BIDANG PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BAB I PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BIDANG PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BAB I PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 SALINAN LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 8 TAHUN 2018 TENTANG PETUNJUK OPERASIONAL DANA ALOKASI KHUSUS FISIK BIDANG PENDIDIKAN TAHUN 2018 BIDANG PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BAB I PENDAHULUAN A. DAK Fisik Penugasan DAK Fisik Penugasan Bidang Pendidikan SMK ditujukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran SMK melalui pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan, untuk mampu menghasilkan lulusan SMK yang berkualitas dan berkeahlian dalam mendukung pembangunan prioritas nasional terutama pariwisata, ketahanan pangan, ketahanan energi, kemaritiman dan Industri, dan pembangunan daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Kegiatan DAK Fisik Bidang Pendidikan SMK meliputi: a. Pembangunan dan pengembangan sarana prasarana SMK sektor unggulan berupa; 1) Ruang Praktik Siswa (RPS) beserta perabotnya; 2) Peralatan Praktik Utama/Praktik Produksi; dan 3) Ruang Laboratorium beserta perabotnya. b. Pembangunan dan pengembangan sarana prasarana SMK di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) berupa: 1) Ruang Praktik Siswa (RPS) beserta perabotnya; 2) Ruang Kelas Baru (RKB) beserta perabotnya; 3) Ruang Laboratorium beserta perabotnya; 4) Rumah Dinas Guru beserta perabotnya; dan 5) Peralatan Praktik Utama/Praktik Produksi.

2 - 2 - B. Sektor Unggulan Pembangunan dan pengembangan sarana prasarana SMK sektor unggulan ditujukan untuk SMK yang membuka/menyelenggarakan kompetensi keahlian yang mendukung pembangunan prioritas nasional dengan urutan sebagai berikut: 1) Kemaritiman, diantaranya: BIDANG KEAHLIAN Kemaritiman PROGRAM KOMPETENSI KEAHLIAN KEAHLIAN 1. Pelayaran Kapal 1.1 Nautika Kapal Penangkap Ikan Penangkap Ikan 1.2 Teknika Kapal Penangkap Ikan 2. Pelayaran Kapal 2.1 Nautika Kapal Niaga Niaga 2.2 Teknika Kapal Niaga 3. Perikanan 3.1 Agribisnis Perikanan Air Tawar 3.2 Agribisnis Perikanan Air Payau dan Laut 3.3 Agribisnis Ikan Hias 3.4 Agribisnis Rumput Laut 3.5 Industri Perikanan Laut 4. Pengolahan 4.1 Agribisnis Hasil Perikanan Pengolahan Hasil Perikanan

3 - 3-2) Ketahanan Pangan (Agribisnis dan Agroteknologi), diantaranya: BIDANG KEAHLIAN PROGRAM KEAHLIAN KOMPETENSI KEAHLIAN Agribisnis dan Agroteknologi 1. Agribisnis 1.1 Agribisnis Tanaman Tanaman Pangan dan Hortikultura 1.2 Agribisnis Tanaman Perkebunan 1.3 Pemuliaan dan Perbenihan Tanaman 1.4 Lanskap dan Pertamanan 1.5 Produksi dan Pengelolaan Perkebunan 1.6 Agribisnis Organik Ekologi 2. Agribisnis Ternak 2.1 Agribisnis Ternak Ruminansia 2.2 Agribisnis Ternak Unggas 2.3 Industri Peternakan 3. Kesehatan 3.1 Keperawatan Hewan Hewan 3.2 Kesehatan dan Reproduksi Hewan 4. Agribisnis 4.1 Agribisnis Pengolahan Pengolahan Hasil Hasil Pertanian Pertanian 4.2 Pengawasan Mutu Hasil Pertanian 4.3 Agroindustri 5. Teknik Pertanian 5.1 Alat Mesin Pertanian 5.2 Otomatisasi Pertanian 6. Kehutanan 6.1 Teknik Inventarisasi dan Pemetaan Hutan 6.2 Teknik Konservasi Sumber Daya Alam

4 - 4 - BIDANG KEAHLIAN PROGRAM KEAHLIAN KOMPETENSI KEAHLIAN 6.3 Teknik Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan 6.4 Teknologi Produksi Hasil Hutan 3) Ketahanan Energi, diantaranya: BIDANG KEAHLIAN Energi dan Pertambangan PROGRAM KEAHLIAN 1. Teknik Perminyakan 2. Geologi Pertambangan 3. Teknik Energi Terbarukan KOMPETENSI KEAHLIAN 1.1 Teknik Produksi Minyak dan Gas 1.2 Teknik Pemboran Minyak dan Gas 1.3 Teknik Pengolahan Minyak, Gas dan Petrokimia 2.1 Geologi Pertambangan 3.1 Teknik Energi Surya, Hidro dan Angin 3.2 Teknik Energi Biomassa 4) Pariwisata diantaranya: BIDANG KEAHLIAN PROGRAM KEAHLIAN KOMPETENSI KEAHLIAN Pariwisata 1. Perhotelan dan 1.1 Usaha Perjalanan Jasa Pariwisata Wisata 1.2 Perhotelan 1.3 Wisata Bahari dan Ekowisata 2. Kuliner 2.1 Tata Boga 3. Tata Kecantikan 3.1 Tata Kecantikan Kulit dan Rambut

5 - 5 - BIDANG KEAHLIAN PROGRAM KEAHLIAN KOMPETENSI KEAHLIAN 3.2 Spa dan Beauty Therapy 4. Tata Busana 4.1 Tata Busana 4.2 Desain Fesyen 5) Industri difokuskan pada industri kreatif. Adapun industri kreatif yang dimaksud adalah proses peningkatan nilai tambah hasil kekayaan intelektual berupa kreatifitas, keahlian dan bakat individu menjadi suatu produk yang dapat dijual sehingga meningkatkan kesejahteraan bagi pelaksana dan orang-orang yang terlibat. Kompetensi keahlian terkait industri kreatif diantaranya: Sub-Sektor Arsitektur Bidang Keahlian Program Keahlian Kompetensi Keahlian Teknologi dan Rekayasa 1. Teknologi Konstruksi dan Properti 1.1. Desain Pemodelan dan Informasi Bangunan Sub-Sektor Desain Interior Bidang Keahlian Program Keahlian Kompetensi Keahlian Seni dan Industri Kreatif 1. Seni Rupa 1.1. Desain Interior dan Teknik Furnitur Teknologi dan 2. Teknik Grafika 2.1. Desain Grafika Rekayasa Sub-Sektor Film Bidang Keahlian Program Keahlian Kompetensi Keahlian Seni dan Industri Kreatif 1. Seni Broadcasting dan Film 1.1. Produksi Film dan Program Televisi Sub-Sektor Animasi Bidang Keahlian Program Keahlian Kompetensi Keahlian Seni dan Industri Kreatif 1. Seni Rupa 1.1. Animasi

6 - 6 - Sub-Sektor Video, Fotografi dan Periklanan Bidang Keahlian Program Keahlian Kompetensi Keahlian Seni dan Industri Kreatif 1. Seni Rupa 1.1. Desain Komunikasi Visual Teknik Informasi dan Komunikasi 2. Teknik Komputer dan Informatika 2.1. Multimedia Sub-Sektor Kerajinan Bidang Keahlian Program Keahlian Kompetensi Keahlian Seni dan Industri Kreatif 1. Desain dan Produk Kreatif Kriya 1.1. Kriya Kreatif Batik dan Tekstil 1.2. Kriya Kreatif Kulit dan Imitasi Seni dan Industri Kreatif 1. Desain dan Produk Kreatif Kriya 1.3. Kriya Kreatif Keramik 1.4. Kriya Kreatif Logam dan Perhiasan 1.5. Kriya Kreatif Kayu dan Rotan Sub-Sektor Musik Bidang Keahlian Program Keahlian Kompetensi Keahlian Seni dan Industri Kreatif 1. Seni Musik 1.1. Seni Musik Klasik 1.2. Seni Musik Populer Sub-Sektor Penerbitan Bidang Keahlian Program Keahlian Kompetensi Keahlian Teknologi dan Rekayasa 1. Teknik Grafika 1.1. Produksi Grafika Sub-Sektor Aplikasi dan Game Developer Bidang Keahlian Program Keahlian Kompetensi Keahlian Teknik Informasi dan Komunikasi 1. Teknik Komputer dan Informatika 1.1. Rekayasa Perangkat Lunak 1.2. Teknik Komputer dan Jaringan (untuk mendukung industri kreatif Sub Sektor Aplikasi dan Game Developer)

7 - 7 - Sub-Sektor Seni rupa Bidang Keahlian Program Keahlian Kompetensi Keahlian Seni dan Industri Kreatif 1. Seni Rupa 1.1. Seni Lukis 1.2. Seni Patung Sub-Sektor Seni pertunjukan Bidang Keahlian Program Keahlian Kompetensi Keahlian Seni dan Industri Kreatif 1. Seni Tari 1.1. Seni Tari 1.2. Penataan Tari 2. Seni Karawitan 2.1. Seni Karawitan 2.2. Penataan Karawitan 3. Seni Pedalangan 3.1. Seni Pedalangan 4. Seni Teater 4.1. Pemeranan 4.2. Tata Artistik Teater Sub-Sektor Televisi dan radio Bidang Keahlian Program Keahlian Kompetensi Keahlian Seni dan Industri Kreatif 1. Seni Broadcasting dan Film 1.1. Produksi dan Siaran Program Radio 1.2. Produksi dan Siaran Program Televisi C. Daerah 3T (Tertinggal, Terluar, dan Terdepan) Pembangunan dan pengembangan sarana prasarana SMK di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) ditujukan untuk SMK dengan kompetensi keahlian yang ada di masing-masing Kabupaten/Kota dengan memperhatikan kearifan lokal, dan untuk prasarana yang akan diadakan diwajibkan sesuai dengan peralatan yang tercantum di bab IV. mengenai jenis, rasio dan deskripsi sarana prasarana berdasarkan kompetensi keahlian. D. Lingkup Pembiayaan Lingkup pembiayaan DAK Fisik Penugasan adalah: 1. Alokasi biaya satuan pembangunan dan pengembangan prasarana pendidikan beserta perabot nya untuk masing-masing provinsi dihitung sesuai dengan harga satuan bangunan gedung negara yang direkomendasikan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR);

8 Khusus untuk pembangunan prasarana di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), wilayah kepulauan terpencil, dan daerah/lokasi sulit terjangkau maka dapat menggunakan harga satuan riil pelaksanaan hasil survei harga upah dan bahan di lokasi setempat yang diketahui oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) setempat; 3. Alokasi biaya pengadaan Peralatan Praktik Utama/Praktik Produksi disesuaikan dengan kebutuhan pada masing-masing kompetensi keahlian sesuai prioritas; 4. SMK penerima Dana Alokasi Khusus Fisik Penugasan tidak diperbolehkan lagi menerima bantuan sejenis (Ruang Praktik Siswa (RPS), Ruang Kelas Baru (RKB), Ruang Laboratorium, Rumah Dinas dan Peralatan Utama/Praktik Produksi) dari sumber dana lainnya (APBN dan/atau APBD) pada tahun berkenaan.

9 - 9 - BAB II PELAKSANAAN PENINGKATAN PRASARANA PENDIDIKAN A. Persyaratan Teknis Pembangunan prasarana memenuhi persyaratan teknis sebagai berikut : 1. Kaidah konstruksi/struktur bangunan; 2. Kaidah arsitektural; 3. Kelengkapan elektrikal; 4. Kaidah ketersediaan utilitas; 5. Pemilihan tenaga kerja dan penggunaan bahan/material; dan harus sesuai dengan fungsi ruang dan memenuhi aspek kenyamanan, keselamatan, dan kesehatan kerja. B. Jenis dan Luasan Bangunan 1. Ruang Kelas Baru (RKB) No Jenis Ukuran Luas Satuan 1 Ruang Kelas 9 x 8 72 m² 2 Selasar (9 x 2) x 1/2 9 m² 3 Total luas Bangunan 81 m² Gambar 2.1: Gambar Denah Bangunan 1 Unit Ruang Kelas

10 Gambar 2.2: Gambar Denah Bangunan 1 Unit Ruang Kelas Gambar 2.3: Gambar Denah Bangunan 3 Unit Ruang Kelas

11 Gambar 2.4: Gambar Denah Bangunan 4 Unit Ruang Kelas 2. Ruang Laboratorium No Jenis Ukuran Luas Satuan 1 Ruang Laboratorium 12 x m² 2 Selasar (12 x 2) x 1/2 12 m² 3 Total luas Bangunan 120 m² Gambar 2.5: Gambar Denah Bangunan Laboratorium

12 Rumah Dinas Guru No Jenis Ukuran Luas Satuan 1 Rumah Dinas 6 x 6 36 m² 2 Teras (1.5 x 3) + (1 x 7 m² 3) 3 Total luas Bangunan 42 m² Gambar 2.6: Gambar Denah Bangunan Rumah Dinas Guru 4. Ruang Praktik Siswa (RPS) dan Spesifikasi Peralatan Praktik Siswa Ruang Praktik Siswa (RPS) secara umum berukuran: No Jenis Ukuran Luas Satuan 1 Ruang Praktik 30 x m² 2 Selasar (30 x 2)x1/2 30 m² 3 Total Luas Bangunan 300 m²

13 Gambar 2.7: Gambar Denah Bangunan Ruang Praktik Siswa (Luasan Umum) dan secara khusus pembagian ruang pada Ruang Praktik Siswa (RPS) disesuaikan dengan Bidang Keahlian, Program Keahlian dan kompetensi keahlian seperti yang tercantum pada BAB IV. C. Spesifikasi Pembangunan Prasarana Spesifikasi pembangunan prasarana memenuhi tuntutan sebagaimana dimaksud: 1. Persyaratan Bahan Bangunan Bahan bangunan untuk bangunan RPS/RKB/Lab/Rumah Dinas harus memenuhi SNI yang dipersyaratkan, diupayakan menggunakan bahan bangunan setempat/produksi dalam negeri, termasuk bahan bangunan sebagai bagian dari komponen bangunan sistem fabrikasi. Spesifikasi teknis bahan antara lain meliputi ketentuan-ketentuan dibawah ini (kecuali dipersyaratkan lain dalam Peraturan Perundangundangan) : a. Bahan penutup lantai 1) Bahan penutup lantai menggunakan bahan teraso, keramik, papan kayu, vinyl, marmer, homogenius tile dan karpet yang disesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya;

14 - 14-2) Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis dan sesuai dengan jenis bahan penutup yang digunakan. b. Bahan dinding Bahan dinding terdiri atas bahan untuk dinding pengisi atau partisi, dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Bahan dinding pengisi : batu bata, beton ringan, bata tela, batako, papan kayu, kaca dengan rangka kayu/aluminium, panel GRC dan/atau aluminium; 2) Bahan dinding partisi : papan kayu, kayu lapis, kaca, calsium board, particle board, dan/atau gypsum-board dengan rangka kayu kelas kuat II atau rangka lainnya, yang dicat tembok atau bahan finishing lainnya, sesuai dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya; 3) Adukan/perekat yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis dan sesuai jenis bahan dinding yang digunakan; 4) Jika telah ada komponen pra-cetaknya, bahan dindingnya dapat menggunakan bahan pracetak yang telah ada. c. Bahan langit-langit Bahan langit-langit terdiri atas rangka langit-langit dan penutup langit-langit: 1) Bahan kerangka langit-langit: digunakan bahan yang memenuhi standar teknis, untuk penutup langit-langit kayu lapis atau yang setara, digunakan rangka kayu klas kuat II dengan ukuran minimum: 4/6 cm untuk balok pembagi dan balok peng-gantung; 6/12 cm untuk balok rangka utama; dan 5/10 cm untuk balok tepi; Besi hollow atau metal furring 40 mm x 40 mm dan 40 mm x 20 mm lengkap dengan besi penggantung Ø 8 mm dan pengikatnya. Untuk bahan penutup akustik atau gypsum digunakan kerangka aluminium yang bentuk dan ukurannya disesuaikan dengan kebutuhan; 2) Bahan penutup langit-langit: kayu lapis, aluminium, akustik, gypsum, atau sejenis yang disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunannya;

15 - 15-3) Lapisan finishing yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis dan sesuai dengan jenis bahan penutup yang digunakan. d. Bahan penutup atap 1) Bahan penutup atap bangunan RPS/RKB/Lab/Rumah Dinas harus memenuhi ketentuan yang diatur dalam SNI yang berlaku tentang bahan penutup atap, baik berupa atap beton, genteng, metal, fibrecement, calsium board, sirap, aluminium. Untuk penutup atap dari bahan beton harus diberikan lapisan kedap air (water proofing). Penggunaan bahan penutup atap disesuaikan dengan fungsi dan klasifikasi bangunan serta kondisi daerahnya; 2) Bahan kerangka penutup atap: digunakan bahan yang memenuhi Standar Nasional Indonesia. Untuk penutup atap genteng digunakan rangka kayu kelas kuat II dengan ukuran: 2/3 cm untuk reng atau 3/4 cm untuk reng genteng beton; 4/6 cm atau 5/7 cm untuk kaso, dengan jarak antar kaso disesuaikan ukuran penampang kaso. 3) Bahan kerangka penutup atap non kayu: Gording baja profil C, dengan ukuran minimal 125 x 50 x 20 x 3,2; Kuda-kuda baja profil WF, dengan ukuran minimal 250 x150 x 8 x 7; Baja ringan (light steel); Beton plat tebal minimum 12 cm. e. Bahan kosen dan daun pintu/jendela Bahan kosen dan daun pintu/jendela mengikuti ketentuan sebagai berikut: 1) digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II dengan ukuran jadi minimum 5,5 cm x 11 cm dan dicat kayu atau dipelitur sesuai persyaratan standar; 2) rangka daun pintu untuk pintu yang dilapis kayu lapis/teakwood digunakan kayu kelas kuat II dengan ukuran minimum 3,5 cm x 10 cm, khusus untuk ambang bawah minimum 3,5 cm x 20 cm. Daun pintu dilapis dengan kayu lapis yang dicat atau dipelitur; 3) Daun pintu panil kayu digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II, dicat kayu atau dipelitur;

16 - 16-4) Daun jendela kayu, digunakan kayu kelas kuat/kelas awet II, dengan ukuran rangka minimum 3,5 cm x 8 cm, dicat kayu atau dipelitur; 5) Rangka pintu/jendela yang menggunakan bahan aluminium ukuran rangkanya disesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya; 6) Penggunaan kaca untuk daun pintu maupun jendela disesuaikan dengan fungsi ruang dan klasifikasi bangunannya; 7) Kusen baja profil E, dengan ukuran minimal 150 x 50 x 20 x 3,2 dan pintu baja BJLS 100 diisi glas woll untuk pintu kebakaran. f. Bahan struktur Bahan struktur bangunan baik untuk struktur beton bertulang, struktur kayu maupun struktur baja harus mengikuti Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang Bahan Bangunan dan dihitung kekuatan strukturnya berdasarkan SNI yang sesuai dengan bahan/struktur konstruksi yang bersangkutan. Ketentuan penggunaan bahan bangunan untuk bangunan RPS/RKB/Lab/Rumah Dinas tersebut di atas, dimungkinkan disesuaikan dengan kemajuan teknologi bahan bangunan, khususnya disesuaikan dengan kemampuan sumberdaya setempat dengan tetap harus mempertimbangkan kekuatan dan keawetannya sesuai dengan peruntukan yang telah ditetapkan. Ketentuan lebih rinci agar mengikuti ketentuan yang diatur dalam SNI. 2. Persyaratan Struktur Bangunan Struktur bangunan gedung sekolah harus memenuhi persyaratan keselamatan (safety) dan kelayanan (serviceability) serta SNI konstruksi bangunan gedung, yang dibuktikan dengan analisis struktur sesuai ketentuan. Spesifikasi teknis struktur bangunan gedung sekolah secara umum meliputi ketentuan-ketentuan sebagai berikut ini (kecuali dipersyaratkan lain dalam Peraturan Perundangundangan): a. Struktur pondasi 1) Struktur pondasi harus diperhitungkan mampu menjamin kinerja bangunan sesuai fungsinya dan dapat menjamin kestabilan bangunan terhadap berat sendiri, beban hidup, dan

17 gaya-gaya luar seperti tekanan angin dan gempa termasuk stabilitas lereng apabila didirikan di lokasi yang berlereng. 2) Untuk daerah yang jenis tanahnya berpasir atau lereng dengan kemiringan di atas 15 jenis pondasinya disesuaikan dengan bentuk massa bangunan gedung untuk menghindari terjadinya likuifaksi (liquifaction) pada saat terjadi gempa; 3) Pondasi bangunan sekolah disesuaikan dengan kondisi tanah/lahan, beban yang dipikul, dan klasifikasi bangunannya. b. Struktur lantai Bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan sebagai berikut: 1) Struktur lantai kayu dalam hal digunakan lantai papan setebal 2 cm, maka jarak antara balok-balok anak tidak boleh lebih dari 60 cm, ukuran balok minimum 6/12 cm; balok-balok lantai yang masuk ke dalam pasangan dinding harus dilapis bahan pengawet terlebih dahulu; bahan-bahan dan tegangan serta lendutan maksimum yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan. 2) Struktur lantai beton lantai beton yang diletakkan langsung di atas tanah, harus diberi lapisan pasir di bawahnya dengan tebal sekurangkurangnya 5 cm, dan lantai kerja dari beton tumbuk setebal 5 cm; bagi pelat-pelat lantai beton bertulang yang mempunyai ketebalan lebih dari 10 cm dan pada daerah balok (¼ bentang pelat) harus digunakan tulangan rangkap, kecuali ditentukan lain berdasarkan hasil perhitungan struktur; bahan-bahan dan tegangan serta lendutan maksimum yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan. 3) Struktur lantai baja tebal pelat baja harus diperhitungkan, sehingga bila ada lendutan masih dalam batas kenyamanan;

18 sambungan-sambungannya harus rapat betul dan bagian yang tertutup harus dilapis dengan bahan pelapis untuk mencegah timbulnya korosi; bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan. c. Struktur Kolom 1) Struktur kolom kayu Dimensi kolom bebas diambil minimum 20 cm x 20 cm; Mutu Bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan. 2) Struktur kolom praktis dan balok pasangan bata: Besi tulangan kolom praktis pasangan minimum 4 buah Ø 8 mm dengan jarak sengkang maksimum 20 cm; Adukan pasangan bata yang digunakan sekurangkurangnya harus mempunyai kekuatan yang sama dengan adukan 1PC : 3 PS; Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan. 3) Struktur kolom beton bertulang: kolom beton bertulang yang dicor di tempat harus mempunyai tebal minimum 15 cm diberi tulangan minimum 4 buah Ø 12 mm dengan jarak sengkang maksimum 15 cm; selimut beton bertulang minimum setebal 2,5 cm; Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan. 4) Struktur kolom baja: kolom baja harus mempunyai kelangsingan (λ) maksimum 150; kolom baja yang dibuat dari profil tunggal maupun tersusun harus mempunyai minimum 2 sumbu simetris; sambungan antara kolom baja pada bangunan bertingkat tidak boleh dilakukan pada tempat pertemuan antara balok dengan kolom, dan harus mempunyai kekuatan minimum sama dengan kolom;

19 sambungan kolom baja yang menggunakan las harus menggunakan las listrik, sedangkan yang menggunakan baut harus menggunakan baut mutu tinggi; penggunaan profil baja tipis yang dibentuk dingin, harus berdasarkan perhitungan-perhitungan yang memenuhi syarat kekuatan, kekakuan, dan stabilitas yang cukup; Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan dalam SNI yang dipersyaratkan. 5) Struktur Dinding Geser Dinding geser harus direncanakan untuk secara bersamasama dengan struktur secara keseluruhan agar mampu memikul beban yang diperhitungkan terhadap pengaruhpengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban yang mungkin bekerja selama umur layanan struktur, baik beban muatan tetap maupun muatan beban sementara yang timbul akibat gempa dan angin; Dinding geser mempunyai ketebalan sesuai dengan ketentuan dalam SNI. d. Struktur Atap 1) Umum konstruksi atap harus didasarkan atas perhitunganperhitungan yang dilakukan secara keilmuan/ keahlian teknis yang sesuai; kemiringan atap harus disesuaikan dengan bahan penutup atap yang akan digunakan, sehingga tidak akan mengakibatkan kebocoran; bidang atap harus merupakan bidang yang rata, kecuali dikehendaki bentuk-bentuk khusus. 2) Struktur rangka atap kayu ukuran kayu yang digunakan harus sesuai dengan ukuran yang dinormalisir; rangka atap kayu harus dilapis bahan anti rayap; bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang diper-syaratkan. 3) Struktur rangka atap beton bertulang Mutu bahan dan kekuatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan.

20 - 20-4) Struktur rangka atap baja sambungan yang digunakan pada rangka atap baja baik berupa baut, paku keling, atau las listrik harus memenuhi ketentuan pada Pedoman Perencanaan Bangunan Baja untuk Gedung; rangka atap baja harus dilapis dengan pelapis anti korosi; bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan; jika telah ada komponen fabrikasi, struktur rangka atapnya dapat menggunakan komponen prefabrikasi yang telah ada. Persyaratan struktur bangunan sebagaimana huruf a s.d. d di atas secara lebih rinci mengikuti ketentuan yang diatur dalam SNI yang dipersyaratkan. e. Struktur Beton Pracetak 1) Komponen beton pracetak untuk struktur bangunan gedung dapat berupa komponen pelat, balok, kolom dan/atau panel dinding; 2) Perencanaan komponen struktur beton pracetak dan sambungannya harus mempertimbangkan semua kondisi pembebanan dan kekangan deformasi mulai dari saat pabrikasi awal, hingga selesainya pelaksanaan struktur, termasuk pembongkaran cetak-an, penyimpanan, pengangkutan, dan pemasangan; 3) Gaya-gaya antar komponen-komponen struktur dapat disalurkan menggunakan sambungan grouting, kunci geser, sambungan mekanis, sambungan baja tulangan, pelapisan dengan beton bertulang cor setempat, atau kombinasi; 4) Sistem struktur beton pracetak boleh digunakan bila dapat ditunjukan dengan pengujian dan analisis bahwa sistem yang diusulkan akan mempunyai kekuatan dan ketegaran yang minimal sama dengan yang dimiliki oleh struktur beton monolit yang setara; 5) Komponen dan sistem lantai beton pracetak Sistem lantai pracetak harus direncanakan agar mampu menghubungkan komponen struktur hingga terbentuk sistem penahan beban lateral (kondisi diafragma kaku).

21 Sambungan antara diafragma dan komponen-komponen struktur yang ditopang lateral harus mempunyai kekuatan tarik nominal minimal 45 KN/m; Komponen pelat lantai yang direncanakan komposit dengan beton cor setempat harus memiliki tebal minimum 50 mm; Komponen pelat lantai yang direncanakan tidak komposit dengan beton cor setempat harus memiliki tebal minimum 65 mm; 6) Komponen kolom pracetak harus memiliki kuat tarik nominal tidak kurang dari 1,5 luas penampang kotor (Ag dalam KN); 7) Komponen panel dinding pracetak harus mempunyai minimum dua tulangan pengikat per panel dengan memiliki kuat tarik nominal tidak kurang dari 45 KN per tulangan pengikat; 8) Bahan-bahan dan tegangan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan SNI yang dipersyaratkan. 3. Persyaratan Utilitas Bangunan Utilitas yang berada di dalam dan di luar bangunan gedung sekolah harus memenuhi SNI yang dipersyaratkan. Spesifikasi teknis utilitas bangunan gedung sekolah meliputi ketentuan-ketentuan sebagai berikut ini (kecuali dipersyaratkan lain dalam Peraturan Perundangundangan): a. Air minum 1) Setiap pembangunan baru bangunan harus dilengkapi dengan prasarana air bersih yang memenuhi standar kualitas, cukup jumlahnya dan disediakan dari saluran air berlangganan kota (PDAM), atau sumur, jumlah kebutuhan minimum 10 lt/orang/hari; 2) Setiap bangunan sekolah harus menyediakan air bersih untuk keperluan pemadaman kebakaran dengan mengikuti ketentuan SNI yang dipersyaratkan, reservoir minimum menyediakan air untuk kebutuhan 45 menit operasi pemadaman api sesuai dengan kebutuhan dan perhitungan; 3) Bahan pipa yang digunakan dan pemasangannya harus mengikuti ketentuan teknis yang ditetapkan. b. Pembuangan air kotor

22 - 22-1) Pada dasarnya pembuangan air kotor yang berasal dari dapur, kamar mandi, dan tempat cuci, harus dibuang atau dialirkan ke saluran umum kota; 2) Semua air kotor yang berasal dari dapur, kamar mandi, dan tempat cuci, pembuangannya harus melalui pipa tertutup dan/atau terbuka sesuai dengan persyaratan; 3) Dalam hal ketentuan dalam butir 1) tersebut tidak mungkin dilaksanakan, karena belum terjangkau oleh saluran umum kota atau sebab-sebab lain yang dapat diterima oleh instansi teknis yang berwenang, maka pembuangan air kotor harus dilakukan melalui proses pengolahan dan/atau peresapan; 4) Air kotor dari kakus harus dimasukkan ke dalam septictank yang mengikuti standar. c. Pembuangan limbah 1) Bagi bangunan RPS/RKB/Lab/Rumah Dinas yang dalam pemanfaatannya mengeluarkan limbah domestik cair atau padat harus dilengkapi dengan tempat penampungan dan pengolahan limbah, sesuai dengan ketentuan; 2) Tempat penampungan dan pengolahan limbah dibuat dari bahan kedap air, dan memenuhi persyaratan teknis yang berlaku sehingga tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan; 3) Ketentuan lebih lanjut mengikuti SNI yang diper-syaratkan. d. Pembuangan sampah 1) Setiap bangunan RPS/RKB/Lab/Rumah Dinas harus menyediakan Tempat sampah dan penampungan sampah sementara yang besarnya disesuaikan dengan volume sampah yang dikeluarkan setiap harinya, sesuai dengan ketentuan. 2) Tempat penampungan sampah sementara harus dibuat dari bahan kedap air, mempunyai tutup, dan dapat dijangkau secara mudah oleh petugas pembuangan sampah dari Dinas Kebersihan setempat; 3) Ketentuan lebih lanjut mengikuti SNI yang dipersyaratkan. e. Saluran air hujan 1) Pada dasarnya air hujan harus ditahan lebih lama di dalam tanah sebelum dialirkan ke saluran umum kota, untuk keperluan penyediaan dan pelestarian air tanah;

23 - 23-2) Air hujan dapat dialirkan ke sumur resapan melalui proses peresapan atau cara lain dengan persetujuan instansi teknis yang terkait; 3) Ketentuan lebih lanjut mengikuti SNI yang diper-syaratkan. f. Sarana pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran Setiap bangunan RPS/RKB/Lab/Rumah Dinas harus mempunyai fasilitas pencegahan dan penanggulangan terhadap bahaya kebakaran, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam: 1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan dan Lingkungan; dan 2) Peraturan Daerah tentang Bangunan Gedung dan Peraturan Daerah tentang Penanggulangan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran; 3) beserta standar-standar teknis yang terkait. g. Penerangan dan pencahayaan 1) Setiap bangunan RPS/RKB/Lab/Rumah Dinas harus mempunyai pencahayaan alami dan pencahayaan buatan yang cukup sesuai dengan fungsi ruang dalam bangunan tersebut, sehingga kesehatan dan kenyamanan pengguna bangunan dapat terjamin; 2) Ketentuan teknis dan besaran dari pencahayaan alami dan pencahayaan buatan mengikuti standar dan pedoman teknis yang berlaku. h. Penghawaan dan pengkondisian udara 1) Setiap bangunan RPS/RKB/Lab/Rumah Dinas harus mempunyai sistem penghawaan/ventilasi alami dan buatan yang cukup untuk menjamin sirkulasi udara yang segar di dalam ruang dan bangunan; 2) Dalam hal tidak dimungkinkan menggunakan sistem penghawaan atau ventilasi alami, dapat menggunakan sistem penghawaan buatan dan/atau pengkondisian udara dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip konservasi energi; 3) Pemilihan jenis alat pengkondisian udara harus sesuai dengan fungsi bangunan, dan perletakan instalasinya tidak mengganggu wujud bangunan;

24 - 24-4) Ketentuan teknis sistem penghawaan/ventilasi alami dan buatan serta pengkondisian udara yang lebih rinci harus mengikuti standar dan pedoman teknis yang berlaku. i. Sistem Penangkal/proteksi petir 1) Penentuan jenis dan jumlah sarana sistem penangkal/proteksi petir untuk bangunan RPS/RKB/Lab/Rumah Dinas harus berdasarkan perhitungan yang mengacu pada lokasi bangunan, fungsi dan kewajaran kebutuhan; 2) Ketentuan teknis sistem penangkal/proteksi petir yang lebih rinci harus mengikuti standar dan pedoman teknis. j. Instalasi gas 1) Instalasi gas yang dimaksud meliputi: instalasi gas pembakaran seperti gas kota dan gas elpiji; instalasi gas medis, seperti gas oksigen (O2), gas dinitro oksida (N2O), gas carbon dioksida (CO2) dan udara tekan medis. 2) Ketentuan teknis instalasi gas yang lebih rinci harus mengikuti standar dan pedoman teknis. k. Kebisingan dan getaran 1) Bangunan RPS/RKB/Lab/Rumah Dinas harus memperhitungkan batas tingkat kebisingan dan atau getaran sesuai dengan fungsinya, dengan mempertimbangkan kenyamanan dan kesehatan sesuai diatur dalam standar teknis yang dipersyaratkan; 2) Untuk bangunan RPS/RKB/Lab/Rumah Dinas yang karena fungsinya mensyaratkan baku tingkat kebisingan dan/atau getaran tertentu, agar mengacu pada hasil analisis mengenai dampak lingkungan yang telah dilakukan atau ditetapkan oleh ahli. l. Aksesibilitas dan fasilitas bagi penyandang cacat dan yang berkebutuhan khusus Bangunan RPS/RKB/Lab/Rumah Dinas harus dilengkapi dengan fasilitas yang memberikan kemudahan bagi penyandang cacat dan yang berkebutuhan khusus.

25 Persyaratan Elektrikal Pemasangan instalasi listrik harus aman dan atas dasar hasil perhitungan yang sesuai dengan Peraturan Umum Instalasi Listrik. a. Instalasi listrik Instalasi listrik harus memenuhi ketentuan sebagai berikut ini (kecuali dipersyaratkan lain dalam Peraturan Perundang-undangan yang berlaku) : 1) Sistem instalasi listrik terdiri dari sumber daya, jaringan distribusi, papan hubung bagi dan beban listrik. Sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah diamati, dipelihara, tidak membahayakan, tidak mengganggu dan merugikan bagi manusia, lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lainnya. 2) Kecuali untuk hal-hal yang dianggap khusus atau yang tidak disebutkan, maka segala sesuatu yang bersangkutan dengan instalasi dan perlengkapan listrik harus sesuai dengan buku Peraturan Umum Instalasi Listrik dan SNI Untuk hal-hal yang belum dicakup atau tidak disebut dalam PUIL, dapat menggunakan ketentuan/ standar dari negara lain atau badan international, sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan. 3) Sistem tegangan rendah dalam gedung adalah 220/380 volt, dengan frekuensi 50 Hertz. Sistem tegangan menengah dalam gedung adalah 20 kv atau kurang, dengan frekuensi 50 Hertz. 4) Semua peralatan listrik diantaranya penghantar, papan hubung bagi dan isinya, transformator dan peralatan lainnya, tidak boleh dibebani melebihi batas kemampuannya 5) Dalam menentukan tipe peralatan yang dipakai untuk instalasi listrik harus kuat harus diperhatikan bahaya kebakaran yang mungkin dapat terjadi dan kerusakan yang mungkin terjadi akibat kebakaran. b. Jaringan Distribusi Listrik 1) Jaringan distribusi listrik terdiri dari kabel dengan inti tunggal atau banyak dan busduct dari berbagai tipe, ukuran dan kemampuan. Tipe dari kabel harus disesuaikan dengan sistem yang dilayani.

26 - 26-2) Peralatan pada papan hubung bagi seperti sakelar, tombol, alat ukur, dan lain-lain harus ditempatkan dengan baik sehingga memudahkan pengoperasiannya oleh petugas. 3) Jaringan yang melayani beban penting, seperti pompa kebakaran, lif kebakaran, peralatan pengendali asap, sistem deteksi dan alarm kebakaran, sistem komunikasi darurat, dan beban penting lainnya harus terpisah dari instalasi beban lainnya, dan dilindungi terhadap kebakaran atau terdiri dari penghantar tahan api. c. Beban Listrik Beban maksimum suatu instalasi listrik arus kuat harus dihitung dengan memperhatikan besarnya beban terpasang, faktor kebersamaan (coincident factor) atau faktor ketidak bersamaan (diversity factor). d. Sumber Daya Listrik 1) Sumber daya utama gedung harus menggunakan tenaga listrik dari Perusahaan Listrik Negara. 2) Apabila ketentuan sebagaimana dimaksudkan pada butir 1 di atas tidak momungkinkan, dengan ijin instansi yang bersangkutan, sumber daya utama dapat menggunakan sistem pembangkit tenaga sendiri, yang penempatannya harus aman dan tidak menimbulkan gangguan lingkungan serta harus mengikuti standar dan atau nomalisasi dari peraturan, di antaranya Peraturan Umum Instalasi Listrik dan SNI ) Bangunan dan ruang khusus yang pelayanan daya listrik tidak boleh putus, harus memiliki pembangkit tenaga cadangan yang dayanya dapat memenuhi kelangsungan pelayanan dari seluruh atau sebagian dari bangunan atau ruang khusus tersebut. 4) Sistem instalasi listrik pada bangunan gedung tinggi dan bangunan umum harus memiliki sumber daya listrik darurat yang mampu melayani kelangsungan pelayanan seluruh atau sebagian beban pada gedung apabila tajadi gangguan sumber utama. 5) Sumber daya listrik darurat yang digunakan harus mampu melayani semua beban penting yang disebut dalam butir 3, secara otomatis.

27 - 27-6) Instalasi dan peralatan listrik yang dipasang harus mempertimbangkan dan diamankan terhadap dampak seperti interferensi golombang elektromagnetik dan lain-lain. 7) Beban dan peralatan listrik yang dipasang harus mempertimbangkan hal-hal yang menyangkut konservasi energi dan lain-lain. e. Transformator Distribusi 1) Transformator distribusi yang berada dalam gedung harus ditempatkan dalam ruangan khusus yang tahan api dan terdiri dari dinding, atap dan lantai yang kokoh, dengan pintu yang hanya dapat dimasuki oleh petugas. 2) Ruangan trafo harus diberi ventilasi yang cukup, dengan ruangan yang cukup untuk perawatan sebagaimana diatur dalam Peraturan Umum Instalasi Listrik dan SNI ) Bila ruang transformator dekat dengan ruang yang rawan kebakaran maka diharuskan mempergunakan transformator tipe kering. f. Pemeriksaan dan Pengujian Instalasi listrik yang dipasang, sebelum dipergunakan, harus terlebih dahulu diperiksa dan diuji mengikuti prosedur dan peraturan yang berlaku. g. Pemeliharaan 1) Pada ruang panel hubung bagi, harus terdapat ruang yang cukup untuk memudahkan pemeriksaan, perbaikan dan pelayanan, serta diberi ventilasi cukup. 2) Pemeliharaan instalasi listrik harus dilaksanakan dan diperiksa setiap lima tahun serta dilaporkan secara tertulis kepada instansi yang berwenang 3) Pembangkit tenaga listrik darurat secara periodik harus dihidupkan untuk menjamin agar pembangkit tersebut dapat dioperasikan bila diperlukan. 5. Persyaratan Sarana Penyelamatan Setiap bangunan RPS/RKB/Lab harus dilengkapi dengan sarana penyelamatan dari bencana atau keadaan darurat, serta harus memenuhi persyaratan standar sarana penyelamatan bangunan sesuai SNI yang dipersyaratkan. Spesifikasi teknis sarana

28 penyelamatan bangunan RPS/RKB/Lab meliputi ketentuan-ketentuan sebagai berikut ini (kecuali dipersyaratkan lain dalam Peraturan Perundang-undangan): a. Pencahayaan darurat dan tanda penunjuk arah EXIT 1) Setiap bangunan RPS/RKB/Lab harus dilengkapi dengan pencahayaan darurat dan tanda penunjuk arah KELUAR/EXIT yang menyala saat keadaan darurat; 2) Tanda KELUAR/EXIT atau panah penunjuk arah harus ditempatkan pada persimpangan koridor, jalan ke luar menuju ruang tangga darurat, balkon atau teras, dan pintu menuju tangga darurat; 3) Ketentuan lebih lanjut tentang pencahayaan darurat dan tanda penunjuk arah KELUAR/EXIT yang lebih rinci harus mengikuti standar dan pedoman teknis. b. Koridor/selasar 1) Lebar koridor bersih minimum 1,80 m; 2) Jarak setiap titik dalam koridor ke pintu darurat atau arah keluar yang terdekat tidak boleh lebih dari 25 m; 3) Koridor harus dilengkapi dengan tanda-tanda penunjuk yang menunjukkan arah ke pintu darurat atau arah keluar. c. Sistem Peringatan Bahaya Setiap bangunan RPS/RKB/Lab harus dilengkapi dengan sistem komunikasi internal dan sistem peringatan bahaya; d. Fasilitas Penyelamatan Setiap lantai bangunan RPS/RKB/Lab harus diberi fasilitas penyelamatan berupa meja yang cukup kuat, sarana evakuasi yang memadai sebagai fasilitas perlindungan saat terjadi bencana mengacu pada ketentuan SNI yang dipersyaratkan. D. Kelengkapan Gambar Kelengkapan gambar konstruksi bangunan/prasarana yang harus disiapkan oleh Tim Teknis mencakup: 1) Tampak Depan, Samping, Belakang dan Potongan. Bentuk atap pada contoh bangunan tidak mengikat dapat disesuaikan dengan arsitektur bangunan eksisting atau arsitektur lingkungan yang dikembangkan di masing-masing daerah.

29 a) Bangunan Ruang Praktik Siswa Gambar 2.8: Tampak Depan Bangunan Ruang Praktik Siswa Gambar 2.9: Tampak Belakang Bangunan Ruang Praktik Siswa Gambar 2.10: Tampak Samping Bangunan Ruang Praktik Siswa

30 b) Bangunan Ruang Kelas Baru Gambar 2.11: Tampak Depan Bangunan Ruang Kelas Baru Gambar 2.12: Tampak Belakang Bangunan Ruang Kelas Baru

31 Gambar 2.13: Tampak Samping Bangunan Ruang Kelas Baru c) Bangunan Laboratorium Gambar 2.14: Tampak Depan Bangunan Laboratorium Gambar 2.15: Tampak Belakang Bangunan Laboratorium

32 Gambar 2.16: Tampak Samping Bangunan Laboratorium 2) Detail Konstruksi Bangunan Detail gambar konstruksi bangunan yang disiapkan mencakup: a) Detail pondasi bangunan dan perkuatan struktur Denah pondasi akan mengikuti denah ruang, sesuai dengan dimensi panjang dan lebar ruangan serta alur dinding dan perkuatan bangunan yang direncanakan. b) Detail perkuatan struktur bangunan tahan gempa Struktur bangunan tahan gempa dapat dikondisikan melalui hubungan antar pondasi dan struktur rangka beton yang terhubung/terikat secara kaku, melalui ikatan dan penyaluran tulangan sebagaimana yang dipersyaratkan sebagai struktur bangunan tahan gempa sehingga terdapat ikatan antar struktur bawah dengan struktur atas. c) Detail rangka atap Detail kuda-kuda menunjukkan model/bentuk konstruksi atap (sambungan sambungan, dimensi-dimensi, material yang dipakai). d) Detail Kusen Detail kusen menggambarkan model dan dimensi kusen pintu, jendela yang digunakan dalam pembangunan Ruang Praktik Siswa.

33 BAB III PELAKSANAAN PENINGKATAN SARANA PENDIDIKAN A. Pengadaan sarana Pengadaan sarana/peralatan diupayakan dengan mekanisme pembelian melalui media elektronik (e-purchasing) berdasarkan catalog elektronik (e-catalogue), jika mekanisme e-purchasing tidak dapat dilaksanakan maka dapat dilakukan dengan mekanisme e-tendering/procurement. B. Aspek Umum dan Aspek Khusus Spesifikasi peralatan praktik SMK diharapkan memenuhi kebutuhan kurikulum dan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Aspek utama peralatan meliputi aspek umum dan aspek khusus dengan mempertimbangkan nilai edukatif, keamanan penggunaan, dan bahan/ material. 1. Aspek umum yang harus dipenuhi dalam setiap pengadaan peralatan praktik SMK adalah: a. Kondisi alat merupakan alat baru dan berstandar SNI/Internasional; b. Tanpa kerusakan atau cacat; c. Setiap alat terdapat identitas permanen (lambang/merek) dari produsen kecuali yang secara teknis sulit misalnya bendanya terlalu kecil; d. Alat yang diadakan harus dilengkapi dengan program pelatihan beserta modul (jobsheet/handout), buku petunjuk pemakaian dan perawatan, dan perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 2. Aspek khusus, yang harus dipenuhi dalam setiap pengadaan peralatan praktik SMK adalah: a. Jenis, rasio dan deskripsi peralatan yang diadakan harus sesuai dengan kebutuhan/tuntutan kompetensi. b. Peralatan yang diadakan harus dilengkapi: 1) Jaminan/garansi peralatan a) Peralatan tertentu, penyedia barang harus dapat memberikan surat jaminan/garansi peralatan dan ketersediaan suku cadang.

34 b) Kurun waktu (masa) jaminan/garansi peralatan sekurangkurangnya selama 1 tahun dari pabrikan/produsen atas kerusakan alat yang bukan disebabkan oleh kelalaian pemakaian, dan jaminan ketersediaan suku cadang peralatan selama 3 tahun ke depan. c) Surat jaminan kerusakan peralatan dan ketersediaan suku cadang diterbitkan oleh pabrikan/produsen. d) Surat jaminan/garansi dari pabrikan/produsen berlaku sejak barang diserahterimakan. 2) Jaminan keaslian barang dan kualitas Untuk peralatan yang perlu dilengkapi jaminan keaslian barang dan kualitas, penyedia wajib menyertakan surat jaminan keaslian barang dan kualitas yang diterbitkan oleh produsen/pabrikan. 3) Instalasi, uji coba dan pelatihan operasional peralatan. Penyedia barang/produsen memberikan jaminan tentang: a) Instalasi/pemasangan, dan uji coba operasional peralatan dengan dan atau tanpa beban penuh. b) Pelatihan penggunaan, pemanfaatan dan pemeliharaan kepada minimal 2 (dua) orang guru kejuruan dari setiap sekolah penerima barang/alat bagi alat yang diperlukan pelatihan penggunaannya; c) Semua biaya bahan dan operasional sesuai butir 1) dan 2) dibebankan pada penyedia peralatan; d) Sebelum melaksanakan butir 1) dan 2), antara penyedia dengan pembeli/dinas Pendidikan Provinsi perlu menyepakati dan membuat rincian dari kegiatan dimaksud, dan dituangkan dalam surat perjanjian.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Jalan Jenderal Sudirman Gedung E Lantai 12 1 Senayan, Jakarta 10270 Telepon: (021) 572577 (hunting 7 Lines), 572566-69,

Lebih terperinci

SPEKTRUM KEAHLIAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN (HASIL PENATAAN )

SPEKTRUM KEAHLIAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN (HASIL PENATAAN ) SPEKTRUM PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN (HASIL PENATAAN 19022016) NO. 1. Teknologi dan Rekayasa PAKET 1.1 Teknologi 1.1.1 Teknik Gambar Konstruksi dan Konstruksi Arsitektur 1. Properti 1.1.2 Teknik Konstruksi

Lebih terperinci

SPEKTRUM KEAHLIAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN

SPEKTRUM KEAHLIAN PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar Dan Menengah Nomor : 251/C/kep/mn/2008 Tanggal : 22 Agustus 2008 SPEKTRUM PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN NO. KOMPETENSI 1. TEKNOLOGI DAN REKAYASA

Lebih terperinci

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 45/PRT/M/2007 TENTANG

MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 45/PRT/M/2007 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 45/PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA MENTERI PEKERJAAN UMUM Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) G I. BANGUNAN GEDUNG 001. Teknik Konstruksi Baja - P - - - - - - - - - - P P P P P - - P - 002. Teknik Konstruksi Kayu - P - - - - - - - - - - P P P P P - - P - 003. Teknik Batu & Beton - P - - - - - -

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA KOMPETENSI KEAHLIAN (PROGRAM KEAHLIAN) UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010 KOMPETENSI KEAHLIAN

DAFTAR NAMA KOMPETENSI KEAHLIAN (PROGRAM KEAHLIAN) UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010 KOMPETENSI KEAHLIAN DAFTAR NAMA (PROGRAM KEAHLIAN) UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2009/2010 NO. I. TEKNOLOGI DAN REKAYASA 1 Teknik Survei dan Pemetaan 1014 2 Teknik Gambar Bangunan 1023 3 Teknik Konstruksi Bangunan 1032 4

Lebih terperinci

TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA

TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA TABEL A1 SPESIFIKASI TEKNIS BANGUNAN GEDUNG PEMERINTAH/LEMBAGA KLASIFIKASI TINGGI/TERTINGGI NEGARA SEDERHANA TIDAK SEDERHANA KHUSUS A PERSYARATAN TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN 1. Jarak Antar Bangunan minimal

Lebih terperinci

LAMPIRAN 7 KODE BIDANG STUDI/MATA PELAJARAN

LAMPIRAN 7 KODE BIDANG STUDI/MATA PELAJARAN LAMPIRAN 7 KODE BIDANG STUDI/MATA PELAJARAN Pedoman Penetapan Peserta Sertifikasi Guru 2011 73 KODE BIDANG STUDI/MATA PELAJARAN (DIGIT 7, 8, DAN 9) A. Guru Mata Pelajaran Umum dan Kejuruan (Non Produktif)

Lebih terperinci

Pedoman Teknis PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA

Pedoman Teknis PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR: 332/KPTS/M/2002 TANGGAL 21 AGUSTUS 2002 TENTANG Pedoman Teknis PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG NEGARA DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH MENTERI

Lebih terperinci

DAFTAR PENYESUAIAN/KONVERSI BIDANG STUDI SERTIFIKASI SEBELUM DAN SETELAH 2009

DAFTAR PENYESUAIAN/KONVERSI BIDANG STUDI SERTIFIKASI SEBELUM DAN SETELAH 2009 DAFTAR PENYESUAIAN/KONVERSI BIDANG STUDI SERTIFIKASI SEBELUM DAN SETELAH 2009 KELULUSAN TAHUN 2007-2008 KONVERSI NOMOR KODE DAN NAMA BIDANG STUDI SESUAI KODE TAHUN 2009-2011 NO. JENJANG/ MATA PELAJARAN

Lebih terperinci

Syarat Bangunan Gedung

Syarat Bangunan Gedung Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada

Lebih terperinci

Kepala, Syawal Gultom NIP

Kepala, Syawal Gultom NIP KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN Komplek Kemdikbud, Gedung D Lt.17, Jl. Pintu 1 Senayan, Jakarta Pusat

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

TABEL 1 KONVERSI BIDANG STUDI SECARA LANGSUNG

TABEL 1 KONVERSI BIDANG STUDI SECARA LANGSUNG TABEL 1 KONVERSI BIDANG STUDI SECARA LANGSUNG KODE BIDANG STUDI TAHUN 2007-2008 KODE BIDANG STUDI TAHUN 2009-2011 I II III IV TK/RA 1 Kelompok bermain 024 2 Guru Kelas TK 020 SD/MI 1 Matematika 047 2 PKn

Lebih terperinci

TABEL 2 KONVERSI BIDANG STUDI SECARA TIDAK LANGSUNG

TABEL 2 KONVERSI BIDANG STUDI SECARA TIDAK LANGSUNG TABEL 2 KONVERSI BIDANG STUDI SECARA TIDAK LANGSUNG KODE BIDANG STUDI TAHUN 200-200 KODE BIDANG STUDI TAHUN 2009-2011 I II III SMP/MTs 1 2 Kesenian, budaya dan keterampilan Guru bid Studi di SMP yg belum

Lebih terperinci

Waktu terkadang terlalu lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi yang takut, terlalu panjang bagi yang gundah, dan terlalu pendek bagi

Waktu terkadang terlalu lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi yang takut, terlalu panjang bagi yang gundah, dan terlalu pendek bagi Rumah Dinas Rumah Dinas Waktu terkadang terlalu lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi yang takut, terlalu panjang bagi yang gundah, dan terlalu pendek bagi yang bahagia. Tapi bagi yang selalu

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu

Lebih terperinci

Page 1 of 14 Penjelasan >> PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

HASIL SELEKSI PPDB SMK NEGERI DKI JAKARTA (PASSING GRADE) TAHUN 2016

HASIL SELEKSI PPDB SMK NEGERI DKI JAKARTA (PASSING GRADE) TAHUN 2016 HASIL SELEKSI PPDB SMK NEGERI DKI JAKARTA (PASSING GRADE) TAHUN 2016 SEKOLAH SMK NEGERI 1 Teknik Kontruksi Batu Dan Beton 59.38 72.75 67.00 68.38 70.25 70.38 68.50 68.50 Teknik Gambar Bangunan 62.38 76.25

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

INFORMASI RAMBU-RAMBU PENYESUAIAN/KONVERSI KODE DAN NAMA BIDANG STUDI SERTIFIKASI GURU

INFORMASI RAMBU-RAMBU PENYESUAIAN/KONVERSI KODE DAN NAMA BIDANG STUDI SERTIFIKASI GURU Lampiran Surat Nomor : 26269 /J/LL/2012 Tanggal : 9 Oktober 2012 INFORMASI RAMBU-RAMBU PENYESUAIAN/KONVERSI KODE DAN NAMA BIDANG STUDI SERTIFIKASI GURU A. Kode Bidang Studi Sertifikasi Guru Bidang studi

Lebih terperinci

Nomor : /J/LL/ Oktober 2012 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Penyesuaian Kode dan Nama Bidang Studi Sertifikasi

Nomor : /J/LL/ Oktober 2012 Lampiran : 1 (satu) berkas Perihal : Penyesuaian Kode dan Nama Bidang Studi Sertifikasi KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN Komplek Kemdikbud, Gedung D Lt.17, Jl. Pintu 1 Senayan, Jakarta Pusat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1.Konsep Dasar Konsep dasar pada bangunan baru ini adalah dengan pendekatan arsitektur kontekstual, dimana desain perancangannya tidak lepas dari bangunan eksisting yang ada.

Lebih terperinci

INFORMASI RAMBU-RAMBU

INFORMASI RAMBU-RAMBU Lampiran Surat Nomor : 26269 /J/LL/2012 Tanggal : 9 Oktober 2012 INFORMASI RAMBU-RAMBU PENYESUAIAN/KONVERSI DAN NAMA BIDANG STUDI SERTIFIKASI GURU A. Kode Bidang Studi Sertifikasi Guru Bidang studi sertifikasi

Lebih terperinci

DAYA TAMPUNG PESERTA DIDIK BARU SMK NEGERI PERSYARATAN SPESIFIK KOMPETENSI KEAHLIAN

DAYA TAMPUNG PESERTA DIDIK BARU SMK NEGERI PERSYARATAN SPESIFIK KOMPETENSI KEAHLIAN PESERTA DIDIK SMK NEGERI DAN PERSYARATAN SPESIFIK DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2017/2018 (JALUR REGULER) No SEKOLAH A KOTA YOGYAKARTA 83 2.656 PERSYARATAN SPESIFIK 1 SMK N 1 Yogyakarta 1

Lebih terperinci

JENIS-JENIS JABATAN FUNGSIONAL GURU

JENIS-JENIS JABATAN FUNGSIONAL GURU JENIS-JENIS JABATAN FUNGSIONAL GURU NO Urut JENIS GURU KUALIFIKASI PENDIDIKAN 1 Guru Taman Kanak-Kanak 2 Guru Kelas Taman Kanak Sekolah Dasar 3 Guru Agama Islam 4 Guru Agama Kristen 5 Guru Agama Katolik

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

Lampiran Surat Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor : 33022/B.B4/GT/2017 Tanggal : 6 November 2017

Lampiran Surat Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor : 33022/B.B4/GT/2017 Tanggal : 6 November 2017 Lampiran Surat Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Nomor : 33022/B.B4/GT/2017 Tanggal : 6 November 2017 Daftar Linieritas Kualifikasi S-1/D-IV dengan Program Studi PPG Dalam Jabatan Linier yang

Lebih terperinci

SERTIFIKASI GURU MELALUI PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2015

SERTIFIKASI GURU MELALUI PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2015 SERTIFIKASI GURU MELALUI PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2015 PANDUAN PENENTUAN LINIERITAS S1/D-IV DENGAN BIDANG STUDI SERTIFIKASI DAN PENOMORAN KODE BIDANG STUDI SERTIFIKASI Linieritas Kualifikasi

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran

LAMPIRAN. Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran LAMPIRAN Sistem proteksi pasif terdiri dari : Ketahanan Api dan Stabilitas Suatu bangunan gedung harus mampu secara struktural stabil selama kebakaran sehingga pada saat terjadi kebakaran pengguna gedung

Lebih terperinci

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2

b. Komponen D2 Berat komponen adalah 19,68 kg Gambar 65. Komponen D1 Gambar 66. Komponen D2 1. Varian I Varian I memiliki tiga buah komponen yaitu komponen D1 yang berfungsi sebagai dinding utama, komponen D2, komponen D3 dan komponen D4. Varian I dikembangkan dalam modul 70 x 60 cm. a. Komponen

Lebih terperinci

Cara Membuat Soal di E-Xam Editor

Cara Membuat Soal di E-Xam Editor Cara Membuat Soal di E-Xam Editor Pada kesempatan kali ini saya akan menjelaskan bagaimana Cara Membuat Soal di E-Xam Editor. Sebenarnya tidak terlalu sulit, hanya butuh ketelitian. oke disini saya tidak

Lebih terperinci

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA 8.1 Volume Pekerjaan 8.1.1 Perkerjaan Persiapan 8.1.1.1 Pembersihan Lokasi panjang bangunan (p) = 40 m lebar bangunan (l) = 40 m Luas Pembersihan Lokasi = p x l = 1600 m2 8.1.1.2

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1. Diagram Alir Perencanaan Struktur Atas Baja PENGUMPULAN DATA AWAL PENENTUAN SPESIFIKASI MATERIAL PERHITUNGAN PEMBEBANAN DESAIN PROFIL RENCANA PERMODELAN STRUKTUR DAN

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

DAFTAR HARGA SATUAN ANALISA PEKERJAAN

DAFTAR HARGA SATUAN ANALISA PEKERJAAN DAFTAR SATUAN ANALISA PEKERJAAN No SATUAN UPAH BAHAN A PEKERJAAN PERSIAPAN 1 PEMASANGAN BOWPLANK/ 10 M' 0,01000 Kepala Tukang 0,10000 Tukang 0,10000 Pekerja 0,05000 Mandor 0,01200 M3 Balok Klas IV 0,02000

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN 1. BANGUNAN GEDUNG

A. PENGERTIAN 1. BANGUNAN GEDUNG Lampiran Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor : 332/KPTS/M/2002 Tanggal : 21 Agustus 2002 Tentang : Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara BAB I U M U M A. PENGERTIAN 1.

Lebih terperinci

BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI

BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI BAB XIII PEKERJAAN PLAFOND DAN DINDING PARTISI Pasal 1 : Material Plafond 1. Material utama plafond adalah GYPSUM BOARD 9 MM DAN ACRILYC 5 MM dengan ukuran panel standard adalah 1220 mm x 2440 mm. 2. Material

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 69 TAHUN 2009 TANGGAL 5 OKTOBER 2009

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 69 TAHUN 2009 TANGGAL 5 OKTOBER 2009 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 69 TAHUN 2009 TANGGAL 5 OKTOBER 2009 STANDAR BIAYA OPERASI NONPERSONALIA TAHUN 2009 UNTUK SEKOLAH DASAR/MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI), SEKOLAH

Lebih terperinci

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBANGUNAN RUMAH LAYAK HUNI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG ESA BUPATI BERAU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG

BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG BAB V LAPORAN PROSES PENGAMATAN PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUKO SETIABUDHI - BANDUNG Dalam bahasan laporan mingguan proses pengamatan pelaksanaan proyek ini, praktikan akan memaparkan dan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Studi kasus pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah perancangan gedung

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Studi kasus pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah perancangan gedung BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1 Data Perencanaan Studi kasus pada penyusunan Tugas Akhir ini adalah perancangan gedung bertingkat 5 lantai dengan bentuk piramida terbalik terpancung menggunakan struktur

Lebih terperinci

PERATURAN BANGUNAN /BUILDING REGULATION

PERATURAN BANGUNAN /BUILDING REGULATION PERATURAN BANGUNAN /BUILDING REGULATION. PERATURAN BANGUNAN NASIONAL NATIONAL BUILDING REGULATION. UNDANG-UNDANG NO 28 TAHUN 2002 BANGUNAN GEDUNG.. KEPUTUSAN MENTERI PU NO 441/KPTS/1998 PERSYARATAN TEKNIS

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pelatihan BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Konsep Perancangan 5.1.1 Aspek Fungsional Pengelompokan berdasarkan area aktivitas besar : Pelatihan pelatihan kerja (teori&praktek) uji sertifikasi,informasi

Lebih terperinci

Perencanaan rumah maisonet

Perencanaan rumah maisonet Perencanaan rumah maisonet Pd-T-01-2005-C 1 Ruang lingkup Pedoman ini digunakan sebagai acuan dalam perencanaan rumah maisonet, sebagai arahan desain dan spesifikasi teknis yang diperuntukkan bagi para

Lebih terperinci

BAB I SYARAT SYARAT PENAWARAN

BAB I SYARAT SYARAT PENAWARAN DAFTAR ISI Halaman BAB I SYARAT SYARAT PENAWARAN... 1/7 Pasal 01 Maksud... 1/7 Pasal 02 Dokumen Pelelangan... 1/7 Pasal 03 Itikat Penawaran... 6/7 Pasal 04 Masa Berlaku Penawaran... 6/7 Pasal 05 Keabsahan

Lebih terperinci

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA > GSF-Aceh. Didalam Pelaksanaan Proyek, metode pelaksanaan sangat penting dilaksanakan, hal ini untuk mengetahui

Lebih terperinci

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Pertemuan ke-12 Materi Perkuliahan : Sistem penanggulangan bahaya kebakaran 1 (Sistem deteksi kebakaran, fire alarm, fire escape) SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I Kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI

BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI BAB V PENGEMBANGAN DESAIN KOMPONEN DINDING PREFABRIKASI 5.1. Pengembangan Desain Mengingat pengembangan sistem prefabrikasi ini ditujukan untuk pembangunan rumah secara massal, sistem ini akan lebih menguntungkan

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan 3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG HARGA KOMPONEN BANGUNAN DAN UPAH TENAGA KERJA SEBAGAI DASAR PENYESUAIAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK BANGUNAN

Lebih terperinci

PREDIKSI SOAL UJIAN NASIONAL KEJURUAN

PREDIKSI SOAL UJIAN NASIONAL KEJURUAN PREDIKSI SOAL UJIAN NASIONAL KEJURUAN Bidang Keahlian : Teknik Bangunan Program Keahlian : Teknik Gambar Bangunan Tahun : 2013 A 1. Sebuah konstruksi batang seperti gambar di atas, jenis tumpuan pada titik

Lebih terperinci

REKAPITULASI RENCANA ANGGARAN BIAYA

REKAPITULASI RENCANA ANGGARAN BIAYA REKAPITULASI RENCANA ANGGARAN BIAYA Kegiatan : 0 PEKERJAAN : PENGEMBANGAN PENETASAN LOKASI : BPTU KDI KEC. TAMBANG ULANG NO URAIAN PEKERJAAN JUMLAH (Rp) I. PEKERJAAN PERSIAPAN II. PEKERJAAN TANAH DAN PONDASI

Lebih terperinci

PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan

PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan PERATURAN MUATAN INDONESIA BAB I UMUM Pasal 1.0 Pengertian muatan 1. Muatan mati (muatan tetap) ialah semua muatan yang berasal dari berat bangunan dan atau unsur bangunan, termasuk segala unsur tambahan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

TUGAS BESAR STRUKTUR BAJA (S-1)

TUGAS BESAR STRUKTUR BAJA (S-1) TUGAS BESAR STRUKTUR BAJA (S-1) Nama NIM Dosen Pembimbing Rencanakan suatu bangunan baja bertingkat (5 lantai) dengan data data perencanaan sebagai berikut : 1. Lantai tingkat 5 : Penutup atap : a) tipe

Lebih terperinci

EBOOK PROPERTI POPULER

EBOOK PROPERTI POPULER EBOOK PROPERTI POPULER RAHASIA MEMBANGUN RUMAH TANPA JASA PEMBORONG M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT User [Type the company name] M.FAIZAL ARDHIANSYAH ARIFIN, ST. MT Halaman 2 KATA PENGANTAR Assalamu

Lebih terperinci

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang memadai. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini telah melakukan evaluasi terhadap kondisi jalur evakuasi darurat

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. 5.1 Konsep Tapak Bangunan Pusat Pengembangan dan Pelatihan Mesin Industri Zoning Handrail diperlukan di kedua sisi tangga dan harus ditancapkan kuat ke dinding dengan ketinggian 84.64 cm. 6. Pintu Ruangan Pintu ruang harus menggunakan panel kaca yang tingginya disesuaikan dengan siswa,

Lebih terperinci

DAFTAR ANALISA SNI DINAS PU CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN JEMBER TAHUN ANGGARAN 2012

DAFTAR ANALISA SNI DINAS PU CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN JEMBER TAHUN ANGGARAN 2012 DAFTAR ANALISA SNI DINAS PU CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN JEMBER TAHUN ANGGARAN 202 Wilayah Jember NO. JENIS PEKERJAAN BAHAN UPAH JUMLAH BULAT 2 B. PEKERJAAN TANAH Analisa SNI Dinas PU. Cipta Karya

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR 5.1 Program Dasar Perencanaan 5.1.1. Kapasitas dan Besaran Ruang Ruang merupakan wadah aktifitas pelaku. Oleh karena itu, rencana besaran ruang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan suatu kombinasi antara beton dan baja tulangan. Beton bertulang merupakan material yang kuat

Lebih terperinci

Lampiran 1 Linieritas Kualifikasi S-1/D-IV dengan Bidang Studi Sertifikasi

Lampiran 1 Linieritas Kualifikasi S-1/D-IV dengan Bidang Studi Sertifikasi Lampiran 1 Linieritas Kualifikasi S-1/D-IV dengan Bidang Studi Sertifikasi Linier yang dimaksudkan di sini adalah kesesuaian antara bidang studi pada ijasah S-1/D-IV dengan bidang studi sertifikasi guru

Lebih terperinci

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA BAB VIII RENCANA ANGGARAN BIAYA VIII.1 Umum Rencana anggaran biaya merupakan perkiraan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk membangun sistem penyaluran dan pengolahan air buangan mulai dari perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Struktur bangunan bertingkat tinggi memiliki tantangan tersendiri dalam desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki faktor resiko

Lebih terperinci

PASSING GRADE SMK NEGERI DKI JAKARTA 2009

PASSING GRADE SMK NEGERI DKI JAKARTA 2009 PASSING GRADE SMK NEGERI DKI JAKARTA 2009 Status seleksi : Akhir Diumumkan pada : 10 Juli 2009 pk 15:30 WIB Wilayah seleksi : Jakarta Nama Sekolah Terendah Tertinggi Rata-rata SMK NEGERI 1 Teknik Instalasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan

Lebih terperinci

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR KONSEP EKSTERIOR Konsep wujud pada masa rancangan memiliki elemen yang sama antara satu dengan yang lainnya. Yaitu kesamaan warna, tekstur, masiv void, pola, dan juga material. Ini terlihat pada detail

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG V. KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam merancang sebuah sekolah mengengah luar biasa tunanetra ialah dengan cara membuat skenario perancangan pada desain yang

Lebih terperinci

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen terpenting dari suatu proyek pembangunan, karena kumpulan berbagai macam material itulah yang

Lebih terperinci

1- PENDAHULUAN. Baja Sebagai Bahan Bangunan

1- PENDAHULUAN. Baja Sebagai Bahan Bangunan 1- PENDAHULUAN Baja Sebagai Bahan Bangunan Sejak permulaan sejarah, manusia telah berusaha mencari bahan yang tepat untuk membangun tempat tinggalnya, jembatan untuk menyeberangi sungai dan membuat peralatan-peralatan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

GAMBAR : PEMBANGUNAN BARU GEDUNG ICU/ICCU

GAMBAR : PEMBANGUNAN BARU GEDUNG ICU/ICCU PEMERINTAH DAERAH Jln. Trans Halmahera - Maba PEMBANGUNAN BARU GEDUNG /ICCU LOKASI : KOTA - TAHUN ANGGARAN 201 B 22. 4. 3.0 3.0 3.0 3.0 4. PEMERINTAH DAERAH TAHUN ANGGARAN 201 PEMBANGUNAN GEDUNG BARU /ICCU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PEMILIHAN JENIS STRUKTUR Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain

Lebih terperinci

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG I. PENDAHULUAN Pada proyek konstruksi memungkinkan adanya kasus hukum yang terjadi karena adanya penyimpangan terhadap kontrak. Kasus hukum tersebut berdampak bagi pihak yang

Lebih terperinci

DAFTAR ANALISA PEKERJAAN

DAFTAR ANALISA PEKERJAAN DAFTAR ANALISA PEKERJAAN SATUAN HARGA Harga Harga I PEKERJAAN PERSIAPAN 1.4 1 M' Pengukuran dan Pemasangan Bouwplank 0.012 M 3 Kayu 5/7 kelas III 0.020 Kg Paku Biasa 0.007 M 3 Kayu Papan 3/20 0.100 Oh

Lebih terperinci

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Pondasi

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Pondasi Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Pondasi Pekerjaan pondasi yang telah disetting dalam software rab meliputi pekerjaanpekerjaan sebagai berikut: 1. Galian tanah pondasi 2. Pasangan Pondasi Batu Kosong

Lebih terperinci

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN SPESIFIKASI TEKNIS Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN 1. Nama Kegiatan : Penataan Listrik Perkotaan 2. Nama pekerjaan : Penambahan Lampu Taman (65 Batang) 3. Lokasi : Pasir Pengaraian Pasal 2 PEKERJAAN

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1. Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun bersubsidi kriteria utama yang diterapkan adalah : Dapat mencapai kenyamanan di dalam ruang bangunan yang berada pada iklim

Lebih terperinci

1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI ) 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983)

1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI ) 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983) 7 1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989) 2. Perencaaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung SNI-03-1726-2002 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983)

Lebih terperinci

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Atap

Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Atap Panduan Menghitung Volume Pekerjaan Atap Pekerjaan atap yang diseting pada software rab meliputi pekerjaan sbb: 1. Rangka atap baja ringan 2. Tutup atap genting plentong 3. Genting bubung plentong 4. Listplang

Lebih terperinci

B. BENTUK, FORMAT DAN ISI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI

B. BENTUK, FORMAT DAN ISI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI B. BENTUK, FORMAT DAN ISI FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI Kepada Yth. Bupati Pati Cq. Kepala Dinas di Pati FORMULIR PERMOHONAN SERTIFIKAT LAIK FUNGSI Yang bertanda tangan di bawah ini : Pemohon

Lebih terperinci

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA 8.1. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana anggaran biaya (RAB) adalah tolok ukur dalam perencanaan pembangunan,baik ruma htinggal,ruko,rukan maupun gedung lainya. Dengan RAB

Lebih terperinci

SAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK

SAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK SAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK Fx. Nurwadji Wibowo ABSTRAKSI Ereksi beton pracetak memerlukan alat berat. Guna mengurangi beratnya perlu dibagi menjadi beberapa komponen, tetapi memerlukan

Lebih terperinci

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi

Panduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi Panduan Praktis Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung 0393 Telp:(022) 7798393 ( lines), Fax: (022) 7798392, E-mail: info@puskim.pu.go.id, Website: http://puskim.pu.go.id

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK )

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) REHAB GEDUNG KANTOR YANG DIPINJAM PAKAI OLEH PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DAN PEMERINTAH PUSAT KEPADA PEMERINTAH KOTA GUNUNGSITOLI (DAU-2017) BIDANG PERUMAHAN, PRASARANA,SARANA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu rencana realistis, praktis dan pragmatis yang telah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai 8 BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Pada Pelat Lantai Dalam penelitian ini pelat lantai merupakan pelat persegi yang diberi pembebanan secara merata pada seluruh bagian permukaannya. Material yang digunakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin

BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN. dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin BAB VI KLASIFIKASI KONSEP DAN APLIKASI RANCANGAN Pusat Pendidikan dan Pelatihan Bagi Anak Putus Sekolah Di Sidoarjo dirancang berangkat dari permasalahan kualitas ruang pendidikan yang semakin menurun.

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental,

BAB VI HASIL RANCANGAN. tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar perancangan Hasil perancangan sentra industri batu marmer adalah penerapan dari tema Sustainable Architecture yang menerapkan tiga prinsip yaitu Environmental, Social dan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL PROFESIONAL UKG 2015

KISI-KISI SOAL PROFESIONAL UKG 2015 KISI-KISI SOAL PROFESIONAL UKG 2015 PAKET KEAHLIAN: TEKNIK GAMBAR BANGUNAN KOMPETENSI STANDAR KOMPETENSI GURU NO UTAMA KOMPETENSI MATA KOMPETENSI INTI GURU INDIKATOR ESENSIAL/ IPK PELAJARAN a b c d e 1

Lebih terperinci

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN. Nomor : Add. 02/03/PK/Indag.01/ULP-HB/VII/2015. Tanggal : 22 Juli untuk Pekerjaan PEMBANGUNAN PASAR RAKYAT

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN. Nomor : Add. 02/03/PK/Indag.01/ULP-HB/VII/2015. Tanggal : 22 Juli untuk Pekerjaan PEMBANGUNAN PASAR RAKYAT ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN Nomor : Add. 02/03/PK/Indag.01/ULP-HB/VII/2015 Tanggal : 22 Juli 2015 untuk Pekerjaan PEMBANGUNAN PASAR RAKYAT Kelompok Kerja II Konstruksi Unit Layanan Pengadaan PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERTEMUAN X LANTAI DAN TANGGA. Oleh : A.A.M

PERTEMUAN X LANTAI DAN TANGGA. Oleh : A.A.M PERTEMUAN X LANTAI DAN TANGGA Oleh : A.A.M LANTAI BANGUNAN Plat lantai yang ditinjau adalah pelat lantai yang tidak terletak diatas tanah langsung. Plat lantai tingkat pada bangunan pada umumnya ditumpu

Lebih terperinci

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang BAB II TINJAUAN PIISTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dapat dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap (Senol,Utkii,Charles,John Benson, 1977), yaitu : 2.1.1 Tahap perencanaan (Planningphase)

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. Lembaga Sandi Negara. Tempat Kegiatan Sandi. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. Lembaga Sandi Negara. Tempat Kegiatan Sandi. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.186, 2010 Lembaga Sandi Negara. Tempat Kegiatan Sandi. PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR TEMPAT KEGIATAN SANDI

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan sistem protekasi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung.

Tata cara perencanaan sistem protekasi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung. Tata cara perencanaan sistem protekasi pasif untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung. 1. Ruang lingkup. 1.1. Standar ini ditujukan untuk mengamankan dan menyelamatkan jiwa, harta

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT 6.1. Fungsi Bangunan Fungsi dari bangunan Student Apartment ini sendiri direncanakan sebagai tempat untuk mewadahi suatu hunian yang dikhususkan

Lebih terperinci