LAPORAN FISIKA LABORATORIUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN FISIKA LABORATORIUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA"

Transkripsi

1 LAPORAN FISIKA LABORATORIUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA Penerapan Spin Coating untuk Pembuatan Lapisan Tipis dengan MMA Asrofi Khoirul Huda, Achmad Maulana, Ichsanul Huda, Diky Anggoro Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya asrofikh@gmail.com Abstrak Telah dilakukan percobaan Penerapan Spin Coating untuk Pembuatan Lapisan Tipis dengan MMA dengan tujuan untuk membuat dan memahami lapisan tipis pada material Methyle Methacrylate (MMA). Material Methyl Methacrylate (MMA) di letakkan diatas substrat kaca, dimana terdapat empat buah kaca preparat dengan perlakuan pemberian kecepatan berbeda yakni sebesar 1000rpm, 1500rpm, 2000rpm, dan tanpa perlakuan. Kaca preparat diamplas terlebih dahulu dan dicuci dengan alkohol agar steril. Setiap substrat kaca diberi tiga tetes material MMA di ujung kanan, tengah dan ujung kiri, lalu diputar selama 90 detik. Setelah itu didapatkan hasil berupa lapisan tipis. Lapisan tipis tersebut, diamati dengan mikroskop kemudian shot hasilnya dengan software super eyes. Prinsip kerja yang diterapkan pada percobaan ini adalah viskositas dan kecepatan putaran yang mempengaruhi gaya sentrifulgal. Tebal lapisan dengan variasi kecepat putar yakni, sebesar 1,96233 mm untuk kecepatan 1000rpm dan 1,34867 mm untuk kecepatan 1500 rpm dan 0,78223 untuk 2000 rpm. Kata Kunci Methyl Methacrylate (MMA), Sentrifugal, Ppin Coating, Super Eyes, Viskositas manual maupun bantuan robot. Material tersebut dituangkan diatas substrat [4]. Spin coating memiliki 3 proses yaitu tahap penetesan cairan (dispense), tahap percepatan spin coating dimana dalam tahapan ini setelah tahap penetesan cairan larutan dipercepat dengan kecepatan yang relative tinggi sehingga mengakibatkan adanya gaya sentrifugal dan turbulensi cairan sampai. Pemutaran terus dilakukan sampai larutan merata diatas substrat dalam rentang waktu tertentu. Yang terakhir adalah tahap pengeringan yang dilakukan sampai pelarut lappisan tersebut benar-benar menguap [1]. L I. PENDAHULUAN apisan tipis memiliki sangat banyak manfaat dalam perkembangan teknologi masa kini. Misalnya saja dalam dunia material, lapisan tipis banyak dimanfaatkan sebagai pelapisan bahan untuk menutupi kelemahan dari bahan yang dilapisi seperti anti korosi, persiapan material baru sebelum difabrikasi serta dalam pengembangan material baru. Sedangkan dalam dunia optic, lapisan tipis umumnya digunakan dalam ternologi laser, LED, sel surya dll. Karena digunakan dalam berbagai terknologi, fabrikasi lapisan tipis pun telah banyak dilakukan oleh peneliti untuk mendapatkan kualitas lapisan tipis yang baik. Salah satu cara pembuatan lapisan tipis adalah dengan cara spin coating. Oleh karena itulah, praktikum ini dilakukan untuk dapat membuat dan mengamati lapisan tipis pada material dengan menggunakan metode spin coating. Lapisan tipis merupakan lapisan dari material yang sangat tipis yaitu antara skala nano dan millimeter. Dalam perkembangan fabrikasinya sudah banyak dilakukan upaya untuk mendapatkan kualitas yang baik dari lapisan tipis. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk membuat lapisan tipis adalah dengan menggunakan metode spin coating. Metode spin coating merupakan metode yang paling mudah dan cepat dalam penumbuhan lapisan tipis [3]. Metode spin coating sendiri merupakan metode penumbuhan lapisan tipis pada substrat dengan cara meneteskan cairan ke pusat substrat yang diputar. Dimana dalam praktikum ini substrat yang digunakan adalah kaca. Material yang digunakan sebagai lapisan tipis dideposisi atau diletakkan pada bagian tengah substrat baik dengan cara Gambar 1. Proses Pembuatan Lapisan Tipis dengan Metode Spin Coating Sumber gambar : Lapisan tipis yang dihasilkan dengan metode spin coating memiliki tingkat kehomogenan yang cukup tinggi. Ketebalan dan kualitas lapisan yang diinginkan bisa dikontrol berdasarkan viskositas atau kekentalan larutan, kandungan material,waktu dan kecepatan putaran dari alat spin coater[5][6]. Selain itu, metode spin coating ini akan menghasilkan lapisan tipis pandu gelombang berindeks bias tinggi diantara daerah berindeks bias rendah,yaitu substrat dan udara. Sehingga cahaya dibatasi oleh pantulan dalam total pada bidang batas film substrat dan film-kover [2]. Gambar 2. Proses pandu gelombang Proses pemanduan cahaya dalam suatu pandu gelombang dapat dijelaskan dengan menggunakan prinsip penjalaran sinar optic dengan didasarkan pada hukum pemantulan dan pembiasan Snellius. Dimana ketika indeks

2 LAPORAN FISIKA LABORATORIUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA bias film lebih besar dari indeks bias cover dan pada sudut 90 derajat, tidak ada gelombang yang merambat pada daerah kover sehingga dapat dikatakan gelombang mengalami pemantulan dalam total pada daerah film. Pemanduan dalam total dapat terjadi pula bila sudut dating lebih besar daripada sudut kritisnya [7]. Dalam proses spin coating, untuk memperoleh lapisan tipis dengan kualitas optic yang baik, yaitu transparan, indeks bias yang homogeny dan memiliki permukaan yang halus, terdapat 3 tahap yang harus dilakukan yaitu pertama, melakukan optimasi parameter fabrikasi lapisan tipis dengan teknik spin coating seperti jenis pelarut, temperature substrat, konsentrasi larutan, kecepatan spin, waktu dan temperature fabrikasi. Yang kedua, dengan memfabrikasi lapisan tipis dari bahan larutan yang berbeda dengan penyesuaian parameter fabrikasi sebelumnya. Dan yang ketiga, mengukur sifat optic dari lapisan tipis, yaitu koefisien absorbs dan dispers indeks biasnya [3]. Gambar 3. Pandu Gelombang pada Lapisan Tipis Sumber gambar : Jurnal Sensor temperature menggunakan pandu gelombang slab berbahan Polymethyl Methacrylate (PMMA) sebagai hasil fabrikasi dengan metode spin coating. Metil metakrilat (MMA) mempunyai rumus molekul CH 2 CCH 3 COOCH 3, BM = 100,11, titik didih C, titik beku -42,2 0 C, densitas = 0,936 pada 20/4 0 C, berupa cairan tak berwarna, larut dalam air, dapat terbakar, beracun dan bahan yg irritant [8]. Kecepatan putar merupakan salah satu faktor terpenting dalam proses spin coating. Kecepatan putar pada substrat berpengaruh terhadap sudut gaya sentrifugal yang mengenai larutan MMA selain kecepatan dan turbullence udara diatasnya. Secara lebih spesifik tingkat kecepatan putar yang tinggi menetukan ketebalan lapisan yang terbentuk. Gambar 3 menunjukkan kurva hubungan antara kecepatan putar dan ketebalan lapisan [9].. A. Tahap Persiapan II. METODE Siapkan peralatan dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain adalah 4 buah kaca preparat yang berfungsi sebagai substrat, Larutan Polymethyl Methacrylate (PMMA) yang berfungsi sebagai larutan yang diteteskan di atas substrat, kertas amplas untuk menghaluskan sisi samping kaca preparat, 1 buah mikroskop yang digunakan saat pengamatan ketebalan lapisan tipis, 1 set alat Spin coater sebagai media pembentukan lapisan tipis, alkohol 70% untuk mensterilkan kaca preparat yang telah dicuci dengan air, hairdryer untuk membantu proses pengeringan kaca preparat,1 buah pipet tetes sebagai alat bantu menuangkan larutan ke substrat dan software super eyes yang digunakan untuk mengamati dan mengetahui ketebalan lapisan tipis yang terbuat. Setelah peralatan dipersiapkan, langkah awal yakni mengamplas sisi samping kaca preparat agar bersih dan membentuk pola yang homogen sehingga mudah untuk diamati. Lalu kaca preparat dicuci dengan air dan alkohol 70% agar steril dan dikeringkan dengan hairdryer. B. Tahap Fabrikasi Lapisan Tipis Methyl Methacrylate (MMA) Kaca preparat yang telah diamplas lalu dicuci dengan air, dan dilanjutkan dengan alkohol 70% dan dikeringkan dengan hairdryer hingga benar-benar kering. Selanjutnya posisikan kaca preparat pada spin coater, lalu diteteskan 3 tetes larutan PMMA pada ujung kiri, tengah, dan ujung kanan substrat. Tekan gas penghisap agar kaca dapat bertahan pada tempatnya. Nyalakan spin coater untuk memutar substrat beserta larutannya. Dengan sebelumnya dinyalakan kecepatan spin coater dengan variasi kecepatan 1000rpm, 1500rpm, dan 2000rpm. Dengan waktu putaran untuk setiap kecepatan adalah selama 90 detik. Dan biarkan 1 kaca preparat tanpa perlakuan. C. Analisa Karakteristik Lapisan Methyl Methacrylate (MMA) Pada tahap pengamatan lapisan tipis PMMA ini digunakan mikroskop yang telah dihubungkan dengan web cam yang terintegrasi computer yang berisi software super eyes. Dalam tahap ini ketebalan lapisan tipis diamati dengan menggunakan mikroskop optik dan kemudian hasilnya dishoot menggunakan software super eyes. Untuk pengukuran ketebalan lapisan dengan menggunakan software super eyes dilakukan dengan cara menarik garis lurus pada tebal lapisan. Pengamatan dan shoot dilakukan untuk semua jenis variasi kecepatan yang digunakan. Pastikan gambar yang tertangkap terlihat jelas lapisan dan substratnya. Ukur ketebalan lapisan dengan mengeklik ikon pada menu atas gambar ruler. Kemudian drag pada bagian ujung lapisan, maka akan keluar nilai ketebalan lapisan. Lakukan langkah ke-3 pada bagian ujung satunya dan bagian tengah. Gambar 4. Hubungan antara ketebalan lapisan dan kecepatan putar

3 LAPORAN FISIKA LABORATORIUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA Ganti substrat Start Peralatan disiapkan Kaca substrat diamplas Kaca substrat disterilkan dan diamplas Larutan diteteskan di atas substart Kec Putaran (rpm) Ralat Mutlak : [ ] Dimana Tebal Lapisan Rata-Rata ( ) Tabel 2. Perhitungan Tebal Rata-rata Tebal Lapisan (mm) , ,84 2,051 1,34 0, , , ,351 0, , ,335 2,062 2,025 0, : n = jumlah pengukuran [ ] 0, mm Diatur kecepatan pada spin coating Ralat Nisbi : Letakkan kaca substrat di spin coating = 0, Putar dengan kecepatan yang diatur Keseksamaan : 83,64% 0, III. Gambar 5. Diagram Alur Percobaan HASIL DAN PEMBAHASAN Dari percobaan Penerapan Spin Coating untuk Pembuatan Lapisan Tipis dengan MMA diperoleh hasil yang berupa tinggi lapisan permukaan substrat yang telah di tetesi larutan MMA ditinjau dari tiga titik, yakni Tabel 1. Hasil tinggi percobaan kaca preparat setelah di tetesi larutan MMA Kecepatan putaran (rpm) Substrat sudah Substart diamati di mikroskop dengan software supereyes Finish Tebal Lapisan (mm) Tebal Ratarata (mm) Ujung Tengah Ujung kiri kanan ,122 2,421 1,344 1, ,281 1,351 1,414 1, ,781 0,5657 1,000 2,7822 Data hasil peritungan di atas, kemudian dilakukakan perhitungan berupa Ralat Mutlak, Ralat Nisbi, dan Keseksamaan dari tinggi yang diperoleh. Data perhitungan disajikan dalam tabel hasil perhitungan ralat dan keseksamaan sebagai berikut. Kec. Putaran (rpm) Tabel 3. Hasil Perhitungan Ralat Mutlak, Ralat Nisbi, dan Keseksamaan Ralat mutlak ( Ralat Nisbi (I) Keseksamaan (K) , , , ,64% , , , ,15% , , , ,97% Dalam praktikum Penerapan Spin Coating untuk Pembuatan Lapisan Tipis dengan MMA ini telah dilakukan fabrikasi lapisan tipis dengan metode spin coating dan didapatkan lapisan tipis yang terdiri dari penyusunnya berupa udara sebagai cover, MMA dan kaca sebagai substrat. Pada percobaan Penerapan Spin Coating untuk Pembuatan Lapisan Tipis dengan MMA ini, jenis larutan yang digunakan adalah Methyl Methaclarylate (MMA) dan menggunakan kaca sebagai substrat. MMA dipilih karena pada dasarnya larutan ini merupakan larutan berbahan polimer yang memiliki karakteristik mudah dipabrikasi dan dapat diintegrasikan dengan komponen optic lain. Selain itu, MMA adalah larutan dengan indeks bias yang cukup tinggi, yaitu 1,4908 sehingga lapisan tipis MMA mampu dimanfaatkan untuk pandu gelombang slab. Sebagian besar pandu gelombang slab digunakan untuk penegmbangan sensor. Dari hasil perc obaan dengan pemberian kecepatan pada preparat dengan variasi 1000rpm, 1500rpm, 2000rpm, dan tanpa perlakuan, didapatkan tebal lapisan yang berbeda, ditinjau dari tiga titik, yaitu ujung kiri, tengah dan ujung kanan. Lalu dilihat ketebalan lapisannya menggunakan mikroskop yang menggunakan webcam dan terintegrasi dengan software super eyes pada cpu. Pada kaca preparat

4 Tebal Lapisan (mm) LAPORAN FISIKA LABORATORIUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA tanpa diberi kecepatan tidak ada lapisan yang didapatkan, karena larutan MMA tidak menyebar merata secara homogen karena tidak adanya gaya sentrifugal akibat adanya putaran dari spin coater, sehingga yang terlihat dari mikroskop hanya kover kaca preparat. Sedangkan pada tiga kaca preparat yang lain yang mendapatkan perlakuan pemutaran pada spin coater didapatkan tebal lapisan yang berbeda akibat adanya gaya sentrifugal saat kaca preparat diputar, seperti ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 6. Hasil pengamatan kaca substrat tanpa perlakuan semakin tipis lapisan. Dikarenakan ketika spin coating berputar ada gaya sentripetal yang terjadi yang mengakibatkan larutan tertarik ke pinggir substrat dan tersebar merata. Semakin cepat nilai putaran coater, berbanding lurus dengan gaya sentrifugal yang diterima larutan. Semakin cepat kecepatan putaran dari spin coating menyebabkan penyebaran larutan diatas permukaan substrat semakin cepat merata jika dibandingkan dengan kecepatan putaran spin coating yang dengan kecepatan lebih kecil. Ketika putaran semakin cepat, maka suhu dalam spin coating juga semakin cepat sehingga mengakibatkan larutan MMA yang pada dasarnya memiliki karakteristik mudah menguap mengalami penguapan sehingga ketebalan lapisan yang terbentuk pada substrat pun menjadi semakin tipis jika dibandingkan dengan saat kecepatan puatan yang lebih kecil. Pada percobaan Penerapan Spin Coating untuk Pembuatan Lapisan Tipis dengan MMA dengan kecepatan putar 2000rpm didapatkan ketebalan lapisan yang paling tipis dibandingkan pada kecepatan 1000rpm dan 1500rpm. Berdasarkan data percobaan Penerapan Spin Coating untuk Pembuatan Lapisan Tipis dengan MMA yang telah dilakukan, didapatkan hasil dalam bentuk grafik, hubungan antara tebal lapisan dengan kecepatan putar spin coater pada gambar Gambar 7. Hasil pengamatan kaca substrat pada kecepatan 1000rpm Kecepatan putaran (rpm) Gambar 8. Hasil pengamatan kaca substrat pada kecepatan 1500rpm Gambar 9. Hasil pengamatan kaca substrat pada kecepatan 2000rpm Berdasarkan data hasil pengamatan pada tabel 1, diketahui bahwa lapisan tipis yang terbentuk pada saat kecepatan putaran spin coating 2000rpm lebih kecil dibandingkan dengan saat kecepatan putaran spin coating sebesar 1500 rpm, dan 2000rpm pada waktu lama perputaran yang sama selama 90 detik. Yaitu masing masing sebesar 1,96233mm untuk kecepatan 1000rpm dan 1,34867mm untuk kecepatan 1500 rpm dan 0,78233rpm. Hasil percobaan tersebut sesuai dengan konsep yang dijelaskan pada gambar 4, yakni hubungan antara kecepatan putar spin coater dengan tebal lapisan film. Dimana semakin cepat kecepatan putaran spin coater menimbulkan Gambar 10. Grafik hubungan kecepatan putaran dengan tebal lapisan Dari gambar 10 hal tersebut dapat diketahui bahwa kecepatan putaran (ω) spin coating untuk menghasilkan sebaran film tipis yang merata berpengaruh ketinggian atau ketebalan lapisan yang terbentuk. Karena pada saat diberi kecepatan putaran, larutan menyebar ke segala arah akibat adanya gaya sentrifugal. Prinsip kerja yang diterapkan pada percobaan ini adalah viskositas, kecepatan putaran yang mempengaruhi gaya sentrifulgal dan deposisi. Viskositas, berhubungan dengan larutan yang digunakan, yaitu MMA. Gaya sentrifugal, berhubungan dengan kecepatan putaran spin coating. Pengaruh kecepatan putaran pada substrat terhadap sudut gaya sentrifugal yang mengenai larutan MMA selain kecepatan dan turbullence adalah udara diatasnya. Hal ini berhubungan dengan nilai keembaban udara yang berada di dalam laboratorium. Secara lebih spesifik tingkat kecepatan putar yang tinggi menetukan ketebalan lapisan yang terbentuk dimana nilai kecepatan putaran berbanding terbalik dengan nilai ketebaan larutan. Proses deposisi juga terjadi pada percobaan ini. Deposisi merupakan peristiwa perubahan gas menjadi zat padat. Kecocokan antara konsep dengan hasil percobaan dengan berbagai variasi kecepatan, menunjukan konsep hubungan kecepatan putar dan ketebalan lapisan yang sesuai. Semakin menipis lapisan yang terbentuk semakin

5 LAPORAN FISIKA LABORATORIUM INSTRUMENTASI ELEKTRONIKA berkurang tetesan-tetesan yang terbuang. Hal ini berhubungan dengan nilai penambahan hambatan alir dan viskositas pada saat lapisan semakin tipis. Tahap terakhir dalam percobaan ini, merupakan mekanisme utama dari proses penipisan lapisan. Ketebalan lapisan yang terbentuk dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu viskositas dan laju putaran atau yang biasa disebut kecepatan angguler, disamping parameter-parameter lainnya seperti waktu pemutaran dan kerapatan cairan. IV. KESIMPULAN Dari percobaan Penerapan Spin Coating untuk Pembuatan Lapisan Tipis dengan MMA dapat disimpulkan lapisan tipis yang terbentuk pada material MMA dibuat dengan menggunakan metode spin coating. Ketebalan pada lapisan tipis ini, dipengeruhi oleh dua parameter utama, yaitu viskositas dan laju putaran (angular speed) dan parameter pendukung, yaitu waktu putaran dan kerapatan larutan yang digunakan. Nilai ketebalan lapisan dengan berbagai variasi kecepat putar yakni, 1,96233mm untuk kecepatan 1000rpm dan 1,34867mm untuk kecepatan 1500 rpm dan 0,78233rpm. Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai kecepatan putaran berbanding terbalik dengan nilai ketebalan lapisan tipis yang terbentuk. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan ijin atas berlangsungnya pelaksanaan praktikum Penerapan Spin Coating untuk Pembuatan Lapisan Tipis dengan MMA ini, kepada asisten Fisika Laboratorium pada percobaan ini yaitu Ichsanul dan Ahmad Maulana yang telah membantu baik sebelum praktikum, saat praktikum, dan setelah praktikum. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok atas kerja samanya dalam melaksanakan percobaan ini sehingga terlaksananya praktikum Penerapan Spin Coating untuk Pembuatan Lapisan Tipis dengan MMA dengan lancar. ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Asisten fisika laboratorium fisika optic.2014.modul Praktikum Fisika Laboratorium Bidang Optik. Fisika ITS:Surabaya [2] Bahtiar,Ayi.dkk., Fabrikasi dan Karakterisasi Pandu Gelombang Planar Polimer Terkonjugasi. Bandung,Jurusan Fisika FMIPA UNPAD (2006) [3] [4] Huang,Ya-Yu, Chou. Kan-Sen.2003.Studies on the spin coating process of silica films. National Tsing Hua University. Hsinchu [5] Luurtsema,G.A.1997.Spin Coating for Rectangular Substrates (Thesis). University of California. Barkeley. hal [6] May,Gray, Light Leigh, Elshazly Dina Spin Coating Theory. Georgia Institute of Technology. [7] Sunarno, Hasto., Optika Serat. Surabaya, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam ITS (2000). [8] Wahyuni, Dwi, Dewi, Sri Rukmini Penelitian Pembuatan Poli Metil Metakrilit. Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 1, No. 2, 22:23. [9] Spin Coat Theory

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 23 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan dalam fabrikasi dan karakterisasi optik dari waveguide berbahan polimer PMMA (Polymethyl Methacrylate) adalah metode

Lebih terperinci

LAPORAN FISIKA LABORATORIUM OPTOELEKTRONIKA

LAPORAN FISIKA LABORATORIUM OPTOELEKTRONIKA LAPORAN FISIKA LABORATORIUM OPTOELEKTRONIKA 215 1 Analisa Kekerasan Bahan dengan Metode Citra Spekel Asrofi Khoirul Huda, Diana Ainun Nisa, Ning Rosianah, Diky Anggoro Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Institut

Lebih terperinci

2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER

2015 DESAIN DAN OPTIMASI FREKUENSI SENSOR LINGKUNGAN BERBASIS PEMANDU GELOMBANG INTERFEROMETER MACH ZEHNDER BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan aspek penting dalam kehidupan karena lingkungan adalah tempat dimana kita hidup, bernafas dan sebagainya. Lingkungan merupakan kawasan tempat kita

Lebih terperinci

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan eksperimen murni yang

BAB III METODE PELAKSANAAN. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan eksperimen murni yang 25 BAB III METODE PELAKSANAAN Metode penelitian yang dilakukan menggunakan eksperimen murni yang dilakukan di laboratorium. Metode yang digunakan untuk penumbuhan film tipis LiTaO 3 adalah metode spin-coating.

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD

Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe FD JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5 No. 2 (2016) 2337-3520 (2301-928X Print) B-103 Analisis Pengaruh Panjang Kupasan dan Perubahan Suhu Terhadap Pancaran Intensitas pada Serat Optik Plastik Multimode Tipe

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya

BAB I PENDAHULUAN. Listrik merupakan kebutuhan esensial yang sangat dominan kegunaannya λ Panjang Gelombang 21 ω Kecepatan Angular 22 ns Indeks Bias Kaca 33 n Indeks Bias Lapisan Tipis 33 d Ketebalan Lapisan Tipis 33 α Koofisien Absorpsi 36 Frekuensi Cahaya 35 υ BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

DAN KONSENTRASI SAMPEL

DAN KONSENTRASI SAMPEL PERANCANGAN SENSOR ph MENGGUNAKAN FIBER OPTIK BERDASARKAN VARIASI KETEBALAN REZA ADINDA ZARKASIH NRP. 1107100050 DAN KONSENTRASI SAMPEL DOSEN PEMBIMBING : DRS. HASTO SUNARNO,M.Sc Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

BATERAI BATERAI ION LITHIUM

BATERAI BATERAI ION LITHIUM BATERAI BATERAI ION LITHIUM SEPARATOR Membran polimer Lapisan mikropori PVDF/poli(dimetilsiloksan) (PDMS) KARAKTERISASI SIFAT SEPARATOR KOMPOSIT PVDF/POLI(DIMETILSILOKSAN) DENGAN METODE BLENDING DEVI EKA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Material Prodi Fisika, Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi Fisika, dan Laboratorium Terpadu Gedung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. umumnya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Minyak goreng

I. PENDAHULUAN. umumnya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Minyak goreng I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minyak goreng adalah salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia pada umumnya dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Minyak goreng yang kita konsumsi sehari-hari

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Waktu dan Tempat

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Waktu dan Tempat 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Misalkan seberkas cahaya monokromatik yang bergerak dalam suatu vakum (ruang hampa) membentuk sudut datang dengan garis normal pada permukaan zat a dan misalkan a adalah

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-153 Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Kelompok Keilmuan (KK) Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA Institut Teknologi Bandung. Penelitian dimulai dari

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK Mardian Peslinof 1, Harmadi 2 dan Wildian 2 1 Program Pascasarjana FMIPA Universitas Andalas 2

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 hingga Maret 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 hingga Maret 2015. 29 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014 hingga Maret 2015. Pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium Elektronika Dasar, di Laboratorium

Lebih terperinci

APLIKASI OPTIK DAN FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph

APLIKASI OPTIK DAN FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph SEMINAR TUGAS AKHIR APLIKASI OPTIK DAN FIBER OPTIK SEBAGAI SENSOR ph Oleh : Rahardianti Ayu K. (1106 100 042) Dosen Pembimbing : Drs. Hasto Sunarno, M.Sc PENDAHULUAN Selama dua dekade terakhir, pembangunan

Lebih terperinci

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat

Lebih terperinci

PEMANTULAN INTERNAL BERULANG PADA MACROWAVEGUIDE BERBENTUK SEGITIGA

PEMANTULAN INTERNAL BERULANG PADA MACROWAVEGUIDE BERBENTUK SEGITIGA PEMANTULAN INTERNAL BERULANG PADA MACROWAVEGUIDE BERBENTUK SEGITIGA Dwi Setiawan 1, Ahmad Marzuki 1, Hery Purwanto 1 1 Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126 dwi.setiawan@gmx.com ABSTRAK Sebuah kajian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama 6 bulan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Airlangga, Laboratorium Dasar Bersama

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : 0805034 Kelompok : IV.B JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. Pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium Eksperimen

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen yang dilakukan di lab. Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Perancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri

Perancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) B-87 Perancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri Joko Nugroho, Gatut Yudoyono, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN dan dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika

BAB III METODE PENELITIAN dan dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2011 dan dilaksanakan di Laboratorium Fisika Material Departemen Fisika

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS MINYAK GORENG DENGAN PARAMETER VISKOSITAS DAN INDEKS BIAS

STUDI KUALITAS MINYAK GORENG DENGAN PARAMETER VISKOSITAS DAN INDEKS BIAS Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 11,No.2, April 2008, hal 53-58 STUDI KUALITAS MINYAK GORENG DENGAN PARAMETER VISKOSITAS DAN INDEKS BIAS Sutiah, K. Sofjan Firdausi, Wahyu Setia Budi Laboratorium Optoelektronik

Lebih terperinci

3 Metodologi penelitian

3 Metodologi penelitian 3 Metodologi penelitian 3.1 Peralatan dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini mencakup peralatan gelas standar laboratorium kimia, peralatan isolasi pati, peralatan polimerisasi, dan peralatan

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating

Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating ISSN 2302-8491 Jurnal Fisika Unand Vol. 6, No. 2, April 2017 Pengaruh Temperatur dan Waktu Putar Terhadap Sifat Optik Lapisan Tipis ZnO yang Dibuat dengan Metode Sol-Gel Spin Coating Fitriani *, Sri Handani

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 17 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Departemen Fisika IPB dari bulan September 2008 sampai dengan bulan Juni 2009. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI)

PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI) PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI) Abstrak Percobaan yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan sudut putar jenis larutan optis aktif, dengan alat yang digunakan yaitu polarimeter. Dimana Sinar

Lebih terperinci

A. LEMBAR IDENTITAS 1. Nama : 2. Nim : 3. Kelas : Geotermal IIA 4. Jurusan/Prodi : Fisika Geotermal 5. Kelompok : 1 6. Judul Percobaan : Indeks Bias

A. LEMBAR IDENTITAS 1. Nama : 2. Nim : 3. Kelas : Geotermal IIA 4. Jurusan/Prodi : Fisika Geotermal 5. Kelompok : 1 6. Judul Percobaan : Indeks Bias A. LEMBAR IDENTITAS 1. Nama :. Nim : 3. Kelas : Geotermal IIA 4. Jurusan/Prodi : Fisika Geotermal 5. Kelompok : 1 6. Judul Percobaan : Indeks Bias Prisma 7. Tanggal Percobaan : Maret 016 8. Tanggal Memasukkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN diperkuat oleh rangkainan op-amp. Untuk op-amp digunakan IC LM-324. 3.3.2.2. Rangkaian Penggerak Motor (Driver Motor) Untuk menjalankan motor DC digunakan sebuah IC L293D. IC L293D dapat mengontrol dua

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium kimia mineral / laboratorium geoteknologi, analisis proksimat dilakukan di laboratorium instrumen Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way

BAB III METODE PENELITIAN. Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengambilan data penelitian diperoleh dari perhitungan kelimpahan sel Chlorella sp. tiap perlakuan. Data di analisa menggunakan statistik One Way Anova

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Proses pembangunan disegala bidang selain membawa kemajuan terhadap kehidupan manusia, tetapi juga akan membawa dampak negative bagi lingkungan hidup. Industrialisasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian adalah penelitian deskriptif. B. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten Purbalingga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal

BAB I PENDAHULUAN. informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serat optik adalah salah satu media transmisi yang dapat menyalurkan informasi dengan kapasitas besar dengan keandalan yang tinggi. Pada awal penggunaannya, serat optik

Lebih terperinci

DAB I PENDAHULUAN. komponen utama dan komponen pendukung yang memadai. Komponen. utama meliputi pesawat pengirim sinyal-sinyal informasi dan pesawat

DAB I PENDAHULUAN. komponen utama dan komponen pendukung yang memadai. Komponen. utama meliputi pesawat pengirim sinyal-sinyal informasi dan pesawat DAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi, terutama dalam bidang komunikasi saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kebutuhan komunikasi dan bertukar informasi antar satu dengan

Lebih terperinci

Gambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan)

Gambar 3. 1 Ilustrasi pemantulan spekuler (kiri) dan pemantulan difuse (kanan) 3.1. Cahaya Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki sifat-sifat yaitu dapat dipantulkan (refleksi), dibiaskan (refraksi), diserap (absorpsi), interferensi, difraksi, dan polarisasi. Cahaya

Lebih terperinci

Analisis Directional Coupler Sebagai Pembagi Daya untuk Mode TE

Analisis Directional Coupler Sebagai Pembagi Daya untuk Mode TE JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 2, NOMOR 1 JANUARI 2006 Analisis Directional Coupler Sebagai Pembagi Daya untuk Mode TE Agus Rubiyanto, Agus Waluyo, Gontjang Prajitno, dan Ali Yunus Rohedi Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia elektronika mengalami kemajuan yang sangat pesat, hal ini terlihat dari banyaknya komponen semikonduktor yang digunakan disetiap kegiatan manusia.

Lebih terperinci

Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target

Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target Deteksi Konsentrasi Kadar Glukosa Dalam Air Destilasi Berbasis Sensor Pergeseran Serat Optik Menggunakan Cermin Cekung Sebagai Target Hilyati N., Samian, Moh. Yasin, Program Studi Fisika Fakultas Sains

Lebih terperinci

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten : PEDOMAN PRAKTIKUM Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten : FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2015 KEGIATAN i MIKROSKOP Prosedur A. Memegang dan Memindahkan Mikroskop 1. Mikroskop dipindahkan

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) 1-6 1

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) 1-6 1 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) 1-6 1 PENGGUNAAN TERMOKOPEL TIPE K BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA16 UNTUK MENGUKUR SUHU RENDAH DI MESIN KRIOGENIK Sigit Adi Kristanto, Bachtera Indarto

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2010 - Juni 2011 di Laboratorium Biofisika dan Laboratorium Fisika Lanjut, Departemen Fisika IPB.

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan mensimulasikan MZI di program computer simulation technology (CST) dengan skema penelitian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana

BAB III METODE PENELITIAN. Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana 34 BAB III METODE PENELITIAN Proses polimerisasi stirena dilakukan dengan sistem seeding. Bejana reaktor diisi dengan seed stirena berupa campuran air, stirena, dan surfaktan dengan jumlah stirena yang

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Absorbansi Probe Sensor terhadap Variasi Konsentrasi Gas H 2 S

HASIL DAN PEMBAHASAN. Absorbansi Probe Sensor terhadap Variasi Konsentrasi Gas H 2 S 7 yang besar, karena probe sensor sangat sensitif dan jika mengalami guncangan yang besar, dapat mengakibatkan data yang diambil kurang baik. Setelah semua disiapkan, program pengambilan data dijalankan

Lebih terperinci

Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM

Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM Percobaan 1 PENGGUNAAN ALAT DASAR LABORATORIUM TUJUAN Mengetahui cara membersihkan, mengeringkan dan menggunakan berbagai alat gelas yang digunakan di laboratorium kimia. Mengatur nyala pembakar Bunsen

Lebih terperinci

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Sampel air panas. Pengenceran 10-1 Lampiran 1. Metode kerja Sampel air panas Diambil 10 ml Dicampur dengan media selektif 90ml Di inkubasi 24 jam, suhu 50 C Pengenceran 10-1 Di encerkan sampai 10-10 Tiap pengenceran di tanam di cawan petri

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN. iii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iv ABSTRAK... KATA PENGANTAR. vi. DAFTAR ISI ix. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN.

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN. iii. LEMBAR PERSEMBAHAN... iv ABSTRAK... KATA PENGANTAR. vi. DAFTAR ISI ix. DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN. DAFTAR ISI Halaman JUDUL. i LEMBAR PENGESAHAN. iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv ABSTRAK... v KATA PENGANTAR. vi DAFTAR ISI ix DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN. 1 1.1 Latar Belakang.. 1 1.2 Tujuan Penelitian.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lapisan tipis adalah suatu lapisan yang sangat tipis terbuat dari bahan organik,

I. PENDAHULUAN. Lapisan tipis adalah suatu lapisan yang sangat tipis terbuat dari bahan organik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lapisan tipis adalah suatu lapisan yang sangat tipis terbuat dari bahan organik, inorganik, logam maupun campuran metal organik dan memiliki sifat-sifat konduktor, semikonduktor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Pengecoran logam dilakukan dipabrik pengecoran logam,desa Serdang, Kecamatan Tanjung Bintang

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UKUR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) AIR MENGGUNAKAN SENSOR SERAT OPTIK SECARA REAL TIME

PERANCANGAN ALAT UKUR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) AIR MENGGUNAKAN SENSOR SERAT OPTIK SECARA REAL TIME PERANCANGAN ALAT UKUR TSS (TOTAL SUSPENDED SOLID) AIR MENGGUNAKAN SENSOR SERAT OPTIK SECARA REAL TIME Ani Fatimah 1, Harmadi 2 dan Wildian 2 1 Program Pascasarjana FMIPA Universitas Andalas 2 Departemen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 7 3. Pengenceran Proses pengenceran dilakukan dengan menambahkan 0,5-1 ml akuades secara terus menerus setiap interval waktu tertentu hingga mencapai nilai transmisi yang stabil (pengenceran hingga penambahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah penelitian analitik. 2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian di lakukan di laboratorium klinik

Lebih terperinci

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan

III. PROSEDUR PERCOBAAN. XRD dilakukan di Laboratorium Pusat Survey Geologi, Bandung dan 29 III. PROSEDUR PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan Desember 2012, di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Karakterisasi

Lebih terperinci

Homogenitas Ketebalan, Konduktivitas Listrik dan Band Gap Lapisan Tipis a-si:h tipe-p dan tipe-p Doping Delta yang dideposisi dengan Sistem PECVD

Homogenitas Ketebalan, Konduktivitas Listrik dan Band Gap Lapisan Tipis a-si:h tipe-p dan tipe-p Doping Delta yang dideposisi dengan Sistem PECVD JURNAL FISIKA DAN APLIKASINYA VOLUME 8, NOMOR JANUARI 202 Homogenitas Ketebalan, Konduktivitas Listrik dan Band Gap Lapisan Tipis a-si:h tipe-p dan tipe-p Doping Delta yang dideposisi dengan Sistem PECVD

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Skema dan Prinsip Kerja Alat Prinsip kerja mesin spin coating adalah sumber tenaga motor listrik ditransmisikan ke poros hollow melalui pulley dan v-belt untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL

PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL Laporan Hasil Praktikum PEMBIASAN PADA KACA PLAN PARALEL Disusun Oleh : Daning Herawati 36 / XII IPA 5 SMA NEGERI 2 JEMBER Tahun ajaran 2014/2015 A. Tujuan Percobaan 1. Menyelidiki sifat pembiasan pada

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Fisika 1 Refraktometer

Laporan Praktikum Kimia Fisika 1 Refraktometer Laporan Praktikum Kimia Fisika 1 Refraktometer Oleh : I Gede Dika Virga Saputra (1108105034) Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana 2013 Abstrak Tujuan dari percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Optik dan Fotonik, Laboratorium Kimia dan Laboratorium Terpadu FMIPA UNS Jl. Ir. Sutami

Lebih terperinci

Overview Materi. Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik. Kabel Optik

Overview Materi. Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik. Kabel Optik Overview Materi Panduan gelombang fiber optik Struktur Serat Optik Tipe-tipe serat optik Material serat optik Kabel Optik Struktur Serat Optik Struktur Serat Optik (Cont..) Core Terbuat dari bahan kuarsa

Lebih terperinci

KISI DIFRAKSI (2016) Kisi Difraksi

KISI DIFRAKSI (2016) Kisi Difraksi KISI DIFRAKSI (2016) 1-6 1 Kisi Difraksi Rizqi Ahmad Fauzan, Chi Chi Novianti, Alfian Putra S, dan Gontjang Prajitno Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating

BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Metode Spin Coating BAB II DASAR TEORI 2.1 Spin Coating Spin coating telah digunakan selama beberapa dekade untuk aplikasi film tipin. Sebuah proses khas melibatkan mendopositokan genangan kecil dari cairan resin ke pusat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

PENGERING UNTUK BAHAN BERBENTUK PADATAN

PENGERING UNTUK BAHAN BERBENTUK PADATAN PENGERING UNTUK BAHAN BERBENTUK PADATAN PARTIKULAT DAN BUTIRAN Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan alat pengeringan yang digunakan untuk bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, pengembangan biosensor menjadi hal yang cukup menarik dalam dunia teknologi. Biosensor, yang salah satu kegunaannya dalam pengujian biomolekul secara akurat

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 2. Klasifikasi BendaLatihan Soal 2.1

SMP kelas 7 - FISIKA BAB 2. Klasifikasi BendaLatihan Soal 2.1 1. Perhatikan pernyataan di bawah ini! 1) Jarak antar partikel sangat rapat 2) Tarik menarik antar molekul kuat 3) Susunan partikel kurang teratur 4) Jarak antar partikel kurang rapat 5) Jarak antar partikel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian dilakukan di laboratorium klinik Analis Kesehatan fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: NiraTebu, Sukrosa, Indeks bias, Interferometer Michelson

Abstrak. Kata kunci: NiraTebu, Sukrosa, Indeks bias, Interferometer Michelson Perancangan Aplikasi Pengukuran Kadar Gula (Sukrosa) Nira Tebu dengan Sistem Polariser Dilanjutkan dengan Menggunakan Sistem Interferometer Michelson Presisi Tinggi Peneliti : Mutmainnah 1, Imam Rofi i

Lebih terperinci

Uji Densitas dan Porositas pada Batuan dengan Menggunakan Neraca O Houss dan Neraca Pegas

Uji Densitas dan Porositas pada Batuan dengan Menggunakan Neraca O Houss dan Neraca Pegas FISIKA LABORATORIUM- LAB. MATERIAL 2015 1-4 1 Uji Densitas dan Porositas pada Batuan dengan Menggunakan Neraca O Houss dan Neraca Pegas Puji Kumala Pertiwi, Agustin Leny, Khoirotul Yusro dan Gonjtang Prajitno

Lebih terperinci

Syafi Munawir Almaki Dr.rer.nat Fredy Kurniawan, M.Si

Syafi Munawir Almaki Dr.rer.nat Fredy Kurniawan, M.Si Syafi Munawir Almaki Dr.rer.nat Fredy Kurniawan, M.Si Chemical Vapour Deposition Teknologi Cooating Physical Vapour Deposition Electroplating Spin Coating Suatu metode, yaitu ketika material dipapari oleh

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan

BAB III TEORI PENUNJANG. Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara : Berikut adalah gambar perambatan cahaya dalam medium yang ditunjukkan BAB III TEORI PENUNJANG Bab tiga berisi tentang tentang teori penunjang kerja praktek yang telah dikerjakan. 3.1. Propagasi cahaya dalam serat optik Perambatan cahaya dalam suatu medium dengan 3 cara :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu molekul dalam fasa cair dapat dianggap secara sempurna dikelilingi oleh molekul lainnya yang secara rata-rata mengalami daya tarik yang sama ke semua arah. Bila

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR

PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR PEMANFAATAN PENGUKURAN REDAMAN SERAT OPTIK MENGGUNAKAN OTDR UNTUK MENDETEKSI KADAR GLUKOSA DALAM AIR Intan Pamudiarti, Sami an, Pujiyanto Departemen Fisika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga

Lebih terperinci

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning

Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning Jurnal Fisika Unand Vol. 5, No. 4, Oktober 2016 ISSN 2302-8491 Elektrodeposisi Lapisan Kromium dicampur TiO 2 untuk Aplikasi Lapisan Self Cleaning Ardi Riski Saputra*, Dahyunir Dahlan Jurusan Fisika FMIPA

Lebih terperinci

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI II. PEWARNAAN SEL BAKTERI TUJUAN 1. Mempelajari dasar kimiawi dan teoritis pewarnaan bakteri 2. Mempelajari teknik pembuatan apusan kering dalam pewarnaan bakteri 3. Mempelajari tata cara pewarnaan sederhana

Lebih terperinci

1. Sudut kritis dan pemantulan sempurna

1. Sudut kritis dan pemantulan sempurna 1. Sudut kritis dan pemantulan sempurna Seberkas cahaya yang melalui dua medium akan memiliki efek berbeda, dilihat darimana cahaya itu berasal. Kejadian ini antara lain ; a). refleksi dan refraksi dari

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM SINTESIS KIMIA ORGANIK PEMBUATAN t - BUTIL KLORIDA NAMA PRAKTIKAN : KARINA PERMATA SARI NPM : 1106066460 PARTNER PRAKTIKAN : FANTY EKA PRATIWI ASISTEN LAB : KAK JOHANNES BION TANGGAL

Lebih terperinci

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan

3 Percobaan. 3.1 Bahan Penelitian. 3.2 Peralatan 3 Percobaan 3.1 Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan untuk percobaan adalah polimer PMMA, poli (metil metakrilat), ditizon, dan oksina. Pelarut yang digunakan adalah kloroform. Untuk larutan bufer

Lebih terperinci

ANALISIS SUDUT PUTAR JENIS PADA SAMPEL LARUTAN SUKROSA MENGGUNAKAN PORTABLE BRIX METER

ANALISIS SUDUT PUTAR JENIS PADA SAMPEL LARUTAN SUKROSA MENGGUNAKAN PORTABLE BRIX METER ANALISIS SUDUT PUTAR JENIS PADA SAMPEL LARUTAN SUKROSA MENGGUNAKAN PORTABLE BRIX METER Skripsi Untuk memenuhi salah satu syarat mencapai derajat pendidikan Strata Satu (S-1) Sebagai Sarjana Sains pada

Lebih terperinci

Studi pengaruh konsentrasi larutan polystyrene terhadap jumlah mode pandu gelombang yang dikarakterisasi dengan metode prisma kopling

Studi pengaruh konsentrasi larutan polystyrene terhadap jumlah mode pandu gelombang yang dikarakterisasi dengan metode prisma kopling 1 Studi pengaruh konsentrasi larutan polystyrene terhadap jumlah mode pandu gelombang yang dikarakterisasi dengan metode prisma kopling Oleh : Wahyu Hidayat M.0202049 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Fisika

Antiremed Kelas 10 Fisika Antiremed Kelas 10 Fisika UAS - Latihan Soal Doc. Name: K13AR10FIS02UAS Doc. Version: 2016-05 halaman 1 01. Perhatikan gambar. Panjang kawat bawah dua kali panjang kawat atas, dan keduanya terbuat dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanopatikel merupakan partikel mikroskopis yang memiliki ukuran dalam skala nanometer yaitu < 100 nm. Nanopartikel menjadi kajian yang sangat menarik, karena ketika

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Alat Penelitian 1. Mesin electrospinning, berfungsi sebagai pembentuk serat nano.

BAB III METODE PENELITIAN Alat Penelitian 1. Mesin electrospinning, berfungsi sebagai pembentuk serat nano. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan penelitian Bahan penelitian yang digunaka dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. PVA gohsenol (polyvinyl alcohol). 2. Aquades. 3. Nano emulsi kitosan ukuran

Lebih terperinci

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias

biasanya dialami benda yang tidak tembus cahaya, sedangkan pembiasan terjadi pada benda yang transparan atau tembus cahaya. garis normal sinar bias 7.3 Cahaya Cahaya, apakah kamu tahu apa itu cahaya? Mengapa dengan adanya cahaya kita dapat melihat lingkungan sekitar kita? Cahaya Matahari yang begitu terang dapat membentuk pelangi setelah hujan berlalu?

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK

SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK SISTEM KOMUNIKASI SERAT OPTIK Submitted by Dadiek Pranindito ST, MT,. SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM LOGO PURWOKERTO Topik Pembahasan Chapter 1 Overview SKSO Pertemuan Ke -2 SKSO dan Teori

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material, Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

MIKROSKOP A. PENDAHULUAN

MIKROSKOP A. PENDAHULUAN MIKROSKOP A. PENDAHULUAN Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium sains, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Apus Darah Tepi Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritrosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Agustus sampai bulan Oktober 2012.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Agustus sampai bulan Oktober 2012. 31 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Bulan Agustus sampai bulan Oktober 2012. Penelitian ini dilakukan dibeberapa tempat yaitu preparasi sampel dilakukan

Lebih terperinci

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006

LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN menurut Peraturan (UE) No. 1907/2006 LEMBARAN DATA KESELAMATAN BAHAN Tanggal Revisi 06.07.2010 1. Identitas Bahan dan Perusahaan Informasi Produk Penggunaan Bahan / Preparat Bahan pelapis untuk proses PVD (physical vapour deposition) Perusahaan:

Lebih terperinci

Pengaruh Kecepatan Potong Pada Pemotongan Polymethyl Methacrylate Menggunakan Mesin Laser Cutting

Pengaruh Kecepatan Potong Pada Pemotongan Polymethyl Methacrylate Menggunakan Mesin Laser Cutting Pengaruh Kecepatan Potong Pada Pemotongan Polymethyl Methacrylate Menggunakan Mesin Laser Cutting Braam Delfian Prihadianto 1, Gesang Nugroho 2 1) Mahasiswa S2 Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin dan Industri

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci