BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan kepada guru berdasarkan kriteria dengan sampel jenuh dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan kepada guru berdasarkan kriteria dengan sampel jenuh dengan"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Hasil Penelitian Informasi yang diperoleh pada penelitian ini mengungkapkan keadaan nyata di lapangan berupa deskripsi mengenai pelaksanaan program remedi oleh guru mata pelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten Kulon Progo. Wawancara tersebut dilaksanakan kepada guru berdasarkan kriteria dengan sampel jenuh dengan batasan tidak ada informasi baru yang ditemukan. Hasil penelitian mengungkap perencanaan, pelaksanaan, dan hasil program remedi. Hasil wawancara mendalam pelaksanaan program remedi pada pembelajaran biologi SMA Negeri di Kabupaten Kulon Progo sebagai berikut. 1. Guru A Guru A melaksanakan program remedi. Penentuan peserta didik yang harus mengikuti remedi hanya berdasarkan nilai ulangan harian dan KKM, tidak ada pertimbangan lain. Guru A tidak melakukan observasi perilaku peserta didik dan tidak membandingkannya dengan hasil ulangan maupun hasil tes IQ. Program remedi yang dilaksanakan berupa peserta didik belajar mandiri kemudian dilakukan tes ulang. Setelah melaksanakan program remedi, apabila masih ada peserta didik yang belum tuntas maka seharusnya dilakukan remedi tetapi Guru A tidak melakukan remedi lagi. Nilai akhir peserta didik yang remedi yaitu tepat KKM. Evaluasi terkait pelaksanaan remedi dilaksankan oleh guru A yaitu pada blangko analisis evaluasi, termuat analisis penyebab kegagalan peserta didik yang dapat berasal dari peserta didik itu sendiri maupun dari soal dan tingkat 47

2 kesulitan materi. Peserta didik yang mengikuti remedi cenderung sama, hanya peserta didik tertentu saja. 2. Guru B Guru B melaksanakan program remedi. Guru B menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi berdasarkan ketuntasan, mencapai KKM atau belum, tidak ada pertimbangan lain. Guru B melakukan observasi terhadap perilaku peserta didik apabila pada saat proses pembelajaran peserta didik mampu mengikuti dengan baik, namun saat ulangan harian tidak dapat mencapai KKM. Hasil observasi tersebut kemudian dituliskan pada analisis. Guru B juga melihat nilai IQ peserta didik, namun terkadang hasil IQ peserta didik tidak sesuai dengan kondisi peserta didik sesungguhnya. Apabila penyebab kegagalan peserta didik berasal dari masalah psikologis, guru B bekerja sama dengan guru BK. Selain itu, guru B juga melakukan pendekatan individual kepada peserta didik selaku wali kelas. Program remedi yang dilaksanakan berupa mengerjakan soal setelah pembahasan mengenai materi yang belum dikuasai peserta didik. Pembelajaran ulang dilaksanakan secara individual ataupun klasikal sesuai dengan jumlah peserta didik yang mengikuti program remedi Terkadang guru menerapkan strategi yang berbeda dalam melaksanakan program remedi, namun hal tersebut tergantung pada materi, jumlah peserta didik yang mengikuti program remedi, studi literatur, dan tingkat kesulitan materi. Pemantauan hasil program remedi dilakukan dengan tes ulang. Nilai akhir peserta didik yang mengikuti program remedi yaitu sesuai KKM. Evaluasi setelah pelaksanaan program remedi seharusnya ada, namun guru B tidak 48

3 melakukannya. Kendala dalam melaksanakan program remedi yaitu masalah waktu. Guru B menjelaskan sulit mencari waktu yang tepat untuk melaksanakan program remedi karena banyaknya kegiatan dan mata pelajaran lain yang menyelenggarakan remedi juga. 3. Guru C Guru C melaksanakan program remedi. Guru C menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi berdasarkan analisis ulangan harian, namun tanpa analisispun sebenarnya bisa dilihat dari nilai ulangan harian yang tidak mencapai KKM. Guru C tidak memperhatikan pertimbangan lain dalam menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi, hanya saja apabila ada peserta didik ketahuan menyontek juga harus mengikuti program remedi. Guru C tidak mampu menyelidiki masalah penyebab peserta didik tidak tuntas dan juga tidak melakukan konsultasi dengan guru BK. Observasi perilaku peserta didik yang menunjukkan tanda-tanda tidak konsentrasi, mengalami kesulitan memahami konsep, dan memiliki motivasi belajar rendah tidak dilakukan, tetapi menjadi kasus dan mencaritahu alasannya dengan pendekatan secara individual. Peserta didik yang nilainya jauh dibawah KKM ditelusuri penyebabnya oleh guru C. Guru C tidak mengaitkan antara hasil ulangan dengan hasil observasi maupun hasil tes IQ. Bentuk pelaksanaan program remedi berupa belajar mandiri kemudian pemantauan hasilnya dengan tes ulang. Jika benar-benar tidak ada waktu maka program remedi dilakukan dengan mengerjakan tugas. Apabila setelah program remedi masih terdapat peserta didik yang belum tuntas maka peserta didik akan mengerjakan soal lagi dengan diperbolehkan membuka buku. Nilai akhir peserta 49

4 didik yang mengikuti program remedi sesuai KKM. Guru C tidak melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program remedi. 4. Guru D Guru D melaksanakan program remedi. Setelah melaksanakan ulangan harian, guru tersebut menganalisis hasilnya. Apabila terdapat peserta didik yang belum mencapai nilai KKM maka guru tersebut melaksanakan program remedi. Cara menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi berdasarkan nilai ulangan harian, peserta didik yang belum mencapai KKM mengikuti ulangan remedi. Guru tidak memperhatikan pertimbangan lain yang digunakan untuk menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi. Guru D tidak melakukan observasi perilaku peserta didik, misalnya peserta didik tidak konsentrasi, mengalami kesulitan memahami konsep, dan memiliki motivasi belajar rendah. Guru D menjelaskan program remedi hanya untuk memperbaiki nilai saja. Guru D belum mengaitkan hasil nilai ulangan dengan hasil observasi maupun hasil tes intelegensi (IQ). Bentuk pelaksanaan program remedi berupa pemberian tes ulang. Nilai akhir peserta didik yang mengikuti program remedi yaitu tepat nilai KKM. Setelah program remedi apabila masih terdapat peserta didik yang belum tuntas maka dilaksanakan program remedi ulang sampai peserta didik benar-benar tuntas. Guru D tidak melakukan evaluasi terkait pelaksanaan program remedi. Namun, guru tersebut melakukan telaah, misalnya banyak peserta didik yang mengikuti program remedi, kemudian menelusuri penyebabnya apakah karena tingkat kesulitan materinya atau memang karena peserta didiknya. 50

5 5. Guru E Guru E melaksanakan program remedi. Guru E menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi berdasarkan KKM, tidak ada pertimbangan lain yang diperhatikan. Guru E melakukan observasi perilaku peserta didik pada saat di dalam kelas dan secara tertulis juga ada. Guru E tidak mengaitkan hasil ulangan harian dengan hasil tes IQ peserta didik. Kegagalan peserta didik dapat disebabkan karena peserta didik tidak belajar maksimal atau memiliki masalah, baik masalah dengan teman maupun masalah di rumah. Guru E mengarahkan peserta didik yang memiliki masalah untuk mengikuti ekstrakurikuler Pusat Informasi Reproduksi Remaja (PIRR) yang ada di sekolah. PIRR membantu menyelesaikan masalah peserta didik dan umumnya masalah tersebut berkaitan dengan pacar. Terkadang guru E juga melakukan konsultasi dengan guru BK mengenai masalah peserta didik. Bentuk pelaksanaan program remedi berupa mengerjakan soal, mengerjakan tugas, ataupun memanfaatkan tutor sebaya. Tutor sebaya dilakukan secara terbimbing dimana peserta didik yang belum tuntas membuat daftar pertanyaan yang diajukan kepada peserta didik yang diangga tutor dan guru mengawasi pelaksanaannya. Perbedaan program remedi yang dilaksanakan tergantung pada jumlah peserta didik yang mengikuti program remedi, apabila ketuntasan peserta didik >85% maka pembelajaran dilakukan secara individual, sementara apabila ketuntasan 50-85% maka pembelajaran dilakukan secara klasikal. Pemantauan hasil program remedi dilakukan dengan melaksanakan tes ulang, pemberian tugas, ataupun dengan tes lisan apabila jumlah peserta didik hanya beberapa orang saja. 51

6 Apabila setelah melakukan program remedi masih ada peserta didik yang belum tuntas maka dilakukan remedi lagi, namun apabila sampai 3 kali belum tuntas juga maka akan diberikan tugas. Nilai akhir peserta didik yang mengikuti program remedi sesuai KKM. Evaluasi pelaksanaan program remedi dilakukan untuk mengetahui penyebab kegagalan peserta didik, apakah dari tingkat kesulitan materi, sarana dan prasarana yang kurang menunjang, atau dari guru itu sendiri. Evaluasi dilaksanan untuk perbaikan pembelajaran selanjutnya. 6. Guru F Guru F melaksanakan program remedi. Guru F menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi berdasarkan nilai ulangan harian. Apabila peserta didik belum mencapai KKM maka peserta didik tersebut harus mengikuti program remedi, tidak ada pertimbangan lain yang diperhatikan. Program remedi dilakukan dengan fokus pada nilai peserta didik, bukan pada perilaku peserta didik. Guru F tidak mempertimbangkan apabila penyebab kegagalan belajar peserta didik berasal dari masalah psikologis atau pemahaman peserta didik. Apabila peserta didik memiliki masalah psikologis, guru BK yang akan menangani, bukan guru mata pelajaran. Guru mata pelajaran merujuk langsung ke nilai. Guru F tidak mengaitkan hasil ulangan harian dengan hasil tes IQ. Guru E menyatakan bahwa guru mata pelajaran tidak perlu mengetahui hasil tes IQ peserta didik yang diadakan guru BK. Bentuk pelaksanaan program remedi berupa mengerjakan soal atau tes lisan. Terkadang peserta didik hanya mengerjakan nomer soal yang masih salah saja atau mengerjakan seluruh soal. Apabila masih ada peserta didik yang belum tuntas 52

7 walaupun sudah mengikuti program remedi, maka peserta didik mengerjakan soal kembali dengan tipe yang sama, namun apabila masih belum tuntas, maka mengerjakan soal yang sama. Nilai akhir peserta didik yang mengikuti program remedi yaitu sesuai KKM. Evaluasi dilaksanakan dengan melihat hasil analisis ulangan harian sehingga bisa diketahui penyebab kegagalan peserta didik, apakah dari tingkat kesukaran soal, atau peserta didiknya sendiri. Guru menjelaskan karena sekolah pinggiran maka dimungkinkan disebabkan karena peserta didik. 7. Guru G Guru G melaksanakan program remedi. Guru G menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi berdasarkan nilai ulangan, kalau belum mencapai KKM peserta didik harus mengikuti program remedi. Guru G tidak melakukan observasi perilaku peserta didik dan tidak mengaitkannya dengan hasil ulangan maupun hasil tes IQ peserta didik. Sekolah masih menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sehingga kelas X belum ada peminatan. Hal ini mempengaruhi jumlah peserta didik yang mengikuti program remedi. Jumlah peserta didik kelas X yang mengikuti program remedi lebih banyak dibanding kelas XI karena peserta didik kelas X belum terfokus dan belum termotivasi. Peserta didik yang tidak tuntas karena masalah psikologis mendapat perhatian guru. Peserta didik yang mengikuti program remedi berulang kali ditelusuri penyebabnya, daya tangkap yang rendah atau ada masalah di rumah. Jika peserta didik yang mengikuti program remedi terlalu banyak, maka faktor guru dapat menjadi salah satu penyebabnya. 53

8 Program remedi yang dilaksanakan berupa peserta didik belajar mandiri, membahas materi atau soal yang belum dikuasai peserta didik. Kendala pelaksanaan remedi yaitu masalah waktu, program remedi harus dilaksanakan di luar jam pelajaran. Secara ideal, pelaksanaan program remedi harus memiliki strategi pembelajaran, pembelajaran ulang, namun guru belum melaksanakan. Tes ulang dilaksanakan dengan sebelumnya peserta didik diberitahu materi atau nomer soal yang belm dikuasai. Apabila terdapat peserta didik yang biasanya tuntas, tetapi suatu saat peserta didik tersebut tidak tuntas, maka guru G mencari tahu penyebabnya dengan konsultasi ke guru BK. Guru menjelaskan bahwa alasan peserta didik yaitu karena belum ada penjurusan. Nilai akhir peserta didik yang remedi yaitu nilai tepat KKM. Tidak ada evaluasi khusus untuk remedi, evaluasi dilihat dari hasil analisis ulangan harian. 8. Guru H Guru H melaksanakan program remedi. Guru H menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi berdasarkan KKM, tidak ada pertimbangan lain yang diperhatikan. Berdasarkan analisis yang dilakukan, item atau indikator yang belum dikuasai peserta didiklah yang digunakan untuk program remedi. Peserta didik yang belum tuntas disebabkan masalah psikologis, guru H membantu masalah peserta didik dengan cara pendekatan individual. Guru mata pelajaran harus menguasai dan menerapkan prinsip konseling. Peserta didik mengalami kegagalan apakah disebabkan pola belajar, masalah di rumah, atau yang lainnya. Guru H melakukan pendekatan dengan guru BK untuk membantu menangani masalah peserta didik sehingga tidak menggangu proses pembelajaran. Selain itu, 54

9 guru H juga melakukan pendekatan dengan peserta didik untuk membantu memecahkan masalah. Apabila peserta didik memiliki masalah mengenai materi, peserta didik dapat menanyakan dan menghubungi guru H melalui media sosial, seperti wa, facebook, line, dan bbm. Guru H tidak melakukan observasi perilaku peserta didik, namun terdapat buku hambatan untuk KTSP sehingga dari buku tersebut dapat diketahui peserta didik yang perlu pendampingan. Guru H tidak mengaitkan antara hasil observasi, hasil ulangan harian, dan hasil tes IQ. Bentuk pelaksanaan program remedi berupa pemberian tes ulang, penugasan, dan kalau peserta didik yang remedi lebih dari 50% dilakukan remedial teaching. Guru H juga memberitahukan materi yang belum dikuasai atau nomer soal yang masih salah. Pemantauan hasil program remedi dilakukan dengan tes ulang, namun apabila masih belum tuntas maka diberi penugasan. Nilai akhir peserta didik yang mengikuti program remedi sesuai nilai KKM. Evaluasi dilakukan dengan memperhatikan indikator dari kompetensi yang akan dicapai. Evaluasi digunakan untuk menetapkan soal kedepannya. 1. Pelaksanaan Program Remedi oleh Guru pada Pembelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten Kulon Progo Semua guru menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Namun, dilihat dari hasil wawancara, setiap guru memiliki pengungkapan yang berbeda-beda. Beberapa guru mengungkapkan bahwa nilai ulangan harian digunakan sebagai dasarmenetapkan peserta didik yang harus mengikuti program remedi. Penentuan peserta didik yang harus mengikuti remedi hanya berdasarkan nilai ulangan harian saja. (A) 55

10 Berdasarkan ketuntasan, sudah tuntas atau belum. Patokannya Nilai KKM. (B) Berdasarkan analisis ulangan harian. Sebenarnya nggak dianalisispun kalau nilainya kurang dari KKM ya peserta didik tersebut remedi. (C) Berdasarkan nilai ulangan harian, peserta didik yang belum mencapai KKM mengikuti ulangan remedi. (D) Berdasarkan KKM. (E) Berdasarkan nilai ulangan harian, kalau dibawah KKM kan diremedi. (F) Berdasarkan nilai ulangan... Kalau saya biasanya menggunakan nilai ulangan harian saja. Jadi, nilai ulangan harian kalau belum mencapai KKM harus mengikuti remedi. Jadi, hanya berdasarkan nilai ulangan harian untuk menetapkan peserta didik yang harus mengikuti remedi (G) Berdasarkan KKM... (H) Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa guru belum melaksanakan kegiatan perencanaan kegiatan program remedi sesuai dengan langkah yang ada. Guru menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi berdasarkan KKM. Sebagian guru mengungkapkan bahwa program remedi yang dilaksanakan berupa peserta didik belajar mandiri kemudian dilaksanakan pemantauan hasil program remedi dengan tes ulang. Namun, dua guru menyebutkan bahwa sebelum melaksanakan tes ulang, guru membahas soal ataupun materi yang belum dikuasai peserta didik. Guru yang lain menyebutkan pelaksanaan remedi dengan pemberian tugas, ataupun dengan tutor sebaya. Hasil wawancara dengan guru terkait pelaksanaan program remedi yaitu sebagai berikut: Peserta didik melakukan belajar mandiri kemudian pada waktu yang telah ditentukan dilaksanakan tes ulang. (A) Remedinya biasanya mengerjakan soal setelah pembahasan, mungkin ada anak yang masih bingung, tak bahas kemudian tak kasih soal. Pembelajaran ulang yang diakhiri dengan soal. Pembelajaran dilakukan secara klasikal, kadang juga individual, tergantung jumlah pesertanya. Kalau misal sedikit, individual. Kalau banyak, klasikal. (B) 56

11 Kalau seharusnya, melaksanakan remedi itu harus melaksanakan pembelajaran dulu, tapi kalau pembelajaran itu waktunya nggak ada. Nggih kon sinau riyin mawon. Jadi bisa belajar sendiri atau bisa tanya ke teman sebaya kemudian dites ulang. Ada pemberian tugas tapi kalau benar-benar waktunya nggak ada. Tapi kalau masih ada waktu, tetep pakai tes ulang. (C) Pelaksanaan remedi yang saya lakukan berupa pemberian tes ulang. (D) Remedi itu macam-macam. Yang pertama, pemberian tugas, kemudian yang kedua mengerjakan materi dengan kisi-kisi yang sama tetapi soal berbeda, kemudian juga ada tutor sebaya. (E)... Misalnya sekarang lagi bagi hasil ulangan, minggu depan kita remedi, gitu. Kalau nggak kan nanti anaknya nggak belajar, nggak siap, sama aja. (F) Kalau saya, saya suruh belajar, paling nggak gini, saya umumkan dulu kemudian nanti ditentukan kapan pelaksanaan remedi, yang belum dikuasai peserta didik nomer sekian sekian sekian. Kemudian saat pertemuan ada perbaikan (remedi) dan pengayaan... (G) Remedi itu nanti dilakukan secara bertahap dengan kita beri penugasan. Kalau dengan penugasan, berhasil atau tidak? Kalau tidak berhasil mungkin nanti perlu pendampingan lebih lanjut sehingga nanti untuk indikator itu bisa tercapai. (H) Semua guru melaksanakan pemantauan hasil program remedi dengan mengadakan tes ulang. Sebagian guru menyatakan bahwa tes ulang yang dilaksanakan berupa pemberian soal kepada peserta didik. Dalam hal ini, tidak semua guru menyebutkan macam soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Namun, beberapa guru menyebutkan bahwa soal yang dikerjakan oleh peserta didik adalah soal dengan indikator yang belum dikuasai peserta didik pada ulangan harian. Berikut ini hasil wawancara terkait pemantauan hasil program remedi yang telah dilaksanakan: Ya, ada tes ulang remedi. (A) Ya, dengan tes remedi. (B) Ya, dites dengan dikasih soal. (C) Ya, tes ulang yang dilakukan berupa ulangan remedi. (D) 57

12 Kalau perbaikan ya ada tesnya lagi mbak. Misalnya pembelajaran individual ya, nanti diberi soal lagi. Kalau yang pemberian tugas ya dari nilai tugas rumah itu, nanti dikumpulkan. Kalau dari tes ya belum tuntas ya diberi tes lagi sampai tuntas. Tapi remedi kalau hanya beberapa orang saya tes secara lisan. Kalau hanya atau 3 orang ya cuma secara lisan. (E) Ya, tes lagi. Dan biasanya kan misal soalnya 5, misal si A nggak tuntas di soal nomer, ya sudah yang dikerjakan yang nomer 1 itu. Tetai uga tergantung situasi kondisi, kadang anak mengerjakan soal semuanya, kadang yang dikerjakan anak yang salah saja. Disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Nggak saklek gitu juga nggak. Kan kita ya sekolah inggiran ya, jadinya harus menyesuaikan. Yang enak aja gimana. (F) Kalau saya cenderung saya berikan ulangan materi yang belum dikuasai atau nomer soal yang masih salah atau bobotnya yang masih kurang. Misalnya bobotya 10 tetapi baru mendapat 2 jadi perlu diperbaiki. Misalnya 5 nomer dengan bobot setiap nomernya 10 totalnya 50, ada yang baru mendapat skor 2 atau 3 kemudian nomer tersebut yang dikerjakan lagi. Misalnya sudah mendapat skor 7 atau 8 berarti kan dianggap peserta didik sudah menguasai. (G) Keberhasilan remedi dilakukan dengan tes, rata-rata yang kita lakukan tes. Tapi kalau itu belum ya dengan penugasan, artinya kita tidak ada suatu waktu formal sekali sehingga kalau kita dengan bisa jadi di kelas dengan tugas mandiri yang terstruktur begitu tapi kalau itu nanti masih trouble ya sudah untuk selanjutnya kita berikan keleluasaan untuk dikerjakan di rumah dengan referensi yang terbuka dengan sumber yang bisa lebih dicari. Kadang-kadang kita batasi, 5 soal targetnya nomer sekian ini dengan sekian menit saja. Kadang-kadang kalau begitu saja mereka bisa dikatakan sulit. Tapi kalau kita beri keleluasaan dengan diberikan soal-soal, nanti dikerjakan di rumah ya, sumbernya ini ini ini atau kalau mau browsing silahkan. Itu efektif. Tapi kalau tetap kita berikan soal yang tetap dikerjakan tidak di luar waktu yang kita tentukan. Kalau nanti masih trouble berarti dia tidak harus mengerjakan di sekolah, dia harus mencari referensi, dia harus membuka buku, berarti tugas kita berikan kemudian kita berikan dan kerjakan di rumah. (H) 2. Pelaksanaan Program Remedi oleh Guru pada Pembelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten Kulon Progo ditinjau Berdasarkan Lama Mengajar Guru Wawancara mengenai pelaksanaan program remedi pada pembelajaran biologi di SMA Negeri Kabupaten Kulon Progo dilakukan kepada 8 guru. Lama mengajar guru pada penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu < 20 tahun dan >20 tahun. Guru dengan lama mengajar < 20 tahun berjumlah 3 guru 58

13 yaitu guru B, guru E, dan guru F, sementara guru yang sudah mengajar >20 tahun berjumlah 5 guru, yaitu guru A, guru C, guru D, guru G, dan guru H. Guru dengan lama mengajar < 20 tahun menyatakan bahwa dalam menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Namun, terdapat perbedaan penyampaian setiap guru mengenai hal tersebut. Berdasarkan ketuntasan, sudah tuntas atau belum. Patokannya Nilai KKM. (B) Berdasarkan KKM. (E) Berdasarkan nilai ulangan harian, kalau dibawah KKM kan diremedi. (F) Guru dengan lama mengajar >20 tahun menyatakan bahwa dalam menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi berdasarkan KKM. Nilai yang digunakan untuk menentukan apakah sudah mencapai KKM atau belum merupakan nilai ulangan harian. Setiap guru memiliki penjabaran yang berbeda. Penentuan peserta didik yang harus mengikuti remedi hanya berdasarkan nilai ulangan harian saja. (A) Berdasarkan nilai ulangan harian, peserta didik yang belum mencapai KKM mengikuti ulangan remedi. (D) Berdasarkan nilai ulangan... Kalau saya biasanya menggunakan nilai ulangan harian saja. Jadi, nilai ulangan harian kalau belum mencapai KKM harus mengikuti remedi. Jadi, hanya berdasarkan nilai ulangan harian untuk menetapkan peserta didik yang harus mengikuti remedi (G) Berdasarkan KKM... (H) Guru C menyatakan bahwa dalam menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi tersebut berdasarkan analisis ulangan harian. Selain berdasarkan analisis ulangan harian, guru C juga memiliki pertimbangan lain 59

14 dalam menetapkan peserta didik yang harus mengikuti remedi yaitu apabila peserta didik ketahuan menyontek. Berdasarkan analisis ulangan harian. Sebenarnya nggak dianalisispun kalau nilainya kurang dari KKM ya peserta didik tersebut remedi. (C)... kalau pas ulangan ada yang ketahuan nyontek kemudian peserta didik tersebut harus remedi. (C) Program remedi yang dilaksanakan oleh guru, baik guru yang mengajar <20 tahun maupun guru yang mengajar >20 tahun, berupa mengerjakan soal. Namun, keterangan yang disampaikan oleh masing-masing guru berbeda. Guru A menyatakan bahwa pelaksanaan remedi didahului dengan peserta didik belajar mandiri. Peserta didik melakukan belajar mandiri kemudian pada waktu yang telah ditentukan dilaksanakan tes ulang. (A) Guru B menyatakan pelaksanaan remedi dengan melakukan pembahasan soal ulangan terlebih dahulu kemudian peserta didik mengerjakan soal. Guru B juga menjelaskan pembelajaran ulang dilaksanakan secara klasikal apabila jumlah peserta didik yang mengikuti remedi banyak dan secara individual apabila jumlah peserta didiknya sedikit. Sementara, guru C menyatakan sebelum program remedi dilaksanakan, peserta didik belajar mandiri atau dapat bertanya kepada teman. Namun, jika benar-benar tidak ada waktu untuk melaksanakan remedi, guru C memberikan tugas sebagai ganti tes remedi. Remedinya biasanya mengerjakan soal setelah pembahasan, mungkin ada anak yang masih bingung, tak bahas kemudian tak kasih soal. Pembelajaran ulang yang diakhiri dengan soal. Pembelajaran dilakukan secara klasikal, kadang juga individual, tergantung jumlah pesertanya. Kalau misal sedikit, individual. Kalau banyak, klasikal. (B) 60

15 Kalau seharusnya, melaksanakan remedi itu harus melaksanakan pembelajaran dulu, tapi kalau pembelajaran itu waktunya nggak ada. Nggih kon sinau riyin mawon. Jadi bisa belajar sendiri atau bisa tanya ke teman sebaya kemudian dites ulang. Ada pemberian tugas tapi kalau benar-benar waktunya nggak ada. Tapi kalau masih ada waktu, tetep pakai tes ulang. (C) Guru D dan guru F menyatakan bahwa remedi yang dilaksanakan berupa pemberian tes ulang. Namun, guru menjelaskan bahwa ada pemberitahuan sebelumnya kepada peserta didik mengenai pelaksanaan remedi sehingga peserta didik dapat melakukan persiapan. Guru E menyatakan bahwa remedi yang dilaksanakan dapat berupa pemberian tugas, mengerjakan soal, ataupun dengan tutor sebaya. Pelaksanaan remedi yang saya lakukan berupa pemberian tes ulang. (D)... Misalnya sekarang lagi bagi hasil ulangan, minggu depan kita remedi, gitu. Kalau nggak kan nanti anaknya nggak belajar, nggak siap, sama aja. (F) Remedi itu macam-macam. Yang pertama, pemberian tugas, kemudian yang kedua mengerjakan materi dengan kisi-kisi yang sama tetapi soal berbeda, kemudian juga ada tutor sebaya. (E) Guru G menyatakan remedi yang dilaksanakan berupa mengerjakan soal dengan memberitahukan sebelumnya mengenai hal tersebut sehingga peserta didik dapat melakukan persiapan. Selain itu, guru G juga memaparkan nomer soal ulangan harian yang masih salah. Guru H menyatakan remedi yang dilaksanakan berupa penugasan kemudian selanjutnya diberikan pendampingan apabila tetap belum mencapai kompetensi. Kalau saya, saya suruh belajar, paling nggak gini, saya umumkan dulu kemudian nanti ditentukan kapan pelaksanaan remedi, yang belum dikuasai peserta didik nomer sekian sekian sekian. Kemudian saat pertemuan ada perbaikan (remedi) dan pengayaan... (G) 61

16 Remedi itu nanti dilakukan secara bertahap dengan kita beri penugasan. Kalau dengan penugasan, berhasil atau tidak? Kalau tidak berhasil mungkin nanti perlu pendampingan lebih lanjut sehingga nanti untuk indikator itu bisa tercapai. (H) Guru dengan lama mengajar < 20 tahun melakukan tes ulang untuk mengetahui keberhasilan program remedi. Namun, setiap guru memiliki pemaparan yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil wawancara, guru B melakukan tes ulang tanpa ada penjelasan lebih lanjut. Guru E melaksanakan tes ulang untuk mengetahui keberhasilan program remedi. Tes ulang yang diberikan guru E berupa pemberian soal kepada peserta didik, pemberian tugas, atau tes lisan apabila jumlah peserta didik yang harus mengikuti program remedi hanya sedikit. Ya, dengan tes remedi. (B) Kalau perbaikan ya ada tesnya lagi mbak. Misalnya pembelajaran individual ya, nanti diberi soal lagi. Kalau yang pemberian tugas ya dari nilai tugas rumah itu, nanti dikumpulkan. Kalau dari tes ya belum tuntas ya diberi tes lagi sampai tuntas. Tapi remedi kalau hanya beberapa orang saya tes secara lisan. Kalau hanya atau 3 orang ya cuma secara lisan. (E) Ya, tes lagi. Dan biasanya kan misal soalnya 5, misal si A nggak tuntas di soal nomer, ya sudah yang dikerjakan yang nomer 1 itu. Tetai uga tergantung situasi kondisi, kadang anak mengerjakan soal semuanya, kadang yang dikerjakan anak yang salah saja. Disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Nggak saklek gitu juga nggak. Kan kita ya sekolah inggiran ya, jadinya harus menyesuaikan. Yang enak aja gimana. (F) Guru dengan lama mengajar >20 tahun melakukan tes ulang untuk mengetahui keberhasilan program remedi. Masing-masing guru memiliki pemaparan yang berbeda-beda. Guru A, guru C, dan guru D menyatakan bahwa melaksanakan tes ulang untuk mengetahui keberhasilan program remedi. Ya, ada tes ulang remedi. (A) 62

17 Ya, dites dengan dikasih soal. (C) Ya, tes ulang yang dilakukan berupa ulangan remedi. (D) Guru G memberikan penjelasan materi yang belum dikuasai yang dilihat dari nomer soal ulangan harian yang masih salah. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui indikator-indikator yang belum dikuasai peserta didik. Guru H melakukan tes ulang untuk mengetahui keberhasilan program remedi. Tes ulang berupa peserta didik mengerjakan soal. Namun, apabila hasil remedi masih belum mencapai kompetensi, maka guru akan memberikan tugas rumah sehingga peserta didik dapat memanfaatkan berbagai sumber. Kalau saya cenderung saya berikan ulangan materi yang belum dikuasai atau nomer soal yang masih salah atau bobotnya yang masih kurang. Misalnya bobotya 10 tetapi baru mendapat 2 jadi perlu diperbaiki. Misalnya 5 nomer dengan bobot setiap nomernya 10 totalnya 50, ada yang baru mendapat skor 2 atau 3 kemudian nomer tersebut yang dikerjakan lagi. Misalnya sudah mendapat skor 7 atau 8 berarti kan dianggap peserta didik sudah menguasai. (G) Keberhasilan remedi dilakukan dengan tes, rata-rata yang kita lakukan tes. Tapi kalau itu belum ya dengan penugasan, artinya kita tidak ada suatu waktu formal sekali sehingga kalau kita dengan bisa jadi di kelas dengan tugas mandiri yang terstruktur begitu tapi kalau itu nanti masih trouble ya sudah untuk selanjutnya kita berikan keleluasaan untuk dikerjakan di rumah dengan referensi yang terbuka dengan sumber yang bisa lebih dicari. Kadang-kadang kita batasi, 5 soal targetnya nomer sekian ini dengan sekian menit saja. Kadang-kadang kalau begitu saja mereka bisa dikatakan sulit. Tapi kalau kita beri keleluasaan dengan diberikan soalsoal, nanti dikerjakan di rumah ya, sumbernya ini ini ini atau kalau mau browsing silahkan. Itu efektif. Tapi kalau tetap kita berikan soal yang tetap dikerjakan tidak di luar waktu yang kita tentukan. Kalau nanti masih trouble berarti dia tidak harus mengerjakan di sekolah, dia harus mencari referensi, dia harus membuka buku, berarti tugas kita berikan kemudian kita berikan dan kerjakan di rumah. (H) 63

18 3. Pelaksanaan Program Remedi oleh Guru pada Pembelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten Kulon Progo ditinjau Berdasarkan Golongan Kepegawaian Guru yang melaksanakan program remedi pada penelitian ini memiliki golongan kepegawaian antara III b sampai IV a. Golongan kepegawaian III terdiri dari 3 orang yaitu seorang guru dengan golongan kepegawaian III b dan 2 guru dengan golongan kepegawaian III d. Sementara, golongan kepegawaian IV terdiri dari 5 guru dengan golongan kepegawaian IV a. Apabila dikaitkan dengan golongan kepegawaian, baik guru dengan golongan kepegawaian III maupun IV menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi berdasarkan KKM. Namun, dilihat dari hasil wawancara, seluruh guru memiliki perbedaan dalam menyampaikan hal tersebut. Berdasarkan ketuntasan, sudah tuntas atau belum. Patokannya Nilai KKM. (B, golongan kepegawaian III b) Berdasarkan KKM. (E, golongan kepegawaian III d) Berdasarkan nilai ulangan harian, kalau dibawah KKM kan diremedi. (F, golongan kepegawaian III d) Penentuan peserta didik yang harus mengikuti remedi hanya berdasarkan nilai ulangan harian saja. (A) Berdasarkan analisis ulangan harian. Sebenarnya nggak dianalisispun kalau nilainya kurang dari KKM ya peserta didik tersebut remedi. (C) Berdasarkan nilai ulangan harian, peserta didik yang belum mencapai KKM mengikuti ulangan remedi. (D) Berdasarkan nilai ulangan... Kalau saya biasanya menggunakan nilai ulangan harian saja. Jadi, nilai ulangan harian kalau belum mencapai KKM harus mengikuti remedi. Jadi, hanya berdasarkan nilai ulangan harian untuk menetapkan peserta didik yang harus mengikuti remedi (G) Berdasarkan KKM... (H) 64

19 Apabila dikaitkan dengan golongan kepegawaian, guru dengan golongan kepegawaian III maupun IV melaksanakan program remedi dengan mengerjakan soal kembali dengan peserta didik belajar mandiri, membahas materi atau indikator yang belum dikuasai, dan mengerjakan tugas. Hal yang membedakan yaitu guru E juga memanfaatkan tutor sebaya. Guru E menyatakan bahwa remedi yang dilaksanakan dapat berupa pemberian tugas, mengerjakan soal, ataupun dengan tutor sebaya. Remedi itu macam-macam. Yang pertama, pemberian tugas, kemudian yang kedua mengerjakan materi dengan kisi-kisi yang sama tetapi soal berbeda, kemudian juga ada tutor sebaya. (E) Guru B menyatakan pelaksanaan remedi dengan melakukan pembahasan soal ulangan terlebih dahulu kemudian peserta didik mengerjakan soal. Guru B juga menjelaskan pembelajaran ulang dilaksanakan secara klasikal apabila jumlah peserta didik yang mengikuti remedi banyak dan secara individual apabila jumlah peserta didiknya sedikit. Remedinya biasanya mengerjakan soal setelah pembahasan, mungkin ada anak yang masih bingung, tak bahas kemudian tak kasih soal. Pembelajaran ulang yang diakhiri dengan soal. Pembelajaran dilakukan secara klasikal, kadang juga individual, tergantung jumlah pesertanya. Kalau misal sedikit, individual. Kalau banyak, klasikal. (B) Guru F menyatakan bahwa remedi yang dilaksanakan berupa pemberian tes ulang. Guru F menjelaskan bahwa ada pemberitahuan sebelumnya kepada peserta didik mengenai pelaksanaan remedi sehingga peserta didik dapat belajar mandiri terlebih dahulu.... Misalnya sekarang lagi bagi hasil ulangan, minggu depan kita remedi, gitu. Kalau nggak kan nanti anaknya nggak belajar, nggak siap, sama aja. (F) 65

20 Sementara, guru dengan golongan kepegawaian IV melaksanakan program remedi dengan peserta didik belajar mandiri dan pemberian tugas. Guru A menyatakan bahwa pelaksanaan remedi didahului dengan peserta didik belajar mandiri. Guru C menyatakan sebelum program remedi dilaksanakan, peserta didik belajar mandiri atau dapat bertanya kepada teman. Namun, jika benarbenar tidak ada waktu untuk melaksanakan remedi, guru C memberikan tugas sebagai ganti tes remedi. Peserta didik melakukan belajar mandiri kemudian pada waktu yang telah ditentukan dilaksanakan tes ulang. (A) Kalau seharusnya, melaksanakan remedi itu harus melaksanakan pembelajaran dulu, tapi kalau pembelajaran itu waktunya nggak ada. Nggih kon sinau riyin mawon. Jadi bisa belajar sendiri atau bisa tanya ke teman sebaya kemudian dites ulang. Ada pemberian tugas tapi kalau benar-benar waktunya nggak ada. Tapi kalau masih ada waktu, tetep pakai tes ulang. (C) Guru D menyatakan bahwa remedi yang dilaksanakan berupa pemberian tes ulang. Guru G menyatakan remedi yang dilaksanakan berupa mengerjakan soal dengan memberitahukan sebelumnya mengenai hal tersebut sehingga peserta didik dapat belajar mandiri terlebih dahulu. Selain itu, guru G juga memaparkan nomer soal ulangan harian yang masih salah. Sementara, Guru H menyatakan remedi yang dilaksanakan berupa penugasan kemudian selanjutnya diberikan pendampingan apabila tetap belum mencapai kompetensi. Pelaksanaan remedi yang saya lakukan berupa pemberian tes ulang. (D) Kalau saya, saya suruh belajar, paling nggak gini, saya umumkan dulu kemudian nanti ditentukan kapan pelaksanaan remedi, yang belum dikuasai peserta didik nomer sekian sekian sekian. Kemudian saat pertemuan ada perbaikan (remedi) dan pengayaan... (G) 66

21 Remedi itu nanti dilakukan secara bertahap dengan kita beri penugasan. Kalau dengan penugasan, berhasil atau tidak? Kalau tidak berhasil mungkin nanti perlu pendampingan lebih lanjut sehingga nanti untuk indikator itu bisa tercapai. (H) Apabila dikaitkan dengan golongan kepegawaian, guru dengan golongan kepegawaian III maupun IV melakukan tes ulang untuk mengetahui keberhasilan program remedi. Namun, setiap guru memiliki pemaparan yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil wawancara, guru B melakukan tes ulang tanpa ada penjelasan lebih lanjut. Guru E melaksanakan tes ulang untuk mengetahui keberhasilan program remedi. Tes ulang yang diberikan guru E berupa pemberian soal kepada peserta didik, pemberian tugas, atau tes lisan apabila jumlah peserta didik yang harus mengikuti program remedi hanya sedikit. Ya, dengan tes remedi. (B) Kalau perbaikan ya ada tesnya lagi mbak. Misalnya pembelajaran individual ya, nanti diberi soal lagi. Kalau yang pemberian tugas ya dari nilai tugas rumah itu, nanti dikumpulkan. Kalau dari tes ya belum tuntas ya diberi tes lagi sampai tuntas. Tapi remedi kalau hanya beberapa orang saya tes secara lisan. Kalau hanya atau 3 orang ya cuma secara lisan. (E) Ya, tes lagi. Dan biasanya kan misal soalnya 5, misal si A nggak tuntas di soal nomer, ya sudah yang dikerjakan yang nomer 1 itu. Tetai uga tergantung situasi kondisi, kadang anak mengerjakan soal semuanya, kadang yang dikerjakan anak yang salah saja. Disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Nggak saklek gitu juga nggak. Kan kita ya sekolah inggiran ya, jadinya harus menyesuaikan. Yang enak aja gimana. (F) Ya, ada tes ulang remedi. (A) Ya, dites dengan dikasih soal. (C) Ya, tes ulang yang dilakukan berupa ulangan remedi. (D) Guru G memberikan penjelasan materi yang belum dikuasai yang dilihat dari nomer soal ulangan harian yang masih salah. Berdasarkan hal 67

22 tersebut dapat diketahui indikator-indikator yang belum dikuasai peserta didik. Guru H melakukan tes ulang untuk mengetahui keberhasilan program remedi. Tes ulang berupa peserta didik mengerjakan soal. Namun, apabila hasil remedi masih belum mencapai kompetensi, maka guru akan memberikan tugas rumah sehingga peserta didik dapat memanfaatkan berbagai sumber. Kalau saya cenderung saya berikan ulangan materi yang belum dikuasai atau nomer soal yang masih salah atau bobotnya yang masih kurang. Misalnya bobotya 10 tetapi baru mendapat 2 jadi perlu diperbaiki. Misalnya 5 nomer dengan bobot setiap nomernya 10 totalnya 50, ada yang baru mendapat skor 2 atau 3 kemudian nomer tersebut yang dikerjakan lagi. Misalnya sudah mendapat skor 7 atau 8 berarti kan dianggap peserta didik sudah menguasai. (G) Keberhasilan remedi dilakukan dengan tes, rata-rata yang kita lakukan tes. Tapi kalau itu belum ya dengan penugasan, artinya kita tidak ada suatu waktu formal sekali sehingga kalau kita dengan bisa jadi di kelas dengan tugas mandiri yang terstruktur begitu tapi kalau itu nanti masih trouble ya sudah untuk selanjutnya kita berikan keleluasaan untuk dikerjakan di rumah dengan referensi yang terbuka dengan sumber yang bisa lebih dicari. Kadang-kadang kita batasi, 5 soal targetnya nomer sekian ini dengan sekian menit saja. Kadang-kadang kalau begitu saja mereka bisa dikatakan sulit. Tapi kalau kita beri keleluasaan dengan diberikan soalsoal, nanti dikerjakan di rumah ya, sumbernya ini ini ini atau kalau mau browsing silahkan. Itu efektif. Tapi kalau tetap kita berikan soal yang tetap dikerjakan tidak di luar waktu yang kita tentukan. Kalau nanti masih trouble berarti dia tidak harus mengerjakan di sekolah, dia harus mencari referensi, dia harus membuka buku, berarti tugas kita berikan kemudian kita berikan dan kerjakan di rumah. (H) Program remedi dilaksanakan oleh guru dilaksanakan berulang kali hingga peserta didik mencapai ketuntasan belajar. Namun, guru lain hanya melaksanakan program remedi satu kali kemudian peserta didik yang belum tuntas tetap diberikan nilai sesuai KKM.Penentuan nilai akhir peserta didik yang mengikuti program remedi yaitu sesuai KKM. Hal tersebut di terapkan oleh seluruh guru, baik guru dengan golongan III maupun IV. 68

23 4. Pelaksanaan Program Remedi oleh Guru pada Pembelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten Kulon Progo ditinjau Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Guru Berdasarkan data identitas guru terkait latar belakang pendidikan guru, khususnya jalur pendidikan formal, maka dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang dan program studi terakhir guru. Jenjang pendidikan guru terdiri dari 5 guru dengan jenjang S1 dan 1 guru dengan jenjang S2. Program studi terakhir guru yaitu 6 guru Program Studi Pendidikan Biologi, seorang guru Program Studi Biologi dengan Akta Mengajar IV, dan seorang guru Program Studi Teknik Mesin. Berikut ini hasil wawancara guru mengenai perencanaan program remedi: Berdasarkan ketuntasan, sudah tuntas atau belum. Patokannya Nilai KKM. (B) Berdasarkan KKM. (E) Berdasarkan nilai ulangan harian, kalau dibawah KKM kan diremedi. (F) Penentuan peserta didik yang harus mengikuti remedi hanya berdasarkan nilai ulangan harian saja. (A) Berdasarkan analisis ulangan harian. Sebenarnya nggak dianalisispun kalau nilainya kurang dari KKM ya peserta didik tersebut remedi. (C) Berdasarkan nilai ulangan harian, peserta didik yang belum mencapai KKM mengikuti ulangan remedi. (D) Berdasarkan nilai ulangan... Kalau saya biasanya menggunakan nilai ulangan harian saja. Jadi, nilai ulangan harian kalau belum mencapai KKM harus mengikuti remedi. Jadi, hanya berdasarkan nilai ulangan harian untuk menetapkan peserta didik yang harus mengikuti remedi (G) Berdasarkan KKM... (H) Apabila dikaitkan dengan latar belakang pendidikan guru, guru dengan jenjang pendidikan S1 maupun S2 menentukan peserta didik yang mengikuti program remedi berdasarkan KKM. Berdasarkan penjabaran diatas, dapat 69

24 diketahui bahwa guru dengan jenjang pendidikan S1 maupun S2 memiliki cara yang sama dalam menentukan peserta didik yang harus mengikuti remedi, yaitu berdasarkan KKM. Apabila dikaitkan dengan latar belakang pendidikan guru, guru jenjang S1 dan S2 memiliki perbedaan dalam menerapkan strategi pelaksanaan program remedi. Guru E dan guru F memiliki latar belakang pendidikan yang sama, yaitu jenjang S1 program studi Pendidikan Biologi. Kedua guru tersebut memiliki perbedaan dalam menerapkan strategi pelaksanaan program remedi walaupun memiliki latar belakang pendidikan yang sama. Guru E menyatakan bahwa program remedi yang dilaksanakan berupa pemberian tugas, mengerjakan soal, ataupun dengan tutor sebaya. Sementara, guru F menyatakan bahwa remedi yang dilaksanakan berupa pemberian tes ulang. Selain itu, guru F juga menjelaskan bahwa ada pemberitahuan sebelumnya kepada peserta didik mengenai pelaksanaan remedi sehingga peserta didik dapat belajar mandiri terlebih dahulu. Remedi itu macam-macam. Yang pertama, pemberian tugas, kemudian yang kedua mengerjakan materi dengan kisi-kisi yang sama tetapi soal berbeda, kemudian juga ada tutor sebaya. (E)... Misalnya sekarang lagi bagi hasil ulangan, minggu depan kita remedi, gitu. Kalau nggak kan nanti anaknya nggak belajar, nggak siap, sama aja. (F) Guru B dengan jenjang S2 program studi jurusan Teknik Mesin melaksanakan remedi dengan melakukan pembahasan soal ulangan terlebih dahulu. Strategi guru B dalam melaksanakan program remedi yaitu dengan pembelajaran ulang secara klasikal apabila jumlah peserta didik yang mengikuti remedi banyak dan secara individual apabila jumlah peserta didiknya sedikit. 70

25 Remedinya biasanya mengerjakan soal setelah pembahasan, mungkin ada anak yang masih bingung, tak bahas kemudian tak kasih soal. Pembelajaran ulang yang diakhiri dengan soal. Pembelajaran dilakukan secara klasikal, kadang juga individual, tergantung jumlah pesertanya. Kalau misal sedikit, individual. Kalau banyak, klasikal. (B) Guru dengan latar belakang pendidikan yang sama, yaitu jenjang S1 program studi Pendidikan Biologi memiliki startegi yang berbeda dalam menerapkan pelaksanaan program remedi. Guru A menyatakan bahwa pelaksanaan program remedi didahului dengan peserta didik belajar mandiri. Guru C menyatakan sebelum program remedi dilaksanakan, peserta didik belajar mandiri atau dapat bertanya kepada teman. Namun, jika benar-benar tidak ada waktu untuk melaksanakan remedi, guru C memberikan tugas sebagai ganti tes remedi. Peserta didik melakukan belajar mandiri kemudian pada waktu yang telah ditentukan dilaksanakan tes ulang. (A) Kalau seharusnya, melaksanakan remedi itu harus melaksanakan pembelajaran dulu, tapi kalau pembelajaran itu waktunya nggak ada. Nggih kon sinau riyin mawon. Jadi bisa belajar sendiri atau bisa tanya ke teman sebaya kemudian dites ulang. Ada pemberian tugas tapi kalau benar-benar waktunya nggak ada. Tapi kalau masih ada waktu, tetep pakai tes ulang. (C) Guru D menyatakan bahwa remedi yang dilaksanakan berupa pemberian tes ulang. Guru G menyatakan remedi yang dilaksanakan berupa mengerjakan soal dengan memberitahukan sebelumnya mengenai hal tersebut sehingga peserta didik dapat belajar mandiri terlebih dahulu. Selain itu, guru G juga memaparkan nomer soal ulangan harian yang masih salah. Guru H menyatakan remedi yang dilaksanakan berupa penugasan kemudian selanjutnya diberikan pendampingan apabila tetap belum mencapai kompetensi. 71

26 Pelaksanaan remedi yang saya lakukan berupa pemberian tes ulang. (D) Kalau saya, saya suruh belajar, paling nggak gini, saya umumkan dulu kemudian nanti ditentukan kapan pelaksanaan remedi, yang belum dikuasai peserta didik nomer sekian sekian sekian. Kemudian saat pertemuan ada perbaikan (remedi) dan pengayaan... (G) Remedi itu nanti dilakukan secara bertahap dengan kita beri penugasan. Kalau dengan penugasan, berhasil atau tidak? Kalau tidak berhasil mungkin nanti perlu pendampingan lebih lanjut sehingga nanti untuk indikator itu bisa tercapai. (H) Apabila dikaitkan dengan latar belakang pendidikan, guru dengan jenjang pendidikan yang berbeda, yaitu guru E dan F dengan jenjang S1 Pendidikan Biologi dan guru B dengan jenjang S2 Teknik melakukan tes ulang untuk mengetahui keberhasilan program remedi. Namun, setiap guru memiliki pemaparan yang berbeda-beda. Berdasarkan hasil wawancara, guru E dan guru F melaksanakan tes ulang untuk mengetahui keberhasilan program remedi. Tes ulang yang diberikan guru E berupa pemberian soal kepada peserta didik, pemberian tugas, atau tes lisan apabila jumlah peserta didik yang harus mengikuti program remedi hanya sedikit. Guru B melakukan tes ulang tanpa ada penjelasan lebih lanjut. Ya, dengan tes remedi. (B) Kalau perbaikan ya ada tesnya lagi mbak. Misalnya pembelajaran individual ya, nanti diberi soal lagi. Kalau yang pemberian tugas ya dari nilai tugas rumah itu, nanti dikumpulkan. Kalau dari tes ya belum tuntas ya diberi tes lagi sampai tuntas. Tapi remedi kalau hanya beberapa orang saya tes secara lisan. Kalau hanya atau 3 orang ya cuma secara lisan. (E) Ya, tes lagi. Dan biasanya kan misal soalnya 5, misal si A nggak tuntas di soal nomer, ya sudah yang dikerjakan yang nomer 1 itu. Tetai uga tergantung situasi kondisi, kadang anak mengerjakan soal semuanya, kadang yang dikerjakan anak yang salah saja. Disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Nggak saklek gitu juga nggak. Kan kita ya sekolah inggiran ya, jadinya harus menyesuaikan. Yang enak aja gimana. (F) 72

27 Apabila dikaitkan dengan latar belakang pendidikan guru, seluruh guru jenjang S1 Pendidikan Biologi melakukan tes ulang untuk memantau hasil program remedi. Namun, masing-masing guru memiliki pemaparan yang berbeda-beda. Guru A, guru C, dan guru D menyatakan bahwa melaksanakan tes ulang untuk mengetahui keberhasilan program remedi. Sementara, guru G dan guru H menjelaskan lebih lanjut mengenai tes ulang yang dilaksanakan. Ya, ada tes ulang remedi. (A) Ya, dites dengan dikasih soal. (C) Ya, tes ulang yang dilakukan berupa ulangan remedi. (D) Guru G memberikan penjelasan materi yang belum dikuasai yang dilihat dari nomer soal ulangan harian yang masih salah. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui indikator-indikator yang belum dikuasai peserta didik. Guru H melakukan tes ulang untuk mengetahui keberhasilan program remedi. Tes ulang berupa peserta didik mengerjakan soal. Namun, apabila hasil remedi masih belum mencapai kompetensi, maka guru akan memberikan tugas rumah sehingga peserta didik dapat memanfaatkan berbagai sumber. Kalau saya cenderung saya berikan ulangan materi yang belum dikuasai atau nomer soal yang masih salah atau bobotnya yang masih kurang. Misalnya bobotya 10 tetapi baru mendapat 2 jadi perlu diperbaiki. Misalnya 5 nomer dengan bobot setiap nomernya 10 totalnya 50, ada yang baru mendapat skor 2 atau 3 kemudian nomer tersebut yang dikerjakan lagi. Misalnya sudah mendapat skor 7 atau 8 berarti kan dianggap peserta didik sudah menguasai. (G) Keberhasilan remedi dilakukan dengan tes, rata-rata yang kita lakukan tes. Tapi kalau itu belum ya dengan penugasan, artinya kita tidak ada suatu waktu formal sekali sehingga kalau kita dengan bisa jadi di kelas dengan tugas mandiri yang terstruktur begitu tapi kalau itu nanti masih trouble ya sudah untuk selanjutnya kita berikan keleluasaan untuk dikerjakan di rumah dengan referensi yang terbuka 73

28 dengan sumber yang bisa lebih dicari. Kadang-kadang kita batasi, 5 soal targetnya nomer sekian ini dengan sekian menit saja. Kadang-kadang kalau begitu saja mereka bisa dikatakan sulit. Tapi kalau kita beri keleluasaan dengan diberikan soalsoal, nanti dikerjakan di rumah ya, sumbernya ini ini ini atau kalau mau browsing silahkan. Itu efektif. Tapi kalau tetap kita berikan soal yang tetap dikerjakan tidak di luar waktu yang kita tentukan. Kalau nanti masih trouble berarti dia tidak harus mengerjakan di sekolah, dia harus mencari referensi, dia harus membuka buku, berarti tugas kita berikan kemudian kita berikan dan kerjakan di rumah. (H) B. Pembahasan 1. Pelaksanaan Program Remedi oleh Guru pada Pembelajaran Biologi SMA Negeri di Kabupaten Kulon Progo Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa guru merencanakan program remedi dengan menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini sesuai dengan Majid (2011: 228) yang menyatakan bahwa prosedur penentuan peserta didik yang mengikuti remedi dimungkinkan memiliki masalah belajar yang dapat diketahui berdasarkan penilaian hasil belajar yaitu nilai ulangan harian. Penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada KKM yang mempertimbangkan karakteristik Kometensi Dasar yang dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. Guru belum menentukan penyebab peserta didik belum mencapai ketunasan belajar sebelum merencanakan program remedi.hal ini kurang sesuai dengan pernyataan Subali (2016: 167), diperlukan penilaian diagnostik untuk menyelidiki pada bagian mana peserta didik yang bersangkutan mengalami kesulitan belajar. Prosedur remedi harus dirancang dengan memperhatikan faktor penyebab peserta didik mengalami kegagalan. Sebelum merencanakan program remedi, guru seharusnya menyelidiki penyebab kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan belajar peserta didik dapat 74

29 dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selain faktor akademik, faktor lain yang memungkinkan menjadi penyebab peserta didik tidak mencapai kompetensi adalah faktor psikologis. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui terdapat guru yang menyelidiki penyebab peserta didik tidak mencapai kompetensi dengan bertanya kepada peserta didik yang bersangkutan maupun guru BK. Sebagian guru tersebut, terdapat guru yang memertimbangkan peserta didik yang memiliki masalah psikologis untuk membantu menyelesaikannya, tetapi terdapat pula guru yang memerlakukan peserta didik yang memiliki masalah tersebut seperti halnya peserta didik lainnya dengan langsung melaksanakan program remedi. Namun, terdapat pula guru yang menyatakan bahwa dalam menentukan peserta didik yang harus mengikuti program remedi hanya berdasarkan KKM tanpa mempertimbangkan faktor yang lain. Perencanaan program remedi yang dilakukan guru dengan berdasarkan nilai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa guru belum melaksanakan kegiatan perencanaan kegiatan program remedi sesuai dengan langkah yang ada seperti yang dijelaskan oleh Subali (2010: 64),prosedur remedi harus dirancang dengan memperhatikan faktor penyebab pembelajaran mengalami kegagalan. Bila kegagalan yang terjadi bersifat nonakademik, maka penanganannya harus melibatkan guru bimbingan dan konseling. Bila kegagalan bersifat akademik, maka berbagai metode dapat diterapkan tergantung pada tingkat kegagalannya. Bila kegagalan tidak parah, maka peserta didik dapat diberi kesempatan untuk belajar mandiri atau belajar dengan teman sebaya untuk mengatasi kegagalannya. Selain itu, dalam perencanaan program remedi seharusnya dilakukan diagnostik kesulitan 75

Lampiran 1. Hasil Wawancara Pelaksanaan Program Remedi

Lampiran 1. Hasil Wawancara Pelaksanaan Program Remedi LAMPIRAN 93 Lampiran 1. Hasil Wawancara Pelaksanaan Program Remedi Sekolah : SMA N 1 Sentolo Hari, tanggal wawancara : Selasa, 18 April 2017 Jam wawancara : 10.00-selesai Peneliti : Apakah Bapak/Ibu Guru

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM REMEDI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA NEGERI DI KABUPATEN KULON PROGO

PELAKSANAAN PROGRAM REMEDI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA NEGERI DI KABUPATEN KULON PROGO Pelaksanaan Program Remedi... (Olivia Kurnia Hatami) 291 PELAKSANAAN PROGRAM REMEDI PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA NEGERI DI KABUPATEN KULON PROGO IMPLEMENTATION OF REMEDIAL PROGRAM ON BIOLOGY LEARNING

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Negeri Tlahap cenderung bersifat konvensional ceramah yang berpusat pada guru.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Negeri Tlahap cenderung bersifat konvensional ceramah yang berpusat pada guru. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Observasi awal yang dilakukan di kelas IIIA SD Negeri Tlahap, peneliti berhasil menemukan beberapa permasalahan yang terjadi di dalam proses

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 17. Jl. Mangga Besar IV/i No. 27, Kel. Kec. Tamansari, Telp , Fax Jakarta Barat 11150

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 17. Jl. Mangga Besar IV/i No. 27, Kel. Kec. Tamansari, Telp , Fax Jakarta Barat 11150 SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI 17 Jl. Mangga Besar IV/i No. 27, Kel. Kec. Tamansari, Telp.021-6392046, Fax.021-6492322 Jakarta Barat 11150 1 KETETAPAN RAKER SMAN 17 JAKARTA TAHUN AJARAN 2017/2018 TENTANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS XI SMK NURUL UMMAH PANINGGARAN

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS XI SMK NURUL UMMAH PANINGGARAN BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM REMEDIAL PADA MATA PELAJARAN PAI KELAS XI SMK NURUL UMMAH PANINGGARAN Pada bab IV akan membahas tentang analisis Pelaksanaan Program Remedial Pada Mata Pelajaran PAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang tidak terlepas dan bersifat sangat penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan memiliki peranan stategis dalam menyiapkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Tempat Penelitian Kecamatan Sekayam merupakan sebuah kecamatan di salah satu Kabupaten Sanggau yang berada di Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang membanggakan, baik di darat, laut, maupun di udara. Hanya saja masyarakat dan generasinya belum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan waktu penelitian dilaksanakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan waktu penelitian

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan atau dilaksanakan di SMA Negeri 2 Serui, jalan

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan atau dilaksanakan di SMA Negeri 2 Serui, jalan BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Subjek Penelitian. Penelitian ini dilakukan atau dilaksanakan di SMA Negeri 2 Serui, jalan flamboyan famboaman serui, Kabupaten Kepulauan Yapen Provinsi Papua.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual 1. Metode Peer Learning (Teman Sebaya) Menurut (Miller et al.,1994), peer learning merupakan metode pembelajaran yang sangat tepat digunakan pada peserta

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 50 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang dilakukan di SMA Swasta Cerdas Murni ini menerapkan metode pembelajaran diskusi kelompok dengan penggunaan media grafis pada materi pedosfer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. mengingat dan membuat lebih mudah dalam mengerjakan soal-soal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemahaman konsep matematika merupakan salah satu hal yang terpenting dalam pembelajaran. Pemahaman konsep membuat siswa lebih mudah dalam menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Latar Belakang BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk kemajuan pembangunan bangsa dan negara, karena anak-anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi semakin diperbaharui dan sumber daya manusia dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi semakin diperbaharui dan sumber daya manusia dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mengalami banyak perubahan seiring berkembangnya zaman. Teknologi semakin diperbaharui dan sumber daya manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan teknologi.

Lebih terperinci

Penerapan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII a SMP Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018

Penerapan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII a SMP Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018 Penerapan LKS Melalui Metode Pemecahan Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII a SMP Negeri 3 Madapangga Tahun Pelajaran 2017/2018 Nehru dan Nurfathurrahmah Abstrak: Pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Dalam bab IV ini akan disajikan hasil penelitian dan pembehasan dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Tiap siklus mendeskripsikan mengenai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA METODE TANYA JAWAB DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 04 MAJALANGU WATUKUMPUL PEMALANG

BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA METODE TANYA JAWAB DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 04 MAJALANGU WATUKUMPUL PEMALANG BAB IV ANALISIS PROBLEMATIKA METODE TANYA JAWAB DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI 04 MAJALANGU WATUKUMPUL PEMALANG A. Analisis Penggunaan Metode Tanya Jawab Dalam Pembelajaran PAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan nasional di Indonesia memiliki tujuan sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 68 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Laguboti diperoleh data mengenai pembelajaran dengan menerapkan metode pembelajaran diskusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan di sekolah, untuk mengembangkan potensi peserta didik. Keberhasilan kegiatan

Lebih terperinci

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA

ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA ANGKET ANALISIS KEBUTUHAN SISWA NAMA :... KELAS :... PETUNJUK : Bacalah setiap pertanyaan dan pernyataan di bawah ini dengan cermat. Bubuhkan tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII G SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII G SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII G SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Rentha Naibaho Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Dengan masing-masing

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Dengan masing-masing 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Proses pembelajaran dalam penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Dengan masing-masing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dan dikategorikan sebagai penelitian survei. Furchan (1982) menyatakan bahwa penelitian deskriptif dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Ketercapaian tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui program

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Ketercapaian tujuan pendidikan dapat diwujudkan melalui program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar, sistematis, dan berkelanjutan untuk mengembangkan potensi yang dibawa manusia, menanamkan sifat dan memberikan kecakapan sesuai dengan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Nomor 41 Tahun 2007 STANDAR PROSES adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM Rustini Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti di dalam kehidupan manusia, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Salatiga 01, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga. Siswa SD Negeri Salatiga 01 terdiri dari kelas 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 53 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dipaparkan hasil Penelitian Tindakan Kelas dengan judul Peningkatan Pemahaman Materi Perjuangan Melawan Penjajah Jepang Melalui Metode Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data Deskripsi data yang akan disajikan dari hasil penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran secara umum mengenai penyebaran data yang diperoleh di

Lebih terperinci

KISI KISI SOAL TES DIAGNOSTIK MATERI PELAJARAN TEOREMA PYTHAGORAS

KISI KISI SOAL TES DIAGNOSTIK MATERI PELAJARAN TEOREMA PYTHAGORAS LAMPIRAN 141 Lampiran 1. Kisi-kisi Tes Diagnostik KISI KISI SOAL TES DIAGNOSTIK MATERI PELAJARAN TEOREMA PYTHAGORAS Sekolah : SMP Negeri 1 Sleman Kelas : VIII A Tahun ajaran : 2015/2016 Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pratindakan Peneliti telah melakukan kegiatan observasi awal atau pratindakan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan nyata di kelas, baik keadaan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh. Mata pelajaran IPS di

BAB I PENDAHULUAN. dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh. Mata pelajaran IPS di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Menurut Sumaatmadja (1980:9)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (SD). Di Indonesia, SMP berlaku sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berfungsi sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berfungsi sebagai sarana untuk mengelola setiap potensi dan karakter indvidu. Melalui pengelolaan potensi dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Sekolah Dasar Negeri 3 Batursari Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo terletak di Jln. Kuncen Ds Batursari, berdiri sejak tahun 1985,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan untuk meningkatkan mutu pendidikan sangat bergantung pada berbagai unsur, antara lain program pendidikan, guru, siswa, sarana dan prasarana pendidikan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. ujuan...... C. Ruang Lingkup... II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 15 BULUKUMBA Hari Aningrawati Bahri* ABSTRACT This research is Classroom Action

Lebih terperinci

Makalah disampaikan pada Seminar tentang SKBM di SMAN 1 Prambanan Klaten, 6 Juli Disusun Oleh Paidi, FMIPA UNY

Makalah disampaikan pada Seminar tentang SKBM di SMAN 1 Prambanan Klaten, 6 Juli Disusun Oleh Paidi, FMIPA UNY Makalah disampaikan pada Seminar tentang SKBM di SMAN 1 Prambanan Klaten, 6 Juli 2006 Disusun Oleh Paidi, FMIPA UNY Yogyakarta 2006 A. Pendahuluan Pembelajaran tuntas merupakan aspek penting dalam implementasi

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1

Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1 Prosiding Seminar Nasional Volume 01, Nomor 1 PENINGKATAN MOTIVASI, AKTIVITAS, DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI EKOSISTEM MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING KELAS VIIF SMP NEGERI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data penelitian yang terjaring menggunakan seluruh instrumen penelitian dikelompokkan menjadi lima data utama berdasarkan pertanyaan penelitian. Bagian pertama

Lebih terperinci

DATA HASIL OBSERVASI KELAS. No Aspek yang diobservasi Deskripsi hasil observasi 1 Persiapan Mengajar (Silabus dan RPP)

DATA HASIL OBSERVASI KELAS. No Aspek yang diobservasi Deskripsi hasil observasi 1 Persiapan Mengajar (Silabus dan RPP) DATA HASIL OBSERVASI KELAS No Aspek yang diobservasi Deskripsi hasil observasi 1 Persiapan Mengajar (Silabus dan RPP) RPP meneruskan minggu lalu. Guru tidak menggunakan RPP dan Silabus dalam mengajar.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. siswa kelas X-4 SMA ARJUNA Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran

III. METODE PENELITIAN. siswa kelas X-4 SMA ARJUNA Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas X-4 SMA ARJUNA Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2010/2011.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan siswa menjadi ahli Information Technology atau menguasai suatu

BAB I PENDAHULUAN. menjadikan siswa menjadi ahli Information Technology atau menguasai suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Materi pelajaran TIK di sekolah sebenarnya bukan ditujukan untuk menjadikan siswa menjadi ahli Information Technology atau menguasai suatu tools tertentu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan 1. Profil Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bayang Kabupaten Pesisir Selatan Nama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VII F SMP N 2 Susukan semester 2 tahun ajaran 2013 / 2014 pada kompetensi dasar mendiskripsikan Potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu sekolah dikatakan berhasil jika ia mendapatkan nilai yang bagus dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan dihadapkan kepada fenomena yang sering ada di dalamnya. Selama ini masyarakat sering menentukan seorang anak yang belajar di suatu sekolah dikatakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Kondisi Awal 1. Observasi Sebelum melaksanakan proses penelitian, dilakukan observasi pengambilan dan pengumpulan data dan informasi tentang subjek penelitian.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata pelajaran :Sekolah dasar : Matematika Kelas/semester Materi Alokasi waktu : II/I : Operasi Hitung Bilangan : x 5 menit ( x pertemuan) A. Standar

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. Progam Praktik Pengalaman Lapangan 1. Persiapan PPL Praktik Pengalaman Lapangan adalah kegiatan mata kuliah yang wajib ditempuh oleh mahasiswa S1 program

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIS SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. C. Landasan

PERATURAN AKADEMIS SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012. C. Landasan PERATURAN AKADEMIS SMA NEGERI 2 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2011/2012 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan ; setiap

Lebih terperinci

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12

Tingkat kemampuan A B C D 1 Apersepsi 10 2 Motivasi 12 3 Revisi 12 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pembelajaran yang diterapkan pada penelitian guna meningkatkan kreatifitas dan prestasi belajar dalam pemecahan masalah matematika adalah pembelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas peserta didik dalam proses dan

BAB III METODE PENELITIAN. meningkatkan prestasi belajar dan aktivitas peserta didik dalam proses dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas dimaksudkan untuk memberikan informasi terhadap tindakan yang tepat untuk meningkatkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI SE-KOTA PEKANBARU

PELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI SE-KOTA PEKANBARU PELAKSANAAN REMEDIAL TEACHING DALAM MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI SE-KOTA PEKANBARU Resiana Heri Agusti 1, Azhar 2, Azizahwati 2 Email : resiana.heri.agusti@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kejadian menghasilkan ke kejadian yang lain (Kuhn, 1991 dalam; John W

BAB I PENDAHULUAN. kejadian menghasilkan ke kejadian yang lain (Kuhn, 1991 dalam; John W BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia tingkat pendidikan formal diawali dari Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA)

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil penelitian ini menggambarkan tentang pengamatan dan tindakan pembelajaran pra siklus, tindakan pada siklus I yang dilaksanakan pada hari

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN 105400 MAROMBUN UJUNG JAWI Usrek Sarwini Guru SDN 105400 Marombun Ujung Jawi Surel : Rizkiandriani21@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Berikut ini diuraikan beberapa definisi operasional dari istilah yang terkait dalam permasalahan penelitian ini, di antaranya: 1. Pengembangan tes tertulis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas II SD Kutowinangun 08. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar

Lebih terperinci

b. KKM tidak dicantumkan dalam buku hasil belajar, melainkan pada buku penilaian guru.

b. KKM tidak dicantumkan dalam buku hasil belajar, melainkan pada buku penilaian guru. C. Ketuntasan Belajar 1) Pengertian KKM Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria Ketuntasan Belajar (KKM) ditetapkan oleh

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014 PENINGKATAN HASIL BELAJAR PRAKTEK MENGELAS TINGKAT LANJUT DENGAN PROSES LAS BUSUR MANUAL PADA KAMPUH I MENGGUNAKAN METODE TUTOR SEBAYA Agus Heri Prasetya Guru SMK Negeri 5 Surakarta Abstrak Dalam meningkatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 36 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 37 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 36 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 37 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 36 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 37 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 39 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BIDANG KURIKULUM (www.sman48-jkt.sch.id) Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) /

BIDANG KURIKULUM (www.sman48-jkt.sch.id) Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) / BIDANG KURIKULUM (www.sman48-jkt.sch.id) Sugiyanta (SMAN 48 Jakarta) sgifis48@gmail.com 08128533491/0817804183 Tujuan Umum : Mewujudkan Visi dan Misi SMAN 48 Tujuan Khusus : Meningkatkan Pencapaian Kompetensi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan masing-masing pertemuan. tahap perencanaan antara lain:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan masing-masing pertemuan. tahap perencanaan antara lain: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian. 1. Siklus I. a. Tahap Perencanaan. Siklus I terdiri dari 2 pertemuan masing-masing pertemuan dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 8 Februari

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 1 PARE BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Latar Belakang Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah RI No. 19 tahun 2005 mengamanatkan; Setiap satuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain dan Jenis Penelitian Desain atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di TK Mojorejo 3 Karangmalang pada kelompok B Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 yang beralamatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal dilakukan di kelas VIII E SMP N 2 Susukan semester I tahun ajaran 2012 / 2013 pada kompetensi dasar mendiskripsikan hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Intelegensi dan konsep diri merupakan bagian faktor dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasinya. Untuk itu sebagai pendidik harus dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Kondisi Prasiklus Gambaran yang dijadikan pangkal menentukan permasalahan upaya peningkatan hasil belajar IPA di kelas V SD menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ilum Pengetahuan Alam merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. Progam Praktik Pengalaman Lapangan 1. Persiapan PPL a. Pelaksanaan Pengajaran Mikro Pengajaran mikro merupakan salah satu mata kuliah wajib yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Siklus 1 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus. Siklus 1 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Kondisi Awal Penelitian ini dilakukan pada Kelas VII B SMP Negeri 2 Mrebet Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga pada Semester

Lebih terperinci

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL

BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN Praktik pengalaman lapangan dilaksanakan kurang lebih selama dua setengah bulan, dimana mahasiswa PPL harus benar-benar mempersiapkan diri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas III Madrasah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas III Madrasah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Setting Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas III Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumanggi Kecamatan Batang Alai Utara Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Hasil observasi awal yang dilakukan di kelas XI IPS2 SMA NEGERI 1 GROBOGAN semester II tahun ajaran 2013-2014 pada kompetensi dasar mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat diperlukan oleh semua manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan suatu maksud kepada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini berlokasi di Madrasah Ibtidaiyah Hidayatuddiniyah yang beralamat Jalan Jambu Burung Keramat RT. 7 Desa Jambu Burung

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Proses PTK merupakan proses siklus yang dimulai dari menyusun

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Proses PTK merupakan proses siklus yang dimulai dari menyusun 24 BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan PTK. Penelitian ini bersifat kualitatif karena berupaya menghasilkan

Lebih terperinci

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019

PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019 PERATURAN AKADEMIK SMA NEGERI 3 BATAM TAHUN PELAJARAN 2018/2019 Dinas Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau SMA Negeri 3 Batam Jl. Hang Nadim, Kel. Belian, Kec. Batam Kota W eb : sm an tib a tam. co.id T

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara, karena anak-anak yang cerdas sebagai bibit unggul diharapkan kelak

BAB I PENDAHULUAN. Negara, karena anak-anak yang cerdas sebagai bibit unggul diharapkan kelak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Profil Guru Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1386), profil didefinisikan sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan guru adalah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN YULI AMBARWATI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan atau Research and Development dengan model ADDIE (Analysis, Design, Development, Implementation, dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman i ii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup

DAFTAR ISI. Halaman i ii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan C. Ruang Lingkup II. HAKIKAT PEMBELAJARAN REMEDIAL A. Pembelajaran Menurut SNP B. Pengertian Pembelajaran Remedial C. Prinsip

Lebih terperinci

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN IPA TERPADU MELALUI MODEL QUANTUM TEACHING PADA SISWA KELAS VIII-D SMP NEGERI 1 BILAH

Lebih terperinci

problem-problem praktis masyarakat dalam situasi problematik dan pada Defenisi menurut Stephen Kemmis (1983) :

problem-problem praktis masyarakat dalam situasi problematik dan pada Defenisi menurut Stephen Kemmis (1983) : BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kegiatan ini dilakukan tehadap sejumlah siswa dalam satu kelas. Penelitian tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah adalah melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu pembelajaran,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. pembimbing utama dan pembimbing kedua, kemudian dilanutkan dengan

BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN. pembimbing utama dan pembimbing kedua, kemudian dilanutkan dengan 46 BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Persiapan Penelitian Setelah peneliti melakukan kegiatan seminar yang telah dilaksanakan sesuai prosedur, selanjutnya dilakukan perbaikan desain. Perbaikan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISA DATA A. Deskripsi Data Penelitian ini dilaksanakan di M.Ts. Tarbiyatul Islamiyah (Taris) Lengkong yang letaknya di Desa Lengkong, Batangan, Pati, Jawa Tengah. M.Ts. ini berstatus

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PENUGASAN PADA SISWA KELAS X1 SMA NEGERI 1 MARE

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PENUGASAN PADA SISWA KELAS X1 SMA NEGERI 1 MARE Pedagogy Volume 1 Nomor 1 ISSN 2502-3802 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS PENUGASAN PADA SISWA KELAS X1 SMA NEGERI 1 MARE Patmaniar 1, Darma Ekawati 2 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci