SIMULASI PEMBUANGAN LINDI KE LAUT (SEBUAH STUDI TENTANG RENCANA PESISIR GUNUNG ANYAR SEBAGAI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SURABAYA 2015)
|
|
- Ade Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 SIMULASI PEMBUANGAN LINDI KE LAUT (SEBUAH STUDI TENTANG RENCANA PESISIR GUNUNG ANYAR SEBAGAI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH SURABAYA 0) Eko Prasetyo, Dr. Mukhtasor, Sujantoko, MT ABSTRAK Fenomena yang muncul saat musim hujan tahun 00 yaitu hujan deras yang mengguyur Surabaya Selasa (/) sore menyebabkan kolam penampung air lindi (air resapan sampah) di sekitar lahan pembuangan akhir (LPA) sampah di Benowo Surabaya meluap dan mencemari tambak milik penduduk setempat. Masuknya lindi ke tambak itu menyebabkan ikan banyak yang mabuk bahkan mati, karena tercemar air resapan sampah. Kerugian akibat pencemaran tersebut diperkirakan puluhan juta rupiah. Sehingga saat ini Pemerintah Kota Surabaya berencana memindahkan TPA Benowo ke Pesisir Rungkut pada tahun 0. Pemilihan lokasi TPA baru tersebut selain harus mengacu pada arahan RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah) Surabaya 0, juga harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu sehingga sampah atau limbah yang dibuang di lokasi tersebut tidak akan mencemari lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, untuk meminimalisasi pencemaran maka pemilihan lokasi TPA pun menjadi persyaratan penting. Setelah dilakukan penelitian disimpulkan bahwa kondisi oseanografi Pesisir Rungkut sebelum di bangun TPA adalah secara umum arus dan gelombang sangat mendukung terjadinya pengenceran polutan (material cair) jika masuk ke Perairan Rungkut. Sirkuasi arus dan siklus pasang surut dapat dimanfaatkan dalam perancangan Ocean Outfall, yaitu sebuah fasilitas pembuangan limbah dari darat ke laut. Pola sebaran material (polutan) Pesisir Rungkut dalam menerima beban pencemaran dari darat setelah dibangun TPA secara umum (pada musim hujan) bergerak dari Pesisir Rungkut dengan kecepatan 0, m/dt menuju ke Utara dan Timur Laut melemah hingga 0.0 m/dt di pelabuhan Tanjung Perak. Jika terjadi luapan material (polutan) di Pesisir Rungkut maka daerah wisata Kenjeran hingga Pelabuhan Tanjung Perak akan merasakan dampaknya. Sedangkan pada saan musim kemarau pola sirkulasi arus beserta material yang dibawanya secara umum bergerak dari Pesisir Rungkut dengan kecepatan, m/dt menuju ke Selatan dan Tenggara melemah hingga 0. m/dt di perairan Sidoarjo dan Pasuruan.Strategi pengendalian pencemaran pantai yang dapat dilakukan dengan menjamin kualitas lingkungan dengan adanya TPA di lokasi tersebut merupakan syarat mutlak. Setidaknya dapat meminimalkan dampak. Strategi pengendalian pencemaran dapat disiasati dalam aspek yaitu aspek teknis & teknologi, aspek transportasi/aksesibilitas, aspek kebutuhan prasarana/sarana dan utilitas dan aspek ekologi/lingkungan. Kata kunci: studi, pola arus, strategi, pencemaran, kondisi oseanografi, TPA, pesisir rungkut Pendahuluan Saat ini Pemerintah Kota Surabaya berencana memindahkan TPA Benowo ke pesisir pantai Rungkut pada tahun 0. Berbagai persiapan mulai dilakukan, diantaranya menyiapkan studi kelayakan, konsep pengelolaan sampah sampai dengan rencana membuang lindi sampah ke laut. Pemilihan lokasi TPA baru tersebut selain harus mengacu pada arahan RTRW (Rencana Tata Ruang dan Wilayah) Surabaya 0, juga harus memenuhi beberapa persyaratan tertentu sehingga sampah atau limbah yang dibuang di lokasi tersebut tidak akan mencemari lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, untuk meminimalisasi pencemaran maka pemilihan lokasi TPA pun menjadi persyaratan penting. Sehingga sebelum dijadikan tempat pembuangan sampah akhir Surabaya perlu dilakukan identifikasi di berbagai sektor. Diantaranya termasuk menyiapkan perencanan yang tepat dalam menetukan desain saluran lindi sebelum di buang ke laut. Juga menyiapkan rekomendasi pengendalian beban pencemaran sampah di lingkungan pesisir dalam mendukung terwujudnya pembangunan kawasan ekowisata di pesisir Rungkut. Lokasi Penelitian Lokasi/daerah yang diteliti adalah daerah Rungkut di perairan Timur Surabaya yang terletak pada koordinat LS dan 0 BT sampai 0 LS dan 0 BT. Lokasi peneliltian dapat dilihat pada gambar berikut ini : ISBN ---- A-
2 Lokasi Lokasi Penelitian (Bappeko Surabaya, 00, diolah) Alur penelitian Alur penelitian yang akan digunakan adalah sebagai berikut : Mulai Studi pustaka dan kajian teori Pemodelan numerik Pemodelan pola arus (RMA) dan sebaran polutan Analisa pola arus (RMA) dan sebaran polutan (RMA) Strategi pengendalian Kesimpulan Diagram Alir Penelitian Pemodelan numerik pemodelan numerik pola sebaran material/polutan. RMA merupakan input dari Pemodelan numerik dilakukan menggunakan RMA, sehingga sebelum running RMA, model dua dimensi yaitu RMA untuk running RMA dilakukan terlebih dahulu. pemodelan numerik pola arus dan RMA untuk A-0 Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 00
3 Alur pemodelan Mulai Kontur bathimetri digital Pembentukan file geometri INPUT DATA Bathimetri, hasil survei pasang surut dan debit Pemodelan pola arus (run RMA) Tidak sesuai Kalibrasi Sesuai Run RMA untuk skenario model Run RMA untuk skenario model Sebaran material polutan Diagram Alir Pemodelan RMA dan RMA Skenario model Pemodelan dilakukan skenario model, yaitu:. Pembuatan saluran ke laut. Pembuatan saluran ke sungai. Pembuatan outfall: a. 0 m dari garis pantai b. 0 m dari garis pantai ISBN ---- A-
4 Skenario Model, Pembuatan Saluran ke Laut Skenario Model, Pembuatan Saluran ke Sungai A- Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 00
5 Skenario Model a, Pembuatan Outfall Sejauh 0 m dari Garis Pantai Skenario Model a, Pembuatan Outfall Sejauh 0 m dari Garis Pantai Input model Input data yang digunakan dalam model dua dimensi adalah peta bathimetri, pasang surut dan debit sungai. Peta bathimetri yang digunakan adalah peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) Kwanyar tahun yang dikeluarkan oleh Bakosurtanal. Sedangkan input pasang surut yang digunakan adalah peramalan pasang surut untuk Karang Kleta (Surabaya Timur) - Pebruari 00 yang dikeluarkan oleh Jawatan Hidrooseanografi TNI AL. Untuk input debit sungai, digunakan debit hasil pengukuran Bapeko Surabaya tahun 00. ISBN ---- A-
6 Terdapat lima sungai yang diinputkan debitnya dalam pemodelan, yaitu: Sungai Wonokromo, Sungai Wonorejo, Sungai Kebonagung, Sungai Kalirungkut dan Sungai Kalibuntung. Input debit lindi pada RMA adalah BOD, Pb dan Cu dan konsentrasinya dibedakan untuk musim hujan dan musim kemarau. Debit sungai rata-rata untuk musim hujan dan kemarau tahun 00 No. Nama Saluran Debit (m /s) Musim Hujan Musim Kemarau. Sungai Wonokromo 0.. Sungai Wonorejo.. Sungai Kebonagung 0.. Sungai Kalirungkut... Sungai Kalibuntung. Sumber: Bapeko Surabaya, 00 Konsentrasi lindi untuk musim hujan dan musim kemarau tahun 00 di penampungan lindi TPA Benowo Surabaya No. Material Lindi Konsentrasi (mg/l) Musim Hujan Musim Kemarau. BOD... Pb Cu Sumber: Bapeko Surabaya, 00 HASIL DAN PEMBAHASAN Simulasi Pemodelan sebaran polutan BOD musim kemarau dengan pembuatan saluran lindi ke laut TS TS 0 Hasil Simulasi Sebaran BOD pada Musim Kemarau pada time step ke- dan time step ke-0 Simulasi Pemodelan sebaran polutan BOD musim kemarau dengan pembuatan saluran lindi ke sungai A- Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 00
7 TS TS 0 Hasil Simulasi Sebaran BOD pada Musim Kemarau pada time step ke- dan time step ke-0 Simulasi Pemodelan sebaran polutan BOD musim kemarau dengan pembuatan outfall sejauh 0 meter TS TS 0 Hasil Simulasi Sebaran BOD pada Musim Kemarau pada time step ke- dan time step ke-0 Simulasi Pemodelan sebaran polutan BOD musim kemarau dengan pembuatan outfall sejauh 0 meter ISBN ---- A-
8 TS TS 0 Hasil Simulasi Sebaran BOD pada Musim Kemarau pada time step ke- dan time step ke-0 Perbandingan Persentase Kenaikan Tingkat Konsentrasi BOD Musim Kemarau Antar Skenario Pemodelan Titik Musim Kemarau % % a % b %,,%,0,%,0,0%,0,%,,%,0,%,0,0%,,%,0,0%,00,%,,%,,%,0,0%,,0%,,0%,0 0,%,00 0,0%,0,%,00 0,%,000 0,0%,0,%,,%,0,%,0,0%,,%,0,%,0,0%,,%,0,%,,%,,%,,%,0,0%,0,0%,,0%,0,%,,%,0,%,,%,00,0% Keterangan: : Skenario pembuatan saluran ke laut : Skenario pembuatan saluran ke sungai a : Skenario pembuatan outfall sejauh 0 m b : Skenario pembuatan outfall sejauh 0 m Baku mutu BOD : mg/l Pada semua titik tinjau tidak menampakkan kondisi lingkungan yang melebihi batas baku mutu (kondisi sehat). Namun kenaikkan konsentrasi yang paling buruk terjadi pada skenario (pembuatan saluran ke laut) dengan nilai kenaikan rata-rata konsentrasi BOD pada musim kemarau sebesar.0% mg/l atau.0%. Sedangkan yang paling baik adalah skenario b (pembuatan outfall sejauh 0 m) dengan nilai kenaikan rata-rata konsentrasi output BOD sebesar. mg/l atau.%. KESIMPULAN Dengan membandingkan persentase kenaikan tingkat konsentrasi BOD, Pb dan Cu pada musim hujan dan musim kemarau antar skenario-skenario pemodelan maka skenario membuang lindi melalui saluran ke laut menempati hasil output yang paling buruk. Selanjutnya hasil yang lebih baik adalah skenario membuang lindi melalui saluran ke sungai dan melalui saluran outfall yang berjarak 0 meter dari garis pantai. Sedangkan skenario pembuangan lindi melalui saluran outfall yang A- Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 00
9 berjarak 0 meter dari garis pantai merupakan skenario yang paling baik. Seperti terlihat pada hasil pemodelan BOD, Pb dan Cu pada musim kemarau, nilai BOD di titik tinjau (paling dekat dengan pusat lindi) di skenario pembuangan lindi melalui saluran ke laut dan sungai melebihi ambang batas yang disyaratkan. Hal ini memberikan gambaran bahwa di daerah pantai Surabaya Timur akan tercemari oleh zat-zat tersebut di atas. Karena sudah melampaui ambang batas baku mutu yang dipersyaratkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Hasil pemodelan pada musim penghujan menunjukkan output yang memenuhi kriteria lingkungan yang dipersyaratkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup tahun 00 yang dapat berdampak buruk terhadap organisme yang ada di daerah sekitar pembuangan. Menurut Sutrisno et al. () timbal/timah hitam (Pb) dan persenyawaannya adalah beracun. Pb cenderung untuk berakumulasi dalam tubuh (sistem syaraf). Sifat racun ini dapat disebabkan karena timbal merupakan penghambat yang kuat terhadap reaksi-reaksi enzim. Begitu pula dengan tembaga (Cu) dalam jumlah besar dapat menyebabkan rasa tidak enak di lidah, selain dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Konsentrasi Cu.-.0 ppm dalam badan perairan dapat membunuh ikan (Jakickins et al., 0; Bryan, ; Resch et al., dalam Palar, ). Selanjutnya Palar () juga menyatakan bahwa konsentrasi Pb yang mencapai mg/l dapat membunuh ikanikan.dengan demikian, apakah kita harus menghentikan dan melarang pembuangan limbah ke laut? Bishop () menyatakan bahwa jawaban yang tepat adalah tidak, tetapi dengan syarat. Ditambahkan oleh Mukhtasor (00) bahwa laut tidak sekedar sebagai tempat pembuangan limbah akan tetapi dikelola dengan mengendalikan jenis dan besaran polutan yang boleh dan tidak boleh dibuang ke laut dengan memperhatikan sifat polutan, dampaknya terhadap lingkungan, kesesuaian kondisi lokasi, cara pembuangannya dan persyaratan relevan lainnya. Materi pencemar yang biasanya terbentuk atau hadir (turunan sampah) di lingkungan sekitar TPA yaitu air lindi (leachate), gas landfill, sampah yang terbawa angin, dan organisme hidup seperti tikus, cacing, dan serangga (yang merupakan vektor pembawa penyakit). Air lindi didefinisikan sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan pada timbunan sampah. Dalam kehidupan sehari-hari, air lindi ini dapat dianalogikan seperti seduhan air teh. Air lindi membawa materi tersuspensi dan terlarut yang merupakan produk dari degradasi sampah. Komposisi air lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di daerah TPA dan kondisi spesifik tempat pembuangan tersebut. Pengolahan air lindi sebelum dibuang ke laut adalah mutlak dilakukan. Hal ini merupakan strategi utama dalam meminimalkan dampak pencemaran lindi di periaran Rungkut setelah dibangun TPA. Pendekatan pengelolaan lindi secara umum adalah seperti yang ditampilkan sebagai berikut : Skema Pendekatan Untuk Pengolahan Lindi (Tchobanoglous,) Dalam pengolahan lindi yang dihasilkan dari proses dekomposisi dalam landfill, jika penanganan dengan suatu langkah baru yaitu dengan mengolah lindi baru kemudian dibuang. Sedangkan untuk ISBN ---- A-
10 pengelolaan lindi pada kondisi eksisting perlu dilakukan troubleshooting dengan melakukan review terhadap teknologi dan pengoperasian unit pengolah lindi. Lindi yang sudah diolah di dalam suatu instalasi pengolahan, dapat dibuang ke badan air penerima tanpa resiko pencemaran terhadap lingkungan perairan. Pemilihan rangkaian pengolahan lindi, ditentukan berdasarkan karakteristik serta volume produksi lindi yang dihasilkan. Selain itu juga harus mempertimbangkan kualitas produk yang harus dicapai untuk efluen pengolahan lindi sehingga dapat dibuang ke badan air penerima tanpa mencemari badan air tersebut. Terjaminnya kualitas lingkungan dengan adanya TPA di lokasi tersebut merupakan syarat mutlak. Karena bila hal ini tidak diperhatikan akan menimbulkan gejolak sosial diantaranya, misalkan bila air lindi mencemari tambak-tambak maupun menimbulkan bau di lingkungan sekitar maka akan terjadi keributan pada masyarakat yang mengalaminya. Akibatnya bisa fatal, awalnya mungkin hanya menutup jalur utama atau jalan menuju lokasi tetapi lama kelamaan mereka akan menutup lokasi TPA dengan berbagai cara. Untuk mengantisipasi terhadap kemungkinan timbulnya gejolak sosial yang disebabkan oleh dampak negatif pengolahan sampah (dari kegiatan pengangkutan hingga pembuangan ke TPA) terhadap lingkungan, maka perlu direncanakan hal-hal sebagai berikut: a. Membangun buffer zone di sekitar lokasi TPA untuk mengeliminir bau yang timbul karena hembusan angin ke arah permukiman penduduk, walaupun jarak terdekat antara permukiman dengan TPA baru sudah terlampau (lebih dari 00 m). b. Untuk menghindari pencemaran air tanah dan air sumur, maka pada bak-bak penampungan sampah dilapisi oleh geotextile. c. Teknologi yang diterapkan seyogyanya adalah perpaduan dari beberapa teknologi yang cocok dilakukan di Indonesia khususnya di Surabaya. Pemilihan Sanitary landfill dipadu dengan adanya Pemilahan dan Pengomposan diharapkan bisa mengatasi masalah sampah di Surabaya. Dengan catatan landfill yang digunakan harus benar-benar sesuai dengan yang direncanakan dan dilaksanakan sehingga bisa mengubah paradigma sekarang bahwa landfill yang dilakukan pasti hanyalah sebuah teori yang pada kenyataannya berubah fungsi menjadi Open Dumping. Hal ini tidak hanya terjadi di Surabaya tetapi hampir semua kota yang direncanakan menggunakan Sanitary landfill pada akhirnya menjadi Open Dumping. Keterbatasan pemodelan yang hanya dilakukan selama 0 jam atau hari, kemungkinan akan memberikan hasil yang berbeda dengan simulasi dengan waktu yang lebih lama. Kondisi perairan akan semakin buruk dengan meningkatnya jumlah dan konsentrasi pembuangan limbah yang terus bertambah tiap tahunnya. Oleh sebab itu strategi pengendalian pencemaran yang tepat adalah melakukan pengolahan air lindi samapi pada kondisi yang ramah lingkungan. Selanjutnya lindi yang sudah diolah namu tidak dapat tertampung lagi dalam bak pengolah lindi dapat dibuang melaui saluran outfall yang berjarak 0 meter dari garis pantai (hasil pemodelan terbaik). Setidaknya melakukan pengondisian air lindi sebelum dibuang ke laut, yaitu dengan pengenceran air lindi sampai dengan konsentrasi seperti saat musim hujan. DAFTAR PUSTAKA EIFAC, 0. Water Quality Criteria For Europian Freshwater Fish. FAO of The United Nations, Rome.p EIFAC, 0. Water quality Criteria For European Freshwater Fish. FAO of The United Nations, Rome. p. FAO,. Pollution An International Problem For Fisheries. Fishery Resources Division, Rome. p. Hamidah, 0. Pengaruh Logam Berat Terhadap Lingkungan dalam Pewarta Oseana, No: /VI, LON, Jakarta. Hlm. -. Ikhwani, H.. Pencemaran laut (Hand Out). Hlm. -. Mukhtasor, 00. Pencemaran Pesisir Dan laut. Hlm. -. Sanusi, Harpasis. S. 0. Sifat-sifat Logam Berat Merkuri Di Lingkungan Perairan Tropis. Pusat Studi Pengelolaan Sumber Daya Dan Lingkungan, Fakultas Perikanan IPB, Bogor. p. Paul. L. Bishop,. Marine Pollution And Its Control. University Of New Humpshire, p. Portmann, J, E,. Manual And Methods In Aquatic Environment Research. Part, FAO Of The United Nations, Rome. p. Wardoyo, Supomo T. H,. Analisa Dampak Suatu Proyek Terhadap Kualitas Air. Training ANDAL PPLH-UNDP- PUSDI.PSL, IPB. Bogor, Hlm. 0. A- Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Prasarana Wilayah 00
ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON
ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON OLEH : CAROLUS NIRAHUA NRP : 000 PROGRAM PASCASARJANA BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MANAJEMEN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laut Indonesia sudah sejak lama didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama pemanfaatan sumberdaya hayati seperti ikan maupun sumberdaya non hayati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Batam merupakan salah satu kota di Propinsi Kepulauan Riau yang perkembangannya cukup pesat yang secara geografis memiliki letak yang sangat strategis karena
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dalam penelitian ini bersumber dari instansi yang terkait dengan penelitian, melaksanakan observasi langsung di Tempat Pembuangan
Lebih terperinciPERMODELAN SEBARAN SUHU, SEDIMEN, TSS DAN LOGAM
PERMODELAN SEBARAN SUHU, SEDIMEN, TSS DAN LOGAM 1. Daerah dan Skenario Model Batimetri perairan Jepara bervariasi antara 1 meter sampai dengan 20 meter ke arah utara (lepas pantai). Secara garis besar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beberapa waktu yang lalu kita mendengar berita dari koran ataupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beberapa waktu yang lalu kita mendengar berita dari koran ataupun televisi bahwa kali Surabaya mengalami pencemaran yang cukup parah, terutama saat musim kemarau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas kehidupan yang sangat tinggi yang dilakukan oleh manusia ternyata telah menimbulkan bermacam-macam efek yang buruk bagi kehidupan manusia dan tatanan lingkungan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. awal sampai akhir penelitian. Pada tahapan penelitian ini diawali dengan
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Tahapan penelitian mencakup langkah - langkah pelaksanaan penelitian dari awal sampai akhir penelitian. Pada tahapan penelitian ini diawali dengan tinjauan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus mendapat penanganan dan pengolahan sehingga tidak menimbulkan dampak yang membahayakan. Berdasarkan
Lebih terperinciVI. EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN SELAT RUPAT
77 VI. EVALUASI TINGKAT PENCEMARAN MINYAK DI PERAIRAN SELAT RUPAT Abstrak Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil di Selat Malaka yang terletak di antara pesisir Kota Dumai dangan Pulau Rupat. Berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fasilitas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia timbul berbagai masalah yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai akibat dari perkembangan penduduk, wilayah pemukiman, dan fasilitas perkotaan di beberapa kota besar di Indonesia timbul berbagai masalah yang berhubungan
Lebih terperinciTugas Akhir Pemodelan Dan Analisis Kimia Airtanah Dengan Menggunakan Software Modflow Di Daerah Bekas TPA Pasir Impun Bandung, Jawa Barat
BAB V ANALISIS DATA 5.1 Aliran dan Pencemaran Airtanah Aliran airtanah merupakan perantara yang memberikan pengaruh yang terus menerus terhadap lingkungan di sekelilingnya di dalam tanah (Toth, 1984).
Lebih terperinciBAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA
DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan sisa-sisa aktivitas manusia dan lingkungan yang sudah tidak diinginkan lagi keberadaannya. Sampah sudah semestinya dikumpulkan dalam suatu tempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembangunan di beberapa negara seperti di Indonesia telah memicu berbagai pertumbuhan di berbagai sektor seperti bidang ekonomi, sosial dan budaya.
Lebih terperinciStudi Peningkatan Kinerja Ocean Outfall pada Pembuangan Limbah Cair di Wilayah Pesisir
Jihannuma Adibiah Nurdini 4308 100 049 Dosen pembimbing: Prof. Mukhtasor, M.Eng, Ph.D Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc Studi Peningkatan Kinerja Ocean Outfall pada Pembuangan Limbah Cair di Wilayah Pesisir Teknik
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Timur. Letak tersebut berada di Teluk Lampung dan diujung selatan pulai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada kedudukan 5 0 20 sampai dengan 5 0 30 lintang Selatan dan 105 0 28 sampai dengan 105 0 37 bujur Timur.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Sampah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia. Di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampah di TPA umumnya masih menggunakan metode open dumping, seperti pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah adalah tempat mengkarantinakan sampah atau menimbun sampah yang diangkut dari sumber sampah sehingga tidak mengganggu lingkungan.
Lebih terperinciUntuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan
BAB IV PEMODELAN MATEMATIKA PERILAKU SEDIMENTASI 4.1 UMUM Untuk mengkaji perilaku sedimentasi di lokasi studi, maka dilakukanlah pemodelan matematika dengan menggunakan bantuan perangkat lunak SMS versi
Lebih terperinciSadri 1 1 Dosen Politeknik Negeri Pontianak.
PERBANDINGAN TINGKAT SEDIMENTASI ANTARA KONDISI EKSISTING DENGAN ALTERNATIF KONDISI LAINNYA PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) PEMANGKAT KALIMANTAN BARAT Sadri 1 1 Dosen Politeknik Negeri Pontianak cadrie_kobar@yahoo.com
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan. keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam merupakan bagian penting bagi kehidupan dan keberlanjutan manusia serta makhluk hidup lainnya. Namun dalam pemanfaatannya, manusia cenderung melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia
Lebih terperinciKRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA
Lampiran IV : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 01 Tahun 2009 Tanggal : 02 Februari 2009 KRITERIA, INDIKATOR DAN SKALA NILAI FISIK PROGRAM ADIPURA NILAI Sangat I PERMUKIMAN 1. Menengah
Lebih terperinciPRESENTASI SEMINAR TUGAS AKHIR
PRESENTASI SEMINAR TUGAS AKHIR OLEH : FIQYH TRISNAWAN WICAKSONO 4309 100 073 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Widi Agus Pratikto, M.Sc, Ph.D NIP. 195308161980031004 Dan Suntoyo, ST., M.Eng, Ph.D. NIP. 197107231995121001
Lebih terperinciBAB IV DASAR PERENCANAAN
BAB IV DASAR PERENCANAAN IV.1. Umum Pada bab ini berisi dasar-dasar perencanaan yang diperlukan dalam merencanakan sistem penyaluran dan proses pengolahan air buangan domestik di Ujung Berung Regency yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992
LAMPIRAN III UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992 TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN Pasal 1 (1.1) Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan kegiatan industri, pariwisata, agribisnis, agroindustri, permukiman, transportasi, dan pelabuhan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia Sehat 2010 yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya
Lebih terperinciKAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG BATU, JEPARA
JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 3, Nomor 3, Tahun 2014, Halaman 357-365 Online di : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jose KAJIAN POLA SEBARAN PADATAN TERSUSPENSI DAN UNSUR LOGAM BERAT DI TELUK UJUNG
Lebih terperinciJurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 2. No. 4, Desember 2011: ISSN :
Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 2. No. 4, Desember 2011: 97-105 ISSN : 2088-3137 Distribusi Logam Berat Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) dalam Air dan Sedimen di Perairan Pulau Bunguran, Kabupaten Natuna,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir
BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir dapat dilihat pada diagram alir berikut: 74 dengan SMS Gambar 3.1 Diagram
Lebih terperincidari tumpahan minyak-minyak kapal.akibatnya, populasi ikan yang merupakan salah satu primadona mata pencaharian masyarakat akan semakin langka (Medan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Republik Indonesia berupa perairan laut yang letaknya sangat strategis. Perairan laut Indonesia dimanfaatkan sebagai sarana perhubungan lokal maupun Internasional.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara yang berada di wilayah pesisir dan memiliki potensi sumberdaya pesisir laut sangat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA 5.1. KESIMPULAN Kawasan Strategis Pantai Utara yang merupakan Kawasan Strategis Provinsi DKI Jakarta sesuai
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum perkembangan jumlah penduduk yang semakin besar biasanya disertai dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan tersebut membawa
Lebih terperinciPEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA
PEMODELAN PREDIKSI ALIRAN POLUTAN KALI SURABAYA oleh : Arianto 3107 205 714 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah Sungai Kali Brantas mempunyai luas cacthment area sebesar 14.103 km 2. Potensi air permukaan
Lebih terperinciPengaruh Sistem Open Dumping terhadap Karakteristik Lindi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Air Dingin Padang
Pengaruh Sistem Open Dumping terhadap Karakteristik Lindi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Air Dingin Padang Puti Sri Komala, Novia Loeis Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Andalas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk
Lebih terperinciPENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia
PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air
Lebih terperinciPENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR
PENENTUAN SEBARAN DAN KANDUNGAN UNSUR KIMIA KONTAMINASI LIMBAH CAIR BAWAH PERMUKAAN DI TPA CAHAYA KENCANA, KABUPATEN BANJAR Dievy Prastika Putri 1 Sri Cahyo Wahyono 1 Tetti Novalina Manik 1 Tempat Pembuangan
Lebih terperinciPERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab.
PERBEDAAN KUALITAS AIR LINDI SEBELUM DAN SESUDAH PENGOLAHAN DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (Studi Kasus TPA Sampah Botubilotahu Kec. Marisa Kab. Pohuwato) SUMARRY Ningsih Lasalutu Nim : 811409098 Jurusan Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup, sehingga keberadaan air dalam jumlah yang cukup mutlak diperlukan untuk menjaga keberlangsungan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lautan merupakan daerah terluas yang menutupi permukaan bumi, sekitar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lautan merupakan daerah terluas yang menutupi permukaan bumi, sekitar 71% permukaan bumi merupakan perairan. Oleh karena itu, dapat menyebabkan fungsi ekologis dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS dan 105º10-105º22 BT, mempunyai berbagai permasalahan yang berkaitan dengan karakteristik wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I- 1
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perkembangan penduduk daerah perkotaan yang sangat pesat dewasa ini tidak terlepas dari pengaruh dorongan berbagai kemajuan teknologi, transportasi, dan sebagainya.
Lebih terperinciPENGELOLAAN PERSAMPAHAN
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas
Lebih terperinciANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU
ISSN 2085-0050 ANALISIS TEMBAGA, KROM, SIANIDA DAN KESADAHAN AIR LINDI TPA MUARA FAJAR PEKANBARU Subardi Bali, Abu Hanifah Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau e-mail:
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.791 km (Supriharyono, 2007) mempunyai keragaman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persampahan merupakan isu penting khususnya di daerah perkotaan yang selalu menjadi permasalahan dan dihadapi setiap saat. Akibat dari semakin bertambahnya jumlah
Lebih terperinciA. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya
Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembangunan semakin meningkat akibat semakin meningkatnya kebutuhan manusia. Hal ini menyebabkan aktivitas manusia dari waktu ke waktu terus bertambah dan
Lebih terperinciKAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PERKOTAAN (Studi Kasus Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Jatibarang)
KAJIAN PENGELOLAAN LIMBAH PERKOTAAN (Studi Kasus Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Jatibarang) M. Debby Rizani Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir
BAB III METODOLOGI III - 1 BAB III METODOLOGI 3.1 Diagram Alir Penyusunan Laporan Tugas Akhir Langkah-langkah secara umum yang dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini dapat dilihat pada diagram alir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi
Lebih terperinciInfrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat
Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat Direktorat Pengembangan PLP Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat APA YANG DISEBUT SANITASI?? Perpres 185/2014
Lebih terperinciI.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya.
BAB I PENDAHULUAN I.1.1 Latar Belakang Pencemaran lingkungan merupakan salah satu faktor rusaknya lingkungan yang akan berdampak pada makhluk hidup di sekitarnya. Sumber pencemaran lingkungan diantaranya
Lebih terperinciBAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
186 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Secara umum suhu air perairan Teluk Youtefa berkisar antara 28.5 30.0, dengan rata-rata keseluruhan 26,18 0 C. Nilai total padatan tersuspensi air di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tambah kecuali sekedar mempermudah sistem pembuangan. adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (ouput).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Limbah tersebut dapat
Lebih terperinci1.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bekasi, adalah sebuah kota di Provinsi Jawa Barat yang terletak di sebelah timur Jakarta. Batas administratif Kota bekasi yaitu: sebelah barat adalah Jakarta, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Sibolga yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan
Lebih terperinci2 secarakimia, fisika, biologi, dan/atau secara termal. Daur ulang (recycle) Limbah B3 merupakan kegiatan mendaur ulang yangbermanfaat melalui proses
No.5617 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik LINGKUNGAN HIDUP. Limbah. Bahan Berbahaya. Beracun. Pengelolaan. Pencabutan.Indonesia Tahun 2014 Nomor 333) PENJELASAN ATAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa permasalahan lingkungan.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang merupakan salah satu DAS pada DAS di Kota Bandar Lampung. Lokasi penelitian
Lebih terperinciBAB. II TINJAUAN PUSTAKA
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Keadaan Teluk Youtefa Teluk Youtefa adalah salah satu teluk di Kota Jayapura yang merupakan perairan tertutup. Tanjung Engros dan Tanjung Hamadi serta terdapat pulau Metu Debi
Lebih terperinciKATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN
KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih dioperasikan secara open dumping, yaitu sampah yang datang hanya dibuang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah merupakan permasalahan cukup pelik yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia. Begitu pula dengan di Indonesia terutama di kota besar dan metropolitan, masalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 %
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang semakin meningkat pada setiap tahunnya.berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2015),
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Galuga berada di wilayah dengan curah hujan yang cukup tinggi, yakni sebesar 287,5 mm/bulan menyebabkan TPA sampah ini mampu menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Secara alamiah, hubungan timbal balik tersebut terdapat antara manusia sebagai individu dan manusia sebagai
Lebih terperinciTPST Piyungan Bantul Pendahuluan
TPST Piyungan Bantul I. Pendahuluan A. Latar belakang Perkembangan teknologi yang semakin maju dan kemegahan zaman mempengaruhi gaya hidup manusia ke dalam gaya hidup yang konsumtif dan serba instan. Sehingga
Lebih terperinciBencana Baru di Kali Porong
Bencana Baru di Kali Porong Pembuangan air dan Lumpur ke Kali Porong menebarkan bencana baru, air dengan salinitas 38/mil - 40/mil akan mengancam kualitas perikanan di Pesisir Porong. Lapindo Brantas Inc
Lebih terperinciANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA
ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA Ayu Kumala Novitasari 1) dan Eddy Setiadi Soedjono 1 1) Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo,
Lebih terperinciPengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum
Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya * email:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Proses adsorpsi antar partikel tersuspensi dalam kolom air terjadi karena adanya muatan listrik pada permukaan partikel tersebut. Butir lanau, lempung dan koloid asam
Lebih terperinci4/12/2009. Water Related Problems?
DRAINASE PENDAHULUAN Permasalahan dan Tantangan Water Related Problems? Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota dapat menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan. Salah satu efek negatif tersebut adalah masalah lingkungan hidup yang disebabkan
Lebih terperinci- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 0000 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Lebih terperinciPEDOMAN PENERAPAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN PADA SUMBER AIR
Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 01 Tahun 2010 Tanggal : 14 Januari 2010 PEDOMAN PENERAPAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN PADA SUMBER AIR I. LATAR BELAKANG Daya tampung beban
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan industri mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat menciptakan lapangan kerja. Akan tetapi kegiatan industri sangat potensial untuk menimbulkan dampak
Lebih terperinciSummary. Uji Kadar Kualitas Lindi TPA Sampah Regional Taluelito Kabupaten Gorontalo
Summary Uji Kadar Kualitas Lindi TPA Sampah Regional Taluelito Kabupaten Gorontalo Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo Rachmadien
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara kita sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi. Di dalam pembangunan ekonomi, di negara yang sudah maju sekalipun selalu tergantung pada sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran adalah suatu hal yang telah lama menjadi permasalahan bagi kehidupan manusia, hewan maupun tumbuhan. Pencemaran terhadap lingkungan dapat menyebabkan dampak
Lebih terperinciPENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS
PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS Puji Setiyowati* dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya * email:
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 TENTANG BAKU MUTU LINDI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi berperan penting dalam pembangunan di Indonesia sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan kemajuan teknologi. Dalam
Lebih terperinciJurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman ISSN:
Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 3, Nomor 1, Januari 2011, Halaman 073 079 ISSN: 2085 1227 Penurunan Logam Timbal (Pb) pada Limbah Cair TPA Piyungan Yogyakarta dengan Constructed Wetlands Menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Meningkatnya pertumbuhan penduduk dan kebutuhan manusia seiring dengan perkembangan teknologi saat ini menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan permukiman sedangkan
Lebih terperinciAnalisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b
Analisis Pola Sirkulasi Arus di Perairan Pantai Sungai Duri Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat Suandi a, Muh. Ishak Jumarang a *, Apriansyah b a Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura
Lebih terperinci3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi
3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April Oktober 2011 meliputi penyusunan basis data, pemodelan dan simulasi pola sebaran suhu air buangan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci