BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI"

Transkripsi

1 BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI 2.1 Gambaran Wilayah Gambaran umum Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang dimaksud adalah berupa gambaran mengenai karakteristik umum fisik wilayah. Karakteristik umum fisik wilayah adalah berupa gambaran fisik wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan, terutama yang terjadi secara ilmiah dan telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama, seperti ; letak geografis, topografi, hidrologi, klimatologi, geologi dan jenis tanah, serta pola penggunaan tanah. Uraian masing-masing dari kondisi fisik tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: Letak Geografis dan Batas Administrasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan salah satu kabupaten yang baru terbentuk pada tahun 2008 yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Labuhanbatu sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Labuhanbatu Selatan di Provinsi Sumatera Utara. Ibukota Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah Kotapinang. Kabupaten Labuhanbatu Selatan berbatasan langsung dengan Provinsi Riau, sehingga wilayah ini memiliki potensi ruang karena dilalui oleh Jalur Lintas Timur Sumatera, yaitu jalur mulai dari Batas Aceh - Tanjung Pura - Binjai - Medan - Lubuk Pakam - Sei Rampah - Tebing Tinggi - Indrapura - Limapuluh - Sei Bejangkar - Kisaran - Simpang Kawat - Pulau Rakyat - Aek Kanopan - Rantauparapat - Kotapinang - Batas Riau. Secara geografis Kabupaten Labuhanbatu Selatan terletak diantara koordinat Lintang Utara dan Bujur Timur. Kabupaten Labuhanbatu Selatan memiliki luas wilayah sekitar 3.116,00 Km 2 ( Ha) yang terdiri dari 5 Kecamatan dan 54 Desa/Kelurahan. Kecamatan yang memiliki wilayah paling luas adalah Kecamatan Torgamba, yaitu seluas Ha atau sekitar 36,47% dari luas total Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sedangkan kecamatan yang memiliki wilayah paling kecil adalah Kecamatan II - 1

2 Silangkitan, yaitu hanya seluas Ha atau sekitar 9,75% dari luas total Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Secara administratif Kabupaten Labuhanbatu Selatan berbatasan dengan beberapa daerah, yaitu: Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Labuhanbatu; Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau, Kabupaten Padang Lawas Utara; Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara; Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau; Untuk lebih jelasnya mengenai batas wilayah administratif Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan Tabel 2.1 berikut: II - 2

3 Gambar 2.1. Peta Administrasi Kabupaten Labuhabatu Selatan Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun II - 3

4 Tabel 2.1. Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan di Kabupaten Nama Kecamatan Jumlah Desa/Kelura han (Ha) Administrasi (%) thd total administrasi Luas Wilayah (Ha) Terbangun (%) thd luas administrasi Sungai Kanan , ,15 Torgamba , ,50 Kotapinang , ,78 Silangkitang , ,45 Kampung Rakyat , ,98 TOTAL , ,85 Sumber: Pokja Santasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan Topografi dan Kemiringan Lereng Secara topografis Kabupaten Labuhanbatu Selatan berada pada ketinggian 100 s/d 500 M diatas permukaan laut. Ketinggian antara M diatas permukaan laut hanya terdapat di Kecamatan Sungai Kanan, tepatnya pada bagian barat yang berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara. Lihat Gambar 2.2. Berdasarkan kemiringan lerengnya, pada umumnya Kabupaten Labuhanbatu Selatan berada pada kawasan yang realitif datar dengan kemiringan antara 0-8% hingga landai dengan kemiringan 8-15%. Wilayah dengan kontur bergelombang hingga curam dengan kemiringan lereng antara 15-25% terdapat di bagian barat Kecamatan Sungai Kanan yang berbatasan dengan Kabupaten Padang Lawas Utara. II - 4

5 Gambar 2.2. Peta Topografi dan Ketinggian Lereng Kabupaten Labuhabatu Selatan Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun II - 5

6 2.1.3 Geologi dan Jenis Tanah Jenis batuan yang terdapat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan antara lain singkapan batuan berumur Pratersier yang tampak di bagian Barat Kecamatan Sungai Kanan dan Kecamatan Silangkitang (Pul), kemudian diikuti oleh kelompok Kampar yang berumur Tersier di Kecamatan Sungai Kanan, Silangkitang dan sebagian Kecamatan Kotapinang, dan dikuti dengan selaras (Tmt) di Selatan Kecamatan Sungai Kanan dan Silangkitang kemudian diikuti dengan tidak selaras (Tup) yang nampak pada Kecamatan Silangkitang dan Kotapinang. Penyebaran satuan batuan berumur Quarter di endapkan dengan tidak selaras (Qpmi) yang menyebar disecara luas di Kecamatan Torgamba dan bagian Selatan Kecamatan Kampung Rakyat dan dilanjutkan denga selaran (Qp) dibagian Utara Kecamatan Kampung Rakyat. Jenis-jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat dibedakan atas 5 (lima) jenis, yaitu: Podsolik kuning, Organosol, Latosol/Podsolik,/Regosol, Hidromorfik Kelabu dan Gley humus Regosol. Jenis tanah yang terbesar adalah jenis tanah Podsolik Kuning yang terdapat sekitar ,60 Ha yang tersebar di semua kecamatan. Kemudian jenis tanah Hidromorfik Kelabu dan Gley Humus Regosol yang terdapat seluas ,20 Ha yang terdapat di Kecamatan Torgamba dan Kecamatan Kotapinang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel I.2 berikut: No. Kecamatan Tabel 2.2. Jenis Tanah di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Podsolik Kuning Organosol Litosol/ Podsolik Regosol Regosol Hidromorphik Kelabu Gley Humus Regosol Jumlah 1 Sungai Kanan , , ,00 2 Torgamba , , ,00 3 Kotapinang , , , ,00 4 Silangkitang , , ,00 5 Kampung Rakyat 8.415, , , ,00 Jumlah , , , , , ,00 Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun II - 6

7 2.1.4 Klimatologi Kabupaten Labuhanbatu Selatan memiliki iklim tropis dimana kondisi iklimnya hampir sama dengan Kabupaten Labuhanbatu yang merupakan kabupaten induk. Daerah ini memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume curah hujan pada bulan terjadinya musim. Selama tahun 2009, ratarata hari hujan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan sebanyak 13,25 hari perbulan dengan rata-rata curah hujan 280 MM perbulan Hidrologi Kabupaten Labuhanbatu Selatan dilewati oleh sungai besar Barumun yang melewati beberapa kecamatan, seperti Kecamatan Sungai Kanan, Kotapinang dan Kampung Rakyat. Sungai Barumun atau DAS Barumun termasuk kedalam Wilayah Sungai (WS) Kualuh - Barumun yang merupakan Wilayah Sungai (WS) Lintas Kabupaten (Kewenangan Provinsi). Selain sungai Barumun terdapat sungai-sungai kecil lainnya seperti sungai Kanan, Aek Raso, Aek Kabaro, Aek Tasik dan sebagainya Pola Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan terdiri atas bermacammacam pemanfaatan lahan, terutama untuk lahan perkebunan yang terdiri perkebunan Kelapa Sawit dan perkebunan Karet serta lahan pertanian. Selain itu penggunaan Lahan juga digunakan untuk Bangunan Perumahan, Perkantoran, Industri, Pendidikan, Jalan, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.3. berikut: Tabel 2.3. Penggunaan Lahan per Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2014 No Penggunaan Lahan Luas ( Ha ) Persentase ( % ) Kehutanan Perkebunan Sawit Perkebunan Karet Tanaman pangan Bangunan dan Fasilitas Umum Lainnya , Jumlah Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun II - 7

8 2.1.7 Jumlah dan Kepadatan Penduduk Pada tahun 2015 jumlah penduduk Kabupaten Labuhanbatu Selatan berjumlah jiwa. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Torgamba, yaitu jiwa, sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Silangkitang, yaitu jiwa. Jika dibandingkan dengan luas wilayah, maka ratarata pertumbuhan penduduk di Kabupaten Labuhanbatu Selatan telah mencapai 2.60%. Pertumbuhan penduduk paling tinggi terdapat di Kecamatan Sungai Kanan, yaitu 3.84%, dan Pertumbuhan penduduk paling rendah terdapat di Kecamatan Kampung Rakyat, yaitu 2.23%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut: Pada tabel 2.4 dibawah dapat diketahui jumlah keluarga wilayah perdesaan saat ini dan proyeksi 5 tahun mendatang di setiap kecamatan, dimana jumlah keluarga perdesaan saat ini (tahun 2015) yang terbesar ada di Kecamatan Torgamba, yaitu KK dan terkecil ada di Kecamatan Silangkitang, yaitu KK. Untuk proyeksi penduduk 5 (lima) tahun mendatang (tahun 2020), jumlah keluarga perdesaan yang terbesar ada di kecamatan Kotapinang, yaitu KK dan terkecil ada di Kecamatan Dawarblandong, yaitu 352,416 KK. II - 8

