Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016
|
|
- Ratna Hardja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb KARAKTERISASI MASSA BATUAN DAN ANALISIS KESTABILAN LERENG UNTUK EVALUASI RANCANGAN PADA PENAMBANGAN BIJIH EMAS DI DINDING TIMUR PIT ARAREN PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA Pandu Wibawa S. P., R. Hariyanto, Bagus Wiyono Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta Jl. SWK 104 (Lingkar Utara), Yogyakarta Indonesia Abstrak PT. Tambang Tondano Nusajaya (PT.TTN) merupakan perusahaan tambang emas di Kabupaten Minahasa Utara dan Kotamadya Bitung, Provinsi Sulawesi Utara. Sistem penambangan yang diterapkan adalah tambang terbuka dengan metode penambangan open pit. PT. TTN merencanakan untuk membuka pit baru yaitu Pit Araren dengan rancangan lereng keseluruhan berjumlah 16 lereng tunggal, kemeringan lereng keseluruhan 51 dan tinggi lereng keseluruhan 235 m. Rancangan lereng tersebut belum dilakukan analisis geoteknik, oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi rancangan lereng dengan analisis geoteknik. Data untuk melakukan analisis diperoleh dengan melakukan karakterisasi massa batuan pada inti bor hasil pengeboran geoteknik. Massa batuan konglomerat termasuk weak rock, memiliki estimasi nilai kuat tekan uniaksial berkisar antara 5-25 MPa dan masuk ke dalam batuan kelas III yaitu fair rock dengan nilai RMR 50. Massa batuan andesit termasuk medium strong rock, memiliki estimasi nilai kuat tekan uniaksial berkisar antara MPa dan masuk ke dalam batuan kelas III yaitu fair rock dengan nilai RMR 60. Massa batuan basaltic andesite termasuk strong rock, memiliki estimasi nilai kuat tekan uniaksial berkisar antara MPa dan masuk ke dalam batuan kelas II yaitu good rock dengan nilai RMR 64. Hasil analisis kestabilan lereng keseluruhan desain awal menggunakan metode elemen hingga menghasilkan nilai faktor keamanan sebesar 1,44. Hal ini menunjukan lereng keseluruhan desain awal tidak aman karena memiliki nilai faktor keamanan < 1,5, sehingga perlu dilakukan rancangan ulang. Perancangan ulang merekomendasikan rancangan lereng keseluruhan dengan jumlah 19 lereng tunggal, kemiringan lereng keseluruhan 44 dan tinggi lereng keseluruhan 236 m. Hasil analisis kestabilan lereng yang direkomendasikan menggunakan metode elemen hingga menghasilkan nilai faktor keamanan sebesar 1,61. Nilai tersebut dinyatakan aman karena memiliki nilai faktor keamanan > 1,5. Antisipasi pergerakan terhadap lereng sebelum mengalami kelongsoran dilakukan dengan pemantauan secara instrumentasi yaitu penerapan peralatan dan elektronik. Pemantauan yang direkomendasikan adalah pemantauan dengan menggunakan alat instrumentasi ekstensometer. Kata Kunci : Massa Batuan, Nilai Kuat Tekan Uniaksial, Metode Elemen, Kestabilan Lereng 1. PENDAHULUAN PT. Tambang Tondano Nusajaya (PT. TTN) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang penambangan bijih emas yang baru melakukan kegiatan produksinya pada tahun Sistem penambangan yang diterapkan adalah sistem tambang terbuka dengan metode open pit. Kegiatan utama pada penambangan bijih emas terdiri dari pembersihan lahan, pengupasan lapisan tanah penutup dan penimbunan tanah penutup di waste dump, penambangan, serta peremukan dan pengolahan bijih menjadi bullion. PT. TTN telah membuka tiga buah pit yaitu Pit Pajajaran, Pit Blambangan, dan Pit Kopra. PT. TTN merencanakan untuk membuka pit baru yaitu Pit Araren dengan rancangan lereng keseluruhan berjumlah 16 lereng tunggal, kemiringan lereng keseluruhan 51 dan tinggi lereng keseluruhan 235 m. Rancangan lereng tersebut belum dilakukan analisis geoteknik. Dalam rangka menganalisis kestabilan lereng PT. TTN melakukan pengeboran geoteknik. Dari hasil pengeboran geoteknik diperoleh inti bor, kemudian dilakukan orientasi terhadap inti bor tersebut. Hasil orientasi inti bor maka diperoleh data karakteristik massa batuan. Dengan diketahuinya data karakteristik massa batuan, maka dapat dilakukan suatu analisis kestabilan terhadap lereng tunggal dan lereng keseluruhan menggunakan metode elemen hingga. Hasil dari analisis kestabilan lereng diharapkan memberikan kontribusi rancangan lereng tambang yang aman. 38
2 PT. TTN belum melakukan analisis kestabilan terhadap lereng tunggal dan lereng keseluruhan, oleh karena itu perlu dilakukan analisis kestabilan lereng. Dilakukan karakterisasi massa batuan untuk menganalisis kestabilan lereng serta menentukan tindakan antisipasi kestabilan lereng. PT. Tambang Tondano Nusajaya (PT. TTN) memiliki lokasi kegiatan penambangan bijih emas terletak di Provinsi Sulawesi Utara, di dalam wilayah administrasi Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara dan Kecamatan Ranowulu, Kotamadya Bitung pada Lintang Utara dan Bujur Timur. Luas wilayah Kontrak Karya PT. TTN saat ini adalah ,7 ha. 2. HASIL PENELITIAN Pembobotan Parameter Rock Mass Rating Hasil pengukuran di lapangan terhadap parameterparameter RMR seperti kuat tekan batuan utuh, rock quality designation (RQD), spasi bidang diskontinu, kondisi bidang diskontinu, dan kondisi umum air tanah pada bidang diskontinu diberikan bobot sesuai dengan klasifikasi massa batuan rock mass rating system (After Bieniawski, 1989). Nilai GSI Nilai GSI dapat ditentukan dengan pendekatan nilai RMR suatu massa batuan. Karakterisasi Massa Batuan Untuk menganalisis kestabilan lereng di daerah PT. TTN, nilai kohesi dan sudut gesek dalam untuk material lapuk menggunakan data sekunder, kemudian didasarkan pada kriteria keruntuhan Hoek & Brown (2002) adapun parameter untuk mendapatkan nilai kohesi dan sudut gesek dalam yaitu nilai GSI, mi, kuat tekan uniaksial, dan nilai D untuk masing-masing batuan. Analisis Kestabilan Lereng Analisis kestabilan lereng dilakukan terhadap lereng tunggal dan lereng keseluruhan. Berpedoman pada kondisi massa batuan yang ada, kemudian dilakukan perhitungan nilai faktor keamanan untuk berbagai tinggi dan kemiringan menggunakan metode elemen hingga, dengan kondisi lereng static dan bidang diskontinu terisi air penuh. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka diperoleh nilai faktor keamanan dengan simulasi metode elemen hingga pada rancangan geometri lereng tunggal yang digunakan untuk merancang lereng keseluruhan. Setelah mendapatkan nilai faktor keamanan untuk berbagai material lereng dapat ditentukan dimensi lereng keseluruhan. Hasil analisis lereng keseluruhan desain awal dengan jumlah 16 lereng tunggal, sudut kemiringan lereng keseluruhan 51 dan tinggi lereng keseluruhan 235 m (menghasilkan nilai faktor keamanan 1,44. Hal ini menunjukan lereng keseluruhan desain awal tidak aman karena memiliki nilai faktor keamanan < 1,5, sehingga perlu dilakukan rancangan ulang. Perancangan ulang merekomendasikan rancangan lereng keseluruhan dengan jumlah 19 lereng tunggal, kemiringan lereng keseluruhan 44 dan tinggi lereng keseluruhan 236 m (Gambar 3). Hasil analisis pada rancangan lereng keseluruhan desain baru yang direkomendasikan menghasilkan nilai faktor keamanan 1,61. Nilai tersebut dinyatakan aman karena memiliki nilai faktor keamanan > 1,5. Gambar 1. Geometri Lereng Keseluruhan Desain Awal Dinding Timur Pit Araren Gambar 2. Geometri Lereng Keseluruhan Desain Baru Dinding Timur Pit Araren Tindakan Antisipasi Kestabilan Lereng Kegiatan penggalian pada massa batuan dapat mengganggu kestabilan lereng. Salah satu dari berbagai macam tindakan antisipasi kestabilan lereng yaitu pemantauan lereng. Antisipasi pergerakan terhadap lereng sebelum mengalami kelongsoran dilakukan dengan pengamatan secara instrumentasi yaitu penerapan peralatan dan elektronik. Pemantauan 39
3 yang direkomendasikan adalah pemantauan dengan menggunakan alat instrumentasi ekstensometer. Tabel 1. Klasifikasi Massa Batuan Setiap Litologi Bedasarkan RMR Parameter Kuat Tekan Batuan Utuh Rock Qualiy Designation (RQD) Spasi Bidang Diskontinu Kondisi Bidang Diskontinu Kondisi Air Tanah Jenis Batuan Konglomerat Andesit Basaltic Andesite Nilai (Mpa) Bobot Nilai (%) 56,26 % 83,60 % 86,45 % Bobot Nilai (m) 0,058 0,124 0,357 Bobot Bobot Kondisi umum Kering Kering Kering Bobot Adjustment RMR Bobot Kelas III III II Deskripsi Fair Rock Fair Rock Good Rock Tabel 2. Hasil Perhitungan Nilai GSI Jenis Batuan Hoek & Brown (1995) Nilai RMR Nilai GSI Konglomerat Andesit Basaltic Andesite No Jenis Material mi Tabel 3. Karakterisasi Massa Batuan D Bobot isi (kn/m³) Parameter UCS (Mpa) GSI RQD (%) Kohesi (kpa) Sudut Gesek Dalam (... ) 1 Material Lapuk 9 0,3 18 0, Konglomerat 21 0, , ,57 3 Andesit 25 0, , ,4 4 Basaltic Andesite 28 0, , ,59 40
4 Tabel 4. Nilai Faktor Keamanan Lereng Tunggal pada Material Lapuk Tinggi Kemiringan ( 0 ) (m) ,37 0,995 0,98 0,86 0,63 0,57 0,24 5,5 1,33 0,96 0,94 0,84 0,6 0,56 0,24 6 1,31 0,93 0,87 0,81 0,57 0,55 0,24 6,5 1,23 0,91 0,85 0,79 0,5 0,47 0,24 7 1,19 0,89 0,81 0,77 0,49 0,45 0,24 Tabel 5. Nilai Faktor Keamanan Lereng Tunggal pada Konglomerat Tinggi Kemiringan ( 0 ) (m) ,33 0,92 0,63 0,6 0,3 0,25 0,23 8,5 1,3 0,9 0,6 0,56 0,22 0,22 0,21 9 0,91 0,89 0,59 0,54 0,22 0,21 0,21 9,5 0,91 0,83 0,57 0,53 0,22 0,21 0, ,74 0,74 0,56 0,53 0,21 0,21 0,21 Tabel 6. Nilai Faktor Keamanan Lereng Tunggal pada Andesit Tinggi Kemiringan ( 0 ) (m) ,85 3,4 2,79 2,21 1,92 0,48 0,33 14,5 3,71 3,38 2,68 2,14 1,87 0,46 0,3 15 3,62 3,2 2,39 2,1 1,53 0,45 0,3 15,5 3,53 3,2 2,31 2,02 1,4 0,43 0,3 16 3,37 3,13 2,25 1,92 1,32 0,39 0,3 Tabel 7. Nilai Faktor Keamanan Lereng Tunggal pada Basaltic Andesite Tinggi Kemiringan ( 0 ) (m) ,84 6,33 5,56 5,06 4,56 3,74 2,88 15,5 6,69 6,29 5,37 4,93 4,28 3,57 2, ,42 6,15 5,29 4,67 4,26 3,34 2,57 16,5 6,4 5,91 5,16 4,6 4,11 3,12 2,4 17 6,24 5,87 5,02 4,59 3,99 2,15 0,99 41
5 3. PEMBAHASAN Karakteristik Massa Batuan a. Kuat Tekan Batuan Utuh Berdasarkan hasil penelitian di lapangan terdapat tiga jenis batuan yaitu konglomerat, andesit dan basaltic andesite. Nilai kuat tekan untuk konglomerat adalah 15 MPa, andesit 38 MPa dan basaltic andesite 75 MPa. Berdasarkan hal tersebut basaltic andesite memiliki kuat tekan lebih besar dibanding konglomerat dan andesit. b. Rock Quality Designation (RQD) RQD untuk masing- masing batuan adalah konglomerat 56,26%, andesit 83,60% dan basaltic andesite 86,45%. Secara berurutan berdasarkan RQD kualitas batuan yang baik adalah basaltic andesite, andesit dan konglomerat. c. Spasi Rata-Rata Antar Bidang Diskontinu Spasi rata-rata antar bidang diskontinu untuk masing msaing batuan adalah konglomerat 0,058 m, andesit 0,124 m dan basaltic andesite 0,357 m. Berdasarkan spasi bidang diskontinu maka kualitas basaltic andesite lebih baik dibandingkan andesit dan konglomerat. d. Kondisi Bidang Diskontinu Kemenerusan bidang diskontinu (persistence), pada pengeboran geoteknik salah satu kekurangannya adalah tidak dapat menentukan nilai kemenerusan bidang diskontinu. Pada penelitian ini kondisi kemenerusan didapatkan dari hasil penelitian terdahulu PT. TTN. Lebar bukaan bidang diskontinu (Aperture), hasil pengukuran untuk lebar bukaan pada masing masing batuan adalah andesit < 0,1 mm dan basaltic andesite 0,1-1 mm. Hal ini berarti andesit memiliki lebar bukaan bidang diskontinu yang lebih kecil sehingga kualitas andesit berdasarkan lebar bukaan memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan basaltic andesite. Kekasaran bidang diskontinu (Roughness), hasil pengukuran kekasaran pada masing-masing jenis batuan konglomerat, andesit dan basaltic andeite adalah rough. Ini berarti bahwa bidang diskontinu batuan tersebut memiliki kualitas