BAB I. Pendahuluan. organisasi ulama tradisionalis di Jawa Timur. Kemudian Nadlatul Ulama pada

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I. Pendahuluan. organisasi ulama tradisionalis di Jawa Timur. Kemudian Nadlatul Ulama pada"

Transkripsi

1 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Nahdlatul Ulama (NU) sebagai salah satu organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Organisasi yang didirikan pada tahun 1926 oleh sejumlah ulama dan pengusaha di Jawa Timur. 1 Pada awalnya Nahdlatul Ulama merupakan organisasi ulama tradisionalis di Jawa Timur. Kemudian Nadlatul Ulama pada perkembangannya dikenal sebagai organisasi Islam yang progresif di Indonesia. Istilah Islam Progresif merupakan istilah yang relatif baru, dalam kajian Islam kotemporer sering digunakan oleh para akademisi dan aktivis sejak beberapa tahun terakhir. Istilah ini biasanya dikenakan kepada pemahaman-pemahaman dan aksiaksi umat Islam yang memperjuangkan penegakan nilai-nilai humanis, seperti pengembangan civil society, demokrasi, keadilan, kesetaraan jender, pembelaan terhadap kaum tertindas dan pluralisme. Dalam konteks Indonesia, sejumlah tokoh seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Nurcholish Madjid (Cak Nur) sering juga dimasukkan dalam tokoh pemikir Islam progresif. Demikian juga lembaga swadaya masyarakat maupun yang dianggap berkomitmen untuk mengembangkan sekularisme, liberalisme, dan pluralisme. 2 Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional asli Indonesia, yang munculnya bersamaan dengan misi dakwah Islam di kepulauan Melayu Nusantara sekitar abad 13 dan ada pendapat lain sekitar abad 14. Jika kita 1 Martin van Bruinessen, NU Tradisi Relasi-relasi Kuasa Pencarian Wacana Baru (Yogyakarta, LkiS, 1994), Budhy Munawar-Rahman, Sekulerisme, Liberalisme, dan Pluralisme: Islam Progresif dan Perkembangan Diskursusnya (Jakarta, Grasindo, 2010), 13. 1

2 telusuri perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia jauh ke masa lampau, akan sampai pada penemuan sejarah, bahwa pondok pesantren adalah salah satu bentuk peradaban Indonesia yang dibangun sebagai institusi pendidikan keagamaan yang bercorak tradisional, lebih unik dan Indigenous Culture atau bentuk kebudayaan asli Indonesia. Pondok pesantren yang dahulunya cenderung tertutup, sekarang lebih terbuka dan dikemas lebih modern. 3 Melihat keberadaan pondok pesantren NU, ini bisa digunakan sebagai benteng pluralisme dalam konteks Indonesia, dengan pendidikan kepada santrisantrinya yang nanti setelah lulus bisa diabdikan dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga kurikulum yang diajarkannya harus memuat nilai-nilai inklusifisme, seperti misalnya tentang toleransi dan pluralisme. Hal tersebut bertentangan dengan MUI (Majelis Ulama Indonesia), lembaga yang dibentuk oleh pemerintah yaitu MUI, mengeluarkan fatwa haram untuk pluralisme. 4 Tetapi ada perbedaan pendapat tentang fatwa haram mengenai pluralisme itu di kalangan umat Islam dan NU sendiri, ada yang setuju dan ada yang mempertanyakannya. Pondok pesantren Edi Mancoro adalah salah satu dari pondok pesantren NU, yang didirikan oleh KH Mahmud Ridwan (beliau adalah sahabat dari Abdurrahman Wahid atau Gus Dur), yang berdiri pada 25 Desember Pondok pesantren Edi Mancoro berlokasi di Dusun Bandungan, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Pondok Edi Mancoro sebagai pondok pesantren menjadi barometer kerukunan umat di Salatiga dan sekitarnya. Pondok pesantren Edi Mancoro berupaya mempertahankan 3 Dawam Rahardjo (Editor), Pesantren dan Pembaharuan (Jakarta: LP3ES, 1974), 1. 4 Rumadi Ahmad, Fatwa Hubungan Antaragama di indonesia (Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2016), lihat juga Fatwa MUI No.07/MUNAS VII/MUI/II/

3 harmonisasi, integralisasi, pribumisasi dimensi religius kemasyarakatan, kenegaraan, dan kebangsaan. 5 Sehingga pondok pesantren Edi Mancoro dalam salah satu pengajarannya tentang pluralisme. Pluralisme adalah suatu keniscayaan untuk hidup bersama dalam konteks Indonesia. Bangsa Indonesia adalah negara yang besar dengan jumlah penduduk yang banyak dan terdiri dari berbagai macam suku, bahasa, agama, kebudayaan dan lain-lain. Jumlah penduduk Indonesia yang dikeluarkan badan statistik kependudukan Indonesia adalah jiwa tahun Dengan demikian Indonesia ini dikenal sebagai bangsa yang majemuk. Jumlah penduduk yang besar dan juga keanekagaman itu membuat Indonesia disatu sisi kaya akan potensi untuk perkembangan dan pembangunan bangsa, disisi lain potensi juga untuk terjadinya perpecahan bangsa dan negara. Kemajemukan itu bisa menyebabkan disintegrasi bangsa. Sudah ada banyak contoh permasalahan yang memicu disintegrasi bangsa Indonesia ini. Disintegrasi bangsa Indonesia ini pernah terjadi diberbagai faktor kehidupan ini, diantaranya kerusuhan-kerusuhan, intolerani/radikalisme, baik itu disebabkan oleh agama, etnis, budaya, ekonomi dan politik. Beberapa contoh disintegrasi yang terjadi di Indonesia dalam beberapa faktor contohnya adalah dalam bidang agama. Adanya kerusuhan di beberapa tempat yang mengatasnamakan agama, seperti kerusuhan di Ambon, poso yang terjadi pada tahun 1999, yang bekasnya masih terasa pada masa sekarang ini diakses tanggal 20 Juni diakses tanggal 01 Oktober html, diakses tanggal 1 Oktober

