PEMBUATAN PAES PENGANTIN SOLO PUTRI DENGAN MENGGUNAKAN WELAT LATINO DI BLK KABUPATEN SEMARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBUATAN PAES PENGANTIN SOLO PUTRI DENGAN MENGGUNAKAN WELAT LATINO DI BLK KABUPATEN SEMARANG"

Transkripsi

1 PEMBUATAN PAES PENGANTIN SOLO PUTRI DENGAN MENGGUNAKAN WELAT LATINO DI BLK KABUPATEN SEMARANG Ade Novi Nurul Ihsani 1, Maria Krinawati 2, Wulansari Prasetyaningtyas 3, Herlina Tria Bela 4 1,2,3,4 Universitas Negeri Semarang ade.ihsani@mail.unnes.ac.id ABSTRACT This study aims to find out paes results which uses latino welat for solo wedding bride makeup. This research method is a development research. Data collection techniques used are observation and documentation. Data analysis technique used is descriptive percentage. The result of this research is that in pre-test class, the making of solo wedding bride paes without using modern welat get percentage of 53,2% on the tidiness which means it belongs to the criteria of quite neat. In the aspect of shape appropriateness, it gets percentage of 51.3% which obtains criteria of quite appropriate, and on the aspect of the work speed, it gets percentage of 42.3% which obtains criteria of less quick. The pre-test results obtains an average percentage of 48.9%. In the post-test class of solo wedding bride make up by using a modern welat, it gets a percentage of 82.1% results on the aspect of shape tidiness which belongs to the criteria of very neat. In the aspect of shape appropriateness, it gets a percentage of 82.7% which belongs to the criteria of very appropriate. In the aspect of work speed, it gets the percentage of 80.8% which belongs to the criteria of quick. The test results of the modern welat usage achieves an average percentage of 81.8%. Keywords: Latino Welat, Paes, Solo Wedding Bride Make Up ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk : mengetahui hasil paes menggunakan welat latino untuk rias pengantin solo putri. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Teknik pengumpulan data berupa observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif persentase. Hasil penelitian ini adalah : pada kelas pretest pembuatan paes rias pengantin solo putri tanpa menggunakan welat modern mendapatkan hasil pada aspek kerapihan bentuk mendapatkan hasil persentase 53,2% memperoleh kriteria cukup rapi. Pada aspek kesesuaian bentuk mendapat persentase 51,3% memperoleh kriteria cukup sesuai dan pada aspek kecepatan pengerjaan mendapat persentase 42,3% memperoleh kriteria kurang cepat. Hasil pretest memperoleh persentase rata-rata 48,9%. Pada kelas postest pembuatan paes rias pengantin solo putri menggunakan welat modern mendapatkan hasil pada aspek kerapihan bentuk mendapat persentase 82,1% memperoleh kriteria sangat rapi. Pada aspek kesesuaian bentuk mendapat persentase 82,7% memperoleh kriteria sangat sesuai. Pada aspek kecepatan pengerjaan mendapat persentase 80,8% memperoleh kriteria cepat. Hasil uji pemakaian welat modern yang dibuat memperoleh persentase rata-rata 81,8%. Kata kunci: Welat Latino, Paes, Rias Pengantin Solo Putri PENDAHULUAN Indonesia dikenal dengan negara yang kaya akan keanekaragaman suku bangsa dan adat istiadat. Dalam tata rias pengantin setiap daerah mempunyai gaya tata rias yang berbeda-beda. Baik tata rias wajah, rambut, maupun busana. Keanekaragaman itu dipengaruhi oleh berbagai budaya yang masuk ke daerah tersebut. Di pulau Jawa sendiri terdapat beraneka ragam jenis tata rias pengantin, 301

2 diantaranya tata rias pengantin Solo Putri, Solo Basahan, Jogya Putri, Jogya Jangan Menir, Jogya Paes Ageng, Pengantin Demak, Pengantin Semarangan dan lainlain. Diantara ragam tata rias pengantin, yang paling banyak digemari oleh masyarakat di Jawa adalah gaya solo dan jogya. Persamaan dari gaya tata rias pengantin tersebut adalah sama-sama memiliki rias dahi (paes) tetapi dengan bentuk yang berbeda. Tata rias pengantin solo putri merupakan salah satu tata rias pengantin yang benyak diminati di Kabupaten Semarang. Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Semarang, Soemardjito mengungkapkan data jumlah pencari kerja capai orang hingga awal februari Melalui pembangunan di bidang pendidikan, pemerintah berusaha untuk mengatasi dan mengurangi masalah tersebut, yaitu dengan mengembangkan dan membina pendidikan nonformal dalam berbagai program kegiatan, diantaranya yaitu Balai Latihan Kerja (BLK) di Kabupaten Semarang yang memiliki salah satu progam pelatihan tata rias pengantin solo. Menurut ibu Sri Hartati sebagai pelatih di BLK kabupaten Semarang rias pengantin solo putri merupakan riasan dasar yang harus dipelajari dan dikuasai untuk selanjutnya dapat lebih mudah belajar rias pengantin lain, oleh karena itu selama program pelatihan peserta didik di BLK Kabupaten Semarang hanya diberi materi yang berkaitan dengan tata rias pengantin solo putri. Berdasarkan observasi, peneliti melihat perserta didik mengalami kesulitan pada saat praktik tata rias pengantin terutama pada saat membuat cengkorongan serta membutuhkan waktu yang lama untuk membuatnya. Menurut Naniek Saryoto (1997:18) pembuatan desain cengkorongan adalah untuk memudahkan waktu mengerik. Paes merupakan hal terpenting sebagai ciri khas dalam riasan pengantin solo putri. Pola atau bentuk paes cengkorongan paes pengantin solo terdiri dari bentuk gajahan, pengapit, penitis dan godhek (Puspita Marta: 2010). Setiap bentuk bagian paes mempunyai bentuk dan letak yang berbeda, yaitu gajahan yang terletak ditengah dahi harus melengkung rapi seperti halnya ujung telur bebek, pengapit disamping kanan dan kiri gajahan menyerupai ujung bunga kantil, penitis terletak disamping pengapit seperti ujung telur ayam dan godheg yang terletak didepan telinga berbentuk seperti bunga turi. Alat bantu pembuatan paes sebelumnya telah dibuat dari bahan plastik map holder tebal untuk membantu mempermudah dalam proses pembuatan paes rias pengantin solo putri bagi perias pemula. Namun alat bantu tersebut masih perlu adanya penyempurnaan dari segi bentuk dan bahan yang digunakan. Peneliti melihat bentuk pengapit dan godheg pada welat pola paes masih perlu untuk disempurnakan, serta bahan baku yang digunakan untuk welat pola paes masih terlalu kaku atau kurang elastis pada saat digunakan untk mengaplikasikan kosmetik pidih. Melihat hal tersebut peneliti mencoba untuk mengembangkan alat welat menjadi lebih sempurna dengan nama welat latino yang terbuat dari stainless steel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil paes dengan menggunakan welat latino. 302

3 METODE Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model Reseach and Development Borg & Gall (183:775) yang terdiri dari 10 tahap yaitu (1) reseach and information collecting, (2) Planning, (3) develop preliminary form of product, (4) Prelimanary field testing, (5) main product revision, (6) main field testing, (7) operational product revision, (8) operational field testing, (9) final product revision, (10) dissemination and implementation. Penelitian ini dimulai bulan Januari sampai Juli 2017 yang bertempat di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kabupaten Semarang di Ungaran. Produk dalam penelitian ini adalah welat yang dapat digunakan untuk membentuk cengkorongan pada paes pengantin solo putri. Prosedur menggunakan model Borg dan Gall dengan memodifikasi yang meliputi (1) pembuatan desain rancangan alat, (2) uji ahli, (3) revisi rancangan produk dan (4) uji coba. Desain penelitian menggunakan desain Pretest Posttest Control Group Design. Data penelitian yang dikumpulkan berupa data kuantitatif-kualitatif. Intrumen yang digunakan dalam pengumpulan data berupa lembar penilaian hasil pembuatan paes pengantin solo putri dengan menggunakan welat latino. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen untuk menguji produk welat modern. Kedua kelas diberikan pretest terlebih dahulu untuk mengetahui keadaan awal apakah terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pretest yang diberikan pada kedua kelas yaitu untuk mengetahui bagaimana hasil paes rias pengantin solo putri yang sebelumnya mereka sudah dapatkan dari pelatih selama belajar di Balai Latihan Kerja. Kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen dilakukan postest untuk mengetahui pengaruh hasil perlakuan pada kelas eksperimen dibandingkan dengan hasil postest pada kelas kontrol. Postest yang diberikan pada kelas kontrol yaitu membuat paes rias pengantin solo putri dengan cara dan teknik yang umumnya digunakan para perias untuk membuat paes, selanjutnya pada kelas eksperimen diberikan perlakuan yaitu pembuatan paes rias pengantin solo putri menggunakan produk ekseprimen yaitu welat modern yang telah diuji inderawi oleh panelis ahli. Penelitian ini dilakukan pada dua kelas di BLK Kabupaten Semarang yang berjumlah masing-masing kelas 13 peserta didik dan dinilai tiga panelis ahli yaitu satu pelatih dan dua perias pengantin yang cukup berpengalaman dalam bidang tata rias pengantin. 1. Hasil Pretest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Pretest dilakukan pada kelas kontrol bertujuan untuk mengetahui keadaan awal kelas. Aspek-aspek di uji antara lain adalah kerapihan bentuk, kesesuaian bentuk, dan kecepatan pemakaian. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian antara lain: 303

4 Tabel 1 Data Hasil Pretest Oleh Kelompok Kontrol No Aspek Nilai Skor Rerata 1 Kerapihan ,10 2 Kesesuaian ,07 3 Kecepatan Pengerjaan 1,69 Persentase (%) 52,7 % 51,9 % 42,3 % Kriteria Rapi Sesuai Kurang Cepat Tabel 1 memberikan keterangan bahwa hasil pretest pembuatan paes rias pengantin solo putri pada kelas kontrol berjumlah 13 observer yang masing-masing dinilai tiga panelis ahli sehingga mendapatkan hasil pada aspek kerapihan bentuk nilai 4 berjumlah 5, nilai 3 berjumlah 8, nilai 2 berjumlah 12 dan nilai 1 berjumlah 14 dengan persentase 52,7% memperoleh kriteria Rapi. Pada aspek kesesuaian bentuk nilai 4 berjumlah 5, nilai 3 berjumlah 7, nilai 2 berjumlah 13 dan nilai 1 berjumlah 14 dengan persentase 51,9% memperoleh kriteria Sesuai dan pada aspek kecepatan pengerjaan nilai 4 berjumlah 3, nilai 3 berjumlah 6, nilai 2 berjumlah 6 dan nilai 1 berjumlah 24 dengan persentase 42,3% memperoleh kriteria cepat. Pretest juga dilakukan pada kelas eksperimen yang bertujuan untuk untuk mengetahui keadaan awal apakah terdapat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berikut adalah hasil pretest kelas eksperimen sebagai berikut : Tabel 2 Data Hasil Pretest Oleh Kelompok Eksperimen No Aspek Niali Persentase Skor Rerata (%) 1 Kerapihan ,12 53,2 % 2 Kesesuaian ,05 51,3 % 3 Kecepatan Pengerjaan ,69 42,3 % Kriteria Rapi Sesuai Kurang Cepat Tabel 2 memberikan keterangan bahwa hasil pretest pembuatan paes rias pengantin solo putri pada kelas eksperimen berjumlah 13 observer yang masing-masing dinilai tiga panelis ahli sehingga mendapatkan hasil pada aspek kerapihan bentuk nilai 4 berjumlah 5, nilai 3 berjumlah 8, nilai 2 berjumlah 13 dan nilai 1 berjumlah 13 dengan persentase 53,2% memperoleh kriteria cukup rapi. Pada aspek kesesuaian bentuk nilai 4 berjumlah 5, nilai 3 berjumlah 7, nilai 2 berjumlah 12 dan nilai 1 berjumlah 15 dengan persentase 51,3% memperoleh kriteria cukup sesuai dan pada aspek kecepatan pengerjaan nilai 4 304

5 berjumlah 3, nilai 3 berjumlah 3, nilai 2 berjumlah 12 dan nilai 1 berjumlah 21 dengan persentase 42,3% memperoleh kriteria kurang cepat. Dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dari kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen sama karena semua kriteria dari kedua kelas yang diperoleh sama yaitu dari aspek bentuk kedua memperoleh kriteria cukup rapi, aspek kesesuain bentuk kedua kelas juga memperoleh kriteria yang sama yaitu cukup sesuai dan pada aspek kecepatan pemakaian kedua memperoleh kriteria kurang cepat. 2. Hasil Postest pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Postest yang diberikan pada kelas kontrol yaitu membuat paes rias pengantin solo putri dengan cara pembuatan paes dan teknik pengolesan pidih menggunakan welat pada umumnya yang sudah disampaikan peneliti. Aspek-aspek di uji antara lain adalah kerapihan bentuk, kesesuaian bentuk, dan kecepatan pemakaian. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian antara lain: Tabel 3 Data Hasil Postest Oleh Kelompok Kontrol No Aspek Nilai Persentase Rerata Skor (%) 1 Kerapihan ,15 53,9 % 2 Kesesuaian ,30 57,7 % 3 Kecepatan Pengerjaan ,92 48,1 % Kriteria Rapi Sesuai Cepat Tabel 3 memberikan keterangan bahwa hasil postest pembuatan paes rias pengantin solo putri pada kelas kontrol berjumlah 13 observer yang masing-masing dinilai tiga panelis ahli sehingga mendapatkan hasil pada aspek kerapihan bentuk nilai 4 berjumlah 5, niali 3 berjumlah 8, nilai 2 berjumlah 14 dan nilai 1 berjumlah 12 dengan persentase 53,9% memperoleh kriteria cukup rapi. Pada aspek kesesuaian bentuk nilai 4 dan 3 berjumlah 8, nilai 2 berjumlah 11 dan nilai 1 berjumlah 12 dengan persentase 57,7% memperoleh kriteria cukup sesuai. Terakhir pada aspek kecepatan pengerjaan nilai 4,3,2 masingmasing berjumlah 6 dan nilai 1 berjumlah 21 dengan persentase 48,1% memperoleh kriteria cukup cepat. Pretest pada kelas eksperimen dilakukan dengan menilai 3 aspek yang sama yaitu aspek kerapihan bentuk, kesesuaian bentuk dan kecepatan pengerjaan, sebelumnya pada kelas eksperimen diberikan perlakuan terlebih dahulu yaitu mengenai teknik dan cara penggunaan produk ekseprimen yaitu welat modern untuk membentuk paes serta mengaplikasikan kosmetik pidih yang sebelumnya belum pernah diketahui para peserta didik. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian menggunakan welat modern antara lain: 305

6 Tabel 4 Data Hasil Postest Oleh Kelompok Eksperimen No Aspek Nilai Persentase Rerata Skor (%) Kriteria 1 Kerapihan Sangat ,28 82,1 % Rapi 2 Kesesuaian Sangat ,30 82,7 % Sesuai 3 Kecepatan Pengerjaan ,23 80,8 % Cepat Rerata Keseluruhan 3,27 81,8 % Sangat Layak Tabel 4 memberikan keterangan bahwa hasil postest pembuatan paes rias pengantin solo putri menggunakan welat modern pada kelas eksperimen berjumlah 13 observer yang masing-masing dinilai tiga panelis ahli sehingga mendapatkan hasil pada aspek kerapihan bentuk nilai 4 berjumlah 17, nilai 3 berjumlah 16, nilai 2 berjumlah 6 dan tidak ada yang mendapatkan nilai 1 dengan persentase 82,1% memperoleh kriteria sangat rapi. Pada aspek kesesuaian bentuk nilai 4 berjumlah 19, nilai 3 berjumlah 13, nilai 2 berjumlah 7 dan tidak ada yang mendapatka nilai 1 dengan persentase 82,7% memperoleh kriteria sangat sesuai. Pada aspek kecepatan pengerjaan nilai 4 berjumlah 18, nilai 3 berjumlah 12, nilai 2 berjumlah 9 dan tidak ada yang mendapatkan nilai 1 dengan persentase 80,8% memperoleh kriteria cepat. Hasil uji pemakaian welat modern yang dibuat memperoleh persentase rata-rata 81,8% sehingga welat modern memperoleh kriteria sangat layak. PEMBAHASAN Hasil Postest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat perbedaanya yaitu pada aspek kerapihan bentuk kelas kontrol memperoleh kriteria cukup cepat sedangkan pada kelas eksperimen memperoleh kriteria sangat rapi. Pada aspek kesesuaian bentuk pada kelas kontrol memperoleh kriteria cukup sesuai sedangkan pada kelas eksperimen memperoleh kriteria sangat sesuai, begitupun pada aspek kecepatan pengerjaan kelas kontrol memperoleh kriteria cukup cepat sedangkan pada kelas eksperimen memperoleh kriteria cepat. Pembahasan Uji pemakaian alat dilakukan dengan memanfaatkan welat modern untuk membuat paes rias pengantin solo putri pada peserta didik yang berjumlah 13 orang di Balai Latihan Kerja Kabupaten Semarang. Welat modern diuji dari segi standar penerimaan melalui uji pemakaian alat oleh 13 orang observer dan dinilai oleh tiga orang panelis ahli yaitu satu pelatih BLK Kabupaten Semarang, dan dua perias pengantin yang kompeten dan berpengalaman dalam bidangnya. Analisis data produk welat modern dinilai dari kerpihan bentuk, kesesuaian bentuk dan kecepatan pemakaian menyatakan bahwa welat modern dinyatakan sangat layak dari segi pemakaian dan hasil. Welat modern 306

7 dinyatakan membantu mempermudah dan mempercepat proses pembuatan paes rias pengantin solo putri dengan hasil yang luwes, pakem dan proporsional sesuai dengan bentuk wajah. Kerpaihan bentuk yang dihasilkan pada saat membuat paes menggunakan welat modern sangat rapi hal ini dilihat dari bentuk paes yang sesuai dengan bentuk pakem, adanya satu kesatuan antara bentuk gajahan, pengapit, penitis dan godheg. Pengolesan kosmetik pidih pada paes rapi menggunakan welat modern yang terbuat dari stainless steel. Kesesuaian bentuk pembuatan paes menggunakan welat modern dinyatakan sangat sesuai karena bentuk yang dihasilkan sesuai dengan pakem gajahan berbentuk seperti ujung telur bebek, pengapit berbentuk seperti kuncup bunga kantil, penitis berbentuk seperti ujung telur ayam dan godheg berbentuk seperti kuncup bunga turi, sehingga menghasilkan paes yang luwes, simetris dan bentuk tidak keluar dari ukuran garis patokan pola paes solo putri. Proses pembuatan pola paes rias pengantin solo putri sangat cepat jika dibandingkan dengan pembuatan paes pada umumnya. Rata-rata observer membutuhkan waktu ±30 menit untuk membentuk paes dan mengapikasikan kosmetik pidih menggunakan welat modern jika sebelumnya mereka membutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk melakukanya. Pemanfaatan welat modern sebagai alat bantu pembuatan paes rias pengantin solo putri sangat bermanfaat dan membantu dalam memudahkan perias membentuk paes yang luwes dan pakem, teknik penggunaan welat modern juga harus diperhatikan pada saat menggunakanya, karena hal tersebut dapat berpengaruh terhadapa hasil paes yang dibuat. Jika penggunaanya benar dan tepat maka hasil paes yang didapat akan rapi dan luwes. Hasil dari 13 observer yang dinilai memiliki kekurangan dan kelebihan masingmasing, dari segi bentuk, kerapihan dan kesesuaian bentuk. Observer juga harus menggunaka skill untuk dapat menyesuaikan bentuk pola paes pada saat menggunakan welat modern. Dilihat dari hasil kesesluruhan dari observer, sebagian besar masih mengalami kesulitan pada saat membentuk godheg sehingga hasilnya kurang bagus. Kesulitan yang mereka alami yaitu dikarenakan posisi godheg yang melengkung dan kebawah sehingga mereka agak kesulitan pada saat menarik garis yang sesuai dengan bentuk pada welat modern, selain itu bentuk rautan pensil juga mempengaruhi hasil paes karena jika pensil yang digunakan untuk membentuk paes tumpul maka paes yang terbentuk akan lebih lebar dari bentuk yang ada diwelat modern. Hasil analisis menunjukkan bentuk dan keluwesan sesuai dengan teori bentuk pakem paes yang benar adalah gajahan berbertuk setengah bulatan ujung telur bebek. Letak di tengah-tengah dahi diatas pangkal alis antara kurang lebih tiga jari diatas alis. Pengapit berbentuk ngudup kantil (kuncup bunga kantil), letaknya di kanan kiri gajahan, ujung pengapit mnghadap pangkal alis. Penitis berbentuk setengah bulatan telur ayam, ujung penitis menghadap ujung (puncak) alis dan godeg berbentuk ngudup turi, seperti kuncup bunga turi. (Saryoto Naniek, 2012: 6). Welat modern dinyatakan sangat layak digunakan dilihat dari hasil yang diperoleh dari uji inderawi dan kefungsian welat dengan hasil yang bermanfaat sebagai alat bantu pembuatan paes rias pengantin solo putri, welat modern ini layak diproduksi 307

8 massal dengan bahan stainless steel sebagai bahan utama welat modern. stainless steel memiliki kelebihan yaitu memilki daya tahan korosi, daya tahan suhu rendah dan tinggi, dan higenis. Welat modern berbahan dasar stainless steel layak diproduksi massal dan dijual. Pemanfaatan welat modern untuk membentuk paes rias pengantin solo putri sangat layak digunakan. Perbedaan hasil terlihat jelas dari hasil penilaian terhadap kelompok yang membuat paes tidak menggunakan welat modern (kelas kontrol) dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan alat bantu yaitu welat modern (kelas eksperimen) dengan jumlah peserta sama yaitu 13 orang untuk membentuk paes. Di kedua kelas inilah peneliti melakukan penelitian. Sebelum melakukan perlakuan terhadap kelas eksperimen. Peneliti terlebih dahulu melakukan pretest terhadap kedua kelas yang bertujuan untuk mengetahui keadaan awal kelas pada saat pembuatan paes rias pengantin solo putri. aspek yang digunakan untuk menilai terhadap dua kelas tersebut sama yaitu kerapihan bentuk, kesesuaian bentuk dan kecepatan pengerjaan dan dinilai oleh tiga orang panelis ahli yaitu satu pelatih di BLK Kabupaten Semarang dan dua perias yang kompeten dan berpengalaman di bidangnya. Hasil pretest dari kelas kontrol dan kelas eksperimen menunjukan hasil yang sama yaitu dari segi kerapihan kelas kontrol dan kelas eksperimen dinyatakan sama-sama cukup rapi, hal ini karena sebagian besar observer membentuk paes masih kurang luwes, belum proporsional, dan pengolesan pidih masih belum rapi. Kesesuaian bentuk dari kedua kelas juga dinyatakan cukup sesuai, pada aspek ini sebagian besar observer pada saat membentuk pola paes bentuk tidak simetris antara kanan dan kiri, bentuk kurang sesuai dengan bentuk wajah, dan dan bentuk paes masih kaku atau kurang luwes. Kecepatan pengerjaan paes pada kedua kelas juga sama yaitu dinyatakan kurang cepat, hal ini karena sebagian besar observer membeutuhkan waktu lebih dari 30 menit untuk membentuk sekaligus mengoleskan pidih pada paes. Dari hasil yang didapat diatas terlihat tidak adanya perbedaan yang signifikan terhadap hasil paes tanpa menggunakan welat modern. Hasil pretest diatas digunakan sebagai data awal keadaan kelas untuk selanjutnya dilakukan postest. Postest dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan perlakuan yang berbeda. Pada kelas kontrol dilakukan perlakuan yaitu mengingatkan kembali materi dan demonstrasi tentang paes rias pengantin solo putri dengan teknik yang benar untuk hasil paes yang rapi dan pakem. Postest pada kelas eksperimen dilakukan dengan memberikan kembali materi mengenai materi paes rias pengantin solo putri, selanjutnya melakukan demonstrasi pembuatan paes menggunakan alat welat modern. Hasilnya kedua kelas mendapatkan hasil paes yang cukup berbeda yatu pada aspek kerapihan pada kelas kontrol dinyatakan cukup rapi, karena sebagian besar observer membentuk paes masih kurang luwes, belum proporsional, dan pengolesan pidih masih belum rapi. Sedangkan pada kelas eksperimen dari aspek kerapihan bentuk dinyatakan sangat rapi, hal ini karena sebagian besar observer membentuk paes dengan bentuk yang benar dan rapi, pada garis lengkung tidak patahpatah, adanya satu kesatuan antara masingmasing pola paes, dan bentuk tidak melebihi dari garis patokan yang telah dibuat. 308

9 Kesesuaian bentuk pada kelas kontrol yaitu dinyatakan cukup sesuai, karena sebagian besar observer kurang luwes pada saat membentuk paes dan bentuknya yang tidak simetris antara pola paes bagian kanan dan kiri. Pada kelas eksperimen kesesuaian bentuk dinyatakan sangat sesuai, kaerna sebagian besar observer membentuk paes dengan luwes dengan hasil yang proporsional dan bentuk dari setiap pola simetris antara kanan dan kiri. Kecepatan pengerjaan pada kelas kontrol dinyatakan cukup cepat, karena observer membutuhkan waktu untuk membentuk paes lebih dari 30 menit, sedangkan pada kelas eksperimen dinyatakan cepat, karena rata-rata dari observer membutuhkan waktu 30 menit sesuai dengan standar waktu pembuatan paes. Dari hasil diatas dapat diketahui bawha kelas eksperimen menghasilkan paes yang lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini dapat dilihat dari ketiga aspek yaitu aspek kerapihan kelas eksperimen dapat membentuk paes dengan bentuk yang benar dan rapi, pada garis lengkung tidak patah-patah, adanya satu kesatuan antara masing-masing pola paes, dan bentuk tidak melebihi dari garis patokan yang telah dibuat. Aspek kesesuaian bentuk kelas eksperimen dinyatakan sangat sesuai, kaerna sebagian besar observer membentuk paes dengan luwes dengan hasil yang proporsional dan bentuk dari setiap pola simetris antara kanan dan kiri. Aspek kecepatan pemakaian observer membutuhkan waktu untuk membentuk paes lebih dari 30 menit, sedangkan pada kelas eksperimen dinyatakan cepat, karena ratarata dari observer membutuhkan waktu 30 menit sesuai dengan standar waktu pembuatan paes. SIMPULAN Hasil paes menggunakan welat modern mempermudah dan menghasilkan paes yang rapi sesuai dengan pakem yaitu bentuk gajahan sepertu ujung telur bebek, pengapit seperti berbentuk ngudup kantil (kuncup bunga kantil), penitis berbentuk setengah bulatan telur ayam, alis dan godheg berbentuk ngudup turi, seperti kuncup bunga turi. penggunaan welat modern juga mempersingkat waktu pada proses pembuatan paes rias pengantin solo putri. DAFTAR RUJUKAN Borg, W. R., & Gall, M. D Educational Research (4 ed.). New York: Logman Inc. Murtiadji,R., Sri Supadmi, dan Suwardanidjaja,R Tata Rias Pengantin Adat Pernikahan Gaya Yogyakarta Klasik Corak Puteri. Jakarta:PT Gramedia Pustaka utama. Puspita Marta Pengantin Solo Putrid an Basahan Prosesi, Tata Rias dan Busana. Jakarta: Gramedia Saryoto, Naniek Tata Rias Pengantin dan Adat Istiadat Pernikahan Surakarta Klasik Solo Puteri, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sutoyo, Anwar Pemahaman Individu Observasi, Checklist, Kuesioner & Sisiometri. Cetakan Pertama. Semarang: CV Widya Karya. 309

PEMBUATAN PAES PENGANTIN SOLO DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROPORSIONAL

PEMBUATAN PAES PENGANTIN SOLO DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROPORSIONAL PEMBUATAN PAES PENGANTIN SOLO DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROPORSIONAL Ade Novi Nurul Ihsani TJP, Fakultas Teknik UNNES ABSTRACT : Paes makeup forehead is black or green. Paes in bridal style solo consists

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL PAES TATA RIAS PENGANTIN SOLO BASAHAN ANTARA MENGGUNAKAN METODE TRADISIONAL DAN METODE PROPORSIONAL

PERBANDINGAN HASIL PAES TATA RIAS PENGANTIN SOLO BASAHAN ANTARA MENGGUNAKAN METODE TRADISIONAL DAN METODE PROPORSIONAL PERBANDINGAN HASIL PAES TATA RIAS PENGANTIN SOLO BASAHAN ANTARA MENGGUNAKAN METODE TRADISIONAL DAN METODE PROPORSIONAL Dewi Suksemasari dan Arita Puspitorini Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga FT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang kaya akan budaya tidak lepas dari tata rias pengantin yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang kaya akan budaya tidak lepas dari tata rias pengantin yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan tahapan penting dan sakral dalam kehidupan seseorang. Dalam tradisi budaya Jawa, perkawinan selalu diwarnai dengan serangkaian upacara

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA : PENGANTIN INDONESIA I

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA : PENGANTIN INDONESIA I No. SIL/TBB/KEC223/42 Revisi : 01 Tgl : 1 April 2008 Hal 1 dari 6 MATA KULIAH : PENGANTIN INDONESIA I KODE : KEC 223 SEMESTER : GASAL PROGRAM STUDI : TATA RIAS DAN KECANTIKAN DOSEN PENGAMPU : KODE MATA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development. 77 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development. Pendekatan Research and Development yang merujuk pada teori Borg and Gall

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D), yang bertujuan untuk mengembangkan produk yang akan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN CONGKLAK LUMBUNG CERDAS UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN CONGKLAK LUMBUNG CERDAS UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS IV SEKOLAH DASAR PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN CONGKLAK LUMBUNG CERDAS UNTUK MENINGKATKAN KERJASAMA BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKN KELAS IV SEKOLAH DASAR Isnaeni Pratiwi Ari Wibowo, M.Pd Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. satu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan dan menguji

BAB III METODE PENELITIAN. satu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan dan menguji BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian dan Pengembangan Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian dan pengembangan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN O 1 X O 2. Gambar 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest.

BAB III METODE PENELITIAN O 1 X O 2. Gambar 3.1 Desain Penelitian One-Group Pretest-Posttest. 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di salah satu SMA negeri di Kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA pada tahun

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA : PENGANTIN INDONESIA II

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA : PENGANTIN INDONESIA II No. SIL/TBB/SRK232/34 Revisi : 01 Tgl : 1 April 2008 Hal 1 dari 5 MATA KULIAH : PENGANTIN INDONESIA II KODE : KEC 232 SEMESTER : GENAP PROGRAM STUDI : TATA RIAS DAN KECANTIKAN DOSEN PENGAMPU : I. DESKRIPSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGEMBANGAN

BAB III METODE PENGEMBANGAN BAB III METODE PENGEMBANGAN Pada bab III ini, peneliti akan menguraikan tentang model pengembangan, prosedur pengembangan dan uji coba produk. Dalam butir uji coba produk terdapat desain uji coba, jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009: ).

BAB III METODE PENELITIAN. dipertanggungjawabkan (Nana Syaodih Sukmadinata, 2009: ). BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau langkah untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangankan sebuah media interaktif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangankan sebuah media interaktif 116 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengembangankan sebuah media interaktif berbasis komputer yang nantinya digunakan pada pembelajaran PAI. Adapun pendekatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 64 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall (1983:772), Educational

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research &

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research & BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research & Development (R & D). Metode penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT

MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT Yenni Sri Handayani *) ABSTRAKSI Salah satu warisan budaya luhur bangsa Inodnesia yaitu upacara adat perkawinan, yang tersebar hampir di setiap daerah. Salah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang digunakan, langkah-langkah penelitian yang dilakukan, sumber data, instrumen penelitian dan pengolahan data. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi atau Sampel Penelitian Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu SMA Negeri di kota Bandung, yaitu SMA Negeri 15 Bandung. Populasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan research and 37 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan research and development atau penelitian pengembangan. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah

Lebih terperinci

e-journal. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, edisi yudisium periode Februari 2013, hal 10-18

e-journal. Volume 02 Nomor 01 Tahun 2013, edisi yudisium periode Februari 2013, hal 10-18 PENGARUH PENGGUNAAN JENIS KOSMETIK TERHADAP HASIL PAES TATA RIAS PENGANTIN YOGYA PUTRI Finishia Putri Pancawardani Mahasiswa Tata Rias Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Riset and Development atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Riset and Development atau BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Riset and Development atau penelitian dan pengembangan. Pendekatan ini merujuk kepada teori Borg & Gall dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI. PENELITIAN. Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengembangkan CD

BAB III. METODOLOGI. PENELITIAN. Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengembangkan CD BAB III. METODOLOGI. PENELITIAN 3.1. Pendekatan dan Metode Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk mengembangkan CD multimedia interaktif sebagai media alternatif dalam pembelajaran bahasa Inggris

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menghasilkan model pengembangan soft skills yang dapat meningkatkan kesiapan kerja peserta didik SMK dalam pembelajaran

Lebih terperinci

Research and Development

Research and Development Research and Development Metode Penelitian dan pengembangan Edit your company slogan Contents Definisi Research and Development R & D dalam Penelitian R & D Sebagai Penghubung Metode dalam R & D Langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian pembuatan media pembelajaran. Media yang akan dikembangkan adalah media pembelajaran matematika berbentuk komik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian,

BAB III METODOLOGI. Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian, BAB III METODOLOGI Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan, subyek penelitian, alat pengumpul data, dan analisis data. A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KERTU GLADHEN AKSARA JAWA UNTUK KELAS IV SD N KOTAGEDE I

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KERTU GLADHEN AKSARA JAWA UNTUK KELAS IV SD N KOTAGEDE I 1.754 Jurnal Pendidikan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 18 Tahun ke-5 2016 PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KERTU GLADHEN AKSARA JAWA UNTUK KELAS IV SD N KOTAGEDE I THE DEVELOPMENT OF KERTU GLADHEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah atas

III. METODE PENELITIAN. peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah atas 29 III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan instrumen penugasan yang berbasis peta pikiran mata pelajaran fisika kelas X pada salah satu sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R & D), yaitu sebuah strategi atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. mengembangkan produk pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan.

III. METODE PENELITIAN. mengembangkan produk pendidikan yang bisa dipertanggungjawabkan. 51 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan (Research and Development) adalah sebuah proses yang digunakan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Surakarta, SMA Negeri 1 Karanganyar, dan SMA Negeri 2 Karanganyar. Waktu penelitian dilaksanakan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Menurut Sugiyono, metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu merupakan jenis penelitian pengembangan (Research & Development). Untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi penelitian, populasi dan sampel Lokasi penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah di Kabupaten Bandung, dan kota Bandung. Untuk kota Bandung peneliti memilih

Lebih terperinci

Kata kunci : kesulitan, kompetensi, pembuatan desain blus. Keywords : Difficulties, competency, make a design blouse

Kata kunci : kesulitan, kompetensi, pembuatan desain blus. Keywords : Difficulties, competency, make a design blouse Kesulitan Pencapaian Kompetensi (Anggarani Pribudi) 1 KESULITAN PENCAPAIAN KOMPETENSI PEMBUATAN DESAIN BLUS SISWA KELAS XI TATA BUSANA DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA Penulis 1: Anggarani Pribudi Penulis 2:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bahagian ini dikemukakan beberapa pembahasan mengenai: Jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bahagian ini dikemukakan beberapa pembahasan mengenai: Jenis 126 BAB III METODE PENELITIAN Pada bahagian ini dikemukakan beberapa pembahasan mengenai: Jenis penelitian, prosedur penelitian, lokasi dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. model pengembangan Research and Development (R&D) yang dikembangkan

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. model pengembangan Research and Development (R&D) yang dikembangkan 39 BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 3.1 Model Penelitian Pengembangan Penelitian yang dilakukan berupa penelitian dan pengembangan, model yang akan dikembangkan dalam pengembangan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dipakai peneliti adalah penelitian dan pengembangan atau Educational Research and Development ( R & D ). Penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF KOKOTAR UNTUK PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF KELAS IV DI SDN CATUR TUNGGAL 3 SLEMAN YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL

PENGEMBANGAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF KOKOTAR UNTUK PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF KELAS IV DI SDN CATUR TUNGGAL 3 SLEMAN YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL PENGEMBANGAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF KOKOTAR UNTUK PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF KELAS IV DI SDN CATUR TUNGGAL 3 SLEMAN YOGYAKARTA ARTIKEL JURNAL Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

2015 MANFAAT HASIL PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN SOLO PUTRI SEBAGAI KESIAPAN MEMBUKA USAHA SALON RIAS PENGANTIN

2015 MANFAAT HASIL PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN SOLO PUTRI SEBAGAI KESIAPAN MEMBUKA USAHA SALON RIAS PENGANTIN 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi masyarakat Indonesia perkawinan dipandang sebagai peristiwa yang sakral, karena diharapkan hanya terjadi sekali dalam seumur hidup. Hal tersebut memotivasi calon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (research and

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (research and 28 BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan (research and development), karena penelitian bertujuan untuk menghasilkan atau mengembangkan suatu produk bukan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penilitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini meninjau pertimbangan dari kesesuaian tujuan penelitian adalah penelitian dan pengembangan atau Research

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN STANDARDISASI TATA RIAS PENGANTIN SOLO BASAHAN

PERKEMBANGAN STANDARDISASI TATA RIAS PENGANTIN SOLO BASAHAN PERKEMBANGAN STANDARDISASI TATA RIAS PENGANTIN SOLO BASAHAN TRISNA ANGGUN SHINTA KARNELIS Prodi Tata Rias, Jurusan IKK-FT Jln Rawamangun Muka. Gd. H Jakarta Timur Fax.021-4715094 Email. tatarias57@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan model pembelajaran untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan model pembelajaran untuk BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kesadaran sejarah. Model pembelajaran yang dikembangkan adalah pendekatan inkuiri. Efektifitas

Lebih terperinci

Journal of Vocational and Career Education

Journal of Vocational and Career Education JVCE 2 (1) (2017) Journal of Vocational and Career Education http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jvce Pengembangan Instrumen Penilaian Praktik Rias Pengantin Jogja Paes Ageng pada Mata Kuliah Rias

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model pendekatan proses untuk meningkatkan keterampilan menulis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Model pendekatan proses untuk meningkatkan keterampilan menulis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Model pendekatan proses untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa SD pada mata pelajaran bahasa Indonesia menggunakan penelitian kualitatif/naturalistik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan 73 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Dalam penelitian ini metode penelitian yang digunakan yaitu penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian Pendidikan dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan proses untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa SMP pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan proses untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa SMP pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pendekatan proses untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa SMP pada mata pelajaran bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Ada beberapa hal yang dibahas dalam metode penelitian, diantaranya adalah lokasi dan subyek penelitian, metode penelitian, diagram alir penelitian, instrumen penelitian, teknik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Langkah-langkah Penelitian Langkah penelitian yang dilakukan pada penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada.

Lebih terperinci

THE DEVELOPMENT OF ACCOUNTING LEARNING MEDIA USING LECTORA INSPIRE IN FINANCIAL STATEMENT TOPIC OF GRADE X AT SMK NEGERI 1 MALANG

THE DEVELOPMENT OF ACCOUNTING LEARNING MEDIA USING LECTORA INSPIRE IN FINANCIAL STATEMENT TOPIC OF GRADE X AT SMK NEGERI 1 MALANG Journal of Accounting and Business Education, 1 (1), September 2016 THE DEVELOPMENT OF ACCOUNTING LEARNING MEDIA USING LECTORA INSPIRE IN FINANCIAL STATEMENT TOPIC OF GRADE X AT SMK NEGERI 1 MALANG Nur

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di fokuskan pada pengembangan model pembelajaran dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini di fokuskan pada pengembangan model pembelajaran dalam 71 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. METODE PENELITIAN Penelitian ini di fokuskan pada pengembangan model pembelajaran dalam bidang studi matematika serta diarahkan pada peningkatan kemampuan berfikir siswa

Lebih terperinci

process used to develop and validate educational production". Dengan

process used to develop and validate educational production. Dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and Development), dengan alasan karena sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Lebih terperinci

RESEACH AND DEVELOPMENT. Imam Gunawan

RESEACH AND DEVELOPMENT. Imam Gunawan RESEACH AND DEVELOPMENT Imam Gunawan RESEACH AND DEVELOPMENT VERSI BORG AND GALL Menurut Borg and Gall (1989:782 model penelitian dan pengembangan adalah a process used develop and validate educational

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Menurut Sugiyono (01: 407) penelitian dan pengembangan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan yaitu Penelitian dan Pengembangan atau Research and Development. Penelitian dan pengembangan adalah suatu proses atau

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MERIAS WAJAH KARAKTER MELALUI PELATIHAN BAGI SISWA KELAS XI TATA KECANTIKAN RAMBUT SMK NEGERI 1 LAMONGAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MERIAS WAJAH KARAKTER MELALUI PELATIHAN BAGI SISWA KELAS XI TATA KECANTIKAN RAMBUT SMK NEGERI 1 LAMONGAN PENINGKATAN KETERAMPILAN MERIAS WAJAH KARAKTER MELALUI PELATIHAN BAGI SISWA KELAS XI TATA KECANTIKAN RAMBUT SMK NEGERI 1 LAMONGAN Alhekmah Nura ini Mahasiswa S-1 Pendidikan Tata Rias Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian dan pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah

BAHAN AJAR. Tata Rias Korektif Wajah BAHAN AJAR Tata Rias Korektif Wajah 1. Pengertian tata rias korektif wajah. Tata rias koreksi wajah adalah menonjolkan bagian wajah yang indah dan menutupi bagian wajah yang kurang sempurna. 2. Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) karena dalam penelitian

Lebih terperinci

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh KHOTIM NURMA INDAH S

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh KHOTIM NURMA INDAH S PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BIOLOGI BERBASIS SAINS, TECHNOLOGY, ENVIRONMENT, AND SOCIETY (STES) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA ISLAM 1 SURAKARTA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

RESEARCH & DEVELOPMENT

RESEARCH & DEVELOPMENT RESEARCH & DEVELOPMENT ( R & D) APA, MENGAPA DAN BAGIMANA MENGAPA R & D 1. Kegagalan pendidikan dalam membangun SDM bangsa, diduga krn Kebijakan yang diimplementasikan tidak didahului dg R & D 2. Tuntutan

Lebih terperinci

PENGARUH MAKE UP KOREKTIF TERHADAP HASIL RIASAN PADA WAJAH BULAT DAN MATA SIPIT

PENGARUH MAKE UP KOREKTIF TERHADAP HASIL RIASAN PADA WAJAH BULAT DAN MATA SIPIT PENGARUH MAKE UP KOREKTIF TERHADAP HASIL RIASAN PADA WAJAH BULAT DAN MATA SIPIT Arinta Fenty S.W.R Mahasiswa S-1 Pendidikan Tata Rias Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya Arinta.fenty@yahoo.com

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 15 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 15 KOTA TASIKMALAYA JURNAL PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA KONSEP EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 15 KOTA TASIKMALAYA JURNAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar workshop tentang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar workshop tentang 53 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan mengembangkan bahan ajar workshop tentang pendidikan kesehatan reproduksi bagi siswa pada jenjang sekolah menengah. Metode dari

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBUBUTAN DASAR DI WORKSHOP BERBASIS VIDEO DALAM BIDANG PRAKTIK PEMESINAN

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBUBUTAN DASAR DI WORKSHOP BERBASIS VIDEO DALAM BIDANG PRAKTIK PEMESINAN JURNAL TEKNIK MESIN, TAHUN 24, NO. 1, APRIL 2016 1 PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF PEMBUBUTAN DASAR DI WORKSHOP BERBASIS VIDEO DALAM BIDANG PRAKTIK PEMESINAN Oleh: Rofiqul Fuadi Sholihin, Yoto dan Sunomo

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut Sugiyono (2008),

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian tentang Pengembangan Model Pembelajaran Inklusif Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Salatiga yaitu Penelitian

Lebih terperinci

MODUL TATA RIAS WAJAH PENGANTIN SUNDA PUTRI ( JAWA BARAT) Disusun oleh: Endang Kuncahyawati S.Pd

MODUL TATA RIAS WAJAH PENGANTIN SUNDA PUTRI ( JAWA BARAT) Disusun oleh: Endang Kuncahyawati S.Pd MODUL TATA RIAS WAJAH PENGANTIN SUNDA PUTRI ( JAWA BARAT) Disusun oleh: Endang Kuncahyawati S.Pd LKP MARINA BANTEN 2015 Kata Pengantar Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (Research & Development). Menurut Sukmadinata (2009)

BAB III METODE PENELITIAN. pengembangan (Research & Development). Menurut Sukmadinata (2009) 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan merupakan metode penelitian dan pengembangan (Research & Development). Menurut Sukmadinata (2009) penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall 69 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan metode Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Menurut Borg dan Gall (Sukmadinata,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Pengembangan Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan (research and development) dengan menggunakan model Borg and Gall melalui sepuluh tahapan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN PENGEMBANGAN. pengembangan berbasis industri, yang temuan-temuannya dipakai untuk

BAB III METODE PENELITIAN PENGEMBANGAN. pengembangan berbasis industri, yang temuan-temuannya dipakai untuk BAB III METODE PENELITIAN PENGEMBANGAN A. Model Penelitian Pengembangan Pengertian penelitian pengembangan menurut Borg & Gall adalah suatu proses yang dipakai untuk mengembangkan dan memvalidasi produk

Lebih terperinci

1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Putri. Mahasiswa dapat :

1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Putri. Mahasiswa dapat : 1.Kompetensi: Rias Pengantin Gaya Solo Putri Mahasiswa dapat : a. Melakukan diagnosa wajah b. Melakukan aplikasi make up dasar c. Melakukan aplikasi make up decorative d. Melakukan pembuatan sanggul f.

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN LATIHAN TEKNIK DASAR OLAHRAGA BOLA TANGAN.

SOSIALISASI DAN LATIHAN TEKNIK DASAR OLAHRAGA BOLA TANGAN. SOSIALISASI DAN LATIHAN TEKNIK DASAR OLAHRAGA BOLA TANGAN Tara Ismarrangga 1, Sugiyanto 2, Agus Kristiyanto 3 1,2,3 (Ilmu Keolahragaan, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret) 24 PENDIDIKAN OLAHRAGA

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR Siti Aisah, Kartono, Endang Uliyanti Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN TATA RIAS PENGANTIN

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN TATA RIAS PENGANTIN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN TATA RIAS PENGANTIN DIREKTORAT PEMBINAAN KURSUS DAN PELATIHAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2011 A. Latar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Disain Penelitian Penelitian ini berbentuk penelitian pengembangan (Research and Development, atau R & D) dalam bidang pendidikan. Borg and Gall (1983: 773) mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab tiga ini dikemukakan tentang metode penelitian mengenai jenis

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab tiga ini dikemukakan tentang metode penelitian mengenai jenis 185 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab tiga ini dikemukakan tentang metode penelitian mengenai jenis penelitian, prosedur dan langkah-langkah penelitian, tempat dan waktu penelitian, subyek penelitian,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Research and Development atau penelitian dan pengembangan. Pengertian penelitian dan pengembangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian ini di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan adalah guru dan siswa di tiga SMA Negeri dan tiga SMA Swasta di Bandar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan kerangka pikir penelitian yang telah dirumuskan, penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan kerangka pikir penelitian yang telah dirumuskan, penelitian 152 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Sesuai dengan kerangka pikir penelitian yang telah dirumuskan, penelitian ini dirancang dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan merupakan metode penelitian dan pengembangan pendidikan (Educational Research & Development). Menurut Sukmadinata (2009)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL ETNOBOTANI MASYARAKAT USING DI SMA NEGERI 1 GIRI BANYUWANGI

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL ETNOBOTANI MASYARAKAT USING DI SMA NEGERI 1 GIRI BANYUWANGI PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN MUATAN LOKAL ETNOBOTANI MASYARAKAT USING DI SMA NEGERI 1 GIRI BANYUWANGI Oleh: Rahmi Asti Harumi[1], S[3]ulifah Aprilya Hariani[2], Iis Nur Asyiah Abstract: The aims of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat film dokumenter

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat film dokumenter BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penciptaan Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah membuat film dokumenter tentang tata rias pengantin Yogyakarta dengan menggunakan teknik multiple speed. Hal ini dilatarbelakangi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Langkah-langkah Penelitian Penelitian ini secara umum merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan suatu aplikasi mobile learning berbasis WAP. Metode

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan adalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan adalah III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian di Bandar Lampung. Subjek pada tahap studi lapangan adalah guru dan siswa di tiga SMA Negeri dan tiga SMA Swasta di Bandar Lampung

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FACE PAINTING DENGAN TEKNIK MANUAL DAN AIRBRUSH SEBAGAI MAKE UP FOTO PRE WEDDING

PENGGUNAAN FACE PAINTING DENGAN TEKNIK MANUAL DAN AIRBRUSH SEBAGAI MAKE UP FOTO PRE WEDDING PENGGUNAAN FACE PAINTING DENGAN TEKNIK MANUAL DAN AIRBRUSH SEBAGAI MAKE UP FOTO PRE WEDDING Endita Ayu Retnaningtyas Program Studi S-1 Pendidikan Tata Rias, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subjek penelitian ini terdiri dari subjek studi lapangan, subjek penelitian, dan subjek

III. METODOLOGI PENELITIAN. Subjek penelitian ini terdiri dari subjek studi lapangan, subjek penelitian, dan subjek III. METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini terdiri dari subjek studi lapangan, subjek penelitian, dan subjek uji coba lapangan awal. Subjek studi lapangan adalah 6 guru kimia

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL BERWAWASAN SALINGTEMAS (SAINS, LINGKUNGAN, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT) PADA MATERI SALING KETERGANTUNGAN DALAM EKOSISTEM KELAS VII

PENGEMBANGAN MODUL BERWAWASAN SALINGTEMAS (SAINS, LINGKUNGAN, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT) PADA MATERI SALING KETERGANTUNGAN DALAM EKOSISTEM KELAS VII PENGEMBANGAN MODUL BERWAWASAN SALINGTEMAS (SAINS, LINGKUNGAN, TEKNOLOGI, DAN MASYARAKAT) PADA MATERI SALING KETERGANTUNGAN DALAM EKOSISTEM KELAS VII SMP/MTs TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH FUNDAMENTAL

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH FUNDAMENTAL ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH FUNDAMENTAL DESAIN KURIKULUM MUATAN LOKAL SEBAGAI UPAYA KONSERVASI PENGETAHUAN ETNOBOTANI SUKU OSING DI KABUPATEN BANYUWANGI Tahun ke dua dari rencana dua

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR METODE RESITASI DENGAN METODE PEMBELAJARAN KONVENSIONAL SISWA KELAS XII IPS

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR METODE RESITASI DENGAN METODE PEMBELAJARAN KONVENSIONAL SISWA KELAS XII IPS STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR METODE RESITASI DENGAN METODE PEMBELAJARAN KONVENSIONAL SISWA KELAS XII IPS ARTIKEL PENELITIAN Oleh: RENY OKTAVIANA NIM F01108036 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU CERITA BERGAMBAR UNTUK PEMBELAJARAN IPS SISWA SMP KELAS VIII JURNAL SKRIPSI

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU CERITA BERGAMBAR UNTUK PEMBELAJARAN IPS SISWA SMP KELAS VIII JURNAL SKRIPSI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BUKU CERITA BERGAMBAR UNTUK PEMBELAJARAN IPS SISWA SMP KELAS VIII JURNAL SKRIPSI Oleh: Rahimah Rabita Nor Prihatina 11416241043 JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Lebih terperinci

ANALISIS PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ANDROID UNTUK MATA PELAJARAN JARINGAN DASAR DI SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA

ANALISIS PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ANDROID UNTUK MATA PELAJARAN JARINGAN DASAR DI SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA ANALISIS PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ANDROID UNTUK MATA PELAJARAN JARINGAN DASAR DI SMK MUHAMMADIYAH 3 YOGYAKARTA Aditya Jantra Madana Pendidikan Teknik Informatika Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Ada beberapa hal yang dibahas dalam metode penelitian, diantaranya adalah (1) lokasi dan subyek penelitian, (2) metode penelitian, (3) sumber data, (4) diagram alir penelitan,

Lebih terperinci

PENELITIAN PENDIDIKAN BERGENRE RESEARCH AND DEVELOPMENT (R&D) Oleh : Pujiadi, S.Pd., M.Pd., M.Kom. Widyaiswara LPMP Jawa Tengah ABSTRAK

PENELITIAN PENDIDIKAN BERGENRE RESEARCH AND DEVELOPMENT (R&D) Oleh : Pujiadi, S.Pd., M.Pd., M.Kom. Widyaiswara LPMP Jawa Tengah ABSTRAK PENELITIAN PENDIDIKAN BERGENRE RESEARCH AND DEVELOPMENT (R&D) Oleh : Pujiadi, S.Pd., M.Pd., M.Kom. Widyaiswara LPMP Jawa Tengah ABSTRAK Salah satu jenis penelitian pendidikan yang dapat dilakukan adalah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan pengembangan (Research and Development). Menurut Borg and Gall (2003),

III. METODOLOGI PENELITIAN. dan pengembangan (Research and Development). Menurut Borg and Gall (2003), III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut Borg and Gall (2003),

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODUL MENGGAMBAR PROPORSI DAN MACAM-MACAM BUSANA SESUAI BENTUK TUBUH DAN KESEMPATAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 IMOGIRI

PENGEMBANGAN MODUL MENGGAMBAR PROPORSI DAN MACAM-MACAM BUSANA SESUAI BENTUK TUBUH DAN KESEMPATAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 IMOGIRI 1 PENGEMBANGAN MODUL MENGGAMBAR PROPORSI DAN MACAM-MACAM BUSANA SESUAI BENTUK TUBUH DAN KESEMPATAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 IMOGIRI DEVELOPING A MODULE FOR DRAWING BODY PROPORTIONS AND A VARIETY OF CLOTHES

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA BIYAS MATA PELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

PENGEMBANGAN MEDIA BIYAS MATA PELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR JURNAL JPSD Vol. 4 No. 1 Tahun 2017 ISSN 2356-3869 (Print), 2614-0136 (Online) PENGEMBANGAN MEDIA BIYAS MATA PELAJARAN IPA KELAS V DI SEKOLAH DASAR Erika Nuril Izza 1, Arfilia Wijayanti 2 1,2 Program Studi

Lebih terperinci

Research and Development

Research and Development Research and Development Metode Penelitian dan pengembangan DR.KASHARDI.M.PD Edit your company slogan Contents Definisi Research and Development R & D dalam Penelitian R & D Sebagai Penghubung Metode dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and Development). Menurut Sukmadinata (2010) penelitian

Lebih terperinci