PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI"

Transkripsi

1 BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA PENDIDIK DI DESA JUNGGUL, BANDUNGAN, JAWA TENGAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Disusun oleh: Angela Yohana Mentari Adistin NIM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i

2 SKRIPSI BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA PENDIDIK DI DESA JUNGGUL, BANDUNGAN, JAWA TENGAH Oleh: Angela Yohana Mentari Adistin NIM: Telah disetujui oleh: Pembimbing Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Tanggal Jumat, 15 Januari 2016 ii

3 SKRIPSI BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA PENDIDIK DI DESA JUNGGUL, BANDUNGAN, JAWA TENGAH Oleh: Nama: Angela Yohana Mentari Adistin NIM: Telah dipertahankan di depan panitia penguji Pada tanggal 1 Februari 2016 dan telah dinyatakan menyatakan memenuhi syarat. Susunan Pantian Penguji Nama Penguji Tanda tangan Ketua Dr. Yuliana Setiyaningsih, M. Pd.... Sekretaris Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.... Anggota 1. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum Prof. Dr. Pranowo, M. Pd Dr. B. Widharyanto, M. Pd.... Yogyakarta, 1 Februari 2016 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Dekan, iii

4 HALAMAN PERSEMBAHAN Ungkapan penuh syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang telah memberikan berkat serta kelancaran dalam setiap langkah saya. Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tua saya Bapak Daniel Totok Suryanto dan Ibu Anastasia Budiningsih yang selalu membimbing, memotivasi, mendukung, membantu dalam penelitian, serta medoakan dalam setiap langkah saya. Mas Dandy, Mbak Siska, Dek Ayu, Dek Taufan dan Rama selaku kakakkakak dan adik saya yang selalu memberikan dukungan dan semangat yang tak berkesudahan. Mas Bimo yang tidak pernah lalai memberikan semangat dan dukungan kepada saya. Yang selalu ada untuk saya mendengarkan keluh kesah saya. Sahabat-sahabat saya, Vita, Binta, Agatha, Arery, Putri yang selalu memberikan semangat kepada saya, tidak akan pernah lupa untuk saling mendoakan. Selaku teman sepayung skripsi ini, Desty, Christa, Yuli, dan Bungsu yang sudah melewati perjalanan kuliah bersama kurang lebih empat tahun ini, terima aksih selalu siap membantu dan memberikan dukungannya. iv

5 MOTTO Jangan buang waktumu untuk hal-hal yang tidak bernilai, buatlah setiap dalam detik kehidupanmu menjadi sesuatu yang bermakma, dan janganlah kau melupakan doa Ibumu.. Find three hobbies you love: One to make you money, One to keep you in shape, And one to be creative. v

6 PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta, 1 Februari 2016 Penulis Angela Yohana Mentari Adistin vi

7 PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Angela Yohana Mentari Adistin Nomor Mahasiswa : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA DI DESA JUNGGUL, BANDUNGAN, JAWA TENGAH Dengan demikian saya menyerahkan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta, pada tanggal : 1 Februari 2016 Yang menyatakan, Angela Yohana Mentari Adistin vii

8 ABSTRAK Adistin, Angela Yohana Mentari Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD. Penelitian ini membahas tentang wujud dan maksud basa-basi berbahasa di ranah anggota keluarga pendidik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud basa-basi berbahasa dan mendeskripsikan maksud basabasi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Lingkungan Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Subjek dalam penelitian ini adalah anggota keluarga pendidik di Lingkungan Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Penelitian basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Lingkungan Junggul, Bandungan, Jawa Tengah ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini berisi gambaran basa-basi anggota keluarga pendidik yang diperoleh langsung di Lingkungan Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Metode pengumpulan data dengan menggunakanmetode cakap yang disejajarkan dengan metode wawancara dan kuisioner. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memahami fenomena basa-basi yang digunakan oleh penutur maupun mitra tutur untuk menyampaikan maksud tuturannya. Oleh sebab itulah, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai suatu pemahaman terhadap penggunaan basa-basi terutama penggunaan bahasa dalam tindakan komunikasi. Simpulan dari penelitian ini adalah (1) Peneliti menemukan 7 wujud basabasi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Lingkungan Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Ketujuh wujud basa-basi tersebut ialah basa-basi menerima, basa-basi menolak, basa-basi berterimakasih, basa-basi meminta maaf, basa-basi memberi salam, basa-basi mengucapkan selamat, dan basa-basi mengundang. (2) Maksud basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik adalah untuk memulai, mempertahankan atau mengukuhkan, menjalin relasi antara penutur dan mitra tutur, serta untuk menyampaikan berbagai maksud. Selain itu, basa-basi digunakan untuk mengekspresikan perasaan penutur terhadap suatu tuturan yang disampaikan oleh mitra tutur. Kata kunci: basa-basi, basa-basi murni, basa-basi polar, acknowledgments, wujud basa-basi, maksud basa-basi viii

9 ABSTRACT Adistin, Angela YohanaMentari, The Phatic Communication in Using Language between Educator s Family Member at Junggul, Bandungan, Central Java. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, USD. This research discusses about the appearance of the phatic communication in language communication and the aim of the phatic communication in teachers family. The purpose of this research to describe the appearance and the aim of the phatic communication in language communication among teachers family at Junggul, Bandungan, Central Java. The subjects of this research are teachers family members in Junggul, Bandungan, Central Java. The Phatic communication in language communication research at Junggul, Bandungan, Central Java includes in descriptive qualitative research, as this research consists of the portrait teachers family having the phatic communication in language communication which directly achieved. The data collection uses conversation method as well as interview and questioner method. At this research, the writer tries to figure out the phenomenon of the phatic communication that uses by the subject speaker or object speaker to deliver the purpose of the conversation. Thus, the aim of this research is as an understanding on the using of the phatic communication mainly the using of bahasa as an communicative action. The summaries of this research are (1) the writer finds 7 kinds of basabasi among the teachers family in Junggul, Bandungan, Central Java. Those are acceptance, refusal, gratitude, apologizing, greeting, congratulating, inviting. (2) The purposes of basabasi among the teachers family are to start, to maintain or to strengthen, to build relationship among subject speaker and object speaker, and also to state some perception. Beside, the phatic communication uses to express the speaker s feeling about the object speaker says. Key word: phatic communication, nature phatic communication, polar phatic communication, acknowledgements, forms of phatic communication, the meaning of phatic communication. ix

10 KATA PENGANTAR Puji Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan rahmat dan berkah-nya, sehingga skripsi yang berjudul Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung ataupun tidak langsung sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan baik. Maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma; 2. Ibu Dr. Yuliana Setiyaningsihselaku ketua Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan memberikan dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum, selaku dosen Pembimbing yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini; 4. Para dosen PBSI yang telah mendidik dan memberikan berbagai pegetahuan dalam proses perkuliahan; 5. Sekretariat PBSI yang telah membantu kelancaran perkuliahan penulis. 6. Bapak Daniel Totok Suryanto dan Ibu Anastasia Budiningsih yang selalu mendampingi, memberi dukungan dan doa yang tiada habisnya. 7. Mas Dandy, Mbak Siska, dan Adik saya Taufan yang selalu memberikan semangat dan kasih sayang. 8. Mas Bimo yang tidak pernah lalai memberikan dukungan, semangat dan doa kepada saya. x

11 9. Dek Ayu yang selalu memberikan dorongan untuk tidak kawatir menghadapi ujian, selalu memberikan semangat dan dukungan. 10. Para sahabat putih abu-abu, Vita, Binta, Agatha, Arery, Putri yang selalu memberikan semangat dan dukungan. 11. Sahabat-sahabat sepayung basa-basi Desty, Christa, Yuli, dan Bungsu terima kasih untuk dukungan dan kerja sama dalam mengerjakan skripsi. 12. Teman-teman PBSI angkatan 2011 kelas A yang selalu memberikan semngat. 13. Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih untuk bantuan dan dukungannya selama ini. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak keterbatasan dan kekurangannya, maka penulis sangat membutuhkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Akhirnya penulis mengucapkan selamat membaca semoga bermanfaat bagi kita semua. Penulis Angela Yohana Mentari Adistin xi

12 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO PERNYATAAN KEASLIAN KARYA PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR BAGAN DAFTAR TABEL i ii iii iv v vi vii viii ix x xii xvi xvii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Batasan Istilah 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA Penelitian yang Relevan Kajian Teori Pragmatik Konteks Fenomena pragmatik Deiksis 20 xii

13 Praanggapan Implikatur Tindak Ujaran Basa-basi sebagai Fenomena Pragmatik Kerangka Berpikir 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Penelitian Data dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Metode Analisi Data Trianggulasi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAAN Deskripsi Data Salam Terima Kasih Meminta/ Mengundang Menolak Menerima Meminta Maaf Selamat Analisis Data Salam Terima Kasih Menolak Menerima Meminta/ Mengundang Menyatakan Maaf Selamat Pembahasan xiii

14 4.3.1 Wujud Basa-basi Berbahasa Salam Terima Kasih Meminta/Mengundang Menerima Menolak Menyatakan Maaf Selamat Maksud Basa-basi Berbahasa Salam Terima Kasih Meminta/Mengundang Menolak Menerima Menyatakan Maaf Selamat BAB V PENUTUP Simpulan Saran Bagi Peneliti Lain Bagi Keluarga Pendidik. 132 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN Lampiran 1. Trianggulasi Basa-basi. 138 DAFTAR RIWAYAT HIDUP xiv

15 DAFTAR BAGAN Bagan 1 Kerangka Berpikir 36 xv

16 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan, tanpa adanya bahasa kita belum dapat berkomunikasi dan berinteraksi dengan baik. Bahasa dapat didefinisikan sebagai (i) ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap manusia (bdk.sudaryanto, 1983:19) atau (ii) setiap penyampaian maksud (lih. Pei, 1971:3-4). Bila menerima pengertian bahasa yang (i), sudah tentu hanya terdapat satu jenis bahasa, yaitu bahasa manusia.sebaliknya, bila yang diterima adalah pengertian bahasa yang (ii), sudah tentu isyarat, sikap, dan bunyi binatang dapat pula dianggap sebagai bahasa. Menurut KBBI edisi keempat (2008:721), komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami; hubungan; kontak. Menurut Onong Uchjana (2007:9) istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makna.

17 2 Menurut KBBI edisi keempat (2008: 143), basa-basi adalah (1) adat sopan santun; tata krama pergaulan, (2) ungkapan yang digunakan hanya untuk sopan santun dan tidak untuk menyampaikan informasi, misalnya kalimat apa kabar? yang diucapkan apabila kita bertemu dengan kawan, (3) perihal menggunakan ungkapan semacam itu. Di Indonesia masyarakat yang sedang berkomunikasi dengan orang yang dikenal pada awalnya akan saling menanyakan kabar, tujuan, dari mana, dan sebagainya. Hal tersebut bertujuan untuk memelihara hubungan sosial antara penutur dan lawan tuturnya. Contoh 1: Binta: Hai Vita,sudah makan belum? Kalau belum ayok sini makan dirumah Vita : Oh sudah kok Binta, lain kali saja ya. Pada contoh 1 di atas konteksnya Vita dan Binta adalah orang Jawa. Sore hari ketika Vita pulang dari sekolah. Binta pulang dari minimarket di depan gang yang kebetulan melihat Vita turun dari angkutan umum. Binta mengajak Vita untuk makan di rumah Binta. Ungkapan menanyakan sudah makan belum, dilanjutkan kalau belum ayok sini makan di rumah menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya karena secara kebetulan Binta melihat Vita di depan gang. Tuturan sudah kok Binta, lain kali saja menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya karena tuturan Vita bukan bermaksud untuk menolak secara langsung, melainkan menolak dengan sopan. Dari contoh 1 diatas, dapat dikatakan bahwa keduanya merupakan basa-basi. Seperti

18 3 dalam budaya Jawa, untuk menjalin hubungan dengan lawan tutur, penutur menyampaikan ungkapan basa-basi. Percakapan itu dikatakan sebagai ungkapan basa-basi, karena dalam dialog tersebut memiliki fungsi untuk menjaga hubungan antara penutur dan lawan tutur. Contoh 2: Vita: Re, dari mana? Mampir dulu, barusan aku masak kue nih. Rery: Oh ini barusan dari kampus, kue apa? Bolehlah aku icip. Pada contoh 2 diatas konteksnya Vita baru saja dari warung membeli kismis untuk bahan tambahan kue yang sedang dibuatnya. Vita memiliki tetangga yang bernama Rery, Rery adalah orang Batak. Pada saat Vita hendak menutup pagar di depan rumahnya, Vita melihat Rery sedang berjalan lewat depan rumahnya. Dengan langsung Vita bertanya kepada Rery dan menawarkan kue yang dibuatnya. Tidak menunggu lama, Rerypun menjawab tawaran Vita. Dalam contoh 2 tersebut terlihat bahwa Vita adalah orang Jawa yang bertetangga dengan orang Batak. Dari perbedaan suku tersebut, terlihat pula perbedaan dari contoh 1. Bahwa Rery memiliki respon yang berbeda dengan Binta, dikarenakan perbedaan suku diantara keduanya. Jika Rery diberikan tawaran dari Vita, Rery akan langsung menerima tawaran tersebut tanpa waktu yang lama. Ungkapan Bolehlah aku icip dari Rery menunjukkan bahwa Rery akan mampir kerumah Vita dan makan kue yang dibuat Vita. Pada contoh 2, ungkapan Vita dikatakan sebagai basa-basi, karena secara tidak sengaja Vita melihat Rery yang sedang berjalan di depan rumahnya, dan langsung menawarkan kue yang dibuatnya. Sedangkan ungkapan Rery bukan merupakan basa-

19 4 basi, karena Rery menganggap ungkapan Vita merupakan tawaran yang diberikan kepada Rery. Dari dontoh 1 dan contoh 2 dapat disimpulkan bahwa basa-basi sering terjadi di kalangan masyarakat. Tetapi dengan adanya contoh 2, kita dapat melihat bahwa tidak semua basa-basi dapat diterima oleh semua suku bangsa Indonesia. Bisa jadi penutur (contoh 1) mengungkapkan sebuah tuturan basa-basi, dan lawan tutur juga menganggap bahwa penuturnya hanya basa-basi kepada lawan tutur sehingga keduanya akan saling memberikan basa-basi yang hanya merupakan batas menjaga sopan santun antar keduanya. Penggunaan basa-basi digunakan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, pada keluarga pendidik juga sering ditemukan adanya basa-basi. Basa-basi pada keluarga pendidik merupakan salah satu bentuk dari kesantunan berbahasa, baik antara suami dan istri, ayah dan anak, ibu dan anak, anak dan anak, serta antar anggota keluarga pendidik dalam satu rumah. Dalam hal ini, peneliti akan melakukan suatu penelitian dengan judul Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota keluarga Pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi suami dan istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Dalam penelitian ini peneliti mengambil subjek keluarga pendidik yaitu keluarga guru maupun dosen yang ada di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Peneliti mengambil topik basabasi berbahasa antaranggota keluarga pendidik karena penelitian yang berkaitan

20 5 dengan basa-basi juga penting digunakan dan dikaitkan dengan budaya khususnya budaya jawa yang termasuk juga dalam keluarga pendidik karena basa-basi mempunyai tujuan untuk menjalin komunikasi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa saja wujud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Desa Junggul, Bandungan? 2. Apa saja maksud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Desa Junggul, Bandungan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan wujud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Desa Junggul, Bandungan. 2. Mendeskripsikan maksud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Desa Junggul, Bandungan.

21 6 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian basa-basi dalam berbahasa antar keluarga pendidik ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pihak yang memerlukan. Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari pelaksanaan penelitian ini, yaitu: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat mendalami pengembangan pragmatik khususnya yang berkaitan dengan basa-basi berbahasa sebagai fenomena pragmatik. Penelitian ini dapat dikatakan memiliki manfaat teoritis karena dengan memahami teori yang telah dikemukakan oleh para ahli. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai referensi atau acuan dalam melakukan kegiatan komunikas untuk mempererat hubungan sosial penutur dan lawan tutur khususnya pada keluarga pendidik. 2. Manfaat Praktis Penelitian basa-basi berbahasa ini juga diharapkan dapat memberi masukan kepada para praktisi terutama bagi dosen, guru, anak, dan anggota keluarga yang lain untuk mengetahui pentingnya basa-basi berbahasa dalam keluarga pendidik.

22 7 1.5 Batasan Istilah 1. Pragmatik Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. (Yule, 2006: 3) 2. Maksud Basa basi Maksud Basa-basi ialah sesuatu yang sungguh-sungguh ingin disampaikan oleh penutur dan hanya bersumber dari penutur. (Arimi, 1998) 3. Basa- basi Basa-basi adalah (1) adat sopan santun, (2) ungkapan yang dipergunakan hanya untuk sopan santun dan tidak untuk menyampaikan informasi. (Arimi, 1998) 4. Basa-basi Murni Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan penutur selaras dengan kenyataan. (Arimi, 1998) 5. Basa-basi Polar Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. (Arimi, 1998)

23 8 6. Konteks Konteks tuturan dapat diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur. (Arimi, 1998)

24 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini akan menguraikan penelitian yang relevan, landasan teori, dan kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topiktopik sejenis yang dilakukan oleh peneliti-peneliti yang lain. Landasan teori berisi tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan analisis dari penelitian ini yang terdiri atas teori pragmatik, fenomena-fenomena pragmatik, kategori fatis, basa-basi sebagai fenomena pragmatik, teori maksud, dan uraian tentang konteks. Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori yang berdasarkan pada penelitian yang relevan dan landasan teori untuk menjawab rumusan masalah. 2.1 Penelitian Relevan Basa-basi dalam kajian ilmu pragmatik saat ini memang belum banyak dikaji oleh peneliti. Penelitian tentang basa-basi dalam ranah keluarga pendidik sejauh yang diketahui oleh peneliti belum pernah dilakukan. Namun, terdapat penelitian yang relevan dengan penelitian yang berkaitan dengan basa-basi berbahasa dalam ranah bangsawan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Fitri Apri Susilo (2014), Sailal Arimi (1998), dan Maria Ulfa T.R. (2012).

25 10 Penelitian Fitri Apri Susilo (2014) berjudul Basa-basi dalam Berbahasa antar Guru Di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014.Dalam penelitian tersebut terdapat dua rumusan masalah yang ingin dikaji oleh peneliti, yaituapa sajakah wujud Basa-basi dalam Berbahasa antar Guru di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014, apa sajakah maksud Basa-basi dalam Berbahasa antar Guru Di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Berdasarkan tiap pemaparan hasil analisis terhadap kedua permasalahan dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa: peneliti menemukan delapan wujud Basa-basi Berbahasa antar Guru Di SMP N 12 Yogyakarta yang ditinjau dari kategori Acknowledgment-nya terdiri dari delapan subkategori. Kedelapan subkategori tuturan basa-basi tersebut adalah (1) Apologize (meminta maaf), (2) Condole (belasungkawa), (3) Congratulate (mengucapkan salam), (4) greet (memberi salam), (5) thanks (berterimakasih), (6) bid (meminta/mengundang), (7) accept (menerima), (8) reject (menolak). Apologize (meminta maaf) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan penyesalan. Condole (bela sungkawa) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan rasa simpati karena musibah yang dialami oleh mitra tutur. Congatulate (mengucapkan selamat) yaitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan karena ada kabar baik. Greet (memberi salam) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena bertemu seseorang. Thanks (berterima kasih) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih karena mendapat bantuan. Bid (meminta) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan

26 11 dengan masa depan seseorang akan terjadi. Accept (menerima) yaitu fungsi tuturan untuk menerima (menghargai) basa-basi dari mitra tutur. Reject (menolak) yaitu fungsi tuturan untuk menolak (melanggar) basa-basi dari mitra tutur. Penelitian Sailal Arimi (1998) berjudul Basa-Basi Dalam Masyarakat Bahasa Indonesia. Penelitian ini bertujuan: (1) mendapatkan gambaran tentang etnografi berbasa-basi bagi penutur bahasa Indonesia, dan memperoleh pengetahuan yang memadai tentang aturan, atau kaidah penyampaian basa-basi dalam bahasa Indonesia, (2) mendapatkan kejelasan kembali atas fungsi basa-basi, (3) menemukan jenis-jenis basa-basi, distribusinya dalam wacana interaktif, beserta hubungannya dengan strategi berbasa-basi yang tepat, dan (4) menemukan kekhasannya dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan tujuan penelitian yang dilakukan oleh Sailal Arimi, menghasilkan beberapa kesimpulan. Basa-basi sebagai tuturan rutin yang tidak mementingkan informasi merupakan simbol tindakan sosial secara verbal untuk bertegur sapa, bersopan-santun, dan beramah tamah guna menciptakan hubungan solidaritas dan harmonisasi antar penutur. Masyarakat penutur membutuhkan basabasi dikaitkan dengan hakikat fungsi interaksional baik untuk membina dan/atau mempertahankan hubungan sosial antar penutur. Dari sudut relasi sosial antarpenutur yang dihasilkan (outcome), bagi penutur basa-basi merupakan upaya untuk memperoleh rasa solidaritas dan harmonisasi dengan mitra tutur. Dari sudut fungsi hakiki bahasa, basa-basi merupakan sejemput fenomena bahasa yang berfungsi sebagai pemelihara kerja sama dan sangat reflektif. Basa-basi dalam masyarakat

27 12 bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua jenis, yaitu basabasi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapan-ungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basa-basi keteralamian, dan basa-basi keakraban. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basabasi polar sosial dan basa-basi polar personal. Basa-basi bersifat universal sehingga menghasilkan kekhasan-kekhasan yang bersumber dari kebiasaan berbahasa dan sistem bahasa. Pengalihan pragmatis berdasarkan kekhasan-kekhasan tersebut dari satu bahasa ke bahasa lain (dalam hal ini bahasa Indonesia ke bahasa inggris atau sebaliknya) dapat menimbulkan kegagalan atau konflik komunikasi. Penelitian Maria Ulfa T.R. (2012) berjudul Tipe Basa-Basi Dalam Dialog Sinetron Si Doel Anak Sekolahan. Dalam penelitian tersebut terdapat beberapa masalah yaitu (1) dialog mana saja yang tergolong basa-basi, (2) apa saja topik basabasi yang dipergunakan pada dialog sinetron SDAS, (3) bagaimanakah tipe penggunaan basa-basi dalam sinetron SDAS berdasarkan suasana, dan (4) bagaimana efek basa-basi terhadap interaksi sosial dalam sinteron SDAS. Dari beberapa rumusan masalah tersebut, maka peneliti ingin mengetahui dialog mana saja yang tergolong basa-basi, mendapatkan kejelasan tentang topik basa-basi yang dipergunakan pada sinetron SDAS, menemukan tipe penggunaan basa-basi dalam

28 13 sinetron SDAS berdasarkan suasana, dan menemukan efek basa-basi terhadap interaksi sosial dalam sinetron SDAS. Dari penelitian tersebut tuturan basa-basi pada sinetron SDAS memiliki topik yang khas, seperti topik keadaan, topik aktifitas, topik julukan, topik keselamatan, topik tujuan, topik kehadiran, topik jasa, topik perilaku, topik perpisahan, topik kesepakatan, topik waktu, dan topik identitas. Selain itu, basa-basi dalam sinetron SDAS juga memiliki tipe yang juga memiliki karakteristik yang khas. Tipe basa-basi yang berhasil dianalisis yaitu (1) basa-basi apologi, (2) basa-basi salam untuk suasana santai, (3) basa-basi perhatian untuk suasana sibuk, (4) basa-basi persilahan untuk suasana sepi, dan (5) basa-basi pujian untuk suasana gembira. Peneliti juga menemukan empat efek basa-basi terhadap interaksi sosial dalam sinetron SDAS, yaitu (1) efek eksistensi, (2) efek akrab, (3) efek nyaman, dan (4) efek dihargai. Penelitian Rawinda Fitrotul Mualafina (2013) berjudul Basa-Basi Dalam Interaksi Jual Beli Di Pasar Tradisional Kertek Wonosobo. Dalam penelitian tersebut terdapat tiga rumusan masalah yang ingin dikaji oleh peneliti, yaitu bagaimana bentuk, jenis, dan distribusi basa-basi yang digunakan dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek, apa saja faktor-faktor yang melatarbelakangi penggunaan bentuk, jenis, dan distribusi dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek, dan bagaimana fungsi dari penggunaan basa-basi dalam percakapan jual beli di pasar tradisional Kertek. Berdasarkan tiap pemaparan hasil analisis terhadap ketiga permasalahan dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa: (1)basa-basi yang

29 14 digunakan dalam komunikasi di Pasar Kertek Wonosobo ini berbeda dengan basabasi yang digunakan di tempat lain, (2) melalui pembahasan mengenai bentuk dan jenis, diperoleh fakta bahwa suatu kalimat mampu menyampaikan maksud yang berbeda dengan bentuk fisik kalimat tersebut, (3)ujaran basa-basi yang digunakan di Pasar Kertek ini hadir pada tiga posisi dalam struktur percakapan jual beli terjadi, yaitu rangkaian pembukaan atau opening sequences, rangkaian sisipan atau insertion sequences, dan rangkaian penutup atau closing sequences, (4)sebagai salah satu bentuk bahasa dalam masyarakat, penggunaan basa-basi tidak dapat terlepas dari sejumlah faktor sosial tertentu yang berpengaruh terhadap bentuk, jenis, dan distribusi basa-basi yang digunakan dalam sebuah percakapan jual-beli, (5) melalui enam fungsi yang ditemui dalam penggunaan basa-basi diketahui bahwa meskipun kehadirannya manasuka dan tidak mengandung informasi yang baru, kedudukan penggunaan basa-basi dalam percakapan tetaplah penting dalam kaitannya dengan fungsi secara sosial. Dari keempat penelitian yang relevan tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Kesamaaan dengan penelitian-penelitian yang relevan sebelumnya terletak pada objek yang sama yaitu basa-basi berbahasa. Bahkan penelitian yang dilakukan oleh Fiti Apri Susilo terdapat rumusan masalah yang hampir sama dengan peneliti yaitu mengkaji tentang bentuk basa-basi berbahasa. Akan tetapi, tentu terdapat perbedaan dengan penelianpenelitian yang sudah ada sebelumnya. Perbedaan ini yakni terletak pada subjek

30 15 penelitian. Penelitian yang berudul Basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di desa junggul, bandungan, jawa tengah menggunakan subjek keluarga pendidik yang tinggal di Desa Junggul, dalam penelitiannya. Hal inilah yang membedakan dengan dengan peneliti-peneliti sebelumnya, dimana penelitian yang terdahulu belum ada yang menggunakan subjek yang sama dengan peneliti. 2.2 Kajian teori Pragmatik Rahardi (2003:10) mengatakan bahwa pragmatik merupakan cabang dari linguistik yang mempelajari dan mendalami apa saja yang termasuk di dalam struktur bahasa sebagai alat komunikasi dan interaksi antara si penutur dengan sang mitra tutur, serta sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa yang sifatnya ekstralinguistik atau luar bahasa. Dari definisi beberapa ahli tersebut, dapatlah dikatakan bahwa pragmatik merupakan ilmu kebahasaan yang mengkaji maksud sebuah tuturan dengan mengacu dari unsur luar bahasa, dalam hal ini adalah konteks situasi dan lingkungan di mana tuturan itu terjadi. Kajian ilmu pragmatik sangat dipengaruhi oleh konteksnya. Sebagai cabang ilmu linguistik, pragmatik sangatlah penting dalam kajian ilmu kebahasaan. George (1964) dalam Rahardi (2003:12) telah menunjukkan bahwa ilmu bahasa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya adalah ilmu tentang makna bahasa, dalam kaitan dengan keseluruhan perilaku umat manusia dan tanda-tanda atau lambang-lambang bahasa yang ada di sekelilingnya. Terhadap tanda atau lambang

31 16 bahasa yang mencuat di sekelilingnya itu, manusia akan selalu akan bereaksi dengan aneka kemungkinan sikap dan variasi tindakan atau perilakunya. Kemudian Yule (2006:3-4) mengatakan bahwa pragmatik merupakan studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh pendengar. Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dalam situasi tertentu. Cruse (2000:16) dalam Cummings (2007:2) memaparkan bahwa pragmatik dapat dianggap berurusan dengan aspek-aspek informasi yang disampaikan melalui bahasa yang tidak dikodekan oleh konvensi yang diterima secara umum dalam bentuk-bentuk linguistik yang digunakan, tetapi yang juga muncul secara alamiah dari dan tergantung pada makna-makna yang dikodekan secara konvesional dengan konteks tempat penggunaan bentuk-bentuk tersebut. Levinson (1977) dalam Sudaryanto (2010:118) memaparkan beberapa definisi pragmatik antara lain: Pragmatics is the study of those relations between language and context that are gramaticalized, or encoded in the structure of language (Pragmatik adalah kajian ihwal hubungan antara bahasa dan konteks yang digramatikalisasikan atau dikodekan di dalam struktur bahasa). Pragmatics is the

32 17 study of relations between language and context that a basic to an account of language understanding (Pragmatik adalah kajian ihwal hubungan antara bahasa dan konteks yang merupakan dasar bagi penjelasan tentang pemahaman bahasa). Pragmatics is study of the ability of language users to pair sentences with thw context in which they whould be appropriate (Pragmatik adalah kajian ihwal kemampuan pengguna bahwa bahasa untuk menyesuaikan kalimat dengan konteks sehingga kalimat itu patut atau tepat diujarkan Konteks Istilah konteks sering digunakan untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai salah satu petunjuk untuk lebih memahami masalah arti bahasa. Situasi itu dapat formal dan informal. Kata konteks lebih luas jangkauannya. Konteks itu mencakup pengertian situasi tetapi ditambah dengan pengertian lain. Konteks dari sebuah kata atau bicara dapat meliputi seluruh latar belakang sosial dari masyarakat bahasa itu. Bila kita membaca kata-kata tertentu dalam sebuah buku, kadang-kadang kita kurang kurang memahami kata itu tanpa memahami isi buku itu secara keseluruhan. Dapat dikatakan bahwa konteks daripada kata-kata itu tadi adalah semua kata-kata yang digunakan dalam buku itu. Konteks itu bisa berupa bahasa dan bukan bahasa, keduaduanya dapat mempengaruhi arti bahasa. (Anwar, 1984: 44-45) Cumming (2005:5) mengatakan bahwa kita tidak dapat mendapatkan definisi pragmatik yang lengkap bila konteksnya tidak disebutkan. Gagasan tentang konteks

33 18 berada di luar pengejawantahannya yang jelas seperti latar fisik tempat dihasilkannya suatu ujaran yang mencakup faktor-faktor linguistik, sosial dan epistemis. Meskipun peran konteks dalam bahasa sudah lama diketahui, akan tetapi baru sekaranglah kontribusi faktor-faktor konteks terhadap proses argumentasi diselidiki secara serius oleh para ahli pragmatik. Rahardi (2003:20) mengemukakan bahwa konteks tuturan dapat diartikan sebagai semua latar belakang pengetahuan (background knowledge) yang diasumsikan sama-sama dimiliki dan dipahami bersama oleh penutur dan mitra tutur, serta yang mendukung interpretasi mitra tutur atas apa yang dimaksudkan oleh si penutur itu di dalam keseluruhan proses bertutur. Konteks sangat penting dalam memahami suatu tuturan, ia tidak menelaah struktur bahasa secara internal melainkan secara eksternal. Konteks itu bisa berupa bahasa dan bukan bahasa, kedua-duanya dapat mempengaruhi arti bahasa itu.istilah konteks sering digunakan untuk menerangkan peristiwa bahasa sebagai salah satu petunjuk untuk lebih memahami masalah arti bahasa (Anwar, 1984: 44). Gumperz dan Hymes (dalam FX Nadar, 2009:7) menyatakan bahwa aspek tutur ada delapan yang dapat dibuat akronim menjadi SPEAKING yaitu settings, participants, ends, act of sequence, keys, instrumentalities, norms, dangenres (tempat, peserta tutur, tujuan tuturan, urutan tuturan, cara, media, norma yang berlaku, dan genre). Settings adalah tempat dan waktu terjadinya pertuturan, termasuk di dalamnya kondisi psikologis dan cultural yang menyangkut pertuturan tersebut.

34 19 Participant menyangkut peserta tutur. Ends menunjuk pada tujuan yang ingin dicapai dalam suatu situasi tutur. Acts of sequence menunujuk pada saluran tutur yang dapat merupakan lisan maupun tertulis. Key menunujukkan cara dari pertuturan yang dilangsungkan. Instrumentalities menunjukkan penggunaan kaidah berbahasa dalam pertuturan. Norms adalah norma atau tuturan dalam berinteraksi. Genre adalah kategori tuturan yang dapat merupakan puisi, surat, artikel, dan sebagainya. Leech (1983) dalam Sudaryanto (2010:119) menjelaskan konteks sebagai salah satu komponen dalam situasi tutur. Menurut Leech, konteks didefinisikan sebagai aspek-aspek yang berkaitan dengan lingkungan fisik dan sosial sebuah tuturan. Leech menambahkan dalam definisinya tentang konteks yaitu sebagai suatu pengetahuan latar belakang yang secara bersama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur, dan konteks ini membantu petutur manfsirkan atau menginterpretasikan maksud tuturan penutur. Yule (1996) dalam Sudaryanto (2010:120) membahas konteks dalam kaitannya dengaan kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi referen-referen yang bergantung pada satu atau lebih pemahaman orang itu terhadap ekspresi yang diacu. Berkaitan dengan penjelasan tersebut. Yule membedakan konteks dengan

35 20 koteks. Konteks ia definisikan sebagai lingkungan fisik dimana sebuah kata dipergunakan. Cutting (2008) dalam Sudaryanto (2010:122) menjelaskan konteks adalah pengetahuan ihwal dunia fisik dan sosial serta faktor-faktor sosio-psikologis yang memengaruhi komunikasi sebagaimana pengetahuan waktu dan tempat di dalam katakata yang dituturkan atau dituliskan. Konteks merupakan pengetahuan yang dimiliki bersama penutur dan petutur. Cutting membagi konteks menjadi tiga macam, yaitu konteks situasional, konteks pengetahuan latar, dan koteks. Konteks situasional berkaitan dengan situasi tempat interaksi tuturan, apakah penutur mengetahui ihwal apa yang dapat mereka lihat di sekelilingnya. Konteks pengetahuan latar berkaitan dengan apakah penutur dan petutur saling mengetahui ihwal budaya dan interpersonal Fenomena-fenomena Pragmatik Dalam ilmu pragmatik terdapat empat fenomena pragmatik yang telah disepakati, yaitu (1) deiksis, (2) praanggapan (presupposition), (3) implikatur percakapan (conversational implicature), dan (4) tindak ujaran (speech acts), (Purwo, 1990:17) Deiksis Menurut Yule (2006: 13) deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Salah satu hal

36 21 mendasar yang kita lakukan dengan tuturan. Deiksis berarti penunjukkan melalui bahasa. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan penunjukkan disebut ungkapan deiksis. Yule (2006:13-15) membagi deiksis menjadi tiga, yaitu deiksis persona (kata ganti orang pertama saya, orang kedua kamu, dan orang ketiga dia laki-laki, dia perempuan, atau dia barang/ sesuatu ), deiksis tempat ( di sini dan di sana ), dan deiksis waktu ( pekan depan, pekan yang lalu, pekan ini, kemarin, hari ini, nanti malam, sekarang, dan kemudian ). Purwo (1990:17) menjelaskan bahwa kata seperti saya, sini, sekarang adalah kata-kata yang deiktis. Kata-kata tersebut tidak memiliki referen yang tetap. Berbeda halnya dengan kata rumah, kertas, kursi, di tempat manapun, pada waktu kapan pun, referen yang diacu tetaplah sama. Akan tetapi, referen dari kata saya, sini, sekarang barukah dapat diketahui pula siapa, di tempat mana, dan pada waktu kapan kata-kata itu diucapkan. Kushartanti (2005:111) menjelaskan bahwa deiksis adalah cara merujuk pada suatu hal yang berkaitan dengan erat dengan konteks penutur. Dengan demikian, ada rujukan yang berasal dari penutur, dekat dengan penutur, dan jauh dari penutur. Ada tiga jenis deiksis, yaitu deiksis ruang, deiksis persona, dan deiksis waktu Praangaapan Sebuah tuturan dapat dikatakan praanggapan tuturan yang lain apabila ketidakbenaran tuturan yang dipresuposisikan mengakibatkan kebenaran atau

37 22 ketidakbenaran tuturan yang mempresuposisikan tidak dapat dikatakan. Tuturan yang berbunyi Mahasiswa tercantik di kelas itu pandai sekali. Mempraanggapkan adanya seseorang mahasiswa yang berparas sangat cantik. Apabila pada kenyataannya memang ada seorang mahasiswa yang berparas sangat cantik di kelas itu, tuturan di atas dapat dinilai benar atau salahnya. Sebaliknya, apabila di dalam kelas itu tidak ada seorang mahasiswa yang berparas cantik, tuturan tersebut tidak dapat ditentukan benar atau salahnya. (Rahardi, 2005: 42) periksa di dalam Wijana (1996) dan Kaswanti Purwo (1990). Preposisi merupakan kajian dalam lingkup semantik, namun dalam perkembangannya para linguis cenderung berpendapat bahwa kajian preposisi dalam lingkup semantik saja tidak dapat memuaskan mereka, sehingga kajian presuposisi bergeser ke wilayah pragmatik (Nadar, 2009:63). Levinson dalam Nadar (2006:64-65) menyatakan bahwa preposisi pragmatik merupakan inferensi pragmatik yang sangat sensitif terhadap faktor-faktor konteks, dan membedakan terminologi preposisi menjadi dua macam. Pertama, kata presuposisi sebagai terminologi umum dalam penggunaan bahasa inggris sehari-hari, serta kata presuposisi sebagai terminologi teknis dalam kajian pragmatik. Di bandingkan dengan luasnya makna preposisi secara umum dalam penggunaan sehari-hari, makna preposisi dalam pragmatik relatif lebih sempit. Preposisi dapat dijelaskan sebagai berbagai inferensi atau asumsi pragmatik yang nampaknya dibangun menjadi ungkapan linguistik.

38 Implikatur Di dalam pertuturan yang sesungguhnya, penutur dan mitra tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka berdua memiliki semacam kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat semacam kontrak percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling dimengerti. Grice (1975) di dalam artikelnya yang berjudul Logic and Conversation menyatakan bahwa sebuah tuturan dapat mengimplikasikan proposisi yang bukan merupakan bagian dari tuturan tersebut. Proposisi yang diimplikasikan itu dapat disebut dengan implikatur percakapan. Tuturan yang berbunyi Bapak datang, jangan menangis! Tidak semata-mata dimaksudkan untuk memberitahukan bahwa sang ayah sudah datang dari tempat tertentu. Si penutur bermaksud memperingatkan mitra tutur bahwa sang ayah yang bersikap keras dan sangat kejam itu akan melakukan sesutau terhadapnya apabila ia masih terus menangis. Dengan perkataan lain, tuturan itu mengimplikasikan bahwa sang ayah adalah orang yang keras dan sangat kejam dan sering marah-marah pada anaknya yang sedang menangis. Di dalam implikatur, hubungan antara tuturan yang sesungguhnya dengan maksud yang tidak dituturkan itu bersifat tidak mutlak. Inferensi maksud tuturan itu harus didasarkan pada konteks situasi tutur yang mewadahi munculnya tuturan tersebut. (Rahardi, 2005: 42-43), periksa Bambang Kaswanti (1990) dan Wijana (1996). Menurut Levinson (183) dalam Hamid Hasan (2011:73), ada empat faedah konsep implikatur, yaitu:

39 24 a) Dapat memberikan penjelasan makna atau fakta-fakta kebahasaan yang tak terjangkau oleh teori linguistic; b) Dapat memberikan penjelasan yang tegas tentang perbedaan lahiriah dari yang dimaksud si pemakai bahasa; c) Dapat memberikan pemerian semantic yang sederhana tentang hubungan klausa yang dihubungkan dengan kata penghubung yang sama; d) Dapat memerikan bebagai fakta yang secara lahiiah kelihatan tidak berkaitan, malah berlawanan (seperti metafora) Tindak Ujaran Tindak tutur diklasifikasikan menjadi 5 jenis fungsi umum, yaitu deklarasi, presentatif, ekspresi, direktif, dan komisif (Yule, 2006: 92-94). Deklarasi adalah jenis tindak tutur yang mengubah dunia melalui tuturan. Contoh 1: Wasit: Anda ke luar! Seperti contoh 1 menggambarkan, penutur harus memiliki peran institusional khusus, dalam konteks khusus, untuk menampilkan suatu deklarasi secara tepat. Pada waktu menggunakan deklarasi penutur mengubah dunia dengan kata-kata. Representatif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan apa yang diyakini penutur kasus atau bukan. Contoh 2: Bumi itu datar. Pernyataan suatu fakta, penegasan, kesimpulan, dan pendeskrisian, seperti yang digambarkan dalam contoh 2, merupakan contoh dunia sebagai sesuatu yang diyakini oleh penutur yang menggambarkannya. Pada waktu menggunakan sebuah representatif, penutur mencocokkan kata-kata dengan dunia (kepercayaannya).

40 25 Tindak tutur selanjutnya yaitu ekspresif. Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Tindak tutur itu mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis dan dapat berupa pernyataan kegembiraan, kesulitan, kesukaan, kebencian, kesenangan, atau kesengsaraan. Contoh 3: Sungguh, saya minta maaf. Seperti yang digambarkan dalam contoh 3, tindak tutur mungkin disebabkan oleh sesuatu yang dilakukan oleh penutur atau pendengar, tetapi semuanya menyangkut pengalaman penutur. Pada waktu menggunakan ekspresif penutur menyesuaikan kata-kata dengan dunia (perasaannya). Direktif adalah jenis tindak tutur yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain mengatakan sesuatu. Jenis tindak tutur ini menyatakan apa yang menjadi keinginan penutur. Tidak tutur ini meliputi; perintah, pemesanana, permohonan, dan pemberian saran. Contoh 4: Jangan menyentuh itu! Seperti yang digambarkan dalam contoh 4, bentuknya dapat berupa kalimat positif dan negatif. Pada waktu menggunakan direktif penutur berusaha menyesuaikan dunia dengan kata (lewat pendengar). Tindak tutur berikutnya ialah komisif. Komisif adalah jenis tindak tutur yang dapat dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Tindak tutur ini dapat berupa; janji, ancaman, penolakan, dan ikrar. Contoh 5: Kami tidak akan melakukan itu. Seperti ditunjukkan dalam contoh 5, dapat ditampilkan sendiri oleh penutur atau penutur sebagai anggota kelompok. Pada waktu

41 26 menggunakan komisif, penutur berusaha untuk menyesuaikan dunia dengan katakata (lewat penutur). Dengan mendasarkan gagasan pendahulunya, yakni Austin (1962), John R. Searle (1969) dalam buku Speech Acts: An Essay in The Philisophy of Language menyatakan bahwa pada praktik penggunaan bahasa yang sesungguhnya itu terdapat tiga macam tindak tutur. Ketiga macam tindak tutur atau speech acts itu secara berturut-turut dapat disebutkan seperti berikut ini: (1) tindak lokusioner (locutionary acts), (2) tindak ilokusioner (illocutionary acts), dan (3) tindak perlokusioner (perlocutionary acts). 1. Tindak Lokusioner (locutionary acts) Tindak tutur lokusioner adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan kalimat, sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa, dan kalimat itu sendiri. Adapun tindak tutur lokusioner itu dapat dinyatakan dengan ungkapan the act of saying something. Di dalam tindak lokusioner itu sama sekali tidak dipermasalhkan dalam ihwal maksud tuturan yang idsampaikan oleh penutur. Jadi sekali lagi perlu dikatakan bahwa tindak tutur lokusioner itu adalah tindak menyampaikan informasi yang disampaikan oleh penutur. 2. Tindak Ilokusioner (illocutionary acts) Tindak ilokusioner ini merupakan tindak melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu di dalam kegiatan bertutur yang sesungguhnya. Tindak tutur ilokusioner dapat dinyatakan dengan ungkapan dalam bahasa

42 27 Inggris, the act of doing something. Jadi, ada semacam daya atau force di dalamnya yang dicuatkan oleh makna dari sebuah tuturan. 3. Tindak perlokusioner (perlocutionary acts) Tindak perlokusioner ini merupakan tindak menumbuhkan pengaruh kepada sang mitra tutur oleh penutur. Tindak perlokusioner dapat dinyatakan dengan ungkapan dalam bahasa Inggris, the act of affecting someone. (cf. Wijana, 1996); Rahardi, 2004;, dan Rahardi; 2006). Rahardi, 2009: Basa-basi sebagai Fenomena Pragmatik Abdul Chaer dan Leonie Agustina (2004:16) menjelaskan bahwa ungkapanungkapan yang digunakan dalam fatik atau yang dikenal dengan basa-basi, biasanya sudah berpola tetap, seperti pada waktu berjumpa, pamit, membicarakan cuaca, atau menanyakan keadaan keluarga. Ungkapan-ungkapan yang digunakan tidak dapat diartikan atau diterjemahkan secara harfiah. Misalnya, dalam bahasa Indonesia ada ungkapan seperti Apa kabar?, Bagaimana kabar keluarga di rumah?, Mau kemana nih?, dan sebagainya. Oleh karena itu, penggunaan suatu bahasa tidak akan lepas dari basa-basi, namun hanya berbeda kadar penggunaannya. Penggunaan paling besar dalam percakapan yang bertujuan untuk memelihara komunikasi, dimana ungkapan itu hanya uuntuk bersopan santun dan tidak untuk menyampaikan informasi. Malinowski dalam tesis Arimi (1998) mengatakan basa-basi digunakan sebagai kata anonim berarti bahwa kata ini bukanlah jenis kata contrived, dibuat-buat

43 28 atau yang tidak alamiah. Akan tetapi, istilah basa-basi justru mengacu pada pemakaian bahasa yang benar-benar alamiah (naturally occuring language) yang meresap pada konteks sosial-budaya Indonesia. Malinowski mempertegas fungsi basa-basi (phatic communion), untuk mengikat antara pembaca dan pendengar. Dikatakannya fungsi tersebut bukanlah merupakan alat pencerminan bahasa tetapi sebagai modus tindakan (antarpenutur). Lengkapnya ia mengatakan sebagai berikut: it consists in just this atmosphere of sociability and in the fact personal communion of these people. But this is in fact achieved by speech, and the situation in all such cases is created by the exchanged of word, by the specific feelings which form convivial gregariousness, by the give and take of utterances which make up ordinary gossip. Each utterances is an act serving the direct aim of binding hearer to speaker sentiment or other. Once more, language appears to us in this function not as isntrument of reflection but a mode of action. Malinowski (1923:315) dalam tesis Waridin (2008:13) mendefinisikan phatic communion sebagai a type of speech in which ties of union are created by a mere exchange of word. Phatic communion mempunyai fungsi sosial. Phatic communion digunakan dalam suasana ramah tamah dan dalam ikatan personal antar peserta komunikasi. Situasi tersebut diciptakan dengan pertukaran kata-kata dalam pembicaraan ringan, dengan perasaan tertentu untuk membentuk hidup bersama yang menyenangkan. Masyarakat modern melakukan ramah-tamah secara tulus (pure sociabilities) dan bercakap-cakap dengan ringan (gossip) sama seperti suku primitif.

44 29 Menurut Malinowski phatic communion yang digunakan suku primitif dan masyarakat modern berfungsi memantapkan ikatan personal diantara perserta komunikasi semata-mata karena adanya kebutuhan akan kebersamaan, dan tidak bertujuan mengomunikasikan ide. Malinowski dalam tesis Arimi mengatakan basabasi digunakan sebagai kata anonim berarti bahwa kata ini bukanlah jenis kata contrived, dibuat-buat atau yang tidak alamiah. Akan tetapi, istilah basa-basi justru mengacu pada pemakaian bahasa yang benar-benar alamiah (naturally occuring language) yang meresap pada konteks sosial-budaya Indonesia. Malinowski mempertegas fungsi basa-basi (phatic communion), untuk mengikat antara pembaca dan pendengar. Dikatakannya fungsi tersebut bukanlah merupakan alat pencerminan bahasa tetapi sebagai modus tindakan (antarpenutur). Lengkapnya ia mengatakan sebagai berikut: it consists in just this atmosphere of sociability and in the fact personal communion of these people. But this is in fact achieved by speech, and the situation in all such cases is created by the exchanged of word, by the specific feelings which form convivial gregariousness, by the give and take of utterances which make up ordinary gossip. Each utterances is an act serving the direct aim of binding hearer to speaker sentiment or other. Once more, language appears to us in this function not as isntrument of reflection but a mode of action. Arimi (1998) dalam tesisnya membagi tuturan basa-basi yang dipakai dalam masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atas dua

45 30 jenis, yaitu basa-basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapanungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi murni keniscayaan, basabasi keteralamian, dan basa-basi keakraban. Basa-basi polar adalah tuturan yang berlawanan dengan realitasnya, dimana orang harus memilih tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basa-basi polar personal. Berikut ini contoh pemakaian basa-basi murni dan basa-basi polar. Contoh: 17. Pak Ahmad : Selamat pagi, pak. Silakan mampir dulu? Pak Andi : Selamat pagi juga, pak Ahmad. Iya pak, terima kasih lain kali saja. Pada dialog (17) konteksnya ketika Pak Andi sedang berjalan di depan rumah Pak Ahmad dan Pak Ahmad sedang duduk-duduk di depan rumah. Tuturan tersebut termasuk basa-basi karena digunakan ketika Pak Ahmad bertemu dengan Pak Andi. Ungkapan selamat pagi dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang menandai realitas siang dan ungkapan tersebut merupakan basa-basi murni. Kemudian pada tuturan silakan mampir dulu? menunjukkan tuturan yang tidak sebenarnya karena Pak Ahmad melihat Pak Andi sedang berjalan di depan rumahnya. Tuturan iya pak, terima kasih lain kali saja menunjukkan tuturan yang tidak

46 31 sebenarnya, karena tuturan Pak Andi bukan bersungguh-sungguh menyakinkan tuan rumah bahwa dia akan mampir, melainkan hanya untuk sopan santun menolak untuk mampir di rumah Pak Ahmad dan tuturan tersebut merupakan basa-basi polar. Penelitian Fitri Apri Susilo (2014) berjudul Basa-basi dalam Berbahasa antar Guru Di SMP N 12 Yogyakarta Tahun Ajaran 2013/2014. Dalam penelitian tersebut terdapat tuturan yang termasuk acknowledgements adalah sebagai berikut: a) Apologize (meminta maaf) Apologize (meminta maaf) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan penyesalan sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur menyesal telah melakukan kesalahan terhadap mitra tutur. b) Condole (belasungkawa) Condole (belasungkawa) yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan rasa simpati karena musibah yang dialami oleh mitra tutur sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur bersimpati dengan mitra tutur yang mengalami musibah. c) Congratulate (mengucapkan selamat) Congratulate (mengucapkan selamat) yaitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan karena adanya kabar baik sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur senang dengan sesuatu yang diraih oleh mitra tutur. d) Greet (memberi salam) Greet (memberi salam) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena bertemu seseorang.

47 32 e) Thanks (berterimakasih) Thanks (berterimakasih) yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih karena mendapat bantuan sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur benar-benar mengucapkan terima kasih kepada mitra tutur. f) Bid (meminta/mengundang) Bid (meminta) yaitu fungsi tuturan untuk mengekpresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan sesorang akan terjadi sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur berharap dengan yang dilakukan mitra tutur akan baik atau menyenangkan. g) Accept (menerima) Accept (menerima) yaitu fungsi tuturan untuk menerima (menghargai) basabasi dari mitra tutur sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur menghargai dengan apa yang dilakukan oleh mitra tutur. h) Reject (menolak) Reject (menolak) yaitu fungsi tuturan untuk menolak (melanggar) basa-basi dari mitra tutur sehingga mitra tutur percaya bahwa penutur kurang menghargai apa yang diharapkan oleh mitra tutur. Komponen dan klasifikasi tindak tutur ilokusi komunikatif tersebut dapat digunakan sebagai faktor pendukung dalam melakukan analisis basa-basi bahasa.

48 Kerangka Berpikir Basa-basi merupakan sebuah fenomena baru dalam studi pragmatik. Basa-basi berbahasa muncul dari perkembangan pengguna bahasa yang digunakan untuk memulai atau mempertahankan hubungan sosial antara penutur dan lawan tutur dalam kehidupan sehari-hari. Basa-basi berbahasa biasanya muncul di dalam masyarakat, bahkan pada keluarga pendidik. Sekarang, dalam ranah keluarga pendidik, basa-basi banyak digunakan untuk memperkokoh dan mempertahankan hubungan antar penutur dan lawan tutur di ranah keluarga pendidik. Hal inilah yang menjadi fenomena baru dalam studi pragmatik dan menjadi kajian dari penelitian ini, yaitu basa-basi berbahasa dalam ranah keluarga pendidik, khususnya basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Desa junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan beberapa teori basa-basi serta teori-teori yang mendukung untuk menguraikan tuturan basa-basi antarkeluarga pendidik. Pertama, Malinowski (1923:315) dalam tesis Waridin (2008:13) mendefinisikan phatic communion sebagai a type of speech in which ties of union are created by a mere exchange of word. Kedua, Jakobson (1980) dalam tesis Waridin (2008:15) mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan. Menurut Jakobson (1980:81) dalam tesis Waridin

49 34 (2008:16), mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan. Ketiga, Searle (1976 : 1-24) mengatakanan bahwa jenis tindak tutur yang merupakan salah satu fenomena teori pragmatik. Dalam fenomena tindak tutur, terdapat tiga bagian yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Keempat, Geoffrey Leech (1983: 8 ) menyatakan bahwa pragmatik adalah ilmu tentang maksud dalam hubungannya dengan situasi-situasi (speech situation). Kelima, Anwar (1984:46) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan sejemput kata-kata yang dipakai untuk sekedar memecah kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik dan sebagainya, sehingga bahasa tidak hanya digunakan untuk menyampaikan perasaan atau pikiran, untuk membahas sesuatu masalah, untuk membujuk, merayu dan sebagainya. Keenam, Arimi (1998: 95) secara praktis basa-basi didefinisikan sebagai fenomena bahasa yang secara sadar dipakai oleh penutur, akan tetapi secara sadar pula tidak diakuinya ketika ditanyakan kebasa-basian itu. Ketujuh, Harimurti Kridalaksana (1986:111) menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Berdasarkan teori basa-basi tersebut, data yang diperoleh dengan menggunakan metode simak dan cakap ini dideskripsikan dan diinterpretasikan. Metode simak adalah metode dengan menyimak pertutuan langsung maupun tidak

50 35 langsung di dalam ranah pendidikan. Metode cakap adalah metode penyediaan data yang dilakukan dengan cara mengadakan percakapan. Penggunaan dua metode pengambilan data tersebut, peneliti diharapkan dapat memperoleh data yang memadai. Tuturan sebagai data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan metode dan teknik kontekstual. Metode dan teknik analisis kontekstual ini artinya adalah cara analisis yang diterapkan pada data dengan mendasarkan dan mengaitkan dengan konteks (Rahardi, 2009:36). Setelah proses analisis data selesai, penelitian ini menghasilkan wujud basa-basi antara guru dan guru serta maksud basabasi antara guru dan guru dalam ranah pendidikan.

51 36 Berikut ini adalah bagan dari kerangka berpikir yang sudah dipaparkan di atas: FENOMENA BASA-BASI DALAM KAJIAN PRAGMATIK TEORI BASA-BASI MALINOWSKI (1923) JAKOBSON (1980) LEECH (1983) SEARLE (1969) KRIDALAK- SANA (1986) ANWAR (1984) ARIMI (1998) HASIL PENELITIAN WUJUD BASA-BASI DALAM RANAH KELUARGA PENDIDIK MAKSUD BASA-BASI DALAM RANAH KELUARGA PENDIDIK

52 37 Bab III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan dipaparkan mengenai metode penelitian. Hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian meliputi: (1) jenis penelitian, (2) subjek penelitian (3) metode dan teknik pengumpulan data, (4) instrument penelitian, (5) metode dan teknik analisis data, (6) sajian analisis data dan (7) triangulasi. 3.1 Jenis penelitian Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif karena pada langkah awal peneliti mengumpulkan datadata tuturan antara orang tua dan anak di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah, yang mencerminkan fenomena basa-basi. Hal ini berdasarkan definisi Arikunto (2009:234) mengenai penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Arikunto,2009:234). Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi (dalam bentuk kata-kata dan bahasa), pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah

53 38 (Moleong, 2006:6). Sejalan dengan definisi tersebut, dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk memahami tuturan basa-basi yang dituturkan oleh subjek penelitian, kemudian mengkonfirmasikan maksud tuturan tersebut dan mendeskripsikannya secara jelas dan apa adanya. Penelitian Basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di desa junggul, bandungan, jawa tengah. Ini termasuk dalam penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini berisi gambaran basa-basi antaranggota keluarga pendidik yang diperoleh langsung di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba memahami fenomena basa-basi yang digunakan oleh penutur maupun mitra tutur untuk menyampaikan maksud tuturannya. Oleh sebab itulah, tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai suatu pemahaman terhadap penggunaan basa-basi terutama penggunaan bahasa dalam tindakan komunikasi. Subjek penelitian ini adalah Keluarga pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Hal itu dikarenakan di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah dirasa, dapat mewakili tuturan basa-basi dari berbagai status sosial. Latar belakang budaya antar keluarga pendidik tersebut juga dapat menjadikan penelitian ini semakin baik karena dapat mengakomodasi bentuk-bentuk basa-basi berbahasa yang mewakili berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan hal itu, peneliti akan melakukan suatu penelitian dengan judul Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah.

54 Data dan Sumber Data Data dan sumber data penelitian ini adalah keluarga pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Hal itu dikarenakan di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah dirasa dapat mewakili tuturan basa-basi dari beberapa keluarga pendidik. Latar belakang budaya antarkeluarga pendidik yang berbeda-beda tersebut juga dapat menjadikan penelitian ini semakin baik. Dalam penelitian ini, data yang ditemukan oleh peneliti menggunakan bahasa Jawa yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh peneliti. Berdasarkan hal itu, peneliti akan melakukan suatu penelitian dengan judul Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. 3.3 Metode pengumpulan Data Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Peneliti berusaha menggambarkan tentang suatu variabel, gejala atau keadaan secara apa adanya. Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan menguji hipotesis tertentu.melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut. Penelitian deskriptif ini menjadi dasar untuk menguraikan basa-basi berbahasa karena peneliti akan menguraikan peritiwa tutur antaranggota keluarga pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggunakan metode simak dan metode cakap. Mahsun (2005:92) mengungkapkan, metode simak adalah cara yang

55 40 digunakan untuk memperoleh data dengan menyimak penggunaan bahasa, dimana dalam penelitian ini peneliti menyimak keluarga pendidik dalam mengucapkan sebuah tuturan. Metode ini memiliki teknik dasar yang berwujud teknik sadap. Teknik sadap disebut sebagai teknik dasar dalam metode simak karena pada hakikatnya penyimakan diwujudkan dengan penyadapan. Artinya dalam upaya mendapatkan data, peneliti melakukannya dengan menyadap penggunaan bahasa keluarga pendidik di Desa Junggul, Bandungan yang menjadi informan. Dalam praktik teknik sadap diikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik simak libat cakap, simak bebas libat cakap, catat, dan teknik rekam. Teknik simak libat cakap maksudnya si peneliti melakukan penyadapan dengan cara berpartisipasi sambil menyimak, berpartisipasi dalam pembicaraan, dan menyimak pembicaraan. Peneliti dalam penelitian ini menggunakan teknik sadap diikuti dengan teknik lanjutan yang berupa teknik catat. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan metode cakap. Metode cakap ialah cara penyediaan data yang berupa percakapan antara peneliti dengan informan (Mahsun, 2005:95). Metode cakap memiliki teknik dasar berupa teknik pancing, karena percakapan yang diharapkan sebagai pelaksanaan metode tersebut hanya dimunculkan jika peneliti memberi stimulasi (pancingan) pada informan untuk mengetahui maksud kebahasaan yang diharapkan oleh peneliti.teknik dasar tersebut dijabarkan dalam teknik lanjutan, yaitu teknik cakap lanjutan cakap semuka. Pada pelaksanaan teknik cakap semuka peneliti langsung melakukan percakapan dengan penggunaan bahasa sebagai informan dengan bersumber pada

56 41 pancingan yang sudah disiapkan (berupa daftar tanya) atau spontanitas, maksudnya pencingan dapat muncul ditengah-tengah percakapan. Dalam mengaplikasikan teknik ini, peneliti memberikan stimulus pada guru dan guru (informan) sesuai dengan konteks yang mendukung untuk memperoleh sebuah data tuturan basa-basi.teknik ini dapat dilengkapi dengan pencatatan atau perekaman. 3.4 Metode Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode analisis kontekstual, yakni dengan menerapkan dimensi-dimensi konteks dalam menafsirkan data yang telah berhasil dikumpulkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan.metode analisis kontekstual ini dapat disejajarkan dengan metode analisis padan.metode padan itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode padan yang sifatnya intralingual dan metode padan yang sifatnya ekstralingual (cf. Mahsun, 2005 melalui Rahardi 2009: 36). Metode analisis data secara linguistik menggunakan metode padan intralingual yaitu metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda (Mahsun, 2005: 118). Teknik yang digunakan adalah teknik dasar hubung banding yang bersifat lingual.dalam menerapkan teknik intralingual ini, peneliti menggunakan partikel fatis menurut Harimurti Kridalaksana (1986) untuk menganalisis tuturan basa-basi.

57 42 Metode analisis data secara pragmatik menggunakan metode padan ekstralingual yaitu metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat ekstralingual, seperti hal-hal yang menyangkut makna, informasi, konteks tuturan, dan lain-lain. Teknik yang digunakan adalah teknik dasar teknik hubung banding yang bersifat ekstralingual. Seiddel dalam buku Arikunto (2009) analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut: 1. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. 2. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat iktisar, dan membuat indeksnya. 3. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuantemuan umum. Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Peneliti mengumpulkan tuturan yang termasuk ke dalam basa-basi berbahasa. 2. Peneliti mentranskrip tuturan yang telah didapatkan. 3. Peneliti membuat triangulasi dan mengkonfirmasikan pada ahli. 4. Peneliti mendeskripsikan data dan melakukan pembahasan secara pragmatik dan linguistik.

58 43 5. Peneliti menyimpulkan hasil pembahasan ke dalam teori basa-basi dalam kajian pragmatik. 3.5 Trianggulasi Penelitian basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di desa junggul, bandungan, jawa tengahmenggunakan teknik triangulasi untuk memeriksa keabsahan data yang telah diperoleh dari hasil penelitian. Menurut Lexy J. Moleong (1989:195), trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data. Dalam penelitian ini, peneliti membuat trianggulasi dengan tujuan untuk melakukan pengecekan terhadap validitas dan keterpercayaan hasil temuan.trianggulasi dalam penelitian ini menggunakan teknik pemeriksaan yang memanfaatkan peneliti atau pakar dalam penelitian basa-basi untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kesalahan dalam pengumpulan data.peneliti lainnya yang melakukan pengecekan dalam triangulasi penelitian ini ialahdr. Y. Karmin. M. Pd.

59 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi uraian (1) deskripsi data dan (2) pembahasan. Deskripsi data berupa tuturan lisan antaranggota keluarga pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Pada bagian pembahasan berisi uraian atau bahasan dari data yang telah dideskripsikan ada bagian deskripsi data. Kedua hal tersebut akan dipaparkan sebagai berikut. 4.1 Deskripsi Data Data tuturan yang di dalamnya terkandung basa-basi dalam penelitian ini seluruhnya berjumlah 42 tuturan. Keempat puluh dua tuturan yang mengandung basabasi itu diperoleh dari perbincangan antaranggota keluarga dalam lingkup keluarga pendidik. Data dikumpulkan mulai pertengahan April hingga awal Mei 2015 dengan cara mencatat tuturan langsung dan kuisioner. Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diklasifikasikan menurut basa-basinya yakni, basa-basi dalam kategori salam 5 tuturan, terima kasih 6 tuturan, meminta/ mengundang 10 tuturan, menolak 7 tuturan, menerima 7 tuturan, menyatakan maaf 3 tuturan, simpati/ empati - tuturan, dan selamat 4 tuturan.

60 Salam Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori salam (greeting). Subkategori fatis acknowledgment salam (greeting) terdapat 2 tuturan. Kode (A) digunakan untuk menunjuk tuturan subkategori memberi salam. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan A1 P: Selamat pagi, Bapak mangkat sik ya! (Selamat pagi, bapak berangkat dulu ya!) MT: Ya Pak, ati-ati! (Ya Pak, hati-hati) Tuturan A2 P: Kulanuwun, kula pun mantuk nggih! (Permisi, saya sudah pulang ya!) MT: Oh iyo le, leren sik! (Oh iya le, istirahat dulu!) Tuturan A3 P: Ibu, Bapak wis kondur ya! (Ibu, Bapak sudah pulang ya!) MT: Oh,iya, Pak! Tuturan A4 P: Bapak mangkat sik ya! (Bapak berangkat dulu ya!)

61 46 MT: Ya Pak, ati-ati! (Ya Pak, hati-hati!) Tuturan A5 P: Pak, aku meh metu, arep nitip apa? (Pak, aku mau keluar, mau titip apa?) MT: Nitip foto kopi sisan Nok ya! (Nitip foto kopi sekalian Nakya!) Terima Kasih Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori terima kasih. Subkategori fatis acknowledgment terima kasih terdapat 8 tuturan. Kode (B) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori terima kasih.contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan B1 P: Do, Aldo Bapak nggawa panganan iki. Aldo purun boten? (Do, Aldo Bapak bawa makanan ini. Aldo mau atau tidak?) MT: Mau Pak P: *Sambil memberikan bingkisan kepada Aldo* Matur apa hayo? (Bilang apa hayo?) MT: Matur nuwun Bapak, *sambil berlari membawa makanan dari Bapak Tuturan B2 P: Bu, iki mau aku entuk oleh-oleh seka murid (Bu, ini tadi aku dapat oleh-oleh dari murid) MT: Ya ampun, apik men. Mbok nggo aku wae Sar

62 47 (Ya ampun, bagus sekali. Buat aku saja Sar) P: Ya iki nggo Ibu, makane tak gawa mulih (Ya ini buat Ibu, makanya aku bawa pulang) MT: Woalah, iya,ta. Makasih lho! (woalah, iyakah? Makasih lho!) Tuturan B3 P: Le, mau esuk Ibu masak sego goreng, kowe wes maem? (Nak,tadi pagi Ibu masak nasi goreng, kamu sudah makan?) MT: Uwis Bu. (Sudah Bu.) P: Lho, kok ora matur apa-apa, karo Ibu? (Lho kok tidak bilang apa-apa sama ibu?) MT: Oh iya, nuwun Bu, sego gorenge enak. (Oh iya, terima kasih Ibu, nasi gorengnya enak) Tuturan B4 P: Nok, suwun lho Ibu wis didamelke teh. (Nak, terima kasih lho Ibu sudah dibuatkan teh.) MT: Tapi ora kelegen ta Bu? (Tapi tidak kemanisan kan Bu?) Tuturan B5 P: Ris, mbok bapak ditulungi (Ris,tolong bantu bapak) MT: Ya (Ya) P: Nah mbok ngono, nek dijaluki tulung langsung menyat!

63 48 (Gitu dong, kalau diminta tolongi langsung datang!) Tuturan B6 P: Tan, tulung jupukna teh-e bapak nang mburi kae! (Tan, tulung ambilkan teh bapak di belakang itu!) MT: Ya pak (Ya pak) P: Suwun ya Nok (Terima kasih ya Nak) Meminta/Mengundang Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori menerima. Subkategori fatis acknowledgment menerima terdapat 9 tuturan. Kode (C) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori menerima. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan C1 P: Alga, dina iki nang gereja lho, mengko latihan koor karo Bapak. (Alga, hari ini ke gereja lho, nanti latihan koor dengan Bapak.) MT: Ya Pak, dilit neh tak adus. (Iya Pak, sebentar lagi saya mandi.) Tuturan C2 P: Ayo Pak, wis jam pira iki, lek adus, jarene arep nang gereja? (Ayo Pak, sudah jam berapa ini, lekas mandi katanya mau ke gereja?) MT: Iya kosik sedilit neh.

64 49 (Iya sebentar lagi.) Tuturan C3 P: Le, mengko ki ana ngaji lho nang nggone Pak Imam. (Nak, nanti itu ada ngaji lho di tempat Pak Imam.) MT: Iyo Bu, mengko aku mangkat kok, wis dikandani Agil. (Iya Bu, nanti aku berangkat kok, sudah diberitahu Agil.) Tuturan C4 P: Nis, mbok kae adine digoleki sik, wis sore iki, kok durung mulih-mulih. (Nis, tolong adiknya dicari dulu, ini sudah sore, kok belum pulang juga.) MT: Ya Bu, bar iki, nek iklan. (Ya Bu, setelah ini, kalau iklan.) Tuturan C5 P:Ayo Le, jarene arep tuku jajan? (Ayo Nak, katanya mau beli jajan?) MT: (Lari menghampiri penutur) Tuturan C6 P: Ga, Alga Wis awan iki, meh tangi jam piro? (Ga, Alga Sudah siang ini, mau Bangun jam berapa? MT: Iyo Pak, iki lagi ngeempit kemul. (Iya Pak, ini baru melipat selimut) P: Ayo cepet, iki Senin lho, ana upacara! (Ayo cepat-cepat, ini hari Senin lho, ada upacara!) Tuturan C7 P: Bu, ngko sore lunga apa ora?

65 50 (Bu, nanti sore pergi atau tidak?) MT: Ora kok ketoke, ngapa Sar? (Tidak kok sepertinya, kenapa Sar?) P: Mengko nang gereja berarti Bu ya (Nanti ke gereja berarti Bu ya) Tuturan C8 P: Nok, ora njaluk sangu? (Nak, tidak minta uang saku?) MT: Ya njaluk Pak, kan ngenteni Bapak. Hehe (Ya minta Pak, kan nungguin Bapak) P: Iki sangune (Ini uang sakunya) MT: (Menerima uang yang diberikan sambil tersenyum) P: Tapi mengko Bapak diajari ngetik lho! (Tapi nanti Bapak diajarkan ngetik lho!) Tuturan C9 P: Le, lampune nang ngarep kae wis urip? MT: Durung Pak. (Belum Pak) P: Tulung diuripke lampune, mengko peteng. (Tolong dihidupkan lampunya, nanti gelap) Tuturan C10 P: Le, sesuk prei ora nang ngendi- ngendi to?

66 51 (Nak, besok libur tidak pergi kemana-mana kan?) MT: Ora kok Pak. (Tidak kok Pak) P: Tulung terke Bapak nang wisma ya, sesuk Bapak ana rekoleksi. (Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi) MT: Oh iya Pak Menolak Tuturan di bawah ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori menolak. Subkategori fatis acknowledgment menolak terdapat 7 tuturan. Kode (D) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori menolak. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan D1 P: Bu, besok Minggu isa teko nikahan anakke Pak Agus apa ora? (Bu, besok Minggu bisa datang nikahan anaknya Pak Agus atau tidak?) MT: Duh Pak, aku dinas awan sesuk Minggu. (Duh, Pak, saya dinas siang besok Minggu.) Tuturan D2 P: Sar, Sari Ayo maem! (Sar, Sari ayo makan) MT: Ora Bu, ra maem aku, isih wareg. (Tidak Bu, aku tidak makan, masih kenyang.) Tuturan D3 P: Pak, mengko ra teka sanja nang nggone Mas Dedy?

67 52 (Pak, nanti tidak datang sonjo di tempatnya Mas Dedy?) MT: Ora sik ah Bu, kesel aku. (Tidak dulu ah Bu, aku capek.) Tuturan D4 P: Ris, iki kok tv-ne ora isa urip ya? Mbok tulung iki. (Ris, ini kok tv-nya tidak bisa hidup ya? Tolong ini.) MT: Kae lho ana Bapak. (Itu lho ada Bapak.) Tuturan D5 P: Le, kene bapak ndelok biji ulangane wingi (Nak, sini bapak lihat nilai ulangannya kemarin) MT: Sik ah Pak, lagi nggarap PR ki! (Nanti ah Pak, sedang mengerjakan PR!) Tuturan D6 P: Le, mbok tulung aku terke nang pasar sedilit. (Le, tolong antarkan ke pasar sebentar) MT: Sik ah! (Sebentar ah!) Tuturan D7 P: Tan, tulung Ibu dipethuk, Ibu bar sembayangan nang nggone mbah Nah! (Tan, tolong Ibu dijemput, Ibu tadi sembayangan di tempat mbah Nah!) MT: Mbok Mas Pandu wae to Pak! (Mas Pandu saja Pak!)

68 Menerima Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori menerima. Subkategori fatis acknowledgment menerima terdapat 5 tuturan. Kode (E) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori menerima. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan E1 P: Pak, Minggu ngeterke Aldo nang kolam renang ya karo Alga, aku Minggu dinas awan ki. (Pak Minggu antar Aldo ke kolam renang ya dengan Alga, aku Minggu dinas siang.) MT: Ya Bu, esuk wae to ben isa suwe le renang. (Ya Bu, pagi saja ya, biar bisa lama renangnya.) Tuturan E2 P: Sar, dadakan iki, mumpung kowe bali, kowe ngko ngewangi tugas koor gelem apa ora? (Sar, ini dadakan, mumpung kamu pulang, kamu nanti tugas koor mau apa tidak?) MT: Nggone dewe to le tugas Bu? Yo ngkolah tak melu. (Tempat kita yang tugas Bu? Ya nantilah aku ikut) Tuturan E3 P: Le, iki Ibu nggawa bakso, gelem apa ora? (Nak, ini ibu bawa bakso, mau tidak?) MT: Gelem Bu (Mau Bu.) P: Ya rene.

69 54 (Ya sini.) Tuturan E4 P: Bu, iki mau entuk undangan. (Bu, ini tadi dapat undangan.) MT: Oh iya, mau Bapak wis ngomong Nis. (Oh iya, tadi Bapak sudah bilang Nis.) Tuturan E5 P: Ga, mbok nonton TV-ne ditinggal sik, Ibu diewangi disik kae. (Ga, nonton TV-nya nanti lagi, Ibu dibantu dulu itu) MT: Oh iya Pak. (Oh iya Pak) Tuturan E6 P: Le, sesuk prei ora nang ngendi-ngendi to? (Nak, besok libur tidak pergi kemana-mana kan?) MT: Ora kok Pak. (Tidak kok Pak) P: Tulung terke Bapak nang wisma ya, sesuk Bapak ono rekoleksi. (Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi) MT: Oh iya Pak Tuturan E7 P: Pak, Alga mengko bali sore ya. (Pak, Alga nanti pulang sore ya) MT: Loh, ana kegiatan apa?

70 55 (Loh, ada kegiatan apa? P: Mengko meh nang kerja kelompok Pak, nang sekolahan. (Nanti mau kerja kelompok Pak, di sekolahan) Meminta Maaf Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori meminta maaf. Subkategori fatis acknowledgment meminta maaf terdapat 7 tuturan. Kode (F) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori meminta maaf. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan F1 P: Pak, sorry lho mau lali ngentasi pemeane, aku ora ngerti nek mau awan udan, klambine Bapak teles kae. (Pak, maaf lho tadi lupa angkat jemuran, aku tidak tahu kalau tadi siang hujan, bajunya Bapak basah semua itu.) MT: Lah ya wis, diangin-anginke sik wae, ngko kan ya garing. (Lah, ya sudah, diangin-anginkan dulu saja, nanti juga kering.) Tuturan F2 P: Bu, sorry lho aku mau lali nggugah, lha aku ya keturon. (Bu, maaf lho tadi aku lupa bangunin, soalnya aku juga ketiduran.) MT: Rapapa, ngerti kok aku, aku ya wis tangi disik kok. (Tidak apa-apa, tahu kok, aku juga sudah bangun duluan kok.)

71 56 Tuturan F3 P: Bu, la klambiku ndak wes dijipukke? (Bu, apa bajuku sudah diambilkan?) MT: Yaampun Pak, lali aku. Dingapurani Pak lali aku. (Yaampun Pak, aku lupa, maaf Pak.) Selamat Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori mengucapkan selamat. Subkategori fatis acknowledgment mengucapkan selamat terdapat 4 tuturan. Kode (G) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori mengucapkan selamat. Tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan G1 P: Bu, lumayan lho aku wes iso ngelesi murid meneh. (Bu, lumayan lho aku sudah bisa ngajar les murid lagi) MT: Ya syukur Puji Tuhan, selamet yo Sar, muga-muga tambah lancar. (Ya syukur Puji Tuhan, selamat ya Sar, semoga tambah lancar.) Tuturan G2 P: Bu, lumayan lho aku wis isa ngelesi murid meneh. (Bu, lumayan lho aku sudah bisa ngajar les murid lagi) MT: Ya syukur Puji Tuhan, selamet ya Sar, muga-muga tambah lancar. (Ya syukur Puji Tuhan, selamat ya Sar, semoga tambah lancar.) Tuturan G3 P: La kowe ki ngetung dhuite sapa Le?

72 57 (Kamu itu menghitung uangnya siapa Nak?) MT: Ya duitku Bu, aku nyelengi kok (Ya uangku Bu, Aku kan nabung) P: Wah, pinter men, lumayan isa nggo jajan dhewe. (Wah, pintar sekali, lumayan bisa buat jajan sendiri.) Tuturan G4 P: Le, piye? Wis ana kabar seka sekolahan durung? (Nak, bagaimana? Sudah ada kabar dari sekolah belum?) MT: Oh iya Pak, Puji Tuhan aku ketampa kok. (Oh iya Pak, puji Tuhan aku diterima kok.) P: Wah, selamet ya le, muga-muga lancar. (Wah, selamat ya Nak, semoga lancar) 4.2 Analisis Data Di dalam subbab analisis data ini akan dibicarakan dua hal, yakni (1) wujud basa-basi dan (2) maksud basa-basi. Urutan pembahasan tersebut sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah disampaikan pada bagian pendahuluan. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode analisis kontekstual, yakni dengan menerapkan dimensi-dimensi konteks dalam menafsirkan data yang telah berhasil dikumpulkan, diidentifikasi, dan diklasifikasikan. Metode analisis kontekstual ini dapat disejajarkan dengan metode

73 58 analisis padan. Metode padan itu dapat dibedakan menjadi dua, yaitu metode padan yang sifatnya intralingual dan metode padan yang sifatnya ekstralingual (cf. Mahsun, 2005 melalui Rahardi 2009: 36). Metode analisis data secara linguistik menggunakan metode padan intralingual yaitu metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat lingual, baik yang terdapat dalam satu bahasa maupun dalam beberapa bahasa yang berbeda (Mahsun, 2005: 118). Teknik yang digunakan adalah teknik dasar hubung banding yang bersifat lingual. Metode analisis data secara pragmatik menggunakan metode padan ekstralingual yaitu metode analisis dengan cara menghubung-bandingkan unsur-unsur yang bersifat ekstralingual, seperti hal-hal yang menyangkut makna, informasi, konteks tuturan, dan lain-lain. Teknik yang digunakan adalah teknik dasar teknik hubung banding yang bersifat ekstralingual Salam Basa-basi salam merupakan subkategori dari basa-basi berbahasaacknowledgement. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa tuturan lisan basa-basi.berikut ini adalah beberapa analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Tuturan A1 P: Selamat pagi, bapak mangkat sik ya! (Selamat pagi, bapak berangkat dulu ya!)

74 59 MT: Ya pak, ati-ati! (Ya pak, hati-hati) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan A1 menggunakan dua bahasa, yaitu menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya dengan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tamu pada pagi hari. Penutur merupakan seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memulai pembicaraan dengan berpamitan kepada mitra tutur. Makna pada tuturan A1: Penutur memberi salam dan berpamitan kepada mitra tutur. Informasi: Penutur memberikan salam kepada mitra tutur dan berpamitan untuk berangkat ke sekolah. Tuturan A2 P: Kula nuwun, kula pun mantuk! (Permisi, saya sudah pulang!) MT: Oh iyo le, leren sik! (Oh iya nak,istirahat dulu!) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan A2 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya dengan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: Tuturan terjadi di ruang tamu pada siang hari, saat penutur pulang dari sekolahan. Penutur seorang guru SDN Jubelan 1, Kecamatan Sumowono, berusia 26 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah ibu dari penutur. Penutur bermaksud menyapa mitra tutur bahwa penutur sudah sampai rumah, yang ditandai dengan kata kula

75 60 nuwun.suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Makna pada tuturan A2: PAda saat pulang sekolah, penutur memberi salam kepada mitra tutur. Informasi: Penutur memberikan salam kepada mitra tutur dan memberitahukan bahwa penutur sudah pulang. Tuturan A3 P: Ibu, Bapak wis kondur ya! (Ibu, Bapak sudah pulang ya!) MT: Oh iya Pak! Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan A3 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya dengan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada pagi hari di ruang tamu. Tuturan terjadi pada saat penutur pulang dari sekolah. Penutur seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur. Tuturan terjadi di ruang tamu pada pagi hari. Penutur bermaksud menyapa istri ketika penutur sudah pulang dari sekolah dengan menyatakan Ibu, Bapak sudah pulang ya! Makna pada tuturan A3: Pada siang hari saat pulang sekolah, penutur memberitahu mitra tutur. Informasi: Penutur memberikan salam kepada mitra tutur dan memberitahukan bahwa penutur sudah pulang Terima kasih Basa-basi terima kasih merupakan subkategori dari basa-basi berbahasaacknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi.

76 61 Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi.berikut ini adalah beberapa analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Tuturan B2 P: Bu, iki mau aku entuk oleh-oleh seko murid (Bu, ini tadi aku dapat oleh-oleh dari murid) MT: Yaampun, apik men. Mbok nggo aku wae Sar (Yaampun, bagus sekali. Buat aku saja Sar) P: Ya iki nggo Ibu, makane tak gowo mulih (Ya ini buat Ibu, makanya aku bawa pulang) MT: Woalah, iya to. Makasih lho! (Woalah, iyakah? Makasih lho!) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan B2 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya dengan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ibu dari Penutur. Suasana ketika terjadi tuturan santa dan kondusif. Mitra tutur bermaksud untuk mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada penutur, yang ditandai dengan kata makasih lho! Makna pada tuturan B2: Pada siang hari saat pulang sekolah, penutur memberikan oleh-oleh untuk mitra tutur. Informasi: Penutur memberikan memberikan oleh-oleh kepada mitra tutur yang didapat dari salah satu murid di sekolahannya. Tuturan B4 P: Nok, suwun lho Ibu wes didamelke teh. (Nak, terima kasih lho Ibu sudah dibuatkan teh.)

77 62 MT: Tapi ora kelegen to Bu? (Tapi tidak kemanisan kan Bu?) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan B4 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya dengan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur seorang guru SMP Negeri 1 Baran, berusia 48 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud untuk mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur yang ditandai dengan kata Nok, terima kasih lho! Makna pada tuturan B2: Pada sore hari, penutur berterimakasih kepada mitra tutur. Informasi: Penutur berterimakasih kepada mitra tutur karena telah membuatkan teh. Tuturan B6 P: Tan, tulung jupukna teh-e bapak nang mburi kae! (Tan, tulung ambilkan teh bapak di belakang itu!) MT: Ya pak (Ya pak) P: Suwun ya Nok (Terima kasih ya Nak) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan B6 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya dengan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur seorang guru SDN Pagersari 02, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak

78 63 perempuan penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur. Makna pada tuturan B6: Pada malam hari, penutur berterimakasih kepada mitra tutur. Informasi: Penutur berterimakasih kepada mitra tutur karena telah mengambil teh Meminta/Mengundang Basa-basi meminta/mengundang merupakan subkategori dari basa-basi berbahasaacknowledgment.subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkip tuturan lisan basa-basi.berikut ini adalah beberapa analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Tuturan C2 P: Ayo Pak, wis jam pira iki, lek adus, jarene arep nang gereja? (Ayo Pak, sudah jam berapa ini, lekas mandi katanya mau ke gereja?) MT: Iya kosik sedilit neh. (Iya, sebentar lagi) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan C2 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya dengan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur adalah seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ayah penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengajak mitra tutur untuk pergi ke gereja. Makna pada tuturan B6: Pada siang hari, penutur mengingatkan mitra tutur. Informasi: Penutur mengingatkan mitra tutur untuk segera bersiap ke gereja.

79 64 Tuturan C5 P:Ayo Le, jarene arep tuku jajan? (Ayo Nak, katanya mau beli jajan?) MT: Lari menghampiri penutur Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan C5 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMA Negeri 1 Ambarawa, berusia 52 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana ketika tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi mencari jajan. Makna pada tuturan C5: Pada sore hari, penutur mengundang mitra tutur. Informasi: Penutur mengingatkan mitra tutur untuk segera bersiap ke gereja. Tuturan C6 P: Ga, Alga Wis awan iki, meh tangi jam pira? (Ga, Alga Sudah siang ini, mau Bangun jam berapa? MT: Iya Pak, iki lagi ngelempit kemul. (Iya Pak, ini baru melipat selimut) P: Ayo cepet, iki Senin lho, ana upacara! (Ayo cepat-cepat, ini hari Senin lho, ada upacara!) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan C6 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya menggunakan bahasa Jawa.

80 65 Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada pagi hari. Penutur adalah seorang guru SMP Theresiana 1 Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 14 tahun. Suasana ketika tuturan tersebut terjadi agak tergesa-gesa. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk cepat bersiap-siap ke sekolah. Makna pada tuturan C6: Pada pagi hari, penutur mengundang mitra tutur. Informasi: Penutur mengundang mitra tutur agar segera bersiap ke sekolah, karena pada hari Senin di sekolah diadakan upacaa bendera Menerima Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori menerima. Subkategori fatis acknowledgment menerima terdapat 5 tuturan. Kode (D) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori menerima. Beberapa tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan D1 P: Bu, besok Minggu isa teko nikahan anake Pak Agus apa ora? (Bu, besok Minggu bisa datang nikahan anak Pak Agus atau tidak?) MT: Duh Pak, aku dinas awan sesuk Minggu. (Duh Pak, saya dinas siang besok Minggu.) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan D1 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapinya menggunakan bahasa Jawa.

81 66 Ekstralingual Konteks tuturan:tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Suasana tuturan yang sedang terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur mengungkapkan penolakan ajakkan penutur. Makna pada tuturan D1: Pada sore hari, mitra tutur menolak ajakan penutur. Informasi: Penutur mengajak mitra tutur untuk datang ke acara pernikahan rekan penutur, tetapi mitra tutur menolak dikarenakan mendapatkan dinas siang di tempat kerja. Tuturan D2 P: Sar, Sari Ayo maem! (Sar, Sari ayo makan) MT: Ora Bu, ra maem aku, isih wareg. (Tidak Bu, aku tidak makan, masih kenyang.) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan D2 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur adalah ibu mitra tutur yang berusia 49 tahun. Mitra tutur adalah guru SD Bernadus Semarang Semarang., berusia 29 tahun, perempuan. Suasana tuturan yang terjadi ketika itu dalam situasi santai. Mitra tutur menolak ajakan penutur untuk makan malam, yang ditandai dengan kalimat Ora bu, ra maem aku, isih wareg. Makna pada tuturan D2: Pada malam hari, mitra tutur menolak ajakan penutur. Informasi: Penutur mengajak mitra tutur untuk makan malam, tetapi mitra tutur menolak ajakan penutur karena mitra tutur merasa masih kenyang.

82 67 Tuturan D4 P: Ris, iki kok tv-ne ora isa urip yo? Mbok tulung iki. (Ris, ini kok tv-nya tidak bisa hidup ya? Tolong ini.) MT: Kae lho ana Bapak. (Itu lho ada Bapak.) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan D4 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP Negeri 1 Ambarawa, berusia 48 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki perutur yang berusia 11 tahun. Situasi tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menolak pernyataan penutur dengan tidak langsung dan melemparkannya kepada orang lain, ditandai dengan kalimat kae lho ana Bapak. Makna pada tuturan D4: Pada sore hari, mitra tutur menolak permintaan penutur. Informasi: Penutur memanggil mitra tutur untuk menghidupkan televisi, tetapi mitra tutur menolak permintaan mitra tutur Meminta/Mengundang Basa-basi meminta/mengundang merupakan subkategori dari basa-basi berbahasaacknowledgment.subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkip tuturan lisan basa-basi.berikut ini adalah beberapa analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Tuturan E1 P: Pak, Minggu ngeterke Aldo nang kolam renang ya karo Alga, aku Minggu dinas awan ki. (Pak Minggu antar Aldo ke kolam renang ya dengan Alga, aku Minggu dinas siang.) MT: Ya Bu, esuk wae to ben isa suwe le renang.

83 68 (Ya Bu, pagi saja ya, biar lama renangnya.) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan E1 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP Theresia Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Situasi tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima pernyataan penutur dengan ditandai kata Ya bu. Makna pada tuturan E1: Pada sore hari, penutur meminta tolong ke mitra tutur. Informasi: Penutur meminta tolong ke mitra tutur untuk mengantar anak-anaknya pergi berenang. Tuturan E3 P: Le, iki Ibu nggowo bakso, gelem apa ora? (Nak, ini ibu bawa bakso, mau tidak?) MT: Gelem Bu (Mau Bu.) P: Ya rene. (Ya kesini.) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan E3 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP N 1 Sumowono, berusia 34 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur yang ditandai dengan kata mau bu.

84 69 Makna pada tuturan E3: Pada sore hari, penutur memanggil mitra tutur. Informasi: Penutur memanggil mitra tutur karena penutur membawa bakso. Tuturan E6 P: Le, sesuk prei ora nang ngendi- ngendi to? (Nak, besok libur tidak pergi kemana-mana kan?) MT: Ora kok Pak. (Tidak kok Pak) P: Tulung terke Bapak nang wisma ya, sesuk Bapak ono rekoleksi. (Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi) MT: Oh iya Pak Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan E6 menggunakan satu bahasa, yaitu menggunakan bahasa Jawa yang digunakan oleh penutur. Mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud meminta mitra tutur untuk mengantar ke wisma besok pagi dengan bertanya terlebih dahulu, kemudian mitra tutur menerima permintaan penutur dengan mengatakan Oh iya Pak. Makna pada tuturan E6: Pada sore hari, penutur memanggil mitra tutur. Informasi: Penutur memanggil mitra tutur, dan meminta untuk mengantarkan penutur ke acara rekoleksi Menyatakan maaf Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori meminta maaf. Subkategori fatis acknowledgment meminta maaf terdapat 7 tuturan.

85 70 Kode (F) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori meminta maaf. Beberapa tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan F1 P: Pak, sorry lho mau lali ngentasi pemeyane, aku ora ngerti nek mau awan udan, klambine Bapak do teles kae. (Pak, maaf lho tadi lupa angkat jemuran, aku tidak tahu kalau tadi siang hujan, bajunya Bapak basah semua itu.) MT: Lah ya wes, diangin-anginke sik wae, ngko lak ya garing. (Lah, ya sudah, diangin-anginkan dulu saja, nanti juga kering.) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan F1 menggunakan bahasa Jawa, tetapi penutur menggunakan satu kata bahasa Inggris yaitu sorry, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari, siang hari hujan. Penutur adalah istri mitra tutur yang berusia 37 tahun. Mitra tutur adalah guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur ditandai dengan kata sorry lho. Makna pada tuturan F1: Pada sore hari, penutur meminta maaf kepada mitra tutur. Informasi: Penutur meminta maaf kepada mitra tutur karena lupa mengangkat jemuran. Tuturan F2 P: Bu, sorry lho aku mau lali nggugah, lha aku ya keturon. (Bu, maaf lho tadi aku lupa bangunin, soalnya aku juga ketiduran.) MT: Rapapa, ngerti kok aku, aku ya wis tangi dhisik kok. (Tidak apa-apa, tahu kok, aku juga sudah bangun duluan kok.)

86 71 Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan F2 menggunakan bahasa Jawa, tetapi penutur menggunakan satu kata bahasa Inggris yaitu sorry, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Penutur adalah guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan mitra tutur adalah ibu dari peutur yang berusia 49 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menyatakan maaf kepada mitra tutur. Makna pada tuturan F1: Pada pagi hari, penutur meminta maaf kepada mitra tutur. Informasi: Penutur meminta maaf kepada mitra tutur karena lupa membangunkan mitra tutur. Tuturan F3 P: Bu, lha klambiku ndak wes dijipukke? (Bu, apa bajuku sudah diambilkan?) MT: Yaampun Pak, lali aku. Dingapurani Pak lali aku. (Yaampun Pak, aku lupa, maaf Pak.) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan F3 menggunakan bahasa Jawa, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Mitra tutur adalah guru SD Kanisius Jimbaran, mitra tutur berusia 49 tahun, perempuan. Penutur adalah suami penutur yang berusia 57 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur. Yang ditandai dengan permintaan maaf yang ditandai dengan kalimat dingapurani pak. Makna pada tuturan F3: Pada pagi hari, penutur meminta maaf kepada mitra tutur. Informasi: Penutur meminta maaf kepada mitra tutur karena lupa mengambil baju yang ada ditempat penjahit.

87 Mengucapkan selamat Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori mengucapkan selamat. Subkategori fatis acknowledgment mengucapkan selamat terdapat 4 tuturan. Kode (G) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori mengucapkan selamat. Beberapa tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan G1 P: Pak, Aldo mau wes isa ngitung nang ngarep kelas lho! (Pak, Aldo tadi sudah bisa berhitung di depan kelas lho!) MT:Weh, apa iya? Selamet ya dek. (Weh, apa iya? Selamat ya dek) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan G1 menggunakan bahasa Jawa, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 5 tahun. Mitra tutur adalah seorang guru SMP Theresiana Bandungan yang berusia 48 tahun, laki-laki. Suasana saat tuturan terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamat yo dek. Makna pada tuturan G1: Pada sore hari, penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur. Informasi: Penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena mitra tutur sudah dapat belajar berhitung di depan kelas pada saat di sekolahan. Tuturan G2 P: Bu, lumayan lho aku wes isa ngelesi murid meneh. (Bu, lumayan lho aku sudah bisa ngajar les murid lagi) MT: Ya syukur Puji Tuhan, selamet ya Sar, muga-muga tambah lancar.

88 73 (Ya syukur Puji Tuhan, selamat ya Sar, semoga tambah lancar.) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan G2 menggunakan bahasa Jawa, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah guru SD Bernadus Semarang berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ibu penutur yang berusia 49 tahun. Suasana saat terjadi tuturan dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamat ya Sar. Makna pada tuturan G2: Pada sore hari, penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur. Informasi: Penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena mitra tutur mendapatkan murid les. Tuturan G3 P: Lha kowe ki ngitung duite sapa Le? (Kamu itu menghitung uangnya siapa Nak?) MT: Ya duitku Bu, aku nyelengi kok (Ya uangku Bu, Aku kan nabung) P: Wah, pinter men, lumayan isa nggo jajan dhewe. (Wah, pintar sekali, lumayan bisa buat jajan sendiri.) Intralingual Bahasa yang digunakan pada tuturan G3 menggunakan bahasa Jawa, mitra tutur menanggapi menggunakan bahasa Jawa. Ekstralingual Konteks tuturan: tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada sore hari. Penutur adalah guru SMPN 1 Sumowono berusia 34 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak lakilaki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana saat terjadi tuturan dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada mitra tutur dalam bentuk pujian.

89 74 Makna pada tuturan G3: Pada sore hari, penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur. Informasi: Penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur karena sudah bias menyisihkan uang jajannya sendiri dengan cara menyanjungnya. 4.3 Pembahasan Wujud Basa-basi Berbahasa Menurut Anwar (1984:46) sejemput kata-kata bukan hanya untuk menyampaikan perasaan atau pikiran, untuk membahas sesuatu masalah, untuk membujuk dan merayu dan sebagainya namun dapat dipakai untuk sekedar memecahkan kesunyian, untuk mempertahankan suasana baik dan sebagainya. Jakobson (1980) dalam tesis Waridin (2008:15) mendefinisikan bahwa basabasi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan. Arimi (1998) dalam tesisnya membagi tuturan basa-basi yang dipakai dalam masyarakat bahasa Indonesia berdasarkan daya tuturannya digolongkan atau dua jenis, yaitu basa-basi murni dan basa-basi polar. Basa-basi murni adalah ungkapanungkapan yang dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa tutur yang muncul, maksudnya apa yang diucapkan oleh penutur selaras dengan kenyataan. Basa-basi murni digolongkan menjadi tiga subjenis, yaitu basa-basi keniscayaan, basa-basi keteralamian, dan basa-basi keakrabam. Basa-basi murni keniscayaan topiknya telah

90 75 terpolakan secara bersama dalam kesadaran penutur dan dipilih secara tepat dan dipakai secara spontan berdasarkan situasi tutur tertentu. Basa-basi polar adalah tuturan yang tidak sebenarnya untuk menunjukkan hal yang lebih sopan. Basa-basi polar dibagi menjadi dua, yaitu basa-basi polar sosial dan basa-basi polar personal. Basa-basi polar sosial tuturan dan realitasnya tidak bersesuaian tetapi tersosialisasi dalam perilaku berbahasa masyarakat sebagai sopan santun dan ramah tamah Salam Basa-basi salam merupakan subkategori dari basa-basi berbahasaacknowledgement. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa tuturan lisan basa-basi.berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Tuturan A1 P: Selamat pagi, bapak mangkat sik ya! (Selamat pagi, bapak berangkat dulu ya!) MT: Ya pak, ati-ati! (Ya pak, hati-hati) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tamu pada pagi hari. Penutur merupakan seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memulai pembicaraan dengan berpamitan kepada mitra tutur.) Tuturan (A1) merupakan wujud basa-basi yang dapat dilihat dari konteks tuturannya. Tuturan tersebut terjadi pagi hari di ruang tamu. Penutur merupakan seorang guru laki-laki yang berusia 53 tahun dan mitra tutur adalah istri penutur.

91 76 Suasana di ruang tamu tersebut santai dan kondusif. Penutur menyapa mitra tutur untuk memulai pembicaraan. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (A1) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori salam. Hal tersebut dikarenakan tuturan penutur digunakan untuk memulai pembicaraan. Selain itu, tuturan (A1) termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan tersebut digunakan oleh penutur untuk memulai pembicaraan. Pada saat itu mitra tutur sedang membuka pintu rumah dan penutur menghampiri mitra tutur. Tuturan Selamat pagi! Bapak mangkat sek ya! pada tuturan (A1) digunakan penutur untuk memulai pembicaraan. Hal tersebut sesuai dengan teori Harimurti Kridalaksana (1986:111) yang menjelasakan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan utuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembiaran antara pembicara dan kawan bicara. Hal ini juga sesuai dengan teori Jadi, tuturan (A1) tersebut menunjukkan bahwa penutur ingin memulai pembicaraan kepada mitra tutur. Tuturan A2 P: Kula nuwun, kula pun kondur! (Permisi, saya sudah pulang!) MT: Oh iyo le, leren sik! (Oh iya le, istirahat dulu!) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi di ruang tamu pada siang hari, saat penutur pulang dari sekolahan. Penutur seorang guru SDN Jubelan 1, Kecamatan Sumowono, berusia 26 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah ibu dari penutur. Penutur bermaksud menyapa mitra tutur bahwa penutur sudah sampai rumah, yang ditandai dengan kata kula nuwun. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai dan kondusif.)

92 77 Tuturan (A2) merupakan wujud basa-basi yang dapat dilihat dari konteks tuturannya itu. Tuturan terjadi pada siang hari di ruang tengah rumah. Penutur merupakan seorang guru SD berusia 26 tahun, laki-laki dan mitra tutur adalah ibu dari penutur. Suasana di ruang tengah santai karena pada saat itu keluarga sedang menonton televisi di ruang tengah. Penutur bermaksud untuk menyapa mitra tutur bahwa penutur sudah pulang. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (A2) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori salam. Hal itu dikarenakan tuturan tersebut digunakan mengawali pembicaraan dengan mitra tutur. Selain itu, tuturan (A2) termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan tersebut digunakan untuk menunjukkan rasa sopan penutur terhadap mitra tutur yang tidak lain adalah ibu penutur. Pada saat itu mitra tutur sedang menonton televisi di ruang tengah bersama dengan cucunya. Tuturan tersebut juga bertujuan untuk mengawali sebuah pembicaraan hal tersebut sejalan dengan teori Harimurti Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan Kula nuwun muncul otomatis dalam situasi tutur karena pada saat itu penutur sedang melihat mitra tutur yang sedang duduk di ruang tengah pada siang hari. Hal tersebut merujuk pada teori Arimi (1998:340) dalam tesisnya yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara

93 78 otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (A2) tersebut menunjukkan bahwa penutur ingin memecah suasana rumah yang sepi untuk mengawali pembicaraan dengan menyapa mitra tutur yang sedang duduk di ruang tengah. Tuturan A3 P: Ibu, Bapak wis kondur ya! (Ibu, Bapak sudah pulang ya!) MT: Oh iya Pak! (Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada pagi hari di ruang tamu. Tuturan terjadi pada saat penutur akan pergi ke sekolah. Penutur seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur. Tuturan terjadi di ruang tamu pada pagi hari. Penutur bermaksud menyapa istri ketika peutur sudah pulang dari sekolah dengan menyatakan Ibu, Bapak sudah pulang ya!) Tuturan (A3) merupakan wujud basa-basi yang dapat dilihat dari konteks tuturannya itu. Tuturan terjadi pada pagi hari di ruang tengah rumah. Penutur merupakan seorang guru SD berusia 53 tahun, laki-laki dan mitra tutur adalah istri dari penutur. Suasana di ruang tengah santai karena pada saat itu keluarga sedang bersiap-siap untuk melakukan aktifitas. Penutur bermaksud untuk menyapa mitra tutur bahwa penutur akan segera berangkat ke sekolah. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (A3) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori salam. Hal itu dikarenakan tuturan tersebut digunakan mengawali pembicaraan dengan mitra tutur.

94 79 Selain itu, tuturan (A3) termasuk dalam wujud basa-basi karena tuturan tersebut digunakan untuk memecahkan keadaan yang sepi terhadap mitra tutur. Pada saat itu mitra tutur sedang menjahit di ruang tengah. Tuturan tersebut juga bertujuan untuk mengawali sebuah pembicaraan hal tersebut sejalan dengan teori Harimurti Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan Bapak, wis kondur ya! muncul otomatis dalam situasi tutur karena pada saat itu penutur sedang melihat mitra tutur yang sedang menjahit di ruang tengah pada siang hari. Hal tersebut merujuk pada teori Arimi (1998:340) dalam tesisnya yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (A3) tersebut menunjukkan bahwa penutur ingin memecah suasana rumah yang sepi untuk mengawali pembicaraan dengan menyapa mitra tutur yang sedang menjahit di ruang tengah Terima kasih Basa-basi terima kasih merupakan subkategori dari basa-basi berbahasaacknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkrip tuturan lisan basa-basi.berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut.

95 80 Tuturan B2 P: Bu, iki mau aku entuk oleh-oleh seko murid (Bu, ini tadi aku dapat oleh-oleh dari murid) MT: Yaampun, apik men. Mbok nggo aku wae Sar (Yaampun, bagus sekali. Buat aku saja Sar) P: Ya iki nggo Ibu, makane tak gowo mulih (Ya ini buat Ibu, makanya aku bawa pulang) MT: Woalah, iya to. Makasih lho! (Woalah, iyakah? Makasih lho!) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ibu dari Penutur. Suasana ketika terjadi tuturan santa dan kondusif. Mitra tutur bermaksud untuk mengekspresikan rasa terima kasihnya kepda penutur, yang ditandai dengan kata makasih lho!) Tuturan (B2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi pada siang hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang perempuan yang berprofesi sebagai guru SMA berusia 29 tahun dan mitra tutur merupakan ibu penutur. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur mengucapkan terima kasih kepada penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (B2) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori terima kasih. Hal ini dikarenakan tuturan tersebut merupakan bentuk ekspresi rasa terima kasih dari penutur terhadap bantuan yang telah diberikan oleh mitra tutur. Mitra tutur menyampaikan rasa terima kasihnya kepada penutur sesaat setelah menerima oleholeh. Selain itu, pada tuturan (B2) terdapat tuturan Makasih lho! yang memperkuat bahwa tuturan (B2) merupakan wujud basa-basi subkategori terima kasih. Tuturan (B2) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur

96 81 bermaksud mempertahankan dan mempererat hubungan dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan (B2) terjadi secara spontan karena pada saat itu mitra tutur langsung menyampaikan rasa terima kasihnya kepada penutur setelah menerima oleh-oleh. Merujuk pada tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Oleh karena itu, tuturan (B2) merupakan wujud basa-basi murni karena tuturan tersebut dipakai secara otomatis sesuai dengan peristiwa yang terjadi dan sesuai dengan kenyataan bahwa mitra tutur telah menolong penutur. Jadi, pada tuturan (B2) terlihat bahwa mitra tutur ingin mengucapkan rasa terima kasihnya kepada penutur. Tuturan B4 P: Nok, suwun lho Ibu wes didamelke teh. (Nak, terima kasih lho Ibu sudah dibuatkan teh.) MT: Tapi ora kelegen to Bu? (Tapi tidak kemanisan kan Bu?) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur seorang guru SMP Negeri 1 Baran, berusia 48 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud untuk mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur yang ditandai dengan kata Nok, terima kasih lho)

97 82 Tuturan (B4) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada sore hari. Penutur merupakan seorang guru SMP yang berusia 48 tahun dan mitra tutur merupakan anak perempuan dari penutur. Suasana di ruang makan ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur menyatakan terima kasih kepada mitra tutur karena sudah membuatkan teh. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (B4) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori terima kasih. Hal ini dikarenakan tuturan tersebut merupakan bentuk ekpresi rasa terima kasih dari penutur karena mitra tutur membuatkan teh. Selain itu, pada tuturan (B4) terdapat tuturan Suwun lho yang memperkuat bahwa tuturan (B4) merupakan wujud basabasi subkategori terima kasih. Tuturan (B4) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempererat hubungan dengan mitra tutur. Tuturan Suwun lho yang disampaikan penutur secara langsung. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan Suwun lho dikatakan penutur untuk menunjukkan sikap menghargai mitra tutur karena sudah membuatkan teh. Hal ini sejalan dengan teori Arimi (1998:340) dalam tesisnya yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis

98 83 dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai gejala peristiwa tutur yang muncul. Tuturan B6 P: Tan, tulung jupukna teh-e bapak nang mburi kae! (Tan, tulung ambilkan teh bapak di belakang itu!) MT: Ya pak (Ya pak) P: Suwun ya Nok (Terima kasih ya Nak) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur seorang guru SDN Pagersari 02, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur). Tuturan (B6) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur merupakan seorang guru SD yang berusia 53 tahun dan mitra tutur merupakan anak perempuan dari penutur. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur menyatakan terima kasih kepada mitra tutur karena mitra tutur telah mengambilkan teh seperti yang penutur minta. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (B6) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori terima kasih. Hal ini dikarenakan tuturan tersebut merupakan bentuk ekpresi rasa terima kasih dari penutur karena mitra tutur membuatkan teh. Selain itu, pada tuturan (B6) terdapat

99 84 tuturan Suwun ya nok yang memperkuat bahwa tuturan (B6) merupakan wujud basa-basi subkategori terima kasih. Tuturan (B6) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud mempererat hubungan dengan mitra tutur. Tuturan Suwun ya nok yang disampaikan penutur secara langsung. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan Suwun ya nok dikatakan penutur untuk menunjukkan menyatakan rasa terima kasih kepada mitra tutur karena sudah mengambilkan teh. Hal ini sejalan dengan teori Arimi (1998:340) dalam tesisnya yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai gejala peristiwa tutur yang muncul Meminta/Mengundang Basa-basi meminta/mengundang merupakan subkategori dari basa-basi berbahasaacknowledgment.subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkip tuturan lisan basa-basi.berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Tuturan C2 P: Ayo Pak, wis jam piro iki, lek adus, jarene arep nang gereja?

100 85 (Ayo Pak, sudah jam berapa ini, lekas mandi katanya mau ke gereja?) MT: Iya kosik sedilit neh. (Iya, sebentar lagi) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur adalah seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ayah penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengajak mitra tutur untuk pergi ke gereja.) Tuturan (C2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada siang hari. Penutur merupakan seorang perempuan yang berprofesi sebagai guru SMA berusia 29 tahun dan mitra tutur merupakan ayah dari penutur. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur menyampaikan ajakannya untuk segera bersiap ke gereja. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (C2) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori meminta. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur meminta agar mitra tutur segera bersiap untuk ke gereja. Wujud basa-basi pada tuturan (C2) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa penutur meminta mitra tutur untuk segera bersiap ke gereja. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan Iya kosik, sedilit neh. Yang menandakan mitra tutur langsung menanggapi permintaan dari penutur. Tuturan (C2) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk memecahkan suasana dengan memulai pembicaraan mitra tutur.

101 86 Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan antara penutur dan mitra tutur menjadi semakin akrab. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan (C2) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Penutur menginginkan mitra tutur berkenan menghadiri pesta pernikahan bersama penutur. Jadi, tuturan (C2) terlihat bahwa penutur menyampaikan permintaannya agar mitra tutur segera bersiap ke gereja. Tuturan C5 P:Ayo Le, jarene arep tuku jajan? (Ayo Nak, katanya mau beli jajan?) MT: Lari menghampiri penutur (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMA Negeri 1 Ambarawa, berusia 52 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana ketika tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi mencari jajan.) Tuturan (C5) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada malam hari. Penutur merupakan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai guru SMA berusia 52 tahun dan mitra tutur adalah anak laki-laki dari penutur yang berusia 11 tahun. Suasana di

102 87 ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur mengajak mitra tutur pergi ke warung untuk membeli sesuatu. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (C5) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori mengundang. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur mengajak mitra tutur pergi jajan ke warung. Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (C5) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa penutur langsung mengajak mitra tutur untuk pergi ke warung membeli sesuatu. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan langsung pergi menghampiri penutur. Tuturan (C5) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan (C5) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Penutur menginginkan mitra tutur berkenan untuk pergi ke gereja pada hari minggu pagi. Jadi,

103 88 tuturan (C5) terlihat bahwa penutur mengajak mitra tutur pergi ke warung untuk membeli sesuatu. Tuturan C6 P: Ga, Alga Wis awan iki, meh tangi jam piro? (Ga, Alga Sudah siang ini, mau Bangun jam berapa? MT: Iya Pak, iki lagi ngelempit kemul. (Iya Pak, ini baru melipat selimut) P: Ayo lek cepet, iki Senin lho, ana upacara! (Ayo cepat-cepat, ini hari Senin lho, ada upacara!) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada pagi hari. Penutur adalah seorang guru SMP Theresiana 1 Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 14 tahun. Suasana ketika tuturan tersebut terjadi agak tergesa-gesa. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk cepat bersiap-siap ke sekolah) Tuturan (C6) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada pagi hari. Penutur merupakan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai guru SMP berusia 48 tahun dan mitra tutur adalah anak perempuan dari penutur yang berusia 14 tahun. Suasana di kamar mitra tutur ketika tuturan terjadi agak tergesa-gesa. Penutur mengajak mitra tutur untuk segera bangun dan segera bersiap-siap ke sekolah. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (C6) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori mengundang. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur mengajak mitra tutur untuk segera bersiap-siap ke sekolah.

104 89 Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (C6) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa penutur mengingatkan bahwa hari Senin di sekolahan ada upacara terlebih dahulu, jadi penutur meminta mitra tutur segera bersiap ke sekolah agar tidak terlambat. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan langsung pergi menjawab penutur. Tuturan (C6) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan (C6) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Penutur menginginkan mitra tutur berkenan untuk pergi ke gereja pada hari minggu pagi. Jadi, tuturan (C6) terlihat bahwa penutur mengajak mitra tutur pergi ke warung untuk membeli sesuatu.

105 Menerima Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori menerima. Subkategori fatis acknowledgment menerima terdapat 5 tuturan. Kode (D) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori menerima. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan D1 P: Bu, besok Minggu isa teko nikahan anake Pak Agus apa ora? (Bu, besok Minggu bisa datang nikahan anak Pak Agus atau tidak?) MT: Duh Pak, aku dinas awan sesuk Minggu. (Duh Pak, saya dinas siang besok Minggu.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Suasana tuturan yang sedang terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur mengungkapkan penolakan ajakkan penutur.) Tuturan (D1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada malam hari. Penutur merupakan seorang laki-laki yang berprofesi sebagai guru SMP berusia 48 tahun dan mitra tutur merupakan istri dari penutur yang berusia 37 tahun. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur ingin mengajak mitra tutur menghadiri acara pernikahan, tetapi mitra tutur menolak karena ada acara lain. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (D1) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menolak. Hal

106 91 ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menolak ajakan penutur menghadiri acara pernikahan karena ada acara lain. Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (D1) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa mitra tutur menolak ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan Duh Pak, aku dinas awan sesuk Minggu. yang menandakan mitra tutur tidak dapat ikut meghadiri acara pernikahan bersama penutur. Tuturan (D1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan (D1) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Penutur menginginkan mitra tutur berkenan untuk pergi ke gereja pada hari minggu pagi. Jadi, tuturan (D1) merupakan basa-basi menolak terlihat bahwa mitra tutur menolak ajakan penutur karena ada acara lainnya.

107 92 Tuturan D2 P: Sar, Sari Ayo maem! (Sar, Sari ayo makan) MT: Ora Bu, ra maem aku, isih wareg. (Tidak Bu, aku tidak makan, masih kenyang.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur adalah ibu mitra tutur yang berusia 49 tahun. Mitra tutur adalah guru SD Bernadus Semarang Semarang., berusia 29 tahun, perempuan. Suasana tuturan yang terjadi ketika itu dalam situasi santai. Mitra tutur menolak ajakan penutur untuk makan malam, yang ditandai dengan kalimat Ora bu, ra maem aku, isih wareg.) Tuturan (D2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada malam hari. Penutur merupakan ibu dari mitra tutur dan mitra tutur merupakan seorang perempuan yang berprofesi sebagai gurur SMA berusia 29 tahun. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur ingin mengajak mitra tutur makan malam, tetapi mitra tutur menolak karena masih kenyang. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (D2) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menolak. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menolak ajakan penutur untuk makan malam. Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (D2) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa mitra tutur menolak ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan Ora Bu, ra maem aku, isih wareg yang menandakan mitra tutur tidak mau ikut makan malam.

108 93 Tuturan (D2) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan (D2) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (D2) terlihat sebagai basa-basi menolak karena mitra tutur menolak ajakan penutur. Tuturan D4 P: Ris, iki kok tv-ne ora isa urip yo? Mbok tulung iki. (Ris, ini kok tv-nya tidak bisa hidup ya? Tolong ini.) MT: Kae lho ana Bapak. (Itu lho ada Bapak.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP Negeri 1 Ambarawa, berusia 48 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki perutur yang berusia 11 tahun. Situasi tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menolak pernyataan penutur dengan tidak langsung dan melemparkannya kepada orang lain, ditandai dengan kalimat kae lho ana Bapak.) Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (D4) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menolak. Hal

109 94 ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menolak pernyataan penutur dengan melemparkan kepada orang lain. Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (D4) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa mitra tutur menolak ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan Kae lho ana Bapak yang menandakan mitra tutur tidak ingin datang menolong penutur dan melemarkannya kepada orang lain. Tuturan (D4) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan (D4) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (D4) terlihat sebagai basa-basi menolak karena mitra tutur menolak ajakan penutur.

110 Meminta/Mengundang Basa-basi meminta/mengundang merupakan subkategori dari basa-basi berbahasaacknowledgment.subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkip tuturan lisan basa-basi.berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Tuturan E1 P: Pak, Minggu ngeterke Aldo nang kolam renang ya karo Alga, aku Minggu dinas awan ki. (Pak Minggu antar Aldo ke kolam renang ya dengan Alga, aku Minggu dinas siang.) MT: Ya Bu, esuk wae to ben isa suwe le renang. (Ya Bu, pagi saja ya, biar lama renangnya.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP Theresia Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Situasi tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima pernyataan penutur dengan ditandai kata Ya bu.) Tuturan (E1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang keluarga pada malam hari. Penutur adalah seorang guru SMP berusia 48 tahun dan mitra tutur merupakan istri dari penutur. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (E1) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menerima. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menerima tawaran penutur untuk mengajak anak-anak berenang keesok harinya.

111 96 Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (E1) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa mitra tutur menerima ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan Ya Bu, esuk wae to ben isa suwe le renang. yang menandakan mitra tutur menerima tawaran penutur. Tuturan (E1) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jakobson (1980) yang mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan. Tuturan (E1) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (E1) terlihat sebagai basa-basi menerima karena mitra tutur menerima tawaran penutur. Tuturan E3 P: Le, iki Ibu nggowo bakso, gelem apa ora? (Nak, ini ibu bawa bakso, mau tidak?) MT: Gelem Bu

112 97 (Mau Bu.) P: Ya rene. (Ya kesini.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP N 1 Sumowono, berusia 34 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur yang ditandai dengan kata mau bu.) Tuturan (E3) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP berusia 34 tahun dan mitra tutur merupakan anak laki-laki dari penutur berusia 11 tahun. Suasana di ruang makan ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (E3) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menerima. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menerima tawaran penutur untuk mengajak anak-anak berenang keesok harinya. Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (E3) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa mitra tutur menerima ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan Gelem bu. yang menandakan mitra tutur menerima tawaran penutur. Tuturan (E3) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang

113 98 dikemukakan oleh Kridalaksana (1986:111) yang menjelaskan bahwa basa-basi merupakan tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan antara pembicara dan kawan bicara. Tuturan (E3) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (E3) terlihat sebagai basa-basi menerima karena mitra tutur menerima tawaran penutur. Tuturan E6 P: Le, sesuk prei ora nang ngendi- ngendi to? (Nak, besok libur tidak pergi kemana-mana kan?) MT: Ora kok Pak. (Tidak kok Pak) P: Tulung terke Bapak nang wisma ya, sesuk Bapak ono rekoleksi. (Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi) MT: Oh iya Pak (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud meminta mitra tutur untuk mengantar ke wisma besok pagi dengan bertanya terlebih dahulu, kemudian mitra tutur menerima permintaan penutur dengan mengatakan Oh iya Pak.)

114 99 Tuturan (E6) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SD berusia 53 tahun dan mitra tutur merupakan anak laki-laki dari penutur. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur. Berdasarkan aktivitas mitra tutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (E6) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menerima. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menerima tawaran penutur untuk mengantar ke wisma acara rekoleksi. Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (E6) terlihat dari tuturan yang mengatakan bahwa mitra tutur menerima ajakan penutur. Mitra tutur menanggapi dan merespon tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan mengucapkan Oh iya Pak. yang menandakan mitra tutur menerima tawaran penutur. Tuturan (E6) termasuk wujud basa-basi karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud untuk mempererat hubungan dengan mitra tutur. Penutur mengajak mitra tutur dengan tujuan agar hubungan semakin erat. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Jakobson (1980) yang mendefinisikan bahwa basa-basi adalah tuturan yang dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau memutuskan komunikasi untuk memastikan berfungsinya saluran komunikasi dan untuk menarik perhatian lawan bicara atau menjaga agar kawan bicara tetap memperhatikan.

115 100 Tuturan (E6) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul Menyatakan maaf Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori meminta maaf. Subkategori fatis acknowledgment meminta maaf terdapat 7 tuturan. Kode (F) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori meminta maaf. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan F1 P: Pak, sorry lho mau lali ngentasi pemeyane, aku ora ngerti nek mau awan udan, klambine Bapak do teles kae. (Pak, maaf lho tadi lupa angkat jemuran, aku tidak tahu kalau tadi siang hujan, bajunya Bapak basah semua itu.) MT: Lah ya wes, diangin-anginke sik wae, ngko lak ya garing. (Lah, ya sudah, diangin-anginkan dulu saja, nanti juga kering.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah istri mitra tutur yang berusia 37 tahun. Mitra tutur adalah guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur ditandai dengan kata sorry lho.) Tuturan (F1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah istri penutur dan mitra tutur merupakan guru SMP berusia 48 tahun. Suasana di

116 101 ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur menyatakan maaf kepada mitra tutur karena lupa mengangkat jemuran. Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (F1) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menyatakan maaf. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur menyatakan maaf kepada mitra tutur karena lupa mengangkat pakaian milik mitra tutur. Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (F1) terlihat dari tuturan yang menyatakan maaf kepada mitra tutur. Penutur menyatakan maaf yang disampaikan dengan mengucapkan Pak, sorry lho mau lali ngentasi pemeyane, aku ora ngerti nek mau awan udan, klambine Bapak do teles kae yang menandakan penutur menyatakan maaf kepada mitra tutur. Tuturan (F1) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Tuturan F2 P: Bu, sorry lho aku mau lali nggugah, lha aku ya keturon. (Bu, maaf lho tadi aku lupa bangunin, soalnya aku juga ketiduran.) MT: Rapapa, ngerti kok aku, aku ya wis tangi dhisik kok. (Tidak apa-apa, tahu kok, aku juga sudah bangun duluan kok.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Penutur adalah guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan mitra tutur adalah ibu

117 102 dari peutur yang berusia 49 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menyatakan maaf kepada mitra tutur.) Tuturan (F2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Penutur adalah guru SD, mitra tutur adalah ibu dari penutur. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur menyatakan maaf kepada mitra tutur karena lupa membangunkan mitra tutur. Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (F2) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menyatakan maaf. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut penutur menyatakan maaf kepada mitra tutur karena lupa membangunkan mitra tutur. Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (F2) terlihat dari tuturan yang menyatakan maaf kepada mitra tutur. Penutur menyatakan maaf yang disampaikan dengan mengucapkan Bu, sorry lho aku mau lali nggugah, lha aku ya keturon. yang menandakan penutur menyatakan maaf kepada mitra tutur. Tuturan (F2) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Tuturan F3 P: Bu, lha klambiku ndak wes dijipukke?

118 103 (Bu, apa bajuku sudah diambilkan?) MT: Yaampun Pak, lali aku. Dingapurani Pak lali aku. (Yaampun Pak, aku lupa, maaf Pak.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Mitra tutur adalah guru SD Kanisius Jimbaran, mitra tutur berusia 49 tahun, perempuan. Penutur adalah suami penutur yang berusia 57 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur. Yang ditandai dengan permintaan maaf yang ditandai dengan kalimat dingapurani pak.) Tuturan (F3) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah suami mitra tutur dan mitra tutur merupakan guru SD berusia 49 tahun. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Mitra tutur menyatakan maaf kepada penutur karena lupa mengambil baju penutur yang ada di penjahit. Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (F3) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori menyatakan maaf. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur menyatakan maaf kepada penutur. Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (F3) terlihat dari tuturan yang menyatakan maaf kepada penutur. Mitra tutur menyatakan maaf yang disampaikan dengan mengucapkan Yaampun Pak, lali aku. Dingapurani Pak lali aku. yang menandakan mitra tutur menyatakan maaf kepada penutur. Tuturan (F3) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan

119 104 bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (F3) terlihat sebagai basa-basi menyatakan maaf karena mitra tutur menyatakan maaf kepada penutur Mengucapkan selamat Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori mengucapkan selamat. Subkategori fatis acknowledgment mengucapkan selamat terdapat 4 tuturan. Kode (G) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori mengucapkan selamat. Tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan G1 P: Pak, Aldo mau wes isa ngitung nang ngarep kelas lho! (Pak, Aldo tadi sudah bisa berhitung di depan kelas lho!) MT:Weh, apa iya? Selamet ya dek. (Weh, apa iya? Selamat ya dek) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 5 tahun. Mitra tutur adalah seorang guru SMP Theresiana Bandungan yang berusia 48 tahun, laki-laki. Suasana saat tuturan terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamat yo dek.) Tuturan (G1) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah istri mitra tutur dan mitra tutur merupakan guru SMP berusia 48 tahun. Suasana di

120 105 ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Mitra tutur memberikan ucapan selamat kepada anaknya dengan pancingan dari penutur. Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (G1) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori mengucapkan selamat. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur mengucapkan selamat kepada anaknya. Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (G1) terlihat dari tuturan yang penutur memberikan pancingan agar mitra tutur mengucapan selamat kepada anaknya. Mitra tutur mengucapkan selamat kepada anaknya yang disampaikan dengan mengucapkan Weh, opo iyo? Selamet ya dek.. yang menandakan mitra tutur mengucapkan selamat kepada anaknya. Tuturan (G1) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Jadi, tuturan (G1) terlihat sebagai basa-basi mengucapkan selamat, karena mitra tutur mengucapkan selamat kepada anaknya dengan pancingan yang diberikan oleh penutur. Tuturan G2 P: Bu, lumayan lho aku wes isa ngelesi murid meneh. (Bu, lumayan lho aku sudah bisa ngajar les murid lagi) MT: Ya syukur Puji Tuhan, selamet ya Sar, muga-muga tambah lancar.

121 106 (Ya syukur Puji Tuhan, selamat ya Sar, semoga tambah lancar.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah guru SD Bernadus Semarang berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ibu penutur yang berusia 49 tahun. Suasana saat terjadi tuturan dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamat ya Sar.) Tuturan (G2) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur guru SMA berusia 29 tahun dan mitra tutur merupakan ibu dari penutur. Suasana di ruang tengah ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Mitra tutur memberikan ucapan selamat kepada penutur. Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (G2) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori mengucapkan selamat. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur mengucapkan selamat kepada penutur. Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (G2) terlihat dari tuturan mitra tutur memberikan ucapan selamat kepada penutur. Mitra tutur mengucapkan selamat kepada penutur yang disampaikan dengan mengucapkan Ya syukur Puji Tuhan, selamet ya Sar, muga-muga tambah lancar. yang menandakan mitra tutur mengucapkan selamat kepada penutur. Tuturan (G2) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan,

122 107 teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul. Tuturan G3 P: Lha kowe ki ngitung duite sapa Le? (Kamu itu menghitung uangnya siapa Nak?) MT: Ya duitku Bu, aku nyelengi kok (Ya uangku Bu, Aku kan nabung) P: Wah, pinter men, lumayan isa nggo jajan dhewe. (Wah, pintar sekali, lumayan bisa buat jajan sendiri.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada sore hari. Penutur adalah guru SMPN 1 Sumowono berusia 34 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana saat terjadi tuturan dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada mitra tutur dalam bentuk pujian.) Tuturan (G3) merupakan wujud basa-basi berbahasa yang dapat dilihat dari konteks tuturan itu. Tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada sore hari. Penutur guru SMP berusia 34 tahun dan mitra tutur merupakan anak laki-laki dari penutur. Suasana di kamar ketika tuturan terjadi dalam keadaan santai dan kondusif. Penutur memberikan ucapan selamat kepada mitra tutur. Berdasarkan aktivitas penutur yang dipengaruhi oleh konteks tuturnya, tuturan (G3) termasuk dalam kategori acknowledgements subkategori mengucapkan selamat. Hal ini dikarenakan pada tuturan tersebut mitra tutur mengucapkan selamat kepada penutur.

123 108 Selain itu, wujud basa-basi pada tuturan (G3) terlihat dari tuturan penutur memberikan ucapan selamat kepada mitra tutur. Penutur mengucapkan selamat kepada mitra tutur yang disampaikan dengan mengucapkan Wah, pinter men, lumayan isa nggo jajan dhewe. Tuturan (G3) terjadi secara spontan karena pada saat itu penutur bertemu dengan mitra tutur. Hal ini sejalan dengan tesis Arimi (1998:340) yang mengatakan bahwa basa-basi murni merupakan basa-basi yang dipakai secara otomatis, spontan, teratur, dan mekanis dalam suatu situasi tutur tertentu dengan bentuk-bentuk interaksi tertentu pula sesuai dengan gejala peristiwa tutur yang muncul Maksud Basa-basi Berbahasa Rahardi (2003: 16-17) dalam bukunya telah berbicara maksud dan makna ini. Rahardi mengawali dengan memaparkan bahwa ilmu bahasa pragmatik sesungguhnya mengkaji maksud penutur di dalam konteks situasi dan lingkungan sosial-budaya tertentu. Karena yang dikaji di dalam pragmatik adalah maksud penutur dalam menyampaikan tuturannya, maka dapat pula dikatakan bahwa pragmatik dalam berbagai hal sejajar dengan semantik, yakni cabang ilmu bahasa yang dikaji makna bahasa, tetapi makna bahasa itu dikaji secara internal. Menurut Abdul Chaer (2009: 35) bahwa informasi dan maksud sama-sama sesuatu yang luar-ujaran. Hanya bedanya kalau informasi itu merupakan sesuatu yang luar-ujaran dilihat dari segi objeknya atau yang dibicarakan; sedangkan maksud

124 109 dilihat dari segi pengujarnya, orang yang berbicara itu mengujarkan suatu ujaran entah berua kalimat maupun frasa, tetapi yang dimaksudkannya tidak sama dengan makna lahiriah ujaran itu sendiri Salam Basa-basi salam merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basa-basi. Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan basa-basi kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Tuturan A1 P: Selamat pagi, Bapak mangkat sek ya! (Selamat pagi, Bapak beragkat dulu ya!) MT: Ya pak, ati-ati! (Ya pak, hati-hati) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tamu pada pagi hari. Penutur merupakan seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memulai pembicaraan dengan berpamitan dengan mitra tutur.) Maksud basa-basi tuturan (A1) termasuk dalam subkategori salam. Tuturan terjadi pada pagi hari di ruang tamu. Penutur merupakan seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki, dan mitra tutur adalah istri

125 110 penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memulai pembicaraan dengan berpamitan kepada mitra tutur. Maksud basa-basi tuturan (A1) memperlihatkan bahwa penutur bermaksud menyapa mitra tutur dengan berpamitan. Penutur mengucapkan salam untuk mengawali pembicaraan dengan mitra tutur. Tuturan (A1) merupakan tuturan yang termasuk tindak tutur direktif, karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud memulai pembicaraan dengan mitra tutur. Penutur memulai pembicaraan dengan mengucapkan salam dan berharap mitra tutur menanggapi salam tersebut. Adanya suatu tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan yang disampaikan oleh penutur merupakan indicator dalam tindak tutur direktif. Hal ini sejalan dengan Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Dalam hal ini mitra tutur menanggapi salam yang disampaikan oleh penutur. Tuturan A2 P: Kulanuwun, kula pun kondur! (Permisi, saya sudah pulang!) MT: Oh iyo le, leren sik! (Oh iya le, istirahat dulu!) (Konteks tuturan: Tuturan terjadi di ruang tamu pada siang hari, saat penutur pulang dari sekolahan. Penutur seorang guru SDN Jubelan 1, Kecamatan Sumowono, berusia 26 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah ibu dari penutur. Penutur bermaksud menyapa mitra tutur bahwa penutur sudah sampai rumah, yang ditandai dengan kata kulanuwun. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai dan kondusif.)

126 111 Maksud basa-basi tuturan (A2) termasuk dalam subkategori salam. Tuturan terjadi pada siang hari di ruang tamu. Penutur merupakan seorang guru SDN Jubelan, Kecamatan Sumowono, berusia 26 tahun, laki-laki, dan mitra tutur adalah ibu penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memulai pembicaraan dengan menyapa kepada mitra tutur bahwa penutur sudah pulang. Maksud basa-basi tuturan (A2) memperlihatkan bahwa penutur bermaksud menyapa mitra tutur. Penutur mengucapkan salam untuk mengawali pembicaraan dengan mitra tutur. Tuturan (A2) merupakan tuturan yang termasuk tindak tutur direktif, karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud memulai pembicaraan dengan mitra tutur. Penutur memulai pembicaraan dengan mengucapkan salam dan berharap mitra tutur menanggapi salam tersebut. Adanya suatu tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan yang disampaikan oleh penutur merupakan indicator dalam tindak tutur direktif. Hal ini sejalan dengan Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Dalam hal ini mitra tutur menanggapi salam yang disampaikan oleh penutur. Tuturan A3 P: Ibu, Bapak wis kondur ya! (Ibu, Bapak sudah pulang ya!) MT: Oh iya Pak! (Konteks tuturan: Tuturan terjadi pada pagi hari di ruang tamu. Tuturan terjadi pada saat penutur akan pergi ke sekolah. Penutur seorang guru SDN Pagersari 02,

127 112 Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur. Tuturan terjadi di ruang tamu pada pagi hari. Penutur bermaksud menyapa istri ketika peutur sudah pulang dari sekolah dengan menyatakan Ibu, Bapak sudah pulang ya!) Maksud basa-basi tuturan (A3) termasuk dalam subkategori salam. Tuturan terjadi pada pagi hari di ruang tamu. Penutur merupakan seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki, dan mitra tutur adalah istri penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memulai pembicaraan dengan menyapa kepada mitra tutur. Maksud basa-basi tuturan (A3) memperlihatkan bahwa penutur bermaksud menyapa mitra tutur dengan berpamitan. Penutur mengucapkan salam untuk mengawali pembicaraan dengan mitra tutur. Tuturan (A3) merupakan tuturan yang termasuk tindak tutur direktif, karena pada tuturan tersebut penutur bermaksud memulai pembicaraan dengan mitra tutur. Penutur memulai pembicaraan dengan mengucapkan salam dan berharap mitra tutur menanggapi salam tersebut. Adanya suatu tindakan yang dilakukan oleh mitra tutur setelah mendengar tuturan yang disampaikan oleh penutur merupakan indicator dalam tindak tutur direktif. Hal ini sejalan dengan Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu. Dalam hal ini mitra tutur menanggapi salam yang disampaikan oleh penutur.

128 Terima Kasih Basa-basi terima kasih merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgement. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basa-basi. Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan basa-basi kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Tuturan B2 P: Bu, iki mau aku entuk oleh-oleh seka murid (Bu, ini tadi aku dapat oleh-oleh dari murid) MT: Yaampun, apik men. Mbok nggo aku wae Sar (Yaampun, bagus sekali. Buat aku saja Sar) P: Ya iki nggo Ibu, makane tak gawa mulih (Ya ini buat Ibu, makanya aku bawa pulang) MT: Woalah, iyo to. Makasih lho! (Woalah, iyakah? Makasih lho!) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ibu dari Penutur. Suasana ketika terjadi tuturan santa dan kondusif. Mitra tutur bermaksud untuk mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada penutur, yang ditandai dengan kata makasih lho!) Maksud basa-basi tuturan (B2) termasuk dalam subkategori terima kasih. Tuturan terjadi pada siang hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan, dan mitra tutur adalah ibu dari penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud mangucapkan terima kasih kepada penutur. Maksud basa-basi tuturan (B2) ialah mitra tutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada penutur karena telah membawakan oleh-oleh yang penutur dapat dari muridnya. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel lho

129 114 yang menegaskan rasa terima kasih mitra tutur kepada penutur. Mitra tutur mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada penutur untuk mempererat relasi dengan penutur. Tuturan terima kasih merupakan tindak tutur ekspresif yang dimaksudkan oleh mitra tutur untuk mengahrgai pemberian yang diberi oleh penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang menyatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan mitra tutur. Tuturan (B4) P: Nok, suwun lho Ibu wes didamelke teh. (Nok, terima kasih lho Ibu sudah dibuatkan teh.) MT: Tapi ora kelegen to Bu? (Tapi tidak kemanisan kan Bu?) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur seorang guru SMP Negeri 1 Baran, berusia 48 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud untuk mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur yang ditandai dengan kata Nok, terima kasih lho) Maksud basa-basi tuturan (B4) termasuk dalam subkategori terima kasih. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang makan. Penutur merupakan seorang guru SMP Negeri 1 Baran, berusia 48 tahun, perempuan, dan mitra tutur adalah anak perempuan dari penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mangucapkan terima kasih kepada mitra tutur. Maksud basa-basi tuturan (B4) ialah penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada penutur karena telah membawakan oleh-oleh yang

130 115 penutur dapat dari muridnya. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel lho yang menegaskan rasa terima kasih penutur kepada mitra tutur. Penutur mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur untuk mempererat relasi dengan penutur. Tuturan terima kasih merupakan tindak tutur ekspresif yang dimaksudkan oleh mitra tutur untuk mengahrgai pemberian yang diberi oleh penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang menyatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan mitra tutur. Tuturan B6 P: Tan, tulung jupukna teh-e Bapak nang mburi kae! (Tan, tulung ambilkan teh-nya Bapak di belakang itu!) MT: Ya pak (Ya pak) P: Suwun ya Nok (Terima kasih ya Nak) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur seorang guru SDN Pagersari 02, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur). Maksud basa-basi tuturan (B6) termasuk dalam subkategori terima kasih. Tuturan terjadi pada malam hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru SMP Negeri 1 Baran, berusia 48 tahun, perempuan, dan mitra tutur adalah anak perempuan dari penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mangucapkan terima kasih kepada mitra tutur.

131 116 Maksud basa-basi tuturan (B6) ialah penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada penutur karena telah membawakan oleh-oleh yang penutur dapat dari muridnya. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel ya yang menegaskan rasa terima kasih penutur kepada mitra tutur. Penutur mengekspresikan rasa terima kasihnya kepada mitra tutur untuk mempererat relasi dengan penutur. Tuturan terima kasih merupakan tindak tutur ekspresif yang dimaksudkan oleh mitra tutur untuk mengahrgai pemberian yang diberi oleh penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang menyatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan mitra tutur Meminta/Mengundang Basa-basi meminta/mengundang merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknowledgment. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basa-basi. Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan basa-basi kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Tuturan C2 P: Ayo Pak, wis jam piro iki, lek adus, jarene arep nang gereja? (Ayo Pak, sudah jam berapa ini, lekas mandi katanya mau ke gereja?) MT: Iyo kosik sedilit neh.

132 117 (Iya, sebentar lagi) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada siang hari. Penutur adalah seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ayah penutur. Suasana tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengajak mitra tutur untuk pergi ke gereja.) Maksud basa-basi tuturan (C2) termasuk dalam subkategori meminta. Tuturan terjadi pada siang hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan, dan mitra tutur adalah ayah dari penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud meminta mitra tutur untuk segera bersiap ke gereja. Maksud basa-basi tuturan (C2) ialah penutur bermaksud meminta mitra tutur untuk segera bersiap untuk pergi ke gereja. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel ayo yang menegaskan permintaan penutur kepada mitra tutur. Tindak tutur dari tuturan tersebut adalah direktif. Hal itu dikarenakan melalui tuturan tersebut, penutur memberikan pengaruh kepada mitra tutur agar segera bersiap-siap untuk pergi ke gereja. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang menyatakan bahwa tindak tutur direktif merupakan jenis tindak tutur yang meminta orang lain untuk melakukan sesuatu. Tuturan C5 P:Ayo Le, jarene arep tuku jajan? (Ayo Nak, katanya mau beli jajan?) MT: (Lari menghampiri penutur) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMA Negeri 1 Ambarawa, berusia 52 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana ketika tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi mencari jajan.)

133 118 Maksud basa-basi tuturan (C5) termasuk dalam subkategori meminta. Tuturan terjadi pada siang hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru SMA Negeri 1 Ambarawa, berusia 52 tahun, dan mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi ke warung. Maksud basa-basi tuturan (C5) ialah penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi ke warung. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel ayo yang menegaskan permintaan penutur kepada mitra tutur. Tindak tutur dari tuturan tersebut adalah direktif. Hal itu dikarenakan melalui tuturan tersebut, penutur memberikan pengaruh kepada mitra tutur agar cepat pergi ke warung bersama. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang menyatakan bahwa tindak tutur direktif merupakan jenis tindak tutur yang meminta orang lain untuk melakukan sesuatu. Tuturan C6 P: Ga, Alga Wes awan iki, meh tangi jam piro? (Ga, Alga Sudah siang ini, mau Bangun jam berapa? MT: Iyo Pak, iki lagi ngelempit kemul. (Iya Pak, ini baru melipat selimut) P: Ayo lek cepet, iki Senin lho, ana upacara! (Ayo cepat-cepat, ini hari Senin lho, ada upacara!) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada pagi hari. Penutur adalah seorang guru SMP Theresiana 1 Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak perempuan penutur yang berusia 14 tahun. Suasana ketika tuturan tersebut terjadi agak tergesa-gesa. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk cepat bersiap-siap ke sekolah)

134 119 Maksud basa-basi tuturan (C6) termasuk dalam subkategori meminta. Tuturan terjadi pada siang hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki, dan mitra tutur adalah anak perempuan dari penutur yang berusia 14 tahun. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk cepat bersiap-siap ke sekolah. Maksud basa-basi tuturan (C6) ialah penutur bermaksud meminta mitra tutur untuk segera bersiap-siap pergi ke sekolah karena ada upacara di sekolah. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel ayo yang menegaskan permintaan penutur kepada mitra tutur. Tindak tutur dari tuturan tersebut adalah direktif. Hal itu dikarenakan melalui tuturan tersebut, penutur memberikan pengaruh kepada mitra tutur agar cepat bersiap-siap ke sekolah. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang menyatakan bahwa tindak tutur direktif merupakan jenis tindak tutur yang meminta orang lain untuk melakukan sesuatu Menolak (Reject) Basa-basi menolak merupakan subkategori dari basa-basi berbahasa acknoledgments. Subkategori ini dianalisis berdasarkan maksud tuturan basa-basi. Maksud berkenaan dengan tujuan dari penutur ketika mengutarakan tuturan basa-basi kepada mitra tutur. Berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk kategori tersebut.

135 120 Tuturan D1 P: Bu, sesuk Minggu isa teko nikahan anakke pak Agus apa ora? (Bu, besok Minggu bisa datang nikahan anak Pak Agus atau tidak?) MT: Duh Pak, aku dinas awan sesuk Minggu. (Duh Pak, saya dinas siang besok Minggu.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Suasana tuturan yang sedang terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur mengungkapkan penolakan ajakkan penutur.) Maksud basa-basi tuturan (D1) termasuk dalam subkategori menolak. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Penutur merupakan seorang guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki, dan mitra tutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur mengungkapkan penolakan ajakkan penutur. Maksud basa-basi tuturan (D1) ialah mitra tutur menolak ajakkan penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel duh yang menegaskan penolakan mitra tutur kepada penutur yang menandakan bahwa mitra tutur menolak ajakkan penutur secara halus sehingga hubungan mitra tutur dan penutur tidak terganggu. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan mitra tutur tidak mengajak penutur untuk datang ke acara pernikahan di hari Minggu, karena mitra tutur ada dinas pagi di rumah sakit. Oleh karena itu, tuturan tersebut bermaksud menolak secara halus agar hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap baik.

136 121 Tuturan D2 P: Sar, Sari Ayo maem! (Sar, Sari ayo makan) MT: Ora Bu, ra maem aku, isih wareg. (Tidak Bu, aku tidak makan, masih kenyang.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada malam hari. Penutur adalah ibu mitra tutur yang berusia 49 tahun. Mitra tutur adalah guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Suasana tuturan yang terjadi ketika itu dalam situasi santai. Mitra tutur menolak ajakan penutur untuk makan malam, yang ditandai dengan kalimat Ora bu, ra maem aku, isih wareg.) Maksud basa-basi tuturan (D2) termasuk dalam subkategori menolak. Tuturan terjadi pada malam hari di ruang tengah. Penutur merupakan ibu dari mitra tutur yang berusia 49 tahun, dan mitra tutur adalah guru SD Bernadus Semarang yang berusia 29 tahun. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur mengungkapkan penolakan ajakkan penutur. Maksud basa-basi tuturan (D2) ialah mitra tutur menolak ajakkan penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel tidak Bu yang menegaskan penolakan mitra tutur kepada penutur yang menandakan bahwa mitra tutur menolak ajakkan penutur secara halus sehingga hubungan mitra tutur dan penutur tidak terganggu. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan mitra tutur tidak mengajak penutur makan malam, karena mitra tutur masih merasa kenyang. Oleh karena itu, tuturan tersebut bermaksud menolak secara halus agar hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap baik.

137 122 Tuturan D4 P: Ris, iki kok tv-ne ora isa urip yo? Mbok tulung iki. (Ris, ini kok tv-nya tidak bisa hidup ya? Tolong ini.) MT: Kae lho ana Bapak. (Itu lho ada Bapak.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP Negeri 1 Ambarawa, berusia 48 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki perutur yang berusia 11 tahun. Situasi tuturan pada saat itu dalam keadaan agak keras. Mitra tutur menolak pernyataan penutur dengan tidak langsung dan melemparkannya kepada orang lain, ditandai dengan kalimat kae lho ana Bapak.) Maksud basa-basi tuturan (D4) termasuk dalam subkategori menolak. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Penutur adalah seorang guru SMP Negri 1 Ambarawa, berusia 48 tahun, dan mitra tutur adalah anak dari penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur mengungkapkan penolakan panggilan penutur. Maksud basa-basi tuturan (D4) ialah mitra tutur menolak panggilan penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel itu lho ada Bapak yang menegaskan penolakan mitra tutur kepada penutur yang menandakan bahwa mitra tutur menolak panggilan penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur komisif merupakan tindak tutur yang dapat dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, tuturan tersebut bermaksud menolak dengan cara melemparkan panggilan penutur kepada orang lain.

138 Menerima Basa-basi meminta/mengundang merupakan subkategori dari basa-basi berbahasaacknowledgment.subkategori ini dianalisis berdasarkan wujud basa-basi. Wujud tuturan basa-basi berupa transkip tuturan lisan basa-basi.berikut ini adalah analisis tuturan yang termasuk dalam subkategori tersebut. Tuturan E1 P: Pak, Minggu ngeterke Aldo nang kolam renang ya karo Alga, aku Minggu dinas awan ki. (Pak Minggu antar Aldo ke kolam renang ya dengan Alga, aku Minggu dinas siang.) MT: Ya Bu, esuk wae to ben do katok le renang. (Ya Bu, pagi saja ya, biar mereka puas renangnya.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Mitra tutur adalah seorang guru SMP Theresia Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Penutur adalah istri penutur yang berusia 37 tahun. Situasi tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima pernyataan penutur dengan ditandai kata Ya bu.) Maksud basa-basi tuturan (E1) termasuk dalam subkategori menerima. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Mitra tutur adalah seorang guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, dan penutur adalah istri mitra tutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima pernyataan penutur dengan ditandai kata Ya. Maksud basa-basi tuturan (E1) ialah mitra tutur menerima pernyataan penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel Ya Bu yang menegaskan mitra tutur menerima pernyataan penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang

139 124 mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap sesuatu yang dikatakan oleh penutur. Tuturan E3 P: Le, iki Ibu nggowo bakso, gelem apa ora? (Le, ini ibu bawa bakso, mau tidak?) MT: Gelem Bu (Mau Bu.) P: Ya rene. (Ya kesini.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang makan pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SMP N 1 Sumowono, berusia 34 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur yang ditandai dengan kata mau bu.) Maksud basa-basi tuturan (E3) termasuk dalam subkategori menerima. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang makan. Mitra tutur adalah seorang guru SMP Negri 1 Sumowono, berusia 34 tahun, dan penutur adalah anak laki-laki penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Maksud basa-basi tuturan (E3) ialah mitra tutur menerima pernyataan penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel Mau Bu yang menegaskan mitra tutur menerima pernyataan penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap sesuatu yang dikatakan oleh penutur.

140 125 Tuturan E6 P: Le, sesuk prei ora nang ngendi- ngendi to? (Le, besok libur tidak pergi kemana-mana kan?) MT: Ora kok Pak. (Tidak kok Pak) P: Tulung terke Bapak nang wisma ya, sesuk Bapak ono rekoleksi. (Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi) MT: Oh iya Pak (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah seorang guru SDN Pagersari 02, Kecamatan Bergas, berusia 53 tahun, laki-laki. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud meminta mitra tutur untuk mengantar ke wisma besok pagi dengan bertanya terlebih dahulu, kemudian mitra tutur menerima permintaan penutur dengan mengatakan Oh iya Pak.) Maksud basa-basi tuturan (E6) termasuk dalam subkategori menerima. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Penutur adalah seorang guru SDN Pagersari 02, dan mitra tutur adalah anak laki-laki penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Maksud basa-basi tuturan (E6) ialah mitra tutur menerima pernyataan penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel Oh Iya Pak yang menegaskan mitra tutur menerima pernyataan penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap sesuatu yang dikatakan oleh penutur.

141 Menyatakan maaf Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori meminta maaf. Subkategori fatis acknowledgment meminta maaf terdapat 7 tuturan. Kode (F) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori meminta maaf. Contoh tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan F1 P: Pak, sorry lho mau lali ngentasi pemeane, aku ora ngerti nek mau awan udan, klambine Bapak do teles kae. (Pak, maaf lho tadi lupa angkat jemuran, aku tidak tahu kalau tadi siang hujan, bajunya Bapak basah semua itu.) MT: Lah ya wes, diangin-anginke sek wae, ngko lak yo garing. (Lah, ya sudah, diangin-anginkan dulu saja, nanti juga kering.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah istri mitra tutur yang berusia 37 tahun. Mitra tutur adalah guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, laki-laki. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur ditandai dengan kata sorry lho.) Maksud basa-basi tuturan (F1) termasuk dalam subkategori menyatakan maaf. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Mitra tutur adalah seorang guru SMP Theresiana Bandungan, berusia 48 tahun, dan penutur adalah istri mitra tutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Maksud basa-basi tuturan (F1) ialah penutur menyatakan maaf kepada mitra tutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel Pak maaf lho yang menegaskan penutur menyatakan maaf kepada mitra tutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak

142 127 tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap sesuatu yang dikatakan oleh penutur. Selain itu, maksud tersebut dapat terlihat dari penggunaan diksi oleh penutur. Harimukti Kridalaksana (1986:111) mengatakan bahwa kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Penutur menggunakan partikel fatis pada tuturannya. Partikel fatis yang digunakan yaitu lho. Partikel fatis lho bertugas untuk menekankan adanya pernyataan maaf dari penutur. Tuturan F2 P: Bu, sorry lho aku mau lali nggugah, lha aku ya keturon. (Bu, maaf lho tadi aku lupa bangunin, soalnya aku juga ketiduran.) MT: Rapapa, ngerti kok aku, aku ya wis tangi disik kok. (Tidak apa-apa, tahu kok, aku juga sudah bangun duluan kok.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Penutur adalah guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan mitra tutur adalah ibu dari peutur yang berusia 49 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Penutur bermaksud menyatakan maaf kepada mitra tutur.) Maksud basa-basi tuturan (F2) termasuk dalam subkategori menyatakan maaf. Tuturan terjadi pada pagi hari di ruang tengah. Penutur adalah seorang guru SD, berusia 29 tahun, dan mitra tutur adalah ibu dari penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Maksud basa-basi tuturan (F2) ialah penutur menyatakan maaf kepada mitra tutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel Bu maaf lho yang menegaskan penutur menyatakan maaf kepada mitra tutur. Hal ini sejalan dengan

143 128 teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap sesuatu yang dikatakan oleh penutur. Selain itu, maksud tersebut dapat terlihat dari penggunaan diksi oleh penutur. Harimukti Kridalaksana (1986:111) mengatakan bahwa kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Penutur menggunakan partikel fatis pada tuturannya. Partikel fatis yang digunakan yaitu lho. Partikel fatis lho bertugas untuk menekankan adanya pernyataan maaf dari penutur. Tuturan F3 P: Bu, la klambiku ndak wes dijipukke? (Bu, apa bajuku sudah diambilkan?) MT: Yaampun Pak, lali aku. Dingapurani Pak lali aku. (Yaampun Pak, aku lupa, maaf Pak.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada pagi hari. Mitra tutur adalah guru SD Kanisius Jimbaran, mitra tutur berusia 49 tahun, perempuan. Penutur adalah suami penutur yang berusia 57 tahun. Suasana tuturan pada saat itu dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur. Yang ditandai dengan permintaan maaf yang ditandai dengan kalimat dingapurani pak.) Maksud basa-basi tuturan (F3) termasuk dalam subkategori menyatakan maaf. Tuturan terjadi pada pagi hari di ruang tengah. Mitra tutur adalah seorang guru SD, berusia 49 tahun, dan penutur adalah suami mitra tutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai.

144 129 Maksud basa-basi tuturan (F3) ialah mitra tutur menyatakan maaf kepada penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel yaampun Pak, aku lupa, maaf Pak yang menegaskan mitra tutur menyatakan maaf kepada penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap sesuatu yang dikatakan oleh penutur Mengucapkan selamat Tuturan berikut ini merupakan tuturan yang termasuk dalam subkategori mengucapkan selamat. Subkategori fatis acknowledgment mengucapkan selamat terdapat 4 tuturan. Kode (G) digunakan untuk menunjuk tuturan basa-basi subkategori mengucapkan selamat. Tuturan tersebut adalah sebagai berikut. Tuturan G1 P: Pak, Aldo mau wes iso ngitung nang ngarep kelas lho! (Pak, Aldo tadi sudah bisa berhitung di depan kelas lho!) MT:Weh, opo iyo? Selamet yo dek. (Weh, apa iya? Selamat ya dek) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah anak laki-laki mitra tutur yang berusia 5 tahun. Mitra tutur adalah seorang guru SMP Theresiana Bandungan yang berusia 48 tahun, laki-laki. Suasana saat tuturan terjadi dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamat yo dek.) Maksud basa-basi tuturan (G1) termasuk dalam subkategori mengucapkan selamat. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Penutur adalah anak laki-laki

145 130 dari mitra tutur, dan mitra tutur adalah guru SMP. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Maksud basa-basi tuturan (G1) ialah mitra tutur menggucapkan selamat kepada penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel Selamat ya Dek yang menegaskan mitra tutur mengucapkan selamat kepada penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap sesuatu yang dikatakan oleh penutur. Tuturan G2 P: Bu, lumayan lho aku wes iso ngelesi murid meneh. (Bu, lumayan lho aku sudah bisa ngajar les murid lagi) MT: Ya syukur Puji Tuhan, selamet yo Sar, muga-muga tambah lancar. (Ya syukur Puji Tuhan, selamat ya Sar, semoga tambah lancar.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di ruang tengah pada sore hari. Penutur adalah guru SD Bernadus Semarang berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ibu penutur yang berusia 49 tahun. Suasana saat terjadi tuturan dalam keadaan santai. Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamet ya Sar.) Maksud basa-basi tuturan (G2) termasuk dalam subkategori mengucapkan selamat. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Penutur adalah anak laki-laki dari mitra tutur, dan mitra tutur adalah guru SMP. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Maksud basa-basi tuturan (G2) ialah mitra tutur menggucapkan selamat kepada penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel Selamat ya yang

146 131 menegaskan mitra tutur mengucapkan selamat kepada penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap sesuatu yang dikatakan oleh penutur. Selain itu, maksud tersebut dapat terlihat dari penggunaan diksi oleh penutur. Harimukti Kridalaksana (1986:111) mengatakan bahwa kategori fatis adalah kategori yang bertugas memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan pembicaraan antara pembicaraan antara pembicara dan kawan bicara. Penutur menggunakan partikel fatis pada tuturannya. Partikel fatis yang digunakan yaitu ya. Partikel fatis ya bertugas untuk menekankan adanya ucapan selamat dari mitra tutur. Tuturan G3 P: La kowe ki ngitung duite sapa Le? (Kamu itu menghitung uangnya siapa Le?) MT: Ya duitku Bu, aku nyelengi kok (Ya uangku Bu, Aku kan nabung) P: Wah, pinter men, lumayan isa nggo jajan dewe. (Wah, pintar sekali, lumayan bisa buat jajan sendiri.) (Konteks tuturan: tuturan terjadi di kamar mitra tutur pada sore hari. Penutur adalah guru SMPN 1 Sumowono berusia 34 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah anak laki-laki penutur yang berusia 11 tahun. Suasana saat terjadi tuturan dalam keadaan santai. Penutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada mitra tutur dalam bentuk pujian.) Maksud basa-basi tuturan (G3) termasuk dalam subkategori mengucapkan selamat. Tuturan terjadi pada sore hari di kamar mitra tutur. Penutur adalah guru

147 132 SMP, mitra tutur adalah anak dari penutur. Suasana ketika terjadi tuturan tersebut terjadi dalam keadaan santai. Maksud basa-basi tuturan (G3) ialah mitra tutur menggucapkan selamat kepada penutur. Selain itu, pada tuturan tersebut terdapat partikel Wah, pinter sekali,lumayan bisa buat jajan sendiri yang menegaskan mitra tutur mengucapkan selamat kepada penutur. Hal ini sejalan dengan teori Searle (1969) yang mengatakan bahwa tindak tutur ekspresif merupakan tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya untuk menyampaikan perasaannya terhadap sesuatu yang dikatakan oleh penutur.

148 133 BAB V PENUTUP Bab ini berisi dua hal, yaitu (1) simpulan dan (2) saran. Simpulan meliputi rangkuman atas keseluruhan penelitian ini. Saran meliputi hal-hal relevan yang kiranya perlu diperhatikan, baik untuk mahasiswa jurusan pendidikan bahasa maupun penelitian lanjutan. 5.1 Simpulan Berdasarkan uraian dalam bab IV mengenai tuturan fatis atau basa-basi dalam pragmatik berbahasa yang digunakan untuk komunikasi dalam ranah antaranggota keluarga pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa tengah, dapat disimpulkan halhal berikut ini. Peneliti menemukan delapan wujud basa-basi berbahasa antaranggota keluarga pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah yang ditinjau dari kategori Acknowledgment-nya. Wujud tuturan basa-basi kategori Actknowlegment terdiri dari delapan subkategori. Kedelapan subkategori tuturan basa-basi terebut ialah (1) salam, (2) terima kasih, (3) meminta/ mengundang, (4) menolak, (5) menerima, (6) meminta maaf, (7) simpati/ empati dan (8) mengucapkan selamat. Memberi salam yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan rasa senang karena bertemu seseorang. Terima kasih yaitu fungsi tuturan untuk menyatakan terima kasih

149 134 karena mendapat bantuan. Meminta/ mengundang yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan harapan baik ketika sesuatu yang berhubungan dengan masa depan seseorang akan terjadi. Menolak yaitu fungsi tuturan untuk menolak (melanggar) basa-basi dari mitra tutur. Basa-basi polar sering muncul pada subkategori reject (menolak). Hal ini dikarenakan sebagian besar penutur menolak permintaan mitra tutur secara tidak langsung dan lebih halus agar mitra tutur tidak tersinggung dengan penolakan yang dilakukan oleh penutur. Menerima yaitu fungsi tuturan untuk menerima (menghargai) basa-basi dari mitra tutur. Meminta maaf yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan penyesalan. Simpati/ empati yaitu fungsi tuturan untuk mengekspresikan rasa simpati atau empati karena musibah yang dialami oleh mitra tutur. Mengucapkan selamat yaitu fungsi tuturan mengekspresikan kegembiraan karena adanya kabar baik. Peneliti menemukan beberapa maksud basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga pendidik di desa junggul, bandungan, jawa tengah. Berdasarkan interaksinya basa-basi dimaksudkan untuk membina dan/atau mempertahankan hubungan social antara penutur dan mitra tutur. Kemudian dari sudut relasi sosial yang dihasilkan, bagi penutur basa-basi merupakan upaya untuk memperoleh rasa solidaritas dengan mitra tutur. Pemakaian basa-basi dimaksudkan untuk menyampaikan perasaan atau pikiran, seperti membahasa suatu masalah, membujuk, merayu dan sebagainya.

150 Saran Berdasarkan hasil yang telah ditemukan, peneliti memberi beberapa saran bagi peneliti lanjutan yang ingin meneliti topik yang serupa dengan penelitian ini. Berikut adalah saran-saran dari peneliti: Bagi Peneliti Lain 1. Penelitian ini hanya meneliti tentang wujud dan maksud basa-basi berbahasa antaranggota keluarga dalam ranah keluarga pendidik saja. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut dengan subjek dan ranah yang berbeda. 2. Penelitian ini menemukan satu kategori dan delapan subkategori. Diharapkan peneliti lanjutan dapat menemukan kategori dan subkategori wujud basa-basi berbahasa yang lain sehingga teori tentang basa-basi berbahasa semakin lengkap. 3. Selain bidang ilmu pragmati, data tuturan yang dianalisis dari segi wujud dan maksud tuturan basa-basi berbahasa dapat dianalisis pula dari beberapa bidang ilmu lain maupun dari segi yang lain Bagi keluarga Pendidik Fenomena basa-basi berbahasa merupakan fenomena baru dalam kajian ilmu pragmatik. Dengan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka diharapkan dengan adanya penelitian tentang basa-basi dalam berbahasa antaranggota keluarga dalam ranah keluarga pendidik mampu membuat relasi antaranggota keluarga pendidik

151 136 semakin erat. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan atau gambaran umum mengenai wujud dan maksud basa-basi berbahasa yang dapat dipergunakan untuk memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan hubungan sosial antara penutur dan mitra tutur sehingga relasi antara penutur dan mitra tutur semakin erat.

152 137 DAFTAR PUSTAKA Arimi, Sailal Basa-basi dalam Masyarakat Bahasa Indonesia. (Tesis). Yogyakarta: UGM. Anwar, Khaidir Fungsi dan Peranan Bahasa Sebuah Pengantar. Yogyakarta: GadjahMada University Press. Arikunto, Suharsimi Manajemen Penelitian. Jakarta: RinekaCipta. Chaer, Abdul dan Leonie Agustina Sosiolinguistik Perkenalan Awal.Jakarta: Rineka Cipta. Chaer, Abdul Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Chumming, Louise Pragmatik: Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: PustakaPelajar. Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia edisikeempat. Jakarta: PT Gramedia Putaka Utama. Effendy, Ontong Uchjana Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Efeendy, OntongUchjana Dimensi-dimensi Komunikasi. Bandung: PT Alumni. Hs, Widjono Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: PT GramediaWidiasarana Indonesia. Kridalaksana, Harimurti Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia. Kushartanti, dkk Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama. Leech, Geoffrey Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Lubis, A. Hamid Hasan Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Mahsun Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja GrafindoPersada. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualtatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

153 138 Mualafina, Rawinda Fitrotul Basa-basi dalam Interaksi Jual Beli di Pasar Tradisional Kertek Wonosobo. (Skripsi). Yogyakarta: UGM. Nadar FX Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Purwo, Bambang Kaswanri Pragmatik dan Pengajaran Menyibak Kurikulum Yogyakarta: Kanisius. Rahardi, Kunjana Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang: Dioma Malang Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga Penelitian Kompetensi: Ketidaksantunan Pragmatik dan Linguistik Berbahasa dalam Ranah Keluarga (Family Domain). Presentasi. Yogyakarta: PBSID, JPBS, FKIP, USD. Sudaryanto Menguak Fungsi Hakikat Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Ulfa, Maria Tipe Basa-basi dalam Dialog Sinetron Si Doel Anak Sekolahan.(Skripsi).Yogyakarta: UGM. Waridin Ungkapan Fatis dalam Acara Temu Wicara Televisi. Jakarta: FIB UI. Wijana, I DewaPutu Dasar-dasarPragmatik. Yogyakarta: Andi. Yule, George Pragmatik. Yogyakarta: PustakaPelajar.

154 DATA ANALISIS TRIANGULASI Dibawah ini merupakan triangulasi data dari penelitian yang berjudul Basa-basi berbahasa Antaranggota Keluarga di Lingkungan Junggul, Bandungan, Jawa Tengah. Tanda (V) pada kolom, berarti tringulator setuju atau tidak setuju. A. BASA-BASI SALAM NO. TUTURAN PENANDA MAKSUD TRIANGULATOR LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK 1. Tuturan A1 P: Selamat pagi, Bapak mangkat sik ya! (Selamat pagi, bapak berangkat dulu ya!) MT: Ya Pak, ati-ati! (Ya Pak, hati-hati) Penggunaan frasa fatis selamat pagi, ya Percakapan antara suami dan istri. Suami yang berperan menjadi guru SD, sedangkan istri adalah ibu rumah tangga. Tuturan terjadi pada pagi hari, di ruang tengah. Penutur bermaksud menyapa dan berpamitan kepada mitra tutur, yang ditandai dengan kata selamat pagi V 2. Tuturan A2 P: Kula nuwun, kula pun kondur! (Permisi, saya sudah pulang!) Penggunaan kata fatis kula nuwun, oh, ya Percakapan antara anak dan Ibu. Anak yang berperan sebagai guru SD, sedangkan ibu adalah ibu rumah tangga. Penutur bermaksud menyapa mitra tutur bahwa penutur sudah sampai di rumah, yang ditandai dengan kata V

155 MT: Oh iya Le, leren sik! (Oh iya Nak, istirahat dulu!) Tuturan terjadi pada siang hari, di ruang tengah. kula nuwun. 3. Tuturan A3 P: Ibu, Bapak wis kondur ya! (Ibu, Bapak sudah pulang ya!) MT: Oh,iya, Pak! Penggunaan kata fatis oh, ya Percakapan antara suami dan istri. Suami sebagai guru SD, sedangkan istri sebagai ibu rumah tangga. Tuturan terjadi pada siang hari, di ruang tengah. Penutur bermaksud menyapa istri ketika peutur sudah pulang dari sekolah dengan menyatakan Ibu, Bapak sudah pulang ya! V 4. Tuturan A4 P: Bapak mangkat sik ya! (Bapak berangkat dulu ya!) MT: Ya Pak, ati-ati! (Ya Pak, hati-hati!) Penggunaan kata fatis ya Percakapan antara suami dan istri. Suami dan istri sama-sama merupakan guru. Tutura terjadi pada pagi hari, di ruang tamu. Penutur bermaksud menyapa mitra tutur dengan berpamitan pergi ke sekolah. V 5. Tuturan A5 P: Pak, aku meh metu, arep nitip apa? (Pak, aku mau keluar, mau titip apa?) Penggunaan kata fatis ya Percakapan antara Bapak dan anak. Bapak yang berperan sebagai guru, sedangkan anak sebagai pelajar. Tuturan terjadi pada sore hari, di Penutur bermaksud menyapa mitra tutur yang sedang menonton televisi. V

156 MT: Nitip foto kopi sisan Nok ya! (Nitip foto kopi sekalian Nak ya!) ruang tengah. B. BASA-BASI TERIMA KASIH NO. TUTURAN PENANDA MAKSUD TRIANGULATOR LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK 1. Tuturan B1 P: Do, Aldo Bapak nggawa panganan iki. Aldo purun boten? (Do, Aldo Bapak bawa makanan ini. Aldo mau atau tidak?) Penggunaan kata fatis Percakapan antara Bapak dan anak. Tuturan terjadi pada siang hari, di ruang tengah. Penutur memancing mitra tutur untuk mengucapkan terima kasih. V MT: Mau Pak P: *Sambil memberikan bingkisan kepada Aldo* Matur apa hayo? (Bilang apa hayo?) MT: Matur nuwun Bapak, *sambil berlari membawa

157 makanan dari Bapak* 2. Tuturan B2 P: Bu, iki mau aku entuk oleh-oleh seka murid (Bu, ini tadi aku dapat oleholeh dari murid) MT: Ya ampun, apik men. Mbok nggo aku wae Sar (Ya ampun, bagus sekali. Buat aku saja Sar) Penggunaan kata fatis lho, iya Percakapan antara Ibu dan anak. Tuturan terjadi pada siang hari, di ruang tengah. Mitra tutur bermaksud untuk mengekspresikan rasa terima kasihnya kepda penutur, yang ditandai dengan kata makasih lho! V P: Ya iki nggo Ibu, makane tak gawa mulih (Ya ini buat Ibu, makanya aku bawa pulang) MT: Woalah, iya,ta. Makasih lho! (woalah, iyakah? Makasih lho!)

158 3. Tuturan B3 P: Le, mau esuk Ibu masak sego goreng, kowe wes maem? (Nak, tadi pagi Ibu masak nasi goreng, kamu sudah makan?) Penggunaan kata fatis lho, oh, iya Percakapan antara Ibu dan anak. Tuturan terjadi pada siang hari, dia ruang tengah. Mitra tutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasih kepada penutur, yang ditandai dengan kata terima kasih Ibu V MT: Uwis Bu. (Sudah Bu.) P: Lho, kok ora matur apa-apa, karo Ibu? (Lho kok tidak bilang apa-apa sama ibu?) MT: Oh iya, nuwun Bu, sego gorenge enak. (Oh iya, terima kasih Ibu, nasi gorengnya enak) 4. Tuturan B4 P: Nok, suwun lho Ibu wis didamelke teh. (Nak, terima kasih lho Ibu sudah dibuatkan teh.) Penggunaan kata fatis lho Percakapan antara Ibu dan anak. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Penutur bermaksud untuk mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur yang ditandai dengan kata Nok, terima V

159 MT: Tapi ora kelegen ta Bu? (Tapi tidak kemanisan kan Bu?) kasih lho 5. Tuturan B5 P:Ris, mbok bapak ditulungi (Ris,tolong bantu bapak) MT: Ya P: Nah mbok ngono, nek dijaluki tulung langsung menyat! (Gitu dong, kalau diminta menolong langsung datang!) Penggunaan kata fatis nah Percakapan terjadi antara Bapak dan anak. Tuturan terjadi pada siang hari di dapur. Penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasih dengan memberi pujian kepada mitra tutur, yang ditandai dengan sebuah pujian. V 6. Tuturan B6 P: Tan, tulung jupukna teh-e bapak nang mburi kae! (Tan, tulung ambilkan teh bapak di belakang itu!) Penggunaan kata fatis ya Percakapan terjadi antara Bapak dan anak. Tuturan terjadi pada malam hari di ruang tengah. Penutur bermaksud mengekspresikan rasa terima kasih kepada mitra tutur. V MT: Ya pak (Ya pak) P: Suwun ya Nok (Terima kasih ya Nak)

160 C. BASA- BASI MEMINTA/ MENGUNDANG NO. TUTURAN PENANDA MAKSUD TRIANGULATOR LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK 1. Tuturan C1 P: Alga, dina iki nang gereja lho, mengko latihan koor karo Bapak. (Alga, hari ini ke gereja lho, nanti latihan koor dengan Bapak.) Penggunaan kata fatis lho, ya Percakapan antara Bapak dan anak. Tuturan terjadi pada siang hari, di ruang tengah. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi ke gereja. V MT: Ya Pak, dhilit neh tak adus. (Iya Pak, sebentar lagi saya mandi.) 2. Tuturan C2 P: Ayo Pak, wis jam pira iki, lek adus, jarene arep nang gereja? (Ayo Pak, sudah jam berapa ini, lekas mandi katanya mau ke Penggunaan kata fatis ayo, iya Percakapan terjadi antara Anak dan Bapak. Tuturan terjadi pada sore hari, di kamar mitra tutur. Penutur bermaksud untuk mengajak mitra tutur pergi ke gereja. V

161 gereja?) MT: Iya kosik sedhilit neh. (Iya sebentar lagi.) 3. Tuturan C3 P: Le, mengko ki ana ngaji lho nang nggone Pak Imam. (Nak, nanti itu ada ngaji lho di tempat Pak Imam.) Penggunaan kata fatis lho Percakapan antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di kamar mitra tutur. Penutur bermaksud untuk mengundang dan mengingatkan mitra tutur untuk pergi ke pengajian. V MT: Iyo Bu, mengko aku mangkat kok, wis dikandani Agil. (Iya Bu, nanti aku berangkat kok, sudah diberitahu Agil.) 4. Tuturan C4 P: Nis, mbok kae adine digoleki sik, wis sore iki, kok durung mulih-mulih. (Nis, tolong adiknya dicari dulu, ini sudah sore, kok belum pulang Penggunaan kata fatis ya Percakapan antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah. Penutur bermaksud untuk mengundang mitra tutur untuk menjemput adik laki-lakinya. V

162 juga.) MT: Ya Bu, bar iki, nek iklan. (Ya Bu, setelah ini, kalau iklan.) 5. Tuturan C5 P:Ayo Le, jarene arep tuku jajan? (Ayo Nak, katanya mau beli jajan?) Penggunaan kata fatis ayo Percakapan terjadi antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari di ruang tengah. Penutur bermaksud mengundang mitra tutur untuk pergi mencari jajan. V MT: (Lari menghampiri penutur) 6. Tuturan C6 P: Ga, Alga Wis awan iki, meh tangi jam piro? (Ga, Alga Sudah siang ini, mau Bangun jam berapa? Penggunaan kata fatis ayo Percakapan terjadi antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi padapagi hari, di kamar penutur. Penutur bermaksud meminta mitra tutur segera bersiap-siap ke sekolah agar tidak terlambat. V MT: Iyo Pak, iki lagi ngeempit kemul. (Iya Pak, ini baru melipat selimut) P: Ayo cepet, iki Senin lho, ana upacara! (Ayo cepat-

163 cepat, ini hari Senin lho, ada upacara!) 7. Tuturan C7 P: Bu, ngko sore lunga apa ora? (Bu, nanti sore pergi atau tidak?) MT: Ora kok ketoke, ngapa Sar? (Tidak kok sepertinya, kenapa Sar?) P: Mengko nang gereja berarti Bu ya (Nanti ke gereja berarti Bu ya) 8. Tuturan C8 P: Nok, ora njaluk sangu? (Nak, tidak minta uang saku?) MT: Ya njaluk Pak, kan ngenteni Bapak. Hehe (Ya minta Pak, Penggunaan kata fatis ya Penggunaan kata fatis lho, ya Penutur adalah seorang guru SD Bernadus Semarang, berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah Ibu dari penutur yang berusia 48 tahun. Tuturan terjadi pada siang hari, di kamar mitra tutur. Percakapan antara Bapak dan anak. Tuturan terjadi pada pagi hari, di ruang tengah. Penutur bertanya ke mitra tutur untuk meminta pergi ke gereja. Penutur meminta mitra tutur agar mengajarkan mengetik menggunakan komputer usai pulang sekolah nanti dengan cara penutur menawarkan uang saku V V

164 kan nungguin Bapak) P: Iki sangune (Ini uang sakunya) MT: (Menerima uang yang diberikan sambil tersenyum) terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah. P: Tapi mengko Bapak diajari ngetik lho! (tapi nanti Bapak diajarkan ngetik lho!) 9. Tuturan C9 P: Le, lampune nang ngarep kae wis urip? MT: Durung Pak. (Belum Pak) P: Tulung diuripke lampune, mengko peteng. (Tolong dihidupkan lampunya, nanti gelap) Penggunaan kata fatis - Percakapan antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada malam hari, di ruang tengah. Penutur bermaksud meminta mitra tutur menyalakan lampu dengan mengatakan Tolong dihidupkan lampunya, nanti gelap! V 10. Tuturan C10 P: Le, sesuk prei ora nang ngendi- ngendi to? (Nak, besok libur tidak Penggunaan kata fatis ya Percakapan antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di Penutur bermaksud meminta kepada mitra tutur untuk mengantarkan V

165 pergi kemana-mana kan?) MT: Ora kok Pak. (Tidak kok Pak) P: Tulung terke Bapak nang wisma ya, sesuk Bapak ana rekoleksi. (Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi) MT: Oh iya Pak ruang tengah. rekoleksi besok pagi dengan mengatakan Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi D. BASA-BASI MENOLAK NO. TUTURAN PENANDA MAKSUD TRIANGULATOR LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK 1. Tuturan D1 P: Bu, besok Minggu isa teko nikahan anakke Pak Agus apa ora? (Bu, besok Minggu bisa datang nikahan anaknya Pak Agus Penggunaan kata fatis duh Percakapan antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah. Mitra tutur mengungkapkan penolakan ajakan penutur dengan memberikan alas an bahwa tidak bisa menerima ajakan penutur. V

166 atau tidak?) MT: Duh Pak, aku dinas awan sesuk Minggu. (Duh, Pak, saya dinas siang besok Minggu.) 2. Tuturan D2 P: Sar, Sari Ayo maem! (Sar, Sari ayo makan) MT: Ora Bu, ra maem aku, isih wareg. (Tidak Bu, aku tidak makan, masih kenyang.) Penggunaan kata fatis ayo Percakapan antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada malam hari, di ruang tengah. Mitra tutur menolak ajakan penutur untuk makan malam, yang ditandai dengan kalimat Ora bu, ra maem aku, isih wareg. V 3. Tuturan D3 P: Pak, mengko ra teka sanja nang nggone Mas Dedy? (Pak, nanti tidak datang sonjo di tempatnya Mas Dedy?) Penggunaan kata fatis ah Percakapan terjadi antara suami dan istri. Tuturaan terjadi pada malam hari, di ruang tengah. Mitra tutur menolak pernyataan penutur dengan mengatakan tidak dulu ah Bu, aku capek. V

167 MT: Ora sik ah Bu, kesel aku. (Tidak dulu ah Bu, aku capek.) 4. Tuturan D4 P: Ris, iki kok tv-ne ora isa urip ya? Mbok tulung iki. (Ris, ini kok tv-nya tidak bisa hidup ya? Tolong ini.) Penggunaan kata fatis lho Percakapan antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tegah. Mitra tutur menekankan penolakan kepada penutur dengan tidak langsung. V MT: Kae lho ana Bapak. (Itu lho ada Bapak.) 5. Tuturan D5 P: Le, kene bapak ndelok biji ulangane wingi (Nak, sini bapak lihat nilai ulangannya kemarin) MT: Sik ah Pak, lagi nggarap PR ki! (Nanti ah Pak, sedang mengerjakan PR!) Penggunaan kata fatis ah Percakapan antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada malam hari, di ruang tengah. Mitra tutur menekankan penolakan kepada penutur dengan mengatakan nanti ah Pak, sedang mengerjakan PR! V

168 6. Tuturan D6 P: Le, mbok tulung aku terke nang pasar sedilit. (Nak, tolong antarkan ke pasar sebentar) Penggunaan kata fatis ah Percakapan antara Anak dan Ibu. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah. Mitra tutur menekankan penolakan kepada penutur yang ditandai dengan kata sebentar ah! MT: Sik ah! (Sebentar ah!) 7. Tuturan D7 P: Tan, tulung Ibu dipethuk, Ibu bar sembayangan nang nggone mbah Nah! (Tan, tolong Ibu dijemput, Ibu tadi sembayangan di tempat mbah Nah!) MT: Mbok Mas Pandu wae to Pak! (Mas Pandu saja Pak!) Penggunaan kata fatis - Percakapan antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada malam hari, di ruang tengah. mitra tutur mengungkapkan penolakan kepada penutur dengan menyatakan Mas Pandu saja Pak! V

169 E. BASA-BASI MENERIMA NO. TUTURAN PENANDA MAKSUD TRIANGULATOR LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK 1. Tuturan E1 P: Pak, Minggu ngeterke Aldo nang kolam renang ya karo Alga, aku Minggu dinas awan ki. (Pak Minggu antar Aldo ke kolam renang ya dengan Alga, aku Minggu dinas siang.) Penggunaan kata fatis ya Percakapan antara suami dan istri. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah. Mitra tutur menerima pernyataan penutur dengan ditandai kata Ya bu. V MT: Ya Bu, esuk wae to ben isa suwe le renang. (Ya Bu, pagi saja ya, biar bisa lama renangnya.) 2. Tuturan E2 P: Sar, dadakan iki, mumpung kowe bali, kowe ngko ngewangi tugas koor gelem apa Penggunaan kata fatis lah, ya Percakapan antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada siang hari, di ruang tengah. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur. Yang ditandai dengan jawaban Ya. V

170 ora? (Sar, ini dadakan, mumpung kamu pulang, kamu nanti tugas koor mau apa tidak?) MT: Nggone dhewe to le tugas Bu? Yo ngkolah tak melu. (Tempat kita yang tugas Bu? Ya nantilah aku ikut) 3. Tuturan E3 P: Le, iki Ibu nggawa bakso, gelem apa ora? (Nak, ini ibu bawa bakso, mau tidak?) Penggunaan kata fatis ya Percakapan terjadi antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang makan. Mitra tutur menerima tawaran dari penutur yang ditandai dengan kata mau bu. V MT: Gelem Bu (Mau Bu.) P: Ya rene. (Ya sini.) 4. Tuturan E4 P: Bu, iki mau entuk undangan. (Bu, ini tadi dapat undangan.) Penggunaan kata fatis oh iya Percakapan antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah. Mitra tutur menerima informasi yang diberikan penutur. V MT: Oh iya, mau

171 Bapak wis ngomong Nis. (Oh iya, tadi Bapak sudah bilang Nis.) 5. Tuturan E5 P: Ga, mbok nonton TV-ne ditinggal sik, Ibu diewangi disik kae. (Ga, nonton TVnya nanti lagi, Ibu dibantu dulu itu) Penggunaan kata fatis oh iya Percakapan antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah. Penutur bermaksud untuk meminta mitra tutur membantu Ibunya. V MT: Oh iya Pak. (Oh iya Pak) 6. Tuturan E6 P: Le, sesuk prei ora nang ngendi-ngendi to? (Nak, besok libur tidak pergi kemanamana kan?) MT: Ora kok Pak. (Tidak kok Pak) P: Tulung terke Bapak nang wisma ya, sesuk Penggunaan kata fatis oh iya Percakapan antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah. Penutur bermaksud meminta mitra tutur untuk mengantar ke wisma besok pagi dengan bertanya terlebih dahulu, kemudian mitra tutur menerima permintaan penutur dengan mengatakan Oh V

172 Bapak ono rekoleksi. (Tolong antar Bapak ke wisma ya, besok bapak ada rekoleksi) iya Pak. MT: Oh iya Pak 7. Tuturan E7 P: Pak, Alga mengko bali sore ya. (Pak, Alga nanti pulang sore ya) Penggunaan kata fatis ya Percakapan antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada pagi hari, di ruang tengah. Penutur bermaksud menyapa mitra tutur dengan meminta izin kepada mitra tutur. V MT: Loh, ana kegiatan apa? (Loh, ada kegiatan apa? P: Mengko meh nang kerja kelompok Pak, nang sekolahan. (Nanti mau kerja kelompok Pak, di sekolahan)

173 F. BASA-BASI MENYATAKAN MAAF NO. TUTURAN PENANDA MAKSUD TRIANGULATOR LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK 1. Tuturan F1 P: Pak, sorry lho mau lali ngentasi pemeane, aku ora ngerti nek mau awan udan, klambine Bapak teles kae. (Pak, maaf lho tadi lupa angkat jemuran, aku tidak tahu kalau tadi siang hujan, bajunya Bapak basah semua itu.) Penggunaan kata fatis lho Percakapan antara suami dan istri. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah. Penutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur ditandai dengan kata sorry lho. V MT: Lah ya wis, diangin-anginke sik wae, ngko kan ya garing. (Lah, ya sudah, dianginanginkan dulu saja, nanti juga kering.) 2. Tuturan F2 P: Bu, sorry lho aku Penggunaan kata fatis lho Percakapan antara Ibu dan anak. Tuturan Penutur bermaksud menyatakan V

174 mau lali nggugah, lha aku ya keturon. (Bu, maaf lho tadi aku lupa bangunin, soalnya aku juga ketiduran.) terjadi pada pagi hari, di ruang tengah. maaf kepada mitra tutur. MT: Rapapa, ngerti kok aku, aku ya wis tangi disik kok. (Tidak apaapa, tahu kok, aku juga sudah bangun duluan kok.) 3. Tuturan F3 P: Bu, la klambiku ndak wes dijipukke? (Bu, apa bajuku sudah diambilkan?) MT: Yaampun Pak, lali aku. Dingapurani Pak lali aku. (Yaampun Pak, aku lupa, maaf Pak.) Penggunaan kata fatis lho Percakapan antara suami dan istri. Tuturan terjadi pada pagi hari, di ruang tengah. Mitra tutur bermaksud menyatakan maaf kepada penutur. Yang ditandai dengan permintaan maaf yang ditandai dengan kalimat dingapurani pak. V

175 G. BASA BASI MENGUCAPKAN SELAMAT NO. TUTURAN PENANDA MAKSUD TRIANGULATOR LINGUAL NONLINGUAL YA TIDAK 1. Tuturan G1 P: Pak, Aldo mau wis isa ngetung nang ngarep kelas lho!(pak, Aldo tadi sudah bisa berhitung di depan kelas lho!) Penggunaan kata fatis selamat dan ya Percakapan terjadi suami dan istri. Tuturan terjadi pada sore hari, di ruang tengah. Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamat yo dek. V MT:Weh, apa iya? Selamet ya dik. (Weh, apa iya? Selamat ya dik) 2. Tuturan G2 P: Bu, lumayan lho aku wis isa ngelesi murid meneh. (Bu, lumayan lho aku sudah bisa ngajar les murid lagi) MT: Ya syukur Puji Tuhan, selamet ya Sar, muga-muga tambah lancar. (Ya Penggunaan kata fatis selamat, lho dan ya Penutur adalah guru SD Bernadus Semarang berusia 29 tahun, perempuan. Mitra tutur adalah ibu penutur yang berusia 49 tahun. Tuturan Mitra tutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada penutur yang ditandai dengan kalimat selamet ya Sar. V

176 syukur Puji Tuhan, selamat ya Sar, semoga tambah lancar.) terjadi pada sore hari, di ruang tengah. 3. Tuturan G3 P: La kowe ki ngetung dhuite sapa Le? (Kamu itu menghitung uangnya siapa Nak?) Penggunaan kata fatis ya Percakapan antara Ibu dan Anak. Tuturan terjadi pada sore hari, di kamar mitra tutur. Penutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada mitra tutur dalam bentuk pujian. V MT: Ya duitku Bu, aku nyelengi kok (Ya uangku Bu, Aku kan nabung) P: Wah, pinter men, lumayan isa nggo jajan dhewe. (wah, pintar sekali, lumayan bisa buat jajan sendiri.) 4. Tuturan G4 P: Le, piye? Wis ana kabar seka sekolahan durung? (Nak, bagaimana? Sudah ada kabar dari sekolah Penggunaan kata fatis oh, iya. Percakapan antara Bapak dan Anak. Tuturan terjadi pada malam hari, di ruang tengah. Penutur bermaksud memberikan ucapan selamat kepada mitra tutur karena sudah diterima menjadi guru di salah satu V

177 belum?) MT: Oh iya Pak, Puji Tuhan aku ketampa kok. (Oh iya Pak, puji Tuhan aku diterima kok.) sekolahan dengan mengatakan wah, selamat ya Nak, semoga lancar. P: Wah, selamet ya le, muga-muga lancar. (Wah, selamat ya Nak, semoga lancar)

178 BIODATA PENULIS Angela Yohana Mentari Adistin lahir di Bandungan, Jawa Tengah, tanggal 28 Januari Ia menyelesaikan pendidikan tingkat sekolah dasar di SD Pangudi Luhur Ambarawa, pada tahun Kemudian ia melanjutkan studinya di SMP Pangudi Luhur Ambarawa dan tamat pada tahun Pendidikan tingkat menengah atas ditempuhnya di SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, yang selesai pada tahun Setelah menyelesaikan sekolah tingkat menengah atas, ia melanjutkan studi S1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa pendidikan S1 tersebut berakhir pada tahun 2016 dengan menyelesaikan skripsi Basa-basi dalam Berbahasa Antaranggota Keluarga Pendidik di Desa Junggul, Bandungan, Jawa Tengah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA PENDIDIK DI DUSUN KENTENG, KEJIWAN, WONOSOBO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BASA-BASI DALAM BERBAHASA ANTARANGGOTA KELUARGA PENDIDIK DI DESA KALIREJO, KULON PROGO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari budaya yang hidup. Ia lahir dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bagian dari budaya yang hidup. Ia lahir dari suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari budaya yang hidup. Ia lahir dari suatu masyarakat yang memiliki kesepakatan untuk memakai kaidah-kaidah dalam suatu bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbicara menduduki posisi penting dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia melakukan percakapan untuk membentuk interaksi antarpesona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak tutur merupakan suatu bentuk tindakan dalam konteks situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istilah dan teori tentang tindak tutur mula-mula diperkenalkan oleh J. L. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (KBBI, 2007: 588). 2.1.1 Tindak Tutur Istilah dan teori tentang

Lebih terperinci

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN 2.1. Pengertian Tindak Tutur Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan pengaruh yang besar di bidang filsafat dan lingustik. Gagasannya yang

Lebih terperinci

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa REALISASI TUTURAN DALAM WACANA PEMBUKA PROSES BELAJARMENGAJAR DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA YANG BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada empat, yaitu tuturan, perkawinan, tindak tutur, dan konteks situasi. Keempat konsep ini perlu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Tindak Tutur Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang melakukan beberapa tindakan seperti melaporkan, menjanjikan, mengusulkan, menyarankan, dan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi BAB II KERANGKA TEORI Kerangka teori ini berisi tentang teori yang akan digunakan dalam penelitian ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi tindak tutur;

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa mereka, atau bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bahasa mereka, atau bahasa-bahasa mereka bila mereka berbahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia tidak terlepas dari bahasa, bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Tanpa adanya bahasa maka komunikasi pun tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat menjalin hubungan dengan manusia lain dalam lingkungan masyarakat. Komunikasi dapat dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sosial kita selalu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang untuk dapat menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi BAB II KAJIAN TEORI Untuk mendukung penelitian ini, digunakan beberapa teori yang dianggap relevan dan dapat mendukung penemuan data agar memperkuat teori dan keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar-mengajar guru mempunyai peran penting dalam menyampaikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik melalui komunikasi. Komunikasi adalah alat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui bahasa manusia dapat berkomunikasi dengan sesama untuk memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk menyatakan pikiran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuturan manusia dapat diekspresikan melalui media masa baik lisan maupun tulisan. Dalam media lisan, pihak yang melakukan tindak tutur adalah penutur (pembicara)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan atau dihindari dari kehidupan manusia. Chaer (2010:11) menyatakan bahasa adalah sistem, artinya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Sofa,S.IP(2008) yang menulis tentang, Penggunaan Pendekatan Pragmatik dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara bagi Siswa SMPN 3 Tarakan Kalimantan

Lebih terperinci

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juli 2015 IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG.

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Juli 2015 IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG. IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM TRANSAKSI JUAL BELI DI PASAR BAMBU KUNING BANDAR LAMPUNG Oleh Lismayana Nurlaksana Eko Rusminto Siti Samhati Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail:

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI

TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI TINDAK TUTUR BERBAHASA INDONESIA DALAM INTERAKSI JUAL-BELI DI PASAR MINGGU TAMANAGUNG BANYUWANGI SKRIPSI Oleh Erly Haniyati Nisak NIM 100210402060 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003:

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana dalam Chaer, 2003: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto, Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia... 9 Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep Andriyanto Bahasa Indonesia-Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain. Kebutuhan akan bahasa sudah jauh sebelum manusia mengenal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini, BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berikut beberapa penelitian yang dapat menjadi acuan dan perbandingan dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan

Lebih terperinci

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman

MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA. Oleh: Tatang Suparman MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA INDONESIA Oleh: Tatang Suparman FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2008 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : MAKSIM PELANGGARAN KUANTITAS DALAM BAHASA

Lebih terperinci

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut...

PRAGMATIK. Penjelasan. Sistem Bahasa. Dunia bunyi. Dunia makna. Untuk mengkaji pragmatik... Contoh-contoh sapaan tersebut... PRAGMATIK Pengantar Linguistik Umum 10 Desember 2014 APAKAH PRAGMATIK ITU? Sistem Bahasa Penjelasan Pragmatik Dunia bunyi Pragmatik Struk tur baha sa* Dunia makna Pragmatik Di dalam dunia bunyi dan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam kelangsungan hidupnya manusia selalu membutuhkan orang lain untuk hidup bersama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa yaitu mendengar, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang harus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Pengertian Pragmatik Pragmatik pertama kali diperkenalkan oleh seorang filsuf yang bernama Charles Morris. Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa yang semakin dikenal pada masa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi atau interaksi sosial. Sebagai alat komunikasi, bahasa dapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian tuturan basa-basi dalam teks drama les Justes menghasilkan

BAB V PENUTUP. Penelitian tuturan basa-basi dalam teks drama les Justes menghasilkan BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Penelitian tuturan basa-basi dalam teks drama les Justes menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan jenisnya tuturan basa-basi ada dua yaitu polar dan murni. Para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa berbahasa. Sebagian orang menggunakan bahasa lisan atau tulisan dengan menggunakan kata-kata yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Baryadi (2005: 67) sopan santun atau tata krama adalah salah satu wujud penghormatan seseorang kepada orang lain. Penghormatan atau penghargaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang semakin dikenal pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu ini jarang atau

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 32 BAB 3 METODE PENELITIAN Dalam bagian ini akan dipaparkan, hal-hal yang berkaitan dengan (1) pendekatan penelitian, (2) sumber data dan data (korpus), (3) teknik penelitian, (4) model kontekstualisasi

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA

FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA i FUNGSI TINDAK TUTUR ILOKUSI EKSPRESIF PADA TUTURAN TOKOH DALAM NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN 2 KARYA ASMA NADIA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan di dalam masyarakat selalu melakukan interaksi atau hubungan dengan sesamanya yang disebut komunikasi. Berkomunikasi di dalam masyarakat menggunakan sebuah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa yang digunakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Suatu kehidupan masyarakat sehari-hari komunikasi sangat penting digunakan untuk berinteraksi antar manusia di dalam lingkungan masyarakat. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi. Keingintahuan tersebut menyebabkan perlunya berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peristiwa Tutur Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal penting yang perlu dipelajari karena bahasa mempunyai fungsi dan peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Pada umumnya seluruh kegiatan

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS)

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH. Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA FILM MIMPI SEJUTA DOLAR KARYA ALBERTHIENE ENDAH Suci Muliana Universitas Sebelas Maret (UNS) sucimuliana41@yahoo.com Abstrak Penelitian yang berjudul tindak tutur ekspresif

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tindak tutur atau tindak ujar (speech act) merupakan sesuatu yang bersifat pokok di dalam pragmatik. Tindak tutur merupakan dasar bagi analisis topik-topik pragmatik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana, yaitu bahasa tulis dan bahasa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. lain, sehingga orang lain mengetahui informasi untuk memenuhi kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa berperan penting di dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, hampir semua kegiatan manusia bergantung pada dan bertaut dengan bahasa. Tanpa adanya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial dan anggota masyarakat memerlukan bahasa sebagai media komunikasi untuk berinteraksi dengan makhluk lainnya untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam komunikasi (Wijana,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian kualitatif berusaha memahami makna dari fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan ciri yang paling khas manusia yang membedakan dengan makhluk-makhluk lain. Dengan bahasa manusia dapat mengadakan komunikasi, sebab bahasa adalah alat

Lebih terperinci

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG Oleh Atik Kartika Nurlaksana Eko Rusminto Mulyanto Widodo Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala

BAB I PENDAHULUAN. sikap terhadap apa yang dituturkannya. kegiatan di dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Sebagai alat komunikasi bahasa digunakan sebagai alat penyampaian pesan dari diri seseorang kepada orang lain,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Tindak Tutur Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin (1962) dengan mengemukakan pendapat bahwa pada dasarnya

Lebih terperinci

KEKUASAAN DALAM BAHASA (ANALISIS PERCAKAPAN MELALUI KLASIFIKASI TINDAK TUTUR)

KEKUASAAN DALAM BAHASA (ANALISIS PERCAKAPAN MELALUI KLASIFIKASI TINDAK TUTUR) KEKUASAAN DALAM BAHASA (ANALISIS PERCAKAPAN MELALUI KLASIFIKASI TINDAK TUTUR) Agustine Nurhayati, S.Pd., M.Pd. Dosen Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas PGRI Adi Buana Surabaya tien.hadi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal 1 I. PENDAHULUAN Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal yang menjadi latar belakang pemilihan topik penelitian, termasuk mensignifikasikan pemilihan topik penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi, digunakan oleh anggota masyarakat untuk berinteraksi, dengan kata lain interaksi atau segala macam kegiatan komunikasi di dalam

Lebih terperinci

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan)

IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) 1 IMPLIKATUR, TEKNIK PENERJEMAHAN, DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Suatu Kajian Pragmatik Dalam Teks penerjemahan) Oleh: Indrie Harthaty Sekolah Tinggi Bahasa Asing Pertiwi Abstrak Kajian

Lebih terperinci

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH

ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH ANALISIS TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KABAH ARTIKEL E-JOURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) WILDASARI NIM 110388201136

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan manusia lainnya dalam kehidupannya. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia saling berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejatinya, manusia menggunakan bahasa sebagai sarana berkomunikasi antarsesama. Akan tetapi, tidak jarang bahasa juga digunakan oleh manusia sebagai sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri. Manusia membutuhkan bantuan orang lain untuk melangsungkan kehidupannya. Bahasa sangat penting untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia kreatif menciptakan media baru sebagai sarana untuk mempermudah proses berkomunikasi. Media yang tercipta misalnya bentuk media cetak dan elektronik. Dua media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam berbahasa diperlukan kesantunan, karena tujuan berkomunkasi bukan hanya bertukar pesan melainkan menjalin hubungan sosial. Chaer (2010:15) mengatakan

Lebih terperinci

PRESUPPOSITIONS IN THE NOVEL MAHAMIMPI ANAK NEGERI BY SUYATNA PAMUNGKAS

PRESUPPOSITIONS IN THE NOVEL MAHAMIMPI ANAK NEGERI BY SUYATNA PAMUNGKAS 1 PRESUPPOSITIONS IN THE NOVEL MAHAMIMPI ANAK NEGERI BY SUYATNA PAMUNGKAS Nur Helda Juliani 1, Charlina 2, Dudung Burhanudin 3 nurhelda_juliani@yahoo.co.id, Hp: 082283142961, charlinahadi@yahoo.com Faculty

Lebih terperinci

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46). Untuk BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran, hal-hal, atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo, 1985:46).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada hakekatnya manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi, manusia dapat memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangPenelitian Bahasa adalah hasil budaya suatu masyarakat berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks, karenaujarantersebutmengandung pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya senantiasa berkomunikasi dengan manusia lain dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi melalui media bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012 NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA

PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA PENGGUNAAN DEIKSIS DALAM BAHASA INDONESIA Roely Ardiansyah Fakultas Bahasa dan Sains, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Abstrak Deiksis dalam bahasa Indonesia merupakan cermin dari perilaku seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA

Jurnal Cakrawala ISSN , Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Jurnal Cakrawala ISSN 1858-449, Volume 7, November 2013 TINDAK TUTUR PENERIMAAN DAN PENOLAKAN DALAM BAHASA INDONESIA Oleh : Bowo Hermaji ABSTRAK Tindak tutur merupakan tindakan yang dimanifestasikan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana terpenting dalam segala jenis komunikasi yang terjadi di dalam kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. gejala individual yang bersifat psikologis dan keberlangsungan ditentukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik. Tindak tutur (istilah Kridalaksana pertuturan speech act, speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula merusak hubungan diantaranya adalah hubungan sosial dapat terlihat dalam aktifitas jual beli dipasar. Keharmonisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal

BAB I PENDAHULUAN. dengan usia pada tiap-tiap tingkatnya. Siswa usia TK diajarkan mengenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga untuk belajar mengajar merupakan tempat untuk menerima dan memberi pelajaran serta sebagai salah satu tempat bagi para siswa untuk menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh manusia untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sistem simbol bunyi bermakna dan berartikulasi oleh alat ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi oleh sekelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa mengalami perubahan signifikan seiring dengan perubahan masyarakat. Perubahan itu berupa variasi-variasi bahasa yang dipakai sesuai keperluannya. Banyaknya

Lebih terperinci

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI Oleh: Latifah Dwi Wahyuni Program Pascasarjana Linguistik Deskriptif UNS Surakarta Abstrak Komunikasi dapat

Lebih terperinci

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA

PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA PRINSIP KESANTUNAN DAN KEBERHASILAN KETERAMPILAN BERBICARA Diana Tustiantina 1) Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa dianatustiantina@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab III ini dikemukakan mengenai metode penelitian yang peneliti gunakan. Metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Analisis jenis kalimat, bentuk penanda dan fungsi tindak tutur komisif bahasa Jawa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan media komunikasi yang paling canggih dan produktif. Kentjono (dalam Chaer, 2007: 32) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi

BAB I PENDAHULUAN. penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Surat kabar sebagai salah satu media massa cetak memiliki peran yang penting. Peranan tersebut, berfungsi untuk menyampaikan beragam informasi kepada masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Penggunaan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari interaksi yang menggunakan sebuah media berupa bahasa. Bahasa menjadi alat komunikasi yang digunakan pada setiap ranah profesi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa sebagai wahana komunikasi yang paling efektif bagi manusia dalam menjalin hubungan dengan dunia luar, hal ini berarti bahwa fungsi bahasa adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dipaparkan subbab-subbab yaitu, (1) latar belakang, (2) fokus masalah, (3) rumusan masalah, (4) tujuan penelitian, (5) manfaat penelitian dan (6) definisi operasional. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa disebut sebagai alat komunikasi terpenting manusia. yang harus ada dalam proses komunikasi, yaitu: (1) pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa disebut sebagai alat komunikasi terpenting manusia. yang harus ada dalam proses komunikasi, yaitu: (1) pihak yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupan sehari-hari memiliki beragam jenis kebutuhan. Namun, manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka sendiri tanpa adanya bantuan dari

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian tentang tindak tutur belum begitu banyak dilakukan oleh mahasiswa di Universitas Negeri Gorontalo. Dari sekian banyak mahasiswa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal

BAB I PENDAHULUAN. Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata deiksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu deiktikos yang berarti hal penunjukan secara langsung. Istilah tersebut digunakan oleh tata bahasawan Yunani

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang II. LANDASAN TEORI 2.1 Pragmatik Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu salah satunya yaitu tentang pragmatik. Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari

Lebih terperinci