PEMURNIAN ZIRKON UNTUK BAHAN DASAR REFRAKTORI BERBASIS ZIRKONIA 1. Eko Sulistiyono2 dad Djusman Sajuti2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMURNIAN ZIRKON UNTUK BAHAN DASAR REFRAKTORI BERBASIS ZIRKONIA 1. Eko Sulistiyono2 dad Djusman Sajuti2"

Transkripsi

1 ~. Prosiding Pertemuan Ilmiah Sains Materi 1996 PEMURNIAN ZIRKON UNTUK BAHAN DASAR REFRAKTORI BERBASIS ZIRKONIA 1 Eko Sulistiyono2 dad Djusman Sajuti ABSTRAK PEMURNIAN ZIRKON UNTUK BAHAN DASAR REFRAKTORI BERBASIS ZIRKONIA. Pengembangan bahan keramik cenderung menunjukkan peningkatan yang pesat. Keramik berbasis zirkonia merupakan salah satu jenis keramik yang dikembangkan. Pada penelitian ini telah dipelajari suatu jalur proses pembuatan serbuk zirkonia dati zirkon teknis dengan melalui pendekatan proses: pelelehan alkali. pelarutan air -pelarutan asam khlorida -kalsinasi. Dari hasil akhir penelitian ini telah diperoleh produk zirkonia dengan kemumian (Zr,Hf )02 sekitar 95 % dan dengan struktur baddeleyite. Karakteristik produk tersebut diperkirakan cocok sebagai bahan untuk refractori dengan aplikasi yang lebih baik. ABSTRACT ZIRCON PURIFICATION FOR ROW MATERIAL REFRACTORY BASE ON ZIRCONIA. Development of ceramic material tend to increase. Basic ceramic zirconia is one of the ceramic material being development. This investigation was undertaken to study the process of making zirconia from technical grade zircon with approach: alkali fusion -water dissolution -acid hydrochloric dissolution -calcination. The final investigation result obtained zirconia with purity ( Zr,Hf )02 around 95 % and with baddeleyite structure. The product characteristic possibly suitable a.o; material for refractory with hetter applicability. PENDAHULUAN Pengembangan bahan keramik akhirakhir ini cenderung menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Hal ini disebabkan oleh karena bahan keramik memiliki beberapa keunggulan, antara lain: tahan terhadap perlakuan termal, keausan clan korosi. Dengan pengembangan bahan keramik tersebut maka diharapkan dapat dilakukan diversifikasi penggunaan untuk aplikasi teknik yang lebih baik, sehingga mempunyai prospek yang cerah untuk bersaing dengan paduan logam atau bahan lain. Misalnya dipakai untuk komponen otomotif, elektronik, sensor oksigen, peralatan pemotong, clan lain-lain [1]. Penggunaan keramik yang berunsur zirkonium telah lama dikenal, pada umumnya digunakan sebagai bahan refraktori. Misalnya zirkon ( ZrSiO4) digunakan untuk bata tahan api.dengan berkembangnya teknologi keramik, maka pengembangan keramik yang memakai mineral-mineral berunsur zirkonium menunjukkan ke arab pengembangan bahan keramik yang berbasis zirkonia.akan tetapi pengembangan keramik yang berbasis zirkonia tidak lepas dari pengembangan proses pembuatan zirkonia. Hal ini karena sumber zirkonia seperti dari mineral baddeleyite ( ZrO2) pada umumnya jarang ditemukan secara bebas di alam, melainkan berikatan secara kimia dengan unsur lain clan membentuk ikatan yang kompleks. Untuk memperoleh zirkonia bebas yang bermutu tinggi perlu dikembangkan teknologi pembuatan zirkonia secara sintetis dari mineral yang ada, seperti zirkon atau kaldasit. Indonesia diketahui memiliki cadangan mineral zirkon yang cukup potensial seperti konsentrat zirkon basil samping pada pengolahan timah di Pulau Bangka, atau cadangan zirkon lainnya di Pulau Kalimantan. Mineral zirkon akan mempunyai prospek yang cerah sebagai sumber utama zirkonia, jika bahan tersebut dapat diproses dengan tepat. Pada penelitian ini telah dikembangkan suatu proses pembuatan bahan dasar zirkonia dati konsentrat zirkon teknis menggunakan metoda pelelehan kostik yang diikuti dengan pelarutan air, pencucian asam dan kalsinasi. Pada dasarnya proses ini adalah untuk melepaskan ikatan komponen Sial dalam mineral zirkon. Komponen SiOz dalam mineral zirko~ membentuk ikatan kimia yang kuat sehingga sehingga tidak dapat dipisahkan secara fisik maupun dilarutkan dengan menggunakan pelarut yang umum. Dengan menggunakan bantuan kostik soda (NaOH) dad proses pada temperatur roasting yang tinggi, maka ikatan SiO2 dapat lepas dati mineral zirkon kemudian berikatan dengan NaOH. Dengan terlepasnya ikatan tersebut maka diperoleh suatu senyawa yang akan lebih mudah untuk dilarutkan [2-4]. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut : ZrSiO4+4 NaOH --+ Na2ZrO3 +Na2SiO3 + 2 H2O (1) Hasil dati proses roasting tersebut yang berupa NazZrO3, NazSiO3 dan sisa NaOH dilarutkan dalarn air. Pada pelarutan air ini NazSiOz dan sisa NaOH dapat larut sedangkan NazZrO3 tidak larut. Setelah dilakukan pencucian air maka residu yang masih banyak terdapat unsur natriumnya dicuci dengan larutan asarn encer, sehingga NazZrO3 terhidrolisa menjadi Zr(OH)4' Hasil dati proses pencucian asam encer yang berupa zirkonium hidroksida dan zirkonia hidrat dihilangkan airnya dengan proses kalsinasi suhu tinggi. I.Dipresentasikan pada Seminar Ilmiah PPSM Pusat Penelitian dan Pengembangan Metalurgi-LIPI, Serpong 41

2 ~ TEORI a. Penyiapan bahan baku Pada percobaan ini menggunakan bahan baku konsentrat zirko& teknis yang ada dipasaran dengan kode ZPG ukuran 325 mesh. Hasil analisis dengan XRD menunjukkan bahwa kemurnian diatas 92 % dad pengotor yang ada berupa minerlil-mineral pyrophillite AI2S40IO<OH)2 dad mineral iron manganese garnet (Mn,Ca)3.(Fe,AI)2.(SiO4)3.Komposisi kimia dari bahan baku ditunjukkan pada tabel 1. Bahan-bahan kimia yang digunakan adalah NaOH teknis dad HCl 37 % b. Penyiapan Percobaan Pada penelitian ini proses dekomposisi zirkon dilakukan dengan menggunakan pereaksi NaOH, pertimbangannya adalah jika menggunakan pereaksi NaOH dapat dilakukan pada temperatur yang lebih rendah sehingga penanganan akan lebih mudah dad menguntungkan dipandang dari segi konservasi energi. Zirkon dad NaOH dengan komposisi tertentu ( 500 gram zirkon dad 750 gram NaOH ) dicampur sampai homogen, kemudian dimasukkan dalam krusibel besi berpenutup. Proses roasting dilakukan dalam suatu dapur sekap pada temperatur 700oC, dengan waktu roasting yang bervariasi yaitu 1 jam, 2 jam, 3 jam, 4 jam dad 5 jam. Kemudian prod uk roasting dikeluarkan dari dapur dad didinginkan secara mendadak dengan air. Setelah dingin produk roasting tersebut ditimbang untuk selanjutnya digerus sampai ukuran 200 mesh. Produk roasting dengan ukuran 200 mesh dilarutkan ke dalam air dingin selama dua jam, dengan pemakaian air 200 mi tiap 10 gr produk roasting. Setelah proses pelarutan air selesai maka residu dad fiitratnya dipisahkan dengan proses filtrasi. Filtrat yang telah diperoleh diukur ph nya dad sebagian diambil untuk dianalisa. Residu yang diperoleh dikeringkan dalam oven selama satu malam, kemudian ditimbang dad sebagian dianalisa. Proses pelarutan air dilakukan dalam tiga tahapan seri ( repulping ), derigan kata lain residu pelarutan air tahap pertama dilarutkan lagi pada tahap kedua, dad residu tahap kedua dilarutkan lagi pada tahap ketiga. Proses pelarutan air pada tahap kedua dad ketiga tersebut dilakukan dengan cara yang sarna seperti pada tahap pertama. Setelah dilakukan pelarutan air selama tiga tahap maka dilakukan proses pencucian dengan asam encer. Tujuan dari proses ini adalah untuk menghilangkan sisa natrium yang tidak larut selama proses pelarutan dengan air. Pencucian asam encer dilakukan dalam labu tiga leher berukuran 1000 mi, yang dipanaskan di alas magnetik stirrer hot plate. Untuk menjaga kehilangan pelarut karena menguap maka pacta lab~ dilengkapi dengan pendingin batik dg1d,~~f~ tc'1nometer untuk mengukur temperr.t~zf1'ip percobaan memakai bahan baku sebanyak 50 gram dad 500 mi pelarut. Asam yang digunakan adalah HCI dengan konsentrasi 0,25 N. Setelah proses selesai maka hasilnya dipisahkan dengan filtrasi. Filtrat yang diperoleh diukur ph nya dad sebagian dianalisa. Residu yang diperoleh dikeringkan dalam oven selama satu malam kemudian ditimbang dad sebagian dianalisa. Produk dari pencucian asam berupa zirkonium hidroksida dad zirkonia hidrat, atau zirkonia yang mengandung air kristal, disamping unsur khlorida sisa. Untuk mengambil air kristal dad unsur klorida maka dilakukan proses kalsinasi. Proses kalsinasi dilakukan pacta temperatur 500 C sampai 900 C selama tiga jam, untuk melihat pengaruh temperatur terhadap proses kalsinasi. Kalsinasi dilakukan dalam dapur sekap dengan krusibel porselin, sampel untuk kalsinasi masing-masing dengan berat 10 gram. Setelah dilakukan kalsinasi maka sampel dibiarkan dingin dalam ruangan tersebut, kemudian setelah dingin ditimbang dad sebagian dianalisa. Bagan alir percobaan secara keseluruhan dapat ditunjukkan pacta gambar 1. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Percobaan Roasting Percobaan roasting zirkon pada temperatur 700oC dengan variasi waktu yaitu dati satu jam sampai lima jam telah dilakukan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa semakin lama proses dilakukan berat bahan semakin berkurang, seperti yang diperlihatkan pada label 2. Hal ini disebabkan selama proses dekoffi;josisi dihasilkan air, yang selanjutnya menguap 42

3 b. Percobaan Pelarutan Air. Percobaan pelarutan air dilakukan pacta temperatur kamar, hal ini untuk mencegah terjadinya reaksi samping pembentukan endapan SiO2. Reaksi yang terjadi : (2) (3) Dari basil pelarutan air satu tahap terlihat bahwa kandungan pengotor Si clan Na masih cukup tinggi, namun penurunan Si dibanding dengan bahan baku awal cukup besar. Dari tabel 3. terlihat bahwa waktu roasting menentukan kandungan pengotor Si clan Na, dimana semakin lama waktu roasting, kandungan pengotor Si semakin menurun sedangkan Na semakin naik. ~ada hasil pelarutan air tahap II terlihat bahwa penurunan kandungan pengotor Si cukup kecil, namun untuk pengotor Na penurunannya cukup berarti. Dengan melihat pada Tabel 4. terlihat bahwa proses pelarutan air tahap II rnernpunyai kecenderungan yang sarna dengan proses pelarutan air tahap I. Pada pelarutan air lahar III terlihat bahwa penurunan kandungan pengotor Si dan Na sangat kecil ( untuk Si bisa dikatakan konstan ), hal ini menunjukkan bahwa proses pelarutan air sudah mendekati titik jenuh, sehingga untuk pelarutan air lahar selanjutnya tidak efektif. Dari label 5. terlihat bahwa proses pelarutan air lahar III mempunyai kecenderungan yang sarna dengan proses pelarutan air lahar I dan II. Kecenderunganya yaitu semakin lama waktu roasting maka kandungan pengotor Si semakin berkurang, sedangkan sebaliknya kandungan pengotor Na semakin bertambah. Sehingga dapat diketahui bahwa waktu roasting sangat berpengaruh pacta proses pelarutan air. Dengan berkurangnya kandungan Si dan naiknya kandungan Na menunjukkan bahwa proses pelelehan alkali semakin sempurna. Karena Si yang terikat dengan Zr ( ZrSiO4 ) dan Na yang terikat dengan Zr ( NazZrO3 ) sukar larut dalam air. 43

4 Secara keseluruhan pengaruh waktu roasting sangat berpengaruh pacta kondisi proses, hal ini terlihat dati hasil rasio ZrlSi dan rasio Zr/Na yang menunjukkan kecenderungan yang sarna. Dapat dilihat pacta Gambar 2 dan 3 di lampiran. c. Percobaan Pencucian Asam Dari basil percobaan pelarutan air sampai tahap ke tiga menunjukkanmasih ban yak pengotor yang acta terutarna Si dan Na, untuk itu dilakukan proses pencucian asam. Hasil dari pencucian asam memperlihatkan kecenderungan yang sarna yaitu semakin lama waktu roasting kadar pengotor Si cenderung turun dad kadar pengotor Na cenderung naik, seperti ditunjukkan ditunjukkan pacta tabel 6. Dengan melihat basil analisa filtrat, terlihat bahwa semakin lama waktu roasting memperlihatkan kecenderungan penurunan konsentrasi un sur. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama waktu roasting unsur yang larut dalam filtrat semakin rendah. Dapat ditunjukkan pada tabel 7. d. Percobaan Kalsinasi Dari hasil percobaan kalsinasi yang ditunjukkan pada tabel 8 terlihat bahwa untuk kalsinasi pada temperatur 500oC clan 700oc menunjukkan proses belum sempurna, hal ini berlaku terhadap semua hasil roasting. Sehingga dari kalsinasi ini menunjukkan bahwa faktor temperatur kalsinasi sangat berperan terhadap proses kalsinasi. Pada temperatur 900oC memperlihatkan proses kalsinasi yang cukup sempurna dengan LOI dibawah 0,30% clan ha,il percobaan ditunjukkan pada tabe19. Hasil analisis XRD terhadap produk zirkonia ( sampel basil kalsinasi ) ditunjukkan pada gambar 5. Pola difraksi pada gambar terse but sesuai dengan struktur baddeleyite ( ZrO2 )..t.t

5 e. Perbandingan Dengan Hasil Percobaan Terdahulu Dengan membandingkan penelitian yang dilakukan ini dengan penelitian sebelumnya [5] terlihat bahwa untuk temperatur roasting yang sarna (700 C) menunjukkan peningkatan yang cukup berarti. Seperti terlihat pada gambar.2 dengan rasio Zr/Si yang lebih tinggi. Pada percobaan sekarang dengan penambahan NaOH 15 gr per 10 gr sampel, rasio Zr/Si sebesar 38, sedangkan pada percobaan terdahulu rasio Zr/Si dibawah 20. Apabila dibandingkan dengan basil percobaan pada temperatur roasting 800 C, terlihat bahwa rasio Zr/Si pada percobaan ini lebih rendah. Tetapi dengan penggunaan temperatur pada proses 800 C tersebut, akan memerlukan krusibel khusus, karena pemakaian krusibel besi akan memberikan kontaminasi unsur Fe dad mengotori produk. Jadi faktor temperatur pada proses roasting sangat menentukan proses selanjutnya. KESIMPULAN Telah dipelajari proses pemurnian zirkon untuk bahan dasar refraktori berbasis zirkonia. Dari serangkaian percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan : 1. Secara keseluruhan, dati data basil percobaan menunjukkan bahwa kondisi saat roasting (untuk proses dekomposisi zirkon ) sampai batas tertentu sangat berpengaruh dad merupakan faktor penentu terhadap kemurnian produk. 2. Dari basil penelitian ini telah diperoleh produk zirkonia dengan kandungan (Zr, Hi) Oz sebesar 95,67% dengan struktur baddeleyite.komposisi pengotor yang masih tersisa adalah SiOz sebesar 1,34 % Na20 sebesar 1,17 %, Fe203 sebesar 0,72 % dan TiO2 sebesar 0,16 %. 3. Karakteristik produk zirkonia yang dihasilkan diperkirakan cocok sebagai bahan untuk refraktori (keramik) untuk aplikasi teknik yang lebih baik, dibanding dengan pemakaian mineral zirkon secara langsung. DAFTARPUSTAKA 1. SOMIY A, S. et ai, Ceramic, in meyers, R.A,(ed), Encyclopedia of Physical Science and Technology, Second Editions, vol. 3, AP- Harcourt Brace Javanovic, Publ.San Diego KIRK OTHMER, Encyclopedia of Chemical Technology, Zirconium and Zirconium Compounds, Fourth ed., John Wiley and Sons, New York, Vol. 24, pp M BENEDICT, T.H PIGFORD AND A. W. LEVI, Nuclear and Chemical Engineering, Zirconium and Hafnium, Mc Graw Hill, Inc., W.B BLUMENTAL, The Chemical Behavior of Zirconium, D. Van Nostrad Company, Inc., United States, DJUSMAN SAJUTI, EKO SULIS TIYONO dan YUSUF, Pembuatan Serbuk Zirkonia dari mineral Zirkon Dengan Metode Pelelehan Alkali dan Perlakuan Basah., Seminar Nasional, Fisika Nasional dan Lingkungan 1995/1996. DISKUSI Hastono : Mengapa dalam percobaan tentang Roasting dad Rasio hanya dilakukan pada maksimum 5 jam. Bukankah untuk bahan refratori perin bahan yang lebih lama digunakan. 45

6 Eko Sulistiyono : Percobaan Roasting disini dimaksudkan untuk merubah sifat mineral Zirkon menjadi suatu senyawa barn sehingga akan. lebih mudah dilarntkan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa waktu roasting dari satu jam ke dua jam menunjukkan peningkatan rasio Zr/Si, sedangkan dengan kenaikan waktu lebih dari dua jam tidak memberikan peningkatan rasio yang berarti. Rasio Zr/Si sekitar 45 dianggap cukup memadai. Hasil percobaan pelarutan air terhadap produk roasting ini memperlihatkan selektivitas yang baik, SiO2 telah dapat dipisahkan dan diperoleh Zirkonia diatas 95 %, sedangkan pertanyaan selanjutnya tidak ada hubungan dengan proses roasting Pardamean Sebayang : 1. Apakah fungsi proses roasting? Apakah partikel size tidak berpengaruh? 2. Hasil zro2 yang telah diperoleh bila dibandingkan dengan serbuk zro2 yang ada dipasaran, bagaimana. Apakah saudara mempunyai standar komposisi zro2 untuk bahan baku keamik. 3. Struktur ZrO2 yang dihasilkan apakah monocliric alan tetragonal alan cubic 4. Struktur apa yang diharapkan untuk bahan baku keramik. Eko Sulistiyono : 1. Melepas ikatan SiO2 dalam ZrO2SiO2, merubah sifat senyawa zirkon(zro2sio2 sehingga lebih mudah untuk dilarutkan. Partikel size sangat berpengaruh (dalam percobaan ini masih menggunakan ukuran partikel 325 mesh) 2. Produk ZrO2 yang dihasilkan adalah Berddeleyite diatas 95%. Untuk bahan keramik maju (advance ceramic) komposisi ZrO2 adalah diatas 99,5%, bahan refraktori yang dihasilkan diatas 95% memadai. 3. Struktur kristal belum dianalisa. 4. Struktur yang diharapkan jangka pendek tetragonal, jangka panjang (sasaran akhir) adalah cubic. Eric Jonheri : Berapa % Hf dalam (Zr,Hf)O2. Karena antara Zr dad Hf mempunyai kmiripan sifat, sementara Hf mempunyai pengaruh negatif (sifat negatit) Eko Sulistiyono : Hf dalam (Zr,Hf)O2 kira-kira 1,4% Untuk kepentingan refraktori (keramik) Hf tidak berpengaruh negatif 46

7 80 50 c:;s -N iii co a: 30 ~/ r i 20.I I 'I I I I Waktu Roasting ( Jam) Gambar 2. Hubungan Antara Raalo ZrlSI terhadap Perubahan Waktu Roa.tlng 30 tu ~ "';:=r I 20 0 'C;; cd a: 10 0 Gambar 3. Hubungan Antara Raslo Zr/Na Terhadap Perubahan Waktu Roasting 47

8 .- (/) -- N C/) as a: Penambahan NaOH (gram) per 10 gram sampel Gambar 4. Hubungan Antara Rasio ZrlSi Terhadap Penambahan NaOH 48

9 49

PENINGKATAN KUALITAS ZIRKONIA HASIL OLAH PASIR ZIRKON

PENINGKATAN KUALITAS ZIRKONIA HASIL OLAH PASIR ZIRKON ISSN 1410-6957 PENINGKATAN KUALITAS ZIRKONIA HASIL OLAH PASIR ZIRKON Dwiretnani Sudjoko, Triyono Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan BATAN Yogyakarta55281 ABSTRAK PENINGKATAN KUALITAS ZIRKONIA

Lebih terperinci

Pemurnian Serbuk Zirkonia dari Zirkon

Pemurnian Serbuk Zirkonia dari Zirkon TELAAH Jurnal Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Volume 30 (1) 2012: 1-6 ISSN : 0125-9121 Pemurnian Serbuk Zirkonia dari Zirkon SLAMET PRIYONO DAN ERFIN Y FEBRIANTO Pusat penelitian Fisika LIPI, Komp Puspiptek

Lebih terperinci

PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 )

PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 ) PEMBUATAN NATRIUM SULFAT ANHIDRAT (NA 2 SO 4 ) Senadi Budiman ABSTRAK Natrium sulfat anhidrat (Na 2 SO 4 ) merupakan senyawa anorganik yang banyak dibutuhkan dalam berbagai industri, diantaranya digunakan

Lebih terperinci

Pengembangan Material Biokompatibel Berbahan Zirkonia dari Bahan Baku Mineral Lokal

Pengembangan Material Biokompatibel Berbahan Zirkonia dari Bahan Baku Mineral Lokal kode kegiatan I.97 Pengembangan Material Biokompatibel Berbahan Zirkonia dari Bahan Baku Mineral Lokal [ Yuswono ] [ Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia] 2012 LATAR BELAKANG [ pointers ] Kondisi yang menjadi

Lebih terperinci

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Penelitian yang sudah ada Pirometalurgi Hidrometalurgi Pelindian Sulfat Pelindian Pelindian Klorida Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini didahului dengan perlakuan awal bahan baku untuk mengurangi pengotor yang terkandung dalam abu batubara. Penentuan pengaruh parameter proses dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang

I. PENDAHULUAN. Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang semakin pesat, dibutuhkan suatu material yang memiliki kualitas baik seperti kekerasan yang tinggi, porositas yang

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Alat Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT

KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT KARAKTERISASI PELINDIAN PRODUK PEMANGGANGAN ALKALI (FRIT) DALAM MEDIA AIR DAN ASAM SULFAT Vanessa I. Z. Nadeak 1, Suratman 2, Soesaptri Oediyani 3 [1]Mahasiswa Jurusan Teknik Metalurgi Universitas Sultan

Lebih terperinci

PROSES PELARUTAN ASAM SULFAT DAN ASAM KLORIDA TERHADAP HASIL REDUKSI TERAK TIMAH

PROSES PELARUTAN ASAM SULFAT DAN ASAM KLORIDA TERHADAP HASIL REDUKSI TERAK TIMAH PROSES PELARUTAN ASAM SULFAT DAN ASAM KLORIDA TERHADAP HASIL REDUKSI TERAK TIMAH Eko Sulistiyono*, F.Firdiyono dan Ariyo Suharyanto Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI Gedung 470, Kawasan Puspiptek

Lebih terperinci

PROSEDUR DAN PERCOBAAN

PROSEDUR DAN PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN PERCOBAAN 3.1 Prosedur Percobaan Prosedur percobaan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Gambar 3.1 Flow chart prosedur percobaan 24 25 3.1.1 Persiapan Red

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

BAB V KERAMIK (CERAMIC)

BAB V KERAMIK (CERAMIC) BAB V KERAMIK (CERAMIC) Keramik adalah material non organik dan non logam. Mereka adalah campuran antara elemen logam dan non logam yang tersusun oleh ikatan ikatan ion. Istilah keramik berasal dari bahasa

Lebih terperinci

PEMBUATAN ZIRKONIL NITRAT DARI ZIRKON OKSIKLORID UNTUK UMPAN EKSTRAKSI ZR-HF DENGAN MIXER-SETTLER (MS)

PEMBUATAN ZIRKONIL NITRAT DARI ZIRKON OKSIKLORID UNTUK UMPAN EKSTRAKSI ZR-HF DENGAN MIXER-SETTLER (MS) PEMBUATAN ZIRKONIL NITRAT DARI ZIRKON OKSIKLORID UNTUK UMPAN EKSTRAKSI ZR-HF DENGAN MIXER-SETTLER (MS) Tri Handini, Suprihati, Sri Sukmajaya BATAN Yogyakarta handini@batan.go.id ABSTRAK PEMBUATAN ZIRKONIL

Lebih terperinci

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N.

Catatan : Jika ph H 2 O 2 yang digunakan < 4,5, maka ph tersebut harus dinaikkan menjadi 4,5 dengan penambahan NaOH 0,5 N. Lampiran 1 Prosedur uji asam basa dan Net Acid Generation (Badan Standardisasi Nasional, 2001) A. Prinsip kerja : Analisis perhitungan asam-basa meliputi penentuan potensi kemasaman maksimum (MPA) yakni

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September

BAB III BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September BAB III BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium Riset kimia makanan dan material, untuk

Lebih terperinci

ISSN , A'NALISIS ZIRKONI{l

ISSN , A'NALISIS ZIRKONI{l ISSN 0852-4777, A'NALISIS ZIRKONI{l ANALISIS ZIRKONIUM SECARA SPEKTROPHOTOMETRI UV-VIS *, **Yusuf Nampira~ ***Supardi ABSTRAK Telah dilakukan analisis zirkonium menggunakan metode spektrophotometri UV-,VIS.

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Persiapan Bahan Baku 4.1.1 Silika Terpresipitasi Abu sawit yang berasal dari pabrik pengolahan sawit, terlebih dahulu dikonversi menjadi silika terpresipitasi dengan cara

Lebih terperinci

1 Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

1 Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga Ekstraksi Titanium Dioksida (TiO 2 ) Berbahan Baku Pasir Besi dengan Metode Hidrometalurgi Luthfiana Dysi Setiawati 1, Drs. Siswanto, M.Si 1, DR. Nurul Taufiqu Rochman, M.Eng 2 1 Departemen Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitiaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September tahun 2011 di Laboratorium riset kimia makanan dan material untuk preparasi

Lebih terperinci

Jason Mandela's Lab Report

Jason Mandela's Lab Report LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN-4 KINETIKA ADSORPSI Disusun Oleh: Nama : Jason Mandela NIM :2014/365675/PA/16132 Partner : - Dwi Ratih Purwaningsih - Krisfian Tata AP - E Devina S - Fajar Sidiq

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI

PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI PENINGKATAN KUALITAS MINYAK DAUN CENGKEH DENGAN METODE ADSORBSI Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Abstrak.Teknik penyulingan yang dilakukan pengrajin minyak atsiri belum benar, sehingga minyak

Lebih terperinci

TELAAH JEJAK REAKSI KOMPLEKS ISOMERISASI EUGENOL *)

TELAAH JEJAK REAKSI KOMPLEKS ISOMERISASI EUGENOL *) 1 TELAAH JEJAK REAKSI KOMPLEKS ISOMERISASI EUGENOL *) Oleh: Asep Kadarohman (Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Bandung) Hardjono Sastrohamidjojo (Kimia FMIPA UGM) M. Muchalal (Kimia FMIPA UGM) Abstrak Cis-isoeugenol,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas BABHI METODA PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Minyak goreng bekas yang diperoleh dari salah satu rumah makan di Pekanbaru,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2015 di Laboratorium Kimia Anorganik/Fisik FMIPA Universitas Lampung. Penyiapan alga Tetraselmis sp

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses:

II. DESKRIPSI PROSES. Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis Proses Pembuatan kalsium klorida dihidrat dapat dilakukan dengan beberapa macam proses: 1. Proses Recovery reaksi samping pembuatan soda ash ( proses solvay ) Proses solvay

Lebih terperinci

PROSES PEMUTIHAN ZEOLIT SEBAGAI BAHAN PENGISI KERTAS

PROSES PEMUTIHAN ZEOLIT SEBAGAI BAHAN PENGISI KERTAS PROSES PEMUTIHAN ZEOLIT SEBAGAI BAHAN PENGISI KERTAS Mukharomah Nur Aini * dan Lies Indriati *Staf Peneliti Balai Besar Pulp dan Kertas BLEACHING PROCESS OF ZEOLITE AS PAPER FILLER ABSTRACT Utilization

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam tahapan sintesis ligan meliputi laboratory set dengan labu leher tiga, thermolyne sebagai pemanas, dan neraca analitis untuk penimbangan

Lebih terperinci

3. Metodologi Penelitian

3. Metodologi Penelitian 3. Metodologi Penelitian 3.1 Alat dan bahan 3.1.1 Alat Peralatan gelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, gelas ukur, labu Erlenmeyer, cawan petri, corong dan labu Buchner, corong

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, TEMPERATUR DAN WAKTU PEMASAKAN PADA PEMBUATAN PULP BERBAHAN BAKU SABUT KELAPA MUDA (DEGAN) DENGAN PROSES SODA H.Abdullah Saleh,, Meilina M. D. Pakpahan, Nowra Angelina Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN POTASSIUM HIDROKSIDA DAN WAKTU HIDROLISIS TERHADAP PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI TANDAN PISANG KEPOK KUNING Aris Kurniawan dan Haryanto Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PROSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI YELLOW CAKE MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN ASAM NITRAT

PROSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI YELLOW CAKE MENGGUNAKAN AIR HANGAT DAN ASAM NITRAT ISSN 1979-2409 Proses Re-Ekstraksi Uranium Hasil Ekstraksi Yellow Cake Menggunakan Air Hangat dan Asam Nitrat (Torowati, Pranjono, Rahmiati dan MM. Lilis Windaryati) PRSES RE-EKSTRAKSI URANIUM HASIL EKSTRAKSI

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Metodologi Seperti yang telah diungkapkan pada Bab I, bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat katalis asam heterogen dari lempung jenis montmorillonite

Lebih terperinci

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC)

RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC) RECOVERY ALUMINA (Al 2 O 3 ) DARI COAL FLY ASH (CFA) MENJADI POLYALUMINUM CHLORIDE (PAC) Ninik Lintang Edi Wahyuni Teknik Kimia Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir Ds Ciwaruga, Bandung 40012

Lebih terperinci

KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELlTlAN TAHUN 2005 ISBN

KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELlTlAN TAHUN 2005 ISBN KUMPULAN LAPORAN HASIL PENELlTlAN TAHUN 2005 ISBN.978-979-99141-2-5 UJI COBA PENGOLAHAN BIJIH U RIRANG DENGAN KAPASITAS 0,75 KG: PELARUTAN TOTAL (P2BGGN/PGN- TPBGN/K/O 12/2005 Oleh : Sumarni, Hafni Lissa

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG UNTUK PEMBUATAN ASAM PHOSPAT *)

PEMANFAATAN BONGGOL PISANG UNTUK PEMBUATAN ASAM PHOSPAT *) PEMANFAATAN BONGGOL PISANG UNTUK PEMBUATAN ASAM PHOSPAT *) Kindriari Nurma Wahyusi Jurusan Teknik Kimia FTIUPN Veteran Jawa Timur Abstrak Pisang merupakan tanaman budidaya dengan prospek yang baik karena

Lebih terperinci

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein

5007 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein 57 Reaksi ftalat anhidrida dengan resorsinol menjadi fluorescein CH H H + 2 + 2 H 2 H C 8 H 4 3 C 6 H 6 2 C 2 H 12 5 (148.1) (11.1) (332.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus

Lebih terperinci

Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph)

Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph) Ekstraksi Silika Dari Fly Ash Batubara (Studi Pengaruh Variasi Waktu Ekstraksi, Jenis Asam Dan ph) M. H. A. Fatony *, T. Haryati, M. Mintadi Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

PELARUTAN TERAK TIMAH BANGKA MENGGUNAKAN

PELARUTAN TERAK TIMAH BANGKA MENGGUNAKAN PELARUTAN TERAK TIMAH BANGKA MENGGUNAKAN LARUTAN NaOH Ariyo Suharyanto*, Eko Sulistiyono dan F.Firdiyono Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI Gedung 470, Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zirkonium dioksida (ZrO 2 ) atau yang disebut dengan zirkonia adalah bahan keramik maju yang penting karena memiliki kekuatannya yang tinggi dan titik lebur

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Analisis dilaksanakan di Laboratorium PT PLN (Persero) Sektor Pembangkitan dan Pengendalian Pembangkitan Ombilin yang dilakukan mulai

Lebih terperinci

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan AIR Sumber Air 1. Air laut 2. Air tawar a. Air hujan b. Air permukaan Impurities (Pengotor) air permukaan akan sangat tergantung kepada lingkungannya, seperti - Peptisida - Herbisida - Limbah industry

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. BAB III METODE PENELITIAN A. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah senyawa zeolit dari abu sekam padi. 2. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah karakter zeolit

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI) OLEH : NAMA : HANIFA NUR HIKMAH STAMBUK : A1C4 09001 KELOMPOK ASISTEN : II (DUA) : WD. ZULFIDA NASHRIATI LABORATORIUM

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan waktu aging optimal pada sintesis zeolit dari abu sekam padi pada temperatur kamar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang kecenderungan pemakaian bahan bakar sangat tinggi sedangkan sumber bahan bakar minyak bumi yang di pakai saat ini semakin menipis. Oleh karena itu,

Lebih terperinci

MODIFIKASI PREPARASI MATERIAL KONDUKTOR IONIK BERBASIS ION MAGNEIUM MELALUI METODE SOL GEL SEBAGAI KOMPONEN SENSOR GAS SO 2

MODIFIKASI PREPARASI MATERIAL KONDUKTOR IONIK BERBASIS ION MAGNEIUM MELALUI METODE SOL GEL SEBAGAI KOMPONEN SENSOR GAS SO 2 MODIFIKASI PREPARASI MATERIAL KONDUKTOR IONIK BERBASIS ION MAGNEIUM MELALUI METODE SOL GEL SEBAGAI KOMPONEN SENSOR GAS SO 2 Oleh : Soja Siti Fatimah,M.Si 1) Ali Kusrijadi,M.Si 1) Dr. Bambang Soegiono 2)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR

PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR PENINGKATAN KADAR NIKEL BIJIH LIMONIT MELALUI PROSES REDUKSI SELEKTIF DENGAN VARIASI WAKTU DAN PERSEN REDUKTOR Muhammad Ikhwanul Hakim 1,a, Andinnie Juniarsih 1, Iwan Setiawan 2 1 Jurusan Teknik Metalurgi,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT 1. Waktu Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 sampai 28 November 2013 2. Tempat Laboratorium Patologi, Entomologi, & Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

EKSTRAKSI ALUMINA DARI RESIDU BAUKSIT UNTUK BAHAN BAKU ZEOLIT SINTETIS DENGAN PRODUK SAMPING KONSENTRAT BESI

EKSTRAKSI ALUMINA DARI RESIDU BAUKSIT UNTUK BAHAN BAKU ZEOLIT SINTETIS DENGAN PRODUK SAMPING KONSENTRAT BESI EKSTRAKSI ALUMINA DARI RESIDU BAUKSIT UNTUK BAHAN BAKU ZEOLIT SINTETIS DENGAN PRODUK SAMPING KONSENTRAT BESI Muchtar Aziz Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara Jl. Jend.Sudirman No. 623, Bandung Email:

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel

III. METODOLOGI. 1. Analisis Kualitatif Natrium Benzoat (AOAC B 1999) Persiapan Sampel III. METODOLOGI A. BAHAN DAN ALAT Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah saus sambal dan minuman dalam kemasan untuk analisis kualitatif, sedangkan untuk analisis kuantitatif digunakan

Lebih terperinci

PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI SEKAM PADI

PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI SEKAM PADI PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI SEKAM PADI Endang Mastuti W. Jurusan Teknik Kimia-FakultasTeknik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract: Rice husk is one of the agricultural waste containing cellulose.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk bisa terus bertahan hidup tentu saja sangat tergantung pada ada atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu materi penting yang ada di bumi dan terdapat dalam fasa cair, uap air maupun es. Kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya untuk bisa terus

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang 32 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2014, yang dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH TEMPERATUR DAN PENAMBAHAN Na2CO3 TERHADAP PROSES PELEPASAN lkatan KIMIA SiOrAI203 DALAM PASIR KUARSA. Eko Sulistiyono dad Djusman Sajuti

PENGARUH TEMPERATUR DAN PENAMBAHAN Na2CO3 TERHADAP PROSES PELEPASAN lkatan KIMIA SiOrAI203 DALAM PASIR KUARSA. Eko Sulistiyono dad Djusman Sajuti Prosiding Pertemuan Ilmiah Sains Materi /II Serpong, 0-1 Oktober 1998 ISSN 110-897 PENGARUH TEMPERATUR DAN PENAMBAHAN NaCO TERHADAP PROSES PELEPASAN lkatan KIMIA SiOrAI0 DALAM PASIR KUARSA -S - Eko Sulistiyono

Lebih terperinci

LAMPIRAN. I. SKEMA KERJA 1. Pencucian Abu Layang Batubara

LAMPIRAN. I. SKEMA KERJA 1. Pencucian Abu Layang Batubara LAMPIRAN I. SKEMA KERJA 1. Pencucian Abu Layang Batubara 87 2. Proses Leaching dari Abu Layang Batubara 10,0028 gr abu Layang yang telah dicuci - dimasukkan ke dalam gelas beker - ditambahkan 250 ml larutan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth elements (REE), atau rare

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth elements (REE), atau rare 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth elements (REE), atau rare earth (RE) adalah kelompok 17 elemen logam, yang mempunyai sifat kimia yang mirip, yang terdiri

Lebih terperinci

DIGESTI MONASIT BANGKA DENGAN ASAM SULFAT

DIGESTI MONASIT BANGKA DENGAN ASAM SULFAT DIGESTI MONASIT BANGKA DENGAN ASAM SULFAT Riesna Prassanti Pusat Pengembangan Geologi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Nasional Jalan Lebak Bulus Raya No. 9 Jakarta Selatan, Indonesia Email : riesna@batan.go.id

Lebih terperinci

UJI COBA PENGOLAHAN BIJIH URANIUM RlRANG DENGAN KAPASITAS 0,75 KG: PEMURNIAN FOSFAT (P2BGGN/PGN- TPBGN/KJO 16/2005)

UJI COBA PENGOLAHAN BIJIH URANIUM RlRANG DENGAN KAPASITAS 0,75 KG: PEMURNIAN FOSFAT (P2BGGN/PGN- TPBGN/KJO 16/2005) KUMPULAN LAPORAN HASlL PENEL/T/AN TAHUN 2005 ISBN.978-979-99141-2-5 UJI COBA PENGOLAHAN BIJIH URANIUM RlRANG DENGAN KAPASITAS 0,75 KG: PEMURNIAN FOSFAT (P2BGGN/PGN- TPBGN/KJO 16/2005) Oleh : Mukhlis; Hafni

Lebih terperinci

UJI PERBANDINGAN KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT (PCC) DARI LIMESTONE KLATEN DAN RUMPIN HASIL PROSES HIDROMETALURGI

UJI PERBANDINGAN KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT (PCC) DARI LIMESTONE KLATEN DAN RUMPIN HASIL PROSES HIDROMETALURGI 271 UJI PERBANDINGAN KALSIUM KARBONAT PRESIPITAT (PCC) DARI LIMESTONE KLATEN DAN RUMPIN HASIL PROSES HIDROMETALURGI Murni Handayani, Eko Sulistiyono Pusat Penelitian Metalurgi LIPI Gedung 470 Kawasan Puspiptek

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA

PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA Laporan Akhir Tesis LOGO PENGEMBANGAN METODE SINTESIS UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS ZEOLIT ALAMI DI INDONESIA Disusun Oleh: M. Furoiddun Nais 2309201016 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Gede Wibawa, M.Eng

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN PEMANASAN DAN W AKTU DALAM PELEBURAN PASIR ZIRKON

PENGARUH KECEPATAN PEMANASAN DAN W AKTU DALAM PELEBURAN PASIR ZIRKON Pusat Teknologi Akslerator don Proses Bahan PENGARUH KECEPATAN PEMANASAN DAN W AKTU DALAM PELEBURAN PASIR ZIRKON Sajima, Tunjung Indrati, MuIyono PTAPB - BATAN, Yogyakarta Abstrak: PENGARUH KECEPA TAN

Lebih terperinci

ID0200110 PENGOLAHAN BIJIH URANIUM ASAL RIRANG PEMISAHAN LTJ DARI HASIL DIGESTI BASA

ID0200110 PENGOLAHAN BIJIH URANIUM ASAL RIRANG PEMISAHAN LTJ DARI HASIL DIGESTI BASA Prosiding Presentasi llmiah Bahan BakarNuklir V P2TBD dan P2BGN - BA TAN Jakarta, 22 Pebruari 2000 ISSN 1410-1998 ID0200110 PENGOLAHAN BIJIH RANIM ASAL RIRANG PEMISAHAN DARI HASIL DIGESTI BASA Erni R.A,

Lebih terperinci

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI PRINSIP : Analat direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk senyawa yang mengendap; endapan murni ditimbang dan dari berat endapan didapat

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

PROSES PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK

PROSES PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK PROSES PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK Ngatijo, Rahmiati, Asminar, Pranjono Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir BATAN ABSTRAK PEMURNIAN YELLOW CAKE DARI LIMBAH PABRIK PUPUK. Telah dilakukan

Lebih terperinci

OPTIMASI KONDISI OPERASI PELEBURAN KONSENTRAT ZIRKON MENGGUNAKAN ROTARY KILN

OPTIMASI KONDISI OPERASI PELEBURAN KONSENTRAT ZIRKON MENGGUNAKAN ROTARY KILN 8 ISSN 026-328 Sunardjo, dkk. OPTIMASI KONDISI OPERASI PELEBURAN KONSENTRAT ZIRKON MENGGUNAKAN ROTARY KILN Sunardjo, Sajima Jl. Babarsari Kotak Pos 60 YKBB Yogyakarta Email :ptapb@batan.go.id ABSTRAK :

Lebih terperinci

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS

PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS PELINDIAN PASIR BESI MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS Rizky Prananda(1410100005) Dosen Pembimbing Dosen Penguji : Suprapto, M.Si, Ph.D : Ita Ulfin S.Si, M.Si Djoko Hartanto, S.Si, M.Si Drs. Eko Santoso,

Lebih terperinci

PELINDIAN NIKEL DAN BESI PADA MINERAL LATERIT DARI KEPULAUAN BULIHALMAHERA TIMUR DENGAN LARUTAN ASAM KLORIDA

PELINDIAN NIKEL DAN BESI PADA MINERAL LATERIT DARI KEPULAUAN BULIHALMAHERA TIMUR DENGAN LARUTAN ASAM KLORIDA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat

I. PENDAHULUAN. aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembuatan mesin pada awalnya bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam aktifitas yang diluar kemampuan manusia. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Persiapan alat dan bahan. Meshing AAS. Kalsinasi + AAS. Pembuatan spesimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian berikut: Pada penelitian ini langkah-langkah pengujian mengacu pada diagram alir Mulai Persiapan alat dan bahan Meshing 100 + AAS Kalsinasi + AAS

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES A. Pemilihan Proses Usaha produksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem proses dan sistem pemroses yang dirangkai dalam suatu sistem proses produksi yang disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asam Palmitat Asam palmitat adalah asam lemak jenuh rantai panjang yang terdapat dalam bentuk trigliserida pada minyak nabati maupun minyak hewani disamping juga asam lemak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Silikon dioksida (SiO 2 ) merupakan komponen utama di dalam pasir kuarsa yang terdiri dari unsur silikon dan oksigen, biasanya di temukan di alam pada pasir kuarsa,

Lebih terperinci

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada bidang

Lebih terperinci

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar LOGO Stoikiometri Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar Konsep Mol Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. 1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C 12,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Maret sampai Juni 2012 di Laboratorium Riset Kimia dan Material Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini salah satu jenis material aplikasi yang terus dikembangkan adalah komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan atau lebih

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Agustus 2015. Ekstraksi hemin dan konversinya menjadi protoporfirin dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

PEMANFAATAN AIR LAUT PADA PEMBUATAN Mg(OH) 2 DENGAN PENAMBAHAN Ca(OH) 2 DARI DOLOMIT

PEMANFAATAN AIR LAUT PADA PEMBUATAN Mg(OH) 2 DENGAN PENAMBAHAN Ca(OH) 2 DARI DOLOMIT Pemanfaatan Air Laut Pada Pembuatan Mg (OH) (Suprihatin) 19 PEMANFAATAN AIR LAUT PADA PEMBUATAN Mg(OH) DENGAN PENAMBAHAN Ca(OH) DARI DOLOMIT Suprihatin Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Prarancangan Pabrik Magnesium Oksid dari Bittern dan Batu Kapur dengan Kapasitas 40.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Prarancangan Pabrik Magnesium Oksid dari Bittern dan Batu Kapur dengan Kapasitas 40. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang memiliki garis pantai terpanjang, memiliki banyak industri pembuatan garam dari penguapan air laut. Setiap tahun Indonesia memproduksi

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU

PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU PENGARUH KONSENTRASI NaOH PADA PROSES PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Drs. Syamsu herman,mt Nip : 19601003 198803 1 003 DIBIAYAI OLEH DANA DIPA Universitas Riau Nomor: 0680/023-04.2.16/04/2004,

Lebih terperinci

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)?

besarnya polaritas zeolit alam agar dapat (CO) dan hidrokarbon (HC)? OPTIMALISASI SUHU AKTIVASI DAN POLARITAS ZEOLIT ALAM UNTUK MENGURANGI EMISI GAS BUANG SEPEDA MOTOR Drs. Noto Widodo, M.Pd. Bambang Sulistyo, S.Pd., M.Eng Amir Fatah, MPd M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA (Kode : C-15) MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN

KIMIA FISIKA (Kode : C-15) MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN MAKALAH PENDAMPING KIMIA FISIKA (Kode : C-5) ISBN : 978-979-533-85- MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN Imelda H. Silalahi, * Aladin Sianipar, Endah Sayekti Jurusan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason

Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Standar Nasional Indonesia ICS 85.040 Pulp dan kayu - Cara uji kadar lignin - Metode Klason Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci