BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Rumah Sakit Rumah Sakit adalah sebagai tempat berkumpulnya orang sakit atau orang sehat yang dapat menjadi sumber penularan penyakit dan pencemaran lingkungan (gangguan kesehatan), maka untuk mengatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan dari institusi pelayanan kesehatan (Kepmenkes Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004). 2. Sanitasi Lingkungan Menurut WHO, sanitasi lingkungan (enviromental sanitation) adalah upaya pengendalian dari semua faktor lingkungan fisik manusia yang mungkin menimbulkan atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan bagi perkembangan fisik, kesehatan dan daya tahan hidup manusia. Dalam lingkup rumah sakit, sanitasi berarti upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan fisik, komiawi, dan biologik di rumah sakit yang menimbulkan atau mungkin dapat mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung maupun bagi masyarakat di sekitar rumah sakit (Musadad, 1993). Menurut Kepmenkes RI Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 dari pengertian di atas maka sanitasi rumah sakit merupakan upaya dan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam memberikan layanan dan asuhan pasien yang sebaik-baiknya. 7

2 8 Tujuan dari sanitasi rumah sakit tersebut adalah menciptakan kondisi lingkungan rumah sakit agar tetap bersih, nyaman, dan dapat mencegah terjadinya infeksi silang serta tidak mencemari lingkungan. Keberadaan rumah sakit sebagai tempat berkumpulnya orang sakit atau orang sehat yang dapat menjadi sumber penularan penyakit dan pencemaran lingkungan (gangguan kesehatan), maka untuk mengatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan dari institusi pelayanan kesehatan, khusunya rumah sakit ditetapkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004, yang menetapkan persyaratan-persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Persyaratan yang harus dipenuhi instasi pelayanan kesehatan, khususnya sanitasi lingkungan rumah sakit antara lain mencakup : a. Penyehatan ruang bangunan dan halaman rumah sakit b. Persyaratan hygiene dan sanitasi makanan dan minuman c. Penyehatan air d. Pengelolaan limbah e. Pengelolaan tempat pencucian (laundry) f. Pengendalian serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya g. Dekontaminasi melalui desinfeksi dan sterilisasi h. Persyaratan pengamanan radiasi i. Upaya promosi kesehatan dari aspek kesehatan lingkungan

3 9 3. Definisi Vektor Vektor menurut Peraturan Pemerintah No. 374 tahun 2010 merupakan arthropoda yang dapat menularkan, memindahkan atau menjadi sumber penularan penyakit pada manusia. Vektor adalah arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada induk semang yang rentan. Vektor penyakit merupakan arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vector-borne diseases yang merupakan penyakit yang penting dan seringkali bersifat endemis maupun epidemis dan menimbulkan bahaya bagi kesehatan sampai kematian. Tujuan upaya pengendalian vektor menurut Peraturan Pemerintah No. 374 tahun 2010 adalah untuk mencegah atau membatasi terjadinya penularan penyakit akibat tertularnya vektor di rumah sakit, sehingga penyakit tersebut dapat dicegah atau dikendalikan. Dinamika penularan penyakit adalah perjalanan alamiah penyakit yang ditularkan vektor dan faktor-faktor yang ditularkan vektor dan faktor-faktor yang mempengaruhi penularan penyakit meliputi inang, (host) termasuk perilaku masyarakat, agent, dan lingkungan. Di Indonesia, penyakit-penyakit yang ditularkan melalui serangga merupakan penyakit endemis pada daerah tertentu, seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), malaria, kaki gajah, chikungunya yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

4 10 Disamping itu, ada penyakit saluran pencernaan seperti dysentery, cholera, typhoid fever dan paratyphoid yang ditularkan secara mekanis oleh lalat rumah. Terdapat 4 faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya suatu penyakit, antara lain : a. Cuaca Iklim dan musim merupakan faktor utama yang mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi. Agen penyakit tertentu terbatas pada daerah geografis tertentu, sebab mereka butuh reservoir dan vektor untuk hidup. Iklim dan variasi musim mempengaruhi kehidupan agen penyakit, reservoir dan vektor. Di samping itu perilaku manusia pun dapat meningkatkan transmisi atau menyebabkan rentan terhadap penyakit infeksi. b. Reservoir Hewan-hewan yang menyimpan kuman patogen dimana mereka sendiri tidak terkena penyakit disebut reservoir. Reservoir untuk arthropods borne disease adalah hewan-hewan dimana kuman patogen dapat hidup bersama. Binatang pengerat dan kuda merupakan reservoir untuk virus encephalitis. Penyakit ricketsia merupakan arthropods borne disease yang hidup di dalam reservoir alamiah, seperti tikus, anjing, serigala serta manusia yang menjadi reservoir untuk penyakit ini. Pada banyak kasus, kuman patogen

5 11 mengalami multifikasi di dalam vektor atau reservoir tanpa menyebabkan kerusakan pada intermediate host. c. Geografis Insiden penyakit yang ditularkan arthropoda berhubungan langsung dengan daerah geografis yang reservoir dan vektor berada. Bertahan hidupnya agen penyakit tergantung pada iklim (suhu, kelembaban dan curah hujan) dan fauna lokal pada daerah tertentu, seperti Rocky Mountains spotted fever merupakan penyakit bakteri yang memiliki penyebaran secara geografis. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan tungau yang terinfeksi oleh ricketsia dibawa oleh tungau kayu di daerah tersebut dan dibawa oleh tungau anjing ke bagian timur Amerika Serikat. d. Perilaku Manusia Interaksi antara manusia, kebiasaan manusia membuang sampah secara sembarangan, kebersihan individu dan lingkungan dapat menjadi penyebab penularan penyakit arthropoda borne diseases. 4. Penularan Vektor Berikut ada tiga jenis cara penularan vektor (FKM UNSRI, 2013): a. Kontak Langsung Vektor penyakit secara langsung memindahkan penyakit atau infestasi dari satu orang ke orang lain melalui kontak langsung. b. Transmisi secara mekanis

6 12 Misalnya penularan penyakit diare, tifoid, keracunan makanan, dan trakoma oleh lalat. Secara karakteristik, arthropoda sabagai vektor mekanis membawa agens penyakit dari manusia yang berasal dari tinja, darah, ulkus superfisial atau eksudat. c. Transmisi secara biologis Agens penyakit mengalami perubahan siklus dengan atau tanpa multiplikasi di dalam tubuh arthropoda. Ada 3 cara transmisi biologis, antara lain : 1) Propagative Agens, penyakit tidak mengalami perubahan siklus, tetapi bermultiplikasi didalam tubuh vektor. 2) Cyclo-propagative Agens, penyakit mengalami perubahan siklus dan bermultiplikasi di dalam tubuh arthropoda. 3) Cyclo-development Agens penyakit mengalami perubahan siklus, tetapi tidak bermultiplikasi di dalam tubuh arthropoda. 5. Jenis-jenis Vektor Penyakit Menurut Peraturan Pemerintah No. 374 tahun 2010 sebagian dari Athropoda dapat bertindak sebagai vektor, yang mempunyai ciri-ciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu phylum yang terbesar jumlahnya karena hampir meliputi 75% dari seluruh jumlah binatang. Berikut adalah klasifikasi vektor yang dapat menularkan penyakit :

7 13 a. Kelas Crustacea (berkaki 10), misalnya udang b. Kelas Myriapoda, misalnya binatang berkaki seribu c. Kelas Arachinodea, misalnya tungau d. Kelas Hexapoda, misalnya nyamuk Dari kelas Hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu diperhatikan dalam pengendalian adalah : 1) Ordo Dipthera yaitu nyamuk dan lalat a) Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria b) Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah c) Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur 2) Ordo Siphonaptera yaitu pijal Pijal tikus sebagai vektor penyakit pes. 3) Ordo Anophera yaitu kutu kepala Kutu kepala sebagai penyakit demam bolak-balik dan typhus exantyematicus. Selain vektor di atas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang bertindak sebagai binatang pengganggu lainnya antara lain : 1) Tikus besar (Rat), contohnya: a) Rattus norvigicus (tikus riol) b) Rattus-rattus diardill (tikus atap) c) Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan) 2) Tikus kecil (mice), contohnya Mussculus (tikus rumah)

8 14 Arthropoda adalah filum dari kerajaan binatang yang terdiri dari organ yang mempunyai lubang ekskeleton bersendi dan keras, tungkai bersatu, dan termasuk di dalamnya kelas Insecta, kelas Arachinida serta kelas Crustacea, yang kebanyakan spesiesnya penting secara medis, sebagai parasit, atau vektor organisme yang dapat menularkan penyakit pada manusia. Arthropoda yang penting dalam dunia kedokteran adalah arthropoda yang berperan penting sebagai vektor penyebaran penyakit atau arthopods borne disease (IKM FK UMI, 2013). Jenis-jenis vektor yang didapatkan di Rumah Sakit dan bahaya yang ditimbulkan, yaitu didapatkan adalah : a. Nyamuk Nyamuk adalah vektor mekanis atau vektor siklik penyakit pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh parasit dan virus, nyamuk dari genus Psorophora dan Janthinosoma yang terbang dan menggigit pada siang hari, membawa telur dari lalat Dermatobia hominis dan menyebabkan myiasis pada kulit manuasia atau ke mamalia lain. Spesies yang merupakan vektor penting penyebab penyakit pada manusia antara lain penyakit : 1) Malaria Vektor siklik satu-satunya dari malaria pada manusia dan malaria kera adalah nyamuk Anopheles, sedangkan nyamuk

9 15 Anopheles dan Culex kedua-duanya dapat menyebabkan malaria pada burung. Secara praktis tiap spesies Anopheles dapat diinfeksi secara eksperimen, tetapi banyak spesies bukan vektor alami. Sekitar 110 spesies pernah dihubungkan dengan penularan malaria, diantaranya 50 spesies penting terdapat dimana-mana atau setempat yang dapat menularkan penyakit ditentukan oleh : a) Adanya di dalam atau di dekat tempat hidup manusia. b) Lebih menyukai darah manusia daripada darah hewan, walaupun bila hewan hanya sedikit. c) Lingkungan yang menggantungkan perkembangan dan memberikan jangka hidup cukup lama pada Plasmodium untuk menyelesaikan siklus hidupnya. d) Kerentanan fisiologi nyamuk terhadap parasit. Untuk menetukan apakah suatu spesies adalah suatu vektor yang sesuai, maka dapat dicatat presentase nyamuk yang kena infeksi setelah menghisap darah penderita malaria, penentuan suatu spesies nyamuk sebagai vektor dapat dipastikan dengan melihat daftar index infeksi alami, biasanya sekitar 1-5 %, pada nyamuk betina yang dikumpulkan dari rumah-rumah di daerah yang diserang malaria.

10 16 2) Filiriasis Nyamuk Culex adalah vektor dari penyakit filariasis Wuchereria bancrofti dan Brugia malayi. Banyak species Anopheles, Aedes, Culex dan Mansonia, tetapi kebanyakan dari species ini tidak penting sebagai vektor alami. Di daerah tropis dan subtropis, Culex quinquefasciatus (fatigans), nyamuk penggigit di lingkungan rumah dan kota, yang berkembang biak dalam air setengah kotor sekitar tempat tinggal manusia, adalah vektor umum dari filariasis bancrofti yang mempunyai periodisitas nokturnal. Aedes polynesiensis adalah vektor umum filariasis bancrofti yang non periodisitas di beberapa kepulauan Pasifik Selatan, nyamuk ini hidup diluar kota di semak-semak (tidak pernah dalam rumah) dan berkembang biak di dalam tempurung kelapa dan lubang pohon, mengisap darah dari binatang peliharaan mamalia dan unggas, tetapi lebih menyukai darah manusia. 3) Demam Kuning Demam kuning (Yellow Fever) penyakit virus yang mempunyai angka kematian tinggi, telah menyebar dari tempat asalnya dari Afrika Barat ke daerah tropis dan subtropis lainnya di dunia. Nyamuk yang menggigit pada penderita dalam waktu tiga hari pertama masa sakitnya akan menjadi infektif selama

11 17 hidupnya setelah virusnya menjalani masa multifikasi selama 12 hari. Vektor penyakit ini adalah species nyamuk dari genus Aedes dan Haemagogus, Aedes aegypti adalah vektor utama demam kuning epidemik, hidup disekitar daerah perumahan, berkembang biak dalam berbagai macam tempat penampungan air sekitar rumah, larva tumbuh subur sebagai pemakan zat organik yang terdapat didasar penampungan air bersih (bottom feeders) atau air kotor yang mengandung zat organik. 4) Dengue Hemorrhagic Fever Adalah penyakit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan subtropis yang kadang-kadang menjadi epidemik. Virus membutuhkan masa multifikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya ditularkan oleh species Aedes, terutama Aedes aegypti. Penyakit ini merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun terutama pada saat musim penghujan. 5) Encephalitis Virus Adalah penyakit endemik yang disebabkan oleh virus di daerah tropis dan subtropis yang kadang-kadang menjadi epidemik. Virus membutuhkan masa multifikasi selama 8-10 hari sebelum nyamuk menjadi infektif, khususnya ditularkan oleh species Aedes, terutama Aedes aegypti. Penyakit ini

