OP-AMP dan Rangkaian OP-AMP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OP-AMP dan Rangkaian OP-AMP"

Transkripsi

1 OP-AMP dan angkaian OP-AMP PAKTIKUM ELEKTONIKA DASA OLEH : PUTU USDI AIAWAN ( ) JUUSAN TEKNIK ELEKTO FAKULTAS TEKNIK UNIESITAS UDAYANA DENPASA 2010

2 PEOBAAN III OP-AMP dan angkaian OP-AMP 3.1 Tujuan Percobaan 1. Dapat menyusun rangkaian-rangkaian ampliier dari op-amp 2. Dapat menyusun rangkaian-rangkaian ilter dari op-amp 3.2 Tinjauan Pustaka Satu penguat operasional atau operational ampliier dalam bahasa inggris, sering disebut sebagai Op-Amp OpAmp (Operasional Ampliiers) pada hakekatnya merupakan sejenis I. Di dalamnya terdapat suatu rangkaian elektronik yang terdiri atas beberapa transistor, resistor dan atau dioda. Jikalau kepada I jenis ini ditambahkan suatu jenis rangkaian, masukkan dan suatu jenis rangkaian umpan balik, maka I ini dapat dipakai untuk mengerjakan berbagai operasi matematika, seperti menjumlah, mengurangi, membagi, mengali, mengintegrasi, dsb. Oleh karena itu I jenis ini dinamakan penguat operasi atau operasional ampliier, disingkat OpAmp. Namun demikian OpAmp dapat pula dimanaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya sebagai penguat audio, pengatur nada, osilator atau pembangkit gelombang, sensor circuit, dsb. OpAmp banyak disukai karena aktor penguatannya besar ( kali), yang biasanya dikenal dengan sebuah I dimana banyak transistor digabungkan dalam satu kristal semikonduktor. Dengan memakai teknologi I banyak transistor dan komponen elektronika lain biasa digabungkan menjadi satu komponen dengan berbagai sambungan dan siat tertentu yang canggih. angkaian Op-Amp dalam I modern merupakan pendekatan yang baik untuk siat Op-Amp ideal. Suatu ampliier dapat dikatagorikan operasional jika memenuhi tiga karakteristik utama, yakni: 1.ery high gain ( kali) 2. ery high input impedance 3. ery low output impedance PUTU USDI AIAWAN

3 OpAmp umumnya terdiri atas tiga stage atau ampliier yang dirangkai secara cascade. Ketiga stage itu masing-masing: 1. Dierensitial ampliier 2. oltage ampliier 3. Output ampliier Dierential ampliier memiliki respon rekuensi yang sangat lebar dan input impedance yang sangat tinggi. oltage ampliier memberikan penguatan yang sangat tinggi dan output ampliier memberikan output impedance yang sangat rendah sehingga dapat mengeluarkan arus listrik yang besar terhadap beban. Gambar Op-Amp Jenis jenis atau Tipe Op-Amp Ada banyak jenis OpAmp, namun yang umum dijual di pasaran adalah OpAmp 741. OpAmp type 741 dijual dengan dua tampilan, yakni silinder dan DIL (Dial In Line). Yang berbentuk silinder berkaki 8 pin, sedangkan yang berbentuk DIL ada yang berkaki 8 pin, namun ada juga yang berkaki 14 pin. PUTU USDI AIAWAN

4 Gambar Jenis Op-Amp Nomor pin untuk 8 kaki dan 14 kaki: Pin 1 (3) + Pin 5 (9) untuk penyetelan 0 volt. Pin 2 (4) untuk inverting input. Pin 3 (5) untuk noninverting input. Pin 4 (6) untuk ground atau tegangan negati. Pin 6 (10) terminal keluaran (output). Pin 7 (11) untuk tegangan positi. Nomor pin dalam kurung untuk DIL 14 kaki. Gambar Op-Amp Karakteristik dan Parameter OP-AMP a. Op-Amp Dasar Op-Amp menggunakan dierential ampliier dengan dua input (plus dan minus ) dan setidaknya satu output. PUTU USDI AIAWAN

5 Gambar Op-Amp Dasar angkaian dasar Op-Amp sebagai berikut : Gambar angkaian Dasar Op-Amp Penguatan yang terjadi adalah : o 1 1 Unity gain Jika = 1 maka penguatan tegangan = - 1 b. Op-Amp Ideal dan Op-Amp eal Tentu saja Op-Amp yang ada tidak persis seperti Op-Amp ideal,tetapi terdapat beberapa siat yang tidak ideal. Pada banyak rangkaian dan pemakaian rangkaian tersebut, pengaruh siat real dari Op-Amp pelu diperhatikan karena pengaruh pada ungsi rangkaian cukup besar. angkaian ini misalnya rangkaian ukur yang harus memberikan hasil yang sangat teliti atau rangkaian dimana Op- Amp dirangkai bersama dengan resistivitas yang sangat besar pada masukkan Op-Amp. PUTU USDI AIAWAN

6 c. Dierential Ampliier Gambar angkaian Dierential Ampliier Dierential ampliier adalah rangkaian yang banyak digunakan dalam I.Perhatikan bahwa rangkaian mempunyai dua input dan dua output. Jika sinyal input diaplikasikan pada salah satu input, dengan input yang lain dihubungkan ke ground, operasi kerjanya disebut dengan single-ended. Jika dua input dengan polaritas berlawanan diaplikasikan, disebut dengan double-ended. Jika input yang sama diaplikasikan pada ke dua terminal input, disebut dengan common mode. Dalam operasi common-mode, input sinyal yang sama menghasilkan sinyal yang berlawanan pada masing-masing collector. Kedua sinyal saling meniadakan sehingga outputnya menjadi nol. Dalam praktek, nilai output tidak benar-benar nol, tapi menghasilkan sinyal yang kecil. Fitur utama dari dierential ampliier adalah gain yang sangat besar jika sinyal yang berlawanan diberikan pada input, dibandingkan dengan gain yang sangat kecil yang dihasilkan dari common input. atio dari perbedaan penguatan ini disebut common mode rejection. PUTU USDI AIAWAN

7 Gambar angkaian Bias D E = 0 BE = Arus emitter : Dengan asumsi kedua transistor sama (Q1 = Q2) maka I1= I2 = ½ IE Menghasilkan tegangan collector 1 = 2 = I = - ½ IE d. Penguatan Dierensial Siat dari Op-Amp ideal adalah voltase pasa keluaran hanya tergantung dari selisih antara kedua masukkan dan penguatan dierensialnya tak terhingga. Sebenarnya penguatan dierensial memiliki nilai yang terhingga. Penguatan dierensial biasa disebut sebagai A D dan terdiinisi sebagai berikut : A D out di out ( POS NEG ) PUTU USDI AIAWAN