4 Kerusuhan di Situbondo Jawa Timur, kerusuhan anti Kristen dan penduduk keturunan Tionghua, 10 Oktober Pembakaran dan pengrusakan tempat ibadah baik itu gereja, masjid, vihara, dan sebagainya. Pembakaran dan pengrusakan ini menyebabkan kerugian material dan juga dampak psikologis, bahkan ada korban nyawa. Penyerangan terhadap Ahmadiah yang sering terjadi di banyak tempat, penyerangan di Cikeusik menyebabkan kurban nyawa juga, pada tanggal 11 Febriari , dan juga penyerangan di tempat-tempat lain di Indonesia. Perpecahan dan perkelaian antara Sunni dan Syiah di tanah Arab juga terbawa sampai ke Indonesia ini. Itulah sebagian dari kerusuhan-kerusuhan yang disebabkan oleh agama di Indonesia. Kerusuhan lain dalam hal perbedaan etnis, seperti kerusuhan di Sampit, Kalimantan, antara etnis Dayak dan Madura, yang dimulai pada tanggal 18 Februari 2001, menelan banyak kurban jiwa. 10 Kerusuhan antara etnis Bali dan Lampung yang terjadi di Lampung selatan, pada Oktober Kerusuhan di Tarakan Kalimantan Timur antara etnis Dayak dan Bugis pada 26 September Itulah sebagian dari kerusahan-kerusuhan berlatar belakang etnis. Dalam hal perbedaan budaya juga yang banyak di Indonnesia yang terkadang menciptakan pertengkaran dan perselisihan serta penyerangan. Adanya klaim mayoritas dan minoritas baik itu klaim mayoritas agama, suku. Kerusuhan 8 Ibid. 9 Sidney Jones, Sisi Gelap Demokrasi: Kekerasan Masyarakat Madani di Indonesia (Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina, 2015), diakses tanggal 1 Oktober Ibid. 4

5 lain juga yang disebabkan oleh kepemimpinan bangsa ini yang dipahami oleh orang Jawa biasanya harus dari orang Jawa yang mayoritas, budaya pan jawaisme. Dalam bidang ekonomi dan politik yang berbeda-beda rentan juga terjadi perselisihan dan pertentangan di mana-mana. Dalam hal ekonomi kesenjangan yang terjadi antara yang kaya dan miskin, pekerjaan yang terhormat dan yang hina, krisis ekonomi yang terjadi, dan sebagainya. Dalam hal politik adanya perbedaan partai yang sering terjadi kerusuhan, pilkada, pemilu, dan sebagainya. Agama bisa menyumbangkan salah satu penyebab kerusuhan atau kekerasan dalam masyarakat berbangsa dan bernegara ini. Banyak kekerasan yang terjadi Indonesia ini yang mengatasnamakan agama. Tidak bisa dipungkiri juga bahwa masalah yang terjadi yang mengancam disintegrasi bangsa Indonesia ini dikarenakan masyarakat Indonesia yang mudah sekali diprovokasi oleh oknum tertentu atau yang mempunyai kepentingan tertentu dengan memakai isu SARA. Provokasi SARA bisa menyebabkan intoleransi yang menimbulkan kerusuhan-kerusuhan dan sampai pada disintegrasi bangsa ini. Untuk itu toleransi antar umat beragama diperlukan oleh bangsa yang multi dimensi ini. Ketika masyarakat yang multi dimensi ini salah dalam pengurusan negara, maka dikawatirkan terjadi kekerasan-kekerasan, baik yang dilakukan oleh masyarakat sipil, maupun kekerasan oleh negara itu sendiri. 12 Mengingat keberadaan permasalahan-permasalah dalam setiap peristiwa intoleransi ini, maka diperlukan organisasi-organisasi keagamaan yang menyumbangkan pemahaman yang positif dalam menyikapi peristiwa-peristiwa 12 Abdul Qodir Shaleh, Agama Kekerasan (Yogyakarta: Prismasophie, 2003),

