ANALISIS NERACA AIR LAHAN DI KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS NERACA AIR LAHAN DI KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN"

Transkripsi

1 ANALISIS NERACA AIR LAHAN DI KABUPATEN MAROS SULAWESI SELATAN ANALYSIS OF FIELD WATER BALANCE IN MAROS REGENCY SOUTH SULAWESI 2 Misbahuddin 1*, Nuryadi, S.Si, M.Si 1 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jl. Perhubungan 1 No. 5, Pondok Betung, Bintaro, Tangerang Selatan, Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Jl. Perhubungan 1 No. 5, Pondok Betung, Bintaro, Tangerang Selatan * misbahoodin@gmail.com ABSTRACT Generally, the soil water availability in Maros highly influences the crop calendar. The making of water balance is aimed to improve the productivity of dryland by determining crop pattern and calendar that is in accordance with soil water availability. The data used in the analysis of soil water availability includes monthly rainfall data from 14 stations, air temperature from Maros Climatology Center as well as the soil physique which consists of water holding capacity and permanent wilting point. The method employed in this study is water balance based on thornhwaite calculation. A Research has shown that the availability of water soil in Maros declines in the beginning of dry season, which is in May and June. While the escalation of soil water availability occurs around November or December which is the start of rainy season. Keywords: soil water availability, field water balance ABSTRAK Secara umum, ketersediaan air tanah di Kabupaten Maros sangat mempengaruhi jadwal tanam padi. Penyusunan neraca air dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering melalui penentuan pola dan jadwal tanam yang sesuai dengan ketersediaan air tanah (KAT). Data yang digunakan dalam analisis ketersediaan air tanah (KAT) meliputi curah hujan bulanan dari 14 stasiun, suhu udara dari stasiun Klimatologi Maros serta fisik tanah yang terdiri dari nilai kapasitas lahan (KL) dan titik layu permanen (TLP), metode yang digunakan adalah neraca air lahan melalui perhitungan thornhwaite. Hasil menunjukkan penurunan ketersediaan air tanah di Kabupaten Maros terjadi pada awal musim kemarau yaitu Mei dan Juni sedangkan peningkatan ketersediaan air tanah terjadi pada awal musim hujan yaitu November dan Desember. Kata kunci: ketersediaan air tanah, neraca air lahan

2 PENDAHULUAN Ketersediaan air yang sebagian besar berasal dari curah hujan merupakan faktor pembatas yang penting bagi peningkatan produksi suatu tanaman. Neraca air merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk melihat ketersediaan air tanah bagi tanaman pada waktu tetentu, sehingga kekurangan air bagi tanaman dapat diatasi atau dicegah misalnya dengan pemberian air irigasi pada jumlah dan waktu yang tepat. Ketersediaan air tanah menjadi hal yang sangat penting untuk dipertimbangkan sebelum melakukan budidaya tanaman. Dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan yang tidak sesuai dapat menurunkan produktivitas dan kualitas produksi tanaman, oleh karena itu pola tanam harus disesuaikan dengan ketersediaan air tanah. Kabupaten Maros termasuk salah satu sentra produksi tanaman pangan di Sulawesi Selatan, khususnya padi. Produksi padi di Kabupaten maros pada tahun 2014 mencapai ton yang terdiri dari ton padi sawah dan ton padi ladang. Dalan tiga tahun terakhir produksi padi di kbupaten maros cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan produksi tersebut dipengaruhi oleh bertambahnya luas panen dari tahun ke tahun yang juga didukung oleh faktor - faktor produksi lainnya (BPS. Kab Maros 2014). Neraca air dapat dihitung pada luasan dan periode waktu tertentu menurut keperluannya secara umum persamaan neraca air adalah : Curah hujan = Run off + Evapotranspirasi ± Perubahan KAT Prosedur perhitungan neraca air dibuat berdasarkan system tata buku Thornwaite dan Mather (1957) dengan satuan tinggi air (mm atau cm) untuk semua unsur dan satuan waktu harian, mingguan, dasarian atau bulanan sesuai dengan keperluannya. Air punya peranan sangat penting bagi kehidupan tanaman. Demikian pentingnya fungsi air terhadap tanaman. Karenanya ketersediaan air bagi tanaman pertanian menjadi utama. Sebaran hujan yang tidak selalu merata baik menurut ruang dan waktu menyebabkan kondisi ketesediaan air tanah berbeda pula pada setiap ruang dan waktunya. Ketersediaan air tanah merupakan estimasi kondisi air tanah pemukaan yang dapat dijelajah oleh akar tanaman, informasi ketersediaan air tanah bertujuan untuk mempertimbangkan kesesuaian bagi pertanian lahan tadah hujan berdasarkan ketersediaan air tanahnya dan mengatur jadwal tanam serta jadwal panen dan mengatur pemberian air irigasi baik dalam jumlahnya maupun waktunya sesuai dengan keperluan. METODOLOGI Lokasi dan Data Daerah penelitian yaitu Kabupaten Maros Sulawesi Selatan yang dilengkapi beberapa pos stasiun pengamatan hujan. Penelitian ini menggunakan data curah hujan bulanan dari pos hujan dan stasiun Klimatologi Maros periode Adapun 10 stasiun pos hujan yang digunakan tersebut dapat dilihat pada tabel 1 Tabel 1 Daftar Pos Hujan No Nama Stasiun Lintang Bujur Tinggi 1 Stasiun Klimatologi Maros m 2 Battubassi/Simbang m 3 Stasiun Meteorologi Hasanuddin m 4 Bonti - Bonti Bantimurung m 5 Balai penyuluhan Pertanian.Bantimurung/Minasa Baji m 6 Solojirang m 7 Balai penyuluhan pertanian.mallawa/padaolo m 8 Balai penyuluhan pertanian.mandai m 9 Balai penyuluhan pertanian.moncongloe m 10 Balai penyuluhan pertanian.tanralili/allaere m Secara umum luas wilayah Kabupaten Maros kurang lebih 1.619,12 Km². Berdasarkan posisi dan letak geografis wilayah, kabupaten Maros berada pada koordinat 400º45-500º 07 Lintang Selatan dan 1090º º 12 Bujur Timur. Secara geografis wilayah Maros tediri dari 10% merupakan daerah pantai, 5% adalah kawasan lembah, 27 % adalah lereng/bukit, dan 58 % merupakan dataran. Wilayah kajian penelitian ini ditunjukan oleh gambar 1 di bawah ini.

3 Jika CH > ETP maka ETA = ETP. Pada bulan - bulan terjadi APWL (CH < ETP) maka ETA = CH+ dkat. 8. Kolom Defisit (D) D = ETP - ETA 9. Kolom Surplus (S) Surplus terjadi saat tidak ada D, maka S = CH - ETP - dkat. Gambar 1. Wilayah Penelitian Perhitungan ETP Kehilangan air tanah terjadi melalui dua proses yang berbeda, yaitu melalui evaporasi dari permukaan tanah dan transpirasi dari permukaan daun. Dalam prakteknya, penentuan kehilangan air secara terpisah melalui kedua proses tersebut sulit dilakukan atau ditentukan sehingga pengukuran jumlah air yang hilang dihitung sebagai total air yang hilang melalui evaporasi dan transpirasi, yang disebut dengan evapotranspirasi (Black, 1957). Prosedur Analisis Neraca Air Langkah pengisian tabel neraca air : 1. Kolom Curah hujan (CH) Data CH rata-rata bulanan atau CH dengan peluang tertentu. 2. Kolom Evapotranspirasi potensial (ETP). Nilai ETP standar (vegetasi rumput) dengan urutan prioritas sebagai berikut : ETP lisimeter, evaporasi kelas A dikali tetapan, ETP hasil perhitungan/estimasi menurut rumus penman, Thornwaite, Blaney Criddle dan seterusnya. 3. Kolom CH - ETP Selisih nilai curah hujan dan Evapotranspirasi potensial. 4. Kolom Akumulasi potensial untuk penguapan (APWL). Hasil-hasil negatif pada langkah 3 diakumulasi bulan demi bulan sebagai nilai Accumulation Potensial of Water Loss (APWL) dan diisikan pada kolom yang bersangkutan. 5. Kolom Kandungan air tanah (KAT) pertama tentukan kapasitas lapang (KL). Pengisian kolom KAT dimulai bulan pertama terjadi APWL berdasarkan tabel soil moisture retention atau hitungan rumus. 6. Kolom Perubahan KAT (dkat) Nilai KAT dari suatu bulan tersebut dikurangi KAT bulan sebelumnya. 7. Kolom Evapotranspirasi Aktual (ETA) HASIL DAN PEMBAHASAN Grafik Ketersediaan Air Tanah Di Wilayah Maros Sulawesi Selatan Analisis ketersediaan air tanah untuk masing - masing stasiun pengamatan di Wilayah Maros Sulawesi Selatan periode sebagai berikut: Gambar 2 Grafik KAT Stasiun Klimatologi Maros Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan bahwa kondisi ketersediaan air tanah berada pada kapasitas lapang, yaitu 300 mm. Untuk nilai ketersediaan air tanah berada pada kapasitas lapang di bulan Januari hingga April dan mulai mengalami penurunan dari bulan Mei hingga mencapai penurunan paling besar dibulan Oktober. Kemudian ketersediaan air tanah mengalami peningkatan pada bulan November dan kembali mencapai nilai kapasitas lapang dibulan Desember, Sedangkan untuk periode tanam I diwilayah stasiun Klimatologi Maros dimulai pada bulan Desember hingga Maret, dimana ketersediaan air tanah berada 50 % air tersedia (optimum). Periode tanam II mulai bulan April hingga Juli, dimana April dan Mei ketersediaan air tanah berada diatas 50 % air tersedia, sedangkan Juni dan Juli sudah di bawah 50 % air tersedia namun belum sampai ke titik layu permanen atau lebih % air tersedia.

4 Namun demikian untuk pertumbuhan tanaman yang perlu penambahan air pada periode tanam II. tersedia namun belum sampai ke titik layu permanen atau lebih % air tersedia. Namun demikian untuk pertumbuhan tanaman yang perlu penambahan air pada periode tanam II. Gambar 3 Grafik KAT Batubassi Simbang tanah untuk lahan di Batubassi Simbang pada gambar 3 menunjukkan bahwa kondisi untuk wilayah pos hujan Batubassi simbang dimana nilai ketersediaan air tanah tiap bulannya selalu berada pada kapasitas lapang, yaitu 300 mm. Sedangkan untuk nilai ketersediaan air tanah berada pada kapasitas lapang di bulan Januari hingga April dan mulai mengalami penurunan di bulan Mei hingga mencapai penurunan paling besar di Bulan Oktober. Kemudian ketersediaan air tanah mengalami peningkatan pada bulan November dan kembali mencapai nilai kapasitas lapang di bulan Desember, Walaupun mengalami penurunan tapi ketersediaan air tanah pada wilayah Batubassi Simbang berada dalam kisaran nilai optimum sepanjang tahun. Sedangkan untuk Periode tanam I di wilayah Batubassi Simbang dimulai pada bulan November hingga Februari, dimana ketersediaan air tanah berada 50 % air tersedia (optimum). Periode tanam II di mulai bulan Maret hingga Juli, dimana Maret dan Juli ketersediaan air tanah berada diatas 50 % air tesedia, sedangkan Juli sudah dibawah 50 % air Gambar 4 Grafik KAT Stasiun Meteorologi Hasanuddin tanah untuk lahan di Stasiun Meteorologi Hasanuddin pada gambar 4 menunjukkan bahwa kondisi untuk wilayah pos hujan stasiun Meteorologi Hasanuddin dimana nilai ketersediaan air tanah dari bulan Januari hingga April berada pada kapasitas lapang yaitu 300 mm. Nilai ketersediaan air tanah mulai mengalami penurunan dari bulan Mei hingga Oktober. Pada bulan Mei nilai ketersediaan air tanah masih berada pada kisaran optimum, Sedangkan di bulan Juni mengalami penurunan di bawah nilai optimum, akan tetapi pada bulan Juli ketersediaan air tanah telah mencapai titik layu permanen dan mencapai puncak penurunan terbesar pada bulan Oktober. Kemudian nilai ketersediaan air tanah mulai mengalami kenaikan kembali mencapai nilai kapasitas lapang pada bulan Desember. Walaupun mengalami penurunan tapi ketersediaan air tanah pada wilayah stasiun Meteorologi Hasanuddin berada

5 dalam kisaran nilai optimum sepanjang tahun. Sedangkan untuk Periode tanam I di wilayah stasiun Meteorologi Hasanuddin dimulai pada bulan Desember hingga Maret, dimana (optimum). Periode tanam II di mulai bulan April hingga Juni, dimana April dan Juni ketersediaan air tanah berada diatas 50 % air tersedia, sedangkan Juli sudah dibawah 50 % air tersedia namun belum sampai ke titik layu permanen atau lebih % air tersedia. Namun demikian untuk pertumbuhan tanaman yang perlu penambahan air pada periode tanam II. Bantimurung berada dalam kisaran nilai optimum sepanjang tahun. Sedangkan untuk Periode tanam I di wilayah Bonti - Bonti Bantimurng di mulai pada bulan November hingga Februari, dimana ketersediaan air tanah berada 50 % air tersedia (optimum). Periode tanam II di mulai bulan Maret hingga Juli, di mana Maret dan Juli ketersediaan air tanah berada diatas 50 % air tersedia, sedangkan Juli sudah dibawah 50 % air tersedia namun belum sampai ke titik layu permanen atau lebih % air tersedia. Namun demikian untuk pertumbuhan tanaman yang perlu penambahan air pada periode tanam II. Gambar 5 Grafik KAT Bonti Bonti Bantimurung tanah untuk lahan di Bonti - Bonti Bantimurung pada gambar 5 menunjukkan bahwa kondisi untuk wilayah pos hujan di Bonti - Bonti Bantimurung dimana nilai ketesediaan air tanah dari bulan Januari hingga April berada pada kapasitas lapang yaitu 300 mm. Kemudian nilai ketersediaan air tanah mengalami penurunan dari bulan Mei hingga Oktober kemudian mengalami peningkatan pada bulan November dan kembali mencapai nilai kapasitas lapang di bulan Desember. Walaupun mengalami penurunan tapi ketersediaan air tanah pada wilayah Bonti - Bonti Gambar 6 Grafik KAT Bpp Bantimurung Minasa Baji tanah untuk lahan di Bpp. Bantimurng Minasa Baji pada gambar 6 menunjukkan bahwa kondisi untuk wilayah pos hujan di Bpp. Bantimurung Minasa Baji di mana nilai ketesediaan air tanah dari bulan Januari hingga April berada pada kapasitas lapang yaitu 300 mm. Kemudian nilai ketersediaan air tanah mengalami penurunan dari bulan Mei hingga Oktober kemudian mengalami peningkatan pada bulan November dan kembali mencapai kapasitas lapang di bulan Desember. Walaupun mengalami penurunan tapi

6 ketersediaan air tanah pada wilayah Bpp. Bantimurung Minasa Baji berada dalam kisaran nilai optimum sepanjang tahun. Sedangkan untuk Periode tanam I di wilayah Bpp. Bantimurung Minasa Baji di mulai pada bulan November hingga Februari, dimana ketersediaan air tanah berada 50 % air tersedia (optimum). Periode tanam II di mulai bulan Maret hingga Juli, di mana Maret dan Juli ketersediaan air tanah berada diatas 50 % air tersedia, sedangkan Juli sudah dibawah 50 % air tersedia namun belum sampai ke titik layu permanen atau lebih % air tersedia. Namun demikian untuk pertumbuhan tanaman yang perlu penambahan air pada periode tanam II. wilayah Solojirang di mulai pada bulan Desember hingga Maret dimana ketersediaan air tanah berada 50 % air tersedia (optimum). Periode tanam II di mulai bulan April hingga Juli di mana Juni ketersediaan air tanah berada diatas 50 % air tersedia, sedangkan Juli sudah dibawah 50 % air tersedia namun belum sampai ke titik layu permanen atau lebih % air tersedia. Namun demikian untuk pertumbuhan tanaman yang perlu penambahan air pada periode tanam II. Gambar 7 Grafik KAT Solojirang tanah untuk lahan di Solojirang pada gambar 7 menunjukkan bahwa kondisi untuk wilayah pos hujan di Solojirang di mana nilai ketesediaan air tanah dari bulan Januari hingga April berada pada kapasitas lapang yaitu 300 mm. Kemudian nilai ketersediaan air tanah mengalami penurunan dari Mei hingga Oktober kemudian mengalami peningkatan pada bulan November dan kembali mencapai kapasitas lapang di bulan Desember. Walaupun mengalami penurunan tapi ketersediaan air tanah pada wilayah Solojirang berada dalam kisaran nilai optimum sepanjang tahun. Sedangkan untuk Periode tanam I di Gambar 8 Grafik KAT Bpp Mallawa Padaolo tanah untuk lahan di Bpp. Mallawa Padaolo pada gambar 8 menunjukkan bahwa kondisi untuk wilayah pos hujan di Bpp. Mallawa Padaolo di mana nilai ketesediaan air tanah dari bulan Januari hingga April berada pada kapasitas lapang yaitu 300 mm. Kemudian nilai ketersediaan air tanah mengalami penurunan dari bulan Mei hingga Juli kemudian mengalami peningkatan pada bulan Agustus dan kembali mencapai kapasitas lapang di bulan Desember. Walaupun mengalami penurunan tapi ketersediaan air tanah pada wilayah Bpp. Mallawa Padaolo berada dalam kisaran nilai optimum sepanjang tahun. Untuk periode tanam I di wilayah Bpp. Mallawa Padaolo di mulai pada

7 bulan September hingga Desember dimana (optimum). Sedangkan periode tanam II di mulai pada bulan Januari hingga April dimana (optimum). Juni sudah dibawah 50 % air tersedia namun belum sampai ke titik layu permanen atau lebih % air tersedia. Namun demikian untuk pertumbuhan tanaman yang perlu penambahan air pada periode tanam II. Gambar 9 Grafik KAT Bpp Mandai tanah untuk lahan di Bpp. Mandai pada gambar 9 menunjukkan bahwa kondisi untuk wilayah pos hujan di Bpp. Mandai di mana nilai ketesediaan air tanah dari bulan Januari hingga Mei berada pada kapasitas lapang yaitu 300 mm. Kemudian ketersediaan air tanah mulai mengalami penurunan pada bulan Juni hingga mencapai penurunan paling besar di bulan Oktober. Kemudian ketersediaan air tanah mengalami peningkatan pada bulan November dan kembali mencapai nilai kapasitas lapang di bulan Desember. Walaupun mengalami penurunan tapi ketersediaan air tanah pada wilayah Bpp. Mandai berada dalam kisaran nilai optimum sepanjang tahun. Sedangkan untuk Periode tanam I di wilayah Bpp. Mandai di mulai pada bulan November hingga Februari dimana ketersediaan air tanah berada 50 % air tersedia (optimum). Untuk periode tanam II di mulai bulan Maret hingga Juni dimana bulan Mei ketersediaan air tanah berada diatas 50 % air tersedia, sedangkan Gambar 10 Grafik KAT Bpp Moncongloe tanah untuk lahan Bpp. Moncongloe pada gambar 10 menunjukkan bahwa kondisi untuk wilayah pos hujan di Bpp. Moncongloe di mana nilai ketesediaan air tanah dari bulan Januari hingga April berada pada kapasitas lapang yaitu 300 mm. Kemudian ketersediaan air tanah mulai mengalami penurunan pada bulan Mei hingga mencapai penurunan paling besar di bulan Oktober. Kemudian ketersediaan air tanah mengalami peningkatan pada bulan November dan kembali mencapai nilai kapasitas lapang di bulan Desember. Walaupun mengalami penurunan tapi ketersediaan air tanah pada wilayah Bpp. Moncongloe berada dalam kisaran nilai optimum sepanjang tahun. Untuk periode tanam I di wilayah Bpp. Moncongloe di mulai pada bulan November hingga Februari dimana (optimum). Untuk periode tanam II di mulai bulan Maret hingga Juni di mana bulan Mei dan

8 juni ketersediaan air tanah berada diatas 50 % air tersedia. KESIMPULAN Peningkatan ketersediaan air tanah di Kabupaten Maros terjadi umumnya pada saat awal musim hujan, yaitu November dan Desember. Sedangkan penurunan terjadi pada saat awal musim kemarau, yaitu Mei dan Junii. SARAN Perlu dilakukan penelitian langsung di lapangan sebagai verifikasi dari penelitian ini sehingga di peroleh hasil yang lebih representatif. DAFTAR PUSTAKA Gambar 11 Grafik KAT Bpp Tanralili Allare tanah untuk lahan Bpp. Tanralili Allaere pada gambar 11 menunjukkan bahwa kondisi untuk wilayah pos hujan di Bpp. Tanralili di mana nilai ketesediaan air tanah dari bulan Januari hingga April berada pada kapasitas lapang yaitu 300 mm. Kemudian ketersediaan air tanah mulai mengalami penurunan pada bulan Mei hingga mencapai penurunan paling besar di bulan Oktober. Kemudian ketersediaan air tanah kembali Mencapai kapasitas lapang pada bulan November. Walaupun mengalami penurunan tapi ketersediaan air tanah pada wilayah Bpp. Tanralili Allaere berada dalam kisaran nilai optimum sepanjang tahun. Untuk periode tanam I di wilayah Bpp. Tanralili Allaere di mulai pada bulan November hingga Februari dimana (optimum). Sedangkan periode tanam II di mulai pada bulan Maret hingga Juni dimana ketersediaan air tanah berada diatas 50 % air tersedia. Aldrian, E. dkk Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim di Indonesia, Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara, Kedeputian Bidang Klimatologi, BMKG. BMKG, Jakarta. Badan Meteorologi dan Geofisika Pola Umum Distribusi Curah Hujan di Indonesia. BMKG. Jakarta. Boer, R. dan Las, I Sistem Produksi Padi Nasional dalam Perspektif Kebijakan Iklim Global, Badan Litbang Pertanian, Jakarta. Black, C.A Soil-Plant Relationships. John Wiley & Sons, New York,332 pp. BPS Statistik Padi Kabupaten Maros, Braak, C The Climate of The Netherlands Indies. Proc. Royal Mogn. Meteor.. Batavia, nr. 14. pp Chang, J. H Climate and Agriculture. An Ecology Survey.Chicago : Aldine Publ. Co. Kadarsah Tiga Pola Curah Hujan Indonesia

9 Nasir, A.A Metode Neraca Air untuk Perencanaan Pola Tanam Pada Usaha Tani Tanaman Semusim. Kapita Selekta Dalam Agrometeorologi. IPB-Bogor. Bogor. Nasir, A.A Pertanian. Hubungan Iklim dan Bahan Kuliah Klimatologi Pertanian Jurusan Agrometeorologi, FMIPA. IPB. Bogor. Nuryadi, dkk Analisis Karakteristik Iklim Untuk Optimalisasi Produksi Kedelai Di Provinsi Lampung, Laporan Akhir Pelaksanaan Program Pramudia A, Nasrullah Perhitungan neraca air tanah untuk membuat perencanaan musim tanam kedelai di Kecamatan Sagaranten Sukabumi. Prosiding Pertemuan Teknis Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bidang Konservasi Tanah dan Air serta Bidang Agroklimat; Bogor, 3-5 Juni Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. hlm Thorntwaite, C.W and J.B. Mather Instruction and Table for Computing Potential Water. Climatology. Evapotranspiration and the Drexel Inst. of Tech. Lab. of Tjasyono, B.H.K Klimatologi, ITB, Bandung.

ANALISA NERACA AIR LAHAN WILAYAH SENTRA PADI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH

ANALISA NERACA AIR LAHAN WILAYAH SENTRA PADI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH ANALISA NERACA AIR LAHAN WILAYAH SENTRA PADI DI KABUPATEN PARIGI MOUTONG PROVINSI SULAWESI TENGAH Wenas Ganda Kurnia, Laura Prastika Stasiun Pemantau Atmosfer Global Lore Lindu Bariri Palu Email: gaw.lorelindubariri@gmail.com

Lebih terperinci

Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara

Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Penentuan Masa Tanam Kacang Hijau Berdasarkan Analisis Neraca Air di Kabupaten Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara Musyadik 1), Agussalim dan Pungky Nungkat 2) 1) BPTP Sulawesi Tenggara 2) Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki

I. PENDAHULUAN. jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Satu dari komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia selain padi dan jagung adalah kedelai. Kedelai juga merupakan tanaman palawija yang memiliki arti penting

Lebih terperinci

III. DATA DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 2.11 Kapasitas Lapang dan Titik Layu Permanen

III. DATA DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 2.11 Kapasitas Lapang dan Titik Layu Permanen 7 radiasi surya, suhu udara, kecepatan angin, dan kelembaban udara dalam penentuan evapotranspirasi. Sedangkan faktor tanah yang mempengaruhi seperti tekstur, kedalaman tanah, dan topografi. Kebutuhan

Lebih terperinci

PENENTUAN MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

PENENTUAN MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA PENENTUAN MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA DETERMINATION OF SOY BEANS PLANTING TIME BASED ON WATER BALANCE SHEET ANALYSIS IN SOUTH KONAWE

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Januari 2015 di Jurusan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Januari 2015 di Jurusan 31 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2014- Januari 2015 di Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Stasiun Klimatologi

Lebih terperinci

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan

KAT (mm) KL (mm) ETA (mm) Jan APWL. Jan Jan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerentanan Produktifitas Tanaman Padi Analisis potensi kerentanan produksi tanaman padi dilakukan dengan pendekatan model neraca air tanaman dan analisis indeks kecukupan

Lebih terperinci

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat.

Gambar 3 Sebaran curah hujan rata-rata tahunan Provinsi Jawa Barat. 11 yang akan datang, yang cenderung mengalami perubahan dilakukan dengan memanfaatkan keluaran model iklim. Hasil antara kondisi iklim saat ini dan yang akan datang dilakukan analisis dan kemudian dilakukan

Lebih terperinci

MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA MASA TANAM KEDELAI BERDASARKAN ANALISIS NERACA AIR DI KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA Musyadik, Agussalim 1) dan Tri Marsetyowati 2) 1) BPTP Sulawesi Tenggara Jl. Prof. Muh. Yamin No. 89 Puuwatu Kendari,

Lebih terperinci

Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kω) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah.

Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kω) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah. 6 Gambar 1 Hubungan impedansi listrik (kω) dengan KAT(%) kalibrasi contoh tanah. Kehilangan Air Tanaman Kentang Data yang digunakan untuk menduga nilai kehilangan air tanaman kentang melalui perhitungan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Sumber Daya Air dan Lahan Jurusan Teknik Pertanian dan Laboratorium Ilmu

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH

ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH ANALISIS PENENTUAN WAKTU TANAM PADA TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) BERDASARKAN METODE PENDUGAAN EVAPOTRANSPIRASI PENMAN DI KABUPATEN GORONTALO Widiyawati, Nikmah Musa, Wawan Pembengo ABSTRAK

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 40 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Lokasi penelitian berada di Kelurahan Pasir Putih, Kecamatan Sawangan, Kota Depok seluas 462 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak

Lebih terperinci

ANALISIS NERACA AIR UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN PADA KONDISI IKLIM YANG BERBEDA

ANALISIS NERACA AIR UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN PADA KONDISI IKLIM YANG BERBEDA AGRITECH, Vol. 31, No. 2, Mei 211 ANALISIS NERACA AIR UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN PADA KONDISI IKLIM YANG BERBEDA Water Balance Analysis for the Development of Food Crops in a Different Climate Conditions

Lebih terperinci

ANALISIS NERACA AIR UNTUK PENETAPAN PERIODE TANAM TANAMAN PANGAN DI PROPINSI BANTEN

ANALISIS NERACA AIR UNTUK PENETAPAN PERIODE TANAM TANAMAN PANGAN DI PROPINSI BANTEN J. Indonesia Agromet 20 (1) : 44 51, 2006 ANALISIS NERACA AIR UNTUK PENETAPAN PERIODE TANAM TANAMAN PANGAN DI PROPINSI BANTEN (Analysis of Water Balance for Determine Growing Periods of Food Crops in Banten

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA WAKTU TANAM DENGAN HASIL DAN PROFITABILITAS BUDIDAYA KENTANG (Solanum tuberosum l.) DI CIKAJANG, GARUT

HUBUNGAN ANTARA WAKTU TANAM DENGAN HASIL DAN PROFITABILITAS BUDIDAYA KENTANG (Solanum tuberosum l.) DI CIKAJANG, GARUT Available online at: http://journal.ipb.ac.id/index.php/agromet J.Agromet 24 (1) : 9-13, 2010 ISSN: 0126-3633 HUBUNGAN ANTARA WAKTU TANAM DENGAN HASIL DAN PROFITABILITAS BUDIDAYA KENTANG (Solanum tuberosum

Lebih terperinci

ANALISIS NERACA AIR DALAM PENENTUAN POTENSI MUSIM TANAM TANAMAN PANGAN DI PROVINSI BANTEN

ANALISIS NERACA AIR DALAM PENENTUAN POTENSI MUSIM TANAM TANAMAN PANGAN DI PROVINSI BANTEN ANALISIS NERACA AIR DALAM PENENTUAN POTENSI MUSIM TANAM TANAMAN PANGAN DI PROVINSI BANTEN Analysis of Water Balance for Determine Growing Periods Potency of Food Crops in Banten Province Taufan Hidayat

Lebih terperinci

NERACA AIR. Adalah perincian dari masukan (input) dan keluaran (output) air pada suatu permukaan bumi

NERACA AIR. Adalah perincian dari masukan (input) dan keluaran (output) air pada suatu permukaan bumi NERACA AIR Adalah perincian dari masukan (input) dan keluaran (output) air pada suatu permukaan bumi 1. Neraca Air Umum Tanpa memperhatikan pengaruh faktor tanah serta perilaku air di dalam dan di atas

Lebih terperinci

A. Metode Pengambilan Data

A. Metode Pengambilan Data 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Data Dalam penelitian ini prosedur yang digunakan dalam pengambilan data yaitu dengan mengambil data suhu dan curah hujan bulanan dari 12 titik stasiun

Lebih terperinci

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan

IV. PEMBAHASAN. 4.1 Neraca Air Lahan 3.3.2 Pengolahan Data Pengolahan data terdiri dari dua tahap, yaitu pendugaan data suhu Cikajang dengan menggunakan persamaan Braak (Djaenuddin, 1997) dan penentuan evapotranspirasi dengan persamaan Thornthwaite

Lebih terperinci

Mahasiswa Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Staf Pengajar Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung

Mahasiswa Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Staf Pengajar Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung PENGGUNAAN MODEL CROPWAT UNTUK MENDUGA EVAPOTRANSPIRASI STANDAR DAN PENYUSUNAN NERACA AIR TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L) Merrill) DI DUA LOKASI BERBEDA APPLICATION OF CROPWAT MODELS TO ESTIMATE THE REFERENCE

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN

BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN BAHAN AJAR : PERHITUNGAN KEBUTUHAN TANAMAN Tujuan Pembelajaran Khusus Setelah mengikuti diklat ini peseta diharapkan mampu Menjelaskan tentang kebutuhan air tanaman A. Deskripsi Singkat Kebutuhan air tanaman

Lebih terperinci

Evaluasi Ketersediaan Air Tanah Lahan Kering di Kecamatan Unter Iwes, Sumbawa Besar

Evaluasi Ketersediaan Air Tanah Lahan Kering di Kecamatan Unter Iwes, Sumbawa Besar J-PAL, Vol. 4, No. 1, 2013 ISSN: 2087-3522 E-ISSN: 2338-1671 Evaluasi Ketersediaan Air Tanah Lahan Kering di Kecamatan Unter Iwes, Sumbawa Besar Evaluation of Soil Mosture Availability on Dry Land in The

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air

TINJAUAN PUSTAKA. Neraca Air TINJAUAN PUSTAKA Neraca Air Neraca air adalah model hubungan kuantitatif antara jumlah air yang tersedia di atas dan di dalam tanah dengan jumlah curah hujan yang jatuh pada luasan dan kurun waktu tertentu.

Lebih terperinci

Evapotranspirasi. 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi

Evapotranspirasi. 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi Evapotranspirasi 1. Batasan Evapotranspirasi 2. Konsep Evapotranspirasi Potensial 3. Perhitungan atau Pendugaan Evapotranspirasi Departemen Geofisika dan Meteotologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU TANAM SEMANGKA (CITRULLUS VULGARIS) BERDASARKAN NERACA AIR LAHAN DI KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA

PENENTUAN WAKTU TANAM SEMANGKA (CITRULLUS VULGARIS) BERDASARKAN NERACA AIR LAHAN DI KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA PENENTUAN WAKTU TANAM SEMANGKA (CITRULLUS VULGARIS) BERDASARKAN NERACA AIR LAHAN DI KECAMATAN MENDOYO KABUPATEN JEMBRANA Ni Putu Lia Cahyani 1*), I Made Sukerta 2), I Made Suryana 3) [123] Prodi Agroteknologi

Lebih terperinci

Pengelolaan Air Tanaman Jagung

Pengelolaan Air Tanaman Jagung Pengelolaan Air Tanaman Jagung M. Aqil, I.U. Firmansyah, dan M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Salah satu upaya peningkatan produktivitas guna mendukung program pengembangan

Lebih terperinci

Swara Bhumi. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2016

Swara Bhumi. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2016 Analisis Neraca Air Metode Thornthwaite Mather Kaitannya Dalam Pemenuhan Kebutuhan Air Domestik Di Daerah Potensi Rawan Kekeringan Di Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto ANALISIS NERACA AIR METODE THORNTHWAITE

Lebih terperinci

PROYEKSI KERENTANAN TANAMAN PADI TERHADAP KETERSEDIAAN AIR TANAH SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN INDRAMAYU

PROYEKSI KERENTANAN TANAMAN PADI TERHADAP KETERSEDIAAN AIR TANAH SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN INDRAMAYU PROYEKSI KERENTANAN TANAMAN PADI TERHADAP KETERSEDIAAN AIR TANAH SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN INDRAMAYU Ilham Bayu Widagdo [1], Aryo Adhi Condro [2] Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA, Kampus

Lebih terperinci

ESTIMASI NERACA AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE THORNTHWAITE MATTER. RAHARDYAN NUGROHO ADI BPTKPDAS

ESTIMASI NERACA AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE THORNTHWAITE MATTER. RAHARDYAN NUGROHO ADI BPTKPDAS ESTIMASI NERACA AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE THORNTHWAITE MATTER RAHARDYAN NUGROHO ADI (dd11lb@yahoo.com) BPTKPDAS Pendahuluan Analisis Neraca Air Potensi SDA Berbagai keperluan (irigasi, mengatur pola

Lebih terperinci

Brady (1969) bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, air harus ditambahkan bila 50-85% dari air tersedia telah habis terpakai.

Brady (1969) bahwa untuk mendapatkan pertumbuhan tanaman yang baik, air harus ditambahkan bila 50-85% dari air tersedia telah habis terpakai. 6 KAT i = KAT i-1 + (CH-ETp) Hingga kandungan air tanah sama dengan kapasitas lapang yang berarti kondisi air tanah terus mencapai kondisi kapasitas lapang. Dengan keterangan : I = indeks bahang KL =Kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor penting dalam ekonomi Indonesia. Potensi pertanian tersebut sangat besar, namun masih diperlukan penanganan yang baik agar kebutuhan

Lebih terperinci

corespondence Author ABSTRACT

corespondence Author   ABSTRACT Ecogreen Vol. 1 No. 1, April 2015 Halaman 23 28 ISSN 2407-9049 PENETAPAN NERACA AIR TANAH MELALUI PEMANFAATAN INFORMASI KLIMATIK DAN KARAKTERISTIK FISIK TANAH Determination of soil water balance through

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv RIWAYAT HIDUP... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii RINGKASAN... viii KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. Model Sistem Prediksi Gabungan Terbobot

2 TINJAUAN PUSTAKA. Model Sistem Prediksi Gabungan Terbobot 11 2 TINJAUAN PUSTAKA Prediksi unsur iklim curah hujan dengan akurasi tinggi di wilayah tropis dapat dikategorikan sulit dilakukan. Apalagi jika prediksi tersebut diarahkan pada luaran yang bersifat kuantitatif

Lebih terperinci

ANALISIS KERENTANAN PRODUKTIVITAS KEDELAI (Glycine max (L.)merril) AKIBAT FLUKTUASI NERACA AIR LAHAN DAN DINAMIKA IKLIM DI KABUPATEN GORONTALO

ANALISIS KERENTANAN PRODUKTIVITAS KEDELAI (Glycine max (L.)merril) AKIBAT FLUKTUASI NERACA AIR LAHAN DAN DINAMIKA IKLIM DI KABUPATEN GORONTALO ANALISIS KERENTANAN PRODUKTIVITAS KEDELAI (Glycine max (L.)merril) AKIBAT FLUKTUASI NERACA AIR LAHAN DAN DINAMIKA IKLIM DI KABUPATEN GORONTALO Mantu Ririn, Nikmah Musa, Wawan Pembengo ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

SEBARAN SPASIAL DAERAH RAWAN KEKERINGAN UNTUK TANAMAN PADI DI PROVINSI JAWA TIMUR

SEBARAN SPASIAL DAERAH RAWAN KEKERINGAN UNTUK TANAMAN PADI DI PROVINSI JAWA TIMUR SEBARAN SPASIAL DAERAH RAWAN KEKERINGAN UNTUK TANAMAN PADI DI PROVINSI JAWA TIMUR Noval Ariefrohman Budiprabowo 1, Munawar Ali 2 1 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Jalan Perhubungan

Lebih terperinci

Analisis Neraca Air Lahan untuk Tanaman Padi dan Jagung di Kota Bengkulu

Analisis Neraca Air Lahan untuk Tanaman Padi dan Jagung di Kota Bengkulu 2017 Program Studi Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UNDIP JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 15 Issue 2 (2017) : 83-89 ISSN 1829-8907 Analisis Neraca Air Lahan untuk Tanaman Padi dan Jagung di Kota Bengkulu

Lebih terperinci

Analisis Neraca Air Dengan Metode Thornthwaite Mather Untuk Suplai Air di Waduk Gondang Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan. Muhammad Zubed Aulia

Analisis Neraca Air Dengan Metode Thornthwaite Mather Untuk Suplai Air di Waduk Gondang Kecamatan Sugio Kabupaten Lamongan. Muhammad Zubed Aulia Analisis Neraca Air Dengan Metode Thornthwaite Mather Untuk Suplai Air di Waduk Gondang Kecamatan Sugio Kabupaten Muhammad Zubed Aulia Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.

BAB III METODOLOGI. dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban. BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Metodologi merupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan suatu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menyelidiki

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG

PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG TESIS PENENTUAN WAKTU TANAM KEDELAI (Glycine max L. Merrill) BERDASARKAN NERACA AIR DI DAERAH KUBUTAMBAHAN KABUPATEN BULELENG ERLINA PANCA HANDAYANINGSIH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

NERACA AIR LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis Jacq), DI KECAMATAN SANGKUB, KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA

NERACA AIR LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis Jacq), DI KECAMATAN SANGKUB, KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW UTARA Agri-SosioEkonomi Unsrat, ISSN 1907 4298, Volume 13 Nomor 3A, November 2017: 33-38 NERACA AIR LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis Jacq), DI KECAMATAN SANGKUB, KABUPATEN BOLAANG

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Perubahan curah hujan. (Sumber: Naylor 2007 dalam UNDP Indonesia 2007)

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2 Perubahan curah hujan. (Sumber: Naylor 2007 dalam UNDP Indonesia 2007) 2 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum Provinsi Jawa Barat Jawa Barat terletak bagian barat Pulau Jawa yang berbatasan langsung dengan Provinsi Banten di bagian barat. Di bagian timur berbatasan dengan

Lebih terperinci

Pengaruh Curah Hujan terhadap Produksi Kedelai di Kabupaten Konawe Selatan Selatan

Pengaruh Curah Hujan terhadap Produksi Kedelai di Kabupaten Konawe Selatan Selatan Pengaruh Curah Hujan terhadap Produksi Kedelai di Kabupaten Konawe Selatan Selatan Musyadik 1 dan Pungky Nungkat 2 1 BPTP Sulawesi Tenggara; 2 Fakultas Pertanian Universitas Tulungagung, Jawa Timur E-mail:

Lebih terperinci

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

Propinsi Banten dan DKI Jakarta BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PRODUKSI PADI SAWAH DI DAERAH PENELITIAN 4.. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten PPU secara geografis terletak pada posisi 6 o 9 3-6 o 56 35 Bujur Timur dan o 48 9 - o 36 37 Lintang

Lebih terperinci

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri

Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri Evapotranspirasi Rekayasa Hidrologi Universitas Indo Global Mandiri 1 Evapotranspirasi adalah. Evaporasi (penguapan) didefinisikan sebagai peristiwa berubahnya air menjadi uap dan bergerak dari permukaan

Lebih terperinci

DAMPAK VARIAB1LITAS IKLIM TERHADAP PRODUKSI PANGAN DI SUMATERA

DAMPAK VARIAB1LITAS IKLIM TERHADAP PRODUKSI PANGAN DI SUMATERA DAMPAK VARIAB1LITAS IKLIM TERHADAP PRODUKSI PANGAN DI SUMATERA Sinta Berliana Sipayung Pcneliti Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim Lcmbaga Penerbangan dan Antariksa Nasional {LAPAN), Bandung e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Curah hujan dan ketersediaan air tanah merupakan dua faktor utama yang saling berkaitan dalam memenuhi kebutuhan air tanaman. Terutama untuk tanaman pertanian. yang

Lebih terperinci

Analisis Ketersediaan Air terhadap Potensi Budidaya Kedelai (Glycine max (L) Merril) di Daerah Irigasi Siman

Analisis Ketersediaan Air terhadap Potensi Budidaya Kedelai (Glycine max (L) Merril) di Daerah Irigasi Siman 57 Analisis Ketersediaan Air terhadap Potensi Budidaya Kedelai (Glycine max (L) Merril) di Daerah Irigasi Siman Water Availability Analysis for Soybean (Glycine max (L) Merril) Cultivation in Siman Irrigation

Lebih terperinci

TEORI DAN PRAKTIK ANALISIS NERACA AIR UNTUK MENUNJANG TUGAS PENYULUH PERTANIAN DI KALIMANTAN TENGAH 1) M. Anang Firmansyah 2)

TEORI DAN PRAKTIK ANALISIS NERACA AIR UNTUK MENUNJANG TUGAS PENYULUH PERTANIAN DI KALIMANTAN TENGAH 1) M. Anang Firmansyah 2) TEORI DAN PRAKTIK ANALISIS NERACA AIR UNTUK MENUNJANG TUGAS PENYULUH PERTANIAN DI KALIMANTAN TENGAH 1) M. Anang Firmansyah 2) Pendahuluan Hingga kini telah banyak data-data iklim yang umum seperti curah

Lebih terperinci

Dari data klimatologi yang diambil dari stasiun pengamatan Landasan Udara Abdul Rahman Saleh didapatkanlah rata-rata ETo nya adalah 3,77 mm/day.

Dari data klimatologi yang diambil dari stasiun pengamatan Landasan Udara Abdul Rahman Saleh didapatkanlah rata-rata ETo nya adalah 3,77 mm/day. Dari data klimatologi yang diambil dari stasiun pengamatan Landasan Udara Abdul Rahman Saleh didapatkanlah rata-rata ETo nya adalah 3,77 mm/day. Grafik dari table klimatologi diatas menunjukan ETo pada

Lebih terperinci

Kajian Hidro-Klimatologi Daerah Cirebon-Indramayu-Majalengka- Kuningan (Ciayu Majakuning)

Kajian Hidro-Klimatologi Daerah Cirebon-Indramayu-Majalengka- Kuningan (Ciayu Majakuning) Jurnal Biologi Indonesia 5 (3):355-361 (2009) Kajian Hidro-Klimatologi Daerah Cirebon-Indramayu-Majalengka- Kuningan (Ciayu Majakuning) Dodo Gunawan Pusat Penelitian dan Pengembangan, Badan Meteorologi

Lebih terperinci

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

Dr. Ir. Robert J. Kodoatie, M. Eng 2012 BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR 3.1. Kebutuhan Air Untuk Irigasi BAB 3 PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR Kebutuhan air irigasi adalah jumlah volume air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan evapotranspirasi, kehilangan

Lebih terperinci

PENDUGAAN DEFISIT DAN SURPLUS AIR UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG (ZEA MAYS L.) DI KABUPATEN GORONTALO DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI NERACA AIR

PENDUGAAN DEFISIT DAN SURPLUS AIR UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG (ZEA MAYS L.) DI KABUPATEN GORONTALO DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI NERACA AIR PENDUGAAN DEFISIT DAN SURPLUS AIR UNTUK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG (ZEA MAYS L.) DI KABUPATEN GORONTALO DENGAN MENGGUNAKAN MODEL SIMULASI NERACA AIR Prediction of Water Deficit and Surplus for the Development

Lebih terperinci

Tabel 8. Luas wilayah Sulawesi Selatan di tiap kabupaten berdasarkan peta dasarnya IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 8. Luas wilayah Sulawesi Selatan di tiap kabupaten berdasarkan peta dasarnya IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan merupakan daerah bagian paling selatan dari pulau Sulawesi yang terhampar luas di sepanjang koordinat 0 o 12 8 o Lintang

Lebih terperinci

ANALISIS TREN INDEKS CURAH HUJAN DAN PELUANG CURAH HUJAN UNTUK PENENTUAN AWAL TANAM TANAMAN PANGAN DI LAMPUNG

ANALISIS TREN INDEKS CURAH HUJAN DAN PELUANG CURAH HUJAN UNTUK PENENTUAN AWAL TANAM TANAMAN PANGAN DI LAMPUNG ANALISIS TREN INDEKS CURAH HUJAN DAN PELUANG CURAH HUJAN UNTUK PENENTUAN AWAL TANAM TANAMAN PANGAN DI LAMPUNG Nurul Khatimah 1, Dodo Gunawan 2, Soeroso Hadiyanto 3 1. Taruna Sekolah Tinggi Meteorologi

Lebih terperinci

ANALISIS CURAH HUJAN SEPUTAR JEBOLNYA TANGGUL SITU GINTUNG

ANALISIS CURAH HUJAN SEPUTAR JEBOLNYA TANGGUL SITU GINTUNG B M K G BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Telp: () / Fax: Website : http://www.staklimpondokbetung.net Jln. Raya Kodam Bintaro No. Jakarta Selatan

Lebih terperinci

PENENTUAN PERIODE TANAM BEBERAPA KOMODITAS TANAMAN SEMUSIM DI KECAMATAN PEUSANGAN SELATAN KABUPATEN BIREUEN 1 Cut Azizah 2, Halus Satriawan 3 ABSTRAK

PENENTUAN PERIODE TANAM BEBERAPA KOMODITAS TANAMAN SEMUSIM DI KECAMATAN PEUSANGAN SELATAN KABUPATEN BIREUEN 1 Cut Azizah 2, Halus Satriawan 3 ABSTRAK PENENTUAN PERIODE TANAM BEBERAPA KOMODITAS TANAMAN SEMUSIM DI KECAMATAN PEUSANGAN SELATAN KABUPATEN BIREUEN 1 Cut Azizah 2, Halus Satriawan 3 1 Penelitian dibiayai oleh PDM-DIPA Kopertis Wilayah I Aceh-Sumut,

Lebih terperinci

Alfred Lodewyk Patty, SP Staf Agroferestri Padamara Tobelo

Alfred Lodewyk Patty, SP Staf Agroferestri Padamara Tobelo PENENTUAN MUSIM TANAM BERDASARKAN ANALISIS CURAH HUJAN DAN KAJIAN NERACA AIR DAERAH KABUPATEN HALMAHERA UTARA Alfred Lodewyk Patty, SP Staf Agroferestri Padamara Tobelo PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan

Lebih terperinci

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG-TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp: (021) 7353018 / Fax: 7355262, Tromol Pos. 7019 / Jks KL, E-mail

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta

PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR. Universitas Gunadarma, Jakarta PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR PADA AREAL IRIGASI BENDUNG WALAHAR 1 Rika Sri Amalia (rika.amalia92@gmail.com) 2 Budi Santosa (bsantosa@staff.gunadarma.ac.id) 1,2 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP PROPINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas berkat dan rahmat Nya kami dapat menyusun laporan dan laporan Prakiraan Musim Kemarau 2016 di wilayah Propinsi Banten

Lebih terperinci

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali.

global warming, periode iklim dapat dihitung berdasarakan perubahan setiap 30 tahun sekali. 4.5. Iklim 4.5.1. Tipe Iklim Indonesia merupakan wilayah yang memiliki iklim tropis karena dilewati garis khatulistiwa. Iklim tropis tersebut bersifat panas dan menyebabkan munculnya dua musim, yaitu musim

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL KETERSEDIAAN AIR TANAH DI WILAYAH BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NERACA AIR THORNTHWAITE-MATTER

ANALISIS SPASIAL KETERSEDIAAN AIR TANAH DI WILAYAH BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NERACA AIR THORNTHWAITE-MATTER ANALISIS SPASIAL KETERSEDIAAN AIR TANAH DI WILAYAH BANDUNG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NERACA AIR THORNTHWAITE-MATTER Annisa Tsamrotul Fu'adah 1, Mimin Iryanti 2*, Muhammad Iid Mujtahiddin 2* 1,2Jurusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan Evapotranspirasi Tanaman Acuan Persyaratan air tanaman bervariasi selama masa pertumbuhan tanaman, terutama variasi tanaman dan iklim yang terkait dalam metode

Lebih terperinci

PENGARUH TANAMAN KELAPA SAWIT TERHADAP KESEIMBANGAN AIR HUTAN (STUDI KASUS SUB DAS LANDAK, DAS KAPUAS)

PENGARUH TANAMAN KELAPA SAWIT TERHADAP KESEIMBANGAN AIR HUTAN (STUDI KASUS SUB DAS LANDAK, DAS KAPUAS) Taufiq, dkk., Pengaruh Tanaman Kelapa Sawit terhadap Keseimbangan Air Hutan 47 PENGARUH TANAMAN KELAPA SAWIT TERHADAP KESEIMBANGAN AIR HUTAN (STUDI KASUS SUB DAS LANDAK, DAS KAPUAS) Mohammad Taufiq 1),

Lebih terperinci

The water balance in the distric X Koto Singkarak, distric Solok. By:

The water balance in the distric X Koto Singkarak, distric Solok. By: The water balance in the distric X Koto Singkarak, distric Solok By: Sari Aini Dafitri* Erna Juita**Elsa** *Student at Geogrphy Departement of STKIP PGRI Sumatera Barat **Lecturer at Geography Departement

Lebih terperinci

ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM) 3B42 V7 DI MAKASSAR

ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM) 3B42 V7 DI MAKASSAR JURNAL SAINS DAN PENDIDIKAN FISIKA (JSPF) Jilid Nomor, April 205 ISSN 858-330X ANALISIS POLA DAN INTENSITAS CURAH HUJAN BERDASAKAN DATA OBSERVASI DAN SATELIT TROPICAL RAINFALL MEASURING MISSIONS (TRMM)

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan (12070) Telp. (021) 7353018 / Fax: 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang terletak diantara Samudra Pasifik-Hindia dan Benua Asia-Australia, serta termasuk wilayah tropis yang dilewati oleh garis khatulistiwa, menyebabkan

Lebih terperinci

ANALISIS KERAWANAN BANJIR BERBASIS SPASIAL MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

ANALISIS KERAWANAN BANJIR BERBASIS SPASIAL MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ANALISIS KERAWANAN BANJIR BERBASIS SPASIAL MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) KABUPATEN MAROS Rosma Heryani 2, Dr. Paharuddin M.si 1, Drs. Samsu Arif M.Si 1 1 Dosen Program Studi Geofisika,

Lebih terperinci

MODEL NERACA LENGAS LAHAN KERING : PENETAPAN KALENDER TANAM LAHAN KERING

MODEL NERACA LENGAS LAHAN KERING : PENETAPAN KALENDER TANAM LAHAN KERING MODEL NERACA LENGAS LAHAN KERING : PENETAPAN KALENDER TANAM LAHAN KERING (DRYLAND MOISTURE BALANCE MODELS : DETERMINATION OF DRYLAND CROPPING CALENDER) SUGENG PRIJONO Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG Jln. Raya Kodam Bintaro No. 82 Jakarta Selatan ( 12070 ) Telp. (021) 7353018, Fax: (021) 7355262 E-mail: staklim.pondok.betung@gmail.com,

Lebih terperinci

Keywords: evapotranspiration, TurcLungbein, BanleyCriddle, irrigation

Keywords: evapotranspiration, TurcLungbein, BanleyCriddle, irrigation EVAPOTRANSPIRASI REFERENSI DUA DAERAH DI JAWA BARAT UNTUK ANALISIS PERENCANAAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI Herianto 1), Asep Kurnia Hidayat 2), Andhy Romdani 3) 1,2,3 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU TANAM BAWANG MERAH(Allium ascalonicum L) BERDASARKAN NERACA AIR LAHAN DI KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

PENENTUAN WAKTU TANAM BAWANG MERAH(Allium ascalonicum L) BERDASARKAN NERACA AIR LAHAN DI KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG PENENTUAN WAKTU TANAM BAWANG MERAH(Allium ascalonicum L) BERDASARKAN NERACA AIR LAHAN DI KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Luh Putu Sri Ariastuti 1, I Made Suryana 2, Cokorda Javandira 2 Prodi Studi

Lebih terperinci

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka

BAB I GEOGRAFI. Kabupaten Tegal Dalam Angka BAB I GEOGRAFI A. LETAK GEOGRAFI Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah kabupaten di Propinsi Jawa Tengah dengan Ibukota Slawi. Terletak antara 108 57'6 s/d 109 21'30 Bujur Timur dan 6 50'41" s/d

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Tangkapan Hujan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan stasiun curah hujan Jalaluddin dan stasiun Pohu Bongomeme. Perhitungan curah hujan rata-rata aljabar. Hasil perhitungan secara lengkap

Lebih terperinci

WILAYAH SURPLUS DAN DEFISIT AIR DI SENTRA PRODUKSI PADI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL NERACA AIR

WILAYAH SURPLUS DAN DEFISIT AIR DI SENTRA PRODUKSI PADI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL NERACA AIR 243 WILAYAH SURPLUS DAN DEFISIT AIR DI SENTRA PRODUKSI PADI SULAWESI UTARA MENGGUNAKAN MODEL NERACA AIR SPATIAL MAPPING SURPLUS AND DEFICIENCY WATER ON RICE PRODUCTION CENTER OF NORTH SULAWESI USING WATER

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Curah Hujan Daerah Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Curah Hujan Daerah Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Curah Hujan Daerah Penelitian Kondisi curah hujan di DAS Citarum Hulu dan daerah Pantura dalam kurun waktu 20 tahun terakhir (1990-2009) dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar

Lebih terperinci

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C Kriteria yang digunakan dalam penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut: Bulan kering (BK): Bulan dengan C

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH MENGGUNAKAN QUANTUM GIS

ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH MENGGUNAKAN QUANTUM GIS ANALISIS SPASIAL INDEKS KEKERINGAN KABUPATEN KUDUS JAWA TENGAH MENGGUNAKAN QUANTUM GIS Cesario Barreto 1, Iriene Surya Rajagukguk 2, Sri Yulianto 3 Mahasiswa Magister Sistem Informasi, Universitas Kristen

Lebih terperinci

Bulan Januari-Februari yang mencapai 80 persen. Tekanan udara rata-rata di kisaran angka 1010,0 Mbs hingga 1013,5 Mbs. Temperatur udara dari pantauan

Bulan Januari-Februari yang mencapai 80 persen. Tekanan udara rata-rata di kisaran angka 1010,0 Mbs hingga 1013,5 Mbs. Temperatur udara dari pantauan Menjadi bagian dari negara Kepulauan Indonesia, Surabaya dikaruniai oleh iklim tropis dengan kelembaban udara cukup tinggi sepanjang tahun, yakni antara 70-90%. Secara geografis, Kota Pahlawan ini berada

Lebih terperinci

ANALISIS NERACA AIR IRIGASI UNTUK TANAMAN PADI PADA SUBAK JAKA SEBAGAI SUBAK NATAK TIYIS

ANALISIS NERACA AIR IRIGASI UNTUK TANAMAN PADI PADA SUBAK JAKA SEBAGAI SUBAK NATAK TIYIS ANALISIS NERACA AIR IRIGASI UNTUK TANAMAN PADI PADA SUBAK JAKA SEBAGAI SUBAK NATAK TIYIS (Irrigation Water Balance Analysis for Paddy Plants at Subak Jaka as Subak Natak Tiyis) I Putu Riadi Handika 1),

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011)

Gambar 1.1 Siklus Hidrologi (Kurkura, 2011) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air merupakan kebutuhan yang mutlak bagi setiap makhluk hidup di permukaan bumi. Seiring dengan pertambahan penduduk kebutuhan air pun meningkat. Namun, sekarang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Bila suatu saat Waduk Jatiluhur mengalami kekeringan dan tidak lagi mampu memberikan pasokan air sebagaimana biasanya, maka dampaknya tidak saja pada wilayah pantai utara (Pantura)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN INTISARI ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN i ii iii iv v vi viii xi xii xiii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI

KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan September 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan November, Desember 2013 dan Januari 2014 disusun berdasarkan hasil pengamatan data hujan dari 60 stasiun

Lebih terperinci

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR

Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR Buletin Analisis Hujan Bulan April 2013 dan Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan Agustus 2013 KATA PENGANTAR Analisis Hujan, Indeks Kekeringan Bulan April 2013 serta Prakiraan Hujan Bulan Juni, Juli dan

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.4, No. 1, Maret 2016

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol.4, No. 1, Maret 2016 ANALISIS PELUANG CURAH HUJAN UNTUK PENETAPAN POLA DAN WAKTU TANAM SERTA PEMILIHAN JENIS KOMODITI YANG SESUAI DI DESA MASBAGIK KECAMATAN MASBAGIK KABUPATEN LOMBOK TIMUR Analysis on Rainfall Probability

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI. Halaman JUDUL PENGESAHAN PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR ix DAFTAR ISI Halaman JUDUL i PENGESAHAN iii MOTTO iv PERSEMBAHAN v ABSTRAK vi KATA PENGANTAR viii DAFTAR ISI ix DAFTAR TABEL xiii DAFTAR GAMBAR xvi DAFTAR LAMPIRAN xvii DAFTAR NOTASI xviii BAB 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

RPKPS MATA KULIAH HIDROLOGI PERTANIAN OLEH

RPKPS MATA KULIAH HIDROLOGI PERTANIAN OLEH RPKPS MATA KULIAH HIDROLOGI PERTANIAN OLEH PROF. DR.IR. BUJANG RUSMAN, MS Prof. Dr. Ir. Amrizal Saidi, MS Prof. Dr. Ir. Dian Fiantis, M.Sc Prof. Dr. Ir. Hermansah, M.Sc DR.IR. APRISAL, MSi Dr. Ir. Darmawan,

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU TANAM PADI PADA KONDISI CURAH HUJAN TAHUN EL NINO DAN LA NINA DI KABUPATEN INDRAMAYU MUHAMAD RONAL SAHBANA KOSWARA

PENENTUAN WAKTU TANAM PADI PADA KONDISI CURAH HUJAN TAHUN EL NINO DAN LA NINA DI KABUPATEN INDRAMAYU MUHAMAD RONAL SAHBANA KOSWARA PENENTUAN WAKTU TANAM PADI PADA KONDISI CURAH HUJAN TAHUN EL NINO DAN LA NINA DI KABUPATEN INDRAMAYU MUHAMAD RONAL SAHBANA KOSWARA DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 4 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... i Halaman Pengesahan Skripsi... ii Halaman Pernyataan... iii Halaman Persembahan... iv Kata Pengantar... vi Daftar Isi... vii Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x Daftar

Lebih terperinci

IV. PENETAPAN WAKTU TANAM OPTIMAL PADA WILAYAH TERKENA DAMPAK ENSO DAN IOD

IV. PENETAPAN WAKTU TANAM OPTIMAL PADA WILAYAH TERKENA DAMPAK ENSO DAN IOD IV. PENETAPAN WAKTU TANAM OPTIMAL PADA WILAYAH TERKENA DAMPAK ENSO DAN IOD 4.1. Pendahuluan Kondisi iklim dan ketersediaan air yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah

Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 9-17 Kajian Curah Hujan untuk Pemutahiran Tipe Iklim Beberapa Wilayah di Kalimantan Tengah Sari Marlina

Lebih terperinci

ANALISIS NERACA AIR DAS WURYANTORO SUB DAS BENGAWAN SOLO HULU 3 TUGAS AKHIR

ANALISIS NERACA AIR DAS WURYANTORO SUB DAS BENGAWAN SOLO HULU 3 TUGAS AKHIR ANALISIS NERACA AIR DAS WURYANTORO SUB DAS BENGAWAN SOLO HULU 3 TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Ahli Madya (A. Md) pada Program Diploma III Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci