BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan kerja (job statisfaction) sebagai suatu sikap umum seorang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan kerja (job statisfaction) sebagai suatu sikap umum seorang"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja Kepuasan kerja (job statisfaction) sebagai suatu sikap umum seorang individu terhadap pekerjaannya. Menurut Handoko (2001) kepuasan kerja adalah keadaan emosional para karyawan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dalam memandang pekerjaan mereka. Seseorang dengan tingkat kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap yang positif terhadap kerja itu, seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya menunjukkan sikap yang negative terhadap pekerjaan itu. (Robbins, 2001). Luthans (1998), menyatakan bahwa kepuasan kerja memiliki tiga dimensi. Pertama, kepuasan kerja adalah tanggapan emosional seseorang terhadap situasi kerjanya. Kepuasan ini bersifat abstrak, tidak dapat dilihat hanya dapat diduga. Kedua, kepuasan kerja hanya dapat ditentukan oleh sejauh mana hasil kerja memenuhi atau melebihi harapan seseorang. Jika mereka bekerja lebih berat dibandingkan orang lain pada organisasi yang sama, tetapi penghargaan yang diterima lebih rendah, maka mereka akan bersikap negatif terhadap pekerjaannya. Sebaliknya, jika mereka diperlakukan dengan baik, dan diberi penghargaan yang layak, maka mereka akan bersikap positif terhadap pekerjaannya. Ketiga, kepuasan kerja menunjukkan beberapa sikap seseorang yang saling terkait. Menurut Luthans (1998) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu: jenis pekerjaan yang dilakukan karena pekerjaan yang dapat memberikan kepuasan kerja adalah pekerjaan yang tidak membosankan dan dapat memberikan status. Gaji dan upah yang diterima karyawan karena gaji merupkan refleksi cara

2 pandang manajer terhadap kontribusi yang telah diberikan karyawan pada organisasi tersebut, kesempatan promosi untuk dapat lebih berkembang dalm organisasi tersebut, sikap supervisor dalam memberikan bantuan terhadap karyawan baik berupa teknis maupun dukungan moral, serta lingkungan dan rekan sekerja yang dapat memberikan bantuan secara teknis dalam melaksanakan tugas yang diberikan. Dengan adanya kepuasan kerja maka akan mempengaruhi produktivitas karena semakin tinggi kepuasan kerjanya maka akan semakin meningkat pula produtivitasnya, kemudian turn over (keinginan untuk berpindah kerja) karyawan akan berkurang keinginan untuk berpindah kerja karena jika karyawan merasa puas terhadap pekerjaannya maka kecil keinginan mereka untuk pindah kerja. Selain itu dapat mempengaruhi tingkat kehadiran karyawan dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kualitas kerja misalnya kesehatan fisik dan mental yang lebih baik, lebih cepat untuk mempelajari tugas-tugas, tidak banyak kesalahan yang dibuat, tidak banyak keluhan dan lebih mudah untuk dapat bekerjasama. Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda-beda sesuai dengan sistem dan nilai yang berlaku pada dirinya. Ada 4 pendekatan teoritis yang membahas mengenai kepuasan kerja (Lawyer dalam Indriani, 1993) : 1. Fulfillmen theory 2. Equity theory 3. Discrepancy theory 4. Two-factor theory

3 Teori Fulfillment mengemukakan bahwa kepuasan kerja tergantung pada perbedaan antara apa yang diharapkan. Apabila yang didapat karyawan lebih rendah daripada yang diharapkan akan menyebabkan karyawan merasa tidak puas. Jadi seseorang akan merasa puas bila tidak ada perbedaan antara yang diinginkan dengan kenyataan karena batas minimum yang diinginkan telah dipenuhi. Teori Equity memiliki prinsip bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keandalan atau tidak atas suatu situasi. Perasaan ini dapat dirasakan dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas, sekantor maupun ditempat lain. Menurut teori ini elemenelemen equity yaitu : input, outcome dan comparison person. Yang dimaksud dengan input adalah segala sesuatu yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai sumbangan terhadap pekerjaannya, misalnya : pendidikan, pengalaman, keahlian dan sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan outcome adalah sesuatu yang berharga yang dirasakan karyawan sebagai hasil dari pekerjaan seperti : pembayaran, simbol status, pengakuan, kesempatan dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan comparison person bisa berupa seseorang di organisasi yang lain, ditempat lain/ bisa pula dengan dirinya sendiri dimasa lalu. Menurut teori ini, setiap karyawan akan membandingkan rasio input-outcomes dirinya dengan input-outcomes orang lain. Bila perbandingan itu dianggapnya cukup adil, maka ia akan merasa puas. Teori terakhir yaitu teori dua faktor yang dikemukakan oleh Herzberg. Teori ini memberi situasi yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pekerjaannya ke dalam 2 kelompok yaitu : kelompok satisfiers atau motivator dan kelompok dissastifiers atau hygience factor. Satisfiers adalah faktor-faktor atau situasi yang

4 membuktikan sumber kepuasan kerja yang terdiri dari prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri dan tanggung jawab. Dengan adanya faktor ini, maka akan menimbulkan kepuasan tapi jika faktor ini tidak ada, tidak selalu mengakibatkan ketidakpuasan. Dissastifiers adalah faktor-faktor yang terbukti menjadi sumber ketidakpastian, yang terdiri dari kebijaksanaan dan administrasi organisasi, gaji, hubungan antar karyawan, kondisi kerja, keamanan kerja dan status. Perbaikan kondisi ini akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan karena ia bukan sumber kepuasan 2.2. Anggaran Pengertian Anggaran Anggaran merupakan penjabaran dari rencana yang telah ditetapkan perusahaan. Anggaran juga merupakan proses pengendalian manajemen yang melibatkan komunikasi dan interaksi formal di kalangan para manajer dan karyawan dan merupakan bagian dari sistem pengendalian manajemen atas operasional perusahaan pada tahun berjalan. Program atau strategic plan yang telah disetujui pada tahap sebelumnya, merupakan titik awal dalam mempersiapkan anggaran. Anggaran menunjukkan jabaran dari program dengan menggunakan informasi terkini. Menurut Anthony dan Govindarajan (2002), anggaran merupakan alat yang utama dalam perencanaan jangka pendek yang efektif dan pengendalian dalam organisasi. Sebuah anggaran operasi biasanya disusun untuk satu tahun dan menyatakan rencana pendapatan dan biaya untuk tahun yang bersangkutan.

5 Anggaran mempunyai karakteristik sebagai berikut (Anthony dan Govindarajan, 2002) : 1. Anggaran memperkirakan keuntungan yang potensial dari unit perusahaan. 2. Dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter mungkin didukung dengan jumlah non-moneter (contoh : unit yang terjual atau diproduksi). 3. Biasanya meliputi waktu selama satu tahun. 4. Merupakan perjanjian manajemen, bahwa manajer setuju untuk bertanggungjawab untuk pencapaian tujuan suatu anggaran. 5. Usulan anggaran diperiksa dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi dari pembuat anggaran. 6. Sekali disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi tertentu. 7. Secara berkala kinerja keuangan aktual dibandingkan dengan anggaran dan perbedaannya dianalisis dan dijelaskan. Menurut Garrison dan Noreen (2000) anggaran adalah rencana rinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya untuk suatu periode tertentu. Adisaputro dan Asri (1995), memberikan definisi anggaran yang banyak dipakai adalah sebagai berikut : Suatu pendekatan yang formal dan sistematis daripada pelaksanaan tanggungjawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi dan pengawasan. Dari definisi tersebut dapgat diambil intinya bahwa anggaran disusun dalam bentuk tertulis, berurutan dan berdasarkan logika. Selain itu anggaran juga dapat membantu manajer dalam hal pengambilan keputusan yang merupakan bagian dari fungsi manajer yang berdasrkan pada asumsi-asumsi tertentu.

6 Di dalam menyusun suatu anggaran perusahaan maka perlu diperhatikan beberapa syarat yakni bahwa anggaran tersebut harus realistis, luwes dan kontinyu. Realistis artinya tidak terlalu optimis dan tidak pula terlalu pesimis. Luwes artinya tidak terlalu kaku, mempunyai peluang untuk disesuaikan dengan keadaan yang mungkin berubah. Dalam konteks anggaran daerah, anggaran daerah merupakan rencana kerja pemerintah daerah yang diwujudkan dalam bentuk uang selama periode waktu tertentu (satu tahun). Anggaran ini digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pengeluaran, membantu pengambilan keputusan dan prencanaan pembangunan, otorisasi pengeluaran dimasa-masa mendatang, sumber pengembangan ukuran-ukuran standar untuk evaluasi kerja dan sebagai alat untuk memotivasi pegawai dan alat koordinasi bagi semua aktivitas dari berbagai unit kerja (Raharjo, 2000) Manfaat dan Tujuan Anggaran Tujuan utama penyusunan anggaran (Copelend dalam Indriani,1993) sebagai berikut (1) pernyataan harapan yang eksplisit (explicit satatemen of epectation), (2) komunikasi (communication), (3) koordinasi (coordination), (4) sebagai suatu kerangka harapan dalam mempertimbangkan prestasi (epectation as a trame work performance). Berikut ini akan dijelaskan tujuan penyusunan anggaran satu persatu. 1. Pernyataan harapan yang eksplisit Salah satu tujuan penyusunan anggaran adalah untuk menyatakan harapan dengan bentuk formal. Seperti diketahui suatu organisasi pasti memiliki tujuan utama dalam jangka panjang. Misalnya ; kelangsungan hidup, kepuasan konsumen,

7 kesejahtraan karyawan, prestasi dan sebagainya. Tujuan jangka panjang ini dapat diperoleh secara bertahap dalam suatu priode waktu dengan kata lain, tujuan jangka panjang dipilih dalam perencanaan operasi jangka pendek. Anggaran dapat dikatakan sebagai alat untuk mengoperasikan tujuan yang akan dicapai oleh jangka pendek tersebut. Dengan demikian anggaran memformulasikan target prestasi harapan. Target ini secara langsung dapat membantu kegiatan organisasi ; mengindentifikasikan masalah, membantu memotivasi karyawan tingkat bawah, dan menjelaskan hubungan aktivitas yang berlangsung dengan kebijaksanaan masa yang akan datang. Kondisi ini secara eksplisit juga menyatukan kontribusi penyusunan anggaran adalah perencanaan dan pengendalian manajerial. 2. Komunikasi Tujuan penyusunan anggaran lain adalah mengkomunikasikan tujuan dan metode yang ditetapkan oleh manajemen puncak. Penyusunan anggaran yang berhubungan dengan kebijaksanaan dan tujuan fundamental di persiapkan oleh manajemen puncak. Anggaran formal itu sendiri tidak menjamin bahwa kegiatan organisasi secara otomatis sesuai dengan tujuan yang telah disusun dalam anggaran. Untuk itu, manajer dan karyawan tingkat bawah harus memahami dan mendukung tujuan tersebut. Dan mengkordinasikan usaha-usaha untuk mencapai tujuan itu. Dengan kata lain, karyawan harus tahu prestasi apa dari tujuan anggaran yang telah ditetapkan tersebut hendak dicapai.

8 3. Koordinasi Tujuan lain dari penyusunan anggaran adalah koordinasi. Koordinasi menuntut adanya keselarasan tindakan bekerja dari setiap individu atau bagian dalam organisasi untuk mencapai tujuan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk menciptakan adanya koordinasi diperlukan perencanaan yang baik, yang dapat menunjukkan keselarasan rencana antara satu bagian dengan bagian lainnya. Anggaran yang berfungsi sebagai alat perencanaan harus dapat menyesuaikan rencana yang dibuat untuk berbagai bagian dalam organisasi, sehingga rencana kegiatan yang satu akan selaras dengan lainnya. Untuk itu anggaran dapat dipakai sebagai alat koordinasi untuk seluruh bagian yang ada dalam organisasi karena semua kegiatan yang saling berkaitan antara satu bagian dengan bagian lainnya sudah diatur dengan baik. 4. Sebagai suatu kerangka harapan untuk mempertimbangkan prestasi Anggaran merupakan penentu tujuan, dengan kata lain anggaran sebagai alat mengimplementasikan tujuan tersebut. Dengan demikian, anggaran dapat digunakan untuk mencerminkan tingkat prestasi karyawan, dan kesuksesan karyawan pada tugas yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu, anggaran dapat menjadi suatu bahan pertimbangan, melalui perbandingan antara prestasi yang sebenarnya atau yang telah ditetapkan dalam anggaran Karakteristik Tujuan Anggaran Menurut Kenis (1979, p. 708) karakteristik tujuan anggaran meliputi sebagai berikut : 1. Partisipasi dalam penyusunan anggaran (budgetary participation)

9 2. Kejelasan tujuan anggaran (budget goal clarity) 3. Umpan balik anggaran (budgetary feed back) 4. Evaluasi anggaran (budgetary evaluation) 5. Tingkat kesuliatan anggaran (budget goal difficulty) Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran Partisipasi anggaran pada sector publik terjadi ketika antara pihak eksekutif, legislative dan masyarakat bekerjasama dalam pembuatan anggaran (Sardjito dan Muthaher, 2007). Anggaran Anggaran dibuat oleh kepala daerah melalui usulan dari unit-unit kerja yang disampaikan kepada kepala bagian dan diusulkan kepada kepala daerah, dan setelah itu bersama-sama DPRD menetapkan anggaran yang dibuat sesuai dengan Peraturan daerah yang berlaku. Pada konteks pemerintah daerah, partisipasi anggaran menunjukkan pada luasnya partispasi bagi aparat pemerintah dalam memahami anggaran yang diusulkan oleh unit kerjanya dan pengaruh tujuan pusat pertanggungjawaban anggaran mereka. Partisipasi yang sukses akan memberikan beberapa manfaat antara lain (Arifin, 2007:25) : 1. Memberi pengaruh yang sehat pada kepentingan inisiatif, moral, dan antusiasme. 2. Memberi hasil suatu rencana yang lebih baik, karena adanya kombinasi pengetahuan beberapa individu. 3. Dapat meningkatkan kerjasama antar departemen. 4. Para karyawan dapat lebih menyadari situasi di masa yang akan datang, dan perhatian terhadap sasaran dan pertimbangan-pertimbangan.

10 Partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan keterlibatan yang meliputi pemberian pendapat, pertimbangan dan usulan dari bawahan kepada pimpinan dalam mempersiapkan dan merevisi anggaran. Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran merupakan suatu proses kerjasama dalam pembuatan keputusan yang melibatkan dua kelompok atau lebih yang berpengaruh pada pembuatan keputusan di masa yang akan datang. Disini partsipasi menjadi salah satu unsur yang sangat penting yang menekankan pada proses kerjasama dari berbagai pihak, baik bawahan maupun manajer level atas. Penerapan partisipasi dalam penyusunan anggaran memberikan banyak manfaat antara lain (Siegel dan Marconi dalam Abriyani, 1998) sebagai berikut : 1. Partisipasi (orang yang terlibat dalam proses penyusunan anggaran) menjadi ego-involved tidak hanya task-involved dalam kerja mereka. 2. Partisipasi akan menaikkan rasa kebersamaan dalam kelompok, yang akibatnya akan menaikkan kerjasama anggota kelompok di dalam penetapan sasaran. 3. Partisipasi dapat mengurangi rasa tertekan akibat adanya anggaran. 4. Partisipasi dapat mengurangi rasa ketidaksamaan di dalam alokasi sumber daya diantara bagian-bagian organisasi. Meskipun partisipasi mempunyai banyak manfaat bukan berarti partisipasi tidak mempunyai keterbatasan dan masalah yang berkaitan dengan partisipasi. Sedangkan menurut (Siegel dan Marcaroni dalam Abriyani, 1998), masalah yang berkaitan dengan partisipasi ada 3 hal. Masalah pertama adalah adanya kemungkinan manajer membentuk budget slack, slack merupakan perbedaan (selisih) sumber daya yang sebenarnya diperlukan dalam proses yang efisien,

11 dengan jumlah yang lebih besar yang ditambahkan pada kegiatan tersebut. Masalah kedua adalah Pseudoparticipation (partisipasi semu), yakni tampak berpartisipasi tapi dalam kenyataannya tidak, artinya para manajer ini (sebagai bawahan) ikut berpartisipasi, tetapi tidak diberi wewenang atau pendapat untuk menentukan atau menetapkan isi anggaran. Masalah ketiga adalah status dan pengaruh di dalam organisasi mengurangi efektifitas partisipasi. Hal ini disebabkan biasanya orang yang mempunyai kedudukan yang lebih tinggi akan mempunyai pengaruh yang lebih besar didalam proses penetapan sasaran Kejelasan Tujuan Anggaran Kejelasan tujuan anggaran menunjukkan adanya tujuan anggaran yang dinyatakan secara spesifik dan jelas, dan dimengerti oleh siapa saja yang bertanggungjawab (Munawar, 2006:6) Kejelasan tujuan anggaran berhubungan dengan sejauh mana tujuan-tujuan anggaran dinyatakan secara khusus dan jelas serta dipahami oleh orang-orang yang bertanggungjawab memenuhinya. Dengan adanya kejelasan tujuan, dapat diinformasikan kepada manajer level bawah tentang apa yang diharapkan oleh manajer yang lebih tinggi. Sebaliknya, manajer yang lebih tinggi dapat mempelajari dukungan-dukungan dan persoalan-persoalan manajer di bawahnya melalui laporan-laporan dari bawah. Dengan kata lain tujuan anggaran yang jelas akan mengarahkan para pelaksana anggaran untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan tanpa adanya keraguan dalam pelaksanaan anggaran. Dalam penyusunan anggaran daerah harus dinyatakan secara jelas, spesifik dan dapat dimengerti oleh aparat pemerintah yang bertanggungjawab untuk menyusun dan melaksanakannya. Dengan adanya tujuan anggaran yang jelas, maka

12 akan mempermudah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan tugas organisasi dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan adanya kejelasan tujuan anggaran akan mempermudah aparat pemerintah provinsi dalam menyusun anggaran untuk mencapai target-target anggaran yang telah ditetapkan Umpan Balik Anggaran Umpan balik merupakan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan yang berfungsi sebagai variabel motivasional. Hasil dari usaha yang dilakukan dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan usahanya, serta dapat pula menjadi pendorong untuk bekerja lebih efesien dan berprestasi lebih baik. Becker dan Green (1962) menyatakan bahwa umpan balik anggaran adalah hasil yang diperoleh dari usaha untuk mencapai tujuan sebagai dasar untuk merasakan kesuksesan atau kegagalan dan tidak ada insentif untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik, dan pada akhirnya menjadi tidak puas. Pada umumnya, memberikan informasi kepada para pelaksana anggaran tentang kekurangan mereka dapat mendatangkan perasaan tidak senang, bahkan dapat membuat masalah semakin buruk. Akan tetapi untuk tujuan peningkatan prestasi dan peningkatan efesiensi, umpan balik tentang keberhasilan pegawai adalah sangat penting meskipun dalam beberapa hal rasa tanggung jawab yang tinggi dapat disertai perasaan frustasi yang tidak tertolerir apabila kegagalannya diungkapkan. Oleh sebab itu umpan balik harus dimaksudkan untuk memberitahu karyawan mengenai keberhasilan atau kegagalannya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Disamping itu umpan balik akan dijadikan sebagai dasar

13 pengambilan keputusan yang tepat khususnya untuk perbaikan prestasi di masa yang akan datang maupun pencapaian efesiensi biaya organisasi. Dalam konteks pemerintah provinsi, umpan balik anggaran yang diperolehnya yaitu dengan mengetahui hasil usaha aparat pemerintah prvinsi dalam menyusun anggaran maupun dalam melaksanakan anggaran sehingga mereka merasa sukses Evaluasi Anggaran Evaluasi anggaran adalah tindakan yang dilakukan untuk menelusuri penyimpangan atas anggaran ke departemen yang bersangkutan dan digunakan sebagai dasar untuk penilaian kinerja departemen (Kenis, 1979). Evaluasi anggaran selalu dilaksanakan oleh aparat pemerintah provinsi yaitu dalam setiap menyiapkan anggaran, aparat pemerintah selalu melakukan evaluasi atau kegiatan-kegiatan yang telah diprogramkan. Evaluasi anggaran pada dasarnya membandingkan antara anggaran dengan pelaksanaan sehingga dapat ditentukan penyimpangan yang terjadi. Penyimpangan ini akan digunakan sebagai dasar untuk mengukur efesiensi serta penilaian prestasi. Prestasi ini akan digunakan sebagai dasar dalam memberikan penghargaan. Penghargaan yang berdasarkan atas prestasi yang telah dicapai akan menimbulkan ketidakpuasan. Penghargaan dapat berupa gaji, tunjangan, promosi, pengakuan, senyuman, pujian, dan sebagainya. Anggaran yang digunakan dalam mengevaluasi prestasi cenderung mempengaruhi perilaku dan prestasi para pelakunya. Menurut Brownell et.al (1978), evaluasi yang bersifat punitive dapat menyebabkan rendahnya motivasi, sebaliknya evaluasi yang bersifat supportive dapat mengahsilkan sikap dan tingkah laku positif.

14 Pada umumnya pemberian imbalan atau sanksi kepada para bawahan berdasarkan terpenuhi tidaknya anggaran aan mempengaruhi perilaku para pelaksana anggaran. Sebagai contoh seorang bawahan yang melampaui tingkat pengeluaran tidak akan dinaikkan gajinya, sementara bagi yang tetap dibawah anggaran akan dinaikkan gajinya. Dalam hal ini tingkah laku bawahan akan terarah kepada pencapaian anggaran, akan tetapi kemungkinan penggunaan anggaran sebagai alat evaluasi akan mengundang beberapa kelemahan sebagai berikut (Merchant, 1981) : 1. Imbalan untuk mencapai sasaran kinerja barangkali tidak dinilai tinggi oleh bawahan sebagaimana penilaian atasan. 2. Anggaran hanya merupakan salah satu syarat penilian kinerja. Disamping anggaran masih banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam penilian kinerja. 3. Frekuensi peninjauan kinerja pada umumnya hanya sekali atau dua kali dalam satu tahun. 4. Ada beberapa atasan yang tidak memandang anggaran sebagai alat evaluasi yang cukup bermanfaat, karena dalam anggaran masih banyak faktor penaksirannya Tingkat Kesulitan Anggaran Tujuan anggaran adalah rentang (range) dari sangat longgar dan mudah dicapai sampai sangat ketat dan tidak dapat dicapai (Munawar, 2006). Tujuan yang mudah dicapai gagal untuk memberikan suatu tantangan untuk partisipasi, dan memiliki sedikit pengaruh motivasi. Tujuan yang sangat ketat dan tidak dapat

15 dicapai mengarahkan pada perasaan gagal, frustasi, tingkat aspirasi yang rendah dalam pencapian tujuan anggaran dari partisipan penyusun anggaran. Kenis (1979) manajer yang memiliki tujuan anggaran yang terlalu ketat memiliki ketegangan kerja tinggi dan motivasi kerja rendah, kinerja anggaran, dan efisiensi biaya dibandingkan untuk anggaran memiliki tujuan anggaran tepat atau ketat tetapi dapat dicapai. Hal ini mengindikasikan bahwa ketat tetapi dapat dicapai adalah tingkat kesulitan tujuan anggaran. Dalam penetapan anggaran yang dilakukan oleh pihak eksekutif berdasarkan usulan yang disampaikan oleh unit kerja sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam penyusunan anggaran oleh satuan unit kerja harus memperhatikan tingkat kesulitan anggaran yang akan dilaksanakan nantinya Prestasi Kerja Prestasi kerja adalah tingkat pelaksanaan tugas yang bisa dicapai oleh seseorang, unit, atau divisi dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan perusahaan ( Dalam konteks pemerintah daerah, prestasi kerja merupakan tingkat pelaksanaan tugas yang bisa dicapai oleh aparat pemerintah pada setiap unit kerja dengan menggunakan kemampuan yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan organisasi. Setiap karyawan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam melaksanakan tugas pekerjaannya. Dengan demikian keberhasilan kerja karyawan akan berbeda Untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan kerja seorang karyawan, maka harus dilakukan penilaian prestasi kerja karyawan untuk

16 mengetahui peran aktif setiap karyawan dalam mencapai tujuan perusahaan. Karyawan yang berprestasi hendaknya diberi penghargaan sesuai peraturan yang berlaku. Dengan demikian maka karyawan akan merasa dihargai dan diperhatikan kemampuannya. Prestasi kerja merupakan faktor yang mendukung keefektifan organisasi (Mahoney dalam Abriyani, 1998). Prestasi kerja didasarkan pada kemampuan manajer dalam melaksanakan tugas manajerialnya. Prestasi kerja manajer meliputi kemampuan manajer dalam prencanaan, investigasi, pengkoordinasian, evaluasi, pegawasan, pemilihan staff, negosiasi, perwakilan dan prestasi kerja secara menyeluruh. Prestasi kerja dipengaruhi oleh dua hal utama yaitu faktor organisasional dan faktor personal (Phalestie, 2009). Faktor organisasional meliputi sistem imbal jasa, kualitas pengawasan, beban kerja, nilai dan minat, serta kondisi fisik dan lingkungan kerja. Diantara berbagai faktor organisasional tersebut, faktor yang paling penting adalah faktor imbal jasa, dimana faktor tersebut akan diberikan dalam bentuk gaji, bonus, ataupun promosi. Selain itu, faktor organisasional kedua yang juga penting adalah kualitas pengawasan (supervisor quality) dimana seorang bawahan dapat memperoleh kepuasan kerja jika atasannya lebih kompeten dibandingkan dirinya (Phalestie, 2009). Sementara faktor personal meliputi ciri atau sifat kepribadian (personality trait), senioritas, masa kerja, kemampun ataupun ketrampilan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan dan kepuasan hidup. Untuk faktor personal, faktor yang juga penting dalam mempengaruhi prestasi kerja adalah faktor status dan masa kerja. Pada umumnya, orang yang telah memiliki status pekerjaan yang lebih tinggi biasanya telah menunjukkan prestasi kerja yang

17 baik. Status pekerjaan tersebut dapat memberikannya kesempatan untuk memperoleh masa kerja yang lebih baik, sehingga kesempatannya untuk semakin menunjukkan prestasi kerja juga semakin besar Hubungan Karakteristik Tujuan Anggaran Dengan Kepuasan Kerja Partisipasi anggaran menunjukkan pada luasnya partisipasi bagi aparat pemerintah provinsi dalam menyusun anggaran yang diusulkan oleh unit kerjanya dan pengaruh tujuan pusat pertanggungjawaban anggaran mereka. Partisipasi hendaknya diarahkan kepada penetapan sasaran dengan diskusi yang cukup, yang memungkinkan setiap pelaksana menyadari bahwa sasaran tersebut diterima oleh seluruh anggota dalam organisasi (Arifin, 2007 : 25). Partisipasi harus diarahkan agar memberikan kesempatan yang cukup untk berinteraksi, sehingga semua anggota dalam organisasi dapat bekerjasama dengan baik serta dapat menerima sasaran-sasaran kelompok sebagai sasarannya sendiri. Partisipasi akan menimbuhkan sikap berani bertanggungjawab, yang memungkinkan tujuan anggaran akan diterima oleh setiap manajer sebagai tujuan mereka sendiri yang merupakan hasil pemikirannya (Arifin, 2007 : 26). Menurut teori kepuasan Maslow rasa memiliki dan harga diri merupkan kebutuhan manajer, yang jika terpenuhi akan meningkatkan kepuasan kerja. Menurut teori kepuasan ERG Alderfer (Gibson, et.all,, 1988), sumbangsih pemikiran manajer pusat pertanggungjawaban ini termasuk dalam unsur pertumbuhan, yaitu individu akan merasa puas jika dapat memberikan kontribusi yang kreatif dan produktif. Kejelasan tujuan anggaran dapat digunakan sebagai sarana untuk mempengaruhi motivasi, perilaku, prestasi, dan kepuasan kerja. Sebaliknya

18 anggaran yang memiliki tujuan yang tidak jelas dapat membawa kebingungan, ketegangan, dan ketidak pastian. Pada umumnya manajer yang mempunyai tujuan anggaran yang jelas dan spesifik dapat berbuat lebih baik dari pada manajer yang tujuan anggarannya bersifat umum. Locke (1968) menyatakan bahwa tujuan anggaran yang jelas (spesifik) lebih baik dibandingkan dengan tidak adanya tujuan yang spesifik dan hanya mendorong karyawan untuk melakukan yang terbaik. Kejelasan tujuan anggaran disengaja untuk mengatur perilaku karyawan. Tujuan yang tidak jelas dapat menyebabkan kebingungan, tekanan, ketidakpuasan dari karyawan pelaksana anggaran. Umpan balik anggaran merupakan tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan yang berfungsi sebagai variabel motivasional (Arifin, 2007 : 26). Hasil dari usaha yang dilakukan dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui keberhasilan atu kegagalan usahanya, serta dapat pula menjadi pendorong untuk bekerja lebih efisien dan berprestasi lebih baik. Umpan balik anggaran bagi manajer pusat pertanggungjawaban merupakan pengakuan atas prestasi yang dicapai. Tanpa adanya pengakuan akan menimbulkan ketidakpuasan bagi manajer pusat pertanggungjawaban. Menurut teori kepuasan Herzberg pengakuan prestasi merupakan unsur pemuas atas usaha yang dilakukan. Evaluasi anggaran menunjuk pada luasnya perbedaan anggaran yang digunakan kembali oleh individu pimpinan departemen dan digunakan dalam evaluasi kinerja mereka (Munawar, 2006). Prestasi yang diperoleh dalam pencapaian anggaran merupakan dasar dalam pemberian imbalan atau hukuman yang menimbulkan kepuasan kerja. Kepuasan kerja dapat memotivasi untuk berusaha mencapai tujuan anggaran yang telah ditetapkan.

19 Anggaran yang baik adalah anggaran dengan tingkat kesulitan yang masih dimungkinkan untuk dicapai, sehingga para pelaksana termotivasi untuk bekerja lebih efisien. Untuk alasan motivasi dan peningkatan prestasi ini maka tujuan anggaran harus ketat namun dapat dicapai sehingga tidak menimbulkan rasa keputusasaan yang dapat mengakibatkan timbulnya rasa ketidakpuasan bagi para pelaku anggaran Hubungan Karakteristik Tujuan Anggaran Dengan Prestasi Kerja Partisipasi dalam penyusunan anggaran berkenaan dengan tingkat partisipasi aparat pemerintah dalam mempersiapkan anggaran dan pengaruhnya terhadap sasaran anggaran pada masing-masing unit kerja. Partisipasi dalam penyusunan anggaran akan memotivasi aparat pemerintah provinsi untuk mencapai sasaran anggaran. Motivasi timbul sebagai akibat dari anggaran yang lebih realistis. Anggaran yang realistis akan menimbulkan rasa percaya diri untuk mencapinya. Hasil penelitian Milani (1975), menujukkan terdapat hubungan yang sangat lemah antara partisipasi anggaran dengan prestasi kerja tetapi terdapat hubungan positif dan signifikan antara partispasi dalam penyusunan anggaran dengan sikap terhadap pekerjaan dan perusahaan. Abriyani (1998) menunjukkan hubungan yang searah antara partisipasi anggaran dengan kepuasan kerja sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi partisipasi penyusunan anggaran maka akan semakin tinggi kepuasan kerja, selain itu ditemukan juga hubungan positif yang menunjukkan hubungan searah antara partipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajer sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi partisipasi dalam penyusunan anggaran maka semakin tinggi kinerja manajer.

20 Kejelasan sasaran anggaran berkenaan dengan luasnya sasaran anggaran yang dinyatakan secara jelas, spesifik, dan dipahami oleh aparat pemerintah yang bertanggungjawab terhadap pencapaian anggaran. Kejelasan sasaran anggaran akan meningkatkan prestasi anggaran, karena jelas apa yang harus dilaksanakan untuk mecapai sasaran anggaran. Begitu juga sasaran yang spesifik akan menghasilkan prestasi yang lebih tinggi dari pada sasaran anggaran yang tidak jelas (Siregar dan Dalimunthe, 1999). Hasil penelitian Latham dan Yuk (1975), Steers (1976), Ivancevich (1976), menunjukkan adanya pengaruh positif kejelasan sasaran anggaran terhadap kepuasan kerja dan keterikatan sasaran serta pencapaian sasaran. Umpan balik anggaran berkenaan dengan sejauh mana sasaran anggaran telah tercapai. Umpan balik merupakan variabel motivasi yang penting untuk diketahui oleh para anggota organisasi. Jika anggota organisasi tidak mengetahui hasil dari usahanya, berarti mereka tidak mempunyai dasar untuk menentukan usahanya sukses atau gagal. Dengan demikian tidak akan mendorong anggota organisasi untuk meningkatkan prestasinya. Kemungkinan lain para anggota organisasi akan merasa tidak puas. Hasil penelitian Steers (1975), Kim dan Hammer (1976), menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara umpan balik dan prestasi kerja. Evaluasi anggaran berkenaan dengan usaha mencari tahu besarnya penyimpangan (variance) masing-masing pusat pertanggungjawaban. Evaluasi anggaran dimaksudkan untuk mengetahui prestasi manajer pusat pertanggungjawaan. Dalam konteks Pemerintah daerah, evaluasi anggaran ini dimaksudkan untuk mengetahui prestasi aparat pemerintah selaku partisipan

21 anggaran Provinsi Sumatera Utara pada masing-masing unit kerja. Hasil penelitian Welsch (1976), menunjukkan penggunaan anggaran dalam penilaian prestasi cendrung mempengaruhi perilaku, sikap, dan prestasi para partisipan. Pendekatan hukuman (punitive approach) menghasilkan motivasi yang lebih rendah dan sikap negatif, sedangkan pendekatan sandaran (supportive approcah) menghasilkan sikap da perilaku positif. Pada umumnya semakin sulit suatu sasaran, semakin tinggi pula prestasinya, sepanjang sasaran tersebut telah disepakati pihak partisipan.sasaran yang sangat sulit dan tidak mungkin untuk dicapai akan menimbulkan frustasi bukan prestasi. Begitu juga sasaran yang terlalu mudah untuk dicapai tidak menimbulkan tantangan dan motivasi untuk melaksanakannya. Sasaran yang ideal adalah sasaran yang sulit untuk dicapai tapi masih mungkin untuk dicapai. Menurut Hofstede (1967), sasaran anggaran yang lebih ketat akan menimbulkan motivasi yang lebih tinggi dalam batas tertentu, namun pengetahun berikutnya akan mengurangi motivasi. Hasil penelitian Carol dan Tosi (1970), menunjukkan hubungan positif dan signifikan antara tingkat kesulitan anggaran dengan prestasi Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan partisipasi dalam penyusunan anggaran dengan kepuasan kerja dilakukan oleh Puspaningsih (1998) membuktikan bahwa role ambiguity merupakan variabel antara dalam hubungan antara partipisai dalam penyusunan anggaran dengan kepuasan kerja. Safitri (2006) menunjukkan bahwa hubungan partisipasi dalam penyusunan anggaran dan kepuasan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan, dan pada hubungannya partipasi dalam penyusunan anggaran dan kinerja karyawan menunjukkan bahwa

22 partisipasipasi dalam penyusunan anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Karakteristik tujuan anggaran meliputi partisipasi dalam penyusunan anggaran, kejelasan tujuan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, dan tingkat kesulitan anggaran. Chrisanti (2008) meneliti Pengaruh Karakteristik Tujuan Penyusunan Anggaran Terhadap Kepuasan Kerja Manajer Menengah pada BUMN di Surabaya, dengan manajer menengah sebagai responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel karakteristik tujuan penyusunan anggaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja manajer menengah dengan nilai F hitung sebesar 16,846 > F tabel sebesar 2,62. Pengaruh variabel karakteristik tujuan penyusunan anggaran secara parsial diperoleh hasil signifikan antara variabel partisipasi anggaran dengan kepuasan kerja manajer menengah dengan nilai t hitung sebesar 2,695 > t tabel sebesar 1,711 dan t hitung sebesar - 2,695 < -t tabel sebesar -1,711. Hasil penelitian (Anggraita, 2009) menunjukkan bahwa karakteristik anggaran secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja manajer melalui varibel perantara (intervening) prestasi kerja manajer. Hasil penelitian ini sekaligus membuktikan bahwa prestasi kerja manajer memamng merupakan perantara bagi hubungan antara karakteristik anggaran dengan kepuasan kerja manajer. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh karakteristik tujuan anggaran terhadap kepuasan kerja melalui pretasi kerja dapat dilihat pada tabel berikut ini :

23 Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Puspaningsih (1998) Safitri (2006) Chrisanti (2008) Anggaraita (2009) Judul Penelitian Variabel Yang Digunakan Hasil Penelitian Pengaruh Partisipasi dalam Variabel Independen ; Mmenunjukkan hubungan yang searah Penyusunan Anggaran Partispasi dalam antara partisipasi anggaran dengan Terhadap Kepuasan Kerja penyusunan anggaran. kepuasan kerja sehingga dapat dan Kinerja Manajer : Role Variabel Dependen : dinyatakan bahwa semakin tinggi Ambiguity sebagai Kepuasan kerja dan partisipasi penyusunan anggaran maka Variabel Antara kinerja manajer. akan semakin tinggi kepuasan kerja, Variabel Intervening : selain itu ditemukan juga hubungan Role Ambiguity positif yang menunjukkan hubungan searah antara partipasi penyusunan anggaran dengan kinerja manajer sehingga dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi partisipasi dalam penyusunan anggaran maka semakin tinggi kinerja manajer. Pengaruh Partisipasi Dalam Variabel Independen: Partisipasi dalam penyusunan Penyusunan Anggaran Partisipasi dalam anggaran berpengaruh positif dan Terhadap Kepuasan Kerja penyusunan anggaran. tidak signifikan terhadap kepuasan dan Kinerja Karyawan : Variabel Dependen: kerja karyawan pada PT. Merapi Job Relevant Information Kepuasan kerja dan Utama Pharma Cabang Yogyakarta (JRI) Sebagai Variabel Kinerja karyawan. Sementara di sisi lain partisipasi Antara (Studi Pada PT. Variabel Intervening: anggaran berpengaruh positif dan Merapi Utama Pharma Job Relevant signifikan terhadap terhadap JRI dan Cabang Yogyakarta) Information (JRI) kinerja karyawan. Sedangkan dalam pengujian hubungan antara partisipasi anggaran dengan kepuasan kerja yang dimediasi informasi job relevan (IJR) menunjukkan adanya pengaruh positif dan tidak signifikan. Pengaruh Tujuan Anggaran Kepuasan Kerja Manajer Menengah Pada BUMN di Surabaya Karakteristik Variabel Independen: Penyusunan Partisipasi anggaran, Terhadap kejelasan anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, kesulitan anggaran. Variabel Dependen: Kepuasan kerja manajer menengah Pengaruh Variabel Intervening Prestasi Kerja Terhadap Hubungan Karakteristik Anggaran dengan Kepuasan Kerja Manajer (Penelitian Terhadap Manajer Hotel- Hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta) Variabel Independen : Karakteristik Anggaran Variabel Dependen : Kepuasan Kerja Variabel Intervening : Prestasi Kerja Secara bersama-sama variabel karakteristik tujuan penysunan anggaran yang meliputi partisipasi anggaran, kejelasan sasaran anggaran, umpan balik anggaran, evaluasi anggaran, kesulitan anggaran memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja manajer menengah dengan nilai F hitung sebesar 16,846 > F tabel sebesar 2,62. Karakteristik anggaran secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja manajer melalui variabel perantara (intervening) prestasi kerja manajer. Hasil penelitian sekaligus membuktikan bahwa prestasi kerja manajer memang merupakan perantara bagi hubungan antara karakteristik anggaran dengan kepuasan kerja manajer

BAB I PENDAHULUAN. negeri, dan obligasi pemerintah, serta sumber dana lain yang sah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. negeri, dan obligasi pemerintah, serta sumber dana lain yang sah dan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang berfungsi sebagai alat perencanaan dan pengendalian agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI KLATEN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI KLATEN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN ANGGARAN PADA PERUSAHAAN-PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI KLATEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45).

BAB I PENDAHULUAN. efisian sehingga tujuan organisasi dapat tercapai (Mardiasmo, 2002 :45). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah anggaran atau penganggaran (budgeting) sangat dipahami dalam setiap organisasi, termasuk organisasi pemerintahan. Sebagai organisasi, aparat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. situasi atau organisasi (perusahaan) tertentu. Dalam partisipasi penyusunan anggaran, BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori Kontijensi Teori kontijensi menyatakan bahwa tidak ada rancangan dan penggunaan sistem pengendalian manajemen yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kinerja Manajerial Kinerja manajerial merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan efektivitas kinerja organisasional. Menurut Mahoney dkk. (1963)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diketahuinya informasi tentang tujuan dari anggaran sebagai feed forward

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diketahuinya informasi tentang tujuan dari anggaran sebagai feed forward BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kondisi yang tidak menentu dalam suatu proses bisnis, kejadian untuk masa mendatang sulit untuk diprediksi sehingga proses perencanaan untuk mencapai tujuan organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kinerja Sektor Publik Kinerja pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi seberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. PEMERINTAHAN DAERAH Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pemerintah Daerah Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan usaha yang semakin ketat dewasa ini menuntut perusahaan untuk beroperasi seefisien dan seefektif mungkin. Untuk itu pihak manajemen harus mampu melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk

BAB II LANDASAN TEORI. mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif untuk BAB II LANDASAN TEORI V.1. Anggaran V.1.1. Pengertian Anggaran Nafarin (2007) menyatakan bahwa anggaran merupakan rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anggaran 2.1.1. Pengertian Anggaran Anggaran merupakan rencana kerja jangka pendek yang dinyatakan secara kuantitatif dan diukur dalam satuan moneter yang penyusunannya sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi persaingan yang semakin ketat merupakan tantangan dan peluang baru bagi negara-negara berkembang, seperti di Indonesia. Persaingan antar negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang menjalankan pemerintahan Daerah dan sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja didefinisikan dengan sejauh mana individu merasakan secara positif atau negatif berbagai macam faktor atau dimensi dari tugas-tugas dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi sektor publik merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi sektor publik merupakan lembaga yang menjalankan roda BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi sektor publik merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang menyediakan pelayanan berupa barang/jasa bagi masyarakat dengan sumber dana

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Anggaran Definisi Anggaran. Anggaran menurut Henry Simamora (1999) merupakan suatu

BAB II DASAR TEORI Anggaran Definisi Anggaran. Anggaran menurut Henry Simamora (1999) merupakan suatu 7 BAB II DASAR TEORI 2.1. Anggaran 2.1.1. Definisi Anggaran Anggaran menurut Henry Simamora (1999) merupakan suatu rencana rinci yang memperlihatkan bagaimana sumber-sumber daya diharapkan akan diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Anggaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Anggaran 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Anggaran Menurut Mulyadi (1993) pengertian anggaran adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan jumlah) periodic

BAB II LANDASAN TEORI. Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan jumlah) periodic BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Anggaran Anggaran adalah suatu rencana kuantitatif (satuan jumlah) periodic yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. disusun manajemen dalam jangka waktu satu tahun untuk membawa perusahaan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Anggaran Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Hubungan agensi muncul ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Hubungan agensi muncul ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) Hubungan agensi muncul ketika salah satu pihak (prinsipal) menyewa pihak lain (agen) untuk melaksanakan suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 PRODUKTIVITAS KERJA 1.1.1 Pengertian Produktivitas Kerja Produktivitas kerja adalah suatu ukuran dari pada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk beroperasi seefisien mungkin. Untuk itu pihak manajemen harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. untuk beroperasi seefisien mungkin. Untuk itu pihak manajemen harus mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan usaha yang sangat ketat dewasa ini, menuntut perusahaan untuk beroperasi seefisien mungkin. Untuk itu pihak manajemen harus mampu melaksanakan fungsinya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Stoner (1992), Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Stoner (1992), Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teori Organisasi Menurut Stoner (1992), Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orang-orang di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Argyris (1957) (dikutip dari Brownell dan McInnes (1983). Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Argyris (1957) (dikutip dari Brownell dan McInnes (1983). Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian-Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan partisipasi anggaran pertama kali dilakukan oleh Argyris (1957) (dikutip dari Brownell dan McInnes (1983). Penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepuasan Kerja 2.1.1 Pengertian Kepuasan Kerja Kepuasan kerja bukanlah berarti seberapa keras atau seberapa baik seseorang bekerja, melainkan seberapa jauh seseorang menyukai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas yang menjadi tanggung jawab guru tersebut secara tepat waktu, disamping

Lebih terperinci

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN DAN TINGKAT KESULITAN TARGET ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN SISTEM REWARD

PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN DAN TINGKAT KESULITAN TARGET ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN SISTEM REWARD PENGARUH PARTISIPASI PENGANGGARAN DAN TINGKAT KESULITAN TARGET ANGGARAN TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN SISTEM REWARD SEBAGAI VARIABEL MODERATING (Survey pada Perusahaan Manufaktur di Sukoharjo) SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam melaksanakan kegiatan operasional, setiap perusahaan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam melaksanakan kegiatan operasional, setiap perusahaan harus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam melaksanakan kegiatan operasional, setiap perusahaan harus mempunyai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai. Baik untuk tujuan jangka panjang maupun jangka

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI PENGARUH KARAKTERISTIK TUJUAN ANGGARAN TERHADAP KINERJA APARAT PEMERINTAH DAERAH DI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi secara efektif dan efisien (Schief dan Lewin,1970; Welsch, Hilton, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. organisasi secara efektif dan efisien (Schief dan Lewin,1970; Welsch, Hilton, dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kejelasan Sasaran Anggaran Anggaran merupakan elemen sistem pengendalian manajemen yang berfungsi sebagai alat perencanaan agar manajer dapat melaksanakan kegiatan organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah menyebabkan lahirnya otonomi daerah sebagai salah satu tuntutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah menyebabkan lahirnya otonomi daerah sebagai salah satu tuntutan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan keuangan daerah Reformasi di segala bidang yang di dukung oleh masyarakat dalam mensikapi permasalahan yang terjadi, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai. secara sistematis untuk satu periode. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian, Fungsi, dan Klasifikasi Anggaran Anggaran sektor publik merupakan instrumen akuntabilitas atas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1999) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan pada fungsi manajemen klasik yang. penganggaran, pemprograman dan lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1999) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan pada fungsi manajemen klasik yang. penganggaran, pemprograman dan lainnya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja Manajerial Penilaian kinerja manajerial menurut Mahoney, dkk (1963 dalam Zainul, 1999) dalam bentuk kinerja manajer berdasarkan pada fungsi manajemen klasik yang meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Partisipasi Penyusunan Anggaran Anggaran merupakan kata benda, yaitu hasil yang diperoleh setelah menyelesaikan tugas perencanaan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Bab ini berisi uraian berbagai teori tentang kepuasan kerja yang menjadi dasar dalam penelitian ini. Pertama-tama akan dibahas tentang kepuasan kerja, kemudian diikuti

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Anggaran Anggaran merupakan suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitatif, yang diukur dalam satuan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap

BAB I PENDAHULUAN. publik terkait dengan proses penentuan jumlah alokasi dana untuk tiap-tiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja organisasi yang optimal tergantung dari bagaimana perusahaan memanfaatkan faktor-faktor produksi yang dimiliki secara ekonomis, efektif, dan efisien. Anggaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bekerja merasa kebutuhannya sudah terpenuhi,maka akan timbul kepuasan bekerja dalam diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bekerja merasa kebutuhannya sudah terpenuhi,maka akan timbul kepuasan bekerja dalam diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KEPUASAN KERJA 2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja Manusia dalam hidup mempunyai kebutuhan mendasar yang tidak mungkin dapat dihilangkan, karena kebutuhan tersebut mendasari perilaku

Lebih terperinci

MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL

MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL MOTIVASI DAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI VARIABEL MODERATING DALAM HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN KINERJA MANAJERIAL (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Wilayah Eks Karesidenan Surakarta)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak berupa tantangan dan peluang baru bagi proses pembangunan daerah di setiap negara, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai dampak yang besar terhadap perencanaan tujuan dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempunyai dampak yang besar terhadap perencanaan tujuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam dunia bisnis yang modern, manajemen diharapkan untuk selalu dapat merencanakan masa depannya. Setiap bagian dari perencanaan harus mencakup evaluasi

Lebih terperinci

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Kajian teoritis yang digunakan di dalam penelitian ini sebagai dasar asumsi penelitian

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Kajian teoritis yang digunakan di dalam penelitian ini sebagai dasar asumsi penelitian BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Kajian teoritis yang digunakan di dalam penelitian ini sebagai dasar asumsi penelitian ini masih menggunakan kajian teoritis pada sektor privat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kondisi organisasi, namun sebuah sistem pengendalian tertentu hanya efektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. kondisi organisasi, namun sebuah sistem pengendalian tertentu hanya efektif BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Kontijensi Teori kontijensi menyatakan bahwa tidak ada rancangan dan penggunaan sistem pengendalian manajemen yang dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007)

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007) BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Anggaran 2.1.1 Definisi Anggaran Alat utama kebijakan fiskal adalah anggaran. Deddi et al. (2007) dalam akuntansi sektor publik mendefinisikan anggaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Junaidi (2000) dengan judul Pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja karyawan bagian produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang perimbangan keuangan antara

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang perimbangan keuangan antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dengan teori-teori berikut ini (Shield dan Shield, 1998 dalam Sumarno, 2005).

BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dengan teori-teori berikut ini (Shield dan Shield, 1998 dalam Sumarno, 2005). 9 BAB II TINJAUAN TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Partisipasi Anggaran Hampir semua penelitian yang dilakukan terhadap anggaran berhubungan dengan teori-teori berikut

Lebih terperinci

pengaruh variabel bebas (X1, dan X2) adalah besar terhadap adalah kecil terhadap variabel terikat (Y). BAB II URAIAN TEORITIS

pengaruh variabel bebas (X1, dan X2) adalah besar terhadap adalah kecil terhadap variabel terikat (Y). BAB II URAIAN TEORITIS 3). Koefisien determinasi (R²) Koefisen determinasi digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R² semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi 2.1.1 Pengertian Kompensasi Adapun pengertian kompensasi menurut para ahli sebagai berikut: a. Menurut Handoko dalam Septawan (2014:5) adalah segala sesuatu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan suatu perusahaan (Adrianto, 2008). Agar dapat bersaing, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kebangkrutan suatu perusahaan (Adrianto, 2008). Agar dapat bersaing, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, setiap perusahaan bersaing untuk meningkatkan kualitas produk serta kualitas sumber daya manusia. Persaingan dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara fakta dan teori. Keputusan tersebut merupakan penafsiran dari hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. antara fakta dan teori. Keputusan tersebut merupakan penafsiran dari hal-hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak gejolak ketidakpuasan yang timbul akhir-akhir ini, memicu timbulnya suasana yang kurang harmonis antara staf dan manajer. Keputusan dari manajer, sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bagian ini akan dibahas tentang teori dari kepuasan kerja dan komitmen organisasi yang akan mendasari penelitian ini. Pemabahasan ini akan menjadi panduan dalam memahami secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Kerja Wexley dan Yukl mengartikan kepuasan kerja sebagai the way an employee feels about his or her job. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Anggaran merupakan suatu instrumen didalam manajemen karena merupakan bagian dari fungsi manajemen. Di dunia bisnis maupun di organisasi sektor publik, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini sangat banyak merek mobil yang digunakan di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Memasuki era globalisasi ini, perkembangan perekonomian khususnya di Indonesia berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Pengertian Path Goal Theory Path-goal theory menjelaskan dampak gaya kepemimpinan pada motivasi bawahan, kepuasan dan kinerjanya (Luthans, 2006) dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat bantu. Salah satu alat bantu yang digunakan adalah anggaran (budget)

BAB I PENDAHULUAN. alat bantu. Salah satu alat bantu yang digunakan adalah anggaran (budget) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan usaha yang sangat ketat dewasa ini, menuntut perusahaan untuk beroperasi seefisien dan seefektif mungkin. Untuk itu pihak manajemen harus mampu melaksanakan

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi

II. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi 16 II. LANDASAN TEORI A. Definisi Iklim Organisasi Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi pegawai mengenai kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini

BAB II LANDASAN TEORI. aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Lingkungan Kerja 2.1.1 Definisi Lingkungan Kerja Aspek yang menunjang manusia untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas adalah adanya lingkungan kerja yang kondusif. Faktor ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kejelasan Sasaran Anggaran Menurut Halim & Syam Kusufi (2012) mengatakan bahwa anggaran memiliki peranan penting dalam organisasi sektor publik, terutama organisasi pemerintahan.

Lebih terperinci

Anggaran Perusahaan. Disusun oleh : Dadang Hendra Winata ( ) Indra Kusuma Putra ( ) MP 14 B UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Anggaran Perusahaan. Disusun oleh : Dadang Hendra Winata ( ) Indra Kusuma Putra ( ) MP 14 B UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Anggaran Perusahaan Disusun oleh : Dadang Hendra Winata (14080574100) Indra Kusuma Putra (14080574199) MP 14 B UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS EKONOMI S1 MANAJEMEN 2016 ANGGARAN PERUSAHAAN Anggaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Anggaran Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih besar dalam pengurusan maupun pengelolaan pemerintahan daerah, termasuk didalamnya pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup serta mengendalikan organisasi hingga tujuan

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup serta mengendalikan organisasi hingga tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang meningkat dewasa ini menuntut perusahaan untuk memanfaatkan kemampuan yang ada semaksimal mungkin agar unggul dalam persaingan. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Menurut Jensen dan Mecking dalam Amertadewi dan Dwirandra (2013) menjelaskan teori keagenan merupakan kontrak antara satu orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi Pemerintah Daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja organisasi yang optimal tergantung dari bagaimana perusahaaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kinerja organisasi yang optimal tergantung dari bagaimana perusahaaan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kinerja organisasi yang optimal tergantung dari bagaimana perusahaaan memanfaatkan faktor faktor produksi yang dimilikinya secara ekonomis, efektif dan effisien.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu fungsi perencanaan (planning), fungsi pelaksanaan (actuating), dan fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anggaran adalah salah satu komponen penting dalam perencanaan organisasi. Anggaran merupakan rencana pendanaan kegiatan di masa depan dan dinyatakan secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap orang yang bekerja mengharapkan untuk memperoleh kepuasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap orang yang bekerja mengharapkan untuk memperoleh kepuasan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Definisi Kepuasan Kerja Setiap orang yang bekerja mengharapkan untuk memperoleh kepuasan dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Akuntansi Pertanggungjawaban Mulyadi (2001:2), menyatakan bahwa akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu sistem akuntansi yang disusun sedemikian

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Kinerja di Balai Ternak Embrio Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sasaran tersebut. Rencana yang disusun secara kuantitatif umunya dituangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sasaran tersebut. Rencana yang disusun secara kuantitatif umunya dituangkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anggaran 2.1.1. Pengertian Anggaran Manajemen dalam pengelolaan perusahaan terlebih dahulu menetapkan tujuan dan sasaran, kemudian membuat rencana kegiatan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini mengkaji landasan teori, konsep-konsep yang digunakan, dan hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Bab ini mengkaji landasan teori, konsep-konsep yang digunakan, dan hasil BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN Bab ini mengkaji landasan teori, konsep-konsep yang digunakan, dan hasil penelitian sebelumnya yang diperlukan dalam menjawab masalah penelitian yang akah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu yang telah lama bekerja. Mereka yang telah lama bekerja akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu yang telah lama bekerja. Mereka yang telah lama bekerja akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengembangan Karir 2.1.1. Pengertian Pengembangan Karir Seorang individu yang pertama kali menerima tawaran pekerjaan akan memilki pengadaan yang berbeda tentang pekerjaan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggunaan sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penggunaan sumber-sumber suatu organisasi dalam jangka waktu tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anggaran Anggaran adalah suatu rencana terinci yang dinyatakan dalam ukuran kuantitatif, biasanya dalam satuan uang, untuk menunjukkan perolehan dan penggunaan sumber-sumber

Lebih terperinci

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGANGGARAN PARTISIPATIF DENGAN KINERJA MANAJERIAL

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGANGGARAN PARTISIPATIF DENGAN KINERJA MANAJERIAL PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN PELIMPAHAN WEWENANG TERHADAP HUBUNGAN ANTARA PENGANGGARAN PARTISIPATIF DENGAN KINERJA MANAJERIAL SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan konsep senjangan anggaran dapat dimulai dari pendekatan teori keagenan. Dalam teori keagengan, hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat bantu salah satu alat bantu yang digunakan adalah anggaran (budget) yang

BAB I PENDAHULUAN. alat bantu salah satu alat bantu yang digunakan adalah anggaran (budget) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persaingan usaha yang sangat ketat dewasa ini menuntut perusahaan untuk beroperasi seefisien dan seefektif mungkin. Untuk itu pihak manajemen harus mampu melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan persaingan global sekarang ini yang diliputi banyak ketidakpastian, maka perlu menciptakan kondisi ekonomi yang lebih fleksibel dan inovatif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Partisipasi Dalam konteks penganggaran, Brownell (1982) dalam Puspaningsih (2002) menjelaskan bahwa partisipasi merupakan suatu proses yang melibatkan individuindividu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Peranan Anggaran. dapat digunakan untuk menyesuaikan anggaran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan Peranan Anggaran. dapat digunakan untuk menyesuaikan anggaran. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Konsep dan Peranan Anggaran Semua perusahaan pada umumnya memiliki anggaran karena anggaran berkaitan dengan pengendalian dan perencanaan. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan harus diimbangi dengan kinerja yang baik, sehingga pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan harus diimbangi dengan kinerja yang baik, sehingga pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintahan dengan sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan panitia, pengumpulan dan pengklasifikasian data, pengajuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan panitia, pengumpulan dan pengklasifikasian data, pengajuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Anggaran 2.1.1.1 Pengertian Anggaran Penganggaran ialah proses penyusunan anggaran, yang dimulai pembuatan panitia, pengumpulan

Lebih terperinci

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN STRUKTUR ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING

PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN STRUKTUR ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING PENGARUH PENGANGGARAN PARTISIPATIF TERHADAP KINERJA MANAJERIAL DENGAN STRUKTUR ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL MODERATING ( Survey Pada Rumah Sakit di Purwodadi Grobogan) Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini, hanya perusahaan yang mampu melakukan efisiensi, peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang. Anggaran menjadi alat manajerial yang umum digunakan

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang. Anggaran menjadi alat manajerial yang umum digunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Bastian (2006:163) anggaran mengungkapkan apa yang akan dilakukan di masa mendatang. Anggaran menjadi alat manajerial yang umum digunakan karena sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. digunakan sebagai acuan dalam pemecahan masalah yang sedang diteliti.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. digunakan sebagai acuan dalam pemecahan masalah yang sedang diteliti. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Bagian ini membahas mengenai teori-teori dan pendekatan yang menjelaskan pengertian anggaran, partisipasi penganggaran, ambiguitas peran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini lingkungan organisasi berubah secara cepat, sehingga mengakibatkan lingkungan organisasi yang tidak pasti, sementara sumberdaya yang dimiliki terbatas.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi

BAB II URAIAN TEORITIS. judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang kompensasi telah dilakukan oleh Nurmala (2003) dengan judul penelitian Pengaruh Deskripsi Kerja dan Kompensasi Terhadap Prestasi Kerja

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang. dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama Unit Organisasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penganggaran daerah dengan pendekatan kinerja dalam Kepmendagri memuat pedoman penyusunan rancangan APBD yang dilaksanakan oleh Tim Anggaran Eksekutif bersama-sama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kompensasi Setiap orang karyawan yang bekerja dengan serius bukan sekedar bertujuan untuk mendapatkan prestasi dan menunjukan kemampuan yang dimiliki saja tetapi, alasan lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu, dalam menghadapi pesaing-pesaingnya perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. Disamping itu, dalam menghadapi pesaing-pesaingnya perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya kemajuan teknologi informasi telah memicu terjadinya globalisasi. Globalisasi yang melanda seluruh sisi dunia mengakibatkan persaingan dalam dunia bisnis semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian dan Fungsi Penganggaran Anggaran merupakan proses pengendalian manajemen yang melibatkan komunikasi dan interaksi formal di kalangan para manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keseimbangan tata kelola keuangan sebuah keluarga umumnya akan direfleksikan dari nilai belanja dan sumber pendanaannya. Kegiatan belanja akan dapat dilanjutkan manakala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor

BAB I PENDAHULUAN. operasi perusahaan. Begitu juga dengan dinas-dinas yang bernaungan disektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Dalam perkembangan Ekonomi Dewasa ini dimana dunia usaha tumbuh dengan pesat di indonesia, Pengusaha dituntut untuk bekerja dengan lebih efisien dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja organisasi yang optimal tergantung pada. bagaimana organisasi memanfaatkan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja organisasi yang optimal tergantung pada. bagaimana organisasi memanfaatkan sumber daya yang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja organisasi yang optimal tergantung pada bagaimana organisasi memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya secara ekonomis, efektif dan efisien. Oleh

Lebih terperinci

PERILAKU KEORGANISASIAN IT

PERILAKU KEORGANISASIAN IT PERILAKU KEORGANISASIAN IT-021251 U M M U K A L S U M U N I V E R S I TA S G U N A D A R M A 2016 PERILAKU INDIVIDU DAN PENGARUHNYA TERHADAP ORGANISASI PERILAKU ORGANISASI Membahas perilaku manusia dlm

Lebih terperinci