yang baik. Isian bidang diskontinu (Infilling), hasil pengukuran isian bidang diskontinu pada masing-masing jenis batuan konglomerat, andesit dan basaltic andesite didapatkan material isian sebagian besar kalsit. Material kalsit termasuk material yang keras sehingga isian pada bidang diskontinu termasuk dalam hard filling <5 mm. Pelapukan pada bidang diskontinu (Weathering), pelapukan pada bidang diskontinu pada andesit adalah moderately weathered dan basaltic andesite adalah unweathered. Tingkat pelapukan dilokasi penelitian dipengaruhi oleh alterasi lempung. Material konglomerat berdasarkan hasil pengamatan dilokasi penelitian kondisi bidang diskontinu konglomerat adalah agak kasar, pemisahan < 1 mm dan sangat lapuk. e. Kondisi Air Tanah pada Bidang Diskontinu Berdasarkan hasil pengamatan dilokasi penelitian kondisi konglomerat, andesit dan basaltic andesite serta bidang diskontinunya dalam keadaan kering. Hal ini disebabkan dilokasi penelitian tidak ditemukannya air tanah dan juga tidak adanya infiltrasi akibat air hujan. f. Rock Mass Rating (RMR) Berdasarkan hasil pembobotan lima parameter RMR maka didapatkan nilai RMR untuk konglomerat 50, hal ini menunjukan bahwa konglomerat termasuk dalam batuan kelas III yaitu fair rock. Andesit mempunyai nilai RMR 60, hal ini menunjukan bahwa andesite termasuk dalam batuan kelas III yaitu fair rock. Basaltic Andesite mempunyai nilai RMR 64, termasuk dalam kelas II yaitu good rock. Dari ketiga jenis batuan tersebut basaltic andesite memiliki kualitas batuan yang paling bagus karena memiliki nilai RMR paling tinggi. Analisis Kestabilan Lereng Analisis Lereng Tunggal Desain lereng tunggal awal untuk material lapuk mempunyai tinggi 10 m dengan sudut 65. Setelah dilakukan analisis menggunakan metode elemen hingga didapatkan nilai faktor keamanan sebesar 0,32, hal ini menunjukan kondisi lereng tunggal untuk material lapuk tidak aman. Desain baru dirancang untuk mendapatkan nilai faktor keamanan > 1,3. Rancangan lereng tunggal kemudian disimulasi untuk lereng dengan tinggi 5 7 m, dengan variasi sudut Dari hasil simulasi didapatkan nilai faktor keamanan > 1,3 adalah lereng dengan tinggi 5-6 m untuk sudut 50 (Gambar 4). Lereng tunggal untuk material lapuk terdiri dari dua lereng tunggal yaitu lereng dengan tinggi 5 m dan tinggi 6 m dengan sudut keduanya 50. Hal ini dikarenakan tebal untuk material lapuk adalah 11 m. 42
6 Gambar 4. Grafik Nilai Faktor Keamanan pada Material Lapuk Desain lereng tunggal awal untuk konglomerat mempunyai tinggi 15 m dengan sudut 70. Setelah dilakukan analisis menggunakan metode elemen hingga didapatkan nilai faktor keamanan sebesar 0,44. Simulasi dilakukan untuk lereng konglomerat dengan tinggi 8 10 m, dengan variasi sudut Dari hasil simulasi didapatkan nilai faktor keamanan > 1,3 adalah lereng dengan tinggi 8-8,5 m untuk sudut 50 (Gambar 5). Lereng yang diterapkan untuk material konglomerat adalah 8 m dengan sudut 50. Desain lereng tunggal awal untuk basaltic andesite mempunyai tinggi 15 m dengan sudut 70 dengan nilai faktor keamanan sebesar 4,56. Lereng dinyatakan aman, tetapi nilai faktor keamanan tinggi dan masih dapat dioptimalkan lagi. Lereng yang diterapkan untuk basaltic andesit adalah dengan tinggi 16 m dan sudut 70 dengan nilai faktor keamanan sebesar 4,26 (Gambar 7). Gambar 5. Grafik Nilai Faktor Keamanan pada Konglomerat Rancangan awal lereng tunggal pada material andesit mempunyai tinggi 15 m dengan sudut 70 dengan nilai faktor keamanan sebesar 1,53 (Gambar 6), hal ini menunjukan lereng dalam keadaan aman sehingga tidak perlu dilakukan desain ulang. Gambar 7 Grafik Nilai Faktor Keamanan pada Basaltic Andesite Analisis Lereng Keseluruhan Analisis kestabilan lereng dilakukan terhadap lereng keseluruhan desain awal dan lereng keseluruhan desain baru. Lereng dinyatakan aman apabila nilai faktor keamanannya > 1,5. Dari hasil analisis kestabilan lereng keseluruhan desain awal dengan jumlah 16 lereng tunggal, sudut kemiringan lereng keseluruhan 51 dan tinggi lereng keseluruhan 235 m didapatkan nilai faktor keamanan sebesar 1,44 (Gambar 8), hal ini menunjukan bahwa lereng keseluruhan desain awal memiliki tingkat risiko longsor tinggi karena memiliki nilai faktor keamanan < 1,5. Oleh karena itu, maka dilakukan analisis kestabilan lereng keseluruhan desain baru dengan jumlah 19 lereng tunggal, sudut kemiringan lereng keseluruhan 44 dan tinggi lereng keseluruhan 236 m didapatkan nilai faktor keamanan sebesar 1,61 (Gambar 9), nilai tersebut dinyatakan aman karena memiliki nilai faktor keamanan > 1,5. Gambar 6 Grafik Nilai Faktor Keamanan pada Andesit 43
7 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu: Gambar 8. Hasil Perhitungan FK pada Lereng Keseluruhan Desain Awal Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga Gambar 9. Hasil Perhitungan FK Pada Lereng Keseluruhan Desain Baru Dengan Menggunakan Metode Elemen Hingga Tindakan Antisipasi Kestabilan Lereng Antisipasi terhadap pergerakan lereng sebelum mengalami kelongsoran dilakukan pemantauan lereng menggunakan alat instrumentasi ekstensometer. 1. Massa batuan konglomerat termasuk weak rock, memiliki estimasi nilai kuat tekan uniaksial berkisar antara 5-25 MPa dan masuk ke dalam batuan kelas III yaitu fair rock dengan nilai RMR 50. Nilai kohesi dan sudut gesek dalam pada massa batuan konglomerat sebesar 66 KPa dan 53, Massa batuan andesit termasuk medium strong rock, memiliki estimasi nilai kuat tekan uniaksial berkisar antara MPa dan masuk ke dalam batuan kelas III yaitu fair rock dengan nilai RMR 60. Nilai kohesi dan sudut gesek dalam pada massa batuan andesit sebesar 245 KPa dan 58, Massa batuan basaltic andesite termasuk strong rock, memiliki estimasi nilai kuat tekan uniaksial berkisar antara MPa dan masuk ke dalam batuan kelas II yaitu good rock dengan nilai RMR 64. Nilai kohesi dan sudut gesek dalam pada massa batuan basalt andesit sebesar 447 KPa dan 63, Lereng keseluruhan desain awal dengan jumlah 16 lereng tunggal, sudut kemiringan lereng keseluruhan 51 dan tinggi lereng keseluruhan 235 m dalam kondisi tidak aman dengan nilai faktor keamanan (FK) sebesar 1,44, sehingga dilakukan perubahan desain dengan jumlah 19 lereng tunggal, sudut kemiringan lereng keseluruhan 44 dan tinggi lereng keseluruhan 236 menghasilkan kondisi yang aman dengan nilai faktor keamanan (FK) sebesar 1,61. Saran Gambar 10 Prinsip Kerja Ekstensometer Alat ekstensometer dipasang permanen, tetapi apabila pengamatan telah selesai dapat dipindahkan. Alat instrumen ini diletakan dipermukaan kemudian kabel dibentangkan ke permukaan lereng dibawahnya, sedangkan sensor inklinometer dan strain dipasang didalam tanah. Prinsip kerjanya adalah bila terdapat crack pada lereng dan terjadi pergerakan material, maka kabel akan tertarik sehingga sensor pada alat ekstensometer terbaca dan memberikan data seberapa besar pergerakan lereng tersebut (Gambar 10). 1. Perlu dilakukan uji kuat tekan uniaksial di laboratorium untuk memperoleh nilai kuat tekan. 2. Perlu dilakukan lebih banyak pengeboran geoteknik di daerah sekitar Pit Araren untuk mengetahui sebaran litologi yang lebih detail. 44
8 5. DAFTAR PUSTAKA Bieniawski Z. T., 1989, Engineering Rock Mass Clasifications, John Wiley & Sons, Inc., New York, U.S.A. Environment Department, 2014, Laporan Curah Hujan. PT. Tambang Tondano Nusajaya, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Hoek, E. and Bray, J.W.(1981), Rock Slope Engineering Revised 3 rd Edition, The Institution of Mining and Metallurgy, London. Hoek, E., Kaiser, P.K. and Bawden. W.F Support of Underground Excavations in Hard Rock. Rotterdam: Balkema. Hoek, E. Torres, C. and Corkum, B., 2002, Hoek- Brown Failure criterion edition, Vancouver, Canada. Mining Department, 2012, Laporan Perkembangan Kegiatan Penambangan, PT. Tambang Tondano Nusajaya, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Rai, M.A., Kramadibrata, S., dan Wattimena, R.K., 2014, Mekanika Batuan, Jurusan Teknik Pertambangan, ITB, Bandung. Weaver, William. Johnstone, Paul.R., 1989, Elemen Hingga Untuk Analisis Struktur, PT Eresco, Bandung. Wyllie, Duncan C. and Mah, C. W. 2004, Rock Slope Engineering Civil and Mining 4 th Edition, Spon Press, 270 Madison Avenue, New York, USA. 45
ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT PAJAJARAN PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA
ABSTRAK ANALISIS KESTABILAN LERENG DI PIT PAJAJARAN PT. TAMBANG TONDANO NUSAJAYA SULAWESI UTARA Arin Chandra Kusuma, Bagus Wiyono, Sudaryanto Prodi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN
Lebih terperinciOleh: Yasmina Amalia Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta
PENERAPAN METODE KRITERIA RUNTUH HOEK & BROWN DALAM MENENTUKAN FAKTOR KEAMANAN PADA ANALISIS KESTABILAN LERENG DI LOOP 2 PT. KALTIM BATU MANUNGGAL KALIMANTAN TIMUR Oleh: Yasmina Amalia Program Studi Teknik
Lebih terperinciRANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR
RANCANGAN GEOMETRI LERENG AREA IV PIT D_51_1 DI PT. SINGLURUS PRATAMA BLOK SUNGAI MERDEKA KUTAI KARTANEGARA KALIMANTAN TIMUR Oleh 1) Dafiq Akhmedia Amin 2) Dr. Ir. Barlian Dwinagara, MT, Ir. Hasywir Thaib
Lebih terperinciStudi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar
Studi Kestabilan Lereng Menggunakan Metode Rock Mass Rating (RMR) pada Lereng Bekas Penambangan di Kecamatan Lhoong, Aceh Besar Rijal Askari*, Ibnu Rusydy, Febi Mutia Program Studi Teknik Pertambangan,
Lebih terperinciSLOPE STABILITY ANALYSIS BASED ON ROCK MASS CHARACTERIZATION IN OPEN PIT MINE METHOD
ISSN 2085-5761 (Print) Jurnal POROS TEKNIK, Volume 8, No. 1, Juni 2016 : 1-54 SLOPE STABILITY ANALYSIS BASED ON ROCK MASS CHARACTERIZATION IN OPEN PIT MINE METHOD Eko Santoso 1), Romla Noor Hakim 1), Adip
Lebih terperinciGambar 4.1 Kompas Geologi Brunton 5008
4.1. Geoteknik Tambang Bawah Tanah Geoteknik adalah salah satu dari banyak alat dalam perencanaan atau design tambang. Data geoteknik harus digunakan secara benar dengan kewaspadaan dan dengan asumsiasumsi
Lebih terperinciRANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER
RANCANGAN GEOMETRI WEB PILAR DAN BARRIER PILAR PADA METODE PENAMBANGAN DENGAN SISTEM AUGER Tommy Trides 1, Muhammad Fitra 1, Desi Anggriani 1 1 Program Studi S1 Teknik Pertambangan, Universitas Mulawarman,
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi kemantapan lereng G-6/PB-8 South berdasarkan penilaian kualitas massa batuan pembentuk lereng tersebut. Kualitas
Lebih terperinciBAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG
BAB V ANALISIS EMPIRIS KESTABILAN LERENG Selain analisis kinematik, untuk menganalisis kestabilan suatu lereng digunakan sistem pengklasifikasian massa batuan. Analisis kinematik seperti yang telah dibahas
Lebih terperinciDAFTAR ISI. RINGKASAN... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI RINGKASAN...... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR...... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I. PENDAHULUAN...... 1 1.1. Latar Belakang... 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia secara historis telah menggunakan tanah dan batuan sebagai bahan untuk pengendalian banjir, irigasi, tempat pemakaman, membangun pondasi, dan bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan cara menggunakan pendekatan Rock Mass Rating (RMR). RMR dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan struktur massa batuan di alam yang cenderung berbeda dikontrol oleh kenampakan struktur geologi, bidang diskontinuitas, bidang perlapisan atau kekar.
Lebih terperinciJl. Raya Palembang-Prabumulih Km.32 Inderalaya Sumatera Selatan, 30662, Indonesia Telp/fax. (0711) ;
ANALISIS KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN METODE SLOPE MASS RATING DAN METODE STEREOGRAFIS PADA PIT BERENAI PT. DWINAD NUSA SEJAHTERA (SUMATERA COPPER AND GOLD) KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA PROVINSI SUMATERA
Lebih terperinciGambar 1 Hubungan antara Tegangan Utama Mayor dan Minor pada Kriteria Keruntuhan Hoek-Brown dan Kriteria Keruntuhan Mohr-Coulomb (Wyllie & Mah, 2005)
Kekuatan Massa Batuan Sebagai alternatif dalam melakukan back analysis untuk menentukan kekuatan massa batuan, sebuahh metode empirik telah dikembangkan oleh Hoek and Brown (1980) dengan kekuatan geser
Lebih terperinciANALISIS KETIDAKSTABILAN LERENG PADA KUARI TANAH LIAT DI MLIWANG PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TUBAN JAWA TIMUR
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 ANALISIS KETIDAKSTABILAN LERENG PADA KUARI TANAH LIAT DI MLIWANG PT. SEMEN INDONESIA (PERSERO) TUBAN JAWA TIMUR Galih Nurjanu,
Lebih terperinciStudi Analisis Pengaruh Variasi Ukuran Butir batuan terhadap Sifat Fisik dan Nilai Kuat Tekan
Prosiding Seminar Nasional XI Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Studi Analisis Pengaruh Variasi Ukuran Butir batuan terhadap Sifat Fisik dan Nilai
Lebih terperinciAPLIKASI PENDEKATAN PROBABILISTIK DALAM ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA DAERAH KETIDAKSTABILAN DINDING UTARA DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA
283 PROSIDING TPT XXII PERHAPI 2013 APLIKASI PENDEKATAN PROBABILISTIK DALAM ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA DAERAH KETIDAKSTABILAN DINDING UTARA DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA ABSTRAK Eko Santoso 1), Irwandy
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN DAN PILLAR DALAM RENCANA PEMBUATAN TAMBANG BAWAH TANAH BATUGAMPING DENGAN METODE ROOM AND PILLAR
ANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN DAN PILLAR DALAM RENCANA PEMBUATAN TAMBANG BAWAH TANAH BATUGAMPING DENGAN METODE ROOM AND PILLAR DI DESA SIDOREJO KECAMATAN LENDAH KAB. KULONPROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Adaro Indonesia merupakan satu perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia. PT. Adaro telah berproduksi sejak tahun 1992 yang meliputi 358 km 2 wilayah konsesi
Lebih terperinciGEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA. GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK September 2011 SUPANDI, ST, MT supandisttnas@gmail.com GEOTEKNIK TAMBANG Jurusan : Teknik Geologi
Lebih terperinciKestabilan Geometri Lereng Bukaan Tambang Batubara di PT. Pasifik Global Utama Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Kestabilan Geometri Lereng Bukaan Tambang Batubara di PT. Pasifik Global Utama Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan 1 Zulkifli Yadi 1 Prodi Pertambangan,
Lebih terperinciProsiding Seminar Nasional XI Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta
Rancangan Teknis Penyanggaan Berdasarkan Kelas Massa Batuan Dengan Menggunakan Metode RMR dan Q-System di Terowongan Gudang Handak dan Pasir Jawa UBPE Pongkor PT. Aneka Tambang Persero Tbk Ambar Sutanti
Lebih terperinciSTUDI KASUS ANALISA KESTABILAN LERENG DISPOSAL DI DAERAH KARUH, KEC. KINTAP, KAB. TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN
STUDI KASUS ANALISA KESTABILAN LERENG DISPOSAL DI DAERAH KARUH, KEC. KINTAP, KAB. TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN A. Sodiek Imam Prasetyo 1, B. Ir. R. Hariyanto, MT 2, C. Tedy Agung Cahyadi, ST, MT 2 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terowongan, baik terowongan produksi maupun terowongan pengembangan.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala aktivitas penambangan bawah tanah dilakukan dengan membuat terowongan, baik terowongan produksi maupun terowongan pengembangan. Terowongan dibuat dengan menjaga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini pendirian suatu konstruksi terus berkembang seiring dengan kebutuhan manusia terhadap kegiatan tersebut yang terus meningkat. Lebih lanjut lagi,
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Kestabilan Lereng Batuan
BAB II DASAR TEORI 2.1 Kestabilan Lereng Batuan Kestabilan lereng batuan banyak dikaitkan dengan tingkat pelapukan dan struktur geologi yang hadir pada massa batuan tersebut, seperti sesar, kekar, lipatan
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 DATA Data yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah data-data yang dikumpulkan dari kegiatan Core Orienting di lokasi proyek Grasberg Contact Zone. Data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan batuan samping berpotensi jatuh. Keruntuhan (failure) pada batuan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi ketidakstabilan yang terjadi pada batuan di sekitar lubang bukaan tambang bawah tanah membutuhkan penanganan khusus, terutama perancangan penyanggaan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian PT. Berau Coal merupakan salah satu tambang batubara dengan sistim penambangan terbuka di Kalimantan Timur Indonesia yang resmi berdiri pada tanggal 5 April
Lebih terperinci5.1 ANALISIS PENGAMBILAN DATA CORE ORIENTING
BAB V ANALISIS 5.1 ANALISIS PENGAMBILAN DATA CORE ORIENTING Adanya data yang baik tentulah sangat menentukan besar kecilnya kesalahan yang mungkin terjadi pada saat proses pengolahan data. Pengolahan data
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Stabilitas Lereng untuk Mendukung Kegiatan Penambangan Batubara di Sektor X PT. Asmin Bara Bronang Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO
UNIVERSITAS DIPONEGORO KAJIAN KLASIFIKASI MASSA BATUAN DAN ANALISIS STEREOGRAFIS TERHADAP STABILITAS LERENG PADA OPERASI PENAMBANGAN TAMBANG BATUBARA AIR LAYA DESA TANJUNG ENIM KABUPATEN MUARA ENIM SUMATERA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Praktikum
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alami dan terdiri atas mineralmineral tertentu yang tersusun membentuk kulit bumi. Batuan mempunyai sifat-sifat tertentu
Lebih terperinciEVALUASI TEKNIS SISTEM PENYANGGAAN MENGGUNAKAN METODE ROCK MASS RATING
EVALUASI TEKNIS SISTEM PENYANGGAAN MENGGUNAKAN METODE ROCK MASS RATING (RMR) SYSTEM PADA DEVELOPMENT AREA (CKN_DC) TAMBANG EMAS BAWAH TANAH PT. CIBALIUNG SUMBERDAYA Frisky Alfathoni 1, Syamsul Komar 2,
Lebih terperinciKAJIAN TEKNIK STABILITAS LERENG PADA TAMBANG BATUGAMPING DI CV. KUSUMA ARGA MUKTI NGAWEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA
KAJIAN TEKNIK STABILITAS LERENG PADA TAMBANG BATUGAMPING DI CV. KUSUMA ARGA MUKTI NGAWEN GUNUNGKIDUL YOGYAKARTA Aris Herdiansyah, Aditya Denny Prabawa, Rudi Hartono Magister Teknik Pertambangan, Universitas
Lebih terperinciDAFTAR ISI. SARI... i. ABSTRACT... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Halaman SARI... i ABSTRACT... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN 5.1. Data Lapangan Pemetaan Bidang Diskontinu
BAB V PEMBAHASAN 5.1. Data Lapangan Pembahasan data lapangan ini mencakup beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pendataan serta pengolahannya. Data lapangan ini meliputi data pemetaan bidang diskontinu
Lebih terperinciPENENTUAN PENGARUH AIR TERHADAP KOHESI DAN SUDUT GESEK DALAM PADA BATUGAMPING
PENENTUAN PENGARUH AIR TERHADAP KOHESI DAN SUDUT GESEK DALAM PADA BATUGAMPING Oleh: Singgih Saptono, Raden Hariyanto, Hasywir Thaib s dan M. Dadang Wahyudi Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), kepadatan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta terutama di Kabupaten Sleman mencapai 1.939 jiwa/km 2. Di
Lebih terperinciOleh : ARIS ENDARTYANTO SKRIPSI
ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN MENGGUNAKAN METODE KINEMATIK DAN KLASIFIKASI MASSA BATUAN; STUDI KASUS DI AREA PENAMBANGAN ANDESIT, DESA JELEKONG, KECAMATAN BALE ENDAH, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Maksud dan Tujuan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geoteknik merupakan suatu ilmu terapan yang peranannya sangat penting, tidak hanya dalam dunia pertambangan akan tetapi dalam berbagai bidang seperti teknik sipil
Lebih terperinciDAFTAR ISI... RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN
DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN Halaman 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Permasalahan... 2 1.3 Tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perencanaan tambang terbuka disamping faktor cadangan, teknik penambangan, ekonomi dan lingkungan, serta faktor keamanan yang didalamnya termasuk faktor kestabilan
Lebih terperinci1) Geometri : Lebar, kekasaran dinding, sketsa lapangan
24 Gambar 2.10 Tipe urat pengisi (Pluijm dan Marshak, 2004) : (a) blocky vein, (b) fibrous vein, (c) dan (d) arah bukaan diskontinuitas sama dengan sumbu fiber Sehingga berdasarkan parameter deskripsi
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Analisis Kestabilan Lereng Batuan
BAB II DASAR TEORI Eskavasi terbuka adalah memindahkan suatu massa dari material tanah (soil) ataupun batuan (rocks) dengan tujuan untuk memudahkan pembuatan konstruksi yang telah direncanakan sebelumnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan sistem tambang terbuka, analisis kestabilan lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain tambang yang aman dan ekonomis.
Lebih terperinciBulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: 18-28
Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: 18-28!! Bulletin of Scientific Contribution, Edisi Khusus, Desember 2005: 18-28 Lereng Kupasan (cut slope) dan Manajemen Lingkungan di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa Tanjung Lalang, Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten
Lebih terperinciKATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i KATA PENGANTAR... ii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN TAMBANG BAWAH TANAH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA
ANALISIS KESTABILAN LUBANG BUKAAN TAMBANG BAWAH TANAH MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Muh. Fathin Firaz 1, Sarwo Edy Lewier, Yeremias K. L. Killo 3, Yusias Andrie 4 1,,3,4 Mahasiswa Program Magister Teknik
Lebih terperinciESTIMASI GEOLOGICAL STRENGTH INDEX (GSI) SYSTEM PADA LAPISAN BATUGAMPING BERONGGA DI TAMBANG KUARI BLOK SAWIR TUBAN JAWA TIMUR
ESTIMASI GEOLOGICAL STRENGTH INDEX (GSI) SYSTEM PADA LAPISAN BATUGAMPING BERONGGA DI TAMBANG KUARI BLOK SAWIR TUBAN JAWA TIMUR R. Andy Erwin Wijaya 1, Dwikorita Karnawati 2, Srijono 2, Wahyu Wilopo 2,
Lebih terperinciBAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Parameter geomekanika yang dibutuhkan dalam analisis kestabilan lereng didasarkan
BAB 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5.1. Penentuan Parameter Geomekanika Parameter geomekanika yang dibutuhkan dalam analisis kestabilan lereng didasarkan pada kriteria keruntuhan Hoek-Brown edisi 00. Parameter-parameter
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Balik Kemantapan Lereng Tambang dengan Integrasi Metode Rmr dan Smr pada Area Tambang Air Laya (TAL) Selatan Lokasi Suban, di PT Bukit Asam (Persero)
Lebih terperinciPAPER GEOLOGI TEKNIK
PAPER GEOLOGI TEKNIK 1. Apa maksud dari rock mass? apakah sama atau beda rock dengan rock mass? Massa batuan (rock mass) merupakan volume batuan yang terdiri dan material batuan berupa mineral, tekstur
Lebih terperinciBAB IV PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGAMATAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Penentuan Blok Penelitian Penentuan blok penelitian dilakukan dengan menyesuaikan aktivitas mesin bor yang sedang bekerja atau beroperasi memproduksi lubang tembak.
Lebih terperinciBAB IV ANALISA BLASTING DESIGN & GROUND SUPPORT
BAB IV ANALISA BLASTING DESIGN & GROUND SUPPORT 4.1 ANALISA GROUND SUPPORT Ground support merupakan perkuatan dinding terowongan meliputi salah satu atau atau lebih yaitu Rib, wiremesh, bolting dan shotcrete
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar di Indonesia dengan kapasitas produksi kurang lebih sebesar 1,7 miliar pon tembaga dan
Lebih terperinciPada ujung bawah kaki timbunan terlihat kelongsoran material disposal yang menutup pesawahan penduduk seperti terlihat pada Gambar III.27.
Retakan Gambar III.23 Kondisi Badan Jalan di KM 96+660 B (Nov - Des 2007) ( Sumber : Balai Geoteknik Puslitbang Jalan dan Jembatan DPU) Retakan Gambar III.24 Retak-retak Geoteknik Puslitbang Jalan dan
Lebih terperinciABSTRAK Kata Kunci : Nusa Penida, Tebing Pantai, Perda Klungkung, Kawasan Sempadan Jurang, RMR, Analisis Stabilias Tebing, Safety Factor
ABSTRAK Maraknya proyek pembangunan villa di Nusa Penida dengan pemilihan lokasi yang berpotensi mengalami kelongsoran serta dicanangkannya Perda Kabupaten Klungkung No. 1 Tahun 2013 tentang Tata Ruang
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data lapangan dilakukan pada lokasi terowongan Ciguha Utama level 500 sebagaimana dapat dilihat pada lampiran A. Metode pengumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PT Beringin Jaya Abadi merupakan salah satu tambang terbuka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Beringin Jaya Abadi merupakan salah satu tambang terbuka batubara di Kalimantan Timur yang menggunakan metode penambangan strip mining. Optimalisasi produksi penambangan
Lebih terperinciAnalisis Baliklongsoran Lowwall Pit B3 di Tambang Batubara PT BJA menggunakan Metode Probabilistik Monte Carlo
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Analisis Baliklongsoran Lowwall Pit B3 di Tambang Batubara PT BJA menggunakan Metode Probabilistik Monte Carlo 1 Ginan Ginanjar Kosim, 2 Maryanto, 3 Dono Guntoro
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Potensi ketidakstabilan yang terjadi pada batuan di sekitar lubang bukaan tambang bawah tanah biasanya akan selalu membutuhkan penanganan khusus terutama atas
Lebih terperinciANALISIS KESTABILAN LERENG BATU DI JALAN RAYA LHOKNGA KM 17,8 KABUPATEN ACEH BESAR
ISSN 0125-9849, e-issn 2354-6638 Ris.Geo.Tam Vol. 27, No.2, Desember 2017 (145-155) DOI: 10.14203/risetgeotam2017.v27.452 ANALISIS KESTABILAN LERENG BATU DI JALAN RAYA LHOKNGA KM 17,8 KABUPATEN ACEH BESAR
Lebih terperinciSTUDI KEKUATAN GESER TERHADAP PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN DIAKLAS BATU GAMPING
P1O-06 STUDI KEKUATAN GESER TERHADAP PENGARUH KEKASARAN PERMUKAAN DIAKLAS BATU GAMPING Singgih Saptono 1*, Sudarsono 1, Hartono 1, Karin Fiorettha 1 1 Program Studi Teknik Pertambangan UPN Veteran Yogyakarta,
Lebih terperinciBAB III TEORI DASAR. Longsoran Bidang (Hoek & Bray, 1981) Gambar 3.1
BAB III TEORI DASAR 3.1 Jenis-Jenis Longsoran Ada beberapa jenis longsoran yang umum dijumpai pada massa batuan di tambang terbuka, yaitu : Longsoran Bidang (Plane Failure) Longsoran Baji (Wedge Failure)
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN DATA LAPANGAN. Pemetaan geologi dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian
BAB 4 PENGUMPULAN DATA LAPANGAN 4.1. Pemetaan Geologi dan Struktur Geologi Pemetaan geologi dilakukan untuk mengetahui kondisi geologi daerah penelitian yang berupa jenis batuan, penyebarannya, stratigrafi,
Lebih terperinciPEMODELAN PARAMETER GEOTEKNIK DALAM MERESPON PERUBAHAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DENGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA
PEMODELAN PARAMETER GEOTEKNIK DALAM MERESPON PERUBAHAN DESAIN TAMBANG BATUBARA DENGAN SISTEM TAMBANG TERBUKA Supandi Jurusan Teknik Pertambangan, STTNAS Jalan Babarsari, Catur Tunggal, Depok, Sleman Email
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Studi Geoteknik untuk Mendukung Pengembangan Penambangan Batubara di Wilayah IUP PT Bara Anugerah Sejahtera Daerah Penambangan Pulau Panggung, Kabupaten Muara
Lebih terperinciBAB V ANALISIS KESTABILAN LERENG BATUAN
BAB V ANALISIS KESTABILAN LERENG BATUAN Seperti telah disebutkan pada bab sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat dua proses utama dalam melakukan evaluasi kestabilan lereng batuan, pada bab ini dibahas
Lebih terperinciBAB IV DERAJAT PELAPUKAN ANDESIT DAN PERUBAHAN KEKUATAN BATUANNYA
BAB IV DERAJAT PELAPUKAN ANDESIT DAN PERUBAHAN KEKUATAN BATUANNYA 4.1 Analisis Hasil Uji Schmidt Hammer Hasil uji Schmidt hammer pada andesit di Gunung Pancir, Soreang menunjukkan bahwa tingkat kekerasan
Lebih terperinciANALISIS TIPE LONGSOR DAN KESTABILAN LERENG BERDASARKAN ORIENTASI STRUKTUR GEOLOGI DI DINDING UTARA TAMBANG BATU HIJAU, SUMBAWA BARAT
Seminar Nasional Kebumian Ke-7 dan Simposium Pendidikan Geologi Nasional. Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 30-31 Oktober 2014. ANALISIS TIPE LONGSOR DAN KESTABILAN
Lebih terperinciBAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI
BAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI 4.1. LONGSORAN DI DAERAH PENELITIAN Di daerah penelitian banyak ditemukan kasus longsoran.
Lebih terperinciANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)
ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I) Turangan Virginia, A.E.Turangan, S.Monintja Email:virginiaturangan@gmail.com ABSTRAK Pada daerah Manado By Pass
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 4 CM 0,5 CM. Ditulis dengan rapido 0,5 dan di mal 0,5 2 CM. Ditulis dengan rapido 0, Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 2 CM 1.1. Latar Belakang 0,5 0,3 Latar belakang dari penulisan laporan praktikum beserta garis besar praktikum yang dilakukan. 1.2. Tujuan Praktikum 0,3 Tujuan dari praktikum yang dilakukan
Lebih terperinciProsiding Teknik Pertambangan ISSN:
Prosiding Teknik Pertambangan ISSN: 2460-6499 Evaluasi Stabilitas Lubang Bukaan berdasarkan Pemodelan Geoteknik dan Metode Pull Out Test di Site Kencana PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) Kabupaten Halmahera
Lebih terperinciLAPORAN PENELITIAN TESIS 2013 BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Proses-proses geologi yang terjadi selama dan setelah pembentukan batuan mempengaruhi sifat massanya (rock mass properties), termasuk sifat keteknikan (engineering
Lebih terperinciScan Line dan RQD. 1. Pengertian Scan Line
Scan Line dan RQD 1. Pengertian Scan Line Salah satu cara untuk menampilkan objek 3 dimensi agar terlihat nyata adalah dengan menggunakan shading. Shading adalah cara menampilkan objek 3 dimensi dengan
Lebih terperinciUNIVERSITAS DIPONEGORO
UNIVERSITAS DIPONEGORO ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN MENGGUNAKAN KLASIFIKASI MASSA BATUAN PADA LERENG SIDE WALL PIT A PT INDOMINING KECAMATAN SANGA-SANGA, KABUPATEN KUTAI KERTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v HALAMAN MOTTO... vi ABSTRAK...
