BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian. Jemaat Dobo Jemaat Dobo berada di pusat Klasis Pulau-Pulau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian. Jemaat Dobo Jemaat Dobo berada di pusat Klasis Pulau-Pulau"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Jemaat Dobo Jemaat Dobo berada di pusat Klasis Pulau-Pulau Aru, memiliki empat belas sektor pelayanan dengan 1862 kepala keluarga. Jarak yang ditempuh dari jemaat ke pusat kota, kurang lebih 3 menit dengan menggunakan jasa angkutan darat yaitu sepeda motor dan mobil. Aset- aset yang dimiliki oleh jemaat Dobo adalah surat-surat berharga, barang-barang yang bergerak (perabot-perabot perlengkapan kantor, kendaraan bermotor, invertaris gereja) dan barangbarang yang tidak bergerak (gedung gereja, kantor, gedung serbaguna, gedung pastori, tanah dan kebun jemaat). Jemaat Marbali Jemaat Marbali berada di pinggiran kota, memiliki tiga sektor pelayanan dengan 256 kepala keluarga. Jarak tempuh dari jemaat ke pusat kota Dobo, kurang lebih 5 menit dengan menggunakan 35

2 angkutan darat yaitu sepeda motor dan mobil. Asetaset yang dimiliki oleh jemaat Marbali berupa suratsurat berharga, barang-barang yang bergerak (perabot, perlengkapan kantor, kendaraan bermotor) dan barangbarang yang tidak bergerak (gedung gereja, kantor, gedung pastori, tanah, kebun jemaat, tempat kost dan sekolah PAUD). Jemaat Wangel Jemaat Wangel berada di pinggiran kota, memiliki tiga sektor pelayanan dengan 125 kepala keluarga. Jarak yang ditempuh untuk tiba di pusat kota Dobo, kurang lebih 15 menit dengan menggunakan transportasi darat yaitu sepeda motor dan mobil. Asetaset yang dimiliki oleh jemaat Wangel antara lain, surat-surat berharga, kendaraan bermotor, gedung gereja, gedung pastori, tempat kost, tanah, kebun jemaat dan tempat wisata Kora Ever. Jemaat Lamerang Jemaat Lamerang berada di pinggiran kota Dobo, dengan dua sektor pelayanan dan 75 kepala keluarga. 36

3 Jarak yang ditempuh untuk tiba kota Dobo, kurang lebih 30 menit dengan menggunakan transportasi laut. Aset-aset yang dimiliki oleh jemaat Lamerang yaitu gedung gereja, gedung pastori, tanah dan kebun jemaat. Jemaat Jabulenga Jemaat Jabulenga berada jauh dari pusat kota Dobo, dengan dua sektor pelayanan dan 102 kepala keluarga. Jarak yang ditempuh untuk tiba di pusat kota, kurang lebih 35 menit dengan menggunakan transportasi laut (speedboat). Aset-aset yang dimiliki oleh jemaat Jabulenga berupa gedung gereja, gedung pastori dan kebun jemaat. Jemaat Tungu Jemaat Tungu merupakan jemaat yang jauh dari pusat kota Dobo. Jemaat Tungu memiliki satu sektor pelayanan dengan jumlah 60 kepala keluarga. Untuk tiba di pusat kota Dobo, membutuhkan waktu 40 menit dengan menggunakan transportasi laut (speed boat). 37

4 Aset-aset yang dimiliki seperti gedung gereja, gedung pastori, tanah dan kebun jemaat Pendayagunaan Aset-aset Gereja bagi Pengembangan Ekonomi Jemaat Gereja dalam pengembangan ekonomi jemaat, berperan sebagai alat untuk melayani warga gereja dengan memberdayakan keahlian, keterampilan dan memanfaatkan potensi alam untuk kesejahteraan warga gereja. Maka dari itu, aset-aset yang dimiliki gereja dikelola untuk pengembangan ekonomi. Sehingga bukan saja kebutuhan gereja sebagai organisasi terpenuhi, tetapi kesejahteraan warga gereja terpelihara. Tabel dibawah ini, menunjukkan seperti apa pendayagunaan aset gereja bagi pengembangan ekonomi jemaat yang dimiliki oleh masing-masing jemaat GPM yang menjadi obyek penelitian : 38

5 Tabel 2. Identifikasi Aset Ruang: Gedung Jemaat Jenis dan peruntukan Kondisi Dobo 1 unit gedung serbaguna dengan ukuran 25 m x 17 m di sewakan dengan biaya Rp Baik, usia 8 tahun, dikelola Majelis Jemaat Marbali Wangel 1 unit tempat kost (5 kamar), disewakan dengan biaya Rp.500,000 per bulan dikelola oleh seorang warga Jemaat, dibawah pengawasan Pendeta. 1 unit sekolah PAUD Sumber Kasih(3 kelas) digunakan untuk proses belajar 1 unit tempat kost dengan 7 kamar (6 kamar sudah ditempati sedangkan 1 kamar masih kosong) disewakan dengan biaya Rp.400,000 per bulan yang dikelola oleh warga gereja dan dibawah pengawasan pendeta Baik, usia 5 tahun, dikelola Majelis Gereja Baik, usia 3 tahun, dikelola oleh Pemerintah Baik, dengan usia 3 tahun, dikelola Majelis Gereja Lamerang Tidak ada Tidak ada Jabulenga Tidak ada Tidak ada Tungu Tidak ada Tidak ada *) Selain Gereja dan pastori Sumber data yang diolah

6 Tabel 3. Identifikasi Aset Ruang: Non Gedung Jemaat Jumlah Kondisi Dobo Tidak ada - 1 petak kebun jemaat 75% berbuah, 10 % berukuran 1,5 Ha, ditanami rusak, 15% muda. pohon kelapa (150 pohon Buah yang jatuh Marbali kelapa) diambil oleh Jemaat untuk konsumsi. Wangel Lamerang Jabulenga Tempat Wisata KoraEver dengan ukuran kurang lebih 300 meter terdiri dari 15 bungalow (tempat santai) dengan biaya sewa Rp 25,000 I petak kebun jemaat berukuran 1,2 Ha ditanami pohon kelapa (90 pohon kelapa) 1 petak kebun jemaat berukuran 1,4 Ha di tanami kurang lebih 100 pohon kelapa I petak kebun jemaat dengan ukuran 1 Ha yang ditanami sekitar 80 pohon kelapa Tungu Pengelolaan kerang menjadi souvenir yang di jual dengan harga Rp Rp per souvenir dan isi kerang di buat menjadi cemilan dan di jual dengan Rp per bungkus Sumber data yang diolah 2016 Dikelola oleh Pendeta. 75% baik dan 25% rusak. Dikelola oleh Pendeta. 65% berbuah, 10% rusak, 25% muda. Buah yang jatuh diambil untuk membuat kopra untuk di jual dengan harga Rp 5000-Rp 7000 per Kg. Dikelola oleh Warga Gereja. 80% berbuah, 10% muda dan 10% rusak. Buah dari pohon kelapa di olah menjadi minyak kelapa untuk di jual dengan harga Rp per botol dan dikomsumsi oleh warga yang mengelola, Dikelola oleh Warga Gereja. 60% baik, 25% muda dan 15% rusak. Buah yang jatuh diambil oleh warga gereja untuk kebutuhan sehari-hari. Dikelola oleh Pendeta dan Warga Gereja. 90% baik dan 10% rusak. hasil penjualan sebagian untuk gereja dan sebagian untuk warga gerejayang mengelola. Dikelola oleh Warga Gereja. 40

7 Tabel 2 dan Tabel 3 menjelaskan bahwa, jemaat Dobo memiliki satu buah gedung serbaguna dengan ukuran 25m x 17m yang digunakan untuk kegiatan gerejawi dan non gerejawi. Kegiatan gerejawi tidak dikenakan biaya sewa gedung, sedangkan kegiatan non gerejawi dikenakan biaya sewa sebesar Rp sekali pakai. Uang yang diperoleh dari biaya sewa gedung, digunakan untuk perawatan dan perlengkapan gedung misalnya penambahan kursi, memperbaiki yang rusak, menggantikan warna cat, serta membayar upah tenaga kerja dan sisanya dimasukkan ke kas gereja untuk biaya rutin kegiatan gerejawi. Proses pengelolaan gedung serbaguna dikerjakan oleh warga gereja yang dipercaya untuk menjaga dan merawat gedung, serta dibawah pengawasan pendeta dan majelis jemaat. Selama tiga tahun terakhir ini, terdapat surplus pendapatan dari sewa gedung serbaguna yang digunakan untuk biaya perawatan gedung. Selain itu, pendapatan dari sewa gedung diberikan bagi warga gereja yang kurang mampu untuk 41

8 modal berjualan di pasar. Ini menunjukkan proses pengelolaannya baik dan bermanfaat bagi pengembangan ekonomi jemaat. Jemaat Marbali memiliki satu unit tempat kost (enam kamar) dengan biaya sewa Rp.500,000 per bulan dan satu unit sekolah PAUD Sumber Kasih (tiga ruang kelas). Biaya yang diperoleh dari sewa kost digunakan untuk membeli perabotan kost, memperbaiki yang rusak dan membayar upah penjaga kost. Sedangkan, untuk sekolah PAUD adanya pembebasan uang sekolah bagi siswa yang ekonominya lemah. Proses pengelolaan tempat kost, diatur oleh seorang warga gereja untuk menjaga dan membersihkan, dibawah pengawasan pendeta dan majelis jemaat. Sekolah PAUD proses pengelolaannya, diatur oleh Dinas Pendidikan dan warga gereja yang memiliki talenta untuk mengajar dan dibawah pengawasan pemerintah. Jemaat Marbali memiliki satu petak kebun jemaat, berukuran 1,5 Ha yang ditanami pohon kelapa 42

9 dengan kondisi 75% berbuah, 10 % rusak dan 15% masih muda. Pohon kelapa yang 75% berbuah jika buahnya kering dan jatuh, maka akan diambil oleh warga gereja yang melintasi area kebun tersebut, untuk kebutuhan sehari-hari. Sisanya 15% pohon kelapa masih muda dibiarkan dan tumbuh besar, sedangkan 10% pohon kelapa yang rusak dan tumbang karena angin kencang dibiarkan begitu saja sampai busuk. Hasil yang didapat dari pengelolaan tempat kost selama tiga tahun terakhir ini, dapat mencukupi kebutuhan pelayanan gereja dan membantu warga gereja yang kurang mampu. Sedangkan untuk kebun jemaat yang ditanami oleh pohon kelapa, hasil pengelolaannya tidak masuk ke kas gereja. Hal ini disebabkan, warga gereja tidak mengelola kebun jemaat dengan baik. Pohon kelapa dibiarkan begitu saja dan ketika buah kelapa jatuh langsung diambil oleh warga gereja untuk dikomsumsi sehari-hari. Jemaat Wangel memiliki satu unit tempat kost (tujuah kamar) dengan biaya sewa Rp.400,000 43

10 perbulan. Satu unit kamar kost, dikelola oleh salah satu warga gereja yang sekaligus bertugas sebagai penjaga kost dan dibawah pengawasan pendeta dan majelis jemaat. Kendala dalam pengelolaan tempat kost, yaitu pembayaran biaya sewa tidak berjalan dengan lancar karena sebagian penghuni belum membayar. Akibatnya, uang yang didapat dari usaha tempat kost tidak sesuai dengan target yang ditetapkan. Hal ini, menyebabkan rencana pengadaan barang-barang baru, memperbaiki bagian yang rusak serta membayar upah penjaga kost juga tertunda. Jemaat Wangel memiliki tempat wisata Kora Ever, dengan ukuran kurang lebih 300 meter terdiri dari 15 bungalow (tempat santai) dengan biaya sewa Rp.25,000. Tempat wisata Kora Ever, sering dipakai oleh warga gereja yang tidak memiliki pekerjaan untuk berjualan. Biasanya mereka berjualan di Kora Ever pada hari minggu. Hal ini menunjukan bahwa, gereja menyediakan peluang untuk warga gereja yang tidak memiliki pekerjaan untuk berjualan. 44

11 Selanjutnya, uang yang diperoleh dari biaya sewa tempat wisata Kora Ever digunakan untuk biaya perawatan dan pemeliharan. Selain itu, hasil dari pengelolaan tempat wisata dapat memenuhi kebutuhan gereja dan warga gereja yang membutuhkan. Kondisi dari tempat wisata Kora Ever 75% baik dan 25% rusak karena diterjang angin kencang. Proses pengelolaan tempat wisata, diatur oleh warga gereja dan dibawah pengawasan pendeta dan majelis jemaat. Pendapatan yang diperoleh dari tempat kost dan tempat wisata Kora Ever selama tiga tahun terakhir ini, dimasukkan ke kas gereja untuk kegiatan gerejawi seperti koinonia antar jemaat dan membantu warga gereja yang ekonominya lemah (diakonia). Sehingga, manfaatnya bukan saja dirasakan oleh gereja tetapi juga warga gereja. Jemaat Lamerang memiliki kebun jemaat, berukuran 1,2 Ha ditanami pohon kelapa kurang lebih 90 pohon kelapa dengan kondisi 65% berbuah, 10% rusak dan 25% masih muda. Pohon kelapa yang 65% 45

12 berbuah, jika buahnya jatuh dan kering diambil dan diolah menjadi kopra oleh warga gereja, dan dijual dengan harga Rp.5,000-Rp.7,000 per Kg. Hasil dari penjualan kopra sebagian dimasukkan ke kas gereja dan sebagian diberikan kepada warga gereja yang mengolah. Proses pengawasannya diatur oleh pendeta dan majelis jemaat. Manfaat yang didapat dari hasil penjualan kopra selama tiga tahun terakhir ini, cukup membantu kebutuhan warga gereja yang ekonominya masih lemah dan membantu kegiatan gerejawi. Jemaat Jabulenga memiliki kebun jemaat, dengan ukuran 1,4 Ha ditanami kurang lebih 100 pohon kelapa dengan kondisi 80% berbuah, 10% muda dan 10% rusak. Pohon kelapa yang 80% berbuah, jika buahnya sudah kering dan jatuh diolah menjadi minyak kelapa oleh warga gereja dan dijual dengan harga Rp.10,000 per botol dan sisanya dikomsumsi oleh warga gereja yang mengolah. 46

13 Hasil dari penjualan minyak kelapa, sebagian dimasukkan ke kas gereja untuk pelayanan gereja dan sebagian untuk warga gereja yang mengolah. Proses mengolah buah kelapa menjadi minyak kelapa dibawah pengawasan pendeta dan majelis jemaat. Pendapatan dari hasil penjualan minyak kelapa pada tiga tahun terakhir ini, membantu warga gereja yang ekonominya lemah dan kegiatan gerejawi. Jemaat Tungu memiliki kebun jemaat, dengan ukuran 1 Ha yang ditanami sekitar 80 pohon kelapa dengan kondisi 60% baik, 25% muda dan 15% rusak karena diterjang angin. Pendeta dan warga gereja di jemaat Tungu, memanfaatkan sumber daya alam dengan mengolah kerang menjadi souvenir dijual dengan harga Rp.10,000 Rp.50,000 per souvenir dan isi kerang dibuat cemilan dan dijual dengan harga Rp.50,000 per bungkus. Pendapatan dari penjualan souvenir dan isi kerang, dibagi sebagian untuk warga gereja yang mengolah dan sebagian dimasukkan ke kas gereja. 47

14 Proses pengawasannya diatur oleh pendeta dan majelis jemaat. Hasil yang didapat dari proses pengelolaan kerang menjadi souvenir pada tiga tahun belakangan ini, membantu warga gereja yang ekonominya lemah dan juga memenuhi kebutuhan gereja. Sehingga, manfaatnya dirasakan oleh warga gereja dan organisasi gereja. 4.3 Penatalayanan Aset-Aset Organisasi Gereja bagi Pengembangan Ekonomi Jemaat Seorang pemimpin dalam organisasi harus dapat menjalankan empat fungsi utama manajemen, dengan fungsi kegiatan dalam bidang perencanaan (planning), disusul dengan kegiatan pengorganisasian (organizing), lalu kegiatan pelaksanaan (actuating), dan diakhiri dengan kegiatan pengawasan (controling) (bandingkan Prodjowijono, 2008). Kewajiban melakukan empat fungsi utama tersebut, tidak hanya menjadi tugas seorang pemimpin (pendeta) tetapi kepada majelis jemaat. Seorang pemimpin dalam organisasi harus dapat, menjalankan empat fungsi utama manajemen yaitu 48

15 merencanakan pekerjaan dalam organisasi, kegiatan pengorganisasian (mengatur dana, lahan dan pekerja, kegiatan pelaksanaan (mengerjakan pekerjaan), dan diakhiri dengan kegiatan pengawasan (mengontrol pekerjaan dan hasil usaha). Kewajiban melakukan empat fungsi utama tersebut, tidak hanya menjadi tugas seorang pemimpin (pendeta) tapi juga harus diterapkan kepada majelis jemaat maupun warga gereja didalam organisasi. Berikut ini, tabel pembagian peran dalam pendayagunaan aset-aset gereja: 49

16 Tabel 4. Pembagian peran dalam pendayagunaan aset gereja Penatalayanan aset Planning Organizing Peran Pendeta Majelis Warga Gereja Pihak lain: Penatalayanan gedung: Penatalayanan Gedung: Penatalayanan Gedung: Mengambil keputusan Sidang MJ mengambil Pemerintah: Dinas operasional dalam perencanaan keputusan strategis atau jangka Pendidikan dan pemanfaatan gedung (kasus di menengah dan panjang dalam Kebudayaan yang jemaat Dobo, Marbali dan perencanaan pemanfaatan merencanakan program Wangel) gedung (kasus di jemaat Dobo, pendidikan sekaligus Marbali & Wangel) pengelolaan gedungnya (kasus di jemaat Marbali) Penatalayanan non gedung: Penatalayanan non gedung: a. Kebun jemaat: untuk a. Kebun jemaat: majelis menambah pohon kelapa berperan mengambil (kasus di jemaat Marbali, keputusan strategis atau Wangel, Lamerang, jangka menengah dan Jabulenga dan Tungu) panjang dalam perencanaan b. Tempat wisata: pemanfaatan kebun Jemaat membuat rencana (kasus di jemaat Marbali, operasional fasilitas tempat Wangel,Lamerang, wisata (misalnya rencana Jabulenga dan Tungu) detil penambahan bungalow b. Tempat wisata: majelis atau tempat santai) (kasus berperan mengambil di jemaat Wangel) keputusan strategis atau jangka menengah dan panjang dalam perencanaan pemanfaatan tempat wisata (kasus di jemaat Wangel) Penatalayanan gedung: Menyetujui biaya yang akan dikeluarkan untuk perbaikan gedung (kasus di jemaat Dobo, Marbali dan Wangel) Penatalayanan gedung: mengeluarkan biaya untuk memperbaiki gedung serta membayar upah pekerja (kasus di jemaat Dobo, Marbali dan Wangel) Penatalayanan gedung: Menerima upah dari hasil menjaga dan membersihkan gedung dan tempat kost (kasus di jemaat Dobo, Marbali dan Wangel) 50

17 Lanjutan Tabel 4. Pembagian peran dalam pendayagunaan aset gereja Penatalayanan aset Actuating Peran Pendeta Majelis Warga Gereja Pihak lain: Penatalayana non gedung: Penatalayan non meneruskan jadwal kegiatan gedung: Menerima hasil pembersihan lahan dan tempat dari usaha mengolah wisata kepada warga gereja ( di lahan kebun jemaat (di jemaat Marbali, Wangel, jemaat Marbali, Wangel, Lamerang, Jabulenga dan Tungu) Lamerang, Jabulenga Penatalayan non Gedung: mengatur jadwal kegiatan pembersihan kebun jemaat dan tempat wisata (di jemaat Marbali, Wangel, Lamerang, Jabulenga dan Tungu) Penatalayanan gedung: membantu warga gereja membersihkan gedung (kasus di jemaat Dobo, Marbali dan Wangel) Penatalayanan non gedung: membantu warga gereja untuk membersihkan kebun jemaat (kasus di jemaat Marbali, Wangel, Penatalayanan gedung: membantu warga gereja membersihkan gedung (kasus di jemaat Dobo, Marbali dan Wangel) Penatalayanan non gedung: membantu warga gereja untuk membesihkan kebun jemaat (kasus di jemaat Marbali, Wangel, dan Tungu) dan tempat wisata (di jemaat Wangel) Penatalayanan gedung: (1) Tenaga kerja harian yang diupah untuk merawat membersihkan gedung yang pemanfaatannya dikelola Gereja. (2) Sukarelawan membantu mengerjakan kebersihan gedung yang pemanfaatannya dikelola Gereja. (kasus di jemaat Dobo, Marbali dan Wangel) Membersihkan kebun jemaat serta mengolah buah kelapa menjadi minyak dan kopra Penatalayanan gedung: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan program pendidikan sekaligus mengeloala gedungnya (kasus di Jemaat Marbali) 51

18 Lanjutan Tabel 4. Pembagian peran dalam pendayagunaan aset gereja Penatalayanan aset Peran Pendeta Majelis Warga gereja Pihak lain: Lamerang, Jabulenga dan Tungu) dan tempat wisata (kasus di jemaat Wangel) Lamerang, Jabulenga dan Tungu) (kasus di jemaat Marbali, Wangel, Lamerang, Jabulenga dan Tungu) Mengolah kerang menjadi souvenir (kasus di jemaat Tungu) Berjualan di tempat wisata setiap hari minggu (kasus di jemaat Wangel) Penatalayanan gedung: Mengawasi (kasus di jemaat Dobo, Marbali dan Wangel) Penatalayanan gedung: mengawasi dan mengontrol (kasus di jemaat Dobo, Marbali dan Wangel) Melakukan pembersihan ketika gedung sudah mulai kotor (kasus di jemaat Dobo, Marbali dan Wangel) Controling Penatalayan non gedung: Melakukan pengawasan dan mengetahui hasil usaha yang di peroleh (kasus di jemaat Marbali, Wangel, Lamerang, Jabulenga dan Tungu) Penatalayan non gedung: mengawasi pekerjaan dan mengetahui hasil usaha yang diperoleh (kasus di jemaat Marbali, Wangel, Lamerang, Jabulenga dan Tungu) Mengontrol pekerjaan (kasus di jemaat Marbali, Wangel, Jemaat Lamerang, Jabulenga dan jemaat Tungu) Sumber data yang diolah

19 Tabel 4, menjelaskan peran pendeta, majelis jemaat, warga gereja dan pihak pemerintah untuk pendayagunaan aset gereja demi pengembangan ekonomi jemaat dilihat dari empat fungsi manajemen yaitu planning, organizing, controlling dan actuating. Fungsi planning, peran pendeta untuk aset gedung (gedung serbaguna dan tempat kost), yaitu mengambil keputusan operasional (kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan jemaat Wangel). Aset non gedung (kebun jemaat dan tempat wisata Kora Ever ), seperti kebun jemaat adanya penambahan penanaman pohon kelapa (kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel, jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu) dan tempat wisata Kora Ever yaitu membuat rencana operasional fasilitas tempat wisata (misalnya rencana detil penambahan bungalow atau tempat santai) (kasus di jemaat Wangel). Majelis jemaat berperan, sebagai pengambilan keputusan strategi jangka menengah dan panjang dalam perencanaan pemanfaatan penatalayanan aset 53

20 gedung (kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan jemaat Wangel). Aset non gedung (kebun jemaat), majelis berperan mengambil keputusan strategis jangka menengah dan panjang dalam perencanaan pemanfaatan kebun jemaat (kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel, jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu). Tempat wisata Kora Ever, majelis berperan sebagai perencanaan pemanfaatan tempat wisata (kasus di jemaat Wangel). Pihak lain dalam hal ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk aset gedung, berperan merencanakan program pendidikan Sekolah PAUD Sumber Kasih sekaligus pengelolaan gedungnya (kasus di jemaat Marbali). Fungsi organizing, peran pendeta untuk aset gedung, yaitu menyetujui biaya yang akan dikeluarkan untuk perbaikan gedung serbaguna dan tempat kost (kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan jemaat Wangel). Aset non gedung, pendeta mengatur jadwal kegiatan pembersihan kebun jemaat (kasus di jemaat 54

21 Marbali, jemaat Wangel, jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu) dan tempat wisata Kora Ever (kasus di jemaat Wangel). fungsi organizing, peran majelis jemaat untuk aset gedung, yaitu mengeluarkan biaya untuk memperbaiki gedung serta membayar upah pekerja (kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan jemaat Wangel). Aset non gedung, majelis jemaat berperan untuk meneruskan jadwal kegiatan pembersihan lahan kebun jemaat (kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel, jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu) dan jadwal pembersihan tempat wisata (kasus di jemaat Wangel). Peran warga gereja untuk aset gedung, yaitu menerima upah dari hasil menjaga dan membersihkan gedung dan tempat kost (kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan jemaat Wangel). Aset non gedung, warga gereja menerima hasil dari usaha mengolah lahan kebun jemaat membuat buah kelapa menjadi kopra dan minyak (kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel, 55

22 jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu) dan tempat wisata Kora Ever (kasus di jemaat Wangel). Fungsi actuating, peran pendeta untuk aset gedung (gedung serbaguna dan tempat kost), yaitu membantu warga gereja membersihkan gedung serbaguna dan tempat kost (kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan jemaat Wangel). Aset non gedung, pendeta membantu warga gereja untuk membersihkan kebun jemaat (kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel, jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu) dan tempat wisata Kora Ever (kasus di jemaat Wangel). Fungsi actuating, peran majelis jemaat untuk aset gedung (gedung serbaguna dan tempat kost), membantu warga gereja membersihkan gedung serbaguna dan tempat kost (kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan jemaat Wangel). Peran majelis jemaat untuk aset non gedung, yaitu membantu warga gereja untuk membesihkan kebun jemaat (kasus di 56

23 jemaat Marbali, jemaat Wangel, jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu) dan membersihkan tempat wisata Kora Ever (kasus di jemaat Wangel). Fungsi actuating, peran warga gereja untuk aset gedung (gedung serbaguna dan tempat kost), yaitu (a) tenaga kerja harian yang diupah untuk merawat membersihkan gedung yang pemanfaatannya dikelola gereja, (b) sukarelawan membantu mengerjakan kebersihan gedung yang pemanfaatannya dikelola gereja. (kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan jemaat Wangel). Aset non gedung, warga gereja berperan sebagai (a) membersihkan kebun jemaat serta mengolah buah kelapa menjadi minyak dan kopra (kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel, jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu), (b) mengolah kerang menjadi souvenir (jemaat Tungu), (c) berjualan di tempat wisata setiap hari minggu (kasus di jemaat Wangel). 57

24 Fungsi actuating, peran Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk aset gedung (sekolah PAUD Sumber Kasih), yaitu menyelenggarakan program pendidikan sekaligus mengelola gedungnya (kasus di jemaat Marbali). fungsi controlling, peran pendeta untuk aset gedung (gedung serbaguna dan tempat kost), yaitu mengawasi (kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan jemaat Wangel). Aset non gedung (kebun jemaat dan tempat wisata Kora Ever ), yaitu melakukan pengawasan dan mengetahui hasil usaha yang diperoleh (kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel, jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu). Peran majelis jemaat untuk aset gedung (gedung serbaguna dan tempat kost), yaitu mengawasi dan mengontrol (kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan jemaat Wangel). Aset non gedung (kebun jemaat dan tempat wisata Kora Ever ), yaitu mengawasi pekerjaan dan mengetahui hasil usaha yang diperoleh dari 58

25 penjualan di tempat wisata, minyak kelapa dan kopra (kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel, jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu). Peran warga gereja untuk aset gedung, yaitu melakukan pembersihan ketika gedung serbaguna dan tempat kost sudah mulai kotor (kasus di jemaat Dobo, jemaat Marbali dan jemaat Wangel). Aset non gedung (kebun jemaat dan tempat wisata Kora Ever ), yaitu mengontrol pekerjaan yang dikerjakan misalnya berjualan di tempat wisata Kora Ever, proses pembuatan buah kelapa menjadi minyak dan kopra (kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel, jemaat Lamerang, jemaat Jabulenga dan jemaat Tungu). Fakta yang ada di Klasis Pulau Pulau Aru pada enam jemaat yang menjadi objek penelitian, bahwa pendayagunaan aset mulai dari perencanaan sampai evaluasi dilakukan oleh majelis jemaat sebagai pengambil keputusan. Keputusan disahkan dan diberlakukan pada saat sidang jemaat terlaksana yang dihadiri oleh berbagai utusan dari organisasi gereja 59

26 seperti pendeta, penatua, diaken, warga gereja, pelayanan perempuan, pelayanan pria, angkatan muda dan sekolah minggu tunas pekabaran injil. Segala keputusan yang berkaitan dengan pendayagunaan aset-aset gereja disemua jemaat ditetapkan dan dilakukan secara bersama oleh majelis jemaat maupun warga gereja. Mengerjakan aset-aset, setiap orang telah ditunjuk dalam kelompok untuk menjadi ketua maupun secara perorangan yang diberikan tanggung jawab untuk mengatur, mengerjakan dan mengorganisir aset-aset yang dilakukan. Kalau yang mengolah hanya perorangan maka itu juga akan diawasi oleh pihak majelis jemaat, sehingga pekerjaan itu akan tetap ada dalam pengawasan. Pengawasan terhadap pekerjaan dilakukan oleh majelis jemaat tetapi intinya kepada orang yang menduduki jabatan struktural dalam badan majelis jemaat yaitu seksi finansial dan keuangan serta seksi kerumahtanggaan dan dikoordinir oleh pendeta. 60

27 Pendeta sangat berperan, dalam membangun hubungan kerjasama yang baik antara majelis dan warga gereja dalam memanfaatkan aset-aset gereja. Hendriks (2002), berpendapat bahwa kepemimpinan yang menggairahkan adalah kepemimpinan yang bertujuan untuk mendukung orang atau group dalam mengembangkan dan menolongnya dalam melakukan tugasnya. Berikut ini, pola organisasi GPM tingkat jemaat dan keputusan rencana pemanfaatan aset gereja: 61

28 Planning dan Contoling Sidang jemaat Majelis jemaat Organizing dan controling PHMJ Seksi Badan pelayanan Sekretariat Sektor Actuating Unit Gambar 1. Pola Organisasi GPM Tingkat Jemaat dan Keputusan Rencana Pemanfaatan Aset Gereja Keterangan : Garis komando Garis staf Garis koordinasi a) Sidang jemaat berkedudukan sebagai lembaga pengambilan keputusan tertinggi ditingkat jemaat sekaligus menetapkan rencana pemanfaatan aset gereja. 62

29 b) Majelis Jemaat merupakan pimpinan jemaat dan berkedudukan sebagai perangkat pelaksana persidangan jemaat sekaligus menyusun rencana pengelolaan aset gereja, mengorganisir pekerjaan, mengawasi pelaksanaan kegiatan dan mengatur hasilnya. c) Pimpinan Harian Majelis Jemaat berkedudukan sebagai badan pelaksana sehari-hari kepemimpinan majelis jemaat. d) Seksi Pelayanan berkedudukan sebagai perangkat kepengurusan majelis jemaat dalam melaksanakan program pelayanan jemaat. e) Badan pelayanan khusus berkedudukan sebagai perangkat kepengurusan majelis jemaat dalam melaksanakan program pelayanan khusus jemaat. f) Sekretariat Jemaat berkedudukan sebagai perangkat pelaksana kegiatan kepemimpinan sehari-hari majelis jemaat. 63

30 g) Sektor Pelayanan berkedudukan sebagai perangkat kepengurusan jemaat dibawah majelis jemaat, dan merupakan bagian dalam pelayanan jemaat yang terdiri dari beberapa Unit pelayanan. h) Unit Pelayanan berkedudukan sebagai perangkat kepengurusan jemaat dibawah koordinasi sektor pelayanan dan merupakan bagian dalam sektor pelayanan yang terdiri dari beberapa keluarga. Warga gereja yang berada diunit pelayanan bersama-sama melaksanakan rencana pengelolaan aset gereja. 4.4 Manfaat Penatalayanan Aset Gereja bagi Pengembangan Ekonomi Jemaat Pengelolaan aset-aset gereja yang baik akan memberikan manfaat bagi pengembangan ekonomi warga gereja. Berikut ini, tabel manfaat dari pendayagunaan aset-aset gereja bagi pengembangan ekonomi jemaat: 64

31 Tabel 5. Manfaat Pendayagunaan Aset-aset Gereja bagi pengembangan ekonomi jemaat Jenis Aset Dan Operasional Level Organisasi Gereja Level Warga Greja Uang Non Material Material Gedung Serbaguna (Jemaat Dobo) Tersedianya modal bagi ibu-ibu untuk berjualan dipasar Belum ada Tempat kegiatan Tempat Kost (Jemaat Marbali dan Wangel) Tempat wisata (Jemaat Wangel) Kebun jemaat (Jemaat Marbali, Lamerang, Jabulenga dan Tungu) Pengolahan Kerang (Jemaat Tungu) Jasa Tempat Kegiatan sosial dan comersial Jasa Tempat tinggal Jasa Hiburan Jasa Tempat Jasa Tenaga Sumber data yang diolah 2016 Tersedianya dana untuk perawatan gedung serbaguna (membeli kursi dan mengganti warna cat),membantu ibu-ibu janda dan membayar tanggungan koster Pemasukkan bagi kas gereja sebesar 10 % untuk pelayanan dan sisanya untuk perawatan tempat kost Tersedianya dana yang akan dibayar kepada penjaga kost. Hasil yang di dapat dimasukkan ke kas gereja sebesar 30% Hasil penjualan dari kebun Membantu jemaat di masukkan ke kas gereja gereja untuk pelayanan Hasil penjualannya dibagi 30% kepada gereja dan dimasukkan ke kas gereja Tersedianya biaya hidup sehari-hari warga yang ekonominya lemah untuk biaya hidup sehari-hari Membantu warga gereja yang ekonominya lemah untuk biaya hidup sehari-hari tempat berjualan bagi ibu-ibu. Belum adanya perawatan yang maksimal untuk tempat kost. Kesempatan kerja bagi warga gereja Adanya bahan kelapa untuk diproduksi menjadi kopra dan minyak kelapa Adanya bahan untuk produk olahan kerang Tersedianya tempat tinggal yang disewa oleh warga gereja Tempat kegiatan pada weekend Tersedianya lahan untuk menanam pohon kelapa Tersedianya tambak kerang untuk diproduksi 65

32 Tabel 5 menjelaskan bahwa manfaat aset gedung bagi organisasi gereja yaitu: a) Tersedianya dana untuk perawatan gedung serbaguna seperti membeli kursi dan mengganti warna cat dan membantu ibu-ibu janda dan membayar tanggungan koster (kasus di jemaat Dobo). b) Pemasukkan bagi kas gereja sebesar 10 % untuk pelayanan dan sisanya untuk perawatan tempat kost (kasus di jemaat Marbali dan jemaat Wangel). c) Pemasukkan bagi kas gereja sebesar dimasukkan ke kas greja sebesar 30% dari hasil pengelolaan tempat wisata Kora Ever (kasus di jemaat Wangel). d) Hasil penjualan dari kebun jemaat dimasukkan ke kas gereja untuk pelayanan gereja (kasus di jemaat Marbali, Lamerang, Jabulenga dan Tungu). 66

33 e) Hasil penjualan souvenir dibagi 30% kepada gereja dan dimasukkan ke kas gereja (kasus di jemaat Tungu). f) Memberikan kesempatan kerja kepada warga gereja. Manfaat pendayagunaan aset- aset bagi warga gereja yaitu: a) Tersedianya modal bagi ibu-ibu untuk berjualan di pasar (kasus di jemaat Dobo). b) Tersedianya dana yang akan dibayar kepada penjaga kost dan tersedianya tempat tinggal yang disewa oleh warga gereja (kasus di jemaat Marbali dan jemaat Wangel). c) Tersedianya biaya hidup sehari-hari, kesempatan kerja bagi warga gereja yang tidak ada pekerjaan dan adanya tempat wisata pada setiap hari minggu (kasus di jemaat Wangel). d) Membantu warga gereja yang ekonominya lemah untuk biaya hidup sehari-hari, tersedianya lahan untuk menanam pohon 67

34 kelapa dan adanya bahan kelapa untuk diproduksi menjadi kopra dan minyak kelapa (kasus di jemaat Marbali, jemaat Wangel, jemaat Lamerang, jemat Jabulenga dan jemaat Tungu). e) Tersedianya tambak kerang untuk diproduksi dan adanya bahan untuk produk olahan kerang (kasus di jemaat Tungu). Aset aset yang dimiliki oleh gereja merupakan titipan Tuhan yang perlu dikelola. Oleh sebab itu, pendeta, majelis jemaat dan warga gereja harus bersama-sama berpartisipasi untuk mengelola dan memanfaatkan aset-aset yang ada untuk kesejahteraan warga gereja. Sehingga, gereja dapat memberdayakan talenta yang dimiliki oleh warga gereja (bandingkan Kurniadi 2004). Berhasil dan tidaknya dalam pendayagunaan aset-aset gereja bagi pengembangan ekonomi jemaat, bukan hanya peran pendeta dan majelis jemaat tapi 68

35 juga peran warga gereja yang ingin bersama-sama dengan pendeta memberdayakan potensi dan talenta. Gereja dalam mengembangkan ekonomi warga gereja, berarti gereja melihat kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh warga gereja. Misalnya, memberikan pendidikan, pelatihan dan modal kepada warga gereja untuk mengolah aset yang dimiliki untuk kesejahteraan warga gereja, karena bukan hanya rohani yang harus dimiliki oleh warga gereja tapi juga jasmaninya warga gereja (bandingkan Wiryotenoyo 2011). Manfaat pendayagunaan aset-aset gereja bagi organisasi gereja adalah (a) gereja telah melakukan tugas dan tanggung jawab terhadap aset dan warga gereja, (b) gereja memanfaatkan aset-aset yang ada untuk dikelola. Manfaat bagi warga gereja adalah (a) kesempatan kerja, (b) kesempatan untuk berusaha, (c) memperoleh pendapatan berupa barang maupun uang, (d) kesempatan warga gereja untuk berpartisipasi mengelola aset-aset gereja. 69

36 4.5 Model Penatalayanan Aset-aset gereja Keberhasilan gereja dalam memanfaatkan asetaset, akan membantu warga gereja dalam pengembangan ekonomi. Sehingga, warga gereja terlayani baik secara rohani maupun jasmani. Gereja bukan hanya memberitakan firman kepada warga gereja, tapi gereja membangun relasi dan bekerjasama dengan pihak pemerintah untuk memberikan modal serta pelatihan kepada warga gereja. Gereja memanfaatkan aset-aset gereja yang ada untuk pemgembangan ekonomi warga gereja, sehingga gereja tidak mengharapkan persembahan atau donatur tetapi gereja juga memberikan kesempatan kepada warga gereja untuk mengembangkan talenta yang dimiliki (bandingkan Yohanes 2011). Gereja memiliki aset berupa surat-surat berharga, barang-barang yang bergerak (perabotperabot perlengkapan kantor, kendaraan bermotor, invertaris gereja) dan barang-barang yang tidak bergerak (bangunan-bangunan gereja, kantor, gedung, 70

37 bangunan pastori, tanah dan kebun jemaat, tempat kost, tempat wisata) yang dapat digunakan untuk pelayanan gereja dan pengembangan ekonomi warga gereja. Gereja mengolah aset-aset yang tersedia maka gereja telah melakukan tujuan dari pendayagunaan aset-aset gereja dalam pengembangan ekonomi jemaat (bandingkan Calvin,1996). Berikut ini adalah gambaran dari penggunaan dan dampak pendayagunaan aset-aset gereja bagi pengembangan ekonomi jemaat (tabel 6). Tabel 6 dibawah ini, menunjukkan bahwa: a) Semua aset yang dimiliki oleh gereja telah didayagunakan, hanya saja semuanya belum optimal. b) Pemanfaatan aset telah pada kebijaksanaan perjabat gereja pada waktu itu, dan tidak semuanya melalui perencanaan. c) Belum ada panduan manajemen aset gereja. 71

38 Tabel 6. Penggunaan Dan Dampak Pendayagunaan Aset-Aset Gereja bagi Pengembangan Ekonomi Jemaat No Aset Penggunaan Dampak 1 Gereja 2 Warga gereja Gedung serbaguna (Jemaat Dobo) Sekolah PAUD (Jemaat Marbali) Tempat kost (jemaat Marbali dan jemaat Wangel) Tempat wisata Kora Ever (Jemaat Wangel) Kebun jemaat (Jemaat Marbali, Lamerang, Jabulenga, dan Jemaat Tungu) Aset tak berwujud atau aset intelektual Gedung serbaguna digunakan untuk kegiatan gerejawi maupun di sewakan untuk acara-acara lainnya Sekolah PAUD digunakan untuk proses belajar anak-anak Tempat kost di sewakan kepada warga gereja yang belum memiliki tempat tinggal Tempat wisata Kora Ever di gunakan untuk tempat rekreasi setiap hari minggu Kebun jemaat di kelola warga gereja untuk kebutuhan sehari- hari maupun usaha minyak kelapa dan kopra Aset intelektual berupa: ide-ide dari warga gereja yang dituliskan dalam suatu konsep dan praktek yang akan menghasilkan nilai. Gereja tidak perlu mengeluarkan biaya untuk membayar sewa gedung Memngembangkan potensi warga gereja untuk mengajar Gereja telah membantu warga gereja untuk memperoleh tempat tinggal walaupun hanya sementara Gereja menyediakan tempat refresing bagi warga gereja Gereja memberikan kesempatan kerja kepada warga gereja yang di berikan kepercayaan warga gereja untuk mengolah buah kelapa menjadi minyak dan kopra. Warga gereja diberikan kesempatan untuk berpartisipasi memberikan ideide yang cemerlang demi membangun gereja maupun warga gereja. Sumber data yang diolah

39 Tabel 6 menjelaskan bahwa, penggunaan aset gedung digunakan untuk kegiatan gerejawi maupun acara-acara lainnya (acara pernikahan dan acara PEMDA). Tempat kost, digunakan untuk membantu warga gereja yang belum memiliki tempat tinggal. Tempat wisata, digunakan untuk kegiatan rekreasi pada hari minggu. Kebun jemaat digunakan untuk membantu kebutuhan warga gereja, usaha minyak kelapa dan kopra. Warga gereja diberikan kesempatan untuk berpartisipasi memberikan ide-ide yang cemerlang demi membangun gereja maupun warga gereja. Dengan demikian dapat dibangun model pendayagunaan aset gereja untuk pengembangan ekonomi jemaat sebagai berikut. Komponen-komponen utama model tersebut terdiri dari: a) Aktor : majelis jemaat, warga gereja, komisi finek dan dinas pendidikan. b) Jalur aktivitas : majelis jemaat melakukan perencanaan untuk melaksanaan program 73

40 kepada warga gereja untuk menghasilkan dampak. c) Jalur dampak : organisasi gereja tetap bertahan dan kebutuhan warga gereja terpenuhi. 74

41 Gambar 2 Model Dampak dari Suatu Program Jalur Aktivitas Jalur Dampak Aktor Dampak agregat Perawatan iman: Organisasi gereja tetap bertahan Kebutuhan Warga gereja terpenuhi Warga gereja Dampak kelangsungan Organisasi gereja berlangsung lancar dan berkecukupan Pengembangan ekonomi jemaat berlangsung: - Wajib belajar minimal 9 thn terpenuhi - Warga gereja dengan ekonomi lemah dimampukan dan terawat Komisi Finek Warga gereja Dinas Pendidikan Outcome Dana untuk PEJ dan gereja Perawatan iman Warga gereja Output Jasa Barang Uang Kesempatan kerja hasil bumi Warga gereja Pelaksanaan / opreasionalisasi program kerja Kegiatan Gerejawi Tersedianya kegiatan untuk memenuhi permintaan jasa Berlangsungnya kegiatan produktif untuk mengolah kebun jemaat Berlangsungnya kegiatan Warga gereja Program kerja Operasional Rencana Kegiatan Pengorganisasian (Pembagian Tugas) Jadwal dan Anggaran Majelis jemaat Perencanaan : Pengambilan keputusan perencanaan program pemanfaatan asset gereja Identifikasi aset dan pemanfaatan Gedung Gereja Tempat Kost Kebun Jemaat Tempat Wisata Pengelolaan Kerang Majelis jemaat 75

42 Model diatas dijelaskan bahwa program pendayagunaan aset gereja, dilihat dari tiga aspek yaitu jalur aktivitas, jalur dampak dan aktor. Jalur aktivitas menggambarkan bahwa dalam pendayagunaan aset gereja pentingnya dilakukan perencanaan, program kerja, pelaksanaan program kerja, output, outcome, dampak kelangsungan dan dampak agregat untuk pengembangan ekonomi jemaat yang telah disusun dan disepakati oleh majelis jemaat. Jalur dampak menjelaskan bahwa, perencanaan untuk aset gedung tersedianya tempat kegiatan baik kegiatan gerejawi maupun kegiatan warga gereja. Tempat kost dan tempat wisata, tersedianya kegiatan untuk memenuhi permintaan jasa baik untuk tempat tinggal maupun tempat rekreasi bagi warga gereja. Kebun jemaat, akan berlangsungnya kegiatan produktif untuk mengolah buah kelapa menjadi minyak dan kopra. Pengelolaan kerang, berlangsungnya kegiatan produktif, untuk mengolah kerang menjadi souvenir maupun cemilan. Sehingga, tersedianya dana 76

43 pengembangan ekonomi jemaat bagi gereja maupun warga gereja dan organisasi gereja tetap bertahan serta kebutuhan warga gereja terpenuhi. Aktor dalam model dampak dari suatu program untuk pengembangan ekonomi jemaat adalah majelis jemaat, komisi finek, warga gereja dan pihak pemerintah (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan) yang secara bersama-sama melaksanakan program yang telah disepakati untuk membuat sebuah perubahan dalam jemaat. Gereja dengan sistem presbiterial sinodal, warga gereja berperan melaksanakan program, mengatur, menatalayani aset-aset yang dimiliki dan pengambilan keputusan. Majelis jemaat berperan sebagai pengambilan keputusan dan melaksanakan program. Pendeta berperan sebagai pelayan. Pihak pemerintah merupakan mitra sekerja gereja yang membantu gereja untuk pengembangan ekonomi jemaat. Sehingga warga gereja adalah penerima manfaat dari penatalayanan aset gereja. Manfaatnya berupa pekerjaan dan hasil. 77

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Setelah melalui beberapa tahap dari penulisan. ini, maka peneliti akan memaparkan bahasan yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Setelah melalui beberapa tahap dari penulisan. ini, maka peneliti akan memaparkan bahasan yang BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Setelah melalui beberapa tahap dari penulisan ini, maka peneliti akan memaparkan bahasan yang merupakan jawaban atas persoalan penelitian yang telah dirumuskan dalam bab

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan BAB V PENUTUP Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang diambil kemudian menjadi dasar penyusunan implikasi baik dari aspek teoritis maupun praktis. 5.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA 2.1. Manajemen Asset Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan menyelesaikan persoalan bersama-sama dengan orang lain dimana memahami bahwa setiap aktivitas

Lebih terperinci

Spiritualitas Penatalayanan

Spiritualitas Penatalayanan Spiritualitas Penatalayanan Oleh: Pnt. Virgo Tri Septo A. Lokakarya Penatalayanan Majelis dan Badan Pelayanan Jemaat GKI Madiun Minggu, 24 September 2017 Apa itu Penatalayanan? Penatalayanan adalah segala

Lebih terperinci

PENATALAYANAN ASET-ASET ORGANISASI GEREJA

PENATALAYANAN ASET-ASET ORGANISASI GEREJA PENATALAYANAN ASET-ASET ORGANISASI GEREJA (Suatu Studi Terhadap Pengembangan Ekonomi Jemaat bagi Penatalayanan Aset Organisasi Gereja di Klasis Pulau Pulau Aru) TESIS Diajukan kepada Program Pascasarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. Kebijakan mutasi ini dalam organisasi profit berkaitan erat dengan pengembangan

Lebih terperinci

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jika melihat sekilas tentang bagaimana Gereja menjalankan karyanya -khususnya Gereja Kristen Jawa (GKJ)-, memang sangat tampak bahwa Gereja merupakan sebuah organisasi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dijalani oleh manusia

BAB I. PENDAHULUAN. Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dijalani oleh manusia BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dijalani oleh manusia yang ditata dalam empat tatanan dasar. Tatanan dasar itu berupa tatanan pengakuan,

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROGRAM PELAYANAN DI RESORT 1. Pengantar Persidangan Majelis Sinode BNKP ke-56 telah terlaksana dengan baik pada tanggal 3-8 Juli 2012 bertempat di Jemaat BNKP Onolimbu, Resort

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN

PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PETUNJUK TEKNIS PENYUSUNAN PROGRAM PELAYANAN DI JEMAAT 1. Pengantar Persidangan Majelis Sinode BNKP ke-56 telah terlaksana dengan baik pada tanggal 3-8 Juli 2012 bertempat di Jemaat BNKP Onolimbu, Resort

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PERTAMANAN KOTA MEDAN. A. Sejarah Singkat Dinas Pertamanan Kota Medan

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PERTAMANAN KOTA MEDAN. A. Sejarah Singkat Dinas Pertamanan Kota Medan BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PERTAMANAN KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Pertamanan Kota Medan Dinas Pertamanan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pertamanan yang dipimpin oleh

Lebih terperinci

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3.1 Selayang Pandang Gereja Kristen Sumba Gereja Kristen Sumba adalah gereja yang berada di pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang yang menulis dan meneliti tentang sumber daya manusia. Cardoso (2003) mengatakan salah satu sumber daya yang terdapat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2002 NOMOR : 52 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 25 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008 PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 04/BPMS-BNKP/2008 tentang J E M A A T Dengan Kasih Karunia Yesus Kristus, Tuhan dan Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah : Kejadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan arus globalisasi, maka muncul pula persoalan-persoalan baru yang harus dihadapi oleh sumber daya manusia yang ada di dalam Gereja. Oleh

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Tengah Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas-Dinas

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Tengah Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Dinas-Dinas BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. SEJARAH SINGKAT Terbentuknya Dinas Kebersihan, Pertamanan Dan Pemadam Kebakaran Kabupaten Tapanuli Tengah berdasarkan Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI PASAL 13 : BADAN PENGURUS SINODE Badan Pengurus Sinode adalah pimpinan dalam lingkungan Sinode yang terdiri dari wakil-wakil jemaat anggota yang bertugas menjalankan fungsi

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020

PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020 PETUNJUK PELAKSANAAN (JUKLAK) PEMILIHAN PELAKSANA HARIAN MAJELIS JEMAAT MASA BAKTI 2017 s.d 2020 I. Dasar Pelaksanaan Tata Gereja GPIB tahun 2015 1. Tata Dasar, Bab IV ttg Penatalayanan Gereja 2. Peraturan

Lebih terperinci

Jakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat

Jakarta, 22 Agustus : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat Jakarta, 22 Agustus 2017 Nomor Lamp Perihal : 3551/VIII-17/MS.XX : 1 (satu) Bundel : Petunjuk Pelaksanaan Pemilihan Fungsionaris Pelaksana Harian Majelis Jemaat Kepada Yth. : Seluruh Majelis Jemaat GPIB

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 44 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTAMANAN KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 44 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTAMANAN KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 44 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERTAMANAN KOTA MEDAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN Menimbang : a. Bahwa sesuai dengan Pasal 59 dan 60

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnyaa, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Jumlah kendaraan yang berpotensi melakukan kegiatan

Lebih terperinci

Gereja Menyediakan Persekutuan

Gereja Menyediakan Persekutuan Gereja Menyediakan Persekutuan Pada suatu Minggu pagi sebelum kebaktian Perjamuan Tuhan, lima orang yang akan diterima sebagaianggota gereja berdiri di depan pendeta dan sekelompok diaken. Salah seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu tugas panggilan Gereja adalah memelihara iman umat-nya. 1 Dengan mengingat bahwa yang menjadi bagian dari warga Gereja bukan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 83 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KEPEMUDAAN, OLAHRAGA, DAN PARIWISATA KABUPATEN

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA KOMISI LANJUT USIA ( LANSIA ) GKI SUMUT MEDAN TAHUN 2016

PROGRAM KERJA KOMISI LANJUT USIA ( LANSIA ) GKI SUMUT MEDAN TAHUN 2016 I. VISI MENJADI TELADAN DALAM PELAYANAN PROGRAM KERJA KOMISI LANJUT USIA ( LANSIA ) GKI SUMUT MEDAN TAHUN II. MISI 1. Menjaga karya dan kemampuan 2. Menjaga iman 3. Menjaga kesehatan 4. Menjaga kebugaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem yang digunakan untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh suatu organisasi. Informasi tersebut berupa informasi

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 18 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 328 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 18 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 328 TAHUN 2010 TENTANG BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2010 NOMOR : 18 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 328 TAHUN 2010 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA BANDUNG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA KO T A P R A D J A JO J G A K TA R A LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor: 206 Tahun 2005 Seri: D PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 176 TAHUN 2005 TENTANG PENJABARAN FUNGSI

Lebih terperinci

Lampiran Verbatim Wawancara NARASUMBER I: DAVID TUERAH Wawancara dengan mantan ketua pemuda GPIB Kasih Karunia Medan David Tuerah, 15 Maret 2012

Lampiran Verbatim Wawancara NARASUMBER I: DAVID TUERAH Wawancara dengan mantan ketua pemuda GPIB Kasih Karunia Medan David Tuerah, 15 Maret 2012 Lampiran Verbatim Wawancara NARASUMBER I: DAVID TUERAH Wawancara dengan mantan ketua pemuda GPIB Kasih Karunia Medan David Tuerah, 15 Maret 2012 : Bung pernah mendengar kata penatalayanan? Bung David :

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 1999, hlm 30 1 BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan A.1. Latar belakang permasalahan Harus diakui bahwa salah satu faktor penting di dalam kehidupan masyarakat termasuk kehidupan bergereja adalah masalah kepemimpinan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Manjilala

PENDAHULUAN. Manjilala PENDAHULUAN Manjilala www.gizimu.wordpress.com PENDAHULUAN Selama ini Kader Posyandu lebih sering menjadi pelaksana kegiatan saja, bukan pengelola Posyandu. Pengelola Posyandu artinya bukan hanya melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG 1 2016 No.55,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAHAN DESA. ORGANISASI. TATA KERJA. Perubahan Peraturan Bupati Bantul Nomor 42 Tahun 2016 ( Berita

Lebih terperinci

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing

Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing Evaluasi Kuesioner Pembangunan Jemaat GKI Blimbing Rangkuman: a. Catatan Umum: - Survei dilakukan setelah ibadah hari Minggu, 24 juli 2016, meskipun ada beberapa yang mengisi survey saat PD Lingkungan.

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tana Toraja merupakan salah satu daerah yang memiliki penduduk mayoritas beragama Kristen. Oleh karena itu bukan hal yang mengherankan lagi jikalau kita menjumpai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PERTAMANAN KOTA MEDAN. A. Sejarah Singkat Dinas Pertamanan Kota Medan

BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PERTAMANAN KOTA MEDAN. A. Sejarah Singkat Dinas Pertamanan Kota Medan BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PERTAMANAN KOTA MEDAN A. Sejarah Singkat Dinas Pertamanan Kota Medan Dinas Pertamanan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang pertamanan yang dipimpin oleh

Lebih terperinci

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMUDA, OLAH RAGA, KEBUDAYAAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 121 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN KABUPATEN BANTUL DENGAN

Lebih terperinci

BAB II RERANGKA TEORITIS. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini. adalah konsep pengelolaan aset organisasi sebagai

BAB II RERANGKA TEORITIS. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini. adalah konsep pengelolaan aset organisasi sebagai BAB II RERANGKA TEORITIS Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep pengelolaan aset organisasi sebagai konsep utama dan dikaitkan dengan konsep lainnya yaitu konsep sumber daya manusia (Warga

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG L PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PERANGKAT DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Desa Tegal Arum Kecamatan Rimbo Bujang Kabupaten Tebo merupakan daerah yang terbentuk karena transmigrasi berasal dari Jawa pada tahun 1979. Desa Tegal Arum merupakan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gereja Protestan Maluku secara institusi mengenal adanya jabatan organisasi dan jabatan pelayanan fungsional gereja. Jabatan secara organisasi gereja yaitu Ketua Majelis,

Lebih terperinci

GKI Pasteur MAJELIS JEMAAT DAN TUGASNYA. Penatalayanan Bina

GKI Pasteur MAJELIS JEMAAT DAN TUGASNYA. Penatalayanan Bina GKI Pasteur Penatalayanan Bina MAJELIS JEMAAT DAN TUGASNYA Siapakah Majelis Jemaat Fungsi Majelis Jemaat Struktur organisasi Majelis Jemaat - Tugas tiap bagian Majelis Jemaat 1 PENDAHULUAN Pada setiap

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAHAT DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

Lebih terperinci

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147 IV. PERAN MAJELIS JEMAAT SEBAGAI PEMIMPIN DALAM PEMBERDAYAAN WARGA JEMAAT 4.1 Pemberdayaan sebagai Pembangunan Gereja Dalam Tata Gereja GKI Pemberdayaan berarti memampukan, memberi kesempatan, dan mengijinkan,

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 114 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Aspek pengembangan suatu objek wisata diantaranya meliputi pengembangan tata

Lebih terperinci

KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH

KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH 19 NOPEMBER 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN PONOROGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN

BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN BAB VI STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT SEBELUM DAN SESUDAH TERJADINYA KONVERSI LAHAN 6.1. Strategi Nafkah Sebelum Konversi Lahan Strategi nafkah suatu rumahtangga dibangun dengan mengkombinasikan aset-aset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA DAN CIPTA KARYA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI IRIGASI KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang : a. b. c. d. e. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KOPERASI, USAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 42 TAHUN 2016 TENTANG 1 2016 No.42,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAHAN DESA. Susunan Organisasi. Tata Kerja. Pemerintah Desa. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

KEPALA DESA SELOMARTANI KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DESA SELOMARTANI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA DESA SELOMARTANI KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DESA SELOMARTANI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG KEPALA DESA SELOMARTANI KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DESA SELOMARTANI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA SELOMARTANI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kajian BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kajian 1.1.1. Kemandirian Gereja, Antara Impian dan Kenyataan Hingga dewasa ini pada kenyataannya kita masih menemukan adanya gereja gereja yang belum dapat secara

Lebih terperinci

LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 06 TAHUN 2017 TENTANG PUNGUTAN DESA

LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 06 TAHUN 2017 TENTANG PUNGUTAN DESA LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 06 TAHUN 2017 TENTANG PUNGUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LURAH DESA BANGUNJIWO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS LABORATORIUM DAN ALAT BERAT PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada skripsi mengenai Profil Pengguna Jasa Transportasi Kereta Api Stasiun Rancaekek Kabupaten Bandung sebagai bab akhir dari penulisan skripsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan peningkatan mutu sumber daya manusia pada masa yang akan datang, bangsa Indonesia telah berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Lebih terperinci

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK

III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK III. PROFIL GKI PALSIGUNUNG DEPOK 3.1 Sejarah dan Perkembangan GKI Palsigunung Depok Gereja Kristen Indonesia (GKI) merupakan buah penyatuan dari GKI Jawa Barat, GKI Jawa Tengah, dan GKI Jawa Timur. Berdirinya

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI SALINAN PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENGGUNAAN DAN PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 56 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PENGENDALIAN

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. untuk mempraktekkannya. Tidak ada pembagian kelas dalam KAKR

Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. untuk mempraktekkannya. Tidak ada pembagian kelas dalam KAKR Lampiran Field Notes GBKP Lau Buluh 1. Nama : DRN Jabatan Waktu Tempat : Guru KAKR : 12 Agustus 2012, 12.00 13.00 WIB : Gedung Gereja GBKP Lau Buluh Telah melayani sebagai guru KAKR selama 2 tahun. Memiliki

Lebih terperinci

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PARA SEKSI NO JABATAN URAIAN TUGAS KETERANGAN

TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PARA SEKSI NO JABATAN URAIAN TUGAS KETERANGAN URAIAN TUGAS SEKSI TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PARA SEKSI NO JABATAN URAIAN TUGAS KETERANGAN 1 Sie Perlengkapan Rumah 2 Sie Perlengkapan Gedung Melakukan pengadaan tenda, kursi, sound system, penambahan daya

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN PASURUAN

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BAB I PEMBUKAAN Mahasiswa Kristen Institut Teknologi Bandung sebagai bagian dari umat Allah di Indonesia memiliki tugas dan tanggung

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERSEKUTUAN GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERSEKUTUAN GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERSEKUTUAN GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU Diterbitkan oleh: Majelis Pusat Gereja Kristen Perjanjian Baru Daftar Isi BAB I Keanggotaan... 3 BAB II Musyawarah Besar... 4 BAB

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT, BUPATI LOMBOK BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PARIWISATA KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 2 TAHUN

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 2 TAHUN SALINAN BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 05/BPMS-BNKP/2008 tentang KEUANGAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP

PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 05/BPMS-BNKP/2008 tentang KEUANGAN BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP Menelaah PERATURAN BANUA NIHA KERISO PROTESTAN (BNKP) NOMOR 05/BPMS-BNKP/2008 tentang KEUANGAN Dengan Kasih Karunia Tuhan Yesus Raja Gereja BADAN PEKERJA MAJELIS SINODE BNKP : Luk.19:8-9; Mat.6:19-21,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend. BAB V PENUTUP Setelah melalui tahap pembahasan dan analisis, maka selanjutnya pada bab ini akan dipaparkan mengenai kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 64 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BANDUNG, SALINAN WALI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR 543 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERHIMPUNAN PEMILIK DAN PENGHUNI SATUAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN TATA KELOLA POKJA AKREDITASI PAUD DAN PNF KABUPATEN/KOTA

PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN TATA KELOLA POKJA AKREDITASI PAUD DAN PNF KABUPATEN/KOTA SAMBUTAN KETUA BADAN AKREDITASI NASIONAL Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Non Formal (PNF) memiliki peran yang sangat besar dalam memenuhi hak pendidikan sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB IV. dibangun untuk tujuan pengairan daerah sekitarnya, Danau Lembah sari atau

BAB IV. dibangun untuk tujuan pengairan daerah sekitarnya, Danau Lembah sari atau 43 BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK WISATA DANAU BUATAN 4.1 Sejarah singkat Danau Lembah sari merupakan bendungan buatan yang awalnya dibangun untuk tujuan pengairan daerah sekitarnya, Danau Lembah sari atau

Lebih terperinci

Fakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga

Fakultas Teologi. Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga PENGARUH JENDER DALAM LINGKUP PELAYANAN MAJELIS JEMAAT (Studi Kasus Terhadap Kesenjangan Jender dalam Struktur Kepemimpinan Majelis Jemaat GPM Pulau Saparua) Oleh, Michael Willy Patawala 712008039 TUGAS

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PEMUDA OLAHRAGA KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

LURAH DESA BANGUNJIWO

LURAH DESA BANGUNJIWO LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BANGUNJIWO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LURAH

Lebih terperinci

LURAH DESA BANGUNJIWO

LURAH DESA BANGUNJIWO LURAH DESA BANGUNJIWO KECAMATAN KASIHAN, KABUPATEN BANTUL PERATURAN DESA BANGUNJIWO NOMOR 03 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BANGUNJIWO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LURAH

Lebih terperinci

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daya saing bisnis di pasar global tidak hanya ditentukan oleh kemampuan pelaku dalam memanajemeni usahanya tetapi juga oleh kinerja dari berbagai aktor yang terlibat

Lebih terperinci

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KABUPATEN PULANG PISAU NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD 39 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH DAN INSPEKTORAT KABUPATEN GARUT DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara

BAB I PENDAHULUAN. daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan merupakan salah satu daerah pesisir pantai yang ada di Medan. Sebagaimana daerah yang secara geografis berada di pesisir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

KEPALA DINAS SEKRETARIS

KEPALA DINAS SEKRETARIS KEPALA DINAS Mempunyai tugas pokok memimpin, merumuskan, mengatur, membina, mengendalikan, mengkondisikan dan mempertanggungjawabkan kebijakan teknis pelaksanaan urusan pemerintahan daerah berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M.M. Srisetyati Haryadi, PengantarAgronomi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, p

BAB I PENDAHULUAN. 1 M.M. Srisetyati Haryadi, PengantarAgronomi, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, p BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN 1.1. Masalah Jemaat GKSBS Lembah Seputih merupakan jemaat yang sebagian besar pekerjaan warganya adalah di bidang pertanian. Sekelompok atau sekumpulan orang yang hidup

Lebih terperinci