BAB V USULAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA KAWASAN GASIBU SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN TEMPORER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V USULAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA KAWASAN GASIBU SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN TEMPORER"

Transkripsi

1 BAB V USULAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA KAWASAN GASIBU SEBAGAI KAWASAN PERDAGANGAN TEMPORER 5.1 Kapasitas Daya Tampung PKL Fungsi-Fungsi Yang Perlu Diakomodasi di Gasibu Gasibu merupakan salah satu ruang terbuka publik di Kota Bandung yang memiliki fungsi untuk berbagai aktivitas, salah satunya adalah untuk aktivitas berolahraga. Dengan adanya fungsi sebagai tempat aktivitas PKL pada minggu pagi di Kawasan Gasibu mengakibatkan perlu adanya penataan yang optimal agar fungsi-fungsi Gasibu yang lain dapat diakomodasi di Kawasan Gasibu salah satunya yaitu untuk aktivitas warga berolahraga agar warga yang membutuhkan ruang untuk aktivitas olahraga di Gasibu pada hari minggu pagi memiliki kesempatan untuk tetap melakukan aktivitas olahraganya. Selain sebagai sarana olahraga pada hari Minggu pagi, Gasibu juga berfungsi sebagai tempat untuk berbagai acara pertunjukan seperti pertunjukan kesenian yang menampilkan keragaman budaya dari berbagai wilayah atau pun pertunjukan musik yang sifatnya kontemporer. Tak jarang pula, Gasibu menjadi tempat untuk berkumpulnya komunitas-komunitas yang beragam. Untuk mengakomodasi fungsi-fungsi tersebut dilakukan 2 alternatif pengaturan yaitu pengaturan waktu dan pemanfaatan ruang di Kawasan Gasibu: A. Pengaturan Waktu Untuk mengakomodasi berbagai kepentingan sebagai upaya dalam mengoptimalkan fungsi-fungsi di kawasan Gasibu maka salah satunya dapat dilakukan melalui pengaturan waktu atau jam. Dimana dalam hal ini pengaturan waktu yang perlu diatur adalah mengenai waktu pemanfaatan lahan Kawasan Gasibu sebagai tempat berdagang PKL. Waktu kegiatan PKL di Kawasan Gasibu harus dibatasi agar kegiatan lalu lintas sekitar Gasibu tidak terganggu oleh kegiatan PKL khususnya disaat jam 179

2 180 sibuk di siang hari. Oleh karena itu usulan batas waktu berdagang PKL adalah sampai pukul WIB. Hal tersebut sesuai berdasarkan Pasal 20 Peraturan Walikota Nomor 888 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 04 tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima, pada zona kuning berdasarkan waktu dan tempat PKL diperbolehkan berdagang. Dimana di dalam Perwal Kawasan Gasibu termasuk Zona Kuning yang dapat tutup/buka bagi keberadaan PKL pada hari minggu pagi dengan ketentuan: khusus pada hari minggu waktu berdagang dibatasi mulai jam WIB sampai dengan jam WIB. Namun jika pada hari minggu diadakan acara pertunjukan musik dan sebagainya diperlukan alternatif lain yaitu memindahkan PKL yang berada di lapangan ke lokasi lain yang dirasa dapat menampung PKL tersebut. B. Pemanfaatan Ruang Untuk mengoptimalkan ruang yang ada di Kawasan Gasibu sebagai salah satu alternatif dalam mengakomodasi kepentingan dari berbagai pihak terkait maka perlu adanya pemanfaatan ruang dalam penataan PKL di Kawasan Gasibu agar fungsi-fungsi utama Kawasan Gasibu pada hari minggu pagi dapat berjalan dengan baik dan optimal. Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 888 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 04 tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima. Lokasi khusus untuk hari minggu dan untuk aneka komoditi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a dan b, Untuk Kawasan Gasibu hanya diperbolehkan pada lokasi sebagai berikut: 1. Zona 1 : Jalan Wirayuda Barat dan Jalan Wirayuda Timur dan Jalan Haurpanceuh 2. Zona 2 : Jalan Gasibu Timur, dan Lapangan Gasibu 3. Zona 3 : dan Jalan Cilaki Berdasarkan lokasi yang dapat ditempati PKL tersebut dari ketiga kawasan tersebut masih ada beberapa lahan dapat dijadikan tempat berolahraga pengunjung diantaranya pada Zona 1 pada area Monumen Rakyat Jawa Barat dan taman-

3 181 taman yang ada didalam kawasan Zona 1, pada zona 2 yaitu lokasi sebelah barat lapangan Gasibu, serta zona 3 pada area di dalam taman Cilaki. Untuk lebih jelas mengenai pemanfaatan ruang bagi PKL di Kawasan Gasibu pada Hari Minggu Pagi dapat dilihat pada Peta dibawah ini:

4 182

5 183

6 184

7 Kapasitas Daya Tampung Penataan pedagang di Kawasan Gasibu merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah kesemrawutannya jumlah PKL yang semakin bertambah setiap waktunya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan mengoptimalkan lahan yang dipergunakan untuk kegiatan berdagang para PKL dan membatasi kawasan untuk kegiatan PKL agar para pedagang disiplin dalam menempati tempat yang telah disediakan. Sebelum menata dan mengatur para PKL maka diperlu diketahui berapa jumlah daya tampung lahan berdasarkan ketentuan tempat berdagang para PKL. Ketentuan ini telah diatur dalam Walikota Nomor 888 Tahun 2012 Tentang Petunjuk pelaksanaan peraturan daerah kota bandung Nomor 04 tahun 2011 Tentang Penataan dan Pembinaan pedagang kaki lima, Pasal 26 yaitu ayat (1) Tempat berdagang PKL pada setiap lokasi sebagaimana diatur dalam Peraturan Walikota ini, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. ukuran tempat berdagang PKL, paling besar berukuran 2 x 2 meter; b. ukuran tempat berdagang khusus untuk PKL kuliner paling besar berukuran 2 x 3 meter; c. ukuran tempat berdagang untuk tenda makanan/lesehan termasuk gerobaknya paling luas 10 meter persegi; Dalam Peraturan Walikota tersebut tidak mengatur secara rinci mengenai pengaturan sarana berdagang PKL di Kawasan Gasibu, dimana Kawasan Gasibu merupakan tempat berdagang para PKL yang sangat kompleks, hal ini terjadi karena di Kawasan Gasibu terdapat PKL yang menggunakan sarana kendaraan roda empat. Maka perlu adanya pertimbangan dalam menghitung daya tampung berdasarkan asumsi yang didapat dari hasil observasi lapangan. Berdasarkan daya tampung lahan pagi PKL yang dihitung ternyata jumlah pedagang secara aktual melebihi daya tampung yang ada di Kawasan Gasibu dan mengakibatkan kepadatan pedagang yang cukup tinggi dengan sarana dagang yang tidak beraturan hingga mengakibatkan over capacity dalam pemanfaatan ruang. Berikut adalah tabel perkiraan daya tampung PKL di Kawaan Gasibu pada Hari minggu pagi.

8 186 Luas Zona (m 2 ) Zona 1 ( ) Zona 2 ( ) Zona 3 ( ) Sub Zona Tenda Tenda (makanan) (Non) Tabel V.1 Perkiraan Daya Tampung Lahan Untuk PKL di Kawasan Gasibu Per Zona Kawasan Jumlah PKL Berdasarkan Jenis Sarananya Lainn Tenda Pikulan Gelaran Gerobak Meja Mobil nya (Makanan) (1) Sumber : Hasil analisis, tahun ,2,4, 5, 6, 8 : Berdasarkan Perwal no. 888 Tahun ,7 : Berdasarkan asumsi hasil pengamatan lapangan Tenda (Non) (2) Kebutuhan Lahan PKL (Panjang Sarana Dagang x Jumlah PKL) PikulanGelaran (3) (4) Gerobak (5) Meja (6) Mobil (7) Lainnnya (8) (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) 10m 2 x (a) 4m 2 x (b) 3m 2 x(c) 4m 2 x(d) 6m 2 x(e) 4m 2 x(f) 9m 2 x(g) 2m 2 x(h) Zona 1A Zona 1B Zona 1 Zona 1C (9121,5) Zona 1D Jumlah Zona 2A Zona 2 Zona 2B Zona 2C Jumlah Zona 3A Zona 3B Zona 3C Zona 3 Zona 3D ,03 Zona 3E Zona 3F Jumlah TOTAL SELISIH ,43m 2 Jumlah Kebuht uhan Lahan PKL ( m 2 ) Luas Daya Tampu ng ( m 2 )

9 187 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa lahan yang dapat dimanfaatkan oleh PKL di Kawasan Gasibu tidak cukup untuk menampung jumlah PKL yang ada. Jumlah luasan Daya Tampung tersebut dihitung berdasarkan kemampuan lahan di kawasan gasibu yang dapat menampung lokasi PKL dan tidak termasuk dengan luasan jalur sirkulasi bagi pengunjung dimana daya tampung tersebut memiliki selisih sebesar ,43 m 2. Maka oleh karena itu Jumlah PKL di Kawasan Gasibu harus di kurangi dan dibatasi atau sebagian PKL yang ada di Kawasan Gasibu perlu dilakukan relokasi. Untuk lebih jelasnya mengenai daya tampung PKL Gasibu dapat dilihat berdasarkan gambar peta dibawah ini, yang mana lokasi berdagang para PKL dibatasi disetiap zonanya. Untuk zona 1 para PKL dapat menempati pada Jalan Wirayuda Barat dan Jalan Wirayuda dan tidak diperbolehkan menempati Taman yang didalamnya agar pengunjung Gasibu dapat melakukan Olahraga di dalam taman. sedangkan untuk Zona 2 pedagang hanya diperbolehkan pada area Lapangan Gasibu. Untuk Zona 3 pedagang hanya diperbolehkan menempati Jalan Cisangkuy dan di Jalan Cilaki Hingga Jalan Cisangkuy atau lokasi PKL melingkari Taman Cilaki. Jika pada hari minggu pagi diadakan acara pertunjukan maka PKL terepaksa tidak dapat berdagang di lapangan atau harus dipindah ke lokasi yang dijinkan. dimana berdasarkan hasil survei PKL yang dapat menempati lapangan Gasibu adalah ± 620 PKL Pengelompokan Pedagang Penempatan dan pengaturan komoditas pasar merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk diperhatikan dalam penataan pasar tradisional. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penempatan komoditas pasar antara lain adalah: Pemisahan yang jelas antara komoditas basah dan kering Pemisahan yang jelas antara komoditas yang menghasilkan bau dan yang tidak tidak menghasilkan bau Jenis dagangan di Kawasan Gasibu bermacam-macam, oleh karena itu untuk menentukan penempatan jenis-jenis dagangan tersebut, terlebih dahulu dilakukan pengelompokan pedagang berdasarkan jenis dagangannya. Hal tersebut

10 188 bertujuan untuk memudahkan penempatan pedagang tersebut sesuai kebutuhan pengunjung. Berikut ini adalah gambar pengelompokan pedagang berdasarkan jenis dagangannya. Kelompokan pedagang di Kawasan Gasibu dan sekitarnya terbagi atas 9 (sembilan) kelompok, dimana masing-masing kelompok dagangan terbagi atas beberapa dagangan yang sejenis. Berikut dapat dilihat Gambar pengelompokan pedagang di Kawasan Gasibu pada hari Minggu pagi di bawah ini. Gambar 5.4 Pengelompokan Pedagang di Kawasan Gasibu dan sekitarnya pada hari Minggu pagi Kawasan Gasibu dan Sekitarnya Kelompok Makanan/Minuman - Makanan - Minuman - Snack (makanan ringan) - Buah-buahan/Sayuran Kelompok Pakaian/Tekstil - Baju(kemeja/kaos) - Celana (panjang/pendek) - Jeket - Kerudung/jilbab - Pakaian Dalam Kelompok Peralatan Rumah Tangga - Perkakas - Alat-alat dapur - Kasur dan sprei - Bantal/guling Kelompok Aksesoris Kelompok Jasa Kelompok Mainan - Aksesoris - Casing HP - Kerajinan Tangan - Jasa permainan anak - Jasa Pijat reflexi - Jasa pengobatan - Mainan anak - Boneka Kelompok Alas Kaki dan Tas - Sepatu - Sandal - Kaos Kaki - Tas/dompet Kelompok Hewan - Kucing/Anjing - Marmut - Kelinci - Ular Kelompok Lain-lain - Koran/majalah/poster - Buku - Kaset VCD/DVD - Obat-obatan Sumber: Hasil analisis, tahun 2012 Gambar pengelompokan pedagang di atas, terbagi atas 9 (sembilan) kelompok yaitu: kelompok dagangan jenis makanan/minuman, kelompok

11 189 dagangan jenis Pakaian/tekstil, kelompok dagangan jenis peralatan rumah tangga, kelompok dagangan jenis aksesoris, kelompok dagangan jenis jasa, kelompok dagangan jenis alas kaki dan tas, kelompok dagangan jenis mainan, kelompok penjual khusus hewan peliharaan, dan kelompok pedagang lainnya. Berdasarkan teori penataan pasar tradisional bahwa pengelompokan pedagang dilakukan untuk memisahkan jenis dagangan basah dan kering, dan kelompok dagangan menghasilakan bau dan tidak menghasilkan bau. Dengan adanya pengelompokan pedagang tersebut, para pedagang di Kawasan Gasibu lebih teratur dan tertib, karena pedagang tidak bebas menempati lokasi yang mereka inginkan jika lokasi tersebut tidak sesuai dengan jenis dagangan yang mereka jual. Sedangkan dengan adanya pengelompokan pedagang, pengujung lebih mudah untuk menemukan barang-barang keperluan mereka karena pengunjung dapat mengetahui lokasi dagangan /baraang yang mereka butuhkan. 5.3 Penataan Pengelompokan Pedagang Penataan pengelompokan pedagang terdiri dari pengelompokan pedagang, penataan pedagang dan pembatasan lahan/lokasi yang ditempati oleh pedagang setiap hari Minggu pagi. A. Zona 1 (Kawasan Monemen Perjuangan Rakyat Jawa Barat) 1. Pengelompokan Pedagang Pola pengelompokan yang dipilih berdasarkan hasil analisis penggabungan antara persepsi PKL, pengunjung dan expert dari para ahli adalah dengan pola pengelompokan dagangan yang sejenis dengan alasan agar mudah dicari oleh calon pembeli. maka pada Zona 1 diusulkan penataan dengan pola pengelompokan dagangan sejenis dengan membuat blok-blok pengelompokan dagangan. Pada Kawasan Zona I (satu) terdapat delapan kelompok barang dagangan dimana dalam satu kelompok tediri dari beberapa jenis barang dagangan. Berikut ini adalah Pengelompokan pedagang berdasarkan jenis barang dagangan pada Zona 1 (satu).

12 190 Gambar 5.5 Pengelompokan Pedagang Berdasarkan Jenis Barang Dagangan di Zona 1 (Kawasan Monemen Perjuangan Rakyat Jawa Barat) Zona 1 (Kawasan MPRJB) Kelompok Makanan/Minuman - Makanan - Minuman - Snack (makanan ringan) - Buah-buahan/Sayuran Kelompok Pakaian/Tekstil - Baju(kemeja/kaos) - Celana (panjang/pendek) - Jeket - Kerudung/jilbab - Pakaian Dalam Kelompok Peralatan Rumah Tangga - Perkakas - Alat-alat dapur - Kasur dan sprei - Bantal/guling Kelompok Aksesoris - Aksesoris - Casing HP - Kerajinan Tangan Kelompok Jasa/Hiburan - Jasa permainan anak - Jasa Pijat reflexi - Jasa pengobatan Kelompok Mainan - Mainan anak - Boneka Kelompok Alas Kaki dan Tas - Sepatu - Sandal - Kaos Kaki - Tas/dompet Kelompok Lain-lain - Koran/majalah/poster - Buku - Kaset VCD/DVD - Obat-obatan Sumber: Hasil analisis, tahun 2012 Pada kelompok dagangan yang ada pada Zona 1 (satu) yaitu: kelompok dagangan jenis makanan/minuman, kelompok dagangan jenis pakaian/tekstil, kelompok dagangan jenis aksesoris, kelompok dagangan jenis peralatan rumah tangga, kelompok dagangan jenis Jasa/hiburan, kelompok dagangan jenis alas kaki dan tas serta kelompok dagangan jenis lainnya. Pada Zona 1 (satu) tidak terdapat kelompok penjual khusus hewan, karena dengan pertimbangan lokasi tempat pedagang pada Zona 1 (satu) tidak cukup luas dan terbuka dan penjual khusus hewan tidak terdapat pada Zona 1 (satu), oleh karena itu jenis jualan khusus hewan hanya cocok terdapat pada Zona 2 (dua).

13 Penataan Lokasi PKL Jika melihat jumlah pedagang pada zona 1 setiap hari Minggu pagi, dimana jumlah jenis dagangan PKL didominasi oleh jenis dagangan pakaian/tekstil. Hal tersebut terjadi karena pengunjung Kawasan Gasibu setiap hari Minggu pagi rata-rata berusia remaja dengan tingkat pendidikan rata-rata SLTP, SLTA, dan Mahasiswa yang membutuhkan pakaian-pakain dengan model terbaru, sedangkan Kawasan Gasibu merupakan tempat yang paling cocok untuk berbelanja karena bisa mendapatkan barang dengan harga yang terjangkau. Untuk itu penataan pedagang pada Zona 1 (satu) didominasi oleh kelompok dagangan jenis pakaian sesuai dengan pertimbangan jumlah pedagangnya dan kebutuhan pengunjungnya. Kemudian bila ditelaah berdasarkan analisis penggabungan Antara Hasil Analisis Persepsi PKL dan Persepsi pengunjung dan AHP pada Zona 1 (satu) penanganan yang dipilih adalah Mengatur lokasi peruntukan kegiatan di Gasibu pada hari minggu pagi dan pembatasan jumlah PKL untuk memecahkan masalah kemacetan lalu-lintas di jalan surapati untuk memberi kenyamanan bagi pedagang, pengunjung dan pengguna jalan. Berikut dapat dilihat penataan pedagang di Zona 1 (satu) pada Gambar 5.6 berikut.

14 192

15 193 B. Zona 2 (Kawasan Lapangan Gasibu) 1. Pengelompokan Pedagang Pola pengelompokan yang dipilih berdasarkan hasil analisis penggabungan antara persepsi PKL, pengunjung dan expert dari para ahli adalah pola pengelompokan dagangan yang sejenis dengan alasan agar mudah dicari oleh calon pembeli. Pada Kawasan Zona 2 (dua) terdapat 9 (sembilan) kelompok barang dagangan dimana dalam satu kelompok tediri dari beberapa jenis barang dagangan. Pengelompokan pedagang pada Zona 2 (dua) dapat dilihat pada gambar 5.7 dibawah ini. Gambar 5.7 Pengelompokan Pedagang Berdasarkan Jenis Barang Dagangan di Zona 2 (Kawasan Lapangan Gasibu) Zona 2 (Kawasan Lapangan Gasibu) Kelompok Makanan/Minuman - Makanan - Minuman - Snack (makanan ringan) - Buah-buahan/Sayuran Kelompok Pakaian/Tekstil - Baju(kemeja/kaos) - Celana (panjang/pendek) - Jeket - Kerudung/jilbab - Pakaian Dalam Kelompok Peralatan Rumah Tangga - Perkakas - Alat-alat dapur - Kasur dan sprei - Bantal/guling Kelompok Aksesoris - Aksesoris - Casing HP - Kerajinan Tangan Kelompok Jasa/Hiburan - Jasa permainan anak - Jasa Pijat reflexi - Jasa pengobatan Kelompok Mainan - Mainan anak - Boneka Kelompok Alas Kaki dan Tas - Sepatu - Sandal - Kaos Kaki - Tas/dompet Kelompok Hewan - Kucing/Anjing - Marmut - Kelinci - Ular Kelompok Lain-lain - Koran/majalah/poster - Buku - Kaset VCD/DVD - Obat-obatan Sumber: Hasil analisis, tahun 2012

16 194 Kelompok dagangan yang ada pada Zona 2 (dua) yaitu: kelompok dagangan jenis makanan/minuman, kelompok dagangan jenis pakaian/tekstil, kelompok dagangan jenis aksesoris, kelompok dagangan jenis peralatan rumah tangga, kelompok dagangan jenis Jasa/hiburan, kelompok dagangan jenis alas kaki dan tas, penjual khusus hewan serta kelompok dagangan jenis lainnya, Sesuai dengan pengelompokan pedagang di Kawasan Gasibu dan sekitarnya, Kawasan Zona 2 (dua) merupakan satu-satunya Zona yang memiliki kelompok dagangan 9 (sembilan) kelompok, karena kawasan Zona 2 (dua) selain mempunyai lokasi yang luas, kawasan tersebut merupakan pusat dari lokasi pedagang di Kawasan Gasibu dan sekitarnya. Sehingga pengunjung yang datang pada Zona 2 (dua) bisa menemukan kesembilan jenis dagangan tersebut di Zona ini. 2. Penataan Lokasi PKL Seperti halnya Kawasan Zona 1 (satu) dimana jumlah jenis dagangan PKL didominasi oleh jenis dagangan pakaian/tekstil. Namun jenis makanan merupakan salah satu daya tarik pengunjung untuk datang ke Kawasan Gasibu. Maka Penataan pedagang pada Zona 2 (dua) didominasi oleh pedagang pakaian dan makanan. Tujuan hal tersebut dilakukan, untuk memperkuat daya tarik yang dimiliki oleh Kawasan Gasibu mengingat Kawasan Zona 2 (dua) merupakan pusat dari Kawasan Gasibu dan sekitarnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.8 berikut.

17 195

18 196 C. Zona 3 (Kawasan Jalan Diponegoro dan Taman Cilaki) 1. Pengelompokan Pedagang Pada Kawasan Zona 3 (tiga) Pola pengelompokan yang dipilih berdasarkan hasil analisis penggabungan antara persepsi PKL, pengunjung dan expert dari para ahli adalah dengan pola pengelompokan dagangan yang sejenis karena dapat memudahkan calon pembeli untuk menemukan barang dagangan yang hendak dibelinya. Dikarenakan pada zona ini memiliki ruang yang terbatas maka yang diperbolehkan untuk berdagang PKL hanyalah kelompok dagangan kuliner. Pedagang Kuliner sangat cocok di tempatkan di Zona 3. Pedagang kuliner ini adalah pedagang makanan/minuman. Pengelompokan pedagangan pada Zona 3 (tiga) dapat dilihat pada gambar 5.9 dibawah ini. Gambar 5.9 Pengelompokan Pedagang Berdasarkan Jenis Barang Dagangan di Zona 3 (Kawasan Jalan Diponegoro dan Taman Cilaki) Zona 3 Kelompok Makanan/Minuman - Makanan - Minuman - Snack (makanan ringan) - Buah-buahan/Sayuran Sumber: Hasil analisis, tahun 2012 Pada kelompok dagangan yang ada pada Zona 3 (tiga) yaitu: : kelompok dagangan jenis makanan/minuman. Kelompok jenis dagangan tersebut terdapat pada Zona 3 (tiga) karena pertimbangan lokasi yang tidak cukup luas untuk menampung kelompok jenis dagangan lainnya.

19 Penataan Lokasi PKL PKL dengan jenis makanan daerah yang beragam di Zona ini merupakan salah satu daya tarik pengunjung untuk datang ke Kawasan Gasibu. Oleh karena itu pada Zona 3 (tiga) kelompok jenis makanan lebih banyak. Tujuan hal tersebut dilakukan, untuk memperkuat daya tarik yang dimiliki oleh Kawasan Gasibu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.10 berikut.

20 198

21 Penataan Alur Pergerakan Pengunjung Menurut teori pasar tradisional, kondisi pasar di Indonesia sangat unik, terutama dengan perilaku pengguna dalam kegiatan jual beli. Toko/kios seringkali menempatkan barang dagangannya di luar kios yang dimiliknya (ekspansi), sehingga mengurangi area jalur pejalan kaki (pedestrian) untuk pembeli. Kondisi ini mengganggu sistem sirkulasi yang berpotensi menimbulkan kemacetan dan penumpukan sirkulasi pembeli pada satu area tertentu. Akibatnya pembeli tidak bisa melihat, memilih, menawar dan membeli dengan leluasa ( Astonik, 2008). Keadaan tersebut terjadi di Kawasan Gasibu dan sekitarnya setiap hari Minggu pagi, dimana pedagang menempati jalur sirkulasi pengunjung untuk menggelar dagangannya, sehingga pengunjung yang sedang berbelanja seringkali mengalami kemacetan dalam pergerakan alur pengunjung karena terhalang oleh pedagang. Selain itu, dengan adanya pedagang yang berlebihan, lokasi yang ada di Kawasan Gasibu dan sekitarnya tidak dapat menampung, sehingga pengunjung tidak mendapatkan ruang untuk memilih, menawar, dan membeli dengan leluasa akibatnya di kawasan tersebut seringkali mengalami kemacetan pergerakan alur pengunjung. Jika melihat dari hasil analisis penggabungan antara persepsi PKL, pengunjung dan expert dari para ahli, dimana responden PKL dan pengunjung menginginkan dilakukan pengaturan/penataan dan salah satunya adalah pergerakan alur pengunjung/keluar-masuk pengunjung. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kenyamanan bagi pedagang yang sedang berjualan, sedangkan manfaat pengaturan pergerakan alur pengunjung bagi pengunjung Kawasan Gasibu adalah memberikan kenyamanan bagi pengunjung karena kemacetan yang biasanya terjadi setiap hari Minggu pagi bisa teratasi dengan adanya pengaturan tersebut. Untuk lebih jelas mengenai dimensi ruang bagi pengunjung dapat dilihat dari ilustrasi Gambar 5.11 dibawah ini.

22 200 Gambar 5.11 Ilustrasi Gambar Penampang Jalur Sirkulasi Pengunjung A : Lebar Ruang Pandang/Transaksi B : Lebar Jalur untuk berjalan C : Total lebar Jalur Sirkulasi A C B A Berdasarkan Penyediaan dan Pemanfaatan Prasarana dan Sarana Ruang Pejalan Kaki di Perkotaan, jalur pejalan kaki ini setidaknya berukuran 1,8 hingga 3,0 meter atau lebih luas untuk memenuhi tingkat pelayanan yang diinginkan dalam kawasan yang memiliki intensitas pejalan kaki yang tinggi. Kondisi ini dibuat untuk memberikan kesempatan bagi para pejalan kaki yang berjalan berdampingan atau bagi pejalan kaki yang berjalan berlawanan arah satu sama lain. Untuk itu jalur sirkulasi dibutuhkan lebar jalan minimal 2 X 0,9 m =1,8 meter ditambah ruang pandang, ruang transaksi dan sosial (jual-beli, tawarmenawar) dan sebagainya sampai 1,2 meter (2 sisi) sehingga total lebar jalur adalah 1,8 + 1,2 = 3 meter. Sehingga jalur sirkulasi di Kawasan Gasibu dengan lebar 3 meter. Dimana ruang pejalan kaki masih memiliki kapasitas normal, para pejalan kaki dapat bergerak dengan arus yang searah secara normal walaupun pada arah yang berlawanan akan terjadi persinggungan kecil. Arus pejalan kaki berjalan dengan normal tetapi relatif lambat karena keterbatasan ruang antar pejalan kaki. A. Zona 1 (satu) Lokasi pedagang pada Zona 1 (satu) terdiri dari dua jalan, yaitu: Jalan Wirayuda Barat dan Jalan Wirayuda Timur, kedua jalan tersebut memiliki masing-masing satu dan dua jalur yang dapat dilalui oleh pengunjung. Pergerakan alur pengunjung pada Zona 1 (satu) di tentukan oleh pintu masuk dan pintu keluar

23 201 yang ada di Zona tersebut, pintu masuk pada Zona 1 (satu) ada 8 (delapan), dan pintu keluar juga ada 8 (delapan) pintu. Adapun letak-letak pintu masuk tersebut yaitu: pintu masuk dari arah Jalan Dipatiukur (sebelah Utara Jalan Wirayuda Timur), pintu masuk dari arah Jalan Singa perbangsa, pintu masuk dari arah Jalan H. Hasan, pintu masuk dari arah Jalan Surapati (sebelah selatan Jalan Wirayuda Timur dan Wirayuda Barat), pintu masuk dari arah Jalan Merak, dan pintu masuk dari arah Jalan Titiran. Sedangkan letak pintu keluar yang ada pada Zona 1 (satu) yaitu: pintu keluar ke arah Jalan Singa Perbangsa, pintu keluar ke arah Jalan H. Hasan, pintu keluar ke arah Jalan Surapati (sebelah Selatan Jalan Wirayuda Timur dan Wirayuda Barat), pintu keluar ke arah Jalan Merak, pintu keluar ke arah Jalan Titiran, dan pintu keluar yang ada di sebelah Utara Jalan Wirayuda Barat. Untuk lebih jelas dapat dilihat pengaturan alur pergerakan pengunjung pada gambar 5.12 dibawah ini.

24 202

25 203 Gambar pergerakan alur pengunjung di atas, menunjukan bahwa jalur utama pengunjung pada Zona 1 (satu) adalah Jalan Wirayuda Timur dan Jalan Wirayuda Barat. Kedua jalan tersebut masing-masing memiliki satu jalur pengunjung dan kedua jalur tersebut masing-masing mempunyai 3 (tiga) pintu masuk dan 3 (tiga) pintu keluar, selain itu kedua jalur dari dua jalan tersebut hanya mempunyai satu arah, sehingga pengunjung mempunyai jalur yang cukup luas ketika sedang berbelanja. Namun pengunjung yang ada di Zona 1 (satu) dapat melalui jalur dua arah untuk menghubungkan antara Jalan Wirayuda Barat dan Jalan Wirayuda Timur, sehingga pengunjung lebih mudah disaat sedang berkeliling mencari keperluan mereka. Dengan adanya pengaturan dengan sistem satu jalur dan satu arah tersebut, bentrokan pergerakan pegunjung bisa teratasi, dengan ruang yang cukup luas tersebut pengunjung mendapatkan ruang untuk melihat, ruang memilih, dan ruang untuk tawar menawar. Pengaturan pergerakan pengunjung dengan cara tersebut atas, akan memberikan kenyamanan dan keamanan kepada pengunjung yang sedang berbelanja, karena antara satu pengunjung dengan pengunjung yang lain memiliki jarak yang cukup. Berdasarkan teori penataan pasar tradisional jarak antara satu individu dengan individu lainnya adalah diatas 360 cm. Dengan demikian kenyamanan dan keamanan pengunjung bisa terjamin. B. Zona 2 (dua) Untuk pedagang yang ada di Zona 2 (dua) menempati 1 (satu) lokasi yaitu: Lapangan Gasibu. Pergerakan pengunjung pada zona 2 (dua) ditentukan beberapa pintu/gerbang masuk yang ada dan pintu keluar. Adapun letak-letak pintu masuk dan keluar tersebut yaitu: pintu masuk dan keluar yang ada dari arah Jalan Gazebo ada 2 pintu masuk dan 2 pintu keluar, kemudian pintu masuk dan keluar dari arah utara yaitu dari jalan Surapati, serta pintu masuk dan keluar dari arah selatan yaitu Jalan Diponegoro. Dan yang terakhir pintu masuk dan keluar yang ada di Lapangan Gasibu dari arah Jalan Sentot Alibasa. Untuk lebih jelas dapat dilihat pengaturan alur pergerakan pengunjung pada gambar 5.13 dibawah ini.

26 204

27 205 Pada gambar di atas menunjukan bahwa, pergerakan pengunjung pada zona 2 (dua) sebagian besar jalur pengunjung memiliki satu arah. Kawasan Lapangan Gasibu (zona 2) terbagi atas tiga lokasi yaitu: Jalan Gazebo, Lapangan Gasibu, dan Jalan Sentot Alibasa. Pada Jalan Gazebo terdiri dari satu jalur yang dapat dilalui oleh pengunjung, jalan tersebut hanya memiliki satu arah, sehingga pengunjung yang masuk melalui Jalan Gazebo tidak mengalami bentrokan pergerakan pengunjung karena jalur tersebut hanya memiliki jalur satu arah dan masing-masing jalur pengunjung pada Jalan Gazebo memiliki 1 (satu) pintu masuk dan 1 (satu) pintu keluar, kemudian dari jalan samping Gazebo juga terdapat pintu masuk dan keluar dua arah yang lagsung berhadapan dengan gerbang masuk lapangan. Maka secara keseluruhan pintu yang ada di Jalan Gazebo ada 3 (dua) pintu masuk dan 3 (dua) pintu keluar. Untuk jalur pengunjung yang ada di Lapangan Gasibu memiliki 12 (dua belas) jalur yang dapat dilalui oleh pengunjung. Kedua belas jalur pengunjung tersebut tersebar di dalam Lapangan Gasibu yang berbentuk kotak, dimana pada sisi kiri dan kanan jalur-jalur tersebut terdapat pedagang yang sedang menjajakan dagangannya. Dari masing-masing jalur pengunjung yang ada di Lapangan Gasibu rata-rata memiliki satu arah. Hal tersebut dilakukan karena minat pengunjung untuk berkunjung ke Lapangan Gasibu cukup tinggi oleh karena itu pengunjung yang ada di Lapangan Gasibu seringkali mengalami kemacetan pergerakan alur pengunjung yang disebabkan oleh padatnya pengunjung yang datang dari berbagai arah. Selain itu terdapat 1 jalur di sebelah barat lapangan Gasibu yang memiliki 2 arah pergerakan bagi pengunjung. Pada Jalan Sentot Alibasa memiliki satu jalur yang dapat dilalui oleh pengunjung, dimana jalur tersebut hanya memiliki satu arah. Namun pada Jalan Sentot Alibasa memiliki 2 (dua) pintu masuk dan Pintu keluar sehingga akses untuk masuk ke jalan tersebut cukup mudah karena pada Jalan Sentot Alibasa berdekatan dengan tempat parkir pangunjung yang ada di zona 2 (dua).

28 206 C. Zona 3 (tiga) Pada lokasi pedagang yang ada di zona 3 (tiga) menempati tiga jalan yaitu: Jalan Diponegoro, Jalan Cilaki dan Jalan Cisangkuy. Pergerakan pengunjung yang ada di zona 3 (tiga) ditentukan oleh 4 (empat) pintu masuk dan 6 (enam) pintu keluar. Adapun letak-letak pintu masuk yang di zona 3 (tiga) yaitu: pintu masuk yang ada di Jalan Diponegoro dari arah Jalan Trunojoyo ( dari arah selatan), pintu masuk yang ada di Jalan Diponegoro dari arah Pusda i (dari arah Timur), dan pintu masuk dari yang ada di Jalan Gazebo dan lapangan Gasibu atau dari zona 2. Sedangkan letak pintu keluar yang ada di zona 3 (tiga) yaitu: pintu keluar yang di Jalan Diponegoro ke arah Jalan Trunojoyo, pintu masuk yang ada di Jalan Diponegoro ke arah Pusda i, dan pintu keluar ke Jalan Gazebo dan lapangan Gasibu atau ke zona 2, pintu keluar yang ada di Jalan Cilaki ke arak Jalan Cimanuk serta di Jalan Cisangkuy ke arah Jalan Diponegoro. Untuk lebih jelas dapat dilihat jalur pergerakan pengunjung pada gambar 5.14 dibawah ini.

29 207

30 208 Gambar pergerakan alur pengunjung di atas, menunjukan bahwa jalur utama pengunjung pada Zona 3 (tiga) adalah Jalan Diponegoro, Jalan Cilaki dan Jalan Cisangkuy. Jalur pengunjung yang ada di Jalan Diponegoro ada dua jalur yaitu jalur kiri dan jalur kanan, masing-masing jalur tersebut mempunyai satu arah sehingga pergerakan alur pengunjung tidak mengalami kemacetan yang disebabkan oleh pengunjung yang padat karena pergerakan pengunjung tidak berlawanan arah. Sedangkan jalur pengunjung yang ada di Jalan Cilaki dan Cisangkuy ada satu jalur, namun pada jalur ini mempunyai dua arah karena jenis kelompok dagangan yang ada di Kawasan Taman Cilaki adalah kelompok dagangan jenis jajanan atau makanan, karena jenis dagangan ini sebagian merupakan jenis dagangan basah dan menghasilkan bau maka penempatannyapun dipisahkan dengan jenis dagangan kering dan tidak menghasilkan bau. Sedangkan untuk akses ke Jalan Cilaki lebih mudah karena pengunjung dapat melalui jalan tersebut dengan dua arah. 5.5 Pengadaan Fasilitas Pendukung Untuk menunjang kegiatan PKL yang ada di Kawasan Gasibu agar memberikan kesan yang nyaman da dapat memenuhi kebutuhan pedagang maupun pengunjung yang datang maka perlu adanya pengadaan Fasilitas Pendukung kegiatan. Seperti yang telah dibahas dalam analisis Hubungan antara persepsi pedagang, persepsi pengunjung dan AHP. Hasil kesimpulan mengenai faktor kenyamanan berdasarkan analisis gabungan tersebut adalah sebagai berikut: Tabel V.2 Hasil Kajian Analisis Hubungan mengenai faktor kenyamanan Zona Hasil Kajian Fasilitas umum yang Kurang memadai pada lokasi ini adalah toilet mobile dan tempat parkir toilet sangat diperlukan Zona 1 bagi aktivitas PKL dan bagi pengunjung di lokasi ini. dan tempat parkir sangat penting untuk kenyamanan arus lalu lintas Jadi Fasilitas umum yang dinilai Kurang memadai pada lokasi ini Zona 2 adalah air bersih dan tempat parkir karena sangat diperlukan bagi aktivitas PKL dan bagi masyarakat pengunjung Karena toilet telah tersedia di zona ini Fasilitas umum yang dinilai Kurang memadai pada lokasi ini Zona 3 adalah air bersih untuk kebutuhan Cuci piring pedagang dan tempat parkir kendaraan karena sangat diperlukan bagi aktivitas PKL dan bagi masyarakat pengunjung lokasi Zona ini. Sumber: Hasil Analisis, tahun 2013

31 209 Berdasarkan Tabel diatas menggambarkan masih kurangnya fasilitas pendukung yang ada di Kawasan Gasibu untuk menunjang kegiatan PKL khususnya pada Zona 1. Oleh karena itu perlu adanya pengadaan fasilitas pendukung seperti MCK/toilet, listrik dan air bersih dikarenakan pada Zona 1 merupakan zona dengan jumlah pedagang terbanyak khususnya pedagang makanan dan minuman yang membutuhkan sarana MCK. Namun dikarenakan kegiatan perdagangan di Kawasan Gasibu merupakan kegiatan perdagangan Temporer maka perlu dipertimbangkan dan diusulkan pengadaan fasilitas yang multifungsi atau secara temporer juga, misalnya untuk kebutuhan MCK dapat dipenuhi dengan pengadaan toilet mobile atau toilet portable yang bisa disediakan oleh pihak pemerintah. Toilet mobile sangat cocok untuk kegiatan temporer karena bisa bongkar pasang atau digunakan pada waktu tertentu saja dan juga dapat berpindah-pindah. Berikut contoh gambar toilet mobile yang bisa digunakan. Gambar 5.15 Ilustrasi Gambar Toilet Mobile untuk Kegiatan Temporer Sama halnya untuk air bersih pemerintah bisa menggunakan truk tangki yang disediakan dibeberapa titik-titik tertentu dapat yang menyediakan kran-kran air yang dapat digunakan para pegadang. Selain toilet dan air bersih dapat pula disediakan fasilitas tenda bersama. Tenda bersama ini sangat direkomendasikan bagi PKL penjual makanan/minuman

32 210 agar lebih terlihat rapi dan bersih. Tenda bersama tersebut merupakan tenda portabel yang dapat dibongkar pasang. Berikut contoh ilustrasinya. Gambar 5.16 Ilustrasi Gambar Tenda Bersama untuk Kegiatan Temporer Untuk lebih jelasnya mengenai alokasi toilet mobile di Zona 1 dapat dilihat pada Gambar Peta di bawah ini :

33 211

34 Rekomendasi Dari temuan studi di atas, maka dihasilkan beberapa rekomendasi yang dapat diajukan untuk perbaikan kondisi Kawasan Gasibu dimasa yang akan datang. Berikut ini adalah rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan : 1. Sebagai upaya pemecahan masalah PKL di Kawasan Gasibu agar fungsifungsi utama lain dapat berjalan maka dapat dilakukan alternatif pemanfaatan ruang yaitu dengan tetap mengosongkan beberapa lokasi dari PKL untuk aktifitas olahraga yaitu di area Taman di Kawasan Zona 1, sebelah barat lapangan Gasibu dan di Taman Cilaki Zona Daya tampung bagi PKL yang ada tidak dapat menampung jumlah PKL yang ada saat ini (over capacity). Maka seharusnya Pemerintah perlu melakukan pengurangan/pembatasan jumlah PKL atau merelokasi sebagian PKL di Kawasan Gasibu agar keberadaan PKL tidak meluas dan mengganggu aktivitas lalu lintas di Kawasan Gasibu. 3. Dalam penataan aktivitas PKL, sarana pendukung kegiatan PKL ataupun olahraga seperti lahan parkir, air bersih, sanitasi, sampah dan sarana umum lainnya perlu disediakan juga sebagai salah satu alat untuk mengendalikan PKL, Karena PKL Gasibu merupakan aktivitas Temporer maka untuk fasilitas-fasilitas pendukung seperti toilet bisa menggunakan toilet mobile/portabel agar suasana gasibu tetap bersih dan nyaman. 4. Sebaiknya pihak pengelola dan pemerintah Kota Bandung menyediakan fasilitas berupa tenda bersama bongkar pasang yang dapat disewakan kepada para PKL, sehingga keberadaan PKL tersebut dapat terlihat lebih rapi dan juga memberikan pemasukan bagi pihak pengelola maupun pemerintah Kota Bandung dari hasil penyewaan tenda bongkar pasang tersebut. 5. Sebaiknya Pemerintah Kota Bandung dan koordinator PKL bisa berkoordinasi untuk lebih memperhatikan lokasi tempat parkir pengunjung agar tidak mengganggu arus lalu lintas di sekitar Kawasan Gasibu. 7. Untuk ketertiban dan kelancaran dalam kegiatan berdagangnya sebaiknya setiap PKL Kawasan Gasibu mengajukan permohonan pembuatan tanda

35 213 pengenal kepada Walikota melalui Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah dan Perindustrian Perdagangan untuk membuat tanda pengenal sesuai dengan yang diatur dalam Perwal no 888 Tahun 2012 Agar memudahkan bagi pihak terkait dalam melakukan pembinaan dan penataan PKL di Kawasan Gasibu, misalnya dalam pengalokasian tempat berdagang PKL dan memfasilitasi para pedagang dalam bantuan pinjaman modal dan fasilitas tenda. 8. Setiap PKL dan Pengunjung diharapkan untuk menjaga keindahan, ketertiban, keamanan, kebersihan, dan kesehatan serta fungsi fasilitas umum di Kawasan Gasibu untuk memberikan kesan nyaman dan aman sebagai salah satu tempat wisata belanja temporer di Kota Bandung. 5.7 Kelemahan Studi Penelitian yang dilakukan mempunyai beberapa kelemahan, dan hal ini harus dihindari karena untuk kesempurnaan studi yang akan dilakukan. Berikut adalah kelemahan studi yang telah dilakukan : 1. Pengambilan sampel dilakukan secara acak, sehingga tidak diketahui alasan apa yang menyebabkan seorang responden layak dijadikan sampel dalam penelitian pada hari Minggu pagi. 2. Kuesioner sebagian besar merupakan isian tertutup (multiple choise), bukan isian terbuka. Dengan demikian maka jawaban-jawaban responden terbatas pada pilihan-pilihan jawaban yang sudah disediakan. 3. Pada analisis AHP hanya indikator dengan rangking teratas berdasarkan faktor level pertama yang dijadikan prioritas untuk digabungkan dengan analisis persepsi pedagang dan pengunjung sebagai bahan usulan dalam penataan PKL Kawasan Gasibu. 4. Penataan PKL hanya sebatas usulan rencana saja tidak termasuk pemanfaatan dan pengendalian.

36 Saran Untuk Studi Lanjutan Mengingat penelitian ini yang jauh dari sempurna dan keterbatasan penulis, maka diharapkan dapat dilakukan studi lanjut yang berkaitan dengan penataan PKL. Sehingga akan menjadikan suatu sumbangan yang berharga dalam menangani permasalahan PKL di kawasan Gasibu khususnya, maupun di Kota Bandung pada umumnya. Studi lanjutan yang disarankan adalah : 1. Untuk penataan lebih lanjut dibutuhkan beberapa bidang keilmuan seperti Arsitektur sehingga dapat memberikan penataan visual dan pemetaan pedagang yang lebih jelas. 2. Studi mengenai lokasi tempat parkir bagi pengunjung Kawasan Gasibu di Hari Minggu pagi 3. Perlu dilakukan studi khusus terkait dengan manajemen lalu lintas dengan tujuan memberikan kenyamanan terhadap pengguna jalan yang hanya sekedar melintas di Kawasan Gasibu sekitarnya pada hari Minggu pagi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pembuka dari laporan penulisan tugas akhir. Isi dari bab ini adalah hal-hal yang berkaitan langsung dengan kegiatan penelitian yang telah dilakukan, yaitu meliputi

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Makro Perancangan pasar tradisional bantul menerapkan pendekatan analogi shopping mall. Yang dimaksud dengan pendekatan analogi shopping mall disini adalah dengan mengambil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN GASIBU

BAB IV ANALISIS PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN GASIBU BAB IV ANALISIS PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN GASIBU 4.1 Analisis Persepsi Pedagang Tentang Kegiatan Perdagangan Kaki lima di Kawasan Gasibu 4.1.1 Persepsi Pedagang Terhadap Penanganan Masalah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN VI.1. KESIMPULAN Kegiatan pasar minggu pagi di kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada diminati oleh kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas sebagai sarana relaksasi

Lebih terperinci

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D

ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR. Oleh: SULISTIANTO L2D ARAHAN PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG TUGAS AKHIR Oleh: SULISTIANTO L2D 306 023 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi lokasi alternatif dalam rangka pemindahan PKL di Koridor Fly Over Cimindi dapat ditarik kesimpulan dan diberikan rekomendasi yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2) Gambar simulasi rancangan 5.30 : Area makan lantai satu bangunan komersial di boulevard stasiun kereta api Bandung bagian Selatan 5.6.3 Jalur Pedestrian Jalur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, 130 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Cihampelas termasuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan

I. PENDAHULUAN. Pasar dinyatakan sebagai kumpulan pembeli dan penjual yang melakukan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional menurut Kotler (2007) pasar merupakan tempat fisik dimana para pembeli dan penjual berkumpul untuk membeli dan menjual barang. Pasar dinyatakan sebagai

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Perkembangan Pasar Pasar tradisional mempunyai peran signifikan dalam perkotaan. Pasar tumbuh dan berkembang sebagai simpul dari pertukaran barang dan jasa,

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ

BAB VI KESIMPULAN. berdasarkan kebutuhan pengguna? 6.1 Penilaian Pengguna Mengenai Komponen Setting Fisik Ruang Terbuka Publik Kawasan Eks MTQ BAB VI KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini merupakan hasil dari analisis dan pembahasan terhadap penilaian komponen setting fisik ruang terbuka publik dan non fisik (aktivitas) yang terjadi yang

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 79 TAHUN 2016

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 79 TAHUN 2016 BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹.

BAB I PENDAHULUAN. : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di selatan dan barat¹. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Untuk mengetahui maksud dari judul diatas, maka perlu diuraikan arti masing masing kata : Klaten : Merupakan kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Pusat pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tempat terjadinya transaksi jual beli yang dilakukan oleh penjual dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan suatu tempat dimana penjual dan pembeli dapat bertemu untuk melakukan transaksi jual beli barang. Penjual menawarkan barang dagangannya dengan harapan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penyusunan konsep simbiosis mutualistik untuk penataan PKL Samanhudi erat kaitannya dengan karakter masing-masing pelaku dan konflik kepentingan serta konflik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kondisi Sistem Setting dan Livabilitas Ruang Terbuka Publik di Lapangan Puputan BAB V KESIMPULAN Dari hasil analisis, peneliti menjawab pertanyaan penelitian yaitu bagaimana kondisi sistem setting dan livabilitas di ruang terbuka publik di Lapangan Puputan dan bagaimana bentuk persepsi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa pasar tradisional merupakan

Lebih terperinci

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah :

- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah : PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA 12 HLM, LD Nomor 5 SERI D ABSTRAK : - bahwa

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar BAB III DESKRIPSI PROYEK 3.1. Gambaran Umum Nama Proyek Astana Anyar Sifat Proyek Pemilik Lokasi Luas Lahan : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival : Fiktif : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung : Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang terus membenahi dirinya melalui pembangunan di segala bidang agar dapat menjadi negara yang makmur setara dengan negara-negara maju

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Tujuan Perencanaan dan Perancangan Perencanaan dan perancangan Penataan PKL Sebagai Pasar Loak di Sempadan Sungai Kali Gelis Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA) 5.1 Sirkulasi Kendaraan Pribadi Pembuatan akses baru menuju jalan yang selama ini belum berfungsi secara optimal, bertujuan untuk mengurangi kepadatan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap data di lapangan dan kuesioner masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Elemen yang menjadi identitas

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 171 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari masing-masing analisa adalah : 5.1.1 Simpulan Analisa Environment Secara aspek lokasi, lokasi pasar Karang Anyar yang sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Taman merupakan fasilitas publik yang disediakan oleh Pemerintah Kota, yaitu Pemerintah Kota Bandung dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan sosial dan memperindah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup masyarakat.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR YAIK SEMARANG (Studi Kasus : Persepsi Pengunjung Dan Pedagang) TUGAS AKHIR O l e h : R.B. HELLYANTO L 2D 399 247 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA - 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, SALINAN BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Hampir di setiap daerah di Indonesia memiliki pasar baik pasar tradisional maupun pasar modern. Berbagai jenis pasar di Indonesia diantaranya pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA Pada bab ini akan dilakukan evaluasi mengenai Gedung Kesenian Gde Manik (GKGM) dari aspek kondisi fisik, non-fisik, dan spesifikasi khusus GKGM

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan

BAB V KONSEP PERANCANGAN PASAR. event FESTIVAL. dll. seni pertunjukan BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perancangan Pasar Astana Anyar ini merupakan konsep yang menjadi acuan dalam mengembangkan konsep-konsep pada setiap elemen perancangan arsitektur

Lebih terperinci

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR

STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR Oleh: HAPSARI NUGRAHESTI L2D 098 433 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN Tinjauan Kawasan Kebon Kacang Raya dan Kebon Kacang 30 3.1 Gambaran Kawasan Proyek Nama : Kawasan Kebon Kacang dan sekitarnya. Lokasi : Jl. Kebon Kacang Raya dan Jl.Kebon Kacang

Lebih terperinci

WALIKOTA SORONG PEMERINTAH KOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

WALIKOTA SORONG PEMERINTAH KOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA SALINAN WALIKOTA SORONG PEMERINTAH KOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SORONG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Deskripsi Judul Judul dalam laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Penataan Plaza dan Pusat Kuliner di Kawasan Simpang Lima Semarang (Pendekatan pada Konsep

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.607,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 60 TAHUN 2016

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 60 TAHUN 2016 BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 60 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 Pengertian pasar tradisional menurut peraturan Menteri perdagangan RI, (2008): Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR oleh : T A N T A W I L2D 300 379 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Pariwisata juga merupakan suatu komponen dari pola 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan di Indonesia yang sedang digalakkan dewasa ini, pada hakikatnya merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Pariwisata juga merupakan

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG

BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG BAB V ARAHAN PERBAIKAN FISIK PASAR TRADISIONAL DI KOTA BANDUNG Pada bab ini akan dibahas mengenai temuan studi berdasarkan analisis yang telah dilakukan. Temuan studi tersebut disusun menjadi sebuah arahan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar merupakan tempat berkumpulnya penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli. Pasar dibedakan menjadi dua, yaitu pasar modern dan pasar tradisional.

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUISIONER DATA UMUM PKL DI KOTA BOGOR

LAMPIRAN KUISIONER DATA UMUM PKL DI KOTA BOGOR 80 LAMPIRAN Lampiran 1 Kuisioner untuk KUISIONER DATA UMUM DI KOTA BOGOR A. IDENTIFIKASI RESPONDEN A.1. Nama Responden : A.2. Alamat : A.3. Jenis Kelamin : 1 Laki-laki 2 Perempuan A.4. Umur Bapak/Ibu :.Tahun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBINAAN PASAR

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya, pasar basah yang sering disebut sebagai pasar tradisional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada umumnya, pasar basah yang sering disebut sebagai pasar tradisional 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya, pasar basah yang sering disebut sebagai pasar tradisional dipandang sebagai daerah yang kotor, sumber kemacetan lalu lintas dan tempat berasalnya para

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA.

MEMUTUSKAN: IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA. Menimbang : BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR TENTANG PERIZINAN DAN KARTU IDENTITAS PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, a. bahwa

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk

BAB VI HASIL PERANCANGAN Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak. mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar budaya)sebagai rujukannya, untuk BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1. HasilPerancanganTapak 6.1.1 Hasil Perancangan Tata Masa dalam tapak Pada PerancanganPusat Industri Jajanan di Sanan Kota Malang ini mengambil objek Candi Jawa Timur (cagar

Lebih terperinci

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA LAMPIRAN-A STUDI KENYAMANAN PENGGUNA TERHADAP RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK PADA RUMAH SUSUN SUKARAMAI MEDAN DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 Tanggal: Waktu : (Pagi/

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB V. KONSEP PERANCANGAN BAB V. KONSEP PERANCANGAN A. KONSEP MAKRO 1. Youth Community Center as a Place for Socialization and Self-Improvement Yogyakarta sebagai kota pelajar dan kota pendidikan tentunya tercermin dari banyaknya

Lebih terperinci

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM Tirta Ujung merupakan mata air alami di Desa Ujung yang dibendung menjadi kolam, yang kemudian digunakan warga setempat untuk melakukan ritual

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Agar dapat memberikan kejelasan mengenai maksud dari judul yang diangkat, maka tiap-tiap kata dari judul tersebut perlu dijabarkan pengertiannya, yaitu sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG

BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG BAB 4. TINJAUAN UMUM KAWASAN KAMBANG IWAK PALEMBANG 4.1 Sejarah Kawasan Kambang Iwak Palembang Menurut Ir. Ari Siswanto, MCRP, pengamat perkotaan dari Program Studi Teknik Arsitektur Universitas Sriwijaya,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV didapatkan temuan-temuan mengenai interaksi antara bentuk spasial dan aktivitas yang membentuk karakter urban

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan, seringkali muncul

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan, seringkali muncul BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari di daerah perkotaan, seringkali muncul berbagai macam permasalahan. Permasalahan-permasalahan yang muncul berkembang tersebut disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berawal ketika Pemerintah Kota Semarang memindahkan beberapa PKL dari kawasan Stasiun Tawang, Jl Sendowo, dan Jl. Kartini pada awal dekade 80-an. Beberapa PKL tersebut

Lebih terperinci

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR ARAHAN PENYEDIAAN RUANG PEJALAN KAKI DI KAWASAN ALUN-ALUN LOR KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Oleh: M. TOGAR PRAKOSA LUMBANRAJA L2D 003 356 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Trotoar adalah jalur bagi pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Terdapat beberapa faktor yang harus dianalisis dalam perencanaan sebuah bangunan, yaitu analisis lingkungan, manusia, dan bangunan itu sendiri. Perancangan bangunan

Lebih terperinci

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU BAB IV PENGAMATAN PERILAKU 3.1 Studi Banding Pola Perilaku Pengguna Ruang Publik Berupa Ruang Terbuka Pengamatan terhadap pola perilaku di ruang publik berupa ruang terbuka yang dianggap berhasil dan mewakili

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA Dhian Krisna Kusuma Umar Mansyur Ni Made Esti Program Studi Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA KO T A P R A D J A JO J G A K TA R A LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor: 119 Tahun 2005 Seri: D PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 115 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar Peta Dasar TPU Tanah Kusir (Sumber: Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta, 2011) Perumahan Warga 19 BAB IV KONDISI UMUM 4.1. Letak, Batas, dan Luas Tapak TPU Tanah Kusir merupakan pemakaman umum yang dikelola oleh Suku Dinas Pemakaman Jakarta Selatan di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta.

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA BAB II: TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Pengertian Sirkulasi Sirkulasi menurut Kim W Todd mempunyai pengertian gerakan dari orangorang atau benda-benda yang diperlukan oleh orang-orang melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB II TINJUAN PUSTAKA BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Parkir Menurut Direktur Jendral Darat (1998), keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang bersifat sementara, sedang berhenti adalah keadaan tidak bergerak suatu

Lebih terperinci

Tingkat pelayanan pada ruas jalan berdasarkan hasil

Tingkat pelayanan pada ruas jalan berdasarkan hasil BAB IV PEMECAHAN MASALAH 4.1. Umum Secara garis besar masalah lalulintas yang ada di kota Yogyakarta pada umumnya dan daerah studi kasus pada khususnya mempunyai kondisi sebagai berikut : a. Bercampurnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu pergerakan orang dan barang. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehariharinya, sehingga transportasi

Lebih terperinci

BAB VI DATA DAN ANALISIS

BAB VI DATA DAN ANALISIS BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai

Lebih terperinci

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR : 15 TAHUN 2016 TENTANG PERUNTUKAN KAWASAN PASAR MENURUT JENIS USAHA, FASILITAS UMUM PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DAN PEMANFAATAN TANAH

Lebih terperinci

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN

REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN Alderina 1) Fransisco HRHB 2) ABSTRAKSI Tujuan penelitian ; mengetahui karakteristik dan potensi Pedagang Kaki Lima di kawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya

BAB I PENDAHULUAN. berekreasi, membuka lapangan pekerjaan dan berbelanja. Pada mulanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam pasar terjadi suatu aktivitas interaksi sosial dan transaksi jual beli antar penjual dan pembeli. Pasar mempunyai fungsi yang sangat penting bagi setiap orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Pasar Sejak jaman dulu, pasar tradisional mempunyai peranan penting dalam penggerakan ekonomi rakyat. Pasar tradisional selain berfungsi sebagai

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III

PERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Parkir merupakan tempat menempatkan dengan memberhentikan kendaraan

TINJAUAN PUSTAKA. Parkir merupakan tempat menempatkan dengan memberhentikan kendaraan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Parkir Parkir merupakan tempat menempatkan dengan memberhentikan kendaraan angkutan / barang (bermotor maupun tidak bermotor) pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu (Taju,1996).

Lebih terperinci

Salinan NO : 9/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2014

Salinan NO : 9/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2014 Salinan NO : 9/LD/2014 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Jalan merupakan prasarana transportasi yang sangat penting untuk perkembangan suatu daerah, yaitu untuk mempermudah memindahkan barang dan manusia dari suatu tempat

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi pilihan yang termudah untuk bertahan hidup.

I.PENDAHULUAN. Pedagang Kaki Lima (PKL) menjadi pilihan yang termudah untuk bertahan hidup. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor informal yang menjadi fenomena di perkotaan adalah Pedagang Kaki Lima (PKL). Dengan adanya keterbatasan lapangan kerja di sektor formal, Pedagang Kaki

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 15 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tempat bermain atau pun pagelaran festival (tempat terbuka) merupakan tempat yang sangat menyenangkan. Biasanya orang yang datang sangat banyak

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa kegiatan

Lebih terperinci

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan provinsi yang sangat potensial dari segi sumber daya alam, sumber daya manusia, hingga keseniannya. Kesenian Jawa Barat sangat beraneka ragam,

Lebih terperinci

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur

BAB II TRUTHS. bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan bahwa arsitektur BAB II TRUTHS Setelah menemukan adanya potensi pada kawasan perancangan, proses menemukan fakta tentang kawasan pun dilakukan. Ramussen (1964) dalam bukunya yang berjudul Experiencing Architecture, mengatakan

Lebih terperinci

PENATAAN KORIDOR GATOT SUBROTO SINGOSAREN SURAKARTA SEBAGAI KAWASAN WISATA

PENATAAN KORIDOR GATOT SUBROTO SINGOSAREN SURAKARTA SEBAGAI KAWASAN WISATA LANDASAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENATAAN KORIDOR GATOT SUBROTO SINGOSAREN SURAKARTA SEBAGAI KAWASAN WISATA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebutuhan akan transportasi merupakan kebutuhan turunan yang muncul akibat permintaan atas komoditas lain. Permintaan untuk bekerja, bersekolah, berbelanja atau

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang C534 Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang Dian Fajar Novitasari dan Ardy Maulidy Navastara Departemen Perencanaan

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR

BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR BAB V GAMBARAN UMUM UPTD PASAR BARU BOGOR 5.1 Gambaran Umum UPTD Pasar Baru Bogor Penelitian ini dilakukan di UPTD Pasar Baru Bogor, merupakan salah satu dari 7 unit dari pasar yang ada di Kota Bogor.

Lebih terperinci

PENATAAN POLA TATA RUANG DALAM PASAR LEGI TRADISIONAL KOTA BLITAR

PENATAAN POLA TATA RUANG DALAM PASAR LEGI TRADISIONAL KOTA BLITAR PENATAAN POLA TATA RUANG DALAM PASAR LEGI TRADISIONAL KOTA BLITAR Adhiatma Pradhipta, Rr. Haru Agus Razziati, Rinawati P. Handajani Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya adhiatma.61190@gmail.com

Lebih terperinci