LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA TAHUN 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA TAHUN 2016"

Transkripsi

1 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL REHABILITASI SOSIAL LANJUT USIA TAHUN 2016 [Document subtitle]

2 BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Pembangunan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut Usia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembangunan nasional yang diarahkan untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia menuju masyarakat yang adil, makmur, sejahtera, mandiri dan bermartabat. Keberhasilan pembangunan Kesejahteraan Sosial bagi Lanjut Usia tidak mungkin dapat terwujud tanpa didukung oleh Sumber Daya Pegawai yang memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam bidang tugasnya masing-masing, transparan, profesional dan akuntabel. Setiap penyelenggara pemerintahan harus mampu menampilkan akuntabilitas kinerjanya dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sehingga terjadi sinkronisasi antara perencanaan ideal yang dicanangkan dengan keluaran dan manfaat yang dihasilkan. Untuk mewujudkan Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia yang profesional serta sesuai dengan tugas dan fungsinya, diperlukan keterpaduan langkah dan koordinasi yang optimal agar penyelenggaraan pemerintahan berjalan efektif, stabil dan dinamis. Selain itu, diperlukan instrumen yang mampu mengukur indikator pertanggungjawaban setiap penyelenggara Sosial dan Pemerintahan. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, mewajibkan setiap Instansi Pemerintah sebagai unsur penyelenggara Negara untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas, fungsi, dan peranannya, dalam pengelolaan sumberdaya dan kebijakan yang dipercayakan kepadanya, berdasarkan perencanaan strategis yang ditetapkan, serta berlandaskan peraturan perundang-undangan, antara lain : 1. Ketetapan MPR Nomor 11 Tahun 1998 tentang Bebas KKN. 2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial 5. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanggulangan Fakir Miskin 6. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Upaya Peningkatan Kesejahteraan Lanjut Usia 1

3 7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah 8. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian. 9. Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut Usia 10. Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2011 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Program Nasional tahun Instruksi Presiden Nomor3 Tahun 2011 tentang Program Pembangunan yang berkeadilan. 12. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. B. Kedudukan Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Sosial, maka kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, di bawah Kementerian Sosial RI. 1. Kedudukan Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia dipimpin oleh seorang Direktur yang bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial. 2. Tugas Pokok Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Rehabilitasi sosial lanjut usia. 3. Fungsi Dalam melaksanakan tugas Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia menyelenggarakan fungsi : a. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang identifikasi dan rencana intervensi, pengembangan kemampuan lanjut usia, reintegrasi dan bimbingan lanjut, dan sumber daya; 2

4 b. Penyiapan pelaksanaan kebijaksanaan di bidang identifikasi dan rencana intervensi, pengembangan kemampuan lanjut usia, reintegrasi dan bimbingan lanjut, dan sumber daya; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang identifikasi dan rencana intervensi, pengembangan kemampuan lanjut usia, reintegrasi dan bimbingan lanjut, dan sumber daya; d. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang identifikasi dan rencana intervensi, pengembangan kemampuan lanjut usia, reintegrasi dan bimbingan lanjut, dan sumber daya; e. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang identifikasi dan rencana intervensi, pengembangan kemampuan lanjut usia, reintegrasi dan bimbingan lanjut, dan sumber daya; dan f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga direktorat. Dalam rangka pelaksanaan fungsi Advokasi sebagai tindak lanjut dari upaya peningkatan kesejahteraan Lanjut Usia telah mendapat berbagai dukungan yang dikoordinasikan melalui Komisi Nasional Lanjut Usia (KOMNAS LANSIA) yang dibentuk berdasarkan Keppres No. 52 tahun Adapun tugas Komnas Lansia adalah: a. Mengkoordinasikan upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia. b. Memberikan saran/masukan kepada Presiden dalam upaya peningkatan kesejahteraan lanjut usia. C. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Maksud penyusunan LAKIP sebagai bahan dokumentasi yang dapat dijadikan dasar untuk pertanggungjawaban administratif dan teknis pelaksanaan Program dan Kegiatan di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 2. Tujuan a. Bahan evaluasi untuk mewujudkan Akuntabilitas Instansi Pemerintah bagi pihak yang membutuhkan. b. Sarana untuk mengkomunikasikan hasil yang telah dicapai dan proses pencapaiannya. c. Penyempurnaan pelaksanaan berbagai kebijakan, program dan kegiatan. d. Penyediaan dan Penyempurnaan dokumentasi program dan kegiatan. 3

5 D. Struktur Organisasi Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi dalam susunan organisasi dan tata kerja tersebut, sesuai Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor: 20 Tahun 2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Sosial, susunan Organisasi Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia terdiri dari : 1. Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi; 2. Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia; 3. Subdirektorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut; 4. Subdirektorat Sumber Daya; dan 5. Subbagian Tata Usaha 6. Kelompok Jabatan Fungsional; Struktur dan Susunan Organisasi Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia 4

6 1. Kepala Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi a. Tugas Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang identifikasi dan rencana intervensi. b. Fungsi 1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang analisis dan identifikasi serta rencana intervensi; 2) Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis dan identifikasi serta rencana intervensi; 3) Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang analisis dan identifikasi serta rencana intervensi; 4) Penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang analisis dan identifikasi serta rencana intervensi; dan 5) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang analisis dan identifikasi serta rencana intervensi. c. Uraian Tugas 1) Merencanakan kegiatan Identifikasi dan Rencana Intervensi, meliputi perumusan kebijakan teknis, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis serta penyiapan evaluasi dan pelaporan sebagai pedoman pelaksanaan tugas. 2) Memberikan arahan / petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada para Kepala Seksi di lingkungan Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi baik secara lisan maupun tertulis untuk meningkatkan kompetensi para Kepala Seksi. 3) Mendistribusikan kegiatan kepada para Kepala Seksi di lingkungan Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi sesuai dengan bidang tugas agar beban kerja terbagi rata sehingga tugas terlaksana sesuai tujuan. 4) Menyiapkan alternatif keputusan untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul berkaitan dengan pelaksanaan tugas Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi. 5

7 5) Membuat konsep, memeriksa dan menelaah isi surat atau bahan lain yang terkait dengan tugas dan fungsi Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi untuk mengetahui permasalahan dan upaya tindak lanjut. 2) Mengkoordinasikan kegiatan Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi secara lintas program/sektoral dengan Subdirektorat lain di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, unit lain di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, serta instansi terkait lainnya. 3) Melaksanakan pembinaan staf dalam rangka pelaksanaan kegiatan/ program Identifikasi dan Rencana Intervensi. 4) Memberikan umpan balik informasi kegiatan Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi dalam rapat dan pertemuan lain sesuai dengan instruksi Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 5) Menyelia, memantau, mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi. 6) Memonitor pelaksanaan kegiatan para Kasi di lingkungan Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi agar proses dan hasilnya sesuai dengan rencana. 7) Melaporkan pelaksanaan tugas Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi kepada Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 8) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia atau pimpinan terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 9) Melaksanakan penyusunan program dan sasaran tahunan Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia berdasarkan kebijakan dan program Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial dan pelaksanaan sebelumnya, serta perkiraan yang akan datang. 10) Melaksanakan penyusunan program kerja dan rencana kerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia sesuai dengan tugas dan fungsi sebagai panduan dalam pelaksanaan tugas. 1.a. Kepala Seksi Analisis dan Identifikasi Permasalahan. a. Tugas Melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan 6

8 teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang analisis dan identifikasi permasalahan. b. Uraian Tugas : 1) Merencanakan kegiatan seksi Analisis dan Identifikasi Permasalahan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas. 2) Membagi tugas kepada staf seksi Analisis dan Identifikasi Permasalahan sesuai dengan bidang tugas dan kemampuan. 3) Memberikan arahan/petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada staf di lingkungan seksi Analisis dan Identifikasi Permasalahan baik secara lisan maupun tertulis untuk meningkatkan kompetensi staf. 4) Membimbing dan mengawasi staf seksi Analisis dan Identifikasi Permasalahan agar melaksanakan tugas dengan baik. 5) Menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis di bidang Analisis dan Identifikasi Permasalahan rehabilitasi sosial lanjut usia. 6) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Analisis dan Identifikasi Permasalahan rehabilitasi sosial lanjut usia. 7) Membuat konsep, memeriksa dan menelaah isi surat atau bahan lain yang terkait dengan tugas dan fungsi Seksi Analisis dan Identifikasi untuk mengetahui permasalahan dan upaya tindak lanjut. 8) Menyiapkan bahan penyusunan pedoman, instrumen pemantauan dan evaluasi serta indikator kinerja di bidang Analisis dan Identifikasi Permasalahan Rehabilitasi social lanjut usia. 9) Mengkoordinasikan kegiatan seksi Analisis dan Identifikasi Permasalahan dengan seksi lain di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 10) Melaksanakan evaluasi terhadap pekerjaan staf seksi di Analisis dan Identifikasi Permasalahan. 11) Melaporkan pelaksanaan tugas Seksi Analisis dan Identifikasi Permasalahan kepada Kepala Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi. 12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi atau pimpinan yang terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 2.b. Kepala Seksi Rencana Intervensi a. Tugas Melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang rencana intervensi. b. Uraian Tugas 7

9 1) Merencanakan kegiatan seksi Rencana Intervensi sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas. 2) Membagi tugas kepada staf seksi Rencana Intervensi sesuai dengan bidang tugas dan kemampuan. 3) Memberikan arahan/petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada staf di lingkungan seksi Rencana Intervensi baik secara lisan maupun tertulis untuk meningkatkan kompetensi staf. 4) Membimbing dan mengawasi staf seksi Rencana Intervensi agar melaksanakan tugas dengan baik. 5) Menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis Rencana Intervensi di bidang Rehabilitasi sosial lanjut usia. 6) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Rencana Intervensi Rehabilitasi sosial lanjut usia. 7) Membuat konsep, memeriksa dan menelaah isi surat atau bahan lain yang terkait dengan tugas dan fungsi Seksi Rencana Intervensi untuk mengetahui permasalahan dan upaya tindak lanjut. 8) Menyiapkan bahan penyusunan pedoman, instrumen pemantauan dan evaluasi serta indikator kinerja di bidang Rencana Intervensi Rehabilitasi sosial lanjut usia. 9) Mengkoordinasikan kegiatan seksi Rencana Intervensi dengan seksi lain di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 10) Melaksanakan evaluasi terhadap pekerjaan staf seksi Rencana Intervensi pada Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi. 11) Melaporkan pelaksanaan tugas Seksi Rencana Intervensi kepada Kepala Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi. 12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Subdirektorat Identifikasi dan Rencana Intervensi atau pimpinan yang terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 2. Kepala Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia a. Tugas Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan kemampuan lanjut usia. b. Fungsi : 1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pengembangan kemampuan lanjut usia dalam dan luar institusi; 2) Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kemampuan lanjut usia dalam dan luar institusi; 8

10 3) Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pengembangan kemampuan lanjut usia dalam dan luar institusi; 4) Penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supevisi di bidang pengembangan kemampuan lanjut usia dalam dan luar institusi; dan 5) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan kemampuan lanjut usia dalam dan luar institusi. c. Uraian Tugas : 1) Merencanakan kegiatan operasional Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia, meliputi perumusan kebijakan teknis, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis serta penyiapan evaluasi dan pelaporan sebagai pedoman pelaksanaan tugas. 2) Memberikan arahan/petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada para Kepala Seksi di lingkungan Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia baik secara lisan maupun tertulis untuk meningkatkan kompetensi para Kepala Seksi. 3) Mendistribusikan kegiatan kepada para Kepala Seksi di lingkungan Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia sesuai dengan bidang tugas agar beban kerja terbagi rata sehingga tugas terlaksana sesuai tujuan. 4) Menyiapkan alternatif keputusan untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul berkaitan dengan pelaksanaan tugas Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia. 5) Membuat konsep, memeriksa dan menelaah isi surat atau bahan lain yang terkait dengan tugas dan fungsi Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia untuk mengetahui permasalahan dan upaya tindak lanjut. 6) Mengkoordinasikan kegiatan Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia secara lintas program/sektoral dengan Subdirektorat lain di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, unit lain di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, serta instansi terkait lainnya. 7) Melaksanakan pembinaan staf dalam rangka pelaksanaan kegiatan/ program standarisasi, evaluasi dan pelaporan. 9

11 8) Memberikan umpan balik informasi kegiatan Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia dalam rapat dan pertemuan lain sesuai dengan instruksi Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 9) Menyelia, memantau, mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia. 10) Memonitor pelaksanaan kegiatan para Kasi di lingkungan Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia agar proses dan hasilnya sesuai dengan rencana. 11) Melaporkan pelaksanaan tugas Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia kepada Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia atau pimpinan terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 2. a. Kepala Seksi Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia Dalam Institusi a. Tugas : Melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan kemampuan lanjut usia dalam institusi. b. Uraian Tugas 1) Merencanakan kegiatan Seksi Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia Dalam Institusisebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas. 2) Membagi tugas kepada staf Seksi Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia Dalam Institusisesuai dengan bidang tugas dan kemampuan. 3) Memberikan arahan/petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada staf di lingkungan seksi Rehabilitasi sosial dalam pantibaik secara lisan maupun tertulis untuk meningkatkan kompetensi staf. 4) Membimbing dan mengawasi staf Seksi Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia Dalam Institusiagar melaksanakan tugas dengan baik. 10

12 5) Menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis di bidang Rehabilitasi sosial lanjut usia dalam panti. 6) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Rehabilitasi sosial dalam panti. 7) Membuat konsep, memeriksa dan menelaah isi surat atau bahan lain yang terkait dengan tugas dan fungsi Seksi Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia Dalam Institusiuntuk mengetahui permasalahan dan upaya tindak lanjut. 8) Menyiapkan bahan penyusunan pedoman, instrumen pemantauan dan evaluasi serta indikator kinerja di bidang Rehabilitasi sosial dalam panti. 9) Mengkoordinasikan kegiatan Seksi Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia Dalam Institusidengan seksi lain di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 10) Melaksanakan evaluasi terhadap pekerjaan staf Seksi Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia Dalam Institusi pada Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia. 11) Melaporkan pelaksanaan tugas Seksi Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia Dalam Institusi kepada Kepala Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia. 12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia atau pimpinan yang terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 2. b. Kepala Seksi Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia Luar Institusi a. Tugas : Melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pengembangan kemampuan lanjut usia dalam institusi. 11

13 b. Uraian Tugas : 1) Merencanakan kegiatan Kepala Seksi Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia Luar Institusi sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas. 2) Membagi tugas kepada staf Kepala Seksi Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia Luar Institusi sesuai dengan bidang tugas dan kemampuan. 3) Memberikan arahan/petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada staf di lingkungan seksi Rehabilitasi sosial luar pantibaik secara lisan maupun tertulis untuk meningkatkan kompetensi staf. 4) Membimbing dan mengawasi staf Kepala Seksi Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia Luar Institusi agar melaksanakan tugas dengan baik. 5) Menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis di bidang Rehabilitasi sosial lanjut usia luar panti. 6) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Rehabilitasi sosial luar panti. 7) Membuat konsep, memeriksa dan menelaah isi surat atau bahan lain yang terkait dengan tugas dan fungsi Kepala Seksi Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia Luar Institusi untuk mengetahui permasalahan dan upaya tindak lanjut. 8) Menyiapkan bahan penyusunan pedoman, instrumen pemantauan dan evaluasi serta indikator kinerja di bidang Rehabilitasi sosial luar panti. 9) Mengkoordinasikan kegiatan Kepala Seksi Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia Luar Institusi dengan seksi lain di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 10) Melaksanakan evaluasi terhadap pekerjaan staf Kepala Seksi Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia Luar Institusi pada Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia. 12

14 11) Melaporkan pelaksanaan tugas Kepala Seksi Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia Luar Institusi kepada Kepala Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia. 12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Subdirektorat Pengembangan Kemampuan Lanjut Usia atau pimpinan yang terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 3. Kepala Sub Direktorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut a. Tugas : Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang reintegrasi dan bimbingan lanjut. b. Fungsi : 1) Penyiapan perumusan kebijakan di bidang Reintegrasi dan Bimbingan LanjutRehabilitasi sosial lanjut usia. 2) Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang Reintegrasi dan Bimbingan LanjutRehabilitasi sosial lanjut usia. 3) Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang Reintegrasi dan Bimbingan LanjutRehabilitasi sosial lanjut usia. 4) Penyiapan pemberian bimbingan teknis di bidang Reintegrasi dan Bimbingan LanjutRehabilitasi sosial lanjut usia. 5) Penyiapan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang. Reintegrasi dan Bimbingan LanjutRehabilitasi sosial lanjut usia. b. Uraian Tugas : 1) Merencanakan kegiatan operasional Subdirektorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut, meliputi perumusan kebijakan teknis, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis serta penyiapan evaluasi dan pelaporan sebagai pedoman pelaksanaan tugas. 2) Memberikan arahan / petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada para Kepala Seksi di lingkungan Subdirektorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut baik secara lisan maupun tertulis untuk meningkatkan kompetensi para Kepala Seksi. 13

15 3) Mendistribusikan kegiatan kepada para Kepala Seksi di lingkungan Subdirektorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut sesuai dengan bidang tugas agar beban kerja terbagi rata sehingga tugas terlaksana sesuai tujuan. 4) Menyiapkan alternatif keputusan untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul berkaitan dengan pelaksanaan tugas Subdirektorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut. 5) Membuat konsep, memeriksa dan menelaah isi surat atau bahan lain yang terkait dengan tugas dan fungsi Subdirektorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut untuk mengetahui permasalahan dan upaya tindak lanjut. 6) Mengkoordinasikan kegiatan Subdirektorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut secara lintas program/sektoral dengan Subdirektorat lain di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, unit lain di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, serta instansi terkait lainnya. 7) Melaksanakan pembinaan staf dalam rangka pelaksanaan kegiatan/ program Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut. 8) Memberikan umpan balik informasi kegiatan Subdirektorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut dalam rapat dan pertemuan lain sesuai dengan instruksi Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 9) Menyelia, memantau, mengevaluasi pelaksanaan kegiatan SubdirektoratReintegrasi dan Bimbingan Lanjut serta kegiatan Rehabilitasi sosial lanjut usia. 10) Memonitor pelaksanaan kegiatan para Kasi di lingkungan Subdirektorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut agar proses dan hasilnya sesuai dengan rencana. 11) Melaporkan pelaksanaan tugas Subdirektorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut kepada Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia atau pimpinan terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 14

16 3. a. Kepala Seksi Reintegrasi a. Tugas : Melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang reintegrasi. b. Uraian Tugas : 1) Merencanakan kegiatan Seksi Reintegrasi sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas. 2) Membagi tugas kepada staf Seksi Reintegrasi sesuai dengan bidang tugas dan kemampuan. 3) Memberikan arahan/petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada staf di lingkungan Seksi Reintegrasi baik secara lisan maupun tertulis untuk meningkatkan kompetensi staf. 4) Membimbing dan mengawasi staf Seksi Reintegrasi agar melaksanakan tugas dengan baik. 5) Menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis di bidang Pembinaan Lembaga. 6) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Pembinaan Lembaga. 7) Membuat konsep, memeriksa dan menelaah isi surat atau bahan lain yang terkait dengan tugas dan fungsi Seksi Reintegrasi untuk mengetahui permasalahan dan upaya tindak lanjut. 8) Menyiapkan bahan penyusunan pedoman, instrumen pemantauan dan evaluasi serta indikator kinerja di bidang Pembinaan Lembaga. 9) Mengkoordinasikan kegiatan Seksi Reintegrasi dengan seksi lain di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 10) Melaksanakan evaluasi terhadap pekerjaan staf Seksi Reintegrasi pada Subdirektorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut. 11) Melaporkan pelaksanaan tugas Seksi Reintegrasi kepada Kepala Subdirektorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut. 15

17 12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Subdirektorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut atau pimpinan yang terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 3.b. Kepala Seksi Bimbingan Lanjut a. Tugas : Melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang bimbingan lanjut b. Uraian Tugas : 1) Merencanakan kegiatan Seksi Bimbingan Lanjut sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas. 2) Membagi tugas kepada staf Seksi Bimbingan Lanjut sesuai dengan bidang tugas dan kemampuan. 3) Memberikan arahan/petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada staf di lingkungan Seksi Bimbingan Lanjut baik secara lisan maupun tertulis untuk meningkatkan kompetensi staf. 4) Membimbing dan mengawasi staf Seksi Bimbingan Lanjut agar melaksanakan tugas dengan baik. 5) Menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis di bidang Kerjasama Kelembagaan. 6) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Kerjasama Kelembagaan. 7) Membuat konsep, memeriksa dan menelaah isi surat atau bahan lain yang terkait dengan tugas dan fungsi Seksi Bimbingan Lanjut untuk mengetahui permasalahan dan upaya tindak lanjut. 8) Menyiapkan bahan penyusunan pedoman, instrumen pemantauan dan evaluasi serta indikator kinerja di bidang Kerjasama Kelembagaan. 9) Mengkoordinasikan kegiatan Seksi Bimbingan Lanjut dengan seksi lain di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 16

18 10) Melaksanakan evaluasi terhadap pekerjaan staf Seksi Bimbingan Lanjut pada Subdirektorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut. 11) Melaporkan pelaksanaan tugas Seksi Bimbingan Lanjut kepada Kepala Subdirektorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjut. 12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Subdirektorat Reintegrasi dan Bimbingan Lanjutatau pimpinan yang terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 4. Kepala Sub Direktorat Sumber Daya a. Tugas : Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang sumber daya. b. Fungsi : 1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pemetaan dan analisis, serta peningkatan kapasitas sumber daya; 2) Penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan di bidang pemetaan dan analisis, serta peningkatan kapasitas sumber daya; 3) Penyiapan bahan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pemetaan dan analisis, serta peningkatan kapasitas sumber daya; 4) Penyiapan bahan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pemetaan dan analisis, serta peningkatan kapasitas sumber daya 5) Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang pemetaan dan analisis, serta peningkatan kapasitas sumber daya c. Uraian Tugas : 1) Merencanakan kegiatan operasional Subdirektorat Sumber Daya, meliputi perumusan kebijakan teknis, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis serta penyiapan evaluasi dan pelaporan sebagai pedoman pelaksanaan tugas. 2) Memberikan arahan / petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada para Kepala Seksi di lingkungan Subdirektorat Sumber Daya baik secara lisan maupun tertulis untuk meningkatkan kompetensi para Kepala Seksi. 3) Mendistribusikan kegiatan kepada para Kepala Seksi di lingkungan Subdirektorat Sumber Daya sesuai dengan bidang tugas agar beban kerja terbagi rata sehingga tugas terlaksana sesuai tujuan. 17

19 4) Menyiapkan alternatif keputusan untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul berkaitan dengan pelaksanaan tugas Subdirektorat Sumber Daya. 5) Membuat konsep, memeriksa dan menelaah isi surat atau bahan lain yang terkait dengan tugas dan fungsi Subdirektorat Sumber Daya untuk mengetahui permasalahan dan upaya tindak lanjut. 6) Mengkoordinasikan kegiatan Subdirektorat Sumber Daya secara lintas program/sektoral dengan Subdirektorat lain di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia, unit lain di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial, serta instansi terkait lainnya. 7) Melaksanakan pembinaan staf dalam rangka pelaksanaan kegiatan/ program Sumber Daya. 8) Memberikan umpan balik informasi kegiatan Subdirektorat Sumber Daya dalam rapat dan pertemuan lain sesuai dengan instruksi Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 9) Menyelia, memantau, mengevaluasi pelaksanaan kegiatan Subdirektorat Sumber Daya serta kegiatan Rehabilitasi sosial lanjut usia. 10) Memonitor pelaksanaan kegiatan para Kasi di lingkungan Subdirektorat Sumber Daya agar proses dan hasilnya sesuai dengan rencana. 11) Melaporkan pelaksanaan tugas Subdirektorat Sumber Daya kepada Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Direktur Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia atau pimpinan terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 4.a. Kepala Seksi Pemetaan dan Analisis Potensi Sumber Daya a. Tugas : Melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pemetaan dan analisis potensi sumber daya. b. Uraian Tugas : 18

20 1) Merencanakan kegiatan Seksi Pemetaan dan Analisis Potensi Sumber Daya sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas. 2) Membagi tugas kepada staf Seksi Pemetaan dan Analisis Potensi Sumber Daya sesuai dengan bidang tugas dan kemampuan. 3) Memberikan arahan/petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada staf di lingkungan Seksi Pemetaan dan Analisis Potensi Sumber Daya baik secara lisan maupun tertulis untuk meningkatkan kompetensi staf. 4) Membimbing dan mengawasi staf Seksi Pemetaan dan Analisis Potensi Sumber Daya agar melaksanakan tugas dengan baik. 5) Menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis di bidang Advokasi Sosial. 6) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Advokasi Sosial. 7) Membuat konsep, memeriksa dan menelaah isi surat atau bahan lain yang terkait dengan tugas dan fungsi Seksi Pemetaan dan Analisis Potensi Sumber Daya untuk mengetahui permasalahan dan upaya tindak lanjut. 8) Menyiapkan bahan penyusunan pedoman, instrumen pemantauan dan evaluasi serta indikator kinerja di bidang Advokasi Sosial. 9) Mengkoordinasikan kegiatan Seksi Pemetaan dan Analisis Potensi Sumber Daya dengan seksi lain di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 10) Melaksanakan evaluasi terhadap pekerjaan staf Seksi Pemetaan dan Analisis Potensi Sumber Daya pada Subdirektorat Sumber Daya. 11) Melaporkan pelaksanaan tugas Seksi Pemetaan dan Analisis Potensi Sumber Daya kepada Kepala Subdirektorat Sumber Daya. 12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Subdirektorat Sumber Daya atau pimpinan yang terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 19

21 4. b Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya a. Tugas : Melakukan penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan kapasitas sumber daya b. Uraian Tugas : 1) Merencanakan kegiatan Seksi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas. 2) Membagi tugas kepada staf Seksi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya sesuai dengan bidang tugas dan kemampuan. 3) Memberikan arahan/petunjuk pelaksanaan kegiatan kepada staf di lingkungan Seksi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya baik secara lisan maupun tertulis untuk meningkatkan kompetensi staf. 4) Membimbing dan mengawasi staf Seksi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya agar melaksanakan tugas dengan baik. 5) Menyiapkan bahan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pemberian bimbingan teknis di bidang Rehabilitasi Sosial Kedaruratan. 6) Menyiapkan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Rehabilitasi Sosial Kedaruratan. 7) Membuat konsep, memeriksa dan menelaah isi surat atau bahan lain yang terkait dengan tugas dan fungsi Seksi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya untuk mengetahui permasalahan dan upaya tindak lanjut. 8) Menyiapkan bahan penyusunan pedoman, instrumen pemantauan dan evaluasi serta indikator kinerja di bidang Rehabilitasi Sosial Kedaruratan. 9) Mengkoordinasikan kegiatan Seksi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya dengan seksi lain di lingkungan Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 10) Melaksanakan evaluasi terhadap pekerjaan staf Seksi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya pada Subdirektorat Sumber Daya. 20

22 11) Melaporkan pelaksanaan tugas Seksi Peningkatan Kapasitas Sumber Daya kepada Kepala Subdirektorat Sumber Daya. 12) Melaksanakan tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Subdirektorat Sumber Daya atau pimpinan yang terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. 5. Kepala Sub Bagian Tata Usaha (TU) a. Tugas : Melakukan urusan tata usaha, kepegawaian, dan rumah tangga serta administrasi perencanaan program dan anggaran Direktorat. b. Uraian Tugas : 1) Menyusun rencana kegiatan Subbagian Tata Usaha sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas. 2) Membagi tugas kepada staf Subbagian Tata Usaha sesuai dengan bidang tugas dan kemampuan. 3) Membimbing dan mengawasi staf dalam pelaksanaan tugas. 4) Melakukan urusan persuratan dan kearsipan Direktorat. 5) Melakukan urusan rumah tangga dan perlengkapan Direktorat. 6) Melakukan urusan keuangan Direktorat. 7) Melakukan urusan kepegawaian Direktorat. 8) Melakukan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data lingkup Direktorat. 9) Melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana, program dan anggaran serta pelaporan kegiatan di lingkungan direktorat. 10) Mendukung pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi Direktorat. 11) Menyiapkan urusan tata laksana, hukum dan humas Direktorat. 12) Melaporkan pelaksanaan kegiatan Subbagian Tata Usaha kepada Direktur. 13) Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Direktur atau pimpinan terkait sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku. E. Lingkungan Strategis yang berpengaruh Pembangunan Kesejahteraan Sosial adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan masyarakat untuk melaksanakan peningkatan usaha Kesejahteraan Sosial. Hal ini 21

23 dilatarbelakangi oleh kenyataan akan besarnya permasalahan sosial yang tumbuh dan berkembang serta dihadapi oleh sebagian besar masyarakat. Kemiskinan, ketelantaran, kecacatan dan ketunaan sosial merupakan permasalahan sosial yang menonjol serta memerlukan penanganan secara khusus dan berkeseimbangan sebagai wujud komitmen pemerintah untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Keberhasilan pembangunan kesejahteraan sosial dipengaruhi oleh lingkungan strategis sebagai berikut : 1. Stabilitas ekonomi dengan mengutamakan perluasan lapangan kerja dan kesempatan usaha bagi sebagian besar penduduk terutama PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial). 2. Kecepatan penanganan wilayah tertinggal, terpencil dan terisolasi, daerah minus, daerah kumuh perkotaan, daerah pantai dan kantong kemiskinan lainnya. 3. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam pengelolaan sumber daya dan lingkungan melalui peningkatan akuntabilitas dan transparansi. 4. Pengembangan dan penguatan kelembagaan sosial lanjut usia terutama yang berbasis masyarakat baik lembaga maupun SDM-nya. Dalam perencanaan dan pelaksanaannya, sektor/kegiatan strategis lain yang terkait perlu diintegrasikan dengan strategi pembangunan dan penanganan masalah sosial. 22

24 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2016 A. Perencanaan Perencanaan Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia pada hakekatnya merupakan komitmen bersama mengenai upaya yang terencana dan sistematis untuk meningkatkan kinerja serta cara pencapaiannya melalui pembinaan, penataan, perbaikan, penertiban, penyempurnaan dan pembaharuan terhadap sistem, kebijakan, peraturan perundangundangan bidang Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia termasuk pembinaan terhadap akhlak dan perilaku pelaksana Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia serta evaluasi, pengawasan dan pengendalian manajemen, agar tercapai efektivitas, efisiensi dan produktivitas dalam pelaksanaan pemerintahan. Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang harus diemban, maka Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia dalam penyelenggaraan pembangunan kesejahteraan sosial lanjut usia dilaksanakan secara sistematis, terencana dan berkesinambungan. Termasuk penyelenggaraan program/kegiatan tahun 2015 merupakan tindak lanjut kegiatan sebelumnya yang terarah, untuk pencapaian dan penjabaran visi dan misi yang telah ditetapkan. B. Visi dan Misi Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia menetapkan Visi dan Misi tersebut : sebagaimana 1. Visi 2. Misi C. TUJUAN Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Nilai dan Semangat Gotong Royong Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera 1. Terlaksananya/ terwujudnya kesejahteraan sosial lanjut usia melalui rehabilitasi sosial lanjut usia sesuai dengan standar pelayanan baik dalam maupun luar panti 2. Meningkatnya kemampuan, keterampilan dan kepadulian masyarakat dalam memberikan rehabilitasi kepada lanjut usia 3. Tersalurkannya bantuan sarana dan prasarana rehabilitasi lanjut usia dan kepedulian masyarakat dalam melayani lanjut usia melalui lembaga kesejahteraan sosial 23

25 D. Arah Kebijakan dan Strategi Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. 1. Arah Kebijakan a. Mewujudkan dukungan keluarga dan masyarakat terhadap kehidupan lanjut usia; b. Mewujudkan sistem perlindungan dan jaminan sosial yang dapat meningkatkan kehidupan penduduk lanjut usia; c. Mewujudkan kesempatan kerja dan aktivitas untuk mengaktualisasikan diri dalam keluarga dan masyarakat; d. Mewujudkan iklim kehidupan yang mendorong lanjut usia dapat melakukan kegiatan sosial keagamaan dan kerohanian; e. Mewujudkan aksesibilitas lanjut usia terhadap sarana dan rehabilitasi umum serta sumber lainnya. f. Mewujudkan profesionalisme petugas rehabilitasi sosial lanjut usia. g. Mewujudkan lembaga kesejahteraan sosial lanjut usia yang mandiri dan mempunyai jaringan kerja yang luas 2. Strategi a. Kemitraan Yaitu kerjasama, kepedulian, kesetaraan, kebersamaan dan jaringan kerja untuk menumbuhkembangkan kemanfaatan timbal balik antara pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat/orsos dan dunia usaha dalam penyelenggaraan rehabilitasi sosial lanjut usia. b. Pemberdayaan Yaitu peningkatan profesionalisme dan kinerja pelaku rehabilitasi social lanjut usia, termasuk aparatur pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah, masyarakat, organisasi sosial, dunia usaha serta penerima rehabilitasi untuk mencegah dan mengatasi masalah yang ada serta merealisasikan aspirasi dan harapan untuk meningkatkan kualitas hidup lanjut usia. c. Partisipasi Yaitu meliputi prakarsa, peran aktif dan keterlibatan lanjut usia serta seluruh unsur komponen masyarakat termasuk dunia usaha dalam penyelenggaraan rehabilitasi sosial lanjut usia. d. Advokasi Sosial Meliputi pendampingan, konsultasi dan perlindungan dalam rangka pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi lanjut usia. e. Rehabilitasi Sosial Adalah proses bantuan pertolongan, perlindungan, bimbingan, santunan dan perawatan yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan social lanjut usia. 24

26 E. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Perjanjian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia tahun 2016 adalah sebagai berikut : SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET Terlaksananya rehabilitasi sosial bagi lanjut usia SDM yang melaksanakan pelayanan sosial lanjut usia Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar Family Support Kedaruratan Bedah rumah Pelatihan dan bimbingan teknis pendamping dan pelaksana rehabilitasi sosial lanjut usia Jumlah lanjut usia terlantar yang menerima bantuan sosial SDM yang meningkat kapasitasnya dalam melaksanakan rehabilitasi sosial lanjut usia orang 870 orang Lembaga kesejahteraan sosial lanjut usia Pemberian bantuan kepada lembaga kesejahteraan sosial lanjut usia Jumlah lembaga kesejahteraan sosial (LKS) penyelenggaran rehabilitasi sosial lanjut usia yang dibantu/ 60 lembaga Pedoman, juklak dan juknis pelayanan sosial lanjut usia Penyusunan dan penyempurnaan pedoman, juklak dan juknis, peraturan, produk literasi yang dirancang/ diterbitkan terkai akses lingkungan inklusif bagi lanjut usia Jumlah inisiasi/ regulasi/ peraturan/ produk literasi yang dirancanag/ diterbitkan terkait akses lingkungan inklusif bagi lanjut usia 8 Pedoman Perjanjian kinerja tersebut merupakan perjanjian untuk memberikan rehabilitasi sosial lanjut usia yang dilaksanakan melalui kegiatan pusat. Selain kegiatan pusat masih ada kegiatan yang dilaksanakan melalui UPT dan melalui dana dekosentrasi. Perjanjian kinerja tersebut adalah sebagai berikut: 25

27 SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA TARGET Terlaksananya rehabilitasi sosial bagi lanjut usia SDM yang melaksanakan pelayanan sosial lanjut usia Lembaga kesejahteraan sosial lanjut usia Layanan SBK PSTW UEP Day care Home Care Nursing Care Penjangkauan PSTW Pelatihan dan bimbingan teknis pendamping dan pelaksana rehabilitasi sosial lanjut usia Pemberian bantuan Operasional kepada Komda propinsi / Kab/Kota Jumlah lanjut yang mendapatkan rehabilitasi sosial di dalam panti Jumlah lanjut yang mendapatkan rehabilitasi sosial di luar panti Jumlah lanjut usia terlantar yang mendapatkan bantuan sosial SDM yang meningkat kapasitasnya dalam melaksanakan rehabilitasi sosial lanjut usia Jumlah lembaga kesejahteraan sosial (LKS) penyelenggaran rehabilitasi sosial lanjut usia yang dibantu/ orang orang 15 lembaga Perjanjian kinerja yang dicapai melalui UPT dan dana dekonsentrasi dilaksanakan melalui berbagai kegiatan yag mendukung berbagai sasaran rehabilitasi sosial lanjut usia. Sasaran Terlaksananya rehabilitasi sosial bagi lanjut usia dica[ai dengan program Layanan SBK PSTW, UEP, Day care, Home Care, Nursing Care dan Penjangkauan yang dilaksanakan oleh PSTW dengan target sebayak orang. Sasaran SDM yang melaksanakan pelayanan sosial lanjut usia dicapai dengan kegiatan pelatihan dan bimbingan teknis pendamping dan pelaksana rehabilitasi sosial lanjut usia yang ditujukan kepada pendamping ASLUT dengan target sebanyak orang. Sasaran Lembaga kesejahteraan sosial lanjut usia dicapai dengan Pemberian bantuan Operasional kepada Komda propinsi / Kab/Kota dengan target sebanyak 15 lembaga. Untuk capaian yang dilaksanakan melalui UPT dan dana dekonsentrasi akan dilaporkan oleh masing-masing kepala satker pelaksana kegiatan karena merupakan tanggung jawab dan sebagai capaian kinerja masing-masing kepala satker. 26

28 BAB III Akuntabilitas Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia menyusun penetapan kinerja tahun 2016 sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsi. Penetapan kinerja tersebut menjadi tolak ukur akuntabilitas kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia. A. Pengukuran Capaian Kinerja Pengukuran capaian kinerja dilakukan dengan membandingkan antara target di penetapan kinerja dengan realisasi target yang dilaksanakan selama tahun

29 28

30 PENGUKURAN CAPAIAN KINERJA SASARAN INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET REALISASI HASIL CAPAIAN (%) OUT PUT OUT COME PROGRAM ANGGARAN Terlaksananya rehabilitasi sosial bagi lanjut usia SDM yang melaksanakan pelayanan sosial lanjut usia Lembaga kesejahteraan sosial lanjut usia Jumlah lanjut usia terlantar yang menerima bantuan sosial SDM yang meningkat kapasitasnya dalam melaksanakan rehabilitasi sosial lanjut usia Jumlah lembaga kesejahteraan sosial (LKS) penyelenggaran rehabilitasi sosial lanjut usia yang dibantu/ orang 870 orang 60 lembaga orang 103 % 770 orang 88 % 2 Lembaga 3 % 20 % dari realisasi lanjut usia telah terpenuhi kebutuhan dasarnya 20 % SDM penyelenggar an pelayanan sosial lanjut usia meningkat kapasitasnya 20 % meningkatny a kualitas rehabilitasi sosial lanjut usia yang dilakukan masyarakat melalui LKS LU Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar Family Support Kedaruratan Bedah rumah Pelatihan dan bimbingan teknis pendamping dan pelaksana rehabilitasi sosial lanjut usia Pemberian bantuan kepada lembaga kesejahteraan sosial lanjut usia

31 SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET REALISASI HASIL CAPAIAN (%) OUT PUT OUT COME PROGRAM ANGGARAN Pedoman, juklak dan juknis pelayanan sosial lanjut usia Jumlah inisiasi/ regulasi/ peraturan/ produk literasi yang dirancanag/ diterbitkan terkait akses lingkungan inklusif bagi lanjut usia 8 Pedoman 10 Pedoman Meberikan pemahaman kepada pelaksana/ pendamping rehabilitasi sosial lanjut usia (petugas pusat, propinsi, kab/kota) Penyusunan dan penyempurnaan pedoman, juklak dan juknis, peraturan, produk literasi yang dirancang/ diterbitkan terkai akses lingkungan inklusif bagi lanjut usia

32 B. Capaian Kinerja Capaian Kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia tahun 2016 dilakukan dengan cara mengukur sasaran strategis. Sasaran strategis diukur dengan indikator kinerja yang tercantum dalam penetapan kinerja tahun Capaian kinerja Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia tahun 2016 adalah sebagai berikut: Sasaran 1 : Terlaksananya rehabilitasi sosial bagi lanjut usia Sasaran lanjut usia yang mendapatkan Rehabilitasi merupakan sasaran Rehabilitasi yang ditujukan langsung kepada lanjut usia dan manfaatnya dapat dirasakan oleh lanjut usia. Sasaran ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah lanjut usia miskin atau terlantar yang mampu memenuhi kebutuhan dasar dalam upaya meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidupnya. Pengukuran sasaran ini masih bersifat kualitatif karena penerima bantuan jumlahnya jauh lebih besar dari pada pelayanan yang ada. Selain itu kondisi awal lanjut usia sebelum menerima bantuan tidak diketahui sehingga tidak bisa mengukur perubahan yang terjadi terhadap lanjut usia pada saat sudah menerima bantuan. Fokus utama sasaran ini adalah peningkatan jumlah lanjut usia yang mendapatkan Rehabilitasi sosial. Target yang telah dicapai dalam pemberian pelayanan kepada lanjut usia dari tahun adalah sebagai berikut : 31

33 Dari diagram diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2011 sampai tahun 2013 mengalami peningkatan jumlah target. Peningkatan terbesar terjadi pada tahun Pada tahun 2012 terjadi kenaikan yang signifikan karena mendapatkan reword anggaran yang digunakan sepenuhnya untuk peningkatan sasaran langsung kepada lanjut usia. Pada tahun 2014 terjadi penurunan sasaran. Penurunan ini terjadi karena adanya pengalihan target yang semula ditangani oleh pusat dialihkan ke daerah baik dekon maupun UPT, sehingga sasaran di pusat turun dan sasaran Rehabilitasi melalui dana dekonsentrasi dan UPT meningkat. Pada tahun 2015 terjadi peningkatan sasaran yang sangat signifikan hal ini disebabkan karena adanya tambahan anggaran (APBNP). Penambahan anggaran tersebut digunakan untuk program-program yang langsung ditujukan pada peningkatan target lanjut usia. Pada tahun 2016 terjadi penurunan sasaran lagi karena sasaran pelayanan dialokasikan melalui dana dekonsentrasi. Selain itu adanya penghematan anggaran yang terjadi sampai dua kali penghematan. Sebelum penghematan target Direktorat Rehabilitasi Sosial lanjut usia berjumlah orang turun menjadi orang serta bantuan ASLUT yang semula 12 bulan menjadi 10 bulan. Permasalahan utama yang dihadapi adalah pengembangan sasaran sangat tergantung dengan anggaran yang tersedia (APBN) dan belum adanya kemampuan dalam menggali sumber dana lain baik dari dalam maupun luar negeri sehingga target sasaran tidak dapat naik secara signifikan. Capaian kinerja sasaran lanjut usia yang mendapatkan Rehabilitasi diukur keberhasilannya melalui perbandingan target dan realisasi yang dapat dilihat pada tabel berikut: No Indikator Kinerja Target Realisasi 1 Jumlah lanjut usia terlantar yang menerima bantuan sosial Capaian %

34 Lanjut usia yang mendapatkan Rehabilitasi sosial di luar panti merupakan Rehabilitasi yang diberikan langsung kepada lanjut usia. Lanjut usia penerima Rehabilitasi adalah lanjut usia yang berada di masyarakat dan tidak tinggal di dalam panti. Kriteria Lanjut Usia Terlantar yang mendapat Asistensi Sosial Lanjut Usia Terlantar adalah lanjut usia miskin, sakit-sakitan dan atau badridden untuk kriteria penerima bantuan pemenuhan kebutuah hidup. Sedangkan kriteria Lanjut Usia yang mendapatkan rehabilitasi sosial di luar Panti adalah lanjut usia miskin, masih memiliki keluarga maupun lanjut usia yang berada dalam situas darurat baik bencana alam maupun bencana sosial bagi lanjut usia yang menerima bantuan kedaruratan. Kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai indikator kinerja ini adalah sebagai berikut: a. Asistensi Sosial Lanjut UsiaTerlantar Asistensi Sosial Lanjut Usia adalah program pemberian bantuan secara tunai kepada lanjut usia terlantar yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan lanjut usia terlantar. Kegiatan ini dilakukan dengan memberikan bantuan tunai sebesar Rp ,- per bulan selama satu tahun. Sasaran asistensi sosial lanjut usia adalah berjumlah orang yang tersebar di 34 propinsi, 359 kabupaten/kota, 1188 Kecamatan dan desa. Pelaksanaan program bekerjasama dengan PT. POS Indonesia untuk lembaga penyalur. Kerjasama dilakukan dengan PT. POS Indonesia karena sebagai pemenang lelang, PT. POS Indonesia mempunyai jaringan sampai ke tingkat kecamatan yang berdekatan dengan penerima bantuan agar pendamping dapat mengambil uang ke PT. Pos terdekat dengan penerima bantuan dengan menunjukkan surat kuasa dan SK sebagai pendamping dan selanjutnya diserahkan ke penerima. Karena keterbatasan anggaran yang ada, penerima bantuan antara lain ditentukan berdasarkan kriteria tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dana bantuan digunakan untuk pemenuhan sebagian kebutuhan dasar lansia penerima program. Dalam pelaksanaannya, selain mendapatkan dana bantuan ASLUT setiap bulannya, lanjut Usia telantar penerima program mendapatkan 33

35 pendampingan psikososial dari seorang pendamping yang berasal dari unsur masyarakat yang ditentukan oleh dinas/ instansi sosial kabupaten/kota. Dalam pelaksanaan tugasnya pendamping mendapatkan honor dan transport secara berkala. Satu pendamping rata rata mendampingi orang lanjut usia di satu desa. Tugas dari pendamping antara lain adalah memberikan kemudahan bagi lanjut usia dalam menerima bantuan, memantau penggunaan bantuan serta memberikan bimbingan dan konseling psikososial secara simple kepada lanjut usia. Pemberian bantuan kepada lanjut usia terlantar melalui program ASLUT semula selama 12 bulan namun karena adanya penghematan anggaran maka pemberian bantuan ASLUT hanya diberikan selama 10 bulan. Perkembangan jumlah penerima bantuan ASLUT dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 adalah sebagai berikut: JUMLAH PENERIMA ASLUT TAHUN Perkembangan jumlah penerima pada tahun tidak ada kenaikan target penerima ASLUT. Hal ini disebabkan alokasi anggaran sejak tahun 2012 cenderung untuk menurun. Peningkatan sasaran terjadi pada tahun 34

36 2015 sebanyak 500 lanjut usia, menjadi lanjut usia dan pada tahun 2016, naik menjadi orang. 35

37 b. Rehabilitasi Lanjut Usia Dalam Situasi Darurat Kegiatan kedaruratan bertujuan untuk memberikan Rehabilitasi kepada lanjut usia yang berada dalam situasi darurat baik berupa bencana, penelantaran, tindak kekerasan dan eksploitasi. Bantuan diberikan dalam bentuk konseling, penanganan trauma, Reunifikasi, pemenuhan kebutuhan dasar dan rujukan dengan jumlah sasaran sebanyak 250 orang lanjut usia. Namun karena adanya penghematan anggaran II yaitu berupa blokir mandiri maka sasaran yang bisa teralisasi berjumlah 30 orang bagi korban bencana tanah longsor di Desa Clapar Kecamatan Madukara Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. Disamping pemberian bantuan sosial dimaksud Dit RSLU juga melakukan penanganan kedaruratan dan pendampingan bagi korban bencana, serta penanganan kasus lansia terlantar dengan rincian sebagai berikut : No Lokasi Jumlah Keterangan 1. Kab. Garut 41 Jiwa Banjir bandang 2. Kab. Sumedang 40 Jiwa Tanah longsor 3. Kab. Pidie jaya 650 Jiwa Gempa bumi 4. Kota Bima 171 Jiwa Banjir bandang 5. Kab. Karawang 38 Jiwa Konflik/sengketa tanah 6. DKI Jakarta 19 Jiwa Kasus lansia terlantar Total 959 Jiwa. Secara keseluruhan target rehabilitasi sosial lanjut usia dalam situasi darurat berjumlah 989 orang dengan rincian lanjut usia yang mendapat bantuan sosial sebanyak 30 orang dan yang mendapatkan pendampingan psikosial sebanyak 959 orang. 36

38 c. Program Fammily Support Program family support merupakan kegiatan pemberdayaan terhadap keluarga miskin yang memiliki lanjut usia tidak potensial. Kegiatan yang dilaksanakan adalah memberikan bantuan kepada keluarga lanjut usia melalui keluarganya untuk peningkatan ekonomi keluarga dan diharapkan mampu memberikan pelayanan terhadap lanjut usia sehingga lanjut usia terhindar dari keterlantaran. Dalam memberikan pelayanan Family Support terdapat 5 (lima) dukungan terhadap keluarga : 1. Dukungan Emosional Dukungan ini memberikan Lanjut Usia perasaan nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga Lanjut Usia merasa berharga. 2. Dukungan Penghormatan Dukungan ini memberikan penghormatan yang positif, memberikan pernyataan setuju, pujian dan penilaian positif terhadap ide-ide, perasaan dan penampilan Lanjut Usia. 37

39 3. Dukungan Instrumental Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan jasmaniah seperti pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan nyata, suatu kondisi dimana benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis, termasuk di dalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang memberi atau meminjamkan uang, membantu pekerjaan sehari-hari, menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat membantu memecahkan masalah. 4. Dukungan Informasi Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran, atau umpan balik tentang apa yang dilakukan oleh Lanjut Usia. 5. Dukungan Kelompok Dukungan ini merupakan suatu bentuk dukungan yang dapat memberikan motivasi bagi seseorang dalam usaha untuk mengurangi tekanan yang dirasakan. Melalui dukungan ini Lanjut Usia merasa menjadi bagian dari kelompok dimana anggotanya dapat saling berbagi (network support). Dalam pelaksanaan Family Support Lanjut Usia Kementerian Sosial bekerjasama dengan Bank BNI 46 untuk pencairan dana melalui MOU. Pendampingan dilakukan oleh petugas yang telah ditunjuk menjadi pendamping program Family Support dengan perbandingan 1 orang pendamping mendampingi 10 orang lanjut usia. Program Family Support tahun 2016 merupakan penguatan dari tahun sebelumnya. Sasaran tahun ini berjumlah orang lanjut usia dan keluarganya dengan mendapatkan bantuan sebesar Rp ,- per orang. Semula bantuan sebesar Rp ,- sehubungan dengan adanya penghematan anggaran maka besaran bantuan menjadi Rp ,-. Bantuan digunakan untuk pengembangan usaha keluarga 38

40 lanut usia dan pemenuhan kebutuhan lanjut usia. Uji coba ini dilaksanakan di propinsi Sumatera Barat, DIY, Jawa Timur, Bali dan Sulawesi Utara. 39

41 d. Bedah Rumah Lanjut Usia Bedah rumah lanjut usia merupakan program rehabilitasi rumah lanjut usia bagi lanjut usia miskin terlantar. Tujuan dari program ini adalah agar lanjut usia memiliki rumah yang layak huni, sehat dan aman. Rehabilitasi rumah dilakukan oleh masyarakat secara gotong royong. Besar bantuan yang diberikan Rp ,-. Bantuan tersebut diperuntukkan hanya pembelian bahan bangunan sedangkan untuk kebutuhan pendukung lainnya berasal dari masyarakat atau pemerintah setempat. Pada tahun 2016 target sebanyak 300 unit rumah. Namun karena adanya penghematan anggaran maka bantuan untuk bedah rumah dihemat namun sebagai pengganti bantuan diusulkan melalui dana hibah dalam negeri dalam bentuk uang. Foto bedah rumah Sasaran 2 : SDM yang meningkat kapasitasnya dalam melaksanakan rehabilitasi sosial lanjut usia Sasaran yang ke dua adalah pengembangan SDM rehabilitasi sosial lanjut usia. SDM yang dimaksud adalah masyarakat baik swasta maupun pemerintah yang terlibat dalam pelaksanaan rehabilitasi sosial lanjut usia. Unsur masyarakat maupun pemerintah tersebut adalah pendamping program 40

42 rehabilitasi sosial lanjut usia, pimpinan dan petugas administrasi LKS LU, lembaga/instansi terkait pemerintah daerah/propinsi yang terkait dengan Rehabilitasi sosial lanjut usia. Sasaran ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan SDM pelaksana rehabilitasi sosial lanjut usia dibidang kelanjutusiaan. Saat ini masih banyak pendamping dan pimpinan/petugas administrasi LKS LU yang belum memahami Rehabilitasi dan permasalahan sosial lanjut usia sehingga dalam melaksanakan tugasnya hasilnya kurang maksimal. Hal ini juga terjadi pada pegawai lembaga/instansi terkait yang disebabkan kerena seringnya mutasi pegawai di daerah. SDM perlu mendapatkan bimbingan teknis karena mereka secara langsung memberikan Rehabilitasi terhadap lanjut usia sehingga dituntut untuk mempunyai kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam memberikan Rehabilitasi. Selain itu, pelaksana dilapangan baik tingkat desa, kebupaten/kota dan propinsi merupakan kepanjangan tangan dan implementator kegiatan yang merupakan hasil kebijakan dari pusat sehingga memerlukan kemampuan dan keterampilan yang memadai. Capaian kinerja SDM yang mendapatkan bimbingan teknis bidang Rehabilitasi sosial lanjut usia dilakukan melalui indikator kinerja jumlah SDM yang mendapatkan bintek melalui kegiatan Pembinaan Dan Pemantapan yang target dan realisasinya dapat dilihat pada tabel berikut: Indikator Kinerja Target Realisasi Capaian (%) Jumlah SDM yang mendapatkan bintek melalui kegiatan Pembinaan Dan Pemantapan Pencapaian indikator dilakukan melalui kegiatan : 1. Rakor Kerukunan Purnakaryawan 2. Rapat Koordinasi Penguatan Managerial Pengelolaan LKS LU 3. Penguatan dan Pengembangan Managerial Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Lanjut Usia 41

43 4. Bimbingan Teknis Pelaksana UEP Lanjut Usia 5. Penguatan dan Pengembangan Kelembagaan Pelaksana Ekonomi Produktif 6. Pengembangan Keterampilan Pendamping Home Care dan Day Care 7. Bimbingan Teknis Keterampilan Pendamping Asistensi Lanjut Usia Terlantar 8. Koordinasi dan Sinkronisasi Kelembagaan Lanjut Usia 9. Rapat Koordinasi Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS) Lanjut Usia Jumlah target SDM yang mendapatkan bintek melalui kegiatan Pembinaan Dan Pemantapan dari tahun adalah sebagai berikut: Dari diagram di atas terlihat sasaran untuk SDM naik dan turun. Hal ini dikarenakan sedikit banyak jumlah SDM tergantung pada kebutuhan dilapangan. Namun setiap tahun diupayakan dapat meningkat karena banyaknya SDM pelaksana Rehabilitasi yang belum memiliki keterampilan dan pengetahuan yang memadai dalam penanganan permasalahan kelanjutusiaan. Sasaran 3 : Lembaga kesejahteraan sosial lanjut usia Sasaran ketiga yaitu lembaga kesejahteraan sosial lanjut usia yang mendapatkan bantuan. Sasaran ini bertujuan untuk membentuk dan memberikan penguatan lembaga Rehabilitasi sosial lanjut usia yang baru 42

44 maupun yang lama sehingga lembaga tersebut mampu meningkatkan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan serta mampu memberikan Rehabilitasi terhadap lanjut usia secara maksimal. Selain itu lembaga penerima bantuan diharapkan menjadi lembaga yang mandiri. Target lembaga yang mendapatkan bantuan adalah lembaga lanjut usia yang dikelola oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena lembaga yang dikelola oleh masyarakat masih lemah terutama dalam pelaksanaan operasional dan pemberian Rehabilitasi terhadap lanjut usia. Dengan adanya dukungan berupa bantuan baik operasional maupun pemberian bantuan untuk rehabilitasi terhadap kelayannnya, diharapkan dapat memperkuat lembaga dan meningkatkan rehabilitasi lembaga yang bersangkutan. Disisi lain, sasaran ini dapat memacu daerah lain yang belum ada lembaga kesejahteraan sosial lanjut usia untuk membentuk lembaga Rehabilitasi sosial lanjut usia karena adanya perhatian dan dukungan yang diberikan sehingga mempercepat dan mempermudah akses lanjut usia terlantar yang membutuhkan pertolongan. Sasaran ini dicapai melalui indikator kinerja jumlah lembaga lanjut usia yang mendapatkan bantuan, dimana indikator kinerja target dan realisasinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Indikator Target Realisasi Capaian Jumlah lembaga kesejahteraan sosial (LKS) penyelenggaran rehabilitasi sosial lanjut usia yang dibantu/dikembangkan Perkembangan jumlah lembaga lanjut usia yang mendapatkan bantuan dari tahun dapat dilihat pada grafik dibawah ini: 43

45 Dilihat dari grafik diatas dari tahun 2012 dan 2014 mengalami penurunan dan kanaikan, tahun 2015 mengalami kenaikan dan tahun 2016 kembali mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan besar anggaran yang disalurkan ke lembaga kesejahteraan sosial lanjut usia tergantung dari alokasi anggaran yang tersedia. Sebenarnya tren pertumbuhan lembaga lanjut usia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan namun yang dibantu melalui anggaran pusat mengalami penurunan karena tergantung dari anggaran yang teralokasi. Namun diharapkan bantuan terhadap lembaga kesejahteraan sosial Lanjut Usia terus akan meningkat karena lembaga lanjut usia merupakan ujung tombak dalam Rehabilitasi terhadap lanjut usia. Pada tahun 2016, semula target pengembangan lembaga mempunyai sasaran sebanyak 60 lembaga karena adanya penghematan dan blokir mandiri maka pengembangan kelembagaan menjadi 2 lembaga. Sasaran 4 : Pedoman, juklak dan juknis pelayanan sosial lanjut usia Sasaran ke empat yaitu pedoman, juklak dan juknis pelayanan sosial lanjut usia. Tujuan sasaran ini adalah memberikan pedoman, juklak dan juknis pelaksanaan pelayanan sosial di bidang pelayanan sosial lanjut usia yang merupakan implementasi kebijakan pusat. Sasaran ini digunakan untuk 44

B. Visi dan Misi Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia menetapkan Visi dan Misi sebagaimana tersebut :

B. Visi dan Misi Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia menetapkan Visi dan Misi sebagaimana tersebut : PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2015 DIREKTORAT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA A. Perencanaan Perencanaan Direktorat Pelayanan Sosial Lanjut Usia pada hakekatnya merupakan komitmen bersama mengenai upaya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. No.585, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1144/MENKES/PER/VIII/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

Pembangunan aparatur Negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan. dari keseluruhan proses pembangunan nasional yang diarahkan untuk

Pembangunan aparatur Negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan. dari keseluruhan proses pembangunan nasional yang diarahkan untuk A. Latar Belakang Pembangunan aparatur Negara merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan proses pembangunan nasional yang diarahkan untuk mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia menuju

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 86 / HUK / 2010 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 86 / HUK / 2010 TENTANG MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 86 / HUK / 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA.

BAB II PERENCANAAN KINERJA. BAB II PERENCANAAN KINERJA. A. RENCANA STRATEGIS Perencanaan Strategis Dinas Sosial Provinsi Gorontalo Tahun 2012 2017 adalah suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dan dilaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG FORUM TANGGUNG JAWAB SOSIAL DUNIA USAHA DALAM PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang :, a. bahwa penyelenggaraan kesejahteraan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES

Lebih terperinci

FUNGSI a. pelaksanaan penyusunan rencana dan program kerja kesekretariatan ; b. pelaksanaan pelayanan kesekretariatan yang

FUNGSI a. pelaksanaan penyusunan rencana dan program kerja kesekretariatan ; b. pelaksanaan pelayanan kesekretariatan yang No Jabatan Tugas : Kepala Dinas memimpin, mengkoordinasikan dan melaksanakan urusan pemerintahan di bidang Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DINAS SOSIAL KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA.

BAB II PERENCANAAN KINERJA. BAB II PERENCANAAN KINERJA. 2.1. RENCANA STRATEGIS Perencanaan Strategis Dinas Sosial Provinsi Gorontalo Tahun 2012 2017 adalah suatu proses yang berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dan dilaksanakan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI - 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 92 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN DINSOS JABAR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN DINSOS JABAR BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan Kesejahteraan Sosial merupakan manifestasi tanggung jawab Pemerintah sebagai urusan wajib bidang sosial dalam penyediaan pelayanan kebutuhan dasar bagi

Lebih terperinci

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKj IP) DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp. 024-8311729 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL, PENGENDALIAN PENDUDUK

Lebih terperinci

2016, No Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Lembaran

2016, No Peraturan Presiden Nomor 103 Tahun 2015 tentang Badan Pengelola Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 63, 2016 KEMENHUB. Badan Penelola Transportasi JABODETABEK. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 3 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI, KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL KOTA YOGYAKARTA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 554 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K)

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 554 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K) BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 554 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN (BP4K) Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN, BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA SALINAN BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 89 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN DAN OLAH RAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL PROVINSI BALI.

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL PROVINSI BALI. GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 541 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT

PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 541 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT 1 PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 541 TAHUN 2012 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SUMBER DAYA AIR DAN PERTAMBANGAN KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015 Kata Pengantar Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI

BAB II PROFIL INSTANSI BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Ringkas Dinas Kesejahteraan Dan Sosial Provinsi Sumatera Utara Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah dipimpin

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 57 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENATAAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 17 /PER/M.KOMINFO/10/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS TRANSMIGRASI KABUPATEN KAPUAS

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN KABUPATEN GARUT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN WONOSOBO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam pasal 2, pasal

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

BAB II DINAS KESEJAHTERAAN DAN SOSIAL PROVINSI SUMATERA UTARA. A. Sejarah Ringkas Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara

BAB II DINAS KESEJAHTERAAN DAN SOSIAL PROVINSI SUMATERA UTARA. A. Sejarah Ringkas Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara 18 BAB II DINAS KESEJAHTERAAN DAN SOSIAL PROVINSI SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Semarang

BAB II GAMBARAN UMUM Gambaran Umum Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Semarang BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Semarang Dinas Koperasi dan Usaha Mikro merupakan salah satu organisasi Pemerintah sebagai unsur pelaksana urusan pemerintahan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK,

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA INSPEKTORAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I P E N DA H U L U A N.

BAB I P E N DA H U L U A N. BAB I P E N DA H U L U A N. A. LATAR BELAKANG Terwujudnya tata pemerintahan yang baik ( good govermance ) merupakan harapan semua pihak. Langkah untuk mewujudkan hal tersebut telah dituangkan dalam berbagai

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang :

Lebih terperinci

-1- BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

-1- BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG -1- BHINNEKA TU L NGGA IKA BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA KANTOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KABUPATEN WONOSOBO DENGAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) T.A 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) T.A 2016 KEMENTERIAN SOSIAL REPUBLIK INDONESIA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) T.A 2016 PANTI SOSIAL BINA REMAJA (PSBR) RUMBAI PEKANBARU - RIAU Jl. Khayangan No. 160 Rumbai Telp. 0761

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI MANDAILING NATAL

BUPATI MANDAILING NATAL - 1 - BUPATI MANDAILING NATAL PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEPENDUDUKAN, CATATAN SIPIL, SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI KABUPATEN MANDAILING

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL SALINAN NOMOR 29/2016 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA LAKSANA UNIT PELAKSANA TEKNIS BALAI LATIHAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi dan Tata Kerja.

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi dan Tata Kerja. No.569, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi dan Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I P E N DA H U L U A N.

BAB I P E N DA H U L U A N. BAB I P E N DA H U L U A N. 1.1. LATAR BELAKANG Terwujudnya tata pemerintahan yang baik ( good govermance ) merupakan harapan semua pihak. Langkah untuk mewujudkan hal tersebut telah dituangkan dalam berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 439/MENKES/PER/VI/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 439/MENKES/PER/VI/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 439/MENKES/PER/VI/2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/XI/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KESEHATAN MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS CIPTA KARYA, TATA RUANG DAN PERUMAHAN KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG LAKIP merupakan wujud akuntabilitas instansi pemerintah yang pedoman penyusunannya ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B A B I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggaranya tata Instansi Pemerintah yang baik, bersih dan berwibawa (Good Governance dan Clean Governance) merupakan syarat bagi setiap pemerintahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN I-1. Laporan Akuntabilitas Kinerja Direktorat PenangananPelanggaran Tahun 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menindaklanjuti serangkaian kebijakan dan strategi yang secara utuh tertuang di dalam Rencana Stragis KKP tahun 2010-2014, Ditjen PSDKP sesuai tugas dan fungsinya telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan tuntutan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS DINAS PENGENDALIAN PENDUDUK, KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 60 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 60 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PANTI REHABILITASI SOSIAL KOTA SEMARANG DENGAN

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2008 18 Januari 2008 Tentang: ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR DAFTAR ISI PENGANTAR I. Direktorat

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL, PERMBERDAYAAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 64 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan dengan amanat Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan telah menyusun Rencana Strategis

Lebih terperinci

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR p BUPATI GRESIK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELUARGA BERENCANA, PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG

BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG -1- BUPATI WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG PERATURAN BUPATI WAY KANAN NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMUDA, OLAHRAGA DAN PARIWISATA KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB XVIII BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BANTEN

BAB XVIII BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BANTEN BAB XVIII BALAI TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BANTEN Pasal 78 Susunan Organisasi Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan terdiri dari: a. Kepala Balai ; b. Kepala Sub Bagian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 031/0/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 031/0/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 031/0/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL ACEH

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL ACEH 1 GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 67 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TUGAS, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA UNSUR-UNSUR ORGANISASI DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL PROVINSI RIAU

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL PROVINSI RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang

Lebih terperinci

Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan pe

Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan pe - 2-3 4. 5. 6. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Bengkulu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968

Lebih terperinci

2015, No menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Su

2015, No menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Su BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.891, 2015 KEMENDIKBUD. Sumatera Barat. Jawa Tengah. Sulawesi Selatan. Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan. Organisasi. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS SOSIAL

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS SOSIAL BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNSUR ORGANISASI DINAS SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN GARUT Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan ditetapkannya pembentukan Kementerian

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TAHUN 2013 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci