DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)"

Transkripsi

1 TP 03 = LAYANAN/KENEK UNTUK MEMBUAT ADUKAN PLESTERAN Mempresentasikan Kode I Judul Unit Kompetensi Kode : INA.S Judul : Mengarahkan Layanan/kenek Untuk Membuat Adukan Plesteran PELATIHAN TUKANG PLESTER (PLASTERER) 2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)

2 TP-03 =PEMBUATAN ADUKAN PLESTERAN Mempresentasikan Kode I Judul Unit Kompetensi Kode : INA.S Judul : Mengarahkan Layanan/Kenek untuk Membuat Adukan Plesteran PELATIHAN TUKANG PLESTER (PLASTERER) 2007 I. ~ 41 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBUNAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

3 KATA PENGANTAR Memperhatikan laporan UNDP (Human Development Report, 2004) yang mencantumkan Indeks Pengembangan SDM (Human Development Index HDI), Indonesia pada urutan 111, satu tingkat diatas Vietnam urutan 112, jauh dibawah negara-negara ASEAN terutama Malaysia urutan 59, Singapura urutan 25 dan Australia urutan 3. Bagi para pemerhati dan khususnya bagi yang terlibat langsung pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), kondisi tersebut merupakan tantangan sekaligus sebagai modal untuk berpacu mengejar ketinggalan dan obsesi dalam meningkatkan kemampuan SDM paling tidak setara dengan negara tetangga ASEAN, terutama menghadapi era globallsasi. Untuk mengejar ketinggalan telah banyak daya upaya yang dilakukan termasuk perangkat pengaturan melalui penetapan undang-undang antara lain : UU. No 18 Tahun 1999, tentang : Jasa Konstruksi beserta peraturan pelaksanaannya, mengamanatkan bahwa per orang tenaga : perencana, pelaksana dan pengawas harus memiliki sertifikat, dengan pengertian sertifikat kompetensi keahlian atau ketrampilan, dan perlunya "Bakuan Kompetensi" untuk semua tingkatan kualifikasi dalam setiap klasifikasi dibidang Jasa Konstruksi UU. No 13 Tahun 2003, tentang : Ketenagakerjaan, mengamanatkan (pasal 10 ayat 2). Pelatihan kerja diselenggarakan berdasarkan program pelatihan yang mengacu pada standar kompetensi kerja UU. No 20 Tahun 2003, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan per<3turan pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). PP. No 31 Tahun 2006, tentang : Sistem Pendidikan Nasional, dan peraturan pelaksanaannya, mengamanatkan Standar Nasional Pendidikan sebagai acuan pengembangan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi). Mengacu pada amanat undang-undang tersebut diatas, diimplementasikan kedalam konsep Pengembangan Sistem Pelatihan Jasa Konstruksi yang oleh PUSBIN KPK (Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi) pelaksanaan programnya didahului dengan mengembangkan SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia), SLK (Standar Latih Kompetensi), dim ana keduanya disusun melalui analisis struktur kompetensi sektorlsub-sektor konstruksi sampai mendetail, kemudian dituangkan dalam jabatan-jabatan kerja yang selanjutnya dimasukkan kedalam Katalog Jabatan Kerja. -i

4 Modul pelatihan adalah salah satu unsur paket pelatihan sangat pnting karena menyentuh langsung dan menentukan keberhasilan peningkatankualitas SOM untuk mencapai tingkat kompetensi yang ditetapkan, disusun dan hasil inventarsisasi jabatan kerja yang kemudian dikembangkan berdasarkan SKKNI dan SLK yang sudah disepakati dalam suatu Konvensi Nasional, dimana modul-modulnya maupun mated uji kompetensinya disusun oleh Tim PenyusunlTenaga Profesional dalam bidangnya masing-masing, merupakan suatu produk yang akan dipergunakan untuk melatih dan meningkatkan pengetahuan dan kecakapan agar dapat mencapai tingkat kompetensi yang dipersyaratkan dalam SKKNI, sehingga dapat menyentuh langsung sasaran pembinaan dan peningkatan kualiatas tenaga kerja konstruksi agar menjadi lebih berkompeten dalam melaksanakan tugas pad a jabatan kerjanya. Oengan penuh harapan modul pelatihan ini dapat dimanfaatkan dengan baik, sehingga cita-cita peningkatan kualitas SOM khususnya dibidang jasa konstruksi dapat terwujud. Jakarta, November 2007 Kepala Pusat Pembinaan Kompetensi Pelatihan Konstruksi Ir. Djoko Subarkah. Dip!. HE NIP, ii

5 PRAKATA Usaha dibidang Jasa Konstruksi merupakan salah satu bidang usaha yang telah berkembang pesat di Indonesia, baik dalam bentuk usaha perorangan maupun sebagai badan usaha skala keeil, menengah dan besar. Untuk itu perlu diimbangi dengan kualitas pelayanannya. Pada kenyataannya saat ini mutu produk, ketepatan waktu penyelesaian. dan efisiensi pemanfaatan sumber daya relatif masih jauh dari yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain adalah kesediaan tenaga ahli I terampil dan penguasaan manajemen yang efisien, keeukupan permodalan serta penguasaan teknologi. Masyarakat sebagai pemakai produk jasa konstruksi semakin sadar akan kebutuhan terhadap produk dengan kualitas yang memenuhi standar mutu yang dipersyaratkan. Untuk memenuhi kebutuhan produk sesuai kualitas standar tersebut SOM, standar mutu, metode kerja dan lain-lain. Salah satu upaya untuk memperoleh produk konstruksi dengan kualitas yang diinginkan adalah dengan eara meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang menggeluti pekerjaan konstruksi baik itu desain pekerjaan jalan dan jembatan, desain hidro mekanik pekerjaan sumber daya air maupun untuk desain pekerjaan di bidang bangunan gedung. Kegiatan inventarisasi dan analisa jabatan kerja di bidang Cipta Karya telah menghasilkan sekitar 9 (sembilan) Jabatan Kerja, dimana Jabatan Kerja merupakan salah satu jabatan kerja yang diprioritaskan untuk disusun materi pelatihannya mengingat kebutuhan yang sangat mendesak dalam pembinaan tenaga kerja yang berkiprah dalam bidang cipta karya. Materi pelatihan pada jabatan kerja ini terdiri dari 1 (satu) kompetensi umum dan 4 (em pat) modul kompetensi inti, yang merupakan satu kesatuan yang utuh yang diperlukan dalam melatih tenaga kerja yang menggeluti Tukang Plester (Plasterer). Untuk itu dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik, saran dan masukan guna perbaikan dan penyempurnaan modul ini. Jakarta, November 2007 Tim Penyusun ~--..~ Tukang P/ester (Plasterer) -iii

6 DAFTAR lsi Halaman KATA PENGANTAR... PRAKATA iii DAFT AR lsi... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEl... vii SPESIFIKASI PElATIHAN... viii PANDUAN PEMBElAJARAN... ix BAB I: PENDAHUlUAN 1.1 Umum Ringkasan Modul Batasan I Rentang Varia bel Panduan Penilaian Kualifikasi Penilaian Pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku untuk mendemonstrasikan kompetensi Konteks Penilaian Aspek Penting Penilaian Sumber Oaya Pembelajaran BAB II : BAHAN ADUKAN 2.1 Umum Jenis dan Fungsi Bahan Adukan Semen Kapur Pasir Air Gipsum Mutu Bahan Adukan Mutu Semen Mutu Kapur Mutu Pasir / Mutu Air Mutu Gipsum Tukang Plester(Plasterer) -iv

7 MODULTP Memilih Bahan Adukan Cara Memilih Semen Cara Memilih Kapur Cara Memilih Pasir Cara Memilih Air Rangkuman Latihan I Penilaian Mandiri BAB III: MENYIAPKAN BAHAN ADUKAN 01 LAPANGAN 3.1 Umum Variasi Ukuran Butir Bahan Adukan Cara Mendapatkan Ukuran Butir Bahan Adukan Menempatkan Bahan Adukan Penempatan Semen Penempatan Kapur Penempatan Pasir Penempatan Gipsum Rangkuman Latihan I Penilaian Mandiri BAB IV: MENAKAR BAHAN ADUKAN 4.1 Umum... IV Komposisi Adukan... IV Komposisi Adukan Plesteran.... IV Komposisi Adukan Acian... IV Cara Menakar Bahan Adukan... IV Cara Menakar Bahan dengan Kotak... IV Cara Menakar Bahan dengan Ember IV Cara Menakar Bahan dengan Sekop IV Kebutuhan Bahan Adukan IV-4 Rangkuman... IV-5 Latihan I Penilaian Mandiri... IV-6 BABV: PEMEMBUATADUKAN 5.1 Umum V Jenis Adukan V Adukan Plesteran V-1 -v

8 MODULTP Adukan Acian V Mutu Adukan... V Cara Mencampur Adukan dengan Alat Tangan V Mencampur Adukan dengan Mesin...'" V-3 Rangkuman... V-4 Latihan I Penilaian Mandiri... V-5 KUNCI JAWABAN DAFTAR PUSTAKA -vi~

9 MODUL -rp-03 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar4.1 Gambar4.2 Gambar4.3 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Halaman Cara Penempatan Semen Cara Penempatan Kapur Cara Penempatan Pasir Cara Penempatan Gipsum Menakar Dengan Kotak... IV-3 Menakar Dengan Ember... IV-3 Menakar Dengan Sekop... IV-3 Cara Menimbun Bahan Adukan V-2 Cara Membuat Adukan Dengan Mesin... V-3 DAFTAR TABEL Tabel4.1 Tabel4.2 Tabel4.3 Halaman Adukan Plesteran Semen, Kapur, Pasir IV-1 Adukan Plesteran Semen, Pasir... IV-1 Adukan Acian Semen, Kapur... IV-2 -vii

10 SPESIFIKASI PELATIHAN A. TUJUAN UMUM Tujuan Umum Pelatihan Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu mengarahkan fayananlkenek untuk membuat adukan plesteran. Tujuan Khusus Pelatihan Pada akhir pelatihan ini peserta diharapkan mampu: 1. Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2. Membaca Gambar Sederhana 3. Mengarahkan Layanan/Kenek untuk membuat Adukan Plesteran 4. Menggunakan Peralatan 5. Mengerjakan Plesteran B. TUJUAN PEMBELAJARAN Kode I Judul Modul : TP 03 I mempresentasikan unit kompetensi "Mengarahkan layanan/kenek untuk membuat adukan plesteran". Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari modul, peserta mampu membaca mengarahkan 1;~lYananl kenek untuk membuat adukan plesteran. Kriteria Penilaian Pada akhir pelatihan peserta mampu : 1. Menjelaskan bahan adukan 2. Menjelaskan cara menyiapkan bahan adukan 3. Menjelaskan cara menakar bahan 4. Menjelaskan cara membuat adukan -viii

11 PANDUAN PEMBELAJARAN A. KUALIFIKAsl PENGAJAR IINsTRUKTUR Instruktur harus mampu mengajar, dibuktikan dengan serfitikat TOT (Training of Trainer) atau sejenisnya. Menguasai substansi teknis yang diajarkan secara mendalam. Konsisten mengacu SKKNI dan SLK Pembelajaran modul-modulnya disertai dengan inovasi dan improvisasi yang relevan dengan metodologi yang tepat. B. PENJELAsAN SING KAT MODUL B.1 Modul-modul yang diajarkan di program pelatihan ini : No. Modul Kode I Judul Modul 1 TP-01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) i 2 TP-Q2 Membaca Gambar Sederhana 3 TP-03 4 TP-04 Penggunaan Peralatan Plesteran 5 TP-05 Pelaksanaan Pekerjaan Plesteran I B.2 Uraian Modul Seri / Judu/ : TP-03 I Oeskripsi Modul : merupakan salah satu modul untuk membekali seorang dengan harapan dapat : menjelaskan bahan adukan, cara menyiapkan bahan adukan, cara menakar bahan, dan cara membuat adukan. -ix

12 MODULTP-03 C. PROSES PEMBELAJARAN KEGIATAN INSTRlIKTUR KEGIATAN PESERTA PENDUKUNG 1. Ceramah : Pembukaanl 8ab I, Pendahuluan Menjelaskan Tujuan Pembelajaran yang meliputi Tujuan Umum Pelatihan (TUP) dan Tujuan Khusus Pelatihan (TKP) Merangsang motivasi peserta dengan pertanyaan atau pengalaman. Waktu : 5 menit Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT 2. Ceramah : Bab II, Bahan Adukan Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Jenis dan Fungsi Semen, Kapur, Pasir untuk Adukan Fungsi Air untuk Adukan Fungsi Gipsum Sebagai Bahan Ornamen Mutu Semen, Kapur, Air, Gipsum Cara Memilih Semen, Kapur, Pasir, Air Waktu : 30 menit Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT 3. Ceramah : Bab III, Menyiapkan Bahan Adukan Lapangan Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Variasi ukuran butir kapur dan pasir Cara mendapatkan variasi ukuran butir pasir (gradasi) Cara menempatkan semen, kapur, pasir, gipsum Waktu : 25, menit Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT 4. Ceramah : Bab IV, Manakar Bahan Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan OHT -x

13 KEGIATAN INSTRUKTUR Komposisi Adukan Plesteran dan Acian Cara Menakar Bahan dengan kotak, sekop dan ember Kebutuhan Bahan Waktu : 15 menit i KEGIATAN PESERT A instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. PENDUKUNG 5. Ceramah : Bab V, Membuat Adukan Memberikan penjelasan, uraian atau-pun bahasan mengenai : Jenis Adukan Plesteran, Acian Mutu Adukan Mencampur Adukan dengan Alat Tangan dan Mesin Waktu : 20 menit I Mengikuti penjelasan, uraian atau bahasan instruktur dengan tekun dan aktif. Mengajukan pertanyaan apabila ada yang kurang jelas. OHT -xi

14 MODULTP-03 BAB-I Pendahuluan BABI PENDAHULUAN 1.1. UMUM Modul TP-03: mempresentasikan salah satu unit kompetensi dari program pelatihan Tukang PIester (Plasterer). Modul ini terdiri dari lima bab yang terdiri dari:bab I, menguraikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan unit kompetensi yang berkaitan dengan pembuatan adukan dan penilaiannya.; Bab II, menguraikan tentang bahan adukan; Bab III, menguraikan tentang penyiapan bahan adukan; Bab IV, menguraikan tentang caramenakar bahan adukan, serta Bab V, menguraikan tentang cara membuat adukan. Sebagai salah satu unsur, maka pembahasannya selalu memperhatikan unsurunsur lainnya, sehingga terjamin keterpaduan dan saling mengisi tetapi tidak terjadi tumpang tindih (overlapping) terhadap unit-unit kompetensi lainnya yang dipresentasikan sebagai modul-modul yang relevan. Adapun unit-unit kompetensi untuk mendukung kinerja efektif yang diperlukan dalam pekerjaan plesteran adalah : NO. Kode Unit Judul Unit Kompetensi I. Kompetensi Umum 1. INA II. Kompetensi Inti 2. INA i 3. INA Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Membaca Gambar Sederhana Mengarahkan layananlkenek untuk membuat adukan plesteran 4. INA Menggunakan peralatan 5. INA Mengerjakan plesteran III. I Kompetensi Pilihan -

15 MODUL Tp...03 BAB-I Pendahuluan 1.2. RINGKASAN MODUL Ringkasan modul ini disusun konsisten konsisten dengan tuntunan atau isi unit kompetensi ada judul unit, elemen kompetensi dan KUK (Kriteria Unjuk Kerja) dengan uraian sebagai berikut: a. Judul unit: Sebuah unit mengacu kepada kebutuhan kompetensi yang apabila digunakan dalam suatu situasi kerja secara logika dapat berdiri sendiri, judul J title unit dapat diungkapkan dalam istilah hasil yang harus dicapai (biasanya menggunakan kata kerja operasional) b. Deskripsi unit: Merupakan informasi tambahan terhadap judul unit yang menjelaskan atau mendeskripsikan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap perilaku ke~a yang dibutuhkan dalam rangka mencapai standar kompetensi seperti yang diungkapkan dalarn judul unit. c. Elemen kompetensi : Mengidentifikasikan tugas-tugas yang harus dikerjakan untuk mencapai kompetensi berupa pernyataan yang menunjukkan komponen-komponen pendukung unit kompetensi. d. Kriteria unjuk kerja : Menggambarkan kegiatan yang harus dikerjakan untuk memperagakan kompetensi secara jelas dan terukur disetiap elemen, apa yang harus dikerjakan pada waktu dinilai dan apakah syarat-syarat dari elemen dipenuhi (berbentuk kalimat pasif dan berfungsi alat penilaian). Adapun unit kompetensi yang dipresentasikan dalam modul ini sebagai berikut: KODE UNIT JUDUL UNIT DESKRI~SI UNIT I.... INA Mengarahkan layanan/kenek untuk membuat adukan plesteran Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap/perilaku yang diperlukan untuk mampu mengarahkan layananlkenek untuk membuat adukan plesteran.

16 BAB-I Pendahuluan MEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA 1. Menjelaskan bahan adukan 1.1 Jenis bahan adukan dikenali secara benar 1.2 Mutu bahan adukan dijelaskan secara benar 1.3 Cara memilih bahan adukan dijelaskan dengan benar 2. Menjelaskan cara 2.1 Variasi ukuran butir bahan adukan dijelaskan menyiapkan bahan adukan secara benar Cara mendapatkan variasi ukuran butir bahan adukan dijelaskan sesuai spesifikasi teknis Bahan adukan ditempatkan secara benar 3. Menjelaskan cara menakar 3.1 Komposisi adukan dijelaskan sesuai bahan ketentuan 3.2 Cara menakar bahan dijelaskan berdasarkan volume 3.3 Kebutuhan bahan dijelaskan sesuai keperluan pekerjaan 4. Menjelaskan cara membuat 4.1 Jenis adukan dijelaskan sesuai jenis adukan pekerjaan 4.2 Mutu adukan dijelaskan dengan benar 4.3 Cara mencampur adukan dengan alat tangan dijelaskan dengan benar 4.4 I Cara mencampur adukan dengan mesin dijelaskan dengan benar Sewaktu menu lis dan menguraikan isi modul secara detail betul-betul konsisten mengacu tuntutan elemen kompetensi dan masing-masing KUK (Kriteria Unjuk kerja) yang sudah dianalisis indikator kinerja / keberhasilan (luk). Berangkat dari IUK (Indikator Unjuk kerja/keberhasilan) yang pada dasarnya sebagai tolok ukur alat penilaian, diharapkan uraian detail setiap modul pelatihan berbasis kompetensi betul-betul menguraikan pengetahuan keterampilan dan sikap kerja yang mendukung terwujudnya IUK sehingga, dapat dipergunakan untuk melatih tenaga kerja yang hasilnya jelas, lugas dan terukur BATASAN I RENTANG VARIABEL Adapun batasan atau rentang variable untuk unit kompetensi in; adalah : 1) Kompentensi ini diterapkan secara perorangan 2) Tersedianya spesifikasi teknis yang berkaitan dengan adukan

17 BAB-I Pendahuluan 3) Tersedianya bahan dan peralatan untuk membuat adukan 4) Tersedianya tenaga layanan/kenek 1.4. PANDUAN PENILAIAN Untuk membantu menginterpresentasikan dan menilai unit kompetensi dengan mengkhususkan petunjuk nyata yang perlu dikumpulkan untuk memperagakan kompetensi sesuai tingkat kecakapan yang digambarkan dalam sikap kriteria unjuk kerja yang meliputi : Pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang dibutuhkan untuk seseorang dinyatakan kompeten pada tingkatan tertentu. Ruang lingkup pengujian menyatakan dimana, bagaimana dan dengan metode apa pengujian seharusnya dilakukan. Aspek penting dari pengujian menjelaskan hal-hal pokok dari pengujian dan kunci pokok yang perlu dilihat pada waktu pengujian Kualifikasi Penilaian a. Penilaian harus kompeten paling tidak tentang unit-unit kompetensi sebagai assesor (penilai) antara lain: Merencanakan penilaian, termasuk mengembangkan MUK (Materi Uji Kompetensi) Melaksanakan penilaian dan Mereview Penilaian. b. Penilaian juga harus kompeten tentang teknis substansi dari unit-unit yang akan didemonstrasi dan bila ada syarat-syarat industri perusahaannya lainnya muncul bisa disyaratkan untuk : Mengetahui praktek-praktek I kebiasaan industri I perusahaan yang ada sekarang dalam pekerjaan atau peranan yang kinerjanya sedang dinilai. Memperaktekkan kecakapan inter-personal seperlunya yang diperlukan dalam proses penilaian. c. Rincian Opsi-opsi untuk menggunakan penilai yang memenuhi syarat, dalam berbagai konteks tempat kerja dan institusi. Opsi-opsi tersebut termasuk: Tukang P/ester (Plasterer)

18 BAB-I Pendahuluan Penilai di tempat kerja yang kompeten substansi yang relevan dan dituntut memiliki pengetahuan tentang praktek-praktek I kebiasaan industri I perusahaan yang ada sekarang. Suatu panel penilai yang didalamnya termasuk paling sedikit satu orang yang kompeten dalam kompetensi subtansial yang relevan. Pengawas tempat kerja dengan kompetensi dan pengalaman subtansial yang relevan yang disarankan oleh penilai eksternal yang kompeten menurut standar penilai. Ikhtisar (gambaran umum) tentang proses untuk mengembangkan sumber daya penilaian berdasar pada Standar Kompetensi Kerja (SKK) perlu dipertimbangkan untuk memasukan sebuah flowchart padapross tersebut. Sumber daya penilaian harus divalidasi untuk menjamin bahwa penilaian dapat mengumpulkan informasi yang cukup valid dan terpercaya untuk membuat keputusan penilaian berdasar standar kompetensi. Adapun acuan untuk melakukan penilaian yang tertuang dajam SKKNI adalah sebagai berikut : Pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku untuk mendemonstrasikan kompetensi, terdiri dari. 1) Menjelaskan mutu bahan adukan 2) Menjelaskan komposisi adukan 3) Menjelaskan cara membuatan adukan Konteks penilaian 1) Penilaian harus mencakup melakukan peragaan dan mempraktekkan pekerjaan sebenarnya atau simulasi. 2) Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja yang menyangkut pengetahuan teori. 3) Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan dan ketrampilan yang ditetapkan dalam Materi Uji Kompetensi (MUK).

19 MODUl TP-03 BAB-I Pendahuluan Aspek Penting Penilaian 1) Menerapkan spesifikasi teknis yang berkaitan dengan adukan 2} Menerapkan prosedur pembuatan adukan 3) Kemampuan menggerakkan mengarahkan layanan/kenek dalam membuat adukan 1.5. SUMBER CAVA PEMBELAJARAN Sumber daya pembefajaran di kelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu : a. Sumber daya pembelajaran teori : OHT dan OHP (Over Head Projector) atau LCD dan Lap top. Ruang kelas lengkap dengan fasilitasnya. Materi pembelajaran. b. Sumber daya pembelajaran praktek : Spesifikasi T eknis Bahan dan peralatan untuk membuat adukan Alat tulis, kertas dan lain-lain.

20 MODUL TP~03 BAB-II Bahan Adukan BAB II BAHAN ADUKAN 2.1. UMUM Untuk membuat adukan plesteran yang sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan, maka seorang tukang plester terlebih dahulu harus mengetahui jenis dan fungsi bahan adukan, mutu bahan adukan sesuai standar mutu yang sudah ditetapkan untuk masing-masing bahan tersebut, serta bagaimana cara memilih bahan adukan IENIS DAN FUNGSI BAHAN ADUKAN Semen a. Fungsi Semen Fungsi semen dalam adukan adalah sebagai bahan pengikat. Artinya bahan yang merekatkan antara butir pasir yang satu dengan lainnya dan kalau dicampur dengan air akan membentuk suatu massa yang 1) Semen Portland (SP) Semen portland (SP) adalah semen hidrolis yang dibuat dengan cara menggiling halus klinker yang terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolis dan gipsum sebagai bahan pembantu. Berdasarkan tujuan penggunaannya semen portland (SP) terdiri dari 5 jenis: a) Jenis I, yakni untuk konstruksi pada umumnya yang tidak menuntut persyarataan khusus b) Jenis II, yakni untuk konstruksi pada umumnya yang menuntut persyaratan agak tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang c) Jenis III, yakni untuk konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi d) Jenis IV, yakni untuk konstruksi yang menuntut persyaratan panas hidrasi yang rendah e) Jenis V, yakni untuk konstruksi yang menuntut persyaratan sang at tahan terhadap sulfat

21 BAB-II Bahan Adukan 2) Semen Portland Pozolan (SPP) Semen portland pozolan (SPP) adalah suatu bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan menggiling halus klinker semen portland dan pozolan atau ditambah bahan-bahan lain. Berdasarkan penggunaannya semen portland pozolan (SPP) terdiri dari: a) Semen portland pozolan jenis SPP 400, yakni semen portland pozolan yang dapat digunakan untuk semua tujuan dalam pembuatan adukan dan beton. b) Semen portland pozolan jenis SPP 200, yakni semen portland pozolan yang perkembangan kekuatannya lebih lambat daripada semen portland pozolan jenis SPP 400 dan hanya dapat digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu dalam pembuatan adukan dan beton setinggi-tingginya setara B 1. 3) Semen Pozolan Kapur (SPK) Semen posolan kapur (SPK) adalah suatu bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan menggiling halus pozolan dan kapur padam. Semen pozolan kapur (SPK) dapat digunakan untuk adukan, plesteran dan beton setara setara Bo 4) Semen Portland Putih Semen portland putih adalah suatu bahan pengikat hidrolis yang dibuat dengan menggiling halus klinker silikat kalsium yang bersifat hidrolis dengan bahan tambahan gipsum. Semen portland putih dapat digunakan untuk semua tujuan dalam pembuatan adukan dan beton yang tidak memerlukan 'persyaratan khusus. b. Fungsi Semen Fungsi semen dalam adukan adalah sebagai bahan pengikat. Artinya bahan yang merekatkan antara butir pasir yang satu dengan lainnya dan kalau dicampur dengan air akan membentuk suatu massa yang Kapur a. Jenis Kapur 1) Kapur tahar Kapur tahor adalah hasil pembakaran batu kapur pada suhu tertentu yang apabila diberi air secukupnya dapat dipadamkan (dapat bersenyawa membentuk hidrat). 2) Kapur padam /1-2

22 BAB-II Bahan Adukan Kapur padam adalah hasil pemadaman kapur tohor dengan air sehingga membentuk hidrat. 3) Kapur udara Kapur udara adalah kapur padam yang apabila diaduk dengan air setelah beberapa waktu dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon dioksida (C0 2 ), 4) Kapur hidro/is Kapur hidrolis adalah kapur padam yang apabila diaduk dengan air, setelah beberapa waktu dapat mengeras baik di dalam air maupun di udara. 5) Kapur magnesia Kapur magnesia adalah kapur yang mengandung magnesium oksida (MgO) lebih dari 5% dihitung dari contoh yang dipijarkan. b. Fungsi Kapur Fungsi kapur dalam adukan sarna dengan fungsi semen yakni sebagai bahan pengikat. Kapur lebih lunak dan lebih lambat mengeras dari pada semen Pasir a. Jenis pasir 1) Pasir sungai Pasir sungai merupakan butiran-butiran mineral keras dan tajam yang dihasilkan dari dasar sungai. 2) Pasir gunung Pasir gunung merupakan bahan alami yang dihasilkan dari galian pad a tebing/bukit. Butiran pasir gunung lebih kasar dan lebih lunak daripada pasir sungai. 3) Pasir taut Pasir laut merupakan butiran-butiran mineral keras yang dihasilkan dari tepi pantai/laut. Pasir laut mengandung kadar garam yang dapat merusak adukan. Kalau terpaksa digunakan, kandungan kadar garamnya harus dinetralisir terlebih dahulu yakni dengan cara dicuci dengan air tawar.

23 BAB-II Bahan Adukan b. Fungsi pasir Fungsi pasir dalam adukan adalah sebagai bahan pengisi (aggregate halus). Artinya bahan tambahan supaya tidak terjadi penyusutan pada adukan yang kemungkinan akan menimbulkan retak-retak pada plesteran Air Fungsi air dalam adukan adalah sebagai bahan pembantu proses pengerasan. Air untuk adukan harus air bersih yang dapat diminum. Tetapi dalam keadaan terpaksa bisa digunakan air hujan, air sungai atau air rawa yang jernih dan bersih. Air laut sebaiknya tidak digunakan karena kandungan garamnya dapat merusak adukan Gipsum Fungsi gipsum dalam pekerjaan plesteran adalah sebagai bahan untuk membuat ornamen seperti lis profit, dekorasi langit-iangit (centre pane!), dekorasi kolom (base & coping), dan pekerjaan dekoratif lainnya. Gipsum lebih lunak dibanding semen tetapi lebih cepat mengeras dibanding kapur. Karena lebih lunak daripada semen dan tidak tahan air, gipsum tidak cocok untuk digunakan untuk bangunan bag ian luar MUTU BAHAN ADUKAN Mutu Semen Semen dikatakan memenuhi standar mutu jika memenuhi persyaratan seperti berikut: a. Harus lolos ayakan 0 1,2 mm b. Pengikatan awal minimum 1 jam c. Pengikatan akhir maksimum 8 jam Mutu Kapur Kapur dikatakan memenuhi standar mutu jika memenuhi persyaratan seperti berikut: a. Harus ayakan 0 6,7 mm b. Ketetapan bentuk tidak retak

24 BAB-II Bahan Adukan c. Kadar air maksimum 15% Mutu Pasir Pasir dikatakan memenuhi standar mutu jika memenuhi persyaratan seperti berikut: a. Harus ayakan 0 4,8 mm b. Kadar lumpur maksimum 5% Mutu Air Air dikatakan memenuhi standar mutu jika memenuhi persyaratan seperti berikut: a. Bersih/dapat diminum b. Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual c. Tidak mengandung garam yang dapat merusak adukan Mutu Gipsum Gipsum dikatakan memenuhi standar mutu jika memenuhi persyaratan seperti berikut: a. Harus lolos ayakan 0 0,0025 mm b. Pengikatan awal antara menit 2.4. MEMILIH BAHAN ADUKAN Supaya mutu adukan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan, maka sebelum dicampur bahan-bahan perlu dipilih terlebih dahulu sesuai standar mutu yang sudah ditetapkan untuk masing-masing bahan tersebut. Berikut adalah cara-cara yang harus dilakukan dalam memilih bahan yang akan digunakan Cara Memillih Semen a. Mengamati periode pengirimannya. Jika usia semen sudah lebih dari 3 bulan, maka sebelum digunakan semen harus diperiksa terlebih dahulu di laboratorium b. Mengamati butiran semen pada setiap kantong yang akan digunakan.....lika butiran semen sudah mengkristal/mengeras berarti semen sudah bereaksi dengan udara lembab sehingga mutunya sudah berkurang (tidak baik).

25 BAB-II Bahan Adukan Cara Memillih Kapur a. Mengamati butiran kapur. Jika butiran kapur lebih besar dari 6,7 milimeter, maka kapur tersebut kurang baik digunakan untuk adukan. b. Memeriksa butiran kapur. Jika butiran kapur diremas terasa lunak dan hancur, maka kapur baik digunakan untuk adukan. Tetapi sebaliknya jika butiran kapur diremas terasa keras dan tidak hancur, kapur tidak baik untuk adukan Cara Memillih Pasir a. Mengamati variasi butiran pasir. Jika butiran pasir halus secara merata atau kasar secara merata, maka pasir tidak baik untuk adukan b. Memeriksa butiran pasir. Jika butiran pasir terasa keras dan tajam, pasir maka pasir tersebut bermutu baik c. Memeriksa kadar lumpur dengan cara menggosok pasir pada kedua telapak tangan. Jika kedua telapak tangan terlihat kotor, maka mutu pasir tersebut kurang baik karena kandungan lumpurnya mungkin lebih dari 5% Cara Memillih Air a. Mengamati warna air. Jika air bening, maka air tersebut bermutu baik. Tetapi jika warna air pekat (kuning, hitam dll.) mutu air tidak baik b. Mengamati benda terapung seperti minyak atau kotoran lainnya C. Mencium bau. Jika air tidak berbau, maka air bermutu baik. T etapi sebaliknya jika bau menyengat mutu air tidak baik

26 BAB-II Bahan Adukan RANGKUMAN 1. Fungsi semen dalam adukan adalah sebagai bahan pengikat 2. Berdasarkan bahan dasar yang digunakan jenis semen terdiri dari: semen portland (SP). semen portland pozolan (SPP), semen posolan kapur (SPK), dan semen portland putih 3. Fungsi kapur dalam adukan adalah sebagai bahan pengikat 4. Jenis kapur terdiri dari: kapur tohor, kapur padam, kapur udara, kapur hidrolis dan kapur magnesia 5. Fungsi pasir dalam adukan adalah sebagai bahan pengisi (aggregate halus) 6. Berdasarkan pengambilannya jenis pasir terdiri dari: pasir sungai, pasir gunung, dan pasir laut 7. Fungsi air dalam adukan adalah sebagai bahan pembantu proses pengerasan. 8. Fungsi gipsum dalam pekerjaan plesteran adalah sebagai bahan untuk membuat ornament 9. Semen bermutu baik jika butirannya lolos ayakan 0 1,2 mm, pengikatan awal minimum 1 jam,dan pengikatan akhir maksimum 8 jam 10. Kapur bermutu baik jika butirannya lolos ayakan 0 6,7 mm, ketetapan bentuk tidak retak, dan kadar air maksimum 15% 11. Pasir bermutu baik jika ayakan diameter 4,8 mm, dan kadar lumpur maksimum 5% 12. Air bermutu baik jika bersih/dapat diminum, tidak mengandung: garam yang dapat merusak adukan, lumpur, minyak, dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual 13. Gipsum bermutu baik jika butirannya lolos ayakan 0 0,0025 mm, dengan pengikatan awal antara menit 14. Cara memilih semen: melihat periode pengiriman, mengamati kehalusan butiran

27 MODUL TP'-03 Pembuatan Adukan Pfesteran BAB-II Bahan Adukan 15. Cara memilih kapur: mengamati kehalusan butiran, memeriksa kelunakan butiran 16. Cara memilih pasir: mengamati variasi butiran, memeriksa kekerasan dan ketajaman, memeriksa kadar Lumpur 17. Cara memilih air: memeriksa warna, benda terapung dan bau

28 BAB-II Bahan Adukan ele,.enk~mpeeren$1 & KRlTERIA UNJUKKERJA (KUK) 1. Menjelaskan bahan adukan 1 Jenis bahan adukan dikenali secara benar 2 Mutu bahan adukan dijelaskan secara benar 3 Cara memilih bahan adukan dijelaskan dengan benar LA TIHAN I PENILAIANMANDIRI 1. Jelaskan jenis semen yang bisa digunakan dalam pekerjaan plesteran! 2. Apa fungsi semen dalam adukan plesteran? 3. Jelaskan jenis kapur untuk adukan plesteran! 4. Apa fungs! kapur dalam adukan plesteran? 5. Jelaskan jenis pasir yang bisa digunakan untuk adukan plesteran! 6. Pasir dalam adukan plesteran berfungsi sebagai bahan Jelaskan fungsi air dalam adukan! 8. Gipsum pada pekerjaan plesteran digunakan untuk Jelaskan mutu semen yang baik berdasarkan pengamatan di lapangan! 2. Jelaskan mutu kapur yang baik berdasarkan pengamatan di lapangan! 3. Jelaskan mutu pasir yang baik berdasarkan pengamatan di lapangan! 4. Jelaskan mutu air yang baik berdasarkan pengamatan di lapangan! 5. Jelaskan mutu gipsum yang baik berdasarkan pengamatan di lapangan~ 1. Bagaimana cara memilih semen yang baik di lapangan? 2. Bagaimana cara mernilih kapur yang baik di lapangan!? 3. Bagaimana cara memilih pasir yang baik di lapangan? 4. Bagaimana cara memilih air yang baik di lapangan?

29 MODUL Tp"03 BAB-III Menyiapkan Bahan Adukan di Lapangan BAS III MENYIAPKAN BAHAN AOUKAN 01 LAPANGAN 3.1. UMUM Dalam menyiapkan adukan dilapangan seorang tukang plester harus dapat mengetahui variasi ukuran butir bahan adukan, cara mendapatkan variasi ukuran butir bahan adukan, dan cara menempatkan bahan adukan VARIASI UKURAN BUTIR BAHAN ADUKAN 1. Variasi ukuran butir kapur berdasarkan standar mutu: a. Kapur tohor antara 0,85 mm - 4,75 mm b. Kapur padam antara 0,106 mm - 6,7 mm 2. Variasi ukuran butir pasir berdasarkan standar mutu adalah antara 0,15-4,80 mm 3.3. CARA MENDAPATKAN UKURAN BUTIR BAHAN ADUKAN Variasi ukuran butir kapur atau pasir yang memenuhi standar bisa didapatkan dengan cara mengayak kapur atau pasir dengan ayakan sumdar. Menggunakan ayakan standar di lapangan merupakan satu hal yang tidak mungkin dilakukan karena pekerjaan akan menjadi tidak produktif. Dalam pelaksanaan di lapangan supaya butiran kapur atau pasir tersebut mendekati standar, sebelum digunakan biasanya diayak terlebih dahulu dengan ayakan dari kawat has ukuran 0 5 mm. Dengan perkembangan teknologi peralatan dewasa ini kapur atau pasir gunung sebelum dipasarkan terlebih dahulu digiling dengan mesin giling (milling machine). Bahkan kapur sudah bisa diperoleh dalam bentuk butiran yang halus dan dikemas dalam karung MENEMPATKAN BAHAN ADUKAN Penempatan Semen Semen harus ditempatkan di dalam ruangan yang terlindung dari air dan udara lembab supaya mutunya tetap terjaga. Pengambilan semen dari tumpukannya harus diatur, sehingga semen yang lama bisa diambil lebih dahulu.

30 BAB-III Menyiapkan Bahan Adukan di Lapangan Semen...- Keluar Masuk 200 7""'r.."",,-tF ~ ~ );;::')1( k,."e"a;"' ji.-, ~ r 80 Gb.3.1 Cara Penempatan Semen Penempatan Kapur Kapur sebaiknya ditempatkan di tempat yang terlindung dari hujan dan terik matahari, supaya mutunya tetap baik. Gb. 3.2 Cara Penempatan Kapur..~:...(.. ~":.. '.. '.,, Kapur. '..". ~,, Lantai \ ~... ~:.~. ~. :..:.: Penempatan Pasir Penempatan pasir hampir sama dengan penempatan kapur yakni, ditempatkan di tempat yang terlindung dari hujan dan terik matahari..",... / ',',' "'. '... Prlsir Gb. 2.3 Cara Penempatan Pasir 111-2

31 MODUL TP;'03 BAB-III Menyiapkan Bahan Adukan di lapangan Penempatan Gipsum Penempatan gipsum sama dengan penempatan semen yakni, harus ditempatkan di dalam ruangan yang terlindung dari air dan udara lembab. Pengambilan dari tumpukannya harus diatur sehingga gipsum yang lama bisa diambillebih dahulu. Gipsum...~-- Masuk Gb. 2.4 Cara Penempatan Gipsum Tukang P/ester (Plasterer)

32 MODUl TP-03 BAB-III Menyiapkan Bahan Adukan di Lapangan RANGKUMAN 1. Variasi ukuran butir kapur tohor adalah antara 0,85 mm - 4,75 mm 2. Variasi ukuran butir kapur padam adalah antara 0,106 mm - 6,7 mm 3. Variasi ukuran butir pasir adalah antara 0,15-4,80 mm 4. Dalam pelaksanaan di lapangan kapur atau pasir diayak terlebih dahulu dengan ayakan dar; kawat has ukuran 12' 8 mm, supaya mendekati standar 5. Semen harus ditempatkan di dalam ruangan yang terlindung dari air dan udara lembab 6. Pengambilan semen dari tumpukannya harus diatur, sehingga semen yang lama bisa diambil lebih dahulu 7. Kapur sebaiknya ditempatkan di tempat yang terlindung dari hujan dan terik matahari 8. Penempatan pasir hampir sama dengan penempatan kapur 9. Penempatan gipsum sama dengan penempatan semen Tukang (Plasterer)

33 BAB-III Menyiapkan Bahan Adukan di Lapangan lu..embnkqmpe:tensi & KRITERIA UNJUK KERJA (KUK) LATIHAN 1 PENllAtAN MANDIRI 2. Menjelaskan cara menyiapkan bahan adukan 1 Variasi ukuran butir bahan 1. Jelaskan ukuran butir kapur tohor adukan dijelaskan secara berdasarkan standar mutu! benar 2. Jelaskan ukuran butir kapur padam berdasarkan standar mutu! 3. Jelaskan ukuran butir pasir berdasarkan standar mutu! 2 Cara mendapatkan variasi 1. Upaya apa yang dilakukan di lapangan ukuran butir bahan adukan supaya butiran kapur atau pasir mendekati dijelaskan sesuai spesifikasi teknis standar mutu? 3 Bahan adukan ditempatkan secara benar 1. Bagaimana cara menempatkan semen di lapangan? 2. Mengapa kapur harus ditempatkan di tempat yang terlindung dari hujan dan terik matahari? 3. Bagaimana cara menempatkan pasir di lapangan? 4. Jelaskan cara menempatkan gipsum di lapangan!

34 BAB-IV Menakar Bahan Adukan BAB IV MENAKAR BAHAN ADUKAN 4.1. UMUM Dalam menyiapkan adukan dilapangan seorang tukang plester harus dapat mengetahui komposisi adukan untuk plesteran dan acian, dapat menakar bahan berdasarkan volume menggunakan kotak, ember, dan sekop serta dapat menentukan kebutuhan bahan berdasarkan luas pekerjaan dan waktu KOMPOSISI ADUKAN Jenis komposisi bahan adukan yang umum selama ini dilakukan adalah komposisi bahan adukan yang dibagi menjadi 2 bag ian yaitu : Komposisi Adukan Plesteran Komposisi adukan adalah perbandingan campuran antara bahan-bahan yang digunakan dalam adukan. Untuk mempermudah pelaksanaan di lapangan biasanya komposisi bahan adukan diperoleh dengan takaran volume/isi (Iihat tabel). Tabel 4.1. Adukan Plesteran Semen, Kapur, Pasir Tipe Semen Kapur Pasir , / /3 4 1/2 Adukan semen, kapur dan pasir sebaiknya tidak digunakan untuk dinding bagian luar atau yang berhubungan langsung dengan air. Tabel 4.2. Adukan Plesteran Semen, Pasir Tipe Semen Pasir IV - 1

35 BAB-IV Menakar Bahan Adukan Adukan semen-pasir sangat cocok digunakan untuk memelester permukaan dinding konblok dan permukaan beton baik untuk bagian dalam maupun bag ian dalam Komposisi Adukan Acian Adukan acian bisa saja dibuat langsung dari bahan semen yang dicampur dengan air. Adukan acian semen lebih cocok digunakan untuk dinding bag ian luar. Pengerjaan acian dengan semen sedikit agak sulit karena acian semen cepat kering sehingga kadang-kadang hasilnya tidak rata. Karenanya adukan acian yang dibuat dari campuran semen dan kapur akan lebih mudah dikerjakan dengan hasil lebih rata. Adapun komposisi adukan acian semen-kapur bisa dilihat seperti pad a tabel 4.3. Tabel 4.3. Adukan Acian Semen, Kapur Tipe Semen Kapur CARA MENAKAR BAHAN ADUKAN Sebelum dicampur bahan-bahan adukan harus ditakar terlebih dahulu sesuai dengan komposisi/perbandingan yang telah ditentukan. Penakaran bisa dilakukan dengan menggunakan kotak, ember atau sekop Cara Menakar Bahan Dengan Kotak a. Menyediakan kotak yang dilengkapi dengan pegangan b. Memasukkan semen dan pasir yang sudah diayak ke dalam kotak dengan jumlah masing-masing sesuai komposisi yang telah ditentukan misal 1 semen, 3 pasir (Iihat gambar 4.1) c. Meratakan bagian atas semen dan pasir sama dengan permukaan sisi atas kotak IV - 2

36 BAB-IV Menakar Bahan Adukan 1 semen 3 pasir Gb. 4.1 Menakar dengan kotak Cara Menakar Bahan Dengan Ember 1. Menyediakan ember 2. Memasukkan semen dan pasir yang sudah diayak ke dalam ember dengan jumlah masing-masing sesuai komposisi yang telah ditentukan missal 1 semen, 4 pasir (Iihat gam bar 4.2) 3. Meratakan bagian atas semen dan pasir sama dengan permukaan sisi atas ember + 1 semen 4 pasir Gb. 4.2 Menakar dengan ember Cara Menakar Bahan Dengan Sekop a. Menyediakan sekop b. Mengambil semen dan pasir dengan sekop dengan jumlah masingmasing sesuai komposisi yang telah ditentukan missal 1 semen, 2 pasir (Iihat gambar 4.3) ""..~. / ~." + 1 semen :2 pasir Gb.4.3 Menakar dengan sekop IV - 3

37 BAB-IV Menakar Bahan Adukan Menakar bahan adukan dengan sekop dilakukan hanya untuk kebutuhan adukan dalam jumlah yang sedikit. Tidak dianjurkan untuk kebutuhan adukan dalam jumlah banyak karena tidak produktif dan jumlah takaran tidak teliti akibat banyak butir pasir atau semen yang berjatuhan dari sekop pada saat diangkat yang jumlahnya tidak akan sama KEBUTUHAN BAHAN ADUKAN Dalam pelaksanaan pembuatan adukan di lapangan, kadang-kadang tidak memperhitungkan antara jumlah adukan yang dibutuhkan dengan luas pekerjaan dan waktu yang ada sehingga adukan menjadi berlebihan dan terbuang pereuma. Hal ini tentu saja sang at merugikan baik ditinj8u dari segi waktu, penggunaan bahan maupun tenaga kerja. Supaya adukan tidak terbuang pereuma maka, sebelum membuat adukan harus diperhitungkan terlebih dahulu kebutuhan bahan adukan tersebut. Cara menentukan kebutuhan bahan bisa dilakukan dengan langkah seperti berikut: 1. Memperkirakan waktu yang tersedia 2. Memperkirakan kemampuan mengerjakan 3. Menentukan komposisi adukan Contoh: Sisa waktu yang tersedia = 1 jam. Kemampuan mengerjakan = 2 m 2 / jam, jika komposisi adukan yang digunakan 1 semen : 3 pasir, maka bahan adukan yang dibutuhkan adalah: Semen =2 x 0,16 zak =0,32 zak (1/3 zak a 50 kg) Pasir = 2 x 0,019 m 3 =0,038 m 3 (1 kotak ukuran 20 x 40 x 50 em) IV - 4

38 BAB-IV Menakar Bahan Adukan RANGKUMAN 1. Komposisi adukan adalah perbandingan campuran antara bahan-bahan yang digunakan dalam adukan yang dinyatakan dengan angka misalnya 1 : 3, artinya 1 bag ian semen - 3 bag ian pasir 2. Untuk mempermudah pelaksanaan di lapangan biasanya komposisi bahan adukan diperoleh dengan takaran volume/isi 3. Alat yang digunakan untuk untuk menakar bisa dalam bentuk kotak kayu, ember atau sekop 4. Pasir atau kapur harus diayak terlebih dahulu sebelum ditakar 5. Cara/urutan langkah menakar secara garis besar terdiri dari menyiapkan takaran, memasukkan bahan ke dalam takaran dan meratakan bahan 6. Menakar dengan menggunakan sekop kurang teliti karena jumlah bahan antara sekop tidak akan sama sehingga menakar dengan sekop dilakukan jika adukan yang diperlukan hanya sedikit 7. Supaya adukan tidak terbuang percuma, maka dalam pembuatan adukan harus memperhitungkan kebutuhan bahan sesuai waktu yang tersedia dan kemampuan mengerjakan dalam satuan jam IV - 5

39 BAB-IV Menakar Bahan Adukan ELEMEN KOMPETENSI & KRITERIA UNJUK KERJA (KUK) 3. Menjelaskan cara menakar bahan 1 Komposisi dijelaskan ketentuan adukan sesuai LATIHAN I PENILAIAN MANDIRI Jelaskan yang dimaksud dengan komposisi adukan plesteran! Jelaskan yang dimaksud dengan komposisi adukan acian! 2 Cara menakar bahan dijelaskan berda3arkan volume 3 Kebutuhan bahan dijelaskan sesuai keperluan pekerjaan 1. Bqgaimana cara menakar bahan adukan dengan menggunakan kotak? 2. Bagaimana cara menakar bahan adukan dengan menggunakan ember? 3. Mengapa menakar dengan menggunakan sekop tidak bisa teliti? 1. Bagaimana cara menentukan kebutuhan bahan untuk adukan supaya tidak banyak terbuang percuma? 2. Hitung kebutuhan bahan untuk adukan jika waktu yang tersedia ~ jam, kemampuan mengerjakan 3 m 2 / jam, komposisi adukan 1 :3! IV - 6

40 BAB-V Pembuatan Adukan BABV PEMBUATAN ADUKAN 5.1. UMUM Dalam membuat adukan seorang tukang plester harus dapat mengetahui jenis adukan untuk plesteran dan acian, mutu adukan, cara mencampur adukan dengan alat tangan, serta cara mencampur adukan dengan mesin JENIS ADUKAN Adukan yang umum d;gunakan di lapangan pada saat ini adalah adukan plesteran dan adukan acian: Adukan Plesteran a. Adukan semen-pasir, yakni adukan yang dibuat dari campuran bahan semen, pasir dan air dengan komposisi yang sudah ditetapkan. Adukan semen-pasir mempunyai sifat cepat mengeras sehingga agak susah pengerjaannya (workability rendah) b. Adukan semen-kapur-pasir, yakni adukan yang dibuat dari campuran bahan semen, kapur, pasir dan air dengan komposisi yang sudah ditetapkan. Adukan semen-kapur-pasir mempunyai sifat agak lambat mengeras sehingga lebih mudah pengerjaannya (workability tinggi) Adukan Acian a. Adukan acian semen, yakni adukan acian yang dibuat dari semen dan air. Adukan acian jenis ini mempunyai sifat cepat mengeras sehingga agak susah pengerjaannya (workability rendah) b. Adukan acian semen-kapur, yakni adukan acian yang dibuat dari semen, kapur dan air. Adukan jenis ini mempunyai sifat agak lambat mengeras sehingga lebih mudah pengerjaannya (workability tinggi) MUTU ADUKAN Baik b~ruknya mutu adukan akan sangat tergantung kepada bahan yang digunakan. Bahan yang bermutu tinggi akan menghasilkan suatu adukan yang bermutu tinggi. Kuat daya rekatnya, padatltidak keropos, tidak lapuk, tidak retak dan pengerjaan mudah (workability tinggi).

41 MODUl TP-03 BAB-V Demikian sebaliknya bahan yang bermutu rendah akan menghasilkan adukan yang bermutu rendah. Berikut adalah rendahnya mutu adukan sebagai akibat pemakaian bahan yang bermutu rendah: 1. Pemakaian semen yang sudah mengkristal/membeku daya rekatnya berkurang, susah melekat pada bidang yang diplester (pengerjaan susah/workability rendah) 2. Pemakaian pasir yang kasar mengakibatkan adukan plesteran yang tidak padatlkeropos, tidak halus (pengerjaan susah/workability rendah) 3. Pemakaian pasir laut yang mengandung kadar garam akan mengakibatkan adukan menjadi mudah lapuk (usia plesteran tidak lama) CARA MENCAMPUR ADUKAN DENGAN ALAT TANGAN Urutan langkah mencampur adukan dengan alat tangan adalah seperti berikut: 1. Sediakan tempat membuat adukan kira-kira ukuran 1,5 x1,5 meter yang keempat sisinya dibatasi dengan papan dan bag ian bawahnya diberi alas dari seng atau plesteran 2. Tuangkan pasir yang sudah diayak (misalkan sebanyak tiga kotak) 3. Tuangkan semen di atas timbunan pasir (misalkan sebanyak satu kotak) 4. Aduk-aduk semen dan pasir dalam keadaan kering sampai warnanya merata dengan menggunakan cangkul atau sekop 5. Tumpuk kembali bahan-bahan sehingga membentuk gunungan kecil kemudian bentuk kawah di tengahnya 6. Tuangkan air secukupnya ke dalam kawah tersebut 7. Aduk-aduk bahan yang sudah diberi air sedikit demi sedikit sehingga membentuk gumpalan adukan yang kenyal. Tidak terlalu encer juga tidak terlalu kental dan adukan siap dipakai ~ Papan batas Pembuatan Adukan Plester-"'"'an"" =P--=:e::.:.m:.::b=ua~ta:=nC!...!A::!!d:.::u:!!:ka~n!- ~+t- Gb.5.1 Cara menimbun bahan adukan Tukang P/ester (Plasterer)

42 MODUl TP-03 BAB-V Pembuatan Adukan 5.5. CARA MENCAMPUR ADUKAN DENGAN MESIN Urutan langkah mencampur adukan dengan mesin adalah seperti berikut: 1. Siapkan bahan yang sudah diayak 2. Takar bahan sesuai komposisi/perbandingan yang ditentukan 3. Hidupkan mesin pencampur 4. Masukkan pasir ke dajam tong pencampur 5. Masukkan semen ke dalam tong pencampur 6. Biarkan mesin berputar kurang lebih selama 2 menit sampai bahan tercampur dalam keadaan kering secara merata 7. Tuangkan air sedikit demi sedikit sampai campuran membentuk gumpalan adukan yang kenya!. Tidak terlalu encer juga tidak terlalu kental 8. Tuangkan adukan yang sudah jadi ke dalam kotak adukan. Adukan siap digunakan Gb. 5.2 Cara membuat adukan dengan mesin

43 Pembuatan Adukan PJesteran BAB-V Pembuatan Adukan RANGKUMAN 1. Jenis adukan plesteran yang umum digunakan di lapangan pada saat ini adalah adukan semen-pasir dan adukan semen-kapur-pasir 2. Mutu adukan akan sangat tergantung kepada: bahan yang digunakan, alat yang digunakan dan pengetahuan serta keterampilan pekerja 3. Membuat adukan bisa dilakukan dengan menggunakan mesin bisa juga dengan menggunakan alat-alat tangan 4. Secara garis besar cara/urutan langkah membuat adukan dengan alat-alat tangan adalah: menyiapkan tempat mengaduk, menuangkan bahan adukan sesuai komposisi yang sudah ditentukan, mencampur bahan dalam keadaan kering, dan menuangkan air sedikit demi sedikit ke atas bahan sambil diaduk-aduk 5. Secara garis besar cara/urutan langkah membuat adukan dengan mesin adalah:menghidupkan, menuangkan bahan adukan sesuai komposisi yang sudah ditentukan ke dalam tong pencampur, dan menuangkan air sedikit demi sedikit ke dalam tong pencampur Tukang Plaster (Plasterer) V-4

44 BAB-V Pembuatan Adukan ELEMEN KOMPETENSI & KRITERIA UNJlfK KERJA (KlfK) 4. Menjelaskan cara membuat adukan 1 Jenis adukan dijelaskan sesuai jenis pekerjaan LATIHAN I PENILAIAN MANDIRI 1. Jelaskan jenis adukan untuk plesteran! 2. Jelaskan jenis adukan untuk acian! 2 Mutu adukan dijelaskan dengan benar 1. Jelaskan pengaruh bahan terhadap mutu adukan! 3 Cara mencampur adukan dengan alat tangan dijelaskan dengan benar 1. Jelaskan cara mencampur adukan dengan alat tangan! 4 Cara mencampur adukan dengan mesin dijelaskan dengan benar 1. Jelaskan cara mencampur adukan dengan mesin! V-5

45 BAB-I1 Bahan Adukan KUNCI JAWABAN BAB II 1. I KRITERIA UNJUK KERJA (KUK) & JAWABAN Jenis bahan adukan dikenali secara benar 1 Semen Portland (SP), Semen Portland Pozolan (SPP), dan Semen Pozolan Kapur (SPK) 2 Sebagai bahan pengikat 3 Kapur tohor dan kapur padam 4 Sebagai bahan pengikat 5 Pasir sungai, pasir gunung, dan pasir laut (jika terpaksa) 6 Pengisi 7 Fungsi air pengerasan dalam adukan adalah sebagai bahan pembantu proses 8 Membuat ornamen _... I 2. KRtTERIA UNJUK K<&RJA (KUK) & JAWAI'AN. Mutu bahan adukan dijelaskan secara benar 1 Lolos ayakan (2) 1,2 mm Tidak mengkristal 2 Lolos ayakan (2) 6,7 mm 3 Lolos ayakan 0 4,8 mm! I 4 a) 8ersih/dapat diminum b), Tidak mengandung lumpur, minyak, dan benda terapung lainnya yang dapat dilihat secara visual 5 Lolos ayakan (2) O. i I Tidak mengkristal I

46 MODUl TP-03 BAB-II Bahan Adukan 3. KfUTERfA UNJUKKERJA (KUK) & JAWABAN Cara memilih bahan adukan dijelaskan dengan benar 1 Mengamati periode pengirimannya Mengamati butiran semen 2 Mengamati butiran kapur Memeriksa butiran kapur 3 Mengamati variasi butiran pasir Memeriksa butiran pasir Memeriksa kadar lumpur 4 Mengamati warna air Mengamati benda terapung Mencium bau I i i

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) Judul Pelatihan : Tukang Plester (Plasterer) Kode Jabatan Kerja : INA. 5230.223.60 Kode Pelatihan : DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mortar Mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan air dengan komposisi tertentu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Tinjauan Umum Pelaksanaan penelitian ini dimulai dari tahap perencanaan, teknis pelaksanaan, dan pada tahap analisa hasil, tidak terlepas dari peraturan-peraturan maupun referensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mortar Menurut SNI 03-6825-2002 mortar didefinisikan sebagai campuran material yang terdiri dari agregat halus (pasir), bahan perekat (tanah liat, kapur, semen portland) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus, agregat kasar, semen Portland, dan air ( PBBI 1971 N.I. 2 ). Seiring dengan penambahan umur, beton akan semakin

Lebih terperinci

PELATIHAN TUKANG PLESTER (PLASTERER)

PELATIHAN TUKANG PLESTER (PLASTERER) TP-04 =MENGGUNAKAN PERALATAN Mempresentasikan Kode I Judul Unit Kompetensi Kode : INA.S230.223.60.04.07 Judul : PELATIHAN TUKANG PLESTER (PLASTERER) 2007 OEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland. dan air dengan perbandingan 1 semen : 7 pasir.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland. dan air dengan perbandingan 1 semen : 7 pasir. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Batako 2.1.1 Pengertian Batako Batako merupakan bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti batu bata yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen Portland

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang sudah pernah dilakukan dan dapat di jadikan literatur untuk penyusunan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Ishaq Maulana

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL Tukang Pasang Bata Pembuatan Adukan Semen Pekerjaan Pasang Bata BUKU PENILAIAN DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 BAB I KONSEP PENILAIAN...

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan BAB I I TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton adalah suatu komposit dari beberapa bahan batu-batuan yang direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan kasar) dan ditambah dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama

Lebih terperinci

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan

hendak dicapai, maka diskusi antara insinyur perencana dan pemborong pekerjaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Kontrol mutu beton ditujukan untuk memproduksi suatu bahan seragam yang mempunyai sifat-sifat pokok seperti yang dituntut oleh pekerjaan yang dituju. Pada saat yang bersamaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek 25 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian 11 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian direkatkan dengan semen Portland yang direaksikan dengan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Mutu Tinggi Sesuai dengan perkembangan teknologi beton yang demikian pesat, ternyata kriteria beton mutu tinggi juga selalu berubah sesuai dengan kemajuan tingkat mutu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Beton Beton dibentuk oleh pengerasan campuran semen, air, agregat halus, agregat kasar (batu pecah atau kerikil), udara dan kadang-kadang campuran tambahan lainnya. Campuran yang

Lebih terperinci

(Project Claim Management) Mempresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi. Kode : INA Judul : Sistem Manajemen Klim

(Project Claim Management) Mempresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi. Kode : INA Judul : Sistem Manajemen Klim CM-12 = Sistem Manajemen Klim Proyek (Project Claim Mempresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi Kode : INA.56303.13.09.12.07 Judul : Sistem Manajemen Klim Proyek (Project Claim PELATIHAN AHLI MANAJEMEN

Lebih terperinci

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR Oleh : Garnasih Tunjung Arum 09510134004 ABSTRAK Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregat halus

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat.

BAB III LANDASAN TEORI. tidak terlalu diperhatikan di kalangan masyarakat. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Dengan semakin banyaknya pemakaian bahan alternatif untuk beton, maka penelitian yang bertujuan untuk membuka wawasan tentang hal tersebut sangat dibutuhkan, terutama penggunaan

Lebih terperinci

PELATIHAN TUKANG PLESTER (PLASTERER)

PELATIHAN TUKANG PLESTER (PLASTERER) TP-05 =MENGERJAKAN PLESTERAN Mempresentasikan Kode I Judul Unit Kompetensi Kode : INA.5230.223.60.05.07 Judul : PELATIHAN TUKANG PLESTER (PLASTERER) 2007 - DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM.-t BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Semen Semen merupakan bahan yang bersifat hirolis yang bila dicampur air akan berubah menjadi bahan yang mempunyai sifat perekat. Penggunaannya antara lain meliputi beton, adukan

Lebih terperinci

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana Strata

Lebih terperinci

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) Standar Nasional Indonesia Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS) ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Semen portland pozolan

Semen portland pozolan Standar Nasional Indonesia Semen portland pozolan ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC (Portland Composite Cement) Merek Holcim, didapatkan

Lebih terperinci

OEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK)

OEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI (PUSBIN-KPK) TP-02 =MEMBACA GAMBAR SEDERHANA Mempresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi Kode : INA.S230.223.60.02.07 Judul : PELATIHAN TUKANG PLESTER (PLASTERER) 2007 OEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton merupakan salah satu bahan konstruksi yang telah umum digunakan untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen struktural maupun non-struktural.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat beton itu. Departemen Pekerjaan Umum 1989-(SNI ). Batako terdiri dari beberapa jenis batako:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sifat beton itu. Departemen Pekerjaan Umum 1989-(SNI ). Batako terdiri dari beberapa jenis batako: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Batako Batako atau juga disebut bata beton ialah suatu jenis unsur bangunan berbentuk bata yang dibuat dari campuran bahan perekat hidrolis atau sejenisnya, air dan

Lebih terperinci

PELATIHAN AHLI PENGAWAS KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG (CONSTRUCTION SUPERVISION ENGINEER OF BUILIDINGS)

PELATIHAN AHLI PENGAWAS KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG (CONSTRUCTION SUPERVISION ENGINEER OF BUILIDINGS) CS-03 = ORGANISASI PENGAWAS LAPANGAN (FIELD INSPECTOR) Mempresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi Kode : INA.5230.313.24.03.07 Judul : Organisasi Pengawas Lapangan (Field Inspector) PELATIHAN AHLI PENGAWAS

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TEKNOLOGI BETON JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Seiring kemajuan infrastruktur bangunan. Beton mempunyai andil yang besar dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan suatu bahan bangunan yang bahan penyusunnya terdiri dari bahan semen hidrolik (Portland Cement), air, agregar kasar, agregat halus, dan bahan tambah.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten

BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten BAB II DASAR TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA A. Sungai Opak Sungai Opak atau kali opak adalah nama sungai yang mengalir di Daerah Istimewa Yogyakarta. Alirannya melintasi Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha 82 LAMPIRAN 83 Tabel 1 Perkiraan Kekuatan Tekan (N/mm) Beton Dengan Faktor Air Semen.5 Dan Jenis Semen Dan Agregat Kasar Yang Biasa Dipakai Di Indonesia Jenis Semen Semen portland tipe 1 atau semen tahan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk 51 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini adalah semen PCC merk Holcim, didapatkan dari toko bahan bangunan

Lebih terperinci

Mempresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi

Mempresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi CM-01 = Proyek/SMK3 (Project Safety and Health Mempresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi Kode : INA.56303.13.09.11.07 Judul : Sistem Manajemen Keselamatan Kesehatan Kerja Proyek/SMK3 (Project Safety

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Bata Beton Bata beton adalah suatu jenis unsur bangunan berbentuk bata yang dibuat dari bahan utama semen Portland, air dan agregat yang dipergunakan untuk pasangan dinding. Bata

Lebih terperinci

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) Judul Pelatihan : AHLI DESAIN HIDRO MEKANIK (HYDRO MECHANICAL DESIGN ENGINEER) Kode Jabatan Kerja : INA. 5220.112.09 Kode Pelatihan :... DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON Air merupakan salah satu bahan pokok dalam proses pembuatan beton, peranan air sebagai bahan untuk membuat beton dapat menentukan mutu campuran beton. 4.1 Persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penilitian ini adalah : 1). Semen Portland jenis I merk Semen Gersik 2). Agregat kasar berupa krikil, berasal dari Sukoharjo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di

BAB III METODE PENELITIAN. Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di 26 BAB III METODE PENELITIAN Metodelogi penelitian dilakukan dengan cara membuat benda uji (sampel) di Laboratorium Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Benda uji dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN UNTUK MENENTUKAN SUHU BETON SEGAR SEMEN PORTLAND BAB I DESKRIPSI

METODE PENGUJIAN UNTUK MENENTUKAN SUHU BETON SEGAR SEMEN PORTLAND BAB I DESKRIPSI METODE PENGUJIAN UNTUK MENENTUKAN SUHU BETON SEGAR SEMEN PORTLAND BAB I DESKRIPSI 1.1 Ruang Lingkup Metode Pengujian untuk Menentukan Suhu Beton Segar Semen Portland ini mencakup : 1) Penentuan suhu dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga

III. METODE PENELITIAN. ini adalah paving block dengan tiga variasi bentuk yaitu berbentuk tiga 20 III. METODE PENELITIAN A. Umum Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Struktur Bahan dan Konstruksi Fakultas Teknik Universitas Lampung. Obyek dalam penelitian ini adalah paving block dengan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Umum. Beton non pasir atau sering disebut juga dengan no fines concrete merupakan merupakan bentuk sederhana dari jenis beton ringan, yang dalam pembuatannya tidak menggunakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Beton sering

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Dasar Teori Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar dan air yang membentuk masa padat. Jenis beton yang dihasilkan dalam perencanaan ini adalah campuran

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Alat-alat yang Digunakan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini mulai dari pemeriksaan bahan susun beton, pembuatan benda uji, perawatan benda uji, dan sampai dengan

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** *Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan **

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Persen Lolos Agregat (%) A. Hasil Pemeriksaan Bahan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Mempresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi

Mempresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi CM-02 = Mempresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi Kode : INA.56303.13.09.11.07 Judul : Sistem Manajemen Lingkungan Proyek PELATIHAN AHLI MANAJEMEN KONSTRUKSI (AHLI MUDA) (CONSTRUCTION MANAGEMENT) 2007

Lebih terperinci

Spesifikasi abu terbang dan pozolan lainnya untuk digunakan dengan kapur

Spesifikasi abu terbang dan pozolan lainnya untuk digunakan dengan kapur SNI 06-6867-2002 Standar Nasional Indonesia Spesifikasi abu terbang dan pozolan lainnya untuk digunakan dengan kapur ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional SNI 06-6867-2002 Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN KUALITAS BATAKO HASIL PRODUKSI INDUSTRI KECIL DI KOTA PALU. Oleh : Harun Mallisa ABSTRAK

STUDI KELAYAKAN KUALITAS BATAKO HASIL PRODUKSI INDUSTRI KECIL DI KOTA PALU. Oleh : Harun Mallisa ABSTRAK Media Litbang Sulteng IV (2) : 75 82, Desember 2011 ISSN : 1979-5971 STUDI KELAYAKAN KUALITAS BATAKO HASIL PRODUKSI INDUSTRI KECIL DI KOTA PALU Oleh : Harun Mallisa ABSTRAK Salah satu cara yang efektif

Lebih terperinci

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI)

SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) SLK (STANDAR LATIH KOMPETENSI) Judul Pelatihan : OPERATOR BATCHING PLANT (BATCHING PLANT OPERATOR) Kode Jabatan Kerja : Kode Pelatihan : INA-5200.221.08 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan Konstruksi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil pemeriksaan material (bahan-bahan) pembentuk beton dan hasil pengujian beton tersebut. Tujuan dari pemeriksaan

Lebih terperinci

MORTAR NUSANTARA PLASTERAN DAN ADUKAN PASANGAN BATA MDU-100

MORTAR NUSANTARA PLASTERAN DAN ADUKAN PASANGAN BATA MDU-100 MORTAR NUSANTARA PLASTERAN DAN ADUKAN PASANGAN BATA MDU-100 PLASTERAN DAN ADUKAN PASANGAN BATA MDU-100 PENGGUNAAN MDU Plasteran digunakan sebagai material penutup dinding bata konvensional ataupun bata

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Penjelasan Metodelogi Penelitian Dalam proses pengerjaan pembuatan campuran beton ada beberapa tahap yang perlu di perhatikan adalah : 1. Tahap persiapan Sebelum melakukan penuangan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak

BAB III LANDASAN TEORI. penambal, adukan encer (grout) dan lain sebagainya. 1. Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Semen Semen merupakan bahan yang bersifat hidrolis yang jika dicampur dengan air akan berubah menjadi bahan yang mempunyai sifat perekat. Penggunaannya antara lain untuk pembuatan

Lebih terperinci

PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING

PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING WAHANA INOVASI VOLUME 5 No.2 JULI-DES 16 ISSN : 89-8592 PENELITIAN PEMANFAATAN SERBUK BEKAS PENGGERGAJIAN KAYU SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI PEMBUATAN BATA BETON (BATAKO) UNTUK PEMASANGAN DINDING Heri Sujatmiko

Lebih terperinci

Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen

Sifat Kimiawi Beton Semen Portland (PC) Air Agregat bahan tambah peristiwa kimia PC dengan air hidrasi pasta semen Sifat Kimiawi Menurut SK-SNI-T15-1991-03, Beton dibuat dengan mencampur (PC), Air dan Agregat, dengan atau tanpa bahan tambah (admixture) dalam perbandingan tertentu. Bahan tambah (admixture) dapat berupa

Lebih terperinci

RABID. Salah satu material yang banyak digunakan untuk struktur teknik sipil. adalah beton. Beton dihasilkan dari peneampuran semen portland, air, dan

RABID. Salah satu material yang banyak digunakan untuk struktur teknik sipil. adalah beton. Beton dihasilkan dari peneampuran semen portland, air, dan RABID LANDASAN TEORI 3.1 Umum Salah satu material yang banyak digunakan untuk struktur teknik sipil adalah beton. Beton dihasilkan dari peneampuran semen portland, air, dan agregat pada perbandingan tertentu.

Lebih terperinci

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < > NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari berdasarkan SNI 03-2834-2000 dengan data bahan sebagai berikut : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat III. METODE PENELITIAN A. Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap kuat tekan paving block. Di Indonesia, paving block pada umumnya dibuat dari campuran semen, pasir, dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%) BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram) Lampiran 1 Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI 03-1968-1990) 1. Berat cawan kosong = 131,76 gram 2. Berat pasir = 1000 gram 3. Berat pasir + cawan = 1131,76 gram Ukuran Berat Tertahan Berat

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian laboratorium dengan membuat

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian laboratorium dengan membuat BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN 4.3 Tinjauan Umum Penelitian yang dilakukan adalah penelitian laboratorium dengan membuat benda uji balok yang dibakar dalam tungku dengan suhu yang tinggi, sehingga didapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan obyek berupa paving blok mutu rencana 400 Kg/ dan 500 Kg/ sebanyak masing-masing 64 blok. Untuk setiap percobaan kuat tekan dan tarik belah paving

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dan penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Universitas Negeri Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Beton Berdasarkan SNI 03 2847 2012, beton diartikan sebagai campuran semen, agregat halus, agregat kasar, dan air serta tanpa atau dengan bahan tambah (admixture). Penggunaan

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Semen portland putih

SNI Standar Nasional Indonesia. Semen portland putih Standar Nasional Indonesia Semen portland putih ICS 91.100.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Prakata... 1 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Adapun jumlah benda uji kubus beton dalam penelitian ini sebanyak 176

Adapun jumlah benda uji kubus beton dalam penelitian ini sebanyak 176 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Umum Penelitian ini merupakan studi ekspenmen yang dilakukan untuk mencari pemecahan masalah, agar didapatkan hasil yang memuaskan digunakan metode penelitian dalam pelaksanaannya.

Lebih terperinci

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM.

PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM. PENGARUH PENAMBAHAN FLY ASH TERHADAP KUAT TEKAN MORTAR SEMEN TIPE PORTLAND COMPOSITE CEMENT (PCC) DENGAN PERENDAMAN DALAM LARUTAN ASAM Skripsi Oleh Yani Maretisa No. Bp 0810411017 JURUSAN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Umum Upaya peningkatan kualitas beton terus dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mencapai kekuatan yang paling maksimal. Upaya ini terbukti dari munculnya berbagai penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian tentang agregat

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Umum Penelitian ini adalah menggunakan metode studi eksperimental yaitu dengan melakukan langsung percobaan di laboratorium. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengauh

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

Desember 2012 JURNAL TUGAS AKHIR. REANATA KADIMA GINTING ( )

Desember 2012 JURNAL TUGAS AKHIR. REANATA KADIMA GINTING ( ) 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakng merupakan bahan bangunan yang terbuat campuaran kerikil, pasir, semen dan air dengan perbandingan tertentu. Seiring berjalanya waktu pemakaian beton sangat pesat dalam

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON Hendra Purnomo Alumni Jurusan Teknik Sipil Universitas Bangka Belitung

Lebih terperinci

PELATIHAN AHLI PENGAWAS KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG (CONSTRUCTION SUPERVISION ENGINEER OF BUILIDINGS)

PELATIHAN AHLI PENGAWAS KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG (CONSTRUCTION SUPERVISION ENGINEER OF BUILIDINGS) CS-07 = MEMBUAT LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN Mempresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi Kode : INA.5230.313.24.07.07 Judul : Membuat Laporan Hasil Pemeriksaan PELATIHAN AHLI PENGAWAS KONSTRUKSI BANGUNAN

Lebih terperinci

PELATIHAN MANDOR PERKERASAN ASPAL (FOREMAN OF ASPHALT PAVEMENT)

PELATIHAN MANDOR PERKERASAN ASPAL (FOREMAN OF ASPHALT PAVEMENT) FAP 05 = PEMERIKSAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN Merepresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi Kode : INA.5211.222.04.01.07 Judul : Melaporkan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan Perkerasan Aspal PELATIHAN MANDOR

Lebih terperinci

Scanned by CamScanner

Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner Konferensi Nasional Teknik Sipil 8 (KoNTekS8) KUAT TEKAN BETON YANG MENGGUNAKAN ABU TERBANG SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN PORTLAND DAN AGREGAT KASAR BATU

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI

MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI MODUL PRAKTIKUM MATERIAL KONSTRUKSI FERDINAND FASSA, S.T., M.T. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA 2016 1 I. PEMERIKSAAN KANDUNGAN LUMPUR DALAM PASIR A. Pendahuluan Pasir adalah butiran butiran mineral yang

Lebih terperinci

BARtl TINJAUAN PUSTAKA. Teknologi beton terns berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan

BARtl TINJAUAN PUSTAKA. Teknologi beton terns berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan BARtl TINJAUAN PUSTAKA Teknologi beton terns berkembang seiring dengan tuntutan kebutuhan konstruksi yang semakin meningkat. Salah satu hal yang penting dan perju mendapat perhatian dalam teknologi pembuatan

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN SEMEN POZOLAN DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP KEKEKALAN BENTUK DAN KUAT TEKAN SEMEN

PENGARUH PERBANDINGAN SEMEN POZOLAN DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP KEKEKALAN BENTUK DAN KUAT TEKAN SEMEN Pengaruh Perbandingan Semen Pozolan Dan... Hargono e-mail: hargono_tkundip@yahoo.co.id M. Jaeni F. S. Budi Jurusan Teknik Kimia FT UNDIP Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang, Semarang 50239 Telp : (024) 7460058

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Bahan Penyusun Beton Pemeriksaan bahan penyusun beton yang dilakukan di Laboratortium Bahan Konstruksi, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN SIFAT KEKEKALAN BENTUK AGREGAT TERHADAP LARUTAN NATRIUM SULFAT DAN MAGNESIUM SULFAT

METODE PENGUJIAN SIFAT KEKEKALAN BENTUK AGREGAT TERHADAP LARUTAN NATRIUM SULFAT DAN MAGNESIUM SULFAT METODE PENGUJIAN SIFAT KEKEKALAN BENTUK AGREGAT TERHADAP LARUTAN NATRIUM SULFAT DAN MAGNESIUM SULFAT BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan 1.1.1 Maksud Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar Lampung dan pengujian sampel dilaksanakan di laboratorium Analisis Bahan dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Pozzolan Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa silika dan alumina, yang tidak mempunyai sifat semen, akan tetapi dalam bentuk halusnya dan dengan adanya air dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN

BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN BAB IV MATERIAL DAN PERALATAN 4.1 Material Perlu kita ketahui bahwa bahan bangunan atau material bangunan memegang peranan penting dalam suatu konstruksi bangunan ini menentukan kekuatan, keamanan, dan

Lebih terperinci

PELATIHAN SOIL MECHANICS OF ROAD CONSTRUCTION ENGINEER

PELATIHAN SOIL MECHANICS OF ROAD CONSTRUCTION ENGINEER SMR 01 = UUJK, SMK3 DAN PENGENDALIAN LINGKUNGAN KERJA Merepresentasikan Kode / Judul Unit Kompetensi Kode : INA.5211.113.05.01.07 Judul : Menerapkan UUJK, K3 dan Pengendalian Lingkungan PELATIHAN SOIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu bahan yang umum digunakan untuk konstruksi bangunan. Hampir semua bangunan gedung, jembatan, jalan, bendungan menggunakan beton. Pada bangunan

Lebih terperinci

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang BAB III LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang digunakan, materi penyusun beton, penghitungan kuat desak dan hipotesis. 3.1 Umum Menurut SK SNI T-l5-1991-03 (1991), beton (concrete)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yang padat. Pada penelitian ini menggunakan semen Holcim yang III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Semen Semen adalah bahan pembentuk beton yang berfungsi sebagai pengikat butiran agregat dan mengisi ruang antar

Lebih terperinci

Prosedur penelitian ini dibagi dalam beberapa tahapan sebagai berikut:

Prosedur penelitian ini dibagi dalam beberapa tahapan sebagai berikut: BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini dibagi dalam beberapa tahapan sebagai berikut: 1. Tahap perumusan masalah Tahap ini meliputi perumusan tehadap topik penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

PELATIHAN MANDOR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON

PELATIHAN MANDOR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON RCF 05 : PERJANJIAN KERJA DAN MANAJEMEN UNTUK MANDOR PELATIHAN MANDOR PEMBESIAN / PENULANGAN BETON DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah membentuk massa padat.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan.

BAB III LANDASAN TEORI. dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI suatu pengerasan dan pertambahan kekuatan. BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Beton Beton adalah campuran antara semen, agregat halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambah yang membentuk masa padat (SNI-03-2847- 2002). Beton terdiri dari

Lebih terperinci