12 18 merupakan penyakit endemis di Indonesia dan terjadi sepanjang tahun terutama pada saat musim penghujan. b. Kecoa Kecoa adalah salah satu serangga yang termasuk dalam ordo Orthoptera. Famili Blattidae merupakan satu-satunya anggota dari ordo Orthoptera yang paling sering dijumpai. Di Indonesia, Blattidae lebih dikenal dengan nama kecoa atau lipas (cockroach) yang menjadi serangga pengganggu di rumah sakit. Kecoa mempunyai peranan yang cukup penting dalam penularan penyakit yaitu sebagai vektor mekanik bagi beberapa mikroorganisme pathogen, sebagai inang perantara bagi beberapa spesies cacing dan menyebabkan timbulnya reaksi-reaksi alergi seperti dermatitis, gatalgatal dan pembengkakan kelopak mata. Serangga ini dapat memindahkan beberapa mikroorganisme patogen antara lain streptococcus, salmonella dan lain-lain sehingga mereka berperan dalam penyebaran penyakit antara lain disentri, diare, cholera, virus hepatitis A, polio pada anak-anak. Penularan penyakit dapat terjadi melalui organisme pathogen sebagai bibit penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan dimana organisme tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui organ tubuh kecoa, organisme sebagai bibit penyakit tersebut menkontaminasi makanan.

13 19 Rumah sakit merupakan tempat umum yang mempunyai bagian bagian yang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya kecoa, mengingat rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan dan merupakan tempat berkumpulnya orang sakit dan orang sehat maka lingkungan rumah sakit harus bebas kecoa agar tidak terjadi kontak antar manusia dan kecoa atau makan dengan kecoa supaya penyakit infeksi nasokomial yang ditularkan melalui kecoa dapat ditekan serendah mungkin dan tidak terjangkit penyakit lain yang disebabkan oleh kecoa. c. Lalat Lalat adalah vektor mekanik dari bakteri patogen, protozoa serta telur dan larva cacing, luasnya penularan penyakit oleh lalat di alam sukar ditentukan. Dianggap sebagai vektor penyakit typhus abdominalis, salmonellosis, cholera, dysentery bacillary dan amoeba, tuberculosis, penyakit sampar, tularemia, anthrax, frambusia, conjunctivitis, demam undulans, trypanosomiasis dan penyakit spirochaeta. Penyakit yang ditimbulkan oleh lalat serta gejalanya, diantaranya adalah : 1) Disentri Penyebaran bibit penyakit yang dibawa oleh lalat yang berasal dari sampah, kotoran manusia atau hewan terutama melalui bulu-bulu badannya, kaki dan bagian tubuh yang lain dari lalat dan bila lalat hinggap kemakanan manusia maka

14 20 kotoran tersebut akan mencemari makanan yang akan dimakan oleh manusia, akhirnya timbul gejala pada manusia yaitu sakit pada bagian perut, lemas karena terlambat peredaran darah dan pada kotoran terdapat mucus dan push. 2) Diare Cara penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala sakit pada bagian perut, lemas dan pecernaan terganggu. 3) Typhoid Cara penyebaran sama dengan desentri, gangguan pada usus, sakit pada perut, sakit kepala, berak darah dan demam tinggi. 4) Cholera Penyebarannya sama dengan desentri dengan gejala muntah-muntah, demam, dehydrasi. 5) Myasis Kejadian myasis di rumah sakit pada pasien-pasien yang sedang terluka, disebut Nosocomial Myiasis. Myasis jenis ini terjadi karena di ruang-ruang perawatan rumah sakit terdapat banyak lalat atau dalam bahasa sederhana, ruangan rumah sakit bisa diakses oleh lalat. Rumah sakit seperti ini mungkin berada di daerah-daerah pedalaman yang tingkat kebersihannya rendah.

15 21 d. Tikus Tikus merupakan vektor mekanik yang dapat menyebabkan penyakit pes dari bakteri Yersinia pestis yang dapat menular melalui gigitan tikus, Salmonellosis dari bakteri salmonella melalui kontaminasi kotoran tikus yang terkontaminasi dengan makanan, demam gigitan tikus dari bakteri Spirillum, demam berdarah dari Hantavirus melalui kotoran, urine, cairan tubuh ataupun terkontaminasi langsung. Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri lepstopira. Manusia dapat terkena penyakit ini melalui luka terbuka dan terkena air yang terkontaminasi dengan kotoran ataupun kencing tikus. Penularan ini dapat pula melalui makanan atau minuman yang tercemar, yaitu diantaranya : 1) Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung (misalnya saat mencuci muka). 2) Melalui makanan atau minuman atau peralatan makan yang terkontaminasi setitik urine tikus, kemudian dimakan dan diminum manusia. 3) Makanan minuman di gudang, di warung-warung rumah sakit, dan dapur berpeluang dikencingi tikus. Penyakit ini ditandai demam menggigil, pegal linu, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, batuk kering, mual, muntah, sampai diare. Bila semakin parah, gejala yang disebut di atas tidak mereda, justru

16 22 muncul nyeri luar biasa pada sejumlah bagian badan, sehingga membuat penderita tidak sanggup duduk atau berdiri. e. Kucing Kucing-kucing liar dirumah sakit, sebagian diantaranya merupakan pembawa parasit toksoplasma gondii. Dari hasil penelitian, jika parasit ini menginfeksi wanita hamil, akan menyebabkan abortus (keguguran), atau cacat pada janin. Bayi yang lahir hidup dapat menderita cacat bawaan seperti hidrosefalus (kepala membesar dan berisi cairan), anensefalus (tidak punya tulang tempurung kepala), gangguan mata (IKM FK UMI, 2013). Toxoplasma adalah suatu protozoa atau parasit bersel satu yang lebih sering dikenal dengan nama Toxoplasma gondii. Parasit ini dapat ditemukan pada hewan berdarah panas, dan mamalia lainnya termasuk manusia sebagai hospes perantara dan kucing, serta berbagai jenis Felidae lainnya sebagai hospes definitif. Toxoplasmosis sering kali didiagnosis bersama-sama dengan penyakit lainnya,yang sering dikenal dengan TORCH (Toxoplasma- Rubella-Cytomegalovirus-Herpes). Toxoplasma bukanlah virus melainkan protozoa. Semua orang dapat terinfeksi oleh toxoplasma. Penyakit ini tidak mengenal gender. Artinya baik laki-laki maupun perempuan dapat terinfeksi toxoplasmosis (IKM FK UMI, 2013). Kucing dianggap sebagai sumber utama penularan Toxoplasma. Pada usus halus kucing, terjadi daur seksual atau

17 23 skizogoni maupun daur aseksual atau gametogoni dan sporogoni. Yang menghasillkan ookista dan dikeluarkan bersamaan dengan feces atau kotorannya. Kucing yang mengandung Toxoplasma gondii dalam sekali ekskresi akan mengeluarkan jutaan ookista. Infeksi dapat terjadi apabila ookista tertelan oleh manusia maupun hewan perantara lainnya (pada semua hewan berdarah panas dan mamalia lainnya seperti anjing, sapi, kambing bahkan burung). Namun pada tubuh inang perantara tidak terbentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista (IKM FK UMI, 2013). Manusia atau kucing dapat tertular toxoplasmosis apabila mengkonsumsi daging hewan inang perantara yang mengandung kista Toxoplasma gondii. Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka akan terbentuk kembali stadium seksual didalam usus halus kucing tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kucing dan hewan felidae lainnya merupakan inang definitif dari Toxoplasma gondii. Dan hanya pada tubuh kucing dapat terjadi daur hidup yang sempurna dari Toxoplasma gondii (IKM FK UMI, 2013). Pada manusia, penularan Toxoplasmosis bisa melalui makanan. Misalnya manusia memakan sayuran yang tidak dicuci bersih, padahal sayuran tersebut mengandung ookista dari Toxoplasma gondii atau bisa juga memakan daging hewan yang tidak dimasak dengan matang sempurna, padahal daging hewan tersebut mengandung kista Toxoplasma gondii. Pada kucing,

18 24 penularan dapat terjadi apabila memakan daging hewan perantara yang mengandung kista Toxolasma gondii. Misalnya pada kucing yang memakan tikus atau burung, atau kucing yang makan ayam atau daging mentah. Penularan ookista sama pada manusia bisa juga melalui vektor lalat atau kecoa. Infeksi toxoplasmosis terjadi apabila secara sengaja atau tidak sengaja menelan ookista Toxoplasma gondii yang terdapat pada sayuran yang tidak dicuci bersih atau daging setengah matang misalnya sate, daging steak yang dimasak setengah matang (IKM FK UMI, 2013). Toxoplasmosis tidak dapat menular melalui air liur dari kucing. Stadium infektif dari Toxoplasmosis gondii adalah bentuk ookista yang dikeluarkan melalui feces atau kotoran kucing, bukan melalui air liur. Sedangkan penularan melalui bulu dapat terjadi, bila kucing tersebut terinfeksi toxoplasmosis dan ookista yang dikeluarkan melalui fecesnya kontak ataun menempel pada bulunya. Penularan terjadi bila ookista yang terdapat pada bulu, kemudian kontak pada tangan kita pada saat membelai, kemudian bulu tersebut tertelan oleh kita. Tetapi penularan masih bisa dicegah dengan cara mencuci tangan kita dengan sabun (IKM FK UMI, 2013). 6. Pengendalian Serangga, Tikus dan Binatang Pengganggu lainnya a. Pengertian pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 adalah upaya untuk menanggulangi

19 25 populasi serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya sebagai keberadaannya tidak menjadi vektor penularan penyakit. b. Persyaratan 1) Kepadatan jentik Aedes sp. yang diamati melalui indeks kontainer harus 0 (nol). 2) Tidak ditemukannya lubang tanpa kawat kasa yang memungkinkan nyamuk masuk ke dalam ruangan, terutama di ruangan perawatan. 3) Semua ruang di rumah sakit harus bebas dari kecoa, terutama pada dapur, gudang makanan, dan ruangan steril. 4) Semua ruang ditemukannya tanda-tanda keberadaan tikus terutama pada daerah bangunan tertutup. 5) Tidak ditemukan lalat di dalam bangunan tertutup (core) di rumah sakit. 6) Di lingkungan rumah sakit harus bebas kucing dan anjing (Kepmenkes No. 1204/MENKES/SK/X/2004). c. Tata Laksana 1) Surveilans Serveilans vektor menurut Peraturan Pemerintah Nomor 374 tahun 2010 adalah pengamatan vektor secara sistematis dan terus menerus dalam hal kemampuannya sebagai penular penyakit yang bertujuan sebagai dasar untuk memahami dinamika penuaran penyakit dan upaya pengendaliannya.

20 26 Surveilans vektor penyakit dan pengendalian binatang pengganggu menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004, adalah sebagai berikut : a) Nyamuk Pengamatan Jentik Aedes sp. dilakukan secara berkala di setiap sarana penampungan air sekurangkurangnya setiap sati minggu untuk mengetahui adanya atau keberadaan populasi jentik nyamuk secara teratur. Selain itu pengamatan jentik nyamuk spesies lainnya di tempat-tempat yang potensial sebagai tempat perindukan vektor penyakit malaria di sekitar lingkungan rumah sakit seperti saluran pembuangan air limbah. Pengamatan lubang dengan kawat kasa pada setiap lubang di dinding harus ditutup dengan kawat kasa untuk mencegah nyamuk masuk serta konstruksi pintu harus membuka ke arah luar (Kepmenkes No. 1204/MENKES/SK/X/2004). b) Kecoa (1) Mengamati keberadaan kecoa yang ditandai dengan adanya kotoran, telur kecoa, dan kecoa hidup atau mati di setiap ruangan. (2) Pengamatan dilakukan secara visual dengan bantuan senter setiap 2 minggu.

21 27 (3) Bila ditemukan tanda-tanda keberadaan kecoa maka segera dilakukan pemberantasan. c) Tikus Mengamati atau memantau secara berkala setiap dua bulan di tempat-tempat yang biasanya menjadi tempat perkembangbiakan tikus yang ditandai dengan adanya keberadaan tikus antara lain : (1) Kotoran (2) Bekas gigitan (3) Bekas jalan (4) Tikus hidup Ruang-ruang tersebut antara lain di daerah bangunan tertutup (core) rumah sakit, antara lain dapur, ruang perawatan, laboratorium, ICU, radiologi, UGD, ruang operasi, ruang genset atau panel, ruang administrasi, kantin, ruang bersalin, dan ruang lainnya. d) Lalat Mengukur kepadatan lalat secara berkala dengan menggunakan fly grill pada daerah core dan pada daerah yang biasa dihinggapi lalat, terutama di tempat yang diduga seperti tempat yang diduga sebagai tempat perindukan lalat seperti sampah, saluran pembuangan limbah padat dan cair, kantin rumah sakit, dan dapur.

22 28 e) Binatang pengganggu lainnya Mengamati atau memantau secara berkala kucing dan anjing (Kepmenkes No. 1204/MENKES/SK/X/2004). 2) Pencegahan a) Nyamuk (1) Melakuakn Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN) dengan Mengubur, Menguras, Menutup (3M) (2) Pengaturan aliran pembuangan air limbah dan saluran dalam keadaan tertutup (3) Pembersihan tanaman sekitar rumah sakit secara berkala yang menjadi tempat perindukan (4) Pemasangan kawat kasa di seluruh ruangan dan penggunaan kelambu terutama diruang perawatan anak b) Kecoa (1) Menyimpan bahan makanan dan makanan yang siap saji pada tempat tertutup. (2) Pengelolaan sampah yang memenuhi syarat kesehatan. (3) Menutup lubang-lubang atau celah-celah agar kecoa tidak masuk ke dalam ruangan. c) Tikus (1) Melakukan penutupan saluran terbuka, lubang-lubang di dinding, plafon, pintu, dan jendela.

23 29 (2) Melakukan pengelolaan sampah yang memnuhi syarat kesehatan. d) Lalat Melakukan pengelolaan sampah atau limbah yang memnuhi syarat kesehatan. e) Binatang Pengganggu Lainnya Melakukan pengelolaan makanan dan sampah yang memenuhi standar kesehatan. 3) Pemberantasan a) Nyamuk (1) Pemberantasan dilakukan apabila larva atau jentik nyamuk Aedes sp. > 0 dengan cara abatisasi. (2) Melakukan pemberantasan larva atau jentik dengan menggunakan predator. (3) Melakukan oiling untuk memeberantas larva atau jentik culex. (4) Bila diduga ada kasus deman berdarah yang tertular di rumah sakit, maka perlu dilakukan pengasapan (fogging) di rumah sakit. b) Kecoa (1) Pembersihan telur kecoa dengan cara mekanis, yaitu membersihkan telur yang terdapat pada celah-celah

24 30 dinding, lemari, peralatan dan telur kecoa dimusnahkan dengan dibakar atau dihancurkan. (2) Pemberantasan kecoa dapat dilakukan secara fisik dan kimiawi. Pemberantasan fisik dapat dilakukan dengan cara : (a) Membunuh langsung kecoa dengan alat pemukul (b) Menyiram tempat perindukan dengan air panas (c) Menutup celah-celah dinding Pemberantas kimiawi dengan menggunakan insektisida dengan pengasapan, bubuk, semprotan, dan umpan. (3) Tikus Melakukan pengendalian tikus secara fisik dengan pemasangan perangkap, pemukulan atau sebagai alternatif terakhir dapat dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan beracun. (4) Lalat Bila kepadatan lalat disekitar tempat sampah (perindukan) melebihi 2 ekor per block grill maka dilakukan secara kimia dengan menggunakan umpan beracun. (5) Binatang Pengganggu lainnya Bila terdapat kucing dan anjing, maka perlu dilakukan :

25 31 (a) Penangkapan, kemudian dibuang jauh dari rumah sakit (b) Bekerjasama dengan Dinas Peternakan setempat untuk menangkap kucing dan anjing. 7. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu Menurut Menteri Kesehatan Nomor : 374/MENKES/PER/III/2010 pengendalian vektor dapat dilakukan dengan pengelolaan lingkungan secara fisik atau mekanis, penggunaan agen biotik, kimiawi, baik terhadap vektor maupun tempat perkembangbiakan dan perubahan perilaku masyarakat serta dapat mempertahankan dan mengembangkan kearifan lokal sebagai alternatif. Menurut WHO (Soemirat, 2009), pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan bagi beberapa macam penyakit karena alasan : a. Penyakit belum ada vaksinnya seperti hampir semua penyakit disebabkan oleh virus. b. Bila ada obat maupun vaksin, kerja obat belum efektif terutama untuk penyakit parasiter. c. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia sehingga sulit untuk dikendalikan. d. Sering menimbulkan kecacatan seperti filariasis dan malaria. e. Penyakit dapat menjalar karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang bersayap.

26 32 Berikut ini adalah beberapa pengendalian vektor dan binatang pengganggu, antara lain : a. Pengendalian Kimiawi Pengendalian kimiawi mengutamakan penggunaan pestisida sebagaimana peracunan. Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan karacunan bagi petugas penyemprot maupun masyarakat dan hewan pemeliharaan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi digunakan secara massal. Untuk pemberantasan nyamuk Aedes secara massal misal dengan cara melakukan fogging bahan kimia sedangkan untuk nyamuk Aedes digunakan. b. Pengendalian Fisika Pengendalian fisika dengan cara menitikberatkan pemanfaat iklim atau musim dan menggunakan alat penangkap antara lain : 1) Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga. 2) Pemasangan jaring. 3) Pemanfaatan sinar atau cahaya matahari. 4) Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang pengganggu. 5) Pembunuhan vektor penyakit dan binatang pengganggu dengan cara menggunakan alat pembunuh.

27 33 6) Pemanfaatan arus listrik dengan umpan untuk membunuh vektor dan binatang pengganggu. 7) Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari lubang. c. Pengendalian Biologi Pengendalian dengan cara biologis dilakukan dengan cara : 1) Memelihara musuh alaminya Musuh alami insekta berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya. Untuk itu perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif dan efisien untuk megurangi populasi insekta. 2) Mengurangi fertilitas insekta Cara kedua ini dilakukan dengan cara meradiasi insekta jantan sehingga steril dan menyebarkannya di antara insekta betina, dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat menetas. Pemantauan vektor panyakit dan binatang pengganggu juga dilakukan yaitu dengan cara mencegah penyakit bawaan vektor sejauh dapat dicapai dengan keadaan sosial ekonomi yang ada serta keadaan endemik penyakit yang ada. Oleh karena itu pemantauan keadaan endemik populasi insekta secara kontinu menjadi sangat penting. Oleh karena itu, parameter pemantauan dan pedoman tindakan yang perlu diambil apabila didapat tanda-tanda akan terjadinya kejadian

28 34 luar biasa atau wabah. Parameter vektor penyakit yang dapat dipantau antara lain : 1) Indeks lalat untuk kepadatan lalat. 2) Indeks pinjal untuk kepadatan pinjal. 3) Kepadatan nyamuk dapat dinyatakan sebagai Man Biting Rate (MBR), indeks container, indeks rumah, dan indeks breteau (Soemirat, 2009). 8. Pekerja Vektor di Rumah Sakit Pekerja vektor adalah tenaga profesional di bidang kesehatan lingkungan yang memberikan perhatian terhadap aspek kesehatan lingkungan air, udara, tanah, makanan dan vektor penyakit pada kawasan rumah sakit. Dalam menjalankan peran, fungsi, dan kompetensinya, pekerja vektor harus memiliki kompetensi sesuai dengan standar kompetensi, diantaranya adalah melakukan survei dengan vektor penyakit dan binatang pengganggu yang ada di rumah sakit, melakukan analisis hasil survei vektor dan binatang pengganggu, melakukan pengelolaan pembuangan tinja, mengawasi sanitasi pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), melakukan surveilans penyakit berbasis lingkungan, berwirausaha di bidang kesehatan pelayanan kesehatan lingkungan, melakukan itervensi teknis sesuai hasil analisis sampel air, tanah, udara, limbah makanan dan minuman, vektor dan binatang pengganggu, melakukan intervensi sosial sesuai hasil analisis sampel air,

29 35 tanah, udara, limbah makanan dan minuman, vektor dan binatang pengganggu serta mengolah klinik sanitasi (IKM FK UMI, 2013). 9. Penyakit Akibat Kerja Dalam suatu tempat kerja biasanya terdapat faktor-faktor bahaya dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit akibat kerja serta kecelakaan akibat kerja. Sebagai tambahan untuk beban kerja yang merupakan beban langsung akibat pekerjaan atau beban pekerjaan yang sebenarnya, pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi, yang menyebabkan adanya beban tambahan kepada tenaga kerja baik jasmani maupun rohaniah, Menurut Suma mur (2009) terdapat lima penyebab beban tambahan dimaksud : a. Faktor Fisis Faktor fisis, meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau volume udara per kapita atau luas lantai kerja maupun hal-hal yang bersifat fisis seperti penerangan, suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, kecepatan aliran udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi gelombang elektromagnetis. b. Faktor Kimiawi Faktor kimiawi, semua zat kimia anorganis dan organis yang ungki wujud fisiknya merupakan salah satu atau lebih dari bentuk uap, gas, debu, kabut, fume (uap logam), asap, awan, cairan dan atau zat padat.

30 36 c. Faktor Biologis Faktor biologis, termasuk semua makhluk hidup baik dari golongan tumbuhan maupun hewan. Dari yang paling sederhana bersel tunggal sampai dengan yang tinggi tingkatannya. d. Faktor Fisiologis atau Ergonomis Faktor fisiologis atau ergonomis yaitu interaksi antara faal kerja manusia dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya seperti konstruksi mesin yang disesuaikan dengan fungsi indera manusia, postur dan cara kerja yang mempertimbangkan aspek antropometris dan fisiologis manusia. e. Faktor Mental dan Psikologis Faktor mental dan psikologis yaitu reaksi mental dan kejiwaan terhadap suasana kerja, hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja, struktur dan prosedur organisasi pelaksanaan kerja dan lain-lain.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu. dan binatang pengganggu lainnya yaitu pemantauan vektor penyakit dan

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu. dan binatang pengganggu lainnya yaitu pemantauan vektor penyakit dan BAB V PEMBAHASAN A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu Dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan lingkungan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta tentang pemantauan vektor penyakit

Lebih terperinci

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING

BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING BAB III VIRUS TOKSO PADA KUCING 3.1. Virus Tokso Pada Kucing Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu gejala penyakit yang disebabkan oleh protozoa toksoplasmosis

Lebih terperinci

Proses Penularan Penyakit

Proses Penularan Penyakit Bab II Filariasis Filariasis atau Penyakit Kaki Gajah (Elephantiasis) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk. Filariasis disebabkan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik BAB I Pendahuluan A. latar belakang Di indonesia yang memiliki iklim tropis memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik dan dapat berfungsi sebagai vektor penyebar penyakitpenyakit seperti malaria,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan sebagai vektor penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. arthropoda yang berperan sebagai penular penyakit sehingga dikenal sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan saat ini diarahkan untuk menekan angka kematian yang disebabkan oleh berbagai penyakit yang jumlahnya semakin meningkat. Masalah umum yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium. Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium. Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam visi Indonesia Sehat 2015 yang mengacu pada Millenium Development Goals (MDG s), lingkungan yang diharapkan pada masa depan adalah lingkungan yang kondusif

Lebih terperinci

MAKALAH DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN VEKTOR PENYAKIT

MAKALAH DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN VEKTOR PENYAKIT MAKALAH DASAR KESEHATAN LINGKUNGAN VEKTOR PENYAKIT DI SUSUN OLEH : FIRMAN FIRDAUZ S FUJI RAMDHANI ISTINI NURHALILI ORIZHA NUR BAROKAH YOHANES B KEMEKUK STIKES INSAN UNGGUL SURABAYA 2013 0 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah. satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang menjadi masalah di negara-negara tropis, termasuk Indonesia. Jumlah penderita DBD cenderung meningkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Nyamuk Aedes Sp Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya relatif optimum, yakni senantiasa lembab sehingga sangat memungkinkan pertumbuhan

Lebih terperinci

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit DBD banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan gangguan kesehatan (Kepmenkes 1204 tahun 2004). sosial ekonomi yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dan gangguan kesehatan (Kepmenkes 1204 tahun 2004). sosial ekonomi yang masih rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit (RS) adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Salah satu penyakitnya yaitu Demam Berdarah Dengue (DBD) yang masih menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi yang dilakukan dalam penelitian serta sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Sampai saat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang menempati posisi penting dalam deretan penyakit infeksi yang masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap individu masyarakat yang harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk memproteksi masyarakatnya

Lebih terperinci

Rekayasa Lingkungan???

Rekayasa Lingkungan??? Rekayasa Lingkungan Semester V Norma Puspita, ST. MT. Rekayasa Lingkungan??? Lingkungan Hidup adalah semua benda, daya dan kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau makhluk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Culex sp Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.

Lebih terperinci

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif

Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang telah membawa virus Dengue dari penderita lainnya. Nyamuk ini biasanya aktif Definisi DBD Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Makanan 1. Pengertian Hygiene dan Sanitasi Makanan Makanan adalah salah satu kebutuhan pokok menusia untuk kelangsungan hidup, selain kebutuhan sandang dan perumahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena. rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gigitan nyamuk sering membuat kita risau karena rasanya yang gatal. Akan tetapi nyamuk tidak hanya dapat menyebabkan rasa gatal saja, nyamuk juga mampu menularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aedes aegypti merupakan sejenis nyamuk yang biasanya ditemui di kawasan tropis. Aedes aegypti adalah salah satu spesies vektor nyamuk yang paling penting di dunia karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Vector borne disease merupakan penyakit-penyakit yang ditularkan pada manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda yang dapat menularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan

BAB I PENDAHULUAN. dengan hewan dapat menularkan penyakit, manusia tetap menyayangi hewan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan manusia sulit terlepas dari kehidupan hewan, baik sebagai teman bermain atau untuk keperluan lain. Meskipun disadari bahwa kedekatan dengan hewan dapat menularkan

Lebih terperinci

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso

BAB II VIRUS TOKSO Definisi Virus Tokso BAB II VIRUS TOKSO 2.1. Definisi Virus Tokso Tokso adalah kependekan dari toksoplasmosis, istilah medis untuk penyakit ini. Toksoplasmosis gondii atau yang lebih sering disebut dengan tokso adalah suatu

Lebih terperinci

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa,

NYAMUK SI PEMBAWA PENYAKIT Selasa, PLEASE READ!!!! Sumber: http://bhell.multiply.com/reviews/item/13 Nyamuk Aedes aegypti dan Aedes Albopictus yang mengandung virus dengue dapat menyebabkan demam berdarah dengue (DBD) yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan endemis di sebagian kabupaten/kota di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Diare Penyakit diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan bagi masyarakat Indonesia. Selain penyakit ini masih endemis di hampir semua daerah, juga sering muncul

Lebih terperinci

BIOSFIR. Lingkungan Biosfir. Niche Ekologis. Suksesi Ekologis. Terdiri dari: Fauna. Flora Organisme Populasi Komunitas Ekosistem

BIOSFIR. Lingkungan Biosfir. Niche Ekologis. Suksesi Ekologis. Terdiri dari: Fauna. Flora Organisme Populasi Komunitas Ekosistem BIOSFIR Terdiri dari: Lingkungan Biosfir Fauna Flora Organisme Populasi Komunitas Ekosistem Suksesi Ekologis Niche Ekologis Pergantian satu komunitas oleh komunitas lain Hukum Thermodinamika Rantai makanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Chikungunya merupakan suatu penyakit dimana keberadaannya sudah ada sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut sejarah, diduga penyakit

Lebih terperinci

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN

PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN PROPOSAL REKAYASA SARANA SANITASI ALAT PENGHITUNG KEPADATAN LALAT (FLY GRILL) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat merupakan salah satu insekta (serangga) yang termasuk ordo Dipthera, yaitu insekta

Lebih terperinci

MENJAGA KESEHATAN LINGKUNGAN

MENJAGA KESEHATAN LINGKUNGAN MENJAGA KESEHATAN LINGKUNGAN Masyarakat perlu disadarkan akan pentingnya kesehatan lingkungan yang baik jika ingin menciptakan komunitas yang sehat dan bahagia. Apabila mereka mampu menjaga lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya. Oleh karena itu penyakit akibat vector (vector born diseases) seperti

BAB I PENDAHULUAN. jenisnya. Oleh karena itu penyakit akibat vector (vector born diseases) seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis, sangat cocok untuk berkembangnya berbagai flora dan fauna, termasuk vector yang sangat banyak jumlah dan jenisnya. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering

BAB I PENDAHULUAN. musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Salah satu jenis penyakit yang sering muncul pada musim hujan ini antara

Lebih terperinci

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR dr. I NYOMAN PUTRA Kepala Bidang Upaya Kesehatan dan Lintas Wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Tanjung Priok DEMAM BERDARAH DENGUE (DHF) Definisi Merupakan penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vektor Aedes aegypti merupakan vektor utama Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia sedangkan Aedes albopictus adalah vektor sekunder. Aedes sp. berwarna hitam dan belang-belang

Lebih terperinci

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak

Pasal 3 Pedoman Identifikasi Faktor Risiko Kesehatan Akibat Perubahan Iklim sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia kesehatan masyarakat merupakan masalah utama, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan negara tropik yang mempunyai kelembaban dan suhu yang berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit yang keberadaannya sudah ada sejak lama, tetapi kemudian merebak kembali. Chikungunya berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemiologi perubahan vektor penyakit merupakan ancaman bagi kesehatan manusia, salah satunya adalah demam berdarah dengue (DBD). Dengue hemorraghic fever (DHF) atau

Lebih terperinci

MODUL-6 PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS

MODUL-6 PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS MODUL-6 PENGENDALIAN SERANGGA DAN TIKUS Pengertian Pengendalian serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya adalah upaya untuk mengurangi populasi serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya sehingga

Lebih terperinci

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN 93 LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN Gambar 1. Keadaan Rumah Responden Gambar 2. Keaadaan Rumah Responden Dekat Daerah Pantai 94 Gambar 3. Parit/selokan Rumah Responden Gambar 4. Keadaan Rawa-rawa Sekitar

Lebih terperinci

FIELD BOOK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN

FIELD BOOK PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DAN PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN FIELD BOOK PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN 1 PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN I. RUMAH Rumah merupakan tempat tinggal bagi suatu keluarga yang berfungsi

Lebih terperinci

lingkungan sosial meliputi lama pendidikan, jenis pekerjaan dan kondisi tempat bekerja (Sudarsono, 2002).

lingkungan sosial meliputi lama pendidikan, jenis pekerjaan dan kondisi tempat bekerja (Sudarsono, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leptospirosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan kuman leptospira patogen (Saroso, 2003). Leptospirosis adalah suatu zoonosis yang disebabkan suatu mikroorganisme

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida Rumah Sehat edited by Ratna Farida Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah struktur fisik terdiri dari ruangan, halaman dan area sekitarnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan iklim merupakan perubahan variabel iklim, khususnya suhu udara dan curah hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang antara

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu malaria, schistosomiasis, leismaniasis, toksoplasmosis, filariasis, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit parasiter saat ini menjadi ancaman yang cukup serius bagi manusia. Ada 6 jenis penyakit parasiter yang sangat serius melanda dunia, yaitu malaria, schistosomiasis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis merupakan salah satu penyakit tertua dan paling melemahkan yang dikenal dunia. Filariasis limfatik diidentifikasikan sebagai penyebab kecacatan menetap dan

Lebih terperinci

BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin

BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin BERHARAP, JATIM (INDONESIA) BEBAS DEMAM BERDARAH Oleh : Zaenal Mutakin Datangnya hujan setelah lama kemarau, tentu menjadi anugerah tersendiri bagi berbagai lapisan masyarakat. Udara yang sebelumnya panas

Lebih terperinci

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat

Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat LEMBAR KUESIONER Nama : Tanggal : Alamat : Pilihlah salah satu jawaban yang paling benar dan tepat Beri tanda silang (x) pada jawaban yang benar Jenjang pendidikan terakhir yang anda jalani : a. SD b.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Identifikasi Nyamuk 16 Identifikasi Nyamuk HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis nyamuk yang ditemukan pada penangkapan nyamuk berumpan orang dan nyamuk istirahat adalah Ae. aegypti, Ae. albopictus, Culex, dan Armigeres. Jenis nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara tropis terbesar di dunia. Iklim tropis menyebabkan timbulnya berbagai penyakit tropis yang disebabkan oleh nyamuk dan sering

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan penyakit akibat infeksi virus dengue yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lingkungan mempunyai pengaruh serta kepentingan yang relatif besar dalam hal peranannya sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Data dan informasi yang digunakan untuk mendukung proses Tugas Akhir ini di peroleh dari berbagai sumber, yaitu: 1. Wawancara dan survey kepada Dr.dr.Raditya wratsangka,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan

I. PENDAHULUAN. serangga yaitu Aedes spesies. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah. penyakit demam berdarah akut, terutama menyerang anak-anak dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit infeksi yang umumnya ditemukan di daerah tropis dan ditularkan lewat hospes perantara jenis serangga yaitu Aedes spesies.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan

PENDAHULUAN. zoonoses (host to host transmission) karena penularannya hanya memerlukan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Leptospirosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri patogen Leptospira, yang ditularkan secara langsung maupun tidak langsung dari hewan ke manusia,

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

Budaya Hidup Sehat. Pola hidup sehat harus ditekankan sejak dini. Tentu kamu pernah mendengar peribahasa Kebersihan Pangkal

Budaya Hidup Sehat. Pola hidup sehat harus ditekankan sejak dini. Tentu kamu pernah mendengar peribahasa Kebersihan Pangkal Budaya Hidup Sehat Pola hidup sehat harus ditekankan sejak dini. Tentu kamu pernah mendengar peribahasa Kebersihan Pangkal Kesehatan. Apakah artinya peribahasa itu? Peribahasa itu mengandung arti dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat merupakan salah satu serangga ordo Diptera yang berperan dalam masalah kesehatan manusia, yaitu sebagai vektor penular penyakit. Lalat berperan sebagai vektor

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut WHO infeksi Toxoplasmosis sudah ada sejak tahun 1975, juga menurut survei WHO tahun 2009 Toxoplasmosis telah menyebar diseluruh dunia dan sekitar 300

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami 2 musim, salah satunya adalah musim penghujan. Pada setiap musim penghujan datang akan mengakibatkan banyak genangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan suatu tempat bagi makhluk hidup yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan merupakan suatu tempat bagi makhluk hidup yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan suatu tempat bagi makhluk hidup yang dapat mempengaruhi kehidupan. Lingkungan mempunyai pengaruh besar dalam hal peranannya sebagai salah satu

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN VEKTOR NYAMUK PENYEBAB PENYAKIT MENULAR PADA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris

BAB I PENDAHULUAN. Transmitted Helminths. Jenis cacing yang sering ditemukan adalah Ascaris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya parasit berupa cacing kedalam tubuh manusia karena menelan telur cacing. Penyakit ini paling umum tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dengan tanda-tanda tertentu dan disebarkan melalui gigitan nyamuk Aedes spp.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever.

BAB I PENDAHULUAN. banyak penyakit yang menyerang seperti dengue hemoragic fever. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan suatu hal yang paling penting. Dengan hidup sehat kita dapat melakukan segala hal, sehat tidak hanya sehat jasmani saja namun juga sehat rohani juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae yang mempunyai empat serotipe,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit plasmodium yaitu makhluk hidup bersel satu yang termasuk ke dalam kelompok protozoa. Malaria ditularkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii. Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit zoonosis merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Salah satu penyakit zoonosis adalah toksoplasmosis yang disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Demam Berdarah Dengue a. Definisi Demam berdarah dengue merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dari genus Flavivirus. Virus dengue terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang cukup, kehidupan manusia akan terganggu sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Makanan dan minuman merupakan bahan pokok yang penting dalam kehidupan manusia. Sebagai salah satu kebutuhan pokok, makanan dan minuman dibutuhkan manusia untuk hidup,

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015

PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR. Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR 2015 Oleh I MADE SUTARGA PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA 2015 1 BAB VI PENYELIDIKAN KEJADIAN LUAR BIASA DI GIANYAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, sering muncul sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Filariasis atau elephantiasis dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai penyakit kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang disebabkan infeksi

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Lampiran 1 50 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP DEMAM BERDARAH PADA MASYARAKAT DI CIMAHI TENGAH Nama Alamat Umur Status dalam keluarga Pekerjaan Pendidikan terakhir :.. :..

Lebih terperinci

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS

PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN TERHADAP KESMAS PENINGKATAN KUALITAS HIDUP MASYARAKAT PEMERINTAH PEMILIK USAHA SEHAT, merupakan suatu keadaan sejahtera (badan, jiwa,dan sosial). Hidup Produktif - Sosial - Ekonomi

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular disebabkab oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan Aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

SIKLUS PARASIT PADA VEKTOR

SIKLUS PARASIT PADA VEKTOR SIKLUS PARASIT PADA VEKTOR Adrial Department of Parasitolgy Medical Faculty Andalas of University Jl.Perintis Kemerdekaan Padang 25127 West Sumatera-Indonesia e-mail : adrial_63@yahoo.com PARASIT Parasit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga dikenal sebagai arthropod-borne diseases atau sering juga disebut sebagai vectorborne diseases

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO (2013) penyakit infeksi oleh parasit yang terdapat di daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah kesehatan masyarakat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor. yang membawa penyakit demam berdarah dengue.

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor. yang membawa penyakit demam berdarah dengue. BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Nyamuk Aedes aegypti merupakan salah satu vektor yang membawa penyakit demam berdarah dengue. Nyamuk ini dapat tumbuh pesat di Indonesia karena Indonesia termasuk negara

Lebih terperinci

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan

B. Bangunan 1. Umum Bangunan harus dibuat sesuai dengan peraturan perundangundangan Syarat kesehatan yang mengacu pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat: A. Lokasi 1. Lokasi sesuai dengan Rencana Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan family Flaviviridae. DBD

Lebih terperinci

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar RUMAH SEHAT Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Pengertian Rumah Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah

Lebih terperinci

Judul : Nyamuk, Spesies Paling Mematikan Media : Kompas Wartawan : Tanggal : Feb 2016 Halaman : 14

Judul : Nyamuk, Spesies Paling Mematikan Media : Kompas Wartawan : Tanggal : Feb 2016 Halaman : 14 Judul : Nyamuk, Spesies Paling Mematikan Media : Kompas Wartawan : 23 Tanggal : Feb Nada Pemberitaan : Negatif 2016 Halaman : 14 Nyamuk, Spesies Paling Mematikan Perang panjang manusia melawan nyamuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria

BAB I PENDAHULUAN. berperan sebagai perantara (vektor) beberapa jenis penyakit terutama Malaria BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyamuk adalah Serangga yang termasuk dalam Phylum Arthropoda, yaitu hewan yang tubuhnya bersegmen-segmen, mempunyai rangka luar dan anggota garak yang berbuku-buku.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah

I. PENDAHULUAN. Diantara kota di Indonesia, Kota Bandar Lampung merupakan salah satu daerah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dangue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypty. Diantara kota di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lalat adalah salah satu insekta yang termasuk ordo diptera, yaitu insekta yang mempunyai sepasang sayap yang berbentuk membran. Lalat dapat menimbulkan berbagai penyakit

Lebih terperinci