ANALISIS PEMAHAMAN GURU TENTANG ASESMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TINGKAT SMP NEGERI DAN SWASTA DI KABUPATEN MAROS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PEMAHAMAN GURU TENTANG ASESMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TINGKAT SMP NEGERI DAN SWASTA DI KABUPATEN MAROS"

Transkripsi

1 ANALISIS PEMAHAMAN GURU TENTANG ASESMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TINGKAT SMP NEGERI DAN SWASTA DI KABUPATEN MAROS Oleh : Abdul Rahman rahman.ceko@ymail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: (1) untuk mengetahui pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros, (2) untuk mengetahui pemahaman guru tentang asesmen proyek pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros, (3) untuk mengetahui pemahaman guru tentang asesmen portofolio pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros, (4) untuk mengetahui pemahaman guru tentang tes pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Peneliti menetapkan sampel sejumlah 85 guru dari populasi 132 guru Matematika di Kabupaten Maros. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes pilihan ganda kepada guru yang berisi pertanyaan tentang asesmen kinerja, asesmen proyek, asesmen portofolio, dan tes. Untuk menganalisis tingkat pemahaman guru tentang asesmen pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros dilakukan berdasarkan skor jawaban benar yang diperoleh dari masing-masing guru. Hasil penelitian disimpulkan bahwa pemahaman guru tentang asesmen pembelajaran Matematika tingkat SMP Swasta dan Negeri di Kabupaten Maros berada pada kategori cukup baik, pada umumnya mereka masih membutuhkan pengalaman dan latihan dalam memahami pengertian asesmen kinerja dan asesmen proyek, manfaat kedua asesmen tersebut, keuntungan dan kelemahan kedua asesmen tersebut, bentuk-bentuk kedua asesmen tersebut, teknik dan langkah-langkah dalam melakukan kedua asesmen tersebut. Kata kunci : Pemahaman, Guru, Asesmen Pembelajaran, Matematika. A. Pendahuluan Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Tidak dapat dipungkiri dalam pembelajaran Matematika tidak akan terlepas dari kegiatan asesmen. Asesmen merupakan suatu proses pengumpulan informasi yang dilakukan secara sistimatis tanpa merujuk pada suatu keputusan tentang nilai informasi ini bisa bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Asesmen digunakan sebagai cara untuk menginformasikan kepada para siswa tentang bagaimana yang mereka kerjakan atau sebaik apa yang mereka lakukan dalam pembelajaran. Universitas Negeri Makassar Page 1

2 Asesmen juga merupakan proses memperoleh informasi tentang pengetahuan kemampuan Matematika siswa, kemampuan menggunakan dan kemampuan membuat kesimpulan untuk berbagai tujuan. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru mata pelajaran (termasuk guru matematika SMP/MTs) dinyatakan bahwa kompetensi guru mata pelajaran antara lain adalah mengembangkan instrumen penilaian hasil belajar. Kualitas instrumen penilaian hasil belajar berpengaruh langsung dalam keakuratan status pencapaian hasil belajar siswa. Oleh karena itu kedudukan instrumen penilaian hasil belajar sangat strategis dalam pengambilan keputusan pendidik (guru) dan sekolah terkait pencapaian hasil belajar siswa. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang standar penilaian pendidikan bagian C.1 sampai dengan C.4 dinyatakan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik menggunakan berbagai teknik penilaian berupa tes, observasi, penugasan perseorangan atau kelompok, dan bentuk lain yang sesuai dengan karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik. Teknik tes berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes kinerja. Teknik observasi atau pengamatan dilakukan selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan pembelajaran. Teknik penugasan baik perseorangan maupun kelompok dapat berbentuk tugas rumah dan/atau proyek. Sedang di bagian C.5 dinyatakan bahwa instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan: (a) substansi, yaitu merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, yaitu memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, yaitu menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik. Peraturan tersebut menegaskan bahwa asesmen harus dilakukan dalam proses pembelajaran. Untuk melakukan asesmen ini, para guru harus menguasai berbagai teknik asesmen pembelajaran, sehingga terekam semua hal yang menunjukkan potensi siswa, baik itu potensi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Yang terjadi di lapangan menunjukkan, bahwa para guru ternyata belum secara baik memahami dan menguasai teknik-teknik asesmen pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pemahaman guru tentang KTSP belum sepenuhnya diikuti oleh pemahaman guru dalam melakukan asesmen pembelajaran (Sutrisno & Nuryanto, 2008: 22). Pendapat ini diperkuat oleh Laporan Umum Hasil Pendampingan dan Monitoring Pengembangan KTSP di 33 kabupaten/kota pada 33 propinsi oleh Puskur Balitbang Depdiknas tahun Dalam abstraknya, laporan ini menyatakan:... (3) peserta masih kesulitan dalam memahami konsep-konsep pengembangan KTSP antara lain KKM, pengembangan silabus, pengembangan RPP, dan penilaian kelas (Depdiknas, 2010). Suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna diantaranya asesmen kinerja, proyek dan investigasi, serta portofolio akan sangat bermanfaat dalam peningkatan hasil belajar siswa, seperti: asesmen kinerja dan proyek bertujuan untuk mengases unjuk kerja siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Portofolio merupakan kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan Universitas Negeri Makassar Page 2

3 dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan ini harus melibatkan partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti refleksi diri. Kumpulan contoh pekerjaan siswa ini akan menggambarkan kemajuan dan pencapaian siswa hasil belajar siswa. Tataran empirik hasil penelitian di lapangan menemukan bahwa lemahnya keterampilan siswa dalam berpikir (bahkan hanya terampil dalam menghafal) tidak terlepas dari kebiasaan guru dalam melakukan evaluasi akhir yang hanya mengukur tingkat kemampuan yang rendah saja melalui tes tertulis (paper and pencil test). Siswa dengan potensi kemampuan berpikir tingkat tinggi tidak diberikan kesempatan untuk berkembang. Kebiasaan guru yang melakukan asesmen hanya untuk mengukur tingkat kemampuan berpikir rendah patut dipertanyakan (Sutrisno & Nuryanto, 2008: 22). Mengingat landasan yuridis formal asesmen sebagai pijakan praktik pembelajaran di sekolah telah ditetapkan oleh pemerintah melalui PP No.19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan. Pasal 64 ayat 1 menyatakan bahwa penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan. Pengalaman peneliti berinteraksi dengan para guru Matematika SMP di Kabupaten Maros dalam berbagai kesempatan dan dalam pertemuan-pertemuan MGMP tingkat SMP Kabupaten Maros, membawa pada kesimpulan bahwa masih banyak guru yang belum paham dalam mengembangkan asesmen pembelajaran terutama asesmen kinerja, asesmen proyek, dan asesmen portofolio. Para guru cenderung terbiasa mengembangkan asesmen dengan bentuk soal objektif atau soal uraian yang biasa digunakan pada kegiatan ulangan dengan teknik tes tertulis dibanding dengan teknik bukan tes tertulis, misalnya: penilaian kinerja atau penugasan proyek, portofolio. Oleh karena itu, guru Matematika di SMP Kabupaten Maros belum optimal dalam mengembangkan asesmen pembelajaran yang berorientasi pada pencapaian tujuan mata pelajaran Matematika sebagaimana tercantum dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan pemahaman guru Matematika dalam mengembangkan asesmen pembelajaran di SMP Kabupaten Maros yang memperhatikan tujuan mata pelajaran Matematika dan kondisi para siswa yang dihadapi serta sesuai dengan standar penilaian. Mengingat begitu pentingnya penguasaan pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki guru tentang asesmen pembelajaran Matematika, maka dipandang perlu melakukan penelitian yang berjudul: Analisis Pemahaman Guru Tentang Asesmen Pembelajaran Matematika Tingkat SMP Kabupaten Maros. B. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Dasar Pemahaman Pemahaman berasal dari kata paham yang mempunyai arti mengerti benar. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Pemahaman adalah sesuatu hal yang kita pahami dan kita mengerti dengan benar. Artinya (1) pengertian; pengetahuan yang banyak, (2) pendapat, pikiran, (3) aliran; pandangan, (4) mengerti benar (akan); tahu benar (akan); (5) pandai dan mengerti benar. Apabila mendapat imbuhan me-i menjadi memahami, berarti: (1) mengerti benar (akan); mengetahui Universitas Negeri Makassar Page 3

4 benar, (2) memaklumi. Dan jika mendapat imbuhan pe- an menjadi pemahaman, artinya (1) proses, (2) perbuatan, (3) cara memahami atau memahamkan (mempelajari baik-baik supaya paham). Sehingga dapat diartikan bahwa pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak (Amran, 2002: ). Pendapat di atas, menggambarkan bahwa pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Subyek belajar tidak hanya tahu, tetapi dapat memanfaatkan bahan-bahan yang sudah dipahami sehingga belajar akan bersifat mendasar dan efektif. Jadi pemahaman merupakan kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu secara mendalam yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari.menurut Purwanto (2004: 44) pemahaman adalah tingkat kemampuan mengerti, memahami tentang arti atau konsep, situasi serta fakta yang diketahui. Pemahaman meliputi: memahami, menjelaskan dan memberi contoh. Jadi seseorang yang memahami sesuatu adalah orang yang mampu mengerti, menjelaskan dan memberi contoh terhadap sesuatu yang diketahui. Pemaparan di atas menyimpulkan satu pengertian bahwa pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk translasi atau dapat menterjemahkan, membedakan; intepretasi atau mengungkapkan kembali dengan kata-katanya sendiri; ekstrapolasi atau menghubungkan, menyimpulkan dan meramalkan sesuatu berdasarkan konsep-konsep ataupun materi-materi pelajaran yang telah dimilikinya. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemahaman merupakan kemampuan untuk mengerti dan memahami sesuatu secara mendalam yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari. Gronlund (1990: 514) mengkutip dalam teori Bloom menjelaskan bahwa pemahaman (comprehension) didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk memahami suatu makna dari materi. Kemampuan ini ditunjukkan melalui kemampuan menerjemahkan materi satu ke dalam bentuk yang lain, melalui kemampuan menerjemahkan materi (menjelaskan atau meringkas), dan melalui kemampuan meramalkan kecenderungan yang akan datang. Pemahaman diperoleh melalui proses belajar dengan melibatkan pengalaman, sehingga terjadi perubahan kemampuan yang relatif permanen. Pengalaman dapat berupa interaksi secara terbuka dengan lingkungan maupun melalui proses kognitif, seperti proses berpikir, merenung, dan menarik kesimpulan. Seseorang individu mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan kemampuan kognitifnya di dalam pemahaman. Kemampuan pemahaman seseorang akan berjalan sesuai dengan perkembangan tingkat kognitifnya (Good, 1990: 124). Kemampuan pemahaman juga diilustrasikan melalui tujuan umum instruksional oleh Gronlund (1990: 515) yaitu pemahaman fakta-fakta dan prinsip-prinsip, menafsirkan bahan verbal, menafsirkan grafik dan diagramdiagram, menerjemahkan bahan verbal ke rumus-rumus matematika, mengestimasi konsekuensi-konsekuensi berdasarkan data dan menjustifikasi metode dan prosedur-prosedur. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman dapat diartikan sebagai proses, perbuatan, cara untuk mengerti benar atau mengetahui Universitas Negeri Makassar Page 4

5 benar. Seseorang dapat dikatakan paham mengenai sesuatu apabila orang tersebut sudah mengerti benar mengenai hal tersebut. 2. Asesmen Pembelajaran Asesmen adalah proses pengumpulan informasi guna membuat keputusan. Popham (1995: 3) mempertegas, bahwa Educational assessment is a formal attempt to determine students status with respect to educational variables of interest. Asesmen juga memiliki terminologi khusus guna mendeskripsikan sekalian aktivitas yang dikerjakan oleh guru untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan, ketrampilan dan sikap dari para siswa. Asesmen dapat juga didefinisikan sebagai proses dari pengumpulan dan pengujian informasi untuk meningkatkan kejelasan pengertian tentang apa yang sudah dipelajari oleh pebelajar dari pengalaman-pengalamannya. Menurut Popham (1995: 7) alasan perlunya melakukan asesmen, adalah untuk: (1) mendiagnosa kekuatan dan kelemahan pebelajar, (2) memantau kemajuan belajar, (3) memberi atribut pemberian nilai, dan (4) menentukan efektivitas pengajaran. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan 4 (empat) hal pokok terkait dengan tindakan asesmen: (1) asesmen merupakan kegiatan mengumpulkan informasi karakteristik siswa yang dilakukan secara sistematis, (2) tujuan utama proses asesmen dalam pendidikan adalah untuk menginterpretasikan perbedaan dalam pola-pola belajar siswa, (3) asesmen dapat membantu pengajar memfokuskan diri pada strategi mengajar yang efisien dan tepat, dan (4) asesmen pada dasarnya merupakan proses yang berlangsung terusmenerus. Simpulan ini sejalan dengan PP. No.19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 1 angka 17 menetapkan bahwa asesmen (dalam PP disebut sebagai penilaian), adalah proses pengambilan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Gabel (1993: ) mengkategorikan asesmen ke dalam kedua kelompok besar yaitu asesmen tradisional dan asesmen alternatif. Asesmen yang tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes jawaban terbatas. Sementara itu yang tergolong ke dalam asesmen alternatif (non-tes) adalah essay/uraian, penilaian praktek, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar Cek, penilaian oleh teman sebaya/sejawat, penilaian diri (self assessment), portofolio, observasi, diskusi dan interviu (wawancara). Dari rumusan tentang pengertian asesmen proses dan hasil belajar tersebut di atas, nampak jelas bahwa komponen penting dalam asesmen pembelajaran, yaitu pelacakan terhadap kompetensi siswa mencakup proses dan hasil belajar. Asesmen proses dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung pada setiap pertemuan dan beberapa pertemuan berikutnya (dilakukan pada awal, pertengahan atau akhir pertemuan). Hasil asesmen proses memberikan gambaran tentang kompetensi siswa (sementara) pada pertemuan tersebut. Hasil pemantauan kompetensi sementara ini menjadi bahan acuan bagi guru dalam menentukan langkah pembelajaran berikutnya. Idealnya siklus asesmen proses ini dilakukan terus menerus pada setiap pertemuan dengan mengacu indikator yang telah ditetapkan. Sedangkan asesmen hasil belajar dilakukan minimal setelah satu Universitas Negeri Makassar Page 5

6 kompetensi dasar dipelajari. Bila cakupan kompetensinya cukup luas, asesmen hasil belajar dapat dilakukan lebih dari satu kali, dan tidak perlu semua indikator diases. Oleh karena basis asesmen proses dan hasil belajar adalah sejauhmana sebuah kompetensi telah dicapai oleh siswa. 3. Tujuan dan Prinsip Asesmen dalam Pembelajaran Matematika Tujuan dan prinsip asesmen pembelajaran perlu dipahami oleh guru, karena keduanya merupakan sesuatu yang harus dijadikan pedoman dalam melakukan asesmen pembelajaran. Popham (1995: 4-13) menyatakan bahwa asesmen bertujuan antara lain untuk: (1) mendiagnosa kelebihan dan kelemahan siswa dalam belajar, (2) memonitor kemajuan siswa, (3) menentukan jenjang kemampuan siswa, (4) menentukan efektivitas pembelajaran, dan (5) mempengaruhi persepsi publik tentang efektivitas pembelajaran. Apabila asesmen merupakan bagian dari kegiatan pembelajaran matematika, maka hal ini akan berkontribusi secara nyata terhadap kegiatan belajar seluruh siswa. Ada beberapa prinsip dasar asesmen pembelajaran yang harus dipedomani yaitu: (1) memandang asesmen dan kegiatan pembelajaran secara terpadu, sehingga penilaian berjalan bersama-sama dengan proses pembelajaran; (2) mengembangkan tugas-tugas asesmen yang bermakna, terkait langsung dengan kehidupan nyata; (3) mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat asesmen sebagai evaluasi diri siswa; (4) melakukan berbagai strategi asesmen di dalam program pembelajaran untuk menyediakan berbagai jenis informasi tentang hasil belajar peserta didik; (5) mempertimbangkan berbagai kebutuhan khusus peserta didik; (6) mengembangkan dan menyediakan sistem pencatatan yang bervariasi dalam pengamatan kegiatan belajar peserta didik; (7) menggunakan teknik dan instrumen asesmen yang bervariasi. Asesmen kelas dapat dilakukan dengan cara tertulis, lisan, produk, portofolio, unjuk kerja, proyek, dan pengamatan partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran sehari-hari sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai; (8) melakukan asesmen secara berkesinambungan terhadap semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk tes formatif dan sumatif (Depdiknas, 2006: 4). Di samping prinsip-prinsip seperti tersebut di atas, Depdiknas (2006: 4) menyatakan bahwa dalam asesmen proses dan hasil belajar, instrument asesmen harus memenuhi kriteria instrumen yang baik. Kriteria tersebut yakni: (1) sahih (valid), validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam melakukan penilaian harus menilai apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat yang sesuai untuk mengukur kompetensi. Apabila yang diukur sikap, tetapi asesmen mengukur pengetahuan, maka asesmen tersebut tidak valid. Kesahihan asesmen biasanya diukur dalam prosentase atau dalam derajat tertentu dengan alat ukur tertentu; (2) terandalkan (reliabel), berkaitan dengan konsistensi (keajegan) hasil penilaian. Penilaian yang ajeg (reliable) memungkinkan perbandingan yang reliable, menjamin konsistensi, dan keterpercayaan. Jika alat asesmen yang sama dilakukan terhadap kelompok peserta didik yang sama beberapa kali dalam waktu yang berbeda-beda atau situasi yang berbeda-beda, memberikan hasil yang sama, maka asesmen dinyatakan terandalkan; (3) objektif dalam konteks penilaian Universitas Negeri Makassar Page 6

7 adalah bahwa proses penilaian yang dilakukan harus meminimalkan pengaruhpengaruh atau pertimbangan subjektif dari guru. Dalam implementasinya, penilaian harus dilaksanakan secara objektif. Dalam hal tersebut, penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan, menggunakan bahasa yang dapat dipahami peserta didik, dan menerapkan kriteria yang jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka (skor). Asesmen dikatakan objektif jika tidak mendapat pengaruh subjektif dari pihak penilai; (4) terfokus pada kompetensi, bukan hanya penguasaan materi pelajaran. (5) komprehensif, asesmen proses dan hasil belajar hendaknya menyeluruh, mengases semua ranah kompetensi siswa, baik kognitif, afektif maupun psikomotor. Menggunakan beragam teknik dan instrumen asesmen, sehingga mampu menggambarkan profil kompetensi siswa secara utuh. (6) mendidik, asesmen dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran bagi guru dan meningkatkan kualitas belajar bagi siswa. 4. Asesmen dalam Pembelajaran Matematika Asesmen yang baik adalah yang dapat meningkatkan siswa belajar dalam beberapa cara. Tugas atau permasalahan yang diberikan dapat memberikan informasi kepada siswa, jenis pengetahuan Matematika dan kemampuan apa yang dapat memberikan nilai tambah bagi mereka. a. Mengases Pemahaman Konsep Pemahaman konsep merupakan tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran Matematika. Untuk mengembangkan kemampuan Matematika, siswa harus memiliki pemahaman mendalam mengenai konsep-konsep matematika beserta keterkaitannya. Konsep merupakan landasan dari bangunan Matematika, oleh karena itu harus tertanam dengan kokoh dan kuat karena akan menentukan tingkat pemahaman siswa mengenai Matematika. Konsep dapat dipandang sebagai kata benda dari Matematika sebab selalu merupakan objek yang dipelajari (Herman, 2010: 10). Salah satu cara untuk berpikir mengenai konsep-konsep Matematika adalah mengibaratkannya sebagai sekumpulan dari objek yang diberi label konsep-konsep Matematika jarang terisolasi dan berdiri sendiri, namun terbangun dalam jalinan dan koneksi. Dengan demikian, merupakan hal yang sangat penting bagi siswa untuk membangun pengertian melalui pemahaman hubungan atar konsep-konsep penting. b. Mengases Keterampilan Matematika Keterampilan (skills) merupakan bagian terperting dalam aktivitas Matematika (doing mathematics). Untuk menyelesaikan permasalahan, misalnya, siswa harus mampu melakukan keterampilan Matematika dengan benar. Jika konsep Matematika merupakan kata benda dari Matematika, maka keterampilan adalah predikatnya. Predikat ini merupakan suatu prosedur yang memungkinkan siswa untuk mampu melaksanakan tugas-tugas Matematika, seperti mengkalkulasi, mengestimasi, mengukur objek dengan alat ukur yang tepat, dan membuat grafik. Untuk mengases keterampilan matematika, guru dapat meminta siswa untuk: (1) melakukan suatu keterampilan secara akurat dan konsisten; (2) menjelaskan bagaimana dan mengapa prosedur yang dilakukan; (3) menggunakan keterampilan dalam berbagai situasi (Herman, 2010: 11). Universitas Negeri Makassar Page 7

8 Seperti halnya mengases konsep, mengasek keterampilan dapat difokuskan pada keterampilan Matematika itu sendiri dan dikembangkan mengarah pada bagaimana dan mengapa keterampilan seperti itu yang dipilih siswa. Tugas yang difokuskan untuk mengases keterampilan Matematika memberikan kesempatan siswa untuk melakukan latihan dengan baik, prosedur penting, atau algoritma. Tugas-tugas seperti ini biasanya adalah hal-hal rutin dilaksanakan oleh guru, berdasarkan ingatan atau prosedur biasa, dalam konteks sederhana, dan terfokus pada satu jawaban yang benar. c. Mengases Kemampuan Problem Solving Matematika Pemecahan masalah (problem solving) merupakan esensi dari kekuatan Matematika. Untuk menjadi seorang yang sukses, siswa tidak saja harus memahami konsep-konsep Matematika, namun mereka juga harus memiliki penguasan keterampilan Matematika yang mahir. Yang lebih penting lagi, siswa harus mampu memanfaatkan kedua kemampuan Matematika ini untuk memecahkan suatu permasalahan melalui penalaran Matematik yang dimilikinya. Menurut Herman (2010: 12) ada tiga syarat utama suatu pemecahan masalah adalah kemaun, rintangan, dan upaya. Dari pandangan tentang pemecahan masalah ini, dapat disimpulkan bahwa tidak sedikit tugas-tugas Matematika yang merupakan permasalahan, mulai dari soal cerita yang sederhana sampai dengan permasalahan yang memerlukan kegiatan investigasi. Untuk melihat permasalahan Matematik berbeda dari yang lainnya dapat dilakukan dari tingkat keterbukaan dari permasalahan itu. Tiga kategori permasalahan Matematika dapat disebut permasalahan tertutup (closed problem), permasalahan semiterbuka (open-middled problem), dan permasalahan terbuka (open-ended problem). Permasalahan tertutup merupakan tugas yang memiliki satu jawaban benar dan satu cara untuk mendapatkannya. Permasalahan semiterbuka adalah tugas yang memiliki satu jawaban benar namun banyak cara untuk menyelesaikannya. Sedangkan permasalahan terbuka adalah tugas dengan beberapa alternatif jawaban yang benar dan banyak cara untuk sampai pada jawaban-jawaban tersebut. d. Mengases Sikap dan Keyakinan (Beliefs) Sikap siswa dalam menghadapi Matematika dan keyakinannya mengenai Matematika seringkali mempengaruhi prestasi mereka dalam Matematika. Bahkan dalam standar evaluasimenyertakan sikap dan keyakitan merupakan bagian dari lima tujuan pembelajaran, yaitu belajar memaknai nilai-nilai Matematika dan memiliki percaya diri mengenai kemampuan diri sendiri. Oleh karena itu sikap dan keyakinan siswa perlu dipupuk, dimonitor, dan ases terus dalam kegiatan pembelajaran. Sikap merefleksikan bagaimana bertindak atau berhubungan dengan Matematika. Sikap terhadap matematika ini akan mempengaruhi cara melakukan sesuatu dalam Matematika. Sikap positif siswa terhadap Matematika diantaranya, menyukai, termotivasi, menikmati, selalu ingin tahu, dan antusias. Sedangkan sikap negatif diantaranya menghindari, tidak suka, stres, tidak tertarik, tidak termotivasi, dan cemas. Keyakinan menggambarkan bagaimana siswa berpikir mengenai sesuatu. Siswa sekolah lanjutan, misalnya, memiliki kesempatan untuk mengembangkan keyakinan yang positif terhadap Matematika dan bagaimana mempelajarinya. Universitas Negeri Makassar Page 8

9 Beberapa contoh tentang keyakinan siswa sekolah menengah mengenai Matematika diantaranya, Matematika adalah perhitungan, Matematika memerlukan jawaban yang tepat dan benar, dan pemecahan masalah Matematika memerlukan penyelesaian menggunakan pengetahuan Matematika. 5. Teknik Asesmen dalam Pembelajaran Matematika Beragam teknik asesmen dapat dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan belajar peserta didik, baik yang berhubungan dengan proses belajar maupun hasil belajar. Untuk itu, dalam penelitian ini ada empat teknik asesmen yang akan dibahas dalam pembelajaran Matematika, yaitu asesmen kinerja, asesmen proyek, asesmen portofolio, dan tes. a. Asesmen Kinerja Asesmen kinerja (performance assessment) secara sederhana dapat dinyatakan sebagai penilaian terhadap kemampuan dan sikap siswa yang ditunjukkan melalui suatu perbuatan. Menurut Wardhani (2010: 3) kemampuan kinerja dalam matematika tak dapat dipisahkan dari kemampuan kognitifnya (dalam hal ini pemahaman konsep dan penalarannya) maka uraian tugas pada instrumen penilaian kinerja terintegrasi dengan instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif. Instrumen penilaian kinerja kemampuan matematika dapat terdiri dari lembar pengamatan saja (misalnya dalam kegiatan menggambar dan memberi nama sudut, membagi sudut yang telah diketahui menjadi dua sama besar) atau kombinasi penilaian tertulis dan pengamatan (misalnya dalam kegiatan menggambar benda yang disebutkan sifat-sifatnya). Pada lembar pengamatan harus didefinisikan aspek yang dinilai berupa perilaku yang diharapkan muncul dari siswa selama proses kinerja. Selain itu juga dicantumkan cara penilaian atau pedoman penyekoran. Instrumen penilaian kinerja dapat terdiri dari lembar pengamatan (observasi) dengan daftar cek (check list) dan dengan skala rentang (rating scale). Langkah-langkah asesmen kinerja meliputi: (1) melakukan identifikasi terhadap langkah-langkah penting yang diperlukan atau yang akan mempengaruhi hasil akhir (output) yang terbaik; (2) menuliskan perilaku kemampuankemampuan spesifik yang penting dan diperlukan untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan hasil akhir (output) yang terbaik; (3) membuat kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur jangan terlalu banyak sehingga semua kriteria tersebut dapat diobservasi selama siswa melaksanakan tugas; (4) mendefinisikan kriteria kemampuan-kemampuan yang akan diukur berdasarkan kemampuan siswa yang harus dapat diamati; (5) urutkan kriteria-kriteria kemampuan yang akan diukur berdasarkan urutan yang akan diukur berdasarkan urutan yang dapat diamati; (6) kalau ada, periksa kembali dan bandingkan dengan kriteria-kriteria kemampuan yang dibuat sebelumnya oleh orang lain di lapangan (Majid, 2011: 200). b. Asesmen Proyek Asesmen proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian produk. Shadiq (2009: 8) menjelaskan bahwa asesmen Universitas Negeri Makassar Page 9

10 proyek dapat digunakan, di antaranya untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan peserta didik mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam penyelidikan tertentu, dan kemampuan peserta didik dalam menginformasikan subyek tertentu secara jelas. Muslich (2009: 107) menjelaskan bahwa penilaian proyek terdiri dari dua bentuk yaitu: (1) penilaian proyek yang menekankan pada proses, misalnya: merencanakan dan mengorganisasikan investigasi, bekerja dalam tim; (2) penilaian proyek yang menekankan pada produk, misalnya: mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis dan menginterpretasi data; (3) mengomunikasikan hasil. Langkah penilaian proyek yang berfokus pada proses: (1) merencanakan penilaian dengan memperhatikan kesesuaian dengan kompetensi yang dituntut kurikulum; (2) merancang spesifikasi proyek yang berfokus pada proses, seperti dalam memilih proses dan memetakan area yang akan dicakup; (3) melaksanakan pencatatan kegiatan oleh siswa sendiri; (4) melaksanakan pelaporan hasil kegiatan oleh guru. sedangkan langkah penilaian proyek yang berfokus pada produk: (1) merencanakan penilaian; (2) merancang spesifikasi proyek yang berfokus pada produk, seperti dengan menentukan lingkup dan cara pengumpulan data, cara presentasi/pelaporannya dan kriteria penilaian; (3) melaksanakan pencatatan kegiatan oleh siswa sendiri; (4) melaksanakan pelaporan oleh guru (Muslich, 2009: 107). Demikian halnya dalam penilaian proyek Matematika, menurut Wardhani (2010: 8) penilaian hasil karya dalam proyek dilakukan dari proses perencanaan, proses pengerjaan tugas sampai hasil akhir proyek. Oleh karena itu perlu ditetapkan hal-hal atau aspek yang perlu dinilai, seperti penyusunan desain, pengumpulan data, analisis data dan penyiapan laporan tertulis. Instrumen penilaian proyek dapat terdiri dari lembar pengamatan (observasi) dengan daftar cek (check list) dan skala rentang (rating scale). Kegiatan siswa yang termasuk proyek antara lain: penelitian sederhana tentang air di rumah, perkembangan harga sembako dalam suatu periode tertentu. Dalam matematika kegiatan siswa yang termasuk proyek antara lain penelitian sederhana yang terkait dengan pengolahan dan penyajian data (kelas IX), penelitian sederhana tentang perdagangan barang di pasar terkait dengan aritmetika sosial (kelas VII). c. Asesmen Portofolio Portofolio merupakan kumpulan karya siswa yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang diambil selama proses pembelajaran. Menurut Gronlund (1998: 159), portofolio mencakup berbagai contoh pekerjaan siswa yang tergantung pada keluasan tujuan. Apa yang harus tersurat, tergantung pada subjek dan tujuan penggunaan portofolio. Contoh pekerjaan siswa ini memberikan dasar bagi pertimbangan kemajuan belajarnya dan dapat dikomunikasikan kepada siswa, orang tua serta pihak lain yang berkepentingan. Arifin (2010: 180) mengemukakan angkah-langkah penilaian portofolio yaitu: (1) menentukan tujuan dan fokus portofolio; (2) menentukan isi portofolio; (3) mengembangkan kriteria penilaian; (4) menyusun format penilaian; (5) mengidentifikasi pengorganisasian portofolio; (6) menggunakan portofolio dalam praktik; (7) menilai pelaksanakan portofolio; (8) penilaian portofolio. Universitas Negeri Makassar Page 10

11 Penggunaan portofolio dalam pembelajaran matematika akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri. Maesuri (2002: 9) mengemukakan bahwa dengan asesmen portofolio, siswa dapat (1) Mendokumentasikan usaha-usaha mereka, prestasi, dan perkembangannya dalam pengetahuan, keterampilan, ekspresi, dan sikap, (2) Menggunakan gaya pembelajaran yang berbeda, modalitas, dan intelegensi, (3) Menilai pembelajaran mereka dan memutuskan item mana yang terbaik menyatakan prestasi dan perkembangan mereka, dan (4) Memahami dan menyusun tujuan pembelajaran selanjutnya. Model portofolio Matematika yang berisi contoh kerja siswa dapat berupa: (1) Uraian tertulis hasil kegiatan praktik atau penyelidikan Matematika; (2) Gambar-gambar dan laporan lisan, perluasan analisis situasi masalah dan penelitian; (3) Uraian dan diagram dari proses pemecahan masalah; (4) Penyajian data statistik dan grafik. Selain itu, hal-hal lainnya yang dapat dicantumkan dalam portofolio Matematika adalah sebagai berikut: (1) Laporan penyelidikan tentang ide matematika seperti hubungan antara dua fungsi, koordinat grafik, aritmatika, aljabar dan geometri; (2) Respon terhadap pertanyaan open-ended atau masalah pekerjaan rumah; (3) Laporan kelompok dan foto kegiatan siswa; (4) Salinan piagam penghargaan; (5) Video dan pekerjaan siswa yang menggunakan komputer (Stenmark 1991: 63). d. Tes Tes (test) merupakan suatu alat penilaian dalam bentuk tulisan untuk mencatat atau mengamati prestasi siswa yang sejalan dengan target penilaian. Suwandi (2011:47) mengartikan tes sebagai suatu bentuk pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan oleh siswa yang sedang diberi tes. Menurut Purwanto (2011: 65) secara garis besar tes dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu tes penguasaan dan tes kemampuan. Tes penguasaan adalah tes yang diujikan setelah peserta memperoleh materi. Tes diperlukan untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Pada tes penguasaan, peserta didorong untuk memberikan penampilan maksimal dan dari penampilannya dapat diketahui penguasaan siswa terhadap materi. Termasuk dalam tes ini seperti: tes hasil belajar, penguasaan bahasa Inggris, kemampuan berhitung, kemampuan membaca, keterampilan mengajar dan sebagainya. Tes kemampuan adalah tes yang diujikan untuk mengetahui kepemilikan kemampuan peserta tes. Kemampuan merupakan sesuatu yang dimiliki dan telah melekat dalam diri peserta tes. Termasuk ke dalam tes ini adalah tes bakat, tes kecerdasan, tes kemampuan numerik, tes potensi akademik, tes penalaran, tes kemampuan berpikir kritis dan sebagainya. Secara umum ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan instrumen penilaian tes yang valid dan reliabel, sebagaimana dikemukakan Djaali & Pudji (2008: 66) hal-hal yang perlu diperhatikan diantaranya: (1) butir harus langsung mengukur indikator, yaitu penanda konsep yang berupa sesuatu kenyataanya atau fakta (das solen) seperti: keadaan, perasaan, pikiran, kualitas, kesediaan, dan sebagainya; (2) jawaban terhadap butir instrumen dapat mengindikasikan ukuran indikator; (3) butir dapat berbentuk pertanyaan atau pernyataan dengan menggunakan bahasa yang sederhana, jelas, Universitas Negeri Makassar Page 11

12 tidak mengandung tafsiran ganda, singkat, dan komunikatif; (4) opsi dari setiap pertanyaan atau pernyataan itu harus relevan menjawab pertanyaan atau pernyataan tersebut; (5) banyaknya opsi menunjukkan panjang skala yang secara konseptual kontinum, karena distribusi jawaban responden secara teoretik mendekati distribusi normal untuk jumlah populasi cukup besar, maka sebaiknya menggunakan skala ganjil. Lain halnya dengan Mardapi (2008: 88) mengemukakan ada beberapa langkah yang perlu ditempuh dalam mengembangkan instrumen tes hasil atau prestasi belajar peserta didik, yaitu: (1) menyusun spesifikasi tes seperti: menentukan tujuan tes, menyusun kisi-kisi, menentukan sebaran (distribusi) tes, menentukan bentuk tes dan menentukan panjang tes, (2) menulis soal tes, (3) menelaah soal tes, (4) melakukan ujicoba tes, (5) menganalisis butir soal; (6) memperbaiki tes, (7) merakit tes, (8) melaksanakan tes, (9) menafsirkan hasil tes. Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang harus guru pahami tentang asesmen tes adalah pengertian dari asesmen tes itu sendiri, manfaatnya, kelebihan dan kekurangannya, bentukbentuknya, teknik penilaiannya dan langkah-langkah dalam melaksanakannya. C. Masalah Penelitian 1. Bagaimana pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros? 2. Bagaimana pemahaman guru tentang asesmen proyek pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros? 3. Bagaimana pemahaman guru tentang asesmen portofolio pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros? 4. Bagaimana pemahaman guru tentang tes pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Untuk mengetahui pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros. 2. Untuk mengetahui pemahaman guru tentang asesmen proyek pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros. 3. Untuk mengetahui pemahaman guru tentang asesmen portofolio pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros. 4. Untuk mengetahui pemahaman guru tentang tes pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros. E. Metode Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Peneliti mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat terkait dengan pemahaman guru tentang asesmen kinerja, asesmen proyek, asesmen portofolio, dan asesmen tes dalam pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh guru Matematika di SMP Negeri dan Swasta Kabupaten Maros yaitu sebanyak 132 guru yang tersebar di 33 Universitas Negeri Makassar Page 12

13 SMP Negeri dan 22 SMP Swasta di Kabupaten Maros. Peneliti menetapkan sampel sebesar 85 guru dengan teknik Proportionate Random Sampling. Teknik sampling ini merupakan teknik yang dilakukan untuk mengambil sampel berdasarkan proporsi yang diambil secara random. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes pilihan ganda kepada guru yang berisi pertanyaan tentang asesmen kinerja, asesmen proyek, asesmen portofolio, dan tes. Untuk menganalisis tingkat pemahaman guru tentang asesmen pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros dilakukan berdasarkan skor jawaban benar yang diperoleh dari masing-masing guru. Jumlah jawaban yang benar diperoleh dari mencocokkan jawaban guru dengan kunci jawaban yang ada pada masing-masing instrumen. Setelah itu dihitung jumlah jawaban guru yang benar dan selanjutnya digunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman guru terhadap asesmen kinerja, asesmen proyek, asesmen portofolio, dan tes. Untuk melakukan analisis terhadap keempat instrumen digunakan program siap pakai Program Iteman, dan MS-Excel. F. Hasil Penelitian dan Pembahasan Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai pengolahan data keempat instrumen yang mengukur pemahaman guru tentang asesmen pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros yang telah dilakukan dengan menggunakan perhitungan teknik Weighted Means Scored (WMS) akan disajikan hasil diinterpretasinya sebagai berikut. a. Deskripsi Pemahaman Guru tentang Asesmen Kinerja Deskripsi pemahaman guru tentang asesmen kinerja dapat dikasifikasikan melalui tabel hasil pengolahan kecenderungan rata-rata responden sebagai berikut. Tabel 1 Kecenderungan Rata-Rata Skor Jawaban Responden Tentang Asesmen Kinerja No Indikator Rata-Rata Kategori Skor Tingkat Pemahaman 1 Memahami pengertian asesmen kinerja 80 Tinggi 2 Memahami manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen kinerja 70 Sedang 3 Memahami bentuk-bentuk asesmen kinerja 60 Rendah 4 Memahami teknik asesmen kinerja 60 Rendah 5 Memahami langkah-langkah asesmen kinerja 60 Rendah Jumlah Rata-Rata Skor 66 Sedang Berdasarkan hasil perhitungan WMS yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa skor rata-rata yang diperoleh untuk tingkat pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros adalah sebesar 66. Dengan melihat tabel konsultasi hasil perhitungan WMS, hal Universitas Negeri Makassar Page 13

14 ini berarti bahwa tingkat pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros berada pada kategori sedang dengan rincian sebagai berikut. 1) Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang pengertian asesmen kinerja dengan skor yang diperoleh sebesar 80. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 80% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros sudah memahami pengertian asesmen kinerja dengan baik; 2) Responden memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen kinerja dengan skor yang diperoleh sebesar 70. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 70% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros sudah memahami manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen kinerja dengan cukup baik; 3) Responden memiliki tingkat pemahaman yang rendah tentang bentuk-bentuk asesmen kinerja dengan skor yang diperoleh sebesar 60. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 60% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros yang kurang memahami bentuk-bentuk asesmen kinerja dengan baik; 4) Responden memiliki tingkat pemahaman yang rendah tentang teknik asesmen kinerja dengan skor yang diperoleh sebesar 60. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 60% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros yang kurang memahami dengan baik teknik asesmen kinerja; 5) Responden memiliki tingkat pemahaman yang rendah tentang langkahlangkah dalam melakukan asesmen kinerja dengan skor yang diperoleh sebesar 60. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 60% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros yang kurang memahami dengan baik langkahlangkah dalam melakukan asesmen kinerja. Dengan demikian temuan hasil penelitian terkait tingkat pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros berdasarkan jawaban dari 85 responden terhadap 19 item pertanyaan dapat dikatakan bahwa tingkat pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros yang perlu ditingkatkan adalah pemahamannya terhadap bentuk-bentuk asesmen kinerja, teknik asesmen kinerja dan langkah-langkah dalam melakukan asesmen kinerja. b. Deskripsi Pemahaman Guru tentang Asesmen Proyek Deskripsi pemahaman guru tentang asesmen proyek dapat dikasifikasikan melalui tabel hasil pengolahan kecenderungan rata-rata responden sebagai berikut. Tabel 2. Kecenderungan Rata-Rata Skor Jawaban Responden Tentang Asesmen Proyek No Indikator Kategori Rata-Rata Tingkat Skor Pemahaman 1 Memahami pengertian asesmen proyek 70 Sedang 2 Memahami manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen proyek 70 Sedang 3 Memahami bentuk-bentuk 70 Sedang Universitas Negeri Makassar Page 14

15 asesmen proyek 4 Memahami teknik asesmen proyek 68 Sedang 5 Memahami langkah-langkah asesmen proyek 70 Sedang Jumlah Rata-Rata Skor 69,6 Sedang Berdasarkan hasil perhitungan WMS yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa skor rata-rata yang diperoleh untuk tingkat pemahaman guru tentang asesmen proyek pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros adalah sebesar 69,6. Dengan melihat tabel konsultasi hasil perhitungan WMS, hal ini berarti bahwa tingkat pemahaman guru tentang asesmen proyek pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros berada pada kategori sedang dengan rincian sebagai berikut. 1) Responden memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang pengertian asesmen proyek dengan skor yang diperoleh sebesar 70. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 70% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami tentang pengertian asesmen proyek dengan cukup baik; 2) Responden memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen proyek dengan skor yang diperoleh sebesar 70. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 70% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen proyek dengan cukup baik; 3) Responden memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang bentuk-bentuk asesmen proyek dengan skor yang diperoleh sebesar 70. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 70% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami bentuk-bentuk asesmen proyek dengan cukup baik; 4) Responden memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang teknik asesmen proyek dengan skor yang diperoleh sebesar 68. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 68% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami teknik asesmen proyek dengan cukup baik; 5) Responden memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang langkahlangkah dalam melakukan asesmen proyek dengan skor yang diperoleh sebesar 70. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 70% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami langkah-langkah dalam melakukan asesmen proyek dengan cukup baik; Dengan demikian temuan hasil penelitian terkait tingkat pemahaman guru tentang asesmen proyek pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros berdasarkan jawaban dari 85 responden terhadap 17 item pertanyaan dapat dikatakan bahwa tingkat pemahaman guru tentang asesmen proyek pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros berada pada kategori sedang, namun untuk pemahaman teknik asesmen proyek masih perlu ditingkatkan ke arah yang lebih baik lagi, demikian halnya pemahaman tentang pengertian, manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen proyek, memahami bentuk-bentuk asesmen proyek, dan langkah-langkah dalam melakukan asesmen proyek juga Universitas Negeri Makassar Page 15

16 masih perlu ditingkatkan lagi, sehingga guru dapat melaksanakan asesmen proyek dalam pembelajaran Matematika dengan baik pula. c. Deskripsi Pemahaman Guru tentang Asesmen Portofolio Deskripsi pemahaman guru tentang asesmen portofolio dapat dikasifikasikan melalui tabel hasil pengolahan kecenderungan rata-rata responden sebagai berikut. Tabel 3. No Kecenderungan Rata-Rata Skor Jawaban Responden Tentang Asesmen Portofolio Indikator Rata-Rata Skor 1 Memahami pengertian asesmen portofolio 80 Tinggi 2 Memahami manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen 80 Tinggi portofolio 3 Memahami bentuk-bentuk asesmen portofolio 80 Tinggi 4 Memahami teknik asesmen portofolio 80 Tinggi 5 Memahami langkah-langkah asesmen portofolio 80 Tinggi Jumlah Rata-Rata Skor 80 Tinggi Kategori Tingkat Pemahaman Berdasarkan hasil perhitungan WMS yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa skor rata-rata yang diperoleh untuk tingkat pemahaman guru tentang asesmen portofolio pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros adalah sebesar 80. Dengan melihat tabel konsultasi hasil perhitungan WMS, hal ini berarti bahwa tingkat pemahaman guru tentang asesmen portofolio pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros berada pada kategori tinggi dengan rincian sebagai berikut. 1) Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang pengertian asesmen portofolio dengan skor yang diperoleh sebesar 80. Hal ini menunjukkan bahwa sudah terdapat 80% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami pengertian asesmen portofolio dengan baik; 2) Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen portofolio dengan skor yang diperoleh sebesar 80. Hal ini menunjukkan bahwa sudah terdapat 80% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen portofolio dengan baik; 3) Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang bentuk-bentuk asesmen portofolio dengan skor yang diperoleh sebesar 80. Hal ini menunjukkan bahwa sudah terdapat 80% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami bentuk-bentuk asesmen portofolio dengan baik; 4) Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang teknik asesmen portofolio dengan skor yang diperoleh sebesar 80. Hal ini menunjukkan Universitas Negeri Makassar Page 16

17 bahwa sudah terdapat 80% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami teknik asesmen portofolio dengan baik; 5) Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang langkahlangkah dalam melakukan asesmen portofolio dengan skor yang diperoleh sebesar 80. Hal ini menunjukkan bahwa sudah terdapat 80% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami langkah-langkah dalam melakukan asesmen portofolio dengan baik; Dengan demikian temuan hasil penelitian terkait tingkat pemahaman guru tentang asesmen portofolio pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros berdasarkan jawaban dari 85 responden terhadap 20 item pertanyaan dapat dikatakan bahwa tingkat pemahaman guru tentang asesmen kinerja pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros sudah baik dalam hal baik dalam memahami pengertian, manfaat, keuntungan dan kelemahan asesmen portofolio, memahami bentuk-bentuk asesmen portofolio, teknik asesmen portofolio dan langkah-langkah dalam melakukan asesmen portofolio. Namun tingkat pemahaman ini masih perlu ditingkatkan lagi ke arah yang lebih baik lagi dalam mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi yang relevan terkait dengan menilai proses hasil belajar siswa berdasarkan kumpulan pekerjaannya selama satu periode. d. Deskripsi Pemahaman Guru tentang Tes Deskripsi pemahaman guru tentang tes dapat dikasifikasikan melalui tabel hasil pengolahan kecenderungan rata-rata responden sebagai berikut. Tabel 4. Kecenderungan Rata-Rata Skor Jawaban Responden Tentang Tes No Indikator Rata-Rata Kategori Skor Tingkat Pemahaman 1 Memahami pengertian tes dan mengidentifikasi karakteristik tes 80 Tinggi dan nontes 2 Memahami manfaat tes dalam pembelajaran 84 Tinggi 3 Memahami bentuk-bentuk tes 90 Sangat Tinggi 4 Memahami teknik pengembangan tes 70 Sedang 5 Memahami langkah-langkah pengembangan tes 60 Rendah Jumlah Rata-Rata Skor 77 Sedang Berdasarkan hasil perhitungan WMS yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa skor rata-rata yang diperoleh untuk tingkat pemahaman guru tentang tes pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros adalah sebesar 77. Dengan melihat tabel konsultasi hasil perhitungan WMS, hal ini berarti bahwa tingkat pemahaman guru tentang tes pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros berada pada kategori sedang dengan rincian sebagai berikut. Universitas Negeri Makassar Page 17

18 1) Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang pengertian tes dan mengidentifikasi karakteristik tes dan nontes sebesar 80. Hal ini menunjukkan bahwa sudah terdapat 80% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami pengertian tes dan mengidentifikasi karakteristik tes dan nontes dengan baik; 2) Responden memiliki tingkat pemahaman yang tinggi tentang manfaat tes dalam pembelajaran dengan skor yang diperoleh sebesar 84. Hal ini menunjukkan bahwa sudah terdapat 84% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami manfaat tes dalam pembelajaran dengan baik; 3) Responden memiliki tingkat pemahaman yang sangat tinggi tentang bentukbentuk tes dengan skor yang dperoleh sebesar 90. Hal ini menunjukkan bahwa sudah terdapat 90% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami bentuk-bentuk tes dengan sangat baik; 4) Responden memiliki tingkat pemahaman yang sedang tentang teknik pengembangan tes dengan skor yang dperoleh sebesar 70. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 70% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros memahami bentuk-bentuk tes dengan cukup baik; 5) Responden memiliki tingkat pemahaman yang rendah tentang langkahlangkah dalam melakukan pengembangan tes dengan skor yang dperoleh sebesar 60. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 60% guru Matematika di SMP Kabupaten Maros kurang memahami langkah-langkah dalam melakukan pengembangan tes dengan cukup baik; Dengan demikian temuan hasil penelitian terkait tingkat pemahaman guru tentang tes pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros berdasarkan jawaban dari 85 responden terhadap 19 item pertanyaan dapat dikatakan bahwa tingkat pemahaman guru tentang tes pada pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros yang perlu ditingkatkan adalah pemahamannya teknik dan langkah-langkah dalam melakukan pengembangan tes. Berikut ini deskripsi keseluruhan tingkat pemahaman guru tentang asesmen pembelajaran Matematika tingkat SMP di Kabupaten Maros berdasarkan keempat instrumen di atas yaitu instrumen asesmen kinerja, proyek, portofolio, dan tes yang dikasifikasikan melalui tabel hasil pengolahan rekapitulasi kecenderungan rata-rata responden sebagai berikut. Tabel 5. Rekapitulasi Rata-Rata Skor Tingkat Pemahaman Guru Tentang No Asesmen Pembelajaran Matematika di SMP Kabupaten Maros Kategori Rata-Rata Asesmen Pembelajaran Tingkat Skor Pemahaman 1 Asesmen Kinerja 66 Sedang 2 Asesmen Proyek 69,6 Sedang 3 Asesmen Portofolio 80 Tinggi 4 Tes 77 Sedang Jumlah Rata-Rata Skor 73 Sedang Universitas Negeri Makassar Page 18

PENILAIAN BERBASIS KELAS Nuryani Y.Rustaman*

PENILAIAN BERBASIS KELAS Nuryani Y.Rustaman* PENILAIAN BERBASIS KELAS Nuryani Y.Rustaman* Pendahuluan Sebagai perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika dalam standar isi adalah agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika dalam standar isi adalah agar peserta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembelajaran matematika dalam standar isi adalah agar peserta didik dapat (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATERI PEDAGOGIK BAB VIII PENILAIAN DAN EVALUASI PEMBELAJARAN Prof. Dr. Sunardi, M.Sc Dr. Imam Sujadi, M.Si KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Karena itu, pemerintah selalu berusaha agar mutu pendidikan matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Terdapat dua kata berbeda dari istilah tersebut, yakni efektivitas dan pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemecahan masalah matematis merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki siswa. Pengembangan kemampuan ini menjadi fokus penting dalam pembelajaran matematika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Lind dan Gronlund (1995) asesmen merupakan sebuah proses yang ditempuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Lind dan Gronlund (1995) asesmen merupakan sebuah proses yang ditempuh 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asesmen dan Asesmen Kinerja Menurut Lind dan Gronlund (1995) asesmen merupakan sebuah proses yang ditempuh untuk mendapatkan informasi tentang belajar siswa (observasi,

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Oleh Sukanti 1. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. IX. No. 1 Tahun 2011, Hlm. 74-82 PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam

Lebih terperinci

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak

PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI. Sukanti. Abstrak PENILAIAN AFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI Sukanti Abstrak Terdapat empat karakteristik afektif yang penting dalam pembelajaran yaitu: (1) minat, 2) sikap, 3) konsep diri, dan 4) nilai. Penilaian afektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tantangan pembangunan bangsa Indonesia pada abad ke-21 khususnya di bidang pendidikan adalah menyiapkan generasi muda yang luwes, kreatif,

Lebih terperinci

PENYUSUNAN ALAT PENILAIAN HASIL BELAJAR *) Oleh: Ali Muhson, M.Pd. **)

PENYUSUNAN ALAT PENILAIAN HASIL BELAJAR *) Oleh: Ali Muhson, M.Pd. **) PENYUSUNAN ALAT PENILAIAN HASIL BELAJAR *) Oleh: Ali Muhson, M.Pd. **) A. Pengertian Penilaian Kelas Penilaian kelas adalah suatu bentuk kegiatan guru yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional 1. Asesmen portofolio Asesmen portofolio merupakan bentuk penilaian terhadap sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merumuskan masalah sampai dengan menarik kesimpulan (Purwanto,

BAB III METODE PENELITIAN. merumuskan masalah sampai dengan menarik kesimpulan (Purwanto, BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian merupakan keseluruhan cara atau kegiatan yang dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian mulai dari merumuskan masalah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA Kode Makalah PM-1 PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA Abstrak Dalam KBK telah dimasukkan tujuan-tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian terletak di salah satu SMP Negeri di kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII tahun ajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Proses Pembelajaran Evaluasi. Gambar 1.1 Hubungan ketiga komponen dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Pembelajaran. Proses Pembelajaran Evaluasi. Gambar 1.1 Hubungan ketiga komponen dalam pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam proses pendidikan, kegiatan belajar dan mengajar merupakan dua aspek utama demi tercapainya keberhasilan tujuan pembelajaran; dimana keduanya secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Lehman (dalam Ana Ratna Wulan, 2005) mengemukakan bahwa:

PENDAHULUAN. Lehman (dalam Ana Ratna Wulan, 2005) mengemukakan bahwa: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Evaluasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran serta memiliki posisi penting dalam sistem pendidikan. Suharsimi Arikunto (2004, hlm.

Lebih terperinci

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi.

(Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta) Kata kunci: pembelajaran ekonomi, penilaian berbasis kompetensi. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 1 Nomor 2, Mei 2005 SISTEM PENILAIAN PEMBELAJARAN EKONOMI BERBASIS KOMPETENSI Oleh: Barkah Lestari (Staf Pengajar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta)

Lebih terperinci

PENILAIAN BERBASIS KELAS

PENILAIAN BERBASIS KELAS PENILAIAN BERBASIS KELAS Oleh: Kana Hidayati, M.Pd. Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY A. Pendahuluan Sebagai konsekwensi desentralisasi pendidikan, saat ini sejumlah pembaharuan pendidikan terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melihat pentingnya matematika dan peranannya dalam menghadapi kemajuan IPTEK dan persaingan global maka peningkatan mutu pendidikan matematika di semua jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (student centered active learning). Siswa ditempatkan sebagai subyek. belajarnya dengan bantuan fasilitator (guru).

BAB I PENDAHULUAN. (student centered active learning). Siswa ditempatkan sebagai subyek. belajarnya dengan bantuan fasilitator (guru). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bertumpu pada interaksi antara guru dengan siswa. Sasaran pembelajaran diorientasikan pada pengembangan kompetensi. Pembelajaran diarahkan pada

Lebih terperinci

Oleh: JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

Oleh: JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI Oleh: JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI PENDAHULUAN Kerangka Dasar Kurikulum menekankan adanya penilaian kelas. Penilaian hasil belajar meliputi penilaian kelas, penilaian akhir yang diselenggarakan

Lebih terperinci

KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR

KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR KONSEP PENILAIAN AUTENTIK PADA PROSES DAN HASIL BELAJAR Definisi 1. Penilaian autentik (Authentic Assessment) adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988)

BAB I PENDAHULUAN. sosial, teknologi, maupun ekonomi (United Nations:1997). Marzano, et al (1988) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan sangat mendasar dalam meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin perkembangan sosial, teknologi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 tanggal 18 20

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 tanggal 18 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 tanggal 18 20 Agustus 2016 di Jakarta, dengan lokasi kantor ABTI asosiasi

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 1 PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN

KEGIATAN BELAJAR 1 PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN KEGIATAN BELAJAR 1 PENYUSUNAN INSTRUMEN PENELITIAN A. URAIAN: Secara umum yang dimaksud dengan instrumen adalah suatu alat yang karena memenuhi persyaratan akademis maka dapat dipergunakan sebagai alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diberikan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan atau kemunduran suatu negara ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya, dan sumber daya manusia yang berkualitas dapat diperoleh melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. menumbuhkembangkan kemampuan dan pribadi siswa yang sejalan dengan tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu ilmu dasar yang sangat berperan penting dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu matematika dipelajari pada semua

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian yang III. METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang sangat penting, baik bagi siswa maupun bagi pengembangan bidang keilmuan yang lain. Kedudukan matematika dalam dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evaluasi telah berlaku sebagai bagian integral dari setiap proses pengembangan pendidikan pada saat ini. Kegiatan evaluasi pendidikan menempati posisi penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah mengembangkan kemampuan: (1) komunikasi matematis, (2) penalaran matematis, (3) pemecahan masalah matematis, (4) koneksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, penelitian ini tergolong penelitian pengembangan modul pembelajaran pada pokok bahasan segi empat untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 4 Tamanwinangun, Kelurahan Tamanwinangun, Kecamatan Kebumen, Kabupaten

Lebih terperinci

PENERAPAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN MENGELOLA ASESMEN PEMBELAJARAN BAGI MAHASISWA CALON GURU KIMIA

PENERAPAN LESSON STUDY UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN MENGELOLA ASESMEN PEMBELAJARAN BAGI MAHASISWA CALON GURU KIMIA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA V Kontribusi Kimia dan Pendidikan Kimia dalam Pembangunan Bangsa yang Berkarakter Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan PMIPA FKIP UNS Surakarta, 6 April 2013

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti membuat deskripsi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hal ini dikarenakan dalam penelitian, peneliti

Lebih terperinci

TEKNIK PENGEMBANGAN SOAL OBJEKTIF Vinta A. Tiarani

TEKNIK PENGEMBANGAN SOAL OBJEKTIF Vinta A. Tiarani TEKNIK PENGEMBANGAN SOAL OBJEKTIF Vinta A. Tiarani (vtiarani@yahoo.com) Tujuan pendidikan memiliki tiga bidang sasaran yaitu bidang kognitif, bidang afektif, dan bidang psikomotor. Masing-masing bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, Teknologi dan Sains (IPTEKS) sangat pesat terutama dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Sebagai akibat dari kemajuan teknologi komunikasi

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki A. Pendahuluan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kelanjutan dari kurikulum tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran matematika di sekolah memiliki peranan penting dalam mengembangkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) secara sistematis, faktual

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain) secara sistematis, faktual 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya adalah dalam hal melengkapi bahan ajar, meningkatkan kualitas pengajar, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembelajaran di sekolah dasar hanya menekankan pada penguasaan konsep (kognitif) yang di uji dengan tes tulis obyektif dan subyektif sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum di sekolah, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam berbagai bidang kehidupan. Dalam perkembangannya, ternyata banyak konsep matematika diperlukan

Lebih terperinci

PENILAIAN PEMBELAJARAN IPA. Heru Kuswanto

PENILAIAN PEMBELAJARAN IPA. Heru Kuswanto PENILAIAN PEMBELAJARAN IPA Heru Kuswanto A. Tujuan Penilaian Penilaian merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Penilaian meliputi pengumpulan informasi melalui berbagai teknik penilaian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tugas seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tugas seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tes Tugas seorang guru dalam kegiatan pembelajaran adalah membantu perubahan dan keberhasilan peserta didik atau siswa. Untuk mengetahui bagaimana perubahan dan tingkat

Lebih terperinci

antara ketiganya. Untuk memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan akan memilih yang panjang. Kita tidak akan memilih yang pendek, kecuali

antara ketiganya. Untuk memahami apa persamaan, perbedaan, ataupun hubungan akan memilih yang panjang. Kita tidak akan memilih yang pendek, kecuali A. Arti Penilaian Istilah pengukuran, penilaian, dan evaluasi, seringkali digunakan dalam dunia pendidikan. Ketiga kata tersebut memiliki persamaan, perbedaan, ataupun hubungan antara ketiganya. Untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa 19 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kurikulum merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian merupakan tiga dimensi dari sekian banyak dimensi yang sangat penting dalam pendidikan. Ketiga dimensi tersebut

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 2502-3802 DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE Zet Petrus 1, Karmila 2, Achmad Riady Program Studi Pendidikan Matematika 1,2,3, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 1. Tempat Penelitian A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Miri, dengan subyek penerima tindakan kelas adalah siswa kelas VIIIA SMP Negeri 2

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karaktersistik Subjek Penelitian. Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD 06 Bulungcangkring

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karaktersistik Subjek Penelitian. Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD 06 Bulungcangkring BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Karaktersistik Subjek Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian 3.1.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian tindakan kelas ini dilakukan di SD 06 Bulungcangkring Kecamatan

Lebih terperinci

O X O Pretest Perlakuan Posttest

O X O Pretest Perlakuan Posttest 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini dipaparkan tentang metode dan desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, prosedur penelitian dan instrumen penelitian serta teknik pengolahan data

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu tujuan pembelajaran matematika pada sekolah menengah atas adalah siswa memiliki kemampuan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi penelitian Lokasi penelitian adalah tempat melakukan kegiatan penelitian guna memperoleh data yang berasal dari respoden. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SELF ASSESSMENT SEBAGAI UPAYA DOSEN MENINGKATKAN OBYEKTIVITAS DALAM PENILAIAN TUGAS PROYEK

PENGGUNAAN SELF ASSESSMENT SEBAGAI UPAYA DOSEN MENINGKATKAN OBYEKTIVITAS DALAM PENILAIAN TUGAS PROYEK Pendidikan ISBN : 979-498-467-1 PENGGUNAAN SELF ASSESSMENT SEBAGAI UPAYA DOSEN MENINGKATKAN OBYEKTIVITAS DALAM PENILAIAN TUGAS PROYEK Sri Yamtinah Prodi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP-UNS E-mail:jengtina_sp@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci utama kemajuan bangsa. Pendidikan yang berkualitas akan mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berdampak pada peningkatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Mojolaban yang beralamat di Jl. Veteran No. 69 Mojolaban, Sukoharjo.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pengubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang menuju kearah kemajuan dan peningkatan. Selain itu pendidikan dapat mengubah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Belajar Siswa Menurut pengertian bahasa, kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu pengertian istilah, evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Penilaian Konvensional Penilaian konvensional adalah sistem penilaian yang biasa digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam suatu penelitian meliputi pengumpulan, penyusunan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam suatu penelitian meliputi pengumpulan, penyusunan dan 60 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang diambil dalam suatu penelitian meliputi pengumpulan, penyusunan dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Ujicoba Instrumen Uji coba instrumen dilaksanakan pada minggu ke-4 Juli 2015 sampai dengan minggu ke-1 Agustus 2015. Uji dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, sistem penilaian dan pengelolaan pendidikan. Pembenahan semua komponen pendidikan, pada tahun terakhir ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan untuk meningkatkan mutu pendidikan sangat bergantung pada berbagai unsur, antara lain program pendidikan, guru, siswa, sarana dan prasarana pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika adalah ilmu yang berkembang sejak ribuan tahun lalu dan masih berkembang hingga saat ini. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai peranan

Lebih terperinci

ANALISIS BUTIR ULANGAN HARIAN BIOLOGI KELAS XI IPA 3 SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MENGGUNAKAN KORELASI POINT BISERIAL

ANALISIS BUTIR ULANGAN HARIAN BIOLOGI KELAS XI IPA 3 SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MENGGUNAKAN KORELASI POINT BISERIAL ANALISIS BUTIR ULANGAN HARIAN BIOLOGI KELAS XI IPA 3 SMA KARTIKA III-1 BANYUBIRU MENGGUNAKAN KORELASI POINT BISERIAL Risya Pramana Situmorang 1, Andriyani Dea 2, Susanti Pudjihastuti 3, Lenni Oktarina

Lebih terperinci

EVALUASI PEMBELAJARAN (EP)

EVALUASI PEMBELAJARAN (EP) EVALUASI PEMBELAJARAN (EP) Persaingan pada era global Kualitas (Kompetensi) SDM Karakteristik siswa Karakteristik bidang studi Pendidikan berbasis kompetensi : Kurikulum Silabus Sistem penilaian Pembelajaran

Lebih terperinci

PENILAIAN HASIL BELAJAR DAN PENGELOLAAN NILAI

PENILAIAN HASIL BELAJAR DAN PENGELOLAAN NILAI TUJUAN PENILAIAN HASIL BELAJAR DAN PENGELOLAAN NILAI BERDASARKAN PERMENDIKBUD NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG PENILAIAN HASIL BELAJAR OLEH PENDIDIK DAN SATUAN PENDIDIKAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

MEMAHAMI STANDAR PENILAIAN BSNP

MEMAHAMI STANDAR PENILAIAN BSNP MEMAHAMI STANDAR PENILAIAN BSNP LATAR BELAKANG BSNP SECARA FILOSOFIS: - PROSES PEND PROSES MENGEMBANGKAN POTENSI SISWA MENJADI KEMAMPUAN DAN KETERAMPILAN TTT. SISWA SIPERLAKUKAN DAN DINILAI SEC. ADIL tidak

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GETARAN DAN GELOMBANG DENGAN MODEL INKUIRI TERSTRUKTUR UNTUK SISWA KELAS VIIIA SMPN 31 BANJARMASIN Anisah, Mustika Wati, dan Andi Ichsan Mahardika Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal

BAB I PENDAHULUAN. Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua orang yang mengalami sekolah secara formal, mungkin juga sekolah informal dan nonformal, tak terhindar dari pengukuran (measurement) dan tes. Suatu tes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang diciptakan harus mampu mengembangkan dan mencapai kompetensi setiap matapelajaran sesuai kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 27 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 1.1.1 Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Talun 02 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati dengan Jumlah siswa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP kelas VIII Laboratorium Percontohan UPI Bandung sebanyak 3 kelas semester 1. Sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action

BAB III METODE PENELITIAN. di dalam kelas, maka penelitian ini disebut Penelitian Tindakan atau Action BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian tindakan. Karena ruang lingkupnya adalah pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan guru

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pembelajaran Langsung dalam menanamkan disiplin. santri di Pondok Pesantren Ma dinul ulum Campurdarat dan

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pembelajaran Langsung dalam menanamkan disiplin. santri di Pondok Pesantren Ma dinul ulum Campurdarat dan 124 BAB V PEMBAHASAN A. Perencanaan Pembelajaran Langsung dalam menanamkan disiplin santri di Pondok Pesantren Ma dinul ulum Campurdarat dan Madrasah Diniyah Tanwirul Qulub Pelem Campurdarat. 1. Berdasarkan

Lebih terperinci

TEKNIK PENILAIAN NON TES

TEKNIK PENILAIAN NON TES TEKNIK PENILAIAN NON TES Penilaian Unjuk Kerja Dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Cocok untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN

BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN BAB III PROSEDUR PENGEMBANGAN INSTRUMEN DALAM PEMBELAJARAN A. Pendahuluan Dalam kegiatan pembelajaran segala sesuatu hal selayaknya dilakukan dengan tahapan yang jelas dan terarah. Oleh karena itu, penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN Efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Efektivitas adalah adanya kesesuaian antara orang yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas

BAB III METODE PENELITIAN. Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penilitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan kelas (PTK), artinya penelitian ini berbasis pada masalah di kelas tersebut. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Metakognitif Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan bahwa metakognisi merujuk pada kesadaran pengetahuan seseorang yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai ilmu dasar segala bidang ilmu pengetahuan adalah hal yang sangat penting untuk diketahui. Matematika memiliki peranan penting dalam ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban sebagai warga negara yang baik. Pendidikan pada dasarnya merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana atau wahana yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun kewajiban sebagai warga

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN A. Pengertian 1. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan yang sangat penting dan sangat berperan dalam perkembangan dunia. Menurut Kurikulum 2004,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan dunia pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan untuk berargumentasi, memberi kontribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang peranan dalam tatanan kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat meningkatkan taraf dan derajatnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Menurut Panggabean (1996:27) penelitian ini bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Tamanwinangun yang beralamat di Jalan Bocor Nomor 54, Kelurahan Tamanwinangun,

Lebih terperinci

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 1 Penegasan Istilah Istilah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang digunakan terutama untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permendikbud No. 103 Tahun 2014, pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris dinamakan Class Action Research. PTK merupakan

Lebih terperinci