BAB III GUS DUR DALAM SETTING SEJARAH. ayahnya memberinya nama Abdurrahman Ad-Dakhil. Namun, seiring

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III GUS DUR DALAM SETTING SEJARAH. ayahnya memberinya nama Abdurrahman Ad-Dakhil. Namun, seiring"

Transkripsi

1 BAB III GUS DUR DALAM SETTING SEJARAH A. Biografi dan Pendidikan Abdurrahman Wahid, atau yang lebih akrab disapa Gus Dur, lahir pada tanggal 7 September 1940 di desa Denanyar, Jombang, Jawa Timur. 1 Ia dilahirkan dalam lingkungan keluarga Jawa terkemuka. Pada saat ia lahir, ayahnya memberinya nama Abdurrahman Ad-Dakhil. Namun, seiring berputarnya waktu, nama Abdurrahman Wahid ternyata lebih cocok melekat pada dirinya. Gus Dur merupakan anak pertama dari enam bersaudara yang lahir dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Ayah Gus Dur, Wahid Hasyim adalah putra dari K.H. Hasyim Asy ari, tokoh pendiri ormas cukup berpengaruh di Indonesia, Nahdlatul Ulama. 2 Ibu Gus Dur, Solichah adalah puteri dari K.H. Bisri Syansuri, seorang ulama yang sangat disegani sekaligus pendiri dari Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Ayah Gus Dur memiliki kontribusi cukup penting di pentas sejarah nasional, terutama pada masa-masa pra kemerdekaan. Wahid Hasyim termasuk salah seorang tokoh yang ikut terpilih dalam panitia sembilan guna merumuskan 1 Greg Barton, Biografi Gus Dur, The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid, Yogyakarta, Saufa, 2016), hal Khamani Zada, Nahdlatul Ulama: Dinamika Ideologi dan Politik Kenegaraan, (Jakarta: Buku Kompas, 2010), hal. 4 35

2 konsep dan dasar negara Indonesia pada tanggal 22 Juni Selain itu, Wahid Hasyim juga pernah diangkat menjadi menteri agama Republik Indonesia pada masa pemerintahan Soekarno, tahun Saat Gus Dur berusia empat tahun, ia diajak ayahnya ke Jakarta. Adik laki-lakinya, Umar ketika itu baru saja dilahirkan pada bulan Januari tahun itu. Namun, Wahid Hasyim memutuskan untuk meninggalkan keluarganya di Jombang, dan hanya ia dan putera sulungnya yang pergi menetap di Jakarta. Di Jakarta, Gus Dur dan ayahnya tinggal di daerah Menteng, Jakarta Pusat. 5 Pada saat Jepang menyerah kepada pihak Sekutu, situasi di Jakarta mulai tidak kondusif. Wahid Hasyim lalu membawa Gus Dur kembali ke kampung halamannya di Jombang. Keputusan ayahnya mengantar Gus Dur ke Jombang memang cukup beralasan, karena ia khawatir kondisi yang kian memanas kala itu dapat mengancam keselamatan jiwa puteranya. Setelah mengantar Gus Dur ke Jombang, Wahid Hasyim kembali melanjutkan perjuangan bersama tokoh-tokoh nasional lainnya di Jakarta. Selama masa perjuangan revolusi, ayahnya lebih banyak berjuang melawan Belanda dengan sembunyi-sembunyi. Meskipun Gus Dur sudah tinggal bersama ibu dan adik-adiknya di Jombang, ayahnya sesekali tetap mengunjungi mereka. 3 DJoko Utomo, Arsip Sebagai Simpul Pemersatu Bangsa, Jurnal ANRI,(Jakarta: 2012), hal Kamarudin Salleh, Gus Dur dan Pemikiran Liberalisme, Jurnal, (Malaysia: 2014), hal Greg Barton, op.cit., hal

3 Pada bulan Maret 1949, Gus Dur dan keluarganya kembali ke Jakarta. Pejanjian perdamaian antara Indonesia dan Belanda telah membuat keluarga ini berkumpul kembali di sebuah rumah di kawasan Jakarta. Kepindahan keluarga Wahid Hasyim dari Jombang ke Jakarta saat itu atas dasar pertimbangan tanggung jawab pekerjaan sebagai Menteri Agama. Selama tinggal di Jakarta, Gus Dur sering berada di dekat ayahnya dan ikut menemani ayahnya pergi ke pertemuan-pertemuan. Dari sinilah Gus Dur mulai melihat bagaiman dunia ayahnya sebagai seorang tokoh penting. Di sini juga Gus Dur mulai menyaksikan bagaimana ayahnya hidup dalam kesederhanaan. Pada tahun 1953, Gus Dur kehilangan sosok ayahnya yang ketika itu mendapat musibah dalam perjalanan antara Cimahi-Bandung. Ketika itu Gus Dur masih berusia 13 tahun dan harus memikul tanggung jawab sebagai anak tertua dari saudara-saudaranya. Sebagai putera seorang ulama yang berpengaruh di lingkunan NU, Gus Dur tentu merasa memiliki perasaan tanggung jawab terhadap masa depan organisasi tersebut. 6 Meskipun saat itu usianya masih 13 tahun, namun Gus Dur seakan sudah dipikulkan amanat yang begitu besar untuk memikirkan bagaimana nasib organasisai besar itu di masa depan. Sejak kecil Gus Dur sudah terbiasa bertemu dengan tokoh-tokoh masyarakat di rumahnya. Hal itu karena di samping pengaruh ketokohan 6 Syamsul Bakri dan Mudhofir, Jombang Kairo Jombang Chicago: Sintesis Pemikiran Gus Dur dan Cak Nur dalam Pembaruan Islam di Indonesia, (Semarang: Tiga Serangkai Solo, 2004., hal

4 ayahnya, pada masa-masa revolusi, rumahnya kerap dijadikan tempat pertemuan para pemimpin NU. Tidak hanya tokoh-tokoh NU yang kerap berkumpul di rumahnya, akan tetapi banyak juga pemuka agama lain, dan politisi dari berbagai aliran. 7 Kondisi ini di satu sisi sangat mendukung pembentukkan kreativitas dan progresivitas Gus Dur untuk menjadikan dirinya sebagai seorang tokoh berpengaruh di masa mendatang. Selama tinggal bersama keluarganya di Jakarta, Gus Dur sudah mulai terlihat menyenangi buku-buku bacaan. Kebetulan ayahnya memiliki perpustakaan pribadi di rumahmya, maka Gus Dur memanfaatkan kesempatan itu untuk menyalurkan hobi membacanya. Pada waktu senggangnya, Gus Dur juga tidak lupa mengunjungi perpustakaan umum di sekitar Jakarta. Tidak heran apabila pada usianya yang masih belasan tahun Gus Dur sudah akrab dengan bermacam-macam majalah, surat kabar, dan novel. Di samping gemar membaca, Gus Dur muda juga senang bermain bola, catur, dan mendengarkan musik. Selain membaca, Gus Dur adalah seorang yang menyenangi film-film terkenal pada masa itu. Salah satu film favoritnya adalah film yang berasal dari Prancis. Mungkin karena kesenanganya pada duni perfilman inilah pada tahun 1986 ia diangkat sebagai ketua JFFI (Juri Festival Film Indonesia). 7 Ibid 38

5 Awal perjalanan Gus Dur dalam dunia pendidikan dimulai pada tahun Ketika itu ia baru memulai pelajaran di sekolah tingkat dasar. Selama ia belajar di sekolah ini, seringkali selepas Gus Dur pulang sekolah, ayahnya menitipkannya ke rumah seorang Jerman, William Iskandar Bueller. Kebetulan Bueler ini adalah teman baik ayahnya. Kebersamaan Gus Dur dengan keluarga Bueller inilah awal mula dirinya mulai tertarik pada dunia musik, khususnya musik klasik. Setahun setelah Gus Dur menyelesaikan sekolah dasarnya, ibunya lalu mengirim Gus Dur ke Yogyakarta untuk belajar di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP). Selama bersekolah di Yogjakarta ia tinggal di rumah teman ayahnya yang bernama K.H. Junaidi. Kiai ini merupakan salah seorang ulama dan anggota Majelis Tarjih Muhammadiyah atau Dewan Penasehat Agama Muhammadiyah. Dari tahun Gus Dur berhasil menyelesaikan masa pendidikannya di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama di Yogyakarta. Selanjutnya ia banyak menghabiskan waktu di beberapa pesantren. Sampai pertengahan tahun 1959, dirinya secara penuh mengikuti pendidikan di dunia pesantren. Ia bergabung dengan Pesantren Tegalrejo di Magelang. Di sini ia banyak belajar dari gurunya, Kiai Khudori yang juga merupakan salah seorang tokoh NU. Pada saat yang sama, ia juga belajar paro waktu di Pesantren Denanyar, Jombang, di bawah bimbingan Kiai Bisri Syansuri. 8 Greg Barton, op.cit., hal

6 Selama menimba ilmu di Pesantren Tegalrejo, Gus Dur telah menunjukkan dirinya sebagai seorang murid yang sangat berbakat. Ia hanya membutuhkan waktu kurang lebih dua tahun untuk menyelesaikan masa pendidikannya. Sedangkan bagi murid-murid lain, mereka memerlukan waktu tidak kurang dari empat tahun. Bahkan, di Tegalrejo ini Gus Dur banyak menghabiskan waktunya di luar kelas dengan membaca buku-buku Barat. Masih dalam tahun 1959, Gus Dur memutuskan pindah ke Jombang dan belajar secara penuh di Pesantren Tambak Beras. Di sini ia dibimbing oleh Kiai Wahab Chasbullah. Selama di pesantren ini, Gus Dur juga sering berkunjung kepada Kiai Bisri Syansuri. Gus Dur melewati masa-masa pendidikan pesantrennya sampai tahun Selama masa tersebut, ia juga mulai terdorong untuk menjadi seorang tenaga pengajar pada sebuah madrasah modern. 9 Meskipun Gus Dur secara penuh belajar di pesantren Jombang, namun ia tetap rutin berkunjung ke Pesantren al-munawwir, Krapyak, Yogyakarta. 10 Di kota ini ia tinggal di rumah Kiai Ali Ma sum. Selama kurun waktu inilah Gus Dur mulai mendalami ilmu bahasa Arab, hadits, dan fiqih yang dibacanya dalam kitab-kitab klasik. Beberapa catatan menyebutkan, selama nyantri di berbagai pesantren, Gus Dur dikenal sebagai anak yang cemerlang dan punya daya ingat yang kuat. 9 Greg Barton, op.cit., hal Syamsul Bakri dan Mudhofir, op.cit., hal

7 Pada tahun 1963, Gus Dur meninggalkan pendidikan dunia pesantren dan melanjutkan belajar ke Kairo, Mesir karena mendapat beasiswa dari Departemen Agama. Di sini ia masuk ke Universitas Al-Azhar pada Departement of Higher Islamic and Arabic Studies (Ma had Ali Dirasat Islamiah). Pendidikan yang diajarkan di sini yaitu baru berupa mengenal abjad Arab. Bagi Gus Dur, tahap pelajaran tersebut sudah ia lewati pada saat di nyantri di pondok pesantren tanah air Akibat Gus Dur tidak memiliki ijazah formal yang dapat membolehkannya untuk tidak mengikuti kelas khusus tersebut, maka mau tidak mau ia harus melewati tahap pelajaran ini. Kekecewaan Gus Dur saat itu membuat dirinya lebih banyak menghabiskan sebagian besar waktunya di luar kelas. Ketika itu usianya telah menginjak dua puluh limaan tahun. Sebagai pengisi waktu bosannya selama di Kairo, Gus Dur banyak menonton pertandingan sepak bola. Di samping itu, ia juga sering mengunjungi perpustakaan-perpustakaan besar untuk membaca koleksi buku-buku di sana. Hobi lain Gus Dur saat itu adalah menonton film-film Prancis di bioskop dan mengikuti diskusi-diskusi di kedai kopi yang ada di kota Kairo. Di Mesir, Gus Dur aktif dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI). Ia sering berdiskusi dan saling tukar pikiran tentang berbagai hal dengan mahasiwa asal Indonesia lainnya. Di Kairo, Gus Dur juga sempat bekerja di kantor kedutaan besar Indonesia. Pekerjaan tersebut menambah pemasukan keuangan Gus Dur yang dapat ia gunakan untuk membeli berbagai macam buku bacaan. 41

8 Pada saat Gus Dur menimba ilmu di Mesir, negeri itu sedang dipimpin oleh Gamal Abdul Nasser. Ketika itu situasi politik di Mesir tengah bergejolak hebat. Manuver-manuver politik yang dilancarkan Nasser ke beberapa negara Arab telah memicu berbagai reaksi dari umat Islam mesir. 11 Dalam situasi seperti itu, Gus Dur telah melihat langsung bagaimana perkembangan intelektualitas yang terjadi pada dunia Islam modern. Perbincangan seputar isu-isu nasionalisme dan Persatuan Arab kala itu memberikan kekayaan baru terhadap dunia intelektual seorang Gus Dur. Selama di Kairo ini pula Gus Dur mulai intens mengirim surat kepada seorang gadis Jawa bernama Nuriyah yang kelak menjadi isterinya. Gadis ini pertama kali dijumpainya ketika dulu Gus Dur mengajar di madrasah Tambak Beras. Namun, ketika itu masa-masa kedekatannya dengan Nuriyah tidak terlalu lama, sebab Gus Dur harus berangkat Mesir pada tahun Hubungan dua hati dari jarak jauh antara Gus Dur dan Nuriyah terus berlanjut hingga tahun 1971 saat mereka memutuskan untuk menikah. Petualangan intelektual Gus Dur di kota Kairo berakhir pada tahun 1966 saat ia memutuskan untuk pindah kota Baghdad, Irak. 12 Gus Dur masuk ke Universitas Baghdad pada Fakultas Seni. Ketika itu, Universitas Baghdad sudah cukup mapan sebagai sebuah universitas Islam. Gus Dur merasa telah 11 Muhammad Nurudin, Pemikiran Nasionalisme Arab Gamal Abden Nasser dan Implikasinya Terhadap Persatuan Umat Islam di Mesir, Jurnal, (Semarang: 2015), hal Zubaedi, Islam dan Benturan Antarperadaban, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2007).,hal

9 menemukan dunianya selama tinggal dan belajar di kota ini. Lingkungan di Universitas Baghdad telah terbukti menumbuhkan benih-benih intelektual Gus Dur sebagai seorang mahasiswa muda. Tiga tahun di Baghdad, Gus Dur banyak belajar bahasa asing selain bahasa Arab. Ia belajar bahasa Prancis di Pusat Kebudayaan Prancis di kota ini. Bahasa Prancis menjadi kesenangan tersendiri bagi Gus Dur, karena metode pembelajarannya yang modern dan ditambah lagi kecintaannya terhadap budaya Prancis membuat Gus Dur semakin bergairah untuk belajar. Gus Dur melewati jadwal pelajaran yang sangat padat di Universitas Baghdad. Tidak hanya itu, di sini sistem pelajarannya juga lebih ketat daripada di Kairo. Oleh karena itu, ia tidak punya waktu banyak untuk menghadiri diskusi di kedai-kedai kopi seperti saat di Al-Azhar dulu. Padahal keberadaan forum-forum diskusi lepas semacam itu sangat menyenangkan bagi Gus Dur. Selain dapat memperkaya wawasan tentang perkembangan terbaru di seputar dunia Islam, kesempatan tersebut juga menjadi wadah silaturahim dengan teman-temannya sesama mahasiswa. Salah satu kebiasaan Gus Dur yang tidak pernah ia lupakan selama berada di kota Baghdad yaitu mengunjungi makam-makam bersejarah yang paling penting bagi dunia Islam. Sebelumnya, saat di Kairo Gus Dur ternyata juga kerap mendatangi situs-situs sejarah Islam. Selama menimba ilmu di luar negeri, Gus Dur sepertinya tidak melupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh sebagian sebagian orang yang hidup dalam dunia pesantren. 43

10 Gus Dur belajar di Universitas Baghdad sampai pertengahan tahun an, setelah itu ia pindah ke Eropa. Belanda merupakan negara pertama yang ingin dikunjunginya untuk melanjutkan pendidikannya. Rencananya Gus Dur hendak mendaftar ke Universitas Leiden, tapi karena terkendala oleh masalah pengakuan yang bersifat formalitas, akhirnya ia urung kuliah di Belanda. Kekecewaan Gus Dur semakin bertambah, ketika ia mengetahui bahwa Universitas-universitas Eropa menetapkan prasyarat yang mewajibkannya harus mengulang studi tingkat sarjana. Setelah berkelana selama kurang lebih satu tahun di beberapa negara Eropa (Belanda, Jerman, dan Francis), akhirnya Gus Dur memutuskan kembali ke tanah air sekitar tahun Walaupun ia tidak mendapat gelar pendidikan yang dibawa dari Eropa, akan tetapi pengalamannya selama berada di Eropa tersebut adalah cita-cita yang ia inginkan bertahun-tahun lamanya. Sesampainya di tanah air, Gus Dur kemudian menikah dengan Nuriyah. Setelah itu, mereka tinggal di Jombang. Inilah titik awal dari perjalanan seorang Gus Dur baik sebagai seorang guru pesantren, penulis, tokoh agama, sampai menjadi Presiden Indonesia yang penuh dengan kontroversi. Selama menjadi suami Nuriyah, Gus Dur dikaruniai empat orang anak. Sejarah kehidupan Gus Dur sebagai seorang tokoh dan guru bangsa Indonesia terus dikenang oleh banyak orang. Semasa hidupnya, Gus Dur telah 13 Greg Barton, op.cit., hal

11 berhasil menarik perhatian masyarakat Indonesia dengan ketokohannya yang penuh pro dan kontra. Hinggga beliau wafat pada tahun 2009, sebagian besar warisan pemikiran intelektual yang ditinggalkan Gus Dur terus hidup sampai hari ini. B. Karya-karya Sebagai seorang tokoh intelektual, Gus Dur semasa hidupnya telah menghasilkan berbagai gagasan dan pemikiran yang dapat terlihat pada sejumlah karya tulisnya. Di antara karya tulisnya tersebut adalah sebagai berikut: Buku Bunga Rampai Pesantren Pada buku ini terdapat sekitar 12 artikel yang secara umum menguraikan tentang kehidupan di dunia pesantren. Sekedar untuk diketahui, bahwa buku Gus Dur yang satu ini sudah sangat sulit ditemukan, karena tergolong buku lama. Wacana yang lebih banyak diangkat oleh Gus Dur dalam tulisannya ini yaitu tentang kemampuan pesantren mengambil peran pernting dalam berbagai aspek kehidupan. Pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan keagamaan, namun juga dapat berkontribusi dalam setting sosial budaya, politik dan ideologi negara. 2. Buku Muslim di Tengah Pergumulan Di dalam buku ini, Gus Dur membahas seputar persoalan penting yang dihadapi bangsa Indonesia selama periode tahun 1971 sampai Buku ini 14 Abuddin Nata, Tokoh-tokoh Pembaruan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2005), hal

12 berisi 17 artikel yang pada umumnya menjelaskan berbagai masalah yang muncu di tengah umat Islam Indonesia dalam merespon perubahan zaman akibat arus modernisasi. 3. Buku Kiai Nyentrik Membela Pemerintah Pembahasan dalam buku ini menggambarkan bagian dari pemikiran Gus Dur tentang kenegaraan, kebudayaan, dan keislaman. Pada saat Gus Dur menghasilkan karya ini, ia tengah berada dalam kematangan sikap dalam menggunakan metodologi ilmu sosial, terutama ilmu antropologi yang menjelaskan pandangan-pandangan ideologisnya Buku Tuhan Tak Perlu Dibela Buku ini merupakan kumpulan dari tulisan Gus Dur di kolom-kolom majalah Tempo antara tahun 1970-an dan 1980-an. Dalam buku ini terdapat sekitar 73 artikel yang telah ditulis Gus Dur. Secara umum, dalam buku ini menggambarkan tiga pokok besar dari pemikiran Gus Dur yakni tentang pemikiran Islam, kebangsaan, dan demokrasi. Selain topik-topik tadi, buku ini juga menceritakan berbagai pengalaman Gus Dur selama tinggal di luar negeri. 5. Buku Prisma Pemikiran Gus Dur Di dalam buku ini, pembaca akan dapat melihat seputar pandangan Gus Dur tentang politik, ideologi, nasionalisme, gerakan keagamaan, pemikiran sosial dan budaya. 15 Website: (diakses pada tanggal , Pukul: 00:41) 16 Abuddin Nata, op.cit., hal

13 6. Buku Mengurai Hubungan Agama dan Negara Di dalamnya terdapat 17 artikel yang memaparkan berbagai pandangan Gus Dur tentang agama, demokrasi, pemberdayaan sosial masyarakat, NU dalam politik bangsa, kepemimpinan Islam di antara eksklusivme dan inklusifisme. Di samping karya-karya Gus Dur yang sudah ditulis di atas tersebut, terdapat pula beberapa buku yang membahas seputar pemikiran dan Gagasan Gus Dur. Di antaranya, buku yang berjudul Kiai Menggugat Gus Dur menjawab, Sebuah Pergumulan Wacana dan Transformasi, Tabayyun Gus Dur, Gus Dur Menjawab Tantangan Perubahan, Menjawab Kegelisahan Rakyat, Membaca Sejarah Nusantara, Sekadar Mendahului, Membangun Demokrasi, Melawan Lelucon, Ilusi Negara Islam, dan Islamku, Islam Anda, Islam Kita. Sejauh pengetahuan penulis, memang masih banyak karya Gus Dur yang tidak dapat diuraikan seluruhnya di dalam tulisan ini. Namun, berdasarkan karyakarya Gus Dur di atas tadi, penulis melihat bahwa selain sebagai seorang penulis, tokoh politik, guru spritual, negarawan, dan budayawan, Gus Dur juga pantas disebut seorang intelektual keagamaan yang memiliki wawasan sangat luas. C. Kiprah Ketokohan Pada bagian ini akan dilihat bagaimana kiprah ketokohan Gus Dur dalam beberapa periodesasi sejarah bangsa Indonesia. Pada dasarnya, awal kiprah ketokohan Gus Dur dimulai sejak saat ia kembali dari belajar di luar negeri pada tahun

14 Tidak lama setelah ia pulang dari luar negeri, Gus Dur sering bolak-balik Jombang-Jakarta. Ketika itu ia bekerja di kantor LP3ES (Lembaga Pengkajian Pengetahuan, Pendidikan, dan Ekonomi), di Jakarta. Selama aktif di LP3ES, Gus Dur kerap memberikan pemahaman kepada lembaga ini tentang seputar dunia pesantren dan Islam tradisional. Peran lembaga ini pada saat itu sangat penting artinya bagi Gus Dur, karena di tempat inilah ia banyak belajar mengenai aspekaspek praktis dan kritis dalam kajian pengembangan masyarakat. Antara tahun 1970-an dan 1980-an awal, Gus Dur terlihat aktif sebagai penulis kolom dan jurnal di berbagai surat kabar dalam negeri. Di samping menulis, ia juga mengajar di beberapa pondok pesantren. Gus Dur juga pernah menjadi dosen dan Dekan Fakultas Ushuludin pada Universitas Hasyim Asy ari di Jombang tahun Selama menjadi dosen dan dekan di Universitas Hasyim Asy ari, Gus Dur adalah seorang pembicara yang populer. Gus Dur juga kerap tampil sebagai pemakalah di acara-acara seminar. Di samping itu, ia punya jadwal rutin untuk memberi ceramah keagamaan kepada kelompok-kelompok mahasiswa di Jombang. Secara garis besar, kiprah ketokohan Gus Dur di bidang keagamaan maupun panggung politik Indonesia baru mulai terlihat pada awal tahun 1980-an. Menurut penulis, sebelum tahun 1980-an, Gus Dur lebih banyak berperan dalam Budi Handrianto, 50 Tokoh Islam Liberal Indonesia, (Jakarta: Hujjah Press, 2010), hal. 48

15 dunia pesantren dan akademis. Untuk mengetahui kiprah ketokohan dari seorang Gus Dur tersebut, di bawah ini akan penulis jelaskan beberapa di antaranya: 1. Ketua PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) Nahdlatul Ulama didirikan pada tahun 1926 oleh K.H. Hasyim Asy ari, kakek Gus Dur dari pihak ayah. 18 Organisasi ini berpusat di daerah Surabaya, Jawa Timur. NU adalah sebuah organisasi keagamaan dan sosial yang bercorak tradisional dan keberadaannya cukup berpengaruh di tengah kehidupan masyarakat Indonesia. Gus Dur mulai menjabat sebagai ketua PBNU pada tahun 1984 menggantikan ketua umum sebelumnya, Idham Khalid. 19 Naiknya Gus Dur menjadi ketua umum NU ketika itu sepertinya mendapat dukungan dari kiai-kiai senior. Hal itu terlihat dari kedekatan Gus Dur dengan tokoh-tokoh penting yang duduk di dewan suriah. Stagnisasi dalam tubuh organisasi pada masa-masa itu dianggap oleh sebagian warga NU disebabkan karena masalah kepemimpinan. Oleh karena itu, Gus Dur dinilai adalah orang yang sangat tepat untuk memimpin organisasi keagamaan terbesar di Indonesia tersebut. Saat Itu Gus Dur terpilih secara aklamasi dalam Muktamar NU yang ke- 27 di Situbondo. Gus Dur pada saat itu telah berhasil membawa citra baru pada tubuh NU. Sebelumnya NU merupakan organisasi Islam tradisional dan koservatif. Namun, menurut penilaian sebagian kalangan, pada masa itu Gus Dur Ali Haidar, Nahdlatul Ulama dan Islam di Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1994), hal. 19 Fuad Anwar, Melawan Gus Dur, (Yogyakarta: Pustaka Tokoh Bangsa, 2004), hal

16 mampu membawa angota-angota muda NU untuk cenderung berpikir liberal. 20 Gus Dur dianggap telah menciptakan berbagai pembaharuan di dalam tubuh NU. Sepanjang Gud Dur menjabat, tidak jarang pula terjadi gesekan pemikiran dengan kiai-kiai senior di dewan suriah. Gus Dur dinilai terlalu berani dan terkadang juga suka nyeleneh yang menurut orang-orang dapat memunculkan penilaian kurang baik dari masyarakat terhadap NU. Akibat karakter pemikirannya yang condong liberal tersebut, Gus Dur menjadi sosok tokoh yang kontroversial. Kiprah Gus Dur selama memimpin organisasi NU telah menjadikan figur ketokohannya semakin mencuat di pentas nasional. Pada saat itu hubungan antara NU dan pemerintah Orde Baru berjalan baik. Padahal sebelum masa kepemimpinan Gus Dur, hubungan antara NU dan pemerintah kurang harmonis. Pada masa-masa selanjutnya, kiprah Gus Dur sebagai ketua PBNU, terutama dalam hal hubungannya dengan pemerintah tidak selalu terlihat akur. Kala itu tidak jarang Gus Dur mengkritik kebijakan penguasa Orde Baru. Bahkan, akibat krtitiknya tersebut pernah menimbulkan reaksi politik dari presiden Soeharto. Hal itu terbukti saat Soeharto berupaya untuk menjegal Gus Dur supaya tidak terpilih kembali menjadi ketua PBNU pada tahun Namun, di lain kesempatan, Gus Dur tidak jarang pula mendukung kebijakan 20 Syamsul Bakri dan Mudhofir, op.cit., hal

17 pemerintah. 21 Sikap Gus Dur yang seperti itu membuat dirinya dinilai tidak konsisten dan terkesan plin plan oleh sebagian kalangan. Kiprah ketokohan Gus Dur yang cukup menonjol saat menjadi ketua PBNU terlihat ketika dirinya memutuskan organisasi ini kembali ke khittahnya. Ini berarti, NU tidak lagi terlibat dalam politik praktis dan menjadikan organisasi tersebut kembali bercita-cita persis seperti pertama kali didirikan tahun Gus Dur cukup lama menjabat sebagai ketua PBNU yakni dari tahun 1984 hingga Kiprah Gus Dur sepanjang periode ini dapat dikatakan sebagai periode keemasan bagi ketokohannya. Kepopulerannya semakin menanjak sepanjang periode ini. Sosok ketokohannya bersama NU terus menanjak di atas pentas nasional. Gus Dur tidak saja sukses tampil menjadi seorang pemimpin organisasi besar, akan tetapi ketokohannya juga mampu memberi pengaruh dalam peta perpolitikan di Indonesia. Selama kurun waktu 15 tahun menjabat ketua umum NU, Gus Dur semakin dikenal oleh masyarakat luas. Ketenaran Gus Dur ketika itu mungkin saja disebabkan oleh sikapnya yang sering menuai kontroversi di tengah umat Islam Indonesia. Meskipun tampil sebagai tokoh yang penuh dengan sikap pro dan kontra, namun pengaruh ketokohan Gus Dur mampu menarik perhatian dari pihak penguasa. Hal itu dapat terlihat dari dinamika hubungan antara Gus Dur 21 Budi Handrianto, op.cit., hal Istilah kembali ke khittah 1926 ini karena pada tahun 1952 Nahdlatul Ulama memutuskan untuk menjadi sebuah Partai Politik dan ikut serta pada Pemilu Irwan Suhanda, Gus Dur Santri Par Excellence, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010), hal. xvi 51

18 dan Soeharto. Pada tahap ini, Gus Dur pernah dianggap sebagai ancaman bagi politik Orde Baru. Namun, pada suatu waktu Gus Dur juga dirangkul oleh Soeharto. Hal itu dapat dilihat ketika Soeharto menjadikannya sebagai indoktrinitataor resmi Pancasila yang dikenal dengan nama Manggala Nasional. Saat itu Gus Dur dianggap sebagai tokoh yang tepat oleh pemerintah untuk memperkuat kedudukan ideologi Pancasila sebagai azas tunggal di hadapan komunitas Islam Indonesia Anggota MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) Utusan Golkar Kiprah ketokohan Gus Dur juga dapat terlihat pada saat dirinya diangkat menjadi anggota MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) utusan dari Golkar (Golongan Karya) pada tahun Terpilihnya Gus Dur mewakili partai Golkar di parlemen pada saat itu merupakan sebuah indikasi kedekatan hubungan ketokohannya dengan pemerintah. Meskipun saat itu ia dipercaya oleh Soeharto sebagai wakil partai Golkar, tapi tidak jarang pula Gus Dur mengkritik kebijakan pemerintah. Namun, meskipun demikan, Gus Dur tetap berupaya menjaga hubungan baik dengan rezim Orde Baru. Selama menjadi anggota MPR, ketokohan Gus Dur sempat menimbulkan kontroversi, khususnya di tengah kalangan umat Islam yang memang ketika itu kurang simpati terhadap pemerintah. Gus Dur saat itu dinilai terlalu kritis terhadap PPP (Partai Pesatuan Pembangunan) yang notabennya adalah basis 24 Greg Barton, op.cit., hal Website: (Diakses pada tanggal , Pukul 22:41) 52

19 politik dari beberapa kelompok Islam. Gus Dur dinilai terlalu dekat dengan Soeharto yang dinilai dapat merugikan kepentingan politik partai Islam. Bahkan, yang paling dikhawatirkan oleh tokoh-tokoh Islam ketika itu, Gus Dur akan semakin memperkuat posisi partai Golkar di masa mendatang. Sebab, pada saat itu rakyat Indonesia tengah bersiap-siap untuk menyelenggarakan Pemilu. 3. Pendiri PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) Pada tahun tanggal 23 Juli 1998, Gus Dur dan beberapa tokoh NU lainnya mendirikan PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) di Ciganjur, Jakarta Selatan. 26 Pengaruh ketokohan Gus Dur dalam sejarah lahirnya partai ini cukup besar. Gus Dur, tidak hanya dikenal sebagai salah seorang tokoh pendiri PKB, namun hingga akhir hayatnya ia masih menjabat Ketua Umum Dewan Syuro atau Dewan Penasehat Partai. Latar belakang lahirnya PKB disinyalir karena banyaknya aspirasi yang datang kalangan NU. Gus Dur dianggap orang yang tepat untuk mewakili aspirasi tersebut dengan membentuk sebuah partai politik. Keinginan tersebut juga didorong oleh adanya anggapan bahwa NU tidak boleh terus menerus dimarginalkan dalam panggung politik Indonesia. Gus Dur merupakan salah satu tokoh kunci dalam mengantarkan partai ini untuk bersaing secara demokratis pada Pemilu Kehadiran Gus Dur dalam lingkaran besar PKB telah membuka jalan bagi kalangan santri pedesaan 26 Hanif Dakhiri dan TB Massa Djafar, Struktur Politik Partai Kebangkitan Bangsa, Jurnal, (Jakarta: 2015), hal. 5 53

20 untuk turut serta berkecimpung dalam dunia politik. Kharisma ketokohan Gus Dur ketika itu terbukti berhasil mengantarkan Partai ini menempati urutan ketiga pada hasil Pemilu Dengan demikian, PKB berhak mendapatkan 51 kursi di DPR. Sedangkan dalam Pemilu tahun 2004, PKB sukses memperoleh 52 kursi di parlemen. Dari sini sangat terlihat jelas bahwa meskipun PKB tergolong partai yang baru berdiri, tetapi ia patut dipertimbangkan. Terlepas dari konflik internal yang terjadi di tubuh PKB pada masa-masa selanjutnya, bahwa perkembangan partai ini dalam kancah perpolitikan Indonesia sangat banyak dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran Gus Dur. Hal itu bisa terlihat dari azas dan prinsip partai yang sangat bercirikan keterbukaan, humanisme, dan wawasan kebangsaan. Bila diperhatikan, bahwa Gus Dur merupakan tokoh yang dianggap paling dekat dengan ide-ide tersebut. 4. Presiden Republik Indonesia Pada tahun 1999, Gus Dur terpilih secara demokratis sebagai Presiden Republik Indonesia ke empat menggantikan B.J. Habibie. 27 Naiknya Gus Dur menjadi Presiden Indonesia pada saat itu di mana bangsa Indonesia tengah berada pada satu kondisi di mana berbagai krisis sedang melanda dengan hebatnya. Sebagian besar masyarakat tampaknya memang banyak berharap kepada pemerintahan yang baru terbentuk ini. Gus Dur menjadi pusat harapan hal Irwan Suhanda, Perjalanan Politik Gus Dur, (Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2010), 54

21 dari sebagian besar masyarakat Indonesia untuk perubahan kehidupan ke arah yang jauh lebih baik. Periode Gus Dur menjadi Presiden Indonesia di satu sisi telah menunjukkan intelektual politiknya. Gus Dur tidak saja dianggap sebagai tokoh yang paham dalam urusan agama, tetapi ia juga dinilai memiliki kapasitas untuk mengurus persoalan politik bangsa. Gus Dur merupakan Presiden Indonesia pertama yang memiliki latar belakang seorang kiai. Ada pula yang mengatakan, bahwa naiknya Gus Dur menjadi Presiden menandakan era baru dan kemenangan bagi politk kaum santri. Tampilnya Gus Dur sebagai Presiden ketika itu di satu sisi telah meruntuhkan semua mitos dan fakta, bahwa santri selalu berada di pinggir kekuasaan. 28 Anggapan itu bisa jadi muncul dari dalam diri sebagian warga NU karena selama ini mereka menilai pihak penguasa kurang memberi kesempatan bagi NU dalam kancah perpolitikan Indonesia. Apalagi sejak pemerintah berkuasa melakukan penyederhanaan terhadap beberapa partai Islam pada tahun Gus Dur menjabat sebagai Presiden untuk periode dengan menjadikan Megawati Soekarno Putri sebagai wakilnya. Kesuksesan Gus Dur menuju kursi Presiden tidak lepas dari dukungan beberapa partai yang bercorak Islam, salah satunya yaitu PAN (Partai Amanat Nasional). Saat itu, Amin Rais 28 Ibid, hal

22 sebagai ketua umum PAN adalah orang yang paling mendukung pencalonan Gus Dur untuk menjadi Presiden. 29 Pada saat menjadi Presiden, Gus Dur membentuk Kabinet Persatuan, sebagai nama kabinet baru untuk menunjukkan perbedaan ciri-ciri dari kabinetkabinet sebelumnya. Ketika Gus Dur berada di puncak kekuasaan, bangsa Indonesia sedang dilanda krisis yang cukup hebat, terutama dalam bidang ekonomi. 30 Masa-masa itu juga disebut dengan masa transisi demokrasi, karena selama lebih kurang tiga puluh dua tahun Orde Baru berkuasa, telah terjadi berbagai penyimpangan terhadap makna demokrasi. Oleh sebab itu, era Gus Dur dapat disebut sebagai era pengharapan baru bagi rakyat Indonesia untuk menuju demokrasi sejati. Kiprah ketokohan Gus Dur selama menjadi Presiden Indonesia terlihat ketika ia membentuk sebuah kelompok untuk mengawasi proses reformasi dan pengelolaan negara. Gus Dur juga secara resmi membubarkan departemen penerangan. Menurutnya, departemen penerangan itu lebih banyak ruginya dari pada manfaatnya. 31 Pada saat Gus Dur menjadi Presiden, Aceh dan Papua sedang mengalami gejolak. Munculnya kelompok separatis yang hendak memisahkan diri dari kesatuan NKRI mendapat perhatian penting dari Presiden. Upaya untuk mencari 29 Ibid, hal Denny J.A., Jatuhnya Soeharto dan Transisi Demokrasi Indonesia, (Yogyakarta: LKIS, 2006) hal Greg Barton, op.cit., hal

23 solusi dari konflik tersebut telah dilakukan semaksimal mungkin. Gus Dur terus melakukan negosiasi dengan pemimpin kelompok separatis. Namun, dalam upaya Gus Dur tersebut, khususnya dalam kasus Aceh belum memperoleh hasil yang memuaskan. Untuk masalah Papua, Gus Dur dapat dikatakan cukup berhasil, sebab situasi di sana belum separah keadaan di Aceh. Hasil dari upaya Gus Dur dalam meredam gerakan saparatis di Papua ketika itu tampak dari dihentikannya tindakan kekerasan oleh kelompok separatis. Selain persoalan politik, konflik agama, dan ditambah lagi kondisi ekonomi bangsa yang tidak stabil pada masa itu, akhirnya pada tanggal 23 Juli 2001 Gus Dur meletakkan jabatannya sebagai Presiden. Ini artinya, Gus Dur tidak menuntaskan masa kepemimpinannya hingga lima tahun. Memang harus diakui, bubarnya pemerintahan Gus Dur saat itu sebelumnya telah didahului oleh berbagai macam persoalan bangsa yang sangat bersifat kompleks. Menurut hemat penulis, Gus Dur memimpin Indonesia pada saat di mana negeri ini tengah berada dalam kondisi yang sangat tidak stabil. Meskipun masa pemerintahan Gus Dur hanya kurang lebih dua tahun, akan tetapi kiprah ketokohannya sedikit banyak telah memberikan sumbangan yang patut dihargai oleh segenap bangsa Indonesia. Demikianlah kiprah-kiprah ketokohan Gus Dur yang dapat terekam dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Sebagai seorang tokoh yang dihormati dan disegani oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, tentu masih terdapat kiprah- 57

24 kiprah ketokohan Gus Dur lainnya yang tidak dapat penulis uraikan secara lebih rinci di dalam tulisan ini. Selain kiprah ketokohannya dalam pentas nasional, Gus Dur juga memiliki serangkaian karir dan menerima berbagai penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri. Semua itu merupakan bagian dari prestasi intelektualnya yang telah berhasil ia capai sepanjang riwayat hidupnya. 58

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas Tunggal Pancasila oleh Nahdlatul Ulama : Latar Belakang dan Proses 1983-1985 yang menjadi bahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. menyebabkan beliau dihargai banyak ulama lain. Sejak usia muda, beliau belajar

BAB V KESIMPULAN. menyebabkan beliau dihargai banyak ulama lain. Sejak usia muda, beliau belajar BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Hisoris Kemampuan keilmuan dan intelektualitasya K.H. Hasyim Asy ari merupakan hasil dari belajar keras selama waktu yang tidak pendek. Hal ini menyebabkan beliau dihargai

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010 Assalamu alaikum Warahmatullahiwabarakatuh.

Lebih terperinci

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website:

Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) , Fax (021) Website: WARISAN POLITIK SOEHARTO Jl. Lembang Terusan No. D57, Menteng Jakarta Pusat, 10310, Indonesia Telp. (021) 391-9582, Fax (021) 391-9528 Website: www.lsi.or.id, Email: info@lsi.or.id Latar belakang Cukup

Lebih terperinci

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Partai politik sebagai kekuatan politik mempunyai hak dan bagian dalam setiap pemilihan umum. Pada setiap partai politik menganut ideologinya masing-masing

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER 145 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER DAN POLITIK DI INDONESIA (Studi Tentang Kebijakan Dwifungsi ABRI Terhadap Peran-peran Militer di Bidang Sosial-Politik

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian bahwa Islam tidak hanya tentang sistem nilai, tetapi juga memuat sistem politik. Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Politik merupakan hal yang sering diperbincangkan dalam masyarakat. Apalagi tahun ini

BAB I PENDAHULUAN. Politik merupakan hal yang sering diperbincangkan dalam masyarakat. Apalagi tahun ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Politik merupakan hal yang sering diperbincangkan dalam masyarakat. Apalagi tahun ini merupakan tahun politik di Indonesia, karena tahun ini di Indonesia menjalani Pemilu.

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kekalahan jepang oleh sekutu memberikan kesempatan bagi kita untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kekalahan jepang oleh sekutu memberikan kesempatan bagi kita untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekalahan jepang oleh sekutu memberikan kesempatan bagi kita untuk menyatakan diri sebagai Negara yang berdaulat melalui proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Kemerdekaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. berbagai cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Menurut Pusat Pembinaan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Usaha K. H. Abdurrahman Wahid Usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, dapat pula dikatakan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi, tokoh Muhammadiyah,

BAB IV PENUTUP. Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi, tokoh Muhammadiyah, BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Novel biografi Menapak Jejak Amien Rais Persembahan Seorang Putri Untuk Ayah Tercinta mengisahkan perjalanan hidup seorang Amien Rais sebagai figur pemimpin, politikus, akademisi,

Lebih terperinci

Biografi Presiden Megawati Soekarnoputri. Oleh Otto Ismail Rabu, 05 Desember :20

Biografi Presiden Megawati Soekarnoputri. Oleh Otto Ismail Rabu, 05 Desember :20 Bernama Lengkap Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri atau akrab di sapa Megawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947. Sebelum diangkat sebagai presiden, beliau adalah Wakil Presiden

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 149 5.1 Simpulan Umum BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Partai politik merupakan lembaga politik tempat warga negara menyalurkan berbagai aspirasi politiknya guna turut serta membangun negara menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena sikap dan pemikiran Gus Dur, kadang-kadang di luar batas kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. Karena sikap dan pemikiran Gus Dur, kadang-kadang di luar batas kesadaran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi sebagian masyarakat Indonesia, Abdurahman Wahid (selanjutnya disebut Gus Dur), 1 merupakan sosok kontroversial. Namun mengapa Gus Dur masih banyak mendapat

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput. - Media Elektronik : Internet, tv, dan radio. - Survei

Lebih terperinci

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok http://www.suarapembaruan.com/politikdanhukum/ini-alasan-partai-islam-terseok-seok/49944 Jumat, 21 Februari 2014 10:24 Politik Aliran Pemilu 2014 Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok Yasin Mohammad. Partai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN. Oleh, Novita Siswayanti, MA. *

KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN. Oleh, Novita Siswayanti, MA. * KIAI WAHID HASYIM SANG PEMBAHARU PESANTREN Oleh, Novita Siswayanti, MA. * Abstrak: Pemikiran pembaharuan Kiai Wahid Hasyim telah memberikan pencerahan bagi eksistensi pesantren dalam menentukan arah serta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik praktis artinya tidak terlibat dalam kegiatan politik yang berkaitan dengan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada awal abad ke-20, sewaktu mulai timbul akan kesadaran dan paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan pembuka jalan bagi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. seperti Nasionalisme Radikal, Tradisi Jawa, Komunisme, Sosial Demokrat dan Islam,

BAB V PENUTUP. seperti Nasionalisme Radikal, Tradisi Jawa, Komunisme, Sosial Demokrat dan Islam, BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Banyak muncul pemikiran-pemikiran politik di Indonesia sejak awal Indonesia merdeka, hal iu menyebabkan sering kali terjadi pergesekan diantara pemikiran-pemikiran politik tersebut.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan kerja akademik yang menuntut penerapan prosedur ilmiah tertentu sehingga hasil riset dapat dipertanggungjawabkan. Atas dasar inilah penulis memandang penting

Lebih terperinci

BAB III ABDURRAHMAN WAHID. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur lahir di Denanyar

BAB III ABDURRAHMAN WAHID. Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur lahir di Denanyar BAB III ABDURRAHMAN WAHID A. Biografi Singkat Abdurrahman Wahid Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur lahir di Denanyar Jombang 4 Agustus 1940 dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Gus Dur

Lebih terperinci

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA

2015 KAJIAN PEMIKIRAN IR. SUKARNO TENTANG SOSIO-NASIONALISME & SOSIO-DEMOKRASI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nasionalisme atau rasa kebangsaan tidak dapat dipisahkan dari sistem pemerintahan yang berlaku di sebuah negara. Nasionalisme akan tumbuh dari kesamaan cita-cita

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negarawan merupakan karakter yang sangat penting bagi kepemimpinan nasional Indonesia. Kepemimpinan negarawan diharapkan dapat dikembangkan pada pemimpin pemuda Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 172 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam skripsi yang berjudul Peta

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai 148 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai Masyumi di Jawa Barat periode tahun 1950-1960. Maka penulis dapat menyimpulkan. Pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pemilihan umum (Pemilu) dimaknai sebagai sarana kedaulatan rakyat. Melalui Pemilihan Umum juga diyakini akan melahirkan wakil dan pemimpin yang dikehendaki rakyatnya.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Sejak awal integrasi ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tahun 1976, Timor Timur selalu berhadapan dengan konflik, baik vertikal maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian bangsa dan kelestarian lingkungan hidup. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian bangsa dan kelestarian lingkungan hidup. Pembangunan 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Alasan utama pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata, baik secara lokal, regional atau ruang lingkup nasional pada suatu negara sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan Aceh Merdeka atau sering kita dengar dalam penyebutan GAM ataupun AGAM adalah organisasi yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil penelitian tentang Peranan Ali Moertopo Dalam Mewujudkan Stabilitas Politik Pada Masa Pemerintahan Soeharto (1966-1984). Kesimpulan tersebut

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang didasarkan oleh suatu prinsip yaitu dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Demokrasi merupakan salah satu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir dalam penulisan skripsi ini akan dituangkan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini,

Lebih terperinci

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR

RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI ANWAR ILMAR RELEVANSI TEORI MARHAENISME DALAM MENJAWAB TANTANGAN ZAMAN DI ERA KAPITALISME GLOBAL SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan pencitraan menjadi point penting dalam penunjang karir perpolitikan.

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan pencitraan menjadi point penting dalam penunjang karir perpolitikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pencitraan dalam kehidupan sehari-hari merupakan hal penting dalam kehidupan bersosial. Melalui pencitraan, manusia memilih hal yang akan dilakukan dan juga

Lebih terperinci

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka Desain Negara Indonesia Merdeka terbentuk sebagai Negara modern, dengan kerelaan berbagai komponen pembentuk bangsa atas ciri dan kepentingan primordialismenya,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus 195 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sebagai bagian akhir tesis ini, peneliti memberikan kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dudih Sutrisman, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai sebuah negara berdaulat telah melalui perjalanan sejarah panjang dalam kepemimpinan nasional sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN NO: 1 Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : XI/1 Materi Pokok : Definisi dan tipe-tipe budaya politik diindonesia Pertemuan Ke- : 1 s.d. 5 Alokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda

BAB I PENDAHULUAN. Negara eropa yang paling lama menjajah Indonesia adalah Negara Belanda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia di jajah oleh bangsa Eropa kurang lebih 350 tahun atau 3.5 abad, hal ini di hitung dari awal masuk sampai berakhir kekuasaannya pada tahun 1942. Negara eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. DPR atau MPR. Karena pergantian sistem pemerintahan, banyak wajah wajah

BAB I PENDAHULUAN. DPR atau MPR. Karena pergantian sistem pemerintahan, banyak wajah wajah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak tumbangnya rezim Soeharto pada tahun 1998, Indonesia mengalami masa reformasi, dimana rakyat bisa terlibat langsung dalam aktivitas politik di DPR atau

Lebih terperinci

Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia

Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia State Islam: Tentang Islam Yang Direstui Oleh Negara di Indonesia 13 September 2017 https://indoprogress.com/2017/09/state-islam-tentang-islam-yang-direstui-oleh-negara-di-indonesia/ Dendy Raditya Atmosuwito

Lebih terperinci

SAIFULLAH YUSUF Sang Penghibur yang Terus Mengalir

SAIFULLAH YUSUF Sang Penghibur yang Terus Mengalir SAIFULLAH YUSUF Sang Penghibur yang Terus Mengalir Saya kira kita tidak bisa meninggalkan kesalehan sosial, begitulah Saifullah Yusuf atau lebih akrab disapa Gus Ipul menggambarkan kegemarannya untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di

BAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di 118 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang dalam kaitannya dengan pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Jepang

Lebih terperinci

Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat

Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat Sosok Pendidik Umat Secara Total dan Dijalani Sepanjang Hayat Saya melihat Prof.Dr.Hj. Tutty Alawiyah adalah sosok pejuang dan sekaligus pendidik sepanjang hayat. Sebagai seorang putri ulama besar, beliau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan skripsi yang berjudul Gejolak Politik di Akhir Kekuasaan Presiden: Kasus Presiden Soeharto (1965-1967) dan Soeharto

Lebih terperinci

BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN NU SIDOARJO DALAM USAHA PEMBERDAYAAN CIVIL SOCIETY

BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN NU SIDOARJO DALAM USAHA PEMBERDAYAAN CIVIL SOCIETY BAB IV PELUANG DAN TANTANGAN NU SIDOARJO DALAM USAHA PEMBERDAYAAN CIVIL SOCIETY A. Peluang NU cabang Sidoarjo dalam mewujudkan civil society Dilihat Secara analisis obyektif, Peluang NU dalam pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan

BAB V KESIMPULAN. telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan BAB V KESIMPULAN Persepolis karya Marjane Satrapi merupakan karya francophone yang telah mendapatkan legitimasi sebagai karya grafis bersifat internasional dan dimasukkan ke dalam ranah studi literatur.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat.

BAB I PENDAHULUAN. lebih baik, mereka dapat mengenyam pendidikan sistem Barat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai pergerakan nasional yang muncul di kalangan pribumi lahir dari rasa persatuan dan kemanusiaan yang tinggi dari para golongan terpelajar yang pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi dari ketentuan ini adalah bahwa setiap sikap, pikiran, perilaku, dan kebijakan pemerintahan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gejala politik pada bulan mei 1998 merupakan suatu peristiwa bersejarah bagi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Gejala politik pada bulan mei 1998 merupakan suatu peristiwa bersejarah bagi bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gejala politik pada bulan mei 1998 merupakan suatu peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia. Pada masa ini terjadi kejatuhan suatu kekuasaan pemerintahan yang diperintah

Lebih terperinci

CONSOLIDATION DÉMOCRATIQUE ET D ENRACINEMENT DE LA BONNE GOUVERNANCE

CONSOLIDATION DÉMOCRATIQUE ET D ENRACINEMENT DE LA BONNE GOUVERNANCE LAPORAN KEGIATAN BKSAP DPR RI MENJADI NARA SUMBER DALAM SEMINAR INTERNASIONAL : PROSES DAN TUJUAN DENGAN TEMA CONSOLIDATION DÉMOCRATIQUE ET D ENRACINEMENT DE LA BONNE GOUVERNANCE TANGGAL 10-11 JUNI 2013,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Pandeglang terletak di wilayah Provinsi Banten, merupakan kawasan sebagian besar wilayahnya masih pedesaan. Luas wilayahnya 2.193,58 KM 2. Menurut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam

I. PENDAHULUAN. kelompok-kelompok perorangan dengan jumlah kecil yang tidak dominan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hampir semua negara majemuk termasuk Indonesia mempunyai kelompok minoritas dalam wilayah nasionalnya. Kelompok minoritas diartikan sebagai kelompok-kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kepedulian sebuah Negara terhadap rakyatnya. Di Indonesia sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesejahteraan sosial adalah impian bagi setiap Negara dibelahan dunia termasuk di Indonesia. Upaya untuk mencapai mimpi tersebut adalah bentuk kepedulian sebuah Negara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan

BAB V PENUTUP. telah dikaji oleh banyak sejarawan. Hubungan historis ini dilatarbelakangi dengan 201 BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hubungan historis antara Turki Utsmani dan Hindia Belanda sejatinya telah terjalin lama sebagaimana yang telah dikaji oleh banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiraukan penderitaan bangsa yang dijajah. Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiraukan penderitaan bangsa yang dijajah. Indonesia merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjuangan untuk mencapai kemerdekaan suatu negara bukanlah suatu hal yang mudah. Perjuangan tersebut membutuhkan pengorbanan besar. Penjajah yang mencoba menguasai

Lebih terperinci

Sosialisme Indonesia

Sosialisme Indonesia Sosialisme Indonesia http://sinarharapan.co/news/read/140819049/sosialisme-indonesia 19 Agustus 2014 12:50 Ivan Hadar* OPINI Sosialisme-kerakyatan bisa diterapkan di Indonesia. Terpilihnya Jokowi sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 105 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan saran dari skripsi dengan judul GEJOLAK PATANI DALAM PEMERINTAHAN THAILAND (Kajian Historis Proses Integrasi Rakyat Patani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan Aceh Merdeka atau sering kita dengar dalam penyebutan GAM ataupun AGAM adalah organisasi yang dianggap separatis yang memiliki tujuan supaya Aceh lepas

Lebih terperinci

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI

BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI 69 BAB IV MEMAKNAI HASIL PENELITIAN BUDAYA POLITIK SANTRI A. Santri dan Budaya Politik Berdasarkan paparan hasil penelitian dari beberapa informan mulai dari para pengasuh pondok putra dan putri serta

Lebih terperinci

BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP SOSOK USTADZ ABDUL QADIR HASSAN DALAM MENGEMBANGKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM BANGIL

BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP SOSOK USTADZ ABDUL QADIR HASSAN DALAM MENGEMBANGKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM BANGIL BAB IV RESPON MASYARAKAT TERHADAP SOSOK USTADZ ABDUL QADIR HASSAN DALAM MENGEMBANGKAN PESANTREN PERSATUAN ISLAM BANGIL A. Tokoh Persatuan Islam ( Persis) 1 Ustadz Umar Fanani BA Ustadz Abdul Qadir Hassan

Lebih terperinci

memperlancar semua aktifitas yang menjadi program suatu pendidikan.

memperlancar semua aktifitas yang menjadi program suatu pendidikan. PERPUSTAKAAN KEPRESIDENAN (PRESIDENTIAL LIBRARY) BUNG KARNO DI BUTAR BAGIAN SATU PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perpustakaan Buku adalah penemuan manusia yang sungguh hebat, sebab dengan diketemukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43 BAB I PENDAHULUAN Setiap penelitian akan di latar belakangi dengan adanya permasalahan yang Akan dikaji. Dalam penelitian ini ada permasalahan yang dikaji yaitu tentang Efektivitas Tokoh Agama dalam Membentuk

Lebih terperinci

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN

2015 PERANAN PEREMPUAN DALAM POLITIK NASIONAL JEPANG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jepang merupakan negara maju yang terkenal dengan masyarakatnya yang giat bekerja dan juga dikenal sebagai negara yang penduduknya masih menjunjung tinggi

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan umum merupakan sebuah wadah untuk menciptakan pemerintah yang demokratis. Indonesia pun hingga saat ini telah melaksanakan pemilihan umum terhitung

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012

Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012 Sambutan Presiden RI pada Upacara Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional, Jakarta, 7 November 2012 Rabu, 07 November 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA UPACARA PENGANUGERAHAN GELAR PAHLAWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepala daerah di Indonesia ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kepala daerah di Indonesia ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi sistem pemilihan pemimpin publik yakni kepala daerah dan wakil kepala daerah di Indonesia ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT 37 BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT A. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia Demokrasi adalah bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

Kiprah Edisi 17: Menggalang Solidaritas Melalui Forum Selapanan. Ditulis oleh Titik Rahmawati & Ulfah Mutia Hizma Jumat, 03 Juli :12 -

Kiprah Edisi 17: Menggalang Solidaritas Melalui Forum Selapanan. Ditulis oleh Titik Rahmawati & Ulfah Mutia Hizma Jumat, 03 Juli :12 - Awalnya, ketika penulis atas nama lembaga Fatayat Kabupaten Magelang mengajukan kerjasama program berupa Seminar Perempuan dan Politik: Membangun Kualitas Politisi yang Adil gender. Jaringan itu semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah tindakan yang fundamental, yaitu perbuatan yang menyentuh akar-akar kehidupan bangsa sehingga mengubah dan menentukan hidup manusia.

Lebih terperinci

Catatan Kepergian dan Mutiara Kepemimpinan HKM. Oleh: I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi (Ketua KPU Provinsi Bali)

Catatan Kepergian dan Mutiara Kepemimpinan HKM. Oleh: I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi (Ketua KPU Provinsi Bali) Catatan Kepergian dan Mutiara Kepemimpinan HKM Oleh: I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi (Ketua KPU Provinsi Bali) 1 Berita tentang berpulangnya Ketua KPU Husni Kamil Manik (HKM) yang saya terima pada tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Keadaan tersebut mengakibatkan adanya kontak bahasa sehingga. pengaruh bahasa lain masuk ke dalam bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Keadaan tersebut mengakibatkan adanya kontak bahasa sehingga. pengaruh bahasa lain masuk ke dalam bahasa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah bahasa yang sangat terbuka. Bahasa ini mampu menerima unsur-unsur asing maupun daerah sehingga semakin memperkaya kosakata yang dimiliki

Lebih terperinci

Presiden Seumur Hidup

Presiden Seumur Hidup Presiden Seumur Hidup Wawancara Suhardiman : "Tidak Ada Rekayasa dari Bung Karno Agar Diangkat Menjadi Presiden Seumur Hidup" http://tempo.co.id/ang/min/02/18/nas1.htm Bung Karno, nama yang menimbulkan

Lebih terperinci

ABSTRAK (RINGKASAN PENELITIAN)

ABSTRAK (RINGKASAN PENELITIAN) ABSTRAK (RINGKASAN PENELITIAN) Pemilihan umum merupakan salah satu wadah yang bertujuan untuk memberikan kesempatan pada masyarakat untuk menentukan siapa yang akan mewakili mereka dalam lembaga legislatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada masa kesultanan Asahan agar dapat didokumentasikan. peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk jadi pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau, disusun berdasarkan peninggalan-peninggalan yang terdapat dimasa kini. Perspektif sejarah selalu menjelaskan ruang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura

BAB I PENDAHULUAN. kyai memberikan pengaruh yang cukup besar dalam perpolitikan di Martapura BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Martapura Kabupaten Banjar diidentikan dengan pondok pesantrennya, dengan puluhan, ratusan, bahkan ribuan santri yang ada di dalamnya. Nilai-nilai religius yang

Lebih terperinci

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI

Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muhammad Ismail Yusanto, Jubir HTI Muktamar Khilafah digelar di 31 kota di Indonesia. Puncaknya diselenggarakan di Jakarta, Ahad (2/6) di Stadion Gelora Bung Karno. Lebih dari 100 ribu orang hadir dalam

Lebih terperinci

Loyalitas Tanpa Batas, Elizabeth Catur Yulia Sri Wahyuni.

Loyalitas Tanpa Batas, Elizabeth Catur Yulia Sri Wahyuni. Loyalitas Tanpa Batas, Elizabeth Catur Yulia Sri Wahyuni. Tak ada yang paling berharga bagi kehidupan ini selain pengabdian pada kemanusiaan dan kehidupan itu sendiri. Demi kebaikan bersama, membesarkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang terdapat pada bab 1. Beberapa hal pokok yang menjadi kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan

BAB I PENDAHULUAN. Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September tahun 1948 merupakan saat-saat yang tidak akan terlupakan oleh masyarakat kota Madiun, terutama bagi umat Islam di Madiun. Pada bulan September tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demokrasi lebih dari sekedar seperangkat aturan dan prosedur konstitusional yang menentukan suatu fungsi pemerintah. Dalam demokrasi, pemerintah hanyalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Situasi perkembangan politik yang berkembang di Indonesia dewasa ini telah membawa perubahan sistem yang mengakomodasi semakin luasnya keterlibatan masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB VI P E N U T U P

BAB VI P E N U T U P 188 BAB VI P E N U T U P A. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan antara lain: Pertama, peran kiai pondok pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata dalam dinamika politik ada beberapa bentuk, yakni

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pada uraian ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan dan saran sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang terdapat di dalam rumusan masalah yaitu: 1. Menjelang berdirinya UNIVA

Lebih terperinci

Biografi Presiden Abdurahman Wahid. Oleh Otto Ismail Rabu, 05 Desember :02

Biografi Presiden Abdurahman Wahid. Oleh Otto Ismail Rabu, 05 Desember :02 Kyai Haji Abdurrahman Wahid, akrab dipanggil Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, 7 September 1940 dari pasangan Wahid Hasyim dan Solichah. Guru bangsa, reformis, cendekiawan, pemikir, dan pemimpin politik

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan statistik dan analisis data seperti yang diuraikan pada bab sebelumnya, terkait dengan persepsi guru tentang efektivitas kepemimpinan

Lebih terperinci

Presiden Jokowi Berpesan Estafetkan Nilai-nilai Positif bagi Generasi Penerus Senin, 19 September 2016

Presiden Jokowi Berpesan Estafetkan Nilai-nilai Positif bagi Generasi Penerus Senin, 19 September 2016 Presiden Jokowi Berpesan Estafetkan Nilai-nilai Positif bagi Generasi Penerus Senin, 19 September 2016 Presiden Joko Widodo merasa prihatin dengan mulai hilangnya nilai-nilai khas Bangsa Indonesia yang

Lebih terperinci

untuk mengirim delegasi ke Saudi Arabia, dan membentuk

untuk mengirim delegasi ke Saudi Arabia, dan membentuk BAB v: PENUTUP A. KESIHPULAN 1. Nahdlatul Ulama merupakan jamriyah diniyah yang didirikan pada 15 Rajab 1334 H atau 31 Januar i 1-925 ' organisasi ini didirikan antara lain untuk memberikan jawaban yang

Lebih terperinci