MATERI OLIMPIADE KEBUMIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MATERI OLIMPIADE KEBUMIAN"

Transkripsi

1 MATERI OLIMPIADE KEBUMIAN GEOLOGI

2 MATERI: MINERALOGI DAN KRISTALOGRAFI SISTEM KRISTAL Cubic - Ada 3 sumbu - Ketiga sumbu saling tegak lurus - Ketiga sumbu panjangnya sama Contoh: Pirit (Pyrite) FeS 2 Tetragonal - Ada 3 sumbu - Ketiga sumbu saling tegak lurus - Ada 2 sumbu yang panjangnya sama Contoh: Kasiterit (Cassiterite) SnO 2 Hexagonal - Memiliki 4 sumbu - Ada 3 sumbu yang panjangnya sama dengan sudut 120º satu sama lain dan tegak lurus pada sumbu ke-4 Contoh: Beril (Beryl) Be 3 Al 2 Si 6 O 18 Orthorombic - Ada 3 sumbu - Ketiga sumbu saling tegak lurus - Ketiga sumbu panjangnya tidak sama Contoh: Topas (Topaz) Al 2 F 2 SiO 4 Monoclinic - Ada 3 sumbu - Salah satu sumbu tidak tegak lurus, sumbu lain saling tegak lurus - Ketiga sumbu panjangnya tidak sama Contoh: Augit (Augite) Ca,Mg,Fe,Al)(SiAl) 2 O 6 Triclinic - Ada 3 sumbu - Semua sumbu tidak tegak lurus - Ketiga sumbu panjangnya tidak sama Contoh: Mikroklin (Microcline) KAlSi 3 O 8 1

3 KLASIFIKASI (GRUP) MINERAL Oksida Hematite (Fe 2 O 3 ) Magnetite (Fe 3 O 4 ) Corundum (Al 2 O 3 ), dll Sulfida Galena (PbS) Sphalerite (ZnS) Pyrite (FeS 2 ), dll Sulfat Gypsum (CaSO 4.2H 2 O) Anhydrite (CaSO 4 ) Barite (BaSO 4 ), dll Hidroksida Limonite (FeO(OH).nH 2 O) Bauxite (Al(OH) 2.nH 2 O) dll Fosfat Apatite (Ca 5 (F,Cl,OH)(PO 4 ) 3 ) Turquoise (CuAl 6 (PO 4 ) 4 (OH) 8.4H 2 O) dll Elemen/Unsur Murni (Native) Gold (Au) Copper (Cu) Diamond (C), dll Halida Halite (NaCl) Fluorite (CaF 2 ) Sylvite (KCl), dll Karbonat Calcite (CaCO 3 ) Dolomite (CaMg(CO 3 ) 2 ) Aragonite (CaCO 3 ), dll Silikat Olivine ((Mg,Fe) 2 SiO 4 ) Diopside((CaMg,Si 2 O 4 ) dll PEMBENTUKAN MINERAL 1. Primer a. Magmatisme 2

4 b. Sedimentasi Dapat dihasilkan dari: - Proses diagenesa perubahan dari sedimen menjadi batuan sedimen dapat muncul mineral-mineral baru (selain mineral lain yang sudah ada). - Kristalisasi larutan presipitasi larutan pada lingkungan tertentu, misalnya pada padang garam (mineral: halit). c. Metamorfisme Perubahan terjadi dalam bentuk padatan 3

5 Contoh lain: CaCO 3 + SiO 2 Ca SiO 3 + CO 2 Kalsit Kuarsa Wollastonit (mineral metamorf) d. Hidrotermal Terutama dari kristalisasi larutan hidrothermal/reaksi larutan hidrothermal dengan batuan di sekitarnya. Contoh: urat kuarsa yang mengandung emas, tembaga 2. Sekunder a. Oksidasi Contoh: Ortoklas (Potassium Feldspar) KAlSi 3 O 8 teroksidasi menjadi mineral lempung teroksidasi pada kondisi kering Smektit (0.5Ca,Na) 0.7 Mg 0.7 Al 3.3 Si 8 O 20 (OH) 4 teroksidasi pada kondisi basah Kaolinit - Al 4 Si 4 O 10 (OH) 8 4

6 b. Sementasi Contoh: - Kalsit (Calcite) - Kuarsa (Quartz) - Oksida Besi SIFAT FISIK MINERAL 1. Bentuk (habits) 2. Belahan (cleavage) 1 arah contoh: muskovit 2 arah contoh: feldspar 3 arah contoh: kalsit 4 arah contoh: fluorit 5

7 3. Pecahan (fracture) Conchoidal pola konsentrik Hackly pola bergerigi Earthy pola seperti berpasir dll Contoh: pecahan concoidal pada obsidian. 4. Kekerasan (hardness) Kekerasan (Hardness) Skala Mohs: 1 Talk 2 Gipsum 3 Kalsit 4 Fluorit 5 Apatit 6 Ortoklas 7 Kuarsa 8 Topas 9 Korundum 10 Intan (Diamond) 5. Kilap Cara pengukuran sederhana: 2 Kuku jari 3-4 Koin logam tembaga 5 Gelas 6 Lempeng besi Kilap: logam/metalik Contoh: Pirit Kilap: Resin Contoh: Feldspar Kilap: sutera Contoh: Gipsum Kilap lainnya: gelas, mutiara (pearly), tanah (earthy), dan lain-lain. 6. Warna, Cerat, dan lain-lain Warna (Color) mineral yang sama bisa memiliki warna yang berbeda. Cerat (Streak) warna mineral dalam bentuk bubuk halus. Sifat lainnya: densitas, magnetik, elektrik, radioaktivitas, dan lain-lain. 6

8 MATERI: STRUKTUR DALAM BUMI Permulaan terjadinya bumi merupakan sebagian dari gumpalan gas dari Matahari, Gumpalan gas yang besar tersebut selalu dalam keadaan berputar. Dikarenakan sesuatu hal, terlepaslah sebagian gumpalan itu, walaupun seolah-olah dicampakkan sangat jauh tetapi gumpalan itu masih tetap berputar terus-menerus mengelilingi gumpalan besar (matahari) tersebut. Gumpalan-gumpalan yang terpisah dan masih tetap berputar tersebut setelah mengalami proses pendinginan akan menjadi padat. Padatan itulah kemudian yang menjadi planet-planet di tata surya kita. Dari gumpalan yang terlepas tersebut (planet), terlepas pula sebagian dari planet tetapi juga tetap berputar dan mengelilingi gumpalan yang ditinggalkan, itulah yang disebut bulan atau satelit. Susunan interior bumi dapat diketahui berdasarkan dari sifat sifat fisika bumi (geofisika). Sebagaimana kita ketahui bahwa bumi mempunyai sifat-sifat fisik seperti misalnya gaya tarik (gravitasi), kemagnetan, kelistrikan, merambatkan gelombang (seismik), dan sifat fisika lainnya. Melalui sifat fisika bumi inilah para ahli geofisika mempelajari susunan bumi, yaitu misalnya dengan metoda pengukuran gravitasi bumi (gaya tarik bumi), sifat kemagnetan bumi, sifat penghantaran arus listrik, dan sifat menghantarkan gelombang seismik. Metoda seismik adalah salah satu metoda dalam ilmu geofisika yang mengukur sifat rambat gelombang seismik yang menjalar di dalam bumi. Pada dasarnya gelombang seismik dapat diurai menjadi gelombang Primer (P) atau gelombang Longitudinal dan gelombang Sekunder (S) atau gelombang Transversal. Sifat rambat kedua jenis gelombang ini sangat dipengaruhi oleh sifat dari material yang dilaluinya. Gelombang P dapat menjalar pada material berfasa padat maupun cair, sedangkan gelombang S tidak dapat menjalar pada materi yang berfasa cair. Perbedaan sifat rambat kedua jenis gelombang inilah yang dipakai untuk mengetahui jenis material dari interior bumi. Rambatan gelombang Primer (P) dan Sekunder (S) pada interior bumi. Gelompang P (garis hijau) merambat pada semua bagian dari lapisan material bumi sedangkan gelombang S (garis merah) hanya merambat pada bagian mantel dari interior bumi. Sifat rambat gelombang P dan S pada interior bumi. Terlihat gelombang P dapat merambat pada interior bumi baik yang berfasa padat maupun berfasa cair, sedangkan gelombang S tidak merambat pada Inti Bumi bagian luar yang berfasa cair. 7

9 Berdasarkan gelombang seismic, struktur internal bumi dapat dibedakan menjadi tiga komponen utama, yaitu: - Inti (core) - Mantel (mantle) - Kerak (crust) Inti bumi (core) Dipusat bumi terdapat inti yang berkedalaman km. Terbagi menjadi dua macam yaitu inti luar dan inti dalam. Inti luar berupa zat cair yang memiliki kedalaman km Inti dalam berupa zat padat yang berkedalaman km. Inti luar dan inti dalam dipisahkan oleh Lehman Discontinuity. Dari data Geofisika material inti bumi memiliki berat jenis yang sama dengan berat jenis meteorit logam yang terdiri dari besi dan nikel. Mantel bumi (mantle) Inti bumi dibungkus oleh mantel yang berkomposisi kaya magnesium. Inti dan mantel dibatasi oleh Gutenberg Discontinuity. Mantel bumi terbagi menjadi dua yaitu mantel atas yang bersifat plastis sampai semiplastis memiliki kedalaman sampai 400 km. Mantel bawah bersifat padat dan memiliki kedalaman sampai 2900 km. Mantel atas bagian atas yang mengalasi kerak bersifat padat dan bersama dengan kerak membentuk satu kesatuan yang dinamakan litosfer. Mantel atas bagian bawah yang bersifat plastis atau semiplastis disebut sebagi astenosfer. Kerak bumi (crust) Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki ketebalan 5-80 km. Kerak dengan mantel dibatasi oleh Mohorovivic Discontinuity. Kerak bumi dominan tersusun oleh feldsfar dan mineral silikat lainnya. 8

10 Kerak bumi dibedakan menjadi dua jenis yaitu : Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si, Fe, Mg, disingkat sima. Ketebalan kerak samudra berkisar antara 5-15/ (rata-rata 7 km) dengan berat jenis ratarata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya disebut lapisan basaltis karena batuan penyusunnya terutama berkomposisi basal. Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, disingkat sial. Ketebalan kerak benua berkisar antara km rata-rata 35 km dengan berat jenis ratarata sekitar 2,85 gm/cc. Kerak benua biasanya disebut sebagai lapisan granitis karena batuan penyusunya terutama terdiri dari batuan yang berkomposisi granit. 9

11 MATERI: TEKTONIK LEMPENG Lempeng-lempeng tektonik di bumi barulah dipetakan pada paruh kedua abad ke-20. Teori Tektonik Lempeng (bahasa Inggris: Plate Tectonics) adalah teori dalam bidang geologi yang dikembangkan untuk memberi penjelasan terhadap adanya bukti-bukti pergerakan skala besar yang dilakukan oleh litosfer bumi. Teori ini telah mencakup dan juga menggantikan Teori Pergeseran Benua yang lebih dahulu dikemukakan pada paruh pertama abad ke-20 dan konsep seafloor spreading yang dikembangkan pada tahun 1960-an. Pada saat ini dipermukaan bumi terdapat enam lempeng utama, yaitu : 1. Lempeng Eurasia, wilayahnya meliputi Eropa, Asia, dan daerah pinggirannya termasuk Indonesia. 2. Lempeng Indo-Australia, wilayahnya meliputi Lautan Hindia serta subkontinen India dan Australia bagian barat. 3. Lempeng Pasifik, wilayahnya meliputi seluruh Lautan Pasifik. 4. Lempeng Amerika, wilayahnya meliputi Amerika Utara, Amerika Selatan, dan setengah bagian barat Lautan Atlantik. 5. Lempeng Afrika, wilayahnya meliputi Afrika, setengah bagian timur Lautan Atlantik, dan bagian barat Lautan Hindia. 6. Lempeng Antartika, wilayahnya meliputi Kontinen Antartika dan lautan Antartika. 10

12 Ada tiga kemungkinan bentuk interaksi antarlempeng, yaitu : Lempeng saling tabrakan (zona konvergen) Lempeng saling menjauh (zona divergen) Lempeng saling bergesekan (zona transform fault) 1. Konvergen Terdapat aktivitas vulkanisme (intrusi dan ekstrusi). Merupakan daerah hiposentra gempa dangkal dan dalam. Lempeng dasar samudera menunjam ke bawah lempeng benua (zona subduksi). Terbentuk palung laut di tempat tumbukan. Pembengkakan tepi lempeng benua yang merupakan deretan pegunungan. Penghancuran lempeng akibat pergesekan lempeng. Timbunan sedimen campuran. Contoh bentukan yang diakibatkan oleh interaksi lempeng ini adalah Pegunungan Himalaya, Palung Mindanao, jalur pegunungan di Indonesia (sirkum mediterania dan sirkum pasifik), dan Kepulauan Jepang. 2. Divergen Perenggangan lempeng yang disertai pertumbukan kedua tepi lempeng tersebut. Pembentukan tanggul dasar samudera (mid oceanic ridge) di sepanjang tempat perenggangan lempeng. Aktivitas vulkanisme laut dalam yang menghasilkan lava basa berstruktur bantal dan hamparan leleran lava yang encer. Aktivitas gempa di dasar laut dan sekitarnya. Contoh : di tengah Samudera Atlantik yang memanjang di dekat kutub utara sampai mendekati kutub selatan, celahnya menyebabkan Benua Amerika bergerak menjauh dengan Benua Eropa dan Afrika. 11

13 Gerakan saling menjauh antara lempeng Afrika dan Amerika bagian selatan juga merupakan Mid Oceanic Ridge di tengah Negara Islandia. Sesar San Andreas yang membentang sepanjang kurang lebih km dari San Francisco di utara sampai Los Angeles di selatan Amerika Serikat. 3. Transform Terdapat aktivitas vulkanisme yang lemah disertai gempa yang tidak kuat. Menimbulkan bentukan lipatan dan patahan, seperti patahan San Andreas di AS. Terdapat pegunungan dan lembah. 12

14 MATERI: STRUKTUR GEOLOGI Struktur primer adalah struktur geologi yang terbentuk pada saat pembentukan batuan. Misalnya, struktur sedimen (silang siur, flute cast, dan lain-lain), struktur kekar akibat pendinginan magma (columnar joint dan sheeting joint) dan struktur perlapisan. Struktur sekunder adalah struktur geologi yang mempelajari dan membahas bentukbentuk deformasi kerak bumi dan gejala-gejala penyebab pembentukannya. Dibedakan dengan geotektonik atau tektonik, geologi struktur mempunyai ruang lingkup yang lebih sempit, yang meliputi deformasi - deformasi pada isi cekungan, sedangkan tektonik menyangkut skala yang lebih luas dari ini, misalnya proses pembentukan pegunungan (orgenesa) dan sebagainya. Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold). KEKAR (JOINT) Kekar adalah struktur rekahan pada batuan yang tidak memperlihatkan pergeseran. Hampir tidak ada suatu singkapan di muka bumi ini yang tidak memperlihatkan gejala rekahan. Kekar bukan merupakan gejala yang kebetulan, tetapi merupakan hasil kekandasan/kegagalan batuan akibat tegasan (stress). Karena itu kekar akan mempunyai sifat-sifat yang menuruti hukum-hukum fisika. Struktur kekar merupakan gejala yang paling umum dijumpai dan banyak dipelajari secara luas tetapi merupakan struktur yang paling sukar untuk dianalisa. Berdasarkan cara terbentuknya kekar dapat diklasifikasikan menjadi : - Kekar tektonik, misalnya kekar gerus (shear joint) dan kekar tarik (tension joint). - Kekar non tektonik, misalnya mudcrack, columnar joint dan sheeting joint. Struktur ini banyak dipelajari karena sangat berhubungan erat dengan masalah masalah: a. Geologi teknik b. Geologi minyak bumi, terutama masalah cadangan dan produksi. c. Geologi untuk pertambangan, baik dalam hal sistim penambangannya maupun pengerahan terhadap bentuk-bentuk mineralisasi dan lain-lain. Di dalam teknik sipil dan pertambangan, masalah kekar merupakan hal yang sangat penting, karena meraka merupakan jalur-jalur lemah dalam batuan. Kesukaran yang dihadapi dalam membuat analisa struktur ini terletak pada banyaknya sifat-sifat dasar yang dimilikinya, artinya terdapat bukti-bukti bahwa rekahan-rekahan ini dapat terbentuk pada setiap waktu kejadian. Umumnya, dalam batuan sedimen, kekar dapat terbentuk mulai dari saat pengendapan, atau segera terbentuk setelah pengendapannya, dimana sedimen tersebut masih dalam proses kompaksi. 13

15 Kekar non-tektonik, yaitu kekar, yang terbentuk bukan karena gaya tektonik, misalnya kekar akibat pendinginan (cooling joint) pada batuan beku, misalnya kekar kolom (columnar joints) atau dapat juga terbentuk akibat pembebanan, misalnya sheeting joints. Struktur kekar dipelajari dengan cara statistik, mengukur dan mengelompokkan nya dalam bentuk diagram roset (diagram bunga) atau diagram kontur. SESAR (FAULT) Sesar adalah rekahan atau zona rekahan pada batuan yang telah mengalami pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang berhadapan, dengan arah yang sejajar dengan bidang patahan. Pergeseran pada sesar bisa terjadi sepanjang garis lurus yang disebut sesar translasi atau terputar yang dinamakan sesar rotasi. Pergeseranpergeseran ini mempunyai dimensi berkisar antara beberapa cm sampai mencapai ratusan km. Bahan yang hancur akibat pergeseran yang terdapat pada jalur sesar, dapat berupa gouge yaitu suatu bahan yang halus karena lumat akibat gerusan dan breksi sesar yaitu zona hancuran yang memperlihatkan orientasi fragmen akibat gerusan. a. Istilah-istilah penting yang berhubungan dengan sesar - Bidang sesar adalah bidang rekahan dimana terjadi pergeseran antara blok - blok yang saling berhadapan. Seringkali bidang sesar tercerminkan secara morfologis sebagai gawir sesar. - Hanging wall adalah blok patahan yang berada dibagian atas bidang sesar. - Foot wall adalah blok yang ada dibagian bawah bidang sesar. - Throw (loncatan vertikal) adalah jarak slip/separation yang diukur pada bidang vertikal. - Heave (loncatan horizontal) adalah jarak slip/separation yang diukur pada bidang horizontal. b. Klasifikasi Sesar Berdasarkan pada sifat gerak, sesar dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : 14

16 a. Sesar normal yaitu gerak hanging wall relatif turun terhadap foot wall. b. Sesar mendatar yaitu gerak relatif hanging wall relatif naik terhadap foot wall. c. Sesar mendatar yaitu gerak relatif mendatar pada bagian-bagian yang tersesarkan. Gerak-gerak ini sangat berhubungan dengan sifat atau posisi tegasan utama yang bekerja pada daerah atau tubuh batuan yang mengalami deformasi. LIPATAN Lipatan adalah hasil perubahan bentuk atau volume dari suatu bahan yang ditunjukkan sebagai lengkungan atau kumpulan dari lengkungan akibat pengaruh suatu tegasan (stress). Pada umumnya refleksi pelengkungan ditunjukkan pada perlapisan batuan sedimen atau foliasi batuan metamorf. a. Beberapa definisi pada struktur lipatan - Hinge point adalah titik maksimum pelengkungan pada lapisan yang terlipat (b). Garis yang menghubungkan titik-titik tersebut, disebut juga hinge-line atau axis line (sumbu perlipatan) (d). - Crest point adalah titik tertingi pada lipatan (a). Garis yang melalui titik-titik tersebut crestal-line (c). - Trough point dan Trough line adalah titik dan garis terendah pada lipatan (g). - Garis sumbu lipatan (Axial line) adalah perpotongan antara bidang sumbu dengan 15

17 bidang horizontal. (Garis ini lazim dicantumkan pada peta geologi). - Axial plane (bidang sumbu) adalah bidang yang melalui garis sumbu dan garis pusat perlipatan dan membagi sama besar sudut yang dibentuk sayap-sayapnya (f). - Crestal plane adalah bidang yang melalui crestal-line dan pusat perlipatan (e). - Sayap lipatan (Limb) adalah bagian sebelah-menyebelah dari sisi lipatan (i). - Core adalah pusat lipatan (h). 16

18 MATERI: PETROLOGI Sebelumnya kita sudah tahu bahwa di bumi ada tiga jenis batuan yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Ketiga batuan tersebut dapat berubah menjadi batuan metamorf tetapi ketiganya juga bisa berubah menjadi batuan lainnya. Semua batuan akan mengalami pelapukan dan erosi menjadi partikel-partikel atau pecahan-pecahan yang lebih kecil yang akhirnya juga bisa membentuk batuan sedimen. Batuan juga bisa melebur atau meleleh menjadi magma dan kemudian kembali menjadi batuan beku. Kesemuanya ini disebut siklus batuan atau ROCK CYCLE. BATUAN BEKU Batuan beku terbentuk karena proses pendinginan magma yang dapat terdiri atas berbagai jenis batuan tergantung pada komposisi mineralnya. Magma merupakan cairan silikat pijar yang terbentuk secara alamiah, mempunyai temperatur yang tinggi (900 o o C) dan berasal dari bagian dalam bumi yang disebut selubung bumi (mantel) bagian atas. Bentuk dan Keberadaan Batuan Batuan beku berdasarkan genesa atau tempat terbentuknya dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu : Batuan beku intrusi : batuan beku yang membeku di dalam bumi, yang menghasilkan 2 jenis batuan beku yaitu : o Batuan hipabisal: batuan beku yang membeku di dalam bumi pada kedalaman menengah - dangkal sehingga menghasilkan batuan beku bertekstur sedang atau percampuran antara kasar - halus. o Batuan plutonik: batuan beku yang membeku jauh di dalam bumi sehingga menghasilkan batuan beku bertekstur kasar - sangat kasar. 17

19 Batuan beku ekstrusi: batuan beku yang membeku di permukaan/di dekat permukaan bumi, yang menghasilkan batuan beku volkanik yang bertekstur sangat halus - halus. Warna Batuan Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral penyusunnya. Mineral penyusun batuan dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna dapat diketahui jenis magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang bertekstur gelasan. Batuan beku yang berwarna cerah, umumnya adalah batuan beku asam yang tersusun oleh mineral-mineral felsik. Batuan beku yang berwarna gelap - hitam, umumnya adalah batuan beku intermedier yang tersusun oleh mineral-mineral felsik dan mineral mafik hampir sama banyak. Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan, umumnya adalah batuan beku basa yang tersusun oleh mineral-mineral mafik. Batuan beku yang berwarna hijau kelam dan biasanya monomineralik, umumnya adalah batuan beku ultrabasa yang tersusun oleh hampir seluruhnya mineral-mineral mafik. Komposisi Mineral Komposisi mineral mencerminkan informasi tentang magma asal batuan tersebut dan posisi tektonik (berhubungan struktur kerak bumi dan mantel) tempat kejadian magma tersebut. Mineral pembentuk batuan dapat dibagi atas 3 kelompok yaitu : Mineral utama (essential minerals) : mineral yang terbentuk dari kristalisasi magma, yang biasanya hadir dalam jumlah yang cukup banyak dan menentukan nama/sifat batuan. Contoh : mineral-mineral Seri Bowen (olivin, piroksen, hornblenda, biotit, plagioklas, k-felspar, muskovit, kuarsa) dan felspathoid. Mineral tambahan (accessory minerals) : mineral yang terbentuk dari kristalisasi magma, tetapi kehadirannya relatif sedikit (< 5%), dan tidak menentukan nama/sifat batuan. Contoh : apatit, zirkon, magnetit, hematit, rutil, dan lain - lain. Mineral sekunder (secondary minerals) : mineral hasil ubahan dari mineral -mineral primer karena pelapukan, alterasi hidrotermal, atau metamorfosa. Contoh : klorit, epidot, serisit, kaolin, aktinolit, garnet, dan lain - lain. Tekstur Tekstur adalah kenampakan dari batuan (ukuran, bentuk, dan hubungan keteraturan mineral dalam batuan) yang dapat merefleksikan sejarah pembentukan dan keterdapatannya. Pengamatan tekstur batuan beku meliputi : - Derajat Kristalisasi Derajat kristalisasi batuan beku tergantung dari proses pembekuan magma. Pada pembekuan magma yang berlangsung lambat maka akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran kasar-sedang, bila berlangsung cepat akan terbentuk kristal-kristal yang berukuran halus, dan bila berlangsung sangat cepat akan terbentuk gelas. Derajat kristalisasi batuan beku dapat dibagi menjadi 3 yaitu : 18

20 Holokristalin : batuan beku terdiri dari kristal seluruhnya. Hipokristalin : batuan beku terdiri dari sebagian kristal dan sebagian gelas. Holohialin : batuan beku terdiri dari gelas seluruhnya. - Granulitas/Besar butir Granulitas/besar butir batuan beku dapat dibagi menjadi 3 yaitu : Fanerik : kristal-kristalnya dapat dilihat dengan mata biasa. Ukuran butir/kristal untuk batuan bertekstur fanerik dapat dibagi menjadi 4 yaitu: o Halus : besar butir < 1 mm o Sedang : besar butir 1 mm - 5 mm o Kasar : besar butir 5 mm - 30 mm o Sangat kasar : besar butir > 30 mm Afanitik : kristal-kristalnya sangat halus, tidak dapat dilihat dengan mata biasa, hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Jika batuan bertekstur porfiritik maka ukuran fenokris dan masa dasar dipisahkan. Gelasan (glassy) : batuan beku semuanya tersusun oleh gelas. - Kemas/fabric Kemas/fabric batuan beku dapat dibagi menjadi 2 yaitu : Equigranular : ukuran besar butir/kristal relatif sama. Inequigranular : ukuran besar butir/kristal tidak sama. Khusus untuk inequigranular dapat dibedakan menjadi 2 tekstur yaitu : o o Porfiritik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar (matriks) kristal yang lebih halus. Vitrofirik : kristal-kristal yang lebih besar (fenokris) tertanam dalam masa dasar (matriks) gelas/amorf. Bentuk-bentuk kristal/mineral : (a) euhedral, (b) subhedral, (c) anhedral. Beberapa contoh tekstur pada batuan fanerik : a. hipidiomorfik granular, b. alotriomorfik granular, c. porfiritik. 19

21 Beberapa tekstur khusus batuan beku. - Bentuk Kristal Bentuk kristal memberikan gambaran mengenai proses kristalisasi mineral-mineral pembentuk batuan beku. Bentuk Kristal Tekstur Keterangan Euhedral Subhedral Anhedral Panidiomorfik granular Hypidiomorfik Granular Allotrimorfik Granular Sebagian kristal mempunyai batas sempurna (euhedral) dan berukuran butir sama Batas kristal peralihan antara sempurna dan tidak beraturan (subhedral) dan berukuran butir sama Batas kristal tak beraturan (anhedral) dan berukuran butir sama Struktur Struktur yang dimaksud adalah struktur primer, yang terjadi saat terbentuknya batuan beku tersebut. Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat di lapangan (dimensinya sangat besar), tetapi kadang-kadang dapat dilihat juga dalam hand specimen. Struktur batuan beku yang berhubungan dengan aliran magma : Schlieren : struktur kesejajaran yang dibentuk mineral prismatik, pipih atau memanjang atau oleh xenolith akibat pergerakan magma. Segregasi : struktur pengelompokan mineral (biasanya mineral mafik) yang mengakibatkan perbedaan komposisi mineral dengan batuan induknya. Lava Bantal (pillow lava) : struktur yang diakibatkan oleh pergerakan lava akibat interaksi dengan lingkungan air, bentuknya menyerupai bantal, di mana bagian atas cembung dan bagian bawah cekung. Blok Lava (Lava aa) : aliran lava yang permukaannya sangat kasar, merupakan bongkah-bongkah. Lava Ropy (Lava Pahoehoe) : aliran lava yang permukaannya halus dan berbentuk seperti pilinan tali, bagian depannya membulat, bergaris tengah sampai beberapa meter. 20

22 Struktur batuan beku yang berhubungan dengan pendinginan magma : Masif : bila batuan secara keseluruhan terlihat pejal, monoton, seragam, tanpa retakan atau lubang-lubang bekas gas. Vesikuler : lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava). Scoriaceous: bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan, ummnya dijumpai pada batuan beku basa. Pumiceous: bila lubang lubang gas saling berhubungan, umumnya di jumpai pada batuan beku asam. Flow structure: bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristalnya maupun lubang-lubang gas. Amigdaloidal : lubang-lubang bekas gas pada batuan beku (lava), yang telah diisi oleh mineral sekunder, seperti zeolit, kalsit, kuarsa. Kekar kolom (columnar joint) : kekar berbentuk tiang dimana sumbunya tegak lurus arah aliran. Kekar berlembar (sheeting joint) : kekar berbentuk lembaran, biasanya pada tepi/atap intrusi besar akibat hilangnya beban. BATUAN SEDIMEN Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material hasil rombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktivitas kimia maupun organisme, yang diendapkan pada cekungan sedimentasi yang kemudian mengalami pembatuan. Warna Secara umum warna pada batuan sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa faktor: - Warna mineral pembentuk batuan sedimen. - Warna massa dasar/matriks atau warna semen. - Warna material yang menyelubungi (coating material). Struktur Pada batuan sedimen dikenal 2 macam struktur: - Struktur singenetik : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen, disebut juga sebagai struktur primer batuan. - Struktur epigenetik: ada setelah batuan tersebut terbentuk. Struktur ini seperti kekar, sesar, dan lipatan. Macam-macam struktur primer batuan sedimen : 1. Karena proses fisik a. Struktur eksternal Terlihat pada morfologi dan bentuk batuan sedimen secara keseluruhan di lapangan. Contoh: lembaran (sheet), lensa, membaji (wedge), dan prisma tabular. b. Struktur internal Struktur ini terlihat pada bagian dalam batuan sedimen, seperti: - Perlapisan Struktur ini terlihat berlapis-lapis seperti kue lapis dan > 1 cm. 21

23 - Laminasi Hampir sama dengan perlapisan tetapi tebalnya < 1 cm. Perlapisan Laminasi silang siur Laminasi (sejajar) - Perlapisan/laminsi sejajar Struktur ini tersusun secara horizontal dan saling sejajar satu dengan yang lain. - Pelapisan/laminasi silang siur Perlapisan/laminasi batuan saling potong memotong. - Graded bedding Terjadi perubahan ukuran butir secara bergradasi baik secara normal gradasi (gradasi butirnya makin halus ke atas) atau gradasi terbalik (makin kasar ke atas) c. Kenampakan pada permukaan lapisan - Ripple mark Bentuk permukaan yang bergelombang karena adanya arus. - Flute cast (struktur erosional) Bentuk gerusan pada permukaan akibat aktivitas arus. Bisa menjadi penciri adanya arus purba. Ripple mark Flute cast Groove Cast - Groove Cast Isian dari hasil goresan oleh material keras yang terbawa oleh arus, menunjukkan orientasi arus purba. - Mud crack Bentukan retakan lapisan lumpur (mud), biasanya berbentuk poligonal. - Rain mark Kenampakan pada permukaan sedimen akibat tetesan air hujan. 22

24 Mud crack Rain Mark d. Struktur erosional - Load cast Lekukan pada permukaan lapisan akibat adanya gaya tekan. - Konvolut Liukan pada batuan sedimen akibat proses deformasi. Scour Load Cast Slump Structure Konvolut - Scour / Channel Kontak dua litologi yang berupa gerusan pada lapisan bawah selebar beberapa dm (scour) atau beberapa belas puluh m (channel). - Sandstone dike and sill Karena deformasi pasir dapat terinjeksi pada lapisan sedimen diatasnya. - Dewatering Terjadi karena adanya gaya tekan pada saat pembentukan batuan sedimen, mengakibatkan adanya air yang berusaha keluar dari batuan sedimen yang akan terbentuk. - Slump structure Struktur sedimen yang berbentuk seperti liukan-liukan. - Flame Structure Struktur sedimen yang terbentuk saat suatu lapisan mudstone yang masih lembek berada di bawah lapisan batupasir. 2. Karena proses biologi a. Jejak (track and trail) 23

25 Tekstur Track: Jejak berupa tapak organisme. Trail: Jejak seretan bagian tubuh organisme. b. Galian (burrow) Adalah lubang atau bahan hasil aktivitas organisme. c. Cetakan (cast and mold) Mold : Cetakan bagian tubuh organisme. Cast : Cetakan dari mold. Tekstur batuan sedimen adalah segala kenampakan yang menyangkut butir sedimen seperti ukuran butir, bentuk butir, dan orientasi. Secara umum tekstur batuan sedimen dibedakan menjadi 2 yaitu klastik dan nonklastik. - Tekstur nonkalstik a. Amorf : berukuran lempung koloid, non kristalin. b. Oolitik : Kristal berbentuk bulat/ellipsoid yang berkumpul ukurannya 0,25-2 mm. c. Pisolitik : sama seperti oolitik, ukurannya > 2 mm. d. Sakaroidal : butir kristalnya berukuran sangat halus, seperti gula. e. Kristalin : tersusun oleh Kristal - kristal. - Tekstur klastik Unsur dari tekstur adalah fragmen, masa dasar (matriks), dan semen. Fragmen : butiran berukuran lebih besar daripada pasir. Matriks : butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dan diendapkan bersama-sam fragmen. Semen : Material halus yang menjadi pengikat, semen diendapkan setalah fragmen dam matrik. Semen umumnya berupa silika, kalsit sulfat atau oksida besi. Dalam tekstur batuan sedimen klastik, hal - hal yang perlu diperhatikan meliputi : ukuran butir, bentuk butir, sortasi, dan kemas. a. Ukuran butir Ukuran butir yang digunakan adlah skala Wenworth (1992) : Ukuran Butir(Mm) Nama Butir >256 Bongkah Berangkal 4 s.d 64 Kerakal 2 s.d 4 Kerikil Pasir Sangat 1 s.d 2 Kasar 1/2 s.d 1 Pasir Kasar 1/4 s.d. 1/2 Pasir Sedang 1/8 s.d. 1/4 Pasir Halus Pasir Sangat 1/16 s.d 1/8 Halus Nama Batuan Breksi : jika fragmennya runcing Konglomerat : jika fragmennya membulat Batu pasir 24

26 Besar butir dipengaruhi ;jenis pelapukan, jenis transportasi, waktu/ jarak transportasi, dan resistensi. b. Bentuk butir Bentuk butir sangat dipengaruhi komposisi butir, ukuran butir, jenis transportasi, dan jarak transportasi. c. Sortasi - Sortasi baik : bila besar butir merata atau sama besar. - Sortasi buruk : bila besar butir tidak merata, terdapat matrik dan fragmen. d. Kemas a. Kemas terbuka : bila butiran tidak saling bersentuhan (mengambang dalam matrik). b. Kemas tertutup; Butiran saling bersentuhan satu sama lain. Komposisi 1/16 s.d. 1/256 Lanau Batu lanau < 1/256 Lempung Batu Lempung Batuan sedimen berdasarkan komposisinya dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok : a. Batuan sedimen detritus/ klastik Dapat dibedakan menjadi : - Detritus halus : batulempung, batulanau - Detritus sedang : batu pasir - Detritus kasar : breksi dan konglomerat b. Batuan sedimen evaporit Batuan sedimen ini terbentuk dari proses evaporasi. contohnya: gips, anhidrit, batu garam. c. Batuan sedimen batubara Berasal dari material organik. Contoh batunya seperti lignit, bituminous, subituminus, antarsit, dan lain-lain. d. Batuan sedimen silika Terbentuk dari proses organik dan kimiawi. Contohnya: batu rijang (chert), radiolaria, dan tanah diatomae. e. Batuan sedimen karbonat Terbentuk baik oleh proses mekanis, kimiawi, maupun organik. Contoh: boundstone, packstone, wackstone, dan sebagainya. BATUAN METAMORF Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk akibat proses perubahan tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya di mana batuan memasuki kesetimbangan baru tanpa adanya perubahan komposisi kimia (isokimia) dan tanpa melalui fasa cair (dalam keadaan padat), dengan temperatur berkisar antara C. 25

27 Proses metamorfosa membentuk batuan yang sama sekali berbeda dengan batuan asalnya, baik tekstur dan struktur maupun asosiasi mineral. Perubahan tekanan (P), temperatur (T) atau keduanya akan mengubah mineral dan hubungan antar butiran/kristalnya bila batas kestabilannya terlampaui. Selain faktor tekanan dan temperatur, pembentukan batuan metamorf juga tergantung pada jenis batuan asalnya. Tipe-tipe metamorfosa Metamorfosa termal/kontak : terjadi akibat perubahan (kenaikan) temperatur (T), biasanya dijumpai di sekitar intrusi/batuan plutonik, luas daerah kontak bisa beberapa meter sampai beberapa kilometer, tergantung dari komposisi batuan intrusi dan batuan yang diintrusi, dimensi dan kedalaman intrusi. Metamorfosa regional/dinamo termal : terjadi akibat perubahan (kenaikan) tekanan (P) dan temperatur (T) secara bersama-sama, biasanya terjadi di jalur orogen (jalur pembentukan pegunungan atau zona subduksi) yang meliputi daerah yang luas, perubahan secara progresif dari P dan T rendah ke P dan T tinggi.. Metamorfosa kataklastik/kinematik/dislokasi : terjadi di daerah pergeseran yang dangkal (misal zona sesar) dimana tekanan lebih berperan daripada temperatur, yang menyebabkan terbentuknya zona hancuran, granulasi, breksi sesar (dangkal), milonit, filonit (lebih dalam) kemudian diikuti oleh rekristalisasi. Metamorfosa burial : terjadi akibat pembebanan, biasanya terjadi di cekungan sedimentasi, perubahan mineralogi ditandai munculnya zeolit. Metamorfosa lantai samudera : terjadi akibat pembukaan lantai samudera (ocean floor spreading) di punggungan tengah samudera, tempat dimana lempeng (litosfer) terbentuk, batuan metamorf yang dihasilkan umumnya berkomposisi basa dan ultra basa. Mineralogi Batuan Beberapa bentuk dan sifat fisik mineral karakteristik batuan metamorf. Beberapa bentuk mineral karakteristik batuan metamorf Bentuk Kristal Euhedral Subhedral Mineral Staurolit, silimanit, kianit, rutil, klorit, ilmenit, turmalin, pirit, lawsonit, andalusit, garnet, sfen, epidot, zoisit, magnetit, spinel, ankerit, idokras Mika & klorit, amfibol & piroksen, wolastonit, dolomit & apatit 26

28 Anhedral Kuarsa, felspar, kalsit, aragonit, olivin, kordierit, scapolit, humites Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada fase padat dapat dibedakan menjadi 3 yaitu (Jackson, 1970) : Secretionary growth : pertumbuhan kristal hasil reaksi kimia fluida yang terdapat pada batuan yang terbentuk akibat adanya tekanan pada batuan tersebut. Concentionary growth : proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya untuk membuat ruang pertumbuhan. Replacement : proses penggantian mineral lama oleh mineral baru. Kemampuan mineral untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak sama satu dengan yang lainnya. Percobaan Becke (1904) menghasilkan seri kristaloblastik yang menunjukan bahwa mineral pada seri yang tinggi akan lebih mudah membuat ruang pertumbuhan dengan mendesak mineral pada seri yang lebih rendah. Mineral dengan kekuatan kristaloblastik tinggi umumnya besar dan euhedral. Seri Kristaloblastik Most Euhedral Sphene, rutile, pyrite Garnet, silimanite, staurolite, tourmaline Epidote, magnetite, ilmenite Andalusite, pyroxene, amphibole Micas, chlorite, dolomite, kyanite Calcite, idocrase, scapolite Plagioclase, quartz, cordierite Least Euhedral Struktur Batuan Struktur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut (Jackson, 1970). Pembahasan mengenai struktur juga meliputi susunan bagian masa batuan termasuk hubungan geometrik antar bagian serta bentuk dan kenampakan internal bagian-bagian tersebut (Bucher & Frey, 1994). Secara umum struktur batuan metamorf dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : struktur foliasi dan struktur non foliasi. - Struktur Foliasi Struktur foliasi adalah struktur paralel yang dibentuk oleh mineral pipih/ mineral prismatik, seringkali terjadi pada metamorfosa regional dan metamorfosa kataklastik. Beberapa struktur foliasi yang umum ditemukan: 27

29 Slaty cleavage : struktur foliasi planar yang dijumpai pada bidang belah batu sabak/slate, mineral mika mulai hadir, batuannya disebut slate (batusabak). Phylitic : rekristalisasi lebih kasar daripada slaty cleavage, batuan lebih mengkilap daripada batusabak (mulai banyak mineral mika), mulai terjadi pemisahan mineral pipih dan mineral granular meskipun belum begitu jelas/belum sempurna, batuannya disebut phyllite (filit). Schistose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral pipih orientasinya menerus/tidak terputus, sering disebut dengan close schistosity, batuannya disebut schist (sekis). Gneisose : struktur perulangan dari mineral pipih dan mineral granular, mineral pipih orientasinya tidak menerus/terputus, sering disebut dengan open schistosity, batuannya disebut gneiss. - Struktur Non Foliasi Struktur non foliasi adalah struktur yang dibentuk oleh mineral-mineral yang equidimensional dan umumnya terdiri dari butiran-butiran granular, seringkali terjadi pada metamorfosa termal. Beberapa struktur non foliasi yang umum ditemukan : Granulose : struktur non foliasi yang terdiri dari mineral-mineral granular. Hornfelsik : struktur non foliasi yang dibentuk oleh mineral-mineral equidimensional dan equigranular, tidak terorientasi, khusus akibat metamorfosa termal, batuannya disebut hornfels. Cataclastic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh pecahan/fragmen batuan atau mineral berukuran kasar dan umumnya membentuk kenampakan breksiasi, terjadi akibat metamorfosa kataklastik, batuannya disebut cataclasite (kataklasit). Mylonitic : struktur non foliasi yang dibentuk oleh adanya penggerusan mekanik pada metamorfosa kataklastik, menunjukan goresan-goresan akibat penggerusan yang kuat dan belum terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer, batuannya disebut mylonite (milonit). Phyllonitic : gejala dan kenampakan sama dengan milonitik tetapi butirannya halus, sudah terjadi rekristalisasi, menunjukan kilap silky, batuannya disebut phyllonite (filonit). Tekstur Batuan Tekstur batuan metamorf adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi butir mineral individual penyusun batuan metamorf (Jackson, 1970). Tekstur batuan metamorf berdasarkan ketahanan terhadap proses: Tekstur relic (sisa) : tekstur batuan metamorf yang masih menunjukan sisa tekstur batuan asalnya atau tekstur batuan asalnya masih tampak pada batuan metamorf tersebut. Penamaannya dengan memberi awalan blasto (kemudian disambung dengan nama tekstur sisa), misalnya : tekstur blastoporfiritik (batuan metamorf yang tekstur porfiritik batuan beku asal nya masih bisa dikenali) atau dengan memberi awalan meta untuk memberikan nama batuan metamorf bila masih dikenali sifat dari batuan asalnya, misalnya metasedimen, metagraywacke, metavolkanik, dan sebagainya. Tekstur kristaloblastik : setiap tekstur yang terbentuk pada saat metamorfosa. Penamaannya dengan memberi akhiran blastik, dipakai untuk memberikan nama 28

30 tekstur yang terbentuk oleh rekristalisasi proses metamorfosis, misal tekstur porfiroblastik yaitu batuan metamorf yang memperlihatkan tekstur mirip porfiritik pada batuan beku, tapi tekstur ini betul-betul akibat rekristalisasi metamorfosis. Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk individu kristal : Idioblastik : mineralnya berbentuk euhedral Hypidioblastik : mineralnya berbentuk subhedral Xenoblastik/alotrioblastik : mineralnya berbentuk anhedral Tekstur batuan metamorf berdasarkan bentuk mineral: Tekstur Homeoblastik : bila terdiri dari satu tekstur saja yaitu : o Lepidoblastik : terdiri dari mineral-mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika (muskovit, biotit). o Nematoblastik : terdiri dari mineral-mineral prismatik, misalnya mineral plagioklas, k-felspar, piroksen. o Granoblastik : terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan batas mineralnya sutured (tidak teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa. o Granuloblastik : terdiri dari mineral-mineral granular (equidimensional), dengan batas mineralnya unsutured (lebih teratur), dengan bentuk mineral anhedral, misalnya kuarsa. Tekstur Hetereoblastik : bila terdiri lebih dari satu tekstur homeoblastik, misalnya lepidoblastik dan granoblastik, atau lepidoblastik, nematobalstik, dan granoblastik. Beberapa tekstur khusus lainnya yang umumnya tampak pada pengamatan petrogarafi (pengamatan batuan/mineral dengan menggunakan mikroskop polarisasi) yaitu: Porfiroblastik : kristal yang lebih besar (porphyroblast) dikelilingi oleh mineralmineral yang berukuran lebih kecil. Poikiloblastik (Sieve Texture) : tekstur porfiroblastik dengan porphyroblast tampak melingkupi beberapa kristal yang lebih kecil. Mortar Texture : fragmen mineral yang besar terdapat pada masa dasar material yang berasal dari kristal yang sama yang terkena pemecahan (crushing). Decussate Texture : tekstur kristaloblastik batuan polimineralik yang tidak menunjukan keteraturan orientasi. Sacaroidal Texture : tekstur yang kenampakannya seperti gula pasir. 29

31 Beberapa batuan metamorf yang penting a. Berfoliasi Beberapa tekstur batuan metamorfik. Batu sabak (Slate) Berbutir halus, bidang foliasi tidak memperlihatkan pengelompokan mineral. Jenis mineral seringkali tidak dapat dikenal secara megakopis, terdiri dari mineral lempung, serisit, kompak dan keras. Sekis (Schist) Batuan paling umum yang dihasilkan oleh metamorfosa regional. Menunjukkan tekstur yang sangat khas yaitu kepingan-kepingan dari mineral-mineral yang menyeret, dan mengandung mineral feldspar, augit, hornblende, garnet, epidot. Sekis menunjukkan derajat metamorfosa yang lebih tinggi dari filit, dicirikan adanya mineral-mineral lain disamping mika. Filit (Phyllite) Derajat metamorfisme lebih tinggi dari Slate, dimana lembar mika sudah cukup besar untuk dapat dilihat secara megaskopis, memberikan belahan phyllitic, berkilap sutera pecahanpecahannya. Juga mulai didapati mineral-mineral lain, seperti turmalin dan garnet. Genes (Gneiss) Merupakan hasil metamorfosa regional derajat tinggi, berbutir kasar, mempunyai sifat bended ( gneissic ). Terdiri dari mineral-mineral yang mengingatkan kepada batuan beku seperti kwarsa, feldspar dan mineral-mineral mafic, dengan jalur-jalur yang tersendiri dari mineral-mineral yang pipih atau merabut (menyerat) seperti chlorit, mika, granit, hornblende, kyanit, staurolit, sillimanit. Amfibolit Sama dengan sekis, tetapi foliasi tidak berkembang baik, merupakan hasil metamorfisme regional batuan basalt atau gabro, berwarna kelabu, hijau atau hitam dan mengandung mineral epidot, (piroksen), biotit dan garnet. b. Tak berfoliasi Kwarsit Batuan ini terdiri dari kwarsa yang terbentuk dari batuan asal batupasir kwarsa, umumnya terjadi pada metamorfisme regional. Marmer/pualam (Marble) Terdiri dari kristal-kristal kalsit yang merupakan proses metamorfisme pada batugamping. Batuan ini padat, kompak dan masif dapat terjadi karena metamorfosa kontak atau regional. Grafit 30

32 Batuan yang terkena proses metamorfosa (regional/thermal), berasal dari batuan sedimen yang kaya akan mineral-mineral organik. Batuan ini biasanya lebih dikenal dengan nama batu bara. Serpentinit Batuan metamorf yang terbentuk akibat larutan aktif (dalam tahap akhir proses hidrotermal) dengan batuan beku ultrabasa. BATUAN PIROKLASTIK Batuan piroklastik adalah batuan yang disusun oleh material-material yang dihasilkan oleh letusan gunung api. Batuan ini dicirikan oleh kehadiran material piroklas yang dominan (gelas, kristal, batuan vulkanik), butiran yang menyudut, dan porositas yang relatif tinggi. Secara genetik, batuan piroklastik dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan dari letusan eksplosif yang melemparkan material-material vulkanik dari lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh ke bawah dan terkumpul di sekitar gunung api. Endapan ini umumnya menipis dan ukuran butir menghalus secara sistematis menjauhi pusat erupsi, sebaran mengikuti topografi, pemilahannya baik, struktur gradded bedding normal & reverse, komposisi pumis, scoria, abu, sedikit lapili dan fragmen litik, komposisi pumis lebih besar daripada litik. Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), dihasilkan dari pergerakan lateral di permukaan tanah dari fragmen-fragmen piroklastik yang tertransport dalam matrik fluida (gas atau cairan yang panas) yang dihasilkan oleh erupsi volkanik, material vulkanik ini tertransportasi jauh dari gunung api. Endapan ini umumnya pemilahannya buruk, mungkin menunjukan grading normal fragmen litik dan butiran litik yang padat, yang semakin berkurang menjauhi pusat erupsi, sortasi buruk dan butiran menyudut, sebaran tidak merata dan menebal di bagian lembah. Contoh : lahar yaitu masa piroklastik yang mengalir menerus antara aliran temperatur tinggi (> C) di mana material piroklastik ditransportasikan oleh fase gas dan aliran temperatur rendah yang biasanya bercampur dengan air. Endapan surge piroklastik (pyroclastic surge deposits), pergerakan lateral materialmaterial piroklastik (low concentration volcanic particles, gases, and water; rasio partikel : gas rendah; konsentrasi partikel relatif rendah) yang mengalir dalam turbulent gas yang panas. Pyroclastic surge dibentuk langsung dari erupsi explosif phreatomagmatic dan phreatic (base surge) dan dalam asosiasi dengan erupsi dan emplacement pyroclastic flow (ash cloud surge & ground surge). Karekteristiknya, endapan ini menunjukan stratifikasi bersilang, struktur dunes, laminasi planar, struktur anti dunes dan pind and swell, endapan sedikit menebal di bagian topografi rendah dan menipis pada topografi tinggi, terakumulasi dekat vent. Tipe-tipe pyroclastic surge deposits : - Base surge : berasosiasi dengan pyroclastic fall deposits. 31

33 - Ground surge : berasosiasi dengan pyroclastic flow deposits. - Ash cloud surge : biasanya di bagian atas pyroclastic flow deposits Tiga jenis fagmen yang ditemukan dalam endapan piroklastik yaitu : Fragmen dari lava baru atau disebut fragmen juvenil, berupa material padat tidak mempunyai vesikuler sampai fragmen lava yang banyak vesikulernya. Kristal individu, yang dihasilkan dari fenokris yang lepas dalam lava juvenil sebagai hasil fragmentasi. Fragmen litik, termasuk batuan yang lebih tua dalam endapan piroklastik, tetapi sering terdiri dari lava yang lebih tua. MATERI: GEOMORFOLOGI Proses geomorfologi adalah semua peristiwa baik secara alami maupun non alami yang berperanan dalam merubah bentang-alam yang sudah lebih dahulu terbentuk atau menghasilkan bentang-alam baru. Terkandung dalam pengertian di atas, tidak ada ketentuan mengenai waktu, baik kapan saat dan rentang waktu berlangsungnya peristiwa tersebut. Apabila mengacu kepada konsep dasar keseragaman (uniformitarianism concept) proses, maka proses geomorfologi dimulai sejak bumi ini padat (waktu geologi), sampai dengan sekarang, yang berbeda adalah kekuatan (intensitas) nya. (Thornbury, 1969, dengan modifikasi) PROSES ENDOGENIK (endogenic process) Inti dalam bumi yang mempunyai temperatur tidak kurang dari C secara hipotetik diyakini sebagai sumber dari proses asal dalam bumi ini. Bloom (1978) menyebutkan proses ini sebagai proses membangun (constructional process). Disebutkan seperti itu, 32

34 dikarenakan hasil dari proses tersebut adalah bentang-alam baru yang sebelumnya tidak ada. PROSES EKSOGENIK (exogenic process) Sumber utama proses asal luar bumi berasal dari radiasi matahari (solar radiation). Radiasi matahari dipantulkan kembali oleh atmosfer ke ruang angkasa sebanyak 31 %, diserap oleh atmosfer 20 %, dan diserap oleh permukaan bumi 49 % (Slaymaker, and Spencer, 1998). Pancaran radiasi matahari pada permukaan bumi menghasilkan enerji yang berputar dan atraksi vertikal. Dari kedua-duanya berkembang berbagai proses eksogenik. Proses ini tidak akan pernah membentuk bentangalam baru tanpa merusak yang sudah ada sebelumnya, dengan alasan itu Bloom (1978) menamakannya sebagai proses yang merusak (destructional process) KELAS BENTANG-ALAM a. Bentang-alam struktural Bentang-alam struktural disebut pula sebagai geomorfologi struktur, atau morfotektonik. Prinsip pengertiannya adalah studi struktur geologi atau tektonik berdasarkan kenampakan bentangalam. Contoh bentang alam struktural berupa perlipatan b. Bentang-alam volkanik MacDonald (1972), berpendapat bahwa gunungapi adalah lubang tempat keluarnya material volkanik yang terakumulasi di sekitarnya membentuk gunung atau bukit. Rittmann (1961), menyatakan gunungapi adalah celah tempat keluarnya magma. Berdasarkan batasan tersebut, gunungapi merupakan bentang-alam, sebagai manifestasi gejala volkanisme. 33

35 c. Bentang-alam fluvial Bentang-alam fluvial dihasilkan oleh proses aktifitas air mengalir. Proses ini mengambil porsi minimal 70% dari proses eksogenik di permukaan bumi. Air sebagai agen proses berlangsung di mana-mana, mulai dari sedikit di atas permukaan laut sampai dengan di puncak pegunungan tinggi sebelum terbentuk salju abadi. Berikut contoh bentang alam sungai. A. Bentuk Lembah akibat erosi dan B. bentuk-bentuk karakteristik dari sistem aliran sungai. Beberapa istilah dari bentuk-bentuk bentang alam pada aliran sungai: a. Floodplain (dataran limpah banjir), merupakan wilayah yang ditempati air pada saat sungai melimpah. b. Natural levee, pematang yang ditempati oleh endapan pada saat banjir. c. Meander, bentuk lengkungan dari paritan. d. Cutbank, hasil erosi diluar meander. e. Point bar, bentuk hasil pengendapan didalam meander. f. Meander belt, jalur didalam limpahan sungai yang terdiri dari beberapa meander. 34

36 g. Cutoff, pemotongan dari meander akibat perubahan aliran. h. Oxbow lake, bentuk genangan dari meander yang sebelumnya pernah ada. i. Yazoo stream, bentuk atau jejak dari aliran dari cabang sungai akibat levee yang sudah terlalu tinggi dari limpahan yang lebar. j. Stream terrace, bentuk tangga di atas tingkat dataran limpah banjir yang terbentuk terakhir. d. Bentang-alam Karst Menurut Jenning (1971, dikutip Bloom 1978), bentang-alam karst adalah lahan dengan relief dan penyaluran yang aneh, berkembang pada batuan mudah larut oleh perilaku air alam. Flint, and Skinner (1972), mendefinisikan bentang-alam karst terbentuk pada daerah berbatuan mudah larut, dicirikan surupan (sink, ponor) berasosiasi dengan gua, membentuk topografi yang aneh (peculiar topography), penyaluran tidak teratur dan menjadi masuk ke dalam tanah (sub-drainage), dan lembah kering (dryvalley). Pola aliran permukaan dari daerah karstt terdiri dari beberapa amblesan (sinking creeks) yang muncul dan mengalir ke arah lembah dan berakhir kedalam. Aliran sungai berlanjut mengalir ke bawah permukaan melalui terowongan dan rongga hingga mencapai aliran utama. Sinks (atau sinkholes) merupakan depresi berbentuk sirkuler atau lonjong di permukaan karstt. Bentuk ini dapat terbentuk dengan dua cara; runtuhnya atap dari rongga (collaps sinkholes) dan pelarutan melalui rekahan dan bidang perlapisan oleh air tanah kearah bawah (dolines) Bila muka air tanah tinggi, aliran akan mengisi dalam bentuk sinkhole ponds. Haystack hills, disebut juga pepinos adalah bentuk membulat hasil sisa erosi pada permukaan karstt. Umumnya terdiri dari batuan yang tidak mudah larut dibandingkan batuan sekitarnya, sehingga lebih lambat untuk dilarutkan. Bentuk bentang alam Karst. e. Bentang-alam Glasial Bentang-alam glasial terbentuk pada lokasi sangat terbatas. Penyebabnya karena agen penyebabnya adalah gletser (salju/es yang bergerak). Gletser dijumpai di daerah kutub, lintang tinggi pada musim dingin, dan daerah berelevasi minimal m dpl. Gletser 35

37 sebagai media erosi, sedimentasi, atau pembentuk bentang-alam, mempunyai densitas (kerapatan massa) tinggi. Hal itu mengindikasikan gletser akan merasuk ke dalam celah batuan, sambil menggerus permukaan batuan lembah yang teralirinya. Jejak yang ditinggalkan berupa bentangalam minor: lekukan, tonjolan, goresan, dan penyemiran. Tebing-tebing pada bentang-alam glasiasi nyaris tegak, bahkan tebing menggantung (hanging valley). Kenampakan tebing, dan lembah mirip gambaran huruf "U" dan dalam. Kenampakan lembah yang dalam dengan tebing tegak masih teramati sampai di pantai, dan dikenal sebagai pantai fyord. f. Bentang-alam Eolian Bentang-alam Eolian terbentuk oleh angin, terbentuk pada bagian permukaan bumi yang terbatas, yaitu koordinat lintang menengah ( LS/LU). Sedangkan tinjauan secara geografis peluang pembentukannya di daerah aliran sungai besar, bekas salju/gletser mencair, atau zona pesisir dari samudra lepas. Tiga faktor penyebab pembentukan bentang-alam eolian, yaitu angin berhembus kuat sepanjang tahun, kontinuitas pasokan pasir (sand supply), dan vegetasi jarang. Wilayah kepulauan Indonesia berpeluang terbentuk bentang-alam eolian, yaitu di pantai-pantai dari pulau yang berhadapan dengan samudra lepas. Pantai yang dimaksud adalah pantai: barat Pulau Sumatra, selatan Pulau Jawa, selatan Kepulauan Nusa Tenggara (Bali - NTT), utara Pulau Sulawesi, dan selatan & utara Pulau Papua. Salah satu pantai yang intens terbentuk bentang-alam ini adalah Pantai Parangtritis di Kabupaten Bantul DIY. Bentang-alam eolian di Parangtritis merupakan suatu kompleks yang sekuensial. Sebagai embrio dari bentang-alam tersebut adalah pembentukan pematang gisik (beach ridge) di bagian paling selatan, berada di zona garis pantai. Selanjutnya ketika pengaruh air-laut secara langsung sudah kurang dominan, di sebelah utaranya berurutan terbentuk gumukpasir (sand-dune) jenis longitudinal (memanjang), barchan (bulan sabit), dan transversal (melintang). Sekuen gumuk-pasir seperti itu akan berakhir di muara Sungai Opak, empat kilometer di sebelah barat Pantai Parangtritis. Erosi oleh angin secara abrasi dan ablasi. Abrasi berlangsung apabila kerja angin tanpa ada butir pasir, sedangkan ablasi terjadi apabila di dalam angin terkandung butir pasir. Sedimen hasil pengendapan oleh angin mempunyai kesamaan dengan sedimen oleh proses fluvial, yaitu struktur sedimen laminasi, silang siur, dengan sortasi butir baik. g. Bentang-alam Pantai dan Pesisir Pantai merupakan bentang-alam yang penting selain laut di sebelahnya. Pantai merupakan merupakan pembatas antara daratan, dan laut. Secara sederhana didasarkan pada kenampakan garis pantai, bentang-alam ini dibagi menjadi pantai lurus dan pantai berliku. - Erosi Semua tempat di pantai terpengaruh proses erosi, akan tetapi intensitasnya berbeda sepanjang pantai. Bukti erosi terlihat di daerah dengan bentuk pantai yang terdiri dari batuan. Pembiasan gelombang terjadi terutama pada headland, tonjolan yang berupa batuan diantara teluk (lekuk) pantai. Tempat ini secara aktif tererosi membentuk gawir yang disebut wave-cut cliffs. Erosi aktif terkonsentrasi disekitar bawah dan atas dari level air laut. Pengikisan di bawah gawir apabila erosi terlalu kuat akan mengakibatkan ada bagian yang jatuh meninggalkan bentuk hasil erosi yang landai yang disebut sebagai wave-cut platform. Bagian batuan cukup resistan terhadap erosi meninggalkan bentuk yang berada di wave-cut platform membentuk sea stacks. 36

38 - Pengendapan Pada saat energi gelombang mengikis daerah headland, pengendapan terjadi di daerah teluk kaera energi gelombang melemah di bagian ini. Pengendapan menghasilkan bentuk beach, umumnya terdiri dari endapan pasir, kerikil dan kerakal yang dierosi dari headland, dan material yang terbawa kelaut dari sungai. Perubahan ini makin lama akan mengurangi ketidakteraturan bentuk pantai. Longshore drift membantu berperan merubah atau membuat keteraturan bentuk lurus pantai, bila longshore current memasuki bagian dalam dan kecepatan berubah, sehingga terjadi pengendapan. Bentuk ini dikenal sebagai spit, punggungan pasir yang muncul searah dengan longshore current. Spit yang berkembang penuh melalui mulut teluk disebut sebagai baymouth bar. Sedangkan punggungan pasir yang menghubungkan pulau ke pantai disebut tombolo. Ini berkembang karena adanya pulau dan membiaskan gelombang dan secara setempat membelokkan arah longshore current, atau mengurangi energi untuk membawa material. h. Bentang-alam Bawah Laut Sejak paruh ke dua abad 20 orang memperhatikan laut dengan keadaan yang ada di dalamnya. Pada awalnya pemahaman terhadap laut hanya sebatas sampai kedalaman 37

39 sekitar 100 meter saja. Padahal luasan tubuh air tersebut lebih dari dua kali luas permukaan daratan. Dunia kita ini terdiri dari dua permukaan, yaitu daratan seluas 29%, dan 71% merupakan permukaan laut. Bentang alam bawah laut 38

40 MATERI: PALEONTOLOGI DAN GEOLOGI SEJARAH Fosil adalah sisa kehidupan purba yang telah terawetkan dan terawetkan pada lapisanlapisan batuan pembentuk kerak bumi. Sisa-sisa kehidupan tersebut dapat berupa cangkang binatang, jejak atau cetakan yang telah terisi oleh mineral lain. Fosil merupakan pencerminan dari sifat binatang atau tumbuhan, lingkungan kehidupan serta evolusi dari kehidupan purba. Syarat-sayarat organisme yang mati menjadi fosil: - Mempunyai cangkang yang keras. - Berjumlah banyak dan berukuran kecil. - Cepat terkubur oleh sedimen yang relatif impermeabel. - Setelah terkubur tidak terserang air tanah yang bersifat korosif. - Lapisan pengandungnya tidak rusak karena proses pelapukan, tektonik, magmatik atau metamorfisme. Fosil dapat dibagi menjadi: a. Body fossil Tubuh / Cangkang asli : Awetan cangkang asli. b. Trace fossil Track : Awetan jejak berupa tapak organisme. Trail : Awetan jejak berupa alur/seretan tubuh organisme. Burrow : Awetan berupa lubang sedimen semasih lunak hasil aktivitas organisme. Boring : Awetan berupa lubang pada sedimen yang sudah mengeras. c. Cetakan Mold : Awetan berupa cetakan bagian tubuh. Cast : Awetan berupa cetakan dari mold. d. Chemical fossil Senyawa organik yang terdapat dalam batuan, contoh : Batubara (C), Serpih bitumen (CH). Track Chemical fossil Burrow Trail 39

41 Proses pembentukan cast dan mold. Umur geologi pada umumnya dikaitkan dengan sejarah kehidupan terdahulu (purba), uruturutan satuan batuan dan peristiwa geologi yang menyangkut skala yang besar, misalnya : pengangkatan, pembentukan pegunungan, pembentukan cekungan dan sebagainya. Penentuan umur geologi didasarkan pada fosil penunjuk yang biasa disebut sebagai umur relatif, sedangkan penentuan umur geologi dengan mempergunakan metoda radioaktif dari unsur-unsur yang terkandung dalam batuan sebagai umur absolut. Perkembangan organisme sepanjang sejarah geologi. 40

42 Perkembangan fosil yang memerlihatkan hubungan fosil asal dengan fosil turunannya (ancestor-descendant) pada tingkat spesies. Fosil-fosil tersebut diambil dari laut Atlantik yang memperlihatkan bagaimana cara satu spesies berubah sepanjang waktu yang dilaluinya. Korelasi batuan berdasarkan kandungan fosil yang sama yang terdapat pada batuan yang letaknya saling berjauhan. 41

43 MATERI: STRATIGRAFI Dalam membahas urut-urutan satuan batuan, dikenal beberapa prinsip dasar tentang letak (posisi) lapisan batuan dengan lapisan yang lain. HUKUM INITIAL HORIZONTALITY Pada waktu baru terjadi, endapan akan terbentuk oleh pengaruh gravitasi, mengikuti permukaan alas pengendapan dan mempunyai permukaan endapan yang horisontal, menerus dan membaji di tepian cekungan. Perlapisan tebal horisontal berarti masih sesuai aslinya, belum terangkat/terlipat. Perlapisan miring, berarti telah mengalami pengangkatan / perlipatan. HUKUM SUPERPOSISI Dalam keadaan tidak terganggu, dalam suatu urutan perlapisan batuan, lapisan yang terbentuk terdahulu (yang tua) akan terletak di bawah lapisan yang terbentuk kemudian (yang muda) Lapisan muda di atas lapisan tua. HUKUM LATERAL ACCRETION Dalam keadaan normal, dalam suatu urutan proses pengendapan, perlapisan akan tumbuh (mengalami akresi) ke arah lateral. Pembajian terjadi pada tepian maupun pada dasar cekungan Lapisan muda bisa terdapat di atas maupun disamping lapisan tua. HUKUM UNIFORMITARIANISM Peristiwa geologi yang terjadi di masa lalu dikontrol oleh hukum alam yang sama dengan proses geologi yang terjadi masa kini, walau tidak selalu dalam intensitas yang sama. HUKUM CROSS-CUTTING RELATIONSHIP Apabila suatu tumpukan perlapisan batuan diterobos oleh batuan beku, maka batuan yang menerobos tadi berumur lebih muda dari lapisan batuan yang paling muda yang diterobos. 42

44 Batuan yang diterobos Intrusi Batuan yang diterobos Sesar yang memotong sejumlah lapisan batuan terjadi lebih muda dari lapisan batuan termuda yang terkena sesar. Lipatan yang melipat sejumlah lapisan batuan terjadi lebih muda dari lapisan batuan termuda yang terlipat. HUKUM INKLUSI Batuan yang menginklusi selalu lebih tua dari batuan yang diinklusinya. HUKUM BIOTIC SUCCESION Dalam suatu urutan batuan secara vertikal, kandungan fosilnya mengalami pergantian secara sistematis. 43

45 Inklusi Inklusi Granit pada Batupasir Granit lebih tua dari Batupasir Inklusi Batupasir dalam Granit Batupasir lebih tua dari Granit HUKUM STRATA IDENTIFIED BY FOSSIL Fosil penciri : Fosil Index, penciri lapisan tertentu. Setiap perlapisan dicirikan oleh kandungan fosilnya yang khas. Suatu perlapisan batuan tertentu dapat dibedakan dari perlapisan yang lain atas dasar ciri tertentu dari kandungan fosilnya. KESELARASAN DAN KETIDAKSELARASAN Suatu urutan beberapa satuan batuan sedimen dikatakan mempunyai hubungan yang selaras (conformity), apabila pada pembentukannya, urutan satuan-satuan tersebut secara vertikal merupakan hasil pengendapan yang menerus tanpa adanya selang waktu dalam pengendapan. Adanya selang waktu yang hilang (time gap), dan berhentinya pengendapan menyangkut kejadian pengangkatan, perlipatan dan pensesaran isi cekungan, pengikisan (erosi), penurunan dan pengendapan kembali diatas batuan tersebut. Umumnya bidang ketidakselarasan dicirikan oleh suatu batas hasil erosi, dengan endapan lingkungan darat (misal konglomerat dasar). Ketidakselarasan bersudut (angular unconformity) adalah bentuk ketidakselarasan, dimana urutan batuan di bawah bidang ketidakselarasan membentuk sudut dengan satuan batuan di atasnya. Dalam hal ini pengangkatan sudah disertai dengan pemiringan lapisan (tilting) atau perlipatan (folding). Hubungan bukan keselarasan (nonconformity), merupakan hubungan antara batuan beku ataupun metamorf dengan batuan sedimen yang diendapkan diatasnya. Pada dasarnya hubungan ini juga merupakan ketidakselarasan, mengingat proses pengendapan diatas batuan jenis lain akan menyangkut proses pengangkatan, pengikisan dan penurunan kembali sehingga merupakan alas bagi batuan sedimen di atasnya. 44

46 45

47 MATERI: PETA GEOLOGI Peta geologi adalah gambaran tentang keadaan geologi suatu wilayah, yang meliputi susunan batuan yang ada dan bentuk bentuk struktur dari masing - masing satuan batuan tersebut. Peta geologi merupakan sumber informasi dasar dari jenis jenis batuan, ketebalan, kedudukan satuan batuan (jurus dan kemiringan), susunan (urutan) satuan batuan, struktur sesar, perlipatan dan kekar serta proses proses yang pernah terjadi di daerah ini. JURUS DAN KEMIRINGAN LAPISAN BATUAN Jurus dan kemiringan adalah besaran untuk menerangkan kedudukan perlapisan suatu batuan sedimen. Pada suatu singkapan batuan berlapis, jurus dinyatakan sebagai garis arah dan kemiringan dinyatakan sebagai besaran sudut. Secara geometris jurus dapat dinyatakan sebagai perpotongan antara bidang miring (perlapisan batuan, bidang sesar) dengan bidang horizontal yang dinyatakan sebagai besaran sudut, diukur dari Utara atau Selatan. Kemiringan adalah besaran sudut vertikal yang dibentuk oleh bidang miring tersebut dengan bidang horizontal. Dalam hal ini diambil yang maksimum, yaitu pada arah yang tegak lurus jurus lapisan batuan. Jurus dan kemiringan HUBUNGAN KEDUDUKAN LAPISAN DAN TOPOGRAFI Penyebaran singkapan batuan akan tergantung bentuk permukaan bumi. Suatu urutan perlapisan batuan yang miring, pada permukaan yang datar akan terlihat sebagai lapisanlapisan yang sejajar. Akan tetapi pada permukaan bergelombang, batas batas lapisan akan mengikuti aturan sesuai dengan kedudukan lapisan terhadap peta topografi. Aturan yang dipakai adalah, bahwa suatu batuan akan tersingkap sebagai titik, dimana titik tersebut merupakan perpotongan antara ketinggian (dalam hal ini dapat dipakai kerangka garis kontur) dengan lapisan batuan (dalam hal ini dipakai kerangka garis jurus) pada ketinggian yang sama. Sehubungan dengan ini terdapat suatu keteraturan antara bentuk topografi, penyebaran singkapan dan kedudukan lapisan. Pada suatu bentuk torehan lembah, keteraturan ini mengikuti Hukum V. SIMBOL PADA PETA DAN TANDA LITOLOGI Peta geologi menggunakan tanda tanda yang menunjukkan jenis batuan, kedudukan, serta struktur geologi yang ada pada daerah tersebut. Disamping tanda (simbol) litologi, juga sering dipakai warna, untuk membedakan jenis satuan. 46

48 Tanda-tanda pada peta geologi 47

49 PETA GEOLOGI DAN PENAMPANG GEOLOGI Peta geologi selalu dilengkapi dengan penampang geologi, yang merupakan gambaran bawah permukaan dari keadaan yang tertera pada peta geologi. Keadaan bawah permukaan harus dapat ditafsirkan dari data geologi permukaan dengan menggunakan prinsip dan pengertian geologi yang telah dibahas sebelumnya. Simbol dan warna batuan Untuk dapat lebih jelas menunjukkan gambaran bahwa permukaan penampang dibuat sedemikian rupa sehingga akan mencakup hal hal yang penting, misalnya: memotong seluruh satuan yang ada struktur geologi dan sebagainya. Untuk menggambarkan kedudukan lapisan pada penampang, dapat dilakukan penggambaran dengan bantuan garis jurus, yaitu dengan memproyeksikan titik perpotongan antara garis penampang dengan jurus lapisan pada ketinggian sebenarnya. Cara membuat penampang dengan batuan garis jurus 48

50 MATERI: GEOFISIKA Geofisika merupakan aplikasi ilmu fisika terhadap studi bumi, bulan, dan planet lainnya. Berperan untuk mengidentifikasi permasalahan geologi, survei desain, mengumpulkan data lapangan, mereduksi, memodelkan, dan menginterpretasikan data. Geofisika menggunakan metode fisika secara kuantitatif. Biasanya geofisika bermanfaat untuk pekerjaan ekplorasi yang menggunakan seismik, gravity, magnetic, electric, elektromagnetik, metode-metode yang digunakan untuk mencari minyak, air, dan sumber daya lainnya. Selain itu, geofisika juga dapat berperan dalam tugas-tugas kebencanaan dan lingkungan. Untuk mengidentifikasi sifat fisik dari media bawah permukaan digunakan metode geofisika. Beberapa metode geofisika yang sering digunakan adalah gravity, magnetics, seismics, Ground Penetrating Radar (GPR), dan resistivity. Metode geofisika ini diperlukan untuk permasalahan geologi yang memerlukan pengukuran sifat fisik dari suatu objek. Jika sifat fisik yang diidentifikasi mengalami kesalahan, maka hasilnya juga akan berupa salah interpretasi. Geologi menempatkan batasan di atas model geofisika, sebaliknya geofisika menempatkan batasan di atas interpretasi geologi. GRAVITY Di dalam metode gravity, kita mengukur variasi (sangat kecil) dari gaya gravitasi yang dimiliki oleh batuan di dalam bumi. Jenis batuan yang berbeda memiliki densitas yang berbeda dan batuan yang padat (dense) memiliki gaya gravitasi yang lebih besar. Gravity Geomagnet GEOMAGNET Di dalam metode geomagnet, sifat fisik yang diukur adalah variasi dari medan magnet bumi. Medan magnet bumi dalam batuan sedimen biasanya jauh lebih kecil dibandingkan batuan beku dan metamorf. Metode ini membantu dalam hal mengukur ketebalan lapisan sedimen di dalam kerak bumi. GEOLISTRIK Semua batuan mengkonduksikan listrik dalam tingkatan yang berbeda-beda. Tahanan terhadap arus listrik disebut resistivity. Survey geolistrik dilakukan dengan menginjeksikan 49

51 arus listrik searah (DC) ke dalam tanah melalui dua elektroda dan mengukur responsnya berupa beda potensial (V) pada dua elektroda yang lain. Dengan susunan elektroda tertentu diperoleh parameter fisis tahanan - jenis semu (apparent resistivity). Metode geolistrik biasanya digunakan untuk eksplorasi airtanah. Fresh water bersifat resistif. Brackish water bersifat konduktif. GEOSOUND Geosound dapat digunakan untuk menemukan minyak. Gelombang suara membantu kita untuk mengetahui bagian dalam dari bumi. SEISMIK Metode seismik ini terlihat seperti gambaran x-ray dari lapisan di dalam bumi. Data seismik 2D Data seismik 3D 50

52 Empat tipe gelombang seismik: a. Body Waves - Gelombang P (primer) - Gelombang S (secondary) b. Surface Waves - Gelombang Love - Gelombang Rayleigh Gelombang P (body wave) Gelombang S (body wave) Body Waves Surface Waves Gelombang Love (surface wave) Gelombang Rayleigh (surface wave) Kecepatan gelombang seismik (P wave) pada masing-masng jenis batuan akan memperlihatkan nilai yang berbeda. Berikut nilai kecepatan masing-masing jenis batuan (dalam m/s). 51

Mineralogi. By : Asri Oktaviani

Mineralogi. By : Asri Oktaviani http://pelatihan-osn.com Lembaga Pelatihan Olimpiade Sains Mineralogi By : Asri Oktaviani Batuan Beku-Sedimen-Metamorf Mineral sebagai komponen batuan Contoh pada Batuan Beku: Granit Foto: Thompson & Turk,

Lebih terperinci

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya.

Proses metamorfosis meliputi : - Rekristalisasi. - Reorientasi - pembentukan mineral baru dari unsur yang telah ada sebelumnya. 4. Batuan Metamorfik 4.1 Kejadian Batuan Metamorf Batuan metamorf adalah batuan ubahan yang terbentuk dari batuan asalnya, berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu (T) dan tekanan

Lebih terperinci

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold).

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold). 9. Struktur Geologi 9.1. Struktur geologi Struktur geologi adalah gambaran bentuk arsitektur batuan-batuan penyusunan kerak bumi. Akibat sedimentasi dan deformasi. berdasarkan kejadiannya, struktur geologi

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF

STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF A. Struktur Batuan Metamorf STRUKTUR DAN TEKSTUR BATUAN METAMORF Adalah kenampakan batuan yang berdasarkan ukuran, bentuk atau orientasi unit poligranular batuan tersebut. (Jacson, 1997). Secara umum struktur

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Latihan 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-L01 (soal) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Latihan 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi, Petrologi,

Lebih terperinci

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada.

batuan, butiran mineral yang tahan terhadap cuaca (terutama kuarsa) dan mineral yang berasal dari dekomposisi kimia yang sudah ada. DESKRIPSI BATUAN Deskripsi batuan yang lengkap biasanya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 1. Deskripsi material batuan (atau batuan secara utuh); 2. Deskripsi diskontinuitas; dan 3. Deskripsi massa batuan.

Lebih terperinci

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan

Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan 3.2.3.3. Metamorfisme dan Lingkungan Pengendapan Secara umum, satuan ini telah mengalami metamorfisme derajat sangat rendah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan kondisi batuan yang relatif jauh lebih keras

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Solusi. Latihan 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-L01 (solusi) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Solusi Latihan 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi,

Lebih terperinci

Ciri Litologi

Ciri Litologi Kedudukan perlapisan umum satuan ini berarah barat laut-tenggara dengan kemiringan berkisar antara 60 o hingga 84 o (Lampiran F. Peta Lintasan). Satuan batuan ini diperkirakan mengalami proses deformasi

Lebih terperinci

REKAMAN DATA LAPANGAN

REKAMAN DATA LAPANGAN REKAMAN DATA LAPANGAN Lokasi 01 : M-01 Morfologi : Granit : Bongkah granit warna putih, berukuran 80 cm, bentuk menyudut, faneritik kasar (2 6 mm), bentuk butir subhedral, penyebaran merata, masif, komposisi

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI

BAB II TATANAN GEOLOGI BAB II TATANAN GEOLOGI 2.1 Geologi Regional 2.1.1 Fisiografi dan Morfologi Batu Hijau Pulau Sumbawa bagian baratdaya memiliki tipe endapan porfiri Cu-Au yang terletak di daerah Batu Hijau. Pulau Sumbawa

Lebih terperinci

Kelompok VI Karakteristik Lempeng Tektonik ATRIA HAPSARI DALIL MALIK. M HANDIKA ARIF. P M. ARIF AROFAH WANDA DIASTI. N

Kelompok VI Karakteristik Lempeng Tektonik ATRIA HAPSARI DALIL MALIK. M HANDIKA ARIF. P M. ARIF AROFAH WANDA DIASTI. N Kelompok VI Karakteristik Lempeng Tektonik Created By: ASRAWAN TENRIANGKA ATRIA HAPSARI DALIL MALIK. M HANDIKA ARIF. P M. ARIF AROFAH WANDA DIASTI. N 1. JENIS LEMPENG Berdasarkan jenis bahan batuan pembentuknya,

Lebih terperinci

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain :

Berdasarkan susunan kimianya, mineral dibagi menjadi 11 golongan antara lain : MINERAL Dan KRISTAL Mineral didefinisikan sebagai suatu benda padat homogen yang terdapat di alam, terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan memiliki atom-atom

Lebih terperinci

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN

ACARA IX MINERALOGI OPTIK ASOSIASI MINERAL DALAM BATUAN ACARA IX MINERALOGI OPTIK I. Pendahuluan Ilmu geologi adalah studi tentang bumi dan terbuat dari apa itu bumi, termasuk sejarah pembentukannya. Sejarah ini dicatat dalam batuan dan menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit. (a) (c) (b) (d) Foto 3.10 Kenampakan makroskopis berbagai macam litologi pada Satuan

Lebih terperinci

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks

CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks CHAPTER 15 Metamorphism, Metamorphic Rocks, and Hydrothermal Rocks Nama Kelompok : NORBAYAH A1A513227 YOGA PURWANINGTIYAS A1A513210 SAFARIAH A1A513223 DOSEN PEMBIMBING: Drs. H. SIDHARTA ADYATMA, Msi. Dr.

Lebih terperinci

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf

Gambar 6. Daur Batuan Beku, Sedimen, dan Metamorf Definisi Batuan Batuan adaiah kompleks/kumpulan dari mineral sejenis atau tak sejenis yang terikat secara gembur ataupun padat. Bedanya dengan mineral, batuan tidak memiliki susunan kimiawi yang tetap,

Lebih terperinci

BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS

BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS BATUAN BEKU IGNEOUS ROCKS TEGUH YUWONO, S.T ILMU BATUAN SMK N 1 PADAHERANG DEFINISI merupakan batuan yang berasal dari hasil proses pembekuan magma dan merupakan kumpulan interlocking agregat mineral-mineral

Lebih terperinci

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU

DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU DIAGRAM ALIR DESKRIPSI BATUAN BEKU Warna : Hitam bintik-bintik putih / hijau gelap dll (warna yang representatif) Struktur : Masif/vesikuler/amigdaloidal/kekar akibat pendinginan, dll. Tekstur Granulitas/Besar

Lebih terperinci

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan

Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Proses Pembentukan dan Jenis Batuan Penulis Rizki Puji Diterbitkan 23:27 TAGS GEOGRAFI Kali ini kita membahas tentang batuan pembentuk litosfer yaitu batuan beku, batuan sedimen, batuan metamorf serta

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi 3.1.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Secara umum, daerah penelitian memiliki morfologi berupa dataran dan perbukitan bergelombang dengan ketinggian

Lebih terperinci

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIDOTIT SiO2 72,08 51,86 48,36 PENGERTIAN BATUAN BEKU Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan

Lebih terperinci

A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK)

A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK) A. BATUAN BEKU ULTRABASA (ULTRAMAFIK) Batuan Beku Ultrabasa (Ultramafik) adalah batuan beku dan meta -batuan beku dengan sangat rendah kandungan silika konten (kurang dari 45%), umumnya > 18% Mg O, tinggi

Lebih terperinci

Note : Kenapa Lempeng bergerak?

Note : Kenapa Lempeng bergerak? Note : Kenapa Lempeng bergerak? Lapisan paling atas bumi, kerak bumi (litosfir), merupakan batuan yang relatif dingin dan bagian paling atas berada pada kondisi padat dan kaku. Di bawah lapisan ini terdapat

Lebih terperinci

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi

IV. BATUAN METAMORF Faktor lingkungan yang mempengaruhi IV. BATUAN METAMRF Faktor lingkungan yang mempengaruhi Batuan metamorf adalah batuan yang telah mengalami perubahan dari bentuk asalnya dari batuan yang sudah ada, baik batuan beku, sedimen maupun sebagian

Lebih terperinci

Petrogenesa Batuan Beku

Petrogenesa Batuan Beku Petrogenesa Batuan Beku A. Terminologi Batuan beku adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada magma. Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian atas selubung bumi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Daerah penelitian hanya berada pada area penambangan PT. Newmont Nusa Tenggara dan sedikit di bagian peripheral area tersebut, seluas 14 km 2. Dengan

Lebih terperinci

Dalam pengembangannya, geodinamika dapat berguna untuk : a. Mengetahui model deformasi material geologi termasuk brittle atau ductile

Dalam pengembangannya, geodinamika dapat berguna untuk : a. Mengetahui model deformasi material geologi termasuk brittle atau ductile Geodinamika bumi 9. GEODINAMIKA Geodinamika adalah cabang ilmu geofisika yang menjelaskan mengenai dinamika bumi. Ilmu matematika, fisika dan kimia digunakan dalam geodinamika berguna untuk memahami arus

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR ANALISIS LANSEKAP TEKTONISME

TUGAS TERSTRUKTUR ANALISIS LANSEKAP TEKTONISME TUGAS TERSTRUKTUR ANALISIS LANSEKAP TEKTONISME Oleh: Nama : Wulan Kartika Wardani NIM : 135040200111089 Kelas : D PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2016 TEKTONISME

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH ASAL USUL TERBENTUKNYA TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH ASAL USUL TERBENTUKNYA TANAH. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH ASAL USUL TERBENTUKNYA TANAH UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENGERTIAN TANAH Apa itu tanah? Material yang terdiri dari

Lebih terperinci

Ash, atau abu volkanik adalah material hasil letusan gunungapi (atau material piroklastik) dengan ukuran butir < 2mm.

Ash, atau abu volkanik adalah material hasil letusan gunungapi (atau material piroklastik) dengan ukuran butir < 2mm. DAFTAR ISTILAH Aglomerat adalah batuan sedimen yang merupakan akumulasi material blok berukuran diameter > 64 mm, terdiri dari material volkanik, umumnya fragmen lava, yang dihasilkan pada fase erupsi

Lebih terperinci

Citra LANDSAT Semarang

Citra LANDSAT Semarang Batuan/Mineral Citra LANDSAT Semarang Indonesia 5 s/d 7 km 163 m + 2 km QUARRY BARAT LAUT Tidak ditambang (untuk green belt) muka airtanah 163 m batas bawah penambangan (10 m dpl) 75-100 m dpl Keterangan

Lebih terperinci

Struktur batuan beku ekstrusif. a. Masif. b. Columnar joint (kekar kolom)

Struktur batuan beku ekstrusif. a. Masif. b. Columnar joint (kekar kolom) Struktur batuan beku ekstrusif Batuan beku ekstrusif terbentuk karena proses pembekuannya berlangsung di permukaan bumi. Batuan beku ekstrusif akan menghasilkan struktur yang memberi petunjuk mengenai

Lebih terperinci

Gambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985)

Gambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985) Gambar 2.21 Fasies batuan metamorf Gambar 2.22 Fasies batuan ubahan dalam kaitannya dengan temperatur, tekananm dan kedalaman (Norman, 1985) GEOLOGI DASAR 38 Fasies Batuan Metamorf Fasies merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentang alam dan morfologi suatu daerah terbentuk melalui proses pembentukan secara geologi. Proses geologi itu disebut dengan proses geomorfologi. Bentang

Lebih terperinci

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P / BAB III GEOLOGI DAERAH PERBUKITAN RUMU 3.1 Geomorfologi Perbukitan Rumu Bentang alam yang terbentuk pada saat ini merupakan hasil dari pengaruh struktur, proses dan tahapan yang terjadi pada suatu daerah

Lebih terperinci

Sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral.

Sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. B. BATUAN BATUAN : Sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. Berdasarkan kejadiannya (genesa), tekstur dan komposisi mineralnya, batuan terbagi menjadi 3,

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 07 SUMBERDAYA MINERAL Sumberdaya Mineral Sumberdaya mineral merupakan sumberdaya yang diperoleh dari hasil ekstraksi batuan atau pelapukan p batuan (tanah). Berdasarkan

Lebih terperinci

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Bab III Geologi Daerah Penelitian Bab III Geologi Daerah Penelitian Foto 3.4 Satuan Geomorfologi Perbukitan Blok Patahan dilihat dari Desa Mappu ke arah utara. Foto 3.5 Lembah Salu Malekko yang memperlihatkan bentuk V; foto menghadap ke

Lebih terperinci

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth

Besar butir adalah ukuran (diameter dari fragmen batuan). Skala pembatasan yang dipakai adalah skala Wentworth 3. Batuan Sedimen 3.1 Kejadian Batuan Sedimen Batuan sedimen terbentuk dari bahan yang pernah lepas dan bahan terlarut hasil dari proses mekanis dan kimia dari batuan yang telah ada sebelumnya, dari cangkang

Lebih terperinci

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi,

Geologi Teknik. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Mineral, Batuan Norma Puspita, ST. MT. Ilmu Geologi, Teknik Geologi, Geologi Teknik Ilmu Geologi Ilmu yang mempelajari tentang sejarah pembentukan bumi dan batuan, sifat sifat fisik dan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Daerah penelitian berada pada kuasa HPH milik PT. Aya Yayang Indonesia Indonesia, yang luasnya

Lebih terperinci

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

III.1 Morfologi Daerah Penelitian TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN III.1 Morfologi Daerah Penelitian Morfologi suatu daerah merupakan bentukan bentang alam daerah tersebut. Morfologi daerah penelitian berdasakan pengamatan awal tekstur

Lebih terperinci

07. Bentangalam Fluvial

07. Bentangalam Fluvial TKG 123 Geomorfologi untuk Teknik Geologi 07. Bentangalam Fluvial Salahuddin Husein Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2010 Pendahuluan Diantara planet-planet sekitarnya, Bumi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 GEOMORFOLOGI Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh proses eksogen dan proses endogen. Proses eksogen adalah proses-proses yang bersifat

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan Batuan Beku

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan Batuan Beku BAB II DASAR TEORI 2.1. Mineral Dalam Batuan 2.1.1. Batuan Beku Batuan beku atau igneous rock adalah batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma di bawah permukaan bumi atau hasil pembekuan lava

Lebih terperinci

Soal Materi Pembekalan Student Geoscience Olympiad Tahap I Lustrum 9 HMTG FT UGM 18 Mei 2007 Waktu : 120 menit

Soal Materi Pembekalan Student Geoscience Olympiad Tahap I Lustrum 9 HMTG FT UGM 18 Mei 2007 Waktu : 120 menit Soal Materi Pembekalan Student Geoscience Olympiad Tahap I Lustrum 9 HMTG FT UGM 18 Mei 2007 Waktu : 120 menit Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X). 1. Bidang muka kristal yang membentuk

Lebih terperinci

hiasan rumah). Batuan beku korok

hiasan rumah). Batuan beku korok Granit kebanyakan besar, keras dan kuat, Kepadatan rata-rata granit adalah 2,75 gr/cm³ dengan jangkauan antara 1,74 dan 2,80. Kata granit berasal dari bahasa Latingranum. (yang sering dijadikan Granit

Lebih terperinci

Diferensiasi magma pembagian kelas-kelas magma sesuai dengan komposisi kimiawinya yang terjadi pada saat magma mulai membeku.

Diferensiasi magma pembagian kelas-kelas magma sesuai dengan komposisi kimiawinya yang terjadi pada saat magma mulai membeku. Diferensiasi magma Diferensiasi magma Diferensiasi magma pembagian kelas-kelas magma sesuai dengan komposisi kimiawinya yang terjadi pada saat magma mulai membeku. Yang termasuk dalam diferensiasi magma

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9

3.2.3 Satuan lava basalt Gambar 3-2 Singkapan Lava Basalt di RCH-9 3.2.2.4 Mekanisme pengendapan Berdasarkan pemilahan buruk, setempat dijumpai struktur reversed graded bedding (Gambar 3-23 D), kemas terbuka, tidak ada orientasi, jenis fragmen yang bervariasi, massadasar

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Bentukan topografi dan morfologi daerah penelitian adalah interaksi dari proses eksogen dan proses endogen (Thornburry, 1989). Proses eksogen adalah proses-proses

Lebih terperinci

Pengertian Dinamika Geologi. Dinamika Geologi. Proses Endogen. 10/05/2015 Ribka Asokawaty,

Pengertian Dinamika Geologi. Dinamika Geologi. Proses Endogen. 10/05/2015 Ribka Asokawaty, Pengertian Dinamika Geologi Dinamika Geologi Dinamika Geologi merupakan semua perubahan geologi yang terus-menerus terjadi di bumi, baik karena proses eksogen maupun proses endogen. Ribka F. Asokawaty

Lebih terperinci

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27

Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 27 memiliki ciri-ciri berwarna abu-abu gelap, struktur vesikuler, tekstur afanitik porfiritik, holokristalin, dengan mineral terdiri dari plagioklas (25%) dan piroksen (5%) yang berbentuk subhedral hingga

Lebih terperinci

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL

BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL BAB IV ALTERASI HIDROTERMAL 4.1. Tinjauan umum Ubahan Hidrothermal merupakan proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan hidrotermal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Geologi Regional Menurut Kastowo (1973), Silitonga (1975), dan Rosidi (1976) litologi daerah Padang dan sekitarnya terdiri dari batuan Pratersier, Tersier dan Kwarter. Batuan

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Bentuk dan Pola Umum Morfologi Daerah Penelitian Bentuk bentang alam daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal tekstur berupa perbedaan tinggi dan relief yang

Lebih terperinci

MINERAL DAN BATUAN. Yuli Ifana Sari

MINERAL DAN BATUAN. Yuli Ifana Sari MINERAL DAN BATUAN Yuli Ifana Sari Tugas Kelompok 1. Jelaskan macam2 jenis batuan berdasarkan proses terjadinya dan berikan contohnya! 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan siklus batuan! Batuan Bahan padat

Lebih terperinci

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat )

Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang (lokasi dlk-13, foto menghadap ke arah barat ) Gambar 3.12 Singkapan dari Satuan Lava Andesit Gunung Pagerkandang, dibeberapa tempat terdapat sisipan dengan tuf kasar (lokasi dlk-12 di kaki G Pagerkandang). Gambar 3.13 Singkapan dari Satuan Lava Andesit

Lebih terperinci

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL

BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL BAB IV UBAHAN HIDROTERMAL 4.1 Pengertian Ubahan Hidrotermal Ubahan hidrotermal adalah proses yang kompleks, meliputi perubahan secara mineralogi, kimia, dan tekstur yang dihasilkan dari interaksi larutan

Lebih terperinci

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8).

dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). dan Satuan Batulempung diendapkan dalam lingkungan kipas bawah laut model Walker (1978) (Gambar 3.8). Gambar 3.7 Struktur sedimen pada sekuen Bouma (1962). Gambar 3.8 Model progradasi kipas bawah laut

Lebih terperinci

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan

Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, api) adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan

Lebih terperinci

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI

MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI MINERAL OPTIK DAN PETROGRAFI IGNEOUS PETROGRAFI Disusun oleh: REHAN 101101012 ILARIO MUDA 101101001 ISIDORO J.I.S.SINAI 101101041 DEDY INDRA DARMAWAN 101101056 M. RASYID 101101000 BATUAN BEKU Batuan beku

Lebih terperinci

BAB III Perolehan dan Analisis Data

BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III Perolehan dan Analisis Data BAB III PEROLEHAN DAN ANALISIS DATA Lokasi penelitian, pada Peta Geologi Lembar Cianjur skala 1 : 100.000, terletak di Formasi Rajamandala. Penelitian lapangan berupa

Lebih terperinci

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Tes 1. Bahan : Geologi -1

LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK Bidang : Kebumian. Tes 1. Bahan : Geologi -1 Bidang Studi Kode Berkas : Kebumian : KEB-T01 (soal) LATIHAN DAN TES JARAK JAUH (LTJJ) Persiapan OSK 2018 Bidang : Kebumian Tes 1 Bahan : Geologi -1 (Tektonik Lempeng, Kristalografi, Mineralogi, Petrologi,

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Berdasarkan pengamatan awal, daerah penelitian secara umum dicirikan oleh perbedaan tinggi dan ralief yang tercermin dalam kerapatan dan bentuk penyebaran kontur pada

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap, tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus.

Gambar 2.1 Siklus batuan, tanda panah hitam merupakan siklus lengkap, tanda panah putih merupakan siklus yang dapat terputus. 2. Batuan Beku 2.1 Batuan Batuan adalah kumpulan dari satu atau lebih mineral, yang merupakan bagian dari kerak bumi. Terdapat tiga jenis batuan yang utama yaitu : batuan beku (igneous rock), terbentuk

Lebih terperinci

Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) 2 Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer)

Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) 2 Geohidrologi dan Oseanografi (Hidrosfer) www.pelatihanosn-soc.com soc.scienceolympiad@gmail.com : Jl. Bintara Jaya IV, No. 108, Bekasi Barat 17136 Bekasi - Jawa Barat 0812-9508-9496 NO MATERI SUB MATERI Meteorologi-Klimatologi (Atmosfer) 1 Meteorologi-Klimatologi

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Lokasi penelitian berada di daerah Kancah, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung yang terletak di bagian utara Kota Bandung. Secara

Lebih terperinci

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak

Lebih terperinci

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran

Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran Morfologi dan Litologi Batuan Daerah Gunung Ungaran Morfologi Gunung Ungaran Survei geologi di daerah Ungaran telah dilakukan pada hari minggu 15 Desember 2013. Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya) 3.2.2.1 Penyebaran Satuan batuan ini menempati 2% luas keseluruhan dari daerah

Lebih terperinci

Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen

Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen Tekstur dan Struktur Pada Batuan Sedimen Tekstur Batuan Sedimen a. Ukuran butir Dalam pemerian ukuran butir digunakan pedoman ukuran dari Skala Wentworth yaitu b. Sortasi atau Derajat Pemilahan Derajat

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Geomorfologi Kondisi geomorfologi pada suatu daerah merupakan cerminan proses alam yang dipengaruhi serta dibentuk oleh proses

Lebih terperinci

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut).

Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Gambar 2.8. Model tiga dimensi (3D) stratigrafi daerah penelitian (pandangan menghadap arah barat laut). Barat. 18 3. Breksi Tuf Breksi tuf secara megaskopis (Foto 2.9a dan Foto 2.9b) berwarna abu-abu

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi Umum Daerah Penelitian Morfologi daerah penelitian berdasarkan pengamatan awal dari peta topografi dan citra satelit,

Lebih terperinci

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal

Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal Bab III Karakteristik Alterasi Hidrotermal III.1 Dasar Teori Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi akibat interaksi antara fluida panas dengan batuan samping yang dilaluinya, sehingga membentuk

Lebih terperinci

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan 3.2.3 Satuan Batulempung A. Penyebaran dan Ketebalan Satuan batulempung ditandai dengan warna hijau pada Peta Geologi (Lampiran C-3). Satuan ini tersingkap di bagian tengah dan selatan daerah penelitian,

Lebih terperinci

Berdasarkan genetiknya, struktur sediment dikelompokkan menjadi 4 yaitu:

Berdasarkan genetiknya, struktur sediment dikelompokkan menjadi 4 yaitu: Struktur Primer Batuan Jenis-Jenis struktur sedimen : Struktur Sedimen Struktur sediment adalah bentukan struktur yang terbentuk saat pengendapan batuan sediment terjadi. Struktur pada sediment sangat

Lebih terperinci

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA. Asisten Acara:

LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA. Asisten Acara: LABORATORIUM GEOLOGI OPTIK DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS GADJAH MADA PRAKTIKUM PETROGRAFI BORANG MATERI ACARA: PETROGRAFI BATUAN METAMORF Asisten Acara: 1... 2.... 3.... 4....

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian Berdasarkan bentuk topografi dan morfologi daerah penelitian maka diperlukan analisa geomorfologi sehingga dapat diketahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. GEOMORFOLOGI Daerah penelitian memiliki pola kontur yang relatif rapat dan terjal. Ketinggian di daerah penelitian berkisar antara 1125-1711 mdpl. Daerah penelitian

Lebih terperinci

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi

Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Hubungan dan Kesebandingan Stratigrafi 3.2.3.3 Umur, Lingkungan dan Mekanisme Pengendapan Berdasarkan data analisis mikrofosil pada batupasir (lampiran B), maka diperoleh umur dari Satuan Breksi yaitu N8 (Akhir Miosen Awal) dengan ditemukannya

Lebih terperinci

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL

BAB III ALTERASI HIDROTERMAL BAB III ALTERASI HIDROTERMAL 3.1 Tinjauan Umum White (1996) mendefinisikan alterasi hidrotermal adalah perubahan mineralogi dan komposisi yang terjadi pada batuan ketika batuan berinteraksi dengan larutan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar...

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi...... 1 BAB I Pendahuluan...... 2 1. Latar Belakang... 2 2. Maksud Dan Tujuan... 2 BAB II Pembahasan... 3 1. Definisi Batuan Metamorf... 3 2. Proses Metamorfisme...

Lebih terperinci

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama

Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama Foto 3.24 Sayatan tipis granodiorit (HP_03). Satuan ini mempunyai ciri-ciri umum holokristalin, subhedral-anhedral, tersusun atas mineral utama berupa plagioklas, kuarsa (C6-C7) dan k-feldspar (D3-F3).

Lebih terperinci

BAB 3. Pembentukan Lautan

BAB 3. Pembentukan Lautan BAB 3. Pembentukan Lautan A. Pendahuluan Modul ini membahas tentang teori dan analisa asal-usul lautan yang meliputi hipotesa pelepasan lempeng, teori undasi dan teori tektonik lempeng. Selain itu dalam

Lebih terperinci

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1. Geomorfologi Melalui interpretasi peta topografi dan citra udara serta analisis pola kerapatan kontur yang didasarkan pada klasifikasi van Zuidam, 1985, tatanan umum

Lebih terperinci

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN

BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN BAB V ALTERASI PERMUKAAN DAERAH PENELITIAN 5.1 Tinjauan Umum Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang terjadi sebagai akibat dari adanya interaksi antara batuan dengan fluida hidrotermal. Proses yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI 4.1 Struktur Sesar Struktur sesar yang dijumpai di daerah penelitian adalah Sesar Naik Gunungguruh, Sesar Mendatar Gunungguruh, Sesar Mendatar Cimandiri dan Sesar Mendatar

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.2

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.2 SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.2 1. Naiknya Pulau Simeuleu bagian utara saat terjadi gempa di Aceh pada tahun 2004 merupakan contoh gerakan.... epirogenetik

Lebih terperinci

TEORI LEMPENG TEKTONIK

TEORI LEMPENG TEKTONIK TEORI LEMPENG TEKTONIK ABSTRAK Teori tektonik lempeng merupakan teori yang sangat penting untuk dipelajari, karena teori ini mampu menjelaskan teka-teki geologi yang sebelumnya masih menjadi perdebatan

Lebih terperinci

Raden Ario Wicaksono/

Raden Ario Wicaksono/ Foto 3.15 Fragmen Koral Pada Satuan Breksi-Batupasir. Lokasi selanjutnya perselingan breksi-batupasir adalah lokasi Bp-20 terdapat pada Sungai Ci Manuk dibagian utara dari muara antara Sungai Ci Cacaban

Lebih terperinci

proses ubahan akibat perubahan Tekanan (P), Temperatur (T) atau keduanya (P dan T).

proses ubahan akibat perubahan Tekanan (P), Temperatur (T) atau keduanya (P dan T). BATUAN METAMORF 1. Proses metamorfosis : proses ubahan akibat perubahan Tekanan (P), Temperatur (T) atau keduanya (P dan T). Proses isokimia 2. Macam-macam proses metamorfosis -Regional (dinamo-termal),

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi 6 zona fisiografi yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949) (Gambar 2.1). Zona-zona tersebut dari utara ke selatan yaitu:

Lebih terperinci

SESAR MENDATAR (STRIKE SLIP) DAN SESAR MENURUN (NORMAL FAULT)

SESAR MENDATAR (STRIKE SLIP) DAN SESAR MENURUN (NORMAL FAULT) SESAR MENDATAR Pergerakan strike-slip/ pergeseran dapat terjadi berupa adanya pelepasan tegasan secara lateral pada arah sumbu tegasan normal terkecil dan terdapat pemendekan pada arah sumbu tegasan normal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persebaran batuan metamorf tekanan tinggi di Indonesia (Gambar I.1)

BAB I PENDAHULUAN. Persebaran batuan metamorf tekanan tinggi di Indonesia (Gambar I.1) 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Persebaran batuan metamorf tekanan tinggi di Indonesia (Gambar I.1) terbatas pada Daerah Komplek Luk Ulo dan Perbukitan Jiwo (Jawa Tengah), Ciletuh (Jawa Barat),

Lebih terperinci

Gambar 1. Chert dalam Ukuran Hand Spicemen. Gambar 2. Chert yang terlipat. Gambar 3. Bedded Chert dan Sayatan Radiolarian Chert

Gambar 1. Chert dalam Ukuran Hand Spicemen. Gambar 2. Chert yang terlipat. Gambar 3. Bedded Chert dan Sayatan Radiolarian Chert Chert Dasar Penamaan (Klasifikasi) Chert Chert adalah penamaan umum yang digunakan untuk batuan siliceous sebagai sebuah kelompok (grup), namun ada yang mengaplikasikannya untuk tipe spesifik dari chert

Lebih terperinci

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN 3.1 Geomorfologi Daerah Penelitian 3.1.1 Morfologi mum Daerah Penelitian ecara umum morfologi daerah penelitian merupakan dataran dengan punggungan di bagian tengah daerah

Lebih terperinci

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN 4.1 Geomorfologi Pada bab sebelumnya telah dijelaskan secara singkat mengenai geomorfologi umum daerah penelitian, dan pada bab ini akan dijelaskan secara lebih

Lebih terperinci

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm

A B C D E A B C D E. A B C D E A B C D E // - Nikol X Nikol mm P mm No conto : Napal hulu Zona ubahan: sub propilitik Lokasi : Alur S. Napal Nama batuan: lava andesit 0 0.5 mm P1 0 0.5 mm Sayatan andesit terubah dengan intensitas sedang, bertekstur hipokristalin, porfiritik,

Lebih terperinci