PENGARUH SKALA TERHADAP KUAT GESER PADA BATUAN TUFF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH SKALA TERHADAP KUAT GESER PADA BATUAN TUFF"

Transkripsi

1 PENGARUH SKALA TERHADAP KUAT GESER PADA BATUAN TUFF Oleh: Nanu Karunia Wiguna Prodi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta No.Hp : , upilberantakan@yahoo.com Ringkasan Massa batuan pada dasarnya bersifat heterogen, diskontinu serta anisotrop. Sifat pada massa batuan tersebut menimbulkan hasil yang tidak pasti dan acak pada pengujian geser (Cunha, 1990). Hal yang mempengaruhi suatu pengujian geser salah satunya adalah dimensional volum contoh batuan (efek skala). Pengertian dari efek skala itu sendiri adalah kondisi keheterogenan pada batuan. Untuk membuktikannya perlu dilakukan pengujian insitu. Tetapi dikarenakan pengujian insitu memerlukan biaya yang besar maka dilakukan pengujian pengaruh skala di laboratorium dengan menggunakan ukuran contoh yang berbeda. Seberapa besar perubahan kekuatan geser tersebut tergantung dengan besar kecilnya luas ukuran contoh. Daerah pengambilan contoh batuan terletak secara administratif di Dusun Gunungsari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, yang terletak di sebelah Timur Laut dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Sembilan contoh batuan diberi kode SC II 123 berdiameter ± 4,60 cm, SC III 123 berdiameter ± 6,9 cm, dan SC IV 123 ± 9,20 cm. Setelah dilakukan uji sifat mekanik diketahui bahwa batuan Tuff memiliki nilai kuat tekan uniaksial dengan rata-rata sebesar 3,80 MPa dan itu menandakan bahwa batuan Tuff tergolong batuan lunak. Berdasarkan hasil dari pengujian geser puncak, kekuatan geser yang didapat tiap contoh batuan adalah, contoh batuan dengan diameter ± 4,60 cm memiliki nilai kuat geser rata-rata sebesar 1368,87 kpa, contoh dengan diameter ± 6,9 cm memiliki nilai kuat geser rata-rata sebesar 1049,93 kpa, contoh dengan diameter ± 9,20 cm memiliki nilai kuat geser dengan rata-rata 785,54 kpa. Persen penurunan nilai kuat geser batuan Tuff adalah 42,64%. Pengaruh skala terjadi pada nilai kuat geser dan kohesi karena mengalami penurunan apabila luas ukuran contoh bertambah, tetapi sudut gesek dalam tidak terpengaruh oleh pengaruh skala karena tidak mengalami perubahan. Kata kunci : pengaruh skala, kekuatan geser, batuan Tuff 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Massa batuan pada dasarnya bersifat heterogen, diskontinu serta anisotrop. Sifat pada massa batuan tersebut menimbulkan hasil yang tidak pasti dan acak pada pengujian geser (Cunha, 1990). Hal yang mempengaruhi suatu pengujian geser salah satunya adalah dimensional volume contoh batuan (pengaruh skala). Pengertian dari efek skala itu sendiri adalah kondisi keheterogenan pada batuan. Secara teori dalam perhitungan mekanika batuan contoh batuan dianggap homogen, isotropi dan kontinu, pada kenyataannya di lapangan contoh batuan yang diambil dari formasi yang sama bisa memiliki kekuatan yang berbeda yang disebabkan oleh sifat heterogen dan jaringan kekar yang berbeda (Saptono,2009). Contoh batuan yang digunakan untuk uji laboratorium diharapkan representatif dari massa batuan berikut sifat dan perilakunya. Semakin besar contoh yang digunakan, maka contoh tersebut semakin merepresentatifkan massa batuan. Karena pada ukuran contoh yang semakin besar, maka semakin banyak bidang diskontinu yang akan terlihat dan hal ini mempengaruhi hasil dari sebuah pengujian. Pada penelitian ini digunakan contoh dengan ukuran diameter berbeda agar diketahui apakah kekuatan geser dari batuan Tuff dipengaruhi oleh pengaruh skala. Pengujian pengaruh skala pada nilai kuat geser memerlukan data tegangan geser (τ), kohesi (c) dan sudut gesek dalam (ϕ) batuan Tuff sehingga dapat dibuat kurva tegangan geser (τ), kohesi (c) dan sudut gesek dalam (ϕ) dengan bertambahnya luas permukaan contoh batuan (A). Data tersebut diperoleh dari pengujian geser langsung di laboratorium. Penelitian ini menggunakan alat geser skala besar dan diharapkan hasil yang didapatkan dari penelitian pengaruh skala terhadap kuat geser pada batuan Tuff berguna untuk merepresentatifkan keadaan yang sebenarnya Tujuan Penelitian a. Mendapatkan adanya pengaruh skala terhadap nilai kuat geser pada batuan Tuff. 1

2 b. Mendapatkan hubungan antara tegangan geser (τ), kohesi (c) dan sudut gesek dalam (ϕ) dengan bertambahnya luas permukaan bidang geser. c. Memperkirakan penurunan tegangan geser (τ) dan kohesi (c) serta sudut gesek dalam (ϕ) pada batuan Tuff akibat pengaruh skala Batasan Masalah a. Pengaruh skala yang diteliti hanya pada kekuatan geser batuan. b. Diameter contoh batuan adalah 4,60 cm, 6,90 cm, dan 9,20 cm. c. Contoh batuan Tuff berasal dari Dusun Gunungsari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. d. Keadaan air pada contoh batuan dianggap sama dengan keadaan di lapangan e. Pengolahan data hanya pada tegangan geser, kohesi, dan sudut gesek dalam. f. Menggunakan alat geser skala besar. g. Penentuan kekuatan geser hanya menggunakan teori yang dicetuskan oleh Mohr-Coulomb 2. Lokasi Penelitian dan Kesampaian Daerah Daerah penelitian terletak di secara administrasi terletak Dusun Gunungsari, Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (Gambar 1). Gambar 1 Lokasi Daerah Penelitian Secara umum Desa Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk dalam Formasi Semilir yang terdapat pada Zona Pegunungan Selatan bagian barat. Zona Pegunungan Selatan dibatasi oleh Dataran Yogyakarta-Surakarta di sebelah Barat dan Utara, sedangkan di sebelah Timur oleh Waduk Gajahmungkur, Wonogiri dan di sebelah Selatan oleh Lautan India. Di sebelah Barat, antara Pegunungan Selatan dan Dataran Yogyakarta dibatasi oleh aliran Sungai Opak, sedangkan di bagian Utara berupa gawir Baturagung (Bronto dan Hartono, 2001). 3. Peneliti Terdahulu Bernaix (1974) menyatakan bahwa tegangan geser menurun seiring dengan bertambahnya luas ukuran contoh batuan. Bieniawski & Van heerden (1975) meringkas hasil percobaan pada batubara, bijih besi, dan kuarsa-diorit lapuk. Ringkasan tersebut menunjukkan adanya penurunan kekuatan dengan meningkatnya dimensi contoh. Semakin dimensi contoh batuan meningkat, maka kekuatan dari batuan tersebut berkurang dikarenakan energi dari dalam contoh batuan yang membuat batuan tersebut pecah, semakin besar. Yoshinaka dkk (1993), dalam penelitiannya dengan melakukan pengujian geser langsung terhadap beberapa ukuran contoh batuan granite (Inada-Isi) yang diambil dari Kota Kasama, Ibaragi Prefecture, Jepang. Saptono (2012) melalukan pengujian kuat geser pada batuan lunak. Hasilnya bahwa tegangan geser dan kohesi pada batuan lunak menurun dengan bertambahnya luas ukuran contoh batuan. 2

3 4. Hasil Penelitian 4.1. Uji Petrografis Deskripsi hasil uji sayatan tipis contoh batuan (Gambar 4.1) menunjukkan bahwa batuan tersebut merupakan batuan piroklastik, berwarna coklat cerah, mempunyai ukuran butir 0,05-0,4 mm, derajat pembundaran menyudut, derajat pemilahan terpilah sedang, kemas tertutup, mempunyai struktur welded, disusun oleh gelas, plagioklas, hornblende, piroksen, dan mineral opak. 1. Gelas (35%) : Berwarna coklat,ukuran butir <2 mm, bentuk butir amorf, hadir merata di antara kristal dalam sayatan. (G5) 2. Plagioklas (32%) : Berwarna abu-abu, ukuran butir 0,1-0,4 mm, bentuk butir menyudut, relief rendah, bentuk kristal subhedral, indek bias Nm > Nkb menunjukkan kembaran albit, pada fenokris berukuran 2 mm dengan An- 51 jenis Andesin, dan pada mikrolit berukuran 0,25 mm dengan An- 43 jenis Andesin, hadir merata dalam sayatan. (D4) 3. Hornblende (14%) : Berwarna coklat muda, uuran butir 0,2-0,3 mm, bentuk butir menyudut, relief sedang, menunjukkan adanya belahan 1 arah, bentuk kristal euhedral, hadir merata dalam sayatan. (M3) 4. Piroksen (11%) : Berwarna coklat kehijauan, ukuran butir 0,05-0,2 mm, bentuk butir menyudut, relief tinggi, menunjukkan adanya belahan 2 arah, bentuk kristal euhedral subhedral, hadir setempat dalam sayatan. (H6) 5. Mineral Opak (8%) : Berwarna hitam, ukuran butir 0,2-0,3 mm, bentuk butir menyudutagak membundar, relief tinggi, bentuk kristal subhedral- anhedral, hadir setempat dalam sayatan. (L8) 4.2. Uji Kuat Tekan Uniaksial Pengujian ini dapat menghasilkan beberapa informasi yaitu kurva tegangan regangan, kuat tekan uniaksial, Modulus Young, dan Nisbah Poison. Tabel 2 Hasil Pengujian Kuat Tekan Uniaksial Kode Sampel Kuat Tekan, σc (MPa) Modulus Young, E (MPa) Nisbah Poisson, UCS 1 3, ,33 UCS 2 3, ,26 UCS 3 4, ,90 0,29 Rata-rata 3, ,97 0, Uji Geser Puncak Pengujian ini dilakukan dalam kondisi puncak karena contoh batuan tidak bisa disatukan kembali ketika telah dipecah. Uji geser langsung bertujuan untuk menemukan tegangan geser (τ), kohesi (c) dan sudut gesek dalam (ϕ). Alat yang digunakan untuk melakukan uji geser puncak merupakan alat uji geser skala besar. Pemberian beban normal dilakukan menggunakan sistem pembebanan yang terdiri dari pegas, piston kapasitas 2 ton, dan dongkrak. Untuk menggesernya menggunakan kawat tebal yang dapat dikencangkan yang dihubungkan dengan piston kapasitas 6 ton dan dongkrak. Dalam pengujian ini parameter yang diamati adalah perpindahan lateral, perpindahan aksial, serta kenaikan manometer yang menyatakan gaya geser contoh batuan (Fs). Gaya geser (Fs) dan perpindahan aksial dari contoh batuan dicatat apabila perpindahan lateral mengalami perpindahan sebesar 0,5 mm hingga contoh batuan failure. Hasil penelitian dapat dilihat pada tabel 1 3

4 Tabel 1 Hasil Pengujian Uji Geser Pengaruh Skala Luas permukaan,a (cm 2 ) Pengujian F normal (kg/cm 2 ) F Geser (kg/cm 2 ) (Puncak) F normal (kn) F Geser (kn) (Puncak) 16,61 37,37 66, , ,50 1, , ,65 2, , ,90 2, , ,00 3, , ,15 3, , ,40 4, , ,10 4, , ,40 5, , ,90 6,16 5. Pembahasan 5.1. Pemberian Beban Normal Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan hasil uji kuat tekan uniaksial untuk batuan Tuff untuk yang terendah sebesar 3,69 MPa dan yang terkecil sebesar 4,04 MPa dan rata-rata kuat tekan batuan Tuff sebesar 3,8 MPa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa batuan Tuff merupakan batuan lunak dikarenakan kuat tekan uniaksialnya di bawah 25 MPa, menurut ISRM tahun Pada bab 4 sub bab 4.4 telah dijelaskan bahwa hasil uji kuat tekan uniaksial dijadikan acuan untuk memberikan beban normal pada pengujian geser. Secara teoritis batas maksimum tegangan normal yang diijinkan adalah sekitar 30% - 50% (Brace et al, 1966). Tetapi batas maksimum beban normal yang dilakukan pada pengujian pengaruh skala hanya sekitar 20% dikarenakan analisa grafik kuat tekan uniaksial menunjukkan bahwa crack closure terjadi ketika beban di berikan 20% dari kuat tekan uniaksialnya seperti pada Gambar 2 Gambar 2 Kurva Tegangan-Regangan 4,00 3,50 3,00 Tegangan (MPa) 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 Aksial Lateral Volume trik 0,00-0,50 0,00 0,50 Regangan (x0,01) 4

5 5.2. Pengaruh Skala Pada Nilai Kuat Geser Menurut Pinto Da Cunha (1990) pengaruh skala pada nilai kuat geser menghasilkan penurunan kohesi yang cukup besar, selain itu pengaruh skala juga menghasilkan penurunan tegangan geser. Tiap set dalam pengujian ini menggunakan ukuran yang berbeda beda dan beban normal yang bervariasi tetapi tidak melebihi batas beban normal maksimum yaitu 20% dari nilai kuat tekan uniaksial. Untuk data hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil Perhitungan Kuat Geser Luas permukaan,a (cm 2 ) Pengujian Tegangan Normal,σ (kpa) Tegangan geser,τ (kpa) 16,61 37,37 66, , , , , , , ,57 953, , , , , ,56 650, ,71 780, ,96 926,22 Untuk mengetahui nilai kohesi dan sudut gesek dalam dari tiap ukuran contoh batuan maka dibuat grafik kurva tegangan geser (Gambar 3). Apabila garis regresi diteruskan menuju sumbu y atau sumbu tegangan geser, maka besar kohesi di dapat. Besar sudut gesek dalam didapat dari kemiringan garis regresi tersebut terhadap garis horizontal Tegangan Geser, τ (kpa) τ = 523,71 + σ n tan 64 o τ = 352,07 + σ n tan 66 o τ = 286,94 + σ n tan 66 o Tuff 16,61 cm square Tuff 37,37 cm square Tegangan Normal, σ n (kpa) Gambar 3 Kurva Tegangan Geser Batuan Tuff 5

6 Dari Gambar 3 batuan Tuff dengan luas permukaan 16,61 cm 2 berada pada tingkat atas dan batuan Tuff dengan luas permukaan 66,44 cm 2 berada di tingkat bawah. Jadi, Gambar 3 memperlihatkan bahwa tegangan geser dan kohesi pada batuan Tuff dipengaruhi oleh ukuran contoh (pengaruh skala). Untuk mengetahui hubungan antara tegangan geser batuan Tuff dengan luas permukaan contoh batuan maka dibuat kurva penurunan mengikuti fungsi power Gambar 4 dengan hasil ini maka hubungan antara tegangan geser dengan luas ukuran contoh untuk batuan Tuff serupa dengan hasil penelitian terhadap batuan lunak lainnya yaitu batupasir kasar, batupasir halus, dan batulumpur (Saptono, 2012), dimana tegangan geser menurun dengan bertambahnya luas ukuran contoh mengikuti fungsi power,yaitu : τ = a A b... (5-1) Keterangan : τ = tegangan geser (kpa), a dan b = konstanta persamaan, A = luas permukaan contoh batuan (cm 2 ). Gambar 4 Hubungan Tegangan Geser Dengan Luas Permukaan Tegangan Geser,τ (kpa) τ = 4230 A -0, Luas Permukaan,A (cm 2 ) 5.2. Pengaruh Skala Terhadap Kohesi Dan Sudut Gesek dalam Selain tegangan geser yang menurun akibat dari bertambahnya luas permukaan, kohesi juga menurun dikarenakan luas permukaan dari contoh batuan bertambah (Pinto Da Cunha, 1990). Penurunan ini diakibatkan oleh semakin bertambahnya luas permukaan contoh batuan, maka volume batuan juga akan bertambah dan dengan bertambahnya volume contoh batuan, bidang diskontinu juga ikut bertambah yang berakibat pada melemahnya ikatan antar partikel sehingga ikatan tersebut mudah untuk dirusak (failure). Pada suatu contoh batuan, semakin bertambahnya ukuran sebuah contoh batuan semakin bertambahnya kemungkinan kemunculan titik-titik lemah batuan tersebut (Pinto Da Cunha, 1990). Untuk data hasil perhitungan kohesi dapat dilihat pada Tabel 3 6

7 Set Pengujian Tabel 3 Data Perhitungan Kohesi Luas permukaan,a (cm 2 ) Kohesi,c (kpa) 1 16,61 523, ,37 352, ,44 286,94 Tabel 5.5 menunjukkan bahwa kohesi pada batuan Tuff terpengaruh oleh pengaruh skala. Pada contoh batuan yang memiliki luas permukaan sebesar 16,61 cm 2, kohesi yang didapatkan sebesar 523,71 kpa, artinya bahwa pada contoh batuan dengan luas permukaan 16,61 cm 2, contoh batuan tersebut memiliki gaya tarik menarik antar partikel sebesar 523,71 kpa. Pada contoh batuan yang memiliki luas permukaan sebesar 37,37 cm 2, kohesi yang didapatkan sebesar 352,07 kpa, artinya bahwa pada contoh batuan dengan luas permukaan 37,37 cm 2, contoh batuan tersebut memiliki gaya tarik menarik antar partikel sebesar 352,07 kpa. Pada contoh batuan yang memiliki luas permukaan sebesar 66,44 cm 2, kohesi yang didapatkan sebesar 286,94 kpa, artinya bahwa pada contoh batuan dengan luas permukaan 66,44 cm 2, contoh batuan tersebut memiliki gaya tarik menarik antar partikel sebesar 286,94 kpa. Batuan Tuff yang diteliti mengalami penurunan kohesi sebesar 45,21% dan hubungan kohesi dengan luas permukaan contoh batuan dapat dilihat pada Gambar 5.9. Dari Gambar 5 didapatkan persamaan fungsi power untuk hubungan antara kohesi dengan luas permukaan contoh batuan, yaitu: c = a A b... (5 3) Keterangan : c = kohesi (kpa), a dan b = konstanta batuan, A = luas permukaan contoh batuan (cm 2 ) Kohesi, c (kpa) c = 1767 A -0,29 R² = 0, Luas Permukaan Contoh Batuan, A (cm 2 ) Gambar 6 Hubungan Antara Kohesi Terhadap Luas Permukaan Contoh Batuan 7

8 Lorde (1973) mengatakan bahwa kohesi semakin berkurang dengan penambahan ukuran contoh, dan sudut gesek dalam tidak dipengaruhi oleh pengaruh skala. Tabel 4 memperlihatkan sudut gesek dalam tidak mengalami perubahan yang berarti. Tabel 4 Data Perhitunga Sudut Gesek Dalam Luas Pengujian permukaan,a (cm 2 ) Sudut Gesek Dalam,ϕ 1 16,61 64 o 2 37,37 66 o 3 66,44 66 o Untuk grafik hubungan antara sudut gesek dalam terhadap luas ukuran contoh dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Hubungan Antar Sudut Gesek Dalam Terhadap Luas Ukuran Contoh 80 Sudut Gesek Dalam, ɸ ϕ = 60,04 A 0, Luas Ukuran Contoh, A (cm 2 ) 6. Kesimpulan Dan Saran 6.1. Kesimpulan 1. Pengaruh skala pada batuan Tuff mempengaruhi nilai kuat geser dan kohesi tetapi tidak untuk sudut gesek dalam. 2. Dengan bertambahnya luas permukaan suatu contoh batuan, maka nilai kuat geser contoh batuan tersebut akan menurun, begitu juga untuk kohesi. Semakin luas suatu contoh batuan bertambah, maka kohesinya mengalami penurunan, tetapi tidak untuk sudut gesek dalam karena sudut gesek dalam tidak terpengaruh oleh pengaruh skala. 3. Batuan Tuff dengan luas permukaan 16,61 cm 2 memiliki kekuatan geser puncak dengan rata-rata sebesar 1368,87 kpa, untuk contoh batuan dengan luas permukaan 37,37 cm 2 memiliki kekuatan geser puncak dengan rata-rata sebesar 1049,93 kpa dan untuk contoh batuan dengan luas permukaan 66,44 cm 2 memiliki kekuatan geser puncak dengan rata rata 8