8 Di mana : out pos voltase pada keluaran Op-Amp voltase pada masukkan non-inverting ( tak membalik ) = voltase pada masukkan inverting ( membalik ) neg pos neg =perubahan dari perbedaan antara voltase pada kedua masukan Op-Amp. e. Penguatan Bersama ( ommon Ampliication ) Pada Op-Amp ideal voltase keluaran hanya tergantung dari perbedaan voltase pada kedua masukkan dn tidak tergantung dari besar potensial pada masukkannya. Berarti keluaran sama persis ketika kedua masukan sama-sama mempunyai potensial I terhadap GND atau mempunyai potensial 8 terhadap GND. Pada Op-Amp real potensial bersama dari input akan mempengaruhi keluaran. Terhadap penguatan bersama A ( common Ampliication ) dengan deinisi sebagai berikut : dimana : out in bersama in bersama = A. out : perubahan voltase output inbersama : perubahan voltase bersama pada kedua masukan,dimana voltase bersama terdeinisi sebagai 1 2 in in ommon Mode ejection atio ( M ) sering dinyatakan dengan huru besar G adalah perbandingan antara penguatan dierensial A D dan bersama A : G = A A D. Input Op-Amp Untuk Op-Amp ideal voltase keluaran nol ketika perbedaan voltase input nol,tetapi dalam Op-Amp real voltase input biasanya berbeda dari nol ketika PUTU USDI AIAWAN

9 keluaraaan nol. Perbedaan voltase input dimana voltase output nol tersebut Input Oset, o. Besar dari input oset tergantung dari Op-Amp dan biasanyan besarnya antara 25 dan 5m. Kalau suhu berubah maka voltase oset juga berubah. Besar perubahan voltase oset o per perubahan suhu T, o T disebut koeisien suhu (Temperature coeisien). Pada berbagai Op_amp ada masukan khusus untuk menghilangkan input oset. Dengan rangkaian tambahan dan memakai masukan tersebut,besar dari voltase oset bias diatur. Biasanya prlengkapan ini dipakai untuk menghilangkan voltase oset, berarti mengaturnya menjadi nol. Hal ini disebut dengan menolkan voltase oset. Kalau oset sudah dinolkan pada suhu tertentu,voltase oset hanya timbul kalau suhu berbeda dengan suhu tersebut. Tetapi kalau oset diatur dengan rangkaian pengatur tersebut maka pengaruh suhu lingkungan pada besar voltase biasanya menjadi lebih besar berarti koeisien suhu menjadi lebih besar. Satu lagi perbedaan lagi yang harus diperhatikan pada Op-Ampreal adalah arus yang terdapat pada inputnya. Arys tersebut sebenarnya merupakan arus yang terdiri dari dua macam arus, yaitu satu bagian yang besarnya tidak tergantung pada besar voltase input dan satu bagian yang tergantung pada voltase input (arus yang terjadi karena adanya resistivitas input). g. Output Op-Amp Pada keluaran terdapat resistivitas keluaran. esistivitas keluaran biasanya sebesar beberapa puluh ohm sampai orde k. juga terdapat batas maksimal dan batas minimal untuk voltase keluaran. oltase keluaran,aksimalpositi biasanya 1 sampai 3 (tergantung Op-Amp dan beban pada outputnya) di bawah voltase sumber positi dan voltase keluaran minimal negative biasanya 1 sampai 3 (tergantung Op-Amp dan beban pada outputnya) di atas voltase sumber negative. Tetapi juga ada Op-Amp yang bias memiliki voltase output sampai voltase sumber negati atau sampai voltase sumber positi. Selain terdapat resistivitas outpunya juga terdapat suatu pembatasan arus pada keluaran Op-Amp untuk melidungi Op-Amp dari penyerapan daya yang terlalu besar. Op-Amp biasanya bias dipakai hanya dengan arus keluaran PUTU USDI AIAWAN

10 maksimal sebesar beberapa ma. Kalau arus yang lebih besar dibutuhkan pada keluaran rangkaian angkaian-angkaian Op-Amp a. Penguat Linear yang Inverting dengan Op-Amp; Prinsip Bumi Semu angkaian dasar penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.2.8, dimana sinyal masukannya dibuat melalui input inverting. Seperti tersirat pada namanya, pembaca tentu sudah menduga bahwa ase keluaran dari penguat inverting ini akan selalu berbalikan dengan inputnya. Pada rangkaian ini, umpanbalik negati di bangun melalui resistor 2. Gambar Penguat Inverter Input non-inverting pada rangkaian ini dihubungkan ke ground, atau v + = 0. Dengan mengingat dan menimbang aturan 1 (lihat aturan 1), maka akan dipenuhi v - = v + = 0. Karena nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung ke ground, input op-amp v- pada rangkaian ini dinamakan virtual ground. Dengan akta ini, dapat dihitung tegangan jepit pada 1 adalah in - = in dan tegangan jepit pada resistor 2 adalah out v - = out. Kemudian dengan menggunakan aturan 2, di ketahui bahwa : i in + i out = i - = 0, karena menurut aturan 2, arus masukan op-amp adalah 0. i in + i out = in / 1 + v out / 2 = 0 Selanjutnya out / 2 = - in / 1... atau out / in = - 2 / 1 Jika penguatan G dideenisikan sebagai perbandingan tegangan keluaran terhadap tegangan masukan, maka dapat ditulis G = out / 2 = - in / 1 (1) PUTU USDI AIAWAN

11 Impedansi rangkaian inverting dideenisikan sebagai impedansi input dari sinyal masukan terhadap ground. Karena input inverting (-) pada rangkaian ini diketahui adalah 0 (virtual ground) maka impendasi rangkaian ini tentu saja adalah Zin = 1. B = + = I D. B = I D. + ( a ) Arus I D yang mengalir dari D ke terdapat ari Hukum Ohm : I D = = D i..( b ) Jika persamaan b dimasukkan ke persamaan a maka terdapat persamaan potensial : B = D i. ruas kanan dari persamaan diatas dapat diubah menjadi : D i. = sehingga persamaan menjadi : B = B = B = D D D... D. i i i. c i i. 1. i i i. i oltase output dari Op-Amp dapat ditemukan persamaan sebagai berikut : output = ( input 1 input 2 ). A output = ( + - in - in ). A A B. A PUTU USDI AIAWAN

12 b. Penguat Linear yang Non-Inverting dengan Op-Amp Prinsip utama rangkaian penguat non-inverting adalah seperti yang diperlihatkan pada gambar berikut ini. Seperti namanya, penguat ini memiliki masukan yang dibuat melalui input non-inverting. Dengan demikian tegangan keluaran rangkaian ini akan satu asa dengan tegangan inputnya. Untuk menganalisa rangkaian penguat op-amp non inverting, caranya sama seperti menganalisa rangkaian inverting. Gambar Penguat Non-Inverter Dengan menggunakan aturan 1 dan aturan 2, kita uraikan dulu beberapa akta yang ada, antara lain : in = + + = - = in... lihat aturan 1. Dari sini ketahui tegangan jepit pada 2 adalah out - = out in, atau i out = ( out - in )/ 2. Lalu tegangan jepit pada 1 adalah - = in, yang berarti arus i 1 = in / 1. Hukum kirchko pada titik input inverting merupakan akta yang mengatakan bahwa i out + i(-) = i 1 Aturan 2 mengatakan bahwa i(-) = 0 dan jika disubsitusi ke rumus yang sebelumnya, maka diperoleh i out = i 1 dan Jika ditulis dengan tegangan jepit masing-masing maka diperoleh ( out in )/ 2 = in / 1 yang kemudian dapat disederhanakan menjadi : out = in (1 + 2 / 1 ) Jika penguatan G adalah perbandingan tegangan keluaran terhadap tegangan masukan, maka didapat penguatan op-amp non-inverting G = out / in = (1 + 2 / 1 ) (2) PUTU USDI AIAWAN

13 Impendasi untuk rangkaian Op-amp non inverting adalah impedansi dari input non-inverting op-amp ersebut. Dari datasheet, LM741 diketahui memiliki impedansi input Zin = 108 to 1012 Ohm. c. angkaian Dierensiator Hubungan antara arus dan voltase dalam kondensator adalah : d dt I d dt Q dv dt dq dt 1 I 1 Q 1 dq dt Jika komponen pada rangkaian penguat inverting di tempatkan di depan, maka akan diperoleh rangkaian dierensiator seperti pada gambar 3.3. Dengan analisa yang sama seperti rangkaian integrator, akan diperoleh persamaan penguatannya : OUT dv in dt umus ini secara matematis menunjukkan bahwa tegangan keluaran vout pada rangkaian ini adalah dierensiasi dari tegangan input vin. ontoh praktis dari hubungan matematis ini adalah jika tegangan input berupa sinyal segitiga, maka outputnya akan mengahasilkan sinyal kotak. Gambar Dierensiator PUTU USDI AIAWAN

14 Bentuk rangkaian dierensiator adalah mirip dengan rangkaian inverting. Sehingga jika berangkat dari rumus penguat inverting G = -2/1 dan pada rangkaian dierensiator diketahui, Z maka jika besaran ini disubtitusikan akan didapat rumus penguat dierensiator G Dari hubungan ini terlihat sistem akan meloloskan rekuensi tinggi (high pass ilter), dimana besar penguatan berbanding lurus dengan rekuensi. Namun demikian, sistem seperti ini akan menguatkan noise yang umumnya berrekuensi tinggi. Untuk praktisnya, rangkain ini dibuat dengan penguatan dc sebesar 1 (unity gain). Biasanya kapasitor diseri dengan sebuah resistor yang nilainya sama dengan. Dengan cara ini akan diperoleh penguatan 1 (unity gain) pada nilai rekuensi cuto tertentu. Gambar angkaian OPAmp sebagai Dierensiator Gambar diatas merupakan rangkaian dierensiator, yaitu rangkaian yang akan mendierensialkan sinyal yang masuk ke rangkaian tersebut. Output PUTU USDI AIAWAN

15 dari rangkaian ini seakan-akan merupakan ungsi hasil pendierensialan dari ungsi masukan. angkaian ini dinamakan pula the dierentiation ampliier. Dapat dilihat dari gambar berikut : Gambar Pendierensialan sinyal kotak Sama halnya dengan sinyal-sinyal lain yang dimasukkan ke rangkaian itu, keluarannya akan terdierensialkan. d. angkaian Integrator Op-amp bisa juga digunakan untuk membuat rangkaian-rangkaian dengan respons rekuensi, misalnya rangkaian penapis (ilter). Salah satu contohnya adalah rangkaian integrator seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.4. angkaian dasar sebuah integrator adalah rangkaian op-amp inverting, hanya saja rangkaian umpanbaliknya (eedback) bukan resistor melainkan menggunakan capasitor. Gambar Integrator PUTU USDI AIAWAN

16 Mari kita coba menganalisa rangkaian ini. Prinsipnya sama dengan menganalisa rangkaian opamp inverting. Dengan menggunakan 2 aturan opamp (golden rule) maka pada titik inverting akan didapat hubungan matematis : i in = ( in -)/ = in /, dimana - = 0 (aturan1) i out = - d( out -)/dt = - dv out /dt;- = 0 i in = i out ; (aturan 2) Maka jika disubtisusi, akan diperoleh persamaan : i in = i out = in / = - d out /dt, atau dengan kata lain : Dari sinilah nama rangkaian ini diambil, karena secara matematis tegangan keluaran rangkaian ini merupakan ungsi integral dari tegangan input. Sesuai dengan nama penemunya, rangkaian yang demikian dinamakan juga rangkaian Miller Integral. Aplikasi yang paling populer menggunakan rangkaian integrator adalah rangkaian pembangkit sinyal segitiga dari inputnya yang berupa sinyal kotak. Dengan analisa rangkaian integral serta notasi Fourier, dimana = 1/t dan penguatan integrator tersebut dapat disederhanakan dengan rumus : 2 G( ) 1 Sebenarnya rumus ini dapat diperoleh dengan cara lain, yaitu dengan mengingat rumus dasar penguatan op-amp inverting G = - 2/1. Pada rangkaian integrator (gambar 3) tersebut diketahui 1 2 Z 1 Dengan demikian dapat diperoleh penguatan integrator tersebut seperti persamaan (5) atau agar terlihat respons rekuensinya dapat juga ditulis dengan G Karena respons rekuensinya yang demikian, rangkain integrator ini merupakan dasar dari low pass ilter. Terlihat dari rumus tersebut secara 1 2 PUTU USDI AIAWAN

17 matematis, penguatan akan semakin kecil (meredam) jika rekuensi sinyal input semakin besar. Pada prakteknya, rangkaian eedback integrator mesti diparalel dengan sebuah resistor dengan nilai misalnya 10 kali nilai atau satu besaran tertentu yang diinginkan. Ketika inputnya berupa sinyal dc (rekuensi = 0), kapasitor akan berupa saklar terbuka. Jika tanpa resistor eedback seketika itu juga outputnya akan saturasi sebab rangkaian umpanbalik op-amp menjadi open loop (penguatan open loop op-amp ideal tidak berhingga atau sangat besar). Nilai resistor eedback sebesar 10 akan selalu menjamin. Gambar angkaian OPAmp sebagai Integrator Perhatikan perbedaannya dengan rangkaian dierensiator pada gambar diatas. Yaitu tidak adanya capasitor pada jalur input. Bila diberikan sinyal kotak sebagai masukan, akan dihasilkan sinyal mirip segitiga. Dapat dilihat pada gambar berikut : ontoh sinyal : PUTU USDI AIAWAN

18 Gambar Pengintegralan sinyal kotak e. Inverting Ampliier angkaian penguatan konstan yang banyak digunakan adalah inverting ampliier, seperti gambar berikut : Gambar angkaian Inverting Ampliier Output diperoleh dengan mengalikan input dengan suatu konstanta penguatan yang nilainya ditentukan oleh resistor input 1 dan resistor umpan balik. Output ini terbalik (inverted) dari input (beda phase 180o).. Unity Follower Unity ollower menghasilkan gain = 1 tanpa pembalikan phase. Dengan demikian maka o = 1. Ini berarti bahwa output mempunyai magnitud dan phase yang sama dengan input. PUTU USDI AIAWAN

19 Gambar Unity Follower g. Summing Ampliier Gambar Summing Ampliier angkaian menunjukkan penguatan dengan tiga input yang menghasilkan suatu ungsi penjumlahan. Masing-masing input dikuatkan dengan suatu konstanta penguatan sebelum dijumlahkan. o Tegangan output yang dihasilkan adalah : h. omparator angkaian comparator digunakan untuk membandingkan tegangan masukan. Apakah positi ataukan negati. angkaian ini dapat digunakan sebagai sensor. Dengan mengetahui masukan bertegangan positi/negati output maka akan mempengaruhi output rangkaian, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang sekiranya perlu dilakukan bila suatu gejala tertentu terjadi. Gambar rangkaian sebagai berikut : PUTU USDI AIAWAN

20 Gambar angkaian OpAmp sederhana sebagai comparator Karena sinyal input dimasukkan melalui kaki + maka bila in positi maka out juga positi. Demikian pula bila in negati maka out negati. Bila masukan nol, maka sinyal keluaran juga akan nol. Untuk rangkaian dengan tipe : i. Adder Gambar angkaian OpAmp sederhana sebagai comparator Gambar angkaian OpAmp sebagai adder PUTU USDI AIAWAN

21 angkaian adder merupakan rangkaian yang menjumlahkan tegangan masukan menjadi tegagan output. Juga tergantung dari berapa besar penguatannya. Sehingga bila dimasukkan tegangan masing-masing 1, 2 dan 3 maka output yang didapat adalah 6. Dihitung dengan persamaan : disederhanakan : Sedangkan bila kita hitung o berdasarkan 1 sebagai berikut Karena = 2kOhm dan = 1kOhm maka besarnya gain sebesar 1+2 = 3. maka : Sehingga telah terbukti secara matematis bahwa rangkaian diatas merupakan adder/penjumlah. 3.3 Datar Komponen dan Alat 1. I op-amp 2. esistor dan kapasitor 3. Potensiometer 4. Osiloskop 5. Multimeter 6. Disket / lashdisk 7. Milimeterblock 8. Pulpen / pensil 9. Penggaris / mistar PUTU USDI AIAWAN

22 3.4 ara Kerja Ampliier membalik 1. Buatlah rangkaian sperti gambar Setting g=1k sehingga 1000 mark sesuai dengan 10 Gambar 3.1 angkaian percobaan Inverting ampliier 3. Ukur tegangan dengan osiloskop/multimeter untuk posisi nol 4. Ukur tegangan output o sesuai dengan tegangan input i seperti pada table 3.1 Tabel 3.1 Pengukuran tegangan input output(positi) untuk ampliier membalik No 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting 1 i olt 2 o olt 5. Sekarang hubungkan A 1 dengan -15 dan ulangi langkah percobaan sebelumnya dan catat hasilnya pada table 3.2. Tabel 3.2 Pengukuran tegangan input output(negati) untuk ampliier membalik No 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting 1 i olt 2 o olt PUTU USDI AIAWAN

23 3.4.2 Ampliier tak membalik 1. Buatlah angkaian Seperti gambar 3.2 Gambar 3.2 angkaian percobaan NonInverting ampliier 2. Hubungkan g pada cc +15 dan setting g sehingga 1 berharga Naikkan teg input 1 dengan mengoperasikan dan ukur o sebagai ungsi i dan isikan hasil pengamatan pada table 3.3 Tabel 3.3 Pengukuran tegangan input output (positi )untuk ampliier tak membalik No 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting 1 i olt 2 o olt 4. Hubungkan g pada cc -15 dan lakukan setting seperti sebelumnya serta ulangi pengukuran sesuai dengan table 3.4 Tabel 3.4 Pengukuran tegangan input output (negati )untuk ampliier tak membalik No 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting 1 i olt 2 o olt PUTU USDI AIAWAN

24 3.4.3 Pengikut tegangan (voltage ollower) 1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.3 Gambar 3.3 angkaian percobaan untuk pengikut tegangan 2. Hubungkan g pada cc +15 dan setting g sehingga 1 berharga Naikkan teg input 1 dengan mengoperasikan t dan ukur o sebagai ungsi i dan isikan hasil pengamatan pada table 3.5 Tabel 3.5 Pengukuran tegangan input output (positi )untuk pengikut tegangan No 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting 1 i olt 2 o olt 4. Hubungkan g pada cc -15 dan lakukan setting seperti sebelumnya serta ulangi pengukuran sesuai dengan table Tabel 3.6 Pengukuran tegangan input output (negati )untuk pengikut tegangan No 100k 100k 100k 100k 100k 100k setting 1 i olt 2 o olt PUTU USDI AIAWAN

25 3.4.4 Ampliier penjumlah 1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.4 Gambar 3.4 angkaian percobaan ampliier penjumlah 2. Hubungkan potensiometer 10 putaran ke +15 dan atur resistor variable 1K sehingga posisi 1000 berhubungan dengan Setting potensiometer 10 putaran ke nol. Ukur Uo 4. Input i dibiarkan open dan ukur o=(i) dengan i=1 dan 2 5. Hubungkan 3=10K ke ground dan ukur o=(i) seperti langkah 4 6. Ganti 3 1K dengan 100 hubungkan ke ground da lakukan seperti langkah 4 7. Set FG1 sehingga i=2 pada 1. Set juga FG2 sehingga i =3 pada 3. Ukur o=(i + i ) Set FG1 dan FG2 seperti pada langkah 7. tapi Fg2 dihubungkan ke -15. ukur o= (i i ) Low pass ilter 1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.5 Gambar 3.5 rangkaian percobaan LPF (LOW PASS FILTE) PUTU USDI AIAWAN

26 2. Ukur Uo sebagai ungsi rekuensi. set Ui pada 2 pp dan lakukan pengukuran seperti table 3.7 catat hasil pengukuran pada table. Table 3.7 Pengujian LPF dengan Frekuensi yang berbeda. No F(Hertz) Ui(pp) Uo(pp) High pass ilter 1. Buatlah rangkaian seperti gambar 3.7 Gambar 3.6 rangkaian percobaan HPF (HIGH PASS FILTE) 2. Ukur Uosebagai ungsi rekuensi. set Ui pada 2 pp dan lakukan pengukuran seperti table 3.7 catat besarnya tegangan output Uo dari HPF. PUTU USDI AIAWAN

27 BIODATA PENULIS Nama : Putu usdi Ariawan TTL : Denpasar. 19 April 1990 Agama : Hindu Mahasiswa Teknik Elektro Unv. Udayana turusdi.ino@gmail.com PUTU USDI AIAWAN

BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog

BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog DIKTAT KULIAH Elektronika Industri & Otomasi (IE-204) BAB 4. Rangkaian Pengolah Sinyal Analog Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha JURUSAN

Lebih terperinci

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan

Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan Operational Amplifier Karakteristik Op-Amp (Bagian ke-satu) oleh : aswan hamonangan Kalau perlu mendesain sinyal level meter, histeresis pengatur suhu, osilator, pembangkit sinyal, penguat audio, penguat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tujuan Percobaan Mempelajari karakteristik statik penguat opersional (Op Amp ) 1.2 Alat Alat Yang Digunakan Kit praktikum karakteristik opamp Voltmeter DC Sumber daya searah ( DC

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA MERANGKAI DAN MENGUJI OPERASIONAL AMPLIFIER UNIT : VI NAMA : REZA GALIH SATRIAJI NOMOR MHS : 37623 HARI PRAKTIKUM : SENIN TANGGAL PRAKTIKUM : 3 Desember 2012 LABORATORIUM

Lebih terperinci

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi

OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi 1 OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Oleh : Sri Supatmi Operasional Amplifier (OP-AMP) 2 Operasi Amplifier adalah suatu penguat linier dengan penguatan tinggi. Simbol 3 Terminal-terminal luar di samping power

Lebih terperinci

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier)

MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 08 Penguat Operasional (Operational Amplifier) 1 TUJUAN Memahami prinsip kerja Operational Amplifier.

Lebih terperinci

Bab III. Operational Amplifier

Bab III. Operational Amplifier Bab III Operational Amplifier 30 3.1. Masalah Interfacing Interfacing sebagai cara untuk menggabungkan antara setiap komponen sensor dengan pengontrol. Dalam diagram blok terlihat hanya berupa garis saja

Lebih terperinci

OPERATIONAL AMPLIFIERS

OPERATIONAL AMPLIFIERS OPERATIONAL AMPLIFIERS DASAR OP-AMP Simbol dan Terminal Gambar 1a: Simbol Gambar 1b: Simbol dengan dc supply Standar operasi amplifier (op-amp) memiliki; a) V out adalah tegangan output, b) V adalah tegangan

Lebih terperinci

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER

MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER MODUL 08 OPERATIONAL AMPLIFIER 1. Tujuan Memahami op-amp sebagai penguat inverting dan non-inverting Memahami op-amp sebagai differensiator dan integrator Memahami op-amp sebagai penguat jumlah 2. Alat

Lebih terperinci

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING 2.1 Pendahuluan Signal Conditioning ialah operasi untuk mengkonversi sinyal ke dalam bentuk yang cocok untuk interface dengan elemen lain dalam sistem kontrol. Process

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

Penguat Inverting dan Non Inverting

Penguat Inverting dan Non Inverting 1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian op-amp sebagai penguat inverting dan non inverting. 2. Mengamati fungsi kerja dari masing-masing penguat 3. Mahasiswa dapat menghitung penguatan

Lebih terperinci

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 09 PENGUAT OPERATIONAL (OPERATIONAL AMPLIFIER) PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA & INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA, INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Riwayat Revisi Rev. 07-06-2017

Lebih terperinci

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI JOBSHEET 6 PENGUAT INSTUMENTASI A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Instrumentasi ini adalah :. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat instrumentasi sebagai aplikasi dari rangkaian

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II

MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA Bagian II DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK A. OP-AMP Sebagai Peguat TUJUAN PERCOBAAN PERCOBAAN VII OP-AMP SEBAGAI PENGUAT DAN KOMPARATOR

Lebih terperinci

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat

Modul 04: Op-Amp. Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis. 1 Alat dan Komponen. 2 Teori Singkat Modul 04: Op-Amp Penguat Inverting, Non-Inverting, dan Comparator dengan Histeresis Reza Rendian Septiawan March 3, 2015 Op-amp merupakan suatu komponen elektronika aktif yang dapat menguatkan sinyal dengan

Lebih terperinci

Modul 4. Asisten : Catra Novendia Utama ( ) : M. Mufti Muflihun ( )

Modul 4.   Asisten : Catra Novendia Utama ( ) : M. Mufti Muflihun ( ) Modul 4 OPERATIONAL AMPLIFIER Nama : Muhammad Ilham NIM : 10211078 E-mail : ilham_atlantis@hotmail.com Shift/Minggu : III/2 Asisten : Catra Novendia Utama (10208074) : M. Mufti Muflihun (10208039) Tanggal

Lebih terperinci

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK

MODUL - 04 Op Amp ABSTRAK MODUL - 04 Op Amp Yuri Yogaswara, Asri Setyaningrum 90216301 Program Studi Magister Pengajaran Fisika Institut Teknologi Bandung yogaswarayuri@gmail.com ABSTRAK Pada percobaan praktikum Op Amp ini digunakan

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR

LEMBAR KERJA V KOMPARATOR LEMBAR KERJA V KOMPARATOR 5.1. Tujuan 1. Mahasiswa mampu mengoperasikan op amp sebagai rangkaian komparator inverting dan non inverting 2. Mahasiswa mampu membandingkan dan menganalisis keluaran dari rangkaian

Lebih terperinci

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

Workshop Instrumentasi Industri Page 1 INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 1 (PENGUAT NON-INVERTING) I. Tujuan a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik penguat non-inverting b. Mahasiswa dapat merancang,

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP TUJUAN Mempelajari penggunaan operational amplifier Mempelajari rangkaian rangkaian standar operational amplifier PERSIAPAN Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul

Lebih terperinci

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP)

OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) MODUL II Praktikum OPERATIONAL AMPLIFIERS (OP-AMP) 1. Memahami cara kerja operasi amplifiers (Op-Amp). 2. Memahami cara penghitungan pada operating amplifiers. 3. Mampu menggunakan IC Op-Amp pada rangkaian.

Lebih terperinci

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum

PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum PENGUAT OPERASIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) Laporan Praktikum ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Elektronika Dasar yang diampu oleh Drs. Agus Danawan, M.Si Disusun oleh Anisa Fitri Mandagi

Lebih terperinci

RANGKAIAN ELEKTRONIKA ANALOG

RANGKAIAN ELEKTRONIKA ANALOG Pendahuluan i iv Rangkaian Elektronika Analog RANGKAIAN ELEKTRONIKA ANALOG Oleh : Pujiono Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut:

Tipe op-amp yang digunakan pada tugas akir ini adalah LT-1227 buatan dari Linear Technology dengan konfigurasi pin-nya sebagai berikut: BAB III PERANCANGAN Pada bab ini berisi perancangan pedoman praktikum dan perancangan pengujian pedoman praktikum dengan menggunakan current feedback op-amp. 3.. Perancangan pedoman praktikum Pada pelaksanaan

Lebih terperinci

Rangkaian penguat operasional (Op-amp) Linier. Sigit Pramono,ST,MT

Rangkaian penguat operasional (Op-amp) Linier. Sigit Pramono,ST,MT angkaian penguat operasional (pamp) Linier Sigit Pramono,ST,MT Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti kuliah ini, Mahasiswa dapat mendesain (C5) dan membandingkan (A4) rangkaian penguat operasional (pamp)

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

BABV INSTRUMEN PENGUAT

BABV INSTRUMEN PENGUAT BABV INSTRUMEN PENGUAT Operasional Amplifier (Op-Amp) merupakan rangkaian terpadu (IC) linier yang hampir setiap hari terlibat dalam pemakaian peralatan elektronik yang semakin bertambah di berbagai bidang

Lebih terperinci

PENERAPAN DARI OP-AMP (OPERATIONAL AMPLIFIER)

PENERAPAN DARI OP-AMP (OPERATIONAL AMPLIFIER) ORBITH VOL. 13 NO. 1 Maret 2017 : 43 50 PENERAPAN DARI OP-AMP (OPERATIONAL AMPLIFIER) Oleh : Lilik Eko Nuryanto Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Soedarto. SH,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. MOSFET MOSFET atau Metal Oxyde Semiconductor Field Effect Transistor merupakan salah satu jenis transistor efek medan (FET). MOSFET memiliki tiga pin yaitu gerbang (gate), penguras

Lebih terperinci

Gambar 2.1. simbol op amp

Gambar 2.1. simbol op amp BAB II. PENGUAT OP AMP II.1. Pengenalan Op Amp Penguat Op Amp (Operating Amplifier) adalah chip IC yang digunakan sebagai penguat sinyal yang nilai penguatannya dapat dikontrol melalui penggunaan resistor

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH MENGETAHUI DAN MENGANALISA KELUARAN PENGUAT INTEGRATOR (INTEGRATOR AMPLIFIER)

KARYA TULIS ILMIAH MENGETAHUI DAN MENGANALISA KELUARAN PENGUAT INTEGRATOR (INTEGRATOR AMPLIFIER) KARYA TULIS ILMIAH MENGETAHUI DAN MENGANALISA KELUARAN PENGUAT INTEGRATOR (INTEGRATOR AMPLIFIER) Ir. Ida Bagus Sujana Manuaba, M.Sc Nyoman Wendri, S.Si., M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP)

PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OP-AMP) + PENGENALAN OPERATIONAL AMPLIFIER (OPAMP) Penguat operasional atau Operational Amplifier (OPAMP) yaitu sebuah penguat tegangan DC yang memiliki 2 masukan diferensial. OPAMP pada dasarnya merupakan sebuah

Lebih terperinci

Penguat Oprasional FE UDINUS

Penguat Oprasional FE UDINUS Minggu ke -8 8 Maret 2013 Penguat Oprasional FE UDINUS 2 RANGKAIAN PENGUAT DIFERENSIAL Rangkaian Penguat Diferensial Rangkaian Penguat Instrumentasi 3 Rangkaian Penguat Diferensial R1 R2 V1 - Vout V2 R1

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1

PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1 PRAKTIKUM II PENGKONDISI SINYAL 1 Tujuan: Mahasiswa mampu memahami cara kerja rangkaian-rangkaian sinyal pengkondisi berupa penguat (amplifier/attenuator) dan penjumlah (summing/adder). Alat dan Bahan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH MEMPELAJARI DAN MENGANALISIS KELUARAN PENGUAT INSTRUMENTASI (INSTRUMENTATION AMPLIFIER)

KARYA TULIS ILMIAH MEMPELAJARI DAN MENGANALISIS KELUARAN PENGUAT INSTRUMENTASI (INSTRUMENTATION AMPLIFIER) KARYA TULIS ILMIAH MEMPELAJARI DAN MENGANALISIS KELUARAN PENGUAT INSTRUMENTASI (INSTRUMENTATION AMPLIFIER) I Wayan Supardi, S.Si., M.Si Ir. Ida Bagus Sujana Manuaba, M.Sc JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA Mata Kuliah Kode / SKS Program Studi Fakultas : Elektronika Dasar : IT012346 / 3 SKS : Sistem Komputer : Ilmu Komputer & Teknologi Informasi 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor TIU : - Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas dasar teori yang berhubungan dengan perancangan skripsi antara lain fungsi dari function generator, osilator, MAX038, rangkaian operasional amplifier, Mikrokontroler

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : ELEKTRONIKA DASAR KODE : TSK-210 SKS/SEMESTER : 2/2 Pertemuan Pokok Bahasan & ke TIU 1 Pengenalan Komponen dan Teori Semikonduktor TIU : - Mahasiswa mengenal Jenis-jenis

Lebih terperinci

Perancangan Sistim Elektronika Analog

Perancangan Sistim Elektronika Analog Petunjuk Praktikum Perancangan Sistim Elektronika Analog Lab. Elektronika Industri Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Lab 1. Amplifier Penguat Dengan

Lebih terperinci

PENGUAT OPERASIONAL. ❶ Karakteristik dan Pemodelan. ❷ Operasi pada Daerah Linear. ❸ Operasi pada Daerah NonLinear

PENGUAT OPERASIONAL. ❶ Karakteristik dan Pemodelan. ❷ Operasi pada Daerah Linear. ❸ Operasi pada Daerah NonLinear PENGUAT OPERASIONAL ⓿ Pendahuluan ❶ Karakteristik dan Pemodelan ❷ Operasi pada Daerah Linear Model Virtual Short Circuit Metoda Inspeksi Metoda Sistematik ❸ Operasi pada Daerah NonLinear Rangkaian Ekivalen

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Modul Praktikum Rangkaian Linear Aktif. Lab. Elektronika Fakultas Teknik UNISKA

PENDAHULUAN. Modul Praktikum Rangkaian Linear Aktif. Lab. Elektronika Fakultas Teknik UNISKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN LINEAR AKTIF LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM KADIRI KEDIRI PENDAHULUAN A. UMUM Sesuai dengan tujuan pendidikan di UNISKA,

Lebih terperinci

TEORI DAN APLIKASI OP-AMP

TEORI DAN APLIKASI OP-AMP TEOI DAN APLIKASI OP-AMP 2. Pendahuluan Pada bagian ini dibahas tentang macam macam teori yang mendasar dan juga sebagian untuk terapan suatu rangkaian. Pembahasan dilengkapi dengan latihan soal dan soal

Lebih terperinci

Percobaan 3 Rangkaian OPAMP

Percobaan 3 Rangkaian OPAMP Percobaan 3 Rangkaian OPAMP EL2193 Praktikum Rangkaian Elektrik Penguat Noninverting Penguatan = 1 1/1 = 2 12V 2k2Ω 2k2Ω V in 2k2Ω Posisi V in (V) Vout (V) Vout ukur (V) A 6 12 11,7 B 2 4 4 C 2 4 4 D 6

Lebih terperinci

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM KOMUNIKASI RADIO SEMESTER V TH 2013/2014 JUDUL REJECTION BAND AMPLIFIER GRUP 06 5B PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI JAKARTA PEMBUAT

Lebih terperinci

PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP

PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP 9.1 Tujuan : 1) Mendemonstrasikan prinsip kerja dari rangkaian comparator inverting dan non inverting dengan menggunakan op-amp 741. 2) Rangkaian comparator menentukan

Lebih terperinci

Elektronika. Pertemuan 8

Elektronika. Pertemuan 8 Elektronika Pertemuan 8 OP-AMP Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Tiga

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1. Model CFA [2]

BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1. Model CFA [2] BAB II Dasar Teori Pada bab ini berisi dasar teori dari current feedback op-amp yang menjelaskan perbedaanperbedaannya dengan voltage feedback op-amp. 2.1. Current Feedback Operational Amplifier Op-amp

Lebih terperinci

TUGAS DASAR ELEKTRONIKA

TUGAS DASAR ELEKTRONIKA DIODE ZENER TUGAS DASAR ELEKTRONIKA Oleh : 0804405050 FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT JIMBARAN 2010 1.1. Pengertian Tentang Diode Diode merupakan alat yang hanya bisa mengalirkan arus DC dalam

Lebih terperinci

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR

1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR 1. PRINSIP KERJA CATU DAYA LINEAR Perangkat elektronika mestinya dicatu oleh suplai arus searah DC (direct current) yang stabil agar dapat bekerja dengan baik. Baterai atau accu adalah sumber catu daya

Lebih terperinci

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate)

Lampiran A. Praktikum Current Feedback OP-AMP. Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate) Lampiran A Praktikum Current Feedback OP-AMP Percobaan I Karakteristik Op-Amp CFA(R in,vo max. Slew rate) Waktu : 3 jam (praktikum dan pembuatan laporan) dipersiapkan oleh: Reinhard A. TUJUAN Menganalisa

Lebih terperinci

PERCOBAAN 10 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP

PERCOBAAN 10 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP PERCOBAAN 0 RANGKAIAN DIFFERENSIATOR DAN INTEGRATOR OP-AMP 0. Tujuan : ) Mendemonstrasikan prinsip kerja dari suatu rangkaian diffrensiator dan integrator, dengan menggunakan op-amp 74. 2) Rangkaian differensiator

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Rangkaian Dasar Komparator

Gambar 1.1 Rangkaian Dasar Komparator JOBSHEET PRAKTIKUM 2 A. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian komparator sebagai aplikasi dari rangkaian OP AMP. 2. Mahasiswa dapat merangkai rangkaian komparator sebagai aplikasi dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surabaya, 13 Oktober Penulis

KATA PENGANTAR. Surabaya, 13 Oktober Penulis KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun laporan Praktikum Dasar Elektronika dan Digital

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Medan Magnet Medan Magnet, dalam ilmu Fisika, adalah suatu medan yang dibentuk dengan menggerakan muatan listrik (arus listrik) yang menyebabkan munculnya gaya di muatan listrik

Lebih terperinci

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1

Elektronika Lanjut. Penguat Instrumen. Elektronika Lanjut Missa Lamsani Hal 1 Penguat Instrumen Missa Lamsani Hal 1 . Missa Lamsani Hal 2 / 28 Penguat Instrumentasi Penguat instrumentasi adalah suatu loop tertutup (close loop) dengan masukan differensial dan penguatannya dapat diatur

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT. modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok Diagram Modulator 8-QAM BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT 3.1 Pembuatan Modulator 8-QAM Dalam Pembuatan Modulator 8-QAM ini, berdasarkan pada blok diagram modulator 8-QAM seperti pada gambar 3.1 berikut ini: Gambar 3.1 Blok

Lebih terperinci

Modul 02: Elektronika Dasar

Modul 02: Elektronika Dasar Modul 02: Elektronika Dasar Alat Ukur, Rangkaian Thévenin, dan Rangkaian Tapis Reza Rendian Septiawan February 4, 2015 Pada praktikum kali ini kita akan mempelajari tentang beberapa hal mendasar dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

Penguat Operasional OP-AMP ASRI-FILE

Penguat Operasional OP-AMP ASRI-FILE Penguat Operasional OPAMP Penguat Operasional atau disingkat Opamp adalah merupakan suatu penguat differensial berperolehan sangat tinggi yang terkopel DC langsung, yang dilengkapi dengan umpan balik untuk

Lebih terperinci

Teknik Elektromedik Widya Husada 1

Teknik Elektromedik Widya Husada 1 FORMULIR PENILAIAN PRAKTIKUM Nama NIM Kelompok Praktikum :.. :.. :.. : Teknik Elektronika Terintegrasi No. Percobaan Tanggal Percobaan 1. Penguat Inverting 2. Penguat Non Inverting 3. Komparator 4. Penguat

Lebih terperinci

RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER

RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER P R O G R A M S T U D I F I S I K A F M I P A I T B LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI MODUL 03 RANGKAIAN DIODA CLIPPER DAN CLAMPER 1 TUJUAN Menentukan hubungan antara sinyal input dengan sinyal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Proses Perancangan Alat Perancangan rangkaian daya Proteksi perangkat daya Penentuan strategi kontrol Perancangan rangkaian logika dan nilai nominal Gambar 3.1 Proses

Lebih terperinci

SILABUS (DASAR ELEKTRONIKA) Semester II Tahun Akademik 2014/2015. Dosen Pengampu : 1. Syah Alam, S.Pd, M.T

SILABUS (DASAR ELEKTRONIKA) Semester II Tahun Akademik 2014/2015. Dosen Pengampu : 1. Syah Alam, S.Pd, M.T UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 194 JAKARTA ( UTA 4 JAKARTA ) FAKULTAS TEKNIK SILABUS (DASAR ELEKTRONIKA) Semester II Tahun Akademik 2014/201 Dosen Pengampu : 1. Syah Alam, S.Pd, M.T 1. Deskripsi Mengenal prinsip

Lebih terperinci

Simulasi Karakteristik Inverter IC 555

Simulasi Karakteristik Inverter IC 555 Simulasi Karakteristik Inverter IC 555 Affan Bachri *) *) Dosen Program Studi Teknik Elektro Universitas Islam Lamongan Makalah ini menyajikan sebuah rangkaian inverter yang dibangun dari multivibrator

Lebih terperinci

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG

ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ROBOT LINE FOLLOWER ANALOG ABSTRAK Dalam makalah ini akan dibahas mengenai robot Line Follower. Robot ini merupakan salah satu bentuk robot beroda yang memiliki komponen utama diantaranya, seperti resistor,

Lebih terperinci

Modul 2. Pengkondisian Sinyal.

Modul 2. Pengkondisian Sinyal. Modul 2. Pengkondisian Sinyal. Beragam transduser diperlukan untuk konversi besaran umum menjadi besaran listrik. Tetapi ini pun belum cukup, biasanya sinyal yang berasal dari ransduser belum layak untuk

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN LISTRIK

DASAR PENGUKURAN LISTRIK DASAR PENGUKURAN LISTRIK OUTLINE 1. Objektif 2. Teori 3. Contoh 4. Simpulan Objektif Teori Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu: Menjelaskan dengan benar mengenai prinsip dasar pengukuran. Mengukur arus,

Lebih terperinci

MODUL II MERANCANG PENGUAT COMMON EMITTER SATU TINGKAT

MODUL II MERANCANG PENGUAT COMMON EMITTER SATU TINGKAT MODUL II MERANCANG PENGUAT COMMON EMITTER SATU TINGKAT Durrotus Sarofina (H1E014002) Asisten: Rafi Bagaskara.A Tanggal Percobaan: 19/04/2016 PAF15211P-Elektroika Dasar II Laboratorium Elektronika, Instrumentasi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 2 Rangkaian Integrator dan Rangkaian Diferensiator

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 2 Rangkaian Integrator dan Rangkaian Diferensiator LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR 2 Rangkaian Integrator dan Rangkaian Diferensiator Vera Kamila NS(1137030074) Reva Wiratama (1137030058) Siti Patimah (1137030066) Asisten Lab : Nurfaizah Amatillah

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206

Rangkaian Pembangkit Gelombang dengan menggunakan IC XR-2206 Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank email : eddynurraharjo@gmail.com Abstrak Sebuah sinyal dapat dihasilkan dari suatu pembangkit sinyal yang berupa sebuah rangkaian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TRANSISTOR. Risa Farrid Christianti

KARAKTERISTIK TRANSISTOR. Risa Farrid Christianti KARAKTERSTK TRANSSTOR Risa Farrid hristianti ARUS TRANSSTOR (1) Perbandingan arus Karena emitter (E) adalah sumber elektron, emiter mempunyai arus terbesar. Krn sebagian besar elektron mengalir ke Kolektor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Alat Blok diagram carrier recovery dengan metode costas loop yang direncanakan diperlihatkan pada Gambar 3.1. Sinyal masukan carrier recovery yang berasal

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. LED (Light Emitting Diode) LED (Light Emitting Diode) adalah dioda yang memancarkan cahaya jika diberi tegangan tertentu. LED terbuat dari bahan semikonduktor tipe-p (pembawa

Lebih terperinci

1. Kompetensi : Menjelaskan karakteristik dan aplikasi penguat instrumentasi

1. Kompetensi : Menjelaskan karakteristik dan aplikasi penguat instrumentasi LAB SHEET No.LST/TE/EKA5228/08 Revisi : 00 Tgl : 8 Sept 2015 Hal 1 dari 5 1. Kompetensi : Menjelaskan karakteristik dan aplikasi penguat instrumentasi 2. Sub Kompetensi : 1) Menjelaskan operasi rangkaian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN Pada bab ini dilakukan proses akhir dari pembuatan alat Tugas Akhir, yaitu pengujian alat yang telah selesai dirancang. Tujuan dari proses ini yaitu agar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menganalisa data hubungan tegangan dengan medan magnet untuk mengetahui karakteristik sistem sensor magnetik. Tahapan

Lebih terperinci

PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP

PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP PENULISAN ILMIAH LAMPU KEDIP BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Integrated Circuit 4017 Integrated Circuit 4017 adalah jenis integrated circuit dari keluarga Complentary Metal Oxide Semiconductor (CMOS). Beroperasi

Lebih terperinci

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555)

Pendahuluan. 1. Timer (IC NE 555) Pada laporan ini akan menyajikan bagaimana efisien sebuah power supply untuk LED. Dengan menggunakan rangkaian buck converter diharapkan dapat memberikan tegangan dan arus pada beban akan menjadi stabil,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab tiga ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan pada alat ini. Dimulai dari uraian perangkat keras lalu uraian perancangan

Lebih terperinci

Transistor Bipolar. III.1 Arus bias

Transistor Bipolar. III.1 Arus bias Transistor Bipolar Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana sambungan NPN maupun PNP menjadi sebuah transistor. Telah disinggung juga sedikit tentang arus bias yang memungkinkan elektron

Lebih terperinci

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018

MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 MODUL 04 TRANSISTOR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA TA 2017/2018 LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 1 TUJUAN Memahami

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN

BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN BAB II TEORI DASAR SISTEM C-V METER PENGUKUR KARAKTERISTIK KAPASITANSI-TEGANGAN 2.1. C-V Meter Karakteristik kapasitansi-tegangan (C-V characteristic) biasa digunakan untuk mengetahui karakteristik suatu

Lebih terperinci

Transistor Bipolar. oleh aswan hamonangan

Transistor Bipolar. oleh aswan hamonangan Transistor Bipolar oleh aswan hamonangan Pada tulisan tentang semikonduktor telah dijelaskan bagaimana sambungan NPN maupun PNP menjadi sebuah transistor. Telah disinggung juga sedikit tentang arus bias

Lebih terperinci

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED

Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED Q POWER ELECTRONIC LABORATORY EVERYTHING UNDER SWITCHED PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG 01 P-05 KOMPARATOR SMT. GENAP 2015/2016 A. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian komparator sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu :

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu : III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Lampung yang dilaksanakan

Lebih terperinci

Modul 05: Transistor

Modul 05: Transistor Modul 05: Transistor Penguat Common-Emitter Reza Rendian Septiawan April 2, 2015 Transistor merupakan komponen elektronik yang tergolong kedalam komponen aktif. Transistor banyak digunakan sebagai komponen

Lebih terperinci

OPTIMALISASI ADC DENGAN REKAYASA PERANGKAT KERAS PADA PENGUKURAN SUHU

OPTIMALISASI ADC DENGAN REKAYASA PERANGKAT KERAS PADA PENGUKURAN SUHU OPTIMALISASI DENGAN EKAYASA PEANGKAT KEAS PADA PENGUKUAN SUHU Eka Mandayatma Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang mectronku@yahoo.com Abstrak merupakan sebuah komponen atau sub komponen yang berfungsi

Lebih terperinci

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia

VOLTAGE PROTECTOR. SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia bidang TEKNIK VOLTAGE PROTECTOR SUTONO, MOCHAMAD FAJAR WICAKSONO Program Studi Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Listrik merupakan kebutuhan yang sangat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Harmonisa Arus Di Gedung Direktorat TIK UPI Sebelum Dipasang Filter

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Harmonisa Arus Di Gedung Direktorat TIK UPI Sebelum Dipasang Filter BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Harmonisa Arus Di Gedung Direktorat TIK UPI Sebelum Dipasang Filter Dengan asumsi bahwa kelistrikan di Gedung Direktorat TIK UPI seimbang maka dalam penggambaran bentuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 39 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik (hardware) dan pembuatan mekanik Eskalator. Sedangkan untuk pembuatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT Setelah perancangan sistem tahap selanjutnya adalah pengujian, pengujian dilakukan apakah sistem sudah berjalan sesuai dengan perencanan. Pengujian peralatan dilakukan

Lebih terperinci

USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI

USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI USER MANUAL ALARM ANTI MALING MATA PELAJARAN : ELEKTRONIKA PENGENDALI DAN OTOMASI PELAJAR ELEKTRONIKA INDUSTRI 2008 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO SMK NEGERI 3 BOYOLANGU TULUNGAGUNG 2 CREW Agung Wahyu Sekar Alam

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

PANDUAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK PANDUAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK MODUL I KARAKTERISTIK DIODA I. Tujuan Percobaan Memahami prinsip

Lebih terperinci