9 Nama Kecamatan Tabel 2.4. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga saat ini dan Proyeksi untuk 5 tahun Kabupaten Labuhanbatu Selatan Wilayah Perkotaan Tahun Tahun Jumlah Penduduk Wilayah Perdesaan Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Sungai Kanan Torgamba Kotapinang Silangkitang Kampung Rakyat Tahun Nama Kecamatan Jumlah Penduduk Total Tahun Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa KK Sungai Kanan Torgamba Kotapinang Silangkitang Kampung Rakyat Sumber: Kabupaten Dalam Angka 2016, diolah II - 9

10 Kepadatan penduduk Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan rata-rata adalah 20,57 jiwa/ha dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata sekitar 0,90% per tahun. Kecamatan yang paling padat adalah Kecamatan Sungai Kanan, dengan kepadatan populasi 27 jiwa/ha. Sedangkan kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan Kampung Rakyat, yaitu sekitar 16 jiwa/ha. Untuk lebih lengkapnya mengenai tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduk Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat dilihat dalam tabel 2.5 berikut. Nama Kecamatan Tabel 2.5. Tingkat Pertumbuhan Penduduk dan Kepadatan saat ini dan proyeksi 5 tahun Tingkat Pertumbuhan (%) Tahun Kepadatan Penduduk (orang/ha) Sungai Kanan Torgamba Kotapinang Silangkitang Kampung Rakyat Sumber: Pokja Sanitasi Kab. Labuhanbatu Selatan 2016, diolah Tahun II - 10

11 Keluarga miskin yang terdapat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada tahun 2014 sebesar KK yang tersebar di tiap kecamatan. Kategori dan parameter keluarga miskin ini ditinjau dari faktor ekonomi, yaitu mata pencaharian keluarga, pendapatan keluarga, dan tingkat pemenuhan kebutuhan keluarga yang tercantum dalam pra keluarga sejahtera dan sejahtera 1 (satu) serta 2 (dua). Kecamatan dengan keluarga miskin terbanyak adalah Kecamatan Kampung Rakyat, yaitu sebanyak KK, sedangkan kecamatan dengan keluarga miskin terkecil adalah di Kecamatan Sungai Kanan, yaitu sebanyak KK. Adapun jumlah keluarga miskin tiap Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut. Tabel 2.6. Jumlah Penduduk Miskin Per Kecamatan Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK) Sungai Kanan Torgamba Kotapinang Silangkitang Kampung Rakyat Total Sumber: BPM Pemdes Kab. Labuhanbatu Selatan Arahan dan Kebijakan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu Selatan Adapun tujuan penataan ruang Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang yaitu Mewujudkan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Yang Aman, Nyaman, Produktif Dan Berkelanjutan Yang Berbasis Perkebunan Dengan Memanfaatkan Posisi Strategis Yang Berada Pada Jalur Lintas Timur Dan Penghubung Jalur Lintas Barat Sumatera II - 11

12 Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten memiliki fungsi: sebagai dasar untuk menformulasikan kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah kabupaten; memberikan arah bagi penyusunan indikasi program utama dalam RTRW kabupaten; dan; sebagai dasar dalam penetapan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan berdasarkan: visi dan misi pembangunan wilayah kabupaten; karakteristik wilayah kabupaten; isu strategis; dan kondisi objektif yang diinginkan. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten dirumuskan dengan kriteria: tidak bertentangan dengan tujuan penataan ruang wilayah provinsi dan nasional; jelas dan dapat tercapai sesuai jangka waktu perencanaan; dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Labuhanbatu Selatan Berdasarkan tujuan penataan ruang yang ingin dicapai, maka kebijakan penataan ruang Kabupaten Labuhanbatu Selatan beserta strategi penataan ruang yang mendukung kebijakan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Membangun prasarana dan sarana wilayah yang berkualitas, adil dan merata. Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut: a. Pembangunan prasarana dan sarana transportasi yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan secara signifikan dan berimbang; II - 12

13 b. Pembangunan sistem jaringan prasarana dan fasilitas sosial secara proporsional dan memadai sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap pusat permukiman. c. Peningkatan prasarana dan sarana perhubungan dari pusat produksi komoditi unggulan menuju pusat pemasaran; d. Penyediaan sarana dan prasarana pendukung produksi untuk menjamin kestabilan produksi komoditi unggulan; e. Pembangunan dan pemerataan fasilitas pelayanan sosial ekonomi (kesehatan, pendidikan, air bersih, pemerintahan dan lain-lain). 2. Mengembangkan berbagai bentuk pemanfaatan sumber daya alam yang berbasis pertanian, perkebunan, dan kehutanan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut: a. peningkatan produktivitas hasil perkebunan, pertanian, perikanan, perternakan dan kehutanan melalui intensifikasi lahan; b. pemanfaatan lahan non produktif secara lebih bermakna bagi peningkatan kualitas lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat; c. peningkatan teknologi pertanian, termasuk perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan sehingga terjadi peningkatan produksi dengan kualitas yang lebih baik dan bernilai ekonomi tinggi; d. penguatan pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan sumber daya manusia dan kelembagaan serta fasilitasi sertifikasi yang dibutuhkan; e. pengembangan industri pengolahan hasil kegiatan agro sesuai komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar (agroindustri dan agribisnis); dan f. peningkatan kegiatan pariwisata melalui peningkatan prasarana dan sarana pendukung, pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta pemasaran yang lebih agresif dan efektif. II - 13

14 3. Memperkuat dan memulihkan fungsi kawasan lindung Kebijakan tersebut diwujudkan melalui strategi sebagai berikut: a. penetapan tata batas kawasan lindung dan budidaya untuk memberikan kepastian rencana pemanfaatan ruang dan investasi; b. penyusunan dan pelaksanaan program rehabilitasi lingkungan yang berbasis masyarakat; c. peningkatan pengelolaan lingkungan hidup dan pengendalian kerusakan dan pencemaran lingkungan; d. peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumber daya keanekaragaman hayati; e. pengembangan kegiatan konservasi yang bernilai lingkungan dan sekaligus juga bernilai sosial-ekonomi, seperti hutan kemasyarakatan, dan hutan tanaman rakyat; Tabel 2.7. Arahan RTRW Kabupaten Labuhanbatu Selatan Arahan Pola Ruang Rencana pola ruang wilayah kabupaten merupakan rencana distribusi peruntukan ruang dalam wilayah kabupaten yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budidaya. Pembagian Kawasan Lindung di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, meliputi: a) kawasan hutan lindung; b) kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, meliputi: kawasan bergambut dan kawasan resapan air; c) kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal lainnya; d) kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi: kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya, suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar alam laut, kawasan pantai berhutan bakau. Arahan Struktur Ruang Rencana Struktur Ruang Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan kerangka tata ruang wilayah kabupaten yang tersusun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhierarki satu sama lain yang dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten. Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah kabupaten. 1. Rencana Sistem Pusat Kegiatan Rencana sistem pusat kegiatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan meliputi pusat-pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang merupakan simpul pelayanan sosial ekonomi masyarakat dan terdiri atas kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan. Sistem Pusat Kegiatan di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat berupa: II - 14

15 Arahan Pola Ruang 1. Kawasan Hutan Lindung Hal penetapan kawasan hutan lindung di Kabupaten Labuhanbatu Selatan acuan yang digunakan adalah SK Menteri Kehutanan Nomor: 579/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Utara. Berdasarkan SK Menteri Kehutanan Nomor: 579/Menhut-II/2014 luas kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah sebesar Ha di Kecamatan Sungai Kanan. Kawasan yang Memberikan Perlindungan terhadap Kawasan Bawahannya Kawasan yang potensial bagi konservasi dan resapan air di Kabupaten Labuhanbatu Selatan meliputi luas seluruh kawasan hutan menurut SK Menhut Nomor: 579/Menhut-II/2014 tentang Kawasan Hutan seluas ± Ha yang berada di Kecamatan Silangkitang, Kecamatan Torgamba, dan Kecamatan Kotapinang. Kawasan Perlindungan Setempat a. Sempadan Sungai Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan banyak terdapat sungai-sungai yang mengalir dari arah Selatan menuju Utara dan bersatu menjadi satu di Sungai Barumun atau sering disebut dengan DAS Barumun. Dengan demikian maka berdasarkan hasil kajian potensi sungai dan pertimbangan kriteria diatas, maka kawasan sempadan sungai yang ditetapkan adalah: Sungai Barumun. Selain sungai Barumun terdapat sungaisungai kecil lainnya seperti Sungai Kanan, Aek Raso, Aek Kabaro, Aek Tasik dan sebagainya. b. Kawasan Sekitar Danau/ Bendungan/Waduk Pemanfaatan ruang kawasan lindung sempadan danau yang ditetapkan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah Danau Pagaran Padang yang terdapat di Kecamatan Torgamba. Arahan Struktur Ruang a. Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang berada di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan; b. Pusat Kegiatan Wilayah yang berada di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan; c. Pusat Kegiatan Lokal yang berada di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan; d. PKSN yang berada di wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan; dan e. Pusat-pusat lain di dalam wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang wewenang penentuannya ada pada pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan, yaitu: Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), maka di Kabupaten Labuhanbatu Selatan tidak terdapat kawasan yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Memperhatikan perkembangan kawasan perkotaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang mempunyai potensi perkembangan yang cukup pesat serta memperhatikan arahan struktur ruang provinsi sebagaimana tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara tahun , maka kawasan perkotaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) adalah II - 15

16 RTH Kawasan Perkotaan Arahan Pola Ruang Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, proporsi RTH harus mencapai minimal 30% dari total luas kawasan perkotaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. RTH kawasan perkotaan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan diperkirakan seluas Ha, terdiri dari RTH publik dan privat di kawasan perkotaan Kotapinang, Cikampak, Langgapayung, Aek Goti dan Tanjung Medan. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Kawasan suaka alam terdiri dari cagar alam, suaka margasatwa, hutan wisata, daerah perlindungan satwa dan daerah pengungsian satwa. Berdasarkan kriteria tersebut maka kawasan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang dapat dikategorikan sebagai kawasan Suaka Alam adalah: Taman Wisata Holiday Resort. Taman Wisata Holiday Resort ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 695/KPTS-II/1990 Tanggal 27 Nopember 1990 terdapat di Desa Aek Raso Kecamatan Torgamba. Berdasarkan PP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Taman Wisata Holiday Resort ditetapkan sebagai Kawasan Lindung Nasional. Taman Wisata Holiday Resort ditetapkan sebagai Kawasan Suaka Alam karena mempunyai fungsi sebagai: tempat perlindungan satwa, yaitu sebagai Pusat Latihan Gajah (PLG) seluas 2.100,42 ha di Kecamatan Torgamba. Selain itu kawasan ini juga berfungsi sebagai tempat perlindungan jenis fauna seperti: Perkutut (Geopelia striata), Murai Batu (Copsychus delivutia), Jalak (Acridoteres fuscus) dan lain-lain. Jenis mamalia yang ada antara lain ; Rusa (Cervus timorensis), Babi Hutan (Sus Vittatus), Kijang (Muntiacus muntjak), Monyet (Macaca Arahan Struktur Ruang Kotapinang. Kotapinang ditetapkan sebagai Ibukota Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dengan statusnya sebagai Ibukota Kabupaten Labuhanbatu Selatan maka fungsi dan peranan dari Kotapinang juga akan semakin besar, sehingga fungsi utama yang akan dikembangkan pada kawasan perkotaan Kotapinang adalah: Pusat pemerintahan kabupaten; Pusat perdagangan dan jasa; Industri pengelolaan dan pengolahan pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan; Pusat permukiman; Pusat pelayanan pendidikan, kesehatan dan pariwisata. Pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang telah menunjukkan ciri-ciri perkotaan adalah Ibukota kecamatan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Dengan demikian maka pusat-pusat kegiatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), adalah: Langga Payung, Kecamatan Sungai Kanan; Cikampak, Kecamatan Torgamba; Aek Goti, Kecamatan Silangkitang; dan Tanjung Medan, Kecamatan Kampung Rakyat. Desa-desa yang mempunyai potensi besar untuk berkembang dan telah mempunyai sarana dan prasarana lingkungan yang memadai dan dapat melayani beberapa desa disekitarnya akan ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL), yaitu : Desa Simatahari, Kecamatan Kotapinang; Desa Teluk Panji, Kecamatan Kampung Rakyat; Desa Pinang Damai, Kecamatan II - 16

17 Arahan Pola Ruang fascicularis), Musang (Viveridae), Gajah (Elephas maximus) dan sebagainya. Taman Wisata Alam dan Buatan Kawasan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang dapat dikembangkan sebagai Taman Wisata Alam adalah; Taman Wisata Alam Holiday Resort di Kecamatan Torgamba. Dengan demikian maka kawasan Taman Wisata Alam Holiday Resort juga termasuk sebagai Kawasan Suaka Alam. Atau dengan kata lain kawasan suaka alam dan taman wisata alam berada dalam satu kawasan, yaitu; Taman Wisata Alam Holiday Resort, serta pengembangan di taman wisata Pemandian Alam Pandayangan Indah di Kec. Silangkitang, Kawasan Wisata Danau Pagaran Padang di Kec. Torgamba, Pantai Lumpatan dan Pantai Keceper di Kec. Sungai Kanan dan Danau Biramata di Kec. Kotapinang. Taman wisata buatan terdapat di Taman Wisata Water Park dan Bumi Perkemahan di Kecamatan Torgamba, Taman Wisata Simatahari Indah dan Taman Wisata Sandrina di Kecamatan Sungai Kanan. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang dapat dikembangkan adalah: Situs Budaya peninggalan sejarah Kesultanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan, yaitu Istana Kota Bahran di Kotapinang. Kawasan Rawan Gerakan Tanah Kawasan rawan gerakan tanah atau tanah longsor di Kabupaten Labuhanbatu Selatan jarang terjadi karena disebabkan oleh kondisi topografi yang relatif datar. Namun dibeberapa tempat seperti pada kawasan Selatan kabupaten memiliki lereng yang landai sehingga berpotensi terjadinya gerakan tanah. Gerakan tanah yang terdapat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat dikatagorikan Torgamba; Arahan Struktur Ruang Desa Hutagodang, Kecamatan Sungai Kanan, dan Desa Mandalasena, Kecamatan Silangkitang. Pada desa-desa tersebut diatas saat ini telah tumbuh kegiatan perekonomian desa yang dapat melayani desa-desa sekitarnya sehingga potensial untuk dikembangkan menjadi Pusat Pelayanan Lingkungan sekaligus sebagai sub pusat pelayanan kawasan, agar terjadinya pemerataan pada setiap kecamatan. 2. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Wilayah Jaringan jalan di Wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan perlu ditingkatkan dan direncanakan untuk pembukaan jalan baru yang bertujuan untuk menghindari kemacetan pada jam-jam sibuk, pembukaan jalan baru berupa jalan lingkar luar (outer ringroad) dapat dilakukan di Kecamatan Kotapinang, mengingat Kotapinang merupakan ibukota kabupaten dan kondisi saat ini kemacetan kerap terjadi maka akan dibangun jaringan jalan baru yang tidak melewati pusat kota. Dalam peningkatan jaringan jalan salah satu dasar pemikirannya adalah meminimalkan pencampuran antara pergerakan lokal dengan regional untuk memenuhi kebutuhan pelayanan dan mendukung perkembangan wilayah. Rencana peningkatan dan pembangunan jaringan jalan baru di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat diuraikan sebagai berikut: A. Rencana Pengembangan dan Peningkatan Jaringan Jalan Pengembangan dan peningkatan jaringan jalan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan terdiri atas pengembangan dan peningkatan jaringan jalan bebas hambatan, II - 17

18 Arahan Pola Ruang sebagai gerakan tanah rendah, karena pada umunya lahan yang ada berupa lahan dataran yang landai. Sedangkan kawasan yang berpotensi terjadinya gerakan tanah menengah hanya terdapat di sepanjang DAS Barumun mulai dari arah Selatan menuju Utara yang meliputi Kecamatan Kampung Rakyat seluas Ha, Kecamatan Kotapinang Seluas Ha dan Kecamatan Torgamba seluas Ha. Kawasan Rawan Banjir Kawasan rawan banjir di Kabupaten Labuhanbatu Selatan sangat dipengaruhi oleh kondisi pada daerah hulu (selatan). Daerahdaerah yang sering terkena banjir adalah daerah hilir sepanjang sungai yang mempunyai kelerengan datar. Kawasan-kawasan yang dapat dikatagorikan sebagai kawasan berpotensi banjir di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah; Kecamatan Kampung Rakyat, Kecamatan Sungai Kanan dan Kecamatan Kotapinang. Kawasan Lindung Geologi Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap Cekungan Air Tanah (CAT) di Kabupaten Labuhanbatu Selatan terdapat seluas Ha. CAT di Kabupaten Labuhanbatu Selatan merupakan CAT lintas provinsi, yaitu: CAT Teluk Durian/ Pekanbaru yang meliputi 3 (tiga) kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, antara lain Kabupaten Labuhanbatu Selatan, Kabupaten Padang Lawas, dan Kabupaten Padang Lawas Utara seluas Ha Sedangkan daerah imbuhan air tanahnya berada di sebelah selatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan. 2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Untuk menciptakan stabilitas ekonomi dan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Labuhanbatu Selatan, maka setiap luasan pengembangan kawasan budidaya harus memperhatikan potensi tenaga kerja dan daya dukung lingkungan yang dimiliki. Arahan Struktur Ruang jaringan jalan arteri primer, dan jaringan jalan kolektor primer 1, 2 dan 3: (1) Pengembangan jaringan jalan bebas hambatan meliputi ruas; Rantauprapat - Kotapinang - Provinsi Riau, yang merupakan bagian dari jalan bebas hambatan pulau Sumatera (2) Jaringan Jalan Arteri Primer yang merupakan jalan nasional, meliputi: a. Perbatasan Labuhanbatu - Simpang Kotapinang; b. Kotapinang - Torgamba - Batas Provinsi Riau; (3) Jaringan Jalan Kolektor Primer 1 yang merupakan jalan strategis nasional, meliputi ruas Kotapinang Langga Payung batas Kabupaten Padang Lawas Utara. (4) Pengembangan jaringan jalan kolektor 2 yang merupakan jalan kabupaten meliputi: a. Sp. Ranto Jior Hajoran Hutagodang; b. Sampean Marsonja Bargot Topong Patihe Julu Sp. Maropat Hasahatan batas Paluta; c. Ranto Jior Sigadung Laut Ujung Gading; d. Ujung Gading Singkam Tapian Nadenggan; e. Ujung Gading Tapian Nadenggan Batang Gogar; f. Tapian Nadenggan Sp. Pintu Padang; g. Hutagodang Sp. Pintu Padang Aek Korsik Parimburan Sampean; h. Marsonja Sibadar Binaga Tualang Padang Ri Rondaman Sinjoman Aek Gambir Mandala II - 18

19 Arahan Pola Ruang Berdasarkan fungsinya, pembagian Kawasan Budidaya di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, sesuai dengan UU No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri PU No.16/PRT/M2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, meliputi: a. kawasan hutan produksi: b. kawasan hutan produksi terbatas; c. kawasan pertanian, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan pertanian lahan basah, peruntukan pertanian lahan kering (perkebunan rakyat), peruntukan tanaman pangan, dan peruntukan hortikultura; d. kawasan peruntukan perikanan, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan perikanan budidaya air tawar dan peruntukan kawasan pengolahan ikan; e. kawasan pertambangan, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan mineral dan batubara, peruntukan minyak dan gas bumi, peruntukan panas bumi, dan peruntukan air tanah di kawasan pertambangan; f. kawasan industri, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan industri besar, peruntukan industri menengah dan peruntukan industri rumah tangga g. kawasan peruntukan pariwisata, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan pariwisata budaya, peruntukan pariwisata alam, dan peruntukan pariwisata buatan; h. kawasan peruntukan permukiman, yang dirinci meliputi kawasan-kawasan: peruntukan permukiman perkotaan dan peruntukan permukiman perdesaan. sebagai kawasan budidaya maka permukiman diarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing-masing permukiman, terutama dikaitkan dengan karakter lokasi, misalnya di pegunungan, dataran tinggi, permukiman pantai, dan sebagainya; dan i. kawasan peruntukan lainnya. Arahan Struktur Ruang Sihalombuk batas Paluta; i. Aek Korsik Batu Porkas batas Paluta; j. Parimburan Sipilpil; k. Hutagodang Tanjung Marulak batas Labuhanbatu; l. Aek Tobang Banyumas Tanjung Beringin; m. Tandikat Pasir Putih Bintais; n. Sp. Tiga Kotapinang batas Paluta; o. Batas Labuhanbatu (Kp. Dalam) Aek Goti (Silangkitang) Salingsing; p. Salingsing Normark Sp. Mampang; q. Batas Labuhanbatu Rintis Ujung Padang Ulu Mahuam Salingsing; r. Aek Goti Tanjung Beringin Aek Tinga Simandiangan; s. Salingsing Aek Kulim Aek Tinga; t. Aek Tinga Karang Sari; u. Ulu Mahuam Paya Mambang Sukadame batas Labuhanbatu Tugu Sari Blok Songo; v. Rintis Sukadame; w. Padang Ri Simatahari Babussalam Aek Hije Bato Ajo; x. Sp. Jalan Propinsi Bangun Jadi Perk. Nagodang; y. Jl. Kalapane II - 19

20 Arahan Pola Ruang Kawasan Hutan Produksi Terbatas adalah kawasan hutan yang sesuai dengan kriteria kawasan penyangga. Alokasi pemanfaatannya dipertahankan sesuai dengan fungsinya dimana exsploitasinya dapat dilakukan dengan Tebang Pilih Tanam. Arahan Struktur Ruang Kawasan Hutan Produksi Terbatas Luas kawasan hutan produksi terbatas di Kabupaten Labuhanbatu Selatan terdapat sekitar Ha, yang terdapat di Kecamatan Sungai Kanan. A. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Tetap Hutan Produksi Tetap atau bebas adalah kawasan hutan yang dapat diexsploitasi dengan Tebang Jalur dan tebang habis dengan memperhatikan pelestarian lingkungan. Menurut SK Menteri Kehutanan Nomor: 579/MENHUT-II/2014 luas hutan produksi tetap di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah sebesar Ha yang tersebar di Kecamatan Sungai Kanan, Kecamatan Torgamba, dan Kecamatan Kotapinang. Kawasan Hutan Suaka Alam Hutan Suaka Alam adalah kawasan hutan yang dapat dikonversi menjadi kawasan lain, seperti kawasan yang diarahkan sebagai kawasan budidaya perkebunan, kawasan budidaya pertanian, kawasan budidaya peternakan, kawasan transmigrasi dan kawasan lainnya yang mempunyai prospek yang lebih menguntungkan. Menurut SK Menteri Kehutanan Nomor: 579/Menhut-II/2014, luas hutan suaka alam di Kabupaten Labuhanbatu Selatan seluas 2.100,42 Ha. Kawasan Pertanian Tanaman Pangan Kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan diarahkan di: Kelurahan Langga Payung Kecamatan Sungai Kanan seluas lebih kurang 27,70 Ha; Desa Sampean Kecamatan Sungai Kanan II - 20

21 Arahan Pola Ruang seluas lebih kurang 10,10 Ha; Desa Mampang Kecamatan Kotapinang seluas lebih kurang 65,12 Ha; Desa Pasir Tuntung/Hadundung Kecamatan Kotapinang seluas lebih kurang 75 Ha. Arahan Struktur Ruang Rencana Perluasan Lahan Basah: Desa Pasir Tuntung,Hadundung dan Mampang Kecamatan Kota Pinang seluas 300 Ha; Desa Bunut Kecamatan Torgamba 357 Ha; Desa Air Merah Kecamatan Kampung Rakyat 250 Ha. Kawasan Pertanian Hortikultura Kawasan pertanian hortikultura dikembangkan khususnya di daerah aliran Sungai Barumun dengan sebaran sebagai berikut: Kecamatan Torgamba seluas 35 Ha; Kecamatan Silangkitang seluas 41 Ha; Kecamatan Kotapinang seluas 20 Ha; Kecamatan Kampung Rakyat seluas 40 Ha; Kecamatan Sungai Kanan seluas 13 Ha. Rencana pola pemanfaatan ruang untuk kawasan permukiman dapat dikembangkan sebagai berikut: A. Permukiman Perkotaan Kawasan permukiman perkotaan diarahkan pada ibukota Kabupaten Kotapinang dan ibukota Kecamatan Langgapayung, Cikampak, Aek Goti dan Tanjung Medan. kecamatan yang mempunyai pertumbuhan cepat dan telah menunjukkan ciri-ciri perkotaan, terutama di Kotapinang sebagai Ibukota Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Pemanfaatan ruang yang diarahkan pada kawasan permukiman perkotaan adalah; permukiman kepadatan sedang sampai dengan tinggi, jasa dan perdagangan, perkantoran, dan industri secara terbatas. B. Permukiman Perdesaan Kawasan permukiman pedesaan diarahkan pada desa-desa yang mempunyai II - 21

22 Arahan Pola Ruang pertumbuhan cepat dengan ciri-ciri perdesaan yaitu kegiatan utama penduduknya merupakan sektor pertanian dan perkebunan. Permukiman pedesaan terutama di arahkan pada desa-desa yang telah ditetapkan sebagai Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) meliputi Simatahari, Teluk Panji, Pinang Damai, Huta Godang dan Mandala Sena. Arahan Struktur Ruang Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun Kawasan Strategis Kabupaten Labuhanbatu Selatan Kawasan Lingkungan Tabel 2.8. Identifikasi Kawasan Strategis Berdasarkan RTRW Strategis Kawasan yang memiliki potensi cepat tumbuh Kawasan yang memiliki sektor unggulan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Sudut Kepentingan kawasan pelindungan dan pelestarian lingkungan hidup, Untuk mempercepat pertumbuhan dan pemerataan wilayah yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi serta memiliki memiliki potensi ekspor yang diarahkan pada perkebunan kelapa sawit dan karet yang dimiliki oleh masyarakat dan perusahaan yang mempunyai peluang untuk ekspor Lokasi 1. Kawasan lindung Nasional Taman Wisata Alam Holiday Resort di Kecamatan Torgamba. 2. Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Sungai Kanan. 1. Kawasan perkotaan Kotapinang, di Kecamatan Kotapinang, 2. Kawasan perkotaan Cikampak, di Kecamatan Torgamba; 3. Kawasan perkotaan Langga Payung, di Kecamatan Sungai Kanan; 4. Kawasan perkotaan Aek Goti, di Kecamatan Silangkitang; 5. Kawasan perkotaan Tanjung Medan, di Kecamatan Kampung Rakyat. Pemusatan untuk kawasan ini diarahakan dibeberapa kecamatan, antara lain: Kotapinang: industri pengolahan CPO, Minyak Goreng dan Lateks; Torgamba dan Kampung Rakyat: industri pengolahan CPO. Sungai Kanan dan Silangkitang: Industri pengolahan CPO dan Lateks. Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun II - 22

23 Gambar 2.3. Peta Pola Ruang Kabupaten Labuhabatu Selatan Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun II - 23

24 Gambar 2.4. Peta Struktur Ruang Kabupaten Labuhabatu Selatan Sumber: Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun II - 24

25 2.2 Kemajuan Pelaksanaan Strategi Sanitasi Kab/Kota (SSK) Pada tahun 2016 Kabupaten Labuhanbatu Selatan untuk saat ini masih dalam tahap penyusunan dokumen Strategi Sanitasi Kab/Kota (SSK), maka dengan demikian kemajuan pelaksanaan SSK Kabupaten Labuhanbatu Selatan belum ada. 2.3 Profil Sanitasi Saat Ini Seiring dengan aktifitas pembangunan yang meningkat dengan bertambahnya penduduk akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, apabila tidak dikelola dengan baik maka akan dapat menimbulkan masalah di bidang sanitasi. Hal ini akan menyebabkan adanya pencemaran lingkungan, menurunnya kualitas lingkungan dan estetika serta kemungkinan timbulnya penyakit sehingga merugikan masyarakat di sekitarnya. Kebiasaan masyarakat membuang sampah dan limbah rumah tangga ke saluran drainase, sungai-sungai dan pada tempattempat yang bukan peruntukannya ikut memperburuk kondisi sanitasi di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dari semua persoalan sanitasi di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, penyebab utamanya adalah minimnya pengetahuan masyarakat tentang sanitasi yang berakibat kepada kurangnya kesadaran terhadap pentingnya sanitasi dalam kehidupan. Sebagai bagian dari pengelolaan lingkungan dan peningkatan kualitas sanitasi di Kabupaten Labuhanbatu Selatan lebih difokuskan kepada upaya peningkatan kualitas yang berbasis masyarakat. Sedangkan sebagai subsistem pengembangan kawasan, peningkatan kualitas sanitasi di Labuhanbatu Selatan difokuskan kepada penataan drainase lingkungan, pengelolaan persampahan dan pencegahan kontaminasi terhadap air tanah oleh limbah hasil kegiatan manusia khususnya di lingkungan pemukiman yang padat penduduk dan atau pusat-pusat kegiatan masyarakat serta peningkatan kualitas, kuantitas dan kontinuitas penyediaan air minum bagi masyarakat. Profil sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan saat ini, dapat digambarkan atau dilihat dari kondisi air limbah domestik, persampahan, dan drainase lingkungan. II - 25

26 a. Air Limbah Domestik Air limbah yang dimaksud adalah air limbah permukiman (municipial wastewater) yang terdiri dari atas adalah black water, yaitu air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari tinja manusia, urine, air pembersih, air pengelontor dan kertas pembersih, dan grey water, yaitu air limbah domestik yang berasal dari air hujan, air cucian dapur dan cucian pakaian. Pengolahan air limbah domestik dengan On-site System banyak dijumpai di perkotaan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Adapun teknologi atau pengolahan yang dipakai pada On-site system ini adalah jamban yang biasanya dibangun di masing-masing rumah atau di tempat-tempat tertentu dan dipakai secara bersama atau kolektif untuk beberapa rumah tangga. Penyediaan jamban ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor ekonomi dan ketersediaan lahan. (1) Sistem dan Infrastruktur Kondisi sistem pengelolaan air limbah di Kabupaten Labuhanbatu selatan pada dasarnya berupa pelayanan sanitasi sistem setempat (individual) untuk limbah tinja berupa pengumpulan limbah tinja dari septik tank ke pengolahan akhir. Saat ini Kabupaten Labuhanbatu Selatan belum sarana prasaran Instalasi Pengolahan Limbah Tinja (IPLT), SPAL Terpusat (Skala Komunal, Skala Kawasan dan Skala Kota). Secara umum pengelolaan limbah tinja di Kabupaten Labuhanbatu selatan dilaksanakan sendiri oleh masyarakat secara individual, sedangkan limbah cair langsung ke saluran drainase. Akan tetapi, kebiasaan ini tidak sesuai dengan prinsip-prinsip sanitasi yang baik sehingga kebiasaan ini harus ditinggalkan. Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan juga telah membangunkan WC umum untuk digunakan secara komunal. Untuk areal permukiman, golongan masyarakat yang berpenghasilan menengah ke atas telah memiliki WC secara individu. Sedangkan untuk masyarakat golongan menengah ke bawah kebanyakan belum memiliki WC secara individu. II - 26

27 Adapun Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Air Limbah Kabupaten Labuhanbatu selatan didasarkan pada data yang ada, dimana hamper di semua wilayah Kabupaten Labuhanbatu Selatan menggunakan sistem pembuangan air limbah setempat (onsite system). Limbah manusia ditampung dalam tangki septik atau cubluk dimana penguraian terjadi secara alamiah dan cairannya dibuang ke bidang tanah atau sumur resapan. Sedangkan untuk limbah mandi dan cuci (grey water) penanganannya langsung dibuang ke saluran drainase. Ditinjau dari peran serta pemerintah, sebagian besar pengelolaan air limbah terutama limbah domestik di Kabupaten Labuhanbatu Selatan masih dilaksanakan secara individual oleh masyarakat. Sampai saat ini peran pemerintah daerah dalam hal pengelolaan sanitasi terbatas, dalam hal pemberian bantuan jamban kepada sebagian warga masyarakat serta fasilitasi pembangunan MCK komunal berbasis masyarakat di beberapa titik wilayah. Prasarana pengelolaan limbah meliputi pengelolaan limbah rumah tangga, dijabarkan sebagai berikut: a. Penanganan limbah secara Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat (SPAL-S) dengan pembangunan jamban keluarga, jamban komunal dan Mandi cuci kakus umum; b. Penanganan limbah secara Sistem Pengolahan Air Limbah komunal dengan sistem perpipaan dengan membangun instalasi pengolah air limbah (IPAL) komunal; c. Penanganan limbah padat dengan incenerator dan limbah tinja dengan Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT); dan d. Menyediakan sarana pengangkutan limbah ke lokasi pengolahan limbah. Berdasarkan hasil Studi EHRA Kabupaten Labuhanbatu Selatan tahun 2016 bahwa persentase tempat buang air besar adalah Jamban Pribadi 76,0%, MCK/WC Umum 4,8%, WC helikomter 1,5%, Ke sungai/kepantai/laut 11,0%, Ke kebun/pekarangan 1,3%, Ke selokan/parit/got 1,3%, Ke lubang galian 3,3%, Lainnya 3,3%. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar berikut. II - 27

28 Gambar 2.5. Grafik Peresentase Tempta Buang Air Besar Sumber: Studi EHRA Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2016 Untuk persentase tempat penyaluran akhir tinja adalah Tangki septik 58,5%, Pipa sewer 0,3%, Cubluk/lubang gali 15,8%, Langsung ke drainase 1,3%, Sungai/danau/pantai 2,0%, Kolam/sawah 0,0%. Untuk lebih jelas dapat dilihat gambar berikut. Gambar 2.6. Grafik Peresentase Tempat Penyaluran Akhir Tinja PERSENTASE TEMPAT PENYALURAN AKHIR TINJA DI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN Tangki septik Pipa sewer Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau/pantai Kolam/sawah Kebun/tanah lapang Tidak tahu Lainnya Sumber: Studi EHRA Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2016 II - 28

29 Hasil Studi EHRA terkait Persentase Tanki Septik Suspek Aman sebesar 59,8% dan Tidak Aman sebesar 40,3%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 2.7. Grafik Peresentase Tanki Septik Aman dan Tidak Aman Sumber: Studi EHRA Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2016 Sedangkan hasil Studi EHRA terkait Persentase Pencemaran Karena SPAL dapat dilihat paada gambar berikut. Gambar 2.8. Grafik Peresentase Pencemaran Karena SPAL Sumber: Studi EHRA Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2016 II - 29

30 Sistem sanitasi pada sektor Air Limbah Domestik dijabarkan dalam bentuk Diagram Sistem Sanitasi (DSS) yang memuat informasi mengenai infrastruktur pengelolaan limbah domestik di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Pada umum pengelolaan limbah domestik masih tahap mengunakan on-site system (tangki septik). Diagram Sistem Sanitasi (DSS) Air Limbah dapat dilihat pada gambar 2.9 berikut. II - 30

31 Gambar 2.9. Diagram Sistem Sanitasi (DSS) Pengelolaan Air Limbah Domestik Diagram Sistem Saintasi Pengelolaan Air Limbah Produk Input (A) User Interface (B) Pengumpulan dan Penampungan/ Pengolahan Awal (C) Pengangkutan / Pengaliran (D) (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat (E) Daur Ulang dan/atau Pembuangan Akhir Tanah Cu AIR LIMBAH DOMESTIK Black & Grey Water Tangki Septic/Komunal Sungai Kamar Mandi Kebun/ Pekarangan Pada diagram DSS diatas tergambarkan bahwa: 1. Alur pembuangan Tinja (Black Water) dengan sistem on-site, dan BABS. 2. Alur pembuangan air cucian (Grey Water) ada yang melalui saluran, ada juga ke sungai. II - 31

32 Tabel 2.8. Cakupan layanan air limbah domestik saat ini di Kabupaten Labuhanbatu Selatan No. Kec. Jml. Penduduk (KK) Tangki Septik Individual On-Site Tangki Septik Komunal ( 10 KK) Akses Layak (KK) MCK *** Tangki Septik Komunal ( 10 KK) Off-Site IPAL Komunal IPAL Kawasan IPAL Kota Akses Dasar (KK) Tangki Septik Individual Belum Aman ** (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viii) (ix) (x) (xi) (xii) (xiii) 1 Sungai Kanan 12, Torgamba 23, Kotapinang 22, Silangkitang 7, Kampung Rakyat 14, Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhanbatu Selatan (data STBM) 2016 Ket: * : Yang termasuk BABS: BAB langsung di kebun, kolam, laut, sungai, sawah/ladang, dsb. ** : Belum Aman: jamban tidak dilengkapi tangki septik sesuai kriteria SNI atau tidak mempunyai tangki septik sama sekali. Cubluk dikategorikan tidak aman bila dibangun di area dengan kepadatan > 50 orang/ha dan jarak terhadap sumber air bersih yg bukan perpipaan < 10 m. *** : MCK: termasuk jamban bersama layak & MCK Komunal. Cubluk BABs (KK) * Dari data cakupan layanan air limbah domestik saat ini di Kabupaten Labuhanbatu Selatan, bahwa masih ada banyak desa-desa di masing-masing kecamatan yang masih banyak BABs. Sedangkan untuk prasarana dan sarana terkait Off-Site, seperti: Tangki Septik Komunal, IPAL Komunal, IPAL Kawasan dan IPAL Kota Kabupaten Labuhanbatu Selatan belum mempunyai sarana dan prasarana tersebut. II - 32

33 Kondisi prasarana dan sarana pengolahan air limbah domestik di Kabupaten Labuhanbatu Selatan masih terdapat 6 (enam) unit MCK++ dari program Sanimas yang tersebar di Kec. Torgamba Dusun Sindur Desa Torganda dibangun tahun 2015; Kec. Kampong Rakyat Dusun Rantaukapal Desa Tanjung Mulia dibangun tahun 2014; Kec. Kotapinang Dusun Sisumut Bom desa dibangun tahun 2013; Kec. Silangkitang Dusun Padangbulan Desa Aek Goti dibangun tahun 2015; Kec.Sungai Kanan Kelurahan Mangga Payung Dusun Janji Matogu dibangun tahun 2014; Kec. Sungai Kanan Dusun Rantaujiur Desa Joran dibangun tahun Dimana kondisi MCK++ saat ini masih berfungasi. Untuk prasarana dan sarana IPAL Komunal di Kabupaten Labuhanbatu Selatan masih terdapat 1 (satu) unit terdapat di Dusun Cikampak Desa Aek Batu dan kondisi saat ini masih berfungsi. Sedangkan truk tinja saat ini baru ada 1 unit di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan kapasitas 3 m 3 /hari. Gambaran lebih jelas tentang kondisi prasarana dan sarana pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dapat dilihat pada Tabel 2.9. berikut. Tabel 2.9. Kondisi Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Domestik No. Jenis Satuan Jumlah/ Kapsitas Berfungsi Kondisi Tdk Berfungsi (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) SPAL Setempat (Sistem On-Site) 1 Tangki Septik Komunal ( 10 KK) Unit 2 MCK Unit 6 Berfungsi - MCK++ dibangun tahun Truk Tinja Unit 1 Berfungsi IPLT : Kapasitas M 3 /hari SPAL Setempat (Sistem On-Site) 1 Tangki Septik Komunal ( 10 KK) Unit 2 IPAL Komunal Unit 1 Berfungsi - Sanimas di Dusun Cikampak Desa Aek Batu tahun IPAL Kawasan Unit IPAL Terpusat Unit Ket: IPLT IPAL : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja : Instalasi Pengolahan Air Limbah Ket. II - 33

34 Berikut ini ditampilkan Peta Cakupan Akses Dan Sistem Layanan Air Limbah Domestik Per Kecamatan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yang terdiri atas Sistem A (BABS), Sistem B (Sistem Setempat/On-Site), Sistem C (Sistem Terpusat/ Off-Site), dan Sistem D (Sistem Komunal/Kawasan). II - 34

35 Gambar Peta Cakupan Akses dan Sistem Layanan Air Limbah Sumber: Pokja Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2016 II - 35

36 2) Kelembagaan dan Peraturan Kelembagaan yang menjadi operator pengelolaan air limbah di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah Dinas PU, Pertambangan dan Energi. Sedangkan regulator terkait air limbah domestik adalah Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu Selatan cq Cipta Karya. Peraturan Daerah tentang pengelolaan air limbah rumah tangga di Kabupaten Labuhanbatu Selatan belum ada. b. Persampahan 1) Sistem dan Infrastruktur Secara umum sampah merupakan timbulan buangan hasil suatu proses atau aktivitas yang berbentuk padat. Sampah dihasilkan oleh rumah tangga, pasar, rumah sakit, tempat rekreasi, jalan, pertanian dan industri serta berasal dari pembangunan. Secara fisik sampah dapat dibedakan menjadi sampah kering dan sampah basah, dan sampah juga dapat dibedakan menjadi sampah organik dan anorganik. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah disebutkan definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat sedangkan definisi Pengelolaan Sampah adalah semua kegiatan yang bersangkut paut dengan pengendalian timbulnya sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir/pembuangan sampah, dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor-faktor lingkungan lainnya yang erat kaitannya dengan respons masyarakat. Kegiatan pengurangan meliputi: Pembatasan timbulan sampah; Pendauran ulang sampah; dan/atau Pemanfaatan kembali sampah. Sedangkan kegiatan penanganan meliputi: Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah; II - 36

37 Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara (TPS) atau tempat pengolahan sampah 3R skala kawasan (TPS 3R), atau tempat pengolahan sampah terpadu; Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu (TPST); Pengolahan dalam bentuk mengubah karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah; dan/atau Pemrosesan akhir sampah dalam bentuk pengembalian sampah dan/atau residu hasil pengolahan sebelumnya ke media lingkungan secara aman. Penanganan persampahan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan telah mengikuti sistem pengelolaan persampahan dimana sampah rumah tangga telah dilakukan pewadahan, kemudian juga telah terdapat tempat pembuangan sementara (TPS) yang berfungsi sebagai pengumpul sampah yang berasal dari pewadahan. Sampah di tempat pembuangan sementara (TPS) tersebut kemudian diangkut lagi dan sampailah pada Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Tujuan pengelolaan sampah adalah untuk meningkatkan derajad kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Berdasarkan sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan yang lainnya. Pada prinsipnya sampah harus dikelola, karena adanya sampah dapat mengancam keberlanjutan keberadaan, kehidupan dan kesejahteraan manusia. Identifikasi objektif pengelolaan sampah rumah tangga dalam Studi EHRA tahun 2016 di Kabupaten Labuhanbatu Selatan dibedakan berdasarkan cara pembuangan dan perilaku pemilahan sampah. Pada Gambar 2.11 disajikan pengelolaan sampah rumah tangga di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. II - 37

38 Berdasarkan grafik tersebut cara pengelolaan sampah yang lebih banyak dilakukan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan secara berurutan adalah: Gambar Persentase Pengolahan Sampah Rumah Tangga di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Sumber: Studi EHRA Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2016 Secara detail grafik di atas yang menggambarkan cara-cara membuang sampah rumah tangga di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Dalam grafik tersebut terlihat paling banyak dijumpai adalah rumah tangga yang mengelola sampahnya dengan cara dibakar, yakni sebesar 74,8%. Sisanya adalah perlakuan sampah dengan cara Dikumpulkan dan dibuang ke TPS (17.0%); Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang (0.1%); Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah (0.3%); Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah (3.3%); Dibuang ke sungai/kali/laut/danau (1,8%); Dibiarkan saja sampai membusuk (2.3%); Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk (2.0%); dan Lain-lain (0.8%). II - 38

39 Gambar Persentase Pemilalahan Sampah Rumah Tangga di Berdasarkan Strata di Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2016 Sumber: Studi EHRA Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2016 Dari hasil Studi EHRA Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2016 bahwa pemilahan sampah Rumah Tangga masih sangat rendah, yaitu sebesar 91,3% belum melakukan proses pemilahan sampah, sedangkan yang melakukan proses pemilahan sampah, yaitu sebesar 8,8%. Berikut ini pada Tabel 2.13 merupakan Diagram Sistem Sanitasi (DSS) Pengelolaan Persampahan yang memuat informasi terkait sistem persampahan saat ini serta cakupan pelayanannya di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. II - 39

40 Tabel Sistem Pengelolaan Sampah Domestik Input Sampah Organik dan Anorganik A B C D E F User Interface Penumpulan Setempat Penampungan Sementara (TPS) Pengangk utan Pengolahan Akhir Terpusat (semi) Daur Ulang/Pembu angan Akhir Tempat Sampah TPS Dump Truck - TPA (ditimbun) Tempat Sampah Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang Tempat Sampah TPS Kontainer Dump Truck - TPA (ditimbun) Tempat Sampah Dibakar Tempat Sampah Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah Tempat Sampah Dibuang ke dalam lubang Ditimbun Ditimbun Tempat Sampah Dibuang ke sungai Sungai Tempat Sampah Tempat Sampah Dibiarkan saja sampai membusuk Dibuang dan dibiarkan membusuk Lahan kosong/kebun/ hutan Lahan kosong/kebun/ hutan II - 40

41 Gambar Diagram Sistem Sanitasi (DSS) Pengelolaan Persampah Domestik Produk Input (A) User Interface (B) Pengumpulan Setempat (C) Penampungan Sementara (TPS) (D) Pengangkutan (E) (semi) Pengolahan Akhir Terpusat (F) Daur Ulang / Pembuangan Akhir Jalan Dump Truck Dibakar Sampah Organik & Anorganik Taman dan Fas.Umum Kebuun/lahankos ong Sungai Kebun/hutan Kolektor informal II - 41

42 Tabel Timbulan Sampah Perkecamatan Timbulan Sampah Nama Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Sampah Dikelola Mandiri di Sumber Sampah Terproses 3R Sampah Terangkut ke TPA Sampah Tidak Terproses Total (%) (m 3 /hari) (%) (m 3 /hari) (%) (m 3 /hari) (%) (m 3 /hari) (%) (m 3 /hari) Sungai Kanan 51,944 0,00 0, ,31 72,31 92,30 83,11 Torgamba 112,251 0,00 0,00 66,52 2, ,85 166,10 16,85 179,60 Kotapinang 60,228 0,00 0,00 35,69 2, ,36 77,46 58,36 96,36 Silangkitang 31,192 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 100,00 49,91 100, Kampung Rakyat 58,269 0,00 0,00 0,00 0, ,74 87,83 82,74 93,23 Sumber: Pokja Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2016, diolah Berdasarkan data pada Tabel 2.10 diatas, dimana jumlah volume timbulan sampah domestik yang dihasilkan perhari adalah 1,6 liter/orang/hari. Kabupaten Labuhanbatu Selatan dengan jumlah penduduk jiwa, menghasilkan sampah domestik 502,21 m 3. Volume timbulan sampah yang terangkut ke TPA yang paling banyak di Kecamatan Kotapinang sebesar 16,20 m 3 dengan persentase 5,95%. Sedangkan sampah terproses 3R terdapat di Kecamatan Torgamba dan Kecamatan Kotapinang yang masing-masing sebesar 2,70 m3/hari. Pelayanan proses pengangkutan sampah domestik di Kabupaten Labuhanbatu Selatan masih melayani 4 (empat) Kecamatan, dimana untuk Kecamatan Silangkitang belum terlayani. II - 42

43 Tabel Kondisi Prasarana dan Sarana Persampahan No. Jenis Prasarana / Sarana Satuan Jumlah Kapasitas / daya tampung* (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) (viiii) (ix) (x) Ritasi /hari Baik Kondisi Rusak ringan 1 Pengumpulan Setempat Gerobak unit Motor Sampah unit 5 2 m 3 2 V Kendaraan Pick Up unit 1 4 m 3 2 V Tempat Penampungan Sementara (TPS) Bak Biasa unit Kontainer unit 8 5 m 3 - V Trasnfer Defo unit SPA (Stasiun Peralihan Antara) unit Pengangkutan Dump Truck unit 5 12 m Arm Roll Truck unit 2 7,5 - V Arm Roll Truck mini unit Compactor Truck unit Pengolahan Sampah Sistem 3R (TPS 3R) unit m Incinerator unit TPA Operasional: lahan urug terkendali V Rusak Berat Ket** - - Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan - Luas total TPA yg terpakai Ha 4.8 Ha Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan (renc. Perluasan 2 Ha) - Luas sel Landfill Ha Direncanakan 1000 m 2 II - 43

44 No. Jenis Prasarana / Sarana Satuan Jumlah Kapasitas / daya tampung* Ritasi /hari Baik Kondisi Rusak ringan - Daya tampung TPA (M 3 / hari) Alat Berat Bulldozer unit Whell/truck loader unit Excavator / backhoe unit V Kondisi rusak berat - Truk tanah unit IPL: Sistem AOP (Advance Oxydation Proses) & Nano Filter unit Hasil pemeriksaan lab (BOD dan COD): - BOD di Inlet - BOD di Outlet - COD di Inlet - COD di Oulet Mg/L Sumber : Hasil Analisa Pokja Sanitasi 2016 Keterangan : IPL: Instalasi Pengolahan Lindi * daya tampung TPA : m3/hari **Beri keterangan mengenai umur dan lembaga pengelola Rusak Berat Ket** Melihat data eksisting sarana dan prasaran persampahan diatas bahwa Kabupaten Labuhanbatu Selatan masih sangat kurang sarana dan prasarana dan juga pendukung dari TPA. Kondisi eksisting TPA masih sistem open dumping. II - 44

45 Gambar Peta Cakupan Akses dan Sistem Layanan Persampahan Sumber: Pokja Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan 2016 II - 45

46 2) Kelembagaan dan Peraturan Dalam konteks kelembagaan yang menjadi operator pengelolaan persampahan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan. Sementara dari segi Peraturan Daerah yang ada bahwa Kabupaten Labuhanbatu Selatan sudah mempunyai Peraturan Daerah,yaitu tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Nomor 14 Tahun Kedudukan Dinas Pasar, Kebersihan dan Pertamanan sebagai unsur dinas yang bertanggung jawab langsung kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah yang merupakan unsur pelaksana otonomi daerah di bidang kebersihan dan pertamanan dipimpin oleh Kepala Dinas dengan tugas-tugas pokok yang meliputi: tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang kebersihan dan pertamanan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Untuk melaksanakan tugas, Dinas melaksanakan fungsi: 1. Perumusan kebijakan teknis dibidang kebersihan, pertamanan. 2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang kebersihan dan pertamanan. 3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kebersihan dan pertamanan. 4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya. II - 46

47 c. Drainase Perkotaan Konsep pengelolaan drainase dan Jaringan drainase di Kabupaten Labuhanbatu Selatan pada dasarnya telah memenuhi syarat sesuai dengan klasifikasinya baik primer, sekunder dan tersier. Namun ada beberapa lokasi yang tidak memenuhi syarat jaringan tersebut. Syarat tersebut berupa besaran ukuran, kedalaman dan jenis perkerasan. Selain itu, jaringan drainase utama yang berupa sungai tertutup oleh timbunan sampah dan berkembangnya permukiman di tepi sungai yang terkesan kumuh. Kondisi ini mengakibatkan jaringan dranase utama tidak dapat berfungsi secara baik dalam mengalirkan air, maka drainase yang ada banyak yang tidak berfungsi dengan baik dalam mengalirkan air hujan dengan lancar ke badan air penerima (sungai/laut), karena rusak dan mengalami pendangkalan akibat sedimentasi lumpur dan sampah. Selain itu, sistem drainase yang ada arah pembuangannya banyak tidak beraturan, ada yang membuang langsung ke sungai/laut dan ada pula yang membuang ke rawa-rawa atau ke lahan-lahan kosong disekitarnya. Hal ini merupakan salah satu penyebab sering terjadinya banjir yang menggenangi daerah permukiman, jalan dan sarana/prasarana umum lainnya di Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Berikut ini digambar kondisi genangan berdasarkan hasil Studi EHRA Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun II - 47

48 Persentase Rumah Tangga yang pernah mengalami Banjir di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun Gambar Grafik Rumah Tangga yang pernah Mengalami Banjir Dari grafik diatas bahwa kondisi rumah tangga yang pernah mengalami banjir menurut responden hasil Studi EHRA adalah bahwa jumlah tidak pernah banjir sebesar 87,0%, Sekali dalam setahun sebesar 10,3%. Persentase Lokasi Genangan di Sekitar Rumah di Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun Gambar Grafik Persentase Lkasi Genangan Rumah PERSENTASE LOKASI GENANGAN DI SEKITAR RUMAH Lainnya 10.2 Di dekat bak penampungan 14.3 Di dekat kamar mandi 32.7 Persentase Di dekat dapur 22.4 Dihalaman rumah II - 48

49 Dari grafik diatas bahwa persentase lokasi genangan di sekitar rumah menurut responden hasil Studi EHRA yang tertinggi adalah Dihalaman rumah sebesar 57.1%, Didekat dapur 22,4%, Didekat kamar mandi 32,7%, Didekat bak penampungan 14,3% dan lainnya 10,2%. Persentase akibat tidak memiliki SPAL Rumah Tangga berdasarkan Strara. Gambar Grafik Persentase akibat tidak memiliki SPAL Rumah Tangga Dari grafik ini bahwa persentase akibat tidak memiliki SPAL Rumah Tangga berdasarkan Strata menurut responden hasil Studi EHRA adalah terdapat ada genangan air sebesar 19,5% dan tidakada genangan air sebesar 80,5%. 1) Lokasi Genangan dan Perkiraan Genangan Berdasarkan persepsi Pokja Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Selatan bahwa terdapat 3 (tiga) lokasi genangan, yaitu: Kecamatan Kampung Rakyat, Kecamatan Sungai Kanan dan Kecamatan Kotapinang. Namun lokasi genangan tersebut belum ada data yang menjadi referensi atau dokumen daerah yang mendukungnya. Untuk kondisi saat ini lokasi genangan masih dalam tahap studi. Penyebab genangan di Kabupaten Labuhanbatu Selatan adalah luapan air sungai, dan minimnya usaha pemeliharaan saluran drainase sehingga kurang II - 49

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU

DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU DAS SUNGAI SIAK PROVINSI RIAU Oleh NUR ANITA SETYAWATI, 0706265705 Gambaran Umum DAS SIAK Sungai Siak adalah sungai yang paling dalam di Indonesia, yaitu dengan kedalaman sekitar 20-30 meter. Dengan Panjang

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan Misi Kabupaten Grobogan sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2011 2016 sebagai berikut : V I S

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK

Lebih terperinci

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah

Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah Pertemuan Konsultasi dengan Tim Pengarah Pertemuan konsultasi ini mengkonsultasikan perumusan visi dan misi, tujuan dan sasaran, penetapan sistem dan zona sanitasi, serta penetapan layanan, termasuk rumusan

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman secara umum di Kepulauan Aru ditangani melalui sistem setempat (Sistem Onsite). Secara umum

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah

Deskripsi Program/ Kegiatan Sanitasi. Dinas PU Kabupaten Tapanuli Tengah Deskripsi Program/ Sanitasi Kabupaten Tapanuli Tengah A. Program/ Air Limbah Nama Program/ Pembangunan MCK Komunal - Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak BABS dan mempunyai jamban yang aman /

Lebih terperinci

LAPORAN PELAKSANAAN STUDI EHRA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016

LAPORAN PELAKSANAAN STUDI EHRA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016 LAPORAN PELAKSANAAN STUDI EHRA KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016 DISIAPKAN OLEH: POKJA AMPL/SANITASI KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2016 KataPengantar Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH 2.1 Letak Geografis dan Jumlah Penduduk Tenggarong merupakan salah satu Kecamatan dari 15 Kecamatan yang ada diwilayah Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan luas wilayah 398,10

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Penyiapan kerangka pembangunan sanitasi adalah merupakan milestone kedua dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK) dimana didalamnya terdapat sebuah tahapan yaitu formulasi visi misi. Berdasarkan Permendagri

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin 2.1 Tujuan Penataan Ruang Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten merupakan arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada masa yang akan datang (20 tahun). Dengan mempertimbangkan visi

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB 5 RTRW KABUPATEN BAB 5 RTRW KABUPATEN Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten terdiri dari: 1. Rencana Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang; 2. Rencana Pengelolaan Kawasan Lindung dan Budidaya; 3. Rencana Pengelolaan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

2.1 Visi Misi Sanitasi

2.1 Visi Misi Sanitasi Kabupaten Pesisir Barat memiliki beberapa permasalahan pembangunan. Antara lain permasalahan lingkungan serta sanitasi yang buruk. Permasalahan tersebut tidak terlepas dari persoalan kemiskinan yang mempunyai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu,

BAB IV. GAMBARAN UMUM. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, BAB IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Profil Wilayah Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

Disampaikan Pada Acara :

Disampaikan Pada Acara : Disampaikan Pada Acara : Balancing Spatial Planning, Sustainable Biomass Production, Climate Change and Conservation (Menyeimbangkan Penataan Ruang, Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan, Perubahan Iklim

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT AIR LIMBAH Analisa SWOT sub sektor air limbah domestik Lingkungan Mendukung (+), O Internal Lemah (-) W Internal Kuat (+) S Diversifikasi Terpusat (+2, -5) Lingkungan tidak

Lebih terperinci

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011-2031 I. UMUM Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 5 Strategi Monitoring dan Evaluasi 1.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi Implementasi SSK Monitoring dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan

Lebih terperinci

DAFTAR RENCANA PENGADAAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN ANGGARAN No Nama Kegiatan Sumber Dana Satuan Nilai HPS

DAFTAR RENCANA PENGADAAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN ANGGARAN No Nama Kegiatan Sumber Dana Satuan Nilai HPS DAFTAR RENCANA PENGADAAN DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN ANGGARAN 2011 No Nama Kegiatan Sumber Dana Satuan Nilai HPS 1 Penambahan RKB SDN 118266 Aek Raso Kec. 2 Penambahan RKB SDN

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAWA TIMUR KOTA ADMINISTRASI Profil Wilayah Secara astronomis Kota Lumajang terletak pada posisi 112 5-113 22 Bujur Timur dan 7 52-8 23 Lintang Selatan. Dengan wilayah seluas

Lebih terperinci

BAB II Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB II Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB II Kerangka Pengembangan Sanitasi. Visi Misi Sanitasi Konsep awal penyusunan kerangka kerja Strategi Sanitasi Kota (SSK) dicantumkan dalam Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Singkil yang diturunkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam organisasi

Lebih terperinci

JENIS DAN KOMPONEN SPALD

JENIS DAN KOMPONEN SPALD LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 04/PRT/M/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK JENIS DAN KOMPONEN SPALD A. KLASIFIKASI SISTEM PENGELOLAAN

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yairu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN 2011-2031 I. UMUM Proses pertumbuhan dan perkembangan wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA

KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA KERANGKA KERJA LOGIS (KKL) KABUPATEN ACEH TENGGARA Permasalahan Mendesak Isu-Isu Strategis Tujuan Sasaran Indikator Strategi Indikasi Program Indikasi Kegiatan SISTEM PENGELOLAAN AIR A. Sistem/Teknis a.

Lebih terperinci

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH BAB I KONDISI FISIK 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH Sebelum dilakukan pemekaran wilayah, Kabupaten Kampar merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Riau dengan luas mencapai

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI I. UMUM Di dalam undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang, dijelaskan

Lebih terperinci

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan 3 Nilai Tanah : a. Ricardian Rent (mencakup sifat kualitas dr tanah) b. Locational Rent (mencakup lokasi relatif dr tanah) c. Environmental Rent (mencakup sifat

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 VISI DAN MISI SANITASI Visi merupakan suatu pemikiran atau pandangan kedepan, tentang apa, kemana dan bagaimana mencapai keadaan yang lebih baik di masa depan.

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Pesawaran saat ini, Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten yang akan memberikan

Lebih terperinci

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin...

Tabel 3.34 Daftar Program/Proyek Layanan Yang Berbasis Masyarakat Tabel 3.35 Kegiatan komunikasi yang ada di Kabupaten Merangin... Daftar Isi Kata Pengantar Bupati Merangin... i Daftar Isi... ii Daftar Tabel... iv Daftar Peta... vi Daftar Gambar... vii Daftar Istilah... viii Bab 1: Pendahuluan... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Landasan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2010-2030 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG

RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2011 RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG 2010 2030 BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 Visi Misi Sanitasi Visi dan misi Kota Tomohon yang akan di capai yang terkandung dalam RPJMD dan disesuaikan dengan visi dan misi sanitasi yang terdapat dalam

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 4 Program dan Kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi 1.1 Ringkasan Program dan Kegiatan Sanitasi Program

Lebih terperinci

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA

BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA BAB 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BENGKALIS DAN PERKEMBANGAN PERIKANANNYA A. Sejarah Singkat Kabupaten Bengkalis Secara historis wilayah Kabupaten Bengkalis sebelum Indonesia merdeka, sebagian besar berada

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

Profil Sanitasi Wilayah

Profil Sanitasi Wilayah BAB 3 Profil Sanitasi Wilayah 3.1. Kajian Wilayah Sanitasi Wilayah kajian sanitasi Kabupaten Nias adalah desa yang menjadi area sampel studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI

BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI BAB IV RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN SAAT INI 4.1 Visi dan Misi AMPL Kabupaten Klaten A. VISI Visi Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Klaten : Terpenuhinya air minum dan sanitasi

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA JAMBI JAMBI KOTA JAMBI ADMINISTRASI Profil Wilayah Tabel 1. LUAS WILAYAH KOTA JAMBI No. Kecamatan Luas (Km²) 1. Kota Baru 77,78 2. Jambi Selatan 34,07 3. Jelutung 7,92 4. Pasar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH 2.1. Geografis, Administrasi, dan Kondisi Fisik 2.1.1 Geografis Kabupaten Musi Rawas merupakan salah satu kabupaten dalam Provinsi Sumatera Selatan yang secara geografis terletak

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

PROFIL KABUPATEN / KOTA

PROFIL KABUPATEN / KOTA PROFIL KABUPATEN / KOTA KOTA DUMAI RIAU KOTA DUMAI ADMINISTRASI Profil Wilayah Kota Dumai adalah ibu kota Kota Dumai, dengan status adalah sebagai kota administratif dari Kota Dumai. Kota Dumai memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa awal orde baru situasi dan keadaan ketersediaan pangan Indonesia sangat memprihatinkan, tidak ada pembangunan bidang pengairan yang berarti pada masa sebelumnya.

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci