PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA PENDIDIK DI DESA KALIREJO, KULON PROGO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: Hendrika Yuli Surantini NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015

2 BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA PENDIDIK DI DESA KALIREJO, KULON PROGO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: Hendrika Yuli Surantini NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

3

4

5 HALAMAN PERSEMBAHAN Karya ini saya persembahkan kepada: Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberkati dan menyertai langkah kehidupan saya. Kedua orang tua saya Bapak Aloyisius Sutarna dan Ibu Christiana Sistiwi Suprihatin Yang selalu mendoakan, memberi semangat serta dukungan moril dan materiil. Kakak tersayang Antonius Wawan Hernowo yang selalu memberikan semangat dan doa. Simbah tersayang Mbah Hadi Wongso Wikarto dan Mbah Sur yang selalu memberikan doa dan restu. Bude Surtini, yang menjadi motivasi praktikan untuk menjadi orang yang sukses. Teman setia, Mateus Dadang Anggoro. Yang selalu memberikan semangat Teman sepayung yang terkasih Irene Desty Renaningtyas, Cecilia Christa Pramadina, Angela Yohana Mentari Adistin, dan, Bungsu Atmi Putranti. Terakhir teman-teman PBSI angkatan 2011 kelas A, yang selama ini sudah berrbagi canda tawa dan berproses bersama. iv

6 MOTTO Bagi yang bekerja keras, keberhasilan bukanlah masalah kemungkinan tetapi masalah waktu Mario Teguh Apapun yang terjadi hari ini, ingatlah bahwa Tuhan tidak menguji anda dengan kesulitan yang tidak bisa anda selesaikan. Karena jika anda bersabar, sesungguhnya anda akan mengatasi kesulitan itu bersama Tuhan. Tersenyumlah Mario Teguh Semua rampung, hatiku lega karena Yesus mendampingiku v

7

8

9 ABSTRAK Surantini, Hendrika Yuli Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga di Desa Kalirejo, Kulon Progo. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP,USD. Penelitian ini membahas basa-basi berbahasa antar anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan wujud basa-basi dalam berbahasa antar anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo, (2) mendeskripsikan maksud tuturan basa-basi dalam berbahasa antar anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini mencakup keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo dengan data berupa tuturan basa-basi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan panduan kuesioner (pancingan) dan wawancara (konfirmasi kepada informan) dengan menggunakan teori basa-basi berbahasa. Metode pengumpulan data yakni, pertama, metode simak dengan teknik catat dan rekam, dan kedua, metode wawancara yang dilaksanakan dengan teknik pancing. Dalam analisis data, penelitian ini menggunakan metode kontekstual yakni, menganalisis konteks tuturan untuk menginterpretasi data yang sudah diidentifikasi. Simpulan dari penelitian ini adalah (1) wujud basa-basi berbahasa pada tuturan anggota keluarga pendidik terbagi dalam 8 kategori pengantar pesan (menerima, mengundang, menolak, terima kasih, salam, selamat, meminta maaf, berempati). (2) maksud basa-basi subkategori pengantar adalah memulai pembicaraan, menarik perhatian lawan bicara, menegaskan tuturan, mencairkan suasana, menyela aktivitas lawan bicara, menunjukkan: keramahtamahan, ketegursapaan dan kesopanan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru kepada anggota keluarga pendidik, bahwa basa-basi berbahasa tersebut dapat digunakan untuk membuka pembicaraan, mempertahankan pembicaraan, mengakhiri pembicaraan, dan, mempererat hubungan sosial antar anggota keluarga. Kata kunci: Basa-basi, keluarga pendidik, wujud basa-basi, maksud basa-basi. viii

10 ABSTRACT Surantini, Hendrika Yuli Chatting Among Educator Family Member in Kalirejo Village, Kulon Progo. Thesis. Yogyakarta: Indonesia Language and Literature Education Study Program, Department of Language and Arts Education, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma University. This study discusses chatting language used among educator family members in Kalirejo village, Kulon Progro. The purposes of this study are (1) to describe a form of chatting among educator family members in Kalirejo village, Kulon Progro; (2) to describe the speech purposes in chatting among educator family members in Kalirejo village, Kulon Progro. The type of this study is qualitative descriptive. Data source in this study includes transcripts of educator family members in Kalirejo village, Kulonprogo chatting. The instruments used in this study were a questionnaire guide (inducement) and interview (confirmation to informants) by using the chatting theory. Data collection methods used were, first, scrutinizing method by using note and record techniques; and second, interviewing method by conducting inducement technique. In the data analysis, this study uses contextual method by analyzing the context of speech and interpreting the data that has been identified. The conclusions of this study are (1) a form of chatting among educator family members divided into categories: Acknowledgements (receiving, inviting, rejecting, thanking, greeting, congratulating, apology, condole.) (2) the purposes of acknowledgement sub category chatting are starting conversation, attracting the attention of interlocutors, confirming speech, breaking the ice, interrupting interlocutor activity, showing: hospitality, courtesy, and politeness. This study is expected to provide new knowledge to educator family members, that chatting can be used to start conversation, to maintain conversation, to end conversation, and strengthen social relationships between family members. Keywords: conversation, educator family, A from of chatting, the purpose of chatting, the mark of linguistic and non-linguistic. ix

11 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberkati dan menyertai langkah penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota keluarga Pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi dalam kurikulum Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni (JPBS), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini berhasil diselesaikan karena bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan, saran dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang dengan bijaksana, sabar, memotivasi, dan memberikan berbagai masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Dr. Y. Karmin, M.Pd., sebagai triangulator data skripsi yang dengan sabar, bijaksana, penuh ketelitian memberikan masukan bagi penulis untuk menyempurnakan data skripsi ini. 5. Seluruh dosen prodi PBSI yang penuh dedikasi mendidik, mengarahkan, membimbing, membagi ilmu pengetahuan, memberikan motivasi, dukungan, dan bantuan kepada penulis dari awal perkuliahan sampai selesai. 6. Robertus Marsidiq, selaku karyawan sekretariat Prodi PBSI yang dengan sabar memberikan pelayanan administratif kepada penulis dalam menyelesaikan berbagai urusan administrasi. 7. Lana, selaku Kepala Desa Kalirejo yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian skripsi ini. 8. Keluarga besar yang selama ini sudah mendukung penulis: Simbah Sur, Simbah Hadi, Mak Wiwin, Mbak Vita, Mbah Gonel, Bude Gonel, Pakdhe Muji, Mbak Sari, Mas Leo, Mbak Ira, Mbak Wiwin, Bude Sri, Simbah Wongsowikarto, Pakdhe Koko, Mas Eko, Mbak Dini, dan Mas Bandi. x

12

13 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii HALAMAN PENGESAHAN. iii HALAMAN PERSEMBAHAN.. iv HALAMAN MOTTO... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.. vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.. vii ABSTRAK viii ABSTRACT. ix KATA PENGANTAR. x DAFTAR ISI... xii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Istilah... 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian yang Relevan Teori Pragmatik Konteks Teori Maksud Fenomena-fenomena Pragmatik Deiksis Pranggapan Implikatur 23 xii

14 2.3.4 Tindak Ujaran Teori basa-basi Kerangka berfikir 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Sumber Data Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Triangulasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Subkategori Basa-basi Salam Subkategori Basa-basi Menerima Subkategori Basa-basi Meminta maaf Subkategori Basa-basi Mengundang Subkategori Basa-basi Berempati Subkategori Basa-basi Terima kasih Subkategori Basa-basi Menolak Subkategori Basa-basi Selamat Hasil dan Pembahasan Wujud Basa-basi Subkategori Basa-basi Salam Subkategori Basa-basi Menerima Subkategori Basa-basi Meminta maaf Subkategori Basa-basi Mengundang Subkategori Basa-basi Berempati Subkategori Basa-basi Terima kasih.. 97 xiii

15 Subkategori Basa-basi Menolak Subkategori Basa-basi Selamat Maksud Basa-basi 116 BAB V PENUTUP Simpulan Wujud basa-basi Maksud basa-basi Saran. 150 DAFTAR PUSTAKA 151 LAMPIRAN BIODATA PENULIS 207 xiv

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan bentuk kecakapan atau ketrampilan yang harus dimiliki masyarakat untuk dapat berkomunikasi dengan yang lainnya. Dengan komunikasi tersebut, bahasa sangat diperlukan untuk menyampaikan segala ujaran, baik itu secara lisan maupun tertulis. Secara paradigmatik, komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara lisan maupun langsung (Effendy, 2006:5). Saat melakukan komunikasi seorang penutur biasanya tidak secara langsung mengungkapkan tujuan utama yang akan ia sampaikan, akan tetapi seorang penutur akan membuka hubungan sosial dengan lawan tuturnya terlebih dahulu. Hal ini bertujuan untuk membuka, mempertahankan dan memelihara hubungan sosial antara penutur dan lawan tuturnya yang biasa dikenal dengan istilah basa-basi. Basa-basi selain sebagai fenomena sosial dan fenomena budaya, juga merupakan fenomena lingual. Menurut para penulis, fenomena lingual berfungsi sebagai alat indikator atau alat pembuktian sebuah tuturan yang tergolong dalam tuturan basabasi. Menurut KBBI edisi keempat (2008: 143), basa-basi adalah (1) adat sopan santun; tata karma pergaulan, (2) ungkapan yang digunakan hanya untuk sopan santun dan tidak untuk menyampaikan informasi, misalnya kalimat apa kabar? yang diucapkan 1

17 2 apabila kita bertemu dengan kawan (3) perihal menggunakan ungkapan semacam itu. Basa-basi memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan hubungan antar manusia. Basa-basi sangat dipengaruhi oleh konteks yang dapat membangun situasi dan kondisi antara penutur dan lawan tuturnya. Dalam proses berkomunikasi, seorang penutur biasanya tidak langsung menyampaikan pesan dan maksud yang akan diutarakan kepada mitra tutur. Dalam hal ini, penutur akan membuka hubungan sosial terlebih dahulu yang dipergunakan untuk membuka percakapan dan mengukuhkan pembicaraan. Contoh: Pak Tarno: Selamat sore Pak tumben jam segini sudah pulang kerja Pak Feri : Iya Pak kebetulan tadi terjadi demo, jadi karyawan semua dipulangkan Pak Tarno : Kalau motornya sudah tidak dipakai, apakah saya boleh meminjamnya? Percakapan yang mengatakan Selamat sore Pak tumben jam segini sudah pulang kerja, merupakan suatu bentuk basa-basi yang dilakukan ketika akan meminjam motor kepada Pak Feri, ini merupakan fenomena yang sering dijumpai dalam proses berkomunikasi. Tuturan-tuturan tersebut dalam masyarakat bahasa Indonesia telah dikenal dengan istilah basa-basi. Dalam basa-basi yang terpenting bukanlah isi percakapan namun nilai afektif yang memberi makna pada pembinaan dan untuk mempertahankan hubungan sosial diantara penutur (Sailal Arimi, 1998). Penggunaan basa-basi tidak hanya digunakan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, akan tetapi dalam pendidikan juga sering ditemukan adanya basa-basi.

18 3 Basa-basi di dunia pendidikan merupakan salah satu bentuk dari kesantunan berbahasa, baik antara siswa dan siswi, guru dan siswa, guru dan guru, siswa dan karyawan, serta guru dan karyawan. Selain pada lingkungan sekolah, basa-basi ini juga dapat ditemui pada lingkungan keluarga pendidik, contohnya seperti Istri dan suami, ataupun dengan anak-anaknya. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan suatu penelitian dengan judul Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota keluarga Pendidik di Desa Kalirejo Kulon Progo. Penelitian basa-basi Berbahasa antar keluarga pendidik sangatlah menarik karena kedudukan pendidik dengan keluarganya merupakan hal yang biasa ditemui sehari-hari, apalagi pada konteks berkomunikasi, sehingga tidak akan terjadi kesenjangan dalam berbasa-basi. Peneliti memilih objek penelitian di Dusun Kalirejo, Kulon Progo karena dianggap dapat mewakili tuturan basa-basi dari para pendidik dalam berkomunikasi dengan keluarganya. Basa- basi antar keluarga pendidik ini sering terjadi dalam berkomunikasi sehari-hari pada lingkup keluarganya. Peneliti mengambil topik basa-basi berbahasa di ranah keluarga pendidik karena penelitian yang berkaitan dengan basa-basi berbahasa belum banyak diteliti dalam kajian pragmatik. Selain itu, basa-basi penting digunakan dalam kaitannya dengan berkomunikasi dalam kaitannya dengan budaya, khususnya budaya Jawa. Di ranah pendidikan, basa-basi berkaitan erat dengan karakter dan sopan santun sehingga penelitian basa-basi berbahasa di ranah pendidikan sangat menarik untuk diteliti. Selain itu peneliti ingin mengetahui bagaimana tuturan basa-basi para pendidik yang sering digunakan pada lingkup keluarganya.

19 4 I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut: a. Apa sajakah wujud basa-basi dalam berbahasa antar anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo? b. Apa sajakah maksud tuturan basa-basi dalam berbahasa antar anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo? I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: a. Mendeskripsikan wujud basa-basi dalam berbahasa antar anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo. b. Mendeskripsikan maksud basa-basi dalam berbahasa antar anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo.

20 5 I.4 Manfaat Penelitian Penelitian basa-basi dalam berbahasa antar keluarga pendidik ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang memerlukan. Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini, yaitu: a. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat mendalami pengembangan pragmatik khususnya yang berkaitan dengan basa-basi berbahasa sebagai fenomena pragmatik. Penelitian ini dapat dikatakan memiliki manfaat teoritis karena dengan memahami teori yang telah dikemukakan oleh para ahli. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi atau acuan dalam melakukan kegiatan komunikas untuk mempererat hubungan social penutur dan lawan tutur khususnya pada keluarga pendidik. b. Manfaat Praktis Penelitian basa-basi berbahasa ini juga diharapkan dapat memberi masukan kepada para praktisi terutama bagi dosen, guru, anak, dan anggota keluarga yang lain untuk mengetahui pentingnya basa-basi berbahasa dalam keluarga pendidik.

21 6 1.5 Batasan Istilah Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini tentu saja tidak lepas dari teori basa-basi dan teori-teori yang mendukung penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan istilah sebagai berikut: 1. Pragmatik Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksud orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. (Yule, 2006: 3) 2. Wujud Basa-basi Wujud basa-basi ialah sesuatu yang menunjukkan adanya tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara dalam suatu tuturan. 3. Maksud Basa-basi Maksud adalah sesuatu yang ingin disampaikan oleh penutur bersumber dari penutur. (Arimi, 1998). 4. Basa-basi Kata-kata dipakai untuk memecahkan kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik, dan sebagainya. Penggunaan bahasa untuk keperluan seperti ini dapat disebut penggunaan basa basi. (Arimi, 1998).

22 7 5. Konteks Konteks tuturan dapat diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur. (Rahardi, 2003:20)

23 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topik-topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan teori berisi tentang teoriteori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini yang terdiri atas teori pragmatik, fenomena-fenomena pragmatik, kategori fatis, basa-basi sebagai fenomena pragmatik, teori maksud, dan uraian tentang konteks. Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori yang berdasarkan pada penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab rumusan masalah. 2.1 Penelitian Relevan Basa-basi berbahasa dalam kajian ilmu pragmatik merupakan fenomena baru yang belum dikaji secara mendalam. Penelitian tentang basa-basi berbahasa di ranah pendidikan sejauh yang diketahui oleh penulis, masih jarang untuk diteliti. Namun terdapat penelitian yang relevan dengan penelitian yang berkaitan dengan basa-basi berbahasa yaitu penelitian yang dilakukan Sailal Arimi (1998), Maria Ulfa T.R. (2012), Rawinda Fitrotul Mualafina (2013) dan, Fitri Apri Susilo (2014). Penelitian Sailal Arimi (1998) berjudul Basa-Basi dalam Masyarakat Bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan: (1) mendapatkan gambaran tentang etnografi berbasa-basi bagi penutur bahasa Indonesia, dan memperoleh pengetahuan yang 8

24 9 memadai tentang aturan, atau kaidah penyampaian basa-basi dalam bahasa Indonesia, (2) mendapatkan kejelasan kembali atas fungsi basa-basi, (3) menemukan jenis-jenis basa-basi, distribusinya dalam wacana interaktif, beserta hubungannya dengan strategi berbasa-basi yang tepat, dan (4) menemukan kekhasannya dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan dari tujuan penelitian yang dilakukan oleh Sailal Arimi, menghasilkan beberapa kesimpulan. Basa-basi sebagai tuturan rutin yang tidak mementingkan informasi merupakan simbol tindakan sosial secara verbal untuk bertegur sapa, bersopan-santun, dan beramah tamah guna menciptakan hubungan solidaritas dan harmonisasi antar penutur. Masyarakat penutur membutuhkan basabasi dikaitkan dengan hakikat fungsi interaksional baik untuk membina dan/atau mempertahankan hubungan sosial antar penutur. Dari sudut relasi sosial antarpenutur yang dihasilkan (outcome), bagi penutur basa-basi merupakan upaya untuk memperoleh rasa solidaritas dan harmonisasi dengan mitra tutur. Dari sudut fungsi hakiki bahasa, basa-basi merupakan sejemput fenomena bahasa yang berfungsi sebagai pemelihara kerja sama dan sangat reflektif. Basa-basi dalam masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu basa-basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basabasi murni keniscayaan, basa-basi keteralamian, dan basa-basi keakraban. Basa-basi

25 10 polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi bersifat universal sehingga menghasilkan kekhasan-kekhasan yang bersumber dari kebiasaan berbahasa dan sistem bahasa. Pengalihan pragmatis berdasarkan kekhasan-kekhasan tersebut dari satu bahasa ke bahasa lain (dalam hal ini bahasa Indonesia ke bahasa inggris atau sebaliknya) dapat menimbulkan kegagalan atau konflik komunikasi. Penelitian Maria Ulfa T.R. (2012) berjudul Tipe Basa-Basi Dalam Dialog Sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Dalam penelitian tersebut terdapat beberapa masalah yang dianalisis oleh peneliti, yaitu (1) dialog mana saja yang tergolong basabasi, (2) apa saja topik basa-basi yang dipergunakan pada dialog sinetron SDAS, (3) bagaimanakah tipe penggunaan basa-basi dalam sinetron SDAS berdasarkan suasana, dan (4) bagaimana efek basa-basi terhadap interaksi sosial dalam sinteron SDAS. Dari beberapa rumusan masalah tersebut, maka peneliti ingin mengetahui dialog mana saja yang tergolong basa-basi, mendapatkan kejelasan tentang topik basa-basi yang dipergunakan pada sinetron SDAS, menemukan tipe penggunaan basa-basi dalam sinetron SDAS berdasarkan suasana, dan menemukan efek basabasi terhadap interaksi sosial dalam sinetron SDAS. Dari penelitian yang dilakukan oleh Maria Ulfa T.R. menemukan bahwa tuturan basa-basi pada sinetron SDAS memiliki topik yang khas, seperti topik keadaan, topik aktifitas, topik julukan, topik keselamatan, topik tujuan, topik kehadiran, topik jasa, topik perilaku, topik perpisahan, topik kesepakatan, topik waktu, dan topik

26 11 identitas. Selain memiliki topik yang khas, basa-basi dalam sinetron SDAS juga memiliki tipe yang juga memiliki karakteristik yang khas. Tipe basa-basi yang berhasil dianalisis yaitu (1) basa-basi apologi, (2) basa-basi salam untuk suasana santai, (3) basa-basi perhatian untuk suasana sibuk, (4) basa-basi persilahan untuk suasana sepi, dan (5) basa-basi pujian untuk suasana gembira. Selain itu, peneliti juga menemukan empat efek basa-basi terhadap interaksi sosial dalam sinetron SDAS, yaitu (1) efek eksistensi, (2) efek akrab, (3) efek nyaman, dan (4) efek dihargai. Penelitian Rawinda Fitrotul Mualafina (2013) berjudul Basa-Basi Dalam Interaksi Jual Beli Di Pasar Tradisional Kertek Wonosobo. Dalam penelitian tersebut terdapat tiga rumusan masalah yang ingin dikaji oleh peneliti, yaitu bagaimana bentuk, jenis, dan distribusi basa-basi yang digunakan dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek, apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan bentuk, jenis, dan distribusi dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek, dan bagaimana fungsi dari penggunaan basa-basi dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek. Berdasarkan tiap pemaparan hasil analisis terhadap ketiga permasalahan dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa: (1) basa-basi yang digunakan dalam komunikasi di Pasar Kertek Wonosobo ini berbeda dengan basa-basi yang digunakan di tempat lain, (2) melalui pembahasan mengenai bentuk dan jenis, diperoleh fakta bahwa suatu kalimat mampu menyampaikan maksud yang berbeda dengan bentuk fisik kalimat tersebut, (3) ujaran basa-basi yang digunakan di Pasar Kertek ini hadir pada tiga posisi dalam struktur percakapan jual beli terjadi, yaitu rangkaian

27 12 pembukaan atau opening sequences, rangkaian sisipan atau insertion sequences, dan rangkaian penutup atau closing sequences, (4) sebagai salah satu bentuk bahasa dalam masyarakat, penggunaan basa-basi tidak dapat terlepas dari sejumlah faktor sosial tertentu yang berpengaruh terhadap bentuk, jenis, dan distribusi basa-basi yang digunakan dalam sebuah percakapan jual-beli, (5) melalui enam fungsi yang ditemui dalam penggunaan basa-basi diketahui bahwa meskipun kehadirannya manasuka dan tidak mengandung informasi yang baru, kedudukan penggunaan basa-basi dalam percakapan tetaplah penting dalam kaitannya dengan fungsi secara sosial. Penelitian Fitri Apri Susilo (2014) berjudul Basa-basi dalam Berbahasa antar Guru Di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Dalam penelitian tersebut terdapat dua rumusan masalah yang ingin dikaji oleh peneliti, yaitu apa sajakah wujud Basa-basi dalam Berbahasa antar Guru di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014, apa sajakah maksud Basa-basi dalam Berbahasa antar Guru Di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan tiap pemaparan hasil analisis terhadap kedua permasalahan dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa: peneliti menemukan delapan wujud Basa-basi Berbahasa antar Guru Di SMP N 12 Yogyakarta yang ditinjau dari kategori Acknowledgment-nya terdiri dari delapan subkategori. Kedelapan subkategori tuturan basa-basi tersebut adalah (1) apologize (meminta maaf), (2) Condole (belasungkawa), (3) Congratulate (mengucapkan salam), (4) greet (memberi salam), (5) thanks (berterimakasih), (6) bid (meminta/mengundang), (7)

28 13 accept (menerima), (8) reject (menolak). Apologize (meminta maaf) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan penyesalan. Condole (bela sungkawa) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan rasa simpati karena musibah yang dialami oleh mitra tutur. Congatulate (mengucapkan selamat) yaitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan karena ada kabar baik. Greet (memberi salam) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena bertemu seseorang. Thanks (berterima kasih) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih karena mendapat bantuan. Bid (meminta) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang akan terjadi. Accept (menerima) yaitu fungsi tuturan untuk menerima (menghargai) basa-basi dari mitra tutur. Reject (menolak) yaitu fungsi tuturan untuk menolak (melanggar) basa-basi dari mitra tutur. Dari keempat penelitian yang relevan tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti. Pada penelitian-penelitian yang relevan sebelumnya mengkaji tentang objek yang sama yaitu basa-basi berbahasa, bahkan pada penelitian yang dilakukan oleh Rawinda Fitrotul Mualafina terdapat rumusan masalah yang hampir sama yaitu mengkaji tentang bentuk basa-basi. Akan tetapi, pada subjek penelitian terdapat perbedaan dengan penelitian-penelitian yang relevan sebelumnya. Pada penelitian kali ini, subjek yang akan diteliti yaitu basa-basi berbahasa antar Keluarga Pendidik, sehingga peneliti akan melakukan penelitian di ranah pendidikan dengan judul penelitian Basa-Basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo. Oleh karena itu, keempat penelitian basa-basi berbahasa tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk

29 14 mengkaji fenomena basa-basi berbahasa khususnya dalam ranah pendidikan yang belum banyak untuk diteliti. 2.2 Teori Pragmatik Rahardi (2003:10) mengatakan bahwa pragmatik merupakan cabang dari linguistik yang mempelajari dan mendalami apa saja yang termasuk di dalam struktur bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara si penutur dengan sang mitra tutur, serta sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik atau luar bahasa. Dari definisi beberapa ahli tersebut, dapatlah dikatakan bahwa pragmatik merupaka ilmu kebahasaan yang mengkaji maksud sebuah tuturan dengan mengacu dari unsur luar bahasa, dalam hal ini adalah konteks situasi dan lingkungan di mana tuturan itu terjadi. Kajian ilmu pragmatik sangat dipengaruhi oleh konteksnya. Sebagai cabang ilmu linguistik, pragmatik sangatlah penting dalam kajian ilmu kebahasaan. George (1964) dalam Rahardi (2003:12) telah menunjukkan bahwa ilmu bahasa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya adalah ilmu tentang makna bahasa, dalam kaitan dengan keseluruhan perilaku umat manusia dan tanda-tanda atau lambanglambang bahasa yang ada di sekelilingnya. Terhadap tanda atau lambang bahasa yang mencuat di sekelilingnya itu, manusia akan selalu akan bereaksi dengan aneka kemungkinan sikap dan variasi tindakan atau perilakunya.

30 15 Kemudian Yule (2006:3-4) mengatakan bahwa pragmatik merupakan studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar. Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu. Cruse (2000:16) dalam Cummings (2007:2) memaparkan bahwa pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi yang disampaikan melalui bahasa yang tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentukbentuk linguistik yang digunakan, tetapi yang juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara konvesional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut. Levinson (1977) dalam Sudaryanto (2010:118) memaparkan beberapa definisi pragmatik antara lain: Pragmatics is the study of those relations between language and context that are gramaticalized, or encoded in the structure of language (Pragmatik adalah kajian ihwal hubungan antara bahasa dan konteks yang digramatikalisasikan atau dikodekan di dalam struktur bahasa). Pragmatics is the study of relations between language and context that a basic to an account of language understanding (Pragmatik adalah kajian ihwal hubungan antara bahasa dan

31 16 konteks yang merupakan dasar bagi penjelasan tentang pemahaman bahasa). Pragmatics is study of the ability of language users to pair sentences with thw context in which they whould be appropriate (Pragmatik adalah kajian ihwal kemampuan pengguna bahwa bahasa untuk menyesuaikan kalimat dengan konteks sehingga kalimat itu patut atau tepat diujarkan Konteks Istilah konteks sering digunakan untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai salah satu petunjuk untuk lebih memahami masalah arti bahasa. Situasi itu dapat formal dan informal. Kata konteks lebih luas jangkauannya. Konteks itu mencakup pengertian situasi tetapi ditambah dengan pengertian lain. Konteks dari sebuah kata atau bicara dapat meliputi seluruh latar belakang sosial dari masyarakat bahasa itu. Bila kita membaca kata-kata tertentu dalam sebuah buku, kadang-kadang kita kurang memahami kata itu tanpa memahami isi buku itu secara keseluruhan. Dapat dikatakan bahwa konteks daripada kata-kata itu tadi adalah semua kata-kata yang digunakan dalam buku itu. Konteks itu bisa berupa bahasa dan bukan bahasa, kedua-duanya dapat mempengaruhi arti bahasa. (Anwar, 1984: 44-45) Cumming (2005:5) mengatakan bahwa kita tidak dapat mendapatkan definisi pragmatik yang lengkap bila konteksnya tidak disebutkan. Gagasan tentang konteks berada di luar pengejawantahannya yang jelas seperti latar fisik tempat dihasilkannya suatu ujaran yang mencakup faktor-faktor linguistik, sosial dan epistemis. Meskipun

32 17 peran konteks dalam bahasa sudah lama diketahui, akan tetapi baru sekaranglah kontribusi faktor-faktor konteks terhadap proses argumentasi diselidiki secara serius oleh para ahli pragmatik. Rahardi (2003:20) mengemukakan bahwa konteks tuturan dapat diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan samasama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur. Konteks sangat penting dalam memahami suatu tuturan, ia tidak menelaah struktur bahasa secara internal melainkan secara eksternal. Konteks itu bisa berupa bahasa dan bukan bahasa, kedua-duanya dapat mempengaruhi arti bahasa itu.istilah konteks sering digunakan untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai salah satu petunjuk untuk lebih memahami masalah arti bahasa (Anwar, 1984: 44). Gumperz dan Hymes (dalam FX Nadar, 2009:7) menyatakan bahwa aspek tutur ada delapan yang dapat dibuat akronim menjadi SPEAKING yaitu settings, participants, ends, act of sequence, keys, instrumentalities, norms, dan genres (tempat, peserta tutur, tujuan tuturan, urutan tuturan, cara, media, norma yang berlaku, dan genre). Settings adalah tempat dan waktu terjadinya pertuturan, termasuk di dalamnya kondisi psikologis dan cultural yang menyangkut pertuturan tersebut. Participant menyangkut peserta tutur. Ends menunjuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam suatu situasi tutur.

33 18 Acts of sequence menunujuk pada saluran tutur yang dapat merupakan lisan maupun tertulis. Key menunujukkan cara dari pertuturan yang dilangsungkan. Instrumentalities menunjukkan penggunaan kaidah berbahasa dalam pertuturan. Norms adalah norma atau tuturan dalam berinteraksi. Genre adalah kategori tuturan yang dapat merupakan puisi, surat, artikel, dan sebagainya. Leech (1983) dalam Sudaryanto (2010:119) memerikan konteks sebagai salah satu komponen dalam situasi tutur. Menurut Leech, konteks didefinisikan sebagai aspek-aspek yang berkaitan dengan lingkungan fisik dan social sebuah tuturan. Leech menambahkan dalam definisinya tentang konteks yaitu sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang secara bersama dimiliki oleh penutur dan petutur, dan konteks ini membantu petutur manfsirkan atau menginterpretasikan maksud tuturan penutur. Yule (1996) dalam Sudaryanto (2010:120) membahas konteks dalam kaitannya dengaan kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi referen-referen yang bergantung pada satu atau lebih pemahaman orang itu terhadap ekspresi yang diacu. Berkaitan dengan penjelasan tersebut. Yule membedakan konteks dengan koteks. Konteks ia definisikan sebagai lingkungan fisik dimana sebuah kata dipergunakan. Cutting (2008) dalam Sudaryanto (2010:122) menjelaskan konteks adalah pengetahuan ihwal dunia fisik dan social serta faktor-faktor sosio-psikologis yang

34 19 memengaruhi komunikasi sebagaimana pengetahuan waktu dan tempat di dalam katakata yang dituturkan atau dituliskan. Konteks merupakan pengetahuan yang dimiliki bersama penutur dan petutur. Cutting membagi konteks menjadi tiga macam, yaitu konteks situasional, konteks pengetahuan latar, dan koteks. Konteks situasional berkaitan dengan situasi tempat interaksi tuturan, apakah penutur mengetahui ihwal apa yang dapat mereka lihat di sekelilingnya Teori Maksud Rahardi (2003:16 17) dalam bukunya telah berbicara perihal maksud dan makna. Rahardi memaparkan bahwa makna yang dikaji dalam pragmatik bersifat terikat konteks (context dependent), sedangkan makna yang dikaji di dalam semantik berciri bebas konteks (context independent). Makna yang dikaji di dalam semantik bersifat diadik (diadic meaning), sedangkan dalam pragmatik makna itu bersifat triadik (triadic meaning). Pragmatik mengkaji bahasa untuk memahami maksud penutur, semantik mempelajarinya untuk memahami makna sebuah satuan linguan an sich, yang notabene tidak perlu disangkutpautkan dengan konteks situasi masyarakat dan kebudayaan tertentu yang menjadi wadahya. Informasi dan maksud sama-sama sesuatu yang luar-ujaran. Hanya bedanya kalau informasi itu merupakan sesuatu yang luar-ujaran dilihat dari segi objeknya atau yang dibicarakan; sedangkan maksud dilihat dari segi pengujarnya, orang yang berbicara itu mengujarkan suatu ujaran entah berupa kalimat maupun frasa, tetapi yang

35 20 dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri. Di simpangsimpang jalan di Jakarta banyak pedagang asongan menawarkan barang dagangannya kepada para pengemudi atau penumpang kendaraan (yang kebetulan kendaraannya tertahan arus lalu lintas) dengan kalimat tanya Koran, Koran?. Padahal mereka tidak bermaksud bertanya melainkan bermaksud menawarkan. Contoh lain, seorang ayah setelah memeriksa buku rapor anaknya, dan melihat bahwa angka-angka dalam buku rapor itu banyak yang merah, berkata kepada dengan nada memuji walaupun nadanya memuji. Dengan kalimat itu dia sebenarnya bermaksud menegur atau mungkin juga mengejek anaknya. Maksud banyak digunakan dalam bentuk-bentuk ujaran yang disebut metafora, ironi, litotes, dan bentuk-bentuk gaya bahasa lain. Selama masih menyangkut segi bahasa maka maksud itu masih dapat disebut sebagai bahasa maka maksud itu masih dapat disebut persoalan bahasa. Tetapi kalau sudah terlalu jauh dan tidak berkaitan lagi dengan dengan bahasa maka sudah tidak dapat lagi disebut sebagai persoalan bahasa. Mungkin termasuk persoalan bidang studi lain; entah filsafat, antropologi, atau juga psikologi. Maksud yang menyangkut pihak pengujar masih memiliki persoalan semantik, asal saja lambang-lambang yang digunakan masih berbentuk lingual.

36 Fenomena-fenomena Pragmatik Dalam ilmu pragmatik terdapat empat fenomena pragmatik yang telah disepakati, yaitu (1) deiksis, (2) praanggapan (presupposition), (3) implikatur percakapan (conversational implicature), dan (4) tindak ujaran (speech acts), (Purwo, 1990:17) Deiksis Menurut Yule (2006: 13) deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti penunjukkan melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan penunjukkan disebut ungkapan deiksis. Yule (2006:13-15) membagi deiksis menjadi tiga, yaitu deiksis persona (kata ganti orang pertama saya, orang kedua kamu, dan orang ketiga dia laki-laki, dia perempuan, atau dia barang/ sesuatu ), deiksis tempat ( di sini dan di sana ), dan deiksis waktu ( pekan depan, pekan yang lalu, pekan ini, kemarin, hari ini, nanti malam, sekarang, dan kemudian ). Purwo (1990:17) menjelaskan bahwa kata seperti saya, sini, sekarang adalah kata-kata yang deiktis. Kata-kata tersebut tidak memiliki referen yang tetap. Berbeda halnya dengan kata rumah, kertas, kursi, di tempat manapun, pada waktu kapan pun, referen yang diacu tetaplah sama. Akan tetapi, referen dari kata saya, sini, sekarang

37 22 barukah dapat diketahui pula siapa, di tempat mana, dan pada waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Kushartanti (2005:111) menjelaskan bahwa deiksis adalah cara merujuk pada suatu hal yang berkaitan dengan erat dengan konteks penutur. Dengan demikian, ada rujukan yang berasal dari penutur, dekat dengan penutur, dan jauh dari penutur. Ada tiga jenis deiksis, yaitu deiksis ruang, deiksis persona, dan deiksis waktu Praangaapan Sebuah tuturan dapat dikatakan praanggapan tuturan yang lain apabila ketidakbenaran tuturan yang dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan yang mempresuposisikan tidak dapat dikatakan. Tuturan yang berbunyi Mahasiswa tercantik di kelas itu pandai sekali. Mempraanggapkan adanya seseorang mahasiswa yang berparas sangat cantik. Apabila pada kenyataannya memang ada seorang mahasiswa yang berparas sangat cantik di kelas itu, tuturan di atas dapat dinilai benar atau salahnya. Sebaliknya, apabila di dalam kelas itu tidak ada seorang mahasiswa yang berparas cantik, tuturan tersebut tidak dapat ditentukan benar atau salahnya. (Rahardi, 2005: 42) periksa di dalam Wijana (1996) dan Kaswanti Purwo (1990). Preposisi merupakan kajian dalam lingkup semantik, namun dalam perkembangannya para linguis cenderung berpendapat bahwa kajian preposisi dalam lingkup semantik saja tidak dapat memuaskan mereka, sehingga kajian presuposisi

38 23 bergeser ke wilayah pragmatik (Nadar, 2009:63). Levinson dalam Nadar (2006:64-65) menyatakan bahwa preposisi pragmatik merupakan inferensi pragmatik yang sangat sensitif terhadap faktor-faktor konteks, dan membedakan terminologi preposisi menjadi dua macam. Pertama, kata presuposisi sebagai terminologi umum dalam penggunaan bahasa inggris sehari-hari, serta kata presuposisi sebagai terminologi teknis dalam kajian pragmatik. Di bandingkan dengan luasnya makna preposisi secara umum dalam penggunaan sehari-hari, makna preposisi dalam pragmatik relatif lebih sempit. Preposisi dapat dijelaskan sebagai berbagai inferensi atau asumsi pragmatik yang nampaknya dibangun menjadi ungkapan linguistik Implikatur Di dalam pertuturan yang sesungguhnya, penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat semacam kontrak percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling dimengerti. Grice (1975) di dalam artikelnya yang berjudul Logic and Conversation menyatakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan tersebut. Proposisi yang diimplikasikan itu dapat disebut dengan implikatur percakapan. Tuturan yang berbunyi Bapak datang, jangan menangis! Tidak semata-mata dimaksudkan untuk memberitahukan bahwa sang ayah sudah datang dari tempat tertentu. Si penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur bahwa sang ayah yang

39 24 bersikap keras dan sangat kejam itu akan melakukan sesutau terhadapnya apabila ia masih terus menangis. Dengan perkataan lain, tuturan itu mengimplikasikan bahwa sang ayah adalah orang yang keras dan sangat kejam dan sering marah-marah pada anaknya yang sedang menangis. Di dalam implikatur, hubungan antara tuturan yang sesungguhnya dengan maksud yang tidak dituturkan itu bersifat tidak mutlak. Inferensi maksud tuturan itu harus didasarkan pada konteks situasi tutur yang mewadahi munculnya tuturan tersebut. (Rahardi, 2005: 42-43), periksa Bambang Kaswanti (1990) dan Wijana (1996). Menurut Levinson (183) dalam Hamid Hasan (2011:73), ada empat faedah konsep implikatur, yaitu: a) Dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta kebahasaan yang tak terjangkau oleh teori linguistic; b) Dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa; c) Dapat memberikan pemerian semantic yang sederhana tentang hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung yang sama; d) Dapat memerikan bebagai fakta yang secara lahiiah kelihatan tidak berkaitan, malah berlawanan (seperti metafora).

40 Tindak Ujaran Tindak tutur diklasifikasikan menjadi 5 jenis fungsi umum, yaitu deklarasi, presentatif, ekspresi, direktif, dan komisif (Yule, 2006: 92-94). Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Contoh 1: Wasit: Anda ke luar! Seperti contoh 1 menggambarkan, penutur harus memiliki peran institusional khusus, dalam konteks khusus, untuk menampilkan suatu deklarasi secara tepat. Pada waktu menggunakan deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata. Representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Contoh 2: Bumi itu datar. Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskrisian, seperti yang digambarkan dalam contoh 2, merupakan contoh dunia sebagai sesuatu yang diyakini oleh penutur yang menggambarkannya. Pada waktu menggunakan sebuah representatif, penutur mencocokkan kata-kata dengan dunia (kepercayaannya). Tindak tutur selanjutnya yaitu ekspresif. Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Contoh 3: Sungguh, saya minta maaf. Seperti yang digambarkan dalam contoh 3, tindak tutur mungkin disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur. Pada waktu menggunakan ekspresif penutur menyesuaikan kata-kata dengan dunia (perasaannya).

41 26 Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain mengatakan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tidak tutur ini meliputi; perintah, pemesanana, permohonan, dan pemberian saran. Contoh 4: Jangan menyentuh itu! Seperti yang digambarkan dalam contoh 4, bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Pada waktu menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata (lewat pendengar). Tindak tutur berikutnya ialah komisif. Komisif adalah jenis tindak tutur yang dapat dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa; janji, ancaman, penolakan, dan ikrar. Contoh 5: Kami tidak akan melakukan itu. Seperti ditunjukkan dalam contoh 5, dapat ditampilkan sendiri oleh penutur atau penutur sebagai anggota kelompok. Pada waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan katakata (lewat penutur). Dengan mendasarkan gagasan pendahulunya, yakni Austin (1962), John R. Searle (1969) dalam buku Speech Acts: An Essay in The Philisophy of Language menyatakan bahwa pada praktik penggunaan bahasa yang sesungguhnya itu terdapat tiga macam tindak tutur. Ketiga macam tindak tutur atau speech acts itu secara berturut-turut dapat disebutkan seperti berikut ini: (1) tindak lokusioner (locutionary

42 27 acts), (2) tindak ilokusioner (illocutionary acts), dan (3) tindak perlokusioner (perlocutionary acts). 1. Tindak Lokusioner (locutionary acts) Tindak tutur lokusioner adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan kalimat, sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu sendiri. Adapun tindak tutur lokusioner itu dapat dinyatakan dengan ungkapan the act of saying something. Di dalam tindak lokusioner itu sama sekali tidak dipermasalhkan dalam ihwal maksud tuturan yang idsampaikan oleh penutur. Jadi sekali lagi perlu dikatakan bahwa tindak tutur lokusioner itu adalah tindak menyampaikan informasi yang disampaikan oleh penutur. 2. Tindak Ilokusioner (illocutionary acts) Tindak ilokusioner ini merupakan tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu di dalam kegiatan bertutur yang sesungguhnya. Tindak tutur ilokusioner dapat dinyatakan dengan ungkapan dalam bahasa Inggris, the act of doing something. Jadi, ada semacam daya atau force di dalamnya yang dicuatkan oleh makna dari sebuah tuturan. 3. Tindak perlokusioner (perlocutionary acts) Tindak perlokusioner ini merupakan tindak menumbuhkan pengaruh kepada sang mitra tutur oleh penutur. Tindak perlokusioner dapat dinyatakan dengan ungkapan dalam bahasa Inggris, the act of affecting someone. (cf. Wijana, 1996); Rahardi, 2004;, dan Rahardi; 2006). Rahardi, 2009:17.

43 Teori basa-basi Basa-basi menurut Malinowski (1923:315) dalam tesis Waridin (2008:13) mendefinisikan phatic communion sebagai a type of speech in which ties of union are created by a mere exchange of word. Phatic communion mempunyai fungsi sosial. Phatic communion digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antar peserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan, dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan. Malinowski dalam tesis Arimi (1998) mengatakan basa-basi digunakan sebagai kata anonim berarti bahwa kata ini bukanlah jenis kata contrived, dibuat-buat atau yang tidak alamiah. Akan tetapi, istilah basa-basi justru mengacu pada pemakaian bahasa yang benar-benar alamiah (naturally occuring language) yang meresap pada konteks sosial-budaya Indonesia. Malinowski mempertegas fungsi basa-basi (phatic communion), untuk mengikat antara pembaca dan pendengar. Dikatakannya fungsi tersebut bukanlah merupakan alat pencerminan bahasa tetapi sebagai modus tindakan (antarpenutur). Lengkapnya ia mengatakan sebagai berikut: it consists in just this atmosphere of sociability and in the fact personal communion of these people. But this is in fact achieved by speech, and the situation in all such cases is created by the exchanged of word, by the specific feelings which form convivial gregariousness, by the give and take of utterances which make up ordinary gossip. Each utterances is an act serving the direct aim of binding hearer to

44 29 speaker sentiment or other. Once more, language appears to us in this function not as isntrument of reflection but a mode of action. Berdasarkan definisi-definisi basa-basi tersebut tuturan basa-basi dapat dikaitkan dan diklasifikasikan dalam kategori fatis yaitu partikel dan kata fatis serta frase fatis. Wujud tuturan basa-basi tersebut diklasifikasikan dalam 8 bentuk tuturan, yaitu bentuk salam, menerima, meminta maaf, mengundang, menolak, berduka cita, selamat dan terimakasih. Kedelapan tuturan tersebut kemudian dapat dikategorikan dalam pilihan kata sesuai dengan frase fatis. Menurut Kridalaksana sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan. Karena ragam lisan pada umumnya merupakan ragam non-standar. Maka kebanyakan kategori fatis terdapat dalam kalimat-kalimat non-standar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional. Ada bentuk fatis yang terdapat di awal kalimat, misalnya kok kamu pergi juga?, ada yang di tengah kalimat, misalnya Bukan dia, kok, yang mengambil uang itu!, dan ada pula yang di akhir kalimat, misalnya Saya hanya lihat saja, kok!. Kategori fatis mempunyai wujud bentuk bebeas, misalnya kok. Deh, atau selamat, dan wujud bentuk terikat misalnya lah atau pun. Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan lawan bicara. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan karena ragam lisan pada umumnya merupakan ragam non-standar, maka kebanyakan kategori fatis terdapat dalam kalimat-kalimat non-standar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah.

45 Kerangka Berpikir Basa-basi merupakan sebuah fenomena baru dalam studi pragmatik. Basa-basi berbahasa muncul dari perkembangan pengguna bahasa yang digunakan untuk memulai atau mempertahankan hubungan sosial antara penutur dan lawan tutur dalam kehidupan sehari-hari. Basa-basi berbahasa biasanya muncul di dalam masyarakat, bahkan pada keluarga pendidik. Sekarang, dalam ranah keluarga pendidik, basa-basi banyak digunakan untuk memperkokoh dan mempertahankan hubungan antar penutur dan lawan tutur di ranah keluarga pendidik. Hal inilah yang menjadi fenomena baru dalam studi pragmatik dan menjadi kajian dari penelitian ini, yaitu basa-basi berbahasa dalam ranah keluarga pendidik, khususnya basa-basi dalam berbahasa antar anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo. Penelitian ini menggunakan beberapa teori basa-basi serta teori-teori yang mendukung untuk menguraikan tuturan basa-basi antarkeluarga pendidik. Pertama, Malinowski (1923:315) dalam tesis Waridin (2008:13) mendefinisikan phatic communion sebagai a type of speech in which ties of union are created by a mere exchange of word. Phatic communion mempunyai fungsi sosial. Phatic communion digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antar peserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan, dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan. Malinowski dalam tesis Arimi (1998) mengatakan basa-basi digunakan sebagai kata anonim berarti bahwa kata ini bukanlah jenis kata contrived, dibuat-buat atau yang tidak alamiah. Akan tetapi, istilah basa-basi justru mengacu

46 31 pada pemakaian bahasa yang benar-benar alamiah (naturally occuring language) yang meresap pada konteks sosial-budaya Indonesia. Malinowski mempertegas fungsi basa-basi (phatic communion), untuk mengikat antara pembaca dan pendengar. Dikatakannya fungsi tersebut bukanlah merupakan alat pencerminan bahasa tetapi sebagai modus tindakan (antarpenutur). Lengkapnya ia mengatakan sebagai berikut: it consists in just this atmosphere of sociability and in the fact personal communion of these people. But this is in fact achieved by speech, and the situation in all such cases is created by the exchanged of word, by the specific feelings which form convivial gregariousness, by the give and take of utterances which make up ordinary gossip. Each utterances is an act serving the direct aim of binding hearer to speaker sentiment or other. Once more, language appears to us in this function not as isntrument of reflection but a mode of action. Kedua, Jakobson (1980) dalam tesis Waridin (2008:15) mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan. Menurut Jakobson (1980:81) dalam tesis Waridin (2008:16), terdapat enam faktor yang berkaitan dengan fungsi dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Keenam faktor tersebut adalah addresser (pengirim pesan), message (pesan), addressee (penerima pesan), context (konteks), contact (kontak), dan code (kode).

47 32 Ketiga, Searle (1976 : 1-24) mengatakanan bahwa jenis tindak tutur yang merupakan salah satu fenomena teori pragmatik. Dalam fenomena tindak tutur, terdapat tiga bagian yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Dalam hal ini Searle menggolongkan tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis, yaitu : (1) tindak tutur representatif, (2) tindak tutur direktif, (3) tindak tutur ekspresif, (4) tindak tutur komisif, (5) tindak tutur deklaratif. Fenomena pragmatik Searle ini digolongkan dalam tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertututur. Secara tidak langsung basa-basi berbahasa masuk dalam pengertian bentuk tindak verbal yang digolongkan oleh Searle. Keempat, Geoffrey Leech (1983: 8 ) menyatakan bahwa pragmatik adalah ilmu tentang maksud dalam hubungannya dengan situasi-situasi (speech situation). Proses tindak tutur ditentukan oleh konteks yang menyertai sebuah tuturan tersebut, karena memang Pragmatik mempelajari makna bahasa yang terikat konteks. Seperti halnya dalam bahasan mengenai basa-basi, tuturan akan dikatan basa-basi ditinjau melalui konteks yang melingkupinya. Berdasarkan teori basa-basi tersebut, data yang diperoleh dengan menggunakan metode simak dan cakap ini dideskripsikan dan diinterpretasikan. Metode simak adalah metode dengan menyimak pertutuan langsung maupun tidak langsung di dalam ranah pendidikan. Metode cakap adalah metode penyediaan data yang dilakukan dengan cara mengadakan percakapan. Penggunaan dua metode pengambilan data tersebut, peneliti diharapkan dapat memperoleh data yang memadai.

48 33 Kelima, Anwar (1984:46) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan sejemput kata-kata yang dipakai untuk sekedar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik dan sebagainya, sehingga bahasa tidak hanya digunakan untuk menyampaikan perasaan atau pikiran, untuk membahas sesuatu masalah, untuk membujuk, merayu dan sebagainya. Terlepas dari berbagai pengertian tersebut sebenarnya basa-basi memiliki fungsi untuk menyampaikan berbagai maksud. Keenam, Arimi (1998: 95) secara praktis basa-basi didefinisikan sebagai fenomena bahasa yang secara sadar dipakai oleh penutur, akan tetapi secara sadar pula tidak diakuinya ketika ditanyakan kebasa-basian itu. Dengan kata lain, basa-basi adalah fenomena lingual yang alamiah, tetapi penggunaannya mental atau menolak jika ditanyakan apakah penutur berbasa-basi. Arimi (1998: 96) juga menjelaskan bahasa secara metodologis penolakan tersebut akan lebih jelas jika dibandingkan dengan aktivitas verbal non basa-basi, seperti aktivitas marah atau serius. Bagi aktivitas marah atau serius, penutur dapat mengakui kepada mitra tuturnya bahwa ia marah atau serius. Ketujuh Harimurti Kridalakasna (1986:111) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Berdasarkan teori basa-basi tersebut, data yang diperoleh dengan menggunakan metode simak dan cakap ini dideskripsikan dan diinterpretasikan. Metode simak adalah metode dengan menyimak pertutuan langsung maupun tidak langsung di dalam ranah pendidikan. Metode cakap adalah metode penyediaan data yang dilakukan dengan cara mengadakan percakapan. Penggunaan dua metode

49 34 pengambilan data tersebut, peneliti diharapkan dapat memperoleh data yang memadai. Tuturan sebagai data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode dan teknik kontekstual. Metode dan teknik analisis kontekstual adalah cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan dan mengaitkan dengan konteks (Rahardi, 2009:36).

50 35 Berikut ini adalah bagan dari kerangka berpikir yang sudah dipaparkan di atas: FENOMENA BASA-BASI DALAM KAJIAN PRAGMATIK TEORI BASA-BASI MALINOWSKI (1923) JAKOBSON (1980) LEECH (1983) SEARLE (1969) HARIMURTI (1986) ANWAR (1984) ARIMI (1998) HASIL PENELITIAN WUJUD BASA-BASI DALAM RANAH KELUARGA PENDIDIK MAKSUD BASA-BASI DALAM RANAH KELUARGA PENDIDIK

51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian. Hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian meliputi: (1) jenis penelitian, (2) data dan sumber data, (3) metode pengumpulan data, (4) metode analisis data, dan (5) trianggulasi. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan oleh peneliti ialah penelitian deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif karena pada langkah awal peneliti mengumpulkan data-data tuturan antara orang tua dan anak di Desa Kalirejo, Kulon Progo, yang mencerminkan fenomena basa-basi. Hal ini berdasarkan definisi Arikunto (Arikunto, 2010:234) penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status sutau gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak memerlukan administrasi atau pengontrolan terhadap sesuatu perlakuan. Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (2006:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke 36

52 37 dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan. Penelitian Kualitatif menurut Moleong (2006:6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sejalan dengan definisi tersebut, dalam penelitian ini peneliti berusaha memahami tuturan basa-basi yang dituturkan oleh subjek penelitian, lalu mengonfirmasikan maksud tuturan tersebut, dan kemudian mendeskripsikan dengan jelas dan apa adanya. Penelitian basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo, ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini berisi tuturan basa-basi dalam keluarga pendidik yang diperoleh langsung di Desa Kalirejo, Kulon Progo. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memahami fenomena tuturan basa-basi antara penutur dan mitra tutur untuk menyampaikan maksud tuturannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan sebagai suatu pemahaman terhadap penggunaan basa-basi terutama penggunaan bahasa dalam tindakan komunikasi.

53 Sumber Data Sumber data pada penelitian ini adalah tuturan dari anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo. 3.3 Data Data yang dikumpulkan, diidentifikasi dan diklasifikasi pada penelitian ini adalah tuturan yang disampaikan oleh anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo yang mengandung basa-basi berbahasa 3.4 Metode Pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Peneliti berusaha menggambarkan mengenai suatu variabel, gejala atau keadaan secara apa adanya. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Penelitian deskriptif ini menjadi dasar untuk menguraikan basa-basi berbahasa karena peneliti akan menguraikan peritiwa tutur antaranggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode simak dan metode cakap. Mahsun (2005:92) mengungkapkan, metode simak adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak penggunaan bahasa, dimana dalam penelitian ini peneliti menyimak keluarga pendidik dalam mengucapkan sebuah tuturan. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada

54 39 hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Artinya dalam upaya mendapatkan data, peneliti melakukannya dengan menyadap penggunaan bahasa dalam keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo yang menjadi informan. Dalam praktik teknik sadap diikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak libat cakap, simak bebas libat cakap, catat, dan teknik rekam. Teknik simak libat cakap maksudnya si peneliti melakukan penyadapan dengan cara berpartisipasi sambil menyimak, berpartisipasi dalam pembicaraan, dan menyimak pembicaraan. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik sadap diikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik catat. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode cakap. Metode cakap ialah cara penyediaan data yang berupa percakapan antara peneliti dengan informan (Mahsun, 2005:95). Metode cakap memiliki teknik dasar berupa teknik pancing, karena percakapan yang diharapkan sebagai pelaksanaan metode tersebut hanya dimunculkan jika peneliti memberi stimulasi (pancingan) pada informan untuk mengetahui maksud kebahasaan yang diharapkan oleh peneliti. 3.5 Metode Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode analisis kontekstual, yakni dengan menerapkan dimensi-dimensi konteks dalam menafsirkan data yang telah berhasil dikumpulkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan. Metode analisis kontekstual ini dapat disejajarkan dengan metode analisis padan. Metode padan itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode padan yang sifatnya intralingual

55 40 dan metode padan yang sifatnya ekstralingual (cf. Mahsun, 2005 melalui Rahardi 2009: 36). Metode analisis data secara linguistik menggunakan metode padan intralingual yaitu metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda (Mahsun, 2005: 118). Teknik yang digunakan adalah teknik dasar hubung banding yang bersifat lingual. Dalam menerapkan teknik intralingual ini, peneliti menggunakan partikel fatis menurut Harimurti Kridalaksana (1986) untuk menganalisis tuturan basa-basi. Metode analisis data secara pragmatik menggunakan metode padan ekstralingual yaitu metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat ekstralingual, seperti hal-hal yang menyangkut makna, informasi, konteks tuturan, dan lain-lain. Teknik yang digunakan adalah teknik dasar teknik hubung banding yang bersifat ekstralingual. Seiddel dalam buku Arikunto (2009) analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut: 1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. 2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat iktisar, dan membuat indeksnya.

56 41 3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum. Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Peneliti mengumpulkan tuturan yang termasuk ke dalam basa-basi berbahasa. 2. Peneliti mentranskrip tuturan yang telah didapatkan. 3. Peneliti membuat triangulasi dan mengkonfirmasikan pada ahli. 4. Peneliti memasukkan tuturan ke dalam tabulasi dan analisis data yang berisi konteks tuturan, wujud tuturan basa-basi, maksud tuturan basa-basi dan keterangan. 5. Peneliti mendeskripsikan data dan melakukan pembahasan secara pragmatik dan linguistik. 6. Peneliti menyimpulkan hasil pembahasan ke dalam teori basa-basi dalam kajian pragmatik. 3.6 Triangulasi Penelitian basa-basi dalam berbahasa antar keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo menggunakan teknik triangulasi untuk memeriksa keabsahan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Menurut Lexy J. Moleong (1989:195), trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data.

57 42 Dalam penelitian ini, peneliti membuat trianggulasi dengan tujuan untuk melakukan pengecekan terhadap validitas dan keterpercayaan hasil temuan. Trianggulasi dalam penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan yang memanfaatkan peneliti atau pakar dalam penelitian basa-basi untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kesalahan dalam pengumpulan data. Triangulator yang melakukan pengecekan dalam data tuturan penelitian ini ialah Dr. Y. Karmin, M.Pd.

58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi uraian (1) deskripsi data dan (2) pembahasan. Deskripsi data berupa tuturan lisan antar anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulonprogo. Pada bagian pembahasan berisi uraian atau bahasan dari data yang telah dideskripsikan pada bagian deskripsi data. Kedua hal tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. 4.1 Deskripsi Data Data tuturan yang di dalamnya terkandung basa-basi dalam penelitian ini seluruhnya berjumlah 50 tuturan. Kelima puluh tuturan yang mengandung basa-basi itu diperoleh dari perbincangan antaranggota keluarga dalam lingkup keluarga pendidik. Data dikumpulkan mulai awal bulan April hingga awal Juni 2015 dengan cara merekam tuturan langsung dan kuisioner. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diklasifikasi menurut maksud basabasinya yakni, basa-basi dalam kategori salam 10 tuturan, terima kasih 5 tuturan, meminta/ mengundang 8 tuturan, menolak 6 tuturan, menerima 6 tuturan, meminta maaf 5 tuturan, berdukacita 5 tuturan, dan selamat 5 tuturan. 43

59 Subkategori basa-basi salam Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori salam (greeting). Subkategori fatis acknowledgment salam (greeting) terdapat 10 tuturan. Kode (A) digunakan untuk menunjuk tuturan subkategori memberi salam. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Cuplikan Tuturan A2: P : Halo Adik, sudah makan belum? MT: Sudah tadi Bu. (Konteks : Tuturan terjadi di dapur, ketika penutur sedang mencuci piring dan mitra tutur akan mengambil snack di kulkas. Penutur memberi salam, dan bertanya kepada mitra tutur) Subkategori basa-basi menerima Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori menerima. Subkategori fatis acknowledgment menerima terdapat 6 tuturan. Kode (B) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori menerima. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Cuplikan Tuturan B2: PT : Pak, hari ini Ibu ndak masak lho, gas nya habis. Tadi mau beli diwarung gak ada MT : Halah, santai aja Bu, tadi kan Bapak udah makan di kantin Sekolah. PT : Ya udah, nanti sore beli nasi goreng di Wates ya Pak. MT : Ya Bu siap (Konteks : Tuturan terjadi di dapur, ketika Penutur sedang menyapu lantai dan Mitra tutur baru pulang dari bekerja, memasuki ruang dapur untuk mengambil minum.)

60 Subkategori meminta maaf Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori meminta maaf. Subkategori fatis acknowledgment meminta maaf terdapat 5 tuturan. Kode (C) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori meminta maaf. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Cuplikan Tuturan C3: PT : Dian, Ibu tadi dikasih tau Pak Minto, kalau nilai ulangan Matematika mu jelek. MT : Waduh, iya Bu. Maafin Dian ya, Insya Allah Dian akan belajar lebih giat lagi! PT : Makanya belajar, jangan main terus. (Konteks : Tuturan terjadi diruang keluarga, ketika Penutur dan Mitra tutur sedang menonton tv. Mitra tutur meminta maaf kepada penutur karena nilai ulangan Matematikanya jelek) Subkategori basa-basi mengundang Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori mengundang. Subkategori fatis acknowledgment mengundang terdapat 8 tuturan. Kode (D) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori mengundang. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Cuplikan Tuturan D5: PT : Dek, mari makan! MT : Nanti ya Bu, masih kenyang (Konteks : Tuturan terjadi di ruang makan, ketika penutur sedang makan dan mitra tutur sedang melewati meja makan. Penutur mengajak mitra tutur untuk makan)

61 Subkategori basa-basi berempati Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori berempati. Subkategori fatis acknowledgment berempati terdapat 5 tuturan. Kode (E) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori berdukacita. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Cuplikan Tuturan E1: PT : Kalau ada temenmu yang meledek, kamu harus sabar dong Dek! MT : Iya Bu, aku kesel sama temenku PT : Makanya kamu latihan sabar ya! MT: Iya, Bu (Konteks: Tuturan terjadi diruang tengah, ketika penutur dan mitra tutur sedang membicarakan masalah mitra tutur disekolah. Penutur bermaksud menasehati mitra tutur) Subkategori basa-basi terima kasih Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori terima kasih. Subkategori fatis acknowledgment terima kasih terdapat 5 tuturan. Kode (F) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori terima kasih. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Cuplikan Tuturan F4: PT : Bu, besok Ibu bisa nganter Adek ke Sekolah dulu ndak? MT : Bisa le, besok Ibu masuknya siang ada Claasmeeting. PT : Oke deh, makasih ya Bu! MT : Ya le (Ya Nak). (Konteks : Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga, ketika penutur dan mitra tutur menonton tv. Penutur meminta bantuan kepada mitra

62 47 tutur untuk diantar kesekolah. Mitra tutur merespon permintaan dari penutur dan penutur mengucapkan terimakasih) Subkategori basa-basi menolak Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam 6 tuturan. Kode (G) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori menolak. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Cuplikan Tuturan G3: PT : Dek, wis adus durung? (Dek, sudah mandi belum?) MT : Sampun, pripun Buk? (sudah, bagaimana Buk?) PT : Ayo nderek Ibuk nang pasar! (Ayo ikut Ibu ke pasar) MT : Kula nggeh purun lho, mangkeh kula nyusul. Hehe.. (Saya juga mau lho, Bu. Nanti saya menyusul.) (Konteks : Tuturan terjadi di ruang tengah, dalam situasi santai.penutur berpapasan dengan mitra tutur, dan mengajaknnya ke pasar. Mitra tutur merespon tuturan dari mitra tutur, dengan menolak ajakn tersebut. ) Subkategori basa-basi selamat Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori selamat. Subkategori fatis acknowledgment menolak terdapat 7 tuturan. Kode (H) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori selamat. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Cuplikan Tuturan H2: PT : Wah, Bapak sukses menjadi Guru ni. Selamat lho muridnya lulus semua MT : Duh, Ibu bisa aja. Alhamdulilah ya Bu. PT : Iya Pak, Alhamdulilah. Ibu ikut senang. (Instrumen:Kuesioner). (Konteks: Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga..

63 48 Penutur ingin mengucapkan selamat kepada mitra tutur, karena muridnya lulus semua). 4.2 Hasil dan Pembahasan Di dalam subbab pembahasan ini akan dibicarakan dua hal, yakni (1) wujud basabasi dan (2) maksud basa-basi. Urutan pembahasan tersebut sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penulisan yang telah disampaikan pada bagian pendahuluan. Berikut pembahasan untuk setiap masalah tersebut satu demi satu Wujud Basa-basi Malinowski (1923:315) dalam tesis Arimi (1998) mendefinisikan basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Dalam teori ini Malinowski lebih memandang basa-basi sebagai sarana untuk menjaga hubungan sosial yang baik antara penutur dengan mitratuturnya. Sarana tersebut berupa topic pembicaraan yang ringan yang dituturkan penutur kepada mitra tuturnya. Jakobson (1980) mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar lawan bicara tetap memperhatikan. Teori ini lebih menitikberatkan atau memfokuskan fungsi basa-basi sebagai media yang digunakan oleh penutur untuk mengantarkan ide atau isi pembicaraan kepada mitra tuturnya.

64 49 Harimurti kridalaksana (1986:111) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicara dan kawan bicara. Selain itu, basa-basi juga dipergunakan untuk menarik perhatian lawan bicara, mencairkan suasana dan menyela aktifitas lawan bicara. Anwar (1984:46) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan sejemput kata-kata yang dipakai untuk sekedar memecahkan kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik. Hal ini mengarah untuk menunjukkan keramahtamahan dan kesopanan penutur dengan mitra tuturnya. Arimi (1998:171) dalam tesisnya membagi tuturan basa-basi menjadi dua yaitu, basa-basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni yaitu ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, sedangkan basa-basi polar tuturan yang berlawanan dengan realitasnya. Berikut ini merupakan hasil dan pembahasan mengenai wujud data basa-basi antar anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulonprogo. Yang diperoleh peneliti berdasarkan kategori pengantar pesan Subkategori basa-basi salam Basa-basi salam merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgement. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

65 50 Wujud Basa-basi Tuturan (A2) Cuplikan Tuturan A2: P = Halo Adik, sudah makan belum ya? MT= Sudah tadi Bu. (Konteks : Penutur merupakan seorang guru SD berjenis kelamin perempuan berusia 35 tahun, Mitra tutur adalah seorang anak perempuan, berusia 10 tahun. Suasana tuturan terjadi dalam keadaan santai. Tuturan terjadi di dapur, ketika penutur sedang mencuci piring dan mitra tutur mengambil snack di kulkas. Tuturan terjadi pada pukul WIB). Tuturan dengan kode (A2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi pada waktu siang hari di dapur. penutur merupakan seorang Guru SD, berjenis kelamin Perempuan dan berusia 35 tahun. Sedangkan mitra tutur adalah seorang anak perempuan yang berusia 10 tahun. Tuturan percakapan tersebut terjadi dalam suasana santai, penutur bermaksud menyapa mitra tutur yang baru saja memasuki ruang dapur untuk mengambil snack di kulkas. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan tersebut termasuk dalam kategori subkategori salam. Hal itu dikarenakan tuturan tersebut digunakan mengawali pembicaraan dengan mitra tutur. Selain itu, tuturan pada kode (A2), termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan tersebut digunakan untuk menunjukkan keakraban penutur terhadap mitra tutur yang tidak lain adalah anak dari penutur. Pada waktu itu penutur sedang mencuci piring di dapur, kemudian mitra tutur memasuki ruang dapur tersebut untuk mengambil snack di kulkas yang berada tepat disebelah kanan wastafel. Penutur menyapa mitra tutur dengan menanyakan sudah makan belum? sebagai wujud

66 51 basa-basi salam. Tuturan kode A2 tersebut menggunakan partikel dan kata fatis ya. Tuturan tersebut juga bertujuan untuk mengawali sebuah pembicaraan hal tersebut sejalan dengan teori Harimurti Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan Halo Adik muncul otomatis dalam situasi tutur karena pada saat itu penutur sedang melihat mitra tutur yang memasuki ruang dapur dan menuju ke kulkas untuk mengambil snack. Hal tersebut merujuk pada teori Arimi (1998:340) dalam tesisnya yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan dengan kode (A2) tersebut menunjukkan bahwa penutur ingin menjaga hubungan yang baik, dengan menyapa mitra tutur yang sedang mengambil snack di kulkas. Wujud Basa-basi Tuturan (A3) Cuplikan Tuturan (A3) P : Halo Ibu, wah Ibu cantik sekali hari ini ya! MT : Makasih Fajar, ada apa ini kok tumben ke kamar Ibu? P : Mau minta uang dong Bu, Rp buat main PS

67 52 MT : Owalah, ya ini uangnya. P : Makasih Bu. (Instrumen Kuesioner) (Konteks: Tuturan terjadi dikamar pada pagi hari pada pukul WIB. Tuturan terjadi dalam situasi santai, ketika penutur melihat mitra tutur yang sedang merias wajah di kamar, sehingga penutur menyapa mitra tutur dengan menghampirinya di kamar.) Tuturan pada kode (A3) tersebut merupakan data basa-basi yang diperoleh melalui kuesioner sebagai instrumen penelitian ini. Dalam kuesioner tersebut, peneliti merancang sebuah situasi dan merancang tuturan pancingan yang seolah-olah diucapkan oleh lawan tutur. Tuturan tersebut terjadi antara penutur dan mitra tutur. Penutur merupakan seorang anak laki-laki yang berusia 9 tahun dan mitra tutur merupakan Guru SMA yang berjenis kelamin perempuan berusia 43 tahun. Penutur melihat mitra tutur yang sedang merias wajah di kamar, sehingga penutur menyapa mitra tutur dengan menghampirinya di kamar. Penutur bermaksud meminta uang kepada mitra tutur. Tuturan kode (A3) yang dituturkan oleh penutur dengan bentuk tuturan Halo Ibu, wah Ibu cantik sekali hari ini! ya, merupakan tuturan basa-basi karena penutur mencoba memulai pembicaraan dan menarik perhatian lawan bicara. Malinowski (1923:315) mengatakan basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata, dalam pembicaraan ringan untuk membentuk keakraban antara penutur dan mitra tutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (A3) termasuk dalam subkategori salam. Penutur menyapa dan

68 53 memberikan pujian kepada mitra tutur untuk membuka pembicaraan dengan mitra tutur. Pilihan kata pada tuturan tersebut menggunakan partikel dan kata fatis ya. Tuturan dengan kode (A3) tersebut terjadi secara otomatis karena saat itu penutur melihat mitra tutur yang sedang merias wajah di kamar, penutur kemudian menghampiri mitra tutur dan mengucapkan salam kepada mitra tutur untuk membuka pembicaraan. Hal tersebut sesuai dengan teori Harimurti kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicara dan kawan bicara. Jadi, pada tuturan kode (A3) terlihat bahwa penutur ingin menunjukkan rasa sopan dengan menyapa dan memuji mitra tutur, sebelum penutur meminta uang kepada mitra tutur. Wujud Basa-basi Tuturan (A4) Cuplikan Tuturan A4: P: Hallo Buk.. wah kok serius tenan nonton tv ne. MT : Iya, piyé Pak (Iya, ada apa Pak?) P : Kasur arep dinehke ngendi? Iki rep udan (Kasur nya ditaruh mana? Ini mau hujan) MT : Dinehke ruang tengah wae Pak (Diletakkan ruang tengah saja Pak) (Konteks : Tuturan terjadi di ruang keluarga ketika mitra tutur sedang menonton tv. Penutur merupakan seorang Guru SMP, berjenis kelamin laki-laki yang berusia 52 tahun. Mitra tutur adalah istri dari penutur yang berusia 50 tahun. Penutur memberi salam kepada mitra tutur dengan maksud ingin bertanya kepada mitra tutur.) Tuturan dengan kode (A4) tersebut, merupakan wujud basa-basi yang dapat dilihat dari konteks tuturannya. Tuturan tersebut terjadi pada siang hari di ruang keluarga. Penutur merupakan seorang Guru SMP, berjenis kelamin laki-laki yang

69 54 berusia 52 tahun dan mitra tutur adalah istri dari penutur yang berusia 50 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur menyapa mitra tutur untuk memulai pembicaraan. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan pada kode (A4) termasuk dalam subkategori salam. Hal tersebut dikarenakan tuturan penutur digunakan untuk memulai pembicaraan. Selain itu, tuturan tersebut termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan tersebut digunakan oleh penutur untuk memulai pembicaraan. Pada waktu itu penutur hendak mengangkat jemuran kasur, dan penutur hendak bertanya kepada mitra tutur bahwa kasurnya akan diletakkan dimana. Penutur lalu menghampiri mitra tutur yang sedang menonton tv dengan memberi salam Hallo Buk.. wah kok serius tenan nonton tv ne. Tuturan tersebut digunakan penutur untuk memulai pembicaraan, sebelum penutur mengutarakan maksud pertanyaannya. Hal tersebut sesuai dengan teori Anwar (1984:46) yang menyatakan bahwa basa-basi digunakan untuk mengawali suatu pembicaraan dan untuk menyampaikan berbagai maksud. Jadi, tuturan pada kode A4 terlihat bahwa penutur sedang mengakrabkan relasi dengan mitra tutur melalui sapaan sebelum penutur menanyakan maksud dan tujuannya. Pilihan kata pada tuturan tersebut menggunakan partikel dan kata fatis kok. Wujud Basa-basi Tuturan (A5) Cuplikan Tuturan A5: P : Hei Adik, kok masih sakit sudah mau main?

