ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GABUNGAN RAKYAT ACEH MANDIRI. (Partai GRAM) MUKADDIMAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GABUNGAN RAKYAT ACEH MANDIRI. (Partai GRAM) MUKADDIMAH"

Transkripsi

1 ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GABUNGAN RAKYAT ACEH MANDIRI (Partai GRAM) MUKADDIMAH -Atas dasar tanggung jawab pada Allah Subhanahu Wa Ta ala, Tuhan Yang Maha Esa yang telah menurunkan amanat bagi umat manusia untuk menegakkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka terangkumlah segenap cita, rasa, cipta dan karsa untuk mewujudkan nilai-nilai amanat Ilahi yang Maha Suci. -Nilai-nilai mulia menjadi landasan moral dalam mengangkat harkat dan martabat kemanusiaan sehingga dapat mewujudkan tatanan yang berkeadilan dalam memakmurkan alam semesta. Wujud harkat kemanusiaan lahir dalam bentuk peradaban yang tinggi. Namun sejarah telah mencatat adanya penyimpangan ketika peradaban dilihat hanya dari sudut materi yang walaupun telah mendorong kemajuan untuk mencapai tingkat hidup masyarakat yang sejahtera, akan tetapi juga melahirkan ketimpangan moral di mana kesejahteraan sebagian kecil masyarakat diperoleh dari pengorbanan sebagian masyarakat lainnya. -Oleh karena itu penyalahgunaan kekuasaan yang menindas dan membelenggu nilai-nilai kebenaran dan keadilan, yang telah melahirkan sistem yang dikendalikan oleh semangat keserakahan, kediktatoran dan kezaliman, mesti diakhiri dengan memulai membangun dan menerapkan sistem yang berdasarkan pada nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, kehormatan serta semangat pengorbanan. Sebagai wujud kesadaran atas pertanggung-jawaban sejarah dan kemanusiaan, maka dikembalikanlah upaya untuk mewujudkan tatanan hidup yang tenteram, aman, adil serta sejahtera lahir dan bathin di mana tercipta keserasian antara kehidupan pribadi dan Masyarakat Mandiri yang dilandasi moral agama yang bersumber dari iman dan taqwa. -Dan atas nama Allah Subhanahu Wa Ta ala, Tuhan Yang Maha Esa maka segenap kekuatan yang terus menerus berjuang dalam meletakkan dasar pembaharuan tatanan kehidupan bangsa yang lebih baik bagi masyarakat dan, gerakan politik melalui Partai Gabungan Rakyat Aceh Mandiri disingkat GRAM untuk memperjuangkan kedaulatan rakyat, demokrasi, kemajemukan, kemajuan bangsa dan negara serta keadilan sosial menuju peradaban yang tinggi. -Dengan petunjuk Allah Subhanahu Wa Ta ala, Tuhan Yang Maha Esa dan melalui upaya-upaya yang terencana dan berkelanjutan, maka disusunlah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Partai Gabungan Rakyat Aceh Mandiri. ANGGARAN DASAR PARTAI GABUNGAN RAKYAT ACEH MANDIRI BAB I PENGERTIAN UMUM Pasal 1 Pengertian dan Istilah -Dalam Anggaran Dasar ini yang dimaksud dengan: 1. Partai Politik lokal adalah partai politik sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh.

2 2. Pemerintahan Aceh adalah pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk menyelenggarakan urusan Pemerintahan Pusat sebagai pelaksana otonomi khusus yang dilaksanakan oleh Pemerintah Aceh dan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh sesuai dengan fungsi dan kewenangannya masing-masing. 3. Anggaran Dasar adalah ketentuan-ketentuan pokok yang mengatur tentang Partai Gabungan Rakyat Aceh Mandiri disingkat AD. 4. Anggaran Rumah Tangga adalah ketentuan-ketentuan operasional serta penjabaran dari ketentuan-ketentuan pokok yang termaktub dalam anggaran dasar disingkat ART. 5. Partai Gabungan Rakyat Aceh Mandiri disingkat dengan Partai GRAM. 6. Mahkamah Partai disingkat MP. 7. Majelis Pertimbangan Partai disingkat MPP. 8. Dewan Pimpinan Partai merupakan pimpinan eksekutif tertinggi partai ditingkat pusat, kabupaken/kota, kecamatan, kemukiman dan gampong. 9. Dewan Pimpinan Pusat disingkat DPP. 10. Dewan Pimpinan Wilayah disingkat DPW. 11. Dewan Pimpinan Cabang disingkat DPC. 12. Dewan Pimpinan Mukim disingkat DPM. 13. Dewan Pimpinan Gampong disingkat DPG. 14. Koordinator Wilayah disingkat KORWIL. 15. Koordinator Cabang disingkat KORCAB. 16. Koordinator Mukim disingkat KORKIM. 17. Kongres Luar Biasa disingkat KONGRESLUB. 18. Musyawarah Luar Biasa disingkat MUSWILLUB. 19. Musyawarah Cabang Luar Biasa disingkat MUSCABLUB. 20. Musyawarah Mukim Luar Biasa disingkat MUSKIMLUB. 21. Musyawarah Gampong Luar Biasa disingkat MUSGAMPONGLUB. 22. Rapat Kerja Pusat disingkat RAKERPUS. 23. Rapat Kerja Wilayah disingkat RAKERWIL. 24. Rapat Kerja Cabang disingkat RAKERCAB. 25. Rapat Kerja Mukim disingkat RAKERKIM. 26. Rapat Kerja Gampong disingkat RAKERGAMPONG. BAB II NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN Pasal 2 Nama dan Kedudukan (1) Partai ini bernama PARTAI GABUNGAN RAKYAT ACEH MANDIRI disingkat Partai GRAM, didirikan pada hari tanggal di Banda Aceh. (2) DPP Partai GRAM berkedudukan di Ibukota Provinsi Aceh, Banda Aceh. BAB III Pasal 3 Dasar dan Asas (1) Partai GRAM berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

3 (2) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh; (3) Undang-Undang Nomor 11 tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Pasal 4 SIFAT DAN TUJUAN (1) Partai GRAM bersifat terbuka dan mandiri. (2) Partai GRAM bertujuan: a) Mewujudkan Aceh Baru, kesejahteraan bagi seluruh rakyat Aceh, menjunjung tinggi dan menegakkan nilai-nilai iman dan taqwa, kedaulatan rakyat dan keadilan sosial; b) Meningkatkan partisipasi politik masyarakat Aceh dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan dan Pemerintahan daerah; c) Memperjuangkan cita-cita partai lokal dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sesuai dengan kekhususan dan keistimewaan Aceh. d) Menyerap, menghimpun dan menyalurkan aspirasi rakyat serta mendorong partisipasi politik rakyat. BAB IV VISI DAN MISI PARTAI GRAM Pasal 5 VISI -Terwujudnya masyarakat Aceh yang demokratis, mandiri, bermartabat dan islami. Pasal 6 MISI -Misi Partai GRAM: (1) Mewujudkan pendidikan masyarakat dalam bidang politik, ekonomi dan sosial budaya; (2) Mewujudkan kader-kader yang memiliki kualitas dan integritas. (3) Mewujudkan Partai GRAM sebagai partai politik yang modern dan terbuka serta budaya masyarakat yang luhur. (4) Mewujudkan penyelenggaraan Pemerintahan dengan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik (good governance). BAB V LAMBANG DAN LAGU Pasal 7 Lambang (1) Lambang Partai GRAM berupa gambar Gajah Putih dengan latar belakang warna merah, biru dan putih berbentuk bulat. (2) Penjelasan tentang lambang Partai GRAM sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 8 Lagu (1) Lagu Partai GRAM terdiri atas Mars dan Hymne yang ditetapkan pertama kali dalam rapat pendiri partai dan selanjutnya ditetapkan dalam Kongres. (2) Penjelasan tentang Mars dan Hymne sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

4 BAB VI KEANGGOTAAN, KADER DAN SIMPATISAN Pasal 9 (1) Yang dapat menjadi anggota Partai GRAM adalah Warga Negara Indonesia yang berdomisili di dalama wilayah Aceh serta menyatakan keinginannya untuk bergabung dan berjuang demi membela kepentingan masyarakat, taat pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta peraturan partai; (2) Kader Partai GRAM adalah anggota Partai GRAM yang telah mengikuti perkaderan partai; (3) Simpatisan Partai GRAM adalah mereka yang mendukung tujuan dan perjuangan partai, tetapi belum terdaftar sebagai anggota partai; (4) Peraturan mengenai keanggotaan, kader dan simpatisan diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. BAB VII STRUKTUR ORGANISASI Pasal 10 Struktur Wilayah Kerja (1) Struktur Wilayah Kerja Partai GRAM disusun secara vertikal menurut jenjang yaitu : a) DPP Partai GRAM berkedudukan di Ibu kota Provinsi Aceh di Banda Aceh. b) DPW berkedudukan di Kabupaten/Kota; c) DPC berkedudukan di Kecamatan; d) DPM berkedudukan di Mukim; e) DPG berkedudukan di Gampong; (2) Struktur dan Pengurus Organisasi sebagaimana disebut pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 11 Struktur Kekuasaan Struktur Kekuasaan Partai GRAM terdiri atas: 1) Kongres adalah institusi pengambilan keputusan tertinggi partai di tingkat Pusat yang diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali yang bertugas untuk; a. Merumuskan dan menetapkan Platform dan Garis-garis besar Perjuangan Partai; b. Mengubah dan menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; c. Merumuskan dan menetapkan Program Kerja Partai; d. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Pusat (DPP); e. Memilih dan menetapkan Ketua Umum/Ketua formatur dan anggota formatur Dewan Pimpinan Pusat; f. Memilih dan menetapkan Ketua dan Wakil Ketua Majelis Pertimbangan Partai Pusat; g. Memilih dan menetapkan Ketua Majelis Mahkamah Partai Pusat. 2) Musyawarah Wilayah adalah institusi pengambilan keputusan tertinggi partai di tingkat Kabupaten/Kota yang diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali yang bertugas untuk; a. Menjabarkan Platform, Garis-garis besar Perjuangan dan Program Kerja Partai; b. Merumuskan dan menetapkan Program Kerja Partai tingkat Kabupaten dan Kota; c. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Wilayah; d. Memilih dan menetapkan Ketua/Ketua formatur dan anggota formatur Dewan Pimpinan Wilayah; e. Memilih dan menetapkan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Wilayah; 3) Musyawarah Cabang adalah institusi pengambilan keputusan tertinggi partai di tingkat Kecamatan diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali yang bertugas untuk:

5 a. Menjabarkan Platform, Garis-garis besar Perjuangan dan Program Kerja Partai; b. Merumuskan dan menetapkan Program Kerja Partai tingkat Kecamatan; c. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Cabang (DPC); d. Memilih dan menetapkan Ketua / Ketua formatur dan anggota formatur Dewan Pimpinan Cabang; e. Memilih dan menetapkan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Cabang. 4) Musyawarah Kemukiman adalah institusi pengambilan keputusan tertinggi partai di tingkat Kemukiman diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali yang bertugas untuk: a. Menjabarkan Platform, Garis-garis besar Perjuangan dan Program Kerja Partai; b. Merumuskan dan menetapkan Program Kerja Partai tingkat Kemukiman; c. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Kemukiman (DPM); d. Memilih dan menetapkan Ketua/Ketua formatur dan anggota formatur Dewan Pimpinan Kemukiman; e. Memilih dan menetapkan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Kemukiman; 5) Musyawarah Gampong adalah institusi pengambilan keputusan tertinggi partai di tingkat Gampong diselenggarakan 5 (lima) tahun sekali yang bertugas untuk: a. Menjabarkan Platform, Garis-garis besar Perjuangan dan Program Kerja Partai; b. Merumuskan dan menetapkan Program Kerja Partai tingkat Gampong; c. Membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban Dewan Pimpinan Gampong (DPG); d. Memilih dan menetapkan Ketua / Ketua formatur dan anggota formatur Dewan Pimpinan Gampong; e. Memilih dan menetapkan Ketua Majelis Pertimbangan Partai Gampong; 6) Ketentuan mengenai pelaksanaan struktur kekuasaan sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan (5) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 12 (1) Dalam hal pergantian Ketua Umum DPP, Ketua DPW, Ketua DPC, Ketua DPM, Ketua DPG dilakukan melalui Kongres Luar Biasa,Musyawarah Wilayah Luar Biasa, Musyawarah Cabang Luar Biasa, Musyawarah Kemukiman Luar Biasa dan Musyawarah Gampong Luar Biasa; (2) Ketentuan mengenai pelaksanaan Kongres Luar Biasa, Musyawarah Wilayah Luar Biasa, Musyawarah cabang Luar Biasa, Musyawarah Kemukiman Luar Biasa dan Musyawarah Gampong Luar Biasa sebagaaimana dimaksud pada pasal 12 ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 13 Quorum dan Pengambilan Keputusan Ketentuan mengenai quorum dan pengambilan keputusan dalam musyawarah dan rapat diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga; Pasal 14 Hak Bicara dan Hak Suara (1) Setiap peserta Musyawarah dan Rapat memiliki hak bicara dan hak suara; (2) Ketentuan mengenai hak bicara dan hak suara dalam musyawarah dan rapat diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 15 Jenis Rapat Partai Bentuk dan Jenis rapat partai diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga; Pasal 16 Kelengkapan Dewan Pimpinan Pusat (1) Kelengkapan struktur organisasi partai terdiri dari: DPP, MPP dan MP;

6 (2) MPP berfungsi untuk memberikan pertimbangan dan nasihat kepada DPP di setiap jenjang organisasi partai; (3) Dalam menerima pertimbangan dan nasihat dari MPP, DPP wajib dengan sungguh-sungguh mempertimbangkannya dan keputusannya diambil melalui rapat Harian Partai. (4) MP hanya berada ditingkat DPP yang berfungsi untuk menyelesaikan gugatan, pelanggaran etik dan sengketa yang terjadi dalam tubuh partai; (5) Mekanisme kerja unsur kelengkapan partai sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. BAB VIII MAJELIS PERTIMBANGAN PARTAI (MPP) Pasal 17 (1) Majelis Pertimbangan Partai berfungsi sebagai: a) Memberikan pertimbangan dan nasihat kepada Dewan Pimpinan di setiap jenjang kepengurusan baik diminta maupun tidak diminta; b) Ikut menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi partai baik internal maupun eksternal baik diminta maupun tidak diminta; c) Mengawasi pelaksanaan kinerja DPP sesuai dengan AD dan ART. (2) MPP berhak mengundang Dewan Pimpinan untuk mengadakan rapat dan berlaku untuk semua jenjang tingkatan kepengurusan: (3) Ketentuan mengenai MPP sebagaimana dimaksud dalam pasal ini di atur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga; BAB IX MAHKAMAH PARTAI (MP) Pasal 18 (1) Mahkamah Partai adalah badan yang hanya berada di tingkat DPP yang berwenang untuk menyelesaikan gugatan, pelanggaran dan sengketa yang terjadi dalam tubuh partai; (2) MP terdiri atas seorang Ketua dan 2 (dua) orang Anggota yang dipilih dan ditetapkan oleh formatur hasil kongres; (3) Ketua MP mengangkat dan memberhentikan anggota MP yang bersifat Ad Hoc yang berjumlah 5 (lima) orang terdiri atas 1 (satu) orang dari MP, 1(satu) orang mewakili pemohon, 1 (satu) orang mewakili termohon, 1 (satu) orang dari MPP dan 1 (satu) orang dari DPP: (4) MP menangani pengaduan atas permintaan DPP berdasarkan keputusan rapat harian DPP; (5) Putusan dan/atau rekomendasi MP dikembalikan oleh MP kepada DPP untuk ditindak lanjuti; (6) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. BAB X LEMBAGA PARTAI, BADAN OTONOM DAN RANGKAP JABATAN Pasal 19 Lembaga Partai (1) Dewan pimpinan partai dapat membentuk lembaga partai untuk melaksanakan tugas dan fungsi dalam bidang tertentu. (2) Ketentuan tentang lembaga partai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.

7 Pasal 20 Badan Otonom (1) Badan Otonom adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan karakteristik jenis kegiatan masingmasing dan menyatakan dirinya berafiliasi dan menyalurkan aspirasi politik melalui Partai GRAM; (2) Badan Otonom disahkan oleh DPP melalui Rapat Pleno. (3) Ketentuan mengenai Badan Otonom sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga: Pasal 21 Rangkap Jabatan Secara struktur pengurus partai dilarang merangkap jabatan dalam setiap jenjang kepengurusan, baik dalam jenjang kepengurusan diatas atau dibawahnya. BAB XI REKRUITMEN ANGGOTA LEGISLATIF DAN FRAKSI Pasal 22 Rekruitmen Anggota Legislatif (1) Setiap anggota Partai GRAM memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi anggota legislatif: (2) Masa jabatan keanggotaan legislatif pada setiap tingkatan diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai; (3) Bagi anggota Partai GRAM tidak diperkenankan menjadi calon anggota legislatif pada periode berikutnya jika terbukti melakukan tindak pidana yang dinyatakan bersalah oleh putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan hukum tetap ; (4) Anggota Partai GRAM yang menjadi anggota legislatif terpilih adalah yang memperolah suara terbanyak dalam setiap tingkatan, yang selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga. (5) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat dilaksanakan sejauh tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku: Pasal 23 Fraksi (1) Fraksi Partai GRAM adalah alat perjuangan partai yang menjalankan kebijakan partai di lembaga legislatif; (2) Ketentuan mengenai fraksi Partai GRAM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. BAB XII REKRUITMEN KADER Pasal 24 (1) Penempatan keanggotaan dalam jabatan legislatif oleh Partai GRAM dilakukan secara objektif, transparan dan diputuskan melalui forum Rapat Harian Partai, dengan memperhatikan keterwakilan 30% (tiga puluh persen) perempuan: (2) Penempatan keanggotaan dalam jabatan eksekutif dan jabatan lain oleh Partai GRAM dilakukan secara objektif, transparan dan diputuskan melalui forum Rapat Harian Partai; (3) Setiap rekruitmen kader dalam kepengurusan untuk setiap jenjang kepemimpinan harus memperhatikan keterwakilan perempuan minimal 30% (tiga puluh) persen: (4) Ketentuan rekruitmen kader sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai. BAB XIII

8 (1) Sumber Keuangan Partai GRAM berasal dari : a) Iuran Anggota; b) Usaha yang sah; c) Sumbangan dan infak; d) Hibah dan wasiat; e) Sumber keuangan APBA dan APBK; D A N A Pasal 25 Sumber Keuangan f) Sumber-sumber lain yang sah, yang tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan peraturan perundangundangan; (2) Ketentuan mengenai sumber keuangan partai diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. Pasal 26 Pengelolaan Keuangan (1) Semua keperluan keuangan partai dan sumber keuangannya dikelola secara tertib, transparan dan dapat dipertanggung jawabkan dalam suatu Anggaran Pendapatan dan Belanja Partai (APBP); (2) APBP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi keperluan pengelolaan partai yang terdiri atas DPP, MPP dan MP; (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Pedoman Kebendaharaan; BAB XIV SEKRETARIAT Pasal 27 (1) DPP membentuk sekretariat partai sebagai alat pendukung partai yang terdiri atas unsur kepala sekretariat dan staf sekretariat; (2) Kepala dan Staf sekretariat partai adalah karyawan dan bukan unsur pimpinan partai; (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai sebagai pedoman administrasi yang ditetapkan oleh DPP; BAB XV PENGESAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 28 Pengesahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga untuk pertama kalinya disahkan oleh Tim 9 (Sembilan) sebagai pendiri partai. BAB XVI PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 29 Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan oleh Kongres Partai; BAB XVII SANKSI DAN REHABILITASI Pasal 30 Sanksi (1) Sanksi organisasi adalah tindakan yang diputuskan oleh partai terhadap anggota maupun pengurus partai yang melakukan tindak pidana kejahatan dan/atau melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang,, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Partai; (2) Bentuk dan tatacara pelaksanaan sanksi organisasi selanjutnya diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga:

9 Pasal 31 Rehabilitasi (1) Rehabilitasi adalah pemulihan nama baik, harkat dan martabat anggota dan/atau pengurus Partai; (2) Pelaksanaan rehabilitasi diputuskan oleh DPP melalui Rapat Harian; (3) Ketentuan mengenai rehabilitasi diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga. BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 32 Ketentuan Umum (1) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain; (2) Hal hal yang belum diatur dan/atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ini, diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga, dan Peraturan Partai; Pasal 33 Tambahan dan Penutup Ketentuan ketentuan lainnya yang belum tercakup dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga diatur lebih lanjut oleh DPP sejauh tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga; ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GABUNGAN RAKYAT ACEH MANDIRI BAB I LAMBANG Pasal 1 (1) Filosofi Lambang; Gajah adalah hewan yang berbadan besar dan kuat. memiliki telinga yang lebar, kaki yang besar dan kokoh, mata yang kecil, memiliki belalai dan gading, dan yang paling penting hidupnya berkelompok, daya ingat yang tinggi dan disiplin. (2) Arti dan Makna Lambang: a) Gajah memiliki otak yang cerdas, dimaksudkan bahwa seorang pemimpin yang baik harus lebih banyak menggunakan fikiran yang sehat dan tingkat kecerdasan yang tinggi daripada fisik dalam memecahkan masalah. Kecerdasan yang tinggi juga dapat digunakan oleh seorang pemimpin dalam mengembangkan ide-ide yang kreatif dan inovatif. b) Gajah juga memiliki mata yang kecil, diartikan seorang pemimpin harus dapat fokus, tajam dan berkonsentrasi dalam melaksanakan tugasnya untuk mengarahkan anggota-anggotanya agar dapat mencapai tujuan. c) Gajah memiliki dua telinga yang lebar, ini berarti pemimpin harus lebih banyak mendengar apa yang terjadi dan yang dikeluhkan oleh anggota-anggotanya dan lebih peka terhadap masalah-masalah yang dapat menghambat dalam mencapai tujuan. Selain itu pemimpin juga harus peka terhadap informasi-informasi dari luar apakah itu benar atau tidak. Telinga yang lebar juga berfungsi sebagai alat pendingin. d) Gajah memiliki belalai, yang artinya pemimpin dapat memanfaatkan kemampuannya untuk segala keperluan dalam mencapai tujuan.

10 e) Gajah memiliki gading, artinya pemimpin dapat memberikan manfaat bagi anggota kelompok atau organisasinya. f) Gajah memiliki perut yang besar dan berbadan besar itu dapat diartikan pemimpin memiliki data yang banyak untuk bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. (3) Lambang dan Gambar berbentuk Gajah dalam lingkaran bulat dengan warna latar lingkaran biru, merah dan putih; (4) Tulisan Partai GRAM dengan jenis huruf Arial. Warna tulisan Partai warna Hitam dan GRAM warna Merah; (5) Hal-hal yang berkaitan dengan lambang diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai. Pasal 2 Lagu Partai (1) Lagu Partai GRAM terdiri atas Mars GRAM dan Hymne GRAM; (2) Mars GRAM dan Hymne GRAM wajib dinyanyikan dalam rapat-rapat resmi partai; (3) Ketentuan tentang Lagu Partai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai. BAB II KEANGGOTAAN Pasal 3 Penerimaan Anggota Penerimaan anggota Partai GRAM mengikuti ketentuan sebagai berikut: (1) Yang dapat diterima sebagai anggota Partai GRAM adalah seluruh warga Negara Republik Indonesia yang telah berusia 17 (tujuh belas) tahun atau telah menikah dan berdomisili di Aceh, berjiwa reformis, menyetujui dan mendukung Platform Partai, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Garis Perjuangan Partai dan ketentuan lainnya; (2) Setiap Warga Negara Republik Indonesia yang berkeinginan menjadi anggota Partai GRAM dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada Dewan Pimpinan Partai di wilayah Pemohon; (3) Dalam hal tertentu DPP Partai GRAM berhak menolak permintaan seseorang sebagai anggota Partai; (4) Terhadap seseorang yang telah disetujui menjadi anggota Partai GRAM akan diberikan kartu tanda anggota yang ditanda tangani oleh Ketua Umum dan Sekretaris Umum DPP Partai GRAM. (5) Tatacara mengenai penerimaan anggota dan penerbitan Kartu Tanda Anggota akan di atur dalam Peraturan Partai. Pasal 4 Syarat, Hak dan Kewajiban Anggota (1) Syarat untuk menjadi anggota Partai GRAM adalah telah berumur 17 tahun atau pernah menikah; (2) Hak anggota Partai GRAM sebagai berikut: a) dipilih dan memilih; b) menyatakan pendapat; c) membela diri; d) mendapat perlindungan dan pembelaan hukum dari partai; dan e) mendapat kesempatan mengikuti agenda-agenda partai sesuai dengan Peraturan Partai. (3) Kewajiban anggota Partai GRAM sebagai berikut: a) Menjunjung tinggi nama dan kehormatan Partai GRAM; b) Memegang teguh dan mentaati AD/ART, Peraturan Partai, Garis Perjuangan Partai dan peraturan-peraturan lainnya; c) Membayar iuran anggota;

11 d) Tidak merangkap sebagai anggota organisasi partai politik lokal lainnya; e) Mendukung dan menyukseskan tujuan, usaha dan program partai. (4) Ketentuan mengenai syarat, hak dan kewajiban anggota partai diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai. BAB III SANKSI ORGANISASI DAN REHABILITASI Pasal 5 Sanksi Organisasi (1) Sanksi organisasi dapat diberikan kepada anggota dan/atau pengurus Partai GRAM apabila: a) melakukan tindak pidana kejahatan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; b) melanggar AD/ART dan ketentuan-ketentuan partai; c) melakukan perbuatan tercela dan tidak terpuji yang dapat merusak citra dan nama baik partai. (2) Bagi Pimpinan Partai yang berstatus tersangka untuk sementara waktu dinonaktifkan oleh DPP atas usulan DPW dan/atau DPC. Pasal 6 Rehabilitasi (1) Rehabilitasi atau pemulihan nama baik anggota dan/atau pengurus dapat dilakukan apabila: a) yang bersangkutan dinyatakan tidak bersalah oleh pengadilan; b) yang bersangkutan mengajukan permohonan keanggotaan setidaknya setelah selesai menjalani hukuman minimal 2 (dua) tahun; c) yang bersangkutan mengajukan pembelaan diri yang dapat diterima oleh DPP Partai GRAM; d) Mahkamah Partai mengabulkan surat tinjauan ulang atas perkara yang bersangkutan; (2) Bagi anggota partai berstatus tersangka atau terdakwa atau terpidana, dengan adanya surat Perintah Penghentian Penyidikan dan Penuntutan (SP3) dan/atau berdasarkan pu tusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, menyatakan bahwa yang bersangkutan dinyatakan tidak bersalah dan/atau dinyatakan perbuatannya tidak merupakan tindak pidana, maka dilakukan rehabilitasi oleh DPP Partai GRAM paling lambat 15 (lima belas) hari setelah permohonan rehabilitasi diajukan oleh yang bersangkutan, DPW Partai GRAM atau DPC Partai GRAM. Pasal 7 Bentuk Pelanggaran Bentuk pelanggaran yang dapat dikenakan sanksi organisasi adalah pelanggaran yang dilakukan oleh anggota dan/atau pengurus terhadap kewajiban yang dibebankan kepadanya selaku anggota dan/atau pengurus. Pasal 8 Prinsip Pemberian Sanksi (1) Prinsip pemberian sanksi dilakukan melalui proses yang sifatnya terbuka, jujur dan adil; (2) Pemberian sanksi yang berkenaan dengan pelanggaran dan pengingkaran terhadap putusan partai ditentukan lebih lanjut oleh DPP Partai GRAM. Pasal 9 Bentuk dan Mekanisme Pemberian Sanksi (1) Bentuk sanksi organisasi dapat berupa peringatan tertulis, pemberhentian sementara dan pemberhentian tetap; (2) Mekanisme pemberian sanksi sebagai berikut : a) Peringatan tertulis:

12 1. Peringatan tertulis diberikan kepada pengurus dan anggota yang melakukan pelanggaran dan mengenai ketentuan lebih lanjut terhadap pelanggaran diatur oleh DPP Partai GRAM dalam Peraturan Partai yang diputuskan dalam rapat pleno DPP Partai GRAM; 2. Peringatan tertulis kepada pengurus dan anggota diberikan oleh Dewan Pimpinan Partai di setiap jenjang dengan tata urutan: peringatan pertama bertujuan untuk pencegahan pengulangan kesalahan; Peringatan kedua bertujuan untuk kepatuhan; peringatan ketiga untuk syarat pengenaan sanksi, dimana setiap surat peringatan tersebut ditembuskan kepada Dewan Pimpinan Partai satu tingkat diatasnya, kecuali yang dikeluarkan oleh DPP tanpa tembusan;dan 3. Peringatan tertulis kepada pengurus diberikan oleh Dewan Pimpinan Partai dijenjang kepengurusan yang bersangkutan: b) Pemberhentian sementara: 1. Usulan pemberhentian sementara pengurus, diajukan oleh Dewan Pimpinan Partai setempat berdasarkan putusan rapat- pleno; 2. Pemberhentian sementara dilakukan oleh Dewan Pimpinan Partai satu tingkat diatasnya melalui rapat pleno; dan 3. Mekanisme pemberhentian sementara bagi pengurus Dewan Pimpinan Pusat dilakukan melalui rapat pleno DPP Partai GRAM. c) Pemberhentian tetap: 1. Usulan pemberhentian tetap anggota dilakukan oleh Dewan Pimpinan Partai setempat setelah melalui mekanisme dan diputusan melalui rapat pleno; 2. Pemberhentian tetap pengurus partai ditetapkan oleh Dewan Pimpinan Partai dua tingkat diatasnya setelah mendapat rekomendasi dari Pimpinan Partai satu tingkat diatasnya; 3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan peringatan tertulis, pemberhentian sementara dan pemberhentian tetap akan di atur lebih lanjut dalam Peraturan Partai. Pasal 10 Mekanisme Pembelaan Diri (1) Pembelaan diri dapat dilakukan oleh anggota dan/atau pengurus yang dikenai sanksi organisasi melalui Kongres; (2) Mekanisme pembelaan diri lebih lanjut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai. Pasal 11 Mahkamah Partai (1) Mahkamah Partai merupakan majelis yang berada di tingkat DPP yang mempunyai wewenang untuk menyelesaikan masalah dalam partai; (2) Ketua Mahkamah Partai dipilih dalam Kongres dan ditetapkan oleh DPP atas pertimbangan MPP; (3) Mahkamah Partai berwenang untuk menyelesaikan pengaduan atau gugatan atas pelanggaran, sengketa dalam tubuh partai, baik yang sedang terjadi maupun yang pernah terjadi sebelumnya, meliputi pelanggaran AD, ART atau kebijakan keputusan partai; (4) Penyelesaian atas pengaduan atau gugatan atas pelanggaran atau sengketa dalam tubuh partai dilaksanakan oleh Mahkamah Partai dengan batas waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak penerimaan berkas pengaduan atau gugatan atas pelanggaran atau sengketa dalam tubuh partai oleh Mahkamah Partai; (5) Keputusan Mahkamah Partai bersifat final dan mengikat serta wajib dilaksanakan oleh DPP selambat-lambatnya dalam waktu 15 (lima belas) hari kerja setelah putusan dibacakan:

13 (6) Mahkamah Partai wajib melaporkan hasil kerjanya pada Rapat Kerja Pimpinan Partai dan Kongres; (7) Mahkamah Partai berkewajiban untuk membentuk hakim Ad Hoc dan menetapkan tatacara beracara dalam pelaksanaan tugas dan mekanisme kerja dalam Peraturan Mahkamah Partai. Pasal 12 Pemberhentian Anggota Anggota Partai berhenti karena: (1) Meninggal dunia; (2) Atas permintaan sendiri; dan (3) Diberhentikan oleh DPP. Pasal 13 Simpatisan Simpatisan adalah mereka yang memberikan dukungan kepada partai tetapi belum mempunyai Kartu Tanda Anggota partai (KTA); BAB IV PENGORGANISASIAN Pasal 14 Tata Kerja Pengorganisasian Partai (1) Tata kerja pengorganisasian partai dimaksudkan untuk mengatur mekanisme pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan partai secara struktural dan fungsional; (2) Tata kerja pengorganisasian partai bertujuan untuk membangun sinergi kerja secara struktural dan fungsional melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan tugas, kegiatan dan program guna mencapai tujuan partai berdasarkan prinsip kolektifitas, kesinambungan, keterpaduan dan kemanfaatan; (3) Dewan Pimpinan Partai secara struktural wajib melakukan monitoring dan evaluasi kinerja terhadap pelaksanaan tugas, kegiatan dan program-program partai minimal 1 (satu) kali dalam 1(satu) tahun yang dilaporkan dalam rapat kerja partai di setiap tingkatan; (4) Ketentuan mengenai tata kerja pengorganisasian partai sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),ayat (2) dan ayat (3) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai. Pasal 15 DEWAN PIMPINAN PUSAT (1) DPP merupakan pimpinan eksekutif tertinggi dalam memimpin partai untuk masa jabatan 5 (lima) tahun; (2) DPP berfungsi melaksanakan kegiatan-kegiatan partai, terkait agregasi, artikulasi, aspirasi, konsolidasi, koordinasi, dan optimalisasi kegiatan partai dalam menghimpun, merumuskan, dan memperjuangkan aspirasi masyarakat; (3) DPP memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk: a) Menentukan kebijakan partai sesuai dengan AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres, keputusan-keputusan Rapat Kerja Pimpinan Pusat dan keputusan-keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai; b) Melakukan konsolidasi organisasi secara struktural mulai dari DPW sampai dengan DPG; c) Mengesahkan susunan pengurus DPW sesuai dengan hasil keputusan musyawarah wilayah; d) Membatalkan, merevisi, dan memperbaiki keputusan yang diambil oleh DPW yang bertentangan dengan AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres, keputusan-keputusan Rapat Kerja Pimpinan Pusat, dan keputusan-keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai;

14 e) Melakukan penyesuaian terhadap struktur kepengurusan yang ada ditingkat DPP melalui penambahan dan pengurangan unit-unit kerja sesuai kebutuhan partai; f) Mengangkat Pelaksana Tugas Ketua DPW ketika terjadi kekosongan jabatan pimpinan partai di tingkat tersebut; g) Melaksanakan kewenangan lainnya yang diberikan oleh AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres, keputusankeputusan Rapat Kerja Pimpinan Pusat, dan keputusan-keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai; h) DPP dapat membentuk lembaga, alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit kerja lainnya untuk melaksanakan kegiatan sesuai program partai; i) DPP dapat melakukan pergantian fungsional kepengurusan DPP dan DPW, dan melakukan penyesuaian terhadap struktur pengurus lembaga alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komitekomite aksi dan unit-unit kerja lainnya melalui penambahan atau pengurangan komposisi personalia. Pasal 16 Dewan Pimpinan Wilayah (1) DPW merupakan pimpinan eksekutif tertinggi ditingkat Kabupaten/Kota dalam memimpin partai untuk masa jabatan 5 (lima) tahun; (2) DPW berfungsi melaksanakan kegiatan-kegiatan partai ditingkat Kabupaten/Kota yang berhubungan dengan, konsolidasi, koordinasi, dan optimalisasi kegiatan partai dalam menghimpun, merumuskan, dan memperjuangkan aspirasi masyarakat; (3) DPW memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk: a) Menentukan kebijakan partai sesuai dengan AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres dan Musyawarah Kabupaten/Kota, keputusan-keputusan Rapat Kerja DPP dan Rapat Kerja Wilayah, dan keputusan-keputusan lainnya sesuai PeraturanPartai; b) Melakukan konsolidasi organisasi secara struktural mulai dari DPC sampai dengan DPG; c) Mengesahkan susunan pengurus DPC sesuai dengan hasil keputusan musyawarah Cabang; d) Membatalkan, merivisi, dan memperbaiki keputusan yang diambil oleh DPC yang bertentangan dengan AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres dan Musyawarah Wilayah, keputusan-keputusan Rapat Kerja DPP dan Rapat Kerja Wilayah, dan keputusan-keputusan partai lainya sesuai Peraturan Partai; e) Melakukan penyesuaian terhadap struktur kepengurusan yang ada ditingkat DPW melalui penambahan dan pengurangan unit-unit kerja sesuai kebutuhan partai; f) Mengangkat Pelaksana Tugas Ketua DPC ketika terjadi kekosongan jabatan pimpinan partai di tingkat tersebut; g) DPW dapat membentuk lembaga, alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit kerja lainnya untuk melaksanakan kegiatan sesuai program partai; h) DPW dapat melakukan pergantian fungsional pengurus DPW, dan melakukan penyesuaian terhadap struktur pengurus lembaga alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit kerja lainnya melalui penambahan atau pengurangan komposisi personalia. Pasal 17 Dewan Pimpinan Cabang (1) DPC merupakan pimpinan eksekutif tertinggi di tingkat Kecamatan dalam memimpin partai untuk masa jabatan 5 (lima) tahun; (2) DPC berfungsi melaksanakan kerja-kerja partai terkait konsolidasi, koordinasi, dan optimalisasi kegiatan partai dalam menghimpun, merumuskan dan memperjuangkan aspirasi masyarakat; (3) DPC memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk:

15 a) Menentukan kebijakan partai sesuai dengan AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres dan Musyawarah Wilayah, keputusan Rapat Kerja DPP dan Rapat Kerja Wilayah, dan keputusan-keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai; b) Melakukan konsolidasi organisasi secara struktural mulai dari DPM sampai dengan DPG; c) Mengesahkan susunan pengurus DPM sesuai dengan hasil keputusan musyawarah Mukim; d) Mengangkat Pelaksana Tugas Ketua DPM ketika terjadinya kekosongan jabatan pimpinan partai di tingkat tersebut; e) DPC dapat membentuk lembaga, alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit kerja lainnya untuk melaksanakan kegiatan sesuai program partai; f) DPC dapat melakukan pergantian fungsional pengurus DPC, dan melakukan penyesuaian terhadap struktur pengurus lembaga alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit kerja lainnya melalui penambahan atau pengurangan komposisi personalia. Pasal 18 Dewan Pimpinan Mukim (1) DPM merupakan pimpinan eksekutif tertinggi di tingkat Kemukiman dalam memimpin partai untuk masa jabatan 5 (lima) tahun; (2) DPM berfungsi melaksanakan kerja partai yang berhubungan dengan konsolidasi, koordinasi dan optimalisasi kegiatan partai dalam menghimpun, merumuskan, dan memperjuangkan aspirasi masyarakat; (3) DPM memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk: a) Menentukan kebijakan partai sesuai dengan AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres dan Musyawarah Wilayah, Musyawarah Cabang, keputusan-keputusan Rapat Kerja DPP dan Rapat Kerja Wilayah, Rapat Kerja Cabang dan keputusan-keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai; b) Melakukan konsolidasi organisasi secara struktural mulai dari DPG hingga Dusun; c) Mengesahkan susunan pengurus DPG sesuai dengan hasil keputusan musyawarah Gampong; d) Mengangkat Pelaksana Tugas Ketua DPG ketika terjadi kekosongan jabatan pimpinan partai di tingkat tersebut; e) DPM dapat membentuk lembaga, alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit kerja lainnya untuk melaksanakan kegiatan sesuai program partai; f) DPM dapat melakukan pergantian fungsional pengurus DPM, dan melakukan penyesuaian terhadap struktur pengurus lembaga alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit kerja lainnya melalui penambahan atau pengurangan komposisi personalia. Pasal 19 (1) DPG merupakan pimpinan eksekutif tertinggi di tingkat Gampong dalam memimpin partai untuk masa jabatan 5 (lima) tahun; (2) DPG berfungsi melaksanakan kegiatan-kegiatan partai terkait konsolidasi, koordinasi, dan optimalisasi kegiatan partai dalam menghimpun, merumuskan dan memperjuangkan aspirasi masyarakat; (3) DPG memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk: a) Menentukan kebijakan partai sesuai dengan AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres dan Musyawarah Wilayah, Musyawarah Cabang, Musyawarah Mukim, keputusan-keputusan Rapat Kerja DPP dan Rapat Kerja Wilayah, Rapat Kerja Cabang, Rapat Kerja Mukim dan keputusan-keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai; b) Melakukan konsolidasi organisasi secara struktural mulai dari Dewan Pimpinan Dusun; c) Mengesahkan susunan pengurus Dewan Pimpinan Dusun sesuai dengan hasil keputusn musyawarah Dusun;

16 d) Mengangkat Pelaksana Tugas Ketua Dewan Pimpinan Dusun ketika terjadi kekosongan jabatan pimpinan partai di tingkat tersebut; e) DPG dapat membentuk lembaga, alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit kerja lainnya untuk melaksanakan kegiatan sesuai program partai; f) DPG dapat melakukan pergantian fungsional pengurus DPG, dan melakukan penyesuaian terhadap struktur pengurus lembaga alat kelengkapan partai, organisasi otonom, komite-komite aksi dan unit-unit kerja lainnya melalui penambahan atau pengurangan komposisi personalia. BAB V LEMBAGA PARTAI, ORGANISASI OTONOM DAN RANGKAP JABATAN Pasal 20 Lembaga Partai (1) Lembaga partai merupakan unit kerja yang memiliki tugas dan fungsi tertentu untuk membantu Pimpinan dalam mengelola partai; (2) Dalam pengelolaan partai, Dewan Pimpinan Partai dapat membentuk panitia kerja atau komite aksi dalam kegiatan tertentu. (3) Lembaga Partai berfungsi melakukan optimalisasi kegiatan-kegiatan partai melalui koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan tugas, kegiatan dan program guna mencapai tujuan partai; (4) Lembaga Partai memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk: a) Melakukan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi bidang-bidang kegiatan dan program kerja tertentu dengan kebijakan partai, AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres, keputusan-keputusan Rapat Kerja Pimpinan partai, dan keputusan-keputusan lainnya sesuai dengan Peraturan Partai; b) Melakukan pengolahan data, monitoring, dan evaluasi sebagai dasar pertimbangan dan rekomendasi terhadap pengambilan keputusan dan kebijakan-kebijakan partai; c) Melakukan komunikasi, sosialisasi informasi dan edukasi kepada konstituen dan masyarakat luas tentang kebijakan-kebijakan partai; d) Melaksanakan kewenangan lainnya yang diberikan oleh AD dan ART, ketetapan Kongres, keputusan Rapat Kerja Pimpinan Partai, dan keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai. (5) Kewenangan lembaga partai: a) Konsolidasi infrastruktur partai dan penggalangan massa; b) Pemenangan Pemilu dan peningkatan citra Partai. c) Artikulasi dan pengawasan terhadap pemerintahan. (6) Setiap Lembaga Partai dipimpin oleh seorang Ketua, Sekretaris dan Bendahara yang langsung bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum untuk tingkat DPP dan Ketua pada tingkatan DPW, DPC, DPM dan DPG; (7) Ketentuan tentang Lembaga Partai sebagaimana dimaksud diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai. Pasal 21 (1) Lembaga Partai terdiri dari: a) Dewan Kehormatan. b) Dewan Pakar; c) Dewan Instruktur Pengkaderan Pusat; d) Komisi Khusus Partai GRAM.

17 e) KORWIL,KORCAB,KORKim f) Organ lain yang dibentuk sesuai kebutuhan partai. (2) Lembaga Partai di setiap tingkatan Dewan Pimpinan Partai menyesuaikan dengan struktur Lembaga Partai Dewan Pimpinan Pusat; (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai. Pasal 22 Dewan Kehormatan (1) Dewan Kehormatan merupakan Lembaga Partai sebagai badan khusus yang menangani persoalan etika kader dan pengurus partai, berhak mengatur dan mengelola sendiri unit kerjanya berdasarkan ketentuan AD dan ART; (2) Dewan Kehormatan berfungsi membantu Dewan Pimpinan Partai melakukan supervisi dan konsultasi dengan MPP dalam menangani promosi, penilaian, pengawasan dan penempatan kader di jabatan politik; (3) Dewan Kehormatan memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk: a) Melakukan penilaian dan pengawasan dalam penempatan kader dalam jabatan politik; b) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja kader yang ditugaskan partai; c) Melakukan penilaian dan memberikan rekomendasi tindakan terhadap pelanggaran etika dan penyalah gunaan jabatan; d) Melakukan tindakan lain sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam kebijakan partai, AD dan ART, keputusankeputusan Kongres, keputusan-keputusan Rapat Kerja Dewan Pimpinan Partai, dan keputusan-keputusan partai lainnya sesuai Peraturan Partai; (4) Dewan Kehormatan dipimpin oleh seorang Ketua yang bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum dengan dibantu oleh 1 (satu) orang Sekretaris dan 5 (lima) orang Anggota; (5) Ketentuan tentang Dewan Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai. Pasal 23 Dewan Pakar (1) Dewan Pakar merupakan lembaga partai sebagai badan khusus yang mempunyai kedudukan mandiri, berhak mengatur dan mengelola sendiri unit kerjanya berdasarkan ketentuan AD dan ART; (2) Dewan Pakar berfungsi membantu Dewan Pimpinan partai melakukan supervisi, akselerasi, dinamisasi dan optimalisasi kegiatan-kegiatan partai dalam perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan tugas, kegiatan dan program partai di bidang-bidang tertentu guna mencapai tujuan partai; (3) Dewan Pakar memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk: a) Melakukan supervisi, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi pada bidang kegiatan dan program tertentu sesuai dengan kebijakan partai, AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres, keputusan-keputusan Rapat Kerja Dewan Pimpinan Partai, dan keputusan-keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai: b) Melakukan monitoring dan evaluasi kinerja kader yang ditugaskan partai; c) Melakukan penilaian, dan rekomendasi tindakan terhadap pelanggaran etika dan penyalahgunaan jabatan; d) Melakukan tindakan lain sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam kebijakan partai, AD dan ART, keputusankeputusan Kongres, keputusan-keputusan Rapat Kerja Dewan Pimpinan Partai, dan keputusan-keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai. e) Dewan Pakar dipimpin oleh seorang Ketua yang bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum dengan dibantu oleh 1(satu) orang sekretaris dan 5 (lima) orang anggota;

18 f) Ketentuan tentang Dewan Pakar sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai. Pasal 24 Dewan Instruktur Perkaderan Pusat (1) Dewan Instruktur Perkaderan Pusat adalah lembaga partai sebagai badan khusus yang mempunyai kedudukan mandiri, berhak mengatur dan mengelola sendiri unit kerjanya berdasarkan ketentuan AD dan ART; (2) Dewan Instruktur Perkaderan Pusat membantu Dewan Pimpinan partai dalam melaksanakan supervisi, ekselerasi, dinamisasi dan optimalisasi kegiatan-kegiatan partai dalam perencanaan, pengorganisasian dan pelaksanaan tugas, kegiatan dan program partai di bidang-bidang tertentu guna mencapai tujuan partai; (3) Dewan Instruktur Perkaderan Pusat memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab untuk: a) Melaksanakan supervisi, koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi pada bidang kegiatan dan program tertentu sesuai dengan kebijakan partai, AD dan ART, keputusan-keputusan Kongres, keputusan-keputusan Rapat Kerja Dewan Pimpinan Partai, dan keputusan-keputusan lainnya sesuai Peraturan Partai; b) Melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja kader yang ditugaskan partai; c) Melaksanakan penilaian, dan rekomendasi tindakan terhadap pelanggaran etika dan penyalah gunaan jabatan; d) Melaksanakan tindakan lain sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam kebijakan Partai, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, keputusan-keputusan Kongres, keputusan-keputusan Rapat Kerja Dewan Pimpinan Partai, dan keputusan-keputusan lainnya sesuai peraturan Partai. e) Dewan Instruktur Perkaderan Pusat dipimpin oleh seorang Ketua yang bertanggung jawab langsung kepada Ketua Umum dengan dibantu oleh 1 (satu) orang sekretaris dan 5 (lima) orang anggota; f) Ketentuan tentang Dewan Instruktur Perkaderan Pusat sebagaimana dimaksud dalam pasal ini diatur lebih lanjut dalam Peraturan Partai. Pasal 25 Rangkap Jabatan (1) Secara struktural pengurus partai dilarang merangkap jabatan dalam setiap jenjang kepengurusan, baik jenjang kepengurusan diatasnya atau dibawahnya. (2) Dalam hal terjadi rangkap jabatan, maka yang bersangkutan secara otomatis/dengan sendirinya kehilangan jabatan sebelumnya. BAB VI STRUKTUR KEKUASAAN Pasal 26 Kongres (1) Kongres merupakan permusyawaratan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam partai yang diadakan atas undangan Dewan Pimpinan Pusat, dilaksanakan sekali dalam lima tahun yang dihadir oleh peserta Kongres, peninjau Kongres dan undangan Kongres; (2) Peserta Kongres terdiri dari: a) Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum DPP. b) Para Ketua DPP. c) Ketua MPP dan Wakil Ketua MPP. d) Ketua Mahkamah Partai.

19 e) Ketua, Sekretaris dan Bendahara DPW. f) Ketua-ketua Organisasi Otonom tingkat pusat. (3) Peninjau Kongres terdiri dari: a) Seluruh anggota pengurus Badan, anggota komisi Dewan Pimpinan Pusat. b) Anggota Majelis Pertimbangan Partai. c) Ketua-ketua MPW. d) Anggota Legislatif dan Eksekutif. e) Undangan DPP. (4) Undangan Kongres adalah mereka yang diundang oleh Dewan Pimpinan Pusat untuk menghadiri acara tertentu dari Kongres. (5) Hak Suara dan Hak Bicara Kongres meliputi : a) Hak suara dan hak bicara hanya dimiliki oleh peserta Kongres. b) Hak bicara dimiliki oleh peninjau Kongres; dan c) Undangan Kongres tidak memiliki hak suara maupun hak bicara. Pasal 27 Musyawarah Wilayah (1) Musyawarah Wilayah merupakan permusyawaratan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam partai yang diadakan atas undangan DPW, yang dilaksanakan sekali dalam lima tahun yang dihadir oleh peserta, peninjau dan undangan Musyawarah Wilayah; (2) Peserta Musyawarah Wilayah terdiri dari : a) Dua orang utusan dari DPP. b) Ketua, Sekretaris dan Bendahara. c) Para Wakil Ketua DPW. d) Ketua MPP dan Wakil Ketua MPPW. e) Ketua, Sekretaris dan Bendahara DPC. f) Ketua-ketua Organisasi Otonom tingkat Wilayah. (3) Peninjau Musyawarah Wilayah terdiri dari: a) Seluruh anggota pengurus Badan, anggota komisi DPW. b) Anggota MPPW. c) Ketua MPPC. d) Anggota Legislatif dan Eksekutif. e) Undangan DPPW. (4) Undangan Musyawarah Wilayah adalah mereka yang diundang oleh DPW untuk menghadiri acara tertentu dari Musyawarah Wilayah. (5) Hak Suara dan Hak Bicara Musyawarah Wilayah dimiliki: a) Hak suara dan hak bicara hanya dimiliki oleh peserta Musyawarah Wilayah. b) Hak bicara dimiliki oleh peninjau Musyawarah Wilayah; dan c) Undangan Musyawarah Wilayah tidak memiliki hak suara maupun hak bicara. Pasal 28 Musyawarah Cabang (1) Musyawarah Cabang merupakan permusyawaratan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam partai yang diadakan atas undangan DPC, yang dilaksanakan sekali dalam lima tahun yang dihadir oleh peserta, peninjau dan undangan Musyawarah Cabang; (2) Peserta Musyawarah Cabang terdiri dari :

20 a) Dua orang utusan dari DPW. b) Ketua, Sekretaris dan Bendahara. c) Pengurus Harian DPC. d) Ketua MPP Cabang. e) Ketua dan Sekretaris DPM. f) Ketua-ketua Organisasi Otonomi tingkat Cabang. (3) Peninjau Musyawarah Cabang terdiri dari: a) Seluruh anggota pengurus Badan, anggota komisi DPC. b) Anggota MPP Cabang. c) Ketua MPPM. d) Undangan DPC. (4) Undangan Musyawarah Cabang merupakan mereka yang diundang oleh DPC untuk menghadiri acara tertentu dari Musyawarah Cabang. (5) Hak Suara dan Hak Bicara Musyawarah Cabang dimiliki : a) Hak suara dan hak bicara hanya dimiliki oleh peserta Musyawarah Cabang. b) Hak bicara dimiliki oleh peninjau Musyawarah Cabang; dan c) Undangan Musyawarah Cabang tidak memiliki hak suara maupun hak bicara. Pasal 29 Musyawarah Mukim (1) Musyawarah tingkat kemukiman merupakan permusyawaratan yang memegang kekuasaan tertinggi dalam partai yang diadakan atas undangan DPM, yang dilaksanakan sekali dalam 5 (lima) tahun yang dihadiri oleh peserta, peninjau dan undangan Musyawarah tingkat Kemukiman; (2) Peserta Musyawarah tingkat Kemukiman terdiri dari: a) Dua orang utusan dari DPC. b) Ketua, Sekretaris dan Bendahara. c) Pengurus Harian DPM. d) Ketua Penasihat Partai tingkat Kemukiman. e) Ketua, Sekretaris dan Bendahara DPG. f) Ketua-ketua Organisasi Otonomi tingkat Kemukiman. (3) Peninjau Musyawarah tingkat Kemukiman terdiri dari : a) Seluruh anggota pengurus Badan, anggota komisi DPM. b) Anggota MPP tingkat Kemukiman. c) Ketua Penasihat tingkat Gampong. d) Undangan DPM. (4) Undangan Musyawarah tingkat Kemukiman merupakan mereka yang diundang oleh DPM untuk menghadiri acara tertentu dari Musyawarah tingkat Kemukiman. (5) Hak Suara dan Hak Bicara Musyawarah tingkat Kemukiman dimilikii : a) Hak suara dan hak bicara hanya dimiliki oleh peserta Musyawarah Kemukiman, sedangkan. b) Hak bicara hanya dimiliki oleh peninjau Musyawarah tingkat Kemukiman; dan c) Undangan Musyawarah tingkat Kemukiman tidak memiliki hak suara maupun hak bicara.

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ORGANISASI SAYAP PEMUDA PARTAI PERINDO Jakarta, 17 Desember 2015 ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA PEMUDA PERINDO PEMBUKAAN Pemuda Indonesia sebagai salah

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Syarat Keanggotaan Syarat menjadi Anggota Partai Gerakan Indonesia Raya (GERINDRA) adalah : 1. Warga Negara Indonesia.

Lebih terperinci

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN - Bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, oleh karena itu setiap orang tanpa membedakan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI AMANAT NASIONAL

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI AMANAT NASIONAL ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI AMANAT NASIONAL ANGGARAN DASAR MUKADIMAH Atas dasar tanggung-jawab di hadapan Tuhan yang telah menurunkan amanat kepada umat manusia untuk menegakkan kebaikan

Lebih terperinci

MUKADIMAH. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa

MUKADIMAH. Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa Bahwa PDI Perjuangan sebagai partai nasionalis yang berasaskan Pancasila sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2008 LEMBAGA NEGARA. POLITIK. Pemilu. DPR / DPRD. Warga Negara. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4801) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA (ISMAPETI) HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang Januari 2015 MUKADDIMAH

ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA (ISMAPETI) HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang Januari 2015 MUKADDIMAH HASIL MUNAS XIII Universitas Muhammadiyah Malang 22-24 Januari 2015 ANGGARAN DASAR IKATAN SENAT MAHASISWA PETERNAKAN INDONESIA () MUKADDIMAH Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, sesungguhnya mahasiswa peternakan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENDIDIK DAN PENELITI BAHASA DAN SASTRA (APPI-BASTRA) BAB I PENGERTIAN UMUM Pasal 1 Pengertian Umum Pendidik dan peneliti adalah ilmuwan berprofesi pendidik dan peneliti

Lebih terperinci

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA

ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA Lampiran Keputusan Munas IV Asosiasi BP PTSI Nomor: 07/MUNAS-IV/2017 ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA ANGGARAN DASAR ASOSIASI BP PTSI PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya tugas mendidik

Lebih terperinci

AD/ART KM UGM PEMBUKAAN

AD/ART KM UGM PEMBUKAAN AD/ART KM UGM PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan Republik Indonesia harus diisi dengan kegiatan pembangunan yang bervisi kerakyatan sebagai perwujudan rasa syukur bangsa Indonesia atas rahmat Tuhan

Lebih terperinci

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal,

PENGURUS BESAR IGPKhI SELAKU PIMPINAN MUNAS I IGPKhI Sekretaris Jenderal, AD/ART IKATAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS INDONESIA KEPUTUSAN MUNAS I IKATAN GURU PENDIDIKAN KHUSUS INDONESIA Nomor : 2/MUNAS I/ IGPKhI /I/ 2017 Tentang : ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IGPKhI DENGAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KONGRES ADVOKAT INDONESIA (PERUBAHAN PERTAMA) TAHUN 2016 PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR KONGRES ADVOKAT INDONESIA (PERUBAHAN PERTAMA) TAHUN 2016 PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR KONGRES ADVOKAT INDONESIA (PERUBAHAN PERTAMA) TAHUN 2016 PEMBUKAAN - Bahwa Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 ANGGARAN DASAR Halaman 1 dari 2 halaman 2 IKATAN ALUMNI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS 4 IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR

ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR ANGGARAN DASAR Tunas Indonesia Raya TIDAR BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. Organisasi ini bernama TUNAS INDONESIA RAYA disingkat TIDAR, selanjutnya disebut Organisasi. 2. Organisasi ini

Lebih terperinci

SUSUNAN ANGGARAN DASAR K O B R A KOMANDO BERSAMA RAKYAT MUKADIMAH

SUSUNAN ANGGARAN DASAR K O B R A KOMANDO BERSAMA RAKYAT MUKADIMAH SUSUNAN ANGGARAN DASAR K O B R A KOMANDO BERSAMA RAKYAT MUKADIMAH Bahwa cita-cita luhur Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah untuk melindungi

Lebih terperinci

AMANDEMEN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015

AMANDEMEN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015 AMANDEMEN PERTAMA UNDANG-UNDANG DASAR REPUBLIK MAHASISWA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2015 PEMBUKAAN Mahasiswa memiliki potensi yang merupakan rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang harus diarahkan

Lebih terperinci

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017. Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017

KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017. Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017 KETETAPAN SENAT MAHASISWA FISIP UNDIP 2017 Nomor : 002/TAP/SMFISIP/UNDIP/II/2017 Tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga SMFISIP UNDIP 2017 Menimbang 1. Bahwa Untuk Kelancaran Kinerja SMFISIPUNDIP2017

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI PERSAGI (Persatuan Ahli Gizi Indonesia) 2015 ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA ( AD/ART ) PERSATUAN AHLI GIZI

Lebih terperinci

Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 1

Anggaran Rumah Tangga PARTAI KERJA RAKYAT INDONESIA Halaman 1 BAB I Pasal 1 ATRIBUT 1. PAKAR INDONESIA mempunyai atribut yang terdiri Lambang, Bendera, Panji, Gordon, Hymne, dan Mars Partai; 2. Ketentuan lebih lanjut tentang Panji, Gordon, Hymne, Mars dan penggunaan

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung, umum, bebas,

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA MAHASISWA

UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA MAHASISWA UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN RAYA MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN MAHASISWA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2013 HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pendirian-Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5430)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

RANCANGAN ANGGARAN DASAR ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA PEMBUKAAN

RANCANGAN ANGGARAN DASAR ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA PEMBUKAAN RANCANGAN ANGGARAN DASAR ORGANISASI PEMERINTAHAN MAHASISWA UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA PEMBUKAAN Bahwa sesungguhnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

Lebih terperinci

:: LDII Sebagai Ormas/Anggaran Rumah Tangga:

:: LDII Sebagai Ormas/Anggaran Rumah Tangga: 1 :: LDII Sebagai Ormas/Anggaran Rumah Tangga: ANGGARAN RUMAH TANGGA LEMBAGA DAKWAH ISLAM INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN Pasal 1 Anggota dan Warga [1] Keanggotaan Lembaga Dakwah Islam Indonesia terdiri dari

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 of 24 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN PEMBUKAAN Program Pamsimas telah membangun prasarana dan sarana air minum dan sanitasi di desa/ kelurahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SILATNAS PGMI Nomor : 04/SK/Silatnas-PGMI/XI/2008. Tentang ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PGMI ANGGARAN DASAR

KEPUTUSAN SILATNAS PGMI Nomor : 04/SK/Silatnas-PGMI/XI/2008. Tentang ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PGMI ANGGARAN DASAR KEPUTUSAN SILATNAS PGMI Nomor : 04/SK/Silatnas-PGMI/XI/2008 Tentang ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PGMI ANGGARAN DASAR PERSATUAN GURU MADRASAH INDONESIA (PGMI) Bahwa sesungguhnya Islam adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemilihan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan kenikmatan bagi Bangsa Indonesia dalam kandungan bumi pertiwi Indonesia berupa sumber daya alam

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 95 Undang- Undang Nomor 11

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUANTAN SINGINGI, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT KARYAWAN PT ANGKASA PURA II (PERSERO) (SEKARPURA II) PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT KARYAWAN PT ANGKASA PURA II (PERSERO) (SEKARPURA II) PEMBUKAAN Lampiran KEP.005/MUNAS-V/SEKARPURA II/2011 - AD/ART ANGGARAN DASAR/ANGGARAN RUMAH TANGGA SERIKAT KARYAWAN PT ANGKASA PURA II (PERSERO) (SEKARPURA II) PEMBUKAAN Bahwa untuk mencapai cita-cita Kemerdekaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang :a. bahwa sesuai dengan Pasal 65 ayat (2)

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA BAB I UMUM Pasal 1 Pengertian Anggaran Rumah Tangga merupakan penjabaran Anggaran Dasar IAP Pasal 2 Pengertian Umum (1) Ahli adalah seorang yang berlatar belakang

Lebih terperinci

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR... TAHUN... TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. sesuai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 11 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ASAHAN, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DAN PERANGKAT DESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA DAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN Nomor : 0027/KPTS/DPP/V/2016. Tentang

SURAT KEPUTUSAN Nomor : 0027/KPTS/DPP/V/2016. Tentang SURAT KEPUTUSAN Nomor : 0027/KPTS/DPP/V/2016 Tentang PETUNJUK PELAKSANAAN MUSYAWARAH WILAYAH, MUSYAWARAH WILAYAH LUAR BIASA, MUSYAWARAH CABANG, MUSYAWARAH CABANG LUAR BIASA, MUSYAWARAH ANAK CABANG, MUSYAWARAH

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA, dan PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA

Dengan Persetujuan Bersama SENAT MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA, dan PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNDANG UNDANG KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM MAHASISWA DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA) PEMBUKAAN

ANGGARAN DASAR PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA) PEMBUKAAN ANGGARAN DASAR PERMAHI (PERHIMPUNAN MAHASISWA HUKUM INDONESIA) PEMBUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA : BAHWA KEMERDEKAAN, KEADILAN, DAN KEBENARAN ADALAH IDAMAN SETIAP BANGSA INDONESIA, SEBAGAI NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang: a. bahwa Badan Permusyaratan Desa merupakan perwujudan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TORAJA UTARA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN LEMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TORAJA UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI MUSI RAWAS, : bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.135, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KELEMBAGAAN. KPAI. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2016 TENTANG KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074) LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.155, 2009 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5074) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PENGADILAN TINDAK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 5-1991 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 67, 2004 POLITIK. KEAMANAN. HUKUM. Kekuasaaan Negara. Kejaksaan. Pengadilan. Kepegawaian.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan

Mengingat : 1. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Peraturan Pemerintah No.60 Tahun 1999 Tentang Pendidikan UNDANG UNDANG KELUARGA BESAR MAHASISWA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM MAHASISWA PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2007 TANGGAL : 19 Juni 2007 ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA" Bahwa Veteran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa Negara Kesatuan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANTROPOLOGI INDONESIA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Nama Organisasi Asosiasi Antropologi Indonesia disingkat AAI selanjutnya disebut AAI. Pasal 2 Makna AAI adalah wadah tunggal

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN KERUKUNAN TANI INDONESIA (HKTI)

ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN KERUKUNAN TANI INDONESIA (HKTI) ANGGARAN DASAR ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN KERUKUNAN TANI INDONESIA (HKTI) Hasil Musyawarah Nasional VIII Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jakarta, 31 Juli 2015 AD dan ART HKTI Hal 1 ANGGARAN DASAR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ~ 1 ~ SALINAN BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG

Lebih terperinci

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2002 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMBAWA, Menimbang : a. bahwa untuk memperjelas tugas dan kewajiban pimpinan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN ACEH, PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN. No.261, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HAK ASASI MANUSIA. Organisasi Kemasyarakatan. Pelaksanaan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5958) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 9 TAHUN 2015 B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERANGKAT DESA DAN BADAN

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Partai SIRA ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI SIRA ANGGARAN DASAR PARTAI SIRA PEMBUKAAN Bahwa Aceh yang pernah menjadi salah satu kerajaan Islam terbesar

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERFILMAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1 Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Pasal 28 Anggaran Dasar Badan Perfilman Indonesia, merupakan rincian atas hal-hal yang telah

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2015 PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2015 PENDAHULUAN ANGGARAN DASAR KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA TAHUN 2015 PENDAHULUAN Bahwa sesungguhnya kemerdekaan bangsa Indonesia yang saat ini dirasakan seluruh rakyat harus diisi dengan

Lebih terperinci