Kata Kunci : Koridor Jalan Boulevard II, Perubahan Fisik, Perubahan Fungsi
|
|
- Ridwan Kurnia
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PERUBAHAN FISIK KAWASAN KORIDOR JALAN BOULEVARD II PASCA OPERASIONAL JALAN Feiby Shintia Sumual¹, Judy O. Waani², & Frits O. Siregar,³ ¹Mahasiswa S Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulangi ² & ³ Staf Pengajar Prodi S Perencanaan Wilayah & Kota, Jurusan Arsitektur, Universitas Sam Ratulangi Abstrak Jalan berfungsi sebagai prasarana untuk memindahkan /transportasi orang maupun barang. Dalam dimensi lebih luas, jaringan jalan mempunyai peranan sangat penting dalam pengembangan wilayah Salah satu jalan ada di Kota Manado adalah Jalan Boulevard II. Kawasan koridor Jalan Boulevard II menurut Rencana Tata Lingkungan adalah sebagai kawasan pengembangan baru dibagian utara kota Manado, Sebagai kawasan baru memiliki potensi besar kedepannya oleh sebab itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana kondisi kawasan koridor baik fisik fungsi sebelum sesudah operasional jalan. Tujuan penelitian ini adalah Penelitian ini adalah melihat kondisi fisik fungsi kawasan sebelum sesudah operasional jalan memperlihatkan aya dilakukan disepanjang koridor Jalan Boulevard II memilki panjang 6,5 Km lebar sesuai dengan batas fisik jalan di koridor jalan Boulevard II Penelitian ini menggunakan metode analisis Sistem Informasi Geografis (SIG) Metode Analisis Deskriptif dalam menjelaskan mengambarkan komparasi kondisi perbedaan memperlihatkan aya atau tetap konstan terjadi selang waktu sebelum sesudah jalan beroperasi. hasil analisis juga menunjukan fisik bangunan, arah bangunan, ketinggian bangunan, luas bangunan luas lahan segkan fungsi ditemukan baik lahan bangunan memiliki kecenderungan kearah komersial karena jalan dulunya sepi kendaraan transportasi, sekarang lebih ramai kendaraan aksesbilitas transportasi dimudahkan fisik kawasan koridor mengalami signifikan adalah lahan terbangun terbangun, untuk fungsi kawasan koridor adalah fungsi bangunan. Kata Kunci : Koridor Jalan Boulevard II, Fisik, Fungsi Perencanaan Wilayah Kota
2 PENDAHULUAN Jaringan jalan mempunyai peranan sangat penting dalam pengembangan wilayah, kawasan koridor Jalan Boulevard II memiliki panjang 6,5 Km lebar 4 m, dimana menurut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Manado tahun Jalan Jembatan ini adalah bagian dari konsep pengembangan jaringan jalan, sesuai dengan kondisi kecenderungan perkembangan ruang Kota Manado saat ini, yaitu project MORR atau Manado Outer Ring Road. Daerah ini semakin menarik ketika menjadi bagian dari Manado fiesta 07 menjadi lokasi pesta rakyat HUT Provinsi Sulut ke 5 dimana kedua acara ini sebagai salah satu usaha menata kawasan utara kota Manado menjadi lebih baik, Sebagai kawasan baru memiliki potensi besar kedepannya oleh sebab itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti bagaimana kondisi kawasan koridor baik fisik fungsi sebelum sesudah operasional jalan. Tujuan penelitian ini adalah melihat kondisi fisik fungsi Kawasan Koridor Jalan Boulevard II memperlihatkan aya atau tetap konstan terjadi selang waktu sebelum sesudah Operasional Jalan. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Koridor Koridor biasanya pada sisi kiri kanannya telah ditumbuhi bangunanbangunan berderet memanjang di sepanjang ruas jalan tersebut. Keberadaan bangunan-bangunan tersebut secara langsung maupun langsung akan menampilkan kualitas fisik ruang pada lingkungan tersebut. (Moughtin (99: 4) Kajian Morfologi Kawasan Koridor Keberadaan suatu koridor sebagai pembentuk arsitektur kawasan kota akan lepas dari elemen-elemen pembentuk citra koridor tersebut (Krier, 979: 6). Wujud bangunan Merupakan wajah atau tampak bentuk bangunan ada di sepanjang koridor. Wajah bentuk bangunan tersebut merupakan tapak keseluruhan dari suatu koridor mampu mewujudkan identitas citra arsitektur suatu kawasan.. Figure ground Merupakan hubungan penggunaan lahan untuk massa bangunan ruang terbuka. Struktur tata ruang kota menurut Trancik (986: 0) terdiri dari dua elemen pokok, yaitu massa bangunan kawasan (urban solid) ruang terbuka kawasan (urban void). Kedua elemen tersebut membentuk pola padat rongga ruang kota memperlihatkan struktur ruang kawasan kota dengan jelas. Identifikasi dimensi secara fisikal ditinjau elemen morfologi kota (Smailes, 955) dalam Yunus (006) dapat digunakan sebagai indikator untuk mengenali sifat kekotaan dari segi kenampakan fisik.. elemen tersebut adalah : a. Karakteristik (Building Charakteristic) Tinjauan ini menekankan pembahasan pada fungsi dari sebuah bangunan, fungsi bangunan dengan orientasi pemanfaatannya.menurut Yunus (987) klasifikasi orientasi dalam mengfungsikan penggunaan bangunan rumah dapat berupa: Orientasi fungsi sosial rumah tinggal Orientasi fungsi sosial komersial (rumah tinggal dengan usaha usaha tertentu dilaksanakan pada sebagian tempat tinggal bagian rumahnya untuk mencari tambahan penghasilan) Orientasi fungsi komersial semata, penggunaan lahan selain atas kehendak dari masyrakat, juga karena program pembangunan direncanakan pemerintah. Sehinga mau mau lahan telah direncanakan untuk alokasi pembangunan tentu saja akan mengalami fungsi. b. Karakteristik pemanfaatan lahan (land use characteristic) Elemen karakteristik pemanfaatan lahan ditekankan pada bentuk tipe pemanfaatan lahan semata. Penggunaan lahan (land use) merupakan komponen pokok dalam pertumbuhan kawasan. Komponen ini dianggap sebagai generator Perencanaan Wilayah Kota
3 sistem aktivitas (activity system) sangat menentukan pola arah pertumbuhan kawasan (Kaiser, 995). Tata guna lahan sangat mempengaruhi perwuju fisik kawasan, terutama dalam menentukan pengembangan kawasan terbangun terbangun Interaksi Tata Guna Lahan Transportasi Keterlibatan berbagai aspek kegiatan kepentingan dalam interaksi guna lahan transportasi selalu berpengaruh dalam perkembangan transportasi sebaliknya, apabila terjadi pada salah satu system tersebut. Pola besaran pergerakan serta pemilihan moda merupakan fungsi dari aya pola guna lahan diatasnya. Segkan untuk setiap guna lahan membutuhkan peningkatan sistem transportasi dari kawasan bersangkutan (black,98). METODOLOGI Lokasi Penelitian Lokasi penelitian melingkupi sepanjang kawasan koridor Jalan Boulevard II dibagi dalam 5 zona dengan batas wilayah yaitu jalan, yaitu : Zona = Kelurahan Tumumpa II Zona = Kelurahan Maasing Zona = Kelurahan Bitung Karang Ria Zona 4 = Kelurahan Sindulang Dua Zona 5 = Kelurahan Sindulang Satu Untuk batas panjang kawasan koridor jalan di mulai dari daerah kelurahan sindulang satu merupakan bagian akhir dari jembatan soekarno berakhir di daerah kelurahan Tumumpa Dua sebagai akhir dari pembangunan jalan selesai di bangun. Untuk batas lebar kawasan koridor batas deliniasinya berbatas fisik yaitu jalan. Sumber : Citra Satelit Google Earth Pro Olahan Penulis, 07 Jenis Sumber Data Data dibutuhkan untuk mengidentifikasi fisik kawasan koridor Jalan Boulevard II pasca operasional jalan yakni data fisik fungsi kawasan koridor Jalan Boulevard II Tahun 05 data fisik fungsi kawasan Jalan Boulevard II tahun 07. Jenis sumber data digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer data sekunder :. Data Primer diperoleh secara langsung di lapangan, berupa : Observasi melakukan pengamatan di lapangan Dokumentasi foto kondisi eksisting wilayah penelitian Foto kondisi eksisting wilayah penelitian yaitu kondisi lingkungan permukiman di sepanjang kawasan koridor Jalan Boulevard II terdiri dari kecamatan dengan5 kelurahan. Kuesioner Wawancara kepada kepala kelurahan, kepala lingkungan, instansi instansi pemerintahan penyebaran kuesioner kepada masyarakat. Data Gospasial. Peta Citra Satelit, Peta Administrasi. Data Sekunder diperoleh di Kantor Kecamatan Kelurahan, Kantor Ba Perencanaan Penelitian Pengembangan Daerah Kota Manado, Balai Pelaksanaan Jalan Regional VX Manado, Ba Pengelolaan Pajak Retribusi kota Manado. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan setiap data dibutuhkan dalam penelitian ini diuraikan menurut tujuan penelitian, jenis sumber data seperti disajikan pada Tabel Tabel Metode Pengumpulan Data Perencanaan Wilayah Kota
4 dengan metode deskriptif, fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang bentuk fisik fungsi ruang koridor Jalan Boulevard II pasca operasional jalan. Metode kualitatif merupakan prosedur menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau data lisan. (Djajasudarma : 006). Metode deskriptif adalah penggambaran secara kualitatif fakta, data atau objek material bukan berupa rangkaian angka melainkan berupa ungkapan bahasa atau wacana melalui intepretasi tepat sistematis. Peneliti juga menggunakan teknik analisis data lewat SIG (sistem informasi geografi) dimana Data spasial merupakan dasar operasional sistem informasi geografis data spasial dinyatakan dalam bentuk grid koordinat seperti dalam sajian peta seperti dalam bentuk citra satelit, Budiyanto (009). Sumber : Penulis, 08 Pengambilan sampel untuk kuesioner dibagikan kepada Kepala Keluarga (KK) dengan menggunakan rumus Slovin dengan batas tolerensi penulis gunakan adalah 0 %. Rumus perhitungan jumlah sampel adalah sebagai berikut: HASIL PENELITIAN Karakteristik Gambaran Umum Lokasi Penelitian Jalan Boulevard II memiliki panjang 6,70 Km dengan lebar jalan sesuai dengan penguasaan lahan berada pada titik koordinat koordinat LU BT dengan letak geografis di daerah pesisir dengan melewati 5 kelurahan yaitu Sindulang I, Sindulang II, Bitung Karang Ria, Maasing Tumumpa II Analisis Fisik Fungsi Kawasan Koridor Fisik Koridor Dimana : n adalah jumlah sampel; N adalah jumlah populasi; e adalah batas toleransi kesalahan 0 % Gambar Koridor Tahun 05 Gambar koridor Tahun 07 Sumber : Google Street View, 08 Metode Analisis Data Metode analisis data dipakai peneliti adalah teknik analisis data kualitatif Perencanaan Wilayah Kota 4
5 Dibongkar & Dibangun Kembali 5 Dibangun dari tanah kosong 0 4 Tidak terjadi Gambar Koridor Tahun 05 Gambar koridor Tahun 07 Sumber : Google Street View, 08 Dibongkar dibangun kembali Gambar Koridor Tahun 05 Gambar koridor Tahun 07 Sumber : Google Street View, 08 Dibangun dari tanah kosong Direnovasi Gambar Peta Fisik 05 Gambar Koridor Tahun 05 Gambar koridor Tahun 07 Sumber : Google Street View, 08 Dibongkar dibangun kembali Dibangun dari tanah kosong Gambar Koridor Tahun 05 Gambar koridor Tahun 07 Sumber : Balai Pelaksanaan Jalan Regional XV Fisik mayoritas memilih melakukan terdapat fisik bangunan mereka tempati dengan jumlah 46 prosentase sebanyak 55% Tabel. Fisik Fisik Presentasi Berubah Prese ntasi Direnovasi Gambar Peta Fisik 07 Arah mayoritas melakukan arah bangunan mereka tempat dengan jumlah 4 dengan jumlah presentase sebanyak 5% Tabel. Arah Direnovasi Arah Presenta si Berubah Presenta si Perencanaan Wilayah Kota 5
6 Menbelakang i menjadi menghadap Jalan Menghadap menjadi membelakan gi Jalan Tidak melakukan Berubah 4 Tetap Presentasi 9 7 lantai Membelakangi jalan lantai Membelakangi jalan Gambar Peta Arah 05 Gambar Peta Ketinggian 05 menghadap jalan lantai menghadap jalan lantai Gambar Peta Arah 07 Tinggi mayoritas tetap mempertahankan jumlah lantai bangunan dengan melakukan tinggi bangunan sebanyak 60 dengan prosentase 7% Tabel 4. Tinggi Tinggi Gambar Peta Ketinggian 07 Luas Responden melakukan luas bangunan melakukan luas bangunan memiliki jumlah sama dengan jumlah 4 sama serta prosentase 50% Tabel 5. Luas Luas Perencanaan Wilayah Kota 6
7 Penambah an Luas Ruang Penambah an Lantai Tidak melakukan Presenta si Berubah Presen tasi Pertimbangan Penambahan Luas Responden melakukan melakukan penambahan luas bangunan seimbang yaitu sama sama 4 dengan presentase 50% Tabel 6. Pertimbangan Penambahan Luas 4 Pertimbangan Penambahan Luas Dijadikan Tempat Usaha Memperluas tempat usaha Memperluas tempat tinggal Jumla h Present asi tetap 4 50 Berubah Pres enta si Lahan Lahan terbangun menjadi lahan terbangun Lahan terbangun menjadi lahan terbangun Tidak melakukan Jumla h Presenta si Berubah Presen tasi 48 5 Tabel 8. Luas Lahan Terbangun Tidak terbangun Luas Lahan Lahan Terbangun, 76 Ha, Ha Lahan Tidak Terbangun 9,4 Ha 5,67 Ha Total Luas Lahan Ha 8 Ha LAHAN TERBANGUN DAN TIDAK TERBANGUN LOKASI PENELITIAN Tahun 07 Tahun 05 Lahan Terbangun Lahan Tidak Terbangun Diagram Lahan Terbangun Tidak Terbangun Luas Lahan mayoritas melakukan luas lahan sebanyak 44 dengan prosentase 5% Tabel 7. Luas Lahan Luas Perencanaan Wilayah Kota 7
8 dilalui jalan boulevard memunculkan kegiatan komersial di sepanjang jalan boulevard. Dari melakukan segkan 5 melakukan Tidak terbangun Tabel 9. Fungsi Fungsi Presentasi Berubah 49 Tetap Terbangu n 84 Gambar Peta Lahan Terbangun Tidak Terbangun 05 Peruntukan mayoritas melakukan peruntukan bangunan dengan jumlah 49 dengan prosentase 58% Tabel 0 Peruntukan Fungsi Terbangun Tidak terbangun Gambar Peta Lahan Terbangun Tidak Terbangun 07 Fungsi Setelah jembatan soekarno selesai dibuat maka aksesbilitas melewati jalan boulevard pun semakin padat dilalui oleh kendaraan hal ini menyebabkan memicu terjadinya fungsi bangunan ke arah komersial. Tingkat lalu lintas di daerah Peruntukan Present Jumla Presenta Berubah asi h si Hunian menjadi 7 komersial Komersial menjadi 6 hunian 5 tetap Perencanaan Wilayah Kota 8
9 (tiga) elemen Tata guna lahan Kesesuaian utama morfologi dikawasan ini antara teori kota (Smailes, seiring dengan lapangan, 955): Tata guna waktu mengalami dimana di lahan sangat baik lapangan Komersial mempengaruhi secara terbangun ditemukan apa perwuju fisik dimuat kawasan, terbangun, dilihat dalam teori, terutama dalam dari data peta dengan menentukan luas dari hasil klasifikasi pengembangan perhitungan penggunaan hunian kawasan geometry tanah Gambar Peta Peruntukan Fungsi 05 terbangun terbangun. calculate di arcgis. paling dominan adalah perdagangan/ komersial Tipologi Perwuju fisik bangunan yaitu dilihat dari apakah bangunan aspek bentuk bangunan, dilihat hunia perwuju fisik, orientasi dilapangan yaitu bagaimana tinggi didasari dengan kondisi bangunan memperlihatkan kajian teori, kawasan fungsi bangunan oleh sebab itu secara fisik untuk kajian Komersial mencerminkan perwuju Gambar Peta Peruntukan Fungsi 07 makna kegunaan fisik maka bangunannya Pembahasan Teori Lapangan sudah Dengan sesuai. Tabel.Kesesuaian Teori Dan Lapangan Teori Lapangan Kesimpulan paling besar adalah luas bangunan Perencanaan Wilayah Kota 9
10 Pola besaran pergerakan serta pemilihan moda merupakan fungsi aya dari pola guna lahan diatasnya. guna lahan diperkotaan (Bourne, 98) salah karena Perluasan jaringan satunya infrastruktur terutama jaringan transportasi Untuk kondisi melihat sebelum sesudah untuk fungsi lahan didorong jalan oleh maka fungsi di lapangan lebih ke komersial mixuse fungsi fungsi adalah fungsi dari satu fungsi ke fungsi lain dalam hal ini fungsi didorong oleh transportasi, fungsinya adalah mengarah lebih ke komersial untuk kesesuaian sesuai. KESIMPULAN DAN SARAN Pada akhir Penelitian, dapat ditarik kesimpulan yaitu : Koridor Jalan Boulevard II menunjukan kondisi memperlihatkan Fisik Fungsi terjadi seiringnya operasional jalan terjadi Fisik dari 6 indikator secara umum fisik kawasan koridor mengalami signifikan adalah lahan dimana signifikan lahan terjadi di lahan terbangun terbangun,lahan terbangun mengalami pertambahan dari,76 Ha menjadi, Ha lahan terbangun dari 9,4 Ha menjadi 5,67 Ha. Segkan untuk khusus bangunan mengalami besar adalah luas bangunan dengan peningkatan penambahan luas ruang penambahan jumlah lantai bangunan. Fisik terjadi dikarenakan bangunan atau lahan diatasnya mengalami fungsi seperti ditempat lain, begitu pula terjadi di Koridor Jalan Boulevard II dimana ditandai dari 4 indikator fungsi kawasan koridor mengalami signifikan adalah fungsi bangunan dimana masyarakat melakukan fungsi peralihan ada dari hunian menjadi komersial ada peralihan fungsi komersial menjad hunian. Karya ilmiah ini mengeluarkan saran saran sebagai berikut : Pengembangan daerah pesisir sebagai daerah potensial dengan pemanfaatan pesisir dengan konsep waterfront dengan penataan pesisir sebagai ruang rekreasi masyarakat bersifat ruang public sehingga masyarakat boleh menikmati pemangan tepi laut. melihat dari perencanaan RTBL maka pemerintah sebaiknya memperhatikan permukiman kumuh bangunan liar di kawasan koridor ini agar potensi koridor ini lebih baik Memperhatikan masyarakat berprofesi sebagai nelayan karena agar mereka tetap melakukan aktivitas profesi mereka sebagai nelayan. Memberikan lampu lampu untuk jalan agar ketika malam melewati daerah tersebut tetap aman DAFTAR PUSTAKA Black, J.A. (98). Urban Transport Planning: Theory and Practise, London : Cromm Helm Chapin, Jr, F. Stuart and Edward Kaiser Urban Land Use and Planning. Fourth Edition. Illinois: University of Illinois Press Krier, Rob, 979. Urban Space, Academy Editions, London Moughtin, C. (99), Urban Design, Street and Square, an imprint of butterworth Heineman ltd, Perencanaan Wilayah Kota 0
11 Linacrehouse, Oxford Smailes, R.J, 955, Some Reflection on the Geographical Description and Analysis of Townscape, in The Institute of British Geographer Trasaction and Papers, Trancik, Roger. 986, Finding Lost Space : Theories of Urban Design. New York. strand Reinhold. Yunus, Hadi Sabari Permasalahan Daerah Urban Fringe Alternatif Yunus, H. S. (006) Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Zahnd, Markus Perancangan Kota Secara Terpadu. Penerbit Kanisius: Yogyakarta Perencanaan Wilayah Kota
POLA PERKEMBANGAN KECAMATAN WANEA BERDASARKAN MORFOLOGI RUANG
POLA PERKEMBANGAN KECAMATAN WANEA BERDASARKAN MORFOLOGI RUANG Lalu Renaldo Patrik 1, Raymond Ch. Tarore 2, Esli D. Takumansang 2 1 Mahasiswa S1 Prodi Perencanaan Wilayah & Kota, Jurusan Arsitektur, Universitas
Lebih terperinciDesain Spasial Kawasan sebagai Dasar Pengembangan Ekspresi Visual Tepi Sungai Kalimas Surabaya
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Desain Spasial Kawasan sebagai Dasar Pengembangan Ekspresi Visual Tepi Sungai Kalimas Surabaya Ririn Dina Mutfianti, F. Priyo Suprobo Perencanaan Dan Perancangan Kota, Program Studi
Lebih terperinciPERUBAHAN FUNGSI PEMANFAATAN RUANG DI KELURAHAN MOGOLAING KOTA KOTAMOBAGU
PERUBAHAN FUNGSI PEMANFAATAN RUANG DI KELURAHAN MOGOLAING KOTA KOTAMOBAGU Feki Pebrianto Umar 1, Rieneke L. E. Sela, ST, MT², & Raymond Ch. Tarore, ST, MT 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciPERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SEPANJANG KORIDOR JALAN MANADO- BITUNG DI KECAMATAN KALAWAT
PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN SEPANJANG KORIDOR JALAN MANADO- BITUNG DI KECAMATAN KALAWAT David H. Tujuwale 1, Dr. Judy O. Waani, ST, MT 2 & Ir. Sonny Tilaar, MSi 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah 17.506 pulau besar dan kecil, dengan total garis pantai yang diperkirakan mencapai 81.000 Km, Indonesia
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN. Brian Erfino Wattimena 1 Dr. Ir. Linda Tondobala, DEA 2, Raymond Ch. Taroreh, ST, MT 3
HASIL PENELITIAN KETERKAITAN PERUBAHAN FUNGSI LAHAN DENGAN PERUBAHAN FUNGSI DAN INTENSITAS BANGUNAN PADA KAWASAN SEPANJANG KORIDOR BOULEVARD DI DEPAN KAWASAN MEGAMAS Brian Erfino Wattimena 1 Dr. Ir. Linda
Lebih terperinciFRAGMENTASI SERIAL VISION DALAM PEMBENTUKAN CITRA KAWASAN STUDI KASUS KORIDOR JALAN PIERRE TENDEAN
FRAGMENTASI SERIAL VISION DALAM PEMBENTUKAN CITRA KAWASAN STUDI KASUS KORIDOR JALAN PIERRE TENDEAN Oleh : Andrew Ronaldo Sumayku (Mahasiswa Prodi Magister Arsitektur Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Struktur penelitian ini berhubungan dengan ekologi-arsitektur yaitu hubungan interaksi ekosistem mangrove dengan permukiman pesisir Desa Tanjung Pasir
Lebih terperinciALTERNATIF DESAIN ARSITEKTUR HIJAU PADA PERSIL BANGUNAN UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER GARDEN CITY DI KAWASAN KOTABARU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
ALTERNATIF DESAIN ARSITEKTUR HIJAU PADA PERSIL BANGUNAN UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER GARDEN CITY DI KAWASAN KOTABARU DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Indah Pujiyanti Prodi Arsitektur, Fakultas Sains dan Teknologi,
Lebih terperinciANALISIS PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN SEPANJANG KORIDOR JALAN WOLTER MONGINSIDI KOTA MANADO
ANALISIS PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN SEPANJANG KORIDOR JALAN WOLTER MONGINSIDI KOTA MANADO Grenda Frecya Finda Bujung, Rieneke L.E. Sela, ST, MT², & Ir. Sonny Tilaar MSi 3 Mahasiswa S Program Studi Perencanaan
Lebih terperinciPERUBAHAN FUNGSI LAHAN DI KORIDOR SEGITIGAMAPANGET-TALAWAAN
PERUBAHAN FUNGSI LAHAN DI KORIDOR SEGITIGAMAPANGET-TALAWAAN Hizkia Satria Constantine Sajow 1, Dwight M. Rondonuwu, ST, MT², &Ir.Indradjaja Makainas, MArs 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah&
Lebih terperinciKAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR
KAJIAN PERKEMBANGAN KOTA BATANG BERDASARKAN STRUKTUR RUANG KOTA TUGAS AKHIR Oleh: RINA AFITA SARI L2D 306 021 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAKSI
Lebih terperinciPENGARUH TARIKAN MANADO TOWN SQUARE TERHADAP LALU LINTAS DI RUAS JALAN BOULEVARD MANADO
PENGARUH TARIKAN MANADO TOWN SQUARE TERHADAP LALU LINTAS DI RUAS JALAN BOULEVARD MANADO Yitro Tirsa Pabannu James A. Timboeleng, Joice E. Waani Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi Email
Lebih terperinciKAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA
KAJIAN PERMUKIMAN DI KAWASAN HUTAN BAKAU DESA RATATOTOK TIMUR DAN DESA RATATOTOK MUARA KABUPATEN MINAHASA TENGGARA Marthen A. Tumigolung 1, Cynthia E.V. Wuisang, ST, M.Urb.Mgt, Ph.D 2, & Amanda Sembel,
Lebih terperinciELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA
ELEMEN FISIK PERANCANGAN ARSITEKTUR KOTA Tataguna Lahan Aktivitas Pendukung Bentuk & Massa Bangunan Linkage System Ruang Terbuka Kota Tata Informasi Preservasi & Konservasi Bentuk dan tatanan massa bangunan
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DASAR PERMUKIMAN DI KELURAHAN MAASING, KECAMATAN TUMINTING, KOTA MANADO
Sabua Vol.6, No.1: 199-206, Mei 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS KEBUTUHAN PRASARANA DASAR PERMUKIMAN DI KELURAHAN MAASING, KECAMATAN TUMINTING, KOTA MANADO Alfath S.N. Syaban 1, Sonny Tilaar
Lebih terperinciPerencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG)
Perencanaan Kota TEORI URBAN DESIGN 3 (LINGKUNGAN DAN PENUNJANG) Kilas balik Komponen Rancangan Permen PU no 06/2007 tentang Pedoman Umum RTBL, dengan penyesuaian 1. Struktur peruntukan lahan ( bangunan)
Lebih terperinciPERANCANGAN KOTA. Lokasi Alun - Alun BAB III
BAB III DATA ALUN-ALUN KABUPATEN WONOGIRI Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111
Lebih terperinciMOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiv BAB I PENDAHULUAN...
Lebih terperinciPENGARUH KEBERADAAN KAMPUS UNSRAT TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN LAHAN DI KELURAHAN BAHU DAN KELURAHAN KLEAK MANADO
PENGARUH KEBERADAAN KAMPUS UNSRAT TERHADAP PERUBAHAN PEMANFAATAN LAHAN DI KELURAHAN BAHU DAN KELURAHAN KLEAK MANADO MarshelPua 1, Octavianus A.H. Rogi ST, MSi²,& Amanda Sembel, ST, MT, MSc 3 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
14 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemahaman judul. Untuk mengartikan judul Kajian pengaruh Pembangunan Jalan Layang Terhadap Perkembangan Tata Ruang Kawasan Janti, Desa Caturtunggal, Kabupaten Sleman kita perlu
Lebih terperinciPengaruh Penataan Bangunan dan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya
C198 Pengaruh Penataan Bangunan Lingkungan Terhadap Resiko Bencana Kebakaran Di Kelurahan Nyamplungan Kota Surabaya Arimudin Nurtata Adjie Pamungkas Jurusan Perencanaan Wilayah Kota, Fakultas Teknik Sipil
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN WILAYAH KOTA TIDORE
HASIL PENELITIAN IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN WILAYAH KOTA TIDORE Sri Devi Febrianty 1, Rieneke L.E Sela, ST.MT 2, & Ir. Sonny Tilaar MSi 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA PERENCANAAN
BAB IV ANALISA PERENCANAAN 4.1. Analisa Non Fisik Adalah kegiatan yang mewadahi pelaku pengguna dengan tujuan dan kegiatannya sehingga menghasilkan besaran ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi kegiatannya.
Lebih terperinciPerencanaan Koridor Kawasan Fungsi Campuran Jl. Jenderal Sudirman-Jl. Ratulangi Makassar
TEMU ILMIAH IPLBI 03 Perencanaan Koridor Kawasan Fungsi Campuran Jl. Jenderal Sudirman-Jl. Ratulangi Makassar Alvionirma Pallunan (), Marly Valenti Patandianan () () Prodi Pengembangan Wilayah dan Kota,
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciKARAKTER INDIS KAWASAN SAGAN LAMA YOGYAKARTA
KARAKTER INDIS KAWASAN SAGAN LAMA YOGYAKARTA Hatta Musthafa Adham Putra. Staf Pengajar Program Studi Arsitektur, Jurusan Desain Politeknik Negeri Samarinda E-mail: hattamusthafa@gmail.com ABSTRACT Old
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perencanaan
1.1 Latar Belakang Perencanaan BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini dilihat dari banyaknya pulau yang tersebar di seluruh wilayahnya yaitu 17.504
Lebih terperinciREVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN
REVIEW PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN SANGKURUN KOTA KUALA KURUN Alderina 1) Fransisco HRHB 2) ABSTRAKSI Tujuan penelitian ; mengetahui karakteristik dan potensi Pedagang Kaki Lima di kawasan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA. Dwi Suci Sri Lestari.
KARAKTERISTIK PERUMAHAN DI KAWASAN TEPI SUNGAI MAHAKAM KASUS KELURAHAN SELILI KECAMATAN SAMARINDA ILIR KOTA SAMARINDA Dwi Suci Sri Lestari Abstrak Kawasan tepi sungai merupakan kawasan tempat bertemunya
Lebih terperinciBAB VI DATA DAN ANALISIS
BAB VI DATA DAN ANALISIS 4.1 Analisa Kawasan Pemilihan tapak dikawasan Cicadas tidak lepas dari fakta bahwa Kawasan Cicadas termasuk kedalam salah satu kawasan terpadat didunia dimana jumlah penduduk mencapai
Lebih terperinciPermasalahan pemanfaatan ruang terbangun di kawasan pesisir Kota Manado antara lain adanya pembangunan
ANALISIS PEMANFAATAN RUANG TERBANGUN DI KAWASAN PESISIR LOKASI STUDI KASUS: SEPANJANG PESISIR KOTA MANADO Pricilia Jeanned Arc Valensia Mogot 1, Sonny Tilaar 2, & Raymond Tarore 3 1 Mahasiswa S1 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek. Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan
1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Obyek Perkembangan kota tergantung dari lokasi, kepadatan kota, dan berkaitan dengan masa lalu atau sejarah terbentuknya kota serta berkaitan dengan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari pemahaman mengenai citra suatu kawasan. Adapun teori yang berhubungan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam mengkaji teori yang berkaitan dengan citra jalan, tentunya tidak lepas dari pemahaman mengenai citra suatu kawasan. Adapun teori yang berhubungan dengan citra kawasan adalah
Lebih terperinciANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN PENDUDUK BERDASARKAN DATA MATRIKS ASAL TUJUAN KOTA MANADO ABSTRAK
ANALISIS BANGKITAN DAN TARIKAN PERGERAKAN PENDUDUK BERDASARKAN DATA MATRIKS ASAL TUJUAN KOTA MANADO Meike Kumaat Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Jl Hayam
Lebih terperinciPenerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara
TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara Sri Aliah Ekawati Prodi Pembangunan Wilayah dan Kota, Fakultas
Lebih terperinciPERENCANAAN BLOK PLAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI MASTER PLAN SARANA DAN PERASARANA BAGIAN A PERENCANAAN BLOK PLAN 2015-2020 A-1 BAB I TINJAUAN UMUM KONTEKSTUALITAS PERENCANAAN 1.1. Tinjauan Konteks Tipologi Kawasan Unsrat di
Lebih terperinciPENGARUH PERKEMBANGAN PERKOTAAN TERHADAP MORFOLOGI KAMPUNG KAUMAN KOTA SEMARANG. Cynthia Putriyani Alie¹ dan Djoko Suwandono²
Jurnal Ruang - Volume 1 Nomor 1 Tahun 2013 ISSN 1858-3881 PENGARUH PERKEMBANGAN PERKOTAAN TERHADAP MORFOLOGI KAMPUNG KAUMAN KOTA SEMARANG Cynthia Putriyani Alie¹ dan Djoko Suwandono² 1 Mahasiswa Jurusan
Lebih terperinciTEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY
TEORI PERANCANGAN KOTA : FIGURE GROUND THEORY D://Vero/Juta/Akademik/Bahankulia h/peranc.kota Teori Perancangan Kota (Urban Design) ( Roger Trancik ) TEORI PERANCANGAN KOTA 1. Teori Figure Ground 2. Teori
Lebih terperinciTipologi Bangunan Paikhong sebagai salah satu Elemen Dominan (Landmark) dalam Memperkuat Citra Kota Singkawang Kalimantan Barat.
Tipologi Bangunan Paikhong sebagai salah satu Elemen Dominan (Landmark) dalam Memperkuat Citra Kota Singkawang Kalimantan Barat Dra. Cornellia Rimba, Lilis Widaningsih, SPd., M.T. The element of dominance,
Lebih terperinciDAMPAK PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP SISTEM DRAINASE DI KECAMATAN PAAL DUA MANADO
DAMPAK PERKEMBANGAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP SISTEM DRAINASE DI KECAMATAN PAAL DUA MANADO Bimo Sakti, Ir. Pierre H. Gosal, MEDS, dan Hendriek H. Karongkong, ST, MT 3 Mahasiswa S Program Studi Perencanaan
Lebih terperinciTINJAUAN PULO CANGKIR
BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI PELAYANAN TERMINAL ANGKUTAN UMUM
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv MOTTO... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR PETA... xiv BAB I
Lebih terperinciBAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses
BAB III METODE PERANCANGAN Secara umum kajian perancangan dalam tugas ini, merupakan paparan dari langkah-langkah dalam proses merancang. Sedangkan analisis data dilakukan dengan metode berdasarkan logika,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya Pembangunan Nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang selaras, serasi dan berkesinambungan serta mengatur hubungan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia. Dimana pada masa perkembangan peradaban kota badan air merupakan satu-satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan Ibukota Provinsi Jawa Barat dengan jumlah penduduk berdasarkan proyeksi sensus penduduk tahun 2012 yaitu 2,455,517 juta jiwa, dengan kepadatan
Lebih terperinciKelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.
Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Dampak Perubahan Guna Lahan Akibat Pembangunan Kampus di Wilayah Pinggiran Kota (Studi Kasus: Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Palu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Hal II-01.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan, yang sebagian besar memiliki lebih dari 13.000 pulau dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000 kilometer. Karenanya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah kota serta peningkatan jumlah penduduk perkotaan tentunya akan memberikan konsekuensi terhadap kebutuhan ruang. Pertumbuhan penduduk di kota besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk daerah perkotaan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, masih cukup tinggi. Salah satu penyebab adanya laju pertambahan penduduk
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI PULAU DOOM KOTA SORONG. : Permukiman, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Permukiman
PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI PULAU DOOM KOTA SORONG Devid Abraham Johansz 1, Rieneke L. E. Sela, ST, MT 2, & Ir. Sonny Tilaar, MSi 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. besar dari sejak awalnya berdirinya desa (kurang lebih 150 tahun yg lalu)
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 6.1.1. Main Conclusion Desa Bayung Gede mengalami perubahan morfologi yang sangat besar dari sejak awalnya berdirinya desa (kurang lebih 150 tahun yg lalu) hingga
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian penataan kawasan permukiman kumuh nelayan di Kelurahan Lumpur yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berawal ketika Pemerintah Kota Semarang memindahkan beberapa PKL dari kawasan Stasiun Tawang, Jl Sendowo, dan Jl. Kartini pada awal dekade 80-an. Beberapa PKL tersebut
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian ini berupa hasil jawaban dari pertanyaan penelitian dan tujuan awal dari penelitian yaitu bagaimana karakter Place kawasan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Penulis menggunakan metode kualitatif karena peneliti sendiri akan menjadi
Lebih terperinciPERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU
PERMODELAN BANGKITAN PERGERAKAN UNTUK BEBERAPA TIPE PERUMAHAN DI PEKANBARU Parada Afkiki Eko Saputra 1 dan Yohannes Lulie 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Universitas Atma Jaya Yogyakarta Email: Paradaafkiki@gmail.com
Lebih terperinciL I N K A G E. Mata Kuliah Arsitektur Kota. Teori Urban Desain
Teori Urban Desain Mata Kuliah Arsitektur Kota ACTION MANNER OF LINKAGE OR BEING LINKED suatu hub dari gerakan /keragaman (oxford advanced learner s dictionery) Konteks Arsitektur kota lingkage menunjukan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KORIDOR JALAN TRANS SULAWESI DI AMURANG
IDENTIFIKASI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KORIDOR JALAN TRANS SULAWESI DI AMURANG Josal Tambajong 1, Windy Mononimbar, ST, MT 2, Verry Lahamendu, ST, MT 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan kota yang ditunjukkan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas kota menuntut pula kebutuhan lahan yang semakin besar. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya tingkat
Lebih terperinciPELABUHAN PERIKANAN PANTAI REMBANG
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PELABUHAN PERIKANAN PANTAI REMBANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : ENDANG DWI HARIYANTI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi penginderaan jauh yang semakin pesat menyebabkan penginderaan jauh menjadi bagian penting dalam mengkaji suatu fenomena di permukaan bumi sebagai
Lebih terperinciSejalan dengan berkembangnya suatu kota atau wilayah dan meningkatnya kebutuhan manusia, infrastruktur jalan sangat diperlukan untuk menunjang proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sistem transportasi terutama infrastruktur jaringan jalan merupakan salah satu modal utama dalam perkembangan suatu wilayah. Pada daerah perkotaan, terutama, dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Kondisi Perempatan Ring Road Condong Catur pada Kabupaten Sleman Jalan merupakan salah satu ruang publik dalam suatu kawasan yang memiliki peran penting dalam
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan
86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan Babarsari adalah: - Dinamika aktivitas yang terjadi yaitu adanya multifungsi aktivitas dan pengguna
Lebih terperinci28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No
28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG PADA KORIDOR JL. LANGKO PEJANGGIK SELAPARANG DITINJAU TERHADAP RTRW KOTA MATARAM Oleh : Eliza Ruwaidah Dosen tetap Fakultas
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Simpulan dalam laporan ini berupa konsep perencanaan dan perancangan yang merupakan hasil analisa pada bab sebelumnya. Pemikiran yang melandasi proyek kawasan transit
Lebih terperinciANALISIS PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIANTAR SITALASARI TAHUN 2010 DAN TAHUN 2015 DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD
ANALISIS PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN SIANTAR SITALASARI TAHUN 2010 DAN TAHUN 2015 DENGAN MENGGUNAKAN CITRA QUICKBIRD Ahmad Fadli Siregar Jurusan Pendidikan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Lebih terperincilib.archiplan.ugm.ac.id
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN...iii KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR BAGAN... xviii INTISARI... xix
Lebih terperinciPENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR
PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Oleh M.ARIEF ARIBOWO L2D 306 016 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu: mengetahui karakteristik
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Redevelopment Redevelopment atau yang biasa kita kenal dengan pembangunan kembali adalah upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan cara mengganti sebagian dari,
Lebih terperinciHASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA
ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA Fitriani S. Rajabessy 1, Rieneke L.E. Sela 2 & Faizah Mastutie 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. BPS Monografi Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara. Semarang : Kelurahan Bandarharjo Kecamatan Semarang Utara.
DAFTAR PUSTAKA BPS. 2011. Kecamatan Semarang Tengah Dalam Angka 2010. Semarang : BPS Semarang. BPS. 2011. Kecamatan Semarang Utara Dalam Angka 2010. Semarang : BPS Semarang. BPS. 2011. Kota Semarang Dalam
Lebih terperinciBELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN
BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kota Bandung Sebagai Pusat Pertumbuhan Nasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Kota Bandung Sebagai Pusat Pertumbuhan Nasional Gambar 1.1 Peta Kota Bandung (Sumber:www.google.com) Dengan fungsi dan kedudukannya sebagai salah satu pusat pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lokasi penelitian ini terletak di Klender, kelurahan Jatinegara Kaum, Jakarta Timur, disebut Jatinegara Kaum karena di sana terdapat kaum, dimana kata kaum diambil
Lebih terperinciSTUDI TERHADAP POTENSI TEPIAN SUNGAI KAHAYAN MENJADI KAWASAN WISATA DI KOTA PALANGKA RAYA
ISSN 1907-8536 Volume 5 Nomor 1 Juli 2010 STUDI TERHADAP POTENSI TEPIAN SUNGAI KAHAYAN MENJADI KAWASAN WISATA DI KOTA PALANGKA RAYA Yesser Priono 1) Abstraksi Pertumbuhan dan perkembangan Kota Palangka
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
101 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa penelitian dapat disimpulkan bahwa arahan untuk selubung bangunan sebagai berikut : 6.1.1..Selubung bangunan berdasarkan kondisi
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Laporan Akhir ini merupakan penyempurnaan dari Laporan Antara yang merupaka satu rangkaian kegiatan dalam Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Daruba, untuk meningkatkan
Lebih terperinciKajian Tata Bangunan dan Lingkungan pada Koridor Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Makassar
TEMU ILMIAH IPLBI 2015 Kajian Tata Bangunan dan Lingkungan pada Koridor Jalan Perintis Kemerdekaan Kota Makassar M. Yahya Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Laboratorium Perencanaan Perumahan dan Lingkungan
Lebih terperinciTEORI PERANCANGAN KOTA. Pengantar Perancangan Perkotaan
TEORI PERANCANGAN KOTA Pengantar Perancangan Perkotaan Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Pancasila Cynthia Puspitasari 9 Mei 2017 Bahasan hari ini: 1. Urban spatial design theory 2. The Image
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Latar Belakang Formal Geografi adalah salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memperhatikan aspek-aspek geografi yang mendukung dalam pembangunan wilayah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian
1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian awal dari penelitian. Pendahuluan adalah awal suatu cara untuk mengetahui suatu masalah dengan cara mengumpulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kondisi penggunaan lahan dinamis, sehingga perlu terus dipantau. dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan salah pemanfaatan.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan sangat diperlukan untuk kelanjutan hidup manusia. Kemajuan pembangunan di suatu wilayah sejalan dengan peningkatan jumlah pertumbuhan penduduk yang diiringi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diungkapkan Hakim (19 91) dimana ruang terbuka merupakan elemen
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbicara mengenai kota tidak mungkin terlepas dari kebutuhan akan ruang, terutama ruang terbuka, karena menurut Shirvani (1985) ruang terbuka merupakan salah satu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
34 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Metode kualitatif ini, penulis yang menjadi instrumen dalam penelitian
Lebih terperinciKajian Potensi Sungai Tallo Kota Makassar sebagai Daya Tarik
TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kajian Potensi Sungai Tallo Kota Makassar sebagai Daya Tarik Wisata dengan Konsep Revitalisasi Mukti Ali (1), Muhammad Adhim Arasy (2), Andi Risdayanti (2), Tristania Agatha K. (2)
Lebih terperinciMORFOLOGI WILAYAH PERI URBAN DI KECAMATAN PINELENG
MORFOLOGI WILAYAH PERI URBAN DI KECAMATAN PINELENG Greglory M. Menajang¹, Jefrey I. Kindangen², &Judy O. Waani³ 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi Manado
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN menjadikan kota Saumlaki semakin berkembang dengan pesat.
16 BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Belakang Kota Saumlaki, terletak di Propinsi Maluku, Indonesia. Saumlaki dahulu adalah kota kecamatan dalam wilayah Kabupeten Maluku Tenggara, yang kemudian melalui pemekaran
Lebih terperinciBUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013
1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG KORIDOR JALAN LETJEND S. PARMAN - JALAN BRAWIJAYA DAN KAWASAN SEKITAR TAMAN BLAMBANGAN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kurangnya keamanan atas kepemilikan tanah; Kurangnya fasilitas-fasilitas dasar;
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metoda Penentuan Lokasi Penelitian Dalam menentukan lokasi penelitian, lokasi harus mencakup seluruh kriteria yang terkait mengenai permukiman informal. Menurut United
Lebih terperinciPenentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development
C481 Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development Virta Safitri Ramadhani dan Sardjito Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN
BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN Untuk memperoleh hasil pemrograman yang maksimal, proses analisa yang dilakukan sebaiknya bersumber pada data yang tersusun dengan sempurna. Data yang sudah terkumpul kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pergerakan manusia, seperti pergerakan dari rumah (asal) sekolah, tempat kerja, dan lain-lain
Lebih terperinciANALISIS PEMANFAATAN PARKIR PADA KAWASAN PERKANTORAN JALAN 17 AGUSTUS MANADO
ANALISIS PEMANFAATAN PARKIR PADA KAWASAN PERKANTORAN JALAN 17 AGUSTUS MANADO Sudiro 1, James Timboeleng²,& Esly D Takumansang 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas Sam Ratulanggi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PERANCANGAN
BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Metode yang digunakan dalam perancangan Pusat Kegiatan dan Dokumentasi Arsitektur adalah dengan menjelaskan secara deskriptif mengenai obyek rancangan dan juga permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang
I.I Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat di wilayah perkotaan berdampak pada bertambahnya fungsi-fungsi yang harus diemban oleh kota tersebut. Hal ini terjadi seiring
Lebih terperinci