9 sebesar 785,54 kpa. Kohesi untuk contoh batuan dengan luas permukaan 16,61 cm 2 adalah 523,71 kpa, kohesi untuk contoh batuan dengan luas permukaan 37,37 cm 2 adalah 352,07 kpa dan kohesi untuk contoh batuan dengan luas permukaan 66,44 cm 2 adalah 286,94 kpa. Sudut gesek dalam untuk contoh batuan dengan dengan luas ukuran contoh 16,61 cm 2 adalah 64 o, sedangkan untuk ukuran contoh 37,37 cm 2 dan 66,44 cm 2 adalah 66 o. Nilai kuat geser pada batuan Tuff mengalami penurunan sebesar 42,64% dan penurunan kohesinya adalah sebesar 45,21% 6.2. Saran Saran yang dapat diberikan untuk penilitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Alat yang digunakan untuk skala besar sebaiknya dilengkapi untuk beberapa manometer agar pemberian tegangan normal lebih mudah dan juga pembacaan gaya gesernya lebih akurat. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan alat geser untuk skala yang lebih besar agar dapat menguji contoh batuan yang lebih besar agar data yang didapat lebih representatif. Daftar Pustaka Astawa Rai, M., Kramadibrata, S., Wattimena, R.K, 2012, Mekanika Batuan. Penerbit Institut Teknologi Bandung. Bandung. Cunha, A. P., 1990, Scale Effect in Rock Masses 90, Loen Norway., Proceedings, Rotterdam, Balkema. Cunha, A. P., 1993, Scale Effect in Rock Masses 93, Lisbon, Portugal., Proceedings, Rotterdam, Balkema. Cunha, A.P., 1990, Scale Effect in Rock Masses., in: International Workshop on Scale Effect in Rock Masses, 2 nd, Lisbon, Portugal., Proceedings, Rotterdam, Balkema, p Cunha, A.P., 1990, Scale Effect in Rock Mechanics. in: International Workshop on Scale Effect in Rock Masses, 1 st, Loen, Norway., Proceedings, Rotterdam, Balkema, p Dewi, R., Amelia, 2013, Pengaruh Isian Pada Bidang Diskontinu Terhadap Parameter Kuat Geser Batu Tuff Di Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Tugas Akhir, UPN Veteran Yogyakarta. Dwinagara, B., 2006, Penentuan Kekuatan Jangka Panjang Massa Batuan Dengan Metode Tidak Langsung dari Hasil Pengukuran Dan Pengujian Insitu, Disertasi, ITB, Bandung. Fiorettha, Karin, 2013, Kajian Terhadap Kekasaran Permukaan Bidang Geser Pada Kohesi Dan Sudut Gesek Dalam Batu Gamping Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Tugas Akhir, UPN Veteran Yogyakarta. Goodman, R, E, 1989, Introduction To Rock Mechanics (2 nd ed), New York : John Willey & Sons Hoek, E. And Brown, E. T, Practical Estimates of Rock Mass Strength. International Jurnal of Rock Mechanics and Mining Science (Vol. 34), No. 8, p Hudson, J. A., & Harrison, P. J, 1997, Engineering Rock Mechanics (Vol.1), Oxford: Elsevier Science Ltd. Jaeger, J. C., And Cook, N. G. W, Fundamentals of Rock Mechanics (4 th ed), Blackwell Publishing Ltd. p Kramadibrata, S, and Jones, I.O., 1990, Size Effect on Strenght and Deformability of Brittle Intact Rock, in: International Workshop on Scale Effect in Rock Masses, Lisbon, Portugal. Proceedings, Rotterdam, Balkema, p Pettijohn, F. J, 1983, Sedimentary Rocks (3 rd ed). Harpercollins. Rismayanti, 2010, Studi Pengaruh Ukuran Contoh Batuan Pada Uji Rayapan Geser Di Laboratorium. Tesis Magister, ITB, Bandung. Saptono, Singgih, 2012, Pengembangan Metode Analisis Stabilitas Lereng Berdasarkan Karakterisasi Batuan Di Tambang Terbuka Batubara, Disertasi, ITB, Bandung. 9

PENENTUAN PENGARUH AIR TERHADAP KOHESI DAN SUDUT GESEK DALAM PADA BATUGAMPING

PENENTUAN PENGARUH AIR TERHADAP KOHESI DAN SUDUT GESEK DALAM PADA BATUGAMPING PENENTUAN PENGARUH AIR TERHADAP KOHESI DAN SUDUT GESEK DALAM PADA BATUGAMPING Oleh: Singgih Saptono, Raden Hariyanto, Hasywir Thaib s dan M. Dadang Wahyudi Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran

Lebih terperinci

Studi Analisis Pengaruh Variasi Ukuran Butir batuan terhadap Sifat Fisik dan Nilai Kuat Tekan

Studi Analisis Pengaruh Variasi Ukuran Butir batuan terhadap Sifat Fisik dan Nilai Kuat Tekan Prosiding Seminar Nasional XI Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Studi Analisis Pengaruh Variasi Ukuran Butir batuan terhadap Sifat Fisik dan Nilai

Lebih terperinci

STUDI KEKUATAN GESER TERHADAP PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN DIAKLAS BATU GAMPING

STUDI KEKUATAN GESER TERHADAP PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN DIAKLAS BATU GAMPING P1O-06 STUDI KEKUATAN GESER TERHADAP PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN DIAKLAS BATU GAMPING Singgih Saptono 1*, Sudarsono 1, Hartono 1, Karin Fiorettha 1 1 Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alami dan terdiri atas mineralmineral tertentu yang tersusun membentuk kulit bumi. Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KADAR AIR TERHADAP DRILABILITAS TUF DI DUSUN GUNUNGSARI, DESA SAMBIREJO, KECAMATAN PRAMBANAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

STUDI PENGARUH KADAR AIR TERHADAP DRILABILITAS TUF DI DUSUN GUNUNGSARI, DESA SAMBIREJO, KECAMATAN PRAMBANAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA STUDI PENGARUH KADAR AIR TERHADAP DRILABILITAS TUF DI DUSUN GUNUNGSARI, DESA SAMBIREJO, KECAMATAN PRAMBANAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Kristian Zahli, Handika Nugraha, Putri Nova Magister Teknik Pertambangan,

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016 Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 KARAKTERISASI MASSA BATUAN DAN ANALISIS KESTABILAN LERENG UNTUK EVALUASI RANCANGAN PADA PENAMBANGAN BIJIH EMAS DI DINDING

Lebih terperinci

RANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER

RANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER RANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER Tommy Trides 1, Muhammad Fitra 1, Desi Anggriani 1 1 Program Studi S1 Teknik Pertambangan, Universitas Mulawarman,

Lebih terperinci

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm No conto : Napal hulu Zona ubahan: sub propilitik Lokasi : Alur S. Napal Nama batuan: lava andesit 0 0.5 mm P1 0 0.5 mm Sayatan andesit terubah dengan intensitas sedang, bertekstur hipokristalin, porfiritik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Font Tulisan TNR 12, spasi 1,5 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Font Tulisan TNR 12, spasi 1,5 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Font Tulisan TNR 12, spasi 1,5 1.1 Latar Belakang Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alami dan terdiri atas mineral-mineral tertentu yang tersusun membentuk kulit bumi. Batuan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Elastik Linier (reversible)

BAB II DASAR TEORI. Elastik Linier (reversible) 6 BAB II DASAR TEORI 2.1 erilaku Batuan Batuan mempunyai perilaku yang berbeda-beda pada saat menerima beban. erilaku ini dapat ditentukan dengan pengujian di laboratorium yaitu dengan pengujian kuat tekan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 UJI SIFAT FISIK Uji sifat fisik pada penelitian ini dilakukan terhadap tiga contoh batuan andesit. Dari hasil perhitungan uji ini akan akan diperoleh sifat-sifat fisik batuan

Lebih terperinci

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016 Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 ANALISIS PENGARUH VARIASI BEBAN NORMAL TERHADAP PARAMETER KUAT GESER LANGSUNG PADA BATU TUFF DI KECAMATAN PRAMBANAN, KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Parameter geomekanika yang dibutuhkan dalam analisis kestabilan lereng didasarkan

BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Parameter geomekanika yang dibutuhkan dalam analisis kestabilan lereng didasarkan BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. Penentuan Parameter Geomekanika Parameter geomekanika yang dibutuhkan dalam analisis kestabilan lereng didasarkan pada kriteria keruntuhan Hoek-Brown edisi 00. Parameter-parameter

Lebih terperinci

Lampiran 1.1 Analisis Petrografi

Lampiran 1.1 Analisis Petrografi Lampiran. Analisis Petrografi No.Conto : GE- Satuan : Tbr (Masadasar) Lokasi : Kendeng Nama Batuan : Andesit Piroksen \\ A B mm E F X A B mm E F Sayatan tipis andesit piroksen, hipokristalin, alotriomorfik

Lebih terperinci

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Barat. 18 3. Breksi Tuf Breksi tuf secara megaskopis (Foto 2.9a dan Foto 2.9b) berwarna abu-abu

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 24 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Persiapan Memasuki tahap persiapan ini disusun hal-hal penting yang harus dilakukan dalam rangka penulisan tugas akhir ini. Adapun tahap persiapan ini meliputi hal-hal sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN DAN PILLAR DALAM RENCANA PEMBUATAN TAMBANG BAWAH TANAH BATUGAMPING DENGAN METODE ROOM AND PILLAR

ANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN DAN PILLAR DALAM RENCANA PEMBUATAN TAMBANG BAWAH TANAH BATUGAMPING DENGAN METODE ROOM AND PILLAR ANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN DAN PILLAR DALAM RENCANA PEMBUATAN TAMBANG BAWAH TANAH BATUGAMPING DENGAN METODE ROOM AND PILLAR DI DESA SIDOREJO KECAMATAN LENDAH KAB. KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

Gambar 1 Hubungan antara Tegangan Utama Mayor dan Minor pada Kriteria Keruntuhan Hoek-Brown dan Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb (Wyllie & Mah, 2005)

Gambar 1 Hubungan antara Tegangan Utama Mayor dan Minor pada Kriteria Keruntuhan Hoek-Brown dan Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb (Wyllie & Mah, 2005) Kekuatan Massa Batuan Sebagai alternatif dalam melakukan back analysis untuk menentukan kekuatan massa batuan, sebuahh metode empirik telah dikembangkan oleh Hoek and Brown (1980) dengan kekuatan geser

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), kepadatan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta terutama di Kabupaten Sleman mencapai 1.939 jiwa/km 2. Di

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data lapangan dilakukan pada lokasi terowongan Ciguha Utama level 500 sebagaimana dapat dilihat pada lampiran A. Metode pengumpulan

Lebih terperinci

MAKALAH MEKANIKA BATUAN

MAKALAH MEKANIKA BATUAN MAKALAH MEKANIKA BATUAN SIFAT MEKANIK BATUAN DISUSUN OLEH ARDI PURNAWAN 1309055026 S1 TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2016 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Mekanika

Lebih terperinci

Studi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar

Studi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar Studi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar Rijal Askari*, Ibnu Rusydy, Febi Mutia Program Studi Teknik Pertambangan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji triaksial UU Hasil pengujian triaksial berupa hubungan tegangan deviator dengan regangan aksial diberikan pada Gambar 4.1 sampai 4.. Secara umum,

Lebih terperinci

Oleh: Yasmina Amalia Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta

Oleh: Yasmina Amalia Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta PENERAPAN METODE KRITERIA RUNTUH HOEK & BROWN DALAM MENENTUKAN FAKTOR KEAMANAN PADA ANALISIS KESTABILAN LERENG DI LOOP 2 PT. KALTIM BATU MANUNGGAL KALIMANTAN TIMUR Oleh: Yasmina Amalia Program Studi Teknik

Lebih terperinci

Adi Hardiyono Laboratorium Petrologi dan Mineralogi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran ABSTRACT

Adi Hardiyono Laboratorium Petrologi dan Mineralogi, Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran ABSTRACT Karakteristik batuan beku andesitik & breksi vulkanik, dan kemungkinan penggunaan sebagai bahan bangunan KARAKTERISTIK BATUAN BEKU ANDESIT & BREKSI VULKANIK, DAN KEMUNGKINAN PENGGUNAAN SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 4 CM 0,5 CM. Ditulis dengan rapido 0,5 dan di mal 0,5 2 CM. Ditulis dengan rapido 0, Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 4 CM 0,5 CM. Ditulis dengan rapido 0,5 dan di mal 0,5 2 CM. Ditulis dengan rapido 0, Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 2 CM 1.1. Latar Belakang 0,5 0,3 Latar belakang dari penulisan laporan praktikum beserta garis besar praktikum yang dilakukan. 1.2. Tujuan Praktikum 0,3 Tujuan dari praktikum yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV DERAJAT PELAPUKAN ANDESIT DAN PERUBAHAN KEKUATAN BATUANNYA

BAB IV DERAJAT PELAPUKAN ANDESIT DAN PERUBAHAN KEKUATAN BATUANNYA BAB IV DERAJAT PELAPUKAN ANDESIT DAN PERUBAHAN KEKUATAN BATUANNYA 4.1 Analisis Hasil Uji Schmidt Hammer Hasil uji Schmidt hammer pada andesit di Gunung Pancir, Soreang menunjukkan bahwa tingkat kekerasan

Lebih terperinci

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat ) Gambar 3.12 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang, dibeberapa tempat terdapat sisipan dengan tuf kasar (lokasi dlk-12 di kaki G Pagerkandang). Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit

Lebih terperinci

ANALISIS KONDISI ZONA CAVITY LAYER TERHADAP KEKUATAN BATUAN PADA TAMBANG KUARI BATUGAMPING DI DAERAH SALE KABUPATEN REMBANG

ANALISIS KONDISI ZONA CAVITY LAYER TERHADAP KEKUATAN BATUAN PADA TAMBANG KUARI BATUGAMPING DI DAERAH SALE KABUPATEN REMBANG ANALISIS KONDISI ZONA CAVITY LAYER TERHADAP KEKUATAN BATUAN PADA TAMBANG KUARI BATUGAMPING DI DAERAH SALE KABUPATEN REMBANG R. Andy Erwin Wijaya. 1,2, Dwikorita Karnawati 1, Srijono 1, Wahyu Wilopo 1 1)

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT PAJAJARAN PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA

ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT PAJAJARAN PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA ABSTRAK ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT PAJAJARAN PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA Arin Chandra Kusuma, Bagus Wiyono, Sudaryanto Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN

Lebih terperinci

Cara uji geser langsung batu

Cara uji geser langsung batu Standar Nasional Indonesia Cara uji geser langsung batu ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR

RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR Oleh 1) Dafiq Akhmedia Amin 2) Dr. Ir. Barlian Dwinagara, MT, Ir. Hasywir Thaib

Lebih terperinci

No. Job : 07 Tgl :12/04/2005 I. TUJUAN

No. Job : 07 Tgl :12/04/2005 I. TUJUAN I. TUJUAN II. LABORATORIUM UJI TANAH POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Jl. Gegerkalong Hilir Ds. Ciwaruga Kotak Pos 6468 BDCD Tlp. (022) 2013789, Ext.266 Bandung Subjek : Pengujian Tanah di Laboratorium Judul

Lebih terperinci

APLIKASI PENDEKATAN PROBABILISTIK DALAM ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA DAERAH KETIDAKSTABILAN DINDING UTARA DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

APLIKASI PENDEKATAN PROBABILISTIK DALAM ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA DAERAH KETIDAKSTABILAN DINDING UTARA DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA 283 PROSIDING TPT XXII PERHAPI 2013 APLIKASI PENDEKATAN PROBABILISTIK DALAM ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA DAERAH KETIDAKSTABILAN DINDING UTARA DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA ABSTRAK Eko Santoso 1), Irwandy

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9 3.2.2.4 Mekanisme pengendapan Berdasarkan pemilahan buruk, setempat dijumpai struktur reversed graded bedding (Gambar 3-23 D), kemas terbuka, tidak ada orientasi, jenis fragmen yang bervariasi, massadasar

Lebih terperinci

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT

Pembebanan Batang Secara Aksial. Bahan Ajar Mekanika Bahan Mulyati, MT Pembebanan Batang Secara Aksial Suatu batang dengan luas penampang konstan, dibebani melalui kedua ujungnya dengan sepasang gaya linier i dengan arah saling berlawanan yang berimpit i pada sumbu longitudinal

Lebih terperinci

Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat : mt, mu A B C D E F G A B C D E F G

Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat : mt, mu A B C D E F G A B C D E F G No. Sample : BJL- Nama batuan : Andesit Piroksen Lokasi : Lubuk Berangin Satuan Batuan : Lava Tua Koordinat :. mt,.00.0 mu Sayatan batuan beku, berwarna abu-abu, kondisi segar, bertekstur porfiritik, terdiri

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta 2

Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta   2 Estimasi Kekuatan Batugamping Dengan Menggunakan Schmidt Hammer Tipe L Pada Daerah Prospek Tambang Kuari Batugamping Di Gunung Sudo Kabupaten Gunung Kidul Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta R. Andy Erwin

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN REGANGAN

TEGANGAN DAN REGANGAN Kokoh Tegangan mechanics of materials Jurusan Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya TEGANGAN DAN REGANGAN 1 Tegangan Normal (Normal Stress) tegangan yang bekerja dalam arah tegak lurus permukaan

Lebih terperinci

Kuat Geser Tanah. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Shear Strength of Soils. Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc.

Kuat Geser Tanah. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Shear Strength of Soils. Dr.Eng. Agus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc. Kuat Geser Tanah Shear Strength of Soils Dr.Eng. gus Setyo Muntohar, S.T., M.Eng.Sc. Mengapa mempelajari kekuatan tanah? Keamanan atau kenyamanan struktur yang berdiri di atas tanah tergantung pada kekuatan

Lebih terperinci

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan 3.2.3.3. Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan Secara umum, satuan ini telah mengalami metamorfisme derajat sangat rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kondisi batuan yang relatif jauh lebih keras

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Lokasi penelitian berada di daerah Kancah, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung yang terletak di bagian utara Kota Bandung. Secara

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 GEOMORFOLOGI Berdasarkan pembagian fisiografi Jawa Tengah oleh van Bemmelen (1949) dan Pardiyanto (1979) (gambar 2.1), daerah penelitian termasuk ke dalam

Lebih terperinci

LABORATORIUM UJI BAHA JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

LABORATORIUM UJI BAHA JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG REFERENSI Modul Praktikum Lab Uji Bahan Politeknik Negeri I. TUJUAN 1. Mengetahui kekuatan tanah terhadap gaya horizontal, dengan cara menetukan harga kohesi (c) dari sudut geser dalam ( ϕ ) dari suatu

Lebih terperinci

Penentuan kekuatan geser jangka panjang batupasir dengan pendekatan perilaku rayapan geser visko-elastik

Penentuan kekuatan geser jangka panjang batupasir dengan pendekatan perilaku rayapan geser visko-elastik Penentuan kekuatan geser jangka panjang batupasir dengan pendekatan perilaku rayapan geser visko-elastik Oleh: Singgih Saptono (Dosen Prodi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta) Abstrak Pada kasus

Lebih terperinci

REKAMAN DATA LAPANGAN

REKAMAN DATA LAPANGAN REKAMAN DATA LAPANGAN Lokasi 01 : M-01 Morfologi : Granit : Bongkah granit warna putih, berukuran 80 cm, bentuk menyudut, faneritik kasar (2 6 mm), bentuk butir subhedral, penyebaran merata, masif, komposisi

Lebih terperinci

Identifikasi Kekuatan Batu Kumbung (Batu Putih) Sebagai Salah Satu Alternatif Bahan Bangunan ABSTRAK

Identifikasi Kekuatan Batu Kumbung (Batu Putih) Sebagai Salah Satu Alternatif Bahan Bangunan ABSTRAK Volume 2, Nomor 1, Pebruari 2007 Jurnal APLIKASI Identifikasi Kekuatan Batu Kumbung (Batu Putih) Sebagai Salah Satu Alternatif Bahan Bangunan Moh Muntaha Dosen D3 Teknik Sipil FTSP-ITS email: mohamad_m74@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

EVALUASI UJI TRIAKSIAL MULTITAHAP TERHADAP UJI TRIAKSIAL KONVENSIONAL PADA BATU ANDESIT

EVALUASI UJI TRIAKSIAL MULTITAHAP TERHADAP UJI TRIAKSIAL KONVENSIONAL PADA BATU ANDESIT EVALUASI UJI TRIAKSIAL MULTITAHAP TERHADAP UJI TRIAKSIAL KONVENSIONAL PADA BATU ANDESIT TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Pertambangan Oleh: Eeng Vananda 121 03 034 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Berdasarkan pembagian Fisiografis Jawa Tengah oleh van Bemmelen (1949) (gambar 2.1) dan menurut Pardiyanto (1970), daerah penelitian termasuk

Lebih terperinci

PENGARUH DERAJAT PELAPUKAN TERHADAP KEKUATAN BATUAN PADA BATUAN BASAL. Departemen Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin 2

PENGARUH DERAJAT PELAPUKAN TERHADAP KEKUATAN BATUAN PADA BATUAN BASAL. Departemen Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin 2 PENGARUH DERAJAT PELAPUKAN TERHADAP KEKUATAN BATUAN PADA BATUAN BASAL Purwanto 1, Abdul Muhaimin 1, Djamaluddin 1, Ratna Husain 2, Busthan 2 1 Departemen Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin 2 Departemen

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI

BAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI BAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI 4.1. LONGSORAN DI DAERAH PENELITIAN Di daerah penelitian banyak ditemukan kasus longsoran.

Lebih terperinci

Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32 Inderalaya Sumatera Selatan, 30662, Indonesia Telp/fax. (0711) ;

Jl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32 Inderalaya Sumatera Selatan, 30662, Indonesia Telp/fax. (0711) ; ANALISIS KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN METODE SLOPE MASS RATING DAN METODE STEREOGRAFIS PADA PIT BERENAI PT. DWINAD NUSA SEJAHTERA (SUMATERA COPPER AND GOLD) KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA

Lebih terperinci

Variasi IV. C (MPa) 12,49. (MPa) (MPa) ( o ) 37,90 1 5,00 75, ,50 100, ,00 130, ,00 153, ,00 180,09. 3 = Confining Pressure

Variasi IV. C (MPa) 12,49. (MPa) (MPa) ( o ) 37,90 1 5,00 75, ,50 100, ,00 130, ,00 153, ,00 180,09. 3 = Confining Pressure Variasi IV No 3 1 C 12,49 ( o ) 37,90 1 5,00 75,06 2 12,50 100,21 3 19,00 130,02 4 25,00 153,10 5 30,00 180,09 3 = Confining Pressure 1 = Axial Pressure c = Cohesion = Friction angle KRITERIA BIENIAWSKI

Lebih terperinci

DAYA DUKUNG TANAH UNTUK DISPOSAL DI TAMBANG BATUABARA DAERAH PURWAJAYA, KECAMATAN LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA ABSTRAK

DAYA DUKUNG TANAH UNTUK DISPOSAL DI TAMBANG BATUABARA DAERAH PURWAJAYA, KECAMATAN LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA ABSTRAK DAYA DUKUNG TANAH UNTUK DISPOSAL DI TAMBANG BATUABARA DAERAH PURWAJAYA, KECAMATAN LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Tati Andriani 1, Zufialdi Zakaria 1, Dicky Muslim 1, Agus Wiramsya Oscar 1 1 Fakultas

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

ANALISIS KOEFISIEN TAHANAN GULIR ALAT ANGKUT DUMP TRUCK PADA JALAN ANGKUT DI KUARI BATUGAMPING

ANALISIS KOEFISIEN TAHANAN GULIR ALAT ANGKUT DUMP TRUCK PADA JALAN ANGKUT DI KUARI BATUGAMPING ANALISIS KOEFISIEN TAHANAN GULIR ALAT ANGKUT DUMP TRUCK PADA JALAN ANGKUT DI KUARI BATUGAMPING Yudhidya Wicaksana, Nuhindro P. Widodo, Suseno Kramadibrata, Ridho K. Wattimena, Fajar Ismail, Batara Nainggolan

Lebih terperinci

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN 25 Juni 2012 ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN. (LOKASI: DESA GOSARI KABUPATEN GRESIK, JAWA TIMUR)

Lebih terperinci

SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN. mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : REKAYASA TANAH & BATUAN 1 SIFAT FISIK TANAH DAN BATUAN Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu yang perlu diketahui dalam mekanika batuan dan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : a. Sifat fisik batuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Adaro Indonesia merupakan satu perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia. PT. Adaro telah berproduksi sejak tahun 1992 yang meliputi 358 km 2 wilayah konsesi

Lebih terperinci

4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS

4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS Bab 4 4 PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 PENENTUAN PARAMETER TANAH 4.1.1 Parameter Kekuatan Tanah c dan Langkah awal dari perencanaan pembangunan terowongan adalah dengan melakukan kegiatan penyelidikan tanah.

Lebih terperinci

PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG

PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG Jurnal TEKNIK SIPIL - UCY ISSN: 1907 2368 Vol. 1 No. 2, Agustus 2006 PENGARUH REMBESAN DAN KEMIRINGAN LERENG TERHADAP KERUNTUHAN LERENG Agus Setyo Muntohar * Abstrak: Pengaruh aliran air atau rembesan

Lebih terperinci

Kestabilan Geometri Lereng Bukaan Tambang Batubara di PT. Pasifik Global Utama Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan

Kestabilan Geometri Lereng Bukaan Tambang Batubara di PT. Pasifik Global Utama Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Kestabilan Geometri Lereng Bukaan Tambang Batubara di PT. Pasifik Global Utama Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan 1 Zulkifli Yadi 1 Prodi Pertambangan,

Lebih terperinci

SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN UTUH

SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN UTUH SIFAT FISIK DAN MEKANIK BATUAN UTUH YULIADI, S.T.,M.T 3.1 Proses Penyelidikan Geoteknkik Proses perancangan sebuah tambang terbuka dan tambang bawah tanah biasanya mengikuti tahapan berikut : Pengeboran

Lebih terperinci

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21 KEKUATAN GESER TANAH PENGERTIAN Kekuatan tanah untuk memikul beban-beban atau gaya yang dapat menyebabkan kelongsoran, keruntuhan, gelincir dan pergeseran

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Sekayan Kalimantan Timur bagian utara merupakan daerah yang memiliki tanah dasar lunak lempung kelanauan. Ketebalan tanah lunaknya dapat mencapai 15

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

PEMBAHASAN TEKNIK KOLEKSI, PREPARASI DAN ANALISIS LABORATORIUM

PEMBAHASAN TEKNIK KOLEKSI, PREPARASI DAN ANALISIS LABORATORIUM PEMBAHASAN TEKNIK KOLEKSI, PREPARASI DAN ANALISIS LABORATORIUM Oleh: Hill. Gendoet Hartono Teknik Geologi STTNAS Yogyakarta E-mail: hilghartono@yahoo.co.id Disampaikan pada : FGD Pusat Survei Geologi,

Lebih terperinci

BAB III KARAKTERISTIK PELAPUKAN ANDESIT

BAB III KARAKTERISTIK PELAPUKAN ANDESIT BAB III KARAKTERISTIK PELAPUKAN ANDESIT 3.1 Geologi Daerah Penelitian Morfologi daerah penelitian secara umum terdiri dari perbukitan dan dataran yang terbentuk oleh hasil volkanisme masa lampau. Kemiringan

Lebih terperinci

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27 memiliki ciri-ciri berwarna abu-abu gelap, struktur vesikuler, tekstur afanitik porfiritik, holokristalin, dengan mineral terdiri dari plagioklas (25%) dan piroksen (5%) yang berbentuk subhedral hingga

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN

BAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN BAB III PELAKSANAAN PENGUJIAN Pengujian dilakukan di Laboratorium Geomekanika, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung. Pengujian diawali dengan kegiatan pengeboran dan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DATA LAPANGAN. Pemetaan geologi dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian

BAB 4 PENGUMPULAN DATA LAPANGAN. Pemetaan geologi dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian BAB 4 PENGUMPULAN DATA LAPANGAN 4.1. Pemetaan Geologi dan Struktur Geologi Pemetaan geologi dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian yang berupa jenis batuan, penyebarannya, stratigrafi,

Lebih terperinci

SIFAT FISIK & MANFAAT BATUAN BEKU DI DESA SAPULANTE, KECAMATAN PASREPAH KABUPATEN PASURUAN, JAWA TIMUR

SIFAT FISIK & MANFAAT BATUAN BEKU DI DESA SAPULANTE, KECAMATAN PASREPAH KABUPATEN PASURUAN, JAWA TIMUR SIFAT FISIK & MANFAAT BATUAN BEKU DI DESA SAPULANTE, KECAMATAN PASREPAH KABUPATEN PASURUAN, JAWA TIMUR Zanuar Ifan Prasetya Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta Abstrak Daerah telitian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Data Lapangan Pemetaan Bidang Diskontinu

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Data Lapangan Pemetaan Bidang Diskontinu BAB V PEMBAHASAN 5.1. Data Lapangan Pembahasan data lapangan ini mencakup beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pendataan serta pengolahannya. Data lapangan ini meliputi data pemetaan bidang diskontinu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan terbuka di Kalimantan Timur Indonesia yang resmi berdiri pada tanggal 5 April

Lebih terperinci

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Foto 3.7. Singkapan Batupasir Batulempung A. SD 15 B. SD 11 C. STG 7 Struktur sedimen laminasi sejajar D. STG 3 Struktur sedimen Graded Bedding 3.2.2.3 Umur Satuan ini memiliki umur N6 N7 zonasi Blow (1969)

Lebih terperinci

Vol. VIII Nomor 24 November Jurnal Teknologi Informasi ISSN :

Vol. VIII Nomor 24 November Jurnal Teknologi Informasi ISSN : APLIKASI SPLIT DEKSTOP SOFTWARE UNTUK MENENTUKAN BUTIR BATU GAMPING BERONGGA PADA ZONA CAVITY LAYER TAMBANG KUARI BATU GAMPING DI DAERAH SALE KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH R. Andy Erwin Wijaya, Dwikorita

Lebih terperinci

Gambar 5.20 Bidang gelincir kritis dengan penambahan beban statis lereng keseluruhan Gambar 5.21 Bidang gelincir kritis dengan perubahan kadar

Gambar 5.20 Bidang gelincir kritis dengan penambahan beban statis lereng keseluruhan Gambar 5.21 Bidang gelincir kritis dengan perubahan kadar DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR PERSAMAAN...

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah 1. Kadar Air Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan sebanyak dua puluh sampel dengan jenis tanah yang sama

Lebih terperinci

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN

6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN 6. EVALUASI KEKUATAN KOMPONEN 6.1. Pendahuluan Pada dasarnya kekuatan komponen merupakan bagian terpenting dalam perencanaan konstruksi rangka batang ruang, karena jika komponen tidak dapat menahan beban

Lebih terperinci

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2018 Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat-Sifat Optik Mineral Sifat-sifat optik pada suatu mineral terbagi menjadi dua, yakni sifat optik yang dapat diamati pada saat nikol sejajar dan sifat yang dapat diamati

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentang alam dan morfologi suatu daerah terbentuk melalui proses pembentukan secara geologi. Proses geologi itu disebut dengan proses geomorfologi. Bentang

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed

DAFTAR PUSTAKA. Bemmelen, R.W., van, 1949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed DAFTAR PUSTAKA Bemmelen, R.W., van, 949, The Geology of Indonesia, Vol. I-A, Gov. Printed Office, The Hague, 7 p. Duda, W. H, 976, Cement Data Book, ed- Mc. Donald dan Evans, London, 60 hal. Dunham, R.J.,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil analisis irisan tipis sampel tanah ultisol dari laboratorium HASIL ANALISIS PETROGRAFI 3 CONTOH TANAH NO. LAB.

Lampiran 1. Hasil analisis irisan tipis sampel tanah ultisol dari laboratorium HASIL ANALISIS PETROGRAFI 3 CONTOH TANAH NO. LAB. 1 Lampiran 1. Hasil analisis irisan tipis sampel tanah ultisol dari laboratorium HASIL ANALISIS PETROGRAFI 3 CONTOH TANAH NO. LAB.: 1153 1155/2013 No. : 01 No.Lab. : 1153/2013 Kode contoh : BA-II Jenis

Lebih terperinci

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama berupa plagioklas, kuarsa (C6-C7) dan k-feldspar (D3-F3).

Lebih terperinci

ANALISIS KETIDAKSTABILAN LERENG PADA KUARI TANAH LIAT DI MLIWANG PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TUBAN JAWA TIMUR

ANALISIS KETIDAKSTABILAN LERENG PADA KUARI TANAH LIAT DI MLIWANG PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TUBAN JAWA TIMUR Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 ANALISIS KETIDAKSTABILAN LERENG PADA KUARI TANAH LIAT DI MLIWANG PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TUBAN JAWA TIMUR Galih Nurjanu,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA

BAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA BAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA IV.1 DATA INDEKS PROPERTIES Data indeks properties yang digunakan adalah data sekunder dari tanah gambut Desa Tampan Riau yang diperoleh pada penelitian

Lebih terperinci

PEMODELAN PARAMETER GEOTEKNIK DALAM MERESPON PERUBAHAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DENGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA

PEMODELAN PARAMETER GEOTEKNIK DALAM MERESPON PERUBAHAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DENGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA PEMODELAN PARAMETER GEOTEKNIK DALAM MERESPON PERUBAHAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DENGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA Supandi Jurusan Teknik Pertambangan, STTNAS Jalan Babarsari, Catur Tunggal, Depok, Sleman Email

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KINEMATIK

BAB IV ANALISIS KINEMATIK BAB IV ANALISIS KINEMATIK Pada prinsipnya terdapat dua proses untuk melakukan evaluasi kestabilan suatu lereng batuan. Langkah pertama adalah menganalisis pola-pola atau orientasi diskontinuitas yang dapat

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3. 1 Geomorfologi 3. 1. 1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak pada kompleks gunung api Tangkubanparahu dengan elevasi permukaan berkisar antara

Lebih terperinci

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial

l l Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial Bab 2 Sifat Bahan, Batang yang Menerima Beban Axial 2.1. Umum Akibat beban luar, struktur akan memberikan respons yang dapat berupa reaksi perletakan tegangan dan regangan maupun terjadinya perubahan bentuk.

Lebih terperinci

Ciri Litologi

Ciri Litologi Kedudukan perlapisan umum satuan ini berarah barat laut-tenggara dengan kemiringan berkisar antara 60 o hingga 84 o (Lampiran F. Peta Lintasan). Satuan batuan ini diperkirakan mengalami proses deformasi

Lebih terperinci

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN:

Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Studi Pemodelan Numerik Uji Kuat Tarik Tak Langsung dengan Metode Elemen Hingga (Studi Kasus terhadap Batupasir dan Batulempung di Area Tambang Sarang Semut,

Lebih terperinci

4 CM BAB I PENDAHULUAN

4 CM BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 2 CM 1.1. Latar Belakang 0,5 0,3 Latar belakang dari penulisan laporan praktikum beserta garis besar praktikum yang dilakukan. 1 CM your 1.2. Tujuan Praktikum 0,3 Tujuan dari praktikum

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN CONTOH TERHADAP KEKUATAN BATUAN

PENGARUH UKURAN CONTOH TERHADAP KEKUATAN BATUAN JTM Vol. XVI No. 1/2009 PENGARUH UKURAN CONTOH TERHADAP KEKUATAN BATUAN Singgih Saptono 1, Suseno Kramadibrata 2, Budi Sulistianto 2, Ridho K. Wattimena 2 Sari Massa batuan dilihat dari sisi makro dan

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR

ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR ANALISIS STABILITAS LERENG TEBING SUNGAI GAJAHWONG DENGAN MEMANFAATKAN KURVA TAYLOR M a r w a n t o Jurusan Teknik Sipil STTNAS Yogyakarta email : marwantokotagede@gmail.com Abstrak Kejadian longsoran

Lebih terperinci