6 itu, sebuah pemahaman tentang pluralisme dan sikapnya terhadap agama yang lain atau berbeda dengannya Fokus dan Tujuan Penelitian Umat Islam yang adalah mayoritas tentu mempunyai sumbang sih yang besar terhadap kehidupan bersama berbangsa dan bernegara, dimana diharapkan kehidupan harmonis antar umat beragama sangat diperlukan. Pondok pesantren yang diharapkan menjadikan tempat pendidikan sebagian umat Islam yang bisa menjadi agen-agen dari perdamaian. Sehingga apa yang diajarkan oleh para Kyai dan pengasuh pesantren itu kepada para santrinya mempunyai kedudukan yang penting dalam hal ini. Pondok Edi Mancoro yang ada di Kabupaten Semarang (tetapi secara geografis dekat dengan Salatiga) ini diharapkan menjadi salah satu tempat pendidikan yang baik bagi para santri. Penulis akan memfokuskan penelitian pada pondok Edi Mancoro ini, terutama pada sikap santri dalam memandang pluralisme di Indonesia. Yang menjadi pertanyaan adalah: - Bagaimana Santri memahami pluralisme di tengah perbedaan sikap komunitas Islam tentang pluralitas agama dan Fatwa MUI tentang keharaman konsep pluralisme? Dengan demikian yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : - Menganalisa sikap pemahaman santri pondok pesantren Edi Mancoro tentang pluralisme di tengah perbedaan sikap komunitas Islam tentang pluralitas agama dan fatwa MUI tentang keharaman konsep pluralisme. 6

7 1.3. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan oleh penulis bisa memberi sumbang sih pengetahuan tentang perbedaan pendapat umat Islam mengenai pluralisme bagi dunia akademik. Pengetahuan ini diharapkan akan menjadi bahan kajian akademik bagi para civitas pendidikan di Indonesia. Bagi lembaga sosial dan gereja, penelitian ini diharapkan oleh penulis bisa menjadi tempat saling belajar pemahaman dan juga pengajaran bagi para penganutnya Landasan Teori Indonesia mempunyai tokoh yang sangat disegani dalam hal pluralisme, dan pada saat beliau sudah meninggal, beliau dikenal sebagai bapak pluralisme di Indonesia, beliau yaitu Abdurrahman Wahid atau yang sering dikenal dengan Gus Dur. Bahkan ketika penguburan beliau yang dipimpin oleh Susilo Bambang Yudhoyono (presiden waktu itu), menyebutkan Gus Dur sebagai bapak pluralisme Indonesia. Majalah Kompas, Kamis, 7 Januari 2010 menobatkan Gus Dur sebagai bapak Pluralitas. Penulis beranggapan sangat penting untuk melihat teori beliau dalam hal pluralisme sebagai grand teori dalam penelitian ini. Gus Dur menempatkan pluralisme sebagai sesuatu yang sangat penting bagi bangsa Indoenesia yang majemuk ini, untuk itu beliau menempatkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai jangkar pemersatu bangsa. Adanya gerakan dari sebagian umat Islam yang menginginkan Indonesia ini menjadi negara Islam adalah perlu diluruskan. Penghapusan 7 kata dalam Pancasila, yaitu yang berisi kewajiban umat Islam menjalankan syariatnya, menunjukkan Islam yang tidak mau diistimewakan atau agama yang dikhususkan, tidak ada diskriminasi agama. Perjalanan sejarah 7

8 bangsa yang demikian ini membuat Gus Dur berpikir untuk menanamkan pluralisme dalam bangsa Indonesia. Keragaman ini harus dilestarikan dan Islam adalah sebuah ajaran agama bukan sebuah negara. 13 Gus Dur juga menolak bahwa pluralisme bersifat relativisme. 14 Penulis disini juga akan melihat jugat teori pluralisme yang dikemukakan oleh Jeremy Menchik yang mewakili penulis luar Indonesia. Jeremy Menchik lebih tertarik melihat pluralisme dengan interaksi dengan kelompok yang berbeda. Jeremy Menchik mengatakan bahwa Indonesia ini bukanlah negara agama, namun juga bukan negara sekuler. Supremasi hukum di Indonesia harus dipahami melalui sudut pandang UUD Konstitusi, yaitu negara hukum yang menempatkan Ketuhanan Yang Maha sebagai prinsip utama serta nilai-nilai agama yang mendasari gerakan kehidupan berbangsa dan bernegara, dan bukan sebagai negara yang memberlakukan pemisahan negara dan agama atau hanya memegang prinsip individual atau komunal tertentu. 15 Menchik juga menjelaskan ormas-ormas Islam yang ada di Indonesia banyak memberikan peran, terutama dalam menjaga toleransi dan pluralisme dalam menjalankan demokrasi di Indonesia. Bagi Menchik, kesemuanya itu dikarenakan ormas-ormas besar seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, senantiasa menjunjung tinggi demokrasi. 16 Pertanyaan Menchik adalah mengapa ormas Islam di Indonesia bisa toleransi dengan agama lain? Bagaimana mereka memahami 13 Adurrahman Wahid (ed), Ilusi Negara Islam (Jakarta: Wahid Institute, 2009), Adurrahman Wahid, Penafsiran Baru Atas Al-Qur an. Artikel dari diakses tanggal 1 Okober Jeremy Menchik, Islam and Democracy in Indonesia : Tolerance Without Liberalism (Boston: Cambrige Unersity Press, 2016), Ibid,

9 demokrasi dan toleransi? Apa pengaruhnya terhadap kehidupan bersama dalam demokrasi? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu Menchik melakukan penelitian terhadap ormas Islam di Indonesia yang mewakili yaitu Nahdlatul Ulama (NU), Muhammdiyah dan Persatuan Islam (Persis). Dalam penelitiannya ditemukan bahwa NU lebih toleran daripada Muhammadiyah, dan Muhammadiyah lebih toleran daripada Persis. 17 Penelitian Menchik dilakukan dengan survey kepada 1000 tokoh NU, Muhammadiyah dan Persis. Islam di Indonesia toleran, tetapi menolak campur tangan terhadap iman agama lain. Sehingga toleransi yang terjadi bukan toleransi yang liberal, tetapi bisa toleransi dengan yang lain namun disatu sisi tetap menjalankan iman sendiri kepada Tuhan. Liberalisasi yang diangkat tentang hak individu, namun dalam iman umat Islam di Indonesia ada toleransi komunal. Toleransi komunal adalah berbeda dengan toleransi liberal, toleransi komunal lebih mengutamakan iman dan kelompok. Lalu dengan toleransi tersebut, kebebasan berargumentasi, bertindak secara individual bisa dibatasi. Kesimpulan bahwa NU di Jawa Timur lebih pluralis menarik karena dia melihat NU tidak mengalami ancaman oleh misi Kristen di sana. Itu berarti Menchik berasumsi bahwa pluralisme itu dibangun dari hubungan yang baik dengan komunitas yang berbeda Metode Penelitian Dalam penelitian ini digunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau 17 Ibid,

10 kelompok tertentu tentang keadaan dan gejala yang terjadi. 18 Selanjutnya penelitian kualitatif menurut Moleong adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. 19 Penelitian kualitatif bertujuan memperoleh gambaran seutuhnya mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti dan kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka. Unit penelitian adalah kelompok santri pondok pesantren Edi Mancoro dengan kyai dan para pengasuhnya. Disini penulis akan mendiskripsikan pemahaman para santri akan pluralisme di Indonesia ini di tengah-tengah perbedaan sikap umat Islam sendiri. Unit amatan penulis adalah pondok pesantren Edi Mancoro sendiri dan yang terjadi di dalamnya termasuk sikap santri terhadap pluralisme. Data ini akan dikumpulkan penulis menggunakan menggunakan cara wawancara dan juga observasi/pengamatan lapangan. Lokasi penelitian ini adalah pondok pesantren Edi Mancoro, Dusun Bandungan, Desa Gedangan, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Melalui penelitian yang penulis lakukan ini diupayakan mendapatkan gambaran tentang situasi dan juga proses yang diteliti. Penulis tidak hanya sekedar Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1993), Offset, 2007), Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya 10

11 mengumpukan, menyusun serta mendiskripsikan data yang ada, tetapi juga menganalisa serta mengintepretasikan tentang data-data yang didapatkan. 20 Pengumpulan data menggunakan wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu Sistematika Penulisan Penulis akan menggunakan sistematka yaitu pada bab I berisikan pendahuluan. Pada bagian ini penulis akan menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan alasan penelitian, dan metode penelitian. Pada bab II tentang Pluralisme Sebagai Realistas Sosial. Pada bagian ini penulis akan menguraikan arti pluralisme, teori Gus Dur (Abdurrahman Wahid) sebagai grand teorinya, menurut penulis mewakili tokoh dari Indonesia dan beragama Muslim dan juga teori dari Jeremy Menchik, tokoh mewakili penulis luar negeri yang mempunyai ketertarikan dengan demokrasi dan juga Islam. Pada bab III berisikan Sikap Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro terhadap Pluralisme di Indonesia. Pada bagian ini penulis menguraikan tentang seputar pondok pesantren, sosok pondok pensantren Edi Mancoro, dan hasil penelitian terhadap sikap santri terhadap pluralisme di Indonesia. Pada bab IV berisikan Santri Pondok Pesantren Edi Mancoro Merajut Persatuan dalam Perbedaan. Pada bagian ini penulis menguraikan analisa dari sikap santri terhadap pluralisme di Indonesia, 20 Hadari Nawawi, Metode penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1982), Deddy Mulyana, Metodologi penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),

12 mengacu pada teori dari Abdurrahman Wahid dan Jeremy Menchik yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, serta menjawab pertanyaan penelitian. Bab terakhir bab V berisikan Kesimpulan dan Rekomendasi. Pada bagian terakhir, penulis akan menyimpulkan secara menyeluruh dari penulisan ini, dan juga penulis akan menyajikan beberapa rekomendasi yang dapat membantu menyikapi pluralisme di Indoensia, melihat sisi positif dari hasil penelitian unuk kehidupan bersama. Pada akhirnya penulis juga bisa memberikan sumbang sih pemikiran bagi sikap yang seharusnya diambil oleh orang Kristen dan gereja dalam menyikapi isu pluralisme di Indonesia dengan baik. 12

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis

Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis http://www.sinarharapan.co/news/read/31850/dawam-rahardjo-saya-muslim-dan-saya-pluralis- Dawam Rahardjo: Saya Muslim dan Saya Pluralis 03 February 2014 Ruhut Ambarita Politik dibaca: 279 Dawam Rahardjo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan dari Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa dan agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua negara majemuk termasuk Indonesia mempunyai kelompok minoritas dalam wilayah nasionalnya. Kelompok minoritas diartikan sebagai kelompok-kelompok

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Usaha K. H. Abdurrahman Wahid Usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, dapat pula dikatakan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute

RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL SURVEI SURVEI SYARIAH 2014 SEM Institute LATAR BELAKANG Kongres Ummat Islam Indonesia (KUII) IV telah menegaskan bahwa syariat Islam adalah satu-satunya solusi bagi berbagai problematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. keyakinan dan kepercayaannya. Hal tersebut ditegaskan dalam UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik dan memiliki wilayah kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Oleh karena itu, Indonesia

Lebih terperinci

PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM

PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Oni Yuwantoro N I M : 11.02.7952 Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.

Lebih terperinci

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok http://www.suarapembaruan.com/politikdanhukum/ini-alasan-partai-islam-terseok-seok/49944 Jumat, 21 Februari 2014 10:24 Politik Aliran Pemilu 2014 Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok Yasin Mohammad. Partai

Lebih terperinci

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,

Lebih terperinci

ISLAM INDONESIA-NUSANTARA Dialektika, Pluralitas Budaya dan Pergumulan Menemukan Jati Diri. Budhy Munawar-Rachman

ISLAM INDONESIA-NUSANTARA Dialektika, Pluralitas Budaya dan Pergumulan Menemukan Jati Diri. Budhy Munawar-Rachman Annual Conference on Islamic Studies Banjarmasin, 1 4 November 2010 (ACIS) Ke - 10 ISLAM INDONESIA-NUSANTARA Dialektika, Pluralitas Budaya dan Pergumulan Menemukan Jati Diri Budhy Munawar-Rachman Diskursus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. keberadaan agama dunia dan juga agama lokal yang menghiasi keragaman agama

BAB II LANDASAN TEORI. keberadaan agama dunia dan juga agama lokal yang menghiasi keragaman agama 14 BAB II LANDASAN TEORI Indonesia merupakan sebuah negara dengan berbagai macam keragamannya bukan hanya dalam hal budaya namun juga agama sepertihalnya keberadaan agama dunia dan juga agama lokal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari. 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama-agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari, sehingga

Lebih terperinci

KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar)

KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar) KONFLIK KEAGAMAAN DI SUMENEP MADURA (Studi Perebutan Otoritas antara Kyai Tradisional dan Walisongo Akbar) Rasuki I Sumenep sebagai salah satu Kabupaten paling timur diujung Madura, dengan mayoritas penduduk

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan

I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejak beribu-ribu tahun yang lalu hingga sekarang ini, baik yang dicatat dalam catatan sejarah maupun tidak, baik yang diberitakan oleh media masa maupun yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I. (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h

UKDW BAB I. (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia di tengah keberagamannya menganut falsafah Bhinneka Tunggal Ika. 1 Prinsip ini mengandung makna dan nilai yang sangat dalam serta luas bagi pengembangan

Lebih terperinci

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK

LEONARD PITJUMARFOR, 2015 PELATIHAN PEMUDA PELOPOR DALAM MENINGKATKAN WAWASAN KESANAN PEMUDA DI DAERAH RAWAN KONFLIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia dalam interaksi berbangsa dan bernegara terbagi atas lapisanlapisan sosial tertentu. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk dengan sendirinya sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kerja akademik yang menuntut penerapan prosedur ilmiah tertentu sehingga hasil riset dapat dipertanggungjawabkan. Atas dasar inilah penulis memandang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kemajemukan

BAB I PENDAHULUAN. adalah kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kemajemukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajemukan adalah hal yang tidak bisa dihindari. Salah satunya adalah kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Kemajemukan masyarakat Indonesia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki struktur masyarakat majemuk dan multikultural terbesar di dunia. Keberagaman budaya tersebut memperlihatkan

Lebih terperinci

Kontroversi Agama dan Pancasila

Kontroversi Agama dan Pancasila Kontroversi Agama dan Pancasila Tugas Akhir Pancasila STMIK Amikom Yogyakarta Disusun Oleh : Dosen : : M Khalis Purwanto, Drs, MM Nama : HANANDA RISZKY PRATAMA Nim : 11.02.7959 ABSTRAK Agama mampu membangun

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Rusuh Ambon 11 September lalu merupakan salah satu bukti gagalnya sistem sekuler kapitalisme melindungi umat Islam dan melakukan integrasi sosial. Lantas bila khilafah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fety Novianty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fety Novianty, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN Pada Bab ini peneliti akan menyajikan hal yang terkait dengan latar belakang masalah yang ada di lapangan yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian, kemudian dilanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai bangsa yang lekat dengan primordialisme, agama menjadi salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan bernegara. Kepercayaan agama tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. hakikat suku bangsa, agama, ras dan golongan dalam masyarakat juga memiliki latar

BAB I. PENDAHULUAN. hakikat suku bangsa, agama, ras dan golongan dalam masyarakat juga memiliki latar 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sebagai bangsa dengan masyarakat yang manjemuk, maka untuk mencapai suatu masyarakat dapat hidup berdampingan dengan berbagai yang berbeda

Lebih terperinci

Mam MAKALAH ISLAM. Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara

Mam MAKALAH ISLAM. Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara Mam MAKALAH ISLAM Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara 20, September 2014 Makalah Islam Kementerian Agama Pilar Konstitusi Negara M. Fuad Nasar Pemerhati Sejarah, Wakil Sekretaris BAZNAS Polemik seputar

Lebih terperinci

TWO VISIONS OF REFORMATION

TWO VISIONS OF REFORMATION l Edisi 024, Oktober 2011 TWO VISIONS OF REFORMATION P r o j e c t i t a i g k a a n D Robin Wright Dua Visi Reformasi Islam Review Paper oleh Hamid Basyaib 1 Edisi 024, Oktober 2011 Sumber Artikel: Two

