PENAMPUNGAN SEMEN DAN SNI SEMEN BEKU
|
|
- Widyawati Tedjo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENAMPUNGAN SEMEN DAN SNI SEMEN BEKU OLEH : RINALDI MATAKULIAH ILMU REPRODUKSI DAN INSEMINASI BUATAN PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012
2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan perlindungan-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari tugas ini adalah Penampungan Semen dan SNI Semen Beku. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dr.Ir.Ristika Handarini,MP. selaku dosen mata kuliah Ilmu Reproduksi dan Inseminasi Buatan yang telah membeir arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Medan, Maret 2012 Penulis
3 PENAMPUNGAN SEMEN Penampungan semen bertujuan untuk memperoleh semen yang jumlah (volume)-nya banyak dan kualitasnya baik untuk diproses lebih lanjut untuk keperluan inseminasi buatan. Semen dapat ditampung melalui beberapa metode, seperti :1. Metode Pengurutan (Masase) : Metode penampungan semen melalui pengurutan dapat diterapkan pada ternak besar (sapi, kerbau, kuda), dan pada ternak unggas (kalkun dan ayam). Pada ter-nak besar metodepengurutan ampulla vas deferens diterapkan apabila hewan jantan tersebut memiliki potensi genetik tinggi akan tetapi tidak mampu melaku-kan perkawinan secara alam, baik karena nafsu seksualnya rendah atau mempu-nyai masalah dengan kakinya (lumpuh atau pincang/ cedera). Sedangkan pada ternak ayam atau kalkun metode pengurutan punggung merupakan satu-satunya metode penampungan yang paling baik hasilnya. 2. Metode Elektrojakulator Penampungan semen menggunakan metode ini adalah upaya untuk memperoleh semen dari pejantan yang memiliki kualitas genetik tinggi tetapi tidak mampu melakukan per-kawinan secara alam akibat gangguan fisik atau psikis. Metode ini saat ini lebih banyak diterapkan pada ternak kecil seperti domba dan kambing karena pada ternak besar lebih mudah dilakukan melalui metode pengurutan ampula vas deferens. 3. Metode Vagina Tiruan Penampungan semen menggunakan vagina tiruan merupakan metode yang pa-ling efektif diterapkan pada ternak besar (sapi, kuda, kerbau) ataupun ternak kecil (domba, kambing, dan babi) yang normal (tidak cacat) dan libidonya bagus. Kelebihan
4 metode penampungan menggunakan vagina tiruan ini adalah selain pelaksanaannya tidak serumit dua metode sebelumnya, semen yang diha-silkannya pun maksimal. Hal ini terjadi karena metode penampungan ini meru-pakan modifikasi dari perkawinan alam. Sapi jantan dibiarkan menaiki peman-cing yang dapat berupa ternak betina, jantan lain, atau panthom (patung ternak yang didesain sedemikian rupa sehingga oleh pejantan yang akan ditampung semennya dianggap sebagai ternak betina). Ketika pejantan tersebut sudah me-naiki pemancing dan mengeluarkan penisnya, penis tersebut arahnya dibelokkan menuju mulut vagina tiruan dan dibiarkan ejakulasi di dalam vagina tiruan. Vagina tiruan yang digunakan dikondisikan supaya menyerupai kondisi (teruta-ma dalam hal temperatur dan kekenyalannya) vagina yang sebenarnya. Mengingat ternak jantan yang akan dijadikan sumber semen harus memiliki kondisi badan yang sehat dan nafsu seksual yang baik, maka sebaiknya kita mengutamakan metode penampungan semen menggunakan vagina tiruan pada ternak mamalia (sapi, kerbau, kuda, domba, dan kambing). Sedangkan pada ternak unggas (ayam dan kalkun) pelaksanaannya akan lebih mudah menggunakan metode pengurutan. PENAMPUNGAN DENGAN VAGINA BUATAN Hal yang perlu diperhatikan yaitu suhu vagina buatan saat melakukan penampungan, waktu penampungan, ransangan seksual sebelum penampungan (teasting), hewan pemancing (teaster) serta perlakuan lain yang erat kaitannya dengan tata cara penampungan semen. 1. Mempersiapkan peralatan penampungan
5 Sebelum penampungan perlu dipersiapkan peralatan/bahan penampungan semen antara lain : Handuk besar dan lap tangan Vaselin (bahan pelican) steril Kapas Label/nomor bull Thermometer Alkohol Stick Glass Vagina buatan Tali Dll Mempersiapkan vagina buatan Selinder karet tebal, kenyal tetapi kaku, berukuran panjang antara cm dan diameternya 5-6 cm. Panjang dan diameter vagina buatan disesuaikan dengan atau tergantung pada umur dan ukuran pejantan. Pada bagian tengah selinder tersebut terdapat sebuah lubang berkatup seperti skrup (kran ) tempat memanaskaqn air panas dan diantaranya ada semacam pentil untuk meniupkan udara kedalam AV. Selongsongan karet tipis sebagai lapisan dalam(iner liner) dari selinder karet tebal, panjangnya cm dan diameter 5-6 cm.
6 Corong penampung terbuat dari karet tipis panjangnya ± 7 cm pada pangkal dan ± 1cm pada ujungnya. Sebuah ventilasi (lubang) corong tersebut karena tekanan berlebihan yang ditimbulkan oleh dorongan penis sewaktu ejakulasi. Sebuah tabung penampung semen yang berskala dan terbuat dari gelas panjang ± 11cm dan diameter ± 1cm Sebuah tabung plastic yang dilapisi kain atau kertas. Tabung ini digunakan sebagai pelindung tabung penampung semen terhadap isnar matahari dan benturan. Cara memasang vagina buatan Pasang corong karet pada bagian vagina buatan dengan cara mengikat dan lubang udara pada corong tersebut harus ada diatas sejajar dengan kran vagina buatan. Pasang tabung gelas penampung sperma yang telah diberi nomor bull yang akan ditampung pada ujung corong karet vagina buatan dan diikat. Pasang tabung pelindung (tabung plastik) Masukkan air panas/hangat kedalam vaniga buatan dengan cara memompa/meniup melalui tabung berkatup, sampai terlihat permukaan vagina buatan menggelembung. Oleskan vaselin (penisilin) secukupnya kedalam mulut vagina buatan dengan menggunakan stick glass.
7 Mengecek kembali temperature vagina butan sebelum melakukan penampungan. Pelaksanaan Penampungan Untuk mempermudah penampungan semen dengan vagina buatan, harus disediakan fasilitas dimana secara aman kita dapat mengawasi hewan pemancing (teaster) dan hewan jantan pada waktu penampungan. Untuk itu dipakai kandang khusus yang disebut Breeding Rack atau Service Crate, lantainya harus baik dan tidak licin, karena itu perlu diberi alas dan tiak menghambat. Pejantan Persiapan vagina buatan dilaksanakan di laboratorium. Sedangkan pejantan yang akan dipersiapkan dengan memotong bulu dekat ujung preputium harus digunting sehingga panjangnya 1,5 cm. Daerah ventral abdomen disekeliling preputium dicuci dengan air hangat tanpa sabun dan keringkan. Pejantan yang akan ditampung dibiasakan dengan keadaan sekitar dan terhadap hewan pemancing atau teaster. Pelihara ketenangan tempat penampungan dan ketenangan kondisi psykologis. Teasting Pejantan yang akan ditampung semennya diusahakan menaiki teaster pada saat tersebut penisnya harus keluar, kolektor (pelaksana
8 penampungan) memindahkan penis tersebut dengan memindahkan posisi penis pejantan dengan memegang preputiumnya ditarik kearah samping atau kearah kolektor, biarkan pejantan turun kembali. Biarkan kondisi ini berlangsung hingga 3-4 kali dan penisnya jangan sampai menyentuh bagian belakang tease, hal ini supaya tidak terjadi ejakulasi, setelah libidonya optimal baru dilakukan penampungan. Cara Penampungan Semen a. Penampungan menggunakan teaster - Kolektor harus dalam posisi siap menapung dengan kaki kiri sejajar kaki kanan yang telah memakai sepatu khusus. - Pada waktu penis pejantan keluar sewaktu menaiki teaster maka kolektor menagkapnya pada bagian preputium dan menarahkan kemulut vagina buatan myang terletak disamping pantan teaster. - Setelah ujung penis menyentuh mulut vagina buatan maka akn terjadi ejakulasi. - Hasil semen yang telah ditampung dikirim kelaboratorium untuk diadakan pemeriksaan. - Bersihkan peralatan yang telah digunakan - Mengembalikan pejantan dan teaster ke kandang masing-masing
9 b. Penampungan menggunakan Dummy Cow Dummy Cow merupakan alat untuk menggantikan pemancing (teaster) sedangkan metoda yang digunakan adalah metoda vagina buatan. Pelaksaan Dummy Cow adalah sebagai berikut : - Menghubungkan panel listrik pada mesin yang terpasang - Menempatkan Dummy Cow pada temapt yang rata - Menyesuaikan kulit penutup Dummy cow sesuai dengan bangsa pejantan - Mendekatkan pejantan yang akan ditampung dengan Dummy Cow - Perangsangan berjalan 2-3 kali mounting/penunggangan sehingga ereksi pejantan berlangsung secara maksimal. - Petugas penapung duduk didalam Dummy Cow sambil tetap memegang vagina buatan - Setelah ejakulasi pejantan bertopang pada Dummy Cow dan secara perlahan Dummy Cow dimajukan sampai pejantan berdiri seperti biasa atau pejantan turun sendiri.
10 Standar Nasional Indonesia SNI Semen beku sapi ICS Badan Standardisasi Nasional SNI ii Prakata Standar Nasional Indonesia Semen beku sapi ini merupakan revisi dari SNI , Semen beku sapi. Standar ini disiapkan Panitia Teknis 34 T Perbenihan dan Pembibitan Pertanian, dan telah dibahas dalam konsensus nasional di Jakarta pada 25 September Hadir dalam konsensus tersebut wakil-wakil dari produsen, konsumen, lembaga penelitian dan pengembangan, perguruan tinggi, asosiasi dan instansi pemerintah yang terkait. Standar ini dirumuskan sebagai upaya untuk meningkatkan jaminan mutu (quality assurance). SNI iii Pendahuluan Inseminasi Buatan (IB) merupakan salah satu upaya pemanfaatan bibit pejantan unggul secara maksimal dalam rangka perbaikan mutu genetik ternak. Faktor utama yang mempengaruhi keberhasilan IB ialah mutu semen beku. Faktor lain yang ikut mempengaruhi yaitu reproduksi ternak betina dan keterampilan petugasnya. Ketepatan dan pelaporan deteksi berahi serta pemeliharaan ternak betina. Oleh sebab itu untuk terjaminnya mutu semen beku sapi yang beredar,
11 perlu ditetapkan standar semen beku sapi. Mutu semen beku sapi yang memenuhi standar harus didukung oleh penanganan yang baik dan benar agar mutu semen beku sapi dapat dipertahankan hingga siap untuk diinseminasikan. SNI dari 4 Semen beku sapi 1 Ruang lingkup Standar ini meliputi istilah dan definisi, spesifikasi, persyaratan mutu, pengemasan, pengambilan contoh semen beku di tingkat produsen dan konsumen, pemeriksaan contoh untuk semen beku sapi. 2 Istilah dan definisi 2.1 semen beku sapi semen yang berasal dari pejantan sapi terpilih yang diencerkan sesuai prosedur proses produksi sehingga menjadi semen beku dan disimpan di dalam rendaman nitrogen cair pada suhu -196oC pada kontainer 2.2 pejantan unggul pejantan sapi yang sudah diseleksi berdasarkan standar bibit yang berlaku yaitu garis keturunannya (pedigree/silsilah), kemampuan produksi dan reproduksi keturunannya (progeny) 2.3 pengencer semen bahan organik atau anorganik yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: a) mempunyai sifat isotonik terhadap semen; b) mempunyai sifat sebagai buffer;
12 c) dapat melindungi spermatozoa dalam proses pendinginan, pembekuan dan pencairan kembali (thawing); d) bersifat sebagai sumber nutrisi; e) mempunyai efek antibakteri; f) menjaga fertilitas spermatozoa; g) tidak boleh mengandung zat-zat yang bersifat toksik atau racun, baik terhadap spermatozoa maupun terhadap saluran reproduksi sapi betina. 2.4 motilitas spermatozoa skala motilitas spermatozoa derajat motilitas spermatozoa dinyatakan angka dengan nilai nol (0) sampai dengan empat (4) sebagai berikut: a) nol (0) adalah tidak ada gerakan maju individu spermatozoa; b) satu (1) adalah gerakan maju individu spermatozoa lamban; c) dua (2) adalah gerakan maju individu spermatozoa sedang; d) tiga (3) adalah gerakan maju individu spermatozoa cepat; e) empat (4) adalah gerakan maju individu spermatozoa sangat cepat. SNI dari persentase mobilitas spermatozoa persentase jumlah pergerakan spermatozoa hidup dan bergerak maju/progresif yang nilainya berkisar antara 0% 100% 2.5 pemeriksa semen beku petugas pemeriksa yang berkompeten yaitu yang telah mengikuti pelatihan penanganan semen beku dan bersertifikat
13 3 Spesifikasi 3.1 Semen berasal dari pejantan sapi unggul yang sehat. 3.2 Semen diencerkan dengan menggunakan pengencer organik atau anorganik. 3.3 Jumlah sel spermatozoa a) mini straw minimal 25 juta/straw; b) medium straw minimal juta/straw. 4 Persyaratan mutu 4.1 Kualitas semen sesudah proses pembekuan Pemeriksaan semen beku segera sesudah dicairkan kembali (post thawing) pada suhu 37oC selama 30 detik harus menunjukkan spermatozoa hidup dan bergerak maju (motil spermatozoa) minimal 40 (empat puluh) persen dan gerakan individu spermatozoa minimal 2 (dua). 5 Pengemasan 5.1 Ukuran straw a) mini straw volume 0,25 ml; b) medium straw volume 0,50 ml. 5.2 Penandaan straw a) kode pejantan; b) nama pejantan; c) kode batch; d) nama produsen; e) breed/bangsa pejantan. 5.3 Kode pejantan dan warna straw
14 Kode pejantan terdiri dari 6 (enam) digit. Dua digit pertama menandakan kode bangsa, dua digit tengah menandakan tahun kelahiran pejantan dan dua digit terakhir menandakan nomor urut pejantan. Kode bangsa dan warna straw mengacu pada Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan no. 112/TN.270/Kpts/DJP/Deptan/0297 tentang syarat dan spesifikasi teknis semen beku sapi dan kerbau serta alat penyimpannya. SNI dari Penyimpanan Semen beku harus disimpan dan terendam penuh dalam nitrogen cair suhu -1960C pada kontainer kriogenik. Penyimpanan semen beku dalam kontainer tersebut dapat menggunakan canister dan goblet sesuai jenis/tipe kontainer. 5.5 Label dan segel Setiap pengiriman semen beku dalam kontainer harus diberi label, disegel dan disertai kartu petunjuk isi kontainer. Kartu petunjuk isi kontainer tersebut minimal harus berisi keterangan tentang breed/bangsa, kode pejantan, jumlah, tanggal dan hasil pemeriksaan mutu semen serta nama produsen. 6 Pengambilan contoh semen beku ditingkat produsen dan konsumen 6.1 Pengambilan contoh dilakukan oleh petugas pemeriksa semen beku berkompeten. 6.2 Pengambilan contoh dilakukan pada setiap kode batch masingmasing minimal 2 (dua) straw. 6.3 Pengambilan contoh dilakukan secara acak.
15 7 Pemeriksaan contoh 7.1 Pemeriksaan dilakukan oleh petugas pemeriksa semen beku yang berkompeten.7.2 Pemeriksaan dilakukan setelah proses pembekuan dan sebelum dikirimkan kepada konsumen dan setelah diterima konsumen paling lambat 24 jam. 7.3 Pemeriksaan dilakukan segera sesudah semen beku mencair kembali (post thawing) pada suhu 370 C - 380C selama 15 detik - 30 detik. 7.4 Pemeriksaan dilakukan pada sekurang-kurangnya 3 (tiga) lapangan pandang dibawah mikroskop pembesaran 20 x 40 atau x 10 dengan menggunakan meja pemanas 370C. SNI dari 4 Bibliografi Salisbury,G.W dan Van Demark,N.L 1985, Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan pada Ternak, Terjemahan oleh R.Januar, Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan no. 112/TN.270/Kpts/DJP/Deptan/0297 tentang syarat dan spesifikasi teknis semen beku sapi dan kerbau serta alat penyimpannya. Toelihere, N.R 1977,Inseminasi Buatan pada Ternak.
Semen beku Bagian 1: Sapi
Standar Nasional Indonesia Semen beku Bagian 1: Sapi ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciSemen beku Bagian 1: Sapi
Standar Nasional Indonesia Semen beku Bagian 1: Sapi ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi...
Lebih terperinciSemen beku Bagian 3 : Kambing dan domba
Standar Nasional Indonesia Semen beku Bagian 3 : Kambing dan domba ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 055 TAHUN 2014
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 055 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PRODUKSI DAN DISTRIBUSI SEMEN BEKU PADA BALAI INSEMINASI BUATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSemen beku Bagian 2: Kerbau
Standar Nasional Indonesia Semen beku Bagian 2: Kerbau ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2017 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2015 di Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan (UPTD BIB) Tuah Sakato, Payakumbuh. 3.2. Materi
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai
22 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah (UPTD-BIBD) Lampung Tengah. Kegiatan penelitian
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Laboratoium Unit
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 11--18 April 2014 di Laboratoium Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Inseminasi Buatan Daerah Lampung,
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor,
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan bulan Februari Maret 2016 di Desa Bocor, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Penelitian diawali dengan survey untuk mengetahui
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal April 2014 di Unit Pelayanan
III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18--25 April 2014 di Unit Pelayanan Teknis Daerah Balai Insemninasi Buatan Daerah Lampung, Kecamatan Terbanggi
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian menggunakan data sekunder di Laboratorium Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, Bandung, Jawa Barat. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder produksi
Lebih terperinciPERSYARATAN MUTU BENIH DAN/ATAU BIBIT TERNAK HASIL PRODUKSI DI DALAM NEGERI. No Nomor SNI Jenis Benih dan/atau Bibit Ternak
2012, No.328 8 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 19/Permentan/OT.140/3/2012 TENTANG PERSYARATAN MUTU BENIH, BIBIT TERNAK, DAN SUMBER DAYA GENETIK HEWAN PERSYARATAN MUTU BENIH DAN/ATAU BIBIT
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung,
25 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 7 13 April 2014, di BIBD Lampung, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah, Provinsi Lampung. B. Alat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia. Laju pertambahan penduduk yang terus meningkat menuntut
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan produksi daging merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan ketahanan pangan sekaligus memajukan tingkat kecerdasan sumber daya manusia Indonesia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Perkembangan peternakan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan populasi dan produksi ternak ke arah pencapaian swasembada protein hewani untuk memenuhi
Lebih terperinciBALAI INSEMINASI BUATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR NOMOR 055 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PRODUKSI DAN DISTRIBUSI SEMEN BEKU PADA BALAI INSEMINASI BUATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BALAI INSEMINASI BUATAN
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post
9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai evaluasi kualitas semen beku sapi Brahman post thawing di dataran rendah bertempat di Poskeswan Tayu Kabupaten Pati dan dataran tinggi bertempat di kelompok
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Desember 2014 sampai dengan Januari 2015 di Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru. 3.2. Bahan dan Alat
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Perbedaan Kualitas Semen Segar Domba Batur dalam Flock Mating dan Pen Mating secara Mikroskopis ini dilaksanakan pada tanggal 27 Maret sampai dengan 1 Mei
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh kadar ekstrak daun Binahong (Anredera cordifolia (Teen.) Steenis) dalam pengencer tris kuning telur tehadap kualitas semen kambing Peranakan Etawah
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Materi
MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pemeliharaan ayam dan penampungan semen dilakukan di Kandang B, Laboratorium Lapang, Bagian Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Lebih terperincipenampungan [ilustrasi :1], penilaian, pengenceran, penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan pengangkutan semen, inseminasi, pencat
Problem utama pada sub sektor peternakan saat ini adalah ketidakmampuan secara optimal menyediakan produk-produk peternakan, seperti daging, telur, dan susu untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat akan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah
1 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Hubungan Bobot Badan dengan Konsentrasi, Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah dilaksanakan pada bulan Juli -
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agar diperoleh efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan pejantan terpilih,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inseminasi Buatan (IB) adalah proses perkawinan yang dilakukan dengan campur tangan manusia, yaitu mempertemukan sperma dan sel telur agar dapat terjadi proses pembuahan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada April 2014 di Balai Inseminasi Buatan Daerah (BIBD) Lampung, Kecamatan Terbanggi Besar, Kabupaten Lampung Tengah,
Lebih terperinciDAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C
DAYA HIDUP SPERMATOZOA EPIDIDIMIS KAMBING DIPRESERVASI PADA SUHU 5 C Disajikan oleh : Hotmaria Veronika.G (E10012157) dibawah bimbingan : Ir. Teguh Sumarsono, M.Si 1) dan Dr. Bayu Rosadi, S.Pt. M.Si 2)
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN
12 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan yaitu semen yang berasal dari lima ekor kambing PE umur 2-3 tahun. 3.1.2 Bahan dan Peralatan
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat
8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (BPBTNR) Provinsi Jawa Tengah di Kota Surakarta.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Hasil Evaluasi Karakteristik Semen Ayam Arab pada Frekuensi Penampungan yang Berbeda
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil evaluasi semen secara makroskopis (warna, konsistensi, ph, dan volume semen) dan mikroskopis (gerakan massa, motilitas, abnormalitas, konsentrasi, dan jumlah spermatozoa per
Lebih terperinciMODUL PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA TERNAK KODE MODUL SMKP3T03BTE
MODUL PROGRAM KEAHLIAN BUDIDAYA TERNAK KODE MODUL TEKNIK INSEMINASI BUATAN PADA TERNAK DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PROYEK PENGEMBANGAN SISTEM DAN STANDAR PENGELOLAAN SMK DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH
Lebih terperinciTatap muka ke 10. Universitas Gadjah Mada
Tatap muka ke 10 PokokBahasan : SPERMA BEKU 1. Tujuan Intruksional Umum Mengerti yang dimaksud dengan sperma beku Mengerti bentuk - bentuk sperma beku Mengerti cara membuat dan cara menggunakannya 2. Tujuan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. masyarakat Pesisir Selatan. Namun, populasi sapi pesisir mengalami penurunan,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sapi Pesisir merupakan salah satu bangsa sapi lokal yang banyak dipelihara petani-peternak di Sumatra Barat, terutama di Kabupaten Pesisir Selatan. Sapi Pesisir mempunyai
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara
1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kambing merupakan salah satu jenis ternak yang mudah dipelihara dan dikembangkan di Indonesia. Sistem pemeliharannya masih dilakukan secara tradisional. Salah satu bangsa
Lebih terperinciLAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008
LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL PEMASUKAN BENIH, BIBIT TERNAK DAN TERNAK POTONG A. Semen Beku Sapi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Batur Domba Batur merupakan salah satu domba lokal yang ada di Jawa Tengah tepatnya yang berada di daerah Batur, Banjarnegara (Noviani et al., 2013). Domba Batur sangat
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Bahan/Objek Penelitian 2.1.1 Objek Penelitian Objek yang digunakan adalah semen yang berasal dari lima kambing peranakan etawah (PE), berumur 2-3 tahun yang berada di
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Objek Penelitian yang digunakan adalah semen yang didapat dari lima
15 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian 3.1.1. Objek Penelitian Objek Penelitian yang digunakan adalah semen yang didapat dari lima ekor kambing Peranakan Etawah jantan berumur 1,5-3 tahun
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi Semen Segar
HASIL DAN PEMBAHASAN Semen adalah cairan yang mengandung suspensi sel spermatozoa, (gamet jantan) dan sekresi dari organ aksesori saluran reproduksi jantan (Garner dan Hafez, 2000). Menurut Feradis (2010a)
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara di Breeding
15 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Objek Penelitian Objek pada penelitian ini adalah semen yang didapat dari kambing pejantan Peranakan Etawah berumur 1,5-3 tahun dan dipelihara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kebutuhan protein hewani di Indonesia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya protein hewani bagi tubuh. Hal ini
Lebih terperinciBAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB VI TEKNOLOGI REPRODUKSI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Lebih terperinciSemen cair babi SNI 8034: Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di
SNI 8034: 2014 Standar Nasional Indonesia Semen cair babi ICS 65.020.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perkawinan Perkawinan yang baik yaitu dilakukan oleh betina yang sudah dewasa kelamin sehingga tidak menimbulkan kematian pada anak atau induk saat melahirkan (Arif, 2015).
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TANGGAL : 30 Januari 2008 I. BENIH PERSYARATAN TEKNIS MINIMAL BENIH DAN BIBIT TERNAK YANG AKAN DIKELUARKAN A. Semen Beku Sapi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Teknologi Inseminasi Buatan (IB) atau dikenal dengan istilah kawin suntik pada ternak sapi telah banyak diterapkan di Indonesia. Menurut SNI 4896.1 (2008),
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Semen Beku Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai prosedur teknis pengawasan mutu bibit ternak kemudian dimasukkan ke dalam straw dan dibekukan
Lebih terperinciPEDOMAN PELAKSANAAN OPTIMALISASI FUNGSI UNIT PEMBIBITAN DAERAH TAHUN 2015
PEDOMAN PELAKSANAAN OPTIMALISASI FUNGSI UNIT PEMBIBITAN DAERAH TAHUN 2015 Direktorat Perbibitan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian-RI Jl. Harsono RM No. 3 Pasar
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Peternakan babi yang ada di Indonesia khususnya di daerah Bali masih merupakan peternakan rakyat dalam skala kecil atau skala rumah tangga, dimana mutu genetiknya masih kurang
Lebih terperinciCARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB).
CARA MUDAH MENDETEKSI BIRAHI DAN KETEPATAN WAKTU INSEMINASI BUATAN (IB) PADA SAPI INSEMINASI BUATAN(IB). Peningkatan produktifitas ternak adalah suatu keharusan, Oleh karena itu diperlukan upaya memotivasi
Lebih terperinciIII. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di. Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru.
III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 013 di Balai Inseminasi Buatan Tenayan Raya, Pekanbaru. 3.. Materi Materi yang digunakan dalam
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.405, 2016 KEMTAN. Semen Beku. Ternak Ruminansia. Penyediaan dan Peredaran. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/Permentan/PK.210/3/2016 TENTANG PENYEDIAAN
Lebih terperinciPENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA
81 Buana Sains Vol 12 No 1: 81-86, 2012 PENGARUH SUHU DAN LAMA THAWING TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING PERANAKAN ETAWA Fitrik dan N. Supartini PS. Produksi Ternak, Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinci2014, No.427.
11 2014,.427 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/Permentan/OT.140/3/2014 TENTANG PENGAWASAN PRODUKSI DAN PEREDARAN BENIH DAN BIBIT TERNAK TATA CARA PENGAWASAN PRODUKSI BENIH
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Metode Penelitian
MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli 2011 sampai April 2012 bertempat di Indira Farm Hamtaro and Rabbit House, Istana Kelinci, dan di Unit Rehabilitasi
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis.
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sapi Limousin Sapi Limousin merupakan keturunan sapi Eropa yang berkembang di Perancis. Karakteristik Sapi Limousin adalah pertambahan badan yang cepat perharinya sekitar 1,1
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/Permentan/PK.210/3/2016 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEREDARAN SEMEN BEKU TERNAK RUMINANSIA
- 545 - PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/Permentan/PK.210/3/2016 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEREDARAN SEMEN BEKU TERNAK RUMINANSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN
Lebih terperinciPenyiapan Mesin Tetas
Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,
Lebih terperinciBuku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion
Buku Petunjuk Pemakaian Pengeriting Rambut Berpelindung Ion NACC10 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan
Lebih terperinciPengemasan ular hidup melalui sarana angkutan udara
Standar Nasional Indonesia Pengemasan ular hidup melalui sarana angkutan udara ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang Iingkup...1 2 Istilah dan definisi...1
Lebih terperinciTatap mukake 6 KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA
Tatap mukake 6 PokokBahasan: KUANTITAS DAN KUALITAS SPERMA 1. Tujuan Intruksional Umum Mengerti Kuantitas dan Kualitas Sperma pada berbagai ternak Mengerti faktor-faktor yang mempengaruhi kuantitas dan
Lebih terperinci5 detik dan berada dalam gemngan nitrogen cair (Senger 1980). Waktu. pengambilan sampel semen beku dalam proses pernindahan dari kontainer depo
111. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pengujian kualitas semen beku dilakuican di Laboratorium Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan, Bagian Reproduksi clan Kebidaaan Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciCara uji daktilitas aspal
Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi
Lebih terperinciSpermatogenesis dan sperma ternak
J0A09 dari 5. MATERI PRAKTIKUM 3 : Spermatogenesis dan sperma ternak TUJUAN PRAKTIKUM : Mahasiswa dapat menyebutkan tahapan pembentukan spermatozoa dan menjelaskan komposisi semen serta struktur/morfologi
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE PENELITIAN. breeding station Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Domba jantan yang
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. ` Bahan dan Peralatan 3.1.1. Objek Penelitian Objek pada penelitian ini yaitu semen yang berasal dari domba yang ada di breeding station Fakultas Peternakan Universitas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai
3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White (NZW) merupakan kelinci hasil persilangan dari Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kambing Peranakan Etawah (PE). Kambing PE merupakan hasil persilangan dari
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing merupakan komoditas ternak yang banyak dikembangkan di Indonesia. Salah satu jenis kambing yang banyak dikembangkan yaitu jenis kambing Peranakan Etawah (PE).
Lebih terperinciTIU : Mahasiswa diharapkan. proses fisiologi organ. berkaitan dengan fungsi ternak jantan sebagai pemacek. TIK :
TIU : Mahasiswa diharapkan mampu memahami proses fisiologi organ reproduksi jantan khususnya yang berkaitan dengan fungsi ternak jantan sebagai pemacek. TIK : 1.Mahasiswa memahami proses ereksi dan ejakulasi
Lebih terperinciPERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH ABSTRACT
PERBANDINGAN KUALITAS SEMEN KAMBING KEJOBONG DAN KAMBING KACANG DI JAWA TENGAH Hanum, A. N., E. T. Setiatin, D. Samsudewa, E. Kurnianto, E. Purbowati, dan Sutopo Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dikembangkan di Indonesia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan daging di
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerbau adalah salah satu ternak besar penghasil daging yang banyak dikembangkan di Indonesia. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan daging di Indonesia dan untuk mengurangi
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Tampilan Ferning Pre-Post Inseminasi Buatan
14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Tampilan Ferning Pre-Post Inseminasi Buatan Berdasarkan Umur Sapi SIMPO F1 dan F2 dilaksanakan bulan Juli- September 2014 di Kecamatan Patean, Kabupaten
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. berasal dari daerah Gangga, Jumna, dan Cambal di India. Pemeliharaan ternak
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing Peranakan Etawah atau kambing PE merupakan persilangan antara kambing kacang betina asli Indonesia dengan kambing Etawah jantan yang berasal dari daerah Gangga,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Inseminasi Buatan pada Ayam Arab
HASIL DAN PEMBAHASAN Inseminasi Buatan pada Ayam Arab Ayam Arab yang ada di Indonesia sekarang adalah ayam Arab hasil kawin silang dengan ayam lokal. Percepatan perkembangbiakan ayam Arab dapat dipacu
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari
6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Semen Kambing Semen adalah cairan yang mengandung gamet jantan atau spermatozoa dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari suspensi
Lebih terperinciII KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan
II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing PE merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Kacang betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan
Lebih terperinciMAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH. Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta
MAKALAH BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN MEMBRAN PLASMA UTUH Gambar mas Disusun oleh Mas Mas Mas Faisal Ernanda h0510030 Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 Mas tolong
Lebih terperinciFilet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan
Standar Nasional Indonesia Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciBAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di
23 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret hingga 27 April 2017 di Balai Inseminasi Buatan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah yang bertempat di Sidomulyo
Lebih terperinciKualitas Semen Kambing Peranakan Boer. Quality of Semen Crossbreed Boer Goat. M. Hartono PENDAHULUAN. Universitas Lampung ABSTRACT
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol. 10 (1):52-58 ISSN 1410 5020 Kualitas Semen Kambing Peranakan Boer Quality of Semen Crossbreed Boer Goat M. Hartono Universitas Lampung ABSTRACT The research was
Lebih terperinciTatap mukake 8&9. Universitas Gadjah Mada
Tatap mukake 8&9 PokokBahasan: PENGENCERAN SPERMA 1. Tujuan Intruksional Umum Mengerti tujuan pengenceran sperma Mengerti syarat-syarat bahan pengencer dan beberapa bahan yang digunakan Mengerti keuntungan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persepsi Peternak Terhadap IB Persepsi peternak sapi potong terhadap pelaksanaan IB adalah tanggapan para peternak yang ada di wilayah pos IB Dumati terhadap pelayanan IB
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan
36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan Rancangan pola faktorial dengan dua faktor, yaitu suhu dan lama thawing, dengan
Lebih terperinciCara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus
Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus ICS 91.100 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang
Lebih terperinciKegiatan Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal. Kepala BIB Lembang
Halaman : 1 dari 12 Kegiatan Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Diperiksa oleh LINA WIDYAWATI, SPT, MS Kasubag TU 31 Oktober 2016 Disyahkan oleh Ir. TRI HARSI, MP Kepala BIB Lembang 31 Oktober 2016 Halaman
Lebih terperinciCara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)
Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin
Lebih terperinciPanduan penggunamu. ZANKER TD4213
Anda dapat membaca rekomendasi di buku petunjuk, panduan teknis atau panduan instalasi untuk ZANKER TD4213. Anda akan menemukan jawaban atas semua pertanyaan Anda pada ZANKER TD4213 di manual user (informasi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Burung Puyuh Ciri khas burung puyuh ( Coturnix-Coturnix Japonica ) adalah bentuk badannya relatif lebih besar dari jenis burung-burung puyuh lainnya. Burung puyuh ini memiliki
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu wilayah
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Topografi Kecamatan Gisting Kecamatan Gisting Kabupaten Tanggamus merupakan salah satu wilayah pengembangan ternak yang termasuk daerah dataran tinggi terletak sekitar 700 m di
Lebih terperincilebih dari 219 juta ekor (1992) dan merupakan 63,79% dari jumlah semua unggas yang dibudidayakan di Indonesia secara nasional dengan kontribusi daging
PEMANFAATAN TEKNOLOGI IB DALAM MENUNJANG KEGIATAN PENELITIAN PADA AYAM BURAS DI BALITNAK CIAWI R. DENNY PURNAMA DAN ENDANG WAHYU Balai Penelitian Ternak, PO Box 221. Bogor 16002 RINGKASAN Perubahan yang
Lebih terperinciPengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC
Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 72-76 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC Nilawati
Lebih terperinciCara uji penetrasi aspal
SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh
Lebih terperinciBuku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif
Buku Petunjuk Pemakaian Pengering Rambut Ion Negatif NBID42 Untuk Penggunaan Rumah Tangga Mohon agar Buku Petunjuk Pemakaian ini dibaca dengan baik sebelum pemakaian, dan pakailah peralatan dengan benar.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan industri peternakan yang semakin pesat menuntut teknologi yang baik dan menunjang. Salah satu industri peternakan yang paling berkembang adalah industri
Lebih terperinciCara uji fisika - Bagian 1: Penentuan suhu pusat pada produk perikanan
Standar Nasional Indonesia Cara uji fisika - Bagian 1: Penentuan suhu pusat pada produk perikanan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciPenanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan
Standar Nasional Indonesia Penanganan induk udang windu, Penaeus monodon (Fabricius, 1798) di penampungan ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciPENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER
PENGARUH LAMA SIMPAN SEMEN DENGAN PENGENCER TRIS AMINOMETHAN KUNING TELUR PADA SUHU RUANG TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA KAMBING BOER M Fajar Agustian, M Nur Ihsan dan Nurul Isnaini Bagian Produksi Ternak,
Lebih terperinciSNI 0103:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas tisu toilet. Badan Standardisasi Nasional ICS
Standar Nasional Indonesia Kertas tisu toilet ICS 85.080.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sehingga dapat memudahkan dalam pemeliharaannya. Kurangnya minat terhadap
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kambing merupakan ternak ruminansia kecil yang dikenal di Indonesia sebagai ternak penghasil daging dan susu. Kambing adalah salah satu ternak yang telah didomestikasi
Lebih terperinciInseminasi Buatan (IB)
- J0B202.. 6 JUNI 206 dari 22. MATERI PRAKTIKUM 2 : Inseminasi Buatan (IB) 2. RUMUSAN KOMPETENSI KHUSUS ) Menjelaskan proses Inseminasi Buatan pada ternak dengan benar yang meliputi penampungan semen,
Lebih terperinciTujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.
A. WAKTU BEKU DARAH Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia. Prinsip Darah yang keluar dari pembuluh darah akan berubah sifatnya, ialah dari sifat
Lebih terperinci