FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBIAYAAN SEKTOR JASA DUNIA USAHA BPRS DI INDONESIA ARNO NUGROHO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBIAYAAN SEKTOR JASA DUNIA USAHA BPRS DI INDONESIA ARNO NUGROHO"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBIAYAAN SEKTOR JASA DUNIA USAHA BPRS DI INDONESIA ARNO NUGROHO PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-fakor yang Memengaruhi Pembiayaan Sektor Jasa Dunia Usaha BPRS di Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2016 Arno Nugroho NIM H

4 ABSTRAK ARNO NUGROHO. Faktor-fakor yang memengaruhi pembiayaan sektor jasa dunia usaha BPRS di Indonesia tahun Dibimbing oleh RANTI WILIASIH. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah salah satu lembaga keuangan syariah dibidang perbankan yang berfungsi sebagai perantara untuk menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Penyaluran dana yang dilakukan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, yaitu dengan memberikan pembiayaan sektor riil. Salah satu pembiayaan yang dilakukan adalah pembiayaan kepada sektor jasa dunia usaha. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan sektor jasa dunia usaha pada BPRS. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data time series bulanan periode Januari 2011 hingga Desember Metode yang digunakan adalah Vector Error Correction Model (VECM) untuk melihat pengaruh jangka panjang dan respon terhadap guncangan (shock) serta kontribusi variabel dalam menjelaskan keragaman. Hasil menunjukkan bahwa dalam jangka panjang jumlah DPK, BOPO, ERP, dan BI rate memberikan pengaruh negatif dan signifikan, sedangkan NPF dan ROA tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pembiayaan jasa dunia usaha. Guncangan yang terjadi direspon negatif oleh semua variabel yang digunakan. Kontribusi variabel yang paling besar saat membentuk keragaman tingkat pembiayaan jasa dunia usaha yaitu ERP. Kata kunci: BPRS, pembiayaan, sektor jasa dunia usaha, VECM ABSTRACT ARNO NUGROHO. Factors that affect the financing of the business services at the IRB in Indonesia Supervised by RANTI WILIASIH. Islamic Rural Bank is one of Islamic financial institutions in banking sector that serves as an intermediary for collecting and distributing public funds. Islamic Rural Bank disbursements made by giving real sector financing. Real sector financing given for the business services sector as a growing number of SMEs in Indonesia. The aim of this study was to analyze the factors which affect the financing of the business services in the SRB. This study used secondary data in the form of monthly time series data from January 2011 to December The method used is the Vector Error Correction Model (VECM) to look at the longterm effects and response to shocks (shock) as well as the contribution of the variables in explaining the diversity. The results showed that in the long term the number of DPK, ROA, ERP, and BI provides negative and significant impact, while the NPF and ROA did not have a significant influence on the level of financing business services. The shocks that occur was responded negatively by all of the variables used. The greatest contribution of diversity when establishing funding levels was ERP business services. Keywords: business services sector, finance, IRB, VECM

5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBIAYAAN SEKTOR JASA DUNIA USAHA BPRS DI INDONESIA ARNO NUGROHO Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016

6

7

8 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2016 ini ialah pembiayaan, dengan judul Faktor-fakor yang Memengaruhi Pembiayaan Sektor Jasa Dunia Usaha pada BPRS di Indonesia. Skripsi ini merupakan hasil karya penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Papa Ronny Novianto dan Mama Sri Ariyanti serta Kakak dari penulis, Arvi Oktarianto atas segala doa dan dukungan yang selalu diberikan. Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada: 1. Ibu Ranti Wiliasih, S P, M Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan, waktu, saran, motivasi, dan bimbingannya dengan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Dr. Jaenal Effendi, S Ag, MA selaku dosen penguji utama dan Ibu Neneng Hasanah, MA selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kritik dan sarannya yang telah diberikan untuk perbaikan skripsi ini. 3. Seluruh dosen, staf Departemen Ilmu Ekonomi, dan seluruh keluarga besar Ilmu Ekonomi, khususnya Ekonomi Syariah angkatan 49 atas pengalaman, kebersamaan, cerita, dan pelajarannya selama ini. 4. Anggota Majelis Balebak, Kholid, Aat, Iwenk, Iqbal, Aan dan Isfan yang telah menjalani kehidupan sehari-hari bersama selama tiga tahun. 5. Teman-teman satu bimbingan, Naufal, Muhe, Viddy, Ichria, Iza, Dea, dan Syarifah yang telah memberikan bantuan, kritik, dan saran untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Teman-teman penulis yang telah memberikan masukan, semangat serta doanya, Shofwan, Amin, Ivan, Zacky, Widya, Bena, dan Nadia 7. Rekan KKN-P Tambaksari Muti, Cika, Syifa, Riri, Vicky, dan Ira yang telah memberikan dukungan serta doa untuk penulis. 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2016 Arno Nugroho

9 DAFTAR ISI DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 3 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 5 Batasan Masalah Penelitian 5 TINJAUAN PUSTAKA 6 Jasa Dunia Usaha 6 Bank Pembiayaan Rakyat Syariah 7 Definisi Pembiayaan Syariah 8 Kinerja BPRS 9 Dana Pihak Ketiga 9 Equivalent Rate Pembiayaan (ERP) 10 Non Performing Financing (NPF) 10 Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) 10 Return on Assets 10 Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) 11 Penelitian Terdahulu 11 Kerangka Pemikiran 12 Hipotesis Penelitian 14 METODE PENELITIAN 14 Jenis Penelitian 14 Sumber Data Penelitian 14 Metode Analisis dan Pengolahan Data 14 Vector Autoregression (VAR) 15 Uji Stasioneritas 15 Uji Stabilitas VAR 16

10 Uji Lag Optimal 16 Uji Kointegrasi 16 Uji Vector Error Correction Model (VECM) 16 Uji Impuls Respon Function (IRF) 17 Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD) 17 Perumusan Model 17 HASIL DAN PEMBAHASAN 18 Perkembangan Pembiayaan BPRS di Indonesia 18 Gambaran Umum Pembiayaan pada BPRS 18 Pembiayaan BPRS di Indonesia berdasarkan Sektor Ekonomi 19 Faktor-faktor yang Memengaruhi serta Dampaknya Terhadap Pembiayaan Sektor Jasa Dunia Usaha BPRS di Indomesia 20 Hasil Uji Stasioneritas 23 Hasil Uji Stabilitas VAR 24 Hasil Uji Lag Optimal 24 Hasil Uji Kointegrasi 25 Analisis Hasil Estimasi Vector Error Correction Model (VECM) 25 Respon Pembiayaan Sektor Jasa Dunia Usaha Terhadap Guncangan 27 Kontribusi Setiap Variabel Terhadap Pembiayaan Sektor Jasa Dunia Usaha 30 SIMPULAN DAN SARAN 31 Simpulan 31 Saran 31 LAMPIRAN 33 RIWAYAT HIDUP 46

11 DAFTAR TABEL 1 Total PDB Indonesia berdasarkan harga berlaku menurut lapangan usaha tahun (Miliar rupiah) 2 2 Persentase pembiayaan BPRS di Indonesia berdasarkan sektor ekonomi tahun 2011 hingga 2015 (persen) 3 3 Hasil uji stasioneritas pada level 23 4 Hasil uji stasioneritas pada first difference 24 5 Hasil uji lag optimal 25 6 Hasil uji kointegrasi 25 7 Hasil estimasi VECM pada jangka pendek dan jangka panjang 26 DAFTAR GAMBAR 1 PDB Indonesia pada sektor jasa dunia usaha di Indonesia periode Rasio Pembiayaan BPRS pada sektor jasa dunia usaha di Indonesia periode Kerangka Pemikiran 13 4 Perkembangan pembiayaan BPRS di Indonesia 18 5 Proporsi pembiayaan BPRS dalam sektor ekonomi 19 6 Pembiayaan Jasa Dunia Usaha 20 7 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) 20 8 Perkembangan Return on Asset (ROA) 21 9 Perkembangan Non-perfoming Financing (NPF) Perkembangan beban operasional terhadap pendapatan opersional Perkembangan equivalent rate pembiayaan (ERP) dan BI rate Respon pembiayaan sektor jasa dunia usaha terhadap guncangan pembiayaan sektor jasa dunia usaha Respon pembiayaan sektor jasa dunia usaha terhadap guncangan jumlah Respon pembiayaan sektor jasa dunia usaha terhadap guncangan ROA dan BOPO Respon pembiayaan sektor jasa dunia usaha terhadap guncangan ERP FEVD pembiayaan jasa dunia usaha BPRS 30 DAFTAR LAMPIRAN 1 Uji Stasioneritas Data 33 2 Uji Lag Optimum 37 3 Uji Stabilitas VAR 38 4 Uji Johansen Cointegration 38 5 Hasil Estimasi VECM 40 6 Hasil Impulse Response Function 44 7 Hasil Forecast Error Variance Decomposition 45

12

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perbankan ganda (dual banking system), yaitu perbankan konvensional dan perbankan syariah (Machmud dan Rukmana 2010). Kedua sistem perbankan ini sangat jelas perbedaannya. Perbankan konvensional menggunakan sistem bunga yang diberikan kepada nasabahnya sedangkan perbankan syariah tidak mengenal sistem bunga melainkan menggunakan sistem bagi hasil yang diberikan kepada setiap nasabahnya karena memandang sistem bunga termasuk kategori riba. Penyaluran dana yang dihimpun perbankan syariah dari nasabah digunakan untuk kepentingan disektor-sektor riil serta melihat aspek halal-haramnya, sedangkan pada perbankan konvensional tidak melihat aspek kehalalan. Sistem perbankan syariah tidak mempunyai sistem kredit yang disertai dengan sistem bunga tersebut. Bank syariah menggunakan sistem pembiayaan disertai dengan sistem bagi hasil sebagai imbalannya. Persentase bunga pada perbankan konvensional didasarkan pada modal yang ada sedangkan bagi hasil pada perbankan syariah didasarkan pada keuntungan yang telah dicapai. Berdasarkan Al Quran surat Al-Hasyr ayat 7 yang artinya, Apa saja harta rampasan (fai i) yang diberikan Allah kepada Rasulnya, (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, sepaya harta itu jangan beredar diantara orang-orang kaya saja diantara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah, dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat keras hukumannya. Surat ini diperintahkan oleh Allah SWT agar harta-harta yang ada dimuka bumi tidak beredar diantara orang-orang kaya saja, sehingga pembiayaan merupakan alternatif agar harta-harta yang ada tidak tertimbun dan dapat tersebar merata. Salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan penting dalam menunjang keberlangsungan perekonomian Indonesia di sektor riil adalah sektor jasa dunia usaha. Sektor jasa dunia usaha adalah usaha di bidang jasa yang menyediakan layanan bisnis yang berhubungan dengan sesama perusahaan. Perusahaan diindustri ini menawarkan berbagai layanan, termasuk pemasaran dan periklanan, konsultasi, jasa hukum, logistik dan pengiriman, sumber daya manusia, kepegawaian, leasing, keamanan, outsourcing, dan manajemen fasilitas. Sektor jasa dunia usaha memiliki kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ketiadaan sektor ini dapat menghambat dunia usaha. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun (Tabel 1), kontribusi sektor jasa perusahaan dari tahun mengalami peningkatan sebesar 0.22 persen dari total PDB Indonesia yang diterima tahun sebelumnya yaitu sekitar Miliar rupiah. Data tersebut diambil dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia berdasarkan harga berlaku pada lapangan usaha disektor jasa dunia usaha yang dijelaskan oleh jasa perusahaan. Sektor jasa perusahaan hanya berkontribusi kecil tidak seperti sektor industri pengolahan, pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, perdagangan, hotel, dan restoran

14 2 yang menempati tiga sektor utama dari total PDB Indonesia. Ini menunjukkan sektor jasa dunia usaha akan terus tumbuh setiap tahun dibandingkan sektor lainnya. Tabel 1 Total PDB Indonesia berdasarkan harga berlaku menurut lapangan usaha tahun (Miliar rupiah) Lapangan Usaha Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan (14.42) (14.33) Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih (11.29) (23.69) (0.77) (10.49) (23.71) (0.80) Konstruksi (9.98) (10.05) Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan Jasa Perusahaan (14.32) (6.99) (7.52) (1.43) (14.60) (7.39) (7.65) (1.65) Jasa (11.01) Total (100) Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 (diolah) Keterangan: () persentase (10.98) (100) Setiap sektor ekonomi memerlukan modal dalam melakukan kegiatan produksi. Bagi para pengusaha UMKM yang baru memulai menjalankan bisnis disektor jasa membutuhkan modal yang cukup banyak. Modal yang diharapkan bagi para pengusaha tersebut adalah pembiayaan dari suatu lembaga yang dapat

15 menanggung sementara besarnya modal tersebut. Perbankan syariah merupakan solusi yang tepat untuk mengatasi masalah pembiayaan ini dengan segala kegiatannya yang berprinsip islami. Sistem bagi hasil yang diterapkan oleh perbankan syariah diyakini dapat menguntungkan pengusaha dan menghapuskan beban bunga secara berkelanjutan sehingga cocok dijadikan alternatif terbaik dalam memberikan pembiayaan pada sektor jasa dunia usaha. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bagian dari industri perbankan syariah yang fokus menyediakan layanan pembiayaan selain BUS dan UUS. BPRS juga melakukan pembiayaan sektor jasa dunia usaha. Dapat dilihat dari (Tabel 2), persentase BPRS dalam melakukan pembiayaan disektor jasa dunia pada tahun mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Sektor jasa dunia usaha merupakan sektor yang alokasi pembiayaannya cukup besar walaupun persentasenya lebih rendah dari pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Tabel 2 Persentase pembiayaan BPRS di Indonesia berdasarkan sektor ekonomi tahun 2011 hingga 2015 (persen) Sektor Ekonomi Pertanian, kehutanan, dan sarana pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, gas, dan air Konstruksi Perdagangan, Restoran, dan hotel Pengangkutan, pergudangan, dan komunikasi Jasa dunia usaha Jasa sosial/masyarakat Lain-lain Total Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2015 (diolah) Keterangan : dalam persen Perumusan Masalah Sektor jasa dunia usaha merupakan salah satu sektor yang memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia. Hal tersebut dapat ditunjukkan oleh produk domestik bruto (PDB) pada sektor jasa dunia usaha yang terus meningkat setiap tahunnya (Gambar 1). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia selalu meningkat, dapat dilihat pada gambar dari tahun 2010 total PDB Indonesia sebesar 89 Triliun rupiah terus bertambah hingga pada tahun 2014 besar PDB yang diperoleh Indonesia mencapai 151 Triliun rupiah. Perlunya pembiayaan terhadap sektor ini karena adanya dorongan dari seluruh elemen masyarakat sehingga ketiadaan sektor ini dapat menghambat kinerja perekonomian Indonesia. 3

16 4 180 Triliun Rupiah (Tahun) Gambar 1 PDB Indonesia pada sektor jasa dunia usaha di Indonesia periode Perbankan sebagai lembaga keuangan yang menjadi lembaga intermediasi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah lembaga keuangan formal yang berfungsi untuk memberikan prioritas pembiayaan kepada berbagai sektor usaha berskala mikro, kecil, dan menengah yang termasuk sektor jasa dunia usaha. Jumlah DPK yang dihimpun oleh BPRS mengalami peningkatan setiap tahunnya (BPS 2016), namun peningkatan tersebut tidak diikuti dengan peningkatan rasio pembiayaan untuk sektor jasa dunia usaha terhadap total pembiayaan seluruh sektor. Menurut data Stastistik Perbankan Syariah Bank Indonesia (SPS-BI) 2016, persentase rasio pembiayaan sektor jasa dunia usaha terhadap total pembiayaan cenderung perlahan mengalami penurunan dari (Gambar 2) Triliun Rupiah ,54 9,83 9,82 7,45 7, (Tahun) Gambar 2 Rasio Pembiayaan BPRS pada sektor jasa dunia usaha di Indonesia periode Berdasarkan Gambar 2, besarnya proporsi pembiayaan untuk sektor ini selama kurun waktu lima tahun terakhir yaitu dari tahun 2011 hingga akhir tahun 2015 terus mengalami fluktuasi. Proporsi pembiayaan untuk sektor jasa dunia usaha yang dikeluarkan BPRS pada tahun 2011 sebesar 9.54 persen dari total pembiayaan sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan menjadi 7.45 persen dari total pembiayaan yang dikeluarkan oleh BPRS. Tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2015 proporsi pembiayaan untuk sektor ini sudah mulai

17 stabil diangka 9.82 persen. Nilai tersebut masih rendah dibandingkan sektor lain seperti pembiayaan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (29.42 persen). Hal ini berbeda dengan total pembiayaan yang diberikan oleh BPRS terhadap semua sektor ekonomi yang selalu mengalami peningkatan. Menurut data Statistik Perbankan Syariah, total pembiayaan yang dikeluarkan oleh BPRS dari tahun 2011 hingga tahun 2015 terus mengalami peningkatan. Total pembiayaan yang dikeluarkan BPRS pada tahun 2011 adalah sebesar Rp Miliar. Total pembiayaan tersebut mengalami peningkatan hingga tahun 2015 mencapai Rp Miliar. Peningkatan pembiayaan yang dikeluarkan oleh BPRS tersebut dapat dikatakan cukup besar. Berdasarkan uraian diatas, faktor-faktor apa saja yang memengaruhi fluktuasi rasio pembiayaan sektor jasa dunia usaha terhadap total pembiayaan pada BPRS perlu diteliti sehingga dapat dirumuskan dalam beberapa pertanyaan yang akan ditelaah pada penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana perkembangan pembiayaan sektor jasa dunia usaha BPRS di Indonesia? 2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha BPRS di Indonesia? 3. Bagaimana respon guncangan dan kontribusi setiap variabel terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha BPRS di Indonesia Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Menggambarkan perkembangan pembiayaan sektor jasa dunia usaha pada BPRS di Indonesia. 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha pada BPRS di Indonesia. 3. Menganalisis respon guncangan dan kontribusi setiap variabel terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha BPRS di Indonesia. Manfaat Penelitian Manfaat dari dilakukannya penelitian ini antara lain: 1. Bagi pemerintah dan instansi perbankan syariah khususnya BPRS, diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait dengan pembiayaan disektor jasa dunia usaha. 2. Bagi Masyarakat, penelitian ini dapat memberi pengetahuan mengenai peran BPRS dalam mengembangkan sektor jasa dunia usaha di Indonesia. 3. Bagi akademisi, memberikan kontribusi untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan baik kepada penulis ataupun pembaca khususnya terkait pembiyaan BPRS serta sektor jasa dunia usaha. Batasan Masalah Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk melihat perkembangan pembiayaan sektor jasa dunia usaha dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan 5

18 6 sektor jasa dunia usaha yang dibatasi hanya pada BPRS di Indonesia tidak termasuk Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). Ketersediaan data publikasi BPRS untuk pembiayaan sektoral penelitian ini menggunakan data bulanan dengan periode dari Januari 2011 sampai dengan Desember Faktor-faktor yang akan diteliti berasal dari sisi internal maupun eksternal BPRS itu sendiri. Variabel internal terdiri dari jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK), Equivalent Rate Pembiayaan (ERP), Non-performing Financing (NPF), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Return on Assets (ROA). Variabel eksternal yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate. TINJAUAN PUSTAKA Jasa Dunia Usaha Industri jasa dunia usaha merupakan perusahaan yang menyediakan layanan bisnis yang berhubungan dengan sesama perusahaan. Perusahaan di industri ini menawarkan berbagai layanan, termasuk pemasaran dan periklanan, konsultasi, jasa hukum, logistik dan pengiriman, sumber daya manusia, kepegawaian, leasing, keamanan, outsourcing, dan manajemen fasilitas. Industri layanan bisnis sangat terfragmentasi. Produksi dalam industri ini dibagi di antara banyak perusahaan yang berbeda, tidak ada satu perusahaan pun yang memiliki pangsa cukup besar dari pasar untuk dapat mempengaruhi arah atau harga tingkat industri. Industri jasa dunia usaha adalah industri yang sangat luas meliputi berbagai kategori dari operasi bisnis, semua dari mereka memberikan beberapa jenis layanan non-keuangan kepada perusahaan lain. Layanan tersebut meliputi periklanan, pemasaran, konsultasi, logistik (termasuk perjalanan dan fasilitas layanan), penanganan limbah, layanan kepegawaian, pengiriman, administrasi, dan layanan keamanan untuk beberapa nama. Hampir setiap bisnis beroperasi memiliki kebutuhan untuk setidaknya satu dari berbagai jenis layanan yang ditawarkan oleh industri. Perusahaan pemasaran bertanggung jawab untuk meningkatkan penjualan dari perusahaan klien dengan membantu keuntungan perusahaan pelanggan baru serta menjaga orang-orang saat ini. Jasa hukum diperlukan untuk menangani transaksi bisnis, serta untuk tujuan litigasi. Logistik dan perusahaan pelayaran bertanggung jawab untuk menghubungkan bisnis ke bisnis atau konsumen lain dengan mengumpulkan, menyimpan, mengangkut, dan memberikan produk perusahaan penetapan staf untuk orang yang membutuhkan pekerjaan, sementara atau permanen, dengan perusahaan yang membutuhkan karyawan yang memenuhi syarat. Perusahaan leasing memenuhi kebutuhan klien untuk barang tertentu tanpa memerlukan pembelian penuh. Keamanan perusahaan bertanggung jawab untuk menjaga aset perusahaan aman. Perusahaan konsultasi berada dalam bisnis pemenuhan kebutuhan untuk keahlian bahwa klien tidak dapat memenuhi sendiri. Perusahaan-perusahaan ini dapat menawarkan profesional, ilmiah, teknis atau konsultasi, manajemen atau konsultasi strategi, atau sumber daya manusia

19 konsultasi (Global Edge 2014). Dalam publikasi yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), sektor jasa dunia usaha didefinisikan sebagai jasa perusahaan yang merupakan subsektor dari sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) menurut UU Perbankan No. 7 tahun 1992 adalah lembaga keuangan bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR yang operasinya menggunakan prinsip-prinsip syariah. Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 (pasal 1 ayat 4), disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah. Pelaksanakan BPR yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah selanjutnya diatur menurut SK Direktur BI No. 32/36/KEP/DIR/1999 tanggal 12 Mei 1999 tentang BPR berdasarkan prinsip syariah. Tujuan Pendirian BPRS 1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi umat Islam, terutama golongan masyarakat ekonomi lemah terutama di daerah. 2. Menambah lapangan kerja. 3. Membina semangat ukhuwah islamiyah melalui kegiatan ekonomi. Usaha BPRS 1. Simpanan amanah Disebut dengan simpanan amanah karena bank menerima titipan amanah dari nasabah. Disebut titipan amanah karena bentuk perjanjiannya adalah wadiah, yaitu titipan yang tidak menanggung resiko. Namun, bank akan memberikan bonus dari bagi hasil keuntungan yang diperoleh melalui pembiayaan kepada nasabahnya. 2. Tabungan wadiah Dalam tabungan ini bank menerima tabungan dari nasabah dalam bentuk tabungan bebas, sedangkan akad yang diikat adalah wadiah yang tidak menanggung resiko namun bank memberikan bonus kepada nasabah, hasil dari bagi hasil dan kegiatan pembiayaan kredit kepada nasabah lainnya. 3. Deposito wadiah mudharabah Dalam produk ini bank menerima deposito berjangka dari nasabahnya. Akad yang dilakukan dapat berbentuk wadiah dan mudharabah. Selain itu, BPRS dapat pula bertindak sebagai baitul maal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, wakaf, hibah atau dana sosial lainnya. Sementara, dalam menyalurkan dana, BPRS mempunyai jasa-jasa sebagai berikut: 1. Pembiayaan Mudharabah 7

20 8 Dalam pembiayaan mudharabah bank melakukan akad dengan nasabah. Bank menyediakan modal usaha untuk proyek yang dikelola oleh pengusaha. Keuntungannya akan dibagi hasil sesuai kesepakatan. 2. Pembiayaan Musyarakah Bank dan pengusaha berjanji bersama-sama membiayai suatu proyek yang dikelola bersama-sama. Keuntungannya dibagi sesuai porsi modal. 3. Pembiayaan bai Bithaman Ajil Bank menyediakan dana untuk pembelian suatu barang/aset yang dibutuhkan oleh nasabah guna mendukung usahanya. Namun begitu, sesuai UU Perbankan No. 10 tahun 1998, BPRS hanya dapat melaksanakan usaha-usaha sebagai berikut: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya. 2. Memberikan kredit. 3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh BI. 4. Menempatkan dananya dalam bantuk SBI, deposito berjangka, sertifikat deposito dan tabungan pada bank lainnya. Pembatasan usahan BPRS secara lebih tegas dijelaskan dalam pasal 27 SK Direktur BI No. 32/36/KEP/DIR/1999. Menurut SK ini, kegiatan operasional BPRS adalah: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk: a. Tabungan berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah. b. Deposito berjangka berdasarkan mudharabah. c. Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah dan mudharabah. 2. Melakukan penyaluran dana melalui pembiayaan. 3. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan BPRS sepanjang disetujui DSN. BPRS tidak diizinkan untuk menerima dana dalam bentuk giro, dan dilarang untuk : a. Melakukan kegiatan usaha valuta asing. b. Melakukan penyertaan modal. c. Melakukan usaha perasuransian. Definisi Pembiayaan Syariah Menurut Antonio (2001) pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan Syariah menurut UU No. 21 pasal 1 ayat 25 Tahun 2008, pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah, transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau

21 sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik, transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna, transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah terbagi ke dalam beberapa kategori yaitu pembiayaan yang berdasarkan bagi hasil (penyertaan modal), pembiayaan dengan prinsip jual beli (ba i), dan pembiayaan dengan prinsip ijarah. Pembiayaan yang berdasarkan jual beli ditujukan untuk memiliki barang, terdiri dari murabahah, salam, dan istishna. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil digunakan untuk usaha kerja sama yang ditujukan guna mendapatkan barang dan jasa sekaligus, terdiri dari mudharabah dan musyarakah. Sedangkan pembiayaan dengan prinsip sewa ditujukan untuk mendapatkan jasa, terdiri dari ijarah dan ijarah muntahia bit-tamlik. Pembiayaan syariah juga terdiri dari debt financing dan equity financing. Murabahah, salam, dan istishna termasuk debt financing, sedangkan yang termasuk equity financing adalah musyarakah, mudharabah, dan ijarah. Kinerja BPRS Dana Pihak Ketiga Menurut Kasmir dalam bukunya Dasar-Dasar Perbankan (2002:64), Dana Pihak Ketiga adalah dana yang berasal dari masyarakat luas yang merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasional suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasionalnya dari sumber dana ini. Menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998, Dana Pihak Ketiga merupakan dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya. Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi operasional perbankan, terdiri dari: 1. Giro adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan cara pemindah bukuan. 2. Deposito adalah simpanan yang penarikannya hanya dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan bank. 3. Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya. Dalam perbankan syariah, sumber Dana Pihak Ketiga (DPK) terdiri dari giro syariah, tabungan syariah, dan deposito syariah. Giro Syariah Giro syariah adalah giro yang dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Dewan Syariah Nasionl (DSN) telah mengeluarkan fatwa yang 9

22 10 menyatakan bahwa prinsip wadiah dan mudharabah adalah giro yang dibenarkan secara syariah. Tabungan Syariah Tabungan syariah adalah tabungan yang dijalankan berdasarkan prinsipprinsip syariah. Dewan Syariah Nasional (DSN) telah mengeluarkan fatwa yang menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan yang berdasarkan prinsip wadiah dan mudharabah. Deposito Syariah Deposito syariah adalah deposito yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Dewan Syariah Nasional MUI telah mengeluarkan fatwa bahwa deposito yang dibenarkan adalah deposito yang berdasarkan prinsip mudharabah. Bank Syariah bertindak sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik dana). Equivalent Rate Pembiayaan (ERP) Equivalent Rate Pembiayaan (ERP) adalah tingkat bagi hasil/margin/fee rata-rata pembiayaan yang dibebankan oleh perbankan syariah dari suatu penanaman dana atau penghimpunan dana perbankan. Non Performing Financing (NPF) Non Performing Financing (NPF) merupakan rasio yang menggambarkan jumlah pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan yang diberikan oleh bank. Dengan kata lain, NPF merupakan indikator yang menunjukkan kerugian akibat risiko kredit. Kategori NPF menurut Bank Indonesia terdiri dari kurang lancar, diragukan, dan macet. Nilai NPF sangat berpengaruh terhadap penyaluran pembiayaan. Apabila nilai NPF tinggi, maka bank akan lebih berhati-hati untuk menyalurkan dana sehingga jumlah pembiayaan menurun. Rumus NPF: NPF = Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) Biaya Operasional per Pendapatan Operasional (BOPO) merupakan perhitungan efisiensi bank dengan cara membandingkan antara biaya operasional dengan pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini maka semakin baik karena menggambarkan bahwa biaya operasional yang dikeluarkan lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan operasionalnya. Rumus yang digunakan untuk mengukur BOPO adalah sebagai berikut: BOPO = Return on Assets Return on Assets (ROA) merupakan rasio keuangan yang mengukur kemampuan bank dalam menghasilkan laba. Rasio ini juga dapat menggambarkan tingkat efisiensi suatu bank. Nilai ROA sangat penting, karena rasio ini mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset produktif

23 yang dananya sebagian besar berasal dari Dana Pihak Ketiga (DPK). Semakin besar ROA maka semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai oleh suatu perusahaan dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan asset. Standar nilai ROA menurut Bank Indonesia sekurangkurangnya adalah 1.2 persen. Semakin tinggi nilai ROA, maka semakin sehat bank tersebut. Rumus yang digunakan untuk mengukur ROA adalah sebagai berikut: ROA = Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate) BI Rate adalah suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yang merupakan cerminan sikap stance kebijakan moneter. Nilai BI rate merupakan acuan bagi bank konvensional dalam menetapkan suku bunga kredit, sehingga BI rate dapat berpengaruh terhadap permintaan dan penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktor yang memengaruhi pembiayaan syariah terhadap sektor ekonomi industri memang telah banyak dilakukan, tetapi penelitian yang memfokuskan pada sektor jasa dunia usaha di BPRS masih belum dilakukan. Maka penelitian ini akan membahas tentang faktor yang memengaruhi pembiayaan syariah sektor jasa dunia usaha dikaitkan dengan beberapa literatur sebagai berikut. Penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2013) tentang Analisis Pembiayaan Sektor Konstruksi Pada Perbankan Syariah di Indonesia. Penelitian ini mengkaitkan pengembangan sektor konstruksi dengan perbankan melalui akses pemberian kredit. Penelitian ini menggunakan Vector Error Correction Model (VECM) dengan menggunakan data bulanan periode 2006 hingga Hasil penelitian ini menunjukan, guncangan pada FDR, SBI, IPI, INF, dan ERP akan direspon positif rasio pembiayaan sektor jasa dunia usaha, sedangkan guncangan pada variabel DPK, SBK, NPF, Bonus SBIS dan PUAS akan direspon negatif oleh rasio pembiayaan perbankan syariah. Penelitian tentang Analisis Faktor-faktor Penentu Pembiayaan Pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi di Indonesia oleh Yozar (2015). Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh, respon guncangan, dan kontribusi kategori kinerja perbankan, kondisi makroekonomi, rate of return, dan instrumen moneter terhadap rasio pembiayaan sektor pengangkutan, perdagangan, dan komunikasi (PPK) pada perbankan syariah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada jangka pendek variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap rasio pembiayaan PPK dan pada jangka panjang variable Non Performing Financing (NPF), tingkat inflasi (INF), equivalent rate pembiayaan (ERP), Pasar Uang Antar Bank berdasarkan prinsip Syariah (PUAS), suku bunga kredit (SBK) secara signifikan berpengaruh negatif terhadap rasio pembiayaan PPK sedangkan variabel Industrial production Index (IPI) dan bonus Sertifikat Bank Indonesia Syariah (BSBIS) secara signifikan berpengaruh positif. 11

24 12 Adzimatinur (2014) meneliti tentang faktor-faktor yang memengaruhi besaran pembiayaan perbankan syariah di Indonesia tahun 2010 sampai tahun Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut terdiri dari tingkat bagi hasil, DPK, NPF, FDR, ROA, dan BOPO. Metode penelitian yang digunakan yaitu Vector Error Correction Model (VECM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat bagi hasil, DPK, dan FDR memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap pembiayaan pada jangka panjang sedangkan NPF berpengaruh signifikan dan negatif terhadap pembiayaan. ROA dan BOPO tidak signifikan berpengaruh terhadap pembiayaan. Sementara itu, respon pembiayaan terhadap guncangan pembiayaan itu sendiri, NPF, dan ROA direspon positif oleh pembiayaan dan akan stabil pada jangka panjang, sedangkan untuk guncangan yang terjadi pada tingkat bagi hasil, DPK, FDR, dan BOPO direspon negatif oleh pembiayaan Nugraha (2014) meneliti tentang faktor-faktor yang memengaruhi pembiayaan sektor jasa dunia usaha pada BUS dan UUS di Indonesia pada tahun 2009 sampai tahun Variabel yang digunakan dalan penelitian tersebut terdiri dari, tingkat bagi hasil, suku bunga kredit (SBK) bank umum, DPK, NPF, FDR, IPI, dan inflasi. Metode penelitian yang digunakan yaitu Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukan bahwa variabel, suku bunga kredit (SBK) bank umum, DPK, NPF, FDR, dan inflasi memiliki pengaruh signifikan dan positif terhadap pembiayaan pada sektor jasa dunia usaha. Namun, tingkat bagi hasil memiliki pengaruh signifikan negatif dan IPI merupakan variabel yang tidak berpengaruh pada taraf nyata lima persen. Penelitian yang dilakukan oleh Suryadi (2014) meneliti tentang pembiayaan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) pada perbankan syariah di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah Vector Error Correection Model (VECM) dengan variabel yang menggambarkan kinerja perbankan, kondisi makro, instrumen moneter, dan return pembiayaan. Variabel yang diteliti adalah DPK, NPF, IPI, INF, PUAS, BSBIS, ERP, dan SBK. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa, guncangan IPI, SBK, dan ERP akan direspon signifikan positif oleh rasio pembiayaan sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR). Sedangkan guncangan pada variabel DPK, NPF, BSBIS, dan INF akan direspon negatif oleh rasio pembiayaan sektor PHR. Sementara variabel IPI tidak signifikan positif dan PUAS akan direspon secara tidak signifikan negatif. Kerangka Pemikiran Pembiayaan oleh Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) dilakukan pada sektor-sektor ekonomi. Salah satunya yaitu sektor jasa dunia usaha. Proporsi pembiayaan pada sektor ini mengalami fluktuasi, sedangkan total Produk Domestik Bruto (PDB) dan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) di BPRS Indonesia meningkat setiap tahunnya. Selain dari jumlah DPK rasio pembiayaan dapat dilihat dari kinerja BPRS lainnya yang merupakan faktor internal dari pembiayaan, seperti Non-Performing Finannce (NPF), Beban Opersional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), dan Return On Asset (ROA) serta tingkat bagi hasil dari pembiayaan (ERP) itu sendiri. Faktor eksternal yang mampu menentukan pembiayaan pada sektor ini yaitu BI rate sebagai acuan suku bunga.

25 Pembiayaan sektor jasa dunia usaha bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) dikhususkan untuk para pebisnis yang bergerak dibidang dunia usaha skala, mikro, kecil, maupun menengah agar tidak sulit untuk mendapatkan modal awal dalam menjalankan suatu usaha. Berdasarkan faktor-faktor yang ada pada kinerja BPRS dan diluar kinerja BPRS akan dilihat guncangan yang terjadi terhadap pembiayaan yang dilakukan serta kontribusi dari faktor-faktor tersebut yang memberikan peranan yang paling besar. Terakhir, perlunya saran dan rekomendasi kebijakan dari BPRS sendiri dalam melihat respon guncangan yang terjadi dan faktor yang memberikan kontribusi besar saat melakukan pembiayaan disektor jasa dunia usaha. 13 Fluktuasi Rasio Pembiayaan Sektor Jasa Dunia Usaha Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Kinerja BPRS: DPK NPF BOPO ROA Tingkat Bagi Hasil Pembiayaan Faktor Eksternal: BI rate Pembiayaan Sektor Jasa Dunia Usaha Skala Mikro, Kecil, Menengah Respon Terhadap Guncangan Struktur Kontribusi Saran dan Rekomendasi Kebijakan Gambar 3 Kerangka Pemikiran

26 14 Hipotesis Penelitian Berdasarkan pokok permasalahan dan kerangka pemikiran di atas, diperoleh hipotesis yang akan diuji kebenarannya dalam penelitian ini. Adapun hipotesis yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha 2. Return On Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha 3. Equivalent Rate Pembiayaan (ERP) berpengaruh negatif terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha 4. Non Performing Financing (NPF) berpengaruh negatif terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha 5. BOPO berpengaruh negatif terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha 6. BI Rate berpengaruh negatif terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kuantitatif dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, berupa data deret waktu (time series) data bulanan dalam kurun waktu lima tahun. Sumber Data Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan statistik perbankan syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yaitu data laporan keuangan bulanan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) yang ada di Indonesia dari tahun 2011 sampai dengan Desember 2015 dan data lainnya yang relevan untuk mendukung penelitian ini. Metode Analisis dan Pengolahan Data Metode analisis dan pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode kuantitatif. Metode deskriptif dilakukan untuk menggambarkan data yang akan digunakan dan untuk memudahkan dalam penafsiran. Metode kuantitatif digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang secara signifikan memengaruhi pembiayaan jasa dunia usaha pada BPRS dengan menggunakan analisis deret waktu (time series). Juanda dan Junaidi (2012) menyatakan bahwa sebagian besar model-model ekonometrika deret waktu adalah model struktural atau teoritis, yaitu model yang dibangun berdasarkan teori ekonomi yang ada. Estimasi model ini dapat memberikan informasi numerik maupun data untuk menguji teori yang ada. Namun, sering kali teori ekonomi belum mampu menentukan spesifikasi yang tepat untuk model dikarenakan fenomena ekonomi yang ada terlalu kompleks. Vector Autoregressive (VAR) dapat digunakan untuk mengatasi hal ini pada data deret waktu (time series)

27 karena model VAR dibangun dengan pendekatan yang meminimalkan teori agar dapat menangkap fenomena yang ada. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Vector Autoregression (VAR) apabila data yang digunakan stasioner dan tidak ada kointegrasi, sedangkan apabila data yang digunakan stasioner dan ada kointegrasi maka digunakan metode Vector Error Correction Model (VECM). Oleh karena itu, sebelum melakukan analisis menggunakan metode VAR/VECM, diperlukan beberapa pengujian, di antaranya uji stasioneritas (unit root test), uji stabilitas VAR, uji lag optimum, dan uji kointegrasi. Selanjutnya, akan dilakukan VECM, Impuls Respon Function (IRF), dan Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD). Kemudian proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan software Microsoft Excel 2013 dan Eviews 6.. Vector Autoregression (VAR) Vector Auto Regression (VAR), yaitu model ekonometrika yang dibangun berdasarkan hubungan antarvariabel yang mengacu pada model dan digunakan untuk melihat hubungan kausalitas antarvariabel. Model ini pertama kali digunakan dan dikembangkan oleh Cristoper A. Sims pada tahun VAR dengan ordo p dan n buah variabel tak bebas pada periode t dapat dimodelkan sebagai berikut: = Di mana: : vektor variabel tak bebas : vektor intersep berukuran n x 1 : matriks koefisien/parameter berukuran n x n untuk setiap i = 1,2,...,p : vektor error berukuran n x 1 Asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis VAR adalah semua variabel tidak bersifat stasioner pada level dan tidak ada kointegrasi. Oleh karena itu, sebelum melakukan analisis VAR, dilakukan terlebih dahulu uji stasioneritas (unit root test) dan uji kointegrasi. Apabila tidak stasioner pada tingkat level dan terkointegrasi, maka akan dilakukan analisis Vector Error Correction Model (VECM) (Gujarati 2006). Uji Stasioneritas Uji stasioneritas merupakan langkah awal yang digunakan untuk mengestimasi model. Jika estimasi dilakukan dengan menggunakan data yang tidak stasioner maka akan memberikan hasil regresi yang palsu atau disebut sebagai spurious regression (Gujarati 2006). Uji stasioneritas dapat dilakukan dengan metode ADF sesuai dengan bentuk tren deterministik yang dikandung oleh setiap variabel. Hasil series stasioner akan berujung pada penggunaan VAR dengan metode standar. Sementara series nonstasioner akan berimplikasi pada dua pilihan VAR, yaitu VAR dalam bentuk first difference atau VECM. Adanya variabel nonstasioner meningkatkan kemungkinan keberadaan hubungan kointegrasi antarvariabel. Maka pengujian kointegrasi diperlukan untuk mengetahui keberadaan hubungan tersebut. Pengujian kointegrasi sebaiknya tetap dilakukan pada data stasioner, mengingat terdapatnya kemungkinan kesalahan pengambilan kesimpulan pengujian unit root terkait dengan the power of test. 15

28 16 Uji Stabilitas VAR Stabilitas VAR dapat dilakukan dengan menghitung akar-akar dari fungsi polinomial atau dikenal dengan roots of characteristic polinomial. Hal ini dapat dilihat dari nilai modulus di tabel AR roots-nya, jika semua akar dari fungsi polinomial berada di dalam unit circle atau jika nilai modulus kurang dari 1 maka model VAR tersebut dianggap stabil sehingga Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) yang dihasilkan dianggap valid (Firdaus 2011). Uji Lag Optimal Penentuan lag optimum ini sangat penting dalam model VAR karena pengujian ini digunakan untuk menunjukkan berapa lama reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya dan juga dapat digunakan untuk menghilangkan autokorelasi dalam sebuah sistem VAR (Firdaus 2011). Pengujian lag optimal dapat menggunakan beberapa informasi yaitu dengan menggunakan Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Criterion (SC) dan Hannan-Quinn Criterion (HQ). Uji Kointegrasi Menurut Juanda dan Junaidi (2012), kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang antara peubah-peubah yang meskipun secara individual tidak stasioner, tetapi kombinasi linier antara peubah tersebut dapat menjadi stasioner. Dua variabel yang tidak stasioner sebelum dideferensi namun stasioner pada first difference, besar kemungkinan akan terjadi kointegrasi, artinya terdapat hubungan jangka panjang di antara keduanya (Firdaus 2011). Ada beberapa metode pengujian kointegrasi yaitu uji kointegrasi Engle- Granger, uji Cointegrating Regression Durbin Watson (CRDW), dan Johannsen Cointegrating Test. Pengujian kointegrasi dalam penelitian ini menggunakan Johannsen Cointegrating Test. Apabila nilai trace statistic lebih besar dari nilai kritis (critical value) maka terjadi kointegrasi. Uji Vector Error Correction Model (VECM) Model VAR memiliki beberapa bentuk, salah satunya adalah model VAR yang terestriksi (restricted VAR) atau disebut juga Vector Error Correction Model (VECM). Model ini digunakan apabila terdapat data yang tidak stasioner pada level dan terkointegrasi, artinya terdapat hubungan jangka panjang. Istilah Vector Error Correction Model (VECM) digunakan karena adanya koreksi secara bertahap melalui penyesuaian jangka pendek terhadap deviasi dari long run equilibrium model (Juanda dan Junaidi 2012). Adapun model VECM secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut: Δ = Δ + Di mana: = vektor yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian = vektor intersep = vektor koefisien regresi = time trend = β di mana b mengandung persamaan kointegrasi jangka panjang = variabel in-level

29 17 = matriks koefisien regresi k-1 = ordo VECM dari VAR = error term Uji Impuls Respon Function (IRF) Firdaus (2011) mendefinisikan Impulse Response Function (IRF) sebagai metode yang digunakan untuk menentukan respon suatu variabel endogen terhadap suatu shock tertentu. Hal ini dikarenakan shock variabel misalnya ke-i tidak hanya berpengaruh terhadap variabel ke-i tersebut tetapi ditransmisikan kepada variabel endogen lainnya melalui struktur dinamis atau struktur lag dalam VECM. IRF dapat mengukur pengaruh suatu shock pada suatu waktu kepada inovasi variabel endogen pada saat tersebut dan di masa yang akan datang. Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD) Metode yang dapat dilakukan untuk melihat bagaimana perubahan suatu variabel yang ditunjukan oleh perubahan error variance dipengaruhi oleh variabel-variabel lainnya adalah FEVD. Metode ini mencirikan suatu struktur dinamis dalam model VAR, dalam metode ini dapat dilihat kekuatan dan kelemahan masing-masing variabel memengaruhi variabel lainnya dalam kurun waktu yang panjang. FEVD merinci ragam dari peramalan galat menjadi komponen-komponen yang dapat dihubungkan dengan setiap variabel endogen dalam model. Dengan menghitung persentase kuadrat prediksi galat k-tahap ke depan dari sebuah variabel dapat inovasi dalam variabel-variabel lain maka akan dapat dilihat seberapa besar perbedaan antara error variance sebelum dan sesudah terjadinya shock yang berasal dari dirinya sendiri maupun dari variabel lain. Jadi melalui FEVD dapat diketahui secara pasti faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi dari variabel tertentu (Firdaus 2011). Perumusan Model Model VECM yang digunakan dalam penelitian ini adalah: = ( ) +( ) + ( ) ( ) ( ) Keterangan: PJDU : Pembiayaan sektor jasa dunia usaha pada BPRS (Miliar Rp) BIRATE : Tingkat suku bunga Bank Indonesia (%) DPK : Jumlah dana pihak ketiga (Miliar Rp) ERP : Equivalent rate pembiayaan (%) BOPO : Beban operasional terhadap pendapatan operasional (%) NPF : Non Performing Financing (%) ROA : Return on Asset (%)

30 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Pembiayaan BPRS di Indonesia BPRS merupakan salah satu lembaga keuangan syariah selain Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS). BPRS di Indonesia mengalami perkembangan seiring berkembangnya ekonomi syariah. Terlihat dari perkembangan aset BPRS yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Total aset BPRS di Indonesia berdasarkan dari data statistik perbankan syariah pada tahun 2011 sebesar Rp Miliar hingga pada tahun 2015 mencapai total sebesar Rp Miliar. Kelembagaannya juga semakin bertambah jumlahnya, total kantor BPRS yang ada di Indonesia pada tahun 2011 berjumlah 155 bank dan 364 kantor, hingga pada tahun 2015 menjadi 163 bank dan 446 kantor. Gambaran Umum Pembiayaan pada BPRS Setelah melihat terjadinya perkembangan baik dari sisi aset maupun dari sisi kelembagaan pada BPRS yang ada di Indonesia, maka jumlah pembiayaan yang dilakukan oleh setiap BPRS yang ada juga ikut mengalami peningkatan. Pembiayaan merupakan salah satu bentuk penyaluran dana kepada masyarakat yang diberikan oleh perbankan syariah, sedangkan dalam bank konvensional disebut kredit. Pembiayaan terdiri dari berbagai macam prinsip, yaitu jual-beli, sewa-menyewa, dan bagi hasil. Berdasarkan Gambar 4 menurut data statistik perbankan syariah, dapat dilihat pembiayaan BPRS yang ada di Indonesia setiap tahun mengalami perkembangan dari tahun 2011 hingga tahun Tahun 2011 total pembiayaan yang dilakukan BPRS sebesar Rp Miliar. Total ini terus meningkat sampai tahun 2015 mencapai Rp Miliar. Pembiayaan tersebut disalurkan ke berbagai sektor ekonomi termasuk sektor jasa dunia usaha. Miliar Rupiah (Tahun) Sumber: Data statistik Perbankan Syariah, 2015 (diolah). Gambar 4 Perkembangan pembiayaan BPRS di Indonesia

31 Pembiayaan BPRS di Indonesia berdasarkan Sektor Ekonomi Pembiayaan BPRS dibagi dalam beberapa sektor ekonomi. Sektor jasa dunia usaha mendapat proporsi pembiayaan cukup besar diantara sektor lainnya. Jumlah pembiayaan yang dilakukan BPRS selalu meningkat secara nominal, akan tetapi proporsi untuk sektor jasa dunia usaha mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Gambar 5 merupakan proporsi pembiayaan BPRS disektor-sektor yang paling mendominasi diantara sektor lainnya, salah satunya termasuk sektor jasa dunia usaha. Sektor perdagangan, restoran, dan hotel adalah sektor yang mendapat proporsi paling besar. Sektor ini memiliki tren yang menurun setiap tahunnya dibandingkan dengan sektor jasa dunia usaha yang bersifat fluktuatif namun relatif naik. Artinya, pembiayaan yang dilakukan untuk sektor jasa dunia usaha semakin banyak. 19 Persen (%) Tahun pertanian konstruksi perdagangan, restoran, dan hotel jasa dunia usaha jasa sosial/masyarakat Sumber: Data statistik perbankan syariah (diolah) Gambar 5 Proporsi pembiayaan BPRS dalam sektor ekonomi Proporsi pembiayaan pada BPRS yang ada di Indonesia memperlihatkan bahwa sektor jasa dunia usaha termasuk salah satu sektor yang mendominasi pembiayaan. Hal ini terjadi karena banyak masyarakat yang ingin membuka usaha sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Kegiatan membuka usaha sendiri menunjukkan bahwa masyarakat lebih memilih berani menanggung semua resiko yang akan didapat dibandingkan mereka harus menjadi seorang pengangguran. Besarnya pembiayaan yang diberikan oleh BPRS terhadap sektor jasa dunia usaha setiap tiga bulan dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 2011 hingga tahun 2015 dapat dilihat pada Gambar 6. Pembiayaan pada bulan Maret 2011 yang diberikan sebesar RP 289 Miliar. Jumlah tersebut terus meningkat hingga bulan September Setelah itu mengalami jumlah tersebut mengalami penurunan yang cukup besar pada bulan Desember 2012, selanjutnya jumlah pembiayaan untuk sektor ini kembali meningkat sampai pada bulan Desember 2015 yang nilainya mencapai Rp 566 Miliar. Nilai ini hanya sekitar 9.82 persen dari seluruh total pembiayaan yang diberikan oleh BPRS untuk semua sektor ekonomi yang jumlahnya yaitu Rp Miliar.

32 Mar-11 Jun-11 Sep-11 Des-11 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Des-12 Mar-13 Miliar Rupiah Jun-13 Sep-13 Des-13 Mar-14 Jun-14 Sep-14 Des-14 Mar-15 Jun-15 Sep-15 Des-15 Sumber: Data statistik perbankan syariah (diolah) Gambar 6 Pembiayaan Jasa Dunia Usaha Faktor-faktor yang Memengaruhi serta Dampaknya Terhadap Pembiayaan Sektor Jasa Dunia Usaha BPRS di Indomesia Faktor yang memengaruhi pembiayaan BPRS dapat dilihat dari kinerja BPRS pada rasio keuangan BPRS itu sendiri yaitu Non-performing Financing (NPF), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Assets (ROA), dan jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK). Apabila perkembangan rasio keuangannya semakin meningkat, maka kinerja dari semua BPRS yang ada di Indonesia Berdasarkan jumlah dana pihak ketiga yang dikumpulkan oleh BPRS di Indonesia secara nominal relatif meningkat dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 2011 hingga 2015 terlihat pada Gambar 7. Ini menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap BPRS bertambah. Pada tahun 2011 jumlah DPK yang berhasil dihimpun dari masyarakat oleh BPRS pada bulan Maret sebesar Rp Miliar. Jumlah ini terus mengalami peningkatan hingga Desember tahun 2015 jumlah tersebut mencapai hingga Rp Miliar Miliar Rupiah Mar-11 Jun-11 Sep-11 Des-11 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Des-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13 Des-13 Mar-14 Jun-14 Sep-14 Des-14 Mar-15 Jun-15 Sep-15 Des-15 Sumber: Data statistik perbankan syariah (diolah) Gambar 7 Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK)

33 21 Berdasarkan ROA yang dimiliki BPRS selama kurun waktu penelitian relatif mengalami fluktuasi namun pada akhir periode nilainya menurun. Terlihat di Gambar 8 pada Maret tahun 2011 tingkat ROA BPRS sebesar 2.71 persen. Kemudian pada Maret 2013 merupakan ROA tertinggi mencapai 3.06 persen. Pada akhir periode penelitian yaitu bulan Desember 2015, tingkat ROA tersebut menurun hanya sebesar 2.20 persen. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan tingkat keuntungan yang diperoleh oleh BPRS. Persen (%) 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0 Mar-11 Jun-11 Sep-11 Des-11 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Des-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13 Des-13 Mar-14 Jun-14 Sep-14 Des-14 Mar-15 Jun-15 Sep-15 Des-15 Sumber: Data statistik perbankan syariah (diolah) Gambar 8 Perkembangan Return on Asset (ROA) Non-Perfoming Finance pada BPRS di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terjadi fluktuasi dari setiap tahunnya. Pada kuartal awal tahun 2011 yang dijelaskan Gambar 9 nilainya sebesar 7.15 persen dan terus mengalami fluktuasi sampai kuarter akhir tahun 2015 yang nilainya mencapai 8.2 persen. Hal ini menunjukkan semakin banyaknya pembiayaan yang bermasalah pada BPRS. Nilai NPF tertinggi yang di peroleh dari seluruh BPRS yang ada di Indonesia, yaitu pada Maret 2015 mencapai persen, sehingga BPRS perlu selalu meningkatkan kualitas pembiayaan di Indonesia. Persen (%) Mar-11 Jun-11 Sep-11 Des-11 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Des-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13 Des-13 Mar-14 Jun-14 Sep-14 Des-14 Mar-15 Jun-15 Sep-15 Des-15 Sumber: Data statistik perbankan syariah (diolah) Gambar 9 Perkembangan Non-perfoming Financing (NPF)

34 22 Terlihat pada Gambar 10 bahwa nilai BOPO mengalami fluktuasi dari tahun 2011 sampai 2015 tetapi secara relatif nilai ini mengalami peningkatan. Ini menandakan semakin banyaknya masyarakat yang membutuhkan pembiayaan maka biaya operasional terhadap aktifitas pembiayaan juga semakin meningkat. Kuartal awal 2011 nilai BOPO mencapai persen hingga pada akhir periode penelitian ini yaitu pada Desember 2015 nilainya mencapai persen. Nilai tertinggi BOPO sebesar persen, yaitu pada September Persen (%) Mar-11 Jun-11 Sep-11 Des-11 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Des-12 Mar-13 Jun-13 Sep-13 Des-13 Mar-14 Jun-14 Sep-14 Des-14 Mar-15 Jun-15 Sep-15 Des-15 Sumber: Data statistik perbankan syariah (diolah) Gambar 10 Perkembangan beban operasional terhadap pendapatan opersional (BOPO) Selain dari kinerja BPRS, pembiayaan BPRS juga dapat dipengaruhi oleh faktor lain, yaitu equivalent rate dari pembiayaan itu sendiri (ERP) dan BI rate yang dapat dijadikan sebagai acuan bank konvensional. Equivalent rate dapat menentukan besar kecilnya dana yang akan disalurkan ke dalam perbankan syariah. Semakin besar pembiayaan yang diperlukan maka equivalent rate yang ditentukan juga besar agar mendapatkan return yang setara. BI rate yang ditentukan semakin besar maka suku bunga kredit pada bank konvensional juga semakin besar. Hal tersebut dapat menurunkan permintaan kredit karena peminjam harus membayar bunga yang tinggi. Nasabah akan mencari alternatif dalam memperoleh modal dengan beralih kepada bank syariah karena pada bank syariah tidak menerapkan sistem bunga. Tingkat bagi hasil pembiayaan (ERP) dalam kurun waktu lima tahun lebih fluktuatif jika dibandingkan BI rate yang lebih stabil dan mempunyai nilai yang lebih kecil. Kuartal awal tahun 2011 nilai ERP sebesar meningkat hingga kuartal akhir tahun 2015 mencapai meskipun mengalami fluktuasi yang dijelaskan pada Gambar 11. Hal ini menunjukan BPRS dapat bersaing dengan bank konvensional karena return yang diperoleh oleh BPRS juga meningkat. BI rate pada tahun 2011 konsisten dengan nilai 6.75 persen dan pada tahun 2015 juga konsisten pada nilai 7.5 persen. BI rate tertinggi hanya mencapai 7.75 persen yaitu pada akhir tahun Ini yang menyebabkan nilai BI rate lebih stabil.

35 23 Persen (%) Mar-11 Jun-11 Sep-11 Des-11 Mar-12 Jun-12 Sep-12 Des-12 ERP Sumber: Data statistik perbankan syariah (diolah) Gambar 11 Perkembangan equivalent rate pembiayaan (ERP) dan BI rate Mar-13 Jun-13 Sep-13 Des-13 BI Rate Mar-14 Jun-14 Sep-14 Des-14 Mar-15 Jun-15 Sep-15 Des-15 Hasil Uji Stasioneritas Uji stasioneritas merupakan hal yang penting saat melakukan estimasi model untuk data time series. Uji ini dilakukan agar tidak terjadi regresi spurious yang menyebabkan hasil estimasi menjadi tidak tepat karena adanya unit root pada variabel yang digunakan. Uji stasioneritas yang biasa digunakan yaitu uji Augmented-Dickey-Fuller (ADF) dan Phillips Perron (PP) dengan nilai kritis sebesar 1 persen, 5 persen, dan 10 persen. Uji Augmented Dickey Fuller (ADF) merupakan prosedur standar untuk menyelidiki adanya akar unit pada data time series. Uji ini dilakukan dengan cara menambahkan lagged difference term untuk menghilangkan adanya masalah serial correlation di dalam residual (SEADI 2013). ADF test mentolerir adanya trend pada variabel dan memiliki tiga persamaan, yaitu intercept and trend, intercept, dan none. Hasil uji stasioneritas dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Phillips Perron (PP) merupakan uji stasioneritas dengan menggunakan metode statistik non-parametrik yang berguna untuk mengontrol adanya masalah korelasi dari order yang tinggi pada suatu variabel (Seadi 2013). Uji ini digunakan untuk data yang memiliki structural break. Structural break terjadi ketika data mengalami lonjakan yang tak terduga, misalnya saat terjadi krisis menyebabkan data mengalami lonjakan. Tabel 3 Hasil uji stasioneritas pada level Variabel Nilai kritis Nilai statistik Tingkat Tingkat Tingkat ADF 1% 5% 10% Keterangan LnPJDU Tidak stasioner BIRATE Tidak stasioner LnDPK Tidak stasioner ERP Tidak stasioner NPF Tidak stasioner BOPO Tidak stasioner ROA Tidak stasioner Sumber: Data penelitian (diolah)

36 24 Berdasarkan hasil uji stasioneritas pada level yang bisa dilihat pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa uji ADF pada level tidak meghasilkan variabel yang stasioner. Hal ini menyebabkan data-data tersebut harus diuji pada first difference untuk mengetahui stasioneritas data tersebut stasioner pada taraf lima persen. Tabel 4 Hasil uji stasioneritas pada first difference Variabel Nilai kritis Nilai statistik Tingkat Tingkat Tingkat ADF 1% 5% 10% Keterangan LnPJDU Stasioner BIRATE Stasioner LnDPK Stasioner ERP Stasioner NPF Stasioner BOPO Stasioner ROA Stasioner Sumber: Data Penelitian (diolah) Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa uji ADF pada first difference menghasilkan semua data yang stasioner pada taraf nyata lima persen. Artinya semua variabel yang digunakan dalam penelitian tidak mengandung akar unit pada first difference. Hal tersebut merupakan salah satu syarat utama model VECM, di mana semua data time series pada variabel yang akan digunakan dalam estimasi model stasioner pada derajat yang sama, yaitu derajat integrasi satu I (I). Setelah semua variabel stasioner, maka dapat dilakukan proses selanjutnya, yaitu uji lag optimum. Hasil Uji Stabilitas VAR Firdaus (2011) menyatakan bahwa uji stabilitas VAR dilakukan dengan menghitung akar-akar dari fungsi polinomial atau dikenal dengan roots of characteristic polinomial. Jika nilai dari semua akar fungsi polinomial tersebut memiliki nilai absolutnya kurang dari1 atau berada di dalam unit circle maka model VAR tersebut dianggap stabil sehingga Impulse Response Function (IRF) dan Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) yang dihasilkan dianggap valid. Berdasarkan hasil uji stabilitas pada penelitian ini yang telah dilakukan menunjukkan bahwa nilai modulus berkisar antara sampai (lampiran), sehingga dapat disimpulkan bahwa model VAR yang digunakan sudah dianggap stabil dengan demikian, IRF dan FEVD juga dianggap valid. Hasil Uji Lag Optimal Besarnya lag pada penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria Schwarz Criterion (SC). Berdasarkan Tabel 5 nilai SC terkecil terdapat pada lag 1 sebesar dengan demikian, lag yang akan digunakan model sebagai lag optimum adalah lag 1.

37 25 Tabel 5 Hasil uji lag optimal Lag LogL LR FPE AIC SC HQ NA 1.22e e * * e * 2.48e e e * Sumber: Data penelitian (diolah) Hasil Uji Kointegrasi Uji kointegrasi dilakukan untuk menentukan apakah variabel-variabel yang stasioner pada tingkat first difference terkointegrasi atau tidak. Uji kointegrasi dilakukan dengan menggunakan metode Johansen Cointegration Test dengan membandingkan nilai trace statistic dengan nilai kritis sebesar 5%. Nilai trace statistic yang lebih besar dari nilai kritisnya mengindikasikan terdapatnya kointegrasi dalam persamaan tersebut. Hasil uji kointegrasi dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil uji kointegrasi Hypothesized Trace 0.05 Critical Eigenvalue No of CE(s) Statistic Value Prob ** None* At most At most At most At most At most At most Sumber: Data penelitiann (diolah) *signifikan pada tingkat 5% Model yang digunakan menunjukkan bahwa dalam penelitian ini terdapat minimal ada satu rank kointegrasi pada taraf nyata lima persen, sehingga ini menunjukkan bahwa terdapat minimal ada satu persamaan kointegrasi yang mampu menjelaskan hubungan jangka panjang antara variabel yang digunakan pada model VECM. Analisis Hasil Estimasi Vector Error Correction Model (VECM) Setelah melakukan uji kointegrasi dan terbukti bahwa terdapat kointegrasi minimal satu persamaan, selanjutnya dilakukan estimasi VECM. Hasil estimasi VECM pada model penelitian ini menjelaskan hubungan variabel jangka pendek dan jangka panjang. Variabel dependen dari model penelitian ini adalah pembiayaan sektor jasa dunia usaha (LNPJDU), dan variabel independen yang digunakan adalah Non-performing Financing (NPF), jumlah Dana Pihak Ketiga (LNDPK), Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO), Return on Assets (ROA), Equivalent Rate Pembiayaan (ERP), dan BI rate.

38 26 Tabel 7 Hasil estimasi VECM pada jangka pendek dan jangka panjang Variabel Koefisien t-statistik Jangka Pendek CointEq * D(LnPJDU(-1)) D(NPF(-1)) D(LnDPK(-1)) D(BOPO(-1)) D(ROA(-1)) D(BIRATE(-1)) D(ERP(-1)) Jangka panjang NPF(-1) LnDPK(-1) * BOPO(-1) * ROA(-1) BIRATE(-1) * ERP(-1) * TREND(11M01) * C Sumber: Data penelitian (diolah) *signifikan pada taraf nyata 5% Dapat dilihat pada Tabel 7 merupakan hasil estimasi VECM yang memperlihatkan hubungan antarvariabel pada jangka pendek dan jangka panjang. Saat jangka pendek, tidak ada satupun variabel yang berpengaruh signifikan terhadap besarnya pembiayaan sektor jasa dunia usaha di BPRS Indonesia. Ini digambarkan dari hasil mutlak t-statistik semua variabel kurang dari hasil t-tabel pada taraf nyata lima persen. Saat jangka panjang terdapat beberapa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap besarnya pembiayaan sektor jasa dunia usaha di BPRS Indonesia. Variabel-variabel tersebut, yaitu jumlah DPK, BOPO, BI rate, dan ERP. Sementara itu, variabel yang tidak berpengaruh signifikan adalah NPF dan ROA. Jumlah DPK berpengaruh signifikan dan hubungannya terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha negatif pada jangka panjang, yakni ketika terjadi peningkatan DPK sebesar satu persen akan menurunkan pembiayaan sektor jasa dunia usaha sebesar persen. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis bahwa ketika terjadi peningkatan pada jumlah DPK, seharusnya akan meningkatkan jumlah pembiayaan termasuk pembiayaan untuk sektor jasa dunia usaha. Hal ini juga dapat dilihat dari tren DPK yang cenderung mengalami peningkatan diiringi dengan peningkatan pembiayaan sektor ini secara nominal. Meningkatnya jumlah DPK setiap tahunnya membuat BPRS lebih memilih sektor yang menguntungkan. Dapat dilihat pada Tabel 2, sektor utama BPRS untuk melakukan pembiayaan yaitu sektor perdagangan, perhotelan, restoran. Jadi pembiayaan untuk sektor jasa dunia usaha menjadi menurun.

39 Kinerja BOPO terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha pada jangka panjang berpengaruh secara signifikan dan hubungannya negatif sesuai dengan hipotesis. Jadi, kenaikan BOPO sebesar satu persen akan menurunkan pembiayaan sektor jasa dunia usaha sebesar persen. Ini terjadi karena masyarakat yang memerlukan pembiayaan akan dikenakan BOPO. Meningkatnya jumlah pembiayaan secara terus-menerus akan ikut meningkatkan BOPO. Mahalnya BOPO menyebabkan aktifitas pembiayaan menurun sehingga pada jangka panjang pembiayaan disektor jasa dunia usaha menurun. Hasil menyatakan bahwa BI rate berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha dan hubungannya negatif sesuai dengan hipotesis pada jangka panjang, yaitu ketika terjadi kenaikan BI rate sebesar satu persen akan menurunkan pembiayaan sektor jasa dunia usaha sebesar persen. Ini terjadi karena BI rate merupakan suku bunga acuan bank, sehingga ketika BI rate menaikan suku bunga maka tingkat bagi hasil ikut naik. Meningkatnya tingkat bagi hasil pada BPRS membuat masyarakat lebih menyimpan uang di BPRS dibandingkan untuk melakukan pembiayaan. Jadi pembiayaan disektor jasa dunia usaha akan menurun. Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa ERP berdasarkan hasil yang diperoleh berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha pada jangka panjang. Hubungan antara ERP dengan pembiayaan sektor jasa dunia usaha adalah negatif yang ditunjukkan oleh nilai koefisiennya, sehingga ketika terjadi kenaikan sebesar satu persen pada ERP akan menurunkan pembiayaan sektor jasa dunia usaha sebesar persen. Hasil ini sesuai dengan pendugaan hipotesis sebelumnya dan dibuktikan oleh penelitian sebelumnya (Yozar 2015), tingkat bagi hasil yang meningkat membuat BPRS sebagai penyalur dana pembiayaan menjadi untung, namun masyarakat dirugikan dengan kenaikan tersebut sehingga aktifitas pembiayaan juga menurun. Berdasarkan hasil yang diperoleh NPF dan ROA berdasarkan hasil yang diperoleh sama-sama tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha baik jangka pendek maupun dalam jangka panjang. NPF tidak berpengaruh terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha pada jangka panjang karena selama masih dalam batas maksimum NPF yang sudah disyaratkan, sedangkan ROA tidak berpengaruh. Hal ini berarti keuntungan yang didapat BPRS tidak disalurkan untuk pembiayaan sektor ini karena sumber dana yang disalurkan untuk sektor ini berasal dari dana pihak ketiga ini dibuktikan oleh Adzimatinur (2014). Respon Pembiayaan Sektor Jasa Dunia Usaha Terhadap Guncangan Impulse Response Function (IRF) digunakan untuk melihat respon suatu variabel apabila terjadi guncangan pada variabel endogen yang diakibatkan oleh variabel endogen itu sendiri maupun variabel endogen lain dalam satu satuan standar deviasi. Berikut adalah hasil IRF untuk pengaruh guncangan pada BPRS Indonesia terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha. Berdasarkan Gambar 12 guncangan pembiayaan sektor jasa dunia usaha direspon positif oleh pembiayaan jasa dunia usaha itu sendiri yang mengakibatkan peningkatan sebesar 5.32 persen pada bulan pertama saat terjadi guncangan sebesar satu standar deviasi. Pada bulan berikutnya, respon mulai menurun menjadi 2.85 persen. Selanjutnya, pada bulan ketiga respon kembali meningkat, 27

40 28 yaitu sebesar 3.36 persen dan terus berfluktuasi hingga mulai stabil dibulan kesebelas mencapai 2.88 persen..055 Response of LNSJDU to Cholesky One S.D. LNSJDU Innovation Gambar 12 Respon pembiayaan sektor jasa dunia usaha terhadap guncangan pembiayaan sektor jasa dunia usaha Selanjutnya, akan menjelaskan respon pembiayaan jasa dunia usaha terhadap kinerja BPRS di Indonesia. Gambar 13 memperlihatkan guncangan yang terjadi pada kinerja jumlah DPK dan NPF. Dalam kinerja DPK ini pada bulan pertama belum ada respon sebesar satu standar deviasi, baru dimulai pada bulan kedua menunjukkan guncangan yang direspon negatif, yakni sebesar 2.09 persen. Bulan-bulan berikutnya respon negatif dari guncangannya mulai berkurang dengan berfluktuasi dari bulan ketiga sampai kesembilan, yang nilainya berkisar 1.81 persen sampai 1.17 persen. Pada bulan ketiga belas sampai akhir periode (bulan kedua puluh) guncangan mulai stabil dinilai 1.14 persen. Response of LNSJDU to Cholesky One S.D. LNDPK Innovation Response of LNSJDU to Cholesky One S.D. NPF Innovation Gambar 13 Respon pembiayaan sektor jasa dunia usaha terhadap guncangan jumlah DPK dan NPF Kinerja NPF pada bulan pertama sama seperti jumlah DPK yang belum merespon adanya guncangan sebesar satu standar deviasi. Namun pada bulan kedua guncangan tersebut direspon negatif, yaitu sebesar 1.69 persen. Bulan ketiga, nilai guncangan yang direspon negatif tersebut mengalami penurunan sebesar 1.20 persen dan kembali meningkat sampai stabil pada bulan kesepuluh yang nilainya mencapai 2.05 persen sampai berakhirnya periode. Kinerja BPRS yang ingin dilihat juga respon guncangannya terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha yaitu ROA dan BOPO, yang terdapat pada

41 Gambar 14. Bulan pertama ROA sama seperti kinerja BPRS sebelumnya, belum merespon adanya guncangan sebesar satu standar deviasi. Guncangan mulai muncul pada bulan kedua dengan respon negatif yang nilainya 0.31 persen, kemudian direspon negatif hanya pada bulan kedua, pada bulan ketiga respon guncangan terhadap pembiayaan sektor jasa dunia usaha menjad positif, yakni sebesar 0.20 persen nilai ini terus mengalami sedikit peningkatan hingga stabil pada bulan kesembilan dengan nilai mencapai 0.52 persen Response of LNSJDU to Cholesky One S.D. ROA Innovation.000 Response of LNSJDU to Cholesky One S.D. BOPO Innovation Gambar 14 Respon pembiayaan sektor jasa dunia usaha terhadap guncangan ROA dan BOPO BOPO pun demikian pada bulan pertama, belum adanya respon sebesar satu standar deviasi yang menandakan adanya guncangan. Setelah itu guncangan mulai muncul pada bulan berikutnya hingga pada bulan ketiga mendapat guncangan dengan respon negatif yang tertinggi sebesar 1.77 persen. Nilai kestabilan guncangan yang direspon negatif terjadi pada bulan kedelapan sebesar 1.59 persen. Selain kinerja BPRS, terdapat faktor lain yang akan dilihat respon terhadap guncangannya dalam pembiayaan disektor jasa dunia usaha yaitu tingkat bagi hasil terhadap pembiayaan (ERP) dan BI rate. ERP sama seperti semua kinerja BPRS pada bulan pertama belum adanya respon sebesar satu standar deviasi terhadap suatu guncangan, sampai bulan keempat respon negatif terhadap guncangan tersebut terlihat curam, mencapai nilai 2.92 persen. Mulai mengalami kestabilan guncangan pada bulan kesepuluh direspon negatif yang nilainya sebesar 3.14 persen..000 Response of LNSJDU to Cholesky One S.D. ERP Innovation.000 Response of LNSJDU to Cholesky One S.D. BIRATE Innovation Gambar 15 Respon pembiayaan sektor jasa dunia usaha terhadap guncangan ERP dan BI rate

42 30 Sama halnya ERP, BI rate belum merespon satu standar deviasi pada bulan pertama karena guncangan dengan respon negatif yang bernilai besar mulai muncul dari bulan kedua sampai bulan keempat, yaitu berkisar 0.37 persen hingga mencapai 1.46 persen. Pada bulan kesembilan guncangan mulai stabil, yakni nilainya sebesar 1.85 persen. Berdasarkan hasil analisis impuls repon pembiayaan jasa dunia usaha terhadap guncangan faktor-faktor yang digunakan baik dari kinerja BPRS maupun selain kinerjanya dapat diambil kesimpulan bahwa pada bulan pertama pembiayaan sektor jasa dunia usaha belum merespon guncangan sebesar satu standar deviasi selain pembiayaan jasa dunia usaha itu sendiri. Variabel yang paling cepat mengalami kestabilan saat terjadi guncangan yaitu variabel BOPO, mencapai titik kestabilan pada periode kedelapan. Variabel DPK mengalami kestabilan guncangan terlama dibandingkan dengan variabel lain. Dengan demikian, ini membuktikan bahwa guncangan pada BOPO lebih mudah diatasi dibandingkan dengan guncangan yang terjadi pada variabel lain. Kontribusi Setiap Variabel Terhadap Pembiayaan Sektor Jasa Dunia Usaha Forecasting Error Variance Decomposition (FEVD) digunakan untuk melihat prediksi kontribusi persentase varians setiap variabel terhadap variabel endogen utama yang diamati ketika mengalami guncangan. Jangka waktu atau periode yang digunakan dalam memprediksi penelitian ini yaitu selama 20 bulan. Berdasarkan hasil analisis variance decomposition pada Gambar 14 menunjukkan bahwa pada bulan pertama, keragaman fluktuasi pembiayaan disektor jasa dunia usaha dalam jangka panjang didominasi oleh guncangan pembiayaan jasa dunia usaha itu sendiri, yakni sebesar seratus persen dan terus berlanjut hingga periode akhir (bulan ke-20) dengan proporsi yang terus menurun. Keragaman mulai terlihat pada bulan kedua, di mana variabel-variabel lain mulai memengaruhi variabel pembiayaan disektor tersebut. Persen (%) Periode Gambar 16 FEVD pembiayaan jasa dunia usaha BPRS BI RATE BOPO ERP LNDPK ROA NPF LNSJDU Kontribusi yang paling besar terhadap pembiayaan disektor jasa dunia usaha pada BPRS di Indonesia yaitu tingkat bagi hasi pembiayaan (ERP) itu sendiri. Hal tersebut dapat ditunjukkan dari periode kedua besarnya persentase dari tingkat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. time series. Data time series umumnya tidak stasioner karena mengandung unit 48 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Kestasioneritasan Data Uji stasioneritas data dilakukan pada setiap variabel yang digunakan pada model. Langkah ini digunakan untuk menghindari masalah regresi lancung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Obyek/Subyek yang diamati dalam penelitian ini adalah Pembiayaan Modal Kerja UMKM dengan variabel independen DPK, NPF, Margin, dan Inflasi sebagai variabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series 30 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa time series bulanan periode Mei 2006 sampai dengan Desember 2010. Sumber data di dapat dari Statistik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif karena menggunakan data penelitian berupa angka-angka dan analisis dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN. sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series) dari bulan 40 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang akan dipakai dalam penelitian ini berupa data sekunder. Data sekunder yang akan digunakan ialah data deret waktu bulanan (time series)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penilitian ini adalah pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000

III. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000 28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

METODE PENELITIAN. terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data terdiri dari data pinjaman luar negeri, pengeluaran pemerintah, penerimaan pajak,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series sekunder. Data-data tersebut diperoleh dari berbagai sumber, antara lain dari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perusahaan merupakan suatu badan hukum yang memiliki suatu tujuan yang ingin dicapai salah satunya yaitu mendapatkan keuntungan. Untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Untuk menggambarkan bagaimana pengaruh capital gain IHSG dengan pergerakan yield obligasi pemerintah dan pengaruh tingkat suku bunga terhadap IHSG dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Pra Estimasi 4.1.1. Kestasioneran Data Pengujian kestasioneran data diperlukan pada tahap awal data time series untuk melihat ada tidaknya unit root yang terkandung

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 18 III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Mengetahui kointegrasi pada setiap produk adalah salah satu permasalahan yang perlu dikaji dan diteliti oleh perusahaan. Dengan melihat kointegrasi produk,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perkembangan Produk Domestik Bruto Nasional Produk domestik bruto adalah nilai pasar dari semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam suatu negara dalam kurun waktu

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. langkah yang penting sebelum mengolah data lebih lanjut. Data time series yang 60 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Uji Stasioneritas Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan didasarkan pada langkahlangkah yang telah dijelaskan sebelumnya pada Bab III. Langkah pertama merupakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data

METODE PENELITIAN. merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember Data 23 III. METODE PENELITIN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series dari bulan Januari 2002 sampai Desember 2009. Data

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 69 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian menggunakan data sekunder, baik data yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif yang digunakan adalah data sekunder dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan dengan cara mengukur variabel yang di lingkari oleh teori atau satu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari

METODE PENELITIAN. waktu (time series) dari tahun 1986 sampai Data tersebut diperoleh dari 40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang relevan dengan penelitian. Semua data yang digunakan merupakan data deret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, perbankan menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki kelebihan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan berperan dalam mempermudah proses pengalihan dana dari pihak yang kelebihan dana pada pihak yang membutuhkan dana, untuk melakukan proses tersebut, perbankan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) bahwa setiap data time series yang akan dianalisis akan menimbulkan spurious 48 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengujian Akar Unit (Unit Root Test) Pengujian akar unit merupakan tahap awal sebelum melakukan estimasi model time series. Pemahaman tentang pengujian akar unit ini mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor keuangan terutama industri perbankan merupakan elemen penting dalam pembangunan suatu negara. Undang-undang nomor 10 tahun 1998 pasal 1 angka 2 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan atau Financial Intermediatary antar dua pihak, yaitu pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keuangan atau Financial Intermediatary antar dua pihak, yaitu pihak yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai perantara keuangan atau Financial Intermediatary antar dua pihak, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek 53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan maka yang dijadikan objek penelitian yang dilakukan, maka penelitian ini akan menganalisis kinerja kebijakan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. mengandung akar-akar unit atau tidak. Data yang tidak mengandung akar unit 32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Estimasi VAR 4.1.1 Uji Stasioneritas Uji kestasioneran data pada seluruh variabel sangat penting dilakukan untuk data yang bersifat runtut waktu guna mengetahui apakah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 46 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data time series dari tahun 1986-2010. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian dapat dijadikan landasan dalam setiap tahap penelitian. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui metode

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lembaga perbankan sebagai lembaga intermediasi mempunyai peran yang sangat penting dalam sebuah perekonomian agar tumbuh dan berkembang, dan juga sebagai gambaran ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Tengah diproxykan melalui penyaluran pembiayaan, BI Rate, inflasi BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah. Sedangkan subjek penelitian menggunakan perbankan syariah di Jawa Tengah diproxykan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock

METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock 40 III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Respon PDB terhadap shock kredit perbankan, pembiayaan pada lembaga keuangan non bank dan nilai emisi saham pada pasar modal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Variabel-variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen dan independen. Variabel dependen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBIAYAAN BAGI HASIL PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI INDONESIA ADE TRIANA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBIAYAAN BAGI HASIL PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI INDONESIA ADE TRIANA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBIAYAAN BAGI HASIL PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (BPRS) DI INDONESIA ADE TRIANA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dinamika Perbankan Syariah di Jawa Tengah Perkembangan sistem ekonomi syariah di Indonesia terlihat semakin pesat. Fenomena perbankan syariah di Indonesia dimulai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 56 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini difokuskan pada variabel dependen utang luar negeri Indonesia dan variabel independen, yaitu defisit transaksi berjalan dan inflasi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini adalah data sekunder runtut waktu (timeseries) bulanan dari periode 2008:04 2013:12 yang diperoleh dari laporan Bank

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. penjelasan kedua variabel tersebut :

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. penjelasan kedua variabel tersebut : BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian Pengertian dari variabel penelitian adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan bunga baik tabungan, deposito, pinjaman, dll. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan dan perkembangan ekonomi global sangat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Salah satunya perubahan perubahan pada nilai suatu mata uang Rupiah

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA PENGERTIAN LEMBAGA KEUANGAN Lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menanamkannya dalam bentuk aset keuangan lain, misalnya kredit,

Lebih terperinci

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi

sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan pengiriman uang. Akan tetapi, pada saat itu, fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan fungsi-fungsi perbankan sebenarnya telah menjadi tradisi sejak zaman Rasulullah, seperti pembiayaan, penitipan harta, pinjam-meminjam uang, bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan dan bahan baku industri, penyumbang PDB, penghasil devisa. Menurut data RENSTRA KEMENTAN (2015) dalam lima tahun

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan dan bahan baku industri, penyumbang PDB, penghasil devisa. Menurut data RENSTRA KEMENTAN (2015) dalam lima tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang berarti Negara yang mengandalkan sektor pertanian baik sebagai sumber mata pencaharian maupun sebagai penopang pembangunan.

Lebih terperinci

PERAN PERBANKAN SYARIAH DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER GANDA DI INDONESIA

PERAN PERBANKAN SYARIAH DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER GANDA DI INDONESIA PERAN PERBANKAN SYARIAH DALAM TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER GANDA DI INDONESIA Oleh: A s c a r y a Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan, Bank Indonesia Latar Belakang Keuangan Syariah telah lama berkembang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. tahun 1980 hingga kuartal keempat tahun Tabel 3.1 Variabel, Notasi, dan Sumber Data III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data kuartalan. Periode waktu penelitian ini dimulai dari kuartal pertama tahun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI

BAB III METODE PENELITIAN. Exchange Rate Rp/US$ ER WDI Tax Revenue Milyar Rupiah TR WDI Net Export US Dollar NE WDI 3 BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai instansi yang terkait dengan permasalahan penelitian seperti

Lebih terperinci

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H

STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H STABILITAS MONETER PADA SISTEM PERBANKAN GANDA DI INDONESIA OLEH HENI HASANAH H14103001 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 STABILITAS MONETER PADA SISTEM

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

III. METODOLOGI PENELITIAN. diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan laporan perekonomian indononesia

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARAN PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARAN PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BESARAN PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA FACTORS AFFECTING THE AMOUNT OF FINANCING ISLAMIC BANKING IN INDONESIA Fauziyah Adzimatinur 1, Sri Hartoyo 2, Ranti Wiliasih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan. Perkembangan perbankan syariah di indonesia

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas dan Instrumen Data 1. Uji Stasioneritas. Tahap pertama yang harus dilalui untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua

BAB I PENDAHULUAN. dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kehidupan perekonomian di dunia sampai saat ini tidak dapat dipisahkan dari dunia perbankan. Jika dihubungkan dengan pendanaan, hampir semua aktivitas perekonomian

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS EFEKTIVITAS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER GANDA DI INDONESIA OLEH INGRIT MAGDALENA

SKRIPSI ANALISIS EFEKTIVITAS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER GANDA DI INDONESIA OLEH INGRIT MAGDALENA SKRIPSI ANALISIS EFEKTIVITAS TRANSMISI KEBIJAKAN MONETER GANDA DI INDONESIA OLEH INGRIT MAGDALENA 100501098 PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan,

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan atau biasa disebut financial intermediary. Sebagai lembaga keuangan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dibangun atas dua sektor, yaitu sektor riil dan sektor moneter. Sektor riil adalah sektor ekonomi yang ditumpukan pada sektor manufaktur dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Untuk memenuhi salah satu asumsi dalam uji data time series dan uji VECM, maka perlu terlebih dahulu dilakukan uji stasioneritas. Uji stationaritas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga keuangan perbankan mempunyai peranan penting dalam menstabilkan perekonomian suatu negara. Bank sebagai lembaga intermediasi yang mempertemukan antara pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi syariah secara konsisten telah menunjukan perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di wilayah mesir pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kinerja dan tingkat perekonomian yang dihasilkan, dimana salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini

METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini 27 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder.data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah mengalami peningkatan yang cukup pesat dan memberikan pengaruh yang cukup besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking

BAB I PENDAHULUAN. pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di Indonesia, rural banking BAB PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehadiran perbankan berfungsi melayani masyarakat di daerah pedesaan atau pinggiran, atau biasa dikenal dengan rural banking. Di ndonesia, rural banking diakomodasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Unit Root Test Augmented Dickey Fuller (ADF-Test) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Stasioneritas Tahap pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan estimasi VECM adalah pengujian stasioneritas data masing-masing variabel,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu kunci penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang sehat adalah sinergi antara sektor moneter, fiskal dan riil. Bila ketiganya dapat disinergikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian. Dalam penelitian ini penulis memilih impor beras sebagai objek melakukan riset di Indonesia pada tahun 1985-2015. Data bersumber dari Badan Pusat Statistika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

BAB III METODE PENELITIAN. dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Food and

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga

III. METODE PENELITIAN. series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku bunga III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah BI rate, suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyaluran kredit maupun pembiayaan merupakan fokus dan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyaluran kredit maupun pembiayaan merupakan fokus dan kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyaluran kredit maupun pembiayaan merupakan fokus dan kegiatan utama perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Pada prinsipnya, bank syariah sama dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time series) Januari 40 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Berdsarkan kajian beberapa literatur penelitian ini akan menggunakan data sekunder. Data-data tersebut berupa data bulanan dalam rentang waktu (time

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek

METODOLOGI PENELITIAN. Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Untuk membatasi ruang lingkup permasalahan yang dijadikan objek penelitian, maka penelitian ini hanya menganalisis mengenai harga BBM dan nilai tukar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa penghimpunan dana dengan berbagai jenis skema maupun

BAB I PENDAHULUAN. berupa penghimpunan dana dengan berbagai jenis skema maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan

Lebih terperinci

Analisis Faktor-Faktor Penentu Pembiayaan Perbankan Syariah pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi di Indonesia

Analisis Faktor-Faktor Penentu Pembiayaan Perbankan Syariah pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi di Indonesia Analisis Faktor-Faktor Penentu Pembiayaan Perbankan Syariah pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi di Indonesia The Analysis of Determinant Factors in Islamic Banking on Financing of Transportation and

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan

BAB III METODE PENELITIAN. analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan analisis yang berupa angka-angka sehingga dapat diukur dan dihitung dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data

METODE PENELITIAN. time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember Data-data III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder berupa time series bulanan dari Januari 2007 sampai dengan Desember 2011. Datadata yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia ditandai dengan perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan lembaga kuangan syariah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah salah satu lembaga yang melaksanakan tiga fungsi utama yaitu menerima simpanan uang, meminjamkan uang, dan memberikan jasa-jasa lainnya. Menurut UU

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. capital adequacy ratio (CAR), non performing financing (NPF), financing to

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. capital adequacy ratio (CAR), non performing financing (NPF), financing to BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan capital adequacy ratio (CAR), non performing financing (NPF), financing to deposit ratio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis perbankan syariah pada tahun 2015 memasuki fase menurun. Pertumbuhan aset yang sempat mencapai 49% pada tahun 2013 mengalami penurunan drastis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan dunia perbankan. Hampir semua aktivitas perekonomian memanfaatkan perbankan sebagai

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework

III. METODOLOGI PENELITIAN. urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework 63 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan urutan waktu dimulai dari penerapan Base Money Targeting Framework (BMTF) periode

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) BANK UMUM SYARIAH NASIONAL INDONESIA

ANALISIS PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) BANK UMUM SYARIAH NASIONAL INDONESIA ANALISIS PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) BANK UMUM SYARIAH NASIONAL INDONESIA (Studi Kasus Pada Bank Umum Syariah Nasional di Indonesia Tahun 2011-2016) EXTERNAL AND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor perbankan telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Dahulu sektor perbankan hanya sebagai fasilitator kegiatan pemerintah dan beberapa perusahaan besar,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Hasil Uji Stasioneritas/ Unit Root Test Uji stasioneritas dalam penelitian ini adalah menggunakan uji akar-akar unit (Unit Root Test) dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun waktu (timeseries) yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bank Indonesia (BI) memprediksi tahun 2016 ini, fundamental ekonomi Indonesia kedepan akan semakin membaik dan lebih kokoh dengan stabilitas yang lebih

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12)

Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005: :12) Analisis Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter Jalur Kredit dan Jalur Harga Aset di Indonesia Pendekatan VECM (Periode 2005:01 2015:12) DISUSUN OLEH : SITI FATIMAH 27212052 LATAR BELAKANG Kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Perbankan merupakan salah satu Lembaga Keuangan yang memiliki pengaruh besar dalam roda perekonomian masyarakat. Dimana bank adalah sebuah lembaga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian asosiatif dengan hubungan kausal dimana terdapat variabel bebas dan terikat.dilihat dari data yang diperoleh,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian UU No. 23/1999 tentang Bank Indonesia dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah pengeluaran riil pemerintah (G t ), PBD riil (Y t ), konsumsi (CC t ), investasi (I t ), Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian yang mengelola dana dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank, lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perbankan syariah di Indonesia terus berkembang pesat. Dalam waktu yang relatif singkat, perbankan syariah telah mampu memperlihatkan kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank syariah sebagaimana bank konvensional memiliki fungsi sebagai perantara jasa keuangan (financial intermediary), memiliki tugas pokok yaitu menghimpun

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BESARAN PEMBIAYAAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA GHINA KHALIDA ZULHIDIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BESARAN PEMBIAYAAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA GHINA KHALIDA ZULHIDIA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BESARAN PEMBIAYAAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA GHINA KHALIDA ZULHIDIA DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur,

BAB III METODE PENELITIN. yaitu ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur, BAB III METODE PENELITIN A. Jenis dan Pendektan Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah

Lebih terperinci