negara yang berdaulat dalam pergaulan internasional yang menjadikan tapi juga bersifat multi-dimensional yang menyangkut aspek ekonomi, sosialbudaya,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "negara yang berdaulat dalam pergaulan internasional yang menjadikan tapi juga bersifat multi-dimensional yang menyangkut aspek ekonomi, sosialbudaya,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan internasional merupakan suatu sistem hubungan antar negara yang berdaulat dalam pergaulan internasional yang menjadikan kegiatan diplomasi sebagai suatu elemen utama bagi suatu negara sebagai faktor penentu eksistensinya dalam hubungan internasional. Diplomasi merupakan proses politik untuk memelihara kebijakan luar negeri suatu Pemerintah dalam mempengaruhi kebijakan dan sikap Pemerintah negara lain. 1 Diplomasi kekinian juga tidak hanya menyangkut kegiatan politik saja tapi juga bersifat multi-dimensional yang menyangkut aspek ekonomi, sosialbudaya, hak asasi manusia dan lingkungan hidup yang digunakan di situasi apapun dalam hubungan antarbangsa untuk menciptakan perdamaian dalam percaturan politik global serta mencapai kepentingan nasional suatu negara. Munculnya soft power sebagai salah satu bentuk power selain hard power dalam kegiatan hubungan internasional membawa implikasi pada pelaksanaan diplomasi. Soft power menjadi tool utama diplomasi masa kini yang disebut soft diplomacy. Kecenderungan pelaksanaan soft diplomacy dengan menggunakan aplikasi soft power dianggap efektif dan efisien sehingga mudah untuk dilakukan tanpa harus menelan korban dan menghabiskan biaya besar. Seiring berubahnya paradigma aktor hubungan internasional, pelaksanaan soft diplomacy melibatkan berbagai kalangan aktor non-pemerintahan. Oleh karena itu, soft diplomacy merupakan bentuk nyata 1 Sumaryo Suryokusumo Praktik Diplomasi. Jakarta: STIH IBLAM. Hal.1. 1

2 dari penggunaan instrument selain tekanan politik, militer dan tekanan ekonomi yakni dengan mengedepankan unsur budaya dalam kegiatan diplomasi. Maka dari itu, platform politik luar negeri dilakukan melalui soft diplomacy, seperti apa yang di lakukan oleh Korea Selatan melalui budaya Korean wave. 2 Korean wave adalah sebuah istilah yang merujuk pada popularitas budaya pop Korea di luar negeri. Genre Korean wave berkisar dari film, drama televisi, dan musik pop (K-pop). Perkembangan yang sangat pesat dialami oleh industri budaya Korea melalui produk tayangan drama televisi, film, dan musik menjadikannya suatu fenomena yang menarik untuk diimplementasikan sebagai sebuah bagian dalam pelaksanaan soft diplomacy yang mampu membangun citra Korea Selatan dan mendukung peningkatan posisi Korea Selatan di forum internasional secara umum dan Indonesia secara khusus. 3 Dewasa ini, Korea Selatan telah berkembang menjadi salah satu negara paling makmur di Asia yang ditandai dengan perekonomian Korea Selatan kini terbesar ketiga di Asia dan ke-13 di dunia. 4 Hal penunjang kebangkitan ekonomi Korea Selatan tidak lain karena sektor industri teknologi transportasi dan teknologi komunikasi yang juga didukung oleh sektor kebudayaannya melalui Korean wave. Pada tahun 2004, ekspor film 2 Reza Lukmanda Yudhantara Korean wave Sebagai Soft Diplomasi Korea Selatan. INAKOS dan Pusat Studi Korea Universitas Gadjah Mada (eds). Politik dan Pemerintahan Korea. Yogyakarta: UGM Press. Hal KOCIS. Korean wave. [Online]. Wave?affairId=209. Diakses pada tanggal 19 Desember 2011 pukul Wita. 4 BBC News. South Korea Profile. [Online] Diakses pada tanggal 25 Desember 2011 pukul Wita. 2

3 dan program televisi bersama dengan pariwisata dan produk K-Pop menghasilkan pendapatan total hampir US$2 miliar. 5 Selain itu, menurut statistik Bank Of Korea dari bidang ekspor budaya dan jasa hiburan, industri musik K-pop telah menghasilkan US$794 juta tahun 2011 dan mengalami peningkatan 25% dari US$637 juta di tahun 2010 seiring K-pop semakin diminati oleh masyarakat internasional. 6 Hubungan diplomatik Korea Selatan-Indonesia secara resmi telah terjalin sejak 18 September 1973 dan direkatkan melalui pembentukan Kemitraan Strategis pada kunjungan Presiden Roh Moo Hyun ke Jakarta tanggal 4-6 Desember Pembentukan Kemitraan Strategis tersebut mencakup kerja sama di bidang politik, keamanan, ekonomi, perdagangan dan sosial budaya. Hubungan bilateral melalui sosial-kebudayaan Korea Selatan-Indonesia semakin intens dijalankan seiring budaya Korean wave semakin digemari masyarakat Indonesia. Popularitas Korean wave di Indonesia ditandai dengan diselenggarakannya serangkaian kegiatan pameran kebudayaan Korea sejak tahun 2009 hingga 2011 yakni Korea-Indonesia Week. Pergelaran budaya tersebut diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Republik Korea di Indonesia untuk memperkuat hubungan bilateral di bidang sosial kebudayaan karena melihat respon positif masyarakat Indonesia terhadap budaya Korea Selatan. Di samping itu, Pemerintah Korea Selatan 5 VOA News Asia Goes Crazy Over K-Pop. [Online]. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul Wita. 6 Chosun Ilbo K-Pop Leads Record Earnings from Cultural Exports. [Online]. Diakses pada tanggal 20 Februari 2012 pukul Wita. 3

4 membangun Pusat Kebudayaan Korea di Jakarta agar dapat berfungsi sebagai pusat informasi kebudayaan Korea Selatan. 7 Perkembangan K-pop didukung oleh peran sinkronisasi antara aktor negara, yakni Pemerintah Korea Selatan itu sendiri dengan aktor non-negara seperti para pelaku bisnis, masyarakat, selebritis dan media. Pemerintah Korea menjadikan K-Pop sebagai upaya pembangunan citra ataupun nationbranding Korea Selatan. Adapun pembangunan citra dinilai penting untuk menciptakan ketertarikan negara lain guna menjalin dan memperat hubungan bilateralnya sekaligus untuk memperkukuh posisinya di forum internasional. Di era globalisasi yang ditunjang kemajuan teknologi dan peran industri kreatif juga sangat memungkinkan pengembangan soft diplomacy apalagi Korea Selatan termasuk negara yang terdepan dalam revolusi digital yang memiliki daya koneksi internet yang cepat dan kuat. 8 Melalui koneksi jaringan internet tersebut dapat mendukung dan memudahkan penyebaran Korean wave ke berbagai belahan dunia sebagai bagian pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan. Korean wave kini semakin populer tidak hanya di daratan Asia melainkan juga sudah mulai masuk secara perlahan ke Eropa dan Amerika. Jika melihat lima puluhan tahun yang lalu, Korea menjadi salah satu negara termiskin di dunia namun dewasa ini Korea Selatan sudah mulai bangkit dan dapat bersaing dengan negara-negara maju. 7 Kedutaan Besar Republik Korea untuk Indonesia. [Online]. Diakses pada tanggal 29 Maret 2012 pukul Wita. 8 Wonjun Chung dan Taejun David Lee Hallyu As A Strategic Marketing Key in the Korean Media Content Industry. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hallyu: Influenfe of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University Press. Hal

5 Dengan demikian, ketika Korea Selatan memperluas kegiatan diplomasinya ke negara-negara yang masih berkembang, Korea Selatan memiliki perspektif yang dapat menarik hati negara yang dituju dengan menggunakan perspektif senasib sebagai bangsa Asia seperti apa yang Korea Selatan alami di masa lampau. Hal tersebut membuat transisi yang sukses untuk sebuah negara yang sangat demokratis dan bergerak maju di bidang industri manufaktur serta ingin mengubah image budayanya yang lebih modern dan disukai oleh masyarakat internasional. Korea Selatan juga membangun citra Global Korea sebagai negara yang terpercaya dan kooperatif dalam melakukan kegiatan hubungan internasional. Berdasarkan pandangan tersebut dan semakin menjamurnya penggemar musik K-pop di Indonesia dan didukung dengan landasan kerjasama di bidang kebudayaan antara Pemerintah Korea Selatan-Indonesia dengan melibatkan peran aktor non-negara dalam soft diplomacy tersebut melandasi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Soft Diplomacy dalam Membangun Citra Korea Selatan di Indonesia. B. Batasan dan Rumusan Masalah Dalam hubungan internasional penggunaan power yang lebih cenderung terhadap soft power juga mempengaruhi pelaksanaan diplomasi, yakni soft diplomacy. Ketenaran Korean wave di Asia Tenggara terkhusus Indonesia menjadikan Korea Selatan semakin meningkatkan intensitas jalan soft diplomacy dengan mengedepankan unsur kebudayaannya. Salah satu elemen budaya Korean wave yakni musik pop Korea (K-Pop) menjadi batasan 5

6 penelitian yang dibahas dalam penulisan ini terkait pengaruh K-pop sebagai aset soft power dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan di Indonesia guna membangun citra Global Korea agar dapat semakin memperkuat hubungan bilateral Korea Selatan-Indonesia dalam kurun waktu tahun Pelaksanaan soft diplomacy Korea ini sangat relevan dengan keterlibatan aktor negara dan aktor non-negara di dalamnya sehingga pengimplementasian pelaksanaan diplomasinya didukung oleh bentuk-bentuk diplomasi multi jalur atau multi-track diplomacy. Oleh karena itu, penulis mengkaji strategi pelaksanaan soft diplomacy melalui peran Pemerintah yang juga didukung oleh para pelaku bisnis, selebrtitis K-Pop dan masyarakat secara umum serta pemanfaatan fasilitas teknologi media informasi. Berdasarkan penjelasan latar belakang serta batasan masalah yang telah diuraikan, penulis mengangkat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana strategi pelaksanaan soft diplomacy dalam membangun citra Korea Selatan di Indonesia? 2. Apa pengaruh yang ditimbulkan oleh soft diplomacy dalam membangun citra Korea Selatan di Indonesia? 3. Bagaimana prospek pelaksanaan soft diplomacy dalam membangun citra Korea Selatan di Indonesia? 6

7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengetahui dan menjelaskan bagaimana strategi soft diplomacy melalui musik K-pop dalam membangun citra Korea Selatan di Indonesia. b. Mengetahui dan menjelaskan apa pengaruh dari pelaksanaan soft diplomacy melalui musik K-pop dalam membangun citra Korea Selatan di Indonesia. c. Mengetahui dan menjelaskan prospek dalam membangun citra Korea Selatan di Indonesia melalui soft diplomacy, khususnya melalui musik K-Pop. 2. Kegunaan Penelitian a. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu bahan referensi bagi pelajar studi ilmu hubungan internasional dalam hal kajian mengenai soft diplomacy dan pembangunan citra suatu bangsa melalui kebudayaan. b. Penelitian ini pula diharapkan dapat menjadi sumbangsih informasi dan bahan kajian bagi para stakeholder ataupun pengambil kebijakan terutama Pemerintah Korea Selatan dan Indonesia dalam meningkatkan hubungan bilateral melalui soft diplomacy. 7

8 D. Kerangka Konseptual Peningkatan kebutuhan suatu negara untuk terus saling berinteraksi dan melakukan hubungan kerjasama dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan warga negaranya yang semakin beranekaragam dan berubah seiring waktu apalagi dalam berkehidupan internasional, negara satu sama lain saling membutuhkan untuk mencapai kepentingan ataupun tujuan politik luar negeri mereka maka dilakukan hubungan kerjasama secara bilateral. Hubungan bilateral merupakan hubungan timbal balik antar dua negara. Hubungan bilateral yang dijalin meliputi berbagai isu di bidang politik, militer, pertahanan dan keamanan, ekonomi, budaya dan pendidikan yang dibangun melalui kesamaan kepentingan dan persepsi. Dalam memahami konsep hubungan bilateral, Budiono Kusumohamidjojo menyatakan pengertian hubungan bilateral adalah: Suatu bentuk kerjasama diantara dua negara baik yang berdekatan secara geografis maupun yang jauh dari seberang lautan dengan sasaran utama untuk menciptakan kerjasama politik kebudayaan dan struktur ekonomi 9 Dengan demikian, hubungan bilateral tersebut dijalin tanpa mempermasalahkan letak geografis suatu negara namun bagaimana kedua negara dapat berinteraksi untuk memenuhi kepentingan nasional di berbagai bidang. Hubungan bilateral yang dijalin tersebut tentunya dilandasi dengan adanya kepentingan nasional yang ingin dicapai. Kepentingan nasional adalah sebagai dasar dalam menjelaskan bagaimana karakteristik negara tersebut 9 Budiono Kusumohamidjojo Hubungan Internasional: Kerangka Studi Analisis. Jakarta: Bina Cipta. Hal. 3. 8

9 dalam menjalin hubungan internasional. Kepentingan nasional merupakan tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya. 10 Untuk mencapai kepentingan nasional tersebut, setiap negara melaksanakan kegiatan diplomasi. Kegiatan diplomasi kekinian mulai dijalankan dengan mengedepankan unsur soft power yang dimiliki oleh suatu negara yakni melalui soft diplomacy. Munculnya kecenderungan penggunaan soft power dalam berdiplomasi juga ditunjang karena pesatnya kemajuan teknologi informasi di era globalisasi. 11 Pelaksanaan soft diplomacy tidak hanya karena proses politik tapi juga dapat diterjemahkan menjadi kemanfaatan ekonomi ataupun budaya. Susanto Pudjomartono seorang mantan Dubes untuk Rusia untuk Indonesia menyatakan bahwa soft diplomacy ini diartikan sebagai pertukaran gagasan, informasi, seni dan aspek-aspek kebudayaan lain antara negara dan bangsa, dengan harapan bisa menciptakan pengertian bersama. 12 Diplomasi kekinian juga identik dengan paradigma multi-track diplomacy yang merupakan kelanjutan dari first track diplomacy dan second track diplomacy seiring dengan munculnya aktor non-negara dalam hubungan internasional. Multi-track diplomacy dinyatakan oleh Louis Diamond sebagai hubungan diplomasi antar bangsa yang dapat dikategorikan dengan diplomasi 10 Anak Agung Banyu Perwita. dan Yanyan M.Yani Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung: Rosdakarya. Hal Aleksius Jemadu Politik Global dalam Teori & Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal Susanto Pudjomartono Soft diplomacy. [Online]. Diakses pada tanggal 26 Desember 2011 pukul Wita. 9

10 masyarakat atau diplomasi publik yang merupakan sistem dari beberapa komponen proses dari suatu tindak diplomasi. 13 Hubungan antara kecenderungan dan kegiatan dengan cara yang akan membantu memahami bagian peran kegiatan diplomasi suatu negara dalam mengungkapkan nilanilai pendekatan politik ataupun budaya dan bidang lainnya ditandai dengan citra yang dimiliki oleh suatu negara. Citra adalah segala sesuatu yang telah dipelajari seseorang yang relevan dengan situasi dan dengan tindakan yang bisa terjadi di dalamnya. Citra membantu memberikan alasan yang dapat diterima secara subjektif tentang mengapa segala sesuatu hadir sebagaimana tampaknya tentang preferensi politik ataupun yang lainnya. Pencitraan berasal dari dalam namun dinilai oleh pihak luar mengenai meningkat atau tidaknya suatu citra. Penilaian atau tanggapan suatu negara ataupun masyarakat tersebut dapat menimbulkan rasa hormat, kesan yang baik dan menguntungkan terhadap pencitraan suatu negara yang mana landasan pencitraan itu biasanya dari nilainilai kepercayaan ataupun budaya masyarakat yang terbentuk. 14 Adapun pengertian pencitraan menurut Aleksius Jemadu adalah: Upaya suatu bangsa untuk mendefinisikan dirinya baik kepada rakyatnya sendiri maupun dalam pergaulan internasional dengan menonjolkan keunggulan nilai-nilai budaya yang dimilikinya dengan tujuan untuk menciptakan pengaruh internasional yang sangat diperlukan untuk pencapaian tujuan politik luar negeri dan diplomasi secara umum Louise Diamond and John McDonald Multi-Track Diplomacy: A Systems Approach to Peace Third Edition. Kumarian Pres. 14 Dan Nimmo Komunikasi Politik Khalayak dan Efek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal

11 Bentuk upaya pencitraan diri Korea Selatan itupun diwujudkan melalui budaya popularnya yakni Korean wave yang menjadi suatu kegiatan penting dalam persaingan dunia bisnis dan sebagai soft power Korea yang diimplementasikan dalam pelaksanaan soft diplomacy. Pembangunan citra positif dari pandangan masyarakat Indonesia terhadap Korea Selatan tentunya dapat membangun citra politik negara itu sendiri. Pembangunan citra juga dapat menimbulkan ketertarikan dan kepercayaan publik negara lain untuk melakukan kerjasama dengan Korea Selatan. E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif untuk menggambarkan bagaimana strategi, pengaruh dan prospek soft diplomacy dalam membangun citra Korea Selatan di Indonesia. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik telaah pustaka yaitu dengan cara mengumpulkan data dari literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas berupa buku-buku, dokumen, jurnal dan surat kabar atau majalah yang menunjang penelitian yang dilakukan oleh penulis. Selain itu, observasi lapangan baik secara langsung maupun tidak langsung juga menjadi salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis. Adapun langkah-langkah observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 11

12 a. Mengamati langsung pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan melalui Korean wave dalam membangun citranya di Indonesia. b. Mengamati perkembangan soft diplomacy Korea Selatan dalam membangun citranya di Indonesia melalui media. Dalam penelitian ini juga dilakukan teknik pengumpulan data melalui metode wawancara terhadap informan ahli ataupun dengan orangorang yang memiliki pengetahuan lebih tentang objek penelitian. Dalam penelitian ini, informan yang diwawancarai adalah tokoh Pemerintahan Korea dan diplomat Indonesia serta wawancara terhadap tokoh akademisi, peneliti dan masyarakat yang dianggap mengetahui mengenai budaya Korean wave sebagai soft diplomacy Korea Selatan. Tabel 1. Daftar Informan No Nama Informan Jabatan dan Institusi Alasan 1. Kim Do Hyung First Secretary Republic Of Korea Embassy 2. Prof. Yang Seung Yoon Professor (Emiritus), Hankuk University of Foreign Studies. Seoul 3. Indriana Kartini Peneliti PerkembanganPolitik Internasional, LIPI. Jakarta 4. Kukuh Adirizky Information Manager, Pusat Kebudayaan Korea di Indonesia Diplomat Korea yang menangani bagian pendidikan. Pakar Studi Malay- Indonesia. Peneliti kajian studi politik Internasional, globalisasi dan peserta Youth Worker Training di Korea. Penanggung jawab bagian informasi mengenai budaya Korea. 12

13 5. Dwi Hapsari Mintorahardjo Marketing Manager Korea Tourism Organization. Jakarta 6. Gufron Sakaril Head section of Public Relation- Indosiar. Jakarta 7. Fransiska Monika Diplomat Indonesia, Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia Penanggung jawab bagian pemasaran pariwisata Korea. Penanggung jawab hubungan masyarakat stasiun TV Indosiar Diplomat bagian Dirjen Informasi dan Diplomasi Publik 8. Ridho Marketing Manager Exo Digital Agency Penyelenggara K- Pop Gathering Tribute to Super Junior 9. Tokoh Masyarakat Pelajar, Penyanyi Mereka yang mengetahui perkembangan K- Pop dan mendapat pengaruh langsung dalam pelaksanaan soft diplomacy. Sumber: Diolah sendiri berdasarkan metodologi yang dipilih. antara lain: Adapun tempat-tempat yang dikunjungi selama pengumpulan data, 1. Kementrian Luar Negeri Republik Indonesia, Jakarta 2. Kedutaan Besar Republik Korea, Jakarta 3. Korean Culture Centre of The Republic of Korea in Indonesia, Jakarta 4. Korean Tourism Organization, Jakarta 5. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta 6. Centre of Strategic International Studies, Jakarta 7. Freedom Institute, Jakarta 13

14 3. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dari informan secara mendalam guna mendapatkan informasi yang obyektif. 16 Sedangkan data sekunder diperoleh dari teknik pengumpulan data melalui telaah pustaka, yaitu penelusuran literatur data kepustakaan dari berbagai terbitan resmi yang terdiri dari buku, dokumen, jurnal, majalah dan surat kabar Teknis Analisis Data Teknis analisis data yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data kualitatif dimana permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada kemudian mengkorelasikannya satu sama lain untuk kemudian ditarik sebuah kesimpulan. Teknik analisis yang dilakukan secara kualitatif ini juga bertujuan untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, sifat dan fenomena yang diteliti melalui studi telaah pustaka, observasi dan wawancara dari para informan untuk mendalami studi penelitian permasalahan ini. 5. Unit Analisis Data Dalam penelitian ini, unit analisis data yang diamati oleh penulis yakni aktor negara dan aktor non-negara. Penulis meneliti mengenai sejauhmana pengaruh soft diplomacy yang dijalankan oleh Pemerintah 16 Husain Umar Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hal Murti Sumarni dan Salamah Wahyuni Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Hal

15 Korea Selatan ke Indonesia dalam mengembangkan K-pop di Indonesia. Serta apa pengaruh yang ditimbulkan dari hal tersebut terhadap pembangunan citra Korea dalam meningkatkan hubungan bilateral Korea Selatan-Indonesia yang didukung oleh peran pelaku bisnis industri musik dan media serta masyarakat secara umum. 6. Definisi Operasional a. Soft diplomacy adalah salah satu bentuk kegiatan diplomasi yang dilakukan dengan mengaplikasikan penggunaan unsur soft power suatu negara dalam hal ini yang dimiliki oleh Korea Selatan adalah K-pop. b. Multi-track diplomacy adalah diplomasi multipelaku, yaitu dengan banyak cara dan jalur, tidak hanya mengandalkan aktor negara (Pemerintah) secara langsung akan tetapi dapat pula dilakukan oleh aktor non-negara, seperti pelaku bisnis industri musik K-pop hingga keterlibatan para selebritis ataupun masyarakat secara umum serta media dalam menjalankan soft diplomacy melalui K-pop di Indonesia. c. K-pop adalah istilah untuk musik pop Korea. d. Pencitraan yang dimaksudkan adalah upaya bagaimana Korea Selatan meningkatkan eksistensinya dalam percaturan politik global dengan menggunakan K-pop dalam meningkatkan nation-brandingnya menjadi lebih positif sebagai suatu negara dan semakin dikenal oleh masyarakat internasional pada umumnya dan Indonesia pada khususnya. 15

16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hubungan Bilateral Interaksi ataupun perjanjian dalam melakukan hubungan kerjasama yang dilakukan oleh dua negara merupakan salah satu aspek dalam hubungan internasional. Negara satu sama lain berhubungan dalam banyak kesempatan dan permasalahan, namun banyak kegiatan diplomatik dilakukan secara bilateral. Dewasa ini, hubungan internasional yang dicirikan oleh interdependensi yang semakin intens dimana tidak ada satu negarapun di dunia ini yang dapat memenuhi kebutuhan di dalam negerinya sendiri, maka menjalin kerjasama bilateral menjadi salah satu instrumen untuk memanfaatkan setiap peluang mencapai kepentingan nasional. 18 Ruang lingkup hubungan internasional mulai dari politik, pertahanan dan keamanan, ekonomi, sosial-budaya, lingkungan hidup dan hak asasi tentunya juga menjadi salah satu atau lebih dari sebuah isu dalam hubungan bilateral. Dalam hubungan kerjasama yang dijalin antar dua negara diharapakan merupakan hubungan yang saling mengisi kepentingan masing-masing. Adapun upaya kerjasama tersebut tidak mengabaikan hak kedaulatan suatu negara. Hal tersebut sejalan dengan definisi hubungan bilateral menurut Juwondo yakni: Hubungan interaksi antar dua negara yang dikembangkan dan dimajukan dengan menghormati hak-hak kedua negara untuk melakukan berbagai kerjasama pada aspek-aspek kehidupan berbangsa dan bernegara tanpa mengabaikan atau mengucilkan keberadaan negara tersebut serta menunjukkan dan memberikan 18 Sumaryo Suryokusumo. Op.Cit. Hal

17 nilai tambahan yang menguntungkan dari hubungan bilateral itu. 19 Pelaksanaan hubungan bilateral dilakukan guna meraih mutual benefit. Secara ideal kedua negara bekerjasama untuk saling menguntungkan dengan menyelaraskan tujuan nasional dan politik luar negeri masing-masing negara. Hubungan bilateral yang dijalin oleh dua negara tentunya memilki sifat dari sasaran yang ingin dicapai dengan mempertimbangkan beberapa peluang dan tantangan yang akan dihadapi. Hal tersebut sepatutnya lebih cenderung pada peluang keuntungan yang akan diberikan dalam pelaksanaan kerjasama yang dijalin, karena peluang menjadi salah satu faktor sukses atau gagalnya suatu kerjasama. Pada umumnya hubungan bilateral mengacu pada hubungan politik dan budaya yang melibatkan dua negara. 20 Terkait hal tersebut Kusumohamidjojo menyatakan bahwa kerjasama lebih mudah dijalin melalui bidang kebudayaan daripada di bidang militer. 21 Korea Selatan memiliki suatu peluang besar dengan mengimplementasikan budaya pop melalui musik sebagai salah satu objek dalam menjalin hubungan kerjasama dengan Indonesia, sehingga dapat menciptakan hubungan yang harmonis melalui kebudayaan dan bisa memperkenalkan negaranya ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia. 19 Juwondo Hubungan Bilateral: Definisi dan Teori. Jakarta: Rajawali Press. Hal Sukawarsini Djelantik Diplomasi antara Teori dan Praktik. Yogyakarta: Garah Ilmu. Hal Budiono Kusumohamidjojo. Op.Cit. Hal

18 Hubungan diplomatik Korea Selatan dengan Indonesia secara resmi dijalin September 1973 dan intensitas hubungan kerjasama meningkat dalam lima tahun terakhir yang tercermin dari semakin bertambahnya ikatan kerjasama antara kedua negara di berbagai bidang mencakup politik, keamanan, ekonomi, perdagangan dan sosial budaya. Korea Selatan menjalin hubungan diplomatik di bidang kebudayaan dengan Indonesia sangat membantu menopang pemasukan sektor ekonomi-perdagangan sekaligus dapat meningkatkan kekuatan politiknya karena Indonesia merupakan bangsa pasar dan negara demokrasi yang besar. B. Kepentingan Nasional Hubungan bilateral yang dijalin antar dua negara tidak terlepas dari kepentingan nasional masing-masing negara yang mendasarinya untuk melakukan kerjasama. Setiap negara mengandalkan dirinya pada kekuatan nasional untuk menyelenggarakan politik luar negeri yang mengabdi pada kepentingan nasional. Kepentingan nasional adalah sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya. 22 Politik luar negeri tersebut menjadi manifestasi utama suatu negara dari perilaku suatu negara dalam berhubungan dengan negara lain. Jika beberapa negara memiliki keselarasan dalam kepentingan nasional yang diperjuangkan masing-masing baik itu alasan ideologis maupun pragmatis maka negara- 22 Anak Agung Banyu Perwita dan Yanyan M.Yani. Op.Cit. Hal

19 negara tersebut dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dan sangat kooperatif satu sama lain. 23 Konsep kepentingan nasional itupun menjadi penting karena dapat menjelaskan perilaku politik luar negeri suatu negara dan sebagai upaya untuk mengejar power, yang mana power tersebut adalah segala sesuatu yang dapat mengembangkan dan memelihara kontrol atas suatu negara terhadap negara lain. 24 Oleh karena itu, kepentingan nasional merupakan suatu bentuk tindakan survival suatu negara dalam politik internasional melalui hubungan kerjasama. Menurut Hans J. Morgenthau, arti survival tersebut adalah kemampuan minimum suatu suatu bangsa untuk melindungi identitas fisik, politik dan identitas budaya mereka dari gangguan negara-negara lain. 25 Menurut Joseph S. Nye apapun bentuk Pemerintahannya, suatu negara pasti akan selalu bertindak dalam kerangka kepentingan nasionalnya. 26 Kepentingan nasional inilah yang nantinya memberikan kontribusi yang besar bagi pembentukan pandangan suatu negara. Dengan demikian, kepentingan nasional dianggap sebagai suatu petunjuk dasar dari kebijakan luar negeri suatu negara yang secara otomatis mengarahkan kapan dan kemana negara harus bergerak dalam sistem hubungan internasional. 23 Budiono Kusumohamidjojo. Op.Cit. Hal Theodore A. Couloumbis dan James H. Wolfe Introduction to International Relations: Power and Justice. New Jersey: Prentice Hall. Hal P.Anthonius Sepu Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal Jospeh S. Nye Understanding International Conflicts. USA: Harper Collins College Publisher. Hal

20 Miroslav Nincic menyatakan tiga asumsi dasar dalam mendefiniskan Kepentingan Nasional, yaitu: Pertama, kepentingan itu harus bersifat vital sehingga pencapaiannya menjadi prioritas utama Pemerintah dan masyarakat. Kedua, kepentingan tersebut harus berkaitan dengan lingkungan internasional. Artinya, pencapaian kepentingan nasional dipengaruhi oleh lingkungan internasional. Ketiga, kepentingan nasional harus melampaui kepentingan yang bersifat partikularistik dari individu, kelompok, atau lembaga Pemerintahan sehingga menjadi kepeduliaan masyarakat secara keseluruhan. 27 Kepentingan nasional yang bersifat vital bagi suatu negara jika menyangkut mengenai eksistensi kedaulatan dan yurisdiksi suatu wilayah. Upaya dalam mencapai kepentingan yang bersifat vital ini menggunakan kekuatan militer (hard power) sedangkan kepentingan yang besifat sekunder diperjuangkan dalam kebijakan luar negeri seperti melalui pertukaran misi kebudayaan dan bentuk soft power lainnya. Dalam upaya pencapaian tujuan nasional tersebut tidak hanya melibatkan kepentingan penguasa saja tetapi lebih mengedepankan kepentingan rakyat secara keseluruhan. James N. Rossenau mengatakan bahwa Kepentingan nasional memiliki dua kegunaan, yakni: pertama, sebagai analitis untuk menggambarkan, menjelaskan atau mengevaluasi politik luar negeri. Dan kedua, sebagai alat tindakan politik sebagai sarana untuk membenarkan, mengecam atau mengusulkan kebijaksanaan Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal Mohtar Mas oed Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: LP3ES. Hal

21 Sebagai dasar politik luar negeri suatu negara, kepentingan nasional menjadi poin utama dalam upaya menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku suatu negara dalam perpolitikan internasional serta menjadi dasar penentu pembuat kebijakan luar negeri. Kepentingan nasional suatu bangsa dengan sendirinya perlu mempertimbangkan berbagai nilai yang berkembang dan menjadi ciri khas suatu negara. Aspek kebudayaan yang dimiliki oleh setiap negara tentunya mempunyai karakteristik paling khas. Kebijakan luar negeri yang telah ditetapkan oleh suatu negara diimplementasikan pelaksanaannya melalui diplomasi. Hubungan diplomasi Korea Selatan dengan Indonesia dijalin melalui soft diplomacy dengan mengedepankan nilai dan aspek kebudayaan untuk mencapai kepentingan nasional. C. Soft Diplomacy Salah satu bentuk penerapan hubungan bilateral adalah melalui diplomasi. Diplomasi dapat dilakukan dalam berbagai dimensi baik bilateral, regional maupun internasional. Unsur kekuatan diplomasi sangat diperlukan untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan suatu negara merdeka. Diplomasi telah menjadi bagian integral setiap negara dalam menjalankan hubungan internasional. Kekuatan diplomatik akan sangat bermanfaat bagi suatu negara untuk menjaga pertahanan nasional serta mencari kesempatan baru dalam menjalin hubungan persahabatan dengan negara lain Yang Seung Yoon Politik Luar Negeri Korea Selatan. Yogyakarta: UGM Press. Hal

22 Pengertian diplomasi menurut Sumaryo Suryokusumo adalah: Cara-cara di mana negara melalui wakil-wakil resmi maupun wakil-wakil lainnya termasuk juga para pelaku lainnya, membicarakan dengan baik, mengkoordinasikan dan menjamin kepentingan-kepentingan tertentu atau yang lebih luas dengan mengadakan pertukaran pandangan, pendekatan, kunjungankunjungan dan bahkan sering dengan ancaman-ancaman dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan lainnya. 30 Diplomasi sebagai upaya suatu bangsa untuk mencapai kepentingan nasional dan instrumen dalam pelaksanaan kebijakan politik luar negeri, tentunya ditunjang oleh power yang dimiliki suatu negara. Tujuan diplomasi yang diharapkan suatu bangsa adalah terciptanya landasan persahabatan yang membimbing bangsa-bangsa menuju kerjasama dan perdamaian. Dengan demikian, diplomasi yang merupakan seni, cara atau teknik atau strategi dalam menyampaikan kebijakan dengan wakil-wakil negara lain demi memperjuangkan suatu kepentingan mengalami perkembangan dari bentuk yang tradisional dengan menggunakan ancaman-ancaman menjadi diplomasi yang lebih modern dengan pendekatan yang lebih lembut dan bersifat persuasif yakni dengan menggunakan soft power. Joseph Nye menyatakan pengertian Soft power adalah getting others to want the outcomes that you want without inducements ( carrots ) or threats ( sticks ). 31 Soft power ini sendiri melengkapai dua dimensi hard power suatu negara yakni militer ( carrots ) dan tekanan ekonomi ( sticks ) dimana soft power menjadi cara ataupun perilaku ketiga untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Hard power dan soft power hakikatnya memiliki kemampuan 30 Sumaryo Suryokusumo. Op.Cit. Hal Joseph S. Nye Soft power: The Means to Succes In World Politics. New York: Public Affairs. Hal.5 22

23 untuk mempengaruhi tindakan pihak lain namun perbedaannya terletak pada perilaku dan sumber daya yang digunakan. Bentuk soft power merupakan bentuk power yang mudah menarik perhatian negara lain dengan melalui pendekatan lebih lembut dan tanpa ancaman untuk mencapai apa yang diinginkan oleh suatu negara, seperti melalui sumber daya budaya. Tabel 2: Tipe Power Type of Power Behaviors Primary Currencies Military Power Coercion, Threats and deterrence, Force protection Economic Power Inducement and Payments and Soft Power coercion Attraction and agenda setting sanctions Values, culture, policies institutions. Government Policies Coercieve Diplomacy, war, alliance Aid, bribes, sanctions Public diplomacy, bilateral and multilateral diplomacy Sumber: Joseph S. Nye Soft power: The Means to Succes In World Politics. New York: Public Affairs. Hal.31 Adapun tiga sumber utama dalam soft power yakni, daya tarik budayanya, nilai politik dan kebijakan luar negerinya. Budaya adalah seperangkat nilai dan bentuk praktik dalam menciptakan makna terhadap suatu masyarakat yang mana bentuk budaya itu sendiri dapat berupa seni artistik, pendidikan, bahasa kesusastraan, hingga budaya pop yang fokus ke bentuk hiburan untuk masyarakat umum (musik, tarian, film). Jika dalam kebudayaan suatu bangsa mengandung nilai-nilai yang universal dan kebijakan mempromosikan nilai-nilainya dan memiliki daya tarik bagi pihak lain maka 23

24 hal tersebut dapat meningkatkan popularitas suatu negara karena daya tarik yang dibentuk melalui budaya tersebut. 32 Dengan melihat tipe-tipe power pada Tabel 2, kekuatan diplomatik itu dapat dijalankan tanpa menggunakan biaya politik dan kekuatan militer yang cukup besar sehingga dapat dikatakan bahwa ada kekuatan ataupun instrumen lain dalam penentuan kebijakan luar negeri. Soft diplomacy merupakan pelaksanaan kebijakan pemerintah sebagai bentuk nyata dari penggunaaan instrumen selain politik dan militer dalam hubungan internasional yang membawa unsur soft power dalam pengaplikasiannya. 33 Disamping itu, dalam memainkan peran penting di era globalisasi ini dimana pelaksanaan diplomasi dimudahkan dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga mengharuskan pemanfaatan soft power yang dimiliki suatu negara dilakukan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan nasional suatu negara melalui soft diplomacy. 34 Sebagai jawaban praktik hard diplomacy yang mewakili aktivitas terkait dengan kekerasan, agresifitas, tindakan koersif, pemakaian perangkat militer dan embargo ekonomi, soft diplomacy terkait aktivitas-aktivitas diplomasi publik, image building, dan diplomasi kebudayaan. 35 Adapun pernyataan salah satu diplomat bagian diplomasi publik Kemenlu RI, Fransiska Monika mengutarakan pengertian soft diplomacy, yakni sebagai berikut: 32 Ibid. Hal Reza Lukmanda Yudhantara. Loc.Cit. 34 Jack Kemp Soft diplomacy Is The Best Plan. [Online]. Diakses pada tanggal 8 Desember 2011 pada pukul Wita. 35 Sukawarsini Djelantik. Op.Cit. Hal

25 soft diplomacy lebih menekankan kepada tata laksana dari diplomasi yang menggunakan kekuatan seperti kebijakan, nilainilai yang dianut dalam masyarakat maupun kebijakan yang diambil oleh Pemerintah suatu negara demi memenangkan hati negara lain. 36 Soft diplomacy merupakan istilah yang berkembang sebagai bentuk diplomasi budaya seiring semakin ditinggalkannya penggunaan hard power yang dimiliki oleh suatu negara untuk mencapai kepentingannya sejak berakhirnya perang dingin. Awal pelaksanaan soft diplomacy ini dimulai oleh Jepang dengan menggunakan budaya sebagai sarana mempengaruhi negara lain untuk meningkatkan citra Jepang. Komik Jepang yang dikenal dengan nama manga, film-film kartun seperti doraemon, atau animasi (populer dengan sebutan anime) seperti Pokemon menghasilkan apresiasi luar biasa terhadap Jepang. Pada masa pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama, pelaksanaan soft diplomacy semakin dikenal dan cenderung menjadi bentuk diplomasi utama dalam hubungan internasional kekinian. Presiden Obama melalui Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, semakin gencar mengedepankan soft power dalam kegiatan hubungan internasionalnya melalui aktivitas soft diplomacy dengan melakukan pendekatan melalui budaya. Kebijakan Amerika Serikat tersebut tentunya memberi pengaruh terhadap dinamika kegiatan hubungan internasional seiring semakin meningkatnya citra Amerika setelah beralih kekuasaaan dari mantan Presiden Bush dimana saat itu Amerika sangat identik dengan kebijakan hard power-nya. 36 Monika, F (April,2012). Personal Communication 25

26 Melalui soft diplomacy, negara berusaha sedapat mungkin untuk memikat negara lain sekaligus masyarakat yang ada di dalamnya dengan kebudayaan yang dimiliki dan nilai-nilai yang dianutnya. Oleh karena itu soft diplomacy yang berwujud budaya lebih menghasilkan diplomasi yang kuat, seperti apa yang telah diutarakan oleh Susanto Pudjomartono seorang mantan Dubes Indonesia untuk Rusia bahwa soft diplomacy ini diartikan sebagai pertukaran gagasan, informasi, seni dan aspek-aspek kebudayaan lain antara negara dan bangsa, dengan harapan bisa menciptakan pengertian bersama. 37 Aktifitas soft diplomacy dapat mengarahkan berbagai kedekatan politik menjadi kemanfaatan ekonomi seperti melalui promosi perdagangan dan membantu tugas promosi pariwisata. Maka dari itu, adapun senjata utama dalam pelaksanaan soft diplomacy yakni dengan menggunakan media dalam suatu event untuk berhubungan dan berinteraksi dalam memberi informasi baik itu untuk mendidik ataupun untuk menghibur dengan menempatkan budaya, nilai dan kebijakan suatu bangsa. 38 Kita dapat mengenal suatu masyarakat dari budayanya sehingga Korea Selatan berupaya untuk memperkenalkan dirinya kepada masyarakat internasional melalui berbagai event seni dan budaya. Melalui penggunaan seni dan budaya popular sebagai soft diplomacy, Korea Selatan dapat menggunakan hal tersebut untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya sekaligus mengukuhkan perannya dalam dunia internasional secara umum dan Indonesia 37 Susanto Pudjomartono Soft diplomacy. [Online]. Diakses pada tanggal 26 Desember 2011 pukul wita. 38 Mark Scott A Global ABC Soft Diplomacy and the World of International Broadcasting. Bruce Allen Memorial Lecture, 5 November 2009, Macquarie University. Sydney. 26

27 secara khusus. Aset soft diplomacy yang digunakan Korea Selatan saat ini adalah melalui budaya pop yang dikenal dengan istilah Korean wave. Korean wave dijadikan sebagai salah satu bentuk diplomasi budaya Korea Selatan dalam era globalisasi informasi dan sosiologis. 39 Di lain pihak, Menurut Hans J. Morgenthau, dalam pencapaian kepentingan nasional ditunjang oleh sembilan unsur kekuatan nasional yang mana salah satunya adalah kualitas diplomasi. Kualitas diplomasi berarti sejauh mana diplomasi tersebut mendapati kesepakatan yang menguntungkan bagi negara, setidaknya tidak mengalami kerugian dari kesepakatan yang dicapai. 40 Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Soft diplomacy memiliki kualitas diplomasi sebagai upaya dalam pencapaian kepentingan nasional. Soft diplomacy sebagaimana berdasarkan pada tata laksana suatu diplomasi yang lebih atraktif dan persuasif dijalankan dengan menggunakan kekhasan suatu bangsa seperti budaya, memang memerlukan proses yang berjalan lama namun dampak yang ditimbulkannya dapat berlangsung lama karena sasarannya tidak hanya langsung pada negara melainkan pada masyarakat secara umum sehingga terbentuk opini publik yang dapat mempengaruhi keputusan pembuat kebijakan dalam suatu negara. Dengan perkembangan situasi internasional dewasa ini dimana meningkatkan pendekatan yang bersifat people-to-people menjadi salah satu upaya dalam soft diplomacy Korea Selatan yang tidak hanya melibatkan aktor negara (track one 39 Jeong-Nam Kim dan Lan Ni The Nexus between Hallyu and Soft power. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds) Hallyu: Influenfe of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University Press. Hal Sri Hayati dan Ahmad Yani Geografi Politik. Bandung: PT.Refika Aditama. Hal

28 diplomacy) dalam pengaktualisasiannya. Soft diplomacy juga dilakukan dalam pertemuan yang tidak resmi tanpa harus melalui protokol formal kenegaraan sehingga terlaksananya soft diplomacy juga didukung oleh pelaksanaan multitrack diplomacy yang melibatkan berbagai aktor non-negara. D. Multi-track Diplomacy Studi diplomasi mengalami perkembangan pesat sejak berakhirnya Perang Dingin di era 1990an dan abad ke 21 yang juga menciptakan revolusi teknologi sehingga mendorong terjadinya perubahan aktor utama diplomasi. 41 Dinamika hubungan internasional di era globaslisasi ini menimbulkan beragam isu-isu politik global dalam pelaksanaan diplomasi dan melibatkan banyak aktor dengan kepentingannya masing-masing. Kompleksitas permasalahan internasional yang semakin beragam menjadikan penyelesaian konflik untuk menciptakan dan menjaga perdamaian menjadi lebih rumit. Brian Hocking mengemukakan bahwa bentuk diplomasi kontemporer membutuhkan penyesuaian dengan perkembangan lingkungan internasional yang cepat berubah sehingga Pemerintah perlu menyadari kemunculan aktor non-negara, seperti tokoh masyarakat, perusahaan swasta, partai politik, NGOs, seniman atau budayawan hingga media massa pun menempati peran penting dalam upaya mencapai tujuan diplomasi secara optimal Ole Jacob Sending, Vincent Pouliot dan Iver B.Neumann The Future of Diplomacy; Changing Practices, evolving relationships. International Journal, Summer Canada: Canadian International Council. Hal Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal

29 Multi-track diplomacy adalah konsep yang dikembangkan oleh Louise Diamond dan John W. McDonald. Multi-track diplomacy merupakan suatu perluasan dan pembedaan antara first track diplomacy dan second track diplomacy yang dibuat oleh Joseph Montville di tahun Pada tahun 1991, Louise Diamond dan McDonald mengembangkan kedua jalur tersebut menjadi sembilan jalur yakni Pemerintah, conflict resolution professionals, bisnis, warga negara, penelitian, pelatihan dan pendidikan, aktivisme, agama, pendana atau pemberi dana dan media. 44 Gambar 1: Sembilan Multi-track Diplomacy Sumber: Louise Diamond and John McDonald Multi-Track Diplomacy; A Systems Approach to Peace Third Edition. Kumarian Pres.Hal C.P.F Luhulima. Peranan Diplomasi Multi-track dalam Penyelesaian Sengketa Laut China Selatan; Upaya dan Tantangan. Jurnal Ilmiah Hubungan Internasional, 5(2). Hal Ibid. 29

30 Pelaksanaan multi-track diplomacy didasarkan pada kesadaran dan keinginan aktor non-negara secara umum dari berbagai kalangan yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda untuk melakukan 45 usaha menciptakan peacemaking dan peacebuilding. Menyikapi bermunculannya aktor-aktor non-negara yang terlibat dalam pelaksanaan kebijakan politik luar negeri suatu negara diharapkan bisa memberi kontribusi yang positif bagi pencapaian kepentingan nasional khususnya dalam membangun citra bangsa yang positif di mata dunia internasional serta dalam mengisi dan mengembangkan kerjasama di berbagai bidang dan mengatasi permasalahan global. Multi-track diplomacy telah menjadikan diplomasi bukan hanya tugas diplomat professional ataupun Pemerintah dalam pengertian umum, namun merupakan sebuah upaya untuk merangkul dan melibatkan masyarakat dari berbagai negara dalam suatu hubungan yang harmonis guna mewujudkan persahabatan bangsa-bangsa menuju perdamaian dunia. Selain itu pula, di era globalisasi kini semakin memudahkan hubungan antar negara terjalin dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi transportasi dan komunikasi (internet). Berkembangnya peran aktor non-negara dalam hubungan internasional juga disadari oleh Pemerintah Korea Selatan, sehingga dalam platform pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan, aktor negara dan aktor non-negara bekerja sama saling mendukung dalam memperluas jaringan Korea di dunia melalui pengembangan budaya popular Korean wave untuk 45 Louise Diamond and John McDonald. Op.Cit. Hal

31 meningkatkan citra bangsa dalam mencapai kepentingan nasionalnya. Diantara sembilan jalur multi-track diplomacy, track one, track two, track three, track four dan track nine adalah aktor yang terlibat dalam pelaksanaan soft diplomacy Korea Selatan yang diteliti dalam penulisan ini. Track one diplomacy adalah diplomasi yang dilakukan oleh aktor negara yakni pemerintah (government-to-government) dan merupakan elemen penting dalam diplomasi. Track one diplomacy dilakukan dengan mempertimbangkan aspek formal dalam proses pemerintahan karena dilakukan oleh kepala negara ataupun diplomat professional serta wakil-wakil yang telah diberi instruksi oleh negara yang berdaulat. 46 Track two diplomacy adalah bentuk diplomasi yang dilakukan oleh aktor-aktor non-negara dalam situasi informal untuk dapat menangani konflikkonflik antar kelompok masyarakat yang tujuannya menurunkan ketegangan dengan cara meningkatkan komunikasi dan saling pengertian untuk menciptakan perdamaian dunia. Menurut McDonald, diplomasi jalur kedua ini adalah sebagai pendukung diplomasi jalur pertama dalam membuka jalan bagi negosiasi-negosiasi dan kesepakatan yang dilakukan oleh Pemerintah. 47 Track three diplomacy adalah diplomasi bisnis yang melibatkan peran para pelaku bisnis melalui peluang kegiatan kerjasama internasional di bidang ekonomi guna menjalin relasi dengan negara-negara lain melalui komunikasi 46 Sukawarsini Djelantik. Op.Cit. Hal Louise Diamond dan John McDonald. Op.Cit. Hal

32 ataupun jaringan bisnis untuk membantu menciptakan perdamaian dan memperkokoh interaksi kerjasama bisnis dan perekonomian antarnegara. 48 Track four diplomacy menggambarkan keikutsertaan masyarakat dalam diplomasi yang disebut citizen diplomacy. Peran seluruh lapisan masyarakat akan lebih mudah dan jangkauannya luas dalam menjalin relasi untuk mewujudkan perdamaian dan kerjasama baik itu melalui kegiatan pertukaran, organisasi sukarela dan organisasi non-pemerintah lainnya, special-interest groups hingga para selebritis dinyatakan sebagai aktor baru dalam dunia perpolitikan global. Keterlibatan masyarakat luas dalam diplomasi multi jalur merupakan sebuah kecenderungan baru di era globalisasi sebagai ungkapan kepedulian dan tanggung jawab terhadap masalah-masalah yang terkait kebijakan luar negeri dan perdamaian dunia. 49 Track nine diplomacy yang memainkan peran media tentunya dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam menyampaikan informasi dan aspirasi rakyat hingga menciptakan opini publik guna menjaga perdamaian dan meningkatkan kerjasama. Track nine diplomacy adalah bentuk diplomasi bagaimana opini publik dibentuk dan diekspresikan oleh berbagai elemen media. Di era globalisasi kini, media semakin berperan penting karena dengan mudah menyebarkan informasi maupun peristiwa teraktual dari seluruh belahan dunia melalui televisi ataupun jaringan internet, sehingga sangat membantu dalam proses penyelenggaran diplomasi suatu negara. Media bertindak sebagai messenger dan berada dalam lingkaran sentris untuk 48 Ibid. Hal Ole Jacob Sending, Vincent Pouliot dan Iver B.Neumann. Op.Cit. Hal

33 menghubungkan peran para aktor multi-track diplomacy yang berperan aktif dalam membangun saling pengertian dan toleransi antarnegara, antar budaya ataupun antar agama. 50 Seluruh jalur dalam pola hubungan multi-track diplomacy memperlihatkan hubungan antar semua jalur pada tingkat yang sama. Setiap jalur memiliki sumber daya, nilai dan pendekatannya masing-masing namun saling mempengaruhi satu sama lain. Multi-track diplomacy juga identik sebagai diplomasi publik yang merupakan bentuk diplomasi dalam menjembatani antara dinamika kepentingan nasional di percaturan politik dunia dan aspirasi masyarakat domestik. 51 Pemerintah Korea Selatan melalui Ministry of Foreign Affairs and Trade (MOFAT) menetapkan tahun 2010 sebagai starting point dalam mempromosikan diplomasi Publik dan mendirikan Korean Diplomacy Public Forum serta bekerjasama dengan Korean Foundation. 52 Diplomasi publik merupakan implementasi dari track two diplomacy. Isu utama diplomasi publik adalah arus transnasional dan ide-ide kepentingan nasional dipromosikan dengan berbagai upaya untuk menyebarkan informasi saling pengertian dan mempengaruhi masyarakat asing. 53 Bentuk diplomasi multi jalur sebagai bentuk diplomasi yang baru dengan bermunculannya berbagai aktor non-negara di era globalisasi yang didukung oleh inovasi teknologi diyakini dapat lebih powerfull dalam melakukan negosiasi untuk mencapai kepentingan nasional suatu bangsa. 50 Louise Diamond dan John McDonald. Op.cit. Hal Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal Ministry of Foreign Affairs and Trade Diplomatic White Paper Republic of Korea. Hal Sukawarsini Djelantik. Op.Cit. Hal

34 Penerapan multi-track diplomacy akan semakin mendorong jaringan kerjasama suatu negara dengan negara lain karena komponen para aktor dalam multi-track diplomacy menempati posisi berbeda tetapi terkait satu sama lain dan saling berinteraksi untuk membangun kerjasama yang strategis, terlebih lagi media semakin bisa membentuk opini publik secara efektif yang dapat mempengaruhi tindakan Pemerintah mengambil kebijakan melalui apa yang ditampilkan dalam berita melalui media cetak, media elektronik dan tentunya media online (internet). E. Pencitraan Konsep citra (image) dikembangkan oleh para ilmuwan sosial dalam membahas variabel psikologis manusia dalam mensinkronkan dengan lingkungannya, mereka beranggapan bahwa suatu citra timbul dari interaksi berbagai sikap dan asumsi yang dikembangkan seseorang dalam mempelajari lingkungannya. 54 Hubungan antara kecenderungan dan kegiatan dengan cara yang akan membantu memahami bagian peran kegiatan diplomasi suatu negara dalam mengungkapkan nila-nilai pendekatan politik ataupun budaya dan bidang lainnya ditandai dengan citra yang dibentuk. Pencitraan membantu memberikan alasan yang dapat diterima secara subjektif tentang mengapa segala sesuatu hadir sebagaimana tampaknya tentang preferensi politik ataupun yang lainnya yang tidak hanya bersifat politis. 54 William D. Coplin dan Marsedes Marbun Pengantar Politik Internasional; Suatu Telaah Teoritis. Bandung: CV. Sinar Baru. Hal

35 Landasan penilaian citra terletak pada nilai-nilai kepercayaan atau sistem nilai atau lebih luas lagi pada kebudayaan. 55 Citra menentukan cara seseorang memandang dunia dan citra tersebut digunakan untuk mengorientasikan pengambil keputusan sehingga citra memainkan peran yang menentukan dalam upaya untuk membentuk perilaku para pengambil keputusan politik luar negeri. 56 Citra yang berhasil dibangun oleh suatu negara terasa sangat penting dan bermanfaat dalam melaksanakan politik luar negerinya karena akan dimudahkan dalam menarik perhatian negara lain dalam memandang dan menilai negara tersebut. Pencitraan yang terbentuk merupakan modal awal suatu negara untuk menjalin hubungan bilateral dalam mencapai kepentingan nasional. Aleksius Jemadu menyatakan pengertian pencitraan adalah: upaya suatu bangsa untuk mendefinisikan dirinya baik kepada rakyatnya sendiri maupun dalam pergaulan internasional dengan menonjolkan keunggulan nilai-nilai budaya yang dimilikinya dengan tujuan untuk menciptakan pengaruh internasional yang sangat diperlukan untuk pencapaian tujuan politik luar negeri dan diplomasi secara umum. 57 Pembangunan citra suatu bangsa tidak hanya dimaksudkan untuk membangun citra dari kesan yang negatif menjadi positif namun dapat pula berarti untuk memelihara atau mempertahankan citra, hingga meningkatkan citra positif yang telah dimiliki oleh suatu bangsa. Citra itu sengaja diciptakan agar bernilai positif. Citra positif memang penting bagi sebuah bangsa, setidaknya dengan citra baik yang dimilikinya negara tersebut akan 55 Vivi Feriany Memperkuat Diplomasi Pencitraan Indonesia. Jurnal Diplomasi. Hal William D. Coplin dan Marsedes Marbun. Op.cit. Hal Aleksius Jemadu. Op.Cit. Hal

36 dihormati, dihargai, disegani, dan dipercaya sehingga meningkatkan kerjasama dengan negara-negara lain dan memperkuat posisi persaingan dalam perpolitikan global dan dapat dengan mudah mencapai kepentingan nasionalnya di suatu negara. Bangsa lain akan salut terhadap negara yang bersangkutan dan akan berpikir ulang bila ingin mengusik kedaulatannya. Efeknya negara akan memiliki kewibawaan baik ditingkat regional maupun internasional. 58 Pembangunan citra suatu bangsa di luar negeri termasuk dalam penanganan berbagai isu politik, ekonomi, sosial budaya yang didasarkan pada norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat dalam negeri tanpa mengabaikan norma pergaulan internasional. Upaya pembentukan citra ini didukung oleh pelaksanaan dalam diplomasi publik (track two diplomacy). Pembangunan citra ini bukan hanya menjadi agenda nasional dan dilakukan oleh departemen luar negeri semata melainkan dijalankan oleh seluruh lapisan masyarakat dan tentunya dibantu oleh peran media dalam membentuk opini publik dan mendefinisikan citra. 58 T. May Rudy Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Internasional.Bandung: PT. Refika Aditama. Hal

37 Citra yang ingin dibangun Korea Selatan merupakan produk dari konstruksi sosial yang dibangun dari pandangan dunia, karakter bangsa dan pandangan personal tanpa ditentukan oleh ideologi negara. Pencitraan juga sangat penting dilakukan oleh sebuah negara untuk memasarkan produknya ke seluruh dunia, mengundang investor dari negara lain agar menanamkan modalnya sehingga menunjang pertumbuhan ekonomi suatu negara. 59 Dengan demikian, Korean wave adalah sebagai sikap dan tindakan nyata Pemerintah dan rakyat Korea Selatan untuk membangun citra bangsa dalam memperkenalkan identitas politik, ekonomi, dan budayanya sekaligus mencapai kepentingan nasional dalam berbagai bidang kerjasama dengan Indonesia. 59 Mohammad Shoelhi Diplomasi: Praktik Komunikasi Internasional. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Hal

38 BAB III SOFT DIPLOMACY KOREA SELATAN DI INDONESIA A. Kepentingan Nasional Korea Selatan di Indonesia Korea Selatan memiliki dua kebijakan nasional utama dalam pelaksanaan politik luar negerinya yakni, mengembangkan ekonomi nasional sambil memperkuat kekuatan pertahanannya. 60 Namun, disamping itu Pemerintah Korea Selatan juga bermaksud untuk memberikan peran dan berkontribusi yang lebih besar bahkan lebih lengkap dalam forum internasional untuk mengatasi masalah-masalah global seperti non-proliferasi dan pemberantasan kemiskinan. Korea Selatan juga berkepentingan meningkatkan citra nasional melalui penyelesaian berbagai masalah diplomatik dan kerjasama internasional dengan meningkatkan infrastruktur diplomatik. Pemerintah Korea Selatan berupaya memperkuat sumber daya manusia dengan tujuan untuk mengangkat kemampuan diplomatik guna memastikan bahwa Korea Selatan telah sepenuhnya mencerminkan kapasitas nasional dan internasional dalam rangka mewujudkan visi Global Korea yang menjadi tujuan utama dalam Pemerintahan Presiden Lee Myung Bak. Visi Global Korea tersebut dimaksudkan agar tercipta sebuah citra bangsa Korea yang tidak hanya bekerja sama secara aktif tetapi juga dapat memberikan solusi untuk menangani permasalahan yang dihadapi masyarakat internasional Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas oed Politik Luar Negeri Korea Selatan. Yoyakarta: UGM Press. Hal Lee Myung-Bak The Lee Myung-Bak Administration s Foreign Policy and National Security Vision: Global Korea The National Strategy of the Republic of Korea. Cheong Wa Dae: Office of The President. Hal

39 Setelah berhasil bangkit dari masa imperialisme Jepang, penderitaan perang Korea dan kemiskinan, Korea Selatan telah berhasil memulihkan kedaulatan negaranya selama beberapa dekade ini serta mencapai hasil pembangunan ekonomi dan demokrasi yang kuat. Dewasa ini, Korea Selatan berada dalam waktu yang tepat untuk dapat menjadi negara yang lebih bermartabat dan menempati posisi sejajar dengan negara-negara maju seiring dengan pembangunan ekonomi, demokrasi, dan industri teknologinya yang semakin meningkat. Oleh karena itu, Korea mengadopsi sikap yang lebih terbuka dalam mengimplementasikan kepentingan nasional dan pelaksanaan kebijakan luar negerinya karena keberlangsungan hidup dan masa depan suatu bangsa dipengaruhi oleh totalitas interaksinya dengan masyarakat internasional. Perwujudan citra Global Korea dapat menjadikan Korea sebagai aktor global yang memiliki cakrawala luas dengan terlibat secara proaktif dalam pergaulan internasional untuk menciptakan perdamaian dunia. Pencitraan Global Korea juga mengacu pada tujuan Korea yang meninggalkan kebiasaan diplomasinya yang sempit dimana hanya diarahkan untuk penyelesaian konflik Semenanjung Korea dan menjadikannya sebuah bangsa yang berbudaya modern. Dengan demikian, Pemerintah Korea Selatan menggunakan soft power yang dapat membangun kapasitasnya untuk menjadi aktor global. Hal tersebut ditunjang oleh kemajuan ekonomi, pengembangan industri teknologi yang semakin canggih, potensi budaya yang artistik dan menarik serta kesejahteraan 39

40 masyarakat yang disertai dengan kualitas pendidikan yang dimiliki oleh Korea Selatan. 62 Dalam Diplomatic White Paper Republik Korea tahun 2011 dinyatakan bahwa atas dasar disadarinya peranan soft power menjadi semakin penting dan budaya telah meningkat sebagai unsur inti daya saing antarbangsa dan sumber daya ekonomi yang menghasilkan nilai tambah, diplomasi budaya telah menjadi salah satu pilar dalam pelaksanaan diplomasi yang diterapkan oleh Pemerintah Korea Selatan. Korea Selatan sebagai negara middle power yang tidak dapat menjadi balance of power diantara Jepang dan China dengan mengandalkan hard power, sehingga pemberdayaan soft power dianggap penting. Keberhasilan perekonomian Korea dan penyerbarluasan budaya Korea melalui Korean wave dapat menjadi faktor pendorong peningkatan soft power yang dimiliki oleh Korea Selatan. 63 Dalam rangka memaksimalisasikan pemberdayaan soft power yang dimilikinya, Korea Selatan membuka cakrawala baru dalam diplomasi yakni dengan soft diplomacy. Sejak tahun 2006, Ministry of Foreign Affairs and Trade (MOFAT) secara tidak langsung terus mendukung penyebaran Korean wave sebagai soft diplomacy dalam meningkatkan soft power yang dimiliki oleh Korea Selatan serta menjadi langkah modal dalam mewujudkan tujuan nasional Global Korea. MOFAT berupaya membangun jaringan global agar Korea Selatan dapat terus menjangkau lebih banyak negara dan lebih meningkatkan hubungan kerjasamanya dengan negara lain. Dengan menjalin 62 Ibid. 63 Joseph S.Nye. Why South Korea Should Go Soft. Korea 2020: Global Perspective for the Next Decade. Seoul: Random House Korea. Hal

41 jaringan yang luas secara global, Pemerintah Korea Selatan dapat memperbaiki citra ataupun reputasinya di luar negeri dengan meningkatkan brand Korea dan memperkuat posisinya dalam kepemimpinan global melalui bentuk pendekatan yang lebih proaktif dalam berinteraksi dengan masyarakat internasional. Sejalan dengan langkah pencapaian kepentingan nasional, Pemerintah Korea Selatan mengeluarkan kebijakan New Asia Initiative sebagai langkah membangun jaringan global dengan semakin memfokuskan kerjasama di kawasan Asia terutama dengan negara-negara ASEAN sebagai salah satu organisasi regional terbesar di Asia. Apalagi Korea Selatan yang tidak terlepas dari konflik dengan Korea Utara tentunya dapat mengganggu stabilitas dan keamanan nasional sehingga Korea Selatan harus bisa menjalin hubungan baik dengan negara tetangga agar ke depannya Korea Selatan mendapat dukungan dari negara lain dalam upaya reunifikasi antar-korea. Selain itu, kebijakan tersebut juga mengindikasikan ASEAN sebagai salah satu kawasan dan pasar terbesar bagi Korea Selatan di Asia, maka dari itu menjalin dan mempererat hubungan dengan negara-negara anggota ASEAN menjadi penting bagi Korea Selatan. Indonesia sebagai salah satu anggota ASEAN, menjalin hubungan diplomatik dengan Korea Selatan secara resmi pada tanggal 18 September Korea-Indonesia terus melakukan upaya perluasan kerjasama bilateral secara regional dan internasional serta menjanjikan untuk mempertahankan ikatan kerjasama yang erat dengan Indonesia Ministry of Foreign Affairs and Trade Diplomatic White Paper Republic of Korea. Hal

42 Peningkatan hubungan kerjasama kedua negara tersebut disepakati dengan menandatangani MoU Joint Declaration on Strategic Partnership between RI and ROK pada bulan Desember tahun 2006 untuk memperluas bidang hubungan kerjasama seperti pembangunan, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lain-lain. Peningkatan hubungan mitra strategis tersebut ditandai dengan ditandanganinya kerjasama bidang kebudayaan pada tahun Kemudian, Korea-Indonesia bekerja sama menjadi host Bali Democracy Forum pada tahun 2010 di Indonesia yang mana berkontribusi untuk memperkuat hubungan kerjasama dengan kedua negara sebagai salah satu upaya untuk mempromosikan demokrasi di wilayah Asia Timur dan setuju untuk memperkuat kerja sama pada masalah Korean Peninsula. 65 Hubungan bilateral yang dijalin Korea-Indonesia dilandasi beberapa kepentingan nasional Korea di bidang politik, ekonomi dan sosial-kebudayaan, namun kepentingan ekonomi menjadi kepentingan utama yang ingin dicapai Korea Selatan di Indonesia. Hal tersebut berdasarkan penyataan Mr. Kim Do Hyung, first secretary of Republic of Korea Embassy in Indonesia, Beliau mengungkapkan bahwa: Kepentingan nasional utama lainnya yang ingin dicapai Korea Selatan di Indonesia adalah di bidang ekonomi. Korea Selatan ingin mempromosikan kerjasama substansial menengah dan rencana ekonomi pembangunan jangka panjang di Indonesia. Korea Selatan sedang berusaha untuk memperluas perannya dalam masyarakat internasional dengan melakukan modernisasi ekonomi dan kebudayaan guna memberikan pengalaman dan 65 Ministry of Foreign Affairs and Trade Diplomatic White Paper Republic of Korea. Hal

43 keahliannya dengan negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. 66 Upaya mencapai kepentingan nasional suatu bangsa perlu ditopang oleh citra ataupun reputasi negaranya. Maka dari itu, Pemerintah Korea mendirikan President Council on Nation Branding (PCNB) pada 22 Januari 2009 untuk meningkatkan citra nasionalnya dalam komunitas internasional dengan menerapkan strategi sistematis dan komprehensif. Tujuan PCNB adalah untuk menginformasikan kepada dunia untuk mengenal Korea dan mempromosikan citra Korea sebagai sebuah negara yang memberikan kontribusi bagi masyarakat internasional yang menghasilkan produk dan layanan kelas dunia serta sebagai sebuah negara yang menghargai budaya lain. 67 Upaya membangun citra ataupun nation-branding Korea Selatan menjadi Global Korea dilakukan dengan mengembangkan unsur kebudayaan. Kebudayaan dijadikan sebagai daya tarik untuk menjalin hubungan bilateral dengan Indonesia agar dapat mengundang investor masuk ke Korea ataupun investor Korea dapat melakukan investasi di Indonesia serta menarik kunjungan wisatawan Indonesia ke Korea. Kebudayaan itu sendiri tidak hanya akan memberikan dampak sosial melainkan dapat pula mempengaruhi bidang 66 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Kim Do Hyung pada tanggal 17 April 2012 Pukul Wib di Jakarta. 67 President Council on Nation Branding. Vision and Strategy. [Online]. 1&m2=5. Diakses pada tanggal 30 Maret 2012 pada pukul Wita 43

44 politik dan ekonomi suatu negara. 68 Maka dari itu, Pemerintah Korea Selatan sangat mendukung agar popularitas musik pop Korea di luar negeri terus dilanjutkan agar dapat menarik 20 juta wisatawan asing setiap tahun sampai tahun 2020 sebagai salah satu upaya untuk peningkatan kekuatan perekonomian negara. 69 Peneliti P2P LIPI, Indriana Kartini juga mengungkapkan bahwa: Korea Selatan adalah friendly country yang tidak mendahulukan kekerasan. Korea Selatan butuh citra tersebut mengingat Korea Selatan yang sedang dalam konflik dengan Korea Utara, disamping persaingan dengan Jepang. Citra yang dibangun tentunya diharapkan untuk mencapai kepentingan ekonomi di Indonesia melalui industri ekspor otomotif serta industri teknologi komunikasi. Tentunya Pemerintah Korea Selatan ingin meningkatkan sektor perekonomian negaranya, sehingga melalui K-Pop yang dijadikan daya tarik tentunya menciptakan minat pasar masyarakat Indonesia terhadap segala bentuk produk Korea dan mulai mengkonsumsinya. 70 Korean wave memang telah dipersiapkan untuk dipasarkan ke dunia internasional sejalan dengan adanya dukungan penuh dari Pemerintah sejak masa Pemerintahan Presiden Kim Dae Jung ( ) yang slogan politiknya adalah Creation of the New Korea. Dengan kata lain, Pemerintah Korea ingin menghapus citra bangsa yang tradisional dan membuat citra nasional yang lebih baru dan modern. Kebijakan budaya di masa Pemerintahan Kim Dae Jung dimaksudkan untuk membangun identitas budaya dari 68 Jason Strother Korea s Image Problem. [Online]. Diakses pada tanggal 24 desember 2011 pukul Wita. 69 KBS Kementrian Kebudayaan Umumkan Proyek Untuk Tahun [Online]. Diakses pada tanggal 11 maret 2012 pada pukul Wita. 70 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Indriana Kartini pada tanggal 27 Maret 2012 Pukul Wib di Jakarta. 44

45 perspektif internasional dan untuk membangun kreatifitas budaya suatu bangsa sehingga mantan Presiden Kim dikenal sebagai President of Culture. Pada awal tahun 2000-an, setelah krisis finansial yang melanda kawasan Asia di tahun 1997, Pemerintah Korea mulai menargetkan ekspor budaya populer Korea sebagai bentuk inisiatif pelaksanaan sektor perekonomian baru. Mantan Presiden Kim mendirikan Basic Law for the Cultural Industry Promotion pada tahun 1999 dengan mengalokasikan dana senilali US$148.5 juta untuk mengembangkan dan menyebarluaskan budaya popular Korea melalui caracara inovatif dengan menggabungkan budaya tradisional mereka dengan budaya modern. 71 Tujuan akhir dari soft diplomacy adalah untuk mempromosikan citra positif dalam rangka meningkatkan kemampuan untuk menarik perhatian negara lain. Seperti banyak bangsa, Korea telah berusaha untuk meningkatkan posisinya dalam tatanan internasional seiring dengan perkembangan soft power di dunia internasional. Dengan demikian, era dimana sektor industri yang memimpin pertumbuhan ekonomi suatu negara juga menjadi sangat didukung dari sektor kebudayaan dan hal tersebut berhasil dilakukan Korea Selatan. Atas dasar pemulihan dari krisis keuangan global, Pemerintah Korea Selatan telah terus-menerus membuat upaya untuk memperkuat dasar bagi pertumbuhan jangka panjang dan meningkatkan ekonomi riil dengan membangun citra bangsa Global Korea. Beberapa tahun ini Korea Selatan telah menjadi tuan rumah beberapa event besar tingkat internasional, berawal 71 Sung Sang-Yeon Why are Asians Attracted to Korean Pop Culture?. The Korea Herald (eds). Korean wave. Seoul: Jimoondang. Hal

46 dari World Cup 2002, Summit G , Yeosu Expo World Exhibtion 2012 dan Winter Olympic Pyeongchang yang akan digelar tahun 2018, sekaligus dapat menjadi sarana pelaksanaan soft diplomacy dan meningkatkan citra negaranya sehingga dapat semakin memperkuat posisinya di forum Internasional. B. Bentuk-Bentuk Korean Wave di Indonesia Kunci dari terjalinnya persahabatan antarsuatu bangsa adalah saling mengenal dan memahami karakter dan budaya masing-masing. Pengaruh kebudayaan terhadap pelaksanaan diplomasi memiliki peran yang signifikan karena kebudayaan memiliki unsur universal dan bersifat komunikatif. Kebudayaan secara aktif digunakan dalam diplomasi bilateral untuk meningkatkan pemahaman budaya dan dialog antar bangsa karena dapat menembus batas-batas geografis, politik, ideologi dan sosial. 72 Karena itu, dengan masuknya Korean wave sebagai pengenalan seni dan budaya Korea kepada masyarakat Indonesia merupakan sebuah langkah dasar bagi Korea Selatan untuk membangun citranya sekaligus dapat mempererat hubungan bilateralnya dengan Indonesia. Istilah Korean wave pertama kali diungkapkan oleh jurnalis China pada pertengahan tahun 1990-an dengan menyebutnya sebagai hanliu dalam bahasa mandarin sementara di Korea dikenal sebagai hallyu. Sejak saat itulah ditandai sebagai awal munculnya hallyu atau lebih dikenal sebagai Korean 72 Gracia I. Caroline Sidabutar. Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansinya terhadap Pelaksanaan Politik Luar Negeri. Divisi Litbang Sekdilu Angkatan XXXII. Indonesia dan Dunia: Refleksi Pemikiran Diplomat Muda Indonesia. Jakarta: Kemenlu RI. Hal

47 wave oleh masyarakat Internasional. Korean wave adalah istilah yang menggambarkan fenomena penyebaran budaya pop Korea berupa serial drama, film dan musik pop Korea ke seluruh dunia. 73 Serial drama televisi dan film adalah bentuk Korean wave yang pertama kali dikenal oleh masyarakat di Asia yang selanjutnya pada awal tahun 2000-an disusul oleh ekspansi musik pop Korea yang dikenal dengan istilah K-Pop. Elemen-elemen budaya populer Korea ini menyebarkan pengaruhnya di negara-negara Asia salah satunya Indonesia. Selain itu, Korean wave pun berkembang dengan cepat ke berbagai belahan dunia seperti Benua Amerika dan Eropa. Korean wave berperan cukup efektif sebagai pemberi identitas diplomasi Korea Selatan karena budaya popular Korean wave menampilkan nilai budaya dan karakter bangsa Korea dalam bentuk serial drama televisi, musik dan film. Dengan demikian, Korean wave merupakan media yang efektif sebagai pendukung dalam memperlancar pelaksanaan diplomasi. a. Serial Drama Korea Pada awal munculnya Korean wave, serial drama televisi Korea telah menjadi pilar utama dalam penyebaran Korean wave. Krisis ekonomi Asia pada akhir 1990-an membawa sebuah situasi di mana pembeli Asia lebih menyukai program acara Korea yang lebih murah. Korea menawarkan harga drama televisi lebih murah seperempat dari harga drama televisi Jepang dan sepersepuluh dari harga drama televisi Hong Kong di tahun Bentuk 73 Do Kyun Kim dan Se-Jin Kim Hallyu from Its Origin to Presents. Do Kyun Kim dan Min-Sun Kim (eds). Hallyu: Influenfe of Korean Popular Culture in Asia and Beyond. Seoul: Seoul National University Press. Hal

48 Korean wave di Indonesia diawali setelah Indonesia yang melakukan liberalisasi media pada tahun 1990-an dengan masuknya penayangan serial drama Korea di stasiun TV Indosiar pada tahun 2002 yakni drama Winter Sonata yang langsung digemari oleh masyarakat lalu diikuti oleh drama Endless Love. 74 Serial drama Korea mengisahkan berbagai cerita tapi jenis cerita yang paling menonjol adalah kisah drama romantis dan historikal. Drama Korea selalu mencerminkan kualitas produksi, karakter yang dijiwai dan skrip yang menarik. Drama Korea dirancang untuk berbagai kalangan penonton dan dipenuhi kisah dramatis yang dikemas secara menarik dan dianggap lebih memiliki emosional yang kuat. Serial drama Korea kerap menampilkan pakaian tradisional Hanbok dan berbagai macam makanan tradisional serta sikap santunnya dalam menghormati orang yang lebih tua dalam kehidupan keseharian masyarakat Korea. Serial drama Korea dapat menjadi salah satu alasan mengapa seseorang bisa mulai mengenal dan menyukai Korea. Salah seorang penggemar serial-drama Korea, Denti, mengutarakan bahwa ia pertama kali mengenal Korea karena menonton serial drama Korea dan tertarik dengan kebudayaan Korea yang ditampilkan dalam drama tersebut. 75 Tercatat terdapat sekitar 50 judul drama Korea yang tayang di stasiun TV swasta 74 Doobo Shim Hybridity and Rise of Korean Popular Culture in Asia. Media, Culture and Society. Vol.28(1). Hal Hasil Wawancara terhadap Narasumber Penggemar K-Pop Ayu dan Denti pada tanggal 23 Maret 2012 Pukul Wib di Jakarta. 48

49 Indonesia pada tahun 2011 dan terus meningkat setiap tahunnya. 76 Dari sekian banyak stasiun televisi di Indonesia, Indosiar dikenal paling sering menayangkan program drama Korea. Melihat animo masyarakat yang tinggi akan drama Korea, Head section of PR Indosiar, Gufron Sakaril mengungkapkan bahwa: Índosiar kini menjadi trademark televisi Korea di Indonesia dan dengan melakukan evaluasi setiap saat dan melihat selera penonton di Indonesia semakin tinggi akan Korean wave, maka program tayangan tajuk drama Asia kini didominasi oleh tayangan drama Korea. 77 Dengan demikian, serial drama Korea menjadi bagian penting dalam diplomasi Korea dalam memperkenalkan identitas, karakter dan budaya bangsa. b. Film Korea Setelah sukses meraih kepopuleran melalui serial drama, bentuk Korean wave lainnya pun mulai ikut menunjukkan kualitasnya, yakni film. Film Korea sudah mulai menunjukkan kualitasnya di dunia perfilman internasional. Pada awalnya, film Hongkong mendominasi film Asia di bioskop Indonesia. Namun seiring dengan semakin kuatnya ekspansi Korean wave, film produksi Korea Selatan pun mulai digemari. Kepopuleran film Korea di Indonesia tidak lain karena pengaruh kegemeran penonton akan serial drama televisi Korea. Film Korea pertama yang beredar sukses di pasaran adalah Shiri pada tahun Film Shiri dan 76 Nyoman Lia Susanthi Gurita Budaya Populer Korea di Indonesia. [Online] Diakses pada tanggal 5 Mei 2012 pukul Wita. 77 Hasil Wawancara terhadap Narasumber Gufron Sakaril pada tanggal 3 April 2012 Pukul Wib di Jakarta. 49

50 juga Taegukgi juga diekspor ke berbagai negara di Asia termasuk Asia Tenggara. Film Korea juga memiliki kekhasan tersendiri yang sesuai dengan sifat masyarakat Asia sehingga mudah dipahami serta menggambarkan keadaan Korea itu sendiri, misalnya dalam film Shiri menggambarkan sikap Korea Selatan dalam mengendalikan isu sensitif hubungan inter-korea. Kementerian Budaya, olahraga dan pariwisata Korea Selatan menyatakan bahwa pada tahun 2012 tercatat juta orang menonton film Korea yang merupakan jumlah tertinggi sejak Dalam rangka untuk mempromosikan dan meningkatkan ekspor film Korea yang telah memperoleh pengakuan di seluruh dunia, MOFAT telah mendukung pemutaran film Korea di Festival film internasional besar seperti Berlin International Film Festival, The Festival de Cannes dan Venice Festival Film. Selain itu, MOFAT telah mendukung Festival film internasional yang diadakan di Korea seperti BIFF (Busan International Film Festival) yang mendorong film luar negeri, sutradara, dan profesional lain untuk berpartisipasi dalam Festival tersebut. Upaya mempromosikan film Korea ke dunia Internasional dijadikan tidak sekedar memperkenalkan film Korea saja tetapi juga dapat mempromosikan negara Korea secara keseluruhan kepada masyarakat internasional. Oleh karena itu, film menjadi salah satu sarana dalam melakukan hubungan diplomasi Shim Sun-ah Korean Films Drew Record Audiences in First Half: Ministry HTML. Diakses pada tanggal 7 Juli 2012 pukul Wita. 79 Do Kyun Kim dan Se-Jin Kim. Op.cit. Hal

51 c. Musik Pop Korea (K-Pop) Musik pop Korea dikenal dengan istilah K-Pop. Memasuki tahun 2000-an musik pop Korea mulai mendapatkan perhatian internasional yang lebih luas sebagai dampak Korean wave. K-Pop itupun dapat didefinisikan sebagai musik pop Korea dinyanyikan oleh artis Korea Selatan dan diterima secara positif oleh penggemar internasional. Lagu-lagu K-Pop yang menjadi populer di seluruh dunia memiliki beberapa faktor-faktor yang membuat mereka unik dan mudah diingat. Salah satu bentuk yang paling umum dari fitur lagu K-Pop adalah paduan suara berulang-ulang dengan tarian grup yang disinkronisasi. Musik pop Korea itu sendiri tidak terlepas dari pengaruh musik barat namun diformulasikan ke dalam penampilan khas Korea. Sebagai penyanyi pop Korea yang dikenal sebagai istilah idol, mereka telah menerima pelatihan selama bertahun-tahun di bawah agensi industri musik setelah melewati proses trial and error sehingga mereka dapat memberikan penampilan bakat yang berkualitas dan berkesan. K-Pop terus mendapatkan pengakuan di berbagai belahan dunia. Awal mula dikenalnya K-Pop saat kelompok musik H.O.T ataupun Shinhwa melakukan debutnya di China dan Jepang, hingga kini kelompok musik pop semakin banyak bermunculan dan menjadi idola baru masyarakat internasional, sebut saja TVXQ, Super Junior, Girls Generation, Big Bang, 2NE1 dan Wonder Girls. 51

52 Dewasa ini, K-Pop telah menjadi produk utama Korean wave. K-Pop menjadi daya tarik utama dalam penyebaran Korean wave karena orang asing mudah memahami bahwa K dalam frase K-Pop berarti merepresentatifkan Korea. Ini menunjukkan K-Pop jauh lebih berguna dalam publikasi Korea untuk meningkatkan nilai brand dari barang-barang yang diekspor oleh Korea Selatan. Hal tersebut didasarkan pada hasil survei yang telah dilakukan oleh Korean Tourism Organization (KTO). Gambar 2: Hasil Survei Popularitas K-Pop Sumber: Korean Tourism Organization Hasil survei tersebut menyatakan bahwa hal yang paling menarik orang-orang asing adalah musik pop Korea, atau K-Pop yang dikenal dengan genre musik yang dinamis, enerjik dan menarik yang disertai dengan dance. KTO melakukan survei online tentang Korean wave terhadap orang asing dari 102 negara, berasal dari Asia, dari Eropa, 502 dari Amerika, 112 dari Afrika dan 60 dari Oceania. Voting berlangsung pada 52

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasca kekalahannya dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bangkit kembali menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Usaha Jepang untuk bangkit kembali dilakukan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas Siapa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kebudayaan disadari atau tidak merupakan bagian dari identitas yang melekat pada suatu bangsa dimana didalamnya terkandung pesan identitas "Siapa bangsa itu" dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, distirbusi informasi serta mobilitas manusia menjadi lebih mudah. Hal ini merupakan dampak langsung dari adanya pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi sebagai sebuah fenomena saat ini semakin banyak menimbulkan isu-isu dan permasalahan dalam hubungan antar negara, berbagai macam seperti permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian Korea Selatan. Diplomasi Kebudayaan adalah salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. dan perekonomian Korea Selatan. Diplomasi Kebudayaan adalah salah satu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Skripsi ini akan membahas tentang diplomasi kebudayaan Korea Selatan dengan sarana Hallyu di panggung internasional yang efektif bagi perpolitikan dan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Politik luar negeri Korea Selatan dari masa ke masa banyak diwarnai dengan berbagai macam perubahan. Perubahan ini terjadi dari setiap pemerintahan yang berkuasa memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama. India merupakan negara non-komunis pertama yang mengakui

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama. India merupakan negara non-komunis pertama yang mengakui BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang India dan Afganistan merupakan dua negara tetangga yang mempunyai keterikatan sejarah yang kuat. Hubungan baik antar kedua negara pun sudah terjalin sejak lama. India

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia BAB 5 KESIMPULAN Dalam bab terakhir ini akan disampaikan tentang kesimpulan yang berisi ringkasan dari keseluruhan uraian pada bab-bab terdahulu. Selanjutnya, dalam kesimpulan ini juga akan dipaparkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juga budaya. Joseph S. Nye, Jr. (2004) menyatakan bahwa sumber kekuatan

BAB 1 PENDAHULUAN. juga budaya. Joseph S. Nye, Jr. (2004) menyatakan bahwa sumber kekuatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dalam upaya mengejar kepentingan nasionalnya, negaranegara tidak hanya menekankan pada kekuatan militer atau ekonomi melainkan juga budaya. Joseph S. Nye,

Lebih terperinci

Tugas Akhir 115 Pusat Kebudayaan Korea Selatan di Jakarta BAB I PENDAHULUAN

Tugas Akhir 115 Pusat Kebudayaan Korea Selatan di Jakarta BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Korea Selatan merupakan sebuah negara yang mengalami perkembangan dan kemajuan pesat di berbagai bidang baik politik, ekonomi, budaya, dan iptek. Kemampuan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. J. Suatma, Kesiapan Indonesia dalam Menghadapi ASEAN Economic Community 2015, Jurnal STIE Semarang, vol.4 no.1, 2012. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ASEAN telah dimulai ketika Deklarasi Bangkok ditandatangani oleh Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filiphina pada tahun 1967. Sejak saat

Lebih terperinci

: Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si. Memahami Diplomasi

: Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si. Memahami Diplomasi Mata Kuliah Dosen : Diplomasi dan Negosiasi : Andrias Darmayadi, M.Si Memahami Diplomasi Pada masa kini dengan berkembang luasnya isu internasional menyebabkan hubungan internasional tidak lagi dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anisya Andrianita,2015 PENGARUH CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN ASAL INDONESIA KE KOREA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Anisya Andrianita,2015 PENGARUH CELEBRITY ENDORSER TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN ASAL INDONESIA KE KOREA SELATAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata telah berkembang menjadi sebuah fenomena global. Dalam enam dekade terakhir, negara-negara berkembang menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor

Lebih terperinci

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang PASAR BEBAS Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memilih judul skripsi DAMPAK KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA DENGAN PEMERINTAH AUSTRALIA DALAM BIDANG

BAB I PENDAHULUAN. memilih judul skripsi DAMPAK KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA DENGAN PEMERINTAH AUSTRALIA DALAM BIDANG BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ada beberapa pertimbangan yang mendorong penulis tertarik untuk memilih judul skripsi DAMPAK KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA DENGAN PEMERINTAH AUSTRALIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hubungan internasional. Hal ini tercermin dari pembentukan kelompok kerjasama

BAB I PENDAHULUAN. hubungan internasional. Hal ini tercermin dari pembentukan kelompok kerjasama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fenomena interdependensi antar negara telah terlihat dalam interaksi hubungan internasional. Hal ini tercermin dari pembentukan kelompok kerjasama regional

Lebih terperinci

DEMOKRATISASI DIPLOMASI

DEMOKRATISASI DIPLOMASI DEMOKRATISASI DIPLOMASI Bima Arya Sugiarto icholson, seorang pakar diplomasi modern, pernah menyatakan bahwa diplomasi merupakan alat untuk mencapai kebutuhan nasional. Jika kebijakan luar negeri merupakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME Dinamika politik internasional pasca berakhirnya Perang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi kreatif merupakan pengembangan konsep berdasarkan modal kreatifitas yang dapat berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Menurut Presiden Susilo Bambang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Korea Selatan merupakan negara republik dengan menerapkan sistem

BAB V KESIMPULAN. Korea Selatan merupakan negara republik dengan menerapkan sistem BAB V KESIMPULAN Korea Selatan merupakan negara republik dengan menerapkan sistem pemerintah demokrasi. Bentuk pemerintahan Korea Selatan terbagi menjadi 3 lembaga yaitu eksekutif, yudikatif dan legislative.

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat.

BAB IV KESIMPULAN. mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. BAB IV KESIMPULAN Terjadinya Perang Dingin antara Uni Soviet dan Amerika Serikat turut mempengaruhi sikap kedua negara terhadap negara-negara lain yang tidak terlibat. Salah satunya adalah sikap yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri yang memiliki prospek di masa mendatang dan menjadi komoditas menarik bagi Indonesia. Produk industri kehutanan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tidak lagi menjadi isu-isu utama yang dihadapi oleh negara-negara sekarang ini.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. tidak lagi menjadi isu-isu utama yang dihadapi oleh negara-negara sekarang ini. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Isu-isu hubungan internasional sampai saat ini telah menjadi sebuah isu yang kompleks dengan segala permasalahannya dan dinamika yang terjadi selalu berubah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed.

BAB I PENDAHULUAN. New York, 2007, p I. d Hooghe, The Expansion of China s Public Diplomacy System, dalam Wang, J. (ed. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina merupakan negara dengan pertumbuhan ekonomi pesat dan saat ini dianggap sebagai salah satu kekuatan besar dunia. Dengan semakin besarnya kekuatan Cina di dunia

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Dengan kemajuan ekonomi yang dialami Korea Selatan saat ini tidak lepas

BAB IV KESIMPULAN. Dengan kemajuan ekonomi yang dialami Korea Selatan saat ini tidak lepas BAB IV KESIMPULAN Dengan kemajuan ekonomi yang dialami Korea Selatan saat ini tidak lepas dari keputusan presiden Park Chung Hee untuk mengubah perekonomian yang pada awalnya beorientasi kearah impor menjadi

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki pintu gerbang perdagangan bebas persaingan bisnis antar perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki pintu gerbang perdagangan bebas persaingan bisnis antar perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki pintu gerbang perdagangan bebas persaingan bisnis antar perusahaan pelayaran khususnya transportasi dan logistik telah menjadi sedemikian ketat pada dua dekade

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era digital saat ini, masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era digital saat ini, masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era digital saat ini, masyarakat Indonesia telah menjadi masyarakat informasi yang ditandai dengan besarnya kebutuhan akan informasi dan masyarakat dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi merupakan fenomena yang terjadi saat ini yang menjadikan dunia tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi merupakan fenomena yang terjadi saat ini yang menjadikan dunia tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi merupakan fenomena yang terjadi saat ini yang menjadikan dunia tanpa batas, dimana banyak kebudayaan dan sikap antar bangsa yang tadinya tidak dipahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena

BAB I PENDAHULUAN. II, di era 1950-an ialah Perdana Menteri Yoshida Shigeru. Ia dikenal karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pasca kekalahan dalam Perang Dunia II, Jepang berusaha bangkit menjadi salah satu kekuatan besar di dunia. Perdana Menteri yang berpengaruh pasca PD II, di

Lebih terperinci

JAWA BARAT DAN KAMPUNG ASIA-AFRIKA

JAWA BARAT DAN KAMPUNG ASIA-AFRIKA JAWA BARAT DAN KAMPUNG ASIA-AFRIKA Oleh: Yanyan Mochamad Yani Pada tanggal 22 April 2008 ini tepat sudah 53 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) dirayakan di tanah air. Beberapa gagasan muncul ke permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK DEMOKRATIK TIMOR- LESTE TENTANG AKTIFITAS KERJA SAMA DIBIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awal kemerdekannya, Indonesia memiliki kondisi yang belum stabil, baik dari segi politik, keamanan, maupun ekonomi. Dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menonjol dalam Hubungan Internasional adalah Power State, Power sering

BAB I PENDAHULUAN. menonjol dalam Hubungan Internasional adalah Power State, Power sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Internasional adalah hal yang kompleks, namun yang paling menonjol dalam Hubungan Internasional adalah Power State, Power sering diartikan sebagai kekuatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan BAB V KESIMPULAN Penelitian ini membahas salah satu isu penting yang kerap menjadi fokus masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan berkembangnya isu isu di dunia internasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif,

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tergesernya budaya setempat dari lingkungannya disebabkan oleh kemunculannya sebuah kebudayaan baru yang kelihatan lebih atraktif, fleksibel dan mudah dipahami sebagian

Lebih terperinci

Menakar Arah Kebijakan Pemerintah RI Dalam Melindungi Hak Asasi WNI di Luar Negeri

Menakar Arah Kebijakan Pemerintah RI Dalam Melindungi Hak Asasi WNI di Luar Negeri MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA --------- POINTERS Dengan Tema : Menakar Arah Kebijakan Pemerintah RI Dalam Melindungi Hak Asasi WNI di Luar Negeri OLEH : WAKIL KETUA MPR RI HIDAYAT NUR

Lebih terperinci

S I L A B U S. Jurusan/Program Studi : Ilmu Administrasi Negara : Organisasi dan Administrasi Internasional Kode : SAN 224 SKS : Teori: 2 Praktek: -

S I L A B U S. Jurusan/Program Studi : Ilmu Administrasi Negara : Organisasi dan Administrasi Internasional Kode : SAN 224 SKS : Teori: 2 Praktek: - S I L A B U S Fakultas : Ilmu Sosial Jurusan/Program Studi : Ilmu Administrasi Negara Mata Kuliah : dan Administrasi Kode : SAN 224 SKS : Teori: 2 Praktek: - Semester : V Mata Kuliah Prasyarat : - Dosen

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik

Sejak Edisi Pertama diterbitkan pada tahun 2008 sudah banyak perubahan yang terjadi baik Politik Global; Dalam Teori dan Praktik Edisi 2 oleh Aleksius Jemadu Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara di kawasan Asia Timur yang berhasil menyebarkan kebudayaannya ke berbagai negara. Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bary, Buzan, People, State, Fear : an Agenda For International Secirity

DAFTAR PUSTAKA. Bary, Buzan, People, State, Fear : an Agenda For International Secirity DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku : Bary, Buzan, 1991. People, State, Fear : an Agenda For International Secirity Studies in The Post Cold War Era, New York, London, Tokyo, Sidney, Singapore: Harpvester Wheatsheaf.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi manusia saling membentuk pengertian dengan lingkungannya.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi manusia saling membentuk pengertian dengan lingkungannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses komunikasi setua peradaban manusia di dunia ini, dan sejalan dengan perkembangan zaman. Bentuk komunikasinya pun terus berkembang. Melalui komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public relations atau humas merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai

Lebih terperinci

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika. KEWARGANEGARAAN Modul ke: GLOBALISASI DAN NASIONALISME Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Teknik Informatika www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Abstract : Menjelaskan pengertian globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peluang kerjasama dalam era globalisasi saat ini sangat diperlukan dalam konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1

PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1 PENGARUH BUDAYA KOREAN POP DALAM TAYANGAN TOP KPOP TV TERHADAP PERILAKU REMAJA DI BSD, KENCANA LOKA BLOK F1 Villia Octariana Putri Binus University, Jakarta, Indonesia Abstrak TUJUAN PENELITIAN Alasan

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, Selasa, 08 Desember 2009

Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, Selasa, 08 Desember 2009 Sambutan Presiden RI pada ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY, Bandung-Jabar, 8-12-09 Selasa, 08 Desember 2009 Â SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA ASIAN PARLIAMENTARY ASSEMBLY DI GEDUNG MERDEKA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Public Relations atau Humas secara garis besar adalah komunikator sebuah organisasi atau perusahaan, baik kepada publik internal maupun publik eksternal. Bagi sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan budaya yang didorong dengan kemajuan pesat pada perkembangan zaman, seringkali menghadirkan perubahan-perubahan baru yang membuat dunia takjub.

Lebih terperinci

Politik Global dalam Teori dan Praktik

Politik Global dalam Teori dan Praktik Politik Global dalam Teori dan Praktik Oleh: Aleksius Jemadu Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2008 Hak Cipta 2008 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

Kebangkitan ekonomi Korea Selatan tidak dicapai dengan mudah karena melalui proses yang panjang dan berliku. Dari proses yang panjang tersebut,

Kebangkitan ekonomi Korea Selatan tidak dicapai dengan mudah karena melalui proses yang panjang dan berliku. Dari proses yang panjang tersebut, BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Korea Selatan adalah salah satu negara termiskin di dunia pada tahun 1950 dan ekonominya sebagian besar tergantung pada bantuan ekonomi AS. Tetapi sekarang Korea

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Pemilihan judul skripsi didasarkan pada permasalahan mengenai tenaga kerja wanita (TKW) Indonesia sektor domestik yang bekerja di Malaysia. Terutama mengenai

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013

Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 Sambutan Presiden RI pd Prasetya dan Pelantikan Perwira TNI dan Polri, 2 Juli 2013, di Surabaya Selasa, 02 Juli 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PRASETYA PERWIRA TENTARA NASIONAL INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Istilah hallyu, pertama kali dimunculkan oleh para jurnalis di Beijing terkait dengan merebaknya popularitas K-pop dengan cepat dinegeri tirai bambu tersebut. Hal

Lebih terperinci

2 Pemasaran dan brand suatu negara menjadi hal yang penting untuk dikelola oleh pemerintah karena memiliki kontribusi besar dalam ekonomi dan pembentu

2 Pemasaran dan brand suatu negara menjadi hal yang penting untuk dikelola oleh pemerintah karena memiliki kontribusi besar dalam ekonomi dan pembentu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dunia telah memasuki era globalisasi. Globalisasi menuntut banyak perubahan diberbagai pola kehidupan. Globalisasi menuntut suatu negara melakukan kan inovasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepentingan Nasional Dalam kepentingan nasional peran negara sebagai aktor yang mengambil keputusan dan memerankan peranan penting dalam pergaulan internasional berpengaruh bagi

Lebih terperinci

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI DINAMIKA HUBUNGAN indonesia - MALAYSIA DI MABES

Lebih terperinci

LAMPIRAN I MATRIKS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI. No. Arah Kebijakan Kemenlu Strategi Kemenlu Strategi Perwakilan

LAMPIRAN I MATRIKS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI. No. Arah Kebijakan Kemenlu Strategi Kemenlu Strategi Perwakilan LAMPIRAN I MATRIKS ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI No. Arah Kebijakan Kemenlu Strategi Kemenlu Strategi Perwakilan 1. Peningkatan peran Memperkuat postur Meningkatkan hubungan pengaruh Indonesia diplomasi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.103, 2010 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PENGESAHAN. MOU. RI-Brunei Darussalam. Pertahanan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5152) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia di dalam masyarakat dan mempunyai proses yang jelas, baik itu proses secara primer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah membentuk dunia yang tanpa batas, karena itu negara-negara tidak

BAB I PENDAHULUAN. telah membentuk dunia yang tanpa batas, karena itu negara-negara tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu negara tidak pernah dapat berdiri sendiri dan menjadi mandiri secara penuh tanpa sama sekali berhubungan dengan negara lain. Negaranegara di dunia perlu melakukan

Lebih terperinci

RESUME SKRIPSI FAKTOR FAKTOR PENDORONG PERKEMBANGAN KOREAN WAVE DI JEPANG

RESUME SKRIPSI FAKTOR FAKTOR PENDORONG PERKEMBANGAN KOREAN WAVE DI JEPANG RESUME SKRIPSI FAKTOR FAKTOR PENDORONG PERKEMBANGAN KOREAN WAVE DI JEPANG Pada tahun 1990an istilah Hallyu atau Korean Wave menjadi populer di kawasan Asia Timur yang disebabkan oleh meledaknya musik pop

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Media massa merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Media massa merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Media massa merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan dan banyak dipercaya oleh masyarakat. Masyarakat dapat melihat dunia tanpa harus keluar rumah,

Lebih terperinci

"Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia"

Indonesia Bisa Jadi Masalah Baru Bagi Asia H T T P : / / U S. A N A L I S I S. V I V A N E W S. C O M / N E W S / R E A D / 2 8 4 0 2 5 - I N D O N E S I A - B I S A - J A D I - M A S A L A H - B A R U - B A G I - A S I A "Indonesia Bisa Jadi Masalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan pasca- perang dingin ini juga mempunyai implikasi strategis baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional Runtuhnya Uni Soviet sebagai negara komunis utama pada tahun 1990-an memunculkan corak perkembangan Hubungan Internasional yang khas. Perkembangan pasca-

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. industri tercepat dan terbesar yang menggerakkan perekonomian. Menurut World BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selama beberapa dekade terakhir, pariwisata telah mengalami perkembangan dan perubahan yang membuat pariwisata menjadi salah satu industri tercepat dan terbesar

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.dengan kata lain, serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.dengan kata lain, serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan soal kebudayaan. Juga dalam kehidupan sehari- hari orang tidak mungkin tidak berurusan dengan hasil-hasil

Lebih terperinci

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM 48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development

BAB V KESIMPULAN. Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development BAB V KESIMPULAN Jepang merupakan salah satu negara maju dimana Official Development Assistance (ODA) digunakan sebagai kebijakan bantuan luar negeri yang bergerak dalam hal pembangunan bagi negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB.I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Informasi di era globalisasi, telah menyatu dalam kehidupan manusia

BAB.I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Informasi di era globalisasi, telah menyatu dalam kehidupan manusia BAB.I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi di era globalisasi, telah menyatu dalam kehidupan manusia untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Peranan media massa sebagai wadah penghubung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat.

BAB I PENDAHULUAN. promosi sehingga dapat diterima masyarakat dengan cepat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya populer yaitu budaya yang terjadi karena adanya budaya massa. Budaya massa lahir karena adanya masyarakat (massa) yang menggeser masyarakat berbasis tradisi,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Middleton dan konsep pengembangan city brand yang relevan dari berbagai

BAB V PENUTUP. Middleton dan konsep pengembangan city brand yang relevan dari berbagai BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Dari serangkaian kegiatan penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh penulis, yang didasarkan atas model perencanaan komunikasi John Middleton dan konsep pengembangan

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan

1.1 Latar Belakang. BAB I : Pendahuluan BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penarikan pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan barangkali merupakan salah satu kebijakan pemerintahan Obama yang paling dilematis. Keputusan untuk menarik pasukan

Lebih terperinci

GLOBAL FRAMEWORK AND LOCAL REALITIES

GLOBAL FRAMEWORK AND LOCAL REALITIES PARIWISATA DAN POLITIK LUAR NEGERI TOURISM AND POLITICS: GLOBAL FRAMEWORK AND LOCAL REALITIES KELOMPOK 4 Anggie Aditya Murti Ajeng Yuliana R Pandu Raka Pangestu Annisa Nadya I Farid Ali Syahbana Muhammad

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM SALING PENGERTIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN KERAJAAN KEBAWAH DULI YANG MAHA MULIA PADUKA SERI BAGINDA SULTAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ISLAM PAKISTAN TENTANG KEGIATAN KERJA SAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi telah menyebabkan perubahan sosial yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet. Ditengah perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya menggunakan pendekatan diplomasi atau negosiasi. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya menggunakan pendekatan diplomasi atau negosiasi. Pendekatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap negara tidak akan mampu berdiri sendiri tanpa mengadakan hubungan internasional dengan negara maupun subyek hukum internasional lainnya yang bukan negara.

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FILIPINA TENTANG KEGIATAN KERJASAMA DI BIDANG PERTAHANAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang BAB V KESIMPULAN Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dihadapkan pada berbagai perubahan dan pergeseran kekuatan dalam lingkungan strategis global dan regional sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan. dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi dan praktik Public Relation (PR) perkembangannya memang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi dan praktik Public Relation (PR) perkembangannya memang tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fungsi dan praktik Public Relation (PR) perkembangannya memang tidak terlampau pesat di Indonesia. Tetapi secara bertahap, fungsi dan peranan PR mulai diterapkan pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor BAB V KESIMPULAN China beberapa kali mengalami revolusi yang panjang pasca runtuhnya masa Dinasti Ching. Masa revolusi yang panjang dengan sendirinya melahirkan para pemimpin yang mampu membawa China hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Peran Berita Politik Dalam Surat Kabar Pikiran Rakyat Terhadap Pengetahuan Politik Mahasiswa Ilmu Sosial se-kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini, terutama teknologi informasi dan komunikasi yang semakin berkembang dengan cepat,

Lebih terperinci

KERJASAMA INTERNASIONAL.

KERJASAMA INTERNASIONAL. KERJASAMA INTERNASIONAL TUJUAN PEMBELAJARAN Mendeskripsikan kerjasama internasional Mengidentifikasi tujuan kerjasama internasional Menganalisis kerjasama ekonomi internasional Mengidentifikasi dampak

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL II berbasis

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL II berbasis STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) KURSUS DAN PELATIHAN SENAM LEVEL II berbasis Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal Kementerian

Lebih terperinci