UPAYA MEMPERPANJANG UMUR EKONOMIS TANAMAN KELAPA SAWIT YANG TERSERANG PENYAKIT Ganoderma boninense DENGAN SISTEM MOUNDING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UPAYA MEMPERPANJANG UMUR EKONOMIS TANAMAN KELAPA SAWIT YANG TERSERANG PENYAKIT Ganoderma boninense DENGAN SISTEM MOUNDING"

Transkripsi

1 Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, 4 (1) : UPAYA MEMPERPANJANG UMUR EKONOMIS TANAMAN KELAPA SAWIT YANG TERSERANG PENYAKIT Ganoderma boninense DENGAN SISTEM MOUNDING M. Yusuf Dibisono,SP, Guntoro,SP, Joko Sumantri Abstrak Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat serangan penyakit Ganoderma boninense dan mekanisme dari pada sistem mounding di PT. Perkebunan Nusantara III, Asahan, kebun Sei Silau. Penelitian dilaksanakan pada bulan april sampai Juni 2012, dengan metode deskriptif kejadian penyakit pada tahun tanam 2003 sebesar 69,79 % dengan jumlah tanaman sebanyak 610 pohon dari 874 titik, pada tahun tanam 2004 sebesar 55,97 % dengan jumlah tanaman sebanyak 436 pohon dari 779 titik, dan pada tahun tanam 2005 sebesar 26,56 % dengan jumlah tanaman sebanyak 786 pohon dari 2959 titik tanam yang diamati. Dengan tingkat serangan dan efektifitas sistem mounding. Pelaksanan sistem mounding yang cukup baik dalam pencegahan penularan penyakit jamur Ganoderma boninense. Kata kunci :Ganoderma boninense,mounding, penyakit A. PENDAHULUAN Pertanaman kelapa sawit di Indonesia tengah menghadapi ancaman penyakit yang mematikan. Penyakit tersebut dinamakan Busuk Pangkal Batang (BPB) yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense (Semangun, 1988). Penyakit Ganoderma boninense pertama kali diidentifikasi oleh Karsten pada tahun 1818 dengan G. lucidum sebagai satu-satunya spesies. Setelah Karsten, Ganoderma boninense dideskripsikan oleh Patouillard, Boudier, & Fisher, Boudier dan Murril. Penyakit busuk pangkal batang pada perkebunan kelapa sawit khususnya di wilayah Sumatera Utara sudah berada pada kondisi mengkhawatirkan. Darmono menjelaskan bahwa berdasarkan contoh kasus hasil sensus yang dilakukannya pada salah satu perkebunan kelapa sawit di wilayah Sumatera, dalam satu hektar tanaman kelapa sawit umur 14 tahun generasi ke 2, ke 3 dan ke 4 serangan penyakit busuk pangkal batang mencapai 50%. Jika tanaman kelapa sawit sudah terserang busuk pangkal batang maka cepat atau lambat tanaman akan mengalami kematiannya. Penyakit Ganoderma boninense yang ditemukan di Indonesia juga mempunyai perbedaan secara molekuler. Hasil beberapa penelitian menunjukan bahwa Ganoderma boninense dari beberapa daerah di Indonesia tidak menunjukan hubungan yang sangat dekat. Meskipun sama-sama Ganoderma boninense tetapi yang berasal 1 Dosen STIPAP 2 Mahasiswa STIPAP 49

2 M. Yusuf Dibisono,SP, Guntoro,SP, Joko Sumantri dari Lampung berbeda dengan yang berasal dari Kalimatan Selatan. Berdasarkan data serangan OPT yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Perkebunan serangan penyakit busuk pangkal batang terjadi di Sumatera Utara; ha, Bengkulu 678 ha, dan Aceh 135 ha. Diduga serangan penyakit BPB ini sudah banyak terjadi di luar ke tiga provinsi ini namun belum dilaporkan. Penyakit Ganoderma boninense adalah jamur patogenik tular tanah (soil borne) yang banyak ditemukan di hutan-hutan primer dan menyerang berbagai jenis tanaman hutan. Jamur ini dapat bertahan di dalam tanah dalam jangka waktu yang lama. Kejadian penyakit meningkat sejalan dengan generasi kebun kelapa sawit. Gejala penyakit akan lebih cepat muncul dan serangannya lebih berat pada tanaman generasi ke 2, ke 3, dan ke 4 dan jarang atau hampir tidak di jumpai pada generasi pertama kelapa sawit, banyak kebun yang harus mempercepat tanam ulang meskipun tanaman baru berumur 17 tahun yang seharusnya dapat mencapai umur produktif tahun. Penyakit Ganoderma boninense juga muncul secara merata baik di daerah pantai maupun daerah pedalaman (Semangun, 1988). B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Penyebaran Perkebunan Kelapa Sawit Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) adalah tanaman yang berasal dari hutan tropis di Afrika Barat, pada awalnya, produksi utama kelapa sawit adalah inti sawit. Kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1884, empat benih kelapa sawit dua dari Bourbon dan dua dari Amsterdam di tanam dan tumbuh baik di Kebun Raya Bogor. Pada 1858, 146 benih dari Kebun Raya Bogor didistribusikan ke Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara. Pada 1875 percobaan perkembangan telah didirikan di Deli pada tahun 1878 di Bogor. Pada 1911 perkebunan pertama didirikan di Pulau Raja (Asahan) dan Sungai Liput (Aceh). Pada awal pengembangan, kelapa sawit yang di tanam adalah jenis Dura yang induknya berasal dari Bogor dan di kembangkan di daerah Deli sehingga dengan nama Deli Dura. Sejak tahun an diintroduksikan plasma nutfah dari jenis tenera, pisifera dan juga oleifera serta Dumpy yaitu mutan dari Deli Dura (Wahyuni, 2007). Penyebaran perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencakup 19 provinsi dengan luas areal tanaman pada tahun 2004 sebesar 5,45 juta ha. Provinsi yang mempunyai luas areal terbesar adalah Riau yaitu 1,37 juta ha atau merupakan 25,15 % dari total areal kelapa sawit nasional peringkat kedua dan ketiga yaitu provinsi Sumatera Utara (17,53) dan Sumatera Selatan (9,46). Pulau yang paling luas perkebunan kelapa sawitnya yaitu pulau Sumatera 76,93% dari luas perkebunan kelapa sawit Indonesia. Daerah yang menjanjikan perkebunan pesat di masa yang akan datang yaitu pulau Kalimantan dan Papua (Paham, 2006). 50

3 Upaya Memperpanjang Umur Ekonomis Tanaman Kelapa Sawit yang Terserang Penyakit Ganoderma boninense dengan Sistem 2. Penyakit Busuk Pangkal Batang Klasfikasi Penyebab Busuk Pangkal Batang adalah sebagai berikut: Divisi Klas Ordo Genus Spesies : Eumycophyta : Basidiomycetes : Polypolaceace : Ganoderma : Ganoderma. boninense P a d a u m u m n y a f a m i l y polypolaceae memiliki tubuh buah berbentuk seperti kipas dan keras. Tubuh buah jamur ini dapat berumur sampai beberapa tahun. Tubuh buah Ganoderma boninense dapat di temukan di bagian pangkal kelapa sawit, merupakan jamur tular tanah (Susanto dan Prasetyo, 2008). Kawasan Asia bagian timur termasuk Indonesia, busuk pangkal batang (basal stem rot) adalah penyakit yang terpenting dalam perkebunan kelapa sawit dewasa ini. Penyakit ini semakin lama semakin meningkat. Pertama karena adanya usaha besar-besaran untuk memperluas kebun kelapa sawit Indonesia. Kelapa sawit yang di tanam setelah replanting akan mendapat serangan yang lebih berat dari busuk pangkal batang. Kalau dulu dianggap sebagai penyakit kebun tua, sekarang penyakit ini terdapat juga di kebun yang masih muda. Di Sumatera Utara, di kebun kelapa sawit yang setengah umur (lebih kurang berumur 15 tahun) kadang setengah dari pohonnya mati. Memang dalam hal ini kerugian hasil tidak sampai 50 %, Karena adanya peningkatan hasil dari pohon-pohon di sekitar tempat yang kosong. Karena adanya kompensasi ini, produksi kebun hanya akan sedikit terpengaruh bila 10-20% dari pohonnya mati (Semangun, 1988). 3. Gejala Penyakit Busuk Pangkal Batang Penyakit busuk pangkal batang dapat di ketahui dari tajuk pohon. Pohon yang sakit mempunyai janur (daun yang belum membuka, spear leaves) lebih banyak dari pada biasa. Daun berwarna hijau pucat, daun-daun tua layu, patah pada pelepahnya, dan menggantung disekitar batang. Meskipun mudah dilihat, namun sebenarnya gejala tersebut bukan gejala yang khas dari penyakit busuk pangkal batang, karena gejala seperti ini dapat juga disebabkan oleh gangguan lain m e n y e b a b k a n t e r h a m b a t n y a pengangkutan air dan hara tanaman ke tajuk. Gejala yang khas, sebelum terbentuknya tubuh buah jamur, adalah adanya pembusukan pada pangkal batang. Penyakit menyebabkan busuk kering pada jaringan dalam. Pada penampangnya bagian batang yang terserah ini berwarna coklat muda dengan dengan jalur-jalur tidak teratur yang berwarna lebih gelap. Jalur-jalur gelap ini yang di sebut zonazona reaksi, Reaksi adalah tempat tertimbunannya blendok (gom, gum). Di tepi daerah yang terinfeksi terdapat zona yang berbau seperti minyak sawit yang mengalami fermentasi ini ternyata adalah akibat dari mekanisme perlawanan tanaman. 51

4 M. Yusuf Dibisono,SP, Guntoro,SP, Joko Sumantri Pada waktu gejala pada daun mulai tampak, biasanya lebih dari setengah dari penampang pangkal batang sudah membusuk. Dalam keadaan demikian tanaman sudah tidak dapat di sembuhkan lagi. Lambat atau cepat Ganoderma boninense penyebab penyakit ini membentuk tubuh buah (sporophore) atau basidioma (basidiokarp), pada pangkal batang atau kadang-kadang pada akar sakit didekat batang. Tubuh buah hanya dibentuk setelah penyakit berkembang cukup lanjut, sudah tampaknya gejala pada daun. Tubuh buah yang paling muda dibentuk di dekat tepi bagian yang membusuk, yang berkembang keatas. Pohon yang sakit sering rebah, walapun ada kalahnya tetap tegak meskipun sudah mati (Semangun, 1988). 4. Pengendalian Busuk Pangkal Batang a. Secara Teknis ( mounding ) Cara ini efektif pada tanaman tua hingga 2-4 tahun sebelum di remajakan, dimaksudkan untuk memperpanjang umur ekonomis tanaman yang t e r s e r a n g G a n o d e r m a boninense. Penaburan Trichoderma spp terhadap tanaman yang terserang, keliling mengikuti piringan Pangkal batang tanaman yang terserang dengan gejala awal dibumbun dengan tanah setinggi cm dengan radius 100 cm ( keliling mengikuti piringan pokok ) Tanah untuk mounding di ambil dari luar piringan, dari gawangan mati. tanah dipadatkan dengan alat pemadat yang terbuat dari potongan kayu atau papan yang panjangnya 70 cm. Penaburan pupuk RP setelah di mounding agar akar lebih cepat tumbuh. Dengan cara ini tanaman menghasilkan akar-akar baru sehingga tidak mudah tumbang dan berat tandan 40% lebih tinggi dibandingkan dengan tidak diberi perlakuan (Purba, 2003). b. Secara Hayati 1). Penggunaan jamur antagonistik Beberapa genera jamur tanah yang antagonistik terhadap Ganoderma boninense sudah di kenal, antara lain Trichoderma, Gliocladium, Penicillium dan Aspergillus, tetapi yang paling potensial adalah Trichoderma. M e k a n i s m e d a r i antagonismenya bisa berupa kompetisi, mikoparasitisme dan antibiosis yang menyebabkan lisis pada hifa Ganoderma b o n i n e n s e s e h i n g g a pertumbuhan patogen tersebut terhambat atau terhenti sama sekali. 52

5 Upaya Memperpanjang Umur Ekonomis Tanaman Kelapa Sawit yang Terserang Penyakit Ganoderma boninense dengan Sistem Jamur antagonis membutuhkan suasana asam dengan kisaran ph 3,5-5,5 untuk pertumbuhan, perkembangan dan aktivitasnya. Mudah dibiakkan pada media buatan seperti tepung sekam padi + pasir atau sekam saja. Penyaluran limbah cair pabrik kelapa sawit di areal tanaman, d a p a t m e n d o r o n g perkembangan dan aktivitas jamur-jamur antagonis di tanah. Biofungisida Marfu-P dan Marfu Combi dengan bahan aktif jamur Trichoderma dan jamur-jamur antagonis lainnya. 6 Marfu P mengandung 5x10 konidia dan klamidospora T. koningii diutamakan untuk aplikasi pada bibit di polibeg lubang tanam dan piringan TBM, dan Marfu combi juga mengandung jumlah yang sama konidia dan klamidiospora campuran dari T. koningii, T. viride dan T. harzianum serta Gliocladium virens dengan p r o p o r s i y a n g s a m a, diperuntukkan bagi aplikasi pada rumpukan batang-batang t u a u n t u k m e m p e r c e p a t pelapukan bahan-bahan organis tersebut dan penghancuran propagul Ganoderma boninense yang ada di situ. Untuk mencapai hasil yang maksimal dari penggunaan marfu maka aplikasinya harus secara sistematis, tepat dosis, c. Secara kimiawi tepat waktu dan berkelanjutan. Uji efektivitas in vitro dari berbagai fungisida sistemik terhadap Ganoderma boninense menujukkan hasil yang baik terutama fungisida dari kelompok triazal, seperti tridemorf, triadimenol, dan triadimefon. Penggunaan lebih dianjurkan sebagai tindakan preventif terhadap tanaman sehat di areal bekas Ganoderma boninense, dapat digunakan secara curahan ke tanah di sekeliling pangkal batang dengan konsentrasi 0,25% sebanyak 3-4 liter/pohon dengan rotasi 4 bulan, atau secara injeksi batang sebanyak 20 ml/pohon tiap 6 bulan. Untuk pengobatan tanaman sakit dengan gejala awal dapat di gunakan dazomet (fumigan) sebanyak 400 g per pohon melalui 8 lubang pada pangkal batang, di beri air 25 ml/lubang. Pemupukan hara makro lengkap (N, P, K, dan Mg) dapat meningkat ketahanan tanaman terhadap Ganoderma (13,88%), tanpa pupuk lengkap ketahanan menurun (21,74%), dan serangan tertinggi terdapat pada perlakuan tanpa N dan Mg (32,24%). 53

6 M. Yusuf Dibisono,SP, Guntoro,SP, Joko Sumantri C. METODE PENELITIAN 1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT PERKEBUNAN NUSANTARA III Kebun Sei Silau Afdeling IV di Kabupaten Asahan, dengan luas areal Ha, ketinggian tempat 52 meter di atas permukaan laut, mulai tanggal 30 April sampai dengan 29 Juni Metode Penelitian M e t o d e p e n e l i t i a n y a n g digunakan adalah metode deskriptif yaitu pengambilan data selama 3 bulan dengan dua kali pengamatan (pada bulan pertama dan bulan ke tiga ) pada kebun generasi ke dua dengan jumlah blok sampel tiga blok yang memiliki kejadian penyakit dan mounding. 3. Pelaksanaan Penelitian Pelaksaan penelitian yang di lakukan sebagai berikut : 1. Seluruh pohon di sensus/diamati untuk melihat tingkat gejala serangan penyakit. 2. Pohon yang menunjukkan tanda penyakit di beri tanda/simbol B dengan cat biru pada pohon sesuai dengan ciri-ciri yang di tunjukkan yaitu : - B0 : Untuk tanaman sehat (tidak di berikan tanda cat) - B1 : Untuk lebih dari dua daun tombak tidak membuka dan terdapat badan buah (fruiting b o d y ) j a m u r G a n o d e r m a boninense. - B2 : Untuk lebih dari dua daun tombak tidak membuka dan pangkal batang sudah keropos - B3 : Untuk tanaman yang sudah di mounding dan bertahan lama - B4 : Untuk tanaman mati (untuk tanaman yang tidak di mounding). 3. Pada kertas kerja sensus penyakit Ganoderma boninense diberi tanda sesuai gejala yang ditunjukan. 4. Pengamatan Penelitian Pengamatan penyakit Ganoderma boninense dilakukan dengan melihat gejala yang khas yaitu daun menguning, akumulasi daun tombak, pelepah menggantung, muncul tubuh buah Ganoderma boninense dan pangkal batang yang keropos. Pengamatan dilakukan pada seluruh pohon pada blok. Kejadian penyakit dihitung dengan rumus sebagai berikut (Oka, 1993) : Tabel 1.Luas dan Jumlah Blok Pertahun Tanam di Afdeling IV. Tahun Tanam Jumlah Blok Luas (Ha) , , ,38 Jumlah ,17 54

7 Upaya Memperpanjang Umur Ekonomis Tanaman Kelapa Sawit yang Terserang Penyakit Ganoderma boninense dengan Sistem Kebun Sei Silau memiliki jenis tanah yang di dominasi oleh Typic Dystropept Pod Soild Coklat Kemerahan, dengan kesuburan fisik tanah tergolong baik dengan tekstur tanah lempung liat berpasir dan kedalaman efektif tanah > 120 cm. yang saat ini masih menggunakan sistem mounding untuk mencegah penyebaran dari jamur Ganoderma. Hal ini di lakukan dengan tujuan menghindari infeksi basidiospora ke batang kelapa sawit, serta menopang secara fisik batang tanaman kelapa sawit. Pembuatan parit di sekeliling tanaman sakit dimaksudkan untuk mengurangi kontak akar tanaman sakit dan sehat. pada tanaman yang terserang penyakit jamur Ganoderma boninense dapat memperpanjang umur produksi selama 2 tahun. Parit isolasi untuk mencegah penularan juga memberikan pengaruh terhadap penyebaran penyakit. Hal ini disebabkan kesulitan kita menentukan daerah penyebaran jam Ganoderma boninense menunjukkan pohon tumbang terserang penyakit G. boninense dan pohon yang telah di mounding. Gambar 1. Tanaman terserang jamur Ganoderma boninense yang tidak di lakukan mounding dan Tanaman yang di mounding tahun. 2. Kejadian Penyakit Tabel 2 merupakan hasil pengamatan kejadian penyakit selama tiga bulan di lahan mineral, dengan berbagai tingkat gejala tanaman yang terserang penyakit Ganoderma boninense, pertambahan jumlah pohon dan upaya memperpanjang umur dengan sistem mounding. 55

8 M. Yusuf Dibisono,SP, Guntoro,SP, Joko Sumantri Tabel 2. Persentase kejadian penyakit, serta peningkatan dan penurunan jumlah pohon yang terserang penyakit Ganoderma boninense. Tahun Tanam Blok Luas (Ha) Inventaris Awal Tingkat Gejala Pengamatan Pertama Januari/Maret 2012 % Kejadian Penyakit 2012 Pengaman Kedua April/ Juni 2012 % Kejadian Penyakit 2012 Peningkatan / Penurunan Inventaris % ,9 874 B , , B , , B , ,93 49 B , ,21 6 B , ,47 11 Jumlah Awal II 20,82 Bo = Sehat ,01 % ,21 % B1-B4 = Terserang ,97 % ,79 % Total B0 415 (53,30) ,03-72 B , ,46 15 B , ,92 19 B3 40 5, , , B4 59 7, ,24 13 Jumlah Awal II Bo = Sehat ,3% ,03% B1-B4 = Terserang ,7% ,97% Total B (78,71) , B , ,75 24 B , ,48 60 B3 40 1, , , B , ,45 27 Jumlah Bo = Sehat ,71% ,44% B1-B4 = Terserang ,29% ,56% Total ,53 5,27 Kejadian peningkatan dan kenurunan jumlah pohon yang terserang Ganoderma boninense, sesudah di mounding dapat di lihat pada Gambar grafik di bawah ini: 56 Gambar 2. Grafik Kejadian penyakit berdasarkan tingkat serangan jamur Ganoderma boninense pada tahun tanam 2003.

9 Upaya Memperpanjang Umur Ekonomis Tanaman Kelapa Sawit yang Terserang Penyakit Ganoderma boninense dengan Sistem Gambar 3. Grafik Kejadian penyakit berdasarkan tingkat serangan jamur Ganoderma boninense pada tahun tanam Gambar 4. Grafik Kejadian penyakit berdasarkan tingkat serangan jamur Ganoderma boninense pada tahun tanam Berdasarkan pegamatan di lapangan dapat dilihat pada tabel 2 maupun grafik 1, 2, dan 3 kejadian penyakit pada tahun tanam 2003, terjadi penurunan jumlah tanam sehat (B0) lebih tinggi di bandingkan dua tahun tanam sebanyak 182 pada awal pengamatan sebesar 51, 03% dan pengamatan kedua sebesar 30,21% pohon dari jumlah pohon 874 pohon yang diamati. Dengan demikian jumlah pohon sehat berubah menjadi tanaman yang menujukkan gejala awal yaitu akumulasi daun tombak yang tidak membuka ini dapat diakibatkan oleh terhambatnya proses fisiologi tanaman untuk mengangkut nutrisi unsur hara maupun air, sebab pada keadaan normal tanaman akan membentuk 1-2 pupus setiap bulannya yang akan membuka. Tidak membukanya daun tombak mungkin diakibatkan oleh infeksi awal jamur Ganoderma. boninense (LPP, 1986). H a l i n i k a r e n a s e m a k i n meningkatnya sumber infeksi jamur Ganoderma boninense di lapangan terutama melalui kontak akar sehat dengan akar dari tanaman yang terinfeksi, mengindikasikan bahwa tanaman yang sudah menujukkan gejala terinfeksi jamur Ganoderma boninense sangat lemah dan r e n t a n u n t u k t u m b a n g, d a n 57

10 M. Yusuf Dibisono,SP, Guntoro,SP, Joko Sumantri penanggulangan kejadian penyakit kelapa sawit yang terserang Ganoderma boninense, dari awal serangan sampai pohon kelapa sawit mati dapat di lihat pada gambar 5. Gambar 5. Gejala Penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit yang di sebabkan Ganoderma boninense yang telah di mounding (kiri) dan yang tidak di mounding (kanan). 3. Kejadian Penyakit Dengan Gejala Serangan B1, B2, B3, dan B4. Tabel 3. Kejadian penyakit dari gejala B1+B2+B3+B4. Kejadian penyakit dari gejala B1+B2+B3+B4 Tahun Tanam Pengamatan Awal (phn) Kejadian Penyakit Pengamatan Ke2 (phn) Kejadian Penyakit Peningkatan (phn) ,97% ,79% ,73% ,97% ,29% ,56% 156 Pada lahan tersebut nampak kita lihat dari tabel dengan kejadian penyakit dari gejala B1+B2+B3 dan B4 adalah : Pada pengamatan pertama untuk tahun tanam 2003 sebesar 48,97 % dengan jumlah pohonn terinfeksi jamur Ganoderma. boninense sebanyak 428 pohon, sedangkan pengamatan kedua menjadi 69,79 % dengan jumlah pohon terinfeksi sebanyak 610 pohon. Pada pengamatan pertama untuk tahun tanam 2004 sebesar 46,73 % dengan jumlah pohon yang terinfeksi jamur Ganoderma. boninense sebanyak 364 pohon, sedangkan pengamatan kedua menjadi 55,97 % dengan jumlahh pohon 58

11 Upaya Memperpanjang Umur Ekonomis Tanaman Kelapa Sawit yang Terserang Penyakit Ganoderma boninense dengan Sistem yang terinfeksi sebanyak 436 pohon. Pada pengamatan pertama untuk tahun tanam 2005 sebesar 21,29 % dengan jumlah pohon terinfeksi jamur Ganoderma. boninense sebanyak 630 pohon, sedangkan pengamatan kedua 26,56 % dengan jumlah pohon terinfeksi sebanyak 786 pohon. Dengan demikian selama tiga bulan terjadi pertambahan pohon yang terserang jamur Ganoderma. boninense pada ketiga tahun tanam sebanyak untuk tahun tanam 2003 sebanyak 182, 2004 sebanyak 72, dan 2005 sebanyak 156 dengan demikian kejadian penyakit dengan gejala B1+B2+B3+B4 lebih banyak terjadi di tahun tanam Hal ini karena gejala akumulasi daun tombak lebih banyak terjadi pada tahun tanam tersebut. 4. Kejadian Penyakit Dengan Gejala Serangan B2, B3, B4. Gejala B2, B3, dan B4 merupakan gejala lanjut yang di akibatkan oleh jamur Ganoderma. boninense karena pada gejala ini sporophore jamur/ badan buah sudah muncul, sehingga pohon yang terserang jamur mengakibatkan batang keropos dan kematian pada pohon kelapa sawit. Tabel 4. Kejadian penyakit dari gejala B2+B3+B4 Kejadian penyakit dari gejala B2+B3+B4 Tahun Tanam Pengamatan Pertama (phn) Kejadian Penyakit Pengamatan Kedua (phn) Kejadian Penyakit -/+ (phn) ,07% ,61% ,18% ,5% ,34% ,8% 132 Kejadian penyakit pada lahan dengan akumulasi dari gejala B2, B3, dan B4 adalah. Pada pengamatan pertama untuk tahun tanam 2003 sebesar 33,07 % dengan jumlah pohon yang menujukan gejala yang terinfeksi jamur Ganoderma boninense sebanyak 285 pohon sedangkan pada p e n g a m a t a n k e d u a m e n g a l a m i peningkatan menjadi 40,61 % dengan jumlah pohon yang terserang sebanyak 355 pohon. Pada pengamatan pertama untuk tahun tanam 2004 sebesar 26,18 % dengan jumlah pohon yang menujukan gejala yang terinfeksi jamur Ganoderma boninense sebanyak 204 pohon sedangkan pada p e n g a m a t a n k e d u a m e n g a l a m i 59

12 M. Yusuf Dibisono,SP, Guntoro,SP, Joko Sumantri peningkatan menjadi 33,5 % dengan jumlah pohon yang terserang sebanyak 261 pohon Pada pengamatan pertama untuk tahun tanam 2005 sebesar 13,34 % dengan jumlah pohon yang menujukan gejala yang terinfeksi jamur Ganoderma boninense sebanyak 395 pohon sedangkan pada p e n g a m a t a n k e d u a m e n g a l a m i peningkatan menjadi 17,8 % dengan jumlah pohon yang terserang sebanyak 527 pohon. Gambar 6. Pemetaan tanaman yang terserang jamur Ganoderma. boninense. 60

13 Upaya Memperpanjang Umur Ekonomis Tanaman Kelapa Sawit yang Terserang Penyakit Ganoderma boninense dengan Sistem Dari gambar di atas dapat kita lihat kejadian penyakit tanaman kelapa sawit yang terserang jamur Ganoderma boninense bahwa tanaman yang ada di sekeliling tanaman mati cenderung menujukan gejala penyakit. Karena Ganoderma boninense menular ketanaman sehat bila akar tanaman ini bersinggungan dengan tunggul-tunggul pohon yang sakit. Akarakar tanaman kelapa sawit muda tertarik pada tunggul-tunggul yang membusuk karena kaya akan hara dan mempunyai kelembaban tinggi. Akar kelapa sawit banyak yang ditemukan di dalam tunggul dan akar-akar kelapa sawit yang terdekomposisi (Semangun, 1988). 5. Pola Penyebaran Gambar 8. Pola penyebaran penyakit busuk pangkal batang Ganoderma boninense. Keterangan: Warna hitam: untuk areal yang terserang jamur Ganoderma boninense Warna putih : untuk areal yang terbebas serangan jamur Ganoderma boninense Hasil pengamatan dilapangan dan pemetaan gejala serangan menujukan bahwa kejadian penyakit Ganoderma boninense pada tanaman kelapa sawit berkembang mengikuti sumber inokulum penyakit awal. Penghitungan ini berdasarkan pada status gejala penyakit. Pada gambar 7 memperlihatkan bahwa pola penyebaran penyakit Ganoderma boninense di lahan mineral pada kebun Sei Silau Afdeling IV hampir merata lebih cepat. Penyakit jamur Ganoderma boninense merupakan salah satu penyakit tular tanah (soil borne disease) sehingga pada umumnya penyakit ini berkembang sangat cepat. Umumnya gejala yang nyata serangan penyakit ini adalah munculnya badan buah jamur dan membusuknya pangkal batang. Berdasarkan penelitian di Kebun Sei Silau Afdeling IV ini diketahui bahwa seluruh kebun adalah tanaman kelapa sawit dari umur tanaman yang berumur 9 tahun (tahun tanam 2003) dan 7 tahun (tahun tanam 2005) dan tanaman generasi ke-dua cenderung merata peyebarannya karena pada areal yang tidak tergenang miselium lebih agresif dan diduga karena tingginya jumlah patogen di dalam tanah serta sumber infeksi diareal pertanaman. Turner, (1981). berpendapat, infeksi dari penyakit melalui kontak akar tanaman sehat dengan sumber infeksi tanah. Memberi petunjuk bahwa infeksi terutama disebabkan oleh miselium jamur. 6. Pencegahan Penyebaran Usaha yang dapat dilakukan untuk p e n c e g a h a n p e n y e b a r a n j a m u r 61

14 M. Yusuf Dibisono,SP, Guntoro,SP, Joko Sumantri Ganoderma boninense adalah secara teknis dapat di lakukan dengan sistem mounding dan membuat parit isolasi untuk mencegah penyebaran jamur Ganoderma boninense melalui akar. Disamping itu juga untuk tetap mempertahankan buah, menambah produksi dan mempertahankan jumlah pohon perhektarnya dan dengan upaya sistem mounding ini tanaman dapat hidup lebih lama. Tabel 5 merupakan hasil pengamatan tentang keberhasilan dan kematian pada tanaman yang memiliki kejadian penyakit jamur Ganoderma boninense dengan sistem mounding. Tabel 5. Persentasi keberhasilan dan kematian pada tanaman yang terserang penyakit jamur Ganoderma boninense dengan sistem mounding. Tahun Tanam (mati) (mati) (mati) (mati) Total % mati 10,3 10,9 11,6 11,2 Pada tabel di atas dapat dilihat angka kematian tanaman yang telah di mounding tidak begitu besar, dengan demikian sistem mounding ini dapat memperpanjang umur tanaman kelapa sawit yang terserang Ganoderma boninense dengan tingkat keberhasilan yang lebih tinggi. Selain tindakan secara teknis tindakan pencegahan areal dari hewan ternak juga perlu dilihat pada saat pengamatan blok yang aktifitas hewan ternaknya tinggi lebih banyak yang t e r s e r a n g G a n o d e r m a, i n i mengindikasikan bahwa hewan ternak juga termasuk agen penyebaran jamur Ganoderma boninense pada perkebunan, karena ini dimungkinkan akibat kaki ternak bersentuhan dengan akar yang terinfeksi jamur Ganoderma boninense dan bersentuhan dengan akar tanaman sehat. E. PENUTUP Dari penelitian ini dapat disimpulkan ; 1. Jumlah kejadian penyakit busuk p a n g k a l b a t a n g m e n g a l a m i peningkatan pada tahun 3003, 2004 dan 2005 masing-masing sebesar 10,82%; 12, 27 %dan 5,27%. 2. Efektifitas mounding terhadap kematian pada tanaman adalah antara 10,3 sampai 11,6%. 62

15 Upaya Memperpanjang Umur Ekonomis Tanaman Kelapa Sawit yang Terserang Penyakit Ganoderma boninense dengan Sistem F. DAFTAR PUSTAKA Chan Jer Jing Kepatogenan Ganoderma boninense pada Kelapa Sawit dan Hubungan Biologinya dengan Ganoderma spp. Dari pada perumah palma lain. Skripsi. LPP Manajemen Proteksi Tanaman. LPP. Medan. Oka, I. N Pengantar Epidemologi Penyakit Tanaman. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Pahan, I Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta Purba, R. Y Pengenalan dan Pengendalian Utama pada Tanaman Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan. PTPN IX Budidaya Kelapa Sawit Dan Karet. Vademecum PTP. Nusantara IX. Lampung. Semangun,H Penyakit-Penyakit Tanaman Perkebunan DiIndonesia. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Sianturi, H. S. D Budidaya kelapa sawit. Fakultas Pertanian. Medan. Sulistyo B. DH dkk Budidaya Kelapa Sawi, -cet.1. Balai Pustaka. Jakarta. Susanto, Agus dan Yasin Hartono Teknik Replanting Kelapa Sawit Yang Aman Terhadap Ganoderma Dan Orytes rhinoceros. Warta PPKS. Turner, P. D Oil Palm DeaseaseAnd Disorders. Univ. Press kuala lumpur. Unit PBP Peta Genetik Tanaman Kelapa Sawit Tahan Terhadap Serangan Ganoderma. Unit P e n e l i t i a n B i o t e k n o l o g i Perkebunan. Balai Pustaka. Jakarta. Unit PBPB Peta, Genetik Tanaman Kelapa Sawit Elaeis guineensi Jacg Ta h a n Te r h a d a p S e r a n g a n Ganoderma Boninense. Unit P e n e l i t i a n B i o t e k n o l o g i Perkebunan Bogor. Wahyuni, M Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit. STIPAP. Medan. 63

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang TINJAUAN PUSTAKA Biologi Jamur Busuk Pangkal Batang Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma spp.) adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Subclass Order Family Genus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Spesies : Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996).

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Spesies : Ganoderma spp. (Alexopolus and Mims, 1996). 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi penyakit busuk pangkal batang (Ganodermaspp.) Kingdom Divisio Class Ordo Famili Genus : Myceteae : Eumycophyta : Basidiomycetes : Aphyllophorales : Ganodermataceae : Ganoderma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperlukan dalam bidang pertanian.dalam menentukan sifat tanah serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diperlukan dalam bidang pertanian.dalam menentukan sifat tanah serta BAB II TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Prediksi sifat-sifat tanah dan tanggapannya terhadap pengelolaan sangat diperlukan dalam bidang pertanian.dalam menentukan sifat tanah serta tanggapannya terhadap pengelolaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani dan Morfologi Klasifikasi kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) Kingdom Divisi Subdivisi Klas Ordo Famili Subfamily Genus Species : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut : BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub divisi Kelas Ordo Family Genus Spesies : Plantae (tumbuh-tumbuhan) :

Lebih terperinci

TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT

TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT TEKNIS PEREMAJAAN TANAMAN KELAPA SAWIT Pusat Penelitian Kelapa Sawit Jl. Brigjend Katamso No.51 Medan Telp : (061) 7862466, (061)7862477, Fax (061)7862488 www.iopri.org Permasalahan lahan o Moratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P.

SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P. SEMINAR TUGAS AKHIR DISUSUN OLEH : NAMA :HENRIK FRANSISKUS AMBARITA NIM : 0901618 JURUSAN : BUDIDAYA PERKEBUNAN PEMBIMBING : Ir. P. Sembiring STIP-AP Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungi Mikoriza Arbuskular Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan fungi obligat, dimana untuk kelangsungan hidupnya fungi berasosiasi dengan akar tanaman. Spora berkecambah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi

I. PENDAHULUAN. Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman lada (Piper nigrum L.) adalah tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi. Tanaman ini dapat mulai berbuah pada umur 2-3 tahun. Di Lampung, komoditas

Lebih terperinci

PERKEMBANGANJamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) TANAMAN KARET TRIWULAN IV 2014 di WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA Oleh : Endang Hidayanti, SP

PERKEMBANGANJamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) TANAMAN KARET TRIWULAN IV 2014 di WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA Oleh : Endang Hidayanti, SP PERKEMBANGANJamur Akar Putih (Rigidoporus lignosus) TANAMAN KARET TRIWULAN IV 2014 di WILAYAH KERJA BBPPTP SURABAYA Oleh : Endang Hidayanti, SP GAMBARAN UMUM Tanamankaret(Haveabrasiliensis) merupakan salah

Lebih terperinci

Pengendalian Hayati Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma sp.) Pada Kelapa Sawit

Pengendalian Hayati Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma sp.) Pada Kelapa Sawit Pengendalian Hayati Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma sp.) Pada Kelapa Sawit Oleh : Ardiyanti Purwaningsih,SP. Pendahuluan Indonesia saat ini merupakan negara produsen kelapa sawit terbesar di dunia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996-

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. SOCIATE FINANCIARE DES CHACILUS MEDANSA oleh bangsa belgia. Pada tahun 1996- IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Informasi Umum 1. Sejarah Perusahaan PT. SOCFINDO merupakan suatu usaha kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan perusahaan dari negeri belgia. Perusahaan ini berdiri pada

Lebih terperinci

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman I. PENDAFIULUAN 1.1. Latar Bclakang Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman perkebunan yang memegang peranan penting dalam usaha meningkatkan devisa negara dari sektor non migas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. skala yang besar akan memberikan manfaat yang lebih besar (Hakim dkk, 1986). merencanakan dan melakukan survei tanah) (Rayes, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. skala yang besar akan memberikan manfaat yang lebih besar (Hakim dkk, 1986). merencanakan dan melakukan survei tanah) (Rayes, 2007). TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah dan Pemetaan Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi

Lebih terperinci

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU

MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO Jalan Raya Dringu Nomor 81 Telp. (0335) 420517 Fax. (4238210) PROBOLINGGO 67271 POTENSI JAMUR ANTAGONIS Trichoderma spp PENGENDALI HAYATI PENYAKIT LANAS DI PEMBIBITAN TEMBAKAU

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Kumbang Tanduk (Oryctes rhinoceros) Kumbang penggerek pucuk yang menimbulkan masalah pada perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah kumbang tanduk O. rhinoceros.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan

I. PENDAHULUAN. dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia, bahkan di dunia saat ini begitu pesat di dorong oleh meningkatnya kebutuhan CPO dan turunannya untuk bahan makanan, industri

Lebih terperinci

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014 Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, 19-21 Agustus 2014 IMPLEMENTASI PEMUPUKAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) POLA MASYARAKAT PADA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dewasa ini, penyakit busuk pangkal batang (basal stem rot) terdapat juga di kebun yang masih muda (Semangun, 2000).

TINJAUAN PUSTAKA. Dewasa ini, penyakit busuk pangkal batang (basal stem rot) terdapat juga di kebun yang masih muda (Semangun, 2000). 4 TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) Dewasa ini, penyakit busuk pangkal batang (basal stem rot) adalahpenyakit yang terpenting dalam perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Arti dari penyakit

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia

II. TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Di Indonesia, kelapa sawit pertama kali didatangkan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1848. Penanaman dilakukan dengan menanam di Kebun Raya Bogor,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika dan termasuk famili Aracaceae (dahulu: Palmaceae). Tanaman kelapa sawit adalah tanaman monokotil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kemudahan ini melahirkan sisi negatif pada perkembangan komoditas pangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasar bebas dipandang sebagai peluang sekaligus ancaman bagi sektor pertanian Indonesia, ditambah dengan lahirnya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang diwanti-wanti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Antraknosa Cabai Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan Colletotrichum yaitu C. acutatum, C. gloeosporioides, dan C. capsici (Direktorat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut data yang dikeluarkan oleh Direktorat Jendral Perkebunan tahun 2008 di Indonesia terdapat seluas 7.125.331 hektar perkebunan kelapa sawit, lebih dari separuhnya

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada

Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada Strategi Pengelolaan untuk Mengurangi Serangan Phythopthora capsici pada Tanaman Lada Lada merupakan salah satu komoditas ekspor tradisional andalan yang diperoleh dari buah lada black pepper. Meskipun

Lebih terperinci

JAP PADA TANAMAN KARET

JAP PADA TANAMAN KARET JAP PADA TANAMAN KARET Tanaman Karet Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazilia, Amerika Selatan, mulai dibudidayakan di Sumatera Utara pada tahun 1903 dan di Jawa tahun 1906. Tanaman karet dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan tanaman yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan tanaman yang berasal dari Afrika dan Amerika Selatan, tepatnya Brasilia. Tanaman kelapa sawit awalnya

Lebih terperinci

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011

INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011 INDUSTRI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT INDONESIA In House Training Profil Bisnis Industri Kelapa Sawit Indonesia Medan, 30-31 Mei 2011 Ignatius Ery Kurniawan PT. MITRA MEDIA NUSANTARA 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN

Lebih terperinci

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, 4 (1) : 1-11 SIMULASI HUBUNGAN ANTARA FRAKSI KEMATANGAN BUAH DAN TINGGI POHON TERHADAP JUMLAH BUAH MEMBRONDOL TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq) 1 2 Mardiana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Potensi Tanaman Kelapa Sawit. Menurut Hadi (2004) pengklasifikasian kelapa sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Potensi Tanaman Kelapa Sawit. Menurut Hadi (2004) pengklasifikasian kelapa sawit TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Potensi Tanaman Kelapa Sawit Menurut Hadi (2004) pengklasifikasian kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang tergolong : Kingdom Divisi Kelas Ordo Familia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Taksonomi kelapa sawit yang dikutip dari Pahan (2008) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Embryophyta Siphonagama Kelas : Angiospermeae Ordo : Monocotyledonae

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis 2.1.1 Botani Tanaman Sawi Sendok. Tanaman sawi sendok termasuk family Brassicaceae, berasal dari daerah pantai Mediteranea yang telah dikembangkan di berbagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Setyamidjaja (2006) menjelasakan taksonomi tanaman kelapa sawit (palm oil) sebagai berikut. Divisi : Spermatophyta Kelas : Angiospermae Ordo : Monocotyledonae Famili

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Areal Pembibitan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan (STIP - AP) Medan. Waktu penelitian selama 7 bulan, dari bulan

Lebih terperinci

Teknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo

Teknis Penanaman Baru dan Replanting. PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo Teknis Penanaman Baru dan Replanting PT. Bumitama Gunajaya Agro, Februari 2017 Suroso Rahutomo Pendahuluan Kelapa Sawit 2015 Negara Swasta Rakyat Luas (juta ha) CPO (juta ton) Produktivitas (ton CPO/ ha

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa Sawit. Deskripsi Tumbuhan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa Sawit. Deskripsi Tumbuhan TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kelapa Sawit Deskripsi Tumbuhan Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) tergolong dalam kingdom tumbuhan, divisi Embryophyta Siphonagama, kelas Angiospermae, ordo Monocotyledonae,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kelapa sawit (Elaesis guineesis Jacq.) merupakan tanaman penghasil utama minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada tanaman penghasil minyak nabati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit busuk akar (root rot disease) telah menjadi ancaman besar Hutan

I. PENDAHULUAN. Penyakit busuk akar (root rot disease) telah menjadi ancaman besar Hutan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit busuk akar (root rot disease) telah menjadi ancaman besar Hutan Tanaman Industri (HTI) mangium di Indonesia (Lee, 2000; Old et al., 2000; Sankaran et

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Kelapa sawit termasuk tanaman jangka panjang. Tinggi kelapa sawit dapat mencapai 13-18 meter. Tanaman kelapa sawit termasuk ke dalam tanaman berbiji satu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Cendawan Rhizosfer Hasil eksplorasi cendawan yang dilakukan pada tanah rhizosfer yang berasal dari areal tanaman karet di PT Perkebunan Nusantara VIII, Jalupang, Subang,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini

I. PENDAHULUAN. serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mendapatkan perhatian serius karena peranannya cukup penting dalam perekonomian nasional. Hal ini terlihat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt. TINJAUAN LITERATUR Biologi Penyakit Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut : Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumicophyta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan Pupuk adalah penyubur tanaman yang ditambahkan ke tanah untuk menyediakan unsur-unsur yang diperlukan tanaman. Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit layu fusarium yang disebabkan oleh jamur patogen Fusarium sp. merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang tanaman pertanian termasuk tanaman

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT

PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT Lampiran Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tanggal : 16 Februari 2009 PEDOMAN PEMANFAATAN LAHAN GAMBUT UNTUK BUDIDAYA KELAPA SAWIT I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1.1. Peningkatan

Lebih terperinci

KERAGAMANTANAMAN DANPRODUKSI KELAPASAWIT PTPERKEBUNANNUSANTARAV

KERAGAMANTANAMAN DANPRODUKSI KELAPASAWIT PTPERKEBUNANNUSANTARAV ALBUM FOTO http://www.riaupos.co/ KERAGAMANTANAMAN DANPRODUKSI KELAPASAWIT PTPERKEBUNANNUSANTARAV 2 JUNI 2014 2 3 KATAPENGANTAR PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V) Persero merupakan salah satu perkebunan

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun ).

Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol.15 No.4 Tahun ). IDENTIFIKASI PATOGEN PENYEBAB PENYAKIT TANAMAN SAWIT (Elaeis guineensis Jacq. ) Di DESA BERTAM KECAMATAN JAMBI LUAR KOTA Yuza Defitri 1 Abstract The research is about identification of pathogenic fungi

Lebih terperinci

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kenampakan Secara Spasial Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara VIII Cimulang Citra yang digunakan pada penelitian ini adalah Citra ALOS AVNIR-2 yang diakuisisi pada tanggal

Lebih terperinci

Jojon Soesatrijo. Abstrak

Jojon Soesatrijo. Abstrak STUDI PEMANFAATAN KAYU ULIN SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN TITI PANEN DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT (Studi Kasus di PT. Buana Karya Bhakti Kalimantan Selatan) Jojon Soesatrijo Abstrak Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP.

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP. Jurnal Penelitian STIPAP, 2013, (1) : 2-3 KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP 1 Mardiana Wahyuni, Hasan

Lebih terperinci

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27

Oleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27 Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah yang menjadi komoditas ekspor penting di Indonesia. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu sentra produksi utama lada di Indonesia dan dikenal

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ceratocystis fimbriata. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), jamur Ceratocystis fimbriata dapat diklasifikasikan sebagai berikut, Kingdom : Myceteae, Divisi : Amastigomycota,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan fungi akar yang memiliki peran dan manfaat yang penting

I. PENDAHULUAN. Mikoriza merupakan fungi akar yang memiliki peran dan manfaat yang penting I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Mikoriza merupakan fungi akar yang memiliki peran dan manfaat yang penting dalam dunia pertanian, karena mikoriza memiliki kemampuan menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fenotipik (morfologi) mempunyai morfologi basidiokarp yang beragam.

TINJAUAN PUSTAKA. fenotipik (morfologi) mempunyai morfologi basidiokarp yang beragam. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Jamur Busuk Pangkal Batang (G. boninense Pat.) Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang (G. boninense ) adalah sebagai berikut: Kingdom Phylum Class Subclass

Lebih terperinci

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan

Pengembangan Wilayah Sentra Produksi tanaman, menyebabkan pemadatan lahan, serta menimbulkan serangan hama dan penyakit. Di beberapa lokasi perkebunan BAB VII PENUTUP Perkembangan industri kelapa sawit yang cepat ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain : (i) secara agroekologis kelapa sawit sangat cocok dikembangkan di Indonesia ; (ii) secara

Lebih terperinci

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB. V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Hasil análisis data penelitian dari masing-masing parameter adalah sebagai berikut: a. Hasil Analisis Kandungan Tabel 1. Tandan Kosong Kelapa Sawit *) Parameter

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Afrika. Tanaman yang merupakan subkelas dari monokotil ini mempunyai habitus yang paling besar. Klasifikasi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat 1. Alat alat gelas yang biasa digunakan di laboratorium 2. Neraca Analitis Metler P.M 400 3. Botol akuades 4. Autoklaf fiesher scientific 5. Inkubator

Lebih terperinci

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U )

LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) LEAF SAMPLING UNIT ( L S U ) PENDAHULUAN Leaf sampling merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan. Rekomendasi pupuk yang akurat akan menghasilkan produksi TBS yang maksimal.

Lebih terperinci

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!!

WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!! WASPADA PENYAKIT Rhizoctonia!! I. Latar Belakang Luas areal kebun kopi di Indonesia sekarang, lebih kurang 1,3 juta ha, sedangkan produksi kopi Indonesia sekarang, lebih kurang 740.000 ton dengan produksi

Lebih terperinci

PENYAKIT Fusarium spp. PADA TANAMAN KARET. Hilda Syafitri Darwis, SP.MP. dan Ir. Syahnen, MS.

PENYAKIT Fusarium spp. PADA TANAMAN KARET. Hilda Syafitri Darwis, SP.MP. dan Ir. Syahnen, MS. PENYAKIT Fusarium spp. PADA TANAMAN KARET Hilda Syafitri Darwis, SP.MP. dan Ir. Syahnen, MS. Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan JL. Asrama No. 124 Medan Kel. Cinta Damai Kec.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati. PENDAHULUAN Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L) merupakan salah satu sumber pangan yang cukup penting di Indonesia, yaitu sebagai sumber protein nabati. Berdasarkan luas pertanaman, kacang

Lebih terperinci

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4.No.4, Desember 2016 (622);

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4.No.4, Desember 2016 (622); Survey dan Pemetaan Status Hara K dan C-Organik Pada Lahan Kelapa Sawit yang Terserang Ganoderma di PT. PD PATI Kabupaten Aceh Tamiang Surveying and Mapping K Nutrient Status and C-Organic on Oil Palm

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya

I. PENDAHULUAN. memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar akan bahaya yang ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin arif dalam memilih bahan

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Busuk Batang Vanili. Oleh : Umiati

Mengenal Penyakit Busuk Batang Vanili. Oleh : Umiati Mengenal Penyakit Busuk Batang Vanili Oleh : Umiati Vanili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman industri yang mempunyai nilai terbaik dengan kadar vanillin 2,75% (Hadisutrisno,2004).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang menghasilkan salah satu komoditas unggulan di Indonesia yaitu

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang menghasilkan salah satu komoditas unggulan di Indonesia yaitu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Tanaman pisang menghasilkan salah satu komoditas unggulan di Indonesia yaitu buah pisang. Buah pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan/industri berupa pohon batang lurus dari famili Arecaceae. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk baik pada tingkat nasional maupun wilayah provinsi. Untuk

Lebih terperinci

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI

PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI PT. BANGKITGIAT USAHA MANDIRI & PENANGGULANGAN HAMA KUMBANG TANDUK (Oryctes rhinoceros) NO. ISK/AGR-KBN/29 Status Dokumen No. Distribusi DISAHKAN Pada tanggal 25 Februari 2015 Dimpos Giarto V. Tampubolon

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Penyakit Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims (1979) adalah sebagai berikut : Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Eumycophyta :

Lebih terperinci

Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX

Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX Getas, 2 Juni 2009 No : Kepada Yth. Lamp. : 1 eks Administratur Hal : Laporan Hasil Kunjungan Kebun Getas PTP Nusantara IX di Getas Dengan ini disampaikan dengan hormat laporan hasil kunjungan staf peneliti

Lebih terperinci

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi Bangkinang-Salah satu kegiatan diseminasi inovasi hasil penelitian dan Pengkajian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Riau adalah kegiatan temu lapang. Pada sabtu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi

I. PENDAHULUAN. penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu jenis rempah yang paling penting di antara rempah-rempah lainnya (king of spices), baik ditinjau dari segi perannya dalam menyumbangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produktivitas Tahun Luas Area (ha) Produksi (ton) (ton/ha) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi di antara tanaman perkebunan lainnya dan berperan penting sebagai sumber devisa

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan April sampai November 2009 di PTP Nusantara VI pada unit usaha Rimbo Satu Afdeling IV (Gambar Lampiran 5), Rimbo Dua Afdeling

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang

PENDAHULUAN. Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang PENDAHULUAN Latar Belakang Kedelai merupakan tanaman pangan yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang (Glycine

Lebih terperinci

PENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH.

PENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH. 0 PENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH (Skripsi) Oleh YANI KURNIAWATI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika

PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika PENDAHULUAN Latar belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacg) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika selatan yaitu

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar.

I. PENDAHULUAN. seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays) merupakan salah satu tanaman serealia yang tumbuh hampir di seluruh dunia dan tergolong spesies dengan keragaman genetis yang besar. Jagung

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat. Meskipun disadari bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian dan Letak Geografis Lokasi penelitian dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara VIII. PT. Perkebunan Nusantara VIII, Perkebunan Cikasungka bagian Cimulang

Lebih terperinci

SERANGAN RHYNCOPHORUS FERRUGENIUS DI WILAYAH JAWA TIMUR

SERANGAN RHYNCOPHORUS FERRUGENIUS DI WILAYAH JAWA TIMUR SERANGAN RHYNCOPHORUS FERRUGENIUS DI Gambar 1 Pohon Kelapa Sumber : Yuliyanto, 2013 WILAYAH JAWA TIMUR Yudi Yuliyanto, SP. dan Dina Ernawati, SP. Kelapa yang dalam bahasa latin dikenal dengan nama Cocos

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan lahan pertanian yang cukup besar, sebagaian besar penduduk Indonesia hidup pada hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Jenis Pupuk 62 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Pemupukan (4T) BPE Pemupukan bertujuan untuk meningkatkan kandungan dan menjaga keseimbangan hara di dalam tanah. Upaya peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, II. TINJUAN PUSTAKA 2.1.Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, tetapi dapat dikembangkan diluar daerah asalnya termasuk Indonesia. Pada tahun 1848

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp.

TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit Eucalyptus spp. Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman. Eucalyptus spp. TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Eucalyptus spp Ada beberapa penyakit penting yang sering menyerang tanaman Eucalyptus spp. antara lain: 1. Penyakit pada akar a. Busuk akar Phytophthora Penyakit ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk famili solanaceae dan

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk famili solanaceae dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk famili solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki banyak manfaat, bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai

Lebih terperinci

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat

Agro inovasi. Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat Agro inovasi Inovasi Praktis Atasi Masalah Perkebunan Rakyat 2 AgroinovasI PENANAMAN LADA DI LAHAN BEKAS TAMBANG TIMAH Lahan bekas tambang timah berupa hamparan pasir kwarsa, yang luasnya terus bertambah,

Lebih terperinci

Ralstonia solanacearum

Ralstonia solanacearum NAMA : Zuah Eko Mursyid Bangun NIM : 6030066 KELAS : AET-2A Ralstonia solanacearum (Bakteri penyebab penyakit layu). Klasifikasi Kingdom : Prokaryotae Divisi : Gracilicutes Subdivisi : Proteobacteria Famili

Lebih terperinci