MAKALAH KESEHATAN MASYARAKAT MASALAH PENGAWASAN ARTHROPODA DAN RODENTIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKALAH KESEHATAN MASYARAKAT MASALAH PENGAWASAN ARTHROPODA DAN RODENTIA"

Transkripsi

1 MAKALAH KESEHATAN MASYARAKAT MASALAH PENGAWASAN ARTHROPODA DAN RODENTIA (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Masyarakat yang diampu oleh Bapak Dr. Lud Waluyo M.Kes) Oleh: KELOMPOK 3 Nama Anggota Kelompok: Moh. Imam Bahrul Ulum ( ) Usratussyarifah ( ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015 i

2 DAFTAR ISI COVER DAFTAR ISI... ii KATA PENGANTAR... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Masalah Pengawasan Arthropoda Hubungan Arthropoda dengan Kesehatan Masyarakat Aspek Epidemiologi Klasifikasi jenis vektor Transmisi Penyakit Penyakit penting yang ditularkan nyamuk Arthropoda dan Penyebaran penyakit Pengendalian Vektor Masalah Pengawasan Rodentia Klasifikasi Rodentia Hubungan Rodentia dengan Kesehatan Masyarakat dan Ekonomi Tekhnik Pengawasan Rodentia Metode Umum Pengendalian Rodentia BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA ii

3 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul Masalah pengawasan Arthropoda dan Rodentia. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kesehatan Masyarakat di Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penulisan makalah ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini, khususnya kepada: 1. Bapak Drs. Lud Waluyo M.Kes, selaku dosen mata kuliah Kesehatan Masyarakat yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam pelaksanaan bimbingan, pengarahan, dorongan dalam rangka penyelesaian tugas ini. 2. Rekan rekan semua yang telah ikut berpartisipasi dalam membantu tugas ini, khususnya rekan rekan satu kelompok. Penulis sadar, masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya. Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amin ya Robbal Alamin. Malang, 15 April 2015 Penulis iii

4 BAB I PENDAHULUAN 1.4 Latar Belakang Masalah Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat. Banyak aspek kesejahteraan manusia dipengaruhi oleh lingkungan, dan banyak penyakit dapat dimulai, didukung, ditopang, atau dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan. Contoh dramatis adalah keracunan Methyl Mercury yang terjadi pada penduduk sekitar Minamata (Jepang) akibat mengkonsumsi ikan yang berasal dari pantai yang tercemar mercury (air raksa). Dari bencana ini, 41 orang meninggal dan juga terjadi cacat tubuh dari bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang mengkonsumsi ikan yang terkontaminasi Mercury tersebut. Dengan alasan tersebut, interaksi antara manusia dengan lingkungannya merupakan komponen penting dari kesehatan masyarakat. Moeller menyatakan In it broadsense, environmental health is the segment of public health that is concerned with assessing, understanding, and controlling the impacts of people on their environment and the impacts of the environment on them. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kesehatan lingkungan merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang memberi perhatian pada penilaian, pemahaman, dan pengendalian dampak manusia pada lingkungan dan dampak lingkungan pada manusia (Rahmawati, 2013). Ilmu kesehatan lingkungan adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat dan mempelajari upaya untuk 1

5 penanggulangan dan pencegahannya. Menurut Suyono (2010), kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau keadaan lingkungan yang optimum sehingga berpengaruh positif terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimum pula. Salah satu tujuan kesehatan lingkungan yaitu kontrol terhadap arthropoda dan rodentia. pengendalian terhadap arthropoda ini penting dilakukan karena penularan penyakit pada manusia dapat terjadi melalui perantara vektor penyakit. Sehingga perlu adanya kegiatan pengendalian dan pemberantasan terhadap vektor penyakit. Tikus dapat membahayakan manusia karena mampu menularkan penyakit pada manusia. Sedangkan tikus mampu menularkan penyakit pada manusia dengan membawa benih penyakit, pinjal, kutu, bakteri dan parasit. Binatang dari suku Murides ini dikenal sebagai sumber beberapa penyakit zoonosis (Rahmawati, 2010). 1.5 Rumusan Masalah 1. Bagaimana masalah pengawasan arthropoda? 2. Bagaimana masalah pengawasan rodentia? 1.6 Tujuan 1. Untuk mengetahui masalah pengawasan arthropoda 2. Untuk mengetahui masalah pengawasan rodentia 2

6 BAB II PEMBAHASAN 2.3 Masalah Pengawasan Arthropoda Hubungan Arthropoda dengan Kesehatan Masyarakat Di Indonesia, penyakit-penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada darah tertentu, antara lain, demam berdarah dengue (DBD), malaria, dan kaki gajah. Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropodborne disease atau sering juga disebut sebagai vectorborne disease. Penyakit ini merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan dapat menimbulkan bahaya kematian. Kelas arthropoda penting dalam dunia kedokteran yang dapat menularkan penyakit pada manusia adalah kelas insekta, arachinoda, dan crustasea. Penularan penyakit dapat berlangsung secara transmisi biologis, yaitu saat terjadi proses perkembangbiakan agens penyakit atau parasit dalam tubuh vektor (Candra,2007). Pemutusan rantai penularan dari arthropodborne disease dapat dilakukan dengan mempelajari cara penularan dari penyakit yang ada. Contoh, pada penyakit kaki gajah atau filariasis, pemutusan rantai penularan dilakukan melalui case finding, yaitu dengan mencari penderita penyakit filariasis dan mengobatinya sampai sembuh karena transmisi biologis penyakit ini bersifat cyclo-developmental atau parasit filarial berkembang biak dalam tubuh manusia bukan dalam tubuh vektor nyamuk Culex. Oleh 3

7 karena itu, kader kesehatan masyarakat harus mengumpulkan informasi tentang penyebaran penyakit atrhropoda agar mampu mencegah penyebaran penyakit tersebut (Candra,2007) Aspek Epidemiologi Ada beberapa faktor epidemiologi yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit, diantaranya faktor cuaca, vektor, reservoir, geografis, dan faktor perilaku. Berikut penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut. 1. Cuaca Iklim dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi. Agens penyakit tertentu ditemukan terbatas pada daerah geografis tertentu karena mereka membutuhkan reservoir dan vektor untuk kelangsungan hidupnya. Iklim dan variasi musim dapat mempengaruhi kehidupan agen penyakit, reservoir, dan vektor. Selain itu, perilaku manusia juga dapat meningkatkan tranmisi atau menyebabkan kerentanan terhadap penyakit infeksi. 2. Vektor Organisme yang dapat menularkan agens penyakit dari satu hewan ke hewan lain atau kemanusia disebut vektor. Arthropoda merupakan vektor penting di dalam penularan penyakit parasit dan virus yang spesifik. Nyamuk merupakan vektor penting untuk penularan virus yang menyebabkan ensefalitis pada manusia. Nyamuk mengisap darah dari reservoir yang terinfeksi. Agens penyakit ini kemudian diturkan ke reservoir yang lain atau pada manusia. 4

8 Ricketsia merupakan parasit intraselular obligat yang mampu hidup diluar jaringan hewan dan dapat ditularkan antar hewan oleh vektor. Rat fleas, body lice, dan wood tick adalah arthropoda yang meyebabkan penularan penyakut yang disebabkan ricketsia. 3. Reservoir Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen sementara hewan itu sendiri tidak terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropodborne disease adalah hewan yang dapat hidup bersama dengan patogen. Penyakit ricketsia merupakan arthropodborne disease yang hidup di dalam reservoir alamiah. Tikus, anjing, serigala, dan manusia merupakan reservoir untuk penyakit ini. 4. Geografis Insidensi penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung dengan daerah geografis tempat reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya agens penyakit bergantung pada iklim (suhu, kelembaban, dan curah hujan) dan fauna lokal. Di daerah tertentu, Rocky Mountains spotted fever merupakan penyakit bakteri yang memiliki bentuk penyebaran secara geografis. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan tungau yang terinfeksi ricketsia. Tungau tersebut termasuk tungau kayu dan ricketsia yang dibawanya kemudian ditularkan kepada tungau anjing dan terbawa sampai ke bagian timur Amerika Serikat. Penyakit tersebut lebih sering terjadi di Amerika Serikat dan sangat jarang ditemukan di wilayah utara atau barat. 5

