MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM PENGONTROLAN PADA VESSEL 11V1 FOC I PT PERTAMINA (PERSERO) UNIT PENGOLAHAN IV CILACAP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM PENGONTROLAN PADA VESSEL 11V1 FOC I PT PERTAMINA (PERSERO) UNIT PENGOLAHAN IV CILACAP"

Transkripsi

1 MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK SISTEM PENGONTROLAN PADA VESSEL 11V1 FOC I PT PERTAMINA (PERSERO) UNIT PENGOLAHAN IV CILACAP Tunjung Dwi Madyanto Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Abstrak Seiring dengan berkembangnya perindustrian di Indonesia serta bertambah padatnya aktivitas transportasi masyarakat, maka kebutuhan energi pun terus meningkat setiap tahunnya. Hingga saat ini, minyak bumi masih merupakan sumber energi utama yang diperlukan untuk mendukung aktivitas tersebut. PT. PERTAMINA RU IV Cilacap merupakan salah satu indutstri pengolahan minyak yang menggunakan sistem kendali otomatis dalam proses produksinya. Sistem kendali otomatis sangat diperlukan dalam operasi-operasi industri misalnya untuk pengontrolan tekanan, temperatur, level, kelembapan, viskositas dan laju alir dalam proses produksi. Otomatisasi saat ini tidak hanya diperlukan sebagai pendukung keamanan operasi, faktor ekonomi maupun mutu produksi, namun telah menjadi suatu kebutuhan pokok bagi proses industri. Untuk mendukung proses tersebut dipakai peralatan instrumen yang dalam pelaksanaannya dapat memenuhi kebutuhan akan ketelitian dan ketepatan dalam pengaturan dan pengontrolan suatu proses, sehingga didapat produk dengan kualitas dan jumlah yang optimal. Vessel 11V1 merupakan tempat pemisahan fluida berdasarkan perbedaan specific gravity (SG). Di dalam vessel ini menggunakan kontrol level yang disusun secara cascade dengan kontrol flow. Pengontrolan level yang disusun secara cascade dengan kontrol flow bertujuan agar level terkontrol secara akurat sehingga tidak terjadi perubahan level yang signifikan di dalam vessel. Perubahan level yang signifikan akan menyebabkan terganggunya proses produksi pada tahap berikutnya. Kata kunci: kontrol level, Vessel 11V1, kontrol cascade. 1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. PERTAMINA (PERSERO) RU IV Cilacap merupakan suatu perusahaan pengilangan di Indonesia yang mengolah minyak mentah menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Non Bahan Bakar Minyak (NBM). Untuk mendukung proses pengolahan tersebut, maka diperlukan peralatan produksi yang beraneka ragam dan menggunakan teknologi tinggi, agar target-target produksi yang ditetapkan perusahaan dapat terpenuhi. Instrumentasi sistem kendali otomatis memegang peranan penting sebagai penunjang pada proses-proses industri perminyakan yang perlu untuk pengendalian tekanan, temperatur, aliran dan besaran proses lainnya. Peralatan instrumen yang dapat dipakai untuk beberapa sistem antara lain adalah : sistem pengukuran, sistem pengendalian, sistem pengamanan dan sebagainya. Dengan adanya sistem tersebut diharapkan dapat memberikan data yang benar dan teliti dalam waktu yang relatif singkat dengan hasil yang efektif dan efisien sesuai dengan rencana dan tujuan dari proses. Sistem pengendalian akan berfungsi dengan baik jika mempunyai peralatan instrumen yang sesuai dengan spesifikasi dari suatu proses. PT. PERTAMINA RU IV Cilacap merupakan salah satu indutstri yang menggunakan sistem kendali otomatis dalam proses produksinya. Sistem kendali otomatis sangat diperlukan dalam operasi-operasi industri misalnya untuk pengontrolan tekanan, temperatur, level, kelembapan, viskositas dan laju aliran dalam proses produksi. Otomatisasi saat ini tidak hanya diperlukan sebagai pendukung keamanan operasi, faktor ekonomi maupun mutu produksi pun telah menjadi suatu kebutuhan pokok bagi proses industri. Vessel 11V1 merupakan tempat yang berfungsi sebagai pemisah antara gas, minyak dan air. Di dalam vessel ini terjadi suatu proses yang memiliki pengaruh besar terhadap jumlah produksi PT. PERTAMINA RU IV, sehingga harus didukung suatu sistem pengontrolan yang dapat mendukung proses tersebut. 1

2 1.2. Tujuan Pembuatan laporan kerja praktek ini bertujuan untuk mempelajari sistem instrumentasi dan secara khusus mempelajari sistem kontrol serta sistem safe guard vessel 11V1 yang berada pada FOC I Batasan Masalah Pada laporan kerja praktek ini, masalah hanya dibatasi pada sistem instrumentasi dari sistem pengontrolan, tetapi tidak membahas tentang sistem mekanik yang bekerja pada tiap peralatan. 2.DASAR TEORI 2.1. Proses Produksi pada PT. PERTAMINA (PERSERO) RU IV Cilacap PERTAMINA merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan satu-satunya badan usaha yang mendapat wewenang untuk mengelola kekayaan negara berupa minyak dan gas bumi. PT. PERTAMINA (PERSERO) RU IV Cilacap membangun beberapa kilang untuk mendukung proses produksinya. Pembangunan kilang minyak di Cilacap dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu kilang minyak I, kilang minyak II dan kilang paraxylene. Proses produksi pada kilang minyak I ditunjukkan pada Gambar 1. FUELGAS Area Kilang Minyak I meliputi : a. Fuel Oil Complex I (FOC I) yang memproduksi BBM.. b. Lube Oil Complex I (LOC I) yang memproduksi bahan dasar minyak pelumas (lube base oil) dan asphalt c. Utilities Complex I (UTL I) yang memenuhi kebutuhan kebutuhan penunjang unit-unit proses seperti steam, listrik, instrumen udara, air pendingin, serta fuel system (fuel gas dan fuel oil). 2.2.Sistem Instrumentasi Alat instrumen yang dipakai dalam sistem pengukuran dan pengaturan secara umum terdiri dari beberapa elemen yang digabung menjadi satu sistem. Elemenelemen tersebut adalah : 1. Primary element (sensing element) 2. Secondary element (transmitter) 3. Control element (receiver) 4. Final control element (kontrol valve) Dalam sistem pengaturan ke empat elemen diatas selalu dipakai, sedangkan pada sistem pengukuran control element diganti dengan receiver berupa indikator. Susunan umum dari suatu sistem pengaturan dapat dilihat pada Gambar 2. NAPHTA PMF LPG MIDLEAST CRUDE CDUI KERO LGO HGO NTH KEROMEROX HDS STAB/SPLIT PLATFORMERI GASOLINE AVTUR KEROSENE ADO/IDO TOLOC Gambar 1 Diagram Blok Proses Kilang Minyak I. Gambar 2 Blok Diagram Sistem Pengaturan Element sensor (primary element) Primary element sering disebut dengan sensor yang merupakan alat yang sangat sensitif terhadap perubahan besaran fisik yang terjadi pada suatu proses di industri. Perubahan pada proses tersebut oleh sensor diubah dalam suatu perubahan sejenis maupun dalam perubahan lain yang memungkinkan secondary element mengolah data dari sensor tersebut. Dalam loop pengendalian 2

3 proses fungsi dari elemen pengukur adalah sebagai alat untuk mendapatkan nilai aktual dari besaran proses yang dikendalikan. Data pengukuran ini dapat berupa mekanik (gerakan mekanik) atau besaran listrik (perubahan nilai kapasitansi suatu kapasitor, perubahan tahanan listrik) yang nilainya sebanding dengan nilai besaran proses yang diukur Secondary Element (Transmitter) Secondary element ini berfungsi mengolah perubahan fisik yang dihasilkan oleh sensor menjadi suatu penunjukkan (indicator) atau tenjadi suatu sinyal standar untuk ditransmisikan ke Receiver (Indicator dan Recorder) maupun control element (Controller). Sinyal Pneumatik 3-15 psi; 0,2-1,0 kg/cm2 Sinyal Elektrik 4-20 ma DC; 1-5 VDC Secondary element secara umum disebut Transmitter, yaitu suatu alat yang mengubah besaran fisik dari sensor menjadi signal standart untuk dikirim ke alat lainnya Control Element dan receiver Control element atau sering disebut kontroler yaitu alat yang berfungsi melakukan pengaturan dengan jalan membandingkan besaran proses terhadap nilai yang dikehendaki (set point). Apabila antara besaran proses dan set point terjadi ketidaksamaan maka kontroler akan melakukan koreksi dengan jalan memerintahkan final control element untuk mengatur besaran proses, sampai controler menyatakan set point. Receiver adalah alat yang menerima sinyal standar dari transmitter untuk dipakai sebagai alat ukur. a. Indikator : menunjukan hasil pengukuran besaran proses dalam waktu tertentu. b. Sistem alarm : memberikan peringatan (dalam bentuk suara atau cahaya lampu) apabila suatu besaran proses menyimpang pada tahap yang membahayakan. c. Sistem safeguard & shutdown : menghentikan suatu proses apabila proses tersebut sudah tidak terkendali dan pada tahap yang membahayakan Final Control Element Final Element (Control Valve) ini merupakan Alat terakhir dari suatu pengaturan yang secara langsung mengontrol besaran proses agar berada pada nilai yang dikehendaki (set point) sesuai dengan perintah dari controller. Final element dalam suatu pengaturan adalah control valve yang berfungsi untuk mewujudkan sinyal keluaran controller menjadi suatu aksi yang dapat mengembalikan kondisi proses ke harga yang dikehendaki. Aksi control valve ada dua macam yaitu: Air to Open (ATO) : Failure Close (FC) Adalah kondisi valve, dimana besarnya sinyal kendali sebanding dengan besarnya bukaan valve, dan berbanding terbalik dengan tutupan valve. Jadi, saat sinyal kecil, bukaan juga kecil, saat sinyal besar, bukaan juga besar. Ditandai dengan cat warna merah. Aksi air to open diperlihatkan pada Gambar 3. Gambar 3 Air to Open. Air to Close (ATC): Failure Open (FO) adalah kondisi valve, dimana besarnya sinyal kendali berbanding terbalik dengan besarnya bukaan valve, dan sebanding dengan tutupan valve. Jadi, saat sinyal kecil bukaan besar, saat sinyal besar, bukaan justru kecil. Ditandai dengan cat warna hijau. Aksi air to close diperlihatkan pada Gambar 4. 3

4 Gambar 4 Air to Close Sistem Kontrol Suatu sistem pengendalian, dapat dibedakan berdasarkan jenis dari loop pengendaliannya. Ada 2 jenis loop pengendalian, yaitu: Open Loop Control (Loop Terbuka) Untuk memahami bentuk loop pengendalian ini, amatilah gambar di bawah ini. Open loop control adalah sistem pengendalian yang keluarannya tidak akan dapat mempengaruhi aksi dari pengendaliannya (output tidak dilakukan feed back ke input). Diagram blok kontrol loop terbuka ditunjukkan pada Gambar 5. Dengan: V = set point m=variabel termanipulasi G 1= unsur kontrol c = variabel terkontrol G 2= unsur proses Gambar 5 Kontrol Open Loop. Close Loop Control (Loop Tertutup) Close Loop Control adalah merupakan sistem pengendalian yang sinyal keluarannya mempunyai pengaruh langsung pada aksi pengendaliannya. Struktur kontrol loop tertutup umpan balik ditunjukkan pada Gambar 6 dan Struktur kontrol loop tertutup umpan maju ditunjukkan pada Gambar 7. Dengan: v = set point m =variabel termanipulasi G 1 = unsur kontrol G 2 = unsur proses c = variabel terkontrol e = sinyal aktuasi H = variabel feed back Gambar 6 Struktur Kontrol Loop Tertutup Umpan Balik. Gambar 7 Struktur Kontrol Loop Tertutup Umpan Maju Pengenalan Vessel 11V 1 Vessel 11V1 merupakan tempat yang berfungsi sebagai penampung fraksi overhead yang kemudian dipisahkan berdasarkan perbedaan density atau specific gravity (SG). Vessel 11V1 secara garis besar terdiri dari tiga ruangan, yaitu ruangan untuk wash oil, sour water dan sour gas. Skema Vessel 11V1 dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Skema Vessel 11V1. Ruangan-ruangan pada vessel 11V1 berfungsi untuk memisahkan ketiga zat, yaitu minyak, air dan gas agar tidak tercampur. Tujuan pemisahan tersebut yaitu untuk memurnikan minyak yang dalam hal ini naphtha dari air dan untuk mengurangi kandungan gas asam pada naphtha Aliran Proses pada Vessel 11V1 CDU I merupakan unit yang berada di FOC I. Unit ini mengolah minyak crude oil yang berasal dari timur tengah yaitu Arabian Light Crude (ALC). Unit ini memrpoduksi 6 produk, antara lain: 1. Fuel gas 2. Naphtha 3. Kerosine 4. LGO 5. HGO 6. Long residu Pada proses Crude Destilation Unit merupakan proses pemisahan crude oil 4

5 (minyak mentah) menjadi beberapa produk yang berdasarkan titik didihnya. Teknik proses yang digunakan dalam mendapatkan produk-produk suatu campuran dapat dilakukan dengan metode pemisahan secara fisis ataupun kimia. Dasar dari pemisahan proses tersebut adalah adanya perbedaan volatility (kemampuan suatu zat untuk menguap) dari komponennya. Sedangkan dalam proses pemisahan tersebut terjadi pada fase uap sehingga energi panas. Proses destilasi dilakukan dengan memanaskan suatu campuran zat cair pada temperatur tertentu agar salah satu komponennya ataupun sekelompok komponennya dapat berubah menjadi fase gas dan menguap. Jadi dalam reaktor, temperatur harus dijaga pada kondisi konstan sesuai sifat dari komponennya. Dalam proses pemisahan ada tahaptahap yang harus dilalui. Tahap-tahap tersebut terdiri dari 3 tahap dasar yaitu: 1. Tahap penguapan atau proses penambahan sejumlah panas ke dalam larutan / campuran yang akan dipisahkan. 2. Tahap pembentukan fase setimbang. 3. Tahap pemisahan fase setimbang. Pada kilang RU IV Cilacap proses destilasi mempunyai urutan proes sebagi berikut: Crude oil sebelum masuk ke dapur mendapat pemanasan terlebih dahulu oleh heat exchanger dimana media pemanasan adalah stream dari main fractionator. Selain itu crude oil juga mengalami proses desalting, yang bertujuan untuk menurunkan kadar garamnya. Setelah mengalami proses desalting maka crude oil mendapatkan pemanasan pendahuluan lagi oleh heat exchanger, kemudian masuk ke dalam main fraksinator (CDU I). Di dalam main fraksinator (CDU I), crude oil dipisahkan menjadi 5 fraksi yaitu fraksi overhead, kerosene, light gas oil (LGO), heavy gas oil (HGO), dan long residu (LSWR). Pada crude splitter (11C1), cairan hydrocarbon dipisahkan dengan media steam pressure untuk menghilangkan gas yang tercampur (dalam hal ini Hydrogen Sulfide/H 2 S) dan hydrocarbon dengan titik didih yang lebih rendah. Gas atau uap dari crude splitter dilairkan untuk dikondensasi oleh crude splitter overhead condenser (11E50). Hasil dari condensate tersebut kemudian masuk ke dalam vessel penampungan crude splitter overhead accumulator (11V1). Pada vessel 11V1 akan terjadi pemisahan hasil top product dari crude splitter (11C1) yaitu Naphtha, sour water dan sour gas. Naphtha yang telah terpisah oleh air akan masuk ke dalam pompa top refully product pump (11P8A/B&C) untuk dipompakan ke Coalescer (11S1), crude splitter (11C1) sebagai reflux untuk dipisahkan kembali dan ada pula yang menuju unit 12 yaitu Naphtha Hydro Treater yang dipompa oleh 12P1/2. Sour water yang mengendap pada bagian boot leg vessel 11V1 akan dialirkan menuju 17V1 dan17v101 dengan dipompa oleh sour water pump (11P17A/B/C). Dan Sour gas dari vessel 11V1 dalam keadaan normal akan disalurkan menuju 11F1 sebagai fuel gas dan ke 17HV-001 untuk diolah kembali pada unit SRU. Jadi, fungsi utama vessel 11V1 yaitu sebagai separator dan penghimpun atau pengumpul fraksi overhead. 3. SISTEM KONTROL PADA VESSEL 11V Analisis Sistem Kontrol Level Sour Water Vessel 11V1 Pada ruangan wash oil, cairan hydrocarbon dikumpulkan, sedangkan sour water mengendap pada bagian boot leg 11V1. Sour water terdapat pada bagian boot leg vessel 11V1 tidaklah terpisah dengan wash oil. Kedua fluida tersebut bercampur, namun karena perbedaan massa jenis maka keduanya terpisah, wash oil yang ringan menempati bagian atas boot leg dan sour water yang lebih berat massa jenisnya menempati bagian bawah. Jadi, sistem kontrol pada bagian boot leg ini tidaklah semata-mata mengontrol level satu fluida, namun dua fluida yang berbeda. Level sour water pada boot leg ini harus dikontrol, karena bila terlalu tinggi maka sour water akan memasuki ruangan wash oil dan dapat tersedot oleh pompa 11P17A/B/C yang menyebabkan kerusakan, karena pompa tersebut tidak didesain untuk sour water. 5

6 Bila sebaliknya terjadi, yaitu level sour water pada boot leg terlalu rendah, maka wash oil dapat tersedot oleh pompa 11P8A/B/C dan menyebabkan kerusakan pada pompa tersebut, karena pompa tidak didesain untuk wash oil. Dalam pengontrolan level sour water pada vessel 11V1 digunakan sistem cascade. Sistem kontrol cascade disebut juga sistem kontrol bertingkat, dimana sebagai masternya adalah kontrol level 11LIC-010A dan sebagai slave adalah kontrol flow 11FIC-713. Kontrol cascade ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan pegontrolan level. Sistem kontrol ini terdiri dari bebapa instrument yaitu dua buah transmitter yaitu (11LT- 010 dan 11FT-713) sebagai input. Dua buah kontroler yaitu (11LIC-010A dan 11FIC-713). Jadi pada saat terjadi perubahan level maka level transmitter (11LT-010) akan memberikan sinyal elektrik menuju 11LIC-010A (primary control), sinyal output dari 11LIC-010A menjadi inputan bagi 11FIC-713. Selain mendapat input dari 11LIC-010A, 11FIC- 713 juga mendapat input dari 11FT-713. Kontroler 11FIC-713 menggabungkan kedua sinyal ini kemudian diteruskan ke 11FY-713 untuk diubah menjadi sinyal pneumatic. Sinyal pneumatic inilah yang berfungsi untuk mengatur perubahan bukaan valve 11FV-713. Loop cascade pada kontrol level boot leg vessel 11V1 ditunjukkan pada Gambar 9. Gambar 9 Loop Cascade pada Kontrol Level Boot Leg Vessel 11V1. Diagram blok sistem kontrol cascade ditunjukkan pada Gambar 10. Keterangan G1 = Level control (11LIC-010A) G2 = Flow control (11FIC-713) G3 = Valve Control (11LV-010 & 11FV-713) G4 = Process flow G5 = Process level H1 = Flow transmitter (11FT-713) H2 =Level transmitter(11lt-015) Gambar 10 Diagram Blok Sistem Kontrol Cascade Analisis Sistem Kontrol Level Naphtha Vessel 11V1 Liquid lain pada vessel 11V1 berupa wash oil yang berasal dari 11C1. Wash oil pada 11V1 adalah naphtha. Pada vessel 11V1, naphtha ditempatkan pada ruangan terpisah dengan sour water. Level naphtha perlu dikontrol, karena bila berlebihan dapat overflow ke ruangan sour gas dan bercampur dengan sour gas yang seharusnya dipisahkan dengan naphtha. Apabila level terlalu rendah, maka dapat merusak pompa 11P8A/B yang saling berpasangan. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem kontrol untuk mengawasi dan mengatur level naphtha. Pada vessel 11V1 terdapat sebuah loop sistem kontrol untuk mengontrol level naphtha pada 11V1. Pada sistem pengontrolan level naphtha juga menggunakan sistem cascade, dimana 11LIC-011 berfungsi sebagai master dan 12FIC-702 serta 12FIC-007 berfungsi sebagai slave. Terdapat beberapa instrumen pada loop tersebut, yaitu sebuah level transmitter (11LT-011) sebagai input, 11LY-011 yang berfungsi mengubah sinyal pneumatic menjadi sinyal analog, sebuah level indicating controller 11LIC-011 dan 12HS HS merupakan hand switch sebagai selector switch untuk menentukan aliran naphtha yang akan digunakan. Aliran naphtha yang dihisap oleh pompa 12P2 bisa berasal dari unit 11 atau unit 12. Pada keadaan normal, naphtha berasal dari unit 12 yaitu 12V3. Apabila 12V3 tidak menyuplai naphtha, maka naphtha dialirkan dari 11V1 di unit 6

7 11. Aliran yang menuju 12E1A/F terdapat 12FT-702, 12FIC-702, 12FY- 702 dan 12FV-702. Sedangkan untuk aliran yang menuju stabilizer 11G7 terdapat pula komponen 12FIC-007, 12FT-007, 12FY-007 dan 12FV-007. Pada Gambar 11 dapat dilihat loop system pengontrolan level naphtha pada vessel 11V1. Gambar 12 Loop Safe Guard pada sour gas 11V1. Gambar 11 Loop Cascade pada Kontrol Level Naphtha Vessel 11V Analisis Sistem Pengaman (Safe Guard System) pada Sour Gas 11V1 Sour gas merupakan salah satu zat yang terdapat pada vessel 11V1. Sour gas ini ada yang dipergunakan sebagai fuel gas pada 11F1 dan ada juga yang diolah lebih lanjut pada unit SRU. Untuk menjaga kestabilan proses pembakaran di dapur 11F1, maka dalam aplikasinya digunakan sistem pengaman yang akan menjaga agar pressure dalam vessel tidak rendah/low. Pada vessel 11V1 terdapat sebuah loop sistem pengaman untuk menjaga pressure pada sour gas 11V1. Terdapat beberapa instrumen pada loop tersebut, yaitu sebuah pressure indicator (11PI- 040) dan pressure transmitter (11PT-100) sebagai inputan, sebuah pressure switch low (11PSL-100) dan pressure indicator (11PI-100) yang menerima sinyal elektrik dari 11PT PSL-100 kemudian mengirim sinyal analog ke UA dan ke serangkaian relay pada DCS. Keluaran dari DCS akan menjadi input bagi 17HY HY-001 akan mengubah sinyal elektrik menjadi sinyal pneumatik yang akan diterima oleh 17HV-001. Loop sistem pengamannya ditunjukkan pada Gambar 12 dan Gambar 13. Gambar 13 Loop sistem shut down aliran sour gas dari 11V1 pada unit 17. Dari Gambar 12 dan Gambar 13 diketahui bahwa sistem safe guard pada sour gas bekerja jika pressure pada vessel 11V1 rendah. Bila saat pressure sour gas kurang 1.0 kg/cm 2, maka 11PT-100 akan memberi sinyal ke 11PSL-100 yang membuat 17HY-001 tidak energized. Penjelasan lebih jelasnya adalah sebagai berikut: Dari gambar diketahui bahwa input dari 11PT-100 terlebih dahulu dikirim ke 11PI-100 dan 11PSL-100. Pada kondisi normal yaitu bila pressure pada vessel 11V1 lebih besar dari 1.0 kg/cm 2, maka 11PSL-100 akan tertutup, sehingga 11PSL-100 akan mengirim sinyal analog ke unit alarm dan DCS, dimana dengan Analog to Digital Converter sinyal akan diubah sebagai logic 1. Rangkaian gerbang logikanya dapat dilihat pada Gambar 14. 7

8 normal, yaitu 1 pada outputnya yang akan membuat 17HY-001 energized yang akan meneruskan sinyal pneumatic ke 17HV Akan tetapi, untuk mengaktifkan 17HV-001 diperlukan logic 1 dari reset 17HS-001. Gambar 14 Diagram Logika 11F1 (17HY-001). Output logic 1 kemudian dilakukan opersi AND dengan berbagai kondisi, antara lain: 1. Hasil OR antara flow switch low 11FSL-052 dan 11FSL Hasil OR antara flow switch low 11FSL-152 dan 11FSL Hand Switch 11HS-001A/B 4. Hasil OR antara reset 17HY-001 dan keluaran dari hasil AND itu sendiri 5. Level Switch High High 11LSHH Hasil OR antara hasil OR (11FSL- 007, 11FSL-009, 11FSL-011, 11FSL- 013, 11FSL-015, 11FSL-017, 11FSL- 019, 11FSL-021) dan 11HS-018 Output dari gerbang logika AND akan bernilai 1 bila semua inputannya bernilai 1. Hasil ini akan membuat 17HY-001 energized. Jadi saat 17HY- 001 energized maka valve akan terbuka, sehingga sinyal pneumatic dapat diteruskan ke 17HV HV-001 akan mengontrol aliran sour gas ke 11F1. Sebaliknya jika 11PSL-100 memberikan logic 0 pada DCS saat pressure pada vessel 11V1<1.0kg/cm 2 atau bila kondisi yang lain dipenuhi maka output yang dihasilkan bukan 1 melainkan 0, yang akan menyebabkan 17HY-001 tidak energized. Bila three way solenoid tidak energized maka salah satu valve akan menutup. Hal ini menyebabkan sinyal pneumatic tidak dapat diterima oleh 17HV-001. Jadi pada kondisi failure, 17HV-001 akan membuka aliran sour gas ke flare. Selain 17 HV-001 terbuka, juga akan terpenuhi kondisi untuk hal-hal berikut ini: 1. 11PAL-100 diaktifkan, 2. Unit alarm 17HV-001 diaktifkan. Setelah pressure pada 11V1 normal kembali, maka logic akan kembali 3.4. Analisis Sistem Pengaman (Safe Guard System) pada Naphtha 11V1 Pada vessel 11V1, naphtha ditempatkan pada ruangan tersendiri dan terpisah dengan sour water. Level naphtha perlu dijaga karena bila berlebihan dapat overflow ke ruangan sour gas dan bercampur dengan sour gas yang seharusnya dipisahkan dengan naphtha. Loop untuk sistem pengaman naphtha yang terdapat pada ruang terpisah pada vessel 11V1, susunannya seperti pada gambar 15. Input yang digunakan adalah 11LT LY-010 merupakan pengubah sinyal pneumatik menjadi sinyal analog. Output dari 11LY- 010 diterima oleh sebuah level switch high high (11LSHH-011) yang akan mengirim sinyal analog ke sistem logic DCS. Keluaran dari DCS akan menjadi input bagi 17HY HY-001 akan mengubah sinyal elektrik menjadi sinyal pneumatik yang akan diterima oleh 17HV-001. Loop sistem pengamannya ditunjukkan pada Gambar 15. Gambar 15 Loop Safe Guard pada naphtha 11V1. Dari Gambar 15 diketahui bahwa sistem safe guard pada naphtha bekerja jika level pada vessel 11V1 tinggi. Bila saat level naphtha lebih tinggi daripada 70%, maka 11LT-011 akan memberi sinyal ke 11LY-011 yang mengubah sinyal pneumatic menjadi sinyal analog. Sinyal tersebut akan diterima oleh 8

9 11LSHH-011 yang nantinya akan membuat 17HY-001 tidak energized. Penjelasan lebih jelasnya adalah sebagai berikut: Dari gambar diketahui bahwa input dari 11LT-011 terlebih dahulu dikirim ke 11LY LY-011 akan mengubah sinyal pneumatic menjadi sinyal analog. Pada kondisi normal yaitu bila level naphtha pada vessel 11V1 70%, maka 11LSHH-011 akan tertutup, sehingga 11LSHH-011 akan mengirim sinyal analog ke unit alarm dan DCS, dimana dengan Analog to Digital Converter sinyal akan diubah sebagai logic 1. Rangkaian gerbang logikanya dapat dilihat pada Gambar 16. Gambar 16 Diagram Logika 11F1 (17HY-001). Output logic 1 kemudian dilakukan opersi AND dengan berbagai kondisi, antara lain: 1. Hasil OR antara flow switch low 11FSL-052 dan 11FSL Hasil OR antara flow switch low 11FSL-152 dan 11FSL Hand Switch 11HS-001A/B 4. Hasil OR antara reset 17HY-001 dan keluaran dari hasil AND itu sendiri 5. Pressure Switch Low 11PSL Hasil OR antara hasil OR (11FSL- 007, 11FSL-009, 11FSL-011, 11FSL-013, 11FSL-015, 11FSL- 017, 11FSL-019, 11FSL-021) dan 11HS-018 Output dari gerbang logika AND akan bernilai 1 bila semua input bernilai 1. Hasil ini akan membuat 17HY-001 energized. Jadi saat 17HY-001 terenergized maka valve akan terbuka, sehingga sinyal pneumatic dapat diteruskan ke 17HV HV-001 akan mengontrol aliran sour gas ke 11F1. Sebaliknya jika 11LSHH-011 memberikan logic 0 pada DCS saat level wash oil pada vessel 11V1 70% atau bila kondisi yang lain dipenuhi maka output yang dihasilkan bukan 1 melainkan 0, yang akan menyebabkan 17HY-001 tidak energized. Bila three way solenoid tidak energized maka salah satu valve akan menutup. Hal ini menyebabkan sinyal pneumatic tidak dapat diterima oleh 17HV-001. Jadi pada kondisi failure, 17HV-001 akan membuka aliran sour gas ke flare. Selain 17 HV-001 terbuka, juga akan terpenuhi kondisi untuk hal-hal berikut ini: 1. 11LAHH-011 diaktifkan 2. Unit alarm 17HV-001 diaktifkan Setelah level pada 11V1 normal kembali, maka logic akan kembali normal, yaitu 1 pada output yang akan membuat 17HY-001 energized yang akan meneruskan sinyal pneumatic ke 17HV Akan tetapi, untuk mengaktifkan 17HV-001 diperlukan logic 1 dari reset 17HS PENUTUP 4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil kerja praktek di PERTAMINA (Persero) RU IV Cilacap, dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Vessel 11V1 merupakan vessel yang berfungsi sebagai separator dan penghimpun atau pengumpul fraksi overhead. Pada vessel 11V1 terjadi pemisahan hasil top product dari 11C1 dan 11V2 yaitu sour gas, naphtha dan air. Naphtha yang telah terpisah oleh air akan dialirkan ke Coalescer (11S1) dan crude splitter (11C1) sebagai reflux. Sour water yang mengendap pada boot leg vessel 11V1 akan dialirkan menuju 17V1 dan 17V101. Dan Sour gas dari vessel 11V1 akan disalurkan ke 11F1 sebagai fuel gas dan ke 17HV001 untuk diolah pada unit SRU. 2. Sistem pengontrolan level pada bagian boot leg 11V1 menggunakan sistem control cascade, dimana sebagai masternya adalah kontrol level 11LIC- 010A dan sebagai slave adalah kontrol flow 11FIC-713. Sistem pengontrolan 9

10 level pada ruangan wash oil 11V1 juga menggunakan sistem control cascade, dimana sebagai masternya adalah kontrol level 11LIC-011dan sebagai slave adalah kontrol flow 11FIC-702 dan 11FIC-007. Sistem kontrol cascade ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan pegontrolan level. 3. Level sour water pada boot leg 11V1 harus dikontrol, karena bila terlalu tinggi maka sour water akan memasuki ruangan wash oil dan dapat tersedot oleh pompa 11P17A/B/C yang menyebabkan kerusakan karena pompa tersebut tidak didesain untuk sour water, begitu pula sebaliknya. Pada level wash oil juga perlu dikontrol, karena bila berlebihan dapat overflow ke ruangan sour gas dan bercampur dengan sour gas yang seharusnya dipisahkan dengan wash oil. Bila level terlalu rendah, maka dapat merusak pompa 11P8A/B yang saling berpasangan. 4. Sistem safe guard pada sour gas 11V1 bekerja bila tekanan gas pada 11V1 di bawah 0.2kg/cm 2. Bila keadaan tersebut terjadi, sour gas pada vessel akan dialirkan ke flare, karena bila digunakan dalam sistem pembakaran pada furnace 11F1 maka nyala api akan padam secara natural yang disebabkan kecilnya tekanan gas. 5. Sistem safe guard pada wash oil 11V1 bekerja bila level naphtha pada 11V1 melebihi 70%. Jika hal ini terjadi, aliran naphta dari 11V1 harus dialirkan ke flare. Hal ini dilakukan karena bila gas dialirkan ke furnace 11F1, dikhawatirkan oil akan mengalir dalam aliran pembakaran untuk furnace, sehingga besarnya pembakaran tidak terkendali. [2] Ogata, Katsuhiko, Teknik Kontrol Automatik Jilid 1, Erlangga, Bandung, [3],Operating manual CDU I Unit 11. Tunjung Dwi Madyanto dilahirkan di Pekalongan, 5 Mei 1988, sekarang sedang menempuh pendidikan Strata- 1 di Universitas Diponegoro Konsentrasi Kontrol. Semarang, Oktober 2009 Mengetahui Dosen Pembimbing Wahyudi, ST, MT NIP Saran 1. Penggunaan komponen untuk keperluan sistem kontrol dan sistem safe guard hendaknya terpisah satu dengan yang lainnya. DAFTAR PUSTAKA [1] Gunterus, Frans, Falsafah Dasar Sistem Pengendalian Proses, PT Elex Media Komputindo, Jakarta,

ANALISA SISTEM KONTROL PADA VESSEL 11V2 DI FOC I PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP

ANALISA SISTEM KONTROL PADA VESSEL 11V2 DI FOC I PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP ANALISA SISTEM KONTROL PADA VESSEL 11V2 DI FOC I PT PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP Oleh: Ahmad Shafi Mukhaitir (L2F 606 003) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS CASCADE CONTROL PADA FLOW CONTROL DAN LEVEL CONTROL DI BAGIAN 11V2 FOC 1

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS CASCADE CONTROL PADA FLOW CONTROL DAN LEVEL CONTROL DI BAGIAN 11V2 FOC 1 Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS CASCADE CONTROL PADA FLOW CONTROL DAN LEVEL CONTROL DI BAGIAN 11V2 FOC 1 Tri Bagus Susilo (L2F006089) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek CONTROL SYSTEM PADA FURNACE 12F1(FOC I) PT. PERTAMINA RU IV CILACAP

Makalah Seminar Kerja Praktek CONTROL SYSTEM PADA FURNACE 12F1(FOC I) PT. PERTAMINA RU IV CILACAP Makalah Seminar Kerja Praktek CONTROL SYSTEM PADA FURNACE 12F1(FOC I) PT. PERTAMINA RU IV CILACAP Indra Permadi (L2F006080) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA SISTEM FLOW CONTROL amdea DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA SISTEM FLOW CONTROL amdea DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISA SISTEM FLOW CONTROL amdea DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Bambang Nur Cahyono (L2F008013) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Jln.

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek KONTROL TEMPERATUR PADA RICH SOLUTION HEATER (101-E) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG

Makalah Seminar Kerja Praktek KONTROL TEMPERATUR PADA RICH SOLUTION HEATER (101-E) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Makalah Seminar Kerja Praktek KONTROL TEMPERATUR PADA RICH SOLUTION HEATER (101-E) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Lilik Kurniawan (L2F008053) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS LEVEL CONTROL DAN TUNING PROPORSIONAL INTEGRAL PADA COLUMN 220C102 LOC III

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS LEVEL CONTROL DAN TUNING PROPORSIONAL INTEGRAL PADA COLUMN 220C102 LOC III Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS LEVEL ONTROL DAN TUNING PROPORSIONAL INTEGRAL PADA OLUMN 22002 LO III Jusagemal Aria Endra Luthvi (L2F007042) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA ANALISA SISTEM KONTROL LEVEL DAN INSTRUMENTASI PADA HIGH PRESSURE HEATER PADA UNIT 1 4 DI PLTU UBP SURALAYA. Disusun Oleh : ANDREAS HAMONANGAN S (10411790) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KONSENTRASI TEKNIK ELEKTRONIKA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI DIGITAL

SISTEM KENDALI DIGITAL SISTEM KENDALI DIGITAL Sistem kendali dapat dikatakan sebagai hubungan antara komponen yang membentuk sebuah konfigurasi sistem, yang akan menghasilkan tanggapan sistem yang diharapkan. Jadi harus ada

Lebih terperinci

X Sistem Pengendalian Advance

X Sistem Pengendalian Advance X Sistem Pengendalian Advance KENDALI CASCADE Control cascade adalah sebuah metode control yang memiliki minimal dua buah loop pengontrolan : a. loop pengontrolan primer atau master b. loop pengontrolan

Lebih terperinci

ANALISA KEHANDALAN KONTROL PADA VESEL 240V117 DI LOC III PT. PERTAMINA RU IV CILACAP

ANALISA KEHANDALAN KONTROL PADA VESEL 240V117 DI LOC III PT. PERTAMINA RU IV CILACAP ANALISA KEHANDALAN KONTROL PADA VESEL 240V117 DI LOC III PT. PERTAMINA RU IV CILACAP Roron Wicaksono Abstrak. PT. PERTAMINA RU IV Cilacap merupakan salah satu industri yang menggunakan sistem kendali otomatis

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengenalan Alat Ukur Permukaan Cairan / Level

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengenalan Alat Ukur Permukaan Cairan / Level BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengenalan Alat Ukur Permukaan Cairan / Level Setiap alat instrument yang dipergunakan untuk mengukur dan menunjukan tinggi permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level, baik

Lebih terperinci

SAFEGUARD SYSTEM (SISTEM PROTEKSI) DAN TINJAUAN PROSES REACTION FURNACE 93F-401 DI SULFUR RECOVERY UNIT DI PT. PERTAMINA ( PERSERO) RU IV CILACAP

SAFEGUARD SYSTEM (SISTEM PROTEKSI) DAN TINJAUAN PROSES REACTION FURNACE 93F-401 DI SULFUR RECOVERY UNIT DI PT. PERTAMINA ( PERSERO) RU IV CILACAP SAFEGUARD SYSTEM (SISTEM PROTEKSI) DAN TINJAUAN PROSES REACTION FURNACE 93F-401 DI SULFUR RECOVERY UNIT DI PT. PERTAMINA ( PERSERO) RU IV CILACAP Prestian Rindho S. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Teknologi Minyak dan Gas Bumi Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto(1500020074) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Proses Sour Water Stripping di Pabrik Minyak di Indonesia Balongan Cilacap Kilang

Lebih terperinci

IX Strategi Kendali Proses

IX Strategi Kendali Proses 1 1 1 IX Strategi Kendali Proses Definisi Sistem kendali proses Instrumen Industri Peralatan pengukuran dan pengendalian yang digunakan pada proses produksi di Industri Kendali Proses Suatu metoda untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah

BAB II LANDASAN TEORI. berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Didalam dunia industri, dituntut suatu proses kerja yang aman dan berefisiensi tinggi agar menghasilkan produk dengan kualitas baik dalam jumlah banyak serta dengan waktu

Lebih terperinci

DENGAN CONTROL CASCADE PADA 15-C-101 di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI

DENGAN CONTROL CASCADE PADA 15-C-101 di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS SISTEM PROSES HCO DENGAN CONTROL CASCADE PADA 15-C-101 di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Ayuta Anindyaningrum (L2F607012) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS MODE AKSI LOOP TERTUTUP CASCADE CONTROL SYSTEM PADA OVERHEAD MAIN COLOUM RCC 15-C-101

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS MODE AKSI LOOP TERTUTUP CASCADE CONTROL SYSTEM PADA OVERHEAD MAIN COLOUM RCC 15-C-101 Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS MODE AKSI LOOP TERTUTUP CASCADE CONTROL SYSTEM PADA OVERHEAD MAIN COLOUM RCC 15-C-101 Suis Dhesta Meinggariyad (L2F607052) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek Analisis Pressure Control Pada Absorber (101-C1) di CO 2 Removal Field Subang

Makalah Seminar Kerja Praktek Analisis Pressure Control Pada Absorber (101-C1) di CO 2 Removal Field Subang Makalah Seminar Kerja Praktek Analisis Pressure Control Pada Absorber (101-C1) di CO 2 Removal Field Subang Reza Dwi Imami (L2F008080) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK BURNING MANAGEMENT SYSTEM (BMS) PADA FURNACE DI BAGIAN 260F101 LOC III PT PERTAMINA (PERSERO) RU IV CILACAP

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK BURNING MANAGEMENT SYSTEM (BMS) PADA FURNACE DI BAGIAN 260F101 LOC III PT PERTAMINA (PERSERO) RU IV CILACAP MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK BURNING MANAGEMENT SYSTEM (BMS) PADA FURNACE DI BAGIAN F101 LOC III PT PERTAMINA (PERSERO) RU IV CILACAP Duta Ardhana 1, Iwan Setiawan, S.T., M.T. 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen

Lebih terperinci

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI FUNGSI KONTROL DCS Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 BAB V FUNGSI KONTROL DCS

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS KONTROL LEVEL PADA ABSORBER (101-C) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG

Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS KONTROL LEVEL PADA ABSORBER (101-C) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG Makalah Seminar Kerja Praktek ANALISIS KONTROL LEVEL PADA ABSORBER (101-C) DI CO 2 REMOVAL PLANT SUBANG M Arif Syukur Darmiyanto (L2F008054) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati

Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Perancangan Sistem Pengendalian Level Pada Steam drum dengan Menggunakan Kontroller PID di PT Indonesia Power Ubp Sub Unit Perak-Grati Rian Apriansyah,

Lebih terperinci

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI FUNGSI KONTROL DCS Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 BAB IV FUNGSI KONTROL DCS

Lebih terperinci

BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU)

BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU) BAB III VACUUM DISTILLATION UNIT (VDU) I. Pendahuluan Pada awalnya kilang hanya terdiri dari suatu Crude Distillation Unit (CDU) yang beroperasi dengan prinsip dasar pemisahan berdasarkan titik didih komponen

Lebih terperinci

VIII Sistem Kendali Proses 7.1

VIII Sistem Kendali Proses 7.1 VIII Sistem Kendali Proses 7.1 Pengantar ke Proses 1. Tentang apakah pengendalian proses itu? - Mengenai mengoperasikan sebuah proses sedemikian rupa hingga karakteristik proses yang penting dapat dijaga

Lebih terperinci

2. Pengendalian otomat dengan tenaga hydroulic

2. Pengendalian otomat dengan tenaga hydroulic 2. Pengendalian otomat dengan tenaga hydroulic Keuntungan : Pengontrolan mudah dan responnya cukup cepat Menghasilkan tenaga yang besar Dapat langsung menghasilkan gerakan rotasi dan translasi 1 P a g

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SIMULASI Pada Bab III akan dibahas perancangan simulasi kontrol level deaerator. Pada plant sebenarnya di PLTU Suralaya, untuk proses kontrol level deaerator dibuat di

Lebih terperinci

BAB III DINAMIKA PROSES

BAB III DINAMIKA PROSES BAB III DINAMIKA PROSES Tujuan Pembelajaran Umum: Setelah membaca bab ini diharapkan mahasiswa dapat memahami Dinamika Proses dalam Sistem Kendali. Tujuan Pembelajaran Khusus: Setelah mengikuti kuiah ini

Lebih terperinci

: Sistem Kontrol, Instrumentasi, PLC, Pengontrolan

: Sistem Kontrol, Instrumentasi, PLC, Pengontrolan Makalah Kerja Praktek PERANCANGAN SHUT DOWN SYSTEM PADA UNIT BOILER PLANT SIMULATOR MENGGUNAKAN PLC ALLEN BRADLEY SECARA SIMULASI DI LABORATORIUM INSTRUMENTASI PUSDIKLAT MIGAS CEPU Achmad Hermansyah (21060110120008)

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden LATAR BELAKANG Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI KOMPONEN DASAR DCS Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 BAB IV KOMPONEN DASAR DCS

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Lokasi pabrik perlu ditentukan dengan tepat agar dapat memberikan keuntungan, baik secara teknis maupun ekonomis. Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR SISTEM KONTROL. satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu

BAB II DASAR SISTEM KONTROL. satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu BAB II DASAR SISTEM KONTROL II.I. Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan ataupun pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

PERSENTASE PRODUK ETANOL DARI DISTILASI ETANOL AIR DENGAN DISTRIBUTE CONTROL SYSTEM (DCS) PADA BERBAGAI KONSENTRASI UMPAN

PERSENTASE PRODUK ETANOL DARI DISTILASI ETANOL AIR DENGAN DISTRIBUTE CONTROL SYSTEM (DCS) PADA BERBAGAI KONSENTRASI UMPAN TUGAS AKHIR PERSENTASE PRODUK ETANOL DARI DISTILASI ETANOL AIR DENGAN DISTRIBUTE CONTROL SYSTEM (DCS) PADA BERBAGAI KONSENTRASI UMPAN (PERCENTAGE OF ETHANOL PRODUCT FROM ETHANOL WATER DISTILATION WITH

Lebih terperinci

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI FUNGSI DAN CARA KERJA DCS Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 BAB III FUNGSI DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menunjukkan tinggi dari permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menunjukkan tinggi dari permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengenalan Alat Ukur Level Setiap alat ukur instrument yang dipergunakan untuk mengukur dan menunjukkan tinggi dari permukaan cairan disebut sebagai alat ukur level. Pengukuran

Lebih terperinci

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik

Kata Kunci : PLC, ZEN OMRON, HP Bypass Turbine System, pompa hidrolik Makalah Seminar Kerja Praktek SIMULASI PLC SEDERHANA SEBAGAI RESPRESENTASI KONTROL POMPA HIDROLIK PADA HIGH PRESSURE BYPASS TURBINE SYSTEM Fatimah Avtur Alifia (L2F008036) Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 FILOSOFI DASAR SISTEM KONTROL

BAB 1 FILOSOFI DASAR SISTEM KONTROL BAB 1 FILOSOFI DASAR SISTEM KONTROL 1. 1 Obyektif Sistem Kontrol Automatis Sebuah pabrik Kimia (chemical plant) adalah susunan unit-unit proses (reaktor, pompa, kolom destilasi, absorber, evaporator, tangki,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengukuran level adalah yang berkaitan dengan keterpasangan terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengukuran level adalah yang berkaitan dengan keterpasangan terhadap BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Pengukuran Level Alat-alat Instrument yang digunakan untuk mengukur dan menunjukkan tinggi permukaan cairan dikenal dengan istilah Level. Pengukuran level adalah

Lebih terperinci

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI KOMPONEN DASAR DCS Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2012 BAB III KOMPONEN DASAR DCS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Dalam industri minyak dan gas bumi, peningkatan pemanfaatan gas bumi domestik membutuhkan terobosan nasional dalam sinkronisasi perencanaan produksi, pengembangan

Lebih terperinci

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1]

Tabel 1. Parameter yang digunakan pada proses Heat Exchanger [1] 1 feedback, terutama dalam kecepatan tanggapan menuju keadaan stabilnya. Hal ini disebabkan pengendalian dengan feedforward membutuhkan beban komputasi yang relatif lebih kecil dibanding pengendalian dengan

Lebih terperinci

PERBAIKAN DAN VJI FVNGSI SVB SISTEM SEKSI 600

PERBAIKAN DAN VJI FVNGSI SVB SISTEM SEKSI 600 Hasil-hasil Penelitian EBN Tahun 2009 ISSN 0854-5561 PERBAIKAN DAN VJI FVNGSI SVB SISTEM SEKSI 600 Yatno Dwi AS, Aminhar ABSTRAK PERBAIKAN DAN UJI FUNGSI SUB SISTEM SEKSI 600. Telah dilakukan perbaikan

Lebih terperinci

Instrumentasi dan Pengendalian Proses

Instrumentasi dan Pengendalian Proses 01 PENDAHULUAN Instrumentasi dan Pengendalian Proses - 121171673 salah satu ilmu terapan dalam teknik kimia dengan tujuan utama memberikan dasar pengetahuan tentang: a) dasar-dasar instrumentasi proses

Lebih terperinci

Tujuan Pengendalian 1. Keamanan (safety) 2. Batasan Operasional (Operability) 3. Ekonomi Pengendalian keamanan (safety) reaktor eksotermis isu-isu lin

Tujuan Pengendalian 1. Keamanan (safety) 2. Batasan Operasional (Operability) 3. Ekonomi Pengendalian keamanan (safety) reaktor eksotermis isu-isu lin Bab01 Pendahuluan Kompetensi 1. mampu menjelaskan pentingnya sistem dalam industri kimia a) menjelaskan syarat beroperasinya suatu pabrik b) menjelaskan mengapa pabrik tidak dapat berjalan steady c) menjelaskan

Lebih terperinci

Pengolahan Minyak Bumi

Pengolahan Minyak Bumi Primary Process Oleh: Syaiful R. K.(2011430080) Achmad Affandi (2011430096) Allief Damar GE (2011430100) Ari Fitriyadi (2011430101) Arthur Setiawan F Pengolahan Minyak Bumi Minyak Bumi Minyak bumi adalah

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

ISTILAH-ISTILAH DALAM SISTEM PENGATURAN

ISTILAH-ISTILAH DALAM SISTEM PENGATURAN ISTILAH-ISTILAH DALAM SISTEM PENGATURAN PENGANTAR Sistem pengaturan khususnya pengaturan otomatis memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam bahasan ini, akan diberikan

Lebih terperinci

Pertemuan-1: Pengenalan Dasar Sistem Kontrol

Pertemuan-1: Pengenalan Dasar Sistem Kontrol Pertemuan-1: Pengenalan Dasar Sistem Kontrol Tujuan Instruksional Khusus (TIK): Mengerti filosopi sistem control dan aplikasinya serta memahami istilahistilah/terminology yang digunakan dalam system control

Lebih terperinci

Strategi Pengendalian

Strategi Pengendalian Strategi Pengendalian Strategi apa yang dapat kita gunakan dalam pengendalian proses? Feedback (berumpan-balik) Feedforward (berumpan-maju) 1 Feedback control untuk kecepatan 1. Mengukur kecepatan aktual

Lebih terperinci

Session 11 Steam Turbine Protection

Session 11 Steam Turbine Protection Session 11 Steam Turbine Protection Pendahuluan Kesalahan dan kondisi tidak normal pada turbin dapat menyebabkan kerusakan pada plant ataupun komponen lain dari pembangkit. Dibutuhkan sistem pengaman untuk

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA PALEMBANG SISTEM KENDALI ANALOG DAN DIGITAL Disusun Oleh: SELLA MARSELIA NIM. 061330310905 Dosen Mata Kuliah : Ir. Siswandi, M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Minyak bumi terutama terdiri dari campuran senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat kompleks, yaitu senyawa-senyawa organik yang mengandung unsurunsur karbon dan hidrogen. Di samping

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG

Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Rancang Bangun Sistem Pengendalian Level pada Knock Out Gas Drum Menggunakan Pengendali PID di Plant LNG Paisal Tajun Aripin 1, Erna Kusuma Wati 1, V. Vekky R. Repi 1, Hari Hadi Santoso 1,2 1 Program Studi

Lebih terperinci

1 P a g e SISTEM KONTROL

1 P a g e SISTEM KONTROL 1 P a g e SISTEM KONTROL SISTIM KONTROL Alat ukur adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk mengukur besaran fisik pada suatu tempat yang tidak terjangkau oleh manusia. Instrument Mekanik DEFINISI-DEFINISI

Lebih terperinci

BAB II TEORI. Proses pengaturan atau pengendalian suatu atau beberapa besaran

BAB II TEORI. Proses pengaturan atau pengendalian suatu atau beberapa besaran BAB II TEORI II.. Sistem Kontrol Proses pengaturan atau pengendalian suatu atau beberapa besaran (Variabel,Parameter) agar berada pada suatu harga tertentu disebut dengan sistem control. Pengontrolan ini

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KETINGGIAN AIR PADA DISTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN KONTROLER ON-OFF PROPOSAL SKRIPSI

PENGENDALIAN KETINGGIAN AIR PADA DISTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN KONTROLER ON-OFF PROPOSAL SKRIPSI PENGENDALIAN KETINGGIAN AIR PADA DISTILASI AIR LAUT MENGGUNAKAN KONTROLER ON-OFF PROPOSAL SKRIPSI KONSENTRASI SISTEM KONTROL Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

ISTILAH ISTILAH DALAM SISTEM PENGENDALIAN

ISTILAH ISTILAH DALAM SISTEM PENGENDALIAN ISTILAH ISTILAH DALAM SISTEM PENGENDALIAN PENGANTAR Sistem pengendalian khususnya pengendalian otomatis memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan ilmu dan teknologi. Dalam bahasan ini, akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Chevron Corporation merupakan salah satu perusahaan dunia yang bergerak dalam bidang minyak bumi dan gas yang berpusat di California, Amerika Serikat. Di Indonesia

Lebih terperinci

Ir.Muchammad Ilyas Hs DONY PRASETYA ( ) DOSEN PEMBIMBING :

Ir.Muchammad Ilyas Hs DONY PRASETYA ( ) DOSEN PEMBIMBING : Perancangan Sistem Pengendalian Rasio Aliran Udara dan Bahan Bakar Pada Boiler Di Unit Utilitas PT. Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) Tuban Dengan Menggunakan Sistem Pengendali PID -Fuzzy OLEH

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada perancangan modifikasi sistem kontrol panel mesin boiler ini, selain menggunakan metodologi studi pustaka dan eksperimen, metodologi penelitian yang dominan digunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR SISTEM KONTROL

BAB II DASAR SISTEM KONTROL BAB II DASAR SISTEM KONTROL II.1. Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan ataupun pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variabel, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur.

BAB II LANDASAN TEORI. membandingkan tersebut tiada lain adalah pekerjaan pengukuran atau mengukur. BAB II LANDASAN TEORI II.I. Pengenalan Alat Ukur. Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya terhadap besaran lain yang

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SURGING PADA KOMPRESOR 24K2 DI LOC 1 PT. PERTAMINA ( PERSERO) RU IV CILACAP

PENGENDALIAN SURGING PADA KOMPRESOR 24K2 DI LOC 1 PT. PERTAMINA ( PERSERO) RU IV CILACAP PENGENDALIAN SURGING PADA KOMPRESOR 24K2 DI LOC 1 PT. PERTAMINA ( PERSERO) RU IV CILACAP Andrian Kristianto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, JL. Prof. Sudharto, Tembalang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyusunan tugas akhir ini terinspirasi berawal dari terjadinya kerusakan pada mesin boiler satu burner dengan dua bahan bakar natural gas dan solar bekapasitas

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PROSES I IR. M. YUSUF RITONGA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGENDALIAN PROSES I IR. M. YUSUF RITONGA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENGENDALIAN PROSES I IR. M. YUSUF RITONGA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENDAHULUAN Cara yang paling efektif mempelajari suatu ilmu selayaknya dimulai dengan mempelajari

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah sekumpulan komponen yang bekerja dibawah pengarahan kecerdasan mesin. Dalam kebanyakan kasus,rangkaian elektronika menghasilkan kecerdasan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah

III. METODELOGI PENELITIAN. Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1.1 Tempat penelitian Penelitian dan pengambilan

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM KONTROL ANALYZER (PH) PADA INTERMEDIATE TANK (213 KK)

Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM KONTROL ANALYZER (PH) PADA INTERMEDIATE TANK (213 KK) Makalah Seminar Kerja Praktek SISTEM KONTROL ANALYZER (PH) PADA INTERMEDIATE TANK (213 KK) Al Vandy Reactor Muhammad (L2F008004) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Semarang Jln.

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM KONTROL PADA HIGH TEMPERATURE FLARE SYSTEM 60.0 DI JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA (JOB P- PEJ)

ANALISIS SISTEM KONTROL PADA HIGH TEMPERATURE FLARE SYSTEM 60.0 DI JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA (JOB P- PEJ) ANALISIS SISTEM KONTROL PADA HIGH TEMPERATURE FLARE SYSTEM 60.0 DI JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA (JOB P- PEJ) NAMA : VICTOR WELLYATER NPM : 18410369 PEMBIMBING : Dr. Ir. HARTONO SISWONO,.MT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses PLTU dibutuhkan fresh water yang di dapat dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap, untuk menghasilkan uap dibutuhkan air yang dipanaskan secara bertahap melalui beberapa heater sebelum masuk ke boiler untuk dipanaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

OTOMATISASI SISTEM PEMISAHAN MINYAK DAN AIR PADA GATHERING STATION

OTOMATISASI SISTEM PEMISAHAN MINYAK DAN AIR PADA GATHERING STATION OTOMATISASI SISTEM PEMISAHAN MINYAK DAN AIR PADA GATHERING STATION A. Sofwan dan Artdhita F. P. Institut Sains dan Teknologi Nasional Jl. Bhumi Srengseng Sawah - Jagakarsa - Jakarta Selatan, 12640 E-mail:

Lebih terperinci

COOLING WATER SYSTEM

COOLING WATER SYSTEM 2.8. Pengertian Cooling Water System pada Gas Turbine merupakan suatu sistem pendinginan tertutup yang digunakan untuk pendinginan lube oil dan udara pendingin generator. Cooling Water System menggunakan

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI PENGENDALI

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI PENGENDALI Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI PENGENDALI Contoh Soal Ringkasan Latihan Assessment Kontroler merupakan salah satu komponen dalam sistem pengendalian yang memegang peranan sangat penting.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laju ALir Fluida Fluida adalah suatu zat yang bisa mengalami perubahan-perubahan bentuknya secara continue/terus-menerus bila terkena tekanan/gaya geser walaupun relatif kecil

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI SISTEM KENDALI. control signal KENDALIAN (PLANT) Isyarat kendali. Feedback signal. Isyarat umpan-balik

SISTEM KENDALI SISTEM KENDALI. control signal KENDALIAN (PLANT) Isyarat kendali. Feedback signal. Isyarat umpan-balik SISTEM KENDALI Pertemuan-2 Sistem kendali dapat dikategorikan dalam beberapa kategori yaitu sistem kendali secara manual dan otomatis, sistem kendali jaringan tertutup (closed loop) dan jaringan terbuka

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 DAFTAR ISI Hal. Halaman Judul Halaman Pengesahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL i iii v vii ix xi xv BAB 1 PENDAHULUAN 1 I.1 Latar Belakang 1 I.2 Perumusan Masalah

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK.

PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK. PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN LEVEL DAN INTERLOCK STEAM DRUM DENGAN DUA ELEMEN KONTROL DI PT. INDONESIA POWER UBP SUB UNIT PERAK. Seminar Oleh : Wahid Abdurrahman 2409 105 006 Pembimbing : Hendra Cordova

Lebih terperinci

BAB II PNEUMATIK. - sekitar 78 % dari volum adalah Nitrogen. - sekitar 21 % dari volum adalah Oksigen

BAB II PNEUMATIK. - sekitar 78 % dari volum adalah Nitrogen. - sekitar 21 % dari volum adalah Oksigen BAB II PNEUMATIK 2. 1. Dasar-dasar Pneumatik 2.1.1. Sifat-sifat fisika dari udara Permukaan bumi ini ditutupi oleh udara. Udara adalah campuran gas yang terdiri atas senyawa : - sekitar 78 % dari volum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada Bab berikut ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, permasalahan, pendekatan masalah yang diambil, tujuan dan manfaat yang akan dicapai,beserta sistematika laporan dari penelitian

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perkembangan pengaplikasian teknologi yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu perkembangan pengaplikasian teknologi yang telah lama BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan teknologi elektronika dewasa ini, sudah sangat maju baik dibidang industri, pertanian, kesehatan, pertambangan, perkantoran, dan lain-lain.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari modifikasi kelistrikan pada kendaraan bermotor, perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang

Lebih terperinci

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS Pratama Akbar 4206 100 001 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS PT. Indonesia Power sebagai salah satu pembangkit listrik di Indonesia Rencana untuk membangun PLTD Tenaga Power Plant: MAN 3 x 18.900

Lebih terperinci

Komponen mesin pendingin

Komponen mesin pendingin Komponen mesin pendingin Berdasarkan fungsi atau kegunaannya komponen mesin pendingin sistem kompresi dibedakan menjadi 2 bagian yaitu : A. Komponen pokok Yang dimaksud dengan komponen pokok adalah komponen

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN

PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN PENGENDALIAN PROSES EVAPORASI PADA PABRIK UREA MENGGUNAKAN KENDALI JARINGAN SARAF TIRUAN Nazrul Effendy 1), Masrul Solichin 2), Teuku Lukman Nur Hakim 3), Faisal Budiman 4) Jurusan Teknik Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS)

PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS) TUGAS AKHIR PENGARUH KENAIKKAN REFLUX RATIO TERHADAP KEBUTUHAN PANAS PADA KOLOM DISTILASI DENGAN DISTRIBUTED CONTROL SYSTEM (DCS) (The Influence Of Reflux Ratio Increasment To Heat Requiry at Distilation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Skema pressurized water reactor (http://www.world-nuclear.org/, September 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Skema pressurized water reactor (http://www.world-nuclear.org/, September 2015) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aliran multifase merupakan salah satu fenomena penting yang banyak ditemukan dalam kegiatan industri. Kita bisa menemukannya di dalam berbagai bidang industri seperti

Lebih terperinci

PENGENDALIAN SUHU DAN KELEMBABAN PROSES PEMATANGAN KEJU MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS PLC. Publikasi Jurnal Skripsi

PENGENDALIAN SUHU DAN KELEMBABAN PROSES PEMATANGAN KEJU MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS PLC. Publikasi Jurnal Skripsi PENGENDALIAN SUHU DAN KELEMBABAN PROSES PEMATANGAN KEJU MENGGUNAKAN KONTROLER PID BERBASIS PLC Publikasi Jurnal Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengenalan Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengenalan Sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengenalan Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Darajat Unit II milik Chevron Geothermal Indonesia memiliki sistem sirkulasi air dari kondensor menuju cooling tower (CT)

Lebih terperinci

BAB I SISTEM KONTROL TNA 1

BAB I SISTEM KONTROL TNA 1 BAB I SISTEM KONTROL Kata kontrol sering kita dengar dalam pembicaraan sehari-hari. Kata kontrol disini dapat diartikan "mengatur", dan apabila kita persempit lagi arti penggunaan kata kontrol dalam teknik

Lebih terperinci

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN

PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN Jurnal Teknik Komputer Unikom Komputika Volume 2, No.1-2013 PENGATUR KADAR ALKOHOL DALAM LARUTAN Syahrul 1), Sri Nurhayati 2), Giri Rakasiwi 3) 1,2,3) Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

Makalah Seminar Kerja Praktek

Makalah Seminar Kerja Praktek A-1 Makalah Seminar Kerja Praktek PENGENDALIAN LEVEL AIR PADA BOILER DRUM SIMULATOR MENGGUNAKAN DCS YOKOGAWA CENTUM VP DI LABORATORIUM INSTRUMENTASI PUSDIKLAT MIGAS CEPU Ebtian Apriantoro [1], Wahyudi,

Lebih terperinci

SISTEM KONTROL PADA HIGH PRESSURE TURBINE BYPASS VALVE. Oleh: Meilia Safitri (L2F008061) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

SISTEM KONTROL PADA HIGH PRESSURE TURBINE BYPASS VALVE. Oleh: Meilia Safitri (L2F008061) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro SISTEM KONTROL PADA HIGH PRESSURE TURBINE BYPASS VALVE Oleh: Meilia Safitri (L2F008061) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro -Abstrak- PT. INDONESIA POWER UNIT BISNIS PEMBANGKITAN

Lebih terperinci