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang masyarakatnya majemuk, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, adat-istiadat, golongan, kelompok dan agama, dan strata sosial. Kondisi

Lebih terperinci

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA

MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN. by. EVY SOPHIA MANUSIA, KERAGAMAN DAN KESETARAAN by. EVY SOPHIA A. Hakikat Keragaman dan Kesetaraan Manusia. B. Kemajemukkan Dalam Dinamika Sosial Budaya. C. Keragaman & Kesetaraan sebagai kekayaan sosial budaya. D.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan bangsa Indonesia dapat dilihat dari gambaran demografi bahwa terdapat 726 suku bangsa dengan 116 bahasa daerah dan terdapat 6 (enam) jenis agama.(koran Tempo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menampilkan sikap saling menghargai terhadap kemajemukan masyarakat merupakan salah satu prasyarat untuk mewujudkan kehidupan masyarakat modern yang demokratis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah kehidupan beragama di dunia banyak diwarnai konflik antar pemeluk agama, misalnya Hindu, Islam, dan Sikh di India, Islam, Kristen dan Yahudi di Palestina,

Lebih terperinci

pelajar non-muslim yang berkunjung ke pesantren Tebuireng

pelajar non-muslim yang berkunjung ke pesantren Tebuireng Kisah para pelajar non-muslim yang berkunjung ke pesantren Tebuireng Ayomi AmindoniBBC Indonesia 02 November 2017 http://www.bbc.com/indonesia/majalah-41827650 Hak atas fotogetty IMAGESImage captionpesantren

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. 1 Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. 1 Menurut 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. 1 Menurut Lexy J. Moleong metode kualitatif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Amin Abdullah, studi mengenai agama-agama ini bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Amin Abdullah, studi mengenai agama-agama ini bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada akhir abad 19, mulai berkembang sebuah disiplin ilmu baru yang terpisah dari disiplin ilmu lainnya. Pada awal perkembangannya ilmu

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya.

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai macam suku, budaya, bahasa, ras, agama, yang berbeda-beda namun tetap dalam satu wadah yang sama, dalam suatu perbedaan yang dimiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia

Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia Survei Opini Publik Toleransi Sosial Masyarakat Indonesia Jakarta, 7 Agustus 2006 METHODOLOGI Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni

Lebih terperinci

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA

PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA Disusun oleh: Nama Mahasiswa : Regina Sheilla Andinia Nomor Mahasiswa : 118114058 PRODI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis.

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN. a. Keharusan saling mengenal, b. Keberagamaan keyakinan, c. Keberagamaan etnis. BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN A. Keharusan Saling Mengenal Di sini akan dijelaskan tentang persamaan dan perbedaan pemikiran pluralisme agama dalam Islam dan pluralisme agama menurut Alwi Shihab, meliputi:

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara.

DAFTAR PUSTAKA. Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara. DAFTAR PUSTAKA Al Banna, G. (2006). Pluralisme Agama. Jakarta: Mata air.. (2006). Doktrin Pluralisme dalam Al Quran. Jakarta: Menara. Ali, F. (2001). Diaspora Cak Nur, dalam dalam Pustaka Pelajar. (2001),

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk Muslim terbanyak di dunia. Penduduk muslimnya berjumlah 209.120.000 orang atau 13% dari jumlah penduduk Muslim

Lebih terperinci

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI 69 BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI A. Santri dan Budaya Politik Berdasarkan paparan hasil penelitian dari beberapa informan mulai dari para pengasuh pondok putra dan putri serta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. menyebabkan beliau dihargai banyak ulama lain. Sejak usia muda, beliau belajar

BAB V KESIMPULAN. menyebabkan beliau dihargai banyak ulama lain. Sejak usia muda, beliau belajar BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Hisoris Kemampuan keilmuan dan intelektualitasya K.H. Hasyim Asy ari merupakan hasil dari belajar keras selama waktu yang tidak pendek. Hal ini menyebabkan beliau dihargai

Lebih terperinci

Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi Bab VI: Kesimpulan dan Rekomendasi 6.1. Kesimpulan Melalui berbagai serangkaian aktivitas pelacakan data dan kemudian menganalisisnya dari berbagai perspektif, beberapa pernyataan ditawarkan dalam uraian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kegiatan adalah suatu peristiwa atau kejadian yang pada umumnya tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kegiatan adalah suatu peristiwa atau kejadian yang pada umumnya tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Kegiatan Kegiatan adalah suatu peristiwa atau kejadian yang pada umumnya tidak dilakukan secara terus menerus. Penyelenggara keitan itu sendiri bisa merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia tidak diragukan lagi peranannya dan kiprahnya dalam membangun kemajuan bangsa Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan manusia dalam masyarakat sangatlah majemuk. orang pendatang yaitu korban kerusuhan Sampit.

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan manusia dalam masyarakat sangatlah majemuk. orang pendatang yaitu korban kerusuhan Sampit. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Keberadaan manusia dalam masyarakat sangatlah majemuk. Kemajemukan ini juga terdapat pada masyarakat Sampang Madura, baik dari segi suku, budaya dan agama. Madura

Lebih terperinci

TRILOGI PEMBARUAN; SEBUAH WACANA AWAL. Muryanti Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga

TRILOGI PEMBARUAN; SEBUAH WACANA AWAL. Muryanti Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Trilogi Pembaruan; sebuah Wacana Awal TRILOGI PEMBARUAN; SEBUAH WACANA AWAL Muryanti Dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora UIN Sunan Kalijaga Judul Buku : Merayakan Kemajemukan Kebebasan dan

Lebih terperinci

Щ6

Щ6 1 3 1 9 1 8 1 9 1 4 1 7 1 8 1 1 1 1 1 9 1 8 1 6 1 9 1 4 1 0 1 4 1 1 1 5 1 4 1 9 1 8 1 2 1 7 1 7 1 1 1 7 1 4 1 1 1 9 1 8 1 7 1 4 1 0 1 4 1 1 1 2 1 2 1 5 1 1 1 4 1 9 1 0 1 9 1 7 1 0 1 7 1 9 1 8 1 8 1 0 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional pada hakikatnya bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya yang meliputi jasmani-rohani dan duniawi-ukhrawi. Pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27.

BAB I PENDAHULUAN. 1 William Chang, Berkaitan Dengan Konflik Etnis-Agama dalam Konflik Komunal Di Indonesia Saat Ini, Jakarta, INIS, 2002, hlm 27. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Konflik merupakan bagian dari kehidupan umat manusia yang akan selalu ada sepanjang sejarah umat manusia. Sepanjang seseorang masih hidup hampir mustahil

Lebih terperinci

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY DAFTAR ISI Halaman Lembar Persetujuan... ii Lembar Pernyataan.... iii Abstrak... iv Abstract... v Kata Pengantar... vi UcapanTerima Kasih... viii Daftar Isi... xiv BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi

I PENDAHULUAN. Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi 1 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam tidak hanya sebagai sebuah agama yang hanya mengatur ibadah ritual tetapi Islam merupakan sebuah ideologi yang melahirkan aturan-aturan yang mengatur kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian bangsa dan kelestarian lingkungan hidup. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian bangsa dan kelestarian lingkungan hidup. Pembangunan 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Alasan utama pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata, baik secara lokal, regional atau ruang lingkup nasional pada suatu negara sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pesantren ada beberapa hal yang menjadi kendala menurunnya tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan di pesantren. Karenanya, penulis mencari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang

I. PENDAHULUAN. agama-agama asli (agama suku) dengan pemisahan negeri, pulau, adat yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberagamaan orang Maluku, dapat dipahami melalui penelusuran sejarah yang memberi arti penting bagi kehidupan bersama di Maluku. Interaksiinteraksi keagamaan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010.

BAB VI PENUTUP. Universitas Indonesia Islam kultural..., Jamilludin Ali, FIB UI, 2010. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Islam kultural dalam konsep Nurcholish Madjid tercermin dalam tiga tema pokok, yaitu sekularisasi, Islam Yes, Partai Islam No, dan tidak ada konsep Negara Islam atau apologi

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam Modul ke: Pendidikan Agama Islam Islam dan Globalisasi Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Latar Belakang Reflekasi Islam Terhadap Globalisasi Era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan masyarakat muslim di Indonesia. 1. pesantren; dalam hal ini kyai dibantu para ustadz yang mengajar kitab-kitab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang telah berfungsi sebagai salah satu benteng pertahanan umat Islam, pusat dakwah dan pusat pengembangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA KELOMPOK 4 ANANDA MUCHAMMAD D N AULIA ARIENDA HENY FITRIANI

KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA KELOMPOK 4 ANANDA MUCHAMMAD D N AULIA ARIENDA HENY FITRIANI KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA KELOMPOK 4 ANANDA MUCHAMMAD D N AULIA ARIENDA HENY FITRIANI PENDAHULUAN Nilai moral agama bagi bangsa Indonesia adalah segala sesuatu atau ketentuan yang mengandung petunjuk

Lebih terperinci

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan

yang berperan sebagai milisi dan non-milisi. Hal inilah yang menyebabkan skala kekerasan terus meningkat karena serangan-serangaan yang dilakukan Bab V Kesimpulan Hal yang bermula sebagai sebuah perjuangan untuk memperoleh persamaan hak dalam politik dan ekonomi telah berkembang menjadi sebuah konflik kekerasan yang berbasis agama di antara grup-grup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal BAB I PENDAHULUAN Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal menghargai keanekaragamaan budaya dan agama yang ada di dalamnya. Pancasila ini menjadi inti dari tindakan masyarakat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pada akhir abad XVII hampir seluruh Pulau Jawa secara. resmi beragama Islam, tetapi dengan intensitas yang berdeda.

BAB V KESIMPULAN. Pada akhir abad XVII hampir seluruh Pulau Jawa secara. resmi beragama Islam, tetapi dengan intensitas yang berdeda. BAB V KESIMPULAN Pada akhir abad XVII hampir seluruh Pulau Jawa secara resmi beragama Islam, tetapi dengan intensitas yang berdeda. Pusat ajaran Islam berada di kota-kota pesisir Utara. Disitulah titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras,

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerukunan antar umat beragama merupakan satu unsur penting yang harus dijaga di Indonesia yang hidup di dalamnyaberbagai macam suku, ras, aliran dan agama. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang ada dan diciptakan di muka bumi ini selalu memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara utuh, bahkan meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa REKONSTRUKSI DATA B. NO Analisa Analisa dan koding tematik Perceive threat Adanya ketidakadilan terhadap pelebelan terorisme yang dirasakan umat Islam FGD.B..8 FGD.B..04 FGD.B.. FGD.B..79 FGD.B..989 Umat

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara ini, menurut sensus penduduk tahun 2010 1, Indonesia memiliki populasi sekitar 237 juta jiwa. 130 juta (lebih dari 50%) tinggal di pulau Jawa yang merupakan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari

BAB V PENUTUP. 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari 113 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Indonesia merupakan sebuah negara multikultural dan plural, yang terdiri dari bermacam-macam suku, agama, ras dan antar golongan. Berdasar atas pluralitas keislaman di

Lebih terperinci

Komentar Kyai terkait munculnya komik berbahasa Indonesia yang menghina Rasulullah SAW di internet baru-baru ini?

Komentar Kyai terkait munculnya komik berbahasa Indonesia yang menghina Rasulullah SAW di internet baru-baru ini? {mosimage}kh Syukron Ma mun Ketua Umum Ittihadul Muballighin Munculnya komik berbahasa Indonesia di situs di internet baru-baru ini benar-benar telah memancing kemarahan umat Islam di Indonesia. Komik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan

BAB I PENDAHULUAN. dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang banyak dan tersebar di berbagai pulau. Setiap pulau memiliki ciri khas dan keanekaragaman masing-masing,

Lebih terperinci

Makalah Pendidikan Pancasila

Makalah Pendidikan Pancasila Makalah Pendidikan Pancasila PANCASILA MELAWAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Di susun oleh : Nama : Anggita Dwi Chrisyana No : 11.12.6279 Jurusan : S1-Sistem Informasi FAKULTAS S1 SISTEM INFORMASI STMIK

Lebih terperinci

MASYARAKAT MADANI. Hatiningrum, SH.M Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

MASYARAKAT MADANI. Hatiningrum, SH.M Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen MASYARAKAT MADANI Modul ke: 13 Fakultas Udjiani EKONOMI DAN BISNIS 1. Pengertian dan Latar Belakang 2. Sejarah Masyarakat Madani 3. Karakteristik dan Ciri-ciri Masyarakat Madani 4. Institusi Penegak Masyarakat

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN SOSIALISASI PERKUATAN DAN PENGEMBANGAN WAWASAN KEBANGSAAN DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT Yang saya hormati: Tanggal, 19 Juni 2008 Pukul 08.30 W IB

Lebih terperinci

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG

POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG POLA KEPEMIMPINAN K. H. M. THOHIR ABDULLAH, A.H DALAM UPAYA PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN RAUDLOTUL QUR AN DI MANGKANG SEMARANG A. Latar Belakang Masalah Pada setiap kajian tentang Islam tradisional di

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS SK GUBERNUR NO. 188/94/KPTS/013/2011 DALAM TEORI PERLINDUNGAN EKSTERNAL DAN PEMBATASAN INTERNAL PERSPEKTIF WILL KYMLICKA

BAB V ANALISIS SK GUBERNUR NO. 188/94/KPTS/013/2011 DALAM TEORI PERLINDUNGAN EKSTERNAL DAN PEMBATASAN INTERNAL PERSPEKTIF WILL KYMLICKA BAB V ANALISIS SK GUBERNUR NO. 188/94/KPTS/013/2011 DALAM TEORI PERLINDUNGAN EKSTERNAL DAN PEMBATASAN INTERNAL PERSPEKTIF WILL KYMLICKA A. SK Gubernur dalam Perlindungan Eksternal (External Protection)

Lebih terperinci

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions

Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of each Country in Building the Trust and Cooperation among Religions Delegasi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Parliamentary Event on Interfaith Dialog 21-24 November 2012, Nusa Dua, Bali Plenary Session III : State and Religion-Learning from Best Practices of

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. Kesimpulan

BAB VII KESIMPULAN. Kesimpulan BAB VII KESIMPULAN Kesimpulan Setiap bangsa tentu memiliki apa yang disebut sebagai cita-cita bersama sebagai sebuah bangsa. Indonesia, negara dengan beragam suku, bahasa, agama dan etnis, juga pastinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama adalah penghubung antara manusia dengan Tuhan. Setiap manusia berhak menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1945

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas Tunggal Pancasila oleh Nahdlatul Ulama : Latar Belakang dan Proses 1983-1985 yang menjadi bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu Negara multikultural terbesar di dunia, Indonesia memiliki sosiokultural yang beragam dan geografis yang luas. Berikut adalah data Indonesia

Lebih terperinci

PRANATA KEISLAMAN Oleh Nurcholish Madjid

PRANATA KEISLAMAN Oleh Nurcholish Madjid MUSYAWARAH DAN PARTISIPASI PRANATA KEISLAMAN Oleh Nurcholish Madjid Inti keagamaan seperti iman dan takwa pada dasarnya adalah individual (hanya Allah yang mengetahui iman dan takwa seseorang seperti banyak

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik BAB 1 PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Partai politik merupakan sebuah institusi yang mutlak diperlukan dalam dunia demokrasi, apabila sudah memilih sistem demokrasi dalam mengatur kehidupan berbangsa dan

Lebih terperinci