DIFERENSIASI ANTARA FRASA DAN KATA MAJEMUK
|
|
- Sri Setiabudi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DIFERENSIASI ANTARA FRASA DAN KATA MAJEMUK
2
3 Haluan Sastra Budaya Vol. XXXV No. 68 Oktober 2016: 1-13 DIFERENSIASI ANTARA FRASA DAN KATA MAJEMUK Dewi Untari Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Erry Prastya J. Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Henry Sani W. Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Santi Anggraeni Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Abstrak: Frasa dan kata majemuk adalah dua jenis kelompok kata yang sulit untuk dibedakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara jelas perbedaan antara frasa dan kata majemuk. Sumber data penelitian adalah pada buku-buku referensi, sedangkan data penelitiannya adalah kelompok kata berupa frasa dan kata majemuk yang menimbulkan polemik. Sampelnya terdiri dari 10 data. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu metode simak dengan teknik pustaka dan teknik catat. Simpulannya adalah ciri-ciri yang paling menonjol bahwa data berstatus sebagai frasa yaitu bersifat renggang/longgar/terbuka, memiliki makna sebenarnya di kedua unsurnya, di antara kedua unsurnya bisa disisipkan oleh unsur lain, dan di setiap unsur mendapatkan jeda, sedangkan ciri-ciri yang paling menonjol bahwa data berstatus sebagai kata majemuk yaitu bersifat rapat/tertutup, memiliki makna yang penuh atau makna baru, di antara kedua unsurnya tidak bisa disisipkan oleh unsur lain, dan ada jeda setelah sampai pada ultima. Kata Kunci: kelompok kata, frasa, kata majemuk PENDAHULUAN Linguistik adalah ilmu tentang bahasa. Dalam linguistik murni/dasar terdapat bidang-bidang kajian, salah satunya adalah sintaksis. Menurut Kridalaksana (2008: 222), sintaksis adalah pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa. Satuan yang lebih besar dari kata tersebut antara lain: frasa, klausa, dan kalimat, sedangkan menurut Ramlan (2001: 18) sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Dalam analisis linguistik seharihari, sering terjadi tumpang tindih (overlapping) dan sulit untuk dibedakan antara frasa dengan kata majemuk karena keduanya sama-sama kelompok kata yaitu dua kata atau lebih. Konsekuensinya, perbedaan antara keduanya belum bisa dinyatakan secara tegas. Beberapa ahli linguistik juga pernah membahas perbedaan antara dua bentuk ini, namun 1 Diferensiasi Antara Frasa dan Kata Majemuk (Dewi Untari) masih tetap menimbulkan kebingungan karena tidak adanya batas yang jelas antara mana yang termasuk frasa dan mana yang termasuk kata majemuk. Menurut pendapat Sidu (2013:30) bahwa makna yang dikandung oleh frasa terdapat pada tiap-tiap unsurnya, sedangkan kata majemuk, maknanya dikandung oleh seluruh unsurnya. Unsur-unsur kata majemuk membangun satu kesatuan makna. Hal tersebut salah satu pendapat yang menyatakan pembedaan antara frasa dan kata majemuk dilihat dari segi makna. Untuk segi
4 yang lain, belum terlihat jelas perbedaan antara keduanya. Dikarenakan belum terlihat jelas perbedaan antara frasa dengan kata majemuk tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis lebih mendalam untuk menyatakan secara jelas dan tegas perbedaan antara frasa dengan kata majemuk. Dalam bukunya, Kridalaksana (2008:66) menyatakan bahwa frasa adalah gabungan dua kata atau lebih S Adik saya Frasa nominal P suka makan Frasa verbal O kacang goreng Frasa nominal Sasangka (2013:139), frasa adalah kelompok kata yang memiliki ciri: (1) derajatnya di antara kata dan klausa, (2) terdiri dari dua atau lebih kata, dan (3) setidaknya terdiri dari inti dan atribut, sedangkan menurut Sidu (2013:2122), frasa adalah satuan gramatikal atau satuan linguistik secara potensial berupa gabungan kata dan bersifat nonpredikatif yang mengisi salah satu fungsi sintaksis dalam kalimat. Frasa juga tidak berstruktur subjek-predikat atau berstruktur predikatobjek. Ciri-ciri frasa antara lain: (1) berupa kelompok kata, (2) tidak predikatif, 2 yang sifatnya tidak predikatif; gabungan itu dapat rapat, dapat renggang. Hampir sama dengan Chaer (2012:222), Chaer menyatakan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif, atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Letak perbedaanya adalah bahwa Chaer menyatakan frasa itu mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Fungsi-fungsi sintaksis tersebut menurut Chaer (2009:39) ditempati oleh kategorikategori frasa yaitu fungsi S (subjek) dan O (objek) ditempati oleh kategori frasa nominal, fungsi P (predikat) ditempati oleh kategori frasa verbal dan ajektival, fungsi Ket. (keterangan) ditempati oleh kategori frasa preposisional. Maka dari itu, frasa berdasarkan kategorinya terdiri dari frasa nominal, frasa verbal, frasa ajektival, dan frasa preposisional. Misalnya dalam contoh di bawah ini. Ket. di kamar Frasa preposisional dan (3) tidak melampui batas fungsi. Ciri lain yang nampak menurut beliau yaitu antarunsur dalam frasa masih ada kemungkinan dapat diselipi oleh unsur bahasa yang lain. Ahli lain yaitu Baehaqie (2014:5) menyatakan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua atau lebih yang keseluruhan unsurnya tidak melebihi batas fungsi atau masingmasing unsurnya tidak menduduki fungsi sintaksis sendiri-sendiri. Hal tersebut sesuai dengan Parera (2009:54-55) yang menyatakan bahwa frasa ialah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua Haluan Sastra Budaya Vol. XXXV No. 68 Oktober 2016: 1-13 kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak. Sebuah frase sekurangkurangnya mempunyai dua anggota pembentuk. Anggota pembentuk ialah bagian sebuah frase yang terdekat atau langsung membentuk frase itu. Beliau juga berpendapat bahwa frasa bisa mengalami perluasan, digambarkan secara diagramatis dalam bentuk segitiga-segi. Perluasan tersebut yakni: (1) unsur pusat diapit oleh perluasan; (2) unsur pusat didorong ke depan; an (3) unsur pusat digeser ke belakang. Menurut Khairah dan Ridwan (2014:26-27), frasa adalah satuan sintaksis yang tersusun atas dua kata atau lebih. Kontruksi frasa tidak melebihi batas fungsi, bersifat nonpredikatif, sedangkan menurut Arifin dan Junaiyah (2008: 29), frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau satu konstruksi ketatabahasaan yang terdiri atas dua kata atau lebih. Selain itu, menurut Tarigan (2009:68), frase adalah satuan linguistik yang secara potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih, yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa atau yang tidak melampaui batas subyek atau predikat, dengan kata lain sifatnya tidak predikatif. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa frasa adalah satuan lingual yang tatarannya di atas kata dan di bawah klausa yang berupa gabungan dua/lebih kata yang
5 bersifat nonpredikatif dan tidak melebihi batas fungsi dalam tataran sintaksis yang salah satu atau kedua unsur pembentuknya adalah sebagai inti. Ciri lain dari frasa yaitu dapat disisipkan dengan unsur lain di kedua unsur pembentuknya. Selain itu, frasa juga dapat diperluas. Dalam bukunya, Kridalaksana (2008:111) menyatakan bahwa kata majemuk (compound word, compositium) adalah gabungan leksem dengan leksem yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan; pola khusus tersebut membedakannya dari gabungan leksem yang bukan kata majemuk, sedangkan menurut Chaer (2012:185), komposisi adalah hasil dan proses dari penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah kontruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru. Komposisi itu ada, untuk mewadahi suatu konsep yang belum tertampung dalam sebuah kata. Maka dari itu, proses komposisi ini cukup penting dalam pembentukan dan penganyaan kosakata. Menurut Ramlan (2001:76-81) kata majemuk adalah gabungan kata yang menghasilkan suatu kata baru. Ciri kata majemuk antara lain: (1) salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata, (2) unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan, tidak disela dengan kata lain, atau tidak mungkin diubah strukturnya. Misalnya: anak buah merupakan kata majemuk, karena jika disisipkan kata dan, akan menjadi berbeda dengan arti sebelumnya. Sejalan dengan pendapat Ramlan, Sasangka (2013:105), tembung camboran/kata majemuk adalah dua kata atau lebih yang digabung, membentuk kata baru dan arti baru, sedangkan menurut Verhaar (2012: ), komposisi atau pemajemukan adalah proses morfemis yang menggabungkan dua morfem dasar 3 Diferensiasi Antara Frasa dan Kata Majemuk (Dewi Untari) (atau pradasar) menjadi satu kata, yang namanya kata majemuk atau kompaun. Komposisi selalu bersifat derivasional, tidak paradigmatik. Menurut Subroto (2013:17) kata majemuk adalah gabungan dua kata tunggal atau dua morfem dasar yang menghasilkan arti baru. Selain itu, kata majemuk tidak dapat disisipkan kata lain. Ciri lain yaitu ketika memperoleh konfiks, konfiks itu diletakkan di bagian awal dan bagian akhir kata majemuk, sedangkan menurut Subroto, dkk (1991:143), kata majemuk dapat diberi bentuk yang lain, misalnya, diberi penanda milik (-ku, -mu, -nya), afiks, bisa juga diberi kata ini, tadi di awal atau akhir kata majemuk tersebut untuk contoh pada kata majemuk tertentu. Menurut Kridalaksana (1989: ), ciri-ciri kata majemuk adalah: (1) ketaktersisipan: artinya, di antara komponenkomponen kompositum tidak dapat disisipkan apa pun; (2) ketakterluasan: artinya, komponen kompositum itu masing-masing tidak dapat diafiksasikan atau dimodifikasikan. Perluasan bagi kompositum hanya mungkin untuk semua komponennya sekaligus; (3) ketakterbalikan: artinya, komponen kompositum tidak dapat dipertukarkan. Kridalaksana (1989:104) membedakan secara jelas antara frasa dan kata majemuk. Frasa merupakan gabungan kata, bukan gabungan leksem. Sedangkan kata majemuk penggabungan dua leksem atau lebih yang membentuk kata. Berbeda dengan Kridalaksana, Parera (2007:1213) menyatakan bahwa jika tidak ada ciri-ciri yang khas yang ditemukan untuk membedakan bentuk majemuk dan frasa, maka bahasa yang bersangkutan tidak mempunyai bentuk majemuk. Ciri bentuk 4 majemuk dapat ditilik dari segi fonologi, sintaksis, dan semantik. Perbedaan antara frasa dan kata majemuk ialah keterpisahan. Bentuk majemuk tidak dapat disisipkan bentuk/kata lain diantara unsur pembentuknya, sedangkan frasa dapat dilakukan penyisipan. Ramlan (2005:138), frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Frasa memiliki dua sifat: (1) frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih; (2) frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi
6 unsur klausa, maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi untuk klausa, yaitu S (subjek), P (predikat), O (obyek), PEL (pelengkap), atau KET (keterangan). Kata majemuk menurut beliau memiliki ciri: (1) salah satu atau semua unsurnya berupa pokok kata dan (2) unsur-unsurnya tidak mungkin dipisahkan atau tidak mungkin diubah strukturnya. Menurut Sidu (2013:31-33), cara lain untuk membedakan mana bentuk frasa atau bentuk kata majemuk dengan melihat cara penulisannya. Bentuk frasa ditulis terpisah antara kata satu dengan kata yang lain, sedangkan bentuk majemuk ada yang dipisah, ada juga yang dirangkai. Penulisan kata majemuk yang dirangkai sudah dianggap padu benar namun ukuran untuk mengetahui mana kata majemuk yang sudah padu dan yang belum padu tidak ada. Misalnya bentuk matahari dianggap padu, sedangkan bentuk tanggung jawab dianggap belum padu. Jika menurut Subroto (2013:19) kata majemuk yang cenderung membeku, penulisaanya cenderung disatukan atau tidak dipisahkan. Haluan Sastra Budaya Vol. XXXV No. 68 Oktober 2016: 1-13 Baehaqie (2014:17) membedakan antara frasa dan kata majemuk dengan melihat unsur-unsurnya. Unsur-unsur pembentuk pada kata majemuk, salah satu atau keduanya merupakan satuan leksikal terikat, artinya satuan leksikal itu tidak dapat hadir sebagai kata mandiri, tetapi selalu berangkai dengan unsur leksikal lain. No 1. Ciri-ciri Ciri kontruksi 3. Ciri indivisibility Ciri fungsi Ciri suprasegmental Sedangkan frasa, unsur pembentuknya berupa satuan bebas. Jika ada frasa yang salah satu unsurnya mirip satuan terikat, satuan dalam frasa itu adalah klitika seperti ku dalam frasa klitika tulisanku. Perbedaan frasa dan kata majemuk menurut Adisumarto (1975:79-80) sebagai berikut. Frasa Kontruksi sintaksis; sifatnya longgar Melambangkan lebih dari satu pengertian Bila unsurunsurnya diuraikan, masih menunjukkan relasi arti dengan kontruksi semula. Setiap unsur mendapatkan jeda Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kata majemuk adalah penggabungan antara dua leksem yang menghasilkan leksem baru yang berbeda dari unsurunsurnya atau bersifat derivasional. Kata majemuk tidak dapat disisipi, diperluas, maupun dibalik. Selain itu, dapat disimpulkan pula bahwa perbedaan antara frasa dan kata majemuk adalah dengan melihat ciri-ciri sebagai berikut. Ciri-ciri frasa: 1. Kelompok kata 2. Kelompok itu terdiri dari inti/d dan bukan inti (atribut)/m, disebut frasa subordinatif dan ada juga yang semuanya inti, disebut frasa koordinatif. 3. Bersifat renggang/longgar/ terbuka
7 Kata Majemuk Kontruksi morfologi; Sifatnya tertutup/rapat Melambangkan satu pengertian Bila unsur-unsurnya diuraikan, hasilnya sangat berbeda dengan bentuk sebelum diuraikan. Akan merusak kontruksi. Jeda, setelah sampai pada ultima 4. Makna sebenarnya pada kedua unsurnya 5. Di antara kedua unsurnya bisa disisipkan oleh unsur lain 6. Penulisannya dipisah 7. Setiap unsur mendapatkan jeda 8. Derajatnya di atas kata dan di bawah klausa 9. Masuk dalam kajian sintaksis Ciri-ciri kata majemuk/komposisi: 1. Kelompok kata/leksem 2. Semuanya adalah inti 3. Bersifat rapat/tertutup 4. Maknanya penuh/ makna baru 5. Di antara kedua unsurnya tidak bisa disisipkan oleh unsur lain 6. Penulisannya ada yang dipisah dan ada pula yang dirangkai 7. Jeda, setelah sampai pada ultima 8. Derajatnya adalah sebagai kata 9. Masuk dalam kajian morfologi 5 Diferensiasi Antara Frasa dan Kata Majemuk (Dewi Untari) METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data penelitiannya adalah kelompok kata yang merupakan frasa dan kata majemuk yang terdapat dalam buku-buku referensi. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Sampelnya terdiri dari 10 data, sedangkan teknik pengumpulan data yaitu dengan metode simak, dengan teknik catat dan teknik pustaka. Analisis data dilakukan secara kualitatif Data 1. Kumis kucing No Frasa 1 kelompok kata, yaitu kata kumis dan kata kucing 2 (N) kumis = inti (N) kucing = penjelas Frasa nominal 3 bersifat renggang, yaitu satu-satu bisa diuraikan 4 kumis adalah bulu (rambut) yang tumbuh di atas bibir atas. kucing adalah binatang yang rupanya seperti harimau kecil; biasanya dipiara orang 5 bisa disisipi dengan milik atau nya menjadi kumis milik kucing atau kumisnya kucing 6 7 penulisan terpisah jeda di masing-masing unsurnya: kumis/ kucing/ diwujudkan dalam kalimat sebagai berikut. a. Frasa: Ketika mencium makanan yang berbau amis, kumis kucing itu bergerak-gerak. 6 dengan upaya grounded research untuk mengetahui data tersebut frasa atau kata majemuk dengan menggunakan teknik sisip. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis yang dilakukan yaitu dengan cara mengklasifikan data apakah termasuk frasa ataukah kata majemuk dengan melihat ciri-ciri pada keduanya. Berikut ini adalah analisis pada 10 data. Kata Majemuk kelompok kata, yaitu kata kumis dan kata kucing kata kumis kucing, semuanya sebagai inti bersifat rapat/tertutup kumis kucing artinya sejenis tumbuhan, merupakan makna baru kata majemuk tidak bisa disisipi kata lain, karena akan mengubah makna, misalnya *kumis milik kucing atau *kumisnya kucing penulisan terpisah ada jeda, setelah sampai pada ultima: kumis kucing/ b. Kata majemuk: Halaman Jeny tumbuh banyak kumis kucing. Haluan Sastra Budaya Vol. XXXV No. 68 Oktober 2016: 1-13 Data 2. Meja hijau No Frasa 1 kelompok kata, yaitu kata meja dan kata hijau 2 (N) meja= inti (Adj)
8 hijau =penjelas Frasa nominal 3 bersifat renggang, yaitu satu-satu bisa diuraikan 4 meja adalah perabot rumah tangga yang berbidang datar dan memiliki kaki sebgagai penyangganya. hijau adalah warna dasar yang serupa dengan warna daun. 5 bisa disisipi dengan unsur lain misalnya menjadi mejanya hijau, yang artinya meja yang berwarna hijau 6 penulisan terpisah 7 jeda di masing-masing unsurnya: meja/ hijau/ Agar terlihat lebih jelas perbedaan antara keduanya, frasa dan kata majemuk tersebut bisa diwujudkan dalam kalimat sebagai berikut. Data 3. Mata sapi No Frasa 1 kelompok kata, yaitu kata mata dan kata sapi 2 (N) mata= inti (N) sapi =penjelas Frasa nominal 3 bersifat renggang, yaitu satu-satu bisa diuraikan 4 mata adalah indra penglihat sapi adalah sejenis hewan berkaki empat Kata Majemuk kelompok kata, yaitu kata meja dan kata hijau kata meja hijau, semuanya sebagai inti bersifat rapat/tertutup meja hijau artinya pengadilan, merupakan makna baru tidak bisa disisipi jika disisipi, maka akan mengubah makna, misalnya *mejanya hijau penulisan terpisah ada jeda, setelah sampai pada ultima: meja hijau/ a. Frasa: Ibu sedang meletakkan sarapan di meja hijau. b. Kata majemuk: Tersangka itu akhirnya dibawa ke meja hijau. Kata Majemuk kelompok kata, yaitu kata mata dan kata sapi kata mata sapi, semuanya sebagai inti bersifat rapat/tertutup mata sapi artinya salah satu variasi bentuk olahan telur yang digoreng, merupakan makna baru 7 Diferensiasi Antara Frasa dan Kata Majemuk (Dewi Untari) bisa disisipi dengan unsur lain menjadi tidak bisa disisipi matanya sapi, yang artinya mata milik jika disisipi, maka akan mengubah sapi. makna, misalnya *matanya sapi penulisan terpisah penulisan terpisah jeda di masing-masing unsurnya: ada jeda, setelah sampai pada ultima: mata/ sapi/ mata sapi/ diwujudkan dalam kalimat sebagai berikut. Data 4. Tangan kanan No Frasa 1 kelompok kata, yaitu kata tangan dan kata kanan 2 (N) tangan= inti (N) kanan =penjelas Frasa nominal 3 bersifat renggang, yaitu satu-satu bisa diuraikan 4 tangan adalah anggota badan dari siku sampai ujung jari atau dari pergelangan sampai ujung jari kanan artinya arah/ sisi 5 bisa disisipi dengan unsur lain, menjadi tangan yang kanan. 6 7 penulisan terpisah Jeda di masing-masing unsurnya: tangan/ kanan/ diwujudkan dalam kalimat sebagai berikut. 8 a. Frasa: Mata sapi memiliki ukuran yang lebih besar daripada mata manusia. b. Kata majemuk: Setiap pagi, Ibu menyiapkan sarapan telur bentuk mata sapi. Kata Majemuk kelompok kata, yaitu kata tangan dan kata kanan kata tangan kanan, semuanya sebagai inti bersifat rapat/tertutup
9 tangan kanan artinya orang kepercayaan, merupakan makna baru tidak bisa disisipi jika disisipi, maka akan mengubah makna, misalnya *tangan yang kanan penulisan terpisah ada jeda, setelah sampai pada ultima: tangan kanan/ a. Frasa: Tangan kanannya terluka akibat tawuran kemarin. b. Kata majemuk: Budi menjadi tangan kanan Pak Jokowi. Haluan Sastra Budaya Vol. XXXV No. 68 Oktober 2016: 1-13 Data 5. Daun muda No Frasa 1 kelompok kata, yaitu kata daun dan kata muda 2 (N) daun= inti (Adj) muda =penjelas Frasa nominal 3 bersifat renggang, yaitu satu-satu bisa diuraikan 4 daun adalah bagian tanaman tempat mengolah makanan muda adalah belum sampai setengah umur 5 bisa disisipi menjadi daun yang muda, memiliki makna gramatikal keadaan 6 7 penulisan terpisah jeda di masing-masing unsurnya: daun/ muda/ diwujudkan dalam kalimat sebagai berikut. a. Frasa: Daun muda pada tanaman teh itu sudah siap untuk dipetik. Data 6. Buaya darat No Frasa 1 kelompok kata, yaitu kata buaya dan kata darat 2 (N) buaya= inti (N) darat =penjelas Frasa nominal 3 bersifat renggang, yaitu satu-satu bisa diuraikan 4 buaya adalah sejenis binatang melata darat adalah permukaan bumi yang padat 5 bisa disisipi dengan unsur lain menjadi buaya yang di darat. Kata Majemuk kelompok kata, yaitu kata daun dan kata muda kata daun muda, semuanya sebagai inti bersifat rapat/tertutup daun muda artinya perempuan muda, merupakan makna baru wanita atau kata majemuk tidak bisa disisipi kata lain, karena akan mengubah makna, misalnya *daunnya muda penulisan terpisah ada jeda, setelah sampai pada ultima: daun muda/ b. Kata majemuk: Pak Tono bertengkar dengan istrinya karena masalah daun muda. Kata Majemuk kelompok kata, yaitu kata buaya dan kata darat kata buaya darat, semuanya sebagai inti bersifat rapat/tertutup buaya darat artinya laki-laki yang mencintai banyak wanita, merupakan makna baru tidak bisa disisipi. jika disisipi, maka akan mengubah makna, misalnya *buaya di darat 9 Diferensiasi Antara Frasa dan Kata Majemuk (Dewi Untari) 6 7 penulisan terpisah jeda di masing-masing unsurnya: buaya/ darat/ diwujudkan dalam kalimat sebagai berikut. Data 7. Kaki tangan
10 No Frasa 1 kelompok kata, yaitu kata kaki dan kata tangan 2 (N) kaki= inti (N) tangan =inti Frasa nominal 3 bersifat renggang, yaitu satu-satu bisa diuraikan 4 kaki adalah indra penglihat tangan adalah sejenis hewan berkaki empat 5 bisa disisipi dengan unsur lain menjadi kaki dan tangan. 6 7 penulisan terpisah jeda di masing-masing unsurnya: kaki/ tangan/ diwujudkan dalam kalimat sebagai berikut. Data 8. Jago merah No Frasa 1 kelompok kata, yaitu kata jago dan kata merah 2 (N) jago= inti (Adj) merah =penjelas Frasa nominal 3 bersifat renggang, yaitu satu-satu bisa diuraikan 10 penulisan terpisah ada jeda, setelah sampai pada ultima: buaya darat/ a. Frasa: Indonesia saat ini mulai fokus pada program konservasi buaya darat. b. Kata majemuk: Pak Gino terkenal sebagai buaya darat di kantornya. Kata Majemuk kelompok kata, yaitu kata kaki dan kata tangan Kata kaki tangan, semuanya sebagai inti bersifat rapat/tertutup kaki tangan artinya orang yang diperalat orang lain untuk membantu, merupakan makna baru tidak bisa disisipi. jika disisipi, maka akan mengubah makna, misalnya *kaki dan tangan penulisan terpisah ada jeda, setelah sampai pada ultima: kaki tangan/ a. Frasa: Kaki tangannya tergores aspal jalan ketika kecelakaan lalu lintas. b. Kata majemuk: Pak Budi menjadi kaki tangan manager itu. Kata Majemuk kelompok kata, yaitu kata jago dan kata merah kata jago merah, semuanya sebagai inti bersifat rapat/tertutup Haluan Sastra Budaya Vol. XXXV No. 68 Oktober 2016: 1-13 jago adalah ayam jantan jago merah artinya api, merah artinya sejenis warna merupakan makna baru bisa disisipi dengan unsur lain menjadi tidak bisa disisipi. jago warna merah. jika disisipi, maka akan mengubah makna, misalnya *jago yang merah penulisan terpisah penulisan terpisah jeda di masing-masing unsurnya: ad jeda, setelah sampai pada ultima: jago/ merah/ jago merah/ diwujudkan dalam kalimat sebagai berikut. Data 9. Kambing hitam No Frasa 1 kelompok kata, yaitu kata kambing dan kata hitam 2 (N) kambing= inti (Adj) hitam = sejenis warna Frasa nominal 3 bersifat renggang, yaitu satu-satu bisa diuraikan 4 kambing adalah sejenis hewan berkaki empat hitam adalah sejenis warna 5 bisa disisipi dengan unsur lain menjadi kambing warna hitam yang artinya kambing berwarna hitam. 6 penulisan terpisah 7 jeda di masing-masing unsurnya: kambing/ hitam/ Agar terlihat lebih jelas perbedaan antara keduanya, frasa dan kata majemuk tersebut bisa diwujudkan dalam kalimat sebagai berikut. a. Frasa: Kambing hitam itu sering berkeliaran di sekitar rumah kami. b. Kata majemuk: Sinta menjadi kambing hitam atas kejadian kebakaran rumah milik tetangganya. a. Frasa: Budi membeli jago merah di pasar. b. Kata majemuk: Pemadam kebakaran itu belum berhasil menakhlukkan sijago merah. Kata Majemuk kelompok kata, yaitu kata kambing dan kata
11 hitam kata kambing hitam, semuanya sebagai inti bersifat rapat/tertutup kambing hitam artinya orang yang dipersalahkan, merupakan makna baru tidak bisa disisipi. jika disisipi, maka akan mengubah makna, misalnya *kambing yang hitam penulisan terpisah ada jeda, setelah sampai pada ultima: kambing hitam/ 11 Diferensiasi Antara Frasa dan Kata Majemuk (Dewi Untari) Data 10. Tanah suci No Frasa 1 kelompok kata, yaitu kata tanah dan kata suci 2 (N) tanah= inti (Adj) suci =penjelas Frasa nominal 3 bersifat renggang, yaitu satu-satu bisa diuraikan 4 tanah adalah permukaan bumi paling atas suci artinya keadaan bersih, tidak bernoda 5 bisa disisipi dengan unsur lain menjadi tanah yang suci. 6 7 penulisan terpisah jeda di masing-masing unsurnya: tanah/ suci/ diwujudkan dalam kalimat sebagai berikut. a. Frasa: Debu merupakan jenis tanah suci menurut kepercayaan umat Islam. b. Kata majemuk: Pak Jono baru pulang dari Tanah Suci. Dengan demikian, konteks kalimat sangat mendukung untuk mengetahui perbedaan mana yang termasuk frasa dan mana yang termasuk kata majemuk. Terkadang, dalam satu kalimat saja juga menimbulkan ambiguitas, maka perlu memperhatikan kalimat-kalimat sebelumnya maupun kalimat-kalimat setelahnya untuk mengetahui konteks kalimat dalam memahami sebuah teks. 12 Kata Majemuk kelompok kata, yaitu kata tanah dan kata suci kata tanah suci, semuanya sebagai inti bersifat rapat/tertutup tanah suci artinya Mekkah, merupakan makna baru tidak bisa disisipi. jika disisipi, maka akan mengubah makna, misalnya *tanah yang suci penulisan terpisah ada jeda, setelah sampai pada ultima: tanah suci/ SIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara frasa dengan kata majemuk dapat terlihat jelas di dalam data yang menimbulkan polemik tersebut di atas. Data disebut sebagai frasa jika memenuhi ci-ciri sebagai frasa, sedangkan data disebut sebagai kata majemuk jika memenuhi ciri-ciri sebagai kata majemuk. Dari 10 data tersebut di atas dibedakan secara jelas ketika berstatus sebagai frasa maupun sebagai kata majemuk. Ciriciri yang paling menonjol bahwa data berstatus sebagai frasa yaitu bersifat renggang/longgar/terbuka, memiliki makna sebenarnya di kedua unsurnya, di antara kedua unsurnya bisa disisipkan oleh Haluan Sastra Budaya Vol. XXXV No. 68 Oktober 2016: 1-13 unsur lain, setiap unsur mendapatkan jeda, sedangkan ciri-ciri yang paling menonjol bahwa data berstatus sebagai frasa yaitu bersifat rapat/tertutup, memiliki makna yang penuh/makna baru, di antara kedua unsurnya tidak bisa disisipkan oleh unsur lain, ada jeda setelah sampai pada ultima. DAFTAR PUSTAKA Adimusarto, Mukidi. (1975). Pengantar: Tata Kalimat Bahasa Jawa Ditinjau
12 Secara Deskriptif. Yogyakarta: Yayasan Penerbit F.K.S.S IKIP. Arifin, Zaenal dan Junaiyah. (2008). Sintaksis. Jakarta: Grasindo. Baehaqie, Imam. (2014). Sintaksis Frasa. Yogyakarta: Ombak. Chaer, Abdul. (2012). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. Khairah, Miftahul dan Ridwan, Sakura. (2014). Sintaksis: Memahami Satuan Kalimat Prerspektif Fungsi. Jakarta: Bumi Aksara. Kridalaksana, Harimurti. (1989). Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. Kridalakasan, Harimutri. (2011). Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Parera, Jos Daniel. (2009). Dasar-dasar Analisis Sintaksis. Jakarta: Erlangga. Ramlan. (2001). Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono. Ramlan. (2005). Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono. Sasangka, Sry Satriya Wisnu (2013). Paramasastra Gagrag Anyar Bahasa Jawa. Jakarta: Yayasan Paramalingua. Sidu, La Ode. (2013). Sintaksis Bahasa Indonesia. Kendari: Unhalu Press. Subroto, Edi. et.al, (1991). Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Jawa. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Subroto, Edi. (2013). Pemerian Morfologi Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Yuma Pressindo. Tarigan, Henry Guntur (2009). Prinsipprinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa. Verhaar, J.W.M. (2012). Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: UGM Press. Parera, Jos Daniel. (2007). Morfologi. Jakarta: Gramedia. 13
13
DIFERENSIASI ANTARA FRASA DAN KATA MAJEMUK
DIFERENSIASI ANTARA FRASA DAN KATA MAJEMUK Dewi Untari Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret e-mail: dewi.untari70@gmail.com, Erry Prastya J. Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret e-mail:
Lebih terperinciPERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA
-Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara
Lebih terperinciAlat Sintaksis. Kata Tugas (Partikel) Intonasi. Peran. Alat SINTAKSIS. Bahasan dalam Sintaksis. Morfologi. Sintaksis URUTAN KATA 03/01/2015
SINTAKSIS Pengantar Linguistik Umum 26 November 2014 Morfologi Sintaksis Tata bahasa (gramatika) Bahasan dalam Sintaksis Morfologi Struktur intern kata Tata kata Satuan Fungsi Sintaksis Struktur antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak
9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,
Lebih terperinciKATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak
KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Kumairoh Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dipnegoro Abstrak Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam
Lebih terperinciPEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI Jurnal Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
PEMAKAIAN PERPADUAN LEKSEM BAHASA INDONESIA DALAM TABLOID NOVA EDISI JULI 2012 Jurnal Publikasi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Lebih terperinciREALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN
REALISASI STRUKTUR SINTAKSIS PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA IA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA STKIP PGRI BANGKALAN TAHUN AJARAN 2016 Sakrim Surel: sakrim.madura@yahoo.com ABSTRAK Pembuktian
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna. Ujaran-ujaran tersebut dalam bahasa lisan diproses melalui komponen fonologi, komponen
Lebih terperinciPENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PENANDA KOHESI GRAMATIKAL KONJUNGSI ANTARKALIMAT DAN INTRAKALIMAT PADA TEKS PIDATO KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciRELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN
0 RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah
Lebih terperinciABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS
ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS Nuraeni, Shinta Yunita Tri. 2017. Abreviasi dalam Menu Makanan dan Minuman di Kota Semarang: Suatu Kajian Morfologis.
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran
Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemikiran Keberadaan buku teks di perguruan tinggi (PT) di Indonesia perlu terus dimutakhirkan sehingga tidak dirasakan tertinggal dari perkembangan ilmu dewasa ini.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani (Sun + tattein) yang berarti mengatur bersama-sama (Verhaar dalam Markhamah, 2009: 5). Chaer (2009: 3) menjelaskan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu aspek pengajaran yang sangat penting, mengingat bahwa setiap orang menggunakan bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiripan makna dalam suatu bentuk kebahasaan dapat menimbulkan kekacauan pada tindak berbahasa. Salah satu contoh penggunaan bentuk bersinonim yang dewasa ini sulit
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek,
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut KBBI (2003 : 588), konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORETIS
BAB 2 LANDASAN TEORETIS 2.1 Kerangka Acuan Teoretis Penelitian ini memanfaatkan pendapat para ahli di bidangnya. Bidang yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sintaksis pada fungsi dan peran.
Lebih terperinciUNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SILABUS
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS CIBIRU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SILABUS IDENTITAS MATA KULIAH 1. Nama Mata Kuliah : Kebahasaan 2. Kode Mata Kuliah : GD 306 3. Jumlah SKS : 3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya,
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Agar dapat membedakan penelitian Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya, maka penliti
Lebih terperinciPEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE
PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE Ni Made Suryaningsih Wiryananda email: nanananda41ymail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstracts This study
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat
BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sepanjang hidupnya, manusia tidak pernah terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi tersebut, manusia memerlukan sarana yang berfungsi untuk mengungkapkan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Sinonim Secara etimologi kata sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti nama dan syn yang berarti dengan. Secara harfiah sinonim berarti nama lain
Lebih terperinciANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati
ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan
Lebih terperinciPERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS. Oleh. Suci Sundusiah
PERBANDINGAN KLAUSA INTI DAN KLAUSA SEMATAN BAHASA INDONESIA DAN BAHASA INGGRIS Oleh Suci Sundusiah 1. Klausa sebagai Pembentuk Kalimat Majemuk Dalam kajian struktur bahasa Indonesia, kumpulan dua kluasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud, gagasan atau suatu ide yang ditujukan
Lebih terperinciKATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257
KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem
Lebih terperinciPengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya
Modul 1 Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya B PENDAHULUAN Drs. Joko Santoso, M.Hum. agi Anda, modul ini sangat bermanfaat karena akan memberikan pengetahuan yang memadai mengenai bentuk, pembentukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. orang lain, karena dalam menjalani kehidupan sosial manusia selalu membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Interaksi dan segala
Lebih terperinciKonjungsi yang Berasal dari Kata Berafiks dalam Bahasa Indonesia. Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro
Konjungsi yang Mujid F. Amin Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro moejid70@gmail.com Abstract Conjunctions are derived from the basic + affixes, broadly grouped into two, namely the coordinative
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sebagai sebuah sistem, bahasa
Lebih terperinciKATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL
KATA JAHAT DENGAN SINONIMNYA DALAM BAHASA INDONESIA: ANALISIS STRUKTURAL Rahmi Harahap Program Studi S-1 Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstract Research on the structural
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Morfologi Morfologi merupakan suatu cabang linguistik yang mempelajari tentang susunan kata atau pembentukan kata. Menurut Ralibi (dalam Mulyana, 2007: 5), secara
Lebih terperinciNama Binatang Sebagai Komponen Pembentuk Kompositum. Oleh Shaila Yulisar Balafif. Abstrak
1 Nama Binatang Sebagai Komponen Pem Kompositum Oleh Shaila Yulisar Balafif Abstrak Penelitian ini berjudul Nama Binatang sebagai Komponen Pem Kompositum: Kajian Morfologi dan Semantik. Metode yang digunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang dipakai oleh suatu masyarakat akan selalu berkembang sejalan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa yang dipakai oleh suatu masyarakat akan selalu berkembang sejalan dengan perkembangan kebudayaan dan peradaban bangsa yang memakai dan memiliki bahasa tersebut.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi manusia, karena dalam kehidupannya manusia tidak terpisahkan dari pemakaian bahasa. Dengan bahasa, manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya untuk media cetak, media sosial maupun media yang lainnya. Bahasa kini dirancang semakin
Lebih terperinciKAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
KAJIAN FRASA NOMINA BERATRIBRUT PADA TEKS TERJEMAHAN AL QURAN SURAT AL-AHZAB NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca
8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca dalam Tabloid Mingguan Bintang Nova dan Nyata Edisi September-Oktober 2000,
Lebih terperinciTINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA
TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA A. Deskripsi Mata Kuliah Dalam perkuliahan dibahas pengertian morfologi dan hubungannya dengan cabang ilmu bahasa lain, istilah-istilah teknis dalam morfologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia memiliki bahasa, binatang tidak memiliki bahasa (Verhaar, 2010:3).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sifat khas makhluk manusia, seperti dalam ucapan manusia memiliki bahasa, binatang tidak memiliki bahasa (Verhaar, 2010:3). Bahasa membedakan manusia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Istilah klausa dalam dunia linguistik bukanlah hal yang baru. Namun, pemerian mengenai klausa tidak ada yang sempurna. Satu sama lain pemerian klausa saling melengkapi
Lebih terperinciKedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis
Modul 1 Kedudukan dan Ruang Lingkup Sintaksis M PENDAHULUAN Joko Santoso, M.Hum. ateri-materi yang disajikan dalam Modul 1, yang berkenaan dengan kedudukan dan ruang lingkup sintaksis ini merupakan pijakan
Lebih terperinciHUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN
Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 HUBUNGAN MAKNA ANTARKLAUSA DALAM KOLOM SENO GUMIRA AJIDARMA PADA BUKU KENTUT KOSMOPOLITAN Gilang Puspasari Fathiaty Murtadlo Asep Supriyana Abstrak. Penelitian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Sejenis yang Relevan 1. Penelitian dengan judul Bentuk Frasa Pada Wacana Buku Teks Bahasa Indonesia Kelas XII SMA Karangan Dawud DKK Penerbit : Erlangga 2004 oleh
Lebih terperincipada Fakultas Sastra Universitas Andalas
NAMA-NAMA PENGGEMAR GRUP BAND DI INDONESIA TINJAUAN MORFOLOGI SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra pada Fakultas Sastra Universitas Andalas Oleh Muhammad Fadlan BP
Lebih terperinciKLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI
KLASIFIKASI EMOSIONAL DALAM UNGKAPAN BAHASA INDONESIA YANG MENGGUNAKAN KATA HATI Dita Marisa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI thasamarisa@yahoo.co.id Abstrak Penelitian dilatarbelakangi
Lebih terperinciTATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA
TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik
Lebih terperinciBENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA KATA BODOH DALAM BAHASA INDONESIA Adhenda Madarina Idzni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA KATA BODOH DALAM BAHASA INDONESIA Adhenda Madarina Idzni Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstrak Bahasa merupakan sarana yang paling penting bagi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2
54 BAB V PENUTUP A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang interferensi gramatikal bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia pada karangan siswa kelas VII SMPN 2 Bambanglipuro, Bantul, Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa
Lebih terperinciSTRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.
STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa
Lebih terperinciRELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan
RELASI TEMPORAL ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT PADA HARIAN SOLO POS EDISI APRIL 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia membutuhkan alat untuk berkomunikasi dalam masyarakat. Kalimat berperan penting sebagai wujud tuturan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sesama manusia. Penutur
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.
BAB 2 LANDASAN TEORI Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci. Pembicaraan mengenai teori dibatasi pada teori yang relevan dengan tujuan penelitian. Teori-teori yang dimaksud sebagai
Lebih terperinciHUMANIKA Vol. 21 No. 1 (2015) ISSN Kajian Deskriptif Struktural Wacana Grafiti Pada Truk Siti Junawaroh
KAJIAN DESKRIPTIF STRUKTURAL WACANA GRAFITI PADA TRUK Oleh : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro ABSTRACT This paper is entitled A Descriptive Study of Graffiti Discourse Structure on Trucks. This
Lebih terperinciRINGKASAN PENELITIAN
RINGKASAN PENELITIAN KONSTRUKSI KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI GURU-GURU SEKOLAH DASAR KABUPATEN CIAMIS OLEH DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI Penelitian yang berjudul Konstruksi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. polisemi, dan tipe-tipe hubungan makna polisemi. Hasil penelitian yang
BAB V KESIMPULAN A. Simpulan Hasil penelitian diperoleh data bahwa di dalam rubrik berita majalah Djaka Lodang terdapat penggunaan polisemi yang meliputi jenis polisemi, bentuk polisemi, dan tipe-tipe
Lebih terperinciBAHASA PEREMPUAN PADA MAJALAH FEMINA DAN SEKAR Azizah Kurnia Dewi Sastra Indonesia Abstrak
1 BAHASA PEREMPUAN PADA MAJALAH FEMINA DAN SEKAR Azizah Kurnia Dewi Sastra Indonesia Abstrak Women's language is closely related to gender. Spoken word (language) used by the women are more subtle than
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gramatikal dalam bahasa berkaitan dengan telaah struktur bahasa yang berkaitan. dengan sistem kata, frasa, klausa, dan kalimat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian dalam bidang linguistik berkaitan dengan bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis memiliki hubungan dengan tataran gramatikal. Tataran gramatikal
Lebih terperinciKOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
KOHESI DAN KOHERENSI RUBRIK BERITA MAJALAH MANDUTA TAHUN 2013-2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd.) Pada Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi
Lebih terperinciKATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro
KATA HABIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Anisa Rofikoh Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro Abstrak Bahasa adalah sarana paling penting dalam masyarakat, karena bahasa adalah salah
Lebih terperinciINFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU
INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU Oleh: Ida Satriyani Kasran Ramsi ABSTRAK Masalah pokok dalam penelitian ini adalah apa sajakah afiks infleksi dalam bahasa Kulisusu, dalam hal ini meliputi pembagian afiks
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Mempertanggungjawabkan hasil penelitian bukanlah pekerjaan mudah. Seorang penulis harus mempertanggungjawabkan hasil penelitiannya disertai data-data
Lebih terperinciTATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.
Nama : Setyaningyan NIM : 1402408232 BAB 7 TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK Makna bahasa juga merupakan satu tataran linguistik. Semantik, dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciPENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Terkait dengan kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap sebagai
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian morfosemantik istilah-istilah pertukangan kayu di Desa Lebak Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan dan pengembangan bahasa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa Indonesia sebagian besar bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Idiom berasal dari bahasa Yunani yaitu idios yang berarti khas, mandiri,
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Hakikat Idiom Idiom berasal dari bahasa Yunani yaitu idios yang berarti khas, mandiri, khusus atau pribadi. Menurut Keraf (2005:109) Idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbahasa, kita sebagai pengguna bahasa tidak terlepas dari kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam berbahasa adalah sesuatu
Lebih terperinciPENGGUNAAN BAHASA PADA PAPAN NAMA DI RUANG PUBLIK JALAN PROTOKOL JAKARTA
PENGGUNAAN BAHASA PADA PAPAN NAMA DI RUANG PUBLIK JALAN PROTOKOL JAKARTA Mutia Muqri Dendy Sugono Miftahul Khairah A. Abstrak. Penggunaan bahasa pada papan nama menarik diteliti, setiap papan nama memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan
Lebih terperinciPEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR. oleh. Nunung Sitaresmi. Abstrak
PEMAKAIAN KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM BUKU TEKS SEKOLAH DASAR oleh Nunung Sitaresmi Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pemakaian jenis kalimat bahasa Indonesia dalam buku teks Sekolah
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut. 1. Kesalahan penggunaan struktur frasa dalam karangan narasi ekspositoris siswa kelas VIII
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah
Lebih terperinciBAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS
Nama : Khoirudin A. Fauzi NIM : 1402408313 BAB VI TATARAN LINGUISTIK SINTAKSIS Pada bab terdahulu disebutkan bahwa morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut
Lebih terperinciPEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG
PEMEROLEHAN NOMINA BAHASA INDONESIA ANAK USIA 3;5 TAHUN: STUDI KASUS SEORANG ANAK DI LUBUK MINTURUN PADANG Elvina Rahayu 1, Agustina 2, Novia Juita 3 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Tinjauan pustaka memaparkan lebih lanjut tentang penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, dipaparkan konsep
Lebih terperinciAnalisis Kesalahan Berbahasa Jawa dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Ambal Tahun Pelajaran 2014/2015
Analisis Kesalahan Berbahasa Jawa dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Ambal Tahun Pelajaran 2014/2015 Oleh : Mujilestari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa moedjilestari09@gmail.com
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan
191 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian terhadap verba berafiks bahasa Jawa dalam rubrik cerita Pasir Luhur Cinatur pada majalah PS, maka diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Proses
Lebih terperinciAnalisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak
Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak Rina Ismayasari 1*, I Wayan Pastika 2, AA Putu Putra 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena bahasa itu berfungsi sebagai alat komunikasi, untuk menyatakan hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena bahasa itu berfungsi sebagai alat komunikasi, untuk menyatakan hasil pemikiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. berdasarkan konteks pemakaian dibedakan atas istilah umum, dan istilah
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melalui berbagai tahap penelitian, berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Istilah-Istilah dalam Register Fotografi pada Majalah Digital Camera ini dapat
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun gejala sosial, yang dinyatakan dalam istilah atau kata (Malo dkk., 1985:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk
Lebih terperinciPROSES MORFOLOGIS PEMAKAIAN KATA HANCUR DALAM MEDIA ONLINE
PROSES MORFOLOGIS PEMAKAIAN KATA HANCUR DALAM MEDIA ONLINE Maria Septavia Dwi Rosalina, Drs. Mujid F. Amin, M.Pd., Riris Tiani, S.S., M.Hum. Program Studi Bahasa dan Sastra Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Lebih terperinciSINTAKSIS. Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. B. KATA SEBAGAI SATUAN SINTAKSIS
SINTAKSIS Sintaksis adalah menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. A. STRUKTUR SINTAKSIS Untuk memahami struktur sintaksis, terlebih dahulu kita harus Mengetahui fungsi,
Lebih terperinci