PROSES PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSES PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN"

Transkripsi

1 PROSES PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN ULFA ZAINUL MUBAROK Mahasiswa Keguruan Bahasa Arab, Pascasarjana Universitas Negeri Malang Abstrak: Kegiatan belajar mengajar dalam satuan pendidikan akan dinilai berhasil apabila seorang guru dapat mengelola kegiatan pembelajaran di kelas dengan baik. Sesuai dengan realita, ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, nampak sebagian peserta didik belum mengikuti kegiatan tersebut dengan cermat. Sebagian peserta didik belum belajar sampai tingkat penerapan, siswa baru mampu mempelajari konsep, teori dan gagasan inovatif pada tingkat ingatan saja, sehingga mereka belum dapat menerapkanya secara efektif dalam memecahkan masalah sehari-hari. Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang memiliki tiga tahapan yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan, (1) penataan lattar/setting pembelajaran meliputi penataan tempat, siswa, materi, sumber dan kegiatan pembelajaran (2) metode dan strategi pembelajaran, (3) menunjang tercapainya kompetensi individual, dan (4) perangkat pembelajaran. Adapun prinsip dalam pengelolaan pempelajaran yang efektif yaitu interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotifasi. Dengan demikian, untuk mencapai tujuan pembelajaran, seorang guru tidak hanya mentransfer pengetahuan atau menyampaikan pesan saja kepada peserata didik, melainkan suatu aktifitas yang profesional untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, dan menyenangkan. Kata Kunci: Pelaksanaan pembelajaran, pengelolaan, efektif, menyenangkan. Kegiatan pembelajaran dikelas merupakan wujud implementasi dari kurikulum, karena kurikulum dipandang berhasil jika dapat di wujudkan dalam kegiatan pembelajaran yang baik, dan suksesnya pembelajaran sangat ditentukan oleh keberhasilan pendidik dalam mengelola kegiatan pembelajaran didalam kelas. Oleh karena itu agar kurikulum berjalan dengan baik, seorang pendidik harus pandai mengelola kegiatan pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil pembelajaran secara sistematis dan terarah untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik. Sebagai seorang pendidik harus memahami bahwa pembelajaran merupakan hal yang sangat penting, dalam pembelajaran tidak hanya menyampaikan pesan kepada peserta didik saja, akan tetapi merupakan proses atau aktivitas untuk menciptakan pembelajaran yang efektif, inspiratif dan menyenangkan. Banyak pendidik yang kurung memperhatikan hal tersebut, sehingga proses pembelajaran didalam kelas terkesan monoton dan membosankan, terkadang siswa terlihat mengikuti pembelajaran dengan tenang tetapi bisa jadi pikiranya kemana-mana. 117

2 Dengan demikian, seorang pendidik harus pandai dan kreatif dalam mengelola kelas. Untuk mengelola kegiatan pembelajaran seorang pendidik dituntut untuk kreatif dalam menggunakan metode dan strategi pembelajaran. Menurut Bahri dan Zain (2010: 1) pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang edukatif, nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dan siswa. Disebut interaksi yang edukatif karena pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pembelajaran dimulai. Untuk tercapainya kegiatan tersebut sebagai seorang pendidik harus mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran, selain itu kekreatifan seorang pendidik sangat diperlukan, dan kegiatan pembelajaran akan terlihat efektif apabila ada interaksi antara pendidik, peserta didik dan lingkunganya. Bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit oleh peserta didik, karena bahasa Arab sendiri merupakan salah satu mata pelajaran bahasa asing. Seorang pendidik mata pelajaran bahasa Arab harus mampu mengubah persepsi peserta didik dengan menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Sehingga peserta didik merasa nyaman dan senang ketika mempelajari bahasa Arab. KONSEP PEMBELAJARAN EFEKTIF Pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dari keseluruhan proses pendidikan yang terjadi disekolah. Keberhasilan tujuan pendidikan tergantung bagaimana mengelola proses pembelajaran secara efektif. Pembelajaran yang efektif menurut Ahmadi dan Amri (2011: 30) adalah keberhasilan mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan, dengan kata lain dalam pembelajaran telah terpenuhi apa yang menjadi tujuan dan harapan yang hendak dicapai. Adapun menurut peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sesuai dengan peraturan pemerintah diatas, ada beberapa prinsip yang perlu dilaksanakan untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dalam pengelolaan kelas, yaitu: Pertama, interaktif, kegiatan mengajar bukan sekedar menyampaikan pengetahuan dari pendidik kepada peserta didik, melainkan proses yang menyebabkan siswa mampu merangsang keinginanya untuk belajar dengan semangat. Dengan demikian proses pembelajaran dikelas akan efektif apabila terjadi proses interaksi, baik interaksi antara pendidik dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik yang lain, peserta didik dengan media pembelajaran, maupun peserta didik dengan lingkunganya. Melaui interaksi tersebut, maka kemampuan peserta didik akan berkembang, baik dari segi mental maupun intelektual. Kedua, inspiratif, kegiatan pembelajaran hendaknya dapat mendorong peserta didik untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Pendidik hanya memberikan informasi dan hipotesis yang dapat merangsang peserta didik untuk mencoba dan 118

3 menguji hipotesis tersebut. Oleh karena itu, pendidik harus menyajikan berbagai kemungkinan yang dapat dilakukan peserta didik. Biarkanlah peserta didik berfikir dan menindak lanjuti informasi tersebut sesuai dengan inspirasinya sendiri. Tugas seorang pendidik hanya mengarahkan inspirasi tersebut sesuai dengan tercapainya tujuai pembelajaran. Ketiga, menyenangkan, kegiatan pembelajaran merupakn proses yang dapata mengembangkan seluruh potensi peserta didik. Potensi tersebut akan berkembang apabila terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Dengan demikian sebagai pendidik perlu mengupayakan agar proses pembelajaran terasa menyenangkan. Untuk menjadikan suasana pembelajaran yang efektif dan menyenangkan seorang pendidik harus mempersiapkan segala hal yang berkaitan dengan pembelajaran, misalnya menata ruangan agar menarik serta mengelola pembelajaran yang aktif dan bervariasi. Menurut Ahmadi dan Amri (2011: 31) menyenangkan berarti sifat terpesona dengan keindahan, kenyamanan, dan kemanfaatanya sehingga mereka terlibat dengan asyik dalam belajar sampai lupa waktu, penuh percaya diri, dan tertantang untuk melakukan hal serupa atau hal yang lebih berat lagi. Keempat, menantang, kegiatan pembelajaran yang efektif apabila peserta didik merasa tertantang untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya, yakni pengetahuan yang didapat peserta didik dapat merangsang keja otaknya secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa keingin tahuan peserta didik melalui kegiatan mencoba dan berekplorasi. Segala hal yang diberikan pendidik terhadap peserta didik hendaknya dapat merangsang otaknya untuk berpikir dan melakukan. Bagi pendidik dalam memberikan informasi, hendaknya tidak menyajikan informasi secara instan, melainkan dengan menyajikan informasi yang mampu membangkitkan peserta didik untuk mengelola dan memikirkan informasi tersebut sebelum dia mengambil kesimpulan. Kelima, memotivasi, merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pembelajran, tanpa adanya motivasi tidak mungkin peserta didik memiliki kemauan untuk belajar. Seorang pendidik harus mampu membangkitkam motivasi peserta didiknya, karena motivasi merupakan kewajiban dan tugas pendidik dalam setiap proses pembelajaran. Motivasi akan muncul dalam diri peserta didik ketika merasa membutuhkan. Peserta didik akan bergerak dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhanya. Dalam rangka membangkitkan motivasi, pendidik harus mampu menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi pelajaran dalam kehidupan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik akan merasa bahwa belajar bukan sekedar untuk memperoleh nilai saja, akan tetapi didorong dengan keinginan untuk mencapai kebutuhanya. Apabila pendidik pelajaran bahasa Arab mampu menerapkan konsep-konsep diatas maka kegiatan belajar mengajar didalam kelas akan efektif. Dalam arti seorang pendidik harus mampu mengelola dan mengondisikan peserta didik dengan menggunakan kelima prinsip diatas. 119

4 TAHAPAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN Jika kita lihat bagaimana terjadinya proses belajar-mengajar, kita akan menjumpai beberapa kegiatan lain yang menjadi komponen pendukung terjadinya belajar-mengajar. Komponen tersebut lebih dekat kepada kegiatan yang menjadi tahapan-tahapan dalam pembelajaran. Pembelajaran sebagai suatu proses kegiatan, dari berbagai sumber secara umum dapat dikatakan terdiri atas tiga fase atau tahapan. Fase-fase/ tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran yang dimaksud meliputi: tahap pendahuluan, tahap pelaksanan, dan tahap evaluasi. Adapun dari ketiganya ini akan dibahas sebagaimana berikut: Pendahuluan Tahap pendahuluan merupakan kunci dari kegiatan selanjutnya, apabila seorang pendidik mampu menciptakan suasana pembelajaran yang memungkinkan siswa siap secara mental untuk mengikuti kegiatan pembelajaran, maka kegiatan pembelajaran selanjutnya akan efektif. Menurut Mansur (2015: 2) pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Adapun kegiatan yang harus dilakukan pendidik pada tahap pendahuluan adalah memotivasi siswa, menginformasikan cakupan materi yang akan dipelajari dan batasan batasan tugas yang akan dikerjakan siswa, memberikan gambaran mengenai metode atau pendekatan pendekatan yang akan digunakan maupun kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan siswa, melakukan apersepsi, yakni mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari, dan mengaitkan peristiwa aktual dengan materi baru. Inti Kegiatan inti merupakan pokok dari suatu proses pelaksanaan pembelajaran. Pada tahap ini pendidik menyampaiakan materi pembelajaran yang sudah dirancang. Menurut Trianto (2005: 122) pada kegiatan inti terdapat tiga fase kegiatan, pertama penyampaian materi. Adapun yang harus dilakukan pendidik adalah menyampaikan konsep-konsep yang harus dikuasai siswa melalui bahan bacaan, keterampilan yang akan dikembangkan, alat dan bahan yang dibutuhkan melalui bagan, dan memodelkan penggunaan peralatan melalui bagan. Kedua membimbing pelatihan adapun yang harus dilakukan pendidik adalah menempatkan peserta didik kedalam kelompok, mmengingatkan siswa untuk berdiskusi sesuai komposisi kelompok, mengingatkan cara menyusun laporan kegiatan, melakukan bimbingan kesetiap kelompok seperlunya, dan mengumpulkan hasil kerja kelompok setelah batas waktu yang ditentukan. Kemudian yang ketiga menelaah pemahaman dan memberikan umpan balik dengan meminta perwakilan kelompak mempresentasikan hasil diskusi, meminta kelompok lain menanggapi hasil presentasi dan membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi. 120

5 Penutup Kegiatan penutup adalah kegiatan yang dilakukan pendidik untuk mengakhiri kegiatan inti pembelajaran. Dalam tahap ini pendidik melakukan evaluasi terhadap materi yang telah disampakan dengan pemberian tugas, mengecek dan memberikan umpan balik terhadap tugas yang dilakukan, membimbing siswa menyimpulkan seluruh materi yang baru saja dipelajari dan pendidik memberikan refleksi terhadap kenerja peserta didik. Adapun tahap penutup ini menurut Rusman (2014: 3) adalah pendidik bersama-sama dengan peserta didik untuk membuat rangkupan atau kesimpulan pelajaran, melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran, merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling, memberikan tugas baik individu ataupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik dan yang terakhir menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya. ASPEK-ASPEK YANG MENUNJANG TERCAPAINYA PEMBELAJARAN BAHASA ARAB YANG EFEKTIF DAN MENYENANGKAN Sesuai realita sehari-hari, di dalam suatu ruang kelas ketika sesi Kegiatan Belajar-Mengajar (KBM) berlangsung, nampak beberapa atau sebagian besar peserta didik belum belajar sewaktu pendidik mengajar. Selama KBM pendidik belum memberdayakan seluruh potensi dirinya sehingga sebagian besar peserta didik belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Adapun aspek-aspek untuk menunjang pembelajaran bahasa Arab yang efektif dan menyenangkan adalah sebagai berikut: Pengelolaan Lattar/Setting Pembelajaran Pengelolaan latar/setting ini berkaitan dengan pengelolaan seluruh komponen yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Menurut departemen pendidikan nasional (2003: 19) komponen yang harus dikelola untuk mencapai pembelajaran efektif meliputi pengelolaan tempat belajar, pengelolaan siswa, pengelolaan kegiatan pembelajaran, pengelolaan isi/materi pembelajaran dan pengelolaan sumber belajar. 1. Pengelolaan Tempat Belajar Agar siswa merasa nyaman ketika proses pembelajaran berlangsung, hendaknya tempat belajar disetting dengan semenarik mungkin. Tempat belajar yang baik akan menimbulkan dampak positif bagi peserta didik. Adapun pengelolaan tempat belajar meliputi pengelolaan beberapa benda/objek yang ada dalam ruangan belajar seperti meja-kursi. Menurut Rusman (2014: 271) jika memungkinkan, disediakan tempat khusus sebagai ruang display, untuk memamerkan atau memajang hasil pekerjaan siswa, agar siswa termotivasi untuk bekerja lebih giat lagi dan menumbuhkan isnpirasi bagi siswa lain. Penataan mejakursi hendaknya tidak monoton (tetap), melainkan ditata sesuai dengan strategi yang akan digunakan dan tujuan yang akan dicapai. Misalnya ketika berdiskusi setting maja-kurli dibentuk huruf U ataupun dengan bentuk-bentuk yang lainya. 121

6 2. Pengelolaan Peserta Didik Pengelolaan peserta didik hendaknya dilakukan dalam bentuk yang beragam, seperti individual, berpasangan, kelompok kecil, atau klasikal. Ketika mengelola siswa hendaknya memperhatikan jenis kegiatan, tujuan kegiatan, keterlibatan siswa, waktu belajar, dan ketersediaan sarana dan prasarana. Seorang pendidik harus mampu memadukan keberagaman karateristik siswa, pendidik harus memahami bahwa setiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda. Maka dari itu pendidik harus pandai merancang kegiatan pembelajaran dengan suasana yang memungkinkan setiap siswa memperoleh peluang yang sama untuk menunjukkan dan mengembangkan potensinya. Peserta didik ketika masuk dalam kelas, pasti membawa masalah yang berbeda-beda, ada yang benar-benar siap mengikuti pembelajaran dan adapula yang masih terpengaruh dengan masalah lain. Sehingga setiap peserta didik memiliki persepsi yang berbeda-beda, dan agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuannya, maka tugas seorang pendidik harus mampu menyamakan persepsi peserta didik. 3. Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran Dalam pembelajaran bahasa Arab, seorang pendidik harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran selama proses kegiatan didalam kelas. Dalam mengelola kegiatan pembelajaran, pendidik perlu merencanakan tugas dan alat belajar yang menantang, pemberian umpan balik, dan penyediaan program penilaian yang sesuai dengan hasil belajar siswa. Dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran pendidik harus mampu merancang pertanyaan yang produktif, sehingga memungkinkan siswa terlibat baik secara mental maupun secara fisik dan menyediakan umpan balik yang bermakna. Selain itu juga memberikan penilaian untuk memotivasi peserta didik agar ikut berpartisipasi aktif. Pengelolaan pembelajaran erat kaitanya dengnmanajemen pembelajaran, sedangkan manajemen pengajaran diartikan sebagai proses pendayagunaan seluruh komponen yang saling berinteraksi (sumber daya pengajaran) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Aspek yang harus diperhatikan ketika mengelola pembelajaran adalah kondisi atau situasi pembelajaran, faktor-faktor penentu pengelolaan kelas, kosdisi sosio emosional. 4. Pengelolaan Isi/Materi Pembelajaran Pendidik harus memperhatikan untuk siapa materi itu diperuntukkan, agar pelaksanaan pembelajaran dapat mencapai sasaran. Materi yang disajikan hendaknya dapat menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar serta tercapainya indikator. Hendaknya materi yang disajikan sesuai dengan tujuan pembelajaran, relevan dengan kebutuhan siswa, sesuai dengan kondisi masyarakat, materi tersusun secara sistematik dan logis, materi bersumber dari buku atau informasi yang baku. Seorang pendidik harus hati-hati dalam memilih bahan ajar, dan alangkah baiknya jika bahan ajar itu disusun oleh pendidik sendiri, karena akan sesuai dengan kebutuhan peserta didiknya, yang mengetahui kemampuan peserta didik adalah pendidik, sehingga pendidik mampu menyesuaikan bahan ajar yang sesuai 122

7 dengan tingkat pemahaman peserta didik, tidak menggantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk dipahami. 5. Pengelolaan Sumber Belajar Dalam mengelola sumber belajar sebaiknya memperhatikan sumber daya yang ada di sekolah dan melibatkan orang-orang yang ada di dalam sistem sekolah tersebut. Pembahasan tentang pengelolaan sumber belajar meliputi sumber daya sekolah (upaya menciptakan iklim sekolah sebagai komunitas masyarakat belajar.) dan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah (upaya menjadikan sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat setempat. Sekolah bukanlah tempat yang terpisah dari masyarakatnya). Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran meliputi aspek yang lebih luas daripada metode pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan cara pandang dan pola pikir pendidik dalam mengajar. Dalam mengembangkan strategi pembelajaran paling tidak pendidik perlu mempertimbangkan beberapa hal antara lain: bagaimana mengaktifkan peserta didik, bagaimana peserta didik membangun peta konsep, bagaimana mengumpulkan informasi dengan stimulus pertanyaan efektif, bagaimana menggali informasi dari media cetak, bagaimana membandingkan dan mensintesiskan informasi, bagaimana mengamati (mengawasi) kerja peserta didik secara aktif, bagaimana cara menganalisis dengan peta akibat atau roda masa depan, serta bagaimana melakukan kerja praktik. Menurut Ahmadi & Amri (2011: 137) strategi pembelajaran berkenaan dengan kegiatan pembelajaran siswa secara kongkrit yang harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator, dan kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup. Dalam menentukan strategi yang akan digunakan dalam pembelajara seorang pendidik harus menyesuaikan dengan beberapa faktor yaitu tujuan apa yang ingin dicapai, bagaimana karateristik materi yang akan disampaikan, keadaan siswa, waktu pembelajaran dan faktor pendidik itu sendiri yaitu kekreatifan pendidik dalam mengelola pembelajaran. Menunjang Tercapainya Kompetensi Individual Mengajar merupakan kegiatan partisipasi pendidik dalam membangun pemahaman siswa. Partisipasi tersebut dapat berwujud sebagai bertanya secara kritis, meminta kejelasan, atau menyajikan situasi yang tampak bertentangan dengan pemahaman siswa sehingga siswa terdorong untuk memperbaiki pemahamannya. Mengingat belajar adalah kegiatan aktif siswa, yaitu membangun pemahaman, maka partisipasi pendidik jangan sampai merebut otoritas atau hak siswa dalam membangun gagasannya. Peserta didik memiliki perbedaan satu sama lain. Siswa berbeda dalam minat, kemampuan, kesenangan, pengalaman, dan cara belajar. Peserta didik tertentu lebih mudah belajar dengan dengar-baca, peserta didik lain lebih mudah dengan melihat (visual), atau dengan cara kinestetika (gerak). Oleh karena itu kegiatan pembelajaran, organisasi kelas, materi 123

8 pembelajaran, waktu belajar, alat belajar, dan cara penilaian perlu beragam sesuai karakteristik siswa. Sesui realita kebanyakan pendidik kurang memperhatikan kompetensi masingmasing peserta didik, pendidik memandang bahwa potensi yang dimiliki peseta didik sama, sehingga wajar jika ada sebagian peserta didik yang kurang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Pola pikir yang seperti ini yang seharusnya dirubah, karena pendidik dalam proses pembelajaran seharusnya tidak hanya menyampaikan pengetahuan saja kepada siswa, tetapi terdapat aktifitas untuk menciptakan pembelajaran yang kondusif, efektif dan menyenangkan. Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran merupakan sebuah media yang digunakan pedoman atau petunjuk pada suatu proses pembelajaran. Tujuan dari perangkat pembelajaran yaitu untuk memenuhi keberhasilan pendidik dalam pembelajaran. Perangkat pembelajaran juga memberi panduan, serta teknik mengajar seorang pendidik bisa berkembang, selain itu juga dapat meningkatkan profesionalisme seorang guru, karena seorang pendidik harus mengembangkan serta menggunakan perangkat pembelajaranya semaksimal mungkin dan memperbaiki segala hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran melalui perangkatnya. Adapun macam-macam perangkat pembelajaran itu adala silabus, kalender pendidikan, program tahunan, program semester, RPP, buku pelaksanaan harian, presensi siswa, catatan hambatan belajar siswa, daftar buku pegangan guru dan siswa, kisi-kisi soal, soal-soal ulangan, buku informasi penilaian, analisis butir soal, daftar nilai, laporan penilaian akhlak, dan buku tugas mandiri. Kesimpulan Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan pendidik mempunyai peran yang sangat penting, seorang pendidik harus mampu mengondisikan seluruh rangkaian yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Seorang pendidik harus mampu memberdayakan seluruh potensinya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan pendidik agar proses pembelajaran bisa efektif dan menyenangkan, yaitu pertama, pendidik harus mampu menguasai prinsip-prinsip pembelajaran efektif yaitu hendaknya pembelajaran diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kedua, pendidik harus kreatif dalam mengelola pelaksanaan pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran terdapat tiga tahapan yaitu pendahuluan, inti dan penutup. Jika ketiga tahapan itu diatur sesuai dengan kondisi lingkungan dan potensi peserta didik didalam kelas maka akan terjadi pembelajaran yang efektif. Ketiga, pendidik harus mempersiapkan dan memikirkan unsur penunjang lainya yaitu penataan tempat belajar ditata semearik mungkin, baik dari segi materi maupun peserta didik itu sendiri, kemudian setrategi yang digunakan saat proses pembelajaran menunjang pemahan siswa dan menimbulkan rasa keingin tahuan peserta didik, materi yang disampaikan menunjang tercapainya kompetensi 124

9 individual serta menyiapkan perangkat pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan indikator pembelajaran. Daftar Rujukan Ahmadi, Iif Khoiru & Amri Sofan PAIKEM GEMBROT (Mengembangkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan Berbobot). Jakarta: PT. Prestasi Pustaka. Bahri, Syaiful & Zain, Azwan Setrategi Belajar Mengajar. Jakarta. Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional Kegiatan Belajar Mengajar Yang Efektif. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Mansur Menciptakan Pembelajaran Efektif Melalui Apersepsi. (online), ( ticle&id=327:pembelajaran efektif persepsi&catid=42:ebuletin&itemid=215 diakses 8 September 2016) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. (onlein) diakses 8 September 2016 Rusman MODEL-MODEL PEMBELAJARAN (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Trianto Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktik. Jakarta: Prestasi Pustaka. 125

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia merupakan pendidikan yang berlandaskan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang salah satunya adalah Peraturan Menteri

Lebih terperinci

PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED

PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED PENENTUAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR OLEH: ANNISA RATNA SARI, M.S.ED PENGEMBANGAN KBM Menurut BSNP: Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI. Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MAPEl PAI Oleh Dr. Marzuki FIS -UNY KEGIATAN PEMBELAJARAN Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Nurjanah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Rika Nurjanah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek yang berorientasi pada aktivitas siswa. Seperti yang dikemukakan pada Bab IV pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PERANGKAT PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN. Ria Mayasari

GAMBARAN UMUM PERANGKAT PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN. Ria Mayasari Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : 2443-3608 Vol.2 No.3 (2016) : 121-127 ejurnal.stkipbjm.ac.id/index.php/jph GAMBARAN UMUM PERANGKAT PEMBELAJARAN GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BANJARMASIN SELATAN Ria Mayasari

Lebih terperinci

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH Siti Halimatus Sakdiyah dan Kurnia Tri Yuli Prodi PGSD-FIP Universitas Kanjuruhan Malang E-mail: halimatus@unikama.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam

BAB I PENDAHULUAN. sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam perkembangan ilmu dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resti Lestari Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resti Lestari Dewi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam kehidupan masyarakat. Melalui pendidikan yang berkualitas diharapkan akan mampu memberikan dan memfasilitasi bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus-kasus pembelajaran di kelas mata pelajaran Agama Islam lebih dekat dengan pembentukan perilaku daripada pengetahuan. Seorang muslim tidak dilihat dari ilmunya

Lebih terperinci

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus

tanya jawab, pemberian tugas, atau diskusi kelompok) dan kemudian siswa merespon/memberi tanggapan terhadap stimulus tersebut. Pembelajaran harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS JURNAL PENELITIAN

PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS JURNAL PENELITIAN 1 PENERAPAN MODEL DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 KARANGBENER KECAMATAN BAE KABUPATEN KUDUS JURNAL PENELITIAN Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam Permen Diknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dan mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi dan mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan senantiasa harus dinamis dan tanggap dalam menghadapi dan mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi. Pendidikan bukan sesuatu yang statis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi tantangan masa depan dalam era globalisasi dan canggihnya teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai keterampilan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang

BAB V PEMBAHASAN. penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Maka dari iru tugas seorang BAB V PEMBAHASAN Tanggung jawab seorang pendidik sebagai orang yang mendidik yaitu dapat merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan,

Lebih terperinci

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP RPP Pengertian, Komponen dan Prinsip Penyusunan RPP Pengertian RPP Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung dalam IPA itu sendiri, tetapi pada dasarnya juga bertujuan untuk membantu

Lebih terperinci

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses)

SILABUS DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses) SILABUS DAN (Berdasarkan Permendiknas 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses) Disunting dan dikembangkan oleh Pirdaus Widyaiswara LPMP Sumsel Perencanaan Proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem Pendidikan Nasional (BNSP, 2006) menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh. 1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA Oleh Bustaman Asis Abstrak Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas

Lebih terperinci

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN

Contoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : 085 255 989 455 Website : http://bit.ly/rppkita Terima kasih! PERANGKAT PEMBELAJARAN PANDUAN PENGEMBANGAN RENCANA

Lebih terperinci

Kelompok Materi: Pokok

Kelompok Materi: Pokok Silabus Pelatihan Silabus Pelatihan Kelompok Materi: Pokok 119 Materi Pelatihan Alokasi Waktu : 2.3.a. Praktik Pembelajaran dan Penilaian : 6 JP ( 270 menit) No Kompetensi Uraian Materi Kegiatan dan Teknik

Lebih terperinci

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP

EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP. Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP EDISI : 2. PENGEMBANGAN RPP Modul : Pengembangan RPP Soal-soal seputar RPP Mekanisme Pengembangan RPP 1. Perencanaan Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran anak kurang didorong untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada

Lebih terperinci

Kelompok Materi: Pokok

Kelompok Materi: Pokok Silabus Pelatihan SILABUS PELATIHAN Kelompok Materi: Pokok 127 Materi Pelatihan: 2.3.b. Review Hasil Praktik Pembelajaran dan Penilaian Alokasi Waktu: 2 JP ( 90 menit) No Kompetensi Uraian Materi Kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini sangat diperlukan, guna untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini sangat diperlukan, guna untuk memberikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini sangat diperlukan, guna untuk memberikan pengetahuan dan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui aspek-aspek pengetahuan

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MASRI MANSYUR Guru SMP Negeri YASFII Dumai masrimansyur449@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan kepada pemaparan hasil penelitian yang sudah disajikan dalam bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa: Pertama, penerapan metode diskusi kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang kesan. 1 Bermain peran (role play) adalah metode pembelajaran A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bermain peran (role play) adalah cara penguasaan bahanbahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan

Lebih terperinci

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan. 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu guru, siswa, kurikulum, metode, sarana prasarana, lingkungan belajar, dan lainlain. Guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus A. Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Metode Drill dalam Pembelajaran Al-Qur an Hadits pada. Kelas IV di MI Al-Karim Gondang Nganjuk dan MI Miftahul Jannah

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Metode Drill dalam Pembelajaran Al-Qur an Hadits pada. Kelas IV di MI Al-Karim Gondang Nganjuk dan MI Miftahul Jannah BAB V PEMBAHASAN A. Perencanaan Metode Drill dalam Pembelajaran Al-Qur an Hadits pada Kelas IV di MI Al-Karim Gondang Nganjuk dan MI Miftahul Jannah Kedungglugu Gondang Nganjuk Berdasarkan hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan sikap seseorang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan terkait fokus penelitian pertama: Bagaimana implementasi kurikulum 2013 pada pembelajaran PAI dan Budi Pekerti tahap perencanaan di SMAN 1 Ngunut? Setiap kegiatan pasti memiliki

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen, antara lain: siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. komponen, antara lain: siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan kegiatan yang melibatkan berbagai macam komponen, antara lain: siswa, guru, kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan. Guru termasuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada

BAB II KAJIAN TEORI. ini memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Pengertian Implementasi Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak

Lebih terperinci

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI SMP KELAS VIII

PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI SMP KELAS VIII PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA MATERI RELASI DAN FUNGSI SMP KELAS VIII Oleh: Nuriah Pembimbing: (I) Sapti Wayuningsih (II) Trianingsih Eni Lestari Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 2, Nomor 1 ISSN 2443-119 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. ataupun tinta hitam tergantung yang menuliskannya. No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan landasan utama dalam kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia dapat membentuk kehidupan dan jati diri seutuhnya. Anak adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran. penting dalam membangun kompetensi peserta didik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran. penting dalam membangun kompetensi peserta didik. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dari pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Dengan pendidikan, manusia menjadi individu yang lebih baik dari sebelumnya. UU nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan Sesuai dengan Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang standar proses dijelaskan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan menyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Salah satu indikator tingginya kualitas sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Hal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai interaksi antara guru dan anak didik. Interaksi yang edukatif ini dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai interaksi antara guru dan anak didik. Interaksi yang edukatif ini dikarenakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi antara guru dan anak didik. Interaksi yang edukatif ini dikarenakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Membuka Dan Menutup Pelajaran Guru sangat memerlukan keterampilan membuka dan menutup pelajaran. Keterampilan membuka adalah perbuatan guru untuk menciptakan sikap mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan sekarang ini sedang mengalami berbagai macam permasalahan, terutama yang erat kaitannya dengan sumber daya manusia yakni guru dan siswa. Untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS SUMINAH Dosen KSDP Universitas Negeri Malang E-mail: suminahpp3@yahoo.co.id Abstrak: Model pembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

RPP Theory A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa:

RPP Theory A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: A. Apakah RPP itu? Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran,

Lebih terperinci

Sri Sudarni, S.Pd.SD SDN III Krisak, Selogiri, Wonogiri.

Sri Sudarni, S.Pd.SD SDN III Krisak, Selogiri, Wonogiri. PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG PERKEMBANGAN SISTEM ADMINISTRASI WILAYAH INDONESIA MELALUI PENGGUNAAN MODEL GROUP FINDING PADA SISWA KELAS VI SD N III KRISAK KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN

Lebih terperinci

12 Media Bina Ilmiah ISSN No

12 Media Bina Ilmiah ISSN No 12 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS PAIKEM MELALUI WORKSHOP PADA SD BINAAN KOTA MATARAM Oleh: I Nyoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan sistem pendidikan diharapkan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, guru sebagai tenaga profesional memiliki peranan yang sangat penting. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan mempunyai tanggung jawab terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu disiapkan Sumber Daya

Lebih terperinci

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran mengajar terlebih dahulu membuat desain atau perencanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan rencana pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan umum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pengetahuan dasar yang harus dimiliki dan diberikan kepada siswa di semua jenjang pendidikan. Siswa dituntut untuk memiliki pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama. Ini berarti bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil belajar merupakan tujuan proses pembelajaran yang terdiri dari 3 ranah yaitu kognitif, afektif, psikomotoris. Ranah kognitif (cognitive) berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan mempunyai peran yang sangat penting untuk perkembangan, kelangsungan hidup serta merupakan suatu kebutuhan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan rangkaian kegiatan siswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan rangkaian kegiatan siswa digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar merupakan rangkaian kegiatan siswa di bawah pembelajaran guru untuk mencapai tujuan diharapkan. Proses belajar mengajar terkandung

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV MIS Margapura Kecamatan Bolano Lambunu Opi Pradita, Mestawaty, As, dan Sarjan N. Husain Mahasiswa

Lebih terperinci

Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015

Jurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015 PENGGUNAAN MODEL DIRECT INSTRUCTION KOMBINASI DENGAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG DI KELAS V SDN KUIN CERUCUK 3 BANJARMASIN Diana Fatmasari, Hj.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

Wari Prastiti SMA Negeri 5 Metro

Wari Prastiti SMA Negeri 5 Metro p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 1 SMAN 5 METRO Wari Prastiti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pengajar dan peserta didik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan ayat sebagai berikut: 1

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan ayat sebagai berikut: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dan kemampuan yang ada dalam dirinya. Disamping itu pendidikan juga

Lebih terperinci

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK 145 Upaya Meningkatkan Kualitas Guru Melalui Konsep Pembelajaran Learning Together Di Sma Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Ajaran 2014/ /2015 Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK Pembelajaran learning

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010

PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 PENERAPAN PAKEM DENGAN MEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS I SEMESTER 1 SDN TANGGUL KULON 01 TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Tutik Yuliarni 7 Abstrak. Proses pembelajaran masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan masyarakat dapat dilihat dari perkembangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Ajat Sudrajat

PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Ajat Sudrajat PENGEMBANGAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM Oleh: Ajat Sudrajat PRODI ILMU SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Lebih terperinci

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Penulis : R. Rosnawati SMA/MA/SMA-LB/SMK

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Penulis : R. Rosnawati SMA/MA/SMA-LB/SMK Kode: MODEL-MODEL PEMBELAJARAN Penulis : R. Rosnawati Jenjang Sekolah: T/P : 2/2 SMA/MA/SMA-LB/SMK I. Kompetensi 1. Memahami model kooperatif 2. Memahami model pembelajaran berbasis masalah 3. Memahami

Lebih terperinci

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Metode Simulasi di Kelas V SDN Pembina Tataba

Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Metode Simulasi di Kelas V SDN Pembina Tataba Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran PKn Melalui Metode Simulasi di Kelas V SDN Pembina Tataba Nurfadilah Kisman, Bonifasius Saneba, dan Hasdin Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ibtidaiyah (MI) Batu Tangga Kecamatan Batang Alai Timur Kabupaten Hulu Sungai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Ibtidaiyah (MI) Batu Tangga Kecamatan Batang Alai Timur Kabupaten Hulu Sungai 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Madrasah Ibtidaiyah (MI) Batu Tangga Kecamatan Batang Alai Timur Kabupaten Hulu Sungai Tengah terletak di Desa Batu Tangga Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis

BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN. 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis 67 BAB V PEMBAHASAN DAN TEORI HASIL PENELITIAN A. Pembahasan 1. Indikator dan tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran berbasis karakter di SMP Muhammadiyah 3 Ampel Boyolali Perencanaan adalah proses dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara di dunia ini. Terlebih dalam era industrialisasi sekarang ini. Tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

ARTIKEL HASIL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS, MOTIVASI, DAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MEDIA VISUAL

ARTIKEL HASIL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS, MOTIVASI, DAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MEDIA VISUAL i ARTIKEL HASIL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS, MOTIVASI, DAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MELALUI MEDIA VISUAL SISWANTA siswanta.upy@gmail.com ABSTRAK Berdasarkan hasil observasi di SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Berdasarkan Undang Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan, khususnya di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan pada hakekatnya adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Hasil Belajar Hasil Belajar Matematika merupakan suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah. 1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini memuat tentang: a) latar belakang masalah; b) identifikasi dan pembatasan masalah; c) rumusan masalah; d) tujuan penelitian; hipotesis penelitian; f) kegunaan

Lebih terperinci