PELATIHAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PELATIHAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI"

Transkripsi

1 LS-01 = Keselamatan dan Kesehatan Kerja PELATIHAN SUPERVISOR PEKERJAAN LANSEKAP/PERTAMANAN (LANDSCAPE SUPERVISOR) 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

2 KATA PENGANTAR Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertamanan/Lansekap ini merupakan salah satu modul dari seluruh modul yang harus dikuasai oleh Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor). Penulisan dan penyusunan buku ini disesuaikan dengan posisi pelatihan, dimana Para Peserta Pelatihan ini bukanlah mereka yang masih awam dalam hal pekerjaan Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor). Tentu saja buku ini bukan buku yang sudah sempurna, melainkan masih cukup banyak kekurangan yang tidak kami sadari namun sebagai panduan seorang Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor), dirasakan telah memenuhi dari cukup. Masukan-masukan demi penyempurnaan buku ini sangat kami harapkan dan terima kasih atas koreksi dan masukannya. Jakarta, Desember 2005 Penyusun -i-

3 LEMBAR TUJUAN MODUL PELATIHAN : Pelatihan Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Site Supervisor Landscape) MODEL PELATIHAN : Lokakarya Terstruktur TUJUAN UMUM PELATIHAN : Mampu menterjemahkan rencana dan rancangan lansekap/pertamanan menjadi benda nyata terbangun lansekap atau taman. TUJUAN KHUSUS PELATIHAN : Pada akhir pelatihan peserta mampu : 1. Melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja 2. Menerapkan pelaksanaan pekerjaan sesuai spesifikasi pekerjaan bangunan taman. 3. Menerapkan pelaksanaan pekerjaan sesuai spesifikasi pekerjaan penanaman. 4. Menerapkan pelaksanaan pekerjaan sesuai spesifikasi pekerjaan pemeliharaan taman/lansekap. 5. Menerapkan tata laksana pekerjaan pertamanan/lansekap. 6. Melakukan perhitungan rancangan anggaran biaya. 7. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan dokumen kontrak. 8. Menerapkan teknik gambar arsitektur lansekap. 9. Melaksanakan pengenalan bangunan taman. 10. Melaksanakan pengenalan tanaman lansekap. 11. Melaksanakan pemeliharaan taman. 12. Melaksanakan administrasi lapangan dan pelaporan. 13. Menerapkan pranata pembangunan dalam pelaksanaan pekerjaan. -ii-

4 NO. DAN JUDUL MODUL : LS 01 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU) Setelah mempelajari modul, peserta mampu melaksanakan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja di lingkungan proyek sesuai ketentuan dokumen kontrak sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan lansekap/pertamanan. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) Pada akhir pelatihan peserta mampu : 1. Menerapkan peraturan K3 2. Menggunakan perlengkapan dan keselaman kerja 3. Menggunakan alat dan bahan untuk penanggulangan dini 4. Menerapkan K3 -iii-

5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... LEMBAR TUJUAN... DAFTAR ISI... i ii iv DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN SUPERVISOR PEKERJAAN LANSEKAP/PERTAMANAN (Landscape Supervisor)... DAFTAR MODUL... PANDUAN INSTRUKTUR... vi vii viii BAB I PEMAHAMAN PERATURAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) 1.1 UMUM... I KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA... I SEBAB-SEBAB KECELAKAAN... I KETENTUAN ADMINISTRATIF... I Kewajiban Umum... I Organisasi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja... I Laporan Kecelakaan... I Keselamatan Kerja Dan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan... I Pembiayaan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja... I-7 BAB II MENGGUNAKAN PERLENGKAPAN DAN KESELAMATAN KERJA 2.1 ALAT PELINDUNG BADAN... II Sabuk Pengaman (Safety Belt)... II Topi Keras (Helm)... II Sarung Tangan... II Sepatu Kerja... II Penutup Hidung (masker)... II-2 -iv-

6 2.1.6 Kaca mata... II Pelindung Telinga... II Pakain Las (apron)... II RAMBU-RAMBU KESELAMATAN KERJA... II PENCEGAHAN TERHADAP KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN... II-3 BAB III MENGGUNAKAN ALAT DAN BAHAN UNTUK PENANGGULANGAN DINI 3.1 JENIS ALAT PELINDUNG DIRI (APD)... III Masalah Umum APD... III Masalah Pemakaian APD Secara Umum... III Masalah Khusus APD... III UPAYA PENANGGULANGAN DINI... III SEBAB-SEBAB DAN PENCEGAHAN GANGGUAN KESEHATAN KERJA... III Sebab-Sebab Penyakit Akibat Kerja... III Pencegahan Penyakit Akibat Kerja... III-6 BAB IV MENERAPKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) 4.1 UMUM... IV ASPEK PENTING DALAM KESELAMATAN KERJA... IV Aspek Kemanusiaan... IV Aspek Ekonomi... IV KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI DALAM MANAJEMEN PROYEK... IV PENGAWASAN PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI... IV Pelaku-Pelaku Konstruksi... IV Material Konstruksi... IV Peralatan Konstruksi... IV Metode Pelaksanaan... IV Desain Struktur... IV-6 RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA HAND OUT -v-

7 -vi-

8 DESKRIPSI SINGKAT PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN SUPERVISOR PEKERJAAN LANSEKAP/PERTAMANAN (Landscape Supervisor) 1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) dibakukan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang didalamnya telah ditetapkan unit-unit kerja sehingga dalam Pelatihan Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor) unit-unit tersebut menjadi Tujuan Khusus Pelatihan. 2. Standar Latihan Kerja (SLK) disusun berdasarkan analisis dari masing-masing Unit Kompetensi, Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja yang menghasilkan kebutuhan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku dari setiap Elemen Kompetensi yang dituangkan dalam bentuk suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan kompetensi tersebut. 3. Untuk mendukung tercapainya tujuan khusus pelatihan tersebut, maka berdasarkan Kurikulum dan Silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusun seperangkat modul pelatihan (seperti tercantum dalam Daftar Modul) yang harus menjadi bahan pengajaran dalam pelatihan Supervisor Pekerjaan Lansekap/Pertamanan (Landscape Supervisor). -vii-

9 DAFTAR MODUL Jabatan Kerja : SUPERVISOR PEKERJAAN LANSEKAP/PERTAMANAN (LANDSCAPE SUPERVISOR / LS) Nomor Modul Kode Judul Modul 1 LS 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2 LS 02 Spesifikasi Pekerjaan Bangunan 3 LS 03 Spesifikasi Pekerjaan Penanaman 4 LS 04 Spesifikasi Pemeliharaan Taman/Lansekap 5 LS 05 Tata Laksana Pekerjaan Pertamanan/Lansekap 6 LS 06 Perhitungan Rancangan Anggaran Biaya 7 LS 07 Dokumen Kontrak 8 LS 08 Teknik Gambar Arsitektur Lansekap 9 LS 09 Pengenalan Bangunan Taman 10 LS 10 Pengenalan Tanaman Lansekap 11 LS 11 Pemeliharaan Taman 12 LS 12 Administrasi Lapangan dan Pelaporan 13 LS 13 Pranata Pembangunan -viii-

10 PANDUAN INSTRUKTUR A. BATASAN NAMA PELATIHAN : PELATIHAN SUPERVISOR PEKERJAAN LANSEKAP/PERTAMANAN (LANDSCAPE SUPERVISION) KODE MODUL : LS - 01 JUDUL MODUL : SISTEM MANAJEMEN K3 DESKRIPSI : Materi ini membahas pengetahuan peraturan K3, perlengkapan dan keselaman kerja, alat dan bahan untuk penanggulangan dini, K3 untuk pelatihan Supervisor Pekerjaan Lansekap / Pertamanan (Landscape supervision). TEMPAT KEGIATAN : Ruangan Kelas lengkap dengan fasilitasnya. WAKTU PEMBELAJARAN : 1 (Satu) Jam Pelajaran (JP) (1 JP = 45 Menit) -ix-

11 B. RENCANA PEMBELAJARAN KEGIATAN INSTRUKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 1. Ceramah : Pembukaan/ Bab I, Pendahuluan Menjelaskan tujuan instruksional umum(tiu) dan Tujuan instruksional khusus (TIK) Menjelaskan maksud dan tujuan sistem manajemen K3. Menjelaskan pengertian sistem manajemen K3. Waktu : 5 menit Mengikuti penjelasan TIU dan TIK dengan tekun dan aktif Mengikuti penjelasan maksud dan tujuan sistem manajemen K3. Mengikuti penjelasan pengertian sistem manajemen K3. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT 2. Ceramah : Bab II, Pemahaman peraturan K3 Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Pemahaman peraturan K3 Waktu : 10 menit Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT 3. Ceramah : Bab III, Menggunakan perlengkapan dan keselamatan kerja Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Menggunakan perlengkapan dan keselamatan kerja Waktu : 10 menit Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT -x-

12 4. Ceramah : Bab IV, Menggunakan alat dan bahan untuk penanggulangan dini Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Menggunakan alat dan bahan untuk penanggulangan dini Waktu : 10 menit Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT 5. Ceramah : Bab V, Menerapkan K3 Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Menerapkan K3 Waktu : 10 menit Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT -xi-

13 Bab I: Pemahaman Peraturan K3 BAB I PEMAHAMAN PERATURAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) 1.1 UMUM Kontribusi jasa konstruksi dalam pembangunan nasional sangat besar, terutama dalam penyiapan prasarana gedung yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia. Namun dalam dilain pihak kondisi jasa konstruksi masih memprihatinkan ditandai dengan kualitas produk jasa konstruksi yang masih banyak yang memprihatinkan, penggunaan sumber daya untuk kegiatan konstruksi yang belum optimal. Pada umumnya penyebab utama adalah ketidak disiplinan dari pada penyedia jasa maupun pengguna jasa untuk memenuhi ketentuan yang terkait dengan keamanan, kesehatan, keselamatan, dan lingkungan, baik lingkungan kerja maupun lingkungan yang lebih luas. Oleh karena itu diperlukan pengaturan terkait dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bidang konstruksi yang diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi pelaku pekerjaan bidang konstruksi di Indonesia dalam memberikan kepastian perlindungan baik kepada penyedia jasa maupun pengguna jasa. Pengaturan terkait dengan aspek legal, administrative dan teknis operasional atas seluruh kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja bidang konstruksi. Kecelakaan dan sakit di tempat kerja telah banyak terjadi bahkan sampai menelan korban jiwa. Tenaga kerja sebagai sumber daya yang paling berharga dalam perusahaan harus mendapat perlindungan yang memadai dalam bekerja sehingga dapat memperkecil atau mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu: 1. Faktor perorangan, antara lain : kurang pengetahuan, kurang ketrampilan, motivasi kurang baik, masalah fisik dan mental. 2. Faktor pekerjaan, antara lain : standar kerja yang kurang baik, standar perencanaan yang kurang baik, standar perawatan yang kurang tepat, standar pembelian yang kurang tepat, aus dan retak karena pemakaian setelah lama dipakai, dan pemakaian abnormal. I-1

14 Bab I: Pemahaman Peraturan K3 1.2 KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA Semua tempat di Indonesia dimana dilakukan kegiatan konstruksi, maka ketentuan hukum mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang berlaku meliputi : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2. SKB antara Menteri Tenaga Kerja Kep 174/MEN/86 dan Menteri Pekerjaan Umum 104/KPTS/86 tentang Pelaksanaan K3 di bidang Konstruksi. 1.3 SEBAB-SEBAB KECELAKAAN Kecelakaan pada Pekerjaan Lansekap / Pertamanan disebabkan oleh : 1. Kecelakaan karena pengangkutan, alat bergerak dan lalu lintas, pada umumnya disebabkan oleh : Penempatan bahan dan alat kurang baik, sehingga lalu lintas angkutan bahan dan alat di lokasi pekerjaan kurang teratur. Kurangnya disiplin para operator pengangkut bahan dan alat. Operator alat pengangkut belum memadai kemampuannya. Kelebihan muatan. Pengamanan kurang atau cara pengangkutan bahan dan alat kurang baik termasuk kurangnya tanda-tanda lalu lintas. 2. Kecelakaan karena kejatuhan benda, pada umumnya karena : Barang-barang yang dibuang dari tempat tinggi tidak mengikuti prosedur yang benar dan tanpa pengaman. Barang dan alat yang diangkut ke tempat tinggi dilakukan secara tidak benar, bahkan kelebihan berat. Para pekerja tidak memakai pelindung kepala. 3. Kecelakaan karena tergelincir, terpukul, terkena benda tajam/keras, disebabkan oleh : Terpeleset oleh jalan yang licin, berdiri di tempat yang tidak semestinyaatau cara kerja yang tidak benar. Terpukul karena cara kerja yang tidak benar atau lalai. I-2

15 Bab I: Pemahaman Peraturan K3 4. Kecelakaan karena jatuh dari ketinggian, kecelakaan ini dapat berakibat fatal, seperti luka/cacat berat bahkan sampai meninggal dunia. Karena pengawas dan pelaksana lapangan harus memberi perhatian yang sungguh-sungguh pada jenis pekerjaan berpotensi besar terjadi kecelakaan karena jatuh dari tempat yang tinggi, seperti pada : Pekerjaan atap dan langit-langit. Pekerjaan dinding yang menggunakan perancah. Perancah roboh karena kurang kuat. Jatuh dari lubang. 5. Kecelakaan terkena aliran listrik, kebakaran dan ledakan., umumnya disebabkan oleh : a. Kecelakaan karena aliran listrik, umunya adanya kabel listri yang rusak dan terinjak/terpegang oleh pekerja. b. Karena terjadi kebakaran sehingga menimbulkan kepanikan para pekerja yang berakibat pada kecelakaan. c. Terjadi ledakan karena kurang faktor pengaman. 1.4 KETENTUAN ADMINISTRATIF Dalam pelaksanaan Pekerjaan Lansekap / Pertamanan agar terlaksana dengan baik maka diperlukan beberapa ketentuan administratif yang harus dipatuhi dan diparhatikan oleh Penyedia Jasa Kontraktor, yaitu mengenai : KEWAJIBAN UMUM 1) Penyedia Jasa Kontraktor berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja, peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga kerja terlindung dari resiko kecelakaan. 2) Penyedia Jasa Kontraktor menjamin bahwa mesin mesin peralatan, kendaraan atau alat-alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan Keselamatan Kerja, selanjutnya barang-barang tersebut harus dapat dipergunakan secara aman. 3) Penyedia Jasa Kontraktor turut mengadakan :pengawasan terhadap tenaga kerja, agar tenaga kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat. I-3

16 Bab I: Pemahaman Peraturan K3 4) Penyedia Jasa Kontraktor menunjuk petugas Keselamatan Kerja yang karena jabatannya di dalam organisasi kontraktor, bertanggung jawab mengawasi kordinasi pekerjaan yang dilakukan. untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan. 5) Penyedia Jasa Kontractor memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai dengsn keahlian umur, jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya. 6) Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa Kontraktor menjamin bahwa semua tenaga kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya demi pekerjaannya masing-masing dan usaha pencegahannya, untuk itu Pengurus atau kontraktor dapat memasang papan-papan pengumuman, papan-papan peringatan serta sarana-sarana pencegahan yang dipandang perlu. 7) Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap semua tempat kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara pelaksanaan kerja yang aman. 8) Hal-hal yang rnenyangkut biaya yang timbal dalam rangka penyelenggaraan keselamatan dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Pengurus dan Kontraktor ORGANISASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 1) Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus bekerja secara penuh (Full-Time) untuk mengurus dan menyelenggarakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2) Pengurus dan Kontraktor yang mengelola pekerjaan dengan mempekerjakan pekerja dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek memang memerlukan, diwajibkan membentuk unit Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 3) Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut ini merupakan unit struktural dari organisasi Kontraktor yang dikelola oleh Pengurus atau Kontraktor. 4) Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut bersama-sama dengan Panitia Pembina Keselamatan Kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah kordinasi Pengurus atau Kontraktor, serta bertanggung jawab kepada Pemimpin Proyek. I-4

17 Bab I: Pemahaman Peraturan K3 5) Kontraktor Harus : Memberikan kepada Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Safety Committee) fasilitas-fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka. Berkonsultasi dengan Panitia Pembina Keselamatan clan Kesehatan Kerja (Safety Committee) dalam segala hal yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Proyek. Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi dari Safety Committee. 6) Jika 2 atau lebih kontraktor bergabung dalam suatu proyek mereka harus bekerja sama membentuk kegiatan kegiatan Keselamatan clan Kesehatan Kerja LAPORAN KECELAKAAN 1) Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan kepada Depnaker dan Departemen Pekerjaan Umum. 2) Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan : Menunjukkan catatan kecelakaan dari setiap kegiatan kerja, pekerja masing-masing dan, Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab-sebabnya KESELAMATAN KERJA DAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN 1) Tenaga Kerja harus diperiksa kesehatannya. Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali (Pemeriksaan Kesehatan sebelum masuk kerja dengan penekanan pada kesehatan fisik dan kesehatan individu), Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan tersebut. 2) Tenaga Kerja di bawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan kesehatan khusus, meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya secara teratur. 3) Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan untuk Referensi. I-5

18 Bab I: Pemahaman Peraturan K3 4) Suatu rencana organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama harus dibuat sebelumnya untuk setiap daerah tempat bekerja meliputi seluruh pegawai/petugas pertolongan pertama pada kecelakaan dan peralatan, alat-alat komunikasi alat-alat jalur transportasi. 5) Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus dilakukan oleh dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan pertama pada kecelakaan (P.P.P.K.). 6) Alat-alat P.P.P.K. atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain. 7) Alat-alat P.P.P.K. atau kotak obat-obatan harus berisi paling sedikit dengan obat untuk kompres, perban, Gauze yang steril, antiseptik, plester, Forniquet, gunting, splint dan perlengkapan gigitan ular. 8) Alat-alat P.P.P.K. dan kotak obat-obatan harus tidak berisi benda-benda lain selain alat-alat P,P.P.K. yang diperlukan dalam keadaan darurat. 9) Alat-alat P.P.P.K. dan kotak obat-obatan harus berisi keteranganketerangan/instruksi yang mudah dan jelas sehingga mudah dimengerti. 10) Isi dari kotak obat-obatan dan alat P.P.P.K. harus diperiksa secara teratur dan harus dijaga supaya tetap berisi (tidak boleh kosong). 11) Kereta untuk mengangkat orang sakit,(carrying basket) harus selalu tersedia. 12) Jika tenaga kerja dipekerjakan di bawah tanah atau pada keadaan lain, alat penyelamat harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja. 13) Jika tenaga kerja dipekerjakan di tempat-tempat yang menyebabkan adanya risiko tenggelam atau keracunan atau alat-alat penyelamat an harus selalu tersedia di dekat tempat mereka bekerja. 14) Persiapan-persiapan harus dilakukan untuk memungkinkan mengangkut dengan cepat, jika diperlukan untuk petugas yang sakit atau mengalami kecelakaan ke rumah sakit atau tempat berobat semacam ini. 15) Petunjuk/informasi harus diumumkan/ditempel di tempat yang baik (strategis) yang memberitahukan : Tempat yang terdekat dengan kotak obat-obatan, alat alat P.P.P.K. ruang P.P.P.K. ambulans, kereta untuk orang sakit, dan tempat dimana dapat dicari orang yang bertugas untuk urusan kecelakaan. Tempat telpon terdekat untuk menelpon/memanggil ambulans, nomor telpon dan nama orang yang bertugas dan lain-lain. I-6

19 Bab I: Pemahaman Peraturan K3 Nama, alamat, nomor telpon dokter, rumah sakit dan tempat penolong yang dapat segera dihubungi dalam keadaan darurat/ emergency PEMBIAYAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 1) Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah diantisipasi sejak dini yaitu pada saat pengguna jasa mempersiapkan pembuatan desain dan perkiraan biaya suatu proyek gedung.sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu item pekerjaan yang perlu menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang. Selanjutnya penyedia jasa kontraktor harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan kesehatan dan keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana, sumberdaya manusia dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan biaya yang wajar. 2) Oleh karena itu baik penyedia jasa dan pengguna jasa perlu memahami prinsip-prinsip keselamatan dan kesehatan kerja ini, agar dapat melakukan langkah persiapan, pelaksanaan dan pengawasannya. I-7

20 Bab I: Pemahaman Peraturan K3 1.1 UMUM KETENTUAN HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA SEBAB-SEBAB KECELAKAAN KETENTUAN ADMINISTRATIF KEWAJIBAN UMUM ORGANISASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAPORAN KECELAKAAN KESELAMATAN KERJA DAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PEMBIAYAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA... 7 I-8

21 Bab II: Menggunakan Perlengkapan dan Keselamatan Kerja BAB II MENGGUNAKAN PERLENGKAPAN DAN KESELAMATAN KERJA 2.1 ALAT PELINDUNG BADAN Pelindung badan berfungsi untuk melindungi diri agar tidak mengalami cidera akibat kerja, agar tidak terjadi suatu kecelakaan pada pekerja maka diperlukan alat pelindung kerja, yaitu seperti : Sabuk Pengaman (Safety Belt) Sabuk pengaman digunakan pada saat melakukan pekerjaan pada ketinggian lebih dari 3 meter. Cara pemakainnya dipasang di pinggang seperti ikat pinggang dan mengikatkan bagian talinya ke bagian konstruksi yang cukup kuat dan dapat menahan beban manusia, sehingga jika pekerja terpeleset tidak langsung jatuh akan tetapi tertahan oleh sabuk pengaman sehingga terhindar dari kecelakaan yang fatal Topi Keras (Helm) Topi keras (helm) digunakan untuk melindungi kepala dari benturan bendabenda keras baik benda jatuh dari atas atau arah lain Sarung Tangan Sarung tangan digunakan untuk menghindarkan kulit tangan dari luka akibat serpihan besi, batu-batu tajam, cairan kimia, dan cairan semen dari adukan Sepatu Kerja Sepatu kerja digunakan untuk melindungi kaki dari luka akibat terjepit, benda-benda tajam, dan cairan-cairan kimia. II-1

22 Bab II: Menggunakan Perlengkapan dan Keselamatan Kerja Penutup Hidung (masker) Penutup hidung ( masker ) digunakan pada saat bekerja pada daerah yang berdebu atau yang mengandung unsur kimia seperti debu, semen yang dapat dan lain-lain yang menimbulkan gannguan pernafasan maupun penularan penyakit Kaca mata Kaca mata digunakan untuk pekerjaan khusus seperti memecah batu, mengelas, menggerinda dan sebagainya Pelindung Telinga Pelindung telinga digunakan pada lingkungan kerja yang bising dan dapat menimbulkan gangguan pendengaran Pakain Las (apron) Pakaian apron digunakan untuk pekerjaan khusus misal mengelas sehingga dapat terhindar dari percikan api akibat las. 2.2 RAMBU-RAMBU KESELAMATAN KERJA Rambu-rambu dalam K-3 merupakan bagian yang penting dalam penerapan K-3 di lingkungan pekerjaan konstruksi dan harus dipasang pada tempat yang strategis dalam arti mudah dilihat dan dibaca serta sesuai dengan lingkungan kerja. Contoh rambu-rambu yang perlu dipasang pada pekerjaan gedung adalah : Awas hati-hati licin. Ketinggian maksimum. Awas tegangan tinggi. Wajib menggunakan kaca mata/kedok las bagi tukang las. Wajib menggunakan topi pengaman di sekitar proyek. Dilarang merokok atau menyalakan api pada area yang berdekatan dengan tempat penyimpanan barang-barang mudah terbakar. Wajib memakai pelindung telinga di area kerja yang bising. Rambu-rambu lainnya disesuaikan dengan karakteristik pekerjaannya. II-2

23 Bab II: Menggunakan Perlengkapan dan Keselamatan Kerja 2.3 PENCEGAHAN TERHADAP KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN Di tempat-tempat kerja, tenaga kerja dipekerjakan harus tersedia : Alat-alat pemadam kebakaran. Saluran air yang cukup dengan tekanan yang besar. Pengawas (Supervisor) dan sejumlah/beberapa tenaga kerja harus dilatih untuk menggunakan alat pemadam kebakaran. Orang orang yang terlatih dan tahu cara mengunakan alat pemadam kebakaran harus selalu siap di tempat selama jam kerja. Alat pemadam kebakaran, harus diperiksa pada jangka waktu tertentu oleh orang yang berwenang dan dipelihara sebagaimana mestinya. Alat pemadam kebakaran seperti pipa-pipa air, alat pemadam kebakaran yang dapat dipindah-pindah (portable) dan jalan menuju ke tempat pemadam kebakaran harus selalu dipelihara. Peralatan pemadam kebakaran harus diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan dicapai. Sekurang kurangnya sebuah alat pemadam kebakaran harus bersedia : disetiap gedung dimana barang-barang yang mudah terbakar disimpan. di tempat-tempat yang terdapat alat-alat untuk mengelas. pada setiap tingkat/lantai dari suatu gedung yang sedang dibangun dimana terdapat barang-barang, alat-alat, yang mudah terbakar. Beberapa alat pemadam kebakaran dari bahan kimia kering harus disediakan : di tempat yang terdapat barang-barang/benda benda cair yang mudah terbakar. di tempat yang terdapat oli, bensin, gas dan alat-alat pemanas yang menggunakan api. di tempat yang terdapat aspal dan ketel aspal. di tempat yang terdapat bahaya listrik/bahaya kebakaran yang disebabkan oleh aliran listrik. Alat pemadam kebakaran harus dijaga agar tidak terjadi kerusakan-kerusakan teknis. Alat pemadam kebakaran yang berisi chlorinated hydrocarbon atau karbon tetroclorida tidak boleh digunakan di dalam ruangan atau di tempat yang terbatas. (ruangan tertutup, sempit). Jika pipa tempat penyimpanan air (reservoir, standpipe) dipasang di suatu gedung, pipa tersebut harus : dipasang di tempat yang strategis demi kelancaran pembuangan. dibuatkan suatu katup pada setiap ujungnya. II-3

24 Bab II: Menggunakan Perlengkapan dan Keselamatan Kerja dibuatkan pada setiap lubang pengeluaran air dari pipa sebuah katup yang menghasilkan pancaran air bertekanan tinggi. mempunyai sambungan yang dapat digunakan Dinas Pemadam Kebakaran. II-4

25 Bab II: Menggunakan Perlengkapan dan Keselamatan Kerja 2.1 ALAT PELINDUNG BADAN Sabuk Pengaman (Safety Belt) Topi Keras (Helm) Sarung Tangan Sepatu Kerja Penutup Hidung (masker) Kaca mata Pelindung Telinga Pakain Las (apron) RAMBU-RAMBU KESELAMATAN KERJA PENCEGAHAN TERHADAP KEBAKARAN DAN ALAT PEMADAM KEBAKARAN... 3 II-5

26 Bab III: Menggunakan Alat dan Bahan Untuk Penanggulangan Dini BAB III MENGGUNAKAN ALAT DAN BAHAN UNTUK PENANGGULANGAN DINI 3.1 JENIS ALAT PELINDUNG DIRI (APD) Untuk menanggulangi terjadinya kecelakaan kerja, seorang pekerja diharuskan menggunakan alat pelindung diri, seperti : Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras selama mengoperasikan atau memelihara AMP. Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin atau melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya. Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada lokasi pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya. Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai. Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan sebagainya. Alat pelindung telinga, digunakan untuk melindungi telinga dari kebisingan yang ditimbulkan dari pengoperasian peralatan kerja. Gambar 3.1. Alat Perlindungan Diri Namun pada kenyataan dilapangan, penggunaan alat-alat pelindung diri sering terjadi kendala dan masalah baik terhadap pemakainya/tenaga kerja maupun kualitas dari alat itu sendiri Masalah Umum APD Adanya APD yang tidak melalui pengujian laboratorium, sehingga tidak diketahui derajat perlindungannya atau tidak memenuhi ketentuan keselamatan. Pekerja merasa tidak nyaman dan kadang-kadang pemakai merasa terganggu. III-1

27 Bab III: Menggunakan Alat dan Bahan Untuk Penanggulangan Dini Terdapat kemungkinan menimbulkan bahaya baru atas penggunaan APD Pengawasan terhadap keharusan penggunaan APD sangat lemah. Kewajiban untuk memelihara APD yang menjadi tanggung jawab perusahaan sering dialihkan kepada pekerja Masalah Pemakaian APD Secara Umum Pekerja tidak mau memakai APD dengan alasan: Yang bersangkutan tidak mengerti atas maksud keharusan pemakaian APD. Pemakaian APD dirasakan pekerja tidak nyaman seperti panas, sesak dan tidak memenuhi nilai keindahan Pekerja merasa terganggu dalam melaksanakan pekerjaan. Jenis APD yang dipakai tidak sesuai dengan jenis bahaya yang dihadapi. Tidak dikenakan sanksi terhadap pekerja yang tidak memakai APD Atasannya juga tidak memakai APD tanpa dikenakan sanksi. Perusahaan tidak menyediakan APD dengan alasan: Perusahaan tidak mengerti adanya ketentuan pemakaian APD. Rendahnya kesadaran perusahaan atas pentingnya K3 dan secara sengaja melalaikan kewajibannya untuk menyediakan APD. Perusahaan merasa sia-sia menyediakan APD, karena pada akhirnya APD tidak dipakai oleh pekerja. Jenis APD yang disediakan oleh perusahaan tdak sesuai dengan jenis bahaya yang dihadapi pekerja Perusahaan mengadakan APD hanya sekedar memenuhi persyaratan formal tanpa mempertimbangkan kesesuaiannya dengan maksud pemakaiannya Masalah Khusus APD MASKER Sering ditemukan adanya kerusakan atau sumbatan pada filter Pemakaian alat ini dirasakan tidak nyaman oleh pekerja. Pemakaian alat ini menimbulkan efek psikologis dan kecemasan terhadap pemakainya dan meningkatkan beban kerja pada jantung dan hati. Pemakai alat ini harus menghirup udara yang dihembuskannya. Pemakaian alat ini menimbulkan kesulitan berkomunikasi pada pemakainya. III-2

28 Bab III: Menggunakan Alat dan Bahan Untuk Penanggulangan Dini Cara pemakaiannya kurang tepat seperti longgarnya/lepasnya tali pengikat sehingga pengamanan terhadap pemakainya kurang berdaya guna. ALAT PELINDUNG TELINGA Pemakaian alat ini dapat menimbulkan resiko infeksi telinga. Pemakaian alat ini menimbulkan kesulitan berkomunikasi pada pemakainya Pemakai merasa tidak nyaman dan terisolasi. Jepitan yang terlalu kuat sering menimbulkan sakit kepala pada pemakainya. Kemampuan menduga jarak dari pemakai menurun. Sering menimbulkan iritasi kulit pemakinya. SARUNG TANGAN Pemakaian alat ini menimbulkan kepekaan tangan dan jari menurun Menimbulkan keluarnya keringat berlebihan. Sering menyebabkan adanya bahan kimia tertentu tanpa diketahui pemakainya yang mungkin membahayakan pemakainya. KACA MATA KESELAMATAN Dapat membatasi pandangan pemakainya. Adanya noda, kabut dan goresan kecil pada kaca yang mengakibatkan Kaburnya pandangan pemakainya. Alat ini menimbulkan kesulitan pada pemakainya untuk melihat kerusakan secara visual. Kondisi kacamata yang tidak baik sering menimbulkan kemungkinan benda masuk dari samping 3.2 UPAYA PENANGGULANGAN DINI Kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor manusia, dimana seorang tenaga kerja perlu dibekali pengetahuan mengenai keselamatan kerja, hal ini dapat dilakukan dengan cara: 1. Penyuluhan dan kampanye Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja secara teratur guna menumbuhkan kesadaran ber-kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). 2. Mengadakan latihan dan demonstrasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) bagi para pekerja maupun staf perusahaan. III-3

29 Bab III: Menggunakan Alat dan Bahan Untuk Penanggulangan Dini 3. Melakukan inspeksi secara teratur. 4. Memasang spanduk-spanduk dan tanda-tanda Kesehatan dan Keselamatan Kerja 5. Memberi sangsi yang memadai bagi mereka yang tidak disiplin dan mematuhi peraturan Kesehatan dan Kesalamatan Kerja. 6. Upayakan pertemuan, diskusi dan dialog tentang Kesehatan dan Kesehatan Kerja baik dengan pekerja maupun staf. Dalam buku Kesehatan dan Keselamatan Kerja dibahas secara lengkap dan detail tentang pencegahan kecelakaan kerja akibat faktor teknis, namun dalam modul ini hanya dibahas yang penting-penting saja, yaitu : 1. Pencegahan Kecelakaan akibat penggunaan alat angkut dan lalu lintas. Bahan dan alat harus direncanakan penempatannya secara baik, sehingga pada waktu diangkut dan digunakan tidak membahayakan penumpang. Alat dalam kondisi baik dan semua persyaratan yang diperlukan telah dipenuhi. Operator alat pengangkut tersebut harus benar-benar terampil dan memiliki sertifikat yang dipersyaratkan. Mematuhi prosedur dan peraturan yang ditetapkan. 2. Pencegahan kecelakaan yang diakibatkan kejatuhan benda Dipasang jala/jaring guna menghindari benda yang jatuh dari atas. Benda-benda yang tidak terpakai dilarang dibuang dengan cara asal buang kebawah. Pemindahan benda yang berat dan sulit harus dengan cara hati-hati sehingga tidak menimbulkan bahaya kecelakaan. Siapapun dilarang masuk ke tempat penyimpanan bahan dan alat tanpa ijin. Bangunan, bangunan Bantu seperti perancah harus dibuat kokoh sehingga tidak mudah rubuh. Pekerja harus menggunakan pelindung kepala. 3. Pencegahan kecelakaan yang diakibatkan tergelincir, terpukul, dan terkena benda tajam. Jalan kerja dan tempat injakan kaki harus bersih dan tidak licin. Cara kerja harus dalam posisi dan sikap yang betul. Gunakan alat kerja sesuai peruntukannya. Pakai pengaman kerja, seperti helm, sarung tangan, dan sepatu kerja. III-4

30 Bab III: Menggunakan Alat dan Bahan Untuk Penanggulangan Dini 4. Pencegahan kecelakaan kerja karena jatuh daru tempat tinggi. Perancah harus dibuat dengan benar dan kokoh dan terikat pada bangunan sehingga tidak roboh. Perancah tidak dibebani melebihi kekuatannya. Papan untuk injakan kaki dibuat dari papan yang kuat dan lebih dari satu papan sehingga bila patah masih ada cadangan. Lantai perancah harus bersih dan tidak licin. Pekerja memakai sabuk dan tali pengaman. 5. Pencegahan kecelakaan akibat terkena aliran listrik, kebakaran dan ledakan. Aliran listrik harus ditangani oleh pekerja yang terampil dan ahli Tempat-tempat aliran yang ada aliran listrik/kabel-kabel harus diberi tanda-tanda yang jelas, pekerja memakai sepatu dan sarung tangan pengaman. Benda-benda yang mudah terbakar disimpan dengan aman dan jauhkan dari sumber api dan beri tanda dilarang merokok. Bedeng tempat pekerja menginap harus kikontrol secara rutin aliran listriknya. Untuk pekerjaan yang perlu peledakan maka harus ada ijin dari yang berwenang, dilokasi peledakan diberi penjagaan dan tanda dilarang masuk. 6. Bagian tubuh yang harus dilindungi adalah kepala, tangan dan kaki, karena itu harus mendapat perlindungan secukupnya sesuai sifat pekerjaannya. 3.3 SEBAB-SEBAB DAN PENCEGAHAN GANGGUAN KESEHATAN KERJA Menurut undang-undang, penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul karena hubungan kerja termasuk kecelakaan. Penyakit akibat kerja harus mendapat perhatian yang khusus, karena : Penyakit yang terjadi sebenarnya dapat dihindari. Penyakit yang terjadi dapat menimbulkan cacat. Penyakit yang terjadi karena perbuatan manusia. Penyakit yang terjadi adalah apa yang dikerjakan, yang dihasilkan ataupun karena alat atau. bahan yang digunakan. Penyakit akibat kerja menurunkan produktifitas dan kemampuan Sebab-Sebab Penyakit Akibat Kerja 1. Golongan fisik, antara lain : Suara bising. III-5

31 Bab III: Menggunakan Alat dan Bahan Untuk Penanggulangan Dini Tekanan udara yang tinggi dan berubah-ubah Suhu yang terlalu tinggi atau rendah Getaran dapat mengganggu sirkulasi darah dan saraf. Penerangan yang kurang atau terlalu kuat. Radiasi sinar radio aktif. 2. Golongan mental-psikologik, antara lain : Ketegangan kerja karena tidak cocok dengan bahan dan pendidikannya. Beban kerja atau tanggung jawab yang terlalu berat. Tidak dapat bekerja sama dengan teman sekerja. 3. Golongan faal, antara : Ketegangan kerja karena tidak cocok dengan bahan dan pendidikannya. Mengangkut beban yang terlalu berat. Cara Kerja yang tidak benar. Kelelahan fisik karenamkesalah konstruksi/mesin/konstruksi. Kerja dengan berdiri terus menerus mengakibatkan varices 4. Golongan hayati, antara lain : Cacing, serangga. Bakteri, virus. Jamur menimbulkan penyakit kulit. Getah, tumbuhan menimbulkan penyakit kulit. 5. Golongan kimia, antara lain : Gas yang berbahaya, seperti co, H2S dll. Uap logam dapat menimbulkan penyakit kulit. Semen menimbulkan penyakit kulit. Cat menimbulkan sakit dada. Debu menimbulkan sakit paru-paru Pencegahan Penyakit Akibat Kerja Usaha pencegahan penyakit akibat kekurangan segi teknis di bidang konstruksi dapat dilakukan dengan desain kerja yang baik, serta organisasi pengaturan kerja. Pencegahan penyakit akibat kerja dilakukan dengan : Substitusi, yaitu dengan mengganti bahan-bahan yang membahayakan dengan bahan yang tidak berbahaya, tanpa mengurangi hasil pekerjaan ataupun mutunya. III-6

32 Bab III: Menggunakan Alat dan Bahan Untuk Penanggulangan Dini Isolasi, yaitu menjauhkan atau memisahkan suatu proses pekerjaan yang mengganggu atau membahayakan. Ventilasi, baik secara umum maupun local, yaitu dengan udara bersih yang dialirkan keruang kerja atau dengan menghisap udara keluar. Alat pelindung diri, berupa topi pelindung kepala, sarung tangan, sepatu yang dilapisi baja bagian depan untuk menahan beban berat, masker dan lain-lain. Pemeriksaan kesehatan, dilakukan secara berkala untuk mengetahui penyabab penyakit atau gangguan yang dialami pekerja. Latihan dan informasi sebelum bekerja serta pendidikan tentang keselamatan dan kesehatan kerja. III-7

33 Bab III: Menggunakan Alat dan Bahan Untuk Penanggulangan Dini 3.1 JENIS ALAT PELINDUNG DIRI (APD) Masalah Umum APD Masalah Pemakaian APD Secara Umum Masalah Khusus APD UPAYA PENANGGULANGAN DINI SEBAB-SEBAB DAN PENCEGAHAN GANGGUAN KESEHATAN KERJA Sebab-Sebab Penyakit Akibat Kerja Pencegahan Penyakit Akibat Kerja... 6 III-8

34 Bab IV: Menerapkan K3 BAB IV MENERAPKAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) 4.1 UMUM Dibandingkan dengan industri lain, industri konstruksi menduduki rangking tertinggi dalam risiko kecelakaan. Hal ini dapat dimengerti karena sifat industri konstruksi sangat berbeda dengan industri yang lain. Dalam kegiatan industri konstruksi ada sifat-sifat khusus yang tidak terdapat pada industri lain, yaitu: 1. Kegiatan industri konstruksi terdiri dari bermacam-macam kegiatan dengan jumlah banyak, yang rawan kecelakaan. 2. Jenis-jenis kegiatannya sendiri tidak standar, sangat dipengaruhi oleh banyak faktor luar, seperti: kondisi lokasi bangunan, cuaca, bentuk desain, metode pelaksanaan, dam lain-lain. 3. Perkembangan teknologi yang selalu diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan memberikan andil risiko sendiri. 4. Tingginya turn over tenaga kerja juga menjadi masalah sendiri, karena selalu menghadapi orang-orang baru yang terkadang masih belum terlatih. 5. Banyaknya pihak yang terkait dalam proses konstruksi, yang memerlukan pengaturan serta koordinasi yang kuat. Peraturan maupun Perundang-undangan yang mengatur tentang K-3 antara lain: 1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja. 2. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 2 Tahun 1970 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 1/MEN/1980 tentang Keselamtan Kerja dan Kesehatan Kerja. 4. Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: Kep.174/Men/86 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, risiko yang dihadapi perusahaan industri konstruksi pada pelaksanaan konstruksi tidak saja berkaitan IV-1

35 Bab IV: Menerapkan K3 dengan kecelakaan pekerja tapi juga aspek ekonomi karena rusaknya bangunan dan turunnya produktivitas kerja akibat terjadinya kecelakaan kerja. Dengan demikian upaya-upaya penekanan risiko kecelakaan konstruksi merupakan upaya yang penting dalam rangka menghindarkan kerugian secara ekonomi maupun hilangnya jiwa manusia. 4.2 ASPEK PENTING DALAM KESELAMATAN KERJA Aspek penting yang harus dicapai dalam program keselamatan kerja konstruksi adalah aspek kemanusiaan dan aspek ekonomi yang keduanya tidak dapat dipisahkan. kecelakaan kerja akan mengakibatkan hilangnya jiwa manusia dan timbulnya biaya kecelakaan, sekaligus dapat menimbulkan kerugian ekonomi akibat rusaknya bangunan dan turunnya produktivitas kerja. kedua macam risiko tersebut dapat menimbulkan biaya yang biasa disebut sebagai biaya keamanan (cost of safety) Aspek Kemanusiaan Aspek kemanusiaan merupakan aspek terpenting dalam konsep rekayasa keselamatan konstruksi. segala upaya baik dalam bentuk pengaturan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap penerapan ketentuan keselamatan kerja diarahkan pada bagaimana menghindarkan dari kecelakaan kerja baik terhadap pekerjanya maupun terhadap konstruksinya sendiri. Dari segi kemanusiaan, kriteria kecelakaan adalah kecelakaan yang mengakibatkan meninggalnya manusia atau cacat permanen. Penghargaan zero accident dapat diartikan tidak terjadinya korban manusia. dalam konsep ini adanya bangunan konstruksi yang rusak atau roboh tidak dimasukkan ke dalam kriteria kecelakaan Aspek Ekonomi Peningkatan keselamatan kerja dan pengurangan kecelakaan akan menghasilkan penghematan konstruksi secara total. Di negara berkembang dan negara belum maju, rendahnya angka kecelakan konstruksi belum tentu menunjukkan adanya peran keselamatan konstruksi, yang disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: tidak teraturnya sistem pencatatan terjadinya suatu kecelakaan; IV-2

36 Bab IV: Menerapkan K3 terlalu tingginya angka keamanan yang digunakan dalam dunia konstruksi, sehingga tidak mencapai atau jauh dari efisiensi dan merupakan pemborosan yang tidak perlu terjadi. Keuntungan secara ekonomi yang dapat diperoleh dari penerapan program keselamatan akan lebih mempermudah untuk menawarkan program keselamatan dalam pelaksanaan konstruksi. Biaya keamanan (cost of safety) adalah seluruh biaya yang terjadi, baik untuk upaya pencegahan terjadinya kecelakaan maupun biaya kecelakaan yang terjadi, termasuk dampaknya, yang terdiri dari dua golongan, yaitu biaya keamanan langsung (direct cost of safety) dan biaya keamanan tidak langsung (indirect cost of safety). Biaya keamanan langsung (direct cost of safety) adalah biaya langsung yang berkaitan dengan keamanan konstruksi, termasuk biaya-biaya atas kecelakaan yang terjadi, antara lain terdiri dari: biaya asuransi; peralatan keamanan; fasilitas kesehatan; bangunan-bangunan pengaman termasuk pembuatan rambu-rambu; biaya pengawasan terhadap penerapan keamanan; biaya-biaya kecelakaan yang terjadi untuk korban manusia; dan lain-lain yang berkaitan secara langsung dengan keamanan Biaya keamanan tidak langsung (indirect cost of safety) adalah biaya-biaya yang secara tidak langsung berkaitan dengan keamanan, termasuk dampak dari kecelakaan yang terjadi, seperti antara lain: biaya turn over pekerja akibat kecelakaan; biaya kehilangan waktu akibat kecelakaan kerja; biaya pelatihan untuk pekerja pengganti; biaya akibat bertambahnya waktu pelaksanaan; turunnya moral pekerja; hilangnya efisien kerja; kerusakan bangunan; kerusakan peralatan dan mesin; turunnya produktivitas kerja; dan lain-lain yang berkaitan secara langsung. IV-3

37 Bab IV: Menerapkan K3 Pendekatan lain dalam pembagian biaya keamanan yaitu dibagi dalam tiga golongan yaitu: biaya pencegahan (prevention cost), biaya pengawasan (inspection cost), dan biaya kecelakaan (accident cost). biaya pencegahan antara lain mencakup: peralatan keamanan; bangunan-bangunan pengaman, termasuk rambu-rambu, fasilitas kesehatan; dan lain-lain yang berkaitan dengan upaya-upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan. Yang termasuk biaya pengawasan antara lain adalah: biaya petugas pengawasan; biaya-biaya lain yang berkaitan dengan upaya-upaya pengawasan. Yang termasuk biaya kecelakaan antara lain: biaya-biaya rumah sakit untuk korban kecelakaan; biaya-biaya penggantian bangunan/peralatan yang rusak akibat kecelakaan yang terjadi; biaya-biaya lain sebagai dampak dari terjadinya kecelakaan. 4.3 KESELAMATAN KERJA KONSTRUKSI DALAM MANAJEMEN PROYEK Untuk mencapai sasaran proyek, maka perlu adanya pengendalian dalam beberapa aspek, seperti: biaya, mutu, waktu, dan keselamatan, yang masing-masing mempunyai alat kendali yang telah direncanakan dalam manajemen konstruksi. Alat kendali dalam aspek biaya dalah berupa anggaran biaya pelaksanaan, dalam aspek mutu adalah berupa rencana mutu yang banyak didukung oleh penetapan metoda pelaksanaan, dan dalam aspek waktu adalah berupa jadwal waktu pelaksanaan yang didukung dengan jadwal pengadaan sumber daya (material, alat, tenaga dan uang), serta dalam aspek keselamatan adalah berupa rencana keselamatan(safety plan). Pengendalian semua alat perencanaan tersebut sangat diperlukan termasuk tindakan-tindakan yang diperlukan agar sasaran proyek konstruksi yang telah ditetapkan dapat dicapai. IV-4

38 Bab IV: Menerapkan K3 4.4 PENGAWASAN PELAKSANAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI Di dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja konstruksi, banyak pihak yang terlibat, namun yang paling bertangguyng jawab dalam pelaksanaan k-3 tersebut adalah pihak kontraktor, karen pihaknyalah yang secara langsung melaksanakan pekerjaan konstruksinya dan secara langsung melaksanakan manajemen keselamatan kerja. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja konstruksi antara lain: pelaku-pelaku konstruksi; material konstruksi; peralatan konstruksi; metode pelaksanaan; desain struktur Pelaku-Pelaku Konstruksi Baik pekerja, tukang, mandor, supervisor, staf manjer, maupun manajer, harus dalam kondisi sehat lahir batin, serta mempunyai kemampuan melaksanakan tugas-tugasnya dalam segala situasi dan kondisi yang dituntut oleh lapangan. kepada para pelaku konstruksi, harus menggunakan peralatan keamanan kerja, sesuai dengan risiko-risiko yang mungkin dihadapi oleh yang bersangkutan Material Konstruksi Baik untuk bangunan itu sendiri maupun untuk pekerjaan bantu/persiapan, harus menggunakan kualitas serta ukuran yang ditetapkan dalam perencanaan. di samping itu, material juga harus dipasang sesuai dengan metode yang ditetapkan Peralatan Konstruksi Peralatan konstruksi yang menggunakan ukuran berat, volume, temperatur dan lain-lain harus memiliki kalibrasi yang masih berlaku. apabila kalibrasinya sudah kedaluwarsa, harus segera diperbaharui sebelum alat yang bersangkutan dipergunakan. Untuk alat-alat berat, terutama alat angkat, harus memiliki sertifikat layak pakai yang berlaku Metode Pelaksanaan Metode pelaksanaan mempunyai peran besar dalam proses konstruksi. Oleh karenanya, pemilihan metode pelaksanaan yang akan diterapkan harus benar- IV-5

39 Bab IV: Menerapkan K3 benar dapat dilaksanakan dengan aman. Artinya bahwa setiap metode yang ditetapkan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: secara teknis aman; peralatan yang dipakai sesuai dan aman; pelaku-pelakunya sudah terbiasa; sudah memepertimbangkan keamanan Desain Struktur Desain struktur yang sudah diselesaikan oleh perencana, bagaimanapun reputasi perencana, masih perlu diperhatikan oelh pihak-pihak lain, khususnya kontraktor sebagai pelaksana. kelalaian yang mungkin terjadi, yang dapat menyebabkan kecelakaan, dapat dihindari dari awal. Dengan mengetahui faktor-faktor penyebab tersebut, maka dapat dibuat rencana keselamatan kerja konstruksi yang memadai. Mamun demikian, walaupun upaya-upaya pencegahan kecelakaan telah dilakukan, persiapan tindakan penyelamatan apabila terjadi kecelakaan kerja harus dipersiapkan, antara lain: menyiapkan tenaga dan alat khusus untuk evakuasi korban; menyiapkan poliklinik atau kerja sama dengan rumah sakit terdekat; melakukan tindakan agar kecelakaan tidak meluas dan terkendali. TABEL 4.1: RISIKO KECELAKAAN DAN CARA PENCEGAHANNYA NO RISIKO KECELAKAAN PENCEGAHAN Pekerjaaan fondasi franki A. orang jatuh dari crane B. kejatuhan batu atau beton C. crane amblas D. orang jatuh terperosok/jatuh E. sling putus Bored Pile A. crane mixer amblas B. sling crane putus C. terperosok ke dalam lubang bore D. lokasi banjir akibat sisa air sewaktu pengecoran Galian Sumuran A. lokasi tergenang air pakai sabuk pengaman waktu naik pakai helm pengaman waktu bekerja ratakan tanah sebelum crane masuk urug segera setelah dicor cek sling sebelum bekerja pakai matras untuk jalan kerja membuang lumpur secara periodik cek kondisi sling setiap saat urug secepatnya setelah dicor buat saluran air, lalu dipompa keluar lokasi kerja buat galian tepi, arahkan ke sumpit lalu IV-6

40 Bab IV: Menerapkan K3 NO RISIKO KECELAKAAN PENCEGAHAN B. bekisting dari pasangan batu bata ambruk C. tanah galian longsor D. terjatuh ke dalam galian dipompakan keluar lokasi buat pasangan batu bata ½ dari rencana urug segera bekas galian camping dan bagian atasnya diplester tutup dengan termal saat hujan buat kemiringan pada galian tutup dengan termal buat pagar pengaman buat tangga turun lokasi galian pasang rambu peringatan Generator Sementara A. kipas genset mencederai orang B. kebakaran Instalasi Listrik untuk Pekerjaan Sementara Pekerjaan Konstruksi Baja Pengecoran dan Pembesian Pembongkaran Bekisting pasang pagar pengaman pasang rambu peringatan matikan mesin selama perawatan tempatkan tangki solar jauh dari genset minimum 5 m siapkan tabung pemadam kebakaran pasang rambu awas kebakaran pasang isolasi untuk setiap sambungan pasang isntalasi kabel dengan rapi., tidak boleh kena air tempatkan kabel agar terlindung pasang rambu peringatan dan maksimal kapasitas harus ada penanggungjawab yang mudah dihubungi panel listrik harus selalu terkunci pakai sabuk pengaman untuk pekerjaan di atas wajib menggunakan helem, sabuk pengaman hindari orang tidak bekerja langsung di bawah lokasi kerja harus idisolasi dengan diberi cross line pasang lampu penerangan secukupnya gunakan helm, sabuk pengaman, sarung tangan, sepatu kerja tidak boleh ikut menggantung di baket cor gunakan sabuk pengaman, helem pasang steger yang kuat dan aman hindari berdiri terlalu dekat dengan daerah pembongkaran pasang jaring mpengaman untuk daerah tepi pasang rambu awas kejatuhan isolasi dari lalu lintas kerja IV-7

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) SIR 01 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN 1 PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN MENTERI TENTANG PEDOMAN TEKNIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Nomor : 384 / KPTS / M / 2004 Tanggal : 18 Oktober 2004

Lebih terperinci

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumberdaya manusia untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN ANALISA BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1. Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Di Proyek Penerapan Program K3 di proyek ini di anggap penting karena pada dasarnya keselamatan dan kesehatan kerja

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.P BUKU PENILAIAN DAFTAR

Lebih terperinci

PELATIHAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

PELATIHAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI LS-13 = Pranata Pembangunan PELATIHAN SUPERVISOR PEKERJAAN LANSEKAP/PERTAMANAN (LANDSCAPE SUPERVISOR) 2005 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

MODUL 4 KESELAMATAN KERJA (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)

MODUL 4 KESELAMATAN KERJA (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) MODUL 4 KESELAMATAN KERJA (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 4 A. PPPK Disetiap

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN BENAR NO. KODE : INA.5230.223.23.01.07

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja Area dari keselamatan kerja dalam dunia rekayasa mencakup keterlibatan manusia baik para pekerja, klien, maupun pemilik perusahaan. Menurut Goetsch

Lebih terperinci

BAB I KONSEP PENILAIAN

BAB I KONSEP PENILAIAN BAB I KONSEP PENILAIAN 1.1. Bagaimana Instruktur akan Menilai Dalam sistem berdasarkan Kompetensi, penilai akan mengumpulkan bukti dan membuat pertimbangan mengenai pengetahuan, pemahaman dan unjuk kerja

Lebih terperinci

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS

MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS PELATIHAN SITE INSPECTOR OF BRIDGE (INSPEKTUR PEKERJAAN LAPANGAN PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL SIB 10 : PEMELIHARAAN JALAN DARURAT DAN PEMELIHARAAN LALU LINTAS 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh penulis di PDKB TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh gambaran mengenai

Lebih terperinci

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah No. Responden : KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD, PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PEKERJAAN KONSTRUKSI PEKERJA KONSTRUKSI DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN APD DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN U-RESIDENCE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah perusahaan dalam melakukan aktivitas kontruksi harus memenuhi unsur keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam kegiatan konstruksi kecelakaan dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kepuasan Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang kepuasan, adapun berbagai macam pengertian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahap kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Tahap ini meliputi: 1. Survei pendahuluan lokasi untuk mendapatkan gambaran

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Potensi Bahaya Identifikasi bahaya yang dilakukan mengenai jenis potensi bahaya, risiko bahaya, dan pengendalian yang dilakukan. Setelah identifikasi bahaya dilakukan,

Lebih terperinci

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN 4.1 Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja Terjadinya kecelakaan kerja merupakan suatu kerugian baik itu bagi korban kecelakaan kerja maupun terhadap perusahaan (Organisasi),

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Kecelakaan dan P3K) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 2 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Kecelakaan dan P3K) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K MODUL 2 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (Kecelakaan dan P3K) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO 2. Kecelakaan dan P3K Pakaian

Lebih terperinci

K3 Konstruksi Bangunan

K3 Konstruksi Bangunan K3 Konstruksi Bangunan LATAR BELAKANG PERMASALAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN VIII) KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA copyright by Elok Hikmawati 1 Pasal 86 UU No.13 Th.2003 1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Daftar Isi

Kata Pengantar. Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Oiltanking berkomitmen untuk menjalankan semua kegiatan usaha dengan cara yang aman dan efisien. Tujuan kami adalah untuk mencegah semua kecelakaan, cidera dan penyakit akibat

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI A) KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR: 1. Menguasai berbagai macam alat pelindung diri (APD) terutama dalam bidang busana 2. Memahami pentingnya penggunaan APD dalam pekerjaan

Lebih terperinci

MODUL 3 KESELAMATAN KERJA (Kebijakan dan Prosedur K3)

MODUL 3 KESELAMATAN KERJA (Kebijakan dan Prosedur K3) MODUL 3 KESELAMATAN KERJA (Kebijakan dan Prosedur K3) TINGKAT : XI PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 3 A. PERSPEKTIF Pekerjaan jasa

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 F.45 TPB I 01 BUKU PENILAIAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 F.45 TPB I 01 BUKU PENILAIAN MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I KONSEP PENILAIAN... 2 1.1. Metode Penilaian oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecelakaan kerja yang menimpa pekerja disebuah proyek. konstruksi bisa terjadi karena faktor tindakan manusia itu sendiri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kecelakaan kerja yang menimpa pekerja disebuah proyek. konstruksi bisa terjadi karena faktor tindakan manusia itu sendiri BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yang menimpa pekerja disebuah proyek konstruksi bisa terjadi karena faktor tindakan manusia itu sendiri atau kondisi tempat bekerjanya

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE :.K BUKU KERJA DAFTAR

Lebih terperinci

Alat pengangkat baterai tegangan tinggi untuk PHEV (F30 BMW)

Alat pengangkat baterai tegangan tinggi untuk PHEV (F30 BMW) Alat pengangkat baterai tegangan tinggi untuk PHEV (F30 BMW) Sebelum alat pengangkat beban ini pertama kali dipakai harap membaca pedoman pemakaian ini dengan saksama. Anda akan memperoleh petunjuk penting

Lebih terperinci

PELAKSANAAN K3 DALAM KONSTRUKSI BANGUNAN

PELAKSANAAN K3 DALAM KONSTRUKSI BANGUNAN PELAKSANAAN K3 DALAM KONSTRUKSI BANGUNAN A. Latar Belakang Permasalahan Kegiatan Konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan. Dalam melaksanakan Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak

Lebih terperinci

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG TUKANG BANGUNAN GEDUNG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN LINGKUNGAN F.45...... 01 BUKU KERJA 2011 K E M E N T E R I AN P E K E R

Lebih terperinci

PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PROSEDUR TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI (APD) 1. TUJUAN & PENDAHULUAN 1.1 Pedoman ini antara lain menguraikan tanggung jawab, evaluasi bahaya, jenis alat pelindung diri dan pemilihannya, kualifikasi fisik,

Lebih terperinci

Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Perusahaan Konstruksi Pemeliharaan Jalan di Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta

Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Perusahaan Konstruksi Pemeliharaan Jalan di Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta Evaluasi Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Perusahaan Konstruksi Pemeliharaan Jalan di Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta Prisca Andarini 1, Widodo Hariyono 1,2 Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K

MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K MODUL 1 ALAT KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (ALAT PELI NDUNG DI RI / APD) TINGKAT X PROGRAM KEAHLI AN TEKNI K PEMANFAATAN TENAGA LI STRI K DISUSUN OLEH : Drs. SOEBANDONO LEMBAR KERJA SISWA 1 A. Badan

Lebih terperinci

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman

Tujuan K3. Mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Menjamin tempat kerja yang sehat, bersih, nyaman dan aman KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) Tujuan Pembelajaran Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menyebutkan tujuan Penerapan K3 sekurang-kurangnya 3 buah 2. Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN LAMPIRAN 1 84 Universitas Kristen Maranatha 85 Universitas Kristen Maranatha 86 Universitas Kristen Maranatha 87 Universitas Kristen Maranatha LAMPIRAN 2 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA ESTIMATOR BIAYA JALAN (COST ESTIMATOR FOR ROAD PROJECT) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada bidang konstruksi bangunan merupakan salah satu yang berpengaruh besar dalam mendukung perkembangan pembangunan di Indonesia. Dengan banyaknya perusahaan

Lebih terperinci

Keselamatan Kerja. Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja

Keselamatan Kerja. Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja Keselamatan Kerja Garis Besar Bab Bab ini menjelaskan dasar-dasar pengoperasian yang aman. Keselamatan Kerja Keselamatan Kerja Pengetahuan Selama Bekerja Pengetahuan selama bekerja 1. Selalu bekerja dengan

Lebih terperinci

ALAT / MATERIAL / PROSES / LINGKUNGAN Halaman 2 Rp. PENJELASAN CEDERA / KERUSAKAN NAMA KORBAN / KOMPONEN (JIKA ADA) CEDERA / KERUSAKAN....... SKETSA KEJADIAN / DENAH / GAMBAR / FOTO SKETSA / DENAH / GAMBAR

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB I. KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RESIKO K3 CV. KARYA BHAKTI USAHA Jampirejo Timur No 351 Temanggung PRA RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRARK3K) Disiapkan untuk pekerjaan: Rehabilitasi Jaringan Irigasi Kali Pacar 1. KEBIJAKAN K3

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN MAGANG

BAB III PELAKSANAAN MAGANG BAB III PELAKSANAAN MAGANG 3.1 Pengenalan Lingkungan Kerja Penulis memulai praktek pelaksanaan kerja atau magang pada Kantor Pusat Perum BULOG selama satu bulan yang dimulai dari tanggal 01 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag BAB V PEMBAHASAN Dari hasil penelitian PT. Bina Guna Kimia telah melaksanakan programprogram keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag Out (LOTO) dan Line Breaking merupakan program

Lebih terperinci

Materi 6. Oleh : Agus Triyono, M.Kes. td&penc. kebakaran/agust.doc 1

Materi 6. Oleh : Agus Triyono, M.Kes. td&penc. kebakaran/agust.doc 1 Materi 6 Oleh : Agus Triyono, M.Kes td&penc. kebakaran/agust.doc 1 TETRA HEDRON KESELAMATAN MENGENALI MENGHINDARI BAHAYA PELATIHAN KESEHATAN FISIK PERLENGKAPAN PELINDUNG TUBUH td&penc. kebakaran/agust.doc

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Visualisasi Proses Pembuatan Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih dahulu harus mengetahui masalah Kesehatan dan Keselamatan Kerja

Lebih terperinci

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja Definisi dan Tujuan keselamatan kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan & proses pengolahannya, landasan tempat kerja & lingkungannya serta cara-cara

Lebih terperinci

MODUL STEBC 01 : UUJK,K3 DAN PEMANTAUAN

MODUL STEBC 01 : UUJK,K3 DAN PEMANTAUAN PELATIHAN STRUCTURE ENGINEER OF BRIDGE CONSTRUCTION PEKERJAAN (AHLI STRUKTUR PEKERJAAN JEMBATAN) MODUL STEBC 01 : UUJK,K3 DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN 2006 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR UNIT AIR BAKU

PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR UNIT AIR BAKU LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 26/PRT/M/2014 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR UNIT AIR BAKU

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

PRA - RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA-RK3K)

PRA - RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA-RK3K) 1. PENDAHULUAN Perusahaan Jasa Konstruksi memiliki potensi bahaya tinggi, seperti penggunaan alat berat, mesin gerinda, las, bekerja diketinggian, suhu yang ekstrim, melakukan penggalian dan lain-lain.

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DAN LINGKUNGAN (K3L) NO. KODE : -P BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian yang hanya satu kali yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain itu, proyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi biasanya merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.selain itu,

Lebih terperinci

PELATIHAN AHLI MUTU PEKERJAAN KONSTRUKSI (QUALITY ENGINEER)

PELATIHAN AHLI MUTU PEKERJAAN KONSTRUKSI (QUALITY ENGINEER) QEN 02 = KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DAN SOSIAL BUDAYA LINGKUNGAN KERJA PELATIHAN AHLI MUTU PEKERJAAN KONSTRUKSI (QUALITY ENGINEER) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER

Lebih terperinci

SANITASI DAN KEAMANAN

SANITASI DAN KEAMANAN SANITASI DAN KEAMANAN Sanitasi adalah.. pengendalian yang terencana terhadap lingkungan produksi, bahan bahan baku, peralatan dan pekerja untuk mencegah pencemaran pada hasil olah, kerusakan hasil olah,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RISIKO K3

IDENTIFIKASI JENIS BAHAYA & RISIKO K3 3. Galian Struktur dengan Kedalaman 0-2 Meter a) Pengukuran dan 1) Gangguan kesehatan akibat kondisi 1) Harus menggunakan perlengkapan kerja Pematokan kerja secara umum yang standar 2) Kecelakaan akibat

Lebih terperinci

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping

Lebih terperinci

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT

PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT PROSEDUR KESIAPAN TANGGAP DARURAT 1. TUJUAN Untuk memastikan semua personil PT XXXXXXX bertindak dalam kapasitas masing-masing selama aspek-aspek kritis dari suatu keadaan darurat. 2. RUANG LINGKUP Prosedur

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI,

Lebih terperinci

PT.AMAN BERKAH SEJAHTERA

PT.AMAN BERKAH SEJAHTERA JSA Worksheet Form PT.AMAN BERKAH SEJAHTERA No DESKRIPSI PEKERJAAN POTENSIAL BAHAYA MITIGASI si Penangkal Petir Menggunakan sarung tangan kain dan APD wajib lainnya seperti Safety Helmet,Safety Shoes,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung diri dipergunakan untuk melindungi tenaga kerja dari

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung diri dipergunakan untuk melindungi tenaga kerja dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alat Pelindung diri dipergunakan untuk melindungi tenaga kerja dari sumber-sumber potensi bahaya yang ada di lingkungan kerja. Ditempat kerja, tenaga kerja kemungkinan

Lebih terperinci

Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing

Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing Buku Pelajaran untuk Pekerja Orang Asing Daftar Isi Ⅰ Manajemen Umum 1 Ⅰ-1.Pakaian Kerja 1 Ⅰ-2.Rapih dan Teratur 2 Ⅰ-3.Jalur Aman 3 Ⅰ-4.Kantor dan Tempat Istirahat 4 Ⅰ-5.Tempat Tinggal 5 Ⅰ-6.Peralatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkian yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain itu, proyek konstruksi juga memiliki

Lebih terperinci

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri dan produknya baik formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Keselamatan Kerja Tarwaka (2008: 4) mengatakan bahwa keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan,

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA 7 BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM Pelaksanaan konstruksi merupakan rangkaian kegiatan atau bagian dari kegiatan dalam pekerjaan konstruksi mulai dari persiapan lapangan sampai dengan penyerahan

Lebih terperinci

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP) PT. ARFAK INDRA

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP) PT. ARFAK INDRA STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP) PT. ARFAK INDRA Kantor Pusat : Wisma Nugraha Lt. 4 Jl. Raden Saleh No. 6 Jakarta Pusat Telepon (021)31904328 Fax (021)31904329 Kantor Perwakilan : Jl Yos Sudarso No.88

Lebih terperinci

PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 01 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 01 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PELATIHAN AHLI TEKNIK SUPERVISI PEKERJAAN JALAN (SUPERVISION ENGINEER OF ROADS CONSTRUCTION) MODUL MODUL SE 01 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Permasalahan dan Pemecahan Masalah Nonstruktural

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH. Permasalahan dan Pemecahan Masalah Nonstruktural BAB VII PEMBAHASAN MASALAH Permasalahan dan Pemecahan Masalah Nonstruktural 7.1 Uraian Umum Dalam permasalahan proyek inidibagi menjadi beberapa kriteria yang akan di bahas dibawah ini : 1. Desain Perubahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan. BAB II LANDASAN TEORI A. Keselamatan Kerja Menurut Tarwaka keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGAWASAN KETENAGAKERJAAN DAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN R.I. UTAMAKAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap data sekunder dan data primer dengan menggunakan analisa kualitatif serta setelah melalui validasi kepada para

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN BAB I KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN

FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN FORMULIR PEMANTAUAN SELAMA RENOVASI / KONSTRUKSI BANGUNAN Area Renovasi : Tanggal pemantauan : KELAS III N O KEGIATAN YA TIDAK NA KETERANGAN 1 Mengisolasi sistem HVAC di area kerja untuk mencegah kontaminasi

Lebih terperinci

ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI LABORATORIUM

ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI LABORATORIUM ALAT-ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DI LABORATORIUM Alat Pelindung Diri adalah salah satu alat yang harus tersedia di laboratorium. Digunakan untuk perlindungan badan, mata, pernapasan dan kaki. Peralatan dan

Lebih terperinci

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi KEBIJAKAN K3 Konstruksi VISI PERUSAHAAN MENJADI BADAN USAHA TERKEMUKA DIBIDANG KONSTRUKSI, yang mengandung arti Menduduki posisi 3 besar dalam pencapaian

Lebih terperinci

Kumpulan gambar pemeriksaan dan perbaikan dari hal yang mudah terlenakan Bab Perindustrian

Kumpulan gambar pemeriksaan dan perbaikan dari hal yang mudah terlenakan Bab Perindustrian Kumpulan gambar pemeriksaan dan perbaikan dari hal yang mudah terlenakan Bab Perindustrian Institut Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Dewan Eksekutif Yuan Berdasarkan data 5 tahun terakhir dari pemeriksaan

Lebih terperinci

Proteksi Bahaya Kebakaran Kebakaran Kuliah 11

Proteksi Bahaya Kebakaran Kebakaran Kuliah 11 Proteksi Bahaya Kebakaran Kuliah 11 Penanggulangan Bahaya Kebakaran Beberapa kebakaran pabrik yang menewaskan pekerja di China dalam 10 th Tahun Tempat Perusahaan Meninggal 1991 Cina Pabrik jas hujan 72

Lebih terperinci

BAB VII PEMBAHASAN. 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh

BAB VII PEMBAHASAN. 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh BAB VII PEMBAHASAN 7.1 Prosedur Kerja perusahaan dan prosedur kerja yang diterapkan oleh Prosedur kerja yang diterapkan oleh pekerja las asetilin di bagian Rangka Bawah PT. Kereta Api belum sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Kebutuhan dan Syarat APD Dari hasil pengamatan dan observasi yang telah dilakukan penulis di Instalasi Laundry Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. Soeharso Surakarta, dalam

Lebih terperinci

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah No. Responden : KUESIONER PENELITIAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD, PENGETAHUAN TENTANG RISIKO PEKERJAAN KONSTRUKSI PEKERJA KONSTRUKSI DAN SIKAP TERHADAP PENGGUNAAN APD DI PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN U-RESIDENCE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya tingginya tingkat kecelakaan kerja dan rendahnya tingkat derajat kesehatan kerja di indonesia disebabkan minimnya kesadaran pengusaha untuk menerapkan Kesehatan

Lebih terperinci

PRA - RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA RK3K) FORMULIR PRA-RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI

PRA - RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA RK3K) FORMULIR PRA-RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI PRA - RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONTRAK (PRA RK3K) FORMULIR PRA-RENCANA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA KONSTRUKSI PT. PUALAM BANGUN CIPTA Paket an Lanjutan Pembangunan Bendung dan Jaringan

Lebih terperinci

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI

KRONOLOGI DOKUMEN Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun 2012 DAFTAR ISI Halaman 1 dari 1 KRONOLOGI DOKUMEN Tanggal Revisi Ke Keterangan (Tuliskan sub-bab & perihal yang diubah serta alasan perubahan) 14-10-2011 0 Penentuan baru 25-11-2013 1 Penyesuaian dengan PP No 50 Tahun

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIS

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIS RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT TEKNIS Pekerjaan : Pemasangan Pagar BRC dan Rambu di Area Join In-Gate (RY) PT. Jakarta International Container Terminal (PT. JICT), Tanjung Priok. Pasal 1 : LOKASI PEKERJAAN

Lebih terperinci

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik A. Pengertian Alat Pelindung Diri Alat Pelindung Diri (APD) merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013). PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya perlindungan kerja agar tenaga kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat selama melakukan pekerjaan ditempat

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH JL. BRIGJEND. SUDIARTO NO. 347 SEMARANG 2014 PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Selain itu, proyek konstruksi

Lebih terperinci

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA Oleh : Dr. Azwar Djauhari MSc Disampaikan pada : Kuliah Blok 22 Kesehatan Kerja Tahun Ajaran 2013 / 2014 Fakulyas Kedokteran dan

Lebih terperinci

MODUL SEBC 01 : UUJK, K3 DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

MODUL SEBC 01 : UUJK, K3 DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN PELATIHAN AHLI PENGAWASAN PEKERJAAN JEMBATAN PEKERJAAN (SUPERVISION ENGINEER OF BRIDGE CONSTRUCTION) MODUL SEBC 01 : UUJK, K3 DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN. kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hak asasi karyawan dan salah satu syarat untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Di samping itu, Keselamatan

Lebih terperinci

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian A. Pendahuluan Seseorang yang bekerja di ketinggian sekitar 1.8 meter atau lebih termasuk aktivitas Bekerja di Ketinggian. Bekerja di Ketinggian merupakan aktivitas

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci