Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB."

Transkripsi

1 Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Dampak Perubahan Guna Lahan Akibat Pembangunan Kampus di Wilayah Pinggiran Kota (Studi Kasus: Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta) Amithya Irma Kurniawati (1), Denny Zulkaidi (2) (1) Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. (2) Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. Abstrak Perubahan guna lahan merupakan perubahan yang terjadi pada suatu pemanfaatan lahan dengan tujuan tertentu. Perubahan guna lahan tentunya dapat membawa dampak baik positif maupun negatif bagi sekitarnya. Adanya pembangunan di wilayah pinggiran Kota Yogyakarta telah memicu terjadinya peningkatan alih fungsi lahan dan perubahan guna lahan di sekitar kampus tersebut. Namun, belum diketahui secara pasti apakah perubahan guna lahan di sekitar disebabkan oleh pembangunan kampus tersebut dan apa saja dampak perubahan guna lahan yang diakibatkan oleh pembangunan kampus tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perubahan guna lahan di sekitar dan menstrukturkan dampak perubahan guna lahan akibat pembangunan kampus tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis perubahan guna lahan pada persil di sekitar Kampus Terpadu UII pada tahun yang terbesar adalah perubahan guna lahan RTH menjadi campuran. Proses perubahan guna lahan di sekitar pada tahun digolongkan ke dalam tahapan dominasi. Dampak perubahan guna lahan akibat pembangunan Kampus Terpadu UII yang terbesar adalah dampak ekonomi yang positif, yaitu: penduduk setempat dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dari adanya layanan kegiatan usaha milik orang lain di sekitarnya. Kata-kunci: pembangunan kampus, perubahan guna lahan, dampak perubahan guna lahan, struktur dampak perubahan guna lahan. Pendahuluan Perubahan guna lahan merupakan perubahan yang terjadi pada suatu pemanfaatan lahan dengan tujuan tertentu (Briassoulis, 2000). Perubahan guna lahan tentunya dapat membawa dampak baik positif maupun negatif bagi sekitarnya. Perubahan guna lahan di wilayah pinggiran kota, dalam beberapa hal dapat menyebabkan menurunnya nilai lahan di wilayah bersangkutan, misalnya: penggunaan yang tidak sesuai dengan nilai lokasi geografisnya, pemanfaatan infrastruktur yang tidak optimal, serta sulitnya menyediakan sarana dan prasarana yang memadai (Akbar, 1993, hal. 57). Oleh karena itu, perlu identifikasi dampak perubahan guna lahan. Dengan mengetahui dampak negatif yang terjadi, dapat diberikan rekomendasi untuk mengatasi dampak tersebut. Perkembangan wilayah Kabupaten Sleman di wilayah pinggiran Kota Yogyakarta yang sangat cepat ditandai dengan semakin meningkatnya lahan terbangun di sepanjang Jalan Kaliurang. Pada awalnya, wilayah Kaliurang berfungsi sebagai kawasan resapan air sehingga jarang ditemukan permukiman/perumahan dan Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3 815

2 Dampak Perubahan Guna Lahan Kampus di Wilayah Pinggiran Kota kegiatan ekonomi di wilayah tersebut, terutama di sepanjang Jalan Kaliurang. Adanya pembangunan Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII) di wilayah pinggiran Kota Yogyakarta telah memicu terjadinya peningkatan alih fungsi lahan dan perubahan guna lahan di sekitar kampus tersebut. Berdasarkan hal tersebut, maka belum diketahui secara pasti apakah perubahan guna lahan di sekitar disebabkan oleh pembangunan kampus tersebut dan apa saja dampak perubahan guna lahan yang diakibatkan oleh pembangunan kampus tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perubahan guna lahan di sekitar dan menstrukturkan dampak perubahan guna lahan akibat pembangunan kampus tersebut. Pembahasan detil penelitian ini diuraikan dalam tulisan ini yang terdiri dari 4 bagian. Bagian pertama menguraikan teori dampak perubahan guna lahan dan bagian kedua menguraikan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Bagian ketiga menguraikan gambaran studi kasus dari penelitian ini sedangkan bagian keempat menguraikan hasil analisis dan diskusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis perubahan guna lahan pada persil di sekitar pada tahun yang terbesar adalah perubahan guna lahan RTH menjadi campuran. Proses perubahan guna lahan di sekitar pada tahun digolongkan ke dalam tahapan dominasi. Dampak perubahan guna lahan akibat pembangunan yang terbesar adalah dampak ekonomi yang positif, yaitu: penduduk setempat dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dari adanya layanan kegiatan usaha milik orang lain di sekitarnya. Teori Dampak Perubahan Guna Lahan a. Perubahan Guna Lahan Perubahan guna lahan adalah suatu pemanfaatan baru atas lahan yang berbeda dengan pemanfaatan lahan sebelumnya. Hal 816 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3 tersebut seperti yang dijelaskan oleh Kustiwan, dkk., (2000), perubahan guna lahan secara umum menyangkut transformasi dalam pengalokasian sumber daya lahan dari satu pemanfaatan ke pemanfaatan lainnya. Jenis guna lahan pada suatu persil lahan dapat dilihat dari jenis kegiatan yang berlangsung di dalamnya dan guna lahannya. Jika dilihat dari kegiatannya, guna lahan terdiri dari 3 jenis, yaitu: guna lahan utama, aksesoris, dan campuran. Jika guna lahan utama hanya memiliki satu kegiatan utama, maka guna lahan tersebut merupakan guna lahan tunggal. Namun, jika guna lahan utama memiliki lebih dari satu kegiatan, maka guna lahan tersebut merupakan guna lahan aksesoris atau campuran (Patterson, 1979). Pemerintah DKI Jakarta, misalnya, melalui Surat Keputusan Gubernur DKI tahun 1975 tentang Kegiatan Tambahan, mendefinisikan guna lahan aksesoris sebagai guna lahan yang memiliki kegiatan utama berupa rumah tinggal dan kegiatan tambahan berupa kegiatan usaha, dengan luas dari kegiatan tambahan kurang dari 25 % dari KDB (Koefisien Dasar Bangunan). Adapun guna lahan campuran sebagai guna lahan yang memiliki kegiatan berupa rumah tinggal dan kegiatan lain berupa kegiatan usaha, dengan luas dari kegiatan usaha sama atau lebih dari 25 % dari KDB. Selain itu, proporsi kegiatan pada guna lahan campuran relatif berimbang. Adapun berbagai jenis guna lahan, yaitu: guna lahan perumahan, komersil, industri, publik, ruang terbuka hijau, dan campuran (Patterson, 1979). Perubahan guna lahan pada dasarnya mencakup 2 bentuk, yaitu: konversi dan modifikasi (Briassoulis, 2000). Konversi adalah perubahan jenis penggunaan lahan dari satu penggunaan ke penggunaan lain. Adapun modifikasi adalah terjadi perubahan intensitas peruntukan atau atribut pada jenis penggunaan lahan yang sama. Beberapa tahapan di dalam proses perubahan guna lahan adalah penetrasi, invasi, dominasi, dan suksesi (Bourne, 1971). Penetrasi, yaitu: terjadinya penerobosan peruntukan baru ke dalam guna lahan yang homogen. Invasi, yaitu:

3 terjadinya serbuan peruntukan baru yang lebih besar daripada tahap penetrasi tapi belum mendominasi guna lahan utama. Dominasi, yaitu: terjadinya perubahan dominasi proporsi dari guna lahan lama ke guna lahan baru akibat besarnya perubahan ke guna lahan baru. Adapun suksesi, yaitu: terjadinya pergantian secara menyeluruh dari guna lahan lama ke guna lahan baru. b. Dampak Perubahan Guna Lahan Dampak adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu kegiatan. Secara umum dalam AMDAL (Analisis mengenai Dampak Lingkungan), dampak pembangunan diartikan sebagai perubahan yang tidak direncanakan yang disebabkan oleh aktivitas pembangunan (Soemarwoto, 2005). Sifat dampak dapat dibagi menjadi dampak positif dan negatif serta langsung dan tidak langsung. Dampak yang bersifat positif berupa manfaat sedangkan dampak yang bersifat negatif berupa risiko kepada lingkungan fisik dan nonfisik, termasuk sosial budaya. Banyak faktor yang mempengaruhi penentuan apakah dampak itu baik (positif) atau buruk (negatif). Kadar baik dan buruk dari dampak tergantung pada sudut pandang seseorang dan sudut pandang tersebut menentukan tolok ukur yang dipakai untuk menilai dampak (Soemarwoto, 2005). Adapun dampak langsung adalah dampak yang diakibatkan oleh usaha atau kegiatan yang dapat langsung dirasakan oleh manusia sedangkan dampak tidak langsung adalah dampak yang dapat dirasakan oleh manusia yang ditimbulkan dari dampak langsung (Wardhana, 2001). Beberapa jenis dampak, antara lain: dampak fisik dan kimia, biologis, sosial-ekonomi, serta sosial-budaya. Dampak fisik dan kimia dapat berupa kebisingan serta perubahan kualitas udara dan kuantitas dan kualitas air. Dampak biologis dapat berupa gangguan di dalam siklus hidup flora dan fauna. Berbagai komponen yang dapat dilihat pada dampak sosial-ekonomi, antara lain: pola perkembangan penduduk, pola perpindahan musiman dan tetap, pola perkembangan ekonomi, penyerapan tenaga Amithya Irma Kurniawati kerja, berkembangnya struktur ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat, perubahan lapangan pekerjaan, gangguan kesehatan masyarakat, kondisi tata guna lahan dan berbagai fasilitas yang ada, serta persepsi masyarakat. Adapun berbagai komponen yang dapat dilihat pada dampak sosial-budaya, antara lain: keadaan bentuk dan kualitas hidup masyarakat serta perilaku, persepsi, cita-cita, dan nilai-nilai dari masyarakat (Suratmo, 2004). Selain itu, beberapa jenis dampak dapat berupa dampak industri dan teknologi serta pencemaran lingkungan. Dampak industri dan teknologi ada yang bersifat langsung dan tidak langsung. Dampak langsung dapat berupa pencemaran udara, air, dan daratan. Dampak tidak langsung dapat berupa urbanisasi, perubahan perilaku, dan kriminalitas. Adapun dampak pencemaran lingkungan dapat dilihat dari 3 jenis pencemaran, yaitu: pencemaran udara, air, dan daratan. Dampak pencemaran udara dapat berupa gangguan kesehatan masyarakat, kebisingan, serta kerusakan ozon dan efek rumah kaca. Dampak pencemaran air dapat berupa air yang tidak dapat digunakan lagi untuk keperluan rumah tangga, industri, dan pertanian serta timbulnya penyakit. Adapun dampak pencemaran daratan ada yang bersifat langsung dan tidak langsung. Dampak langsung dapat berupa bau tidak sedap akibat penguraian limbah padat organik serta timbunan limbah padat yang menimbulkan pemandangan kumuh. Dampak tidak langsung dapat berupa tempat pembuangan limbah padat menjadi pusat berkembangnya serangga yang dapat menimbulkan penyakit (Wardhana, 2001). Mitigasi adalah tindakan yang diambil selama persiapan rencana dan pelaksanaan atau peninjauan ulang proyek untuk mengurangi dampak dari pembangunan di masa depan atau ancaman dari bencana alam. Beberapa jenis mitigasi dampak perubahan guna lahan adalah mitigasi dampak lingkungan, fasilitas masyarakat, sosial, dan bahaya bencana (Kaiser, dkk., 1995). Mitigasi dampak lingkungan berupa perubahan guna lahan untuk penyangga kawasan alam dari dampak atau restorasi (penggantian) daerah yang terkena dampak. Mitigasi dampak fasilitas masyarakat berupa Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3 817

4 Dampak Perubahan Guna Lahan Kampus di Wilayah Pinggiran Kota penyediaan infrastruktur baru atau pembayaran biaya dampak terhadap peningkatan kapasitas fasilitas. Mitigasi dampak sosial berupa perubahan mengenai kepadatan, tata letak, atau lokasi proyek. Adapun mitigasi dampak bahaya bencana berupa tindakan yang diambil sebelum bencana menyerang untuk mencegah atau mengurangi efek dari bencana tersebut. Metode Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif untuk mengolah data primer yang diperoleh dari kuesioner dan metode kualitatif untuk merumuskan mitigasi dampak perubahan guna lahan. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pengumpulan data sekunder dan primer. Pengumpulan data sekunder didapatkan dari berbagai dokumen yang berasal dari dinas-dinas di Kabupaten Sleman serta Kantor Kecamatan Ngemplak dan Ngaglik. Adapun pengumpulan data primer dilakukan dengan observasi dan penyebaran kuesioner kepada responden yang sudah dipilih, yaitu: pemilik persil. Pemilihan responden pada kuesioner dilakukan dengan gabungan cluster random sampling (penentuan anggota sampel secara berkelompok) dan proporsional random sampling (penentuan anggota sampel secara acak berimbang), dengan ukuran sampel yang digunakan sebanyak 203 sampel dari 412 sub-populasi dan batas toleransi kesalahan sebesar 0,05. Berbagai variabel yang diidentifikasi sebagai dasar untuk analisis perubahan guna lahan di sekitar Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII) dan dampak perubahan guna lahan akibat pembangunan kampus tersebut adalah dampak obyektif. Dampak obyektif adalah dampak yang dapat diukur dari obyek penelitian (Kaiser, dkk., 1995). Variabel yang diidentifikasi dari dampak obyektif bersifat kuantitatif. Jadi informasi mengenai dampak obyektif pada penelitian ini diperoleh dari jawaban kuesioner oleh pemilik persil. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskriptif kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengolah data primer yang diperoleh dari kuesioner. Adapun analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk merumuskan mitigasi dampak perubahan guna lahan yang digunakan dalam mengatasi dampak negatif perubahan guna lahan akibat pembangunan. Gambaran Studi Kasus Wilayah penelitian ini adalah dusun-dusun yang langsung bersebelahan dengan bagian utara, barat, selatan, dan timur dari lokasi Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII), yaitu: Dusun Kimpulan, Lodadi, Tegalsari, Bonjotan, dan Nglanjaran. Dusun Kimpulan, Lodadi, dan Tegalsari termasuk ke dalam wilayah Desa Umbulmartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman. Adapun Dusun Bonjotan dan Nglanjaran termasuk ke dalam wilayah Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Penentuan dusun-dusun tersebut berdasarkan pertimbangan bahwa persil yang terdapat di dalam wilayah dusundusun tersebut dianggap sebagai persil yang kegiatan di atasnya mendapatkan dampak dari pembangunan. Adapun peta wilayah penelitian dapat dilihat pada gambar 1. Dusun Nglanjaran Dusun Kimpulan Batas Kecamatan Ngaglik Batas Kecamatan Ngemplak Kampus Terpadu UII Dusun Lodadi Dusun Tegalsari Dusun Bonjotan Gambar 1. Peta Wilayah Penelitian Jalan Kaliurang Sumber: Survei Primer dan Sekunder, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3

5 Analisis dan Diskusi Analisis ini dibagi menjadi 3 bagian. Analisis pertama menjelaskan mengenai perubahan guna lahan di sekitar Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII). Analisis kedua menjelaskan mengenai dampak perubahan guna lahan akibat pembangunan Kampus Terpadu UII. Adapun analisis ketiga menjelaskan mengenai mitigasi dampak perubahan guna lahan dalam mengatasi dampak negatif perubahan guna lahan akibat pembangunan. a. Perubahan Guna Lahan di Sekitar Kampus Terpadu UII Jenis perubahan guna lahan pada persil di sekitar pada tahun yang terbesar adalah perubahan guna lahan RTH (Ruang Terbuka Hijau) menjadi campuran (sebanyak 49). Jenis dan besar perubahan guna lahan pada persil di sekitar pada tahun dapat dilihat pada tabel 1. Dengan mengidentifikasi jenis guna lahan pada persil tahun 1993 dengan guna lahan eksisting pada persil tahun 2013, dapat diketahui bahwa Amithya Irma Kurniawati jumlah guna lahan yang mengalami perubahan dan guna lahan yang tetap (tidak mengalami perubahan) pada persil. Setelah mengidentifikasi jumlah guna lahan yang mengalami perubahan pada persil, dapat diketahui bahwa jumlah guna lahan tersebut yang diakibatkan oleh pembangunan. Adapun dengan mengidentifikasi jumlah guna lahan yang tetap pada persil, dapat diketahui bahwa jumlah guna lahan tersebut yang memiliki kegiatan tambahan pada persil. Setelah mengidentifikasi jumlah guna lahan yang tetap tapi memiliki kegiatan tambahan pada persil, dapat diketahui bahwa jumlah guna lahan tersebut yang diakibatkan oleh pembangunan. Berdasarkan hasil analisis yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tingkat perubahan guna lahan (guna lahan berubah menjadi tunggal, aksesoris, dan campuran) yang diakibatkan oleh pembangunan tergolong tinggi (sebesar 78,34 %) sedangkan tingkat tambahan guna lahan (guna lahan aksesoris) yang diakibatkan oleh pembangunan kampus tersebut tergolong sedang (sebesar 40 %). Proses analisis mengenai jenis dan besar perubahan guna lahan pada persil di sekitar dapat dilihat pada gambar 2. Tabel 1. Jenis dan Besar Perubahan Guna Lahan pada Persil di Sekitar Tahun Jenis Guna Lahan Jenis Guna Lahan Tahun 2013 Tahun 1993 RTH Perumahan Jasa Perdagangan Jasa dan Perdagangan Aksesoris Campuran RTH Perumahan Jasa Perdagangan Jasa dan Perdagangan Aksesoris Campuran Sumber: Hasil Analisis, Keterangan: = Guna Lahan Berubah = Guna Lahan Tetap Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3 819

6 Dampak Perubahan Guna Lahan Kampus di Wilayah Pinggiran Kota Langkah A1 Guna Lahan (1993) Guna Lahan Eksisting (2013) Apakah terjadi perubahan guna lahan (konversi)? 203 Guna Lahan Tetap Tidak 41 Apakah ada Guna Lahan Tetap dan kegiatan tambahan? Tidak tidak ada Kegiatan Tambahan 33 Guna Lahan Tunggal Guna Lahan Campuran Langkah A2 157 Guna Lahan Berubah 46 Guna Lahan Tetap tapi ada Kegiatan Tambahan 5 8 Langkah B1 63 Guna Lahan Aksesoris Guna Lahan Tunggal 10 Guna Lahan Aksesoris 84 Guna Lahan Campuran 5 Guna Lahan Tunggal bukan Tidak Apakah kegiatan akibat pembangunan Kampus Terpadu UII? Guna Lahan Aksesoris bukan Tidak Apakah kegiatan akibat pembangunan Kampus Terpadu UII? Guna Lahan Campuran bukan Tidak Apakah kegiatan akibat pembangunan Kampus Terpadu UII? Apakah kegiatan tambahan akibat pembangunan Kampus Terpadu UII? Tidak Guna Lahan Aksesoris (Kegiatan Tambahan) bukan 25 Langkah A3 38 Guna Lahan Tunggal 3 7 Guna Lahan Aksesoris 6 78 Guna Lahan Campuran Guna Lahan Aksesoris (Kegiatan Tambahan) 2 3 Langkah B2 Langkah A4 Tingkat Perubahan Guna Lahan ( Guna Lahan Tunggal, Aksesoris, dan Campuran) Tergolong Tinggi Gambar 2. Proses Analisis Jenis dan Besar Perubahan Guna Lahan pada Persil di Sekitar Tingkat Tambahan Guna Lahan (Guna Lahan Aksesoris) Tergolong Sedang Langkah B3 Sumber: Hasil Analisis, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3

7 Adapun proses perubahan guna lahan di sekitar pada tahun digolongkan ke dalam tahapan dominasi. Penambahan guna lahan pada persil di sekitar kampus tersebut antara tahun yang terbesar adalah guna lahan campuran. Kondisi tersebut membuat guna lahan campuran sebagai jenis guna lahan utama pada tahun 2013 dan menggeser guna lahan RTH yang sebelumnya sebagai jenis guna lahan utama pada tahun Jadi, terjadi perubahan dominasi proporsi dari guna lahan lama pada tahun 1993 (proporsi terbesar berupa guna lahan RTH) ke guna lahan baru pada tahun 2013 (proporsi terbesar berupa guna lahan campuran). Proses perubahan guna lahan di sekitar pada tahun dapat dilihat pada tabel 2. b. Dampak Perubahan Guna Lahan akibat Pembangunan Analisis ini menjelaskan mengenai jenis (dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan) serta sifat dampak (dampak positif, negatif, langsung, dan tidak langsung) akibat kegiatan ekonomi milik orang lain di sekitar di mana jenis kegiatan Amithya Irma Kurniawati tersebut berlangsung di dalam guna lahan eksisting yang mengalami perubahan dan kegiatan tersebut diakibatkan oleh pembangunan. Dampak perubahan guna lahan akibat pembangunan yang terbesar adalah dampak ekonomi yang positif, yaitu: penduduk setempat dapat memenuhi kebutuhan seharihari dari adanya layanan kegiatan usaha milik orang lain di sekitarnya (sebanyak 160 persepsi atau 20,36 %). Jenis dan sifat dampak perubahan guna lahan akibat pembangunan dapat dilihat pada tabel 3. Beberapa dampak perubahan guna lahan akibat pembangunan ada yang dapat langsung dirasakan oleh penduduk (dampak langsung) dan ada juga beberapa dampak yang dapat dirasakan oleh penduduk yang ditimbulkan dari dampak langsung (dampak tidak langsung). Keseluruhan dampak yang sudah dijelaskan di atas distrukturkan ke dalam gambar 3. Struktur dampak perubahan guna lahan yang diakibatkan oleh pembangunan menggambarkan rangkaian keseluruhan dampak yang dilihat dari jenis dan sifatnya. Tabel 2. Proses Perubahan Guna Lahan pada Persil di Sekitar Tahun Jumlah Guna Lahan pada Persil Penambahan Jenis Guna Lahan Guna Lahan Tahun 1993 Tahun 2013 pada Persil RTH Perumahan Jasa Perdagangan Jasa dan Perdagangan Aksesoris Campuran Jumlah Sumber: Hasil Analisis, Tahapan Perubahan Guna Lahan Dominasi Keterangan: = Jumlah Guna Lahan pada Persil Terbesar = Penambahan Guna Lahan pada Persil Terbesar Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3 821

8 Dampak Perubahan Guna Lahan Kampus di Wilayah Pinggiran Kota Tabel 3. Jenis dan Sifat Dampak Perubahan Guna Lahan No. Jenis Dampak 1. Dampak Ekonomi Sifat Dampak Dampak Positif Dampak Negatif 2. Dampak Sosial Dampak Positif Dampak Negatif 3. Dampak Lingkungan Dampak Negatif Sumber: Hasil Analisis, Dampak yang Jumlah Muncul Persepsi Dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dari adanya layanan 160 kegiatan usaha milik orang lain di sekitarnya. Lingkungan menjadi strategis untuk dijadikan tempat usaha 127 akibat adanya kegiatan usaha milik orang lain di sekitar. Lingkungan menjadi strategis untuk dijadikan tempat usaha 27 akibat lingkungan ramai. Memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat. 133 Memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk luar (bukan 31 penduduk setempat). Dampak Lain 4 Kegiatan usaha milik sendiri menjadi menurun akibat adanya 23 kegiatan usaha milik orang lain di sekitar. Dampak Lain 5 Lingkungan menjadi tidak aman akibat adanya kegiatan usaha 8 milik orang lain di sekitar. Dampak Lain 2 Lingkungan menjadi tidak nyaman akibat adanya kegiatan 2 usaha milik orang lain di sekitar. Lingkungan menjadi bising akibat konsumen dari kegiatan 49 usaha milik orang lain di sekitar. Lingkungan menjadi semrawut akibat banyak kegiatan usaha 6 milik orang lain di sekitar. Banyak konsumen dari kegiatan usaha milik orang lain di 82 sekitar yang parkir di badan jalan. Lingkungan menjadi berpolusi akibat banyak konsumen dari 15 kegiatan usaha milik orang lain di sekitar yang menggunakan kendaraan bermotor. Lingkungan menjadi bising akibat banyak konsumen dari 63 kegiatan usaha milik orang lain di sekitar yang menggunakan kendaraan bermotor. Sumber air mengalami kekeringan akibat sumur bor dari 26 kegiatan usaha milik orang lain di sekitar. Banyak konsumen dari kegiatan usaha milik orang lain di 18 sekitar yang membuang sampah sembarangan sehingga lingkungan menjadi kotor. Sering ada asap yang ditimbulkan dari pembakaran sampah 5 yang diproduksi dari kegiatan usaha milik orang lain di sekitar. Jumlah 786 Dampak negatif perubahan guna lahan yang diakibatkan oleh pembangunan Kampus Terpadu UII, perlu diatasi dengan mitigasi dampak lingkungan dan sosial. Mitigasi dampak lingkungan, terdiri dari beberapa langkah. Langkah pertama adalah penataan bangunan-bangunan penduduk, terutama bangunan yang digunakan untuk kegiatan usaha yang menyebabkan lingkungan menjadi semrawut, dengan cara penyediaan lahan parkir yang memadai. Hal tersebut perlu dilakukan supaya lingkungan tidak menjadi semrawut dan konsumen dari kegiatan usaha tidak parkir sembarangan di badan jalan. Langkah kedua adalah menyediakan ruang terbuka untuk penghijauan pada bangunanbangunan penduduk, terutama yang berada di pinggir Jalan Kaliurang (daerah tersebut cenderung terkena polusi udara). Namun, hal tersebut sulit dilakukan pada bangunan penduduk yang berada pada lahan yang sempit dan lahan tersebut sudah habis untuk bangunan. Oleh karena itu, alternatif lain adalah 822 Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3

9 Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman membangun taman-taman di daerah tersebut. Langkah ketiga adalah melarang penggunaan sumur bor pada bangunan-bangunan penduduk yang digunakan untuk kegiatan usaha karena akan mengurangi pasokan air di sekitarnya. Langkah keempat adalah melakukan program pengelolaan sampah disertai dengan partisipasi penduduk setempat untuk mendukung program Amithya Irma Kurniawati tersebut serta memberikan program tersebut bagi wilayah yang belum memilikinya (Dusun Bonjotan dan Nglanjaran). Hal tersebut perlu dilakukan supaya dapat mengurangi kebiasaan penduduk setempat yang membuang sampah sembarangan. Adapun mitigasi dampak sosial berupa menegur pemilik kegiatan usaha yang konsumennya membuat bising bagi sekitarnya dan konsumen tersebut. Dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dari adanya layanan kegiatan usaha milik orang lain di sekitarnya. Lingkungan menjadi strategis untuk dijadikan tempat usaha akibat adanya kegiatan usaha milik orang lain di sekitar. Dampak Langsung Memperbaiki sarana dari kegiatan usaha milik orang lain di sekitar yang mengalami kerusakan. Menitipkan barang dagangan pada kegiatan usaha milik orang lain di sekitar untuk dijual. Pemasok kebutuhan untuk kegiatan usaha milik orang lain di sekitar. Dampak Positif Dampak Tidak Langsung Lingkungan menjadi strategis untuk dijadikan tempat usaha akibat lingkungan ramai. Memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk setempat dan penduduk luar (bukan penduduk setempat). Dampak Ekonomi Dampak Negatif Dampak Langsung Kegiatan usaha milik sendiri menjadi menurun akibat adanya kegiatan usaha milik orang lain di sekitar. Dampak Positif Dampak Langsung Mendapatkan pengetahuan dari konsumen dari kegiatan usaha milik orang lain di sekitar. Perubahan Guna Lahan Dampak Sosial Dampak Negatif Dampak Langsung Lingkungan menjadi tidak aman akibat adanya kegiatan usaha milik orang lain di sekitar. Kehidupan lingkungan dan konsumen dari kegiatan usaha milik orang lain di sekitar bersifat individual. Lingkungan menjadi tidak nyaman akibat adanya kegiatan usaha milik orang lain di sekitar. Lingkungan menjadi bising akibat konsumen dari kegiatan usaha milik orang lain di sekitar dan banyak konsumen tersebut yang menggunakan kendaraan bermotor. Lingkungan menjadi semrawut akibat banyak kegiatan usaha milik orang lain di sekitar. Dampak Lingkungan Dampak Negatif Dampak Langsung Banyak konsumen dari kegiatan usaha milik orang lain di sekitar yang parkir di badan jalan. Lingkungan menjadi berpolusi akibat banyak konsumen dari kegiatan usaha milik orang lain di sekitar yang menggunakan kendaraan bermotor. Sumber air mengalami kekeringan akibat sumur bor dari kegiatan usaha milik orang lain di sekitar. Banyak konsumen dari kegiatan usaha milik orang lain di sekitar yang membuang sampah sembarangan sehingga lingkungan menjadi kotor. Sering ada asap yang ditimbulkan dari pembakaran sampah yang diproduksi dari kegiatan usaha milik orang lain di sekitar. Gambar 3. Struktur Dampak Perubahan Guna Lahan Sumber: Hasil Analisis, Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3 823

10 Dampak Perubahan Guna Lahan Kampus di Wilayah Pinggiran Kota Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan diskusi, dapat disimpulkan bahwa jenis perubahan guna lahan pada persil di sekitar Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII) pada tahun yang terbesar adalah perubahan guna lahan RTH (Ruang Terbuka Hijau) menjadi campuran (sebesar 31,21 % dari keseluruhan jumlah guna lahan yang mengalami perubahan pada persil). Proses perubahan guna lahan di sekitar pada tahun digolongkan ke dalam tahapan dominasi. Dampak perubahan guna lahan akibat pembangunan yang terbesar adalah dampak ekonomi yang positif, yaitu: penduduk setempat dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari dari adanya layanan kegiatan usaha milik orang lain di sekitarnya (sebesar 20,36 % dari keseluruhan jumlah dampak yang muncul). Dampak negatif perubahan guna lahan yang diakibatkan oleh pembangunan, perlu diatasi dengan mitigasi dampak lingkungan dan sosial. Ucapan Terimakasih Ucapan terimakasih disampaikan kepada Dr. Denny Zulkaidi selaku pembimbing atas bimbingan dan arahan selama penelitian. Briassoulis, Helen Factors Influencing Land Use and Land Cover Change. Encyclopedia of Life Support Systems (EOLSS), Vol. 1. Kaiser, Erward John, David R. Godschalk, and F. Stuart Chapin, Jr Urban Land Use Planning. Fourth Edition. Urbana and Chicago: University of Illinois Press. Kustiwan, Iwan, dkk Identifikasi Perubahan Pemanfaatan Lahan pada Beberapa Koridor di Kota Bandung. Laporan Akhir Jurusan Planologi, Institut Teknologi Bandung. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Patterson, T. William, Land Use Planning. Techniques of Implementation. Canada: Van Nostrand Reinhold Ltd. Peraturan Gubernur DKI Surat Keputusan Gubernur DKI tentang Kegiatan Tambahan. Jakarta: _. Soemarwoto, Otto Analisis mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Suratmo, F. Gunarwan Analisis mengenai Dampak Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Wardhana, Wisnu Arya Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi. Daftar Pustaka Akbar, Roos Aplikasi Sistem Informasi Geografis: Land Use Accounting System. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, No. 9. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Bourne, Larry S Internal Structure of The City Readings on Space and Environment. New York: Oxford University Press. Briassoulis, Helen Analysis of Land Use Change: Theoretical and Modeling Approaches. The Web Book of Regional Science, Scott Loveridge, ed. Regional Research Institute, West Virginia University, USA. contents.htm. Diakses pada tanggal 24 Desember Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota B SAPPK V2N3

Samsirina (1), Syahyudesrina (2), Mohamad Jehansyah Siregar (3) Abstrak

Samsirina (1), Syahyudesrina (2), Mohamad Jehansyah Siregar (3) Abstrak Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia Persepsi Pemilik Rumah terhadap Kehadiran Jalan Layang dan terhadap Perubahan Permukiman yang terjadi Kasus Studi: Jalan Layang Pasupati Bandung, Jawa Barat

Lebih terperinci

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A34204036

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A34204036 EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A34204036 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka konservasi sungai, pengembangan

Lebih terperinci

KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN JALAN PROF DR. SATRIO, DKI JAKARTA

KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN JALAN PROF DR. SATRIO, DKI JAKARTA Barry Setyanto Koloway Kinerja Ruas Jalan Perkotaan Jalan Prof.Dr.Satrio, DKI Jakarta Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 20 No. 3, Desember 2009, hlm 215-230 KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN JALAN PROF

Lebih terperinci

Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan Standar Nasional Indonesia Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan ICS 91.020; 91.040.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi...i Prakata... iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan

Lebih terperinci

MEKANISME SUBSIDI ANGKUTAN UMUM PADA TRAYEK UTAMA SEBAGAI AKIBAT KENAIKAN HARGA BBM DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

MEKANISME SUBSIDI ANGKUTAN UMUM PADA TRAYEK UTAMA SEBAGAI AKIBAT KENAIKAN HARGA BBM DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR MEKANISME SUBSIDI ANGKUTAN UMUM PADA TRAYEK UTAMA SEBAGAI AKIBAT KENAIKAN HARGA BBM DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arief Munandar L2D 005 346 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Analisis Defisit Sumber Daya Air Terpadu Sebagai Upaya Pelestarian Sumber Daya Air (Studi kasus: Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu)

Analisis Defisit Sumber Daya Air Terpadu Sebagai Upaya Pelestarian Sumber Daya Air (Studi kasus: Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu) Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Analisis Defisit Sumber Daya Air Terpadu Sebagai Upaya Pelestarian Sumber Daya Air (Studi kasus: Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu)

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

FUNGSI TAMBAHAN (ACCESSORIES USE) TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERUMAHAN: TESIS

FUNGSI TAMBAHAN (ACCESSORIES USE) TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERUMAHAN: TESIS FUNGSI TAMBAHAN (ACCESSORIES USE) TERHADAP PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERUMAHAN: STUDI KASUS KAWASAN JALAN RAYA UTAMA BINTARO KOTA TANGERANG SELATAN TESIS Disusun Dalam Rangka Memenuhi Persyaratan Program

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH 2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAMPUNG RUANG UNTUK PEMANFAATAN LAHAN KOTA TARAKAN TUGAS AKHIR

KAJIAN DAYA TAMPUNG RUANG UNTUK PEMANFAATAN LAHAN KOTA TARAKAN TUGAS AKHIR KAJIAN DAYA TAMPUNG RUANG UNTUK PEMANFAATAN LAHAN KOTA TARAKAN TUGAS AKHIR Oleh : M. HELWIN SETIAWAN L2D 099 434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

KEPEDULIAN NELAYAN DALAM IKUT SERTA MELESTARIKAN LINGKUNGAN PESISIR

KEPEDULIAN NELAYAN DALAM IKUT SERTA MELESTARIKAN LINGKUNGAN PESISIR KEPEDULIAN NELAYAN DALAM IKUT SERTA MELESTARIKAN LINGKUNGAN PESISIR (Studi Kasus: Di Desa Purworejo, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak) SKRIPSI Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi dan Antropologi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN KOTA YANG MENYELURUH UNTUK MASA DEPAN KOTA YANG LEBIH BAIK Holistic Urban Planning for Better Future of the City ABSTRAK

PERENCANAAN KOTA YANG MENYELURUH UNTUK MASA DEPAN KOTA YANG LEBIH BAIK Holistic Urban Planning for Better Future of the City ABSTRAK PERENCANAAN KOTA YANG MENYELURUH UNTUK MASA DEPAN KOTA YANG LEBIH BAIK Holistic Urban Planning for Better Future of the City Teti Handayani* ABSTRAK Tujuan utama dari perencanaan tata ruang daerah adalah

Lebih terperinci

PERSEPSI PUBLIK MENGENAI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA SEMARANG

PERSEPSI PUBLIK MENGENAI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA SEMARANG PERSEPSI PUBLIK MENGENAI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 KATA PENGANTAR... 9 DAFTAR GAMBAR... 11 DAFTAR TABEL... 12 1. PENDAHULUAN... 14

DAFTAR ISI... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 KATA PENGANTAR... 9 DAFTAR GAMBAR... 11 DAFTAR TABEL... 12 1. PENDAHULUAN... 14 1 P a g e 2 P a g e Daftar Isi DAFTAR ISI... 3 RINGKASAN EKSEKUTIF... 5 KATA PENGANTAR... 9 DAFTAR GAMBAR... 11 DAFTAR TABEL... 12 1. PENDAHULUAN... 14 1.1. Latar Belakang...14 1.2. Perumusan Masalah...16

Lebih terperinci

Kondisi Pembangunan Perkotaan dan Potret Kemiskinan Kota (Studi Kasus : Kota Jakarta)

Kondisi Pembangunan Perkotaan dan Potret Kemiskinan Kota (Studi Kasus : Kota Jakarta) VERONICA ADELIN KUMURUR 4 Kondisi Pembangunan Perkotaan dan Potret Kemiskinan Kota (Studi Kasus : Kota Jakarta) 4.1. Pembangunan Kota Jakarta Pembangunan Kota Jakarta (Periode 2001-2007), merupakan suatu

Lebih terperinci

Peran dan Arti AMDAL DR. IR. RIRIEN PRIHANDARINI, MS

Peran dan Arti AMDAL DR. IR. RIRIEN PRIHANDARINI, MS Peran dan Arti AMDAL DR. IR. RIRIEN PRIHANDARINI, MS Konsep AMDAL di Indonesia AMDAL secara formal berasal dr US National Environmental Policy Act (NEPA) th 1969; Dalam UU ini AMDAL dimaksudkan sbg alat

Lebih terperinci

SKRIPSI untuk. oleh SEMARANG

SKRIPSI untuk. oleh SEMARANG i HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KUALITAS RUMAH HUNIAN PENDUDUK KELURAHAN MANGUNSARI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG SKRIPSI untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan oleh Apriani Yunita

Lebih terperinci

TATA GUNA LAHAN DAN PERTUMBUHAN KAWASAN

TATA GUNA LAHAN DAN PERTUMBUHAN KAWASAN TATA GUNA LAHAN DAN PERTUMBUHAN KAWASAN Pengantar Perencanaan Wilayah dan Kota Johannes Parlindungan Disampaikan dalam Mata Kuliah Pengantar PWK Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan dan lingkungan mempunyai hubungan yang erat saling terkait dan saling mempengaruhi satu sama lain. Pembangunan dalam hal ini berupa kegiatan usaha maupun

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak

Lebih terperinci

Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik

Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik Buku Penuntun Opsi Sanitasi Yang Terjangkau Untuk Daerah Spesifik The Water and Sanitation Program is a multi-donor partnership administered by the World Bank to support poor people in obtaining affordable,

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT 1 TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

Lebih terperinci

Sekapur Sirih 3. Apa & Mengapa Pengarusutamaan Penanggulangan 5 Kemiskinan & Kerentanan (PPKK)

Sekapur Sirih 3. Apa & Mengapa Pengarusutamaan Penanggulangan 5 Kemiskinan & Kerentanan (PPKK) Daftar Isi Sekapur Sirih 3 Apa & Mengapa Pengarusutamaan Penanggulangan 5 Kemiskinan & Kerentanan (PPKK) PPKK & Upaya Penanggulangan Kemiskinan & 8 Kerentanan di Indonesia Kebijakan & Landasan Hukum 15

Lebih terperinci

PEDOMAN KRITERIA TEKNIS

PEDOMAN KRITERIA TEKNIS PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.41/PRT/M/2007 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG PEDOMAN PENATAAN RUANG KAWASAN REKLAMASI PANTAI

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN BANJARAN KABUPATEN TEGAL

KAJIAN LINGKUNGAN KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN BANJARAN KABUPATEN TEGAL KAJIAN LINGKUNGAN KEBERADAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN BANJARAN KABUPATEN TEGAL TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S2 Program Studi Magister Ilmu Lingkungan

Lebih terperinci