70 55 MT : Iya, Pak bosan dirumah. (Konteks: Tuturan terjadi di teras rumah, ketika penutur sedang membaca koran dan mitra tutur akan pergi bermain. Penutur merupakan seorang Guru SMA, yang berjenis kelamin perempuan berusia 39 tahun. Sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki dari penutur yang berusia 9 tahun. Penutur menyapa mitra tutur yang akan pergi bermain, mitra tutur merespons tuturan dari penutur dengan menjawab pertanyaan penutur.) Tuturan dengan kode (A5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan tersebut terjadi pada sore hari, ketika penutur sedang membaca koran dan melihat mitra tutur melewati teras untuk pergi bermain. Penutur merupakan seorang Guru SMA, yang berjenis kelamin perempuan berusia 39 tahun. Sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki dari penutur yang berusia 9 tahun. Penutur menyapa dan bertanya kepada mitra tutur, dan mitra tutur merespons tuturan dari penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (A5) termasuk dalam kategori subkategori salam. Hal itu dikarenakan tuturan tersebut digunakan untuk mengawali pembicaraan dengan mitra tutur. Selain itu, tuturan tersebut termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan tersebut digunakan untuk menunjukkan keakraban penutur terhadap mitra tutur yang tidak lain adalah anak dari penutur. Pada waktu itu penutur sedang membaca koran diteras, sedangkan mitra tutur akan pergi bermain. Penutur melihat mitra tutur yang sedang melewati samping teras, kemudian penutur menyapa mitra tutur, dan bertanya kepada mitra tutur Hei Adik, kok masih sakit sudah mau main?. Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut merupakan basa-basi salam, karena penutur tidak melerai mitra tutur yang akan pergi bermain. Penutur hanya bermaksud menunjukkan

71 56 keakraban dengan menyapa dan bertanya kepada mitra tutur, sebagai wujud basa-basi salam. Pilihan kata pada tuturan tersebut menggunakan partikel dan kata fatis kok. Tuturan tersebut juga bertujuan untuk mengawali sebuah pembicaraan, hal tersebut sejalan dengan teori Harimurti Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan Hei Adik muncul otomatis dalam situasi tutur karena pada saat itu penutur sedang melihat mitra tutur yang melewati teras dan akan pergi bermain. Hal tersebut merujuk pada teori Arimi (1998:340) dalam tesisnya yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan pada kode (A5) tersebut menunjukkan bahwa penutur ingin menjaga hubungan yang baik, dengan menyapa mitra tutur yang sedang melewati samping teras. Wujud Basa-basi Tuturan (A6) Cuplikan Tuturan A6: P : Hallo mas, ayo sarapan! MT : Hallo Pa, nanti ya mau mandi dulu. (Konteks: Tuturan terjadi di ruang makan, ketika penutur sedang sarapan, dan mitra tutur melewati samping meja makan dengan membawa handuk. Penutur merupakan seorang Guru SMP, yang berjenis kelamin laki-laki berusia 46 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki tertua dari penutur. Penutur menyapa dan mengajak mitra tutur sarapan, tetapi mitra tutur menolaknya, karena akan mandi)

72 57 Tuturan dengan kode (A6) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan tersebut terjadi pada pagi hari, ketika penutur sedang sarapan dan melihat mitra melewati samping meja makan dengan membawa handuk. Penutur merupakan seorang Guru SMP, yang berjenis kelamin laki-laki berusia 46 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki tertua dari penutur. Penutur menyapa dan mengajak mitra tutur sarapan, tetapi mitra tutur menolaknya dengan halus untuk menjaga perasaan penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (A6) termasuk dalam subkategori salam. Hal itu dikarenakan tuturan tersebut digunakan untuk mengawali pembicaraan dengan mitra tutur. Selain itu, tuturan tersebut termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan tersebut digunakan untuk menunjukkan keakraban dan hubungan yang baik penutur terhadap mitra tutur yang tidak lain adalah anak dari penutur. Pada waktu itu, penutur sedang menyantap sarapan, penutur melihat mitra tutur yang sedang melewati samping meja makan, dengan membawa handuk. Kemudian penutur menyapa kepada mitra tutur Hallo mas, ayo sarapan!. Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut merupakan basa-basi salam, karena penutur hanya bermaksud menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Penutur sudah melihat bahwa mitra tutur membawa handuk, karena akan mandi. Penutur menyapa dan mengajak mitra tutur untuk makan. Ajakan dari penutur tersebut merupakan wujud basa-basi salam, pilihan kata yang digunakan pada tuturan basa-basi dengan kode (A6) menggunakan partikel dan kata fatis ayo.

73 58 Penutur hanya bermaksud menunjukkan keakraban dengan menyapa dan bertanya kepada mitra tutur, sebagai wujud basa-basi salam. Tuturan tersebut juga bertujuan untuk mengawali sebuah pembicaraan. Hal tersebut sejalan dengan teori Harimurti Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Jadi, tuturan dengan kode (A6) tersebut menunjukkan, bahwa penutur ingin menjaga hubungan yang baik, dengan menyapa dan mengajak mitra tutur untuk sarapan. Wujud Basa-basi Tuturan (A7) Cuplikan Tuturan A7: P : Hai Adik, kok mondar-mandir dari tadi? MT : Aku lagi nyari Flashdisk ni kak. P : Owalah. (Konteks:Tuturan terjadi di ruang keluarga pada siang hari, ketika penutur sedang menonton tv dan mitra tutur sedang mondar-mandir disamping penutur. Penutur merupakan seorang Guru SMP, yang berjenis kelamin laki-laki berusia 28 tahun. Mitra tutur adalah adik lakilaki dari penutur yang berusia 16 tahhun. Penutur menyapa mitra tutur dan bertanya kepada mitra tutur. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur dengan menjawab, sedang mencari flashdisk yang hilang.) Tuturan basa-basi dengan kode (A7), merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan tersebut terjadi pada siang hari, ketika penutur sedang menonton tv dan mitra tutur sedang mondar-mandir disamping penutur. Penutur merupakan seorang Guru SMP, yang berjenis kelamin laki-laki berusia 28 tahun. Mitra tutur adalah adik laki-laki dari penutur yang berusia 16

74 59 tahhun. Penutur menyapa mitra tutur dan bertanya kepada mitra tutur. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur dengan menjawab, sedang mencari flashdisk yang hilang. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (A7) tersebut, termasuk dalam kategori subkategori salam. Hal itu dikarenakan tuturan tersebut digunakan untuk memulai pembicaraan dengan mitra tutur. Selain itu, tuturan tersebut termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan tersebut digunakan untuk menunjukkan kepedulian terhadap mitra tutur yang tidak lain adalah adik dari penutur. Kejiadian tersebut terjadi, ketika penutur sedang menonton tv diruang keluarga. Penutur melihat mitra tutur yang mondar-mandir disamping penutur, kemudian penutur menyapa dan bertanya kepada mitra tutur. Tuturan yang berbunyi: Hai Adik, kok mondar-mandir dari tadi?, menunjukkan keramahtamahan penutur terhadap mitra tutur, karena mitra tutur terlihat mondarmandir disamping penutur. Jadi tuturan tersebut merupakan wujud basa-basi salam, karena tuturan dari penutur tersebut, bermaksud menunjukkan kepeduliannya terhadap mitra tutur. Pilihan kata dalam tuturan basa-basi dengan kode A7 menggunakan partikel dan kata fatis kok. Penutur hanya bermaksud menunjukkan kepeduliannya dengan menyapa dan bertanya kepada mitra tutur, sebagai wujud basa-basi salam. Tuturan tersebut juga bertujuan untuk mengawali sebuah pembicaraan. Hal ini sejalan dengan teori Harimurti kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan

75 60 tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicara dan kawan bicara. Jadi, tuturan dengan kode (A7) tersebut menunjukkan bahwa penutur ingin menunjukkan kepeduliannya, dengan menyapa dan bertanya kepada mitra tutur. Wujud Basa-basi Tuturan (A8) Cuplikan Tuturan A8: P: Selamat pagi, wah Adik ganteng sekali deh hari ini! MT: Pagi juga Ma, terima kasih. He he (Konteks: Tuturan terjadi diruang tengah pada pagi hari, ketika penutur akan pergi mengajar, dan mitra tutur akan mengambil tas dikamar. Penutur merupakan seorang Guru TK yang berusia 52 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 20 tahun. Penutur berpapasan dengan mitra tutur dan menyapanya.) Tuturan dengan kode (A8) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan tersebut terjadi pada pagi hari diruang tengah, ketika penutur akan pergi mengajar, dan mitra tutur akan mengambil tas dikamar. Penutur merupakan seorang Guru TK yang berusia 52 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 20 tahun. Penutur berpapasan dengan mitra tutur dan menyapa mitra tutur. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (A8) termasuk dalam subkategori salam. Hal itu dikarenakan tuturan tersebut digunakan untuk memulai pembicaraan dengan mitra tutur. Selain itu, tuturan tersebut termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan tersebut digunakan

76 61 untuk menunjukkan keramahtamahannya terhadap mitra tutur yang tidak lain adalah anak dari penutur. Kejiadian tersebut terjadi, ketika penutur akan berangkat mengajar dan berpapasan dengan mitra tutur yang akan mengambil tas didalam kamarnya. Penutur menyapa dan memuji mitra tutur untuk menunjukkan keramahtamahannya dan untuk menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Jadi tuturan yang berbunyi: Selamat pagi, wah Adik ganteng sekali deh hari ini! merupakan wujud basa-basi salam, karena penutur bermaksud menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur dengan menunjukkan keramahtamahannya. Pilihan kata pada tuturan dengan kode (A8) menggunakan partikel dan kata fatis deh. Penutur hanya bermaksud menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur, selain itu tuturan tersebut juga bertujuan untuk mengawali sebuah pembicaraan. Hal ini sesuai dengan teori Harimurti kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicara dan kawan bicara. Jadi, tuturan dengan kode (A8) tersebut menunjukkan bahwa penutur ingin menjaga hubungan yang baik dengan menunjukkan keramahtamahannya Wujud Basa-basi Tuturan (A9) Cuplikan Tuturan A9: PT: Selamat pagi Dim, wah kok mukanya kelihatan cerah sekali! MT: Selamat pagi Bu, wah Ibu ni bisa saja. (Konteks: Tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari, ketika mitra tutur menghampiri penutur yang sedang membaca majalah. Penutur adalah seorang Guru SMA yang berjenis

77 62 kelamin perempuan berusia 52 tahun. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Penutur memberi salam dan memuji mitra tutur. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur.) Tuturan dengan kode (A9), merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan tersebut terjadi pada pagi hari, ketika mitra tutur menghampiri penutur yang sedang membaca majalah. Penutur adalah seorang Guru SMA yang berjenis kelamin perempuan berusia 52 tahun sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Penutur memberi salam dan memuji mitra tutur, mitra tutur merespons tuturan dari penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (A9) termasuk dalam subkategori salam. Hal itu dikarenakan tuturan tersebut digunakan untuk memulai pembicaraan dengan mitra tutur. Selain itu, tuturan tersebut termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan tersebut digunakan untuk menunjukkan ketegursapaan terhadap mitra tutur yang tidak lain adalah anak dari penutur. Kejiadian tersebut terjadi, ketika mitra tutur menghampiri penutur yang sedang membaca majalah diruang tengah. Tuturan yang disampaikan penutur menunjukkan ketegursapaannya terhadap mitra tutur, tuturan yang berbunyi: Selamat pagi Dim, wah kok mukanya kelihatan cerah sekali! merupakan wujud basa-basi salam yang disampaikan oleh penutur untuk menunjukkan ketegursapaannya, dan untuk menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Pilihan kata pada tuturan tersebut menggunakan partikel dan kata fatis kok.

78 63 Penutur bermaksud menunjukkan ketegursapaan dan menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur, selain itu tuturan tersebut juga bertujuan untuk mengawali sebuah pembicaraan. Hal ini sesuai dengan teori Harimurti kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicara dan kawan bicara. Jadi, tuturan dengan kode (A9) tersebut menunjukkan bahwa penutur ingin menunjukkan ketegursapaan dan menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Wujud Basa-basi Tuturan (A10) Cuplikan Tuturan A10: P: Selamat sore Bu, Ibu sudah mandi ya? MT: Sore juga Nak, Ibu belum mandi ini. (Konteks: Tuturan terjadi diruang keluarga pada sore hari, ketika penutur menghampiri mitra tutur yang sedang menonton tv. Penutur adalah seorang anak perempuan penutur yang berusia 15 tahun, mitra tutur adalah seorang Guru SD yang berusia 50 tahun. Penutur menyapa dan bertanya kepada mitra tutur. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur.) Tuturan dengan kode (A10) tersebut, merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan tersebut terjadi pada sore hari, ketika penutur menghampiri mitra tutur yang sedang menonton tv. Penutur adalah seorang anak perempuan penutur yang berusia 15 tahun, mitra tutur adalah seorang Guru SD yang berusia 50 tahun. Penutur menyapa dan bertanya kepada mitra tutur. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur.

79 64 Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (A10) termasuk dalam subkategori salam. Hal itu dikarenakan tuturan tersebut digunakan untuk memulai pembicaraan dengan mitra tutur. Selain itu, tuturan tersebut termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan tersebut digunakan untuk menunjukkan kesopansantunan terhadap mitra tutur yang tidak lain adalah Ibu dari penutur. Kejiadian tersebut terjadi, ketika penutur menghampiri mitra tutur yang sedang menonton tv. Penutur menyapa dan bertanya kepada mitra tutur Selamat sore Bu, Ibu sudah mandi ya?, tuturan tersebut merupakan wujud basa-basi salam, karena penutur menunjukkan kesopansatunannya ketika menghampiri mitra tutur yang sedang menonton tv. Pilihan kata dalam tuturan tersebut menggunakan partikel dan kata fatis ya. Penutur bermaksud menunjukkan kesopansantunannya dengan mitra tutur, selain itu tuturan tersebut juga bertujuan untuk mengawali sebuah pembicaraan. Hal ini sesuai dengan teori Sudaryanto (1991:26) mengatakan basa-basi merupakan tuturan berupa tegur sapa, sopan santun, dan ramah tamah yang menyangkut perangkat etika, tata susila, dan tata krama pergaulan. Jadi tuturan dengan kode A10 tersebut bermaksud menunjukkan kesopansatunannya dengan cara menyapa dan bertanya.

80 Subkategori basa-basi menerima Basa-basi menerima merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Wujud basa-basi tuturan (B1) Cuplikan Tuturan (B1) PT: Bu, sisuk Bapak ora langsung mulih. Soale ana rapat ulang tahun Sekolah, ndak papa ta? (Bu, besok Bapak tidak langsung pulang. Soalnya ada rapat ulang tahun Sekolah, tadak apaapa kan?) MT : Ya Pak, ora papa. Dirampungke sik (Ya Pak, tidak apa-apa. Diselesaikan dulu) PT : Iya Bu ( Iya Bu ) (Instrumen:Kuesioner) (Konteks :Tuturan terjadi di ruang keluarga, pada malam hari. Tuturan terjadi ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur merupakan seorang Guru SMA berjenis kelamin laki-laki yang berusia 49 tahun, sedangkan mitra tutur adalah istri dari penutur yang berusia 47 tahun.) Tuturan dengan kode (B1) tersebut merupakan data basa-basi yang diperoleh melalui kuesioner sebagai instrument penelitian ini. Dalam kuesioner tersebut, peneliti merancang sebuah situasi agar dapat memancing objek penelitian untuk mengucapkan atau mengisi kuesioner basa-basi yang relevan dengan konteksnya. Tuturan basa-basi dengan kode (B1) ini terjadi antara penutur dan mitra tutur, penutur merupakan seorang Guru SMP yang berusia 49 tahun, mitra tutur adalah istri dari

81 66 penutur yang berusia 46 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai ketika penutur menghampiri dan meminta izin kepada mitra tutur yang sedang membaca majalah di ruang keluarga. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan kode (B1) termasuk dalam subkategori menerima. Hal ini dikarenakan mitra tutur merespons baik dengan mengizinkan penutur untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tuturan mitra tutur yang berbunyi: Ya Pak, tidak apa-apa. Diselesaikan dulu merupakan tuturan yang bermaksud untuk memaklumi pekerjaan penutur. Selain itu, tuturan kode (B1) termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan tersebut digunakan untuk menunjukkan hubungan yang baik terhadap penutur yang tidak lain adalah Suami dari mitra tutur. Pilihan kata pada tuturan kode (B1) menggunakan partikel dan kata fatis Ya. Mitra tutur bermaksud menunjukkan hubungan yang baik dengan memaklumi pekerjaan penutur, selain itu tuturan tersebut juga bertujuan untuk mengawali sebuah pembicaraan. Hal ini sejalan dengan teori teori Harimurti kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicara dan kawan bicara. Jadi, tuturan dengan kode (B1) tersebut menunjukkan bahwa mitra tutur ingin menjaga hubungan yang baik dengan memaklumi keadaan atau pekerjaan penutur.

82 67 Wujud basa-basi tuturan (B2) Cuplikan Tuturan (B2) PT : Pak, hari ini Ibu ndak masak lho, gas nya habis. Tadi mau beli diwarung gak ada MT : Halah, santai aja Bu, tadi kan Bapak udah makan di kantin Sekolah. PT : Ya udah, nanti sore beli nasi goreng di Wates ya Pak. MT : Ya Bu siap (Instrumen:Kuesioner) (Konteks :Tuturan terjadi pada siang hari, pada pukul WIB di dapur. Tuturan terjadi ketika penutur berpapasan dengan mitra tutur. Penutur mengatakan kepada mitra tutur, bahwa hari ini tidak masak. ) Tuturan dengan kode (B2) tersebut merupakan data basa-basi yang diperolah melalui kuesioner sebagai instrument penelitian ini. Dalam kuesioner tersebut, peneliti merancang sebuah situasi agar dapat memancing objek penelitian untuk mengucapkan atau mengisi kuesioner dengan basa-basi yang relevan dengan konteksnya. Tuturan terjadi antara penutur (merupakan istri dari mitra tutur yang berusia 45 tahun), sedangkan mitra tutur (adalah seorang Guru SMP yang berusia 50 tahun). Penutur mengatakan kepada mitra tutur, bahwa hari ini tidak masak. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur dengan mengatakan bahwa tadi sudah makan. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan kode (B2) termasuk dalam subkategori menerima. Hal ini dikarenakan, mitra tutur memaklumi keadaan dan memberi penjelasan bahwa mitra tutur sudah makan. Mitra tutur memberikan kelegaan hati kepada penutur, agar penutur tidak merasa bersalah karena belum memasak. Tuturan yang berbunyi: Halah santai aja Bu, tadi kan Bapak udah makan di kantin Sekolah merupakan wujud basa-basi menerima

83 68 yang disampaikan mitra tutur untuk penutur sebagai ungkapan bahwa mitra tutur memaklumi keadaan dan mencoba menenangkan hati penutur. Pilihan kata pada tuturan kode (B2) menggunakan partikel dan kata fatis kan. Selain itu, tuturan dengan kode (B2) termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan tersebut digunakan untuk menunjukkan hubungan yang baik terhadap penutur yang tidak lain adalah istri dari mitra tutur. Mitra tutur bermaksud memberikan kelegaan hati dan menjaga hubungan yang baik dengan penutur. Selain itu, tuturan yang disampaikan mitra tutur tersebut juga bermaksud untuk mempertahankan pembicaraan, agar penutur tidak merasa bersalah. Hal ini sejalan dengan teori Jakobson (1980) mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar lawan bicara tetap memperhatikan. Jadi tuturan pada kode (B2) tersebut, mitra tutur bermaksud memberikan kelegaan hati kepada penutur. Wujud basa-basi tuturan (B3) Cuplikan Tuturan (B3) PT : Pak, besok aku ada acara reunian di PEMKAB Bantul. Tapi aku ndak tau jalannya, besok diantar ya Pak? MT : Insya Allah ya Dek, besok Bapak antar! PT : Makasih ya Pak (Konteks : Tuturan terjadi di ruang keluarga, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Mitra tutur adalah seorang Guru SMA, berjenis kelamin laki-laki yang berusia 43 tahun. Penutur adalah anak perempuan mitra tutur yang berjenis kelamin perempuan, berusia 17 tahun.)

84 69 Tuturan dengan kode (B3) tersebut, merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada sore hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang anak perempuan mitra tutur yang berjenis kelamin perempuan, berusia 17 tahun. Suasana terjadi dalam situasi santai di ruang keluarga, penutur dan mitra tutur sedang menonton tayangan televisi. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk diantarkan ke Bantul. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan kode (B3) termasuk dalam subkategori menerima. Hal ini dikarenakan mitra tutur merespons dengan baik permintaan tolong dari penutur. Selain itu, pada tuturan kode (B3) terdapat ujaran Insya Allah yang artinya Jika Tuhan menghendaki, tuturan yang disampaikan mitra tutur tersebut memperkuat bahwa tuturan dengan kode B3 tersebut merupakan wujud basa-basi. Pilihan kata pada tuturan tersebut menggunakan frase fatis Insya Allah. Tuturan dengan kode (B3) tersebut termasuk wujud basa-basi karena dalam tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengikihkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan kode (B3) muncul secara otomatis dalam suatu situasi tutur karena pada saat itu penutur dan mitra tutur sedang menonton tayangan televisi bersama di ruang keluarga. Tuturan tersebut terjadi secara spontan ketika penutur meminta tolong kepada mitra tutur dan mitra tutur langsung merespons tuturan tersebut. Merujuk

85 70 pada teori Arimi (1998:34) dalam tesisnya yang menyatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Tuturan kode (B3) merupakan wujud basa-basi murni karena tuturan muncul secara otomatis sebagai respons atas permintaan tolong oleh penutur. Jadi, tuturan tersebut terlihat bahwa mitra tutur merespons dengan baik permintaan dari penutur dengan bersedia mengantarkan penutur. Wujud basa-basi tuturan (B4) Cuplikan Tuturan (B4) PT : Buk, pulpen nya tak taruh meja ya, tapi maaf kayaknya udah habis. MT : Halah sante aja ta Nduk, wang dari kemarin ya tintanya tinggal sedikit kok! (Konteks: Penutur merupakan seorang anak perempuan, berumur 17 tahun, mitra tutur merupakan seorang Guru perempuan berumur 43 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, di ruang keluarga pada saat mitra tutur sedang menonton tv dan penutur menghampirinya. Penutur bermaksud meminta maaf kepada Mitra tutur karena sudah menghabiskan tinta pulpen, mitra tutur menerima dan meyakinkan penutur agar tidak merasa bersalah.) Tuturan dengan kode (B4) tersebut, merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada saat mitra tutur sedang menonton tv dan penutur menghampirinya. Tuturan terjadi pada pukul WIB. Penutur merupakan anak perempuan dari mitra tutur yang berjenis kelamin perempuan berusia 17 tahun. Mitra tutur adalah Guru SMP yang berjenis kelamin perempuan berusia 43 tahun. Penutur bermaksud mengembalikan dan

86 71 meminta maaf kepada mitra tutur karena pulpennya habis. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur, dengan meyakinkan penutur agar tidak merasa bersalah. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (B4) termasuk dalam subkategori menerima. Hal ini dikarenakan mitra tutur merespons dengan baik permintaan maaf dari penutur. Tuturan yang mengatakan: Halah sante aja ta Nduk, wang dari kemarin ya tintanya tinggal sedikit kok!, merupakan tuturan yang menjaga kelegaan hati dan perasaan dari penutur. Untuk itulah tuturan tersebut merupakan wujud basa-basi menerima. Pilihan kata pada tuturan kode B4 menggunakan partikel dan frasa fatis kok. Tuturan dengan kode B4 tersebut, termasuk wujud basa-basi karena dalam tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan baik dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengikihkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Wujud basa-basi tuturan (B5) Cuplikan Tuturan (B5) PT : Pak..mangkeh adek tumbaske pulsa yo (Pak..nanti adek dibeliin pulsa ya) MT : La wingi bar tumbas to dek (La kemarin habis beli kan dek) PT : Nggeh Pak..niki ke perpanjang paketan internet e (Iya Pak..ini untuk perpanjang peketan internet e) MT : Yo..engko tak tuku dek.. ( Ya..nanti tak beli dek..)

87 72 PT : Matur nuwun Pak (Terimakasih Pak) MT : Ya (Konteks: Penutur merupakan anak perempuan, berumur 16 Tahun. Mitra tutur merupakan seorang Guru Laki-laki, bermumur 47 Tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, di ruang tengah, ketika Mitra tutur akan pergi mengajar ( lest) dan mitra tutur menghampiri penutur untuk dibelikan pulsa. Tuturan terjadi sekitar pukul WIB.) Tuturan dengan kode (B5) tersebut, merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan tersebut terjadi di ruang tengah, ketika mitra tutur akan berangkat mengajar dan penutur menghampiri mitra tutur untuk meminta tolong dibelikan pulsa. Penutur merupakan anak perempuan mitra tutur yang berusia 16 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SD yang berjenis kelamin laki-laki berusia 46 tahun. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan kode (B5) termasuk dalam subkategori menerima. Karena mitra tutur merespons dengan menyanggupi permintaan dari penutur. Ujaran yang disampaikan mitra tutur tersebut merupakan wujud basa-basi menerima, karena mitra tutur mencoba memberi penegasan pada tuturannya. Pilihan kata pada tuturan kode (B5) menggunakan partikel dan kata fatis Ya. Kalimat yang mengatakan nanti tak beli merupakan wujud dari basa-basi menerima, karena dalam tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengikihkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.

88 73 Wujud basa-basi tuturan (B6) Cuplikan Tuturan (B6) P : Dek, kunci motornya kamu taruh mana? MT: Disamping TV Pak, tapi maaf spion nya rusak gara-gara kena ranting pohon tadi P : Iya ndak papa, itu spionnya memang sudah minta ganti kok Dek! (Konteks: Tuturan terjadi diruang keluarga pada sore hari, ketika penutur menghampiri mitra tutur yang sedang menonton tv. Penutur adalah seorang Guru SMP yang berjenis kelamin laki-laki berusia 34 tahun. Mitra tutur adalah adik laki-laki penutur yang berusia 16 tahun. Penutur menyapa dan bertanya tentang kunci kepada mitra tutur. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur dengan menjawab pertanyaan penutur, dan meminta maaf karena telah merusakkan spion. Penutur meyakinkan mitra tutur,agar tidak merasa bersalah lagi. ) Tuturan pada kode (B6) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan tersebut terjadi diruang keluarga pada sore hari, ketika penutur menghampiri mitra tutur yang sedang menonton tv. Penutur adalah seorang Guru SMP yang berjenis kelamin laki-laki berusia 34 tahun. Mitra tutur adalah adik laki-laki penutur yang berusia 16 tahun. Penutur menyapa dan bertanya tentang kunci kepada mitra tutur. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur dengan menjawab pertanyaan penutur, dan meminta maaf karena telah merusakkan spion. Penutur meyakinkan mitra tutur,agar tidak merasa bersalah atas perbuatan yang sudah dilakukan. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan pada kode (B6) termasuk dalam subkategori menerima. Karena mitra tutur bermaksud menenangkan hati mitra tutur, agar tidak merasa bersalah. Tuturan yang berbunyi: Iya ndak papa, itu spionnya memang sudah minta ganti kok Dek! penutur mencoba menjelaskan kepada mitra tutur dengan meyakinkan hati penutur agar tidak

89 74 merasa bersalah. Pilihan kata pada tuturan kode (B6) menggunakan partikel dan kata fatis kok. Basa-basi yang disampaikan penutur tersebut bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengikihkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara Subkategori basa-basi meminta maaf Basa-basi meminta maaf merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Wujud basa-basi tuturan (C1) Cuplikan tuturan (C1) PT : Rin, nanti kalau kamu berangkat Sekolah, Ibu titip sesuatu buat Bu Endah ya? MT : Nitip apa Bu? PT : Kemarin pas Ibu ke Bandung Bu Endah titip kaos MT : Oh, oke Bu PT : Maaf ya Nduk, jadi ngrepotin. Ayo pergi, nanti terlambat! MT : Santai aja Bu. (Konteks : Tuturan terjadi di ruang tengah, tuturan terjadi dalam situasi santai, ketika Mitra tutur dan Penutur sedang menyiapkan diri untuk ke Sekolah. Penutur meminta tolong kepada

90 75 mitra tutur, dan mitra tutur meresponnya. Penutur merupakan seorang Guru SMP, berjenis kelamin perempuan yang berusia 48 tahun. Mitra tutur merupakan anak dari penutur yang berusia 14 tahun.) Tuturan pada kode (C1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah, ketika penutur dan mitra tutur sedang mempersiapkan diri untuk ke sekolah. Penutur merupakan seorang Guru SMP yang berusia 48 tahun, sedangkan mitra tutur merupakan anak dari penutur yang berusia 14 tahun. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk membawakan kaos untuk diberikan ke teman penutur, mitra tutur merespons permintaan dari penutur dengan bersedia membawakan kaos tersebut untuk diserahkan kepada teman penutur. Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan kode (C1) termasuk dalam subkategori meminta maaf. Hal ini dikarenakan penutur merasa segan karena meminta bantuan kepada mitra tutur dan merasa merepotkan mitra tutur. Pilihan kata pada tuturan kode (C1) menggunakan partikel dan kata fatis ayo. Tuturan yang mengatakan Maaf ya Nduk, jadi ngrepotin!, merupakan wujud basa-basi meminta maaf, karena penutur meminta maaf kepada Mitra tutur, walaupun penutur tidak melakukan kesalahan kepada Mitra tutur. Tuturan tersebut membuktikan bahwa tuturan pada kode (C1) adalah wujud dari basa-basi meminta maaf. Tuturan kode (C1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur menyampaikan rasa segannya kepada mitra tutur karena telah merepotkan mitra tutur

91 76 dan mitra tutur tidak terganggu karena perbuatan penutur. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Wujud basa-basi tuturan (C2) Cuplikan basa-basi tuturan (C2) PT : Anapa ta Bu, kok kaya bingung? (Ada apa Bu, kok kayaknya bingung) MT : Iki lho Pak, meh ngerjakke tugas, tapi meja ne kebak dolanan e Fajar. ( Ini lho Pak, mau ngerjain tugas, tapi di meja penuh mainannya Fajar) PT : Yawes, kene tak rewangi ngresiki ( Ya sudah, sini aku bantu bersihin) MT : Oke deh, maaf ya Pak ngrepoti! (Oke deh, Maaf ya Pak merepotkan.) PT : Iya Bu. (Konteks: Penutur merupakan seorang Laki-laki berumur 47 Tahun. Mitra tutur merupakan seorang Guru perempuan, berusia 45 Tahun. Tuturan terjadi pada sore hari dalam situasi santai, di ruang keluarga, tepatnya dimeja kerja. Mitra tutur kebingungan, ketika akan mengerjakan tugas, karena di atas meja terdapat banyak mainan. Penutur memperhatikan mitra tutur, dan menawarkan bantuan. Mitra tutur meresponnya.) Tuturan pada kode (C2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi pada sore hari dalam situasi santai, di ruang keluarga, tepatnya dimeja kerja. Mitra tutur kebingungan, ketika akan mengerjakan tugas, karena di atas meja terdapat banyak mainan. Penutur memperhatikan mitra tutur, dan menawarkan bantuan. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (C2) termasuk dalam subkategori meminta maaf. Hal itu dikarenakan, penutur telah membantu mitra tutur membereskan meja yang penuh mainan, sehingga mitra tutur merasa tidak enak hati karena merepotkan penutur atas bantuan yang

92 77 telah dilakukannya. Wujud basa-basi meminta maaf dari tuturan itu terlihat dari tuturan yang disampaikan oleh mitra tutur, yaitu Oke deh..maaf ya Pak ngrepoti! (Oke..maaf ya Pak merepotkan!). Pilihan kata pada tuturan (C2) menggunakan partikel dan kata fatis deh. Tuturan pada kode (C2) merupakan tuturan yang terjadi karena penutur telah membantu mitra tutur membereskan meja yang penuh dengan mainan. Tuturan tersebut disampaikan mitra tutur dengan spontan karena penutur telah membantu mitra tutur. Merujuk pada teori Arimi dalam tesisnya (1998:34) menyatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Tuturan kode (C2) merupakan wujud basa-basi murni karena tuturan muncul secara otomatis, penutur telah membantu mitra tutur, dan mitra tutur merasa tidak enak hati. Jadi, tuturan pada kode (C2) terlihat bahwa penutur menyampaikan rasa tidak enak hati dengan meminta maaf. Wujud tuturan (C3) Cuplikan tuturan (C3) PT : Dian, Ibu tadi dikasih tau Pak Minto, kalau nilai ulangan Matematika mu jelek. MT : Waduh, iya Bu. Maafin Dian ya, Insya Allah Dian akan belajar lebih giat lagi! PT : Makanya belajar, jangan main terus. (Konteks: Penutur merupakan seorang Guru perempuan, berusia 37 Tahun. Mitra tutur merupakan seorang anak Laki-laki berusia 9 Tahun. Tuturan terjadi pada sore hari, sekitar

93 78 pukul WIB. Tuturan berlangsung di ruang keluarga, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv.) Tuturan pada kode (C3) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Penutur merupakan seorang Guru perempuan, berusia 37 Tahun. Mitra tutur merupakan seorang anakn Laki-laki berusia 9 Tahun. Tuturan terjadi pada sore hari, sekitar pukul WIB. Tuturan berlangsung di ruang keluarga, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur memberitahu mitra tutur jika nilai ulangan matematikanya jelek dan mitra tutur merasa menyesal dengan berjanji kalau akan lebih giat belajar lagi. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan pada kode (C3) termasuk dalam subkategori meminta maaf. Hal ini dikarenakan, mitra tutur meminta maaf kepada penutur dengan berjanji akan belajar lebih giat lagi. Kalimat yang disampaikan mitra tutur Waduh, iya Bu. Maafin Dian ya, Insya Allah Dian akan belajar lebih giat lagi!, tidak hanya semata-mata meminta maaf, tetapi mitra tutur juga memberikan janji kepada penutur kalau akan belajar lebih giat lagi. Untuk itulah tuturan pada kode (C3) merupakan wujud basa-basi meminta maaf. Pilihan kata pada tuturan tersebut menggunakan frase fatis Insya Allah. Tuturan pada kode (C3) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur menyampaikan rasa penyesalannya kepada mitra tutur dengan berjanji akan lebih giat belajar lagi. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang

94 79 dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Wujud tuturan (C4) Cuplikan tuturan (C4) PT : Buk, lagi masak ya? MT : Oh, iya.. ini Ibu lagi masak, ada apa Nduk? PT : Wah kayaknya masakannya enak ini. Tapi maaf Bu, adek diantar dulu dong Bu. Mau pramuka! MT : Ya, sebentar ya Nduk. (Konteks : Tuturan terjadi di dapur pada sore hari, ketika Penutur sedang memasak dan mitra tutur akan berangkat pramuka. Penutur adalah seorang anak perempuan mitra tutur yang berusia 14 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SD yang berusia 38 tahun. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk diantar pramuka, dan mitra tutur merespon nya) Tuturan pada kode (C4) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi pada sore hari, ketika penutur sedang memasak dan mitra tutur akan berangkat pramuka. Penutur adalah seorang anak perempuan mitra tutur yang berusia 14 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SD yang berusia 38 tahun. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk diantar pramuka, dan mitra tutur meresponsnya. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (C4) termasuk dalam subkategori meminta maaf. Hal ini dikarenakan penutur tidak langsung menyampaikan maksud tujuannya untuk meminta tolong kepada mitra tutur.

95 80 Tuturan yang disampaikan oleh penutur merupakan basa-basi meminta maaf, penutur bermaksud menyela aktivitas mitra tutur dan ingin meminta tolong kepada mitra tutur. Pilihan kata pada tuturan kode (C4) menggunakan partikel dan kata fatis dong. Kalimat yang diucapkan penutur: Wah kayaknya masakannya enak ini. Tapi maaf Bu, adek diantar dulu dong Bu. Mau pramuka! penutur tidak langsung menyampaikan maksud dan tujuannya, tetapi penutur malah meminta maaf terlebih dahulu. Untuk itulah tuturan pada kode (C4) merupakan basa-basi meminta maaf. Tuturan dengan kode (C4) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur ingin menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur, untuk itulah sebelum menyampaikan maksud dan tujuannya, penutur meminta maaf kepada mitra tutur sebagai wujud basa-basi meminta maaf. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara.

96 81 Wujud tuturan (C5) Cuplikan tuturan (C5) PT : Acara ulang tahun temenmu itu, besok mulai jam berapa tan? MT : Jam enam sore Pak, besok bisa antar kan? PT: Ya maaf, kemarin kan Bapak sudah kasih tau kalau ada rapat di Gereja. MT: Ya sudah Pak (Konteks : Tuturan terjadi dalam situasi santai diruang keluarga pada sore hari. Tuturan terjadi ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv, penutur adalah seorang Guru SMP yang berusia 45 tahun. Sedangkan mitra tutur adalah seorang anak perempuan penutur yang berusia 15 tahun. Penutur bertanya kepada mitra tutur tentang acara ulangtahun teman mitra tutur, mitra tutur merespon tuturan dari penutur.) Tuturan dengan kode (C5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi pada sore hari, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv di ruang keluarga. Penutur adalah seorang Guru yang berusia 45 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang anak perempuan dari penutur yang berusia 15 tahun. Penutur bertanya kepada mitra tutur tentang acara ulang tahun teman mitra tutur, mitra tutur merespons tuturan dari penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan pada kode (C5) termasuk dalam subkategori meminta maaf. Hal ini dikarenakan penutur hanya bermaksud menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Pilihan kata pada tuturan tersebut menggunakan partikel dan kata fatis kan. Tuturan yang berbunyi: Ya maaf, kemarin kan Bapak sudah kasih tau kalau ada rapat di Gereja. Tuturan tersebut merupakan wujud basa-basi meminta maaf, penutur tidak langsung mengatakan ketidaksanggupannya. Tetapi penutur mencoba menjelaskan,

97 82 dengan tujuan untuk menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Untuk itulah tuturan dengan kode (C5) merupakan basa-basi meminta maaf. Tuturan pada kode (C5) termasuk wujud basa-basi karena penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur ingin menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur, untuk itulah, penutur meminta maaf kepada mitra tutur sebagai wujud basa-basi karena tidak bisa mengantarkan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara Subkategori basa-basi mengundang Basa-basi meminta/ mengundang merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Wujud basa-basi tuturan (D1) Cuplikan basa-basi tuturan (D1) PT : Pak, lagi sibuk ndak? MT : Ndak Dek, gimana? PT : Nah daripada bingung mau ngapain, mending bantuin aku benerin print Pak!. MT : Ya sebentar ya, tak cuci tangan dulu. Soalnya tadi habis ngasih makan ayam. PT : Ya, Pak.

98 83 (Konteks : Tuturan terjadi di ruang keluarga pada sore hari, ketika penutur akan memperbaiki print dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur adalah seorang anak lakilaki mitra tutur yang berusia 17 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SMP yang berusia 47 tahun. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk memperbaiki print, mitra tutur merespon permintaan dari penutur.) Tuturan dengan kode (D1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi pada sore hari, ketika penutur akan memperbaiki print dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur adalah seorang anak laki-laki mitra tutur yang berusia 17 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SMP yang berusia 47 tahun. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk memperbaiki print, mitra tutur merespons permintaan dari penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (D1) termasuk dalam subkategori mengundang. Hal ini dikarenakan penutur tidak langsung menyampaikan maksud dan tujuannya untuk meminta tolong kepada mitra tutur. Tuturan dari penutur yang berbunyi: Nah, daripada bingung mau ngapain, mending bantuin aku benerin print Pak! penutur mencoba menarik perhatian mitra tutur untuk membantu penutur memperbaiki print. Pilihan kata pada tuturan kode (D1) menggunakan partikel dan kata fatis nah. Untuk itulah tuturan tersebut merupakan wujud basa-basi mengundang. Tuturan dengan kode (D1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud memulai pembicaraan dengan mitra tutur. Penutur ingin menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur, untuk itulah penutur tidak langsung menyampaikan maksud dan tujuannya. Penutur memulai pembicaraan sebagai wujud basa-basi. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana

99 84 (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Wujud basa-basi tuturan (D2) Cuplikan basa-basi tuturan (D2) PT : Pak, sini ikut gabung. Seru deh main PS! MT : Bapak masih banyak kerjaan e le, masih banyak koreksian PT : Yah, yasudah (Instrumen: Kuesioner) (Konteks: Tuturan terjadi pada malam hari pada pukul; WIB. Tuturan berlangsung diruang keluarga dalam situasi santai. Penutur mengajak mitra tutur untuk bermain PS, mitra tutur merespon tuturan dari penutur dengan menjawab ajakan dari penutur.) Tuturan pada kode (D2) merupakan data basa-basi yang diperoleh dari kuesioner sebagai instrumen penelitian ini. Dalam kuesioner tersebut, peneliti merancang sebuah situasi agar dapat memancing objek penelitian untuk mengucapkan atau mengisi kuesioner dengan basa-basi basa-basi yang relevan dengan konteksnya. Tuturan dengan kode (D2) ini terjadi antara penutur (seorang anak Laki-laki, yang berusia 10 tahun). Mitra tutur (merupakan seorang Guru SMA berjenis kelamin laki-laki, berusia 37 tahun). Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan kode (D2) ini termasuk dalam subkategori meminta/ mengundang. Hal ini dikarenakan penutur meminta penutur untuk ikut bergabung bermain PS. Wujud basa-basi pada tuturan kode (D2) terlihat pada tuturan yang disampaikan penutur, yakni Pak, sini ikut gabung, seru deh main PS!. Penutur mencoba mempengaruhi mitra

100 85 tutur agar tertarik untuk bermain PS. Pilihan kata pada tuturan tersebut menggunakan partikel dan kata fatis deh. Harimurti Kridalaksana (1986:111) mengatakan bahwa kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Kelas kata ini biasanya terdapat dalam konteks dialog, yaitu kalimat-kalimat yang diucapkan oleh pembicara dan kawan bicara. Penutur menggunakan kata fatis deh untuk meyakinkan penutur jika bermain PS itu seru. Jadi, tuturan dengan kode (D2) terlihat jelas bahwa penutur menyampaikan permintaanya dan meyakinkan mitra tutur agar bersedia bergabung bermain PS. Wujud basa-basi tuturan (D3) Cuplikan basa-basi tuturan (D3) PT : Dik, wis adus durung? (Dek, sudah mandi belum?) MT : Sampun, pripun buk? Ajeng ten pundi? (sudah, ada apa Buk? mau kemana?) PT : Ayo melu Ibu nang pasar! (Ayo ikut Ibu ke pasar!) MT : Nggeh, mangkeh kula nyusul. (Ya, nanti saya nyusul) (Konteks : Tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari, dalam situasi santai. Penutur adalah seorang Guru SMA yang berusia 56 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 10 tahun. Penutur berpapasan dengan mitra tutur, dan mengajak mitra tutur untuk ke pasar. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur.) Tuturan pada kode (D3) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi pada pagi hari dalam situasi santai. Penutur adalah seorang Guru SMA yang berusia 56 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 10 tahun. Penutur berpapasan dengan mitra tutur, dan mengajak mitra tutur untuk ke pasar. mitra tutur merespon tuturan dari penutur.

101 86 Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan pada kode (D3) termasuk dalam subkategori meminta/ mengundang. Hal ini dikarenakan penutur tidak menjawab pertanyaan dari mitra tutur, tetapi penutur malah mengajak mitra tutur untuk pergi kepasar. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut hanya sekedar mengajak mitra tutur dan tidak meyakinkan mitra tutur, agar mitra tutur mau untuk ikut kepasar. Tuturan yang disampaikan penutur: Ayo melu Ibu nang pasar! (Ayo ikut Ibu ke pasar!) merupakan wujud basa-basi mengundang. Pemilihan kata pada tuturan kode (D3) menggunakan partikel dan kata fatis ayo. Tuturan yang disampaikan penutur pada tuturan dengan kode (D3) ini juga bermaksud ingin menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori Harimurti Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Wujud basa-basi tuturan (D4) Cuplikan basa-basi tuturan (D4) PT : Ibu mau kemana? MT : Mau ke gereja ada rapat, ayo ikut! PT : Ndak lah Bu, males aku. (Konteks :Tuturan terjadi diruang tengah pada sore hari, ketika Penutur sedang membaca buku dan mitra tutur sedang keluar dari kamar. Penutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 10 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SD yang berjenis kelamin perempuan, berusia 38 tahun. Mitra tutur bermaksud mengajak penutur untuk kegereja, tetapi penutur menolaknya.)

102 87 Tuturan dengan kode (D4) ini merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi pada sore hari, ketika Penutur sedang membaca buku dan mitra tutur sedang keluar dari kamar. Penutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 10 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SD yang berjenis kelamin perempuan, berusia 38 tahun. Mitra tutur bermaksud mengajak penutur untuk kegereja, tetapi penutur menolaknya. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan kode (D4) termasuk dalam subkategori meminta/ mengundang. Hal ini dikarenakan mitra tutur hanya bermaksud menjawab pertanyaan dari penutur, dan mitra tutur tidak sungguh-sungguh mengajak penutur untuk pergi kepasar. Pilihan kata pada tuturan kode (D4) menggunakan partikel dan kata fatis ayo. Tuturan yang disampaiakan mitra tutur Mau ke gereja ada rapat, ayo ikut! tersebut merupakan basa-basi mengundang, karena mitra tutur bermaksud menunjukkan keramahtamahannya kepada penutur yang tidak lain adalah anak dari mitra tutur. Hal ini sesuai dengan teori Jakobson (1980) yang mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar lawan bicara tetap memperhatikan.

103 88 Wujud basa-basi tuturan (D5) Cuplikan basa-basi tuturan (D5) PT : Dek, ayo makan! MT : Nanti ya Bu, masih kenyang. (Konteks: Penutur merupakan seorang Guru perempuan, yang berusia 53 tahun. Mitra tutur merupakan anak laki-laki penutur yang berusia 15 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, berlangsung di meja makan. Penutur mengajak mitra tutur untuk makan bersama, mitra tutur merespon tuturan dari penutur dengan menolak ajakan penutur.) Tuturan dengan kode (D5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi dalam situasi santai, berlangsung di meja makan. Penutur merupakan seorang Guru SMA yang berjenis kelamin perempuan yang berusia 53 tahun dan mitra tutur merupakan anak laki-laki penutur yang berusia 15 tahun. Penutur mengajak mitra tutur untuk makan bersama, mitra tutur merespons tuturan dari penutur dengan menolak ajakan penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan kode (D5) termasuk dalam subkategori meminta/ mengundang. Hal ini dikarenakan, penutur mengajak mitra tutur untuk makan. Wujud basa-basi tuturan kode (D5) terlihat dari ujaran yang disampaikan oleh penutur ketika mengajak mitra tutur makan Dek, ayo makan!. Pilihan kata pada tuturan (D5) menggunakan partikel dan kata fatis ayo. Tuturan kode (D5) tersebut, tidak sungguh-sungguh mengajak mitra tutur, tuturan ini hanya untuk menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Tuturan ini sesuai dengan teori Malinowski (1923:315) yang mengatakan basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta

104 89 komunikasi. Jadi tuturan basa-basi (D5) dimaksudkan untuk menjaga hubungan yang baik, suasana yang baik dengan lawan tutur. Wujud basa-basi tuturan (D6) Cuplikan basa-basi tuturan (D6) P : Sini dong dek, acaranya bagus lho! MT: Nanti ya Bu, aku mau main layangan dulu. (Konteks: Tuturan terjadi diruang keluarga pada sore hari, ketika penutur sedang menonton tv, dan melihat mitra tutur sedang melewati samping ruang keluarga untuk pergi bermain layangan. Penutur adalah seorang Guru SMA yang berjenis kelamin perempuan berusia 52 tahun, mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 13 tahun. Penutur mengajak mitra tutur untuk menonton tv dan mitra tutur merespon tuturan tersebut.) Tuturan dengan kode (D6) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi dalam situasi santai diruang keluarga pada sore hari, ketika penutur sedang menonton tv, dan melihat mitra tutur sedang melewati samping ruang keluarga untuk pergi bermain layangan. Penutur adalah seorang Guru SMA yang berjenis kelamin perempuan berusia 52 tahun, mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 13 tahun. Penutur mengajak mitra tutur untuk menonton tv dan mitra tutur merespon tuturan tersebut. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan kode (D6) termasuk dalam subkategori meminta/ mengundang. Hal ini dikarenakan penutur memulai pembicaraan ketika melihat mitra tutur sedang melewati samping ruang keluarga, tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut menunjukkan keramahtamahan kepada mitra tutur. Penutur sudah mengetahui jika mitra tutur akan pergi bermain layangan, tetapi penutur memulai pembicaraan dan mengajak mitra

105 90 tutur untuk menonton tv. Pilihan kata pada tuturan kode (D6) menggunakan kata fatis dong. Tuturan kode (D6) yang disampaikan penutur tersebut bermaksud untuk menunjukkan keramahtamahannya dengan mitra tutur. Jadi tuturan kode (D6) merupakan basa-basi mengundang, penutur bermaksud memulai pembicaraan dan meunjukkan keramtamahannya dengan mitra tutur. Tuturan ini sejalan dengan teori Harimurti Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara Subkategori basa-basi berempati Basa-basi berempati merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Wujud basa-basi tuturan (E1) Cuplikan basa-basi tuturan (E1) PT : Kalau ada temenmu yang meledek, kamu harus sabar dong Dek! MT : Iya Bu, aku kesel sama temenku. PT : Makanya kamu latihan sabar ya! MT: Iya, Bu. (Instrumen :Kuesioner) (Konteks:Tuturan terjadi pada malam hari pada pukul WIB. Tuturan berlangsung ketika penutur dan mitra tutur sedang bersantai diruang keluarga)

106 91 Tuturan pada kode (E1) tersebut merupakan data basa-basi yang diperoleh melalui kuesioner sebagai instrument penelitian ini. Dalam kuesioner tersebut, peneliti merancang sebuah situasi agar dapat memancing objek penelitian untuk mengucapkan atau mengisi kuesioner dengan basa-basi yang relevan dengan konteksnya. Tuturan dengan kode (E1) ini terjadi antara Penutur (seorang Guru perempuan, yang berusia 39 tahun). Dan mitra tutur (merupakan seorang anak Laki-laki yang berumur 8 tahun). Suatu ketika, mitra tutur sedang mendapat permasalahan dengan teman sekolahnya, penutur menasehati mitra tutur, dan mitra tutur meresponsnya. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan kode (E1) termasuk dalam subkategori berempati. Hal ini dikarenakan, penutur mencoba memberi nasehat kepada mitra tutur untuk bersabar jika ada yang meledek. Pilihan kata pada tuturan kode (E1) menggunakan partikel dan kata fatis. dong dan ya. Wujud basa-basi tuturan kode (E1) ini terlihat ketika penutur mengatakan Kalau ada temenmu yang meledek, kamu harus sabar dong Dek!. Tuturan tersebut merupakan basa-basi berempati, karena penutur menyampaikan rasa empatinya dengan menasehati mitra tutur, jika mitra tutur harus sabar jika sedang menghadapi masalah. Wujud dari basa-basi tersebut adalah basa-basi murni, karena ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan (Arimi,1998).

107 92 Wujud basa-basi tuturan (E2) Cuplikan basa-basi tuturan (E2) PT : Sudah lah Pak, jangan dipikir terlalu dalam, nanti pusing sendiri. Memang jadi orang bawahan ya seperti ini. Mau berbuat baik kek, buruk kek selalu salah dimata pemimpin. Yang penting Bapak sudah memberikan yang terbaik untuk sekolah kan? kerjaan bisa dicari lagi Pak!. (Instrumen : (Kuesioner) (Konteks :Tuturan berlangsung diruang keluarga, penutur menasehati dan menyemangati mitra tutur.) Tuturan dengan kode (E2) tersebut merupakan data basa-basi yang diperoleh melalui kuesioner, sebagai instrument penelitian ini. Dalam kuesioner tersebut, peneliti merancang sebuah situasi agar dapat memancing objek penelitian untuk mengucapkan atau mengisi kuesioner dengan basa-basi yang relevan dengan konteksnya. Tuturan terjadi antara penutur (seorang Ibu rumah tangga, yang berusia 42 tahun). Mitra tutur (seorang Guru Laki-laki yang berusia 43 tahun). Penutur bermaksud memberi semangat dan nasehat atas apa yang dialami mitra tutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan pada kode (E2) termasuk dalam subkategori berempati. Hal ini dikarenakan, penutur memberi nasehat dan semangat kepada mitra tutur yang sedang mendapatkan masalah. Pilihan kata pada tuturan kode (E2) menggunakan partikel dan kata fatis kek dan kan. Wujud basa-basi pada tuturan kode (E2) tersebut terlihat dari ujaran penutur yang mengatakan Sudah lah Pak, jangan dipikir terlalu dalam, nanti pusing sendiri. Memang jadi orang bawahan ya seperti ini. Mau berbuat baik kek, buruk kek selalu salah dimata pemimpin. Yang penting Bapak sudah

108 93 memberikan yang terbaik untuk sekolah kan? kerjaan bisa dicari lagi Pak!. Wujud basa-basi tersebut menunjukkan bahwa penutur merasa iba terhadap masalah yang dihadapi oleh mitra tutur. Untuk itulah tuturan kode (E2) merupakan wujud basa-basi berempati. Wujud basa-basi tersebut sesuai dengan teori Jakobson (1980) mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar lawan bicara tetap memperhatikan. Wujud basa-basi tuturan (E3) Cuplikan basa-basi tuturan (E3) PT: Sudah Dek, kamu harus sabar jangan marah-marah terus. Mungkin bukunya hanya keselip. Coba dicari lagi pelan-pelan, jangan marah-marah saja ya! (Instrumen: Kuesioner) (Konteks:Tuturan terjadi diruang keluarga, ketika penutur melihat mitra tutur yang kebingungan.) Tuturan dengan kode (E3) tersebut merupakan data basa-basi yang diperoleh melalui kuesioner sebagai instrument penelitian ini. Dalam kuesioner tersebut, peneliti merancang sebuah situasi agar dapat memancing objek penelitian untuk mengucapkan atau mengisi kuesioner dengan basa-basi yang relevan dengan konteksnya. Tuturan kode (E3) ini terjadi antara penutur (Guru SMA yang berusia 53 tahun), sedangkan mitra tutur (adalah anak laki-laki penutur yang berusia 10 tahun).

109 94 Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan pada kode (E3) termasuk dalam subkategori berempati. Hal ini dikarenakan penutur bermaksud mencairkan suasana dengan menasehati mitra tutur. Pilihan kata pada tuturan kode (E3) menggunakan kata fatis ya. Tuturan penutur yang berbunyi: Sudah dek, kamu harus sabar jangan marah-marah terus. Mungkin bukunya hanya keselip. Coba dicari lagi pelan-pelan, jangan marah-marah saja ya! merupakan tuturan yang bermaksud untuk menenangkan hati mitra tutur. Wujud basa-basi tersebut menunjukkan bahwa penutur merasa perduli dengan mitra tutur, yang sedang bingung mencari bukunya. Jadi tuturan pada kode (E3) merupakan tuturan basa-basi berempati, karena penutur hanya bermaksud untuk menenangkan mitra tutur dan ingin mencairkan suasana. Hal ini sejalan dengan teori Anwar(1984:46) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan sejemput kata-kata yang dipakai untuk sekedar memecahkan kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik. Wujud basa-basi tuturan (E4) Cuplikan basa-basi tuturan (E4) PT: Bapak kenapa, kok kelihatannya sedang ada yang dipikiran? MT: Tadi dapat teguran dari Bapak Kepala sekolah Bu PT: Yang sabar Pak, anggap saja itu sebagai ujian dari Yang Maha Kuasa. Jangan terlalu dipikirkan, manusia kan diharuskan untuk berusaha menjadi lebik baik Pak! MT : Iya Bu. (Konteks: Tuturan terjadi diruang keluarga pada sore hari, ketika penutur menghampiri mitra tutur yang duduk melamun di sofa. Penutur merupakan istri dari mitra tutur yang berusia 45 tahun, sedangkan penutur merupakan seorang Guru SMP yang berusia 48 tahun. Penutur bertanya dan menghampiri mitra tutur yang terlihat murung. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur, dengan menjelaskan yang sedang dialaminya. Penutur memberikan nasehat dan semangat kepada mitra tutur agar tidak terlalu memikirkan masalahnya.)

110 95 Tuturan dengan kode (E4) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi diruang keluarga pada sore hari, ketika penutur menghampiri mitra tutur yang duduk melamun di sofa. Penutur merupakan istri dari mitra tutur yang berusia 45 tahun, sedangkan penutur merupakan seorang Guru SMP yang berusia 48 tahun. Penutur bertanya dan menghampiri mitra tutur yang terlihat murung. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur, dengan menjelaskan yang sedang dialaminya. Penutur memberikan nasehat dan semangat kepada mitra tutur agar tidak terlalu memikirkan masalahnya. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan pada kode (E4) termasuk dalam subkategori berempati. Penutur bermaksud mencairkan suasana, dengan memberikan semangat dan nasehat kepada mitra tutur. Tuturan yang disampaikan oleh penutur merupakan wujud basa-basi, karena penutur bermaksud menunjukkan rasa kepeduliannya terhadap mitra tutur. Pilihan kata pada tuturan kode (E4) menggunakan kata fatis kan. Wujud basa-basi pada kode (E4) terlihat pada tuturan Yang sabar Pak, anggap saja itu sebagai ujian dari Yang Maha Kuasa. Jangan terlalu dipikirkan, manusia kan diharuskan untuk berusaha menjadi lebik baik Pak!. Wujud basa-basi tersebut menunjukkan bahwa penutur merasa perduli dengan mitra tutur, yang sedang mengalami permasalahan. Jadi tuturan pada kode (E4) merupakan tuturan basa-basi berempati, karena penutur hanya bermaksud memberikan semangat dan nasehat kepada mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori Anwar (1984:46) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan

111 96 sejemput kata-kata yang dipakai untuk sekedar memecahkan kesunyian, dan untuk mempertahankan suasana baik. Wujud basa-basi tuturan (E5) Cuplikan basa-basi tuturan (E5) PT: Sudah Bu, jangan terlalu dipikirkan omongan dari tetangga sebelah tadi, semua orang kan berhak untuk bicara. Yang terpenting kita tidak melakukan apa yang mereka tuduhkan untuk kita Bu! (Instrumen:Kuesioner) (Konteks: Tuturan terjadi pada malam hari, ketika penutur dan mitra tutur sedang duduk diteras depan.) Tuturan pada kode (E5) tersebut merupakan data basa-basi yang diperoleh melalui kuesioner. Tuturan terjadi antara penutur (Guru SMP berjenis kelamin lakilaki yang berusia 47 tahun), sedangkan mitra tutur (adalah istri dari penutur yang berusia 44 tahun). Penutur memberikan semangat dan nasehat kepada mitra tutur karena terlihat murung. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (E5) termasuk dalam subkategori berempati. Penutur bermaksud perhatiannya kepada mitra tutur, agar tidak terpuruk dalam kesedihan. Pilihan kata pada tuturan kode (E5) menggunakan partikel dan kata fatis kan. Tuturan yang disampaikan oleh penutur yang mengatakan: Sudah Bu, jangan terlalu dipikirkan omongan dari tetangga sebelah tadi, semua orang kan berhak untuk bicara. Yang terpenting kita tidak melakukan apa yang mereka tuduhkan untuk kita Bu! tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut merupakan basa-basi berempati, karena penutur hanya bermaksud memberikan semangat dan nasehat agar

112 97 mitra tutur tidak memikirkan masalahnya lagi. Jadi tuturan pada kode (E5) merupakan tuturan basa-basi berempati, karena penutur memulai pembicaraan dan hanya bermaksud menunjukkan perhatiannya dengan memberi semangat dan menasehati mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori Harimurti kridalaksana (1986:111) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicara dan kawan bicara. Jadi pada tuturan tersebut penutur bermaksud ingin memulai pembicaraan dan menunjukkan perhatiannya kepada mitra tutur, agar tidak terpuruk dalam kesedihan Subkategori basa-basi terima kasih Basa-basi terima kasih merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Wujud basa-basi tuturan (F2) Cuplikan basa-basi tuturan (F2) PT : Weh, Dian, kok tumben siang-siang nyapu halaman. MT : Gak usah heran to Pak, ak kan emang rajin. Hehehe PT : Terimakasih lho Nduk, wah kalau setiap hari mau kayak gini bisa buat panutan adekmu dong! MT : Santai, Pak. (Konteks: Penutur merupakan seorang Guru Laki-laki yang berumur 47 tahun, mitra tutur merupakan seorang anak perempuan penutur, yang berusia 16 tahun. Tuturan terjadi dalam

113 98 situasi santai, ketika mitra tutur sedang menyapu di halaman dan penutur sedang bersantai diteras. Penutur memuji mitra tutur yang rajin menyapu.) Tuturan pada kode (F2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi dalam situasi santai, ketika mitra tutur sedang menyapu di halaman dan penutur sedang bersantai diteras. Penutur merupakan seorang Guru Laki-laki yang berumur 47 tahun, mitra tutur merupakan seorang anak perempuan penutur, yang berusia 16 tahun. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (F2) termasuk dalam subkategori terima kasih. Hal ini dikarenakan penutur mengekspresikan rasa terima kasihnya dengan cara memuji mitra tutur. Pilihan kata pada tuturan tersebut menggunakan partikel dan kata fatis dong. Wujud basa-basi pada tuturan kode (F2) yang disampaikan oleh penutur terlihat pada kalimat Terimakasih lho Nduk, wah kalau setiap hari mau kayak gini bisa buat panutan adekmu dong!. Penutur tidak langsung hanya mengucapkan terima kasih kepada mitra tutur, tetapi juga memuji kepada mitra tutur. Untuk itulah tuturan kode (F2) merupakan wujud basabasi terima kasih. Tuturan pada kode (F2) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara.

