LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN TAHUN 2017 KATA PENGANTAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN TAHUN 2017 KATA PENGANTAR"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkatrahmat, dan ridho-nya kepada kita semua sehingga Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan jadwal waktu yang telah ditentukan. Laporan Kinerja ini pada hakikatnya adalah merupakan refleksi dari rangkaian kinerja seluruh aktivitas yang menjadi lingkup kerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan selama Tahun Anggaran Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional adalah sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan di bidang pertanahan sepanjang Tahun Penyusunan Laporan Kinerja ini merupakan pemenuhan atas amanat pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah dan berpedoman kepada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Selain itu, pada lingkup Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional juga mengacu kepada Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 15/SE/IX/2015 tanggal 23 September 2015 perihal Sistematika Penyusunan Perjanjian Kinerja dan Laporan Kinerja di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Laporan Kinerja ini merupakan wujud pertanggungjawaban atas kinerja yang telah dicapai selama tahun 2017, dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang diemban di Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan. Sebagai realisasi tahun ketiga dari pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) yang ingin diwujudkan selama 5 (lima) tahun kedepan. ii

3 Pengalaman yang diperoleh pada tahun ketiga ini akan menjadi bekal bagi pelaksanaan agenda pekerjaan di tahun-tahun mendatang. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrarian Tahun 2017 memuat informasi secara transparan tentang pelaksanaan kegiatan program, kebijakan dan anggaran yang tercantum dalam Dokumen Daftar Isian dan Pelaksanan Anggaran (DIPA) Tahun 2017 untuk mendukung penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan bidang infrastruktur keagrariaan di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan PertanahanNasional. Isi dan uraian dari Laporan Kinerja Tahun 2017 menggambarkan pelaksanaan program dan kegiatan serta capaian kinerja fisik maupun anggaran pada Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan sepanjang Tahun 2017 sebagai wujud pelaksanaan Rencana Strategis periode lima tahunan (Tahun 2015 s/d Tahun 2019). Akhir kata, segenap jajaran Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan menyadari bahwa diluar upaya maksimal yangtelah kami lakukan, tentunya masih dijumpai berbagai kekurangan dalam kinerja yang telah kami capai.kekurangan tersebut tentunya akan dijadikan pembelajaran dan masukan bagi perbaikan dan peningkatan kinerja kami kedepan. Selanjutnya, kami juga ingin menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggitingginya kepada semua pihak yang telah mendukung dan berperan aktif terhadap pencapaian kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan di Tahun Semoga informasi yang tersaji dalam Laporan Kinerja ini dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak. Jakarta, Januari 2018 Direktur Jenderal Infrastruktur Keagrariaan, Ir. R. Muhammad Adi Darmawan, M.Eng.Sc NIP iii

4 EXECUTIVE SUMMARY Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan (Ditjen II) sebagai unit organisasi yang berada dalam ruang lingkup Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang mendapat amanat untuk menjalankan tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Melalui pembentukan Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan ini, diharapkan dapat tercapai suatu sinergitas kebijakan antara kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebagai unit organisasi yang mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur keagrariaan/pertanahan dan survei, pengukuran dan pemetaan di Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Direktorat Jendral Infrastruktur Keagrariaan telah melakukan daya dan upaya dalam rangka mendukung tercapainya tiga sasaran strategis Kementerian ATR/BPN yaitu : 1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan agraria yang adil dan berkelanjutan; 2. Terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; 3. Berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan (sengketa, konflik, dan perkara). Khusus untuk tercapainya sasaran ketiga, yaitu berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan maka dilaksanakan kegiatan dalam rangka mendukung peningkatan kepastian letak, batas dan luas bidang tanah untuk penegakan hukum. Sasaran strategis tersebut dapat dicapai melalui kegiatan-kegiatan pembuatan peta dasar pertanahandalam rangka mendukung Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), pembuatan peta tematik pertanahan dan peta bidang tanah. Sumber pembiayaan untuk mewujudkan sasaran strategis tersebut berasal dari DIPA Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Satker Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun 2017 Nomor DIPA /2017 tanggal 7 Desember 2016 beserta dokumen perubahan-perubahan anggaran yang dilaksanakan akibat adanya saving dan sharing sepanjang tahun 2017 terhadap Program Pengembangan Infrastruktur Keagrariaan. Dalam Laporan Kinerja ini data pagu anggaran yang digunakan iv

5 adalah hasil saving dan sharing terakhir dan tertera pada dokumen DIPA Revisi Ke-03 Tanggal 31 Oktober 2017 dan Petunjuk Operasional Kegiatan Tahun 2017sebesar Rp ,00 dengan persentase nilai capaian kinerja realisasi fisik sebesar 84.77% dan realisasi anggaran sebesar 73,36%. Capaian tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan capaian pada tahun 2016 yaitu 97,28% untuk realisasi fisik dan 88,85% untuk realisasi keuangan. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun 2017 memuat informasi secara transparan tentang pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran yang tercantum dalam Dokumen Daftar Isian dan Pelaksanan Anggaran (DIPA) Tahun Laporan Kinerja Tahun 2017 tersebut merupakan wujud akuntabilitas pencapaian kinerja dari pelaksanaan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Tahun yang telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 25 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun Demikian Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun Anggaran 2017 disusun sebagai wujud akuntabilitas dan sumber informasi, referensi serta media evaluasi yang efektif dan berfungsi sebagai alat kendali kinerja seluruh jajaran aparatur Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan. Diharapkan pada tahun berikutnya Laporan Kinerja ini dapat digunakan dalam rangka perbaikan dan optimalisasi kinerja untuk mendukung cita-cita lembaga Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional mewujudkan agenda pembangunan nasional yaitu Agenda Prioritas Nawa Cita khususnya yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Jakarta, Januari 2018 Direktur Jenderal Infrastruktur Keagrariaan, Ir. R. Muhammad Adi Darmawan, M.Eng.Sc NIP v

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... ii EXECUTIVE SUMMARY... iv BAB I... 1 PENDAHULUAN... 1 I.1. GAMBARAN UMUM... 1 I.2. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI... 6 A. Tugas dan Fungsi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional... 6 B. Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan... 7 C. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan I.3. SUMBER DAYA MANUSIA I.4. SARANA DAN PRASARANA I.5. RENCANA STRATEGIS I.6. PERAN I.7. HARAPAN PEMANGKU KEPENTINGAN BAB II PERENCANAAN KINERJA II. 1. RENCANA STRATEGIS II.2. INDIKATOR KINERJA II.3. TARGET KINERJA II.4. PERJANJIAN KINERJA II.5. KERANGKA PENDANAAN BAB III AKUNTABILITAS KINERJA III.1. CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN Capaian Kinerja Berdasarkan Revisi Perjanjian Kinerja Tahun Capaian Realisasi Penyerapan Anggaran Bidang dan Seksi Infrastruktur Pertanahan Kanwil Provinsi Hasil Pelaksanaan Kegiatan Tahun vi

7 Capaian Anggaran Berdasarkan Kegiatan Eselon 2 di Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Perbandingan dengan Realisasi Tahun III.2. REALISASI ANGGARAN BAB IV PENUTUP LAMPIRAN I PERJANJIAN KINERJA LAMPIRAN II REALISASI KEGIATAN DITJEN IK TAHUN ANGGARAN LAMPIRAN III DOKUMENTASI KEGIATAN PADA DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN vii

8 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Komposisi Sumber Daya Manusia Tabel 2.1 Arahan Kebijakan Tabel 2.2 Rencana Strategis Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Tahun Tabel 2,4 Target Anggaran Berdasarkan Perjanjian Kinerja Tabel 2.5 Kegiatan Prioritas Unit Kerja Tabel 3.1 Capaian Kinerja Tahun Tabel 3.2 Caapaian Kinerja Berdasarkan Kegiatan Eselon Tabel 3.3 Laporan Capaian Kinerja Kegiatan Kebijakan Satu Peta Tabel 3.4 Capaian Realisasi Penyerapan Anggaran Bidang dan Seksi Tabel 3.5 Capaian Hasil Pelaksanaan Kegiatan Tabel 3.6 Capaian Anggaran Berdasarkan Kegiatan Eselon viii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Struktur Organisasi Ditjen Infrastruktur Keagrariaan Gambar 1.2 Struktur Organisasi Setditjen Infrastruktur Keagrariaan Gambar 1.3 Struktur Organisasi Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar Gambar 1.4 Struktur Organisasi Survei dan Pemetaan Tematik Gambar 1.5 Struktur Organisasi Pengukuran dan Pemetaan Kadastral Gambar 1.6 Komposisi Sumber Daya Manusia Gambar 1.7 Lokasi Gedung Gambar 1.8 Tujuan Utama, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Gambar 2.1 Kerangka Sasaran dan Target Kinerja Gambar 3.1 Akuntabilitas Kinerja Gambar 3.2 Capaian Kinerja Berdasarkan Kegiatan Eselon Gambar 3.3 Perbandingan Total Pagu dan Total Realisasi 33 Provinsi Gambar 3.4 Capaian Realisasi Anggaran Kegiatan Eselon ix

10 BAB I PENDAHULUAN I.1. GAMBARAN UMUM Republik Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Jika dilihat dari urutannya di dunia, Indonesia merupakan negara dengan Jumlah Penduduk Terbanyak keempat di dunia. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jumlah Penduduk Indonesia adalah sebanyak jiwa pada tahun Angka tersebut lebih tinggi sekitar 8,5% atau bertambah sebanyak jiwa dibandingkan dengan tahun 2016 yang berjumlah jiwa. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki jumlah pulau sebanyak pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, dengan luas daratan seluas km2 dan luas perairan sebesar km2. Dengan luas wilayah dan populasi penduduk yang besar tersebut, tentunya Indonesia memiliki potensi kekayaan sumber daya yang begitu melimpah salah satunya adalah ruang dan tanah. Kekayaan yang melimpah tersebut harus dikelola dan dimanfaatkan secara optimal agar dapat memberikan kesejahteraan dan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia. Tanah merupakan salah satu kebutuhan vital bagi masyarakat. Peran penting dari tanah dapat dilihat dalam pengaturan konstitusi Negara Republik Indonesia pada Pasal 33 yang menegaskan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Salah satu upaya yang dilaksanakan untuk dapat mewujudkan tujuan sebesar-besar kemakmuran rakyat ini adalah dengan membentuk Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Ketentuan Pokok-pokok Agraria (Undang-Undang Pokok Agraria, UUPA). Dalam rangka mewujudkan tanah untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan dalam UU No.5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (UUPA) dan Tap MPR No. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional sebagai Lembaga Pemerintah yang menangani tugas di bidang pertanahan di tingkat Nasional dan Regional, mengemban Prioritas 1

11 Nasional Reforma Agraria yang meliputi aset dan akses reform untuk mewujudkan salah satu outcome Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui legalisasi aset. Reforma Agraria merupakan jawaban terhadap masalah ketimpangan struktur agraria, kemiskinan dan ketahanan pangan, dan pembangunan wilayah. Pasal 19 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) menetapkan, bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia. Hal tersebut tertuang juga di dalam pasal 3 Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan Pertanahan Nasional, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) ditugaskan untuk melaksanakan urusan pemerintahan di bidang pertanahan dan bertanggung jawab kepada Kementerian Koordinator Bidang Ekonomi. Untuk percepatan pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 UUPA yang saat ini telah mencapai ± 46 juta bidang dari ±126 juta bidang tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia, sejak tahun 1981 dilaksanakan pendaftaran tanah pertama kali secara masal dalam rangka penerbitan sertipikat hak atas tanah sebagai surat tanda bukti hak melalui Proyek Operasi Nasional (PRONA). Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan pembangunan pertanahan bagi Warga Negara Indonesia atau badan hukum/lembaga sosial dan keagamaanyang dibiayai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Berdasarkan RPJMN dimana Visi Pembangunan Nasional adalah terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong. Visi tersebut dijalankan melalui tujuh misi dan Sembilan agenda Prioritas yang disebut Nawa Cita, diantaranya yang tertulis pada butirke-4 yaitu Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya dan butir ke-5 (lima) adalah Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program Indonesia Pintar ; serta peningkatan 2

12 kesejahteraan masyarakat dengan program Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera dengan mendorong landreform dan program kepemilikan tanah seluas 9 juta hektar di tahun Dengan demikian dalam rangka mewujudkan landreform (Reforma Agraria) dan program kepemilikan tanah 9 juta hektar perlu disusun roadmap yang merupakan rencana target, kebijakan dan langkah-langkah strategi pelaksanaan hingga tahun Untuk mewujudkan dan mendorong target program landreform (Reforma Agraria) dan program kepemilikan tanah 9 juta hektar, kegiatan tersebut terbagi atas dua kegiatan Prioritas Nasional yaitu : a. Legalisasi Aset seluas 4.5 juta hektar, terdiri dari : - Tanah Transmigrasi yang belum bersetifikat seluas 0.6 juta hektar dan - Legalisasi Aset seluas 3.9 juta hektar b. Redistribusi Tanah seluas 4.5 juta hektar, terdiri dari - Hak Guna Usaha (HGU) yang habis masa berlakunya, Tanah Terlantar dan Tanah Negara lainnya seluas 0.4 juta hektar serta - Pelepasan Kawasan Hutan seluas 4.1 juta hektar. Mengingat kegiatan Prioritas Nasional Legalisasi Aset dan dan Redistribusi Tanah yang dilaksanakan pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional berbasis pada jumlah bidang tanah maka asumsi yang digunakan dalam melakukan konversi dari hektar ke bidang tanah adalah sebagai berikut : a. Tanah Transmigrasi, untuk 1 Kepala Keluarga (KK) memperoleh 2 hektar tanah rumah pekarangan yang terdiri dari : 1 hektar lahan usaha 1; 0,75 hektar lahan usaha 2 dan 0.25 hektar lahan pekarangan (rumah). b. Legalisasi Aset, untuk 1 bidang tanah setara rata-rata dengan hektar tanah (berdasarkan rata-rata permohonan yang masuk dalam sistem KKP). c. Hak Guna Usaha (HGU) yang habis masa berlakunya, Tanah Terlantar dan Tanah Negara lainnya, untuk 1 bidang tanah setara dengan 0.7 hektar bidang tanah (berdasarkan rata-rata realisasi kegiatan di tahun 2015). d. Pelepasan Kawasan Hutan, untuk 1 bidang tanah setara dengan 2 hektar bidang tanah. 3

13 Sehubungan dengan hal tersebut, dalam Sidang Kabinet Paripurna Tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2018, RAPBN 2018 dan Perubahan Rezim Surat Pertanggungjawaban (SPJ), Tanggal 2 November 2016 di Istana Negara Jakarta, sebagaimana tercantum dalam Risalah No. R-273/DKK/11/2016 (No. R- 207/Seskab)DKK/11/2016, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional menyampaikan paparan dan penjelasan terkait dengan Reforma Agraria, dimana disebutkan bahwa Reforma Agraria fokus pada pelaksanaan redistribusi tanah dan percepatan legalisasi aset tanah masyarakat (asset reform), percepatan penyelesaian kasus/konflik pertanahan dan percepatan sertifikasi tanah. Dalam Sidang Kabinet Paripurna tersebut, Presiden Republik Indonesia juga memberikan arahan dan petunjuk terkait permasalahan sertipikat tanah, dimana masih terdapat ± 54 % sertipikat yang harus dirampungkan karena dinantikan oleh masyarakat. Dalam upaya percepatan legalisasi aset tanah masyarakat (asset reform) tersebut, Presiden Republik Indonesia, mengamanatkan agar Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional melaksanakan pendaftaran tanah secara sistematik dengan peningkatan target pensertipikatan tanah yang lebih signifikan, sehingga pada tahun 2025 bidang-bidang tanah di seluruh Indonesia sudah terdaftar. Menindaklanjuti amanat tersebut, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional menargetkan pensertipikatan tanah dalam roadmap pada tahun 2017 sebanyak 5 juta bidang, tahun 2018 sebanyak 7 juta bidang, tahun 2019 sebanyak 9 juta bidang, tahun 2020 sebanyak 10 juta bidang demikian seterusnya sampai pada tahun 2025 nantinya diharapkan seluruh bidang tanah di Indonesia telah terdaftar semuanya. Upaya percepatan pendaftaran tanah sebagaimana target yang telah ditetapkan dalam roadmap, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional menyelenggarakan Pendaftaran Tanah Secara Sistematik dan Lengkap (PTSL), yaitu pendaftaran tanah yang mencakup atas seluruh bidang-bidang tanah dalam suatu desa demi desa. Dalam rangka percepatan Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL) dan pelaksanaan kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah rutin, diperlukan dukungan alat ukur dan sumber daya manusia petugas ukur yang memadai disamping 4

14 anggaran kegiatan yang tersedia yang merupakan penentu dapat dilaksanakannya program kegiatan Prioritas Nasional dan program kegiatan pertanahan lainnya. Saat ini kegiatan survei, pengukuran dan pemetaan bidang tanah dilaksanakan baik di Kantor Wilayah BPN Provinsi maupun di Kantor Pertanahan Kab/Kota. Sumber dana untuk pelaksanaan kegiatan tersebut berasal dari APBN yang bersumber dari Rupiah Murni (RM) maupun dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Kegiatan pengukuran dan pemetaan yang berasal dari dana RM antara lain pengukuran dan pemetaan dalam rangka Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL), Konsolidasi Tanah, Redistribusi Tanah maupun Pengadaan Tanah. Sedangkan kegiatan yang dibiayai melalui dana PNBP adalah kegiatan rutin pelayanan pengukuran dan pemetaan bidang tanah sporadik baik dalam rangka pendaftaran tanah pertama kali maupun dalam rangka pemeliharaan data. Hal tersebut mengakibatkan target pengukuran dan pemetaan bidang tanah pada tiap-tiap Kantor Wilayah BPN Provinsi maupun Kantor Pertanahan Kab/Kota yang harus tercapai menjadi sangat besar. Penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun 2017 ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah terhadap penggunaan anggaran negara. Laporan Kinerja juga sebagai wujud pengukuran dan evaluasi kinerja serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja dimana dalam penyusunannya berpedoman Kepada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Sebagaimana diamanatkan dalam Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 15/SE/IX/2015 tanggal 23 September 2015 tentang Sistematika Penyusunan Perjanjian Kinerja dan Laporan Kinerja di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, maka Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaansebagai salahsatu unit kerja eselon satudi lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional melakukan penyusunan Laporan Kinerja Tahun 2017 sebagai 5

15 bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi penggunaan anggaran sebagaimana tertuang dalam DIPA Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Satker Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun 2017 Nomor DIPA /2017 tanggal 7 Desember 2016 beserta dokumen perubahan-perubahan Petunjuk Operasional Kegiatan yang dilaksanakan karena adanya saving dan sharing sepanjang tahun 2017 terhadap Program Pengembangan Infrastruktur Keagrariaan. Laporan Kinerja ini sebagai perwujudan kewajiban dan pertanggungjawaban dalam melaksanakan misi organisasi secara periodik guna mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan oleh pimpinan disertai penjelasan beberapa hambatan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam Rencana Kinerja dan Perjanjian Kinerja Tahun Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan melampirkan pula Rencana Kerja dan Perjanjian Kinerja Tahun 2017 sebagai komitmen dan guideline pencapaian sasaran program dan kegiatan Tahun Selain itu, Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan digunakan untuk menilai secara akuntabel pelaksanaan tugas dan fungsi serta kegiatan sepanjang Tahun 2017 serta menjadi tolok ukur atau umpan balik untuk perbaikan kinerja di tahun-tahun berikutnya. I.2. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI A. Tugas dan Fungsi Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Kementerian Agraria dan Tata Ruang merupakan institusi pemerintahan yang terbentuk pada Kabinet Kerja , yang menangani urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2015 Tentang Organisasi Kementerian Negara. Perpres tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Perpres Nomor 17 Tahun 2015 Tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang, yang didalamnya termuat mengenai tugas Kementerian dimaksud yakni menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria/pertanahan dan tata ruang untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan Negara. 6

16 Untuk menjalankan tugas tersebut, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional mempunyai beberapa fungsi yakni : 1. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang tata ruang, infrastruktur keagrariaan/pertanahan, hubungan hukum keagrariaan/pertanahan, penataan agrarian/pertanahan, pengadaan tanah, pengendalian pemanfaatan ruang dan penguasaan tanah, serta penanganan masalah agrarian/pertanahan, pemanfaatan ruang dan tanah; 2. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang; 3. Pengelolaan barang milik/kekayaan Negara yang menjadi tanggung jawab Kementerian Agraria dan Tata Ruang; 4. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang; 5. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan Kementerian Agraria dan Tata Ruang di daerah; dan 6. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Kementerian Agraria dan Tata Ruang didukung oleh perangkat organisasi yang terdiri dari 12 (dua belas) unit eselon I yang termasuk di dalamnya Direktorat Jenderal (Ditjen) Infrastruktur Keagrariaan. B. Tugas dan Fungsi Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan (Ditjen II) mengemban tugas dan fungsi sebagaimana telas diatur secara teknis dalam Perpres Nomor 17 Tahun 2015, yang kemudian diatur lebih lanjut melalui Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (Pasal 216). 7

17 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 216, Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut (Pasal 217) : 1. Perumusan kebijakan di bidang survei, pengukuran dan pemetaan; 2. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengukuran dan pemetaan dasar dan kadastral, serta survei dan pemetaan tematik; 3. Pelaksanaan kebijakan pembinaan surveyor dan pemanfaatan peralatan survei, pengukuran dan pemetaan; 4. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan; 5. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan; 6. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang survei, pengukuran dan pemetaan; 7. Pelaksanaan administrasi Ditjen II; dan 8. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri/Kepala. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan didukung oleh 4 (empat) unit kerja Eselon II yang berada di bawahnya meliputi : 1. Sekretariat Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Sekretariat Direktorat Jenderal mempunyai tugas melaksanakan pemberian pelayanan administratif kepada seluruh satuan organisasi di lingkungan Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan (Pasal 219). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 219, Sekretariat Direktorat Jenderal menyelenggarakan fungsi : a. Koordinasi dan penyusunan rencana program dan anggaran; b. Koordinasi dan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan advokasi hukum; c. Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan; d. Pelaksanaan urusan kepegawaian; e. Pelaksanaan urusan keuangan dan barang milik negara; dan f. Pengelolaan urusan tata usaha dan rumah tangga Ditjen II. 8

18 2. Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang pengukuran dan pemetaan dasar, pengelolaan peralatan dan pembinaan surveyor serta pengelolaan data dasar agraria/pertanahan dan tata ruang (Pasal 230). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 230, Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengukuran dan pemetaan dasar, pengelolaan peralatan dan pembinaan surveyor serta pengelolaan data dasar agraria/pertanahan dan tata ruang; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengukuran dan pemetaan dasar, pengelolaan peralatan dan pembinaan surveyor serta pengelolaan data dasar agraria/pertanahan dan tata ruang; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengukuran dan pemetaan dasar, pengelolaan peralatan dan pembinaan surveyor serta pengelolaan data dasar agraria/ pertanahan dan tata ruang; d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengukuran dan pemetaan dasar, pengelolaan peralatan dan pembinaan surveyor serta pengelolaan data dasar agraria/pertanahan dan tata ruang; e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pengukuran dan pemetaan dasar, pengelolaan peralatan dan pembinaan surveyor serta pengelolaan data dasar agraria/ pertanahan dan tata ruang; dan f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat. 3. Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi 9

19 dan pelaporan di bidang pengukuran dan pemetaan kadastral serta pengelolaan data kadastral (Pasal 246). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 246. Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengukuran dan pemetaan kadastral serta pengelolaan data kadastral; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengukuran dan pemetaan kadastral serta pengelolaan data kadastral; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedurdan kriteria di bidang pengukuran dan pemetaan kadastral serta pengelolaan data kadastral; d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengukuran dan pemetaan kadastral serta pengelolaan data kadastral; e. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pengukuran dan pemetaan kadastral serta pengelolaan data kadastral; dan f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat. 4. Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik mempunyai tugas perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang survei dan pemetaan tematik agraria/pertanahan, tata ruang, ekonomi, perbatasan, dan wilayah tertentu (Pasal 262). Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 262, Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang survei dan pemetaan tematik agraria/pertanahan, tata ruang, sosial, ekonomi, perbatasan, dan wilayah tertentu; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang survei dan pemetaan tematik agraria/pertanahan, tata ruang, sosial, ekonomi, perbatasan, dan wilayah tertentu; 10

20 c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang survei dan pemetaan tematik agraria/pertanahan, tata ruang, ekonomi, perbatasan, dan wilayah tertentu; d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang survei dan pemetaan tematik agraria/pertanahan, tata ruang, sosial, ekonomi, perbatasan, dan wilayah tertentu; e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang survei dan pemetaan tematik agraria/pertanahan, tata ruang, sosial, ekonomi, perbatasan, dan wilayah tertentu; dan f. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat. C. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan (Ditjen II) dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal dan terdiri atas Unit Kerja Eselon Dua meliputi Sekretariat Direktorat Jenderal (Setditjen), Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar (Dit. PPD), Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral (Dit. PPK), Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik (Dit. SPT) dan Kelompok Jabatan Fungsional. Direktur Jenderal Infrastruktur Keagrariaan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibantu oleh seorang Sekretaris Direktorat Jenderal dan tiga orang direktur yaitu Direktur Pengukuran dan Pemetaan Dasar, Direktur Pengukuran dan Pemetaan Kadastral serta Direktur Survei dan Pemetaan Tematik beserta seluruh jajarannya. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan beserta Unit Kerja Eselon Dua ditunjukkan pada gambar di bawah. Gambar 1.1 Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan 11

21 Gambar 1.2 Struktur Organisasi Sekretariat Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Gambar 1.3 Struktur Organisasi Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar 12

22 Gambar 1.4 Struktur Organisasi Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik Gambar 1.5 Struktur Organisasi Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral 13

23 Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan mempunyai peran yang sangat strategis untuk mendukung tercapainya sasaran pembangunan nasional atas sembilan agenda perubahan (Nawa Cita) seperti yang tercantum pada agenda ke-4 yaitu Memperkuat kehadiran negara dalam melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya dan agenda ke-5 yaitu Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 juta hektar di tahun Peran strategis diimplementasikan di bidang pertanahan dengan menyediakan data infrastruktur keagrariaan dan tata ruang, seperti peta dasar pertanahan, peta tematik pertanahan, peta rencana detail tata ruang, peta batas wilayah hutan, peta bidang tanahdan menyiapkan serta meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dibidang survei, pengukuran dan pemetaan melalui pengadaan Surveyor Kadaster Berlisensi serta bekerjasama dengan berbagai Kementerian/Lembaga maupun Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah dalam rangka menyiapkan tenaga Surveyor Kadaster Berlisensi. Di samping itu yang menjadi fokus utama dalam mewujudkan agenda ke-5 Nawa Cita adalah dengan menyukseskan pelaksanaan program legalisasi asset dan redistribusi tanah melalui Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL), membuat peraturan pelaksanaan baik berupa Norma, Standart, Prosedur dan Kriteria (NSPK) maupun petunjuk teknis pelaksanaan untuk kegiatan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dalam rangka PTSL sehingga dapat meningkatkan kepastian letak dan batas bidang tanah serta luas bidang tanah yang mendukung proses penegakan hukum. I.3. SUMBER DAYA MANUSIA Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan (Ditjen II) didukung oleh sumber daya manusia dari beragam disiplin ilmu dan strata pendidikan. Ragam ilmu dan strata pendidikan merupakan faktor kekuatan Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrarian untuk melaksanakan program dan kegiatan 14

24 strategis sepertiyang diamanahkan dalam Perjanjian Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Kagrariaan Tahun Berdasarkan data kepegawaian Tahun 2017 terdapat 174 orang pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan yang terdiri dari pejabat struktural dan fungsional. Berdasarkan kategori jabatan dan tingkat pendidikan terakhir, komposisi sumber daya manusia yang berada di Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan ditunjukkan pada tabel dan gambar di bawah. Tabel 1.1 Komposisi Sumber Daya Manusia Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan No Unit Kerja Eselon II Eselon/Jabatan Pendidikan Jumlah (Orang) S1/ D4 S2 S3 Lainnya (SLTA/D1/ D2/D3) Sekretariat Direktorat Jenderal 2 Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar 3 Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral 4 Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik II 1 1 III 1 1 IV Pejabat Fungsional II 1 1 III 2 2 IV Pejabat Fungsional II 1 1 III 3 3 IV Pejabat Fungsional II 1 1 III 2 2 IV Pejabat Fungsional TOTAL

25 Komposisi Sumber Daya Manusia Pada Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan II III IV JFU II III IV JFU II III IV JFU II III IV JFU Setditjen IK Dit. PPD Dit. PPK Dit. SPT Series1 Series2 Series3 Series4 Gambar 1.6 Komposisi Sumber Daya Manusia Pada Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan I.4. SARANA DAN PRASARANA Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan berkantor di Gedung Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, yang terletak di Jalan Kuningan Barat I Nomor 1, Kecamatan Mampang Prapatan, Kode Pos 12710, Jakarta Selatan. Dukungan sarana dan prasana berupa ruangan pejabat struktural maupun fungsional beserta alat kelengkapan kerja secara umum sudah tersedia di Tahun Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas sehari-hari di Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan tergolong cukup lengkapdan memadai walaupun masih diperlukan beberapa perbaikan terhadap beberapa ruangan yang atapnya sudah mulai rusak.letak Gedung Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan dijelaskan pada gambar berikut. 16

26 Gambar 1.7 Lokasi Gedung Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan I.5. RENCANA STRATEGIS Visi dan misi pembangunan Tahun sebagaimana menjadi arahan Presiden Republik Indonesia, menjadi dasar ataupun acuan bagi seluruh Kementerian/Lembaga dalam merancang arah pembangunan, sasaran dan strategi yang akan dilaksanakan. Arahan pembangunan Indonesia ini tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun A. Visi Mengacu kepada peraturan teknis penyusunan RenstraKementerian/Lembaga sebagaimana termuat dalam Peraturan Pemerintah No. 5 Tahun 2014, setiap Kementerian/LembagaPemerintah dalam menyusun Renstra, tidak lagi menyusun Visi dan Misinya masing-masing tetapi hanya menindaklanjuti Visi dan Misi Pemerintah yang sudah ada. Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong 17

27 B. Misi 7 (tujuh) Misi Pembangunan Nasional yang harus dilaksanakan oleh setiap Kementerian/Lembaga yang meliputi : 1. Mewujudkan keamanan Nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menompang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai Negara kepulauan; 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandasakan Negara hukum; 3. Mewujudkan politik luar negeri yang bebas aktif dan memperkuat jatidiri sebagai sebagai Negara maritime; 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia yang tinggi, maju dan sejahtera; 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing; 6. Mewujudkan Indonesia sebagai Negara maritim yang mandiri, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional; 7. Mewujudkan manusia Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan. 18

28 C. Agenda Prioritas Dalam rangka mewujudkan Visi Pembangunan Nasional disamping harus melaksanakan Misi Pembangunan Nasional, Pemerintah dibawah pimpinan Bapak Joko Widodo dan Jusuf Kala juga merancang 9 (sembilan)agenda Prioritas yang disebut Nawa Cita. Program tersebut digagas untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan. 1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga negara, melalui politik luar negeri bebas aktif, keamanan nasional yang terpercaya dan pembangunan pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi kepentingan nasional dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim. 2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yangbersih, efektif, demokratis, dan terpercaya, dengan memberikan prioritas pada upaya memulihkan kepercayaan publik pada institusi-institusi demokrasi dengan melanjutkan konsolidasi demokrasi melalui reformasi sistem kepartaian, pemilu, dan lembaga perwakilan. 3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. 4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat, danterpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan dengan program "Indonesia Pintar"; serta peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan "Indonesia Sejahtera" dengan mendorong land reform dan program kepemilikan tanah seluas 9 juta hektar, program rumah kampung deret atau rumah susun murah yang disubsidi serta jaminan sosial untuk rakyat di tahun Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya. 7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. 8. Melakukan revolusi karakter bangsa melalui kebijakan penataan kembali kurikulum pendidikan nasional dengan mengedepankan aspek pendidikan kewarganegaraan, yang menempatkan secara proporsional aspek pendidikan, seperti pengajaran sejarah pembentukan bangsa, nilai-nilai patriotisme dan cinta Tanah Air, semangat bela negara dan budi pekerti di dalam kurikulum pendidikan Indonesia. 9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia melalui kebijakan memperkuat pendidikan kebhinnekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antarwarga. 19

29 Untuk mencapai Visi dan Misi Pembangunan Nasional serta Nawa Cita yang telah ditetapkan Pemerintah dan untuk memastikan peran Kementerian, maka Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional memiliki tujuan utama, dan sasaran strategis yang terdapat pada Gambar 1.4 di bawah. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan agraria yang adil dan berkelanjutan Persentase Pencapaian Penataan ulang ketimpangan penguasaan pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. Persentase kenaikan pendapatan masyarakat penerima reforma agraria Memastikan bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan Persentase Peningkatan kesesuaian Rencana program Pembangunan sektor dengan rencana tata ruang Peningkatan tertib tata ruang dan penguasaan tanah Berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan (sengketa, konflik dan perkara) Persentase berkurangnya jumlah sengketa, koflik dan perkara bidang tata ruang dan pertanahan Persentase cakupan peta dasar pertanahan Persentase Jumlah Tanah yang Terdaftar Gambar 1.8 Tujuan Utama, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Utama Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan mengemban amanat sebagai penyedia infrastruktur bagi pengelolaan pertanahan dengan menyelenggarakan kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan survei, pengukuran dan pemetaan. Guna mendukung sasaran strategis berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan (sengketa, konflik dan perkara) maka Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan melaksanakan kegiatan dalam rangka mendukung kepastian letak, batas dan luas bidang tanah untuk penegakan hukum. Sasaran strategis tersebut dapat dicapai dengan kegiatankegiatan pembuatan peta dasar pertanahan, peta tematik pertanahan, peta rencana detail tata 20

30 ruang, peta batas wilayah hutan, peta bidang tanah dan menyiapkan serta meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dibidang survei, pengukuran dan pemetaan melalui pengadaan Surveyor Kadaster Berlisensi serta bekerjasama dengan berbagai Kementerian/Lembaga maupun Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah dalam rangka menyiapkan tenaga Surveyor Kadaster Berlisensi. Yang tidak kalah penting juga adalah dilakukannya pengembangan teknologi pengukuran dan peralatan teknis melalui pengadaan alat ukur sehingga diharapkan dapat mendukung kegiatan pelayanan pertanahan yang optimal. Hal tersebut disesuaikan dengan tuntutan pelaksanaan sertipikasi yang dilaksanakan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional yang terus meningkat. Adapun Sumber daya yang dapat dimanfaatkan pada Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan diantaranya: a. Ketersediaan Peta Dasar berupa Citra Satelit Resolusi tinggi, Peta Dasar Pendaftaran, dan Foto Udara Digital yang telah ada sejak beberapa tahun sebelumnya hingga tahun b. Ketersediaan sumber daya manusia untuk melaksanakan pengukuran dan pemetaan bidang tanah (petugas ukur) baik Aparatur Sipil Negara (ASN) maupun pihak ketiga dalam hal ini Surveyor Kadaster Berlisensi (SKB).Untuk penyediaan petugas ukur dari pihak ketiga dengan berpedoman pada peraturan yang ada berupa peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 33 Tahun 2016 tentang Surveyor Kadaster Berlisensi yang direvisi menjadi Peraturan Menteri ATR/Kepala BPN Nomor 11 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 33 Tahun 2016 Tentang Surveyor Kadaster Berlisensi. c. Ketersediaan alat ukur baik berupa Total Station, GPS Geodetik, GPS CORS, UAV/Drone maupun alat ukur yang sederhana penggunaannya berupa distometer maupun pita ukur. Kegiatan inventarisasi kembali kebutuhan sumber daya tersebut (baik peta dasar maupun petugas ukur yang berasal dari pihak ketiga (Surveyor Kadaster Berlisensi/SKB) telahdilaksanakan sejak akhir tahun 2016 dan telah terdistribusi ke seluruh provinsi di Indonesia. Sumber daya tersebut diperlukan dalam rangka mendukung pelaksanaan Program Strategis Nasional Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. 21

31 I.6. PERAN Sebagai unit kerja yang memiliki tugas dan fungsi utama dalam menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur keagrariaan, yaitu kegiatan survei, pengukuran dan pemetaan, maka Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan mempunyai peran strategis diantaranya: a. Perumusan kebijakan di bidang survei, pengukuran dan pemetaan; b. Pelaksanaan kebijakan di bidang pengukuran dan pemetaan dasar, pengukuran dan pemetaan kadastral, serta survei dan pemetaan tematik; c. Pelaksanaan kebijakan pembinaan surveyor dan pemanfaatan peralatan survei, pengukuran dan pemetaan; d. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan; e. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang survei, pengukuran, dan pemetaan; f. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang survei, pengukuran dan pemetaan; g. pelaksanaan administrasi Ditjen II; dan h. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri/Kepala. Melihat peran strategis dari Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan, maka dalam rangka mendukung pelaksanaan Prioritas Nasional berupa Legalisasi Asset dan Redistribusi Tanah diseluruh Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka menuju bidang tanah yang terdaftar secara keseluruhan pada Tahun 2025 membutuhkan ketersediaan data infrastruktur berupa peta dasar pertanahan, peta tematik pertanahan dan sumber daya manusia berupa petugas ukur serta peralatan dalam jumlah yang tidak sedikit, maka di tahun 2017 fokus pelaksanaan kegiatan salah-satunya adalah penyediaan peta dasar pertanahan skala besar dan peta tematik pertanahan serta pengadaan layanan sertifikasi Surveyor Kadaster Berlisensi dan pengadaan peralatan. 22

32 I.7. HARAPAN PEMANGKU KEPENTINGAN Para pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal menaruh harapan pada kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan untuk berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung pada pencapaian pelaksanaan tugas pokok dan fungsi unit kerjanya. Berikut harapan-harapan tersebut dilihat dari sudut pandang para pemangku kepentingan. a. Masyarakat Harapan masyarakat dari kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaansupaya informasi mengenai kegiatan pembangunan infrastruktur keagrariaan serta akses terhadap data infrastruktur keagrariaan dapat diperoleh oleh masyarakat umum sehingga keterbukaan informasi menjadi solusi dalam membangun kepercayaan masyarakat terhadap kinerja organisasi; b. Internal Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahan Nasional 1. Sejumlah kekosongan peraturan tentang pengelolaan pertanahan khususnya yang mengatur persoalan mengenai pemanfaatan peta dasar pertanahan skala besar untuk mendukung pelaksanaan Sistem Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap (PTSL), petunjuk teknis pelaksanaan pengukuran dan pemetaan bidang tanah dalam rangka PTSL, petunjuk teknis penggunaan UAV/Drone, petunjuk teknis peningkatan kualitas data spasial bidang tanah terdaftar serta peraturan mengenai Surveyor Kadaster Berlisensi dalam rangka mendukung kebutuhan SDM pertanahan menjadi prioritas kegiatan bersama dengan unitunit kerja teknis yang membidanginya; 2. Terselenggaranya pendampingan dalam rangka penyusunan program dan anggaran infrastruktur keagrariaan sehingga dapat lebih efisien dan efektif; 3. Terselenggaranya penataan sumber daya manusia yang handal dan berkesinambungan pada infrastruktur keagrariaan; 4. Melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap program dan kegiatan infrastruktur keagrariaan, khususnya program dan kegiatan strategis Organisasi. c. Kementerian dan Lembaga Lainnya Dalam hal melaksanakan kerjasama dengan Kementerian atau Lembaga lain, Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaanmempunyai tugas melaksanakan koordinasi dengan instansi lain yang tugas dan fungsinya berkaitan dengan 23

33 bidang survei, pengukuran dan pemetaan yang handal sehingga mampu menjembatani baik pada sektor informasi maupun tugas-tugas lintas sektoral diantaranya adalah : Melakukan kerjasama dengan Balai Latihan Kerja di tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi melalui kegiatan vokasi dalam rangka mendukung percepatan PTSL di daerah; (MoU) dengan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup terkait Peta Batas Kawasan Hutan; Koodinasi terkait ketersediaan peta dasar skala besar (> 1:5000) dengan BIG dan LAPAN; Koordinasi terkait kota lengkap bersama Kanwil dan Perguruan Tinggi. 24

34 II. 1. RENCANA STRATEGIS BAB II PERENCANAAN KINERJA Berdasarkan arah kebijakan dan strategis nasional yang tertuang di dalam Peratruran Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 25 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Tahun terkait dengan Agenda Prioritas (Nasional) bahwa peran Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan termasuk didalam agenda ke empat. Memperkuat Kehadiran Negara dalam Melakukan Reformasi Sistem dan Penegakan Hukum yang Bebas Korupsi, Bermartabat dan Terpercaya. Adapun arah kebijakan tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 2.1 Arahan Kebijakan Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Sub Agenda Sasaran Arah Kebijakan Strategi Menjamin Kepastian Hukum Hak Kepemilikan Tanah Memperbesar cakupan peta dasar pertanahan Memperbesar cakupan bidang tanah yang bersertipikat Membangun system pendaftaran tanah positif Percepatan Layanan pemeliharaan Data Pertanahan Peningkatan Kualitas Pengukuran, Pemetaan dan Informasi bidang Tanah Ruang dan Perairan Percepatan Legalisasi Aset khususnya di Pedesaan Penyusunan Regulasi Penyelesaian Sengketa aset Milik Negara, Pengkajian penangan kasus pertanahan 25

35 Tabel 2.2 Rencana Strategis Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Dalam rangka mendukung tercapainya sasaran strategis pada Tahun 2017 perlu adanya Penyediaan Peta Dasar Pertanahan Skala Besar, Penyediaan Peta Tematik Pertanahan, dan Penyediaan Tenaga Surveyor Berlisensi menjadi prioritas utama di Tahun Keseluruhan program dan kegiatan tersebut membutuhkan anggaran yang tidak sedikit sehingga dibutuhkan strategi dalam penggunaan dan pengelolaannya. Tantangan terbesar dalam pelaksanaan program dan kegiatan Tahun 2017 adalah semakin berkurangnya anggaran sebagai akibat adanya saving di sepanjang Tahun Hal ini menyebabkan beberapa program dan kegiatan yang direncanakan pada tahap awal mengalami perubahan/penyesuaian sesuai dengan ketersediaan anggaran. Dibutuhkan strategi dalam memilih ataupun mempertahankan prioritas program dan kegiatan sehingga tetap dapat terlaksana meskipun terjadi pengurangan terhadap jumlah maupun volume kegiatannya. II.2. INDIKATOR KINERJA Indikator Kinerja dalam LKj Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan merupakan representasi dari tiga sasaran strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional khususnya butir ke 3 mengenai berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan (sengketa, konflik dan perkara). Sementara Indikator 26

36 Kinerja Utama (IKU) yang digunakan beberapa parameter terukur meliputi persentase cakupan wilayah ketersediaan peta dasar pertanahan dan peta tematik pertanahan. Pada pelaksanaannya, indikator kinerja tersebut merupakan bagian dari target kinerja dan direpresentasikan dalam dokumen Perjanjian Kinerja Tahun 2017Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan. II.3. TARGET KINERJA Target kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan merupakan upaya dalam mewujudkan pencapaian terhadap tiga sasaran strategis Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional khususnya sasaran strategis dalam meningkatkan kepastian letak dan batas-batas bidang tanah dan kepastian angka luasnya yang mendukung dalam proses penegakan hukum. Target Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional dan Target kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan dijelaskan pada gambar di bawah ini. Target Kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional Sasaran Strategis 1: Meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan agraria yang adil dan berkelanjutan Sasaran Strategis 2: Terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif dan bekerlanjutan Sasaran Strategis 3: Berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan (sengketa, konflik dan perkara) Target Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Sasaran Program Ditjen II: Meningkatnya Kepastian letak dan batas-batas bidang tanah dan kepastian angka luasnya yang mendukung proses pengakan hukum Target Kinerja Program Infrastruktur Keagrariaan Sasaran Kegiatan Setditjen Infrastruktur Keagrariaan Sasaran Kegiatan Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar Sasaran Kegiatan Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral Sasaran Kegiatan Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik Gambar 2.1 Kerangka Sasaran dan Target Kinerja 27

37 Dari gambar diatas dapat dijelaskan bahwa target kinerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional pada dasarnya merupakan perwujudan dari 3 (tiga) sasaran strategis, yaitu: 1. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan agraria yang adil dan berkelanjutan; 2. Terwujudnya ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan; 3. Berkurangnya kasus tata ruang dan pertanahan (sengketa, konflik, dan perkara) Adapun target kinerja direktorat jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun 2017 tertuang di dalam Perjanjian Kinerja Tahun II.4. PERJANJIAN KINERJA Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan pernyataan komitmen serta janji dalam mencapai target kinerja yang akan diwujudkan oleh Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan. Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan selaku entitas akuntabilitas kinerja unit organisasi menyusun Rencana Kerja dan Anggaran yang ditetapkan dalam dokumen pelaksanaan anggaran, yang kemudian menjadi dasar penyusunan Perjanjian Kinerja (PK). Perjanjian Kinerja merupakan lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja, sebagaimana dijelaskan dalam Perpres Nomor 29 Tahun Dokumen PK ini menggambarkan capaian kinerja yang akan diwujudkan dalam suatu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya tercermin dari penyusunan PK yang dilakukan setelah terbit DIPA. 28

38 Tabel 2.3 Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional No 1. Sasaran Program/Kegiatan Meningkatnya kepastian letak, dan batas-batas bidang tanah dan kepastian angka luasnya yang mendukung proses penegakan hukum Berdasarkan DIPA Awal Tahun 2017 Berdasarkan DIPA APBN-P Tahun 2017 Indikator Kinerja Target Indikator Kinerja Target Presentasi cakupan 11 % Persentase cakupan peta 1,33% bidang tanah yang dasar pertanahan terpetakan a. Jumlah luasan Ha a. Jumlah luasan Ha cakupan wilayah peta cakupan wilayah peta dasar pertanahan dasar pertanahan - Peta dasar Ha - Peta dasar Ha pertanahan pertanahan - Peta dasar Ha - Peta dasar Ha pertanahan Kanwil pertanahan Kanwil b. Jumlah luasan Ha b. Jumlah luasan Ha cakupan wilayah peta cakupan wilayah peta tematik tematik - Peta tematik Ha - Peta tematik Ha pertanahan pertanahan - Peta tematik Ha - Peta tematik Ha pertanahan Kanwil pertanahan Kanwil - Peta bidang tanah Ha - Peta bidang tanah Ha Perjanjian Kinerja Tahun 2017 pada Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan terbagi menjadi 2 (dua) program, yaitu : 1. Program Pengembangan Infrastruktur Keagrariaan Kegiatan yang terdapat di dalam program pengembangan infrastruktur keagrariaan terdiri dari 4 (empat) kegiatan dan dikerjakan di Pusat dalam hal ini oleh Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan. 2. Program Pengelolaan Pertanahan Daerah Kegiatan ini merupakan penyelenggaraan pengembangan infrastruktur keagrariaan di daerah dan dilaksanakan di Kanwil maupun di Kantah. 29

39 Tabel 2.4 Target Anggaran Berdasarkan Perjanjian Kinerja Berdasarkan DIPA Berdasarkan DIPA No. Kegiatan Awal Tahun 2017 APBN-P Tahun 2017 Anggaran (Rp) Anggaran (Rp) 1. Dukungan Manajemen Program Pengembangan Infrastruktur , ,- Keagrariaan 2. Pengukuran dan Pemetaan Kadastral , ,- 3. Survei dan Pemetaan Tematik , ,- 4. Pengukuran dan Pemetaan Dasar , ,- 5. Penyelenggaraan Pengembangan Infrastruktur Keagrariaan Daerah , ,- Jumlah , ,- II.5. KERANGKA PENDANAAN Besarnya anggaran sebagaimana disebutkan dalam point II.4, dialokasikan kebeberapa unit kerja Eselon II berdasarkan program dan kegiatannya. Penyusunan kerangka pendanaan di Tahun 2017 adalah berdasarkan desain program dan kegiatan pada tahun sebelumya dengan mempertimbangkan kebutuhan program dan kegiatan dari setiap unit eselon 2 (dua), kemampuan organisasi, sumber daya manusianya dan isu-isu strategis seperti yang disampaikan dalam Renstra Tahun yang menjadi tanggungjawab dari Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan. Anggaran pada masing-masing unit kerja eselon II tersebut digunakan untuk kegiatan yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 30

40 Tabel 2.5 Kegiatan Prioritas Unit Kerja pada Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun Anggaran 2017 No Nama Unit Kerja Output Volume Anggaran (Rp) 1 Sekretariat Direktorat Jenderal Layanan Dukungan Manajemen 1 Layanan Eselon 1 Layanan Internal (Overhead) 1 Layanan Layanan Perkantoran 1 Layanan Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar TOTAL NSPK 1 NSPK Pembinaan/Monitoring/Evaluasi 33 Satker Data Kadastral 2 Bidang Peta Bidang Tanah, Ruang, Ha Perairan TOTAL NSPK 3 NSPK Pembinaan/Monitoring/Evaluasi 33 Satker Peta Tematik Ha TOTAL NSPK 1 NSPK Pembinaan/Monitoring/Evaluasi 33 Satker Surveyor Berlisensi 3000 Orang Data Dasar dan Informasi 152 Dataset Peta Dasar Ha Peta Batas Kawasan/Batas 2000 Km/Tugu Wilayah TOTAL

41 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Kementerian Negara/Lembaga menyusun renstra sebagai dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahunan, yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari RPJMN yang digunakan sebagai acuan penyusunan Renstra Kementerian, kemudian pada setiap tahun anggaran, RPJMN dilaksanakan melalui RKP bersama-sama dengan Renstra Kementerian yang dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Kerja, untuk selanjutnya diimplementasikan kedalam RKA. Gambar 3.1 Akuntabilitas Kinerja Sebagai bagian dari perwujudan prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good govemance) khususnya dalam rangka memenuhi prinsip akuntabilitas (pertanggungjawaban), Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan harus dapat mempertanggungjawabkan pencapaian kinerjanya baik itu berupa keberhasilan ataupun kegagalan. Prinsip akuntabilitas merupakan satu dari empat belas prinsip good governance, yang dimaksudkan untuk mewujudkan tata pemerintah yang bertanggung jawab (akuntabel) dimana instansi 32

42 pemerintah dan aparaturnya harus dapat mempertanggungjawabkan kebijakan, program dan kegiatan yang dilakukannya. Dalam menjalankan prinsip akuntabilitas, Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan mengacu kepada Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 Tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Sebagaimana diamanatkan dalam Perpres tersebut, Akuntabilitas Kinerja merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan Program dan Kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan. Adapun instrumen yang digunakan untuk mempertanggungjawabkan pencapaian kinerja organisasi adalah melalui penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan. Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan disusun dengan mengacu kepada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan. Untuk mewujudkan tanggungjawab tersebut, setap akhir periode instansi pemerintahan melakukan pengukuran pencapaian target kinerja yang ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja. Pengukuran pencapaian target kinerja dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dengan realisasi kinerja. Hasil pengukuran kinerja dilaporkan dalam Laporan Kinerja. Laporan Kinerja tahunan berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan atau sasaran strategis instansi, yang wajib dilaporkan oleh Kementerian/Lembaga Pemerintah setiap tahunnya. Laporan Kinerja (LKj) pada lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, disusun dengan berpedoman pada Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional, Nomor 15/SE/IX/2015 tentang Penyusunan Perjanjian Kinerja (PK) dan Laporan Kinerja (LKj) di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional. Berdasarkan pedoman tersebut dalam LKj Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun 2017 dilaporkan hal-hal sebagai berikut : 33

43 III.1. CAPAIAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN Capaian Kinerja Berdasarkan Revisi Perjanjian Kinerja Tahun 2017 Tabel 3.1 Capaian Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun Anggaran 2017 No Sasaran Program/Kegiatan Indikator Kinerja Target Realisasi Fisik % Persentase cakupan peta dasar pertanahan 1,33% 1,10% 1. Meningkatnya kepastian letak, dan batas-batas bidang tanah dan kepastian angka luasnya yang mendukung proses penegakan hukum a. Jumlah luasan cakupan wilayah peta dasar pertanahan - Peta dasar pertanahan - Peta dasar pertanahan Kanwil b. Jumlah luasan cakupan wilayah peta tematik - Peta tematik pertanahan Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha Ha 82,75% 77,08% 100% 98,27% 99,74% - Peta tematik pertanahan Kanwil Ha Ha 100% - Peta bidang tanah Ha Ha 93,25% 34

44 Capaian Kinerja Berdasarkan Kegiatan Eselon 2 di Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tabel 3.2 Capaian Kinerja Berdasarkan Kegiatan Eselon 2 No Kegiatan Target Realisasi Fisik 1 2 [5542] Dukungan Manajemen Program Pengembangan Infrastruktur Keagrariaan [5543] Pengukuran dan Pemetaan Kadastral 1 Layanan 1 Layanan 95,41% Ha Ha 93,03% 3 4 [5544] Survei dan Pemetaan Tematik [5546] Pengukuran dan Pemetaan Dasar Ha Ha 70,27% Ha Ha 76,16% Jumlah 88,77% 120,00% 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 95,41% 93,03% 70,27% 76,16% 20,00% 0,00% DMPP IK PPK SPT PPD Realisasi Fisik Gambar 3.2 Capaian Kinerja Berdasarkan Kegiatan Eselon 2 35

45 Capaian Kinerja Kegiatan Kebijakan Satu Peta Tahun 2017 Hasil Capaian Kinerja Kegiatan Kebijakan Satu Peta Tahun 2017 secara umum yang disajikan pada tabel berikut ini. Aksi Penanggung Jawab/Wali Data Satker Terkait Kriteria Keberha silan Ukuran Keberhasilan Pelaporan B12 Capaian (%) Unit Penanggung Jawab Penjelasan Kebijakan Satu Peta 2017 Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik Direktorat Pengukuran Pemetaan Kadastral, Direktorat Pengukuran dan Penetapan Hak Tanah dan Ruang dan Kanwil BPN Direktorat Pengukuran Pemetaan Kadastral dan Direktorat Pembinaan Pengadaan dan Penetapan Tanah Pemerintah Penyeles aian Peta Hak Guna Usaha Skala 1: Penyeles aian Peta Hak Pengelol a Skala 1: Integrasi IGT Status (Peta Hak Guna Usaha) Integrasi IGT Status (Peta Hak Pengelolaan) Telah terintegrasi (dengan catatan) Peta Hak Guna Usaha untuk Pulau Sumatera, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara serta Kalimantan Telah terintegrasi Peta Hak Pengelolaan untuk Pulau Sumatera, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara seta Kalimantan 100 % 100% Sekretaris Jenderal, Ditjen Infrastruktur Keagrariaan (Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik) Ditjen Hubungan Hukum dan Ditjen Penataan Agraria 36

46 Aksi Penanggung Jawab/Wali Data Satker Terkait Kriteria Keberha silan Ukuran Keberhasilan Pelaporan B12 Capaian (%) Unit Penanggung Jawab Penjelasan Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik Direktorat Pengukuran Pemetaan Kadastral, Direktorat Pengukuran dan Penetapan Hak Tanah dan Ruang dan Kanwil BPN dan Kantor Pertanahan Kab/Kota Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik, Kanwil BPN dan Kantor Pertanahan Kab/Kota Penyeles aian Peta Hak Guna Bangun an Skala 1: Penyeles aian Peta Penggun aan Tanah Skala 1: Integrasi IGT Status (Peta Hak Guna Bangunan) Integrasi IGT Status (Peta Penggunaan Tanah) Telah terintegrasi (dengan catatan) Peta Hak Guna Bangunan untuk Pulau Sumatera, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara serta Kalimantan Telah terintegrasi Peta Penggunaan Tanah untuk Bali dan Nusa Tenggara 100% 79% Sekretaris Jenderal, Ditjen Infrastruktur Keagrariaan (Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik) Ditjen Hubungan Hukum dan Ditjen Penataan Agraria Pulau Sumatera belum terintegrasi karena masih memerlukan perbaikan berupa penyesuaian unsur perairan pada RBI Tabel 3.3 Laporan Capaian Kinerja Kegiatan Kebijakan Satu Peta Sistem Pemantauan Kantor Staf Kepresidenan Tahun

47 Capaian Realisasi Penyerapan Anggaran Bidang dan Seksi Infrastruktur Pertanahan Kanwil Provinsi Tabel 3.4 Capaian Realisasi Penyerapan Anggaran Bidang dan Seksi Infrastruktur Pertanahan Kanwil Provinsi Tahun Anggaran 2017 NO PROVINSI PAGU (Rp) REALISASI KEUANGAN (Rp) RM PNBP TOTAL RM PNBP Total % Aceh ,63% 2 Bali ,73% 3 Banten ,78% 4 Bengkulu ,93% 5 DKI Jakarta ,61% 6 DI Yogyakarta ,55% 7 Gorontalo ,96% 8 Jambi ,63% 9 Jawa Barat ,74% 10 Jawa Tengah ,42% 38

48 NO. PROVINSI PAGU (Rp) REALISASI (Rp) RM PNBP TOTAL RM PNBP Total % Jawa Timur ,60% 12 Kalimantan Barat ,63% 13 Kalimantan Selatan ,80% 14 Kalimantan Timur ,83% 15 Kalimantan Tengah ,97% 16 Kepulauan Bangka Belitung ,37% 17 Kepulauan Riau ,84% 18 Lampung ,74% 19 Maluku ,08% 20 Maluku Utara ,23% 21 Nusa Tenggara Barat ,84% 22 Nusa Tenggara Timur ,00% 23 Papua ,91% 24 Papua Barat ,99% 39

49 NO. PROVINSI PAGU (Rp) REALISASI (Rp) RM PNBP Total RM PNBP Total % Riau ,24% 26 Sulawesi Barat ,76% 27 Sulawesi Selatan ,22% 28 Sulawesi Tenggah ,13% 29 Sulawesi Tenggara ,62% 30 Sulawesi Utara ,30% 31 Sumatera Barat ,04% 32 Sumatera Selatan ,41% 33 Sumatera Utara ,13% JUMLAH TOTAL ,61% 40

50 PAGU TOTAL REALISASI TOTAL Gambar 3.3 Perbandingan Total Pagu dan Total Realisasi 33 Provinsi 41

51 Hasil Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2017 Tabel 3.5 Capaian Hasil Pelaksanaan Kegiatan Tahun Anggaran 2017 NO KEGIATAN CAPAIAN HASIL PERMASALAHAN Pembuatan Peta Dasar Pembuatan Peta Batas Kawasan Hutan Pembuatan Peta Tematik Peta Bidang Tanah a. Untuk Skala 1:2500 Target Ha terealisasi Ha b. Untuk Peta RDTR dilaksanakan di 3 lokasi yaitu Teluk mutiara, Labuhan Bajo dan Pulau Wetar. Pembuatan Peta Batas Kawasan/Batas Wilayah dilaksanakan di 3 Lokasi yaitu Sumedang (Jawa Barat), Bangka Belitung dan Bali Target Km/Tugu terealisasi Km/Tugu Yang dilaksanakan oleh Pihak Ketiga Target Ha terealisasi Ha; Target Ha terealisasi Ha a. Nilai kontrak pekerjaan pembuatan peta dasar yang dilakukan oleh penyedia jasa yang lebih rendah daripada pagu anggaran sehingga realisasi keuangannya rendah. b. Pelaksanaan pekerjaan pembuatan peta dasar di provinsi Jawa Timur (swakelola) tidak terealisasi karena keterbatasan waktu mengingat SDM yang ada juga mengerjakan kegiatan lainnya. Terjadinya polemik warga yang berlokasi di sekitar kawasan HK. Gunung Mangkol berkaitan dengan kegiatan survey pendahuluan di kawasan HK. Gunung Mangkol serta adanya permintaan untuk menghentikan kegiatan Peta Batas Kawasan Hutan di Gunung Mangkol yang disampaikan melalui DPRD Provinsi Kep. Bangka Belitung, maka kegiatan Peta Batas Kawasan Hutan di Gunung Mangkol tidak dilanjutkan. Kegiatan Peta Batas Kawasan Hutan Gunung Mangkol memiliki porsi 21 % dari output fisik serta 14 % dari output anggaran untuk seluruh kegiatan Peta Batas Kawasan Hutan di tahun Anggaran Sehingga tidak terlaksananya kegiatan tersebut menyebabkan capaian output baik fisik maupun anggaran untuk kegiatan Peta Batas Kawasan Hutansecara keseluruhan menjadi tidak optimal. a. Adanya perubahan pada KAK Pembuatan Peta Tematik di Provinsi Sulsel (semula 10 tema menjadi 7 tema) sehingga mengakibatkan nilai kontrak selisih jauh dari Pagu Anggaran sehingga Sisa anggaran hasil dari optimalisasi kegiatan yang ada tidak dapat digunakan unutk mengajukan kegiatan yang baru. b. Jumlah permohonan Layanan PNBP tidak memenuhi pagu anggaran. Jumlah permohonan layanan PNBP mengalami penurunan dibanding tahun lalu 42

52 Capaian Anggaran Berdasarkan Kegiatan Eselon 2 di Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Pagu Anggaran dan Realisasi Anggaran Tahun 2017 di lingkungan Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan secara umum disajikan pada tabel dan grafik sebagai berikut ini. Tabel 3.6 Capaian Anggaran Berdasarkan Kegiatan Eselon 2 No Kode dan Nama Kegiatan Pagu Awal Tahun 2017 Pagu Revisi DIPA Ke-3 Realisasi * 1 [5542] Dukungan Manajemen Program Pengembangan Infrastruktur Keagrariaan 2 [5543] Pengukuran dan Pemetaan Kadastral 3 [5544] Survei dan Pemetaan Tematik 4 [5546] Pengukuran dan Pemetaan Dasar Anggaran (Rp) Anggaran (Rp) Anggaran (Rp) ,03% ,56% ,67% ,79% TOTAL ,36% *Berdasarkan Pagu Revisi Ke-3 43

53 100,00% 90,00% 80,00% 88,03% 70,00% 60,00% 74,56% 71,67% Realisasi Anggaran; 66,79% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% DMPP IK PPK SPT PPD Gambar 3.4 Capaian Realisasi Anggaran Kegiatan Eselon 2 Perbandingan dengan Realisasi Tahun 2016 Capaian Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan pada tahun 2016 adalah 97,28% untuk realisasi fisik dan 88,85% untuk realisasi keuangan, sedangkan pada tahun 2017 capaian kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan adalah 88,77% untuk realisasi fisik dan 73,36% untuk realisasi keuangan. Secara Keseluruhan pada tahun 2017 mengalami penurunan capaian dikarenakan adanya saving dan sharing anggaran yang terjadi pada tahun 2017 serta adanya beberapa kendala teknis terkait kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak ketiga dan juga permohonan layanan PNBP yang jumlahnya menurun dibandingkan dengan tahun lalu sehingga penyerapan fisik maupun anggaran menjadi berkurang. III.2. REALISASI ANGGARAN Pagu Anggaran berdasarkan DIPA Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional tahun 2017 Satuan Kerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Nomor DIPA /2017 tanggal 7 Desember 2016 sebesar Rp ,- yang diperuntukan untuk mendukung pelaksanaan program survei, pemetaan, dan pengukuran sesuai peraturan perundang-undangan. Adapun sepanjang tahun 2017 Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan telah melakukan beberapa kali Revisi DIPA yaitu : 44

54 1. DIPA APBN-P yang terbit pada tanggal 10 Agustus 2017 dikarenakan adanya saving anggaran sehingga pagu anggaran menjadi Rp ,-. 2. DIPA Revisi Ke-03 yang terbit pada tanggal 31 Oktober 2017 dikarenakan adanya pengalihan anggaran dari Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral ke Kegiatan Dukungan Manajemen Program Pengembangan Infrastruktur Keagrariaan dengan nilai pagu anggaran tetap Rp ,- Berdasarkan data pada tabel 3.6 dapat dilihat bahwa realisasi anggaran Kegiatan Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun 2017 sebesar Rp dengan prosentase sebesar 73,36%. Apabila dibandingkan dengan tahun 2016 mengalami penurunan dikarenakan berbagai hal yang terjadi sepanjang tahun anggaran

55 BAB IV PENUTUP Pagu Anggaran Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaanberdasarkan DIPA Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional tahun 2017 Nomor DIPA /2017 tanggal 7 Desember 2016sebesar Rp ,-yang diperuntukan untuk mendukung pelaksanaan program survei, pemetaan, dan pengukuran sesuai peraturan perundang-undangan.adapun sepanjang tahun 2017 Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan telah melakukan 2 (dua) kali Revisi DIPA yaitu : 1. adanya DIPA APBN-P yang terbit pada tanggal 10 Agustus 2017 dikarenakan adanya saving anggaran sehingga pagu anggaran menjadi Rp ,-. 2. Adanya DIPA Revisi Ke-03 yang terbit pada tanggal 31 Oktober 2017 dikarenakan adanya pengalihan anggaran dari Kegiatan Pengukuran dan Pemetaan Kadastral ke Kegiatan Dukungan Manajemen Program Pengembangan Infrastruktur Keagrariaan dengan nilai pagu anggaran tetap Rp ,- Laporan Kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun Anggaran 2017 merupakan wujud pertanggungjawaban pelaksanaan pelaporan yang lebih akuntabilitas sebagai bentuk keterbukaan informasi kepada publik. Bagi publik sendiri, laporan kinerja dapat dijadikan ukuran penilaian dan juga keterlibatan langsung untuk menilai kualitas kinerja pelayanan dan mendorong tata kelola pemerintahan yang baik. Capaian kinerja Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Tahun 2017 dapat diukur dari realisasi fisik sebesar 84,77 %dan realisasi keuangan sebesar 73,36%. Capaian tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan capaian pada tahun 2016 yaitu 97,28% untuk realisasi fisik dan 88,85% untuk realisasi keuangan. Hal ini dikarenakan beberapa permasalahan teknis antara lain : 1. Pelaksanaan pekerjaan pembuatan peta dasar yang dilakukan oleh pihak ketiga nilai kontrak lebih rendah daripada pagu anggaran sehingga realisasi keuangan ikut rendah. 2. Pelaksanaan pembuatan peta dasar yang dikerjakan secara swakelola tidak terealisasi karena keterbatasan waktu dalam pelaksanaan mengingat SDM yang ada juga mengerjakan kegiatan lainnya. 46

56 3. Pelaksanaan pembuatan peta Batas Kawasan Hutan di Provinsi Bangka Belitung terdapat polemik/keberatan dari warga yang berlokasi di kawasan hutan Gunung Mangkol sehingga berpengaruh pada capaian kinerja dan realisasi keuangan. 4. Pelaksanaan pembuatan Peta Tematik di Provinsi Sulawesi Selatan terdapat perubahan tema yang semula 10 tema menjadi 7 tema dikarenakan keterbatasan waktu pelaksanaan pekerjaan sehingga berpengaruh pada capaian kinerja dan realisasi keuangan. 5. Permohonan Layanan PNBP yang ada di Direktorat Teknis mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya sehingga berpengaruh pada capaian kinerja dan keuangan; 6. Sisa anggaran hasil dari optimalisasi kegiatan yang ada tidak dapat digunakan unutk mengajukan kegiatan yang baru. Berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan pada Tahun 2017 dapat dijadikan evaluasi bagi Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan dalam pelaksanaan kegiatan di Tahun 2018 dan dalam perencanaan kegiatan di Tahun 2019 serta perencanaan di tahun-tahun berikutnya. Berbagai faktor penunjang keberhasilan telah diidentifikasi dan digunakan sebagai benchmark bagi pelaksanaan kegiatan pada tahun-tahun mendatang dan beberapa faktorpenghambat telah dikemukakan sebagai bahan introspeksi dalam peningkatan capaian kinerja tahun berikutnya. Semoga Laporan Kinerja (LKj) ini dapat memberikan gambaran singkat, padat dan jelas mengenai pelaksanaan kegiatan Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan. Jakarta, Januari 2018 Direktur Jenderal Infrastruktur Keagrariaan, Ir. R. Muhammad Adi Darmawan, M.Eng.Sc NIP

57 LAMPIRAN I PERJANJIAN KINERJA 48

58 LAMPIRAN II REALISASI KEGIATAN DITJEN IK TAHUN ANGGARAN 2017 Peta Jumlah Bidang Tanah Terukur Melalui Kegiatan PTSL, PNBP dan Kegiatan Lainnya Tahun Anggaran

59 Distribusi Ketersediaan Peta Cakupan Peta Dasar Pertanahan Pada Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Sampai DenganTahun Anggaran

60 Distribusi Ketersediaan Peta Tematik Pada Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan Sampai Dengan Tahun Anggaran

61 LAMPIRAN III DOKUMENTASI KEGIATAN PADA DIREKTORAT JENDERAL INFRASTRUKTUR KEAGRARIAAN 1. Direktur Jenderal Infrastruktur Keagrariaan *Kegiatan MUNAS XV APSPIG 52

62 2. Sekretariat Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan *Rapat pada World Bank 53

63 3. Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar *Pelantikan dan Pengambilan Sumpah/Janji SKB dan ASK *Ujian Surveyor Kadastral Berlisensi 54

64 4. Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Kadastral *Rapat One Map Policy (OMP) *Visit PTSL di Tanggamus 55

65 5. Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik *Presentasi Pembuatan Peta Tematik di Provinsi Sulawesi Selatan yang di kerjakan pihak ke-3 56

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN

RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN RENCANA AKSI KEGIATAN (RAK) BIRO KEPEGAWAIAN SETJEN KEMENKES TAHUN 2015-2019 BIRO KEPEGAWAIAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENKES Kesehatan Gedung Prof Dr. Sujudi Lantai 8 9 Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav.

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1 BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah merupakan laporan yang disusun untuk menyajikan informasi capaian kinerja unit organisasi

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan BAB 1. PENDAHULUAN Dalam Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan dokumen

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA DAN RENCANA ANGGARAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2012 BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Tabel I. Alokasi Anggaran Tahun 2012 (dalam ribuan rupiah) KODE PROGRAM

Lebih terperinci

Materi : Peran SKMPP ATR/BPN dalam Optimalisasi Kinerja Program Kegiatan Strategis di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN

Materi : Peran SKMPP ATR/BPN dalam Optimalisasi Kinerja Program Kegiatan Strategis di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN Materi : Peran SKMPP ATR/BPN dalam Optimalisasi Kinerja Program Kegiatan Strategis di Lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang/ BPN Oleh : Kepala Biro Perencanaan dan Kerjasama selaku Plt. Sekretaris

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi Aplikasi SAK BLU 2015 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten di The Royale Krakatau Hotel - Cilegon

Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi Aplikasi SAK BLU 2015 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa - Banten di The Royale Krakatau Hotel - Cilegon ARAH DAN SASARAN PEMBINAAN PENGELOLAAN APBN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN RISTEK DAN DIKTI Oleh : Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH, M.Hum. Inspektur Jenderal Kemenristekdikti Disampaikan Dalam Kegiatan Diseminasi

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI)

KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI. Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI) KEBIJAKAN PENGAWASAN INTERNAL DI KEMRISTEKDIKTI Oleh : Prof. Jamal Wiwoho, SH, Mhum. (INSPEKTORAT JENDERAL KEMRISTEKDIKTI) Disampaikan Dalam Rapat Koordinasi Pengawasan Peningkatan Kapasitas Pengendalian

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2016, No Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.793, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAKER. Tata Laksana. Penataan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN TATALAKSANA KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN. B. Misi Yang Akan Dilaksanakan. A. Visi Pembangunan Pertanahan

II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN. B. Misi Yang Akan Dilaksanakan. A. Visi Pembangunan Pertanahan Rencana Strategis (RENSTRA) BPN RI Tahun 2010-2014. II. VISI, MISI, DAN TUJUAN PEMBANGUNAN PERTANAHAN A. Visi Pembangunan Pertanahan R encana Strategis Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Tahun

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM KENDALI

Lebih terperinci

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i

Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia i Sapta Tertib Pertanahan Daftar Isi Daftar Tabel, Grafik dan Gambar Kata Pengantar Ikhtisar Eksekutif i ii iv vii ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1

Lebih terperinci

RAPAT DENGAR PENDAPAT BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI DENGAN KOMISI II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI. Kamis, 8 Maret 2012

RAPAT DENGAR PENDAPAT BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI DENGAN KOMISI II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI. Kamis, 8 Maret 2012 RAPAT DENGAR PENDAPAT BADAN PERTANAHAN NASIONAL RI DENGAN KOMISI II DEWAN PERWAKILAN RAKYAT RI Kamis, 8 Maret 2012 Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh; Selamat malam, salam sejahtera bagi kita

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa hubungan

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ Tahun Sidang

Lebih terperinci

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P

2013, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang P LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2013 PERTAHANAN. Pengadaan. Pembangunan. Badan Pertanahan Nasional. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERJANJIAN KINERJA BAB II PERJANJIAN KINERJA Untuk mencapai visi dan misi Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik, yang salah satu misinya adalah Mengajak masyarakat Katolik untuk berperan serta secara aktif dan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN

KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN KEBIJAKAN PENGANGGARAN SEKTOR PERTANIAN Jakarta, 12 Mei 2015 1 OUTLINE A. DASAR HUKUM B. PEMBAGIAN KEWENANGAN DALAM PENGELOLAAN NEGARA C. SIKLUS PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI,TUJUAN DAN SASARAN Perencanaan pembangunan daerah adalah suatu proses penyusunan tahapantahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan, guna pemanfaatan dan pengalokasian

Lebih terperinci

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial

Jakarta, Desember Direktur Rumah Umum dan Komersial Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah dan hidayahnya sehingga Laporan Kinerja Direktorat Rumah Umum dan Komersial Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Lebih terperinci

Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Omswastiastu (untuk Provinsi Bali)

Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua. Omswastiastu (untuk Provinsi Bali) MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL SAMBUTAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PADA UPACARA PERINGATAN HARI AGRARIA NASIONAL TAHUN 2017 Assalamu

Lebih terperinci

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SERI REGIONAL DEVELOPMENT ISSUES AND POLICIES (15) PERTANAHAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) 11 November 2011 1 KATA PENGANTAR Buklet nomor

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.28, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH. Satu Peta. Tingkat Ketelitian. Kebijakan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh

KATA PENGANTAR. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh i KATA PENGANTAR Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Rencana Strategis (Renstra) merupakan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tam No.1809, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-DPDTT. SAKIP. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENERAPAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata No.1275, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. PRONA. Percepatan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan

Lebih terperinci

Kebijakan Pengawasan Proyek Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN) dari IsDB dan SFD

Kebijakan Pengawasan Proyek Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN) dari IsDB dan SFD Kebijakan Pengawasan Proyek Pinjaman/ Hibah Luar Negeri (PHLN) dari IsDB dan SFD Disampaikan dalam Rakor Proyek Pendanaan IDB oleh Prof. Dr. Jamal Wiwoho, SH. M.Hum Inspektur Jenderal Kementerian Riset,

Lebih terperinci

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI - 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL TAHUN 2015-2019. BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematika Lengkap. Perubahan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018

KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018 KEBIJAKAN DAN PROGRAM KERJA KEMENRISTEKDIKTI 2018 Bandung, 11 Januari 2018 Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi 1 A. Program Kerja 2018 2 Visi-Misi Pembangunan 2015-2019 VISI : Terwujudnya

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bumi, air dan ruang angkasa atau kekayaan alam yang terkandung di dalamnya merupakan suatu karunia dari Tuhan Yang Maha Esa kepada seluruh rakyat Indonesia. Dan oleh

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.570, 2016 KEMEN-ATR/BPN. IKU. Penetapan. Tahun 2015-2019. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Page i. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung RI Tahun 2014 KATA PENGANTAR Penyusunan Laporan Akuntabilitasi Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Direktorat Jenderal Badan Peradilan Umum Tahun 2014 mengacu pada Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan

1 KATA PENGANTAR. Jakarta, Juni 2017 a.n Kepala Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan, Kepala Bidang Sinkronisasi Kebijakan ( REVISI I ) KATA PENGANTAR Rencana Strategis Pusat Analisis dan Sinkronisasi Kebijakan (PASKA) 205 209 merupakan turunan dari Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal Kementerian Pendidikan dan

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT KEBIJAKAN INVESTASI INFRASTRUKTUR BIDANG PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MATERI PAPARAN DIREKTUR BINA INVESTASI INFRASTRUKTUR FASILITASI PENGUSAHAAN JALAN DAERAH KENDARI, 10 11 MEI 2016 VISI DAN 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN 2015-2019 DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH Jakarta, 21 November 2013 Kerangka Paparan 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 17 /PER/M.KOMINFO/10/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PROGRAM NASIONAL AGRARIA MELALUI PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS DENGAN

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Presiden.

Bab I PENDAHULUAN. dikoordinasikan oleh kantor menteri Agraria BPN. pertanahan berdasarkan kebijakan yang ditetapkan Presiden. Bab I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Organisasi Badan Pertanahan Nasional Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah instansi pemerintah Non Departemen yang berkedudukan

Lebih terperinci

PERUBAHAN KODE IDENTIFIKASI UNIT KERJA UNTUK PENOMORAN PADA NASKAH DINAS DI KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERUBAHAN KODE IDENTIFIKASI UNIT KERJA UNTUK PENOMORAN PADA NASKAH DINAS DI KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL LAMPIRAN VII SURAT EDARAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR : 4/SE-100/IV/2017 TANGGAL : 7 April 2017 PERUBAHAN KODE IDENTIFIKASI UNIT KERJA UNTUK PENOMORAN PADA NASKAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA PADA TINGKAT KETELITIAN PETA SKALA 1:50.000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik

LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA. Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LAPORAN KINERJA DITJEN IDP 2016 LAPORAN KINERJA 2016 Direktorat Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik LKJ DITJEN IDP 2016 2016 LKJ DITJEN IDP KATA PENGANTAR Menjadi penjuru penguatan citra positif Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan

Lebih terperinci

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun

Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun Rencana Strategis Pusat Data dan Informasi Tahun 2015-2019 1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 2 DAFTAR ISI 3 PENDAHULUAN... 4 Latar Belakang... 4 Landasan Hukum. 5 Tugas Pokok dan Fungsi. 6 SASARAN KEGIATAN

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN LAPORAN KINERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN TAHUN 2015 JAKARTA, FEBRUARI 2016 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT SALINAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 2012 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka percepatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PROGRAM NASIONAL AGRARIA MELALUI PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS DENGAN

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB III PROFIL PERUSAHAAN 24 BAB III PROFIL PERUSAHAAN 3.1. Tinjauan Umum Perusahaan Badan Pertanahan Nasional (BPN) awalnya adalah Akademi Agraria yang didirikan di Yogyakarta pada tahun 1963, kemudian didirikan lagi di Semarang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hubungan bangsa Indonesia

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI - 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I I TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN Rencana Kinerja (Renja) BPPTPM Prov.Kep.Babel TA.2016 BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1. Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional dan Provinsi Visi BKPM dalam periode 2015-2019 adalah sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010 MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG: WILAYAH DAN TATA RUANG (dalam miliar rupiah) PRIORITAS/ KEGIATAN PRIORITAS 2012 2013 2014 I PRIORITAS BIDANG PEMBANGUNAN DATA DAN INFORMASI SPASIAL A

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 15/PRT/M/2015 TANGGAL 21 APRIL 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA TAHUN 2016 [Document subtitle] BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pembangunan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut Usia merupakan bagian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG BADAN RESTORASI GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka percepatan pemulihan

Lebih terperinci

INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN INDIKATOR KEBERHASILAN PEMBANGUNAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2015-2019 Rapat Koordinasi Pusat dan Daerah Direktur Jenderal Kebudayaan Hotel Mercure Ancol Jakarta, 16 April

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya pembentukan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k

2016, No Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Menteri Keuangan dapat menetapkan pola pengelolaan k BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1792, 2016 KEMENKEU. PPK-BLU Satker. Penetapan. Pencabutan Penerapan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 180/PMK.05/2016 TENTANG PENETAPAN DAN PENCABUTAN

Lebih terperinci

Total Tahun

Total Tahun RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH 2010-2014 KEGIATAN PRIORITAS NASIONAL DAN KEGIATAN PRIORITAS BIDANG REFORMA AGRARIA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA (BERDASARKAN PERPRES NO.5 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci