LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA PANEN (PNA3523) ACARA IV PENANGANAN KUALITAS PRODUK PASCA PANEN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA PANEN (PNA3523) ACARA IV PENANGANAN KUALITAS PRODUK PASCA PANEN"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA PANEN (PNA3523) ACARA IV PENANGANAN KUALITAS PRODUK PASCA PANEN Oleh: Muhammad Fachri S. NIM. A1L Rombongan 8 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN AGROTEKNOLOGI PURWOKERTO 2015

2 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris yang beriklim tropis memiliki potensi besar menghasilkan berbagai komoditas hortikultura. Untuk meningkatkan nilai jual berbagai komoditas tersebut perlu adanya penanganan produk, mulai dari tahap pemanenan, pengumpulan, hingga pasca panen, harus diperhatikan dengan saksama. Banyak produk hortikultura yang akan di ekspor keluar negeri, tetapi banyak juga produk tersebut ditolak dengan alasan berbagai macam, salah satunya yaitu penurunan kualitas buah-buahan yang dikirim sehingga dapat menyebabkan permintaan pasar berkurang. Penanganan kualitas produk pasca panen perlu mendapat perhatian khusus, karena sangat penting dalam menentukan proses selanjutnya terutama mutu dari masing-masing produk hortikultura. Setelah dipanen produk harus diberi perlakuan agar kemunduran atau degradasi dapat ditekan dan produk tetap dalam kondisi yang baik sampai dipasarkan ke tangan konsumen. Berbagai cara penanganan pasca panen hortikultura yang dilakukan adalah pendinginan awal (recooling), sortasi, pencucian/pembersihan, degreening (penghilangan warna hijau) dan colour adding (perbaikan warna), pelapisan lilin, fumigasi, pengemasan, dan penyimpanan. Penyimpanan penting dilakukan untuk mengetahui karakteristik buah yang akan disimpan sehingga komposisi atmosfer tepat dan tidak berdampak buruk bagi 63

3 produk dan memiliki daya simpan yang lebih lama daripada produk yang tidak diperlakukan dengan kondisi tersebut. Penanganan pasca panen bertujuan untuk mengurangi kehilangan hasil, menekan tingkat kerusakan hasil panen, meningkatkan daya simpan dan daya guna komoditas hortikultura agar dapat dikonsumsi dalam keadaan tetap dan tidak terjadinya penysytan pada produk tersebut. B. Tujuan 1) Mengetahui perubahan kualitas awal komoditas setelah dipanen 2) Menentukan dan membuat grade kualitas awal komoditas setelah dipanen 3) Mengidentifikasi kualitas komoditas pasca panen 4) Mengetahui perlakuan pasca panen yang mampu mempertahankan kualitas. 64

4 II. TINJAUAN PUSTAKA Penanganan pasca panen hortikultura di Indonesia belum mendapat perhatian yang cukup. Hal ini terlihat dari kerusakan-kerusakan pasca panen sebesar 25% hingga 28%. Oleh sebab itu agar produk hortikultura terutama buah-buahan dan sayuran dapat sampai ke tangan konsumen dalam kondisi baik perlu penanganan pasca panen yang benar dan sesuai. Bila penanganan produk pasca panen dilakukan dengan baik, kerusakan-kerusakan yang timbul dapat diperkecil bahkan dihindari, sehingga kerugian di tingkat konsumen dapat ditekan (Samad, 2006). Setelah pemanenan produk akan memasuki tahap pengumpulan. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap tersebut seperti pemilihan lokasi dan lain sebagainya. Produk diusahakan dikumpulkan di tempat yang dekat dengan tempat panen dan harus diupayakan pula agar produk tidak terpapar sinar matahari secara langsung. Produk pasca panen kemudian diseleksi atau dikenal dengan istilah sortasi (Rawali, 2004). Produk hortikultura sebaiknya dipanen sesuai dengan kebutuhannya agar tetap diperoleh kualitas yang tinggi. Pada saat pematangan yang tepat kandungan gizinya dalam kondisi yang optimal. Disamping itu warna serta baunya sangat menentukan harga pada saat penjualan. Melakukan panen yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai ada bagian yang rusak karena cacat fisik yang dapat mengakibatkan pembusukan pada produk tersebut dan mutu serta kualitas akan berkurang (Longdong. 2009). 65

5 Perbaikan mutu dari hasil pertanian merupakan masalah penting karena permintaan akan hasil pertanian dan bahan olahannya terus mengalami kenaikan sedangkan jumlah lahan pertanian semakin berkurang. Oleh karena itu setelah melakukan pemanenan hasil terlebih dahulu dilakukan tindakan-tindakan tertentu agar hasil yang dipanen mempunyai mutu yang baik. Tindakan tersebut dikatakan sebagai penanganan pasca panen (Kays, 1991). Ketahui bahwa produk hortikultura setelah panen tidak bisa dinaikan mutu maupun kualitas hanya bisa dipertahankan. Pada saat panen kualitas harus maksimal, dengan penanganan yang baik dapat dipertahankan untuk waktu yang lama. Indikator yang dapat digunakan untuk penentuan waktu panen yang tepat yaitu: kenampakan visual, indikator fisik, analisis kimiawi, indikator fisiologis, dan komputasi (Gaman, 2004). 66

6 III. METODE PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan praktikum pengeringan produk pasca panen dilakukan pada hari Senin, 7 Desember 2015 yang bertempat di laboratorium hortikultura pada pukul WIB. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan yaitu buah dan sayuran seperti bauh apel, wortel, sayur selada, pakchoy, bayclin (klorin 100 ppm), dan mama lemon (klorin 200 ppm + Natrium sulfida). Sedangkan alat yang digunakan meliputi baskom atau ember, styrofoam, plastik pembungkus (streech film plastic), lemari pendingin (kulkas), hand-refratometer, pneutrometer, dan alat tulis. C. Prosedur Kerja 1. Bahan dan alat praktikum disiapkan terlebih dahulu berupa buah wortel, apel, selada, dan pakchoi 2. Kadar gula, bobot awal, dan kekerasan produk buah dan sayuran dihitung dengan menggunakan alat berupa hand-refratometer untuk mengukur kadar air dan pneutrometer untuk mengukur kekerasan produk tersebut 67

7 3. Kemudian rendam sayuran dan buah tersebut pada ember pertama berisi air biasa untuk membersihkan produk dari kotoran 4. Produk kemudian dilanjutkan ke ember kedua berisi air larutan klorin 100 ppm atau menggunakan bayclin selama 5 detik 5. Lalu dimasukan kedalam ember berisi larutan Natrium sulfide + klorin 200 ppm atau menggunakan mama lemon selama 10 detik. Dan dicuci kembali kedalam air yang mengalir selama 10 detik 6. Lalu ditiriskan dengan cara diangin-anginkan agar produk tidak terlalu lembab 7. Produk buah dan sayuran dimasukan kedalam Styrofoam yang kemudian ditutup dengan plastic wrap (pengemasan) dan tanpa plastic wrap (tanpa pengemasan) 8. Kemudian dilabel dan ditaruh dalam kondisi ruangan terbuka dan ruangan kulkas 9. Selama 7 hari diamati dari bentuk warna, kesegaran, dan kontaminan yang ada 10. Lalu difoto pada setiap pengamatan sebagai dokumentasi produk tersebut mengalami perubahan tiap harinya. Jika produk buah dan sayuran mengalami pembusukan pengamatan dihentikan lalu ditimbang bobot akhir produk tersebut. 68

8 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Tabel 4.1. Hasil Pengamatan Produk Buah dan Sayur No Komoditas Variabel Hari Ke Kemas Ruangan Terbuka Apel Warna Bentuk Kelayuan Berat Awal : 52,62 gr Akhir : 52,31 gr Wortel Warna Bentuk Kelayuan Berat Awal : 70,86 gr Akhir : 65,58 gr Pakchoy Warna Bentuk Kelayuan Berat Awal : 32,70 gr Akhir :30,75 gr Selada Warna Bentuk Kelayuan Berat Awal :32,58 gr Akhir : 31,21 gr 2. Tanpa Kemas Ruangan Terbuka Apel Warna Bentuk Kelayuan Berat Awal : 53,01 gr Akhir : 52,19 gr Wortel Warna Bentuk Kelayuan Berat Awal :72,15 gr Akhir : 43,35 gr 69

9 Pakchoy Warna Bentuk Kelayuan Berat Awal : 106,33 gr Akhir : 48,02 gr Selada Warna Bentuk Kelayuan Berat Awal : 31,92 gr Akhir : 16,05 gr 3. Tanpa Kemas Ruangan Kulkas Apel Warna Bentuk Kelayuan Berat Awal : 57,31 gr Akhir : 56,78 gr Wortel Warna Bentuk Kelayuan Berat Awal : 85,09 gr Akhir : 46,72 gr Pakchoy Warna Bentuk Kelayuan Berat Awal : 42,92 gr Akhir : 20,35 gr Selada Warna Bentuk Kelayuan Berat Awal : 35,08 gr Akhir : 18,45 gr 4. Kemas Ruangan Kulkas Apel Warna Bentuk Kelayuan Berat Awal : 49,95 gr Akhir : 47,68 gr Wortel Warna Bentuk Kelayuan Berat Awal :65,21 gr Akhir : 60,78 gr Pakchoy Warna Bentuk

10 Kelayuan Berat Awal : 36,97 gr Akhir : 36,90 gr Selada Warna Bentuk Kelayuan Berat Awal :38,5 gr Akhir : 19,34 gr Tabel 4.2. Kadar Gula dan Kekerasan No Produk Kadar Gula Kekerasan 1. Apel 15 Brix (%) Atas: 3,5 kg/cm 2 Tengah: 4 kg/cm 2 Bawah: 3 kg/cm 2 2. Wortel 4 Brix (%) Atas: 3,5 kg/cm 2 Tengah: 4,5 kg/cm 2 Bawah: 3 kg/cm 2 3. Selada 2 Brix (%) Batang: 2,5 kg/cm 2 4. Pakchoy 2 Brix (%) Batang: 1,5 kg/cm 2 Tabel 4.3. Foto Produk Pasca Panen No Awal Akhir 1 Kemas Terbuka 71

11 2 Tanpa Kemas Terbuka 3 Kemas Kulkas 4 Tanpa Kemas Kulkas Kesimpulan: Produk Buah lebih baik disimpan dalam waktu yang lama dengan kualitas yang masih baik daripada produk sayuran 72

12 B. Pembahasan Penanganan kualitas produk pasca panen yaitu suatu tindakan yang dilakukan setelah pemanenan untuk menjaga mutu serta kualitas peroduk pasca panen sebelum didistribusikan ke konsumen atau masyarakat. Sedangkan menurut Pantastico, (1986) bahwa penanganan kualitas produk pasca panen merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari proses pemanenan sampai dengan proses menghasilkan produk setengah masak (intermediate). Produk ini merupakan suatu produk yang secara fisik maupun kandungan kimianya belum mengalami perubahan. Penanganan pasca panen bertujuan agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi baik dan sesuai/tepat untuk dapat segera dikonsumsi atau untuk bahan baku pengolahan. Penanganan pasca panen ini memiliki batasan-batasan tertentu, yaitu pemberian perlakuan (treatment) pada produk pertanian sebelum produk tersebut dikonsumsi secara langsung, didistribusikan ke konsumen, ataupun diolah. Dengan demikian penanganan kualitas produk pasca panen adalah suatu upaya manusia dalam mengelola hasil panen pertanian sehingga dapat dipertahankan kondsinya atau kualitasnya sebelum mendapat penanganan selanjutnya (Firmansyah dkk, 2006). Jenis penanganan produk pasca panen dapat dibagi dalam dua tahapan, yaitu : 1. Penanganan pasca pemanenan (post harvest) Penanganan pasca panen (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi dalam keadan segar atau untuk persiapan pengolahan berikutnya. 73

