BAB I PENDAHULUAN. liberal, memunculkan banyak tokoh yang merubah dan mempengaruhi kebijakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. liberal, memunculkan banyak tokoh yang merubah dan mempengaruhi kebijakan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan politik pemerintahan Belanda terhadap negeri jajahan pada awal abad ke-20 mengalami perubahan. Berkuasanya kaum liberal di parlemen Belanda turut menentukan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah Belanda terhadap negeri jajahan. Kaum liberal yang mengusung kebebasan dan persamaan derajat menginginkan agar negeri jajahan diberikan kesejahteraan. Berkuasanya kaum liberal, memunculkan banyak tokoh yang merubah dan mempengaruhi kebijakan Belanda di Hindia-Belanda. Mereka antara lain Van Deventer, P. Brooshooft, dan Van Limburg Stirum. Para tokoh tersebut menciptakan pemikiran baru terhadap negeri jajahan yang di Hindia Belanda dikenal dengan Politik Etis. 1 Sejak tahun 1900 pemerintah Hindia Belanda mulai menjalankan politik etis di tanah jajahannya sebagai politik balas budi, sehingga orang Indonesia dilibatkan dalam hal yang menjadi kepentingannya. Politik Etis resmi menjadi kebijakan pemerintah Hindia Belanda. Kebijakan tersebut merupakan bentuk kolonialisme baru. 2 Kebijakan politik etis bidang pendidikan bertujuan untuk menghasilkan elite baru yang bisa diajak kerjasama oleh pemerintah kolonial Belanda, tetapi tidak 1 Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan Nasional. (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.1999). hlm R. Nieuwenhuys, Melalui Cermin Seni Sastra, dalam H. Baude dan I.J. Brugmans (peny), Balans van Beleid, Terugblik op de Laatste halve eeuw van Nederlandsch-Indie, terj. Amir Sutaagra, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1987), hlm

2 2 sedikit kaum elite yang merasa tidak puas. Ketidakpuasan itu memicu kaum elite terpelajar pribumi berbalik memimpin gerakan anti penjajahan. 3 Perubahan arah politik kolonial dan semakin buruknya kondisi politik, ekonomi, sosial, dan budaya menyebabkan kebangkitan Islam Nusantara. 4 Hal ini mendorong penduduk pribumi untuk mengubah perjuangan melawan Belanda dari strategi militer ke perlawanan yang damai dan terorganisir. 5 Pada awal abad ke-20 kesadaran rakyat Indonesia mengalami peningkatan di berbagai hal. Muncul berbagai organisasi-organisasi yang terorganisasi dan strategis yang membawa arah perubahan kedepannya. Kebangkitan Islam semakin berkembang dengan munculnya organisasi-organisasi sosial keagamaan, diantaranya adalah Muhammadiyah. 6 Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Zulhijah 1330 H. bertepatan dengan 18 November 1912 M. di Yogyakarta. 7 Amal usaha Muhamadiyah menjadikan organisasi ini mewujud dalam bentuk gerakan civil society lewat gerakan dakwah. Keberadaannya sebagai civil 3 M. C. Riklefs, Sejarah Indonesia Modern , (Jakarta : Serambi, 2005), hlm Husain Haikal, Dinamika Muhammadiyah Menuju Indonesia Baru, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (No. 25, th ke-6, September 2000), hlm M. Ali Haidar, Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia: Pendekatan Fiqih dalam Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995), hlm Husain Haikal, Sayap Pembaharu & Tradisional Islam (Mitos atau Realitas?), Al-Jami ah, (No. 2, Vol. 38, Tahun 2000), hlm H. M. Yusran Asmuni, Aliran Modern Dalam Islam, ( Surabaya: Al Ikhlas,1982), hlm. 103.

3 3 society (organisasi kemasyarakatan) yang mencurahkan perhatian utamanya pada bidang keagamaan, sosial, dan pendidikan. 8 Sebagai organisasi masyarakat atau civil society Muhammadiyah telah menjalankan politiknya 9, dalam kehidupan nasional Muhammadiyah telah berkiprah untuk pergerakan kebangkitan kebangsaan, meletakkan fondasi Negara dan cita-cita kemerdekaan, 10 serta memelihara politik Islam. Latar belakang berdirinya Muhammadiyah dikarenakan K.H. Ahmad Dahlan merasa sedih dan gelisah melihat keadaan kaum Muslim Indonesia dan khususnya di Yogyakarta. Hal tersebut disebabkan oleh faktor internal, yaitu kondisi umat Islam Indonesia pada saat itu secara umum rendahnya pemahaman terhadap ajaran Islam sebagai akibat rendahnya kualitas pendidikan yang dimiliki. 11 Faktor eksternal yaitu semakin meningkatnya gerakan kristenisasi di tengah tengah masyarakat Indonesia, penetrasi bangsa-bangsa Eropa, terutama bangsa Belanda ke Indonesia, dan pengaruh dari gerakan pembaharuan dalam dunia Islam. Pada awal 2001), hlm Suwarno, Muhammadiyah Sebagai Oposisi, (Yogyakarta: UII Press, 9 Dari awal mula berdirinya organisasi Muhammadiyah yang dipimpin K.H. Ahmad Dahlan, bidang politik bukan menjadi hal yang utama, karena sejak awal mula berdirinya organisasi ini memiliki misi dalam hal keagamaan. Meskipun demikian, bukan berarti bahwa pemikiran yang disampaikan K.H. Ahmad Dahlan tidak ada sama sekali yang berbau politik. Memang Ahmad Dahlan tidak terangterangan berbicara politik, namun bukan berarti ia tidak memberikan garis besar pemikiran politiknya. Lihat dalam Leny Marlina, Kajian Terhadap Perkembangan Sekolah Muhammadiyah, TA DIB, Vol. XVII, No. 01, Edisi Juni 2012, hlm Hedar Nashir, Muhammdiyah Abad Kedua, (Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2011), hlm Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989), hlm. 24.

4 4 pendiriannya perkumpulan ini hanya bergerak dalam bidang sosial, pendidikan, keagamaan saja, namun bukan berarti tidak bergerak dalam bidang politik. 12 Bagi K.H. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah merupakan ideologi perlawanan terhadap penjajah, yang orientasinya melalui pembaharuan sosial yang mempertahankan identitas kultural dan menolak otoriter birokrasi kolonial. 13 Dalam perjalanan kehidupan K.H. Ahmad Dahlan tidak lepas dari pergerakan politik dan komunikasi politik demi tercapainya tujuan mendirikan Muhammadiyah. Komunikasi politik intensif dilakukan oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan beberapa organisasi sosial. Hubungan dan komunikasi politik tersebut ketika Budi Utomo mengambil peran dalam proses permohonan pendirian Muhammadiyah kepada pemerintah. Pada ranah politik, ketika berhadapan dengan pemerintah kolonial dalam taktik Muhammadiyah memilih politik kooperatif, ketika kebanyakan perkumpulan dan pergerakan memilih non-kooperatif. 14 Dalam praktik politik sehari-hari K.H. Ahmad Dahlan, selalu menjalin hubungan bahkan menjadi bagian dari pihak-pihak yang memiliki pilihan beda tersebut. K.H Ahmad Dahlan menjalin kedekatan dengan tokoh-tokoh Budi Utomo seperti dr. Wahidin Soediro Hoesodo. Bahkan K.H. Ahmad Dahlan pernah menjadi Penasehat Boedi Oetomo. Begitu juga dengan tokoh-tokoh Sarekat Islam (SI) 12 Deliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia , (Jakarta: LP3ES. 1996), hlm Achmad Jainuri, Ideologi Kaum Reformis (Surabaya: LPAM, 2002), hlm. 14 Zuli Qodir, dkk. Ijtihad politik Muhammadiyah : Politik Sebagai Asmaul Husna, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2015), hlm. 35.

5 5 seperti, H.O.S Tjokro Aminoto. K.H Ahmad Dahlan juga pernah menjadi anggota dan Penasehat organisasi ini. Pada waktu Sarekat Islam (SI) mengadakan kongres di Cirebon tahun 1921, Muhammadiyah membantu penyelenggaraannya K.H Ahmad Dahlan diminta memberi prasaran. 15 Berdirinya Muhammadiyah bermula dari perbincangan K.H. Ahmad Dahlan dan Organisasi Budi Utomo. Pertemuan K.H. Ahmad Dahlan dengan Budi Utomo dimulai tahun 1909 melalui Djojosumarto. Pertemuan itu menyebabkan K.H. Ahmad Dahlan ditunjuk sebagai penasihat masalah-masalah agama. Melalui posisi ini K.H. Ahmad Dahlan memulai sasaran gandanya yaitu mempelajari ilmu keorganisasian dan mengaktualisasikan ajaran Islam. 16 Sebelum Muhammadiyah tersebar merata di seluruh Indonesia, K.H. Ahmad Dahlan telah melakukan berbagai upaya legalisasi terhadap organisasi yang baru didirikannya itu. Upaya untuk mengeksistensikan gerakan politiknya K.H. Ahmad Dahlan pertama kali dapat ditelusuri ketika berusaha mencari pengakuan badan hukum oleh pemerintahan Hindia Belanda, yang akhirnya Muhammadiyah mendapat pengesahan dari permohanannya, tepatnya tanggal 22 Agustus 1914 dan ditetapkan 15 Naskah Tali Pengikat Hidup Manusia yang disampaikan dalam Konggres Tahunan Muhammadiyah bulan Desember 1922 dan Peringatan Bagi Sekalian Muslimin (Muhammadiyyin) sebagai naskah prasaran dalam Kongres Islam Cirebon Kedua pemikirannya ini secara tidak langsung berhubungan sistem politik. Lihat juga dalam, Leny Marlina, Kajian Terhadap Perkembangan Sekolah Muhammadiyah, TA DIB, Vol. XVII, No. 01, Edisi Juni hlm Syarifuddin Jurdi, Muhammadiyah dalam Dinamikan Politik Indonesia , (Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2010). hlm

6 6 melalui peraturan Besluit No.81. Meski statusnya sebagai ormas keagamaan, Muhammadiyah justru lebih banyak bersinggungan dengan politik praktis. 17 K.H. Ahmad Dahlan mengakui pentingnya mempelajari politik bagi organisasinya dimasa depan. Dimulai pada awal perkembangan Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan yang sudah aktif bekerja sama dengan gerakan politik Sarekat Islam (SI). 18 K.H. Ahmad Dahlan menjadi anggota yang aktif dari Sarekat Islam (SI) tersebut. Kedekatan K.H. Ahmad Dahlan dengan Sarekat Islam (SI) dan Budi Utomo dapat dikatakan sebagai titik awal Muhammadiyah bersinggungan dengan politik dan mempunyai peranan dalam kancah perpolitikan di Indonesia. 19 Berdasarkan latarbelakang, peneliti tertarik untuk membahas hal tersebut yang dituangkan dalam sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi yang berjudul Perjuangan Politik K.H. Ahmad Dahlan Dalam Muhammadiyah Di Yogyakarta B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana riwayat hidup K.H. Ahmad Dahlan? 2. Bagaimana situasi politik awal abad ke-20? 3. Bagaimana gerakan politik K.H. Ahmad Dahlan? 17 Ibid. hlm Syaifullah, Gerak Politik Muhammadiyah dalam Masyumi, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997). hlm M. Nasruddin Anshoriy Ch, Matahari Pembaharuan : Rekam Jejak K.H. Ahmad Dahlan, (Yogyakarta : Yogya Bangkit Publisher, 2010), hlm. 54.

7 7 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum a. Sebagai sarana untuk melatih penerapan metode penelitian sejarah dan historiografi yang telah diperoleh selama masa perkuliahan. b. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan koleksi sejarah untuk pengembangan ilmu sejarah. c. Melatih daya pikir kritis, analisis, dan obyektif dalam menulis karya sejarah. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui riwayat hidup K.H. Ahmad Dahlan. b. Mengetahui situasi politik awal abad ke-20. c. Mengetahui Gerakan Politik K.H. Ahmad Dahlan. D. Manfaat Penelitian Dalam penulisan ini, diharapkan dapat memberi manfaat bagi peneliti itu sendiri dan bagi pembaca tulisan ini nantinya. 1. Bagi peneliti a. Sebagai indikator untuk mengetahui kemampuan meneliti dan menganalisa suatu peristiwa sejarah, serta menyajikannya dalam bentuk suatu karya sejarah. b. Memberikan suatu inspirasi dari sejarah bahwa dengan adanya semangat dan niat maka hambatan apapun akan dapat dilewati.

8 8 c. Melatih kemampuan peneliti dan merekonstruksi sebuah peristiwa sejarah yang bersikap objektif sehingga menarik untuk dibaca. 2. Bagi Pembaca a. Diharapkan dapat menambah wawasan pembaca tentang kesejarahan, sehingga dapat menilai secara kritis terhadap peristiwa-peristiwa yang ada di Indonesia. b. Diharapkan dapat membantu pembaca untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang jelas mengenai Perjuangan Politik K.H. Ahmad Dahlan Dalam Muhammadiyah Di Yogyakarta c. Sebagai referensi yang sejenis untuk penelitian pada masa yang akan datang. E. Kajian Pustaka Kajian pustaka adalah telaah terhadap pustaka atau literatur yang menjadi landasan pemikiran dalam penelitian. 20 Dari telaah tersebut pada akhirnya berguna sebagai jawaban sementara dari rumusan masalah. K.H. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah bernama Raden Ngabei Ngabdul Darwis kemudian dikenal dengan nama Muhammad Darwisy. 21 Ayahnya seorang alim bernama K.H. Haji Abu Bakar bin K.H. Haji Sulaiman, 20 Tim Prodi Ilmu Sejarah, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Ilmu Sejarah, (Yogyakarta : Program Studi Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta, 2013), hlm Abdul Munir Mulkhan, Etika Welas Asih dan Reformasi Soaial Budaya Kyai Ahmad Dahlan (Jakarta: Bentara, Kompas, 2005), hlm. 3.

9 9 seorang Khatib di Masjid Agung Kesultanan Yogyakarta. Ibunya adalah putri Haji Ibrahim bin K.H. Haji Hassan, pejabat penghulu kesultanan. 22 Dalam silsilah ia termasuk keturunan kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang wali besar dan seorang yang terkemuka diantara Wali Songo, yang merupakan pelopor pertama dari penyebaran dan pengembangan Islam di Tanah Jawa. 23 Pada abad ke-19 berkembang suatu tradisi mengirimkan anak kepada guru untuk menuntut ilmu. Menurut Karel Steebbrink sebagaimana yang dikutip oleh Weinata Sairin ada enam macam guru yang terkenal pada masa itu; guru ngaji Quran, guru kitab, guru tarekat, guru untuk ilmu ghaib, penjual jimat dan lain-lain, guru yang tidak menetap disuatu tempat. Dari lima macam guru tadi, K.H. Ahmad Dahlan belajar mengaji Quran pada ayahnya, sedangkan belajar kitab pada guruguru lain. 24 Pada tahun 1890 K.H. Ahmad Dahlan berangkat ke Mekkah untuk melanjutkan studinya dan bermukim di sana selama setahun. Merasa tidak puas dengan hasil kunjungannya yang pertama, maka pada tahun 1903, K.H. Ahmad Dahlan berangkat lagi ke Mekkah dan menetap selama dua tahun. Pada permulaan abad ke-20 pemerintah Hindia Belanda mulai menjalankan politik etis di tanah jajahannya sebagai politik balas budi. Kebijakan tersebut merupakan bentuk kolonialisme baru. Kebijakan politik etis bidang pendidikan 22 Junus Salam, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Tangerang: Al- Wasat Publising House, 2009), hlm Junus Salam, Riwayat Hidup KH. Ahmad Dahlan, (Yogyakarta: TB Yogya, 1968),hlm Weinata Sairin, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), hlm. 39.

10 10 bertujuan untuk menghasilkan elite baru yang bisa diajak kerjasama oleh pemerintah kolonial Belanda, tetapi tidak sediki kaum elite yang merasa tidak puas. Ketidakpuasan itu memicu kaum elite terpelajar pribumi berbalik memimpin gerakan anti penjajahan. 25 Awal abad ke-20 kesadaran rakyat Indonesia mengalami peningkatan di berbagai hal. Muncul berbagai organisasi-organisasi yang terorganisasi dan strategis yang membawa arah perubahan kedepannya. Kebangkitan Islam semakin berkembang dengan munculnya organisasi-organisasi sosial keagamaan, diantaranya adalah Muhammadiyah. 26 Pertemuan K.H. Ahmad Dahlan dengan Budi Utomo dimulai tahun 1909 melalui Djojosumarto. Pertemuan itu menyebabkan dirinya tertarik dengan organisasi tersebut. K.H. Ahmad Dahlan ditunjuk sebagai penasihat masalah-masalah agama. Melalui posisi ini K.H. Ahmad Dahlan memulai sasaran gandanya yaitu mempelajari ilmu keorganisasian dan mengaktualisasikan ajaran Islam. 27 Lahirnya Budi Utomo 20 Mei 1908, membuat K.H. Ahmad Dahlan beserta teman-temannya di Kauman mulai bergabung. Berdirinya Muhammadiyah bermula dari perbincangan K.H. Ahmad Dahlan dan Organisasi Budi Utomo. Budi Utomo 25 M. C. Riklefs, Sejarah Indonesia Modern , (Jakarta : Serambi, 2005), hlm Husain Haikal, Sayap Pembaharu & Tradisional Islam (Mitos atau Realitas?), Al-Jami ah, (No. 2, Vol. 38, Tahun 2000), hlm Syarifuddin Jurdi, op.cit. hlm

11 11 merupakan organisasi modern saat itu yang digunakan K.H. Ahmad Dahlan sebagai pintu gerbang membuka jalan bagi berdirinya Muhammadiyah. 28 Untuk mewujudkan cita-citanya KH. Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330 Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama Muhammadiyah. Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember 1912 dengan mengirim Statuten Muhammadiyah (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22 Agustus Dalam Statuten Muhammadiyah yang pertama itu, tanggal resmi yang diajukan ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November F. Historiografi yang Relevan Historiografi yang relevan adalah kajian-kajian historis yang mendahului sebuah penelitian dengan tema atau topik yang hampir sama. Fungsi dari historiografi yang relevan adalah untuk menunjukkan keaslian atau orisinilitas sebuah karya ilmiah. 30 Historiografi yang relevan merupakan bagian yang penting dalam penelitian karena berfungsi sebagai alat pembanding dengan penelitian yang 28 M. Nasruddin Anshoriy Ch, Matahari Pembaharuan : Rekam Jejak K.H. Ahmad Dahlan, (Yogyakarat : Yogya Bangkit Publisher, 2010), hlm Tim Pembina Al-Islam dan KeMuhammadiyahan, Muhammadiyah Sejarah Pemikiran dan Amal Usaha, (Yogyakarta: PT TIARA WACANA YOGYA, 1990), hlm Jurusan Pendidikan Sejarah, Pedoman Penulisan Tugas Akhir Skripsi. (Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sejarah, FISE UNY, 2006), hlm. 3.

12 12 lainnya agar tidak terjadi kesamaan dalam penelitian. Berdasarkan pernyataan di atas, peneliti menemukan beberapa historiografi yang relevan dengan skripsi ini. Skripsi karya Nor Tofik UIN 1992, yang berjudul Pemikiran K.H. Ahmad Dahlan Dalam Pembaharuan Pendidikan Islam Di Indonesia. Dalam skripsi ini dijelaskan bagaimana sejarah pendidikan Islam di Indonesia, riwayat hidup K.H. Ahmad Dahlan serta pemikirannya dalam pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia. Persamaan peneliti dengan Nor Tofik adalah sama-sama membahas K.H. Ahmad Dahlan, sedangkan perbedaannya dari periodesasi waktu, dan tempat. Peneliti lebih memfokuskan penelitian ini pada perilaku dan perjuangan politik K.H. Ahmad Dahlan. Sedangkan Nor Tofik membahas K.H. Ahmad Dahlan dalam bidang pembaharuan pendidikan. Skripsi karya Aji Digdaya UNY 2012, yang berjudul Peran Muhammadiyah Dalam Pergerakan Di Yogyakarta Dalam skripsi ini dijelaskan mengenai latarbelakang Muhammadiyah berdiri, pergerakan Muhammadiyah dalam berbagai bidang baik bidang pendidikan, sosial dan politik. Persamaan peneliti dengan Aji Digdaya adalah sama-sama membahas mengenai Organisasi Muhammadiyah dan seting tempat yang sama yakni Yogyakarta, sedangkan perbedaanya peneliti membahas perilaku dan perjuangan politik K.H. Ahmad Dahlan, namun Aji Digdaya hanya membahas mengenai Muhammadiyah secara umum. Kemudian dalam periodesasi juga berbeda yakni peneliti pada tahun , Aji Digdaya pada tahun Skripsi karya Annisa Triana UNY 2014, yang berjudul Peran Muhammadiyah Dalam Bidang Politik Di Yogyakarta Tahun Dalam

13 13 skripsi ini dijelaskan mengenai pergerakan politik Muhammadiyah tahun Persamaan peneliti dengan Annisa Triana adalah sama-sama membahas mengenai bidang politik dan seting tempat yang sama yakni Yogyakarta, sedangkan perbedaanya peneliti membahas perilaku dan perjuangan politik K.H. Ahmad Dahlan sedangkan Annisa Triana membahas mengenai Politik Muhammadiyah. Kemudian dalam periodesasi juga berbeda yakni peneliti pada tahun , Annisa Triana pada tahun G. Metode Penelitian Sejarah memiliki metode sendiri dalam mengungkapkan peristiwa masa lampau. Metode penelitian sejarah adalah seperangkat aturan dan prinsip sistematis untuk mengumpulkan sumber-sumber sejarah secara efektif, menilainya secara kritis dan mengajukan sintesis dari hasil-hasil dalam bentuk tulisan. 31 Seorang sejarawan dalam memulai penulisan sejarah, harus mengumpulkan sumber secara sistematis yang berkaitan dengan kejadian-kejadian masa lampau. Hal ini untuk menguji kebenaran, sehubung dengan sebab akibat kecenderungan kajian tersebut yang dapat menerangkan kejadian masa kini dan mengantisipasi masa yang akan datang. Penelitian ini bersifat kualitatif yang bertumpu pada telaan pustaka, baik berupa buku-buku, ensiklopedi, jurnal, maupun internet. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dan metode yang digunakan adalah metode sejarah dengan 31 Dudung Abdurahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm

14 14 mengkaji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau berdasarkan data yang diperoleh. 1. Heuristik (Pengumpulan Sumber) Heuristik berasal dari bahasa Yunani heuriskein yang berarti mencari atau menemukan jejak-jejak sejarah. Heuristik merupakan kegiatan pengumpulan sumber yang digunakan dalam penelitian. 32 Heuristik merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian sejarah, yaitu suatu kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan data-data, atau materi sejarah atau evidensi sejarah. 33 Kegiatan ini ditunjukan untuk menemukan serta mengumpulkan jejak-jejak dari peristiwa sejarah yang sebenarnya mencerminkan berbagai aspek aktifitas manusia lampau. Tujuannya agar kerangka pemahaman yang didapatkan berdasarkan sumber-sumber yang relevan untuk dapat disusun secara jelas, lengkap dan menyeluruh. Sumber yang digunakan dalam penulisan ini adalah sumber primer dan sekunder. a. Sumber Primer Sumber primer merupakan informasi yang didapatkan secara langsung dari tangan pertama, atau langsung dibuat (waktu sama) dengan peristiwa yang dikaji. 34 Data-data dicatat dan dilaporkan oleh pengamat atau partisipan yang benar-benar 32 Luois Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta : UI Press, 1985), hlm Saefur Rochmat, Ilmu Sejarah Dalam Perspektif Ilmu Sosial. (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm Louis Gottschalk, op.cit., hlm. 43.

15 15 mengalami atau menyaksikan suatu peristiwa sejarah. Dalam peneletian ini sumber primer yang digunakan peneliti diantaranya : Anggaran Dasar Muhammadiyah 1912 Anggaran Dasar Muhammadiyah 1914 Anggaran Dasar Muhammadiyah 1921 EXTRACT uit het Register den Besluiten van de Gouverneur General van Nederlandsch-Indie. Buitenzorg, den 22 sten Augustus 1914, No. 81. UITREKSEL, uit het Register den Besluiten van de Gouverneur General van Nederlandsch-Indie. Batavia, den 16 Augustus 1920, No. 40. UITREKSEL, uit het Register den Besluiten van de Gouverneur General van Nederlandsch-Indie. Batavia, den 2 September 1921, No. 36. b. Sumber Sekunder Sumber sekunder adalah sumber-sumber yang berasal bukan dari pelaku atau saksi atau kata lain pengkisah hanya tau peristiwa dari pelaku atau saksi. Sumber sekunder digunakan oleh para sejarawan dalam empat hal yaitu sebagai berikut : untuk mengenali latar belakang yang cocok dengan bukti-bukti sezaman mengenai subyek, untuk memperoleh interpretasi dan hipotesis mengenai masalah yang sama namun hanya untuk menguji atau memperbaiki. 35 Dalam penelitian ini buku sementara yang peneliti gunakan diantaranya : Ahmad Faizin Karimini, Pemikiran dan Perilaku Politik K.H. Ahmad Dahlan, (Gresik : MUHI Press, 2012) Aqib Suminto, Politik Islam Hindia Belanda. (Jakarta: LP3ES, 1985). Arbiyah Lubis, Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh, (Jakarta: Bulan Bintang, 1989). hlm A. Daliman, Metode Penelitian Sejarah, (Yogyakarta : Ombak, 2012),

16 16 Junus Salam, Riwayat Hidup K.H. Ahmad Dahlan (Yogyakarta: TB Yogya, 1968). M. Nasruddin Anshoriy Ch, Matahari Pembaharuan : Rekam Jejak K.H. Ahmad Dahlan, (Yogyakarat : Yogya Bangkit Publisher, 2010). Majelis Diktilitbang dan LPI PP Muhammadiyah, 1 Abad Muhammadiyah - Gagasan Pembaharuan Sosial Keagamaan. (Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara, 2010). Syaifullah, Gerak Politik Muhammadiyah dalam Masyumi, (Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1997). Weinata Sairin, Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995) 2. Kritik Sumber Setelah sejarawan berhasil mengumpulkan sumber-sumber dalam penelitian. Langkah selanjutnya harus menyaring secara kritis terutama terhadap sumber primer, agar kemudian terjaring fakta-fakta sejarah yang menjadi pilihannya. 36 Dalam penelitian ini, peneiti harus mencari keabsahan data dengan melakukan penyaringan secara kritis. Kritik sumber dibagi menjadi dua yaitu kritik ekstern dan kritik intern. Terhadap sumber-sumber primer maupun sumber sekunder, kritik ekstern berkaitan dengan otentitas atau keaslian sumber sedangkan kritik intern lebih berkaitan dengan kredibilitas atau kebiasaan dipercayai. 3. Interpretasi Interpretasi dapat diartikan sebagai penafsiran. Penafsiran ini sendiri dilakukan terhadap sumber-sumber yang ditemukan. Dalam melakukan penafsiran, seorang peneliti sejarah harus melakukan analisis sesuai dengan fokus penelitiannya. Dengan adanya penafsiran ini, diharapkan penulisan sejarah akan hlm Helius Syamsudin, Metodologi Sejarah, (Yogyakarta : Ombak, 2007),

17 17 lebih bersifat objektif dalam batas keilmiahannya. Sejarawan yang jujur, akan mencantumkan data dan keterangan dari mana data itu diperoleh Penulisan Sejarah (Historiografi) Historiografi yaitu langkah terakhir dengan menghubungkan peristiwa yang satu dengan yang lain sehingga menjadi sebuah rangkaian sejarah yang kronologis dan sistematis. Dalam penulisan sejarah, aspek kronologis sangat penting. 38 Dari tahap pengumpulan sumber, menilai sumber dan menafsirkan sumber. Historiografi merupakan tahap terakhir yaitu menentukan data-data yang sudah ada menjadi sebuah kisah sejarah dalam bentuk sebuah tulisan yang bisa dibaca oleh banyak orang. H. Pendekatan Penelitian Permasalahan inti dari metodologi dalam ilmu sejarah adalah masalah pendekatan (approach). 39 Proses rekonstruksi sejarah atau penggambaran mengenai suatu peristiwa sejarah sangat tergantung pada pendekatan yang dilakukan dalam penelitian. Sejarah yang sangat terbatas dengan teori, sementara permasalahan yang harus dikaji sangatlah komplek. Sehingga dibutuhkan ilmuilmu lain sebagai pendekatan dan dapat membantu mengkaji permasalahan yang sedang peneliti teliti secara lebih mendalam. 37 Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah, (Yogyakarta: TW, 2008), hlm Ibid, hlm Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodelogi Sejarah, (Jakarta : Gramedia, 1983). hlm. 4.

18 18 Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti akan menggunakan pendekatanpendekatan dalam skripsi ini sebagai berikut : a. Pendekatan Politik Pada dasarnya definisi politik yaitu menyangkut semua kegiatan yang berhubungan dengan negara dan pemerintahan. Dengan demikian politik dalam suatu negara berkaitan dengan masalah kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan publik dan alokasi atau ditribusi. 40 Apa yang dimaksud dengan pendekatan politik adalah tinjauan yang menyoroti tentang kekuasaan, jenis kepemimpinan, hirearki sosial, pertentangan kekuasaan dan seterusnya. Dalam pendekatan ini peneliti menggunakan Teori Kepemimpinan menurut Rauch & Behling. Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama. Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana peran politik K.H. Ahmad Dahlan dalam perjuangan politiknya, mulai dari kegiatan berorganisasi sampai peranan dalam usaha memperoleh badan hukum Muhammadiyah hingga menghadapi ordonansi-ordonansi yang diterapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. b. Pendekatan Sosiologi Pendekatan sosiologi adalah pendekatan yang menyangkut peranan faktor sosiologi yang menjelaskan peristiwa masa lalu. Pendekatan sosiologi akan membantu menjelaskan unsur-unsur sosial dalam suatu deskripsi antara lain tentang struktur golongan sosial, jaringan interaksi, struktur organisasi, hlm Deliar Noer, Pengantar ke Pemikiran Politik. (Jakarta: Rajawali, 1983),

19 19 pola kekuasaan, dan sebagainya. 41 Dalam pendekatan ini peneliti menggunakan Teori Peran menurut Soekanto. Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran. Model ini didasarkan pada pengamatan bahwa orang-orang bertindak dengan cara yang dapat diprediksikan dan bahwa kelakuan seseorang bergantung pada konteksnya, berdasarkan posisi sosial dan faktor-faktor lain. Pendekatan ini digunakan untuk menjelaskan bagaimana latar belakang kehidupan dan lingkungan sosial K.H. Ahmad Dahlan yang telah mempengaruhi pemikirannya. I. Sistematika Penulisan Skripsi yang berjudul Perjuangan Politik K.H. Ahmad Dahlan Dalam Muhammadiyah Di Yogyakarta , terdiri dari lima bab pembahasan, setiap bab akan dijelaskan garis besar isi dan masing-masing bab. Berikut sistematika pembahasan : BAB I PENDAHULUAN Bab pertama yaitu pendahuluan, Bab ini terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Historiografi yang Relevan, Metode Penelitian, Pendekatan Penelitian, dan Sistematika Pembahasan. 41 Hasan Sadily, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia. (Jakarta: Bina Aksara, 1983), hlm. 82.

20 20 BAB II RIWAYAT HIDUP K.H. AHMAD DAHLAN. Bab kedua berisi latar belakang kehidupan K.H. Ahmad Dahlan, mulai riwayat hidup K.H. Ahmad Dahlan, latar belakang pendidikan K.H. Ahmad Dahlan, pemikiran dan gerakan pembaharuan K.H. Ahmad Dahlan BAB III SITUASI POLITK AWAL ABAD KE-20. Bab ketiga berisi mengenai kebijakan politik kolonial Belanda, kemudian mengenai kebijakan politik Islam pemerintah Hindia Belanda. Selanjutnya mengenai penerapan ordonansi oleh pemerintah Hindia Belanda. BAB IV GERAKAN POLITIK K.H. AHMAD DAHLAN DALAN. Bab keempat berisi mengenai perjuangan politik K.H. Ahmad Dahlan, dari usahanya dalam memperoleh izin badan hukum kepada pemerintah Hindia Belanda, kemudian mengenai reaksi terhadap politik ordonasi guru yang dilancarkan oleh pemerintah Hindia Belanda. Kemudian mengenai respons terhadap politik ordonansi haji dengan usaha K.H. Ahmad Dahlan dalam memperbaiki perhajian sebagai akibat politik kristenisasi. BAB V KESIMPULAN Bab kelima berisi kesimpulan. Bab ini merupakan jawaban dari peneliti terhadap rumusan masalah yang diajukan pada bab I yang telah di bahas dengan melalui tahap analisis.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebijaksanaan mengenai Pribumi (Inlandsch Politiek) sangat. besar artinya dalam menjamin kelestarian kekuasaan tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah Indonesia mencatat bahwa negara kita ini telah mengalami masa kolonialisasi selama tiga setengah abad yaitu baik oleh kolonial Belanda maupun kolonial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

PERJUANGAN POLITIK K.H. AHMAD DAHLAN DALAM MUHAMMADIYAH DI YOGYAKARTA JURNAL

PERJUANGAN POLITIK K.H. AHMAD DAHLAN DALAM MUHAMMADIYAH DI YOGYAKARTA JURNAL PERJUANGAN POLITIK K.H. AHMAD DAHLAN DALAM MUHAMMADIYAH DI YOGYAKARTA 1912-1923 JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat.

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pergerakan nasional yang muncul di kalangan pribumi lahir dari rasa persatuan dan kemanusiaan yang tinggi dari para golongan terpelajar yang pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 30 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas secara rinci mengenai metodologi penelitian yang digunakan peneliti untuk mengkaji skripsi yang berjudul Peranan K.H Mas Mansur Dalam Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN Skripsi ini berjudul Peranan Pesantren Syamsul Ulum Dalam Revolusi Kemerdekaan di Sukabumi (1945-1946). Untuk membahas berbagai aspek mengenai judul tersebut, maka diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abad XX merupakan sebuah zaman baru dalam politik kolonial yang dengan diberlakukannya politik etis. Politik etis merupakan politis balas budi Kolonial dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deklarasi terhadap pembentukan sebuah negara yang merdeka tidak terlepas dari pembicaraan mengenai pembentukan struktur atau perangkatperangkat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. TempatPenelitian Penelitian yang berjudul peran liga demokrasi dalam demokrasi terpimpin, menggunakan teknik pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun ,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun , BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Kepemimpinan Perempuan Pembawa Perubahan di Desa Boto Tahun 1974-2007,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan

BAB I Pendahuluan. tertentu dapat tercapai. Dengan pendidikan itu pula mereka dapat mempergunakan BAB I Pendahuluan I. 1. Latar belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang penting di dalam perkembangan sebuah masyarakat. Melalui pendidikan kemajuan individu bahkan komunitas masyarakat tertentu dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perjalanan Islam di Nusantara (Indonesia) erat kaitannya dengan perkembangan Islam di Timur Tengah. Jaringan ulama yang terbentuk sejak abad ke-17 dan ke-18

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belanda yang kedua ke Indonesia, tahun 1598, dengan tujuan Banten dan Maluku.

BAB I PENDAHULUAN. Belanda yang kedua ke Indonesia, tahun 1598, dengan tujuan Banten dan Maluku. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Belanda pertama kali datang ke Indonesia pada tahun 1596. 1 Dipimpin oleh Cornelis de Houtman, mereka mendarat di Banten. Awalnya mereka bertujuan berdagang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selama masa penjajahan Belanda, terjadi berbagai macam eksploitasi di Indonesia. Keadaan sosial dan ekonomi di Indonesia begitu buruk terutama untuk pendidikan pribumi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan mengenai Afrika Selatan dibawah pemerintahan Presiden

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul Revitalisasi Pemikiran Ki Hadjar Dewantara Untuk Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa

BAB I PENDAHULUAN. Periode perjuangan tahun sering disebut dengan masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periode perjuangan tahun 1945-1949 sering disebut dengan masa perjuangan revolusi fisik atau periode perang mempertahankan kemerdekaan. Periode tersebut merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana

III. METODE PENELITIAN. Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Untuk memecahkan suatu masalah diperlukan suatu cara atau metode, di mana metode tersebut merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan, maka skripsi yang berjudul relevansi pemikiran Mohammad Hatta di KUD Grabag pada era reformasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan Historis. Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908, dinamika

BAB V KESIMPULAN. A. Kesimpulan Historis. Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908, dinamika BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Historis Boedi Oetomo didirikan pada 20 Mei 1908, dinamika perkembangan Boedi Oetomo sampai akhir sejarah perjalanannya pada tahun 1935 umumnya memperlihatkan kecenderungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang sangat penting. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Islam menempatkan pendidikan pada kedudukan yang sangat penting. Ayat Al-Quran yang pertama kali disampaikan kepada Nabi Muhammad berisi seruan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III berisi pemaparan mengenai metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengkaji permasalahan mengenai Pengaruh Pemikiran Harun Nasution Mengenai Islam Rasional Terhadap Pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi

III. METODE PENELITIAN. pengetahuan yang teratur dan runtut pada umumnya merupakan manifestasi 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian. Sumadi Suryabrata,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Muhammadiyah berasal dari bahasa arab Muhammad, yaitu nama Nabi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Muhammadiyah berasal dari bahasa arab Muhammad, yaitu nama Nabi dan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammadiyah berasal dari bahasa arab Muhammad, yaitu nama Nabi dan Rasul terakhir ; ditambah dengan ya nisbah dan ta marbuthah, menjadi Muhammadiyah artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah Islam, awal abad 19 dikenal sebagai permulaan periode modern. Kemajuan zaman yang semakin pesat mendorong umat Islam untuk berfikir aktif, Yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi (Soekanto, 2003: 243). Peranan merupakan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terbentuknya sebuah desa tidak dapat dipisahkan dari manusia. Faktor utama terbentuknya sebuah desa karena adanya individu-individu yang menggabungkan diri menjadi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Kabupaten Klaten. Sedangkan datanya dikumpulkan dari berbagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ketiga akan memaparkan metode dan teknik penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi yang berjudul Kodifikasi Hadis Pada Masa Khalifah Umar Bin Abdul Aziz

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas mengenai metode penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan penelitian yang penulis kaji mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk pulalah masyarakat muslim. Dengan terbentuknya masyarakat muslim

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk pulalah masyarakat muslim. Dengan terbentuknya masyarakat muslim BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Islam di Indonesia telah berlangsung sejak masuknya Islam ke Indonesia. Pada tahap awal pendidikan Islam itu ditandai dengan adanya hubungan yang erat antara

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA BUKU. Ali, Mukti. Alam Pemikiran Islam Modern di India Pakistan. Bandung: Mizan, 1993.

DAFTAR PUSTAKA BUKU. Ali, Mukti. Alam Pemikiran Islam Modern di India Pakistan. Bandung: Mizan, 1993. DAFTAR PUSTAKA BUKU Abdurahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. 1999. Anam, Choirul. Pertumbuhan & Perkembangan NU. PT. Duta Aksara Mulia, 2010. Ali, Mukti. Alam Pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1.

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ada tiga faktor penting dalam sejarah yaitu manusia, tempat, dan waktu 1. Manusia itu sendiri merupakan objek pelaku dalam peristiwa sejarah. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan sosial lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat. Dengan kata lain, gerakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps

BAB III METODE PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat Bektasyiyah Terhadap Korps BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan penjelasan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Pengaruh Tarekat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Kajian yang penulis ambil dalam penelitian skripsi ini adalah mengenai Perkembangan Pendidikan Islam di Bandung Tahun 1901-1942. Untuk membahas berbagi aspek mengenai judul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan peranan penting dan strategis. Bukan hanya dalam peningkatan spiritual umat, melainkan juga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA

PERANAN PEMOEDA ANGKATAN SAMOEDERA OEMBARAN (PAS O) DALAM PERISTIWA AGRESI MILITER BELANDA II TAHUN 1948 DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan sebuah negara maritim karena memiliki wilayah laut yang lebih luas dibandingkan dengan wilayah daratan. Hal ini menjadikan bangsa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. historis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia tinjauan berarti menjenguk,

II. TINJAUAN PUSTAKA. historis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia tinjauan berarti menjenguk, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Tinjauan Historis Pada dasarnya konsep tinjauan historis terdiri dari atas dua kata yaitu tinjauan dan historis. Dalam kamus besar bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

PERANAN NAHDATUL ULAMA DALAM MEMPERJUANGKAN POLITIK KENEGARAAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS PEMERINTAHAN INDONESIA DARI

PERANAN NAHDATUL ULAMA DALAM MEMPERJUANGKAN POLITIK KENEGARAAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS PEMERINTAHAN INDONESIA DARI PERANAN NAHDATUL ULAMA DALAM MEMPERJUANGKAN POLITIK KENEGARAAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP STABILITAS PEMERINTAHAN INDONESIA DARI 1926-1955 A. Latar Belakang Masalah Nahdlatul Ulama (NU) bisa dipahami sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat dikatakan identik dengan asal usul dan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dapat dikatakan identik dengan asal usul dan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asal usul dan pertumbuhan gerakan politik di kalangan Muslimin Indonesia dapat dikatakan identik dengan asal usul dan pertumbuhan Sarekat Islam, terutama pada

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul Peranan Syaikh Ahmad Yasin dalam Perjuangan Harakah Al-Muqawamah Melawan Israel di Palestina Tahun 1987-2004. Suatu kajian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 35 BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Metode Penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji skripsi yang berjudul Peranan Oda Nobunaga dalam proses Unifikasi Jepang ini, yaitu metode historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya lembaga pendidikan keagamaan Islam yang paling tua. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya lembaga pendidikan keagamaan Islam yang paling tua. 1 Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Eksistensi pesantren di Indonesia secara umum dapat dipandang sebagai satu-satunya lembaga pendidikan keagamaan Islam yang paling tua. 1 Pendidikan ini semula merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dipaparkan secara rinci mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber berupa data dan fakta yang berkaitan dengan judul

Lebih terperinci

KIPRAH POLITIK PAGUYUBAN PASUNDAN PERIODE

KIPRAH POLITIK PAGUYUBAN PASUNDAN PERIODE BAB I PENDAHULUAN Dalam bab Pendahuluan ini penulis akan menguraikan secara garis besar mengapa judul KIPRAH POLITIK PAGUYUBAN PASUNDAN PERIODE 1927-1959 ini menarik dan perlu untuk diangkat serta dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dian Ahmad Wibowo, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bulan Pebruari merupakan titik permulaan perundingan yang menuju kearah berakhirnya apartheid dan administrasi minoritas kulit putih di Afrika Selatan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk dan Strategi Penelitian Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk penelitian ini adalah deskriptif naratif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran, baik itu watak, kepercayaan,

Lebih terperinci

Soedirman ( ).Soedirman sebenanya keturunan wong cilik yaitu dari

Soedirman ( ).Soedirman sebenanya keturunan wong cilik yaitu dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap bangsa memiliki sejarah perjuangan negaranya, baik itu perjuangan secara gerilya maupun tidak dan dibalik perjuangan suatu negara pasti ada sosok pahlawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Barat. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Bandung merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Barat. Berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Barat. Berbagai macam predikat diberikan kepada Kota Bandung, misalnya dikenal dengan sebutan Parijs Van Java, dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis, penelitian 14 III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan. 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode berasal dari bahasa Yunani : methodos yang berarti cara atau jalan. Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan totalitas pengalaman yang dapat dipandang dari

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan totalitas pengalaman yang dapat dipandang dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah merupakan totalitas pengalaman yang dapat dipandang dari berbagai sudut kepentingan. Sebagaimana satu generasi menggantikan generasi yang lain. Sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di masyarakat Indonesia terdapat kelompok-kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini di masyarakat Indonesia terdapat kelompok-kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini di masyarakat Indonesia terdapat kelompok-kelompok keagamaan atau jama ah Islamiyah, 1 seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama (NU), Persis, Ahmadiyah,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini, penulis akan menguraikan metode penelitian yang digunakanuntuk memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW. Menurut ajaran Islam, kepada tiap-tiap golongan umat pada

Lebih terperinci

III METODELOGI PENELITIAN. Sebelum membuat suatu penulisan penelitian sebagai peneliti

III METODELOGI PENELITIAN. Sebelum membuat suatu penulisan penelitian sebagai peneliti 25 III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian A.1 Metode yang digunakan Sebelum membuat suatu penulisan penelitian sebagai peneliti hendaknya, menentukan metode penelitian apakah yang akan dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pergerakan Nasional merupakan salah satu bagian dari perjalanan sejarah bangsa ini yang penting adanya. Karena pada masa ini meliputi berdirinya organisasi-organisasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara

III. METODE PENELITIAN. masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti cara 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Yang Digunakan Metode adalah cara atau jalan yang digunaan peneliti untuk menyelesaikan suatu masalah penelitian. Menurut Hadari Nawawi metode pada dasarnya berarti

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang

BAB III METODE PENELITIAN. Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang BAB III METODE PENELITIAN Pengertian metode menurut Helius Sjamsuddin dalam bukunya yang berjudul Metodologi Sejarah adalah Metode ada hubungannya dengan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis

Lebih terperinci

BAB 6: SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL

BAB 6: SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL www.bimbinganalumniui.com 1. Kemenangan Jepang atas Rusia dalam perang tahun 1904 1905 membuktikan bahwa Jepang sanggup menyamai bahkan melebihi salah satu negara Barat. Kemenangan Jepang tahun 1905 menyadarkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab III Metodologi Penelitian merupakan bagian penguraian metode penelitian yang peneliti gunakan untuk mengkaji skripsi yang berjudul Pemikiran Imam Khomeini Tentang Wilayatul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam masuk ke Minangkabau telah terjadi beberapa kali pembaharuan Pada awal abad ke-20 muncul gerakan pembaharuan Islam di Minangkabau yang dipelopori oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab ini merupakan pemaparan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan dalam menganalisis masalah dalam karya ilmiah ini. Penulis membuat skripsi dengan judul Strategi Mao

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Oleh karena itu Muhammadiyah yang dikenal sebagai gerakan Islam modern di Indonesia, menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. instansi atau kementerian, pada masa kemerdekaan masalah-masalah agama secara

BAB I PENDAHULUAN. instansi atau kementerian, pada masa kemerdekaan masalah-masalah agama secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kalau pada masa penjajahan Belanda urusan agama ditangani berbagai instansi atau kementerian, pada masa kemerdekaan masalah-masalah agama secara resmi diurus

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 3.1 Metodologi Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang penulis gunakan untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi, hambatan dan keterbatasan komunikasi dapat mulai diatasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran media komunikasi sangat berjasa dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan, perasaan senasib sepenanggungan, dan pada akhirnya rasa nasionalisme yang mengantar bangsa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana pemikiran Islam tentang sistem pemerintahan Islam mengalami sebuah dinamisasi terutama setelah semakin banyaknya pergolakan pemikiran yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini penulis akan memaparkan metodologi penelitian dalam mengkaji berbagai permasalahan yang berkaitan dengan skripsi yang berjudul DAMPAK REVOLUSI BUNGA DI PORTUGAL

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini berisi pemaparan mengenai metode dan teknik penelitian yang penulis gunakan dalam mengkaji permasalahan berkenaan dengan Kiprah Politik Paguyuban Pasundan Periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara

BAB I PENDAHULUAN. 34, disebutkan pada ayat 1 bahwa Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara bertahap, organisasi Muhammadiyah di Purwokerto tumbuh dan berkembang, terutama skala amal usahanya. Amal usaha Muhammadiyah di daerah Banyumas meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengenang sejarah Jerman akan selalu tertuju pada Perang Dunia II dan sosok pemimpinnya yaitu Adolf Hitler. Adolf Hitler menjabat sebagai kanselir Jerman di usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam. Hasil sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah pemeluk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi yang berjudul Pemikiran Gus Dur Tentang Pluralisme Agama Di BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan penguraian mengenai metode penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Pemikiran Gus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah Indonesia, perjuangan perempuan di Indonesia telah ada

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah Indonesia, perjuangan perempuan di Indonesia telah ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut sejarah Indonesia, perjuangan perempuan di Indonesia telah ada sejak abad ke-9 Masehi. Tokoh-tokoh pejuang perempuan yang terkenal dalam sejarah misalnya: Martha

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Anwar, R. (2004). Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jiild 1. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara.

DAFTAR PUSTAKA. Anwar, R. (2004). Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jiild 1. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. DAFTAR PUSTAKA Anwar, R. (2004). Sejarah Kecil (Petite Histoire) Indonesia Jiild 1. Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara. Azmi. (1982). Abdul Muis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan. generasi sebelumnya bahkan generasi yang akan datang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenyataan menujukan bahwa kebudayan Indonesia telah tumbuh dan berkembang sejak ribuan tahun yang lampau, ini yang dapat di lihat dari kayakarya para leluhur bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam 27 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas lebih rinci metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini, mulai dari persiapan penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian dan analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1955 negara Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 1955 negara Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 1955 negara Indonesia dapat dikatakan sebagai negara yang baru memulai untuk menjadi negara yang berdemokrasi. Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia selalu mengalami yang namanya perubahan. Perubahan tersebut dapat diketahui dari sejarah masa lampau. Itu sebabnya kita perlu mengetahui peristiwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Sesuai dengan karakteristik objek penelitian berupa berbagai peristiwa di masa lampau, maka metode penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk menyusun karya ilmiah ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak serta merta mengakhiri perjuangan rakyat Indonesia. Rakyat harus tetap berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup atau semi terbuka dimana, sebagian besar interaksi adalah sekelompok manusia yang bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pabrik Gula Kwala Madu atau sering disebut orang dengan istilah PGKM merupakan satu dari dua pabrik gula yang saat ini dimiliki oleh PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan nilai-nilai tertentu bagi manusia terutama dalam membuka pikirannya serta menerima hal-hal baru yang mengajarkan bagaimana manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki akhlak yang sangat mulia. Lahir di kampung Ampel Maghfur, pada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki akhlak yang sangat mulia. Lahir di kampung Ampel Maghfur, pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Ustadz Umar bin Achmad Baradja adalah seorang ulama yang memiliki akhlak yang sangat mulia. Lahir di kampung Ampel Maghfur, pada 10 Jumadil Akhir 1331 H/

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan Indonesia telah memasuki usia 71 tahun. Pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan Indonesia telah memasuki usia 71 tahun. Pencapaian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemerdekaan Indonesia telah memasuki usia 71 tahun. Pencapaian kemerdekaan memerlukan perjuangan yang sangat gigih dari para pahlawan yang ditandai dengan Proklamasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk

BAB I PENDAHULUAN. individu atau kegagalan suatu bangsa oleh sebab itu sejarawan perlu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi manusia. Pendidikan juga diperlukan jika ingin memperoleh kehidupan yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Lebih terperinci

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau

MATERI USBN SEJARAH INDONESIA. 6. Mohammad Ali : Sejarah adalah berbagai bentuk penggambaran tentang pengalaman kolektif di masa lampau MATERI USBN SEJARAH INDONESIA PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU SEJARAH 1. PENGERTIAN SEJARAH Istilah Sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajaratun yang berarti Pohon. Penggunaan kata tersebut dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pemilihan lokasi penelitian adalah: (usaha perintis) oleh pemerintah. tersebut dipilih atas pertimbangan: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di kota Salatiga. Pertimbangan pemilihan lokasi penelitian adalah: 1. Sekolah Guru B di Salatiga menjadi salah satu pilot

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini merupakan penguraian mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan skripsi yang berjudul Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan Saddam Hussein (Kejayaan Sampai 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini akan menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan judul skripsi Irak Di Bawah Kepemimpinan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena

III. METODE PENELITIAN. Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan. Oleh karena 17 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Metode yang digunakan Dalam setiap penelitian, metode merupakan faktor yang penting untuk memecahkan suatu masalah yang turut menentukan keberhasilan penelitian.

Lebih terperinci