REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG SURUT KECAMATAN ARUT SELATAN, KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT, KALIMANTAN TENGAH
|
|
- Benny Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH LAHAN PASANG SURUT KECAMATAN ARUT SELATAN, KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT, KALIMANTAN TENGAH Masganti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung ABSTRAK Pemanfaatan lahan pasang surut di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah berpotensi menjadi pemasok beras di provinsi tersebut. Akan tetapi pemanfaatan lahan tersebut untuk peningkatan produksi padi belum maksimal. Kendala utama yang ditemui adalah tingkat kesuburan tanah yang rendah. Selain itu, variabilitas kesuburan tanah yang tinggi juga menjadi faktor penghambat lainnya untuk memaksimalkan potensi lahan ini. Oleh karena itu, perlu ditetapkan metode pemupukan yang tepat menyangkut jenis pupuk, dosis pupuk, frekuensi dan waktu pemupukan berdasarkan tipologi lahan, dan tipologi luapan. Penelitian dilaksanakan di lahan pasang surut Desa Kumpai Batu Bawah, Desa Kumpai Batu Atas, dan Desa Tanjung Terantang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat pada bulan Juni-Agustus 2008, menggunakan metode eksplorasi tanah dan analisis tanah di laboratorium. Pengamatan dilakukan terhadap tipologi lahan, tipologi luapan, dan sifat kimia tanah yang meliputi ph, C-organik, N-total, P-tersedia, (Ca, Mg, K, Al)-tertukar, dan KTK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan pasang surut di daerah penelitian bertipe/jenis lahan sulfat masam dan bergambut dengan tipe luapan B dan C. Pemupukan padi menggunakan urea, SP-36, KCl, dan dolomit dengan dosis secara umum adalah kg dolomit/ha, kg urea/ha, kg SP-36/ha, dan kg KCl/ha. Pemupukan urea diberikan tiga kali, masingmasing 50% dosis saat tanam, 25% dosis pada enam minggu setelah tanam, dan sisanya pada 11 minggu setelah tanam. KCl diaplikasi dua kali, masing-masing separuh dosis pada saat tanam dan enam minggu setelah tanam. Sedangkan SP-36 semuanya diberikan pada saat tanam dan semua dolomit diberikan dua minggu sebelum tanam. PENDAHULUAN Beras merupakan makanan pokok masyarakat Indonesia. Adanya krisis pangan dunia menyebabkan perhatian terhadap produksi bahan pangan ini perlu terus ditingkatkan agar ketahanan pangan nasional terus terjaga. Berbagai upaya implementasi inovasi teknologi terkini dicurahkan dalam rangka mencapai swasembada beras di tanah air. 233
2 Masganti Kabupaten Kotawaringin Barat hingga saat ini masih belum mampu berswasembada beras. Diperkirakan sekitar 30% pasokan beras kabupaten ini masih bersandar pada impor dari luar kawasan tersebut. Padahal potensi lahan yang tersedia sangat memungkinkan untuk memenuhi kebutuhan beras kabupaten ini, bahkan mampu menjadi pemasok beras di Kalimantan Tengah. Salah satu lahan yang sangat potensial dimanfaatkan untuk memenuhi kuota beras masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat adalah lahan pasang surut, namun lahan ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal untuk peningkatan produksi padi. Salah satu kendala yang ditemui di lapangan adalah masalah kesuburan tanah (Adimihardja dan Suriadikarta, 2000; Sawiyo et al., 2000; Masganti et al., 2006). Kecamatan Arut Selatan merupakan kecamatan di Kabupaten Kotawaringin Barat yang menjadi pemasok utama padi di kabupaten ini. Lahan pasang surut diketahui mempunyai kesuburan tanah yang rendah (Adimihardja et al., 1998; Maas, 2003; Masganti dan Yuliani, 2005). Selain itu, lahan pasang surut juga diketahui mempunyai variabilitas kesuburan tanah yang tinggi akibat perbedaan tipologi lahan dan tipologi luapan. Oleh karena itu, perlu penetapan metode pemupukan yang tepat menyangkut jenis pupuk, dosis pupuk, frekuensi dan waktu pemupukan menurut tipologi lahan dan tipologi luapan agar produksi padi dapat ditingkatkan secara maksimal melalui pengambilan contoh tanah di lapangan dan analisis tanah di laboratorium. penelitian ini bertujuan untuk menentukan rekomendasi pemupukan padi sawah lahan pasang surut Desa Kumpai Batu Bawah, Desa Kumpai Batu Atas, dan Desa Tanjung Terantang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah meliputi zone pemupukan (lokasi), jenis pupuk, dosis pupuk, frekuensi dan waktu pemupukan. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di lahan pasang surut Desa Kumpai Batu Bawah, Desa Kumpai Batu Atas, dan Desa Tanjung Terantang Kecamatan Arut Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat pada bulan Juni-Agustus 2008, menggunakan metode eksplorasi tanah dan analisis tanah di laboratorium. Pengamatan dilakukan untuk setiap luasan ha. Setiap lokasi dilakukan pemboran tanah hingga kedalaman sekitar 100 cm untuk mengetahui kedalaman lapisan pirit dan ketebalan gambut. Contoh tanah diambil pada kedalaman 0-20 cm menggunakan bor pada lima titik, kemudian dicampur merata 234
3 Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Lahan Pasang Surut Kecamatan Arut Selatan dan dijadikan sebagai satu contoh pewakil. Setelah labelisasi contoh tanah menyangkut lokasi (desa), tanggal pengambilan, nama pemilik, tipologi lahan, dan tipologi luapan, contoh tanah dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Sifat-sifat kimia tanah yang dianalisis meliputi ph, C-organik, N-total, P- tersedia, (Ca, Mg, K, Al)-tertukar, dan KTK. Tabel 1 memperlihatkan jenis analisis dan metode analisis sifat kimia tanah yang digunakan. Tabel 1. Jenis dan metode analisis sifat kimia tanah di lahan pasang surut Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah No. Jenis analisis Metode analisis 1. ph (H 2 O) ph meter (Masganti et al., 2001) 2. C-organik (%) Wakley & Black (Houba et al., 1995) 3. N-total (%) Kjeldahl (Houba et al., 1995) 4. P-tersedia (ppm) BrayII (Masganti et al., 2003) 5. Ca-tertukar (me/100g) NH 4 OAc 1,0 N (Tadesse et al., 1991) 6. Mg-tertukar (me/100g) NH 4 OAc 1,0 N (Tadesse et al., 1991) 7. K-tertukar (me/100g) NH 4 OAc 1,0 N (Tadesse et al., 1991) 8. KTK (me/100g) NH4OAc 1,0 N (Tadesse et al., 1991) Tipologi lahan ditentukan berdasarkan kriteria yang diajukan Widjaja-Adhi et al. (1992). Tipologi lahan dibedakan menurut kedalaman lapisan pirit/bahan sulfidik, dan ketebalan lapisan gambut. Lahan potensial merupakan lahan yang mempunyai kedalaman lapisan pirit/bahan sulfidik 50 cm, sedang lahan sulfat masam kedalaman lapisan pirit/bahan sulfidiknya < 50 cm. Lahan yang mempunyai lapisan gambut < 50 cm dikategorikan sebagai lahan bergambut (Widjaja-Adhi et al., 1992; Hardjowigeno, 1993; Soil Survey Staff, 1999). Pembeda lain antara lahan potensial dengan lahan sulfat masam adalah tingkat kemasaman tanahnya. Lahan dengan kemasaman tanah atau ph 3,5 dikategorikan sebagai lahan potensial, sedang lahan dengan nilai ph tanah < 3,5 tergolong lahan sulfat masam. Tipologi luapan ditentukan menggunakan kriteria yang dikemukakan oleh Noorsyamsi et al. (1984), Widjaja-Adhi (1988), dan Adimihardja et al. (1998). Lahan tipe A adalah lahan yang selalu terluapi air pada saat pasang tunggal (besar) maupun pasang ganda (kecil), lahan tipe B merupakan lahan yang hanya terluapi air pada saat pasang tunggal, lahan tipe C adalah lahan yang tidak terluapi air baik pada saat pasang tunggal maupun pasang ganda, akan tetapi air pasang mempengaruhi secara tidak langsung tinggi muka air tanahnya yang 235
4 Masganti kurang dari 50 cm, sedang lahan tipe D adalah lahan pasang surut seperti pada tipe C, tetapi tinggi air tanahnya lebih dari 50 cm. Penilaian ketersediaan hara dalam tanah didasarkan atas laporan yang dikemukakan oleh Widjaja-Adhi et al. (1992), Hardjowigeno (1993), dan Rachim (1995). HASIL DAN PEMBAHASAN Tipologi lahan dan luapan Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan dan merujuk pada kriteria yang dikemukakan oleh Noorsyamsi et al. (1984), Widjaja-Adhi (1988), dan Adimihardja et al. (1998), diperoleh informasi bahwa kombinasi tipologi lahan dan tipologi luapan sebagai berikut: pada Desa Kumpai Batu Bawah memiliki (1) tipologi lahan sulfat masam dengan tipologi luapan B, dan (2) tipologi lahan bergambut dengan tipologi luapan B; Desa Kumpai Batu Atas memiliki (1) tipologi lahan sulfat masam dengan tipologi luapan B dan (2) tipologi lahan bergambut dengan tipologi luapan C; dan Desa Tanjung Terantang memiliki (1) tipologi lahan sulfat masam dengan tipologi luapan B dan (2) tipologi lahan bergambut dengan tipologi luapan B (Tabel 2). Dengan demikian terdapat tiga kombinasi tipologi lahan dan tipologi luapan yakni (1) lahan sulfat masam bertipologi luapan B, (2) lahan bergambut bertipologi luapan B, dan (3) lahan bergambut bertipologi luapan C. Tabel 2. Tipologi lahan dan luapan lahan pasang surut di Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah No. Desa Tipologi lahan Tipologi luapan 1. Kumpai Batu Bawah (KBB) 2. Kumpai Batu Atas (KBA) 3. Tanjung Terantang (TRT) Sulfat masam Bergambut Sulfat masam Bergambut Sulfat masam Bergambut B B B C B B Sifat kimia tanah Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat kesuburan tanah Desa Kumpai Batu Bawah relatif baik dibanding Desa Kumpai Batu Atas dan Desa Tanjung Terantang kesuburan tanahnya paling rendah. Hal ini didukung oleh hasil 236
5 Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Lahan Pasang Surut Kecamatan Arut Selatan wawancara dengan petani (data tidak ditampilkan) bahwa produktivitas padi di Desa Kumpai Batu Bawah paling tinggi, diikuti Desa Kumpai Batu Atas dan produktivitas padi di Desa Tanjung Terantang paling rendah. Tabel 3. Sifat kimia tanah lahan pasang surut di Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah No. Desa Sifat kimia ph H 2 O C-org N-total P-tersedia... %... ppm 1. KBB 3,4-4,5 2,77-38,59 0,17-2,14 4,7-13,6 2. KBA 3,5-4,5 4,87-40,93 0,15-1,92 5,4-12,1 3. TRT 3,0-4,5 4,78-36,17 0,16-1,72 5,9-13,1 Lanjutan Tabel 3 No. Desa Sifat kimia K-dd Ca-dd Mg-dd Al-dd KTK... me/100g KBB 0,05-2,28 0,11-2,45 0,05-1,02 0,86-3,88 14,62-64,18 2. KBA 0,11-1,36 0,47-2,82 0,23-1,05 0,53-5,39 18,73-62,36 3. TRT 0,30-1,24 0,70-2,90 0,60-1,70 1,30-4,66 19,06-52,02 Berdasarkan hasil analisis sifat kimia tanah diketahui bahwa Desa Kumpai Batu Bawah memiliki ph sangat masam; C-organik dan N-total rendah-sedang; P-tersedia rendah; K-dd sangat rendah; Ca-dd sangat rendah-rendah; Mg-dd sangat rendah-rendah; Al-dd rendah; dan KTK sedang-sangat tinggi. Desa Kumpai Batu Atas memiliki ph sangat masam; C-organik tinggi-sangat tinggi; N- total rendah; P-tersedia sangat rendah; K-dd tinggi-sangat tinggi; Ca-dd dan Mgdd sangat rendah-rendah; Al-dd rendah; dan KTK sedang-sangat tinggi. Desa Tanjung Terantang memiliki ph sangat masam; C-organik tinggi-sangat tinggi; N- total sangat rendah-rendah; P-tersedia rendah; K-dd sedang-sangat tinggi; Ca-dd sangat rendah-rendah; Mg-dd rendah-sedang; Al-dd; dan KTK sedang-sangat tinggi. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka diperoleh informasi bahwa tanah-tanah di lahan sawah Kumpai Batu Bawah, Kumpai Batu Atas, dan Tanjung Terantang mengalami kekurangan unsur-unsur Ca, Mg, N, P, dan K. Oleh karena itu, lahan-lahan tersebut memerlukan pupuk yang bersumber dari dolomit, urea, SP-36, dan KCl. Pertimbangan lain yang diperlukan dalam penentuan rekomendasi pemupukan adalah varietas padi yang dibudidayakan, faktor konversi, dan efisiensi pemupukan. 237
