Perilaku PKL dalam Memanfaatkan Ruang Publik di Pasar Banyumanik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perilaku PKL dalam Memanfaatkan Ruang Publik di Pasar Banyumanik"

Transkripsi

1 A. Latar Belakang Fenomena pedagang kaki lima yang menempati pasar-pasar di Kota Semarang, sudah sangat berkembang dan menjadi satu kesatuan yang utuh dengan pasar itu sendiri. Berdasarkan pengalaman empiris dan penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian SMERU (2007) terhadap para pedagang di pasar-pasar tradisional di Bandung dan Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi (JABODETABEK) diperoleh informasi bahwa salah satu pesaing utama para pedagang di pasar-pasar tradisional adalah para PKL. Sehingga keberadaan PKL di sekitar pasar hendaknya diperhatikan benar agar tidak menyaingi para pedagang pasar, karena mereka banyak yang berjualan menutupi bagian depan dan jalan masuk ke pasar yang ini menjadikan bagian luar pasar-pasar tradisional tampak kumuh dan semrawut. Di kebanyakan pasar tradisional, kondisi seperti ini dibiarkan terus terjadi tanpa solusi, akibatnya para pembeli tidak perlu masuk ke dalam pasar sehingga memancing para pedagang yang berjualan di dalam pasar berpindah ke luar meninggalkan lapaknya yang pada akhirnya keadaan di dalam pasar kosong, sebaliknya di luar pasar keadaannya padat seperti layaknya pasar tumpah. Pasar Jati Banyumanik sebagai salahsatu pasar tradisional besar di Kota Semarang, juga mengalami hal yang sama, para PKL menempati ruang-ruang publik, yang seharusnya dimanfaatkan oleh masyarakat ataupun pemerintah untuk kepentingan umum, seperti bahu-bahu jalan, tempat duduk, jalur pedesterian, trotoar dan tempat lainnya, semua tempat publik tersebut dimanfaatkan oleh para PKL. Aktiivitas yang dilakukan antara lain, seperti berjualan makanan kecil, bakso, nasi goreng, terompet, es dawet, bibit ikan, hingga jual beli emas, semua jenis PKL ada di sepanjang jalan di Pasar Jati Banyumanik. Keberadaan PKL juga tak dapat disalahkan, karena masyarakat dan para pembeli khususnya, juga banyak yang bergantung dan membeli berbagai keperluan dari para pedagang kecil ini. Namun jika ini terus dibiarkan, tanpa ada pengelolaan manajemen yang baik dan ajakan persuasif dari pemerintah yang tidak konsisten, maka Pasar Jati Banyumanik akan menjadi pasar yang kumuh, hal ini akan mengakibatkan pedagang-pedagang resmi yang menempati kios-kios utama di dalam pasar akan kehilangan pembeli, efek dalam jangka panjang, semua pedagang akan lebih memilih menjadi PKL di sepanjang jalan daripada berjualan di dalam pasar. Dalam laporan ini, akan dibahas mengenai analisa aktivitas-aktivitas PKL di Pasar Jati Banyumanik, terkait dengan interaksi antara penjual dan pembeli, sehingga dapat diketahui kesimpulan mengenai perilaku PKL di pasar kelurahan Pudak Payung Banyumanik Semarang. 1

2 B. Tujuan dan Sasaran Tujuan dalam penyusunan laporan ini adalah teridentifikasinya perilaku PKL di sepanjang jalan utama menuju Pasar Jati Banyumanik Semarang dalam menempati ruang-ruang publik dan interaksi dengan pembeli, dengan sasaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah: 1. Identifikasi jumlah dan jenis PKL di Pasar Jati Banyumanik Semarang 2. Identifikasi hubungan kegiatan yang dilakukan oleh PKL dan lingkungan 3. Identifikasi waktu kegiatan perilaku yang diamati 4. Identifikasi perilaku PKL dan pembeli dalam menempati ruang publik C. Ruang Lingkup Wilayah Amatan Pedagang kaki lima yang diamati berada disekitar kawasan Pasar Jati, Kelurahan Pudak Payung, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang dengan rincian sebagai berikut: Sumber: Bappeda Semarang dan Observasi 2014 Gambar 1. Lokasi Wilayah Amatan 2

3 D.Analisis dan Pembahasan 1. Kegiatan per zona waktu Perilaku para pedagang dan pembeli per zona waktu dibedakan menjadi pagi, siang, sore, dan malam. Waktu Pagi Hari (Jam ) para pedagang di Pasar Banyumanik mulai berdatangan dan menyiapkan barang dagangannya. Seiring dengan berdatangannya pedagang yang menempati pasar, pedagang kaki lima juga mulai berdatangan khususnya pedagang kaki lima yang membawa berbagai jenis rempah-rempah, sayur-sayuran, tanaman bunga dan buah-buahan. Mereka biasanya sudah datang sejak jam WIB. langsung dari daerah Kabupaten Semarang yang relatif subur, seperti Kec. Bandungan, Sumowono dan sekitarnya. Sedangkan pembeli yang berdatangan pada pagi hari adalah ibuibu rumah tangga dan pengusaha warung nasi di sekitar Banyumanik yang mencari bahan keperluan masak sehari-hari. Waktu Siang Hari (Jam ) PKL yang membawa barang dagangan jenis lain mulai berdatangan dan memenuhi kawasan sekitar pasar Banyumanik. PKL yang membuka usaha tukar emas yang berasal dari Meteseh sudah berdatangan sejak jam Wib. Selanjutnya mulai berdatangan PKL yang tergolong lebih mobile dengan menggunakan gerobak dorong, sepeda motor dan mobil. PKL yang lebih mobile ini menjual seperti mainan, bakso, cimol, es dawet, makanan ringan, tahu sumedang, dll. Pada waktu siang hari pembeli yang datang juga semakin bervariasi dan mulai ramai. Oleh karena itu, Aktivitas jual-beli di sekitar pasar Banyumanik mencapai puncaknya pada waktu siang hari. Waktu Sore Hari (Jam ) kegiatan di pasar Banyumanik mulai sepi dan menurun, begitu juga PKL yang ada disana. Para PKL non-mobile yang sudah datang sejak pagi hari, satu persatu mulai membereskan barang dagangannya dan mulai meninggalkan lokasi sekitar pasar Banyumanik. PKL yang lebih mobile satu persatu juga mulai meninggalkan lokasi pasar Banyumanik, hanya beberapa yang bertahan seperti pedagang yang menjual bakso, cimol es doger. Sedangkan pembeli yang datang juga mulai sedikit dan aktivitas di pasar Banyumanik sudah sepi. Waktu Malam Hari (Jam Dini Hari) tidak ada aktivitas di sekitar pasar Banyumanik, begitu juga PKL yang ada di sekitar pasar Banyumanik. Namun terlihat beberapa toko besar di sekitar pasar Banyumanik masih terbuka yang menjual seperti arloji dan pakaian. Sedangkan, kawasan yang terlihat ramai adalah pada jalan utama ke arah Perumnas Banyumanik dan ke arah RS. 3

4 Banyumanik karena terdapat penjual penyetan, bakso dan makanan lainnya. 2. Setting Berdasarkan setting lokasi pengamatan, diketahui bahwa PKL menempati area disekitar jalan menuju Pasar Banyumanik. PKL non-mobile menempati zona A, yaitu sisi kiri dan kanan jalan depan pasar Banyumanik. Sedangkan PKL yang lebih mobile menggunakan gerobak dorong, motor atau mobil menempati Zona B dan Zona C. Hal itu dikarekan PKL mobile lebih memilih lokasi yang dekat dengan akses jalan raya untuk memudahkan aksesibilitas kendaraan mereka. Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat pada gambar 2 dibawah ini ZONA C ZONA A ZONA B Sumber: Analisis kelompok, 2014 Gambar 2. Setting Lokasi PKL Sekitar Pasar Banyumanik 3. Standing Pattern Menurut barker (1968) dalam Laurens (2004:131), behavior setting disebut juga dengan tatar perilaku yaitu pola perilaku manusia yang berkaitan dengan tatanan lingkungan fisiknya. Senada dengan Haviland (1967) dalam Laurens (2004:131) bahwa tatar perilaku sama dengan ruang aktivitas untuk menggambarkan suatu unit 4

5 hubungan antara perilaku dan lingkungan. Barker dan Wright (1968) dalam Laurens (2004:133) mengungkapkan ada kelengkapan kriteria yang harus dipenuhi oleh sebuah entitas agar dapat dikatakan sebagai sebuah behavior setting yang merupakan suatu kombinasi yang stabil antara aktivitas, tempat, dengan kriteria antara lain: Terdapat suatu aktivitas yang berulang, berupa suatu pola perilaku (Standing pattern of behavior) Tata lingkungan tertentu (cirtumjacent milieu), milieu berkaitan dengan pola perilaku Membentuk suatu hubungan yang sama antar keduanya (Synomorphy) Dilakukan pada periode waktu tertentu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa standing pattern merupakan kegiatan yang sering dilakukan. Kegiatan yang dilakukan disatu tempat dengan tempat lain berbeda. Misalnya, kegiatan yang dilakukan di sekolah dengan kegiatan yang dilakukan di terminal. Kegiatan yang dilakukan di sekolah berupa kegiatan belajar mengajar. Sedangkan kegiatan yang dilakukan di terminal adalah naik dan turunnya penumpang dari bis, proses jual beli tiket dan pedagang asongan, dan lain sebagainya. (a) (b) Keterangan: (a) ibu PKL dari Bandungan (b) PKL di sepanjang jalan Paasar Gambar 3 Standing Pattern di Pasar Banyumanik Pada pengamatan yang dilakukan di kaki lima (PKL) di sekitar pasar Pasar Banyumanik ini terdapat standing Banyumanik, seperti penjual nasi pecel, pattern yang berupa proses jual beli penjual terompet, penjual mainan, yang dilakukan oleh penjual dan penjual bunga/tanaman, penjual bakso, pembeli. Terdapat beberapa pedagang penjual rempah dan buah, penjual tahu 5

6 sumedang, penjual snack, penjual piring, penjual cincau, penjual DVD/CD, penjual rokok, penjual kembang api, penjual emas. Beberapa pembeli ada yang menawar atas harga yang diajukan oleh penjual, seperti pada tukar-beli emas. Pembeli yang merasa kurang cocok dengan harga yang diajukan penjual menawar harga emas yang dibelinya sehingga sesuai dengan apa yang ia harapkan. Sedangkan pada penjual makanan seperti buah, nasi pecel, es cendol dan lain sebagainya itu cenderung tidak terjadi proses tawar-menawar penjual dan pembeli terhadap barang yang ada. Hal ini dikarenakan nilai guna barang yang ada dengan harga barang sesuai dengan harga pada umumnya. Pada beberapa penjual DVD/CD, bunga, piring penjual lebih teliti dalam memilih barang. Beberapa pembeli mencoba mengecek berulang kali hingga akhirnya mereka memilih barang sesuai keinginan mereka. 4. Milieu Pasar Banyumanik merupakan salah satu pasar yang ada di Kecamatan Banyumanik. Dimana dalam RTRW Kota Semarang kecamatan ini termasuk dalam BWK VII yang memiliki fungsi utama sebagai perkantoran militer. Namun, tidak menutup kemungkinan adanya kegiatan lain, seperti kegiatan perekonomian yang berupa pasar. Keberadaan pasar ini akan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Gambar 4 Mileu di Pasar Banyumanik Salah satu aspek dalam behaviour dengan pola perilaku. Pada pengamatan setting adalah milieu, yakni tata ini yang menjadi milieu berupa lingkungan tertentu yang berkaitan lingkungan Pasar Banyumanik. 6

7 Penataan lingkungan Pasar Banyumanik ini mengarahkan masyarakat dalam melakukan transaksi jual beli. Pada umumnya masyarakat yang hendak melakukan transaksi jual beli memarkirkan kendaraan yang mereka kendarai di depan toko, hal ini akan mengganggu para pengguna jalan lainnya. Hal ini menjadikan perlunya lahan parkir yang mampu melengkapi kebutuhan masyarakat, sehingga pengguna jalan tidak merasa terganggu dengan kendaraan yang biasanya diparkirkan di depan toko begitu saja. Pada dasarnya ruang mempengaruhi perilaku masyarakat. Jika suatu lingkungan ditata dengan baik, maka akan terbentuk pola perilaku masyarakat yang baik pula. Penataan suatu lingkungan ini juga diiringi dengan peraturan yang tegas bagi pelanggarnya. Keberadaan pedagang kaki lima di pedestrian sekitar Pasar Banyumanik menjadikan terganggunya para pejalan kaki. Hal ini menjadikan 5. Synomorphy Pola Kegiatan atau pola aktivitas yang terjadi di Pasar Banyumanik sama pada umumnya dengan pola kegiatan pasar tradisional lainnya. Pola kegiatan terjadi pada saat pembeli menuju ke pasar untuk memenuhi kebutuhannya. Pembeli mengunjungi toko-toko di pasar yang menjual bahan-bahan kebutuhan, kemudian menuju PKL untuk membeli jajanan pasar yang perlunya penyediaan lokasi bagi pedagang kaki lima untuk membuka usahanya. Disatu sisi keberadaan pedagang kaki lima ini memberikan keuntungan dibidang perekonomian bagi masyarakat sekitar, selain itu barangbarang kebutuhan masyarakat pun terpenuhi. Namun, disisi lain keberadaan pedagang kaki lima ini juga memberikan dampak negatif, seperti terganggunya para pengguna jalan. Keberadaan pedagang kaki lima di pedestrian akan menjadikan hilangnya ruang bagi para pejalan kaki, selain itu kendaraan yang biasanya diparkirkan begitu saja di depan para pedagang juga akan menghabiskan ruang bagi para pengguna jalan bermotor. Hal ini akan menimbulkan masalah berupa kemacetan. Sehingga diperlukan penataan lingkungan dan hokum yang tegas yang menguntungkan semua pihak. berada di bahu jalan pasar banyumanik. Ada pula pembeli yang mengunjungi PKL Beli emas untuk menjual emas milik pribadinya. Sejauh pengamatan pola kegiatan dan lingkungan berjalan sinergi tanpa menghambat kegiatan diluar pasar itu sendiri. 7

8 PKL (Faktor Penarik) Pembeli (Faktor Pendorong) Tabel I Ilustrasi Synomorphy di Pasar Banyumanik Semarang Hubungan antara penjual dan pembeli di Pasar Banyumanik Semarang, saling berhubungan dan saling berkaitan, pedagang berfungsi sebagai faktor penarik sedangkan pembeli sebagai faktor pendorong. Karena di pasar Jati Banyumanik, pembeli tidak hanya datang dari Kecamatan Banyumanik, juga datang dari daerah di sekitat banyumanik, terutama kawasan kampus UNDIP Tembalang, daerah ini banyak terdapat berbagai macam pedagang, semua membeli bahan baku dari Pasar Jati Banyumanik Semarang. Oleh karena itu 6. Spatio Temporal memenuhi kebutuhan dasar seperti Waktu kegiatan perilaku yang sayur, beras, buah-buahan sedangkan diamati terjadi pukul pagi, pukul pukul siang, dan pukul sore. Pad pukul pagi pasar sudah ramai pada pukul pembeli datang untuk membeli jajanan pasar seperti getuk, bolang-baling, dll. Pada pukul dimana para pedagang sudah pasar banyumanik sudah tampak sepi mempersiapkan tempat jualannya dan dikarenakan penjual yang sudah pembeli sudah datang. Pada pukul kembali menuju kediamannya masingmasing. rata-rata pembeli datang untuk Gambar 5 PKL Ikan yang tampak sepi pembeli di Jam WIB 8

9 7. Batas Ruang yang ditempati oleh perilaku yang diamati Batas dalam behavior setting adalah batas suatu perilaku berhenti (tidak berlanjut) terdiri dari dua jenis yaitu: Batas fisik yaitu batas perilaku yang dipengaruhi dan ditandai dnegan elemen fisik lingkungan (batas fisik ruang) meliputi elemen dasar ruang (atas, bawah, vertikal). Batas ideal adalah batas yang jelas seperti batas dinding. Apabila batas dari satu behavior setting tidak jelas. Beberapa objek berfungsi membentuk batas spasial dan objek lain berfungsi mendukung pola aktivitas yang terjadi di dalamnya. Objek pembatas mengelilingi perilaku, sedangkan jenis objek kedua, sebagai pendukung pola aktivitas, perilaku mengelilingi objek kedua. Batas simbolis yaitu batas perilaku yang ditandai oleh elemen non ruang atau simbol. Selain dibangun sebuah batas yang jelas, juga dapat dilakukan melalui peengaturan administratif, atau kadang-kadang juga dipakai tanda-tanda simbolik untuk menentukan batas untuk masing-masing behavior setting. Sebagai contoh peringatan simbol dilarang berjualan yang dipasang di dinding. Gambar 6 Batas PKL berjualan, di tempat parkir dilarang berjualan Dalam laporan ini, perilaku yang diamati adalah perilaku PKL (pedagang kaki lima) di kawasan pasar tradisional, tepatnya di kawasan Pasar Banyumanik. Di sekitar Pasar Banyumanik, terdapat beberapa pertokoan di sepanjang jalan baik jalan ke arah Perumnas Banyumanik maupun jalan ke arah RS Banyumanik. Batas perilaku yang terjadi disini berupa batas fisik, yaitu berupa Pasar dan pertokoan. Perilaku PKL dalam menempati ruang dipengaruhi oleh batas tersebut. PKL berjejer di sepanjang jalan dimana Pasar dan pertokoan berada. Aktivitas PKL mulai tidak terlihat pada jalan dimana sudah tidak ada lagi aktivitas perdagangan seperti pertokoan. 9

10 Faktor yang mempengaruhi batas perilaku adalah sebagai berikut: Tingkat pengenalan batas yaitu tingkat jelas tidaknya suatu elemen batas perilaku dapat dikenal oleh manusia. Seberapa jelas batas suatu elemen tersebut dilihat oleh setiap orang, baik batas secara fisik maupun simbolis. Semakin jelas visibilitas batas, semakin jelas orang dalam mengenal dan menginterpretasikan batas-batas tersebut Tingkat pemisahan batas yaitu tingkat pembatasan elemen batas terhadap suatu perilaku. Elemen batas behavior setting pada kawasan Pasar Banyumanik ini sudah cukup jelas, sehingga PKL dapat menginterpretasikan ruang dan berperilaku sesuai dengan batasnya. Aktivitas PKL di kawasan Pasar Banyumanik ini telah mengikuti batas yang ada. PKL hanya menempati jalan di depan pasar dan pertokoan. 8. Pengamatan Terhadap Perilaku Pedagang dan Pembeli Perilaku PKL dan pembeli di kawasan Pasar Banyumanik dilihat dari kecenderungan dalam menempati ruang publik dan aktivitas yang dilakukan. Berikut ini merupakan peta penempatan PKL di kawasan Pasar Banyumanik. Kawasan pedagang makanan dan minuman Sekelompok pedagang rempah dan buah Kawasan pedagang non makanan (pedagang mainan, DVD, piring) Sumber: Analisis kelompok, 2014 Gambar 7. Perilaku Pedagang dan Pembeli PKL Pasar Banyumanik 10

11 PKL cenderung berkelompok sesuai dengan barang dagangan yang dijualnya. Hal ini dapat ditunjukkan pedagang mainan, DVD, piring dimana barang dagangannya bukan merupakan makanan/minuman lokasi berjualannya cenderung berkelompok di satu titik yaitu di depan toko yang sejajar dengan Pasar. Kemudian untuk pedagang rempah dan buah terlihat berjajar berdampingan. Sementara pedagang makanan dan minuman seperti nasi pecel, bakso, es doger, dan tahu Sumedang berkelompok menempati lokasi yang sama yaitu tepat di depan Pasar Banyumanik. Sementara itu, aspek gender tidak berpengaruh terhadap aktivitas PKL di ruang publik. Pada lokasi pengamatan, banyak ditemukan pedagang laki-laki maupun perempuan bergabung menjadi satu di lokasi yang sama. (a) (b) Keterangan: (a) ibu PKL dari Bandungan (b) PKL Tahu Sumedang Gambar 8 Aktivitas transaksi jual beli di pasar Aktivitas yang dilakukan PKL untuk kemudian menyerahkannya pada jenis dagangan cenderung sama, yaitu pembeli. Untuk durasi jual beli, menanti pembeli datang sambil pedagang non makanan/minuman bercengkrama dengan pedagang cenderung lebih lama karena terdapat lainnya. Kemudian ketika pembeli aktivitas menjelaskan kualitas barang datang, mereka segera melayani dagangan, kemudian tawar menawar pembeli dengan menanyakan apa yang dengan pembeli. ingin dibeli, menyiapkan barang, 11

12 Aktivitas pembeli di kawasan ini terdiri dari berjalan-jalan dengan melihat sekeliling, kemudian berhenti di salah satu lapak PKL, memesan barang yang diminta, kemudian membayar. Terdapat perbedaan antara pembeli di lapak makanan/minuman dan non makanan/minuman dari segi durasi. Pembeli cenderung lebih lama berada di lapak non makanan dan minuman karena mereka cenderung menawar harga barang, ketika harga sudah sesuai keinginan baru membelinya dan banyak juga yang akhirnya tidak jadi membeli. Lain halnya dengan pembeli di lapak makanan dan minuman mereka hanya memesan kemudian langsung membayar. Di lapak makanan, aktivitas pembeli cenderung lebih lama karena sebagian besar dari mereka makan di tempat. Sedangkan untuk pembeli minuman, mereka cenderung membawa minuman pulang ke rumah setelah membelinya. Dari semua lapak yang tersedia, lapak makanan dan minuman jauh lebih ramai pembeli dibandingkan dengan lapak non makanan dan minuman. Hal ini disebabkan karena barang-barang non makanan dan minuman sebagian besar sudah tersedia di dalam Pasar. E. Kesimpulan Pedagang kaki lima yang berjualan di sekitar Pasar Jati Banyumanik jumlahnya adalah 27, dengan jenis barang yang dijual diantaranya berupa makanan, mainan, perlengkapan rumah tangga, dan ikan hias. Hubungan yang terlihat dari adanya PKL dengan lingkungan disekitarnya cenderung negatif karena menimbulkan kemacetan. Transaksi jual beli yang banyak terjadi tidak didukung dengan ketersediaan lahan parkir sehingga banyak menggunakan bahu jalan dan mengganggu pengguna jalan yang melintas. Waktu kegiatan perilaku yang diamati adalah pada pagi hari, siang, sore, dan malam. Saat pagi, pedagang sayur-mayur mulai berdatangan dan menyiapkan barang dagangan dengan pembel sebagian besar adalah ibu rumah tangga atau para penjual makanan di sekitar kawasan Banyumanik dan Tembalang yang berbelanja untuk mempersiapkan dagangannya. Jenis pedagang yang berjualan di PKL pada siang hari bertambah, yaitu mainan, makanan, jajanan, dan perlengkapan rumah tangga. Jumlah aktivitas yang terjadi mulai menurun saat sore hari sampai malam hari dimana hanya terlihat beberapa kios yang membuka gerainya. Perilaku PKL yang menempati ruang publik sama dengan kebanyakan PKL lainnya, mulai dari jenis barang yang dijual, asal barang, asal penjual, dan asal pembeli. 12

13 DAFTAR PUSTAKA Barker, Roger Behavioral Setting : Defining Attributes and Valuing Attributes. Dalam ecological Psychology : Concept and Methods for Studying the Environment of Human Behavior. Stanford, CA : Stanfor University Press, p Haviland, J.B Gossip, Gossips, and Gossiping in Zinacantan. PhD. Thesis. Harvard Univ. Cambridge, 281 pp. Lang, Jon, Creating Architectural Theory, The Role of the Behaviour Sciences in Environmental Design, 1987, New York, Van Nonstrand Reinhold Company. Laurens, Joyce Marcella Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT Grasindo. Lawson, Bryan, The Language of Space, OXFORD, Architectural Press 13

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab (V) Kesimpulan dan saran menjelaskan kesimpulan atas temuan penelitian berdasarkan analisis yang telah dilakukan dan saran berdasarkan proses penelitian yang dilakukan untuk

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: SULISTIANTO L2D 306 023 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Lebih terperinci

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR Oleh: HAPSARI NUGRAHESTI L2D 098 433 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat membentuk sebuah pusat salah satunya yaitu pasar.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat membentuk sebuah pusat salah satunya yaitu pasar. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dan pemenuhan kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi menyebabkan manusia harus bermobilitasi. Dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat membentuk

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR O l e h : R.B. HELLYANTO L 2D 399 247 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan Babarsari adalah: - Dinamika aktivitas yang terjadi yaitu adanya multifungsi aktivitas dan pengguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Kota Semarang yang merupakan Ibukota Jawa Tengah adalah salah satu kota besar di Indonesia yang sedang berkembang. Secara geografis kota ini terletak di sebelah utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi bertambah banyaknya kebutuhan akan sarana dan prasarana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama ini kita mengenal bahwa Yogyakarta adalah daerah yang terkenal sebagai kota pelajar, dari tahun ke tahun semakin bertambah jumlah penduduknya, terutama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar merupakan tempat berkumpulnya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Pasar dibedakan menjadi dua, yaitu pasar modern dan pasar tradisional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar datang ke Yogyakarta untuk sekedar berwisata maupun menetap untuk melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. luar datang ke Yogyakarta untuk sekedar berwisata maupun menetap untuk melanjutkan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan kota yang dikenal sebagai kota budaya dan kota pelajar karena banyak terdapat tempat wisata maupun sekolah atau perguruan tinggi. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada 5 area dalam Kampung Sangiang Santen dan 7 area dalam Kampung Cicukang selama tiga periode waktu (pukul 08.00-17.00),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Kota Payakumbuh yang strategis menjadikannya sebagai salah satu kota yang memainkan peran penting di Propinsi Sumatera Barat. Kota Payakumbuh merupakan gerbang

Lebih terperinci

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK

Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan ABSTRAK Studi Kemacetan Lalu Lintas Di Pusat Kota Ratahan Melisa Margareth 1, Papia J.C. Franklin 2, Fela Warouw 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi Manado 2 & 3

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. menjadikan Kota Semarang sebagai pusat segala aktifitas dan interaksi

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. menjadikan Kota Semarang sebagai pusat segala aktifitas dan interaksi BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1. Tinjauan Umum Kota Semarang Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, sehingga menjadikan Kota Semarang sebagai pusat segala aktifitas dan interaksi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan suatu tempat dimana penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang. Penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Stephen Carr dibedakan menjadi¹: pagar, tanaman, dan berlokasi dijalan utama pusat kota.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Stephen Carr dibedakan menjadi¹: pagar, tanaman, dan berlokasi dijalan utama pusat kota. 17 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.I Ruang jalan sebagai ruang terbuka Ruang terbuka sebagai prasarana transportasi (ruang jalan). Menurut Stephen Carr dibedakan menjadi¹: - pedestrian sisi jalan (sidewalk),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara langsung sehingga transportasi mempunyai peranan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi secara langsung sehingga transportasi mempunyai peranan yang penting 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan penumpang yang telah berkembang sangat dinamis serta berperan di dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk perkembangan suatu daerah, yaitu untuk mempermudah memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat

Lebih terperinci

Kegiatan Jual Beli. kompetensi dasar. Peta Konsep. Kata Kunci

Kegiatan Jual Beli. kompetensi dasar. Peta Konsep. Kata Kunci Kegiatan Jual Beli Bab kompetensi dasar Memahami kegiatan jual beli di lingkungan rumah dan sekolah 6 Peta Konsep Pasar Jual Beli Warung Toko Bertujuan memenuhi kebutuhan Kata Kunci Jual Beli Toko di unduh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penyusunan konsep simbiosis mutualistik untuk penataan PKL Samanhudi erat kaitannya dengan karakter masing-masing pelaku dan konflik kepentingan serta konflik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Transportasi Pergerakan dan perjalanan adalah hasil dari kebutuhan manusia untuk bergerak dari satu tempat ke tempat lain untuk berbagai aktivitasnya, dan semua manusia melakukannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Untuk mengetahui maksud dari judul diatas, maka perlu diuraikan arti masing masing kata : Klaten : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I Definisi Pola Pemanfaatan Ruang. dan memelihara kelangsungan hidupnya (pasal 1 ayat 1). Pola Ruang

BAB I PENDAHULUAN. I Definisi Pola Pemanfaatan Ruang. dan memelihara kelangsungan hidupnya (pasal 1 ayat 1). Pola Ruang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Definisi I.1.1.1. Definisi Pola Pemanfaatan Ruang Berdasarkan Peraturan Walikota Yogyakarta No. 25 tahun 2013 tentang Penjabaran Rencana Pola Ruang dan Ketentuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Pasar Sejak jaman dulu, pasar tradisional mempunyai peranan penting dalam penggerakan ekonomi rakyat. Pasar tradisional selain berfungsi sebagai

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Salah satu permasalahan penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan Kota Bandung adalah permasalahan transportasi. Transportasi adalah penunjang fungsi sosial ekonomi dan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR oleh : T A N T A W I L2D 300 379 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut adalah kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Terkait Objek Perancangan Setiap manusia sangat membutuhkan kebutuhan sandang dan pangan dalam kehidupan sehari-hari, karena kedua hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian)

BAB I PENDAHULUAN Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kawasan Ampel (Koridor Jalan Nyamplungan - Jalan Pegirian) Sebagai pusat ibadah dan pusat dakwah Islam yang dirintis oleh Sunan Ampel, kawasan ini menjadi penting

Lebih terperinci

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya kota dan tingginya populasi penduduk berdampak meningkatnya aktivitas perkotaan yang menimbulkan kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. -pengembangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengembangan Kawasan Shopping Street Pertokoan Jl. Yos Sudarso :Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, dan konseptual. (http://developmentcountry.blogspot.com/2009/12/definisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas mengenai analisis Kapasitas jalan, volume kendaraan, kecepatan kendaraan dan analisis kualitas udara disekitar kemacetan jalan Balaraja Serang. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan aktivitas yang sangat padat. Pasar ini merupakan pusat batik dan tekstil yang menjadi tempat

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah suatu cara bagi peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN Alderina 1) Fransisco HRHB 2) ABSTRAKSI Tujuan penelitian ; mengetahui karakteristik dan potensi Pedagang Kaki Lima di kawasan

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang C534 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang Dian Fajar Novitasari dan Ardy Maulidy Navastara Departemen Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Perancangan Dalam perancangan desain Transportasi Antarmoda ini saya menggunakan konsep dimana bangunan ini memfokuskan pada kemudahan bagi penderita cacat. Bangunan

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam pasar terjadi suatu aktivitas interaksi sosial dan transaksi jual beli antar penjual dan pembeli. Pasar mempunyai fungsi yang sangat penting bagi setiap orang

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN BAB III METODE KAJIAN A. Jenis Observasi Penulisan observasi ini menggunakan metode kuantitatif. Metode kuantitatif digunakan sebagai mengumpulkan data, analisis data, dan interpretasi hasil analisis untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melewati suatu ruas jalan berhenti dalam waktu yang singkat maupun lama. Kemacetan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melewati suatu ruas jalan berhenti dalam waktu yang singkat maupun lama. Kemacetan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kemacetan lalu lintas Kemacetan adalah keadaan dimana pada saat tertentu kendaraan yang sedang berjalan melewati suatu ruas jalan berhenti dalam waktu yang singkat maupun lama.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup masyarakat.

Lebih terperinci

Pola Pemanfaatan Ruang Pada Selamatan Desa di Permukiman Perkotaan Studi Kasus: Selamatan Desa RW IV Kelurahan Jajar Tunggal Surabaya

Pola Pemanfaatan Ruang Pada Selamatan Desa di Permukiman Perkotaan Studi Kasus: Selamatan Desa RW IV Kelurahan Jajar Tunggal Surabaya Astari dan Nugroho Pola Pemanfaatan Ruang Pada Selamatan Desa di Permukiman Perkotaan Studi Kasus: Selamatan Desa RW IV Kelurahan Jajar Tunggal Surabaya Dahlia Astari, Agung Murti Nugroho Program Magister

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar memegang peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Di pasar kita dapat berbelanja sayuran, daging, sembako, bumbu dapur, buahbuahan, pakaian,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : BAB V PENUTUP 5. 1. Kesimpulan Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pada jam-jam puncak kondisi eksisting di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting, mengingat bahwa fasilitas ruang parkir merupakan bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. penting, mengingat bahwa fasilitas ruang parkir merupakan bagian dari sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan ruang parkir merupakan masalah yang menjadi fenomena biasa terutama di kota-kota besar, seiring dengan meningkatnya kepemilikan kendaraan bermotor fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan perekonomian daerah yang sedang bertumbuh dan memberikan akses kepadadaerah-daerah yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN VI.1. KESIMPULAN Kegiatan pasar minggu pagi di kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada diminati oleh kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas sebagai sarana relaksasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan salah satu mata rantai jaringan distribusi barang dan penumpang yang telah berkembang sangat dinamis serta berperan di dalam menunjang

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN : 2337-3539 (2301-9271 Print) C-188 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jalan Perkotaan Menurut MKJI 1997, jalan perkotaan merupakan segmen jalan yang mempunyai perkembangan secara permanen dan menerus sepanjang seluruh atau hampir seluruh jalan,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 114 Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 115 Gambar 5.32 Kondisi Jalur Pedestrian Penghubung Stasiun dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 5.1.1. Tatanan Setting Fisik Di Masing-Masing

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metodologi penelitian adalah suatu cara bagi peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Sorong merupakan salah satu kota di Provinsi Papua Barat yang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Sorong merupakan salah satu kota di Provinsi Papua Barat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sorong merupakan salah satu kota di Provinsi Papua Barat yang dikenal dengan sebutan Kota Minyak. Kota Sorong sangatlah strategis karena merupakan pintu keluar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang What attracts people most it would appear, is other people, kalimat ini dikutip dari William H. Whyte (1985). Salah satu indikasi suksesnya ruang publik adalah banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN TINJAUAN UMUM I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. TINJAUAN UMUM Sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan salah satu elemen yang sangat penting bagi kebutuhan manusia untuk menunjang kehidupan perekonomian di masyarakat, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Yogyakarta terletak di Propinsi D. I. Yogyakrta mempunyai lokasi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Yogyakarta terletak di Propinsi D. I. Yogyakrta mempunyai lokasi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta terletak di Propinsi D. I. Yogyakrta mempunyai lokasi yang sangat strategis terhadap lalu-lintas nasional, terutama yang melewati jalur selatan. Seiring

Lebih terperinci

POLA AKTIVITAS PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI ALUN-ALUN BATU

POLA AKTIVITAS PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI ALUN-ALUN BATU POLA AKTIVITAS PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI ALUN-ALUN BATU Cantya P. Marhendra 1, Lisa Dwi Wulandari 2, Sigmawan Tri Pamungkas 3 1 Mahasiswa Bimbingan, Jurusan Arsitektur/ Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang Desti Rahmiati destirahmiati@gmail.com Arsitektur, Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Menurut Sugiyono (2004) metode penelitian adalah suatu cara-cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan suatu data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK PERPARKIRAN DI KABUPATEN KENDAL. A. Keadaan Sosial, Ekonomi, Budaya dan Keagamaan serta Letak

BAB III PRAKTEK PERPARKIRAN DI KABUPATEN KENDAL. A. Keadaan Sosial, Ekonomi, Budaya dan Keagamaan serta Letak 35 BAB III PRAKTEK PERPARKIRAN DI KABUPATEN KENDAL A. Keadaan Sosial, Ekonomi, Budaya dan Keagamaan serta Letak Geografis Keadaan sosial budaya di daerah Kaliwungu tepatnya di Pasar Sore Kaliwungu desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kota Dili sebagai Ibukota Negara Timor Leste yang terus mengalami perkembangan pada sektor ekonomi yang berdampak pada peningkatan jumlah dan jenis kendaraan yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Manusia sebagai Makhluk Mobile Pada dasarnya manusia memiliki sifat nomaden atau berpindah tempat. Banyak komunitas masyarakat yang suka berpindah-pindah tempat

Lebih terperinci

BAB V USULAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA KAWASAN GASIBU SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN TEMPORER

BAB V USULAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA KAWASAN GASIBU SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN TEMPORER BAB V USULAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA KAWASAN GASIBU SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN TEMPORER 5.1 Kapasitas Daya Tampung PKL 5.1.1 Fungsi-Fungsi Yang Perlu Diakomodasi di Gasibu Gasibu merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, 130 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Cihampelas termasuk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA KO T A P R A D J A JO J G A K TA R A LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor: 119 Tahun 2005 Seri: D PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 115 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah sebuah daerah otonomi setingkat propinsi di Indonesia dengan ibukota propinsinya adalah Yogyakarta, sebuah kota dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perkembangan Pasar Pasar tradisional mempunyai peran signifikan dalam perkotaan. Pasar tumbuh dan berkembang sebagai simpul dari pertukaran barang dan jasa,

Lebih terperinci

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung Devi Johana Tania, Witanti Nur Utami Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola

BAB I PENDAHULUAN. yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasar tradisional merupakan tempat (lokasi) bertemunya penjual dan pembeli yang secara langsung melakukan transaksi jual beli yang biasanya dengan pola tawar-menawar

Lebih terperinci

SIRKULASI DAN PARKIR, ACTIVITY SUPPORT DI KAWASAN PETERONGAN SEMARANG (PENGGGAL JL. MT HARYONO MULAI PEREMPATAN LAMPER SARI SAMPAI PERTIGAAN SOMPOK)

SIRKULASI DAN PARKIR, ACTIVITY SUPPORT DI KAWASAN PETERONGAN SEMARANG (PENGGGAL JL. MT HARYONO MULAI PEREMPATAN LAMPER SARI SAMPAI PERTIGAAN SOMPOK) SIRKULASI DAN PARKIR, ACTIVITY SUPPORT DI KAWASAN PETERONGAN SEMARANG (PENGGGAL JL. MT HARYONO MULAI PEREMPATAN LAMPER SARI SAMPAI PERTIGAAN SOMPOK) Taufiq Rizza Nuzuluddin Universitas Pandanaran Jl. Banjarsari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya. kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya. kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kepemilikan kendaraan di perkotaan akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kegiatan manusia di dalamnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Bandung memiliki daya tarik yang luar biasa dalam bidang pariwisata. Sejak jaman penjajahan Belanda, Bandung menjadi daerah tujuan wisata karena keindahan alamnya

Lebih terperinci

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG

PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG TUGAS AKHIR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR TRADISIONAL DENGAN KONSEP MODERN DI KABUPATEN PEMALANG Diajukan sebagai Pelengkap dan Syarat guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Arsitektur Universitas

Lebih terperinci

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR

V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR V. PASAR TRADISIONAL KOTA BOGOR 5.1. Kebijakan Pengelolaan Pasar Tradisional Kota Bogor Terdapat tujuh buah pasar tradisional yang dibangun oleh Pemerintah Kota Bogor untuk menunjang perekomomian dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan kebutuhan tiap orang di dalam beraktivitas setiap hari. Berbagai kemudahan untuk berpindah tempat dari tempat asal menuju tempat tujuan menjadi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENGARUH PARKIR DI BADAN JALAN TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN KI SAMAUN TANGERANG

IDENTIFIKASI PENGARUH PARKIR DI BADAN JALAN TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN KI SAMAUN TANGERANG IDENTIFIKASI PENGARUH PARKIR DI BADAN JALAN TERHADAP TINGKAT PELAYANAN JALAN KI SAMAUN TANGERANG Dani Kusmianingrum JurusanTeknik Planologi Universitas Esa Unggul, Jakarta Jln. Arjuna Utara No. 9, Tol

Lebih terperinci

ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK)

ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK) ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK) Abdi Yuda Yadi 1)., Syafarudin AS 2) Siti Nurlaily Kadarini 2)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PASAR MODERN

BAB II TINJAUAN TENTANG PASAR MODERN BAB II TINJAUAN TENTANG PASAR MODERN 2.1 Pengertian Umum Tentang Pasar 1 Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA BAB III ANALISIS 3.1 Analisis tapak Stasiun Gedebage terletak di Bandung Timur, di daerah pengembangan pusat primer baru Gedebage. Lahan ini terletak diantara terminal bis antar kota (terminal terpadu),

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan 29 BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Data Hotel Malioboro Hotel direncanakan memliki kamar sebanyak 30 unit dan fasilitas parkir yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan sekitar

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makan dan minuman menjadi salah satu syarat mutlak manusia untuk bisa

BAB I PENDAHULUAN. makan dan minuman menjadi salah satu syarat mutlak manusia untuk bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalankan segala kegiatan sehari-hari, manusia memerlukan energi yang diperoleh dari asupan makanan dan minuman, selain itu asupan makan dan minuman menjadi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Lalu Lintas Jalan R.A Kartini Jalan R.A Kartini adalah jalan satu arah di wilayah Bandar Lampung yang berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Alur Kerja Gambar 3.1 Bagan Alir Tahapan Kegiatan III - 1 3.2 Pelaksanaan Survey Lalu Lintas 3.2.1 Definisi Survey Lalu Lintas Survey lalu lintas merupakan kegiatan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian

BAB I PENDAHULUAN. perkotaan ditunjukan dengan adanya peningkatan jumlah pemakaian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring pertambahan jaman dan perkembangan suatu kota dengan peningkatan pertumbuhan penduduk yang semakin pesat mengakibatkan peningkatan kebutuhan transportasi.

Lebih terperinci

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR DAN RUKO LAWANG KABUPATEN MALANG

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR DAN RUKO LAWANG KABUPATEN MALANG KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR DAN RUKO LAWANG KABUPATEN MALANG Arbillah Saleh, Moh. Prima Sudarmo, Harnen Sulistio, M. Zainul Arifin Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 171 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari masing-masing analisa adalah : 5.1.1 Simpulan Analisa Environment Secara aspek lokasi, lokasi pasar Karang Anyar yang sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pedestrian merupakan permukaan perkerasan jalan yang dibuat untuk menjamin keamanan pejalan kaki yang bersangkutan. Di mana orang-orang dapat tetap berpindah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah perkotaan mempunyai sifat yang sangat dinamis, berkembang sangat cepat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Perkembangan daerah perkotaan dapat secara

Lebih terperinci