BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Setelah melalui beberapa tahap dari penulisan. ini, maka peneliti akan memaparkan bahasan yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Setelah melalui beberapa tahap dari penulisan. ini, maka peneliti akan memaparkan bahasan yang"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Setelah melalui beberapa tahap dari penulisan ini, maka peneliti akan memaparkan bahasan yang merupakan jawaban atas persoalan penelitian yang telah dirumuskan dalam bab pendahuluan. Dalam bab ini akan disajikan hasil pengolahan data beserta bahasannya untuk menjawab persoalan - persoalan yang telah dirumuskan. 4.1 Gambaran Umum Jemaat Sampel Jemaat Werwaru Jemaat Werwaru adalah salah satu jemaat yang berada di Pulau Moa, merupakan salah satu pulau terdepan yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga yaitu Timor Leste. Selain struktur tanahnya yang subur dan gembur dan padang rumput untuk peternakan yang sangat luas (90%), memungkinkan masyarakatnya dapat 72

2 mengembangkan pola pertanian dan peternakan secara terintegrasi, kacang tanah menjadi komoditi unggulan dari sekian banyak hasil pertanian yang diproduksi. Sebagian besar hasilnya dijual ke Kota Tiakur, karena jaraknya sangat dekat (kurang lebih dua jam perjalanan), sejak Kabupaten Maluku Barat Daya berpindah ke Kota Tiakur. Warga Jemaat Werwaru mulai berbenah diri baik dari rumah sampai pada penerangan (Rencana Strategis Jemaat Werwaru Klasis PP. Letti Moa Lakor 2012). Jemaat Patti Jemaat Patti berkedudukan di Pulau Moa Kabupaten Maluku Barat Daya. Jemaat Patti adalah salah satu jemaat dari 12 jemaat atau salah satu negeri dari tujuh negeri dan tujuh dusun di Pulau Moa. Jarak tempuh dari Jemaat Patti ke pusat Kabupaten baru Tiakur dengan menggunakan transportasi darat kira-kira 30 menit dengan menempuh perjalanan kurang lebih sembilan kilo 73

3 meter. Secara topografi Jemaat Patti berbentuk bukit, bagian utara lebih tinggi dari bagian selatan dan daerah rendah ada dibagian pantai. Jemaat Patti adalah jemaat pinggiran pantai atau pesisir. Ketinggian jemaat ini dari permukaan air antara lima sampai 30 meter dari permukaan laut. Hasil perkebunan seperti jagung, kelapa, singkong, labu, kacang merah semuanya hanya dimanfaatkan untuk makan sehari-hari. Sementara komoditi yang sering menjadi keunggulan untuk dikonsumsi adalah jagung. Tanah sangat luas untuk ditanami tanaman umur pendek yang bisa diolah untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari warga gereja maupun warga masyarakatnya. Jemaat Patti terkenal sebagai penghasil kayu jati, sebab hutan Patti sebagian besar ditumbuhi pohon kayu jati. Kekayaan alam yang melimpah ini telah membuat Patti terkenal sampai pada daerah lain diluar kepulauan Maluku (Rencana Strategis Jemaat Patti 74

4 Klasis PP. Letti Moa Lakor 2012). Selain dari sektor perkebunan dan sektor kehutanan ada pula sektor peternakan dimana warga jemaat memiliki pekerjaan sebagai peternak. Jemaat Serwaru Jemaat Serwaru adalah jemaat pusat Klasis Letti Moa Lakor yang berada di pusat Kecamatan Letti, jarak tempuh dari jemaat ini ke Kota Kabupaten Tiakur kurang lebih satu jam 30 menit dengan menggunakan jasa angkutan laut yaitu motor laut dan kapal laut. Dari sektor pertanian terdapat beberapa jenis tanaman yaitu : kelapa, umbi-umbian, jambu mete, pisang, mangga, kacang-kacangan, dan sukun. Tanaman-tanaman ini belum dikelola secara maksimal karena masih banyak usaha yang berorientasi pemenuhan kebutuhan keluarga dan belum berorientasi penjualan secara besar-besaran. Tanaman mangga biasanya berbuah lebat dan 75

5 dagingnya dikeringkan dengan cara dijemur. Bijinyapun dapat dibuat makanan yang khas daerah, namun ini belum dikembangkan. Sukun juga hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari sukun belum dikembangkan produk unggulan yang dapat dipasarkan dan menghasilkan nilai tambah yang tinggi. Jambu mete biasanya ditelantarkan karena hasilnya sangat sedikit untuk dijual pada para pedagang (Rencana Strategis Jemaat Serwaru, Klasis Pulau-Pulau Letti Moa Lakor 2012). Jemaat Tomra Jemaat Tomra berada di Pulau Letti, salah satu gugusan pulau-pulau dalam wilayah Klasis Letti Moa Lakor atau salah satau pulau kecil di Kabupaten Maluku Barat Daya dan sekaligus merupakan salah satu pulau terluar yang juga berbatasan langsung dengan negara Timor Leste dan Australia. Selain itu, sebagai jemaat yang berada dalam kawasan pengembangan kabupaten Maluku Barat Daya, 76

6 hubungan jemaat dengan pusat kabupaten baru di Tiakur (Pulau Moa) dapat ditempuh melalui lautan. Artinya lautan menjadi bagian dalam seluruh dinamika pertumbuhan jemaat ini dan jemaat lain di Klasis Lemola (Rencana Strategis Jemaat Tomra, Klasis PP. Letti Moa Lakor). Pada sektor perkebunan dalam Jemaat Tomra ada empat hal yang menonjol yaitu kelapa, jambu mete, sayuran, sedangkan umbi-umbian merupakan tanaman yang diusahakan oleh beberapa kepala keluarga disesuaikan dengan musim. Setiap unit pelayanan memiliki lahan satu hektar. Menyangkut sektor peternakan, tidak semua warga jemaat memiliki dan menekuni kerja sebagai peternak, tetapi lebih kepada kerja sampingan, namun diusahakan untuk mendatangkan nilai ekonomis yang dapat membantu keluarga membangun kehidupan, menyekolahkan anak dan memenuhi kebutuhan lainnya. 77

7 Keempat jemaat ini memiliki ciri khas tersendiri dimana masing-masing jemaat mempunyai aset-aset yang bisa untuk dikelola bagi kepentingan anggota jemaat maupun organisasi gerejanya. Tetapi cara mereka dalam mengelola berbeda-beda tergantung sumber daya manusia yang mengelola dan cara strategis mereka dalam pengelolaan aset tersebut. 4.2 Pengelolaan Aset Gereja Gereja mengelola aset-asetnya dengan harapan dapat menjawab kebutuhan internal organisasi maupun pelayanan kepada kelompok sasaran. Tulisan ini akan membahas pengelolaan aset gereja yang difokuskan pada aset ruang berupa lahan tanah untuk pertanian dan peternakan serta gedung. Gereja memiliki aset-aset yang dikelola untuk kepentingan kesejateraan warga sebagai kelompok sasaran dan sekaligus untuk mencukupi kebutuhan 78

8 gereja sebagai organisasi. Tabel dibawah ini menunjukan data luas lahan dan jumlah ternak yang dimiliki oleh masing-masing jemaat GPM yang menjadi sampel penelitian. Tabel 4.1 Pemanfaatan Ruang Jemaat Aset Ruang Kandang Ternak (ekor) Gedung*) Lahan kebun (ha) Kerbau Sapi Babi Dikelola Tidak dikelola Werwaru 1 1 Patti Serwaru 1 0,06 Tomra 3 *) Selain Gereja dan Konsistori Tabel 4.1 menunjukan bahwa yang memiliki aset terbanyak adalah Jemaat Patti dan yang paling sedikit adalah Jemaat Serwaru. Jemaat Patti memiliki tiga buah kebun kelapa dan empat kebun jemaat. Kebun jemaat ditanami tanaman musiman seperti jagung, kacang merah, kacang tanah, dan 79

9 lainnya. Jemaat Patti memiliki delapan hektar tanah yang berada di lokasi yang berbeda. Lahan seluas empat hektar letaknya di pegunungan, tetapi tidak diolah walaupun subur karena enam kilo meter jauhnya dari perkampungan warga. Sisanya, seluas empat hektar di daerah semenanjung yang jauhnya satu sampai dua kilo meter dari perkampungan warga, sehingga diolah untuk kebun jemaat yang ditanami jagung dan kacang merah. Serta lahan kayu jati hibah dari warga yang selama ini hasilnya digunakan untuk mendirikan pastori maupun gedung gereja dan dijual untuk kebutuhan lainnya. Jemaat Serwaru memiliki satu buah gedung yang dipergunakan untuk mengadakan pertemuan atau ibadah khusus gerejawi yang sifatnya internal organisasi. Jemaat Serwaru memiliki kebun jambu mete seluas 0,06 ha tetapi tidak diolah. Jemaat Serwaru termasuk dalam kategori kelas satu yang terletak di pusat perkotaan, sehingga pendapatan 80

10 atau dana yang diperoleh melalui persembahan jemaat telah cukup untuk membiayai pelayanan gereja kepada warganya. Jemaat Werwaru memiliki lahan seluas satu hektar dan diolah untuk ditanami kelapa dan jambu mete. Lokasi kebun kelapa jauh dari perkampungan sehingga jarang untuk dikelola sedangkan kebun jambu mete lokasinya dekat perkampungan jadi hasilnya diolah oleh warga. Jemaat Tomra memiliki luas lahan tiga hektar dan diolah untuk ditanami tanaman umur pendek seperti sayur-sayuran dan juga jambu mete. Aset-aset yang dimiliki oleh setiap jemaat berfungsi untuk membantu pelayanan gereja kepada warganya. Kemampuan organisasi gereja dalam mengelola aset-asetnya mendukung pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi dalam mensejahterakan dan memelihara keselamatan warganya. 81

11 4.3 Peran Warga Gereja dalam Pengelolaan Aset Tabel 4.2 Jumlah Warga menurut Pekerjaan, Tingkat Pendidikan dan Tingkat Ekonomi serta Aset Jemaat Jemaat Jumlah warga Jumlah Warga menurut Pekerjaan Jumlah Warga menurut Tingkat Pendidikan Jumlah Warga menurut Tingkat Ekonomi Aset Jemaat Petani Peternak Pengusaha Pegawai SD SMP SMA Sarjana Miskin Menengah Lahan Ternak Werwaru KK 25 1 ha 1 ekor Patti KK 7 8 ha 76 ekor Serwaru KK ha - Tomra KK 95 3 ha - 82

12 Tabel 4.2 memperlihatkan bahwa Jemaat Tomra mempunyai warga paling banyak dan Serwaru pada urutan kedua. Jemaat Serwaru mempunyai warga usia produktif 6,6 kali lipat dari warga usia lanjut, sedang Tomra hanya 4,8 kali lipat. Hal ini menunjukkan bahwa tanggungan beban ekonomi warga Jemaat Serwaru lebih ringan dari warga Tomra. Walaupun Jemaat Serwaru tidak memiliki aset produktif, tetapi tetap dapat mandiri secara ekonomi (kategori kelas satu) karena didukung oleh persembahan yang cukup dari warganya, yang sebagian besar berpendidikan dan bekerja sebagai PNS dan pengusaha. Jemaat Tomra juga masuk kategori kelas satu, yang warganya juga banyak yang bependidikan dan bekerja sebagai PNS dan pengusaha. Namun demikian, warga yang termasuk dalam kelompok miskin relatif banyak, sehingga walaupun Jemaat Tomra memiliki lahan, tingkat 83

13 kemandirian ekonominya masih di bawah Jemaat Serwaru. Proporsi warga usia produktif terendah yaitu 2,1 kali lipat warga usia lanjut ada di Jemaat Werwaru, sedang jemaat Patti mencapai 2,5. Baik warga Jemaat Werwaru maupun Patti, sebagian besar memiliki tingkat pendidikan rendah bekerja di sektor pertanian dan peternakan. Jumlah warga yang miskin di Jemaat Patti juga relatif lebih banyak daripada Werwaru, namun Patti memiliki banyak aset, berupa lahan delapan hektar dan ternak 76 ekor, sehingga secara ekonomi masuk kategori kelas dua (menengah). Sementara itu, Jemaat Werwaru masuk kategori kelas tiga (terbelakang) karena asetnya hanya sedikit. Penelitian ini hanya menampilkan usia produktif (16 50 tahun), karena kelompok ini mampu mengolah aset ruang (terutama lahan dan ternak). Selain itu, juga ditampilkan usia lanjut (

14 tahun) yang masih dapat berkontribusi dalam proses perencanan dan pengawasan terhadap proses pengelolaan aset ruang tersebut. Pada usia 16 sampai 59 para warga jemaat mempunyai tenaga yang bisa dipakai untuk pengelolaan aset dalam bidang pertanian maupun peternakan, seperti menggarap tanah untuk ditanami tumbuhan umur pendek maupun panjang dan juga dapat menjadi penggaduh sapi atau penggaduh kerbau. Kalau usia 60 sampai 80 mereka dapat memberikan ide-ide cemerlang, mengarahkan dan dapat mengambil keputusan yang terbaik untuk memberdayakan asetaset yang ada untuk pengembangan organisasi gereja dan juga untuk mensejaterahkan warga gereja sendiri. Kemiskinan di Jemaat Werwaru dan Patti bukan disebabkan semata-mata oleh kurang adanya sumber daya alam dan ethos kerja yang rendah, melainkan ada pula faktor-faktor lainnya yang cenderung 85

15 merupakan faktor-faktor struktural. Beberapa faktor struktural tersebut antara lain adalah jauhnya jarak jemaat dengan pusat pasar Kecamatan, Kabupaten dan Propinsi, kurangnya dukungan sarana-prasarana transportasi sehingga biayanya cukup tinggi. Jemaat-jemaat yang dalam pelayanannya pun selalu diperhadapkan dengan kurang adanya dana untuk menutupi biaya operasional organisasi gereja dan juga masalah kepekaan gereja dalam memanfaatkan aset yang dimiliki untuk menopang pelayanan. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan para responden cenderung memiliki pendapat yang sama tentang peran sumber daya manusia dalam pengelolaan aset gereja. Setiap jemaat majelis pada umumnya berpendidikan rendah, paling tinggi adalah Sekolah Menengah Umum, maka dibutuhkan 86

16 pendampingan untuk memperkuat keahlian konseptual dalam mengelola aset-aset gereja. Berikut ini deskripsi keahlian sumber daya manusia dalam mengelola aset gereja dari aspek konseptual, kemanusiaan dan teknikal. Keahlian Konseptual Keahlian konseptual perlu ada untuk memahami semua aktivitas dan kepentingan organisasi yang bersangkutan. Keahlian ini mencakup kemampuan untuk memahami bagaimana organisasi yang ada dapat berfungsi secara keseluruhan dan bagaimana bagian-bagian dari organisasi tersebut tergantung atau berhubungan satu sama lainnya. Konseptor utama kebijakan pengelolaan aset organisasi GPM adalah pendeta. Warga jemaat juga dapat mengajukan konsep pengembangan pengelolaan aset organisasi GPM. Pada umumnya, mereka adalah warga yang berpendidikan tinggi atau yang mempunyai pengalaman dan keahlian khusus 87

17 serta mampu memberikan ide-ide cemerlang, menganalisis dan mengintepretasikan situasi. Selain itu, mereka pernah menjabat majelis jemaat sehingga banyak mengetahui seluk beluk pelayanan gereja dalam hal mengelola aset. Pendeta sebagai konseptor perlu membuat suatu landasan kerja manajerial secara garis besar, berupa pola pikir makro pengelolaan sumber-sumber daya gereja, sehingga semua aktivitas manajemen berpatokan pada pola pikir tersebut. Pendeta sebagai konseptor harus berpegang teguh pada mandat Tuhan (Kejadian 1:26) agar dapat menjalankan tugas dan wewenangnya dengan bijaksana dalam menyusun kebijakan pengelolaan aset gereja untuk pengembangan ekonomi jemaat. Tugas dan wewenang majelis dalam pengelolaan aset yaitu mengelola, mengawasi dan mempertanggungjawabkan pemanfaatan keuangan dan aset yang dimiliki oleh gereja yang dikelola oleh 88

18 jemaat sesuai peraturan perbendaharaan GPM. Majelis menyusun data kepemilikan aset gereja, membuat kebijakan pemanfaatan aset dengan mengambil laporan-laporan dari majelis pembina dan meninjau langsung ke lapangan untuk menilai penggunaan aset secara aktual. Dari hasil laporan tersebut, majelis (terutama pendeta) mempelajari dan menganalisis cara kerja warga jemaat dan menilai apakah hasilnya baik atau kurang baik. Jika hasilnya kurang baik maka langkah selanjutnya yang perlu dilakukan oleh majelis (terutama pendeta) adalah menyusun konsep baru untuk memperbaiki cara pengelolaan aset. Aset Gereja yang dimaksudkan adalah aset lahan yang digarap dan lahan ternak yang digaduh oleh warga jemaat. Konsep atau ide itu akan dibahas dalam rapat majelis jemaat dan jika ada persetujuan maka akan dilanjutkan pembahasannya dalam sidang jemaat, disitulah akan diputuskan konsep itu 89

19 dilaksanakan. Pada jemaat yang majelisnya peduli dan aktif, maka aset-aset gerejanya terkelola dengan baik sehingga produktif, seperti di Jemaat Patti dan Tomra. Keahlian Kemanusiaan Manajer perlu bersama mitra kerjanya dapat memanajemeni SDM organisasi secara efektif, dengan landasan kepercayaan bahwa setiap manusia adalah mitra kerja Allah. Manajer dalam organisasi GPM adalah Pendeta. Pendeta bersama majelis lain yang menjadi Pengurus Harian Majelis Jemaat, memiliki wewenang untuk menunjuk majelis pembina atau yang menduduki jabatan seksi finansial keuangan dan seksi kerumahtanggaan untuk mensosialisasikan keputusan sidang jemaat kepada warga. Majelis Pembina mengorganisir penggarap lahan dan penggaduh ternak, membina manajemen dan kegiatan operasional, serta mengawasi penggunaan aset. 90

20 Penggunaan aset untuk pertanian dimulai dari mengolah lahan, menanam bibit tanaman, pemeliharaan, panen sampai dengan penjualan dan penyerahan hasil kepada bendahara jemaat. Majelis yang memiliki tugas mengurus, mengarahkan dan mengawasi pekerja harus memiliki kemampuan kemanusiaan. Majelis Pembina membuat laporan akhir dan memberikan kepada Pendeta untuk dievaluasikan. Menjalin hubungan, komunikasi dan kerjasama yang baik antara pendeta, majelis dan warga jemaat sangat diperlukan dalam pengelolaan aset gereja. Pendeta yang bertugas melayani di jemaat hadir dengan karakter dan konsep yang berbeda dalam hal pengelolaan aset gereja. Pendeta bukan hanya menyusun konsep kebijakan, tetapi juga harus mampu memotivasi warganya agar tabah dalam menyingkirkan onak dan duri dari aset, terutama 91

21 yang berbentuk lahan, yang dimiliki gereja juga kreatif dan produktif dalam mengolahnya. Fakta yang ada di Klasis Letti Moa Lakor, didapati ada Pendeta yang telaten memotivasi warga jemaatnya untuk menangani aset-aset milik gereja dan ada yang kurang telaten. Ada aset gereja yang tidak terdata karena majelis kurang teliti dan peduli, terutama pada jemaat yang lebih mengandalkan pemasukan dana persembahan warga jemaat maupun sumbangan dari luar. Pada jemaat tertentu, seperti di Werwaru, warganya bersedia dan siap menggarap lahan, tetapi karena tidak ada pengarahan dan pembinaan, maka lahan tersebut terlantar atau terabai. Warga Jemaat hanyalah orang-orang yang siap bekerja di lahan gereja (sebagai ladang Tuhan) jika diberi perintah, hak dan kewenangan sidang yang diteruskan oleh majelis. Beberapa warga jemaat memberi pengakuan akan adanya kelemahan dalam hal berpikir, tetapi 92

22 memiliki tenaga dan semangat untuk bekerjasama dengan senang hati menggarap ladang Tuhan walaupun tidak diberi upah. Peran pemimpin jemaat, terutama pendeta, sangat besar dalam hal membangun hubungan kerjasama yang baik antara majelis dan anggota jemaat dalam pengembangan pengelolaan untuk memanfaatkan aset-aset gereja. Gereja berdiri sebagai organisasi yang dapat mensejahterakan anggotanya bukan hanya dalam hal rohani tetapi juga dalam hal jasmani sesuai visi, misi serta tujuan dari organisasi. Gereja juga harus menjawab panggilan iman umat kepada Tuhan, yang memberi mandat kepada manusia dalam mengelola alam untuk kesejahteraan hidup seluruh umat manusia. Keahlian Teknis Pendeta, majelis lain dan warga jemaat perlu memiliki keahlian teknis untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawab 93

23 masing-masing. Pendeta memberi contoh, mengajar dan memberi dorongan moral kepada majelis maupun warga jemaat sehingga aset yang dimiliki dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekonomi jemaat. Majelis mempunyai kemampuan untuk membina, mengajar, memberi contoh, memanajemeni, mengawasi, administratif dan untuk membuat laporan yang akan diserahkan kepada pendeta untuk dilakukan evaluasi. Warga jemaat sebagai penggarap dan penggaduh tugasnya untuk mengolah lahan, membuat bibit, menanam, memelihara, memanen, menjual dan menyerahkan hasil kepada bendahara jemaat. Diantara ketiga pelaku pelaksana pengelolaan aset harus memiliki kemampuan teknis di bidang masing-masing sehingga dapat mengerjakan tugastugas dengan baik. Segala sesuatu menyangkut pengelolaan aset sedapat mungkin dikomunikasikan 94

24 antara pendeta, majelis dan warga jemaat sehingga tidak menimbulkan masalah dalam mengerjakannya. Aset-aset yang dimiliki oleh gereja memiliki nilai jual, sehingga aset tersebut terus diolah agar menghasilkan uang untuk membiayai pelayanan organisasi. Diantara empat jemaat yang diteliti, Jemaat Patti dan Tomra mengelola asetnya secara produktif sehingga menghasilkan nilai ekonomi atau nilai jual. Jemaat Serwaru lebih mengandalkan persembahan dari warga jemaat yang sebagian besar adalah pegawai negeri sipil, dan membiarkan aset-asetnya. Jemaat Werwaru memiliki sedikit aset tidak dikelola dengan serius sehingga kurang produktif. 95

25 4.4 Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Aset Organisasi Gereja Organisasi gereja menyusun rencana strategis dan rencana operasional secara terus menerus disesuaikan dengan kondisi realistik organisasi (analisis internal) maupun kondisi lingkungan (analisis ekstrnal). Disamping itu, karena rencana strategis merupakan rencana jangka panjang maka selalu ditelaah, diperbaiki, disempurnakan dan ditingkatkan sesuai perubahan yang terjadi di dalam organisasi dan dilingkungan dengan melakukan pengulangan analisis internal dan eksternal secara berkala. Manajemen strategik sebagai pengelolaan dan pengendalian yang bekerja secara realistik dalam dinamikanya, akan selalu terarah pada tujuan dan misi yang strategis. GPM memiliki masalah manajemen SDM dalam pengelolaan aset gereja. Pendeta sebagai konseptor kebijakan akan menyusun konsep kebijakan baru 96

26 dalam pengelolaan aset gereja ketika dia ditempatkan di jemaat baru. Konsekuensinya, SDM yang ada di jemaat tersebut harus menyesuaikan pada konsep pengelolaan aset yang baru. Hal tersebut akan berlangsung setiap pergantian pendeta dalam kurun waktu tiga sampai lima tahun sekali. Tidak ada kebijakan umum jangka panjang yang strategis dalam pengelolaan aset gereja, yang disepakati dan harus dipatuhi oleh seluruh Pendeta GPM. Perubahan kebijakan seperti itu menimbulkan keresahaan majelis setempat dan warganya, karena hal itu dianggap sebagai ketidak-pastian dalam pengelolaan aset gereja. Sebagian warga khawatir atau enggan jika harus berulang kali menghadapi dan menyesuaikan pada perubahan kebijakan pengelolaan aset. Apalagi kalau bertemu dengan pendeta yang gaya kepemimpinannya dominan. Beberapa yang merasa sakit hati akan melapor ke Klasis dan meminta agar pendeta tersebut diganti. 97

27 Sebagian warga yang lain bersikap apatis dan sebagian lainya dapat menerima dan mengikuti kebijakan baru pengelolaan aset gereja Manajemen sumber daya manusia dalam pengelolaan lahan Jemaat Werwaru Tabel 4.3 Jenis tanaman, luas lahan, penggarap dan hasil Jenis Tanaman Kelapa 3000 Luas (m 2 ) Penggarap Hasil - Warga Jemaat - Pendeta (anak katekisasi mengolahnya menjadi minyak kelapa) - Dijual, hasilnya dimasukan ke kas Jemaat - Untuk konsumsi Pendeta Jambu mete 600 Kelompok (Ibu-ibu Janda) Dijual, hasilnya dimasukan ke kas Jemaat Jemaat Werwaru memiliki dua buah kebun kelapa seluas 3000 m 2 yang diserahkan kepada warga untuk menggarapnya. Namun, berhubung letaknya jauh dari perkampungan dan jalan masuk kesana sangat sukar, membuat majelis dan warga 98

28 enggan mengerjakannya. Akibatnya, pengelolaan kebun kelapa diserahkan kepada pendeta yang bertugas di Jemaat setempat. Hasil dari pengelolaan aset kelapa berupa kopra yang dijual kepada pengusaha dan hasilnya dimasukan dalam kas jemaat, sedangkan kelapa yang diolah menjadi minyak oleh anak-anak katekisasi hanya untuk konsumsi pendeta. Aset lainnya yaitu satu kebun jambu mete yang lokasinya di belakang gedung gereja, yang pengelolaannya diserahkan pada warga ibu-ibu janda di tiap sektor pelayanan. Lahan jambu mete diolah dengan baik, tetapi kebun kelapa belum dikerjakan dengan maksimal. Pendeta dan majelis pembina kurang optimal dalam memanajemeni SDM warganya, dengan membiarkan keengganan mengolah lahan yang lokasinya jauh dari perkampungan. Selain itu, tidak ada strategi yang kreatif untuk mengatasi masalah jarak lokasi lahan 99

29 dengan perkampungan, untuk mendorong warga dan majelis bersedia menggarapnya. Jemaat Patti Tabel 4.4 Jenis tanaman, luas lahan, penggarap dan hasil Jenis Tanaman Luas(m 2) Penggarap Hasil Kelapa Warga Jemaat yang ditunjuk oleh Majelis Dijual, hasilnya dimasukan ke kas Jemaat Jagung/Singkong/ Ubi-ubian lainnya 9600 Warga Jemaat dalam Sektor (Kelompok) Dibagi kepada penggarap dan Gereja Jemaat Patti memiliki kebun kelapa dua buah di lokasi yang berbeda, dan kebun untuk ditanami tanaman musiman seperti jagung, singkong maupun kacang-kacangan. Hasil dari kelapa diolah menjadi minyak oleh warga jemaat dan atau kopra untuk dijual kepada pengusaha kemudian hasilnya dimasukan dalam kas jemaat. Mulai dari bibit disediakan oleh majelis jemaat, ditanami, dipelihara 100

30 sampai panen dilakukan oleh warga jemaat tetapi tetap dalam pengawasan majelis jemaat. Tanaman umur pendek seperti tanaman sayursayuran (kangkung, kacang panjang, buncis, sawi, bayam, tomat, pare dll) jagung, kacang merah dan kacang tanah, tanaman umur panjang seperti kelapa dan jambu mete. Tanaman-tanaman tersebut dikerjakan sesuai musim dan di musim hujan berkisar antara bulan Oktober sampai bulan April. Bibit tanaman disediakan oleh pihak gereja (Majelis Jemaat) baru di tanami, disirami dan dirawat sampai pada panen dikerjakan oleh warga jemaat. Pupuk diambil dari kotoran ternak seperti kerbau, sapi dan kuda. Upaya tersebut dilakukan dengan cara membuat berbagai macam peraturan untuk menutup celah-celah yang dapat digunakan secara tidak benar dan tidak bertanggungjawab. Terwujudnya suatu penyelenggaraan pengelolaan 101

31 gereja yang baik tetap kembali pada para penyelenggaranya, baik itu para anggota majelis, para pengurus komisi, maupun para warga jemaatnya. Majelis jemaat perlu mempunyai komitmen yang kuat untuk menempatkan aspek pengawasan sebagai fokus perhatian di dalam pelayanan dalam gereja. Adanya pengawasan yang baik dan benar yang dilakukan oleh majelis jemaat, diharapkan semua hal yang berkaitan dengan aset milik gereja akan terlindungi dengan baik. Pengawasan yang baik maka aset dan orang-orang di dalam gereja yang dipercayakan untuk mengelola aset pun terus diawasi, sehingga tujuan dan sasaran organisasi akan tercapai. Mengawasi para pengelola aset gereja sama halnya dengan mengawasi individu-individu lain yang sedang bekerja di organisasi laba lainnya. Perbedaanya juga sangat besar, tujuan dan sasaran 102

32 gereja sangat berbeda dengan tujuan dan sasaran perusahaan pencari laba atau organisasi jasa. Forum yang menentukan proses perencanaan sampai dengan pengawasan dilakukan pada saat sidang jemaat, setelah semua disahkan baru ditindaklanjuti. Dari hasil panen kelapa maupun jenis tanaman yang lain akan dimasukan ke kas jemaat dan sebagian diberikan kepada anggota jemaat untuk membiayai kebutuhan hidup seharihari anggota keluarganya. Jemaat Tomra Tabel 4.5 Jenis tanaman, luas lahan, penggarap dan hasil Jenis Tanaman Luas (m 2 ) Penggarap Hasil Kelapa 9600 Warga Jemaat yang ditunjuk oleh Majelis Jambu mete 1200 Warga Jemaat yang ditunjuk oleh Majelis Sayuran orang dalam Jemaat (Ibuibu) Dijual, hasilnya dimasukan ke kas Jemaat Dijual, hasilnya dimasukan ke kas Jemaat Dijual, hasilnya dimasukan ke kas Jemaat 103

33 Jemaat Tomra adalah jemaat yang memiliki anggota Jemaat terbanyak di wilayah pelayanan Klasis Letti Moa Lakor dan juga memiliki lebih besar pendapatan dari jemaat Serwaru. Jemaat Tomra memiliki aset-aset seperti empat buah kebun jemaat, enam buah kebun jambu mete dan enam buah kebun kelapa serta 35 bedeng sayuran. Tanaman musiman seperti kelapa dan jambu mete dan tanaman musimam seperti umbi-umbian dan sayuran dalam berbagai macam, kangkung, bayam, tomat, cabe dan lain sebagainya. Semua dikerjakan oleh warga jemaat yang telah ditunjuk dalam forum bersama yaitu pada saat pelaksanaan sidang jemaat tiap tahun. Dalam pengelolaan aset mulai dari perencanaan sampai evaluasi dilakukan oleh majelis jemaat sebagai pengambil keputusan. Keputusan disahkan dan diberlakukan pada saat sidang jemaat terlaksana yang dihadiri oleh berbagai utusan dari 104

34 organisasi gereja seperti tokoh agama, tokoh masyarakat, pelayanan perempuan, pelayanan pria, angkatan muda dan sekolah minggu tunas pekabaran injil. Segala keputusan yang telah ditetapkan akan dilakukan secara bersama oleh majelis maupun warga jemaat. Dalam mengerjakan aset-aset ini, setiap orang telah ditunjuk dalam kelompok untuk menjadi ketua yang akan diberikan tanggungjawab untuk mengatur dan mengorganisir segala pekerjaan yang dilakukan. Kalau yang mengelolanya hanya perorangan maka itu juga akan diawasi oleh pihak majelis jemaat, sehingga pekerjaan itu akan tetap ada dalam pengawasan. Pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh warga jemaat dilakukan oleh majelis tetapi intinya kepada orang yang menduduki jabatan struktural dalam badan majelis yaitu seksi finansial dan keuangan serta seksi kerumahtanggaan. 105

35 Pengawasan itu akan dilakukan mulai dari awal tanah itu digarap sampai ditanami dan panen hasilnya akan terus diawasi hingga penyerahan hasil kepada gereja baik berupa uang maupun barang Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pengelolaan Ternak Jemaat Werwaru Tabel 4.6 Tabel jenis ternak, jumlah, pemelihara dan hasil Jenis Ternak Jumlah(ekor) Pemelihara Hasil Kerbau 1 Perorangan Tidak diketahui (masih dalam masalah) Kerbau ini tidak lagi diketahui sudah memproduksi berapa anak karena yang dipercayakan untuk menggaduhnya tidak pernah memberitahu para majelis tentang perkembangan kerbau ini sejak tahun 2002 sampai sekarang. Ada masalah (kemandegan) dalam proses pengawasan, artinya sumber daya manusia yang diberi tugas untuk mengawasi tidak menjalankan fungsinya dengan 106

36 baik. Dipihak lain sumber daya manusia yang diberi gaduhan tidak bertanggungjawab terhadap pengeloaan aset tersebut. Akibatnya aset tidak dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Jemaat Werwaru adalah jemaat yang masuk dalam kategori kelas tiga, dimana anggota warganya sedikit dan aset-aset yang dimiliki tidak seperti jemaat-jemaat lain di wilayah pelayanan Klasis Letti Moa Lakor. Jumlah jiwa sedikit, tingkat pendidikan juga rendah dan aset yang dimiliki gereja pun sangat sedikit untuk dikelola untuk menopang pelayanan kepada umat. Ada aset pun kurang dimanfaatkan sebagaimana mestinya sehingga jemaat ini tetap masuk dalam jemaat yang perlu diberdayakan baik dari segi sumber daya manusia maupun sumber daya alamnya. Matius 25:14-30 perumpaan tentang talenta mengajarkan bahwa hamba-hamba Tuhan harus setia dengan melaksanakan apa yang dipercayakan 107

37 kepada mereka dengan tepat dan efisien pada hari perhitungan. Orang-orang kristen yang menaruh kesetiaan di dalam bekerja akan menuai deviden yang sangat banyak, dia tidak mementingkan kepentingan diri sendiri. Apa yang dimiliki adalah milik Tuhan dan apapun yang dikerjakan adalah untuk Tuhan. Hal ini juga mengajarkan bahwa setiap orang telah menerima karunia masing-masing menurut kemampuannya, dan karunia-karunia itu harus digunakan untuk melayani Allah. Di dalam kerajaan Allah setiap orang diharapkan untuk menggunakan sepenuhnya karunia yang sudah diterima, karena di dalam kerajaan Allah tidak ada tempat bagi pemalas tetapi hanya bagi pekerja-pekerja yang giat. Ini adalah tugas dari pendeta dalam menyampaikan firman Tuhan kepada warga jemaat sehingga pendeta mampu mentransfer ajaran Tuhan dengan baik. Walaupun hanya ada satu ekor kerbau tetapi jika 108

38 majelis dan warga mampu memberdayakannya maka hasilnya akan berlipat ganda seperti di Jemaat Patti, sehingga Jemaat Werwaru dapat berkembang dan tidak identik dengan jemaat yang miskin terus menerus. Jemaat Patti Tabel 4.7 Tabel jenis ternak, jumlah, pemelihara dan hasil Jenis Ternak Jumlah(ekor) Pemelihara Hasil Kerbau 40 Perorangan (Laki-laki dewasa) Sapi 6 Perorangan (Laki-laki dewasa) Jangka waktu pemetikan hasil 5tahunan Penggaduh mendapatkan 1 ekor dan sisanya untuk gereja Babi 30 Perorangan Untuk pelayanan gereja Jemaat Patti juga memiliki aset komoditi peternakan terbesar yaitu 6 ekor sapi, 40 ekor kerbau dan 30 ekor babi, pihak menjaga atau 109

39 memelihara ternak-ternak ini adalah mereka yang telah ditunjuk langsung oleh majelis jemaat pada waktu persidangan jemaat. Ternak didapat dari hasil persembahan jemaat, kemudian diberi kepercayaan kepada anggota jemaat yang bisa merawatnya dan dari hasil produksi ternak itu dibagi hasil antara gereja dan penggaduh. Ternak-ternak ini diberikan oleh gereja kepada warga jemaat yaitu pria dewasa untuk digaduh atau dijaga. Setiap lima tahun hasilnya (anaknya) dibagi satu ekor untuk penggaduh dan sisanya untuk gereja. Aturan bagi hasil ini akan berlangsung secara terus menerus, selama induk kerbau memproduksi dalam lima tahun anak kerbau maksimal empat maka pembagiannya adalah, satu ekor untuk penggaduh dan sisanya untuk gereja. Milik gereja yang merupakan bibit ternak yang dapat berproduksi akan diberi gaduhan lagi kepada warga yang tingkat ekonominya rendah. 110

40 Gereja memberi kontribusi kepada warga jemaat dalam menopang dan memberdayakan kehidupan ekonomi mereka. Warga Jemaat pun dapat mempersembahkan tenaga, waktu dan hidup untuk melayani Tuhan, karena bukan saja uang yang dapat dijadikan sebagai persembahan tetapi juga hidup (waktu,tenaga dan pikiran). Ternak babi jadi piaran perorangan atau warga jemaat, babi ini tidak dijual untuk mendatangkan dana bagi kas jemaat tetapi akan dipakai untuk menjamu tamu jemaat dari Sinode atau Klasis yang berkunjung ke jemaat. Ternak ini didapat dari sumbangan warga kepada gereja untuk membantu atau menopang pelayanan dalam jemaat seperti pembangunan gedung gereja baru. Majelis Jemaat sebagai pelaksana harus terdiri dari personil yang profesional, memiliki wawasan yang luas dan yang terpenting adalah memiliki komitmen yang tinggi terhadap moral dan atau etika 111

41 untuk tidak mencari keuntungan diri sendiri. Keberhasilan dari organisasi juga tergantung dari pucuk pimpinan atau manajer puncak yaitu pendeta, yang menggerakan serta memotivasi penatua, diaken dan warga jemaat untuk melaksanakan tugas masing-masing. Tugas untuk melaksanakan kegiatan yang dilakukan dalam organisasi gereja dalam hal pengelolaan aset-aset gereja adalah warga jemaat yang memiliki keahlian teknik. Di mana warga jemaat dapat bekerja memakai tenaga dalam menggaduh sapi dan kerbau. Pekerja adalah warga jemaat yang rata-rata berpendidikan rendah dan masuk dalam kategori ekonomi lemah, tetapi secara fisik mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut. Aset-aset yang dimiliki oleh jemaat-jemaat dalam lingkup Klasis Letti Moa Lakor berupa lahan atau tanah yang diolah, kebun kelapa, kebun jambu 112

42 mete, ternak dan kayu jati. Aset-aset ini dimiliki oleh gereja tetapi yang mengelolanya adalah warga jemaat yang tersebar dalam sektor-sektor maupun unit-unit yang ada. Dikelola oleh individu-individu tetapi hasilnya akan dibagi untuk gereja dan yang mengelolanya. Majelis dapat melakukan pengawasan secara langsung melalui respons survei ataupun pertemuan diskusi dan forum resminya adalah dalam sidang jemaat yang dilakukan satu kali setahun. Biasanya yang terlibat secara tidak langsung dapat menyampaikan pendapat tentang persetujuan rencana-rencana. Namun demikian, pada akhirnya dalam membuat perencanaan apapun yang perlu diingat adalah kita harus selalu menyertakan Tuhan (Yakobus. 4:13-17), sehingga segala sesuatu berada dalam bimbingan-nya. Manusia dapat merencanakan, namun tidak boleh bermegah karena tidak mengetahui apa yang akan terjadi dikemudian 113

43 hari. Disamping itu, segala rencana hanya akan terwujud apabila Tuhan menghendakinya (Yakobus. 4:14,15). Untuk itu apapun yang akan dilakukan dalam tahap perencanaan sampai pada pengawasan harus mendahulukan Tuhan karena tanpa Kuasa dan penyertaan Tuhan maka semua usaha akan siasia adanya. Andalkan kuasa Tuhan dalam setiap kegiatan pengelolaan aset gereja agar apapun yang menjadi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai akan terlaksana dengan maksimal sesuai harapan dan cita-cita bersama. Yang terpenting dari semua ini adalah apa yang dikerjakan dapat bermanfaat untuk kehidupan ekonomi jemaat, dengan demikian keselamatan yang diidamkan oleh setiap orang akan terwujud. Kehadiran gereja ditengah-tengah dunia untuk menjadi berkat bagi orang yang membutuhkan (orang miskin, janda, duda dan yatim piatu). Itulah misi dari GPM yang harus dijalankan. 114

44 GPM yang berasaskan presbiterial sinodal, masa jabatan para anggota majelis dibatasi untuk jangka waktu atau periode tertentu. Oleh karena itu, dalam asas yang sama setiap gereja berwewenang untuk mengatur dirinya sendiri, sehingga kepengurusan yang berlaku bisa berbeda antara satu gereja dengan gereja lainnya. Jangka waktu untuk masa jabatan anggota majelis ditetapkan antara tiga sampai lima tahun sedangkan periodenya antara satu sampai dua kali masa jabatan. Perhatian serius diberikan terhadap kompetensi dari setiap calon yang akan menjadi bagian dari kepemimpinan gereja. Dalam proses pengelolaan aset gereja, setiap orang dapat berpatisipasi secara aktif dengan memberikan berbagai ide, konsep pemikiran, atau pendapat. Adapun persyaratan yang dikenakan pada setiap calon itu meliputi persyaratan tentang iman, kompetensi diri, dan kesediaan untuk 115

45 melayani warga jemaat sebagai majelis (pendeta, penatua dan diaken). Berdasarkan itu, setiap majelis diharapkan dapat memberikan partisipasinya secara optimal dalam hal pengelolaan aset gereja. Pengelolaan aset gereja sendiri membutuhkan pemimpin yang beriman, memiliki kemampuan berpikir dan manajerial yang baik, bersemangat, aktif, berdedikasi dan berintegritas tinggi, serta penuh dengan ide dan inisiatif. Sangat diharapkan, majelis bisa memunculkan ide-ide atau pemikiran yang baru untuk pembangunan dan pengembangan gereja dengan lebih baik. Ide-ide dan pemikiran baru ini dapat diharapkan menular kepada para warga jemaat. Semua manusia gereja tidak terpaku dalam kerangka berpikir yang itu-itu saja tetapi mereka disegarkan dengan munculnya ide-ide atau pemikiran baru yang inovatif, demi keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas gereja. 116

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan BAB V PENUTUP Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang diambil kemudian menjadi dasar penyusunan implikasi baik dari aspek teoritis maupun praktis. 5.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk memperoleh data lapangan guna penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif sangat mengandalkan manusia

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian. Jemaat Dobo Jemaat Dobo berada di pusat Klasis Pulau-Pulau

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian. Jemaat Dobo Jemaat Dobo berada di pusat Klasis Pulau-Pulau BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Jemaat Dobo Jemaat Dobo berada di pusat Klasis Pulau-Pulau Aru, memiliki empat belas sektor pelayanan dengan 1862 kepala keluarga. Jarak

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH (1) Tata Gereja GKJ adalah seperangkat peraturan yang dibuat berdasarkan Alkitab sesuai dengan yang dirumuskan di dalam Pokok-pokok Ajaran GKJ dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) memiliki 44 wilayah klasis, 2.504 jemaat, dengan jumlah warga mencapai 1.050.411 jiwa yang dilayani oleh 1.072 pendeta, (Lap. MS-

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Petani Hutan Rakyat 5.1.1. Karakteristik Petani Hutan Rakyat Karakteristik petani hutan rakyat merupakan suatu karakter atau ciri-ciri yang terdapat pada responden.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi baik itu organisasi profit. maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi baik itu organisasi profit maupun non profit memiliki kebijakan mutasi. Kebijakan mutasi ini dalam organisasi profit berkaitan erat dengan pengembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang yang menulis dan meneliti tentang sumber daya manusia. Cardoso (2003) mengatakan salah satu sumber daya yang terdapat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan arus globalisasi, maka muncul pula persoalan-persoalan baru yang harus dihadapi oleh sumber daya manusia yang ada di dalam Gereja. Oleh

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan UKDW

Bab I Pendahuluan UKDW Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa (GKJ) Immanuel Ungaran merupakan salah satu gereja yang terletak di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang dengan jemaat berjumlah 417 jiwa.

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN

ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN 45 ANALISIS SITUASI DAN PERMASALAHAN PETANI MISKIN Karakteristik Petani Miskin Ditinjau dari kepemilikan lahan dan usaha taninya, petani yang ada di RT 24 Kelurahan Nunukan Timur dapat dikategorikan sebagai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang berpusat pada penyelamatan Allah dalam Tuhan Yesus Kristus 1. Sebagai kehidupan bersama religius,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB PEMBUKAAN Sesungguhnya Allah didalam Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat dunia. Ia adalah sumber kasih, kebenaran, dan hidup, yang dengan kuat kuasa

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian 60 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis dan Topografi Daerah Penelitian Daerah penelitian terletak di Desa Fajar Asri Kecamatan Seputih Agung Kabupaten Lampung Tengah. Desa Fajar Asri

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o PEMBAHASAN I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Fisik Alami Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o LS serta 119 o 42 o 18 o BT 120 o 06 o 18 o BT yang terdiri

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Situ Udik Desa Situ Udik terletak dalam wilayah administratif Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Desa Situ Udik terletak

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan

BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA. Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan BAB II MANAJEMEN ASSET GEREJA 2.1. Manajemen Asset Manajemen adalah bagaimana mencapai tujuan organisasi dengan menyelesaikan persoalan bersama-sama dengan orang lain dimana memahami bahwa setiap aktivitas

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI

BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI BAB V : KEPEMIMPINAN GEREJAWI PASAL 13 : BADAN PENGURUS SINODE Badan Pengurus Sinode adalah pimpinan dalam lingkungan Sinode yang terdiri dari wakil-wakil jemaat anggota yang bertugas menjalankan fungsi

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN

BAB III PELAKSANAAN WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN BAB III PELAKSANAAN WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Desa Andonosari sebagai lokasi penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Kondisi Geografis Desa Suka Damai merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Gereudong Pase, Kabupaten Aceh Utara. Ibu kota kecamatan ini berada

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan 29 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Desa Teluk Mesjid Desa Teluk Mesjid adalah suatu wilayah di kecamatan Sungai Apit kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Trimodadi 1. Kondisi Geografis Desa Trimodadi Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara terletak pada ketinggian 120 m dari

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur. Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 04 Tahun 2012, tentang 79 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Timur 1. Keadaan Umum Pemerintahan Kecamatan Teluk Betung Timur terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang kaya dengan ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu padi-padian, umbi-umbian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

BAB II RERANGKA TEORITIS. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini. adalah konsep pengelolaan aset organisasi sebagai

BAB II RERANGKA TEORITIS. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini. adalah konsep pengelolaan aset organisasi sebagai BAB II RERANGKA TEORITIS Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep pengelolaan aset organisasi sebagai konsep utama dan dikaitkan dengan konsep lainnya yaitu konsep sumber daya manusia (Warga

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 159, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4459) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 13 BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat dan letak geografis Desa Sikijang 1. Sejarah Singkat Desa sikijang adalah sebuah desa yang terletak Di Kecamatan Logas Tanah Darat, kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Desa Mirit Petikusan merupakan salah satu desa di Kecamatan Mirit

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat. Desa Mirit Petikusan merupakan salah satu desa di Kecamatan Mirit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran yang hendak dicapai dalam pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat mempercepat kesempatan kerja. Pembangunan dibidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah

BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian Sejarah Desa Bale Luas, Batas dan Topografi Wilayah BAB IV ANALISIS DATA 1.1 Gambaran Umum Lokasi Penilitian 4.1.1 Sejarah Desa Bale Desa Bale terletak diwilayah timur Indonesia tepatnya di wilayah Maluku Utara. Pada tahun 1800an kesultanan ternate berkunjung

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 61 V. DESKRIPSI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR 5.1. Keadaaan Geografis dan Administrasi Daerah Provinsi NTT terletak antara 8 0-12 0 Lintang Selatan dan 118 0-125 0 Bujur Timur. Luas wilayah daratan 48 718.10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin BAB I PENDAHULUAN Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin Gereja dengan Suatu Kajian Pastoral terhadap dampak Psikologis bagi orang-orang yang dikenakan Disiplin

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan ini berdiri pada tahun 2001 dengan pengusahaan pada berbagai komoditi pertanian seperti budidaya ikan, budidaya manggis, budidaya pepaya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskrifsi Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Popayato Barat merupakan salah satu dari tiga belas Kecamatan yang ada di Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo. Kecamatan Popayato

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG A. Gambaran Umum tentang Lokasi Penelitian Pasar Ikan di Kec. Ketapang ini merupakan salah satu pasar yang berada di wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang

I. PENDAHULUAN. kabupaten/kota dapat menata kembali perencanaan pembangunan yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki keleluasaan untuk mengelola daerah dan sumberdaya alam yang ada di daerahnya. Dengan keleluasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat bermukim di pedesaan

Lebih terperinci

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba 3.1 Selayang Pandang Gereja Kristen Sumba Gereja Kristen Sumba adalah gereja yang berada di pulau Sumba Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam pengajaran gereja sakramen disebut sebagai salah satu alat pemelihara keselamatan bagi umat Kristiani. Menurut gereja-gereja reformasi hanya ada dua sakramen,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meskipun Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi pertanian yang sangat tinggi, namun belum banyak upaya yang dilakukan untuk mengidentifikasi keberhasilan agribisnis

Lebih terperinci

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH

A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH A N G G A R A N D A S A R KEKERABATAN ALUMNI ANTROPOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (KELUARGA) MUKADIMAH Bahwa Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga telah menghasilkan

Lebih terperinci

Hasil dan Pembahasan

Hasil dan Pembahasan IV. Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian Pemanfaatan Sumberdaya alam oleh masyarakat lokal berdasarkan pengetahuan tradisional telah dikenal masyarakat Raja Ampat sejak dahulu. Budaya sasi yang berawal

Lebih terperinci

BAB III LAPORAN PENELITIAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya Gapoktan Kelompok Tani Bangkit Jaya adalah kelompok tani yang berada di Desa Subik Kecamatan Abung Tengah Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang 38 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147

Krisen Indonesia, 2009), hlm. 147 IV. PERAN MAJELIS JEMAAT SEBAGAI PEMIMPIN DALAM PEMBERDAYAAN WARGA JEMAAT 4.1 Pemberdayaan sebagai Pembangunan Gereja Dalam Tata Gereja GKI Pemberdayaan berarti memampukan, memberi kesempatan, dan mengijinkan,

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERSEKUTUAN GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERSEKUTUAN GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN PERSEKUTUAN GEREJA KRISTEN PERJANJIAN BARU Diterbitkan oleh: Majelis Pusat Gereja Kristen Perjanjian Baru Daftar Isi BAB I Keanggotaan... 3 BAB II Musyawarah Besar... 4 BAB

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN PABERIWAI. 2. Ibu Kota Kecamatan : KANANGGAR. 3. Tahun Berdiri : 5 JUNI

PROFIL KECAMATAN. 1. Nama : KECAMATAN PABERIWAI. 2. Ibu Kota Kecamatan : KANANGGAR. 3. Tahun Berdiri : 5 JUNI PROFIL KECAMATAN 1. Nama : KECAMATAN PABERIWAI 2. Ibu Kota Kecamatan : KANANGGAR 3. Tahun Berdiri : 5 JUNI 1962 4. Batas Wilayah : 1. Utara berbatasan dengan Kec. Kahaungu Eti 2. Timur berbatasan dengan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan

Lebih terperinci

BAB I PROFIL WILAYAH

BAB I PROFIL WILAYAH BAB I PROFIL WILAYAH A. Deskripsi Wilayah 1. Dusun a. Data Geografis 1) Lokasi, Nama dan Luas Padukuhan Padukuhan Pudak terletak di perbukitan yang terletak pada 324 meter di atas permukaan laut. Terdiri

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 10 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 10 TAHUN 2015 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI Istiyarto Ismu Manager Kampanye Bali Barat Pengantar Strategi penyingkir halangan yang diterapkan oleh Yayasan Seka dalam rangka penyelamatan habitat Jalak Bali (Leucopsar

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Gereja Protestan Maluku secara institusi mengenal adanya jabatan organisasi dan jabatan pelayanan fungsional gereja. Jabatan secara organisasi gereja yaitu Ketua Majelis,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang

Lebih terperinci

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Gambaran Umum Agroekonomi Kabupaten Garut Kabupaten Garut memiliki 42 kecamatan dengan luas wilayah administratif sebesar 306.519 ha. Sektor pertanian Kabupaten

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan yang memiliki potensi dan manfaat ekonomi perlu

Lebih terperinci

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN

STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA NOVRI HASAN STRATEGI PENGUATAN KELOMPOK TANI DALAM PENGEMBANGAN USAHA Kasus Kelompok Tani Karya Agung Desa Giriwinangun, Kecamatan Rimbo Ilir, Kabupaten Tebo Provinsi Jambi NOVRI HASAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 3 TAHUN 2013 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya perubahan secara terencana seluruh dimensi kehidupan menuju tatanan kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Sebagai perubahan yang terencana,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 5 Tahun 2011 Seri E Nomor 5 Tahun 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA ( BUMDes ) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam sejarah masyarakat Maluku, budaya sasi merupakan kearifan lokal masyarakat yang telah ada sejak dahulu kala dan merupakan komitmen bersama baik oleh masyarakat, tokoh

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keadaan suatu

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL Berdasarkan hasil penelitian yang tertuang dalam bab III, peneliti ingin memberi paparan analisis terhadap perubahan minat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI Keadaan Umum Wilayah Penelitian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai ratio jumlah rumahtangga petani

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2004 TENTANG WAKAF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa lembaga wakaf sebagai pranata keagamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. demikian ini daerah Kabupaten Lampung Selatan seperti halnya daerah-daerah 46 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 sampai dengan 105 45 Bujur Timur dan 5 15 sampai

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, BPS Kabupaten Teluk Bintuni telah dapat menyelesaikan publikasi Distrik Weriagar Dalam Angka Tahun 203. Distrik Weriagar

Lebih terperinci

Disusun oleh FLipMAS BADUY Wilayah Banten

Disusun oleh FLipMAS BADUY Wilayah Banten LAPORAN KINERJA INVESTASI KEM.PERTAMINAFLip DESA TEGAL WANGI KECAMATAN MENES KABUPATEN PANDEGLANG (Minggu, 17 Mei 2015) KAMPUNG KORANJI DESA TEGAL WANGI KECAMATAN MENES KAB. PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya

BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS. kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya BAB II KONDISI UMUM KELURAHAN LOMANIS A. Kondisi Geografis Kelurahan Lomanis merupakan salah satu kelurahan dari 4 wilayah kelurahan di wilayah Kecamatan Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap.Lokasinya disebelah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci