan ketergantungan Indonesia yang amat tinggi terhadap bantuan ekonomi ataupun militer dari US. Akhirnya AS memutuskan
3 3 untuk mengakomodasi kepentingan Indonesia. Kennedy memerintahkan Menteri Luar Negeri AS, Dean Rusk, untuk menyampaikan kepada Belanda bahwa bila pecah konfrontasi militer di Irian Barat, AS tidak akan berada di pihak mereka (Wardaya 2008: 263). Lebih jauh Wardaya (2008: 291) juga mengatakan setelah masalah Irian Barat surut, pemerintah Kennedy berusaha membantu Indonesia menjadi sebuah negara yang secara politis dan ekonomis stabil, yang dalam persaingan Perang Dingin bersikap netral tetapi lebih condong ke AS dan Sekutu- Sekutunya. Latar belakang perjuangan yang bersifat revolusioner melawan penjajah telah mengarahkan sikap politik Indonesia sebagai negara anti-kolonialisme dan anti-imperialisme yang cukup dipengaruhi oleh pemikiran Soekarno sebagai pemimpin, bahkan sejak Soekarno masih muda. Salah satu tulisan pokok yang biasanya dijadikan acuan untuk menunjukan sikap dan pemikiran Soekarno Muda dalam menentang kolonialisme adalah tulisan berjudul Nasionalisme, Islam dan Marxisme. Dalam tulisan yang dimuat secara berseri di jurnal Indonesia Muda tahun 1926 tersebut, sikap anti-kolonialisme nampak jelas sekali. Menurut Soekarno, yang pertama-tama perlu disadari adalah bahwa alasan utama mengapa para kolonialis Eropa datang ke Asia bukanlah untuk menjalankan suatu kewajiban luhur tertentu. Mereka datang terutama untuk mengisi perutnya yang keroncongan belaka. Artinya, motivasi pokok dari kolonialisme Barat tidak lain adalah faktor ekonomi ( 2007). Dalam kutipan tersebut, kolonialis tidak disebut sebagai Kolonialis Barat, tetapi Kolonialis Eropa. Hal itu menunjukan bahwa Soekarno Muda
4 4 menolak kolonialisme dan imperialisme Eropa, termasuk Belanda terhadap Indonesia dan Inggris terhadap Malaya. Lain hal nya dengan pandangan Indonesia terhadap AS waktu itu. AS dengan segala kekuatan ekonomi dan militer nya yang sangat kuat pada saat itu terus menanamkan pengaruhnya dalam Perang Dingin ke seluruh penjuru dunia sambil mencitrakan diri sebagai polisi dunia dan pengusung demokrasi yang anti terhadap penjajahan dan komunisme. Tidak salah Indonesia terkadang cukup berharap terhadap pengaruh AS. Politik luar negeri yang anti-imperialisme dan anti-kolonialisme membuat Indonesia bereaksi terhadap pembentukan Negara Federasi Malaysia yang dianggap sebagai upaya imperialis untuk menanamkan kembali imperialisme dalam bentuk yang lebih modern yaitu new-imperialism di Asia Tenggara. Akar permasalahannya dimulai jauh sebelum Federasi Malaysia terbentuk. Sejak kemerdekaan Malaya tanggal 31 Agustus 1957, gagasan pembentukan Negara Federasi Malaysia mulai muncul dan tidak dihalangi oleh Indonesia, dengan catatan hal tersebut merupakan aspirasi rakyat kebanyakan. Pernyataan tersebut disampaikan kepada New York Times, tanggal 17 November 1961 (Wardaya, 2008: ). Soekarno menganggap bahwa Malaysia merupakan proyek neokolonialisme Inggris dan membahayakan revolusi Indonesia yang belum selesai. Reaksi terhadap rencana pembentukan Negara Federasi Malaysia juga datang dari wilayah yang akan digabungkan ke dalam federasi. Reaksi yang paling besar berasal dari perlawanan A. M. Azhari yang memproklamirkan Negara Kesatuan Kalimantan Utara di Manilla (Mangandalaram, 1987: 26).
5 5 Inggris dengan mudah memadamkan perlawanan yang dianggap sebagai pemberontakan tersebut, tetapi bagi Indonesia perlawanan yang pecah pada tanggal 8 Desember 1962 itu menunjukan tidak semua bekas koloni Inggris menyetujui federasi. Soekarno dengan berbagai sudut pandang kepentingannya seolah disadarkan oleh peristiwa tersebut. Akhirnya Indonesia menganggap pembentukan Federasi Malaysia sebagai usaha imperialis untuk menanamkan imperialisme baru atau neo-imperialism yang membahayakan bagi Indonesia. Terlebih Wardaya (2008: 296) mengatakan Azhari pernah menjadi seorang Kapten dalam Angkatan Darat Indonesia dan sebagian masyarakat Brunei pernah membantu Indonesia pada masa perjuangan kemerdekaan. Menurut pendapat penulis, Soekarno memang memandang perjuangan Azhari dalam memperjuangkan Negara Kesatuan Kalimantan Utara sebagai suatu persamaan nasib dalam memperjuangkan kemerdekaan. Sama seperti perjuangan yang terjadi di Indonesia. Meskipun demikian, perlawanan Azhari hanya menjadi pemicu sikap Soekarno. Tidak mungkin sikap Soekarno yang kemudian akan sangat menentukan sikap Indonesia terhadap pembentukan Negara Federasi Malaysia tersebut tidak didasarkan kepada kepentingan lainnya. Kepentingankepentingan itulah yang dijadikan Soekarno sebagai dasar pemikiran untuk mengambil tindakan konfrontatif terhadap Federasi Malaysia. Penulis juga memiliki pandangan bahwa ketika masalah pembentukan Negara Federasi Malaysia memanas, Indonesia, khususnya Soekarno sedang mempunyai hubungan yang baik dengan AS. Hubungan paling baik dalam sejarah antara Soekarno dengan AS yang pada saat itu dipimpin oleh Presiden J. F.
6 6 Kennedy yang kebijakan politiknya cenderung lebih akomodatif dengan menilai menjaga kenetralan Soekarno sambil memperkuat unsur non-komunis adalah hal yang penting. Sebelumnya hubungan Indonesia-AS mengalami kemunduran karena sentiment negatif dari Pemerintahan Presiden Soekarno kapada Pemerintahan Eisenhower. Indonesia menganggap pemerintahan Eisenhower terlibat pemberontakan PRRI/Permesta. Terkait dengan masalah pembentukan Negara Federasi Malaysia, Pemerintahan Kennedy yang berkomitmen membantu Indonesia mengatasi masalah Pembebasan Irian Barat mempunyai pertimbangan politik luar negeri tersendiri untuk bagaimana menyikapi masalah pembentukan Negara Federasi Malaysia yang difasilitasi Inggris tersebut di Indonesia. Tentu saja pertimbangan politik AS didasarkan kepada posisi AS dalam kepentingan politik luar negeri nya. AS mempunyai alasan dan pertimbangan tersendiri terhadap kepentingan strategis AS dengan Sekutu (terutama Inggris) baik di Eropa, Asia Tenggara ataupun di kawasan lainnya. Sikap AS tersebut pada akhirnya bertentangan dengan sikap Politik Luar Negeri Indonesia terhadap masalah pembentukan Negara Federasi Malaysia dan akhirnya mempengaruhi hubungan diplomatik Indonesia-AS. Dalam permasalahan pembentukan Negara Federasi Malaysia, AS yang gencar menyatakan politik damai ke penjuru dunia cukup dihadapkan pada sebuah dilema. Di satu sisi, AS harus mempertahankan sikap terkait masalah Federasi Malaysia dengan berbagai pertimbangan politik strategis luar negerinya. Sedangkan pada sisi yang lainnya, konsekuensi mempertahankan pertimbangan
7 7 politik AS tersebut dapat mempengaruhi hubungan baik AS dengan Indonesia, yang karena pertimbangan Perang Dingin hubungan baik tersebut harus tetap dijaga. Memang Washington tidak banyak berperan dan tidak memiliki kepentingan lanngsung terhadap pembentukan Negara Federasi Malaysia, tetapi AS berada dalam posisi tidak bisa bersikap mengenyampingkan hal tersebut. Terlepas dari siapapun presidennya, Politik Luar Negeri AS tetap mempunyai agenda besar, yaitu anti-komunisme. AS juga mempunyai ciri khas dalam mempertahankan kepentingan nasionalnya. AS kerap menerapkan politik standar ganda seperti pada perang Irak Iran sampai kebijakan AS untuk mendukung Israel di Timur Tengah dengan tetap berhubungan baik dengan Arab. Salah satu pegangan kunci dalam praktek kebijakan luar negeri AS ialah apa yang disebut dengan minus malum, yaitu harus memilih yang kurang buruk ketika menghadapi yang terburuk (Susilo, 2009: 53). Demikian juga mengenai permasalahan pembentukan Negara Federasi Malaysia, agenda besar AS dan ciri khas tersebut amat terlihat pada permasalahan pembentukan Negara Federasi Malaysia di Indonesia. Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk membahas kajian tentang hubungan Indonesia-AS pada saat masalah pembentukan Negara Federasi Malaysia muncul, dimana sikap Politik Luar Negeri Indonesia terhadap pembentukan Negara Federasi Malaysia membuat hubungan diplomatik dengan Pemerintahan Kennedy mempunyai dinamika tersendiri walaupun hanya berlangsung selama tiga tahun. Politik Luar Negeri Indonesia terhadap permasalahan pembentukan Negara Federasi Malaysia membuat AS harus
8 8 membagi perhatiannya antara mempertahankan kepentingan politik strategis luar negeri dan menjaga kepentingannya di Indonesia. Sikap tersebut mengacu pada arah Politik Luar Negeri AS yang dilakukan atas pertimbangan-pertimbangan Perang Dingin lewat standarisasi ganda yang lebih ramah ala Kennedy. Penulis ingin mencoba untuk menjelaskan bagaimana dinamika hubungan diplomatik Indonesia-Amerika Serikat (AS) pada masa Presiden John Fitzgerald Kennedy berkuasa di AS (20 januari November 1963). Masalah tersebut muncul sebagai dampak Politik Luar Negeri Indonesia terhadap pembentukan Negara Federasi Malaysia yang berseberangan dengan kepentingan politik strategis luar negeri AS. Secara umum, penulisan skripsi mengenai hal tersebut dirasa masih kurang, dan judul skripsi yang diajukan penulis pun belum pernah ada yang menulis di Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penulis merasa tertarik untuk menulis skripsi mengenai masalah tersebut dengan judul: Politik Luar Negeri Indonesia terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun Rumusan dan Pembatasan Masalah Rumusan masalah yang akan dikaji, yaitu: Mengapa pemerintahan Kennedy tetap mempertahankan hubungan baik dengan Indonesia di tengah Politik Luar Negeri Indonesia yang menentang pembentukan Negara Federasi Malaysia dan bertentangan dengan kepentingan Amerika Serikat?. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini akan dibatasi dalam tiga batasan masalah, yaitu:
9 9 1. Bagaimana Politik Luar Negeri Indonesia terhadap pembentukan Negara Federasi Malaysia ? 2. Bagaimana sikap Amerika Serikat terhadap masalah pembentukan Negara Federasi Malaysia di Indonesia ? 3. Bagaimana dampak pembentukan Negara Federasi Malaysia bagi hubungan Indonesia-AS ? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menjelaskan Politik Luar Negeri Indonesia terhadap pembentukan Negara Federasi Malaysia Mendeskripsikan bagaimana sikap Amerika Serikat terhadap masalah pembentukan Negara Federasi Malaysia di Indonesia Menjelaskan dampak pembentukan Negara Federasi Malaysia bagi hubungan Indonesia- AS Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Memperkaya penulisan sejarah diplomasi Indonesia-AS. 2. Memperkaya penulisan sejarah politik Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan negara lain, dalam hal ini adalah Amerika Serikat (AS) yang dilatarbelakangi oleh masalah Politik Luar Negeri Indonesia terhadap pembentukan Negara Federasi Malaysia.
10 10 3. Mempelajari sejarah hubungan diplomatik antara dua negara dengan pendekatan yang digunakan untuk menganalisis permasalahan politik, dapat menjadi cerminan sebagai dasar untuk mengambil keputusan dalam menghadapi masalah-masalah bilateral, baik pada masa sekarang maupun pada masa yang akan datang supaya keadaan politik dalam dan luar negeri tetap sinergis dan kondusif. 1.5 Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam pengkajian penulisan ini adalah pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner (interdisciplinary approach) ialah pendekatan dalam memecahkan suatu masalah dengan menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang Ilmu serumpun yang relevan secara terpadu (Effendi dan Malihah, 2007: 14). Dalam kasus ini, pendekatan interdisipliner memakai konsep historis-politik. Pendekatan ini dipilih dengan alasan; untuk menganalisa hubungan antar negara pada masa lampau (dalam hal ini Indonesia- AS) tidak dapat terlepas dari Ilmu Politik. Dalam bukunya Introduction to Political Science, Sir Robert Seeley mengatakan: History without political science has no fruit; political science without history has no root. Meskipun banyak yang mengatakan ungkapan itu kurang tepat, tetapi cukup mengisyaratkan bahwa Ilmu Politik dan Sejarah sangat berkaitan terutama ketika membahas negara dan hubungan diplomatiknya. Ilmu Politik memperkaya materinya dengan peristiwa sejarah, mengadakan perbandingan dan induksi dari sejarah. Sejarah merupakan gudang persediaan data bagi Ilmu Politik (Isjwara, 1974: 74-75).
11 Metode dan Teknik Penelitian Metode Penelitian Metode yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah metode ilmiah sejarah. Metode ilmiah dalam sejarah bertujuan untuk memastikan dan memaparkan kembali fakta-fakta berdasarkan bukti-bukti dan data-data yang diperoleh sebagai peninggalan masa lampau (Ismaun, 2005: 35). Lebih lanjut Ismaun (2005: 37) mengatakan metode sejarah yang dipersatukan dengan metode historiografi itu diberi nama metodologi sejarah. Adapun Metodologi smengacu kepada empat langkah penting (Ismaun, 2005: 49-51), yaitu: 1. Heuristik, adalah upaya pencarian dan pengumpulan sumber sejarah yang relevan, setelah eksplorasi literatur. Pada tahap ini penulis mendatangi tempat-tempat yang menyediakan sumber yang berkaitan dengan kajian penulis, seperti perpustakaan dan toko buku. 2. Kritik, yaitu dengan melakukan penelitian terhadap sumber-sumber Sejarah yang didasari oleh etos ilmiah, baik isi maupun bentuknya (internal dan eksternal). Kritik internal dilakukan untuk melihat layak tidaknya isi dari sumber-sumber yang telah diperoleh untuk selanjutnya dijadikan bahan penelitian dan penulisan. Kritik eksternal dilakukan oleh penulis untuk melihat bentuk fisik dari sumber tersebut. Dalam tahap ini, penulis berusaha melakukan pemilihan terhadap sumbersumber yang berkaitan dengan topik penelitian ini. 3. Interpretasi, yaitu penulis memberikan penafsiran terhadap sumbersumber yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung.
12 12 Kegiatan penafsiran ini dilakukan dengan cara menafsirkan fakta dan data dari sumber yang ada dengan konsep-konsep yang telah ditentukan oleh penulis. Penulis juga melakukan pemberian makna terhadap fakta dan data yang kemudian disusun, ditafsirkan, dan dihubungkan satu sama lain. Fakta dan data yang telah diseleksi dan ditafsirkan selanjutnya dijadikan pokok pikiran sebagai kerangka dasar penyusunan skripsi ini. 4. Historiografi, adalah langkah terakhir dalam rentetan metode historis. Penulis menyajikan hasil temuan dengan menyusunnya dalam kesatuan suatu tulisan yang jelas dengan bahasa analisis deskriptif sederhana sesuai etika keilmuan yang menggunakan tata bahasa dengan baik dan benar sesuai ejaan yang disempurnakan. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan buku Pedoman Karya Ilmiah UPI sebagai acuan teknik penulisan Teknik Penelitian Dalam pengkajian penelitian yang berjudul Politik Luar Negeri Indonesia terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun , penulis menggunakan teknik studi literatur. Teknik studi literatur adalah teknik pencarian sumber yang dilakukan dengan membaca, mempelajari, memahami dan mengkaji dari berbagai buku dan sumber relevan lain seperti artikel, dokumen, surat kabar, jurnal, dan sumbersumber lainnya sehingga dapat membantu penulis dalam memecahkan kajian masalah.
13 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Bab I akan menjelaskan latar belakang masalah yang di dalamnya memuat penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul dan penting untuk diteliti, serta memuat alasan peneliti memilih tema hubungan diplomatik dengan judul Politik Luar Negeri Indonesia terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun Pada bab ini juga dijelaskan rumusan dan batasan masalah penelitian yang disajikan ke dalam bentuk pertanyaan dengan tujuan untuk mempermudah penulis mengkaji dan mengarahkan pembahasan. Selain itu, bab ini juga memuat tujuan penulisan skripsi, manfaat penulisan skripsi, metode dan teknik yang dipakai dalam penulisan skripsi, serta sistematika dalam penulisan skripsi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II merupakan hasil tinjauan kepustakaan dari berbagai sumber literatur yang relevan. Sumber literatur adalah sumber berupa buku ataupun karya ilmiah mengenai permasalahan yang diangkat oleh penulis setelah sebelumnya penulis mengkritik sumber penulisan, layak atau tidak dijadikan sumber referensi penulisan. Dalam bab ini tinjauan kepustakaan dan kontribusi terhadap permasalahan akan dijelaskan oleh penulis secara lebih spesifik. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab III penulis akan membahas langkah-langkah, metode, pendekatan yang dipakai, teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam
14 14 mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber serta analisis dan cara penulisannya. Semua prosedur dalam penelitian akan dijelaskan dalam bab ini. BAB IV DAMPAK PEMBENTUKAN NEGARA FEDERASI MALAYSIA TERHADAP HUBUNGAN DIPLOMATIK INDONESIA - AMERIKA SERIKAT TAHUN Dalam bab ini penulis akan memaparkan dampak pmbentukan Negara Federasi Malaysia bagi hubungan diplomatik Indonesia-AS Dalam sub bab pertama akan dibahas mengenai sikap Indonesia lewat kebijakan politik luar negeri nya terhadap permasalahan pembentukan Negara Federasi Malaysia. Di dalam sub bab pertama juga akan diungkapkan wilayah mana saja yang digabung ke dalam pembentukan Negara Federasi Malaysia dan mengapa gagasan tersebut muncul. Pada sub bab yang kedua akan dijelaskan kepentingan Indonesia terhadap masalah pembentukan Negara Federasi Malaysia. Sub bab yang ketiga akan menjelaskan mengenai seperti apa Pemerintahan Kennedy menyikapi protes Indonesia terhadap pembentukan Negara Federasi Malaysia di Indonesia. Sedangkan hubungan diplomatik Indonesia-AS akan dijelaskan pada sub bab yang keempat. BAB V KESIMPULAN Pada bab ini penulis akan menyampaikan kesimpulan yang merupakan rangkuman jawaban terhadap masalah-masalah yang dibahas oleh penulis secara keseluruhan. Hasil temuan akhir ini merupakan pandangan peneliti tentang inti dari pembahasan penulisan. Bab kesimpulan merupakan bab yang terakhir dari penulisan skripsi.
BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang penulis lakukan mengenai Politik Luar Negeri Indonesia Terhadap Pembentukan Negara Federasi Malaysia dan Dampaknya bagi Hubungan Indonesia-Amerika Serikat Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sejarah Korea yang pernah berada di bawah kolonial kekuasaan Jepang menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Invasi dan pendudukan Vietnam ke Kamboja yang dilakukan pada akhir tahun 1978 merupakan peristiwa yang begitu mengejutkan baik bagi Kamboja sendiri maupun
Lebih terperinciAmerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949
Amerika Tanam Pengaruh di Asia Sejak Desember 1949 http://forum.viva.co.id/showthread.php?t=1896354 Jika kita telisik lebih mendalam, sebenarnya kebijakan strategis AS untuk menguasai dan menanam pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil Perjanjian Komisi Meja Bundar antara Indonesia dengan Belanda pada tahun 1949 masih menyisakan satu persoalan yaitu masalah status Irian Barat. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Politik luar negeri yang dijalankan Indonesia pada hakekatnya diabdikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Politik luar negeri yang dijalankan Indonesia pada hakekatnya diabdikan untuk kepentingan nasional. Pada masa pemerintahan Soekarno, kepentingan nasional utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,
Lebih terperinciPERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai
36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Pada bagian ini merupakan kesimpulan terhadap semua hasil penelitian yang telah diperoleh setelah melakukan pengkajian dan sekaligus memberikan analisis
Lebih terperinciKEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN
KEHIDUPAN POLITIK PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN Nama : DIMAS DWI PUTRA Kelas : XII MIPA 3 SMAN 1 SUKATANI 2017/3018 Gagalnya usaha untuk kembali ke UUD 1945 dengan melalui Konstituante dan rentetan peristiwa-peristiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nasakom merupakan hasil buah pikiran Presiden Soekarno yang dijadikannya sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita yang belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Juni 1944, tentara Sekutu berhasil mendarat di Prancis dalam sebuah Operasi yang diberi nama Operasi Overlord. Dalam Operasi ini Sekutu berhasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Sekutu memutus jalur suplai dari udara maupun laut mengakibatkan pertahanan Jerman-Italia dapat dikalahkan di Afrika Utara. Sehingga kemenangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi (Soekanto, 2003: 243). Peranan merupakan aspek
Lebih terperinci2015 PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Namibia merupakan negara mandat dari Afrika Selatan setelah Perang Dunia I. Sebelumnya, Namibia merupakan negara jajahan Jerman. Menurut Soeratman (2012,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan
Lebih terperinci2015 DAMPAK DOKTRIN BREZHNEV TERHADAP PERKEMBANGAN POLITIK DI AFGHANISTAN
1 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Setelah berakhirnya perang dunia kedua, muncul dua kekuatan besar di dunia yaitu Uni Soviet dan Amerika Serikat. Kedua negara ini saling bersaing untuk
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdulgani, H. Roeslan, Ganyang Setiap Bentuk Neo-Kolonialisme yang Mengepung Republik Indonesia, dalam Indonesia, 1964-B
BAB V KESIMPULAN Jepang menjadi lumpuh akibat dari kekalahanya pada perang dunia ke dua. Namun, nampaknya karena kondisi politik internasional yang berkembang saat itu, menjadikan pemerintah pendudukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini sulit dikatakan bahwa suatu negara bisa hidup sendirian sepenuhnya tanpa berhubungan dengan negara lain. setiap negara pasti akan memiliki kepantingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak Orde Baru memegang kekuasaan politik di Indonesia sudah banyak terjadi perombakan-perombakan baik dalam tatanan politik dalam negeri maupun politik luar negeri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah India dan Pakistan merupakan dua negara yang terletak di antara Asia Tengah dan Asia Tenggara yang terlingkup dalam satu kawasan, yaitu Asia Selatan. Negara-negara
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menjadi duta besar pertama Amerika untuk RIS. Sementara pemerintahan Truman di Amerika Serikat sedang berusaha
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia telah memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden RIS Pada tanggal 16 Desember 1949, Jakarta ibu kota Republik Indonesia Serikat yang baru, rakyat Indonesia secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perang merupakan suatu konflik dua pihak atau lebih dan dapat melalui kontak langsung maupun secara tidak langsung, biasanya perang merupakan suatu hal yang
Lebih terperinci2015 PERISTIWA MANGKOK MERAH (KONFLIK DAYAK DENGAN ETNIS TIONGHOA DI KALIMANTAN BARAT PADA TAHUN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 1 Juni 1945, Soekarno tampil dihadapan peserta sidang dengan pidato
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rusia merupakan negara federasi yang terbentuk pasca keruntuhan Uni Soviet. Sebagai negara baru, Rusia berusaha untuk membangun kembali kejayaan seperti
Lebih terperinciAMBIGUITAS POLITIK LUAR NEGERI BEBAS AKTIF: TERBELENGGU ATAU MERDEKA?
AMBIGUITAS POLITIK LUAR NEGERI BEBAS AKTIF: TERBELENGGU ATAU MERDEKA? Yosua Febro Peranginangin Pendahuluan Setelah memerdekakan diri pada 17 Agustus 1945, Indonesia menghadapi banyak tantangan dalam politik
Lebih terperinciRESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.
RESUME Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik. Salah satu kasus yang mengemuka adalah tergulingnya presiden Honduras, Manuel Zelaya pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Faktor kondisi geografis, sumber daya manusia, dan sumber daya alam suatu negara selalu menjadi salah satu faktor utama kemenangan atau kekalahan suatu negara
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dilakukan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan dijadikan topik penelitian, dimana dalam tinjauan pustaka akan dicari teori atau konsep-konsep
Lebih terperincisosial, budaya, ekonomi, agama, filsafat;
PEMIKIRAN BUNG KARNO UNTUK PERDAMAIAN DUNIA Azyumardi Azra, CBE Workshop Memory of the World 2018; Warisan Dokumenter Indonesia untuk Pengetahuan Dunia LIPI, Jakarta 17-1818 April 2018 Memahami Pemikiran
Lebih terperinciBAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ungkapan modernisasi sangat sulit didefinisikan karena mempunyai cakupan yang sangat luas dan selalu berganti mengikuti perkembangan zaman sehingga pengertian
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab V, penulis memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara studi literatur yang data-datanya diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes (Chavan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian yang penulis kaji mengenai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah nasional Indonesia tidak lepas dari pemerintahan Soekarno dan Soeharto, seperti yang kita ketahui dua figur tersebut pernah menjadi presiden Republik Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia
Lebih terperinci2015 DAMPAK PERANG AUSTRO-PRUSIA TERHADAP HUBUNGAN POLITIK AUSTRIA DAN HONGARIA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Periode abad ke-18 hingga abad ke-19 merupakan suatu periode yang memiliki peristiwa-peristiwa besar dan bersejarah di Eropa. Berbagai macam peristiwa itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pendekatan monodisipliner sejarah, peristiwa konflik Irlandia Utara merupakan kejadian tunggal yang tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain
Lebih terperinciKISI-KISI PEDAGOGIK UKG 2015 SEJARAH STANDAR KOMPETENSI GURU KOMPETENSI GURU MATA PELAJARAN/KELAS/KEAHLIAN/BK
KISI-KISI UKG 2015 SEJARAH Indikator Pencapaian b c d e 1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, 1.1 Memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan dengan aspek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peristiwa Perang Sipil Spanyol (Spanish Civil War) yang terjadi pada tahun 1936 sampai 1939 merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi sesaat sebelum
Lebih terperinciUNIT EKSPLANASI INDIVIDU DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
UNIT EKSPLANASI INDIVIDU DALAM POLITIK LUAR NEGERI DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 Individu Dalam Politik Luar Negeri Teori-Teori Level Individu Dalam Politik Luar Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Omet Rasyidi, 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Vietnam merupakan salah satu negara yang ada di Asia Tenggara yang memiliki sejarah panjang dalam usaha meraih dan mempertahankan kemerdekaannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Jepang merupakan salah satu negara yang patut diperhitungkan dalam perekonomian dunia. Jepang dewasa ini menjadi negara yang paling maju di Asia bahkan di
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Islam masuk ke Rusia tidak lama setelah kemunculannya pada pertengahan kedua
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka, dapat disimpulkan bahwa, Rusia merupakan negara yang memiliki latar belakang sejarah Islam. Islam masuk
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai
BAB V KESIMPULAN Pertama, mengenai tingkat kehidupan manusia dari masa pra sejarah sampai masa penjajahan Belanda merupakan hal yang sangat kompleks. Tan Malaka sedikit memberikan gambaran mengenai kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena kekalahannya dalam Perang Dunia II. Jendral Douglas MacArthur yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1952 Jepang mulai menata kembali kehidupan politiknya setelah tentara Amerika Serikat mulai menduduki Jepang pada tanggal 2 September 1945 karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalamnya. Untuk dapat mewujudkan cita-cita itu maka seluruh komponen yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan suatu negara untuk menjadi lebih baik dari aspek kehidupan merupakan cita-cita dan sekaligus harapan bagi seluruh rakyat yang bernaung di dalamnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.
Lebih terperinci2015 KETERLIBATAN AUSTRALIA DALAM PERANG VIETNAM
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Setelah Perang Dunia ke II (PD II) berakhir, negara-negara di kawasan Asia Tenggara mulai dihadapkan pada dua kondisi yang berbeda. Kondisi pertama,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara terperinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dengan judul skripsi Peranan Polisi Pengawas Aliran Masyarakat Ditengah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun , penulis
BAB V PENUTUP 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian Dampak Nasakom Terhadap Keadaan Politik Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin Tahun 1959-1966, penulis menarik kesimpulan bahwa Sukarno sebagi
Lebih terperinci2014 PERKEMBANGAN PT.POS DI KOTA BANDUNG TAHUN
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pada 20 Agustus tahun 1746 oleh Gubernur Jenderal G.W.Baron Van Imhoff mendirikan Kantor Pos dengan tujuan untuk lebih menjamin keamanan surat
Lebih terperinciBAB I PEDAHULUAN. Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju.
BAB I PEDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Jika melihat negara Cina sekarang, kita akan melihat negara yang maju. Kemajuan negara Cina tentu tidak terjadi begitu saja, ada suatu proses yang cukup panjang untuk
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keterlibatan Jepang dalam Perang Dunia II bukanlah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, namun merupakan puncak dari suatu proses. Berkembangnya negara-negara fasis
Lebih terperinciPERADABAN AMERIKA MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI
FISIP HI UNJANI CIMAHI 2011 PERADABAN MODERN DOSEN : AGUS SUBAGYO, S.IP., M.SI Revolusi Amerika 1776 Perang Sipil di Amerika 1861-1845 Perkembangan Amerika Serikat dan Amerika Latin Amerika Serikat Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad Yasin dalam Perjuangan Harakah Al-Muqawamah Melawan Israel di Palestina Tahun 1987-2004. Suatu kajian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Papua New Guinea (PNG) berdiri sebagai sebuah negara merdeka pada tanggal 16 September 1975. Sebelumnya negara ini berada di bawah mandat teritori Australia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-20, sewaktu mulai timbul akan kesadaran dan paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan pembuka jalan bagi
Lebih terperinciKomunisme dan Pan-Islamisme
Komunisme dan Pan-Islamisme Tan Malaka (1922) Penerjemah: Ted Sprague, Agustus 2009 Ini adalah sebuah pidato yang disampaikan oleh tokoh Marxis Indonesia Tan Malaka pada Kongres Komunis Internasional ke-empat
Lebih terperinciManifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini
Manifesto Aidit dalam Peranan Koperasi Dewasa Ini Ilustrasi: Moh. Dzikri Handika Melalui buku Peranan Koperasi Dewasa Ini (PKDI), Aidit secara tegas meletakkan koperasi sebagai gerakan sosial dan ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia menjadi negara yang independen, negara yang seharusnya berdiri sendiri tanpa pengaruh
Lebih terperincimengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea
BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia
Lebih terperinciBAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-
166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.
Lebih terperinciPara filsuf Eropa menyebut istilah akhir sejarah bagi modernisasi yang kemudian diikuti dengan perubahan besar.
Tiga Gelombang Demokrasi Demokrasi modern ditandai dengan adanya perubahan pada bidang politik (perubahan dalam hubungan kekuasaan) dan bidang ekonomi (perubahan hubungan dalam perdagangan). Ciriciri utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rubi Setiawan, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini kedaulatan suatu negara dapat dilihat dari sejauh mana negara tersebut memiliki hubungan bilateral dengan negara lainnya untuk menjalin kerjasama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi landasan utama pemikiran marxisme. Pemikiran marxisme awal yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ideologi marxisme pada saat ini telah meninggalkan pemahaman-pemahaman pertentangan antar kelas yang dikemukakan oleh Marx, dan menjadi landasan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karakter disiplin sangat penting dalam menunjang kemajuan dan keamanan suatu bangsa.dalam kehidupan militer, disiplin merupakan faktor utama yang selalu
Lebih terperinciDESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI
DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masuknya Timor Timur ke dalam Negara Republik Indonesia disahkan melalui UU No. 7 Th. 1976 (LN. 1976-36) tentang Pengesahan Penyatuan Timor Timur ke dalam Negara
Lebih terperinci1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME
1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Islam, telah membawa pengaruh dala etnis dan agama yang dianut.
BAB V KESIMPULAN Yugoslavia merupakan sebuah negara yang pernah ada di daerah Balkan, di sebelah tenggara Eropa. Yugoslavia telah menoreh sejarah panjang yang telah menjadi tempat perebutan pengaruh antara
Lebih terperinciHubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia
Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia Lebih dari dua abad lamanya Negara Rusia tidak pernah jauh dari pusat perpolitikan Iran, baik itu sebagai musuh politik dan terkadang menjadi
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN SARAN
BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi yang berjudul Peristiwa Mangkok Merah (Konflik Dayak Dengan Etnis Tionghoa Di Kalimantan Barat Pada Tahun 1967), berisi mengenai simpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Rencana Iran menjadi tuan rumah KTT Non Blok mendapat perlawanan dari
BAB V KESIMPULAN Rencana Iran menjadi tuan rumah KTT Non Blok mendapat perlawanan dari AS dan Israel. Kedua negara secara nyata mengajak negara anggota Non Blok untuk tidak hadir dalam agenda tersebut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.
Lebih terperinci1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi politik di Pakistan tak pernah jauh dari pemberitaan media internasional, kekacauan politik seolah menjadi citra buruk di mata internasional. Kekacauan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tedy Bachtiar, 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 1958 pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan Nasionalisasi perusahaan asing. Salah satunya Pabrik Gula (PG) Karangsuwung yang berubah status menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maya Nurhasni, 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menyerahnya Jepang terhadap Sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945 telah menandai akhir Perang Dunia II. Dalam situasi demikian, tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Skripsi ini berjudul Perbandingan Pemikiran Musso dan Dipa Nusantara
29 BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Skripsi ini berjudul Perbandingan Pemikiran Musso dan Dipa Nusantara Aidit tentang Komunisme di Indonesia. Dari judul tersebut, maka penulis mencari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan mengenai Afrika Selatan dibawah pemerintahan Presiden
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iran merupakan negara salah satu dengan penghasilan minyak bumi terbesar di dunia. Negara para mullah ini menduduki posisi ke-5 didunia setelah mengalahkan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Adam Jamaluddin, 2014 Gejolak patani dalam pemerintahan Thailand Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Islam di Thailand paling tidak memiliki sejarah sejak abad ke 15 M. Selama itu juga Islam tumbuh di wilayah ini dipengaruhi oleh lingkungan baik secara
Lebih terperinciPERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN
PERANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) DALAM UPAYA PENYELESAIAN KONFLIK ISRAEL-PALESTINA TAHUN 1947-1988 Skripsi Oleh: RINI SUBEKTI NIM 020210302011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciOleh : Agus Subagyo, S.IP.,M.SI FISIP UNJANI
ANALISIS POLITIK LUAR NEGERI POLITIK LUAR NEGERI INDONESIA PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN : STUDI KASUS OPERASI PEMBEBASAN IRIAN BARAT DAN POLITIK KONFRONTASI DENGAN MALAYSIA TINGKAT ANALISIS INDIVIDU Oleh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan dalam menganalisis masalah dalam karya ilmiah ini. Penulis membuat skripsi dengan judul Strategi Mao
Lebih terperinci