Lebih terperinciDAFTAR TABEL. Parameter sistem penelitian dan klasifikasi massa batuan (Bieniawski, 1989)... 13
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Parameter sistem penelitian dan klasifikasi massa batuan (Bieniawski, 1989)... 13 Tabel 2.2 Hubungan antara orientasi diskontinuitas dan orientasi lereng... 13 Tabel 2.3
Lebih terperinciPERANGKAT LUNAK ANALISIS GETARAN TANAH AKIBAT PELEDAKAN
JTM Vol. XIX No. 2/2012 PERANGKAT LUNAK ANALISIS GETARAN TANAH AKIBAT PELEDAKAN Rendy Fahlevi 1, Budi Sulistianto 1*, dan Bustanil Husni 1 Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Font Tulisan TNR 12, spasi 1,5 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Font Tulisan TNR 12, spasi 1,5 1.1 Latar Belakang Batuan adalah benda padat yang terbentuk secara alami dan terdiri atas mineral-mineral tertentu yang tersusun membentuk kulit bumi. Batuan
Lebih terperinciANALISIS KEMANTAPAN LERENG PADA JENJANG PENAMBANGAN PT SUGIH ALAMANUGRAHA KABUPATEN GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA SKRIPSI
Oleh JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN 2011 Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Universitas Pembangunan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih model lereng stabil dengan FK
98 BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan analisis terhadap lereng, pada kondisi MAT yang sama, nilai FK cenderung menurun seiring dengan semakin dalam dan terjalnya lereng tambang. Pada analisis ini, akan dipilih
Lebih terperinciJurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept. 2015 Feb. 2016 ANALISIS PENGARUH VARIASI BEBAN NORMAL TERHADAP PARAMETER KUAT GESER LANGSUNG PADA BATU TUFF DI KECAMATAN PRAMBANAN, KABUPATEN
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kajian Geoteknik Analisis kemantapan lereng keseluruhan bertujuan untuk menentukan tingkat kemantapan suatu lereng dengan membuat model pada sudut dan tinggi tertentu. Hasil dari analisis
Lebih terperinciPENGARUH BIDANG DISKONTINU TERHADAP KESTABILAN LERENG TAMBANG STUDI KASUS LERENG PB9S4 TAMBANG TERBUKA GRASBERG
PENGARUH BIDANG DISKONTINU TERHADAP KESTABILAN LERENG TAMBANG STUDI KASUS LERENG PB9S4 TAMBANG TERBUKA GRASBERG Habibie Anwar 1*, Made Astawa Rai 2, Ridho Kresna Wattimena 2 1. Teknik Pertambangan Universitas
Lebih terperinciKelongsoran pada Bantaran Sungai Studi Kasus Bantaran Kali Ciliwung Wilayah Jakarta Selatan dan Timur
Kelongsoran pada Bantaran Sungai Studi Kasus Bantaran Kali Ciliwung Wilayah Jakarta Selatan dan Timur Tommy Ilyas, Erly Bahsan, Agus Indrayono, Rita P, Siti Rasyidati Grup Riset Geoteknik Universitas Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar yang dibangun di atas suatu tempat yang luasnya terbatas dengan tujuan
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Bendungan adalah suatu konstruksi atau massa material dalam jumlah besar yang dibangun di atas suatu tempat yang luasnya terbatas dengan tujuan untuk menahan laju
Lebih terperinciJurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016
Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. Nomor. 2 Periode: Sept. 205 Feb. 206 KAJIAN TEKNIS PRODUKSI ALAT GALI-MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA PENGUPASAN OVERBURDEN DI TAMBANG BATUBARA PT. RIAN PRATAMA MANDIRI
Lebih terperinciPENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP STABILITAS GOA SEROPAN, KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh; Bani Nugroho
PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP STABILITAS GOA SEROPAN, KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh; Bani Nugroho Teknik Geologi FTKE- Universitas Trisakti Program Doktor
Lebih terperinciBab IV Identifikasi Kekuatan Andesit
Bab IV Identifikasi Kekuatan Andesit 4.1 Aturan Pengujian RSCH Identifikasi kekuatan andesit dilakukan dengan menggunakan rock strength classification hammer (RSCH) secara langsung di lapangan. Pengujian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di Kalimantan Timur yang melakukan penambangan dengan sistem penambangan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian PT. Kaltim Prima Coal merupakan salah satu perusahaan tambang batubara di Kalimantan Timur yang melakukan penambangan dengan sistem penambangan terbuka.
Lebih terperinciStudi Geolistrik Untuk Mengidentifikasi Kedudukan Lumpur dan Air Dalam Rangka Optimalisasi Timbunan Lowwall
Studi Geolistrik Untuk Mengidentifikasi Kedudukan Lumpur dan Air Dalam Rangka Optimalisasi Timbunan Lowwall Supandi 1 Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Jl. Babarsari,
Lebih terperinciAnalisis Kinematik untuk Mengetahui Potensi Ambrukan Baji di Blok Cikoneng PT. CSD Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten
Analisis Kinematik untuk Mengetahui Potensi Ambrukan Baji di Blok Cikoneng PT. CSD Kabupaten Pandeglang Propinsi Banten Thresna Adeliana 1, Asan Pasintik 2, Risanto Panjaitan 3 Mahasiswa Magister Teknik
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
29 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Metoda Rancangan Terowongan Konsep rancangan terowongan bawah tanah merupakan suatu hal yang relatif baru. Salah satu alasan tersebut adalah persoalan rancangan tambang bawah
Lebih terperinciTeguh Samudera Paramesywara1,Budhi Setiawan2
ISSN 0125-9849, e-issn 2354-6638 Ris.Geo.Tam Vol...., No..., Bulan Tahub (Hal XX-XX) 2014 Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ANALISIS KESTABILAN LERENG DENGAN MENGGUNAKAN
Lebih terperinciBAB III DASAR TEORI 3.1 UMUM
BAB III DASAR TEORI 3.1 UMUM Pada kegiatan penambangan, proses penggalian merupakan kegiatan yang utama. Penggalian dilakukan terhadap massa batuan yang memiliki struktur geologi yang kompleks didalamnya.
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara Dispatch dan Aktual. Tabel 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara data Dispatch dan data Aktual
BAB V PEMBAHASAN 5.1 Korelasi Laju Penembusan antara Dispatch dan Aktual Dalam pengambilan data laju penembusan di lapangan diperoleh adanya perbedaan hasil pencatatan antara Dispatch dan aktual. Hal ini
Lebih terperinci