9 Variasi musim juga mempengaruhi penyebaran penyakit melalui arthropoda. Contoh, virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes selama musim penghujan karena musim tersebut merupakan saat terbaik bagi nyamuk untuk berkembang biak. Dengan demikian, wabah penyakit dengue ini terjadi antara akhir tahun sampai awal tahun depan (September sampai Maret). 5. Perilaku Manusia Interaksi antar manusia juga dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit. Kebiasaan manusia untuk membuang sampah sembarangan, kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit bawaan arthropoda Klasifikasi Jenis Vektor (Arthropoda) Arthropoda berasal dari kata arthro dan pous, merupakan suatu filum kerajaan binatang. Hewan yang termasuk filum ini memiliki organ dengan lubang eksoskeleton yang bersendi dan keras serta tungkai yang bersatu. Anggota filum ini antara lain kelas Insekta, kelas Arachnida, serta kelas Crustacea, yang kebanyakan spesiesnya penting secara medis, baik itu sebagai parasit maupun sebagai vektor organisme yang dapat menularkan penyakit pada manusia. Perbedaan Karakter Perbedaan karakter atau ciri-ciri pada masing-masing kelas pada arthropoda dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 6

10 Tabel 2.1 Perbedaan karakter arthropoda No. Karakter Insekta Arachnida Crustacea 1. Pembagian Kepala, toraks, Sefalotoraks, Sefalotoraks, tubuh abdomen abdomen abdomen 2. Kaki 3 pasang 4 pasang 5 pasang 3. Antena 1 pasang Tidak ada 2 pasang 4. Sayap 1 atau 2 pasang Tidak ada Tidak ada 5. Tempat dijumpai Tanah Tanah Air Spesies dari Setiap Kelas Kelas-kelas yang tergabung dalam filum Arthropoda memiliki spesiesnya masing-masing. Penjelasan dibawah ini merupakan gambaran dari spesiesspesies tersebut. 1. Kelas Insekta a. Mosquito (nyamuk) 1) Anophelesne 2) Culicines 3) Aedes b. Flies (lalat) 1) Houseflies (lalat rumah, Musca domestica) 2) Sandflies (lalat pasir, genus Phlebotomus) 3) Tsetse flies (lalat tsetse, genus Glossina) 4) Blackflies (lalat hitam, genus Simulium) 7

11 c. Human lice (tuma) 1) Head and body lice (tuma kepala, Pediculus humanus var capitis dan tuma badan, Pediculus humanus var corporis) 2) Crab lice (tuma kemaluan, Phthirus pubis) d. Fleas (pinjal) 1) Rat fleas (pinjal tikus) a) Rat fleas (oriental): Xenopsylla chepis Xenopsylla astila Xenopsylla brazilliensis b) Rat fleas (temperate zone): Contoh: Nospsylla fasciatus 2) Human fleas Contoh: Pulex irritans 3) Dog and cat fleas Contoh: Ctenocephalus felis e. Reduviid bugs (kissing bugs, penggigit muka) 2. Kelas Arachnida a. Ticks (sengkenit) 1) Hard Ticks (sengkenit keras, famili Ixodidae) 2) Soft Ticks (sengkenit halus, famili Argasidae) 8

12 b. Mites (Chiggers, famili Trombidiidae) 1) Leptotrombidium dan Trombiculid mites (tungau musim panen, tungau merah) 2) Itch mites (tungau kudis, scabies, famili Sascoptidae) 3. Kelas Crustacea Contoh kelas ini adalah Cyclops Transmisi Penyakit Agens penyebab penyakit infeksi umumnya ditularkan pada manusia yang rentan. Mekanisme penularan atau transmisi agens infeksius dapat melalui beberapa cara, yaitu dari orang ke orang, melalui udara, makanan dan air, hewan, serta vektor arthropoda. Arthropodborne Disease Arthropodborne disease merupakan suatu istilah yang mengandung arti bahwa arthropoda merupakan vektor yang bertanggung jawab atas terjadinya penularan penyakit dari satu host ke host lain. Transmisi Arthropodborne Disease Masuknya agens penyakit kedalam tubuh manusia sampai terjadi timbulnya gejala penyakit disebut sebagai masa inkubasi. Khusus pada arthropodborne disease terdapat dua periode masa inkubasi yaitu periode pada tubuh vektor dan periode pada tubuh manusia. 9

13 Beberapa istilah yang digunakan pada transmisi arthropodborne disease antara lain: 1. Inokulasi Inokulasi adalah masuknya agens penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda ke dalam tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada membran mukosa 2. Infestasi Masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudiian berkembang biak disebut sebagai infestasi, misalnya penyakit skabies. 3. Extrinsic Incubation dan Intrinsic Incubation Period Waktu yang diperlukan agens penyakit untuk berkembang dalam tubuh vektor disebut sebagai masa inkubasi ekstrinsik, sementara waktu yang dibutuhkan untuk bekembang dalam tubuh manusia disebut sebagai masa inkubasi intrinsik. Contoh, parasit malaria dalam tubuh nyamuk Anopheles memerlukan waktu hari untuk berkembang bergantung pada temperatur lingkungan (masa inkubasi ekstrinsik), sedangkan masa inkubasi intrinsiknya dalam tubuh manusia berkisar antara hari bergantung pada jenis plasmodium malaria. 4. Definitive Host dan Intermediate Host Vektor atau manusia akan disebut definitive host atau intermediate host bergantung pada apakah dalam tubuh vektor atau manusia tersebut terjadi perkembangan siklus seksual atau aseksual agens penyakit. Apabila yang berlangsung siklus seksual, vektor atau manuia itu disebut sebagai definitive host. Contoh, parasit malaria menjalani siklus seksual di tubuh nyamuk 10

14 Anopheles dan menjalani siklus aseksual pada tubuh manusia. Dengan demikian, nyamuk Anopheles merupakan definitive host, dan manusia merupakan intermediate host. Ada 3 jenis cara penularan arthropodborne disease, antara lain: 1. Kontak langsung Arthropoda secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke orang laiin melalui kontak langsung. Contoh, skabies dan pedikulus. 2. Transmisi penyakit mekanis Agens penyakt ditularkan secara mekanis oleh arthropoda, misalnya penularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan, dan trakoma oleh lalat. Secara karakteristik, arthropoda sebagai vektor mekanis membawa agens penyakit dari manusia yang berasal dari tinja, darah, ulkus, superfisial, atau eksudat. Kontaminasi bisa terjadi pada permukaan tubuh arthropoda saja, tetapi bisa juga berasal dari agens yang ditelan dan kemudian dimuntahkan atau dikeluarkan melalui kotoran arthropoda. Agens penyakit yang paling banyak ditularkan melalui arthropoda adalah bakteri enterik yang ditularkan oleh lalat rumah. Diantara bakteri semacam itu, Salmonella typhosa, spesies lain dari salmonella, E. coli, dan Shigella dysentry merupakan agens penyakit yang paling sering ditemui dan paling penting. Lalat rumah dapat menjadi vektor agens penyakit tuberkulosis, anthraks, tularemia, dan brucellosis. 11

15 3. Transmisi penyakit biologis Agens penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam tubuh arthropoda, penularan semacam itu disebut sebagai transmisi biologis. Ada tiga cara transmisi biologis, yaitu: a. Propagative Agens penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi bermultiplikasi di dalam tubuh vektor. Contoh, Plague bacilli pada pinjal tikus. b. Cyclo-propagative Agens penyakit mengalami perubahan siklus dan bermultiplikasi di dalam tubuh arthropoda. Contoh, parasit malaria pada nyamuk Anopheles. c. Cyclo-development Agens penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak bermultiplikasi di dalam tubuh arthropoda. Contoh, parasit filaria pada nyamuk Culex dan cacing pita pada Cyclops. Parasit (dalam tubuh vektor) Perubahan Siklus Multiplikasi Cyclo-development (filaria) Cyclo-propagative (pl. malaria) Propagative (plague bacilli) 12

16 Penyakit Penting yang Ditularkan Melalui Nyamuk Beberapa tahun terakhir ini, beberapa virus ditularkan oleh arthropoda secara biologis. Virus tersebut masuk dalam kelompok Arbovirus. Lebih dari 100 jenis virus kelompok ini telah dapat dibedakan. Organisme ini ultramikroskopik dan merupakan parasit obligat pada sel-sel host. Sebagian besar virus kelompok ini memanfaatkan nyamuk sebagai vektor alamiahnya. Virus paling penting adalah virus yang menyebabkan yellow fever, dengue hemorrhagic fever, ensefalitis, Colorado tick fever, dan Sandfly fever. Arthropodborne virus berkembang di daerah tropis dan meluas ke daerah subtropis Arthropoda dan Penyebaran Penyakit Di bawah ini merupakan beberapa contoh artrhropoda dan penyakitpenyakit yang disebarkannya. Mosquito (Nyamuk) Nyamuk adalah vektor mekanis atau vektor siklik penyakit pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus. Nyamuk dari genus Psorophora dan Janthinosoma yang terbang dan menggihit pada siang hari, membawa telur dari lalat Dernatobia hominis dan menyebabkan myasis pada kulit manusia atau pada mamalia lain. Berikut penjelasan mengenai spesies yang merupakan vektor penting penyebab penyakit tertentu pada manusia. 1. Malaria Vektor siklik satu-satunya untuk penyakit malaria pada manusia dan kera adalah nyamuk Anopheles. Sementara itu, penyakt malaria 13

17 pada burung dapat disebabkan oleh nyamuk Anopheles dan Culex. Contoh spesies yang penting diantara vektor malaria yaitu A. sundaicus (Asia Tenggara, dan Selatan, Indonesia) dan A. umbrosus (Asia Tenggara, Indonesia). Sifat suatu spesies untuk dapat menularkan penyakit ditentukan oleh: a. Keberadaannya di dekat tempat hidup manusia b. Lebih menyukai darah manusia daripada darah hewan c. Lingkungan yang menguntungkan perkembangan dan memberikan waktu hidup cukup lama pada plasmodium untuk menyelesaikan siklus hidupnya. d. Kerentanan fisiologis nyamuk terhadap parasit. 2. Filariasis Nyamuk culex adalah vektor dari penyakit filarasis Wuchereria bancrofti dan Brugia malayi. Di daerah tropis terdapat Culex quinquefasciatus (fatigans), yaitu nyamuk penggigit di lingkungan perumahan dan perkotaan, yang berkembang biak dalam air setengah kotor sekitar tempat tinggal manusia. Spesies ini merupakan vektor umum penyakit filariasis bancrofti yang mempunyai periodisitas nokturnal. Aedes polynesiensis adalah vektor umum filariasis bancrofti nonperiodesitas di beberapa kepulauan Pasifik Selatan. Nyamuk ini hidup di luar kota di semak-semak dan berkembang biak di dalam tempurung kelapa dan lubang pohon. walau mengisap darah dari binatang peliharaan, mamalia, dan unggas, nyamuk ini lebih menyukai darah manusia. 14

18 3. Demam Kuning Demam kuning (yellow fever) merupakan penyakit virus dengan angka kematian tinggi, telah menyebar dari tempat asalnya Afrika Barat ke daerah tropis dan subtropis lainnya di dunia. Nyamuk yang menggigit atau menghisap darah penderita penyakit ini, dalam tiga hari pertama akan menjadi infektif, selama hidup nyamuk tersebut setelah virus yang ada dalam tubuhnya menjalani masa multiplikasi selama 12 hari. Vektor penyakit ini adalah spesies dari genus Aedes dan Haemagogus. Aedes aegypti adalah vektor utama penyakit demam kuning endemik. Nyamuk ini hidup di sekitar daerah perumahan dan berkembang biak dalam berbagai macam tempat penampungan air sekitar rumah. Larvanya tumbuh subur sebagai pemakan zat organik yang terdapat di dasar penampungan air bersih maupun air kotor. 4. Dengue Haemorragic Fever Dengue haermorragic fever adalah penyakit endemis yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan subtropis yang kadangkadang menjadi endemik. Virus penyakit ini membutuhkan waktu multiplikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk menjadi infektif. Penyakit ini khususnya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun tertama saat musim penghujan. 15

19 5. Ensefalitis Virus Berbagai tipe penyakit ensefalitis ditularkan oleh nyamuk spesies Culex dan Aedes dan kadang-kadang oleh nyamuk Anopheles dan Mansonia. Penyakit ensefalitis Japanese B ditularkan oleh spesies Culex pipiens, C. var pallens, C. tritaeniorhynchus, dan Aedes aegypti yang reservoir alaminya adalah hewan peliharaan mamalia. Penyakit ini terkadang dapat berjangkit sebagai penyakit endemik dengan angka kematian yang tinggi. Di Amerika Serikat bagian tengah dan barat, penyakit ensefalitis St. Louis ditularkan terutama oleh nyamuk Culex tarsalis dan C. pipiens. Reservoir utama nyamuk ini dalah burung peliharaan. Houseflies (Lalat Rumah) Lalat rumah, Musa domestica, hidup di sekitar tempat kediaman manusia di seluruh dunia. Keseluruhan lingkaran hidupnya berlangsung antara 10 sampai 14 hari, dan lalat dewasa dapat hidup selama kira-kira 1 bulan. Larva lalat ini terkadang menyebabkan myasis usus, saluran kencing, dan saluran kelamin. Lalat merupakan vektor mekanis bakteri patogen, protozoa, dan telur serta larva cacing. Luasnya penularan penyakit yang disebabkan oleh lalat di alam sulit ditentukan. Lalat rumah dipandang sebagai vektor penyakit tifus abdominalis, salmonellosis, kolera, disentri, dan amuba., tuberkulosis, pemyakit sampar, tularemia, anthraks, frambusia, konjungtivis, demam undulans, tripanosomiasis, dan penyakit spirokaeta. 16

20 Sandflies (lalat pasir) Lalat pasir merupakan vektor penyakit leishmaniasis, demam papataci, dan bartonellosis. Leishmania donovani penyebab penyakit Kalaazar; L. braziliensis penyebab leishmaniasis Amerika. Tsetse flies Lalat Tsetse merupakan vektor penting penyakit tripanosomiasis pada manusia dan hewan peliharaan. Paling sedikit terdapat tujuh spesies dari lalat ini yang menjadi vektor infeksi trypanosoma pada hewan peliharaan. Vektor untuk Trypanosoma rhodesiense adalah lalat Glossina morsitans, G. swynnertoni, dan G. Pallidipes. Sementara vektor utama untuk penyakit tidur (Sleeping sickness) adalah lalat G. palpalis fuscipes. Blackflies (Lalat Hitam) Blackflies adalah hewan yang menjadi vektor penyakit onkosersiasis di Afrika berasal dari spesies Simulium damnosum dan S. neavei, sedangkan di Amerika adalah S. metallicum dan S. callidum. Head Lice, Body Lice, dan Crab Lice Tuma badan merupakan vektor tifus epidemik dan epidemik relapsing fever di Eropa fan amerika Latin. Tuma tipe ini akan terinfeksi Rickettsia prowazeki, jika menghisap darah penderita yang mengandung organisme ini. Rickettsia tersebut kemudian berkembang biak dalam epitel almbung tuma dan dikeluarkan bersama tinja. Tuma tetap infektif selama hidupnya. Infekai pada manusia biasanya terjadi karena adanya kontaminasi tinja atau badan tuma yang terkoyak pada luka, kulit yang lecet, atau lapisan mukosa. 17

21 Fleas (Pinjal) Pinjal hanya penting dalam dunia kedokteran jika berhubungan dengan penularan penyakit sampar dan tifus endemik. Pinjal juga bertindak sebagai hospes perantara parasit. 1. Penyakit Sampar Penyakit sampar ditularkan oleh pinjal tikus dari spesies Xenopsylla cheopis merupakan vektor yang paling penting, pinjal ini mudah menularkan penyakit dan tetap infektif untuk waktu yang lama dan tersebar luas. Spesies lain penting hanya untuk daerah tertentu di berbagai bagian dunia. Pinjal spesies Pulex irritans pernah dilaporkan menularkan penyakit sampar dari penderita yang meninggal akibat penyakit ini dan merupakan vektor sampar yang penting di daerah Andes, Chili. 2. Tifus Endemik Penyebab tifus endemik adalah Rickettsia prowuzeki var typhi. Organisme ini ditularkan dari tikus ke tikus lain dan dari tikus ke manusia oleh pinjal spesies Xenopsylla cheopis dan Nosopsyllus fasciatus. Satu kali menghisap adarah penderita penyakit ini dapat menyebabkan pinjal infektif selama hidupnya. Rickettsia prowuzeki var typhi dikeluarkan bersama tinja. Infeksi dapat terjadi karena luka gigitan atau kulit lecet yang terkontaminasi oleh pinjal infektif. Reduviid Bugs (Kissing Bugs) Berbagai spesies reduviid merupakan vektor yang penting untuk Trypanosoma cruzi (organisme penyebab penyakit Chagas) dan untuk T. 18

22 rangeli yang ternyata tidak patogen bagi manusia. Kebanyakan reduviid mampu menularkan penyakit, tetapi hanya beberapa spesies saja yang merupakan vektor yang efektif. Vektor yang paling penting adalah Triatoma infestans, Panstrongylus megistus, dan Rhodnius prolixus. Ticks (Sengkenit) Sengkenit telah dikenal sebagai vektor penyakit sejak tahun 1893, Smith dan Kilbourne menemukan spesies Boophilus annulatus sebagai vektor penular demam Texas pada lembu. Beberapa spesies sengkenit tidak saja dapat menularkan penyakit saat dalam sengkenit menjalani stadium metamorfosisnya, tetapi juga melalui telur, kepada generasi sengkenit berikutnya. Penularan penyakit ini pada binatang peliharaan akan menyebabkan kerugian keuangan yang besar. Sengkenit dapat menjadi vektor berbagai macam penyakit pada manusia, misalnya pada penyait Rickettsia, penyakit virus, penyakit bakteri, dan penyakit spirokaeta. 1. Penyakit Rickettsia Contoh-contoh penyakit Rickettsia, antara lain: a. American spotted fever Agens penyakit ini adalah Rickettsia ricketsii. Vektor untuk penyakit ini antara lain dari genus Amblyomma (A. americanum, A. cajennense, A. ovale, dan A sriatum). b. Boutonneuse fever Agens penyakit ini adalah Rickettsia conorri. Vektor penyakit ini antara lain Amblyomma hebracum dan Rhipicephalus sanguineus. 19

23 c. African tick fever Agens penyakit yaitu Rickettsia conorri. Sengkenit yang menjadi vektor penyakit ini antara lain Amblyomma hebraeum, Haemphophysalis leachi, dan Hyaloma aegyptium. 2. Penyakit Virus Contoh-contoh penyakit virus, antara lain: a. Colorado tick fever Vektor: Dermacentor andersoni b. Demam berdarah (Hemorrhagic fever) Agens penyakit ini adalah virus DHF. Vektor: Hyalomma marginatum, H. anatolicum, dan Dermacentor pictu. 3. Penyakit Bakteri a. Relapsing fever Agens penyakit: Borrelia duttoni. Vektor penyakit ini adalah genus Ornithodoros (O. erraticus, O. hermsi, O. morocanus, O. moubata dan O. talaje) b. Tularemia Vektor penyakit ini adalah Amblyomma americanum, Ixodes rincinus, dan Dermacentor albipictus. Mites (Tungau) Tungau adalah vektor untuk penyakit tsutsugamushi atau scrub typhus yang disebabkan oleh Rickettsia tsutsuhgamushi. Gigitan tungau pada manusia meyebabkan luka bernanah yang disertai dengan demam remiten, limfadenitis, dan suatu eritema yang merah sekali. Tungau yang 20

24 menjadi vektor utama penyakit ini adalah Trombicula akamushi dan T. deliensis. Tungau menularkan penyakit pada tikus ladang di Jepang dan beberapa tikus rumah di Taiwan dan Indonesia.Manusia merupakan hospes secara kebetulan karena larva tugau melekatkan diri pada pekerja di ladang. Cyclops Cyclops adalah hospes perantara dari Dracunculus mendinensis, caccing cestoda dan cacing nematoda (Candra,2007) Pengendalian Vektor Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut. Menurut WHO (Juli Soemirat,2009:180), pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan : a. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti hamper semua penyakit yang disebabkan oleh virus. b. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama untuk penyakit parasiter c. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit dikendalikan. d. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria. 21

25 e. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang bersayap. Ada beberapa prinsip yang perlu diketahui dalam pengendalian arthropoda antara lain: Pengendalian Lingkungan Strategi ini dilaksanakan atas dasar ekologi vektor, sehingga diketahui berbagai karakteristik vektor seperti habitat, usia hidup, probabilitas terjadi infeksi pada manusia, kepekaan vektor terhadap penyakit. Atas dasar ini dapat dibuat strategi pengendalian yang menyeluruh dengan meningkatkan partisipasi masyarakat dan kerjasama sektoral. Pengendalian lingkungan merupakan cara terbaik untuk mengontrol arthropoda karena hasilnya dapat bersifat permanen. Contoh, membersihkan tempat-tempat hidup atrhropoda (Candra,2007). Pengendalian Kimia Pada pengendalian ini, dilakukan penggunaan beberapa golongan insektisida seperti golongan organoklorin dan golongan organofosfatsida. Namun penggunaan insektisida ini sering menimbulkan resistensi dan juga kontaminasi pada lingkungan (Candra,2007). Pertumbuhan penduduk yang cepat membutuhkan lebih banyak lahan untuk bercocok tanam, bermukim dan berkarya, sehingga terjadi sarang0sarang insekta baru terutama didaerah kumuh, persawahan, persampahan, dan drainase (Juli, 2009). 22

26 Pengendalian Biologi Pengendalian biologi ditujukan untuk mengurangi pencemaran lingkungan akibat pemakaian insektisida yang berasal dari bahan-bahan beracun. contoh pendekatan ini adalah pemeliharaan ikan (Candra, 2007). A compelling motivation for adoption of biological control is reduced ongoing expenditure for pesticides, labor, specialized equipment, and potentially a permanent return to ecological conditions more similar to those seen before the arrival of the pest ( Boettner,2000). Motivasi yang menarik untuk adopsi pengendalian hayati adalah pengeluaran berkelanjutan dikurangi untuk pestisida, keselamatan tenaga kerja, peralatan khusus, dan berpotensi permanen kembali ke kondisi ekologi yang lebih mirip dengan yang terlihat sebelum kedatangan hama. ( Boettner,2000). Menurut Juli Soemirat; 2009 pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni : a. Memelihara musuh alaminya Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya. Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya. 23

27 Paul DeBach, a student of Smith smade major experimental contributions towards evaluating natural enemy impact on target pest populations. Most notably DeBach used pesticide exclusion (i.e., removal of natural enemies with insecticides to demonstrate their regulatory effect), physical exclusion (i.e., the use of field cages to exclude natural enemy access to pest populations), and biological exclusion (i.e., the removal of ants to allow natural enemies access to honeydew producing pests). Current research efforts use similar experimental techniques and use refined theoretical concepts to build upon this historical foundation (Hoddle, 2012). Paul DeBach, seorang mahasiswa dari Smith s membuat eksperimental kontribusi terhadap mengevaluasi dampak musuh alami pada populasi hama sasaran. Terutama DeBach digunakan pengecualian pestisida (yaitu, penghapusan musuh alami dengan insektisida untuk mendemonstrasikan efeknya peraturan), pengecualian fisik (yaitu, penggunaan Lapangan kandang untuk mengecualikan alam musuh akses ke populasi hama) dan pengecualian biologis (yaitu, penghapusan semut untuk membolehkan akses musuh alami ke penghasil hama Melon). Upaya penelitian saat ini menggunakan teknik eksperimental yang sama dan menggunakan konsep teoritis halus untuk membangun atas dasar ini sejarah (Hoodle,2012). 24

28 b. Mengurangi fertilitas insekta Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat menetas. Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih perlu dikaji. Pengendalian Rekayasa Pengendalian rekayasa pada hakekatnya ditujukan untuk mengurangi sarang insekta dengan melakukan pengelolaan lingkungan, yakni melakukan manipulasi dan modifikasi lingkungan. Manipulasi adalah tindakan sementara sehingga keadaan tidak menunjang kehidupan vektor. Sebagai contoh adalah niveau air atau membuat pintu air sehingga salinitas air dapat diatur. Modifikasi adalah tindakan untuk memperbaiki kualitas lingkungan secara permanen, seperti pengeringan, penimbunan genangan, perbaikan tempat pembuangan sampah sementara atau akhir (TPS, TPA), dan kontruksi serta pemeliharaan saluran drainase (Juli Soemirat, 2009). Pengendalian genetik Dalam pendekatan ini, ada beberapa tekhnik yang dapat digunakan diantaranya steril technique, cytoplasmic incompatibility, dan choromosomal translocation. 25

29 Pengendalian Arthropoda Berikut beberapa tekhnik pengendalian yang dapat diterapkan pada masingmasing arthropoda. Pengendalian nyamuk Didalam upaya pengendalian nyamuk, beberapa metode yang dapat digunakan antara lain tindakan anti larva, tindakan terhadap nyamuk dewasa, dan tindakan terhadap gigitan nyamuk. Untuk tindakan anti larva, metode berikut dapat diterapkan yaitu: 1. Pengendalain lingkungan 2. Pengendalian kimia debgan menggunakan mineral oils, paris green, insektisida sintesis, misalnya fenthion dan malathion. 3. Pengendalian biologi Sementara itu, didalam upaya pengendalian terhadap nyamuk dewasa, beberapa metode yang dapat dilakuakn yaitu: 1. Residual sprays 2. Space sprays yaitu penyemprotan ruang menggunakan ekstrak pyrethrum ataupun residual insektisida. 3. Pengendalian genetik dengan menggunakan steril male technique dan sex distortion. 26

30 Untuk pengendalian terhadap gigitan nyamuk, dapat dilakukan tindakan-tindakan berikut ini. 1. Pemasangan kelambu 2. Pelaksanaan screening 3. Penggunaan repellent (penolak nyamuk) yang mengandung zat kimia diethyltoluamide, indalon atau dimethyl karbote. Pengendalian Lalat Rumah Didalam upaya pengendalian lalat rumah, beberapa metode yang dapat dilakukan yaitu pengendalian lingkungan, pengendalian insektisida, fly papers, perlindungan terhadap lalat, dan pendidikan kesehatan. Berkaitan dengan pengendalian yang menggunakan insektisida, teknik-teknik berikut dapat digunakan yaitu: 1. Residual sprays yang menggunakan bahan kimia DDT 5 %, methoxychlor 5%, lindane 0,5 %, dan chlordane 2,5 %. 2. Baits yang menggunakan bahan kimia diazinon, malathion dan dichlorvos. 3. Cords and ribbons Cord dan ribbon dapat mengandung bahan diazinon, fenthion, atau dimethoate. 4. Space Sprays yaitu metode penyemprotan ruangan menggunakan pyrethrine, DDT, atau BHC 27

31 Tabel. Pengendalian lalat rumah dengan insektisida Residual spray Dosis g/ m 2 Durasi (bulan) DDT Lindane 0,5 3 Malathion 2 3 Pengendalian Lalat Pasir Teknik yang digunakan dalam pengendalian lalat pasir adalah penggunaan insektisida dan sanitasi lingkungan. DDT 1-2 g/m 2 dan Lindane dapat digunakan sebagai insektisida untuk mengendaliakn populasi lalat pasir (Heru,1995). Pengendalian Lalat Tsetse Terdapat 4 teknik dalam pengendalian lalat tsetse diantaranya penggunaan insektisida, pembabatan tumbuhan, game destruction stsu lombs pemusnahan lalat tsetse secara besar-besaran di benua Afrika, dan pengendalian genetik. Pengendalian Tuma Pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan insektisida yaitu DDT dan Maalthion 0,5 % atau dengan menerapkan personal higiene pada setiap individu. Pengendalian Skabies Penyebaran penyakit skabies dapat dikendalikan melalui penggunaan bahan-bahan kimia antara lain benazyl benzoate 25%, BHC 0,5%, tetmosol 5 %, dan sulfur ointment 2,5-10%. 28

32 Pengendalian Pinjal Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan penggunaan insektisida DDT, Diazinon 2 %, dan Malathion 5%, penggunaan repellent, dan pengendalian terhadap hewan pengerat. Pengendalian Sengkenit dan Tungau Insektisida, pengendalian lingkungan dan perlindungan terhadap pekerja merupakan tindakan yang tepat untuk mengendalikan penyebaran penyakit yang disebabkan sengkenit dan tungau. Pengendalian Cyclops Untuk mengendalikan populasi cyclops yaitu dengan pengendalian fisik melalui penyaringan dan pemasakan air (minimak sampai suhu 60 0 C), pengendalian kimia yaitu dengan penggunaan khlorine 5 ppm, lime (batu kapur), dan Abate (1mg/liter) dan pengendalian biologis melalui pemeliharaan ikan. Pemantauan Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relative baru. Pada awalnya orang berpikir tentang pembasmian vektor. Akan tetapi kemudian tampak bahwa pembasmian itu sulit dicapai dan kurang realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya pengendalian vektor saat ini akan ditujukan untuk mengurangi dan mencegah penyakit bawaan vektor sejauh dapat dicapai dengan keadaan social-ekonomi yang ada serta keadaan endemic penyakit yang ada. Oleh karenanya pemantauan keadaan populasi insekta secara kontinu menjadi sangat penting. 29

33 Pengendalian secara terpadu direncanakan dan dilaksanakan untuk jangka panjang, ditunjang dengan pemantuan yang kontinu. Untuk ini diperlukan berbagai parameter pemantauan dan pedoman tindakan yang perlu diambil apabila didapat tanda-tanda akan terjadinya kejadian luar biasa/wabah. Parameter vektor penyakit yang dipantau antara lain adalah : 1. Indeks lalat untuk kepadatan lalat 2. Indeks pinjal untuk kepadatan pinjal 3. Kepadatan nyamuk dapat dinyatakan sebagai Man Biting Rate (MBR), indeks container, indeks rumah, dan/atau indeks Breteau Tindakan khusus diambil apabila kepadatan insekta meningkat cepat dan dikhawatirkan akan terjadi wabah karenanya. Tindakan sedemikian dapat berupa : a. Intensifikasi pemberantasan sarang seperti perbaikan saluran drainase, kebersihan saluran dan reservoir air, menghilangkna genangan, mencegah pembusukan sampah, dan lain-lain. b. Mobilisasi masyarakat untuk berperan serta dalam pemberantasan dengan memelihara kebersihan lingkungan masing-masing c. Melakukan penyemprotan insektisida terhadap vektor dewasa didahului dengan uji resistensi insekta terhadap insekta yang akan digunakan (Juli,2009). 30

34 2.2 Masalah Pengawasan Rodentia Klasifikasi Rodentia (Binatang Pengerat) Binatang pengerat dapat diklasifikasikan menjadi dua, rodent domestik dan rodent liar. 1. Binatang Pengerat Domestik Rodent domestik merupakan binatang pengerat yang kehidupannya berhubungan erat dengan kehidupan manusia dan sering menimbulkan masalah besar bagi kesehatan masyarakat. Berikut beberapa contoh spesies yang termasuk dalam kategori ini a. Tikus Loteng atau roof rat (Rattus rattus) Tikus ini memiliki pergerakan yang terbatas. Tikus ini pemanjat yang baik dan terutama hidup di atap-atap rumah. Di beberapa tempat, tikus ini membuat Iubang-lubang persembunyian. Tikus ini juga dapat hidup di dalam kapal. b. Tikus Norwegia (Rattus norwegicus) Tikus ini termasuk dalam golongan hewan semidomestik dan sering ditemukan di parit, saluran air kotor, maupun di rumah. c. Tikus rumah (Mus musculus) Tikus hitam (Rattus rattus) ditemukan di Eropa, penyebarannya meluas sampai abad ke-11, dan berkurang setelah kedatangan tikus Norwegia. Tikus ini lebih ringan dari pada tikus Norwegia dan telinga serta ekomya lebih panjang. Sesuai dengan namanya (tikus loteng atau roof rat), tikus ini sering menempati atap bangunan dan sangat cekatan dalam memanjat dan mencari pintu masuk ke 31

35 bangunan dan sangat cekatan dalam memanjat dan mencari pintu masuk ke bangunan melalui ventilator, pintu yang terbuka, jendela loteng, dan lain-lain, setelah terlebih dulu mencapai bangunan melalui dahan pohon, kawat listrik dan sebagainya. Rattus rattus mempunyai 3 subspesies, yaitu : 1. Rattus rattus alexandrinus (tikus alex atau tikus abu) 2. Rattus rattus frugirorus (tikus buah atau tikus pohon) 3. Rattus rattus (tikus hitam). Ketiga subspesies ini umumnya menyerupai tikus loteng. Namun, karena warnanya bervariasi dari hitam, coklat, sampai abu-abu, agak sulit untuk mengidentifikasi tikus tersebut. Tikus loteng lebih suka makan padi-padian dan makanan yang dibuat dari beras. Jika tidak ada padi-padian, tikus itu akan mencari makanan lain. Kotoran yang dihasilkan tikus tersebut lebih sedikit dari pada yang dihasilkan tikus Norwegia. Tikus loteng lebih sering terdapat di daerah perdesaan. Tikus Norwegia atau biasa disebut tikus coklat, berasal dari Cina Barat dan pertama kali ditemukan di Eropa pada sekitar tahun Pada pertengahan abad ke-18, spesies ini berkembang pesat dan bermigrasi ke Amerika. Tikus ini banyak terdapat di kota dan sering terlihat di dalam bangunan, sebagai tikus loteng, atau di selokan dan di dermaga. Karena ukurannya yang besar, tikus ini dapat memusnahkan spesies lain dengan cara mendatangi dan memangsanya. Tikus Norwegia berwarna coklat keabu-abuan dan memiliki ekor dan telinga yang pendek serta badan yang pendek 32

36 gemuk. Hewan ini bersembunyi dan bersarang di bawah tanah juga dibawah timbunan sampah. Makananya sangat bervariasi mulai dari sampah, padi-padian, sayur-sayuran, daging, sampai makanan yang biasa dikonsumsi manusia. Tikus Norwegia berkembang pesat di tempat yang memiliki banyak persediaan makanan atau di pelabuhan. Tikus betina muda akan berkembang biak pada usia 3-4 bulan dan mengandung selama 22 hari. Tabel 9.1 Tanda-tanda binatang pengerat dewasa komensal Rattus rattus Rattus norwegicus Badan Kecil dan lansing Berat dan agak besar Moncong Panjang dan lancip Lebar dan tumpul Ekor Lebih panjang dari pada panjang kepala + badan Lebih panjang dari pada panjang kepala + badan Telinga Besar Kecil Mata Besar dan menonjol Kecil Berikut beberapa kebiasaan yang sering ditemukan pada tikus. 1. Senang ditempat yang banyak makanan atau sisa-sisanya. 2. Keluar pada malam hari. 3. Dapat memanjat tali yang vertikal atau meniti kawat yang horiontal. 4. Dapat memanjat atau masuk ke dalam pipa berdiameter 2-10 cm. 5. Dapat meloncat secara vertikal setinggi 90 cm atau meloncat secara horionta l, 2 m. 33

37 6. Dapat melompat dari ketinggian 15 meter tanpa cedera. 7. Jarak terjauh antara lubang atau sarang tikus dan lokasi sasaran adalah sekitar 7, 5 m (Chandra, 2007). 2. Binatang Pengerat Liar Berikut beberapa spesies dari golongan rodent liar yang paling banyak ditemukan. a. Tatera indica, merupakan hospes reservoir alami dari penyakit sampar. b. Bandicota bengalensis varius (Gunomys Kok). c. Bandicota indica d. Millardia meltada e. Millardia gleadowi f. Mus booduga Hubungan Rodentia dengan Kesehatan Masyarakat dan Ekonomi Binatang Pengerat dan Hubungannya dengan Kesehatan Masyarakat Tikus domestik dan binatang pengerat lain, karena distribusinya yang luas dan hubungannya dengan manusia, berpotensi menyebarkan penyakit yang penting. Penderitaan yang ditimbulkan akibat tikus ini yang ringan berupa rasa tidak enak pada tempat bekas gigitan sampai keadaan yang serius, seperti typhoid murine fever, dan yang fatal seperti pes bubonic. Demam gigitan tikus, sesuai dengan namanya ditularkan ke manusia melalui gigitan binatang yang terinfeksi oleh binatang pengerat. Walaupun memiliki angka presentase kasus yang rendah, penyakit ini 34

38 sering menjadi masalah kesehatan dibeberapa daerah perkotaan tempat ratusan orang digigi oleh binatang pengerat setiap tahunnya. Penyakit Weil atau hemorragic jaundice mungkin ditularkan ke manusia melalui makanan yang terkontaminasi atau akibat kontak dengan tikus atau ekstreta tikus yang infeksius. Tikus dapat berperan dalam penularan berbagai macam penyakit seperti disentiy amuba, cacing trichinosis, dan sebagainya. Tikus rumah (Mus musculus) dikenal sebagai reservoir pada rickettsial pox dibagian timur laut Amerika dan diketahui dapat berperan sebagai reservoir penyakit pes (Chandra, 2007). Sejumlah penyakit yang dihubungkan atau ditularkan melalui binatang pengerat, antara lain: 1. Penyakit akibat bakteri Contoh: sampar atau pes, tularemia, dan salmonelosis. 2. Penyakit akibat virus Contoh: lassa fever haemorragic fever, dan ensefalitis. 3. Penyakit akibat Rickettsia Contoh: scrub typhus, murine typhus, dan rickettsial pox. 4. Penyakit akibat parasit Contoh: Hymenolepis diminuta, leishmaniasis, amebiasis, trichinosis, dan penyakit chagas. 5. Penyakit lain Contoh: demam gigitan tikus, leptospirosis, histoplasmosis, dan ring worm (kurap). 35

39 Berikut beberapa tipe kontak dengan tikus dan contoh penyakit yang ditularkan akibat kontak tersebut. a. Melalui gigitan tikus, misalnya, rat bit fever. b. Melalui kontaminasi pada makanan atau air, misalnya salmonelosis dan leptospirosis. c. Melalui pinjal tikus, misalnya, sampar dan tifus. Binatang Pengerat dan Hubungannya dengan Faktor Ekonomi Biaya yang dibutuhkan atau dihabiskan oleh tikus ini sangat besar. Suatu hasil penilaian yang konservatif menyatakan bahwa jumlah populasi tikus sama dengan jumlah populasi manusia di Amerika Serikat dan setiap tikus itu dapat mengonsumsi makanan sedikitnya 1 ons per hari. Binatang pengerat mungkin dapat mengonsumsi segala sesuatu yang praktis dimakan oleh manusia ataupun ternak. Jika tikus menggantungkan hidupnya hanya pada terigu, hewan tersebut diperkirakan membutuhkan hampir 5000 ton persediaan makanan per hari (jumlah per tahunnya diperkirakan sekitar >$ ). Tikus-tikus ini merusak bahan makanan dan menyebabkan turunnya nilai ekonomis produk makanan yang dibuat bahan makanan tersebut. Amerika dan badan-badan pengawas makanan terpusatnya telah memberikan perhatian khusus pada makanan yang terkontaminasi oleh tikus dan mengharuskan makanan semacam itu disingkirkan atau dibuang (Chandra, 2007). 36

40 2.2.3 Tekhnik Pengawasan Rodentia Keberadaan tikus di suatu tempat dapat diketahui dengan beberapa cara, walau pada umummnya ditandai dengan adanya benda yang rusak. Penentuan yang akurat akan adanya infestasi tikus dapat diperoleh melalui pengamatan terhadap bahan makanan atau aktivitas sarang dan tanda-tanda pergerakan tikus dari sarang ke daerah makanan. Hal yang perlu diperhatikan adalah tikus pada umumnya hanya berada dalam radius sekitar 100 meter dari lokasi sarangnya, sedangkan tikus rumah biasanya berada sekitar 30 kaki dari sarangnya. Tanda-tanda yang dapat diamati untuk mengevalusi perluasan infestasi tikus, antara lain: 1. Bekas gigitan atau gerogotan tikus Tikus yang sering menggerogoti sesuatu, gigi depannya dengan cepat menjadi pendek. Untuk mendapatkan makanan, tikus menggerogoti pintu, kontak, tas, dan tempat penyimpanan lainnya. 2. Liang Tikus Norwegia lebih suka bersarang dibawah tanah. Liangnya sering terdapat di sepanjang pagar, dekat pondasi bangunan, disekitar tempat penyimpanan padi, dan di bawah lempengan beton atau tembok. Liang yang baru tampak bersih dan licin. 3. Kotoran atau feses tikus Kotoran tikus akan tertinggal di sepanjang tempat yang didatanginya, misalnya, di tempat penyimpanan makanan dan air atau di pelabuhan. 37

41 Kotoran itu berukuran panjang sekitar 3/4 inci dan mudah dibedakan dari kotoran tikus rumah yang bentuknya menyerupai biji gandum. 4. Jalan yang dilalui tikus Tikus mengikuti alur kltusus sepanjang waktu selama perjalananya dalam liang atau sarang menuju ke tempat penyimpanan makanan dan air. Jalan yang masih sering dilaluinya tanlpak terang dan bersih. Alur di luar liang tampak bebas dari tumbuh-tumbuhan. 5. Jejak kaki dan ekor Jejak tikus sering terlihat pada lumpur dan pada beberapa produk makanan seperti tepung. 6. Tanda-tanda gerogotan Tikus loteng umumnya memanjat bagian belakang dan dasar dari bangunan dan berjalan di sepanjang palang kayu. Ketika berjalan melewati tempat tersebut, tikus itu akan berayun-ayun di bawah palang kayu. Lemak dan kotoran dari tubuh tikus akan berakumulasi pada permukaan liang membentuk tanda hitam pada ayunan. Tandatanda semacam itu juga dapat dilihat pada pipa atau saluran yang dilewatinya. 7. Kumpulan tanda Bau tikus, wama urine, tempat hidup tikus, atau bangkai tikus yang mati di sarangnya dan di tempat penyimpanan makanan dapat dijumpai pada pengamatan dari perjalanan infestasi tikus (Chandra, 2007). 38

42 2.2.4 Metode Umum Pengendalian Rodentia Metode pengendalian binatang pengerat yang sering dipakai, antara lain: 1. Pemusnahan tikus dengan memanfaatkan musuh alami 2. Sanitasi 3. Perangkap 4. Penggunaan rodentisida 5. Fumigasi 6. Kemosterilan 7. Rat proofing Pemusnahan Tikus dengan Pemanfaatan Musuh Alami Musuh alami binatang pengerat, misalnya, anjing, kucing, ular, dan burung pemangsa. semuanya dapat membantu mengurangi jumlah tikus dan tikus besar yang biasanya tidak terbukti membahayakan manusia. Kucing terkadang cukup efektif, tetapi hampir semua kucing sifatnya pemalas dan hanya memakan makanan yang masih baik. Kucing baru mau memangsa tikus Norwegia apabila tikus itu mendekatinya. Anjing terutama jenis smallfox dan keturunannya sangat berperan dalam mengurangi populasi tikus, tetapi sarang tikus dan tempat persembunyiannya sulit dimasuki oleh anjing. Burung elang dan sejenisnya dapat menghancurkan dan memangsa beberapa jenis binatang pengerat, tetapi banyak dari burung tersebut yang diburu oleh manusia (Chandra, 2007). 39

43 Sanitasi Lingkungan yang bersih dan sehat merupakan senjata paling ampuh untuk memberantas tikus secara alami. Di beberapa tempat, jumlah tikus sangat tergantung pada banyak tidaknya jumlah makanan dan air serta tempat persembunyian. Semakin banyak makanan, semakin bertambah populasi tikus. Sebaliknya, apabila jumlah makanan berkurang, populasi tikus pun ikut berkurang dengan cepat. Berikut beberapa cara untuk menerapkan sanitasi lingkungan. 1. Penyimpanan, pengumpulan, dan pembuangan sampah dengan benar. 2. Penyimpanan bahan makanan dengan baik dan benar. 3. Konstruksi bangunan yang anti-tikus, demikian juga dengan gudang dan tempat penyimpanan barang. 4. Pemusnahan lubang atau sarang tikus dengan cara menyumbat lubang secara total (Chandra, 2007). Penggunaan Perangkap Penggunaan perangkap merupakan cara pengendalian tikus yang mudah. Cara ini dapat mengurangi jumlah tikus komensal tetapi bersifat sementara. Sebaiknya jumlah perangkap yang diletakkan minimal 5% dari jumlah populasi manusia. Wonder trap, suatu perangkap yang dikembangkan oleh The Haffkine Institute, Bombay, dipercaya dapat menangkap sebanyak 25 ekor tikus sekali pasang. Perangkap biasanya diberi umpan dengan makanan makanan asli lokal. 40

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

Vektor Penyakit Menular Pada Manusia. Dr.Budiman Chandra

Vektor Penyakit Menular Pada Manusia. Dr.Budiman Chandra Vektor Penyakit Menular Pada Manusia Dr.Budiman Chandra 1 PENDAHULUAN Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropod - borne diseases atau sering juga

Lebih terperinci

MAKALAH DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN VEKTOR PENYAKIT

MAKALAH DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN VEKTOR PENYAKIT MAKALAH DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN VEKTOR PENYAKIT DI SUSUN OLEH : FIRMAN FIRDAUZ S FUJI RAMDHANI ISTINI NURHALILI ORIZHA NUR BAROKAH YOHANES B KEMEKUK STIKES INSAN UNGGUL SURABAYA 2013 0 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BIOSFIR. Lingkungan Biosfir. Niche Ekologis. Suksesi Ekologis. Terdiri dari: Fauna. Flora Organisme Populasi Komunitas Ekosistem

BIOSFIR. Lingkungan Biosfir. Niche Ekologis. Suksesi Ekologis. Terdiri dari: Fauna. Flora Organisme Populasi Komunitas Ekosistem BIOSFIR Terdiri dari: Lingkungan Biosfir Fauna Flora Organisme Populasi Komunitas Ekosistem Suksesi Ekologis Niche Ekologis Pergantian satu komunitas oleh komunitas lain Hukum Thermodinamika Rantai makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lingkungan mempunyai pengaruh serta kepentingan yang relatif besar dalam hal peranannya sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

Lebih terperinci

SIKLUS PARASIT PADA VEKTOR

SIKLUS PARASIT PADA VEKTOR SIKLUS PARASIT PADA VEKTOR Adrial Department of Parasitolgy Medical Faculty Andalas of University Jl.Perintis Kemerdekaan Padang 25127 West Sumatera-Indonesia e-mail : adrial_63@yahoo.com PARASIT Parasit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi yang dilakukan dalam penelitian serta sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Sampai saat

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik BAB I Pendahuluan A. latar belakang Di indonesia yang memiliki iklim tropis memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik dan dapat berfungsi sebagai vektor penyebar penyakitpenyakit seperti malaria,

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium. Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium. Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rencana Strategis Kementrian Kesehatan (2011), Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Rencana Strategis Kementrian Kesehatan (2011), Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Rencana Strategis Kementrian Kesehatan (2011), Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal dunia. Filariasis limfatik diidentifikasikan sebagai penyebab kecacatan menetap dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pes merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis. Pes termasuk penyakit karantina internasional. Di Indonesia penyakit ini kemungkinan timbul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Jumlah penderita DBD cenderung meningkat

Lebih terperinci

Rekayasa Lingkungan???

Rekayasa Lingkungan??? Rekayasa Lingkungan Semester V Norma Puspita, ST. MT. Rekayasa Lingkungan??? Lingkungan Hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk

Lebih terperinci

Pengendalian Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu

Pengendalian Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu Pengendalian Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu A. Pengertian Pengendalian Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu Pengendalian adalah semua usaha yang dilakukan untuk menurunkan/menekan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ke hewan lain atau manusia disebut dengan vektor. Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tapi

BAB I PENDAHULUAN. ke hewan lain atau manusia disebut dengan vektor. Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan penyakit tapi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Organisme hidup yang dapat menularkan agen penyakit dari suatu hewan ke hewan lain atau manusia disebut dengan vektor. Vektor adalah organisme yang tidak menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan timbulnya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk dan sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa, PLEASE READ!!!! Sumber: http://bhell.multiply.com/reviews/item/13 Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus yang mengandung virus dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya dapat menyebabkan rasa gatal saja, nyamuk juga mampu menularkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (2013) penyakit infeksi oleh parasit yang terdapat di daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Malaria masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis dan subtropis. Kurang lebih satu miliar penduduk dunia pada 104 negara (40%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tikus dan mencit adalah hewan pengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan pengganggu yang menjijikan di

Lebih terperinci

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.

Lebih terperinci

Proses Penyakit Menular

Proses Penyakit Menular Proses Penyakit Menular Bagaimana penyakit berkembang? Spektrum penyakit Penyakit Subklinis (secara klinis tidak tampak) Terinfeksi tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit; biasanya terjadi perubahan

Lebih terperinci

12/12/2010. Organisme. Komunitas Ekosistem

12/12/2010. Organisme. Komunitas Ekosistem BIOSFIR Terdiri dari: Organisme Populasi Komunitas Ekosistem Lingkungan Biosfir Fauna Flora 1 Suksesi Ekologis Pergantian satu komunitas oleh komunitas lain Niche Ekologis 2 Hukum Thermodinamika 3 Rantai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Rumah Sakit Rumah Sakit adalah sebagai tempat berkumpulnya orang sakit atau orang sehat yang dapat menjadi sumber penularan penyakit dan pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nyamuk merupakan serangga yang seringkali. membuat kita risau akibat gigitannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nyamuk merupakan serangga yang seringkali. membuat kita risau akibat gigitannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyamuk merupakan serangga yang seringkali membuat kita risau akibat gigitannya. Salah satu bahaya yang disebabkan oleh gigitan nyamuk adalah berbagai macam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

Global Warming. Kelompok 10

Global Warming. Kelompok 10 Global Warming Kelompok 10 Apa itu Global Warming Global warming adalah fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (green house effect) yang disebabkan

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR dr. I NYOMAN PUTRA Kepala Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok DEMAM BERDARAH DENGUE (DHF) Definisi Merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi

BAB I PENDAHULUAN. klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yaitu Culicinae yang terbagi menjadi 109 genus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah satunya adalah musim penghujan. Pada setiap musim penghujan datang akan mengakibatkan banyak genangan

Lebih terperinci

Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi

Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi Trypanosoma cruzi Ciri Morfologi Morfologi Trypanosoma dalam darah tampak sebagai flagelata yang pipih panjang(kira-kira 15-20 mikron), berujung runcing di bagian posterior, mempunyai flagel kurang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular disebabkab oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan perwakilan dari 189 negara dalam sidang Persatuan Bangsa-Bangsa di New York pada bulan September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria (Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, Brugia timori). Penyakit ini ditularkan melalui nyamuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Diantara kota di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyamuk adalah serangga yang bentuknya langsing, halus, distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari 3.000 spesies, stadium larva dan pupanya hidup di air (Garcia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae yang mempunyai empat serotipe,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dari genus Flavivirus ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang menempati posisi penting dalam deretan penyakit infeksi yang masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo Dipthera, yaitu insekta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vector borne disease merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan pada manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda yang dapat menularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aedes aegypti merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di kawasan tropis. Aedes aegypti adalah salah satu spesies vektor nyamuk yang paling penting di dunia karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Demam Berdarah Dengue a. Definisi Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue terdiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) pada dekade terakhir menjadi masalah kesehatan global, ditandai dengan meningkatnya kasus DBD di dunia. World Health Organization (WHO)

Lebih terperinci

infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit)

infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit) Rita Shintawati Pendahuluan Relapsing fever (RF) demam berulang infeksi bakteri : Borrelia spp. vektor : louse (kutu) dan tick (sengkenit) Gejala klinis yg khas timbulnya demam berulang diselingi periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. Ciri yang khas dari species ini adalah bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip ujungnya dan memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri patogen Leptospira, yang ditularkan secara langsung maupun tidak langsung dari hewan ke manusia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty. Menurut Wijana, (1982) Ae. aegypty adalah satu-satunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai parasit sperti cacing telah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai parasit sperti cacing telah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parasit Parasit adalah organisme yang eksistensinya tergangung adanya organisme lain yang dikenal sebagai induk semang atau hospes. Organisme yang hidup sebagai parasit sperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD 8 II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD 3.1 Penyebaran Virus DBD DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Penyebaran virus demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk. Nyamuk Aedes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis di dunia dan memiliki kelembaban dan suhu optimal yang mendukung bagi kelangsungan hidup serangga. Nyamuk merupakan salah

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk 16 Identifikasi Nyamuk HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres. Jenis nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vectorborne diseases

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau

BAB I PENDAHULUAN. sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga sering disebut sebagai vektor borne diseases. Vektor adalah Arthropoda atau invertebrata lain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk pada umumnya dan Aedes aegypti pada khususnya merupakan masalah cukup besar yang menyangkut kesehatan masyarakat di negara-negara dengan iklim tropis termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari berikutnya hujan lagi. Kondisi tersebut sangat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. hari berikutnya hujan lagi. Kondisi tersebut sangat potensial untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki musim hujan, demam berdarah dengue (DBD) kembali menjadi momok menakutkan bagi masyarakat. Lebih-lebih bila kondisi cuaca yang berubah-ubah, sehari hujan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah tropis merupakan tempat mudah dalam pencemaran berbagai penyakit, karena iklim tropis ini sangat membantu dalam perkembangan berbagai macam sumber penyakit.

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis atau elephantiasis dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai penyakit kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang disebabkan infeksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta merupakan jenis penyakit yang berpotensi mematikan adalah demam berdarah dengue (DBD). World

Lebih terperinci

FAKTOR DAN AGEN YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT & CARA PENULARAN PENYAKIT

FAKTOR DAN AGEN YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT & CARA PENULARAN PENYAKIT FAKTOR DAN AGEN YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT & CARA PENULARAN PENYAKIT LATAR BELAKANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT KESEHATAN KUNCI SUKSES USAHA BUDIDAYA PETERNAKAN MOTO KLASIK : PREVENTIF > KURATIF

Lebih terperinci

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi.

Malaria disebabkan parasit jenis Plasmodium. Parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Malaria Key facts Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Setiap 30 detik seorang anak meninggal

Lebih terperinci

lingkungan sosial meliputi lama pendidikan, jenis pekerjaan dan kondisi tempat bekerja (Sudarsono, 2002).

lingkungan sosial meliputi lama pendidikan, jenis pekerjaan dan kondisi tempat bekerja (Sudarsono, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan kuman leptospira patogen (Saroso, 2003). Leptospirosis adalah suatu zoonosis yang disebabkan suatu mikroorganisme

Lebih terperinci

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya. Oleh karena itu penyakit akibat vector (vector born diseases) seperti

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya. Oleh karena itu penyakit akibat vector (vector born diseases) seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis, sangat cocok untuk berkembangnya berbagai flora dan fauna, termasuk vector yang sangat banyak jumlah dan jenisnya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN 93 LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 1. Keadaan Rumah Responden Gambar 2. Keaadaan Rumah Responden Dekat Daerah Pantai 94 Gambar 3. Parit/selokan Rumah Responden Gambar 4. Keadaan Rawa-rawa Sekitar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengeu Hemorragic Fever (DHF) saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp. Virus dengue ada empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan menempati urutan pertama di Asia. Pada tahun 2014, sampai pertengahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit infeksi yang ditularkan melalui gigitan nyamuk yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis

Lebih terperinci

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut: Berikut merupakan beberapa contoh hama. a. Tikus Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Hasil survei terhadap 30 responden di setiap lokasi mengenai tingkat pendidikan masyarakat di Daerah Sindang Barang, Cibanteng, Balio, dan Ciledug dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) BAB II TINJAUAN UMUM AEDES AEGYPTI DAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) 2.1 Aedes aegypti Mengetahui sifat dan perilaku dari faktor utama penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), yakni Aedes aegypti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan bahan pokok yang penting dalam kehidupan manusia. Sebagai salah satu kebutuhan pokok, makanan dan minuman dibutuhkan manusia untuk hidup,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Frekuensi = Dominasi Spesies Angka dominasi spesies dihitung berdasarkan hasil perkalian antara kelimpahan nisbi dengan frekuensi nyamuk tertangkap spesies tersebut dalam satu waktu penangkapan. Dominasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit yang angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Pada tahun 2011, menurut World Health Organization

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti

PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA. Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti PERANCANGAN DAN INTEGRASI SITEM PCM ANALYSIS PENCEGAHAN TERHADAP VIRUS ZIKA Oleh: Rika Puspitasari Rangkuti 2215 105 046 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler pembibit merupakan ayam yang menghasilkan bibit ayam broiler (Sudaryani dan Santosa, 2003). Pembibitan ayam merupakan suatu kegiatan pemeliharaan

Lebih terperinci

MODUL-6 PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS

MODUL-6 PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS MODUL-6 PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS Pengertian Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya sehingga

Lebih terperinci

PB 9 LINGKUNGAN DAN KESEHATAN TEAM

PB 9 LINGKUNGAN DAN KESEHATAN TEAM PB 9 LINGKUNGAN DAN KESEHATAN TEAM BEBERAPA PENGERTIAN SEHAT Keadaan fisik, mental dan sosial yang baik dari seseorang, dan bukan hanya tidak berpenyakit atau cacat (WHO) KESEHATAN LINGKUNGAN Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Plasmodium merupakan penyebab infeksi malaria yang ditemukan oleh Alphonse Laveran dan perantara malaria yaitu nyamuk Anopheles yang ditemukan oleh Ross (Widoyono, 2008).

Lebih terperinci