PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA PENDIDIK DI DUSUN KENTENG, KEJIWAN, WONOSOBO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: Cecilia Christa Pramadina PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 i

2 ii

3 iii

4 HALAMAN PERSEMBAHAN Ungkapan penuh syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang telah memberikan berkat serta kelancaran dalam setiap langkah penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya Stefanus Prasetya Hadi dan Heronima Dewi Palupi yang selalu membimbing, memotivasi, mendukung, membantu, serta mendoakan di setiap langkah saya. Samuel Chrisnandi Pramahudi selaku adik saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat. Irene Desty Renaningtyas, Angela Yohana Mentari Adistin, Bungsu Atmi Putranti, dan Hendrika Yuli, selaku teman sepayung yang selalu memberikan semangat, motivasi, dukungan, doa, dan kasih sayang. iv

5 MOTTO Bersuka citalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa. (Roma 12: 12) Sesuatu yang belum dikerjakan, seringkali tampak mustahil; kita baru yakin kalau kita telah berhasil melakukannya dengan baik. (Evelyn Underhill) v

6 vi

7 vii

8 ABSTRAK Pramadina, Cecilia Christa Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD. Penelitian ini membahas mengenai wujud basa-basi berbahasa dan maksud basa-basi berbahasa di ranah keluarga pendidik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud basa-basi berbahasa dan mendeskripsikan maksud basabasi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Subjek dalam penelitian ini adalah anggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Penelitian basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo, ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini berisi gambaran basa-basi antaranggota keluarga pendidik yang diperoleh langsung di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Metode pengumpulan data yakni, pertama, metode simak dengan teknik catat dan rekam, dan kedua, metode cakap yang disejajarkan dengan metode wawancara yang dilaksanakan dengan teknik pancing. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memahami fenomena basa-basi yang digunakan oleh penutur maupun mitra tutur untuk menyampaikan maksud tuturannya. Oleh karena itu, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai suatu pemahaman terhadap penggunaan basa-basi terutama penggunaan bahasa dalam tindakan komunikasi. Simpulan dari penelitian ini adalah (1) Wujud basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo terbagi dalam kategori acknowledgments (subkategori salam, terima kasih, menolak, menerima, empati, meminta maaf, dan mengucapkan selamat), (2) Maksud basabasi berbahasa antarkeluarga pendidik adalah untuk mengekspresikan perasaan penutur kepada mitra tutur, menjalin dan menjaga hubungan antara penutur dengan mitra tutur, untuk mempertahankan atau mengukuhkan, serta untuk menyampaikan berbagai maksud lain. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan pengetahuan kepada keluarga pendidik mengenai basa-basi antaranggota keluarga pendidik. Basa-basi yang dipergunakan antaranggota keluarga pendidik untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur sehingga relasi semakin akrab maupun erat. Kata kunci: basa-basi, basa-basi murni, basa-basi polar, acknowledgments, wujud basa-basi, maksud basa-basi viii

9 ABSTRACT Pramadina, Cecilia Christa The Phatic Communication in Using Language between Educator s Family Member at Kenteng Hamlet, Kejiwan, Wonosobo. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD. This research discussed about chit-chat form and the aims of phatic communication especially in educators family. The research intended to describe phatic communication form and the aim of phatic communication in using language between educator s family member at Kenteng Hamlet, Kejiwan, Wonosobo. The research was qualitative-descriptive. The research contained of phatic communication in using language between educator s family member at Kenteng Hamlet, Kejiwan, Wonosobo. The data collecting method were listening method by recording and taking note technique and speaking method parallelized by interviewing method applied by inducement method. In the research, the researcher tried to understand chit-chat phenomena used by speaker and another speaker to convey her/his speech. Therefore, the aim of the research was an understanding towards the use of phatic communication especially the use of language in communication. The conclusion of the research were (1) phatic communication in using language between educator s family member at Kenteng Hamlet, Kejiwan, Wonosobo divided into acknowledgments category (sub-category: greeting, thanking, rejecting, accepting, empathizing, apologizing, and congratulating), (2) The aims of phatic communication in using language between educator s family member were to express the speaker s feeling to another one, having and keeping relationship between speaker and another one, maintain and stand firm, and convey other aims. The research was expected to give knowledge for the educator s family about phatic communication among the educators family member. The phatic communication used by them to start, maintain, or stand firm social relationship between the speaker and another one in order to make their relationship more intimate and closer. Keywords: phatic communication, pure phatic communication, polar phatic communication, acknowledgments, form of phatic communication, aims of phatic communication. ix

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kasih yang telah melimpahkan berkat dan anugerah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Basa-Basi Dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Penyusunan tugas akhir skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan. Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku dosen pembimbing yang selama ini bersedia meluangkan waktu dan tenaganya untuk membimbing, mendorong, dan memberi masukan yang sangat bermanfaat untuk penyusunan skripsi ini hingga terselesaikan dengan baik. 4. Para Dosen PBSI yang telah mendidik dan memberikan pengetahuan yang berguna bagi penulis. 5. Sekretariat PBSI yang telah membantu kelancaran perkuliahan penulis. 6. Bapak, Ibu, dan Adikku tercinta, yang dengan penuh kasih memberi doa, dukungan, motivasi, dan bantuan, serta merupakan sumber semangat dan inspirasi dalam penyusunan skripsi ini. 7. Sahabat-sahabat dari kelompok basa-basi terima kasih untuk dukungannya serta suka duka dalam mengerjakan skripsi. x

11 8. Rekan-rekan seperjuangan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia angkatan 2011 kelas A atas kebersamaan, hari-hari indah dan penuh semangat yang kita lalui bersama selama empat tahun. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Karena itu, saran dan kritik sangat diharapkan bagi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi kajian yang bermanfaat bagi pembaca pada umumnya. Penulis Cecilia Christa Pramadina xi

12 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... ii iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv HALAMAN MOTTO... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR BAGAN... DAFTAR TABEL... xv xv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Istilah... 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian yang Relevan Kajian Teori Pragmatik Konteks Teori Maksud xii

13 2.2.4 Fenomena Pragmatik Deiksis Praanggapan Implikatur Tindak Ujaran Basa-basi sebagai Fenomena Pragmatik Kategori Fatis Kerangka Berpikir BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Data dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data Triangulasi Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN Deskripsi Data Salam Terima Kasih Menolak Menerima Empati Meminta Maaf Meminta/ Mengundang Mengucapkan Selamat Hasil dan Pembahasan Wujud Basa-basi Berbahasa Salam (A) Terima Kasih (B) Menolak (C) xiii

14 Menerima (D) Empati (E) Meminta Maaf (F) Meminta/ Mengundang (G) Selamat (H) Maksud Basa-basi Berbahasa Salam (A) Terima Kasih (B) Menolak (C) Menerima (D) Empati (E) Meminta Maaf (F) Meminta/ Mengundang (G) Mengucapkan Selamat (H) BAB V PENUTUP Simpulan Saran Bagi Peneliti Lain Bagi Keluarga Pendidik DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1. Triangulasi Basa-basi Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dan Observasi Lampiran 3. Surat Keterangan Selesai Penelitian DAFTAR RIWAYAT HIDUP xiv

15 DAFTAR BAGAN Bagan 1. Kerangka Berpikir DAFTAR TABEL Tabel 1. Rincian Keluarga Pendidik xv

16 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat yang penting bagi manusia untuk saling berkomunikasi. Melalui bahasa manusia dapat menyampaikan pesan kepada orang lain. Menurut Widjono (2007:14) bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem, yaitu seperangkat aturan yang dipatuhi oleh pemakainya. Berdasarkan pengertian tersebut, terlihat jelas bahwa bahasa digunakan untuk saling berinteraksi satu dengan yang lain, serta dapat membentuk tingkah laku dan sopan santun saat bertutur kata. Bahasa selalu hadir dalam segala aktivitas ataupun kegiatan manusia. Maka dari itu, bahasa memegang peranan yang penting dalam berkomunikasi. Menurut KBBI (2008:721), komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak. Penerimaan serta pengirimin pesan sangat penting dalam menjalin sebuah komunikasi satu dengan lainnya, bila salah satu kurang dapat menerima maupun mengirim pesan, komunikasi dapat terhambat. Terkadang untuk menyampaikan sebuah informasi, penutur tidak mengungkapkan secara langsung melainkan dengan menjalin hubungan sosial dengan lawan tuturnya. Hal ini bertujuan untuk membuka atau

17 2 mempertahankan serta memelihara hubungan sosial antara penutur dan lawan tutur yang dikenal dengan istilah basa-basi. Menurut KBBI (2008:143), basa-basi adalah (1) adat sopan santun; tata krama pergaulan, (2) ungkapan yang digunakan hanya untuk sopan santun dan tidak untuk menyampaikan informasi, misalnya kalimat apa kabar? yang diucapkan apabila kita bertemu dengan kawan (3) perihal menggunakan ungkapan semacam itu. Tingkat kesopansantunan seseorang dalam dilihat dari budayanya, salah satunya adalah budaya berbahasanya saat berkomunikasi. Oleh karena itu, basa-basi memiliki peranan penting dalam setiap hubungan dan komunikasi antarmanusia. Berikut ini memperlihatkan fenomena basa-basi: (1) Putri : Makasih ya, Dew. Mampir dulu. Dewi : Sama-sama, Put. Lain kali aja ya, aku langsungan aja. Daah. Putri : Daah, hati-hati Dewi. Pada dialog (1) konteknya ketika Putri diantar pulang ke rumah oleh Dewi. Tuturan tersebut termasuk tuturan basa-basi karena digunakan ketika Putri dan Dewi sampai di depan rumah. Ungkapan Makasih ya, Dew dipakai secara otomatis karena Dewi telah mengantar Putri pulang. Kemudian pada tuturan Mampir dulu menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya, karena Dewi sudah mau mengantarnya sampai ke rumah. Tuturan Lain kali aja ya, aku langsungan aja menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya, karena tuturan Dewi tidak bersungguh-sungguh meyakinkan tuan rumah

18 3 bahwa ia akan mampir lain waktu, melainkan hanya untuk memperhalus menolak ajakan untuk mampir di rumah Putri. Tuturan-tuturan tersebut dalam masyarakat bahasa Indonesia dikenal dengan istilah basa-basi. Penggunaan basa-basi tidak hanya digunakan dalam kehidupan seharihari di masyarakat, tetapi pada keluarga pendidik juga sering ditemukan adanya basa-basi. Keluraga menurut KBBI (2008:659) adalah ibu dan bapak beserta anak-anaknya; seisi rumah. Keluarga merupakan kesatuan dari orangorang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan perananperanan sosial bagi suami dan istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Basa-basi pada keluarga pendidik merupakan salah satu bentuk dari kesantunan berbahasa antaranggota keluarga pendidik dalam satu rumah. Berikut ini memperlihatkan fenomena basa-basi: (2) Ayah : Bagaimana sekolahmu tadi? Anak : Baik, yah. Pada dialog (2) konteksnya ketika ayah dan anak bertemu di rumah setelah seharian ayah bekerja dan anak bersekolah. Ungkapan bagaimana sekolahmu tadi? digunakan untuk membuka sebuah percakapan antara ayah dengan anaknya, agar hubungan ayah dengan anakanya tetap terjalin erat. Berdasarkan penjabaran di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui basa-basi yang digunakan ayah dan ibu, orang tua dan anak, anak dan anak di dalam keluarga pendidik. Peneliti memilih objek penelitian di dusun

19 4 Kenteng, Kejiwan, Wonosobo karena dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo dianggap dapat mewakili tuturan basi-basi dari para keluarga pendidik dalam berkomunikasi dengan sesama keluarga. Oleh karena itu, peneliti akan melakukan suatu penelitian dengan judul Basa-Basi Dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut: a. Apa saja wujud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo? b. Apa saja maksud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: a. Mendeskripsikan wujud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. b. Mendeskripsikan maksud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo.

20 5 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang memerlukan. Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini, yaitu: a. Manfaat Teoretis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat membantu pengembangan pragmatik khususnya yang berkaitan dengan basa-basi berbahasa, serta dapat digunakan sebagai referensi dalam berkomunikasi untuk membuka serta mempererat hubungan sosial penutur dan lawan tutur. b. Manfaat Praktis Hasil dari penelitian basa-basi berbahasa ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi keluarga pendidik terutama antara orang tua dan anak maupun sebaliknya untuk membuka serta mempererat hubungan sosial penutur dan lawan tutur dalam berkomunikasi. Penelitian ini dapat juga memberikan masukan kepada para praktisi dalam bidang pendidikan terutama bagi dosen, guru, mahasiswa, siswa, dan tenaga kependidikan untuk mengetahui pentingnya basa-basi berbahasa dalam lingkup keluarga pendidik.

21 6 1.5 Batasan Istilah Batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini tidak lepas dari teori basa-basi dan teori-teori yang mendukung penelitian ini, maka peneliti memberikan batasan istilah sebagai berikut: 1. Pragmatik Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksud orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. (Yule, 2006: 3) 2. Maksud Basa-basi Maksud Basa-basi ialah sesuatu yang sungguh-sungguh ingin disampaikan oleh penutur dan hanya bersumber dari penutur. yaitu yang berwujud pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak antara penutur dengan lawan tutur. (Arimi, 1998) 3. Basa-basi Kata-kata dipakai untuk memecahkan kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik, dan sebagainya. Penggunaan bahasa untuk keperluan seperti ini dapat disebut penggunaan basa basi. (Arimi, 1998)

22 7 4. Basa-basi Murni Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan penutur selaras dengan kenyataan. (Arimi, 1998) 5. Basa-basi Polar Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. (Arimi, 1998) 6. Konteks Konteks tuturan dapat diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur. (Rahardi, 2003:20) 7. Keluarga Pendidik Keluarga pendidik adalah kesatuan dari ayah dan ibu beserta anaknya yang berinteraksi dan berkomunikasi dalam lingkup guru.

23 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topiktopik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan teori berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini yang terdiri atas teori pragmatik, konteks, teori maksud, fenomena-fenomena pragmatik, basa-basi sebagai fenomena pragmatik, dan kategori fatis. Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori yang berdasarkan pada penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab rumusan masalah. 2.1 Penelitian Relevan Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topik-topik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan teori berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini yang terdiri atas teori pragmatik, konteks, teori maksud, fenomena-fenomena pragmatik, basa-basi sebagai fenomena pragmatik, dan kategori fatis. Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori yang berdasarkan pada penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab rumusan masalah. Penelitian Sailal Arimi (1998) berjudul Basa-Basi Dalam Masyarakat Bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan: (1) mendapatkan gambaran

24 9 tentang etnografi berbasa-basi bagi penutur bahasa Indonesia, dan memperoleh pengetahuan yang memadai tentang aturan, atau kaidah penyampaian basa-basi dalam bahasa Indonesia, (2) mendapatkan kejelasan kembali atas fungsi basa-basi, (3) menemukan jenis-jenis basa-basi, distribusinya dalam wacana interaktif, beserta hubungannya dengan strategi berbasa-basi yang tepat, dan (4) menemukan kekhasannya dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, Sailal Arimi menghasilkan beberapa kesimpulan. Basa-basi sebagai tuturan rutin yang tidak mementingkan informasi merupakan simbol tindakan sosial secara verbal untuk bertegur sapa, bersopan-santun, dan beramah tamah guna menciptakan hubungan solidaritas dan harmonisasi antarpenutur. Masyarakat penutur membutuhkan basa-basi dikaitkan dengan hakikat fungsi interaksional baik untuk membina dan/atau mempertahankan hubungan sosial antar penutur. Dari sudut relasi sosial antarpenutur yang dihasilkan (outcome), bagi penutur basabasi merupakan upaya untuk memperoleh rasa solidaritas dan harmonisasi dengan mitra tutur. Dari sudut fungsi hakiki bahasa, basa-basi merupakan sejemput fenomena bahasa yang berfungsi sebagai pemelihara kerja sama dan sangat reflektif. Basa-basi dalam masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu basa-basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang

25 10 diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basabasi keteralamian, dan basa-basi keakraban. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basa-basi polar personal. Basa-basi bersifat universal sehingga menghasilkan kekhasankekhasan yang bersumber dari kebiasaan berbahasa dan sistem bahasa. Pengalihan pragmatis berdasarkan kekhasan-kekhasan tersebut dari satu bahasa ke bahasa lain (dalam hal ini bahasa Indonesia ke bahasa Inggris atau sebaliknya) dapat menimbulkan kegagalan atau konflik komunikasi. Penelitian Fitri Apri Susilo (2014) berjudul Basa-basi dalam Berbahasa Antar Guru di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Dalam penelitian tersebut terdapat dua rumusan masalah yang ingin dikaji oleh peneliti, yaitu apa sajakah wujud Basa-basi dalam Berbahasa Antar Guru di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014, apa sajakah maksud Basabasi dalam Berbahasa Antar Guru di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan tiap pemaparan hasil analisis terhadap kedua permasalahan dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa: peneliti menemukan delapan wujud Basa-basi Berbahasa Antar Guru di SMP N 12 Yogyakarta yang ditinjau dari kategori acknowledgment-nya terdiri dari delapan subkategori. Kedelapan subkategori tuturan basa-basi tersebut adalah (1) Apologize (meminta maaf), (2) Condole (belasungkawa), (3) Congratulate

26 11 (mengucapkan salam), (4) greet (memberi salam), (5) thanks (berterimakasih), (6) bid (meminta/mengundang), (7) accept (menerima), (8) reject (menolak). Apologize (meminta maaf) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan penyesalan. Condole (bela sungkawa) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan rasa simpati karena musibah yang dialami oleh mitra tutur. Congatulate (mengucapkan selamat) yaitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan karena ada kabar baik. Greet (memberi salam) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena bertemu seseorang. Thanks (berterima kasih) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih karena mendapat bantuan. Bid (meminta) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang akan terjadi. Accept (menerima) yaitu fungsi tuturan untuk menerima (menghargai) basa-basi dari mitra tutur. Reject (menolak) yaitu fungsi tuturan untuk menolak (melanggar) basa-basi dari mitra tutur. Penelitian Rawinda Fitrotul Mualafina (2013) berjudul Basa-Basi Dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Tradisional Kertek Wonosobo. Terdapat tiga rumusan masalah yang dikaji oleh peneliti, yaitu (1) bagaimana bentuk, jenis, dan distribusi basa-basi yang digunakan dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek, (2) apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan bentuk, jenis, dan distribusi dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek, dan (3) bagaimana fungsi dari penggunaan basa-basi dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek. Berdasarkan pemaparan hasil analisis terhadap ketiga permasalahan dalam penelitian tersebut, dapat

27 12 disimpulkan bahwa: (1) basa-basi yang digunakan dalam komunikasi di Pasar Kertek Wonosobo ini berbeda dengan basa-basi yang digunakan di tempat lain, (2) melalui pembahasan mengenai bentuk dan jenis, diperoleh fakta bahwa suatu kalimat mampu menyampaikan maksud yang berbeda dengan bentuk fisik kalimat tersebut, (3) ujaran basa-basi yang digunakan di Pasar Kertek ini hadir pada tiga posisi dalam struktur percakapan jual beli terjadi, yaitu rangkaian pembukaan atau opening sequences, rangkaian sisipan atau insertion sequences, dan rangkaian penutup atau closing sequences, (4) sebagai salah satu bentuk bahasa dalam masyarakat, penggunaan basa-basi tidak dapat terlepas dari sejumlah faktor sosial tertentu yang berpengaruh terhadap bentuk, jenis, dan distribusi basa-basi yang digunakan dalam sebuah percakapan jual-beli, (5) melalui enam fungsi yang ditemui dalam penggunaan basa-basi diketahui bahwa meskipun kehadirannya manasuka dan tidak mengandung informasi yang baru, kedudukan penggunaan basa-basi dalam percakapan tetaplah penting dalam kaitannya dengan fungsi secara sosial. Dari ketiga penelitian yang relevan tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Kesamaaan dengan penelitian-penelitian yang relevan sebelumnya terletak pada topik yang sama yaitu basa-basi berbahasa. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Apri Susilo terdapat rumusan masalah yang hampir sama dengan peneliti yaitu mengkaji tentang bentuk basa-basi berbahasa. Akan tetapi, tentu terdapat perbedaan dengan penelian-penelitian yang sudah ada sebelumnya. Perbedaan ini yakni terletak pada subjek penelitian. Penelitian yang berudul Basa-basi

28 13 dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo menggunakan subjek keluarga pendidik yang tinggal di Dusun Kenteng, dalam penelitiannya. Hal inilah yang membedakan dengan peneliti-peneliti sebelumnya, dimana penelitian yang terdahulu belum ada yang menggunakan subjek yang sama dengan peneliti. 2.2 Kajian Teori Pragmatik Rahardi (2003:10) mengatakan bahwa pragmatik merupakan cabang dari linguistik yang mempelajari dan mendalami apa saja yang termasuk di dalam stuktur bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi anatara penutur dengan mitra tutur, serta sebagai pegacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik atau luar bahasa. Levinson (1997) dalam Sudaryanto (2010:118) mengatakan Pragmatics is the study of relations between language and context that a basic to an account of language understanding (Pragmatik adalah kajian ihwal hubungan kemampuan pengguna bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi penjelasan tentang pemahaman bahasa). Konteks sangat diperlukan dalam pragmatik, tanpa konteks analisis pragmatik tidak akan berjalan. Dengan kata lain, daya pragmatik sangat bergantung pada konteks yang berlangsung pada waktu tuturan diujarkan dalam sebuah peristiwa tutur. Yule (2006:3) mengatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar.

29 14 Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksud orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Setiap penutur yang bertutur memiliki maksud yang ingin disampaikannya. Maksud tersebut adalah milik si penutur, bukan tuturan. Tuturan merupakan media bagi penutur untuk menyampaikan maksud tersebut. Berkaitan dengan maksud tersebut, maka perlu dipahami bagaimana maksud dan makna dapat dibedakan, sebab kedua hal tersebut berbeda jika telah bersinggungan dengan konteks situasi. George (1964) dalam Rahardi (2003:12) telah menunjukkan bahwa ilmu bahasa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya adalah ilmu tentang makna bahasa, dalam kaitan dengan keseluruhan perilaku umat manusia dan tanda-tanda atau lambang-lambang bahasa yang ada di sekelilingnya. Terhadap tanda atau lambang bahasa yang mencuat di sekelilingnya itu, manusia akan selalu akan bereaksi dengan aneka kemungkinan sikap dan variasi tindakan atau perilakunya. Cruse (2000:16) dalam Cummings (2007:2) memaparkan bahwa pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi yang disampaikan melalui bahasa yang tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang digunakan,

30 15 tetapi yang juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada maknamakna yang dikodekan secara konvesional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut Konteks Rahardi (2003:20) mengemukakan bahwa konteks tuturan dapat diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur. Konteks sangat penting dalam kajian pragmatik. Menurut Leech (1983:13) dalam Nadar (2009: 6) konteks didefinisikan sebagai background knowledge assumed to be shared by s and h and which contributes to h s interpretation of what s means by a given utterance (Latar belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur pada waktu membuat tuturan tertentu) (s berarti speaker penutur ; h berarti hearer lawan tutur ). Leech menambahkan dalam definisinya tentang konteks yaitu sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang secara bersama dimiliki oleh penutur dan petutur, dan konteks ini membantu petutur menafsirkan atau menginterpretasikan maksud tuturan penutur. Dengan demikian, konteks adalah hal-hal yang gayut dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan ataupun latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur

31 16 dan lawan tutur dan yang membantu lawan tutur menafsirkan makna tuturan. Hymes (1974) dalam Sudaryanto (2010:119) mengembangkan konteks situasi yang dikenalkan oleh Malinowski dan Firth yang menghubungkannya dengan situasi tutur. Dalam situasi tutur tersebut, terdapat delapan komponen tutur yang disingkat menjadi SPEAKING. Kedelapan komponen tutur itu dapat mempengaruhi tuturan seseorang. Delapan komponen tutur itu meliputi latar fisik dan latar psikologi (setting and scene), peserta tutur (partisipants), tujuan tutur (ends), urutan tindak (acts), nada tutur (keys), saluran tutur (instruments), norma tutur (norms), dan jenis tutur (genres). 1) Settings adalah tempat dan waktu terjadinya pertuturan, termasuk di dalamnya kondisi psikologis dan cultural yang menyangkut pertuturan tersebut. 2) Participant menyangkut peserta tutur. 3) Ends menunjuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam suatu situasi tutur. 4) Acts of sequence menunujuk pada saluran tutur yang dapat merupakan lisan maupun tertulis. 5) Key menunujukkan cara dari pertuturan yang dilangsungkan. 6) Instrumentalities menunjukkan penggunaan kaidah berbahasa dalam pertuturan. 7) Norms adalah norma atau tuturan dalam berinteraksi.

32 17 8) Genre adalah kategori tuturan yang dapat merupakan puisi, surat, artikel, dan sebagainya. Syafi ie (1990:126) dalam Lubis (2011:60) mengatakan konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu (1) konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya pemakaian bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa komunikasi itu dan tindakan atau perilaku dari para peran dalam peristiwa komunikasi itu; (2) konteks epistemis atau latar belakang pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara ataupun pendengar; (3) konteks linguistik yang terdiri atas kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu dalam peristiwa komunikasi; (4) konteks sosial yaitu relasi sosial dan latar setting yang melengkapi hubungan antara penutur dengan pendengar. Anwar (1984:44-45) menjelaskan istilah konteks sering digunakan untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai salah satu petunjuk untuk lebih memahami masalah arti bahasa. Situasi itu dapat formal dan informal. Kata konteks lebih luas jangkauannya. Konteks itu mencakup pengertian situasi tetapi ditambah dengan pengertian lain. Konteks dari sebuah kata atau bicara dapat meliputi seluruh latar belakang sosial dari masyarakat bahasa itu. Bila kita membaca kata-kata tertentu dalam sebuah buku, kadang-kadang kita kurang memahami kata itu tanpa memahami isi buku itu secara keseluruhan. Dapat dikatakan bahwa konteks daripada kata-kata itu tadi adalah semua kata-kata yang digunakan dalam buku itu. Konteks sangat

33 18 penting dalam memahami suatu tuturan, ia tidak menelaah bahasa secara internal melainkan secara eksternal. Konteks itu bisa berupa bahasa dan bukan bahasa, kedua-duanya dapat mempengaruhi arti bahasa. Istilah konteks sering digunakan untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai salah satu petunjuk untuk lebih memahami arti masalah bahasa. Cumming (2005:5) mengatakan bahwa kita tidak dapat mendapatkan definisi pragmatik yang lengkap bila konteksnya tidak disebutkan. Gagasan tentang konteks berada di luar pengejawantahannya yang jelas seperti latar fisik tempat dihasilkannya suatu ujaran yang mencakup faktor-faktor linguistik, sosial dan epistemis. Meskipun peran konteks dalam bahasa sudah lama diketahui, akan tetapi baru sekaranglah kontribusi faktor-faktor konteks terhadap proses argumentasi diselidiki secara serius oleh para ahli pragmatik. Yule (1996) dalam Sudaryanto (2010:120) membahas konteks dalam kemampuan seorang untuk mengidentifikasi referen-referen yang bergantung pada satu atau lebih pemahaman orang itu terhadap ekspresi yang diacu. Berkaitan dengan penjelasan tersebut, Yule membedakan konteks dan koteks. Konteks ia definisikan sebagai lingkungan fisik dimana sebuah kata dipergunakan. Koteks adalah bahan linguistik yang membantu memahami sebuah ekspresi atau ungkapan. Gunarwan (2004) dalam Sudaryanto (2010:122) menjelaskan konteks merupakan konsep yang dinamis. Maksud dinamis di sini adalah bahwa kenyataan dunia selalu berubah, dalam arti luas yang

34 19 memungkinkan partisispan berinteraksi dalam proses komunikasi dan ekspresi linguistik dari interaksi mereka yang dapat dimengerti. Misalnya, pragmatik menjelaskan pemilihan bentuk bahasa didasarkan pada tujuan para peserta pertuturan. Cutting (2008) dalam Sudaryanto (2010:122) menjelaskan konteks adalah pengetahuan ihwal dunia fisik dan sosial serta faktor-faktor sosiopsikologis yang memengaruhi komunikasi sebagaimana pengetahuan waktu dan tempat di dalam kata-kata yang dituturkan atau dituliskan. Konteks merupakan pengetahuan yang dimiliki bersama penutur dan petutur. Cutting membagi konteks menjadi tiga macam, yaitu konteks situasional, konteks pengetahuan latar, dan koteks. Konteks situasional berkaitan dengan situasi tempat interaksi tuturan, apakah penutur mengetahui ihwal apa yang dapat mereka lihat di sekelilingnya. Konteks pengetahuan latar berkaitan dengan apakah penutur dan petutur saling mengetahui ihwal budaya dan interpersonal Teori Maksud Rahardi (2003:16 17) dalam bukunya telah berbicara perihal maksud dan makna. Rahardi memaparkan bahwa makna yang dikaji dalam pragmatik bersifat terikat konteks (context dependent), sedangkan makna yang dikaji di dalam semantik berciri bebas konteks (context independent). Makna yang dikaji di dalam semantik bersifat diadik (diadic meaning), sedangkan dalam pragmatik makna itu bersifat triadik (triadic meaning). Pragmatik mengkaji bahasa untuk memahami maksud penutur, semantik

35 20 mempelajarinya untuk memahami makna sebuah satuan linguan a sich, yang notabene tidak perlu disangkutpautkan dengan konteks situasi masyarakat dan kebudayaan tertentu yang menjadi wadahnya. Informasi dan maksud sama-sama sesuatu yang luar-ujaran. Hanya bedanya kalau informasi itu merupakan sesuatu yang luar-ujaran dilihat dari segi objeknya atau yang dibicarakan; sedangkan maksud dilihat dari segi pengujarnya, orang yang berbicara itu mengujarkan suatu ujaran entah berupa kalimat maupun frasa, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri. Di simpang-simpang jalan di Jakarta banyak pedagang asongan menawarkan barang dagangannya kepada para pengemudi atau penumpang kendaraan (yang kebetulan kendaraannya tertahan arus lalu lintas) dengan kalimat tanya Koran, Koran?. Padahal mereka tidak bermaksud bertanya melainkan bermaksud menawarkan. Contoh lain, seorang ayah setelah memeriksa buku rapor anaknya, dan melihat bahwa angka-angka dalam buku rapor itu banyak yang merah, berkata kepada anaknya dengan nada memuji, dengan kalimat itu dia sebenarnya bermaksud menegur atau mungkin juga mengejek anaknya. Maksud banyak digunakan dalam bentuk-bentuk ujaran yang disebut metafora, ironi, litotes, dan bentuk-bentuk gaya bahasa lain. Selama masih menyangkut segi bahasa maka maksud itu masih dapat disebut sebagai bahasa maka maksud itu masih dapat disebut persoalan bahasa. Tetapi kalau sudah terlalu jauh dan tidak berkaitan lagi dengan

36 21 dengan bahasa maka sudah tidak dapat lagi disebut sebagai persoalan bahasa. Mungkin termasuk persoalan bidang studi lain; entah filsafat, antropologi, atau juga psikologi. Maksud yang menyangkut pihak pengujar masih memiliki persoalan semantik, asal saja lambang-lambang yang digunakan masih berbentuk lingual. (Chaer, 2009: 35) Fenomena Pragmatik Dalam ilmu pragmatik terdapat empat fenomena pragmatik yang telah disepakati, yaitu (1) deiksis, (2) praanggapan (presupposition), (3) implikatur percakapan (conversational implicature), dan (4) tindak ujaran (speech acts), (Purwo, 1990:17) Deiksis Menurut Yule (2006:13) deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti penunjukkan melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan penunjukkan disebut ungkapan deiksis. Yule (2006:13-15) membagi deiksis menjadi tiga, yaitu deiksis persona (kata ganti orang pertama saya, orang kedua kamu, dan orang ketiga dia laki-laki, dia perempuan, atau dia barang/ sesuatu ), deiksis tempat ( di sini dan di sana ), dan deiksis waktu ( pekan depan, pekan yang lalu, pekan ini, kemarin, hari ini, nanti malam, sekarang, dan kemudian ).

37 22 Purwo (1990:17) menjelaskan bahwa kata seperti saya, sini, sekarang adalah kata-kata yang deiksis. Kata-kata tersebut tidak memiliki referen yang tetap. Berbeda halnya dengan kata rumah, kertas, kursi, di tempat manapun, pada waktu kapan pun, referen yang diacu tetaplah sama. Akan tetapi, referen dari kata saya, sini, sekarang barulah dapat diketahui pula siapa, di tempat mana, dan pada waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Kushartanti (2005:111) menjelaskan bahwa deiksis adalah cara merujuk pada suatu hal yang berkaitan dengan erat dengan konteks penutur. Dengan demikian, ada rujukan yang berasal dari penutur, dekat dengan penutur, dan jauh dari penutur. Ada tiga jenis deiksis, yaitu deiksis ruang, deiksis persona, dan deiksis waktu Praanggapan Rahardi (2005:42) mengatakan bahwa sebuah tuturan dapat dikatakan praanggapan tuturan yang lain apabila ketidakbenaran tuturan yang dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau ketidakbenaran tuturan yang mempresuposisikan tidak dapat dikatakan. Tuturan yang berbunyi Mahasiswa tercantik di kelas itu pandai sekali. Mempraanggapkan adanya seseorang mahasiswa yang berparas sangat cantik. Apabila pada kenyataannya memang ada seorang mahasiswa yang berparas sangat cantik di kelas itu, tuturan di atas dapat dinilai benar atau salahnya. Sebaliknya, apabila di

38 23 dalam kelas itu tidak ada seorang mahasiswa yang berparas cantik, tuturan tersebut tidak dapat ditentukan benar atau salahnya. Presuposisi merupakan kajian dalam lingkup semantik, namun dalam perkembangannya para linguis cenderung berpendapat bahwa kajian presuposisi dalam lingkup semantik saja tidak dapat memuaskan mereka, sehingga kajian presuposisi bergeser ke wilayah pragmatik (Nadar, 2009:63). Levinson dalam Nadar (2006:64-65) menyatakan bahwa preposisi pragmatik merupakan inferensi pragmatik yang sangat sensitif terhadap faktor-faktor konteks, dan membedakan terminologi preposisi menjadi dua macam. Pertama, kata presuposisi sebagai terminologi umum dalam penggunaan bahasa Inggris sehari-hari, serta kata presuposisi sebagai terminologi teknis dalam kajian pragmatik. Di bandingkan dengan luasnya makna preposisi secara umum dalam penggunaan seharihari, makna preposisi dalam pragmatik relatif lebih sempit. Preposisi dapat dijelaskan sebagai berbagai inferensi atau asumsi pragmatik yang nampaknya dibangun menjadi ungkapan linguistik Implikatur Rahardi (2003:85) mengatakan bahwa di dalam pertuturan yang sesungguhnya, penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat semacam kontrak

39 24 percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling dimengerti. Rahardi (2005: 42-43) menyebutkan tuturan Bapak datang, jangan menangis! Tidak semata-mata dimaksudkan untuk memberitahukan bahwa sang ayah sudah datang dari tempat tertentu. Si penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur bahwa sang ayah yang bersikap keras dan sangat kejam itu akan melakukan sesutau terhadapnya apabila ia masih terus menangis. Dengan perkataan lain, tuturan itu mengimplikasikan bahwa sang ayah adalah orang yang keras dan sangat kejam dan sering marah-marah pada anaknya yang sedang menangis. Di dalam implikatur, hubungan antara tuturan yang sesungguhnya dengan maksud yang tidak dituturkan itu bersifat tidak mutlak. Inferensi maksud tuturan itu harus didasarkan pada konteks situasi tutur yang mewadahi munculnya tuturan tersebut. Menurut Levinson (183) dalam Hamid Hasan (2011:73), ada empat faedah konsep implikatur, yaitu: a) Dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta kebahasaan yang tak terjangkau oleh teori linguistik; b) Dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa; c) Dapat memberikan pemerian semantik yang sederhana tentang hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung yang sama;

40 25 d) Dapat memerikan bebagai fakta yang secara lahiriah kelihatan tidak berkaitan, malah berlawanan (seperti metafora) Tindak Ujaran Tindak tutur diklasifikasikan menjadi 5 jenis fungsi umum, yaitu deklarasi, presentatif, ekspresi, direktif, dan komisif (Yule, 2006: 92-94). Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Contoh 1: Wasit: Anda ke luar! Seperti contoh 1 menggambarkan, penutur harus memiliki peran institusional khusus, dalam konteks khusus, untuk menampilkan suatu deklarasi secara tepat. Pada waktu menggunakan deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata. Representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Contoh 2: Bumi itu datar. Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskripsian, seperti yang digambarkan dalam contoh 2, merupakan contoh dunia sebagai sesuatu yang diyakini oleh penutur yang menggambarkannya. Pada waktu menggunakan sebuah representatif, penutur mencocokkan kata-kata dengan dunia (kepercayaannya). Tindak tutur selanjutnya yaitu ekspresif. Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Contoh 3:

41 26 Sungguh, saya minta maaf. Seperti yang digambarkan dalam contoh 3, tindak tutur mungkin disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur. Pada waktu menggunakan ekspresif penutur menyesuaikan kata-kata dengan dunia (perasaannya). Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain mengatakan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tindak tutur ini meliputi; perintah, pemesanan, permohonan, dan pemberian saran. Contoh 4: Jangan menyentuh itu! Seperti yang digambarkan dalam contoh 4, bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Pada waktu menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata (lewat pendengar). Tindak tutur berikutnya ialah komisif. Komisif adalah jenis tindak tutur yang dapat dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa; janji, ancaman, penolakan, dan ikrar. Contoh 5: Kami tidak akan melakukan itu. Seperti ditunjukkan dalam contoh 5, dapat ditampilkan sendiri oleh penutur atau penutur sebagai anggota kelompok. Pada waktu menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan katakata (lewat penutur).

42 27 Dengan mendasarkan gagasan pendahulunya, yakni Austin (1962), John R. Searle (1969) dalam buku Speech Acts: An Essay in The Philisophy of Language melalui Kunjana (2003: 70) menyatakan bahwa pada praktik penggunaan bahasa yang sesungguhnya itu terdapat tiga macam tindak tutur. Ketiga macam tindak tutur atau speech acts itu secara berturut-turut dapat disebutkan seperti berikut ini: (1) tindak lokusioner (locutionary acts), (2) tindak ilokusioner (illocutionary acts), dan (3) tindak perlokusioner (perlocutionary acts) Tindak Lokusi Tindak tutur lokusioner adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan kalimat, sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu sendiri. Adapun tindak tutur lokusioner itu dapat dinyatakan dengan ungkapan the act of saying something. Di dalam tindak lokusioner itu sama sekali tidak dipermasalahkan dalam ihwal maksud tuturan yang disampaikan oleh penutur. Jadi sekali lagi, perlu dikatakan bahwa tindak tutur lokusioner itu adalah tindak menyampaikan informasi yang disampaikan oleh penutur Tindak Ilokusi Tindak ilokusioner ini merupakan tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu di dalam kegiatan bertutur yang sesungguhnya. Tindak tutur ilokusioner dapat dinyatakan dengan

43 28 ungkapan dalam bahasa Inggris, the act of doing something. Jadi, ada semacam daya atau force di dalamnya yang dicuatkan oleh makna dari sebuah tuturan Tindak Perlokusi Tindak perlokusioner ini merupakan tindak menumbuhkan pengaruh kepada sang mitra tutur oleh penutur. Tindak perlokusioner dapat dinyatakan dengan ungkapan dalam bahasa Inggris, the act of affecting someone. ((cf. Wijana, 1996); Rahardi; 2004, dan Rahardi; 2006), Rahardi, 2009: 17) Basa-basi Sebagai Fenomena Pragmatik Anwar (1984:47) mengatakan bahwa kata-kata dipakai untuk memecahkan kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik, dan sebagainya. Penggunaan bahasa untuk keperluan seperti ini dapat disebut penggunaan basa basi. Dalam bahasa Inggris ada ahli yang menyebut dengan istilah phatic communication untuk jenis kegunaan seperti ini. Fungsi bahasa yang seperti ini tak dapat dianggap tak penting bahkan kadang-kadang bersifat menentukan dalam hubungan manusia selanjutnya. Bila salah menggunakan phatic communication maka ia dapat berakibat jelek atau tak menyenangkan. Yang penting dalam penggunaan bahasa untuk keperluan basa basi ini tentulah bukan isi pembicara tetapi sikap yang diperlihatkan oleh si pembicara. Si pembicara dapat melakukan gerak atau

44 29 sikap badan tertentu dan alunan suara tertentu yang dapat dilazimkan dalam sesuatu masyarakat bahasa. Di negeri kita ini bila orang bertemu orang lain sering menanyakan hendak ke mana terhadap lawan bicara. Biasanya dalam hal ini si penanya tidak mempunyai minat untuk mengetahui hendak ke mana orang yang ditanya itu, dia hanya sekedar mengumumkan bahwa dia ingin mempertahankan hubungan baik selama ini. Yang ditanya pun tentu paham akan hal ini dan karena itu dapat memberikan jawaban juga juga sekedar memberi jawaban. Tentu ia boleh memberikan jawaban terperinci dengan menyebutkan rencana perjalanannya hari itu, tetapi biasanya ini jarang dilakukan. Setiap masyarakat bahasa mempunyai cara sendiri-sendiri dalam menggunakan bahasa untuk keperluan basa-basi. Orang yang sudah pandai berbahasa asing, akan tetapi belum menguasai penggunaan bahasa untuk keperluan basa-basi dalam bahasa asing itu, tanpa disengaja mungkin menerjemahkan saja bahasa basa-basi bahasa ibunya ke dalam bahasa asing itu. Hal ini sering menimbulkan salah pengertian pada lawan bicara sehingga tujuan pembicaraan tidak tercapai. Dalam sesuatu masyarakat bahasa macam basa-basi yang digunakan umumnya sudah diketahui setiap peserta masyarakat itu. Abdul Chaer dan Leonie Agustina (2004:16) menjelaskan bahwa ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam fatik atau yang dikenal dengan basa-basi, biasanya sudah berpola tetap, seperti pada waktu berjumpa,

45 30 pamit, membicarakan cuaca, atau menanyakan keadaan keluarga. Ungkapan-ungkapan yang digunakan tidak dapat diartikan atau diterjemahkan secara harfiah. Misalnya, dalam bahasa Indonesia ada ungkapan seperti Apa kabar?, Bagaimana kabar keluarga di rumah?, Mau kemana nih?, dan sebagainya. Oleh karena itu, penggunaan suatu bahasa tidak akan lepas dari basa-basi, namun hanya berbeda kadar penggunaannya. Penggunaan paling besar dalam percakapan yang bertujuan untuk memelihara komunikasi, dimana ungkapan itu hanya uuntuk bersopan santun dan tidak untuk menyampaikan informasi. Malinowski (1923:315) dalam tesis Waridin (2008:13) mendefinisikan phatic communication sebagai a type of speech in which ties of union are reated by more exchange of word. Phatic communion mempunyai fungsi sosial. Phatic communication digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan, dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan.phatic communication yang digunakan berfungsi memantapkan ikatan persolan di antara peserta komunikasi semata-mata karena adanya kebutuhan akan kebersamaan, dan tidak bertujuan mengkomunikasikan ide. Arimi (1998:95) menegaskan basa-basi dapat didefinisikan sebagai fenomena bahasa yang secara sadar dipakai oleh penutur akan tetapi secara sadar pula tidak diakuinya ketika ditanyakan kebasa-basian itu. Dengan

46 31 perkataan lain, basa-basi adalah fenomena lingual yang alamiah tetapi penggunaannya mental atau menolak jika ditanyakan apakah penutur berbasa-basi. Arimi (1998: 96) juga menjelaskan bahasa secara metodologis penolakan tersebut akan lebih jelas jika dibandingkan dengan aktivitas verbal non basa-basi, seperti aktivitas marah atau serius. Bagi aktivitas marah atau serius, penutur dapat mengakui kepada mitra tuturnya bahwa ia marah atau serius. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa basa-basi berkaitan dengan ihwal maknawi kebertegursapaan, kesopansantunan, dan keramahtamahan. Tegur sapa, sopan santun dan ramah tamah menyangkut perangkat etika, tata susila, dan tata krama pergaulan yang melokal jika ditanyakan. Basa-basi juga bermakna penolakan dari yang sebenarnya. Basa-basi dipahami sebagai ungkapan yang tidak sungguh-sungguh, purapura, dan kebohongan. Dengan demikian basa-basi dapat dikatakan sebagai tuturan untuk menjalin solidaritas dan harmonisasi. Menurut Jakobson (1980) dalam tesis Waridin (2008:15) mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang digunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan. Arimi (1998:170) melalui tesisnya membagi tuturan basa-basi berdasarkan daya tuturannya menjadi basa-basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis

47 32 sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basa-basi keterlamian, dan basa-basi keakraban. Sedangkan basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basabasi polar personal. Berikut contoh pemakaian basa-basi murni dan basabasi polar. Contoh: (3) Pak Ramzi : Selamat pagi, pak. Silakan mampir dulu? Pak Ramdan : Selamat pagi juga, Pak Ramzi. Iya Pak, terima kasih lain kali saja. Pada dialog (3) konteksnya ketika Pak Ramdan sedang berjalan di depan rumah Pak Ramzi dan Pak Ramzi sedang duduk-duduk di teras rumah. Tuturan tersebut termasuk basa-basi karena digunakan ketika Pak Ramzi bertemu dengan Pak Ramdan. Ungkapan Selamat pagi dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang menandai realitas pagi dan ungkapan tersebut merupakan basa-basi murni. Kemudian pada tuturan Silakan mampir dulu? menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya karena Pak Ramzi melihat Pak Ramdan sedang berjalan di

48 33 depan rumahnya. Tuturan Iya pak, terima kasih lain kali saja menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya, karena tuturan Pak Ramdan bukan bersungguh-sungguh menyakinkan tuan rumah bahwa dia akan mampir, melainkan hanya untuk sopan santun menolak untuk mampir di rumah Pak Ramzi dan tuturan tersebut merupakan basa-basi polar. Basa-basi dapat dikatakan termasuk tindak tutur ilokusi komunikatif. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa fungsi basa-basi yang termasuk ke dalam klasifikasi Skema Tindak Tutur (STT) yang diklasifikasikan oleh Ibrahim (1993:16) dalam Susilo (2014:45). Ibrahim (1993:16) dalam skripsi Susilo (2014:45-46) mengklasifikasikan tindak tutur ilokusi komunikatif ke dalam skema tindak tutur. Skema tersebut didasari atas maksud ilokusi atau sikap yang terekspresikan, yang digunakan untuk membedakan tindak-tindak ilokusi yang semuanya homogen. Tindak itu diidentifikasi oleh maksud-maksud yang ada dalam tindak itu (pengenalan mitra tutur terhadap sikap yang diekspresikan penutur), ciri-ciri pembeda setiap tipe tindak ilokusi menspesifikasi hal-hal yang harus mitra tutur identifikasi dalam tahap akhir STT. Klasifikasi tindak tutur ilokusi komunikatif menurut Ibrahim (1993:16) dalam Susilo (2014:46) sebagai berikut: 1) Constantif merupakan ekspresi kepercayaan yang dibarengi dengan ekspresi maksud sehingga mitra tutur membentuk atau memegang kepercayaan yang serupa. Tuturan constantifs: Assertives, Predictives, Retrodictives, Descriptives, Ascriptives, Informatives,

49 34 Confirmatives, Concessives, Retractives, Assentives, Dissentives, Responsives, Suggestives, dan Suppositives. 2) Directive mengekspresikan sikap penutur terhadap tindakan prospektif oleh mitra tutur dan kehendaknya terhadap tindakan mitra tutur.tuturan directives: Requestives, Questions, Requireents, Prohibilities, Premissives, dan Advisories. 3) Commisiver mengekspresikan kehendak dan kepercayaan penutur sehingga ujarannya mengharuskannya untuk melakukan sesuatu. Tuturan commisivers: Promise dan Offers. 4) Aknowledgment mengekspresikan perasaan mengenai mitra tutur atau dalam kasus-kasus di mana ujaran berfungsi secara formal, kehendak penutur bahwa ujarannya memenuhi kriteria sosial untuk mengekspresikan perasaan dan kepercayaan tertentu seperti. Basabasi sebagai pembuka, pembentuk, pemelihara hubungan atau kontak antara pembicara dengan penyimak masuk dalam klasifikasi acknowledgements. Acknowledgments merupakan tuturan yang digunakan untuk mengekspresikan perasaan tertentu kepada mitra tutur atau dalam kasus-kasus di mana ujaran berfungsi secara formal, kehendak penutur bahwa ujarannya memenuhi kriteria harapan sosial untuk mengekspresikan perasaan dan kepercayaan tertentu. Tuturan yang termasuk acknowledgements adalah sebagai berikut:

50 35 a) Apologize (meminta maaf) Apologize (meminta maaf) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan penyesalan sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur menyesal telah melakukan kesalahan terhadap mitra tutur. b) Condole (belasungkawa) Condole (belasungkawa) yaitu ungsi tuturan yang mengekspresikan rasa simpati karena musibah yang dialami oleh mitra tutur sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur bersimpati dengan mitra tutur yang mengalami musibah. c) Congratulate (mengucapkan selamat) Congratulate (mengucapkan selamat) yitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan karena adanya kabar baik sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur senang dengan sesuatu yang diraih oleh mitra tutur. d) Greet (memberi salam) Greet (memberi salam) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena bertemu seseorang. e) Thanks (berterimakasih) Thanks (berterimakasih) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan teriama kasih karena mendapat bantuan sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur benar-benar mengucapkan terima kasih kepada mitra tutur.

51 36 f) Bid (meminta/ mengundang) Bid (meminta) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang akan terjadi sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur berharap dengan yang dilakukan mitra tutur akan baik atau menyenangkan. g) Accept (menerima) Accept (menerima) yaitu fungsi tuturan untuk menerima (menghargai) basa-basi dari mitra tutur sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur menghargai dengan apa yang dilakukan oleh mitra tutur. h) Reject (menolak) Reject (menolak) yaitu fungsi tuturan untuk menolak (melanggar) basa-basi dari mitra tutur sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur kurang menghargai apa yang diharapakan oleh mitra tutur. Komponen dan klasifikasi tindak tutur ilokusi komunikatif tersebut dapat digunakan sebagai faktor pendukung dalam melakukan analisis basa-basi bahasa Kategori Fatis Sebagai salah satu ahli bahasa Indonesia, Kridalaksana menyampaikan gagasannya tentang kategori fatis. Kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan

52 37 pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Kelas kata ini biasanya terdapat dalam konteks dialog atau wawancara bersambutan, yaitu kalimat-kalimat yang diucapkan oleh pembicara dan kawan bicara. Sebagian besar kategori fatis merupakan ciri ragam lisan. Karena ragam lisan pada umumnya merupakan ragam non-standar. Maka kebanyakan kategori fatis terdapat dalam kalimat-kalimat non-standar yang banyak mengandung unsur-unsur daerah atau dialek regional. Ada bentuk fatis yang terdapat di awal kalimat, misalnya Kok kamu pergi juga?, ada yang di tengah kalimat, misalnya Bukan dia, kok, yang mengambil uang itu!, dan ada pula yang di akhir kalimat, misalnya Saya hanya lihat saja, kok!. Kategori fatis mempunyai wujud bentuk bebas, misalnya kok, deh, atau selamat, dan wujud bentuk terikat misalnya lah atau pun. Bentuk dan jenis kategori fatis terbagi atas: (1) Partikel dan kata fatis (a) ah menekankan rasa penolakan atau acuh tak acuh, misalnya: Ah masa sih! (b) ayo menekankan ajakan, misalnya: Ayo kita pergi! Ayo mempunyai variasi yo bila diletakkan di akhir kalimat. Ayo juga bervariasi dengan ayuk dan ayuh. (c) deh digunakan untuk menekankan: (1) pemaksaan dengan membujuk, misalnya:

53 38 Makan deh, jangan malu-malu. Dalam hal ini deh berdekatan tugasnya dengan partikel lah. (2) pemberian persetujuan, misalnya: Boleh deh. (3) pemberian garansi, misalnya: Makanan dia enak deh! (4) sekedar penekanan, misalnya: Saya benci deh sama dia. (d) dong digunakan untuk: (1) menghaluskan perintah, misalnya: Bagi dong kuenya. (2) menekankan kesalahan kawan bicara, misalnya: Ya jelas dong. (e) ding menekankan pengakuan kesalahan pembicara, misalnya: Eh, iya ding salah! (f) halo digunakan untuk (1) memulai dan mengukuhkan pembicaraan di telepon, misalnya: Halo, ! (2) menyalami kawan bicara yang dianggap akrab, msalnya: Halo, Martha, ke mana aja nih?

54 39 (g) kan apabila terletak pada akhir kalimat atau awal kalimat, maka kan merupakan kependekan dari kata bukan atau bukankah, dan tugasnya ialah menekankan pembuktian, misalnya: Kan dia sudah tahu? Bisa saja, kan? Apabila kan terletak di tengah kalimat, maka kan juga bersifat menekankan pembuktian atau bantahan, misalnya: Tadi kan sudah dikasih tahu! (h) kek mempunyai tugas (1) menekankan pemerincian, misalnya: Elu kek, gue kek, sama saja. (2) menekankan perintah, misalnya: Cepetan kek, kenapa sih? (3) menggantikan kata saja, misalnya: Elu kek yang pergi! (i) kok menekankan alasan dan pengingkaran, misalnya: Saya Cuma melihat saja kok! Dia kok yang ambil, bukan saya. Kok dapat juga bertugas sebagai pengganti kata tanya mengapa atau kenapa bila diletakkan di awal kalimat, misalnya: Kok sakit-sakit pergi juga? (j) lah menekankan kalimat imperati, dan penguat sebutan dalam kalimat, misalnya:

55 40 Biar sayalah yang pergi. (k) lho bila terletak di awal kalimat, bersifat seperti interjeksi yang menyatakan kekagetan, misalnya: Lho, kok jadi gini sih? Bila terletak di tengah atau di akhir kalimat, maka lho bertugas menekankan kepastian, misalnya: Saya juga mau lho. Ini lho yang saya dengar kabar jelek nih. (l) mari menekankan ajakan, misalnya: Mari makan. (m) nah selalu terletak pada awal kalimat dan bertugas untuk minta supaya kawan bicara mengalihkan perhatian ke hal lain, misalnya: Nah, bawalah uang ini dan belikan aku nasi sebungkus. (n) pun selalu terletak pada ujung konstituen pertama kalimat dan bertugas menonjolkan bagian tersebut, misalnya: Orang tua murid pun prihatin melihat kenakalan anak-anak itu. (o) selamat diucapkan kepada kawan bicara yang mendapatkan atau mengalami sesuatu yang baik, misalnya: Selamat ya. (p) sih memiliki tugas: (1) menggantikan tugas tah, dan kah, misalnya: Siapa sih namanya, Dik? (2) sebagai makna memang atau sebenarnya, misalnya:

56 41 Bagus sih bagus, Cuma mahal amat. (3) menekankan alasan, misalnya: Abis Gatot dipukul sih! (q) toh bertugas menguatkan maksud; ada kalanya memiliki arti yang sama dengan tetapi, misalnya: Saya toh tidak merasa bersalah. Biarpun sudah kalah, toh dia lawan terus. (r) ya bertugas: (1) mengukuhkan atau membenarkan apa yang ditanyakan kawan bicara, bila dipakai pada awal ujaran, misalnya: (Apakah rencana ini jadi dilaksanakan?) Ya tentu saja. (2) minta persetujuan atau pendapat kawan bicara, bila dipakai pada akhir ujaran, misalnya: Jangan pergi, ya! Ke mana, ya? (s) yah digunakan pada awal atau di tengah-tengah ujaran, tetapi tidak pernah pada akhir ujaran, untuk mengungkapkan keragu-raguan atau ketidakpastian terhadap apa yang diungkapkan oleh kawan bicara atau yang tersebut dalam kalimat sebelumnya, bila dipakai pada awal ujaran; atau keragu-raguan atau ketidakpastian atau isi konstituen ujaran yang mendahuluinya, bila dipakai di tengah ujaran, misalnya:

57 42 Yah, apa aku bisa melakukannya? Orang ini, yah, tidak mempunyai keterampilan apa-apa. (2) Frase fatis (a) frase dengan selamat dipergunakan untuk memulai dan mengakhiri interaksi antara pembicara dan kawan bicara, sesuai dengan keperluan dan situasinya, misalnya: selamat pagi selamat siang selamat sore selamat malam selamat jumpa selamat jalan selamat belajar selamat tidur selamat makan selamat hari jadi selamat ulang tahun (Kata selamat dapat berdiri sendiri). (b) terima kasih digunakan setelah pembicara merasa mendapatkan sesuatu dari kawan bicara. (c) turut berduka cita digunakan sewaktu pembicara menyampaikan bela sungkawa. (d) assalamu alaikum digunakan pada waktu pembicara meulai interaksi. (e) wa alaikumsalam digunakan untuk membalas kawan bicara yang mengucapkan assalamu alaikum. (f) Insya Allah diucapkan oleh pembicara ketika menerima tawaran mengenai sesuatu dari kawan bicara. Selain frase fatis yang digunakan dalam ragam lisan, ada pula frase fatis yang digunakan dalam ragam tulis, misalnya:

58 43 (g) (h) Dengan hormat digunakan oleh penulis pada awal surat. Hormat saya, salam takzim, wassalam digunakan oleh penulis pada akhir surat. Kategori fatis erat kaitannya dalam tuturan basa-basi. Kategori fatis dapat memperkuat maksud tuturan basa-basi yang terkandung dalam tuturan basa-basi tersebut. Kategori fatis dalam sebuah tuturan digunakan untuk memperkuat, mempertahankan, dan mengukuhkan maksud pembicaraan. Contoh: (4) P = Puji Tuhan, selamat ya sudah lulus sidangnya. MT = Iya, makasih. Penutur menggunakan partikel fatis ya dalam tuturannya yang digunakan untuk menegaskan kesungguhan penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur. Oleh karena itu, partikel dan frase fatis yang digunakan dalam tuturan basa-basi bertujuan memperkuat bukti bahwa tuturan tersebut merupakan tuturan basa-basi. 2.3 Kerangka Berpikir Basa-basi merupakan suatu fenomena baru dalam studi pragmatik. Munculnya basa-basi berbahasa dalam perkembangan penggunaan bahasa digunakan untuk memulai atau mempertahankan hubungan sosial antara penutur dan lawan tutur dalam kehidupan sehari-hari. Basa-basi berbahasa biasanya muncul di dalam ranah masyarakat, terlebih di dalam keluarga.

59 44 Tiap anggota keluarga di dalam suatu masyarakat terdapat berbagai macam profesi, yang salah satunya adalah sebagai pendidik. Di dalam keluarga pendidik, basa-basi digunakan untuk mempererat tali persaudaraan sesama anggota keluarga. Hal ini yang menjadi fenomena baru dalam pragmatik dan menjadi kajian dari penelitian ini, yaitu basabasi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Penelitian ini menggunakan beberapa teori basa-basi serta teori-teori yang mendukung untuk menguraikan tuturan basa-basi antaranggota keluarga pendidik. Pertama, Malinowski (1923:315) dalam tesis Waridin (2008:13) mendefinisikan phatic communication sebagai a type of speech in which ties of union are created by a mere exchange of word. Phatic communication mempunyai fungsi sosial. Phatic communication digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antar peserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran katakata dalam pembicaraan ringan, dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan. Malinowski dalam tesis Arimi (1998) mengatakan basa-basi digunakan sebagai kata anonim berarti bahwa kata ini bukanlah jenis kata contrived, dibuat-buat atau yang tidak alamiah. Akan tetapi, istilah basa-basi justru mengacu pada pemakaian bahasa yang benar-benar alamiah (naturally occuring language) yang meresap pada konteks sosial-budaya Indonesia. Malinowski mempertegas fungsi basa-basi (phatic communication), untuk mengikat antara pembaca

60 45 dan pendengar. Dikatakannya fungsi tersebut bukanlah merupakan alat pencerminan bahasa tetapi sebagai modus tindakan (antarpenutur). Lengkapnya ia mengatakan sebagai berikut: it consists in just this atmosphere of sociability and in the fact personal communion of these people. But this is in fact achieved by speech, and the situation in all such cases is created by the exchanged of word, by the specific feelings which form convivial gregariousness, by the give and take of utterances which make up ordinary gossip. Each utterances is an act serving the direct aim of binding hearer to speaker sentiment or other. Once more, language appears to us in this function not as isntrument of reflection but a mode of action. Kedua, Jakobson (1980) dalam tesis Waridin (2008:15) mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan. Menurut Jakobson (1980:81) dalam tesis Waridin (2008:16), terdapat enam faktor yang berkaitan dengan fungsi dengan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi verbal. Keenam faktor tersebut adalah addresser (pengirim pesan), message (pesan), addressee (penerima pesan), context (konteks), contact (kontak), dan code (kode). Ketiga, Searle (1976: 1-24) mengatakanan bahwa jenis tindak tutur yang merupakan salah satu fenomena teori pragmatik. Dalam fenomena

61 46 tindak tutur, terdapat tiga bagian yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Dalam hal ini Searle menggolongkan tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis, yaitu: (1) tindak tutur representatif, (2) tindak tutur direktif, (3) tindak tutur ekspresif, (4) tindak tutur komisif, (5) tindak tutur deklaratif. Fenomena pragmatik Searle ini digolongkan dalam tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertututur. Secara tidak langsung basa-basi berbahasa masuk dalam pengertian bentuk tindak verbal yang digolongkan oleh Searle. Keempat, Geoffrey Leech (1983: 8) menyatakan bahwa pragmatik adalah ilmu tentang maksud dalam hubungannya dengan situasi-situasi (speech situation). Proses tindak tutur ditentukan oleh konteks yang menyertai sebuah tuturan tersebut, karena memang Pragmatik mempelajari makna bahasa yang terikat konteks. Seperti halnya dalam bahasan mengenai basa-basi, tuturan akan dikatan basa-basi ditinjau melalui konteks yang melingkupinya. Berdasarkan teori basa-basi tersebut, data yang diperoleh dengan menggunakan metode simak dan cakap ini dideskripsikan dan diinterpretasikan. Metode simak adalah metode dengan menyimak pertutuan langsung maupun tidak langsung di dalam ranah pendidikan. Metode cakap adalah metode penyediaan data yang dilakukan dengan cara mengadakan percakapan. Penggunaan dua metode pengambilan data tersebut, peneliti diharapkan dapat memperoleh data yang memadai.

62 47 Kelima, Anwar (1984:46) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan sejemput kata-kata yang dipakai untuk sekedar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik dan sebagainya, sehingga bahasa tidak hanya digunakan untuk menyampaikan perasaan atau pikiran, untuk membahas sesuatu masalah, untuk membujuk, merayu dan sebagainya. Terlepas dari berbagai pengertian tersebut sebenarnya basa-basi memiliki fungsi untuk menyampaikan berbagai maksud. Keenam, Arimi (1998: 95) secara praktis basa-basi didefinisikan sebagai fenomena bahasa yang secara sadar dipakai oleh penutur, akan tetapi secara sadar pula tidak diakuinya ketika ditanyakan kebasa-basian itu. Dengan kata lain, basa-basi adalah fenomena lingual yang alamiah, tetapi penggunaannya mental atau menolak jika ditanyakan apakah penutur berbasa-basi. Arimi (1998: 96) juga menjelaskan bahasa secara metodologis penolakan tersebut akan lebih jelas jika dibandingkan dengan aktivitas verbal non basa-basi, seperti aktivitas marah atau serius. Bagi aktivitas marah atau serius, penutur dapat mengakui kepada mitra tuturnya bahwa ia marah atau serius. Ketujuh, Harimurti Kridalaksana (1986:111) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan sebagai data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode dan teknik kontekstual. Metode dan teknik analisis

63 48 kontekstual ini artinya adalah cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan dan mengaitkan dengan konteks (Rahardi, 2009:36). Setelah proses analisis data selesai, penelitian ini menghasilkan wujud basa-basi antaranggota keluarga pendidik serta maksud basa-basi antaranggota keluarga pendidik dalam ranah keluarga pendidik.

64 49 Berikut ini adalah bagian dari kerangka berpikir yang sudah dipaparkan di atas: FENOMENA BASA-BASI DALAM KAJIAN PRAGMATIK TEORI BASA-BASI MALINOWSKI (1923) JAKOBSON (1980) LEECH (1983) SEARLE (1969) KRIDALAK- SANA (1986) ANWAR (1984) ARIMI (1998) DATA TUTURAN BASA-BASI WUJUD BASA-BASI DALAM KELUARGA PENDIDIK MAKSUD BASA-BASI DALAM KELUARGA PENDIDIK

65 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian. Hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian meliputi: (1) jenis penelitian, (2) data dan sumber data, (3) metode pengumpulan data, (4) metode analisis data, dan (5) triangulasi. 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang digunakan oleh peneliti ialah penelitian deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif karena pada langkah awal peneliti mengumpulkan data-data tuturan antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo, yang mencerminkan fenomena basa-basi. Hal ini berdasarkan definisi Arikunto (Arikunto, 2010:234) penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak memerlukan administrasi atau pengontrolan terhadap sesuatu perlakuan. Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (2006:4) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan

66 51 individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan. Penelitian Kualitatif menurut Moleong (2006:6) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lainlain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sejalan dengan definisi tersebut, dalam penelitian ini peneliti berusaha memahami tuturan basa-basi yang dituturkan oleh subjek penelitian, lalu mengkonfirmasikan maksud tuturan tersebut, dan kemudian mendeskripsikan dengan jelas dan apa adanya. Penelitian basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo, ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini berisi tuturan basa-basi dalam keluarga pendidik yang diperoleh langsung di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memahami fenomena tuturan basa-basi antara penutur dan mitra tutur untuk menyampaikan maksud tuturannya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan sebagai suatu pemahaman terhadap penggunaan basa-basi terutama penggunaan bahasa dalam tindakan komunikasi.

67 Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini adalah data yang berwujud tuturan, yakni pemakaian tuturan basa-basi dalam ranah keluarga pendidik. Sumber data yang berupa tuturan diambil dari tuturan antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Tuturan diambil dari beberapa keluarga pendidik di Dusun Kenteng, dikarenakan tuturan tersebut dirasa dapat mewakili tuturan basa-basi di Dusun Kenteng. Berdasarkan hal itu, peneliti melakukan suatu penelitian dengan judul Basa-Basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Berikut rincian keluarga pendidik yang menjadi narasumber: Nama Kepala Keluarga Jumlah Anggota Rincian Anggota Keluarga Keluarga Stefanus Prasetya Hadi 4 orang Ayah, ibu, dan dua orang anak Heibertus Sugiatmoko 3 orang Ayah, ibu, dan satu orang anak Sumitro 5 orang Ayah, ibu, dan tiga orang anak Philip Arif Martanto 4 orang Ayah, ibu, dan dua orang anak Hasyim Katamsi 5 orang Ayah, ibu, dan tiga orang anak Andreas Catur Yuwono 4 orang Ayah, ibu, nenek, dan satu orang anak FX Sutriyono 3 orang Ayah, ibu, dan satu orang anak Aribowo 3 orang Ayah, ibu, dan satu orang anak 3.3 Metode Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan metode simak dan metode cakap. Mahsun (2005:92) mengungkapkan, metode simak adalah cara yang digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak penggunaan bahasa, dimana dalam penelitian ini peneliti menyimak keluarga pendidik dalam mengucapkan sebuah tuturan. Metode simak memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap yaitu penyimakan yang diwujudkan dengan

68 53 penyadapan. Dalam upaya mendapatkan data, peneliti melakukannya dengan menyadap penggunaan bahasa keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo yang menjadi informan. Dalam praktik teknik sadap diikuti dengan teknik simak libat cakap, maksudnya si peneliti melakukan penyadapan dengan cara berpartisipasi sambil menyimak, berpartisipasi dalam pembicaraan, dan menyimak pembicaraan. Peneliti juga menggunakan teknik sadap yang diikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik catat. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode cakap. Metode cakap ialah cara penyediaan data yang berupa percakapan antara peneliti dengan informan (Mahsun, 2005:95). Metode cakap memiliki teknik dasar berupa teknik pancing, artinya peneliti dalam penelitian ini memberi stimulus (pancingan) pada informan untuk mengetahui maksud kebahasaan yang diharapkan oleh peneliti. Teknik dasar tersebut dujabarkan dalam teknik lanjutan, yaitu teknik cakap semuka. Dalam pelaksanaan teknik cakap semuka peneliti langsung melakukan percakapan dengan penggunaan bahasa sebagai informan dengan bersumber pada pancingan yang sudah disiapkan (berupa daftar pertanyaan) maupun spontanitas, maksudnya pancingan dapat muncul disela-sela percakapan. Pada saat mengaplikasikan teknik tersebut, peneliti memberikan stimulus pada ayah, ibu, maupun anak (informan) sesuai dengan konteks yang mendukung untuk memperoleh sebuah data tuturan basa-basi. Teknik ini dilengkapi dengan pencatatan dan perekaman.

69 Metode Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode analisis kontekstual, yakni dengan menerapkan dimensi-dimensi konteks dalam menafsirkan data yang telah berhasil dikumpulkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan. Metode analisis kontekstual ini dapat disejajarkan dengan metode analisis padan. Metode padan itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode padan yang sifatnya intralingual dan metode padan yang sifatnya ekstralingual (cf. Mahsun, 2005 melalui Rahardi 2009:36). Metode analisis data secara linguistik menggunakan metode padan intralingual yaitu metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda (Mahsun, 2005:118). Teknik yang digunakan adalah teknik dasar hubung banding yang bersifat lingual. Dalam menerapkan teknik intralingual ini, peneliti menggunakan partikel fatis menurut Harimurti Kridalaksana (1986) untuk menganalisis tuturan basa-basi. Metode analisis data secara pragmatik menggunakan metode padan ekstralingual yaitu metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat ekstralingual, seperti hal-hal yang menyangkut makna, informasi, konteks tuturan, dan lain-lain. Teknik yang digunakan adalah teknik dasar teknik hubung banding yang bersifat ekstralingual.

70 55 Seiddel dalam buku Arikunto (2009) analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut: 1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. 2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat iktisar, dan membuat indeksnya. 3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum. Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Peneliti mengumpulkan tuturan yang termasuk ke dalam basa-basi berbahasa. 2. Peneliti mentranskrip tuturan yang telah didapatkan. 3. Peneliti membuat triangulasi dan mengkonfirmasikan pada ahli. 4. Peneliti memasukkan tuturan ke dalam tabulasi dan analisis data yang berisi konteks tuturan, wujud tuturan basa-basi, maksud tuturan basa-basi dan keterangan. 5. Peneliti mendeskripsikan data dan melakukan pembahasan secara pragmatik dan linguistik. 6. Peneliti menyimpulkan hasil pembahasan ke dalam teori basa-basi dalam kajian pragmatik.

71 Trianggulasi Data Penelitian basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo menggunakan teknik trianggulasi untuk memeriksa keabsahan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Menurut Lexy J. Moleong (1989:195), trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Dalam penelitian ini, peneliti membuat trianggulasi dengan tujuan untuk melakukan pengecekan terhadap validitas dan keterpercayaan hasil temuan. Trianggulasi dalam penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan yang memanfaatkan peneliti atau pakar dalam penelitian basa-basi untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kesalahan dalam pengumpulan data. Peneliti lainnya yang melakukan pengecekan dalam triangulasi penelitian ini ialah Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd.

72 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi uraian (1) dekripsi data dan (2) pembahasan. Deskripsi data berupa tuturan lisan antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Pada bagian pembahasan berisi uraian atau batasan dari data yang telah dideskripsikan pada bagian deskripsi data. Kedua hal tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. 4.1 Deskripsi Data Data tuturan yang didalamnya terkandung basa-basi dalam penelitian ini seluruhnya berjumlah 64 tuturan. Enam puluh tuturan yang mengandung basa-basi itu diperoleh dari perbincangan antaranggota keluarga dalam lingkup keluarga pendidik. Data dikumpulkan mulai awal April sampai awal Mei 2015 dengan cara merekam tuturan langsung dan dilengkapi dengan kuisioner. Data yang dikumpulkan selanjutnya diklasifikasi menurut maksud basa-basinya, yakni basabasi dalam kategori salam terdapat 8 tuturan, terima kasih terdapat 12 tuturan, menolak terdapat 10 tuturan, menerima terdapat 8 tuturan, empati terdapat 4 tuturan, meminta maaf terdapat 8 tuturan, meminta terdapat 7 tuturan, dan memberi selamat terdapat 7 tuturan.

73 Salam Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori salam. Subkategori fatis acknowledgment salam terdapat 8 tuturan. Kode (A) digunakan untuk menunjuk tuturan subkotegori memberi salam. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan (A3) P = Pagi sayang. (sedang sarapan) MT = Pagi juga pak. (keluar kamar) (Konteks: Tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang pelajar. Penutur laki-laki berusia 52 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 18 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermakud menyapa MT yang baru saja bangun.) Terima Kasih Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori terima kasih. Sukategori fatis acknowledgment terima kasih terdapat 12 tuturan. Kode (B) digunakan untuk menunjukkan tuturan basa-basi subkategori terima kasih. Contoh tuturan terebut sebagai berikut. Tuturan (B1) P =Matur nuwun wes gelem ngumbahke klambi, Pak. (Terima kasih sudah mau menyucikan baju, Pak.) MT = Pada-pada Bu, nuwun yo wes masake. (Sama-sama Bu, makasih ya sudah masakin.) (Kontek: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur perempuan berusia 50 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 54 tahun. Suasana

74 59 ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengucapkan terima kasih kepada MT karena sudah mau mencucikan baju.) Menolak Tuturan di bawah ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori menolak. Subkategori fatis acknowledgment menolak terdapat 10 tuturan. Kode (C) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori menolak. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan (C3) MT = Ayo maem sek. (Ayo makan dulu.) P = Sek, nunggu iklan. (Sebentar, menunggu iklan.) (Konteks: Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur merupakan seorang wiraswasta. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur laki-laki berusia 42 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 41 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menolak ajakan makan malam MT karena asyik menonton tayangan televisi.) Menerima Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam sukategori menerima. Sukategori fatis acknowledgment menerima terdapat 8 tuturan. Kode (D) digunakan untuk mernunjuk tuturan basa-basi subkategori menerima. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan (D1) MT = Pak, tulung pijiti sikilku, pegel tenan. (Pak, tolong pijitin kakiku, pegal sekali.)

75 60 P = Iyo Bu, sebelah ndi sing pegel? (Iya Bu, sebelah mana yang pegal?) MT = Iki Pak. (Ini Pak) (sambil menunjukkan bagian kaki yang pegal) (Konteks: Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang ibu rumah tangga. Penutur laki-laki berusia 54 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 50 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menerima permintaan untuk memijit kaki MT yang pegal.) Empati Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori meminta maaf. Subkategori fatis acknowledgment empati terdapat 4 tuturan. Kode (E) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori empati. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan (E3) P = Dek, gimana nilai UTS bahasa Jawanya? MT = Cuma dapet 70 bu. P = Lho, kok bisa dek? Yaudah, besok lagi belajar yang rajin ya. (Konteks: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang pelajar. Penutur perempuan berusia 49 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 13 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud berempati pada MT yang hanya mendapat nilai 70 di UTS bahasa Jawa serta memberi semangat agar lebih rajin belajar.) Meminta Maaf Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori meminta maaf. Subkategori fatis acknowledgment meminta maaf

76 61 terdapat 8 tuturan. Kode (F) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori meminta maaf. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan (F7) P = Bu, maaf ya tadi Bapak udah marah-marah. (sambil menggenggam tangan mitra tutur) MT = Iya, enggak apa-apa Pak, Ibu juga minta maaf ya. P = Iya Bu. (Konteks: Tuturan terjadi di kamar tidur pada malam hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang penjahit. Penutur laki-laki berusia 52 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 48 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan tegang dan kurang kondusif. Penutur bermaksud meminta maaf kepada MT karena telah marah-marah.) Meminta/ Mengundang Tuturan di bawah ini merupakan tuturan yang termasuk dalam kategori meminta/ mengundang. Subkategori fatis acknowledgment meminta terdapat 7 tuturan. Kode (G) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori meminta. Tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan (G6) P = Mbak, nanti ikut latihan koor ya. MT = Jam berapa bu? P = Jam MT = Oke bu. (Konteks: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang mahasiswa. Penutur perempuan berusia 49 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 22 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengajak MT untuk ikut latihan koor.)

77 Mengucapkan Selamat Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori mengucapkan selamat. Subkategori fatis acknowledgment mengucapkan selamat terdapat 7 tuturan. Kode (H) digunakan untuk menunjuk tuturan bas-basi subkategori mengucapkan selamat. Tuturan tersebut sebagai berikut. Tutran (H2) MT = Bu, aku lolos ujian. P =Puji Tuhan. Selamat ya Nduk, lolos ujiannya. MT = Iya Bu, sama-sama. (Konteks: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang pelajar. Penutur perempuan berusia 48 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 18 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur bermaksud mengucapakan ucapan selamat kepada MT karena lolos ujian masuk Perguruan Tinggi.) 4.2 Hasil dan Pembahasan Di dalam subbab hasil dan pembahasan ini akan dibicarakan dua hal, yakni (1) wujud basa-basi dan (2) maksud basa-basi. Hasil penelitian akan dibahas sesuai dengan urutan pembahasan dalam rumusan masalah dan tujuan penulisan yang telah disampaikan pada bagian pendahuluan. Berikut pembahasan untuk setiap masalah tersebut satu demi satu.

78 Wujud Basa-basi Anwar (1984:46) mengatakan sejumput kata-kata bukan hanya menyampaikan perasaan atau pikiran, untuk membahas sesuatu masalah, untuk membujuk dan merayu dan sebagainya namun dapat dipakai untuk sekedar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik dan sebagainya. Ahli dalam bidang bahasa Inggris menyebut istilah phatic communication untuk jenis kegunaan seperti ini. Fungsi bahasa seperti ini dapat dianggap tak penting bahkan kadang-kadang bersifat menentukan dalam hubungan manusia selanjutnya. Malinowski (1923:315) dalam tesis Waridin (2008:13) mendefinisikan phatic communion sebagai a type of speech in which ties of union are created by a more exchange of word. Phatic communion mempunyai fungsi sosial. Phatic communion digunakan dalam ramah tamah dan dalam ikatan personal antarpeserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan, dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan. Jakobson (1980) dalam tesis Waridin (2008:15 mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau sengaja agar lawan bicara tetap memperhatikan. Jadi, dapat diambil kesimpulan bahwa basa-basi adalah kata-kata yang diucapkan oleh penutur ataupun mitra tutur yang berfungsi sebagai pemecah

79 64 kesunyian, mempertahankan suasana baik, dan mengikatkan hubungan baik antara penutur dan mitra tutur dalam suatu rangkaian komunikasi. Arimi (1998) dalam tesisnya membagi tuturan basa-basi yang dipakai dalam masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu basa-basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basa-basi keteralamian, dan basa-basi keakraban. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basa-basi polar personal. Basa-basi polar sosial tuturan dan realitasnya tidak bersesuaian tetapi tersosialisasikan dalam perilaku berbahasa masyarakat sebagai sopan santun dan ramah tamah. Basa-basi polar personal merupakan basa-basi yang tuturan dan realitasnya tidak bersesuaian tetapi terpersonalisasi dalam perilaku berbahasa masyarakat sebagai ramah tamah individu Salam (A) Basa-basi salam merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

80 65 Wujud Basa-basi Tuturan (A3) P = Pagi sayang. (sedang sarapan) MT = Pagi juga pak. (keluar kamar) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang pelajar. Penutur laki-laki berusia 52 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 18 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermakud menyapa MT yang baru saja bangun.) Tuturan (A3) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang guru SD berusia 52 tahun dan mitra tutur merupakan seorang pelajar SMA berusia 18 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang sarapan. Penutur langsung mengucapkan salam ketika melihat mitra tutur keluar dari dalam kamarnya. Penutur ingin menyapa mitra tutur yang baru saja bangun. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi konteks tuturnya, tuturan (A3) termasuk dalam kategori acknowledgments subkategori salam. Hal ini dikarenakan tuturan tersebut digunakan untuk mengawali pembicaraan dengan mitra tutur. Tuturan (A3) termasuk basa-basi salam karena pada saat itu penutur menyampaikan salam Pagi sayang untuk mengawali pembicaraan dengan mitra tutur. Selain itu, tuturan (A3) termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan tersebut digunakan untuk menunjukkan rasa sopan penutur terhadap mitra tutur. Sapaan yang hangat untuk mengawali hari agar dapat tetap menjaga

81 66 mood penutur yang baru saja bangun dari tidur. Hal ini sejalan dengan teori Ibrahim yang mengatakan bahwa basa-basi sebagai pembuka dan pemelihara hubungan antara penutur dan mitra tutur. Tuturan Pagi sayang muncul secara otomatis dalam suatu situasi tutur karena pada saat itu penutur melihat mitra tutur yang baru saja keluar dari kamar tidurnya dan suasana pada saat tuturan itu terjadi memang pada pagi hari. Tuturan (A3) merupakan wujud basa-basi murni karena tuturan tersebut sesuai dengan realitas pada saat tuturan terjadi yaitu pada pagi hari. Merujuk pada teori Arimi (1998:34) dalam tesisnya yang menyatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (A3) terlihat bahwa penutur sedang mengakrabkan relasi dengan mitra tutur karena penutur yang baru saja keluar dari kamarnya sehingga penutur menyapanya untuk membuka percakapan dengan mitra tutur. Wujud Tuturan Basa-basi (A4) P = Assalamuallaikum. Adek pulang, Ma. MT = Wassalamuallaikum. Kok sore banget, Dek? P = Iya, lukisannya harus diselesaiin dulu Ma. MT = Yaudah, ganti baju terus mandi, Dek. (Konteks tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur merupakan seorang pelajar. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur perempuan berusia 13 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 40 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermakud

82 67 memberi salam pada MT saat masuk rumah setelah seharian belajar di sekolah.) Tuturan (A4) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang pelajar berusia 13 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 40 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang menonton tayangan televisi. Penutur langsung mengucapkan salam saat masuk rumah dan memberitahu mitra tutur bahwa penutur sudah pulang. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (A4) termasuk dalam kategori acknowledgment subkategori salam. Penutur menyampaikan salam untuk membuka pembicaraan dengan mitra tutur. Tuturan terjadi secara otomatis pada saat itu karena penutur yang baru saja pulang sekolah melihat mitra tutur sedang duduk di ruang tengah kemudian penutur menyela aktivitas mitra tutur dan penutur menyampaikan salam untuk membuka pebicaraan. Hal ini sejalan dengan teori Arimi (1998:340) dalam tesisnya yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai degan gejala peristiwa tutur yang muncul. Maka, tuturan (A4) merupakan wujud basa-basi murni karena tuturan merupakan salam yang disampaikan oleh penutur ke mitra tutur terjadi secara spontan.

83 Terima Kasih (B) Basa-basi terima kasih merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Wujud Basa-basi Tuturan (B1) P = Matur nuwun wes gelem ngumbahke klambi, Pak. (Terima kasih sudah mau menyucikan baju, Pak.) MT = Pada-pada Bu, nuwun yo wes masake. (Sama-sama Bu, makasih ya sudah masakin.) (Kontek Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur perempuan berusia 50 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 54 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengucapkan terima kasih kepada MT karena sudah mau mencucikan baju.) Tuturan (B1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 54 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur dan mitra tutur sedang sarapan. Penutur ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada mitra tutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (B1) termasuk dalam kategori acknowledgments subkategori terima kasih. Hal ini dikarenakan tuturan merupakan bentuk ekspresi ungkapan

84 69 rasa terima kasih dari penutur terhadap sesuatu hal yang telah dilakukan mitra tutur dan mitra tutur percaya bahwa penutur benar-benar berterimakasih kepada mitra tutur yang telah melakukan suatu hal pada penutur. Penutur menyampaikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur saat sedang sarapan bersama dan penutur menyadari benar bahwa perlu mengucapkan rasa terima kasihnya beberapa kali agar mitra tutur benar mempercayainya bahwa penutur sangat menghargai hal yang telah diperbuat mitra tutur. Selain itu, dalam tuturan (B1) terdapat tuturan Matur nuwun yang dalam bahasa Indonesia berarti terima kasih, yang dapat memperkuat bahwa tuturan (B1) merupakan wujud basa-basi subkategori terima kasih. Tuturan (B1) termasuk wujud basa-basi karena dalam tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur tidak menginginkan mitra tutur beranggapan bahwa penutur merupakan orang yang tidak tahu berterima kasih sehingga untuk mempertahankan hubungan dengan mitra tutur maka penutur megekspresikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Penutur mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur untuk mempererat relasi dengan mitra tutur sebagai sepasang suami istri. Tuturan (B1) muncul secara otomatis dalam suatu situasi tutur karena pada saat itu penutur dan mitra tutur sedang sarapan bersama. Penutur yang

85 70 sejak pagi melihat mitra tutur mencuci baju hingga menjemurnya, ketika sarapan bersama penutur langsung menyampaikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur. Merujuk pada teori Arimi (1998:34) dalam tesisnya yang menyatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Tuturan (B1) merupakan wujud basa-basi murni karena tuturan tersebut sesuai dengan realitas bahwa mitra tutur telah membantu penutur. Jadi, pada tuturan (B1) terlihat bahwa penutur mengucapkan terma kasih kepada mitra tutur dan ingin menjalin relasi yang lebih hangat dengan mitra tutur. Wujud Basa-basi Tuturan (B5) P = Ma, bikinin telor mata sapi dong. MT = Ya sebentar. (menggoreng telor). Ini Kak. P = Thanks ya, Ma. (Terima kasih ya, Ma.) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi di ruang makan pada malam hari. Penutur merupakan seorang pelajar. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur perempuan berusia 13 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 40 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermakud berterima kasih kepada MT karena telah menggorengkan telor.) Tuturan (B5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang pelajar berusia 13 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 40 tahun. Suasana di ruang tengah santai

86 71 karena saat itu mitra tutur sedang menonton tayangan televisi dan penutur menghampirinya. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk membuatkan telor mata sapi karena penutur ingin makan malam dengan telor. Mitra tutur menggoreng telor dan memberikannya kepada penutur. Penutur mengucapkan thanks yang berarti terima kasih agar mitra tutur merasa bahwa penutur menghargai bantuan mitra tutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturannya, tuturan (B5) termasuk dalam kategori acknowledgments subkategori terima kasih. Hal ini dikarenakan tuturan tersebut merupakan bentuk ekspresi rasa terima kasih dari penutur kepada mitra tutur yang telah menggorengkan telor. Selain itu terdapat tuturan thanks yang dalam bahasa Indonesia berarti terima kasih yang memperkuat bahwa tuturan tersebut merupakan basa-basi subkategori terima kasih. Penutur menggunakan partikel fatis pada tuturannya. Partikel fatis yang digunakan dalam tuturan (B5) yaitu ya. Partikel fatis ya digunakan untuk menegaskan rasa terima kasih penutur kepada mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan lawan bicara. Tuturan (B5) merupakan basa-basi polar karena tuturan thanks yang disampaikan oleh penutur digunakan untuk menunjukkan sikap yang lebih sopan serta menghargai mitra tutur yang telah menggorengkan telor dan tidak sepenuhnya mengucapkan terima kasih karena telah digorengkan telor. Hal ini

87 72 sejalan dengan teori Arimi (1998: 340) dalam tesisnya yang mengatakan bahwa basa-basi polar merupakan wujud basa-basi yang tuturannya berlawanan dengan realitasnya dan penutur memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan sikap yang lebih sopan. Oleh karena itu, tuturan (B5) merupakan tuturan basa-basi polar karena tuturan tersebut menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya Menolak (C) Basa-basi menolak merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Wujud Basa-basi Tuturan (C3) MT = Ayo maem sek. (Ayo makan dulu.) P = Sek, nunggu iklan. (Sebentar, menunggu iklan.) (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur merupakan seorang wiraswasta. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur laki-laki berusia 42 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 41 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menolak ajakan makam malam MT karena asyik menonton tayangan televisi.) Tuturan (C3) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari pukul

88 WIB. Penutur merupakan seorang wiraswasta berusia 42 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 41 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang menonton tayangan televisi. Mitra tutur mengajak penutur untuk makan malam karena sudah malam, tetapi penutur menolak ajakan mitra tutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (C3) termasuk dalam subkategori acknowledgments subkategori menolak. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut menunjukkan bahwa penutur kurang menghargai ajakan mitra tutur yang mengajaknya untuk makan malam. Tuturan (C3) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Tuturan penolakan yang disampaikan oleh penutur sebenarnya hanya untuk sopan santun kepada mitra tutur sehingga hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap erat. Penutur tidak ingin menolak secara langsung karena penutur merasa kurang sopan apabila menolak secara langsung sehingga penutur menolak dengan cara yang lebih halus agar hubungan penutur dan mitra tutur tetap terjaga. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Tuturan (C3) merupakan tuturan yang terjadi hanya untuk sopan santun dalam hal menolak ajakan mitra tutur, penutur mengatakan Sek, tunggu iklan

89 74 yang artinya Sebentar, menunggu iklan dalam bahasa Indonesia, merupakan tuturan yang tidak sebenarnya, karena saat tayangan televisi sudah digantikan dengan iklan, penutur masih tetap asyik menonton dan tidak beranjak dari tempat duduknya. Jadi, tuturan (C3) terlihat bahwa penutur terkesan ingin menolak ajakan mitra tutur yang mengajak makan malam. Penutur tidak menolak secara langsung tetapi penutur mengatakan akan makan setelah tayangan berganti iklan sehingga hubungan atau relasi penutur dan mitra tutur tetap terjaga dengan baik. Wujud Basa-basi Tuturan (C4) MT = Bu, istirahat sek, wes wengi, lanjut sesuk meneh. (Bu, istirahat dulu, sudah malam, lanjut besok lagi.) P = Sitik meneh Pak, nanggung, sedelo meneh rampung. (Sedikit lagi Pak, tanggung, sebentar lagi selesai.) (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur merupakan seorang penjahit. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur perempuan berusia 48 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 52 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menolak ajakan MT untuk beristirahat menjahit karena sudah malam.) Tuturan (C4) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang penjahit berusia 48 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 52 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang menyelesaikan jahitannya. Mitra tutur sedang menonton tayangan televisi dan melihat penutur masih menjahit padahal sudah malam, sehingga mitra tutur meminta penutur untuk beristirahat dan

90 75 melanjutkan menjahit besok lagi. Penutur mengatakan Sitik meneh Pak, nanggung, sedelo meneh rampung yang dalam bahasa Indonesia berarti Sedikit lagi Pak, tanggung, sebentar lagi selesai maka secara tidak langsung penutur menolak permintaan mitra tutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (C4) termasuk dalam kategori acknowledgments subkategori menolak. Penutur menolak secara halus tuturan dari mitra tutur. Penutur mengatakan bahwa jahitannya hampir selesai sehingga mitra tutur tidak meminta penutur beristirahat waktu itu juga, secara tidak langsung penutur menolak permintaan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan pernyataan Arimi (1998: 34) dalam tesisnya yang mengatakan bahwa basa-basi polar merupakan wujud basa-basi yang tuturannya berlawanan dengan realitasnya dan penutur memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan sikap yang lebih sopan. Oleh karena itu, tuturan (C4) merupakan tuturan basa-basi polar karena tuturan tersebut menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya. Tuturan (C4) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Tuturan penolakan yang diampaikan oleh penutur sebenarnya hanya untuk sopan santun kepada mitra tutur sehingga hubungan antara mitra tutur dengan penutur semakin erat. Penutur tidak ingin menolak secara langsung sehingga penutur menolak dengan cara yang lebih halus agar hubungan penutur dan mitra tutur tetap terjaga dan tidak terganggu. Hal ini sejalan dengan teori Kridalaksana (1986: 111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan

91 76 tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara Menerima (D) Basa-basi menerima merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Wujud Basa-basi Tuturan (D1) MT = Pak, tulung pijiti sikilku, pegel tenan. (Pak, tolong pijitin kakiku, pegal sekali.) P = Iyo Bu, sebelah ndi sing pegel? (Iya Bu, sebelah mana yang pegal?) MT = Iki Pak. (sambil menunjukkan bagian kaki yang pegal) (Ini Pak) (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang ibu rumah tangga. Penutur laki-laki berusia 54 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 50 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menerima permintaan untuk memijat kaki MT yang pegal.) Tuturan (D1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang guru berusia 54 tahun dan mitra tutur merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur dan mitra tutur sedang menonton

92 77 tayangan televisi. Mitra tutur meminta tolong kepada penutur untuk memijat kakinya yang pegal. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (D1) termasuk dalam subkategori acknowledgments subkategori menerima. Hal ini dikarenakan penutur merespons dengan baik permintaan tolong dari mitra tutur. Selain itu, dalam tuturan (D1) terdapat ujaran Iyo yang dalam bahasa Indonesia berarti iya, serta pertanyaan penutur yang menanyakan bagian mana yang pegal dan reaksinya yang langsung memijat dapat memperkuat bahwa tuturan (D1) merupakan wujud basa-basi subkategori menerima. Tuturan (D1) termasuk wujud basa-basi karena dalam tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan (D1) muncul secara otomatis dalam suatu situasi tutur karena pada saat itu penutur dan mitra tutur sedang menonton tayangan televisi bersama. Tuturan tersebut terjadi secara spontan ketika mitra tutur meminta tolong kepada penutur dan penutur langsung merespons tuturan tersebut. Merujuk pada teori Arimi (1998:34) dalam tesisnya yang menyatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul.

93 78 Tuturan (D1) merupakan wujud basa-basi murni karena tuturan muncul secara otomatis sebagai respons atas permintaan tolong oleh mitra tutur. Jadi, tuturan (D1) terlihat bahwa penutur menyikapi permintaan tolong dari mitra tutur dengan senang hati sehingga mitra tutur pun merasa senang dan menjadikan hubungan mitra tutur dan penutur semakin baik. Wujud Basa-basi Tuturan (D6) MT = Maksih pak, udah diajarin. P = Iya, nanti kalau masih enggak bisa, tanya aja lagi. MT = Siap pak. (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang pelajar. Penutur laki-laki berusia 52 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 13 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menerima ucapan terima kasih MT dan bersedia membantu lagi bila MT ingin bertanya mengenai hal yang belum dipahaminya.) Tuturan (D6) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang guru berusia 52 tahun dan mitra tutur merupakan seorang pelajar berusia 13 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang menonton tayangan televisi. Mitra tutur menghampiri penutur yang berada di ruang tengah karena merasa kesulitan dengan materi yang sedang dipelajarinya. Penutur membantu mitra tutur dan mitra tutur bermaksud berterima kasih kepada penutur karena telah mengajarinya.

94 79 Tuturan (D6) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur menanggapi ujaran yang disampaikan oleh mitra tutur dengan tujuan menghargai ujaran yang disampaikan oleh mitra tutur. Penutur juga menawarkan bantuan lagi kepada mitra tutur jika mitra tutur masih ingin bertanya mengenai hal yang tidak dipahami agar hubungan antara penutur dengan mitra tutur semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan (D6) muncul secara otomatis dalam suatu situasi tutur karena pada saat itu penutur sedang menonton tayangan televisi. Tuturan tersebut terjadi secara spontan ketika mitra tutur meminta tolong kepada penutur dan penutur langsung merespons tuturan tersebut. Merujuk pada teori Arimi (1998:34) dalam tesisnya yang menyatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Tuturan (D6) merupakan wujud basa-basi murni karena tuturan muncul secara otomatis sebagai respons atas permintaan tolong oleh mitra tutur. Jadi, tuturan (D6) terlihat bahwa penutur menyikapi permintaan tolong dari mitra tutur dengan senang hati sehingga mitra tutur pun merasa senang dan menjadikan hubungan mitra tutur dan penutur semakin baik.

95 Empati (E) Basa-basi empati merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Wujud Basa-basi Tuturan (E1) MT = Ah, mau kena tilang nang ngarep Adina. (Ah, tadi kena tilang di depan Adina.) P = Yo wes rapopo, nggo pengalaman dek. (Ya sudah tidap apa-apa, buat pengalaman dek.) (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang pelajar. Penutur laki-laki berusia 56 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 15 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud berempati dengan kejadian yang dialami MT.) Tuturan (E1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang guru berusia 56 tahun dan mitra tutur merupakan seorang pelajar berusia 15 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang menonton tayangan televisi. Mitra tutur baru saja pulang dan langsung duduk di ruang tengah bersebelahan dengan penutur. Mitra tutur menceritakan kejadian hari ini pada penutur bahwa mitra tutur baru saja kena tilang.

96 81 Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (E1) termasuk dalam kategori acknowledgments subkategori empati. Hal ini dikarenakan penutur mengekspresikan rasa simpatinya terhadap kejadian yang dialami oleh mitra tutur dan mitra tutur menyikapi ujaran penutur sebagai rasa empati. Wujud basa-basi tuturan (E1) Yo wes rapopo, nggo pengalaman dek pada tuturan tersebut seolah-olah kejadian itu merupakan hal yang sepele dan tidak perlu diambil hati karena dengan kejadian itu, mitra tutur mendapat sebuah pengalaman. Selain itu, penutur menunjukkan simpatinya terhadap kejadian yang dialami oleh mitra tutur. Tuturan (E1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur menanggapi ujaran yang disampaikan oleh mitra tutur dengan tujuan menghargai ujaran yang disampaikan oleh mitra tutur. Penutur juga menawarkan bantuan lagi kepada mitra tutur jika mitra tutur masih ingin bertanya mengenai hal yang tidak dipahami agar hubungan antara penutur dengan mitra tutur semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan (E1) muncul sebagai bagian dari ramah tamah penutur terhadap kejadian yang dialami oleh mitra tutur. Tuturan tersebut spontan terjadi saat mitra tutur menceritakan kejadian yang baru saja dia alami dengan ekspresi sedih dan penutur langsung merespons tuturan tersebut. Merujuk pada teori

97 82 Arimi (1998:34) dalam tesisnya yang menyatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (E1) terlihat bahwa penutur menyampaikan rasa empatinya kepada mitra tutur yang terkena tilang dengan mengambilnya sebagai pengalaman. Wujud Basa-basi Tuturan (E3) P = Dek, gimana nilai UTS bahasa Jawanya? MT = Cuma dapet 70 bu. P = Lho, kok bisa dek? Yaudah, besok lagi belajar yang rajin ya. (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang pelajar. Penutur perempuan berusia 49 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 13 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud berempati pada MT yang hanya mendapat nilai 70 di UTS bahasa Jawa serta memberi semangat agar lebih rajin belajar.) Tuturan (E3) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 49 tahun dan mitra tutur merupakan seorang pelajar berusia 13 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang menonton tayangan televisi. Mitra tutur baru saja pulang dari sekolah dan meletakkan barang bawaannya. Menyadari kepulangan mitra tutur, penutur bermaksud menanyakan hasil UTS bahasa Jawa mitra tutur. Dengan nada agak kecewa dan raut muka yang kurang baik mitra tutur menjawab pertanyaan penutur mengenai hasil UTS bahasa Jawa.

98 83 Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (E3) termasuk dalam kategori acknowledgments subkategori empati. Hal ini dikarenakan penutur mengekspresikan rasa simpatinya terhadap hasil UTS bahasa Jawa mitra tutur. Wujud basa-basi tuturan (E3) seolah-olah kejadian itu merupakan hal yang tidak perlu diambil hati karena mitra tutur bisa mendapatkan nilai lebih baik jika mau belajar lebih giat. Selain itu, penutur menunjukkan simpatinya terhadap kejadian yang dialami oleh mitra tutur. Tuturan (E3) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengungkapkan rasa simpatinya dan memberi semangat kepada mitra tutur supaya tetap semangat belajar sehingga hubungan antara penutur dengan mitra tutur semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan (E3) muncul sebagai bagian dari ramah tamah penutur terhadap kejadian yang dialami oleh mitra tutur. Tuturan tersebut spontan terjadi saat mitra tutur menjawab pertanyaan penutur mengenai hasil dari UTS bahasa Jawa dan mitra tutur terlihat begitu sedih. Merujuk pada teori Arimi (1998:34) dalam tesisnya yang menyatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala

99 84 peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (E3) terlihat bahwa penutur menyampaikan rasa empatinya kepada mitra tutur yang belum berhasil mendapat nilai baik dalam UTS bahasa Jawa dan memberinya semangat agar lebih giat lagi dalam belajar Meminta Maaf (F) Basa-basi meminta maaf merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Wujud Basa-basi Tuturan (F7) P = Bu, maaf ya tadi Bapak udah marah-marah. (sambil menggenggam tangan mitra tutur) MT = Iya, enggak apa-apa Pak, Ibu juga minta maaf ya. P = Iya Bu. (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di kamar tidur pada malam hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang penjahit. Penutur laki-laki berusia 52 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 48 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan tegang dan kurang kondusif. Penutur bermaksud meminta maaf kepada MT karena telah marah-marah.) Tuturan (F7) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di kamar tidur pada malam hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang guru berusia 48 tahun dan mitra tutur merupakan seorang penjahit berusia 52 tahun. Suasana di kamar tidur sedang

100 85 tegang karena penutur dan mitra tutur baru saja memperdebatkan suatu hal hingga penutur marah. Penutur menghampiri mitra tutur yang duduk diatas tempat tidur, dan penutur ingin meminta maaf kepada mitra tutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (F7) termasuk dalam kategori acknowledgments subkategori meminta maaf. Hal ini dikarenakan penutur mengekspresikan rasa penyesalannya karena telah marah kepada mitra tutur dan membuat mitra tutur menjadi sedih. Wujud basa-basi dari tuturan (F7) terlihat dari tuturan yang disampaikan oleh penutur terutama terdapat kata Maaf yang merupakan salah satu syarat agar suatu tuturan dapat dikatakan sebagai subkategori meminta maaf. Tuturan (F7) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur yang sedang bertengkar dengan mitra tutur, tidak mau larut dalam amarah, maka dari itu penutur meminta maaf dan berharap agar hubungannya dengan mitra tutur kembali baik dan dapat mempererat hubungan. Hal ini sejalan dengan teori Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Selanjutnya makna tersebut dapat terlihat dari penggunaan diksi oleh penutur. Kridalaksana (1989:111) mengatakan bahwa kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan

101 86 pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Penutur menggunakan partikel fatis ya pada tuturannya. Partikel fatis ya bertugas untuk meminta persetujuan kepada mitra tutur dengan mengucapkan kata maaf ya karena telah marah dan membuat mitra tutur merasa sedih sehingga hubungan antara mitra tutur bisa membaik dan lebih baik lagi. Wujud Basa-basi Tuturan (F1) P = Pak, maaf, ora masak dina iki, sek tak tumbaske sayur. (Pak, maaf, tidak masak hari ini, sebentar Ibu belikan sayur.) MT = Yo, rapopo Bu. (Iya, tidak apa-apa Bu.) (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur perempuan berusia 50 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 54 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam santai. Penutur bermaksud meminta maaf kepada MT karena tidak memasak dan segera membeli sayur.) Wujud basa-basi tuturan (F1) termasuk dalam subkategori meminta maaf. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 54 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang menyetrika pakaian. Mitra tutur baru saja pulang dari sekolah dan meletakkan barang bawaannya. Penutur sedang menyetrika pakaian ketika mitra tutur pulang ke rumah. Menyadari mitra tutur pulang penutur segera membereskan pakaian yang telah di setrika dan menghampiri mitra tutur. Penutur bermaksud meminta maaf kepada mitra tutur.

102 87 Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi konteks tuturannya, tuturan (F1) termasuk dalam kategori acknowledgments subkategori meminta maaf. Hal ini dikarenakan penutur mengekspresikan rasa penyesalannya karena tidak memasak sayur dan mitra tutur menyikapi tuturan tersebut dengan memaafkan penutur. Wujud basa-basi dari tuturan (F1) terlihat dari tuturan yang disampaikan oleh penutur terutama terdapat kata maaf yang merupakan salah satu syarat agar suatu tuturan dapat dikatakan sebagai subkategori meminta maaf. Tuturan (F1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur menyampaikan rasa penyesalannya kepada mitra tutur dengan tujuan hubungan antara penutur dan mitra tutur tidak terganggu karena perbuatan penutur. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan (F1) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur tidak memasak sayur untuk makan siang. Selain itu, tuturan tersebut dilakukan oleh penutur untuk menunjukkan sikap sopan santunnya karena penutur beranggapan bahwa akan tidak sopan apabila tidak menjelaskan dan meminta maaf kepada mitra tutur karena tidak memasak. Merujuk pada tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi

103 88 tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Oleh karena itu, tuturan (F1) merupakan wujud basa-basi murni karena tuturan (F1) muncul secara spontan sebagai bagian dari ramah tamah dan sopan santun penutur kepada mitra tutur. Tuturan tersebut terbentuk oleh interaksi yang sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (F1) terlihat bahwa penutur menyampaikan rasa penyesalannya kepada mitra tutur karena tidak memasak sayur Meminta/ Mengundang (G) Basa-basi meminta/ mengundang merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basabasi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Wujud Basa-basi Tuturan (G2) P = Tangi Pak. Ayo, kerja bakti!. (Bangun Pak. kerja bakti.) MT = Iyo, sek. (Iya, sebentar.) (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di kamar tidur pada pagi hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang wiraswasta. Penutur perempuan berusia 41 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 42 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud membangunkan dan mengingatkan serta mengajak MT untuk kerja bakti.)

104 89 Tuturan (G2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di kamar tidur pada pagi hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang guru berusia 41 tahun dan mitra tutur merupakan seorang wiraswasta berusia 42 tahun. Suasana di kamar tidur santai karena saat itu mitra tutur masih tidur. Penutur membangunkan mitra tutur karena hendak mengajak kerja bakti. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (G2) termasuk dalam subkategori acknowledgments subkategori meminta/ mengundang. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur meminta mitra tutur untuk bangun dan ikut kerja bakti. Wujud basabasi pada (G2) terlihat dari ujaran yang diucapkan oleh penutur yang mengajak mitra tutur untuk segera bangun dan ikut kerja bakti. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur Iyo, sek yang artinya iya, sebentar yang menandakan mitra tutur bersedia ikut kerja bakti. Harimurti Kridalaksana (1986:111) mengatakan bahwa basa-basi adalah tuturan yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Penutur menggunakan kata fatis Ayo yang digunakan untuk menekankan dan mempertegas bahwa penutur benar meminta dan mengajak mitra tutur untuk ikut kerja bakti. Jadi, tuturan (G2) terlihat jelas bahwa penutur menyampaikan permintaanya agar mitra tutur memenuhi permintaan penutur sehingga hubungan penutur dan mitra tutur semakin baik.

105 90 Wujud Basa-basi Tuturan (G6) P = Mbak, nanti ikut latihan koor ya. MT = Jam berapa bu? (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang mahasiswa. Penutur perempuan berusia 49 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 22 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengajak MT untuk ikut latihan koor.) Wujud basa-basi tuturan (G6) termasuk dalam subkategori mengundang. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 49 tahun dan mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berusia 22 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur bermaksud mengajak mitra tutur untuk pergi latihan koor. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturannya, tuturan (G6) termasuk dalam kategori acknowledgments subkategori mengundang. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur mengundang agar mitra tutur mau ikut latihan koor. Wujud basa-basi pada tuturan (G6) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa penutur berharap mitra tutur mau ikut latihan koor bersama penutur. Mitra tutur menanggapi dan merespons tuturan yang disampaikan oleh penutur. Penutur menggunakan partikel fatis pada tuturannya. Partikel fatis yang digunakan dalam tuturan (G6) yaitu ya. Partikel fatis ya digunakan untuk menegaskan kesungguhan penutur mengajak mitra tutur untuk mau ikut latihan koor dengan tujuan agar hubungan antara penutur dan mitra tutur menjadi semakin erat. Hal ini sejalan

106 91 dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan lawan bicara. Tuturan (G6) terjadi secara otomatis karena penutur memberitahukan kepada mitra tutur yang baru saja pulang ke rumah. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basabasi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Oleh karena itu, tuturan (G6) merupakan tuturan basa-basi murni karena tuturan tersebut terjadi secara spontan dalam bentuk interaksi yang sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Penutur menginginkan mitra tutur untuk mau ikut latihan koor. Jadi, tuturan (G6) terlihat bahwa penutur menyampaikan permintaannya atau harapannya agar mitra tutur bersedia memenuhi permintaan penutur sehingga hubungan penutur dan mitra tutur semakin akrab Selamat (H) Basa-basi selamat merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

107 92 Wujud Basa-basi Tuturan (H1) P = Selamat ulang tahun ya sayang. Semoga apa yang dicita-citakan tercapai. MT = Makasih Bu. (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di kamar tidur pada pagi hari. Penutur merupakan ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang mahasiswa. Penutur perempuan berusia 50 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 22 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengucapkan ucapan selamat kepada MT yang pada hari itu ulang tahun.) Tuturan (H1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di kamar tidur pada pagi hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun dan mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berusia 22 tahun. Suasana di kamar tidur santai karena saat itu mitra tutur baru saja bangun tidur. Penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur yang pada hari itu berulang tahun. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (H1) termasuk dalam subkategori acknowledgments subkategori selamat. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur mengucapkan selamat karena mitra tutur yang berulang tahun. Wujud basa-basi pada tuturan (H1) terlihat pada kata Selamat yang merupakan salah satu syarat basa-basi mengucapkan selamat. Penutur juga mengekspresikan rasa bahagia dan menyampaikan harapan pada mitra tutur. Tuturan (H1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur menghampiri mitra tutur yang baru saja bangun dan

108 93 mengucapkan selamat ulang tahun. Hal ini penutur lakukan agar mitra tutur merasa bahwa penutur selalu mengingat hari ulang tahunnya dan menjadikan hubungan keduanya semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1996:111) yang menjelaskan bahwa bas-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan anatara pembicara dan kawan bicara. Jadi, tuturan (H1) terlihat bahwa penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena mitra tutur berulang tahun. Wujud Basa-basi Tutran (H2) MT = Bu, aku lolos ujian. P = Puji Tuhan. Selamat ya Nduk, lolos ujiannya. MT = Iya Bu, sama-sama. (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan penjahit. Mitra Tutur merupakan seorang pelajar. Penutur perempuan berusia 48 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 18 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur bermaksud mengucapakan ucapan selamat kepada MT karena lolos ujian masuk Perguruan Tinggi.) Tuturan (H2) merupakan maksud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang penjahit berusia 48 tahun dan mitra tutur merupakan seorang pelajar berusia 18 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu mitra tutur sedang melihat pengumuman penerimaan mahasiswa baru. Mitra tutur menyampaikan bahwa mitra tutur

109 94 lolos ujian. Maka dari itu, penutur bermaksud mengucapkan selamat kepada mitra tutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi konteks tuturannya, tuturan (H2) termasuk dalam kategori acknowlegdments subkategori mengucapkan selamat. Hal ini dikarenakan dalam tuturan tersebut penutur mengekspresikan kegembiraan pada mitra tutur yang lolos ujian masuk Perguruan Tinggi dan mitra tutur menyikapi ujaran penutur sebagai ucapan selamat. Wujud basa-basi pada tuturan (H2) terlihat dari kata Selamat yang merupakan salah satu ciri basa-basi mengucapkan selamat. Penutur juga mengepresikan rasa kegembiraannya dengan pencapaian yang diperoleh oleh mitra tutur dan penutur menyampaikan harapannya kepada mitra tutur. Penutur menggunakan partikel fatis pada tuturannya. Partikel fatis yang digunakan dalam tuturan (H2) yaitu ya. Partikel fatis ya digunakan untuk menegaskan kesungguhan penutur mengucapkan selamat dengan tujuan agar hubungan antara penutur dan mitra tutur menjadi semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan (H2) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bersama mitra tutur yang sedang melihat pengumuman penerimaan mahasiswa baru. Hal ini sejalan dengan teori Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,

110 95 teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Oleh karena itu, tuturan (H2) merupakan wujud basa-basi murni karena tuturan (H2) muncul secara spontan dan merupakan bagian dari ramah tamah penutur kepada mitra tutur untuk menjalin relasi, serta tuturan tersebut terbentuk oleh interaksi yang sesuai dengan gejala peristiwa yang terjadi pada saat itu. Jadi, tuturan (H2) terlihat bahwa penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur atas keberhasilannya lolos ujian Perguran Tinggi Maksud Basa-basi Berbahasa Setiap penutur yang bertutur tentulah terdapat maksud yang ingin disampaikannya. Maksud tersebut adalah milik si penutur, bukan tuturan. Tuturan adalah media bagi penutur untuk menyampaikan maksud tersebut. Berkaitan dengan maksud tersebut, sangat perlu dipahami bagaimana maksud dan makna dapat dibedakan, karena kedua hal tersebut adalah berbeda jika telah bersinggungan dengan konteks situasi. Rahardi (2003:16 17) dalam bukunya telah berbicara perihal maksud dan makna ini. Rahardi mengawali dengan memaparkan bahwa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan sosial-budaya tertentu. Karena yang dikaji di dalam pragmatik adalah maksud penutur dalam menyampaikan tuturannya, maka dapat pula dikatakan bahwa pragmatik dalam berbagai hal sejajar dengan semantik, yakni cabang ilmu bahasa yang mengkaji makna bahasa, tetapi makna bahasa itu dikaji secara internal.

111 Salam Basa-basi salam merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basabasi. Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan basa-basi kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Maksud Basa-basi Tuturan (A3) P = Pagi sayang. (sedang sarapan) MT = Pagi juga pak. (keluar kamar) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang pelajar. Penutur laki-laki berusia 52 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 18 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermakud menyapa MT yang baru saja bangun.) Maksud basa-basi tuturan (A3) termasuk dalam subkategori salam. Tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang guru SD berusia 52 tahun dan mitra tutur merupakan seorang pelajar SMA berusia 18 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang sarapan. Penutur langsung mengucapkan salam ketika melihat mitra tutur keluar dari dalam kamar. Penutur ingin menyapa mitra tutur yang baru saja bangun. Maksud basa-basi tuturan (A3) ialah penutur bermaksud menyapa mitra tutur dengan menggunakan salam. Penutur menyapa mitra tutur karena mitra tutur baru bangun dan keluar dari kamarnya. Penutur mengucapkan salam

112 97 kepada mitra tutur untuk mengawali pembicaraan dengan mitra tutur yang menyadari kedatanganan mitra tutur. Maksud Tuturan Basa-basi (A4) P = Assalamuallaikum. Adek pulang, Ma. MT = Wassalamuallaikum. Kok sore banget, Dek? P = Iya, lukisannya harus diselesaiin dulu Ma. MT = Yaudah, ganti baju terus mandi, Dek. (Konteks tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur merupakan seorang pelajar. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur perempuan berusia 13 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 40 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermakud memberi salam pada MT saat masuk rumah setelah seharian belajar di sekolah.) Maksud basa-basi tuturan (A4) termasuk dalam subkategori salam. Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang pelajar berusia 13 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 40 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang menonton tayangan televisi. Penutur langsung mengucapkan salam saat masuk rumah dan memberitahu mitra tutur bahwa penutur sudah pulang. Maksud basa-basi tuturan (A4) ialah penutur bermaksud menyapa dan menyela kegiatan mitra tutur dengan mengucapkan salam kepada mitra tutur. Penutur mengucapkan salam untuk mengawali pembicaraan dengan mitra tutur dan memberitahu bahwa penutur sudah pulang.

113 98 Maksud Basa-basi Tuturan (A6) P = Ayah. Ayah. (merangkak mendekati MT) MT = Halo adek, udah lama nunggu ya. (menggendong penutur) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur merupakan seorang batita. Mitra Tutur merupakan seorang wiraswasta. Penutur perempuan berusia 1 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 36 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermakud memanggil MT yang baru saja pulang kerja.) Maksud basa-basi tuturan (A6) termasuk dalam subkategori salam. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang batita berusia 1 tahun dan mitra tutur merupakan seorang wiraswasta berusia 36 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang bermain. Pada saat itu penutur sedang bermain, mendengar pintu di buka dan masuknya mitra tutur, penutur langsung merangkak mendekati mitra tutur dengan berkata ayah, ayah. Maksud basa-basi tuturan (A6) ialah penutur bermaksud menyapa mitra tutur dengan menggunakan salam. Penutur menyapa mitra tutur yang baru saja pulang setelah seharian bekerja. Penutur mengucapkan salam kepada mitra tutur untuk mengawali pembicaraan dengan mitra tutur yang menyadari kepulangan mitra tutur Terima Kasih (B) Basa-basi terima kasih merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basabasi. Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan

114 99 tuturan basa-basi kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Wujud Basa-basi Tuturan (B1) P = Matur nuwun wes gelem ngumbahke klambi, Pak. (Terima kasih sudah mau menyucikan baju, Pak.) MT = Pada-pada Bu, nuwun yo wes masake. (Sama-sama Bu, makasih ya sudah masakin.) (Kontek Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur perempuan berusia 50 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 54 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengucapkan terima kasih kepada MT karena sudah mau mencucikan baju.) Tuturan (B1) merupakan maksud basa-basi berbahasa terima kasih yang dapat di lihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 54 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur dan mitra tutur sedang sarapan. Penutur ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada mitra tutur. Maksud basa-basi tuturan (B1) ialah penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur yang telah membantu mencuci baju. Penutur ingin menghargai bantuan mitra tutur sehingga itra tutur merasa senang. Oleh karena itu, penutur berharap relasi antara penutur dan mitra tutur terjalin lebih akrab. Tuturan terima kasih tersebut merupakan tindak tutur ekspresif yang dimaksudkan oleh penutur untuk menghargai perbuatan

115 100 yang telah dilakukan oleh mitra tutur yang telah bersedia mencuci baju hingga menjemurnya. Merujuk teori Searle yang menyatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan untuk mengekspresikan perasaan yang dirasakan oleh penutur. Maka tuturan (B1) merupakan tindak tutur ekspresif karena pada tuturan tersebut penutur mengekspresikan rasa bahagia atas bantuan mitra tutur. Maksud Basa-basi Tuturan (B3) MT = (membawakan nasi goreng) P = Asyik nasi goreng. Nuwun ya dek. MT = Oke. (Asyik nasi goreng. Makasih ya dek.) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi di ruang makan pada malam hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang lulusan sarjana. Penutur laki-laki berusia 56 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 23 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermakud berterima kasih kepada MT karena telah membuatkan nasi goreng.) Maksud basa-basi tuturan (B3) termasuk dalam subkategori terima kasih. Tuturan terjadi di ruang makan pada malam hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang guru SMP berusia 56 tahun dan mitra tutur merupakan seorang lulusan sarjana berusia 23 tahun. Suasana di ruang makan santai karena saat itu penutur sedang mengobrol sambil menunggu makanan siap. Mitra tutur datang dengan membawakan nasi goreng dan memberikan kepada penutur. Kemudian, penutur langsung mengucapkan rasa terima kasihnya agar mitra tutur tidak beranggapan bahwa penutur tidak tahu terima kasih.

116 101 Maksud basa-basi tuturan (B3) ialah penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur yang telah memasakkan nasi goreng dan membawakan untuknya. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel ya yang menegaskan rasa terima kasih penutur. Penutur ingin mengakrabkan hubungan dengan mitra tutur dan penutur tidak ingin beranggapan bahwa penutur tidak tahu berterima kasih. Penutur mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur untuk mempererat relasi dengan mitra tutur. Tuturan terima kasih (B3) merupakan tindak tutur ekspresif yang dimaksudkan oleh penutur untuk menghargai perbuatan yang dilakukan oleh mitra tutur kepada penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle yang menyatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Maksud Basa-basi Tuturan (B5) P = Ma, bikinin telor mata sapi dong. MT = Ya sebentar. (menggoreng telor). Ini Kak. P = Thanks ya, Ma. (Terima kasih ya, Ma.) MT = Sama-sama, Kak. (Konteks tuturan: Tuturan terjadi di ruang makan pada malam hari. Penutur merupakan seorang pelajar. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur perempuan berusia 13 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 40 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermakud berterima kasih kepada MT karena telah menggorengkan telor.) Maksud basa-basi tuturan (B5) termasuk dalam subkategori terima kasih. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari pukul WIB.

117 102 Penutur merupakan seorang pelajar berusia 13 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 40 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu mitra tutur sedang menonton tayangan televisi dan penutur menghampirinya. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk membuatkan telor mata sapi karena penutur ingin makan malam dengan telor. Mitra tutur menggoreng telor dan memberikannya kepada penutur. Penutur mengucapkan thanks yang berarti terima kasih agar mitra tutur merasa bahwa penutur menghargai bantuan mitra tutur. Maksud basa-basi tuturan (B5) ialah penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur yang telah menggorengkan telor untuknya. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel ya yang menegaskan rasa terima kasih penutur. Penutur ingin mengakrabkan hubungan dengan mitra tutur dan penutur tidak ingin mitra tutur beranggapan bahwa penutur tidak tahu berterima kasih. Penutur mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur untuk mempererat relasi dengan mitra tutur. Tuturan (B5) merupakan tuturan ekspresif. Hal ini dikarenakan ujaran terima kasih pada tuturan tersebut dimaksudkan oleh penutur untuk menghargai perbuatan yang dilakukan oleh mitra tutur kepada penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle yang menyatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur dan tindak tutur ekspresif mencerminkan pernyataan-pernyataan

118 103 psikologis dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan Menolak (C) Basa-basi menolak merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basabasi. Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan basa-basi kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Maksud Basa-basi Tuturan (C3) MT = Ayo maem sek. P (Ayo makan dulu.) = Sek, nunggu iklan. (Sebentar menunggu iklan.) (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur merupakan seorang wiraswasta. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur laki-laki berusia 42 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 41 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menolak ajakan makam malam MT karena asyik menonton tayangan televisi.) Tuturan (C3) merupakan maksud basa-basi berbahasa menolak yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang wiraswasta berusia 42 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 41 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang menonton tayangan televisi.

119 104 Mitra tutur mengajak penutur untuk makan malam karena sudah malam, tetapi penutur masih tetap menonton tayangan televisi dan mengatakan sebentar. Maksud basa-basi (C3) ialah penutur bermaksud menolak ajakan mitra tutur yang mengajaknya untuk makan malam. Penutur menolak permintaan tersebut karena penutur masih asyik menonton tayangan televisi. Basa-basi tersebut memiliki tindak tutur komisif. Tindak tutur komisif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran (Searle, 1983). Penutur tidak menolak secara langsung tetapi penutur melakukan penawaran dengan berkata sebentar, sehingga penutur terhindar dari ajakan mitra tutur untuk makan malam dan masih dapat menonton tayangan televisi. Oleh karena itu, tuturan tersebut merupakan penolakan yang cukup halus agar hubungan penutur dan mitra tutur tetap terjalin baik. Maksud Basa-basi Tuturan (C4) MT = Bu, istirahat sek, wes wengi, lanjut sesuk meneh. (Bu, istirahat dulu, sudah malam, lanjut besok lagi.) P = Sitik meneh Pak, nanggung, sedelo meneh rampung. (Sedikit lagi Pak, tanggung, sebentar lagi selesai.) (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur merupakan seorang penjahit. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur perempuan berusia 48 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 52 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menolak ajakan MT untuk beristirahat menjahit karena sudah malam.) Maksud basa-basi tuturan (C4) termasuk dalam subkategori terima kasih. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari pukul WIB.

120 105 Penutur merupakan seorang penjahit berusia 48 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 52 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang menyelesaikan jahitannya. Mitra tutur sedang menonton tayangan televisi dan melihat penutur masih menjahit padahal sudah malam, sehingga mitra tutur meminta penutur untuk beristirahat dan melanjutkan menjahit besok lagi. Penutur mengatakan Sitik meneh Pak, nanggung, sedelo meneh rampung yang dalam bahasa Indonesia berarti Sedikit lagi Pak, tanggung, sebentar lagi selesai maka secara tidak langsung penutur menolak permintaan mitra tutur. Maksud basa-basi tuturan (C4) ialah penutur bermaksud menolak permintaan mitra tutur untuk beristirahat dan melanjutkan menjahit besok lagi karena sudah malam. Penutur mengatakan bahwa jahitannya hampir selesai sehingga penutur masih bisa melanjutkan menjahit dan menunda beristirahat. Tindak tutur komisif adalah bentuk tuturan yang berfungsi menyatakan janji atau penawaran (Searle, 1983). Penutur sengaja menawar agar dirinya dapat terhindar dari permintaan mitra tutur untuk beristirahat. Dalam hal ini mitra tutur melakukan tindakan yang menandakan bahwa mitra tutur tidak jadi meminta beristirahat menjahit. Tuturan yang disampaikan oleh penutur merupakan penolakan menggunakan tuturan yang halus sehingga mitra tutur tidak merasa tersinggung dan terkesan lebih santun. Oleh karena itu, penutur berharap hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap terjalin dengan baik.

121 106 Maksud Basa-basi Tuturan (C8) MT = Udah siang ini Buk, jadi ke Rita enggak? P ae. = Lah, meh udan, mengko bengi ae ning Ritane, saiki bobok sek (Lah, sudah mau hujan, nanti malam aja ke Ritanya, sekarang tidur dulu saja.) (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang mahasiswa. Penutur perempuan berusia 49 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 22 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menolak ajakan MT untuk pergi karena langit sudah mendung, dan menyarankan untuk pergi nanti malam.) Tuturan (C8) merupakan maksud basa-basi berbahasa menolak yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 49 tahun dan mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berusia 22 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang menonton tayangan televisi. Mitra tutur menjelaskan bahwa hari sudah siang dan menanyakan kepada penutur mengenai jadi atau tidaknya untuk pergi bersama. Maksud basa-basi (C8) ialah penutur bermaksud menolak ajakan mitra tutur yang mengajaknya untuk pergi. Penutur mengatakan bahwa langit mendung dan mau hujan, lalu menawarkan untuk pergi nanti malam. Basa-basi tersebut memiliki tindak tutur komisif. Tindak tutur komisif adalah bentuk tuturan yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran. Penutur sengaja menawarkan untuk mengganti jam pergi yaitu pergi pada malam hari. Tuturan yang disampaikan oleh penutur merupakan penolakan menggunakan tuturan yang halus sehingga mitra tutur tidak merasa kecewa dan terkesan lebih

122 107 santun. Oleh karena itu, penutur berharap hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap terjalin dengan baik Menerima (D) Basa-basi menerima merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basabasi. Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan basa-basi kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Maksud Basa-basi Tuturan (D1) MT = Pak, tulung pijiti sikilku, pegel tenan. (Pak, tolong pijitin kakiku, pegal sekali.) P = Iyo Bu, sebelah ndi sing pegel? (Iya Bu, sebelah mana yang pegal?) MT = Iki Pak. (Ini Pak) (sambil menunjukkan bagian kaki yang pegal) (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang ibu rumah tangga. Penutur laki-laki berusia 54 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 50 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menerima permintaan untuk memijit kaki MT yang pegal.) Tuturan (D1) merupakan maksud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang guru berusia 54 tahun dan mitra tutur merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun. Suasana di

123 108 ruang tengah santai karena saat itu penutur dan mitra tutur sedang menonton tayangan televisi. Mitra tutur meminta tolong kepada penutur untuk memijat kakinya yang pegal. Maksud basa-basi tuturan (D1) ialah penutur menghargai permintaan tolong dari mitra tutur. Penutur ingin menyampaikan kesanggupannya menolong mitra tutur sehingga penutur berharap hubungan dengan mitra tutur menjadi baik. Respons penutur yang dengan langsung memijat kaki mitra tutur membuat mitra tutur merasa senang karena penutur dengan segera memijatnya dan menjadikan hubungan mitra tutur dan penutur semakin dekat. Maksud Basa-basi Tuturan (D4) MT = Bu, mengko Ibu sing kondangan yo, Bapak mengko ono rapat. (Bu, nanti Ibu saja yang datang ke resepsi pernikahan ya, Bapak nanti ada rapat.) P = Iyo Pak, Ibu ae sing kondangan. (Iya Pak, Ibu saja yang datang ke resepsi pernikahan.) (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tamu pada pagi hari. Penutur merupakan seorang penjahit. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur perempuan berusia 48 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 52 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menerima MT untuk menghadiri resepsi pernikahan karena MT ada rapat.) Maksud basa-basi tuturan (D4) termasuk dalam subkategori menerima. Tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang penjahit berusia 48 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 52 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang membantu mitra tutur bersiap-siap berangkat ke sekolah. Mitra

124 109 tutur ingin menyampaikan bahwa mitra tutur tidak bisa menghadiri resepsi pernikahan karena setelah pulang sekolah harus rapat. Penutur menanggapi tuturan dari mitra tutur dan mau menggantikan mitra tutur untuk hadir dalam resepsi pernikahan agar penutur terkesan menghargai ketidakbisaan mitra tutur menghadiri resepsi pernikahan. Maksud basa-basi tuturan (D4) ialah penutur bermaksud menerima menggantikan mitra tutur menghadiri resepsi pernikahan. Penutur ingin menyanmpaikan kesanggupannya menggantikan mitra tutur menghadiri resepsi pernikahan. Respons penutur yang langsung menanggapi mitra tutur dan memberikan solusi membuat mitra tutur merasa senang dan menjadikan hubungan penutur dan mitra tutur semakin erat. Maksud Basa-basi Tuturan (D6) MT = Maksih pak, udah diajarin. P = Iya, nanti kalau masih enggak bisa, tanya aja lagi. MT = Siap pak. (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang pelajar. Penutur laki-laki berusia 52 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 13 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menerima ucapan terima kasih MT dan bersedia membantu lagi bila MT ingin bertanya mengenai hal yang belum dipahaminya.) Maksud basa-basi tuturan (D6) termasuk dalam subkategori menerima. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang guru berusia 52 tahun dan mitra tutur merupakan seorang pelajar berusia 13 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur

125 110 sedang menonton tayangan televisi. Mitra tutur menghampiri penutur yang berada di ruang tengah karena merasa kesulitan dengan materi yang sedang dipelajarinya. Penutur membantu mitra tutur dan mitra tutur bermaksud berterima kasih kepada penutur karena telah mengajarinya. Maksud basa-basi tuturan (D6) ialah penutur bermaksud mengahargai ucapan terima kasih mitra tutur. Penutur menerima ucapan terima kasih mitra tutur kepadanya dan menawarkan bantuan lagi apabila mitra tutur ingin bertanya mengenai hal yang masih belum dipahaminya. Tawaran yang diajukan oleh penutur karena penutur ingin terlihat lebih akrab dengan mitra tutur dan agar mitra tutur tidak merasa sungkan dengan penutur Empati (E) Basa-basi empati merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basabasi. Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan basa-basi kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Maksud Basa-basi Tuturan (E1) MT = Ah, mau kena tilang nang ngarep Adina. (Ah, tadi kena tilang di depan Adina.) P = Yo wes rapopo, nggo pengalaman dek. (Ya sudah tidak apa-apa, buat pengalaman dek.)

126 111 (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang pelajar. Penutur laki-laki berusia 56 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 15 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud berempati dengan kejadian yang dialami MT.) Maksud basa-basi tuturan (E1) termasuk dalam subkategori empati. Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang guru berusia 56 tahun dan mitra tutur merupakan seorang pelajar berusia 15 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang menonton tayangan televisi. Mitra tutur baru saja pulang dan langsung duduk di ruang tengah bersebelahan dengan penutur. Mitra tutur menceritakan kejadian hari ini pada penutur bahwa mitra tutur baru saja kena tilang. Maksud basa-basi tuturan (E1) ialah penutur bermaksud berempati dengan kejadian yang dialami oleh mitra tutur. Penutur berkata Ya sudah tidak apa-apa, buat pengalaman dek merupakan tuturan untuk menghibur mitra tutur agar tidak larut dalam rasa kecewa karena telah ditilang. Penutur berharap dengan berkata demikian, mitra tutur merasa bahwa penutur peduli dan hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap terjalin baik. Maksud Basa-basi Tuturan (E2) MT = Ma, kena engrang ini. P = Kok bisa dek? Lain kali hati-hati ya. Diobatin dulu sini. (mengobati kaki mitra tutur) (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang pelajar. Penutur perempuan berusia 40 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 13 tahun.

127 112 Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud berempati dengan kejadian yang dialami MT dan segera mengobati lukanya.) Maksud basa-basi tuturan (E2) termasuk dalam subkategori empati. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang guru berusia 40 tahun dan mitra tutur merupakan seorang pelajar berusia 13 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang membaca majalah. Mitra tutur baru saja pulang dari sekolah dan langsung menghampiri penutur yang berada di ruang tamu. Mitra tutur menunjukkan luka yang ada di kakinya kepada mitra tutur setelah tadi bermain egrang di sekolah. Maksud basa-basi tuturan (E2) ialah penutur bermaksud berempati dengan kejadian yang dialami oleh mitra tutur. Kok bisa dek? Lain kali hatihati ya menunjukkan bahwa penutur berempati terhadap mitra tutur, serta penegasan di kata ya merupakan kepedulian penutur terhadap mitra tutur. Tindakan penutur yang langsung mengobati mitra tutur merupakan rasa simpatinya terhadap mitra tutur dan penutur berharap dengan demikian mitra tutur merasa lebih nyaman dan akan lebih mengakrabkan mitra tutur dan penutur. Maksud Basa-basi Tuturan (E3) P = Dek, gimana nilai UTS bahasa Jawanya? MT = Cuma dapet 70 bu. P = Lho, kok bisa dek? Yaudah, besok lagi belajar yang rajin ya.

128 113 (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang pelajar. Penutur perempuan berusia 49 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 13 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud berempati pada MT yang hanya mendapat nilai 70 di UTS bahasa Jawa serta memberi semangat agar lebih rajin belajar.) Maksud basa-basi tuturan (E3) termasuk dalam subkategori empati. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 49 tahun dan mitra tutur merupakan seorang pelajar berusia 13 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang menonton tayangan televisi. Mitra tutur baru saja pulang dari sekolah dan meletakkan barang bawaannya. Menyadari kepulangan mitra tutur, penutur bermaksud menanyakan hasil UTS bahasa Jawa mitra tutur. Dengan nada agak kecewa dan raut muka yang kurang baik mitra tutur menjawab pertanyaan penutur mengenai hasil UTS bahasa Jawa. Maksud basa-basi tuturan (E3) ialah penutur bermaksud berempati dengan nilai mitra tutur yang kurang baik. Penutur berusaha untuk menghibur dan memberi semangat kepada mitra tutur agar tetap rajin belajar sehingga nilai bahasa Jawanya bisa bagus. Penutur menyampaikan rasa empatinya kepada mitra tutur agar tetap terjaga baik hubungan mitra tutur dan penutur Meminta Maaf (F) Basa-basi meminta maaf merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basabasi. Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan

129 114 tuturan basa-basi kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Maksud Basa-basi Tuturan (F1) P = Pak, maaf, ora masak dina iki, sek tak tumbaske sayur. (Pak, maaf, tidak masak hari ini, sebentar Ibu belikan sayur.) MT = Yo, rapopo Bu. (Iya, tidak apa-apa Bu.) (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur perempuan berusia 50 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 54 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam santai. Penutur bermaksud meminta maaf kepada MT karena tidak memasak dan segera membeli sayur.) Maksud basa-basi tuturan (F1) termasuk dalam subkategori meminta maaf. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 54 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu penutur sedang menyetrika pakaian. Mitra tutur baru saja pulang dari sekolah dan meletakkan barang bawaannya. Penutur sedang menyetrika pakaian ketika mitra tutur pulang ke rumah. Menyadari mitra tutur pulang penutur segera membereskan pakaian yang telah di setrika dan menghampiri mitra tutur. Penutur bermaksud meminta maaf kepada mitra tutur. Maksud basa-basi tuturan (F1) ialah penutur bermaksud meminta maaf dan menyampaikan rasa penyeselannya kepada mitra tutur karena hari itu tidak memasak sayur. Penutur ingin mitra tutur percaya bahwa penutur merasa tidak enak hati dan penyesalan. Oleh karena itu, penutur berharap hubungan antara

130 115 penutur dan mitra tutur tidak terganggu. Tuturan (F1) termasuk tindak tutur ekspresif karena penutur bermaksud mengekspresikan rasa tidak enak hati dan penyesalannya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Searle yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dari penutur. Maksud Basa-basi Tuturan (F7) P = Bu, maaf ya tadi Bapak udah marah-marah. (sambil menggenggam tangan mitra tutur) MT = Iya, enggak apa-apa Pak, Ibu juga minta maaf ya. P = Iya Bu. (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di kamar tidur pada malam hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang penjahit. Penutur laki-laki berusia 52 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 41 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan tegang dan kurang kondusif. Penutur bermaksud meminta maaf kepada MT karena telah marah-marah.) Tuturan (F7) merupakan maksud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di kamar tidur pada malam hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang guru berusia 41 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 52 tahun. Suasana di kamar tidur sedang tegang karena penutur dan mitra tutur baru saja memperdebatkan suatu hal hingga penutur marah. Penutur menghampiri mitra tutur yang duduk di atas tempat tidur, dan penutur ingin meminta maaf kepada mitra tutur. Maksud basa-basi tuturan (F7) ialah penutur bermaksud meminta maaf dan menyampaikan rasa penyesalannya kepada mitra tutur karena penutur telah

131 116 marah-marah dan menyinggung perasaan mitra tutur. Penutur ingin mitra tutur percaya bahwa penutur merasa menyesal karena telah marah. Penutur berharap hubungan antara penutur dan mitra tutur tidak terganggu. Merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Searle yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dari penutur. Maka, tuturan (F7) termasuk tindak tutur ekspresif karena penutur bermaksud mengekspresikan rasa penyesalannya yang telah membuat mitra tutur sedih. Maksud Basa-basi Tuturan (F8) P = Maaf pulangnya terlambat, tadi mendadak ada acara. Besok Bapak bakal ngabarin dulu Bu. MT = Oh gitu ya Pak, Ibu khawatir aja. (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur merupakan seorang PNS. Mitra Tutur merupakan seorang guru. Penutur lakilaki berusia 55 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 52 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur bermaksud meminta maaf kepada MT karena terlambat pulang.) Tuturan (F8) merupakan maksud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang PNS berusia 55 tahun dan mitra tutur merupakan seorang guru berusia 52 tahun. Suasana di ruang tengah dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur yang baru saja pulang menghampiri mitra tutur yang sedang berada di ruang tengah. Penutur bermaksud meminta maaf kepada mitra tutur.

132 117 Maksud basa-basi tuturan (F8) ialah penutur bermaksud meminta maaf dan menyampaikan rasa penyeselannya kepada mitra tutur karena penutur telah terlambat pulang dan tidak memberi kabar kepada mitra tutur. Penutur ingin mitra tutur percaya bahwa penutur merasa menyesal dan tidak akan mengulangi hal tersebut lagi. Penutur berharap hubungan antara penutur dan mitra tutur tidak terganggu. Tuturan (F8) termasuk tindak tutur ekspresif karena penutur bermaksud mengekspresikan rasa penyesalannya yang telah membuat mitra tutur khawatir. Hal ini sejalan dengan teori Searle yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dari penutur Meminta/ Mengundang (G) Basa-basi meminta/ mengundang merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basa-basi. Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan basa-basi kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Maksud Basa-basi Tuturan (G2) P = Tangi Pak. Ayo, kerja bakti! (Bangun Pak. kerja bakti.) MT = Iyo, sek. (Iya, sebentar.)

133 118 (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di kamar tidur pada pagi hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang wiraswasta. Penutur perempuan berusia 41 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 42 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud membangunkan dan mengingatkan serta mengajak MT untuk kerja bakti.) Tuturan (G2) merupakan maksud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di kamar tidur pada pagi hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang guru berusia 41 tahun dan mitra tutur merupakan seorang wiraswasta berusia 42 tahun. Suasana di kamar tidur santai karena saat itu mitra tutur masih tidur. Penutur membangunkan mitra tutur karena hendak mengajak kerja bakti. Maksud basa-basi tuturan (G2) ialah penutur bermaksud membangunkan dan mengajak mitra tutur untuk ikut kerja bakti. Penutur ingin meyakinkan kepada mitra tutur bahwa ini sudah waktunya untuk kerja bakti. Penutur juga berharap dengan mengajak mitra tutur untuk kerja bakti bersama, hubungan penutur dengan mitra tutur dapat terjalin lebih baik dan akrab lagi. Tindak tutur dari tuturan tersebut adalah direktif. Hal ini dikarenakan melalui tuturan tersebut, penutur memberikan pengaruh kepada mitra tutur agar bersedia ikut bekerja bakti. Hal ini sejalan dengan teori Searle yang mengemukakan bahwa tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dipakai untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Maksud Basa-basi Tuturan (G5) P = Yuk, jalan-jalan mumpung panas dan libur!

134 119 (Yuk, jalan-jalan berhubung panas dan libur!) MT = Ya Bu, tak siap-siap dulu. (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di teras pada pagi hari. Penutur merupakan seorang guru. Mitra Tutur merupakan seorang wiraswasta. Penutur perempuan berusia 33 tahun. Mitra Tutur laki-laki berusia 36 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengajak MT berjalan-jalan karena libur dan hari cerah.) Maksud basa-basi tuturan (G5) termasuk dalam subkategori mengundang. Tuturan terjadi di teras pada pagi hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang guru berusia 33 tahun dan mitra tutur merupakan seorang wiraswasta berusia 36 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur berjalan ke teras dan melihat langit cerah maka penutur bermaksud mengajak mitra tutur untuk berjalan-jalan karena hari cerah dan libur. Maksud basa-basi tuturan (G5) ialah penutur bermaksud mengajak mitra tutur untuk berjalan-jalan karena hari cerah dan hari libur. Penutur ingin meyakinkan kepada mitra tutur bahwa hari itu cerah dan cocok untuk berjalanjalan. Penutur berharap hubungan penutur dengan mitra tutur dapat terjalin lebih baik dan akrab lagi. Tindak tutur dari tuturan tersebut adalah direktif. Hal ini dikarenakan melalui tuturan tersebut, penutur memberikan pengaruh kepada mitra tutur agar bersedia pergi jalan-jalan bersama. Hal ini sejalan dengan teori Searle yang mengemukakan bahwa tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dipakai untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu.

135 120 Maksud Basa-basi Tuturan (G6) P = Mbak, nanti ikut latihan koor ya. MT = Jam berapa bu? P = Jam MT = Oke bu. (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang mahasiswa. Penutur perempuan berusia 49 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 22 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengajak MT untuk ikut latihan koor.) Maksud basa-basi tuturan (G6) termasuk dalam subkategori mengundang. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 49 tahun dan mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berusia 22 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur bermaksud mengajak mitra tutur untuk pergi latihan koor. Maksud basa-basi tuturan (G5) ialah penutur bermaksud mengajak mitra tutur untuk pergi latihan koor. Penutur berharap hubungan penutur dengan mitra tutur dapat terjalin lebih baik dan akrab lagi. Menurut teori Searle tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dipakai untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Maka tuturan (G5) merupakan tindak tutur direktif. Hal ini dikarenakan melalui tuturan tersebut, penutur memberikan pengaruh kepada mitra tutur agar bersedia latihan koor.

136 Selamat (H) Basa-basi selamat merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basabasi. Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan basa-basi kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Maksud Basa-basi Tuturan (H1) P = Selamat ulang tahun ya sayang. Semoga apa yang dicita-citakan tercapai. MT = Makasih Bu. (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di kamar tidur pada pagi hari. Penutur merupakan ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang mahasiswa. Penutur perempuan berusia 50 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 22 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengucapakan ucapan selamat kepada MT yang pada hari itu ulang tahun.) Tuturan (H1) merupakan maksud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di kamar tidur pada pagi hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 50 tahun dan mitra tutur merupakan seorang mahasiswa berusia 22 tahun. Suasana di kamar tidur santai karena saat itu mitra tutur baru saja bangun tidur. Penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur yang pada hari itu berulang tahun. Maksud basa-basi tuturan (H1) ialah penutur bermaksud menyampaikan ucapan selamat kepada mitra tutur yang pada hari itu berulang tahun. Penutur ingin mitra tutur merasa bahwa penutur tidak pernah lupa akan

137 122 hari ulang tahunnya. Oleh karena itu, penutur memberi mitra tutur kejutan, sehingga relasi antara penutur dan mitra tutur menjadi semakin akrab. Maksud Basa-basi Tuturan (H2) MT = Bu, aku lolos ujian. P = Puji Tuhan. Selamat ya Nduk, lolos ujiannya. MT = Iya Bu, sama-sama. (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang pelajar. Penutur perempuan berusia 48 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 18 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur bermaksud mengucapakan ucapan selamat kepada MT karena lolos ujian masuk Perguruan Tinggi.) Tuturan (H2) merupakan maksud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang penjahit berusia 48 tahun dan mitra tutur merupakan seorang pelajar berusia 18 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat itu mitra tutur sedang melihat pengumuman penerimaan mahasiswa baru. Mitra tutur menyampaikan bahwa mitra tutur lolos ujian. Maka dari itu, penutur bermaksud mengucapkan selamat kepada mitra tutur. Maksud basa-basi tuturan (H2) ialah penutur bermaksud menyampaikan ucapan selamat kepada mitra tutur dengan mengekspresikan kegembiraannya karena telah lolos ujian penerimaan mahasiswa baru. Penutur ingin mengakrabkan hubungan antara penutur dan mitra tutur dengan mengekspresikan kegembiraan untuk mitra tutur yang lolos ujian masuk

138 123 perguruan tinggi. Penutur berharap relasi antara penutur dan mitra tutur menajdi semakin dekat. Tuturan (H2) termasuk tindak tutur ekspresif karena penutur bermaksud mengekspresikan rasa kegembiraannya terhadap mitra tutur yang lolos ujian. Hal ini sejalan dengan teori Searle yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang mencerminkan pernyataanpernyataan psikologis dari penutur. Maksud Basa-basi Tuturan (H6) P = Selamat ya dek jadi juara kelas, mau minta hadiah apa? MT = Makasih bu, apa aja boleh. P = Yaudah ibu buatkan brownis aja ya. (Konteks Tuturan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur merupakan ibu rumah tangga. Mitra Tutur merupakan seorang pelajar. Penutur perempuan berusia 49 tahun. Mitra Tutur perempuan berusia 13 tahun. Suasana ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur bermaksud mengucapakan ucapan selamat kepada MT karena menjadi juara kelas serta menawarkan hadiah.) Tuturan (H6) merupakan maksud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari pukul WIB. Penutur merupakan seorang ibu rumah tangga berusia 49 tahun dan mitra tutur merupakan seorang pelajar berusia 13 tahun. Suasana di ruang tengah santai karena saat penutur sedang menonton tayangan televisi. Mitra tutur pulang setelah mengambil rapor dan memberikannya kepada penutur, lalu dibaca rapor itu oleh penutur. Penutur bermaksud mengucapkan selamat atas hasil yang dicapai mitra tutur.

139 124 Maksud basa-basi tuturan (H6) ialah penutur bermaksud menyampaikan ucapan selamat kepada mitra tutur dengan mengekspresikan kegembiraannya karena mitra tutur menjadi juara kelas. Penutur juga menawarkan hadiah untuk mengakrabkan hubungan antara penutur dan mitra tutur. Penutur berharap relasi antara penutur dan mitra tutur menajdi semakin dekat. Tuturan (H6) termasuk tindak tutur ekspresif karena penutur bermaksud mengekspresikan rasa kegembiraannya terhadap mitra tutur yang lolos ujian. Hal ini sejalan dengan teori Searle yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dari penutur.

140 125 BAB V PENUTUP Bab ini terdiri dari dua hal pokok, yaitu (1) simpulan dan (2) saran. Simpulan berisi rangkuman keseluruhan isi dari penelitian ini. Sedangkan, saran berisi hal-hal relevan yang perlu diperhatikan untuk peneliti lanjutan, baik mahasiswa jurusan bahasa Indonesia, maupun peneliti lain. Berikut adalah pemaparan dari kedua hal tersebut. 5.1 Simpulan Berdasarkan uraian dalam bab IV mengenai tuturan fatis atau basa-basi yang digunakan untuk komunikasi dalam ranah keluarga pendidik. Peneliti menemukan adanya tuturan basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Temuan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut. Wujud basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo dapat ditinjau dari acknowledgmentsnya. Wujud tuturan basa-basi kategori acknowledgments terdiri dari delapan subkategori. Kedelapan subkategori tuturan fatis dalam kategori acknowledgments tersebut adalah memberi salam, berterima kasih, menerima, menolak, empati, meminta maaf, meminta/ mengundang, dan mengucapkan selamat. Memberi salam yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena bertemu seseorang.

141 126 Berterima kasih yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih karena mendapat bantuan. Menerima yaitu fungsi tuturan untuk menerima/ menghargai basa-basi dari mitra tutur. Menolak yaitu fungsi tuturan yang menolak. Melanggar basa-basi dari mitra tutur. Empati yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan rasa simpati karena musibah yang dialami oleh mitra tutur. Meminta maaf yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan penyesalan. Meminta yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang akan terjadi. Mengucapkan selamat yaitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan karena adanya kabar baik. Maksud basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik dari tuturan yang telah ditemukan adalah untuk menyela aktivitas, menjaga sopan santun, menghargai, menjaga hubungan baik, menyapa, memulai, mempertahankan, mengukuhkan, serta untuk menyampaikan berbagai maksud lain. Pembahasan mengenai maksud tuturan basa-basi diperkuat dengan adanya kategori fatis yang terkandung dalam tuturan basa-basi tersebut. Kategori fatis dalam sebuah tuturan untuk memperkuat, mempertahankan, dan mengukuhkan maksud pembicaraan. Oleh karena itu, partikel fatis yang digunakan dalam tuturan basa-basi bertujuan untuk memperkuat bukti bahwa tuturan tersebut merupakan tuturan basa-basi kategori acknowledgments beserta kategorinya.

142 Saran Berdasarkan hasil yang ditemukan, peneliti memberi beberapa saran bagi peneliti lanjutan yang ingin meneliti topik yang serupa dengan penelitian ini. Saran-saran peneliti sebagai berikut Bagi Peneliti Lain 1) Penelitian ini hanya meneliti mengenai wujud dan maksud basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan subjek dan ranah yang berbeda seperti ranah masyarakat, pendidikan, pasar, dan sebagainya. 2) Penelitian ini menemukan satu kategori dan delapan subkategori. Diharapkan penenliti lanjutan dapat menemukan kategori dan subkategori wujud dan maksud basa-basi berbahasa yang lain sehingga teori mengenai basa-basi berbahasa semakin lengkap. 3) Data tuturan yang dianalisis dari segi wujud dan maksud tuturan basa-basi berbahasa dapat dianalisis dari beberapa bidang ilmu lain, selain bidang ilmu pragmatik, maupun dari segi yang lain Bagi Keluarga Pendidik Fenomena basa-basi berbahasa merupakan fenomena baru dalam kajian ilmu pragmatik. Melalui hasil penelitian yang telah diuraikan, maka diharapkan dengan adanya penelitian mengenai basa-basi berbahasa

143 128 antaranggota keluarga pendidik pada ranah keluarga pendidik mampu membuat hubungan atau relasi antaranggota keluarga pendidik menjadi semakin akrab dan dekat. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran umum atau acuan tentang wujud dan maksud basa-basi berbahasa yang dapat dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur sehingga relasi semakin akrab maupun erat.

144 129 DAFTAR PUSTAKA Anwar, Khaidir Fungsi dan Peranan Bahasa Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Arikunto, Suharsimi Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arimi, Sailal Basa-basi dalam Masyarakat Bahasa Indonesia. (Tesis). Yogyakarta: UGM. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Chumming, Louise Pragmatik: Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Effendy, Ontong Uchjana Dimensi-dimensi Komunikasi. Bandung: PT Alumni Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Kridalaksana, Harimurti Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. Kushartanti, dkk Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Leech, Geoffrey Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Lubis, A. Hamid Hasan Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Mahsun Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Moleong, Lexy Metodologi Penenlitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mualafina, Rawina Fitrotul Basa-basi dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Kertek Wonosobo (Tesis). Yogyakarta: UGM. Nadar FX Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Purwo, Bambang Kaswanri Pragmatik dan Pengajaran Menyibak Kurikulum

145 Yogyakarta: Kanisius. Rahardi, Kunjana Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Dioma Malang Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Sudayanto Peneroka Hakikat Bahasa. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma. Susilo, Fitri Apri Basa-basi dalam Berbahasa Antarguru di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. (Skripsi). Yogyakarta: FKIP USD. Waridin Ungkapan Fatis dalam Acara Temu Wicara Televisi (Tesis). Jakarta: FIB UI. Widjono Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Wijana, I Dewa Putu Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi. Yule, George Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

146 131 TRIANGULASI Di bawah ini merupakan triangulasi dari penelitian yang berjudul Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo. Berilah tanda ( ) pada kolom YA apabila Anda setuju bahwa tuturan yang dicetak tebal merupakan tuturan basa-basi berbahasa atau berilah tanda ( ) pada kolom TIDAK apabila Anda tidak setuju bahwa tuturan yang dicetak tebal merupakan tuturan basa-basi berbahasa, serta tuliskan alasan Anda pada kolom KETERANGAN bila memilih YA atau TIDAK. SALAM Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori salam (greetting). Subkategori fatis acknowledgment salam (greetting) terdapat 8 tuturan. Kode (A) digunakan untuk menunjuk tuturan subkotegori memberi salam. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut: NO. TUTURAN PENANDA TRIANGULATOR MAKSUD LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK KETERANGAN

147 A1 Intonasi: berita. Tuturan terjadi di ruang Nada Tutur: tamu pada pagi hari. P = Bu, mangkat sek Tuturan terjadi dalam yo. Tekanan: situasi santai. (Bu, berangkat dulu ya.) Penutur menghampiri MT = Yo, ati-ati Pak. Pilihan Kata: mitra tutur yang sedang (Iya, hati-hati Pak.) menggunakan menyapu. kata fatis yo. Penutur memberitahukan bahwa ia akan berangkat ke sekolah. Lalu, penutur berangkat ke sekolah. 2. A2 Intonasi: berita. Tuturan terjadi di Nada Tutur: kamar tidur pada pagi P = Pak, mangkat sek hari. yo. Wes jam iki. Tekanan: Tuturan terjadi dalam (Pak, berangkat dulu ya. situasi tergesa-gesa. Sudah jam ini.) Pilihan Kata: Penutur sedang MT = Yo. menggunakan bersiap-siap hendak ke (Iya.) kata fatis yo. sekolah. Penutur memberitahukan bahwa ia hendak berangkat ke sekolah. Kemudian pergi dengan tergesagesa. 3. A3 Intonasi: berita. Tuturan terjadi di ruang tengah pada pagu hari. Penutur bermaksud memberikan salam kepada MT karena hendak pergi mengajar ke sekolah. Penutur bermaksud berpamitan kepada MT dengan tergesagesa karena sudah terlambat. Penutur bermakud menyapa MT

148 A4 5. A5 P = Pagi sayang. (sedang sarapan) MT = Pagi juga pak. (keluar kamar) P = Assalamuallaikum. Adek pulang, Ma. MT = Wassalamuallaikum. Kok sore banget, Dek? P = Iya, lukisannya harus diselesaiin dulu Ma. MT = Yaudah, ganti baju terus mandi, Dek. P = Pergi dulu ya, Bu. MT = Iya, jangan kemalaman ya pulangnya. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: - Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan frasa fatis Assalamualaik um. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur sedang sarapan dan melihat mitra tutur keluar dari kamar. Penutur menyapa mitra tutur yang baru saja bangun. Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur baru saja pulang sekolah dan melihat mitra tutur di ruang tengah. Penutur memberikan salam pada mitra tutur dan mencium tangan mitra tutur. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur hendak pergi dan menghampiri mitra yang baru saja bangun. Penutur bermaksud memberi salam pada MT setelah seharian belajar di sekolah. Penutur bermaksud berpamitan pada MT karena hendak pergi.

149 A6 7. A7 P = Ayah. Ayah. (merangkak mendekati MT) MT = Halo adek, udah lama nunggu ya. (menggendong lalu mencium Penutur) P = Bapak. Ada yang nyariin. (membangunkan mitra tutur) MT = Siapa? P = Itu, Pak Ari. MT = Oh ya, tunggu kata fatis ya. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: tinggi. Pilihan Kata: - Intonasi: berita. Nada Tutur: rendah. Tekanan: Pilihan Kata: - tutur yang ada di ruang tengah sedang menonton televisi. Penutur berpamitan pada mitra tutur, mencium tangan kemudian pergi. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur melihat kepulangan mitra tutur. Penutur menghampiri mitra tutur sambil memanggilnya. Kemudian mitra tutur menggendong dan mencium penutur. Tuturan terjadi di kamar tidur pada sore hari. Tuturan terjadi dalam situasi mendesak. Penutur menghampiri dan mendekati mitra tutur yang sedang tidur. Penutur bermaksud memanggil MT yang baru saja pulang dari kerja. Penutur bermaksud memanggil dan membangunkan MT karena ada tamu yang mencarinya.

150 134 sebentar. Penutur membangunkan mitra tutur karena ada tamu yang mencarinya. Kemudian pergi menemui tamu yang sedang menunggu. 8. A8 Intonasi: berita. Tuturan terjadi di teras MT = Pak, aku berangkat dulu. Asalamualaikum. P = Ya hati-hati Bu. Waalaikumsalam. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan frasa Waalaikumsala m. pada pagi hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur menemani mitra tutur menunggu teman yang biasa antar jemput. Penutur menjawab salam mitra tutur karena teman datang dan segera berangkat sekolah. Penutur bermaksud menjawab salam yang telah diucapkan oleh mitra tutur yang hendak berangkat ke sekolah.

151 135 TERIMA KASIH Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori terima kasih. Sukategori fatis acknowledgment terima kasih terdapat 12 tuturan. Kode (B) digunakan untuk menunjukkan tuturan basa-basi subkategori terima kasih. Contoh tuturan terebut sebagai berikut: NO. 1. B1 TUTURAN P = Matur nuwun wes gelem ngumbahke klambi, Pak. (Terima kasih sudah mau menyucikan baju, Pak.) MT = Pada-pada Bu, nuwun yo wes masake. (Sama-sama Bu, makasih ya sudah masakin.) 2. B2 MT = Enak ra? (enak tidak?) PENANDA TRIANGULATOR MAKSUD LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK Intonasi: berita. Tuturan terjadi di ruang Penutur Nada Tutur: makan pada pagi hari. bermaksud Tuturan terjadi dalam mengucapkan Tekanan: situasi santai. terima kasih sedang Penutur dan mitra tutur kepada MT Pilihan Kata: sedang sarapan karena sudah mau menggunakan bersama. mencucikan baju. frasa fatis Penutur berterima kasih matur nuwun. kepada mitra tutur dan mitra tutur menanggapinya. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Tuturan terjadi dalam Penutur bermaksud berterima kasih kepada MT KETERANGAN

152 136 P = Enak, suwun yo. situasi santai. karena telah (Enak, makasih ya.) Pilihan Kata: menggunakan frasa fatis Penutur dan mitra tutur sedang makan malam bersama di ruang dimasakkan makanan yang enak. nuwun dan tengah. menggunakan kata fatis yo. Penutur menjawab pertenyaan mitra tutur dan berteima kaish karena telah memasakkan makanan enak. 3. B3 Intonasi: berita. Tuturan terjadi di ruang Penutur MT = (membawakan Nada Tutur: makan pada malam hari. bermaksud mengucapkan nasi goreng) Tekanan: tinggi. Tuturan terjadi dalam terima kasih P = Asyik nasi goreng. Pilihan Kata: situasi santai. kepada MT yang Nuwun ya dek. menggunakan Penutur duduk di meja telah membuatkan (Asyik nasi goreng. frasa fatis makan dan mitra tutur nasi goreng. Makasih ya dek.) nuwun dan datang membawakan MT = Oke. menggunakan nasi goreng. kata fatis ya. Penutur berterima kasih kepada mitra tutur karena telah memasakkan dan membawakan nasi goreng untuknya, lalu penutur memakannya. 4. B4 Intonasi: berita. Tuturan terjadi di ruang Penutur

153 B5 MT = (MT membuatkan teh hangat dan memberikan pada Penutur) P = Makasih ya Mbak. MT = Iya, sama-sama Bu. P = Ma, bikinin telor mata sapi dong. MT = Ya sebentar. (menggoreng telor). Ini Kak. P = Thanks ya, Ma. (Terima kasih ya, Ma.) MT = Sama-sama, Kak. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan frasa fatis makasih dan menggunakan kata fatis ya. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan frasa fatis thanks dan menggunakan kata fatis ya. tengah pada pagi hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur sedang duduk santai di ruang tengah dan mitra tutur membawakan teh hangat untuknya. Penutur berterima kasih kepada mitra tutur karena telah membuatkan teh hangat kemudian meminumnya. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur sedang menonton tayangan televisi dan meminta tolong untuk dimasakkan telor oleh mitra tutur. Penutur berterima kasih kepada mitra tutur karena mau bermaksud berterima kasih kepada MT karena telah dibuatkan teh hangat. Penutur bermaksud berterima kasih kepada MT karena telah digorengkan telor.

154 B6 7. B7 MT = Ini Bu, susu buat adek. P = Makasih ya, Pak. MT = Ini, ada makanan dari sekolah. P = Ada acara apa pak di sekolah? MT = Itu ada murid yang ulang tahun. P = Oke, makasih Pak. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan frasa fatis makasih dan kata fatis ya. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan frasa fatis makasih. memasakkan telor untuknya. Kemudian penutur memaknnya. Tuturan terjadi di kamar tidur pada malam hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur sedang menina bobokkan anaknnya yang agak rewel. Penutur berterima kasih kepada mitra tutur karena begitu perhatian telah membuatkan susu, lalu penutur meminumkan susu kepada anaknya. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur sedang menonton televisi, mitra tutur pulang dan memberi makanan dari sekolah. Penutur mengucapkan Penutur bermaksud berterima kasih kepada MT karena telah membuatkan susu untuk anaknnya. Penutur bermaksud berterima kasih kepada MT karena telah dibawakan makanan.

155 B8 9. B9 P = Makasih Bu. MT = Iya, nanti sampai kos langsung di makan ya bekalnya. P = Siap. P = Dek, tolong ambilkan gitar. MT = Nih. (sambil memberikan gitar) Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan frasa fatis makasih. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: terima kasih kepada mitra tutur, kemudian membuka bingkisan tersebut. Tuturan terjadi di teras pada pagi hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur sedang memanaskan mesin motor karena hendak berangkat ke Jogja. Mitra tutur menghampiri dan menyerahkan bekal. Penutur berterima kasih karena perhatian mitra tutur yang telah mebuatkan bekal baginya, mencium tangan mitra tutur, dan berangkat ke Jogja. Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur dan mitra tutur sedang berada di ruang Penutur bermaksud berterima kasih kepada MT yang telah memasakkan makanan dan membawakan bekal baginya. Penutur bermaksud berterima kasih karena MT telah membantu mengambilkan

156 B10 P = Makasih adekku yang paling ganteng. P = Bapak, sepatu sendale rusak lagi. (Bapak sepatu sandalnya rusak lagi.) MT = Ya, bawa sini, ntar tak lem e. (Ya, bawa sini, sebentar aku lem.) P = Oke, makasih pak. menggunakan frasa fatis makasih. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan frasa fatis makasih. tengah. Penutur meminta tolong kepada mitra tutur untuk mengambilkan gitar karena duduknya dekat dengan gitar. Penutur mengucapkan terima kasih kepada mitra tutur kemudian bermain gitar. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur dan mitra tutur berada di ruang tengah dan penutur meminta tolong pada mitra tutur untuk mengerekatkan sepatu sandalnya yang rusak. Penutur mengambil sepatu sandalnya yang rusak, memberikannya pada mitra tutur kemudian ia berterima kasih pada mitra tutur. gitar untuknya. Penutur bermaksud berterima kasih kepada MT atas bantuan MT yang mau membetulkan sepatu sandalnya yang rusak.

157 B B12 P = Terima kaih Pak, sudah bantu Ibu nyuci. MT = Iya sama-sama. Ibu juga kan sudah nyiapkan makan pagi. MT = Bu, ini tak bawakan buku, bagus lho isinya. P = Wah.. Makasih banget, ini buku yang aku cari, Pak. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan frasa fatis makasih. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan frasa fatis makasih. Tuturan terjadi di dapur pada pagi hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur sedang memasak dan melihat mitra tutur selesai mencuci dan menjemur pakaian. Penutur berterima kasih pada mitra tutur karena telah membantu mencuci dan mitra tutur menanggapinya. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur sedang duduk santai di ruang tengah dan mitra tutur menghampirinya dengan membawakan sebuah buku. Penutur berterima kasih kepada mitra tutur karena telah membawakan buku Penutur bermaksud berterima kasih pada MT karena telah membantu mencucikan pakaian. Penutur bermaksud berterima kasih kepada MT karena telah membawakan buku yang selama ini dicarinya.

158 142 yang selama ini dicarinya, kemudian membaca buku tersebut. MENOLAK Tuturan di bawah ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori menolak. Subkategori fatis acknowledgment menolak terdapat 10 tuturan. Kode (C) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori menolak. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut: NO. 1. C1 TUTURAN MT = Ayo tuku sate kambing. (Ayo beli sate kambing.) P = Tuku sate liyane ae Pak, dewe nduwe darah tinggi lho Pak. (Beli sate yang lain saja Pak, kita punya darah tinggi lho Pak.) PENANDA TRIANGULATOR MAKSUD LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK Intonasi: berita. Tuturan terjadi di ruang Nada Tutur: tengah pada malam hari. Tekanan: Tuturan terjadi dalam situasi santai. Pilihan Kata: Penutur sedang duduk menggunakan di ruang tengah dan kata fatis lho. mitra tutur menghampirinya. Mitra tutur mengajak penutur untuk membeli Penutur bermaksud menolak ajakan MT membeli sate kambing karena Penutur dan MT memiliki penyakit darah tinggi, serta menyarankan membeli selain sate kambing. KETERANGAN

159 C2 3. C3 MT = Sholat sek dek, wes maghrib. (Sholat dulu dek, sudah maghrib.) P = Isih asyik iki Pak,kosek. (Penutur masih bermain hp) (Masih asyik ini Pak, sebentar.) MT = Ayo maem sek. (Ayo makan dulu.) P = Sek, nunggu iklan. (Sebentar menunggu iklan.) Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: - Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: - sate, namun penutur menolak dan menyarankan untuk membeli sate selain sate kambing. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur sedang asyik main hp ketika mitra tutur mengingatkan untuk sholat maghrib dahulu. Penutur menolak pemberitahuan mitra tutur untuk sholat maghrib. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur sedang menonton tayangan televisi, dan mitra tutur menghampirinya untuk Penutur bermaksud menolak pemberitahuan Penutur yang mengingatkan untuk sholat maghrib karena Penutur masih asyik bermain handphone. Penutur bermaksud menolak ajakan makam malam MT karena asyik menonton tayangan televisi.

160 C4 5. C5 MT = Bu, istirahat sek, wes wengi, lanjut sesuk meneh. (Bu, istirahat dulu, sudah malam, lanjut besok lagi.) P = Sitik meneh Pak, nanggung, sedelo meneh rampung. (Sedikit lagi Pak, tanggung, sebentar lagi selesai.) MT = Kak, tolong belikan garam. P = Adek aja Ma, Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: - Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: mengajak makan malam. Penutur menolak ajakan makan malam dan melanjutkan menonton tayangan televisi. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur sedang menjahit pesanan pakaian. Mitra tutur melihat penutur masih menjahit padahal sudah malam, dan meminta penutur untuk istirahat, namun penutur menolaknya dan melanjutkan menjahit. Tuturan terjadi di dapur dan di ruang tengah pada sore hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur bermaksud menolak ajakan MT untuk beristirahat menjahit karena sudah malam. Penutur bermaksud menolak permintaan MT untuk membeli

161 C6 7. C7 Kakak banyak tugas Ma. MT = Dek, ayo makan dulu. P = Enggak. (Penutur baru saja minum susu, jadi masih kenyang dan memeluk mitra tutur.) MT = Dek, ayo makan Pilihan Kata: - Penutur sedang mengerjakan tugas sekolah, sedangkan mitra tutur sedang memasak di dapur. Mitra tutur meminta tolong pada penutur, namun penutur menolaknya dan melanjutkan mengerjakan tugas. Intonasi: berita. Tuturan terjadi di ruang Nada Tutur: tengah pada siang hari. Tekanan: Pilihan Kata: - Intonasi: berita. Nada Tutur: Tuturan terjadi dalam situasi santai. Mitra tutur menghampiri penutur yang sedang menonton tayangan televisis, dan mengajak untuk makan. Penutur menolak karena masih kenyang setelah minum susu, dan memeluk mitra tutur. Tuturan terjadi di kamar pada malam hari. garam karena Penutur memiliki banyak tugas. Penutur bermaksud menolak ajakan MT untuk makan karena masih kenyang setelah minum susu. Penutur bermaksud menolak ajakan

162 146 dulu. P = Sebentar lagi bu, Tekanan: Tuturan terjadi dalam situasi santai. MT untuk makan karena masih tanggung ngerjain PR. MT = Oh, yaudah, ibu Pilihan Kata: - Mitra tutur menghampiri penutur menyelesaikan PR. makan dulu ya. P = Iya. yang sedang mengerjakan PR di kamarnya. Mitra tutur mengajak untuk makan malam, namun penutur menolaknya dan melanjutkan mengerjakan PR, kemudian mitra tutur meninggalkan penutur. 8. C8 Intonasi: berita. Tuturan terjadi di ruang Penutur Nada Tutur: tengah pada siang hari. bermaksud MT = Udah siang ini Tuturan terjadi dalam menolak ajakan Buk, jadi ke Rita Tekanan: situasi santai. MT untuk pergi enggak? Mitra tutur bertanya ke Rita karena P = Lah, meh udan, Pilihan Kata: - pada penutur yang saat langit sudah mengko bengi ae ning itu sama-sama berada mendung dan Ritane, saiki bobok sek di ruang tengah. mau hujan, dan ae. (Lah, sudah mau Penutur menjawab menyarakan hujan, nanti malam aja seraya menolak karena untuk pergi nanti ke Ritanya, sekarang langit terlihat mendung malam. tidur dulu saja.) dan mau hujan. 9. C9 Intonasi: berita. Tuturan terjadi di ruang Penutur

163 C10 MT = Nanti ikut sembayangan ya jam5. P = Kesel banget buk, lagian baru aja sampe dari Jogja, nggak ikut ya. (Capek banget buk, lagi pula baru saja sampai dari Jogja, tidak ikut ya.) MT = Ayo Bu, katanya mau nengok teman. P = Besok aja ya Pak, malah enggak enak badan ini. MT = Oh, yaudah kalau gitu, Bu. Istirahat aja sekarang. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan kata fatis ya. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan kata fatis ya. tengah pada siang hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Mitra tutur menghampiri penutur dan mengajaknya untuk pergi sembayangan. Penutur menolak ajakan mitra tutur dan meninggalkan mitra tutur menuju kamar tidurnya. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Mitra tutur menghampiri penutur yang sedang berada di ruang tengah. Mitra tutur mengajak penutur menengok teman, namun penutur menolaknya dan meninggalkan mitra tutur menuju kamar karena hendak bermaksud menolak ajakan MT untuk ikut sembayangan karena capek setelah perjalanan dari Jogja. Penutur bermaksud menolak ajakan MT untuk menengok temannya yang sakit karena sedang tidak enak badan.

164 148 beristirahat. MENERIMA Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam sukategori menerima. Sukategori fatis acknowledgment menerima terdapat 8 tuturan. Kode (D) digunakan untuk mernunjuk tuturan basa-basi subkategori menerima. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut: NO. 1. D1 TUTURAN MT = Pak, tulung pijiti sikilku, pegel tenan. (Pak, tolong pijitin kakiku, pegal sekali.) P = Iyo Bu, sebelah ndi sing pegel? (Iya Bu, sebelah mana yang pegal?) MT = Iki Pak. (sambil menunjukkan bagian PENANDA TRIANGULATOR MAKSUD LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK Intonasi: berita Tuturan terjadi di ruang Penutur dan tanya. tengah pada malam bermaksud Nada Tutur: hari. menerima Tuturan terjadi dalam permintaan untuk Tekanan: situasi santai. memijit kaki MT Penutur dan mitra tutur yang pegal. Pilihan Kata: - sedang berada di ruang tengah. Penutur meminta tolong pada mitra tutur untuk memijit kaki penutur, dan mitra tutur KETERANGAN

165 149 kaki yang pegal) (Ini Pak) 2. D2 3. D3 MT = Pak, gase entek, tulung tukoke gas yo. (Pak, gasnya habis, tolong belikan gas ya. P = Iyo Bu. (membelikan gas) (Iya Bu.) MT = Pak, tulung pundhutke wotel wonten kulkas. (Pak, tolong ambilkan wotel di kulkas.) Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: - Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: - menerimanya sambil memijit kaki penutur. Tuturan terjadi di dapur pada sore hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Mitra tutur sedang memasak di dapur, dan tiba-tiba gas habis saat dipakai untuk memasak. Mitra tutur memanggil penutur, dan meminta tolong untuk membelikan gas. Penutur menerima permintaan mitra tutur, lalu pergi membeli gas dengan membawa tabung gas yang sudah kosong. Tuturan terjadi di dapur dan di ruang tengah pada malam hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur sedang menonton tayangan Penutur bermaksud menerima permintaan MT yang meminta tolong untuk dibelikan gas. Penutur bermaksud menerima permintaan MT untuk mengambilkan wortel di kulkas.

166 D4 P = Nggih. (mengambilkan wortel) (Iya.) MT = Bu, mengko Ibu sing kondangan yo, Bapak mengko ono rapat. (Bu, nanti Ibu saja yang datang ke resepsi pernikahan ya, Bapak nanti ada rapat.) P = Iyo Pak, Ibu ae sing kondangan. (Iya Pak, Ibu saja yang datang ke resepsi pernikahan.) Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: - televisi, sedangkan mitra tutur sedang memasak di dapur. Mitra tutur meminta tolong pada mitra tutur untuk mengambilkan wortel. Kemudian, penutur menerimanya dan mengambilkan wortel di kulkas dan memberikan pada mitra tutur. Tuturan terjadi di ruang tamu pada pagi hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Mitra tutur sedang bersiap berangkat ke sekolah. Mitra tutur memberitahukan bahwa nanti tidak bisa datang ke acara resepsi pernikahan karena ada rapat, maka mitra tutur meminta penutur untuk mengantikan. Penutur menerima permintaan Penutur bermaksud menerima permintaan MT untuk datang ke resepsi pernikahan karena MT ada rapat.

167 D5 6. D6 MT = Dek, Mama mau beli garam dulu, tolong matikan kompor jam ya. P = Iya, oke. MT = Maksih pak, udah diajarin. P = Iya, nanti kalau masih enggak bisa, tanya aja lagi. MT = Siap pak. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: - Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: - mitra tutur. Lalu, mitra tutur berangkat ke sekolah. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Mitra tutur menghapiri penutur yang ada di ruang tengah. Mitra tutur meminta tolong pada penutur untuk mematikan kompor, dan penutur menerimanya. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur dan mitra tutur berada di ruang tengah. Mitra tutur meminta bantuan kepada penutur karena tidak bisa mengerjakan soal, dan penutur memberitahunya. Penutur bermaksud menerima permintaan MT untuk mematikan kompor jam Penutur bermaksud menerima ucapan terima kasih MT dan bersedia membantu lagi bila MT ingin bertanya lagi mengenai hal yang belum dipahaminya.

168 D7 8. D8 MT = Mas, tolong belikan pulsa ibu 10rb ya. Ini uangnya. P = Iya Bu.(membelikan pulsa) MT = Bapak, anterin ke gereja jam ya. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: - Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Kemudian mitra tutur berterima kasih pada penutur, dan penutur menerimanya sambil menawarkan bantuan jika diperlukan Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Mitra tutur menghampiri penutur yang duduk santai di ruang tengah. Mitra tutur meminta tolong pada penutur untuk membelikan pulsa sambil memberikan kertas bertuliskan nomor hp dan uang. Penutur menerimanya dan segera pergi membelikan pulsa. Tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur bermaksud menerima permintaan MT untuk membelikan pulsa. Penutur bermaksud menerima ajakan MT untuk

169 153 P = Ya, tunggu tinjunya selesai ya.(selesai menonton tinju, langsung mengantar mitra tutur) Pilihan Kata: menggunakan kata fatis ya. Mitra tutur menghampiri penutur yang sedang menonton tayangan tinju di ruang tengah. Mitra tutur meminta tolong untuk dantar ke gereja, dan penutur menerima permintaan mitra tutur. Segera setelah tayangan tinju selesai, penutur mengantar mitra tutur. mengantar ke gereja jam BELASUNGKAWA Tuturan di bawah ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori belasungkawa. Subkategori fatis acknowledgment belasungkawa terdapat 4 tuturan. Kode (E) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori belasungkawa. Tuturan tersebut sebagai berikut: NO. TUTURAN PENANDA TRIANGULATOR MAKSUD LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK 1. E1 Intonasi: berita. Tuturan terjadi di ruang Penutur Nada Tutur: tengah pada sore hari. bermaksud KETERANGAN

170 E2 MT = Ah, mau kena tilang ning ngarep Adina. (Ah, tadi kena tilang di depan Adina.) P = Yo wes rapopo, nggo pengalaman dek. (Ya sudah tidap apa-apa, buat pengalaman dek.) MT = Ma, kena engrang ini. P = Kok bisa dek? Lain kali hati-hati ya. Diobatin dulu sini.(mengobati kaki mitra tutur) Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan kata fatis yo. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan kata fatis kokdan ya. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur dan mitra tutur sedang berada di ruang tengah. Mitra tutur menceritakan bahwa dia kena tilang, lalu penutur menanggapinya dan berbelangsungkawa atas kejadian yang dialami mitra tutur. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur dan mitra tutur sedang berada di ruang tengah. Mitra tutur menceritakan pengalaman yang terjadi tadi sambil menunjukkan luka di kakinya. Penutur berbelasungkawa atas kejadian yang dialami mengekspresikan rasa belasungkawa dan simpatinya terhadap hal yang telah dialami oleh MT. Penutur bermaksud berbelasungkawa dan bersimpati dengan kejadian yang telah dialami MT dan segera mengobatinya.

171 E3 4. E4 P = Dek, gimana nilai UTS bahasa Jawanya? MT = Cuma dapet 70 bu. P = Lho, kok bisa dek? Yaudah, besok lagi belajar yang rajin ya. P = Mbak, gimana PPLnya? MT = Ya kaya gitu, Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan kata lho, kok, dan ya. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: mitra tutur, dan segera mengobati kaki mitra tutur. Tuturan terjadi di ruang tengah pad siang hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Mitra tutur pulang sekolah, kemudian menaruh tasnya. Penutur melihatnya dan bertanya mengenai hasil UTS. Mitra tutur menjawab dengan nada agak bersedih. Penutur menanggapinya dengan rasa simpati dan berbelangsungkawa, serta memberikan dukungan kepada mitra tutur. Mitra tutur meninggalkan penutur menuju kamarnya. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur bermaksud berbelasungkawa pada MT yang hanya mendapat nilai 70 di UTS bahasa Jawa serta memberi semangat agar lebih rajin belajar. Penutur bermaksud mengekspresikan belasungkawa dan simpatinya

172 156 belum krasan, gurunya cuek e pol. (Ya seperti itu, belum betah, gurunya cuek banget.) P = Namanya juga lagi adaptasi, nanti juga terbiasa. Pilihan Kata: - Penutur dan mitra tutur sedang duduk santai di ruang tengah. penutur ingin mengetahui kabar PPL mitra tutur. Mitra tutur menjawab dengan nada sedih. Penutur menanggapinya dan berbelasungkawa mengenai hal tersebut, dan membrikan masukan pada mitra tutur. kepada MT untuk lebih bisa beradaptasi dengan baik dan berbaur dengan para guru. MEMINTA MAAF Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori meminta maaf. Subkategori fatis acknowledgment meminta maaf terdapat 8 tuturan. Kode (F) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori meminta maaf. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut: PENANDA TRIANGULATOR NO. TUTURAN MAKSUD LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK 1. F1 Intonasi: berita. Tuturan terjadi di ruang Penutur KETERANGAN

173 F2 P = Pak, maaf, ora masak dina iki, sek tak tumbaske sayur. (Pak, maaf, tidak masak hari ini, sebentar Ibu beliin sayur.) MT = Yo, rapopo Bu. (Iya, tidak apa-apa Bu. MT = Kok suwe Pak? (Kok lama Pak? P = Ngapura Bu, mau ngobrol sek. Iki pesenane. (Maaf Bu, tadi ngobrol dulu. Ini pesanannya.) Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: - Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: - 3. F3 Intonasi: berita. Nada tengah pada siang hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur mengetahui kepulangan mitra tutur. Penutur meminta maaf pada mitra tutur, dan mitra tutur menanggapinya. Kemudian penutur pergi membeli sayur. Tuturan terjadi di dapur pada siang hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur menghampiri mitra tutur di dapur sambil membawakan pesanan. Penutur meminta maaf pada mitra tutur karena sudah membuat mitra tutur menunggu lama. Lalu, memberikan pesanan yang dipesan mitra tutur. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. bermaksud meminta maaf kepada MT karena tidak memasak hari ini. Penutur bermaksud meminta maaf kepada MT karena terlalu lama pergi padahal sudah ditunggu MT. Penutur bermaksud

174 158 P = Walah Bu, malah lali tumbas pesenane, ngapura yo Bu. (Walah Bu, lupa beli pesanannya, maaf ya Bu.) MT = Mboten popo Pak, Ibu yo wes tumbas kok mau. (Tidak apa-apa Pak, Ibu ya sudah beli kok tadi.) 4. F4 5. F5 P = Ma, mangkok yang hijau pecah, maaf ya. MT = Ya sudah tak apa, tapi sudah dibersihkan pecahannya kan? P = Sudah kok, Ma. P = Bu, maaf ya, tadi udah keliling tapi pada kosong. Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan kata fatis yo. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan kata fatis ya. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur baru saja pulang dan ingat bahwa lupa membelikan pesanan mitra tutur. Penutur meminta maaf pada mitra tutur dan mitra tutur menanggapinya. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur menghampiri mitra tutur yang duduk di ruang tengah. Penutur meminta maaf pada mitra tutur dan mitra tutur menanggapinya. Tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur pulang ke meminta maaf pada MT karena lupa membelikan pesanan MT. Penutur bermaksud meminta maaf pada MT karena tidak sengaja memecahkan mangkok. Penutur bermaksud meminta maaf karena tidak bisa membelikan

175 F6 MT = Yaudah, enggak apa-apa, besok tak beli sendiri. P = Maaf Pak Bu, pulangnya kemalaman, tadi masih ngerayain ulang tahun temen dulu, besok enggak lagi-lagi deh. MT1 = Iya, enggak apaapa. MT2 = Ya udah, sana ganti baju dulu. Pilihan Kata: menggunakan kata fatis ya. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan kata fatis deh. 7. F7 Intonasi: berita. Nada Tutur: rumah setelah berkeliling mencari pesanan mitra tutur dan menghampirinya. Penutur meminta maa kepada mitra tutur dan mengembalikan uang yang tidak jadi terpakai. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur pulang ke rumah, dan mendapati mitra tutur 1 dan mitra tutur 2 duduk di ruang tengah menunggunya. Penutur meminta maaf dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Mitra tutur menanggapinya kemudian penutur masuk ke kamarnya. Tuturan terjadi di kamar tidur pada barang yang di pesan oleh MT. Penutur bermaksud meminta maaf kepada MT1 dan MT2 karena terlambat pulang ke rumah. Penutur bermaksud

176 F8 P = Bu, maaf ya tadi Bapak udah marahmarah. (sambil menggenggam tangan mitra tutur) MT = Iya, enggak apaapa Pak, Ibu juga minta maaf ya. P = Iya Bu. P = Maaf pulangnya terlambat, tadi mendadak ada acara. Besok Bapak bakal ngabarin dulu Bu. MT = Oh gitu ya Pak, Ibu khawatir aja. Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan kata fatis ya. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: - malam hari. Tuturan terjadi dalam situasi tegang. Penutur dan mitra tutur sedang berada di kamar tidur memperdebatkan suatu masalah. Penutur marah-marah pada mitra tutur, kemudian meminta maaf pada mitra tutur sambil menggenggam tangan mitra tutur. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur pulang kantor dan menghampiri mitra tutur. Penutur meminta maaf kepada mitra tutur karena pulang terlambat, dan mitra tutur menanggapinya. meminta maaf kepada MT karena telah marah-marah. Penutur bermaksud meminta maaf kepada MT karena telah terlambat pulang.

177 161 MEMINTA/ MENGUNDANG Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori mengucapkan selamat. Subkategori fatis acknowledgment mengucapkan selamat terdapat 7 tuturan. Kode (G) digunakan untuk menunjuk tuturan bas-basi subkategori mengucapkan selamat. Tuturan tersebut sebagai berikut. NO. 1. H1 2. H2 TUTURAN P = Ayo, resik-resik omah Pak! (Ayo, bersih-bersih rumah Pak.) MT = Iyo, Bu. (Iya, Bu.) P = Tangi Pak. Ayo, kerja bakti!. (Bangun Pak. kerja bakti.) MT = Iyo, sek. PENANDA TRIANGULATOR MAKSUD LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK Intonasi: seru. Tuturan terjadi di ruang Penutur Nada Tutur: tengah pada pagi hari. bermaksud Tuturan terjadi dalam mengajak MT Tekanan: tinggi. situasi santai. untuk bersihbersih Pilihan Kata: Penutur menghampiri rumah. menggunakan mitra tutur yang berada kata fatis ayo. di ruang tengah. Penutur mengajak mitra tutur, lalu kembali untuk Intonasi: seru. Nada Tutur: Tekanan: tinggi. Pilihan Kata: menggunakan kata fatis ayo. mengambil sapu. Tuturan terjadi dikamar tidur pada pagi hari. Tuturan terjadi dalam situasi mendesak. Penutur menghampiri mitra tutur yang masih tidur. Penutur bermaksud membangunkan dan mengingatkan serta mengajak MT untuk kerja bakti. KETERANGAN

178 H3 4. H4 (Iya, sebentar.) Penutur membangunkan dan mengajak mitra tutur untuk kerja bakti di dusun. P = Ayo Bu, udah jam ini, selak telat! (Ayo Bu, sudah jam ini, keburu terlambat.) MT = Iya Pak, sedelo meneh. (Iya Pak, sebentar lagi.) P = Ayo Dek, berangkat Sholat Jumat sekarang! MT = Iya Pa. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: tinggi. Pilihan Kata: menggunakan kata fatis ayo. Intonasi: seru. Nada Tutur: Tekanan: tinggi. Pilihan Kata: menggunakan kata fatis ayo. Tuturan terjadi di ruang tengah dan di kamar tidur. Tuturan terjadi dalam situasi tergesa-gesa. Penutur berada di ruang tengah, sedangkan mitra tutur berada di kamar tidur karena masih berdandan. Penutur menginatkan dan mengajak mitra tutur untuk bergegas karena takut terlambat. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur mengajak mitra tutur untuk berangkat sholat jumat sekarang. Penutur dan mitra tutur Penutur bermaksud mengajak dan mengingatkan MT untuk cepat karena sudah jamnya dan takut terlambat. Penutur bermaksud mengajak MT untuk berangkat Sholat Jumat segera.

179 H5 6. H6 7. H7 P = Yuk, jalan-jalan mumpung panas dan libur! (Yuk, jalan-jalan berhubung panas dan libur.) MT = Ya Bu, tak siapsiap dulu. P = Mbak, nanti ikut latihan koor ya. MT = Jam berapa bu? P = Jam MT = Oke bu. P = Ayo Bu sholat Intonasi: seru. Nada Tutur: Tekanan: tinggi. Pilihan Kata: - Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan kata fatis ya. Intonasi: seru. Nada Tutur: berangkat menuju masjid. Tuturan terjadi di teras pada pagi hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur berada di teras dan melihat langit cerah. Penutur mengajak mitra tutur untuk berjalan-jalan. Mitra tutur menanggapinya dan bersiap-siap. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur dan mitra tutur berada di ruang tengah. Penutur mengajak mitra tutur untuk ikut latihan koor. Mitra tutur mengiyakan ajakan penutur. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur bermaksud mengajak MT berjalan-jalan karena libur dan hari terlihat cerah. Penutur bermaksud mengajak MT untuk ikut latihan koor bersama. Penutur bermaksud mengajak MT

180 164 berjamaah dulu, sudah adzan ini! MT = Iya Pak. Tekanan: tinggi. Pilihan Kata: menggunakan kata fatis ayo. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur baru selesai berwudhulalu mengajak mitra tutur untuk sholat berjamaah. Penutur dan mitra tutur sholat berjamaah. untuk sholat berjamaah karena sudah terdengar suara adzan. SELAMAT Tuturan di bawah ini merupakan tuturan yang termasuk dalam kategori meminta/ mengundang. Subkategori fatis acknowledgment meminta terdapat 7 tuturan. Kode (H) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori meminta. Tuturan tersebut adalah sebagai berikut: NO. 1. G1 TUTURAN P = Selamat ulang tahun ya sayang. Semoga apa yang dicitacitakan tercapai. MT = Makasih Bu. PENANDA TRIANGULATOR MAKSUD LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK Intonasi: berita. Tuturan terjadi di Penutur Nada Tutur: kamar tidur pada pagi bermaksud hari. mengucapak Tekanan: Tuturan terjadi dalam ucapakan selamat situasi santai. kepada MT yang Pilihan Kata: Penutur menghampiri pada hari itu menggunakan mitra tutur yang sedang ulang tahun. frasa fatis tidur di kamarnya. KETERANGAN

181 G2 3. G3 MT = Bu, aku lolos ujian. P = Puji Tuhan. Selamat ya Nduk, lolos ujiannya. MT = Iya Bu, samasama. P = Selamat ya Dek, jadi pengurus OSIS. MT = Ya jelas. selamat dan kata fatis ya. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan kata fatis selamat dan ya. Intonasi:berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan Penutur membangunkan dan mengucapkan selamat ulang tahun pada mitra tutur sambil mencium dahi mitra tutur. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur dan mitra tutur berada di ruang tengah. Mitra tutur sedang melihat pengumuman masuk Perguruan Tinggi melalui internet, dan ternyata lolos. Penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur, dan mitra tutur menanggapinya. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur dan mitra tutur berada di ruang tengah. Penutur bermaksud mengucapkan selamat kepada MT karena lolos ujian masuk Perguruan Tinggi. Penutur bermaksud mengucapkan selamat karena MT menjadi pengurus OSIS di sekolahnya.

182 G4 5. G5 P = Selamat ya juara 2, tapi bagiku kamu tetap juara 1. MT = Makasih banyak, Pak. P = Selamat ulang tahun bapak. Panjang umur sehat selalu ya. MT = Makasih ya dek. kata fatis selamat dan ya. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan kata fatis selamat dan ya. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan:sedang. Pilihan Kata: menggunakan frasa fatis Penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena telah menjadi pengurus OSIS di sekolahnya. Tuturan terjadi di kamar tidur pada sore hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur mengetahui bahwa mitra tutur tadi pagi mendampingi muridnya lomba dan mendapat juara dua. Penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur sambil menggenggam tangan mitra tutur. Tuturan terjadi di kamar tidur pada pagi hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur menghampiri mitra tutur yang sedang tidur. Penutur bermaksud mengucapkan selamat kepada MT karena sudah mendampingi beberapa siswa yang ikut lomba dan menjadi juara dua, serta mengekspresikan kecintaannya kepada MT. Penutur bermaksud mengucapkan selamat ulang tahun kepada MT.

183 G6 7. G7 P = Selamat ya dek jadi juara kelas, mau minta hadiah apa? MT = Makasih bu, apa aja boleh. P = Yaudah ibu buatkan brownis aja ya. P = Selamat ya Pak, atas diterimanya pernghargaan Satya Lencana. Semoga selamat dan kata fatis ya. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: menggunakan kata fatis selamat dan ya. Intonasi: berita. Nada Tutur: Tekanan: Pilihan Kata: Penutur membangunkan dan mengucapkan selamat pada mitra tutur. Mitra tutur menanggapinya, lalu beranjak bangun dari tempat tidurnya. Tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur melihat rapor yang baru saja diambil, dan melihat mitra tutur mendapat peringkat satu. Penutur mengucapkan selamat sambil menawarkan hadiah yang diinginkan mitra tutur. Mitra tutur pun menanggapinya. Tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Tuturan terjadi dalam situasi santai. Penutur dan mitra tutur berada di ruang tengah Penutur bermaksud memberikan selamat atas keberhasilan MT yang menjadi juara kelas serta menawarkan hadiah. Penutur bermaksud mengucapkan selamat dengan diterimanya penghargaan

184 168 menjadi motivasi kerja lebih baik. MT = Iya, terima kasih ucapan dan doanya ya Bu. menggunakan kata fatis selamat dan ya. sambil bercerita. Penutur mengucapkan selamat pada mitra tutur serta memberinya semangat dan doa. Satya Lencana, serta memberikan doa dan semangat pada MT. Triangulator, Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd

185 169

186 170

187 171 BIODATA PENULIS Cecilia Christa Pramadina lahir di Wonosobo, Jawa Tengah, tanggal 22 Januari Ia menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah dasar di SD Pius Wonosobo pada tahun Kemudian, ia melanjutan studinya di SMP Bhakti Mulia Wonosobo dan tamat tahun Pendidikan tingkat menengah atas ditempuhnya di SMAN 1 Mojotengah, Wonosobo pada tahun Setelah menyelesaikan sekolah tingkat menengah atas, ia melanjutkan studi S1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma. Masa pendidikan S1 tersebut berakhir pada tahun 2015 dengan menyelesaikan skripsi Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Dusun Kenteng, Kejiwan, Wonosobo.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA PENDIDIK DI DESA JUNGGUL, BANDUNGAN, JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA PENDIDIK DI DESA KALIREJO, KULON PROGO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari budaya yang hidup. Ia lahir dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari budaya yang hidup. Ia lahir dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari budaya yang hidup. Ia lahir dari suatu masyarakat yang memiliki kesepakatan untuk memakai kaidah-kaidah dalam suatu bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas sosial lainnya berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya (Alan dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar guru mempunyai peran penting dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik melalui komunikasi. Komunikasi adalah alat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kesopanan Berbahasa Kesopanan berbahasa sangat diperlukan bagi penutur dan petutur. Menurut Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property associated with

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA i FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa mereka, atau bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa mereka, atau bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tidak terlepas dari bahasa, bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Tanpa adanya bahasa maka komunikasi pun tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu.

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah di dalam interaksi lingual itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbahasa adalah aktivitas sosial. Bahasa itu terdiri atas dua bagian yaitu lisan, seperti percakapan, pembacaan berita, berpidato,kegiatan diskusi/seminar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang dapat bertutur dengan bahasa tertentu secara tiba-tiba dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal. Mengganti bahasa diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan atau dihindari dari kehidupan manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan wujud yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama. Setiap komunikasi dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI

TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI SKRIPSI Oleh Erly Haniyati Nisak NIM 100210402060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mengalami perubahan signifikan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Banyaknya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) 1 IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) Oleh: Indrie Harthaty Sekolah Tinggi Bahasa Asing Pertiwi Abstrak Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain. Mereka saling berinteraksi dengan orang di sekitarnya maupun BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Definisi Operasional 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya sebagai makhluk sosial selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring berjalannya waktu, dunia perfilman telah mengalami perkembangan yang pesat saat ini. Film juga telah memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Selain

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sebagai wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi bahasa adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak bisa dipisahkan dari manusia karena bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa tidak bisa dipisahkan dari manusia karena bahasa merupakan alat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bahasa tidak bisa dipisahkan dari manusia karena bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan berintekrasi. Kridalaksana (2008:24) menjelaskan bahwa bahasa adalah sistem

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bukunya Speech Act: An Essay in The Philosophy of Language dijelaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media pembentuk kebahasaan yang menjadi kunci pokok bagi kehidupan manusia di dunia ini, karena melalui bahasa baik verbal maupun non verbal manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang semakin dikenal pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu ini jarang atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Perumusan Masalah 1. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama. Sutedi (2003: 2) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan dari mitra tutur. Hal ini yang menjadikan bahasa amat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana dalam menjalankan segala jenis aktivitas, antara lain sebagai sarana untuk menyampaikan informasi, meminta informasi, memberi perintah, membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, gagasan, baik pada redaksi maupun masyarakat umum. Penyampaian gagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa tidak hanya memberikan informasi kepada pembaca, melainkan juga memberikan sarana kepada pembaca untuk menyampaikan gagasan, baik pada redaksi maupun

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian tuturan basa-basi dalam teks drama les Justes menghasilkan

BAB V PENUTUP. Penelitian tuturan basa-basi dalam teks drama les Justes menghasilkan BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Penelitian tuturan basa-basi dalam teks drama les Justes menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan jenisnya tuturan basa-basi ada dua yaitu polar dan murni. Para

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu kehidupan masyarakat sehari-hari komunikasi sangat penting digunakan untuk berinteraksi antar manusia di dalam lingkungan masyarakat. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

KEKUASAAN DALAM BAHASA (ANALISIS PERCAKAPAN MELALUI KLASIFIKASI TINDAK TUTUR)

KEKUASAAN DALAM BAHASA (ANALISIS PERCAKAPAN MELALUI KLASIFIKASI TINDAK TUTUR) KEKUASAAN DALAM BAHASA (ANALISIS PERCAKAPAN MELALUI KLASIFIKASI TINDAK TUTUR) Agustine Nurhayati, S.Pd., M.Pd. Dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Adi Buana Surabaya tien.hadi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20)

BAB I PENDAHULUAN. terbantu oleh situasi tutur. Searle (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009: 20) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu tuturan pasti mempunyai maksud serta faktor yang melatarbelakangi penutur dalam menyampaikan tuturannya kepada mitra tutur. Yule (2006: 82-83) mengemukakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya senantiasa berkomunikasi dengan manusia lain dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi melalui media bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam penulisan proposal skripsi ini peneliti mengumpulkan data-data dari penelitian lapangan, baik dari buku-buku maupun skripsi yang sudah ada. Hal

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM ABSTRAK

ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM ABSTRAK 0 ANALISIS TINDAK TUTUR MARIO TEGUH DALAM ACARA GOLDEN WAYS DI METRO TV (KAJIAN PRAGMATIK) Oleh : NOVALINA SIAGIAN NIM 209210020 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengdeskripsikan tindak tutur lokusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi bersifat arbitrer yang dipergunakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat utama dalam komunikasi dan memiliki daya ekspresi dan informatif yang besar. Bahasa sangat dibutuhkan oleh manusia karena dengan bahasa manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tindak Tutur. Tindak tutur (speech art) merupakan unsur pragmatik yang melibatkan pembicara, pendengar atau penulis pembaca serta yang dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di Universitas Negeri Gorontalo. Dari sekian banyak mahasiswa yang

Lebih terperinci

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Jurnal Cakrawala ISSN 1858-449, Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Oleh : Bowo Hermaji ABSTRAK Tindak tutur merupakan tindakan yang dimanifestasikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesantunan dalam berbahasa di lingkungan masyarakat dan sekolah sangatlah penting, karena dengan bertutur dan berkomunikasi dengan santun dapat menjaga nilai diri sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak ada satu orang pun yang benar-benar beraktivitas tanpa mengadakan rapat. Misalnya saja, menjadi

Lebih terperinci

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta

Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta KAJIAN TERJEMAHAN KALIMAT YANG MEREPRESENTASIKAN TUTURAN PELANGGARAN MAKSIM PADA SUBTITLE FILM THE QUEEN (KAJIAN TERJEMAHAN DENGAN PENDEKATAN PRAGMATIK) Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya aktivitas masyarakat dengan berbagai kegiatan dan profesi baik dibidang politik, wirausaha, instansi pemerintah, pendidikan, dan sebagainya

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA

TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA TINDAK TUTUR GURU DAN SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DAN IMPLIKASINYA Oleh Septia Uswatun Hasanah Mulyanto Widodo Email: septiauswatunhasanah@gmail.com Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan suatu sistem,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi mereka membentuk sebuah komunikasi yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari pengaruh manusia lain. Di dalam dirinya terdapat dorongan untuk berinteraksi satu sama lain. Mereka membutuhkan

Lebih terperinci