114 99 Wujud basa-basi tuturan (F3) Cuplikan tuturan (F3) PT : Pak, sarapane wes siap, gek dahar sek. (Pak, sarapannya sudah siap, makan dulu.) MT : Lha kak tumben Bu, yahmene wes matengan (Loh kok tumben Bu, jam segini udah masak). PT : Ya ilak-ilak Pak ( Ya, sekali-sekali Pak). MT : Wah mesti iki ana seng dikarepke, iya ta Bu? (Wah pasti ini ada yang mau diinginkan, iya kan Bu?) PT : Ngerti wae Bapak ki lho, biasa Pak..engka kan ana arisan. (Tau saja Bapak ini, biasa Pak, nanti kana da arisan) MT : Rak tenan to njupuk dewe wae Bu, dompet e nang kamar (Nah benar kan..ambil sendiri saja Bu, dompet nya ada dikamar) PT : Sip..nuwun yo Pak (Sip..terimakasih ya Pak!). (Konteks : Penutur merupakan seorang Ibu rumah tangga, yang berusia 36 tahun.mitra tutur merupakan seorang Guru Laki-laki, yang berusia 40 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, ketika mitra tutur sedang melewati meja makan, dan penutur sedang menyiapkan makanan di meja makan, Mitra tutur menanyakan maksud dari tindakan.) Tuturan pada kode (F3) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi dalam situasi santai ketika mitra tutur sedang melewati meja makan, dan penutur sedang menyiapkan makanan di meja makan. Penutur merupakan seorang Ibu rumah tangga, yang berusia 36 tahun, sedangkan mitra tutur merupakan seorang Guru, yang berusia 40 tahun. Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan pada kode (F3) termasuk dalam subkategori terima kasih. Hal ini dikarenakan, penutur mendapatkan uang dari mitra tutur. Pilihan kata pada tuturan tersebut menggunakan frase fatis ya. Wujud basa-basi dari tuturan kode (F3) terlihat dari

115 100 tuturan yang disampaikan penutur yaitu Sip..nuwun yo Pak! (Sip..terimakasih ya Pak!). Penutur mengucapkan terima kasih, karena untuk menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Dan menjaga kesopanan dalam bertutur. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Wujud basa-basi tuturan (F4) Cuplikan tuturan (F4) PT : Bu, besok Ibu bisa nganter Adek ke Sekolah dulu ndak? MT : Bisa le, besok Ibu masuknya siang ada Claasmeeting. PT : Oke deh, makasih ya Bu MT : Ya le (Ya Nak) (Konteks: Penutur merupakan seorang anak Laki-laki yang berumur 10 tahun, mitra tutur merupakan seorang Guru perempuan, yang berusia 47 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur, mitra tutur merespons tuturan dari penutur.) Tuturan pada kode (F4) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur, mitra tutur merespons tuturan dari penutur. Penutur merupakan seorang anak Laki-laki yang berumur 10 tahun, mitra tutur merupakan seorang Guru SMA, yang berusia 47 tahun. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (F4) termasuk dalam subkategori terima kasih. Hal ini dikarenakan, penutur mengucapkan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur yang bersedia

116 101 mengantarkan sekolah. Pilihan kata pada tuturan tersebut menggunakan partikel dan kata fatis deh. Tuturan pada kode (F4) merupakan wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Tuturan yang disampaikan oleh penutur sebenarnya hanya untuk sopan santun kepada mitra tutur sehingga hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Wujud basa-basi tuturan (F5) Cuplikan tuturan (F5) PT: Mron, ini bekalnya buat makan siang nanti dikampus. MT: Yaampun Bu, malah jadi ngrepotin Ibu dong. Padahal makan dikantin juga ndak papa, makasih ya Bu! PT: Ya sama-sama. (Konteks:Tuturan terjadi diruang tengah pada pagi hari, tuturan terjadi dalam situasi santai ketika penutur menghampiri mitra tutur yang akan berangkat kekampus.penutur merupakan seorang Guru TK yang berusia 50 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 22 tahun. Penutur menyerahkan bekal makanan untuk mitra tutur, mitra tutur menerima bekal tersebut dan berterima kasih kepada penutur.) Tuturan pada kode (F5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi dalam situasi santai pada pagi hari, ketika penutur menghampiri mitra tutur yang akan berangkat ke kampus. Penutur merupakan seorang Guru TK yang berusia 50 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 22 tahun. Penutur menyerahkan bekal makanan

117 102 untuk mitra tutur, mitra tutur menerima bekal tersebut dan berterima kasih kepada penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan pada kode (F5) termasuk dalam subkategori terima kasih. Hal ini dikarenakan mitra tutur bermaksud menghargai kebaikan dari penutur, yang telah mempersiapkan bekal untuk mitra tutur. Pilihan kata pada tuturan kode (F5) menggunakan partikel dan kata fatis dong. Tuturan dari mitra tutur yang berbunyi: Yaampun Bu, malah jadi ngrepotin Ibu dong. Padahal makan dikantin juga ndak papa, makasih ya Bu! merupakan wujud basa-basi terima kasih, selain mitra tutur menghargai kebaikan dari penutur, penutur juga menunjukkan rasa kesopansantunannya kepada penutur. Jadi tuturan pada kode (F5) merupakan basa-basi terima kasih, karena mitra tutur bermaksud menghargai dan menunjukkan rasa kesopansantunannya terhadap penutur. Hal ini sejalan dengan teori Sudaryanto (1991:26), bahwa basa-basi ialah berkaitan dengan ihwal maknawi kebertegursapaan, kesopansantunan, dan keramahtamahan Subkategori basa-basi menolak Basa-basi menolak merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

118 103 Wujud basa-basi tuturan menolak (G1) Cuplikan tuturan menolak (G1) PT : Dik mau kemana, kok pagi-pagi dah rapi? MT : Mau senam pagi ini, mau ikut? PT : Ndak lah, males aku. Kamu aja kek yang pergi. (Konteks : Penutur merupakan seorang anak perempuan, yang berusia 16 tahun.mitra tutur merupakan seorang Guru perempuan, yang berusia 48 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, di ruang keluarga. Penutur bertanya kepada mitra tutur, ketika mitra tutur sedang keluar dari kamar. Penutur menolak ajakan mitra tutur. ) Tuturan pada kode (G1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi dalam situasi santai, di ruang keluarga, penutur bertanya kepada mitra tutur, ketika mitra tutur sedang keluar dari kamar. Penutur merupakan seorang anak perempuan, yang berusia 16 tahun, sedangkan mitra tutur merupakan seorang Guru perempuan, yang berusia 48 tahun. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan pada kode (G1) termasuk dalam subkategori menolak. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut menunjukkan bahwa penutur kurang menghargai ajakan mitra tutur yang mengajaknya untuk makan malam. Tuturan kode (G1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Tuturan penolakan yang disampaikan oleh penutur sebenarnya hanya untuk sopan santun kepada mitra tutur sehingga hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap terjaga dengan baik. Pilihan kata pada tuturan kode (G1) menggunakan partikel dan kata fatis kek. Penutur tidak ingin menolak secara langsung karena penutur merasa

119 104 kurang sopan apabila menolak secara langsung sehingga penutur menolak dengan cara yang lebih halus dengan beralasan sedang males, agar hubungan penutur dan mitra tutur tetap terjaga. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Wujud basa-basi tuturan (G2) Cuplikan tuturan (G2) PT : Pak, sini ikut gabung main PS, seru lho! MT : Bapak masih banyak kerjaan, tadi kan sudah dikasih tau, lain kali aja ya! PT : Yah, yasudah lah. (Konteks: Penutur merupakan seorang Ibu rumah tangga yang berusia 44 tahun. Mitra tutur merupakan seorang Guru Laki-laki yang berusia 46 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga. Penutur mengajak mitra tutur untuk bermain PS, mitra tutur menolak ajakan dari penutur.) Tuturan pada kode (G2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga. Penutur merupakan seorang Ibu rumah tangga yang berusia 44 tahun. Mitra tutur merupakan seorang Guru Laki-laki yang berusia 46 tahun. Penutur mengajak mitra tutur untuk bermain PS, dan mitra tutur menolak ajakan dari penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan kode (G2) termasuk dalam subkategori menolak. Hal ini dikarenakan mitra tutur menolak ajakan dari penutur, Maksud basa-basi tuturan kode (G2) ialah mitra tutur

120 105 bermaksud menolak ajakan mitra tutur yang mengajaknya untuk makan malam. Pilihan kata pada tuturan kode (G2) menggunakan partikel dan kata fatis kan. Tuturan kode (G2) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Tuturan penolakan yang disampaikan oleh penutur sebenarnya hanya untuk sopan santun kepada mitra tutur sehingga hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap erat. Penutur tidak ingin menolak secara langsung karena penutur menghargai perasaan penutur, sehingga penutur menolak dengan cara yang lebih halus agar hubungan penutur dan mitra tutur tetap terjaga. Kalimat yang mengatakan Bapak masih ada kerjaan e, tadi kan sudah dikasih tau, lain kali aja ya!, ini merupakan wujud basa-basi menolak. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Tuturan pada kode (G2) merupakan tuturan yang terjadi hanya untuk sopan santun dalam hal menolak ajakan penutur, mitra tutur mengatakan, lain kali aja ya! merupakan tuturan yang tidak sebenarnya, karena mitra tutur tidak menjelaskan tepatnya kapan. Wujud basa-basi tuturan (G5) Cuplikan tuturan (G5) PT: Vi, besok Ibu mau pergi ke Nglanggeran. Kamu mau ikut ndak?

121 106 MT: Wah, sebenarnya aku mau kalau ikut, tapi kayaknya besok aku ada acara deh Bu! PT: Ya sudah lain kali, kita kesana sama-sama. MT: Iya Bu. (Konteks: Tuturan terjadi di dapur pada sore hari, ketika penutur menghampiri mitra tutur yang sedang mencuci buah. Penutur merupakan seorang Guru perempuan yang berusia 48 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 15 tahun. Penutur mengajak mitra tutur untuk pergi ke Nglanggeran, tetapi mitra tutur menolaknya.) Tuturan pada kode (G5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di dapur pada sore hari, ketika penutur menghampiri mitra tutur yang sedang mencuci buah. Penutur merupakan seorang Guru perempuan yang berusia 48 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 15 tahun. Penutur mengajak mitra tutur untuk pergi ke Nglanggeran, tetapi mitra tutur menolaknya. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (G5) termasuk dalam subkategori menolak. Hal ini dikarenakan, mitra tutur bermaksud menolak ajakan penutur secara halus. Kalimat yang berbunyi: Wah, sebenarnya aku mau kalau ikut merupakan basa-basi untuk menjaga perasaan penutur agar tidak merasa tersinggung atas penolakan mitra tutur. Pilihan kata pada tuturan kode (G5) menggunakan partikel dan kata fatis deh. Penolakan yang dilontarkan oleh mitra tutur tersebut, untuk menjaga hubungan yang baik antara penutur. Selain untuk menjaga hubungan yang baik dengan penutur, mitra tutur juga menunjukkan kesopansantunan terhadap penutur yang tidak lain adalah Ibu dari mitra tutur. Tuturan pada kode (G5) termasuk basa-basi menolak, karena mitra tutur bermaksud menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur dan menunjukkan

122 107 kesopansantunannya terhadap penutur. Hal ini sejalan dengan teori Harimurti Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Wujud basa-basi tuturan (G6) Cuplikan tuturan (G6) PT : Sini Dek duduk-duduk diteras, anginnya segar lho. MT: Haha sebentar Bu, aku masih ada kerjaan ni. Nanti saja ya Bu? PT: Iya Dek. (Konteks: Tuturan terjadi diteras pada siang hari, ketika penutur sedang bersantai-santai diteras. Penutur merupakan seorang Guru perempuan yang berusia 47 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 17 tahun. Penutur melihat mitra tutur yang sedang melewati samping teras, penutur mengajak mitra tutur untuk duduk diteras. Mitra tutur menolak ajakan dari penutur, dengan alasan masih ada yang akan dikerjaan.) Tuturan pada kode (G6) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi diteras pada siang hari, ketika penutur sedang bersantai-santai diteras. Penutur merupakan seorang Guru perempuan yang berusia 47 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 17 tahun. Penutur melihat mitra tutur yang sedang melewati samping teras, penutur mengajak mitra tutur untuk duduk diteras. Mitra tutur menolak ajakan dari penutur, dengan alasan masih ada yang akan dikerjaan. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (G6) termasuk dalam subkategori menolak. Hal ini dikarenakan, mitra

123 108 tutur bermaksud menolak ajakan dari penutur, dengan menyampaikan alasannya agar tidak menyinggung perasaan penutur. Pilihan kata pada tuturan kode (G6) menggunakan partikel dan kata fatis ya. Tuturan dengan kode (G6) merupakan basa-basi menolak, karena mitra tutur tidak langsung menyampaikan penolakannya secara langsung, tetapi mitra tutur menolak secara halus dengan menyampaikan alasannya. Selain menjaga perasaan penutur, mitra tutur juga bermaksud menunjukkan rasa kesopansantunannya terhadap penutur. Mitra tutur bermaksud menunjukkan kesopansantunanya terhadap penutur, karena penutur merupakan Ibu dari mitra tutur. Untuk itulah tuturan mitra tutur yang berbunyi: Haha sebentar Bu, aku masih ada kerjaan ini. Nanti saja ya Bu? merupakan wujud basa-basi penolakan mitra tutur untuk menolak ajakan dari penutur secara halus dengan menunjukkan kesopansatunannya terhadap penutur. Hal ini sejalan dengan teori Malinowski (1923:315) yang mengatakan basa-basi digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi Selamat Basa-basi selamat merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

124 109 Wujud basa-basi tuturan (H1) Cuplikan tuturan (H1) PT : Dian, selamat ya dapat juara satu. Tetap harus rajin belajar lho! MT : Makasih ya Bu, dapat hadiah ndak? PT : Dapat, besok kalau Ibu udah gajian. (Konteks: Penutur merupakan seorang Guru Laki-laki yang berumur 34 tahun. Mitra tutur merupakan seorang anak Laki-laki yang berumur 9 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga ketika mitra tutur sedang menonton tv, dan penutur menghampiri mitra. Penutur memberi selamat kepada mitra tutur, dan mitra tutur meresponnya.) Tuturan dengan kode (H1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga. Tuturan terjadi ketika mitra tutur sedang menonton tv, dan penutur menghampiri mitra tutur. Penutur merupakan seorang Guru Laki-laki yang berumur 34 tahun. Mitra tutur merupakan seorang anak Laki-laki yang berumur 9 tahun. penutur memberi selamat kepada mitra tutur, dan mitra tutur meresponsnya. Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan dengan kode (H1) termasuk dalam subkategori selamat. Pilihan kata pada tuturan kode (H1) menggunakan partikel dan kata fatis ya. Tuturan tersebut merupakan wujud basa-basi, karena penutur memberikan selamat kepada mitra tutur yang mendapat juara satu. Selain memberi salam, penutur juga memberikan semangat kepada mitra tutur. Untuk itulah tuturan tersebut merupakan wujud basa-basi selamat. Wujud basa-basi pada tuturan kode (H1) terlihat pada kata Selamat yang merupakan salah satu syarat basa-basi mengucapkan selamat. Penutur juga

125 110 mengekspresikan rasa bahagia dan menyampaikan harapan pada mitra tutur. Tuturan pada kode (H1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur ingin memberi ucapan selamat kepada mitra tutur yang pada hari itu, mendapatkan juara satu dengan cara memberinya selamat dan semangat kepada mitra tutur agar dapat mempertahankan juara. Hal ini penutur lakukan agar mitra tutur merasa bahwa penutur merasa diperhatikan dengan memberikannya selamat dan dapat menjadikan hubungan keduanya semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Jadi, tuturan (H1) terlihat bahwa penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena mitra tutur mendapatkan juara satu. Wujud basa-basi tuturan (H2) Cuplikan tuturan (H2) PT : Wah, Bapak sukses menjadi Guru ni. Selamat lho muridnya lulus semua! MT : Duh, Ibu bisa aja. Alhamdulilah ya Bu. PT : Iya Pak, Alhamdulilah. Ibu ikut senang. (Instrumen:Kuesioner) (Kuisioner: Tuturan terjadi diruang keluarga, pada malam hari pada pukul WIB. Tuturan terjadi ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv, penutur memberikan ucapan selamat atas keberhasilan mitra tutur. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur) Tuturan pada kode (H2) tersebut merupakan data basa-basi yang diperoleh melalui kuesioner sebagai instrument penelitian ini. Dalam kuesioner tersebut, peneliti merancang sebuah situasi agar dapat memancing objek penelitian untuk mengucapkan atau mengisi kuesioner dengan basa-basi yang relevan dengan

126 111 konteksnya. Tuturan terjadi antara penutur (merupakan seorang Ibu rumah tangga yang berusia 44 tahun). Mitra tutur (merupakan seorang Guru Laki-laki yang berusia 46 tahun). Penutur memberi selamat kepada mitra tutur, karena muridnya lulus semua. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan kode (H2) termasuk dalam subkategori selamat. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur memberikan memberikan pujian atas keberhasilan mitra tutur dengan memberinya ucapan selamat karena murid mitra tutur lulus semua. Pilihan kata pada tuturan kode (H2) menggunakan partikel dan kata fatis lho. Wujud basa-basi pada tuturan kode (H2) terlihat pada kata Selamat yang merupakan salah satu syarat basa-basi mengucapkan selamat. Penutur juga mengekspresikan rasa bangganya dengan memberi pujian kepada mitra tutur wah, Bapak sukses menjadi Guru ini. Tuturan dengan kode (H2) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur ingin memberikan pujian terhadap keberhasilan mitra tutur dengan cara memberinya selamat. Hal ini penutur lakukan agar mitra tutur merasa bahwa penutur merasa bangga atas keberhasilan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Jadi, tuturan pada kode (H2) terlihat bahwa penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena mitra tutur sukses mengajar muridnya, hingga lulus semua.

127 112 Wujud basa-basi tuturan (H3) Cuplikan tuturan (H3) PT: Ibu memang pantas mendapat jabatan ini, semoga jabatan bari ini dapat memberikan berkah untuk orang banyak ya Bu.. MT : Ya Pak, terima kasih (Instrumen: Kuesioner) (Konteks: Tuturan terjadi diruang keluarga, pada sore hari pukul WIB. Penutur memberi selemat kepada mitra tutur atas jabatan barunya, mitra tutur merespon tuturan dari penutur.) Tuturan pada kode (H3) tersebut merupakan data basa-basi yang diperoleh melalui kuesioner sebagai instrument penelitian ini. Dalam kuesioner tersebut, peneliti merancang sebuah situasi agar dapat memancing objek penelitian untuk mengucapkan atau mengisi kuesioner dengan basa-basi yang relevan dengan konteksnya. Tuturan terjadi antara penutur (merupakan seorang istri dari mitra tutur), dan mitra tutur (merupakan seorang Guru yang berjenis kelamin laki-laki yang berusia 49 tahun). Penutur memberi selamat kepada mitra tutur karena mendapat jabatan baru, mitra tutur merespons tuturan dari penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan pada kode (H3) termasuk dalam subkategori selamat. Hal ini dikarenakan, penutur memberi selamat kepada mitra tutur yang mendapat jabatan baru. Wujud basa-basi pada tuturan kode (H3) terlihat pada kata Selamat yang merupakan salah satu syarat basa-basi mengucapkan selamat. Selain itu, pada tuturan kode (H3) penutur tidak semata-mata hanya ingin mengucapkan selamat kepada mitra tutur, tetapi

128 113 penutur bermaksud mengharapkan perubahan yang positif atas jabatan baru dari mitra tutur. Tuturan pada kode (H3) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Wujud basa-basi tuturan (H4) Cuplikan tuturan (H4) PT: Ibu tidur dulu ya Nak, selamat belajar! MT : Terima kasih ya Bu, selamat tidur. PT: Ya, Nak. (Konteks : Tuturan terjadi di ruang belajar pada malam hari, tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur merupakan seorang Guru SMA berjenis kelamin perempuan, yang berusia 56 tahun. Sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki dari penutur yang berusia 10 tahun. Penutur menghampiri mitra tutur yang sedang belajar dan mengucapkan selamat belajar kepada mitra tutur, mitra tutur merespon tuturan dari penutur.) Tuturan pada kode (H4) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi diruang belajar pada malam hari, tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur merupakan seorang Guru SMA berjenis kelamin perempuan yang berusia 56 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki dari penutur yang berusia 10 tahun. Penutur menghampiri mitra tutur yang sedang belajar

129 114 dan mengucapkan selamat belajar kepada mitra tutur, mitra tutur merespon tuturan dari penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan pada kode (H4) termasuk dalam subkategori selamat. Hal ini dikarenakan, penutur bermaksud memberi semangat kepada mitra tutur yang sedang belajar. Pilihan kata pada tuturan kode (H4) menggunakan frase fatis ya. Tuturan kode (H4) tersebut merupakan basa-basi selamat, karena penutur bermaksud untuk menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Untuk itulah penutur mengucapkan tuturan tersebut sebagai wujud basa-basi selamat. Selain itu penutur juga bermaksud untuk memulai pembicaraan, hal ini sesuai dengan teori Harimurti Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Jadi tuturan kode (H4), penutur bermaksud menjaga hubungan yang baik dengan memberi semngat kepada mitra tutur yang sedang belajar. Wujud basa-basi tuturan (H5) Cuplikan tuturan (H5) PT: Pak, selamat ya, nilai siswanya tinggi-tinggi. Bapak sudah berhasil menjadi Guru Bahasa Indonesia yang hebat, harus dipertahankan dan ditingkatkan lho Pak. MT: Puji Tuhan, makasih ya Bu. (Konteks: Tuturan terjadi di ruang keluarga pada sore hari, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur merupakan seorang Ibu rumah tangga yang berusia 47 tahun, sedangkan penutur merupakan seorang Guru SMP yang berusia 49 tahun. Penutur

130 115 mengucapkan selamat dan memberi pujian kepada mitra tutur karena siswanya mendapat nilai yang bagus. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur.) Tuturan pada kode (H5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada sore hari, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur merupakan seorang Ibu rumah tangga yang berusia 47 tahun, sedangkan penutur merupakan seorang Guru SMP yang berusia 49 tahun. Penutur mengucapkan selamat dan memberi pujian kepada mitra tutur karena siswanya mendapat nilai yang bagus. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan pada kode (H5) termasuk dalam subkategori selamat. Hal ini dikarenakan penutur tidak hanya sekedar mengucapkan selamat. Tetapi, penutur juga memuji dan memberi motivasi kepada mitra tutur untuk menjaga hubungan yang baik kepada mitra tutur. Selain menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur, penutur juga memulai pembicaraan tersebut. Pilihan kata pada tuturan kode (H5) menggunakan partikel dan kata fatis lho. Jadi tuturan kode (H5) tersebut merupakan basa-basi selamat, karena penutur mencoba memulai pembicaraan dan mengucapkan selamat kepada mitra tutur dengan memiji mitra tutur untuk menjaga hubungan yang baik.

131 Maksud Basa-basi Setiap ada tuturan, pasti terdapat maksud yang ingin disampaikan. Rahardi (2003:16-17) memaparkan bahwa ilmu bahasa Pragmatik sesungguhnya mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan sosial-budaya tertentu. Artinya pragmatik mengkaji makna satuan lingual tertentu secara eksternal. Dalam pembahasan ini, peneliti juga akan mendeskripsikan maksud dari tuturan basa-basi yang diutarakan oleh penutur dan mitra tutur. Peneliti juga menggunakan partikel fatis (ah, ayo, deh, dong, ding, hallo, kan, kek, kok, -lah, lho, mari, nah, dan ya) yang dikemukakan oleh Harimurti Kridalaksana (1986:111) untuk mempretegas dan mengukuhkan maksud yang ingin disampaikan oleh peserta komunikasi melalui tuturan basa-basinya. Berikut ini merupakan pembahasan mengenai maksud tuturan basa-basi antar anggota keluarga pendidik di desa Kalirejo, Kulon Progo berdasarkan kategori Acknowledgements Maksud basa-basi Subkategori Salam. Basa-basi salam yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena bertemu seseorang. Secara tidak langsung, basa-basi salam yang dituturkan oleh seseorang memiliki maksud juga memiliki maksud mempengaruhi lawan bicaranya agar memiliki rasa gembira pula. Berikut ini merupakan basa-basi salam yang diucapkan anggota keluarga pendidik, di desa Kalirejo, Kulon Progo.

132 117 Cuplikan Tuturan A2: P : Halo Adik, sudah makan belum ya? MT: Sudah tadi Bu. (Konteks : Penutur merupakan seorang guru SD berjenis kelamin perempuan berusia 35 tahun, Mitra tutur adalah seorang anak perempuan, berusia 10 tahun. Suasana tuturan terjadi dalam keadaan santai. Tuturan terjadi di dapur, ketika penutur sedang mencuci piring dan mitra tutur mengambil snack di kulkas. Tuturan terjadi pada pukul WIB). Tuturan terjadi pada waktu siang hari di dapur. penutur merupakan seorang Guru SD, berjenis kelamin perempuan dan berusia 35 tahun. Sedangkan mitra tutur adalah seorang anak perempuan yang berusia 10 tahun. Tuturan percakapan tersebut terjadi dalam suasana santai, penutur bermaksud menyapa mitra tutur yang baru saja memasuki ruang dapur untuk mengambil snack di kulkas. Maksud tuturan penutur melalui basa-basi itu sendiri adalah, penutur ingin menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur yang tidak lain adalah anak perempuan dari penutur. Penutur menyapa dan bertanya kepada mitra tutur sebagai bentuk basa-basi, untuk menjaga keakraban diantara keduanya. Intonasi yang digunakan pada tuturan tersebut adalah intonasi tanya, tekanan sedang dan pilihan kata pada tuturan tersebut menggunakan partikel dan kata fatis ya. Penggunaan nada tersebut menunjukkan ekspresi senang penutur terhadap mitra tutur, nada tuturan yang itu menunjukkan suasana hati penutur yang merasa senang karena bertemu dengan mitra tutur. Hal tersebut sejalan dengan Pranowo (2009:77) bahwa nada bicara penutur selalu berkaitan dengan suasana hati penuturnya. Oleh karena itu tuturan basa-basi dapat di kategorikan salam bila tuturan tersebut mengandung maksud untuk menunjukkan keramahtamahan.

133 118 Cuplikan Tuturan A3 P : Halo Ibu, wah Ibu cantik sekali hari ini ya! MT : Makasih Fajar, ada apa ini kok tumben ke kamar Ibu? P : Mau minta uang dong Bu, Rp buat main PS MT : Owalah, ya ini uangnya. P : Makasih Bu. (Konteks: Suatu hari, anda akan meminta uang kepada Ibu anda, uang tersebut akan anda gunakan untuk bermain PS. Basa-basi seperti apa yang anda gunakan untuk memulai percakapan terhadap Ibu anda tersebut?) Penutur merupakan seorang anak laki-laki yang berusia 9 tahun dan mitra tutur merupakan Guru SMA yang berjenis kelamin perempuan berusia 43 tahun. Penutur melihat mitra tutur yang sedang merias wajah di kamar, sehingga penutur menyapa mitra tutur dengan menghampirinya di kamar. Penutur bermaksud meminta uang kepada mitra tutur. Pada tuturan tersebut, penutur bermaksud menarik perhatian mitra tutur. Penutur menyapa dan memuji mitra tutur sebagai bentuk basa-basi, sebelum penutur mengutakan permintaannya kepada mitra tutur. Intonasi yang digunakan pada tuturan tersebut menggunakan intonasi seru, nada tutur tinggi dan tekanan sedang. Pilihan kata pada tuturan tersebut menggunakan partikel dan kata fatis ya. Cuplikan tuturan A4 P: Hallo Buk.. wah kok serius tenan nonton tv ne. MT : Iya, piyé Pak. (Iya, ada apa Pak?)

134 119 P : Kasur arep dinehke ngendi? Iki rep udan. (Kasur nya ditaruh mana? Ini mau hujan) MT : Dinehke ruang tengah wae Pak. (Konteks : Tuturan terjadi di ruang keluarga ketika mitra tutur sedang menonton tv. penutur bermaksud memberi salam kepada mitra tutur dan ingin bertanya kepada mitra tutur.) Tuturan tersebut terjadi pada siang hari di ruang keluarga. Penutur merupakan seorang Guru SMP, berjenis kelamin laki-laki yang berusia 52 tahun dan mitra tutur adalah istri dari penutur yang berusia 50 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur menyapa mitra tutur untuk memulai pembicaraan. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (A4) termasuk dalam subkategori salam. Hal tersebut dikarenakan tuturan penutur digunakan untuk memulai pembicaraan. Selain itu, tuturan (A4) termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan tersebut digunakan oleh penutur untuk memulai pembicaraan. Pada waktu itu penutur hendak mengangkat jemuran kasur, dan penutur hendak bertanya kepada mitra tutur bahwa kasurnya akan diletakkan dimana. Penutur lalu menghampiri mitra tutur yang sedang menonton tv dengan memberi salam Hallo Buk.. wah kok serius tenan nonton tv ne. Tuturan (A4) digunakan penutur untuk memulai pembicaraan, sebelum penutur mengutarakan maksud pertanyaannya. Intonasi yang digunakan pada tuturan tersebut adalah intonasi tanya, nada tutur sedang, tekanan sedang dan pilihan kata menggunakan partikel dan kata fatis kok.

135 120 Cuplikan tuturan A5 P : Hei Adik, kok masih sakit sudah mau main? MT : Iya, Pak bosan dirumah. (Konteks: Tuturan terjadi di teras rumah, ketika penutur sedang membaca koran dan mitra tutur akan pergi bermain. Penutur merupakan seorang Guru SMA, yang berjenis kelamin perempuan berusia 39 tahun. Sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki dari penutur yang berusia 9 tahun. Penutur menyapa mitra tutur yang akan pergi bermain, mitra tutur merespons tuturan dari penutur dengan menjawab pertanyaan penutur.) Tuturan tersebut terjadi pada sore hari, ketika penutur sedang membaca koran dan melihat mitra tutur melewati teras untuk pergi bermain. Penutur merupakan seorang Guru SMA, yang berjenis kelamin perempuan berusia 39 tahun. Sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki dari penutur yang berusia 9 tahun. Penutur menyapa dan bertanya kepada mitra tutur, dan mitra tutur merespons tuturan dari penutur. Tuturan (A5) mempunyai maksud bahwa penutur ingin menunjukkan keakraban terhadap mitra tutur yang tidak lain adalah anak dari penutur. Pada waktu itu penutur sedang membaca koran diteras, sedangkan mitra tutur akan pergi bermain. Penutur melihat mitra tutur yang sedang melewati samping teras, kemudian penutur menyapa mitra tutur, dan bertanya kepada mitra tutur Hei Adik, kok masih sakit sudah mau main?. Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut merupakan basa-basi salam, karena penutur tidak melerai mitra tutur yang akan pergi bermain. Penutur hanya bermaksud menunjukkan keakraban dengan menyapa dan bertanya kepada mitra tutur, sebagai wujud basa-basi salam. Pilihan kata pada tuturan (A5) menggunakan partikel dan kata fatis kok

136 Maksud basa-basi Subkategori Menerima Basa-basi menerima yaitu fungsi tuturan untuk menerima (menghargai) basa-basi dari lawan tutur. Berdasarkan hal ini, seseorang dapat menuturkan sebuah ungkapan atau basa-basi yang bermaksud menanggapi, menerima, atau bahkan menghargai tuturan orang lain. Tentunya maksud dari basa-basi ini dipengaruhi oleh konteks dan niat pribadi dari si pengucapnya. Berikut ini merupakan maksud basa-basi menerima yang diucapkan oleh anggota keluarga pendidik di desa Kalirejo, Kulon Progo. Tuturan B1 PT: Bu, sisuk Bapak ora langsung mulih. Soale ana rapat ulang tahun Sekolah, ndak papa ta? (Bu, besok Bapak tidak langsung pulang. Soalnya ada rapat ulang tahun Sekolah, tadak apa-apa kan?) MT : Ya Pak, ora papa. Dirampungke sik (Ya Pak, tidak apa-apa. Diselesaikan dulu) PT : Iya Bu ( Iya Bu ) (Instrumen:Kuesioner) (Konteks :Tuturan terjadi di ruang keluarga, pada malam hari. Tuturan terjadi ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur merupakan seorang Guru SMA berjenis kelamin laki-laki yang berusia 49 tahun, sedangkan mitra tutur adalah istri dari penutur yang berusia 47 tahun.) Tuturan pada kode (B1) ini terjadi antara penutur dan mitra tutur, penutur merupakan seorang Guru SMP yang berusia 49 tahun, mitra tutur adalah istri dari penutur yang berusia 46 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai ketika penutur menghampiri dan meminta izin kepada mitra tutur yang sedang membaca majalah di

137 122 ruang keluarga. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur, dengan maksud ingin menunjukkan hubungan yang baik dengan memaklumi pekerjaan penutur, selain itu tuturan tersebut juga bertujuan untuk mengawali sebuah pembicaraan. Selanjutnya, mengenai tekanan dan intonasi dapat diuraikan sebagai berikut. Intonasi dalam tuturan tersebut adalah berita, nada tutur yang digunakan rendah dengan tekanan sedang. Pilihan Kata: menggunakan partikel dan kata fatis Ya. Muslich (2008:113) mengatakan tidak semua kata dalam kalimat ditekankan sama, hanya kata-kata yang dianggap penting atau dipentingkan yang mendapatkan tekanan. Tuturan B2 PT : Pak, hari ini Ibu ndak masak lho, gas nya habis. Tadi mau beli diwarung gak ada. MT : Halah, santai aja Bu, tadi kan Bapak udah makan di kantin Sekolah. PT : Ya udah, nanti sore beli nasi goreng di Wates ya Pak. MT : Ya Bu siap. (Instrumen:Kuesioner) (Konteks : Tuturan terjadi pada siang hari, pada pukul WIB di dapur. Tuturan terjadi ketika penutur berpapasan dengan mitra tutur. Penutur mengatakan kepada mitra tutur, bahwa hari ini tidak masak Tuturan terjadi antara penutur (merupakan istri dari mitra tutur yang berusia 45 tahun), sedangkan mitra tutur (adalah seorang Guru SMP yang berusia 50 tahun). Penutur mengatakan kepada mitra tutur, bahwa hari ini tidak masak. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur dengan mengatakan bahwa tadi sudah makan. Mitra tutur bermaksud memaklumi keadaan dan memberi penjelasan bahwa mitra tutur sudah makan. Mitra tutur memberikan kelegaan hati kepada penutur, agar penutur

138 123 tidak merasa bersalah karena belum memasak. Tuturan yang berbunyi: Halah santai aja Bu, tadi kan Bapak udah makan di kantin Sekolah merupakan wujud basa-basi menerima yang disampaikan mitra tutur untuk penutur sebagai ungkapan bahwa mitra tutur memaklumi keadaan dan mencoba menenangkan hati penutur. Intonasi berita, nada tutur : rendah, tekanan : sedang. Pilihan kata: menggunakan partikel dan kata fatis kan dan ya. Cuplikan tuturan (B3) PT : Pak, besok aku ada acara reunian di PEMKAB Bantul. Tapi aku ndak tau jalannya, besok diantar ya Pak? MT : Insya Allah ya Dek, besok Bapak antar! PT : Makasih ya Pak (Konteks : Tuturan terjadi di ruang keluarga, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Mitra tutur adalah seorang Guru SMA, berjenis kelamin laki-laki yang berusia 43 tahun. Penutur adalah anak perempuan mitra tutur yang berjenis kelamin perempuan, berusia 17 tahun.) Tuturan terjadi di ruang keluarga pada sore hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang anak perempuan mitra tutur yang berjenis kelamin perempuan, berusia 17 tahun. Suasana terjadi dalam situasi santai di ruang keluarga, penutur dan mitra tutur sedang menonton tayangan televisi. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk diantarkan ke Bantul. Pada tuturan kode (B3) tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Kesanggupan yang dilontarkan oleh penutur tersebut bermaksud ingin memberikan kelegaan hati kepada mitra tutur.

139 124 Intonasi yang digunakan pada tuturan tersebut adalah intonasi seru, nada tuturan sedang dan tekanan sedang. Pilihan kata : menggunakan frase fatis Insya Allah. Cuplikan tuturan (B4) PT : Buk, pulpen nya tak taruh meja ya, tapi maaf kayaknya udah habis. MT : Halah sante aja ta Nduk, wang dari kemarin ya tintanya tinggal sedikit kok! (Konteks: Penutur merupakan seorang anak perempuan, berumur 17 tahun, mitra tutur merupakan seorang Guru perempuan berumur 43 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, di ruang keluarga pada saat mitra tutur sedang menonton tv dan penutur menghampirinya. Penutur bermaksud meminta maaf kepada Mitra tutur karena sudah menghabiskan tinta pulpen, mitra tutur menerima dan meyakinkan penutur agar tidak merasa bersalah.) Tuturan terjadi di ruang keluarga pada saat mitra tutur sedang menonton tv dan penutur menghampirinya. Tuturan terjadi pada pukul WIB. Penutur merupakan anak perempuan dari mitra tutur yang berjenis kelamin perempuan berusia 17 tahun. Mitra tutur adalah Guru SMP yang berjenis kelamin perempuan berusia 43 tahun. Penutur bermaksud mengembalikan dan meminta maaf kepada mitra tutur karena pulpennya habis. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur, dengan meyakinkan penutur agar tidak merasa bersalah. Tuturan yang mengatakan: Halah sante aja ta Nduk, wang dari kemarin ya tintanya tinggal sedikit kok!, merupakan tuturan yang menjaga kelegaan hati dan perasaan dari penutur. Intonasi yang digunakan pada tuturan tersebut adalah berita, nada tutur: rendah dan tekanan : sedang. Pilihan kata: menggunakan partikel dan frasa fatis kok.

140 125 Cuplikan tuturan (B5) PT : Pak, mangkeh adek tumbaske pulsa ya? (Pak, nanti adek dibeliin pulsa ya?) MT : La wingi bar tumbas ta dek? (La kemarin habis beli kan dek) PT : Nggeh Pak, niki kangge perpanjang paketan internet. (Iya Pak, ini untuk perpanjang peketan internet ) MT : Ya, engko tak tuku dek (Ya..nanti beli Dek) PT : Matur nuwun Pak. (Terimakasih Pak) MT : Ya. (Konteks:Penutur merupakan anak perempuan, berumur 16 Tahun. Mitra tutur merupakan seorang Guru Laki-laki, bermumur 47 Tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, di ruang tengah, ketika Mitra tutur akan pergi mengajar ( lest) dan mitra tutur menghampiri penutur untuk dibelikan pulsa. Tuturan terjadi sekitar pukul WIB.) Tuturan tersebut terjadi di ruang tengah, ketika mitra tutur akan berangkat mengajar dan penutur menghampiri mitra tutur untuk meminta tolong dibelikan pulsa. Penutur merupakan anak perempuan mitra tutur yang berusia 16 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SD yang berjenis kelamin laki-laki berusia 46 tahun. Tuturan yang disampaikan mitra tutur tersebut mempunyai maksud memberi penegasan pada tuturannya. Pilihan kata pada tuturan kode (B5) menggunakan partikel dan kata fatis Ya. Kalimat yang mengatakan nanti tak beli penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengikihkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara.

141 Maksud basa-basi Subkategori Meminta maaf Basa-basi meminta maaf, yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan penyesalan atas peristiwa yang terjadi pada diri sendiri. Berikut ini merupakan maksud basa-basi meminta maaf yang diucapkan oleh anggota keluarga pendidik di desa Kalirejo, Kulon Progo. Cuplikan tuturan C1 PT : Rin, nanti kalau kamu berangkat Sekolah, Ibu titip sesuatu buat Bu Endah ya? MT : Nitip apa Bu? PT : Kemarin pas Ibu ke Bandung Bu Endah titip kaos MT : Oh, oke Bu PT : Maaf ya Nduk, jadi ngrepotin! Ayo pergi, nanti terlambat MT : Santai aja Bu. (Konteks : Tuturan terjadi di ruang tengah, tuturan terjadi dalam situasi santai, ketika Mitra tutur dan Penutur sedang menyiapkan diri untuk ke Sekolah. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur, dan mitra tutur meresponnya. Penutur merupakan seorang Guru SMP, berjenis kelamin perempuan yang berusia 48 tahun. Mitra tutur merupakan anak dari penutur yang berusia 14 tahun.) Tuturan terjadi di ruang tengah, ketika penutur dan mitra tutur sedang mempersiapkan diri untuk ke sekolah. Penutur merupakan seorang Guru SMP yang berusia 48 tahun, sedangkan mitra tutur merupakan anak dari penutur yang berusia 14 tahun. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk membawakan kaos untuk diberikan ke teman penutur, mitra tutur merespons permintaan dari penutur dengan bersedia membawakan kaos tersebut untuk diserahkan kepada teman penutur.

142 127 Penutur bermaksud menyampaikan rasa segannya kepada mitra tutur karena telah merepotkan mitra tutur, selain itu penutur bermaksud menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Intonasi : berita, nada tutur: rendah dan tekanan: sedang. Pilihan kata: menggunakan partikel dan kata fatis Ayo. Cuplikan tuturan C2 PT : Anapa ta Bu, kok kaya bingung? (Ada apa Bu, kok kayaknya bingung) MT : Iki lho Pak, meh ngerjakke tugas, tapi meja ne kebak dolanan e Fajar. lho Pak, mau ngerjain tugas, tapi di meja penuh mainannya Fajar) ( Ini PT : Yawes, kene tak rewangi ngresiki ( Yasudah, sini aku bantu bersihin) MT : Oke deh, maaf ya Pak ngrepoti! (Oke deh, maaf ya Pak merepotkan.) PT : Iya Bu. (Konteks: Penutur merupakan seorang Laki-laki berumur 47 Tahun. Mitra tutur merupakan seorang Guru perempuan, berusia 45 Tahun. Tuturan terjadi pada sore hari dalam situasi santai, di ruang keluarga, tepatnya dimeja kerja. Mitra tutur kebingungan, ketika akan mengerjakan tugas, karena di atas meja terdapat banyak mainan. Penutur memperhatikan mitra tutur, dan menawarkan bantuan. Mitra tutur meresponnya.) Tuturan terjadi pada sore hari dalam situasi santai, di ruang keluarga, tepatnya dimeja kerja. Mitra tutur kebingungan, ketika akan mengerjakan tugas, karena di atas meja terdapat banyak mainan. Penutur memperhatikan mitra tutur, dan menawarkan bantuan. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur. Mitra tutur bermasud berterima kasih kepada penutur, karena telah membantu mitra tutur membereskan meja yang penuh mainan, sehingga mitra tutur merasa tidak enak hati karena merepotkan penutur atas bantuan yang telah dilakukannya. Intonasi yang digunakan pada tuturan

143 128 tersebut :berita, nada tutur: rendah dan tekanan: sedang. Pilihan kata: menggunakan partikel dan kata fatis deh. Cuplikan tuturan (C3) PT : Dian, Ibu tadi dikasih tau Pak Minto, kalau nilai ulangan Matematika mu jelek. MT : Waduh, iya Bu. Maafin Dian ya, Insya Allah Dian akan belajar lebih giat lagi PT : Makanya belajar, jangan main terus. (Konteks: Penutur merupakan seorang Guru perempuan, berusia 37 Tahun. Mitra tutur merupakan seorang anak Laki-laki berusia 9 Tahun. Tuturan terjadi pada sore hari, sekitar pukul WIB. Tuturan berlangsung di ruang keluarga, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv.) Penutur merupakan seorang Guru perempuan, berusia 37 Tahun. Mitra tutur merupakan seorang anak yang berusia 9 Tahun. Tuturan terjadi pada sore hari, sekitar pukul WIB. Tuturan berlangsung di ruang keluarga, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur memberitahu mitra tutur jika nilai ulangan matematikanya jelek dan mitra tutur merasa bersalah dan berjanji akan lebih giat belajar lagi. Mitra tutur bermaksud meminta maaf kepada penutur dengan berjanji akan belajar lebih giat lagi. Kalimat yang disampaikan mitra tutur Waduh, iya Bu. Maafin Dian ya, Insya Allah Dian akan belajar lebih giat lagi!, tidak hanya semata-mata meminta maaf, tetapi mitra tutur juga memberikan janji kepada penutur kalau akan belajar lebih giat lagi. Untuk itulah tuturan kode (C3) merupakan basa-basi meminta maaf. Pilihan kata pada tuturan kode (C3) menggunakan frase fatis Insya Allah.

144 129 Tuturan pada kode (C3) tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur menyampaikan rasa penyesalannya kepada mitra tutur dengan berjanji akan lebih giat belajar lagi. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Cuplikan tuturan (C4) PT : Buk, lagi masak ya? MT : Oh, iya.. ini Ibu lagi masak, ada apa Nduk? PT : Wah kayaknya masakannya enak ini. Tapi maaf Bu, adek diantar dulu dong Bu. Mau pramuka MT : Ya, sebentar ya Nduk. (Konteks : Tuturan terjadi di dapur pada sore hari, ketika Penutur sedang memasak dan mitra tutur akan berangkat pramuka. Penutur adalah seorang anak perempuan mitra tutur yang berusia 14 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SD yang berusia 38 tahun. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk diantar pramuka, dan mitra tutur meresponnya) Tuturan terjadi pada sore hari, ketika penutur sedang memasak dan mitra tutur akan berangkat pramuka. Penutur adalah seorang anak perempuan mitra tutur yang berusia 14 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SD yang berusia 38 tahun. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk diantar pramuka, dan mitra tutur merespons tuturan dari penutur. Penutur tidak langsung menyampaikan maksud tujuannya untuk meminta tolong kepada mitra tutur. Tuturan yang disampaikan oleh penutur merupakan basa-basi meminta maaf, penutur bermaksud menyela aktivitas mitra tutur dan ingin meminta

145 130 tolong kepada mitra tutur. Pilihan kata pada kode (C4) menggunakan partikel dan kata fatis dong. Kalimat yang diucapkan penutur: Wah kayaknya masakannya enak ini. Tapi maaf Bu, adek diantar dulu dong Bu. Mau pramuka! penutur tidak langsung menyampaikan maksud dan tujuannya, tetapi penutur malah meminta maaf terlebih dahulu. Untuk itulah tuturan pada kode (C4) merupakan basa-basi meminta maaf. Tuturan kode (C4) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur ingin menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur, untuk itulah sebelum menyampaikan maksud dan tujuannya, penutur meminta maaf kepada mitra tutur sebagai wujud basa-basi meminta maaf Maksud basa-basi Subkategori Mengundang Basa-basi mengundang, yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan harapan baik, ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang akan terjadi. Basa-basi mengundang yang dituturkan oleh seseorang memiliki maksud menawarkan, mengajak atau bahkan mempengaruhi orang lain. Berikut ini merupakan tuturan basa-basi yang diucapkan oleh anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo. Tuturan D1 PT : Pak, lagi sibuk ndak? MT : Ndak Dek, gimana? PT : Nah daripada bingung mau ngapain, mending bantuin aku benerin print Pak!.

146 131 MT : Ya sebentar ya, tak cuci tangan dulu. Soalnya tadi habis ngasih makan ayam. PT : Ya, Pak. (Konteks : Tuturan terjadi di ruang keluarga pada sore hari, ketika penutur akan memperbaiki print dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur adalah seorang anak lakilaki mitra tutur yang berusia 17 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SMP yang berusia 47 tahun. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk memperbaiki print, mitra tutur merespon permintaan dari penutur.) Tuturan terjadi pada sore hari, ketika penutur akan memperbaiki print dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur adalah seorang anak laki-laki mitra tutur yang berusia 17 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SMP yang berusia 47 tahun. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk memperbaiki print, mitra tutur merespons permintaan dari penutur. Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur tidak langsung menyampaikan maksud dan tujuannya untuk meminta tolong kepada mitra tutur. Penutur mencoba menarik perhatian mitra tutur untuk membantu penutur memperbaiki print.tuturan tersebut penutur bermaksud memulai pembicaraan dengan mitra tutur. Intonasi: berita, nada tutur: sedang, dan tekanan: sedang. Pilihan kata: menggunakan partikel dan kata fatis Nah. Tuturan D2 PT : Pak, sini ikut gabung. Seru deh main PS! MT : Bapak masih banyak kerjaan e le, masih banyak koreksian PT : Yah, yasudah lah (Instrumen: Kuesioner) (Konteks: Tuturan terjadi pada malam hari pada pukul; WIB. Tuturan berlangsung diruang keluarga dalam situasi santai. Penutur mengajak mitra tutur untuk bermain PS, mitra tutur merespon tuturan dari penutur dengan menjawab ajakan dari penutur.)

147 132 Tuturan pada kode (D2) ini terjadi antara penutur (seorang anak Laki-laki, yang berusia 10 tahun). Mitra tutur (merupakan seorang Guru SMA berjenis kelamin laki-laki, berusia 37 tahun). Penutur meminta mitra tutur untuk ikut bergabung bermain PS. Penutur bermaksud untuk mempengaruhi mitra tutur agar tertarik untuk bermain PS. Pilihan kata pada tuturan kode (D2) menggunakan partikel dan kata fatis deh. Maksud dari tuturan tersebut adalah penutur meminta mitra tutur untuk ikut bergabung bermain PS. Penutur mencoba mempengaruhi mitra tutur agar tertarik untuk bermain PS. Cuplikan tuturan (D4) PT : Ibu mau kemana? MT : Mau ke gereja ada rapat, ayo ikut! PT : Ndak lah Bu, males aku. (Konteks :Tuturan terjadi diruang tengah pada sore hari, ketika Penutur sedang membaca buku dan mitra tutur sedang keluar dari kamar. Penutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 10 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SD yang berjenis kelamin perempuan, berusia 38 tahun. Mitra tutur bermaksud mengajak penutur untuk kegereja, tetapi penutur menolaknya.) Tuturan terjadi pada sore hari, ketika penutur sedang membaca buku dan mitra tutur sedang keluar dari kamar. Penutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 10 tahun, sedangkan mitra tutur adalah seorang Guru SD yang berjenis kelamin perempuan, berusia 38 tahun. Mitra tutur bermaksud mengajak penutur untuk kegereja, tetapi penutur menolaknya. Mitra tutur bermaksud menjawab pertanyaan dari penutur, dan mitra tutur tidak sungguh-sungguh mengajak penutur untuk pergi kepasar. Pilihan kata pada tuturan kode (D4) menggunakan partikel dan kata fatis ayo. Tuturan yang disampaiakan

148 133 mitra tutur Mau ke gereja ada rapat, ayo ikut! tersebut merupakan basa-basi mengundang, karena mitra tutur bermaksud menunjukkan keramahtamahannya kepada penutur yang tidak lain adalah anak dari mitra tutur. Hal ini sesuai dengan teori Jakobson (1980) yang mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar lawan bicara tetap memperhatikan. Cuplikan tuturan (D5) PT : Dek, mari makan! MT : Nanti ya Bu, masih kenyang. (Konteks: Penutur merupakan seorang Guru perempuan, yang berusia 53 tahun. Mitra tutur merupakan anak laki-laki penutur yang berusia 15 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, berlangsung di meja makan. Penutur mengajak mitra tutur untuk makan bersama, mitra tutur merespon tuturan dari penutur dengan menolak ajakan penutur.) Tuturan terjadi dalam situasi santai, berlangsung di meja makan. Penutur merupakan seorang Guru perempuan, yang berusia 53 tahun dan, mitra tutur merupakan anak laki-laki penutur yang berusia 15 tahun. Penutur mengajak mitra tutur untuk makan bersama, mitra tutur merespon tuturan dari penutur dengan menolak ajakan penutur. Tuturan pada kode (D5) tersebut, penutur tidak sungguh-sungguh mengajak mitra tutur, tuturan ini hanya untuk menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Intonasi yang digunakan seru, nada tutur : sedang dan tekanan: sedang. Pilihan kata: menggunakan partikel dan kata fatis mari. Tuturan ini sesuai dengan teori Malinowski (1923:315) yang mengatakan basa-basi digunakan dalam suasana ramah

149 134 tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Jadi tuturan basa-basi (D5) dimaksudkan untuk menjaga hubungan yang baik, suasana yang baik dengan lawan tutur Maksud basa-basi Subkategori Berempati Basa-basi berempati, yaitu fingsi tuturan untuk mengekspresikan rasa empati terhadap orang lain, atas masalah atau situasi yang kurang baik. Berikut ini merupakan tuturan yang diucapkan oleh anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo. Cuplikan tuturan E1 PT : Kalau ada temenmu yang meledek, kamu harus sabar dong Dek! MT : Iya Bu, aku kesel sama temenku. PT : Makanya kamu latihan sabar ya! MT: Iya, Bu. (Instrumen :Kuesioner) (Konteks:Tuturan terjadi pada malam hari pada pukul WIB. Tuturan berlangsung ketika penutur dan mitra tutur sedang bersantai diruang keluarga) Tuturan dengan kode (E1) ini terjadi antara Penutur (seorang Guru perempuan, yang berusia 39 tahun). Dan mitra tutur (merupakan seorang anak Laki-laki yang berumur 8 tahun). Suatu ketika, mitra tutur sedang mendapat permasalahan dengan teman sekolahnya. Penutur menasehati mitra tutur, dan mitra tutur meresponsnya Penutur mencoba memberi nasehat kepada mitra tutur untuk bersabar jika ada yang meledek. Pilihan kata pada tuturan kode (E1) menggunakan partikel dan kata fatis. dong dan ya. Tuturan tersebut merupakan basa-basi berempati, karena penutur

150 135 menyampaikan rasa empatinya dengan menasehati mitra tutur, jika mitra tutur harus sabar jika sedang menghadapi masalah. Cuplikan tuturan E2 PT : Sudah lah Pak, jangan dipikir terlalu dalam, nanti pusing sendiri. Memang jadi orang bawahan ya seperti ini. Mau berbuat baik kek, buruk kek selalu salah dimata pemimpin. Yang penting Bapak sudah memberikan yang terbaik untuk sekolah kan? kerjaan bisa dicari lagi Pak!. (Instrumen : (Kuesioner) (Konteks : Tuturan berlangsung diruang keluarga, penutur menasehati dan menyemangati mitra tutur.) Tuturan dengan kode (E2) tersebut merupakan data basa-basi yang diperoleh melalui kuesioner, sebagai instrument penelitian ini. Dalam kuesioner tersebut, peneliti merancang sebuah situasi agar dapat memancing objek penelitian untuk mengucapkan atau mengisi kuesioner dengan basa-basi yang relevan dengan konteksnya. Tuturan terjadi antara penutur (seorang Ibu rumah tangga, yang berusia 42 tahun). Mitra tutur (seorang Guru Laki-laki yang berusia 43 tahun). Penutur bermaksud memberi semangat dan nasehat atas apa yang dialami mitra tutur. Penutur bermaksud memberi nasehat dan semangat kepada mitra tutur yang sedang mendapatkan masalah. Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut merupakan wujud empati terhadap mitra tutur. Cuplikan tuturan (E3) PT: Sudah Dek, kamu harus sabar jangan marah-marah terus. Mungkin bukunya hanya keselip. Coba dicari lagi pelan-pelan, jangan marah-marah saja ya!

151 136 (Instrumen: Kuesioner) (Konteks: Tuturan terjadi diruang keluarga, ketika mitra tutur sedang mencari bukunya yang hilang. Penutur menghampiri mitra tutur dan menasehatinya) Tuturan pada kode (E3) ini terjadi antara penutur (Guru SMA yang berusia 53 tahun), sedangkan mitra tutur (adalah anak laki-laki penutur yang berusia 10 tahun). Penutur bermaksud mencairkan suasana dengan menasehati mitra tutur. Pilihan kata pada tuturan kode (E3) menggunakan kata fatis ya. Tuturan penutur yang berbunyi: Sudah Dek, kamu harus sabar jangan marah-marah terus. Mungkin bukunya hanya keselip. Coba dicari lagi pelan-pelan, jangan marah-marah saja ya! merupakan tuturan yang bermaksud untuk menenangkan hati mitra tutur. Basa-basi tersebut menunjukkan bahwa penutur merasa perduli dengan mitra tutur, yang sedang bingung mencari bukunya. Jadi tuturan dengan kode (E3) merupakan tuturan basa-basi berempati, karena penutur hanya bermaksud untuk menenangkan mitra tutur dan ingin mencairkan suasana. Hal ini sejalan dengan teori Anwar(1984:46) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan sejemput kata-kata yang dipakai untuk sekedar memecahkan kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik.

152 Maksud basa-basi Subkategori Terima kasih Basa-basi terima kasih yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih karena mendapat bantuan. Jadi basa-basi terima kasih yang dituturkan oleh seseorang memiliki maksud membalas budi atas bantuan nyata yang sudah diberikan oleh orang lain. Berikut ini merupakan maksud basa-basi terima kasih yang diucapkan oleh anggota keluarga Pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo. Cuplikan tuturan F1 PT: Rin, tadi pagi kan Ibu gak sempet masakin sop kamu, itu sekarang udah Ibu masakin. MT : Yaampun Bu, kok repot-repot sih, makasih ya Bu PT : Iya, sana cepat makan, nanti keburu dingin MT : Siap Bu (Konteks: Penutur merupakan seorang Guru SMA, berjenis kelamin perempuan yang berusia 44 tahun. Mitra tutur merupakan seorang anak perempuan, yang berusia 15 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di dapur, ketika penutur baru selesai memasak dan mitra tutur baru pulang dari sekolah.) Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di dapur, ketika penutur baru selesai memasak dan mitra tutur baru pulang dari sekolah. Penutur merupakan seorang Guru SMA, berjenis kelamin perempuan yang berusia 44 tahun. Mitra tutur merupakan seorang anak perempuan, yang berusia 15 tahun. Mitra tutur bermaksud mengucapkan terima kasih kepada penutur karena telah memasakkan sop. Mitra tutur merasa tidak enak hati karena telah merepotkan penutur. Tuturan tersebut juga bermaksud bahwa mitra tutur menghargai usaha dari penutur yang bersedia membuatkan sop.

153 138 Cuplikan tuturan F2 PT : Weh, Dian, kok tumben siang-siang nyapu halaman. MT : Gak usah heran to Pak, ak kan emang rajin. Hehehe PT : Terimakasih lho Nduk, wah kalau setiap hari mau kayak gini bisa buat panutan adikmu dong! MT : Santai, Pak. (Konteks: Penutur merupakan seorang Guru Laki-laki yang berumur 47 tahun, mitra tutur merupakan seorang anak perempuan penutur, yang berusia 16 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, ketika mitra tutur sedang menyapu di halaman dan penutur sedang bersantai diteras. Penutur memuji mitra tutur yang rajin menyapu.) Tuturan terjadi dalam situasi santai, ketika mitra tutur sedang menyapu di halaman dan penutur sedang bersantai diteras. Penutur merupakan seorang Guru yang berumur 47 tahun, sedangkan mitra tutur merupakan seorang anak perempuan penutur, yang berusia 16 tahun. Penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasihnya dengan cara memuji mitra tutur. Penutur tidak langsung menyampaikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur, tetapi penutur memuji mitra tutur sebagai bentuk basa-basi. Intonasi yang digunakan: seru, nada tutur: tinggi dan tekanan: sedang. Pilihan kata: menggunakan partikel dan kata fatis dong. Cuplikan tuturan (F5) PT: Mron, ini bekalnya buat makan siang nanti dikampus. MT: Yaampun Bu, malah jadi ngrepotin Ibu dong. Padahal makan dikantin juga ndak papa, makasih ya Bu! PT: Ya sama-sama. (Konteks:Tuturan terjadi diruang tengah pada pagi hari, tuturan terjadi dalam situasi santai ketika penutur menghampiri mitra tutur yang akan berangkat kekampus.penutur merupakan seorang Guru TK yang berusia 50 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki

154 139 penutur yang berusia 22 tahun. Penutur menyerahkan bekal makanan untuk mitra tutur, mitra tutur menerima bekal tersebut dan berterima kasih kepada penutur.) Tuturan terjadi dalam situasi santai pada pagi hari, ketika penutur menghampiri mitra tutur yang akan berangkat kekampus. Penutur merupakan seorang Guru TK yang berusia 50 tahun, sedangkan mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 22 tahun. Penutur menyerahkan bekal makanan untuk mitra tutur, mitra tutur menerima bekal tersebut dan berterima kasih kepada penutur. Mitra tutur bermaksud menghargai kebaikan dari penutur, yang telah mempersiapkan bekal untuk mitra tutur. Pilihan kata pada tuturan kode (F5) menggunakan partikel dan kata fatis dong. Tuturan dari mitra tutur yang berbunyi: Yaampun Bu, malah jadi ngrepotin Ibu dong. Padahal makan dikantin juga ndak papa, makasih ya Bu! merupakan basa-basi terima kasih, selain mitra tutur menghargai kebaikan dari penutur, penutur juga menunjukkan rasa kesopansantunannya kepada penutur. Jadi tuturan dengan kode (F5) merupakan basa-basi terima kasih, karena mitra tutur bermaksud menghargai dan menunjukkan rasa kesopansantunannya terhadap penutur.

155 Maksud basa-basi Subkategori Menolak Basa-basi menolak, yaitu fungsi tuturan untuk menolak (melanggar) basa-basi dari mitra tutur. Berikut ini merupakan tuturan basa-basi menolak yang diucapkan oleh anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo. Tuturan G1 PT : Dik mau kemana, kok pagi-pagi dah rapi? MT : Mau senam pagi ini, mau ikut? PT : Ndak lah, males aku. Kamu aja kek yang pergi. (Konteks : Penutur merupakan seorang anak perempuan, yang berusia 16 tahun. Mitra tutur merupakan seorang Guru perempuan, yang berusia 48 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, di ruang keluarga. Penutur bertanya kepada mitra tutur, ketika mitra tutur sedang keluar dari kamar. Penutur menolak ajakan mitra tutur. ) Tuturan terjadi dalam situasi santai, di ruang keluarga. Penutur bertanya kepada mitra tutur, ketika mitra tutur sedang keluar dari kamar. Penutur merupakan seorang anak perempuan, yang berusia 16 tahun, sedangkan mitra tutur merupakan seorang Guru perempuan, yang berusia 48 tahun. Pada tuturan tersebut menunjukkan bahwa penutur menolak ajakan mitra tutur yang mengajaknya untuk makan malam. Tuturan penolakan yang disampaikan oleh penutur sebenarnya hanya untuk sopan santun kepada mitra tutur sehingga hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap erat. Intonasi yang digunakan: berita, nada tutur: sedang, dan tekanan : sedang. Pilihan kata: menggunakan partikel dan kata fatis kek.

156 141 Tuturan G2 PT : Pak, sini ikut gabung main PS, seru lho! MT : Bapak masih banyak kerjaan, tadi kan sudah dikasih tau, lain kali aja ya! PT : Yah, yasudah lah. (Konteks: Penutur merupakan seorang Ibu rumah tangga yang berusia 44 tahun. Mitra tutur merupakan seorang Guru Laki-laki yang berusia 46 tahun. Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga. Penutur mengajak mitra tutur untuk bermain PS, mitra tutur menolak ajakan dari penutur. ) Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga. Penutur merupakan seorang Ibu rumah tangga yang berusia 44 tahun, sedangkan mitra tutur merupakan seorang Guru yang berusia 46 tahun. Penutur mengajak mitra tutur untuk bermain PS, dan mitra tutur menolak ajakan dari penutur. Mitra tutur bermaksud menolak ajakan dari penutur, maksud basa-basi tuturan pada kode (G2) ialah mitra tutur bermaksud menolak ajakan mitra tutur yang mengajaknya untuk makan malam. Tuturan penolakan yang disampaikan oleh penutur sebenarnya hanya untuk sopan santun kepada mitra tutur sehingga hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap erat. Penutur tidak ingin menolak secara langsung karena penutur menghargai perasaan penutur, sehingga penutur menolak dengan cara yang lebih halus agar hubungan penutur dan mitra tutur tetap terjaga. Intonasi yang digunakan: berita, nada tutur: sedang, dan tekanan: sedang. Pilihan kata: menggunakan partikel dan kata fatis kan.

157 142 Cuplikan tuturan (G3) PT : Dek, wis adus durung? (Dek, sudah mandi belum?) MT : Sampun, pripun Buk? (sudah, bagaimana Buk?) PT : Ayo nderek Ibuk nang pasar. (Ayo ikut Ibu ke pasar) MT : Kula nggeh purun lho, mangkeh kula nyusul. Hehe (Saya juga mau lho, Bu. Nanti saya menyusul.) (Konteks : Tuturan terjadi di ruang tengah, dalam situasi santai.penutur berpapasan dengan mitra tutur, dan mengajaknnya ke pasar. Mitra tutur merespon tuturan dari mitra tutur, dengan menolak ajakn tersebut. Tuturan terjadi di ruang tengah, dalam situasi santai. Penutur berpapasan dengan mitra tutur, dan mengajaknnya ke pasar. Penutur merupakan seorang Guru perempuan yang berusia 48 tahun, sedangkan mitra tutur merupakan seorang anak perempuan, yang berusia 16 tahun. Mitra tutur bermaksud menolak ajakan dari penutur dengan memberikan alasan, jika mitra tutur akan menyusul. Pilhan kata pada tuturan kode (G3) menggunakan partikel dan kata fatis lho. Tuturan kode (G3) termasuk basa-basi karena pada tuturan tersebut mitra tutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Tuturan penolakan yang disampaikan oleh mitra tutur sebenarnya hanya untuk sopan santun kepada penutur sehingga hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap erat. Mitra tutur tidak ingin menolak secara langsung karena penutur merasa kurang sopan apabila menolak secara langsung sehingga penutur menolak dengan cara yang lebih halus agar hubungan penutur dan mitra tutur tetap terjaga. Kalimat yang mengatakan nanti saya menyusul hanya memberikan harapan agar penutur merasa puas (nglegani).

158 Maksud basa-basi Subkategori Selamat Basa-basi selamat, yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan kegembiraan karena adanya kabar baik tentang orang lain. Berikut ini merupakan tuturan basa-basi selamat yang diucapkan oleh anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo. Tuturan H1 PT : Dian, selamat ya dapat juara satu. Tetap harus rajin belajar lho! MT : Makasih ya Bu, dapat hadiah ndak? PT : Dapat, besok kalau Ibu udah gajian. (Konteks: Penutur merupakan seorang Guru Laki-laki yang berumur 34 tahun. Mitra tutur merupakan seorang anak Laki-laki yang berumur 9 tahun.tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga ketika mitra tutur sedang menonton tv, dan penutur menghampiri mitra. Penutur memberi selamat kepada mitra tutur, dan mitra tutur meresponnya.) Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga. Tuturan terjadi ketika mitra tutur sedang menonton tv, dan penutur menghampiri mitra tutur. Penutur merupakan seorang Guru yang berusia 34 tahun. Mitra tutur merupakan seorang anak laki-laki yang berumur 9 tahun. Penutur memberi selamat kepada mitra tutur, dan mitra tutur meresponsnya. Penutur bermaksud memberikan selamat kepada mitra tutur yang mendapat juara satu. Selain memberi salam, penutur juga memberikan semangat kepada mitra tutur. Untuk itulah tuturan tersebut merupakan wujud basa-basi selamat. Intonasi yang digunakan: seru, nada tutur: sedang, dan tekanan : sedang. Pilihan kata: menggunakan partikel dan kata fatis lho.

159 144 Tuturan H2 PT : Wah, Bapak sukses menjadi Guru ni. Selamat lho muridnya lulus semua! MT : Duh, Ibu bisa aja. Alhamdulilah ya Bu PT : Iya Pak, Alhamdulilah. Ibu ikut senang. (Instrumen:Kuesioner) (Kuisioner: Tuturan terjadi diruang keluarga, pada malam hari pada pukul WIB. Tuturan terjadi ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv, penutur memberikan ucapan selamat atas keberhasilan mitra tutur. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur) Tuturan terjadi antara penutur (merupakan seorang Ibu rumah tangga yang berusia 44 tahun). Mitra tutur (merupakan seorang Guru Laki-laki yang berusia 46 tahun). Penutur memberi selamat kepada mitra tutur, karena muridnya lulus semua. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur, dengan mengucapkan terima kasih kepada penutur. Pada tuturan tersebut penutur memberikan memberikan pujian atas keberhasilan mitra tutur dengan memberinya ucapan selamat karena murid mitra tutur lulus semua. Penutur juga mengekspresikan rasa bangganya dengan memberi pujian kepada mitra tutur wah, Bapak sukses menjadi Guru ini. Penutur juga bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur, penutur ingin memberikan pujian terhadap keberhasilan mitra tutur dengan cara memberinya selamat. Hal ini penutur lakukan agar mitra tutur merasa bahwa penutur merasa bangga atas keberhasilan mitra tutur. Intonasi yang digunakan: seru, nada tutur: sedang dan tekanan : sedang. Pilihan kata: menggunakan partikel dan kata fatis lho.

160 145 Cuplikan tuturan (H3) PT : Selamat ya Nak, sekarang sudah jadi pelukis. Harus tetap dipertahankan lho juaranya! (Instrumen Kuesioner) (Konteks : Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga, ketika mitra tutur sedang dan penutur sedang menonton tv. Penutur ingin mengucapkan selamat kepada mitra tutur, karena memenangkan lomba melukis) Tuturan terjadi antara penutur (merupakan seorang istri dari mitra tutur), dan mitra tutur (merupakan seorang Guru yang berjenis kelamin laki-laki yang berusia 49 tahun). Penutur memberi selamat kepada mitra tutur karena mendapat jabatan baru, mitra tutur merespon tuturan dari penutur. Penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur dengan memberi selamat kepada mitra tutur yang mendapat jabatan baru. Selain itu, tuturan penutur juga mempunyai maksud bahwa penutur tidak semata-mata hanya ingin mengucapkan selamat kepada mitra tutur, tetapi penutur bermaksud mengharapkan perubahan yang positif atas jabatan baru dari mitra tutur. penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Intonasi yang digunakan: seru, nada tutur: sedang dan tekanan: sedang. Pilihan kata: menggunakan frase fatis ya. Cuplikan tuturan (H5) PT: Pak, selamat ya, nilai siswanya tinggi-tinggi. Bapak sudah berhasil menjadi Guru Bahasa Indonesia yang hebat, harus dipertahankan dan ditingkatkan lho Pak. MT: Puji Tuhan, makasih ya Bu. (Konteks: Tuturan terjadi di ruang keluarga, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur mengucapkan selamat dan memberi pujian kepada mitra tutur karena siswanya mendapat nilai yang bagus. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur.

161 146 Tuturan terjadi di ruang keluarga pada sore hari, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur merupakan seorang Ibu rumah tangga yang berusia 47 tahun, sedangkan penutur merupakan seorang Guru SMP yang berusia 49 tahun. Penutur mengucapkan selamat dan memberi pujian kepada mitra tutur karena siswanya mendapat nilai yang bagus. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur. Pada tuturan tersebut, penutur bermaksud tidak hanya sekedar mengucapkan selamat. Tetapi, penutur juga memuji dan memberi motivasi kepada mitra tutur untuk menjaga hubungan yang baik kepada mitra tutur. Selain menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur, penutur juga memulai pembicaraan tersebut. Jadi tuturan dengan kode (H5) tersebut merupakan basa-basi selamat, karena penutur bermaksud memulai pembicaraan dan mengucapkan selamat kepada mitra tutur dengan memuji mitra tutur untuk menjaga hubungan yang baik. Intonasi yang digunakan: seru, nada tutur : sedang, dan tekanan: sedang. Pilihan kata: menggunakan partikel dan kata fatis lho.

162 BAB V PENUTUP Bab ini terdiri dari dua hal pokok, yaitu (1) simpulan dan (2) saran. Simpulan berisi rangkuman keseluruhan isi dari penelitian ini. Sedangkan saran berisi hal-hal yang relevan yang perlu diperhatikan untuk peneliti lanjutan, baik mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia, maupun peneliti lain. Berikut adalah pemaparan dari kedua hal tersebut. 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, peneliti menemukan adanya tuturan basa-basi dalam berbahasa antar anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, Kulon Progo. Temuan dalam hasil pembahasan data dapat disimpulkan sebagai berikut Wujud basa-basi Wujud basa-basi berbahasa dalam ranah pendidikan dapat disimpulkan dalam satu kategori pengantar pesan basa-basi, yang memiliki delapan subkategori. Kedelapan wujud subkategori basa-basi tersebut adalah (1) basa-basi menerima (Accept), (2) basa-basi mengundang (Bid), (3) basa-basi menolak (Reject), (4) basa-basi terima kasih (Thanks), (5) basa-basi salam (Great), (6) basa-basi selamat (Congratulate), (7) basa-basi meminta maaf (Apologize), dan (8) basa-basi berempati (Condole). 147

163 Maksud basa-basi Pada tuturan basa-basi antar anggota keluarga pendidik di Desa Kalirejo, seseorang yang mengucapkan tuturan basa-basi memiliki maksud memulai pembicaraan, menarik perhatian lawan bicaranya, mencairkan suasana, mempertahankan pembicaraan, menyela aktivitas lawan bicara, mengakhiri pembicaraan, menjaga hubungan baik dengan lawan bicara, menunjukkan;keramahtamahan, kesopansantunan, dan ketegursapaan. Semua itu tergantung pada motivasi setiap individu yang mengucapkan tuturan basa-basi. Berikut ini adalah rincian maksud basa-basi dari delapan subkategori tuturan basa-basi antar anggota pendidik di desa Kalirejo, Kulon Progo. a) Basa-basi subkategori menerima memiliki maksud untuk mengungkapkan penerimaan atas basa-basi yang dilakukan oleh seseorang. Selain itu basa-basi ini juga dapat memiliki maksud memaklumi keadaan, melegakan hati seseorang, menyanggupi dan meyakinkan. Maksud basa-basi subkategori menerima, banyak ditandai dengan partikel dan kata fatis ya, kan, kok. Dan ditandai frase fatis Insya Allah. b) Basa-basi subkategori mengundang memiliki maksud untuk mengucapkan penawaran kepada seseorang. Dalam tuturan basa-basi subkategori mengundang ini penutur maupun mitra tutur juga memiliki maksud perintah, ajakan, meminta bantuan, dan, mengekspresikan kesopanan.

164 149 c) Basa-basi subkategori menolak memiliki maksud untuk menyampaikan penolakan. Wujud penolakan dituturkan secara halus dengan memberikan alasan, agar tidak menyinggung perasaan lawan tutur. d) Basa-basi subkategori terima kasih memilki maksud untuk mengucapkan terima kasih. Wujud basa-basi subkategori terima kasih ini antara lain menghargai kebaikan lawan tutur, mengungkapkan rasa kepuasan, dan menutupi rasa malu. e) Basa-basi subkategori salam memiliki maksud maksud untuk mengucapkan salam. Penutur maupun mitra tutur dalam basa-basi subkategori salam, memiliki maksud menjaga hubungan yang baik dengan lawan bicara dan menyadarkan lawan bicara akan kehadirannya. f) Basa-basi subkategori selamat memiliki maksud untuk mengucapkan selamat. Penutur maupun mitra tutur dalam subkategori selamat, memiliki maksud memberikan semangat dan motivasi kepada lawan bicaranya. g) Basa-basi subkategori meminta maaf memiliki maksud meminta maaf. Penutur dan mitra tutur dalam subkategori meminta maaf memiliki maksud menyesali perbuatan, dan tidak dapat menyanggupi permintaan lawan bicara. h) Basa-basi subkategori berdukacita memiliki maksud untuk mengucapkan rasa iba atas masalah maupun musibah yang dialami seseorang. Selain itu penutur dan mitra tutur bermaksud memberikan semangat pada lawan bicaranya.

165 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan, peneliti memberi beberapa saran yang sekiranya perlu diperhatikan. Berikut adalah saran-saran dari peneliti 1. Bagi Anggota Pendidik Diharapkan untuk anggota keluarga pendidik, basa-basi berbahasa tetap digunakan untuk memperhalus tuturan pada saat berkomunikasi. Dikarenakan basa-basi berkaitan dengan fungsi interpersonal yang digunakan untuk membangun dan memelihara hubungan sosial. Jadi dengan tuturan basa-basi tersebut, nilai keramahtamahan dan kesopanan dapat dipertahankan. 2. Bagi peneliti lanjutan Penelitian ini hanya meneliti basa-basi berbahasa dalam lingkup pendidikan. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan subjek dan ranah yang berbeda seperti basa-basi berbahasa dalam masyarakat yang berprofesi sebagai petani, nelayan, pengrajin, ataupun film dan novel.

166 151 DAFTAR PUSTAKA Arimi, Sailal Basa-basi dalam Masyarakat Bahasa Indonesia. (Tesis). Yogyakarta: UGM. Anwar. Khaidir Fungsi dan Peranan Bahasa Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Arikunto, Suharsimi Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Chumming, Louise. Pragmatik: Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Effendy, Ontong Uchjana Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Effendy, Ontong Uchjana Dimensi-dimensi Komunikasi. Bandung: PT Alumni. Widjono Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di

167 152 Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Kridalaksana, Harimurti Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. Kushartanti, dkk Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Lingustik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Leech, Geoffrey Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Lubis, A. Hamid Hasan Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Mahsun Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mualafina, Rawinda Fitrotul Basa-basi dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Tradisional Kertek Wonosobo. (Skripsi). Yogyakarta: UGM. Nadar FX Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Purwo, Bambang Kaswanri Pragmatik dan Pengajaran Menyibak Kurikulum Yogyakarta: Kanisius. Rahardi, Kunjana Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang:

168 153 Dioma Malang Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga. Sudaryanto Peneroka Hakikat Bahasa. Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma. Ulfa, Maria Tipe Basa-basi dalam Dialog Sinetron Si Doel Anak Sekolahan. (Skripsi). Yogyakarta: UGM. Waridin Ungkapan Fatis dalam Acara Temu Wicara Televisi. Jakarta: FIB UI. Wijana, I Dewa Putu Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi. Yule, George Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

169 LAMPIRAN

170 154 DATA ANALISIS TRIANGULASI Dibawah ini merupakan triangulasi data dari penelitian yang berjudul Basa-basi Berbahasa Antarkeluarga Pendidik Di Desa Kalirejo, Kulonprogo. Tanda (V) pada kolom, berarti triangulator setuju atau tidak setuju. Berikan alasannya! Wujud Basa-basi Salam No Tuturan Penanda Maksud Triangulator Komentar Lingual Nonlingual Ya Tidak 1 Tuturan A1 Intonasi: tanya. Tuturan terjadi Penutur P : Selamat pagi Nada tutur: di teras rumah bermaksud Bu wah pagi-pagi rendah sudah kelihatan cantik Tuturan terjadi memberi Tekanan: sedang deh Ibu ini, mau kemana dalam suasana salam kepada Bu? Pilihan kata: mitra tutur. santai MT: Selamat pagi juga Penggunaan Penutur Rin, ini Ibu mau Partikel dan kata Tuturan yang berpapasan kondangan. fatis deh. disampaikan dengan mitra P : Owalah, hati-hati ya penutur Bu. tutur. tersebut Konteks: Tuturan berlangsung di teras rumah, ketika Penutur berpapasan dengan Penutur memberi salam dan bertanya kepada mitra merupakan wujud basabasi salam. Karena Mitra tutur yang akan tutur. penutur pergi kondangan. Mitra tutur memberikan Penutur memberi salam pujian kepada merespon kepada mitra tutur dan mitra tutur tuturan dari bertanya kepada mitra sebagai wujud Penutur.

171 155 tutur. basa-basi, sebelum penutur bertanya kepada mitra tutur. 2 Tuturan A2 P: Halo Adik, sudah makan belum ya? MT : Sudah tadi Bu. Konteks : Tuturan terjadi di dapur, ketika penutur sedang mencuci piring dan mitra tutur akan mengambil snack di kulkas. Penutur memberi salam, dan bertanya kepada mitra tutur. Intonasi : Tanya Nada tutur: Rendah Tekanan : Sedang Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis. ya. Tuturan terjadi di dapur. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur memberi salam, ketika mitra tutur akan mengambil snack di kulkas. Penutur bermaksud memberi salam kepada mitra tutur dan ingin bertanya kepada mitra tutur Tuturan yang disampaikan penutur tersebut merupakan wujud basabasi salam, karena penutur hanya bermaksud bertanya dan

172 156 3 Tuturan A3 P : Halo Ibu, wah Ibu cantik sekali hari ini ya! MT : Makasih Fajar, ada apa ini kok tumben ke kamar Ibu? P : Mau minta uang dong Bu, Rp buat main PS. MT : Owalah, ya ini uangnya. P : Makasih Bu. (Instrumen:Kuesioner) Konteks : Tuturan terjadi di ruang keluarga, ketika penutur menghampiri mitra tutur yang sedang Intonasi: Seru Nada tutur: Tinggi Tekanan : sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis ya. Tuturan terjadi di ruang keluarga Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur memberi salam kepada mitra tutur dan bermaksud meminta uang. tidak menawarkan makanan kepada mitra tutur. Penutur bermaksud memberi salam dan ingin meminta uang kepada mitra tutur. Tuturan yang disampaiakn penutur tersebut, merupakan basa-basi salam. Karena ada maksud lain yang akan disampaikan penutur kepada mitra tutur, yaitu penutur ingin meminta uang

173 157 menonton tv. Penutur menyapa mitra tutur, dan ingin meminta uang untuk main PS. 4 Tuturan A4 P: Hallo Buk.. wah kok serius tenan nonton tv ne. MT : Iya, piyé Pak. (Iya, ada apa Pak?) P : Kasur arep dinehke ngendi? Iki rep udan. (Kasur nya ditaruh mana? Ini mau hujan) MT : Dinehke ruang tengah wae Pak. Konteks : Tuturan terjadi di ruang keluarga ketika mitra tutur sedang menonton tv. penutur bermaksud memberi salam kepada mitra tutur dan Intonasi : Tanya. Nada Tutur: sedang. Tekanan : sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis kok. Tuturan terjadi di ruang keluarga. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur menghampiri mitra tutur yang sedang menonton tv Penutur memberi salam dan bertanya kepada mitra tutur kalau kasurnya akan ditaruh dimana kepada mitra tutur. Penutur memberi salamdan bermaksud ingin bertanya kepada mitra tutur. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut merupakan basa-basi salam, karena penutur tidak langsung mengatakan apa yang akan ditanyakan kepada mitra tutur.

174 158 ingin bertanya kepada mitra tutur. 5 Tuturan A5 P : Hei Adik, kok masih sakit sudah mau main? MT : Iya, Pak bosan dirumah. Konteks: Tuturan terjadi di teras rumah, ketika penutur sedang membaca koran dan mitra tutur akan pergi bermain, melewati teras. Penutur menyapa mitra tutur, dan mitra tutur meresponsnya. Intonasi: Tanya. Nada tutur : Sedang. Tekanan: sedang Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis kok. Tuturan terjadi di teras rumah Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur menyapa mitra tutur yang sedang pulang dari bermain melewati teras rumah. Penutur ingin menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut, merupakan basa-basi salam. Karena penutur hanya bertanya kepada mitra tutur dan tidak melerai mitra tutur yang akan pergi bermain.

175 159 6 Tuturan A6 P : Hallo mas, ayo sarapan! MT : Hallo Pa, nanti ya mau mandi dulu. Konteks: Tuturan terjadi di ruang makan, ketika penutur sedang sarapan, dan mitra tutur melewati samping meja makan dengan membawa handuk. Penutur menyapa dan mengajak mitra tutur sarapan, tetapi mitra tutur menolaknya. Intonasi: Seru. Nada tutur: Sedang. Tekanan: Sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis ayo. Tuturan terjadi di ruang makan. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Tuturan terjadi ketika penutur sedang sarapan, dan, mitra tutur sedang melewati samping meja makan. Penutur menyapa dan mengajak sarapan, tetapi mitra tutur menolak. Penutur bermaksud menjaga hubungan baik dengan mitra tutur. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut merupakan basa-basi salam, karena penutur hanya bermaksud menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Penutur sudah melihat bahwa mitra tutur membawa handuk, karena akan mandi.

176 160 7 Tuturan A7 P: Hai Adik, kok mondar-mandir dari tadi? MT : Aku lagi nyari Flashdisk ni kak. P: Owalah. Konteks: Tuturan terjadi di ruang keluarga, ketika penutur sedang menonton tv dan mitra tutur sedang mondar-mandir disamping penutur. Penutur menyapa mitra tutur dan bertanya kepada mitra tutur. Intonasi: Tanya. Nada tutur: Sedang. Tekanan: Sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis kok. Tuturan terjadi diruang keluarga. Tuturan berlangsung dalam situasi santai. Penutur menyapa mitra tutur dan bertanya kepada mitra tutur. Mitra tutur merespon tuturan dari Penutur menyapa dan mengajak mitra tutur untuk makan. Ajakan dari penutur tersebut merupakan wujud basabasi salam. Penutur bermaksud menyapa dan menjaga keramahtamah annya kepada mitra tutur. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut merupakan basa-basi salam. Karena penutur bermaksud

177 161 Mitra tutur merepon tuturan dari penutur dengan menjawab, sedang mencari flashdisk yang hilang. 8 Tuturan A8 P: Selamat pagi, wah Adik ganteng sekali deh hari ini! MT: Pagi juga Ma, terima kasih. He he Konteks: Tuturan terjadi diruang tengah, ketika penutur akan pergi mengajar, dan Intonasi: Seru. Nada tutur: Sedang. Tekanan: Sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis deh. penutur. Tuturan terjadi diruang tengah. Tuturan berlangsung dalam situasi santai. Penutur berpapasan menjaga keramahannya dengan mitra tutur. Penutur melihat mitra tutur sedang mondarmandir disampingnya, penutur menyapa dan bertanya kepada mitra tutur karena untuk menjaga keramahtamah annya dengan mitra tutur Penutur bermaksud menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Tuturan yang disampaikan

178 162 mitra tutur akan mengambil tas dikamar. Penutur berpapasan dengan mitra tutur dan menyapanya 9 Tuturan A9 P: Selamat pagi Dim, wah kok mukanya kelihatan cerah sekali! MT: Selamat pagi Bu, wah Ibu ni bisa saja. Intonasi: Berita. Nada tutur: Sedang. Tekanan: Sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata dengan mitra tutur. Penutur menyapa dan memuji mitra tutur. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur. Tuturan terjadi di ruang tengah dalam situasi santai. Tuturan terjadi ketika penutur tersebut merupakaan basa-basi salam, karena penutur menunjukkan ketegursapaan nya ketika berpapasan dengan mitra tutur. Penutur menyapa dan memuji mitra tutur dengan maksud untuk menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Penutur bermaksud menunjukkan ketegursapaan kepada mitra tutur.

179 163 Konteks: Tuturan terjadi di ruang tengah, ketika mitra tutur menghampiri penutur yang sedang membaca majalah. Penutur memberi salam dan memuji mitra tutur. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur. 10 Tuturan A10 P: Selamat sore Bu, Ibu sudah mandi ya? MT: Sore juga Nak, Ibu belum mandi ini. Konteks: Tuturan terjadi ketika penutur menghampiri mitra tutur yang sedang menonton tv di ruang keluarga. Penutur menyapa dan bertanya kepada mitra tutur. Mitra tutur merespon fatis kok. Intonasi: Tanya. Nada tutur: Sedang. Tekanan: Sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis ya. mitra tutur menghampiri penutur yang sedang membaca majalah Penutur menyapa dan memuji mitra tutur, mitra tutur merespon tuturan dari penutur. Tuturan terjadi di ruang keluarga. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur menghampiri mitra tutur yang sedang menonton tv, dan memberinya Tuturan yang disampaikan penutur tersebut merupakan basa-basi salam, karena menunjukjan ketegursapaan nya dengan menyapa dan memuji mitra tutur. Penutur bermaksud memberi salam dan menunjukkan hubungan yang baik dengan mitra tutur. Tuturan yang disampaikan penutur merupakan

180 164 tuturan dari penutur. salam. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur. basa-basi salam, karena tuturan percakapan tersebut juga tidak berkelanjutan lagi. Penutur hanya sekedar memberi salam dan bertanya kepada mitra tutur. Wujud Basa-basi Menerima No Tuturan Penanda Maksud Triangulator Komentar Lingual Nonlingual Ya Tidak 1 Tuturan B1 Intonasi : Tuturan terjadi di Mitra tutur Berita ruang keluarga bermaksud PT: Bu, sisuk Bapak ora Nada Tutur: Tuturan terjadi dalam memaklumi langsung mulih. Soale rendah situasi santai. pekerjaan ana rapat ulang tahun Penutur meminta izin mitra tutur.

181 165 Sekolah, ndak papa ta? (Bu, besok Bapak tidak langsung pulang. Soalnya ada rapat ulang tahun Sekolah, tadak apaapa kan?) MT : Ya Pak, ora papa. Dirampungke sik (Ya Pak, tidak apaapa. Diselesaikan dulu) PT : Iya Bu ( Iya Bu ) (Instrumen:Kuesioner) Konteks : Tuturan terjadi di ruang keluarga, Penutur meminta izin kepada mitra tutur ketika Mitra tutur sedang membaca majalah di ruang keluarga. Tekanan:seda ng. Pilihan Kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis Ya. kepada mitra tutur, ketika mitra tutur sedang membaca majalah. tuturan yang disampaikan mitra tutur tersebut merupakan basa-basi menerima. Karena Mitra tutur hanya sekedar menerima permintaan penutur dan tidak menanggapi tuturan dari penutur tentang acara ulang tahun sekolah.

182 166 2 Tuturan B2 PT : Pak, hari ini Ibu ndak masak lho, gas nya habis. Tadi mau beli diwarung gak ada. MT : Halah, santai aja Bu, tadi kan Bapak udah makan di kantin Sekolah. PT : Ya udah, nanti sore beli nasi goreng di Wates ya Pak. MT : Ya Bu siap. (Instrumen:Kuesioner) Konteks : Tuturan terjadi di dapur, ketika Penutur sedang menyapu lantai dan Mitra tutur baru pulang dari bekerja, memasuki ruang dapur untuk mengambil minum. Intonasi : Berita Nada tutur : rendah Tekanan : Sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis (1) kan (2) Ya. Tuturan terjadi didapur. Tuturan berlangsung dalam suasana santai. Penutur sedang menyapu di dapur dan bermaksud meminta maaf kepada mitra tutur, pada saat mitra tutur sedang mengambil minum di dapur. (1) Mitra tutur memaklumi keadaan dan memberi penjelasan bahwa mitra tutur sudah makan (2) Mitra tutur merespon dan menerima ajakan dari penutur. Tuturan yang disampaikan mitra tutur tersebut merupakan basa-basi menerima, karena mitra tutur memberikan kelegaan hati dengan menjelaskan bahwa tadi sudah makan. 3 Tuturan B3 Intonasi : Tuturan terjadi Mitra tutur bersedia

183 167 PT : Pak, besok aku ada acara reunian di PEMKAB Bantul. Tapi aku ndak tau jalannya, besok diantar ya Pak? MT : Insya Allah ya Dek, besok Bapak antar! PT : Makasih ya Pak Konteks : Tuturan terjadi di ruang keluarga, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur Seru. Nada tuturan : Sedang Tekanan : sedang Pilihan kata : Penggunaan frase fatis Insya Allah. diruang keluarga. Tuturan berlangsung dalam situasi santai. Tuturan terjadi, ketika penutur dan Mitra tutur sedang menonton tv. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk diantarkan ke PEMKAB Bantul. mengantarka n penutur. Tuturan yang disampaikan mitra tutur tersebut merupakan basa-basi menerima, karena mitra tutur memberi kesanggupan dengan mengatakan Insya Allah. 4 Tuturan B4 PT : Buk, pulpen nya tak taruh meja ya, tapi maaf kayaknya udah habis. MT : Halah sante aja ta Nduk, wang dari Intonasi : berita Nada tutur: rendah Tekanan : sedang Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan Tuturan terjadi diteras depan rumah. Tuturan berlangung dalam situasi santai. Penutur menghampiri Mitra tutur ingin menenangkan hati penutur dengan meyakinkan bahwa tintanya memang

184 168 kemarin ya tintanya tinggal sedikit kok Konteks : Tuturan terjadi diteras, ketika penutur menghampiri mitra tutur yang sedang bersantai di teras depan rumah. Penutur meminta maaf kepada mitra tutur. frasa fatis kok. mitra tutur yang sedang bersantai diteras. Penutur meminta maaf kepada mitra tutur, karena telah menghabiskan tinta pulpen. tinggal sedikit. Tuturan yang disampaikan mitra tutur merupakan basa-basi menerima, karena mitra tutur memberikan penjelasan dengan meyakinkan mitra tutur. Basa-basi dari mitra tutur tersebut mempunyai tujuan agar penutur tidak merasa bersalah, karena sudah menghabiska n tinta pulpen.

185 169 5 Tuturan B5 PT : Pak, mangkeh adek tumbaske pulsa ya? (Pak, nanti adek dibeliin pulsa ya?) MT : La wingi bar tumbas ta dek? (La kemarin habis beli kan dek) PT : Nggeh Pak, niki kangge perpanjang paketan internet. (Iya Pak, ini untuk perpanjang peketan internet ) MT : Ya, engko tak tuku dek ( Ya..nanti beli Dek) PT : Matur nuwun Pak. (Terimakasih Pak) Intonasi : berita Nada Tutur : rendah. Tekanan : sedang Pilihan Kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis Ya. Tuturan terjadi diruang keluarga. Tuturang berlangsung dalam suasana santai. Mitra tutur sedang menonton tv, sedangkan Penutur akan berangkat mengajar (lest). Mitra tutur meminta tolong kepada penutur untuk dibelikan pulsa. Mitra tutur merespon dan bersedia membelikan pulsa untuk penutur. Tuturan yang disampaikan mitra tutur merupakan tuturan basabasi menerima, karena mitra tutur menyanggupi permintaan penutur dengan mengucapkan Ya, nanti beli Dek. MT : Ya. Konteks : Tuturan

186 170 terjadi diruang keluarga, ketika Mitra tutur sedang menonton tv, dan penutur akan berangkat mengajar (lest). Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk membelikan pulsa. 6 Tuturan B6 P: Dek, kunci motornya kamu taruh mana? MT: Disamping TV Pak, tapi maaf spion nya rusak gara-gara kena ranting pohon tadi. P: Iya ndak papa, itu spionnya memang sudah minta ganti kok Dek Konteks: Tuturan terjadi diruang keluarga, ketika mitra tutur menghampiri penutur yang sedang menonton tv. Penutur menyapa dan bertanya kepada mitra tutur. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur dengan Intonasi: berita Nada tutur: Sedang. Tekanan: Sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis kok. Tuturan terjadi diruang keluarga. Dan terjadi dalam situasi santai. Mitra tutur menghampiri penutur yang sedang menonton tv. Penutur menyapa dan bertanya kepada mitra tutur, tentang kunci motor Mitra tutur merespon Penutur bermaksud menenangkan hati mitra tutur, agar tidak merasa bersalah. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut merupakan basa-basi menerima, karena penutur mencoba

187 171 menjawab pertanyaan penutur. tuturan dari penutur, dengan menjawab dan meminta maaf kepada penutur karena sudah memecahkan spion. Penutur mencoba meyakinkan mitra tutur. menenangkan dan meyakinkan hati penutur agar tidak merasa bersalah. Wujud Basa-basi Meminta maaf No Tuturan Penanda Maksud Triangulator Komentar Lingual Nonlingual Ya Tidak 1 Tuturan C1 Intonasi : Tuturan terjadi Penutur Seru. diruang tengah. merasa segan PT : Rin, nanti kalau Nada tutur: Tuturan karena kamu berangkat Sekolah, rendah berlangsung meminta Ibu titip sesuatu buat Bu Tekanan: dalam situasi bantuan Endah ya? sedang. santai. kepada mitra Pilihan kata: Penutur sedang tutur.

188 172 MT : Nitip apa Bu? PT : Kemarin pas Ibu ke Bandung Bu Endah titip kaos. MT : Oh, oke Bu. PT : Maaf ya Nduk, jadi ngrepotin. Ayo pergi, nanti terlambat! MT : Santai aja Bu.. Konteks : Tuturan terjadi di ruang tengah, tuturan terjadi dalam situasi santai, ketika Mitra tutur dan Penutur sedang menyiapkan diri untuk ke Sekolah. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur. 2 Tuturan C2 PT : Anapa ta Bu, kok kaya bingung? (Ada apa Bu, kok kayaknya bingung) MT : Iki lho Pak, meh Penggunaan Partikel dan kata fatis Ayo. Intonasi : berita Nada tutur: rendah. Tekanan: sedang. Pilihan kata: menyiapkan diri untuk pergi mengajar, sedangkan mitra tutur menyiapkan diri untuk pergi kesekolah. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk menyerahkan kaos untuk rekan penutur. Tuturan terjadi di ruang keluarga, tepatnya dimeja kerja. Tuturan berlangsung dalam situasi Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut merupakan basa-basi meminta maaf. Penutur meminta maaf kepada mitra tutur, walaupun penutur tidak melakukan kesalahan kepada mitra tutur. Penutur merasa tidak enak hati karena merepotkan mitra tutur. Tuturan yang

189 173 ngerjakke tugas, tapi meja ne kebak dolanan e Fajar. ( Ini lho Pak, mau ngerjain tugas, tapi di meja penuh mainannya Fajar) PT : Yawes, kene tak rewangi ngresiki. ( Yasudah, sini aku bantu bersihin) MT : Oke deh, maaf ya Pak ngrepoti (Oke deh, Maaf ya Pak merepotkan.) penggunaan Partikel dan kata fatis deh. santai. Mitra tutur akan mengerjakan tugas, tetapi dimeja penuh dengan mainan Fajar. Penutur menawarkan bantuan kepada mitra tutur, dan mitra tutur meresponnya. bercetak tebal tersebut, merupakan basa-basi meminta maaf. Karena mitra tutur meminta maaf kepada penutur, walaupun mitra tutur tidak bersalah. PT : Iya Bu. Konteks : Tuturan terjadi pada sore hari dalam situasi santai, di ruang keluarga, tepatnya di meja kerja. Penutur menawarkan bantuan kepada mitra tutur, untuk membereskan meja kerja yang berantakan. 3 Tuturan C3 Intonasi: Tuturan terjadi Mitra tutur

190 174 PT : Dian, Ibu tadi dikasih tau Pak Minto, kalau nilai ulangan Matematika mu jelek. MT : Waduh, iya Bu. Maafin Dian ya, Insya Allah Dian akan belajar lebih giat lagi PT : Makanya belajar, jangan main terus. Konteks : Tuturan terjadi diruang keluarga, ketika Penutur dan Mitra tutur sedang menonton tv. Mitra tutur meminta maaf kepada penutur karena nilai ulangan Matematikanya jelek. 4 Tuturan C4 PT : Buk, lagi masak ya? berita Nada tutur: Rendah. Tekanan: Rendah.. Pilihan Kata: Penggunaan frase fatis Insya Allah. Intonasi: berita Nada tutur: Sedang. Tekanan: diruang keluarga. Penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Mitra tutur meminta maaf kepada penutur, karena nilai ulangan Matematikanya jelek. Tuturan terjadi di dapur. Tuturan berlangsung dalam suasana merasa bersalah kepada penutur, karena nilai ulangannya jelek. Tuturan yang disampaikan mitra tutur tersebut merupakan basa-basi meminta maaf, karena mitra tutur meminta maaf kepada penutur dengan berjanji akan lebih giat belajar. Penutur bermaksud meminta maaf, karena telah mengganggu

191 175 MT : Oh, iya.. ini Ibu lagi masak, ada apa Nduk? PT : Wah kayaknya masakannya enak ini. Tapi maaf Bu, adek diantar dulu dong Bu. Mau pramuka MT : Ya, sebentar ya Nduk. Konteks : Tuturan terjadi di dapur, ketika Penutur sedang memasak dan mitra tutur akan berangkat pramuka. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk diantar pramuka. 5 Tuturan C5 PT : Acara ulang tahun temenmu itu, besok mulai jam berapa tan? MT : Jam enam sore Pak, besok bisa antar sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis dong. Intonasi: berita Nada Tutur: rendah. Tekanan: sedang. Pilihan kata: Penggunaan santai. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur yang sedang memasak untuk mengantarkann ya pramuka. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur. Tuturan terjadi diruang keluarga. Tuturan berlangsung dalam situasi santai. Penutur dan aktivitas mitra tutur. Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut merupakan basa-basi meminta maaf, karena penutur tidak langsung menyampaikan maksud tujuannya untuk meminta tolong kepada mitra tutur. Penutur bermakud meminta maaf, dan menjelaskan kepada mitra tutur kalau tidak bisa

192 176 kan? PT: Ya maaf, kemarin kan Bapak sudah kasih tau kalau ada rapat di Gereja. MT : Ya sudah Pak Konteks : Tuturan terjadi dalam situasi santai diruang keluarga. Penutur bertanya kepada mitra tutur tentang acara ulangtahun dari teman mitra tutur. Partikel dan kata fatis kan. mitra tutur sedang menonton tv. Penutur menanyakan acara ulang tahun dari teman mitra tutur. Penutur meminta maaf karena tidak bisa mengantar mitra tutur. mengantar. Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut merupakan basa-basi meminta maaf, karena penutur menjelaskan alasannya jika tidak bisa mengantarkan mitra tutur. Wujud Basa-basi Mengundang No Tuturan Penanda Maksud Triangulator Komentar Lingual Nonlingual Ya Tidak 1 Tuturan D1 Intonasi: Tuturan terjadi Penutur bermaksud berita di ruang meminta tolong PT : Pak, lagi sibuk Nada tutur: belajar. kepada mitra tutur ndak? sedang. Tuturan untuk memperbaiki MT : Ndak Dek, Tekanan: berlangsung print. sedang. dalam situasi

193 177 gimana? PT : Nah, daripada bingung mau ngapain, mending bantuin aku benerin print Pak MT : Ya sebentar ya, tak cuci tangan dulu. Soalnya tadi habis ngasih makan ayam. PT : Ya, Pak. Konteks : Tuturan terjadi di ruang belajar, ketika penutur akan memperbaiki print dan mitra tutur sedang menonton tv diruang keluarga. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk memperbaiki print. Mitra tutur merespon Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis Nah. santai. Mitra tutur sedang menonton tv diruang keluarga. Penutur akan memperbaiki print yang rusak. Penutur menghampiri mitra tutur dan meminta tolong untuk membantu memperbaiki print. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur, dengan bersedia membantu penutur. Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut merupakan basabasi mengundang, karena penutur mencoba menarik perhatian mitra tutur untuk membantu penutur memperbaiki print.

194 178 tuturan dari penutur. 2 Tuturan D2 PT : Pak, sini ikut gabung. Seru deh main PS! MT : Bapak masih banyak kerjaan e le, masih banyak koreksian. PT : Yah, yasudah lah. (Instrumen: Kuesioner) Intonasi: Seru Nada tutur: Sedang. Tekanan: sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis deh. Konteks: Tuturan terjadi diruang tengah, ketika Penutur sedang bermain PS dan mitra tutur sedang mengoreksi hasil ujian. Penutur mengajak mitra tutur bermain, tetapi mitra tutur menolak 3 Tuturan D3 Intonasi: Seru Tuturan terjadi diruang tengah. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur mengajak Mitra tutur untuk bermain PS. Mitra tutur menolak ajakan Penutur, karena masih banyak koreksian yang belum diperiksa. Tuturan terjadi diruang Penutur bermaksud mengajak mitra tutur untuk bermain PS. Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut merupakan basabasi mengundang, karena penutur mengajak mitra tutur untuk bermain PS dengan meyakinkan mitra tutur agar tertarik untuk bermain PS. Penutur bermaksud mengajak mitra

195 179 PT : Dik, wis adus durung? (Dek, sudah mandi belum?) MT : Sampun, pripun buk? Ajeng ten pundi? (sudah, ada apa Buk? mau kemana?) PT : Ayo melu Ibu nang pasar! (Ayo ikut Ibu ke pasar!) MT : Nggeh, mangkeh kula nyusul. (Ya, nanti saya nyusul) Konteks : Tuturan terjadi di ruang tengah, dalam situasi santai. Penutur berpapasan dengan mitra tutur, dan mengajaknnya ke pasar. Nada Tutur: Tinggi. Tekanan: sedang. Pemilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis Ayo. tengah. Tuturan berlangsung dalam situasi santai. Penutur berpapasan dengan mitra tutur dan mengajaknya kepasar. Mitra tutur menolak ajakan penutur, dengan beralasan kalau nanti akan menyusul. tutur untuk pergi kepasar. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut merupakan basabasi mengundang, karena penutur hanya sekedar mengajak mitra tutur dan tidak meyakinkan mitra tutur. 4 Tuturan D4 PT : Ibu mau kemana? MT : Mau ke gereja Intonasi: Seru. Nada tutur : rendah. Tekanan : Tuturan terjadi diruang tengah. Tuturan berlangsung Mitra tutur merespon tuturan dari penutur dan mengajak mitra tutur untuk

196 180 ada rapat, ayo ikut! PT : Ndak lah Bu, males aku. Konteks :Tuturan terjadi diruang tengah, ketika Penutur sedang membaca buku dan mitra tutur sedang keluar dari kamar. Mitra tutur bermaksud mengajak mitra tutur untuk kegereja, tetapi penutur menolaknya. sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis Ayo. dalam situasi santai. Penutur sedang membaca buku, dan mitra tutur akan kegereja. Mitra tutur mengajak penutur untuk pergi kegereja, tetapi penutur menolaknya. kegereja. Tuturan yang yang disampaikan mitra tutur tersebut merupakan basabasi mengundang, karena mitra tutur hanya bermaksud menjawab pertanyaan dari penutur. 5 Tuturan D5 PT : Dek, mari makan! MT : Nanti ya Bu, masih kenyang. Konteks : Tuturan terjadi di ruang makan, ketika penutur sedang makan dan mitra tutur sedang melewati meja makan. Penutur mengajak mitra tutur untuk Intonasi: Seru. Nada tutur : Sedang. Tekanan: Sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis mari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Tuturan berlangsung di meja makan. Penutur mengajak mitra tutur untuk makan bersama. Mitra tutur Penutur bermaksud mengajak mitra tutur untuk makan. Tuturan tersebut merupakan basabasi mengundang, karena penutur mencoba mengajak makan mitra tutur. Ajakan tersebut tidak serius dikatakan, karena penutur bermaksud

197 181 makan. 6 Tuturan D6 P : Sini dong dek, acaranya bagus lho! MT: Nanti ya Bu, aku mau main layangan dulu. Konteks: Tuturan terjadi diruang keluarga, ketika penutur sedang menonton tv, dan melihat mitra tutur sedang melewati samping ruang keluarga untuk pergi bermain layangan. Penutur mengajak mitra tutur untuk menonton tv dan mitra tutur merespon tuturan tersebut. Intonasi: Seru. Nada tutur: Sedang. Tekanan: Sedang. Pilihan kata: Penggunaan kata fatis dong merespon tuturan dari penutur dengan menolak ajakan penutur. Tuturan terjadi diruang keluarga. Tuturan berlangsung dalam situasi santai. Tuturan berlangsung ketika penutur sedang menonton tv, dan mitra tutur melewati samping ruang keluarga untuk pergi bermain layangan. Penutur mengajak mitra tutur menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Penutur bermaksud menunjukkan keramahtamahan kepada mitra tutur. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut merupakan basabasi mengundang. Karena penutur bermaksud menunjukkan keramahtamahannya kepada mitra tutur. Penutur sudah mengetahui jika mitra tutur akan pergi bermain layangan, tetapi penutur malah

198 182 7 Tuturan D7 P: Sini Dek, ayo minum kopi! MT : Nanti Pak, aku mau mandi dulu. Konteks: Tuturan terjadi di teras rumah, ketika penutur sedang meminum kopi, dan mitra tutur melewati teras tersebut untuk masuk kedalam rumah. Penutur mengajak mitra tutur untuk meminum kopi, dan mitra tutur menolaknya dengan Intonasi: Seru. Nada tutur: Sedang. Tekanan: Sedang. Pilihan kata: Penggunaan kata fatis Ayo. untuk menonton tv Mitra tutur merspon tuturan dari penutur, dengan beralasan kalau akan pergi bermain layangan. Tuturan terjadi diteras rumah. Tuturan berlangsung dalam situasi santai. Penutur sedang meminum kopi diteras, dan mitra tutur melewati teras tersebut untuk masuk kedalam rumah. Penutur mengajak mitra tutur untuk menonton tv. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut merupakan bermaksud untuk menunjukkan keramahtamahannya dengan mitra tutur. Penutur bermaksud menjaga hubungan yang baik dengan mengajak mitra tutur meminum kopi. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut merupakan basabasi mengundang. Karena penutur tidak sungguhsungguh menawarkan kopi tersebut. Penutur

199 183 alasan akan mandi. 8 Tuturan D8 P: Nah kebetulan Adik udah pulang. Sini dong Dek, tak kasih sesuatu! MT: Ada apa Pak? Mau ngasih uang po? P: Ya ndak to Dek, Bapak tadi dititipin buku sama Totti, katanya bukumu ketinggal disekolah. MT: Owalah, terima kasih ya Pak. Konteks: Tuturan terjadi diruang Intonasi: Seru. Nada tutur: Sedang. Tekanan: Sedang. Pilihan kata: Penggunaan kata fatis dong. mengajak mitra tutur untuk meminum kopi. Mitra tutur menolak ajakan dari penutur, karena mitra tutur akan mandi. Tuturan terjadi diruang keluarga. Tuturan berlangsung dalam situasi santai. Penutur mengundang mitra tutur, dan bermaksud untuk memberikan buku. Mitra tutur merespons hanya bermaksud menjaga hubungan yang baik dengan mitra tutur. Penutur bermaksud memberikan buku kepada mitra tutur. Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut, merupakan basabasi mengundang. Karena penutur tidak langsung menyampaikan maksud dan tujuannya kepada mitra tutur. Penutur bermaksud menjaga

200 184 keluarga, ketika penutur sedang menonton tv, dan mitra tutur baru pulang dari sekolah. Penutur mengundang mitra tutur dan bermaksud memberikan buku. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur dan menghampirinya. tuturan dari penutur, dan menghampiri penutur yang sedang menonton tv. hubungan yang baik dengan mitra tutur. Wujud Basa-basi Berempati No Tuturan Penanda Maksud Triangulator Komentar Lingual Nonlingual Ya Tidak 1 Tuturan E1 Intonasi:Seru. Tuturan (1) Penutur Nada tutur: terjadi bermaksud PT : Kalau ada Sedang. diruang menasehati temenmu yang meledek, Tekanan : tengah. mitra tutur. kamu harus sabar dong sedang. Tuturan (2) Penutur Dek! Pilihan kata: terjadi dalam bermaksud Penggunaan suasana memberi MT : Iya Bu, aku kesel Partikel dan sedih. penegasan sama temenku. kata fatis. Penutur dan kepada PT : Makanya kamu (1) dong. mitra tutur mitra tutur

201 185 latihan sabar ya! MT: Iya, Bu. (Instrumen:Kuesioner) Konteks: Tuturan terjadi diruang tengah, ketika penutur dan mitra tutur sedang membicarakan masalah mitra tutur disekolah. Penutur bermaksud menasehati mitra tutur. 2 Tuturan E2 PT : Sudah lah Pak, jangan dipikir terlalu dalam, nanti pusing sendiri. Memang jadi orang bawahan ya seperti ini. Mau berbuat baik kek, buruk kek selalu salah dimata pemimpin. Yang penting Bapak sudah memberikan yang terbaik untuk sekolah (2) ya. sedang membicaraka n masalah mitra tutur disekolah. Penutur menasehati mitra tutur, dan mitra tutur meresponnya Intonasi: Tanya dan Seru Nada tutur: Sedang Tekanan: rendah Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis. (1) kek. (2) kan. Tuturan terjadi diruang tengah. Tuturan berlangsung dalam suasana sedih. Penutur bermaksud memberi semangat dan nasehat atas Tuturan yang disampaikan penutur tersebut merupakan basabasi berempati, karena penutur menyampaikan rasa empati nya dengan menasehati mitra tutur, jika mitra tutur harus sabar jika sedang menghadapi masalah. Penutur bermasud menasehati dan memberi semangat kepada mitra tutur. Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut merupakan basabasi berempati, karena Penutur memberikan nasehat dan semangat kepada

202 186 kan? kerjaan bisa dicari lagi Pak! (Instrumen : (Kuesioner) Kontesk: Tuturan terjadi diruang tengah ketika penutur dan mitra tutur sedang membicarakan masalah yang dialami mitra tutur. Penutur memberi semangat dan nasehat kepada mitra tutur. apa yang dialami mitra tutur. mitra tutur yang sedang mengalami permasalahan. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut merupakan wujud basa-basi. 3 Tuturan E3 PT: Sudah Dek, kamu harus sabar jangan marah-marah terus. Mungkin bukunya hanya keselip. Coba dicari lagi pelanpelan, jangan marahmarah saja ya! (Instrumen: Kuesioner) Konteks: Tuturan terjadi diruang keluarga, ketika mitra tutur sedang mencari bukunya yang hilang. Penutur Intonasi: Seru. Nada tutur: rendah. Tekanan: rendah. Pilihan kata: Penggunaan kata fatis ya. Tuturan terjadi diruang keluarga. Tuturan berlangsung dalam situasi sedih. Mitra tutur merasa marah karena mencari bukunya yang hilang. Penutur menasehati mitra tutur dan bermaksud mencairkan suasana. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut merupakan basabasi berempati, karena penutur bermaksud mencairkan

203 187 menghampiri mitra tutur dan menasehatinya. 4 Tuturan E4 PT: Bapak kenapa, kok kelihatannya sedang ada yang dipikiran? MT: Tadi dapat teguran dari Bapak Kepala sekolah Bu PT: Yang sabar Pak, anggap saja itu sebagai ujian dari Yang Maha Kuasa. Jangan terlalu dipikirkan, manusia kan diharuskan untuk berusaha menjadi lebik baik Pak! MT : Iya Bu Konteks: Tuturan terjadi diruang keluarga, ketika penutur menghampiri Intonasi: Seru. Nada tutur: rendah. Tekanan: rendah. Pilihan kata: Penggunaan kata fatis kan. Penutur menghampiri mitra tutur yang sedang mencari bukunya yang hilang, dan menasehati. Tuturan terjadi diruang keluarga. Tuturan berlangsung dalam situasi sedih. Penutur menghampiri mitra tutur yang terlihat murung. Penutur bertanya kepada mitra tutur, dan mitra tutur merespons, suasana dengan menasehati mitra tutur. Penutur bermaksud mencairkan suasana, dengan memberikan semangat dan nasehat kepada mitra tutur. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut merupakan basabasi berempati, karena penutur memberikan semangat dan nasehat kepada mitra tutur dengan maksud ingin

204 188 mitra tutur yang duduk melamun di sofa. Penutur bertanya dan menghampiri mitra tutur yang terlihat murung. Mitra tutur merespons tuturan dari penutur, dengan menjelaskan yang sedang dialaminya. Penutur memberikan nasehat dan semangat kepada mitra tutur agar tidak terlalu memikirkan masalahnya. dengan menjelaskan apa yang sedang dialaminya. Penutur memberikan semangat dan nasehat kepada mitra tutur. mencairkan suasana. Wujud Basa-basi Terimakasih No Tuturan Penanda Maksud Triangulator Komentar Lingual Nonlingual Ya Tidak 1 Tuturan F1 Intonasi: berita Tuturan terjadi Penutur Nada tutur: Tinggi. didapur. bermaksud PT: Rin, tadi pagi kan Tekanan: sedang. Tuturan menghargai Ibu gak sempet masakin Pilihan kata: berlangsung dalam kebaikan dari sop kamu, itu sekarang Penggunaan suasana santai. penutur, dengan udah Ibu masakin. Partikel dan kata Penutur sedang mengucapkan fatis kok. selesai memasak, terimakasih. MT : Yaampun Bu, sedangkan mitra

205 189 kok repot-repot sih, Makasih ya Bu PT : Iya, sana cepat makan, nanti keburu dingin. MT : Siap Bu Konteks: Tuturan terjadi di dapur, ketika penutur sedang selesai memasak dan mitra tutur sedang pulang dari sekolah. Penutur menawarkan sop kepada mitra tutur. Dan mitra tutur berterimakasih kepada penutur. 2 Tuturan F2 PT : Weh, Dian, kok tumben siang-siang nyapu halaman. MT : Gak usah heran to Intonasi : Seru Nada tutur: tinggi. Tekanan: sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis dong. tutur sedang pulang dari sekolah. Penutur menawarkan sop yang sudah matang, dan mitra tutur meresponnya dengan mengucapkan terimakasih. Tuturan terjadi dihalaman rumah. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Tuturan berlangsung ketika Tuturan yang disampaikan oleh mitra tutur tersebut merupakan basa-basi terima kasih. Tuturan yang disampaikan mitra tutur tersebut mempunyai maksud, bahwa mitra tutur merasa merepotkan penutur yang sudah memasakkan sop untuk mitra tutur. Penutur bermaksud menghargai mitra tutur yang rajin. Tuturan yang

206 190 Pak, ak kan emang rajin. Hehehe PT : Terimakasih lho Nduk, wah kalau setiap hari mau kayak gini bisa buat panutan adekmu dong! MT : Santai, Pak. Konteks : Tuturan terjadi di halaman rumah, ketika penutur sedang diteras dan mitra tutur sedang menyapu lantai halaman. Penutur memuji mitra tutur yang rajin mau menyapu. penutur sedang bersantai diteras, dan mitra tutur sedang menyapu lantai halaman. Penutur memuji mitra tutur yang rajin mau menyapu halaman. disampaikan oleh penutur tersebut merupakan basa-basi terima kasih. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut bermaksud mengucapkan terima kasih dengan cara memuji mitra tutur sebagai wujud basabasi. 3 Tuturan F3 PT : Pak, sarapane wes siap, gek dahar sek. (Pak, sarapannya sudah siap, makan dulu.) MT : Lha kak tumben Intonasi : berita Nada tutur : sedang. Tekanan : sedang. Pilihan kata: Penggunaan frase fatis ya. Tuturan terjadi dimeja makan. Tuturan berlangsung dalam situasi santai. Penutur menawarkan Penutur bermaksud berterima kasih kepada mitra tutur karena diberi uang.

207 191 Bu, yahmene wes matengan (Loh kok tumben Bu, jam segini udah masak). PT : Ya ilak-ilak Pak ( Ya, sekali-sekali Pak). MT : Wah mesti iki ana seng dikarepke, iya ta Bu? (Wah pasti ini ada yang mau diinginkan, iya kan Bu?) PT : Ngerti wae Bapak ki lho, biasa Pak..engka kan ana arisan. (Tau saja Bapak ini, biasa Pak, nanti kana da arisan) MT : Rak tenan to njupuk dewe wae Bu, dompet e nang kamar. (Nah benar kan..ambil sendiri saja Bu, dompet nya ada dikamar) makanan kepada mitra tutur, ketika mitra tutur sedang melewati samping meja makan. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur dengan menanyakan maksud dari tindakan penutur. Mitra tutur mengucapkan terimakasih kepada penutur karena diberi uang. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut merupakan basa-basi terima kasih, karena penutur tidak langsung mengutarakan maksudnya kepada mitra tutur.

208 192 PT : Sip..nuwun yo Pak (Sip..terimakasih ya Pak). Konteks : Tuturan terjadi dalam situasi santai, ketika mitra tutur sedang melewati meja makan, dan penutur sedang menyiapkan makanan di meja makan, Mitra tutur menanyakan maksud dari tindakan penutur. 4 Tuturan F4 PT : Bu, besok Ibu bisa nganter Adek ke Sekolah dulu ndak? MT : Bisa le, besok Ibu masuknya siang ada Claasmeeting. PT : Oke deh, makasih ya Bu! MT : Ya le (Sebutan untuk Anak Laki-laki) Intonasi : seru Nada tutur: sedang. Tekanan:sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis deh. Tuturan terjadi di ruang keluarga. Tuturan berlangsung dalam suasana santai. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk besok Penutur bermaksud berterimakasih kepada mitra tutur karena bersedia mengantarkan ke sekolah. Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut merupakan wujud basa-basi

209 193 Konteks : Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga, ketika penutur dan mitra tutur menonton tv. Penutur meminta bantuan kepada mitra tutur untuk diantar kesekolah. Mitra tutur merespon permintaan dari penutur dan penutur mengucapkan terimakasih. diantar kesekolah. Mitra tutur merepon tuturan dari penutur, dengan bersedia mengantar mitra turur. Penutur berterimakas ih kepada mitra tutur. terima kasih. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut bermaksud menghargai kesangguapan dari mitra Tutur yang mau mengantarkan penutur. 5 Tuturan F5 PT: Mron, ini bekalnya buat makan siang nanti dikampus. MT: Yaampun Bu, malah jadi ngrepotin Ibu dong. Padahal makan dikantin juga ndak papa, makasih ya Bu PT: Ya sama-sama. Konteks: Tuturan terjadi diruang tengah, ketika Intonasi: berita Nada tutur: sedang. Tekanan:sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis dong. Tuturan terjadi diruang tengah. Tuturan berlangsung dalam situasi santai. Penutur mengampiri mitra tutur Mitra tutur bermaksud menghargai apa yang dilakukan oleh penutur, dengan mengucapkan terima kasih. Tuturan yang disampaikan mitra tutur

210 194 penutur menghampiri mitra tutur yang akan berangkat kekampus. Penutur menyerahkan bekal makanan untuk mitra tutur, mitra tutur menerima bekal tersebut dan berterima kasih kepada penutur. yang akan pergi kekampus. Penutur menyerahka n bekal untuk mitra tutur. Mitra tutur menerima bekal tersebut, dan berterima kasih kepada penutur. tersebut merupakan basa-basi terima kasih, karena penutur bermaksud menghargai apa yang sudah dilakukan penutur oleh mitra tutur. Wujud Basa-basi Menolak No Tuturan Penanda Maksud Triangulator Komentar Lingual Nonlingual Ya Tidak 1 Tuturan G1 Intonasi: berita. Tuturan terjadi Penutur Nada tutur: diruang bermaksud PT : Dik mau kemana, sedang. keluarga. menolak ajakan kok pagi-pagi dah Tekanan : Tuturan terjadi dari mitra tutur.

211 195 rapi? MT : Mau senam pagi ini, mau ikut? PT : Ndak lah, males aku. Kamu aja kek yang pergi. Komteks : Tuturan terjadi dalam situasi santai, di ruang keluarga, ketika mitra tutur sedang keluar dari kamar.penutur mengajak, mitra tutur untuk senam pagi dan mitra tutur menolaknya. 2 Tuturan G2 PT : Pak, sini ikut gabung main PS, seru lho! MT : Bapak masih sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis kek. Intonasi: berita. Nada tutur: sedang. Tekanan: sedang. Pilihan kata: dalam suasana santai. Penutur bertanya kepada mitra tutur, ketika mitra tutur sedang keluar dari kamarnya. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur, dengan mengajak mitra tutur untuk senam pagi. Mitra tutur menolak ajakan penutur. Tuturan terjadi dalam suasana santai. Penutur mengajak Mitra tutur untuk Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut merupakan wujud basa-basi menolak. Tuturan yang disampaikan penutur tersebut bermaksud menolak ajakan dari mitra tutur dengan memberi alasan sebagai wujud basa-basi. Mitra tutur bermaksud menolak ajakan dari mitra tutur dengan memberikan

212 196 banyak kerjaan, tadi kan sudah dikasih tau, lain kali aja ya PT : Yah, yasudah lah. Konteks: Tuturan terjadi diruang tengah, ketika Penutur sedang bermain PS dan mitra tutur sedang mengoreksi hasil ujian. Penutur mengajak mitra tutur bermain, tetapi mitra tutur menolak penggunaan Partikel dan kata fatis kan. bermain PS. Mitra tutur menolak ajakan Penutur, dengan berjanji lain waktu saja. kelegaan hati kepada mitra tutur. Tuturan yang disampaikan oleh mitra tutur tersebut merupakan basa-basi menolak. Tuturan yang disampaikan mitra tutur yang berbunyi: Lain kali aja ya! merupakan wujud basa-basi untuk menjaga perasaan penutur. 3 Tuturan G3 PT : Dek, wis adus durung? (Dek, sudah mandi belum?) Intonasi : Berita Nada tutur: sedang. Tekanan: sedang. Pilhan kata: Tuturan terjadi diruang tengah. Tuturan berlangsung dalam situasi santai. Mitra tutur bermaksud memberikan harapan agar penutur puas. (nglegani).

213 197 MT : Sampun, pripun Buk? (sudah, bagaimana Buk?) PT : Ayo nderek Ibuk nang pasar. (Ayo ikut Ibu ke pasar) MT : Kula nggeh purun lho, mangkeh kula nyusul. Hehe (Saya juga mau lho, Bu. Nanti saya menyusul.) Konteks : Tuturan terjadi di ruang tengah, dalam situasi santai.penutur berpapasan dengan mitra tutur, dan mengajaknnya ke pasar. Mitra tutur merespon tuturan dari mitra tutur, dengan menolak ajakn tersebut. Penggunaan Partikel dan kata fatis lho. Penutur berpapasan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur untuk kepasar. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur, dengan menolak ajakan penutur dengan memberi kelegaan hati. Tuturan yang disampaikan oleh mitra tutur tersebut merupakan wujud basa-basi menolak. Tuturan yang disampaikan oleh mitra tutur tersebut merupakan tuturan penolakan dengan cara halus, untuk menjaga perasaan penutur. 4 Tuturan G4 PT: Mas, besok pagi Intonasi: berita. Nada tutur: Tuturan terjadi diruang Mitra tutur bermaksud

214 198 Adik diantar ke wates ya? Adik mau lari pagi. MT: Bisa lah Dek, tapi mas bisa nganternya malam PT: Yasudah mas. Konteks: Tuturan terjadi diruang keluarga, ketika penutur dan mitra tutur sedang menonton tv. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk mengantarkannya ke wates besok pagi, tetapi mitra tutur menolaknya dengan halus. sedang. Tekanan: sedang. Pilhan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis lah. keluarga. Tuturan berlangsung dalam situasi santai. Penutur membuka percakapan, dengan meminta tolong kepada mitra tutur untuk mengantarkan ke wates besok pagi. Mitra tutur menolak permintaan dari penutur dengan memberikan jaminan. menolak permintaan dari penutur secara halus, untuk menjaga perasaan penutur. Tuturan yang disampaikan oleh mitra tutur tersebut merupakan basa-basi menolak. Karena mitra tutur menolak permintaan penutur dengan memberikan jaminan mas bisa nganternya malam!. Kalimat tersebut membuktikan, bahwa tuturan mitra tutur tersebut merupakan basa-

215 199 basi menolak 5 Tuturan G5 PT: Vi, besok Ibu mau pergi ke Nglanggeran. Kamu mau ikut ndak? MT: Wah, sebenarnya aku mau kalau ikut, tapi kayaknya besok aku ada acara deh Bu PT: Ya sudah lain kali, kita kesana sama-sama. MT: Iya Bu. Konteks: Tuturan terjadi di dapur, ketika penutur menghampiri mitra tutur yang sedang mencuci buah. Penutur mengajak mitra tutur ke Nglanggeran, tetapi mitra tutur menolaknya. Intonasi: berita. Nada tutur: Tinggi Tekanan: sedang Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis deh. Tuturan terjadi di dapur. Tuturan berlangsung dalam situasi santai. Penutur menghampiri mitra tutur yang sedang mencuci buah. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur dengan menolak ajakan penutur. Mitra tutur bermaksud menolak ajakan dari penutur secara halus, untuk menjaga perasaan penutur. Tuturan yang disampaikan oleh mitra tutur tersebut merupakan basa-basi menolak. Karena mitra tutur menolak ajakan penutur secara halus. Kalimat yang berbunyi: Wah, sebenarnya aku mau kalau ikut merupakan basabasi untuk menjaga perasaan penutur agar

216 200 tidak merasa tersinggung atas penolakan mitra tutur. 6 Tuturan G6 PT : Sini Dek dudukduduk diteras, anginnya segar lho. MT: Haha sebentar Bu, aku masih ada ini. Nanti saja ya Bu? PT: Iya Dek. Konteks: Tuturan terjadi diteras, ketika penutur sedang bersantai-santai diteras. Penutur melihat mitra tutur yang sedang melewati samping teras. Penutur mengajak mitra tutur untuk duduk diteras.mitra tutur menolak ajakan dari penutur, dengan alasan masih ada yang akan dikerjaan. Intonasi: Tanya. Nada tutur: sedang. Tekanan: sedang Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis ya Tuturan terjadi diteras rumah. Tuturan berlangsung dalam situasi santai. Tuturan terjadi ketika penutur sedang bersantai diteras rumah. Penutur mengajak mitra tutur yang sedang melewati samping teras, untuk duduk diteras bersama penutur. Mitra tutur menolak ajakan dari penutur, dengan beralasan jika masih ada yang Mitra tutur bermaksud menolak ajakan dari penutur, dengan menyampaikan alasannya agar tidak menyinggung perasaan penutur. Tuturan yang yang disampaikan oleh mitra tutur tersebut merupakan basa-basi menolak. Karena mitra tutur tidak langsung menyampaikan

217 201 akan dikerjakan. penolakannya secara langsung, tetapi mitra tutur menolak secara halus dengan menyampaikan alasannya. Wujud Basa-basi Selamat No Tuturan Penanda Maksud Triangulator Komentar Lingual Nonlingual Ya Tidak 1 Tuturan H1 Intonasi: Tuturan Penutur Seru. terjadi di bermaksud PT : Dian, selamat ya Nada tutur: ruang memberikan dapat juara satu. Tetap Sedang keluarga. ucapan Tekanan : Tuturan selamat dan

218 202 harus rajin belajar lho! MT : Makasih ya Bu, dapat hadiah ndak? PT : Dapat, besok kalau Ibu udah gajian. Konteks : Tuturan terjadi dalam situasi senang, dan berlangsung di ruang keluarga ketika mitra tutur sedang menonton tv, dan penutur sedang pulang dari bekerja. Penutur memberi selamat kepada mitra tutur. 2 Tuturan H2 PT : Wah, Bapak sukses menjadi Guru ni. Selamat ya muridnya lulus semua sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis lho. Intonasi: berita. Nada tutur: Tinggi. Tekanan: sedang. berlangsung dalam situasi senang. Penutur memberi ucapan selamat kepada mitra tutur karena mendapat juara 1. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur, dengan meminta hadiah kepada penutur. Tuturan terjadi diruang keluarga. Tuturan berlangsung harapan agar tetap mendapat juara satu kepada mitra tutur. Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut merupakan wujud basabasi selamat, karena penutur tidak hanya memberikan selamat, tetapi juga memberikan semangat kepada mitra tutur. Penutur bermaksud menunjukkan keramahannya dengan mengucapkan

219 203 MT : Duh, Ibu bisa aja. Alhamdulilah ya Bu. PT : Iya Pak, Alhamdulilah. Ibu ikut senang. (Instrumen:Kuesioner) Konteks: Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga.. Penutur ingin mengucapkan selamat kepada mitra tutur, karena muridnya lulus semua. 3 Tuturan H3 PT : Selamat ya Nak, sekarang sudah jadi pelukis. Harus tetap dipertahankan lho juaranya! (Instrumen Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis ya Intonasi: Seru. Nada tutur: tinggi. Tekanan: tinggi. Pilihan kata: Penggunaan dalam situasi santai. Penutur memberi ucapan selamat kepada mitra tutur karena anak didiknya lulus semua. Mitra tutur merespon tuturan dari penutur dengan mengucapka n syukur atas keberhasilan nya. Tuturan terjadi diruang keluarga. Tuturan berlangsung dalam suasana selamat kepada mitra tutur. Tuturan yang disampaikan oleh penutur merupakan basa-basi selamat. Karena penutur tidak hanya sekedar mengucapkan selamat, tetapi penutur juga memberikan pujian kepada mitra tutur. Penutur menunjukkan keramahannya kepada mitra tutur dengan cara mengucapkan selamat.

220 204 Kuesioner) Konteks : Tuturan terjadi dalam situasi santai, dan berlangsung di ruang keluarga, ketika mitra tutur sedang dan penutur sedang menonton tv. Penutur ingin mengucapkan selamat kepada mitra tutur, karena memenangkan lomba melukis 4 Tuturan H4 PT: Ibu tidur dulu ya Nak, selamat belajar! MT : Terima kasih ya Bu, selamat tidur. PT: Ya, Nak. (Instrumen : Kuesioner) Konteks : Tuturan terjadi di ruang belajar, Penutur menghampiri mitra tutur frase fatis lho. Intonasi : Seru. Nada tutur : Sedang. Tekanan: Sedang. Pilihan kata: Penggunaan Frase fatis ya santai. Penutur memberi ucapan selamat, karena mitra tutur meme- Nangkan lomba melukis. Tuturan berlangsung dalam situasi santai. Tuturan terjadi di ruang belajar. Penutur menghampiri mitra tutur Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut merupakan basa-basi selamat. Karena penutur tidak hanya mengucapkan selamat kepada mitra tutur, tetapi penutur juga memberikan pujian kepada mitra tutur. Penutur bermaksud memberi semangat kepada mitra tutur yang sedang belajar. Tuturan yang disampaikan

221 205 yang sedang belajar dan mengucapkan selamat belajar kepada mitra tutur. 5 Tuturan H5 PT: Pak, selamat ya, nilai siswanya tinggitinggi. Bapak sudah berhasil menjadi Guru Bahasa Indonesia yang hebat, harus dipertahankan dan ditingkatkan lho Pak. MT: Puji Tuhan, makasih ya Bu. Konteks: Tuturan terjadi Intonasi: Seru. Nada tutur : Sedang. Tekanan: Sedang. Pilihan kata: Penggunaan Partikel dan kata fatis lho. yang sedang belajar. Penutur mengucapka n selamat belajar kepada mitra tutur. Tuturan terjadi diruang keluarga. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Tuturan terjadi ketika penutur dan mitra tutur sedang oleh penutur tersebut merupakan basa-basi selamat, karena penutur tidak langsung mengutarakan maksud dan tujuannya untuk menyampaikan selamat belajar kepada mitra tutur. Penutur bermaksud mengucapkan selamat dan memberi pujian kepada mitra tutur. Tuturan yang disampaikan oleh penutur tersebut

222 206

223

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA PENDIDIK DI DUSUN KENTENG, KEJIWAN, WONOSOBO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA PENDIDIK DI DESA JUNGGUL, BANDUNGAN, JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari budaya yang hidup. Ia lahir dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari budaya yang hidup. Ia lahir dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari budaya yang hidup. Ia lahir dari suatu masyarakat yang memiliki kesepakatan untuk memakai kaidah-kaidah dalam suatu bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Disarikan dari buku:

PRAGMATIK. Disarikan dari buku: PRAGMATIK Disarikan dari buku: Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Graha Ilmu: Yogyakarta. Cutting, Joan. 2006. Pragmatics and Discourse 2 nd Edition. New York: Rouledge. Wijana, I Dewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA i FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa mereka, atau bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa mereka, atau bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tidak terlepas dari bahasa, bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Tanpa adanya bahasa maka komunikasi pun tidak dapat

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan atau dihindari dari kehidupan manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA DONGENG ANAK KARYA LIA HERLIANA

ANALISIS FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA DONGENG ANAK KARYA LIA HERLIANA ANALISIS FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI PADA DONGENG ANAK KARYA LIA HERLIANA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) Oleh: Destoro Setyawan 1201040077

Lebih terperinci

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) 1 IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) Oleh: Indrie Harthaty Sekolah Tinggi Bahasa Asing Pertiwi Abstrak Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar guru mempunyai peran penting dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik melalui komunikasi. Komunikasi adalah alat untuk

Lebih terperinci

KEKUASAAN DALAM BAHASA (ANALISIS PERCAKAPAN MELALUI KLASIFIKASI TINDAK TUTUR)

KEKUASAAN DALAM BAHASA (ANALISIS PERCAKAPAN MELALUI KLASIFIKASI TINDAK TUTUR) KEKUASAAN DALAM BAHASA (ANALISIS PERCAKAPAN MELALUI KLASIFIKASI TINDAK TUTUR) Agustine Nurhayati, S.Pd., M.Pd. Dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Adi Buana Surabaya tien.hadi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa manusia akan sulit berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesamanya. Selain itu bahasa juga menjadi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Jurnal Cakrawala ISSN 1858-449, Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Oleh : Bowo Hermaji ABSTRAK Tindak tutur merupakan tindakan yang dimanifestasikan dalam

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI

TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI SKRIPSI Oleh Erly Haniyati Nisak NIM 100210402060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi, digunakan oleh anggota masyarakat untuk berinteraksi, dengan kata lain interaksi atau segala macam kegiatan komunikasi di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) WILDASARI NIM 110388201136

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana dalam menjalankan segala jenis aktivitas, antara lain sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, meminta informasi, memberi perintah, membuat

Lebih terperinci

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA Diana Tustiantina 1) Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dianatustiantina@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Bahasa itu terdiri atas dua bagian yaitu lisan, seperti percakapan, pembacaan berita, berpidato,kegiatan diskusi/seminar,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu kehidupan masyarakat sehari-hari komunikasi sangat penting digunakan untuk berinteraksi antar manusia di dalam lingkungan masyarakat. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya senantiasa berkomunikasi dengan manusia lain dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi melalui media bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya senantiasa melakukan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting karena dengan bahasa orang dapat menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan wujud yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. Setiap komunikasi dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian tuturan basa-basi dalam teks drama les Justes menghasilkan

BAB V PENUTUP. Penelitian tuturan basa-basi dalam teks drama les Justes menghasilkan BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Penelitian tuturan basa-basi dalam teks drama les Justes menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan jenisnya tuturan basa-basi ada dua yaitu polar dan murni. Para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tindak Tutur. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wacana merupakan komunikasi pikiran dengan kata-kata, ekspresi dengan ide-ide atau gagasan-gagasan, dan konversasi atau percakapan (Tarigan, 2009:22). Wacana direalisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mengalami perubahan signifikan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini, penggunaan unsur slang dalam bahasa Inggris Amerika hampir terdapat dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat disana. Variasi bahasa ini dengan mudah bisa

Lebih terperinci

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA Naskah Publikasi Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah EKO CAHYONO

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia disampaikan melalui bahasa. Chaer dan Leonie (2010:14 15) mengungkapkan bahwa dalam komunikasi, bahasa berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak ada satu orang pun yang benar-benar beraktivitas tanpa mengadakan rapat. Misalnya saja, menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menjadi bagian penting dalam peristiwa komunikasi. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menjadi bagian penting dalam peristiwa komunikasi. Bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa menjadi bagian penting dalam peristiwa komunikasi. Bahasa digunakan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Bahasa adalah sistem yang rumit yang

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia KOMUNIKASI FATIS DALAM WACANA KONSULTATIF PEMBIMBINGAN SKRIPSI PADA PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2015/2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA Oleh Septia Uswatun Hasanah Mulyanto Widodo Email: septiauswatunhasanah@gmail.com Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Bahasa sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah suatu kenyataan bahwa

Lebih terperinci

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juli 2015 IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG.

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juli 2015 IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG. IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG Oleh Lismayana Nurlaksana Eko Rusminto Siti Samhati Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail:

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA PEMANFAATAN PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DALAM KEGIATAN DISKUSI KELAS PADA SISWA KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK

PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK PRAANGGAPAN DAN IMPLIKATUR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA UNTUK MEMBENTUK PEMIKIRAN KRITIS IDEOLOGIS PEMUDA INDONESIA: SEBUAH PENDEKATAN PRAGMATIK Indah Riyanti Pascasarjana UNNES indahriyantipps@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM ABSTRAK

ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM ABSTRAK 0 ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM 209210020 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengdeskripsikan tindak tutur lokusi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor

BAB V PENUTUP. kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian tindak tutur ilokusi dalam papan peringatan pada sarana publik di kota Melbourne bertujuan untuk menelaah jenis, bentuk, fungsi,dan faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak bisa dipisahkan dari manusia karena bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak bisa dipisahkan dari manusia karena bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bahasa tidak bisa dipisahkan dari manusia karena bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan berintekrasi. Kridalaksana (2008:24) menjelaskan bahwa bahasa adalah sistem

Lebih terperinci