Keywords: Kursus Pra Nikah, Kecamatan Pringsewu, BP4

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Keywords: Kursus Pra Nikah, Kecamatan Pringsewu, BP4"

Transkripsi

1 P-ISSN: X Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 10 (1) (2017) e-issn: Mei 2017 IMPLEMENTASI KURSUS PRA NIKAH DALAM MENGURANGI ANGKA PERCERAIAN DI KUA PRINGSEWU Afrizal Pegawai KUA Pegelaran Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung Diterima: 02 Desember Disetujui: 08 April 2017 Dipublikasikan: Mei 2017 Abstract In Pringsewu district, divorce rates are still high. Since 2013, there were 80 divorce cases, in 2014, 89 and in 2015, 6380 divorce cases. Preservation of a marriage is not only sought after the occurrence of problems in the household, but it need before the wedding. Based on the Decree of the Director General of Islamic Guidance No. DJ.II / 542 of 2013, the Pre-Marriage Course conducted by BP4 for the bride and groom. This article describe the implementation of Pre- Marriage Courses in Pringsewu District KUA and its impact in reducing divorce rates. The conduct of Pre-Marriage Courses is still lacking or not optimal; either in terms of institutions, executors or resource persons, pre-facilities, financing, participants, and course materials. Pre-Marriage Course Policy has a stake in reducing the divorce rate, and encouraging the establishment of a sakinah family in the area Keywords: Kursus Pra Nikah, Kecamatan Pringsewu, BP4

2 98 Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 10 (1) (2017) A. Pendahuluan Perceraian memang halal, namun Allah sangat membencinya. bahkan Rasulullah pernah menyatakan istriistri yang meminta cerai kepada suaminya tanpa alasan yang dibenarkan dia tidak akan mencium bau surga. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw: أ م ي ا ام ر أ ة س أ ل ت ز و ج ه ا ط ل ق ا م ن غ ي ب أ س ف ح ر ام ع ل ي ه ا ر ائ ح ة ا ل ن ة (واحلديث صححه األلباين يف صحيح الرتمذي ( Artinya: Wanita mana saja yang meminta kepada suaminya perceraian tanpa alasan (kuat). Maka dia diharamkan mencium bau surga. (Hadis dishahihkan Al-Albany di Shahih Tirmizi) 1 Karena itu pulalah pemerintah Indonesia merumuskan perundang-undanganan yang mempersulit terjadinya perceraian dan membentuk badan penasehat perkawinan atau lebih dikenal BP4 (Badan Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan). Pelestarian sebuah pernikahan tidak hanya diupayakan setelah terjadinya masalah dalam rumah tangga. Namun pelestarian sebuah pernikahan haruslah diupayakan sejak sebelum terjadinya pernikahan. Dengan keluarnya Surat Keputusan Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah, pemerintah mengamanatkan agar sebelum pernikahan dilangsungkan, setiap calon pengantin harus diberikan wawasan terlebih dahulu tentang arti sebuah rumah tangga melalui Kursus Pra Nikah. Surat edaran ini juga merupakan respon dari tingginya angka perceraian dan kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) di Indonesia. Dengan mengikuti Kursus Pra Nikah pasangan calon 1 Abd Rahman Ghazaly, Fikih munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2003), h. 213

3 Implementasi Kursus Pra Nikah... (Afrizal) 99 pengantin yang mau melenggang ke jenjang pernikahan akan dibekali materi dasar pengetahuan dan ketrampilan dalam kehidupan berumah tangga. Di KUA yang berada di Kecamatan Pringsewu Program kegiatan Kursus Pra Nikah ini diselenggarakan bukan dalam waktu 24 jam sebagaimana aturan edaran dirjen tentang Kursus Pra Nikah. Hal ini karena belum tersedianya dana yang memadai untuk kegiatan Kursus Pra Nikah dari anggaran Kementerian Agama. Tetapi dilaksanakan maksimal sampai tiga jam saja, setiap hari Senin, Selasa, Rabu dan Kamis, dimulai pada pukul WIB bertempat di ruangan kerja staf dan diikuti oleh peserta calon-calon pengantin yang sudah terdaftar sejak 10 hari sebelum pelaksanaan akad nikah masing-masing pengantin dilaksanakan. Dengan waktu pelaksanaan yang sesingkat itu tentu tujuan dari diterbitkannya peraturan tentang Kursus Pra Nikah ini belum dapat mencapai maksud dan tujuan yang diharapkan. Dari latar belakang tersebut di atas, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut bagaimana implementasi penyelenggaraan Kursus Pra Nikah di KUA Kecamatan Pringsewu? dan Bagaimana dampak dari penyelenggaraan Kursus Pra Nikah dalam mewujudkan keluarga sakinah di KUA Kecamatan Pringsewu? B. Pembahasan 1. Pengertian Kursus Pra Nikah Pengertian kursus secara Etimologi dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pelajaran tentang suatu pengetahuan atau keterampilan, yang diberikan dalam waktu singkat. 2 Pengertian kata Pra adalah bentuk terikat yang berarti sebelum; di depan. 3 Kata nikah Nikah secara Etimologi adalah ikatan (akad) perkawinan yang dilakukan 2 Tim Redaksi Kamus Pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h Ibid, h. 891 Pogram Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

4 100 Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 10 (1) (2017) sesuai dengan ketentuan hukum dan ajaran agama. 4 Sedangkan pengertian Kursus Pra Nikah secata Termininologi menurut Perdirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah adalah pemberian bekal pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan penumbuhan kesadaran kepada remaja usia nikah tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga. 5 Kursus Pra Nikah merupakan bimbingan kepada calon pengantin (calon suami istri) sebagai bekal pengetahuan untuk mengarungi bahtera rumah tangga yang diberikan oleh petugas BP4 dalam hal pemberian materi bimbingan sebagai bekal kehidupan pernikahan, kesehatan keluarga, dan lainnya. Dengan pemberian materi tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas keluarga atau meraih kehidupan rumah tangga yang diidam-idamkan oleh para pasangan calon pengantin, yaitu mencapai keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. 2. Dasar Hukum Kursus Pra Nikah Pemerintah Indonesia merumuskan perundangundangan yang mempersulit terjadinya perceraian dan membentuk badan penasehatan perkawinan atau yang lebih dikenal dengan nama BP4. BP4 adalah satu-satunya badan yang berusaha di bidang penasihatan perkawinan dan pengurangan perceraian. Fungsi dan Tugas BP4 tetap konsisten melaksanakan UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Peraturan Perundang-undangan lainnya tentang Perkawianan. Oleh karenanya fungsi dan peranan BP4 sangat diperlukan masyarakat dalam mewujudkan kualitas perkawinan. Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang 4 Ibid, h Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/542 TAHUN 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah, Jakarta, 2013, h. 2

5 Implementasi Kursus Pra Nikah... (Afrizal) 101 Perkawinan, pasal 1 disebutkan: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, untuk membina dan terciptanya suatu rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Pelestarian sebuah pernikahan tidak hanya diupayakan setelah terjadinya masalah dalam rumah tangga. Namun pelestarian sebuah pernikahan haruslah diupayakan sedini mungkin, yaitu sejak sebelum terjadi atau dilangsungkannya pernikahan tersebut. Melalui Keputusan Menteri Agama (KMA) No.477 Tahun 2004, pemerintah mengamanatkan agar sebelum pernikahan dilangsungkan, setiap calon pengantin harus diberikan wawasan terlebih dahulu tentang arti sebuah rumah tangga melalui Kursus Pra Nikah. Dengan keluarnya Surat Edaran Dirjen Bimas Islam Nomor: DJ.II/542 tahun 2013 membuat gerak langkah kursus Pra Nikah semakin jelas, ditambah dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 400/54/III/Bangda perihal Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah, lahirnya peraturan-peraturan tentang kursus pra nikah tersebut, merupakan bentuk kepedulian nyata Pemerintah terhadap tingginya angka perceraian dan kasus KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) di Indonesia. Diharapkan dengan dimasukkannya Kursus Pra Nikah sebagai salah satu syarat atau prosedur sebelum dilangsungkannya pernikahan, maka pasangan calon pengantin selayaknya sudah memiliki wawasan dan bekal ilmu seputar kehidupan rumah tangga yang pada gilirannya akan mampu secara bertahap mengurangi dan meminimalisir angka perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga di Indonesia. 2. Tujuan Kursus Pra Nikah Pada Bab II Pasal 2 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor DJ.II/372 Tahun 2011 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pogram Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

6 102 Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 10 (1) (2017) Kursus Pra Nikah menjelaskan bahwa tujuan Kursus Pra Nikah adalah untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang kehidupan rumah tangga/keluarga dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah serta mengurangi angka perselisihan, perceraian, dan kekerasan dalam rumah tangga. 6 Dalam Peraturan Dirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/542 Tahun 2013 disebutkan tujuan kursus pra nikah Antara lain: a. Tujuan Umum : Mewujudkan keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah melalui pemberian bekal pengetahuan, peningkatan pemahaman dan ketrampilan tentang kehidupan rumah tangga dan keluarga. b. Tujuan khusus : 1) Untuk menyamakan persepsi badan/lembaga penyelenggara tentang substansi dan mekanisme penyelenggaraan kursus pra nikah bagi remaja usia nikah dan calon pengantin; 2) Terwujudnya pedoman penyelenggaran kursus pra nikah bagi remaja usia nikah dan calon pengantin; 7 Berdasarkan apa yang telah di paparkan di atas, dapat dilihat bahwa tujuan dari Kursus Pra Nikah adalah memberikan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan penumbuhan kesadaran tentang seputar permasalahan pernikahan dan permasalahan kehidupan rumah tangga dan keluarga bagi para calon pasangan suami istri. Kursus Pra Nikah ini dilaksanakan oleh BP4. Berdasarkan MUNAS BP4 ke XIV/2009 di Jakarta pada Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama Nomor DJ.II/372 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kurus Pra Nikah, h. 4 7 Peraturan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementrian Agama Nomor DJ.II/372 Tahun 2013 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Kurus Pra Nikah, h. 7

7 Implementasi Kursus Pra Nikah... (Afrizal) 103 Juni 2009 yang dipimpin oleh ketua sidangnya Moh. Muchtar Ilyas dan sekretaris sidang Najib Anwar, menegaskan kembali pada pasal 1 bahwa BP4 adalah Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan. Dan pada pasal 6 salah satu upaya dan usaha BP4 adalah memberikan bimbingan, nasehat dan penerangan mengenai nikah, talak, cerai, dan rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok Komponen-Komponen Kursus Pra Nikah Peraturan Dirjen Bimas Islam Kemenag. RI No. DJ.II/491/2009 juncto Perdirjen Bimas Islam Nomor DJ.II/372/2011 tentang Kursus Calon Pengantin. Dan Perdirjen Bimas Islam No Dj.II/542 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah. Dalam aturan tersebut, materi Kursus Pra Nikah telah distandarisasikan dengan 7 materi selama 24 jam pelajaran, dengan rincian sebagai berikut: a. Tata cara dan prosedur perkawinan 2 jam pelajaran. b. Pengetahuan Agama 5 jam pelajaran. c. Peraturan Perundang-undangan di bidang perkawinan dan keluarga 4 jam pelajaran. d. Hak dan kewajiban suami istri 3 jam pelajaran. e. Kesehatan reproduksi 3 jam pelajaran. f. Managemen keluarga 3 jam pelajaran. g. Psikologi perkawinan dan keluarga 2 jam pelajaran. Sedang narasumber terdiri dari konsultan perkawinan dan keluarga sesuai keahlian yang dimiliki mere masingmasing. Adapun metode yang digunakan dalam pelaksanaan kursus in adalah dengan metode ceramah, dialog, simulasi, dan studi kasus (Perdirjen Bimas Islam No DJ.II/542 /2013 Pasal 8). Dalam pelaksanaan bimbingan pra nikah, salah satu unsur yang paling pokok adalah subjek (pembimbing, tutor, 8 Hasil Putusan MUNAS BP4 ke XIV/2009, Jakarta, 1-3 Juni 2009, h. 5 Pogram Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

8 104 Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 10 (1) (2017) konsultan perkawinan dan keluarga) sebagai narasumber ataupun pasilitator dalam pelaksanaan kursus tersebut. Pembimbing atau tutor harus mampu membaca situasi dan kondisi calon pengantin yang dihadapi dan menguasai bahan atau materi serta dapat memberi contoh atau teladan yang baik. Sesuai ketentuan pasal 3 ayat (1): bahwa penyelenggara Kursus Pra Nikah adalah Badan Penasihatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) atau lembaga/organisasi keagamaan Islam lainnya sebagai penyelenggara kursus pra nikah yang telah mendapat Akreditasi dari Kementerian Agama. Dengan ketentuan ini maka penyelenggaraan kursus pra nikah dapat dilaksanakan oleh badan/lembaga di luar instansi pemerintah dalam hal ini KUA kecamatan, tetapi pelaksanaannya dilakukan oleh badan/lembaga/organisasi keagamaan Islam yang telah memenuhi ketentuan yang di tetapkan oleh Pemerintah. Pemerintah dalam hal ini adalah Kementerian Agama berfungsi sebagai regulator, pembina, dan pengawas. Berbeda pelaksanaannya dengan kursus calon pengantin yang dilakukan pada waktu yang lalu dilaksanakan langsung oleh KUA/BP4 kecamatan. Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah sebagaimana diatur dalam pedoman ini memberi kesempatan yang luas kepada masyarakat untuk ikut serta berpartisipasi dalam pembinaan dan pembangunan keluarga serta mengurangi angka perceraian dan kekerasan dalam keluarga. Penyelenggara yang berwenang terhadap pelaksanaan Kursus Pra Nikah adalah Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP4) atau badan dan lembaga lain yang telah mendapat Akreditasi dari Kementerian Agama (Perdirjen Bimas Islam No DJ.II/542 /2013 pasal 3). Dalam aturan tersebut juga diatur tentang Sertifikasi. Bahwa calon pengantin yang lulus akan diberikan sertifikasi tanda kelulusan dan dapat dipergunakan sebagai syarat untuk pendaftaran perkawinan (Perdirjen Bimas Islam No DJ.II/542/2013 Pasal

9 Implementasi Kursus Pra Nikah... (Afrizal) 105 6). Selanjutnya akan dibahas seputar lembaga BP4. 4. Profil KUA Pringsewu Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Pringsewu yang dahulu bernama Balai Nikah Kecamatan Pringsewu berkedudukan atau berkantor di gedung yang menempati tanah Pemda Kecamatan Pringsewu yang lokasinya bersebelahan dengan Pendopo Kecamatan Pringsewu. Namun ketika tanah Pemda dibangun, maka kantor KUA Pringsewu dipindahkan ke lokasi bangunan baru. Bangunan baru tersebut dibangun di atas tanah wakaf dari KH.Gholib yang berlokasi di jalan KH.Gholib pada tahun Meskipun dikatakan bahwa kantor KUA Pringsewu ini pernah beberapa kali berberpindah-pindah kantor, namun Register Nikah (Akta Nikah) yang ada tetap tertata dan tersimpan dengan rapi sampai sekarang. Data Register Nikah yang paling awal penulis temukan semenjak tahun Dengan telah dibangunnya gedung KUA Pringsewu dan telah menempati gedung sendiri, maka kualitas dan kuantitas pelayanan kepada masyarakat terus berusaha untuk ditingkatkan. Gedung KUA berdiri di atas lahan tanah seluas 720 M2 dengan Luas Bangunan 142 M2 dan luas halaman 578 M2 sedangkan status tanahnya adalah tanah Negara (Pinjam Pakai tanah milik Pemerintah Daerah Kecamatan Pringsewu). Dari tahun ke tahun sejak berdirinya, KUA Kecamatan Pringsewu mengalami peningkatan frekwensi pernikahan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan penduduk. KUA Kec. Pringsewu terus berkembang, apalagi seiring terbitnya KMA 477 Tahun 2004 tentang Pencatatan Nikah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: PER/62/M.PAN/6/2005 tentang Jabatan Fungsional Penghulu dan Angka Kreditnya, maka masingmasing KUA melaksanakan restrukturisasi sesuai acuan peraturan tersebut dengan struktur organisasi yang dipimpin oleh seorang Kepala, satu orang tenaga fungsional penghulu dan dibantu dua tenaga tata usaha dengan kualifikasi Pogram Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

10 106 Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 10 (1) (2017) pendidikan dan persyaratan lain yang sesuai dengan standar tugasnya masing-masing. Dalam bidang pelayanan, KUA Kecamatan Pringsewu memiliki 2 orang Penghulu dibantu oleh 13 Anggota Pembantu Pencatat Nikah (P3N) yang tersebar di 13 wilayah desa se-kecamatan Pringsewu. Kantor Urusan Agama Kecamatan Pringsewu didukung oleh 4 pegawai yang terdiri dari 1 (satu) orang Kepala dan 1 (satu) orang Penghulu serta 4 (empat) orang Staf berstatus Pegawai Negeri Sipil dan 2 (dua) orang tenaga honorer yang dapat bekerja dalam bidang yang menjadi tugas dan wewenang KUA; satu orang sebagai tenaga administrasi/ tata usaha sedang yang lainnya bertugas sebagai penjaga kantor. 5. Jumlah Peristiwa Nikah Rujuk di KUA Pringsewu Adapun statistik jumlah peristiwa Nikah dan Rujuk (NR) tahun 2011 s/d Tahun 2011 jumlah pernikahan 846 dan tidak terdapat peristiwa rujuk. Tahun 2012 jumlah pernikahan 775 dan tidak terdapat peristiwa rujuk. Tahun 2013 jumlah pernikahan 680 dan tidak terdapat peristiwa rujuk. Tahun 2014 jumlah pernikahan 793 dan tidak terdapat peristiwa rujuk. Tahun 2015 jumlah pernikahan 333 dan tidak terdapat peristiwa rujuk. Walaupun pernikahan setiapnya menunjukkan grafik yang turun naik, tapi secara keseluruhan pernikahan di kecamatan dikatakan cukup tinggi. Data peristiwa nikah dan rujuk di KUA Pringsewu yang terjadi rentang dapat disajikan dalam tabel berikut: Tabel 1 Peristiwa Nikah dan Rujuk Di KUA Pringsewu No Tahun Nikah Rujuk

11 Implementasi Kursus Pra Nikah... (Afrizal) 107 (s/d Juni 2015) 6. Pelaksanaan Kursus Pra Nikah di Kecamatan Pringsewu a. Subjek/Pelaksana Kursus Pra Nikah Secara kelembagaan BP4 di kecamatan Pringsewu sudah terbentuk sesuai dengan SK BP4 Kecamatan Pringsewu No: 07/BP.4/Kab.Psw/IX/2013, berdasarkan SK tersebut regulasi penyelenggaraan Kursus Pra Nikah pada dasarnya harus dilaksanakan oleh BP4 akan tetapi kegiatan Kursus Pra Nikah dilaksanakan oleh pegawai KUA atau oleh anggota BP4 sendiri, seperti yang diungkapkan oleh Saiful Arfan bahwa pelaksana Kursus Pra Nikah itu dilaksanakan oleh siapa saja petugas yang ada di kantor, kadang oleh pegawai KUA bahkan jika ada anggota BP4 maka BP4 itu sendiri yang melaksanakan. 9 b. Sarana dan Pembiayaan Pelaksanaan Kursus Pra Nikah yang sudah berjalan sejauh ini, dipandang akan dapat terlaksana lebih baik lagi. Hal ini didukung dengan adanya regulasi yang sudah cukup, sarana tempat yang memadai, dan sumber daya manusia yang mumpuni. Sarana penyelenggara kursus pra nikah meliputi sarana belajar mengajar: silabus, modul, dan bahan ajar lainnya yang dibutuhkan untuk pembelajaran. Silabus dan modul disiapkan oleh Kementerian Agama untuk dijadikan acuan oleh penyelenggara Kursus Pra Nikah. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Kepala KUA Pringsewu; Saiful Arfan bahwa silabus, modul, dan bahan ajar yang digunakan pada Kursus Pra Nikah selama ini berasal dari Kementerian 9 Saiful Arfan, Kepala KUA Kecamatan Pringsewu, Wawancara, Tanggal 22 Juni 2015 Pogram Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

12 108 Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 10 (1) (2017) Agama. 10 Silabus, modul, dan materi ajar yang disampaikan pada pelaksanaan Kursus Pra Nikah selama ini menggunakan silabus, modul, dan bahan ajar yang di dapatkan dari Kementerian Agama. Sedangkan berkenaan dengan pembiayaan. Dengan regulasi yang sudah ada yaitu Perdirjen Bimas Islam Nomor : DJ.II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah, dipandang sudah cukup untuk mengkover kegiatan Kursus Pra Nikah. Hanya saja untuk pelaksanaannya terdapat beberapa kendala. Pertama dalam hal pembiayaan masih tidak ada, karena alokasi anggaran sebagaimana yang diatur dalam Perdirjen tersebut baik yang berasal dari APBN ataupun APBD belum ada. Padahal pada pasal 5 disebutkan bahwa pembiayaan penyelenggaraan Kursus Pra Nikah dapat bersumber dari APBN dan APBD. 11 Sedangkan pada bagian penjelasan pasal tersebut dikatakan bahwa: dana pemerintah berupa APBN atau APBD bisa diberikan kepada penyelenggara dalam bentuk bantuan. Bantuan kepada badan/ lembaga penyelenggara dapat dibenarkan sepanjang untuk peningkatan kesejahteraan dan pembinaan umat sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, pemerintah dapat membantu badan/ lembaga swasta dari dana APBN/APBD. 12 Sedangkan dalam Keputusan Dirjen Bimas Islam No: DJ.II/748 tahun 2014 disebutkan pada nomor (b) bahwa kegiatan Kursus Pra Nikah dihitung per peristiwa nikah sebesar Rp ,00 (lima puluh ribu rupiah). (c) Dana kegiatan Kursus Pra Nikah digunakan untuk pemberian honor dan atau transport nara sumber, pembelian konsumsi, 10 Saiful Arfan, Kepala KUA Kecamatan Pringsewu, Wawancara, Tanggal 22 Juni Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2013, Op.Cit, h Ibid, h. 14

13 Implementasi Kursus Pra Nikah... (Afrizal) 109 dan kelengkapan Kursus Pra Nikah. 13 Sejak tahun 2013 sampai saat ini Kegiatan Kursus Pra Nikah ini tidak menggunakan biaya. Dan tentunya hal ini menjadi kendala karena pada pelaksanaannya. Kegiatan ini tidak dapat memberikan konsumsi bagi peserta dan sekaligus tidak dapat menghadirkan nara sumber dari luar atau lembaga lain untuk menyampaikan materi yang berhubungan dengan calon pengantin seperti: Kesehatan reproduksi, Kesehatan Ibu dan Anak, Undang-Undang KDRT dan ketentuan Pidana, dan lain-lainnya Sertifikasi Kursus Pra Nikah Pasal 6 Perdirjen Bimas Islam Nomor: DJ.II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah menyebutkan bahwa: (a) Remaja usia nikah yang telah mengikuti Kursus Pra Nikah diberikan sertifikat sebagai tanda bukti kelulusan; (b) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikeluarkan oleh BP4 atau organisasi keagamaan Islam penyelenggara kursus; (c) Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat menjadi syarat kelengkapan pencatatan perkawinan; 15 Calon pengantin yang telah mengikuti Kursus Pra Nikah diberikan sertifikat sebagai tanda bukti kelulusan. Sertifikat tersebut akan menjadi syarat kelengkapan pencatatan perkawinan yaitu pada saat mendaftar di KUA Kecamatan, sekalipun dokumen sertifikat ini sifatnya tidak wajib tetapi sangat dianjurkan memilikinya, karena dengan memiliki sertifikat berarti pasangan pengantin sudah mempunyai bekal pengetahuan tentang kerumahtanggaaan dan berupaya mempersiapkan diri secara matang untuk 13 Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Petunjuk Teknis Pengelolaan Penerimaan Negara bukan Pajak Atas Biaya Nikah Atau Rujuk Di luar Kantor Urusan Agama Kecamatan, Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 2014, h Saiful Arfan, Kepala KUA Kecamatan Pringsewu, Wawancara, Tanggal 22 Juni Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op.Cit, h. 3 Pogram Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

14 110 Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 10 (1) (2017) mengarungi kehidupan baru rumah tangga yaitu dengan membekali dirinya pengetahuan dan pemahaman tentang seluk beluk kerumahtanggaan, sehingga apapun goncangan yang mereka hadapi nantinya akan diantisipasi secara baik karena sudah dibekali rambu-rambunya. Sertifikat dimaksud dikeluarkan oleh penyelenggara setelah peserta kursus dinyatakan lulus setelah selesai mengikuti Kursus Pra Nikah. Sertifikat yang dimaksud merupakan syarat pelengkap pencatatan perkawinan pada saat pendaftaran nikah di KUA Kecamatan. Berkenaan dengan sertifikasi kursus pra nikah di KUA Kecamatan Pringsewu merupakan syarat kelengkapan pencatatan nikah sebagaimana diungkapkan oleh Saiful Arfan menjelaskan bahwa menindaklanjuti surat BP4 Pusat No.059/13- P/BP4/XII/2014 tanggal 16 Desember 2014 perihal Kursus Pra Nikah, dan Perdirjen Bimas Islam No: DJ.II/542/Tahun 2013 setiap calon pengantin yang mendaftarkan pernikahan di KUA harus mengikuti kursus pra nikah terlebih dahulu. 16 Sertifikasi Kursus Pra Nikah menjadi salah satu syarat pencatatan nikah di KUA, oleh sebab itu tiap pasangan calon pengantin yang akan melangsungkan pernikahan seharusnya sudah mengikuti Kursus Pra Nikah. 8. Peserta Kursus dan Materi Kursus Pada pasal 7 Perdirjen Bimas Islam Nomor : DJ.II/542 Tahun 2013 disebutkan bahwa peserta Kursus Pra Nikah adalah remaja usia nikah dan calon pengantin yang akan melangsungkan perkawinan. 17 Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah sebagaimana diatur dalam Perdirjen Perdirjen Bimas Islam Nomor : DJ.II/542 Tahun 2013 berbeda dengan kursus pra nikah yang telah dilaksanakan pada waktu yang lalu, kursus pra nikah biasanya dilakukan oleh KUA/BP4 kecamatan pada waktu 16 Saiful Arfan, Kepala KUA Kecamatan Pringsewu, Wawancara,, Tanggal 22 Juni Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op.Cit, h. 3

15 Implementasi Kursus Pra Nikah... (Afrizal) 111 tertentu yaitu memanfaatkan 10 hari setelah mendaftar di KUA kecamatan sedangkan Kursus Pra Nikah lingkup dan waktunya lebih luas dengan memberi peluang kepada seluruh remaja atau pemuda usia nikah untuk mengikuti kursus tanpa dibatasi oleh waktu 10 hari setelah pendaftaran di KUA kecamatan. Sehingga para peserta kursus mempunyai kesempatan yang luas untuk dapat mengikuti Kursus Pra Nikah kapan pun mereka bisa mengikuti kegiatan tersebut sampai saatnya mendaftar di KUA kecamatan. Saiful Arfan menjelaskan bahwa peserta Kursus Pra Nikah yang selama ini mendaftarkan diri kebanyakan adalah peserta yang akan melangsungkan pernikahan saja. 18 Namun terdapat pula pasangan yang ingin melaksanakan pernikahan, namun mereka tidak mengikuti Kursus Pra Nikah ini. Pasal 8 Perdirjen Perdirjen Bimas Islam Nomor : DJ.II/542 Tahun 2013 menyebutkan bahwa: a. Materi Kursus Pra Nikah dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: Kelompok dasar, Kelompok Inti, dan Kelompok Penunjang. b. Kursus Pra Nikah dilakukan dengan metode ceramah, diskusi, tanya jawab, dan penugasan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan. c. Narasumber terdiri dari konsultan perkawinan dan keluarga, tokoh agama, dan tokoh masyarakat yang memiliki kompetensi sesuai dengan keahlian yang dimaksud pada ayat (1). d. Materi Kursus Pra Nikah diberikan sekurangkurangnya 16 jam pelajaran. 19 Materi materi bimbingan yang diberikan kepada remaja secara umum adalah tentang : a. Pengertian Nikah 18 Saiful Arfan, Kepala KUA Kecamatan Pringsewu, Wawancara, Tanggal 22 Juni Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op.Cit, h. 3 Pogram Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

16 112 Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 10 (1) (2017) b. Hukum Hukum Nikah c. Tujuan Pernikahan d. Memilih Jodoh e. Syarat Dan Rukun Nikah f. Larangan Perkawinan g. Mahar Atau Mas kawin h. Meminang i. Walimah Atau Pesta Pernikahan j. Hak dan Kewajiban Suami Istri Sedangkan metode yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan adalah: a. Metode caramah; digunakan untuk menyampaikan materi materi secara lisan. b. Metode diskusi dan tanya jawab; digunakan untuk mengetahui sejauh mana penerimaan dan pemahaman materi yang disampaikan. c. Metode demonstrasi; digunakan sebagai sarana dalam memberikan contoh. Di KUA Kec. Pringsewu Pelaksanaan Kursus Pra Nikah bisa dilakukan pada hari kerja, tidak ditentukan harinya tetapi sesuai dengan kedatangan para calon pengantin di kantor KUA. Waktu pelaksanaan bimbingan Kursus Pra Nikah adalah kurang lebih selama 2 jam. Sedangkan materi yang diberikan meliputi: Fiqh Munakahat, UU Perkawinan No 1 Tahun 1974, Keluarga Sakinah, dan prosedur penikahan. Pematerinya terdiri atas: Kepala KUA, Penghulu, dan BP4. 20 Berikut ini akan disajikan data tentang realitas pelaksanaan kegiatan Kursus Pra Nikah. Misalnya akan disajikan data pelaksanaan pernikahan dan dari pernikahan akan dilihat lebih lanjut berapakah pasangan yang mengikuti dan pasangan yang tidak mengikuti Kursus Pra Nikah di 20 Saiful Arfan, Kepala KUA Kecamatan Pringsewu, Wawancara,, Tanggal 22 Juni 2015

17 Implementasi Kursus Pra Nikah... (Afrizal) 113 KUA Kec Pringsewu tahun 2014, terdapat 793 pernikahan, 555 di antara pasangan yang melangsungkan pernikahan tersebut mengikuti Kursus Pra Nikah (70%). Sedangkan 238 pasangan (30%) tidak mengikuti Kursus Pra Nikah. 8. Implementasi Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah di KUA Kecamatan Pringsewu Pelaksanaan Kursus Pra Nikah di Kantor Urusan Agama kecamatan Pringsewu telah melaksanakan kegiatan ini karena pelaksanaan kegiatan ini telah ada sebelum kebijakan Kursus Pra Nikah ini digulirkan. Meskipun berbeda nama, namun secara subsansial memiliki kesamaan. Dulu namanya Kursus Calon Pengantin (Suscatin), setelah keluarnya Perdirjen Bimas Islam Nomor: DJ.II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah, maka namanya berubah menjadi Kursus Pra Nikah. Perdirjen Bimas Islam Nomor: DJ.II/542 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah merupakan pedoman penyelenggaraan Kursus Pra Nikah. Sebagai pedoman untuk para pejabat teknis di lingkungan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam c.q Direktorat Urusan Agama Islam di tingkat pusat, provinsi, Kecamatan/kota, dan KUA Kecamatan serta badan/lembaga yang menyelenggarakan kegiatan Kursus Pra nikah, meskipun pedoman ini telah dikeluarkan akan tetapi pada implementasinya masih banyak catatan. Baik catatan dari segi kelembagaan, pelaksana, sarana pra sarana, pembiayaan, peserta, dan materi kursus itu sendiri. a. Kelembagaan Kursus Pra Nikah Dalam pelaksanaannya, Kursus Pra Nikah ini tidak mengikat dalam melangsungan pernikahan. Tidak ada sanksi bagi yang tidak mengikutinya. Pasangan yang belum atau tidak mengikuti Kursus Pra Nikah tetap dapat melangsungkan pernikahannya. Kursus Pra Nikah bukan merupakan Pogram Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

18 114 Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 10 (1) (2017) persyaratan yang harus dilalaui bagi mereka yang akan melangsungkan pernikahan. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasaruddin Umar yang menyatakan bahwa, kursus pra nikah bagi calon pengantin yang sekarang sifatnya masih sukarela, ke depan ada rencana untuk diregulasi. Nantinya calon pengantin baru bisa menikah setelah mendapat sertifikat kursus pra nikah. 21 Ke depan, Kursus Pra Nikah harus bersifat wajib dan merupakan bahagian dari persyaratan pernikahan yang harus dilampirkan bersamaan dengan formulir N1, N2, N4, dan persyaratan wajib lainnya. Karena itu regulasinya tidak hanya sekedar Peraturan Dirjen tetapi harus dalam bentuk Peraturan Pemerintah atau minimal Keputusan Menteri Agama. b. Pelaksana Kursus Pra Nikah Dalam tataran pelaksanaannya, Kursus Pra Nikah tidak sepenuhnya dilaksanakan oleh pengurus BP4 kecamatan. Kenyataannya nara sumber Kursus Pra Nikah lebih banyak diambil alih oleh perangkat KUA setempat. Inilah yang ditegaskan oleh kepala KUA kec Pringsewu. Nara sumber Kursus Pra Nikah ini dalam pelaksanaannya diambil alih oleh Kepala KUA dan para penghulu dan pembantu penghulu saja. Kadang-kadang, jika ada saat pelaksanaan itu ada pengurus BP4, maka kemudian yang bersangkutanlah pelaksana Kursus Pra Nikah tersebut. Masalah selanjutnya adalah walaupun dalam peraturannya dinyatakan bahwa nara sumber Kursus Pra Nikah itu adalah mereka yang ahli dalam masalah pernikahan sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing seperti: dari tokoh agama, ahli di bidang kesehatan, BKKBN, dan tenaga ahli psikologi. Jika Kursus Pra Nikah itu hanya dilaksanakan oleh Kepala KUA, penghulu, ataupun pembantu penghulu tentulah belum atau tidak maksimal dalam penyampaian 21 Antisipasi perceraian, Calon Pengantin harus Ikuti Kursus Pra Nikah -.diakses tangal 30 Juni 2015

19 Implementasi Kursus Pra Nikah... (Afrizal) 115 materi Kursus Pra Nikah tersebut. Keterbatasan Sumber daya manusia dilatarbekangi tidak tersedianya dana untuk dapat menghadirkan nara sumber yang berkompeten sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Adapun terkait dengan standardisasi ataupun sertifikasi nara sumber Kursus Pra Nikah ini, menurut penulis adalah agenda yang penting. Agar nara sumber yang berkualitas akan memberikan pemahaman para remaja dan mereka calon pengantin tentang pernikahan sesuai dengan keahlian mereka masing-masing. Pengetahuan yang memadai ini akan membekali peserta Kursus Pra Nikah dalam mengarungi kehidupan rumah tangganya nantinya. Pengetahuan itu akan menghantarkan mereka dalam mendapatkan sakinah dalam kehidupan rumah tangga mereka nantinya. c. Sarana Pra Sarana Dalam pelaksanaan Kursus Pra Nikah biasanya, sepenuhnya menggunakan fasilitas atau sarana pra sarana yang terdapat di KUA kecamatan setempat. Pelaksanaan Kursus Pra Nikah dilaksanakan di aula atau salah satu ruangan di KUA tersebut. Karena keterbatasan dana yang tersedia, pelaksanaan Kursus Pra Nikah hanya berimprovisasi dengan metode ceramah dan dialog. Pelaksanaan Kursus Pra Nikah miskin media dalam proses pembelajarannya. Tidak tersedia Laptop, LCD, bahkan mungkin sekedar pengeras suara, dan alat peraga lainnya. Tentu saja pelaksanaan Kursus Pra Nikah dengan didukung oleh media pembelajaran seperti pengeras suara, laptop, LCD, dan alat peraga lainnya akan menghasilkan out put yang lebih baik. Karena media atau sarana pra sarana tersebut dapat mendukung, meningkatkan, dan menambah pemahaman peserta Kursus Pra Nikah terhadap materi kursus yang disampaikan oleh para nara sumber. Apalagi materi-materi seperti materi tentang kesehatan reproduksi, peraturan perundang-undangan seputar pernikahan, dan Pogram Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

20 116 Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 10 (1) (2017) lainnya. d. Pembiayaan, Peserta, Waktu dan Materi Pembiayaan yang masih minim dalam pelaksanaan Kursus Pra Nikah, akan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut: a. Honorarium bagi nara sumber Kursus Pra Nikah. Dalam peraturannya terdapat honorarium bagi nara sumber Kursus Pra Nikah yang nominalnya Rp / pasangan. Honorarium itupun dalam kenyataannya cair baru akhir tahun 2015 walaupun peraturannya sudah ditetapkan sejak Priode sebelumnya, nara sumber Kursus Pra Nikah itu tidak dibayar alias gratis. Kalaupun ada, biasanya merupakan pemberian dari pesertanya. b. Kondisi tersebut berdampak pada pelaksanaan Kursus Pra Nikah itu sendiri. BP4 sebagai lembaga yang mendapat amanah dan mandat melaksanakan Kursus Pra Nikah ini tidak dapat melaksanakan tugas mereka dengan baik dan maksimal. Mungkin kesibukan dalam mencari nafkah untuk keluarga, menyebabkan mereka tidak bisa menunaikan tugasnya sebagai BP4 dalam memberikan Kursus Pra Nikah. c. Selain masalah itu masalah pembiayaan ini juga berdampak pada penyediaan sarana pra sarana dan konsumsi saat pelaksanaan Kursus Pra Nikah. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa pelaksanaan Kursus Pra Nikah hanya memanfaatkan sarana prasarana milik KUA setempat. d. Mendatangkan nara sumber Kursus Pra Nikah yang expert di bidangnya masing-masing. Mendatangkan mereka berharap hasil Kursus Pra Nikah yang lebih maksimal, akan terhadang oleh permasalahan ketersediaan dana untuk membayar honorarim mereka. Sehingga akhirnya Kursus Pra Nikah hanya diisi oleh anggota BP4 atau para aparat KUA.

21 Implementasi Kursus Pra Nikah... (Afrizal) 117 Pelaksanaan Kursus Pra Nikah di Kecamatan Pringsewu ternyata hanya diikuti oleh remaja putra putri yang akan segera memasuki jenjang pernikahan saja, tidak terdapat peserta Kursus Pra Nikah dari remaja yang belum akan melangsungkan pernikahan; mereka yang dengan kesadarannya sendiri menyiapkan diri berupa wawasan dan pengetahuan tentang kehidupan berumah tangga dengan mengikuti Kursus Pra Nikah. Hal ini mungkin karena faktor pemahaman umum di tengah-tengah masyarakat bahwa Kursus Pra Nikah itu hanya diperuntukkan untuk mereka yang akan segera memasuki jenjang pernikahan. Tragisnya, temuan di lapangan bahwa data pelaksanaan pernikahan dan pasangan yang tidak mengikuti Kursus Pra Nikah di KUA Kec Pringsewu pada tahun 2014 terdapat 793 pernikahan, 555 di antara pasangan yang melangsungkan pernikahan tersebut mengikuti Kursus Pra Nikah (70%). Sedangkan 238 pasangan (30%) tidak mengikuti Kursus Pra Nikah. Materi Kursus Pra Nikah telah distandarisasikan dengan 7 materi selama 24 jam pelajaran. Dari sisi waktu pelaksanaan ternyata masih belum maksimal. Kantor Urusan Agama yang melaksanakan kursus pra nikah hanya satu atau dua jam saja dengan tuntutan materi yang begitu banyak. Materi Kursus Pra Nikah biasanya hanya fokus pada aspek hukum Islam dari masalah pernikahan. Adapun aspekaspek lainnya mungkin dijelaskan sekedar pengetahuan yang mereka miliki. Kondisi ini menyebabkan para peserta Kursus Pra Nikah tidak mendapatkan pemahaman yang utuh tentang materi-materi Kursus Pra Nikah yang seharusnya mereka peroleh setelah mengikuti kursus. Hal ini mungkin kurang atau tidak memadai sebagai bekal mereka dalam menghadapi permasalahan saat menempuh atau mengharungi kehidupan rumah tangga mereka nantinya. 9. Dampak Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah Pogram Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

22 118 Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 10 (1) (2017) Berdasarkan deskripsi di atas jelas bahwa dari sisi kebijakan sebenarnya telah ada upaya dari pemerintah untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah masyarakatnya. Yakni dengan dikeluarkannya aturan tentang Kursus pra nikah. Banyak penelitian menggambarkan bahwa ada keterkatian yang erat antara pemahaman, pengetahuan seseorang tentang pernikahan dengan cara mereka menyikapi persoalan kehidupan keluarga, layanan bimbingan dengan orientasi persiapan pernikahan, dan hidup berkeluarga sangat mempengaruhi sikap seseorang dalam memandang pernikahannya. Karena itu dibutuhkan layanan bimbingan dan konseling pernikahan untuk membantu seseorang agar siap menjalani kehidupan pernikahan sehingga nantinya mampu menciptakan keluarga yang harmonis. Selanjutnya akan dilihat lebih lanjut data tentang perceraian yang terjadi di Kecamatan Pringsewu. Kecamatan belum memiliki Pengadilan Agama yang mandiri. Masyarakat Kecamatan Pringsewu dalam beperkara, menginduk ke Pengadilan Agama Tanggamus. Ketika penulis mencari data tentang perceraian masyarakat Kecamatan Pringsewu, khususnya kecamatan Pringsewu data yang tersedia masih bersifat global berupa data berupa buku register. Lalu penulis memilah data tersebut satu persatu, sehingga kemudian terkumpullah data-data yang dibutuhkan. Penulis telah berupaya menginventaris data-data peristiwa perceraian dikaitkan dengan pelaksanaan Kursus Pra Nikah dari kecamatan Pringsewu dari tahun ; yakni saat penelitian ini dilaksanakan. Selanjutnya akan disajikan data yang akan dianalisa adalah dari tahun untuk semua kecamatan tersebut. Data-data tersebut dapat disajikan sebagai berikut: Total perceraian yang terjadi tahun 2013 pada tiga kecamatan tersebut adalah 147 kasus. Dari kasus-kasus tersebut, akan diuraikan berdasarkan asal kecamatannya. Pada kecamatan Pringsewu tahun 2013 terjadi 80 kasus perceraian 78 dari

23 Implementasi Kursus Pra Nikah... (Afrizal) 119 kasus tersebut, mereka yang menikah sebelum bulan Juli tahun 2013 saat peraturan Kursus Pra Nikah diberlakukan. Adapun mereka yang bercerai dan menikah setelah peraturan Kursus Pra Nikah diberlakukan terdiri dari nihil mereka yang ikut Kursus Pra Nikah sebelumnya dan 2 orang, mereka yang tidak ikut Kursus Pra Nikah. Pada kecamatan Pringsewu tahun 2014 terjadi 89 kasus perceraian 86 dari kasus tersebut, mereka yang menikah sebelum bulan Juli tahun 2013 saat peraturan Kursus Pra Nikah diberlakukan. Adapun mereka yang bercerai dan menikah setelah peraturan Kursus Pra Nikah diberlakukan terdiri dari nihil mereka yang ikut Kursus Pra Nikah sebelumnya dan 3 orang, mereka yang tidak ikut Kursus Pra Nikah. Pada kecamatan Pringsewu tahun 2015 terjadi 63 kasus perceraian 58 dari kasus tersebut, mereka yang menikah sebelum bulan Juli tahun 2013 saat peraturan Kursus Pra Nikah diberlakukan. Adapun mereka yang bercerai dan menikah setelah peraturan Kursus Pra Nikah diberlakukan terdiri dari nihil mereka yang ikut Kursus Pra Nikah sebelumnya dan 5 orang, mereka yang tidak ikut Kursus Pra Nikah. Pembacaan dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Dari kasus-kasus perceraian yang terjadi pada tahun di kecamatan Pringsewu didominasi oleh pasangan yang menikah sebelum peraturan Kursus Pra Nikah digulirkan. b. Secara umum data tingkat perceraian mereka yang tidak Kursus Pra Nikah lebih tinggi pada ketiga kecamatan tersebut pada tahun dibandingkan dengan mereka yang mengikuti Kursus Pra Nikah. c. Berdasarkan data di atas, dapat digarisbawahi bahwa pelaksanaan Kursus Pra Nikah di kecamatan Pringsewu memiliki andil dalam menekan tingkat angka perceraian di ketiga kecamatan tersebut. Serta tentu saja Pogram Pascasarjana UIN Raden Intan Lampung

24 120 Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam 10 (1) (2017) mendorong terbentuknya keluarga yang sakinah. C. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan sebagi berikut : 1. Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah di Kecamatan Pringsewu masih kurang atau tidak optimal; baik dari segi kelembagaan, pelaksana atau nara sumber, sarana pra sarana, pembiayaan, peserta, dan materi kursus. 2. Kebijakan tentang Kursus Pra Nikah Kecamatan Pringsewu memiliki andil dalam menekan tingkat angka perceraian, serta mendorong terbentuknya keluarga yang sakinah di daerah tersebut. Daftar Pustaka Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Petunjuk Teknis Pengelolaan Penerimaan Negara bukan Pajak Atas Biaya Nikah Atau Rujuk Di luar Kantor Urusan Agama Kecamatan, Jakarta: Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, 2014 Ghazaly, Abd Rahman, Fikih munakahat, Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2003 Hasil Putusan MUNAS BP4 ke XIV/2009, Jakarta, 1-3 Juni Antisipasi perceraian, Calon Pengantin harus Ikuti Kursus Pra Nikah -.diakses tangal 30 Juni 2015 Peraturan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor DJ.II/542 TAHUN 2013 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kursus Pra Nikah, Jakarta, 2013 Tim Redaksi Kamus Pusat bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2007 Wawancara dengan Saiful Arfan, Kepala KUA Kecamatan Pringsewu, Tgl 22 Juni 2015

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 disebutkan : Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 disebutkan : Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pasal 1 disebutkan : Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. untuk itu. Perkawinan merupakan faktor untuk membina kerja sama antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan sunnah Rasulullah Saw kepada umatnya. Beliau menganjurkan agar segera menikah apabila telah sampai pada masanya dan ada kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Implementasi Peraturan tentang kursus calon pengantin

BAB IV ANALISIS. A. Implementasi Peraturan tentang kursus calon pengantin BAB IV ANALISIS A. Implementasi Peraturan tentang kursus calon pengantin Implementasi Peraturan Nomor DJ. II/ 491/ 2009 tentang kursus calon pengantin di KUA Wonokromo dapat ditinjau dari beberapa aspek

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Indonesia. A. Analisis Terhadap Aturan Suscatin di Malaysia dan. Meskipun Indonesia dan Malaysia mempunyai banyak kesamaan

BAB IV ANALISIS. Indonesia. A. Analisis Terhadap Aturan Suscatin di Malaysia dan. Meskipun Indonesia dan Malaysia mempunyai banyak kesamaan 56 BAB IV ANALISIS A. Analisis Terhadap Aturan Suscatin di Malaysia dan Indonesia. Meskipun Indonesia dan Malaysia mempunyai banyak kesamaan dalam beberapa hal, seperti Negara dengan mayoritas muslim terbanyak,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG KURSUS PRA NIKAH PENDIDIKAN KELUARGA KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB IV PERENCANAAN TUGAS DALAM PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN)

BAB IV PERENCANAAN TUGAS DALAM PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN) BAB IV PERENCANAAN TUGAS DALAM PELAKSANAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN) Perencanaan sebagai salah satu fungsi manajemen, merupakan fungsi yang pertama dan utama. Setiap organisasi dalam setiap tugasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. 1. melaksanakan tugasnya tersebut, KUA melaksanakan fungsi:

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. 1. melaksanakan tugasnya tersebut, KUA melaksanakan fungsi: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keputusan Menteri Agama No. 517 Tahun 2001 tentang Penataan Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. 1 Tugas KUA adalah melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencatatan perkawinan sangat penting dalam kehidupan berumah tangga, terutama bagi kaum perempuan. Hal ini merupakan upaya pemerintah untuk melindungi hak-hak

Lebih terperinci

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2

bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.2 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat guna melangsungkan kehidupan umat manusia serta untuk mempertahankan eksistensi kemanusiaan di muka bumi

Lebih terperinci

BAB III PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009

BAB III PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009 BAB III PERAN MEDIASI PERKARA SYIQAQ DI BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) KOTA SEMARANG PASCA MUNAS KE XIV TAHUN 2009 A. Profil Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM NOMOR : DJ.II/542 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KURSUS PRA NIKAH

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM NOMOR : DJ.II/542 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KURSUS PRA NIKAH PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM NOMOR : DJ.II/542 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KURSUS PRA NIKAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. calon pengantin meliputi pelaksanaan peran BP4 dan pencapaian tujuan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. calon pengantin meliputi pelaksanaan peran BP4 dan pencapaian tujuan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan hasil penelitian, maka kesimpulannya adalah sebagai berikut: 1. Peranan BP4 dalam pembinaan keluarga sakinah mawaddah wa rahmah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. anak. Selain itu status hukum anak menjadi jelas jika terlahir dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai salah satu asas hidup yang utama dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna bahkan Allah SWT menjadikan perkawinan sebagai

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KURSUS CALON PENGANTIN DALAM MEMBERI PEMAHAMAN KONSEP KELUARGA SAKINAH (Studi di KUA Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang)

EFEKTIVITAS KURSUS CALON PENGANTIN DALAM MEMBERI PEMAHAMAN KONSEP KELUARGA SAKINAH (Studi di KUA Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang) EFEKTIVITAS KURSUS CALON PENGANTIN DALAM MEMBERI PEMAHAMAN KONSEP KELUARGA SAKINAH (Studi di KUA Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang) Aris Budiman Zulkifli Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare

Lebih terperinci

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar 49 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI STANDARISASI PENETAPAN MAHAR DALAM PERNIKAHAN GADIS DAN JANDA DI DESA GUA-GUA KECAMATAN RAAS KABUPATEN SUMENEP A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah Swt. menciptakan manusia di bumi ini dengan dua jenis yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa Allah Swt. menciptakan manusia agar

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Syari'ah Jurusan Ahwalus Sakhsiyyah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) Dalam Ilmu Syari'ah Jurusan Ahwalus Sakhsiyyah PENYELENGGARAAN KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN) OLEH KUA DI KECAMATAN PAGEDONGAN KABUPATEN BANJARNEGARA (Studi Kasus di KUA Kecamatan Pagedongan Kabupaten Banjarnegara) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perempuan. Kedua jenis ini masing-masing dikaruniai rasa mencintai

BAB I PENDAHULUAN. dan perempuan. Kedua jenis ini masing-masing dikaruniai rasa mencintai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan. Kedua jenis ini masing-masing dikaruniai rasa mencintai dan mempunyai hasrat (syahwat)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat mereka yakin melangsungkan pernikahan dini. Tentunya bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat mereka yakin melangsungkan pernikahan dini. Tentunya bukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bagi kaula muda zaman sekarang, nikah di usia dini seakan menjadi tren. Dengan dalih berbekal rasa cinta dan kasih sayang membuat mereka yakin melangsungkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya

BAB IV ANALISIS. A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya BAB IV ANALISIS A. Analisis Terhadap Modernisasi Mahar Nikah di KUA Jambangan Surabaya Mahar merupakan kewajiban oleh suami terhadap istri yang harus diberikan baik dalam atau setelah dilakukan akad nikah.

Lebih terperinci

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang

BAB IV. Agama Bojonegoro yang menangani Perceraian Karena Pendengaran. Suami Terganggu, harus mempunyai pertimbangan-pertimbangan yang BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA BOJONEGORO NOMOR. 2865/Pdt.G/2013/PA.Bjn. TENTANG CERAI GUGAT KARENA PENDENGARAN SUAMI TERGANGGU A. Analisis Terhadap Dasar Hukum Hakim Dalam

Lebih terperinci

BAB III PENGERTIAN DAN PENERAPAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN DAN KURSUS CALON PENGANTIN DI MALAYSIA DAN INDONESIA

BAB III PENGERTIAN DAN PENERAPAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN DAN KURSUS CALON PENGANTIN DI MALAYSIA DAN INDONESIA 39 BAB III PENGERTIAN DAN PENERAPAN YURIDIS TENTANG PERKAWINAN DAN KURSUS CALON PENGANTIN DI MALAYSIA DAN INDONESIA A. Kursus Calon Pengantin di Malaysia. Sebagai hukum yang hidup yang inheran Dalam kehidupan

Lebih terperinci

PENETAPAN /Pdt.P/2014/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN /Pdt.P/2014/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA NOMOR : PENETAPAN /Pdt.P/2014/PA.Ppg BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasir Pengaraian yang mengadili perkara Dispensasi Kawin pada tingkat pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menciptakan makhluk hidup berpasang-pasangan seperti laki-laki dan perempuan, tapi manusia tidak samadengan makhluk lain nya, yang selalu bebas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Sebab-sebab terjadinya kasus perceraian

BAB V PENUTUP. 1. Sebab-sebab terjadinya kasus perceraian 122 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Sebab-sebab terjadinya kasus perceraian Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan tentangperan Konselor Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan(BP4) dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERCERAIAN KARENA ISTERI PERKARA PUTUSAN NOMOR 1708/pdt.G/2014/PA.bjn. A. Analisis terhadap Dasar Hukum dan Pertimbangan Hakim karena Isteri M dalam Putusan Nomor:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keselamatan hidup dunia maupun akhirat. Dari keluarga yang. perkawinan yang sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keselamatan hidup dunia maupun akhirat. Dari keluarga yang. perkawinan yang sesuai dengan ketentuan agama dan peraturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap keluarga yang memasuki pintu gerbang kehidupan berkeluarga harus melalui perkawinan. Mereka tentu menginginkan tercipta keluarga atau rumah tangga yang sejahtera

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk

P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk P E N E T A P A N Nomor 20/Pdt.P/2013/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

SALINAN PENETAPAN Nomor : XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm

SALINAN PENETAPAN Nomor : XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm SALINAN PENETAPAN Nomor : XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor 239/Pdt.G/2012/PA.Pkc

P U T U S A N Nomor 239/Pdt.G/2012/PA.Pkc P U T U S A N Nomor 239/Pdt.G/2012/PA.Pkc BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah fitrah kemanusiaan, maka dari itu Islam menganjurkan kepada umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

Lebih terperinci

BAB III. KURSUS CALON PENGANTIN A. Gambaran Umum Kantor Urusan Agama. 1. Profil Surabaya Barat KUA Kecamatan Benowo

BAB III. KURSUS CALON PENGANTIN A. Gambaran Umum Kantor Urusan Agama. 1. Profil Surabaya Barat KUA Kecamatan Benowo BAB III KURSUS CALON PENGANTIN A. Gambaran Umum Kantor Urusan Agama 1. Profil Surabaya Barat KUA Kecamatan Benowo Kantor Urusan Agama Kecamatan Benowo adalah salah satu Kantor Urusan Agama di wilayah Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perceraian. Selanjutnya persoalan yang terjadi di Indonesia telah diatur bahwa

BAB I PENDAHULUAN. perceraian. Selanjutnya persoalan yang terjadi di Indonesia telah diatur bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam mengajarkan betapa pentingnya arti suatu keluarga yang diawali dengan perkawinan. Perkawinan merupakan pondasi awal membentuk suatu keluarga yang harmonis

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: SYARIAH - MUNAKAHAT KOMPETENSI DASAR: Menganalisis ajaran Islam tentang perkawinan Menganalisis unsur-unsur yang berkaitan dengan ajaran perkawinan dalam agama Islam INDIKATOR: Mendeskripsikan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN 61 BAB IV PERNIKAHAN SEBAGAI PELUNASAN HUTANG DI DESA PADELEGAN KECAMATAN PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN A. Analisis terhadap Faktor yang Melatar Belakangi Alasan Terjadinya Pernikahan sebagai Pelunasan

Lebih terperinci

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS Prosiding SNaPP2016 Kesehatan pissn 2477-2364 eissn 2477-2356 PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS 1 Dyah Astorini Wulandari, 2 Suwarti 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lebih terperinci

ب س م ال رح م ن ال رح ی م

ب س م ال رح م ن ال رح ی م PENETAPAN Nomor XXXX/Pdt.P/2017/PA.Ktbm ب س م ال رح م ن ال رح ی م DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang bersidang di Kecamatan TNJG RJ yang memeriksa dan mengadili

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg.

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG. NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg. BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA SAMPANG NOMOR: 455/Pdt.G/2013.PA.Spg. A. Analisis Hukum Terhadap Deskripsi Putusan Nomor: 455/Pdt.G/2013/PA.Spg Mengenai Perceraian Akibat Suami

Lebih terperinci

PERANAN BP4 DALAM PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH PADA CALON PENGANTIN DI KUA KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA TAHUN 2014/2015 SKRIPSI

PERANAN BP4 DALAM PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH PADA CALON PENGANTIN DI KUA KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA TAHUN 2014/2015 SKRIPSI PERANAN BP4 DALAM PEMBINAAN KELUARGA SAKINAH MAWADDAH WA RAHMAH PADA CALON PENGANTIN DI KUA KECAMATAN KRATON YOGYAKARTA TAHUN 2014/2015 SKRIPSI Oleh: NURUL HANIEF MARDHOTILLAH NPM : 11144200103 PROGRAM

Lebih terperinci

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI

YANG HARAM UNTUK DINIKAHI YANG HARAM UNTUK DINIKAHI حفظه هللا Ustadz Kholid Syamhudi, Lc Publication : 1437 H_2016 M RINGHASAN FIKIH ISLAM: Yang Haram Untuk Dinikahi حفظه هللا Oleh : Ustadz Kholid Syamhudi Disalin dari web Beliau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan menurut istilah ilmu fiqih dipakai perkataan nikah dan perkataan ziwaj, nikah menurut bahasa mempunyai arti sebenarnya ( hakikat ) dan arti kiasan

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 002/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara perdata tertentu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perkawinan merupakan kehidupan yang berpijak pada rasa cinta dan kasih sayang, dan masing-masing suami-istri memainkan peran pentingnya untuk

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah berdirinya Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah berdirinya Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah berdirinya Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) Kota Pekanbaru Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) resmi

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm

P U T U S A N Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm P U T U S A N Nomor : XXX/Pdt.G/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 042/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 042/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 042/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun kelompok. Dengan jalan perkawinan yang sah, pergaulan laki-laki dan perempuan terjadi secara terhormat

Lebih terperinci

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA

Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Perzinahan dan Hukumnya SEPUTAR MASALAH PERZINAHAN DAN AKIBAT HUKUMNYA Pertanyaan Dari: Ny. Fiametta di Bengkulu (disidangkan pada Jum at 25 Zulhijjah 1428 H / 4 Januari 2008 M dan 9 Muharram 1429 H /

Lebih terperinci

BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg

BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg BAB III PERTIMBANGAN DAN DASAR HUKUM PUTUSAN NOMOR: 0151/Pdt.G/2014/PA.Mlg A. Deskripsi Perkara Kasus yang diteliti penulis kali ini merupakan perkara cerai gugat yang di dalamnya disertai gugatan hak

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK 64 BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR 2781/Pdt.G/2012/PA.Tbn TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN NAFKAH ANAK OLEH ISTRI YANG DICERAI TALAK A. Analisis Dasar dan Pertimbangan Hukum yang Digunakan

Lebih terperinci

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk

P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk P E N E T A P A N Nomor 0026/Pdt.P/2013/PA Slk BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Solok yang memeriksa dan mengadili perkara pada tingkat pertama

Lebih terperinci

TENTANG DUDUK PERKARANYA

TENTANG DUDUK PERKARANYA P U T U S A N Nomor : 109/Pdt.G/2012/PA.Ntn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM, DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Natuna yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP LARANGAN NIKAH TUMBUK DESA DI DESA CENDIREJO KECAMATAN PONGGOK KABUPATEN BLITAR A. Analisis terhadap penyebab larangan nikah Tumbuk Desa di desa Candirejo Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Implementasi merupakan suatu kajian mengenai kebijakan yang mengarah

IV. GAMBARAN UMUM. Implementasi merupakan suatu kajian mengenai kebijakan yang mengarah IV. GAMBARAN UMUM A. Implementasi Kebijakan Implementasi merupakan suatu kajian mengenai kebijakan yang mengarah pada proses pelaksanaan dari suatu kebijakan. Implementasi kebijakan dipandang dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data tentang Konseling Pranikah bagi Calon Pengantin di. Kantor Kementerian Agama Kota Surabaya di Indonesia.

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Data tentang Konseling Pranikah bagi Calon Pengantin di. Kantor Kementerian Agama Kota Surabaya di Indonesia. 86 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Data tentang Konseling Pranikah bagi Calon Pengantin di Kantor Kementerian Agama Kota Surabaya di Indonesia. Analisis data yang digunakan untuk mengetahui konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa, A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa, karena tujuan pendidikan suatu bangsa erat hubungannya dengan usaha mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang bertugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama kabupaten/kota di bidang urusan agama islam

Lebih terperinci

------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu. pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Talak

------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu. pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Talak ------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan putusan atas perkara Cerai Talak yang diajukan oleh pihak :-------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

P E N E T A P A N. Nomor 17/Pdt.P/2015/PA.Ppg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P E N E T A P A N. Nomor 17/Pdt.P/2015/PA.Ppg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P E N E T A P A N Nomor 17/Pdt.P/2015/PA.Ppg DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasir Pengaraian yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama dalam

Lebih terperinci

ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م

ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م PENETAPAN NomorXXXX/Pdt.P/2016/PA.Ktbm ب س م الله ال رح م ن ال رح ی م DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang bersidang di Kecamatan ABSKR yang memeriksa dan mengadili

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 049/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 049/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 049/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan partisipasi keluarga untuk merestui perkawinan itu. 1 Menurut

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan partisipasi keluarga untuk merestui perkawinan itu. 1 Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan seseorang, karena ia akan memiliki dunia baru, membentuk keluarga sebagai unit terkecil dari keluarga

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : xxxx/pdt.g/2011/ms-aceh

P U T U S A N. Nomor : xxxx/pdt.g/2011/ms-aceh P U T U S A N. Nomor : xxxx/pdt.g/2011/ms-aceh BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Mahkamah Syar iyah Aceh yang mengadili perkara Cerai Talak pada tingkat banding

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor 140/Pdt.G/2013/PA.Blu BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor 140/Pdt.G/2013/PA.Blu BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor 140/Pdt.G/2013/PA.Blu BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Blambangan Umpu, yang memeriksa dan mengadili pada tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia melainkan seluruh makhluk ciptaan-nya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Qur an, Jakarta:1992, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-

BAB I PENDAHULUAN. Qur an, Jakarta:1992, hlm Departemen Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahannya, Proyek Pengadaan Kitab Suci Al- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan pintu gerbang kehidupan yang wajar atau biasa dilakukan oleh umumnya umat manusia. Terbentuknya keluarga yang kokoh merupakan syarat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan sakral dalam kehidupan manusia. Dasar-dasar perkawinan dibentuk oleh unsur-unsur alami dari kehidupan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam surat ar-rum ayat 21 sebagai berikut: Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam surat ar-rum ayat 21 sebagai berikut: Artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah Dia menciptakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu aktifitas manusia yang telah menjadi takdir Allah. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan dalam sebuah firman Allah dalam surat ar-rum

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 044/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 044/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 044/Pdt.G/2011/PA.Mto. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor 975/Pdt.G/2014/PA.Pas

PUTUSAN Nomor 975/Pdt.G/2014/PA.Pas SALINAN PUTUSAN Nomor 975/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata tertentu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UUD RI Tahun 1945 pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan ayat 3 menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan

Lebih terperinci

BUYUT POTROH SEBELUM PROSESI AKAD NIKAH DI DESA

BUYUT POTROH SEBELUM PROSESI AKAD NIKAH DI DESA BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK SELAMATAN DI BUYUT POTROH SEBELUM PROSESI AKAD NIKAH DI DESA BLIMBING KECAMATAN KESAMBEN KABUPATEN JOMBANG Selamatan di Buyut Potroh merupakan salah satu tradisi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Biaya Administrasi Perkawinan di Kantor Urusan Agama Kecamatan

BAB V PEMBAHASAN. A. Biaya Administrasi Perkawinan di Kantor Urusan Agama Kecamatan BAB V PEMBAHASAN A. Biaya Administrasi Perkawinan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Tulungagung Kabupaten Tulungagung Pernikahan di Indonesia secara formal telah diatur Pemerintah dengan diberlakukannya

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor XXX/Pdt.G/2013/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor XXX/Pdt.G/2013/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor XXX/Pdt.G/2013/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara pada tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Nasab Anak Hasil Hubungan Seksual Sedarah Dalam Perspektif Hukum Islam Pada bab dua telah banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencatatan perkawinan dalam pelaksanaannya diatur dengan PP No. 9 Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II Pasal 2 ayat (1) PP

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pra nikah khusus calon pengantin di BP4 kota pekalongan dan dampak. mengambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP. pra nikah khusus calon pengantin di BP4 kota pekalongan dan dampak. mengambil kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang efektifitas pelaksanaan bimbingan pra nikah khusus calon pengantin di BP4 kota pekalongan dan dampak pelaksanaan bimbingan pra nikah dalam

Lebih terperinci

PUTUSAN Nomor : 193/Pdt.G/2013/PA.NTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PUTUSAN Nomor : 193/Pdt.G/2013/PA.NTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PUTUSAN Nomor : 193/Pdt.G/2013/PA.NTN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Natuna yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama

Lebih terperinci

BAB IV USIA PERKAWINAN OLEH BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL JAWA TIMUR

BAB IV USIA PERKAWINAN OLEH BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL JAWA TIMUR BAB IV ANALISIS MAS{LAH{AH AL-MURSALAH TERHADAP PROGRAM PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN OLEH BADAN KOORDINASI KELUARGA BERENCANA NASIONAL JAWA TIMUR A. Implikasi ketentuan program pendewasaan usia perkawinan

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah dalam Mempersipkan Keluarga yang Ramah Anak

Kebijakan Pemerintah dalam Mempersipkan Keluarga yang Ramah Anak Kebijakan Pemerintah dalam Mempersipkan Keluarga yang Ramah Anak Disampaikan pada : Seminar Pra Nikah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk menjalankan kehidupannya. Selain membutuhkan orang lain manusia juga membutuhkan pendamping hidup.

Lebih terperinci

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN Menurut Imam Asy-Syathibi jika aturan/hukum itu membawa kepada kemaslahatan, maka aturan /hukum itu harus dijadikan sebagai

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor :./Pdt.G/2011/PA.Pso BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor :./Pdt.G/2011/PA.Pso BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor :./Pdt.G/2011/PA.Pso BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor XXXX/Pdt.G/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkara perdata pada tingkat pertama telah menjatuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mensyariatkan perkawinan sebagai realisasi kemaslahatan primer, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. mensyariatkan perkawinan sebagai realisasi kemaslahatan primer, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam yang diturunkan oleh Allah SWT. sebagai pembawa rahmat bagi seluruh alam, yang mengatur segala sendi kehidupan manusia di alam semesta ini, diantara aturan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor: 39/Pdt.G/2011/PA.MTo. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor: 39/Pdt.G/2011/PA.MTo. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor: 39/Pdt.G/2011/PA.MTo. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Muara Tebo yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

Salinan P U T U S A N

Salinan P U T U S A N Salinan P U T U S A N Nomor : /Pdt.G/2011/PA.Pso BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kasus yang terbanyak di Pengadilan tersebut.hal ini berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kasus yang terbanyak di Pengadilan tersebut.hal ini berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Perceraian yang terjadi di Pengadilan Agama Tulungagung merupakan salah satu kasus yang terbanyak di Pengadilan tersebut.hal ini berdasarkan informasi yang peneliti

Lebih terperinci

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA

FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA FATWA TARJIH MUHAMMADIYAH HUKUM NIKAH BEDA AGAMA Pertanyaan Dari: Hamba Allah, di Jawa Tengah, nama dan alamat diketahui redaksi (Disidangkan pada hari Jum at, 20 Syakban 1432 H / 22 Juli 2011 M) Pertanyaan:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak, baik pemerintah, orang tua maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak, baik pemerintah, orang tua maupun masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah masalah yang sangat penting diperhatikan bersama oleh semua pihak, baik pemerintah, orang tua maupun masyarakat. Dalam agama Islam, pendidikan merupakan

Lebih terperinci

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki Perkawinan atau pernikahan merupakan institusi yang istimewa dalam Islam. Di samping merupakan bagian dari syariah Islam, perkawinan memiliki hikmah

Lebih terperinci

KEMENAG. Pajak. PNBP. Nikah. Rujuk. Di Luar KUA. Pengelolaan. Pencabutan.

KEMENAG. Pajak. PNBP. Nikah. Rujuk. Di Luar KUA. Pengelolaan. Pencabutan. No.1128, 2014 KEMENAG. Pajak. PNBP. Nikah. Rujuk. Di Luar KUA. Pengelolaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan dengan potensi hidup berpasang-pasangan, di mana

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan dengan potensi hidup berpasang-pasangan, di mana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan dengan potensi hidup berpasang-pasangan, di mana dalam pergaulan hidupnya di masyarakat tidak dapat terlepas dari ketergantungan antara manusia dengan

Lebih terperinci

PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENETAPAN NOMOR XXXX/Pdt.P/2016/PA.Ktbm DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu pada tingkat pertama telah menjatuhkan

Lebih terperinci

ب س م الل ه ال رح م ن ال رح ي م

ب س م الل ه ال رح م ن ال رح ي م P E N E T A P A N NOMOR XXXX/Pdt.P/2017/PA.Ktbm ب س م الل ه ال رح م ن ال رح ي م DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Kotabumi yang memeriksa dan mengadili perkaraperkara tertentu

Lebih terperinci

BAB III PENGADUAN PASANGAN SUAMI ISTRI PRA CERAI DI KUA BUDURAN PADA TAHUN

BAB III PENGADUAN PASANGAN SUAMI ISTRI PRA CERAI DI KUA BUDURAN PADA TAHUN BAB III PENGADUAN PASANGAN SUAMI ISTRI PRA CERAI DI KUA BUDURAN PADA TAHUN 2014 2017 A. Sekilas Tentang KUA 1. Profil KUA Buduran Kantor urusan agama dalam peraturan menteri agama nomor 9 tahun 2012 tentang

Lebih terperinci

Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam Volume 2 No. 1. Januari-Juni 2018 ISSN: ; E-ISSN:

Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam Volume 2 No. 1. Januari-Juni 2018 ISSN: ; E-ISSN: Samarah: Jurnal Hukum Keluarga dan Hukum Islam Volume 2 No. 1. Januari-Juni 2018 ISSN: 2549 3132; E-ISSN: 2549 3167 Korelasi Antara Bimbingan Pranikah dengan Perceraian di Kabupaten Nagan Raya (Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dengan metode penelitian analisis deskriptif kualitatif dan mengolah data

BAB V PENUTUP. dengan metode penelitian analisis deskriptif kualitatif dan mengolah data 112 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan penelitian dengan cara terjun ke lapangan dengan metode penelitian analisis deskriptif kualitatif dan mengolah data hasil dari wawancara mendalam terhadap

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1255, 2016 KEMENAG. PNBP. Biaya Nikah. Rujuk. Pengelolaan. Perubahan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci