4 METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu"

Transkripsi

1 4 METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini mengambil lokasi kajian di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai (TNRAW) Provinsi Sulawesi Tenggara dan kecamatan penyangganya. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan September sampai Desember Data 4.2 Data dan Alat Penelitian Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengisian kuisioner tentang pengendalian kebakaran hutan dan lahan dengan informan ahli berasal dari Regu Pengendalian Kebakaran Hutan (DALKARHUT), Kepala Resort dan Kepala Seksi Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai. Penelitian ini juga menggunakan data sekunder yang bersumber dari beberapa lembaga/instansi sebagaimana tercantum pada Tabel 12. Tabel 12 Jenis data sekunder menurut sumber dan manfaat No Nama Data Sumber 1. Citra Landsat 2008, 2009 dan 2010 resolusi 30 m USGS 2. Citra Bing 2011 Microsoft 3. SRTM diakses tahun 2011 NASA 4. Peta sistem lahan RePProt Kementan 5. Data curah hujan, suhu rata-rata, 2012 GCM 6. Peta administrasi, 2010 BPS Sultra 7. Data kependudukan (DDA dan KCDA) BPS Sultra 8. Data potensi desa, 2012 BPS 9. Data hotspot (MODIS) tahun NASA 10. Peta TNRAW 2011 BTNRAW 11. Peta kawasan hutan Sultra 2007 Kemenhut Alat-alat Alat analisis dan pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi komputer (hardware), Arc GIS 9.3, ERDAS Imagine 9.2, DIVA-GIS 7.5, SPSS Metode Penelitian Secara ringkas tahapan penelitian disajikan dalam diagram alir seperti tertera pada Gambar 3.

2 27 Gambar 3 Bagan alir tahapan penelitian Identifikasi Variabel Identifikasi variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap kejadian kebakaran hutan dan lahan mengacu pada prinsip segitiga api yang terdiri atas oksigen, bahan bakar dan sumber penyalaan. Oksigen bersifat bebas dan sulit dikendalikan, sehingga identifikasi hanya dilakukan terhadap variabel-variabel terkait bahan bakar dan sumber penyalaan. Pemilihan jenis variabel didasarkan pada hasil studi literatur terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang relevan, text book, dan observasi lapang. Variabel-variabel ini akan diuji untuk mengetahui tingkat pengaruhnya terhadap kejadian kebakaran di wilayah studi. Sistem ini mencakup identifikasi faktor-faktor penyebab dan pemodelan spasial potensi kebakaran hutan di beberapa wilayah studi. Penelitian telah dilakukan oleh Soewarso (2003) untuk memodelkan kebakaran hutan di areal konsesi Hak Pengusahaan Hutan Provinsi Sumsel. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Samsuri (2008) di Provinsi Kalimantan Tengah; Andria (2009) di Provinsi Jambi; dan Kayoman (2010) di Provinsi Kalimantan Barat. Andria (2009) menemukan bahwa faktor biofisik yang berpengaruh nyata terhadap terjadinya kebakaran hutan di areal HTI PT Wirakarya Sakti adalah faktor curah hujan dan faktor jenis tanah. Faktor aktivitas masyarakat yang menguasai lahan

3 28 hutan dengan indikator faktor jarak dari lahan yang dikuasai oleh masyarakat dan jarak dari jalan berpengaruh nyata terhadap terjadinya kebakaran hutan. Faktor utama penyebab kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat adalah aktivitas manusia yang dipengaruhi jarak dari kota, penggunaan lahan, dan faktor biofisik yang dipengaruhi oleh tutupan lahan (Kayoman 2010), sedangkan Samsuri (2008) mengidentifikasi ada empat faktor utama yang berpengaruh terhadap kejadian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Kalimantan Tengah, yaitu tipe sistem lahan, tipe tutupan lahan, tipe tanah dan fungsi kawasan yang dapat digunakan untuk menduga kepadatan hotspot per km². Faktor biofisik yang mempengaruhi kebakaran hutan dan lahan di Sub DAS Kapuas Tengah Kalimantan Barat adalah vegetasi halus seperti rumput, alang-alang, semak yang biasanya memiliki kerapatan vegetasi sedang (Arianti 2006). Prasad et al. (2008) mengidentifikasi variabel yang berpengaruh kuat pada kejadian kebakaran adalah luas kawasan berhutan, kepadatan biomassa, kepadatan penduduk pedesaan, curah hujan rata-rata kuartal terpanas, elevasi dan suhu tahunan rata-rata. Di antara variabel-variabel ini, kepadatan biomassa dan curah hujan rata-rata kuartal terpanas memiliki signifikansi tertinggi, diikuti oleh variabel lainnya. Sesuai prinsip segitiga api, kebakaran hutan dan lahan terjadi dipengaruhi bahan bakar dimana komponen ini berupa faktor biofisik yang dipresentasikan oleh Iklim (rata-rata suhu tahunan, rata-rata suhu musim kemarau, rata-rata curah hujan tahunan, rata-rata curah hujan musim kemarau), Vegetasi (kerapatan vegetasi, tipe penutupan lahan), dan Topografi (elevasi, slope). Kebakaran tidak akan terjadi apabila tidak ada sisi kedua dalam segitiga api yaitu sumber penyalaan. Sumber penyalaan di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai disebabkan oleh aktivitas manusia, baik yang berasal dari desa sekitar Taman Nasional atau masyarakat pengguna jalan di dalam atau sekitar kawasan Taman Nasional. Aktivitas manusia (sumber penyalaan) dapat direpresentasikan oleh faktor Aksesibilitas (jarak terhadap jalan, tipe jalan) dan Kependudukan (kepadatan penduduk, pendidikan, pengambilan sumber daya alam) Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sesuai hasil analisis kebutuhan data, baik data primer maupun sekunder. Data yang dikumpulkan selanjutnya diperiksa keaslian, tingkat ketelitian, dan sistem proyeksi petanya. Untuk persiapan analisis, data-data berupa peta disamakan sistem proyeksinya dan dimodifikasi agar dapat terbaca/ terolah oleh perangkat software analisis Sistem Informasi Geografi (SIG). Data-data yang dikumpulkan mencakup data dasar yang dapat diekstrak menjadi beberapa jenis peta seperti data SRTM (peta topografi), GCM (peta suhu, peta curah hujan), citra landsat dan Bing (peta penutupan lahan, peta sungai, peta jalan, peta area kebakaran), hotspot (titik panas) hasil ekstraksi citra MODIS dan data-data sosial ekonomi yang digunakan sebagai peubah pembangun model. Beberapa sumber data spasial umumnya masih menggunakan sistem koordinat geografis, seperti SRTM, GCM, citra Bing dan hotspot. Sistem proyeksi

4 29 peta yang masih menggunakan koordinat geografis ini diproyeksikan ke sistem UTM area 51 S untuk memudahkan analisis luas dan jarak Pra Pengolahan Data Peta Lereng dan Elevasi Peta topografi (peta lereng dan elevasi) diekstraksi dari data SRTM menggunakan analysis tool pada Arc GIS 9.3 menghasilkan keluaran berupa data raster. Data ini selanjutnya dikelaskan menggunakan reclassify pada Arc GIS, lalu dikonversi ke format vector untuk mendukung analisis hubungan antara variabel terhadap kepadatan hotspot Peta Hujan Tahunan dan Suhu Rata-rata Pembuatan peta tematik ini memanfaatkan data raster Global Climate Model (GCM). Jenis data yang digunakan adalah GCM current condition yang diinterpolasikan dari data iklim tahun , diunduh dari File diunduh dalam format tile dengan resolusi 1 km x 1 km (30 arc-seconds). Resolusi ini lebih tinggi daripada format global yang tersedia dengan resolusi 2.5 arc-minutes, 5 arc-minutes dan 10 arc-minutes. Peta curah hujan diekstrak dari tile prec_310, sedangkan peta suhu bulanan rata-rata dari tmean_310. Data ini dibuka dengan softwareopen source DIVA-GIS 7.5, dimana software ini memungkinkan dilakukan analisis matematik untuk menghasilkan data raster curah hujan tahunan dan suhu bulanan rata-rata. Data out put selanjutnya diekspor dalam format berekstensi *.bil yang dapat terbaca oleh Arc GIS, untuk selanjutnya dilakukan konversi data ke bentuk vector Peta Penutupan Lahan dan Peta Area Terbakar Data citra satelit diunduh dari internet (USGS dan Bing), untuk selanjutnya dilakukan koreksi geometrik dan radiometrik. Citra landsat terkoreksi diolah dengan supervised classification ERDAS Imagine 9.2 dan hasilnya diperbaiki dengan metoda visual memanfaatkan citra Bing dan citra landsat akuisisi rentang waktu 1 tahun (tahun ). Perbaikan hasil klasifikasi digital tersebut juga bermanfaat untuk menghilangkan tutupan awan. Citra resolusi tinggi Bing juga digunakan untuk memetakan area terbakar dan verifikasi tingkat kesesuaian hotspot dalam mengindikasikan kejadian kebakaran hutan dan lahan di lapangan Peta Kepadatan Penduduk, Tingkat PDRB Perkapita dan Pendidikan Ketiga peta tematik ini menggunakan batas spasial wilayah administratif. Peta PDRB per kapita (administrasi kabupaten), tingkat pendidikan (administrasi kecamatan) dan kepadatan penduduk (administrasi desa) disusun menggunakan batas wilayah sesuai dengan tingkat ketersediaan data. Data sosek pada ketiga peta dijadikan sebagai atribut peta.

5 Peta Jarak dari Sungai, Mangrove, Kota Kecamatan dan Jalan Peta jarak dari sungai, jalan, kota kecamatan dan mangrove dibuat dengan memanfaatkan tool buffer pada Arc GIS 9.3. Untuk pembuatan peta ini digunakan input data spasial berupa peta sungai, peta jalandan peta lokasi ibu kota kecamatan hasil digitasi citra landsat serta peta batas mangrove dari peta penutupan lahan Peta Status Lahan Peta status lahan disusun dengan memanfaatkan batas wilayah kawasan hutan pada peta paduserasi kawasan hutan Sulawesi Tenggara. Peta ini memberikan informasi tentang batas wilayah kawasan hutan dengan kawasan budidaya (Area Peruntukkan Lain) Metode Pemodelan Analisis data yang dilakukan terhadap hotspot, data-data spasial dan kuisioner/wawancara. Data hotspot yang bersumber dari situs NASA memiliki sistem koordinat geografis. Data ini diambil dari keseluruhan hotspot yang tercatat selama rentang waktu 5 tahun. Data ini seanjutnya diubah menjadi shapefile dengan memanfaatkan fasilitas Add XY Data pada software Arc GIS 9.3. Selanjutnya proyeksi koordinat peta dikonversi dari koordinat geografis ke koordinat UTM dengan datum WGS84 dan zona 51S. Peta sebaran hotspot diverifikasi untuk mengetahui nilai keakuratan hotspot, selanjutnya dilakukan pengacakan untuk memilih hotspot yang akan digunakan untuk pembangun model dan sisanya untuk melakukan validasi model. Hotspot yang akan digunakan untuk membangun model ditetapkan sebanyak 505 hotspot dan untuk keperluan validasi 200 hotspot. Hotspot pembangun model selanjutnya diolah dengan fasilitas Density Tool (kernel density) pada Arc GIS untuk membuat peta kepadatan hotspot. Out put data berupa data raster dengan ukuran tiap piksel 1 km x 1 km yang mengkalkulasi kepadatan hotspot pada radius 1 km. Peta kepadatan hotspot ini dimanfaatkan untuk menduga variabel-variabel penyusun model kebakaran hutan dan lahan. Langkah berikutnya adalah melakukan analisis spasial terhadap data-data yang telah dilakukan pra pengolahan. Tahapan-tahapan yang dilakukan sebagai berikut : Pengkelasan Peubah Identifikasi terhadap variabel-variabel pada aspek sosial ekonomi dan biofisik dilakukan sebelum pengkelasan. Jenis-jenis variabel yang akan diuji diperoleh dari hasil penelusuran literatur yang diduga berpengaruh terhadap terjadinya kebakaran. Masing masing variabel yang digunakan dalam penyusunan model ini mempertimbangkan pengaruh aspek terkait biofisik dan antropogenic (sosial ekonomi) terhadap kebakaran hutan dan lahan.

6 31 Penentuan variabel dilakukan dengan membuat data-data atribut sebagai parameter data. Apabila data awalnya masih spasial, maka dikonversi ke data atribut. Untuk keperluan ini digunakan hotspot tahun untuk pengukuran parameter dari masing-masing variabel. Variabel selanjutnya dibagi ke dalam beberapa kelas. Jenis variabel seperti tercantum pada Tabel 13. Untuk mengetahui beda nyata antar kelas di dalam suatu variabel dilakukan analisis regresi logistik biner dengan bantuan software SPSS 16. Unit terkecil analisis regresi ini adalah area piksel (ukuran 1 km x 1 km), dimana untuk wilayah studi terdiri atas piksel. Setiap area piksel yang dijumpai ada hotspot diberi kode 1 dan piksel-piksel tanpa hotspot diberi kode 0. Model regresi logistik biner kerawanan kebakaran dinyatakan fit (bagus) apabila model yang terbentuk memiliki nilai signifikansi < 0.05 dan hasil uji Hosmer and Lemeshow Test mempunyai nilai > Beda nyata antar kelas dapat diketahui dengan melihat nilai signifikansi setiap kelas terhadap kelas pembanding, dimana 2 kelas dinyatakan berbeda nyata apabila kelas-kelas tersebut memiliki nilai signifikansi < Tabel 13 Pengkelasan variabel yang akan digunakan dalam menyusun model No Variabel Kelas Satuan 1. Jarak darijalan 0-1; 1-4; 4-18 km 2. Kepadatan penduduk 0-25; 25-75; orang/km² 3. Tingkat pendidikan 0-0.2; ; ; % (rasio siswa terhadap jumlah penduduk) 4. Jarak dari 0; 0-3; 3-26 km mangrove/laut 5. Status kawasan Kawasan hutan; kawasan budidaya - 6. Jarak darikota 0-7; 7-14; km kecamatan 7. Tingkat ekonomi per 0-3; 3-6; 6-10 juta/orang kapita masyarakat (PDRB per kapita) 8. Suhu bulanan rata-rata 22-24; 24-26; C 9. Curah hujan tahunan ; ; milimeter/th 10. Jenis tutupan lahan Hutan rawa; hutan mangrove; hutan pegunungan; pertanian dan pemukiman; badan air; savana 11. Ketinggian (elevasi) 0-100; ; meter 12. Kelerengan (slope) 0-8; 8-30; >30 % 13. Jarak darisungai 0-1; 1-4; 4-7; 7-19 km Penghitungan Nilai Skor Nilai skor masing masing variabel dapat dihitung dengan menggunakan formula berikut :

7 32 x = ; e = Dimana : x = skor kelas (sub faktor) o = jumlah hotspot yang ada pada tiap kelas (observed hotspot) e = jumlah hotspot yang diharapkan pada tiap kelas (expected hotspot) T = jumlah seluruh hotspot F = persentase luas pada tiap kelas Untuk melakukan perhitungan jumlah hotspot yang ada pada masingmasing kelas, digunakan ekstensi Arc GIS 9.3 Hawths Tools yang dapat di unduh secara gratis dari internet. Ekstensi ini dapat menghitung jumlah hotspot di dalam poligon kelas variabel Penghitungan Nilai Skor Skala (Rescalling Score) Rescalling score digunakan untuk menstandarkan nilai skor pada masingmasing variabel pada rentang niai tertentu. Salah satu cara menstandarkan skor skala adalah formula Jaya et al. (2007), dimana masing-masing kelas diberi skor pada rentang 10 sampai dengan 100 menggunakan persamaan berikut : ScoreR ={!"#$% &! &'( % &! (ScoreR *+ ScoreR *- )} + ScoreR *- Keterangan : Score R = nilai skor hasil Rescalling Score E -1 = nilai skor dugaan (estimated score) input Score E *- = nilai minimal skor dugaan Score E *+ = nilai maksimal skor dugaan Score R *+ = nilai skor tertinggi hasil Rescalling Score R *- = nilai skor terendah hasil Rescalling Variabel dalam analisis ini memiliki jumlah kelas yang sedikit (umumnya 3-4 kelas) dan menghasilkan skor dugaan yang nilainya sama dengan skor aktualnya, sehingga nilai skor dugaan dalam formula ini dimodifikasi dengan skor aktual masing-masing kelas. Peta tematik variabel yang telah diberi atribut skor dan data posisi hotspot selanjutnya dikonversi menjadi data raster dengan ukuran area piksel sama yaitu 1 km x 1 km. Penyamaan ukuran area piksel ini untuk memungkinkan proses overlay. Jumlah piksel wilayah studi mencapai piksel (1 piksel berukuran 1 km x 1 km) selanjutnya diuji untuk mendapatkan model regresi dengan nilai koefisien determinasi terbaik. Analisis hubungan antara skor setiap peubah terhadap kepadatan hotspot dilakukan melalui pendekatan analisis regresi dengan estimasi kurva. Penilaian signifikansi dan koefisien determinasi (R Square) dilakukan oleh software SPSS 16 dengan variabel bebas masing-masing peubah dan variabel terikat kepadatan hotspot pada radius 1 km.

8 Pembuatan Model Komposit Pemilihan variabel penyusun model dilakukan melalui pembuatan model komposit dengan cara mengkompositkan skor variabel-variabel penyusun faktor dengan mempertimbangkan nilai koefisien determinasi masing-masing variabel terhadap kepadatan hotspot. Variabel penyusun model akan dipilih apabila telah mencapai nilai koefisien determinasi tertinggi dengan signifikansi < Pembuatan model regresi linier berganda dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung bobot makro dan bobot mikro. Regresi ini memerlukan asumsi sebaran data normal, kecuali dalam prosesnya didahului oleh analisis faktor. Santoso (2012) mengatakan bahwa penggunaan analisis faktor pada kasus multivariat tidak terlalu mementingkan asumsi kenormalan. Analisis faktor dilakukan untuk mengelompokkan variabel-variabel menjadi beberapa faktor yang saling bebas. Dalam proses ini akan terbentuk skor faktor yang menggantikan skor-skor variabel penyusunnya. Pendekatan ini akan digunakan untuk menduga bobot makro faktor pada model regresi linier berganda. Untuk persiapan analisis faktor tersebut maka data-data yang masih berbentuk spasial diekstrak untuk menghasilkan data atribut. Data atribut berupa skor hasil Rescalling pada masing-masing variabel di run menggunakan SPSS untuk membentuk faktor-faktor baru dengan mengacu batas nilai eigen values 1. Penentuan bobot masing-masing variabel dilakukan setelah meregresikan skor faktor terhadap variabel tak bebas kepadatan hotspot menggunakan regresi linier berganda. Data atribut kepadatan hotspot diekstrak dari data raster Kernel Density dengan radius 1 km. Bobot faktor diturunkan dari proporsi koefisien masing-masing faktor. Hasil penjumlahan masing-masing bobot akan bernilai 1. Setelah dilakukan perhitungan bobot, maka dilakukan pembuatan model spasial kebakaran hutan dan lahan yang menggambarkan hubungan matematis antara masing-masing faktor dan variabel-variabel penyusunnya untuk menduga tingkat kerawanan kebakaran di wilayah studi melalui nilai skor komposit. Formula dalam penyusunan regresi linier berganda sebagai berikut : Y * = F 4 b 6 X 6 8 dimana : F = 1; b 6 = 1 Keterangan : Y * = Skor komposit kerawanan kebakaran hutan dan lahan F = Bobot makro skor faktor ke-i b 6 = Bobot mikro skor variabel ke-j pada faktor ke-i = Variabel ke-j pada faktor ke-i X Visualisasi Formula Matematika Menjadi Model Spasial Model yang diperoleh dari tahap-tahap sebelumnya divisualisasikan dalam bentuk peta dengan menggunakan Tool Raster Calculator pada Arc GIS 9.3. berdasarkan peta visualisasi ini maka dilakukan analisis terhadap area rawan kebakaran.

9 Pembuatan Kelas Kerawanan Kebakaran Kelas kerawanan kebakaran dibagi menjadi 3 kelas memanfaatkan nilai Mean dan Standar Deviasi (SD), yaitu kelas kerawanan rendah, sedang dan tinggi. Kriteria pembagian kelas ini akan menghasilkan interval skor komposit yang sempit dan luasan area yang kecil pada kelas kerawanan tinggi serta sedang sebagai salah satu pertimbangan penentuan area prioritas DALKARHUT. Luas area prioritas yang diharapkan berkisar % dari luas seluruh kawasan. Kriteria nilai skor komposit masing-masing kelas seperti pada Tabel 14. Tabel 14 Interval skor komposit kelas kerawanan kebakaran No. Kelas Kerawanan Kebakaran Nilai Interval Skor Komposit (ISK) 1. Rendah ISK < Mean + SD 2. Sedang ISK antara Mean + SD dan Mean + 2SD 3. Tinggi ISK > 2SD Keterangan : ISK = Interval Skor Komposit; SD = Standar Deviasi Validasi Model Untuk melakukan validasi model, diperlukan data hotspot validasi yang telah dipisahkan dari hotspot pembangun model. Hotspot validasi dihasilkan dari proses pengacakan hotspot bulan November 2007-Oktober 2012 ditambah hotspot bulan Januari-Oktober 2007 dan November-Desember Validasi model dilakukan dengan meng-overlay-kan hotspot validasi terhadap peta kerawanan kebakaran dari model. Dengan mempertimbangkan luas area dan kriteria batas kelas kerawanan kebakaran, validitas yang diharapkan pada model adalah adanya minimal 50 % hotspot validasi berada pada kelas kerawanan kebakaran tinggi dan sedang, dimana kepadatan hotspot validasi kelas kerawanan kebakaran tinggi > sedang > rendah. Perhitungan akurasi juga dilakukan dengan cara membandingkan skor komposit yang dihasilkan oleh hotspot pembangun model terhadap skor komposit yang dihasilkan oleh hotspot untuk validasi setiap piksel area (jumlah piksel). Tujuan perhitungan ini adalah untuk menguji apakah model yang dihasilkan masih relevan atau memberikan hasil yang sama apabila diaplikasikan untuk hotspot validasi. Kriteria model yang baik mempunyai simpangan agregat berkisar -1 sampai dengan 1, simpangan rata-rata kurang dari 10 %, Root Mean Square Error (RMSE) kecil, bias rendah dan signifikan. Formula yang digunakan untuk perhitungan parameter-parameter akurasi mengacu pada Spurr (1952) dalam Puspaningsih (2011), sebagai berikut :

10 35 Dimana : Y * = Skor komposit yang dihasilkan oleh model Y + = Skor komposit yang dihasilkan oleh validasi SA = Simpangan Agregat SR = Simpangan Rata-rata RMSE = Root Mean Square Error e = bias Analisis Kerawanan Kebakaran Menurut Tata Ruang Zonasi Analisis resiko ekologis kebakaran hutan dan lahan kawasan TNRAW didekati dengan melakukan overlay (tumpang susun) peta potensi kejadian kebakaran dengan peta Rencana Tata Ruang Zonasi. Kawasan yang rentan secara ekologis dan memiliki fungsi lindung yang tinggi di dalam kawasan taman nasional secara berturut-turut adalah zona inti diikuti zona rimba dan zona lainnya Penyusunan Arahan Strategi Mitigasi Kebakaran Upaya mengoptimalkan mitigasi dilakukan dengan cara menyusun arahan strategi pengendalian kebakaran hutan dan lahan. Metoda yang digunakan adalah teknik SWOT. Analisis ini dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : Tahap Pengumpulan Data Pada tahap ini dilakukan identifikasi terhadap sumber daya yang berpengaruh terhadap pengendalian kebakaran hutan dan lahan di kawasan TNRAW. Data yang terkumpul selanjutnya diklasifikasikan ke dalam faktor internal dan eksternal. Sumber daya internal terbagi menjadi 2 yaitu : kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness), sedangkan sumber daya eksternal terbagi menjadi peluang (Opportunity) dan ancaman (Threat). Langkah selanjutnya adalah penyusunan matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Faktor Strategi Eksternal (EFAS). Masing-masing komponen faktor diberi bobot mulai dari 0 (tidak penting) sampai 1 (sangat penting). Pengisian nilai sementara oleh informan ahli menggunakan interval dengan kriteria sebagai berikut : tidak penting = 0; agak penting = 1; sedang = 2; penting = 3; sangat penting = 4. Nilai penting komponen semakin tinggi maka nilainya juga semakin tinggi pula. Nilai sementara tersebut selanjutnya dikonversi menjadi angka bobot pada selang 0 sampai 1 berdasarkan proporsi komponen masing-masing terhadap Jumlah nilai faktor strategi. Kolom rating diisi sesuai dengan pengaruh komponen faktor tersebut terhadap kondisi organisasi. Selang nilai rating adalah 1 sampai 5. Faktor Strategi Internal (IFAS) berupa kekuatan dan kelemahan menggunakan interval dengan kriteria sebagai berikut : kelemahan utama = 1; kelemahan kecil = 2; biasa aja/standar = 3; kekuatan = 4; kekuatan utama = 5. Faktor Strategi Eksternal (EFAS) berupa peluang dan ancaman, menggunakan interval dengan kriteria

11 36 sebagai berikut : tidak berpengaruh = 1; agak berpengaruh = 2; biasa aja = 3; berpengaruh = 4; sangat berpengaruh = 5, makin berpengaruh maka nilainya makin tinggi. Pengisian skor dihitung dengan cara mengalikan bobot dengan rating pada masing-masing komponen faktor. Nilai skor ini dimanfaatkan untuk menentukan prioritas strategi yang akan dipilih Tahap Analisis Pada tahap analisis dilakukan pemaduan antara faktor internal dan faktor eksternal untuk menghasilkan strategi Strength-Opportunity (SO), Strength- Threats (ST), Weakness-Opportunity (WO) dan Weakness-Threat (WT). Kriteria masing-masing strategi adalah sebagai berikut : Strategi Strength-Opportunity (SO), apabila strategi tersebut memanfaatkan seluruh kekuatan organisasi untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi Strength-Threats (ST), apabila strategi tersebut memanfaatkan seluruh kekuatan organisasi untuk mengatasi ancaman dan gangguan. Strategi Weakness-Opportunity (WO), apabila strategi digunakan untuk meminimalkan kelemahan organisasi agar dapat merebut peluang yang ada sekaligus memanfaatkan seluruh peluang yang ada untuk meminimalkan kelemahan organisasi Strategi Weakness-Threat (WT), apabila strategi tersebut dimanfaatkan untuk meminimalkan kelemahan-kelemahan organisasi sekaligus menghindari/ mengatasi gangguan yang ada Tahap Pemilihan Alternatif Pengambilan Keputusan Pemilihan alternatif pengambilan keputusan menggunakan metoda Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Nilai skor masing-masing strategi diurutkan mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah. Prioritas strategi yang dipilih disesuaikan dengan urutan skor nilai Total Sum of Attractiveness Score pada teknik Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Tabel QSPM terdiri atas kolom faktor strategi (internal dan eksternal beserta bobot masing-masing komponennya) dan kolom alternatif strategi yang akan dievaluasi (meliputi kolom AS = Attractiveness Score dan TAS = Total Sum of Attractiveness Score). Perhitungan bobot pada tabel QSPM didasarkan pada angka bobot yang dihasilkan dari penilaian informan ahli pada analisis SWOT. Kolom nilai AS diisi dengan skor 1-4, dimana skor ini menunjukkan level ketertarikan alternatif strategi yang dievaluasi terhadap masing-masing komponen faktor strategi (internal dan eksternal). Untuk kolom nilai TAS diisi dengan hasil perkalian antara angka bobot dengan skor AS. Nilai seluruh alternatif strategi (Total Sum of Attractiveness Score) diperoleh dengan menjumlahkan ke bawah nilai TAS pada masing-masing alternatif strategi. Nilai ini dijadikan sebagai acuan nilai ranking alternatif strategi yang akan dipilih.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada daerah kajian Provinsi Kalimantan Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan Sistem

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Kerinci Seblat, tepatnya di Resort Batang Suliti, Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah IV, Provinsi

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan Adat Kasepuhan Citorek, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pengambilan data lapangan dilaksanakan bulan Februari

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan kurang lebih selama sebelas bulan yaitu sejak Februari 2009 hingga Januari 2010, sedangkan tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan

Lebih terperinci

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 8 3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah Kabupaten Bogor Jawa Barat yang secara geografis terletak pada 6º18 6º47 10 LS dan 106º23 45-107º 13 30 BT. Lokasi ini dipilih karena Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan September 2012 yang berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way Kambas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan November 2009. Objek penelitian difokuskan pada wilayah Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI DENGAN PEMANFAATAN PEMODELAN SPASIAL

ANALISIS RISIKO KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI DENGAN PEMANFAATAN PEMODELAN SPASIAL ANALISIS RISIKO KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL RAWA AOPA WATUMOHAI DENGAN PEMANFAATAN PEMODELAN SPASIAL (Analysis of Forest and Land Fire Risk in the Rawa Aopa Watumohai National Park Using

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 17 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penggunaan lahan masa lalu dan penggunaan lahan masa kini sangat dipengaruhi oleh berbagai aspek yang saling berhubungan antara lain peningkatan jumlah penduduk

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2009 sampai Januari 2010 yang berlokasi di wilayah administrasi Kabupaten Bogor. Analisis data dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk membuat model kesesuaian habitat orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus wurmbii) dilakukan di Suaka Margasatwa Sungai Lamandau.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN DEM (Digital Elevation Model) Wilayah Penelitian Proses interpolasi beberapa data titik tinggi yang diekstraksi dari berbagai sumber dengan menggunakan metode semivariogram tipe ordinary

Lebih terperinci

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Manfaat Penelitian ini diharapkan menjadi sumber data dan informasi untuk menentukan langkah-langkah perencanaan dan pengelolaan kawasan dalam hal pemanfaatan bagi masyarakat sekitar. METODE Lokasi dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Asahan, untuk melihat kajian secara umum. Sedangkan untuk kajian detil dilakukan di kecamatan-kecamatan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini 57 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Hutan Indonesia Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini mencapai angka 120,35 juta ha atau sekitar 61 % dari luas wilayah daratan Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Konsep Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui potensi terjadinya banjir di suatu wilayah dengan memanfaatkan sistem informasi geografi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi 31 IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan November 2009 yang secara umum terbagi terbagi menjadi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan

Lebih terperinci

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Gambar 7. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penelitian yang terletak pada 6 56'49''-7 45'00'' Lintang Selatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian didasarkan pada penelitian Botanri (2010) di Pulau Seram Maluku. Analisis data dilakukan di Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12)

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA Oleh: Dr.Ir. Yuzirwan Rasyid, MS Beberapa Subsistem dari SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS 1. Subsistem INPUT 2. Subsistem MANIPULASI

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Koreksi Geometrik Langkah awal yang harus dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan koreksi geometrik pada citra Radarsat. Hal ini perlu dilakukan karena citra tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai September 2011 di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2010 sampai Februari 2011 yang berlokasi di Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit Adolina PT Perkebunan Nusantara IV yang terletak di Kelurahan Batang Terap Kecamatan Perbaungan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-September 2011, dengan lokasi penelitian untuk pengamatan dan pengambilan data di Kabupaten Bogor, Jawa

Lebih terperinci

Gambar 1. Peta DAS penelitian

Gambar 1. Peta DAS penelitian Gambar 1. Peta DAS penelitian 1 1.1. Proses Penentuan Model Kemiringan Lereng Kemiringan lereng ditentukan berdasarkan informasi ketinggian dan jarak pada data DEM yang berbasis raster (piksel). Besarnya

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Pembangunan dan pengembangan wilayah di setiap daerah merupakan kegiatan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat di wilayah

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 9 bulan (Maret - November 2009), dan obyek penelitian difokuskan pada tiga kota, yaitu Kota Padang, Denpasar, dan Makassar.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Juli 2012 di area Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Mamberamo Alasmandiri,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Koreksi Geometrik BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Koreksi geometrik citra adalah proses memberikan sistem referensi dari suatu citra satelit. Dalam penelitian ini sistem koordinat yang digunakan adalah

Lebih terperinci

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s

Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s 11 Nilai Io diasumsikan sebagai nilai R s, dan nilai I diperoleh berdasarkan hasil penghitungan nilai radiasi yang transmisikan oleh kanopi tumbuhan, sedangkan nilai koefisien pemadaman berkisar antara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. non hutan atau sebaliknya. Hasilnya, istilah kebakaran hutan dan lahan menjadi. istilah yang melekat di Indonesia (Syaufina, 2008).

TINJAUAN PUSTAKA. non hutan atau sebaliknya. Hasilnya, istilah kebakaran hutan dan lahan menjadi. istilah yang melekat di Indonesia (Syaufina, 2008). 3 TINJAUAN PUSTAKA Kebakaran hutan didefenisikan sebagai suatu kejadian dimana api melalap bahan bakar bervegetasi, yang terjadi didalam kawasan hutan yang menjalar secara bebas dan tidak terkendali di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret hingga bulan November 2009, bertempat di laboratorium dan di lapangan. Penelitian di lapangan ( pengecekan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Gap Filling Citra Gap Filling citra merupakan metode yang dilakukan untuk mengisi garisgaris yang kosong pada citra Landsat TM hasil download yang mengalami SLCoff, sehingga

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Model Data Spasial. by: Ahmad Syauqi Ahsan Model Data Spasial by: Ahmad Syauqi Ahsan Peta Tematik Data dalam SIG disimpan dalam bentuk peta Tematik Peta Tematik: peta yang menampilkan informasi sesuai dengan tema. Satu peta berisi informasi dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 21 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di KPH Kebonharjo Perum Perhutani Unit I, Jawa Tengah. Meliputi Bagian Hutan (BH) Tuder dan Balo, pada Kelas Perusahaan Jati.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang. III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2010. Lokasi penelitian di Kota Palembang dan Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan, Departemen Konservasi Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa :

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 3.1 Data BAB III PEMBAHASAN Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa : 1. Citra Landsat-5 TM, path 122 row 065, wilayah Jawa Barat yang direkam pada 2 Juli 2005 (sumber: LAPAN). Band yang digunakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Artikel Ilmiah Diajukan kepada Program Studi Sistem Informasi guna memenuhi

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

Analisis DEM SRTM untuk Penilaian Kesesuaian Lahan Kopi dan Kakao: Studi Kasus di Kabupaten Manggarai Timur. Ari Wahono 1)

Analisis DEM SRTM untuk Penilaian Kesesuaian Lahan Kopi dan Kakao: Studi Kasus di Kabupaten Manggarai Timur. Ari Wahono 1) Analisis DEM SRTM untuk Penilaian Kesesuaian Lahan Kopi dan Kakao: Studi Kasus di Kabupaten Manggarai Timur Ari Wahono 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2010 dengan pemilihan lokasi di Kota Denpasar. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian 11 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian di wilayah Kecamatan Babakan Madang dan Klapanunggal. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 1. Analisis citra dan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian 12 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang diteliti adalah wilayah pesisir Kabupaten Karawang (Gambar 3), yang secara administratif berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan mulai dari Bulan Juni sampai dengan Bulan Desember 2009. Penelitian ini terbagi atas pengambilan dan pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan

METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan 27 METODE PENELITIAN Kerangka Pendekatan Pertumbuhan penduduk dan peningkatan aktivitas ekonomi yang terjadi pada tiap waktu membutuhkan peningkatan kebutuhan akan ruang. Di sisi lain luas ruang sifatnya

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi Kalimantan Barat terletak di bagian barat pulau Kalimantan atau di antara

Lebih terperinci

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di DAS Ciliwung Hulu dan Cisadane Hulu. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2009 dan selesai pada

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Kawasan Usaha Peternakan (Kunak) sapi perah Kabupaten Bogor seluas 94,41 hektar, berada dalam dua wilayah yang berdekatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Provinsi Sumatera Barat (Gambar 5), dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Kota merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Pekanbaru. Kota Pekanbaru terletak pada 101 0 18 sampai 101 0 36 Bujur Timur serta 0 0 25 sampai 0 0 45 Lintang Utara.

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV. BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK 3.1. Persiapan 3.1.1.Persiapan Administrasi a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas lampung kepada CV. Geoplan Nusantara b. Transkrip nilai semester

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM.

ABSTRAK PENDAHULUAN. Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3 PJ dan SIG Fakultas Geografi UGM. APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI UNTUK PEMETAAN ZONA RAWAN BANJIR DI SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI CELENG KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL Desi Etika Sari 1, Sigit Heru Murti 2 1 D3

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Bandung Barat yang merupakan kabupaten baru di Provinsi Jawa Barat hasil pemekaran dari Kabupaten Bandung. Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 41 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Godongijo Asri yang berlokasi di Jalan Cinangka Km 10, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

Gambar 4. Lokasi Penelitian

Gambar 4. Lokasi Penelitian 19 III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama sembilan minggu, mulai akhir bulan Februari 2011 sampai dengan April 2011. Kegiatan penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian 20 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu 4 bulan, pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Persiapan dilakukan sejak bulan Maret 2011

Lebih terperinci

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian ini. Proses persiapan data ini berpengaruh pada hasil akhir penelitian. Persiapan yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data by: Ahmad Syauqi Ahsan Data pada SIG Mendapatkan data adalah bagian yang sangat penting pada setiap proyek SIG Yang harus diketahui: Tipe-tipe data yang dapat

Lebih terperinci

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata CHAPTER-09 Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata SWOT Filosofi SWOT Analisis SWOT atau Tows adalah alat analisis yang umumnya digunakan untuk merumuskan strategi atas identifikasi berbagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, khususnya di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry yang membawahi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Resort Pugung Tampak pada bulan Januari September 2012. Resort Pugung Tampak

Lebih terperinci

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan Pengumpulan dan Integrasi Data Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengetahui sumber data dari GIS dan non GIS data Mengetahui bagaimana memperoleh data raster dan vektor Mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa,

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banjir merupakan sebuah fenomena yang dapat dijelaskan sebagai volume air yang masuk ke sebuah kawasan tertentu yang sangat lebih tinggi dari pada biasa, termasuk genangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis data Landsat 7 untuk estimasi umur tanaman kelapa sawit mengambil daerah studi kasus di areal perkebunan PTPN VIII

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan merupakan hasil kegiatan manusia baik yang berlangsung secara siklus atau permanen pada sumberdaya lahan alami maupun buatan guna terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan

Lebih terperinci

RANCANGAN POLA PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA DANGKAL BERDASARKAN DATA GEOSPASIAL PADA DAERAH IRIGASI POMPA III NAGARI SINGKARAK

RANCANGAN POLA PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA DANGKAL BERDASARKAN DATA GEOSPASIAL PADA DAERAH IRIGASI POMPA III NAGARI SINGKARAK RANCANGAN POLA PENGEMBANGAN IRIGASI POMPA DANGKAL BERDASARKAN DATA GEOSPASIAL PADA DAERAH IRIGASI POMPA III NAGARI SINGKARAK Isril Berd dan Delvi Yanti Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat Dengan demikian, walaupun kondisi tanah, batuan, serta penggunaan lahan di daerah tersebut bersifat rentan terhadap proses longsor, namun jika terdapat pada lereng yang tidak miring, maka proses longsor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli sampai dengan April 2011 dengan daerah penelitian di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Cianjur,

Lebih terperinci

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi

3.2 Alat. 3.3 Batasan Studi 3.2 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat tulis dan kamera digital. Dalam pengolahan data menggunakan software AutoCAD, Adobe Photoshop, dan ArcView 3.2 serta menggunakan hardware

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengolahan Awal Citra (Pre-Image Processing) Pengolahan awal citra (Pre Image Proccesing) merupakan suatu kegiatan memperbaiki dan mengoreksi citra yang memiliki kesalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I 1.1. Latar Belakang Pembukaan lahan untuk perumahan dan pemukiman pada daerah aliran sungai (DAS) akhir-akhir ini sangat banyak terjadi khususnya pada kota-kota besar, dengan jumlah dan pertumbuhan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, 35 III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Pemilihan daerah penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kemiskinan merupakan penyakit ekonomi pada suatu daerah yang harus di tanggulangi. Kemiskinan akan menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat dalam mengelola

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 16 5.1 Hasil 5.1.1 Pola curah hujan di Riau BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Data curah hujan bulanan dari tahun 2000 sampai dengan 2009 menunjukkan bahwa curah hujan di Riau menunjukkan pola yang sama dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pengambilan data atribut berupa data sosial masyarakat dilakukan di Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Banten (Gambar

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua desa yaitu di Desa Tangkil dan Hambalang di Kecamatan Citereup, Kabupaten Bogor. Penelitian di kedua desa ini adalah

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN III.1. Area Penelitian Area penelitian didasarkan pada data LiDAR, antara koordinat 7 50 22.13 LS 139 19 10.64 BT sampai dengan 7 54 55.53 LS 139 23 57.47 BT. Area penelitian

Lebih terperinci