BAB V PENUTUP. ke dalam organisasi dan mencintai kegiatan alam bebas. kepecintaalamandan lingkungan hidup lewat segala kegiatan yang dilakukan

Transkripsi

1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Salah satu unit kegiatan mahasiswa di UGM yaitu organisasi pecinta alam merupakan unit kegiatan mahasiswa yang bersifat otonom dan non politis sehingga tidak berafiliasi pada kekuatan politik. Setiap mahasiswa UGM berhak mengikuti unit kegiatan kemahasiwaan yang diminati guna mengembangkan kemampuan pribadi, begitu juga dengan organisasi pecinta alam tidak memberikan kriteria khusus bagi mahasiswa yang ingin bergabung ke dalam organisasi dan mencintai kegiatan alam bebas. Organisasi pecinta alam yang berada di UGM berupaya menciptakan mahasiswa yang mandiri, inovatif, kreatif, adil, jujur dan berani dalam mengembangkan segenap potensi kemampuan dirinya dalam bidang kepecintaalamandan lingkungan hidup lewat segala kegiatan yang dilakukan dalam organisasi. Bentuk proses penguatan kapasitas sumber daya manusia dalam organisasi tersebut adalah kegiatan kegiatan yang ada dalam organisasi berupa pendidikan, pelatihan, pembinaan dan pengabdian terhadap masyarakat. Kegiatan kegiatan tersebut harus dilaksanakan berlandaskan aturan aturan yang telah dibuat oleh masing masing OPA, SOP kegiatan organisasi dan turut serta melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Aturan aturan tersebut wajib diikuti anggota organisasi dalam pelaksaannya agar kegiatan berjalan lancar, aman, dan memiliki nilai kebermanfaatan bagi 101

2 diri sendiri maupun masyarakat sekitar. Hal utama yang perlu diingat dalam berkegiatan alam bebas adalah safety first yang bermaksud keselamatan berkegiatan untuk setiap orang merupakan hal terpenting daripada mengejar kenikmatan tanpa prosedur yang aman bagi anggotanya. Kegiatan dalam organisasi kepecintaalaman tidak hanya terpatok pada kegiatan alam bebas saja tetapi dapat berbentuk kegiatan keorganisasian seperti menjalankan acara atau event-event yang berkaitan dengan lingkungan hidup, olahraga, penelitian, pameran fotografi kegiatan alam bebas dan kegiatan lain yang tidak harus dilakukan di alam bebas. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberdayaan dalam organisasi pecinta alam merupaka bentuk penguatan kapasitas untuk anggotanya lewat kegiatannya tidak hanya dari segi kegiatan alam bebas yang aman tetapi juga dari segi pengelolaan organisasi. Penelitian ini menggunakan teori pengukuran efektivitas yang dikemukakan oleh Duncan (dalam Richard M.Steers, 1985:53) dimana terdapat tiga indikator pengukuran, yaitu: 1. Pencapaian Tujuan Seluruh kegiatan kepecintaalaman yang dilakukan oleh mahasiswa pecinta alam di UGM merupakan proses pencapaian tujuan organisasi, yaitu menciptakan sumberdaya yang peka terhadap permasalahan lingkungan khususnya penanggulangan bencana. Pencapaian tujuan semakin terjamin dengan adanya pentahapan dalam bentuk periodesasi. Kurun waktu dalam satu periode kepengurusan mahasiswa pecinta alam di UGM hanya 102

3 melakukan kegiatan penguatan kapasitas menanggapi mitigasi bencana secara rutin hanya pada saat pendidikan dan pelatihan dasar saja, sedangkan pada tahap lanjut kegiatan tersebut belum tentu dilanjutkan karena disesuiakan dengan kebutuhan dari OPA masing-masing. Target sasaran kegiatan penguatan kapasitas mapala UGM dalam mitigasi bencana adalah anggota mapala UGM itu sendiri. Selama ini sasaran utama kegiatan penguatan kapasitas menanggapi mitigasi bencana hanya terfokus pada anggota baru, anggota lama cenderung jarang dilakukan sehingga kegiatan tersebut kurang optimal pada sasaran, yaitu anggota mapala UGM. 2. Integrasi Pengukuran pencapaian pada tahap ini adalah melihattingkat kemampuan anggota organisasi pecinta alam di UGM untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses sosialisasi mahasiswa pecinta alam di UGM selama ini kurang berjalan optimal. Anggota organisasi pecinta alam yang telah mengikuti kegiatan penguatan kapasitas menanggapi mitigasi bencana belum dapat mensosialisasikan dan mengembangkan pengetahuan pada berbagai organisasi lain. Kemampuan anggota pecinta alam di UGM masih dalam taraf 103

4 penyadaran dan pendidikan dasar menanggapi penanggulangan bencana. 3. Adaptasi Kemampuan organisasi melalui kegiatan penguatan kapasitas untuk anggotanya supaya menyesuaikan diri dengan lingkungannya kurang berjalan optimal. Pencapaian menggunakan tolak ukur proses pengadaan dan pengisian sumber daya manusia, yaitu anggota mapala UGM. Selama ini proses pengadaan anggota baru di OPA-OPA UGM mengalami penurunan, sehingga terjadi kekurangan SDM dalam organisasi. Anggota baru yang masuk belum tentu dapat bertahan lama dalam organisasi karena adanya seleksi alam yang biasanya permasalahn berasal dari pribadi anggota. Setiap kegiatan selalu terdapat unsur mitigasi bencana sehingga menumbuhkan jiwa kemanusiaan dan kesadaran akan bencana yang bisa sewaktu waktu dapat terjadi. Organisasi pecinta alam di UGM sangat peduli akan mitigasi bencana terhadap anggotanya. Hal tersebut tercermin dengan adanya pengenalan materi materi pengetahuan pada diklatsar yang menjadi modal awal pengenalan kegiatan mitigasi bencana,seperti adanya materi SAR, LDKK, hakekat kepecintaalamandan PPGD untuk calon anggota baru organisasi. Pengenalan mitigasi bencana melalui kegiatan materi SAR, LDKK, hakekat pecinta alam dan PPGD untuk anggota organisasi merupakan 104

5 salah satu langkah efektif menyadarkan mahasiswa untuk sadar akan risiko bencana dan dapat mempersiapkan diri jika terjadi bencana sehingga juga dapat membantu masyarakat lain. Pendidikan lanjut untuk anggota lebih terfokus pada pemantapan pengetahuan pada minat dan bakat anggota tersebut sehingga terkadang materi mitigasi bencana tidak diajarkan lagi karena kurangnya materi yang dikuasai dan tidak adanya wadah dari lingkungan dalam untuk memberikan pelatihan yang diketahui oleh anggota. Kampus UGM sendiri sebenarnya memiliki sarana tempat pelatihan, pendidikan dan koordinasi penanggulangan bencana yaitu lewat adanya DERU UGM, tetapi segala informasi tentang kegiatan yang ada sering kali kurang tersampaikan kepada organisasi organisasi pecinta alam dan unit kegiatan kemahasiswaan lainnya. Hal tersebut terjadi karena kurangnya publikasi informasi kegiatan kepada mahasiswa di UGM dan seringnya informasi kegiatan tidak tersampaikan kepada mahasiswa. DERU UGM mengalami beberapa kendala dalam menjalankan kegiatan karena faktor menurunnya jumlah anggota yang mau mengurus lembaga sehingga anggota yang ada masih tergantung pada bantuan dari senior yang ada. Mahasiswa pecinta alam yang ada di UGM untuk belajar materi penanggulangan bencana setiap kali mengandalkan instansi lain yang sedang mengadakan materi tersebut. Sekber PPA DIY merupakan salah satu forum perhimpunan OPA OPA yang ada di Yogyakarta yang bergerak dibidang kepecintaalamandan lingkungan hidup, dimana didalamnya terdapat kegiatan kegiatan untuk OPA di Yogyakarta bergabung belajar bersama meningkatkan kemampuannya baik 105

6 dari segi kegiatan alam bebas dan penanggulangan bencana. OPA OPA di Yogyakarta terutama OPA di UGM sangat terbantu dengan adanya pendidikan dan pelatihan yang diadakan oleh Sekber PPA DIY untuk memberikan ilmu penanggulangan bencana yang dapat menciptakan relawan kebencanaan yang tidak hanya sekedar pasang badan membantu atas dasar kemanusiaan saja tetapi juga ditunjang dengan pengetahuan yang benar. Melihat kenyataan di lapangan terbukti bahwa kegiatan penanggulangan yang ada pada organisasi pecinta alam di UGM belum optimal karena hanya efektif pada pendidikan awal anggota masuk organisasi, setelah itu anggota harus mengandalkan lembaga lain yang mengadakan pelatihan dan pendidikan penanggulangan bencana dan mapala di UGM belum dapat mencapai indicator pengukuran pencapaian tujuan, integrasi serta adaptasi. Pihak kampus selama ini hanya memberikan dukungan berupa dana untuk keuangan organisasi dan hanya sebatas perijinan kegiatan, belum ada bentuk dukungan lain yang sebenarnya dibutuhkan oleh organisasi dalam rangka meningkatkan kemampuan anggotanya. Koordinasi informasi bencana yang terjadi pada lingkup OPA cepat tersampaikan antar anggota mapala masing masing OPA, karena mapala mapala di UGM saling mengenal sehingga memudahkan berita yang ada dan mempercepat adanya tanggap darurat. Kebanyakan mapala UGM juga aktif mengikuti kegiatan yang ada di Sekber PPA DIY ataupun menjadi panitia pengurus kegiatan yang dilakukan oleh Sekber PPA DIY. 106

7 Pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan penguatan kapasitas yang ada di UGM bagi mahasiswa pecinta alam untuk menanggapi keadaan penanggulangan bencana masih belum optimal. Kegiatan penguatan kapasitas dalam kondisi mitigasi bencana tersebut masih sebatas penyadaran dan peningkatan teknik dasar saja dan belum ada pengembangan untuk tingkat lanjutnya. B. Saran Penguatan kapasitas melalui kegiatan untuk anggotanya merupakan hal yang penting dalam pembentukan karakter anggota dalam sebuah organisasi, hal tersebut juga berlaku pada pembentukan kepribadian anggota mapala mapala yang tergabung dalam organisasi pecinta alam di UGM. Peneliti melihat hasil temuan yang terdapat di lapangan mengenai keefektifan kegiatan penguatan kapasitas mahasiswa pecinta alam di UGM dalam kondisi mitigasi bencana masih menemui banyak kekurangan, sehingga peneliti memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat meningkatkan keefektifan kegiatan penanggulangan bencana yang ada di mapala UGM. Berikut ini adalah saran yang peneliti berikan: 1. Perlunya tingkat partisipasi dari pihak kampus sendiri, khususnya lewat fakultas masing masing untuk turut serta memberikan dukungan lain seperti memberikan pelatihan ataupun dukungan untuk adanya kegiatan mitigasi bencana. Menurut hasil temuan dilapangan berbasis pada hasil wawancara informan, yakni 107

8 mahasiswa pecinta alam di UGM mengatakan bahwa selama ini bantuan kampus baru sekedar pemberian dana dan perijinan secara administratif. Penguatan kapasitas mahasiswa dalam unit kegiatan mahasiswa tidak hanya sekedar dapat didukung dengan uang dan ijin kegiatan semata, harus ada support lain dalam melakukan pendidikan dan pelatihan. 2. OPA di UGM pada saat pendidikan dan pelatihan lanjut selalu hanya terfokus pada kegiatan yang di minati oleh anggota, semestinya tetap harus diimbangi dengan adanya pemberian materi mitigasi bencana. Terlebih lagi untuk dapat menciptakan relawan yang berpengetahuan untuk memberikan keselamatan bagi diri sendiri serta korban yang akan diselamatkan, sebab harus disadari ada teknik sendiri untuk menyelamatkan korban bencana. 3. Mapala di UGM diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuannya agar dapat memberikanmanfaat berbagi ilmu tentang penanggulangan bencana yang juga dapat dirasakan oleh lingkungan kampus. 4. Organisasi pecinta alam di UGM merupakan salah satu wadah pendidikan dan pengembangan mahasiswa di UGM dalam upaya penanggulangan bencana dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan pencapaian tujuan, integritas dan dapat bermanfaat tidak hanya untuk anggotanya saja, tetapi juga untuk masyarakat untuk menyadarkan upaya meminimalisir risiko bencana. 108

9 Penelitian mengenai keefektifan kegiatan penguatan kapasitas mahasiswa dalam menanggapi kondisi mitigasi bencana perlu dikembangkan lagi mengingat penelitian ini dapat berguna bagi perkembangan penguatan kapasitas bagi sumber daya manusia, khususnya bagi para mahasiswa. Kegiatan penguatan kapasitas dapat bermanfaat bagi pemberdayaan masyarakat secara tidak langsung untuk menyadarkan pentingnya pengurangan risiko bencana sehingga diharapkan nantinya masyarakat dapat mempersiapkan keadaan tanggap darurat yang dimulai dari dirinya sendiri. 109