13 Umumnya perlakuan tersebut tidak mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai aspek dari pemasaran dan distribusi. 2. Penaganan dengan pengolahan (processing) Pengolahan (secondary processing) merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain ke dalamnya termasuk pengolahan pangan dan pengolahan industri. Jenis atau macam dari penanganan pasca panen berbeda untuk berbagai komoditas, antara lain: a. Penanganan pasca panen pada komoditas tanaman pangan bertujuan untuk mempertahankan komoditas yang telah dipanen dalam kondisi baik serta layak untuk dikonsumsi. Penanganannya berupa perontokan, pengupasan, pembersihan, pengeringan, pengemasan, penyimpanan, serta pencegahan serangan hama dan penyakit. b. Penanganan pasca panen hasil hortikultura yang umumnya dikonsumsi segar dan mudah rusak (perishable), bertujuan mempertahankan kondisi segarnya dan mencegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki selama penyimpanan. Perlakuan dapat berupa pembersihan, pencucian, pengikatan, curing, sortasi, grading, pengemasan, penyimpanan dingin, pelilinan. c. Penanganan pasca panen pada komoditas perkebunan yang ditanam dalam skala luas bertujuan untuk menyiapkan hasil tanaman untuk industri pengolahan dengan perlakuan berupa pelayuan, penjemuran, pengupasan, pencucian, dan fermentasi. 74

14 d. Penanganan pasca panen pada produksi benih bertujuan mendapatkan benih yang baik dan mempertahankan daya kecambah benih dan vigornya sampai waktu penanaman. Teknologi benih meliputi pemilihan buah, pengambilan biji, pembersihan, penjemuran, sortasi, pengemasan, penyimpanan, dll. Produk tanaman setelah dipanen secara pasti akan mengalami kemunduran atau degradasi. Kondisi ini disebabkan terjadinya transpirasi dan respirasi yang terus terjadi. Proses transpirasi dan respirasi tidak dapat dihentikan, tetapi melalui berbagai teknik penanganan pasca panen dapat dihambat, sehingga kualitas produk mampu bertahan. Kemunduran kualitas pada produk pasca panen disebabkan oleh beberapa faktor daintaranya faktor Biologi meliputi: respirasi, produksi etilen, perubahan komposisi kimia, tingkat kehilangan air. Faktor lingkungan meliputi: suhu, kelembaban, komposisi atmosfer, etilen pada ruangan atau tempat. Dan interaksi antara factor genetic dan lingkungan. Faktor yang sebenarnya sangat penting berpengaruh terhadap mutu keseluruhan produk hortikultura adalah waktu. Karena mutu produk adalah puncaknya pada saat panen, semakin lama periode antara panen dan konsumsi, maka semakin besar susut mutunya. Dengan demikian dalam pendistribusiannya harus dilakukan dengan baik karena kerusakan mutu berlangsung cepat (Kays, 1991). Adapun alat yang digunakan pada acara penanganan produk pasca panen yaitu : 1. Pneutrometer Pneutrometer merupakan alat untuk mengukur tingkat kekerasan dengan satuan kg/cm 2. Fungsi alat ini untuk mengetahui tingkat kekerasan suatu produk pangan. 75

15 Adapun prinsip kerja Pneutrometer adalah mengukur kedalaman tusukan dari jarum penetrometer per bobot beban tertentu dalam waktu tertentu. Nilai kekerasan buah menunjukkan kedalaman jarum yang ditusukkan ke dalam buah. Semakin dalam tusukan atau semakin kecil nilai kekerasan buah maka buah tersebut semakin lunak (Rachmawan, 2001). Tabel 4.4. Alat Pneutrometer Bagian alat pneutrometer yakni pada bagian kanan yang berbentuk lancip dan berwarna hitam digunakan untuk mengukur tingkat kekerasan dengan menekannya pada produk, disebelahnya ada angka untuk melihat hasil kekerasan yang diperoleh, dan tombol diatas untuk menggunakan alat tersebut sebelunya ditekan agar skala kekerasnnya berupan, tanpa ditekan skala tidak berubah. 2. Hand-refraktometer Hand-efraktometer adalah alat ukur untuk menentukan indeks cairan atau padat, bahan transparan dan memiliki satuan Brix (%). Fungsinya yakni sebagai alat untu mendapatkan kadar gula yang terdapat pada suatu bahan terutama komoditas pangan. Prinsip kerja alat ini yaitu dengan memanfaatkan bantuan cahaya dengan metode pembiasan (refraksi). Secara umum menggunakan 3 prinsip, (1) dengan 76

16 indeks bias disebut prisma, (2) cahaya merambat dalam transisi antara pengukuran prisma, dan (3) media sampel (cairan) yang indeks biasnya diketahui dari media sampel diukur dengan refleksi cahaya. Dan alat yang digunakan menggunakan prinsip yang ke tiga (Kartasapoetra, 1994). Tabel 4.5. Alat hand-reftarometer Bagian alat hand-reftarometer yakni pada bagian kanan untuk menaruh produk yang ingin di amati dengan cara memeraras produk dan diambil cairannya hingga menutupi permuakaan kacanya. Dan pada bagian tengah yakni untuk mengatur perbesaran skala yang dapat dilihat didalam alat dengan cara ditropong, dan pada bagian kiri yakni digunakan untuk menlihat hasil skala yang terlihat didalamnya. Hubunngan antara suhu dengan produk pasca panen bahwa suhu yang baik dapat menentukan kemampuan produk untuk tetap menjaga kualitasnya. Tinggi rendahnya suhu berbeda- beda sesuai dengan produk yang ditangani. Pada produk buah suhu yang diatur berbeda dengan produk sayuran. Tetapi pada praktikum acara ini suhu yang digunakan seragam, sehingga produk ada yang mengalami perubahan dan juga ada yang tidak mengalami perubahan seperti apel yang notabennya produk buah-buahan (Hermiati, 1999). Jadi perubahan yang terjadi pada produk sayuran yang 77

17 disimpan pada ruang kulkas dan terbuka mengalami perubahan warna, bentuk, juga kelayuan karena suhu yang dibutuhkan produk sayuran selada dan pakchoy tidak tahan suhu yang telalu tinggi (penguapan) dan terlalu rendah (chilling injury) yang dapat menyebabkan luka produk sehingga sepat mengalami perubahan. Menurut Rawali, (2004) bahwa cara yang paling baik untuk memperlambat kemunduran mutu akibat aktivitas metabolisme dan kerusakan lainnya adalah dengan mendinginkan produk sampai batas minimum suhu dingin dimana produk tersebut tidak mengalami kerusakan (chilling injury). Perlu diketahui bahwa kepekaan produk segar terhadap derajat rendahnya suhu adalah berbeda-beda. Ada beberapa teknik penanganan produk pasca panen dan akan menurunkan kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak tahan lama disimpan jika tidak dilakukan segera. Teknik tersebut diantaranya: 1. Seleksi/Sortasi dan grading untuk meningkatkan performen produk pasca panen dan memilah produk yang segar dan tidak segaar. 2. Pengeringan (drying) bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas dan dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat disimpan lama. 3. Pendinginan awal (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran buah. Bertujuan agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera didinginkan dan mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah dapat bertahan lebih lama. 4. Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom bertujuan agar mengurangi susut awal suatu produk. Contoh pada bawang merah, jahe dan kentang 78

18 dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 2 jam sampai tanah yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi dibersihkan. 5. Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan pada buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan untuk memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan. 6. Pencucian (washing) bertujuan untuk membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa. 7. Pembersihan (cleaning, trimming) yaitu membersihkan dari kotoran atau benda asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai atau akar yang tidak dikehendaki. 8. Pemeraman (ripening) adalah proses untuk merangsang pematangan buah agar matang merata dengan menggunakan bantuan gas karbit atau etilen dan suhu yang digunakan berkisar C. 9. Pengolahan buah yaitu proses perubahan bentuk dari bahan mentah menjadi bahan pangan, perubahan yang terjadi bisa fisik, kimia atau biokimia. Tujuan pengolahan adalah mengawetkan bahan pangan sedemikian rupa sehingga bahan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Praktikum ini membahas tentang pengaruh beberapa perlakuan terhadap masa simpan beberapa produk panenan. Produk panen yang digunakan adalah apel, wortel, selada, dan pakchoy. Kemudaian seluruh produk ditanngani dengan perlakuan pendinginan. Pertama selada, pakchoy, apel, dan wortel dibersihkan terlebih dahulu 79

19 dengan pencucian, kemudian diangin-anginkan sebelum ke tahap pengemasan, setelah pengemasan dan sebagian perlakuan tanpa pengemasan kemudian produk tersebut diletakan pada ruang terbuka dengan ruang kulkas. Dan diamati selama 7 hari dengan variabel warna, bentuk, kelayuan, berat buah, kadar gula dan kekerasan. Hasil yang diperoleh pada buah apel memiliki berat buah kurang lebih 52,62 gr, kadar gula 15 Brix (%) dan kekerasan atas 3,5 kg/, tengah 4 kg/, dan bawah 3 kg/. Pada seluruh perlakuan, bauh apel tidak mengalami perubahan baik warna, bentuk, juga kelayuan. Dan mengalami penurunan kualitass yang sedikit, sehingga mengalami penurunan berat buah sedikit menjadi 52,31 gr Wortel memiliki berat buah kurang lebih 70,86 gr, kadar gula 4 Brix (%) dan kekerasan atas 3,5 kg/, tengah 4,5 kg/, dan bawah 3 kg/ pada bentuk kemas ruang terbuka tidak mengalami perubahan karena adanya pengemasan. Pada bentuk kemas ruang kulkas mengalami perubahan warna dan bentuk karena pengaruh chilling injury yang menyebabkan produk berubah. Pada keadan tanpa kemas ruang terbuka mengalami peruhan warna, bentuk dan kelayuan. Pada kulkas terdapat perubahan warna, bentuk dan kelayuan menjadi tidak segar tetapi tidak busuk dan mengalami penyusutan produk sebesar 10 gr dari berat awal. Selada memiliki berat kurang lebih 32,58 gr, kadar gula 2 Brix (%) dan kekerasan batang 2,5 kg/ Pada bentuk kemas ruang terbuka tidak mengalami perubahan karena adanya pengemasan. Pada seluruh perlakuan selada mengalami perubahan baik dari segi warna, bentuk juga kelayuan. Hal ini dikarenakan produk 80

20 sayuran tidak tahan lama untuk disimpan. Dan mengalami penyusutan yang cukup besar sekitar 20 gr dari bobot awal produk. Pakchoy memiliki berat kurang lebih 32,70 gr, kadar gula 2 Brix (%) dan kekerasan batang 32,70 kg/. Pada bentuk kemas ruang terbuka mengalami perubahan warna saja tetapi karena disimpan dalam satu kemasan dengan selada maka pakchoy mengalami kontaminasi dengan selada dan mengalami perubahan warna, bentuk, serta kelayuan begitupun dengan ruang kulkas. Pada keadan tanpa kemas ruang terbuka mengalami peruhan warna, bentuk dan kelayuan. Pada terbuka terdapat perubahan warna, bentuk dan kelayuan menjadi tidak segar tetapi tidak busuk pada hari kedua pengamatan, dan pada ruang kulkas mengalami perubahan juga tetapi lebih lama dibanding ruang terbuka. dan mengalami penyusutan berat sebesar 2 gr pada ruang kulkas, dan 5 gr pada ruang kulkas. Hal tersebut sesuai menurut Gaman dkk, (1994) bahwa penyimpan produk segar di dalam kamar berpendingin (kulkas) membutuhkan pengaturan penempatan yang memungkinkan adanya sirkulasi udara antar tumpukan bahan dengan baik. Kamar penyimpanan dingin tidaklah dirancang untuk mendinginkan produk buah dan sayuran namun untuk mempertahankan suhu produk yang telah didinginkan sebelumnya. Untuk itu pendinginan cepat sebaiknya dilakukan sebelum produk tersebut disimpan dalam ruang berpendingin. Tujuan dari pendinginan cepat adalah untuk menghilangkan panas lapang yang tersimpan di dalam produk akibat sengatan matahari bersama panas yang dihasilkan dari aktivitas respirasi. 81

21 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Penanganan kualitas produk pasca panen yaitu suatu tindakan yang dilakukan setelah pemanenan untuk menjaga mutu serta kualitas peroduk pasca panen sebelum didistribusikan ke konsumen atau masyarakat 2. Alat yang digunakan yakni pneutrometer untuk menguji tingkat kekerasan produk pasca panen. Dan hand-refraktometer untuk mengukur kadar gula yng terkandung didalam produk pasca panen. 3. Hasil yang diperoleh bahwa produk yang disimpan pada ruang kulkas lebih tahan lama karena pengaruh suhu udara atau aktivitas O 2 dan CO 2 didalamnya. Buah apel memiliki kualitas penanganan yang mudah karena tidak mengalami perubahan baik di ruang terbuka dan kulkas, tetapi wortel, selada, dan pakchoy harus ditangani secara khusus karena produk mudah mengalami kerusakan (perishable). B. Saran Praktikum berjalan dengan baik dan lancar. Akan tetapi pengaturan suhu ruangan juga penting dilakukan karena dapat mengetahui kualitas produk tersebut dan suhu yang dibutuhkan produk tersebut berbeda-beda. 82

22 DAFTAR PUSTAKA Firmansyah, I.U., S. Saenong, B. Abidin, Suarni, dan Y. Sinuseng Proses pascapanen untuk menunjang perbaikan produk biji jagung berskala industri dan ekspor. Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. p Gaman P.M. and K. B. Sherrington., The Science of Food, An Introduction to Food Science, Nutrition and Microbiology Second Edition. Penerjemah. Murdjati, Sri Naruki, Agnes Murdiati, Sardjono dalam Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hermiati, E., A. Saepudin dan N. Ilyas Pengaruh Konsentrasi Oksigen dan Karbon dioksida terhadap Daya Tahan Simpan Buah Tomat pada Penyimpanan dengan Atmosfir Terkendali. Jurnal Teknologi Indonesia 22(1-2): Kartasapoetra, A. G Teknologi Penanganan Pasca Panen. Rineka Cipta. Jakarta. Kays, S. J Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. Van Nostrand Reinhold. New York. Longdong Pengaruh Kemasan Dan Suhu Dingin Terhadap Konsumsi O2 Bunga Lily Trompet (Lilium longiflorum Thunb). Journal of Soil Environment 7(1) : Pantastico, Er. B Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buahbuahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. (Diterjemahkan oleh Kamariayani; editor Tjitrosoepomo). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.Diakses 17 november 2014 Rawali, A.B Pengaruh Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Buah-Buahan Impor yang Dipasarkan Di Sulawesi Selatan. Proyek Rantai Pendingin Indonesia Program Penelitian Pasca Panen. Universitas Hassanudin. Makasar. Rachmawan,O Pengeringan, Pendinginan, dan Pengemasan Komoditas Pertanian. Proyek Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan SMK Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan Jakarta. Jakarta. Samad,M.Y Pengaruh penanganan pasca panen terhadap mutu komoditas hortikultura. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 8:

Penanganan Hasil Pertanian

Penanganan Hasil Pertanian Penanganan Hasil Pertanian Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian Mas ud Effendi FTP UB Penanganan Hasil Pertanian (1) Penanganan saat panen Penanganan segera setelah panen Penanganan pasca

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCA PANEN

TEKNOLOGI PASCA PANEN PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA PANEN Oleh : TIM PENGAMPU LABORATORIUM AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2016 DAFTAR ACARA PRAKTIKUM TEKNOLOGI PASCA

Lebih terperinci

BAB III SARANA PRASARANA

BAB III SARANA PRASARANA SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 217 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB III SARANA PRASARANA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN BAHAN PANGAN MNH_130214

PENANGANAN PASCA PANEN BAHAN PANGAN MNH_130214 PENANGANAN PASCA PANEN BAHAN PANGAN MNH_130214 KARAKTERISTIK BAHAN PANGAN Produk pasca panen Banyak kontaminan (mikroba, serangga, dll) Beragam sifat fisik (bentuk, warna, ukuran) Tujuan Definisi PENANGANAN

Lebih terperinci

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP

MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP MATA KULIAH TPPHP UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 TIM DOSEN PENGAMPU TPPHP KERUSAKAN FISIK/MEKANIS KERUSAKAN KIMIAWI KERUSAKAN MIKROBIOLOGIS KEAMANAN PANGAN, CEGAH : o CEMARAN FISIK o CEMARAN KIMIAWI o CEMARAN

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA

PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Oleh: Puji Lestari, S.TP Widyaiswara Pertama I. PENDAHULUAN PENANGANAN PASCA PANEN HORTIKULTURA Kebanyakan pasca panen produk hortikultura segar sangat ringkih dan mengalami penurunan mutu sangat cepat.

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu kegiatan pasca panen dapat

Lebih terperinci

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman,

Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, Beberapa ciri yang membedakan antara bahan baku agroindustri dengan bahan baku industri lain antara lain : bahan baku agroindustri bersifat musiman, bulky/voluminous/menghabiskan banyak tempat, sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu buah yang memiliki produktivitas tinggi di Indonesia adalah buah pisang. Tahun 2014, buah pisang menjadi buah dengan produksi terbesar dari nilai produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung

I. PENDAHULUAN. Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Produksi buah pisang di Lampung setiap tahunnya semakin meningkat. Lampung mampu memproduksi pisang sebanyak 319.081 ton pada tahun 2003 dan meningkat hingga

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

PASCA PANEN DAN STANDAR MUTU TANAMAN SAWI HIJAU

PASCA PANEN DAN STANDAR MUTU TANAMAN SAWI HIJAU PASCA PANEN DAN STANDAR MUTU TANAMAN SAWI HIJAU diajukan guna memenuhi tugas dalam mata kuliah Pengelolaan Pasca Panen Kelompok 3: Ajrina Nur Alifah 150610100003 Erry Nursetyawan 150610100004 Ismoyo Mabrurri

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

PANEN DAN PASCA PANEN

PANEN DAN PASCA PANEN PANEN DAN PASCA PANEN MAKALAH Ditulis untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Matakuliah Dasar Budidaya Tanaman Kelompok 7 : 1. Ina Yunita 105040201111158 2. Sonia Tambunan 105040201111171 3. Dony Eko Prasetyawan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SUSUT BOBOT Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan mutu tomat. Perubahan terjadi bersamaan dengan lamanya waktu simpan dimana semakin lama tomat disimpan

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN KENAPA PERLU PENANGANAN PASCA PANEN??? Buah-buahan, setelah dipanen masih tetap merupakan jaringan hidup, untuk itu butuh penanganan pasca panen yang tepat supaya susut kuantitas

Lebih terperinci

Buah-buahan dan Sayur-sayuran

Buah-buahan dan Sayur-sayuran Buah-buahan dan Sayur-sayuran Pasca panen adalah suatu kegiatan yang dimulai dari bahan setelah dipanen sampai siap untuk dipasarkan atau digunakan konsumen dalam bentuk segar atau siap diolah lebih lanjut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN PENDAHULUAN Dari penelitian pendahuluan diperoleh bahwa konsentrasi kitosan yang terbaik untuk mempertahankan mutu buah markisa adalah 1.5%. Pada pengamatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan diawali dengan melakukan uji terhadap buah salak segar Padangsidimpuan. Buah disortir untuk memperoleh buah dengan kualitas paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika

BAB I PENDAHULUAN. Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat termasuk tanaman sayuran buah, yang berasal dari benua Amerika dan kini telah menyebar di kawasan benua Asia termasuk di Indonesia. Tomat biasa ditanam di dataran

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengemasan Buah Nanas Pada penelitian ini dilakukan simulasi transportasi yang setara dengan jarak tempuh dari pengumpul besar ke pasar. Sebelum dilakukan simulasi transportasi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Iklim di Indonesia memungkinkan berbagai jenis buah-buahan tumbuh dan berkembang. Namun sayangnya, masih banyak

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si.

PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. PENANGANAN PASCA PANEN CABAI Oleh: Masnun, S.Pt., M.Si. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai segar mempunyai daya simpan yang sangat singkat. Oleh karena itu, diperlukan penanganan pasca panen mulai

Lebih terperinci

Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian*

Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian* Penanganan Pasca Panen Hasil Pertanian* Oleh: Tino Mutiarawati Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran Difinisi : Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai tindakan atau

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Parameter Fisik dan Organoleptik Pada Perlakuan Blansir 1. Susut Bobot Hasil pengukuran menunjukkan bahwa selama penyimpanan 8 hari, bobot rajangan selada mengalami

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola

Lebih terperinci

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi Bawang merah merupakan komoditas hortikultura yang memiliki permintaan yang cukup tinggi dalam bentuk segar. Meskipun demikian, bawang merah

Lebih terperinci

Sifat Fisiologis Pasca Panen PENYIMPANAN. a. Respirasi. a. Respirasi 12/17/2012

Sifat Fisiologis Pasca Panen PENYIMPANAN. a. Respirasi. a. Respirasi 12/17/2012 PENYIMPANAN Teknik Penanganan Pasca Panen Sifat Fisiologis Pasca Panen a. Respirasi b. Produksi Ethilen c. Transpirasi 17/12/2012 Fisiologi Pasca Panen 2011 1 d. Sensitivitas 17/12/2012 Fisiologi Pasca

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Suhu merupakan faktor yang sangat penting untuk memperpanjang umur simpan dan mempertahankan kesegaran buah. Pada suhu dingin aktivitas metabolisme menjadi lambat sehingga

Lebih terperinci

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) Post 04 Desember 2014, By Ir. Elvina Herdiani, MP. bbpplbungapotperkembangan bisnis bunga potong meningkat dengan cukup pesat dari waktu ke waktu, hal ini menunjukkan

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 7 PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS Nafi Ananda Utama Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017 Pengantar Manggis merupakan salah satu komoditas buah tropika eksotik yang mempunyai

Lebih terperinci

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta.

Sumber Pustaka Hilman. Y. A. Hidayat, dan Suwandi Budidaya Bawang Putih Di Dataran Tinggi. Puslitbang Hortikultura. Jakarta. PANEN BAWANG PUTIH Tujuan : Setelah berlatih peserta terampil dalam menentukan umur panen untuk benih bawang putih serta ciri-ciri tanaman bawang putih siap untuk dipanen 1. Siapkan tanaman bawang putih

Lebih terperinci

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan Teknologi Pangan Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan tujuan industri untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perubahan Konsentrasi O dan CO dalam Kemasan mempunyai densitas antara.915 hingga.939 g/cm 3 dan sebesar,9 g/cm 3, dimana densitas berpengaruh terhadap laju pertukaran udara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Karakteristik awal cabai merah (Capsicum annuum L.) diketahui dengan melakukan analisis proksimat, yaitu kadar air, kadar vitamin

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI)

PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR. Cara-cara penyimpanan meliputi : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) PENYIMPANAN BUAH DAN SAYUR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN SEGAR (BUAH, SAYUR DAN UMBI) Cara-cara penyimpanan meliputi : 1. penyimpanan pada suhu rendah 2. penyimpanan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya

I. PENDAHULUAN. terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. Pada umumnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum Mill) merupakan sayuran berbentuk buah yang banyak dihasilkan di daerah tropis dan subtropis. Budidaya tanaman tomat terus meningkat seiring

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Panen 4 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kentang Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari wilayah pegunungan Andes di Peru dan Bolivia. Tanaman kentang liar dan yang dibudidayakan mampu bertahan di habitat tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura.

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu produk pertanian yang memiliki potensi cukup tinggi untuk ditingkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspornya adalah produk hortikultura. Komoditas hortikultura

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1)

TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) TEKNOLOGI PASCA PANEN MKB 604/3 SKS (2-1) OLEH : PIENYANI ROSAWANTI PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN DAN KEHUTANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA 2016 KONTRAK PERKULIAHAN KEHADIRAN

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP

PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH. Oleh : ROSIDA, S.TP,MP PENGOLAHAN DENGAN SUHU RENDAH Oleh : ROSIDA, S.TP,MP PENDINGINAN (Cooling / Refrigerasi) : Adalah penyimpanan bahan pangan (Nabati/Hewani) diatas suhu titik beku tetapi kurang dari 15oC Pendinginan merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi

I. PENDAHULUAN. dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jenis umbi-umbian banyak terdapat di Indonesia. Salah satu jenis umbi yang dikenal adalah ubi jalar (Ipomoea batatas). Ubi jalar merupakan jenis umbi dengan masa panen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura.

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura. Buah mudah sekali mengalami kerusakan yang disebabkan oleh faktor keadaan fisik buah yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia,

I PENDAHULUAN. Mangga merupakan buah tropis yang populer di berbagai belahan dunia, I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

LAPORAN MAKALAH MK. SISTEM INFORMASI BISNIS (AGB 212) Penanganan Pasca Panen Buah Alpukat (Persea americana Mill) Oleh:

LAPORAN MAKALAH MK. SISTEM INFORMASI BISNIS (AGB 212) Penanganan Pasca Panen Buah Alpukat (Persea americana Mill) Oleh: LAPORAN MAKALAH MK. SISTEM INFORMASI BISNIS (AGB 212) Penanganan Pasca Panen Buah Alpukat (Persea americana Mill) Oleh: Fitya Shabrina (H34140041) Dosen Kuliah : Dr. Ir. Burhanuddin, MM Ir. Wahyu Budi

Lebih terperinci

PASCA PANEN BAWANG MERAH

PASCA PANEN BAWANG MERAH PASCA PANEN BAWANG MERAH Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali pelayuan dan pengeringan bawang merah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. WARNA KULIT BUAH Selama penyimpanan buah pisang cavendish mengalami perubahan warna kulit. Pada awal pengamatan, buah berwarna hijau kekuningan dominan hijau, kemudian berubah

Lebih terperinci

PENGATURAN PENYIMPANAN KOMODITI PERTANIAN PASCA PANEN

PENGATURAN PENYIMPANAN KOMODITI PERTANIAN PASCA PANEN PENGATURAN PENYIMPANAN KOMODITI PERTANIAN PASCA PANEN PENYIMPANAN DINGIN Diperlukan untuk komoditi yang mudah rusak, karena dapat mengurangi Kegiatan respirasi dan metabolisme lainnya Proses penuaan karena

Lebih terperinci

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN

PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN PENYIMPANAN BUAH MANGGA MELALUI PELILINAN Oleh: Masnun, BPP JAmbi BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mangga ( Mangifera indica L. ) adalah salah satu komoditas hortikultura yang mudah rusak dan tidak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Susut Bobot Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi (1992) mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN Bagi Indonesia kopi (Coffea sp) merupakan salah satu komoditas yang sangat diharapkan peranannya sebagai sumber penghasil devisa di luar sektor minyak dan gas bumi. Disamping sebagai sumber

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti

TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti TEKNOLOGI PASCAPANEN BAWANG MERAH LITBANG PASCAPANEN ACEH Oleh: Nurbaiti Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang memiliki arti penting bagi masyarakat, baik dilihat dari penggunaannya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon. Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Kerusakan Buah Apel Fuji Sun Moon Identifikasi kerusakan merupakan tahapan awal penanganan sortasi buah apel fuji sun moon di Hypermart Gorontalo. Tahapan sortasi

Lebih terperinci

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN

BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN BAB I KLARIFIKASI HASIL PERTANIAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L.

BAB I PENDAHULUAN. Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terong atau yang dikenal dengan nama latin Solanum melongena L. adalah jenis tanaman yang hidup baik pada daerah tropis dan wilayah iklim sedang. Di daerah tropis terong

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya

TINJAUAN PUSTAKA. dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya TINJAUAN PUSTAKA Jeruk Siam Jeruk siam (Citrus nobilis LOUR var Microcarpa) merupakan salah satu dari sekian banyak varietas jeruk yang sudah dikenal dan dibudidayakan. Buahnya berbentuk bulat dengan permukaan

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN III.1. PENANGANAN PASCA PANEN BUAH

PENANGANAN PASCA PANEN III.1. PENANGANAN PASCA PANEN BUAH III. PENANGANAN PASCA PANEN III.1. PENANGANAN PASCA PANEN BUAH Potensi pengembangan buah-buahan di indonesia sangat besar. keanekaragaman varietas dan didukung oleh iklim yang sesuai untuk buah-buahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. IDENTIFIKASI KERUSAKAN BUAH APEL FUJI SUN MOON. IDENTIFIKASI KERUSAKAN MERUPAKAN TAHAPAN AWAL PENANGANAN SORTASI BUAH BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Kerusakan

Lebih terperinci

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN Manisan biasanya dibuat dari buah. Produk ini merupakan bahan setengah kering dengan kadar air sekitar 30 %, dan kadar gula tinggi (>60%). Kondisi ini memungkinkan manisan

Lebih terperinci

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h

TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h TEKNIK PENANGANAN PASCA PANEN R i n i Y u l i a n i n g s i h Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami hal-hal yang menyebabkan kerusakan dan kehilangan serta memahami teknologi penanganan pasca panen

Lebih terperinci

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN

PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN PENANGANAN PANEN DAN PASCA PANEN Perbaikan mutu benih (fisik, fisiologis, dan mutu genetik) untuk menghasilkan benih bermutu tinggi tetap dilakukan selama penanganan pasca panen. Menjaga mutu fisik dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura

I. PENDAHULUAN. Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Buah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu produk hortikultura yang banyak diminati konsumen. Salah satu contoh kultivar jambu yang memiliki

Lebih terperinci

SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM

SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM SOP PENANGANAN PASCAPANEN JAMUR TIRAM KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA DIREKTORAT BUDIDAYA DAN PASCAPANEN SAYURAN DAN TANAMAN OBAT 2011 PENGARAH : Dr. Ir. Yul Harry Bahar Direktur

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis penelitian, dan (7) Tempat dan waktu penelitian. memperhatikan teknik pengemasan dan suhu penyimpanan (Iflah dkk, 2012).

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis penelitian, dan (7) Tempat dan waktu penelitian. memperhatikan teknik pengemasan dan suhu penyimpanan (Iflah dkk, 2012). I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar belakang, (2) Identifikasi masalah, (3) Tujuan penelitian, (4) Manfaat penelitian, (5) Kerangka pemikiran, (6) Hipotesis penelitian, dan (7) Tempat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN

HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENENTUAN LAJU RESPIRASI DENGAN PERLAKUAN PERSENTASE GLUKOMANAN Proses respirasi sangat mempengaruhi penyimpanan dari buah melon yang terolah minimal, beberapa senyawa penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengawetan dengan suhu rendah bertujuan untuk memperlambat atau menghentikan metabolisme. Hal ini dilakukan berdasarkan fakta bahwa respirasi pada buah dan sayuran tetap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat. Kebutuhan manusia juga semakin banyak yang bergantung dengan teknologi,

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat. Kebutuhan manusia juga semakin banyak yang bergantung dengan teknologi, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Di zaman yang semakin canggih ini, teknologi berkembang dengan sangat pesat. Kebutuhan manusia juga semakin banyak yang bergantung dengan teknologi, baik dalam bidang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat B. Hasil Belajar 1. Kompetensi Dasar 2. Indikator Keberhasilan

PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat B. Hasil Belajar 1. Kompetensi Dasar 2. Indikator Keberhasilan PENDAHULUAN A. Deskripsi Singkat Bahan ajar ini berisikan materi Panen dan Pasca Panen Bawang Merah. Materi Panen membahas tentang penentuan waktu panen dan penanganan panen. Materi Pasca Panen membahas

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN

TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN TEKNOLOGI PENANGANAN PASCAPANEN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN Oleh : Usman Ahmad Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Pendahuluan

BAHAN DAN METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Pendahuluan BAHAN DAN METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buah dan sayuran. Salah satunya adalah buah tomat (Lycopersicon esculentum

BAB I PENDAHULUAN. buah dan sayuran. Salah satunya adalah buah tomat (Lycopersicon esculentum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah dan sayuran. Buah yang berasal dari negara subtropis dapat tumbuh baik dan mudah dijumpai di Indonesia. Hal ini

Lebih terperinci

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak

2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan Proses thermal merupakan proses pengawetan bahan pangan dengan menggunakan energi panas. Proses thermal digunak PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN II Disusun oleh : Nur Aini Condro Wibowo Rumpoko Wicaksono UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PURWOKERTO 2016 ACARA I. BLANCHING A. Pendahuluan

Lebih terperinci

9/13/2012. penyimpanan maupun pengolahan, maka diharapkan dapat meminimalkan penurunan mutu terutama mutu gizi pada bahan makanan tersebut.

9/13/2012. penyimpanan maupun pengolahan, maka diharapkan dapat meminimalkan penurunan mutu terutama mutu gizi pada bahan makanan tersebut. Ilmu Bahan Makanan Lanjut adalah matakuliah yang mempelajari masalah penyimpanan bahan makanan baik dalam keadaan segar maupun hasil olahannya. Oleh ENI PURWANI Agung S Wardana TUJUAN Dengan mengetahui

Lebih terperinci

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA RESPIRASI Oleh: Dimas Rahadian AM, S.TP. M.Sc Email: rahadiandimas@yahoo.com JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA RESPIRASI RESPIRASI AEROBIK C 6 H 12 O 6 + 6O 2 + 38 ADP

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNOLOGI PASCAPANEN SAWI (Brassica juncea, L.) DALAM UPAYA MENGURANGI KERUSAKAN DAN MENGOPTIMALKAN HASIL PEMANFAATAN PEKARANGAN

KAJIAN TEKNOLOGI PASCAPANEN SAWI (Brassica juncea, L.) DALAM UPAYA MENGURANGI KERUSAKAN DAN MENGOPTIMALKAN HASIL PEMANFAATAN PEKARANGAN KAJIAN TEKNOLOGI PASCAPANEN SAWI (Brassica juncea, L.) DALAM UPAYA MENGURANGI KERUSAKAN DAN MENGOPTIMALKAN HASIL PEMANFAATAN PEKARANGAN Desy Nofriati 1, Renie Oelviani 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga 3 TINJAUAN PUSTAKA Buah Naga Tanaman buah naga termasuk dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, kelas Magnoliopsida, ordo Caryophyllales, famili Cactaceae, subfamili Cactoidae, genus Hylocereus Webb.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan hortikultura meningkat setiap tahunnya, tetapi hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan hortikultura meningkat setiap tahunnya, tetapi hal tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan hortikultura meningkat setiap tahunnya, tetapi hal tersebut tidak diimbangi dengan jumlah produksi yang memadai. Hal ini menunjukkan bahwa peluang untuk pengembangan

Lebih terperinci

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN

ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN ASPEK MIKROBIOLOGIS PENGEMASAN MAKANAN Anna Rakhmawati,M.Si Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY Email:anna_rakhmawati@uny.ac.id Bahan makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang penting

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA

TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA AgroinovasI TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH PASCA Dalam menghasilkan benih bermutu tinggi, perbaikan mutu fisik, fisiologis maupun mutu genetik juga dilakukan selama penanganan pascapanen. Menjaga mutu fisik

Lebih terperinci

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi dan dikembang secara luas oleh petani di Propinsi Aceh.

Lebih terperinci

PELAPISAN LILIN LEBAH UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUAH SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PELAPISAN LILIN LEBAH UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUAH SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR KARYA ILMIAH PELAPISAN LILIN LEBAH UNTUK MEMPERTAHANKAN MUTU BUAH SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR O L E H LINDA MASNIARY LUBIS DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju Respirasi Wortel Terolah Minimal

HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju Respirasi Wortel Terolah Minimal HASIL DAN PEMBAHASAN Laju Respirasi Wortel Terolah Minimal cold chaín Perubahan laju produksi CO 2 pada wortel terolah minimal baik pada wortel utuh (W1) maupun irisan wortel (W2) pada penelitian pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang seharusnya kita dapat mempelajari dan bersyukur kepadanya. Kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara yang kaya dengan berbagai spesies flora. Kekayaan tersebut merupakan suatu anugerah besar yang diberikan Allah SWT yang seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk pasca panen berupa sayuran daun segar sangat diperlukan oleh tubuh manusia sebagai sumber vitamin dan mineral, namun sangat mudah mengalami kemunduran yang dicirikan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Perubahan mutu yang diamati selama penyimpanan buah manggis meliputi penampakan sepal, susut bobot, tekstur atau kekerasan dan warna. 1. Penampakan Sepal Visual Sepal atau biasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia adalah buah-buahan yaitu buah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan Pangan dan Hasil Pertanian (TPPHP) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fateta-IPB.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan tanaman pertanian yang strategis untuk dibudidayakan karena permintaan cabai yang sangat besar dan banyak konsumen yang mengkonsumsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani

Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani. 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani 1. Pengertian Pengawetan Bahan Nabati dan Hewani Bahan makanan umumny mudah rusak (perishable). Perhatikan saja, buah-buahan dan sayuran yang kita panen. Kita dapat melihat

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PENANGANAN PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen mangga Gedong Gincu. 1. Struktur kerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perubahan Ion Leakage Ion merupakan muatan larutan baik berupa atom maupun molekul dan dengan reaksi transfer elektron sesuai dengan bilangan oksidasinya menghasilkan ion.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah jambu biji (Psidium guajava) memiliki rasa yang enak dan segar serta memiliki banyak manfaat bagi kesehatan dan juga kecantikan manusia. Buah jambu biji telah lama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya 2.1 Komposisi Kimia Udang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Udang merupakan salah satu produk perikanan yang istimewa, memiliki aroma spesifik dan mempunyai nilai gizi cukup tinggi. Bagian kepala beratnya lebih

Lebih terperinci

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2

PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2 PENGARUH KONDISI PENYIMPANAN DAN BERBAGAI VARIETAS BAWANG MERAH LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP VIABILITAS DAN VIGOR BENIH IF ALL 1 DAN IDRIS 2 1 Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci