Laporan Rencana Reklamasi. PT, Mandiri Agung Jaya Utama BAB I PENDAHULUAN. Nama Perusahaan : PT. Mandiri Agung Jaya Utama

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Rencana Reklamasi. PT, Mandiri Agung Jaya Utama BAB I PENDAHULUAN. Nama Perusahaan : PT. Mandiri Agung Jaya Utama"

Transkripsi

1 Laporan PT, Mandiri Agung Jaya Utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Status Perijinan 1.1.1Identitas Perusahaan Nama Perusahaan : PT. Mandiri Agung Jaya Utama Alamat Perusahaan : Jalan Simponi 5, Bandung, Jawa Barat Telp/ Fax. (022) Penanggung Jawab : H. M. Toyib Saman, S. H Jabatan : Direktur Utama Lokasi Kegiatan : Kecamatan Ulu Rawas, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan Bidang Usaha : Pertambangan Batu Besi Status Perijinan PT. Mandiri Agung Jaya Utama sebagai salah satu perusahaan penananam modal dalam negeri yang melakukan usaha dibidang pertambangan saat telah melakukan eksplorasi detail dan sedang menyusun studi kelayakan penambangan pada areal Kuasa Pertambangan Eksplorasi (KP) seluas Hektar di Kecamatan Ulu Rawas Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan. Kegiatan ini didasarkan pada Surat Keputusan Bupati Musi Rawas No. 545/2/DPE/2005 tentang Pemberian Kuasa Pertambangan Eksplorasi Bahan Galian Batu Besi Kepada PT. Mandiri Agung Jaya Utama (KW.05 NPP 021) tanggal 1 Nopember Berdasarkan hasil eksplorasi yang telah dilakukan, PT. Mandiri Agung Jaya Utama juga memperoleh peningkatan status perizinan menjadi Kuasa Pertambangan Eskploitasi pada areal seluas hektar berdasarkan Surat Page 1

2 Keputusan Bupati Musi Rawas Nomor 545/22/DPE/2005 tanggal 27 Desember 2005 tentang Pemberian Kuasa Pertambangan Eksploitasi Bahan Galian Batu Besi Kepada PT. Mandiri Agung Jaya Utama (KW.05 DSP 022). Menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 04 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Laporan PT. Mandiri Agung Jaya Utama Batubara, selanjutnya saat ini PT. Mandiri Agung Jaya Utama sedang mengajukan permohonan penyesuaian status Kuasa Pertambangan Eksploitasi menjadi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi. 1.2 Luas wilayah Kuasa Pertambangan Sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Musi Rawas tentang pemberian Kuasa Pertambangan (KP) Eksploitasi Nomor 545/22/DPE/2005. PT. Mandiri Agung Jaya Utama memiliki luas wilayah Kuasa Pertambangan Ha Rencana kegiatan di dalam KP Eksploitasi Kegiatan penambangan yang berada di dalam KP Eksploitasi PT. Mandiri Agung Jaya Utama adalah sebagai berikut : a. Bukaan tambang Direncanakan PT. Mandiri Agung Jaya Utama akan membuat bukaan tambang sebanyak 4 pit yaitu ; - Pit-1 (luas area 8,20 ha), - Pit-2 (sebelah Barat pit 1, dengan luas area sebesar 5,50 ha), - Pit-3 (sebelah Barat pit 2, dengan luas area sebesar 5,70 ha), - Pit-4 (sebelah Barat pit 3, dengan luas area sebesar 9,10 ha), Page 2

3 Berdasarkan hasil perhitungan jumlah cadangan, dari cadangan terukur sebesar ton dengan faktor "/ oosening"sebesar 8,9 / o, maka jumlah cadangan terjual sebesar ton. Dengan nilai stripping ratio sebesar 1 : 0,04, maka total jumlah overburden sebesar BCM. b. Disposal area Disposal area di luar pit adalah seluas 4,8 hektar dan terdapat di dalam wilayah konsesi PT. Mandiri Agung Jaya Utama. c. Settling pond Terdapat 6 settling pond yang berada di dalam wilayah konsesi PT. Mandiri Agung Jaya Utama, yang masing-masing berukuran 20 m x 60 m x 4 m atau seluas 7200 m2 atau 0.72 Ha. d. Kolam sedimen dan sarana kendali erosi Terdapat 2 settling pond yang berada di luar wilayah konsesi Agung Jaya Utama, yang masing-masing berukuran atau PT. Mandiri 20 m x 60 m x 4 m seluas 7200 m2 atau 0.72 Ha. e. Fasilitas penunjang lainnya Pengadaan fasilitas penunjang sangat perlu untuk mendukung kegiatan utama pena mbangan sehingga dapat berjalan sesuai dengan yang di rencanakan. Lokasi fasilitas penunjang ini dikonsentrasikan pada daerah tertentu agar memudahkan dalam pengaturan dan pengawasannya, yang biasanya dekat dengan daerah penambangan. Adapun fasilitas yang akan dibangun adalah : Bangunan kantor administrasi tambang (perkantoran) Luas bangunan kantor yang direncanakan dibangun 14.0 m x 10.8 m atau sekitar ha. Bangunan tempat ibadah Luas bangunan untuk tempat ibadah (mushola) adalah sebesar ha dengan ukuran 8 m x 8 m. Page 3

4 Bangunan tempat makan (kantin) Lokasinya terletak disekitar bangunan perkantoran dengan ukuran 8 m x 8.8 m, luas area sekitar hektar. Pos Keamanan Bangunan pos keamanan dibangun dengan ukuran 3 m x 3 m, dengan luas area sekitar hektar. Stasiun bahan bakar Stasiun BBM berupa tangki, yang dibangun pada lahan seluas 6 m x 6 m dengan luas area sekitar hektar. Wash pat untuk mencuci dump truck seluas 5 m x 9 m, luas area sekitar hektar. Senior staff building dengan ukuran 14 m x 8.8 m, dan luas area sekitar Staff building seluas 12 m x 8.8 m sekitar hektar Rec hall seluas hektar Water tank seluas 3.5 m x 5.5 m seluas hektar Subtytank seluas 5 m x 3 m sekitar hektar Genset room seluas 8m x 6.2 m sekitar hektar Workshop Light Vehicle 10.1 m x 10.0 m sekitar hektar Parking area seluas 15 m x 7.7 m sekitar hektar Fuel trap seluas 2.0 m x 1.0 m sekitar hektar Jalan 5000 m x 20 m sekitar 10 hektar Page 4

5 Stock pile seluas 200m x 150 m sekitar 3,0 hektar Settling Pond seluas 20 m x 60 m dengan kedalaman 4 meter, seluas 0.72 hektar Nursery untuk pembibitan seluas 50m x 100m sekitar 0, 5 hektar Stasiun pembangkit listrik Total luasan lahan untuk pembangkit listrik sekitar 12 m2. Fasilitas air bersih Sumber air bersih berasal dari sungai yang diolah di water treatment yang berukuran 10 m x 10 m dengan kapasitas 150 m3 sampai memenuhi air baku yang layak digunakan. Bengkel dan gudang Bengkel dan fasilitasnya antara lain gudang (ware house), garasi, tempat cuci kendaraan dan lain-lain dibangun di areal 500 m2. Gudang dibangun berdekatan dengan bengkel yang dibangun dengan ukuran 5 m x 8 m (seluas 40 m2) Rencana kegiatan Di Luar KP Eksploitasi Kegiatan pertambangan yang berada di luar KP Eksploitasi PT. Mandiri Agung Jaya Utama antara lain adalah angkut batu besi menghubungkan lokasi tambang (ROM Stockpile) dengan Jalan Lintas Sumatera (Sale Stockpile) lebar 20 meter sepanjang 28,20 kilometer, maka luas lahan terganggu untuk jalan angkut batu besi ini adalah sekitar 56,4 Ha. Page 5

6 1.3 Persetujuan AMDAL PT. Mandiri Agung Jaya Utama telah melakukan Studi AMDAL yang telah disepakati oleh Tim Teknis dan Komisi AMDAL Kabupaten Musi Rawas serta telah disetujui oleh Bupati Musi Rawas berdasarkan Surat Keputuan Nomor 19/KPTS/ BLHD/2008 tanggal 22 Desember Lokasi dan Kesampaian Daerah Survey batas untuk menentukan titik KP Eksplorasi dan KP Eksploitasi telah dilakukan dengan menggunakan GPS (Global Position Satelite) merek Garmin 60 CSx dan Trumble dengan ketelitian yang baik dimana penyimpangannya berkisar sekitar 5 cm saja. Koordinat masingmasing lokasi KP Eksplorasi dan KP Eksploitasi disajikan pada Tabel 1.1 dan Tabel 1.2. Areal KP Eksplorasi PT. Mandiri Agung Jaya Utama dapat dicapai dari beberapa kota besar di tiga propinsi yaitu Palembang, Bengkulu serta Jambi. Palembang yang merupakan ibukota Propinsi Sumatera Selatan, dapat dijangkau dari Jakarta dengan penerbangan komersial selama kurang lebih 1 jam. Dari Page 6

7 Palembang kemudian dilanjutkan dengan perjalanan darat dengan mobil selama kurang lebih 6 jam menuju kota kecil Surulangun di Kabupaten Musi Rawas dengan melewati jalan beraspal yang cukup baik. Dari Surulangun kemudian dilanjutkan kearah baratdaya melewati jalan kabupaten dengan kondisi pengerasan pasir dan batu selama kurang lebih satu jam, menempuh sekitar 25 km melewati Desa Pangkalan dan Lubuk Mas dan berhenti di Desa Jangkat atau Desa Pulau Kidak yang terletak di pinggir Sungai Rawas. Untuk sampai ke areal KP, dari Desa Jangkat atau Desa Pulau Kidak perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan sepeda motor atau berjalan kaki menuju ke arah arah utara menempuh jarak sekitar 1 sampai 5 kilometer. Peta lokasi areal KP PT. Mandiri Agung Jaya Utama disajikan pada Gambar 1.1. Peta lokasi areal KP PT. Mandiri Agung Jaya Utama Gambar Tata Guna Lahan Sebelum Ditambang dan Sesudah di Tambang Tata Guna Lahan Sebelum Ditambang Page 7

8 Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. KEP76/KPTS-II/2001 tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan Dalam Wilayah Provinsi Sumatera Selatan serta Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Selatan Nomor No. 14 tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Selatan, bahwa status dan fungsi areal Kuasa Pertambangan Eksploitasi PT. Mandiri Agung Jaya Utama seluas hektar tersebut terdiri dari : a. Seluas ± hektar merupakan kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Rawas Utara dan telah dibebani izin IUPHHK-HT atas nama PT. Persada Karya Kahuripan. b. Seluas ± 223 hektar merupakan Areal Penggunaan Lain. Untuk rencana jalan angkut tambang sepanjang 28,20 kilometer, sekitar 7,55 kilometer atau seluas ± 15,10 hektar dari rencana rute jalan tersebut termasuk kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) sedangkan sisanya yaitu sepanjang 20,65 kilometer (41,30 hektar) merupakan Areal Penggunaan Lain. Peta Penunjukkan Kawasan Sebelum Di Tambang Gambar 1.2. Page 8

9 Saat ini sebagian lahan tersebut telah dimanfaatkan penduduk untuk pemukiman, perkebunan karet, kebun buahan-buahan, budidaya tanaman semusim dan berbagai kebun campuran lainnya sedangkan sebagian lagi masih berupa hutan sekunder dan semak belukar. Peta tutupan lahan wilayah studi disajikan pada Gambar 1.3. Page 9

10 Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa areal kegiatan memiliki fisiografi dataran-perbukitan dengan kelerengan 0-60 / o dan ketinggian berkisar antara meter diatas permukaan laut. Di wilayah studi dijumpai areal perbukitan. Peta kemiringan lereng wilayah studi disajikan pada Gambar 1.4. Berdasarkan pengamatan dan pengukuran pada kenampakan morfologi, ketinggian dan analisa proses eksogenik dilapangan serta control batuannya, maka wilayah studi secara umum dapat dibagi dalam 3 (tiga) satuan geomorfologi, yaitu satuan geomorfologi perbukitan (sudut lereng 30 - > 60, satuan geomorfologi dataran tinggi (50 m - 100m) dengan sudut lereng 10 - < 30, satuan geomorfologi dataran rendah (ketinggian < 50 m) atau dengan sudut lereng 0 - < 10 dan satuan geomorfologi dataran. 1) Satuan geomorfologi perbukitan (D1) Satuan geomorfologi menempati hampir 40 / o dari wilayah studi pada umumnya terdiri dari batuan beku lava maupun intrusi, batupasir dan struktur lipatan. Ketinggian satuan ini antara 300 m ~ 600 m diatas permukaan laut dengan sudut lereng 30 - > 60. Satuan geomorfologi ini tersusun oleh batuan yang keras dan homogen yaitu andesit. 2) Satuan geomorfologi dataran tinggi (D2) Page 10

11 Satuan geomorfologi ini menempati 30 / o dari wilayah studi dan pada umumnya terdiri dari batuan sedimen batupasir selangseling batulempung sisipan batupasir dan lapisan tanah liat serta control struktur sayap sinklin dan antiklin. Ketinggian satuan ini antara 100m meter diatas permukaan laut dengan sudut lereng 10 - < 30. Satuan geomorfologi ini tersusun oleh batuan yang relatif keras dan homogen yaitu batupasir dan batu lempung. Peta kemiringan lereng wilayah studi disajikan pada Gambar ) Satuan geomorfologi dataran (D3) Satuan geomorfologi ini menempati 30 / o dari wilayah studi dan pada umumnya terdiri dari batuan sedimen diantaranya batulempung, tanah liat dan beberapa batupasir selangseling batulempung sisipan tanah liat dan control struktur sayap sinklin dan antiklin. Ketinggian satuan ini antara < 50 m diatas permukaan laut, atau dengan sudut lereng 0 - < 10. Satuan morfologi ini disusun oleh batuan yang relatif homogen dan merupakan batuan hasil rombakan yaitu lempung, dan pasir. Tanah yang dijumpai di wilayah studi adalah tanah Andisol (ordo Tropudult, Dystropept dan Kambisol pada Gambar 2.4). Andisol merupakan tanah dari bahan induk abu vulkanik, yang biasanya banyak mengandung gelas vulkanik yang amorf, sedikit feldsfar, mineral-mineral kelam (mineral Fe dan Mn) dan sejumlah kuarsa. Abu vulkan yang berasal dari gunung berapi di Indonesia umumnya bersifat andesitik sampai basalt. Disamping abu vulkanik, bahan induk Andisol adalah apa yang disebut tufa, yaitu batuan porous yang biasanya berlapis-lapis terdiri dari akumulasi scoria dan abu di sekitar gunung berapi yang terikat bersama membentuk suatu masa padat. Kadang-kadang tufa terdiri dari abu vulkanik dan pasir yang diangkut dan diendapkan oleh air hujan. Tanah yang berkembang dari abu vulkanis di Sumatera berasal adari bahan induk yang bersifat lebih masam, yaitu liparitik, dasitik dan andositik. Masalah yang paling menonjol pada Andisol adalah sifat kemampuan menyerap dan menyimpan air yang tak pulih kembali apabila Page 11

12 mengalami kekeringan (irreversib/ e dij/ ing). Hal ini disebabkan oleh koloid amorf seperti abu vulkan dan bahan organik yang mempunyai daya serap air tinggi (equivalen dari bobotnya). Kalau mengalami kekeringan sampai 15 atm atau lebih maka film air yang terikat pada permukaan partikel akan menguap dan selanjutnya tanah akan mengkerut dan bersifat irreversibel, akibatnya jika sudah mengalami kekeringan akan sulit untuk dibasahi kembali. Tanahyang dijumpai di wilayah studi adalah tanah Andisol (ordo Tropudult, Dystropept dan Kambisol pada Gamba 1.5). Kohesi tanah pada sub soil yang basah lebih tinggi, sehingga gerakan air dalam tanah selalu dapat ditahan oleh kohesi yang rendah pada permukaan tanah yang kering. Bila ikatan antar partikel tanah putus/ rusak, kekuatan tanah menjadi rendah, sehingga menyebabkan terjadinya gerakan tanah bila terjadi hujan yang berlebihan. Hal tersebut menggambarkan bahwa Andisol kurang mempunyai kestabilan lereng. Kecuraman lereng pad Andisol umumnya memungkinkan terjadinya frekuensi pergerakan Page 12

13 massa tanah. Hal ini tergantung pada geomorfologi dan iklimnya. Kelongsoran merupakan masalah yang umum dijumai pada Andisol. Andisol merupakan tanah yang cukup subur untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan. Kendala-kendala yang dijumpai pada tanah ini diantaranya adalah: rawan terhadap erosi karena berkembang di daerah bertopografi miring, berat isinya ringan dan adanya sifat irreversible drying mengakibatkan tanah ini mudah tererosi. Secara umum reaksi tanah tergolong agak masam, kandungan bahan organik tergolong tinggi dan kandungan nitrogen total adalah sedang sampai tinggi. Sedangkan kemampuan pertukaran kation umumnya rendah. Sedangkan untuk peruntukkan lain selain pertanian terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan mengingat tanah ini mudah mengalami erosi, terutama karena sifat tanah andisol dan kelerengan lahan yang cukup tinggi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tanah di wilayah studi didominasi oleh pasir dan debu. Tanah-tanah yang didominasi oleh fraksi pasir mempunyai kesarangan yang tinggi sehingga menahan air sangat rendah Tata Guna Lahan Setelah Ditambang Lahan terganggu yang telah selesai ditambang seperti lahan bekas tambang, timbunan tanah penutup (batuan penutup diluar tambang), jalan tambang dan jalan non tambang yang tidak manfaatkan lagi, bekas kolam sedimen, dan fasilitas penunjang lainnya harus akan segera direklamasi. Sampai pada Bulan Juli 2010 kegiatan tersebut diatas pada PT. Mandiri Agung Jaya Utama belum ada. Pada uraian diatas dijelaskan bahwa lahan yang terganggu pada kegiatan PT. Mandiri Agung Jaya Utama belum ada, maka secara tidak langsung mulai saat ini (Juli Tahun 2010) belum ada lahan terganggu dan yang sudah direklamasi. Page 13

14 BAB II RENCANA PEMBUKAAN LAHAN 2.1. Tambang Karakteristik Cadangan Dari hasil pemetaan geologi dan hasil test pit diketahui bahwa terdapat empat lokasi di areal KP Eksploitasi PT. Mandiri Agung Jaya utama yang mengandung batu besi. Masing-masing lokasi ini mempunyai ketebalan cadangan batu besi yang bervariasi yaitu : a. Potensi Ore 1 Potensi ini terdapat di tengah daerah penyelidikan. Dari b. pengukuran di dapat panjang intrusi adalah 480 m dengan lebar 170 meter. Potensi Ore 2 Potensi ini terdapat di barat laut dari potensi A. Dari pengukuran di dapat panjang intrusi adalah 370 m dengan lebar 150 meter. c. Potensi Ore 3 Potensi ini terdapat di barat laut dari potensi B. Dari pengukuran di dapat panjang intrusi adalah 470 m dengan lebar 130 meter. d. Potensi Ore 4 Potensi ini terdapat di barat laut daerah penyelidikan. Dari pengukuran di dapat panjang intrusi adalah 420 m dengan lebar 280 meter. Gambar 2.1. Potensi Endapan Batu Besi Page 14

15 Terhadap endapan yang ditemukan selanjutnya telah dilakukan pengujian laboratorium untuk kadar besi dan kadar logam ikutan lainnya. Hasil analisis yang diperoleh adalah sebagai berikut : - Fe Total = 66,9 % (metode Volumetri) - TiOZ = 0,015 % (metode Spektrofotometri) - S Total = nil % (metode Gravimetri) -P = 0,18 % Perhitungan cadangan batu besi hanya dilakukan pada deposit yang muncul di permukaan. Hal ini dikarenakan pada penyelidikan ini hanya berdasarkan hasil pengamatan singkapan dan testpit. Selanjutnya perhitungan cadangan batu besi di daerah penyelidikan didasarkan pada hasil korelasi dan interpretasi, data eksplorasi yang telah dilakukan. Penyebaran lapisan batu besi yang relatif stabil dan menerus pada satu tempat, maka cadangan endapan batu besi dihitung dengan cara sederhana, yaitu dengan sistim penampang sayatan (cross section), jarak antar penampang sayatan 50 meter. Dari hasil korelasi endapan batu besi dan setelah dilakukan perhitungan cadangan dengan cara cros section maka didapatkan cadangan seperti disajikan pada Tabel 2.1. berikut ini. Tabel 2.1. Cadangan Terukur PT. Mandiri Agung Jaya Utama Page 15

16 Metode penambangan Sehubungan dengan bentuk dan karakteristik endapan batu besi yang termasuk hasil intrusi yang muncul di lereng bukit, maka sistem penambangan yang akan diterapkan adalah sistem tambang terbuka (open pit). Peralatan tambang yang digunakan adalah kombinasi backhoe - dump truck dibantu dengan bu/ /dozer sebagai alat garu-dorong dan grader untuk perawatan jalan serta peledakan untuk memberaikan batu besi. Di tinjau dari morfologinya, kegiatan penambangan akan dilakukan dengan sistem contour mining. Teknik penggaliannya bertahap dari elevasi yang paling tinggi ke elevasi yang rendah. Penambangan akan berhenti sampai elevasi kontur yang terendah. Hal ini karena perhitungan cadangan pada penyelidikan ini pada batu besi yang muncul di permukaan. Kemajuan penambangan batu besi selanjutnya akan mengikuti arah penyebaran lapisan batu besi pada setiap open cut yang akan ditambang. Ditinjau dari sistem pembuangan over burden, maka sistem yang dipakai adalah sistem inii/ l dump di mana over burden untuk tahun 1 dibuang di penampungan top soil dan untuk tahun berikutnya di buang di open cut tahun 1 yang telah selesai (mine out) dan selanjutnya dilakukan reklamasi. Over burden yang dihasilkan tidak terlalu banyak yaitu berupa topsoil dengan ketebalan rata- rata 0,5 meter. Karena bentuk design tambang berupa open cut, jadi tidak perlu melakukan penimbunan untuk menutup pit, tetapi langsung ditebar top soil dan langsung dilakukan reklamasi. Bab 3, Rencana Pembukaan Lahan IIl Laporan PT. Mandin' Agung Jaya Utama Gambar 3.2. Bentuk Ore dan Sistem Penambangan Open Cut Dengan memperhatikan beberapa parameter pembentuk model desain tambang, maka untuk melakukan analisis model desain tambang, daerah penambangan dapat diasumsikan sebagai sebuah blok yang memiliki dimensi panjang, lebar dan ketebalan tertentu. Dengan mempertimbangkan parameter model geologi sumber daya batu besi, terutama aspek penyebaran endapan batu besi, maka dapat dilakukan seleksi blok penambangan, untuk memilih sub blok penambangan yang prospek untuk menjadi lokasi tambang sesuai dengan persyaratan yang diberikan oleh desain tambang. Dari hasil proses design Page 16

17 tambang, terbentuk empat buah open cut yang memiliki potensi batu besi yang potensial sehingga dapat diusahakan secara ekonomis. Gambar 3.3. Peta Design Open Cut Tambang Page 17

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi penambangan batubara PT Milagro Indonesia Mining secara administratif terletak di Desa Merdeka Kecamatan Samboja, Kabupaten Kutai Kartanegara,

Lebih terperinci

PASCA TAMBANG. IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI NOMOR: 545 / Kep. 417 BPMPPT / 2014

PASCA TAMBANG. IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI NOMOR: 545 / Kep. 417 BPMPPT / 2014 RENCANA REKLAMASI PASCA TAMBANG BAHAN GALIAN BATUAN ANDESIT IZIN USAHA PERTAMBANGAN EKSPLORASI NOMOR: 545 / Kep. 417 BPMPPT / 2014 Bahan Galian Batuan Andesit Seluas 11 Ha Desa Karang Sari, Kecamatan Cipongkor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan galian yang strategis dan salah satu bahan baku energi nasional yang mempunyai peran yang besar dalam pembangunan nasional. Informasi mengenai sumberdaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Secara administratif PT BJA berlokasi di Desa Sungai Payang, Dusun Beruak, Kecamatan Loakulu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur,

Lebih terperinci

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang

BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan 4.2 Perancangan Tambang BAB IV PENAMBANGAN 4.1 Metode Penambangan Cadangan Batubara yang terdapat dalam daerah penambangan Sangasanga mempunyai kemiringan umum sekitar 10-15 dan dengan cropline yang berada di sisi barat daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Kesampaian Daerah Daerah penelitian secara administratif termasuk ke dalam wilayah Kampung Seibanbam II, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, Propinsi Kalimantan Selatan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium BALAI BESAR KERAMIK Jalan Jendral A. Yani 392 Bandung. Conto yang digunakan adalah tanah liat (lempung) yang berasal dari Desa Siluman

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR

PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR PENYELIDIKAN HIDROGEOLOGI CEKUNGAN AIRTANAH BALIKPAPAN, KALIMANTAN TIMUR S A R I Oleh : Sjaiful Ruchiyat, Arismunandar, Wahyudin Direktorat Geologi Tata Lingkungan Daerah penyelidikan hidrogeologi Cekungan

Lebih terperinci

Tambang Terbuka (013)

Tambang Terbuka (013) Tambang Terbuka (013) Abdullah 13.31.1.350 Fakultas Teknik Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Pejuang Republik Indonesia Makassar 2013 Pendahuluan Aturan utama dari eksploitasi tambang adalah memilih

Lebih terperinci

Artikel Pendidikan 23

Artikel Pendidikan 23 Artikel Pendidikan 23 RANCANGAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DI PT. BUMI BARA KENCANA DI DESA MASAHA KEC. KAPUAS HULU KAB. KAPUAS KALIMANTAN TENGAH Oleh : Alpiana Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Mataram

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Kondisi Geomorfologi Bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses endogen adalah

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian. Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tata Ruang Lahan Daerah Penelitian Menurut penataan ruang Kaupaten Lebak lokasi penambangn ini diperuntukan untuk perkebunan dan budidaya. Disebelah timur lokasi tambang pada jarak

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Berdasarkan bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian maka diperlukan analisa geomorfologi sehingga dapat diketahui bagaimana

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Letak dan Luas

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Letak dan Luas GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak dan Luas Letak geografis Perusahaan tambang PT Adaro Indonesia melakukan kegiatan penambangan di daerah Wara, Tutupan dan Paringin yang secara administrasi berada

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak antara 1 0 4 0 Lintang Selatan dan 102 0-106 0 Bujur Timur dengan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN

PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN PERMODELAN DAN PERHITUNGAN CADANGAN BATUBARA PADA PIT 2 BLOK 31 PT. PQRS SUMBER SUPLAI BATUBARA PLTU ASAM-ASAM KALIMANTAN SELATAN RISWAN 1, UYU SAISMANA 2 1,2 Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan salah satu sumber energi yang telah lama digunakan dan memegang peranan penting saat ini. Peranannya semakin meningkat seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG

POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR, PROVINSI LAMPUNG Potensi bahan galian pasir kuarsa di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung (Agung Mulyo) POTENSI BAHAN GALIAN PASIR KUARSA DI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI, KABUPATEN LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Lokasi CV. Jayabaya Batu Persada secara administratif terletak pada koordinat 106 O 0 51,73 BT dan -6 O 45 57,74 LS di Desa Sukatani Malingping Utara

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tambang batubara merupakan salah satu penggerak roda perekonomian dan pembangunan nasional Indonesia baik sebagai sumber energi maupun sumber devisa negara. Deposit batubara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penambangan batubara dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu penambangan dalam dan penambangan terbuka. Pemilihan metode penambangan, tergantung kepada: (1) keadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses produksi penambangan dipengaruhi oleh keadaan genangan pada sump pit. Dengan tanpa penirisan yang menerus terutama pada saat kejadian hujan, air pada sump pit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil bahan galian berharga dari lapisan bumi. Perkembangan dan peningkatan teknologi cukup besar, baik dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG KRITERIA KERUSAKAN LAHAN PENAMBANGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bahan bakar fosil dewasa ini masih menjadi primadona sebagai energi terbesar di dunia, namun minyak dan gas bumi (migas) masih menjadi incaran utama bagi para investor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batubara adalah batuan sedimen, yang merupakan bahan bakar hidrokarbon, yang terbentuk dari tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh panas serta

Lebih terperinci

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa

3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa 3.3 Luas dan Potensi Lahan Basah Non Rawa Lahan basah non rawa adalah suatu lahan yang kondisinya dipengaruhi oleh air namun tidak menggenang. Lahan basah biasanya terdapat di ujung suatu daerah ketinggian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Profil Perusahaan PT. Cipta Kridatama didirikan 8 April 1997 sebagai pengembangan dari jasa penyewaan dan penggunaan alat berat PT. Trakindo Utama. Industri tambang Indonesia yang

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batugamping Bukit Karang Putih merupakan bahan baku semen PT Semen

BAB I PENDAHULUAN. Batugamping Bukit Karang Putih merupakan bahan baku semen PT Semen BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Batugamping Bukit Karang Putih merupakan bahan baku semen PT Semen Padang. Kandungan SiO 2 yang tinggi ditemukan pada batugamping yang berdekatan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pulau Jawa merupakan busur gunungapi memanjang barat-timur yang dihasilkan dari pertemuan lempeng Eurasia dan Hindia-Australia. Kondisi geologi Pulau Jawa ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi mum Daerah Penelitian ecara umum morfologi daerah penelitian merupakan dataran dengan punggungan di bagian tengah daerah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 38 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak Hutan Mangrove di Tanjung Bara termasuk dalam area kawasan konsesi perusahaan tambang batubara. Letaknya berada di bagian pesisir timur Kecamatan Sangatta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geomorfologi adalah salah satu hal yang menjadi dasar dalam ilmu geologi, karena geomorfologi dapat dijadikan panduan dalam pemetaan geologi, selain itu pengamatan

Lebih terperinci

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka

[TAMBANG TERBUKA ] February 28, Tambang Terbuka Tambang Terbuka I. Pengertian Tambang Terbuka Tambang Terbuka (open pit mine) adalah bukaan yang dibuat dipermukaan tanah, betujuan untuk mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka (tidak ditimbun

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan 5.2 Perancangan Tambang Perancangan Batas Awal Penambangan BAB V PEMBAHASAN 5.1 Metode Penambangan Pemilihan metode penambangan Block Cut Open Pit Mining dikarenakan seam batubara mempunyai kemiringan yang cukup signifikan yaitu sebesar 10-15 sehingga batas akhir

Lebih terperinci

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta, BAB II Geomorfologi II.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat telah dilakukan penelitian oleh Van Bemmelen sehingga dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949 op.cit Martodjojo,

Lebih terperinci

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan tambang terbuka disamping faktor cadangan, teknik penambangan, ekonomi dan lingkungan, serta faktor keamanan yang didalamnya termasuk faktor kestabilan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 23 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Wilayah Kabupaten Tabalong merupakan salah satu kabupaten yang terdapat di Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukota Tanjung yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Keadaan Geografi Daerah Penelitian 2.1.1 Lokasi Penambangan Daerah penyelidikan berdasarkan Keputusan Bupati Tebo Nomor : 210/ESDM/2010, tentang pemberian Izin Usaha Pertambangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah vulkanis merupakan tanah yang berasal dari letusan gunungapi, pada saat gunungapi meletus mengeluarkan tiga jenis bahan yaitu berupa padatan, cair, dan gas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berhubungan dengan ilmu Geologi. terhadap infrastruktur, morfologi, kesampaian daerah, dan hal hal lainnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Maksud dan Tujuan Maksud penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar kesarjanaan di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Mineral, Universitas Trisakti,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 10 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah 2.1.1 Lokasi Lokasi penelitian Tugas Akhir dilakukan pada tambang quarry andesit di PT Gunung Sampurna Makmur. Secara geografis, terletak pada koordinat

Lebih terperinci

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. Tipe-Tipe Tanah Longsor 1. Longsoran Translasi Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai. 2. Longsoran Rotasi Longsoran

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN BAB II KEADAAN UMUM PERUSAHAAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai keadaan umum perusahaan sebagai tempat penelitian dan sumber data, yang meliputi gambaran umum perusahaan, potensi bahan galian, visi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Umum 2.1.1 Lokasi Kesampaian Daerah Lokasi CV JBP secara administratif termasuk dalam wilayah Kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak. Provinsi Banten. Secara geografis lokasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator 32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian Daerah yang digunakan sebagai tempat penelitian merupakan wilayah sub DAS Pentung yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 6 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Penelitian Secara administrasi, lokasi penelitian berada di Kecamata Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh. Sebelah utara Sebelah selatan Sebelah timur Sebelah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super Solusi Quipper F. JENIS TANAH DI INDONESIA KTSP & K-13 Kelas X geografi PEDOSFER II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan untuk memahami jenis tanah dan sifat fisik tanah di Indonesia. F. JENIS TANAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi Dan Kesampaian Daerah Lokasi daerah yang diduga memiliki potensi bahan galian bijih besi secara administratif terletak di Desa Aie Sunsang, Kecamatan Alahan Panjang, Kabupaten

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

Jurnal Cartenz, Vol.4, No. 6, Desember 2013 ISSN

Jurnal Cartenz, Vol.4, No. 6, Desember 2013 ISSN PERMODELAN KEMAJUAN TAMBANG BATU GAMPING MENGGUNAKAN APLIKASI SURPAC 6.1.2 Studi Kasus : Kegiatan Penambangan Batu Gamping Distrik Arso 1 Kabupaten Keerom Oleh, Bevie Marcho Nahumury Dosen Teknik Pertambangan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Leuwigajah TPA Leuwigajah mulai dibangun pada tahun 1986 oleh Pemerintah Kabupaten Bandung karena dinilai cukup cocok untuk dijadikan TPA karena

Lebih terperinci

BAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN

BAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN BAB VI NIKEL LATERIT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Kondisi dan Penyebaran Singkapan. Geomorfologi daerah penelitian berupa perbukitan dan dataran. Kondisi ini sangat berpengaruh terhadap sebaran singkapan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan 22 TATACARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan di empat lokasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Kabupaten Tanggamus 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus Secara geografis wilayah Kabupaten Tanggamus terletak pada posisi 104 0 18 105 0 12 Bujur Timur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem penambangan batubara pada umumnya di Indonesia adalah sistem tambang terbuka (open pit mining) dengan teknik back filling. Sistem ini merupakan metode konvensional

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB III. KONDISI UMUM PT. INCO SOROWAKO

BAB III. KONDISI UMUM PT. INCO SOROWAKO 11 BAB III. KONDISI UMUM PT. INCO SOROWAKO 3.1. Letak Daerah Penelitian Sorowako merupakan daerah yang dikelilingi oleh tiga buah danau, yaitu Danau Matano, Danau Towuti dan Danau Mahalona. Sorowako terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan tugas akhir merupakan hal pokok bagi setiap mahasiswa dalam rangka merampungkan studi sarjana Strata Satu (S1) di Institut Teknologi Bandung. Penelitian

Lebih terperinci

By : Kohyar de Sonearth 2009

By : Kohyar de Sonearth 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Energi fosil merupakan energi yang tidak terbarukan atau energi habis pakai seperti yang kita gunakan pada saat ini yakni minyak dan gas bumi. Karenanya dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama semakin meningkat. Seiring dengan semakin meningkatnya populasi manusia. Dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK

BAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK 98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses eksogen adalah proses-proses yang bersifat

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian Morfologi muka bumi yang tampak pada saat ini merupakan hasil dari proses-proses geomorfik yang berlangsung. Proses geomorfik menurut

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis Daerah penelitian terletak pada 15 7 55.5 BT - 15 8 2.4 dan 5 17 1.6 LS - 5 17 27.6 LS. Secara administratif lokasi penelitian termasuk ke dalam wilayah Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik, dan lempeng Australia yang bergerak saling menumbuk. Akibat tumbukan antara

Lebih terperinci

A.A Inung Arie Adnyano 1 STTNAS Yogyakarta 1 ABSTRACT

A.A Inung Arie Adnyano 1 STTNAS Yogyakarta 1 ABSTRACT PENILAIAN TINGKAT KEBERHASILAN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG PIT 2 PT. PIPIT MUTIARA JAYA DI KABUPATEN TANA TIDUNG KALIMANTAN UTARA A.A Inung Arie Adnyano STTNAS Yogyakarta arie_adnyano@yahoo.com, ABSTRACT

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Inventarisasi Potensi Bahan Tambang di Wilayah Kecamatan Dukupuntang dan Kecamatan Gempol, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat Inventory of Mining Potential

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM 9 BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah Kegiatan penelitian dilakukan di salah satu tambang batubara Samarinda Kalimantan Timur, yang luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebesar 24.224.776,7

Lebih terperinci

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd TANAH / PEDOSFER OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd 1.Definisi Tanah adalah kumpulan dari benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horizon-horizon, terdiri dari campuran bahan mineral organic, air, udara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...

DAFTAR ISI... Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR PETA... INTISARI... ABSTRACT... BAB I

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian berada pada kuasa HPH milik PT. Aya Yayang Indonesia Indonesia, yang luasnya

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH

GAMBARAN UMUM WILAYAH 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH 3.1. Batas Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Sumba Tengah merupakan pemekaran dari Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang dibentuk berdasarkan UU no.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan sistem tambang terbuka, analisis kestabilan lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain tambang yang aman dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Daerah Penelitian Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara geografis, daerah penelitian terletak dalam selang koordinat: 6.26-6.81

Lebih terperinci

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA SURANTA Penyelidik Bumi Madya, pada Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batubara merupakan bahan galian strategis dan salah satu bahan baku energi nasional yang mempunyai peran besar dalam pembangunan nasional. Informasi mengenai sumber

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Citra Digital Interpretasi dilakukan dengan pembuatan area contoh (training set) berdasarkan pengamatan visual terhadap karakteristik objek dari citra Landsat. Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan terbuka di Kalimantan Timur Indonesia yang resmi berdiri pada tanggal 5 April

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta lokasi penelitian.

Gambar 2 Peta lokasi penelitian. 0 IV. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Bidang Pengelolaan Wilayah III Bengkulu dan Sumatera Selatan, SPTN V Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, Taman Nasional Kerinci

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Keadaan Geografi PT. Daya Bambu Sejahtera 2.1.1 Lokasi Penambangan Lokasi Penambangan Batubara PT. Daya Bambu Sejahtera secara administratif terletak di Desa Mengupeh, Kecamatan

Lebih terperinci