6 Masganti Rekomendasi pemupukan Berdasarkan tipologi lahan, tipologi luapan, dan sifat kimia tanah, maka lahan-lahan sawah di Desa Kumpai Batu Bawah, Kumpai Batu Atas, dan Tanjung Terantang memerlukan jenis pupuk seperti dolomit, urea, SP-36, dan KCl. Pemberian berbagai jenis pupuk ini menjadi penting untuk pertumbuhan dan produksi padi sawah mengingat pada lahan-lahan sawah di desa-desa tersebut memiliki tingkat kesuburan tanah yang tergolong rendah. Sebagai misal, aplikasi dolomit diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan hara Ca dan Mg bagi tanaman. Sementara itu, dosis pemupukan yang diberikan pada lahan-lahan sawah berbeda antarlokasi karena tergantung pada tipologi lahan, tipologi luapan, dan tingkat ketersediaan hara yang terkandung dalam tanah-tanah sawah tersebut. Lahan yang memiliki tipologi lahan sulfat masam memerlukan unsur hara dalam dosis yang lebih rendah daripada lahan-lahan bertipologi lahan bergambut. Hal ini disebabkan tanah-tanah sulfat masam memiliki sifat-sifat kimia yang lebih baik daripada lahan-lahan bergambut. Masganti dan Yuliani (2005) menyatakan bahwa tingkat kemasaman tanah di lahan bergambut lebih tinggi daripada lahan sulfat masam karena tanah-tanah lahan bergambut tersusun atas asam-asam organik dengan kadar yang lebih tinggi dan sebagian belum terurai, sehingga phnya lebih rendah. Sifat kimia tanah lainnya menunjukkan bahwa kadar N-total dan kandungan basa-basa dalam tanah lahan sulfat masam lebih tinggi daripada lahan bergambut. Lahan-lahan yang memiliki tipologi luapan C memerlukan unsur hara yang lebih tinggi daripada lahan-lahan bertipologi luapan B, hal ini mengingat bahwa pada lahan-lahan bertipologi luapan B, ketersediaan unsur hara lebih tinggi karena lahan-lahan ini mendapat sumbangan hara dari luapan air sungai, sedangkan lahan bertipologi luapan C tidak mendapat unsur hara dari luapan air sungai (Masganti et al., 2006). Masganti dan Yuliani (2005) melaporkan bahwa tingkat kemasaman tanah di lahan bertipologi luapan C lebih tinggi daripada tipologi luapan B karena kadar C-organik dalam tanah bertipologi luapan C lebih tinggi daripada tipologi luapan B. Atas dasar uraian tersebut, maka dosis pemupukan yang diberikan pada lahan-lahan sawah tersebut sangat tergantung pada tipologi lahan, tipologi luapan, dan kandungan hara dalam tanah. Dalam penelitian ini ditemukan 6 (enam) zone pemupukan (zone 1-6) yang semuanya terwakili oleh Desa Kumpai Batu Bawah (Tabel 4). Penetapan zone pemupukan ini dapat membantu penyuluh dan petani untuk memaksimumkan efisiensi pemupukan padi. 238
7 Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Lahan Pasang Surut Kecamatan Arut Selatan Keterangan tentang lokasi-lokasi berdasarkan zone pemupukan tersebut dapat dilihat dalam Lampiran 1 dan rekomendasi pemupukan dalam Lampiran 2. Secara umum dosis pupuk yang diperlukan adalah kg dolomit/ ha, kg urea/ha, kg SP-36/ha, dan kg KCl/ha. Secara terinci untuk setiap desa diuraikan sebagai berikut. Desa Kumpai Batu Bawah Di antara ketiga desa yang disurvei, Desa Kumpai Batu Bawah mempunyai lahan sawah yang paling luas. Luas lahan sawah di desa ini mencapai ha (Tabel 4). Tingkat kesuburan tanah yang lebih baik dari desa lainnya menyebabkan produktivitas padi lebih tinggi dan jumlah pupuk yang diperlukan lebih rendah. Hal ini didukung oleh kenyataan lapangan yang menunjukkan bahwa tanaman padi paling luas dibudidayakan di desa ini, dan lahan yang tidak ditanami relatif sedikit. Tabel 4. Rekomendasi pemupukan tanaman padi di Desa Kumpai Batu Bawah Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat No. Kode Zone pemupukan Luas Dosis pemupukan Dolomit Urea SP-36 KCl ha... kg/ha KBB KBB KBB KBB KBB KBB Total Desa Kumpai Batu Atas Dari segi kesuburan tanah, tanah-tanah sawah di desa ini kesuburannya lebih rendah dari Desa Kumpai Batu Bawah, akan tetapi lebih baik dari Desa Tanjung Terantang. Keadaan ini menyebabkan jumlah pupuk yang diperlukan per satuan luas lebih banyak dari Desa Kumpai Batu Bawah. Tabel 5 memperlihatkan rekomendasi pemupukan dan luas lahan sawah yang terdapat di desa ini. 239
8 Masganti Tabel 5. Rekomendasi pemupukan tanaman padi di Desa Kumpai Batu Atas Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat No. Kode Zone pemupukan Luas Dosis pemupukan Dolomit Urea SP-36 KCl ha... kg/ha KBA KBA KBA Total Desa Tanjung Terantang Desa Tanjung Terantang mempunyai kesuburan tanah yang paling rendah diantara ketiga desa yang disurvei, sehingga diperlukan jumlah pupuk yang lebih banyak dari kedua desa lainnya. Luas lahan sawah yang direkomendasikan pemupukannya adalah ha (Tabel 6). Tabel 6. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Padi di Desa Tanjung Terantang Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat No. Kode Zone pemupukan Luas Dosis pemupukan Dolomit Urea SP-36 KCl ha... kg/ha TRT TRT TRT Total Frekuensi pemupukan dimaksudkan selain agar pupuk yang diberikan dapat diserap oleh tanaman pada waktu yang tepat (sesuai dengan fase pertumbuhan), juga dalam rangka mengurangi kehilangan pupuk yang diaplikasikan karena pada lahan pasang surut, ketersediaan air tergantung dari gerakan pasang surut air di permukaan sungai. Pupuk urea disarankan untuk diaplikasi dengan tiga kali frekuensi aplikasi karena selain disesuaikan dengan fase pertumbuhan tanaman padi, juga dalam rangka mengurangi tingkat kehilangan pupuk urea. Hal ini disebabkan sifat pupuk urea yang mudah larut dan tercuci oleh pergerakan pasang surut air di permukaan sungai. Selain mudah larut, pupuk N juga mudah menguap akibat suhu yang tinggi. Pemberian pupuk N masing-masing 50, 25, dan 25% dosis pada saat tanam, 42 hari setelah tanam (HST) dan 11 minggu setelah tanam (MST). 240
9 Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Lahan Pasang Surut Kecamatan Arut Selatan Pupuk SP-36 diaplikasikan sebagai pupuk dasar, yakni diberikan pada saat tanam atau paling lambat tujuh hari sesudah tanam, sedangkan KCl diberikan dua kali masing-masing 50% dosis pada saat tanam dan 42 HST. Dolomit diberikan 14 hari sebelum tanam (Masganti dan Yuliani, 2005). Tabel 7. Rekomendasi jenis pupuk, frekuensi, jumlah, dan waktu pemberian pupuk pada lahan-lahan sawah Desa Kumpai Batu Bawah, Kumpai Batu Atas, dan Tanjung Terantang, Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah Jenis pupuk Frekuensi Jumlah dan waktu pemberian pupuk 14 HBT Saat tanam 42 HST 11 minggu kali... % dosis... Urea SP KCl Dolomit Keterangan : HBT = Hari sebelum tanam HST = Hari setelah tanam KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan analisis sifat kimia tanah di laboratorium disimpulkan bahwa lahan pasang surut di daerah penelitian bertipe/jenis lahan sulfat masam dan bergambut dengan tipe luapan B dan C. 2. Pemupukan padi di lahan pasang surut menggunakan urea, SP-36, KCl, dan dolomit dengan dosis secara umum adalah kg dolomit/ha, kg urea/ha, kg SP-36/ha, dan kg KCl/ha. 3. Pemupukan urea diberikan tiga kali, masing-masing 50% dosis saat tanam, 25% dosis pada 6 MST dan sisanya pada 11 MST. KCl diaplikasi dua kali, masing-masing separuh dosis pada saat tanam dan 6 MST. Sedangkan SP- 36 semuanya diberikan pada saat tanam dan semua dolomit diberikan dua minggu sebelum tanam. 241
10 Masganti Saran Pemupukan padi di lahan pasang surut Kabupaten Kota Waringin Barat hendaknya memperhatikan enam zone pemupukan yakni : a. Zone 1 seluas ha, dosis pemupukan untuk setiap hektar adalah kg dolomit, kg urea, kg SP-36, dan kg KCl. b. Zone 2 seluas 85 ha, dosis pemupukan untuk setiap hektar adalah kg dolomit, kg urea, kg SP-36, dan kg KCl. c. Zone 3 seluas 70 ha, dosis pemupukan untuk setiap hektar dalah kg dolomit, kg urea, kg SP-36, dan kg KCl. d. Zone 4 seluas 364 ha, dosis pemupukan untuk setiap hektar dalah kg dolomit, kg urea, kg SP-36, dan kg KCl. e. Zone 5 seluas ha, dosis pemupukan untuk setiap hektar dalah kg dolomit, kg urea, kg SP-36, dan kg KCl. f. Zone 6 seluas 257 ha, dosis pemupukan untuk setiap hektar dalah kg dolomit, 300 kg urea, 200 kg SP-36, dan 150 kg KCl. DAFTAR PUSTAKA Adimihardja, A., K. Sudarman, dan D.A. Suriadikarta Pengembangan lahan pasang surut: keberhasilan dan kegagalan ditinjau dari aspek fisiko kimia lahan pasang surut. Hlm Dalam M. Sabran, M.Y. Maamun, A Sjachrani, B. Prayudi, I. Noor, dan S. Sulaiman (Eds.). Prosiding Seminar Nasional Hasil Penelitian Menunjang Akselerasi Pengembangan Lahan Pasang Surut. Balitbangtan, Puslitbangtan, Balittra. Banjarbaru. Adimihardja, A. dan D.A. Suriadikarta Pemanfaatan lahan rawa eks PLG Kalimantan Tengah untuk pengembangan pertanian berwawasan lingkungan. J. Penelitian & Pengembangan Pertanian 19(3): Hardjowigeno, S Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Edisi I. Akademika Presindo. Jakarta. Hlm 124. Houba, V.J.G., Van Der Lee, and I. Novozamky Soil and Plant Analysis : A Series of Sillaby Part 5B Soil Analysis Procedure, Others Procedures. Departement of Soil Science and Plant Nutrition, Wageningen Agricultural University, Wageningen. P
11 Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Lahan Pasang Surut Kecamatan Arut Selatan Maas, A Pengelolaan Lahan Rawa Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan. Pusat Studi Sumberdaya Lahan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Hlm 156. Masganti, T. Notohadikusumo, A. Maas, dan B. Radjagukguk Metode pengukuran ph tanah gambut. J. Tanah dan Air 2(2): Masganti Metode analisis kadar P-tersedia dalam bahan gambut. J. Agripeat 4(2): Masganti dan N. Yuliani Status hara tanah di daerah sentra produksi padi Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. J. Tanah dan Air 6(1): Masganti, Susilawati, dan N. Yuliani Potensi Sumbangan hara dalam budidaya padi lokal di lahan pasang surut ex-plg Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Hlm Dalam D. Subardja, R. Saraswati, H.S. Mamat, N. Sutrisno, D. Setyorini, Wahyunto, Sukarman, dan S. Ritung (Eds.). Prosiding Seminar Nasional Sumberdaya Lahan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Noorsyamsi, H., H. Anwarhan, S. Sulaiman, and H.M. Beachell Rice cultivation in the tidal swamps of Kalimantan. Pp In Proc. Workshop on Research Priorities in Tidal Swamp Rice. IRRI, Los Banos, Philippines, Manila. Rachim, A Penggunaan Kation-kation Polivalen dalam Kaitannya dengan Ketersediaan Fosfat untuk Meningkatkan Produksi Jagung pada Tanah Gambut. Disertasi. Program Pascasarjana IPB, Bogor. Hlm 268. Sawiyo, D. Subardja, dan D. Djaenudin Potensi lahan rawa di daerah Kotawaringin Barat Murung dan Kotawaringin Barat Barat untuk pengembangan pertanian. J. Penel. dan Pengem. Pert. 19(1):9-16. Soil Survey Staff Soil Taxonomy a Basic System of Classification for Making and Interpreting Soil Surveys. Secon Edition. Resource Conservation Cervise, USDA. Washington D.C. P 869. Tadesse, T.I. Haque, and E.A. Aduayi Working Document No. B 13. Soil, Plant, Water, Fertilizer, Animal Manure and Compost Analysis Manual. Soil Science and Plant Nutrition Section, International Livestock Centre for Africa, Addis Ababa, Ethiopia. P 260. Widjaja-Adhi, I G.P Masalah Tanaman di Lahan Gambut. Makalah Disajikan dalam Pertemuan Teknis Penelitian Usahatani Menunjang Transmigrasi. Cisarua, Bogor, Februari Hlm
12 Masganti Widjaja-Adhi, I G.P., K. Nugroho, D.A. Suriadikarta, dan A.S. Karama Sumberdaya lahan rawa: potensi, keterbatasan dan pemanfaatan. Hlm 18. Dalam S. Partohardjono dan M. Syam (Eds.). Pengembangan Terpadu Pertanian Lahan Rawa Pasang Surut dan Lebak. Risalah Pertemuan Nasional Pengembangan Pertanian Lahan Pasang Surut dan Rawa. Cisarua, 3-4 Maret Puslitbangtan, Bogor. 244
13 Rekomendasi Pemupukan Padi Sawah Lahan Pasang Surut Kecamatan Arut Selatan Lampiran 1. Peta rekomendasi zone pemupukan di Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah 245
14 Masganti Lampiran 2. Rekomendasi pemupukan padi berdasarkan zone pemupukan di Kecamatan Arut Selatan, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah No. Zone pemupukan Luas Dosis pemupukan Dolomit Urea SP-36 KCl ha... kg/ha Total
Perbedaan Daya Serap Hara Beberapa Varietas Unggul Padi pada Tipe Lahan Berbeda di Lahan Pasang Surut
Perbedaan Daya Serap Hara Beberapa Varietas Unggul Padi pada Tipe Lahan Berbeda di Lahan Pasang Surut Masganti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jln. Zainal Abidin Pagar Alam No. 1A Radjabasa,
Lebih terperinciPengelolaan Hara Terpadu untuk Meningkatkan Produktivitas Padi Lahan Rawa Pasang Surut Sulfat Masam Potensial
Pengelolaan Hara Terpadu untuk Meningkatkan Produktivitas Padi Lahan Rawa Pasang Surut Sulfat Masam Potensial Yulia Raihana dan Muhammad Alwi Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Jln. Kebun Karet P.O.Box
Lebih terperinciANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU
ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN SAWAH DI PROVINSI BENGKULU Nurmegawati dan Eddy Makruf Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jalan Irian Km. 6,5 Kelurahan Semarang Kota
Lebih terperinciDecision Support System (DSS) Pemupukan Padi Lahan Rawa
Decision Support System (DSS) Pemupukan Padi Lahan Rawa Muhammad Alwi dan Arifin Fahmi Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Jln. Kebun Karet P.O.Box 31, Loktabat Utara, Banjarbaru, Kalimantan Selatan
Lebih terperinciADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK
ADAPTASI VARIETAS UNGGUL BARU PADA LAHAN RAWA PASANG SURUT DI PROVINSI BENGKULU Nurmegawati dan Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl Irian km 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK Pemanfaatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat peningkatan
Lebih terperinciPENAMPILAN DELAPAN GALUR PADI DI LAHAN LEBAK TENGAHAN PADA MUSIM KEMARAU ABSTRAK
PENAMPILAN DELAPAN GALUR PADI DI LAHAN LEBAK TENGAHAN PADA MUSIM KEMARAU Izhar Khairullah, Sutami, R. Humairie, dan M. Imberan Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) ABSTRAK Budidaya padi di
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai
Lebih terperinciSistem Usahatani Jagung pada Lahan Pasang Surut di Kalimantan Selatan (Kasus di Desa Simpang Jaya Kecamatan Wanaraya Kabupaten Barito kuala)
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 20 ISBN : 978-979-8940-29-3 Sistem Usahatani Jagung pada Lahan Pasang Surut di Kalimantan Selatan (Kasus di Desa Simpang Jaya Kecamatan Wanaraya Kabupaten Barito kuala)
Lebih terperinciPENGELOLAAN HARA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH BUKAAN BARU DI HARAPAN MASA-TAPIN KALIMANTAN SELATAN
PENGELOLAAN HARA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS LAHAN SAWAH BUKAAN BARU DI HARAPAN MASA-TAPIN KALIMANTAN SELATAN LR. Widowati dan S. Rochayati ABSTRAK Salah satu upaya pemenuhan pangan nasional adalah
Lebih terperinciREKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor
REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah
Lebih terperinciKarakteristik Kimia Lahan Gambut Dangkal dan Potensinya untuk Pertanaman Cabai dan Tomat
Bul. Agron. (35) () 3 3 (7) Karakteristik Kimia Lahan Gambut Dangkal dan Potensinya untuk Pertanaman Cabai dan Tomat Chemical Characteristic of Shallow Peat and Its Potency for Red Pepper and Tomato Muhammad
Lebih terperinciI. PENDHULUAN. pertanian dalam pembangun suatu perekonomian adalah menghasilkan bahan pangan
I. PENDHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, apabila tidak disertai dengan kenaikan produksi pangan, maka akan berpeluang menghadapi persoalan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lahan bekas tambang PT. Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa tengah pada bulan Maret
Lebih terperinciAPLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia
APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Dalam budi daya jagung perlu memperhatikan cara aplikasi pupuk urea yang efisien sehingga pupuk yang diberikan
Lebih terperinciI. Pendahuluan. II. Permasalahan
A. PENJELASAN UMUM I. Pendahuluan (1) Padi sawah merupakan konsumen pupuk terbesar di Indonesia. Efisiensi pemupukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga terkait
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk
Lebih terperinciAgriekonomika, ISSN e ISSN Volume 4, Nomor 1
Agriekonomika, ISSN 2301-9948 April, 2015 STRATEGI PENINGKATAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA PASANG SURUT DALAM MENDUKUNG PENINGKATAN PRODUKSI BERAS DI KALIMANTAN TENGAH Dedy Irwandi Balai Pengkajian Teknologi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan
Lebih terperinciEFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG. Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia
EFEKTIFITAS PUPUK HAYATI ECOFERT TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG Syafruddin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan pada lahan sawah di Bontonompo Gowa-Sulsel yang
Lebih terperinciAplikasi Pupuk Kandang dan Pupuk SP-36 Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala
Aplikasi Kandang dan Untuk Meningkatkan Unsur Hara P Dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Inceptisol Kwala Bekala Application of Farmyard Manure and SP-36 Fertilizer on Phosphorus Availability
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton
Lebih terperinciKAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK
KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH M. A. Firmansyah 1, Suparman 1, W.A. Nugroho 1, Harmini 1 dan
Lebih terperinciUJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH
Seminar Nasional : Reformasi Pertanian Terintegrasi Menuju Kedaulatan Pangan UJI ADAPTASI BEBERAPA PADI HIBRIDA DI LAHAN SAWAH IRIGASI BARITO TIMUR, KALIMANTAN TENGAH Asmarhansyah 1) dan N. Yuliani 2)
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan
PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan pangan semakin meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk. Sementara itu areal pertanian produktif di daerah padat penduduk terutama di Jawa terus menyusut akibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN an. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas gula
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara dengan basis sumberdaya agraris, Indonesia pernah menjadi salah satu produsen dan eksportir gula pasir yang terbesar di dunia pada decade 1930-40 an.
Lebih terperinciKeragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan
Keragaan Beberapa VUB Padi Sawah di Lahan Pasang Surut Mendukung Swasembada Pangan Suparman dan Vidya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Tengah Jl. G. Obos Km. 5 Palangka Raya E-mail : arman.litbang@gmail.com
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, serta di kebun percobaan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH RAWA PASANG SURUT DI KARANG AGUNG ULU SUMATERA SELATAN. E. DEWI YULIANA Fakultas MIPA, Universitas Hindu Indonesia
KARAKTERISTIK DAN KLASIFIKASI TANAH RAWA PASANG SURUT DI KARANG AGUNG ULU SUMATERA SELATAN E. DEWI YULIANA Fakultas MIPA, Universitas Hindu Indonesia ABSTRACT This study is aimed at identifyimg the characteristics
Lebih terperinciDINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani
Seminar Nasional DINAMIKA PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PERDESAAN: Tantangan dan Peluang bagi Peningkatan Kesejahteraan Petani Bogor, 19 Nopember 2008 UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DAN SAYURAN
Lebih terperinciJurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi p-issn: Volume 1 Nomor 2 Tahun 2017 e-issn:
STATUS HARA LAHAN SAWAH DAN REKOMENDASI PEMUPUKAN PADI SAWAH PASANG SURUT DI KECAMATAN RANTAU RASAU KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR JAMBI Busyra Buyung Saidi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Lebih terperinciPENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia
PENEMPATAN PUPUK ANORGANIK YANG EFISIEN PADA TANAMAN JAGUNG DI LAHAN KERING M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Budidaya jagung yang efisien untuk produksi biji harus memperhatikan cara
Lebih terperinciTENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 01/Kpts/SR.130/1/2006 TANGGAL 3 JANUARI 2006 TENTANG REKOMENDASI PEMUPUKAN N, P, DAN K PADA PADI SAWAH SPESIFIK LOKASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK KATA PENGANTAR
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.
Lebih terperinciPERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN
PERAN BAHAN ORGANIK DAN TATA AIR MIKRO TERHADAP KELARUTAN BESI, EMISI CH 4, EMISI CO 2 DAN PRODUKTIVITAS PADI DI LAHAN SULFAT MASAM RINGKASAN Tanah sulfat masam merupakan tanah dengan kemasaman yang tinggi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting setelah padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.
Lebih terperinciKERAGAAN VARIETAS PADI RAWA ADAPTIF PADA LAHAN RAWA LEBAK DI PROVINSI BENGKULU ABSTRAK
KERAGAAN VARIETAS PADI RAWA ADAPTIF PADA LAHAN RAWA LEBAK DI PROVINSI BENGKULU Nurmegawati dan Wahyu Wibawa Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl Irian km 6,5 Kota Bengkulu ABSTRAK Lahan rawa
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanaman padi salah satunya yaitu pemupukan. Pupuk merupakan salah satu faktor
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi merupakan komoditas utama yang selalu dibudidayakan oleh petani di Indonesia. Tetapi ada banyak hal yang menjadi kendala dalam produktivitas budidaya tanaman padi
Lebih terperinciPENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN
PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK UNTUK MENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG (Zea Mays L.) DI LAHAN KERING KALIMANTAN SELATAN Agus Hasbianto dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan ABSTRAK Jagung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di berbagai bidang memerlukan sumberdaya manusia yang berkualitas. Salah satu kendala peningkatan kualitas sumberdaya manusia adalah defisiensi nutrisi Zn.
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PERMASALAHAN PETANI UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI DI LAHAN RAWA LEBAK DI KAB. TANAH LAUT ABSTRAK
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PETANI UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS PADI DI LAHAN RAWA LEBAK DI KAB. TANAH LAUT Fadjry, Rafiek, D. Ismadi (1), M. Alwi, dan A. Budiman (2) (1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG
PENGARUH PEMBERIAN KOMBINASI PUPUK ORGANONITROFOS DAN PUPUK KIMIA TERHADAP SERAPAN HARA DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) MUSIM TANAM KEDUA DI TANAH ULTISOL GEDUNGMENENG Dermiyati 1), Jamalam Lumbanraja
Lebih terperinciSukristiyonubowo, Suwandi, dan Rahmat H. Balai Penelitian Tanah ABSTRAK
PENGARUH PEMUPUKAN NPK, KAPUR, DAN KOMPOS JERAMI TERHADAP SIFAT KIMIA TANAH, PERTUMBUHAN, DAN HASIL PADI VARIETAS CILIWUNG YANG DITANAM PADA SAWAH BUKAAN BARU Sukristiyonubowo, Suwandi, dan Rahmat H. Balai
Lebih terperinciPEMUPUKAN LAHAN SAWAH BERMINERAL LIAT 2:1 UNTUK PADI BERPOTENSI HASIL TINGGI
PEMUPUKAN LAHAN SAWAH BERMINERAL LIAT 2:1 UNTUK PADI BERPOTENSI HASIL TINGGI A. Kasno dan Nurjaya ABSTRAK Padi merupakan makanan pokok yang mempunyai nilai strategis dalam keamanan pangan nasional. Swasembada
Lebih terperinciSEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
RAKITAN TEKNOLOGI SEMINAR DAN EKSPOSE TEKNOLOGI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA TIMUR BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN Bogor,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik
14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang
Lebih terperinciUJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN
UJI GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA UMUR GENJAH TOLERAN LAHAN MASAM DI KALIMANTAN SELATAN Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Panyipatan, Kabupaten Tanah Laut,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada kemiringan lahan 15 %. Tanah Latosol Darmaga/Typic Dystrudepts (Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm) dipilih sebagai
Lebih terperinciPeran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten
Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten Eka Rastiyanto Amrullah¹ dan Sholih Nugroho Hadi² ¹Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Banten Jl. Ciptayasa KM 01 Ciruas Serang
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Agustus 2009 di kebun Parungaleng, Cijayanti, Bogor dan Laboratorium Fisika, Laboratorium
Lebih terperinciSERAPAN HARA DAN PERTUMBUHAN MENTIMUN, LOBAK, SERTA SAWI PADA KADAR AIR TANAH GAMBUT YANG BERBEDA ABSTRAK
SERAPAN HARA DAN PERTUMBUHAN MENTIMUN, LOBAK, SERTA SAWI PADA KADAR AIR TANAH GAMBUT YANG BERBEDA Muhammad Alwi, N. Fauziati dan Nurita Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) ABSTRAK Penelitian
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil
15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Contoh Tanah Hasil analisa sudah diketahui pada Tabel 4.1 dapat dikatakan bahwa tanah sawah yang digunakan untuk penelitian ini memiliki tingkat kesuburan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Awal Tanah Gambut
20 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Awal Tanah Gambut Hasil analisis tanah gambut sebelum percobaan disajikan pada Tabel Lampiran 1. Hasil analisis didapatkan bahwa tanah gambut dalam dari Kumpeh
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian
Lebih terperinciMODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK
MODEL SIMULASI KELAYAKAN LAHAN PENGEMBANGAN LADA ORGANIK Rosihan Rosman Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor rosihan_rosman@yahoo.com ABSTRAK Dalam upaya mendukung
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando,
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini beras masih merupakan pangan utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Menurut Puslitbangtan (2004 dalam Brando, 2007) kebutuhan beras dari tahun-ketahun
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dikenali lagi dan kandungan mineralnya tinggi disebut tanah bergambut (Noor, 2001).
TINJAUAN PUSTAKA Lahan Gambut Gambut diartikan sebagai material atau bahan organik yang tertimbun secara alami dalam keadaan basah berlebihan, bersifat tidak mampat dan tidak atau hanya sedikit mengalami
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanahnya memiliki sifat dakhil (internal) yang tidak menguntungkan dengan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan sulfat masam merupakan salah satu jenis lahan yang terdapat di kawasan lingkungan rawa dan tergolong ke dalam lahan bermasalah karena tanahnya memiliki sifat dakhil
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. (Gambar 1. Wilayah Penelitian) penelitian dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis di laboratorium.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan sawah Desa Hilibadalu Kecamatan Sogaeadu Kabupaten Nias dengan luas 190 ha dan ketinggian tempat ± 18 m di atas permukaan
Lebih terperinciPENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS MALABAR DAN KIPAS PUTIH PADA DOSIS PUPUK FOSFOR (P) RENDAH
PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS MALABAR DAN KIPAS PUTIH PADA DOSIS PUPUK FOSFOR (P) RENDAH Dotti Suryati Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mentimun merupakan suatu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mentimun merupakan suatu jenis sayuran dari keluarga labu-labuan (Cucurbitacae) yang sudah popular di seluruh dunia. Siemonsma dan Piluek (1994), menyatakan
Lebih terperinciKegiatan ini didasarkan kepada keberhasilan petani tradisional Kalimantan Selatan dalam membudidayakan padi
PENDAHULUAN Latar Belakang Usaha-usaha untuk mereklamasi daerah pasang surut sebagai daerah pemukiman transmigrasi dan pengembangan persawahan telah dirintis sejak awal Pelita I. Langkah ini merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan
I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan pertambahan penduduk. Kenaikan konsumsi ini tidak dapat dikejar oleh produksi dalam
Lebih terperinciSeminar Nasional: Inovasi untuk Petani dan Peningkatan Daya Saing Produk Pertanian, ISBN
PENERAPAN SISTEM SURJAN UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI DAN PENINGKATAN PENDAPATAN DI LAHAN PASANG SURUT Desa Lagan Ulu Kecamatan Geragai Kabupaten Tanjajung Jabung Timur, Jambi Dakhyar Nazemi, Y. Rina,
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
15 II. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilaksanakan terdiri atas dua percobaan yaitu percobaan inkubasi dan percobaan rumah kaca. Percobaan inkubasi beserta analisis tanah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi untuk dikembangkan secara intensif. Permintaan kacang hijau dalam
Lebih terperinciEFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK N PADA JAGUNG KOMPOSIT MENGGUNAKAN BAGAN WARNA DAUN. Suwardi dan Roy Efendi Balai Penelitian Tanaman Serealia
Prosiding Seminar Nasional Serealia 29 ISBN :978-979-894-27-9 EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK N PADA JAGUNG KOMPOSIT MENGGUNAKAN BAGAN WARNA DAUN Suwardi dan Roy Efendi Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut
Lebih terperinciTEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL
TEKNOLOGI BUDIDAYA UBI KAYU UNTUK MENCAPAI PRODUKSI OPTIMAL Bagi Indonesia, ubi kayu merupakan komoditas pangan penting, dan ke depan komoditas ini akan semakin srategis peranannya bagi kehidupan masyarakat
Lebih terperinciImam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah
6. MENGHITUNG TAKARAN PUPUK UNTUK PERCOBAAN KESUBURAN TANAH Imam Purwanto, Eti Suhaeti, dan Edi Sumantri Teknisi Litkaysa Penyelia Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah Pengertian Pupuk Pupuk adalah suatu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Semawung, Kec. Andong, Boyolali (lahan milik Bapak Sunardi). Penelitian dilaksanakan selama 5 bulan, dimulai bulan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
7 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2012 di kebun percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga, Bogor. Analisis tanah
Lebih terperinciPENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU
PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:
Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9 PENGARUH JENIS DAN DOSIS BAHAN ORGANIK PADA ENTISOL TERHADAP ph TANAH DAN P-TERSEDIA TANAH Karnilawati 1), Yusnizar 2) dan Zuraida 3) 1) Program
Lebih terperinciREHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG
1-8 REHABILITASI LAHAN KERING ALANG ALANG DENGAN OLAH TANAH DAN AMANDEMEN KAPUR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG Agusni Dosen Program Studi Agroteknologi Universitas Almuslim Email: aisyahraja2017@gmail.com
Lebih terperinciTEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia
TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Teknologi produksi biomas jagung melalui peningkatan populasi tanaman.tujuan pengkajian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,
Lebih terperinciPENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA
PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA HUSIN KADERI Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru Jl. Kebun Karet, Loktabat Banjarbaru RINGKASAN Percobaan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) atau yang lebih dikenal dengan nama
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata Sturt) atau yang lebih dikenal dengan nama sweet corn mulai dikembangkan di Indonesia pada awal tahun 1980, diusahakan secara
Lebih terperinci(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat
Lebih terperinciVII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN
VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan
Lebih terperinciKESEIMBANGAN DAN KETERSEDIAAN KALIUM DALAM TANAH DENGAN BERBAGAI INPUT PUPUK PADA SISTEM SAWAH TADAH HUJAN Sukarjo 1, Anik Hidayah 1 dan Ina Zulaehah 1 1 Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, Jl. Raya
Lebih terperinciPENGARUH DIMENSI DAN JARAK SALURAN DRAINASE TERHADAP DINAMIKA LENGAS TANAH ABSTRAK
PENGARUH DIMENSI DAN JARAK SALURAN DRAINASE TERHADAP DINAMIKA LENGAS TANAH Dakhyar Nazemi dan K. Anwar Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) ABSTRAK Penelitian di lakukan pada lahan lebak tengahan,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi
Lebih terperinciDinamika Waktu Tanam Tanaman Padi di Lahan Rawa Lebak Pulau Kalimantan
Dinamika Waktu Tanam Tanaman Padi di Lahan Rawa Lebak Pulau Kalimantan Nur Wakhid 1, Haris Syahbuddin 2, Izhar Khairullah 1 1 Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Jl. Kebun Karet, Loktabat Utara, Banjarbaru
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa
Lebih terperinciPengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK
Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah Oleh: A. Madjid Rohim 1), A. Napoleon 1), Momon Sodik Imanuddin 1), dan Silvia Rossa 2), 1) Dosen Jurusan Tanah dan Program Studi
Lebih terperinciKERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH
36 Muhammad Saleh KERAGAAN KACANG TANAH VARIETAS KANCIL DAN JERAPAH DI LAHAN GAMBUT KALIMANTAN TENGAH Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Jl. Kebon Karet Loktabat,
Lebih terperinci